BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Sistem Komunikasi ...repository.ittelkom-pwt.ac.id/9/9/Bab...
Transcript of BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Sistem Komunikasi ...repository.ittelkom-pwt.ac.id/9/9/Bab...
13101001 1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Prinsip Dasar Sistem Komunikasi Satelit[3]
Sistem komunikasi satelit mempunyai peranan penting dalam
kemajuan perkembangan dunia telekomunikasi saat ini. Sistem
komunikasi satelit mampu bersaing dengan sistem komunikasi radio
terestrial maupun serat optik. Hal ini dikarenakan mampu menjangkau
daerah yang tidak dapat dijangkau radio terestrial. Selain itu bandwidth
nya lebar, sehingga dapat digunakan pada komunikasi digital dengan bit
rate yang besar. Sistem komunikasi satelit mempunyai prinsip dasar
sebagai sistem komunikasi radio dengan satelit sebagai stasiun
pengulang atau repeater.
Gambar 2.1 Arsitektur Dasar Sistem Komunikasi Satelit[3]
2.1.1 CHINASAT[4]
Chinasat adalah keluarga satelit komunikasi yang dioperasikan
oleh China Direct Broadcast Satellite Company. Seri ini sebelumnya
dioperasikan oleh China Satellite Communications Corporation, dan
sebelum itu China Telekomunikasi Broadcast Satellite Corporation,
yang dimiliki oleh Departemen Pos dan telekomunikasi China.
Gambar 2.2 Satelit Chinasat [4]
Satelit sebelumnya dioperasikan oleh Sino Satellite
Communications Company dan China Orient Telecommunications
2 13101001
Satellite Company diberi nama dengan sebutan CHINASAT menyusul
merger mereka dengan China Satellite Communications Corporation
untuk membentuk Cina DBSAT. CHINASTAR 1 menjadi CHINASAT
5A, Sinosat-1 menjadi CHINASAT 5B, dan Sinosat-3 menjadi
CHINASAT 5C. Chinasat 11 berada di 98º BT melayani berbagai jenis
pengguna mulai dari siaran TV, ATM, database sekolah.
Tabel 2.1 Spesifikasi Satelit Chinasat 11[5]
Name Chinasat 11
Status Active
Position 98° E (98° E)
NORAD 39157
Cospar
number
China Satellite Communications Co. Ltd.(China
Satcom)
Launch date 1-May-13
Launch site Xichang Satellite Launch Center
Launch
vehicle
Long March CZ-3B/E
mass (kg) 5100
Manufacture
r:
China Aerospace Science and Technology Corporation
(CASC)
Model (bus) DFH-4 Bus
Orbit: GEO
Expected
lifetime
15 yrs
Details 19 Ku-band and 26 C-band transponders to provide
commercial communications to China, East Asia,
China Sea, South Asia, Indian Ocean, the Middle East,
Africa and Australia.
Beams C-band Wide beam (active)
Ku-band Indonesia beam (active)
Ku-band Maritime beam (active)
Ku-band South Asia beam (active)
Charts List
2.2 Spesifikasi Perangkat[6]
13101001 3
Bagian utama dari sistem komunikasi satelit terdiri dari ruas
bumi dan ruas angkasa. Ruas bumi terdiri dari beberapa stasiun bumi
yang berfungsi sebagai stasiun bumi pengirim dan stasiun bumi
penerima. Ruas angkasa berupa satelit yang menerima sinyal
kemudian memancarkannya kembali ke stasiun bumi penerima.
1. Segmen Angkasa (Space Segment)
Segmen angkasa dalam sistem komunikasi satelit adalah
satelit yang di dalamnya memiliki jalur berupa kanal yang disebut
transponder. Transponder merupakan sub-sistem satelit yang
berfungsi memperkuat sinyal yang diterima serta menggeser
frekuensinya. Selain untuk single carrier, transponder satelit juga
digunakan untuk pentransmisian multiple carrier. Pentransmisian
tersebut mempengaruhi daya keluaran transponder.
2. Segmen Bumi (Ground Segment)
Segmen bumi adalah segmen komunikasi di bumi yang
mentransmisikan informasi ke satelit dan menerima kembali dari
satelit. Secara umum stasiun bumi terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Terminal RF (Radio Frequency)
Terminal RF terdiri dari antena pemancar/penerima, HPA, LNA,
up converter, down converter.
b. Terminal Pita Dasar (Baseband Terminal)
Terdiri dari peralatan baseband, encoder, decoder, modulator serta
demodulator. Bagian ini dihubungkan dengan terminal RF melalui
rangkaian penguat IF dan pada bagian akhir dihubungkan dengan
peralatan pemakai.
2.3 Arsitektur Sistem Komunikasi Satelit[7]
Secara garis besar, sistem komunikasi satelit terdiri dari dua
ruas, yaitu ruas antariksa (Space Segment) dan ruas bumi (Ground
Segment). Arsitektur sistem komunikasi satelit dapat dilihat pada
gambar 2.3 sebagai berikut :
Gambar 2.3 Konfigurasi Sistem Komunikasi Satelit[7]
4 13101001
Berdasarkan gambar 2.3, terlihat bahwa fungsi satelit adalah
sebagai repeater dalam sistem komunikasi satelit antara Stasiun Bumi
(SB) pemancar(Tx) SB penerima (Rx). Master station merupakan
stasiun pengendali utama dari satelit tersebut yang menjaga satelit agar
tetap berada dalam kondisi yang baik dan dapat beroperasi sesuai
dengan usia yang diprediksikan pada saat pembuatan dengan
Telemetry, Tracking Command, dan Ranging. Telemetry merupakan
pengiriman data-data mengenai satelit ke stasiunpengendali utama
yang berisi kondisi satelit. Data-data ini kemudian dianalisis dan
digunakan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk
menjaga satelit tetap pada kondisi yang baik. Tindakan yang dapat
dilakukan berupa pengiriman command ke satelit untuk menanggapi
kondisi satelit, manuver untuk menjaga satelit tetap pada orbitnya, dan
lain-lain. Tracking merupakan tindakan yang dilakukan untuk menjaga
pointing antena agar tetap mengarah ke satelit tersebut. Hal ini
dilakukan untuk menjaga dalam membantu proses monitor posisi
satelit dan menjaga agar tidak terjadi interferensi dengan satelit lain
ataupun meng-interferensi satelit lain. Namun ada juga antena yang
memiliki kemampuan auto-tracking yang dapat mengikuti
perpindahan posisi satelit secara otomatis.Ranging dilakukan untuk
mengukur jarak satelit dari stasiun pengendali utama dan mengetahui
posisi dari satelit tersebut.
