BAB II

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku, namun demikian terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (shoreline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu: batas yang sejajar dengan garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crosshore). Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir berbeda dari satu negara ke negara yang lain, karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumberdaya dan sistem pemerintahan tersendiri. Dalam menentukan batas ke arah darat dan kearah laut dari suatu wilayah pesisir terdapat beberapa alternatif (pilihan). Salah satu pendapat menyatakan bahwa wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (terluar) ZEE sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Pendapat lainnya menyatakan bahwa suatu wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sangat sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200 m kearah darat dan ke arah laut 8

description

t

Transcript of BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Wilayah Pesisir dan LautSampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku, namun demikian terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (shoreline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu: batas yang sejajar dengan garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crosshore). Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir berbeda dari satu negara ke negara yang lain, karena setiap negara memiliki karakteristik lingkungan, sumberdaya dan sistem pemerintahan tersendiri. Dalam menentukan batas ke arah darat dan kearah laut dari suatu wilayah pesisir terdapat beberapa alternatif (pilihan). Salah satu pendapat menyatakan bahwa wilayah pesisir dapat meliputi suatu kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (terluar) ZEE sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Pendapat lainnya menyatakan bahwa suatu wilayah pesisir hanya meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sangat sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200 m kearah darat dan ke arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah. Menurut Rais et al. (2004). batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrer dari rata-rata pasut tinggi (mean high tide) dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas jurisdiksi propinsi. Bahwa untuk kepentingan pengelolaan, batas kearah darat dari suatu wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan biasanya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas wilayah pesisir kearah darat untuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat sangat jauh ke arah hulu. Wilayah pesisir dan laut ditetapkan sesuai dengan wilayah kewenangan yang disepakati bersama diantara otoritas pengelola, dimana wilayah pengaturan selalu lebih kecil dan berada didalam wilayah perencanaan. Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah yang tergantung pada isu pengelolaannya. Menurut kesepakatan internasional, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, kearah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut meliputi daerah paparan benua (Beatley et al., 1994). Definisi wilayah pesisir diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, merupakan sistem yang kompleks, di dalamnya terjadi interaksi berbagai proses alami (hidrologi dan geomorfologi), sosial, budaya, ekonomi, administrasi dan pemerintahan (French, 2004). Dalam perspektif ekonomi-ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan sistem yang dicirikan oleh adanya saling hubungan secara fisik, biokimia dan sosial-ekonomi (Turner, et al., 1998). Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia.B. Potensi dan Permasalahan Wilayah Pesisir dan LautPotensi pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari 2 kelompok: 1. Sumberdaya dapat pulih (renewable resources)2. Sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources) Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Tim CIDA/Bappenas (1988), pada tahun 1987 nilai ekonomi total yang dihasilkan oleh sebelas kegiatan pembangunan (pemanfaatan) sumberdaya pesisir dan lautan (minyak dan gas, industri, transportasi dan komunikasi, pelayaran dan pelabuhan, pertanian, perikanan tangkap, pariwisata, kehutanan, perikanan budidaya, kegiatan masyarakat pesisir, dan pertambangan) sebesar kira-kira Rp. 150 trilyun, atau hampir setara dengan total produk domestik bruto. Berbagai kegiatan pembangunan tersebut merupakan sumber mata pencaharian dan kesejahteraan bagi sekitar 13,6 juta orang, dan secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi bagi sekitar 60% dari total penduduk Indonesia yang bermukim di kawasan pesisir. Kemudian pada tahun 1990, kontribusi ekonomi kegiatan sektor kelautan tersebut meningkat menjadi Rp. 43,3 trilyun atau sekitar 24% dari total produk domestik bruto, dan menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar 16 juta jiwa (Robertson Group dan PT Agriconsult, 1992). Kenaikan kontribusi ini terutama disebabkan oleh kegiatan minyak dan gas, perikanan, dan pariwisata.1. Sumberdaya Dapat Pulih (Renewable Resources)Wilayah pesisir dan laut memiliki ekosistem alami yang perlu dijaga kelestariannya, diantaranya adalah mangrove, terumbu karang (coral reefs), padang lamun (seagrass beds) dan estuaria. Sumberdaya pesisir dan laut merupakan penghasil beragam produk dan jasa bernilai ekonomi tinggi, baik bagi generasi sekarang maupun yang akan datang (Turner et al., 1998). Pengalaman selama ini menunjukkan, bahwa konservasi terhadap berbagai ekosistem alami yang dilakukan secara terpadu bukan saja menguntungkan secara ekologi tapi juga secara ekonomi dan sosial (Clark, 1998). Menurut Supriharyono, ekosistem pesisir dan laut di daerah tropis mempunyai potensi besar dalam menunjang produksi perikanan. Tingginya produktivitas perairan pada ekosistem ini mengakibatkan ekosistem seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuari merupakan habitat penting bagi berbagai jenis ikan. Ekosistem ini berfungsi sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan sebagai tempat mencari makan atau pembesaran (feeding ground). Sebagai ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi, ekosistem mangrove berlokasi didaerah antara level pasang-naik tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan air laut. Bell dan Cruz-Trinidad (1996) mengatakan, bahwa mangrove memiliki peranan penting baik secara ekonomi maupun ekologi. Ekosistem mangrove menghasilkan produk dan jasa yang bisa dieksploitasi secara ekonomis. Ekosistem mangrove juga memiliki fungsi ekologi penting, yakni dalam hal penyediaan material organik sebagai bahan nutrisi bagi udang/ikan yang masih muda, retensi sedimen oleh sistem perakaran mangrove, pencegahan erosi, perlindungan garis pantai dan penyedia habitat bagi banyak spesies akuatik di dataran lumpur dan perakarannya. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang unik, dijumpai di daerah tropik, diperairan yang cukup dangkal (kedalaman kurang dari 30 m) dan suhu diatas 20C. Menurut Widiati (2000), ekosistem terumbu karang berperan penting sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut yang bernilai ekonomi tinggi; juga sebagai pelindung pantai dari hantaman gelombang, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya abrasi. Agar bisa tumbuh dengan baik, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, suhu perairan yang hangat, gelombang yang besar, sirkulasi air yang lancar dan terbebas dari proses sedimentasi (Rais et al., 2004).Ekosistem padang lamun juga hanya dijumpai di laut dangkal, dinilai unik karena perakarannya yang ekstensif dengan sistem rhizome. Daunnya yang tumbuh lebat bermanfaat untuk mendukung tingginya produktivitas ekosistem (Supriharyono, 2002). Ekosistem padang lamun berperan penting dalam memerangkap (trapped) sedimen, menstabilkan substrat dasar dan menjernihkan air. Pola distribusi padang lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi alam dan aktivitas manusia (Cunha et al., 2005). Ekosistem padang lamun menyediakan habitat penting bagi berbagai jenis biota laut, sekaligus merupakan sumber makanan langsung bagi kebanyakan hewan.Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan kadar garam tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Kombinasi pengaruh air laut dengan air tawar di daerah estuaria menghasilkan komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang beragam (Supriharyono, 2002). Karakteristik kadar garam, suhu dan sedimen di daerah estuaria memberikan konsekuensi pada karakteristik spesies organisme yang hidup di daerah itu. Karena fluktuasi salinitas yang tinggi, organisme yang dapat hidup di estuaria terdiri dari jenis: hewan laut yang mempunyai kemampuan mentolerir perubahan kadar garam tinggi, hewan air tawar yang mempunyai kemampuan mentolerir perubahan kadar garam, dan hewan air payau yang tidak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar (Widiati, 2000). Tingginya produktivitas primer di wilayah pesisir dan laut seperti pada ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuaria memungkinkan tingginya produktivitas sekunder (produksi perikanan) di wilayah tersebut. Sampai saat ini, perikanan tangkap berskala kecil yang diusahakan mendominasi jenis perikanan tangkap di Indonesia. Tingginya aktivitas penangkapan ikan di lokasi-lokasi tersebut telah menyebabkan terjadinya overfishing beberapa jenis ikan demersal yang berlanjut dengan terjadinya permasalahan sosial.

