Bab II ASI moh. tahang

download Bab II ASI moh. tahang

of 21

description

ASI

Transcript of Bab II ASI moh. tahang

BAB 1

PAGE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Umum Tentang ASI

1. Pengertian

ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu ASI secara alamiah dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Hal ini dikarenakan bayi belum memiliki cukup enzim pencerna makanan (Arif, 2009).2. Kelangsungan Produksi ASI

Kelangsungan produksi ASI bergantung pada:

a. Rangsangan dari puting susu (diisap), pengeluaran hormon produksi susu dari hipotalamus (hormon prolaktin).

b. Pengosongan payudara (mengisap dan memeras air susunya).

Pengeluaran susu dari payudara (diisap) atau memeras susu ke luar sehingga mengalir dengan lancar. Ini disebut refleks pengeluaran dan disebabkan sekresi dari hormon Oxytocin. Refleks ini dapat terhambat bila ibu dalam keadaan stress atau gelisah (Jelliffe, 2006).

3. Pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas :

a. Kolostrum. Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi. Mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, E, K dan D), lemak dan rendah laktosa. Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar dua atau tiga hari dan diikuti oleh ASI yang berwarna putih. Kolostrum merupakan cairan lengket yang keluar selama beberapa minggu terakhir kehamilan dan pada hari pertama atau kedua setelah kelahiran. Colostrum tidak merugikan bahkan harus diterima oleh bayi (Jelliffe, 2006).

b. ASI transisi. Mulai berwarna putih bening dengan susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna susu bayi.

c. ASI sempurna. Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna (Manuaba, 2009).

4. Komposisi ASI

ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu, dan mempunyai substansia yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu formula (Manuaba, 2009).

ASI mudah dicerna karena selain mengandung gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi (Arif, 2009).

Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casin yang sesuai untuk bayi. ASI mengandung Whei lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap, sedangkan susu sapi mempunyai perbandingan Whei dan Casin sebesar 20:80, sehingga tidak mudah diserap (Arif, 2009).

Selain itu ASI mengandung komposisi sebagai berikut:

a. Taurin, DHA dan AA. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Di samping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk /disintesa dan substansi pembentuknya (precursor), yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

b. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolesterum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap, tetapi dapat melumpuhkan baktori parogen E. Coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan Salmonela) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri atas 3 macam, yaitu Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernapasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernapasan, Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

c. Lactobacillus bifidus merupakan spesies bakteri yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat di dalam usus bayi yang mendapatkan ASI, karena ASI mengandung bifidus faktor yang konsentrasinya tinggi dalam kolostrum. Lingkungan yang kondusif untuk mendukung pertumbuhan bakteri ini ialah tersedianya faktor-faktor bifidus serta pH (derajat keasaman) yang rendah (suasana asam) pada usus. Lactobacillus bifidus membentuk enzim pencernaan (laktase) yang mampu memecah senyawa laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Produk dari pemecahan laktosa, yang berupa asam pada usus, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme-mikroorganisme patogen misalnya; E. Coli patogen, Staphylococcus aureus, shigela dan protozoa tertentu. Faktor bifidus ini hanya terkandung pada produk susu hewani yang lain, misalnya susu sapi.

d. Laktoferin. Laktoferin adalah protein yang terikat dengan zat besi (Fe). Keberadaan laktoferin di dalam ASI menghambat aktifitas mikroorganisme-mikroorganisme patogen merupakan kofaktor (berupa zat besi) ketika memasuki saluran pencernaan bayi. Laktoferin juga menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

e. Hormon. ASI mengandung beberapa macam hormon antara lain: Epedermal Growth Factor (EFG). Berfungsi untuk meningkatkan regenerasi (pergantian) sel-sel epitel pada saluran pencernaan setelah terjadinya diare. Memacu pertumbuhan tulang dan otot. Biasa dikenal dengan hormon pertumbuhan. Adrenokotikotropin Hormone (ACTH), menghasilkan hormon-hormon yang mengatur pencernaan kerbohidrat (dalam ASI berupa laktosa) , serta mengatur keseimbangan cairan tubuh. Thyroid Stimulating Hormone (TSH) merangsang pembentukan hormon thyroid, yang berfungsi dalam proses klasifikasi tulang, serta pembentukan sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang. Kortikosteroid berperan dalam produksi ASI. Prolaktin, mempengaruhi kelenjar susu dalam mempersiapkan, memulai, dan mempertahankan laktasi. Prostaglandin merupakan bahan makanan yang sesuai untuk bayi.

f. Vitamin. ASI mengandung beberapa jenis vitamin yaitu antara lain; vitamin A, karoten, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin C (asam askorbat), biotin, kolin asam folat, inositol, niasin, Vitamin B3 (asam panthotenat), Vitamin B2 (pridoksin), Vitamin B2 (ribovlavin), Vitamin B1 (thiamin), dan Vitamin B12 (sianokobalamin) (Arif, 2009).

