BAB II

8
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. TINJAUAN UMUM PERMUKIMAN A. PENGERTIAN PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN Menurut UU No. 4 tahun 1992, permukiman adalah suatu kawasan perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertentu, yang dilengkapi dengan sistem prasarana,sarana lingkungan dn tempat kerja terbatas dan dengan penataan ruang yang terencana dan teratur sehinga meningkatkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Sedangkan, Dalam suatu permukiman, setiap hunian yang ada tidak hanya dapat dilihat secara fisik, tetapi juga merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan proses mobilitas penghuniannya dalam kurun waktu tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, permukiman berasal dari kata mukimyang berarti suatu kawasan atau daerah yang merupakan bagian dari kota atau bagian dari desa yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal. Permukiman akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsur, yaitu: Nature (alam), Man (manusia), Society (kehidupan sosial), Shell (ruang), dan Networks (hubungan). Unit lingkungan adalah satuan permukiman terkecil yang secara fisik merupakan bagian wilayah terbangun, yang berperan dalam pengembangan kota. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan permukiman dapat berarti kawasan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung , baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan (UU RI No. 4 / 1992 Pasal 1 ayat 3 tentang Perumahan dan Permukiman). Perumahan berasal dari kata “rumah” yang berarti rumah dan lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan fasilitas lingkungan yang memenuhi syarat- syarat guna mendukung kehidupan manusia (UU RI No. 4/1992 Pasal 1 ayat 2). Dalam UU No. 4 tahun 1992, disebutkan pula bahwa ciri-ciri utama permukiman adalah sebagai berikut: Mayoritas peruntukan adalah hunian Fasilitas yang dikembangkan lebih pada pelayanan skala lingkungan. Luas kawasan yang dikembangkan lebih kecil dari 1000 Ha Kebutuhan fasilitas perkotaan bagi penduduk kawasan hunian skala besar masih tergantung atau memanfaatkan fasilitas perkotaan yang berada di pusat kota. Fungsi utama permukiman tidak hanya sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, namun juga sebagai tempat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga, dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Selain itu, perumahan juga berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas. Pengertian permukiman berbeda dengan istilah perumahan, permukiman mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding dengan perumahan yang diartikan semata-mata pada pengertian fisiknya saja. Namun pada dasarnya, keduanya saling berkaitan erat. Satu kesatuan pengertian fungsional dimana perumahan merupakan sebuah subsistem dari permukiman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permukiman adalah suatu lingkungan yang terdiri dari perumahan tempat tinggal manusia yang dilengkapi tidak hanya berupa aspek fisik dan teknis saja namun juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan prasarana pelayanan yang merupakan subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. B. TUJUAN PERMUKIMAN Dalam UU No. 4 tahun 1992, Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk : PERANCANGAN PERMUKIMAN 1 | 5

description

hh

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. TINJAUAN UMUM PERMUKIMAN

A. PENGERTIAN PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN Menurut UU No. 4 tahun 1992, permukiman adalah suatu kawasan

perumahan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertentu, yang dilengkapi dengan sistem prasarana,sarana lingkungan dn tempat kerja terbatas dan dengan penataan ruang yang terencana dan teratur sehinga meningkatkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Sedangkan, Dalam suatu permukiman, setiap hunian yang ada tidak hanya dapat dilihat secara fisik, tetapi juga merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan proses mobilitas penghuniannya dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, permukiman berasal dari kata “mukim” yang berarti suatu kawasan atau daerah yang merupakan bagian dari kota atau bagian dari desa yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal.

Permukiman akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsur, yaitu: Nature (alam), Man (manusia), Society (kehidupan sosial), Shell (ruang), dan Networks (hubungan).

Unit lingkungan adalah satuan permukiman terkecil yang secara fisik merupakan bagian wilayah terbangun, yang berperan dalam pengembangan kota.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan permukiman dapat berarti kawasan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung , baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan (UU RI No. 4 / 1992 Pasal 1 ayat 3 tentang Perumahan dan Permukiman).

Perumahan berasal dari kata “rumah” yang berarti rumah dan lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan fasilitas lingkungan yang memenuhi syarat-syarat guna mendukung kehidupan manusia (UU RI No. 4/1992 Pasal 1 ayat 2).

Dalam UU No. 4 tahun 1992, disebutkan pula bahwa ciri-ciri utama permukiman adalah sebagai berikut:

Mayoritas peruntukan adalah hunian

Fasilitas yang dikembangkan lebih pada pelayanan skala lingkungan.