2. Sumberdaya Tidak Dapat Pulih (Non-Renewable Resources)Sumberdaya tak dapat pulih di wilayah pesisir dan laut terdiri dari sumberdaya mineral dan geologi. Sumberdaya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas A (mineral strategis; misalnya minyak, gas dan batu bara), kelas B (mineral vital; misalnya emas, timah dan nikel) dan kelas C (mineral industri; misalnya granit dan pasir). Indonesia mempunyai potensi sumberdaya mineral di wilayah pesisir dan laut yang merupakan devisa utama dalam beberapa dasawarsa terakhir.Cadangan petroleum (minyak dan gas) Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins) yang sebagian besar terdapat di wilayah pesisir dan laut seperti Kepulauan Natuna, Selat Malaka, pantai selatan Jawa, Selat Makasar dan Celah Timor (Rais et al., 2004). Logam mulia (emas) sekunder diperkirakan terdapat di daerah Selat Sunda (sekitar perairan Lampung), perairan Kalimantan Selatan dan di daerah perairan Maluku Utara serta Sulawesi Utara. Sumberdaya geologi yang telah dieksploitasi adalah bahan baku industri dan bahan bangunan; antara lain pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu pondasi. Pemanfaatan sumberdaya geologi di wilayah pesisir dan laut diupayakan agar tetap memperhatikan konsep keberlanjutan sehingga bisa menjamin ketersediaan sumberdaya tersebut selama mungkin.

