BAB II

12
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Standar Inti dan Standar Minimum 2.1.1. Pengertian Standar Inti Standar inti merupakan standar proses penting yang dimiliki oleh semua sektor. Sebagai titik acuan tunggal untuk pendekatan semua standar. Standar inti biasanya menggambarkan proses yang penting untuk mencapai semua standar Minimum. Selain itu, dapat menentukan tingkat minimum yang harus dicapai oleh respons badan-badan kemanusiaan, baik yang berbasis masyarakat, lokal, nasional, maupun internasional. 2.1.2. Pengertian Standar Minimum Standar minimum adalah suatu yang bersifat kualitatif dan dikhususkan pada tingkat minimumyang akan dicapai dalam suatu aksi kemanusiaan. Walaupun terutama ditunjukan pada suatu kejadian bencana, standar minimum juga dapat dipertimbangkan penggunaannya selama sesiapsiagaan bencana dan transisi kegiatan pemulihan. 2.2. Standar Minimum Kesehatan Lingkungan Adanya program WASH (Pasokan Air, Sanitasi, dan Promosi Kebersihan) memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan kebersihan perorangan dan lingkungan untuk menjaga kesehatan. Secara umum program kebersihan lingkungan ini merupakan bagian dan tercermin pada indikator-indikator untuk pasokan air, pembuangan tinja, pengendalian vektor, pengendalian limbah padat, dan saluran limbah. Air bersih dan sanitasi merupakan unsur penting yang menentukan kelangsungan hidup, kondisi kesehatan, dan martabat manusia. Pada tahap awal dari suatu bencana orang yang terkena bencana pada umumnya lebih mudah menjadi sakit dan meninggal, karena penyediaan air, dan buruknya kebersihan. Penyakit yang paling banyak timbul adalah

description

kesehatana masyarakat

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Standar Inti dan Standar Minimum

2.1.1. Pengertian Standar Inti

Standar inti merupakan standar proses penting yang dimiliki oleh semua sektor. Sebagai titik acuan tunggal untuk pendekatan semua standar. Standar inti biasanya menggambarkan proses yang penting untuk mencapai semua standar Minimum. Selain itu, dapat menentukan tingkat minimum yang harus dicapai oleh respons badan-badan kemanusiaan, baik yang berbasis masyarakat, lokal, nasional, maupun internasional.

2.1.2. Pengertian Standar Minimum

Standar minimum adalah suatu yang bersifat kualitatif dan dikhususkan pada tingkat minimumyang akan dicapai dalam suatu aksi kemanusiaan. Walaupun terutama ditunjukan pada suatu kejadian bencana, standar minimum juga dapat dipertimbangkan penggunaannya selama sesiapsiagaan bencana dan transisi kegiatan pemulihan.

2.2. Standar Minimum Kesehatan Lingkungan

Adanya program WASH (Pasokan Air, Sanitasi, dan Promosi Kebersihan) memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan kebersihan perorangan dan lingkungan untuk menjaga kesehatan. Secara umum program kebersihan lingkungan ini merupakan bagian dan tercermin pada indikator-indikator untuk pasokan air, pembuangan tinja, pengendalian vektor, pengendalian limbah padat, dan saluran limbah. Air bersih dan sanitasi merupakan unsur penting yang menentukan kelangsungan hidup, kondisi kesehatan, dan martabat manusia. Pada tahap awal dari suatu bencana orang yang terkena bencana pada umumnya lebih mudah menjadi sakit dan meninggal, karena penyediaan air, dan buruknya kebersihan. Penyakit yang paling banyak timbul adalah penyakit yang ditularkan melalui tinja kemulut seperti penyakit diare dan penyakit yang disebabkan oleh vektor yang berhubungan dengan sampah dan air. Untuk mengurangi risiko dari bencana yang ditimbulkan, hal yang dilakukan dalam kegiatan air dan sanitasi berupa pasokan air bersih, pembuangan tinja, pengendalian vektor, dan pengelolaan sampah.

