BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi,...

58
9 BAB II A. Kajian Teori 1. Kecepatan a. Pengertian Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan kecepatan tercepat, ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Dari sudut pandang mekanika, kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak dan waktu dalam buku Ismaryati (Bompa, 1990:57) Menurut Sukadiyanto, (2010:174) kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsang dalam waktu secepat (sesingkat) mungkin. Kecepatan sebagai hasil perpaduan dari panjang ayunan tungkai dan jumlah langkah. Dimana gerakan panjang ayunan dan jumlah langkah merupakan serangkaian gerak yang sinkron dan kompleks dari sistem neuromuscular. Dengan bertambahnya panjang ayunan dan jumlah langkah akan meningkatkan kecepatan bergerak. Untuk itu dalam membahas unsur kecepatan selalu berpijak pada konsep dasarnya yaitu : perbandingan antara waktu dan jarak, sehingga unsur kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (kecepatan gerak). Artinya, agar dapat bergerak cepat tergantung dari kecepatan reaksi saat awal gerak, kemampuan tubuh menempuh jarak dengan waktu tertentu, serta frekuensi langkah larinya. Sedangkan menurut Sajoto (1995:9), Kecepatan (speed) adalah, kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat- singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu

Transcript of BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi,...

Page 1: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

9

BAB II

A. Kajian Teori

1. Kecepatan

a. Pengertian Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan kemungkinan

kecepatan tercepat, ditinjau dari sistem gerak, kecepatan adalah

kemampuan dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk

menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu. Dari sudut

pandang mekanika, kecepatan diekspresikan sebagai rasio antara jarak

dan waktu dalam buku Ismaryati (Bompa, 1990:57)

Menurut Sukadiyanto, (2010:174) kecepatan adalah kemampuan

otot atau sekelompok otot untuk menjawab rangsang dalam waktu

secepat (sesingkat) mungkin. Kecepatan sebagai hasil perpaduan dari

panjang ayunan tungkai dan jumlah langkah. Dimana gerakan panjang

ayunan dan jumlah langkah merupakan serangkaian gerak yang sinkron

dan kompleks dari sistem neuromuscular. Dengan bertambahnya panjang

ayunan dan jumlah langkah akan meningkatkan kecepatan bergerak.

Untuk itu dalam membahas unsur kecepatan selalu berpijak pada konsep

dasarnya yaitu : perbandingan antara waktu dan jarak, sehingga unsur

kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit

waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (kecepatan gerak).

Artinya, agar dapat bergerak cepat tergantung dari kecepatan reaksi saat

awal gerak, kemampuan tubuh menempuh jarak dengan waktu tertentu,

serta frekuensi langkah larinya.

Sedangkan menurut Sajoto (1995:9), Kecepatan (speed) adalah,

kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan

dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan

lain-lain.

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan

yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu

Page 2: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

10

yang sesingkat-singkatnya. (Harsono:1988:216). Kecepatan adalah jarak

di bagi waktu (Kent, 1994 dalam tesis Slamet 2001 hal 2).

Bompa dan Haff (dalam syafruddin, 2012), mengatakan bahwa

kecepatan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu jarak

tertentu dengan cepat. Sedangkan menurut Sukadiyanto (2008) kecepatan

adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian

gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian kecepatan,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan

seseorang untuk melakukan gerak-gerakan yang sejenis secara berturut-

turut dengan kecepatan tinggi untuk menempuh jarak tertentu dengan

waktu yang sesingkat-singkatnya.

b. Macam-macam Kecepatan

Secara umum kecepatan mengandung pengertian kemampuan

seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat

mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang. Dalam menjawab rangsang

dapat dalam bentuk gerak atau serangkaian gerak yang dilakukan secepat

mungkin. Menurut sukadiyanto (2010:174), Untuk itu ada dua macam

kecepatan, yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan reaksi

adalah seseorang dalam menjawab suatu rangsang dalam waktu sesingat

mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi reaksi tunggal dan reaksi

majemuk. Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang

melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin.

Kecepatan gerak dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Selain

kedua macam kecepatan tersebut masih ada istilah yang menggunakan

unsur kecepatan, yaitu ketahanan kecepatan atau stamina.

Kecepatan reaksi tunggal adalah kemampuan seseorang untuk

menjawab rangsang yang telah diketahui arah dan sasarannya dalam

waktu sesingkat mungkin. Artinya, sebelum melaksanakan gerakan

dalam benak fikiran olahragawan sudah ada persepsi dan arah serta

sasaran rencana motorik yang akan dilakukan. Sehingga kondisi

rangsang sudah dapat diprediksi sebelum gerak dilakukan.

Page 3: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

11

Sebagai contoh, apabila pluit berbunyi satu kali yang dilakukan

adalah lari cepat, berbunyi dua kali jalan, berbunyi tiga kali jogging.

Pada contoh ini peranan utama yang berfungsi menerima rangsang

adalah indera pendengar. Contoh lain, dimana rangsang yang diterima

melalui indera penglihatan, apabila tangan pelatih menunjuk kekanan

yang dilakukan adalah lari kesamping kiri olahragawan, bila menunjuk

kiri lari kesamping kanan olahragwan, menunjuk kebelakang lari

mundur, kedepan lari kedepan. Pada kedua contoh tersebut sebelum

melakukan gerakan olahragwan sudah mengetahui gerak yang

seharusnya dilakukan sesuai dengan penjelasan dari pelatih, sehingga

membentuk gerak yang akan dilakukan sesuai dengan persepsi yang

diterimanya.

Kecepatan reaksi majemuk adalah kemampuan seseorang untuk

menjawab rangsang yang belum diketahui arah dan sasaranya dalam

waktu yang sesingkat mungkin. Artinya, sebelum melaksanakan gerakan

dalam dalam benak fikiran olahragawan sudah ada persepsi, tetapi belum

diketahui arah dan sasaran rencana motor (gerak) yang akan dilakukan.

Sebagai contoh, pelatih bola basket memegang dua bola ditangan kanan

dan kiri dengan kedua lengan diluruskan kekanan dan kiri, anak didik

berdiri menghadap ke pelatih dan tugasnya adalah menangkap bola yang

dijatuhkan oleh pelatih hanya satu, bias bola di tangan kanan atau bola di

tangan kiri pelatih. Dengan demikian persepsi yang diterima anak latih

adalah tentang tugasnya untuk meangkap bolabasket sebelum mantul dua

kali. Sedangkan gerak yang dilakukan belum dapat direncanakan karena

arahnya belum diketahui, bola yang berada ditangan kanan atau yang

ditangan kiri.

Kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang melakukan gerak

atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kecepatan gerak

dapat dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Kecepatan gerak

siklus atau sprint adalah kemampuan system neuromuskuler untuk

melakukan serangkaian gerak dalam waktu sesingkat mungkin. Gerak

siklus adalah satu macam aktivitas yang dilakukan secara

Page 4: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

12

berkesinambungan atau gerak yang berangkai. Contohnya antara lain

dalam bentuk, jalan, berenang, lari, bersepeda.

Sedangkan kecepatan non siklus adalah kemampuan sistem

neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal dalam waktu sesingkat

mungkin. Bentuk dalam gerak non siklus adalah gerak yang dilakukan

hanya dalam satu kali gerak atau gerak tunggal. Contoh gerak tunggal,

antara lain dalam bentuk: melempar, menendang, melompat, dan

meloncat.

Ketahanan kecepatan atau orang awam lebih suka menyebutkan

dengan istilah stamina adalah kemampuan mempertahankan kecepatan

dalam jangka waktu yang relative lama. Stamina selalu diperlukan pada

hamper semua cabang Olahraga pertandingan atau perlombaan. Pada

latihan stamina unsur-unsur yang dapat ditingkatkan, diantaranya adalah

power anaerobic alaktik, power anaerobic glikolitik, dan kapasitas

anaerobik glikolitik.

Power anaerobik adalah kemampuan tubuh dalam bekerja secara

eksplosif dan mengambil oksigen secara maksimal untuk mencukupi

kebutuhan seluruh jaringan yang memerlukan. Power anaerobi alaktik

menjamin tingkat kualitas ketahanan khusus (jangka pendek) dan

kekuatan kecepatan. Selain itu power anaerobik glikolotik akan

menjamin pemeliharaan kecepatan yang tinggi dan untuk mengawali

gerak akselerasi. Kapasitas anaerobik glikolitik adalah kemampuan

seseorang untuk tetap dapat beraktivitas meskipun dalam keadaan

kekurangan oksigen dan tetap mampu memberikan toleransi terhadap

akumulasi (penimbunan) asam laktat.

c. Faktor-faktor yang membatasi kemampuan kecepatan

Kecepatan (speed) merupakan salah satu elemen kondisi fisik

yang tidak hanya sulit ditingkatkan, akan tetapi juga membutuhkan

proses latihan yang lama dan selain dari itu sulit dipertahankan jika telah

mencapai prestasi puncak. Hal ini disebabkan banyak faktor yang

mempengaruhi prestasi kecepatan seseorang atau atlet. Menurut

Jonath/krempel (1981:48-49) dalam buku Syafruddin 2012, mengatakan

Page 5: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

13

bahwa kemampuan kecepatan dibatasi oleh factor-faktor sebagai berikut

ini :

a. Kekuatan otot

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kemampuan

kecepatan tidak bisa berkembang tanpa kekuatan otot yang memadai

karena kekuatan otot merupakan suatu persyaratan mutlak dari kecepatan

gerakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu kecepatan maksimal

diperlukan pertama sekali otot yang kuat dan terlatih.

b. Viskositas otot

Perkembangan/peningkatan kecepatan gerakan yang dapat

dicapai secara maksimal berpengaruh negatif ketika otot dalam keadaan

dingin dengan viskositas yang tinggi. Dengan kata lain, kecepatan tidak

dapat berkembang ketika otot dalam keadaan tidak panas (dingin)

dengan viskositas yang tinggi.

c. Kecepatan reaksi

Kecepatan reaksi atau kemampuan reaksi merupakan kemampuan

seseorang menjawab/merespon suatu sinyal (stimulus) dengan kecepatan

tinggi.

d. Kecepatan kontraksi

Kecepatan kontraksi berhubungan dengan struktur dan

kemampuan otot secara fisiologis karena kecepatan kontraksi lebih

ditentukan oleh jenis serabut otot putih/cepat (fast twitch) dibandingkan

jenis serabut otot merah/lambat (slow twitch). Kecepatan gerakan dan

power ditentukan terutama oleh serabut otot cepat dan daya tahan lebih

ditentuka oleh serabut otot lambat (Syafruddin, 2012).

e. Koordinasi

Koordinasi disini dimaksudkan adalah kerjasama atau saling

pengaruh antara system persyarafan pusat atau central nervous system, di

singkat CNS dan otot yang bekerja, yang sangat berpengaruh terhadap

kecepatan gerak.

f. Ciri-ciri Anthropometri

Page 6: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

14

Ciri-ciri bangunan tubuh manusia seperti perbandinagn panjang

tungkai dan badan, dan panjang lengan memegang peran penting dalam

meningkatkan kecepatan, akan tetapi tidak bisa dilatih. Hal ini

disebabkan anthropometri tubuh setiap orang tumbuh dan berkembang

secara alami sesuai dengan faktor genetik bawaan yang dimiliki.

g. Daya Tahan Anaerobik atau daya tahan kecepatan

Daya tahan kecepatan menentukan kesanggupan seseorang

mengatasi kerja intensif selama 20-30 detik. Kemampuan ini tergantung

dari kapasitas otot dan energy yang dihasilkan saat mengalami defisit

(kekurangan).

Menurut Owen Anderson (12 : 2013), kebanyakan pelari dan

pelatih menyadari bahwa faktor genetic mempengaruhi lari.

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang menentukan kecepatan motorik (Jonath/Krempel, 1981.

Dalam buku syafrudin, 2012)

d. Analisis mekanika Kecepatan Lari 100 Meter

Lari 100 meter pada dasarnya adalah gerak seluruh tubuh ke

depan secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-

langkah kaki dalam menempuh jarak 100 meter, yang unsur pokoknya

adalah panjang langkah dan kecepatan frekuensi langkah hal ini sesuai

dengan pendapat Hay (1993: 396) bahwa kecepatan lari atlet tergantung

dari kedua faktor yang mempengaruhi, yaitu:

Kecepatan Motor

Kekuatan otot

Viskositas ototkoordinasi

Kecepatan reaksi

KecepatanKontraksi

CiriantropometriDaya tahan anaerobik umum

Page 7: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

15

1.) Panjang langkah adalah jarak yang ditempuh oleh setiap langkah

yang dilakukan.

1) Frekuensi langkah jumlah langkah yang diambil pada suatu waktu

tertentu (yang disebut sebagai irama atau kecepatan langkah).

Kecepatan lari sangat tergantung kepada besarnya panjang langkah

dan frekuensi langkah, maka penting untuk mempertimbangkan faktor-

faktor yang menentukan ukuran tersebut.

1.) Panjang langkah

Panjang langkah yang dilakukan oleh seorang pelari dapat dianggap

sebagai jumlah dari ketiga jarak yang berbeda.

Gamabar 2.2 Kontribusi Total Panjang Langkah Pelari (Hay 1993: 398)

(a) Jarak tinggal landas (takeoff distance) adalah jarak

horizontal ketika pusat gravitasi menghadap ke ujung kaki

yang tinggal landas pada saat kaki tersebut meninggalkan

tanah.

(b) Jarak terbang (flight distance) adalah jarak

horizontal ketika pusat gravitasi berjalan pada saat pelari ada di

udara.

(c) Jarak pendaratan (landing distance) adalah jarak

horizontal ketika ujung kaki yang ada didepan menghadap ke

pusat gravitasi pada saat pelari mendarat Hay (1993: 398)

Page 8: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

16

Yang pertama dari ketiga kontribusi tersebut tergantung kepada

kedudukan tubuh atlet pada saat tinggal landas (takeoff). Seberapa jauh

pelari menjulurkan kaki penopangnya sebelum kaki meninggalkan tanah,

dan sudut yang dibuat dengan horizontal pada saat itu memiliki arti penting

dalam kaitannya dengan kedudukan tubuh. Sudut yang dibuat oleh kaki

dengan garis horizontal pada saat kaki memutuskan hubungan dengan tanah

terkait dengan variasi yang besar.

