BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe...

110
29 BAB II ANALISIS DATA 2.1. Keterkaitan Antarunsur Cerita dalam Serat Babad Sunan Prabu Analisis struktural pada dasarnya bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot tokoh, latar atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Burhan Nurgiyantoro, 2000: 37). Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik karya sastra yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995: 37). Roman Ingarden (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 15) menganalisis norma-norma puisi sebagai berikut: lapis suara/bunyi, lapis arti, lapis objek yang dikemukakan, lapis dunia, dan lapis metafisis. 2.1.1. Lapis Bunyi Puisi berupa satuan-satuan suara: suara suku kata, kata, dan berangkai merupakan seluruh bunyi/suara sajak: suara frasa dan suara kalimat. Dalam puisi analisis lapis bunyi ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yai tu yang

Transcript of BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe...

Page 1: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

29

BAB II

ANALISIS DATA

2.1. Keterkaitan Antarunsur Cerita dalam Serat Babad Sunan Prabu

Analisis struktural pada dasarnya bertujuan memaparkan secermat

mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara

bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak

cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi,

misalnya peristiwa, plot tokoh, latar atau yang lain. Namun, yang lebih

penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan

sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna

keseluruhan yang ingin dicapai (Burhan Nurgiyantoro, 2000: 37).

Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan

antarunsur intrinsik karya sastra yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995: 37).

Roman Ingarden (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 15)

menganalisis norma-norma puisi sebagai berikut: lapis suara/bunyi, lapis arti,

lapis objek yang dikemukakan, lapis dunia, dan lapis metafisis.

2.1.1. Lapis Bunyi

Puisi berupa satuan-satuan suara: suara suku kata, kata, dan

berangkai merupakan seluruh bunyi/suara sajak: suara frasa dan suara

kalimat. Dalam puisi analisis lapis bunyi ditujukan pada bunyi-bunyi

atau pola bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu yang

Page 2: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

30

dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Berikut

ini merupakan analisis lapis bunyi dari Serat Babad Sunan Prabu.

Serat Babad Sunan Prabu menggunakan satu bentuk konvensi

sastra, yaitu: bentuk puisi terikat, konvensi atau bait yang digunakan

dalam Serat Babad Sunan Prabu adalah konvensi tembang macapat,

karya ini terikat oleh konvensi tembang secara umum. Konvensi atau

aturan tersebut meliputi aturan fisik yang terdiri: (a) guru gatra,

banyaknya gatra ‘gatra’ dalam satu pada ‘bait’, (b) guru wilangan,

yakni banyaknya wanda ‘suku kata’ pada masing-masing baris serta

(c) guru lagu yakni ketentuan bunyi vokal pada suku kata terakhir tiap

baris. Selain itu terdapat konvensi atau aturan batin yaitu, tiap bait

memiliki fungsi pemakaian yang berbeda. Hal ini berhubungan

dengan watak masing-masing tembang.

Aturan dalam tembang macapat, terutama dalam guru lagu

menunjukkan pentingnya unsur bunyi pada tembang. Dengan kata lain,

lapis bunyi di dalam tembang macapat termuat dalam konvensi guru

lagu. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya lapis

bunyi yang direalisasikan melalui sarana-sarana lain, misalnya

asonansi dan aliterasi.

Serat Babad Sunan Prabu secara keseluruhan menampilkan bait

tembang macapat yang terbagi dalam 8 pupuh. Terdapat 4 macam

metrum yang digunakan dalam Serat Babad Sunan Prabu yakni:

Dhandhanggula, Mijil, Durma, Sinom.

Page 3: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

31

Metrum pertama, yakni Dhandhanggula terdiri dari 4 pupuh

yaitu pupuh 1, 3, 5, dan 8, pupuh 1 terdiri 8 bait, pupuh 3 terdiri 25

bait, pupuh 5 terdiri 32 bait, pupuh 8 terdiri 43 bait. Terikat pada

konvensi 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i dan 7a. Tembang

Dhandhanggula terdiri atas sepuluh baris. Baris pertama terdiri atas 10

suku kata dan vocal terakhir berupa huruf (i), baris kedua juga

memiliki 10 suku kata dengan huruf vocal akhir (a), baris ketiga

terdiri atas 8 suku kata dan huruf vocal terakhir (e), baris ke-empat

memiliki 7 suku kata dengan huruf vocal akhir (u), baris kelima terdiri

atas 9 suku kata dan huruf vocal akhir (i), baris ke-enam mempunyai

jumlah suku kata 7 dan huruf vocal akhir (a), baris ke-tujuh memiliki

6 suku kata dengan dan huruf vocal akhir (u), baris kedelapan

mempunyai 8 suku kata dengan huruf vocal akhir (a), baris

kesembilan mempunyai jumlah suku kata sebanyak 12 dan huruf

vocal akhir (i), baris terakhir mempunyai 7 suku kata dan vocal akhir

(a). Berikut ini kutipan tembang Dhandhanggula yang terdapat dalam

Serat Babad Sunan Prabu:

Kutipan:

(h. 2) Ingkang putra wus dangu neng ngarsi

pĕpak sowan dagane kang rama

garwa bĕndara putri len

pyayi sak dalĕm agung

tan adangu mafad narpati

tangis umyang gumrĕrah

tuwin Kangjĕng Ratu

Kĕncana sumungkĕm pada

putra wayah karuna samya nungkĕmi

ing pada dĕlamakan. (pupuh 1 bait 1 hal. 13)

Page 4: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

32

Terjemahan:

Yang putra sudah lama di depan

lengkap datang ke jasat sang ayah

istri keturunan tuan putri

semua orang dalam keluarga besar

tidak lama meninggalnya raja

tangis yang menderu-deru

termasuk Kanjeng Ratu

Kencana disembah oleh

anak cucu semua pada sungkem

di telapak kaki.

Bait pertama baris petama mengandung asonansi [ a u ] baris

kedua terdapat asonansi [a e] baris ketiga terdapat asonansi [ a ] baris

ke-empat terdapat asonansi [ a ] baris lima terdapat asonansi [ a, u,

dan i] baris ke-enam terdapat asonansi [ i dan a ] disertai alitrasi [ng]

yang mempuyai arti suasana haru, baris ketujuh terdapat asonansi [a,

u] baris kedelapan terdapat asonansi [a, u] baris kesembilan terdapat

asonansi [a, u, i] baris kesepuluh terdapat asonansi [a].

Kutipan:

Gumrĕ tangis wong sajroning puri

para bĕndara miwah parĕkan

tan adangu lah ing kono

dan siniraman sampun

Ki Pangulu wus dentimbali

sayid myang kancanira

lan suranata wus

layon dalĕm tinabĕla

tuwin Kangjĕng Gusti Pangeran Dipati

ngrĕngga layoning rama. (pupuh 1 bait 2 hal. 13)

Terjemahan:

Suara tangis orang-orang dari dalam keraton

semua keluarga dan kerabat menangis disitu

tidak lama lah disitu

dan setelah pemandian selesai

ustad sudah dipanggil

Page 5: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

33

sayid ke temannya

dan abdi dalem sudah

jenazah dimaksukkan kedalam peti

dan Kanjeng Gusti Pangeran Dipati

menunggui jenazah sang ayah.

Baris pertama bait kedua mengandung asonansi [i] disertai alitrasi

[n], baris kedua mengandung asonansi [a], baris ketiga mengandung

asonansi [a] disertai alitrasi [n], baris ke-empat mengandung alitrasi

[s], baris kelima terdapat asonansi [u] dan [i], baris ke-enam terdapat

asonansi [a], baris krtujuh juga mengandung asonansi [a], baris

kedelapan terdapat alitrasi [l], baris kesembilan terdapat asonansi [i]

dan alitrasi [n], baris kesepuluh terdapat asonansi [a].

Kutipan:

Senapati Ngalaga di Murti

Ratu Bagus tus trahing kusuma

sĕmana ing sĕngkalane

taun Jimakiripun

angkanira punika ngarsi

1642 pĕksa pat ngoyag jagat

sayid lan pangulu

ngula- (h. 13) ma angestrenana

tur sandika saur kukila prasami

tandya Kapitin Jaswa. (bait 9 pupuh 3 hal. 20)

Terjemahan:

Senapati Ngalaga di Murti

Raja tampan asli keturunan luhur begitu disengkalannya

Tahun Jimakir

angkanya itu di depan

1642 burung empat mengejar dunia

utusan dan imam

ulama memberi restu

juga patuh bagai burung yang sesautan

tanda Kapten Jaswa

Page 6: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

34

Baris petama mengandung asonansi [i] baris kedua terdapat

asonansi [ u ] dan alitrasi [s] baris ketiga terdapat asonansi [ a ] baris

ke-empat terdapat asonansi [ u ] dan alitrasi [n] baris kelima terdapat

asonansi [ a, i] baris ke-enam terdapat asonansi [ a ] disertai aritrasi [t]

yang memberi kesan tegas dam jelas, baris ketujuh terdapat asonansi

[a] baris kedelapan terdapat asonansi [a] dan alitrasi [n] baris

kesembilan terdapat asonansi [a] dan alitrasi [s] baris kesepuluh

terdapat asonansi [a] yang mempunyai kesan nada rendah.

Kutipan:

Ingkang kaping kalih ing prakawis

mĕnggah luluse ing tĕtumbasan

panĕmpur ingkang warni wos

ping katri bĕnangipun

laywan tanĕm tuwuh ing jawi

ingkang warni marica

cabe myang kumukus

wiji sawi singat sangsam

kang punika akathah bayar Kumpĕni

General ing Jĕng Sunan. (pupuh 3 bait 15 hal. 21)

Terjemahan:

Yang kedua dalam perkara

perihal jual beli

penjualan yang berupa beras

yang ketiga benangnya

dengan tumbuh-tumbuhan (hasil bumi) di Jawa

yang berupa merica

cabai serta kemukus

biji sawi tanduk rusa

yang semuanya dibayar Kompeni

General kepada Jeng Sunan.

Baris pertama bait 15 ini terdapat asonansi [i] dan alitrasi [ng],

baris kedua terdapar asonansi [a], bait ketiga terdapat asonansi [a],

baris ke-empat terdapat asonansi [i], baris kelima terdapat alitrasi [w],

Page 7: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

35

baris ke-enam terdapat asonansi [a], baris ketujuh terdapat asonansi

[u], baris kedelapan terdapat asonansi [i] dan [a], baris kesembila

terdapat asonansi [a] dan litrasi [k], baris kesepuluh tersapat asonansi

[a].

Kutipan:

Garwa Kandha kang ngadon-adoni

angaturi angrĕbata pura

nungswa Jawa padha duwe

punapa kaotipun

tuwin wĕling dalĕm kang swargi

ing nĕgara sajawa

singa ingkang mĕngku

putra kĕkalih punika

salĕrĕse dhuh gusti tumuta mukti

kĕsangĕtĕn rakanta. (pupuh 5 bait 9 hal. 28)

Terjemahan:

Garwa Kandha yang mengadu domba

memberitahu keseluruh pura

Orang Jawa sama mempunyai

apa yang berhubungan

dengan wasiat dari almarhum raja

di negara seluruh Jawa

Raja yang mempunyai

anak keduanya itu

sebenarnya aduh Tuhan ikutlah mulia

keterlaluan kakaknya

Baris pertama terdapat asonansi [a], baris kedua terdapat

asonansi [a], baris ketiga terdapat asonansi [a], baris ke-empat

terdapat alitrasi [p], baris kelima terdapat asonansi [i], baris ke-enam

terdapat asonansi [a], baris kutujuh terdapat alitrasi [ng], baris

kedelapan terdapat asonansi [a], baris kesembilan terdapat asonansi [i

dan a], kesepuluh terdapat asonansi [a].

Page 8: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

36

Kutipan:

Alun-alun pan sampun aradin

wadya punggawanya amĕlatar

pinrĕrapat pakuwone

wong Sokawati suyud

pan akathah jinunjung linggih

myang wong kalang akathah

kang dadya Tumĕnggung

Dipati Sasranĕgara

wus anuduh marang sagunging prajurit

samya ngĕlar jajahan. (pupuh 5 bait 26 hal. 31)

Terjemahan:

Alun-alun yang sudah ramai

bala tentara memenuhi

dirapatkan barisannya

Orang Sukowati tersisih

sudah banyak diangkat duduk

kepada orang banyak dikepung

yang menjadi Tumenggung

Dipati Sasranegara

sudah menunjuk kepada seluruh prajurit

bersama-sama memulai jajahan

Baris pertama terdapat alitrasi [n], baris kedua terdapat asonansi

[a], baris ketiga terdapat alitrasi [p], baris ke-empat terdapat alitrasi

[s], baris kelima terdapat asonansi [a, u, i], baris ke-enam terdapat

alitrasi [ng], baris kutujuh terdapat alitrasi [ng], baris kedelapan tidak

terdapat asonansi dan alitrasi, kesembila terdapat alitrasi [ng], baris

kesepuluh terdapat asonansi [a].

Kutipan:

Pasliyun saking nagri Bĕtawi

ngaturi Panĕmbahan Purbaya

sĕngadi General mangke

ingkang arsa tĕtĕmu

lan Nĕmbahan Purbaya tuwin

gandhek dalĕm sĕmana

Page 9: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

37

praptane anuju

amundhut Pangeran Harya

lah ing ngriku gandhek Pasliyun nyarĕngi

angkate kur-ungkuran. (pupuh 8 bait 1 hal. 102)

Terjemahan:

Pasliyun dari negara Betawi

Memberitahu Panembahan Purbaya

Tuan besar Jendral nanti

Yang menginginkan bertemu

Dan Nembahan Purbaya juga

Gandhek yang begitu

Pertemuannya bertujuan

Mengambil Pangeran Harya

Dan disitulah gandhek Pasliyun mengikuti

Berangkatnya bersamaan

Baris pertama terdapat asonansi [i]. Baris kedua terdapat alitrasi

[p], baris ketiga tidak terdapat asonansi dan alitrasi, baris ke-empat

tidak terdapat asonansi dan alitrasi, baris kelima terdapat alitrasi [n],

baris ke-enam terdapat asonansi [e], baris ketujuh tidak terdapat

asonansi dan alitrasi, baris kedelapan juga tidak terdapat asonansi

maupun alitrasi, baris kesembilan terdapat asonansi [i], baris

kesepuluh terdapat asonansi [u].

Kutipan:

Ginadhang-gadhang gumantya aji

mring kang ibu Ratwagĕng kang nama

milane kasĕbut dene

Jĕng Ratwagĕng kang wau

dene karsa bungah Sang Aji

kinarang ngulu dera

kang rayi Jĕng Ratu

Kĕncana ngrĕnggani pura

pan kĕkalih pasĕbutanira nĕnggih

Ratu Gĕng Kadipatyan. (pupuh 8 bait 27 hal. 106)

Page 10: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

38

Terjemahan:

Diharapkan menggantikan raja

oleh sang ibu Ratu Ageng yang nama

maka tersebutkan sedangkan

Kangjeng Ratu Ageng yang tadi

jika ingin bahagia sang raja

dilarang memakan hak

sang adik Kangjeng Ratu

Kencana merawat keraton

yang keduanya dijuluki yaitu

Ratu Ageng Kadipaten

Baris pertama terdapat alitrasi [ng], baris kedua juga terdapat

alitrasi [ng], baris ketiga terdapat asonansi [e], baris ke-empat terdapat

alitrasi [ng], baris kelima tidak terdapat asonansi maupun alitrasi,

baris ke-enam juga tidak terdapat asonansi dan alitrasi, baris ketujuh

tidak terdapat asonansi maupun alitrasi, baris kedelapan terdapat

asonansi [a], baris kesembilan terdapat asonansi [i], baris kesepuluh

tidak terdapat asonansi maupun alitrasi.

Metrum kedua, yaitu Mijil terdapat 2 pupuh yaitu pupuh 2 dan 4,

pupuh 2 terdiri 23 bait, pupuh 4 terdiri 31 bait, terikat pada konvensi

10i, 6o, 10e, 10i, 6i dan 6u. Bait pertama mempunyai 10 suku kata dan

huruf vocal akhir (i), bait kedua terdiri atas 6 suku kata dengan huruf

vocal akhir (o), bait ketiga memiliki 10 suku kata dan huruf vocal

akhir (e), bait ke-empat mempunyai 10 suku kata dengan vocal akhir

(i), bait kelima memiliki jumlah suku kata sebanyak 6 dengan huruf

vocal akhir (i), bait terakhir terdiri atas 6 suku kata dengan huruf vocal

akhir (u). Bait 12 pupuh 2 ini menampilkan tembang sebagai berikut :

Page 11: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

39

Kutipan:

Rumiyin wontĕn nagri Sĕmawis

Kangjĕng Sang Akatong

sayĕkti kang rama surud mangke

Kangjĕng Gusti Pangeran Dipati

pantĕs anggĕntosi

dhasar putra sĕpuh.(pupuh 2 bait 12 hal. 17)

Terjemahan:

Dahulu di negara Semawis (Semarang)

Kangjeng Sang Akatong

setelah nanti ayahnya meninggal

Kanjeng Gusti pangeran Dipati

pantas menggantikan ayahnya

dengan dasar anak tertua.

Baris pertama bait 12 terdapat asonansi [i], baris kedua terdapat

alitrasi [ng], baris ketiga terdapat asonansi [a] dan alitrasi [ng], baris

ke-empat terdapat asonansi [i], baris kelima terdapat alitrasi [s], baris

ke-enam terdapat asonansi [a].

Kutipan:

Gunging Wĕlandi ciptaning ati

Jĕng Gusti rinajong

kang mugi kados ramanta rajeng

Kumpĕni myang pra rat pĕni muji

witnenipun kaki

General Gurnadur. (pupuh 2 bait 14 hal. 17)

Terjemahan:

Kehebatan Belanda menciptakan hati

Jeng Gusti memayungi

yang semoga menjadi ayah raja

Kompeni pergi para jagat bagus berdoa

sabar kakek

Jenderal Gurnadur.

Baris pertama mengandung asonansi [i] dan alitrasi [ng], baris

kedua mengandung alitrasi [ng] yang memberi bunyi parau, baris

Page 12: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

40

ketiga mengandung alitrasi [k, r dan ng], baris ke-empat mengnadung

asonansi [a dan i], baris kelima mengandung asonansi [i], baris ke-

enam mengandung asonansi [a] disertai alitrasi [g].

Kutipan:

Surya biseka rema bĕk sari

rikala ri Sĕpton

wusdene yen umarak bĕn sore

dene yen umarĕk wanci enjing

tan supe tĕtasik

konyoh lan cĕcundhuk. (pupuh 4 bait 14 hal. 24)

Terjemahan:

matahari menyinari rambut yang indah

ketika hari Sabtu

apalagi ketika menjelang setiap sore

juga ketika menjelang waktu pagi

tidak lupa berdandan

lulur dan hiasan kepala

Baris pertama bait ke 14 terdapat asonansi [a], baris kedua

terdapat asonansi [i] dan alitrasi [r], baris ketiga terdapat asonansi [e],

baris ke-empat terdapat asonansi [e] dan [i], baris kelima terdapat

asonansi [a] dan alitrasi [t], baris ke-enam terdapat alitrasi [k].

Kutipan:

Mung kenging seredan sinjang nĕnggih

myang buntaring sĕmbong

sayĕktine pan sangking kathahe

ywan nuju marĕk pĕpakan sami

ingkang wontĕn wingking

ing sakkajĕngipun. (pupuh 4 bait 20 hal. 25)

Terjemahan:

Hanya boleh bertaruh kain yaitu

ke ujung kain

sejatinya tidak dari banyaknya

jangan menuju ke makanan sesama

Page 13: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

41

yang terdapat di belakang

yang semestinya

Baris pertama bait 20 mengandung alitrasi [ng], baris kedua

terdapat alitrasi [ng], baris ketiga terdapat asonansi [e] dan alitrasi [s],

baris ke-empat terdapat asonansi [a]. Baris kelima terdapat alitrasi

[ng], bari ke-enam terdapat [alitrasi [ng].