Luas kawasan yang dikembangkan lebih kecil dari 1000 Ha

Kebutuhan fasilitas perkotaan bagi penduduk kawasan hunian skala besar masih tergantung atau memanfaatkan fasilitas perkotaan yang berada di pusat kota.

Fungsi utama permukiman tidak hanya sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan

makhluk hidup lainnya, namun juga sebagai tempat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga, dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Selain itu, perumahan juga berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.

Pengertian permukiman berbeda dengan istilah perumahan, permukiman mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding dengan perumahan yang diartikan semata-mata pada pengertian fisiknya saja.

Namun pada dasarnya, keduanya saling berkaitan erat. Satu kesatuan pengertian fungsional dimana perumahan merupakan sebuah subsistem dari permukiman.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa permukiman adalah suatu lingkungan yang terdiri dari perumahan tempat tinggal manusia yang dilengkapi tidak hanya berupa aspek fisik dan teknis saja namun juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan prasarana pelayanan yang merupakan subsistem dari sistem kota secara keseluruhan.

B. TUJUAN PERMUKIMANDalam UU No. 4 tahun 1992, Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,

dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layakdalam lingkungan

yang sehat, aman, serasi, dan teratur.c. Memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk

yang rasional.d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-

bidang lainnya.

C. UNSUR PERMUKIMAN

Pembangunan permukiman tidak hanya mengisi lahan kosong dengan rumah-rumah, tetapi ada hal lain yang harus diperhatikan agar perumahan tersebut dapat menjadi tempat bermukim yang layak dan memungkinkan terjadinya kelestarian sumber daya alam. Unsur permukiman yang dimaksud, menurut Prof. Ir. Eko Budihardjo, Msc (1997) adalah :

Alam, yang menyangkut masalah pola tata guna lahan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam, daya dukung lingkungan, taman, area rekreasi dan olah raga.

Manusia, yang berhubungan dengan manusia antara lain kebutuhan fisik, pencipta rasa aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan, tata nilai dan estetika.

Masyarakat, menyangkut peran serta penduduk, aspek hukum, pola budaya, aspek sosial ekonomi dan kependuukan.

Wadah atau sarana kegiatan, yaitu perumahan, pelayanan umum seperti puskesmas dan sekolah dan fasilitas umum seperti toko, pasar, dll.

Jaringan prasarana seperti utilitas, taransportasi dan komunikasi.

P E R A N C A N G A N P E R M U K I M A N 1 | 5

Page 2: BAB II

Unsur-unsur yang terdapat pada sebuah kawasan permukiman ditinjau dari sisi morfologi, antara lain:

Anthropos (individu) Society (masyarakat) Shell (sarana dan prasarana) Network (jaringan dan utilitas) Nature (alam dan vegetasi)

Antara unsur permukiman yang pertama (individu) dan unsur permukiman yang kedua (masyarakat) memiliki kolerasi yang relatif dekat. Pada Tugas Besar Permukiman ini, kajian yang kami lakukan mengenai dua hal tersebut dibahas sebagai satu kesatuan yang saling berkaitan.

Pada dasarnya, masalah yang berkaitan erat dengan kedua unsur permukiman tersebut adalah masalah kependudukan. Masalah kependudukan sangat dipengaruhi oleh kondisi individu dan masyarakat yang berada di dalam lingkungan tersebut.

D. KARAKTERISTIK PERMUKIMAN

Setiap permukiman mempunyai karakteristik yang berbeda, karakteristik-karakteristik tersebut antara lain :

More Agricultural (Traditional Countries)Merupakan permukiman yang para pemukimnya mengandalkan

pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.

Development (Berkembang)

Merupakan permukiman yang sedang dalam tahap pembangunan (sedang giat membangun).

More Industrial (Maju)

Merupakan permukiman yang didalamnya banyak terdapat industri dengan skala besar. Pada permukiman ini juga banyak muncul usaha jasa dan service. Salah satu cirinya adalah permukiman ini mempunyai kepadatan yang tinggi.

Secara umum, permukiman terbagi menjadi 2:

Permukiman AlamiPermukiman ini terbentuk secara alami.

Permukiman BuatanPermukiman ini dibuat oleh manusia, misalnya real estate.

Berdasarkan karakter alam, permukiman dibedakan atas perkotaan, pedesaan, pantai, pegunungan, dsb. Sedangkan berdasarkan karakter kemasyarakatannya, yaitu kategori atas tingkatan ekonominya, secara umum terbagi menjadi tiga yaitu tinggi, menengah, dan rendah.

E. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBUTUHAN MANUSIA DENGAN RUMAH

Menurut Budiharjo, (1994) tingkat kebutuhan manusia akan rumah atau tempat tinggal akan berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan:

kondisi sosial ekonomi kondisi sosial budaya siklus kehidupan dan perkembangan jumlah keluarga

Pengertian rumah oleh Hayward (dalam Budihardjo, 1998) antara lain: Rumah sebagai struktur fisik karena dilihat sebagai bentuk fisik yang

menaungi elemen-elemen yang ada di dalamnya, seperti: atap, dinding, lantai, dll.

Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari, maksudnya untuk menampung segala kegiatan penghuni rumah, seperti: makan, tidur, mandi, bersantai, memasak, dll.

Rumah sebagai tempat menyendiri (privat), yaitu tempat dimana manusia melepaskan diri dari dunia luar untuk besantai, menenangkan pikiran, dan sejenak melepas rutinitas sehari-hari.

Rumah sebagai wadah keakraban, dimana di dalam rumah tersebut suatu keluarga dapat berkumpul, berinteraksi sehingga terasa kasih sayang antar sesama penghuni rumah.

Rumah sebagai pusat jaringan sosial, yaitu sebagai tempat bertemu dan berkumpulnya kolega, keluarga besar, tetangga, dll.

Rumah sebagai akar dan kesinambungan, yaitu rumah dan kampung halaman dilihat sebagai tempat untuk kembali pada asal dan menumbuhkan rasa kesinambungan untuk untaian proses ke depan.

Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, yaitu dari bentuk rumah tersebut, selera pribadi penghuni tampak terlihat.

Teori Jenjang Kebutuhan Dasar Abraham Maslow dalam kaitannya dengan kebutuhan rumah :

Kebutuhan Fisiologis (Physiological Nedds) atau mempertahankan diri (Survival Needs)

Kebutuhan ini menduduki peringkat terpenting atau dengan kata lain kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini berkaitan dengan alam dan keberadaannya sebagai manusia, misal kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, dll. Dalam kaitannya dengan sebuah rumah, perhatiannya tertuju pada dengan ketersediaan ruang yang cukup. Sekarang berkembang terhadap pemenuhan dasar untuk hidup, yakni ketersediaan air bersih, bahan makanan, penghawaan dan pencahayaan alami yang cukup, sanitasi, energi, dan pembuangan limbah, serta kesesuaian dengan struktur biologis, seperti temperatur, bau, cahaya, suara, sehingga manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dengan baik.

Kebutuhan Keamanan (Safety Needs atau Security Needs)

Yakni berbagai kebutuhan manusia yang berkaitan dengan rasa aman dan terlindung dari berbagai gangguan. Tidak hanya dari cuaca tetapi juga rasa aman akan kriminalitas, penggusuran, sumber penyakit, serta bahaya baik berupa bencana dari alam maupun buatan.

Kebutuhan Sosial (Social Needs) atau kebutuhan akan rasa memiliki (Belongingness Needs)

Berisi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi dan

P E R A N C A N G A N P E R M U K I M A N 1 | 6

Page 3: BAB II

bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan adanya komunikasi dan interaksi dengan manusia lain. Pada tahap ini diperlukan ruang atau sarana kegiatan sebagai wahana kontak sosial pada rumah maupun lingkungan perumahan.

Esteem Needs atau Ego Needs

Adalah jenjang kebutuhan manusia akan penghargaan dan kekuasaan. Dalam rumah dan lingkungannya hal ini memiliki arti bahwa rumah dan lingkungannya perlu memilki ciri tertentu untuk mengungkapkan status penghuni.

2.2. TINJAUAN UMUM PERMUKIMAN KUMUH

A. PENGERTIAN PERMUKIMAN KUMUHTumbuhnya pemukiman kumuh merupakan akibat dari urbanisasi,

migrasi yang tinggi, masyarakat berbondong-bondong datang ke kota untuk mencari nafkah. Hidup di kota sebagai warga dengan mata pencaharian terbanyak pada sector informal. Pada dasarnya pertumbuhan sektor informal bersumber pada urbanisasi penduduk dari pedesaan ke kota, atau dari kota satu ke kota lainnya. Hal ini disebabkan oleh lahan pertanian di mana mereka tinggal, sudah terbatas, bahkan kondisi desapun tidak dapat lagi menyerap angkatan kerja yang terus bertambah, sedangkan yang migrasi dari kota ke kota lain, kota tidak lagi mampu menampung, karena lapangan kerja sangat terbatas.

Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan.Pemahaman kumuh dapat ditinjau dari:a. Sebab Kumuh

Kumuh adalah kemunduran atau kerusakan lingkungan hidup dilihat dari:

1. segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara.

2. segi masyarakat/sosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti kepadatan lalu lintas, sampah.

b. Akibat Kumuh

Kumuh adalah akibat perkembangan dari gejala-gejala antara lain:

1. kondisi perumahan yang buruk.2. penduduk yang terlalu padat.3. fasilitas lingkungan yang kurang memadai4. tingkah laku menyimpang5. budaya kumuh6. apati dan isolasi

B. KAWASAN KUMUH

Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas social lainnya.

Penyebab adanya kawasan kumuh atau peningkatan jumlah kawasan kumuh yang ada di kota adalah:1. Faktor ekonomi seperti kemiskinan dan krisis ekonomi.

Faktor ekonomi atau kemiskinan mendorong bagi pendatang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kota-kota. Dengan keterbatasan pengetahuan, ketrampilan, dan modal, maupun adanya persaingan yang sangat ketat diantara sesama pendatang maka pendatang-pendatang tersebut hanya dapat tinggal dan membangun rumah dengan kondisi yang sangat minim di kota-kota. Di sisi lain pertambahan jumlah pendatang yang sangat banyak mengakibatkan pemerintah tidak mampu menyediakan hunian yang layak.

2. Faktor bencana.

Faktor bencana dapat pula menjadi salah satu pendorong perluasan kawasan kumuh. Adanya bencana, baik bencana alam seperti misalnya banjir, gempa, gunung meletus, longsor maupun bencana akibat perang atau pertikaian antar suku juga menjadi penyebab jumlah rumah kumuh meningkat dengan cepat.

C. CIRI-CIRI PERMUKIMAN KUMUHCiri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi Suparlan adalah :1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruanganya

mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai :a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu

dapat digolongkan sebagai hunian liar.b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau

sebuah RW.c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau

RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.

5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

P E R A N C A N G A N P E R M U K I M A N 1 | 7

Page 4: BAB II

6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sector informal.

Menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri permukiman atau daerah perkampungan kumuh dan miskin dipandang dari segi sosial ekonomi adalah sebagai berikut :1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah,

serta memiliki sistem sosial yang rentan.2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sector informal

Lingkungan permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya di bawah standar minimal sebagai tempat bermukim, misalnya memiliki:a. Kepadatan penduduk yang tinggi > 200 jiwa/km2b. Kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha.c. Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan

persampahan).d. Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk, terbangun <20% dari

luas persampahan.e. Kondisi bangunan rumah tidak permanen dan tidak memenuhi syarat

minimal untuk tempat tinggal.f. Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan

keamanan.g. Kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan ancaman

(fisik dan non fisik ) bagi manusia dan lingkungannya.Sementara itu menurut Sinulingga Budi D. (1999: 112), permukiman kumuh (slum) adalah permukiman dengan ciri–ciri sebagai berikut :1. Penduduk padat >400 orang/Ha.2. Kondisi sarana lingkungan , sanitasi, fasilitas perkotaan jauh dari standar

kota yang baik.

D. KLASIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH

Menurut Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) permukiman kumuh (slum) dapat diklasifikasikan ke dalam dua klasifikasi yaitu:

1. Fisik :a. Berpenghuni padat > 500 orang/Hab. Tata letak bangunan (kondisinya buruk dan tidak memadai)c. Kondisi konstruksi (kondisinya buruk dan tidak memadai)d. Ventilasi (tidak ada, kalau ada kondisinya buruk dan tidak memadai).e. Kepadatan bangunan (kondisinya buruk dan tidak memadai)f. Keadaan jalan (kondisinya buruk dan tidak memadai)g. Drainase (tidak ada dan kalau ada kondisinya buruk dan tidak memadai)h. Persediaan air Bersih (tidak tersedia, kalau tersedia kwalitasnya kurang

baik dan terbatas, tidak/kurang lancar)i. Pembuangan limbah manusia dan sampah (tidak tersedia, kalau

tersedia kondisinya buruk atau tidak memadai).2. Non Fisik :

a. Tingkat kehidupan Sosial ekonomi rendah.b. Pendidikan didominasi SLTP ke bawah.

c. Mata pencaharian bertumpu pada sektor informal.d. Disiplin warga rendah.