Gambar 2.3 Jarak Pusat Gravitasi Pelari pada Saat Kaki

Meninggalkan Landasan dengan Sudut Kemeringan Badan

Bervariasi (Hay, 1993: 399)

Sudutnya bervariasi antara sekitar 30º ketika pelari meninggalkan

blok sampai mendekati 60º ketika ia mendekati langkah yang penuh. Jarak

horizontal dari ujung jari ke pusat gravitasi berkurang dari 90 cm menjadi 40

cm. pada bagian lari tersebut dimana atlet tidak menyentuh tanah, jarak

horizontal yang pelari tempuh ditentukan oleh faktor-faktor yang mengatur

terbangnya semua proyektil semacam itu, yaitu kecepatan, sudut, dan tinggi

pelepasan dan resistensi udara yang ditemui saat terbang (flight). Terpenting

dari hal ini adalah kecepatan pelepasan, sebuah jumlah yang pada dasarnya

ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah yang dikerahkan pada atlet. Hal ini

nantinya merupakan hasil dari kekuatan (gaya), terutama dari juluran

pinggul, lutut, sendi pergelangan kaki, yang dikerahkan oleh pelari terhadap

tanah.

Page 9: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

17

Jarak horizontal dari ujung jari kaki yang didepan sampai garis

gravitasi pada saat atlet mendarat adalah yang terkecil diantara kontribusi

panjang langkah keseluruhan. Ukurannya dibatasi oleh kebutuhan mendarat

seefisien mungkin. Saat mengayunkan kaki bawah kedepan tepat didepan

kaki yang mendarat tampaknya merupakan cara yang tepat bagi pelari untuk

mendambah panjang langkah, gerakan kaki kedepan ketika ketika pelari

menyentuh tanah menimbulkan reaksi kebelakang (sejenis reaksi baling-

baling atau mengerem) yang mengurangi kecepatan pelari kedepan (Hay,

1993: 399).

2.) Frekuensi Langkah

Jumlah langkah yang dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu

oleh beberapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu langkah,

semakin lama waktu yang diperlukan, maka semakin sedikit langkah yang

dapat dilakukan oleh atlet dalam suatu waktu tertentu, dan sebaliknya.

Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu langkah dapat dianggap

sebagai jumlah waktu ketika atlet (1) bersentuhan dengan tanah; dan (2) di

udara. Ketika pelari menghabiskan sekitar 67% waktu dari setiap langkah

pada sentuhan dengan tanah dalam beberapa langkah pertama, maka angka

ini turun menjadi 40-45% ketika kecepatan tertinggi didekati.

Waktu saat atlet bersentuhan dengan tanah diatur terutama oleh

kecepatan otot kaki sebagai penopang yang dapat mengarahkan tubuh

kedepan kemudian kedepan dan keatas ke fase terbang berikutnya. Waktu

yang dihabiskan oleh atlet di udara ditentukan oleh kecepatan dan ketinggian

pusat gravitasi pada saat tinggal landas dan oleh resistensi udara yang

ditemui pada saat terbang (Hay, 1993: 400).

Usaha untuk meningkatkan panjang langkah dan frekuensi langkah

dalam lari 100 meter dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang

paling efektif adalah dengan meningkatkan kondisi fisik yang menunjang

kecepatan lari 100 meter dan meningkatkan penggunaan efesiensi teknik lari

sprint.

Page 10: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

18

e.) Teknik Lari Cepat 100 Meter

Kecepatan lari 100 meter dapat ditingkatkan melalui peningkatan

efesiensi dalam penggunaan teknik yang ada. Penggunaan teknik yang baik

dapat meningkatkan efesiensi gerakan sehingga kecepatan lari 100 meter

dapat meningkat. Gerakan lari jarak pendek (sprint) merupakan gerakan

mengais (pawing movement). Badan bergerak maju akibat dari gaya dorong

ke belakang terhadap tanah. Gaya maju ini dan efesiensi penggunaannya

merupakan kunci kecepatan yang dapat dikembangkan oleh pelari. Ada tiga

teknik dasar dalam lari jarak pendek (sprint), yaitu:

1) Teknik Start

Start merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam lari

cepat. Pelari harus dapat melakukan start dengan reaksi cepat. Untuk itu

pelari harus dapat menggunakan teknik start yang efisien selain itu unsure

yang tidak kalah penting dalam lari yaitu teknik gerakan lari cepat. Faktor

utama yang menetukan kecepatan lari adalah panjang langkah dan frekuensi

langkah. Pelari dapat mencapai prestasi jika frekuensi langkah larinya

bertambah cepat dan panjang. Agar frekuensi langkahnya bertambah cepat,

maka titik berat badan jatuh didepan telapak kaki, sehingga menimbulkan

reaksi yang lebih cepat untuk bergerak ke depan.

Pada aba-aba starter “diatas sasaran,” atlet bergerak kedepan dan

mengambil posisi dengan tangan tepat dibelakang garis start, kaki diatas blok

start, dan lutut kaki belakang bersandar ditanah (Gambar 2.3). Pada aba-aba

“siap”, atlet mengangkat lutut kaki belakang dari tanah, kemudian menaikan

pinggul dan menggeser pusat gravitasi kedepan (Gambar 2.3 [b]). Terakhir,

ketika senjata ditembakan, atlet mengangkat tangan dari lintasan,

mengayunkan tangan dengan giat (satu kedepan dan satu kebelakang), dan

dengan juluran kedua kaki yang kuat mendorong tubuh kedepan menjauh dari

blok dan menuju langkah lari yang pertama (Gambar 2.3[c] sampai [e].

Page 11: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

19

Gambar 2.4 Teknik Start Lari Sprint (Hay, 1993: 403)

Ada jenis pokok start yaitu, bunch start, medium start, dan long start.

Perbedaan ketiga jenis tersebut terletak pada jarak longitudinal antar kaki yaitu,

pada jarak antar ujung jari salah satu kaki dengan ujung jari kaki yang lain,

seperti yang diukur pada arah lari. Pada bunch start, ujung jari kaki belakang

diletakkan hampir sejajar dengan tumit kaki depan. Jarak antar ujung ke ujung

jari adalah pada urutan 25-30. Pada medium start, lutut kaki belakang

diletakkan sehingga berlawanan satu titik didepan bagian kaki depan saat atlet

berada pada posisi “diatas tanda anda”. Penempatan semacam itu menghasilkan

jarak dari ujung jari ke ujung jari antara 40 cm dan 55 cm. long start yang

jarang digunakan, lutut kaki belakang diletakan sejajar dengan atau sedikit

dibelakang tumit kaki depan, pada posisi “diatas tanda anda”. Jarak dari ujung

ke ujung yang dihasilkan berada pada urutan 60-70 cm ( Hay 1993: 403).

Tiap-tiap teknik start memiliki perbedaan, yang membedakan antara

ketiga teknik tersebut adalah jarak antara posisi kaki depan dengan belakang,

menurut Jonath, Haag dan Kremple (1989: 45) jarak antara posisi tumit ke

tumit adalah sebagai berikut, (a) pendek: 14-28 cm, (b) sedang: 35-42 cm, (c)

panjang: 50-70 cm. penggunaan teknik start jongkok dalam lari cepat dapat

disesuaikan dengan postur tubuh dan panjang tungkai pelari. Pada setiap

perlombaan lari cepat, untuk start biasahnya digunakan start block. Pelari

tinggal mengatur jarak antara block depan dengan belakang sesuai dengan

teknik start jongkok mana yang akan digunakan.

Page 12: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

20

2) Teknik Lari Cepat (Sprinting)

Gerakan dasar sprinting sangat penting bukan hanya dalam lintasan dan

lapangan melainkan juga dalam beberapa olahraga lainnya. Walaupun

kesuksesan dalam sprinting jelas tergantung kepada kemampuan sesorang atlet

untuk memadukan gerakan kaki, lengan, batang tubuh dan sebagainya,

kedalam suatu keseluruhan yang terkodinir secara lancar. Gerakan setiap

anggota badan dalam lari 100 meter sebagai berikut :

a. Gerakan kaki

Gerakan kaki saat lari adalah berulang-ulang (siklus). Setiap kaki secara

bergiliran mendarat di tanah, lewat dibawah dan dibelakang tubuh, dan

kemudian meninggalkan tanah untuk bergerak kedepan lagi siap untuk mendarat

berikutnya. Siklus ini dapat dibagi menjadi:

1. Fase topangan yang dimulai saat kaki mendarat dan berakhir ketika

pusat gravitasi atlet lewat didepannya.

2. Fase gerakan yang dimulai ketika fase topangan berakhir dan

berakhir saat kaki meninggalkan tanah.

3. Fase pemulihan dimana kaki menjauh dari tanah dan dibawah

kedepan mempersiapkan untuk pendaratan berikutnya. (Hay, 1993:

406)

b. Lengan

Fase gerakan kaki seseorang atlet, pinggul diputar kebelakang

kedepan pada sebuah bidang horizontal. Ketika lutut kiri dibawa

kedepan dan keatas pada fase pemulihan dalam siklus kaki kiri, maka

pinggul (yang dilihat dari atas) berputar searah jarum jam. Batas

putaran arah jarum jam dicapai ketika lutut mencapai titik tertingginya

didepan tubuh. Selanjutnya, ketika kaki kiri diturunkan kearah lintasan

dan kaki kanan memulai gerakannya kedepan dan keatas, maka

pinggul mulai berputar berlawanan dengan arah jarum jam dicapai

ketika lutut kanan mencapai titik tertingginya didepan tubuh.

Gerakan putaran pinggul menimbulkan reaksi berlawanan pada

tubuh bagian atas atlet karena, ketika lutut kiri mengayun kedepan dan

keatas, lengan kanan mengayun kedepan dan keatas dan lengan kiri

Page 13: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

21

kebelakang dan keatas untuk mengimbangi gerakan kaki ini.

Selanjutnya, ketika kaki diturunkan, dan kaki kanan mulai bergerak

kedepan, gerakan lengan dibalik. Walaupun bahu juga dapat diputar

untuk mengimbangi gerakan pinggul, putaran semacam itu harus relatif

lambat. Untuk menghindari komplikasi yang mungkin diperkenalkan

oleh kelambatan ini, sprinter yang baik menggunakan sebuah gerakan

lengan dari jangkauan dan kekuatan tersebut sehingga tidak dibutuhkan

kontribusi dari bahu untuk mencapai kesetaraan (keseimbangan) yang

diperlukan antara gerakan pinggul dengan reaksi tubuh atas.

Pada gerakan lengan ini, lengan dijulurkan ke sudut kanan pada

siku dan diayunkan kebelakang dan kedepan dan sedikit kedalam

disekitar sumbu melalui bahu. Pada ayunan kedepan tangan berada

setingi bahu dan pada batas belakang sejajar dengan atau sedikit

debelakang pinggul (Hay, 1993: 410).

c. Tubuh

Pada fase topangan dan gerakan, atlet mengerahkan gaya

vertikal dan horizontal terhadap tanah. Reaksi yang sama dan

berlawanan yang ditimbulkan cendrung mempercepat atlet pada arah

dimana mereka bergerak dan, apabila mereka tidak bergerak melalui

pusat gravitasi, untuk mempercepat dirinya dengan sudut, dapat dilihat

pada gambar 2.4.

Page 14: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

22

Gambar 2.5 kemiringan Tubuh Pelari (Hay, 1993: 411)

Melakukan penyesuaian yang tepat pada kemiringan tubuh dan

memodifikasi momen-momen yang terlibat, sprinter yang baik

mengontrol tubuh disekitar sumbu transversal (melintang). Ketika

sprinter bergerak kedepan dan kebelakang kearah blok start, maka

komponen horizontal dari gaya reaksi tanah sangat besar. Untuk

mencegah efek putaran kebelakang dari gaya yang menjadi sangat

dominan ini, sprinter miring kedepan, yang menjaga lengan reaksi

horizontal tetap kecil dan lengan reaksi vertikal tetap besar. Pada

langkah-langkah yang berurutan, kecepatan kedepan sprinter yang

lebih besar membuatnya semakin sulit untuk mengerahkan gaya

horizontal dengan ukuran yang sama seperti pada permulaan. Untuk

mencegah kecendrungan putaran kedepan pada reaksi vertikal yang

menjadi dominan dan mungkin menyebabkan sebuah sandungan, atlet

mengangkat tubuh ketika gaya horizontal berkurang ukurannya.

Pada saat sprinter telah mencapai kecepatan tertinggi, maka

gaya horizontal yang dikerahkan terhadap tanah telah berkurang pada

titik dimana efek akselerasi yang dihasilkan hanya cukup untuk

mengimbangi efek perlambatan dari resistensi udara. Kecendrungan

putaran kebelakang dari kedua gaya tersebut juga telah berkurang dan

kebutuhan akan kemiringan tubuh kedepan tidak ada lagi. Akan tetapi,

masih ada suatu kebutuhan untuk melawan kecenderungan resistensi

Page 15: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

23

udara dan reaksi horizontal putaran kebelakang yang kecil. Jika hal ini

tidak dilakukan, maka tubuh pada akhirnya akan berputar kepada

posisi dimana atlet tidak dapat menerapkan gaya horizontal terhadap

tanah yang diperlukan untuk mempertahankan kecepatan (Hay, 1993:

412).

3) Teknik Finish

Unsur lari cepat tidak kalah pentingnya dengan teknik start dan teknik

lari (gerakan sprint) adalah masuk finish. Keberhasilan memasuki garis finish

sangat menentukan terhadap pencapaian prestasi dalam lari cepat. Hal ini

terutama nampak pula saat terjadi persaingan yang sangat ketat, dimana dua

orang pelari atau lebih memasuki garis finish dengan waktu yang bersamaan,

maka yang lebih berpeluang menjadi juara tentunya adalah pelari yang lebih

menguasai teknik memasuki garis finish.