C. PariwisataPada hakekatnya pariwisata adalah suatu proses perjalanan yang dilakukan seseorang menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya untuk sementara waktu. Alasan yang mendorong perjalanan tersebut adalah adanya berbagai kepentingan seperti kepentingan ekonomi sosial, budaya, politik, agama,kesehatan hingga kepentingan lain seperti ingin memperoleh pengetahuan,ketertarikan pada suatu tempat serta untuk menambah pengalaman. Istilah pariwisata erat kaitannya dengan pengertian perjalanan wisata. Perjalanan wisata diartikan sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan tertentu dan bukan bertujuan untuk mencari nafkah atau menghasilkan upah. Dengan demikian, perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan bertujuan untuk mendapatkan kepuasan batin dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu serta dapat pula untuk memenuhi kepentingan lain seperti kegiatan olahraga untuk kesehatan, keagamaan, pertemuan bisnis, rekreasi hingga perjalanan yang bersifat edukatif seperti studi banding. Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Definisi pariwisata menurut UndangUndang Nomor 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Jadi pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan manusia ke dareah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam waktu paling tidak satu malam dengan tujuan perjalanan bukan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.Pariwisata ditinjau secara etimologi berasal dari kata sansekerta yaitu dari kata pari dan wisata. Kata pari berarti banyak, berkali-kali,lengkap, berputar-putar. Sedangkan wisata berarti perjalanan berpergian yang bersinonim dengan kata travel dalam bahasia Inggris.dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain, atau sering dikenal dengan kata tour (dalam bahasa Inggris).Terdapat beberapa rumusan tentang pengertian, batasan, dan defenisi tentang pariwisata diantaranya sebagai berikut :1) Robert Mclntosh dan shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8), menjelaskan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung laiinnya.2) Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:42-47) menjelaskan definisi pariwisata adalah sebagai suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain yang meninggalkan tempatnya semula, daengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan yang beraneka ragam.3) Definisi pariwisata dalam H. Kodhyat (1983:4) adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.4) James J.Spillane (1982:20) berpendapat bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan,mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga, atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.5) Prof. Saleh Wahab (1975:55) menjelaskan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.6) Pengertian pariwisata dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.

D. WisataKata wisata berpadanan kata dengan kata rekreasi. Kata rekreasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni re dan create. Apabila diterjemahkan secara bebas kata rekreasi mengandung makna sebagai suatu kegiatan untuk menciptakan kembali baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Beberapa rumusan dan pengertian tentang wisata adalah sebagai berikut :1) Manthiesen dan Wall (1982) menjelaskan bahwa wisata adalah kegiatan bepergian dari dan ketempat tujuan lain diluar tempat tinggalnya. Biasanya dilakukan untuk bersenang-senang atau bersantai.2) Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Dari rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri wisata yang bersifat universal adalah :1) Kegiatan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya.2) Dilakukan secara sukarela3) Bersifat sementara4) Perjalanan itu seluruh atau sebagiannya bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

E. Pengertian Wisata PantaiPengertian tentang wisata dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, yaitu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara. Pantai adalah perbatasan antara daratan dan laut, sedangkan laut adalah kumpulan air dalam jumlah banyak yang membagi daratan atas benua-benua dan pulau-pulau. Jadi, wisata pantai dapat diartikan sebagai wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam pantai beserta komponen pendukungnya, baik alami maupun buatan atau gabungan keduanya itu (John 0. Simond, 1978). Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu (John 0. Simond, 1978): 1. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif.2. Permukaan laut, terdapatnya ombak dan angin sehingga permukaan tersebut memiliki potensi yang berguna dan bersifat rekreatif.3. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olah raga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya.

John 0. Simond (1978) juga menyebutkan bahwa pantai dapat dibagi menjadi berbagai wilayah, yaitu: a. Beach, yaitu batas antara daratan dan lautan. Biasanya berupa pantai berpasir dan landai. b. Dune, yaitu daerah yang lebih tinggi dari beach. Biasanya berupa hamparan pasir yang permukaannya bergelombang atau berubah secara perlahan karena aliran laut.c. Coastal, yaitu daerah yang secara periodik digenangi air yang merupakan gabungan antara beach dan dune. 1. Tujuan Wisata Pantai1) Wisata pantai sebagai fasilitas pelayanan umum bagi masyarakat di dalam melakukan kegiatan pada rekreasi pantai.2) Perwujudan wisata pantai pengelolaannya mengarah kepada adanya unsur keuntungan, sehingga diharapkan dapat menarik perhatian pengunjung dan memiliki unsur pelayanan yang memuaskan.3) Untuk mengarahkan ke pertumbuhan fisik, mental anak-anak dan remaja kearah yang positif, serta mengembangkan daya kreatifitasnya, mengenali alam pantai lebih dekat.4) Untuk mengembalikan kesegaran fisik dan mental dari rasa lelah dan kejenuhan karena pekerjaanrutin sehari-hari.5) Mencipatan keseimbangan dan keserasian rekreasi pantai dan lingkungannya.

