BAB II ANALISIS DATA - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112066_bab2.pdf · lebih...

157
BAB II ANALISIS DATA Pada Bab II ini akan membahas mengenai tiga hal, (1) bentuk campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri, (2) fungsi campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri, (3) faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri. A. Bentuk Campur Kode dalam Acara Hello Dangdut (HelDa) Radio Wijang Songko FM Kota Kediri 1. Bentuk Campur Kode Kata a. Campur Kode Kata dalam Bahasa Indonesia. Data (4) Dul : “Alah-alah wong lek tanggal ki rumasaku kabeh apik sing elek mek tanggal Minggu tok, hari Minggu wi paling elek” (D4/RWS/1/3/2016) „Alah-alah kalau tanggal itu menurutku semua bagus yang tidak bagus itu hanya tanggal Minggu saja, hari Minggu itu yang paling jelek‟ Menik : “Lha nyapo?” „hla kenapa?‟ Dul : “...raisa gadhekne„...tidak bisa menggadaikan‟ Dalam tuturan pada data (4) Alah-alah wong lek tanggal ki rumasaku kabeh apik sing elek mek tanggal Minggu tok, hari Minggu wi paling elek„Alah- alah kalau tanggal itu menurutku semua bagus yang tidak bagus itu hanya tanggal Minggu saja, hari Minggu itu yang paling jelek‟. Terdapat peristiwa campur kode berupa penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata hari „hari‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern. 30

Transcript of BAB II ANALISIS DATA - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112066_bab2.pdf · lebih...

30

BAB II

ANALISIS DATA

Pada Bab II ini akan membahas mengenai tiga hal, (1) bentuk campur

kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri,

(2) fungsi campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko

FM Kota Kediri, (3) faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam

acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri.

A. Bentuk Campur Kode dalam Acara Hello Dangdut (HelDa) Radio

Wijang Songko FM Kota Kediri

1. Bentuk Campur Kode Kata

a. Campur Kode Kata dalam Bahasa Indonesia.

Data (4)

Dul : “Alah-alah wong lek tanggal ki rumasaku kabeh apik sing elek mek

tanggal Minggu tok, hari Minggu wi paling elek” (D4/RWS/1/3/2016)

„Alah-alah kalau tanggal itu menurutku semua bagus yang tidak bagus itu

hanya tanggal Minggu saja, hari Minggu itu yang paling jelek‟

Menik : “Lha nyapo?”

„hla kenapa?‟

Dul : “...raisa gadhekne”

„...tidak bisa menggadaikan‟

Dalam tuturan pada data (4) “Alah-alah wong lek tanggal ki rumasaku

kabeh apik sing elek mek tanggal Minggu tok, hari Minggu wi paling elek„Alah-

alah kalau tanggal itu menurutku semua bagus yang tidak bagus itu hanya tanggal

Minggu saja, hari Minggu itu yang paling jelek‟. Terdapat peristiwa campur kode

berupa penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata hari „hari‟. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

30

31

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (4) diatas adalah

memberikan penekanan. Kata hari digunakan oleh penutur untuk meyakinkan

bahwa hari Minggu itu adalah hari yang terjelek karena pegadaian tutup dan tidak

bisa menggadaikan barang. Jika memungkinkan kata hari bisa diganti

menggunakan kata dina dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

untuk menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata dari bahasa

Indonesia karena ingin menjelaskan maksud tertentu, menurut penutur hari

Minggu adalah hari yang tidak baik.

Data (5)

Menik : “Rumasane apa mak-mak tukokne legging ki, nyapo ta Lik kok mbok keki

legging ki?”

„Dikira apa ibu-ibu dibelikan legging, kenapa Lik kamu kasih legging ini?‟

Dul : “...wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa pitikku, terus pitikku perawan

loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman saja” (D5/RWS/1/3/2016)

„...sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayammku, lalu ayamku

perawan dua yang aku beli kemarin aman-aman saja‟

Dalam tuturan pada data (5) “...wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa

pitikku, terus pitikku perawan loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman

saja„...sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayamku, lalu ayamku

perawan dua yang aku beli kemarin aman-aman saja‟. Terdapat peristiwa campur

kode berupa penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata merkosa

„memperkosa‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (5) diatas adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Kata merkosa digunakan penutur agar para

pendengar radio tersebut merasa terhibur dan obrolan tersebut menjadi

komunikatif dengan topik yang sedang dibicarakan oleh penutur dan mitra tutur.

32

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur memasukkan kata dari bahasa

Indonesia tersebut karena dirasa lebih tepat untuk menggunakannya daripada

harus mencari padaannya dalam bahasa Jawa.

Data (6)

Menik : “Heem”

„Iya‟

Dul : “Diongkek ngalor, beyeh..aku bengi tak senteri. Lho madep ngalor

maneh, bengi tak ongkek ngidul maneh” (D6/RWS/1/03/2016)

„Diputar ke utara, beyeh.. malam saya senteri lagi. Lho menghadap ke

utara lagi, malamnya saya putar lagi menghadap selatan‟

Dalam tuturan pada data (6) “Diongkek ngalor, beyeh..aku bengi tak

senteri. Lho madep ngalor maneh, bengi tak ongkek ngidul maneh „Diputar ke

utara, beyeh.. malam saya senteri lagi. Lho menghadap ke utara lagi, malamnya

saya putar lagi menghadap selatan‟. Terdapat peristiwa campur kode berupa kata

dari bahasa Indonesia yaitu senter „senter‟. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (6) diatas adalah

lebih mudah untuk diucapkan. Kata senter digunakan oleh penutur karena sulit

untuk mencari padanan katanya dalam bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiaasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia tersebut karena

kebiasaan dari penutur yang sudah terbiasa menyebut kata tersebut untuk

menggambarkan benda yang bisa untuk menerangi pengganti dari lilin.

Data (7)

33

Dul : “Wis dulur wis ora usah melu ongkek-ongkekan kaya aku, ora usah melu

nyuali pitik kaya genku, aku ki sebabe dendam karo tanggaku, lak pitikku

gawe sual ngene kabeh,...” (D7/RWS/01/03/2016)

„Sudah jangan ikut-ikut saya memutar pisang, tidak usah ikut memakaikan

celana pada ayam, karena saya ini dendam dengan tetanggaku, kalau

ayamku saya pakaikan celana semua,...”

Menik : “Ora pisan dikaosi ngono?”

„tidak sekalian dipakaikan baju?‟

Dalam tuturan pada data (7) “Wis dulur wis ora usah melu ongkek-

ongkekan kaya aku, ora usah melu nyuali pitik kaya genku, aku ki sebabe dendam

karo tanggaku, lak pitikku gawe sual ngene kabeh,...”„Sudah jangan ikut-ikut

saya memutar pisang, tidak usah ikut memakaikan celana pada ayam, karena saya

ini dendam dengan tetanggaku, kalau ayamku saya pakaikan celana semua,...”

Terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Inonesia yaitu dendam

‟dendam‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (7) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Kata dendam digunakan oleh penutur karena ingin

menunjukkan rasa marahnya terhadap tetangganya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor untuk

mendapatkan ungkapan yang pas. Penutur memasukkan kata dari bahasa

Indonesia tersebut karena merasa bahwa kata tersebut sepadan dengan apa yang

dirasakan oleh penutur.

Data (8)

Menik : “Ya ngmong-ngomong soal pitik sing ngendog, yo smse wis uakeh yo”

(D8/RWS/1/03/2016)

„ya kalau membicarakan soal ayam yangbertelur, ayo smsnya sudah

banyak‟

Dul : “Lek iki dudu pitik ngendog, jane aku dek ingi ditinggal anakku bojoku,

aku ning omah dewe turu”

„kalau ini bukan ayam yang bertelur, kemarin saya ditinggal anak dan

istriku, saya dirumah sendirian tidur”

34

Dalam tuturan pada data (8) “Ya ngmong-ngomong soal pitik sing

ngendog, yo smse wis uakeh yo” „Ya kalau membicarakan soal ayam

yangbertelur, ayo smsnya sudah banyak‟ terdapat peristiwa campur kode berupa

kata dari bahasa Indonesia soal. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (8) diatas adalah

menunjukan maksud tertentu. Kata soal digunakan oleh penutur untuk

menjelaskan topik pembicaraan yang akan dibawakan dalam acara tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia tersebut karena

bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang sudah sering digunakan oleh

penutur.

Data (9)

Dul : “Beh jan asap ki ngebeki omah iki lo” (D9/RWS/1/03/2016)

„Asap ini memenuhi ruangan‟

Menik : “Kobongan bek‟e”

„Sepertinya kebakaran‟

Dalam tuturan pada data (9) “Beh jan asap ki ngebeki omah iki lo” „Asap

ini memenuhi ruangan‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa

Indonesia yaitu asap. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (9) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Kata asap digunakan oleh penutur karena dirasa lebih

mudah untuk diucapkan daripada mengucapkan kata keluk dalam bahasa Jawa.

35

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

untuk menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata dari bahasa

Indonesia karena penutur ingin menjelaskan keadaan dari rumah penutur yang

sedang dipenuhi asap kemudian diperkirakan terjadinya kebakaran.

Data (10)

Dul : “Aku bareng ngono „tulung-tulung omahku kobong omahku kobong‟,

dadakna aku setengah sadar teka ngarepan diceluk RT genku”

(D10/RWS/1/03/2016)

„setelah itu saya berteriak „tolng-tolong rumah saya terbakar‟, setelah saya

setengah sadar dari depan dipanggil oleh pak RT‟

Menik : “Ngeri Lik”

„Mengerikan Lik‟

Dalam tuturan pada data (10) “Aku bareng ngono „tulung-tulung omahku

kobong omahku kobong‟, dadakna aku setengah sadar teka ngarepan diceluk RT

genku” „setelah itu saya berteriak „tolng-tolong rumah saya terbakar‟, setelah saya

setengah sadar dari depan dipanggil oleh pak RT‟ terdapat peristiwa campur kode

berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu sadar. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (10) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Kata sadar digunakan dalam berkomunikasi dengan

penutur sehingga memperlancar jalalannya komunikasi penutur dengan mitra

tutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur memasukkan gabungan dari kata setengah sadar karena

penutur dalam berkomunikasi dengan masyarakat saat ini sering kali

36

menggunakan gabungan dari tersebut untuk memudahkan dalam berkomunikasi

dibandingkan menggunakan padanan kata tersebut dalam bahasa Jawa.

Data (11)

Menik : “Dodok-dodoke kurang banter, Ini mas Tarminta dek Nganjuk. Ya jelas

pitike dikrangkeng....” (D11/RWS/1/03/2016)

„Mengetuk pintunya kurang keras, ini mas Tarminta di Nganjuk, ya jelas

ayamnya dikurung‟

Dul : Mesakne pitik lek dikrangkeng, lek pitik jawa kan umume diculne....”

„Kasihan ayam kalau dikurug, kalau ayam Jawa biasanya dilepas‟

Dalam tuturan pada data (11) Dodok-dodoke kurang banter, Ini mas

Tarminta dek Nganjuk. Ya jelas pitike dikrangkeng....” „Mengetuk pintunya

kurang keras, ini mas Tarminta di Nganjuk, ya jelas ayamnya dikurung‟ terdapat

dua peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu ini dan jelas.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (11) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Campur kode tersebut digunakan oleh penutur agar

mudah diapahami sehingga membuat percakapan menjadi lebih lancar. Jika

memungkinkan kata tersebut dapat diganti menggunakan kata dalam bahasa Jawa

yaitu iki dan cetha.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia tersebut karena kata

ini sering digunakan oleh penutur dalam komunikasi di dalam membawakan

acaranya.

Data (12)

Menik : “Stress bek‟e”

„Sepertinya stress‟

37

Dul : “Iya kaya ayam alas, bekisar ngono ketok apik. Lha pitik jawa

dikrangkeng ngono apa arep dipakakne ula ngono dikrangkeng”

(D12/RWS/1/03/2016)

„ya seperti ayam hutan, bekisar seperti itu terlihat bagus. Lha ini ayam

Jawa dikurung seperti itu apa mau diumpankan ular dikurung seperti itu‟

Dalam tuturan pada data (12) “Iya kaya ayam alas, bekisar ngono ketok

apik. Lha pitik jawa dikrangkeng ngono apa arep dipakakne ula ngono

dikrangkeng” „ya seperti ayam hutan, bekisar seperti itu terlihat bagus. Lha ini

ayam Jawa dikurung seperti itu apa mau diumpankan ular dikurung seperti itu‟

terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu ayam.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (12) lebih mudah

diucapkan. Kata ayam digunakan oleh penutur karena lebih mudah untuk

diucapkan dan mudah untuk dipahami sehingga komunikasi antara mitra tutur dan

penutur menjadi lancar. Jika memungkinkan kata tersebut dapat diganti

menggunakan kata dalam bahasa Jawa yaitu pitik.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah menjelaskan

maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk menjelaskan bahwa

jenis ayam yang dimaksudkan itu lebih bagus ketika dikurung daripada jenis ayam

kampung.

Data (13)

Menik : “Hooh hiasan. Lek iki teka gone mas Ardahalid ning Blitar wi lo carane

digawa ndek kamar lampune dipateni karo muni hake-hake ngko lak

ngendog”

„Iya hiasan. Kalau ini dari mas Ardahalid di Blitar itu caranya dibawa ke

kamar lampunya dimatikan sambil teriak hake-hake nanti juga bertelur‟

Dul : “Cah iki ngono pengalamane takon aku „lik Dul sampeyan kok isa bojo

sampeyan duwe anak ki piye?‟, aku kan tak jelasne, lhawong Ardan ki sik

cilik. (D13/RWS/1/03/2016)

38

„Anak ini pengalamannya tanya saya „lik Dul kok istrimu bisa punya anak

ini bagaimana?‟, saya jelaskan, tapi Ardan itu masih kecil‟

Dalam tuturan pada data (13) “Hooh hiasan. Lek iki teka gone mas

Ardahalid ning Blitar wi lo carane digawa ndek kamar lampune dipateni karo

muni hake-hake ngko lak ngendog”„Hooh hiasan. Kalau ini dari mas Ardahalid di

Blitar itu caranya dibawa ke kamar lampunya dimatikan sambil teriak hake-hake

nanti juga bertelur‟“Cah iki ngono pengalamane takon aku „lik Dul sampeyan

kok isa bojo sampeyan duwe anak ki piye?‟, aku kan tak jelasne, lhawong Ardan

ki sik cilik” „Anak ini pengalamannya tanya saya „lik Dul kok istrimu bisa punya

anak ini bagaimana?‟, saya jelaskan, tapi Ardan itu masih kecil‟ terdapat dua

peristiwa campur kode dari penyiar ke-I dan penyiar ke-2 secara beruntun, campur

kode tersebut berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu hiasan dan pengalaman.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (13) diatas adalah

menjelaskan maksud tertentu. Kata pengalaman digunakan oleh penutur karena

ingin memberikan penekanan bahwa Ardan pernah belajar kepada penutur.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur menggunakan kata tersebut karena

tidak mendapatkan padanan kata yang tepat dalam bahasa Jawa lalu penutur juga

ingin menceritakan apa yang dia rasakan tetapi tidak bisa karena Ardan masih

kecil.

Data (14)

Dul : “Mbok pakani ae terus barono ngendog terus bagianmu, byoh byoh

lhakok penak tenan. Untung awakmu ra dadi tanggaku”

(D14/RWS/1/03/2016)

39

„Kamu kasih makan saja sampai bertelur lalu bagianmu, byoh byoh lhakok

enak sekali. Beruntung kamu menjadi tetanggaku‟

Menik : “Lha nyapo?”

„Kenapa?‟

Dalam tuturan pada data (14) “Mbok pakani ae terus barono ngendog

terus bagianmu, byoh byoh lhakok penak tenan. Untung awakmu ra dadi

tanggaku” „Kamu kasih makan saja sampai bertelur lalu bagianmu, byoh byoh

lhakok enak sekali. Beruntung kamu menjadi tetanggaku‟ terdapat peristiwa

campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu bagianmu. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (14) diatas adalah

untuk menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk

memberikan penekanan bahwa telur itu sebenarnya bukan milik dari tetangganya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia

karena Lik Dul sebagai penutur ingin menjelaskan bahwa sebenarnya telur itu

miliknya bukan menjadi milik tetangganya.

Data (15)

Menik : “Wis ra duwe pitik bendina nampa ndoge tok”

„Sudah tidak punya ayam setiap hari menerima telurnya saja‟

Dul : “Saiki pitik paling cantik ki pitikku” (D15/RWS/1/03/2016)

„Sekarang ayam yang cantik ini ayamku‟

Dalam tuturan pada data (15) “Saiki pitik paling cantik ki pitikku”

„Sekarang ayam yang cantik ini ayamku‟ terdapat peristiwa campur kode berupa

kata dari bahasa Indonesia yaitu cantik. Campur kode inidisebut dengan campur

kode intern.

40

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (15) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Kata cantik digunakan oleh penutur supaya

menghibur para pendengar dan menimbulkan kelucuan. Jika memungkinkan kata

tersebut dapat digantikan menggunakan kata dalam bahasa Jawa yaitu ayu.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk

menjelaskan bahwa ayamnya adalah ayam yang paling bagus diantara ayam yang

lain di daerahnya.

Data (16)

Menik : “Kenapa pitik paling cantik? Ih pitik paling cantik emang gawe gincu?”

(D16/RWS/1/03/2016)

„Kenapa ayam paling cantik? Ih ayam paling cantik emang memakai

lipstik‟

Dul : “Pitike wedok tak potong gen pas gulune, gulune kuwi tak potong, tak

potong ndek-ndek ngono”

„Ayam betina saya potong di lehernya, bulu dilehernya kupotong pendek

seperti itu‟

Dalam tuturan pada data (16) “Kenapa pitik paling cantik? Ih pitik paling

cantik emang gawe gincu?” „Kenapa ayam paling cantik? Ih ayam paling cantik

emang memakai lipstik‟ terdapat dua peristiwa campur kode berupa kata dari

bahasa Indonesia yaitu kenapa dan emang. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (16) diatas adalah

lebih prestice atau lebih bergengsi. Kata kenapa dan emang digunakan oleh

Menik karena penutur masih tergolong dalam usia muda yang saat ini banyak

yang menggunakan bahasa gaul dalam kesehariannya dan menguasai bahasa lain

selain bahasa yang digunakan dalam percakapan tersebut.

41

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

dari penutur. Penutur menggunakan kata tersebut dikarenakan sosial dari penutur

sendiri, Menik sebagai penyiar yang tergolong masih muda dan memiliki

pergaulan yang luas menggunakan bahasa gaul yang dimasukkan ke dalam

percakapnnya dengan mitra tuturnya agar terlihat lebih bervariasi.

Data (17)

Menik : “Iyah terus?”

„Ya lalu?‟

Dul : “Cucuke tak cat abang” (D17/RWS/1/03/2016)

„Paruhnya aku cat merah‟

Dalam tuturan pada data (17) “Cucuke tak cat abang” „Paruhnya aku cat

merah. Terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu

cat. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (17) diatas adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Lik Dul sebagai penutur sekaligus penyiar

ingin menghibur para pendengar sehingga Lik Dul menggunakan kata tersebut

agar bahasa yang digunakan lebih bervariasi dan menimbulkan kelucuan.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang tepat. Kata tersebut digunakan oleh penutur agar

lebih mudah diucapkan dan mitra tutur lebih mudah untuk memahaminya.

Data (18)

Dul : “Terus gone dadane ya tak cukur dadi ketok telihe ngono, wah”

„Lalu bagian dadanya juga ku potong jadi kelihatan ampelanya, wah‟

Menik : “Weh seksi” (D18/RWS/1/03/2016)

„Weh seksi‟

42

Dalam tuturan pada data (18) “Weh seksi” „Weh seksi‟ terdapat peristiwa

campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu seksi. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (18) diatas adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Kata seksi biasa digunakan untuk seseorang

yang mempunyai bentuk badan yang bagus tetapi pada percakapan ini tak lazim

karena ditujukan untuk seekor ayam sehingga membuat kelucuan pada percakapan

tersebut.

Faktor yang melatar belakangi campur kode ini adalah faktor dari

kebiasaan. Menik sebagai penutur menggunakan kata seksi karena pada era ini

kata tersebut sudah sering digunakan oleh masyarakat dan dalam bahasa Jawa

sulit mencari padanan kata untuk menggantikan maksud dari kata tersebut.

Data (19)

Dul : “Tak nggeni legging ngono, pitik jago lak ruh telihe ngono gak enek

tutupe ngono beyeh, pitik jago pada pekeker-pekeker, njebebeh-jebebeh

ngono pitike jago lak ruh pitikku”

„saya pakaikan legging, ayam jago kalau melihat ampelanya tidak tertutupi

seperti itu beyeh, ayam jago pekeker-pekeker, jebebeh-jebebeh ayamnya

kalau melihat ayamku‟

Menik : “Beyeh montok, bohay” (D19/RWS/1/03/2016)

„beyeh, montok, bohay‟

Dalam tuturan pada data (19) “Beyeh montok, bohay” „beyeh, montok,

bohay‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kalimat dari bahasa Indonesia yaitu

montok. Campur kode ini disebut dengan dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (19) diatas adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Menik sebagai penutur menggunakan kata

43

tersebut untuk membuat kelucuan karena keadaan ayam yang disamakan dengan

keadaan manusia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor untuk

mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur memasukkan kata tersebut karena

ingin mendapatkan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ayam yang

sudah didandani oleh pemiliknya.

Data (20)

Dul : “Bangkok sing potongane-potongane kaya koboi ngono”

(D20/RWS/1/03/2016)

„Ayam bangkok yang seperti koboy itu‟

Menik : “Potongan koboy? Enek ta lik pitik potongan koboy?”

„Seperti koboy? Adakah Lik ayam seperti koboi?‟

Dalam tuturan pada data (20) “Bangkok sing potongane-potongane kaya

koboi ngono” „Ayam bangkok yang seperti koboi itu‟ terdapat peristiwa campur

kode berupa kata dari bahasa Indonesia koboi. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (20) diatas adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Kata koboi digunakan oleh Lik Dul yang

ingin mendapatkan ayam yang sesuai dengan keinginannya dengan

menggambarkannya seperti seorang koboi.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode dalam percakapan

ini adalah faktor menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata tersebut

karena menginginkan ayam jantan yang digambarkan seperti para koboi, gagah

dan kuat.

Data (21)

44

Dul : “Apa ra kesel diuber-uber nganti kesel barono pitikku ndodok dilingguhi

ngono kae katik kirik-kirik ngono kae, bar kirik-kirik kluruk ngono kae,

beh jan kemlinti pitik-pitiki”

„Apa tidak capek dikejar-kejar sampai capek lalu ayamku jongkok

diduduki lalu bersuara seperti itu ayam-ayam ini sok sekali‟

Menik : “Duh saknoe. Ini teka mas Didik, Sidomulya, dikurung ae lo terus

dirantai ben ga isa kabur, lha pitike pitik wedoke penuh perasaan mosok

dikurung dirante lak nelangsa malahan” (D21/RWS/01/3/2016)

„Aduh kasihan. Ini dari mas Didik, Sidomulya, dimasukkan sangkar saja

lalu dirantai supaya tidak lepas, lha ayamnya betina penuh dengan rasa

masa dikurung dirantai nanti jadi sedih‟

Dalam tuturan pada data (21) “Duh saknoe. Ini teka mas Didik,

Sidomulya, dikurung ae lo terus dirantai ben ga isa kabur, lha pitike pitik wedoke

penuh perasaan mosok dikurung dirante lak nelangsa malahan” „Aduh kasihan.

Ini dari mas Didik, Sidomulya, dimasukkan sangkar saja lalu dirantai supaya tidak

lepas, lha ayamnya betina penuh dengan rasa masa dikurung dirantai nanti jadi

sedih‟ terdapat dua peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu

dirantai dan penuh. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (21) diatas adalah

menjelaskan maksud tertentu. Kata dirantai dan penuh digunakan karena

pengirim sms ingin menjelaskan bahwa ayamnya supaya tidak lepas dipakaikan

tali dari cincin logam yang tersusun panjang, kata penuh dalam tuturan ini

berfungsi sebagai kepemilikan yaitu memiliki rasa yang halus.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

keinginan menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata yang

menyebabkan terjadinya campur kode karena penutur ingin menjelaskan kepada

pendengar bahwa dengan dirantai ayam yang dipelihara tidak akan lepas,

kemudian kata penuh memberikan penekanan bahwa ayam juga memiliki rasa

seperti manusia.

45

Data (22)

Dul : “Aku iki tau duwe pitiki ngene ben pitike gak ngedog karepku wis pegel

aku soale apa, lak ngendog mesthi dipek tanggaku, jan tanggaku raduwe

perasaan blas karo aku merga duwe pitik jago” (D22/RWS/1/03/2016)

„Saya pernah punya ayam begini supaya ayamnya tidak bertelur keinginan

saya karena sudah jengkel kalau bertelur selalu diambil tetanggaku, tidak

punya perasaan sama sekali dengan saya karena punya ayam jago‟

Menik : “Heem”

„iya‟

Dalam tuturan pada data (22) “Aku iki tau duwe pitiki ngene ben pitike gak

ngedog karepku wis pegel aku soale apa, lak ngendog mesthi dipek tanggaku, jan

tanggaku raduwe perasaan blas karo aku merga duwe pitik jago” „Saya pernah

punya ayam begini supaya ayamnya tidak bertelur keinginan saya karena sudah

jengkel kalau bertelur selalu diambil tetanggaku, tidak punya perasaan sama

sekali dengan saya karena punya ayam jago‟ terdapat peristiwa campur kode

berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu perasaan. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan dari penggunaan campur kode pada data (22) diatas

adalah menjelaskan maksud tertentu. Kata perasaan menjelaskan bahwa tetangga

dari penutur tidak memiliki pertimbangan batin terhadap penutur karena tetangga

dari penutur memiliki ayam jago dan telur hasil dari ayamnya selalu diambil oleh

tetangganya tanpa memikirkan kondisi dari penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor dari

kebiaasaan. Kata perasaan sering sekali digunakan oleh masyarakat dalam

komunikasinya untuk menggambarkan rasa batin kemudian juga membuat

maksud percakapan lebih mudah untuk dimengerti oleh lawan bicara.

Data (23)

46

Menik : “Lha iki lo mbak Tika”

„Lha ini dari mbak Tika‟

Dul : “Ora isa lek ndoge pitik dadi pitik sing isa ming dadi lawuh wi lo”

„Tidak bisa kalau telurnya sudah jadi ayam bisanya hanya menjadi lauk‟

Menik : “Ya pas bentuke ndog diparo ae Lik” (D23/RWS/1/03/2016)

„Ya waktu bentuknya telur dibagi jadi dua saja Lik‟

Dalam tuturan pada data (23) “Ya pas bentuke ndog diparo ae Lik” „Ya

waktu bentuknya telur dibagi jadi dua saja Lik‟ terdapat peristiwa campur kode

berapa kata dari bahasa Indonesia bentuk. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (23) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Kata bentuk digunakan oleh penutur untuk memperlancar

komunikasi karena kata tersebut lebih mudah dimengerti.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata bentuk sering sekali kita dengar dan diucapkan oleh orang maka

penutur menggunakan kata ini karena kebiasaan dari masyarakat yang sering

menyebutnya.