Pada perlombaan lari penentuan kedatangan di garis finish berpedoman

pada posisi batang tubuh bagian atas yaitu, bahu atau dada. Saat memasuki garis

finish pelari harus berusaha membawa togok (tubuh) yaitu bahu atau dada

secepat mungkin untuk menyentuh pita finish, dengan cara merebahkan badan

atau memutar bahu ke depan dalam. Menurut Soegito, Bambang W dan

Ismaryati (1993: 101) dalam lari jarak pendek (sprint) dikenal tiga teknik

melewati garis finsh yaitu:

a. Berlari terus secepat mungkin, kalau mungkin bahkan menambah

kecepatan seakan-akan garis finish masih 10 meter di belakang garis finish

yang sesungguhnya.

b. Setelah sampai ± 1 meter di depan garis finsh merebahkan badan kedepan

seperti orang jatuh tersungkur tanpa mengurangi kecepatan.

c. Setelah sampai digaris finsh memutar bahu kanan atau kiri tanpa

mengurangi kecepatan.

Lari jarak pendek menuntut pengerahan kekuatan dan kecepatan

maksimal guna menempuh jarak dalam waktu sesingkat mungkin oleh karena

itu, atlet harus memiliki start yang baik, mampu menambah kecepatan dan

mempertahankan kecepatan maksimal untuk jarak yang tersisa. Lari jarak

Page 16: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

24

pendek membutuhkan reaksi yang cepat, akselerasi yang baik dan teknik yang

efesien.

Keberhasilan pelari cepat 100 meter, terletak pada penggunaan tenaga

maksimal untuk mendorong tubuh ke depan, tinggi lutut, dan penempatan kaki

tepat dibawah titik berat tubuh. Kecepatan pelari jarak pedek, tergantung pada

kemampuan atlet untuk mengkombinasikan gerakan langkah kaki, lengan atas,

lengan bawah, telapak tangan, badan, dan lain-lain dalam satu kesatuan

koordinasi.

Menurut Nicholas Ratamess (383 : 2012) Fase berlari mulai dengan

posisi awal, akselerasi, dan kecepatan maksimum. Posisi awal adalah penting

untuk mencapai stabilitas yang optimal memungkinkan pasukan pendorong

maksimal untuk percepatan. Percepatan ditandai dengan peningkatan

kecepatan. Setelah atlet mulai mempercepat dan mencapai kecepatan puncak

atau kecepatan, beberapa fase dapat diidentifikasi yang membantu pelatih

dalam menekankan teknik yang tepat (Gambar. 2.6). berlari bisa ditandai

dengan dua fase utama: (a) fase penerbangan dan (b) fase dukungan. Fase

penerbangan menjelaskan gerak kaki yang tidak bersentuhan dengan tanah. Hal

ini dapat lebih lanjut dipecah menjadi awal, tengah, dan akhir fase

penerbangan. Tahap awal penerbangan menggambarkan pemulihan gerak kaki

kembali dari waktu ia meninggalkan tanah sampai ada fleksi lutut moderat dan

hip lanjut hiperekstensi. Pinggul dan lutut berkurang kecepatannya otot rotasi

mundur dari paha dan kaki bagian bawah / kaki. Tahap midflight

menggambarkan gerakan kaki belakang dengan meningkatnya fleksi lutut dan

posisi fleksi pinggul paha sejalan dengan batang tubuh. Tahap akhir

penerbangan menggambarkan gerak untuk persiapan kontak dengan tanah. Itu

hip flexes depan dan lutut meluas untuk mencapai optimal posisi landing

unilateral dan menandakan awal dari fase dukungan. Fase dukungan

menggambarkan gerak kaki yang bersentuhan dengan tanah. Bisa lanjut

dipecah menjadi fase dukungan awal dan akhir.

Tahap dukungan awal menggambarkan gerakan kaki seperti itu kontak

tanah. Pengereman dan penyerapan shock take menempatkan sebagai pinggul

meluas, lutut sedikit fleksi, dan dorsiflexes pergelangan kaki. Tahap dukungan

Page 17: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

25

akhir menggambarkan tiga perpanjangan kaki untuk memaksimalkan kekuatan

pendorong selama push-off sehingga terus gerak pusat gravitasi (COG) ke

depan. ekstensi tiga melibatkan hip dan ekstensi lutut dan fleksi pergelangan

kaki plantar. Akhir segmen fase dukungan akhir menyimpulkan dengan leg

propulsi meninggalkan tanah menunjukkan awal dari fase penerbangan awal.

siklus berulang untuk durasi sprint.

Gambar 2.6 fase dalam lari sprint

1. Metode Latihan

a. Pengertian Latihan

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tidak terlepas dari

aktifitas latihan, meskipun dalam meningkatkan kualitas fungsi sistem

organ tubuh, menjaga kondisi fisik, dan meningkatkan kebugaran atau

kesegaran jasmani pada masyarakat umum maupun para atlit. Istilah

latihan berasal dari kata dalam bahasa inggris yang dapat mengandung

beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Dalam istilah

bahasa Indonesia kata-kata tersebut semuanya mempunyai arti yang

sama yaitu latihan. Namun, dalam bahasa inggris kenyataanya setiap kata

tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda. Dari beberapa istilah

tersebut, setelah diaplikasikan dilapangan memang Nampak sama

kegiatannya yaitu aktifitas fisik.

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas

untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan

Page 18: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

26

menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan

cabang olahraganya. Artinya, selama dalam kegiatan proses berlatih

melatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya

selalu dibantu dengan menggunakan berbagai peralatan pendukung.

Sebagai contoh, apabila seorang pemain sepakbola agar dapat mengiring

bola dalam penguasaanya penuh, maka diperlukan practice dalam

menggiring bola. Untuk itu diperlukan alat bantu seperti pancang yang

disusun berjarak 1 meter sebanyak 10 pancang. Pemain tersebut berusaha

lari sambil menggiring bola dengan cara zig-zag melewati pancang-

pancang. Dalam proses berlatih melatih practice sifatnya sebagai bagian

dari proses latihan yang berasal dari kata exercises. Artinya, dalam setiap

proses latihan yang berasal dari kata exercises pasti ada bentuk latihan

practice.

Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah

perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan

kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah

olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan exercises

merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk

satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan. Misalnya,

susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya

berisikan antara lain : (1) Pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan

(warming up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5)

cooling down/penutup. Latihan yang dimaksudkan oleh kata exercises

tersebut adalah materi dan bentuk latihan yang ada pada latihan inti dan

latihan tambahan (suplemen). Sedangkan materi dan bentuk latihan

dalam pembukaan, pemanasan, dan cooling down pada umumnya sama,

bagi istilah practice maupun istilah exercises. Latihan exercises sifatnya

sebagai bagian dari istilah kata training yang dilakukan pada saat latihan

harian atau dalam satu kali tatap muka.

Pengertian latihan yang berasal dari kata Training adalah

penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan

berolahraga yang berisikan materi teori, dan praktik, metode, dan aturan

Page 19: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

27

pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sarsan yang akan dicapai.

(Sukadiyanto, 2010). Sedangkan menurut Harre dalam dalam nossek

dalam sukadiyanto, (2010) latihan yang berasal dari kata training adalah

suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga dengan

pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan

teratur, sehingga dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan

olahragwan. Dengan demikian pengertian latihan yang berasal dari kata

training dapat disimpulkan sebagai suatu proses penyempurnaan

kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik,

menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan

ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga

tujuan latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.

Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari practice,

exersices, maupun training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena

diperlukan beban latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan

dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan

sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dengan

waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Khusus latihan

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik olahragwan secara

keseluruhan dapat dilakukan dengan cara latihan dan pembebanan yang

dirumuskan seperti berikut :

= +

Sasaran utama dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan

kualitas kebugaran energy (energy fitness) dan kebugaran otot (muscular

fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuan aerobik dan

anaerobik baik yang alaktid maupun yang laktid. Untuk kebugaran otot

meliputi peningkatan kemampuan biomotor yang meliputi : kekuatan,

ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan

kelincahan.

Kualitas fisik latihan Beban

Page 20: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

28

Beban latihan merupakan rangsang motor (gerak) yang dapat

diatur dan dapat dikontrol oleh pelatih maupun olahragawan untuk

memperbaiki kualitas fungsional berbagai peralatan tubuh. Ada 2 macam

beban latihan, yaitu beban luar dan beban dalam. Beban luar adalah

rangsang motor yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun

olahragwan dengan cara memvariasikan komponen-komponen latihan

(intetensitas, volume, recovery, dan interval). Sedangkan yang dimaksud

dengan beban dalam adalah perubahan fungsional yang terjadi pada

peralatan tubuh sebagai akibat dari pengaruh beban luar. Perubahan

fungsi peralatan tubuh yang dikarenakan pengaruh beban luar, antara lain

meliputi : a) perubahan morfologis (struktural) dari luas penampang

lintang otot, (b) perubahan faal dan biokimia, yakni sistem paru dan

sirkulasi darah sehingga proses metabolisme menjadi lebih baik, serta

kapasitas vital lebih besar, dan (c) perubahan psikologis, yakni

meningkatnya kemampuan olahragwan dalam menerima stress (tekanan),

tetap berkonsentrasi, dan dapat mengatasi tantangan (hambatan) yang

lebih berat.

Sebelum memulai latihan ada yang perlu di ingat bahwa sebelum

melakukan inti latihan harus adanya pemanasan atau warming up. Tujuan

dari pemanasan itu sendiri adalah agar meningkatkan suhu tubuh dan

meminimalisir cedera. Menurut David joyce dan Daniel lawindon

(2014:52) berjalan adalah salah satu cara terbaik untuk memulai kegiatan

Olahraga.

b. Ciri-ciri latihan

Berdasarkan uraian tentang pengertian latihan yang meliputi

practice, exercise, dan training, serta pendukung pencapaian tujuan

latihan yaitu dengan pembebanan, maka dapat disimpulkan maka tugas

utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan mengembangkan

konsep berlatih melatih dengan memadukan antara pengalaman praktis

dan pendekatan ilmiah, sehingga proses berlatih melatih dapat

berlangsung tepat, cepat, efektif dan efesien. Untuk itu proses latihan

tersebut selalu bercirikan antara lain :

Page 21: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

29

a. Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik

dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan),

serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.

b. Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya

latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan

(kontinyu). Sedangkan bersifat progresif maksudnya adalah materi

latihan diberikan dari yang mudah ke yang suka, dari yang sederhana

ke yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih

berat.

c. Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus

memiliki tujuan dan sasaran

d. Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar

pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relative

permanen.

e. Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang

direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor

kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.

c. Tujuan dan Sasaran Latihan

Objek dari proses latihan adalah manusia yang harus ditingkatkan

kemampuan, keterampilan, dan penampilannya dengan bimbingan

pelatih. Oleh karena anak latih merupakan satu totalitas system psikofisik

yang kompleks, maka proses latihan sebaiknya tidak hanya

menitikberatkan pada aspek fisik saja, melainkan juga harus melatihkan

aspek psikis secara seimbang dengan fisik. Untuk itu, aspek psikis harus

diberikan dan mendapatkan porsi yang seimbang dengan aspek fisik

dalam setiap sesi latihan, yang disesuaikan dengan periodesasi latihan.

Jangan sampai proses latihan yang berlangsung hanya “merobotkan

manusia”, akan tetapi harus “mamanusiakan manusia” yaitu

memandirikan olahragawan.

Tujuan latihan secara umum adalah membantu para Pembina,

pelatih, guru Olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan

Page 22: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

30

konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkapkan

potetensi olahragawan mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran

latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan

kesiapan olahragwan dalam mencapai puncak prestasi. Rumusan tujuan

dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka panjang maupun

yang jangka pendek. Adapun sasarn dan tujuan latihan secara garis besar,

untuk (a) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan

meneyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang

khusus, (c) menambah dan menyempurnakan teknik, (d)

mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola

bermain, (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan

dalam bertanding.

a. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan

menyeluruh.

Setiap proses latihan selalu berorientasi untuk meningkatkan

kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh. Kualitas fisik dasar

ditentukan oleh tingkat kebugaran energi dan kebugaran otot. Kebugaran

energy meliputi system aerobik dan anaerobik baik yang lakitid maupun

alaktid.

b. Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus.

Latihan untuk meningkatkan potensi fisik khusus untuk setiap

cabang Olahraga, sasaranya berbeda-beda satu dengan yang lain. Hal itu

antara lain disesuaikan dengan kebutuhan gerak, lama pertandingan, dan

predominan system energi yang digunakan oleh cabang Olahraga,

sehingga akan mendukung olahragawan dalam menampilkan potensi

kemampuan yang dimiliki.

c. Menambah dan menyempurnakan teknik.

Sasaran dari latihan di antaranya adalah untuk meningkatkan dan

menyempurnakan teknik agar menjadi benar. Sebab teknik yang benar

dari awal selain akan menghemat tenaga untuk gerak sehingga mampu

bekerja lebih lama dan berhasil baik, juga merupakan landasan dasar

menuju prestasi yang lebih tinggi.

Page 23: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

31

d. Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan

pola bermain.

Dalam latihan selalu mengajarkan startegi, taktik dan pola

bermain untuk dapat menyusun strategi diperlukan ketajaman dan

kejelian dalam menganalisis kelebihan dan kekurangan baik anak

latihnya sendiri maupun calon lawan. Sedankan untuk mengajarkan takti

harus didahului dengan penguasaan praktek tentang pola-pola bermain.

Dengan latihan semacam ini akan menambah kepandaian dan membantu

olahragawan dalam mengatasi berbagai situasi dilapangan, sehingga

melatih kemandirian olahragawan.

e. Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan

dalam bertanding.

