BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d....

18
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur 2.1.1 Definisi Tidur Tidur adalah keadaan dimana kesadaran akan menghilang secara normal, sehingga seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri maupun keadaan sekitar. Saat tidur aktivitas korteks otak akan berkurang yang mengakibatkan kita tidak dapat merespon stimuli dari luar layaknya pada saat kita terjaga (Fredholm, 2011). Tidur juga merupakan aktivitas susunan saraf pusat yang berperan sebagai lonceng biologik (Biologic clock).Segala mahluk memperlihatkan irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi dari bola dunia.Bukan hanya manusia, binatang dan tanaman juga mempunyai irama kehidupan dalam siklus 24 jam, sebulan, tiga bulan atau setahun.Irama yang seirama dengan rotasi bola dunia dinamakan irama sikardian (Priguna, 2009). Gambar 2.1 Pola EEG selama berbagai jenis tidur a. Grafik pertama, tidur gelombang lambat, b. Grafik kedua tidur paradoks c. Grafik ketiga saat terjaga, mata terbuka (Lauralee, 2016)

Transcript of BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d....

Page 1: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Definisi Tidur

Tidur adalah keadaan dimana kesadaran akan menghilang secara normal, sehingga

seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri maupun keadaan sekitar. Saat tidur

aktivitas korteks otak akan berkurang yang mengakibatkan kita tidak dapat merespon

stimuli dari luar layaknya pada saat kita terjaga (Fredholm, 2011).

Tidur juga merupakan aktivitas susunan saraf pusat yang berperan sebagai

lonceng biologik (Biologic clock).Segala mahluk memperlihatkan irama kehidupan

yang sesuai dengan masa rotasi dari bola dunia.Bukan hanya manusia, binatang dan

tanaman juga mempunyai irama kehidupan dalam siklus 24 jam, sebulan, tiga bulan

atau setahun.Irama yang seirama dengan rotasi bola dunia dinamakan irama sikardian

(Priguna, 2009).

Gambar 2.1 Pola EEG selama berbagai jenis tidur

a. Grafik pertama, tidur gelombang lambat,

b. Grafik kedua tidur paradoks

c. Grafik ketiga saat terjaga, mata terbuka

(Lauralee, 2016)

Page 2: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

5

2.1.2 Patofisiologi Tidur

Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses de-aktivasi susunan saraf

pusat. Jadi, seseorang yang tertidur itu bukan karena susunan saraf sarafnya tidak

aktif, melainkan giat dalam mengadakan sinkronisasi terhadap neuron-neuron

substansia retikularis dari batang otak.Bagian susunan saraf pusat yang berfungsi

untuk mengadakan sinkronisasi kegiatan neuronal ialah substansia retikularis

ventrilaris medula oblongata dan dinamakan pusat tidur (Priguna, 2009).

Tidur adalah suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat

aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur.Selama tahap-tahap trtentu

tidur, penyerapan 02 oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal sewaktu

terjaga (Lauralee, 2016).

Terdapat dua jenis tidur, yang ditandai dengan pola EEG yang berbeda dan

perilaku yang berlainan yaitu non-rapid eye movement (Non-REM) dan rapid eye

movement (REM) (Lauralee, 2016).

2.1.2.1 Non-Rapid Eye Movement(Non-REM)

Pada Non-REM terjadi empat tahap tidur yang masing-masing tahapnya

memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitudo yang

besar (Gambar 1). Pada permulaan tidur, seseorang berpindah dari tidur ringan

tahap 1 menjadi tidur dalam stadium 4 dalam waktu 30 hingga 45 menit (Lauralee,

2016).

a. Tahap 1

Pada tahap ini adalah tahap transisi dari kondisi sadar menjadi kabur dengan

ditandai seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak

Page 3: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

6

mata menutup dan kedua bola mata bergerak ke kana-kiri.EEG dari tahap ini

memperlihatkan penurunan voltasi dengan adanya gelombang-gelombang alfa

yang makin menurun frekuensinya (Priguna, 2009).