Data (24)

Dul : “Ora mungkin lek maro piye? Wong aku ae ra ruh kok lek ngendog”

(D24/RWS/1/03/2016)

„Tidak mungkin membelahnya bagaimana? Aku saja tak tahu bertelurnya‟

Menik : “Lak ndoge sepuluh ya lima-lima”

„Kalau telurnya sepuluh ya lima, lima‟

Dalam tuturan pada data (24) “Ora mungkin lek maro piye? Wong aku ae

ra ruh kok lek ngendog” „Tidak mungkin membelahnya bagaimana? Aku saja tak

tahu bertelurnya‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa

Indonesia yaitu mungkin. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

47

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (24) diatas adalah

lebih tepat digunakan. Jika memungkinkan kata mungkin dapat digunakan dalam

percakapan ini daripada kata dalam bahasa Jawa mbok menawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaaan. Kata mungkin sering kali kita dengar dan diucapkan oleh orang kata

inilah yang akhirnya dipilih oleh penyiar untuk menggambarkan sesuatu yang

mustahil baginya.

Data (25)

Dul : “...aku suwi-suwi pegel karo tanggaku kuwi, tak laporne pokoke aku

jaluk tuntutan lek nyolong pitik kuwi petang sasi....”

(D25/RWS/1/03/2016)

„...saya lama-lama jengkel dengan tetanggaku itu, saya laporkan saya

minta tuntutan kalau mencuri ayam itu empat bulan....‟

Menik : “Lha nyapo dibalekne?”

„Kenapa dikembalikan?‟

Dalam tuturan pada data (25) “...aku suwi-suwi pegel karo tanggaku kuwi,

tak laporne pokoke aku jaluk tuntutan lek nyolong pitik kuwi petang sasi....”

„...saya lama-lama jengkel dengan tetanggaku itu, saya laporkan saya minta

tuntutan kalau mencuri ayam itu empat bulan....‟ terdapat peristiwa campur kode

berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu tuntutan. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (25) diatas adalah

lebih tepat digunakan. Penutur menggunakan kata tersebut karena tidak ada

padanan dalam bahasa Jawa jadi penutur menggunakan kata tersebut agar

komunikasi lancar.

48

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

menjelaskan maksud dari penutur bahwa iya akan melapor ke kantor polisi karena

Lik Dul merasa marah dengan tetangganya yang sudah mengambil ayamnya

penutur meminta hukuman pencuri ayamnya selama empat bulan.

Data (26)

Menik : “...ya Alloh emange sapi? Emange wedhus? Di IB barang”

„ya Alloh emangnya sapi? Emangnya kambing? Di IB juga‟

Dul : “Eh tak kandani pitik ki bisa di IB juga, aku kan pitike tanggaku di IB

ngono kuwi akhire manak ora dadi ki” (D26/RWS/1/03/2016)

„Eh saya bilangi ayam ini bisa di IB juga, ayam tetanggaku di IB juga

akhirnya bertelur tidak jadi‟

Dalam tuturan pada data (26) “Eh tak kandani pitik ki bisa di IB juga, aku

kan pitike tanggaku di IB ngono kuwi akhire manak ora dadi ki” „Eh saya bilangi

ayam ini bisa di IB juga, ayam tetanggaku di IB juga akhirnya bertelur tidak jadi‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul dalam tuturan,

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia juga.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (26) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur. Kata tersebut mudah dimengerti sehingga

membuat percakapan menjadi lancar. Jika memungkinkan kata juga dapat

digantikan dengan kata uga.

Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Lik Dul menggunakan kata tersebut agar mudah dimengerti oleh para

pendengar dan lawan tutur, kata tersebut juga sudah sering dipakai oleh

kebanyakan orang.

Data (27)

49

Dul : “Aku ngono ya, sampeyan dulur sampeyan lak ruh pitikku ning omah telu

aku tas tuku pitik perawan loro sik dara-dara cilik-cilik ngono....”

(D27/RWS/1/03/2016)

„Saya itu ya, saudara-saudara semuanya kalau tahu ayamku di rumah tiga

saya baru saja membeli ayam perawan dua masih kecil-kecil‟

Dalam tuturan pada data (27) “Aku ngono ya, sampeyan dulur sampeyan

lak ruh pitikku ning omah telu aku tas tuku pitik perawan loro sik dara-dara cilik-

cilik ngono....” „Saya itu ya, saudara-saudara semuanya kalau tahu ayamku di

rumah tiga saya baru saja membeli ayam perawan dua masih kecil-kecil‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh penutur, campur kode ini terjadi

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu perawan. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi dari peggunaan campur kode pada data (27) diatas

adalah untuk membangkitkan rasa humor. Lik Dul memilih menggunakan kata

perawan untuk membuat kelucuan dalam siarannya penutur menganggap

ayamnya sama dengan seorang gadis dengan menyebutnya sebagai perawan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud. Penutur menyisipkan kata tersebut karena ingin

menjelaskan bahwa ayamnya itu ibarat gadis yang masih polos belum pernah

tersentuh oleh laik-laki sama sekali.

Data (28)

Dul : “Terus kan mlebu omahku ngono pitikke isine mek ngeker-ngeker pitikku

wedok akhire pitikku wedok tak tukokne pembrondol bulu”

(D28/RWS/1/03/2016)

„Lalu masuk rumahku ayamnya hanya mengganggu ayam betinaku

akhirnya ayamku aku belikan perontok bulu‟

Menik : “Apa ki pembrodol bulu?”

„Apa ini perontok bulu?‟

50

Dalam tuturan pada data (28) “Terus kan mlebu omahku ngono pitikke

isine mek ngeker-ngeker pitikku wedok akhire pitikku wedok tak tukokne

pembrondol bulu” „Lalu masuk rumahku ayamnya hanya mengganggu ayam

betinaku akhirnya ayamku aku belikan perontok bulu‟ terdapat peristiwa campur

kode yang dilakukan oleh Lik Dul sebagai penutur, campur kode ini terjadi

ditandai dengan masuknya afiksasi dan kata dari bahasa Indonesia yaitu pe- dan

bulu ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (28) diatas untuk

membangkitkan rasa humor. Kata pembrondol bulu digunakan oleh Lik Dul untuk

membuat suasana jadi tidak monoton dan menimbulkan kelucuan yang

mengundang tawa dari mitra tutur dan para pendengar jika memungkinkan kata

bulu dapat digantikan dengan wulu.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur. Penutur yaitu sebagai penyiar acara bertema hiburan pasti memiliki

selera humor yang tinggi sehingga memilih kata tersebut agar lebih bervariasi

dalam berkomunikasinya dan dapat menghibur para pendengarnya dengan

menciptakan celetukan-celetukan yang aneh.

Data (29)

Dul : “Pitikku akhire aman wis ora enek ulune blas....”

„Ayamku akhirnya aman tidak punya bulu sama sekali‟

Menik : “Hooh buka aurat pitik wi” (D29/RWS/1/03/2016)

„Iya buka aurat ayam itu‟

Dalam tuturan pada data (29) “Hooh buka aurat pitik wi” „Iya buka aurat

ayam itu‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik, campur

51

kode terjadi ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu aurat ke

dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (29) diatas

menunjukkan maksud tertentu. Kata aurat memberikan penekanan pada bagian

tubuh yang seharusnya ditutupi.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang pas. Menik menyisipkan kata tersebut untuk

mendapatkan kata yang tepat karena tubuh ayam yang seharusnya tertutupi

sekarang menjadi terlihat karena sudah tidak memiliki bulu.

Data (30)

Menik : “Ya bene ta lik, anggitmu pa ora nelangsa Lik dikucilkan ngono kuwi,

de‟e kan ya pengin bergaul ta yoan” (D30/RWS/1/03/2016)

„Biarkan saja Lik, menurutmu apa tidak sedih Lik dikucilkan seperti itu,

dia kan juga ingin bergaul‟

Dul : “Sing nelangsa ngeneki ya sing duwe pitik, ora tau mangan ndoge kok”

„Yang sedih yang punya ayam, tidak pernah makan telurnya‟

Dalam tuturan pada data (30) “Ya bene ta lik, anggitmu pa ora nelangsa

Lik dikucilkan ngono kuwi, de‟e kan ya pengin bergaul ta yoan” „Biarkan saja

Lik, menurutmu apa tidak sedih Lik dikucilkan seperti itu, dia kan juga ingin

bergaul‟ terdapat dua peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dalam

satu tuturan, campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia yaitu dikucilkan dan bergaul ke dalam bahasa yang digunakan yaitu

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (30) diatas adalah

lebih perestice atau bergengsi. Menik menyisipkan bahasa tersebut karena penutur

52

masih tergolong muda sehingga bahasa yang dipakai juga bahasa yang kekinian

dan terlihat modern.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial penutur yang berlatar pada sosial masyarakatnya yang luas dan masih muda

jadi bahasa yang digunakan pun bervariasi sesuai dengan anak muda saat ini.

Data (31)

Dul : “...terus bar ngono tak tokne, terus ngrogoh sing kedua ki pitike pas

angkrem, pitike pas angrem tak rogoh-rogoh panggah anteng ae, tak

demoki ndoge renek malah akeh gureme” (D31/RWS/1/03/2016)

„...lalu setelah itu aku biarkan, lalu saya mengambil yang kedua ini

ayamnya waktu mengerami, ayamnya waktu mengerami saya coba ambil

tetap diam saja, saya pegang telurnya tidak ada tetapi banyak kutunya‟

Dalam tuturan pada data (31) “...terus bar ngono tak tokne, terus ngrogoh

sing kedua ki pitike pas angkrem, pitike pas angrem tak rogoh-rogoh panggah

anteng ae, tak demoki ndoge renek malah akeh gureme” „...lalu setelah itu aku

biarkan, lalu saya mengambil yang kedua ini ayamnya waktu mengerami,

ayamnya waktu mengerami saya coba ambil tetap diam saja, saya pegang telurnya

tidak ada tetapi banyak kutunya‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Lik Dul, peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari

bahasa Indonesia yaitu kedua ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (31) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Kata kedua lebih mudah diucapakan daripada dalam

bahasa Jawa kaping pindho sehingga membuat komunikasi lebih lancar.

53

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata yang dipilih oleh penutur sangat lazim digunakan untuk

menyebutkan urutan dan sangat mudah untuk dipahami.

Data (32)

Dul : “Aku akhire pegel karo tanggaku kuwi,wis ngko lak pitikku panggah

ngene ae ngko lak ngendog panggah ning kana ae. Aku dek ingi tuku pitik

dara loro terus babonku sitok, terus babonku ngendog bolak-balik wis gak

tau netes ya gak tau ngrasakne ndog‟e ngendog‟e nangga terus, akhire

pitikku tak tukokne legging kabeh” (D32/RWS/1/3/2016)

„Akhirnya saya marah dengan tetangga saya itu, sudah kalau ayam saya

tetap seperti ini kalau bertelur tetap disana saja. Saya kemarin membeli

burung dara dua ceweknya satu, lalu bertelur terus tetapi tidak menetas

juga tak pernah merasakan telurnya, bertelurnya ditetangga akhirnya

ayamku, aku belikan legging semua‟

Dalam tuturan pada data (32) “Aku akhire pegel karo tanggaku kuwi,wis

ngko lak pitikku panggah ngene ae ngko lak ngendog panggah ning kana ae. Aku

dek ingi tuku pitik dara loro terus babonku sitok, terus babonku ngendog bolak-

balik wis gak tau netes ya gak tau ngrasakne ndog‟e ngendog‟e nangga terus,

akhire pitikku tak tukokne legging kabeh„Akhirnya saya marah dengan tetangga

saya itu, sudah kalau ayam saya tetap seperti ini kalau bertelur tetap disana saja.

Saya kemarin membeli burung dara dua ceweknya satu, lalu bertelur terus tetapi

tidak menetas juga tak pernah merasakan telurnya, bertelurnya ditetangga

akhirnya ayamku, aku belikan legging semua‟ terdapat dua peristiwa campur kode

sekaligus berupa penggunaan kata dalam bahasa Indonesia dan juga dalam Bahasa

Inggris yaitu kata akhire„akhinya dan legging‟legging‟. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern dan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (32) di atas adalah

lebih tepat untuk digunakan dan tidak ada padan kata. Kata akhir dan legging

54

lebih tepat untuk digunakan dan tidak ada padanan katanya sehingga penutur tidak

kesulitan dalam mencari kata lain dan komunikasi antara penutur dan mitra tutur

menjadi lebih lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah untuk

mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur memasukkan kata dari bahasa

Indonesia dan bahasa Asing karena ungkapan tersebut tidak ada padannya dalam

bahasa Jawa.

Data (33)

Dul : “Iki ya unik iki beritane”

„Ini juga unik beritanya‟

Menik : “Unik-unik apik iki” (D33/RWS/14/03/2016)

„Unik-unik bagus ini‟

Dalam tuturan pada data (33)“Unik-unik apik iki” „Unik-unik bagus ini‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur

kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (33) diatas adalah

lebih tepat digunakan. Perulangan tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa

Jawa sehingga tepat jika digunakan dalam tuturan ini untuk mewakili apa yang

ingin disampaikan oleh penutur tanpa harus menjelaskan dengan detail devinisi

dari unik.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaaan dari penutur yang setiap satu Minggu sekali dalam acara ini

membawakan tema tentang berita unik. Jadi penutur sudah terbiasa mengucapkan

kata tersebut.

55

Data (34)

Dul : “Ora anu ae diklumpukne ngko bar ngono digawe api-api”

(D34/RWS/14/03/2016)

„Tidak itu saja dikumpulkan nanti setelah itu dibuat api-api‟

Menik : “Rumasamu kayu ta Lik?”

„Menurutmu kayu ini Lik?‟

Dalam tuturan pada data (34)“Ora anu ae diklumpukne ngko bar ngono

digawe api-api” „Tidak itu saja dikumpulkan nanti setelah itu dibuat api-api‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Llik Dul. Peristiwa campur

kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (34) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan perulangan kata tersebutuntuk

memancing reaksi dari mitra tutur agar percakapan tersebut menjadi humoris.

Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan sesuatu. Penutur menganggap bahwa sesuatu yang seharusnya tidak

digunakan untuk membuat nyala api tetapi peutur menginginkan hal tersebut

untuk dikumpulkan dan diajadikan sebagai nyala api.

Data (35)

Dul : “Niki kula keki legging, legginge abang-abang, lek dina hari-hari biasa

ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang legginge niku”

(D35/RWS/1/03/2016)

„Ini saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari biasa

seperti ini hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya‟

Dalam tuturan pada data (35)“Niki kula keki legging, legginge abang-

abang, lek dina hari-hari biasa ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang

56

legginge niku” „Ini saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari

biasa seperti ini hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya‟ terdapat

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (35) adalah lebih

mudah diucapkan oleh penutur dan mudah dipahami sehingga membuat

komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasinya dan perulangan kata tersebut lazim digunakan oleh masyarakat

umum.

Data (36)

Menik : “Rumasane apa mak-mak tukokne legging ki, nyapo ta lik kok mbok keki

legging ki?”

„Dikira apa ibu-ibu debelikan legging, kenapa lik kamu kasih legging ki?‟

Dul : “...Wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa pitikku, terus pitikku perawan

loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman saja”

(D36/RWS/1/03/2016)

„...Sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayammku, lalu ayamku

perawan dua yang aku beli kemaren aman-aman saja‟

Dalam tuturan pada data (36)“...Wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa

pitikku, terus pitikku perawan loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman

saja” „...Sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayammku, lalu ayamku

perawan dua yang aku beli kemaren aman-aman saja‟ terdapat peristiwa campur

kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

57

masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur

kode ini desebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (36) diatas adalah

lebih mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh pendengar dan mitra tutur

sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Perulangan kata tersebut sudah sering kita dengarkan untuk

menggambarkan keadaan yang tidak terjadi apa-apa. Masyarkat sering

menggunakannya untuk menunjukkan suatu situasi tertentu.

Data (37)

Dul : “Lia, Lia kira-kira pitike nelek, pitike tanggamu ning kana mbok pakani

ae” (D37/RWS/1/03/2016)

„Lia, Lia kira-kira ayamnya membuang kotoran, ayamnya tetanggamu di

sana di kasih makan saja‟

Dalam tuturan pada data (37)“Lia, Lia kira-kira pitike nelek, pitike

tanggamu ning kana mbok pakani ae” „Lia, Lia kira-kira ayamnya membuang

kotoran, ayamnya tetanggamu di sana di kasih makan saja‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (37) adalah

maksud tertentu. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut ingin

mempertanyakan apa yang dilakukan oleh pengirim sms.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Perulangan kata tersebut sering digunakan oleh masyarakat untuk

58

menanyakan atau memperkirakan sesuatu yang belum terjadi. Penutur pun

menggunkan juga untuk mempertanyakan sesuatu kepada pengirim sms.

Data (38)

Menik : “Hah? Tok pupuri mbeluk-mbeluk ngono?”

„Hah? Dibedaki tebal seperti itu?‟

Dul : “Enggak-enggak, tak pupuri tak blonyoi wedak terus metu ngono terus”

(D38/RWS/1/03/2016)

„Tidak-tidak, saya bedaki saya taburi bedak lalu keluar begitu terus‟

Dalam tuturan pada data (38)“Enggak-enggak, tak pupuri tak blonyoi

wedak terus metu ngono terus” „Tidak-tidak, saya bedaki saya taburi bedak lalu

keluar begitu terus‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (38) adalah lebih

tepat digunakan. Perulangan kata tersebut menunjukkan penyangkalan apa tidak

diperbuat.

Faktor yang menyebakbkan terjadinya campur kode mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur, dengan

menggunakan perulangan tersebut memberikan penyangkalan terhadap apa yang

dituduhkan oleh mitra tutur dan perulangan kata tersebut sangat tepat digunakan

jika ingin menyangkal sesuatu.

Data (39)

Dul : “Aku ra tau ngomong dengan cinta lak karo pitik”

„Aku tidak pernah bilang dengan cinta kalau dengan ayam‟

Menik : “Disayang-sayang ben betah ndeko omah ben ngendog ning omah”

(D39/RWS/1/03/2016)

59

„Disayang-sayang supaya betah di rumah supaya bertelur di rumah‟

Dalam tuturan pada data (39)“Disayang-sayang ben betah ndeko omah

ben ngendog ning omah” „Disayang-sayang supaya betah di rumah supaya

bertelur di rumah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dalam

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut dengan campur

kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (39)

membangkitkan rasa humor. Penggunaan perulangan kata tersebut bertujuan

untuk mengolok mitratutur agar memperlakukan ayamnya dengan penuh kasih

sayang dan betah dirumah.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang memiliki selera humor yang tinggi sama dengan lawan tuturnya.

Perulangan kata tersebut digunakan karena Lik Dul memperlakukan ayamnya

tidak dengan kasih sayang maka dari itu penutur menyarankan untuk merawatnya

dengan kasih sayang agar ayamnya bertelur dirumah tidak di rumah tetangganya.

Data (40)

Menik : “Hyah mentang-mentang melu mangan iwake iki malih ra sida lapor

ning polisi merga katut-katutne....” (D40/RWS/1/03/2016)

„Hyah mentang-mentang ikut makan dagingnya ini berubah tidak jadi

lapor ke polisi karena diikut-ikutkan....‟

Dalam tuturan pada data (40)“Hyah mentang-mentang melu mangan

iwake iki malih ra sida lapor ning polisi merga katut-katutne....” „Hyah mentang-

60

mentang ikut makan dagingnya ini berubah tidak jadi lapor ke polisi karena

diikut-ikutkan....‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dalam

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur

kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (40) adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penutur ingin menyampaikan kalau mitra tutur

sudah merasa makan ayam jadi tidak ikut lapor polisi dengan kejadian yang sudah

terjadi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungakapan yang pas dengan apa yang dirasakan oleh penutur. Penutur merasa

bahawa mitra tutur karena sudah ikut-ikutan makan ayam yang dicuri dia tidak

jadi lapor kepada polisi, harusnya hal tersebut tidak dilakukan oleh Lik Dul.

b. Campur kode kata Bahasa Inggris

Data (41)

Menik : “Heem”

„Iya‟

Dul : “Terus tanggaku alok ngene „pitik kok disuali kaya wong stress‟ ...”

(D41/RWS/1/03/2016)

„Lalu tetanggaku bilang seperti ini „ayam kok dipakaikan celana seperti

orang gila‟,...”

Dalam tuturan pada data (41) “Terus tanggaku alok ngene „pitik kok

disuali kaya wong stress ...„Lalu tetanggaku bilang seperti ini „ayam kok

dipakaikan celana seperti orang stress,...”. Terdapat peristiwa campur kode berupa

kata dari bahasa asing yaitu stress „gila‟. Campur kode ini disebut dengan campur

kode ekstern.

61

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (41) diatas adalah

lebih prestice atau lebih bergengsi. Kata stress digunakan oleh penutur untuk

menunjukkan bahwa penutur mengikuti berwawasan luas dalam berbahasa lain

dan terlihat modern.

Faktor yang terjadinya campur kode adalah faktor sosial dari penutur.

Penutur memasukkan kata dari bahasa Asing karena keadaan sosial dari penutur

tingkat pendidikan dari penutur dapat mempengaruhi variasi bahasa yang dipakai

oleh penutur.

Data (42)

Dul : “... „kung aku tak metu karo cah-cah ya‟, „nendi?‟, „aku pingin ning

mall‟,...lhakok omahku ki mara-mara gemuruh” (D42/RWS/1/03/2016)

„...Kung saya akan keluar dengan anak-anak‟, „kemana?‟, „saya ingin pergi

ke Mall‟, rumah saya tiba-tiba bergemuruh”

Menik : “mosok enek lindhu?”

„masa ada gempa?‟

Dalam tuturan pada data (42) “... „kung aku tak metu karo cah-cah ya‟,

„nendi?‟, „aku pingin ning mall‟,...lhakok omahku ki mara-mara

gemuruh„...Kung saya akan keluar dengan anak-anak‟, „kemana?‟, „saya ingin

pergi ke Mall‟, rumah saya tiba-tiba bergemuruh” terdapat dua peristiwa campur

kode berupa kata dari bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yaitu mall dan

gemuruh. Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern dan intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (42) diatas adalah

lebih prestice atau lebih bergengsi dan menekankan maksud tertentu. Kata mall

menunjukkan fungsi lebih bergengsi sedangkan kata gemuruh menekankan

maksud tertentu. Penutur menggunakan istilah mall karena mengikuti jaman

sekarang yang sudah modern kata mall biasanya digunakan oleh sebagian

62

masyarakat untuk menunjukkan kelas sosial. Kata gemuruh disini digunakan

untuk menekankan bahwa sedang terjadi sesuatu di dalam rumah penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia dan bahasa Asing

karena sudah terbiasa menggunakan bahasa tersebut dalam komunikasinya

sehingga membuat komunikasi dengan mitra tuturnya bahasa yang digunakan

lebih bervariasi.

Data (43)

Dul : “Akhire wis tak tukokne legging ae aman. Wis tak potongi apik ngono tak

culne pada jago lek isuk ngono pada marani untul-untul delok legginge

balik maneh”

„Ahirnya sudah kubelikan legging saja aman. Sudah kupotong bagus lalu

aku lepaskan para jago kalau sudah pagi semuanya menghampiri melihat

leggingnya kembali lagi‟

Menik : “Ilfiel dee langsungan” (D43/RWS/1/03/2016)

„dia langsung ilfiel‟

Dalam tuturan pada data (43) “Ilfiel dee langsungan” „dia langsung ilfiel‟

terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa asing yaitu ilfiel. Campur

kode ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (43) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Menik sebagai penutur memasukkan kata dalam

bahasa Asing ke dalam tuturannya karena penutur ingin menunjukkan bahwa ia

juga menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa sebagai alat komunikasinya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial dari penutur. Penutur sebagai penyiar pastinya memiliki penguasaan dari

beberapa bahasa sekaligus agar dalam membawakan acaranya tidak monoton dan

memiliki variasi dalam berbicaranya.

63

Data (44)

Dul : “...lha pitikku arep tak omongi ya arep tak brifing kabeh ki ngko”

(D44/RWS/1/03/2016)

„...ayamku mau saya bilangi mau saya brifing semuanya nanti‟

Menik : “Dibrifingi heh! Rumasane apa PSG sing arep kerja ngono di brifing....”

„Dibrifing hei! Dikira PSG yang mau bekerja itu dibrifing....‟

Dalam tuturan pada data (44) “...lha pitikku arep tak omongi ya arep tak

brifing kabeh ki ngko” „...ayamku mau saya bilangi mau saya brifing semuanya

nanti‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Inggris yaitu

brifing. Campur kodeini disebut dengan campur kode ekstern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (44) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Lik Dul sebagai penutur walaupun sudah berumur

ingin menunjukkan bahwa dia juga menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa dan

tidak ketinggalan jaman.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang bertugas sebagai penyiar setidaknya memiliki penguasaan dari

beberapa bahasa agar dalam membawakan acara bahasa yang digunakan tidak

monoton dan lebih bervariasi.

Data (45)

Menik : “...ning omah ae ngko pitik jagone ketut ning omahmu pisan lek dadi

besanan karo tanggamu”

„...di rumah saja nanti ayam jagonya ikut ke rumahmu sekalian menjadi

besan dengan tetanggamu‟

Dul : “Ngrabikne wegah, aku wis wegah biayane larang ngko nanggap

electone golekne panggung” (D45/RWS/1/03/2016)

„Menikahkan tidak mau, saya tidak mau biayanya mahal nanti menyewa

electone mencarikan panggung‟

64

Dalam tuturan pada data (45) “Ngrabikne wegah, aku wis wegah biayane

larang ngko nanggap electone golekne panggung” „Menikahkan tidak mau, saya

tidak mau biayanya mahal nanti menyewa electone mencarikan panggung‟

terdapat dua peristiwa campur kode dalam satu tuturan yang dilakukan oleh Lik

Dul, campur kode ini berupa kata dari bahasa Indonesia dan bahasa Asing yaitu

biaya dan electone ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern dan ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (45) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Kata tersebut digunakan agar penutur terkesan

bergengsi dan menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial penutur. Penutur adalah seorang penyiar yang setidaknya mempunyai

pemahaman lebih tentang bahasa lain sehingga bahasa yang diucapkan menjadi

lebih bervariasi.

Data (46)

Menik : “Kedawan tulisannya. Ini Dedekis ning Bandung. Kandange pitikku no

wis tak pasang wi-fi pitikku krasan ndek kandang terus....”

(D46/RWS/1/03/2016)

„Terlalu panjang tulisannya. Ini Dedekis di Bandung. Kurungannya

ayamku sudah aku pasang wi-fi ayamku betah ada di kurungan terus....”

Dalam tuturan pada data (46) “Kedawan tulisannya. Ini Dedekis ning

Bandung. Kandange pitikku no wis tak pasang wi-fi pitikku krasan ndek kandang

terus....” „Terlalu panjang tulisannya. Ini Dedekis di Bandung. Kurungannya

ayamku sudah aku pasang wi-fi ayamku betah ada di kurungan terus....” terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

65

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Inggris yaitu wifi ke dalam bahasa

yang digunakan. Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (46) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi, kata ini baru tahun belakangan ini digunakan karena

perkembangan tehnologi komunikasi yang sangat pesat.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

keadaan sosial penutur yang mengikuti perkembangan jaman yang sudah maju

sehingga penutur juga menerapkannya dalam kehidupannya agar tidak dianggap

kurang wawasan.

