BAB II Barotrauma

21
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman dengan SCUBA (self contained Underwater Breathing Apparatus) 3,4 . 2.2 Etiologi Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar seperti pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit dekompresi yang dapat menyebabkan kelainan pada telinga, paru-paru, sinus paranasalis serta emboli udara pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara tiba- tiba, misalkan pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang menyebabkan tuba eustakius gagal untuk membuka. Tuba eustakius adalah penghubung antara telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian atas tenggorokan. Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang normal. Jika tuba eustakius tersumbat, 3

description

barotrauma

Transcript of BAB II Barotrauma

Page 1: BAB II Barotrauma

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat

perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara

fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering

terjadi pada penerbangan dan penyelaman dengan SCUBA (self contained

Underwater Breathing Apparatus) 3,4.

2.2 Etiologi

Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar

seperti pada penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit dekompresi yang

dapat menyebabkan kelainan pada telinga, paru-paru, sinus paranasalis serta

emboli udara pada arteri yang dimana diakibatkan oleh perubahan tekanan yang

secara tiba-tiba, misalkan pada telinga tengah sewaktu dipesawat yang

menyebabkan tuba eustakius gagal untuk membuka. Tuba eustakius adalah

penghubung antara telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian

atas tenggorokan. Untuk memelihara tekanan yang sama pada kedua sisi dari

gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang normal. Jika tuba

eustakius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga tengah berbeda dari tekanan

di luar gendang telinga, menyebabkan barotrauma5,6,7,8.

2.3 Patofisiologi

Bumi diselubungi oleh udara yang disebut Atmosfer Bumi.atmosfer itu

terbentang mulai dari permukaan Bumi sampaikeketinggian 3000 km9.

Udara tersebut mempunyai massa, dan berat lapisan udara ini akan

menimbulkan suatu tekanan yang disebut tekanan udara. Makin tinggi lokasi

semakin renggang udaranya, berarti semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga

pinggiran Atmosfer Bumi tersebut akan berakhir dengan suatu keadaan

3

Page 2: BAB II Barotrauma

hampaudara. Lihat Tabel 1. Ukuran tekanan gas : mm Hg, mm H2O , Atmosfir

(Atm) ,PSI (Pound per Square Inch), Torr ,Barr dsb9,10.

Tabel 1. Tekana Udara pada ketinggian tertentu

KETINGGIAN TEKANAN UDARA0 km

16 km

31 km

48 km

64 km

1 atm

0,1 atm

0,01 atm

0,001 atm

0,0001 atm

Tabel 2. Tekanan Udara & volume gas pada kedalaman tertentu di Bawah air

Depth Pressure Gas vol. Density0 1 atm 1 1x33 2 atm ½ 2x66 3 atm 1/3 3x99 4 atm ¼ 4x

Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui

Hukum Boyle. Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik

dengan tekanan atau P1xV1 = P2xV24,11.

Ada bagian-bagian tubuh yang berbentuk seperti rongga, misalnya : cavum

tympani, sinus paranasalis, gigi yang rusak, traktus digestivus dan traktus

respiratorius. Pada penerbangan, sesuai dengan Hukum Boyle yang mengatakan

bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya, maka pada saat

tekanan udara di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi perbedaan tekanan

udara antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi

penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala

akibatnya9.

Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan

atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan

4

Page 3: BAB II Barotrauma

(secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam

struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun

kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh

(telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya

jaras-jaras ventilasi normal9.

Untuk Barotrauma yang terjadi pada tubuh, 5 kondisi di bawah ini harus

ditemukan9:

1.Harus ada udara

2.Tempatnya harus dipisahkan oleh dinding yang keras

3.Tempatnya harus tertutup

4.Tempatnya harus memiliki pembuluh darah

5.Terjadi perubahan tekanan dari lingkungan sekitar

2.4 Manifestasi Klinis

a) Kelainan pada telinga

Tuba eustakius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka

pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver

Valsava. Pilek, rinitis alergika serta berbagai variasi anatomis individual,

semuanya merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba eustakius11.