2.3.1 Ruas Bumi[8]
Ruas bumi merupakan SB pengendali satelit atau yang
disebut juga dengan master station dan SB pengguna (SB transmitter
dan SB receiver). Pada SB ini terdapat peralatan-peralatan yang
berfungsi sebagai pemancar atau penerima sinyal-sinyal yang dikirim
dan diterima satelit di antariksa, baik untuk pengendalian satelit
maupun pengendalian komunikasi satelit. Selain itu ground segment
merupakan interface antara user ke satelit. Ada tiga jenis standar SB,
yaitu standar A, standar B, dan standar C. Stasiun bumi standar A
menggunakan antena parabola berdiameter 30 meter atau lebih.
Standar A ini merupakan yang paling lama dan paling banyak
digunakan pada sistem ini, karena antena yang besar memungkinkan
stasiun bumi untuk menggunakan kapasitas satelit paling
efisien.Stasiun bumi standar B menggunakan antena 11 meter,
biayanya lebih murah daripada standar A, dan cocok untuk daerah
dengan permintaan traffic yang rendah.
13101001 5
Stasiun bumi standar C menggunakan antena berdiameter 14
sampai 19 meter yang didesain khusus untuk beroperasi pada rentang
frekuensi Ku-band (14/11 GHz). Secara sederhana konfigurasi stasiun
bumi dapat dilihat pada gambar 2.4 Konfigurasi Sistem Stasiun Bumi
berikut ini:
Gambar 2.4 Konfigurasi Sistem Statiun Bumi[8]
Keterangan :
LNA : Low Noise Amplifier
HPA : High Power Amplifier
RCVR : Receiver
FM/PM Mod :Frequency Modulation / Phase
Modulation
CRT/ITCU : Command Ranging Telemetry
/Integrated TelemetryCommand Unit
Dan
TDC : Tracking Down Converter
TRCVR : Track Receiver
ADU : AAntena Drive Unit
ACU : AAntena Control Unit
PTIC :Powerground Track InterfaceControl
GSC : Ground Segment Control
D/C : Down Converter
U/C : Up Converter
6 13101001
Prinsip kerja dari sistem stasiun bumi adalah sebagai berikut
Data telemetri yang dipancarkan oleh satelit diterima oleh antena SB
kemudian antena merubah sinyal RF di ruang bebas menjadi sinyal RF
terbimbing. Masuk keperangkat LNA untuk dikuatkan dengan aras derau
yang rendah. Setelah melewati LNA kemudian masuk ke Down
Converter yang akan mentranslasikan sinyal RF terbimbing menjadi
sinyal IF (70 /18 MHz), kemudian masuk ke perangkat CRT/ITCU untuk
diproses data telemetri-nya yang berisi tentang kedudukan, kesehatan,
dan jarak satelit untuk kemudian disimpan data basenya di perangkat
komputer server. Oleh stasiun bumi melalui data-data tersebut kemudian
dikirimkan sinyal perintah ke arah satelit setelah melalui FM/PM Mod,
U/C, HPA dan antena SB. Oleh satelit sinyal perintah itu ditanggapi
dengan melakukan manuver, ataupun pengontrolan lain. Pada umumnya
sistem komunikasi yang menggunakan tansmisi satelit secara dasar
terdiri dari perangkat :
A. Modem
Fungsi modem secara garis besarnya adalah merubah sinyal
input (data – voice – video – audio ) dan ditumpangkan pada sinyal
Intermediete Frequency (IF) dan atau sebaliknya. Jenis modem terdiri
dari :
1. Modulator berfungsi mengatur sinyal input power komunikasi
menjadi sinyal IF. Parameter paling utama yang diatur adalah :
a. Frequency IF transmit dengan range operasional 50 MHz s/d 90
MHz.
b. Tipe Modulasi yang dibutuhkan (berkaitan dengan bandwidth
transponder yang digunakan).
c. Parameter lainnya disesuaikan dengan kebutuhkan, seperti
codding (contoh Viterbi3/4).
2. Demodulator berfungsi merubah sinyal IF menjadi sinyal sistem
komunikasi yang dibutuhkan, parameter paling utama yang diatur
adalah :
a. Frequency IF Receive dengan range operasional 50 MHz s/d 90
MHz
b. Tipe Modulasi yang dibutuhkan (berkaitan dengan Bandwidth
Transponder yang digunakan).
c. Parameter lainnya disesuaikan dengan parameter yang ada pada
modulator.
13101001 7
d. Dapat melihat kualitas operasional dengan melihat berapa nilai Eb/No
yang diterima sesuai spesifikasinya.
Berikut adalah tampilan dari Modem CDM 570, dapat dilihat
pada gambar 2.5 dan tampak belakang Modem CDM 570 pada
Gambar 2.6:
Gambar 2.5 Modem CDM 570[9]
Gambar 2.6 Tampak belakang CDM 570[9]
3. Encoder berfungsi merubah sinyal audio dan video menjadi sinyal IF
dan umumnya perangkat ini dioperasikan untuk Audio Video (TV
Broadcast). Parameter utama yang diatur adalah :
a. Frequency IF transmit dengan operasional 50 MHz s/d 90
MHz.
b. Symbol rate (berkaitan dengan bandwidth yang diterima).
c. Mode video dan audio yang diterima (PAL, NTSC dan
Digital murni).
