BAB II by Editing
-
Upload
geovani-anggasta-lidyawati -
Category
Documents
-
view
18 -
download
2
description
Transcript of BAB II by Editing
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa Faal yang Mempengaruhi Difusi Oksigen (O2) dan Karbondioksida
(CO2)
Peristiwa faal adalah peristiwa yang menjelaskan fungsi dari bagian jaringan atau
organ dalam tubuh manusia. Berkaitan dengan peristiwa ini tentu saja sangat
mempengaruhi difusi oksigen dan karbondioksida. Oksigen dan karbondioksida
sangat diperlukan tubuh, terutama pada proses pernapasan.
Dimana proses pernapasan dalam tubuh antara lain ;
1. Pertukaran udara paru paru
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Transport oksigen dan karbondioksida ke dan dari sel sel organisme melalui
darah
4. Pengaturan ventilasi
Pernapasan merupakan peristiwa kimia dan faal tubuh yang mempengaruhi difusi
Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2)
Hukum Boyle PV = R (konstanta)
Hukum Gay-Lussac V = RT
Jadi Hukum Gay-Lussac + Hukum Boyle Hukum gas ideal : PV = nRT
P = tekanan (mmHg)
V = volume (l)
n = jumlah massa gas (gr/mol)
R = suhu absolut (oK)
Kecepatan berlangsungnya proses difusi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti:
1
1. Perbedaan tekanan parsial gas diatas cairan dan tekanan gas didalamnya
Tekanan parsial dan persentasi konsentrasi gas-gas pernapasan adalah
berbeda dalam alveoli dengan udara lembab. Hal ini disebabkan oleh:
a. Absorbsi O2 yang tetap dari udara alveoli
b. Difusi CO2 yang tetap dari darah paru paru ke dalam alveoli
c.Penggantian udara alveoli yang relative lambat selama ventilasi
normal
Pada hari yang cerah dan tidak panas udara atmosfer mengandung :
a. Nitrogen : 78,62%
b. Oksigen : 20,84%
c. Karbondioksida : 0,04 %
d. Air : 0,5%
Misalnya:
Tekanan parsial oksigen pada permukaan laut : 20,84 % dari total 760
mmhg= 159 mmhg.
Bila udara atmosfir dihirup , pada waktu udara sampai di alveoli telah
jenih dengan air dalam fas egas , karena uap air mempunyai masa maka
ia menempati ruangan meskipun demikian tekanan paru paru pada akhir
pernapasan tidak melebihi tekanan atmosfer (760 mmhg)
Kesimpulanya: tekanan parsial kmponen komponen lainya dari udara
yang dihirup dikurangi secara tepat pada tekanan 37oC tekanan uap air =
47 mmhg, jadi jumlah tekanan parsial komponen komponen lain harus
760-47=713 mmhg
a. Tekanan Parsial pada Bidang Cairan Gas
2
Jumlah molekul gas yang memasuki fase cair akhirnya akan = jumlah
molekul gas yang larut meninggalkan fase cair dan memasuki fase gas =
keadaan seimbang yang stabil.
b. Tekanan Parsial pada Keseimbangan:
1. Volume gas yang larut = tekanan parsial gas tersebut dan koefisien
kelarutanya dalam cairan khusus
2. Daya yang dikeluarkan oleh gas dalam upaya memasuki cairan =
daya yang dikeluarkan oleh gas yang sama dalam usahanya
meninggalkan cairan
3. Tekanan persial suatu gas = tekanan gas tersebut dalam air.
c. Tekanan Parsial pada Tekanan Gas :
Desakan yang ditimbulkan oleh gas dalam usahanya untuk
meninggalkan cairan. Misalnya : PO2 , PCO2, PN2. Suatu gas yang
sangat larut dalam suatu cairan akan terdapat dalam konsentrasi yang
jauh lebih tinggi dalam cairan itu sebelum mempunyai tekanan yang
tekanan parsialnya dalam fase gas.
Kemampuan masing masing gas untuk larut dalam cairan tidak
dipengaruhi oleh adanya gas lain. Misalnya jumlah karbondioksida yang
larut dalam cairan tidak dipengaruhi jumlah oksigen yang dapat
dilarutkan dalam cairan yang sama.