Latihan harus melibatkan dan meningkatkan aspek kondisi psikis

olahragwan. Sebab aspek psikis merupakan salah satu faktor pendukung

dalam pencapaian prestasi maksimal, yang sering kali masih

mendapatkan porsi latihan yang relative sedikit dari pada latihan teknik

dan fisik. Aspek fisik juga memberikan sumbangan yang besar, tetapi

umumnya sudah dipersiapkan jauh sebelum kompetisi, sehingga bila

dites kemampuam fisik dan teknik sesuai parameter cabang olahraganya

menjelang pertandingan rata-rata baik. Namun, saat bertanding seringkali

hasilnya belum memuaskan seperti hasil tes fisik dan teknik sebelum

bertanding, hal itu disebabkan antara lain oleh perubahan keadaan psikis.

Sebab Pada saat pertandingan aspek psikis memberikan sumbangan yang

terbesar hingga mencapai 90%.

d. Efek dari latihan kecepatan

Efek psikologis dari latihan kecepatan belum banyak ditemukan,

hal ini berbeda dengan hal ketahanan. Tetapi beberapa perubahan yang

terjadi akibat latihan kecepatan (Mansur :2010) adalah sebagai berikut :

1. Perubahan serabut otot, peningkatan yang terjadi pada ukuran serabut

otot, total isi Phospagen otot dan konsentrasi enzim untuk memisahkan

glikogen menjadi asam laktat dan menurunkan energi tinggi Phospagen.

Page 24: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

32

Perbaikan ini berhubungan erat dengan peningkatan alactacit dan

kapasitas energi laktacid anaerobic.

2. Anaerobic Power, perbaikan pada kedua fungsi, pengerahan dan

kecepatan pada otot sudah diteliti secara umum. Hal ini telah

ditampakkan melalui perbaikan pada tenaga anaerobik dan kecepatan.

3. Tenaga Aerobik, Hanya sedikit peningkatan dalam VO2max setalah

latihan kecepatan. Pengaruh akan lebih signifikan ketika kegiatan sprint

jarak pendek dilakukan dengan periode recovery singkat, karena pada

saat itu system cardiorespiratory akan berperan lebih besar. Sekalipun

jarak sprint diperpanjang, biasanya volume tersebut tidak cukup untuk

menstimulasi adaptasi aerobic secara signifikan.

4. Penyadaran neuromuskuler (syaraf-otot), merupakan manifestasi

eksternal pada perbaikan mekanik. Program latihan sprint yang

dilakukan secara sistematis mempunyai pengaruh terhadap peningkatan

panjang langkah, kecepatan perpindahan langkah an singkronisasi gerak.

Sistem syaraf otot bertanggungjawab atas penyempurnaan ekspresi

sprint.

Sedangkan menurut Giri Wiarto (2012 : 160) latihan Olahraga

yang dilakukan secara teratur dan kontinu akan memberikan manfaat

yang sangat besar bagi kesehatan tubuh. Hal ini karena dengan

melakukan latihan Olahraga akan terjadi banyak perubahan-perubahan.

Perubahan tersebut antara lain :

1. Efek latihan pada perubahan biokimia tubuh

a. Perubahan aerobik

- Meningkatnya kandungan myoglobin

- Meningkatnya oksidasi glikogen

- Meningkatnya jumlah dan ukuran mitokondria

- Meningkatnya aktifitas enzim-enzim pada siklus kreb’s dan system

transport elektron

- Meningkatnya glikogen otot

- Meningkatnya oksidasi lemak

- Meningkatnya simpanan trigliserida otot

Page 25: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

33

- Meningkatnya ketersediaan lemak sebagai bahan bakar

- Meningkatnya aktifitas enzim yang terlibat dalam aktifitas, transport

dan pemecahan asam lemak

b. Perubahan anaerobik

- Meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC

- Meningkatnya simpanan ATP dan PC otot

- Meningkatnya aktifitas enzim yang memecah dan membentuk ATP

- Meningkatnya kapasitas glikolitik

- Meningkatnya aktifitas enzim glikolitik

c. Perubahan pada serabut otot cepat dan otot lambat

- Meningkatnya kapasitas aerobik yang sama pada kedua tipe serabut

otot

- Meningkatnya kapasitas glikolitik yang lebih besar pada serabut otot

cepat. Hypertrophy yang selektif, serabut otot cepat sprint training,

serabut otot lambat endurance training

- Tidak terjadi interkonvensi antar serabut otot

2. Perubahan Kardiovaskuler dan Respirasi

a. Perubahan pada sistem kardiovaskuler

- Meningkatnya ukuran jantung

- Menurunnya denyut jantung

- Meningkatnya isi sekuncup (SV)

- Meningkatnya volume darah dan hemoglobin

- Meningkatnya kepadatan kapiler dn hypertrophy otot

Sedangkan menurut nining W kusnanik, dkk (2011:144-145), otot juga

beradaptasi terhadap latihan anaerobik. Pada kegiatan intensitas tinggi, sprint

dan resistence, lebih banyak otot tipe II yang direkrut walaupun tipe I juga tetap

dipakai. Akibatnya, penampang serat otot baik tipe IIa atau tipe IIx meningkat

(terutama tipe IIa), sedangkan tipe I meningkat sedikit. Dengan latihan sprint

ada penurunan persentase serat otot tipe I dan peningkatan persentase serat otot

tipe II. Dalam suatu penelitian dimana subjek melakukan penelitian sprint 15

detik dan 30 detik all out (habis-habisan), otot tipe I menurun dari 57% menjadi

48% tipe IIa meningkat dari 32% menjadi 38%.

Page 26: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

34

Adaptasi dalam hal sistem energi

Sebagaimana halnya latihan daya tahan merubah sistem energi aerobik,

maka latihan anaerobik juga merubah sistem energy anaerobik, yaitu ATP-PCr

dan glikolisis anaerobik. Perubahannya memang tidak sejelas seperti pada

perubahan yang dihasilkan oleh latihan daya tahan, tetapi tetap meningkatkan

kinerja anaerobik.

Pemulihan Oksigen

Menurut Foss dan Keteyian, 1998: 50 dalam tesis sylvana yaka :2016).

Pemulihan diperlukan karena selama kerja latihan terjadi oksigen debt. Banyak

yang keliru menginterpertasikan istilah hutang oksigen yang diartikan sebagai

oksigen ekstra yang dikonsumsi selama pemulihan digunakan untuk mengganti

oksigen yang dipinjam dari suatu tempat didalam tubuh selama melakukan

latihan. Sebenarnya, selama latihan dengan kerja yang maksimal terjadi

pengosongan simpanan oksigen di dalam otot dan dalam darah vena. Pada

hakekatnya hal ini yang menyebabkan terjadinya hutang oksigen.

Menurut Davis, Kimmet dan Auty (1992: 78) yang dikutip dalam tesis

sylvan yaka : 32-33 : 2016 mengemukakan bahwa, dua konsep mengenai hutang

oksigen, yaitu: 1) kekurangan oksigen adalah jumlah oksigen tambahan yang

diperlukan saat harus benar-benar diselesaikan secara aerobik, 2) hutang oksigen

adalah jumlah oksigen yang digunakan selama pemulihan melebihi jumlah yang

seharusnya digunakan pada saat istirahat pada waktu yang sama. Pemulihan

oksigen merupakan besarnya oksigen yang dikonsumsi saat istirahat pada kurun

waktu yang sama. Selama pemulihan kebutuhan energi sangat sedikit karena

exercise telah terhenti, namun demikian konsumsi oksigen berlanjut ketahap yang

relative tinggi dalam suatu kurun waktu yang lamanya tergantung pada intensitas

dan untuk tingkat yang lebih rendah, durasi dari latihan.

Pada periode awal sesaat latihan terhenti kebutuhan oksigen sangat tinggi,

kemudian menurun seiring dengan berjalannya waktu pemulihan. Kebutuhan

oksigen selama pemulihan cukup tinggi hal ini bukan hanya sekedar untuk

membayar atau menganti hutang oksigen yang dilakukan selama kerja dalam

latihan. Foss dan Keteyian (1998: 51) mengemukakan bahwa, oksigen yang

Page 27: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

35

dikonsumsi selama pemulihan terutama digunakan untuk perbaikan/pemulihan

tubuh ke kondisi pre-exercise, termasuk pengisian kembali simpanan energi yang

dikosongkan dan perubahan asam laktat yang diakumulasikan selama exercise.

Pengisian simpanan energi yang dikuras selama kerja dan penggusuran

asam laktat diperlukan kerja secara aerobic sehingga di perlukan oksigen.

Besarnya jumlah oksigen yang diperlukan selama pemulihan tergantung pada

besarnya jumlah asam laktat yang terakumulasi dalam darah dan otot selama

latihan.

Pemulihan Energi

Pengisian energi merupakan pengisian kembali simpanan energi yang telah

dikuras atau dikosongkan selama periode kerja. Ada dua sumber energi yang

dihabiskan selama latihan yaitu, (1) phosphagen, atau ATP-PC, yang disimpan

dalam sel otot, dan (2) glikogen yang disimpan dalam jumlah besar baik dalam

hati dan otot yang berfungsi sebagai dua sumber bahan bakar yang penting pada

sebagian besar aktivitas latihan (Foss dan Keteyian, 1998: 52 dalam tesis sylvan

yaka : 2016).

Selama periode kerja anaerob, cadangan energi yang dikuras adalah ATP

dan PC. Pada latihan lari cepat, cadangan ATP dan PC habis setelah habis selama

beberapa detik dengan kecepatan maksimal. Setelah cadangan energi dalam otot

di gunakan maka diperlukan pemulihan energi. Pemulihan energi pada latihan

anaerob merupakan pengisian ATP dan PC dalam otot yang telah digunakan atau

dikosongkan selama periode kerja. Pada periode interval istirahat cadangan ATP

dan PC yang telah dihabiskan akan diisi kembali melalui sistem aerobik.

Pada periode awal, pemulihan ATP dan PC didalam otot berlangsung

dengan cepat. Periode pemulihan ATP dan PC dapat pula disebut sebagai

komponen pemulihan hutang oksigen alactasid. Berdasarkan beberapa hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar ATP dan PC yang dikuras

dalam otot pada waktu latihan (exercise) dengan sangat cepat diisi kembali (dalam

beberapa menit setelah exercise) (Foss dan Keteyian, 1998: 52 dalam tesis sylvan

yaka : 32-33 : 2016).

Sebagian besar ATP dan PC yang digunakan selama kerja dalam latihan

diisi kembali kedalam otot selama 2-3 menit. Setengah ATP dan PC dapat terisi

Page 28: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

36

pada periode 30 detik. Menurut Pyke et al (1991: 45), subtansi ATP-PC segera

dibentuk kembali setelah 30 detik yaitu sebesar 50%. Untuk mendekati 100%

diperlukan waktu 2-3 menit. Foss dan Keteyian (1998: 54) menyatakan bahwa,

ATP-PC terbentuk kembali setelah istirahat 30 detik ½, selama 1 menit sebesar ¾

dan selama 3 menit sebesar 63/64. ATP-PC dalam tubuh terbentuk kembali

sebesar 50% setelah istirahat selama 30 detik dan pulih mendekati 100 setelah

istirahat 3 menit.

Berkaitan dengan pemulihan energi pada latihan interval, Davis et al

(1992: 79) menyetakan bahwa, phosphagen terbentuk kembali setelah istirahat

dengan rincihan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pembentukan Phosphagen Setelah Istirahat

Waktu Pemulihan Besarnya Pembentukan Phosphgen

Kurang dari 10 detik Sangat kecil

30 detik 50%

60 detik 75%

90 detik 87%

120 detik 93%

150 detik 97%

180 detik 98%

Lamanya waktu yang diperlukan pada periode istirahat dalam latihan

interval bervariasi, tergantung pada jarak dan waktu tempuh tiap repetisi.

Lamanya waktu yang diperlukan periode istirahat dalam latihan interval lari juga

tergantung pada jenis kegiatan dan sistem energi yang digunakan selama latihan.

Lamanya pemulihan untuk kerja anaerob lactacid dengan penggunaan sistem

energi ATP-PC yaitu 2-3 menit. Setelah istirahat 2-3 menit, cadangan ATP-PC

didalam otot telah terisi hampir 100%, sehingga atlet siap untuk melakukan kerja

yang berat dengan intensitas maksimal.

Page 29: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

37

e. Latihan Kecepatan

Kemampuan kecepatan lari yang didapat merupakan perpaduan dari

beberapa kemampuan biomotorik yang dibangun dalam waktu yang cukup lama

melalui suatu proses pelatihan yang dalam hal ini latihan lari cepat.

Menurut Soekarman (1989:129), Sepakbola adalah olahraga yang

memerlukan kecepatan. Maka dari itu seorang pesepak bola di wajibkan

menguasai teknik-teknik, dan fisik dalam permainan sepakbola. Sebagai mana

tujuan dari latihan (traning) adalah untuk membantu atlit meningkatkan

keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.

Menurut Greg Gatz (2009 : 112) ada beberapa metode latihan kecepatan

yaitu, S-curve runs dan sprint in-out.

S-curve runs adalah latihan berlari dengan kecepatan tinggi dan keluar

dari tikungan. Latihan ini mensimulasikan pemain agar saling melengkapi untuk

mendapatkan posisi saat menyerang ke gawang lawan. Gunakan area berlari

antara 60-100 meter dengan jarak pembuat (kerucut tinggi atau tiang kelincahan)

antara 15-25 meter, dan pemain mulai mempercepat dengan kecepatan tinggi,

Condongkan dengan ledakan karena anda maju kelapangan untuk

memvariasikan latihan. Posisi rekan satu tim 5 meter, berdiri bahu membahu

tentukan salah satu dari pemain sebagai pemimpin dan lainya sebagai reaktor,

Mulai berlari ke lapangan dengan pemimpin menjalankan pola kurva dan reaktor

simulasi pola yang sama tanpa kehilangan jarak 5 meter antara anda. Ulangi

latihan secara bergantian. Berfokus pada pengembangan kecepatan sepakbola

spesifik dapat memberikan keuntungan tambahan ketika di tantang dalam

permainan. Meningkatkan kecepatan dapat meningkatkan bermain anda ke

tingkat yang baru dalam jangka waktu komponen lain juga. Latihan ini

dilakukan 2 set 4 repetisi dan 90 detik istirahat antar repetisi, dan istirahat 3

menit antar set. Gambar dibawah ini adalah arah lari yang disebut latihan s-

curve runs.

