Bab II
-
Upload
benny-h-sianipar -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Bab II
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sistem Proteksi
1. Pengertian Sistem Proteksi
Sistem proteksi adalah suatu pengamanan terhadap peralatan listrik pada
sistem tenaga listrik yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam,
kesalahan operasi, dan penyebab-penyebab lainnya. Adapun peralatan listrik yang
diamankan seperti generator, transformator, jaringan listrik, dan lain sebagainya
terhadap kondisi abnormal dari sistem itu sendiri. Kondisi abnormal yang dimaksud
adalah:
a. Hubung singkat
b. Tegangan lebih/kurang
c. Beban lebih
d. Arus Lebih
e. Frekuensi sistem turun/naik
Pada dasarnya semua konstruksi jaringan listrik tidak ada yang benar-benar
aman dari gangguan, baik itu gangguan dari dalam sistem itu sendiri maupun
gangguan dari luar sistem. Gangguan tersebut merupakan potensi yang sangat
merugikan sistem jaringan tenaga listrik maupun untuk transformator tersebut, maka
perlu dipasang sistem proteksi baik.
Sistem proteksi memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya
b. Menjaga keselamatan umum
11
12
c. Meningkatkan kontinuitas pelayanan
Pada sistem jaringan 20 KV hal yang terpenting pada sistem proteksi selain
alat proteksi itu sendiri adalah sistem pentanahannya juga dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam sistem proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan fasa
yang bocor ke tanah, maka bila sistem pentanahan tidak sesuai dengan sistem
jaringan yang diproteksi, maka alat proteksi tidak akan bekerja dengan benar,
sehingga dapat merusak peralatan jaringan maupun membahayakan keselamatan
manusia.
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola, sehingga
sistem proteksinya juga berbeda-beda. Pada perencanaan konstruksi jaringan tenaga
listrik untuk menentukan komponen jaringan, misalnya penghantar harus
dipertimbangkan besarnya arus gangguan hubung singkat ketanah dan selanjutnya
sistem proteksi yang sesuai, sehingga tujuan membangun konstruksi jaringan listrik
yang aman dan menguntungkan dapat tercapai.
2. Pengertian Rele Proteksi
Rele adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur /
memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya
perubahan lain.
3. Perangkat Sistem Proteksi.
Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang
terdiri dari komponen-komponen berikut :
13
a. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang
selanjutnya memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).
b. Trafo arus sebagai alat yang mentransformasikan besaran listrik primer dari
sistem yang diamankan ke rele (besaran listrik sekunder).
c. Trafo tegangan sebagai alat yang mentransformasikan besaran listrik primer
dari sistem yang diamankan ke rele (besaran listrik sekunder).
d. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian system yang terganggu.
e. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk
bekerjanya rele, peralatan bantu triping.
f. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau
tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.
Secara garis besar bagian dari rele proteksi terdiri dari tiga bagian utama,
seperti pada blok diagram dibawah ini :
Gambar 2.1 Blok Diagram Utama Rele Proteksi
14
Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus,
tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung rele yang dipergunakan. Pada bagian
ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi
itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran
tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.
b. Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat
keadaan normal dengan besaran arus kerja rele.
c. Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran
ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal.
Pada sistem proteksi menggunakan rele proteksi sekunder digambarkan
sebagai berikut :
15
Gambar 2.2 Rangkaian Rele Proteksi Sekunder
Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan
apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan.
Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah rele, yang bekerja setelah
mendapatkan besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar arus
penyetelan dari kerja rele.
Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus
penyetelannya, maka kumparan rele akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau
dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil)
untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energy penggerak adalah sumber arus
searah atau batere.
4. Fungsi dan Peranan Rele Proteksi
Maksud dan tujuan pemasangan rele proteksi adalah untuk mengidentifikasi
gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang
16
masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan
atau kerugian yang lebih besar, dengan cara :
a. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem.
b. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau
dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat
beroperasi.
c. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
d. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada
konsumen.
e. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
5. Syarat-syarat Rele Proteksi
Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem
proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Sensitif.
Suatu rele proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian
tertentu dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk
dalam jangkauan pengamanannya. Rele proteksi mendeteksi adanya gangguan yang
terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi
gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan
pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan
17
bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.
b. Selektif.
Selektivitas dari rele proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan
dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena
terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi
lebih kecil. Rele proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau
gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi
normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.
c. Cepat.