Barotrauma, dengan ruptur membran timpani (MT), dapat terjadi

setelah suatu penerbangan pesawat atau setelah berenang atau menyelam.

Mekanisme bagaimana ini dapat terjadi, dijelaskan dibawah ini12.

Saluran telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dapat dianggap

sebagai 3 kompartemen tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang

lain oleh membran timpani dan membran tingkap bundar dan tingkap oval

Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu

penghubung ke dunia luar, yaitu melalui tuba Eustachii. Tuba ini biasanya

selalu tertutup dan hanya akan membuka pada waktu menelan, menguap,

Valsava maneuver. Valsava maneuver dilakukan dengan menutup mulut

dan hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan demikian tekanan di dalam

pharynx akan meningkat sehingga muara dapat terbuka9.

Dari skema diatas ini dapat dilihat bahwa ujung tuba di bagian

telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri dari massa yang

5

Page 4: BAB II Barotrauma

keras/tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian pharynx akan selalu tertutup

karena terdiri dari jaringan lunak, yaitu mukosa pharynx yang sewaktu-

waktu akan terbuka di saat menelan. Perbedaan anatomi antara kedua

ujung tuba ini mengakibatkan udara lebih mudah mengalir keluar daripada

masuk kedalam cavum tympani. Hal inilah yang menyebabkan kejadian

barotitis lebih banyak dialami pada saat menurun dari pada saat naik

tergantung pada besamya perbedaan tekanan, maka dapat terjadi hanya

rasa sakit (karena teregangnya membrana tympani) atau sampai pecahnya

membrana tympani9.

Barotrauma descent dan ascent dapat terjadi pada penyelaman.

Imbalans tekanan terjadi apabila penyelam tidak mampu menyamakan

tekanan udara di dalam rongga tubuh pada waktu tekanan air bertambah

atau berkurang12.

Gangguan telinga pada penyelam

Barotrauma telinga adalah yang paling sering ditemukan pada

penyelam. dibagi menjadi 3 jenis yaitu barotrauma telinga luar, tengah

dan dalam , tergantung dari bagian telinga yang terkena. Barotrauma

telinga ini bisa terjadi secara bersamaan dan juga dapat berdiri

sendiri12.

Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka

pada waktu menyelam, air akan masuk ke dalam meatus akustikus

eksternus. Bila meatus akustikus eksternus tertutup, maka terdapat

udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya

volume udara tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga

(kanalis akustikus eksternus), hal ini berakibat terjadinya decongesti,

perdarahan dan tertariknya membrana timpani ke lateral. Peristiwa ini

mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara

dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau

lebih, yaitu sedalam 1,5 – 2 meter12.

Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi

atau udema pada mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan

merupakan penyulit untuk menyeimbangkan tekanan telinga tengah

6

Page 5: BAB II Barotrauma

terhadap tekanan ambient yang terjadi padasaat ascent maupun

descent, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya

barotrauma tergantung pada kecepatan penurunan atau kecepatan

peningkatan tekanan ambient yang jauh berbeda dengan kecepatan

peningkatan tekanan telinga tengah12.

Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari

barotrauma telinga tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena

malakukan maneuver valsava yang dipaksakan. Bila terjadi perubahan

dalam kavum timpani akibat barotrauma maka membran timpani akan

mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada

foramen ovale dan membran pada foramen rotunda, yang

mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam yang akan

merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada

pemeriksaan “Stepping Test”. Dapat disimpulkan , gangguan pada

telinga tengah dapat berpengaruh pada labirin vestibuler dan

menampakkan ketidakseimbangan laten pada tonus otot melalui

refleks vestibulospinal12.