2. Fungsi Wisata PantaiSebagai sarana tempat obyek wisata yang dilengkapi dengan fasilitas serta dapat memberikan pelayanan yang layak sehingga dapat memenuhi keinginan para pemakai dan memberikan kenyamanan, privasi dan rasa santai sehingga waktu liburnya betul-betul terisi dengan sesuatu yang memuaskan.

1) Terhadap kebutuhan PengujungMenampung berbagai aktivitas pengunjung dari anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua dengan aktivitas utamanya di darat dan di laut serta di lengkapi dengan aktivitas penunjang. a. Aktivitas di pantai dan kolam, misalnya: berenang, mandi-mandi, loncat indah, memancing dan lain-lain.b. Aktivitas didarat, misalnya: duduk-duduk menikmati pemandangan alam, berolahraga, bermain diarena permainan, menyaksikan pertunjukan, jalan-jalan disektor hutan lindung dan lain-lain dan dilengkapi dengan aktivitas pengunjung antara lain: makan dan minum di restoran/ kafetaria, membersihkan tubuh/ membilas, menginap/ istrahat, berbelanja di kios/souvenir shop dan lain lain.2) Terhadap LingkunganMenjaga keutuhan dan kelestarian, serta keharmonisan lingkungan dengan memelihara dan merawat taman rekreasi pantai, serta fasilitas pengunjung yang ada agar tetap bersih, dan indah serta dapat menciptakan suasana yang nyaman dan lingkungan yang asri. 3) Terhadap Kebutuhan Pengelola/ pengembangDapat memperoleh kembali modal yang telah diinvestasikan dan dapat memperoleh keuntungan dari segi komersialnya

3. Rekreasi1. Pengertian RekreasiRekreasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang khas (Haryono, 1978), sebagai salah satu sikap (attitude) ataupun sebagai suatu pendapat yang dianut terhadap suatu cara hidup yang khas. Rekreasi dapat dirasakan sebagai suatu bentuk pengalaman. Rekreasi dapat juga diartikan sebagai spirit hidup sehingga dapat dihubungkan dengan atau dianggap sebagai suatu pernyataan jiwa, jbahkan beberapa orang dari kalangan pendidikan melihat rekreasi sebagai suatu cara atau metode sekaligus proses pendidikan.Dalam rekreasi terdapat elemen-elemen permainan sehingga orang-orang yang sedang berekreasi dikatakan mereka sedang bermain. Elemen bermain ini dibedakan untuk anak-anak, orang muda, serta orang dewasa. Adapun ciri-ciri rekreasi (Haryono,1978) adalah sebagai berikut:a. Rekreasi adalah suatu aktivitas, kegiatan tersebut bersifat fisik, mental, maupun emosionil. Rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak selalu bersifat non-aktif.b. Aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu; semua kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia dapat dijadikan aktivitas rekreasi asal dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud-maksud positif daripada rekreasi.c. Rekreasi dilakukan karena terdorong oleh keinginan atau mempunyai motif;motif tersebut sekaligus memilih gerakan atau bentuk dan macam aktivitas yang hendak dilakukan.d. Rekreasi hanya dilakukan pada waktu senggang (leissure time), ini berarti bahwa semua kegiatan yag tidak dilakukan dalam waktu senggang tersebut tidak dapat digolongkan sebagai kegiatan rekreasi. e. Rekreasi dilakukan secara bebas dari segala bentuk dan macam paksaan; hal ini adalah penting bagi sifat kegiatan rekreasi sebagai outlet for the creative powers (Butler) dan sebagai sarana untuk menyatakan diri secara bebas.f. Rekreasi bersifat universal; rekreasi hingga batas-batas tertentu telah merupakan bagian dari pada kehidupan manusia, dari semua bangsa, dan tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial.g. Rekreasi dilakukan selalu secara sungguh-sungguh dan mempunyai maksud-maksud tertentu; Kesungguhan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan. h. Rekreasi adalah fleksibel; berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh tempat (indoor recreation dan outdoor recreation), tetapi dapat dilakukan di mana saja sesuai bentuk dan macam kegiatan rekreasi dapat dilakukan. Selanjutnya rekreasi dapat juga dilakukan oleh perorangan maupun oleh kelompok orang.i. Rekreasi tidak dibatasi oleh kemampuan seseorang, baik orang miskin maupun kaya dapat menikmatinya. Rekreasi tidak dibatasi oleh fasilitas-fasilitas atau oleh alat-alat tertentu, tetapi rekreasi dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana maupun dengan alat-alat baru yang lebih modern.

