BAB II
-
Upload
ahmad-athoillah -
Category
Documents
-
view
32 -
download
4
description
Transcript of BAB II
BAB II
DASAR TEORI
1.1. Polutan
Polutan adalah suatu zat yang menjadi sebab pencemaran terhadap
lingkungan. Jadi, polutan disebut juga sebagai zat pencemar. Suatu zat atau bahan
dapat disebut sebagai zat pencemar atau polutan apabila zat atau bahan tersebut
mengalami hal-hal sebagai berikut.
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal/ambang batas.
2. Berada pada tempat yang tidak semestinya.
3. Berada pada waktu yang tidak tepat.
Zat-zat pencemar (polutan) yang ada di udara umumnya berupa debu, asap,
dan gas buangan hasil pembakaran bahan bakarfosil, seperti minyak dan batu bara
oleh kendaraan/alat transportasi dan mesin-mesin pabrik. Gas buangan yang
mengandung zat yang berbahaya, misalnya asap, karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (C02), sulfur oksida (S02), nitrogen oksigen (NO, N02, NOx), CFC, dan
sebagainya.
a. Asap
Asap adalah hasil pembakaran bahan organik yang tidak sempurna.
Pembakaran hutan, plastik, dan sampah organik akan menghasilkan asap yang
berdampak langsung kepada fungsi mata, saluran pernapasan, dan aktivitas manusia.
5
6
b. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen yang bersifat tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa, yang terdapat dalam bentuk gas
pada suhu di atas 192°C, mempunyai berat sebesar 96,9% dari berat air dan tidak
larut dalam air. Karbon monoksida merupakan gas hasil pembakaran tidak sempurna
terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. Pada suhu tinggi, karbon
monoksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen. Gas ini berbahaya bagi
kesehatan manusia. Gas ini mempunyai daya ikat terhadap sel darah merah lebih
tinggi dibandingkan dengan daya ikat sel darah merah terhadap oksigen. Gas CO
dapat menyebabkan pusing-pusing dan pingsan.
c. Karbon dioksida (C02)
Karbon dioksida (C02) dihasilkan dari pembakaran bahan organik, seperti
minyak bumi, batu bara, kayu, dan Iain-Iain oleh mesin pabrik dan kendaraan. C02
terbesar dihasilkan dari pembakaran bahan bakarfosil, seperti minyak bumi dan batu
bara. Kadar C02 yang tinggi dan atmosfer merupakan salah satu naiknya suhu di
permukaan bumi secara global (dikenal dengan efek rumah kaca atau green house
effect).
d. CFC (Chloro fluoro carbon)
CFC biasanya digunakan sebagai bahan pendingin pada AC dan kulkas, CFC
dipergunakan sebagai aerosol pada penyemprotan rambut, pengharum, dan pembasmi
7
serangga. CFC bersifat sangat ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer yang
lebih tinggi dan jika bertemu dengan ozon akan terjadi reaksi yang menyebabkan
lapisan ozon akan menipis. Lapisan ozon yang tipis dapat mengancam kehidupan
makhluk hidup di permukaan bumi.
e. Sulfur oksida (SO)
Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komoponen gas yang tidak
berwarna, yaitu sulfur oksida (S02) dan sulfur trioksida (S03). Keduanya disebut
sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak
terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak
reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua
bentuk oksida, tetapi jurmlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia, meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, S02 selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar.Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar
yang menghasilkan SOx.
Hal ini disebabkan berbagai elemen yang penting secara alami dalam bentuk
logam sulfida, misalnya tembaga (CuFeS2 dan Cu2S), zink (ZnS), merkuri (HgS),
dan timbal (PbS). Kebanyakan logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara
untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu, sulfur
merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih
mudah untuk menghilangkan sulfur dari logam kasar daripada menghilangkan dari
produk metal akhirnya. Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan
8
hewan pada konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk merusak
tanaman. Kerusakan tanaman terjadi pada konsentrasi 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada
konsentrasi S02 sebesar 5 ppm atau lebih.Oksida belerang atau sulfur oksida
merupakan hasil pembakaran bahan bakar fosil juga dihasilkan dari letusan gunung
berapi. Jika senyawa ini bertemu air akan bereaksi membentuk senyawa asam.Udara
terdiri atas sekitar 80% volume nitrogen dan 20% volume oksigen. Pada suhu kamar,
kedua gas ini hanya sedikit mempunyai kecenderungan untuk bereaksi satu sama lain.
Pada suhu yang lebih tinggi, keduanya dapat bereaksi membentuk nitrit oksida dalam
jumlah tinggi sehingga mengakibatkan polusi udara.NO yang dihasilkan oleh
aktivitas alam tidak terlalu menjadi masalah karena tersebar merata sehingga
jumlahnya kecil. NO yang menjadi masalah adalah polusi NO yang dihasilkan oleh
kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat hanya pada tern pat¬tern pat
tertentu. Konsentrasi NOxdi udara di daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm.
Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk
karena sumber utama NOx dari kegiatan manusia, seperti pembakaran yang
kebanyakan berasal dari kendaraan produksi energi, dan pembuangan sampah.
Sebagian besar emisi NOx yang dihasilkan manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas alam, dan bensin.
f. Nitrogen oksida (Nitrogen oksida (NOx)
9
Adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang terdiri atas gas nitrit
oksida (NO) dan nitrogen oksida (N02). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya
ada, tetapi kedua gas ini paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrit oksida
merupakan gas yan tidak berwama dan tidak berbau. Sebaliknya, nitrogen dioksida
mempunyai warna cokelat kemerahan dan berbau tajam.
g. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara
murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan (Mulia, 2005).
Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa
organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat
kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikel
tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pernafasan. Partikel pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang
berbeda dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari
mana sumber emisinya (Depkes).
Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di atmosfer,
misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin.
Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk
partikel- partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses
peleburan baja, dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari
10
batu arang. Sumber partikel yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari
sumbernya diikuti oleh proses-proses industri (Fardiaz, 1992).
Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan,
penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan
organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir
zat padat dan sebagainya (Suma’mur, 1988). Debu umumnya berasal dari
gabungan secara mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-
layang di udara yang bersifat toksik bagi manusia. Menurut Departemen Kesehatan
RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:
1. Sifat Pengendapan, adalah sifat debu yang cendrung selalu
mengendap proporsi partikel yang lebih daripada yang ada di udara.
2. Sifat Permukaan Basah, Permukaan debu akan cendrung selalu basah,
dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam
pengendalian debu di dalam tempat kerja.
3. Sifat Penggumpalan, oleh karena permukaan debu yang selalu basah
maka dapat menempel antara debu satu dengan yang lainnya
sehingga menjadi menggumpal Turbuelensi udara membantu
meningkatkan pembentukkan gumpalan.
4. Sifat Listrik Statis, sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat
menarik partikel lain yang berlawanan sehingga mempercepat
terjadinya proses penggumpalannya.
5. Sifat Optis, partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar
sehingga dapat terlihat di dalam kamar yang gelap.
11
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan
dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan,
dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang
berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk
pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron
terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz, 1992).
1.2. Debu sebagai Partikel Bermuatan
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang
melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron
sampai dengan 500 mikron. Dalam Kasus Pencemaran udara, debu sering dijadikan
salah satu indikator pencemaran udara.
Debu memiliki sifat pengendapan yaitu debu cenderung mengendap karena
gaya grafitasi bumi. Selain itu, debu juga mempunyai sifat listrik static
(elektrostatik) yang akan tertarik ke partikel lain yang berlawanan muatan dan
menjauhi partikel yang bermuatan sejenis. Materi yang biasanya kita alami dapat
dipandang sebagai sesuatu yang dibentuk dari tiga macam partikel yang memiliki
masa dan muatan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Massa dan muatan Partikel
Partikel Simbol Muatan Massa
Proton P + e – 27
12
Neutron N 0 1.67 x 10 – 27
Elektron E - e 9.10 x 10 – 31
Udara sekeliling kita merupakan partikel gas bermuatan listrik, baik berupa
ion negatif dan positif. Ini diakui berabad-abad yang lalu dan dibuktikan oleh
percobaan sederhana Benyamin Franklin dengan menggunakan layang-layang dan
benang kawat sebagai konduktornya, energi listrik di udara dapat ditangkap dalam
wujud petir.
1.3. Teori Atom
Kata ini berasal dari bahasa yunani atomos yang berarti tidak dapat dipotong.
Sesuai pengertian tersebut, Atom-atom adalah partikel penyusun semua benda yang
berukuran sangat kecil. Di dalam atom juga terdapat sub-atom, yaitu partikel
penyusun atom yang ukurannya lebih kecil. Sulit bagi kita untuk membayangkan
seberapa kecil atom ini, satu titik yang ada di akhir kalimat ini saja memiliki panjang
sekitar 20 juta atom. Setiap atom memiliki inti, yang terdiri dari proton dan neutron,
serta elektron yang bergerak cepat di sekitar inti. Elektron-elektron ini terdapat pada
tingkatan energi yang berbeda-beda, yang disebut kulit, tiap kulit memiliki jumlah
batas untuk elektron, apabila elektron di kulit pertama sudah memenuhi batas, maka
elektron akan memenuhi kulit kedua dan seterusnya.
13
Elektron, neutron dan proton merupakan bagian terkecil dari atom, namun
para ilmuan modern berpendapat bahwa proton dan neutron tersusun atas partikel-
partikel yang lebih kecil lagi yang disebut kuark.
1.3.1.Teori Atom Thomson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William
Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat
dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-
baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson
menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom (partikel
subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan
negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positif untuk menetrallkan
muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki
kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal
sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan
didalamya tersebar muatan negatif elektron”.
14
Model atom ini dapat diGambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas
kulitnya. Biji jambu mengGambarkan elektron yang tersebar merata dalam bola
daging jambu yang pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola
positif yang pejal.
