BAB II

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Keracunan Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia (Brunner & Suddarth, 2001). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan (Muriel, 1995). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau secara kumulatif. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan keadaan yang tidak jelas (Arif Mansjoer, 1999). Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi tosik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan merupakan kondisi bahaya kesehatan. Jenis-jenis keracunan (FK-UI,1995) dapat dibagi berdasarkan : 1. Cara terjadinya, terdiri dari : a. Self Poisoning Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud

description

ed

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keracunan

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada

kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat

mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia (Brunner &

Suddarth, 2001). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap

oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan

(Muriel, 1995). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit,

atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat,

atau secara kumulatif. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaaan yang

menunjukkan kelainan multisistem dengan keadaan yang tidak jelas (Arif

Mansjoer, 1999). Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi tosik, baik

kecelakaan dan karena kesengajaan merupakan kondisi bahaya kesehatan.

Jenis-jenis keracunan (FK-UI,1995) dapat dibagi berdasarkan :

1. Cara terjadinya, terdiri dari :

a. Self Poisoning

Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih

tetapi dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak

bermaksud bunuh diri, hanya bermaksud untuk mencari perhatian saja.

b. Attempted Suicide

Pada keadaan ini, pasien bermaksud unutk bunuh diri, bisa berakhir

dengan kematian atau pasien dpat sembuh bila salah tafsir dengan dosis

yang dipakai.

c. Accidental Poisoning

Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya faktor

kesengajaan.

d. Homicidal Poisoning

Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja

meracuni orang lain.

Page 2: BAB II

2. Mula waktu terjadi, terdiri dari :

a. Keracunan kronik

Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan.

Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis

relatif kecil. Ciri khasnya adalah zat penyebab diekskresikan 24 jam lebih

lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi akumulasi.

b. Keracunan Akut

Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai

banyak orang (pada keracunan makanan dapat mengenai seluruh keluarga

atau penduduk sekampung), dan gejalanya seperti sindrom penyakit

muntah, diare, konvulsi, dan koma.

3. Menurut alat tubuh yang terkena

Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena,

contohnya racun hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung.

4. Menurut jenis bahan kimia

Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang

sama, misalnya golongan alkohol, fenol, logam berat, organoklorin dan

sebagainya.

Penggolongan keracunan yang lain (Brunner & Suddarth, 2001)

didasarkan pada :

1. Racun yang tertelan atau tercerna

2. Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang

meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kering, pembersih toilet, deterjen

non pospat, pembersih oven, tablet klinitest, dan baterai yang digunakan

untuk jam, kalkulator, dan kamera) dan produk asam (pembersih toilet,

pembersih kolam renang, pembersih logam, penghilang karat, dan asam

baterai)

3. Keracunan melalui inhalasi, yaitu keracunan yang disebabkan oleh gas

(karbon monoksida, karbon dioksida, Hydrogen Sulfid )

4. Keracunan kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi)

5. Keracunan melalui tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon,

kalajengking, dan laba-laba) dan gigitan ular

Page 3: BAB II

6. Keracunan makanan, yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan

kimia (fermentasi) dan pembusukkan karena kerja bakteri (daging busuk)

pada bahan makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang mengandung

asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek, dan racun pada udang

maupun kepiting

Penyalahgunaan zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimulan

(Amphetamin), depresan (barbiturat), atau halusinogen (morfin), dan

penyalahgunaan alkohol.

1. KERACUNAN MAKANAN

a. Definisi

Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita

makan ke dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara

lainnya yang menimbulkan tanda dan gejala klinis.

Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut

tertelan bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-

gejala terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat

segera setelah menelan bahan beracun itu dan tidak melebihi 24 jam setelah

tertelannya racun.

Sebagai seseorang yang menyenangi kegiatan alam terbuka, perlulah kiranya

kita mengetahui ilmu tentang keracunan ini, karena dalam kegiatan alam bebas

kita sering mengkonsumsi makanan yang jika ditinjau dari segi kesehatan,

memiliki peluang besar untuk mengandung bahan-bahan yang membahayakan

bagi tubuh kita. Bahan-bahan tersebut antara lain makanan cepat saji seperti mie

instant dan sarden, juga jamur yang sering kita anggap sebagai bahan makanan

kita jika sedang dalam keadaan survival. Bahan-bahan itu jika tidak diolah

dengan hati-hati akan berpeluang untuk menimbulkan keracunan.

Mengetahui gejala dan prinsip penatalaksanaan secara ringkas dan tepat

sangatlah membantu dalam menghindari jatuhnya korban. Tindakan yang tepat

ini juga akan membantu rumah sakit atau dokter dalam memberikan

penanganan lebih lanjut dalam menyelamatkan nyawa korban.

Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :

Page 4: BAB II

1. Sakit mendadak.

2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.