2. Kegunaan RekreasiRekreasi merupakan salah satu kebutuhan fundamental manusia, melalui rekreasi orang dapat menjumpai, mengalami, dan menikmati kebahagiaan hidup (Wing Haryono, 1978). Adapun beberapa kegunaan rekreasi yang dihubungkan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, diantaranya: a. Rekreasi dan kesehatan Rekreasi dapat menambah dan memelihara kesegaran dan kesehatan jasmani setiap individu. Bahkan beberapa bentuk kegiatan rekreasi tertentu dapat menambah stabilitas perkembangan fisik yang bersifat kreatif.b. Rekreasi dan kesehatan mentalRekreasi dapat membina sikap hidup sehat dan membahagiakan; rekreasi juga dapat menyediakan kemungkinan untuk menyalurkan tenaga fisik dan daya pikiran yang kurang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, rekreasi khususnya musik, kesenian, dan pekerjaan tangan tepat sekali untuk memperbaiki atau merehabilitir harga diri seseorang.c. Rekreasi dan character building Rekreasi dapat mengembangkan sifat-sifat manusia, dan sangat mempengaruhi perkembangan kehidupan seseorang. Rekreasi menyediakan kemungkinan untuk dapat menyatakan dan mewujudkan cita-cita sportmanship, membina kerja sama dan menghargai hak-hak orang lain. d. Rekreasi dan pencegahan kriminalitas Rekreasi dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kejahatan serta kenakalan anak-anak atau remaja. Dalam hal ini rekreasi bukan merupakan usaha untuk menghilangkan kejadian-kejadian tersebut tetapi berguna untuk menyalurkan ambisi dan kehausan akan aktivitas anak-anak dan remaja ke arah yang lebih berguna.e. Rekreasi dan moral Manusia membutuhkan inspirasi. Pada saat orang merasakan dirinya kurang tenang, kurang percaya diri, menghadapi banyak tekanan hidup, maka melalui rekreasi dapat menimbulkan semangat hidup kembali. f. Rekreasi dan moral Segala sesuatu yang diselenggarakan dan diusahakan di bidang rekreasi untuk tujuan kemajuan tersebut, meskipun membutuhkan banyak modal, tidak akan terbuang bahkan merupakan suatu capital investment yang sangat berharga.

3. Pengertian Kawasan RekreasiKata rekreasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu recreation yang berarti hiburan. Rekreasi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik, dan sebagainya. Rekreasi adalah kegiatan aktif atau positif yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu senggang sebagai selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemarannya (Fandelli, 1995). Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, tempat rekreasi adalah sesuatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagai jenis fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di suatu kawasan tertentu dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa layanan makanan dan minuman. Sedangkan sistem dalam suatu kawasan rekreasi sendiri merupakan perpaduan sub-sub sistem yang terdiri atas: a. Sumber daya alam (natural resources), yaitu hubungan timbal balik antara unsur-unsur tanah, air, flora dan fauna. b. Manusia (people), beserta komponen yang bervariasi: usia, pekerjaan, tingkat pendapatan dan pendidikan.c. Transportasi, merupakan penghubung antara kedua sub sistem di atas sehingga terjadi suatu kegiatan yang rekreatif. Berdasarkan beberapa pemahaman di atas, maka kawasan rekreasi dapat diartikan sebagai tempat/ daerah yang disediakan untuk memberikan hiburan bagi setiap orang yang datang/berkunjung. Hiburan tersebut dapat berupa panorama alam setempat, budaya maupun sarana dan prasarana yang ada dan dikelola oleh manusia menjadi suatu tempat yang bertujuan untuk mencari kesenangan yang ditujukan bagi kepuasan batin manusia.4. Maksud dan Tujuan Rekreasi Maksud manusia melakukan rekreasi adalah untuk membantu pertumbuhan, kelancaran, gerak, dan koordinasi tubuh melalui kegiatan-kegiatan olahraga,membentuk rasa cinta antar diri dan sesama, bersifat santai dan kekeluargaan, membentuk rasa cinta pada lingkungan dan alam seperti mendaki gunung, menyusuri sungai, arung jeram, dan lain-lain. Tujuan manusia melakukan rekreasi (Haryono, 1978) adalah: a. Individu; keinginan untuk memulihkan dan meningkatkan kesegaran badan, pikiran, menghindarkan diri dari aktivitas rutin serta mendapatkan kepuasan dan kesenangan.b. Kelompok; menciptakan dan membina hubungan dan kontak sosial dengan manusialain, dapat mengenal dan meningkatkan kecintaan pada lingkungan dan menjaga kelestarian.