1.3.2.Teori Atom Rutherford
Pada awalnya Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan dan
Erners Masreden) melakukan sebuah percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar
alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Namun sebelumya telah ditemukan adanya
partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus serta berdaya
tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.
Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat yang
diajukan Thomson. Thomson berpendapat bahwa atom merupakan bola pejal positif
yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Sedangkan dari
pengamatan Rutherford bersama dua orang muridnya, didapatkan fakta bahwa
apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka
sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°) dan
ada yang dibelokkan.
15
Tetapi dari pengamatan yang dilakukan oleh Marsden diperoleh fakta bahwa
satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih. Dengan
percobaan ini maka Rutherford menarik kesimpulan tentang teori atomnya yaitu:
Sebagian besar sinar alfa yang menembus pelat tipis emas terjadi disebabkan
sebagian besar atom adalah ruang kosong atau ruang terbuka. Sinar alfa yang
dibelokkan dengan sudut besar terjadi karena mendekati inti atom atau ada
gaya tarik. Sinar alfa yang dipantulkan kembali adalah sinar alfa yang
menumbuk inti atom atau adanya gaya tolak.
Dengan asumsi ini maka Rutherford mengajukan bahwa atom bukan
merupakan benda pejal seperti yang dikemukakan oleh Thomson akan tetapi atom
memiliki inti atom yang sangat pejal (massive) dimana berat atom terletak dan
elektron yang mengitari inti dengan jarak yang cukup besar jika dibandingkan dengan
diameter inti atom.
Itulah sebabnya mengapa atom sebagian besar adalah ruang kosong. Atau kita
bisa mengatakan bahwa ukuran inti atom relatif sangat kecil jika dibandingkan
dengan keseluruhan atom itu sendiri. Setelah penemuan Rutherford ini maka para
ilmuwan menyadari bahwa atom bukan merupakan zat tunggal akan tetapi dibangun
oleh subpartikel atom.
Dengan penelitian selanjutnya mereka mengetahui bahwa inti atom bermuatan
positif (dimana jumlah muatannya sama dengan nomor atom). Dan penelitian
16
selanjutnya para ilmuwan menemukan bahwa jumlah electron adalah sama dengan
nomor atom, dengan demikian atom bermuatan netral (muatan positif sama dengan
muatan negatifnya). Dari hasil di atas, Rutherford berpendapat mengenai teori
atomnya bahwa:
Sebagian besar dari atom merupakan permukaan kosong.
Atom memiliki inti atom bermuatan positif yang merupakan pusat massa
atom.
Elektron bergerak mengelilingi inti dengan kecepatan yanga sangat tinggi.
Sebagian besar partikel α lewat tanpa mengalami pembelokkan/hambatan.
Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang dipantulkan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford
mengusulkan model atom yang dikenal dengan Teori Atom Rutherford yang
menyatakan bahwa:
“Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan
bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif”.
Elektron bergerak mengelilingi inti dengan lintasan yang berbentuk lingkaran
atau elips. Rutherford menduga bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral
yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.
1.4. Ikatan Kimia
Gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan ion dalam
setiap senyawa disebut ikatan kimia. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada
17
tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht
Kossel (1853-1927) dari Jerman (Martin S. Silberberg, 2000). Konsep tersebut
adalah:
1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar
membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memiliki
susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron
yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau
menangkap elektron.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan
cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron,
menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.
Gambar 2.3 Ikatan Atom dalam kimiaSumber: Ackerman, E., dkk., 1998, “Ilmu Biofisika”, Erlangga : Jakarta.
18
1.4.1. Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu
atom ke atom lain (James E. Brady, 1990). Ikatan ion terbentuk antara atom yang
melepaskan elektron (logam) dengan atom yang menangkap elektron (bukan logam).
Atom logam, setelah melepaskan elektron berubah menjadi ion positif. Sedangkan
atom bukan logam, setelah menerima elektron berubah menjadi ion negatif. Antara
ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik (gaya elektrostastis) yang
disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen).
1.4.2. Ikatan kovalen
Menurut G.N. Lewis, Unsur-unsur logam dan bukan logam cenderung
membentuk senyawa ion untuk mencapai stabil melalui serah-terima elektron
sehingga tercapai konfigurasi elektron seperti gas mulia. Atom-atom bukan logam
dapat membentuk ikatan dengan atom-atom bukan logam melalui penggunaan
bersama pasangan atom valensinya. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-
unsur non logam.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron
secara bersama-sama oleh dua atom atau lebih (James E. Brady, 1990). Dalam ikatan
kovalen, setiap nucleus dalam pasangan tertarik ke dalam nucleus kedua atom. Dalam
ikatan kovalen memerlukan elektron dengan jumlah yang sesuai dengan
19
golongannya. Golongan VIIA, VIA, VA, dan IV masing-masing memerlukan satu,
dua, tiga, dan empat elektron supaya stabil, dan istimewa untuk hidrogen (H) yang
hanya memerlukan satu elektron supaya seperti helium.