Makin cepat rele proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil
kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya
akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
d. Andal.
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu rele proteksi
tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi rele proteksi
bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele gagal bekerja dapat
mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan atau
mengakibatkan bekerjanya rele lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang
lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka rele proteksi harus dilakukan
pengujian secara periodik.
e. Ekonomis.
Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan rele proteksi mempunyai
kemampuan pengamanan yang sebesarbesarnya.
18
f. Sederhana.
Perangkat rele proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan
fleksibel.
6. Penyebab Terjadinya Kegagalan Proteksi
Jika proteksi bekerja sebagaimana mestinya, maka kerusakan yang parah
akibat gangguan mestinya dapat dihindari/dicegah sama sekali, atau kalau gangguan
itu disebabkan karena sudah adanya kerusakan (insulation break down di dalam
peralatan), maka kerusakan itu dapat dibatasi sekecilnya.
Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal
sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan atau pada
bagian sistem /peralatan yang dilalalui arus gangguan dapat dihindari dan kestabilan
system dapat terjaga.
Sebaliknya jika proteksi gagal bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus
gangguan ini berlangsung lebih lama, sehingga panas yang ditimbulkannya dapat
mengakibatkan kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada peralatan instalasi
dan ketidak stabilan sistem.
Tangki trafo daya yang menggelembung atau jebol akibat gangguan biasanya karena
kegagalan kerja atau kelambatan kerja proteksi. Kegagalan atau kelambatan kerja
proteksi juga akan mengakibatkan bekerjanya proteksi lain disebelah hulunya
(sebagai remote back up) sehingga dapat mengakibatkan pemadaman yang lebih luas
atau bahkan runtuhnya system (collapse).
Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh :
a. Relenya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.
19
b. Setelan (setting) relenya tidak benar(kurang sensitif atau kurang cepat)
c. Baterenya lemah atau kegagalan sistem DC supply sehingga tidak mampu
mengetripkan PMT-nya.
d. Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus.
e. Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah
atau meleset.
f. Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan
oleh arus gangguanya terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan
(interrupting capability), atau kemampuan pemutusannya telah menurun, atau
karena ada kerusakan.
g. Kekurang sempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan
kontak yang kurang baik.
h. Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.
i. Trafo arus terlalu jenuh.
7. Pembagian Daerah Proteksi
Suatu sistem tenaga listrik dibagi kedalam sesi-sesi yang dibatasi oleh PMT
(Pemutus Tenaga). Tiap seksi memiliki rele pengaman dan memiliki daerah
pengamanan (Zone of Protection). Bila terjadi gangguan, maka rele akan bekerja
mendeteksi gangguan dan PMT akan trip. Gambar dibawah ini akan menjelaskan
tentang konsep pembagian daerah proteksi.
20
Gambar 2.3 Pembagian Daerah Sistem Proteksi
Keterangan:
1. Overall Diifferential Relay
- Pengaman utama generator – transformator
2. Over Current Relay
- Pengaman cadangan lokal generator – transformator
- Pengaman cadangan jauh bus A
3. Pengaman Bus
- Pengaman utama bus A
4. Distance Relay Zone I dan PLC di A1
- Pengaman utama saluran A-B
5. Distance Relay Zone II di A1
- Pengaman utama bus B
21
- Pengaman cadangan jauh sebagian Transformator di B
6. Distance Relay Zone III di A1
- Pengaman cadangan jauh Transformator di B sampai ke bus C
7. Diifferential Transformator
- Pengaman utama transformator
8. Over Current Relay di sisi 150 KV
- Pengaman cadangan lokal Transformator
- Pengaman cadangan jauh bus C
9. Over Current Relay di sisi 20 KV
- Pengaman utama bus C
- Pengaman cadangan jauh saluran C-D
10. Over Current Relay di C1
- Pengaman utama saluran C-D
- Pengaman cadangan jauh saluran D-E
11. Over Current Relay di D
- Pengaman utama saluran D-E
- Pengaman cadangan jauh seksi berikutnya.
22
Pada gambar 2.3 daerah proteksi pada sistem tenaga listrik dibuat bertingkat
dimulai dari pembangkitan, gardu induk, saluran distribusi primer sampai ke beban.
Garis putus-putus menunjukkan pembagian sistem tenaga listrik ke dalam beberapa
daerah proteksi. Masing-masing daerah memiliki satu atau beberapa komponen
sistem daya disamping dua buah pemutus rangkaian. Setiap pemutus dimasukkan ke
dalam dua daerah proteksi berdekatan.