Metrum ketiga, yaitu Durma terdapat 1 pupuh yaitu pupuh 6

terdiri 243 bait, terikat pada konvensi 12a, 71, 6a, 7a, 8i, 5a dan 7i.

Baris pertama terdiri atas 12 suku kata dengan vocal akhir (a). Baris

kedua memiliki jumlah suku kata sebanyak 7 dan huruf vocal akhir (i).

Baris ketiga mempunyai 6 suku kata dengan vocal akhir (a). Baris ke-

empat memiliki jumlah suku kata 7 dengan huruf vocal akhir (a).

Baris kelima berisikan 8 suku kata dengan huruf vocal akhir (i). Baris

ke-enam mempunyai suku kata sebanya 5 dan huruf vocal akhir (a).

baris terakhir terdiri atas 7 suku kata dengan vocal akhr (i). Berikut

salah satu bait tembang Durma dalam Serat Babad Sunan Prabu. Bait

pertama pupuh 6 ini menampilkan tembang sebagai berikut :

Kutipan:

Garwa Kandha kang dadya cucuking ngarsa

para lurah nambungi

ki gĕndara desa

lawan pun anggĕndara

jaladara lawan malih

kang mangundara

subala lan subali. (bait 1 pupuh 6 hal. 32)

Page 14: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

42

Terjemahan:

Garwa Kandha yang menjadi pemimpin di depan

para lurah mengikuti

para pemimpin desa

juga menjadi pengikutnya

mendung dan juga

yang membentuk mendung

prajurit dan prajurit.

Baris pertama mengandung asonansi [a] dan alitrasi [ng]. Baris

kedua terdapat asonansi [a i], baris ketiga terdapat asonansi [a]. Baris

ke-empat terdapat asonansi [a u], baris kelima terdapat asonansi [a]

dan alitrasi [l], baris ke-enam terdapat asonansi [a] dan alitrasi [ng],

baris ketujuh terdapat asonansi [a i] dan alitrasi [s dan l].

Kutipan:

Atmral Britman sĕmana arsa panggia

pan sampun mardana glis

marang gĕdhong gyanya

Ki Patih Cakrajaya

Atmral angrĕs ingkang ati

wus tĕtabeyan

Atmral ĕluhe mijil. (pupuh 6 bait 115 hal. 45)

Terjemahan:

Atmral Baritman begitu ingin bertemu

Yang sudah menjemput

Ke tempat tinggalnya

Ki Patih Cakrajaya

Atmral miris dalam hatinya

Sudah bertemu

Atmral air matanya menetes

Baris pertama terdapat asonansi [a], baris kedua terdapat

asonansi [a], baris ketiga terdapat alitrasi [ng], baris ke-empat terdapat

asonansi [a], baris kelima tidak terdapat terdapat asonansi dan alitrasi,

Page 15: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

43

baris ke-enam juga tidak terdapat asonansi dan alitrasi, baris ketujuh

terdapat alitrasi [l].

Metrum ke-empat, yakni Sinom terdapat 1 pupuh yaitu pupuh 7

terdiri dari 278 bait, terikat pada konvensi 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 7u, 8u, 7a,

8i dan 12a. Baris pertama 8 suku kata dengan akhiran vokal (a) bait

kedua 8 suku kata diakhiri vokal (i) bait ketiga terdiri 8 suku kata

diakhiri vokal (a) bait ke-empat terdiri atas 8 suku kata dengan huruf

vocal akhir (i). Baris kelima mempunyai 7 suku kata dengan vocal

akhir (i). Baris ke-enam jumlah suku katanya 8 dan vocal akhirnya

(u). Baris ke-tujuh memiliki 7 suku kata dan vocal akhir (a). Baris

kedelapan mempunyai jumlah suku kata sebanyak 8 dengan vocal

akhir (i). Baris terkahir terdiri atas 12 suku kata dengan vocal akhir

(a). Pupuh sinom memiliki keunikan lain yaitu di setiap baris genap

mempunyai suku kata sebanyak 8. Berikut kutipan tembang sinom

dalam Serat Babad Sunan Prabu:

Kutipan:

Adipati Mangkupraja

kacarita kawan latri

saha lawan Tuwan Atmral

rĕrĕb aneng Kartasari

rĕmbagira sarehning

Ki Dipati alon muwus

dhumatĕng Tuwan Atmral

lah tuwan dawĕg ungsir

sarapane Pangeran kalih punika. (bait 1 pupuh 7 hal. 60)

Terjemahan:

Adipati Mangkupraja

diceritakan empat malam

Page 16: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

44

juga dengan Tuwan Atmral

beristirahat di Kartasura

perbincangan karena

Ki Dipati pelan berujar

kepada tuan Amral

lah tuan sudah selesai diusir

sarapannya Pangeran dengan ini.

Baris pertama terdapat asonansi [a], baris kedua terdapat

asonansi [a i] dan alitrasi [r], baris ketiga terdapat asonansi [a] dan

alitrasi [n], baris ke-empat terdapat asonansi [e i], baris kelima

terdapat asonansi [i] dan alitrasi [g], baris ke-enam terdapat asonansi

[i u], baris ketujuh terdapat asonansi [a], baris kedelapan terdapat

asonansi [a i], baris kesembilan terdapat asonansi [a e] dan alitrasi [p].

Kutipan:

Nanging benjing ingkang wayah

Panĕmbahan Purbaya di

mĕsthi yen jumĕnĕng nata

kĕdhatone Sri Bupati

Ngadipala ing benjing

sangsara wiwitanipun

luhur ingkang wĕkasan

langkung sĕsamining aji

Kandhuruhan nulya wau aputusan. (pupuh 7 bait 63 hal. 69)

Terjemahan:

Tetapi nanti cucu

Panembahan Purbaya

pasti jika menjadi raja di

Kerajaannya Sri Bupati

Ngadipala jika nanti

menderita awalannya

luhur pada akhirnya

kurang lebih sama seperti raja

Kandhuruhan tadi yang disampaikan

Baris pertama terdapat alitrasi [ng], baris kedua terdapat

asonanso [a] dan alitrasi [p], baris ketiga terdapat asonansi [e], baris

Page 17: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

45

ke-empat tidak terdapat asonansi dan alitrasi, baris kelima terdapat

alitrasi [ng], baris ke-enam terdapat asonansi [a dan i], baris kutujuh

tidak terdapat asonansi dan alitrasi, baris kedelapan juga tidak terdapat

asonansi dan alitrasi, baris kesembilan terdapat asonansi [u].

Lapis bunyi yang terdapat dalam Serat Babad Sunan Prabu

yaitu mengandung asonansi [a, i dan u] terdapat juga alitrasi [g, l, n, r,

s, dan ng], namun yang dominan dalam Serat Babad Sunan Prabu

yaitu asonansi [a] yang digunakan untuk memperindah bahasa dan

memberikan estetika dalam tembang.

2.1.2. Lapis Arti

Lapis arti berupa rangkaian fonem, suku kata, frase dan kalimat.

Rangkaian kalimat menjadi alinea, bab dan totalitas puisi.. Berikut ini

lapis arti dalam Serat Babad Sunan Prabu:

Kutipan:

Sĕnadyan tĕmbe wibawa mukti

mangsa padha tinunggu wong tuwa

ywan tan arjana wĕkase

sĕmantĕn kang

Sinuhun surudira densĕngkalani

Tri Papat Rasa Tunggal bawaning prajagung

ruharaning tyas wong susah

pahosing krĕraton gangsal wĕlas warsi

antawis laminira. (bait 8 pupuh 1 hal. 16)

Terjemahan:

Walaupun baru merasakan kekuasaan

pada waktu ditunggu orang tua

jika tidak jangka terakhir

segini yang

Sinuhun meninggal diberi sengkalan

tiga empat rasa (6) satu

dibawah pemerintahan kerajaan besar

Page 18: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

46

pengembira hati orang yang kesusahan

lamanya keraton lima belas tahun

sekitar itu lamanya

Bait tersebut menunjukan arti sengkalan meninggalnya Sinuhun

(Pakubawana I) sengkalan tersebut berbunyi Tri Papat Rasa Tunggal

yang mempunyai arti tri = 3, papat = 4, rasa = 6, dan tunggal = 1,

dalam pembacaan sengkalan 1643. Bait ini menunjukan arti peristiwa

penting karena adanya sengkalan, karena dalam masyarakat Jawa

sengkalan ditujukan untuk memperingati atau menandai peristiwa

penting, dalam bait ini yaitu bertujuan untuk menandai tahun

meninggalnya Sinuhun Paku Buwana I yaitu 1643 tahun Jawa yang

merupakan peristiwa penting bagi Kerajaan Kartasura.

Kutipan:

Senapati Ngalaga di Murti

Ratu Bagus tus trahing kusuma sĕmana ing sĕngkalane

taun Jimakiripun

angkanira punika ngarsi

1642 pĕksa pat ngoyak jagat

sayid lan pangulu

ngula-(h. 13) ma angestrenana

tur sandika saur kukila prasami tandya Kapiting Jaswa.

(pupuh III bait 9 hal. 20)

Terjemahan:

Pemimpin prajurit berperang pada diri

Raja tampan asli keturunan luhur begitu disengkalannya

Tahun Jimakir

angkanya itu di depan

1642 burung empat mengejar dunia

utusan dan imam

ulama memberi restu

juga patuh bagai burung yang sesautan tana Kapiting Jaswa.

Page 19: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

47

Bait ini juga menunjukan arti peristiwa penting di Kerajaan

Kartasura yaitu Pangeran Dipati diangkat menjadi raja menggantikan

ayahnya Sinuhun Paku Buwana I yang diberi sengkalan pĕksa pat

ngoyak jagat, pĕksa = 2, pat = 4, ngoyak = 6, jagat = 1, dibaca secara

konvensi pembacaan sengkalan yaitu 1642 tahun Jawa.

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhangannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.(pupuh V bait 6 hal 27)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Kata upacara dalam bait ini mempunyai arti barang-barang

pribadi milik pangeran, arti dari bait ini yaitu barang-barang pribadi

milik Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar di ambil untuk

kepentingan naik tahta Pangeran Dipati memimpin Kerajaan

Kartasura.

Page 20: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

48

Kutipan:

(42) Surud dalĕm Kangjĕng Sri Bupati

Sĕptu Wage tanggal ping pitulas

nuju Ruwah ing sasine

wukune Julung Arum

ing sĕngkalanipun

Sirna Tata Rasa Tunggal 1650

layon dalĕm wus rawuh ing Imagiri

sumare ing Jimatan. (bait 42 pupuh 8 hal 108)

Terjemahan:

Kematian dalam Kanjeng Sri Bupati

Sabtu Wag tanggal tujuh belas

bertepatan dengan bulan ruwah

wukunya JulungWangi

sengkalannya (angka tahun dalam kata-kata)

hilang aturan rasa satu 1650

jasad Raja sudah sampai di Imogiri

dimakamkan di Jimatan

Bait 42 pupuh 8 ini mengandung arti yang pertama pada baris

kedua yang berbunyi Sĕptu Wage tanggal ping pitulas yang memiliki

arti hari sabtu wage tanggal tujuh belas, selanjutnya baris ketiga

berbunyi nuju Ruwah ing sasine yang berarti bulan Ruwah, baris ke-

empat berbunyi wukune Julung Arum yang memiliki arti tahun

Jimakir, dan di baris ke-enam terdapat kata yang berbunyi Sirna Tata

Rasa Tunggal, Sirna = 0, Tata = 5, Rasa = 6, Tunggal = 1, yang

dibaca 1650 tahun Jawa. Bait ini memiliki arti di kerajaan Kartasura

terdapat peristiwa penting yaitu meninggalnya Prabu Amangkurat

pada hari sabtu wage tanggal 17 bulan Ruwah tahun Jimakir dengan

sengkalan 1650 tahun jawa dan dimakamkan di Imogiri.

Kutipan:

Putranira Kangjĕng Pangran Balitar

radyan putra ing mangkin

Page 21: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

49

tan arsa kantuna

ing nagri Kartasura

kĕdah tumut mring Matawis

trĕsna ing Paman

mangkya sinung wĕwangi. (pupuh 6 bait 45 hal. 37)

Terjemahan:

Putranya Kangjeng Pangeran Blitar

anak laki-laki yang nanti

tidak ingin tertinggal

di negara Kartasura

harus ikut ke Mataram

cinta kepada Paman

jadi diberi pewangian.

Bait di atas terdapat kata Metawis, kata Metawis memiliki arti

Mataram. Kata Metawis digunakan untuk mengganti kata Mataram

karena untuk memperindah kata atau estetika dalam tembang, selain

untuk estetika tembang kata Metawis juga digunakan untuk memenuhi

konvensi tembang.

Kutipan:

Sultan Panĕmbahan sĕmantĕn utusan

dhatĕng ing Sokawati

kang raka ngaturan

Pangeran Herucakra

mring nĕgara Kartasari

suwawi rĕmbug

amamong ingkang rayi.(pupuh 6 bait 125 hal. 46)

Terjemahan:

Sultan Panembahan begini utusannya

ke Sokawati (Sragen)

yang kakak mengundang

Pangeran Herucakra

di negara Kartasari (Kartasura)

menjawab diskusi

mengasuh adiknya.

Page 22: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

50

Bait 125 pupuh 6 terdapat kata Sokawati dan Kartasari, kata

Sokawati memiliki arti Sragen, Sokawati merupakan nama lain dari

Sragen. Sokawati dipilih untuk menggantikan kata Sragen karena

untuk meperindah dan memberi estetika dalam tembang dan juga

digunakan untuk memenuhi konvensi tembang. Kata Kartasari dalam

bait ini memiliki arti Kartasura, Kartasari dipilih untuk menggantikan

kata Kartasura juga untuk alasan memberikan estetika dan untuk

memenuhi konvensi tembang Durma bait 125 halaman 46.

Kutipan:

Animbali Kyai Patih Cakrajaya

miwah wadya Kumpĕni

sira Tuwan Atmral

caraka sampun prapta

ing nĕgari Surawesthi

nĕdhakkĕn surat

(h. 59: kosong) (h. 60) dhatĕng Rĕkyana Patih.(bait 70 pupuh 6

hal. 40)

Terjemahan:

Memanggil Kyai Patih Cakrajaya

juga prajurit Kompeni

juga Tuwan Atmral

utusan sudah bertemu

di negara Surawesthi (Semarang)

memberikan surat

kepada Rekyana Patih.

Bait 70 pupuh enam tembang Durma di atas terdapat kata

Surawesthi yang memiliki arti Surabaya, kata Surawesthi dipilih untuk

menggantikan kata Surabaya yaitu bertujuan untuk memberikan

keindahan atau estetika tembang dan juga untuk memenuhi konvensi

tembang Durma yaitu 8i.

Page 23: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

51

Kutipan:

Rumiyin wontĕn nagri Sĕmawis

Kanjĕng Sang Akatong

sayĕkti kang rama surud mangke

Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati

pantĕs anggĕntosi

dhasar putra sĕpuh.” (Pupuh II bait 12 hal. 17)

Terjemahan:

Dahulu di negara Semawis (Semarang)

Kanjeng Sang Akatong

setelah nanti ayahnya meninggal

Kanjeng Gusti pangeran Dipati

pantas menggantikan ayahnya

dengan dasar anak tertua.

Bait 12 pupuh 2 terdapat kata Semawis yang memiliki arti

Semarang, dalam bait ini kata Semarang diganti dengan Kata Semawis

yang bertujuan untuk memeperindah bahasa yang memberikan

estetika dalam tembang Mijil ini. Kata Semawis juga dipilih untuk

menggantikan kata Semarang dengan alasan untuk memenuhi

konvensi tembang Mijil baris pertama pada bait 12 yang memiliki

aturan konvensi tembang 10i.

2.1.3. Lapis Objek

Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, berupa objek-

objek yang dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Pelaku

atau tokoh, latar waktu, latar tempat. Dunia pengarang adalah

ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang. Ini

merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang

dikemukakan, latar, pelaku, serta struktur cerita (alur). Lapis objek

dalam Serat Babad Sunan Prabu seperti berikut.

Page 24: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

52

2.1.3.1. Tokoh

Pelaku atau tokoh utama dalam naskah ini yaitu Pangeran

Dipati/Prabu Amangkurat, Pangeran Purbaya, Pangeran Blitar,

Atmral Baritman, Garwa Kandha, Pangeran Harya

Matawis/Pangeran Harya Mataram, Pangeran Pancawati,

Kangjeng Ratu Ageng/Ibu Prabu Amangkurat, Pangeran

Purbaya dan Pangeran Blitar, Pangeran Herucakra, KI Dipati

Lumarap, Tumenggung Wira Negara, Ngabehi Tohjaya, Kyai

Patih Cakrajaya, Ragum, dapat dilihatl pada kutipan-kutipan

berikut:

Kutipan:

(12) Rumiyin wontĕn nagri sĕmawis

Kanjĕng Sang Akatong

sayĕkti kang rama surud mangke

Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati pantĕs anggĕntosi

dhasar putra sĕpuh.” (Pupuh 2 bait 12 hal. 17)

Terjemahan:

dulu di negara semarang

Kanjeng Sang Akatong

setelah nanti ayahnya meninggal

Kanjeng Gusti pangeran Dipati

pantas menggantikan ayahnya

dengan dasar anak tertua.

Bait 12 pupuh II di atas dapat ditemukan nama tokoh yang

merupakan salah satu dari lapis objek yaitu Kangjeng Gusti

Pangeran Dipati atau Prabu Amangkurat.

Page 25: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

53

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhangannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Bait di atas dapat ditemukan nama tokoh yaitu Pangeran

Adipati Purbaya dan Pangeran Adipati Blitar

Kutipan:

Atmral Britman umiyat kĕlangkung suka

anulya tinut wuri

myang sagung dipatya

umiringi marang Atmral

prapteng ngarsaning surambi

Atmral umiyat

mring Pangeran Pancawati. (pupuh VI bait 98 hal. 43)

Terjemahan:

Atmral Britman dengan cekatan lebih bahagia

segera mengikuti dibelakang

kepada semua adipati

mengiringi kepada Amral

tiba di depan serambi

Page 26: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

54

Amral dengan cekatan menuju

kepada Pangeran Pancawati

Kutipan di atas dapat ditemukan nama tokoh yaitu Atmral

Britman yang merupakan pemimpin dari pasukan Kompeni.

Kutipan:

Garwa Kandha kang dadya cucuking ngarsa

para lurah nambungi

ki gĕndara desa

lawan pun anggĕndara

jaladara lawan malih

kang mangundara

subala lan subali. (bait 1 pupuh 6 hal. 32)

Terjemahan:

Garwa Kandha yang menjadi pemimpin di depan

para lurah mengikuti

para pemimpin desa

juga menjadi pengikutnya

mendung dan juga

yang membentuk mendung

prajurit dan prajurit.

Kutipan di atas menunjukan nama tokoh yaitu Garwa

Kandha.

Kutipan:

Sinumbaga abra sinang

pasisir kang cĕlak sami

wus dhatĕng aneng Sĕmarang

kang bang wetan dereng prapti

Pangran Harya Matawis

nĕnggih kang dadi pakewuh

sampun rawuh Santĕnan

nĕdya jumĕnĕng pribadi

Sunan Kuning wau ing jĕjalukira. (pupuh VII bait 40 hal.

65)

Page 27: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

55

Terjemahan:

Tersinari cahaya merah bersinar

pesisir yang terdekat semua

sudah datang di Semarang

yang daerah timur belum datang

Pangeran Harya Mataram

yang menjadi sungkan

sudah datang Santenan (Pathi)

segera duduk disinggasana

Sunan kuning itu namanya.