IA IIIA IVA VA VIA VIIAH
2, 1B
2, 1C
2, 5N
3, 1O
3, 5F
4, 1Si
1, 8P
2, 1S
2, 5Cl
3, 0As2, 0
Se2, 4
Br2, 8
Te3, 0
I2, 5At2,2
Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.
Untuk pembentukan ikatan kovalen rangkap dua dalam molekul CO2 seperti Gambar
di bawah ini:
Sumber: Syukri (1999) hal.194
Tabel 2.2 Kelektronegatifan unsur-unsur elektronegatif
Gambar 2.4 Pembentukan molekul CO2
Sumber: perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/ikatan-kimia-terbaru.html
20
Konfigurasi elektron atom 6C= 2, 4
Untuk membentuk konfigurasi Ne (2, 8), diperlukan 4 elektron tambahan. Ke-
4 elektron ini diperoleh dari atom O. Setiap atom O menyumbang 2 elektron valensi
sehingga membentuk dua buahikatan kovalen rangkap dua.
1.5. Proses Dasar ionisasi
Inonisasi adalah proses munculnya ion disekitar elektroda karena
meningkatnya tegangan yang diterapkan. Tegangan yang menyebabkan elektron
keluar untuk pertama kalinya disebut tegangan insepsi. Kegagalan listrik yang
terjadi di udara tergantung dari jumlah elektron bebas yang ada di udara.
Penyebab tembus antara lain tekanan, temperatur, kelembaban, konfigurasi
medan, tegangan yang diterapkan, material elektroda, kondisi permukaan elektroda.
Pembangkitan ion antara lain dengan cara benturan (collision) elektron,
ionisasi thermal, fotoionisasi dan pelepasan (detachment) elektron.
1.6. Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas
Dalam mekanisme tembus listrik bahan isolasi, ada beberapa peristiwa/proses yang
berperan di dalamnya, antara lain:
a. Ionisasi, yaitu peristiwa terlepasnya elektron dari ikatan atom netral sehingga
menghasilkan satu elektron bebas dan ion positif.
b. Deionisasi, yaitu peristiwa dimana satu ion positif menangkap elektron bebas
sehingga ion positif tersebut menjasi atom netral.
21
c. Emisi, yaitu peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan logam menjadi
elektron bebas
Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh
elektron. Ada dua jenis proses dasar yaitu :
Proses primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran electron.
Proses sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran
electron.
Saat ini dikenal dua mekanisme kegagalan gas yaitu :
Mekanisme Townsend
Mekanisme Streamer
1.6.1. Mekanisme Kegagalan Townsend
Pada proses primer, elektron yang dibebaskan bergerak cepat sehingga timbul
energi yang cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron. Jumlah elektron Ne
pada lintasan sejauh dx akan bertambah dengan dNe, sehingga elektron bebas
tambahan yang terjadi dalam lapisan dx adalah dNe = Ne.dx .
Ternyata jumlah elektron bebas dNe yang bertambah akibat proses ionisasi
sama besarnya dengan jumlah ion positif dN+ baru yang dihasilkan, sehingga:
dNe = dN+ = Ne.(t).dt
dimana :
α : koefisien ionisasi Townsend
dN+ : junlah ion positif baru yang dihasilkan
Ne : jumlah total elektron
22
Vd : kecepatan luncur elektron
Pada medan uniform, konstan, Ne = N0, x = 0 sehingga Ne = N0 x
Jumlah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama dengan
jumlah ion positif yaitu N+ = N0 x
Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah :
Arus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang bertahan
sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh perubahan arus
dengan cepat dimana karena d >> 1 maka 0 d secara teoritis menjadi tak
terhingga, tetapi dalam praktek hal ini dibatasi oleh impedansi rangkaian yang
menunjukkan mulainya percikan.
1.6.2. Mekanisme Kegagalan Streamer
Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi
molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik setempat
oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini menimbulkan distorsi
medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner dibandingkan elektron-
elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi dalam sela dalam awan
elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif. Medan Er yang dihasilkan
oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah :
23
Pada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah a e a x dx sehingga:
R adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi R=Ö
(2Dt).
Dimana t = x/V Sehingga,
dimana :
N : kerapatan ion per cm2
e : muatan elektron ( C )
e0 : permitivitas ruang bebas
R: jari jari (cm)
V : kecepatan banjiran, dan
D : koefisien diffusi.
1.7. Gasifikasi Plasma
“Plasma merupakan kondisi gas terionisasi yang terjadi di alam. Namun,
plasma juga dapat dibuat yakni dengan metode electrical discharge. Metode ini
24
dilakukan dengan menambahkan hydrogen pada gas sehingga hydrogen terlucuti dari
atom”.( Dr.Anto Tri Sugiharto)
Gasifikasi plasma merupakan suatu metode efektif dalam menguraikan
berbagai senyawa hydrogen dan anorganik menjadi elemen-elemen dasar dari sebuah
senyawa, sehingga elemen-elemen tersebut dapat digunakan kembali (reuse) dan
didaur ulang (recycle).