b. Tahap 2

Keadaan tidur masuk ke tahap kedua apabila timbul sekelompok gelombanag

yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik pada aktifitas dasar yang berfrekuensi 3-6

siklus/detik.Gelombang-gelombang ini dikenal sebagai Sleep Spindles.Pada

tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh

menurun dan tonus otot perlahan-lahan berkurang (Priguna, 2009).

c. Tahap 3

Tahap ini, EEG memperlihatkan perubahan gelombang dasar berfrekuensi 3-6

siklus/detik menjadi 1-2 siklus/detik, yang sesekali terseling oleh timbulnya

Sleep Spindles(Priguna, 2009).

d. Tahap 4

Pada tahap ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang lambat yang

berfrekuensi 1-2 siklus/detik tanpa munculnya Sleep Spindles(Priguna, 2009).

Keadaan fisik pada tahap ketiga dan keempat adalah lemah lunglai, karena tonus otot

lenyap secara menyeluruh (Priguna, 2009).

Pada tahap 3 dan 4 juga seringkali di kombinasikan karena sulit untuk membedakan

antar satu dengan yang lain. Kedua tahap ini disebut dengan tidur delta, deep sleep atau

slow-wave sleep(Lee-chiong, 2006).

2.1.2.2 Rapid Eye Movement

Page 4: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

7

Pada akhir tiap-tiap tahap tidur Non-REM, terdapat episode tidur REM selama

10 hingga 15 menit.Pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam

keadaan terjag, meskipun anda masih tidur lelap (Gambar 2.1) (Lauralee, 2016).

Menurut Lee-chiong (2006) terdapat 2 jenis fase REM yaitu

a. Tonic

Pada REM fase ini terjadi parlisis di hampir seluruh otot, kecuali otot jantung,

otot pernafasan dan otot spinter di sistem pencernaan (Lee-chiong, 2006).

b.Phasic

Pada REM fase phasic mempunyai karekteristik gerakan bola mata yang cepat

dan terkadang terjadi peningkatan aktivitas EMG (Lee-chiog, 2006). Pada

faseini detak jangtung, pola pernafasan dan juga tekana darah menjadi irregular

(Fredholm, 2011).

Setelah episode REM selesai, tahap-tahap Non-REM kembali berulang.Seseorang

secara bergantian mengalami kedua jenis pola tidur sepanjang malam (Lauralee, 2016).

Dalam siklus tidur normal, seseorang selalu melewati tahap Non-REM sebelum

masuk tahap REM. Secara rerata, tidur REM menempati 20% waktu tidur total pada masa

remaja dan sebagian besar pada masa dewasa (Lauralee, 2016).

Page 5: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

8

TABEL 2.1 Perbandingan Non-REM dan REM(Lauralee, 2016).

JENIS TIDUR

Karakteristik Non-REM REM

EEG Memperlihatkan gelombang-gelombang Serupa dengan EEG pada orang yang

lambat sadar penuh

Aktivitas Tonus otot cukup; sering bergerak Inhibisi mendadak tonus otot ; tidak ada

motorik gerakan

Kecepatan jantung, Penurunan ringan Ireguler

kecepatan pernapasan,

tekanan darah

Bermimpi Jarang (aktivitas mental adalah Sering

kelanjutan dari pikiran-pikiran

sewaktu terjaga)

Kebangkitan Mudah dibangunkan Lebih sulit dibangunkan tetapi cenderung

bangun sendiri

Presentase waktu 80% 20%

tidur

Karekteristik penting Memiliki empat tahap; yang Gerakan mata cepat

lain bersangkutan harus melewati

tidur jenis ini dulu

2.1.3 Regulasi Tidur

2.1.3.1 Mekanisme bangun

Perbedaan dasar antara bangun dan tidur adalah aktivitas yang terjadi dalam

korteks. Aktivitas korteks dipengaruhi oleh banyak neurotransmmiter yang di

releaseoleh beberapa kelompok sel yang berada di batang otak maupun

hipotalamus. Pada saat bangun, aktivitas kelompok sel tersebut tinggi sehingga

release neurotransmitter akan meningkat dan berujung padaa meningkatnya

aktifitas korteks. Kelompok sel ini disebut waking-maintaining cell grups dan

sistem ini dinamakan acending reticular activating system (ARAS) (Fredholm,

2011).