Kutipan di atas menunjukkan nama tokoh yaitu Pangeran

Harya Matawis/Pangeran Harya Mataram.

Kutipan:

Mĕdal sangking pakuwon Kumpĕni prapta

Pangeran Pancawati

binendrong sĕnjata

wonge saya keh pĕjah

mangsah nĕdya ngamuk wani

nanging kasĕsa, ing gurnat gutuk api. (pupuh 6 bait 96 hal.

43)

Terjemahan:

Keluar dari markas Kompeni bertemu

Pangeran Pancawati

ditembak senjata

orang semakin banyak yang mati

maju perang niyat mengamuk berani

tetapi terburu

di dom.

Kutipan di atas menunjukan nama toko yaitu Pangeran

Pancawati.

Page 28: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

56

Kutipan:

Malbeng pura malih sing kidul kewala

nulya mundur tumuli

sawadya lon-lonan

sĕmantĕn pan meh ĕbyar

Kangjĕng Ratu Agĕng nĕnggih

dupi miyarsa

amuwun kuntrang-kantring. (pupuh 6 bait 17 hal. 34)

Terjemahan:

Masuk ke dalam Pura yang letaknya di sebelah selatan

sering mundur kemudian

berjalan bergandengan

hanya beberapa yang akan bubar

Kangjeng Ratu Ageng melihat

semua itu

kemudian menangis tersedu-sedu.

Kutipan di atas menunjukan nama toko yaitu Kangjeng

Ratu Ageng ibu dari Prabu Amangkurat, Pangeran Purbaya dan

Pangeran Blitar.

Kutipan:

Sultan Panĕmbahan sĕmantĕn utusan

dhatĕng ing Sokawati

kang raka ngaturan

Pangeran Herucakra

mring nĕgara Kartasari

suwawi rĕmbug

amamong ingkang rayi.(pupuh 6 bait 125 hal. 46)

Terjemahan:

Sultan Panembahan seperti itu memerintah

ke Sokawati (Sragen)

yang kakak diundang

Pangeran Herucakra

di negara Kartasari (Kartasura)

menjawab diskusi

mengasuh adiknya.

Page 29: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

57

Kutipan di atas menunjukan nama tokoh yaitu Panembahan

Herucakra.

Kutipan:

Ki Dipati Lumarap sampun sumĕkta

wadya kang sampun dhimin

rame kang sĕnjata

sira Tumĕnggung Wira

Nĕgara sawadya aglis

sangking ing kanan

ramya campuh kang jurit. (pupuh 6 bait 174 hal. 52)

Terjemahan:

Ki Dipati Lumarap sudah selesai

Prajurit yang sudah dahulu

Ramai dengan senjata

Dia Tumenggung Wira

Negara berprajurit cepat

Dari sisi kanan

Ramai berpapasan yang perang

Kutipan di atas menunjukkan nama tokoh yaitu Ki Dipati

Lumarap dan Tumenggung Wira Negara.

Kutipan:

Sira Ngabehi Tohjaya

anglancangi marang ngarsa

angiringi sarowangira

barise manca nĕgari

ingkang tinĕmpuh wingwrin

sumyur pan padha lumayu

angungsi wurinira

Panĕmbahan Purbaya glis

pan ingungsir dening bala Lamongan. (pupuh VII bait 154

hal. 82)

Terjemahan:

Dia Ngabehi Tohjaya

bertindak lancang di depan

mengiringi balaku

barisnya mancanegara

yang dilewati miris/takut

Page 30: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

58

hancur yang pada berlari

mengungsi ke belakangnya

Panembahan Purbaya segera

Yang diusir oleh bala Lamongan.

Kutipan di atas menunjukkan nama tokoh yaitu Ngabehi

Tohjaya.

Kutipan:

Animbali Kyai Patih Cakrajaya

miwah wadya Kumpĕni

sira Tuwan Atmral

caraka sampun prapta

ing nĕgari Surawesthi

nĕdhakkĕn surat

(h. 59: kosong) (h. 60) dhatĕng Rĕkyana Patih.(bait 70

pupuh 6 hal. 40)

Terjemahan:

Memanggil Kyai Patih Cakrajaya

juga prajurit Kompeni

juga Tuwan Atmral

utusan sudah bertemu

di negara Surawesthi (Semarang)

memberikan surat

kepada Rekyana Patih.

Kutipan di atas menunjukkan tokoh yaitu Kyai Patih

Cakrajaya.

Kutipan:

Garwa Kandha anake aneng kunjara

inggal dennya marani

kunjara binubrah

sira Ragum wus mĕdal

Ki Garwa Kandha manangis

dhuh anak ingwang

tan nyana lamun urip.(pupuh 6 bait 8 hal. 33)

Page 31: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

59

Terjemahan:

Garwa Kandha anaknya berada di penjara

cepat dirinya datang ke

penjara dirusak

dia ragum sudah keluar

Ki Garwa Kandha menangis

dhuh anakku

tidak menyangka kalau hidup

Kutipan di atas menunjukkan nama toko yaitu Ragum yang

merupakan anak dari Garwa Kandha.

Kutipan:

Wus mangkana tan antawis lami

wau ta ing kono

Kapitan Jaswa wus tur uningeng

srat dalĕm kuntrak pĕngangkat prapti

sangking ing Bĕtawi

palkat surat agung. (pupuh 2 bait 10 hal. 17)

Terjemahan:

Sudah begitu tidak begitu lama

tadi di situ

Kapitan Jaswa sudah juga tahu

surat rumah kontrak pengangkat datang

dari betawi

palkat surat besar

kutipan di atas menunjukkan nama toko yaitu Kapitan

Jaswa/Kapten Jaswa.

2.1.3.2. Latar Tempat

Latar tempat dalam Serat Babad Sunan Prabu ditunjukan

dalam kutipan-kutipan berikut:

Kutipan:

Tumĕnggung Wiranĕgara

lan Arya Danupayadi

barise sampun mangetan

(h. 106) nĕgara Kartasura di

Page 32: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

60

sampun kinĕpung baris

rusak tĕpisniringipun

di dalĕm Kartasura

susah prihatining ati

kan Sinuhun sakĕlangkung dening sungkawa. (pupuh VII

bait 21 hal. 62)

Terjemahan:

Tumenggung Wiranegara

dan Arya Danupadiya

barisnya sudah mengarah ke timur

di Negara Kartasura

sudah dikepung barisan

rusak besi batas

di dalam kerajaan Kartasura

susah prihatin di hati

sang Sinuhun lebih-lebih berdukanya

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Negara

Kartasura atau Kerajaan Kartasura.

Kutipan:

Samya angalĕm ing nala

sĕmantĕn antawis lami

bitingira Panĕmbahan

kinĕpung dhatĕng Kumpĕni

antawis wolung sasi

mangkana ngriku winuwus

ika Jĕng Panĕmbahan

arsa kondur mring Matawis

ingkang putra kinen tĕngga pabitingan. (pupuh VII bait 79

hal. 71)

Terjemahan:

Semua bersamaan memuji di hati

begitu sekiranya agak lama

betengnya Panembahan

dikepung oleh Kumpeni

sekitar delapan bulan

begitu disana diceritakan

itu Kanjeng Panembahan

akan pulang ke Mataram

anaknya diminta untuk menunggu beteng.

Page 33: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

61

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Metawis atau

Mataram.

Kutipan:

Sinumbaga abra sinang

pasisir kang cĕlak sami

wus dhatĕng aneng Sĕmarang

kang bang wetan dereng prapti

Pangran Harya Matawis

nĕnggih kang dadi pakewuh

sampun rawuh Santĕnan

nĕdya jumĕnĕng pribadi

Sunan Kuning wau ing jĕjalukira. (pupuh VII bait 40 hal.

65)

Terjemahan:

Tersinari cahaya merah bersinar

pesisir yang terdekat semua

sudah datang di Semarang

yang daerah timur belum datang

Pangeran Harya Mataram

yang menjadi sungkan

sudah datang Santenan (Pathi)

segera duduk disinggasana

Sunan kuning itu namanya.

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Semarang

Kutipan:

Wondene putra-putranya

angĕlar jajahan sami

Rahadyan Surya Taruna

lan Rahaden Singasari

Dyan Jayapuspita di

miwah ingkang para mantu

gitik mancanĕgara

ing Jipang Kudus wus sami

lan ing Dĕmak kang tumut ing Kartasura. (pupuh VII bait

41 hal. 65)

Terjemahan:

Sedangkan anak-anaknya

yang meggelar jajahan

Page 34: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

62

Raden Surya Taruna

dan Raden Singasari

raden jayasupita

juga para menantu

tongkat keci diluar negara

di Jipang Kudus sudah bersama

dan di Demak yang ikut di Kartasura.

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Jipang,

Kudus dan Demak.

Kutipan:

Panĕmbahan ingaturan

dhatĕng Raden Surapati

anjog nĕgari ing Malang

Kĕdhiri wus denanciki

dhatĕng bala Kumpĕni

pan akarya biting sampun

Atmral mring Surabaya

mĕdal ing Japan nĕgari

sami nungkul punggawa mancanĕgara. (pupuh VII bait 168

hal. 84)

Terjemahan:

Panembahan diundang

oleh Raden Surapati

ke Negara di Malang

Kediri sudah dikuasai

oleh bala kumpeni

juga sudah bekerja membuat beteng

Amral menuju Surabaya

keluar di Negara Japan

bersama-sama menundukan kepala punggawa mancanegara

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Malang dan

Surabaya

Kutipan:

Saha Kumpĕni sumahab

Kapopongan dennya jurit

Jĕng Sultan karoban lawan

inggal mundur dipunungsir

dening wadya Kumpĕni

Page 35: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

63

Sultan minggah marang gunung

antang anjog ing Malang

kang bujung wus wangsul sami

mring Kĕdhiri lajĕng samya pamondhokan. (pupuh VII bait

171 hal. 82)

Terjemahan:

Kumpeni juga berkelompok banyak

Kapopongan berperangnya

Kanjeng Sultan kebanjiran lawan

segera mundur diusir

oleh bala tentara Kumpeni

Sultan naik ke gunung

antang sampai ke Malang

yang keburu sudah pulang

ke Kediri lalu segera beristirahat.

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Kediri

Kutipan:

Sampun mangkat saha bala

Pangeran Hamangkubumi

neng Kĕlathen barisira

sigra wong Mataram prapti

rame dennya ajurit

gĕnti ilih arug

langkung sudiraning prang

Pangeran Hamangkubumi

wong Mataram akathah longe kang pĕjah. (pupuh VII bait

23 hal. 63)

Terjemahan:

Sudah berangkat dengan pasukan

Pangeran Hamangkubumi

di Klaten pasukannya

segera orang Mataram datang

ramai olehnya berperang

berganti-ganti lawannya

apalagi darah peperangan

Pangeran Hamangkubumi

orang Mataram banyak yang mati.

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu Klaten.

Page 36: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

64

Kutipan:

Ngĕlih nama Pangran Harya mangkin

Mangkunĕgara ing Kartasura

kocap malih lah ing kono

ingkang lumakyeng nglaut

sampun prapta nagri Bĕtawi

Panĕmbahan Purbaya

lan sarowangipun

Panĕmbahan Herucakra

pan binucal dhatĕng pulo Kap anunggil.

(h. 181) rakanya sĕpuh pyambak. (pupuh VIII bait 4 hal.

102)

Terjemahan:

Berganti nama Pangeran Harya nanti

Mangkunegara di Kartasura

diceritakan berubahlah di sana

yang berjalan di laut

sudah sampai Negara Betawi

Panembahan Purbaya

dan kawan-kawannya

Pangeran Harucakra

akan dibuang ke pulau Kap

bersatu kakaknya tertua sendiri.

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat yaitu Negara

Betawi/Jakarta

Kutipan:

Gumrĕ tangis wong srajoning puri

para bĕndara miwah parĕkan

tan adangu lah ing kono

dan siniraman sampun

Ki Pangulu wus dentimbali

sayid myang kancanira

lan suranata wus

layon dalĕm tinabĕla

tuwin Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati

ngrĕngga layoning rama.(pupuh I, bait 2 hal. 15)

Page 37: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

65

Terjemahan:

Suara tangis orang-orang dari dalam keraton

semua keluarga dan kerabat menangis disitu

tidak lama lah disitu

dan setelah pemandian selesai

ustad sudah dipanggil

sayid ke temannya

dan abdi dalem sudah

jenazah dimaksukkan kedalam peti

dan Kanjeng Gusti Pangeran Dipati

menunggui jenazah sang ayah.

Kutipan di atas menunjukan latar tempat yaitu di dalam

Puri/Kerajaan.

Kutipan:

Sinumbaga abra sinang

pasisir kang cĕlak sami

wus dhatĕng aneng Sĕmarang

kang bang wetan dereng prapti

Pangran Harya Matawis

nĕnggih kang dadi pakewuh

sampun rawuh Santĕnan

nĕdya jumĕnĕng pribadi

Sunan Kuning wau ing jĕjalukira. (pupuh VII bait 40 hal.

65)

Terjemahan:

Tersinari cahaya merah bersinar

pesisir yang terdekat semua

sudah datang di Semarang

yang daerah timur belum datang

Pangeran Harya Mataram

yang menjadi sungkan

sudah datang Santenan (Pathi)

segera duduk disinggasana

Sunan kuning itu namanya.

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat yaitu di pesisir.

Kutipan:

Kangjĕng Sultan Balitar wus aparentah

siyagaa ngajurit

Page 38: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

66

wus samya sumĕkta

sakĕpraboning yuda

ing alun-alun abaris

sanggyeng punggawa

asaos pancaniti. (pupuh 6 bait 200 hal. 55)

Terjemahan:

Kangjeng Sultan Balitar sudah memeribtah

bersiagalah perang

sudah semua siap

beserta kerajaan perang

di alun-alun berbaris

semua punggawa (pemimpin)

menjaga singgah sanah

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat yaitu alun-alun.

Kutipan:

Garwa Kandha anake aneng kunjara

inggal dennya marani

kunjara binubrah

sira Ragum wus mĕdal

Ki Garwa Kandha manangis

dhuh anak ingwang

tan nyana lamun urip. (pupuh 6 bait 8 hal. 33)

Terjemahan:

Garwa Kandha anaknya ada di penjara

cepat dirinya datang ke

penjara dirusak

dia ragum sudah keluar

Ki Garwa Kandha menangis

dhuh anakku

tidak menyangka kalau hidup

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat yaitu penjara.

Kutipan:

Samangkana Kangjĕng Ratu lajĕng minggah

dhumatĕng Gunung Kunthi

Pangeran Balitar

prapta ing Purubaya

ngidul sawadyanira glis

Page 39: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

67

kang ibu mirsa

ngawe nguwuh anjĕlih. (pupuh 6 bait 19 hal. 34)

Terjemahan:

Begitulah Kangjeng Ratu kemudian naik

menuju Gunung Kunthi

Pangeran Balitar

bertemu dengan Purubaya

menuju ke selatan dengan tergesa-gesa bersama teman-

temannya

Sang Ibu mengetahui

melambaikan tangan berseru memanggil.

Kutipan di atas menunjukkan latar tempat yaitu Gunung

Kunthi.

2.1.3.3. Latar Suasana

Latar suasana dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu

tercermin dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Gumrĕ tangis wong srajoning puri

para bĕndara miwah parĕkan

tan adangu lah ing kono

dan siniraman sampun

Ki Pangulu wus dentimbali

sayid myang kancanira

lan suranata wus

layon dalĕm tinabĕla

tuwin Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati

ngrĕngga layoning rama.(pupuh I, bait 2 hal. 15)

Terjemahan:

Suara tangis orang-orang dari dalam keraton

semua keluarga dan kerabat menangis disitu

tidak lama lah disitu

dan setelah pemandian selesai

ustad sudah dipanggil

sayid ke temannya

dan abdi dalem sudah

Page 40: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

68

jenazah dimaksukkan kedalam peti

dan Kanjeng Gusti Pangeran Dipati

menunggui jenazah sang ayah.

Kutipan di atas dapat dilihat latar suasana yaitu suasana

haru dan sedih di dalam keraton, karena Paku Buwana I telah

meninggal dunia, semua orang dalam keraton menangisi

kepergian Paku Buwana I.

Kutipan:

Mĕdal sangking pakuwon Kumpĕni prapta

Pangeran Pancawati

binendrong sĕnjata

wonge saya keh pĕjah

mangsah nĕdya ngamuk wani

nanging kasĕsa, ing gurnat gutuk api. (pupuh 6 bait 96 hal.

43)

Ginarujug ing mimis drĕse lir udan

Pangeran Pancawati

wus anandhang brana

baunira kang kiwa

mundur mring sakidul kali

wus denrĕrompa

binĕkta mring surambi. (pupuh 6 bait 96 hal. 43)

Terjemahan:

Keluar dari markas Kompeni bertemu

Pangeran Pancawati

ditembak senjata

orang semakin banyak yang mati

maju perang niyat mengamuk berani

tetapi terburu

di dom.

Dirtumpahi di peluru derasnya seperti hujan

Pangeran Pancawati

sudah mendapatkan luka

lengannya yang kiri

mundur ke selatan sungai

sudah dibopong

dibawak ke serambi.

Page 41: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

69

Kutipan di atas dapat dilihat suasana kisruh peperangan,

yaitu pasukan Pangeran Pancawati telah dihujani peluru dan

meriam oleh Kompeni. Pangeran Pancawati juga mendapatkan

luka di lengan kirinya karena terkena tembakan.

2.1.3.4. Latar Waktu

Kutipan:

Enjing budhal tan winarna lampahira

prapteng nagri Matawis

saha wadyanira

pan ing Kartawinata

kang arsa den kĕdhatoni

ngalihkĕn aran

kutha ing Kartasari. (pupuh 6 bait 35 hal. 35)

Terjemahan:

Pagi pergi tidak disampaikan tujuan perjalanan

sampai di negara Metawis (Mataram)

dengan prajuritnya

sudah di Kartasura

yang ingin di kuasai

menyingkirkan nama

kota di Kartasari (Kartasura).

Kutipan di atas terdapat latar waktu yaitu menunjukkan

latar waktu pagi hari.

Kutipan:

Sinumbaga abra sinang

pasisir kang cĕlak sami

wus dhatĕng aneng Sĕmarang

kang bang wetan dereng prapti

Pangran Harya Matawis

nĕnggih kang dadi pakewuh

sampun rawuh Santĕnan

nĕdya jumĕnĕng pribadi

Page 42: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

70

Sunan Kuning wau ing jĕjalukira. (pupuh VII bait 40 hal.

65)

Terjemahan:

Tersinari cahaya merah bersinar

pesisir yang terdekat semua

sudah datang di Semarang

yang daerah timur belum datang

Pangeran Harya Mataram

yang menjadi sungkan

sudah datang Santenan (pathi)

segera duduk disinggasana

Sunan kuning itu namanya.

Kutipan di atas menunjukan latar waktu sore hari, kata abra

sinang ( cahaya merah bersinar) identik dengan warna pada

waktu sore hari yaitu saat matahari akan tenggelam maka

sinarnya berwarna merah kekuning-kuningan.

Kutipan:

Kang akĕmit baris ing jro pĕlataran

ngatyati smu kuwatir

samya kibir ing tyas

sagung wong Kablitaran

narka bĕdhah ing jro puri

dalu punika

akeh kawijil ing ngling. (pupuh 6 bait 6 hal. 32)

Terjemahan:

Yang berjaga baris di dalam pekarangan

berhati-hati sedikit kuwatir

pada berharap di hati

semua orang Kablitaran

mengira masuk ke dalam kerajaan

malam itu

Banyak keluar yang berbicara

Kutipan di atas menunjukan latar waktu yaitu malam,

diceritakan kondisi orang di kablitaran pada malam hari.