2.3 TINJAUAN UMUM ROB

A. PENGERTIAN ROBRob atau banjir air laut adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut

yang pasang yang menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut. (http://wikipedia.com).

B. PENYEBAB TERJADINYA ROB

Perkembangan lahan terbangun suatu kota diakibatkan oleh jumlah penduduk dan kegiatan-kegiatan kota seperti perumahan, perkantoran, perdagangan, perindustrian dan lain-lain sehingga meningkatkkan kebutuhan terhadap air tanah. Fenomena tersebut menimbulkan kecenderungan perubahan daya dukung sumber daya air tanah, sedangkan di pihak lain terjadi penurunan volume/debit pengisian kembali air tanah. Selain itu penyadapan/pengambilan air tanah secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan pengisian kembali air tanah yang seimbang menyebabkan penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah ini dapat menyebabkan amblesnya permukaan tanah dan intruisi air laut (Asdak, 1995: 243,249). Pemompaan air tanah yang berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan pengisian kembali dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah (Kodoatie, 1995: 103). Terjadinya penurunan muka tanah mengakibatkan permukaan air laut lebih tinggi dari permukaan tanah, kejadian ini dikenal dengan banjir pasang air laut (rob).

Sedangkan banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:

a. Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.b. Bertambah tingginya pasang air laut.c. Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang, Banjir

Kanal Barat, Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali Asin) maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut (rob), di samping oleh pengaruh gelombang dan arus sejajar pantai, sehingga terjadi pendangkalan muara yang berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya menambah parah banjir di sekitarnya.

2.4 TINJAUAN UMUM BANJIR

A. PENGERTIAN BANJIR

Beberapa definisi banjir adalah:

1. Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001).

P E R A N C A N G A N P E R M U K I M A N 1 | 8

Page 5: BAB II

2. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat (Wikipedia, 2009).

B. PENYEBAB TERJADINYA BANJIR

Menurut Kodoatie RJ dan Sjarief R (2005), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan banjir, antara lain: perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob, drainase lahan, bendung dan bangunan air, serta kerusakan bangunan pengendali banjir. Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab yang lainnya.

Banjir lokal yang lebih bersifat setempat, sesuai dengan atau seluas kawasan yang tertumpah air hujan, terjadi disebabkan oleh:

a. Tingginya intensitas hujan.b. Belum tersedianya sarana drainase yang memadai.c. Penggunaan saluran yang masih untuk berbagai tujuan (multipurpose) baik

untuk penyaluran air hujan, limbah, dan sampah rumah tangga, padahal belum bisa diimbangi oleh air penggelontoran yang dialirkan.

d. Banjir lokal ini diperparah oleh fasilitas bangunan bawah tanah (pipa PAM, kabel Telkom, dan PLN) yang kedudukannya sangat mengganggu drainase.

C. DAMPAK BANJIR

Banjir yang besar memiliki dampak-dampak yang tidak diinginkan antara lain :

1. Dampak fisikDampak fisik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir.

2. Dampak socialDampak social mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air , dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.

3. Dampak ekonomiDampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).

4. Dampak lingkunganDampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.

5. Dampak banjirDampak banjir terhadap masyarakat tidak hanya berupa kerugian harta benda dan bangunan. Selain itu, banjir juga mempengaruhi perekonomian

masyarakat dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan, terutama kesehatan dan pendidikan (Arduino dkk, 2007).

Menurut Bakornas PB (2007), dampak bencana banjir akan terjadi pada beberapa aspek (sebagian besar di wilayah Indonesia bagian barat) dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut:1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,

tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi.

2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.

3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan dan hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.

4. Aspek sarana-prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.

Yang terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulnya penyakit akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir: diare, DBD, leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta lain. Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit yang luar biasa (outbreak). Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh & daya tahan terhadap stress (Wijaya. 2008).

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Soegijanto S (2008) tentang penyakit pasca bencana yang sering ditemukan:1. Polusi udara berdampak sakit batuk sesak.2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi menyebabkan diare akut.3. Tikus-tikus baik yang mati atau hidup akibat bencana banjir berpotensi

menularkan kuman pes dan leptospira.4. Air kemih tikus perlu dicermati penyakit leptospira.5. Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti maupun Albocpitus yang

menularkan virus dengue maupun Chikungunya.6. Dampak trauma kepala dan patah tulang, dibutuhkan kerjasama dengan

dokter ahli bedah umum maupun bedah tulang.

P E R A N C A N G A N P E R M U K I M A N 1 | 9