2.2.1. Pasokan Air BersihSaat bencana air bersih adalah kebutuhan paling vital, banyak kasus

ditemukan ketika bencana terjadi kekurangan air disebabkan akses yang terputus sehingga kualitas tidak memadai ataupun kualitas airnya tidak

Page 2: BAB II

memenuhhi syarat kesehatan, akibatnya rentannya penyakit. Hal yang harus diperhatikan:a. Kuantitas air

Jenis sumber air - Air tanah : sumur, mata air- Air permukaan : kolan, sungai, telaga- Air hujan

b. Kualitas airPemeriksaan kualitas air- Pemeriksaan secara fisik : warna, rasa, bau- Pemeriksaan secara biologi : bakteri- Pemeriksaan secara kimiawi : clor, ph, Ni,Na,Fe, dan lainnya

c. Sarana dan piranti airMasyarakat mempunyai sarana dan piranti yang mencukupi untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan air minum, memasak, dan kebersihan pribadi, dan memastikan air minum tetap aman sampai pada waktu dikosumsi. (Diksar KSR,2008)

2.2.2. Pembuangan Tinja

Pembungan tinja yang aman dapat mengurangi risiko penyakit yabg ditimbukan baik langsung ataupun tidak langsung, penyediaan saran yang tepat adalah salah satu dari beberapa respon kedaruratan. Didalam pembuangan tinja, harus diperhatikan adalah :

- Jumlah dan akses ke jambanMasyarakat berhak mendapat jumlah jamban yang memadai, cukup dekat dengan tempat tinggal, untuk memungkinkan akses cepat, aman, dan pantas baik siang/ malam. Didalam pembangunan jamban yang perlu diperhatikan adalah:

- Pemisahan jamban berdasarkan jenis kelamin- Tempat buang air besar

Dalam kondisi bencana kadang tidak dalam membuat jamban harus segera dilakukan, untuk jamban lubang adalah alternatif yang bisa dilakukan

- Pemeliharaan- Dlokasi pengungsi jamban yang dibangun, tentunya merupakan

jamban yang harus diperhatikan kebersihannya penyediaan sabun, pembalut, dan jarak jamban juga harus diperharikan. (Diksar KSR, 2008)

2.2.3. Pengendalian Vektor

Vektor adalah suatu agen/ penyebab pembawa penyakit dan salah satu penyakit yang ditimbulkan disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak terkontrol.

Page 3: BAB II

No Vektor/Hama

Tempat perkembangbiakan Penyakit

1 Nyamuk Air tergenang Malaria,DBD,Filariasis

2 Lalat, Kecoa Sampah Diare3 Kutu Handuk, air yang kotor,

tempat tidur kotorScabies

4 Tikus Sampah Salmonella, Leptospirosis

Tabel 1.1. Contoh vektor/ hama jenis penyakit yang ditimbulkan

2.2.4. Manajemen Sampah

Pada saat bencana sering dijumpai kondisi sanitasi yang buruk, seperti : sering ditemukannya puing-puing,sampah- sampah, dan jenis limbah lainnya yang berserakan akbat bencana yang ditimbulkan. Hal yang menjadi masalah kesehatan.

Sampah adalah semua benda yang sudah tidak terpakai lagi baik yang berasal dari rumah, proses industri, sampah rumah sakit.

Sampah digolongkan menjadi dua yaitu, sampah organik dan anorganik. Hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah :

- PengumpulanPembuatan tempat sampah ( tong sampah, lubang sampah )Pembuatan TPS Pembuatan TPA

- PengangkutanGerobakMobil sampah

- PengolahanDibuang pada tanah galian/ tempat rendahDibuang pada tanah galianDibakar

Sumber sampah Penjelasan Cara pengelolaanSampah umum Sampah dapur, kertas,

kardus, dllLubang galian terbuka, pembakaran, penguburan

Pathological dan limbah infectious

Limbah dari lab, caoran, perban,dll

Pembakaran, dikubur

Berbahaya/ tajam Jarum suntik, set infus, sarung tangan,dll

Pembakaran tempraturyang diperlukan > 1000 C

Tabel 1.2. Pengetahuan jenis sampah dan cara pengelolaan

2.2.5 Drainase

Page 4: BAB II

Saat bencan drainase/ saluran air yang rusak atau tidak diperhatika, hal ini bisa dilihat dari tercemarnya air permukaan di lokasi pengungsi yang berasal dari limbah rumah tangga atau titik-titik distribusi air, kebocoran jamban, got, air hujan. Drainase adalah saluran air, tujuannya mengalirkan air dengan membuat saluran untuk menghindari genangan yang merupakan sarang perkembangbiakan vektor/ pembawa penyakit(). Perlunya drainase pada kondisi bencana agar tidak menjadi perkembangbiakan vektor dan tidak menganggu pemandangan. Cara pemeliharaannya denggan pemeriksaan lubang saluran dan hilangkan sumbatan.