Senyawa adalah zat tunggal yang terbentuk dari beberapa unsur dengan
melalui reaksi kimia dan senyawa tersebut juga dapat diuraikan lagi menjadi unsur-
unsur pembentuknya dengan reaksi kimia tersebut. Senyawa dihasilkan dari reaksi
kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi pembentukan. Misalnya,
karbondioksida (CO2) dihasilkan oleh reaksi karbon (C) dengan oksigen (O).
Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi
penguraian.
Senyawa mempunyai sifat yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya.
Senyawa hanya dapt diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi
kimia. Pada kondisi yang sama, senyawa dapat memiliki wujud berbeda dengan
unsur-unsur pembentuknya. Sifat fisika dan kimia senyawa berbeda dengan unsur-
unsur pembentuknya. Misalnya reaksi antara gas hydrogen dan gas oksigen
membentuk senyawa air yang berwujud cair.
25
2.8. INTREGATED CIRCUIT
2.8.1.MIKROKONTROLER AVR
Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) dari Atmel ini
menggunakan arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer) yang artinya
prosesor tersebut memiliki set instruksi program yang lebih sedikit dibandingkan
dengan MCS-51 yang menerapkan arsitektur CISC (Complex Instruction Set
Computer).
Hampir semua instruksi prosesor RISC adalah instruksi dasar (belum tentu
sederhana), sehingga instruksi-instruksi ini umumnya hanya memerlukan 1 siklus
mesin untuk menjalankannya. Kecuali instruksi percabangan yang membutuhkan 2
siklus mesin. RISC biasanya dibuat dengan arsitektur Harvard, karena arsitektur ini
yang memungkinkan untuk membuat eksekusi instruksi selesai dikerjakan dalam
satu atau dua siklus mesin, sehingga akan semakin cepat dan handal. Proses
downloading programnya relatif lebih mudah karena dapat dilakukan langsung pada
sistemnya.
Sekarang ini, AVR dapat dikelompokkan menjadi 6 kelas, yaitu keluarga
ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, keluarga AT90CAN, keluarga
AT90PWM dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas
26
adalah memori, peripheral, dan fungsinya, sedangkan dari segi arsitektur dan instruksi
yang digunakan, mereka hampir sama. Sebagai pengendali utama dalam pembuatan
robot ini, digunakan salah satu produk ATMEL dari keluarga ATmega yaitu
ATmega8535.
2.8.1.1. ARSITEKTUR ATMEGA8535
Mikrokontroler ATmega8535 memiliki fitur-fitur utama, seperti berikut.
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
3. Tiga unit Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.
4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5. Watchdog Timer dengan osilator internal.
6. SRAM sebesar 512 byte.
7. Memori Flash sebesar 8 kbytes dengan kemampuan Read While Write.
8. Unit interupsi internal dan eksternal.
9. Port antarmuka SPI.
10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
11. Antarmuka komparator analog.
12. Port USART untuk komunikasi serial.
Mikrokontroler AVR ATMega8535 merupakan mikrokontroler produksi
Atmel dengan 8 KByte In-System Programmable-Flash, 512 Byte EEPROM dan 512
Bytes Internal SRAM. AVR ATMega8535 memiliki seluruh fitur yang dimiliki
27
AT90S8535. Selain itu, konfigurasi pin AVR ATMega8535 juga kompatibel dengan
AT90S8535.
Diagram blok arsitektur ATmega8535 ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Terdapat
sebuah inti prosesor (processor core) yaitu Central Processing Unit, di mana terjadi
proses pengumpanan instruksi (fetching) dan komputasi data. Seluruh register umum
sebanyak 32 buah terhubung langsung dengan unit ALU (Arithmatic and Logic Unit).
Tedapat empat buah port masing-masing delapan bit dapat difungsikan sebagai
masukan maupun keluaran.
Media penyimpan program berupa Flash Memory, sedangkan penympan data
berupa SRAM (Static Ramdom Access Memory) dan EEPROM (Electrical Erasable
Programmable Read Only Memory). Untuk komunikasi data tersedia fasilitas SPI
(Serial Peripheral Interface), USART (Universal Synchronous and Asynchronous
serial Receiver and Transmitter), serta TWI (Two-wire Serial Interface).
Gambar 2.6 Arsitektur ATmega8535Sumber: Wardhana, Lingga. 2006.”Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi”. Penerbit Andi:Yogyakarta.
28
Di samping itu terdapat fitur tambahan, antara lain AC (Analog Comparator),
8 kanal 10-bit ADC (Analog to Digital Converter), 3 buah Timer/Counter, WDT
(Watchdog Timer), manajemen penghematan daya (Sleep Mode), serta osilator
internal 8 MHz. Seluruh fitur terhubung ke bus 8 bit. Unit interupsi menyediakan
sumber interupsi hingga 21 macam. Sebuah stack pointer selebar 16 bit dapat
digunakan untuk menyimpan data sementara saat interupsi.