5. Jenis Rekreasi Jenis rekreasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. Berdasarkan kegiatan yang terjadi, rekreasi terbagi atas dua kategori, yaitu: 1) Rekreasi aktif, adalah rekreasi yang dilakukan secara langsung oleh individu. Rekreasi ini mengutamakan keterampilan atau sekedar hobi, misalnya berenang, jogging, dan sebagainya. 2) Rekreasi pasif, adalah rekreasi yang dilakukan tanpa memerlukan banyak energi ataupun keterampilan fisik, misalnya menonton pertunjukan seni, menikmati panorama alam, dan sebagainya. b. Berdasarkan tempat berlangsungnya kegiatan, rekreasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) wilayah, yaitu: 1) Rekreasi darat, adalah rekreasi yang terdapat di darat, termasuk wisata pemandangan.2) Rekreasi air, adalah semua rekreasi yang dilakukan di dalam atau di atas air.3) Rekreasi udara, adalah rekreasi yang dilakukan di udara bebas dengan bantuan alat. c. Berdasarkan aktivitasnya, rekreasi terbagi atas: 1) Rekreasi fisik, adalah rekreasi yang banyak menggunakan tenaga fisik dalam aktivitasnya. 2) Luar ruangan, berupa kegiatan perorangan atau kegiatan terorganisir seperti olahraga lapangan. 3) Dalam ruangan, berupa olahraga voli indoor, bola basket indoor, dan sebagainya.4) Rekreasi sosial, adalah rekreasi yang melibatkan interaksi sosial sebagai aktivitas utama.5) Dalam ruangan, merupakan kegiatan rekreasi yang membutuhkan partisipasi (piknik, dansa) atau hanya sebagai penonton (pertandingan olahraga, menonton, mendengarkan musik, dan sebagainya). 6) Luar ruangan, merupakan kegiatan rekreasi yang membutuhkan partisipasi (pertemuan, bazaar) atau hanya sebagai penonton (pertandingan olahraga, menonton film/ drama/ televisi, dan sebagainya). 7) Rekreasi pengamatan, adalah rekreasi yang meliputi kegiatan budaya, pendidikan kreatifitas, dan estetis. 8) Rekreasi alam, adalah rekreasi yang memanfaatkan potensi alam seperti air, pohon, pemandangan atau marga satwa dalam kegiatannya seperti lintas alam, panjat tebing, dan sebagainya.

6. Komponen Rekreasi Komponen rekreasi jika ditinjau dari elemen-elemen pembentuknya terdiri atas: a. Komponen fisik alami (natural component) Merupakan komponen fisik yang berupa sumber daya alam, diantaranya: 1) Daratan, berupa daratan rendah (sawah, pantai) maupun daratn tinggi (gunung, hutan, pegunungan). 2) Perairan, berupa sungai, laut, danau, atau air terjun yang mempunyai kadar air potensial sebagai objek wisata. 3) Udara, yaitu dengan udara bersih dan sejuk merupakan pendukung keberadaan daya tarik kawasan suatu objek rekreasi. 4) Flora dan fauna, berbagai keragaman jenis vegetasi dan spesies hewan yang ada dan dapat dimanfaatkan potensinya sebagai pendukung daya tarik objek rekreasi. b. Komponen buatan (artificial component) Merupakan segala sesuatu buatan manusia yang bertujuan tertentu guna mendukung daya tarik suatu objek rekreasi, meliputi: 1) Rekreatif penuh, ditujukan untuk mendukung fungsi rekreatif, misalnya: arena permainan air, kolam renang, playground, dan sebagainya. 2) Rekreatif fungsional, ditujukan untuk mendukung fungsi rekreatif dengan tujuan yang lebih spesifik, misalnya danau buatan, menara, jembatan, dan sebagainya.3) Rekreatif edukatif, bertujuan untuk mendidik dan menimba ilmu, misalnya pertunjukan seni, kebun tanaman langka, dan sebagainya.4) Rekreatif historis, bertujuan untuk mengembangkan nilai historis suatu elemen rekreasi sebagai daya tarik kawasan rekreasi, misalnya bangunan peninggalan sejarah.

7. Pelaku dan Aktivitas dalam Kawasan Rekreasi a. Pelaku dalam Kawasan Rekreasi Pelaku dalam suatu kawasan rekreasi terdiri atas:1. Pengunjung Berdasarkan tujuannya, pengunjung dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a) Pengunjung umum, adalah pengunjung yang datang ke kawasan rekreasi semata-mata untuk tujuan rekreasi, seperti bersantai, menikmati objek dan fasilitas wisata yang ada tanpa tujuan lain yang bersifat khusus. b) Pengunjung khusus, pengunjung yang maksud kedatangannya bukan untuk tujuan wisata atau tujuan rekreasi bukanlah merupakan prioritas utama kunjungannya. 2. Pengelola Merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan kelancaran suatu kawasan taman rekreasi, yang melaksanakan kegiatan tata laksana operasional taman rekreasi.3. Masyarakat Sekitar Kehadiran masyarakat sekitar kawasan, umumnya dalam bentuk munculnya pedagang-pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai barang kebutuhan pengunjung kawasan rekreasi.