5. Keuntungan ASI

Keuntungan pemberian ASI bagi ibu adalah sebagai berikut.

a. Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat meningkatkan martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

b. Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan:

1) Terjadi metode laktasi amenorea (MAL), dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.

2) Mempercepat terjadinya involusi uterus.

3) Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mamae.

4) Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna (Manuaba, 2009).

c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Pertumbuhan dan perkembangan psikologi bayi dapat berkembang. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang dikenal sejak bayi masih ada di dalam rahim.

d. Dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai berumur 6 bulan (Arif, 2009).

Keuntungan pemberian ASI bagi bayi adalah sebagai berikut.

a. ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansia spesifik untuk bayi.

b. ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin.

c. ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apa pun, sedangkan susu botol hanya cukup 4 jam.

d. Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari beberapa penyakit tertentu.

e. ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan tumbuh kembang bayi.

f. Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pemberian ASI dengan call feeding (Manuaba, 2009).

g. Meningkatkan kecerdasan bayi dan koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas. Penelitian menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI (Arif, 2009).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI perlu dipertimbangkan.

a. Faktor dari ibu.

1) Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu.

2) Ibu dengan pre-eklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.

3) Karsinoma mamae 4) mungkin dapat menimbulkan metastasis.

5) Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.

6) Ibu dengan infeksi virus.

7) Ibu dengan TBC atau lepra.

b. Faktor dari bayi.

1) Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.

2) Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.

3) Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam.

4) Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan (labioksis, palatognatokisis, labiognatopalatokisis).

5) Bayi yang tidak menerima ASI, panyakit metabolisme seperti alergi ASI.

Pada kasus tersebut di atas untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan dokter anak.

c. Keadaan patologis pada payudara

Terdapat beberapa keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah:

1) Infeksi payudara.

2) Terdapat abses yang memerlukan insisi.

3) Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui.

4) ASI yang bercampur darah.

B. Tinjauan Umum Tentang ASI ekslusif

1. Pengertian

ASI ekslusif berarti memberikan hanya ASI saja kepada bayi (tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, air teh; maupun makanan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain) hingga usia 6 bulan. Dengan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI dinyatakan cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi yang normal sampai usia 6 bulan. Itu sebabnya, World Health Organization (WHO) menganjurkan agar ASI ekslusif diberikan hingga bayi berusia 6 bulan (Arif, 2009).ASI ekslusif harus diberikan hingga usia 6 bulan karena di bawah usia tersebut bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI. ASI juga mengandung enzim pencernaan yang belum dapat diproduksi oleh bayi baru lahir. Dalam jangka panjang pemberian ASI mencegah anak kelak menderita kegemukan dan diabetes mellitus (Arif, 2009).2. Kendala ASI EkslusifKendala umum yang dijumpai di kota besar ialah para ibu yang bekerja. Namun, dengan tekad dan tetap dapat memberikan ASI ekslusif. Caranya, simpanlah ASI di dalam wadah yang steril dan tertutup rapat. Saat ini diberbagai toko peralatan bayi, telah tersedia kantung plastik khusus untuk menyimpan ASI (Arif, 2009).

C. Tinjauan Umum Tentang Menyusui

1. Anatomi Mamae

Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan aksila, melebar dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat puting susu yang dikelilingi oleh areola mamae yang berwarna cokelat. Dekat dasar puting terdapat kelenjar montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting mempunyai lubang 1,5-2 mm untuk tempat saluran kelenjar susu.

Buah dada terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe sebagai pleksus halus dalam ruang interlobuler jaringan kelenjar bergabung membentuk saluran yang lebih besar.