Mikrokontroler ATmega8535 dapat dipasang pada frekuensi kerja hingga 16
MHz (maksimal 8MHz untuk versi ATmega8535L). Sumber frekuensi bisa dari luar
berupa osilator kristal, atau menggunakan osilator internal.
Keluarga AVR dapat mengeksekusi instruksi dengan cepat karena
menggunakan teknik “memegang sambil mengerjakan” (fetch during execution).
Dalam satu siklus clock, terdapat dua register independen yang dapat diakses oleh
satu instruksi.
2.8.1.2. KONFIGURASI PIN ATMEGA8535
ATMega8535 terdiri atas 40 pin dengan konfigurasi seperti pada Tabel 2.3
Nama Pin Fungsi
Gambar 2.6 Arsitektur ATmega8535Sumber: Wardhana, Lingga. 2006.”Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi”. Penerbit Andi:Yogyakarta.
Table 2.3 Deskripsi pin Atmega8535
29
VCC Catu daya
GND Ground
Port A
(PA7..PA0)
Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal.
Juga berfungsi sebagai masukan analog ke ADC (ADC0 s.d.
ADC7)
Port B
(PB7..PB0)
Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal.
Fungsi khusus masing-masing pin :
Port Pin Fungsi lain
PB0 T0 (Timer/Counter0 External Counter Input)
PB1 T1 (Timer/Counter1 External Counter Input)
PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)
PB3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)
PB4 SS (SPI Slave Select Input)
PB5 MOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input)
PB6 MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)
PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock)
Port C
(PC7..PC0)
Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal.
Dua pin yaitu PC6 dan PC7 berfungsi sebagai oscillator luar untuk
Timer/Counter2.
Port D
(PD7..PD0)
Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal.
Fungsi khusus masing-masing pin :
Port Pin Fungsi lain
30
PD0 RXD (UART Input Line)
PD1 TXD (UART Output Line)
PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input)
PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)
PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output CompareB Match
Output)
PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output CompareA Match
Output)
PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin)
PD7 OC2 (Timer/Counter2 Output Compare Match Output)
RESET Masukan reset. Sebuah reset terjadi jika pin ini diberi logika
rendah melebihi periode minimum yang diperlukan.
XTAL1 Masukan ke inverting oscillator amplifier dan masukan ke
rangkaian clock internal.
XTAL2 Keluaran dari inverting oscillator amplifier.
AVCC Catu daya untuk port A dan ADC.
AREF Referensi masukan analog untuk ADC.
AGND Ground analog.
Gambar 2.7 Konfigurasi pin ATMega 8535
31
1.1.1. NE555
1.1.1.1. Rangkaian Monostable
IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit
komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan kapasitor
luar (eksternal). IC ini memang bekerja dengan memanfaatkan prinsip pengisian
(charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui resistor luar
tersebut. Untuk menjelaskan prinsip kerjanya, coba perhatikan diagram Gambar IC
555 dengan resistor dan kapasitor luar berikut ini. Rangkaian ini tidak lain adalah
sebuah rangkaian pewaktu (timer) monostable.
Gambar 2.7 Konfigurasi pin ATMega 8535
Gambar 2.8 Rangkaian pewaktu monostableSumber: http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2013/03/rangkaian-
penghasil-clock.html
32
Prinsip dari rangkaian ini akan menghasilkan pulsa tunggal dengan lama
tertentu pada keluaran pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu. Perhatikan di dalam
IC ini ada dua komparator yaitu Comp A dan Comp B. Perhatikan juga di dalam IC
ini ada 3 resistor internal R yang besarnya sama. Dengan susunan seri yang demikian
terhadap VCC dan GND, rangkaian resistor internal ini merupakan pembagi
tegangan. Susunan ini memberikan tegangan referensi yang masing-masing besarnya
2/3 VCC pada input negatif komparator A dan 1/3 VCC pada input positif
komparator B.
Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3 adalah 0 (ground atau normally
low). Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu ON dan mencegah kapasitor
eksternal C dari proses pengisisian (charging). Ketika ada sinyal trigger dari 1 ke 0
(VCC to GND) yang diumpankan ke pin 2 dan lebih kecil dari 1/3 VCC, maka serta
merta komparator B men-set keluaran flip-flop. Ini pada gilirannya memicu transistor
Q1 menjadi OFF. Jika transistor Q1 OFF akan membuka jalan bagi resistor eksternal
R untuk mulai mengisi kapasitor C (charging). Pada saat yang sama output dari pin 3
menjadi high (VCC), dan terus high sampai satu saat tertentu yang diinginkan. Sebut
saja lamanya adalah t detik, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor C
mencapai tegangan 2/3 VCC. Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang tidak lain
merupakan input positif comp A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini tercapai,
komparator A akan men-reset flip-flop dan serta merta transistor internal Q1 menjadi
33
ON kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3 dari IC 555 tersebut kembali
menjadi 0 (GND).