Data (47)

Dul : “Sampeyan ora mek wi-fi lek trima wifi tok ning kandhang pitikku ki tak

omongi tak wehi springbed terus tak wehi TV, tak wehi VCD, lak perkara

wifi tak tukokne HP, ....”( D47/RWS/1/03/2016)

„Kamu tidak hanya ada wi-fi saja kalau hanya wifi saja di kandang ayamku

saya kasih tau, saya kasih springbed lalu saya kasih TV, saya kasih VCD,

kalau masalah wifi saya belikan HP....‟

Dalam tuturan pada data (47) “Sampeyan ora mek wi-fi lek trima wifi tok

ning kandhang pitikku ki tak omongi tak wehi springbed terus tak wehi TV, tak

wehi VCD, lak perkara wifi tak tukokne HP, ....” „Kamu tidak hanya ada wi-fi

saja kalau hanya wifi saja di kandang ayamku saya kasih tau, saya kasih springbed

lalu saya kasih TV, saya kasih VCD, kalau masalah wifi saya belikan HP....‟

terdapat beberapa peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata-kata dari bahasa Inggris dan

bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern dan ekstern.

66

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (47) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Penutur menggunakan kata ini karena ingin

menunjukkan bahwa penutur juga menguasai bahasa lain selain bahasa asli

penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial penutur yang sebagai penyiar harus bisa mengikuti perkembangan jaman

sehingga membuat bahasa yang dikuasai menjadi bervariasi dalam

berkomunikasi.

Data (48)

Dul : “Otot banget ngono „kuwi tak jejeli linggis kok”

„Otot sekali itu saya kasih linggis kok‟

Menik : “MasyaAlloh dijejeli linggisi kaya melu nggym apa senam ngono dikeki

makanan yang berprotein tinggi langsung otot” (D48/RWS/1/03/2016)

„MasyaAllah dikasih linggis seperti ikut ngegym apa senam begitu dikasih

makanan yang berprotein tinggi langsung otot‟

Dalam tuturan pada data (48) “MasyaAlloh dijejeli linggisi kaya melu

nggym apa senam ngono dikeki makanan yang berprotein tinggi langsung otot”

„MasyaAllah dikasih linggis seperti ikut ngegym apa senam begitu dikasih

makanan yang berprotein tinggi langsung otot‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Inggris ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (48) diatas adalah

membangkitkan rasa humor karena penutur menyarankan seekor ayam untuk ikut

berolahraga agar terlihat berotot hal itu akan membuat pendengar terasa terhibur

dengan hal-hal yang tidak mungkin terjadi.

67

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang pas karena kata tersebut tidak memiliki padanan

dalam bahasa Jawa dan sama dengan yang dimaksud oleh penutur menyarankan

kepada mitra tutur agar ayamnya diikut sertakan dalam olahraga menggunakan

alat-alat modern.

Data (49)

Dul : “Terus bar ngono mangane awakmu ruh apa ora?”

„Lalu setelah itu makannya kamu tahu apa tidak?‟

Menik : “Apa wi?”

„Apa itu?‟

Dul : “Isuk ngono hamburger, sore ngono hotdog, sore neh ngono sega

goreng” (D49/RWS/1/03/2016)

„Pagi begitu hamburger, sore begitu hotdog, sorenya lagi gitu nasi goreng‟

Dalam tuturan pada data (49)“Isuk ngono hamburger, sore ngono hotdog,

sore neh ngono sega goreng” „Pagi begitu hamburger, sore begitu hotdog,

sorenya lagi gitu nasi goreng‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Inggris ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode ekstern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (49) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi bagi penutur yang diusianya yang sudah tidak muda

lagi mengatakan hal tersebut agar penutur terlihat menguasai bahasa lain dan

mengikuti perkembangan jaman sekarang.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

keadaan sosial dari penutur yang bekerja sebagai penyiar setidaknya harus

menguasai variasi bahasa dan juga mengikuti perkembangan jaman agar tidak

68

ketinggalan dengan perubahan yang begitu cepat juga dengan jenis-jenis makanan

saat ini.

Data (50)

Menik : “Sitoke lek dolanan game woh yahut” (D50/RWS/14/03/2016)

„Yang satunya kalau bermain game yahut‟

Dalam tuturan pada data (50)“Sitoke lek dolanan game woh yahut” „Yang

satunya kalau bermain game yahut‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Inggris ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (50) diatas adalah

lebih perstice atau bergengsi. Kata tersebut digunakan oleh penutur agar penutur

terlihat menguasai bahasa lain selain bahasa asli penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang masih muda dan sebagai seorang penyiar pasti mempunyai variasi

bahasa dari berbagai bahasa yang dikuasai.

c. Kata dalam bahasa Jawa

Data (51)

Dul : “...upama sampeyan duwe pitik, duwe pitik terus pitikke sampeyan di

perksosa karo pitikke tangga sampeyan,....” (D51/RWS/1/03/2016)

„semisal kamu punya ayam, punya ayam lalu ayammu diperkosa oleh

ayam tetanggamu‟

Dalam tuturan pada data (51) “...upama sampeyan duwe pitik, duwe pitik

terus pitikke sampeyan di perksosa karo pitikke tangga sampeyan,....” terdapat

peristiwa campur kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke ragam bahasa Jawa

69

krama alus yaitu sampeyan „kamu‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (51) diatas adalah

lebih tepat digunakan. Kata sampeyan digunakan oleh penutur karena lebih tepat

digunakan dan untuk lebih menghormati lawan bicara.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor sosial

dari penutur. Penutur memasukkan kata dari bahasa Jawa ragam krama alus

karena sosial dari penutur asli orang Jawa untuk menghormati lawan bicara

penutur menggunakan unggah-ungguh dalam bahasa Jawa.

Data (52)

Dul : “Kula keki legging, legginge abang-abang, lek dina hari-hari biasa

ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang legginge niku”

(D52/RWS/1/03/2016)

„Saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari biasa begini

hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya itu‟

Menik : “Kok ganti abang nyapo?”

„Kok berganti merah kenapa?‟

Dalam tuturan pada data (52) “Kula keki legging, legginge abang-abang,

lek dina hari-hari biasa ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang legginge

niku” „Saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari biasa begini

hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya itu‟ terdapat peristiwa campur

kode yang dilakukan oleh Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Jawa ragam Krama ke bahasa Jawa ragam ngoko.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (52) diatas adalah

lebih tepat digunakan karena menghormati para pendengar yang ikut serta

memberikan komentar di acara tersebut.

70

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial penutur karena penutur berasal dari Jawa sehingga menguasai tata bahasa

Jawa dan tahu cara menghormati orang lain dengan menggunakan bahasa Jawa

krama.

Data (53)

Dul : “Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko koproh pitike terus sepatune,

clanane legging abang terus sepatune kets abang, lak ireng sepatune kets

nggih ireng” (D53/RWS/1/03/2016)

„Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti nanti kotor ayamnya lalu

sepatunya, celananya legging merah dan sepatu kets merah, kalau hitam

sepatunya kets juga hitam‟

Menik : “Sepatu kets barang”

„Sepatu kets juga‟

Dalam tuturan pada data (53) “Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko

koproh pitike terus sepatune, clanane legging abang terus sepatune kets abang,

lak ireng sepatune kets nggih ireng” „Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti nanti

kotor ayamnya lalu sepatunya, celananya legging merah dan sepatu kets merah,

kalau hitam sepatunya kets juga hitam‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata nggih dari

bahasa Jawa ragam ngoko ke Jawa ragam krama. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (53) diatas adalah

lebih mudah diucapkan karena kata tersebut sangat sering digunakan oleh

masyarakat Jawa pada khususnya dalam berbahasa Jawa krama.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor dari

keadaan penutur yang notabene adalah masyarakat Jawa yang selalu

71

menggunakan bahasa Jawa ragam krama untuk menghormati ketika

berkomunikasi dengan orang tersebut.

2. Bentuk campur kode frasa

a. Frasa dalam Bahasa Indonesia

Data (54)

Menik : “Aduh”

„Aduh‟

Dul : “Terus tak ngengeh duwure tok terus gone pupune ya tak potong rapi

terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik pitikku saiki”

(D54/RWS/14/03/2016)

„Lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya saya potng rapi lalu saya

pakaikan celana legging, wah paling cantik ayam saya sekarang‟

Dalam tuturan pada data (54)“Terus tak ngengeh duwure tok terus gone

pupune ya tak potong rapi terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik

pitikku saiki” „Lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya saya potng rapi lalu

saya pakaikan celana legging, wah paling cantik ayam saya sekarang‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (54) adalah

menunjukkan maksud tertentu yaitu penutur merasa ayamnya sudah yang

tercantik di daerahnya karena sudah dihias sedemikian rupa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu, penutur menggunakan frasa tersebut untuk

memberikan penekanan atau meyakinkan bahwa ayam yang yang dia pelihara dan

72

sudah dihias dengan lipstik dan celana menjadi ayam yang paling cantik

dilingkungannya.

Data (55)

Menik : “Sok cuek pitike” (D55/RWS/14/03/2016)

„Sok cuek ayamnya‟

Dul : “Tapi wong pitike, piye leh ngarani pitik enek legginge apa ya isa”

„Tetapi ayamnya, bagaimana bisa bilang itu ayam kalau ada lenggingnya‟

Dalam tuturan pada data (55)“Sok cuek pitike” „Sok cuek ayamnya‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur

kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (55) diatas adalah

membangkitkan rasa humor yang dilakukan penutur agar pendengar terhibur

dengan menyamakan manusia dengan manusia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan penutur agar pendengar merasa

terhibur dengan ungkapan yang lucu tentang ayam yang mempunyai rasa sama

dengan apa yang dirasakan manusia yaitu masa bodoh.

Data (56)

Menik : “Hiya, malah dipasang alat kontrasepsi. Mbak Tika, Ngadiluwih, gawe

perjanjian no, sok yen dadi pitik paroan utawa dibagi ndoge kan ya wis

akeh ta?” (D56/RWS/14/03/2016)

„Hiya, justru dipasang alat kontrasepsi. Mbak Tika, Ngadiluwih,

meenggunakan perjanjian, kalau jadi ayam dibagi menjadi dua telurnya

kan sudah banyak kan?‟

Dalam tuturan pada data (56)“Hiya, malah dipasang alat kontrasepsi.

Mbak Tika, Ngadiluwih, gawe perjanjian no, sok yen dadi pitik paroan utawa

73

dibagi ndoge kan ya wis akeh ta?” „Hiya, justru dipasang alat kontrasepsi. Mbak

Tika, Ngadiluwih, meenggunakan perjanjian, kalau jadi ayam dibagi menjadi dua

telurnya kan sudah banyak kan?‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dnegan masuknya frasa dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (56) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur dan mudah dipahami oleh orang lain sehigga

membuat percakapan menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan isi percakapan, karena frasa tersebut tidak mempunyai

padanan dalam bahasa Jawa.

Data (57)

Menik : “...pitikku tak pasang celana levis, tak pasang lerekan nek sore mulih tak

bukak lerekane tak jupuk ndoge lek ngendog ning jerone celana levis”

(D57/RWS/14/03/2016)

„...ayamku saya pakaikan celana levis, saya buatkan resleting kalau sore

pulang saya buka resletingnya saya ambil telurnya di dalam celana levis‟

Dalam tuturan pada data (57)“...pitikku tak pasang celana levis, tak

pasang lerekan nek sore mulih tak bukak lerekane tak jupuk ndoge lek ngendog

ning jerone celana levis” „...ayamku saya pakaikan celana levis, saya buatkan

resleting kalau sore pulang saya buka resletingnya saya ambil telurnya di dalam

celana levis‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

74

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (57) diatas adalah

lebih perstice atau bergengsi, penutur menggunakan frasa tersebut agar terlihat

gaul sebab yang memakai celana levis adalah kalangan anak muda yang modern.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang merupakan seorang penyiar yang harus menguasai variasi bahasa

agar siarannya tidak monoton, penutur memasukkan kata tersebut karena dirasa

akan membuat suasana humor terbangun dengan penggunaan frase yang tidak

biasa digunakan yaitu celana levis yang digunakan pada ayam.

Data (58)

Menik : “Ujud apa lo?”

„Berbentuk apa?‟

Dul : “Ujud jarum suntik kabeh” (D58/RWS/14/03/2016)

„Berbentuk jarum suntik semua‟

Menik : “Ujude jarum suntik?”

„Berbentuk jarum suntik?‟

Dalam tuturan pada data (58)“Ujud jarum suntik kabeh” „Berbentuk

jarum suntik semua‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (58) adalah

membangkitkan rasa humor, penutur mengatakan bahwa anak ayam akibat

Inseminasi Buatan berbentuk jarum suntik semua.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang memiliki selera humor yang tinggi jadi mampu membuat kelucuan

dengan menyisipkan kata-kata yang tidak terduga.

75

Data (59)

Dul : “Terus tak tukokne obat penumbuh bulu, barngono tak blonyoi maneh.

Bareng tak blonyoi metu ulune....” (D59/RWS/14/03/2016)

„Lalu saya belikan obat penumbuh bulu, setelah itu saya oleskan lagi.

Setelah saya oleskan tumbuh bulunya...‟

Dalam tuturan pada data (59)“Terus tak tukokne obat penumbuh bulu,

barngono tak blonyoi maneh. Bareng tak blonyoi metu ulune....” „Lalu saya

belikan obat penumbuh bulu, setelah itu saya oleskan lagi. Setelah saya oleskan

tumbuh bulunya...‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (59) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan frase tersebut agar pendengar

merasa terhibur dengan membuat ayamnya yang sudah tidak berbulu menjadi

tumbuh bulunya lagi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang bekerja sebagai penyiar acara bengenre humor setidaknya penutur

memiliki variasi bahasa dan tanggap dalam menaggapi situasi sehingga

memunculkan celetukan-celetukan yang membuat tawa para pendengar dan mitra

tutur.

Data (60)

Dul : “Pitik jago ngono wis tak wehi gambar guedhi ngono dadine gatau pitik

kuwi”

„Ayam jago seperti itu saya kasih gambar besar jadinya tidak pernah ayam

itu‟

Menik: “Merasa kesepian ngono” (D60/RWS/14/03/2016)

„Merasa kesepian seperti itu‟

76

Dalam tuturan pada data (60)“Merasa kesepian ngono” „Merasa kesepian

seperti itu‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (60) diatas adalah

lebih tepat digunakan oleh penutur, jika mencari padanan kata dalam bahasa Jawa

tidaklah mudah untuk menggantikan frasa tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud, penutur menggunakan frasa tersebut karena penutur ingin

memberikan penekanan menggambarkan keadaan ayam yang jika hanya dikurung

saja tidak akan bebas dan tidak punya teman, tetapi dengan apa yang sudah

dibahas dalam tuturan tersebut ayam tidak akan merasa sendirian lagi.

Data (61)

Dul : “Pitik ki dikekana protein tinggi lek pitike dudu pitik bangkok, goblok

panggahan” (D61/RWS/14/03/2016)

„Ayam itu dikasih protein tinggi kalau ayamnya bukan jenis bangkok,

tetap bodoh‟

Dalam tuturan pada data (61)“Pitik ki dikekana protein tinggi lek pitike

dudu pitik bangkok, goblok panggahan” „Ayam itu dikasih protein tinggi kalau

ayamnya bukan jenis bangkok, tetap bodoh‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini dissebut dengan campur kode

intern.

77

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (61) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu, penutur menggunakan frasa tersebut ingin

menunjukkan bahwa ayam sekalipun dikasih vitamin yang tinggi tidak akan

berpengaruh karena bukan jenis ayam yang bagus.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Frasa tersebut

dirasa sudah tepat digunakan dalam percakapan tersebut karena mencari padanan

dalam bahaasa Jawanya juga tidak ada kemudian mempersingkat waktu siaran

juga daripada harus menjelaskan secara rinci

Data (62)

Dul : “Aku ki lara weteng jam dua belas malam kuwi kaya ora iling”

„Saya ini sakit perut pukul dua belas malam itu seperti tidak ingat‟

Menik : “Owalah”

„Owalah‟

Dul : “Aku wis ketok pet, ketok gambar cahya kuning tok”

„Saya sudah tidak kelihatan, hanya cahaya kuning saja‟

Menik : “Wo pingsan iki”

„Wo pingsan ini‟

(D62/RWS/14/03/2016)

Dalam tuturan pada data (62) Aku ki lara weteng jam dua belas malam

kuwi kaya ora iling” „Saya ini sakit perut pukul dua belas malam itu seperti tidak

ingat‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dan kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (62) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penutur menggunakan frasa tersebut untuk

menjelaskan kapan kejadian itu berlangsung.

78

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan frasa tersebut karena ingin

menggambarkan keadaan penutur pada pukul tersebut dan meyakinkan bahwa

pada jam tersebut telah terjadi sesuatu kepadanya.

Data (63)

Menik : “Dek wingi kang Dodo tuku sate sepuluh tusuk dibungkus”

(D63/RWS/14/03/2016)

„Kemarin kang Dodo membeli sate sepuluh tusuk dibawa pulang‟

Dul : “Sepuluh runduk eh sunduk”

„Sepuluh runduk eh tusuk‟

Menik : “Sunduk”

„Tusuk‟

Dalam tuturan pada data (63) “Dek wingi kang Dodo tuku sate sepuluh

tusuk dibungkus”„Kemarin kang Dodo membeli sate sepuluh tusuk dibawa

pulang‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dari pengirim

sms. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (63) diatas adalah

lebih mudah diucapkan, frasa tersebut lebih mudah untuk dimengerti sehingga

membuat percakapan menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah karena faktor

kebiasaan dari penutur dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia

sebagai alat komunikasinya dan frase tersebut sangatlah lazim digunakan untuk

penyebutan jumlah makanan khas Indonesia yaitu sate.

79

Data (64)

Dul : “Aku iki duwe lara buang air kecil ra mandek-mandek”

(D64/RWS/14/03/2016)

„Saya ini punya penyakit buang air kecil tidak berhenti-berhenti‟

Menik : “Buang air kecil, beser?”

„Buang air kecil, beser?‟

Dalam tuturan pada data (64)“Aku iki duwe lara buang air kecil ra

mandek-mandek” „Saya ini punya penyakit buang air kecil tidak berhenti-

berhenti‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (64) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur. Frasa tersebut juga lebih mudah untuk

dipahami oleh pendengar dan mitra tutur kemudian juga mewakili apa yang akan

dimaksudkan oleh penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas. Penutur menggunakan frasa tersebut karena dirasa sama

dengan apa yang diinginkan penutur untuk tujuannya dan mudah diucapkan oleh

penutur. Penutur mengatakan bahwa dia menderita penyakit buang air kecil yang

terus menerus.

Data (65)

Dul : “Urip”

„Hidup‟

Menik : “Jik isa miber lima menit” (D65/RWS/14/03/2016)

„Masih bisa terbang lima menit‟

80

Dalam tuturan pada data (65)“Jik isa miber lima menit” „Masih bisa

terbang lima menit‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (65) diatas

menunjukkan maksud tertentu. Penggunaan frasa diatas untuk memberikan

penekanan maksud tentang apa yang telah terjadi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan frase tersebut karena penutur

ingin menyangatkan atau menggambarkan kedaaan yang terjadi ketika memotong

bebek dengan jenis tertentu terkadang bebek tersebut masih bisa terbang.

Data (66)

Dul : “Hooh pitik”

„Iya ayam‟

Menik : “Pitikku dara no diculik pitik jago wis telung dina ga arep mulih ki piye

karepe, wah iki modus operasi anyar” (D66/RWS/14/03/2016)

„Ayamku yang masih kecil diculik jago sudah tiga hari tidak mau pulang

ini bagaimana keinginnanya, wah ini modus operasi anyar‟

Dalam tuturan pada data (66)“Pitikku dara no diculik pitik jago wis telung

dina ga arep mulih ki piye karepe, wah iki modus operasi anyar” „Ayamku yang

masih kecil diculik jago sudah tiga hari tidak mau pulang ini bagaimana

keinginnanya, wah ini modus operasi anyar‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frase dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

81

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (66) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, dengan menggunakan frasa tersebut Menik sebagai

penutur ingin membuat suasana menjadi menghibur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Saat ini

banyak terjadi kejahatan dan penutur mengaitkan kejadian yang menimpa ayam

tersebut dengan tindak kejahatan saat ini dan menyebutnya dengan modus operasi

(tindak kejahatan).

Data (67)

Dul : “Lha nyapo ga oleh digawa-gawa uwong”

„Kenapa tidak boleh dibawa-bawa orang‟

Menik : “Eeh tas kresek kuwi kan angel didaur ulang lemah lha kuwi ngko marai

polusi lek lemahe tas kresek tok gak isa di tanduri awakedhewe suk

kekeringan” (D67/RWS/14/03/2016)

„Eeh tas plastik itu kan sulit didaur ulang tanah itu nanti membuat polusi

kalau tanahnya tas plastik semua tidak bisa ditanami kita nanti kekeringan‟

Dalam tuturan pada data (67)“Eeh tas kresek kuwi kan angel didaur ulang

lemah lha kuwi ngko marai polusi lek lemahe tas kresek tok gak isa di tanduri

awakedhewe suk kekeringan” „Eeh tas plastik itu kan sulit didaur ulang tanah itu

nanti membuat polusi kalau tanahnya tas plastik semua tidak bisa ditanami kita

nanti kekeringan‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (67) diatas adalah

lebih tepat digunakan. Frasa tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa Jawa

82

sehingga membuat penutur lebih memilih frasa tersebut untuk menyampakan

pesannya dan membuat percakapan menjadi lebih mudah dimengerti.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas atau tepat dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur karena

penggunaan frasa tersebut pembicaraan lebih mudah untuk dipahami dan

diucapkan. Penutur bermaksud menjelaskan akibat dari pemakaian sampah plastik

yang sulit diuraikan oleh tanah.

b. Frase bahasa Inggris

Data (68)

Dul : “...lha pitikku arep tak omongi ya arep tak brifing kabeh ki ngko”

„...ayam saya mau saya bilangi mau saya brifing semua nanti‟

Menik : “Dibrifingi heh! Rumasane apa SPG (Sales Promotion Girl) sing arep

kerja ngono di brifing. Pitik kok dadak dibrifing-brifingan”

(D68/RWS/14/03/2016)

„Dibrifing heh! Dipikir apa SPG (Sales Promotion Girl) yang mau bekerja

seperti itu dibrifing. Ayam kok harus dibrifing-brifing dulu‟

Dalam tuturan pada data (68)“Dibrifingi heh! Rumasane apa SPG (Sales

Promotion Girl) sing arep kerja ngono di brifing. Pitik kok dadak dibrifing-

brifingan” „Dibrifing heh! Dipikir apa SPG (Sales Promotion Girl) yang mau

bekerja seperti itu dibrifing. Ayam kok harus dibrifing-brifing dulu‟ terdapat

campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya frasa dari bahasa Inggris ke bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (68) diatas adalah

lebih bergengsi atau lebih prestice. Frase tersebut digunakan agar penutur terlihat

menguasai bahasa lain juga selain bahasa yang digunakan.

83

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang menguasai beberapa variasi bahasa yang penutur gunakan untuk

membawakan acara tersebut agar tidak monoton dalam siarannya.

Data (69)

Dul : “...yawis sesok tak enteni ngisor wit pelem ae....”

„...ya sudah besok saya tunggu dibawah pohon mangga saja....‟

Menik : “Kuwi iki no privasine pitik kok mbok bukaki smse to Lik”

(D69/RWS/14/03/2016)

„Itu privasinya ayam kenapa kamu buka smsnya Lik‟

Dalam tuturan pada data (69)“Kuwi iki no privasine pitik kok mbok bukaki

smse to Lik” „Itu privasinya ayam kenapa kamu buka smsnya Lik‟ terdapat

campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya frasa dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa. Campur kode

ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (69) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Penutur menggunakan frasa tersebut untuk

menunjukkan bahwa penutur juga menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa dan

juga penutur ingin terlihat mengikuti perkembangan teknologi dengan cara

memanfaatkannya dengan baik dalam komunikasi jarak jauh.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur. Sms atau (Short Message Service) adalah perkembangan alat

telekomunikasi saat ini. Penutur juga memanfaatkan perkembangan teknologi

komunikasi jarak jauh dengan baik dan juga sering menggunakan dalam

kesehariannya.

84

Data (70)

Dul : “...tak setelne VCD perpitikan tak duduhi kae lo deloken pitik ki ngono

kae lo, pitik ki ngono kae lo lha ngono kae ngendog ki carane ngono

kae....” (D70/RWS/14/03/2016)

„...saya putarkan VCD tentang ayam saya kasih tahu seperti itu ayam itu

begitu, ayam itu seperti itu bertelur itu caranya seperti itu‟

Dalam tuturan pada data (70)“...tak setelne VCD perpitikan tak duduhi

kae lo deloken pitik ki ngono kae lo, pitik ki ngono kae lo lha ngono kae ngendog

ki carane ngono kae....” „...saya putarkan VCD tentang ayam saya kasih tahu

seperti itu ayam itu begitu, ayam itu seperti itu bertelur itu caranya seperti itu‟

terdapat campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (70) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Penutur ingin menunjukkan bahwa penutur juga

menguasai bahasa lain kemudian mengikuti dan memanfaatkan perkembangan

teknologi yang semakin pesat.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang bekerja sebagai penyiar. VCD atau Video Compact Disc adalah

hasil perkembangan teknologi yang berhubungan dengan penyimpanan gambar

video. Penutur menggunakan frasa tersebut karena penguasaan variasi bahasa

yang dimiliki oleh penutur kemudian penutur yang juga menggunakan alat dari

hasil kemajuan jaman.

c. Frase bahasa arab

Data (71)

Menik : “Masya Allah mbok gincuni ta rumasamu” (D71/RWS/14/03/2016)

85

„Masya Allah kamu kasih lipstik kamu pikir‟

Dul : “Tak cat abang, terus tak”

„Saya warnai merah, lalu saya‟

Dalam tuturan pada data (71)“Masya Allah mbok gincuni ta rumasamu”

„Masya Allah kamu kasih lipstik kamu pikir‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari

bahasa Arab ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode

ini disebut dengan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (71) diatas adalah

leih prestice atau bergengsi, penutur agar terlihat menguasai bahasa lain selain

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang memeluk agama Islam sehingga penutur merasa ketika itu kejadian

diluar nalarnya penutur akan mengucapkan kata tersebut untuk mengaggungkan

Tuhannya.