Page 6: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

9

ARAS terdiri dari 2 jalur utama, jalur pertama adalah jalur yang menginervasi

thalamus, sedangkan jalur kedua akan melewati hypothalamus, basalforebrain,

lalu ke korteks (Boutre & Koob, 2004).

Jalur pertama ARAS akan mengaktivasi relayneuron dan reticular nuclei di

thalamus. Aktivasi reticular nucleisangat penting karena reticular nuclei

mempunyai fungsi sebagai pintu gerbang yang dapat memblok terbentuknya

irama thalamocorticaldan meningkatkan tingkat rangsang juga pada

wakefulness.Jalur ini bersal dari dua struktur kolinergik yaitu penducolopetin dan

laterodorsal tecmental nucleus (PPT/LDT) (Schwartz & Roth, 2008).

Jalur kedua dari ARAS akan melewati hipotalamus lateral (LH), basal

forebrain (BF), lalu ke korteks. Jalur kedua ini mencakup banyak populasi sel

monoaminergik, seperti neuron nonadrenergik di locus coerulus (LC),

serotoninergik di nukleus raphe bagian dorsal median, neuron dopaminergik di

ventral periaquaductal grey matter (vPAG), dan histaminergik di nukleus

tuberomammilari (TMN).Selain itu juga terdapat beberapa tambahan seperti

neuron peptidergik di LH, yang berisi melaninconcentrating hormone (MCH) atau

orexin (ORX), dan nukleus di basal forebrain yang berisi asetilkolin (Ach) dan

GABA (Schwartz & Roth, 2008).

2.1.3.2 Mekanisme tidur

Sejauh ini hanaya satu bagian otak yang diketahui lebih aktif pada saat tidur

daripada saat bangun yakni di daerah preoptik hypothalamus yaitu ventrolateral

preoptiknuclei (VLPO) (Fredholm,2011). Pada saat tidur efferent VLPO yang

berisi neurotransmitter inhibitor seperti GABA dan galanin akan menurunkan

Page 7: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

10

aktifivas neuron yang aktif saat bangun seperti, TMN, vPAG, nucleus raphe, LDT,

PPT, dan LC sehingga aktifitas korter akan menurun(Schwartz & Roth, 2008).

Hubungan timbal-balik saling menginhibisi antara sleep-promoting neuron

VLPO dan nonadrenergik, serotoninergik, dan kolinergik waking-sistem

merupakan sebuah sistem bangun-tidur yang dinamis. Dimana saat bangun VLPO

akan di inhibisi oleh arousal system dan sebaliknya (Schwarz & Roth, 2008).

2.1.3.3 Regulasi siklus bangun-tidur

Terdapat dua hal yang mengatur siklus bangun tidur yaitu irama sikardian dan

regulasi homeostatic (Lee-chiong, 2006).

a. Irama sikardian

Sistem ini berpusat pada kemampuan nukleus suprachiamatik (SCN)

dihipotalamus yaitu kemampuan SNC dalam mempresepsi cahaya dan tingkat

melatonin. Setelah SCN menerima input yaitu cahaya dan tingkat melatonin,

informasi akan disalurkan ke zona supraventricular (SPZ) lalu akan di tindak

lanjuti oleh nukleus di dorsomedial hipotalamus (DMH) seperti

mereleasetirotropin realeasing hormone (TRH) sehingga lateral hipotalamus akan

meningkatkan releasemelanin concentrating hormone (MCH) dan orexin dan

menimbulkan wakefulness (Gambar-2) (Schwartz &roth, 2008).

Page 8: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

11

b. Regulasi homeostatik

Tidur dipahami sebagai kegiatan restoratif, akan tetapi yang apa yang akan di

restorasi belum diketahui secara. Dipercaya bahwa adenosin merupakan mediator

kunci yang berperan dalam regulasi homeostatic (McCarley, 2007).

Regulasi homoestatik dan irama sicardian merupakan dua mekanisme yang

mengatur siklus bangun-tidur. Terdapat perbedaan mendasar diantara keduanya,

pertama adalah mekanismenya seperti yang dijelaskan diatas, selain itu komponen

homeostatik akan terus meningkat sampai pada tidur dilakukan, sedangkan pada

komponen sikardian akan terus bergerak dan membentuk suatu siklus (Gambar

2.3) (fredholm, 2011).