2.2.6. Penyuluhan kesehatan

Tujuan dari penyuluhan adalah untuk mengajak masyarakat dan memberikan kesadaran dalam pentingnya kesehatan pribadi dan kesehatan lingkunga. Perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kebersihan mencakup: penggunaan/ pemeliharaan jamban/ kebiasaan mencuci tangan dengan sabun/ pengumpulan dan penyimpanan air yang tidak bersih/ memasak makanan yang tidak bersih. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penyuluhan, yaitu saling berbagi informasi dan pengetahuan, penggerakan masyarakat, dan penyediaan bantuan dan saran yang penting.

2.3. Standar Minimum Ketahanan Pangan dan Gizi

Setiap orang berhak atas pengan yang cukup. Hak ini diakui dalam instrumen hukum internasional juga termasuk hak untuk bebas dari kelaparan. Ketika individu atau kelompok rentan, yang karena alasan apapun, tidak dapat mengakses pangan yang cukup sesuai mereka butuhkan. Negara berkewajiban untuk memastikan terpenuhinya hak- hak tersebut.

Pentingnya ketahanan pangan dan gizi situasi bencana disebabkan pangan dan pemeliharaan status gizi yang memadai merupakan hal penting untuk penentu kelangsungan hidup masyarakat yang berhasil selamat dalam kondisi bencana. Orang- orang yang terkena dampak biasanya sudah berada di dalam kondisi kronis kekurangan gizi saat bencana melanda. Gizi merupakan penyebab utama kematian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kurang gizi sangat kompleks, misalnya saja penyebab langsung adalah gizi buruk. Gizi buruk adalah penyakit atau kondisi apabila asupan makanan tidak mencukupi, sebagai akibat dari kondisi kemiskinan, kerawanan pangan di dalam rumah tangga, praktik perawatan di lingkungan tingkat rumah tangga dan komunitas tidak memadai, air yang buruk, kebersihan dan sanitasi, dan akses pada pelayanan kesehatan yang tidak memadai

2.3.1 Pengkajian Ketahanan Pangan dan Gizi

Pengkajian merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, terutama dalam situasi krisis yang berkepanjangan, dan perlu untuk memberikan informasi yang jelas tentang sarana dan pengambil keputusan sebagai bagian

Page 5: BAB II

dari pengelolaan tanggap darurat. Idealnya, pengkajian ketahann pangan dan gizi harus sejalan dan jelas mengidentifikasikan hambatan untuk mendapatkan gizi yang cukup, serta ketersediaan akses dan pemanfaatan optimal dari asupan pangan.Ketahanan pangan terjadi saat peningkatan risiko terhadap orang-orang untuk mengalami kerawanan pangan.

Kerawanan pangan dan status gizi bukan merupakan satu- satunya faktor penyebab kekurangan gizi mungkin merupakan hasil dari konversi kondisi sosial ekonomi yang memburuk akibat sampak bencana. Analisis tanggap darurat bisa dikaji dengan memfokuskan dimulai dari mengamati kebutuhan pangan masyarakat yang terkena dampak bencana dan pendapatan mereka sebelum terjadi bencana serta bagaimana mereka mengatasi kondisi kesenjangan tersebut. Adapun analisis yang dilakukan yaitu analisis pasar, status ekonomi, dan mekanisme pemberian pangan (tunai atau pengiriman yang efesien dan aman). Analisis pasar dilakukan untuk memahami penyediaan pelayanan, ketersediaan pangan, barang- barang yang penting dan jasa setelah kejadian bencana sehingga tepat waktu, hemat biaya, dan tepat sasaran.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara strategi bertahan, tujuannya untuk menentukan ambang batas sumber mata pencaharian sehingga dapat mengidentifikasikan berbagai tindakan yang akan diambil untuk melindungi ketahanan pangan. Adanya partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan ini memudahkan kita mengetahui kebutuhan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal daerah tersebut. Kebutuhan segera dan perencanaan jangka panjang juga harus segera dipikirkan supaya mengurangi risiko perubahan iklim terhadap upaya pemulihan lingkungan yang menurun akibat kondisi bencana yang terjadi.

Informasi kontekstual dapat mengontrol prevalensi kurang gizi, mengidentifikasikan kesenjangan dan panduan tanggap darurat, dan mengukur keberhasilan program. Data yang dikumpulkan dari sumber- sumber utama dan sekunder, termasuk kondisi kesehatan dan profil gizi, laporan penelitian, informasi peringatan dini, catatan kesehatan, laporan ketahanan pangan, dan kelompok masyarakat. Apabila informasi telah terkumpul, setelah itu dapat dilakukan pengkajian mendalam yang mengerucut pada kesejumlah pendekatan, yaitu suvey antropometri, pengkajian makanan bayi dan kanak-kanak, survey zat gizi mikro, dan analisis penyebab.