3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.

4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh

diri, pembunuhan atau kecelakaan.

5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau

lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.

Prinsip Penatalaksanaan :

Mengatasi penyebab terjadinya keracunan

Mengatasi masuknya zat racun ke dalam tubuh, atau

menjadikan racun yaang telah masuk ke dalam tubuh

menjadi hilang (dieliminasi) dari daam tubuh.

Mengatasi efek yang ditimbukan oleh racun

b. Jenis-jenis keracunan makanan

Keracunan Botulisme

Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik,

akibat penyerapan toksin/racun yang dikeluarkan oleh kuman

Clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek yang

sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf

kolinergik dan mengadakan sparing dengan serabut adrenergic,

Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir

dan di ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk

ke dalam tubuh melalui saluran cerna melalui makanan yang

tercemar oleh kuman clostridium. Biasanya terdapat juga

makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka

kematian akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.

Gejala Klinis

Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai

dengan penyakit yang berat dan dapat menimbulkan kematian

dalam waktu 24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat, maka

keadaannya lebih serius dan berat.

Page 5: BAB II

Gejala klinis tersebut dapat berupa:o Mual dan muntaho Rasa

lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)o Rasa kering

pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyerio

Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur),

disfagia, kelelahan dan di ikuti dengan gangguan otot-otot

pernafasan.

Penatalaksanaan

Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan

pernafasan. Tindakan segera yang kita lakukan adalah:o Menjaga

jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital signo Muntahkan

korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek

muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam.

Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan

zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran

menurun dan penderita kejang.

o Bilas Lambungo Pemberian susu dan air kelapa dapat

dipertimbangkano Segera rujuk ke RS

Keracunan Insektisida

Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam

hama (tumbuhan maupun binatang) khususnya hama serangga

yang dijumpai dalam kehidupan manusia. Insektisida digunakan

di negara-negara dunia ini untuk melindungi tanaman dari

kerusakan.

Walaupun dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi insektisida

jelas menimbulkan keracunan pada manusia. Insektisida yang

sering menyebabkan keracunan antara lain:

1. Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase

Inhibitor Insecticides)Insektisida golongan penghambat

kolinesterase sangat toksis dan insiden keracunan oleh bahan ini

cenderung meningkat karena senyawa organofosfat banyak

digunakan sebagai

Page 6: BAB II

bahan pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di

beberapa negara.Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya

paration, malation, systox, TEPP, HEPP, OMPA, sedangkan

yang lain adalah golongan carbonates misalnya dimethan dan

matacil. Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan

mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase. Enzim secara normal

menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf

pusat, ganglion otonom, ujung-ujung saraf parasimpatis dan

ujung-ujung saraf motorik hambatan

asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar

asetilkolin pada tempat- tempat tersebut.

Gejala Klinis

Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak.

Gejalanya antara lain:o nyeri kepala, mata miosis, kekacauan

mental, bronchokonstriksi, hipotensi,o Kejang yang diikuti

dengan penurunan kesadaran dan depresi pernafasano

Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diareo

Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea,

hipersalivasi, banyak keringat o Pada kulit menimbulkan gatal-

gatal atau dapat menimbulkan ekzem

Penatalaksanaan

o Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit

yang terkontaminasi o Bilas lambung bila racun tertelano Beri

atropino Kontrol vital sign

o Segera rujuk ke rumah sakit terdekat

2. Insektisida Golongan ChlorinatedOrganokhlorin atau disebut

“Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

Page 7: BAB II

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan

pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.

Insektisida golongan Chlorinated ini dibagi menjadi 3 golongan antara lain:

1. CyclodienesToxaphen, Kepon, Mirex.

2. Hexachlorocyclohexan

3. Derivat Chlorinated-ethan

Gejala Klinis

: Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin,

: Lindane : DDT

Gejala permulaan keracunan akut adalah o rasa mual dan muntah,

o sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan. Gejala ini berkembang dengan

cepat dan terjadi :

o hipereksitabilitas susunan saraf pusat secara umum dengan delirium dan kejang

klonik atau tonik.

Fase ini kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma dan kematian

Penatalaksanaan

o Control vital signo Bilas lambungo Muntahkan bila perlu o Rujuk ke rumah sakit

c. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum)

Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan

tersebut ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang

dapat diisolasi dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak

bergantung dari jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan

mentah atau di masak lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda

atau tuanya biji jengkol yang di makan. V an V een dan Hyman berkesimpulan bahwa

Page 8: BAB II

timbulnya gejala keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam

jengkol.

Gejala Klinis

Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat

tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah

memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah

makan biji jengkol.

Gejala yang terjadi dapat berupa:o Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai

muntaho Adanya serangan kolik pada waktu berkemiho Volume air kemih juga

berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang

terdapat hematuria.o Nafas dan urine berbau jengkol.