4. Decoder berfungsi merubah sinyal L-Band dari stasiun pemacar
broadcast menjadi Audio dan Video atau juga disebut sebagai receiver
satelit. Parameter utama yang diatur adalah :
a. Frequncy RF down-link range operasional 3,7 GHz s/d 4,2
GHz.
b. Symbol rate (berkaitan dengan bandwidth yang diterima).
c. Mode Audio dan Video yang diterima (PAL, NTSC dan
Digital murni)
Modem CDM 600 adalah salah satu modem yang digunakan
PT. Metrasat Bogor untuk memenuhi kebutuhan
perangkatnya, dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan 2.8 untuk
tampak belakang modem CDM 600:
8 13101001
Gambar 2.7 Modem CDM 600[10]
Gambar 2.8 Tampak Belakang Modem CDM 600[10]
B. Up–Converter
Up–Converter dalam konfigurasi ini berfungsi sebagai
pengubah(Convertion) dari sinyal IF (Low Freq) menjadi sinyal RF
(High Freq), selain itu juga berfungsi sebagai penguat awal dengan
sumber input-nya dari output modem, namun penguatan level output
jangan sampai menimbulkan intermodulasi yang menyebabkan power
HPA tinggi dan dapat mengakibatkan saturasi satelit. Berikut adalah
bentuk dari Up converter yang digunakan PT. Metrasat Bogor dapat
dilihat pada gambar 2.9:
Gambar 2.9 Up Converter[11]
C. Down–Converter
Down–converter berfungsi sebagai pengubah sinyal RF
(High Freq) menjadi sinyal IF (Low freq). Fungsi lainnya adalah
sebagai penurun level sinyal setelah dikuatkan oleh LNA, karena
pada dasarnya posisi penguatan LNA tidak 8nte diatur level
penguatannya. Oleh karena itu Down-converter mutlak diperlukan
ada. Output down-converter berupa IF. Berikut adalah bentuk dari
Down converter yang digunakan PT. Metrasat Bogor dapat dilihat
pada gambar 2.10:
Gambar 2.10 Down Converter[11]
13101001 9
D. High Power Amplifier (HPA)
HPA dalam konfigurasi ini berfungsi sebagai penguat akhir,
mengingat jarak yang akan dilalui sangat jauh. Output HPA
berbentuk frekuensi RF dengan power level sudah sangat tinggi.
Satuan power level HPA adalah Watt dengan power level diatur/di-
adjustment dengan cara diputar pada pengaturan power level.
Frekuensi yang keluar berada pada range sekitar 6 MHz. Berikut
adalah bentuk dari HPA yang digunakan PT. Metrasat Bogor dapat
dilihat pada gambar 2.11:
Gambar 2.11 HPA 100w-2.2 Kw[12]
E. Antena
Mengirimkan carrier modulasi RF dari stasiun bumi menuju
satelit dalam frekuensi Up-Link (6 GHz) dan menerima carrier
modulasi RF dari satelit dari frekuensi Down-Link (4 GHz). Disini
Antena bertindak Sebagai penguat akhir sinyal yang akan dikirim
maupun yang diterima dari satelit. Berikut adalah bentuk dari Antena
Hub Bogor yang digunakan PT. Metrasat Bogor dapat dilihat pada
gambar 2.12:
Gambar 2.12 Antena 10 Meter Metrasat Bogor
2.3.2 Ruas Antariksa[13]
Segmen angkasa atau yang disebut juga dengan
spacecraft yaitu komponen sistem komunikasi satelit yang merupakan
satelit itu sendiri. Pada umumnya istilah satelit dalam bidang
telekomunikasi lebih mengacu pada satelit buatan yang merupakan
benda antariksa buatan manusia yang menunjang fungsi komunikasi di
bumi dengan daerah cakupan yang luas. Satelit berfungsi sebagai
10 13101001
stasiun relay yang menerima, memproses dan memancarkan kembali
sinyal komunikasi radio.
Payload menjalankan fungsi utama dari satelit, misalnya
fungsikomunikasi pada satelit telekomunikasi, pencitraan bumi pada
satelit, dan fotografi resolusi tinggi untuk keperluan eksplorasi sumber
daya alam. Payload dari satelit komunikasi terdiri dari Antena yang
berfungsi untuk menerimadan mentransmisikan sinyal, dan
transponder untuk menguatkan dan menggeser frekuensi dari sinyal.
Spacecraft bus mendukung fungsi payload dengan melakukan kontrol
terhadap orbit dan tingkah laku satelit yang diperlukan, daya listrik,
suhu, mekanik, dan komunikasi data dua arah ke stasiunbumi.
Subsistem 10Antena tingkah laku menjalankan fungsi control
terhadap tingkah laku satelit pada orbitnya dengan batasan tertentu.
Subsistem ini terdiri dari sensor untuk penentuan orbit dan Antena
seperti jet chuster dan alat penyimpan momentum sudut untuk
menjalankan torsi untuk mengoreksi posisinya. Torsi pengganggu
tingkah laku satelit dapat berasal dari tekanan matahari, perbedaan
gravitasi benda antariksa, dan ketidaktepatan thruster dalam
memberikan torsi yang diperlukan.
Subsistem propulsi meletakkan satelit pada orbitnya yang
dikehendaki dan menjaga parameter orbit pada batasan yang
diperlukan. Gangguan yang akan mempengaruhi orbit dari satelit
dapat berasal dari gaya gravitasi matahari dan bulan, serta eliptisitas
dari bumi sendiri. Subsistem elektrik memberikan daya selama satelit
menjalankan fungsinya. Daya listrik utama dihasilkan dari konversi
cahaya matahari dengan menggunakan sel surya.Selama periode
gerhana, daya listrik diberikan oleh baterai.Power control electronics
berfungsi mengontrol tegangan pada bus. Subsistem Antena suhu
menjaga thruster satelit tetap pada daerah optimalnya dengan
menggunakan kombinasi dari surface coating, insulation, dan alat
pengendali panas aktif. Pada satelit komunikasi, fungsi utama dari
subsistem ini adalah menjaga Temperatur baterai untuk mencegah
bahan bakar hydrazine agar tidak membeku. Fungsi lainnya adalah
untuk membuang panas yang dihasilkan oleh travelling wave tube
(TWT). Subsistem Struktural memberikan antarmuka satelit dengan
peluncurnya, menyediakan dukungan mekanik pada semua subsistem
satelit, menyokong beban peluncuran, dan mengatur susunan dari tiap
perlengkapan satelit jika diperlukan, seperti antena dan jet thrusters.