Gambar 2.2 Irama sikardian

Diadaptasi dari Schwartz & Roth, 2008

Page 9: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

12

2.1.4 Peran adenosin dalam tidur

Di sistem saraf pusat (SSP), adenosin bersifat sebagai neuromodulator inhibitor

melalui aktifasi resptor adenosin A1(ADORA1). Ikatan adenosin dengan ADORA1 di

daerah reticular activating system (RAS) yaitu basal forebrain dan nukleus

tuberomamilari (TMN) akan menurunkan aktivitas dan release neurotranmitter pada

daerah tersebut. Hal tersebut menimbulkan sebuah hipotesis bahwa adenosin memicu

tidur melalui inhibisi aktivitas dan release neurotransmitter dari walking-maintaining

cell grups (Fredholm, 2011).

Aktivitas adenosin di basal forebrain dipercaya memegang peran penting dalam

regulasi homeostatik tidur, karena peningkatan release adenosin selalu diiringi dengan

meningkatnya keinginginan untuk tidur (McCarley, 2007). Selama terbangun,

glikogen akan dipecah menjadi adenosin sehingga timbul akumulasi adenosin di basal

forebrain, yang memicu pengisian ulang level glikogen melalui tidur (Schwartz &

Roth, 2008).

2.1.5 Peran melatonin dalam tidur

Gambar 2.3 Model Regulasi Tidur

Diadaptasi dari Fredholm, 2011

Page 10: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

13

Proses melatonin dalam mempengaruhi tidur adalah melalui proses irama

sikardian, dimana melatonin berfungsi sebagai input yang akan diproses oleh

suprachiasmatik nukleus (SNC). Irama sikardian bermula pada rendahnya rangsang

cahaya yang diterima oleh SNC dimana input tersebut akan diproses oleh dorsomedial

hipotalamus yang akan memberikan respon berupa meningkatnya sekresi melatonin

oleh kelenjar pineal dan menyebabkan tingginya tingkat melatonin. Kadar melatonin

yang tinggi akan diterima oleh SNC dan akan diproses oleh DMH yang memberikan

feedback berupa meningkatnya aktivitas VLPO yang berujung pada meningkatnya

sleepiness (gambar 2.2) (Schwartz & Roth, 2008).

Kosentrasi melatonin tubuh umumnya meningkat saat tidur, atau diperkirakan saat

2 jam sebelum waktu tidur dan mencapai kosentrasi puncak pada jam 2-4 dini hari

(Preedy, 2014).

2.1.6 Hal-hal yang mempengaruhi kualitas tidur

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu

1. Status kesehatan

Status kesehatan sesorang baik kondisi kesehatan fisik maupun kesehatan

psikologis sangat mempengaruhi kebutuhan tidurnya (Sujono & Hesti, 2015).

a. Penyakit fisik

Setiap penyakit fisik menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti nyeri,

batuk, sesak napas, jantung berdebar dan lain-lainya dapat juga

menyebabkan masalah tidur dan istrahat (Sujono dan Hesti, 2015).

b. Gangguan psikiatrik

Sebuah gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan

mental sehingga dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan

Page 11: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

14

mood, gangguan psikotik (Hulisz & Duff, 2009), kecemasan, dan depresi

yang akan menyebabkan kebutuhan istirahat dan tidurnya terganggu

(Sujono dan Hesti, 2015).

c. Lingkungan

Lingkungan fisik yang sangat menggangu diantaranya adalah suhu yang

dingin, suara yang berisik, ukuran tempat tidur, tempat tidur yang keras,

posisi tempat tidur, gaduh dan lain-lainnya (Sujono dan Hesti, 2015).

d. Obat-obatan

Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah

mengantuk/tertidur dan ada pula yang sebaliknya sangat menggangu tidur

(Sujono dan Hesti, 2015).

e. Psikososial serius

Keadaan dimana seseorang mempunyai masalah psikososial yang dapat

mengganggu fungsi kesehariannya, baik dalam berhubungan dengan orang

lain maupun terhadap diri sendiri (Hulisz & Duff, 2009).