Penatalaksanaan

o Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu

dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat

saja. Atau pasien bisa dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.

o Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum)

penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5%

dengan dosis 2-5 mEq/KgBB selama 4-8 jam

o Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder o Anjuran untuk tidak memakan jengkol

d. Keracunan Singkong (Manihot utilissima)

Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar dan

daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik,

artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida)

yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.

Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.

Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak

semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain

Page 9: BAB II

kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh

cara pengolahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong

terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN)

dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air.

HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan

mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme

sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh

jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita

terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat

stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya

timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang

dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal (mematikan) dari HCN adalah

60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN ditelan pada saat lambung

kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.

Gejala Klinis

Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala keracunan

singkong ini antara lain:

o Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.o Sesak nafas,

takikardi, cyanosis dan hipotensio Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari

apatis sampai koma. o Renjatan (kejang)o Syok.

Penatalaksanaan

Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:

o Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah

makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.o

Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan.

Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi. o Bila timbul cyanosis dapat

diberikan 02.o Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit

Page 10: BAB II

Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit. o Bila gejala sangat berat, bawa ke

Rumah Sakit.

e. Keracunan Minyak Tanah

Karakteristik Minyak Tanah :

Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna,

tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Termasuk dalam golongan

petrolium terdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik didih 163oC –

204oC, titik beku – 54

oC.

Efek Toksik Minyak Tanah

- Efek pada paparan akut minyak tanah :o Kontak kulit : kering, dapat iritasi,

menyebabkan rasho Absorbsi kulit : jarango Kontak mata : iritasi, dapat menyebabkan

kerusakan permaneno Inhalasi : iritasi, sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi o

Ingesti : sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi

- Efek pada paparan kronis minyak tanah :o Secara umum : kulit pecah-pecah,

dermatitis, kerusakan hepar/kelenjar

adrenal/ginjal, dan abnormalitas eritrosit

Insiden Intoksikasi Minyak Tanah :

o Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang. o

Daerah perkotaan > daerah pedesaano Pria > wanita

o Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Patofisiologi :

Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada

binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran

pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat

viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara

Page 11: BAB II

luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel

jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu

terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari

aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna. Kematian dapat

terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain

itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan –

sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit.

Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak

pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.

Tanda / Gejala Klinis :

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan

CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah,

meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas

badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar

mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS

termasuk lethargi, koma, dan konvulsi.

Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular

fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan.

Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele,

pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus emphysema.

Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit.

Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan

permanen mata.

Penatalaksanaan

o Monitor sistem respirasi

o Inhalasi oksigeno Jangan muntahkan korbano Nebulisasi dengan Salbutamol : bila

mulai timbul gangguan napaso Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan

Page 12: BAB II

sebagai profilaksiso Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang

dilakukano Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak

penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi

dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila

jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari

lambung ke paru.

o Antasida : untuk mencegah iritasi mukosa lambungo Pemberian susu atau bahan

dilusi laino Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi

(skin burn)

sekundero Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End –

Expiratory

Pressure – PEEP)

f. Keracunan Bongkrek

Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan

ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi

dengan Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora dan

Bacterium cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.

Gejala Klinis

Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga

terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :

o Pusing, diplopia, anorexiao Merasa lemah, ptosis, strabismuso Kesukaran bernafas,

menelan atau berbicara.

Penatalaksanaan

o Kontrol Vital Sign

o Bilas Lambung atau muntahkan korbano Antitoxin yang disertai dengan pemberian

glukosa intravena. Pemberian glukosa

Page 13: BAB II

intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini

harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.

g. Keracunan Jamur

Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival.

Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.

Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan

atau tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal

sebagai jenis jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai

bahan ramuan obat, tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.

Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka

amatilah bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya

tersusun oleh bagian bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin

(annulus), batang/tangkai (stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai

saat ini masih belum diketahui, berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa

jenis yang dapat dimakan dan tidak membahayakan.

Gejala Klinis

Gejala klinis keracunan jamur antara lain:1. Keracunan yang diakibatkan makan

jamur, yang mengandung racun muskarin

mempunyai gejala-gejala:o setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air

mata, peluh atau ludah. o penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,o

lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat

menimbulkan kematian.2. Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-

gejala :

o setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.o sakit perut, muntah-muntah dan

berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong

dapat menimbulkan kematian

Penatalaksanaan

Page 14: BAB II

o Muntahkan korbano Bilas lambungo Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi

antidotum Atopin.

Referensi :

Buku Materi Diklat medis dan KAT serta Pengabdian masyarakat Hippocrates

Emergency Team Angkatan XXII

Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi,

EGC, Jakarta 2001 : 98-115.Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan

Medik, Senat Mahasiswa Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22.