13101001 11
2.4 Orbit Satelit[14]
Orbit satelit merupakan konsep dari astronomi kuno yang
masih dugunakan dengan bentuk yang bundar disusun dengan radius
tak terbatas dan garis equatornya berhubungan dengan garis
katulistiwa pada bumi. Berikut adalah penjelasan orbit
Gambar 2.13 Orbit Satelit[14]
2.4.1 Geaostationary Earth Orbit (GEO)
Orbit geostationary adalah orbit sinkron yang paling banyak
digunakan. Periode rotasi bumi pada sumbunya adalah 23 jam dan 56
menit, dan sebuah satelit dalam orbit geostationary yang bergerak
menurut arah yang sama seperti rotasi bumi, akan menyelesaikan satu
revolusi (putaran) pada sumbu bumi dalam waktu yang sama. Karena
itu bagi bagi seorang pengamat dibumi satelit akan tampak diam
(stationer). Untuk mengikuti jejak sebuah satelit geostationer adalah
relatif mudah, dan satelit terusmenerus tampak dari dalam daerah
pelayanannya dibumi. Keuntungan lain dari orbit geostationary ialah
bahwa pergeseran Doppler dari frekuensi dapat diabaikan saja.
Pergeseran Doppler pada frekuensi terjadi bila ada gerakan relatif
antara sumber dan penerima. Jika v adalah kecepatan relatif antara
sumber dan penerima, dan f frekuensi yang dipancarkan, maka
frekuensi yang diterima kira-kira diberikan oleh:
Kecepatan ideal v dari satelit geostationer relatif terhadap
bumi seharusnyaadalah nol, meskipun dalam praktek ada saja terjadi
flukstuasi-fluktuasi kecil.Ketinggian yang diperlukan untuk orbit
geostatiner dapat diturunkan dari dinamika gerak.
12 13101001
Pada orbit geostationer area layanan satelit (footprint)
mencakup hampir 1/3 permukaan bumi. Dari sekitar 75 derajat ke
arah lintang selatan dan kira-kira 75 derajat ke arah lintang
utara.Dengan demikian daerah cakupan mendekati global dapat
dicapai dengan menempatkan minimum tiga orbit satelit.Kekurangan
atau kelemahan sistem satelit geostasioner bila digunakan untuk
komunikasi suara adalah tunda perjalanan (round trip delay) yang
besarnya kira-kira 250 m detik.Dimana waktu tunda komunikasi suara
tidak diperbolehkan melebihi 250 m detik. Disamping area layanan
yang dicakup cukup luas orbit geostationer menggunkan High
Bandwitdh. Dengan menggunakan Ka-Band (20-30 GHz) sebuah
satelit akan dapat menghantarkan suatu data dengan kecepatan dalam
hitungan gigabit per detiknya. Selain itu GEO juga mempunyai
karakteristik jaringan Simple network topology. Dibandingkan dengan
jaringan interkoneksi terestrial, satelit GEO mempunyai jaringan yang
lebih sederhana dan dengan jaringan yang sederhana ini akan
mempermudah perawatannya
2.4.2 Low Earth Orbit ( LEO)
Satelit pada orbit ini merupakan satelit yang mempunyai
ketinggian 10000 Km dengan aplikasi dan jenis yang sama seperti
orbit LEO. Namun Jarak yang cukup jauh, jumlah satelit leo tidak
sebanyak pada orbit leo. Pada jenis orbit LEO mempunyai
kemampuan untuk menahan tarikan atmosfir (atmospheric drag ),
selama cukup dibawah sabuk VanAllen pertama. Ketinggian orbit
LEO berkisar antara 750 sampai 1500 km. Keuntungan yang paling
potensial dari LEO dibandingkan dengan GEO antara pengurangan
daya satelit yang dibutuhkan, ukuran antena, waktu propagasi
terkecil, kemampuan efek Doppler untuk posisi yang telah
ditentukan, kemampuan untuk mengembangkan sistem secara
inkremental dan konstelasi yang dibangun orbit LEO. Dua pendukung
utama dari konstelasi LEO yang kecil didesain untuk pesan data
wordwide dan penentuan posisi adalah STARSYS Global Positioning
Inc.of Lanham, MD dan ORBCOMM, yang merupakan cabang dari
Orbital Sciences Corp. Orbit LEO yang merupakan orbit eliptis atau
lingkaran satelit mempunyai ketinggian kurang dari 2.000 km di atas
permukaan bumi. Periode orbit pada ketinggian ini bervariasi antara
sembilan puluh menit hingga dua jam. Radius cakupan lintasan satelit
komunikasi LEO berkisar dari 3.000 hingga 4.000 km. Durasi waktu
13101001 13
maksimum satelit orbit LEO saat berada di atas horison lokal -istilah
yang sering digunakan dalam komunikasi satelit untuk menyatakan
keadaan satelit dapat diamati dari ruas Bumipengamat di bumi adalah
sampai 20 menit. Bila suatu sistem komunikasi global menggunakan
jenis orbit LEO ini maka dibutuhkan satelit dengan jumlah banyak,
dan dengan inklinasi yang berbeda-beda. Ketika sebuah satelit
memberikan suatu layanan ke seorang pelanggan yang sedang
bergerak di bawah horison lokal, satelit tersebut harus mampu
melakukan hand over untuk menjaga keberlangsungan layanan baik
pada orbitnya sendiri maupun ke orbit tetangga.
2.4.3 Medium Earth Orbit ( MEO )
Medium Earth Orbit mempunyai cakupan area dari 10000
km sampai 20.000 km. Konstelasi satelit menyediakan untuk
pelayanan satelit secara mobile yang menggunakan 12 satelit pada
ketinggian 10335 km (5600nmi) dengan periode revolusi 5.984 h.