2.1.7 Manfaat tidur

Tidur yang adekuat kualitas dan kuantitasnya mempunyai banyak manfaat, antara

lain :

1. Pemulihan kognitif

Pemulihan aspek kognitif terjadi pada fase Rapid Eye Movement (REM) dan

tahap empat fase Non-Rapid Eye Movement (Non-REM).Pada fase ini, terjadi

perubahan aliran darah serebral, peningkatan aktifitas kortikal, peningkatan

konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.Proses-proses tersebut dapat

Page 12: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

15

membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.Selama tidur otak

menyaring informasi yang disimpan tentang aktifitas hari tersebut (Sujono dan

Hesti, 2015).

2. Pemulihan fisiologis dan psikologis

Selain memperbaiki proses biologis secara rutin, tidur juga mengembalikan

kenormalan level aktivitas dan keseimbangan normal sistem saraf (Sujono dan

Hesti, 2015).

3. Sintesis protein dan sekresi hormon pertumbuhan

Kedua hal tersebut berguna dalam proses regenerasi sel (Sujono dan Hesti,

2015).

4. Menjaga normalisasi sistem imun

Hal ini terkait dengan adekuatnya produksi sel darah putih selama (Sujono dan

Hesti, 2015).

2.1.8 Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

PSQI yaitu kuisioner untuk mengetahui kualitas tidur sesorang dalam jangka waktu

1 bulan secara subyektif. Terdapat 19 item yang akan dikelompokkan ke dalam 7

komponen skor antara lain : mulai dari kualitas tidur, sleep latency, total waktu tidur,

efisiensi pola tidur, ganguan tidur, penggunaan obat tidur dan kemapuan beraktifitas

saat bangun. Pada hasil akhir dari PSQIakan diketahui apakah seseorang termasuk

dalam kategori yang mempunyai kualitas tidur baik atau buruk.Dalam PSQI dikatakan

kualitas tidur baik bila mendapat skor ≤ 5, dan kualitas tidur jelek bila mendapat skor

> 5.Semakin tinggi skor yang didapatkan sesorang menandakan bahwa orang tersebut

mengalami kualitas tidur terburuk (Buysee & Reynold, 1988).

Page 13: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

16

Secara global, skor PSQI > 5 mempunyai sensitifitas diagnostik sebesar 89,6 %

dan spesifisitas diagnostik sebesar 86,5 % dalam membedakan orang dengan kualitas

tidur baik dan orang dengan kualitas tidur buruk (Buysee & Reynold, 1988).

2.2 Kopi

2.2.1 Definisi kopi

Kopi adalah salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi

biji tanaman kopi. kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan menyebabkan

orang tetap terjaga, sehingga kopi menjadi minuman favorit (Saputra E, 2008).

Kopi terdiri dari dua jenis spesies, yaitu kopi arabika dan robusta (Saputra E,

2008).Dalam secangkir kopi robusta didapatkan sekitar 131-220 mg kafein (Jasvinder,

2011) sedangkan kafein pada kopi arabika tidak lebih dari 1,5% (Saputra E, 2008).

Sistematika tanaman kopi menurut Saputra E ( 2008) :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisi : Mangnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea spp

Page 14: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

17

2.2.2 Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi

Kebiasaan mengkonsumsi kopi didefinisikan sebagai rutinitas mengkonsumsi kopi

dalam setiap hari.Terdapat banyak alasan mengapa kopi begitu digemari salah satu

diantaranya adalah sebagai penghilang rasa ngantuk.(Nakajima, 2010).

Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga banyak dihubungkan dengan berbagai

penyakit, salah satunya meningkatkan insomnia (O’keefe, 2013).

2.2.3 Kafein

Kafein merupakan salah satu zat psikoaktif yang banyak digunakan pada

masyarakat. Banyak sumber kafein yang tersedia seperti kopi, teh, soda, dan

coklat.Kafein meningkatkan sekresi norepinenefrin dan meningkatkan aktivitas saraf

di beberapa daerah otak.Kafein di absorbsi dari saluran cerna, didistribusikan dengan

cepat ke seluruh jaringan dan dengan mudah melintasi sawar plasenta (Goodman &

Gilman, 2008).