B. Fungsi Campur Kode dalam Acara Hello Dangdut (HelDa) Radio

Wijang Songko FM Kota Kediri

1. Lebih Mudah Diucapkan

Data (72)

Dul : “...ki ingon-ingon pamane kaya wong ternak manuk, manuke ngendog

terus nganti dadi anake....aku lo tik ngingu awakmu enek empat sasi rung

tau aku iki ngrasasakne ndogmu sitok ae” (D72/RWS/1/03/2016)

„...ini peliharaan seumpama seperti orang ternak burung, burungnya

bertelur lalu sampai jadi anaknya....ayam aku memelihara kamu sudah

empat bulan belum pernah merasakan telormu satu saja‟

86

Dalam tuturan pada data (72) “...ki ingon-ingon pamane kaya wong ternak

manuk, manuke ngendog terus nganti dadi anake....aku lo tik ngingu awakmu

enek empat sasi rung tau aku iki ngrasasakne ndogmu sitok ae” „...ini peliharaan

seumpama seperti orang ternak burung, burungnya bertelur lalu sampai jadi

anaknya....ayam aku memelihara kamu sudah empat bulan belum pernah

merasakan telormu satu saja‟ terdapat dua peristiwa campur kode dalam satu

tuturan yang dilakukan oleh Lik Dul, campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia yaitu ternak dan empat ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (72) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Kata ternak dan empat dipilih oleh penutur karena

mudah untuk dipahami oleh mitra tutur sehingga komunikasi menjadi lancar. Jika

memungkinkan penutur dapat mengganti kata empat dengan kata dalam bahasa

Jawa yaitu papat.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata tersebut sudah sering digunakan pada masyarakat saat ini dan

kata tersebut sangat mudah dimengerti oleh mitra tutur maupun pendengar.

Data (73)

Dul : “Lha piye arep ngrabikne pitik gek pitikku ki”

„lha bagaimana mau menikahkan ayam terus ayamku itu‟

Menik : “Enek surat pindah barang” (D73/RWS/1/03/2016)

„ada surat pindah juga‟

Dalam tuturan pada data (73) “Enek surat pindah barang” „ada surat

pindah juga‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

87

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

yaitu pindah ke dalam bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Campur kode

ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (73) diatas adalah

agar lebih mudah diucapkan. Penutur memasukkan kata tersebut agar lebih mudah

dikatakan dan mudah untuk dimengerti mitra tutur dan pendengarnya.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata tersebut dipilih oleh penutur karena sering digunakan dalam

komunikasi masyarakat sehingga memperlancar percakapan.

Data (74)

Dul : “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek muni ngene pitikku kurang ajar

pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek pacaran ning ngisor wit pelem

ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku, aku ngko dipecat ....”

(D74/RWS/1/03/2016)

„Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi begini ayamku

itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon mangga

saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti dipecat....‟

Dalam tuturan pada data (74) “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek

muni ngene pitikku kurang ajar pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek

pacaran ning ngisor wit pelem ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku,

aku ngko dipecat ....” „Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi

begini ayamku itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon

mangga saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti

dipecat....‟terdapat peristiwa campur kode yang diakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

88

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (74) diatas adalah

lebih mudah diucapkan sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur menggunakan kata tersebut karena sudah biasa diperdengarkan

dalam masyarakat luas dan mudah dimengerti oleh khalayak umum.

Data (75)

Menik : “Lek iki teka gone Damar ning kota Pujon, Batu sih wetan nek lek apa

aku sih ga nesu ndoge dipek tanggaku soale ndoge palsu sing asli tak

simpen ndek lemari....” (D75/RWS/1/03/2016)

„Kalau ini dari Damar di Kota Pujon, Batu bagian timur kalau apa saya sih

tidak marah telurnya diambil tetanggaku soalnya telurnya palsu yang asli

saya simpan di almari....‟

Dalam tuturan pada data (75) “Lek iki teka gone Damar ning kota Pujon,

Batu sih wetan nek lek apa aku sih ga nesu ndoge dipek tanggaku soale ndoge

palsu sing asli tak simpen ndek lemari....” „Kalau ini dari Damar di Kota Pujon,

Batu bagian timur kalau apa saya sih tidak marah telurnya diambil tetanggaku

soalnya telurnya palsu yang asli saya simpan di almari....‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu asli dan kota ke dalam bahasa

Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (75) diatas adalah

lebih mudah diucapkan karena kata tersebut mudah dimengerti sehingga

komunikasi menjadi lancar. Jika memungkinkan penutur dapat mengganti kata

kota dengan kata dalam bahasa Jawa yaitu kutha.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan karena kata-kata ini sangat sering digunakan oleh masyrakat umum

89

sehingga penutur menyisipkan kata tersebut agar para pendengar mudah mengerti

maksud dari penutur.

Data (76)

Dul : “Sampeyan tak kandhani ya mas ya lak perkara pitik ki kangen-

kangenan ngono tak kandhani gonku ki sembarang tak siapi, dadine

kandhang kuwi gon dindinge sing lor wi tak wehi gambare pitik jago....”

(D76/RWS/1/03/2016)

„Kamu saya bilangin ya mas kalau perkara ayam ini kangen-kangenan

begitu saya bilangin punya saya itu semuanya saya siapin, jadinya sangkar

itu di dindingnya yang utara saya kasih gambarnya ayam jago....‟

Dalam tuturan pada data (76) “Sampeyan tak kandhani ya mas ya lak

perkara pitik ki kangen-kangenan ngono tak kandhani gonku ki sembarang tak

siapi, dadine kandhang kuwi gon dindinge sing lor wi tak wehi gambare pitik

jago....” „Kamu saya bilangin ya mas kalau perkara ayam ini kangen-kangenan

begitu saya bilangin punya saya itu semuanya saya siapin, jadinya sangkar itu di

dindingnya yang utara saya kasih gambarnya ayam jago....‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (76) diatas adalah

lebih mudah diucapkan dan dapat cepat dimengerti oleh lawan bicara sehingga

dapat memperlancar komunikasi.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiaaan karena kata tersebut sering sekali digunakan oleh masyarakat dan mudah

dipahami oleh mitra tutur dan pendengar setia radio tersebut.

90

Data (77)

Dul : “hooh kangen karo pitik lanang ngono, pitike lanang nguethek ae

takomongana, ngko lak pitike wis tak kandhang ngono, lanange ning

ngisor karo muni, kuququququk terus pitike muni nrutnrutnrutnrut”

„iya kangen dengan ayam laki-laki gitu, ayamnya laki-laki senang sekali

saya bilangin, nanti kalau ayamnya sudah saya sangkarkan gitu, laki-

lakinya di bawah dengan bilang, kuququququk lalu ayamnya bunyi

nrutnrutnrutnrut‟

Menik : “emange getar Hp enek nrutnrutnrute” (D77/RWS/1/03/2016)

„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟

Dalam tuturan pada data (77) “emange getar Hp enek nrutnrutnrute”

„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (77) diatas adalah

lebih mudah untuk diucapkan daripada pengucapan dalam bahasa jawa yaitu

keder komunikasi menjadilebih lancar.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiaaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia karena kata tersebut

selalu digunakan oleh orang-orang untuk menyebutkan benda yang bergerak

dengan intensitas terus menerus seperti telefon genggam dll. Menik

membandingkan apakah ayam itu seperti telefon genggam sehingga ada

getarannya.

Data (78)

Dul : “Tak siapi diamen (damen) sak pirang-pirang lo, pitik malah ngendog

gone tangga, marai ning kana dicepaki kasur karo bantal lo”

„Saya siapin sisa padi banyak lo, ayam malah bertelur di tempatnya

tetangga, karena disana disiapkan kasur dan bantal lo‟

Menik : “Malah luwih penak ning kana, nyaman” (D78/RWS/1/03/2016)

91

„Malah lebih enak di sana, nyaman‟

Dalam tuturan pada data (78)“Malah luwih penak ning kana, nyaman”

„Malah lebih enak di sana, nyaman‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (78) diatas adalah

lebih mudah diucapkan sehingga memperlancar komunikasi dengan maksud yang

sesuai dengan keinginan penutur dapat tergambarkan dengan kata tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang pas karena penutur ingin menjelaskan bahwa

ditempat tetangga dari Lik Dul sangatlah nyaman dengan peralatan yang sudah

disiapkan agar ayamnya merasa betah.

Data (79)

Menik : “...wo sing anu ki ibuke Septi ki ngekeki saran aku ki ibuke Septi, mosok

ndoge ditulisi iki ibuke Septi ditulisi aku ibuke Septi?”

(D79/RWS/1/03/2016)

„...oh itu ibunya Septi yang memberi saran saya itu ibunya Septi, masak

telurnya ditulisi ini ibunya Septi ditulisi saya ibunya Septi?‟

Dul : “...ndoge ibuke sing ngendog ibuke Septi, terus barngono ndoge Erni”

„...telurnya ibunya yang bertelur ibunya Septi, lalu itu telurnya Erni‟

Menik : “Mulek ae”

„Membingungkan sekali‟

Dul : “Ribet timen”

„Ribet sekali‟

Dalam tuturan pada data (79)“...wo sing anu ki ibuke Septi ki ngekeki

saran aku ki ibuke Septi, mosok ndoge ditulisi iki ibuke Septi ditulisi aku ibuke

Septi?” „...oh itu ibunya Septi yang memberi saran saya itu ibunya Septi, masak

92

telurnya ditulisi ini ibunya Septi ditulisi saya ibunya Septi?‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (79) diatas adalah

lebih mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh pendengar dan mitra tutur

sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan karena ini adalah sebuah acara radio maka akan selalu menerima

pendapat dari pendengar atau disebut dengan saran, kata saran tersebut susah

mencari padananannya dalam bahasa Jawa juga terdengar sering digunakan di

masyarakat umum untuk berkomunikasi.

Data (80)

Menik : “Bukune isine apa Lik?”

„Bukunya berisi apa Lik?‟

Dul : “Iki ngono berita unek, eh unik”

„Ini adalah berita unek, eh unik‟

Menik : “Contoh berita unike apa?”

„Contoh berita uniknya apa?‟

(D80/RWS/14/03/2016)

Dalam tuturan pada data (80)“Iki ngono berita unek, eh unik” „Ini adalah

berita unek, eh unik‟ dan “Contoh berita unike apa?” „Contoh berita uniknya

apa?‟ terdapat peristiwa tutur berurutan yang dilakukan oleh Lik Dul dan Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

93

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (80) diatas adalah

lebih tepat digunakan oleh penutur, pemilihan kata oleh penutur sesuai dengan

maksud yang diinginkan oleh penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan maksud yang diinginkan oleh penutur, kata tersebut

lebih mudah diterima dan dipahami oleh pendengar dan mitra tutur. Lik Dul ingin

memberikan suatu informasi yang menarik dan Menik meminta sesuatu yang

serupa untuk dijelaskan.

Data (81)

Menik : “Ngetan”

„Ke timur‟

Dul : “Aku sing tak rabi daleme, omahe mara tuwaku kuwi belakangnya pak

Gungmungin” (D81/RWS/14/03/2016)

„Saya menikah rumahnya, rumah mertua saya itu belakanganya bapak

Gungmungin‟

Dalam tuturan pada data (81)“Aku sing tak rabi daleme, omahe mara

tuwaku kuwi belakangnya pak Gungmungin” „Saya menikah rumahnya, rumah

mertua saya itu belakanganya bapak Gungmungin‟ terdapat campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini terjadi dengan ditandai

masuknya kata dari bahsa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (81) diatas adalah

lebih mudah diucapkan, penutur menggunakan kata tersebut agar lebih mudah

diucapkan dan mudah dipahami oleh para pendengar dan mitra tutur sehingga

komunikasi menjadi lebih lancar.

94

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiaasaan dari penutur yang sudah sering menggunakan bahasa Indonesia selain

bahasa Jawa untuk berkomunikasi.

Data (82)

Menik : “Jik saiki?”

„Sekarang masih?‟

Dul : “Jenenge ning kana Asminah, saiki bocae ning Sumatra cerai karo aku

tahun rongewu loro” (D82/RWS/14/03/2016)

„Namanya disana Asminah, sekarang orangnya di Sumatra bercerai dengan

saya tahun dua ribu dua‟

Dalam tuturan pada data (82)“Jenenge ning kana Asminah, saiki bocae

ning Sumatra cerai karo aku tahun rongewu loro” „Namanya disana Asminah,

sekarang orangnya di Sumatra bercerai dengan saya tahun dua ribu dua‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (82) diatas adalah

lebih mudah diucapkan daripada mengucapkannya dalam bahasa Jawa pegat. Kata

cerai lebih mudah diucapkan dan mudah dipahami sehingga komunikasi menjadi

lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur sehingga

menjadi muah diucapkan dan mudah dipahami oleh mitra tutur dan pendengar.

Data (83)

Dul : “...ning gone kuwi lo kantor perlindungan anak dan pitik kuwi lo”

„...di tempat itu kantor perlindungan anak dan ayam itu lo‟

95

Menik : “Perlindungan anak dan babon pitik ngko diterusne maneh”

(D83/RWS/14/03/2016)

„Perlindungan anak dan betina ayam nanti diteruskan lagi‟

Dalam tuturan pada data (83)“Perlindungan anak dan babon pitik ngko

diterusne maneh” „Perlindungan anak dan betina ayam nanti diteruskan lagi‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (83) adalah lebih

mudah diucapkan sehingga memperlancar komunikasi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

karena kata tersebut sering sekali digunakan oleh orang sebagai kata penghubung

dalam komunikasi, jadi sudah terbiasa pada masyarakat dan cepat dipahami

maksud dari penutur.

Data (84)

Dul : “Siang mbah Dul kalihan mbak Menik” (D84/RWS/14/03/2016)

„Siang mbah Dul sama mbak Menik‟

Menik : “Nggih Menik, aku Aceng ning Pujon ning Pujon ki enek berita”

„Iya Menik, saya Aceng di Pujon di Pujon ini ada berita‟

Dalam tuturan pada data (84)“Siang mbah Dul kalihan mbak Menik”

„Siang mbah Dul sama mbak Menik‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh

pendengar yang mengirimkan sms kemudian dibacakan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan msuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

96

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (84) diatas adalah

lebih mudah diucapkan dan efisien waktu sehingga memperlancar jalannya

komunikasi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia dalam

berkomunikasi dengan orang lain.

Data (85)

Menik : “Uwong mangan tas kresek kurang kerjaan, Ain di Gondang

Tulungagung, enek ula Lik kenek diperintah” (D85/RWS/14/03/2016)

„Orang makan tas plastik itu kurang kerjaan, Ain di Gondang

Tulungagung, ada ular yang bisa diperintah‟

Dul : “Ula kok diprentah piye?”

„Ular kok diperintah bagaimana?‟

Dalam tuturan pada data (85)“Uwong mangan tas kresek kurang kerjaan,

Ain di Gondang Tulungagung, enek ula Lik kenek diperintah” „Orang makan tas

plastik itu kurang kerjaan, Ain di Gondang Tulungagung, ada ular yang bisa

diperintah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh pengirim sms

yang dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (85) adalah lebih

mudah diucapkan oleh penutur sehingga maksud dari penutur tersampaikan dan

dipahami dengan baik.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah sering

digunakannya kata tersebut dalam pembicaraan ataupun komunikasi oleh

masyarakat luas.

97

Data (86)

Dul : “...aku lek delok mandi kucing ngono bar didilat, kucinge bar dilati

tangane digawe raup ....” (D86/RWS/14/03/2016)

„...saya kalau melihat kucing mandi seperti itu setelah dijilat, kucingnya

setelah tangannya dijilat dibuat mengusap wajah‟

Dalam tuturan pada data (86)“...aku lek delok mandi kcuing ngono bar

didilat, kucinge bar dilati tangane digawe raup ....” „...saya kalau melihat kucing

mandi seperti itu setelah dijilat, kucingnya setelah tangannya dijilat dibuat

mengusap wajah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (86) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur, kata tersebut mudah dipahami oleh

pendengar dan mitra tutur sehingga komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan dari penutur yang dalam komunikasinya tidak hanya menggunakan

bahasa Jawa saja sebagai alatnya namun juga menggunakan bahasa nasional dan

juga kata tersebut lazim digunakan oleh masyarakat.

Data (87)

Menik : “Apa kuwi?”

„Apa itu?‟

Dul : “Aku biyen tuku iwak pitik, ayam goreng ngono lo ayam goreng tak

cantolne ning sepedah bar ngono sing jupuk dudu kucing”

(D87/RWS/14/03/2016)

„Saya dulu beli daging ayam, ayam goreng saya gantung di sepeda motor

setelah itu yang mengambil bukan kucing‟

Dalam tuturan pada data (87)“Aku biyen tuku iwak pitik, ayam goreng

ngono lo ayam goreng tak cantolne ning sepedah bar ngono sing jupuk dudu

98

kucing” „Saya dulu beli daging ayam, ayam goreng saya gantung di sepeda motor

setelah itu yang mengambil bukan kucing‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (87) diatas lebih

mudah untuk diucapkan oleh penutur dan lebih mudah untuk dimengerti oleh

orang lain sehingga memperlancar komunikasi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan, frasa tersebut sudah sering digunakan oleh masyarakat untuk menyebut

jenis makanan yang berbahan ayam, anak-anak pun juga sangat sering

menyebutnya sehingga orang-orang akan mudah paham maksud penutur. Penutur

mengatakan bahwa ia smepat membeli makanan tersebut tetapi hilang dicuri.

Data (88)

Dul : “Kuwi mesthi iber, makane ning wong beleh menthok kuwi kudu satu

lare kudu ditaleni bar ngono dibeleh ben ndak miber”

(D88/RWS/14/03/2016)

„Itu pasti terbang, makanya kalau orang memotong bebek itu harus satu

sayapnya diikat setelah itu baru dipotong supaya tidak terbang‟

Dalam tuturan pada data (88)“Kuwi mesthi iber, makane ning wong beleh

menthok kuwi kudu satu lare kudu ditaleni bar ngono dibeleh ben ndak miber”

„Itu pasti terbang, makanya kalau orang memotong bebek itu harus satu sayapnya

diikat setelah itu baru dipotong supaya tidak terbang‟ terdapat peristiwa campur

kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode tersebut ditandai

99

dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (88) lebih mudah

diucapkan sehingga komunikasi menjadi lancar antara penutur dan mitra tutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan, faktor kebiasaan ini terjadi karena penutur juga menggunakan bahasa

nasional dalam cara komunikasinya sehingga tidaklah sulit bagi penutur untuk

mengucapkan kata dari bahasa Indonesia.

Data (89)

Menik : “Hooh winginane kan aku oleh undangan yasinan ndek undangane

ditulisi bakda magrib lha pas waktunya yasinan aku lali jame merga

undangane disuweki adhiku dengan percaya dirinya aku budal yasinan

bakdha isya lha kok tibake yasinane wis buyar....‟ (D89/RWS/14/03/2016)

„Iya kemarin saya mendapat undangan yasinan di dalam undangannya

ditulis setelah magrib ketika waktunya yasinan saya lupa karena

undangannya disobek oleh adikku dengan percaya dirinya saya berangkat

yasinan setelah isya ternyata yasinanya sudah selesai...‟

Dalam tuturan pada data (89) diatas terdapat peristiwa campur kode yang

berurutan yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata-kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode

ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (89) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur dan mudah untuk dipahami sehingga

membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang menggunakan bahasa Indonesia juga dalam komunikasinya dan

kata tersebut sering digunakan dalam komunikasinya.

100

Data (90)

Menik : “Hahaha santai ya ternyata orangnya, seleh ga melu-melu ilang”

(D90/RWS/1/03/2016)

„Hahaha santai ya ternyata orangnya, santai tidak ikut-ikut menghilang‟

Dul : “Lha saiki pitike sapa sing ngendog?‟, „pitikmu, sing ngendog kene ilang

dijupuk bojomu aku ruh kok Lik‟ muni ngono kok”

„Lha sekarang ayamnnya siapa yang bertelur?‟,‟ayammu, yang bertelur di

sini hilang diambil suamimu aku lihat Lik‟ bilang begitu‟

Dalam tuturan pada data (90)“Hahaha santai ya ternyata orangnya, seleh

ga melu-melu ilang” „Hahaha santai ya ternyata orangnya, santai tidak ikut-ikut

menghilang‟ terdapat peristiwa campur kode yangdilakukan oleh Menik.

Peristiwa ini ditandai dengan masuknya klausa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (90) adalah lebih

mudah diucapkan. Klausa tersebut lebih mudah untuk dipahami oleh pendengar

sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Klausa tersebut sering digunakan oleh orang-orang, untuk

menunjukkan tetangga Lik Dul yang mendapatkan telur dari ayam Lik Dul ketika

telurnya diambil kembali oleh Lik Dul tetanggnya tidak mempermasalahkan

cenderung biasa saja.

2. Lebih Prestice atau Bergengsi

Data (91)

Dul : “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek muni ngene pitikku kurang ajar

pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek pacaran ning ngisor wit pelem

ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku, aku ngko dipecat ....”

(D91/RWS/1/03/2016)

101

„Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi begini ayamku

itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon mangga

saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti dipecat....‟

Dalam tuturan pada data (91) “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek

muni ngene pitikku kurang ajar pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek

pacaran ning ngisor wit pelem ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku,

aku ngko dipecat ....” „Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi

begini ayamku itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon

mangga saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti

dipecat....‟terdapat peristiwa campur kode yang diakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (91) diatas adalah

lebih mudah diucapkan sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur menggunakan kata tersebut karena sudah biasa diperdengarkan

dalam masyarakat luas dan mudah dimengerti oleh khalayak umum.

Data (92)

Dul : “hooh kangen karo pitik lanang ngono, pitike lanang nguethek ae

takomongana, ngko lak pitike wis tak kandhang ngono, lanange ning

ngisor karo muni, kuququququk terus pitike muni nrutnrutnrutnrut”

„iya kangen dengan ayam laki-laki gitu, ayamnya laki-laki senang sekali

saya bilangin, nanti kalau ayamnya sudah saya kurung gitu, laki-lakinya di

bawah dengan bilang, kuququququk lalu ayamnya bunyi nrutnrutnrutnrut‟

Menik : “emange getar Hp enek nrutnrutnrute” (D92/RWS/1/03/2016)

„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟

102

Dalam tuturan pada data (92) “emange getar Hp enek nrutnrutnrute”

„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (92) diatas adalah

prestice atau lebih bergengsi kata tersebut sekarang banyak digunakan untuk

penyebutan dari suatu alat komunikasi.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiaaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia karena kata tersebut

selalu digunakan oleh orang-orang untuk menyebutkan benda yang bergerak

dengan intensitas terus menerus seperti telefon genggam dll. Menik

membandingkan apakah ayam itu seperti telefon genggam sehingga ada

getarannya.

Data (93)

Menik : “Mulek ae”

„Membingungkan sekali‟

Dul : “Ribet timen” (D93)/RWS/1/03/2016)

„Ribet sekali‟

Dalam tuturan pada data (93) “...ndoge ibuke sing ngendog ibuke Septi,

terus barngono ndoge Erni” „...telurnya ibunya yang bertelur ibunya Septi, lalu

itu telurnya Erni‟ “Mulek ae” „Membingungkan sekali‟ “Ribet timen”„Ribet

sekali‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

103

ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (93) diatas adalah

lebih bergengsi, kata teesebut sekarang banyak digunakan untuk mengganti istilah

repot.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan karena ini adalah sebuah acara radio maka akan selalu menerima

pendapat dari pendengar atau disebut dengan saran, kata saran dan ribet tersebut

susah mencari padananannya dalam bahasa Jawa juga terdengar sering digunakan

di masyarakat umum untuk berkomunikasi.

3. Menegaskan Suatu Maksud Tertentu

Data (94)

Menik : “Aduh”

„Aduh‟

Dul : “Terus tak ngengeh duwure tok terus gone pupune ya tak potong rapi

terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik pitikku saiki”

(D94/RWS/1/03/2016)

„lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya juga dipotong rapi lalu saya

pakaikan legging, wah paling cantik ayamku sekarang‟

Dalam tuturan pada data (94) “Terus tak ngengeh duwure tok terus gone

pupune ya tak potong rapi terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik

pitikku saiki” „lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya juga dipotong rapi

lalu saya pakaikan legging, wah paling cantik ayamku sekarang‟ terdapat dua

peristiwa campur kode dalam satu tuturan berupa kata dan frase dari bahasa

Indonesia yaitu kata rapi dan frase wah paling cantik. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

104

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (94) diatas adalah

keinginan menjelaskan maksud tertentu. Penutur menyisipkan kata dan frase

tersebut karena penutur ingin menjelaskan bahwa setelah ayam yang dia rawat

dengan baik ayam tersebut terlihat menjadi ayam yang paling bagus paling dalam

hal ini memberikan penekanan kepada keadaan ayam yang menjadi lebih baik.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mempunyai

maksud tertentu. Campur kode tersebut digunakan karena Lik Dul sebagai penutur

ingin menggambarkan atau meyakinkan keadaan ayamnya saat ini.

Data (95)

Dul : “...rumasamu aku kok takonmu mendetail ngono‟, „sampeyan kan ngerti

ilmu perwedhusan‟....” (D95/RWS/1/03/2016)

„...menurut saya kok kamu tanyanya mendetail seperti itu‟, „kamu kan tau

ilmu perkambingan...‟

Dalam tuturan pada data (95)“...rumasamu aku kok takonmu mendetail

ngono‟, „sampeyan kan ngerti ilmu perwedhusan‟....” „...menurut saya kok kamu

tanyanya mendetail seperti itu‟, „kamu kan tau ilmu perkambingan...‟ terdapat

campur kode yang dilakukan leh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (95) diatas adalah

maksud tertentu penutur menggunakan kata tersebut untuk memberikan

penekanan bahwa penanya memberikan banyak pertanyaan yang macam-macam

untuk dirinya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungakapan yang pas. Penutur memasukkan kata tersebut karena ingin

105

mengungkapkan bahwa terlalu banyak pertanyaan dari teman Lik Dul dengan

mengganti pertanyaan tersebut dengan kata mendetail yang lebih singkat dan pas,

selain itu dalam bahasa Jawa juga sulit untuk mencari padanan kata tersebut.

Data (96)

Menik : “Iya dadi wi hake”

„Ya itu menjadi haknya‟

Dul : “Penake aku lek isuk tak mlebu pawon‟, „aja wong wonge duda awakmu

sing berbahaya wi” (D96/RWS/1/03/2016)

„Enaknya saya kalau pagi masuk ke dapur‟, „jangan, itu seorang duda

kamu yang berbahaya nanti‟

Dalam tuturan pada data (96)“Penake aku lek isuk tak mlebu pawon‟, „aja

wong wonge duda awakmu sing berbahaya wi” „Enaknya saya kalau pagi masuk

ke dapur‟, „jangan, itu seorang duda kamu yang berbahaya nanti‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan leh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (96) diatas adalah

memberikan maksud tertentu, penutur memasukkan kata tersebut untuk

memberikan penekanan bahwa hal yang dilakukan itu akan menimbulkan sesuatu

yang tidak diinginkan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata tersebut karena ingin

menjelaskan kepada istrinya bahwa hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu akan

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan maka dari itu penutur menggunakan

kata berbahaya atau bebayani untuk memperingatkan istrinya.

106

Data (97)

Dul : “Mangmula pitikmu dolana timbang awakmu bendina tukaran karo

tanggamu”

„Makanya ayammu jual saja daripada kamu setiap hari bertengkar dengan

tetanggamu‟

Menik : “Lhaya kok ngebotne pitik daripada tangga” (D97/RWS/2/03/2016)

„Iya kok lebih berat ayamnya daripada tetangga‟

Dalam tuturan pada data (97)“Lhaya kok ngebotne pitik daripada tangga”

„Iya kok lebih berat ayamnya daripada tetangga‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (97) diatas adalah

maksud tertentu, penutur ingin memberikan penekanan terhadap apa yang sudah

diucapkan, penutur menekankan bahwa orang tersebut lebih memilih ayamnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur ingin menjelaskan kepada mitra tutur

bahwa seharusnya orang tersebut lebih memikirkan tetangganya.