Tiap-tiap satelit mengitari bumi 4 kali perrotasi bumi. Empat satelit
tersebut menempati kemiringan 550 .Orbit pada ketinggian paling
tinggi telah digunakan untuk aplikasi navigasi. ICO adalah orbit
berbentuk lingkaran pada ketinggian sekitar 10.000 km di atas
permukaan Bumi. Periodenya sekitar 6 jam.Durasi waktu maksimum
satelit di atas horison lokal pengamat di bumi dalam orde beberapa
jam.Untuk digunakan sebagai suatu sistem komunikasi global, tipe
orbit ini membutuhkan satelit dengan jumlah paling sedikit yaitu 2
sampai 3 ruang orbit.Hal ini dilakukan supaya diperoleh cakupan
yang global. ICO adalah orbit berbentuk lingkaran pada ketinggian
sekitar 10.000 km diatas permukaan bumi. Periodenya sekitar 6 jam,
durasi waktu maksimum satelit diatas horison lokal pengamat di bumi
dalam orde beberapa jam. Untuk digunakan sebagai suatu sistem
komunikasi global,tipe orbit ini membutuhkan sateli dengan jumlah
paling ORBIT SATELIT sedikit yaitu 2 sampai 3 ruang orbit. Hal ini
dilakukan supaya diperoleh cakupan yang global Satelit ICO
dioperasikan dengan cara yang hampir sama dengan sistem satelit
LEO. Bila dibandingkan dengan sistem LEO, hand over yang
digunakan lebih sedikit. Akan tetapi tunda propagasi dan rugi - rugi
ruang bebas (Loss free space) nya lebih besar. .Satelit ICO
dioperasikan dengan cara yangb hampir sama dengan sistem satelit
LEO. Bila dibandingkan dengan sistem LEO, hand over yang
digunakan lebih sedikit. Akan tetapi tunda propagasi dan rugi-rugi
14 13101001
ruang bebas (Loss free space) nya lebih besar. Contoh sitem ICO
adalah Inmarsat-P dan Odyssey.Inmarsat-P menggunakan satelit
berjumlah 10+2 satelit dalam 2 ruang inklinasi. Berada pada
ketinggian 10.355 km. Dan satelit Odyssey berjumlah 12+3 satelit
dalam 3 ruang inklinasi, juga berada pada ketinggian 10.355 km.
2.5 Alokasi Frekuensi[15]
Sistem komunikasi satelit pada umumnya menggunakan
Spektrum frekuensi gelombang mikro, yaitu pada frekuensi diatas 1
GHz. Dalam satu transponder satelit komunikasi memiliki lebar
bandwidth sebesar 40 Mhz, akan tetapi dalam aplikasinya hanya
dipakai 36 Mhz saja, karena 2 Mhz di sisi kiri dan kanan dari
spectrum lebar bidang frekuensi transponder merupakan frekuensi
gap (guard band frequency) yang di maksudkan untuk pengamanan
agar tidak terjadi interferensi antara transponder. Berikut adalah tabel
alokasi frekuensi pada 14ntenn komunikasi satelit:
Tabel 2.1 Alokasi Band Frekuensi Satelit
Rentang Frekuensi (GHz) Band Frekuensi
0.1 – 0.3 VHF
0.3 – 1.0 UHF
1.0 – 2.0 L
2.0 – 4.0 S
4.0 – 8.0 C
3.4 – 6.7 Extended C
8.0 – 12.0 X
12.0 – 18.0 Ku
18.0 – 27.0 K
27.0 – 40.0 Ka
40.0 – 75.0 V
75 – 110 W
110 – 300 Mm
13101001 15
300 – 3000
2.6 Satellite Link Budget[16]
Satellite link budget adalah suatu metode pendekatan dalam
perencanaanpengoperasian secara link komunikasi menggunakan
satelit. Dengan menghitung setiap besaran parameter yang terdapat
didalamnya, diharapkan akan diperoleh link satelit yang optimum dan
efisien. Tujuan dari perhitungan link budget ini di antaranya untuk
mengetahui konsumsi power transponder, kebutuhan power HPA, dan
kapasitas transponder. Terdapat tiga parameter penting yang harus
diperhitungkan untuk membuat link budget satelit. Tiga parameter
tersebut yang harus diperhitungkan adalah:
1. Parameter Satelit
2. Parameter Stasiun Bumi
3. Parameter Jalur Propagasi.
2.6.1 Parameter Satelit
Parameter satelit adalah komponen yang terdapat dalam
satelit yang berfungsi untuk proses komunikasi, terdiri dari :
A. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya
pancar suatu antena, sehingga parameter ini merupakan hasil kali dari
daya yang dipancarkan oleh antena dengan penguatan antena tersebut.
Tanpa melihat pada jenis antena yang digunakan, kita dapat
menganggap bahwa suatu sinyal berasal dari sumber yang isotropis
(memiliki arah pancaran ke segala jurusan). EIRP yang digunakan
pada komunikasi Uplink adalah EIRP operasi satelit, yang nilainya
diperoleh dari :
EIRP = Output daya HPA (dBm) – Loss Feeder (dB) + Gain Antena
(dBi).................................................................................(2.1)
Dan untuk EIRP Downlink menggunakan rumus 2.2:
EIRP = P out HPA (dBW) + G antena (dB) – loss IFL...................(2.2)
B. Permanent Attenuator Density (PAD)
PAD adalah suatu komponen yang ada pada setiap
transponder yang berfungsi untuk mengatur Saturated Flux Density
(SFD) transponder. Dengan meningkatkan SFD transponder berarti
Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) yang dipancarkan oleh
16 13101001
stasiun bumi dapat diperbesar, sehingga dapat meningkatkan kualitas
transmisi. Besar PAD ini nilainya bervariasi yaitu 0, 3, 5, 6, dan 9 dB.
Dan pada skirpsi ini menggunakan PAD sebesar 0.
C. Saturated Flux Density (SFD)
SFD adalah batas maksimal flux jenuh yang dapat diterima
oleh satelit sehingga menghasilkan daya keluaran maksimum.Dalam
sistem komunikasi satelit, besar SFD yang digunakan adalah hasil
pengukuran yang dilakukan pada saat satelit berada diorbitnya.
Semakin kecil nilai SFD, maka nilai C/N yang diperoleh akan semakin
kecil pula.
D. Figure of Merit (G/T)
G/T adalah perbandingan antara penguatan penerimaan
antena dengan temperatur derau sistem penerima yang menunjukkan
unjuk kerja sistem penerima dalam kaitannya dengan sensitivitas
penerima sinyal.Semakin besar penguatan antena, semakin besar pula
nilai G/T nya. Demikian pula halnya jika temperatur derau antena
semakin rendah, maka semakin besar pula nilai G/T nya. Berikut
rumus untuk menghitung G/T:
G/T = GRx – 10 log Tsys (dB/o/K)...............................(2.3)
E. Forward Error Correction (FEC)
FEC digunakan pada transmisi digital untuk memperbaiki
kesalahan dan mengoptimalkan kapasitas transponder, karena
penerima akan mendeteksi kesalahan dan mengoreksi kesalahan
tersebut tanpa membutuhkan transmisi ulang. Atau metode pengoreksi
kesalahan dengan cara menambahkan bit data pada sistem redudansi di
sisi pemancar, FEC ini diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan
daya dan lebar pita satelit.