Konsumsi kafein secara rutin dapat menyebabkan terjadinya toleransi. Tanda-tanda

dan gejala-gejala dari konsumsi kafein secara berlebihan anatara lain kecemasan,

Struktur Molekul Kafein

Diadaptasi dari Goodman & Gilman 2008

Gambar 2.4

Page 15: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

18

insomnia, wajah memerah, diuresis, gangguan saluran cerna, kejang otot, takikardia,

aritmia, peningkatan energi, dan agitasi psikomotor (Sukandar dkk, 2008).

2.2.3.1 Farmakokinetik kafein

Konsumsi kafein per oral akan diabsorbsi dengan cepat, dan akan mencapai

kosentrasi puncak dalam plasma dalam 45-75 menit dapat menembus sawar otak.

Kafein akan di metabolisme menjadi paraxantin, teobromin dan teofilin. Pada

orang yang mengkonsumsi kafein dalam jumlah besar atau mengkonsumsi kafein

secara rutin, akan mengakibatkan menurunnya clereance kafein. Dalam pemakaian

dosis tunggal, waktu paruh kafein adalah 4-7 jam (Roehrs & Roth, 2008).

Waktu paruh akan berkurang pada individu yang merokok dan akan meningkat

hingga 2 kali lipat pada wanita hamil atau yang menggunakan kontrasepsi oral

dalam jangka waktu panjang (Lee K-H et al, 2009).

2.2.3.2 Mekanisme kafein dalam mempengaruhi tidur

Secara umum, dalam mempengaruhi tidur, kafein bertindak sebagai antagonis

reseptor adenosin, yang berpusat pada reseptor adenosin A1(ADORA1) dan

reseptor adenosin A2 (ADORA2A) (Roehrs & Roth, 2008), sedangkan reseptor

A2B dan A3 hanya memainkan peran kecil (Chawla, 2011).

Akan tetapi kafein juga dapat menimbulkan efek di SSP melalui mekanisme

lain seperti meningkatkan turn-over beberapa neurotransmiter monoamin seperti,

dopamin, serotonin dan noradrenalin (Fredholm, 2011).

a. Reseptor adenosin A1 (ADORA1)

Ikatan adenosin pada reseptor A1akan menginhibisiwake-active neuron sehingga

releaseneurotransmitter akan menurun. Ini dibuktikan dengan pemberian adenosin

Page 16: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

19

yang dapat menginhibisi neuron kolinergik di basal forebrain, dan bila inhibisi

dihilangkan dengan pemberian antagonis reseptor akan meningkatkan aktivitas

neuron tersebut. Sehingga blok reseptor ADORA1 di basal forebrain oleh kafein

akan meminimalisir efek yang ditimbulkan oleh penumpukan adenosin saat bangun

(Fredholm, 2011).

Selain itu, blok ADORA1 oleh kafein pada waking-maintaining cell grups yaitu,

LC, nukleus raphe, TMN, vPAG, LH, BF, juga PPT dan LDT, akan meningkatkan

aktifitas neuron juga release neurotransmitter daerah tersebut yang akan berujung

pada meningkatnya cortical arousal(Fredholm, 2011).

b. Reseptor adenosin A2A (ADORA2A)

Beberapa studi menunjukkan adanya kemungkinan bahwa kafein menimbulkan

wakefulness melalui reseptor ADORA2A.bukti yang paling kuat diperoleh studi

yang melibatkan tiga jenis tikus yang diberi kafein, yaitu tikus liar, tikus yang tidak

memiliki resepto A1 dan tikus yang tidak memiliki reseptor A2. Hasil studi tersebut

adalah naiknya wakefulness pada tikus liar dan tikus yang memiliki reseptor A1

(Fredholm, 2011).

Diduga hal tersebut berkaitan dengan ikatan kafein dengan ADORA2A di ventral

periaqueductal grey matter (vPAG) yang merupakan neuron dopaminergik. Ikatan

tersebut akan meningkatkan release dopamin yang akan menginhibisi sleep-active

neuron yaitu ventrolateral preoptik nuclei (VLPO) dan menstimulai wake-active

neuron (Ventrivela, Lu & Qiu, 2010).