Kelenjar mamae menyebar di sekitar aerola mamae dan mempunyai luas antara 1,5-2,4 mm. Tiap lobus berbentuk piramid dengan puncak mengarah ke areola mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa yang padat, serat jaringan fibrosa yang terbentang dari kulit ke fasia pektoralis yang menyebar di antara jaringan kelenjar. Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut ductus lactiverus yang bermuara ke papila mamae, pada daerah aerola mamae ductus lactiverus melebar disebut sinus laktiverus. Di daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang ke alveoli. Di antara jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa ruangannya diisi oleh jaringan lemak yang membentuk postur dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata. Bagian dalam kelenjar mamae dapat dipisahkan dengan mudah dari fasia dan kedudukan mamae bergeser (Syaifudin,2006).

Gambar 2.1Anatomi Mamae2. Perkembangan Mamae

Pada perempuan, perubahan dan perkembangan buah dada terjadi setelah masa remaja atau pubertas (11-12 tahun) karena terdapat penambahan jaringan kelenjar. Seorang wanita mulai menstruasi pertama terjadi sedikit pembesaran buah dada disebabkan pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium, lama kelamaan buah dada berkembang penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran yang tetap. Pada masa menopause, lama kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan jaringan buah dada mengkerut.

Perkembangan payudara distimulasi oleh esterogen yang merangsang pertumbuhan kelenjar mamarea ditambah dengan deposit lemak untuk memberikan massa pada kelenjar payudara. Pertumbuhan jauh lebih besar terjadi selama masa kehamilan dan jaringan kelenjar hanya berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. Selama kehamilan esterogen disekresikan oleh plasenta sehingga duktus payudara tumbuh dan berkembang, hormon prolaktin, glukokortikoid, adrenal dan insulin berperan dalam metabolisme protein dalam perkembangan payudara (Syaifudin,2006).3. Fisiologi Menyusui

Perkembangan payudara terjadi pada waktu remaja dan selama hamil. Selama remaja terjadi perkembangan pada puting susu dan saluran kelenjar susu. Dan selama hamil terjadi perkembangan kelenjar-kelenjar susu. Keluarnya air susu dirangsang oleh perubahan homon ibu setelah melahirkan dan oleh isapan bayi (Jelliffe, 2006).

Segera setelah terjadi kehamilan maka korpus luteum berkembang terus dan mengeluarkan esterogen dan progesteron, untuk mempersiapkan payudara, agar pada waktunya dapat memberikan ASI. Esterogen akan mempersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam bentuk proliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan mioepitel disekitar kelenjar mamae semakin membesar. Sedangkan progesteron meningkatkan kematangan kelenjar mamae beserta dengan hormon lainnya (Manuaba, 2009).

Hormon prolakitn yang sangat penting dalam pembentukan dan penambahan pengeluaran ASI, tetapi fungsinya belum mampu mengeluarkan ASI karena dihalangi oleh hormon esterogen, progesteron, dan human placental lactogen hormone. Oksitoksin meningkat dari hipofisis posterior, tetapi belum juga berfungsi mengeluarkan ASI karena dihalangi oleh hormon esterogen dan progesteron (Manuaba, 2009).

Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, aerola mamae semakin menghitam (Manuaba, 2009).

Segera setelah persalinan hormon-hormon yang dikeluarkan plasenta berkurang yang berfungsi menghalangi prolaktin dan oksitoksin. Untuk mempercepat pengeluaran ASI, segera setelah persalinan, bayi langsung diisapkan pada puting susu ibunya sehingga terjadi refleks pengeluaran prolaktin dan oksitoksin. Isapan bayi sangat menguntungkan karena dapat mempercepat pengeluaran plasenta, serta perdarahan postpartum dapat dihindari (Manuaba, 2009).

4. Cara Menyusui Bayi

a. Waktu menyusui.

Menyusui sebaliknya dilakukan setelah kelahiran bayi dan setiap kali bayi ingin menyusui.

b. Langkah menyusui.

Ketika menyusui, duduklah dengan nyaman pada kursi yang mempunyai sandaran punggung. Gunakanlah bantalan sebagai alas bayi supaya dekat dengan payudara ibu.

Alangkah baiknya apabila memulai menyusui dengan payudara kanan. Letakan kepala bayi pada siku bagian dalam lengan kanan ibu. Sementara badannya menghadap badan ibu. Letakan lengan kiri bayi diseputar pinggang ibu dan tangan kanan ibu memegang pantat atau paha kanan bayi.

Ibu hendaknya menyangga payudara kanan dengan keempat jari tangan kiri di bawahnya dan ibu jari di atasnya, seperti huruf C, tetapi tidak di atas bagian puting. Sentuhlah mulut bayi dengan puting susu. Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar-lebar.