Gangguan telinga pada penerbangan

Barotrauma telinga tengah merupakan masalah medis yang

paling sering kita jumpai dalam dunia penerbangan. Barotrauma

telinga tengah atau aerotitis media atau ear block didefinisikan

sebagai proses inflamasi akut di telinga tengah sebagai akibat

perubahan tekanan atmosfer. Berdasarkan patologinya, barotrauma

dibagi dua, yaitu barotitis media dan baromiringitis. Barotitis media

adalah keadaan patologis yang ditandai peradangan pada mukosa

telinga tengah, perdarahan dan cairan transudat di telinga tengah.

Baromiringitis adalah kerusakan struktur membran timpani2.

Barotrauma telinga tengah terjadi akibat kegagalan tuba

Eustachius untuk menyamakan tekanan antara telinga tengah dan

lingkungan saat terjadi perubahan tekanan. Kecepatan dan besarnya

perubahan tekanan berpengaruh terhadap terjadinya barotrauma.

Makin cepat perubahan tekanan yang terjadi dan makin besar

7

Page 6: BAB II Barotrauma

perbedaan tekanan yang ada, maka makin mudah barotrauma terjadi.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba adalah

adanya proses infeksi saluran napas atas seperti rinitis, sinusitis,

faringitis, hipertrofi adenoid dan infeksi telinga tengah, adanya

riwayat alergi, sumbatan jalan napas seperti septum deviasi dan massa

tumor pada daerah telinga, hidung dan tenggorok dan hal lain yang

juga penting adalah perasat Toynbee dan Valsava yang dilakukan

kurang optimal2.

Barotrauma yang terjadi pada penerbang dapat mempengaruhi

keselamatan penerbangan. Peraturan kesehatan standar penerbangan

melarang para penerbang yang mengalami barotrauma untuk bertugas,

hal ini membawa dampak terhadap perusahaan penerbangan secara

ekonomi. Hal ini yang mendasari pentingnya suatu pemeriksaan yang

dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya barotrauma pada

penerbang, sehingga barotrauma dapat dihindari. Diagnosis

barotrauma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, penilaian

membran timpani berdasarkan klasifikasi Wallace Teed, dan ditunjang

dengan penilaian tekanan telinga tengah dan fungsi tuba Eustachius

dengan timpanometri2.

Keluhan yang paling sering dirasakan adalah telinga terasa

penuh, telinga sakit, tinitus, gangguan pendengaran dan

keseimbangan. Wallace Teed menggambarkan klasifikasi untuk

derajat barotrauma, yaitu:

Derajat 0: tidak ada keluhan dengan membran timpani normal;

Derajat 1: membran timpani kemerahan yang difus dan retraksi;

Derajat 2: derajat 1 ditambah dengan perdarahan ringan membran

timpani;

Derajat 3: derajat 1 ditambah dengan perdarahan sedang membran

timpani;

Derajat 4: membran timpani tampak bulging, terdapat efusi cairan;

Derajat 5: perforasi membran timpani2.

8

Page 7: BAB II Barotrauma

Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop adalah salah satu metode

pemeriksaan fungsi tuba Eustachius yang tertua. Adanya tekanan negatif di telinga

tengah atau otitis media efusi, dapat dinilai dengan otoskop pneumatik yang

mengindikasikan adanya gangguan fungsi tuba Eustachius, tetapi metode ini tidak

dapat digunakan untuk menentukan tipe gangguan, apakah karena masalah

fungsional atau akibat obstruksi. Yang harus digaris-bawahi adalah penampakan

membran timpani yang normal belum tentu memiliki fungsi tuba yang normal,

seperti pada tuba semipatulous atau patulous2.

Seperti yang dijelaskan di atas, tekanan yang meningkat perlu diatasi

untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya

dapat diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan,

udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar

melalui tuba eustakius. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam

telinga tengah dan dalam tuba eustakius menjadi tertekan. Hal ini cenderung

menyebabkan penciutan tuba eustakius. Jika perbedaan tekanan antara rongga

telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai

100mmhg), maka bagian kartilaginosa diri tuba eustakius akan semakin menciut.

Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustakius untuk memulihkan volume

telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan

didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadi rangkaian

kerusakan yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya keaadan vakum relatif

dalam rongga telinga tengah. Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam.