Page 30: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

38

Gambar 2.7 S-curve runs

Latihan Sprint in-out menggunakan lapangan terbuka atau jalur 100 –

120 meter. Pastikan permukaan adalah bebas dari hambatan. Mengatur penanda

(cone) pada titik yang diukur dari 30 meter, 70 meter, 90 meter yang anda

tunjuk. Setelah anda pemanasan, posisikan diri diawal dan mulai dengan secara

bertahap membangun kecepatan sehingga pada saat anda sampai di cone (30

meter), anda telah mencapai kecepatan penuh. Lanjutkan ke zona berikutnya

(30-70 meter) dengan konsentrasi dan cepat dengan lengan dan kaki

menggunakan mekanika lari yang baik. Ketika anda melewati zona akhir, mulai

bertahap melambat menggunakan zona (70-90 meter) untuk berhenti dibawah

kontrol. Latihan ini dilakukan 4 sampai 6 repetisi dengan rasio 3:1 istrahat kerja.

Gambar dibawah ini adalah arah lari yang disebut latihan sprint in-out.

Gambar 2.8 Sprin in-out

Page 31: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

39

Beberapa petunjuk untuk latihan kecepatan (syafrudin : 99):

1. Latihan kecepatan harus dilakukan dengan intensitas tinggi (80- 90%) karena

kecepatan tidak bisa berkembang dengan intensitas rendah

2. Pemansan dan latihan peregangan harus dilakukan sebelum latihan inti

karena latihan kecepatan menuntut elastisitas dan kemampuan releksasi otot

3. Durasi beban sangat pendek karena intensitas beban sangat tinggi

4. Waktu istirahat berlangsung relative lama karena diperlukan untuk

pemulihan secara sempurna/pulih

5. Jumlah repetisi sedikit karena intensitas tinggi

6. Kecepatan tidak bisa berkembang ketika tubuh mengalami kelelahan tinggi

karena kelelahan dapat mempengaruhi kerja system saraf.

Pada kecepatan gerakan siklik tidak terdapat perubahan struktur gerakan

selama gerakan berlangsung. Apabila gerakan siklik dimulai dengan nol, maka

waktu diukur dari respon terhadap signal seperi pada lari sprint. Dengan

demikian, gerakan siklik mengandung unsur sebagai berikut :

1. Kecepatan reaksi pada start, yaitu merespon signal dengan cepat,

2. Akselerasi gerakan, yaitu kemampuan percepatan yang ditandai dengan

peningkatan kecepatan gerakan,

3. Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal

4. Daya tahan kecepatan atau speed endurance, yaitu kemampuan

mempertahankan kecepatan maksimal sampai akhir gerakan lari.

f. Prinsip-Prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan, atau

dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan

psikologis olahragawan. Dengan memahami prinsip-prinsip latihan, akan

mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Selain itu, akan

menghindari olahragwan dari rasa sakit dan timbulnya cidera selama dalam

proses latihan.

Page 32: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

40

Menurut Sukadiyanto (2010:19), ada 12 prinsip-prinsip latihan, sebagai

berikut :

1. Prinsip Kesiapan

2. Prinsip individual

3. Prinsip adaptasi

4. Prinsip beban lebih (overload)

5. Prinsip Progresif

6. Prinsip Spesifikasi

7. Prinsip Variasi

8. Prinsip pemanasan dan pendinginan (Warm-Up and Cool Down)

9. Prinsip latihan jangka panjang (long term training)

10. Prinsip berkebalikan (Reversibility)

11. Prinsip tidak berlebihan (moderat)

12. Prinsip sistematis

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan

usia olahragawan. Oleh karena itu berkaitan erat dengan kesiapan kondisi secara

fisiologis dan psikologis dari setiap olahragwan. Artinya, pelatih harus

mempertimbangkan dan memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan

dari setiap olahragawan. Sebab kesiapan setiap olahragawan akan berbeda-beda

antara anak yang satu dengan yang lainya meskipun di antara olahragawan

memiliki usia yang sama. Hal itu dikarenakan perbedaan berbagai faktor seperti

gizi, keturunan, lingkungan, dan usia kalender.

Peningkatan keterampilan neuromuscular merupakan tugas dan tujuan

dari latihan, jadi keterampilan neuromuscular bukan saja karena dipengaruhi

oleh faktor usia dan kematangan anak. Latihan bagi lahragawan yunior lebih

ditekankan pada pengembangan keterampilan untuk pengayaan gerak dan yang

bersifat menyenangkan. Terutama lagi untuk mengembangkan kemampuan

fisiologi anak dalam menerima beban latihan. Berikut ini gambaran dari tujuan

latihan yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan anak.

Page 33: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

41

Tabel 2.2 tujuan latihan yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan anak

2. Prinsip individual

Dalam merespon beban latihan untuk setiap olahragawan tentu akan

berbeda-beda, sehingga beban latihan bagi setiap orang tidak dapat disamakan

antara orang yang satu dengan yang lainya. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan

diantaranya adalah :

a. Keturunan

Faktor yang berkaitan dengan keturunan diantarnya adalah keadaan fisik,

jenis otot, ukuran jantug, dan paru. Dimana faktor-faktor tersebut sangat

berpengaruh terhadap kemampuan olahragawan dalam merespon beban latihan.

Tingkat kebugaran aerobik dan ketahanan merupakan faktor keturunan yang

kurang lebih sebesar 25% sedangkan sisanya dapat ditingkatkan melalui latihan

(martens 1990, dalam buku sukadiyanto 2010). Meskipun faktor warisan yang

dimiliki sejak lahir dapat dipengaruhi oleh proses latihan dan keadaan

lingkungan, tetapi kemampuan dalam merespon beban latihan akan berbeda-

beda untuk setiap orang.

b. Kematangan

Tingkat kematangan olahragawan memiliki pengaruh besar terhadap

kemampuanya dalam merespon beban latihan. Semakin matang kondisi

seseorang semakin mampu menerima intensitas beban latihan yang lebih tinggi.

usia 6-10 tahun1. Memba

ngunkemauan/interes

2. Menyenangkan

3. Belajarberbagaiketerampilangerakdasar

Usia 11-13 tahun

1. Pengayaanketerampilan gerak

2. Penyempurnaan teknik

3. Persiapanuntukmeningkatkan latihan

Usia 14-18 tahun1. Peningkatan

latihan2. Latihan khusus3. Frekuensi

kompetisidiperbanyak

Usia dewasa

1. Puncakpenampilan ataumasaprestasinya

Page 34: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

42

c. Gizi

Latihan mengakibatkan perubahan dalam jaringan dan organ-organ

tubuh, dimana perubahan tersebut memerlukan protein, karbohidrat, lemak, dan

nutrisi-nutrisi lain. Makanan olahragwan yang tidak mengandung gizi cukup

akan mengakibatkan kegagalan dari tujuan latihan.

d. Waktu istirahat dan tidur

Para Olahraga yunior pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang

lebih 8 jam sehari semalam. Selebihnya dari waktu tersebut digunaka untuk

kegiatan lain dan istirahat, terutama setelah melakukan latihan dengan intensitas

tinggi. Pada olahragwan yunior yang berusia muda masih dalam masa

pertumbuhan fisik, sehingga memerlukan waktu istirahat yang cukup.

e. Tingkat kebugaran

Latihan akan meningkatkan kebugaran secara drastis, bila tingkat

kebugaran awal anak masih rendah. Peningkatan memerlukan waktu yang cukup

lama dan variasi bentuk latihan yang banyak. Anak yang tidak bugar akan

mudah lelah dalam menerima beban latihan, sehingga jika dalam keadaan lelah

masih tetap melakukan latihan akan berbahaya karena dapat mengakibatkan

cidera dan rasa sakit.

f. Pengaruh lingkungan

Faktor-faktor lingkungan baik secara fisik maupun psikis akan

berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam merespon beban latihan. Contoh,

anak yang sedang mengalami permasalahan psikologis (tekanan emosi) baik

dirumah atau disekolah sebaiknya tidak diberi beban latihan yang berat, sebab

akan menambah tingkat ketegangan anak.

g. Rasa sakit dan cidera

Olahragwan yang mengalami sakit dan cidera tentu akan kesulitan

untuk merespon beban latihan. Untuk itu beban latihan yang dberikan pelatih

harus disesuaikan dengan melihat tingkat sakit dan cideranya agar tidak

menjadi lebih parah.

h. Motivasi

Olahragwan yang memiliki motivasi tinggi akan berlatih akan

bertanding denga usaha yang keras dan ampu tampil lebih baik. Bagi

Page 35: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

43

olahragawan yang karena dorongan dari diri sendiri akan selalu bersemangat

dalam setiap latihan maupun bermain.

3. Prinsip Adaptasi

Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu beradaptasi terhadap

perubahan lingkungannya. Keadaan ini menguntungkan untuk proses berlatih-

melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan

melalui latihan.

Latihan akan menyebabkan perubahan jaringan didalam tubuh secara

bertahap sesuai dengan tingkat pembebanannya setiap harinya tingkat

perubahan yang terjadi sangat sedikit dan hamper tidak atau sulit diukur,

sehingga diperlukan pemantauan setiap latihan. Untuk itu, latihan harus

dilakukan secara progresif, artiya harus dilakukan secara ajeg maju

berkelanjutan, dari yang ringan ke berat, dari yang mudah ke sulit, agar

terjadi proses adaptasi.

4. Prinsip beban lebih (Overload)

Beban latihan harus mencapai atau melampaui sedikit diatas batas

ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak

mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tdak berpengaruh

tehadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi

prinsip moderat.

5. Prinsip progresif (peningkatan)

Agar terjadi proses adaptasi pada tubuh, maka diperlukan prinsip

beban lebih yang diikuti dengan prinsip progresif. Latihan bersifat progresif

artinya, dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang

sukar, sederhana ke yang kompleks, umum ke khusus, bagian ke seluruhan,

ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas.

6. Prinsip Spesifikasi (kekhususan)

Setiap bentuk latihan yang dilakukan oahragwan memiliki tujaun

yang khusus. Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspon secara

khusus pula oleh olahragwan, sehingga materi latihan harus dipilih sesuai

dengan kebutuhan cabang olahraganya. Untuk itu, sebagai pertimbangan

Page 36: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

44

dalam menerapkan prinsip spesifikasi, antara lain ditentukan oleh : (a)

spesifikasi kebutuhan energy, (b) spesifikasi bentuk dan model latihan, (c)

spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan, dan (d) waktu

periodesasi latihan.

7. Prinsip Variasi

Program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk

menghindari kejenuhan, keenganan dan keresahan yang merupakan

kelelahan secara psikologis. Untuk itu program latihan perlu disusun lebi

variatif agar tetap meningkat ketertarikan olahragawan terhadap latihan,

sehinga tujun latihan tecapai. Komponen utama yang diperlukan untuk

memvariasi latihan menurut martens dalam sukadiyanto (2010:29) adalah

perbandingan antara (1) kerja dan istirahat, dan (2) latihan berat dan

ringan.

8. Prinsip pemanasan dan pendinginan (Warm-Up and Cooling Down)

Dalam satu unit latihan atau satu pertemuan latihan selalu terdiri

dari : (1) pengantar/pengarahan, (2) pemanasan, (3) latihan inti, (4) latihan

suplemen untuk kebugaran otot dan kebugaran energy, dan (5) cooling

down dan penutup. Tujuan pemanasan adalah untuk mempersiapkan fisik

dan psikis olahragawan memasuki latihan inti. Ada minimal 4 macam

kegiatan pada tahap pemanasan, antara lain : (1) aktivitas yang bertujuan

untuk menaikan suhu badan, (2) aktivitas peregangan (stretching) baik

yang pasif maupun yang aktif (kalestenik/balestenik), (3) aktivitas senam

khusus cabang olahraganya, (4) aktivitas gerak teknik cabang olahaganya.

9. Prinsip latihan jangka panjang (long term training)

Pretasi Olahraga tidak dapat dicapai ibarat orang menggigit cabai,

yaitu digigit langsung terasa pedasnya. Untuk meraih prestasi terbaik

diperlukan proses latihan dalam jangka waktu yang lama. Pengaruh beban

latihan tidak dapat diadaptasikan oleh tubuh secara mendadak, tetapi

memerlukan waktu dan harus bertahap serta kontinyu. Untuk itu

diperlukan waktu yang lama dalam mencapai kemampuan maksimal.

Pencapaian prestasi maksimal didukung oleh berbagai kemampuan dan

Page 37: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

45

keterampilan gerak. Untuk menjadi gerak yang ototmatis diperlukan

proses dan dan memakan waktu yang lama. Persiapan yang dilakukan

oleh olahragawan melalui proses yang teratur, intensif dan progresif

membutuhkan waktu antara 4-10 tahun. Oleh karena itu, latihan untuk

jangka panjang selalu dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan

anak, peletakkan dasar gerak dan gerak dasar teknik cabang Olahraga,

penambahan keterampilan dan pengayaan gerak, serta strategi

pembelajaran. Hindari prinsip memperbanyak latihan dan pemaksaan

beban latihan yang tidak sesuai dengan tujuan latihan, karena akan

menghasilkan olaragwan yang matang sebelum waktunya.

10. Prinsip berkebalikan (Reversibilit)

Prinsip berkebalikan (reversibility)artinya, bila olahragawan

berhenti dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama,

maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara

otomatis. Sebab proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil dari latihan

akan menurun bahkan hilang, bila tidak dipraktekan dan dipelihara

melalui latihan yang kontinyu. Dengan demikian wajar jika ada

olahragawan yang mengalami cidera sehingga tidak dapat latihan secara

kontinyu akan menurun prestasi dan kemampuanya. Keadaan ini harus

disadari oleh para pelatih dan olahragawan, sehingga jangan memaksakan

untuk bertanding tanpa persiapan kepada olahragawan yang lama tidak

menjalankan latihan.