Page 43: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

71

2.1.3.5. Dunia Pengarang

Dunia pengarang merupakan cerita yang diungkap oleh

pengarang. Dunia pengarang dapat tercermin dalam berbagai

aspek di intensitas penghayatan pembaca seperti tema, amanat,

karakter, alur, bahasa, ironi, kekompleksan cerita, tokoh,

keterlibatan emosi pembaca, dan imajiasi. Dunia pengarang

yang diambil dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu tema. Tema

dalam karya sastra ini dapat diambil dari kesimpulan setelah

membaca isi karya sastra yaitu bertemakan tentang peristiwa

yang terjadi pada masa kepemimpinan Amangkurat IV,

penulis/pengarang adalah orang yang tahu semua tentang masa

kepemimpinan Amangkurat IV.

2.1.4. Lapis Dunia

Lapis dunia yang tidak usah dinyatakan atau dikemukakan,

tetapi sudah implisit dalam cerita ataupun karya sastra yang

disampaikan. Serat Babad Sunan Prabu berisi gambaran umum

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Prabu Amangkurat IV.

Teks diawali dengan peristiwa wafatnya Paku Buwana I dan

dilanjutkan dengan pengangkatan Pangeran Dipati yang selanjutnya

bergelar Prabu Amangkurat Senapati Ngalaga di Murti menggantikan

Paku Buwana I. Teks dilanjutkan dengan masa bertahtanya Prabu

Amangkurat IV, yaitu cara untuk mempertahankan kepemimpinannya

salah satunya dengan mencabut sejumlah benda kehormatan milik

Page 44: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

72

kedua adiknya yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar sehingga

menimbulkan perlawanan dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.(pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi paleler bojasmara.

(pupuh V bait 7 hal. 27)

Garwa Kandha kang ngadon-adoni

angaturi angrĕbata pura

nungswa Jawa padha duwe

punapa kaotipun

tuwin wĕling dalĕm kang swargi

ing nĕgara sajawa

singa ingkang mĕngku

putra kĕkalih punika

salĕrĕse dhuh gusti tumuta mukti

kĕsangĕtĕn rakanta. (pupuh V bait 9 hal. 28)

(h. 37) Garwa Kandha marmanya sru mamrih

ing mangke kinunjara

pun Ragum ika arane

Gĕdhong Tĕngĕn genipun

dosanira asaba puri

kados yen Garwa Kandha

sangĕt aturipun

sĕmantĕn Pangeran Balitar

anuruti abdine pinĕpak nuli

Page 45: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

73

siyaga ing ngayuda. (pupuh V bait 28 hal. 31)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan.

Garwa Kandha yang memanas-manasi

memberitahu disekeliling pura

manusia jawa semua memiliki

apa berlebih

juga wasiat Raja yang telah meninggal

di Negara seluruh Jawa

singa yang memimpin

kedua putra itu

sebenarnya dhuh Gusti ikutlah mukti

kebangetan kakakmu.

Garwa Kandha rasa keras menghasut

saat ini dipenjara

Ragum itu namanya

Gedung Kanan tempatnya

dosanya keluar puri

seperti yang Garwa Kandha

sangat kata-katanya

begitu Pangeran Blitar

menuriti abdinya yang dipilih sebelumnya

siap dalam peperangan.

Page 46: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

74

Selanjutnya dikisahkan juga intrik-intrik dan perlawanan yang

dilakukan oleh Kompeni di bawah komando Tuan Atmral Baritman

yang memihak kepada Prabu Amangkurat IV. Kerjasama Prabu

Amangkurat IV dengan Kompeni untuk melawan kedua pangeran

berhasil, yaitu mereka telah berhasil mengasingkan Pangeran Purbaya

ke Pulau Kap, dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Pasliyun saking nagri Bĕtawi

ngaturi Panĕmbahan Purbaya

sĕngadi General mangke

ingkang arsa tĕtĕmu

lan Nĕmbahan Purbaya tuwin

gandhek dalĕm sĕmana

praptane (h. 180) anuju

amundhut Pangeran Harya

lah ing ngriku gandhek Pasliyun nyarĕngi

angkate kur-ungkuran. (pupuh VIII bait 1 hal. 102)

Sampun layar sangking ing Sĕmawis

Panĕmbahan lan sarowangira

parestri lara tangise

asangĕt ing gĕgĕtun

tamtunipun kĕna ing sandi

ngomadaka Wĕlanda

maleca ing wuwus, sĕdyarasa sami ngamuka

pan wus kasep gĕgamane wus denpeki

yata gantya winarna. (pupuh VIII bait 2 hal. 102)

Ngĕlih nama Pangran Harya mangkin

Mangkunĕgara ing Kartasura

kocap malih lah ing kono

ingkang lumakyeng nglaut

sampun prapta nagri Bĕtawi

Panĕmbahan Purbaya

lan sarowangipun

Panĕmbahan Herucakra

pan binucal dhatĕng pulo Kap anunggil.

(h. 181) rakanya sĕpuh pyambak. (pupuh VIII bait 4 hal. 102)

Pangran Bei tinarka marahi

dene Adipati Natapura

tanapi Surapatine

Page 47: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

75

myang Suradilaga wus

miwah Jaka Tangkĕban tuwin

sampun samya binucal

dhatĕng Selong wau

Panĕmbahan Purubaya

aneng beteng alang-alang dera wrĕgil

lan putra garwanira. (pupuh VIII bait 5 hal. 102)

Terjemahan:

Pasliyun dari negara Betawi

mengundang Panembahan Purbaya

Jendral yang bersemangat bertemu nanti

yang ingin bertemu

dan Nembahan Purbaya dengan

abdi dalem segitu

kedatangannya menuju

mengambil pangeran harya

nah di situ abdi dalem Pasliyun mengikuti

angkatannya banyak.

Sudah berlayar dari Semarang

Panembahan dan pasukannya

para sakit tangisnya

yang sangat kecewa

tentunya terkena jebakan

oleh Belanda

berubah pada perkataan

berniat rasa sama marah

tapi sudah terlambat senjatanya sudah diminta

kemudian berganti jenis.

Berganti nama Pangeran Harya nanti

Mangkunegara di Kartasura

diceritakan berubahlah di sana

yang berjalan di laut

sudah sampai Negara Betawi

Panembahan Purbaya

dan kawan-kawannya

Pangeran Harucakra

akan dibuang ke pulau Kap

bersatu kakaknya tertua sendiri.

Pangeran Bei berfikiran penyebab

sedangkan adipati Natapura

diteripa Surapatinya

sudah ke Surabaya

dan juga Jaka Tangkeban

Page 48: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

76

sudah sama-sama dibuang

ke Selong tadi

Panembahan Purabaya

ada di beteng alang-alang oleh terakhir

dan anak istrinya.

Cerita diakhiri dengan meninggalnya Amangkurat, namun

sebelum Amangkurat meninggal, Prabu Amamngkurat menunjuk

putra terbaiknya untuk penggantinya dalam memimpin kerajaan

Kartasura. Prabu Amangkurat menunjuk empat putranya yang pantas

untuk menggantikannya memimpin kerajaan Kartasura yaitu Pangeran

Harya Mangkunegara, Ki Ngabehi, Ki Dipati dan Ki Buminata, selain

ke-empat nama itu dilarang untuk menjadi penggantinya. Prabu

Amangkurat memang menyiapkan penerus yang terbaik untuk

kerajaan Kartasura beliau hanya memilih empat kandidat untuk

penggantinya padahal Prabu Amangkurat memiliki 20 orang putra dan

8 orang putri. Sebelum Amangkurat IV meninggal beliau meminta

kepada Kangjeng Ratu Ageng agar memberikan keris pusaka kepada

Pangeran Harya Mangkunegara. Kemungkinan secara simbolis

Amangkurat memilih Pangeran Harya Mangkunegara sebagai

penggantinya untuk memimpin kerajaan, dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Kutipan:

Grĕrah dalĕm saya manglayadi

jroning pura saya aruwara

putra garwa pyayi kabeh

nalika nĕbda Prabu

mring Jĕng Ratu Agĕng kang wĕling

bok ratu maringĕna

Page 49: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

77

kang pusaka dhuwung

mring putranira Ki Harya

Kangjĕng Ratu pamuwune sru ngrĕs ati

dhuwung wus tinampenan.(pupuh 9 bait 38 hal. 108)

Terjemahan:

Sakit sang raja semakin menjadi

di dalam pura semakin tidak karuan

anak istri priyayi semua

ketika berkata Prabu

kepada Kanjeng Ratu Agung yang berwasiat

ibu Ratu memberikan

yang pusaka keris

kepada anaknya Ki Harya

Kangjeng Ratu kata-katanya keras membuat hati trenyuh

keris sudah diterima.

Lapis dunia dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu hal yang

terkait dengan keduniawian, yaitu sebagai berikut:

2.1.4.1. Pertentangan

Pertentangan merupakan proses sosial yaitu pada waktu

individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau

tujuan dengan jalan menentang dari pohak lawan yang disertai

dengan ancaman atau kekerasan. Pertetangan dalam Serat

Babad Sunan Prabu yaitu pertetangan yang dilakukan oleh

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar karena tidak terima

dengan perilaku Prabu Amangkurat yang mengambil paksa

semua benda kehormatan pangeran (upacara) dari Pangeran

Purbaya dan Pangeran Blitar. Pertentangan yang dilakukan

oleh kedua pangeran yaitu dengan cara memberontak dan

menyerang Kerajaan Kartasura. Penyerangan terhadap

Kerajaan Kartasura dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Page 50: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

78

Kutipan:

Garwa Kandha kang dadya cucuking ngarsa

para lurah nambungi

ki gĕndara desa

lawan pun anggĕndara

jaladara lawan malih

kang mangundara

subala lan subali. (bait 1 pupuh 6 hal. 32)

Terjemahan:

Garwa Kandha yang menjadi pemimpin di depan

para lurah mengikuti

para pemimpin desa

juga menjadi pengikutnya

mendung dan juga

yang membentuk mendung

prajurit dan prajurit.

Kutipan di atas menunjukan bentuk perlawanan atau

pertentangan yang dilakukan oleh Pangeran Purbaya dan Blitar

yang menyerang Kerajaan Kartasura, adanya pertentangan dan

penyerangan yang dilakukan oleh Pangeran Purbaya dan Blitar

dikomando oleh Garwa Kandha.

2.1.4.2. Politik

Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk

mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di dalam

masyarakat. Politik dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu

perjanjian politik yang dilakukan oleh Prabu Amangkurat

dengan Kompeni yaitu perihal hubungan sosial antara Orang

Jawa dengan Belanda, dan perjanjian politik perihal

perdagangan hasil bumi. Perjanjian politik yang disepakati

oleh Kerajaan Kartasura dengan Belanda dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

Page 51: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

79

Kutipan:

Sawab wus trĕrang sangking Kumpĕni

prĕjangji (h. 16) gĕng kadi ywana ingkang

wujud ro dadi sawiyos

tĕmĕn tulung-tinulung

wong Wĕlanda lawan wong Jawi

mila mangkya Jĕng Sunan

sajumĕnĕngipun

pami samad-sinamadan

yen wontĕna sangking bab prakawis jurit

Kumpĕni den andĕlna. (pupuh III bait 14 hal. 21)

Ingkang kaping kalih ing prakawis

mĕnggah luluse ing tĕtumbasan

panĕmpur ingkang warni wos

ping katri bĕnangipun

lawan tanĕm tuwuh ing jawi

ingkang warni marica

cabe myang kumukus

wiji sawi singat sangsam

kang punika akathah bayar Kumpĕni

General ing Jĕng Sunan. (pupuh III bait 15 hal. 21)

Terjemahan:

Sudah jelas dari Kompeni

perjanjian agung seperti yang

berwujud dan jadi satu

suka tolong-menolong

orang Belanda dan orang Jawa

jadi saat ini Kanjeng Sunan

kepemerintahannya

dengan penuh keterbukaan dan keakraban

jika ada sangkutnya dengan bab perang

Kompeni yang diandalkan.

Yang kedua dalam perkara

perihal jual beli

penjualan yang berupa beras

yang ketiga benangnya

dengan tumbuh-tumbuhan (hasil bumi) di Jawa

yang berupa merica

cabai serta kemukus

biji sawi tanduk rusa

yang semuanya dibayar Kompeni

General kepada Jeng Sunan.

Page 52: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

80

Kutipan di atas menunjukkan kerjasama antara Kartasura

dengan Kompeni oleh Paku Buwana I, dengan perjanjian-

perjanjian yang telah disepakati antara kerajaan dengan

Kompeni. Perjanjian berisi tentang bagaimana hubungan

kerajaan dengan Kompeni yaitu Kompeni menunjukkan

kebesaran dan kekuasaan Raja Negeri Belanda terhadap negeri

bawah angin, serta agar terjalin suatu kemanunggalan antara

orang Jawa dan Belanda dengan jalan saling memberi

dukungan, tolong-menolong dan apabila terjadi peperangan

Kompeni dapat diandalkan, dalam hal perdagangan, Kompeni

akan membayar banyak kepada kanjeng Sunan atas komoditi

beras, benang, merica, cabe, kemukus, sawi, dan tanduk rusa.

Perjanjian tersebut telah disepakati keduabelah pihak demi

berlangsungnya tahta kerajaan. Perjanjian-perjanjian itu

merupakan strategi politik Kompeni untuk menguasai

Kartasura.

2.1.4.3. Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan sikap saling menghormati dan

mengasihi semua ciptaan Tuhan baik mahkluk hidup maupun

benda mati seperti rasa kasih sayang ibu terhadap anaknya

berdasarkan hati nurani yang luhur. Seperti yang terdapat

dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu kasih sayang yang

dimiliki oleh Kangjeng Ratu Ageng yang menyayangi ketiga

putranya yaitu Prabu Amangkurat, Pangeran Purbaya dan

Page 53: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

81

Pangeran Blitar. Terlihat saat terjadi peperangan antarsaudara

Kangjeng Ratu Ageng sangat bersedih karena melihat ketiga

putra yang sangat disayangi terlibat dalam perang. Kangjeng

Ratu Ageng sangat khawatir terhadap Pangeran Purbaya dan

Blitar saat terjadi peperangan kedua pangeran mengalami

kekalahan, Kangjeng Ratu Ageng sangat khawatir dan dengan

rasa kasih sayang beliau memastikan untuk melihat kedua

putranya apakah baik-baik saja. Kekhawatiran dan kasih

sayang Kangjeng Ratu Ageng dapat dilihat pada kuitipan

berikut:

Kutipan:

Malbeng pura malih sing kidul kewala

nulya mundur tumuli

sawadya lon-lonan

sĕmantĕn pan meh ĕbyar

Kangjĕng Ratu Agĕng nĕnggih

dupi miyarsa

amuwun kuntrang-kantring. (pupuh 6 bait 17 hal. 34)

Masambat kang raka Jĕng Sinuhun Swarga

dhuh lah e Sri Bupati

tan sagĕd kawula

tĕngga putra paduka

Sunan gawanĕn ngĕmasi

putra paduka

(h. 42) sami bĕrwala jurit.(pupuh 6 bait 18 hal. 34)

Samangkana Kangjĕng Ratu lajĕng minggah

dhumatĕng Gunung Kunthi

Pangeran Balitar

prapta ing Purubaya

ngidul sawadyanira glis

kang ibu mirsa

ngawe nguwuh anjĕlih. (pupuh 6 bait 19 hal. 34)

Asta tĕngĕn angawe-awe kang putra

astane ingkang kering

Page 54: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

82

angusapi waspa

dhuh kulup dipuninggal

ngungsia kangmasmu nuli

Ki Purubaya

dhuh kulup poma aglis. (pupuh 6 bait 20 hal. 34)

Terjemahan:

Masuk ke dalam Pura yang letaknya di sebelah selatan

sering mundur kemudian

berjalan bergandengan

hanya beberapa yang akan bubar

Kangjeng Ratu Ageng melihat

semua itu

kemudian menangis tersedu-sedu.

Sang kakak Mengeluh kepada Kangjeng Sinuhun Swarga

dhuh lah e Sri Bupati

aku tidak bisa

menunggu putra raja

Sunan bawalah mati

putra paduka

(h.42) prajurit saling berperang.

Begitulah Kangjeng Ratu kemudian naik

menuju Gunung Kunthi

Pangeran Balitar

bertemu dengan Purubaya

menuju ke selatan dengan tergesa-gesa bersama teman-

temannya

Sang Ibu mengetahui

melambaikan tangan berseru memanggil.

Tangan kanan melambai-lambai sang anak

tanganya yang kiri

mengusapi air mata

duh ikut ditinggal

menyikir kakakmu cepat

Ki Purbaya

duh ikut cepat.

Kutipan di atas sangat jelas rasa kasih sayang Kangjeng

Ratu Ageng terhadap putranya, terbukti sangat sedih dan

khawatir melihat ketiga putranya terlibat perang saudara.

Page 55: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

83

Beliau bersedih karena tidak bisa menjaga putranya dengan

baik, merasa gagal dalam mendidik anak dan merasa bersalah

kepada Paku Buwana I karena setelah meninggalnya Paku

Buwana kerajaan menjadi ricuh penuh peperangan. Kangjeng

Ratu Ageng begitu besar kasih sayangnya terhadap Paku

Buwana I, beliau juga mendoakan Paku Bawana I supaya

mendapatkan tempat yang nyaman di surga. Kutipan di atas

juga menunjukkan betapa Kangjeng Ratu Ageng menyayangi

dan mengkhawatirkan Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar

supaya mereka melarikan diri untuk berlindung.

2.1.4.4. Harta

Harta merupakan segala hal yang dimiliki oleh manusia,

dalam hal ini harta yang dimaksud ialah kekayaan yang

dimiliki oleh Prabu Amangkurat dalam Serat Babad Sunan

Prabu. Harta atau kekayaan yang dimiliki Kerajaan Kartasura

mengalami penurunan terbukti pada saat Prabu Amangkurat

ingin naik tahta beliau harus mengambil benda-benda

kehormatan pangeran yaitu Pangeran Purbaya dan Blitar yang

menimbulkan perpecahan diantar mereka. Pengambilan harta

benda yang dilakukan Prabu Amangkurat dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

Page 56: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

84

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi

paleler bojasmara.” (pupuh V bait 7 hal. 27)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan

Kutipan di atas dapat dilihat pengambilan harta benda

atau benda kehormatan kepangeranan (upacara) untuk

keperluan naik tahta Prabu Amangkurat menjadi Raja.

Page 57: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

85

Diambilnya harta benda milik Pangeran Purbaya dan Blitar

mengakibatkan pemberontakan.

2.1.4.5. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau

kelompok untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok lain

menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan yang mempunyai

kekuasaan. Kekuasaan dalam Serat Babad Sunan Prabu sangat

jelas dikuasai oleh Prabu Amangkurat karena beliaulah yang

memimpin Kerajaan Kartasura, sehingga beliau berkuasa atas

semua hal tentang Kerajaan Kartasura termasuk dalam hal

harta benda. Prabu Amangkurat menggunakan kekusaanya

yang pertama yaitu pada waktu naik tahta menjadi raja beliau

mengambil semua harta benda dari kedua adiknya yaitu

Pangeran Purbaya dan Blitar, sehingga menimbulkan

pemberontakan dan perebutan daerah kekuasaan. Terbukti

dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

Page 58: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

86

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi

paleler bojasmara.” (pupuh V bait 7 hal. 27)

Terjemahan:

Begitulah Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan

Kutipan di atas menunjukan kekuasaan yang

diperlihatkan oleh Prabu Amangkurat yaitu beliau mengambil

harta benda milik kedua adiknya untuk kepentingan tahtanya

dan kekuasaannya. Selanjutnya Prabu Amangkurat meperluas

daerah kekuasaannya dengan memperluas daerah jajahan atau

merebut daerah kekuasaan Mataram, Prabu Amangkurat

mengutus Dipati Sampang dan Ngabehi Tohjaya untuk

Page 59: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

87

menyerang negeri Madiun yang merupakan daerah kekuasaan

Mataram, terbukti dalam kutipan berikut:.