Retraksi menyebabkan membrana dan pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil

sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gambaran injeksi dan

bula hemoragik pada gendang telinga tengah juga mukosa telinga tengah juga

akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotapimum. Kadang-kadang tekanan

dapat menyebabkan ruptur membrana timpani3,4,8.

Gejala-gejala klinik barotrauma telinga10:

1.Gejala descent barotrauma:

-Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.

-Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring.

-Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.

9

Page 8: BAB II Barotrauma

2.Gejala ascent barotrauma:

-Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga.

-Vertigo.

-Tinnitus/tuli ringan.

-Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.

Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat barotrauma adalah

-Grade 0 : bergejala tanpa tanda-tanda kelainan.

-Grade 1 : injeksi membran timpani.

-Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membran timpani.

-Grade 3 : perdarahan berat membran timpani.

-Grade 4: perdarahan pada telinga tengah (membrane timpani menonjol dan

agak kebiruan.

-Grade 5 : perdarahan pada meatus eksternus + rupture membran timpani.

Kompikasi yang dapat terjadi pada barotrauma telinga yaitu ruptur atau

perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan pendengaran yang

menetap, tinnitus yang menetap, dan vertigo.

b) Kelainan pada paru-paru

Barotrauma pada paru-paru dapat diakibatkan oleh menyelam, ketika

penyelam hendak naik dari permukaan bawah laut ke atas maka dapat terjadi

barotrauma. Barotrauma paru waktu naik (burst lung) dibagi menjadi empat

kelompok yaitu13:

1) Kerusakan jaringan paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada

waktu naik terlalu cepat, penyelam pada waktu naik tidak

menghembuskan udara. Gejalanya sesak sanaf, batuk disertai dahak

yang berdarah, kepala terasa pusing, sakit dada dan cyanosis.

2) Surgical empiesema adalah penyakit akibat dari pecahnya kantung-

kantung udara dalam paru-paru yang sangat kecil, sehingga gas akan

masuk ke dalam jaringan-jaringan disekitar paru-paru. Penyebabnya

adalah penyelam pada waktu naik terlalu cepat, penyelam pada waktu

naik tidak menghembuskan udara, pengembangan paru-paru yang

berlebihan sehingga udara bocor menembus paru-paru dan pembuluh

10

Page 9: BAB II Barotrauma

bronchial masuk ke jaringan disekitarnya. Gejala-gejala perubahan

suara tenggorokan terasa penuh, nafas pendek dan sukar menelan, rasa

sakit dibelakang tulang dada (sternum), denyut nadi cepat dan tekanan

darah rendah.

3) Pneumothorak (udara dalam rongga dada) adalah penyakit akibat dari

pecahnya paru-paru dekat permukaan paru-paru itu sendiri, sehingga

udara dalam tempat ini dilepaskan ke dalam rongga dada dan dapat

menyebabkan kolaps paru-paru. Penyebabnya adalah penyelam pada

waktu naik tidak menghembuskan udara.

4) Emboli udara: (pengembangan paru-paru) adalah keadaan paling

berbahaya dari pecahnya paru-paru dan dapat menyebabkan kerusakan

otak yang berat. Penyebabnya adalah penyelam pada waktu naik terlalu

cepat (ketentuan 60 feet/menit), penyelam pada waktu naik tidak

menghembuskan udara / menahan nafas waktu naik.

c) Kelainan pada sinus paranasal

Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya

perbedaan tekanan antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus

paranasalis. Dinding sinus ini dilapisi mukosa dan muaranya pada cavum nasi.

Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering terganggu adalah 2 buah, yaitu

sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi, yaitu sinus

ethmoidalis dan sinus sphenoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus-sinus ini

disebut : Barosinusitis. Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 — 1,5%9.

Sinus adalah kantung udara di tulang atau sekeliling hidung. Sinus

barotrauma terjadi ketika terjadi perbedaan tekanan antara udara di dalam sinus

dengan tekanan di luar. Penderita dapat merasakan nyeri di sekitar tulang pipi atau

di bagian atas mata, kadang juga dapat terjadi infeksi sinus, perdarahan dari

hidung, dan sakit kepala14.