Batas setiap daerah menunjukkan bagian sistem yang bertanggung jawab
untuk memisahkan gangguan yang terjadi di daerah tersebut dengan sistem lainnya.
Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pembagian daerah proteksi adalah
bahwa daerah yang saling berdekatan harus saling tumpang tindih (overlap), hal ini
dimaksudkan agar tidak ada sistem yang dibiarkan tanpa perlindungan. Pembagian
daerah proteksi ini bertujuan agar daerah yang tidak mengalami gangguan tetap dapat
beroperasi dengan baik sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman.
8. Pengelompokan Sistem Proteksi
Berdasarkan daerah pengamanannya sistem proteksi dibedakan menjadi :
a. Proteksi pada Generator
Proteksi pada generator bertujuan untuk mengamankan generator dari
gangguan abnormal yang mungkin terjadi. Biasanya proteksi pengaman diletakkan
pada generator dan didaerah dekat transformator.
23
b. Proteksi pada Transformator
Proteksi pada transformator adalah sistem pengaman yang digunakan untuk
mengamankan transformator. Sistem pengaman yang digunakan bertujuan untuk
mengamankan transformator dan daerah sekitarnya.
c. Proteksi pada Transmisi
Proteksi pada transmisi maksudnya adalah sistem proteksi yang digunakan
untuk mengamankan saluran transmisi dan peralatannya dari gangguan dan pada
jaringan transmisi terdapat banyak jenis pengaman yang diletakkan karena paling
besar gangguan terjadi pada saluran transmisi akibat letaknya yang tidak aman
terkhusus dari gangguan petir.
d. Proteksi pada Distribusi
Proteksi pada Distribusi maksudnya adalah sistem pengamanan yang
dilakukan untuk mengamankan jaringan Distribusi dan peralatan-peralatannya agar
kontinuitas pelayanan energi listrik dapat berjalan dengan baik.
9. Pembagian Tugas Dalam Sistem Proteksi
Dalam sistem proteksi pembagian tugas dapat diuraikan menjadi :
a. Proteksi utama, berfungsi untuk mempertinggi keandalan, kecepatan kerja,
dan fleksibilitas sistem proteksi dalam melakukan proteksi terhadap sistem
tenaga.
b. Proteksi pengganti, berfungsi jika proteksi utama menghadapi kerusakan atau
kegagalan untuk mengatasi gangguan yang terjadi.
24
c. Proteksi tambahan, berfungsi untuk pemakaian pada waktu tertentu, sebagai
pembantu proteksi utama pada daerah tertentu yang dibutuhkan.
B. Gangguan Pada Sistem Penyaluran
Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan
dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar
kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan.
Gangguan pada jaringan tenaga listrik dapat terjadi diantaranya pada
pembangkit, jaringan transmisi atau di jaringan distribusi. Penyebab gangguan
tersebut tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan sistem dan non sistem.
1. Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti
pada generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer. Gangguan
temporer adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka,
misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada
keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis
dengan AutoRecloser. Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang
dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya
kawat SUTT putus.
25
2. Gangguan Non Sistem
PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem,
dapat saja PMT terbuka oleh karena rele yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang
terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini disebut
gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non-sistem.
Jenis gangguan non-sistem antara lain :
a. Kerusakan komponen rele
b. Kabel kontrol terhubung singkat
c. Interferensi / induksi pada kabel kontrol.
C. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat merupakan jenis gangguan yang terjadi pada
system tenaga listrik yang secara keseluruhan disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
- Putusnya kawat fasa pada jaringan transmisi/distribusi
- Akibat ayunan pohon yang tertiup angin sehingga menyentuh kawat fasa
transmisi/distribusi.
- Rusaknya isolator pada saluran transmisi/distribusi,
- Back flashover antara tiang ke kawat fasa transmisi/distribusi sesaat setelah
tiang tersambar petir.
Gangguan hubung singkat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
- Gangguan hubung singkat 3 fasa
- Gangguan hubung singkat 2 fasa
- Gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah
26
- Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.
Sesungguhnya hampir setiap gangguan hubung singkat melalui suatu nilai
tahanan gangguan yang terbentuk oleh arcing (RARC). Tetapi dalam analisa hubung
singkat selalu perhitungan arus gangguan hubung singkat dengan menganggap
tahanan gangguan adalah nol untuk memudahkan perhitungan, karena kesulitan
untuk menetukan besarnya RARC yang sebetulnya.
Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat digunakan rumus umum
yaitu rumus Hukum Ohm, yaitu:
I=VZ
Dimana :
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (Ampere)
V = Tegangan sumber (Volt)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari saluran impedansi didalam jaringan dari
sumber tegangan sampai titik gangguan (Ohm).
Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan nilai impedansi tiap
komponen jaringan, serta bentuk konfigurasinya didalam sistem, maka besarnya arus
gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan rumus diatas. Yang membedakan
antara gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah ataupun 1 fasa ke
tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan hubung
singkat itu sendiri, yaitu:
Z untuk gangguan 3 fasa : Z = Z1
27
Z untuk gangguan 2 fasa : Z = Z1 + Z2 + Zf
Z untuk gangguan 2 fasa ke tanah : Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan 1 fasa ke tanah : Z = Z1 + Z2 + Z0
Dimana:
Z1 = Impedansi urutan positif
Z2 = Impedansi urutan negative
Z0 = Impedansi urutan nol
Zf = Impedansi gangguan
1. Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
Dalam pembahasan gangguan 3 fasa, arus gangguannya dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
I 3 fasa=E fasa
Z1
2. Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa
Arus gangguan dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus tersebut
yaitu :
I 2 fasa=E AB
Z1+Z2+Z f
3. Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa Ke Tanah
Arus gangguan dua fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus
tersebut yaitu :
28
I 2 fasa=E AB
Z1+Z2
4. Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa Ke Tanah
Arus hubung singkat 1 fasa dirumuskan, dimana,
I 0=I 1=I 2=EA
Z1+Z2+Z0
I fasa=I 1+ I 2+ I 0
maka
I fasa=3 EA
Z1+Z2+Z0
D. Over Current Relay (OCR)
Over Current Relay adalah suatu rele pengindera yang berfungsi sebagai
proteksi terhadap perubahan parameter arus yang sangat besar dan terjadi pada waktu
yang cepat, yang disebabkan oleh hubung singkat. Pada proteksi arus lebih ini, rele
akan pick-up jika besar arus melebihi nilai setting.
Elemen dasar dari proteksi arus lebih adalah rele arus. Proteksi arus lebih
meliputi proteksi terhadap gangguan hubung singkat yang dapat berupa gangguan
hubung singkat fasa-fasa, satu fasa ke tanah serta hubung singkat antar fasa. Jika arus
gangguan mengalir melalui tanah, gangguan ini disebut gangguan hubung singkat ke
tanah dan rele yang digunakan disebut proteksi hubung tanah (Ground Fault Relay).
Pada proteksi transformator daya, OCR digunakan sebagai tambahan bagi
rele differensial untuk memberikan tanggapan terhadap gangguan luar. OCR yang
29
digunakan adalah OCR tanpa perlambatan waktu, OCR dengan karakteristik waktu
yang berbanding terbalik dengan besar arus dan OCR dengan komponen arah.
OCR terdapat beberapa karakteristik waktu yang dikelompokkan menjadi tiga
jenis yaitu:
1. Instantaneous Relay
Rele ini memberikan perintah trip pada pemutus tenaga (PMT) pada saat
terjadi gangguan hubung singkat dan besar arus gangguannya mencapai arus
settingnya (Is) dan jangka waktu kerja rele mulai pick up sampai rele bekerja sangat
singkat tanpa tunda waktu (20 ms - 60 ms).
PMT
CT
I > In
Gambar 2.4 Rangkaian Trip Instantaneous Relay
t
I
I t
30
In
Gambar 2.5 Grafik Instantaneous Relay
Rele ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan rele
arus lebih dengan karakteristik yang lain.
2. Definite Time Relay
Rele ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besar arus gangguannya mencapai setting (IS) dan jangka waktu
kerja rele mulai pick up sampai rele kerja diperpanjang dengan waktu tertentu tidak
tergantung besarnya arus yang mengerjakan rele.
Kumparan Trip
PMT
CT
I > Is
Gambar 2.6 Rangkaian Trip Definite Time Relay
t
I t
31
Is
Gambar 2.7 Grafik Definite Time Relay
3. Inverse Relay
Rele ini akan memberikan perintah trip pada PMT pada saat terjadi gangguan
bila arus gangguan mencapai nilai settingnya (IS) dan jangka waktu kerja rele mulai
pick up sampai kerja rele diperpanjang berbanding terbalik dengan besarnya arus
gangguan. Inverse relay dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.