Bila gas yang dimasukan ke dalam cairan tubuh yang tidak jelas
mempengaruhi jumlah oksigen yang dapat dilarutkan dalam cairan yang
sama. Bila gas yang dimasukan ke dalam ruangan yang mengandung
cairan seperti air, molekul-molekul gas akan beradu dengan fase cair
dalam usahanya.
Untuk masuk dan untuk menciptakan keadaan seimbang sehingga
tekanan gas dalam cairan akan menjadi = tekanan parsialnya dalam fase
3
gas. Benturan dan masuknya molekul ke dalam cairan berlangsung
dengan suatu proses disebut Difusi.
2. Luas daerah penampangnya lintang antar muka gas cairan.
3. Panjang jarak yang harus ditempuh molekul-molekul
4. Daya larut gas dalam cairan
Perhitungan gas yang larut dalam suatu cairan, sebagai berikut ;
a.v.p
V = M1
760
Dimana :
a = Koefisien Kelarutan Gas (nilai tercantum pada Tabel 2)
v = Volume ML tempat gas larut
p = Tekanan Parsial Gas
5. Kecepatan kinetik molekul gas dan suhu
Tabel 1 : Komposisi udara insipasi dan ekspirasi
GASUDARA PERNAFASAN
Inspirasi % Ekspirasi %
O2
CO2
N2
20.96
0.04
79.00
16.02
4.38
79.00
Peran penting dalam difusi udara adalah tekanan parsial masing-masing gas yang
terdapat dalam udara pernafasan. Jadi, pertukaran gas O2 alveol dan gas CO2
darah alveol ditentukan oleh tekanan parsial masing-masing gas O2 dan CO2.
4
Tekanan parsial O2 dituliskan pO2, sedangkan tekanan parsial CO2 dituliskan
pCO2.
Dalam ruang alveoli paru-paru : pO2 = 107mmHg pCO2= 36mmHg
Dalam sirkulasi darah kapiler paru-paru : pO2 = 40mmHg pCO2= 46mmHg
Akibatnya O2 akan bergerak dari alveoli paru-paru dan sebaliknya CO2 akan
bergerak dari arteriol paru-paru. (Diagram 1)
Diagram 1 : Difusi O2 dan O2 di paru-paru
Alveol Paru Arteriol Paru
Gerakan O2
Gerakan CO2
pO2
pCO2
107 mmHg
36 mmHg
40 mmHg
46 mmHg
Tabel 2 : Nilai koefisien Kelarutan Gas Udara Pernafasan pada Suhu 370
Tekanan 1atm.
GAS
KOEFISIEN KELARUTAN
1ATM
(a)
O2
CO2
N2
0.024
0.57
0.012
5
Hasil perhitungan dengan menggunakan formula ini ternyata jauh lebih kecil
dibandingkan dengan O2 dan CO2 yang ada di tabel 3.
Tabel 3 : Banyaknya Gas O2, CO2 dan N2 Menurut Perhitungan
Kenyataannya.
ml gas / 100 ml darah
O2 CO2 N2
Perhitungan
Kenyataan pada ;
Arteri
Vena
0.393
20.00
14.00
2.96
50.00
56.00
1.04
1.70
1.70
Kesimpulan bahwa proses transportasi O2 dan CO2 selain larut dalam plasma
darah masih terdapat system lainnya yang jauh lebih besar kemungkinannnya
untuk mengangkut O2 dan CO2.
2.2 Transport Oksigen (O2) dalam Darah
Transportasi O2 dalam darah berbentuk ;
1. Gas larut didalam plasma darah (jumlahnya sedikit)
2. O2 terikat Hb dalam sel darah merah membentuk senyawa oksihemoglobin
(HbO2). Dimana HbO2 memiliki keasaman tinggi, lebih tinggi daripada Hb
tereduksi.
Dengan Reaksi :
Hb + O2 HbO2
Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berkaitan dengan
hemoglobin (Hb), 3 % sisanya larut dalam plasma. Setiap molekul dalam
keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul
6
oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (HbO₂) berwarna merah tua.
Ikatan ini tidak kuat dan reversibel. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna
merah kebiruan.
1. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat
berikatan dengan sejumlah hemoglobin dalam darah.
Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul
hemoglobin. Setiap gram hemoglibin dapat mengikat 1,34 ml
oksigen.
100 m darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk
maksimum 20 ml O₂ per 100 ml darah (15 x 1,34). Konsentrasi
hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai Presentase
volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
2. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual
yang terikat pada hemoglobin dan kapasitas oksigen:
Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau PO₂.
3. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin (Gambar 13-3). Grafik
memperlihatkan presentase kejenuhan hemoglobin pada garis vertikal
dan tekanan parsial oksigen pada garis horisontal.
Kurva berbentuk S (sigmoid) karena kapasitas pengisian
oksigen pada hemoglobin (afinitas pengiktan oksigen)
bertambah jika kejenuhan bertambah. Demikian pula, jika
pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat,
kejenuhan oksigen darah pun meningkat. Hemoglobin
dikatakan 97% jenuh pada PO₂ 100 mmHg, seperti yang terjadi
pada udara alveloar.
Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara tekanan 10
sampai 50 mmHg dan mendatar di antara 70 sampai 100
mmHg. Dengan demikian, pada tingkat PO₂ tinggi, muatan
7
yang besar hanya sedikit mempengaruhi kejenuhan
hemoglobin, seperti penurunan PO₂ sampai 50 mmHg.
Jika PO₂ turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti yang terjadi
dalam jaringan tubuh, perubahan PO₂ ini walaupun sangat
sedikit dapat mengakibatkan perubahan yang besar pada
kejenuhan hemoglobin dan volume oksogen yang dilepas.
Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dari
kapasitasnya untuk melakukan hal tersebut.
i. Oleh karena itu, pernapasan dalam atau menghirup
oksigen murni tidak dapat memberi peningkatan yang
berarti pada kejenuhan hemoglobin dengan oksigen.
ii. Menghirup oksigen murni dapat meningkatkan
pengantaran oksigen ke dalm jaringan karena
volume oksigen terlarut dalam plasma meningkat.
Dalam darah vena, PO₂ mencapai 40 mmHg dan hemoglobin
masih 75% jenuh, ini menunjukkan bahwa darah hanya
melepas sekitar seperempat muatan oksogennya saat melewati
jaringan. Hal ini memberikan rentang keamanan yang tinggi
jika sewaktu-waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan
oksigen jaringan meningkat.
4. Afinitas hemoglobin terhadap oksigen dan kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin dipengaruhi oleh Ph , temperatur, dan
konsentrasi 2,3-difosfogloserat (2,3-DPG).
Hemoglobin dan Ph, peningkatan PCO₂ darah atau
peningkatan asiditas darah (penurunan pH darah dan
peningkatan konsentrasi in hidrogen) melemahkan ikatan
antara oksigen dan hemoglobin, sehingga kurva bergerak ke
kanan. Terhadap tingkat PO₂ manapun, peningkatan asiditas
8
darah menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak
oksigen ke jaringan.
1. Sel-sel yang bermetabolis aktif, seperti saat berolah raga, melepas lebih
banyak CO₂dan ion hidrogen.
2. Efek peningkatan CO₂ dan penurunan pH darah disebut efek Bohr. Efek ini
semakin besar pada tingkat PO₂ yang rendah, seperti yang terjadi dalam jaringan,
dan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemaglobin untuk penggunaannya.
Hemaglobin dan temperatur. Peningkatan temperatur yang terjadi
dalam visinitas sel-sel yang bermetabolis aktif juga akan mengerakkan
kurva ke kanan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke otot yang
bergerak.
Hemoglobin dan DPG. Peningkatan konsentrasi 2,3-DPG, suatu metabolit
glikolisis yang ditemukan dalam sel darah merah akan menurnkan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen dan mengerakkan kurva disosiasi oksigen-
hemoglobin ke kanan.
3. Konsentrasi 2,3-DPG perlahan meningkat saat kadar oksigen secara kronik
menurun, seperti pada anemia atau insufisiensi jantung. Metabolit ini beraksi
dengan hemoglobin dan mengurangi afinitasnya terhadap oksigen sehingga
semakin banyak oksigen yang tersedia untuk oksigen.
4. Konsentrasi 2,3-DPG juga penting dalam transfer oksigen dari darah maternal
ke darah janin. Hemoglobin janin (hemoglobin F) memiliki afinitas lebih
besar terhadap oksigen dibandingkan dengan hemoglobin dewasa
(hemoglobin A). Inilah perubahan akibat kerja 2,3-DPG terhadap hemoglobin
F.