Patofisiologi

Sinus paranasalis bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut

relatif sempit. Dinding rongga sinus ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam

keadaan basah, maka di dalam rongga sinus itu selalu ada uap air yang

11

Page 10: BAB II Barotrauma

jenuh.Karena cara terjadinya serangan pada semua sinus adalah sama saja, maka

akan diterangkan salah satunya saja, yaitu pada sinus maxilaris. Sekarang mari

kita lihat apa yang terjadi pada saat pesawat naik. Sewaktu di permukaan laut,

tekanan udara di sinus maxilaris sama dengan di rongga hidung/di udara luar

sekitar tubuh, yaitu 760 mmHg. Bila kemudian orang ini kita bawa ke ketinggian

tertentu, misalnya 5,5 km, dimana tekanan udara kira-kira 1/2 Atm, maka akan

terjadi perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga hidung.

Bilakecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan tersebut akan

dapat diatasi dengan adanya aliran udara dari rongga sinus ke rongga hidung.

Tetapi bila kecepatan naik dari pesawat demikian besar, maka mengingat

sempitnya lubang muara sinus itu, aliran udara yang terjadi tidak akan

dapatmencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di dalam rongga sinus

lebih tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat terjadinya penekanan

terhadap mukosa sinus. Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan

inflamasi, yang disebut Barosinusitis. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada

waktu pesawat menurun9.

Dari penjelasan diatas ternyata bahwa besarnya lubang muara sinus turut

menentukan proses terjadinya barosinusitis.Semakin kecil muara sinus itu, makin

besar kemungkinan terjadinya barosinusitis. Jadi pada seseorang yang

menderitasakit di saluran pernafasan bagian atas, pembengkakan/penebalan

mukosa mengakibatkan penyempitan muara sinus, sehingga akan mengalami

kesulitan dalam mencapai keseimbangan tekanan. Mengenai prosentase kejadian

sewaktu naik/turun, Adler berpendapat bahwa prosentase waktu turun lebih besar

daripada waktu naik. Sebenarnya hal ini tergantung pada bentuk mukosa di muara

sinus tersebut. Pada orang normal muara ini terbuka rata. Sedang pada beberapa

orang mukosa di muara sinus itu berbentuk seperti bibir, maka hal ini akan

mengakibatkan aliran udara cenderung untuk lebih mudah keluar daripada

memasuki rongga sinus. Dalam kondisi seperti ini prosentase barosinustitis akan

lebih besar pada waktu pesawat menurun daripada waktu naik9.

Gejala klinis yang terjadi pada kelainan pada sinus paranasal adalah nyeri

kepala dan perdarahan, jika ada infeksi pada sinus dapat terjadi demam atau

12

Page 11: BAB II Barotrauma

malaise yang dapat diterapi dengan antibiotik dan dekongestan dapat diberikan

kondisi membaik biasanya 2-10 hari15.

2.5. Diagnosis

Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Jika dari

anamnesis ada riwayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan

atau suatu penyelaman, adanya barotrauma seharusnya dicurigai. Diagnosis dapat

dikonfirmasi melalui pemeriksaan telinga, dan juga tes pendengaran dan

keseimbangan3. .

Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak sedikit

menonjol keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat, bisa terdapat

darah di belakang gendang telinga. Kadang-kadang membran timpani akan

mengalami perforasi. Dapat disertai gangguan perdengaran konduktif ringan4,5,6.

Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli

sensorineural adalah gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga

tengah tidak jarang menimbulkan kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga

dalam Merupakan masalah yang serius dan mungkin memerlukan pembedaham

untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Semua orang yang

mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji

pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa gangguan

pendengaran bersifat konduktif dan bukannya sesorineural4,8. Menegakkan

diagnosis pada kelainan sinus paranasal dapat dikonfirmasi dengan x-ray, ct-scan

atau MRI di sinus15.