b. Aktivitas dalam Kawasan Rekreasi Aktivitas dalam suatu kawasan rekreasi yang merupakan bagian dari kawasan wisata terbagi atas 4 (empat) aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas penerima, yaitu aktivitas dengan kegiatan utamanya menerima kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. 2. Aktivitas pengunjung, meliputi aktivitas yang dilakukan pengunjung dalam kawasan untuk melakukan aktivitas rekreasi. 3. Aktivitas pengelola, meliputi aktivitas para pengelola kawasan rekreasi dalam mengelola dan melayani pengunjung yang datang ke kawasan rekreasi tersebut. 4. Aktivitas penunjang, yaitu aktivitas yang menunjang terhadap aktivitas utama para pengunjung kawasan rekreasi atau aktivitas yang menunjang aktivitas rekreasi suatu kawasan.

4. Komponen Rekreasi sebagai Penunjang Kepariwisataan Peranan fasilitas dari komponen penawaran rekreasi akan menentukan sejauh mana dukungannya terhadap obyek wisata dalam pengembangan kepariwisataan. Untuk mengetahui dukungan fasilitas apa saja terhadap obyek wisata diperlukan jaringan pergerakan yang berupa infrastruktur beserta rute dan moda transportasi dalam menghubungkan fasilitas pelengkap dan akomodasi yang tersedia. 1. Atraksi Wisata Atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat. Oleh karena itu keaslian dari atraksi wisata yang disuguhkan haruslah diperhatikan sehingga hanya di tempat tersebut wisatawan dapat melihat dan menyaksikan obyek dan atraksi tersebut. Di Indonesia banyak terdapat tempat yang dijadikan atraksi wisata, misalnya kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan sebagainya. Atraksi wisata berpotensi sebagai daya tarik wisata (Made Sukarsa. 2000: 40). Kekhasannya suatu atraksi menyebabkan wisatawan mengunjungi obyek wisata (Pearce, 1989: 26). Atraksi merupakan salah satu penyebab pertumbuhan, jadi atraksi merupakan hal yang dapat menarik pengunjung ke sebuah obyek wisata, artinya pembangunan cenderung menjadi prioritas untuk dikembangkan terlebih dahulu. Untuk mencapai hasil tersebut, perlu diperhatikan bahwa atraksi wisata yang baik adalah: a. Kegiatan dan obyek yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan baik. Atraksi yang berupa warisan budaya harus dalam kondisi bagus terlebih dahulu sebelun diperlihatkan pada wisatawan, atraksi yang sudah dibenahi harus dipelihara baik-baik.b. Karena atraksi wisata itu harus disajikan kepada wisatawan, maka cara penyajiannya harus tepat dengan mengatur perspektif ruang, perspektif waktu dan perspektifsosial budaya. c. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama. Dengan asumsi bahwa akan semakin besar keuntungan yang diharapkan dari kehadiran mereka. Wisatawan juga akan tahan tinggat lebih lama bila di tempat obyek wisata lingkungan bagus, fasilltas pendukung yang cukup di dalam obyek wisata. d. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diupayakan bertahan selama mungkin. Caranya dengan mengikatkan kesan itu pada obyek yang tidak cepat rusak dan dapat dibawa pulang (Sukadijo, 1997: 62). Obyek wisata dapat berupa alami dan hasil budaya suatu bangsa yang dapat dilihat :1) Yang berasal dari alam yaitu iklim, pemandangan alam, cagar alam flora dan fauna.2) Yang merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa dapat berupa; monumen, bangunan peninggalan sejarah masa lalu, museum, tempat ibadah, musik nyanyian rakyat, tarian, bahasa, perayaan tradisional, upacara adat. (Pearce, 1989: 25).