Data (98)

Dul : “Wong aku salirang ngono mesthi entek”

„Aku satu sisir pisang saja aku pasti habis‟

Menik : “MasyaAllah kuwi jane kethek pa piye ta Lik kok salirang entek puegel

aku, mangan ki ya aja berlebihan apa-apa mangan berlebihan ki isa

berbahaya mangan iki secukupnya” (D98/RWS/14/03/2016)

„MasyaAllah itu apa kera Lik kok satu sisir habis semua, marah saya,

makan itu jangan berlebihan semuanya yang berlebihan itu berbahaya

makan itu secukupnya‟

Dalam tuturan pada data (98)“MasyaAllah kuwi jane kethek pa piye ta Lik

kok salirang entek puegel aku, mangan ki ya aja berlebihan apa-apa mangan

107

berlebihan ki isa berbahaya mangan iki secukupnya” „MasyaAllah itu apa kera

Lik kok satu sisir habis semua, marah saya, makan itu jangan berlebihan

semuanya yang berlebihan itu berbahaya makan itu secukupnya‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (98) diatas adalah

maksud teetentu, penutur menggunakan kata tersebut untuk memberikan saran

yang baik ketika makan kepada mitra tuturnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu karena Lik Dul makan pisang secara berlebihan,

penutur memberikan saran yang baik dengan menggnakan kata tersebut.

Data (99)

Menik : “Rega randha kok mundhak terus”

„Harga janda kok naik terus‟

Dul : “Ya jelas”

„Ya jelas‟

Menik : “Apalagi randhane ayu” (D99/RWS/14/03/2016)

„Apalagi jandanya cantik‟

Dul : “Wo ya tetep”

„Ya tetap‟

Dalam tuturan pada data (99)“Apalagi randhane ayu” „Apalagi jandanya

cantik‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode

ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

108

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (99) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu, penutur ingin menguatkan atau menambahkan apa

yang sudah dibicarakan tadi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas yang dimaksud oleh penutur. Penutur ingin menguatkan

argumen yang sudah dibicarakan tadi dengan menambahkan kata tersebut, Menik

ingin menguatkan pendapatnya tentang janda yang cantik akan mahal harganya.

Data (100)

Menik : “Apa ta Lik kok thukul ki?”

„Apa itu Lik kok tumbuh itu?‟

Dul : “Tanaman kae lek ngisor kae basah kan kerep thukul”

(D100/RWS/14/03/2016)

„Tanaman itu kalau yang bagian bawah basah pasti sering tumbuh‟

Menik : “Iya thukul”

„Ya tumbuh‟

Dalam tuturan pada data (100) “Tanaman kae lek ngisor kae basah kan

kerep thukul” „Tanaman itu kalau yang basah pasti sering tumbuh‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya dua kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (100) adalah

menunjukkan maksud tertentu, penutur ingin menunjukkan maksud lain dengan

memberikan perumpamaan seperti tanaman yang disiram bagian bawah tanaman

akan tetap basah jadi tanaman tersebut akan cepat tumbuh.

109

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas, dengan menggunakan kata tersebut pendengar dan mitra tutur

akan lebih memahami maksud yang disampaikan oleh penutur.

Data (101)

Dul : “Ya ketemu pas cerai terakhir tak kenekne „sarehne bojo loro sitok

Sumatra sitok Kediri ki repot ngko lak aku ning kana kudu bulan iki ning

Sumatra”

„Ya bertemu ketika bercerai terakhir saya bilang „karena istri dua yang

satu di Sumatra yang satu di Kediri nanti ribet kalau aku disana harus

bulan ini di Sumatra‟

Menik : “kene cemburu” (D101/RWS/14/03/2016)

„Yang sini cemburu‟

Dalam tuturan pada data (101) diatas terdapat peristiwa campur kode

secara berturutan yang dilakukan oleh Lik Dul dan Menik. Campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia bulan dan cemburu ke

dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (101) adalah

memiliki maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk

meyankinkan pendengar dengan menggunakan kata dari bahasa Indonesia

tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat dengan apa yang dirasakan oleh penutur. Jika penutur

memiliki dua istri penutur akan bingung membagi waktunya, kemudian Menik

menjelaskan dengan kata cemburu agar pendengar cepat memahami maksud

penutur.

110

Data (102)

Dul : “Padha haha”

„Sama haha‟

Menik : “Padha ngiknguke iki mau ngene aku kan pasa lha aku ki lungguh kok

jare wong-wong pasaku batal, padahal aku ki lungguh ning warung lo Lik,

ntek rong piring Heri” (D102/RWS/14/03/2016)

„Sama ngiknguknya ini tadi begini saya kan puasa lha saya duduk kok

orang-orang bilang puasaku batal, padahal saya ini duduk di warung lo

Lik, habis dua piring Heri‟

Dalam tuturan pada data (102)“Padha ngiknguke iki mau ngene aku kan

pasa lha aku ki lungguh kok jare wong-wong pasaku batal, padahal aku ki

lungguh ning warung lo Lik, ntek rong piring Heri” „Sama ngiknguknya ini tadi

begini saya kan puasa lha saya duduk kok orang-orang bilang puasaku batal,

padahal saya ini duduk di warung lo Lik, habis dua piring Heri‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh pendengar yang mengirim sms kemudian

dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Peristiwa cmapur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi campur kode pada data (102) diatas adalah

memberikan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk

memberikan penekanan dan meyakinkan terhadap apa yang penutur lakukan.

Faktor atau tujuan yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah

keinginan menjelaskan maksud. Penutur ingin mejelaskan kalau dirinya dikatakan

puasanya batal kemudian penutur menggunakan kata tersebut untuk menyangkal

dengan alasannya bahwa dirinya ternyata juga menghabiskan makan dua piring

yang kemudian mengundang humor dengan alasannya yang tersebut.

111

Data (103)

Menik : “Lha piye ta ngko lek misale RT ora diceluki kabeh ngko misale enek

sing penting ora disampaikan ngko salah” (D103/RWS/14/03/2016)

„Nanti kalau misalnya RT tidak dipanggil semua nanti semisal ada yang

penting tidak disampaikan nanti salah‟

Dalam tuturan pada data (103) “Lha piye ta ngko lek misale RT ora

diceluki kabeh ngko misale enek sing penting ora disampaikan ngko salah”

„Nanti kalau misalnya RT tidak dipanggil semua nanti semisal ada yang penting

tidak disampaikan nanti salah‟ terdapat dua peristiwa campur kode yang

dilakukan oelh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (103) diatas adalah

menjelaskan maksud tertentu penutur menggunakan kata tersebut untuk

menjelaskan maksud dengan memberikan perumpamaan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang dimaksudkan, karena kata tersebut mudah

untuk dipahami dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur sehingga membuat

komunikasi berjalan lancar

Data (104)

Menik : “Diambu lak kenek sih Lik, diambu”

„Dicium baunya kan juga bisa Lik, dicium baunya‟

Dul : “Lha nek ning pawon kan aromane pawon kabeh”

(D104/RWS/14/03/2016)

„Kalau di dapur aromanya dapur semua‟

Dalam tuturan pada data (104)“Lha nek ning pawon kan aromane pawon

kabeh” „Kalau di dapur aromanya dapur semua‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

112

masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (104) adalah

menjelaskan maksud, penutur menggunakan kata tersebut ingin memeberikan

penekanan pada keadaan yang terjadi di dapur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

menjelaskan maksud. Penutur memasukkan kata tersebut karena kata aroma

mewakili apa yang dirasakan oleh penutur dan lebih meyankinkan pendengar dan

mitra tutur dengan kondisi dapur rumahnya.

Data (105)

Dul : “Singo karo macan-macan sing teka Afrika kuwi lo lha sing gedhi-gedhi

ki berteman mbek kethek, tenan wong kethek ki enek makanane terus enek

sampeyan ruh ya ula”

„Singa dengan harimau dari Afrika itu yang besar-besar ini berteman

dengan kera, serius kera ini ada makanannya lalu ada kamu juga tahu kan

ular‟

Menik : “Ula berteman?”

„Ularberteman?‟

Dul : “Ula gedhi kuwi isa berteman karo burung dara, ula berteman karo

burung dara ki tenan”

„Ular besar itu bisa berteman dengan burung dara, ular berteman dengan

burung dara ini benar‟

(D105/RWS/14/03/2016)

Dalam tuturan pada data (105) diatas terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode terjadi ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (105) adalah

menunjukkan maksud tertentu, penutur menggunakan kata tersebut agar

memberikan penekanan kepada keadaan hewan yang seharusnya tidak terjadi.

113

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu, penggunaan kata tersebut memberikan penekanan

dan meyakinkan para pendengar dengan keadaan dua hewan yang harusnya

memangsa musuhnya akan tetapi malah menjadi teman.

Data (106)

Menik : “Piye ta Lik, Fc ki mesin, mesin ki seratus persen bener, kok isa kleru iki

lo piye ta wong iki” (D106/RWS/14/03/2016)

„Bagaimana Lik, Fc ini mesin, mesin itu sertaus persen benar, kok bisa

keliru ini bagaimana ta orang ini‟

Dalam tuturan pada data (106)“Piye ta Lik, Fc ki mesin, mesin ki seratus

persen bener, kok isa kleru iki lo piye ta wong iki” „Bagaimana Lik, Fc ini mesin,

mesin itu sertaus persen benar, kok bisa keliru ini bagaimana ta orang ini‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan leh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (106) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penggunaan frasa tersebut untuk meyakinkan

mitra tutur bahwa mesin itu tidak akan salah.

Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan sesuatu tertentu. Penutur memasukkan frasa tersebut karena ingin

menejelaskan dan meberikan penekanan kepada apa yang sudah diucapkan kalau

mesin Fotokopi itu tidak akan pernah salah kecuali human eror karena mesin

sudah didesain sedemikian rupa untuk melakukan hal yang diperintahkan.

114

Data (107)

Dul : “Didilat kalihan sapi dados Menik tibake”

„Dijilat oleh sapi ternyata Menik‟

Menik : “Mendingan timbang sampeyan didilat jaran, didilat kethek, didilat

wedhus akehmen lekmu dilat” (D107/RWS/14/03/2016)

„Mendingan daripada kamu dijilat kuda, dijilat kera, dijilat kambing

banyak sekali jilatanmu‟

Dalam tuturan pada data (107)“Mendingan timbang sampeyan didilat

jaran, didilat kethek, didilat wedhus akehmen lekmu dilat” „Mendingan daripada

kamu dijilat kuda, dijilat kera, dijilat kambing banyak sekali jilatanmu‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode

ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (107) diatas adalah

maksud tertentu dari penutur yang ingin menyampaikan dan meyakinkan bahwa

penutur lebih baik keadaannya daripada mitra tutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut karena penutur

ingin meyakinkan pendengar dan lawan tuturnya bahwa keadaannya lebih baik

daripada lawan tuturnya yang mendaptkan banyak jilatan daripada penutur,

dengan menggunakan kata tersebut akan menjelaskan apa yang diinginkan oleh

penutur.

Data (108)

Menik : “Ndahnea sosialita banget. Carane penak sikile babone dirante ning

saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....‟

(D108/RWS/14/03/2016)

„Bayangkan seperti sosialita banget. Caranya gampang kakinya betinanya

dirantai di tiang kandang lalu sebelahnya dikasi foto jago‟

115

Dalam tuturan pada data (108)“Ndahnea sosialita banget. Carane penak

sikile babone dirante ning saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....‟

„Bayangkan seperti sosialita banget. Caranya gampang kakinya betinanya dirantai

di tiang kandang lalu sebelahnya dikasi foto jago‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (108) adalah

maksud tertentu, penutur ingin memberikan penekanan atau meyakinkan

pendengar dan mitra tutur bahwa ayam Lik Dul terlihat seperti orang kaya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud untuk menyangatkan atau memberikan penekanan pada

keadaan ayam dari Lik Dul kalau sekarang ayamnya terlihat seperti sosialita.

Data (109)

Dul : “Wis sukses dadi ayam kampung” (D109/RWS/14/03/2016)

„Sudah sukses menjadi ayam kampung‟

Menik : “Ayam kampung kan liya”

„Ayam kampung kan bermakna lain‟

Dalam tuturan pada data (109)“Wis sukses dadi ayam kampung” „Sudah

sukses menjadi ayam kampung‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (109) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penutur menggunakan frasa tersebut untuk

116

menjelaskan pekerjaan anaknya saat ini menjadi ayam kampung yang berkonotasi

lain.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud. Penutur memasukkan frasa tersebut karena penutur ingin

memberikan penekanan atau penjelasan tentang pekerjaan anaknya yang sudah

menjadi sukses dengan pekerjaan tersebut, tetapi frasa tersebut berkonotasi buruk.

Data (110)

Menik : “Sik-sik apa kuwi jenenge apa bedane didilat jaran karo kethek”

„Sebentar-sebentar itu namanya apa bedanya dijilat kuda sama kera‟

Dul : “...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur ngono jan beh asik, aku

nganti bulu kudukku merinding lo” (D110/RWS/14/03/2016)

„...kalau kuda itu dari bawah ke atas itu asik, sampai bulu kudukku

merinding‟

Dalam tuturan pada data (110)“...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur

ngono jan beh asik, aku nganti bulu kudukku merinding lo” „...kalau kuda itu

dari bawah ke atas itu asik, sampai bulu kudukku merinding‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (110) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata tersebut untuk

mentangatkan atau memberi penekanan pada apa yang terjadi kepadanya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang juga menggunakan bahasa Indonesia juga sebagai alat

komunikasinya dengan masyarakat. Frasa tersebut juga sudah sering digunakan

117

orang untuk memberikan penenkanan kepada apa yang telah terjadi kepadanya

yang berhubungan dengan kekaguman, ketakutan, dll terhadap suatu hal.

Data (111)

Menik : “Mosok kucing mangan setusuk-tusuknya barang?”

(D111/RWS/14/03/2016)

„Masa kucing makan setusuk-tusuknya juga?‟

Dul : “Karodene lho kucing mangan lho kok dingengeh”

„Lagipula kucing makan kok disisakan‟

Menik : “Lhaya aneh ta”

„Iya aneh kan‟

Dalam tuturan pada data (111)“Mosok kucing mangan setusuk-tusuknya

barang?” „Masa kucing makan setusuk-tusuknya juga?‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (111) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut

untuk memberikan penekanan atau meyakinkan, apakah benar seekor kucing bisa

makan sate beserta tusuknya sekaligus.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur dalam berkomunikasinya juga menggunakan bahasa Indonesia

selain bahasa Jawa, jadi penutur sudah terbiasa mengucapkan ungkapan dalam

bahasa Indonesia. Perulangan kata ini juga lazim digunakan untuk menghitung

jumlah makanan yang dimasukkan dengan cara mencobloskan ke sesuatu yang

runcing, seperti sate yaitu makanan khas Indonesia.

118

Data (112)

Dul : “Alah kendhangane Amerika apa pokok sing digoleki sing lemu-lemu,

sing subur-subur senengane” (D112/RWS/14/03/2016)

„Alah kendhangannya Amerika yang penting dicari yang gemuk-gemuk,

yang subur-subur senangnya‟

Dalam tuturan pada data (112)“Alah kendhangane Amerika apa pokok

sing digoleki sing lemu-lemu, sing subur-subur senengane” „Alah

kendhangannya Amerika yang penting dicari yang gemuk-gemuk, yang subur-

subur senangnya‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (112) diatas adalah

mempunyai maksud tertentu. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut

untuk perumpamaan orang yang gemuk.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan perulangan kata tersebut

karena ingin mendapatkan perumpamaan seserang yang gemuk sama dengan

sebuah tanaman yang subur yang terawat dengan baik dan mendapatkan nutrisi

yang cukup.

Data (113)

Dul : “Sik saiki aku tau ya, aku tau berdarah-darah ning drijiku iki kan ndak

mari-mari” (D113/RWS/14/03/2016)

„Yang sekarang saya pernah, saya pernah berdarah-darah di jari saya ini

tidak sembuh-sembuh‟

119

Dalam tuturan pada data (113)“Sik saiki aku tau ya, aku tau berdarah-

darah ning drijiku iki kan ndak mari-mari” „Yang sekarang saya pernah, saya

pernah berdarah-darah di jari saya ini tidak sembuh-sembuh‟ terdapat campur

kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (113) diatas adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penggunaan perulangan kata ini untuk

memberikan penekanan terhadap apa yang dialami oleh Lik Dul.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan perulangan tersebut untuk

memberikan penekanan dan menyangatkan terhadap apa yang dialami oleh

penutur, penutur sedang terluka dan darah yang dikeluarkan tidak mau berhenti.

Perulangan kata tersebut sangat menjelaskan keadaan dari penutur.

4. Lebih Tepat Digunakan

Data (114)

Dul : “Lha sing tukang fotokopine ya ngono bingung yokan lek aku fotocopy

ora, lek aku kan kon anu kon Fc karo anakku „pak Fk nen sampeyan kan

enek ta ulangan kurikulume sekolah kan enek ta kon nulis sejarah”

(D114/RWS/14/03/2016)

„Lha orang fotokopinya supaya bingung juga kalau aku fotokopi tidak,

kalau aku kan disuruh fotokopi anak saya „Pak, fotokopi kan kamu ada

ujian kurikulum sekolah kan ada disuruh menulis sejarah‟

Dalam tuturan pada data (114)“Lha sing tukang fotokopine ya ngono

bingung yokan lek aku fotocopy ora, lek aku kan kon anu kon Fc karo anakku

„pak Fk nen sampeyan kan enek ta ulangan kurikulume sekolah kan enek ta kon

120

nulis sejarah” „Lha orang fotokopinya supaya bingung juga kalau aku fotokopi

tidak, kalau aku kan disuruh fotokopi anak saya „Pak, fotokopi kan kamu ada

ujian kurikulum sekolah kan ada disuruh menulis sejarah‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (114) diatas adalah

lebih tepat digunakan, kata tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keiginan

menjelaskan maksud, penutur ingin menjelaskan materi yang akan dipelajari

dalam sekolah dengan mengganti menggunakan kata tersebut.

Data (115)

Dul : “Isa numpak sepeda motor barang”

„Bisa naik sepeda motor juga‟

Menik : “Sik ta Lik desamu ki jane kebun binatang apa piye?”

(D115/RWS/14/03/2016)

„Sebentar Lik, desamu ini sebenarnya kebun binatang?‟

Dalam tuturan pada data (115)“Sik ta Lik desamu ki jane kebun binatang

apa piye?” „Sebentar Lik, desamu ini sebenarnya kebun binatang?‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (115) diatas adalah

lebih tepat digunakan karena frasa tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa

Jawa.

121

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas. Frasa tersebut mewakili apa yang ingin dimaksudkan oleh

penutur sehingga lebih cepat untuk dipahami.

Data (116)

Dul : “...lha kuwi enak ta Nik wedhus peternak kaya sapi sing diculne ning

gone tempat sampah, itu gak layak dikonsumsi daginge dadine ya malih

repot dee” (D116/RWS/14/03/2016)

„...itu enak ta Nik kambing peternak seperti sapi yang dilepaskan di tempat

sampah, itu tidak layak dikonsumsi dagingnya jadi repot dia‟

Dalam tuturan pada data (116)“...lha kuwi enak ta Nik wedhus peternak

kaya sapi sing diculne ning gone tempat sampah, itu gak layak dikonsumsi

daginge dadine ya malih repot dee” „...itu enak ta Nik kambing peternak seperti

sapi yang dilepaskan di tempat sampah, itu tidak layak dikonsumsi dagingnya jadi

repot dia‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya beberapa kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (116) diatas adalah

lebih tepat digunakan oleh penutur, kata dalam campur kode tersebut akan

kesulitan jika dicari padanannya dalam bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang pas dengan apa yang dirasakan oleh penutur, dengan

menggunakan ungkapan yang tepat pembicaraan tersebut akan lebih mudah

dimengerti oleh mitra tutur dan pendengar setia. Penutur mengatakan bahwa

peliharaan seperti sapi atau kambing tidak pantas untuk dimakan jika peliharaan

tersebut memakan sampah.

122

Data (117)

Dul : “...mbok aku diceluk kon kerjasama jak mangan-mangan bareng”

„...kalau bisa saya dipanggil disuruh kerjamasama diajak makan bersama‟

Menik : “Nyapo kerjasama mangan-mangan bareng? Kuwi gak termasuk”

(D117/RWS/14/03/2016)

„Kenapa kerjasama makan bersama? Itu tidak termasuk‟

Dalam tuturan pada data (117)“Nyapo kerjasama mangan-mangan

bareng? Kuwi gak termasuk” „Kenapa kerjasama makan bersama? Itu tidak

termasuk‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (117) diatas adalah

lebih tepat digunakan oleh penutur sebab kata tersebut sulit mencari padanan

dalam bahasa Jawanya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Jika penutur

menggunakan definisi lain yang artinya sama yaitu melakukan kegiatan dengan

tujuan bersama terlalu panjang dan akan memakan waktu siaran, maka dari itu

penutur menggunakan kata tersebut sebagai gantinya.

Data (118)

Dul : “Ngene undangan rapat RT lha aku dudu RT kok kon rapat iki lo”

„Begini undangan rapat RT saya bukan RT kenapa saya disuruh rapat‟

Menik : “Lik maksute rapat RT kuwi kan sampeyan lingkungan RT kana ya

termasuk anggota RT ta” (D118/RWS/14/03/2016)

„Lik maksutnya rapat RT itu kamu lingkungan di RT sana ya termasuk

anggota RT‟

Dalam tuturan pada data (118)“Lik maksute rapat RT kuwi kan sampeyan

lingkungan RT kana ya termasuk anggota RT ta” „Lik maksutnya rapat RT itu

123

kamu lingkungan di RT sana ya termasuk anggota RT‟ terdapat campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dnegan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (118) diatas adalah

lebih tepat digunakan, kata tersebut mewakili apa yang akan disampaikan oleh

penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Kata tersebut

juga lebih mudah diucapkan dan mudah dipahami oleh mitra tutur dan pendengar.

Data (119)

Dul : “Lho kuwi lo tulisane mbah Reng ki ning sms kok isa apik”

„Lho itu tulisannya mbah Reng ini di sms kok bisa bagus‟

Menik : “Heh! Tulisan ning sms kuwi memang diatur karo Hpne Lik jadi tulisan

eleka panggah apik” (D119/RWS/14/03/2016)

„Heh! Tulisan di sms itu memang diatur oleh Hpnya Lik jadi tulisan jelek

tetap bagus‟

Dalam tuturan pada data (119)“Heh! Tulisan ning sms kuwi memang

diatur karo Hpne Lik jadi tulisan eleka panggah apik” „Heh! Tulisan di sms itu

memang diatur oleh Hpnya Lik jadi tulisan jelek tetap bagus‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya kata dari bahasa Indionesia ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atatu fungsi penggunaan campur kode pada data (119) diatas

adalah lebih tepat digunakan, kata tersebut tidak memiliki padanan dalam bahasa

124

Jawa sehingga tepat sekali digunakan oleh penutur untuk menunjukkan

maksudnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud, penutur ingin mnejelaskan bahwa sistem pada Hp sudah

ditata sedemikian rupa jadi untuk menulis pesan tidak perlu memikirkan bentuk

tulisan karena sudah ditata oleh sistem Hp secara otomatis.

Data (120)

Menik : “Yuh sertipikat omah didol trimakna gawekne apartement pitik?”

„Setifikat rumah dijual hanya untuk membuat apartemen ayam?‟

Dul : “Ya kene kan memanjakan pitik ta” (D120/RWS/2/03/2016)

„Ya saya kan memanjakan ayam‟

Menik : “Yuh”

„Yuh‟

Dalam tuturan pada data (120)“Ya kene kan memanjakan pitik ta” „Ya

saya kan memanjakan ayam‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (120) diatas adalah

lebih tepat digunakan oleh penutur. Mencari kata tersebut dalam bahasa Jawa

tidaklah mudah maka dari itu penutur menggunakan kata tersebut agar tidak

kesulitan dalam berkomunikasi dengan mitra tutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

karena kata yang digunakan oleh penutur tersebut sudah sangat lazim bagi

masyarakat dan mudah dimengerti bagi pendengar dan mitra tutur.

125

Data (121)

Dul : “...ngono kok terus bar ngono kok meneng ae kok ora enek

perkembangan, tak takoni „awakmu kelangan apa?‟, „ndak kelangan apa-

apa....‟ (D121/RWS/1/03/2016)

„...seperti itu lalu diam saja tidak ada perkembangan, saya bertanya

„apakah kamu kehilangan sesuatu?‟, tidak kehilangan apa-apa....‟

Dalam tuturan pada data (121)“...ngono kok terus bar ngono kok meneng

ae kok ora enek perkembangan, tak takoni „awakmu kelangan apa?‟,„ndak

kelangan apa-apa....‟ „...seperti itu lalu diam saja tidak ada perkembangan, saya

bertanya „apakah kamu kehilangan sesuatu?‟, tidak kehilangan apa-apa....‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur

kode ini ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (121) diatas adalah

lebih tepat digunakan, kata perkembangan dalam bahasa Jawa sulit mencari

padanannya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur kemudian juga

lebih mudah untuk diucapkan.

Data (122)

Menik : “Iyuh gak sementara lik dingge kanca” (D122/RWS/1/03/2016)

„Iyuh tidak sementara lik untuk teman‟

Dul : “Gah sementara ngko lak pitikku bathi rusak”

„Tidak mau sementara nanti ayamku jadi rusak‟

Dalam tuturan pada data (122)“Iyuh gak sementara lik dingge kanca”

„Iyuh tidak sementara lik untuk teman‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

126

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (122) diatas adalah

lebih tepat digunakan, sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh penutur dan

tidak ada padanannya dalam bahasa Jawa. Jika memungkinkan kata tersebut dapat

diganti dalam bahasa Jawa ora suwi atau mung sedhela.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungakapan yang pas sesuai dengan kehendak penutur kata tersebut juga lebih

mudah diucapkan oleh penutur untuk menjelaskan waktu yang tidak berlangsung

lama untuk menemani ayam Lik Dul.

Data (123)

Dul : “Boten iki lek dipampersi ketara guedi membol-membol pak Nono”

(D123/RWS/1/03/2016)

„Tidak ini kalau dipampersi terlihat besar sekali Pak Nono‟

Menik : “Malah seksi malahan”

„Malah terlihat seksi‟

Dalam tuturan pada data (123) “Boten iki lek dipampersi ketara guedi

membol-membol pak Nono” „Tidak ini kalau dipampersi terlihat besar sekali Pak

Nono‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Jawa ragam ngoko ke

ragam Jawa krama Inggil. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (123) diatas adalah

lebih tepat digunakan karena menghormati pendengar dengan berbahasa kepada

yang lebih tua dengan menggunakan bahasa yang halus.

127

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial penutur yang asli orang Jawa sehingga mengatahui unggah-ungguh dalam

bahasa Jawa bagaimana cara menghormati orang.

Data (124)

Menik : “De‟e janjian liwat twitter malahan” (D124/RWS/1/03/2016)

„Dia malah berjanji lewat twitter”

Dalam tuturan pada data (124) “De‟e janjian liwat twitter malahan” „Dia

malah berjanji lewat twitter” terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Inggris yaitu twitter ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dnegan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (124) diatas adalah

lebih tepat digunakan karena kata tersebut tidak ada padanan dalam bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan

sosial dari penutur yang tergolong masih muda dan saat ini memanfaatkan

perkembangan tehnologi komunikasi yang modern.