Berapa lama pulsa yang dihasilkan amat tergantung dari nilai resitor dan
kapasitor eksternal yang pasangkan. Dari rumus ekponensial pengisian kapasitor
diketahui bahwa :
Vt = VCC(1- e-t/RC) ….. (1)
Vt adalah tegangan pada saat waktu t. Jika t adalah waktu eksponensial yang
diperlukan untuk mengisi kapasitor sampai Vt = 2/3 VCC, maka rumus (1) dapat
disubstitusi dengan nilai ini menjadi:
2/3 = 1-e-t/RC
1/3 = e-t/RC
ln(1/3) = -t/RC dan seterusnya dapat diperoleh
t = (1.0986123)RC yang dibulatkan menjadi
t = 1.1 RC
1.1.2. Rangkaian Astable
Sedikit berdeda dengan rangkaian monostable, rangkaian astable dibuat
dengan mengubah susunan resitor dan kapasitor luar pada IC 555 seperti Gambar
berikut. Ada dua buah resistor Ra dan Rb serta satu kapasitor eksternal C yang
diperlukan. Prinsipnya rangkaian astable dibuat agar memicu dirinya sendiri
berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat menghasilkan sinyal osilasi pada
keluarannya. Pada saat power supply rangkaian ini di hidupkan, kapasitor C mulai
terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat
34
tegangan ini tercapai, dapat dimengerti komparator A dari IC 555 mulai bekerja
mereset flip-flop dan seterusnya membuat transistor Q1 ON. Ketika transisor ON,
resitor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor C membuang
muatannya (discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3 menjadi 0
(GND). Ketika discharging, tegangan pada pin 2 terus turun sampai mencapai 1/3
VCC. Ketika tegangan ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator B yang bekerja
dan kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3
kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga
terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin3. Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger)
kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3
VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi yang
dihasilkan. Misal diasumsikan t1 adalah waktu proses pengisian kapasitor yang di isi
melalui resistor R1 dan R2 dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan juga t2
adalah waktu discharging kapasitor melalui resistor Rb dari tegangan 2/3 VCC
menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan eksponensial dengan batasan 1/3 VCC dan
2/3 VCC maka dapat diperoleh:
t1 = ln(2) (R1+R2)C = 0.693 (R1+R2)C
dan
t2 = ln(2) R2C = 0.693 R2C
35
Periode osilator adalah dapat diketahui dengan menghitung T = t1 + t2.
Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari rumus t1/T. Jadi
jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%, maka dapat digunakan
resistor R1 yang relatif jauh lebih kecil dari resistor R2.
Satu hal yang menarik dari komponen IC 555, baik timer aplikasi rangkaian
monostable maupun frekuensi osilasi dari rangkaian astable tidak tergantung dari
berapa nilai tegangan kerja VCC yang diberikan. Tegangan kerja IC 555 bisa
bervariasi antara 5 sampai 15 Vdc. Tingkat keakuratan waktu (timing) yang
dihasilkan tergantung dari nilai dan toleransi dari resistor dan kapasitor eksternal
yang digunakan. Untuk rangkaian yang tergolong time critical, biasanya digunakan
kapasitor dan resistor yang presisi dengan toleransi yang kecil. Pada banyak nota
aplikasi, biasanya juga ditambahkan kapasitor 10 nF pada pin 5 ke ground untuk
menjamin kestabilan tegangan referensi 2/3 VCC. Banyak aplikasi lain yang bisa
dibuat dngan IC 555, salah satu aplikasi yang populer lainnya adalah rangkaian PWM
(Pulse Width Modulation). IC 555 digunakan sebagai pembangkit sinyal clock untuk
menentukan besar frekuensinya digunakan rumus:
36
F= 1,44
( R1+2R2) C
1.1. SENSOR MQ-7
MQ 7 merupakan sensor gas yang digunakan dalam peralatan untuk
mendeteksi gas karbon monoksida (CO) dalam kehidupan sehari-hari, industri, atau
mobil. Fitur dari sensor gas MQ7 ini adalah mempunyai sensitivitas yang tinggi
terhadap karbon monoksida (CO), stabil, dan berumur panjang. Sensor ini
menggunakan catu daya heater : 5V AC/DC dan menggunakan catu daya rangkaian :
5VDC, jarak pengukuran : 20 - 2000ppm untuk ampu mengukur gas karbon
monoksida.