2. Akomodasi Cooper menyatakan bahwa akomodasi merupakan salah satu komponen produk wisata yang penting serta merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan selama mereka berada di daerah tujuan wisata. Fasilitas akomodasi adalah tempat menginap, makan/minum orang yang melakukan perjalanan. Dalam arti luas akomodasi dalam pariwisata sering diartikan sebagai hotel, restoran, tetapi ada juga yang lebih sempit yaitu sebagai Hotel dan berarti penginapan (Made Sukarsa, 1999, 25). 3. MarketingCravens dan Piercy (2003:31-32) mengemukakan bahwa pemasaran merupakan proses market-driven dari pengembangan strategi yang mempertimbangkan perubahan lingkungan dan kebutuhan untuk menawarkan superior customer value. Fokus dari pemasaran yaitu pada kinerja organisasi. Dalam hal ini, pemasaran menghubungkan organisasi dengan lingkungan serta memandang pemasaran sebagai suatu fungsi yang memiliki tanggungjawab melebihi fungsi lain dalam keseluruhan aktivitas bisnis (Sucherly, 2004:20). Proses pemasaran meliputi empat tahapan, yaitu: analisis situasi, penyusunan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, serta implementasi dan pengendalian strategi pemasaran. Ini sesuai dengan yang dikemukakan Cravens dan Piercy (2003:32)4. Transportasi Peranan transportasi dalam pariwisata sangat penting. Tanpa transportasi sulit bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan. Transportasi wisata pada hakekatnya adalah jasa untuk memindahkan wisatawan dari satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi yang digunakan untuk memindahkan wisatawan tersebut dapat berupa ; moda angkutan, route angkutan. Oleh sebab itu sarana transportasi umum sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata. Suatu obyek wisata kurang mempunyai daya tarik jika tidak ditunjang oleh sarana transportasi umum untuk mencapainya. Oleh karena itu kemudahan untuk mencapai suatu obyek, dengan tersedianya sarana transportasi umum akan menguntungkan banyak orang. Faktor yang mempengaruhi pada transportasi agar berfungsi dengan baik adalah ; kondisi perjalanan dan menghemat waktu (Christie Mill, 2000: 31). Kondisi perjalanan berhubungan erat dengan kenyamanan bagi wisatawan seperti fasilitas jalan dan fasilitasartinya semakin singkat waktu perjalanan ke tempat tujuan akan semakin baik.5. Infrastruktur Masalah yang menghambat pengembangan pariwisata di Indonesia, sebenarnya tidak semata-mata terletak dari pembangunan fisik. Memang pariwisata erat hubungannya dengan bidang lain diantaranya prasarana perhubungan. Semakin meluas dan meningkatnya kualitas jaringan jalan, maka semakin meningkat pula jumlah dan frekuensi orang melakukan perjalanan wisata hal ini menunjukkan akan semakin meningkatkan aksesibilitas suatu wilayah (Spillane 1987: 100). Infrastruktur atau prasarana yang mendukung kelengkapan suatu obyek wisata untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya (Gamal Suwantoro, 1997: 22). Yang termasuk dengan infrastruktur adalah instalasi air bersih, instalasi air kotor, instalasi listrik, jalan raya, pelabuhan laut, pelabuhan udara, stastiun kereta api. (Pearce, 1995: 269). 6. Fasilitas pendukungKetersediaan fasilitas pendukung, baik di dalam maupun di luar obyek wisata akan mempengaruhi kedatangan wisatawan. Fasilitas pendukung tersebut bukan merupakan daya tarik utama dalam kepariwisataan, tetapi kehadirannya diperlukan bila hendak mengembangkan suatu daerah (Yoeti, 1997: 60). Ketersediaan fasilitas pendukung tersebut seharusnya berdekatan dengan obyek wisata. Yang termasuk didalamnya adalah Bank, Apotik, Rumah Sakit, Pusat perbelanjaan, Restoran, Toko souvenir (Pearce, 1989: 25).

Berdasarkan uraian tersebut faktor-faktor yang terkait Waisai sebagai wisata rekreasi pantai yaitu:1. Atraksi wisata, seperti: Kesenian rakyat tradisional seperti nyanyian rakyat, tarian, perayaan tradisional, pemandangan alam, cagar alam flora dan fauna.2. Akomodasi, seperti: Hotel/penginapan dan tempat makan/minum (warung makan).3. Transportasi, seperti: Sarana transportasi umum, kondisi perjalanan, dan kenyamanan.4. Infrastruktur, seperti: Jaringan jalan, jaringan listrik, pelabuhan, dan akan didirikan sebuah bandara yang akan melayani penerbangan langsung ke kota-kota besar lainnya.5. Fasilitas pendukung, seperti: Rumah sakit, apotik, pusat perbelanjaan (pasar), bank, dan tempat beribadah. 6. Marketing : pengembangan pemasaran dan implementasi.

8

G. Obyek Wisata AlamHasil Budaya suatu BangsaKerangka Pikir

Made Sukarsa, 2000: 40Atraksi WisataPearce, 1989: 26

Sukadijo, 1997: 62

Hotel/PenginapanTempat Makan/Minum

AkomodasiMade Sukarsa, 1999: 25

Sarana Transportasi UmumKondisi PerjalananKenyamanan

TransportasiChristie Mill, 2000: 31

Spillane, 1987: 100Jaringan JalanJaringan ListrikInstalasi Air Bersih/KotorPelabuhan Bandara Rekreasi/Wisata Waisai Tidak BerkembangInfrastruktur

Gamal Suwantoro, 1997: 22

Pearce, 1995: 269

Pengembangan Pemasaran ImplementasiCravens dan Piercy, 2003: 31-32Marketing

Sucherly, 2004: 20

Rumah Sakit BankTempat BeribadahFasilitas PendukungYoeti, 1997: 60

Pearce, 1989: 25

Gambar 1 Kerangka Pikir