5. Membangkitkan Rasa Humor

Data (125)

Menik : “Heh rausah mikir Lik, Lik wong tas limang menit ae kaliren ngono”

„Heh tidak usah berpikir Lik, Lik orang lima menit saja kelaparan begitu‟

Dul : “Ngene ae wetengku wis krikit-krikit kok‟

„Begini saja perutku sudah krikit-krikit (kesakitan)‟

Menik : “Ya wis ora usah berharap sing tinggi-tinggi” (D125/RWS/14/03/2016)

„Ya sudah tidak usah berharap yang tinggi-tinggi‟

128

Dalam tuturan pada data (125)“Ya wis ora usah berharap sing tinggi-

tinggi” „Ya sudah tidak usah berharap yang tinggi-tinggi‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode pada data ini

ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (125) diatas adalah

untuk membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan perulangan kata

tersebut untuk menggoda Lik Dul sebagai lawan tuturnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan perulangan kata tersebut

karena penutur ingin memberikan saran kepada mitra tutur kalau Lik Dul tidak

bisa menahan rasa laparnya jangan memaksakan untuk tidak makan.

Data (126)

Menik : “Lhaya ta wi kan anu hewan-hewan sikile papat enek gak sing misale ya

jenenge mirip-mirip iwak, kaya iwak bagong” (D126/RWS/14/03/2016)

„Lhaiya itu hewan-hewan berkaki empat ada tidak yang misalnya namanya

mirip-mirip ikan, seperti ikan bagong‟

Dalam tuturan pada data (126)“Lhaya ta wi kan anu hewan-hewan sikile

papat enek gak sing misale ya jenenge mirip-mirip iwak, kaya iwak bagong”

„Lhaiya itu hewan-hewan berkaki empat ada tidak yang misalnya namanya mirip-

mirip ikan, seperti ikan bagong‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur

kode intern.

129

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (126) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut

untuk memancing reaksi humor dari Lik Dul, lawan tuturnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang membawakan acara humor sehingga dalam pembawaan acara

tersebut harus terdapat lawakan atau guyonan yang membuat pendengar merasa

terhibur dan ikut bereaksi dengan apa yang sudah disampaikan oleh penutur.

Dalam hal ini penutur bertanya kepada mitra tutur tentang hewan yang berkaki

empat dengan nama yang sama dengan jenis ikan.

Data (127)

Dul : “...Do, ngono kuwi panganen gapapa Do, paro edeng karo kucing.

Sekali-sekali ngalah karo kucing ngono lo”

„…Do, seperti itu dimakan tidak apa-apa Do, dibagi dua dengan kucing.

Sekali-sekali mengalah sama kucing begitu‟

Menik : “Lhaya mosok ya sampeyan terus-terusan mangan enak, sekali-sekali

kan kucinge dijak mangan enak” (D127/RWS/14/03/2016)

„Lha iya masa kamu terus menerus makan enak, sekali-kali kan kucingnya

diajak makan enak‟

Dalam tuturan pada data (127)“Lhaya mosok ya sampeyan terus-terusan

mangan enak, sekali-sekali kan kucinge dijak mangan enak” „Lha iya masa kamu

terus menerus makan enak, sekali-kali kan kucingnya diajak makan enak‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan

masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (127) adalah

membangkitkan rasa humor. Penggunaan campur kode pada percakapan ini

bertujuan untuk mengolok Dodo salah satu pendengar setia acara tersebut.

130

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang akan disampaikan oleh penutur. Penutur

menginginkan agar Dodo berbagi makanan dengan kucing hanya terkadang saja

jadi tidak secara berkala. Perulangan tersebut juga lebih mudah untuk diucapkan

dan mudah untuk dipahami oleh pendengar dan mitra tutur serta mewakili apa

yang diinginkan penutur.

Data (128)

Dul : “Pitikku ki ingah-ingih gawene megelne”

„Ayam saya kurangajar menyebalkan‟

Menik : “Ingah-ingih jare, ya bene ta Lik, pitik dikurungi terus kan juga bosan

dia perlu teman perlu hiburan, de‟e lek pengen curhat piye?”

(D128/RWS/1/03/2016)

„Kurangajar katanya, ya biarkan Lik, ayam dikurung terus kan juga bosan

dia perlu teman perlu hiburan, dia kalau ingin curhat bagaimana?‟

Dalam tuturan pada data (128)“Ingah-ingih jare, ya bene ta Lik, pitik

dikurungi terus kan juga bosan dia perlu teman perlu hiburan, de‟e lek pengen

curhat piye?” „Kurangajar katanya, ya biarkan Lik, ayam dikurung terus kan juga

bosan dia perlu teman perlu hiburan, dia kalau ingin curhat bagaimana?‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya klausa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (128) adalah

membangkitkan rasa humor dengan menyamakan seekor ayam dengan manusia

yang memiliki rasa dan rasa bosan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang bekerja sebagai penyiar sehingga mengusai banyak variasi bahasa.

131

Klausa tersebut dimasukkan dalam percakapan karena penutur merasa kasihan

dengan ayam yang dikurung dan dirantai jadi menjadikan ayam seumpama

manusia pastinya merasa bosan dan kesepian.

Data (129)

Dul : “Malah ngabruki kula kok”

„Malah menyerang saya kok‟

Menik : “Hihihi gemas de‟e Lik, kuwi tandha sayange ning sampeyan”

(D129/RWS/2/03/2016)

„Hihihi gemes dia Lik, itu tanda sayang ke kamu‟

Dalam tuturan pada data (129)“Hihihi gemas de‟e Lik, kuwi tandha

sayange ning sampeyan” „Hihihi gemas dia Lik, itu tanda sayang ke kamu‟

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Campur kode ini

ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (129) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, kata yang digunakan oleh penutur merupakan

ungkapan yang membuat pendengar merasa tergelitik sehingga menghibur para

pendengar yang setia dengan radio tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas sehingga apa yang dimaksud oleh penutur tersampaikan

dengan benar, kata tersebut juga sulit mencari dalam bahasa Jawanya. Penutur

ingin menjelaskan kenapa ayamnya Lik Dul menyerangnya mungkin itu karena

ayam dari Lik Dul jengkel dengan pemiliknya dan percakapan ini membuat

suasana menjadi tidak monoton dalam membawakan acaranya.

Data (130)

Dul : “Hooh pitik”

132

„Iya ayam‟

Menik : “Pitikku dara no diculik pitik jago wis telung dina ga arep mulih ki piye

karepe, wah iki modus operasi anyar” (D130/RWS/14/03/2016)

„Ayamku yang masih kecil diculik ayam jago sudah tiga hari tidak mau

pulang ini gimana maunya, wah ini modus operasi baru‟

Dalam tuturan pada data (130)“Pitikku dara no diculik pitik jago wis

telung dina ga arep mulih ki piye karepe, wah iki modus operasi anyar” „Ayamku

yang masih kecil diculik ayam jago sudah tiga hari tidak mau pulang ini gimana

maunya, wah ini modus operasi baru‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau faktor penggunaan campur kode pada data (130) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, kata culik biasanya digunakan kepada manusia tetapi

dalam perbincangan ini diperuntukkan pada ayam, ini menimbulkan reaksi tawa

bagi pendengar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang sebagai penyiar harus menguasai berbagai variasi bahasa yang akan

digunakan ketika siaran. Karena acara ini bergenre humor maka penutur sengaja

menggunakan kata yang diperuntukkan bagi manusia tetapi digunakan pada

hewan sehingga menimbulkan kelucuan yang akhirnya membuat pendengar

merasa terhibur.

Data (131)

Dul : “...enek uwong nubruk pitik ngono ae mlebu rumah sakit, piye ta jago

nubrak-nubruk....” (D131/RWS/14/03/2016)

„...ada orang menabrak ayam itu masuk rumah sakit, bagaimana ayam jago

manabrak-nabrak....‟

133

Dalam tuturan pada data (131)“...enek uwong nubruk pitik ngono ae mlebu

rumah sakit, piye ta jago nubrak-nubruk....” „...ada orang menabrak ayam itu

masuk rumah sakit, bagaimana ayam jago manabrak-nabrak....‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan adanya

frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (131) adalah

membangkitkan rasa humor, penutur ingin membuat kelucuan dengan

menggunakan farsa tersebut sebagai akibat setelah orang menabrak seekor ayam.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat untuk memberikan keterangan tempat setelah seseorang

menabrak seekor ayam yang mengakibatkan orang tersebut harus dirawat

kemudian juga lebih mudah untuk dipahami dan diucapkan daripada harus

mengucapkan griya sakit sebagai gantinya.

Data (132)

Dul : “Tak tukokne kapsul, kapsul terus tak tukokne jamu sehat lelaki”

(D132/RWS/14/03/2016)

„Saya belikan kapsul, kapsul lalu saya belikan jamu sehat lelaki‟

Menik : “Yuh”

„Yuh‟

Dalam tuturan pada data (132) “Tak tukokne kapsul, kapsul terus tak

tukokne jamu sehat lelaki” „Saya belikan kapsul, kapsul lalu saya belikan jamu

sehat lelaki‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

134

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (132) diatas adalah

membangkitkan rasa humor agar pendengar merasa terhibur dengan apa yang

telah diucapkan oleh penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang meiliki selera humor yang tinggi. Penuturu memasukkan frasa

tersebut karena ingin membuat susasana siaran menjadi tidak monton dengan

memberikan jamu kepada seekor ayam yang dilakukan seperti manusia terkadang

penutur juga menggunakan istilah atau ungkapan yang tidak terduga untuk

menimbulkan kelucuan.

Data (133)

Dul : “...iki tak gaweni legging lekmu ngluyur kok saya adoh”

„...ini saya pakaikan legging kamu mainnya kok semakin jauh‟

Menik : “Malah de‟e merasa cantik paling dadi tebar pesona”

(D133/RWS/14/03/2016)

„Dia justru merasa cantik mungkin jadi tebar pesona‟

Dalam tuturan pada data (133)“Malah de‟e merasa cantik paling dadi

tebar pesona” „Dia justru merasa cantik mungkin jadi tebar pesona‟ terdapat

persitiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (133) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan frasa tersebut ingin membuat

lelucon dengan ayam Lik Dul yang disamakan dengan para gadis.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Penutur

135

memasukkan frasa tersebut karena merasa mendapatkan ungkapan yang tepat

untuk apa yang ingin dia sampaikan agar mudah dipahami oleh pendengar dan

mitra tutur.

Data (134)

Dul : “Pitikku tak ombeni pil KB wis” (D134/RWS/14/03/2016)

„Ayamku sudah saya minumi pil KB‟

Menik : “Ora ngendog no malihan”

„Tidak bertelur dong jadinya‟

Dalam tuturan pada data (134)“Pitikku tak ombeni pil KB wis “ „Ayamku

sudah saya minumi pil KB‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dalam bahasa Indonesia ke

dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

peristiwa campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (134) diatas adalah

membangkitkan rasa humor yang dilakukan oleh penutur agar pendengar merasa

terhibur dengan kelucuan yang ditimbulkan dalam percakapan tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah menjelaskan

maksud, dengan menggunakan frase tersebut penutur bermaksud memberikan

ayamnya obat agar tidak bisa bertelur lagi di rumah tetangganya.

Data (135)

Dul : “...aku jane gumun karo pitikku, pitikku jane kamijagonen”

„...saya itu heran sama ayamku, ayamku sebenarnya itu mudah ikut jago‟

Menik : “Hihihi bene ta masa puber” (D(135)/RWS/14/03/2016)

„Hihihi biarkan saja masa puber‟

136

Dalam tuturan pada data (135)“Hihihi bene ta masa puber” „Hihihi

biarkan saja masa puber‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frase dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (135) adalah

membangkitkan rasa humor yang dilakukan oleh penutur agar suasana siaran

menjadi lucu sebab ayam yang dipelihara Lik Dul dikatakan sedang masa puber

seperti masnusia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang penutur ingin katakan dengan keadaan ayam

dari Lik Dul yang suka mengikuti ayam jago, ayam tersebut disebut mengalami

masapubertas sama dengan manusia pada masa remaja.

Data (136)

Menik : “...lek gah ngedum dicelukne tukang suntik pitik wi lo IB ne pitik

Inseminasi Buatan pitik. Ya Alloh emange sapi? Emange wedhus? Di IB

barang” (D136/RWS/14/03/2016)

„...kalau tidak mau dibagi dipanggilkan orang yang menyuntik ayam itu IB

ayam Inseminasi Buatan ayam. Ya Allah dikira sapi? Dikira kambing? Di

IB juga‟

Dalam tuturan pada data (136)“...lek gah ngedum dicelukne tukang suntik

pitik wi lo IB ne pitik Inseminasi Buatan pitik. Ya Alloh emange sapi? Emange

wedhus? Di IB barang” „...kalau tidak mau dibagi dipanggilkan orang yang

menyuntik ayam itu IB ayam Inseminasi Buatan ayam. Ya Allah dikira sapi?

Dikira kambing? Di IB juga‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

137

pengirim sms yang dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (136)

membangkitkan rasa humor yang diciptakan oleh pengirim sms kemudian

ditambah dengan pernyataan Menik.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud yang diinginkan oleh penutur supaya ayamnya diberikan

Inseminasi Buatan agar bisa beranak tanpa memerlukan ayam jantan dan tidak

perlu bertengkar lagi dengan tetangganya.

Data (137)

Menik : “Kaya ibu hamil ae” (D136/RWS/14/03/2016)

„Seperti ibu hamil saja‟

Dul : “Nyawang kae, disawang, ngono kae lak sing pitik perawan kan rada

nakal ra patek nyawang tak keplak ndase”

„Diliahat itu, dilihat, itu kan kalau ayam masih perawan sedikit nakal tidak

terlalu memperhatikan saya pukul kepalanya.

Dalam tuturan pada data (137)“Kaya ibu hamil ae” „Seperti ibu hamil

saja‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (137) diatas adalah

membangkitkan rasa humor agar pendengar terhibur dengan celetukan yang

ditimbulkan oleh penutur yang menyamakan ayam seperti ibu hamil.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan.

138

Penutur juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya selain

bahasa Jawa frase tersebut sering kali kita dengarkan juga dalam masyarakat.

Data (138)

Dul : “Kuwi katak anu lo, katak anu apa lek ngarani”

(D138/RWS/14/03/2016)

„Itu katak itu lo, katak apa namanya‟

Menik : “Katak apa ta?”

„Katak apa?‟

Dul : “Kuwi katak kuwi wis arep dirabine kok”

„Itu katak itu sudah mau dinikahkan‟

Dalam tuturan pada data (138)“Kuwi katak anu lo, katak anu apa lek

ngarani” „Itu katak itu lo, katak apa namanya‟ terdapat campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (138) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk membuat

suasana menjadi komunikatif dan menghibur para pendengar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang sebagai penyiar menguasai berbagai variasi bahasa untuk siaran

dalam acaranya agar tidak monoton.

Data (139)

Dul : “Cocok, aku ya tau pasangan-pasangan pas pasangan-pasangan serasi”

(D139/RWS/14/03/2016)

„Cocok,saya tau pasangan-pasangan tepat pasangan-pasangan serasi‟

Menik : “Sitoke lek dolanan game woh yahud”

„Satunya kalau bermain game woh yahud‟

139

Dalam tuturan pada data (139)“Cocok, aku ya tau pasangan-pasangan pas

pasangan-pasangan serasi” „Cocok,saya tau pasangan-pasangan pas pasangan-

pasangan serasi‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (139) adalah

membangkitkan rasa humor, Lik Dul sebagai penutur ingin mengejek salah satu

teman penyiar mereka yang sedang berpacaran dan Menik ikut bereaksi dengan

menambahkan argumen.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Perulangan kata

juga lebih mudah diucapkan dan dimengerti orang lain. Perulangan ini menjelakan

tentang seorang laki-laki dan perempuan yang sedang menjalin hubungan dan Lik

Dul mengatakan bahwa temannya tersebut adalah pasangan yang cocok.

Data (140)

Menik : “Kaya dokter wonge, hebat dengaren sampeyan pinter”

(D140/RWS/14/03/2016)

„Seperti dokter dia, hebat tumben kamu pintar‟

Dul : “Aku ki maca, maca berita”

„Saya ini baca, baca berita‟

Dalam tuturan pada data (140)“Kaya dokter wonge, hebat dengaren

sampeyan pinter” „Seperti dokter dia, hebat tumben kamu pintar‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

140

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (140) diatas

adalah membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan kata tersebut untuk

menyanjung lawan tuturnya yang biasanya tidak pernah seperti itu. Kemudian

dibalas oleh lawan tutur yang akhirnya menimbulkan tawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang dirasa penutur untuk menyanjung lawan

tuturnya yang ketika saat itu berubah menjadi pintar tetapi karena lawan tuturnya

sudah membaca sebelumnya dan suasana tersebut menjadi lucu.

Data (141)

Dul : “Neh pas aku arep metani bojoku ta, tak petani ning ngarep lawang

ngono aku difoto karo pak Suparjiman, terus fotone ning rapat RT

diduduhne „iki enek primata sing rukun....” (D142/RWS/14/03/2016)

„Lagi ketika saya mau mengambil kutu di rambut istriku di depan pintu

aku difoto oleh pak Suparjiman, lalu fotonya di rapat RT disebarkan „ini

ada primata yang rukun....‟

Dalam tuturan pada data (142)“Neh pas aku arep metani bojoku ta, tak

petani ning ngarep lawang ngono aku difoto karo pak Suparjiman, terus fotone

ning rapat RT diduduhne „iki enek primata sing rukun....” „Lagi ketika saya mau

mengambil kutu di rambut istriku di depan pintu aku difoto oleh pak Suparjiman,

lalu fotonya di rapat RT disebarkan „ini ada primata yang rukun....‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan cmapur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (142) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan kata tersebut untuk

menghibur pendengar dengan menggunakan kata foto sebagai alat melucunya.

141

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat karena kata tersebut sulit mencari padanan katanya dalam

bahasa Jawa. Sehingga dengan menggunakan kata tersebut membuat komunikasi

menjadi lancar dan penonton terhibur.

Data (143)

Dul : “Selamat yahmene Lik” (D143/RWS/14/03/2016)

„Selamat sekarang Lik‟

Menik : “Iya ibuke Elis, saka Klotok Pojok. Kan bojoku ki ngopeni pitik bangkok

lha sing cilik-cilik pas diumbar lha kok mara-mara jagone jalu sing cilik

kenek gulune dadi saiki pitike lek arep nutul jagung gawe jurus mabuk

dhisik”

„Ya ibunya Elis, dari Klotok Pojok. Suami saya memelihara ayam bangkok

yang kecil-kecil dilepas tiba-tiba jagonya menyerang yang kecil kena

lehernya sekarang ayamnya kalau makan jagung memakai jurus mabuk

dulu‟

Dalam tuturan pada data (143) diatas terdapat campur kode yang dilakukan

oleh pengirim sms yang dibacakan oleh Menik dan Lik Dul. Campur kode ini

berupa kata dan frasa dari bahasa Indonesia selamat dan jurus mabuk ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (143) adalah

membangkitkan selera humor. Pengirim sms ini menyisipkan kata tersebut agar

pendengar yang lain juga merasa terhibur, acara ini bengenre humor maka dari itu

selalu ada kelucuan yang terjadi setiap saat dari penutur maupun pendengar yang

ikut berpartisipasi dengan mengirim sms maupun telpon secara langsung.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang menjadi pendengar setia acara pada radio ini membuat penutur

juga tertular dengan sikap humor yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul

142

sehingga penutur menjadi terbiasa dengan banyolan-banyolan ketika

berkomunikasi dengan orang lain.

Data (144)

Dul : “Aku kan separo manusia separo wedhus” (D144/RWS/14/03/2016)

„Saya kan separuh manusia separuh kambing‟

Menik : “Jangankan diolah wong langsung dimakan aja biasa kok”

„Jangankan diolah dimakan langsung aja biasa kok‟

Dalam tuturan pada data (144)“Aku kan separo manusia separo wedhus”

„Saya kan separuh manusia separuh kambing‟ terdpat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (144) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur ingin menunjukkan dengan ungkapan

tersebut bahwa penutur adalah seorang manusia setengah kambing, ini merupakan

salah satu kelucuan yang ditimbulkan penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

penutur yang sering berkomunikasi dengan sebagaian lawan tutur dengan

menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.

Data (145)

Dul : “Berita unike ngene, iki enek wong kejegur sumur isa mentas dhewe

masia ora enek sing nulungi. Berita unike ngono Nik”

„Berita uniknya begini, ini ada orang tercebur sumur bisa naik sendiri

meskipun tidak ada yang menolongnya. Berita uniknya begitu Nik‟

Menik : “Mosok ta Lik neng ndi kuwi kejadiannya?”

„Apa iya Lik dimana itu kejadianya?‟

Dul : “Iki ta Nik? Ya genah ning film”

„Ini Nik? Ya jelas di film‟

(D145/RWS/14/03/2016)

143

Dalam tuturan pada data (145)“Mosok ta Lik neng ndi kuwi

kejadiannya?” „Apa iya Lik dimana itu kejadianya?‟ dan “Iki ta Nik? Ya genah

ning film” „Ini Nik? Ya jelas di film‟ terdapat dua peristiwa campur kode secara

bergantian yang dilakukan oleh Lik Dul dan Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (145) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Kata tersebut digunakan untuk menipu Menik

sebagai mitra tutur dan pendengar akan merasa terhibur dengan kekonyolan

mereka berdua.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor sosial

penutur sebagai penyiar pastilah memiliki variasi bahasa yang nyeleneh untuk

membuat pendengarnya merasa terhibur seperti yang dilakukan pada data diatas.

Data (146)

Dul : “Mas, sampeyan tak omongi lak jagone ki tekaku rapapa, jagone tekane

tanggaku pitikku ki arep tak tukokne apartemen telu ki, ngko ben turu ning

apartement ben aman” (D146/RWS/2/03/2016)

„Mas, kamu saya bilangi kalau ayam jantan itu punya saya tidak apa-apa,

ayam itu punya tetanggaku ayamku ini mau saya belikan apartemen tiga,

agar nanti bisa tidur di apertemen dan aman‟

Dalam tuturan pada data (146)“Mas, sampeyan tak omongi lak jagone ki

tekaku rapapa, jagone tekane tanggaku pitikku ki arep tak tukokne apartemen telu

ki, ngko ben turu ning apartement ben aman” „Mas, kamu saya bilangi kalau

ayam jantan itu punya saya tidak apa-apa, ayam itu punya tetanggaku ayamku ini

mau saya belikan apartemen tiga, agar nanti bisa tidur di apertemen dan aman‟

144

terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (146) diatas adalah

mebangkitkan rasa humor. Kata apartemen digunakan untuk membuat lelucon

dengan mitra tutur dengan menyewakan ayam sebuah apartemen itu akan

membuat penonton tergelitik dengan banyolan tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur sebagai penyiar acara bergenre humor harus memiliki variasi bahasa dan

membuat celetukan yang membuat para pendengar terhibur dan tetap setia

mendengarkan acara tersebut. Seperti menyewakan apartemen untuk ayam adalah

bentuk lelucon yang dibuat penutur.

Data (147)

Dul : “Pitikku atine apa ora ya lara? Malah enek pitik prawan loro, pitik sing

lanang dijak wira-wiri wira-wiri tak omongi”

„Ayamku apa tidak sakit hati? Ada ayam betina dua, ayam jantan diajak

mondar-mandir saya bilangi‟

Menik : “Ngece”

„Mengejek‟

Dul : “Ora usah lara atimu sok mben anakmu wis gedhe tak jak karaoke

dhewe” (D147/RWS/1/03/2016)

„Tidak usah sakit hati besok anakmu kalau sudah besar saya ajak karaoke

sendiri‟

Dalam tuturan pada data (147)“Ora usah lara atimu sok mben anakmu wis

gedhe tak jak karaoke dhewe” „Tidak usah sakit hati besok anakmu kalau sudah

besar saya ajak karaoke sendiri‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari

145

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur

kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (147) diatas untuk

membangkitkan humor agar penonton tertawa dengan lelucon yang ditimbulkan

oleh Lik Dul.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang sebagaimana adalah penyiar radio yang bergenre humor pastinya

Lik Dul juga memiliki selera humor yang tinggi sehingga menimbulkan celetukan

yang membuat para pendengar merasa tergelitik. Seperti data diatas Lik Dul ingin

mengajak ayam untuk olah suara bersamanya ini adalah lelucon yang ditimbulkan

oleh Lik Dul.

Data (148)

Menik : “Tak kira lak pitike”

„Saya kira kalau ayamnya‟

Dul : “Dudu, sing nubruk kuwi, lha piye wong pitike numpak truk kok

ditubruk” (D148/RWS/1/03/2016)

„Bukan, yang menabrak itu, lha bagaimana ayamnya naik truk kok

ditabrak‟

Dalam tuturan pada data (148)“Dudu, sing nubruk kuwi, lha piye wong

pitike numpak truk kok ditubruk” „Bukan, yang menabrak itu, lha bagaimana

orang ayamnya naik truk kok ditabrak‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Pertistiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia truk ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode

ini disebut dengan campur kode intern.

146

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode (148) diatas adalah

membangkitkan rasa humor dengan menggunakan kata tersebut akan mengundang

tawa dari para pendengar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

mendapatkan ungkapan yang pas karena kata tersebut tidak mendapatkan padanan

dalam bahasa Jawa untuk menjelaskan maksud dari penutur.

C. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode dalam Acara Hello

Dangdut (HelDa) Radio Wijang Songko FM Kota Kediri

1. Mendapatkan ungkapan yang tepat

Data (149)

Dul : “Lha wi ya ngono gaktau ngendog ning omah lek ngendog ning tegalan,

merga wedi tak seneni”

„Lha itu ya begitu tidak pernah bertelur di rumah kalau bertelur di kebun,

karena takut saya marahi‟

Menik : “Ning tegalani, disembunyikan” (D149/RWS/1/03/2016)

„Di kebun itu, disembunyikan‟

Dalam tuturan pada data (149)“Ning tegalani, disembunyikan” „Di kebun

itu, disembunyikan‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (149) diatas adalah

mempunyai maksud tertentu bahwa penutur bermaksud meyakinkan mitra tutur

bahwa telurnya disembunyikan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dari apa yang diinginkan oleh penutur, lebih mudah

147

mengucapkan kata tersebut daripada harus mengatakannya dalam bahasa Jawa

delikkne.

Data (150)

Menik : “Haiyah nyolong malah arepe berencana malahan karo bojone pisan”

„Haiyah mencuri kok mau berencana dengan istrinya lagi‟

Dul : “Ben isa”

„Agar bisa‟

Menik : “Piye ta iki?”

„Gimana ini?‟

Dul : “Ben isa ning tahanan wong loro”

„Agar bisa di tahanan berdua‟

(D150/RWS/2/03/2016)

Dalam tuturan pada data (150)“Ben isa ning tahanan wong loro” „Agar

bisa di tahanan berdua‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (150) diatas adalah

lebih mudah diucapkan dan dipahami oleh para pendengar dan mitra tutur

sehingga komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dalam percakapan tersebut, kata tersebut lebih mudah

diucapkan oleh penutur daripada pengucapan dalam bahasa Jawa kunjara dengan

begitu percakapan menjadi lancar.