Suvey antopometri yang meliputi berat dan tinggi badan dalam sekor Z sesuai dengan standar WHO. Selain itu, adapun indikator non-antropometri meliputi tingkat cakupan imunisasi, tambahan Vtamin A, kekurangan zat gizi mikro, dan standar WHO tentang IYCF. Kekurangan zat gizi mikro dapat diketahui jika penduduk mengalami kekurangan Vitamin A, yodium, atau

Page 6: BAB II

sering menderita anemia kekurangan zat besi sebelum bencana. Kemungkinan yang akan terjadi adalah wabah pellagra, beri- beri dan penyakit kudis.

2.3.2 Makanan Bayi dan Anak-anak

Panduan kebijakan dan koordinasi perlindungan pemberian makanan bayi dan anak- anak yang aman dan tepat untuk penduduk terkena bencana dilakukan dengan penerapan panduan kebijakan kunci dan koordinasi yang kuat. Panduan yang berisi dokumen informasi rencana darurat termasuk panduan operasional IFE dan kode. Badan khusus IYCF dilibatkan untuk melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap pelanggaran kode akan sangat berkontribusi untuk membantu akuntabilitas. Ada beberapa produk pangan yang membutuhkan perhatian khusus misalnya, produk susu. Produk susu tidak boleh termasuk dalam penyaluran tanpa sasaran yang jelas. Artinya pengelolaan dan indikator makanan buata harus sesuai dengan Pedoman Operasional IFE. Sumbangan dalam bentuk BMS ( pendamping ASI), produk susu, botol dan dot tidak harus dicari ataupun diterima dalam kondisi tanggap darurat. Setiap sumbangan yang datang harus berada dibawah pengawasan bada koordinasi IFE.

Ibu dan pengasuh bayi serta anak- anak memiliki akses dan mendapatkan bantuan pangan secara tepat waktu dan layak untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan status gizi, kesehatan, dan kemampuan bertahan hidup. Dukungan harus memprioritaskan ibu, perawat, wanita hamil, dan ibu menyusui. Pemberian ASI bayi berusia 0-24 bulan sangat diprioritaskan supaya kebutuhan pangan bayi terjamin. Tempat penampungan harus diintergritaskan untuk menyediakan layanan dasar seperti kesehatan produksi, layanan psikososial, dan program penyedian makanan selektif sejak awal masa tanggap darurat.

Perempuan hamil dan menyusui apabila asupan gizi tidak memadai akan berisiko komplikasi kehamilan, kematian ibu, BBLR, penurunan status gizi ibu yang dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi gizi yang terdapat dalam ASI. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian Vitamin A dan tambahan gizi mikro. Selain itu, makanan pelengkap tambahan selain ASI untuk bayi berumur 6 bulan keatas memberikan kontribusu signifikan terhadap ketahanan pangan dan cairan untuk bayi. Pemberian suplemen gizi pendamping ASI yang akan diberikan selama masa tanggap darurat. Apabila ada anak yang terinfeksi HIV, termasuk membebaskan bayi yang baru lahir dari ibu yang mengidap HIV untuk bebas dari HIV yaitu, dengan cara percepatan akses ke ARV.

2.3.3 Pengelolaan Kekurangan Gizi Akut dan Kekurangan Gizi Mikro

Page 7: BAB II

Sarana pemberian makanan tambahan secara umum membuuhkan lebih banyak waktu dan usahaunuk memantau kurang gizi perorangan namun membutuhkan sumber pangan yang lebih sedikit, sedangkan pendekatan pendekatan jejaring sosial secara umum membutuhkan lebih sedikit sumber daya staf namun lebih banyak persediaan pangan. Mobilisasi masyarakat yang efektif guna mendukung pemahaman penduduk dan efektivitas program sangat diperlukan. Cakupan meliputi orang yang membutuhkan bantuan maupun perorangan yang sudah menerima bantuan. Lokasi program harus dekat dengan kelompok sasaran dalam rangka mengurangi risiko dan biaya.