Olahragwan yang tidak latihan dan beristirahat total tanpa ada

aktivitas lain, tingkat kebugarannya akan mengalami penurunan rata-rata

10% setiap minggunya.

11. Prinsip tidak berlebihan (moderat)

Keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh

pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus

disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan

perkembangan olahragwan, sehingga beban latihan yang diberikan

benar-benar tepat (tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan).

Sebab, bila beban latihan terlalu ringan tidak akan mempunyai dampak

Page 38: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

46

terhadap peningkatan kualitas kemampuan fisik, psikis, dan keterampilan

sebaliknya, bila beban latihan terlalu berat akan mengakibatkan cidera

dan sakit. Keadaan itu yang sering dinamakan overtraining. Hal itu akan

sangat merugikan para pelatih dan olahragwan itu sendiri. Untuk itu

perlunya dilakukan tes dan pengukuran kemampuan olahragawan pada

setiap periode waktu tertentu. Dengan cara tersebut dapat tepat sesuai

kemampuan dalam menentukan beban latihan setiap olahragawan.

12. Prinsip sistematik

Prestasi olahragawan sifatnya stabil dan sementara, sehingga

prinsip ini berkaitan dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala

prioritas sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis

pembebanan yang berbeda-beda. Skala prioritas latihan berhubungan

dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan

prioritas latihan.

g. Komponen-komponen Latihan

Setiap aktivitas fisik (jasmani) dalam latihan Olahraga selalu

mengakibatkan terjadinya perubahan, antara lain pada keadaan anatomi,

fisiologi, biokimia, dan psikologis pelakunya. Latihan merupakan proses

pengakumulasian dari berbagai komponen kegiatan yang antara lain

seperti : durasi, jarak, frekuensi, jumlah ulangan, pembebanan, irama

melakukan, intensitas, volume, pemberian waktu istirahat, dan densitas.

Superkompensasi adalah proses perubahan kualitas fungsional peralatan

tubuh kea rah yang lebi baik, sebagai akibat dari pengaruh perlakuan

beban luar yang tepat. Komponen latihan yang menentukan proses

terjadinya superkompensasi, antara lain : intensitas, volume, recovery,

dan interval. Adapun beberapa macam komponen latihan beserta

pengertian da contohnya seperti berikut ini. (Sukadiyanto : 2010)

1. Intensitas

Intensitas adalah ukuran yang menunjukan kualitas (mutu) suatu

rangsang atau pembebanan. Untuk menentukan besarnya ukuran

intensitas antara lain ditentukan dengan cara menggunakan:

Page 39: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

47

a. 1 RM (repetition maximum)

1 RM sebagai salah satu ukuran intensitas yang bentuknya

adalah yang mengukur kemampuan otot atau sekelompok otot

untuk mengangkat atau melawan beban secara maksimal dalam 1

kali kerja.

b. Denyut jantung permenit

Denyut jantung per menit sebagai ukuran intensitas

dihitung berdasarkan denyut jantung maksimal. Denyut jantung

maksimal orang kebanyakan biasanya dihitung mengunakan

rumus 220-usia. Namun dalam menghitung denyut jantung untuk

Olahraga prestasi, terutama yang memiliki denyut jantung sedikit

penggunaan rumus tersebut kurang sesuai. Bagi olahragawan

terlatih yang memiliki denyut jantung sedikit dengan

menggunakan rumu 220-usia tersebut mengakibatkan latihan

terlalu berat. Untuk itu rumus yang mendekati akurat dalam

menghitung denyut jantung maksimal sebagai ukuran intensitas

latihan kurang lebih sebagai berikut:

Tabel 2.3 : Prediksi rumus untuk menghitung denyut jantung maksimal

C

Contoh dua orang atlet A dan B berumur sama 20 tahun, A

memiliki denyut jantung istirahat 57x/ menit dan B 62x / menit. Dengan

menggunakan rumus 220-umur, maka perkiraan denyut jantung

maksimal keduanya adalah 200x/ menit. Namun dengan menggunakan

rumus tersebut diatas, untuk A yang memiliki denyut jantung istirahat 57

x/menit, maka rumusnya 210-umur, sehingga perkiraan denyut jantung

maksimalnya adalah 220-20 =190. Sedangkan untuk B yang denyut

Denyut jantung

istirahat

Denyut jantung

maksimal

orang awam < 60x / menit 220-usia

orang teratih 51 s/d 59x /menit 210-usia

sangat terlatih <50x/menit 200-usia

Page 40: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

48

jantung istirahatnya 62 x/menit, maka rumusnya 220-umur, sehingga

perkiraan denyut jantung maksimalnya adalah 220-20=200.

c. Kecepatan (waktu tempuh)

Kecepatan dapat sebagai ukuran intensitas, yaitu lamanya waktu

tempuh yang digunakan untuk mencapai jarak tertentu. Misalnya, pelari

berlari menempuh jarak 100 meter dengan lama waktu tempuh 12:50

detik. Untuk menentukan intensitas latihanya dengan cara jarak tempuh

dibagi waktu tempuh, menjadi 100/12:50 detik = 8 meter/detik. Artinya

kecepatan pelari tersebut setiap 8 meter memerlukan waktu tempuh 1

detik, sehingga intensitas latihannya adalah 8 meter/detik.

d. Jarak tempuh

e. Jumlah repetisi (ulangan) per waktu tertentu (menit/detik)

Jumlah repetisi dapat sebagai ukuran intensitas, yaitu dengan cara

melakukan satu bentuk aktivitas dalam waktu tertentu dan mampu

melakukanya dalam beberapa ulangan.

2. Volume

Volume adalah ukuran yang menunjukkan kuantitas (jumlah)

suatu rangsang pembebanan. Adapun dalam proses latihan cara yang

digunakan untuk meningkatkan volume latihan dapat dilakukan dengan

cara latihan itu, (1) diperberat, (2) diperlama, (3) dipercepat, (4) atau

diperbanyak. Untuk itu dalam menentukan besarnya volume dapat

dilakukan dengan menghitung, (a) jumlah bobot pemberat per sesi, (b)

jumlah ulangan per sesi, (c) jumlah set per sesi, (d) jumlah pembebanan

per sesi, (e) jumlah seri atau sirkuit per sesi, (f) lama-singkatnya

pemberian waktu recovery dan interval.

3. Recovery

Istilah recovery selalu terkait erat dengan interval, sebab kedua

istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu pemberian waktu

istirahat. Recovery adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar

set atau antar repetisi (ulangan).

Page 41: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

49

4. Interval

Pengertian antara waktu recovery dan interval adalah sama yaitu

pemberian waktu istirahat pada antar aktivitas. Interval adalah waktu

istirahat yang diberikan pada saat antar sesi, antar sirkuit atau antar sesi

per unit latihan.

5. Repetisi

Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan untuk setiap butir

atau item latihan. Dalam satu seri atau sirkuit biasanya terdapat beberapa

butir atau item latihan yang harus dilakukan dan setiap butirnya

dilaksanakan berkali-kali. Sebagai contoh item latihan yang macamnya

antara lain push ups 50 kali, dilanjutkan sit ups 50 kali, back ups 50 kali,

squat thrust 10 kali, squat jump 10 kali, lompat pagar 15 kali. Adapun

jumlah kali yang dilakukan (50x, 50x, 50x, 10x, 10x, 15x) tersebut yang

dinamakan repetisi atau pengulangan.

6. Set

Set dan repetisi memiliki pengertian yang sama, namun juga ada

perbedaanya. Set adalah jumlah ulangan untuk satu jenis butir latihan.

Contoh pada lari cepat 30 meter diatas, yang terbagi dalam 4 set dan

dalam setiap set terdiri dari 4 kali lari. Sedangkan repetisi adalah jumlah

ulangan yang digunakan untuk menyebutkan beberapa jenis butir latihan.

Jadi letak perbedaanya, kalau set dipakai untuk menyebutkan jumlah

ulangan pada macam latihan yang tunggal, sedangkan repetisi dipakai

untuk menyebutkan jumlah ulangan pada latihan terdiri dari beberapa

butir (macam) aktivitas.

7. Seri atau sirkuit

Seri atau sirkuit adalah ukuran keberhasilan dalam menyelesaikan

beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda. Artinya, dalam satu

seri terdiri dari beberapa macam latihan yng semuanya harus

diselesaikan dalam satu rangkaian.

8. Durasi

Durasi adalah ukuran yang menunjakan lamanya waktu

pemberian rangsang (lamanya waktu latihan). Sebagai contoh, dalam

Page 42: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

50

sekali tatap muka (sesi) memerlukan waktu latihan selama 3 jam, berarti

durasi latihanya selama 3 jam tersebut.

9. Densitas

Densitas adalah ukuran yang menunjukkan padatnya pemberian

rangsang (lamamnya pembebanan).

10. Irama

Irama latihan adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan

pelaksanaan suatu perangsang atau pembebanan. Ada 3 macam irama

latihan, yaitu irama cepat, sedang dan lambat.

11. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah latihan yang dilakukan dalam periode

waktu tertentu.

12. Sesi atau unit

Sesi atau unit adalah jumlah materi program latihan yang disusun

dan yang harus dilakukan dalam satu kali pertemuan.

3. Tipe Serabut Otot Pada Lari Cepat

Menurut (Giri Wiarto : 59), Secara umum serabut otot rangka serupa satu

dengan yang lain, tapi otot rangka merupakan jaringan yang sangat heterogen

yang tersusun dari serabut yang berbeda dalam aktifitas myosin ATPase,

kecepatan kontraktil dan sifat lain. Berdasarkan serabutnya, ada dua jenis otot

rangka yang ada didalam tubuh manusia yaitu :

a. Otot Putih (Otot kontraksi cepat)

Otot putih ini memiliki karakteristik bekerja secara anaerobik,

intensitasnya tinggi, mudah mencapai kelelahan dan kontraksinya dua kali lipat

lebih kuat. Konsumsi energy berasal dari glikolisis. Otot putih ini banyak

terdapat pada otot yang digunakan untuk beraktifitas yang kuat dan berat.

Contohnya ketika melakukan sprint 100 meter.

Menurut Jhon A Hawley (12 : 2000), komposisi serat otot pendorong

pelari memiliki pengaruh yang nyata dalam hasil lari, dengan proporsi tinggi

serat otot fast twitch atau otot cepat menguntungkan bagi atlet pelari 100 meter.

b. Otot merah (Otot kontraksi lambat)

Page 43: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

51

Otot ini disebut merah karena disebabkan banyak mengandung

hemoglobin. Otot ini memiliki karakteristik bekerja secara aerobik, tidak mudah

lelah, kontraksinya yang lambat, aktifitasnya memerlukan waktu yang lama serta

mengandung hemoglobin dan enzim oksidasi. Otot ini digunakan untuk aktifitas

yang memerlukan daya tahan seperti, marathon, jalan cepat, dan lari jarak jauh.

Tabel 2.4 perbandingan otot lambat dan otot cepat

Tabel 2.5 karakteristik otot sprinter dan marathon

Sprinter MarathonTipe serabut Tipe II (glikolitik) Tipe I (oksidatif)Sumber energy utama Creatin phopsphat

(1-5 detikpermulaan)

Menggunakan ATP

Sumber bahan bakar Glukosa danGlikogen otot

Glukosa darah danasam lemak

Glikogen otot Tidak bertahanlama

Bertahan lama

Berdasarkan perbandingan dan karakteristik kedua otot tersebut, maka dalam

latihan kecepatan lari jenis serabut otot yang digunakan adalah serabut otot cepat

(otot putih) karena jenis serabut ini dapat melakukan kontraksi yang kuat dan cepat.

4. Sistem Energi Lari Cepat (Sprint)

Energi secara umum diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.

Secara umum aktifitas dalam Olahraga terdiri dari dua jenis aktifitas yaitu aktifitas

aerobik dan aktifitas anaerobik. Contoh aktifitas Olahraga yang termasuk aktifitas

Otot cepat (serabut otot putih) Otot lambat (serabut otot merah)Serabut-serabutnya besar untuk kekuatanyang besar

Serabut-serabutnya lebih kecil

Reticulum sarkoplasma yang luas gunamempercepat lepasnya ion-ion kalsiumuntuk memulai kontraksi

Dipersarafi oleh serabut-serabut sarafyang kecil

Banyaknya enzim glikolisis untuk prosespelepasan energy pada proses glikolisis

Sistem pembuluh darah dan kapiler darahyang luas untuk menyediakan oksigenyang banyak

Darah yag disuplai tidak terlalu banyakkarena metabolisme oksidatif tidakterlalu penting

Mitokondria jumlahnya meningkat untukmendukung metabolisme oksidatif

Mitokondria berjumlah sedikit Serabut-serabutnya banyak mengandungmyoglobin

Page 44: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

52

aerobik adalah jogging, jalan sehat, dan lainya. Sedangkan contoh aktifitas Olahraga

yang termasuk anaerobik adalah lari sprint 100 meter, lompat tinggi dan lainnya.

Aktivitas anaerobik merupakan aktifitas dengan intensitas tinggi yang

membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat tetapi tidak dapat

dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang lama. Aktifitas ini membutuhkan

recovery agar ATP dapat di regenerasi kembali sehingga dapat melakukan aktifitas

fisik kembali. (Syafruddin : 2012 :48)

Menurut Bower dan Fox (1992: 19-24), ada 3 sistem energi dalam

melakukan aktivitas Olahraga yaitu sistem phosphagen (Phosphagen System) atau

sistem ATP-PC (Adenosine Triphospate – Creatine Phosphate), sistem asam laktat

(The Lactid Acid System) dan sistem aerobik atau sistem oksigen (The Oxygen or

Aerobik system).

ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara. Dua cara diantaranya

secara anaerob yang berarti oksigen tidak mutlak diperlukan dalam proses

menghasilkan ATP, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA. Cara yang ketiga adalah

sistem aerob, yang memerlukan oksigen dalam menghasilkan ATP (Smith, N.J.

1983: 184).