Data (151)

Dul : “...lha lek aku diukum dhewe susah no, lek diukum sakeluargaku gelem”

„...kalau saya dihukum sendiri ya susah, kalau dihukum sekeluarga mau‟

Menik : “Diukum sakeluarga apa bedol desa ye? Transmigrasi rumasane”

(D151/RWS/1/03/2016)

„Dihukum satu keluarga atau bedol desa? Meneurutmu transmigrasi‟

148

Dalam tuturan pada data (151)“Diukum sakeluarga apa bedol desa ye?

Transmigrasi rumasane” „Dihukum satu keluarga atau bedol desa? Menurutmu

transmigrasi‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (151) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, penutur ingin membuat lelucon untuk mengimbangi

dengan apa yang sudah dikatakan oleh Lik Dul.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas, Menik sebagai penutur mengolok Lik Dul karena

mengingingkan dihukum bersama keluarganya, yang bersalah satu orang tetapi

dihukum meminta ditemani, maka dari itu Menik menggunakan kata tersebut

untuk mengungkapkan maksudnya.

Data (152)

Menik : “...mari ngono ditinggal blayu ambi jagone dadi wong-wong jaluk

pertanggungjawaban” (D152/RWS/14/03/2016)

„...setelah itu ditinggal lari oleh jagonya jadi orang-orang minta

pertanggungjawaban‟

Dalam tuturan pada data (152) “...mari ngono ditinggal blayu ambi jagone

dadi wong-wong jaluk pertanggungjawaban” „...setelah itu ditinggal lari oleh

jagonya jadi orang-orang minta pertanggungjawaban‟ terdapat peristiwa campur

kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

149

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (152) diatas lebih

tepat digunakan oleh penutur, dalam bahasa Jawa mencari padanan kata tersebut

tidaklah mudah kemudian kata tersebut sesuai dengan maksud dari penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas. Kata tersebut lebih mudah diucapkan dan lebih mudah

dipahami apa yang diinginkan oleh penutur.

Data (153)

Menik : “Berita unik”

„Berita unik‟

Dul : “Berita unik iki enek sing apik Nik, aku percaya saiki lagu lek gawe judul

wong kuwi gelis terkenal” (D153/RWS/14/03/2016)

„Berita unikini ada yang bagus Nik, saya percaya sekarang lagu kalau

memakai judul nama orang cepat terkenalnya‟

Dalam tuturan pada data (153)“Berita unik iki enek sing apik Nik, aku

percaya saiki lagu lek gawe judul wong kuwi gelis terkenal” „Berita unikini ada

yang bagus Nik, saya percaya sekarang lagu kalau memakai judul nama orang

cepat terkenalnya‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (153) diatas adalah

lebih tepat digunakan, kata tersebut sulit jika harus mencari padanannya dalam

bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Sehingga mitra

tutur dan pendengar paham dengan apa maksud dari penutur kalau lagu yang

diberikan judul nama seseorang pasti cepat laku.

150

Data (154)

Dul : “...aku untuk menjaga keselamatannya pitikku sing perawan tas tuku

dek wingi” (D154/RWS/1/03/2016)

„...saya untuk menjaga keselamatannya ayamku yang perawan baru beli

kemarin‟

Menik : “keselamatannya jare, keselamatan ben ndog‟e ora dicolong tanggane

kuwi iya”

„keselamatannya katanya, keselamatan biar telurnya tidak dicuri

tetangganya itu‟

Dalam tuturan pada data (154) “...aku untuk menjaga keselamatannya

pitikku sing perawan tas tuku dek wingi” „...saya untuk menjaga keselamatannya

ayamku yang perawan baru beli kemarin‟ terdapat campur kode yang dilakukan

oleh Lik Dul. Campur kode ini terjadi ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. campur kode inidisebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (154) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur sehingga membuat percakapan menjadi

lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Klausa tersebut

lebih mudah untuk dipahami oleh mitra tutur dan pendengar.

Data (155)

Dul : “Iki ngono sing mbok ombe ngono pil KB‟, lek muni ngono”

„Ini yang kamu minum pil KB‟, dia bilang seperti itu‟

Menik : “Ha? Pil KB? Wah sampeyan ra isa manak Lik”

„Ha? Pil KB? Wah kamu tidak bisa mempunyai anak Lik‟

Dul : “Lhaya iki malah peneran Ti ra isa produksi wisan”

(D155/RWS/14/03/2016)

„Iya ini malah kebetulan Ti, tidak bisa produksi lagi‟

151

Dalam tuturan pada data (155)“Lhaya iki malah peneran Ti ra isa

produksi wisan” „Iya ini malah kebetulan Ti, tidak bisa produksi lagi‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (155) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur ingin membuat guyonan dengan mengganti

maksud mempunyai anak dengan kata produksi, kata produksi biasanya

digunakan untuk sebuah pabrik yang menghasilkan produk tetapi disini Lik Dul

menggunakannya untuk urusan rumah tangganya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas, penutur ingin menyingkat apa yang ingin dikatan dengan kata

produksi daripada menjelaskan dengan membuat anak lagi dan juga

mempertimbangkan durasi.

Data (156)

Menik : “Iya ben diilaki”

„Ya supaya dihilangkan‟

Dul : “Diilaki terus dikumbah karo alkohol bar ngono dihisap karo anune,

karo bidane” (D156/RWS/14/03/2016)

„Dihilangkan lalu dicuci dengan alkohol setelah itu dihisap dengan itu,

oleh bidannya‟

Dalam tuturan pada data (156)“Diilaki terus dikumbah karo alkohol bar

ngono dihisap karo anune, karo bidane” „Dihilangkan lalu dicuci dengan alkohol

setelah itu dihisap dengan itu, oleh bidannya‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

152

masuknya kata dari bahasa Indonesia dihisap ke dalam bahasa yang digunakan

adalah bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (156) diatas adalah

lebih mudah diucapkan sehingga membuat percakapan menjadi lebih lancar dan

maksud dari penutur lebih cepat dimengerti.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas, penutur menggunakan kata tersebut karena penutur merasa

kata tersebut sesuai dengan sesuatu yang dimaksudkan oleh penutur.

Data (157)

Menik : “...bukune anakku disemayani sore dadi lha kok aku lali lek duite mau

tak lebokne ning jero buku lha kok basa dijupuk hasile jebule duite ya

melu di fotokopi pisan” (D157)/RWS/14/03/2016)

„...bukunya anak saya dijanjikan sore jadi tetapi saya lupa kalau tadi saya

masukkan uang ke dalam buku ketika saya ambil ternyata uangnya ikut

difotocopy juga‟

Dalam tuturan pada data (157)“...bukune anakku disemayani sore dadi lha

kok aku lali lek duite mau tak lebokne ning jero buku lha kok basa dijupuk hasile

jebule duite ya melu di fotokopi pisan” „...bukunya anak saya dijanjikan sore jadi

tetapi saya lupa kalau tadi saya masukkan uang ke dalam buku ketika saya ambil

ternyata uangnya ikut difotocopy juga‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (157) adalah lebih

prestice atau bergengsi. Penutur menggunakan kata tersebut karena kata tersebut

153

adalah perkembangan dari teknologi agar penutur terlihat lebih modern dengan

mengikuti perkembangan jaman.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas karena kata tersebut merupakan sebutan yang pas untuk alat

menggandakan barang cetakan (tulisan), penutur juga akan kesulitan mencari

padanan dalam bahasa Jawanya maka penutur memilih kata tersebut agar lebih

mudah dipahami oleh pendengar dan mitra tutur.

Data (158)

Dul : “Lha kuwi gone perlindungan anak pitik” (D158/RWS/14/03/2016)

„Lha itu tempat perlindungan anak ayam‟

Menik : “Anak dan perempuan pitik”

„Anak dan perempuan ayam‟

Dalam tuturan pada data (158)“Lha kuwi gone perlindungan anak pitik”

„Lha itu tempat perlindungan anak ayam‟ terdapat campur kode yang dilakukan

oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (158) adalah

membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan kata tersebut agar pendengar

merasa terhibur karena kelucuan tentang ayam yang mempunyai tempat

perlindungan seperti manusia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas karena sulit mencari padanan kata dalam bahasa Jawa, dengan

menggunakan kata tersebut penutur bisa menyampaikan maksud yang diinginkan.

154

Data (159)

Menik : “Lik, kerjasama ki misale dalam hal menolong tangga sing liya sing

membutuhkan” (D159/RWS/14/03/2016)

„Lik, kerjasama itu misalnya dalam hal menolong tetangga lain yang

membutuhkan‟

Dul : “Nyapo kok nulung wong awakedhewe ae ra enek sing nulung kok”

„Kenapa menolong rang kalau kita saja tidak ada yang menolong‟

Dalam tuturan pada data (159)“Lik, kerjasama ki misale dalam hal

menolong tangga sing liya sing membutuhkan” „Lik, kerjasama itu misalnya

dalam hal menolong tetangga lain yang membutuhkan‟ terdapat campur kode

yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya

kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (159) diatas adalah

maksud tertentu, penutur memberikan contoh sesuatu kepada mitra tutur agar

mitra tutur lebih jelas.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas, penutur mendapatkan apa yang ingin disampaikan kepada

mitra tutur dengan menggunakan kata tersebut.

Data (160)

Menik : “Sok tahu awakedhewe, iki enek keajaiban mosok anak kucing genku

ngemong menthok, turu barang ya karo menthok...”

„Sok tahu kita, ini ada keajaiban masak anak kucing ditempatku diasuh

bebek, tidur juga dengan bebek....‟

Dul : “Aku percaya Nik, percaya masalahe kuwi aku pernah delok ning kebun

binatang merak-merak urung wayahe ditutup”

„Saya percaya Nik, percaya masalhanya itu saya pernah lihar dikebun

binatang merak belum waktunya ditutup‟

(D160/RWS/14/03/2016)

155

Dalam tuturan pada data (160) diatas terdapat beberapa campur kode yang

dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (160) adalah

menunjukkan maksud tertentu. Penutur dan mitra tutur menggunakan kata

tersebut ingin memberikan penekanan atau meyakinkan pedengar akan maksud

dari penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat untuk sesuatu yang diinginkan oleh penutur. Kata keajaiban

akan sulit jika harus mencari padanan katanya dalam bahasa Jawa oleh karena itu

penutur menggunakan katatersebut agar lebih mudah dipahami oleh pendengar.

Data (161)

Menik : “Peribahasa? Lambang?”

„Peribahasa? Lambang?‟

Dul : “Kok peribahasa, sadurunge kedadian kuwi lo”

„Kok peribahasa, sebelum kejadian itu‟

Menik : “Oh firasat”

„Oh firasat‟

(D161/RWS/14/03/2016)

Dalam tuturan pada data (161)“Kok peribahasa, sadurunge kedadian kuwi

lo” „Kok peribahasa, sebelum kejadian itu‟ dan “Oh firasat” „Oh firasat‟ terdapat

dua peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

156

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (161) adalah

menunjukkan maksud tertentu yang diinginkan oleh penutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan keinginan penutur. Ungkapan tersebut memiliki arti

tersendiri maka dari itu penutur menggunakan kata tersebut karena jika dijelaskan

dengan jelas akan memakan waktu siaran maka dari itu penutur menggunakan

kata tersebut untuk mempersingkat waktu kemudian menjadi lebih mudah

dipahami dan diucapkan oleh penutur.

Data (162)

Menik : “Gabluk menyesel aku ngomong” (D162/RWS/14/03/2016)

„Gabluk menyesal saya bilang‟

Dul : “Saiki lo awakmu kok isa ngomong didilati sapi kok kasab gek sing

didilati sapi kuwi pas sing didilati sapi....”

„Sekarang kamu kok bisa bicara dijilati sapi kok kasar dan yang dijilat sapi

itu tepat yang dijilati sapi....‟

Dalam tuturan pada data (162)“Gabluk menyesel aku ngomong” „Gabluk

menyesel saya bilang‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (162) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur atau Menik menggunakan kata tersebut yang

mewakili apa yang dia rasakan yaitu malu dan kecewa sudah mengatakan hal

yang seharusnya tidak dikatakan tetapi mitra tutur terus mengoloknya sehingga

membuat suasana menjadi ramai dan menghibur.

157

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang dirasakan oleh penutur, karena merasa

kecewa dengan apa yang seharusnya tidak diungkapkan tetapi penutur keceplosan

mengatakannya sehingga menjadi bahan ejekan oleh Lik Dul.

Data (163)

Dul : “...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur ngono jan beh asik, aku

nganti bulu kudukku merinding lo” (D163/RWS/14/03/2016)

„...Kalau kuda sampai bawah ke atas seperti itu asik, saya sampai bulu

kudukku merinding‟

Dalam tuturan pada data (163)“...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur

ngono jan beh asik, aku nganti bulu kudukku merinding lo” „...Kalau kuda sampai

bawah ke atas seperti itu asik, saya sampai bulu kudukku merinding‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (163) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan kata tersebut untuk

mengungkapkan rasa senang yang aneh ketika dia dijilat kuda.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang tepat dengan apa yang dirasakan oleh penutur karena merasakan

dijilat oleh kuda. Sebenarnya penutur merasa geli itu terlihat dari pernyataan

berikutnya tetapi penutur menjadikannya itu sebagai bahan bercandaan.

Data (164)

Dul : “...ya ngko lak awakmu bener tak opahi nek ra bener ya ora, iki jalan

apa ta Le?‟, „niki jalan pelan-pelan mbah” (D164/RWS/1/03/2016)

„...ya nanti kalau kamu benar saya kasih upah kalau tidak benar ya tidak,

ini jalan apa Le?‟, „ini jalan pelan-pelan mbah‟

158

Dalam tuturan pada data (164)“...ya ngko lak awakmu bener tak opahi nek

ra bener ya ora, iki jalan apa ta Le?‟, „niki jalan pelan-pelan mbah” „...ya nanti

kalau kamu benar saya kasih upah kalau tidak benar ya tidak, ini jalan apa Le?‟,

„ini jalan pelan-pelan mbah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur

kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (164) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Perulangan kata tersebut menjadi plesetan dari apa

yang ditanyakan oleh Lik Dul kepada seorang anak.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas. Perulangan kata tersebut dimasukkan karena untuk mengejek

Lik Dul yang sedang bertanya kepada anak kecil kemudian anak kecil tersebut

membuat lawakan dengan perulangan kata tersebut.

Data (165)

Dul : “Aku ae karo pacarku ae ditukokne pupuk organik kok”

„Saya dengan pacar saya dibelikan pupuk organik‟

Menik : “Pupuk organik? Pupuk organik kuwi kan teka kompos lha kompos iki

teka kandhang berarti sampeyan diwehi” (D165/RWS/14/03/2016)

„Pupuk organik? Pupuk organik itu kan dari kompos lha kompos ini dari

kandang berarti anda dikasih‟

Dalam tuturan pada data (165)“Pupuk organik? Pupuk organik kuwi kan

teka kompos lha kompos iki teka kandhang berarti sampeyan diwehi” „Pupuk

organik? Pupuk organik itu kan dari kompos lha kompos ini dari kandang berarti

anda dikasih‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

159

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (165) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan frase tersebut untuk mengolok

lawan tuturnya yang dibelikan pupuk dari kotoran hewan sebagai hadiah.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan

ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur karena penggunaan

frasa tersebut penutur dapat mempersingkat apa yang dimaksdukan oleh penutur

tanpa harus menjelaskan secara panjang kepada lawan tutur.

2. Faktor kebiasaan

Data (166)

Dul : “Kan gone telihe mau tak resiki ta”

„Ampelanya tadi kan saya bersihkan‟

Menik : “Hooh ketok mulus ngono”

„Iya kelihatan mulus‟

Dul : “Kan telihe ketok, pitik jago nyawang karo miring sirahe karo miring-

miring ngono, tak amati ngono tapi donge pitik kuwi pitikku ya ra mlayu

ya ra ngapa, pitik jago jebebeh-jebebeh ngereki ngono dijarne karo

pitikku” (D166/RWS/1/03/2016)

„Ampelanya kelihatan, ayam jago melihat dengan memiringkan kepalanya,

saya amati tetapi ayamku tidak lari, ayam jago mendekati tetapi dibiarkan

ayamku‟

Dalam tuturan pada data (166) “Kan telihe ketok, pitik jago nyawang karo

miring sirahe karo miring-miring ngono, tak amati ngono tapi donge pitik kuwi

pitikku ya ra mlayu ya ra ngapa, pitik jago jebebeh-jebebeh ngereki ngono

dijarne karo pitikku” „Ampelanya kelihatan, ayam jago melihat dengan

memiringkan kepalanya, saya amati tetapi ayamku tidak lari, ayam jago

mendekati tetapi dibiarkan ayamku‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata

160

dari bahasa Indonesia yaitu amati. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (166) diatas adalah

supaya lebih mudah diucapkan. Kata amati akan lebih mudah diucapkan oleh

penutur daripada mengganti kata amati dalam bahasa Jawa tak sawangi terus akan

terlalu panjang jika diucapkan.

Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur memasukkan kata amati dalam percakapannya karena kata

tersebut saat ini sering digunakan dalam komunikasi dan menjadikan lebih mudah

dipahami oleh mitra tutur.

Data (167)

Dul : “...penak ngingu jago cah, ngingu jago terus ditutne babon terus babone

ngendog ning omahe de‟e terus arep tak laporne ning kantor pitik kok”

„Enak memelihara ayam jago, memelihara jago lalu diikuti betinanya lalu

bertelur di rumahnya mau saya laporkan di kantor ayam‟

Menik : “Perkara ngono di kantor perpitikan emang ning ndi yoan?”

„Masalah seperti di kantor ayam dimana juga?‟

Dul : “...wong nyolong pitik kuwi kudune ukumane berat nyolong ndog”

„...orang mencuri itu seharusnya hukumannya berat mencuri telur‟

(D167/RWS/1/03/2016)

Dalam tuturan pada data (167) “...penak ngingu jago cah, ngingu jago

terus ditutne babon terus babone ngendog ning omahe de‟e terus arep tak laporne

ning kantor pitik kok” „Enak memelihara ayam jago, memelihara jago lalu diikuti

betinanya lalu bertelur di rumahnya mau saya laporkan di kantor ayam‟ terdapat

dua peristiwa campur kode dari bahasa Indonesia yaitu lapor dan kantor.

Selanjutanya masih dalam satu percakapan terjadi peristiwa campur kode dengan

tuturan “...wong nyolong pitik kuwi kudune ukumane berat nyolong ndog”

„...orang mencuri itu seharusnya hukumannya berat mencuri telur‟ terdapat

161

campur kode dari bahasa Indonesia berupa kata yaitu berat. Campur kode pada

data ini semuanya disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (167) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan kata tersebut untuk membuat

kelucuan agar pendengar setia radio RWS merasa terhibur dengan apa yang

diucapkan oleh Lik Dul sehingga pembicaraannya menjadi komunikatif.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa tersebut karena kata-kata

tersebut sering terdengar di telinga kita dan banyak digunakan oleh masyarakat

agar maksud dari penutur mudah dimengerti maka dari itu penutur menggunakan

kata tersebut.

Data (168)

Dul : “lak tak sogok karo driji telunjuk kuwi pitike bengok-bengok, lara”

„kalau saya tusuk dengan jari telunjukku itu ayamnya teriak-teriak, sakit‟

Menik : “lak karo kelingking gak lara?”

„kalau dengan jari kelingking tidak sakit?‟

(D168/RWS/1/03/2016)

Dalam tuturan pada data (168) “lak tak sogok karo driji telunjuk kuwi

pitike bengok-bengok, lara” „kalau saya tusuk dengan jari telunjukku itu ayamnya

teriak-teriak, sakit‟ dan “lak karo kelingking gak lara?” „kalau dengan jari

kelingking tidak sakit?‟ terjadi dua peristiwa campur kode dari penyiar ke-1 dan

penyiar ke-2 secara berurutan dalam satu percakapan yaitu masuknya kata dari

bahasa Indonesia telunjuk dan kelingking ke dalam bahasa percakapan yaitu

bahasa Jawa ngoko. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

162

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (168) diatas adalah

agar lebih mudah diucapkan oleh penutur sehingga pembicaraan dapat mudah

dimengerti dan memperlancar komunikasi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata telunjuk dan kelingking digunakan untuk menyebut bagian dari

jari, Lik Dul dan Menik sebagai penutur lebih memilih menggunakan kata

tersebut daripada bahasa Jawa penuding dan jentikan karena akan lebih mudah

dimengerti oleh para pendengarnya.

Data (169)

Dul : “Terus mosoknya, mosokan sampeyan ndak ngerti aku nek ber nelur tak

tulisi dawa, lek aku bar nelur mesthi lara bengok-bengok, ....”

(D169/RWS/1/03/2016)

„Lalu masak, masak kamu tidak mengerti aku kalau habis bertelur saya

tulisi panjang, kalau aku habis nelur pasti sakit teriak-teriak....‟

Dalam tuturan pada data (169) “Terus mosoknya, mosokan sampeyan ndak

ngerti aku nek ber nelur tak tulisi dawa, lek aku bar nelur mesthi lara bengok-

bengok, ....” „Lalu masak, masak kamu tidak mengerti aku kalau habis bertelur

saya tulisi panjang, kalau aku habis nelur pasti sakit teriak-teriak....‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa tersebut ditandai

dengan msuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu nelur ke dalam bahasa yang

digunakan. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (169) diatas adalah

membangkitkan rasa humor yang dilakukan oleh penutur agar membuat suasana

percakapan menjadi komunikatif.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata ini digunakan oleh penutur karena kata ini sudah biasa diucapkan

163

oleh masyarakat sehingga lebih mudah dimengerti dan menggambarkan keadaan

ayam jika bertelur itu sakit seperti melahirkan anak.

Data (170)

Dul : “Awakmu apa isa ngopeni pitik? Pitikku ki lak ning omah ki isuk jamune

sampeyan ngerti tak takoni?”

„Kamu apa bisa merawat ayam? Ayamku kalau di rumah kalau pagi

jamunya kamu tau saya tanya?‟

Menik : “Apa?”

„Apa?‟

Dul : “tak tukokne samsul”

„Saya belikan samsul‟

Menik : “Ha? Samsul? Kapsul Lik, samsul” (D170/RWS/1/03/2016)

„Ha? Samsul? Kapsul lik, samsul‟

Dalam tuturan pada data (170)“Ha? Samsul? Kapsul Lik, samsul” „Ha?

Samsul? Kapsul lik, samsul‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (170) diatas adalah

lebih perestice atau bergengsi, kata tersebut biasanya digunakan dalam istilah

kedokteran untuk menyebutkan jenis obat penutur ingin menunjukkan bahwa

penutur juga menguasai bahasa lain.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

karena kata tersebut sering digunakan dalam masyarakat untuk menyebut jenis

obat-obatan. Menik dalam percakapan ini membenarkan perkataan dari Lik Dul

yang membuat plesetan agar percakapan tidak monoton.

Data (171)

Dul : “Pitik lanang ben ra cluthak nemen-nemen”

„Ayam jantan supaya tidak kurang ajar‟

164

Menik : “Cluthak ya cluthak ngko lak ya misale kegores la ya lara sih”

(D171/RWS/1/03/2016)

„Kurang ajar biarkan saja nanti juga misalnya kegores juga sakit‟

Dalam tuturan pada data (171)“Cluthak ya cluthak ngko lak ya misale

kegores la ya lara sih” „Kurang ajar biarkan saja nanti juga misalnya kegores

juga sakit‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (171) diatas adalah

lebih mudah diucapkan daripada harus mengucapkannya dalam bahasa Jawa

keberet.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan, kata tersebut lebih sering digunakan dalam berkomunikasi daripada

mengucapkan kata tersebut dalam bahasa Jawa terkadang kata tersebut dalam

bahasa Jawa sebagian masyarakat juga tidak mengetahuinya.

Data (172)

Dul : “...tak tukokne Hp Android kuwi le, tak tukokne Hp Android ngono kae

lek pitikku metu Hpne ditinggal ngomah, piye ta pitikku ki pinter

timbangane tak pantau teka ndi-ndi ngko kerep tak miscalli”

(D172/RWS/1/03/2016)

„...saya belikan Hp android itu, saya belikan Hp android kalau ayam saya

keluar Hpnya ditinggal di rumah, ayam saya itu pintar daripada saya

pantau sampai kemana-mana nanti sering saya miscalli‟

Dalam tuturan pada data (172)“...tak tukokne Hp Android kuwi le, tak

tukokne Hp Android ngono kae lek pitikku metu Hpne ditinggal ngomah, piye ta

pitikku ki pinter timbangane tak pantau teka ndi-ndi ngko kerep tak miscalli”

„...saya belikan Hp android itu, saya belikan Hp android kalau ayam saya keluar

165

Hpnya ditinggal di rumah, ayam saya itu pintar daripada saya pantau sampai

kemana-mana nanti sering saya miscalli‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Asing dan bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern dan ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (172) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi, penutur ingin menunjukkan bahwa ia juga

menguasai pekembangan bahasa teknologi canggih pada saat ini.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiaasaan. Saat ini bahasa yang digunakan oleh Lik Dul sangatlah familiar di

telinga kita dan hampir seluruh masyarakat sudah mengetahui bahasa komunikasi

tersebut jadi akan lebih mudah dipahami oleh pendengar dan mitra tutur.

Data (173)

Dul : “Pitikku duwe android ditinggal ning omah loro kuwi tak omongana”

„Saya bilangi ayamku punya dua Hp android dua ditinggal di rumah‟

Menik : “Ben amrih ra isa dihubungi”

„Biar tidak bisa dihubungi‟ (D173/RWS/1/03/2016)

Dul : “Kuwi pokok angel-angel omongane ki bar ki”

„Kalau itu sulit dibilangi setelah ini‟

Dalam tuturan pada data (173)“Ben amrih ra isa dihubungi” „Biar tidak

bisa dihubungi‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (173) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Kata dihubungi digunakan karena mudah dimengerti dan

166

pas dengan konteks pada percakapan sehingga komunikasi menjadi lancar karena

saling paham.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

karena kata tersebut sudah biasa digunakan oleh masyarakat untuk memanggil

seseorang dengan alat komunikasi seperti telepon genggam dsb. Menik

mengatakan bahwa ayam meninggalkan Hp nya dirumah agar tidak bisa dicari

oleh Lik Dul.

Data (174)

Menik :“Piye ta iki jane”

„Bagaimana ini maunya‟

Dul :“...lha iki mulane aku duwe ayam tak dekek ndek apartement bakale ben

dadi ayam kampung” (D174/RWS/2/03/2016)

„...makanya ini aku punya ayam saya tempatkan di apartemen supaya

menjadi ayam kampung‟

Dalam tuturan pada data (174)“...lha iki mulane aku duwe ayam tak dekek

ndek apartement bakale ben dadi ayam kampung” „...makanya ini aku punya

ayam saya tempatkan di apartemen supaya menjadi ayam kampung‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (174) diatas adalah

lebih mudah diucapkan sehingga komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

jadi kata tersebut digunakan oleh penutur karena penutur adalah masyarakat yang

juga menggunakan bahasa nasional sebagai alat komunikasi maka kata dari

bahasa Indonesia akan sering digunakan juga dalam berrmasyarakat.

167

Data (175)

Dul : “Iki hari Senin kan berita unik ta Nik”

„Ini hari Senin kan berita unik Nik‟

Menik : “Iya betul”

„Ya betul‟

Dul : “Iki termasuk unik gak beritaku?”

„Ini termasuk unik tidak beritaku?‟

Menik : “Ndi ndi ndi?”