Kemudian, tengadahkan sedikit kepala bayi dan masukan secepatnya seluruh puting susu sebanyak mungkin daerah yang berwarna kehitaman ke dalam mulut bayi, sehingga terletak di antara lidah dan langit-langit mulutnya.

Gambar 2.2

Posisi dalam Menyusui

Secara singkat tata cara menyusui adalah sebagai berikut:

1) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.

5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

6) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam (Setiawan, 2011).

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu:

1) Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola.

2) Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang dibawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting) dibelakang areola.

3) Sentuh pipi/bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks menghisap).

4) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur.

5) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala.

6) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.

7) Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi.

8) Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle).

9) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.

10) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

11) Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

12) Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus bayi (Setiawan, 2011).

c. Indikator terpenuhinya kebutuhan bayi.

Mungkin yang timbul keraguan di benak para ibu ialah cukup tidaknya produksi air susunya untuk kebutuhan bayi. Acap kali persepsi dan komentar negatif yang masuk membuat seorang ibu merasa tidak mampu menghasilkan ASI dengan cukup. Seorang ibu harus memiliki optimisme, bahwa mayoritas ibu bisa menghasilkan ASI yang memadai bagi bayinya. Jumlah ASI yang diproduksi tergantung pada kebutuhan bayi. Semakin banyak ASI yang dibutuhkan oleh bayi, maka payudara ibu akan menghasilkan lebih banyak ASI. Bahkan seandainya kesehatan ibu agak terganggu, lemah atau kurang gizi, seorang ibu masih tetap bisa menghasilkan ASI yang cukup baginya.

Seorang bayi dianggap cukup mendapatkan ASI jika terdapat penambahan berat badan yang signifikan, bayi merasa puas dan kenyang setelah menetek, kemudian tidur selama 2-4 jam, serta buang air kecil atau besar dengan frekuensi minimal enam kali dalam sehari-semalam.

d. Makanan ibu menyusui.

Pada prinsipnya, makanan yang diberikan kepada ibu yang sedang menyusui, harus cukup mengandung kalori (energi) untuk dapat mengganti energi yang dikeluarkan maupun yang dibutuhkan untuk menghasilkan air susu. Komposisi bahan makanan yang terkandung dalam diet diusahakan seimbang dan dapat memenuhi kebutuhan nutrien untuk menjaga stamina dan berat badan ibu selama penyusuan. Hendaknya ibu yang sedang menyusui mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung zat besi, zat kapur dan vitamin A. Zat besi terdapat pada hati, kacangan-kacangan (tahu dan tempe), dan sayuran yang berwarna hijau tua. Zat kapur terdapat pada ikan teri, hati, susu, kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin A banyak terdapat pada telur, hati, ikan teri, susu, minyak goreng, sayuran yang berwarna hijau dan buah-buahan yang berwarna kuning dan orange.

Ibu yang sedang berada pada fase menyusui, sebaiknya mengurangi konsumsi kopi dan teh, karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Kalsium juga dapat menghalangi penyerapan zat besi, waktu minum susu juga perlu diperhatikan. Dianjurkan tidak minum susu atau sumber kalsium lain, setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Jarak waktu minimal antara pengsumsian zat besi dengan kalsium adalah 1,5-2 jam (Arif, 2009).D. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2008). Sedangkan menurut Talbot (1995), yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005) pengetahuan adalah informasi, dan penemuan adalah proses kreatif untuk mempertahankan pengetahuan baru.

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Benjamin Bloom (1908), pengetahuan dibagi menjadi beberapa tingkatan yang selanjutnya disebut dengan Taksonomi Bloom. Menurut Bloom, pengetahuan dibagi atas: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoadmojo, 2008).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri dari enam tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (Know)

Mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Misalnya dapat melaksanakan atau menggunakan prinsipprinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang ada.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponenkomponen tetapi masih ada kaitannya. Misalkan dapat membedakan tanda persalinan normal atau tidak normal.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasiformulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penilaian tetap terhadap suatu materi objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan kehamilan atau persalinan normal dengan kehamilan atau persalinan tidak normal (pathologi). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, menanyakan materimateri yang akan diukur dari responden ke dalam pengetahuan yang kita ketahui (Notoadmojo, 2008).

E. Kerangka KonseptualKonsep merupakan abtraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus (Saryono, 2008).

Dari gambar diagram di atas terlihat bahwa variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar di Ruangan Nifas RSU Anutapura Palu tahun 2011.

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu

Teknik Menyusui Yang Benar

9