Kondisi Standar Sensor Bekerja
VC/(Tegangan Rangkaian) = 5V±0.1
VH (H)/ Tegangan Pemanas (Tinggi) = 5V±0.1
VH (L)/ Tegangan Pemanas (Rendah) = 1.4V±0.1
RL/Resistansi Beban Dapat disesuaikan
Gambar 2.10 Sensor MQ-7Sumber: www.pololu.com
37
RH Resistansi Pemanas = 33Ω±5%
TH (H) Waktu Pemanasan (Tinggi) = 60±1 seconds
TH (L) Waktu Pemanasan (Rendah) = 90±1 seconds
PH Konsumsi Pemanasan = Sekitar 350mW
Kondisi Lingkungan
Tao/Suhu Penggunaan = -20℃-50℃ Tas/Suhu Penyimpanan = -20℃-50℃
RH/Kelembapan Relatif = kurang dari 95%RH
O2 Konsentrasi Oksigen = 21%(stand condition) (Konsentrasi
Oksigen dapat mempengaruhi sensitivitas)
Karakteristik Sensitivitas
Rs/ Tahanan Permukaan Terhadap Tubuh = 2-20k pada 100ppm
Carbon Monoxide(CO)
a(300/100ppm)/ Tingkat Konsentrasi Kemiringan = Kurang dari 0.5
Rs (300ppm)/Rs(100ppm)
Standar Kondisi Bekerja = Temperature -20℃±2℃ Kelembapan
65%±5% , RL:10KΩ±5%, Vc:5V±0.1V VH:5V±0.1V,
VH:1.4V±0.1V
Waktu Panaskan Tidak kurang dari 48 jam
38
Jarak Deteksi: 20ppm-2000ppm carbon monoxide
Struktur, Konfigurasi, dan Dasar Rangkaian Pengukuran
Struktur dan konfigurasi MQ-7 sensor gas ditunjukkan pada gambar 2.11
(Konfigurasi A atau B), sensor disusun oleh mikro AL2O3 tabung keramik, Tin
Dioksida (SnO2) lapisan sensitif, elektroda pengukuran dan pemanas adalah tetap
menjadi kerak yang dibuat oleh plastik dan stainless steel bersih. Pemanas
menyediakan kondisi kerja yang diperlukan untuk pekerjaan komponen sensitif.
MQ-7 dibuat dengan 6 pin, 4 dari mereka yang digunakan untuk mengambil sinyal,
dan 2 lainnya digunakan untuk menyediakan arus pemanasan.
Gambar 2.11 Konfigurasi MQ-7Sumber: www.hwsensor.com
39
1.2. TRANFORMATOR
Transformator adalah induksi bersama (mutual induction) antara dua
rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang sederhana,
transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah tetapi
secara magnet dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut
mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi
yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau menimbulkan
ggl (gaya gerak listrik) induksi (sesuai dengan induksi elektromagnet) dari
hukum faraday.
Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari
electromotive force (emf) proporsional terhadap perubahan fluks terhubung dan
hukum Lenz yang menyatakan arah dari emf berlawanan dengan arah fluks
Gambar 2.13 Rangkaian transformer
Gambar 2.12 Rangkaian dasar pengukuran sensor MQ-7Sumber: www.hwsensor.com
40
sebagai reaksi perlawanan dari perubahan
fluks tersebut didapatkan persaman :
e=−( dΦdt )
Dimana:
e = emf sesaat (instantaneous emf)
Φ = fluks terhubung (linked flux)
Dan pada transformer ideal yang dieksitasi dengan sumber sinusoidal
berlaku persamaan:
E = 4,44 Φm N f
Dimana:
E = Tegangan (rms)
N = jumlah lilitan
Φm = fluks puncak (peak flux)
f = frekuensi
dan persamaan:
E 1E 2
= N 1N 2
Dikarenakan pada transformer ideal seluruh mutual flux yang dihasilkan
salah satu kumparan akan diterima seutuhnya oleh kumparan yang lainnya tanpa
adanya leakage flux maupun loss lain misalnya berubah menjadi panas. Atas dasar
inilah didapatkan pula persamaan:
P1 = P2
41
V1.I1 = V2.I2
N1.I1 = N2.I2
1.3. PWM (Pulse Width Modulation)
Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara
memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda,
untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Beberapa Contoh aplikasi
PWM adalah pemodulasian data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau
tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect dan penguatan,
serta aplikasi-aplikasi lainnya.
Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang
tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa PWM berbanding
lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal
PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun duty cycle bervariasi
(antara 0% hingga 100%)
T total = T on + T off
Gambar 2.14 Sinyal PWMSumber : http://ini-robot.blogspot.com
42
D = Ton
T total
V out = D xV ¿
V out = Ton
T total
x V ¿
Dimana:
T on = waktu pulsa “ high”
T off = waktu pulsa “low”
D = Duty cycle
Dari persamaan diatas diketahui bahwa perubahan duty cycle akan merubah
tegangan keluaran atau tegangan rata-rata seperti Gambar 2.15.
Pulse Width Modulation (PWM) merupakan salah satu teknik untuk
Gambar 2.15 Vrata-rata Sinyal PWMSumber : http://ini-robot.blogspot.com
43
mendapatkan signal analog dari sebuah piranti digital. Sebenarnya Sinyal PWM
dapat dibangkitkan dengan banyak cara, dapat menggunakan metode analog
dengan menggunakan rankaian op-amp atau dengan menggunakan metode digital.
Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan
menggunakan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari
PWM itu sendiri. Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM
tersebut. Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki
variasi perubahan nilai sebanyak 28 = 256 variasi mulai dari 0 – 255 perubahan nilai
yang mewakili duty cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut
Gambar 2.16 Duty Cycle dan Resolusi PWMSumber : http://kecoakacau.blogspot.com