1. Sistem Phosphagen atau sistem ATP-PC

Sistem Phosphagen merupakan merupakan energi tercepat bila dibandingkan

dengan kedua sistem energi lainnya karena sistem ini menggunakan Adenosine

Triphosphate (ATP) yaitu suatu bentuk energi kimia yang segera dapat digunakan

untuk kerja otot. Aktivitas yang berlangsung sangat cepat dengan tempo tinggi

seperti, lari cepat, tolak peluru, lompat tinggi didominasi oleh sistem ini. Bompa

(1999: 21) mengemukakan bahwa sistem phosphagen hanya mampu mensuplai

energy untuk waktu 8-10 detik. Sehingga lari cepat 100 meter mengunakan sistem

Phosphagen atau sistem ATP-PC.

Pada saat aktivitas dengan intensitas atau tempo tinggi, ATP akan digunakan

lebih cepat dari pada energi yang dapat dihasilkan secara aerobik. Dalam kondisi ini

ATP sangat diperlukan, maka untuk menutup kebutuhan yang mendesak tersebut

muncul senyawa kaya energi yang lain yang dikenal dengan creatine phosphate

(CP). Creatine phosphate berkaitan erat dengan ATP yang tersimpan dalam sel otot

dan bila dipecah akan menghasilkan energi dalam jumlah yang besar.

Page 45: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

53

2. Sistem Asam Laktat

Sistem asam laktat dikenal dengan glikolisis anaerobik (anaerobik

Glycolisis), yang berarti penguraian/ pemecahan glucose menjadi asam piruvat

(pyruvic acid) tanpa oksigen. Sistem asam laktat ini sangat diperlukan pada

aktivitas yang berlangsung antara 1-3 menit, seperti pada lari 400 meter dan 800

meter, renang 100 meter sampai 200 meter yang energy ATP-nya sangat

tergantung dari sistem asam laktat. (Bower & Fox, 1992 : 22).

3. Sistem Aerobik (the oxygen or aerobic sytem)

Sistem aerobik merupakan sistem energi yang mekanisme pembentukan

energi selalu menggunakan oksigen (O2). Sistem lebih dominan diperlukan pada

aktivitas yang berlangsung di atas 3 menit seperti lari 5000 meter dan 10.000

meter, lari marathon, lari rintangan dan lain sebagainya. Rangkaian reaksi sistem

ini berlangsung dalam mitochondria (bagian sel otot yang spesifik), yaitu tempat

sistem ini menghasilkan energi.

Pada kerja otot yang berlangsung dengan intensitas tinggi seperti lari 100

meter atau angkat besi yang durasinya sangat singkat (dalam hitungan detik),

maka untuk aktivitas ini diperlukan sistem phosphagen atau sistem ATP-PC.

Berikut dapat dilihat empat pengelompokkan sistem energy berdasarkan durasi

unjuk kerja, sistem energi utamanya dan bentuk-bentuk kegiatannya.

Tabel 2.6 Pengelompokkan sistem energi utama berdasarkan durasi kerja

(Bower & Fox, 1992 : 48)

Area Durasi kerja Sumber energyutama

Contoh kegiatan

1 Kecil dari 30detik

ATP-PC Tolak peluru, lari 100 meter,golf dan ayunan tenis.

2 30 detik s/d 90detik

ATP-PC danlactid acid (LA)

Lari 200 meter, renang 200meter, speed skating

3 90 detik s/d 3menit

Lactid acid danoksigen

Lari 800 meter, renang 200meter

4 Besar dari 3menit

Oksigen Games dalam Olahraga,cross country dan marathon

5. Rasio Panjang telapak kaki dan tinggi badan

Prestasi lari cepat dapat dipengaruhi oleh proporsi tubuh (rasio

anthropometrik) dari atlet baik itu tinggi badan, berat badan, panjang tungkai

ataupun faktor anthropometrik yang lain. Istilah anthropometrik berasal dari kata

Page 46: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

54

“anthro” yang berarti manusia sedangkan “metron” yang berarti ukuran. Verducci

(1980:215) menyatakan bahwa rasio anthropometrik merupakan pengukuran lebih

jauh mengenai bagian-bagian luar dari tubuh. Pengukuran anthropometrik

diantaranya meliputi pengukuran yang membedakan panjang telapak kaki dan tinggi

badan.

Ciri-ciri bangunan tubuh manusia seperti perbandinagn panjang telapak kaki

dan tinggi badan memegang peran penting dalam meningkatkan kecepatan, akan

tetapi tidak bisa dilatih. Hal ini disebabkan anthropometri tubuh setiap orang

tumbuh dan berkembang secara alami sesuai dengan faktor genetik bawaan yang

dimiliki.

Panjang telapak kaki bisa dikatakan relatif panjang apabila ditinjau dari segi

perbandingan dengan tinggi badan. Kondisi pertumbuhan yang bervariasi yang

dialami oleh setiap individu mengakibatkan bervariasinya proporsi ukuran bagian-

bagian tubuh yang dimiliki. Proporsi ukuran bagian-bagian tubuh ada hubungannya

dengan kapasitas kemampuan individu untuk melakukan keterampilan gerak

tertentu. Proporsi ukuran bagian-bagian tubuh tertentu akan menguntungkan untuk

bentuk gerakan tertentu dan sebaliknya bisa menguntungkan dalam melakukan

keterampilan gerak yang lain.

Bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari

merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi

olahraga. M Sajoto (1988:11) menyatakan salah satu aspek untuk mencapai prestasi

dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh, yaitu:

1) ukuran tinggi badan dan panjang tungkai, 2) ukuran besar, lebar dan berat badan,

3) somatotype (bentuk tubuh). Tungkai manusia terbagi atas tiga segmen yaitu:

tungkai atas, tungkai bawah, dan telapak kaki. Rasio panjang telapak kaki dan tinggi

badan secara biomekanika diduga dapat meningkatkan kecepatan lari.

a. Tinggi Badan

Badan manusia sebagai ciri khas untuk melakukan kombinasi dalam

beraktivitas, tanpa badan yang memiliki struktur yang baik satu gerak lari cepat yang

baik pula akan terhambat. Badan merupakan esensi yang penting untuk melakukan

gerak Olahraga, yang mampu mewujudkan kontraksi dengan lengkap. Seorang atlit

yang tinggi jelas mendapat keuntungan dibandingkan atlit yang kurang tingginya.

Page 47: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

55

Bentuk badan pelari yang ideal pada umumnya adalah bentuk tubuh yang tinggi dan

langsing.

Tinggi badan menentukan keberhasilan dalam sejumlah cabang olahraga,

termasuk dalam hal kecepatan lari (lari 100 meter). Atlet yang memiliki tinggi

badan lebih tinggi akan lebih menguntungkan, yaitu jangkauan langkah akan

menjadi jauh. Atlet yang memiliki sifat dan karakteristik tinggi badan yang ideal

dimungkinkan akan mempunyai keuntungan secara mekanik.

Dalam pemilihan cabang olahraga tidak terlepas dari postur yang dimiliki

atlet, postur dikatakan baik apabila:

1) Bagian atau segmen tersusun rapi.

2) Tidak ada ketegangan pada persendian, tulang, ligamen dan otot di

sekelilingnya.

Postur mempunyai kaitan dengan proporsi tubuh yang khas menurut cabang

olahraganya sebagai berikut:

1) Kaki mengarah kedalam atau inversi saat berdiri dalam sikap sedia, dengan

lutut agak ditekuk dan badan membungkuk, stabilitasnya lebih besar dan

lebih mudah bergerak.

2) Sebaiknya kaki yang mengarah keluar atau eversi (duck feet), mempunyai

kemampuan di air untuk menyisir keluar.

3) Badan dengan ruas tulang belakang bagian pinggang yang agak melengkung

(sway back) atau tenggeng, disebabkan oleh karena pelvis condong ke depan.

Postur ini cocok untuk peloncat, pesenam, sprinter dan lompat jauh

b. Telapak kaki

Telapak kaki mempunyai dua fungsi utama, yaitu: 1) sebagai penyokong

berat badan, 2) berfungsi sebagai pengungkit untuk memajukan tubuh sewaktu

berjalan atau berlari (Snell, Richard S. 2006). Telapak kaki merupakan komponen

pembentuk ekstrimitas inferior, yang tersusun dari sekelompok tulang yaitu:

calcaneus, talus, navikular, cuboit, cuneiform, metatarsal, dan palanges. Telapak

kaki dapat menyokong berat badan dan berfungsi sebagai pengungkit yang kaku

untuk gerakan kedepan. Gerak maju seluruhnya akan tergantung pada aktivitas

m.Gastrocnemius dan m.soleus. Karena pengungkit ini terdiri atas segmen-segmen

dengan banyak sendi. Otot-otot flexor panjang dan otot-otot kecil kaki dapat

Page 48: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

56

menggunakan fungsinya pada tulang-tulang kaki bagian depan dan jari-jari (sebagai

landasan maju kaki) dan sangat membantu gerakan maju kedepan m. Gastrocnemius

dan m. Soleus.

Mengenai data antropometri anggota tubuh yang diukur dapat dilihat

gambar :

Gambar 2. 9 Antropometri tubuh manusia

(Sumber : http://rayzaaulia.blogspot.comantropometri-selanjutnyamari-kita.html)

Page 49: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

57

6. Kontrol Gerakan Motorik dan serebelum penting dalam eksekusi gerakan

volunter

Pola-pola tertentu keluaran unit motoric mengatur aktivitas motorik,

yang berkisar dari pemeliharaan postur dan keseimbangan hingaa gerakan

lokomotorik stereotipikal, misalnya berjalan, hingga aktivitas motoric terampil

individual, misalnya gymnastik. Kontrol gerakan motorik, apapun tingkat

kesulitannya, bergantung pada konvergensi masukan yang masuk ke neuron

motoric unit-unit motorik spesifik. Neuron-neuron motoric pada gilirannya

memicu kontraksi serat otot di dalam unit-unit motorik masing-masing melalui

proses-proses yang terjadi di taut neuromuscular. Keluaran unit motorik

dipengaruhi oleh berbagai masukan saraf :

Tiga tingkat masukan yang mengontrol keluaran neuron motorik.

1. Input dari neuron aferen, biasanya melalui antarneuron, ditingkat

medulla spinalis yaitu reflex spinalis

2. Masukan dari korteks motorik primer. Serat-serat yang berasal dari

badan sel neuron yang dikenal sebagai sel pyramid di korteks motorik

primer turun langsung tanpa interupsi sinaps untuk berakhir di neuron

motorik atau di antarneuron lokal yang berakhir di neuron motorik,

medulla spinalis. Serat-serat ini membentuk system motorik

kortikospinal atau pyramidal.

3. Masukan dari batang otak sebagai bagian dari system motorik

multineuron. Jalur-jalur yang menyusun system motorik multineuron

atau ekstrapiramidal mencakup sejumlah sinaps yang melibatkan

banyak regio otak atau ekstra artinya “di luar dari” pyramid merujuk

pada system pyramid. (Sherwood : 305)

Satu-satunya bagian otak yang secara langsung mempengaruhi neuron

motorik adalah korteks motoric primer dan batang otak, region-regio otak lain

berperan secara tak langsung mengatur aktivitas motorik dengan menyesuaikan

sinyal motorik dari korteks motorik dan batang otak. Reflex spinal yang

melibatkan neuron aferen penting untuk mempertahankan postur dan dalam

Page 50: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

58

mengeksikusi gerakan-gerakan protektif dasar, misalnya reflex lucut. System

kortikspinal terutama memerantarai gerakan volunter diskret halus tangan dan

jari tangan, misalnya gerakan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan

menjahit.

Daerah pramotorik dan motorik tambahan, dengan masukan dari

serebroserebelum, merencanakan perintah motorik volunter yang dikeluarkan ke

neuron motorik yang sesuai oleh korteks motorik primer melalui system

desendens ini. System multineuron, sebaliknya, terutama mengatur postur

tubuh keseluruhan yang melibatkan gerakan involunter kelompok-kelompok otot

besar badan dan ekstremitas. System kortikospinal dan multineuron

memperlihatkan banyak interaksi dan tumpang tindih fungsi. Dalam

memanipulasi sadar jari tangan anda untuk melakukan pekerjaan menjahit,

sebagai contoh anda secara bawah sadar meletakkan lengan anda alam posisi

tertentu sehingga anda mudah untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Gambar 2.10 Jalur traktus pyramidalis (Guyton : 2006)

Page 51: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

59

Sebagian dari masukan yang berkonvergensi di neuron motorik bersifar

eksitatorik, sementara yang lain inhibitorik. Gerakan terkoordinasi bergantung

pada keseimbangan aktivitas kedua masukan tersebut. Jenis-jenis kelainan

motorik berikut terjadi akibat gangguan control motorik :

Jika suatu system inhibitorik yang berasal dari batang otak targanggu, maka

otot menjadi hiperaktif karena masukan eksitatorik ke neuron motorik tidak memiliki

imbangan. Keadaan ini, yang ditandai oleh peningkatan tonus otot dan reflex tungkai,

dikenal sebagai paralisis spastik.

Kerusakan neuron motorik baik badan sel atau serat eferen menyebabkan

paralisis flaksid dan hilangnya responsivitas reflex di otot yang terkena. Kerusakan

serebelum atau nucleus basal tidak menyebabkan paralisis tetapi timbulnya pola

gerakan yang tidak terkoordinasi dan canggung tidak sesuai. Daerah ini dalam keadaan

normal memperhalus gerakan volunter, terakhir kerusakan di bagian-bagian korteks

yang lebih tinggi dan berperan dalam perencanaan aktivitas motorik menyebabkan

gangguan pembentukan perintah motorik yang sesuai untuk menyelesaikan suatu

keinginan.

Serebelum merupakan bagian otak yang seukuran bola kasti dan sngat berlipat

serta terletak di bawah lobus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung bagian atas

otak. Di serebelum ditemukan lebih banyak neuron individual daripada di bagian otak

lainnya, dan hal ini menunjukkan pentingnya struktur ini. Serebelum terdiri dari 3

bagain yang secara fungsional berbeda dengan peran berbeda yang utama berkaitan

dengan control bawah sadar aktivitas motorik secara spesifik, bagian-bagian serebelum

melakukan fungsi-fungsi berikut:

1. Vestibuloserebelum penting untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol

gerakan mata.