F. Input Back Off (IBO) dan Output Back Off (OBO)
IBO (Input Back Off) dan OBO (Output Back Off)
menunjukan penempatan titik kerja di bawah titik saturasi, yang masih
berada pada kelinieran daerah kerja dari penguat transponder satelit.
2.6.2 Parameter Statiun Bumi
Komponen stasiun bumi merupakan komponen yang dimiliki
oleh stasium bumi. Komponen ini mempunyai beberapa parameter
yang terdiri dari :
13101001 17
A. Parameter pembawa
Untuk mengetahui besarnya rate transmisi dan bandwitdh yang
digunakan harus ditentukan:
Information Rate (IR) [Kbps]
Jumlah bit/simbol (Q) [m]
FEC code rate [FEC]
Eb/No [dB]
Dari parameter-parameter di atas, dapat dihitung besarnya
transmission ratedengan menggunakan persamaan 2.3 berikut:
............................................................(2.4)
dengan :
Tr = Laju transmisi (Kbps)
IR = Laju informasi (Kbps)
FEC = Forward Error Correction
Besarnya bandwidth yang dipakai dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.4 berikut:
( )
......................................................(2.5)
B = Bandwidth (KHz)
n = indeks modulasi; n = 1 (BPSK), 2 (QPSK), 3 (8PSK), 4 (16QAM)
α =Suatu ketetapan (roll of factor), dengan nilai = 0,2C
(BWoccupied); 0,4 (BW allocated)
FEC = Forward Error Correction
B. Perhitungan lintasan ke atas (Uplink)[17]
Sinyal yang dikirimkan ke satelit harus berkualitas
baik.Kualitas sinyal yang dipancarkan ke atas tersebut berdasarkan
perhitungan dari parameter-parameter yang terdapat pada stasiun
pengirim. Perhitungan untuk lintasan ke atas:
1. GTxmax, menyatakan besarnya penguatan suatu antena pemancar secara
maksimal, dapat dihitung dengan persamaan 2.5 berikut :
GTmax20,410log20logfUGHz20logDm………………(2.6)
H = Efisiensi antena
fU = Frekuensi uplink (GHz)
D = Diameter antena pemancar (m)
Sedangkan untuk gain antena ideal dapat dihitung dengan persamaan
2.6 berikut:
18 13101001
................................................(2.7)
dengan :
G1= Gain antena ideal untuk luasan 1m2 (dB)
= Panjang gelombang (m)
2. RU adalah jarak uplink antara stasiun bumi dengan satelit, dapat
dihitung dengan persamaan 2.7 berikut :
RU42643,7 √10,296cos L cosL…....................…...(2.8)
Dengan:
RU = Jarak uplink antara stasiun bumi dengan satelit (Km)
L = Koordinat lintang selatan antena pemancar (Latitude) (0LS)
∆L =Selisih antara koordinat satelit GSO dengan antena
pemancar (0BT)
3. LU adalah rugi-rugi lintas ke atas, dapat dihitung dengan persamaan
2.8 berikut :
LU LFSU LAU LTULHU………...……............…...(2.9)
dengan :
LU = Rugi-rugi lintas ke atas (dB)
LFSU = Rugi ruang hampa lintas ke atas (dB)
LAU = Rugi atmosfer (dB)
LTU = Rugi pointing (dB)
LHU = Rugi hujan (dB)
Sedangkan nilai LFSU dapat dihitung dengan persamaan 2.9berikut :
LFSU92,4420log fUGhz20log RUkm…...........….…..(2.10)
4. EIRPSB, yaitu besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar stasiun
bumi, dapat dihitung dengan persamaan 2.10 berikut :
EIRPSBGTXmaxLFTXLossCable10logPHPA…...........(2.11)
dengan :
EIRPSB = Kekuatan daya pancar stasiun bumi (dBW)
LFTX = Rugi rugi feeder (dB)
PHPA = Daya HPA (Watt)
13101001 19
5. Power Flux Density (PFD) adalah daya dari flux jenuh yang diterima
satelit, dengan menggunakan persamaan 2.11berikut :
PFD EIRPSB – Spreading Loss – Rain Attup – Atmosfer Attup….......…..(2.12)
PFD = Daya flux jenuh satelit (dBW/m2)
Dan Apabila daya carrier dipancarkan dengan sama ke
segala arah, maka daya ini akan terdistribusi secara uniform dalam
bentuk bola denganantena sebagai pusat.
6. IBOCXR per carrier, dapat dinyatakan dengan persamaan 2.12 berikut:
IBOCXR SFD PAD PFD……...........……..……(2.13)
dengan :
IBOCXR = Input Back Off per carrier (dB)
SFD = Saturated Flux Density (dBW/m2)
PAD = Permanent Attenuator Density (dB)
C. Perhitungan Lintasan Ke Bawah (Downlink)
Kekuatan daya pancar stasiun bumi (dBW) kualitas sinyal
pada lintasan ke bawah tergantung pada kuat sinyal yang dapat
ditransmisikan kembali dari satelit ke bumi, dan keadaan stasiun bumi
penerimanya.