2.2.3.3 Efek kafein terhadap tidur

Page 17: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

20

Kafein dapat mempengaruhi tidur manusia.Dalam sebuah studi epidemiologi

disebutkan adanya hubungan antara konsumsi kafein dengan gangguan tidur dan

rasa mengantuk pada siang hari (Roehrs & Roth, 2008).

Jumlah kafein dalam satu gelas kopi sangat bervariasi, bergantung pada jenis

biji kopi dan cara penyajiannya. Secara umum, dalam satu gelas kopi terdapat

antara 85 mg-175 mg kafein (Roehrs & Roth, 2008). Agar kafein dapat

mempengaruhi tidur yang signifikan diperlukan dosis kafein lebih dari 100 mg -

150 mg (Boutel & Koob, 2004).

Meskipun waktu paruh kafein relatif pendek, efek kafein terhadap tidur timbul

bukan hanya saat mengkonsumsi kafein pada malam hari tapi juga pada saat pagi

hari (Fredholm, 2011). Ini terjadi karena pada orang dengan kebiasaan

mengkonsumsi kopi akan terjadi akumulasi paraxantin, yang merupakan hasil

metabolisme tubuh terhadap kafein, sehingga clearance dari kafein akan

memanjang (Roehrs & Roth, 2008).

Pengaruh utama kafein pada tidur adalah pada sleep latency, waktu total tidur,

tidur Non-REM tahap 2, dan deep sleep atau Non-REM tahap 3 dan 4. Pada sleep

latency dan fase deep sleep didapatkan aktifitas korteks yang rendah karena

reticular activating system (RAS) inaktif sehingga release monoamin

neurotrasmiter ke korteks oleh RAS yang rendah. Ini diakibatkan oleh efek

neuromudulator inhibitor dari adenosin, dimana saat bangun terjadi penumpukan

adenosin di RAS (Fredholm, 2011).

Akan tetapi pada orang dengan konsumsi kopi aktivitas korteks akan tetap

tinggi. Hal ini diakibatkan karena ikatan kafein dengan reseptor adenosin baik

ADORA1 maupun ADORA2A pada RAS sehingga akan mengurangi efek

Page 18: BAB II - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41109/3/jiptummpp-gdl-rkamilahsa-47108-3-bab2.pdf · d. Obat-obatan Beberapa efek obat diantaranya ada yang menyebabkan mudah mengantuk/tertidur

21

neuromudulator inhibitor dari adenosin dan menyebabkan tetap tingginya aktivitas

RAS. Dengan begitu RAS tetap akan merelease neurotransmiter monoamin ke

korteks dan berujung pada tingginya aktivitas korteks, sehingga pada orang dengan

konsumsi kopi, sleep latency akan memanjang, tidur Non-REM tahap 2

memanjang, menurunnya fase deep sleep dan menurunnya total waktu tidur

(Fredholm, 2011).

Selain itu kafein juga dapat meningkatkan durasi tidur REM. Tidur REM

dipengaruhi aktifitas neuron kolinergik di batang otak yaitu penducolopetin dan

laterodorsal tecmental nucleus (PPT/LDT), dimana pada saat REM, aktifitas

neuron PPT/LDT akan meningkat. Ikatan kafein dengan reseptor adenosin di

PPT/LDt akan menjaga tingginya release asetilkolin (Ach) pada saat tidur,

sehingga akan mengganggu siklus tidur NREM-REM (Boutrel & Koob, 2004).

Selain pengaruh kafein terhadap SSP, kafein juga berpengaruh terhadap tubuh

secara sistemik terutama pada pembuluh darah, dimana pada pembuluh darah di

ginjal kafein akan meningkatkan gromerular filtration rate (GFR) sehingga

meningkatkan produksi urin (Osswald & Schnermann, 2011). Peningkatan tersebut

akan menimbulkan keinginan untuk berkemih saat tidur sehingga pada orang

dengan konsumsi kopi akan sering terbangun.