2. Spinoserebelum meningkatkan tonus otot dan mengordinasi gerakan volunter

terampil. Bagian otak ini sangat penting dalam memastikan waktu yang tepat

kontraksi berbagai otot untuk mengoordinasi gerakan yang melibatkan banyak

sendi.

3. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter

dengan memberikan masukan ke daerah motoric korteks. Ini juga merupakan

bagian serebelum yang menyimpan ingatan prosedural.

Page 52: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

60

Serebelum beroperasi secara otomatis, di bawah kesadaran. Rangsang

motorik dari serebelum diorganisasikan dan dimodulasi sebelum diteruskan ke

otot. Ketika jaringan otot merespon, maka saraf sensorik aka mengembalikan

informasi ke serebelum. Jadi saat aktivitas fisik, serebelum mengatur kecepatan,

gaya dan faktor lain yang berkenaan dengan gerakan. Hasil akhirnya adalah

gerakan otot yang seimbang dan halus. Tonus otot juga dipengaruhi kerja

serebelum. (Nining W K :52)

B. Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti, sebagai

berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh I Kayan Agus widia Ambara (2011). Meneliti

tentang, Perbandingan pengaruh metode latihan acceleration sprint, hollow

sprint, dan repetitions sprint terhadap peningkatan prestasi lari 100 meter

ditinjau dari kekuatan otot tungkai. Adapun kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah : Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode

latihan acceleration sprint, hollow sprint, dan repetitions sprint terhadap

peningkatan prestasi lari 100 meter. Pengaruh metode latihan acceleration

sprint lebih baik dibandingkan dengan metode latihan hollow sprint, begitu

juga pengaruh latihan hollow sprint lebih baik dibandingkan dengan metode

latihan repetitions sprint dalam peningkatan prestasi lari 100 meter.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan (2014). Meneliti tentang, Perbedaan

pengaruh metode latihan terhadap peningkatan prestasi lari cepat 100 meter

ditinjau dari rasio panjang tungkai dan tinggi badan. (Studi eksperimen

metode latihan in-out sprint dan akselerasi pada siswa putra SMP negeri 1

sape kabupaten Bima). Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut adalah:

Pertama. tidak ada perbedaan yang signifikan antara latihan in-out sprint

dengan latihan akselerasi terhadap peningkatan prestasi kecepatan lari cepat

100 meter. Penerapan metode latihan tersebut dapat memberikan efek

peningkatan yang relatif sama terhadap lari cepat 100 meter.

Kedua, terdapat perbedaan peningkatan kecepatan lari cepat 100 meter yang

signifikan antara siswa yang memiliki rasio panjang tungkai dan tinggi

badan yang tinngi, sedang, dan rendah. Peningkatan prestasi kecepatan lari

Page 53: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

61

100 meter pada siswa yang memiliki rasio panjang tungkai dan tinggi badan

sedang lebih baik dari siswa yang memiliki rasio panjang tungkai dan tinggi

badan tinggi dan rendah.

Ketiga, terdapat perbedaan peningkatan prestasi interaksi yang signifikan

antara metode latihan dengan rasio panjang tungkai dan tinggi badan

terhadap lari cepat 100 mete. Interaksi metode latihan dengan rasio panjang

tungkai dan tinggi badan, memberikan hasil yang baik terhadap

peningktanprestasi lari cepat 100 meter.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori diatas yang telah dikemukakan, dapat

dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut :

1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan S-curve runs dan Sprint in-

out terhadap kecepatan lari dalam permainan sepakbola

Untuk meningkatkan kecepatan lari dalam permainan sepakbola harus

memperhitungkan dengan cermat jarak dan intensitas latihan. Latihan kecepatan

agar memberikan efek pada latihan tersebut haruslah dengan intensitas

maksimal. Latihan ini mengembangkan berbagai komponen-komponen latihan

seperti set, repetisi dan waktu istirahat dalam latihan. Sehingga dengan

perbedaan waktu istirahat, set, repetisi dari latihan tersebut dapat mempengaruhi

hasil kecepatan lari dalam permainan sepakbola.

Latihan S-curve runs merupakan latihan kecepatan lari dalam permainan

sepakbola yang istirahatnya dalam repetisi 90s (1.5 menit) dan istirahat dalam

set 3 menit dan jarak yang di tempuh dengan kecepatan penuh 60 meter.

Sehingga ketika lari dilakukan berulang-ulang dengan jarak 60 meter dengan full

speed maka akan menimbulkan penumpukan asam laktat yang akhirnya akan

menimbulkan kelelahan otot. Otot yang mengalami kelelahan yang berarti tidak

akan dapat melaksanakan gerakan-gerakan lari yang maksimal, sehingga latihan

terganggu akibat otot yang sudah lelah.

Latihan sprint in-out merupakan latihan kecepatan dalam sepakbola

yang berlari dengan kecepatan penuh hanya dilakukan 40 meter dan lainnya

dengan lari kecepatan rendah. Latihan lari full speed dengan jarak 40 meter dan

kemudian lari dengan kecepatan rendah (jogging). artinya ketika melakukan lari

Page 54: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

62

jogging maka waktu istirahat lebih panjang dari pada lari dengan full speed

tetapi waktu istirahatnya lebih pendek. Istirahat yang relatif lama memberikan

pemulihan yang mendekati sempurna, sehingga kualitas tugas kecepatan pada

tiap ulangan dapat dipertahankan. Persyaratan latihan kecepatan adalah adanya

pengulangan gerakan dengan kecepatan maksimal. Penampilan dengan

kecepatan maksimal yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus

menimbulkan superkompensasi otot dan syaraf untuk dapat melaksanakan tugas

kecepatan dengan lebih baik.

Latihan yang istirahatnya relative lama memungkinkan pemulihan ATP-

PC mendekati 100%. Untuk melaksanakan kerja berikutnya maka energi yang

digunakan sudah hampir 100%. Hal ini menghindari adanya akumulasi LA.

Latihan ini merupakan latihan kecepatan murni, karena unsur daya tahan

dihindari. Dengan pemulihan yang mendekati 100% maka kesempurnaan

gerakan dan kecepatannya dapat dipertahankan. Pelatihan lari dengan jarak

pendek dan istirahat yang cukup lama dapat meminimalkan timbulnya LA dan

timbulnya keletihan saat aktivitas. Selain itu jika kita perhatikan dari area latihan

sprint in-out lebih cocok untuk lari 100 meter, dan s-curve runs lebih mengarah

kelincahan.

Jika kita amati baik-baik dari pengaruh kedua metode latihan kecepatan

terhadap kecepatan lari dalam sepakbola, yaitu s-curve runs dan sprint in-out

dapat kita lihat kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode latihan

tersebut. Sprint in-out sangat efektif untuk meningkatkan kecepatan lari.

Sedangkan untuk latihan s-curve runs memang dapat meningkatkan kecepatan

tetapi tidak se-efektif latihan sprint in-out.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam latihan adalah bahwa

latihan harus dilaksanakan secara sistematik dan berulang-ulang. Latihan

kecepatan akan berdampak positive terhadap fisiologis tubuh manusia dan

neorology khususnya pada bagian tungkai, karena terjadinya adaptasi selama

latihan kecepatan lari itu dilaksanakan. Sehingga kecepatan lari dapat meningkat

karena pola gerakan lari dan sistem energi yang beradaptasi.

Dari uraian tersebut diatas dan mempertimbangkan kelebihan serta

kekurangan pada metode latihan kecepatan, maka dapat diduga bahwa latihan

Page 55: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

63

sprin in-out akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kecepatan lari. Sedangkan latihan S-curve runs akan memberikan pengaruh

tetapi tidak seperti pada latihan sprin in-out.

2. Perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari antara yang memiliki rasio

panjang telapak kaki dan tinggi badan besar, sedang dan kecil

Rasio panjang telapak kaki dan tingi badan untuk masing-masing orang

sangatlah berbeda-beda, ada yang rasio besar, sedang dan kecil, nah ini tentunya

juga berpengaruh terhadap kecepatan lari seseorang. Salah satu penunjang prestasi

dalam cabang olahraga adalah proporsi tubuh (rasio anthropometrik), begitu juga

jika dilihat dari atlet sepakbola dalam menunjang peningkatan kecepatan larinya

terletak pada rasio antropometrik ditinjau dari rasio panjang telapak kaki dan tinggi

badan. Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besar merupakan yang ideal,

dan rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan kecil merupakan salah satu rasio

anthropometrik yang tidak ideal bagi atlet sepakbola yang ingin mempunyai

kecepatan lari yang baik.

Telapak kaki yang panjang disertai otot-otot yang baik mempunyai peran

yang penting untuk melakukan tolakan dalam usaha berlari kedepan secepat

mungkin. Telapak kaki yang panjang memungkinkan memiliki tumpuan kaki yang

lebih besar dan kuat untuk memindahkan kaki kedepan secepat mungkin, sehingga

hal ini akan mempengaruhi lari yang dilakukan. Sedangkan jika atlet yang

mempunyai ukuran telapak kaki yang pendek maka akan memiliki tolakan kaki

yang lebih kecil dan lemah sehingga hasil tolakan kaki untuk kedepan juga tidak

maksimal dibandingkan dengan atlet yang memilki telapak kaki yang panjang. Oleh

karena itu untuk memperoleh kecepatan lari lebih maksimal, maka seorang pelari

harus memanfaatkan telapak kakinya untuk menghasilkan kecepatan yang tinggi.

Bentuk tubuh yang ideal untuk pelari sprinter pada umumnya memiliki

tinggi badan yang baik dengan kecenderungan pada bentuk tubuh yang tinggi dan

langsing. Seorang pelari cepat dengan bentuk tubuh yang tinggi dan serta memiliki

tungkai yang panjang akan mempunyai keuntungan dibandingkan dengan pelari

yang bentuk tubuhnya pendek.

Page 56: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

64

Dari uraian diatas dapat diduga bahwa rasio telapak kaki dan tinggi badan

besar akan memberikan peningkatan kecepatan lari yang tinggi dibandingkan

dengan rasio panjang telapak kaki : tinggi badan sedang dan rendah.

3. Pengaruh interaksi antara metode latihan dengan rasio panjang

telapak kaki dan tinggi badan terhadap peningkatan kecepatan lari

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan didalam meningkatkan kecepatan

lari seseorang, salah satu diantaranya dengan menggunakan metode latihan yang

tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Metode latihan untuk

meningkatkan kecepatan lari diantaranya adalah metode latihan s-curve runs, dan

sprint in-out yang ditinjau dari rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan.

Panjang telapak kaki dan tinggi badan mempunyai peranan yang penting

dalam cabang lari cepat 100 meter, rasio panjang telapak kaki: tinggi badan terdiri

dari dua bagian yaitu panjang telapak kaki dan tinggi badan. Kedua bagian anggota

tubuh tersebut mempunyai peranan penting dalam gerakan lari cepat.

Dalam proses teknik lari cepat ukuran antropometri saling mempengaruhi

untuk mendapatkan lari yang cepat. Tinggi badan yang ideal mempunyai tungkai

yang panjang dan panjang telapak kaki merupakan proporsi tubuh yang dapat

mendukung langkah lari cepat untuk mencapai titik terjauh kedepan. Rasio panjang

telapak kaki; tinggi badan yang besar memungkinkan memiliki tumpuan yang lebih

kuat dan memindahkan kaki kedepan, sehingga hal ini akan mempengaruhi

kecepatan lari yang lebih maksimal, dengan memiliki rasio panjang telapak kaki:

tinggi badan yang besar sangat cocok digunakan untuk latihan s curve runs, dan

sprint in out dari pada seseorang yang memiliki rasio panjang telapak kaki: tinggi

badan sedang atau kecil.

Pada latihan s-curve runs bentuk areanya seperti huruf S yang mempunyai 4

cones pembatas atau marka sedikit berliku-liku, ketika atlet berlari dengan

kecepatan tinggi dari start dan bertemu cones/marka maka ada pengurangan

kecepatan atau deselerasi dan akan kembali lari dengan kecepatan tinggi, sehingga

dari analisa kajian teori rasio panjang telapak dan tinggi badan yang rendah akan

lebih menguntungkan dari pada rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besar.

Sedangkan pada metode latihan sprint in-out area latihannya lurus kedepan tidak

ada area latihan yang berbelok atau berliku sehingga tidak ada pengurangan

Page 57: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

65

kecepatan atau deselerasi. Rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan besarlah

yang akan lebih menguntungkan dari pada rasio panjang telapak kaki dan tinggi

badan rendah. Sehingga latihan s-curve runs cocok digunakan untuk atlet yang

mempunyai rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan kecil, dan latihan sprint in-

out cocok digunakan atlet yang mempuyai rasio panjang telapak kaki dan tinggi

badan besar.

Jadi berdasarkan uraian diatas, diperkirakan terdapat pengaruh interaksi

antara penerapan latihan kecepatan dan rasio panjang telapak kaki: tinggi badan

terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.

Gambar 2.10 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan S-curve runs dan Sprint in-

out terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Metode latihan Sprint in-

out yang mempunyai pengaruh lebih baik dari pada s-curve runs.

2. Ada perbedaan peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki

rasio panjang telapak kaki dan tinggi badan. Rasio panjang telapak kaki dan

tinggi badan besar yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan

kecepatan lari 100 meter.

KECEPATAN LARI

S-CURVE RUNS SPRINT IN-OUT

RASIO PTK & TB. BESAR, SEDANG DAN KECIL

Page 58: BAB II A. Kajian Teori - abstrak.uns.ac.id · kecepatan selalu berkaitan dengan waktu reaksi, frekwensi gerak per unit waktu, dan kecepatan menempuh jarak tertentu (ke cepatan gerak).

66

3. Ada pengaruh interaksi antara metode latihan dengan rasio panjang telapak

kaki dan tinggi badan terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.