Perhitungan untuk lintasan ke bawah :
1. GRxmax, menyatakan besarnya penguatan antena penerima suatu
stasiun bumi, dapat dihitung dengan persamaan 2.13 berikut :
Gxmax logղ (πDf/c)2….................……..…(2.14)
GRxmax= Penguatan antena penerima maksimum (dB)
fD = Frekuensi downlink (GHz)
D= Diameter antena penerima (m)
2. RD adalah jarak downlink antara satelit dengan stasiun penerima,
dapat dihitung dengan persamaan 2.14 berikut :
RD42643,7 10,296cos L cosL…......….........(2.14)
Dengan:
RD = Jarak downlink antara satelit denganstasiun penerima(KM)
L = Koordinat lintang selatan antena penerima (Latitude) (0LS)
∆L = Selisih antara koordinat satelit GSO dengan aAntena
penerima (0BT)
3. Redaman Ruang Bebas, dapat dihitung dengan persamaan
2.15 berikut :
LFS (dB) = 92,45 + 20 log fup/down + 20 log dup/down…......……(2.16)
20 13101001
G/TD, adalah besaran yang menyatakan kinerja dari perangkat
penerima stasiun bumi, dapat dihitung dengan persamaan 2.17 berikut:
..........(2.17)
G/TD = Besaran kinerja perangkat stasiun bumi (dB/K)
Lpol = Rugi Polarisasi
LFRx = Rugi feeder (dB)
4. OBOCXR percarrier, dapat dinyatakan dengan persamaan 2.18berikut:
IBOCXR(IBOAGG OBOAGG) ……………………(2.18)
dengan :
OBOCXR = Output Back Off per carrier (dB)
IBOAGG = Input Back Off Aggregate (dB)
OBOAGG = Output Back Off Aggregate (dB)
5. EIRPSLCXR adalah besaran kekuatan daya pancar satelit per carrier
transponder, dapat dinyatakan dengan persamaan 2.19 berikut :
EIRPSLCXR EIRPSLsatOBOCXR…………...........……..(2.19)
dengan :
EIRPSLCXR = Daya daya pancar operasi satelit (dBW)
EIRPSLsat= Kekuatan daya pancar saturasi satelit (dBW)
D. Carrier to Noise Power Ratio (C/N)
Carrier-to-noise power ratio merupakan perbandingan antara
daya sinyal pembawa dengan daya derau yang diterima. Dalam sistem
komunikasi satelit terdapaπt tiga buah jenis C/N, yaitu C/N uplink,
C/N downlink dan C/N total yang dituliskan dalam persamaan seperti
di bawah ini:
C/N = C/No-10*log(BWOcc)......................................(2.20)
Untuk menghitung C/N Uplink Menggunakan rumus:
C/NUP = EIRPSB – FSLUP – PE – LRAIN +G/TSAT –K – B..........(2.21)
Untuk menghitung C/N downlink Menggunkan rumus:
C/NDN = EIRPSAT – FSLDN – PE – LRAIN +G/TES –K – B.....................(2.22)
Dan untuk menghitung C/N Total dengan rumus:
C/NTOTAL = 10log(
)(2.23)
E. Energi per Bit to Noise Density Ratio (Eb/No)
Parameter Eb/No merupakan salah satu parameter yang
menyatakan kemampuan kinerja dari sistem komunikasi digital.
13101001 21
Eb/No akan menentukan besarnya kecepatan kesalahan bit yang
disebut Bit Error Rate (BER). Dapat dilihat di persamaan 2.24:
Eb/No = (C/NTot Dn+Bocc) – (
)..................................................(2.24)
F. Bit Error Rate (BER)
BER adalah perbandingan antara jumlah bit informasi yang
diterima secara tidak benar dengan jumlah bit informasi yang
ditransmisikan pada selang waktu tertentu. Parameter BER ini nilainya
berbeda-beda untuk setiap alat.Hal ini disebabkan kinerja dari setiap
alat berbeda pula.Semakin rendah nilai BER yang dihasilkan oleh
suatu transmisi digital, semakin baik pula kinerja transmisi digital
tersebut.
Nilai BER dapat dicari dengan menggunakan kurva viterbi
seperti terlihat pada gambar 2.14 berikut:
Gambar 2.14 Bit Error Rate
G. Gain Antena
Gain atau penguatan adalah perbandingan antara daya pancar
suatu aAntena terhadap antena refrensinya. Persamaan untuk antena
parabola terdapat pada persamaan Berikut:
(
) (
)
...............................................(2.25)
Atau secara logaritmis dapat ditulis sebagai berikut :
G = 10 log + 20 log (
)............................................(2.26)
Dengan : η = efisiensi antena ≈0.65
D = diameter antena (m)
c = kecepatan cahaya = 3 x 108 (m/s)
f = frekuensi (Hz)
H. Sudut Azimuth dan Elevasi
22 13101001
Elevasi adalah sudut yang terbetuk dari garis horizontal ke
bumi ke atas langit. Sedangkan Azimuth adalah besar sudut antara
Utara magnetis (0°) dengan titik / sasaran yang kita tuju, azimuth juga
sering disebut dengan sudut kompas atau perhitungan searah jarum
jam. Rumus untuk melakukan perhitungan Azimuth adalah:
AC1P = tan -1( ( )
)....................................................(2.27)
Sedangkan rumus untuk menghitung Elevasi adalah:
EC1P = ( ( )
( ( ( )))
)– ( ( ))......(2.28)
I. Perhitungan Slant Range
Perhitungan Slant Range dalam penulisan Skripsi ini
merupakan pengaruh perhitungan jarak antara hub station ke satelit di
setiap titik, hal ini disebabkan oleh pengaruh kelengkungan bumi dan
posisi hub station pada posisi lintang dan bujur yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Rumus untuk menghitung Slant range
adalah :
d2up = (Re + H)2 + Re2 – 2Re (Re + H) cos ϖ...........................(2.29)
J. Antena G/T
Sensitifitas penerimaan (G/T) atau Receiver Figure of Merit adalah
suatu satu cara untuk menentukan performansi sistem penerimaan
dalam komunikasi satelit. Dengan kata lain G/T antena adalah
perbandingan antara gain antena penerima dengan noise temperatur
sistem. Rumus untuk menghitung Antena G/T adalah :
G/T =
............................................................(2.30)
K. Propagation Loss
Propagation Loss adalah akumulasi dari rugi-rugi sepanjang
lintasan dan pointing error yang berumuskan :
Propagation Loss = FSL + RainATT + AtmosferATT + Pointing Error.............(2.31)
2.7 Komponen Jalur Propagasi[18]
Jalur propagasi komunikasi satelit adalah udara bebas dengan
jarak sekitar 36.000 km melewati lapisan atmosfer dan ruang
hampa.Jalur tersebut memiliki berbagai efek redaman yang
13101001 23
mempengaruhi kualitas sinyal yang dikirim ataupun yang diterima.
Jenis-jenis redaman jalur propagasi itu adalah:
- Free Space Loss (redaman ruang bebas)
- Rain Attenuation (redaman hujan)
- Atmosfer Attenuation (redaman atmosfer)
- Pointing Loss
Redaman propagasi terjadi akibat penggunaan media
transmisi berupa udara (atmosfer) dan melalui ruang hampa (diluar
angkasa). Redaman yang terjadi dapat menyebabkan menurunnya
kekuatan dan kualitas sinyal sehingga terkadang sinyal yang
dikirimkan ataupun yang diterima akan berada dibawah batas yang
telah ditetapkan. Redaman propagasi tersebut terdiri atas:
1. Redaman Ruang Bebas (Free Space Loss)
Redaman ruang bebas muncul akibat perambatan sinyal dari
pemancar ke penerima melalui ruang hampa pada komunikasi
satelit.Besarnya FSL tergantung dari jarak satelit terhadap stasiun bumi
dan terhadap besarnya frekuensi yang digunakan.Besarnya nilai FSL
berkisar ~ 196 – 200 dB.