PMT Kumparan Trip
CT
I > Is
Gambar 2.8 Rangkaian Trip Inverse Relay
t
ts
ts
32
Is
Gambar 2.9 Grafik Inverse Relay
Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat
karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga
kelompok :
a. Standart inverere
b. Very inverse
c. Extremely inverse
Pada rele ini sumbu tegak merupakan waktu dalam detik dan sumbu datar
adalah berapa kali besarnya arus gangguan yang melewati rele terhadap arus
penyetelannya (n x Iset). Penyetelan waktu ditunjukkan dengan kurva yang sering
digunakan disebut dengan TMS (Time Multiple Setting) yang dirumuskan
berdasarkan SPLN 2005 sebagai berikut:
TMS=( I f Max
Is )α
−1
kx t
Keterangan :
TMS : Time Multiple Setting / karakteristik kerja rele yang diinginkan sesuai dengan
hasil perhitungan (detik)
I f Max : Arus Gangguan Maksimum (Ampere)
Is : Arus Settingan (Ampere)
33
k : konstanta perbandingan
t : waktu kerja rele (detik)
α : eksponensial (konstanta Over Current Relay Standart Inverse)
Untuk masing-masing dari jenis OCR memiliki nilai konstanta yang berbeda,
antara lain seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Karakteristik OCR
No. Deskripsi K C Α1. Definite Time - 0-100 -2. Standart Inverse 0,14 0 0,023. Very Inverse 13,5 0 14. Extremely Inverse 80 0 25. Long time Inverse 120 0 1
Keterangan :
k = konstanta perbandingan, besarnya tegantung dari pabrik pembuatnya.
α = eksponensial (konstanta Over Current Relay Standart Inverse)
c = konstanta.
E. Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) atau lebih dikenal dengan istilah Circuit Breaker
(CB) merupakan suatu piranti saklar mekanik yang secara otomatis akan membuka
atau memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi ketidaknormalan pada suatu sistem
tanpa adanya kerusakan.Pemutus tenaga terdiri atas kontak-kontak yang dialiri arus
listrik atau lebih dikenal dengan elektroda. Pada kondisi normal eletroda-elektroda
tersebut dalam kondisi terhubung, sebaliknya pada kondisi abnormal maka elektroda-
34
elektroda akan terpisah dan memutuskan hubungan listrik dari satu sisi ke sisi yang
lainnya (PT. PLN, 2005a).
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20
disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal/gangguan seperti kondisi short circuit/hubung singkat. Fungsi utamanya
adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi
berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan (hubung
singkat) pada jaringan atau peralatan lain.
Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain
berdasarkan tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi, dan
proses pemadaman busur api jenis gas SF6.
1. Berdasarkan Besar/Kelas Tegangan
a. PMT tegangan rendah (Low Voltage) Dengan range tegangan 0.1 s/d 1 kV
b. PMT tegangan menengah (Medium Voltage) Dengan range tegangan 1 s/d
35 Kv
c. PMT tegangan tinggi (High Voltage) Dengan range tegangan 35 s/d 245 kv
d. PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage) Dengan range tegangan
lebih besar dari 245 kV
2. Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak/Tripping Coil
35
a. PMT Single Pole, PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada
masing-masing pole, umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar
agar PMT bisa reclose satu fasa.
b. PMT Three Pole PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk
tiga fasa, guna menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya di lengkapi
dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di pasang pada bay trafo
dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.
3. Berdasarkan media isolasi
a. Pemadam busur api dengan gas SF6
Menggunakan gas SF6 sebagai media pemadam busur api yang timbul pada
waktu memutus arus listrik. Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah
seiring dengan pertambahan tekanan.
Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (single pressure
type), dimana selama operasi membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan
ke dalam suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak.
Pada waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang
mematikan busur api.
36
Gambar 2.10 PMT Pemadam Busur Api Gas SF6
b. Pemadam busur api dengan oil / minyak
Menggunakan minyak isolasi sebagai media pemadam busur api yang timbul
pada saat PMT bekerja membuka atau menutup.
Jenis PMT dengan minyak ini dapat dibedakan menjadi :
PMT menggunakan banyak minyak (bulk oil)
PMT menggunakan sedikit minyak (small oil)
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai tegangan
ekstra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus
pemutusan simetris 12 kA sampai 50 kA.