Kutipan:

Sira Ngabehi Tohjaya

anglancangi marang ngarsa

angiringi sarowangira

barise manca nĕgari

ingkang tinĕmpuh wingwrin

sumyur pan padha lumayu

angungsi wurinira

Panĕmbahan Purbaya glis

pan ingungsir dening bala Lamongan. (pupuh VII bait 154

hal. 82)

Terjemahan:

Kamu Ngabehi Tohjaya

bertindak lancang di depan

mengiringi balaku

barisnya mancanegara

yang dilewati miris/takut

hancur yang pada berlari

mengungsi ke belakangnya

Panembahan Purbaya segera

Yang diusir oleh bala Lamongan.

Kutipan di atas menunjukan Prabu Amangkurat memilih

Ngabehi Tohjaya untuk menyerang dan memperluas daerah

kekuasaan.

2.1.4.6. Perjuangan

Perjuangan merupakan usaha individu atau kelompok

untuk menggapai sesuatu. Perjuangan dalam Serat Babad

Sunan Prabu yaitu tercermin dalam usaha yang dilakukan oleh

Pangeran Purbaya dan Blitar untuk merebut kembali apa yang

menjadi hak mereka dengan cara melakukan pemberontakan

Page 60: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

88

terhadap Kerajaan Kartasura yang dipimpin oleh Prabu

Amangkurat. Pemberontakan yang merupakan salah satu

perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran Purbaya dan Blitar

untuk merebut kembali haknya dipimpin oleh Garwa Kadha

yang terbukti dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Garwa Kandha kang dadya cucuking ngarsa

para lurah nambungi

ki gĕndara desa

lawan pun anggĕndara

jaladara lawan malih

kang mangundara

subala lan subali. (bait 1 pupuh 6 hal. 32)

Terjemahan:

Garwa Kandha yang menjadi pemimpin di depan

para lurah mengikuti

para pemimpin desa

juga menjadi pengikutnya

mendung dan juga

yang membentuk mendung

prajurit dan prajurit.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa perjuangan yang

dilakukan oleh Pangeran Purbaya dan Blitar dipimpin oleh

Garwa Kandha, para lurah dan pemimpin desa juga menjadi

pengikutnya untuk berjuang merebut kembali hak yang

dimiliki Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar.

2.1.5. Lapis Metafisis

Lapis metafisis adalah lapis yang menyebabkan pembaca

berkontemplasi/merenung dengan apa yang disampaikan dalam karya

sastra. Lapis metafisis dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu tentang

Page 61: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

89

kepemimpinan, dalam Serat Babad Sunan Prabu ini menceritakan

pewarisan tahta atau suksesi kepemimpinan dari Paku Buwana I

kepada Amangkurat IV. Cerita dalam Serat Babad Sunan Prabu ini

diakhiri dengan meninggalkan Amangkurat IV, beliau belum sempat

menunjuk dengan jelas siapa yang berhak menggantikan beliau

sebagai raja di Kartasura. Sebelum Amangkurat meninggal, Prabu

Amangkurat menunjuk putra terbaiknya untuk penggantinya dalam

memimpin kerajaan Kartasura. Prabu Amangkurat menunjuk empat

putranya yang pantas untuk menggantikannya memimpin kerajaan

Kartasura yaitu Pangeran Harya Mangkunegara, Ki Ngabehi, Ki

Dipati dan Ki Buminata, selain ke-empat nama itu dilarang untuk

menjadi penggantinya. Prabu Amangkurat memang menyiapkan

penerus yang terbaik untuk kerajaan Kartasura beliau hanya memilih

empat kandidat untuk penggantinya padahal Prabu Amangkurat

memiliki 20 orang putra dan 8 orang putri. Sebelum Amangkurat IV

meninggal beliau meminta kepada Kangjeng Ratu Ageng agar

memberikan keris pusaka kepada Pangeran Harya Mangkunegara,

pemberian keris ini membuat kita merenung dan berfikir apa makna

dari Prabu Amangkurat yang memberikan keris kepada Pangeran

Harya Mangkunegara, hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Kutipan:

Grĕrah dalĕm saya manglayadi

jroning pura saya aruwara

putra garwa pyayi kabeh

Page 62: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

90

nalika nĕbda Prabu

mring Jĕng Ratu Agĕng kang wĕling

bok ratu maringĕna

kang pusaka dhuwung

mring putranira Ki Harya

Kangjĕng Ratu pamuwune sru ngrĕs ati

dhuwung wus tinampenan.(pupuh 9 bait 38 hal. 108)

Terjemahan:

Sakit sang raja semakin menjadi

di dalam pura semakin tidak karuan

anak istri priyayi semua

ketika berkata Prabu

kepada Kanjeng Ratu Agung yang berwasiat

ibu Ratu memberikan

yang pusaka keris

kepada anaknya Ki Harya

Kangjeng Ratu kata-katanya keras membuat hati trenyuh

keris sudah diterima.

Kutipan di atas menunjukkan Prabu Amangkurat memberikan

keris kepada Pangeran Harya Mangkunegara sebelum beliau wafat.

Prabu Amangkurat sebelum meninggal, beliau telah menunjuk empat

putranya yang berhak menggantikannya menjadi raja di Kartasura,

namun beliau belum sempat menentukan siapa yang menjadi raja di

Kartasura. Sebelum Prabu Amangkurat menghebuskan nafas terakhir,

beliau menyuruh Kangjeng Ratu Ageng untuk menyerahkan Keris

kepada Pangeran Harya Mangkunegara, kemungkinan pemberian

keris terhadap Pangeran Harya Mangkunegara mengandung simbolis

bahwa Prabu Amangkurat memilih Pangeran Harya Mangkunegara

untuk menjadi raja di Kerajaan Kartasura.

Berdasarkan struktural puisi Roman Ingarden yang terdiri lapis bunyi,

lapis arti, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis Serat Babad Sunan

Page 63: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

91

Prabu memiliki keseluruhan unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur struktural itu

menunjukkan bahwa karya sastra Serat Babad Sunan Prabu mampu

memenuhi norma-norma puisi berdasarkan teori Roman Ingarden.

Kelengkapan unsur yang ada menunjukkan bahwa karya sastra ini tergolong

sebagai karya sastra yang baik. Unsur struktural juga menunjukkan kepada

pembaca tentang berbagai macam informasi mengenai kebahasaan seperti :

lapis bunyi menunjukkan pola-pola persajakan dalam karya sastra yang

berbentuk tembang, lapis arti menunjukkan makna ataupun arti dari isi karya

sastra, lapis objek menunjukkan unsur-unsur instrinsik karya sastra berupa

tokoh dan latar yang ada dalam karya sastra, lapis dunia menunjukkan

penggunaan imajinasi dan hal-hal lainnya yang ada dalam pandangan dunia

pengarang, dan lapis metafisis berisikan ajaran ataupun nilai moral yang

dapat diambil dalam karya sastra.

2.2. Analisis Latar Belakang Terjadinya Suksesi Kepemimpinan dalam Serat

Babad Sunan Prabu.

Suksesi kepemimpinan terdiri dari dua kata yaitu suksesi yang berarti

suatu proses pergantian dan kepemimpinan yang berarti cara memimpin

(KBBI, 1992). Arianto Sam (2008) mengatakan Suksesi adalah suatu proses

perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu

komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru

yang berbeda dengan komunitas semula. Suksesi mengisyaratkan terjadinya

pergantian kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang (golongan)

untuk mempengaruhi orang (golongan) lain (KBBI, 1988: 468). Arti yang

Page 64: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

92

lebih tegas, kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak pada

orang lain, untuk membuat orang lain melakukan tindakan-tindakan seperti

yang dikehendaki oleh pemegang kekuasaan itu (Suseno, 1984: 98).

Makna pokok kekuasaan itu terjadi karena kekuasaan itu tidak dapat

dibagi rata kepada semua anggota masyarakat (Soemardjan, 1984: 337).

Dalam paham Jawa, pembagian kekuasaan itu memang dapat berubah

(Suseno, 1984: 100). Perubahan pembagian kekuasaan itulah yang merupakan

bentuk suksesi. Kepemimpinan merupakan sikap dari seorang individu yang

memimpin berbagai kegiatan dari suatu kelompok menuju suatu tujuan yang

ingin dicapai bersama-sama (Hemhill dan Coon, 1995). Teori Kartini Kartono

(1994 : 48) Kepemimpinan itu karakternya khas, spesifik, dibutuhkan pada

satu situasi tertentu. Sebab di dalam sebuah kelompok yang melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu & memiliki sebuah tujuan serta berbagai macam

peralatan yang khusus. Pemimpin sebuah kelompok dengan ciri-ciri yang

karakteristik adalah fungsi dari situasi tertentu. Suksesi kepemimpinan yaitu

suatu proses peralihan dari suatu generasi ke generasi yang lain, selanjutnya

untuk memimpin sekelompok orang dalam satu wilayah atau lokal tertentu

dan untuk jangka waktu tertentu.

Serat Babad Sunan Prabu berisi gambaran umum peristiwa-peristiwa

yang terjadi pada masa Prabu Amangkurat IV. Teks diawali dengan peristiwa

wafatnya Paku Buwana I dan dilanjutkan dengan pengangkatan Pangeran

Dipati yang selanjutnya bergelar Prabu Amangkurat Senapati Ngalaga di

Murti menggantikan Paku Buwana I. Teks dilanjutkan dengan masa

bertahtanya Prabu Amangkurat IV, yaitu cara untuk mempertahankan

Page 65: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

93

kepemimpinannya salah satunya dengan mencabut sejumlah benda

kehormatan milik kedua adiknya yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar

sehingga menimbulkan perlawanan. Dikisahkan juga intrik-intrik dan

perlawanan yang dilakukan oleh Kompeni di bawah komando Tuan Atmral

Baritman yang memihak kepada Prabu Amangkurat IV. Kerjasama Prabu

Amangkurat IV dengan Kompeni untuk melawan kedua pangeran berhasil,

mereka telah berhasil mengasingkan Pangeran Purbaya ke Pulau Kap.

Latar belakang terjadiya suksesi kepemimpinan dalam Serat Babad

Sunan Prabu yaitu dipengaruhi oleh beberapa hal.

2.2.1. Politik

Politik yang paling banyak mempengaruhi terjadinya Suksesi

Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu, dalam sebuah

Kerajaan pastinya pewarisan kepemimpinan sudah jelas menganut

sistem pewarisan tradisional yaitu yang berhak menggantikan Raja

dalam memimpin Kerajaan yaitu anak laki-laki dari Raja, jika Raja

tidak memiliki anak laki-laki atau putra mahkota maka yang berhak

menggantikannya adalah adik laki-laki dari Raja. Di Kerajaan Kartasura

yang berhak menggantikan Paku Buwana I ialah Pangeran Dipati

karena beliau adalah anak laki-laki tertua Paku Buwana I. Kanjeng

Gusti Pangeran Dipati sesuai aturan diangkat sebagai raja oleh

Kompeni untuk menggantikan sang ayah. Kanjeng Gusti Pangeran

Dipati pantas menggantikan tahta ayahnya karena Pangeran Dipati

adalah anak tertua yang lahir dari permaisuri, dan sesuai dengan wasiat

Paku Buwana I yang disampaikan dihadapan kerabat dan didisaksikan

Page 66: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

94

oleh Kompeni sebelum beliau meninggal, dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Kutipan:

Rumiyin wontĕn nagri Sĕmawis

Kanjĕng Sang Akatong

sayĕkti kang rama surud mangke

Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati

pantĕs anggĕntosi

dhasar putra sĕpuh.” (Pupuh II bait 12 hal. 17)

Miyos sangking garwa dalem padmi

sarta wĕling Katong

ing sakwontĕne ingkang sedherek

samya pinarcayakakĕn Kumpĕni

Kumpĕni nglangkungi

terimakasih agung (pupuh II bait 13 hal. 17)

Terjemahan:

Dulu di negara Semawis (Semarang)

Kanjeng Sang Akatong

setelah nanti ayahnya meninggal

Kanjeng Gusti pangeran Dipati

pantas menggantikan ayahnya

dengan dasar anak tertua.

Lahir dari rahim permaisuri

serta wasiat Katong

yang dibacakan dihadapan keluarga

serta disaksikan oleh Kompeni

kompeni mendahului

terimakasih banyak.

Dari kutipan di atas juga dapat dilihat betapa berpengaruhnya

Kompeni dalam penentuan penerus tahta Kerajaan, terbukti dalam

pembacaan surat wasiat Kompeni juga ikut menyaksikan. Kompeni

juga ikut andil dalam pengangkatan Pangeran Dipati menjadi Raja

Kartasura. Kerjasama dengan Kompeni oleh Paku Buwana I, dengan

perjanjian-perjanjian yang telah disepakati antara kerajaan dengan

Page 67: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

95

Kompeni. Perjanjian berisi tentang bagaimana hubungan kerajaan

dengan Kompeni yaitu Kompeni menunjukkan kebesaran dan

kekuasaan Raja Negeri Belanda terhadap negeri bawah angin, serta

agar terjalin suatu kemanunggalan antara orang Jawa dan Belanda

dengan jalan saling memberi dukungan, tolong-menolong dan apabila

terjadi peperangan Kompeni dapat diandalkan, dalam hal perdagangan,

Kompeni akan membayar banyak kepada kanjeng Sunan atas

komoditi beras, benang, merica, cabe, kemukus, sawi, dan tanduk rusa.

Perjanjian tersebut telah disepakati keduabelah pihak demi

berlangsungnya tahta kerajaan. Perjanjian-perjanjian itu merupakan

strategi politik Kompeni untuk menguasai Kartasura.

2.2.2. Ekonomi

Ekonomi dalam Serat Babad Sunan Prabu memang sejak dulu

sudah dipengaruhi oleh Kompeni, waktu terjadi suksesi kepemimpinan

kondisi ekonomi kerajaan Kartasura sudah tidak bagus karena pada

waktu kepemimpinan Paku Buwana I sudah menjalin kerjasama dengan

Kompeni, dimana Kompeni sudah memonopoli perdangan hasil bumi

yang merupakan sumber penghasilan kerajaan. Keadaan ekonomi

kerajaan terbukti kurang bagus yaitu pertama karena demi kepentingan

naik tahta Pangeran Dipati maka upacara atau benda kehormatan

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar diambil. Diambilnya benda-

benda kehormatan kedua pangeran dapat disimpulkan bahwa keadaan

ekonomi Kerajaan saat itu sedang tidak baik, karena untuk naik tahta

Prabu Amangkurat harus merampas hak milik kedua adiknya, kalau

Page 68: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

96

kondisi ekonomi baik maka Prabu Amangkurat tidak akan mengambil

benda kerhomatan kedua Pangeran. Pengambilan upacara atau benda

kehormatan Pangeran dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi

paleler bojasmara.” (pupuh V bait 7 hal. 27)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

Page 69: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

97

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan

Perjanjian antara Kerajaan Kartasura dengan Kompeni mengenai

bagi hasil dalam perihal perdagangan, Kompeni akan membayar banyak

kepada kanjeng Sunan atas komoditi beras, benang, merica, cabe,

kemukus, sawi, dan tanduk rusa. Kompeni sangat pintar dalam hal

perdangan maka Kerajaan Kartasura mejalin kerjasama demi

perekonomian Kerajaan. Perjanjian perihal perdangan dapat dilihat pada

kutipan berikut:

Kutipan:

Ingkang kaping kalih ing prakawis

mĕnggah luluse ing tĕtumbasan

panĕmpur ingkang warni wos

ping katri bĕnangipun

lawan tanĕm tuwuh ing jawi

ingkang warni marica

cabe myang kumukus

wiji sawi singat sangsam

kang punika akathah bayar Kumpĕni

General ing Jĕng Sunan. (pupuh III bait 15 hal. 21)

Terjemahan:

Yang kedua dalam perkara

perihal jual beli

penjualan yang berupa beras

yang ketiga benangnya

dengan tumbuh-tumbuhan (hasil bumi) di Jawa

yang berupa merica

cabai serta kemukus

biji sawi tanduk rusa

yang semuanya dibayar Kompeni

General kepada Jeng Sunan.

Page 70: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

98

Kutiapan di atas menujukkan bahwa Kompeni memiliki andil

dalam perdagangan hasil bumi, Kompeni sangat mahir dalam

memonopoli perdagangan di Indonesia, berjanji membayar banyak

kepada pihak kerajaan padahal hal itu hanyalah iming-iming Belanda

supaya bisa menguasai perdagangan di Indonesia dan membuat

Kerajaan Kartasura terikat dan selalu membutuhkan Belanda dalam hal

perdagangan. Ekonomi kerajaan terbukti menurun pada waktu Pangeran

Dipati akan naik tahta menjadi raja, beliau harus mengambil benda

kehormatan kepangeranan adiknya untuk naik tahta, hal pengambilan

benda kehormatan pangeran juga merupakan saran dari Kompeni.

2.2.3. Sosial

Hubungan sosial dalam Serat Babad Sunan Prabu juga

dipengaruhi oleh Kompeni, dalam hal melindungi rakyatnya Prabu

Amangkurat telah melanjutkan perjanjian sebelumnya yang dilakukan

Paku Buwana I dengan Kompeni yaitu perihal hubungan Orang Jawa

dengan Orang Belanda, agar terjalin suatu kemanunggalan antara orang

Jawa dan Belanda dengan jalan saling memberi dukungan, tolong-

menolong dan apabila terjadi peperangan Kompeni dapat diandalkan,

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Sawab wus trĕrang sangking Kumpĕni

prĕjangji (h. 16) gĕng kadi ywana ingkang

wujud ro dadi sawiyos

tĕmĕn tulung-tinulung

wong Wĕlanda lawan wong Jawi

mila mangkya Jĕng Sunan

sajumĕnĕngipun

Page 71: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

99

pami samad-sinamadan

yen wontĕna sangking bab prakawis jurit

Kumpĕni den andĕlna. (pupuh III bait 14 hal. 21)

Terjemahan:

Sudah jelas dari Kompeni

perjanjian agung seperti yang

berwujud dan jadi satu

suka tolong-menolong

orang Belanda dan orang Jawa

jadi saat ini Kanjeng Sunan

kepemerintahannya

dengan penuh keterbukaan dan keakraban

jika ada sangkutnya dengan bab perang

Kompeni yang diandalkan.

Kutipan di atas menunjukkan perjanjian besar antara Kerajaan

Kartasura dengan Belanda perihal hubungan sosial antara Orang Jawa

dengan Orang Belanda, antara Orang Jawa dengan Belanda harus penuh

keterbukaan dan keakraban, saling tolong-menolong, dalam hal perang

maka Kompeni dapat diandalkan.

Ketiga hal di atas dapat digambarkan mengenai latar belakang

terjadinya Suksesi Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu

sebagai berikut:

Latar belakang terjadinya Suksesi kepemimpinan yaitu setelah Paku

Buwana I meninggal, meninggalnya Paku Buwana I dapat dilihat dari kutipan

berikut:

Kutipan:

Gumrĕ tangis wong srajoning puri

para bĕndara miwah parĕkan

tan adangu lah ing kono

dan siniraman sampun

Ki Pangulu wus dentimbali

sayid myang kancanira

Page 72: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

100

lan suranata wus

layon dalĕm tinabĕla

tuwin Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati

ngrĕngga layoning rama.(pupuh I, bait 2 hal. 15)

Terjemahan:

Suara tangis orang-orang dari dalam keraton

semua keluarga dan kerabat menangis disitu

tidak lama lah disitu

dan setelah pemandian selesai

ustad sudah dipanggil

sayid ke temannya

dan abdi dalem sudah

jenazah dimaksukkan kedalam peti

dan Kangjeng Gusti Pangeran Dipati

menjaga jenazah sang ayah.