Tingkat dukungan tambahan yang diperlukan untuk gizi buruk akut harus ditentukan berdasarkan kapasitas fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, jumlah dan penyebaran geografis individu yang terkena dampak bencana. Program untuk menyikapi pengelolaan gizi buruk akut harus terdiri dari rawat inap bagi individu dengan komplikasi medis dan semua bayi berusia , 6 bulan yang menderita gizi buruk akut dan rawat jalan untuk anak- anak yang tidak mengalami komplikasi medis

Intervensi zat gizi mikro disandingkan dengan intervensi kesehatan masyarakat dan pemberian gizi lainnya untuk mengurangi penyakit umum yang berhubungan dengan situasi darurat dan penanganan kekurangan zat gizi mikro. Diagnosis dan penanganan kurang zat mikro klinis dapat dilakukan melalui pemeriksaan sederhana yaitu, biasanya dengan timbulnya penyakit kudis, pellagra,beri-beri dan riboflavin. Penanganannya bisa diberikan tambahan vitamin. Diagnosis dan penanganan kurang gizi kikro subklinis memiliki dampak kesehatan yang buruk namun tidak bisa langsung diidentifikasikan tampa pemeriksaan biokimia. Dapat ditanganin dengan peningkatan pemberian asupan makanan atau menggunakan suplemen sesuai dosis yang diperlukan tubuh.

2.3.4 Ketahanan Pangan

Standar ketahanan pangan mempertimbangkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pangan baik penduduk maupun peningkatan kebutuhan orang-orang tertentu yang rentan pada risiko gizi. Penyaluran pangan, uang tunai, dan kupon bantuan adalah yang paling umum dilakukan dalam konteks kerawanan pangan akut. Jenis tindakan tanggap darurat lainnya adalah pemberian subsidi pangan, keringanan biaya sementara, program kerja, dukungan produktif untuk sumber mata pencarian, penyediaan kembali persediaan pangan, penyediaan pangan untuk ternak dan dukungan untuk mengaktifkan pasar kembali. Dukungan perlindungan dan promosi kesehatan berupa tindakan tanggap darurat dan advokasi, dimana adanya pemenuhan kebutuhan dasar dengan segera dan memelihara aset produktif menjadi prioritas utama. Pengawasan dan evaluasi perlu dilakukan untuk pemantauan

Page 8: BAB II

situasi ketahanan pangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan OECD (Development Assistance Committee.

a. ketahan pangan pemberian makananTujuannya adalah memastikan bahwa orang-orang memiliki akses yang aman untuk mendapatkan pangan dengan mutu dan jumlah yang memadai, dan memiliki sarana untuk mempersiapkan dan mongonsusinya dengan aman. Kebutuhan gizi :- 2.100 kkal/orang/hari- 10 persen dari total energi protein yang tersedia- 17 persen dari total energi lemak yang tersedia- asupan gizi mikro yang cukupJatah pangan umum dapat dirancang dengan menggunakan alat perencanaan ransum misalnya NutVal. Pada usia lanjut makanan harus mudah untuk dipersiapkan dan dikosumsi serta harus memenuhi persyaratan kebutuhan protein tambahan dan zat gizi mkro. Pemberian pangan untuk ODHA sebaiknya dihaluskan dan ketersediaan suplemen makanan diperkaya zat gizi. Namun, untuk orang yang memiliki kebutuhan khusus biasanya akan merasakan diskriminasi karena tidak mendapatkan pelayanan sebagaimana biasanya dirumah jadi, yang perlu diperhatikan adalah upaya untuk memastikan akses fisik ke pangan, mengembangkan mekanisme untuk dukungan makanan ( misalnya penyediaan sendok dan sedotan, mengembangkan sistem kunjuungan rumah),dan menjamin akses ke makanan padat energi dan gizi. Titik penyaluran yang paling aman dan nyaman untuk para penerima bantuan harus ditentukan, tidak berdasarkan kenyamanan logistik untuk agen, harus mempertimbangkan kondisi medan dan kedekatan dengan sumber dukungan lainnya dan harus membertimbangkan waktu.

b. ketahanan pangan pemberian uang tunai dan kupon bantuanpembagian uang tunai dapat menyediakan uang untuk orang- orang, pembagian kupon memberikan kupon agar orang- orang dapat membeli jumlah pasti dari suatu produk tertentu misalnya makanan. Walaupun, tujuan dan rancangannya berbeda, pembagian uang tunai kupon sama- sama menggunakan pendekatan pasar dan memberikan manfaat ketersediaan daya beli bagi penduduk yang terkena dampak bencana. Pemberian digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan ekonomi non- makanan dan membeli aset yang memungkinkan orang untuk melanjutkan kegiatan ekonomi.

c. ketahanan pangan matapencariankerentanan terhadap kerawanan pangan sebagian besar ditentukan oleh sumber daya (uang tunai, tabungan, rumah, tanah, air, keahlian, modal) yang tersedi pasca bencana. Untuk orang yang terkena bencana, pelestarian pemulihan, dan pengembangan dibutuhkan untuk ketahanan pangan dan mata pencaharian dimasa depan.