„Mana mana mana?‟

(D175/RWS/14/03/2016)

Dalam tuturan pada data (175) terdapat beberapa peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa

Jawa. Campur kode ini disebut dengan cmapur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (175) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur sehingga percakapan menjadi lancar dan

tidak memakan durasi siarannya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang selalu membawakan acara dengan tema ini satu minggu sekali

jadi penutur pastilah sudah terbiasa dan sering mengucapkan kata tersebut dalam

siarannya, kata yang diucapkan juga santai sehingga mudah sekali dimengerti oleh

para pendengar dan mitra tutur.

Data (176)

Menik : “Lah.. kuwi setan Lik apa ya enek jenenge wong ki ya lengkap”

„Itu hantu Lik apa ada namanya orang itu ya lengkap‟

Dul : “Diomongi kok”

„Dibilangi kok‟

Menik : “Mulai teka sirah sampek sikil, lhakok ra gawe sirah ki ya piye rasane”

(D176/RWS/14/03/2016)

„Mulai dari kepala sampai kaki, kok tidak ada kepalanya ini bagaimana

rasanya‟

168

Dalam tuturan pada data (176) terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Indonesia lengkap dan mulai, kemudian juga ada

bahasa Inggris yang turut serta diucapkan yaitu stress ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern dan campur kode ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (176) diatas adalah

lebih mudah diucapkan, jika harus mencari pengganti dalam bahasa Jawa sedikit

sulit. Kata tersebut juga akan lebih mudah dipahami oleh orang sehingga

komunikasi menjadi lancar tidak tersendat karena harus mencari dalam bahasa

Jawanya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Kata tersebut sudah lazim digunakan dalam komunikasi di dalam

masyarakat, jadi masyarakat juga akan lebih mudah untuk mencerna atau

memahami apa yang diucapkan oleh penutur.

Data (177)

Dul : “Lhaya kuthuke ilang”

„Iya itu anak ayamnya hilang‟

Menik : “Kuwi gak ilang Lik, kuwi jadi pitik” (D177/RWS/14/03/2016)

„Itu tidak hilang Lik, itu berubah menjadi ayam‟

Dul : “Oh dadi pitik, pitik kuwi asale pitik”

„Oh menjadi ayam, ayam itu asalnya dari ayam‟

Menik : “Pitik ki teka kuthuk”

„Ayam itu asalnya dari anak ayam‟

Dalam tutura pada data (177)“Kuwi gak ilang Lik, kuwi jadi pitik” „Itu

tidak hilang Lik, itu berubah menjadi ayam‟ terdapat campur kode yang dilakukan

oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

169

Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (177) diatas adalah

lebih mudah diucapkan oleh penutur sebagai kata untuk mengungkapkan sesuatu

yang sudah berlangsung.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan, kata tersebut mudah dipahami dan sudah lazim digunakan dalam

komunikasi dalam masyarakat.

Data (178)

Menik : “Lha kalo pipis kan seribu terus ada yang bayar duwite kan duaribu gak

enek susuke ya dijawab ngene karo penjagane ponten....‟

(D178/RWS/14/03/2016)

„Lha kalau mau buang air kecil seribu lalu ada yang bayar uangnya

duaribu tidak ada kembaliannya lalu dijawab sama penjaga ponten...‟

Dalam tuturan pada data (178)“Lha kalo pipis kan seribu terus ada yang

bayar duwite kan duaribu gak enek susuke ya dijawab ngene karo penjagane

ponten....‟ „Lha kalau mau buang air kecil seribu lalu ada yang bayar uangnya

duaribu tidak ada kembaliannya lalu dijawab sama penjaga ponten...‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

digunakan yaitu bahasa Jawa, campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (178) diatas adalah

lebih mudah diucapkan. Penutur menggunakan kata tersebut agar lebih mudah

diucapkan dan mudah dipahami sehingga percakapan menjadi lancar.

170

Faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan karena kata tersebut sering sekali digunakan dalam kehidupan sehari-

hari oleh masyarakat, kata tersebut berhubungan dengan uang orang pastinya

selalu mempunyai aktivitas dengan keuangan mereka dan penutur juga terkadang

menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasinya.

Data (179)

Dul : “Ngene ae wetengku wis krikitkrikit kok”

„Seperti ini saja perutku sudah krikitkrikit kok‟

Menik : “Ya wis ora usah berharap sing tinggi-tinggi” (D179/RWS/14/03/2016)

„Ya sudah tidak usah berharap terlalu tinggi‟

Dalam tuturan pada data (179)“Ya wis ora usah berharap sing tinggi-

tinggi” „Ya sudah tidak usah berharap terlalu tinggi‟ terdapat peristiwa campur

kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu

bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (179) diatas adalah

lebih mudah diucapkan juga lebih mudah dimengerti oleh pendengar dan mitra

tutur sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang berkomunikasi dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa

Indonesia.

Data (180)

Menik : “Lha lek pupuk organik kuwi pupuk teka kotoran lo Lik”

(D180/RWS/14/03/2016)

„Kalau pupuk organik itu dari kotoran Lik‟

Dul : “Orapapa kan kuwi ya nyuburne tanaman”

„Tidak apa-apa itu itu juga menyuburkan tanaman‟

171

Dalam tuturan pada data (180)“Lha lek pupuk organik kuwi pupuk teka

kotoran lo Lik” „Kalau pupuk organik itu dari kotoran Lik‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai

dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (180) adalah lebih

mudah diucapkan oleh penutur sehingga membuat percakapan menjadi lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor dari

kebiasaan. Penutur menggunakan kata tersebut karena kata tersebut sudah sering

digunakan oleh masyarkat dan juga penutur tidak hanya menggunakan satu bahasa

saja dalam komunikasinya.

Data (181)

Dul : “...sampeyan tak wehi uang muka, sek apartemene ning kana tak

siapane sepeda motor ngko dadine sampeyan titeni lak pitikku metu

sampeyan titeni pokok....‟ (D181/RWS/14/03/2016)

„...kamu saya kasih uang muka, nanti apartement disana saya diapkan

sepedah motor nanti jadinya kamu ingat kalau ayamku keluar kamu ingat

benar....‟

Dalam tuturan pada data (181)“...sampeyan tak wehi uang muka, sek

apartemene ning kana tak siapane sepeda motor ngko dadine sampeyan titeni lak

pitikku metu sampeyan titeni pokok....‟ „...kamu saya kasih uang muka, nanti

apartement disana saya diapkan sepedah motor nanti jadinya kamu ingat kalau

ayamku keluar kamu ingat benar....‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya dua

frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

dengan campur kode intern.

172

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (181) diatas adalah

membangkitkan rasa humor agar menciptakan kelucuan dengan frase tersebut

dengan menyamakan ayam dengan manusia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

komunikasinya selain bahasa Jawa dan frase tersebut juga sudah sangat sering

digunakan dalam masyarakat.

Data (182)

Dul : “Ngono carane”

“Beitu caranya”

Menik : “Sakarepe dhewe, diseret dalam lingkaran hitam”

(D182/RWS/1/03/2016)

„Seenaknya sendiri, diseret dalam lingkaran hitam‟

Dalam tuturan pada data (182)“Sakarepe dhewe, diseret dalam lingkaran

hitam” „Seenaknya sendiri, diseret dalam lingkaran hitam‟ terdapat peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Menik. peristiwa ini ditandai dengan masunya

frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut

dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (182) adalah

maksud tertentu. Penutur menggunakan frasa tersebut ingin menjelaskan sesuatu

yang dilakukan adalah hal yang salah.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor

kebiasaan. Frasa tersebut digunakan karena banyak orang yang menyebutkan

sesuatu hal yang salah atau tidak benar dengan menggunakan istilah tersebut.

173

3. Keinginan menjelaskan maksud tertentu

Data (183)

Menik : “Enek apa? Enek apa?”

„Ada apa? Ada apa?‟

Dul : “Iki ngono omahmu ngono difogging” (D183/RWS/1/03/2016)

„Ini dirumahmu sedang difogging‟

Dalam tuturan pada data (183) Iki ngono omahmu ngono difogging”

„Ini dirumahmu sedang difogging‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata

dari bahasa Inggris yaitu fogging. Campur kode ini disebut dengan campur kode

ekstern.

Tujuan atau fungsi penggunaaan campur kode pada data (183) diatas

adalah lebih tepat digunakan. Kata difogging digunakan dalam tuturan karena

kata yang digunakan lebih tepat serta tidak ada padan katanya dalam bahasa Jawa.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor untuk

menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata dalam bahasa Indonesia

tersebut karena agar lebih mudah dipahami oleh mitra tutur, penutur menjelaskan

bahwa dirumahnya sedang dilakukan pengasapan untuk mengusir nyamuk.

Data (184)

Menik : “Kuwi iki no privasine pitik kok mbok bukaki smse to Lik”

(D184/RWS/1/03/2016)

„Itu privasinya ayam kok kamu buka smsnya Lik‟

Dul : “Wong sing nduwe aku kok”

„Orang yang punya itu saya kok‟

Dalam tuturan pada data (184) “Kuwi iki no privasine pitik kok mbok

bukaki smse to Lik” „Itu privasinya ayam kok kamu buka smsnya Lik‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

ditandai dengan masuknya kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang

174

digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (184) diatas adalah

lebih tepat digunakan karena mencari sulit mencari padanan kata privasi dalam

bahasa Jawa.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

keinginan menjelaskan maksud tertentu. Penutur mengucapkan kata tersebut

karena ingin menjelaskan bahwa yang dilakukan oleh Lik Dul itu sudah

mengganggu kebebasan dari ayam.

Data (185)

Dul : “Bar ngono kok mlayu gruduk to, kok jalan pelan-pelan piye ta maksute

bocah iki no, terus bocahe mlayu wo berarti jarak aku bocah iki....”

(D185/RWS/1/03/2016)

„Habis itu kok lari bareng, kok jalan pelan-pelan bagaimana itu maksudnya

anak itu, lalu anaknya lari berarti menggoda saya anak ini....‟

Dalam tuturan pada data (185)“Bar ngono kok mlayu gruduk to, kok jalan

pelan-pelan piye ta maksute bocah iki no, terus bocahe mlayu wo berarti jarak

aku bocah iki....” „Habis itu kok lari bareng, kok jalan pelan-pelan bagaimana itu

maksudnya anak itu, lalu anaknya lari berarti menggoda saya anak ini....‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan

masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (185) diatas adalah

lebih mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh orang lain sehingga

membuatpercakapan tersebut menjadi lancar.

175

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud. Penutur menggunakan kata tersebut untuk menjelaskan

bahwa anak-anak kecil yang ditanyai oleh Lik Dul hanya ingin menggoda Lik Dul

saja.

Data (186)

Menik : “Sakarepe. Aku mas Adironggolawe ning Sumbergempol, Tulungagung.

Pitike ya dikrangkeng ae sakjagone pisan, terus digawekne papan dingge

ngendog ben ga isa ning ndi-ndi terus dicepaki fasilitase sak jagone

pisan” (D186/RWS/2/03/2016)

„Terserah. Saya mas Adironggolawe di Sumbergempol, Tulungagung,

ayamnya di kandhang saja bersama jagonya, lalu dibuatkan tempat untuk

bertelur supaya tidak kemana-mana disiapkan fasilitasnya dengan ayam

jantannya‟

Dalam tuturan pada data (186)“Sakarepe. Aku mas Adironggolawe ning

Sumbergempol, Tulungagung. Pitike ya dikrangkeng ae sakjagone pisan, terus

digawekne papan dingge ngendog ben ga isa ning ndi-ndi terus dicepaki fasilitase

sak jagone pisan” „Terserah. Saya mas Adironggolawe di Sumbergempol,

Tulungagung, ayamnya di kandhang saja bersama jagonya, lalu dibuatkan tempat

untuk bertelur supaya tidak kemana-mana disiapkan fasilitasnya dengan ayam

jantannya‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh pendengar setia

yang berkomentar melalui sms. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (186) diatas adalah

lebih tepat digunakan, dalam bahasa Jawa kata tersebut sulit untuk dicari

padannanya sehingga penutur lebih memilih mengggunakan kata tersebut yang

mewakili apa yang dimaksudkan.

176

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan

menjelaskan maksud, penutur ingin menjelaskan bahwa jika ayam diberikan

sarana untuk kemudahan maka ayam itu tidak akan pergi kemana-mana pada

akhirnya akan bertelur di sarang dan telurnya menjadi milik Lik Dul.

Data (187)

Dul : “Ya diombeni, kotake ditutup rapet ngono terus bar ngono selama lima

bulan iki kuthuke ilang”

„Ya dikasih minum, kotaknya ditutup rapat lalu setalah itu selama lima

bulan anak ayamnya hilang‟

Menik : “Kok kuthuke ilang padahal kan ditutup rapet”

„Anak ayamnya kenapa bisa hilang padahal kan sudah ditutup rapat‟

(D187/RWS/14/03/2016)

Dalam tuturan pada data (187) diatas terdapat campur kode yang

dilakukan oleh Lik Dul dan Menik. Peristiwa campur kode ini berupa frasa dan

kata dari bahasa Indonesia yang dimasukkan ke dalam bahasa yang digunakan

yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi campur kode pada data (187) adalah lebih mudah

diucapkan daripada mencari gantinya dalam bahasa Jawa, sehingga mudah

dipahami dan memperlancar komunikasi.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud. Penutur menggunakan kata selama lima bulan dan padahal

karena ingin memberikan penekanan terhadap apa yang sudah penutur katakan.

Kata tersebut menunjukkan waktu yang sudah berlangsung lama dan pertentangan

dengan apa yang sudah dilakukan kepada ayam tersebut dengan baik tetapi ayam

tersebut bisa hilang dari dalam kardus.

177

Data (188)

Menik : “Ngono kuwi lek misale kenekan kuwi kenekan luka kon ngemut dhisik

lek gak enek obat merah, dimut dilepeh” (D188/RWS/14/03/2016)

„Itu kalau misalnya terkena luka disuruh menghisap dulu kalau tidak ada

obat merah, dihisap lalu diludahkan‟

Dalam tuturan pada data (188)“Ngono kuwi lek misale kenekan kuwi

kenekan luka kon ngemut dhisik lek gak enek obat merah, dimut dilepeh” „Itu

kalau misalnya terkena luka disuruh menghisap dulu kalau tidak ada obat merah,

dihisap lalu diludahkan‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa

Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (188) adalah lebih

mudah diucapkan, kata tersebut lebih mudah diucapkan dan lebih mudah untuk

dimengerti oleh mitra tutur dan pendengar sehingga memperlancar komunikasi

dan jalannya siaran.

Data (189)

Menik : “ngesakne teka ndi Lik? Kuwi jenenge pitik Lik pitik ki ga duwe ikatan,

kecuali wong, wong kan rabi” (D189)/RWS/14/03/2016)

„Kasihan dari mana Lik? Itu namanya ayam Lik ayam itu tidak punya

ikatan, kecuali orang, orang kan menikah‟

Dalam tuturan pada data (189)“ngesakne teka ndi Lik? Kuwi jenenge pitik

Lik pitik ki ga duwe ikatan, kecuali wong, wong kan rabi” „Kasihan dari mana

Lik? Itu namanya ayam Lik ayam itu tidak punya ikatan, kecuali orang, orang kan

menikah‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur

kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

178

yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode

intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (189) diatas adalah

mempunyai maksud tertentu, penutur menggunakan kata tersebut agar penutur

bisa memberikan penekanan pada pembicaraannya, meyakinkan dan memberi

penjelasan kepada mitra tutur mana yang benar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud. Penutur memasukkan kata tersebut karena penutur ingin

menggambarkan keadaan bahwa seekor ayam itu tidak memiliki ikatan, tetapi

yang memiliki ikatan itu adalah manusia dalam pernikahan bukan seekor ayam.

Data (190)

Dul : “Aku ya pas ning pasar ngono ya ning Kandangan kuwi antri wonge kan

antri, karena antri aku selak ra betah terus bar ngono ki aku ngene „mas

iki mbok sing ning jero kon ndang wis‟ ngono” (D190/RWS/14/03/2016)

„Saya ketika di pasar Kandangan itu antri orangnya kan antri, karena antri

saya sudah tidak tahan lalu setelah itu saya bilang „mas ini yang di dalam

disuruh udahan‟ seperti itu‟

Dalam tuturan pada data (190)“Aku ya pas ning pasar ngono ya ning

Kandangan kuwi antri wonge kan antri, karena antri aku selak ra betah terus bar

ngono ki aku ngene „mas iki mbok sing ning jero kon ndang wis‟ ngono” „Saya

ketika di pasar Kandangan itu antri orangnya kan antri, karena antri saya sudah

tidak tahan lalu setelah itu saya bilang „mas ini yang di dalam disuruh udahan‟

seperti itu‟terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa

campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

179

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (190) diatas adalah

mempunyai maksud tertentu, penutur menggunakan kata tersebut sebagai

penghubung antara alasan yang sebelumnya dengan sesudahnya untuk

meyakinkan mitra tutur.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan

menjelaskan maksud penutur. Penutur ingin menjelaskan ketika penutur sedang

mengantri untuk ke kamar kecil dan penutur merasa sudah tidak tahan penutur

menggunakan kata tersebut untuk mengemukakan alasannya agar cepat masuk ke

dalam kamar kecil.

4. Keadaan sosial dari penutur itu sendiri

Data (191)

Menik : “Mbak Yuli, Pule. Gampang pitik ngendog eh pitike wedok dikalungi

tulisan „jangan hamili aku nikahi aku, kan resmi lik ....”

(D191/RWS/1/03/2016)

„Mbak Yuli, Pule. Mudah ayam bertelur eh ayamnya perempuan dikalungi

tulisan „jangan hamili aku nikahi aku‟, kan resmi lik...‟

Dalam tuturan pada data(191) Mbak Yuli, Pule. Gampang pitik ngendog eh

pitike wedok dikalungi tulisan „jangan hamili aku nikahi aku, kan resmi lik ....”

„Mbak Yuli, Pule. Mudah ayam bertelur eh ayamnya perempuan dikalungi tulisan

„jangan hamili aku nikahi aku‟, kan resmi lik...‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia yaitu resmi ke dalam bahasa yang digunakan. Campur kode

ini disebut dengan campur kode intern.

180

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (191) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Pengirim sms menginginkan agar ayam Lik Dul

untuk dinikahkan hal ini tidak lazim terjadi pada hewan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

dari penutur. Pengirim sms ini terlihat sudah lama menjadi pendengar setia dari

acara tersebut, karena lawakan atau lelucon dari penyiar acara mengundang

beragam reaksi dari para pendengar sehingga membuat pendengar juga ingin

bergabung dengan candaan para penyiar dalam acara.

Data (192)

Menik : “Ini iki Pak Nono soto lembu Ringinanom, Udanawu. Di pampersi ae lo

ben jagone nyengir” (D192/RWS/1/03/2016)

„Ini Pak Nono soto lembu Ringinanom, Udanawu. Dipampersi saja biar

jagonya biar malu sendiri‟

Dalam tuturan pada data (192) “Ini iki Pak Nono soto lembu Ringinanom,

Udanawu. Di pampersi ae lo ben jagone nyengir” „Ini Pak Nono soto lembu

Ringinanom, Udanawu. Dipampersi saja biar jagonya malu sendiri‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh pendengar dengan mengirim sms lalu

dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan

campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (192) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Penutur ingin menunjukkan bahwa penutur juga

menguasai bahasa lain selain bahasa asli dan ingin terlihat tidak ketinggalan

jaman.

181

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah karena keadaan

sosial penutur sebagai penjual akan menemui berbagai macam orang dan dengan

bahasa mereka masing-masing sehingga membuat penutur mempunyai variasi

bahasa.

Data (193)

Menik : “Ndahnea sosialita banget. Carane penak sikile babone dirante ning

saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....”

(D193/RWS/1/03/2016)

„Terlihat sosialita sekali. Caranya mudah kakinya ibunya dirantai di tiang

sangkar lalu sebelahnya dikasih foto jago....‟

Dalam tuturan pada data (193) “Ndahnea sosialita banget. Carane penak

sikile babone dirante ning saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....”

„Terlihat sosialita sekali. Caranya mudah kakinya ibunya dirantai di tiang sangkar

lalu sebelahnya dikasih foto jago....‟terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata

dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (193) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi, dengan menggunakan kata ini penutur menunjukkan

bahwa penutur berwawasan luas dengan mengikuti bahasa pada jaman sekarang.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor

keadaan sosial penutur yang masih muda dan dapat mengikuti perkembangan

jaman dengan baik sehingga bahasa yang digunakan dapat bervariasi.

Data (194)

Menik : “...hooh lik ngko ben pitikmu gak ngluyur kan soale enek pitik cowok

ndek omah lik gek menawa cowoke luwih ganteng”

(D194/RWS/1/03/2016)

182

„...iya lik nanti biar ayammu tidak berkeliaran kan soalnya ada ayam

cowok di rumah lik semisal cowoknya lebih ganteng‟

Dalam tuturan pada data (194)“...hooh lik ngko ben pitikmu gak ngluyur

kan soale enek pitik cowok ndek omah lik gek menawa cowoke luwih ganteng”

„...iya lik nanti biar ayammu tidak berkeliaran kan soalnya ada ayam cowok di

rumah lik semisal cowoknya lebih ganteng‟ terdapat peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Menik. Peristiwa tersebut ditandai dengan masuknya kata dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (194) diatas adalah

membangkitkan rasa humor supaya pendengar merasa terhibur maka penutur

menggunakan kata-kata tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode campur kode adalah

faktor keadaan sosial penutur. Penutur menggunakan kata tersebut karena Menik

sebagai penyiar radio harus memiliki variasi bahasa agar tidak monoton dalam

membawakan acaranya dan juga dapat mengimbangi rasa humor dari Lik Dul.

Data (195)

Dul : “Peh lhaa pangane pitikmu kok eram, awakmu mangan apa ngono

kuwi?‟, „segaku tiwul”

„Lah makanannya ayammu kok begitu, kamu makan apa?‟, „nasiku tiwul‟

Menik : “Hahaha wonge malah segane tiwul ga mbois blas”

(D195/RWS/1/03/2016)

„Hahaha orangnya malah nasinya tiwul tidak mbois sekali‟

Dalam tuturan pada data (195)“Hahaha wonge malah segane tiwul ga

mbois blas” „Hahaha orangnya malah nasinya tiwul tidak mbois sekali‟ terdapat

peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini

183

ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia gaul ke dalam bahasa Jawa. Campur

kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (195) diatas adalah

untuk lebih prestice atau bergengsi, penutur menggunakan kata tersebut agar

terlihat modern dengan menggunakan bahasa gaul anak muda saat ini.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang saat ini masih muda, sebagai penyiar pastinya penutur juga bergaul

dengan banyak orang. Penutur mengatakan bahwa pemilik ayam sama sekali tidak

keren, ayamnya saja makanannya modern sedangkan yang punya justru makan

nasi tiwul.

Data (196)

Dul : “Gak iki liwat twitter kenalane”

„Tidak ini lewat twitter kenalannya‟

Menik : “Oh liwat twitter kan akeh ya bocah cilik saiki kan digawa wong tuwek-

tuwek gara-gara kenal liwat media sosial” (D196/RWS/14/03/2016)

„Oh lewat twitter kan banyak ya anak kecil sekarang dibawa orang tua

gara-gara berkenalan lewat media sosial‟

Dalam tuturan pada data (196)“Oh liwat twitter kan akeh ya bocah cilik

saiki kan digawa wong tuwek-tuwek gara-gara kenal liwat media sosial” „Oh

lewat twitter kan banyak ya anak kecil sekarang dibawa orang tua gara-gara

berkenalan lewat media sosial‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (196) diatas adalah

lebih prestice atau bergengsi. Frasa tersebut adalah salah satu sebutan dari hasil

184

dari perkembangan teknologi saat ini yang pesat. Penutur ingin menunjukkan

bahwa penutur juga mengikuti trend saat ini.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang terbilang masih muda dan bekerja sebagai penyiar, karena itulah

penutur tidak boleh terlihat kuno dibandingkan dengan pendengarnya dan inilah

yang membuat penyiar dituntut untuk selalu berkembang sesuai dengan kemajuan

jaman.

Data (197)

Dul : “Lha kuwi gone perlindungan anak pitik”

„Itu di tempat perlindungan anak ayam‟

Menik : “Anak dan perempuan pitik” (D197/RWS/14/03/2016)

„Anak dan perempuan ayam‟

Dalam tuturan pada data (197)“Anak dan perempuan pitik” „Anak dan

perempuan ayam‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (197) diatas adalah

membangkitkan rasa humor, penutur menyamakan keadaan ayam dengan manusia

yang membuat pendengar merasa terhibur dengan lelucon ini.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang memiliki selera humor sama seperti Lik Dul, ketika Lik Dul

membuat lelucon Menik sebagai penutur akan mengimbangi dengan

menggunakan variasi bahasa yang ia kuasai.

185

Data (198)

Dul : “...we minggata sak paran-paran kana timbang awakmu wong KTP sik

arep tak urusne kok awakmu arep macem-macem karo aku”

(D198/RWS/14/03/2016)

„...kamu pergi saja terserah mau kemana daripada kamu KTP baru mau

saya buatkan mau macam-macam dengan saya‟

Dalam tuturan pada data (198)“...we minggata sak paran-paran kana

timbang awakmu wong KTP sik arep tak urusne kok awakmu arep macem-macem

karo aku” „...kamu pergi saja terserah mau kemana daripada kamu KTP baru mau

saya buatkan mau macam-macam dengan saya‟ terdapat peristiwa campur kode

yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan

masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini

disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (198) diatas adalah

membangkitkan rasa humor. Penutur memasukkan frasa tersebut agar menghibur

pendengar dengan menyamakan seekor ayam dan manusia dengan membuatkan

KTP pada ayam.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan

dari penutur itu sendiri yang memiliki variasi bahasa dan selera humor yang tinggi

karena acara yang dibawakan juga bergenre humor maka dari itu penutur juga

dituntut untuk menghibur pendengar dengan cara membuat lawakan.

Data (199)

Dul : “Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko koproh pitike terus sepatune,

clanane legging abang terus sepatune kets abang, lak ireng sepatune kets

nggih ireng” (D199)/RWS/1/03/2016)

„Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti terlihat kumuh ayamnya lalu

sepatunya, celananya legging merah lalu sepatu kets merah, kalau hitam

sepatu ketsnya juga hitam‟

186

Dalam tuturan pada data (199)“Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko

koproh pitike terus sepatune, clanane legging abang terus sepatune kets abang,

lak ireng sepatune kets nggih ireng”

„Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti terlihat kumuh ayamnya lalu

sepatunya, celananya legging merah lalu sepatu kets merah, kalau hitam sepatu

ketsnya juga hitam‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.

Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.

Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (199) diatas adalah

membangkitkan selera humor. Penutur menggunkan frasa tersebut dalam

tuturannya agar penonton terhibur dan tergelitik dengan lawakan yang dibawakan

oleh Lik Dul.

Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial

penutur yang bertugas sebagai penyiar acara humor sehingga dituntut untuk

mampu menguasai berbagai variasi bahasa dan dapat menghibur pendengar

dengan apa yang diutarakan sebagai bahan lelucon, seperti frase diatas yang

menggunakan sepatu kets yang dipakaikan untuk seekor ayam, sepatu kets ini

pada umumnya digunakan oleh manusia pada tuturan ini Lik Dul

menggunakannya untuk seekor ayam.