Kanjeng Gusti Pangeran Dipati sesuai aturan diangkat sebagai

raja oleh Kompeni untuk menggantikan sang ayah. Kanjeng Gusti

Pangeran Dipati pantas menggantikan tahta ayahnya karena Pangeran

Dipati adalah anak tertua yang lahir dari permaisuri, dan sesuai dengan

wasiat Paku Buwana I yang disampaikan dihadapan kerabat dan

didisaksikan oleh Kompeni sebelum beliau meninggal dapat dilihat dari

kutipan berikut:

Kutipan:

Rumiyin wontĕn nagri Sĕmawis

Kanjĕng Sang Akatong

sayĕkti kang rama surud mangke

Kanjĕng Gusti Pangeran Dipati

pantĕs anggĕntosi

dhasar putra sĕpuh.” (Pupuh II bait 12 hal. 17)

Miyos sangking garwa dalem padmi

sarta wĕling Katong

ing sakwontĕne ingkang sedherek

samya pinarcayakakĕn Kumpĕni

Kumpĕni nglangkungi

terimakasih agung (pupuh II bait 13 hal. 17)

Page 73: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

101

Terjemahan:

Dahulu di negara Semawis (Semarang)

Kanjeng Sang Akatong

setelah nanti ayahnya meninggal

Kanjeng Gusti pangeran Dipati

pantas menggantikan ayahnya

dengan dasar anak tertua.

Lahir dari rahim permaisuri

serta wasiat Katong

yang dibacakan dihadapan keluarga

serta disaksikan oleh Kompeni

kompeni mendahului

terimakasih banyak.

Seseorang yang dianggap pantas menggantikan Paku Buwana I

adalah Pangeran Dipati, Pangeran Dipati naik tahta menggantikan

ayahnya, dengan gelar Prabu Amangkurat Senapati Ngalaga di Murti

dengan sengkalan “Peksa Pat Ngoyak Jagad” dengan arti 1642 tahun

Jawa dapat dilihat dari kutipan berikut:

Kutipan:

Senapati Ngalaga di Murti

Ratu Bagus tus trahing kusuma sĕmana ing sĕngkalane

taun Jimakiripun

angkanira punika ngarsi

1642 pĕksa pat ngoyak jagat

sayid lan pangulu

ngula-(h. 13) ma angestrenana

tur sandika saur kukila prasami tandya Kapiting Jaswa.

(pupuh III bait 9 hal. 20)

Terjemahan:

Pemimpin prajurit berperang pada diri

Raja tampan asli keturunan luhur begitu disengkalannya

Tahun Jimakir

angkanya itu di depan

1642 burung empat mengejar dunia

utusan dan imam

ulama memberi restu

Page 74: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

102

juga patuh bagai burung yang sesautan tana Kapiting Jaswa

Pangeran Dipati bertahta menggantikan ayahnya dengan gelar

Parbu Amangkurat, dia berkuasa memimpin kerajaan dan tetap

melanjutkan kerjasama dengan Kompeni sesuai dengan yang dilakukan

ayahnya sebelumnya. Kompeni juga memiliki andil dalam

pengangkatan Prabu Amangkurat naik tahta. Kompeni membacakan

surat pengangkatan dan perjanjian dari Kompeni, yang isinya antara

lain menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Raja Negeri Belanda

terhadap negeri bawah angin, serta agar terjalin suatu kemanunggalan

antara orang Jawa dan Belanda dengan jalan saling memberi dukungan,

tolong-menolong dan apabila terjadi peperangan Kompeni dapat

diandalkan, dalam hal perdagangan, kompeni akan membayar banyak

kepada kanjeng Sunan atas komoditi beras, benang, merica, cabe,

kemukus, sawi, dan tanduk rusa. Kontrak dan perjanjian dengan

Kompeni dapat dilihat dari kutipan-kutipan berikut:

Kutipan:

Kang srat kuntrak ungĕle puniki

nĕnggih sangking gĕnggĕnging pangawasa

Kumpni bawah angin kabeh

dening kuwasanipun

ing Kumpeni wus sami ugi

lan kang angsung pangawasa

Ngasardam nagryagung

Sĕpanyol Frisfan nyuranyah

gih punika Kanjĕng Raja Nagri Wlandi

wus nyerenkĕn pangwasa. (pupuh III bait 12 hal. 20-21)

Sawab wus trĕrang sangking Kumpĕni

prĕjangji (h. 16) gĕng kadi ywana ingkang

wujud ro dadi sawiyos

tĕmĕn tulung-tinulung

Page 75: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

103

wong Wĕlanda lawan wong Jawi

mila mangkya Jĕng Sunan

sajumĕnĕngipun

pami samad-sinamadan

yen wontĕna sangking bab prakawis jurit

Kumpĕni den andĕlna. (pupuh III bait 14 hal. 21)

Ingkang kaping kalih ing prakawis

mĕnggah luluse ing tĕtumbasan

panĕmpur ingkang warni wos

ping katri bĕnangipun

lawan tanĕm tuwuh ing jawi

ingkang warni marica

cabe myang kumukus

wiji sawi singat sangsam

kang punika akathah bayar Kumpĕni

General ing Jĕng Sunan. (pupuh III bait 15 hal. 21)

Terjemahan:

Yang surat kontrak bunyinya seperti ini

yaitu di dalam kekuasaan

Kompeni membawahi semua

oleh kuasanya

di Kompeni juga sudah sama

dan yang memberikan kekuasaan

Ngasardam raja agung

Spanyol Frisfan berkata

yaitu tuan raja dari Negara Belanda

sudah menerahkan kekuasaan.

Sudah jelas dari Kompeni

perjanjian agung seperti yang

berwujud dan jadi satu

suka tolong-menolong

orang Belanda dan orang Jawa

jadi saat ini Kanjeng Sunan

kepemerintahannya

dengan penuh keterbukaan dan keakraban

jika ada sangkutnya dengan bab perang

Kompeni yang diandalkan.

Yang kedua dalam perkara

perihal jual beli

penjualan yang berupa beras

yang ketiga benangnya

dengan tumbuh-tumbuhan (hasil bumi) di Jawa

yang berupa merica

Page 76: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

104

cabai serta kemukus

biji sawi tanduk rusa

yang semuanya dibayar Kompeni

General kepada Jeng Sunan.

Perselisihan timbul antara keturunan dari almarhum Paku Buwana I,

perselisihan dimulai pada saat upacara (barang-barang pribadi) termasuk

sawah milik Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar dicabut demi

kepentingan bertahtanya Prabu Amangkurat, serta sikap Garwa Kandha

yang memanas-manasi Pangeran Blitar untuk merebut keraton, padahal

perbuatan Garwa Kandha itu mengandung misi lain yaitu untuk

membebaskan anaknya yang telah dipenjara di dalam keraton, hal

tersebut terlihat dalam kutipan-kutipan berikut:

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi

paleler bojasmara.” (pupuh V bait 7 hal. 27)

Garwa Kandha kang ngadon-adoni

Page 77: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

105

angaturi angrĕbata pura

nungswa Jawa padha duwe

punapa kaotipun

tuwin wĕling dalĕm kang swargi

ing nĕgara sajawa

singa ingkang mĕngku

putra kĕkalih punika

salĕrĕse dhuh gusti tumuta mukti

kĕsangĕtĕn rakanta. (pupuh V bait 9 hal. 28)

Garwa Kandha marmanya sru mamrih

ing mangke kinunjara

pun Ragum ika arane

Gĕdhong Tĕngĕn genipun

dosanira asaba puri

kados yen Garwa Kandha

sangĕt aturipun

sĕmantĕn Pangeran Balitar

anuruti abdine pinĕpak nuli

siyaga ing ngayuda. (pupuh V bait 28 hal. 31)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan.

Garwa Kandha yang memanas-manasi

memberitahu disekeliling pura

manusia jawa semua memiliki

Page 78: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

106

apa berlebih

juga wasiat Raja yang telah meninggal

di Negara seluruh Jawa

singa yang memimpin

kedua putra itu

sebenarnya dhuh Gusti ikutlah mukti

kebangetan kakakmu.

Garwa Kandha rasa keras menghasut

saat ini dipenjara

Ragum itu namanya

Gedung Kanan tempatnya

dosanya keluar puri

seperti yang Garwa Kandha

sangat kata-katanya

begitu Pangeran Blitar

menuriti abdinya yang dipilih sebelumnya

siap dalam peperangan.

Pada kutipan di atas juga dapat dilihat konflik antara Pangeran

Dipati/Prabu Amangkurat dengan kedua adiknya (Pangeran Purbaya dan

Pangeran Blitar), mengakibatkan terjadinya penyerangan terhadap Prabu

Amangkurat oleh kedua adiknya yang dipimpin oleh Garwa Kandha.

Garwa Kandha setelah sampai di alun-alun Kartasura mereka segera

menyerbu dan masuk ke dalam keraton, orang-orang di dalam keraton

merasa ketakutan, disitulah Prabu Amangkurat harus tetap

mempertahankan tahtanya dan kekuasaanya, serta melindungi rakyatnya

dari serangan kedua adiknya demi menjalankan amanat dari ayahnya untuk

memimpin kerajaan. Prabu Amangkurat menyusun strategi dan bekerja

sama dengan Kompeni untuk melawan kedua adiknya. Pemberontakan

dari kedua pangeran itulah yang merupakan dampak dari Suksesi

Kepemimpinan yang memicu beberapa permasalahan.

Serat Babad Sunan Prabu berisi gambaran umum peristiwa-peristiwa

yang terjadi pada masa Prabu Amangkurat IV tentang adanya suksesi

Page 79: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

107

kekuasaan yang dilakukan oleh sang raja. Hal-hal yang melatarbelakangi

terjadinya suksesi antara lain adalah politik, ekonomi, dan sosial. Faktor

politik yang melatarbelakangi berupa sistem pemindahan kekuasaan kerajaan

yaitu putra mahkota sebagai pewaris tahta dilakukan secara turun-temurun.

Faktor ekonomi yang mempengaruhi adanya suksesi adalah keadaan kerajaan

Kartasura yang sedang tidak stabil dan dikuasai oleh Kumpeni sehingga

dalam mempertahankan kekuasaan diperlukan hubungan kerjasama dengan

kumpeni. Faktor selanjutnya adalah faktor sosial berupa dalam hal

melindungi rakyatnya Prabu Amangkurat telah melanjutkan perjanjian

sebelumnya yang dilakukan Paku Buwana I dengan Kompeni yaitu perihal

hubungan Orang Jawa dengan Orang Belanda, agar terjalin suatu

kemanunggalan antara orang Jawa dan Belanda.

2.3. Dampak Suksesi Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu.

Perang saudara dalam Serat Babad Sunan Prabu dilatar belakangi oleh

pewarisan kepemimpinan yang menimbulkan pemberontakan dan perebutan

daerah kekuasaan. Perang kekuasaan antara Prabu Amangkurat dengan

Pangeran Purbaya dan Blitar yang mengakibatkan penderitaan yang dialami

oleh rakyat dan juga oleh pihak kerajaan itu sendiri. Rakyat dan prajurit

banyak yang meninggal. Penderitaan yang dirasakan rakyat Kartasura dan

Mataram bila ditinjau pada masalah saat ini hampir sama seperti yang tetjadi

di Indonesia yaitu penderitaan yang dirasakan oleh rakyat disebabkan oleh

masalah kemiskinan dan kebodohan.

Page 80: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

108

Jika dilihat dalam hal perang maka peperangan pada Serat Babad Sunan

Prabu berbeda dengan peperangan yang dialami Indonesia sekarang ini,

dalam Serat Babad Sunan Prabu peperangan terjadi karena perebutan

kekuasaan yang di sebabkan olek suksesi kepemimpinan. Peperangan yang

dialami Indonesia pada waktu sekarang jelas berbeda, peperangan sekarang

ini yang terjadi di Indonesia yaitu peperangan melawan kemiskinan yang

merupakan masalah bagi negara Indonesia. Di Indonesia masih banyak

penduduk yang miskin, hal tersebut bisa dilihat karena masih adanya

pembagian beras miskin (raskin), jika penduduk di Indonesia sudah banyak

yang kaya maka program raskin juga tidak ada, karena untuk memenuhi

kebutuhan hidup tidak lagi rakyat Indonesia mengharapkan bantuan raskin.

Perang melawan kemiskinan merupakan perang yang saat ini dialami oleh

Indonesia, kemiskinan juga merupakan lawan yang berat bagi Negara

Indonesia karena banyak rakyat Indonesia yang digolongkan rakyat yang

miskin. Perang melawan kemiskinan dapat dilihat pada kutipan berikut:

Kutipan:

Ketua Dewan Harian Angkatan 45 Cabang Pasaman, Sumatera Barat,

Muchtazar M, menyatakan tujuan kemerdekaan yang diperjuangkan para

pahlawan saat ini belum tercapai sepenuhnya, sebab saat ini bangsa

Indonesia masih berjuang untuk memberantas kemiskinan.

"Saat ini perjuangan sekaligus tantangan bangsa di semua aspek mulai

dari pendidikan, ekonomi, dan lainnya serta yang mendesak penanganan

kemiskinan," ucap Muchtazar di Lubuk Sikaping, Senin (17/8).

Dikatakan, kesejahteraan bagi seluruh masyarakat menjadi tugas generasi

penerus bangsa, sebab hingga sekarang masih terjadi ketimpangan antara

daerah, masih banyak jurang pemisah yang terjadi, sehingga kemiskinan

masih banyak dijumpai meski kita telah merdeka dari penjajahan.

Salah satu indikator masih terjadinya kemiskinan di negara ini, menurut

angkatan 45 tersebut, yakni masih adanya beras miskin (Raskin) yang

Page 81: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

109

tiap tahun dianggarkan oleh pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat.

Adanya program raskin ini menandakan masih banyak masyarakat yang

belum menikmati kemerdekaan ini seutuhnya, dan hal tersebut

merupakan tantangan yang harus bisa diselesaikan oleh bangsa ini.

Permasalahan dibidang lain yang juga tidak kalah pentingnya demi

kemajuan Indonesia dimasa yang akan datang, dan perjuangan yang telah

dilakukan para pahlawan tidak sia-sia, jelasnya.

Sehubungan dengan itu, angakatan 45 tersebut juga menilai, masih

banyaknya pelaku korupsi merupakan salah satu penyebab pembangunan

bangsa ini belum sepenuhnya dapat terwujud, sehingga jurang pemisah

antara yang kaya dan miski tetap tumbuh, meski kemerdekaan telah

diperjuangkan denga segenap jiwa raga oleh para pehlawan.

"Korupsi merupakan salah satu yang kami lihat menjadi penghalang

kemajuan bangsa ini, seba itu, tindakan hukum yang tegas terhadap

pelaku korupsi ini perlu untuk terus dilakukan," jelasnya.

Sehubungan dengan itu, Muchtazar, juga menyoroti penegakan hukum

yang terjadi saat ini, dimana ia menilai, sampai sekarang penegakan

hukum belum berlaku semestinya, dimana, hukum hanya "tajam

kebawah, dan tumpul keatas".

"Untuk penagakan hukum, aparat yang ada seharusnya dapat benar-benar

menjalankan fungsinya dengan baik, dimana hukum tidak hanya berlaku

bagi kalangan bawah, namun juga dapat ditegakan dengan tegas terhadap

kalangan atas," katanya.

Angkatan 45 didaerah itu, dari data yang ada berjumlah 116 orang,

dimana salah seorang anggotanya tepat pada hari kemerdekaan ke 70 RI,

harus dirawat di RSUD Lubuk Sikaping, atas nama Rusli. (elshita.com.

17 Agustus 2015)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami

peperangan melawan kemiskinan, kemiskinan yang diindikatori dengan

masih adanya beras miskin (raskin) dan korupsi merupakan penyebab

terjadinya kemiskinan di Indonesia. Selain perang melawan kemiskinan di

Indonesia juga mengalami perang terhadap kebodohan, karena masih banyak

kebodohan yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada kutipan berikut:

Page 82: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

110

Kutipan:

CURUP, BE- Wakil Bupati Rejang Lebong, H Iqbal Bastari SPd MM

mengungkapkan bahwa tantangan dalam mengisi kemerdaan saat ini

berbeda dengan tantangan saat merebut kemerdekaaan. Salah satu yang

menjadi tantangan dan musuh nyata masyarakat Indonesia saat ini adalah

kemiskinan dan kebodohan.

“Sekarang kita tidak dituntut untuk perang di medan perang, namun

cukup belajar dengan giat karena sesungguhnya musuh kita saat ini

adalah kemiskinan dan kebodohan,” ungkap Wabup saat memimpin rapat

persiapan HUT Kemerdekaan RI di Ruang Pola Pemkab Rejang Lebong

Selasa (19/7) kemarin.

Menurut Wabup, belajar dengan giat merupakan salah satu jalan untuk

memerangi kebodohan dan kemiskinan. Selain itu menurut Wabup,

belajar dengan giat juga bagian dari mewujudkan cita-cita bangsa serta

sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang telah berjuang

merebut kemerdekaan

“Kita harus meneladani para pejuang kita, salah satunya pantang

menyerah termasuk pantang menyerah untuk menggapai cita-cita,”

terang Wabup

Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan peringatan HUT RI di Rejang

Lebong pada 17 Agustus mendatang. Kabag Kesra Sekretariat

Pemerintah Kabupate Rejang Lebong, Shalahudin selain akan ada

upacara bendera kegiatan lainya yang akan dilakukan yakni perlombaan

olah raga, pesta rakyat dan kegiatan-kegiatan lainya.

“Banyak kegiatan yang akan kita laksanakan, mulai olah raga, upacara,

pesta rakyat dan lainya, dan rapat ini nanti akan dibahas kembali agar

lebih matang,” singkat Shalahudin.

Rapat yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB kemarin selain dihadiri oleh

Wakil Bupati Rejang Lebong, juga dihadiri oleh unsur FKPD dan SKPD

Kabupaten Rejang Lebong serta sejumlah pihak terkait lainnya.

(bengkuluekpress.com, 20 Juli 2016)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa perang yang dialami Indonesia saat

ini adalah perang melawan kebodohan dan kemiskinan, jika perang jaman

dahulu menunggunakan senjata perang maka untuk memerangi kebodohan

dan kemiskinan senjatanya adalah dengan giat belajar.

Page 83: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

111

Bentuk perang pada Serat Babad Sunan Prabu dengan perang yang

dialami oleh Indonesia pada waktu sekarang berbeda, jika di dalam Serat

Babad Sunan Prabu peperangan terjadi antara Prabu Amangkurat dengan

Pangeran Purbaya dan Blitar terjadi di medan perang yang menimbulkan

penderitaan bagi rakyat, namun peperangan di Indonesia saat ini bukanlah

perang di medan perang melainkan perang melawan kebodohan dan

kemiskinan yang merupakan sumber penderitaan bagi rakyat. Perang dalam

Serat Babad Sunan Prabu menggunakan senjata perang tetapi perang dalam

melawan kebodohan dengan cara belajar dengan giat.

Dampak dari Suksesi Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu

yaitu akibat yang timbul setelah pewarisan kepemimpinan dari Paku Buwana

I kepada Prabu Amamngkurat. Akibat yang timbul setelah pewarisan

kepemimpian yaitu perpecahan kerajaan, pemberontakan, peperangan,

penderitaan, pembunuhan, kesedihan dan pengasingan.