37
Gambar 2.11 PMT Bulk oil
c. Pemadam busur api dengan udara hembus / air blast
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam busur api dengan
menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut juga sebagai PMT Udara
Hembus (Air Blast).
Gambar 2.12 PMT Udara Hembus / Air Blast
38
d. Pemadam busur api dengan Hampa Udara (Vacuum)
Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik strength)
yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis
vacuum umumnya digunakan untuk tegangan menengah (24KV).
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2
cm setiap kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi,
digunakan PMT jenis ini dengan dihubungkan secara serie.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain
porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat
dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan
dielektrikum yang tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.
Gambar 2.13 PMT dengan Hampa Udara (Vacuum)
F. Trafo Arus
1. Pengertian Trafo Arus
39
Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer (TET,
TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus
yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan
pengukuran dan proteksi.
2. Fungsi Trafo Arus
Fungsi dari trafo arus adalah:
a. Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer
menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering
dan proteksi
b. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai
pengamanan terhadap manusia atau operator yang melakukan
pengukuran.
c. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Ampere dan 5
Ampere
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Trafo arus pengukuran
1) Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi
pada daerah kerja (daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya
tergantung dari kelasnya dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah
dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
2) Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter,
VARh-meter, dan cos meter.
Pengukuran
V
I
Proteksi
Gambar 2.14 Kurva kejenuhan CT untuk Pengukuran dan Proteksi
40
b. Trafo arus proteksi
1) Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus
pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.
2) Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan
GFR), relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
3) Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada
titik saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah ini :
4) Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh
dibandingkan trafo arus proteksi sehingga konstruksinya mempunyai
luas penampang inti yang lebih kecil.
A2
CT Proteksi
A1
CT Pengukuran
Gambar 2.15. Luas Penampang Inti Trafo Arus
41
3. Jenis Trafo Arus
a. Jenis trafo arus menurut tipe kontruksi dan pasangannya.
1) Tipe Konstruksi
a) Tipe cincin (ring / window type)
b) Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
c) Tipe tangki minyak (oil tank type)
d) Tipe trafo arus bushing
2) Tipe Pasangan.
a) Pasangan dalam (indoor)
b) Pasangan luar (outdoor)
b. Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi belitan primer.
1) Sisi primer batang (bar primary) dan
Gambar 2.16. Bar Primary
Gambar 2.17 Wound Primary
42
2) Sisi tipe lilitan (wound primary).
c. Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis inti.
1) Trafo arus dengan inti besi
43
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada
arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan kesalahan dan
pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami
saturasi.
2) Trafo arus tanpa inti besi
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis,
transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh
jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski (coil rogowski).
d. Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi.
Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu:
1) Trafo arus kering
Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan rendah, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor).
2) Trafo arus Cast Resin
Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah, umumnya
digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor), misalnya trafo arus tipe cincin
yang digunakan pada kubikel penyulang 20 kV.
3) Trafo arus isolasi minyak
Gambar 2.18 Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan
44
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan
tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo
arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV
dan 150 kV.
4) Trafo arus isolasi SF6 / Compound
Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi,
umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus
tipe top-core.
e. Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan
Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
1) Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor).
Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh,
isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik
internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.
Gambar 2.19 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan
45
2) Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor).
Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki ukuran yang lebih
kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator dari bahan
resin.
4. Komponen Trafo Arus
a. Tipe cincin (ring / window type) dan Tipe cor-coran cast resin (mounded
cast resin type)
Gambar 2.20 CT tipe cincin
46
Keterangan :
1. Terminal utama (primary terminal)
2. Terminal sekunder (secondary terminal)
3. Kumparan sekunder (secondary winding)
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel
penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada CT cincin
adalah Cast Resin.
b. Tipe Tangki
Gambar 2.21 Komponen CT tipe cincin
47
Keterangan :
1 Bagian atas Trafo arus (transformator head).
2 Peredam perlawanan pemuaian minyak (oil resistant expansion bellows).
3 Terminal utama (primary terminal).
4 Penjepit (clamps).
5 Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil assembly with
primary winding and main insulation).
6 Inti dengan kumparan sekunder (core with secondary windings).
7 Tangki (tank).
8 Tempat terminal (terminal box).
9 Plat untuk pentanahan (earthing plate).
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus isolasi
minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya
Gambar 2.22 Komponen CT tipe tangki
48
digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing
yang digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500
KV.