1. Redaman Hujan (Rain Attenuation)
Redaman hujan mengakibatkan penurunan daya terima dan
menaikkan temperatur derau dari sistem penerima.Perhitungan
redaman hujan dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan, curah
hujan, dan jarak lintasan propagasi yang melalui hujan.Redaman
hujan pada link satelit merupakan fungsi dari frekuensi dan elevasi
stasiun bumi. Besarnya redaman hujan (rain attenuation) berkisar ~
0,5 – 5 dB.
3. Redaman Atmosfer (Atmosfer Attenuation)
Gelombang elektromagnetik akan mengalami redaman dan
degradasi daya pada saat melewati atmosfer bumi yang disebabkan
oleh penyerapan dan penghamburan oleh partikel-partikel atmosfer
bumi. Redaman akan semakin besar apabila frekuensi pembawa
diperbesar hingga panjang gelombangnya mendekati ukuran partikel.
4. Pointing Loss
Pointing error pada stasiun bumi merupakan sudut antara
sumbu sorotanutama (main beam) antena dengan arah satelit yang
sebenarnya.Pointing error ini dapat menyebabkan adanya pointing
loss sehingga gain antena ke arah satelit berkurang. Semakin besar
pointing error maka gain antena juga semakin berkurang. Pointing
24 13101001
error dipengaruhi oleh diameter antena dan besarnya. Rumus untuk
menghitung Antena Pointing Loss adalah:
PE = 12 (ø/ ø3)2.....................................................................................(2.32)
2.9 Teknik Modulasi[19]
Modulasi merupakan perubahan parameter dari sinyal carier
menjadi sinyal informasi. Pada transmisi sinyal informasi digital
modulator merupakan pengubah informasi menjadi suatu gelombang
(sinyal) analog. Tujuan diberikannya modulator adalah untuk
mempermudah pengiriman informasi. Sistem modulasi digital
memiliki 3 teknik modulasi yang paling mendasar yaitu: modulasi
digital dengan mengubah amplitudo sinyal pembawa disebut
Amplitudo Shift Keying (ASK),modulasi digital dengan mengubah
frekuensi sinyal pembawa yaitu Frekuensi Shift Keying (FSK),dan
modulasi digital dengan mengubah phasa sinyal pembawa yang
disebut dengan Phase Shift Keying (PSK). Penjelasan teknik modulasi
dapat dilihat pada Gambar 2.15:
Gambar 2.15 Penjelasan Teknik Modulasi[19]
2.9.1 BPSK (Binary Phase Shift Keying)
Pada modulasi BPSK, sinyal pembawa merepresentasikan
dua keadaan fasa yang dinyatakan sebagai dua simbol. Satu simbol
BPSK terdiri dari satu satu bit yaitu bit “0” atau bit “1”. Setiap satu
bit akan mengalami perubahan fasa sebesar 1800, sedangkan
kecepatan bit informasinya sama dengan kecepatan simbolnya. Pada
modulasi BPSK, m = jumlah bit di tiap simbol = 1 dan M = jumlah
simbol = 2m = 2 sehingga bandwidth yang dibutuhkan untuk
perubahan fasa setiap detik adalah :
BW BPSK = Rt (1+ a )...............................................(2.33)
13101001 25
Dengan
a = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja sebuah modulator
Rt = kecepatan transmisi (bit/sec)
Sedangkan probability of bit error (BER) pada modulasi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
( ) (√
)....................................................(2.34)
2.9.2 QPSK (Quadrature Phase Shift Keying)
Pada modulasi QPSK,sinyal pembawa merepresentasikan
empat keadaan fasa yang dinyatakan sebagai empat simbol. Satu
simbol QPSK terdiri dari dua bit yaitu bit “00”,”01”,”10” atau bit
“11”. Setiap dua bit akan mengalami perubahan fasa sebesar 900,
sedangkan kecepatan bit informasinya sebesar dua kali kecepatan
simbolnya. Pada modulasi QPSK, besarnya m = jumlah bit di tiap
simbol = 2 dan M = jumlah simbol = 2m = 4 sehingga bandwidth yang
dibutuhkan untuk perubahan fasa setiap detik adalah :
( ) (√
).........................................................(2.35)
2.9.3 8 PSK (Eight State Phase Shift Keying)
Pada modulasi 8PSK, sinyal pembawa merepresentasikan
delapan keadaan fasa yang dinyatakan sebagai delapan simbol. Satu
simbol 8PSK terdiri dari tiga bit yaitu bit “000”, ”001”, ”010”, “011”,
”100”, ”101”, ”110”, atau ”111”. Setiap tiga bit akan mengalami
perubahan fasa sebesar 450, sedangkan kecepatan bit informasinya
sebesar tiga kali kecepatan simbolnya. Pada modulasi 8PSK, besarnya
m = jumlah bit di tiap simbol = 3 dan M = jumlah simbol = 2m = 8
sehingga bandwidth yang dibutuhkan untuk perubahan fasa setiap
detik adalah :
( )..................................................(2.36)
Sedangkan probability of bit error (BER) pada modulasi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
( )
( ⁄ √
).............................................(2.37)
26 13101001
2.9.4 MQAM
Untuk mengatasi kebutuhan modulasi tinggi digunakan
modulasi MQAM, yang memiliki keterkaitan dengan perbedaan phasa
dan amplituda. MQAM mempunyai persamaan bandwidth yang mirip
dengan MPSK:
( ).....................................................(2.38)
Perbedaan efisiensi bandwidth untuk masing-masing modulasi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan bandwidht tiap modulasi
Modulation
Format
Bandwidth (BW) Bandwidth
Efficiency
BPSK Rt (1+ a ) 1 bits/second/Hz
QPSK
( )
2 bits/second/Hz
8PSK
( )
3 bits/second/Hz
16QAM
( )
4 bits/second/Hz
13101001 27