2.3.1. Perpecahan Kerajaan

Perpecahan Kerajaan timbul antara keturunan dari almarhum

Paku Buwana I, perselisihan dimulai pada saat upacara (barang-

barang pribadi) termasuk sawah milik Pangeran Purbaya dan Pangeran

Blitar dicabut demi kepentingan bertahtanya Prabu Amangkurat, serta

sikap Garwa Kandha yang memanas-manasi Pangeran Blitar untuk

merebut keraton, padahal perbuatan Garwa Kandha itu mengandung

misi lain yaitu untuk membebaskan anaknya yang telah dipenjara di

dalam keraton, hal tersebut terlihat dalam kutipan-kutipan berikut:

Page 84: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

112

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi

paleler bojasmara.” (pupuh V bait 7 hal. 27)

Garwa Kandha kang ngadon-adoni

angaturi angrĕbata pura

nungswa Jawa padha duwe

punapa kaotipun

tuwin wĕling dalĕm kang swargi

ing nĕgara sajawa

singa ingkang mĕngku

putra kĕkalih punika

salĕrĕse dhuh gusti tumuta mukti

kĕsangĕtĕn rakanta. (pupuh V bait 9 hal. 28)

Garwa Kandha marmanya sru mamrih

ing mangke kinunjara

pun Ragum ika arane

Gĕdhong Tĕngĕn genipun

dosanira asaba puri

kados yen Garwa Kandha

sangĕt aturipun

sĕmantĕn Pangeran Balitar

anuruti abdine pinĕpak nuli

siyaga ing ngayuda. (pupuh V bait 28 hal. 31)

Page 85: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

113

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan.

Garwa Kandha yang memanas-manasi

memberitahu disekeliling pura

manusia jawa semua memiliki

apa berlebih

juga wasiat Raja yang telah meninggal

di Negara seluruh Jawa

singa yang memimpin

kedua putra itu

sebenarnya dhuh Gusti ikutlah mukti

kebangetan kakakmu.

Garwa Kandha rasa keras menghasut

saat ini dipenjara

Ragum itu namanya

Gedung Kanan tempatnya

dosanya keluar puri

seperti yang Garwa Kandha

sangat kata-katanya

begitu Pangeran Blitar

menuriti abdinya yang dipilih sebelumnya

siap dalam peperangan.

Page 86: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

114

Kutipan-kutipan di atas menunjuknya awal mula terjadinya

perpecahan kerajaan yang disebabkan oleh Prabu Aamangkurat

karena mengambil benda kehormatan kedua pangeran demi naik

tahta menjadi raja, dan sifat Garwa Kandha yang memanasi-manasi

Pangeran Purbya dan Pangeran Blitar untuk segera memberontak

Prabu Amangkurat, karena sakit hati dan merasa telah dizolimi

kedua pangeran melakukan pemberontakan yang mengakibatkan

terjadinya perpecahan.

2.3.2. Pemberontakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pemberontakan

adalah proses, cara, perbuatan memberontak; penentangan terhadap

kekuasaan yg sah. Pemberontakan, dalam pengertian umum, adalah

penolakan terhadap otoritas. Pemberontakan dapat timbul dalam

berbagai bentuk, mulai dari pembangkangan sipil (civil

disobedience) hingga kekerasan terorganisir yang berupaya

meruntuhkan otoritas yang ada. Istilah ini sering pula digunakan

untuk merujuk pada perlawanan bersenjata terhadap pemerintah yang

berkuasa, tapi dapat pula merujuk pada gerakan perlawanan tanpa

kekerasan. Orang-orang yang terlibat dalam suatu pemberontakan

disebut sebagai pemberontak.

Pemberontakan dalam Serat Babad Sunan Prabu diawali

karena Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar tidak terima jika

upacara atau benda kehormatan Pangeran diambil semuanya demi

kepentingan naik tahta Pangeran Dipati/Prabu Amangkurat dan juga

Page 87: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

115

dipengaruhi oleh Garwa Kandha yang memanas-manasi kedua

pangeran untuk melakukan pemberontakan, dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

Kutipan:

Sĕmantĕn Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Balitar

pinundhut upacarane

duk panjĕnĕnganipun

ingkang rama putra kĕkalih

kĕndhagannya gotongan

pĕngawinanipun

gangsal ingkang munggeng ngarsa

wus pinundhut rĕnggan pangran badhe aji

upacara kaputran.” (pupuh V bait 6 hal 27)

Mung upacara sĕntana mĕksih

ingkang rayi kalih tan lĕnggana

nanging anjarĕm galihe

myang gĕgadhuhanipun

Jagasura wus denpundhuti

wusdene ing Balora

gih sampun pinundhut

mila saya sangĕt susah

Bĕndara Pangran Balitar ngulig abdi

paleler bojasmara.” (pupuh V bait 7 hal. 27)

Garwa Kandha kang ngadon-adoni

angaturi angrĕbata pura

nungswa Jawa padha duwe

punapa kaotipun

tuwin wĕling dalĕm kang swargi

ing nĕgara sajawa

singa ingkang mĕngku

putra kĕkalih punika

salĕrĕse dhuh gusti tumuta mukti

kĕsangĕtĕn rakanta. (pupuh V bait 9 hal. 28)

Garwa Kandha marmanya sru mamrih

ing mangke kinunjara

pun Ragum ika arane

Gĕdhong Tĕngĕn genipun

dosanira asaba puri

kados yen Garwa Kandha

Page 88: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

116

sangĕt aturipun

sĕmantĕn Pangeran Balitar

anuruti abdine pinĕpak nuli

siyaga ing ngayuda. (pupuh V bait 28 hal. 31)

Terjemahan:

Begitu Pangeran Adipati

Purbaya Adipati Blitar

diambil upacaranya (benda kehormatan pangeran)

ketika mereka

yang ayahnya dua anak itu

petinya digotong

pengiringnya

lima yang berada di depan

sudah diambil dipakai untuk menjadi raja

upacara kaputran.

Hanya upacara keluarga kerajaan masih

yang adik keduanya tidak menerima

tetapi berbekas dihati

kepada kekacauannya

Jagasura sudah diambil

beserta yang di Balora

juga sudah diambil

maka semakin sangat susah

Bendara Pangran Blitar mengelus abdi

Memberikan makanan.

Garwa Kandha yang memanas-manasi

memberitahu disekeliling pura

manusia jawa semua memiliki

apa berlebih

juga wasiat Raja yang telah meninggal

di Negara seluruh Jawa

singa yang memimpin

kedua putra itu

sebenarnya dhuh Gusti ikutlah mukti

kebangetan kakakmu.

Garwa Kandha rasa keras menghasut

saat ini dipenjara

Ragum itu namanya

Gedung Kanan tempatnya

dosanya keluar puri

seperti yang Garwa Kandha

sangat kata-katanya

begitu Pangeran Blitar

Page 89: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

117

menuriti abdinya yang dipilih sebelumnya

siap dalam peperangan.

Kutipan-kutipan di atas dapat dilihat bagaimana mulanya

pemberontakan yang dilakukan Pangeran Purbaya dan Pangeran

Blitar disebabkan karena upacara kedua pangeran telah diambil

untuk kepentingan naik tahta Prabu Amangkurat. Sementara itu

Garwa Kandha juga ikut memanas-manasi Pangeran Purbaya dan

Blitar supaya melakukan pemberontakan terhadap Prabu

Amangkurat, padahal tujuan Garwa Kandha memanas-manasi

memiliki tujuan lain yaitu dia ingin membebaskan anaknya yang

telah dipenjara di dalam Keraton. Rasa kecewa yang besar terhadap

Prabu Amangkurat dan telah termakan oleh pengaruh dari Garwa

Kandha maka Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar melakukan

pemberontakan.

2.3.3. Peperangan

Teori Thomas Hobbes (1651), manusia dapat menjadi

serigala bagi sesamanya Hal ini dilandasi tiga hal yaitu keuntungan,

kemanan danreputasi. Konsekuensi logis dari naluri yang mendasar

ini, manusia akan melakukantindakan bertahan untuk menjamin

kelangsungan hidupnya. Negara adalah lingkuplebih besar yang

merupakan wujud dari individu manusia. !etiap Negara memiliki

kepentingan nasional untuk menjamin kelangsungan berbangsa dan

bernegara. Upaya kepentingan nasionalnya terpenuhi, pada suatu

titik kulminasi tertentu dimana cara-cara normatif tidak mencapai

Page 90: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

118

hasil, suatu Negara akan menyerang Negara lainnya. Implikasi yang

ditimbulkan adalah suatu Negara akan berusaha mempertahankan

dirinya dari serangan Negara lain sehingga timbulah perang.

Peperangan timbul antara keturunan Paku Buwana I,

peperangan diawali karena Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar

tidak terima jika upacara atau benda kehormatan Pangeran diambil

semuanya demi kepentingan naik tahtanya Pangeran Dipati/Prabu

Amangkurat. Perang berkecamuk karena Pangeran Purbaya dan

Pangeran Blitar tidak terima apa yang dilakukan kakaknya

kepadanya, sedangkan Prabu Amangkurat mau tidak mau beliau

harus meladeni pemberontakan yang dilakukan oleh kedua adiknya

demi melindungi tahtanya. Prabu Amangkurat juga melakukan

penyerangan kepada kedua adiknya demi menjaga kepemimpinannya.

Serangan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya terhadap Prabu

Amangkurat yang dipimpin oleh Garwa Kandha. Serangan yang

dipimpin oleh Garwa Kandha dapat dilihat dari kutipan berikut:

Kutipan:

Garwa Kandha kang dadya cucuking ngarsa

para lurah nambungi

ki gĕndara desa

lawan pun anggĕndara

jaladara lawan malih

kang mangundara

subala lan subali. (bait 1 pupuh 6 hal. 32)

Terjemahan:

Garwa Kandha yang menjadi pemimpin di depan

para lurah mengikuti

para pemimpin desa

juga menjadi pengikutnya

Page 91: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

119

mendung dan juga

yang membentuk mendung

prajurit dan prajurit.

Prabu Amangkurat memimta bantuan Kompeni yang

dikomando oleh Tuan Atmral Baritman untuk mengatasi serangan

dari kedua adiknya terhadap Kartasura, dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Kutipan:

Lutnan myarsa wuwuse Mangun Nĕgara

kagyat wadya Kumpĕni

pan sampun sadhiya

inggal dhatĕng pamĕkang

mung Wĕlanda rong Kumpĕni

prapteng pamĕngkang

lan mungsuh wus ajurit. (pupuh VI bait 11 hal. 13)

Terjemahan:

Letnan menyimak laporan Mangun Nagara

kaget bala Kompeni

tetapi sudah bersiap

segera menuju tempat

hanya Belanda dua kumpeni

sampai ke tempat

dan musuh sudah berperang

Peperangan terjadi antara Prabu Amangkurat dengan Pangeran

Purbaya dan Pangeran Blitar

Kutipan:

Sarta atĕngara umung sampun cĕlak

Kumpĕni sarĕng bĕdhil

kang para ngulama

samya mamuk mring ngarsa

sampun karsaning Ywang Widi

tumpĕs sĕdaya

santri kĕdhik kang kari. (pupuh 6 bait 224 hal. 57)

Page 92: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

120

Kathah pĕjah ing prang sabil lawan kopar

sigra sagunging mantri

myang para punggawa

sami tĕtulung yuda

nanging gugup ingkang jurit

Kumpĕni eca

alumbungan kang baris. (pupuh 6 bait 225 hal. 57)

Pra punggawa Kablitaran tuna dungkap

kaclĕkuthak ing jurit

suda manahira

binendrong ing sĕnjata

akathah longe kang mati

Sultan Balitar

kĕsisaning ngajurit.(pupuh 6 bait 226 hal. 58)

Terjemahan:

Serta tanda-tanda ramai sudah dekat

kumpeni lalu menembak

yang para ulama

segera melihat ke depan

sudah kehendak Tuhan

tumpas semua

sedikit santri yang tertinggal.

Banyak yang mati dalam perang sabil melawan orang kafir

segera seluruh mantri

dan para punggawa

saling menolong dalam perang

tetapi gugup yang berperang

kumpeni enak

banyak yang berbaris.

Para punggawa Kablitaran kurang mencukupi

terkapar dalam perang

berkurang hatinya

diserang dengan senjata

banyak berkurang karena mati

Sultan Blitar

kehabisan prajurit.

Kutipan di atas menunjukan peperangan antara Kompeni

dengan pasukan Pangeran Blitar, pasukan Pangeran Blitar banyak

yang mati, seluruh mantri dan para punggawa saling menolong

Page 93: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

121

dalam perang tetapi barisan Kompeni sangat kuat, para punggawa

Kablitaran kurang mencukupi dan terkapar dalam perang. Kompeni

menembaki pasukan Kablitaran yang akhirnya membuat Pangeran

Blitar kehabisan prajurit.

2.3.4. Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari

bahasa sansekerta dhar yang artinya menahan atau menangung.

Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak

menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin,

keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan,

kelaparan dan lain-lain (Achmad Rosyidi, 2007).

Penderitaan, rasa sakit, dan tersiksa adalah bagian hidup

manusia. Tiap manusia pernah dan akan mengalaminya, meskipun

kadar penderitaanya, rasa sakit dan rasa tersiksa itu tidak sama.

Suksesi Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu juga

membawa penderitaan. Penderitaan pertama kali dirasakan oleh

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar pada waktu semua barang

kehormatan pangeran diambil oleh Prabu Amangkurat untuk naik

tahta, sehingga membawa penderitaan tersendiri bagi keduanya.

Penderitaan terutama dirasakan oleh prajurit karena prajurit banyak

yang meninggal. Kesensaraan juga dirasakan oleh masyarakat kecil,

karena adanya peperangan masyarakat kecil menjadi ketakutan.

Penderitaan yang paling dirasakan adalah pada waktu Pangeran

Page 94: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

122

Blitar dan pengikutnya terkena pagebluk atau terkena wabah

penyakit setelah kalah perang dengan Kerajaan Kartasura.

Kutipan:

Pangran Purbaya mangsuli aris

witne paman kula langkung awrat

nanging yen emut wĕlinge

swargi Rakanta Prabu

ing kawula mawanti-wanti

tuwin dhatĕng putranta

Ki Lurah puniku

gih winĕling pyambak-pyambak

nitipakĕn sĕdhereke kang wuragil

samurwate wiryaa. (pupuh 5 bait 22 hal. 30)

Pangran Balitar nambungi aris

pan kawula paman botĕn ĕsak

upacara sĕkathahe

pinundhutan sĕdarum

kula sampun ngraos yen alit

dene tĕkan gadhuhan

sabin kang pinundhut

kang kula tĕdha punapa

bocah kula langkung sangking gangsal biting

saksrik sangĕt awirang. (pupuh 5 bait 23 hal. 30)

Terjemahan:

Pangeran Purbaya menjawab pelan

emosi paman saya lebih berat

tetapi kalau ingat pesan

almarhum Rakanta Prabu

pada diri saya yang berhati-hati

juga terhadap anak

Ki Lurah itu

ya pesan sendiri-sendiri

menitipkan saudara yang terakhir

dibuat luhur.

Pangeran Blitar membalas pelan

tetapi saya paman tidak bagus

upacara sebanyaknya

diambil semua

saya sudah merasa kalau kecil

karena sampai warisan

sawah yang dipundut

Page 95: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

123

yang saya makan apa

anak saya lebih dari lima orang

kantong sangat sedih.

Kutipan di atas menujukkan betapa bersedihnya Pangeran

Purbaya dan Pangeran Blitar karena benda-benda miliknya telah

diambil Prabu Amangkurat. Pangeran Purbaya emosi dan merasa

susah, dia juga merasa gagal tidak bisa menjaga amanah dari

ayahnya untuk menjaga adik bungsunya. Pangeran Blitar juga

merasakan penderitaan dia merasa kecil karena sudah tidak memiliki

apa-apa, segala hartanya telah diambil termasuk warisan dan

sawahnya, padahal dia juga mempunyai anak banyak, dengan apa

harus membiayai anaknya jika semua hartanya diambil.

Kutipan:

Duk sĕmana wong cilik ing Kartasura

wus wĕdi mring Matawis

angladosi lunga

myang para mantrinira

minggat prasamya abaris

milyeng Mataram

lorodan sabĕn latri. (pupu 6 bait 61 hal. 39)

Terjemahan:

Pada waktu itu orang kecil di Kartasura

sudah takut terhadap Matawis (Mataram)

melayani pergi

ke para mantri

pergi pada mulai berbaris

ke Mataram

turunan sertiap lumpur.

Kutipan di atas menunjukan bahwa orang kecil di Kartasura

ikut merasakan pederitaan yang disebabkan oleh perang antarsaudara

Page 96: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

124

dampak dari suksesi kepemimpinan. Rakyat kecil di Kartasura

ketakutan dengan Mataram karena melakukan penyerangan terhadap

Kartasura, rakyat kecil lebih memilih untuk pergi meninggalkan

Kartasura untuk menghidari peperangan tersebut.

Kutipan:

Sampun mangkat saha bala

Pangeran Hamangkubumi

neng Kĕlathen barisira

sigra wong Mataram prapti

rame dennya ajurit

gĕnti dennya silih arug

langkung sudiraning prang

Pangeran Hamangkubumi

wong Mataram akathah longe kang pĕjah.(pupuh 7 bait 23 hal.

63)

Terjemahan:

Sudah berangkat dengan prajurit

Pangeran Hamangkubumi

di Klaten Berbaris

kemudian orang Mataram datang

ramai dengan peperangan

berganti orang berganti lawan

lewat keberanian perang

Pangeran Hamangkubumi

orang Mataram banyak orangya yang mati.

Kutipan di atas menunjukan penderitaan yang dialami oleh

prajurit Mataram karenan terjadi peperangan di Klaten yang

membuat prajurit Mataram banyak yang meninggal, sebenarnya

kalau tidak terjadi peperangan antara Kartasura dengan Mataram

mungkin prajurit Mataram tidak banyak yang meninggal.

Page 97: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

125

Penederitaan juga dirasakan oleh Pangeran Blitar dan

rakyatnya di Malang karena terserang Pageblug setelah kalah perang

dengan pasukan Kompeni, dapat dilihat pad kutipan berikut:

Kutipan:

Sampun samya mĕsanggrahan

neng lĕbak kuwune nĕnggih

nuntĕn wontĕn wĕlak prapta

wong cilik akeh kang grĕring

sakite mutah mising

sadina satus kang lampus

Tuwan Atmral wus budhal

nĕgara Malang ginitik

datan suwe prĕrange Malang wus bĕdhah.(pupuh 7 bait 173 hal.

85)

Sultan Balitar gya tĕdhak

wangsul dhatĕng Malang malih

mĕsanggrahan Kali Gangsa

Kangjĕng Sultan ing samangkin

gĕrah sangĕt nglangkungi

Sultan lajĕng sedanipun

pra garwane karuna

bubar mantrine kang abdi

kang sawĕneh nusul marang Panĕmbahan. Pupuh 7 bait 178 hal.

85)

Terjemahan:

Sudah pada tinggal

di lembah tempat tinggal yaitu

kemudian ada kesensaraan datang

orang kecil banyak yang kurus

sakitnya muntah dan berak

sehari seratus yang mati

Tuwan Atmral sudah pergi

negara Malang menysup

tidak lama perangnya Malang sudah kalah.

Sultan Blitar segera turun

kembali ke Malang lagi

bertempat tinggal Sungai Gangsa

Kangjeng Sultan kemudian

Page 98: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

126

sakit sekali mendahului

Sultan kemudian kematiannya

para istrinya menangis

bubar prajurit yang mengabdi

yang diwaktu itu menyusul kepada Panembahan.

Kutipan di atas menunjukan penderitaan yang dialami oleh

Pangeran Blitar dan prajuritnya karena setelah kalah pernag dengan

Kartasuran, Pangeran Blitar pergi ke Malang dan tinggal disana

bersama rakyat dan pengikutnya, mereka terserang wabah penyakit

muntah berak atau pageblug. Banyak rakyat kecil yang kurus kering

terserang penyakit muntah berak dan sehari seratus orang meninggal,

tak luput Pangeran Blitar juga terserang penyakit yang akhirnya

meninggal dunia, istrinya menangisi kepergian Pangeran Blitar, para

abdi dan prajuritnya kemudian menyusul Pangeran Purbaya.