2.6. Penatalaksanaan

Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga,

pertama-tama yang perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba

eustakius dan mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet, atau

menguap, atau menghirup udara, kemudian menghembuskan secara perlahan-

lahan sambil menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut11.

Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane

nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan

13

Page 12: BAB II Barotrauma

menginflasi tuba eustakius dengan perasat Politzer, khususnya dilakukan pada

anak-anak berusia 3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau

kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak

diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi di dalam air yang kotor. Perasat

Politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibir tertutup sementara

ditiupkan udara ke dalam salah satu nares dengan kantong Politzer atau apparatus

senturi; nares yang lain ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan meletuskan

balon ditelinganya, bila tuba eustakius berhasil diinflasi, sejumlah cairan akan

terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat gelembung-gelembung udara

pada cairan5,11.

Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di

rumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30-400. Kerusakan telinga dalam

merupakan masalah yang serius yang memungkinkan adanya pembedahan untuk

mencegah kehilangan pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam

gendang telinga untu menyamakan tekanan dan untuk mengeluarkan

caioran(myringitomy) dan bila perlu memasang pipa ventilasi. Walaupan demikian

pembedahan biasanya jarang dilakukan. Kadang-kadang, suatu pipa ditempatkan

di dalam gendang telinga, jika seringkali perubahan tekanan tidak dapat dihindari,

atau jika seseorang rentan terhap barotrauma3,4,5,16.

Biasanya barotrauma sinus sembuh tanpa pengobatan, perdarahan yang

signifikan pada sinus dapat dilakukan drainase secara cepat, jika nasal topikal dan

dekongestan oral dapat digunakan15.

Pengobatan yang terjadi barotrauma paru-paru dapat diberikan oksigen

dengan kadar 100% lewat masker, tanpa bertekanan, bila keadaan semakin parah

segera dibawa ke dokter, apabila terjadi emboli paru maka pertolongan pertama

yang dilakukan adalah pemberian oksigen, segera masukkan ke ruang rekompresi

chamber dengan pengobatan berupa penekanan ke 6 ATA (50 meter) atau sesuai

dengan tabel pengobatan serta dalam pengawasan dokter Hyperbarik13.

2.7 Pencegahan

Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu

mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsalva, terutama sewaktu

14

Page 13: BAB II Barotrauma

pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Khusus pada bayi disarankan agar

menunda penerbangan bila disertai pilek. Bila memungkinkan maka bayi, sesaat

sebelum mendarat harus tetap disusui atau menghisap air botol, agar tuba

eustakius tetap terbuka16,17.

Nasal dekongestan atau antihistamin bisa digunakan sebelum terpapar

perubahan tekanan yang besar. Usahakan untuk menghidari perubahan tekanan

yang besar selama mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas atau

serangan alergi3,6.

Pencegahan pada barotrauma sinus paranasal dapat digunakan teknik

tekanan positif seperti valsava yang membantu memasukkan udara ke sinus dan

mencegah barotrauma. Menyelam harus dihindari jika penyelam menderita infeksi

saluran pernapasan atas untuk mengurangi risiko barotrauma dan komplikasi

infeksi. Merokok, alergi dan hidung tersumbat meningkatkan risiko barotrauma

dengan menghalangi sinus. Septum deviasi juga dapat berkontribusi dalam

peningkatan risiko barotrauma dan jika demikian dapat dilakukan pembedahan.

Tidak semua penderita sinusitis kronis perlu menghindari menyelam jika ostium

terbuka dan tidak ada polip atau penghalang lainnya, sinus mungkin mendapatkan

perjalanan udara yang baik. Nasal dekongestan yang digunakan saat menyelam

cenderung untuk mengurangi kemacetan ostium sinus tetapi tidak dapat mencegah

barotrauma15.

Pencegahan pada barotrauma paru-paru dapat dilakukan dengan tidak

menyelam jika kondisi tubuh tidak fit, laksanakan prosedur naik kepermukaan

dengan benar (60 feet/menit), jangan menahan nafas waktu muncul

kepermukaan13.

15