5. P₅₀ adalah indeks yang tepat untuk pemindahan kurva disosiasi oksigen-
hemoglobin. Sebenarnya, PO₂-lah yang menunjukkan hemoglobin 50% jenuh
dengan oksigen. Semakin tinggi P₅₀, semakin rendah afinitas hemoglobin
terhadap oksigen.
9
2.3 Transport Karbondioksida dalam Darah (CO2)
Tranportasi CO2 dalam darah berbentuk :
1. Gas larut dalam plasma darah (jumlahnya sedikit)
2. Asam karbonat larut dalam plasma darah (jumlahnya sedikit)
3. Berbentuk ikatan karbamino dengan protein darah, termasuk Hb (kira-kira
20% CO2 yang ditransport)
4. Garam bikarbonat (kira-kira 70% CO2 yang ditransport)
Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-
paru melalui cara berikut ini:
1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam
plasma.
2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam bentuk reversibel
yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada
hemoglobin untuk membentuk karbaminoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida di bawa dalam bentuk bikarbonat,
terutama dalam plasma.
Karbon dioksida dalam sel darah merah berkaitan dengan air
untuk membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak-balik
yang dikatalis oleh anhidrase karbonik.
Reaksi di atas berlaku dua arah, bergantung konsentrasi
senyawa. Jika konsentrasi CO₂ tinggi, seperti dalam jaringan,
reaksi berlangsung ke kanan sehingga lebih banyak terbentuk
ion hidrogen dan bikarbonat. Dalm paru yang konsentrasi
CO₂-nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan
melepaskan karbon dioksida.
4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk
dalam sekl darah merah berdifusi dalam plasma dan hanya
menyisakan ion bermuatan positif berlebiahan.
Untuk mempertahankan netralisis elektromia, ion bermuatan
negatif lain yang sebagian besar ion klorida, bergerak ke 10
dalam sel darah merah untuk memulihkan ekuilibrium ion.
Inilah yang disebut sebagai pergeseran florida.
Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang
memiliki konsentrasi karbon dioksida lebih tinggi akan lebih
besar dibandingkan dalam darah arteri.
5. Ion hidrogen bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam
karbonat, berikatan dengan hemoglobin dalam sel drah merah untuk
meminimisasi perubahan pH.
2.4 Pengaturan Respiratorik dalam Keseimbangan Asam Basa
Respiratory exchange (RE) juga dikenal sebagai:
a. Asidosis Metabolik
H2CO3 meningkat, berarti peningkatan pCO2 , akibatnya pusat pernafasan di
hipotalamus dirangsang, maka terjadi hiperventilasi, diharapkan membantu
penurunan kadar asam karbonat.
b. Alkalosis Metabolik
Artinya garam bikarbonat meningkta pada perbandingan Herderson
Hasselbalch.
Berusaha meningkatkan asam karbonat untuk mengimbangi kenaikan
komponen garam karbonat maka diusahakan meretensi CO2 melalui
penekanan pusat pernafasan, akibatnya frekuensi pernafasan diperlambat.
c. Asidosis Respiratorik
H2CO3 pada keseimbangan Henderson Hasselbalch meningkat, disebabkan
adanya gangguan fungsi paru-paru berupa retensi CO2 (pCO2 meningkat).
Kompensasi yang dilakukan paru-paru sendiri tergantung pada berat
ringannya gangguan yang dialaminya. Harapan hanya pada dua system
kompensasi lainnya yaitu system dapar darah dan fungsi ekskresi ginjal.
11
Tergantung pada kemampuan yang tersisa, peningkatan kandungan H2CO3
berusaha merangsang pusat pernafasan di hipotalamus (hiperventilasi).
Diharapkan menurunkan H2CO3 pada keseimbangan Henderson Hasselbalch.
d. Alkalosis Respirasi
Kadar H2CO3 menurun disebabkan oleh gangguan system paru-paru, berakibat
rasio BhCO3 : HHCO3 pada keseimbangan H.H meningkat. Pada alkalosis
respirasi, kompensasi system paru-paru tergantung pada berat-ringannya
gangguan tersebut.
Kompansasi paru-paru tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dialaminya. Sekiranya masih memungkinkan paru-paru berusaha
meingkatnkan kandungan HHCO3 dengan cara melambatkan ventilasi
(hipoventilasi) maka HHCO3 meningkat pada keseimbangan Henderson
haselbalch.
12