Penderitaan terserang pageblug ini merupakan dampak dari suksesi

kepemimpinan, misal tidak terjadi suksesi kepemimpinan dan

pemberontakan maka hal ini mungkin tidak akan menimpa Pangeran

Blitar dan rakyatnya.

2.3.5. Pembunuhan

Pembunuhan berarti perkosa, membunuh atau perbuatan bunuh.

Peristiwa pembunuhan minimal ada dua orang yang terlibat, orang

yang dengan sengaja menghilangkan atau mematikan nyawa disebut

pembunuh, sedangkan orang yang dimatikan atau yang dihilangkan

nyawanya disebut korban (Purwadarminta, 1976:169).

Page 99: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

127

Pembunuhan dalam Suksesi kepemimpinan pada Serat Babad

Sunan Prabu ini tidak dapat dipungkiri, karena adanya peperangan

maka banyak yang saling membunuh, misalnya pembunuhan yang

dilakukan oleh Tuan Atmral Baritman terhadap Pangeran Pancawati,

terlihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Atmral Britman umiyat kĕlangkung suka

anulya tinut wuri

myang sagung dipatya

umiringi marang Atmral

prapteng ngarsaning surambi

Atmral umiyat

mring Pangeran Pancawati. (pupuh VI bait 98 hal. 43)

Gulangsaran pinĕrpĕkan dening Atmral

asru denira nangling

heh tabe Pangeran lu mau jadhi raja

Amangkurat Tanah Jawi

mĕngapa lukak

putus tangannya kering.(pupuh VI bait 99 hal. 43)

Mari bangun aku angkat jadhi raja

Pangeran Pancawati

nangis mĕgap-mĕgap

angranuhi brananya

Atmral suka denirangling

anarik pĕdhang

guwa akasih baik. (pupuh VI bait 100 hal. 43-44)

Terjemahan:

Atmral Britman pergi dengan gembira

selanjutnya di buntuti

kepada seluruh adipati

mengiringi kepada Atmral

sampai ke depan serambi

Atmral pergi

ke Pangeran Pancawati.

Terkapar dikelilingi oleh Atmral

Page 100: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

128

dengan keras dirinya berbicara

heh Kangjeng Pangeran kamu mau jadi raja

Amangkurat tanah Jawa

mengapa luka

putus tangan kirinya.

Mari bangun aku angkat jadi raja

Pangeran Pancawati

menangis tersedu-sedu

merasa sedih kesakitan

Atmral senang membuat sakit

menarik pedang

aku masih baik.

Dari kutipan di atas dapat dilihat pembunuhan yang dilakukan

Atmral Baritman kepada Pangeran Pancawati, pembunuhan

Pangeran Pancawati sangat dramatis karena tuan Atmral membunuh

Pangeran Pancawati penuh dengan ambisi untuk membunuh, Atmral

sangat pintar memainkan kata-kata dia seolah-olah menawarkan

Pangeran Pancawati untuk menjadi raja tapi yang dilakukan

hanyalah untuk mengolok-olok ketidak berdayaan Pangeran

Pancawati, dengan kondisi yang tidak berdaya Pangeran Pancawati

hanya bisa menangis dan menerima takdir hidupnya yang berada

ditangan Atmral Baritman. Setelah Atmral puas mengolok-olok

Pangeran Pancawati dia langsung membunuh Pangeran Pancawati

dengan pedangnya.

2.3.6. Kesedihan

Kesedihan adalah salah satu dari bentuk emosi yang di

dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi (Daniel

Goleman, 1995).

Page 101: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

129

Kesedihan dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu sangat

dirasakan oleh Ratu Ageng yaitu ibunda Prabu Amangkurat,

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar. Sosok ibu pasti akan sedih

jika melihat anaknya tidak akur, seperti halnya Kanjeng Ratu Ageng

yang sangat sedih melihat perang saudara yang melibatkan Prabu

Amangkurat dengan Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar,

kesedihan yang dirasakan Kangjeng Ratu Ageng dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

Kutipan:

Malbeng pura malih sing kidul kewala

nulya mundur tumuli

sawadya lon-lonan

sĕmantĕn pan meh ĕbyar

Kangjĕng Ratu Agĕng nĕnggih

dupi miyarsa

amuwun kuntrang-kantring. (pupuh 6 bait 17 hal. 34)

Masambat kang raka Jĕng Sinuhun Swarga

dhuh lah e Sri Bupati

tan sagĕd kawula

tĕngga putra paduka

Sunan gawanĕn ngĕmasi

putra paduka

sami bĕrwala jurit.(pupuh 6 bait 18 hal. 34)

Samangkana Kangjĕng Ratu lajĕng minggah

dhumatĕng Gunung Kunthi

Pangeran Balitar

prapta ing Purubaya

ngidul sawadyanira glis

kang ibu mirsa

ngawe nguwuh anjĕlih. (pupuh 6 bait 19 hal. 34)

Asta tĕngĕn angawe-awe kang putra

astane ingkang kering

angusapi waspa

dhuh kulup dipuninggal

ngungsia kangmasmu nuli

Page 102: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

130

Ki Purubaya

dhuh kulup poma aglis. (pupuh 6 bait 20 hal. 34)

Terjemahan:

Masuk ke dalam Pura yang letaknya di sebelah selatan

sering mundur kemudian

berjalan bergandengan

hanya beberapa yang akan bubar

Kangjeng Ratu Ageng melihat

semua itu

kemudian menangis tersedu-sedu.

Sang kakak Mengeluh kepada Kangjeng Sinuhun Swarga

dhuh lah e Sri Bupati

aku tidak bisa

menunggu putra raja

Sunan bawalah mati

putra paduka

prajurit saling berperang.

Begitulah Kangjeng Ratu kemudian naik

menuju Gunung Kunthi

Pangeran Balitar

sampai di Purubaya

menuju ke selatan dengan tergesa-gesa bersama teman-temannya

Sang Ibu mengetahui

melambaikan tangan berseru memanggil.

Tangan kanan melambai-lambai sang anak

tanganya yang kiri

mengusapi air mata

duh ikut ditinggal

menyikir kakakmu cepat

Ki Purbaya

duh ikut cepat.

Dari kutipan di atas sangat jelas Kangjeng Ratu Ageng sangat

sedih dan khawatir melihat ketiga putranya terlibat perang saudara.

Beliau bersedih karena tidak bisa menjaga putranya dengan baik,

merasa gagal dalam mendidik anak dan merasa bersalah kepada Paku

Buwana I karena setelah meninggalnya Paku Buwana kerajaan

Page 103: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

131

menjadi ricuh penuh peperangan. Kangjeng ratu begitu sedihnya dan

mengeluh, beliau juga mendoakan Pakubawana I supaya

mendapatkan tempat yang nyaman di surga. Kutipan di atas juga

menunjukkan betapa Kangjeng Ratu Ageng mengkhawatirkan

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar supaya mereka melarikan diri

untuk berlindung.

Kesedihan juga dirasakan oleh Pangeran Harya Mataram

selaku paman dari Prabu Amangkurat, Pangeran Purbaya dan

Pangeran Blitar, beliau sedih karena keadaan yang terjadi diantara

Prabu Amangkurat dengan Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar,

kesedihan Pangeran Harya Mataram dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

Kutipan:

Pangran Harya Mataram asĕdhih

adhuh angger sakarsa andika

lamun mĕkatĕn kanthane

bubuhane wong jimbun

yen kanggoa amĕmalangi

tog-togane neng tĕngah

nora milu-milu

sapa ingkang kaserenan

ing nurbuwat wong tuwa amung dhĕdhumpil

punika ywan pun paman. (pupuh 5 bait 17 hal. 29)

Terjemahan:

Pangeran Harya Mataram bersedih

adhuh setiap keinginan yang kusampaikan

seperti ini tidak ada hasilnya

susahnya orang pikun

kalaulah digunakan untuk menghalangi

akhirnya menengahi

tidak ikut-ikutan

siapa yang berhenti

Page 104: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

132

berbakti kepada orangtua tetapi hanya menumpang hidup,

itulah Paman.

Kutipan di atas dapat dilihat jika Pangeran Harya Mataram

selaku paman dari Prabu Amamangkurat, Pangeran Purbaya, dan

Pangeran Blitar bersedih melihat terjadinya peperangan antarsaudara

tersebut. Pangeran Harya Mataram merasa tidak ada hasilnya

memberi nasihat kepada keturunan Paku Buwana I karena nasihatnya

telah dilupakan dan tidak dihiraukan terbukti terjadi peperangan

antarsaudara.

2.3.7. Pengasingan

Pengasingan adalah tindakan membuang atau menyingkirkan

seseorang jauh dari peradaban yang bertujuan untuk memberi

hukuman. Pengasingan dalam Serat Babad Sunan Prabu yaitu

dilakukan oleh Prabu Amangkurat terhadap Pangeran Purbaya

karena Prabu Amangkurat kecewa terhadap perbuatan yang

dilakukan Pangeran Purbaya yang memberontak terhadap Kerajaan

Kartasura, hal ini merupakan hukuman bagi Pangeran Purbaya dan

pengikutnya.

Siasat licik dijalankan dengan sangat hati-hati yaitu dengan

mendatangkan seorang utusan dari Betawi yang bertugas menjemput

Pangeran Purbaya untuk mempertemukan dengan Jendral di Betawi,

disinilah Pangeran Purbaya dan Panembahan Herucakra dibuang di

Pulau Kap, sedangkan Adipati Natapura, Surapati, Suradilaga, Jaka

Page 105: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

133

Tangkeban dibuang ke Selong, terbukti dalam kutipan-kutipan

berikut:

Kutipan:

Pasliyun saking nagri Bĕtawi

ngaturi Panĕmbahan Purbaya

sĕngadi General mangke

ingkang arsa tĕtĕmu

lan Nĕmbahan Purbaya tuwin

gandhek dalĕm sĕmana

praptane anuju

amundhut Pangeran Harya

lah ing ngriku gandhek Pasliyun nyarĕngi

angkate kur-ungkuran. (pupuh 8 bait 1 hal. 102)

Sampun layar sangking ing Sĕmawis

Panĕmbahan lan sarowangira

parestri lara tangise

asangĕt ing gĕgĕtun

tamtunipun kĕna ing sandi

ngomadaka Wĕlanda

maleca ing wuwus

sĕdyarasa sami ngamuka

pan wus kasep gĕgamane wus denpeki

yata gantya winarna. (pupuh 8 bait 2 hal. 102)

Ngĕlih nama Pangran Harya mangkin

Mangkunĕgara ing Kartasura

kocap malih lah ing kono

ingkang lumakyeng nglaut

sampun prapta nagri Bĕtawi

Panĕmbahan Purbaya

lan sarowangipun

Panĕmbahan Herucakra

pan binucal dhatĕng pulo Kap anunggil.

rakanya sĕpuh pyambak. (pupuh 8 bait 4 hal. 102)

Pangran Bei tinarka marahi

dene Adipati Natapura

tanapi Surapatine

myang Suradilaga wus

miwah Jaka Tangkĕban tuwin

sampun samya binucal

dhatĕng Selong wau

Panĕmbahan Purubaya

Page 106: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

134

aneng beteng alang-alang dera wrĕgil

lan putra garwanira. (pupuh 8 bait 5 hal. 102)

Terjemahan:

Pasliyun dari negara Betawi

mengundang Panembahan Purbaya

Jendral yang bersemangat bertemu nanti

yang ingin bertemu

dan Nembahan Purbaya dengan

abdi dalem segitu

kedatangannya menuju

mengambil pangeran harya

nah di situ abdi dalem Pasliyun mengikuti

angkatannya banyak.

Sudah berlayar dari Semarang

Panembahan dan pasukannya

para sakit tangisnya

yang sangat kecewa

tentunya terkena jebakan

oleh Belanda

berubah pada perkataan

berniat rasa sama marah

tapi sudah terlambat senjatanya sudah diminta

kemudian berganti jenis.

Berganti nama Pangeran Harya nanti

Mangkunegara di Kartasura

diceritakan berubahlah di sana

yang berjalan di laut

sudah sampai Negara Betawi

Panembahan Purbaya

dan kawan-kawannya

Pangeran Harucakra

akan dibuang ke pulau Kap

bersatu kakaknya tertua sendiri.

Pangeran Bei berfikiran penyebab

sedangkan adipati Natapura

diteripa Surapatinya

sudah ke Surabaya

dan juga Jaka Tangkeban

sudah sama-sama dibuang

ke Selong tadi

Panembahan Purabaya

ada di beteng alang-alang oleh terakhir

dan anak istrinya.

Page 107: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

135

Kutipan di atas dapat dilihat siasat licik yang dilakukan oleh

Prabu Amangkurat yang bekerja sama dengan Kompeni. Pertama

Pasliyun dari Batawi mengundang Pangeran Purbaya ke

Betawi/Jakarta untuk melakukan diskusi dengan Jenderal, namun

sebenarnya itu hanyalah jebakan yang disusun oleh Kompeni untuk

menjebak Pangeran Purbaya dan pasukannya. Waktu Pangeran

Purbaya melakukan perjalanan menuju Betawi disitulah siasat licik

pengasingan dilakukan. Pangeran Purbaya dan Panembahan

Herucakra dibuang di Pulau Kap, sedangkan Adipati Natapura,

Surapati, Suradilaga, Jaka Tangkeban dibuang ke Selong.

Pengasingan ini merupakan dampak terakhir dari suksesi

kepemimpinan, karena setelah pengasingan kerajaan Kartasura

menjadi tentram dan damai tidak ada gangguan dan penyerangan lagi.

Dampak dari Suksesi Kepemimpinan dalam Serat Babad Sunan Prabu

menimbulkan perpecahan kerajaan, pemberontakan, perang, pederitaan,

pembunuhan, kesedihan dan pengasingan. Perpecahan kerajaan timbul setelah

Prabu Amangkurat mengambil upacara atau benda kehormatan Pangeran

Purbaya dan Blitar, karena tidak terima dengan hal tersebut maka Pangeran

Purbaya dan Blitar melakukan pemberontakan yang mengakibatkan

perpecahan kerajaan. Pemberontakan juga disebabkan oleh garwa Kandha

yang memanas-manasi supaya melakukan pemberontakan. Perang antara

kubu Amangkurat dengan Pangeran Purbaya dan Blitar pun tak dapat

dihindari. Peperangan menimbulkan penderitaan bagi rakyat Kartasura

maupun Mataram, rakyat banyak yang ketakutan dan prajurit juga banyak

Page 108: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

136

yang meninggal, dan pederitaan sangat dirasakan oleh Pangeran Blitar yang

mengalami pajeblug atau wabah penyakit, rakyatnya banyak yang meninggal

begitu pula dengan Pangeran Blitar yang mengalami sakit parah, pada

akhirnya meninggal dunia. Pembunuhanpun tidak dapat dihindari, banyak

yang saling membunuh demi memenangkan peperangan. Dampak kesedihan

sangat dirasakan oleh Kangjeng Ratu Ageng ibu dari Prabu Amangkurat,

Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar karena melihat ketiga putranya terlibat

perang kekuasaan. Pengasingan merupakan dampak terakhir setelah

timbulnya peperangan yaitu Prabu Amangkurat bekerja sama dengan

Kompeni membuang Pangeran Purbaya ke Pulau Kap.

Kisruh tentang suksesi kepemimpinan tidak hanya terjadi pada masa

lampau dalam Serat Babad Sunan Prabu namun kisruh tentang pewaris

kepemimpinan atau suksesi kepemimpinana juga dialami oleh Keraton

Kasunanan Surakarta. Jika kisruh dalam Serat Babad Sunan Prabu

diakibatkan karena Prabu Amangkurat mengambil benda kehormatan

pangeran milik Pangeran Purbaya dan Blitar demi naik tahta Prabu

Amangkurat menjadi raja yang menimbulkan pemberontakan dan terjadi

peperangan antarsaudara, namun kisruh dalam Keranton Kasunanan

Surakarta disebabkan Paku Buwana XII tidak memiliki putra mahkota untuk

menggantikannya. Kisruh memunculkan dualisme kepemimpinan di

Keraton dan dualisme itu muncul setelah meninggalnya Paku Buwana XII

pada 11 Juni 2004. Keraton terpecah menjadi dua kubu. Kubu pertama di

bawah kepemimpinan PB XIII Hangabehi dengan tinggal di Keraton

Page 109: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

137

Kasunanan Surakarta. Kubu kedua di bawah kepemimpinan PB XIII

Tedjowulan yang menetap di kawasan Kota Barat, Solo.

Perselisihan dua raja tersebut muncul setelah masing-masing

mengklaim sebagai pewaris sah tahta keraton. Dampaknya, setiap acara

budaya keraton digelar, selalu saja muncul dua versi, dan itu sudah

berlangsung selama delapan tahun. Konflik Keraton Kasunanan Surakarta

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Kutipan:

Liputan6.com, Surakarta: Suksesi pemegang kekuasaan Keraton Surakarta,

Jawa Tengah, sarat intrik dan konflik. Bahkan keluarga pecah menjadi dua

kubu. Mereka "berperang" untuk memperebutkan tahta di Kasunanan

Surakarta Hadiningrat. Begitu pula setelah Sunan Paku Buwono XII

mangkat pada 11 Juni 2004. Perang memperebutkan tahta kekuasaan

keraton sudah dimulai. Dan besar kemungkinan, konflik ini akan berakhir

dengan melahirkan raja kembar.

Sepekan setelah mangkatnya Susuhunan Paku Buwono XII, hubungan

kerabat Keraton Surakarta mulai meruncing. Penentuan siapa pengganti

Susuhunan PB XII ini muncul karena adanya tarik-menarik antara dua

kubu kerabat keraton, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi

dan KGPH Tedjowulan.

Penolakan terhadap Hangabehi dimotori KGPH Dipo Kusumo. Akhirnya,

bersama tiga pengageng keraton, Dipo mencuatkan nama KGPH

Tedjowulan sebagai pengganti PB XII. Kubu Tedjowulan berada di luar

keraton mempercepat penobatan pada 30 Agustus 2004 [baca: KGPH

Tedjowulan Dinobatkan Sebagai Raja Solo]. Keluarga KGPH Tedjowulan

antara lain putra-putri yang dilahirkan garwo ampil atau selir pertama

GRAy Mandayaningrum, garwo ampil tiga GRAy Rio Rogasmara, dan

garwo ampil keenam GRAy Retnodiningrum. Tedjowulan adalah putra

kedua dari GRAy Retnodiningrum.

Kubu Hangabehi yang berada di dalam keraton secara sistematis

mempersiapkan penobatan KGPH Hangabehi sebagai PB XIII pada 10

September nanti. Keluarga KGPH Hangabehi merupakan keturunan PB

XII dari garwo ampil kedua GRAy Pradapaningrum. Hangabehi adalah

anak tertua laki-laki tertua di antara seluruh keluarga karena garwo ampil

pertama tidak menurunkan anak laki-laki.

Page 110: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.uns.ac.id · laywan tanĕm tuwuh ing jawi ingkang warni marica cabe myang kumukus wiji sawi singat sangsam kang punika akathah bayar Kumpĕni General

138

Upaya mempertemukan seluruh kerabat keraton masih menemui jalan

buntu. Perebutan tahta kali ini dinilai karena PB XII tidak mempunyai

permaisuri, sehingga tidak ada putra mahkota. Di sisi lain adanya nuansa

perebutan aset fisik maupun nonfisik di keraton, seperti prospek bisnis,

sosial, dan politik. Namun sejak masa Mataram. (Liputan6.com, 5

September 2004).

Kutipan di atas menunjukan bahwa konflik yang timbul dalam Keraton

Kasunanan Surakarta disebabkan oleh suksesi kepemimpinnan begitu pula

konflik yang timbul dalam Serat Babad Sunan Prabu juga disebabkan oleh

suksesi kepemimpinan. Kesimpulan dari kedua kasus bahwa suksesi

kepemimpinan dapat memicu timbulnya konflik dalam kerajaan.