BAB II
-
Upload
rubi-sandy -
Category
Documents
-
view
150 -
download
9
description
Transcript of BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Olah Gerak
Mengolah gerak kapal dapat diartikan sebagai penguasaan kapal, baik dalam keadaan
diam maupun bergerak untuk mencapai tujuan pelayaran aman dan efesien, dengan
menggunakan sarana yang terdapat pada kapal tersebut, seperti: mesin, kemudi dan lain-lain.
2. Fungsi dan Sarana Pembantu dalam Proses Olah Gerak
Sarana yang dimaksud dalam mengolah gerak kapal itu adalah semua peralatan
di kapal yang dapat digunakan untuk mengolah gerak kapal sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Sarana olah gerak kapal itu antara lain meliputi:
2.1. Tenaga Penggerak (Mesin)
Adalah tenaga penggerak utama seperti mesin induk atau main engine (diesel, uap,
turbin uap, dan lain-lain), dan tenaga penggerak (mesin) bantu, seperti: mesin listrik
(generator), mesin pendingin, mesin kemudi. Perlu diketahui bahwa pada dewasa ini dari
beberapa jenis tenaga penggerak (mesin) tersebut jenis mesin penggerak diesel yang banyak
digunakan.
2.2. Daun Baling-baling (Propeller)
Dalam teori dasar hambatan dan propulasi, baling-baling kapal diibaratkan sekrup
pendorong, semakin besar ulir atau pitchnya semakin cepat pula kapal bergerak maju.
Dengan berputarnya baling-baling maka akan memukul air dan akibatnya kapal akan
bergerak maju atau mundur. Jumlah baling-baling kapal itu bermacam-macam antara lain
dapat ditunjukkan atau dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1. Daun Baling-baling Tunggal
Gambar 4.2. Daun Baling-baling Ganda
Gambar 4.3. Daun Baling-baling Tiga
Gambar 4.4. Daun Baling-baling Empat
2.2.1. Baling-baling Tunggal (Single Screw)
Baling-baling tunggal di kapal kebanyakan menggunakan baling-baling putar kanan,
artinya jika mesin atau baling-baling maju maka baling-baling akan berputar searah dengan
jarum jam, begitu sebaliknya jika kapal atau mesin mundur.
2.2.2. Daun Baling-baling Ganda (Twin Screw)
Pada umumnya adalah baling-baling ganda putar luar (out turning propeller)
maksudnya adalah baling-baling kanan putar kanan dan baling-baling kiri putar kiri.
2.2.3. Daun Baling-baling Tiga (Triple Screw)
Kedudukan tiga baling-baling itu terletak atau susunan satu pada masing-masing
sisinya (sisi kanan putar kanan dan sisi kiri putar kiri) dan satu lagi tepat di belakang kemudi
(di tengah-tengah) baling-baling putar kanan.
2.2.4. Daun Baling-baling Empat (Quadruple Screw)
Pada baling-baling empat ini sistim putarnya adalah sistim luar artinya dua baling-
baling sebelah kanan putar kanan dan dua baling-baling kiri putar kiri. Penempatan daun
kemudi dapat dilihat pada gambar sebelah dan penjelasan berikut ini:
Pada gambar di sebelah ini daun kemudi ditempatkan di antara dua baling-baling.
Sistim ini kurang efektif, jika daun kemudi disimpangkan membentuk sudut yang kecil,
untuk memperoleh tenaga besar yang dihasilkan oleh kemudi, kemudi harus disimpangkan
dengan sudut yang besar. Sedangkan, pada gambar di sebelah ini, di mana 2 (dua) daun
kemudi dipasang pada dua baling-baling, pada sistim ini lebih efisien karena pada kecepatan
pelan saja dengan penyimpangan yang kecil saja sudah memberikan pengaruh yang besar.
Dalam dunia perkapalan dikenal beberapa jenis baling-baling antara lain:
1. Baling-baling kisar tetap (fixed pitch propeller).
2. Baling-baling dengan kisar dapat diubah-ubah (controlable pitch propeller).
3. Baling-baling dengan lingkaran pelindung (propeller in nozel).
4. Baling-baling yang tiap daunnya dapat dilepas-lepas (detechable blade propeller).
5. Baling-baling ganda dalam satu poros (tandem propeller) dengan putaran searah.
6. Baling-baling ganda dalam satu poros dengan putaran yang berlawanan (control
rotating propeller).
3. Cara Kerja Baling-baling dan Pengaruhnya pada Olah Gerak Kapal
3.1. Baling-baling
Tergantung dari arah berputarnya maka baling-baling mendorong kapal maju maupun
mundur. Air di mana kapal berada dalam hal ini mempunyai fungsi sebagai titik sanggah.
Bila kita berada di belakang kapal waktu kapal maju dan baling-baling berputar ke kanan
maka dinamakan baling-baling berputar kanan dan bila mana berputar ke kiri dinamakan
baling-baling berputar ke kiri.
Untuk lebih memudahkan pengertian olah gerak, kami menganggap bahwa bila
baling-baling berputar ke kanan maka kapal maju, dan bila berputar ke kiri maka kapal
mundur. Gaya dari baling-baling dibagi dalam 2 komponen yaitu: yang membujur ke arah
muka dan belakang dan yang merupakan komponen yang terbesar dan komponen kecil yang
melintang. Air yang dihasilkan maju atau mundur dari baling-baling dinamakan air baling-
baling.
3.2. Kapal Berhenti, Mesin Bergerak Ke Muka dan Kemudi Di Tengah
Air oleh baling-baling tidak hanya menekan sebagian dari air baling-baling lurus
ke belakang akan tetapi juga ke samping. Dengan demikian, maka daun baling-baling yang
sedang berada di atas akan menekan air ke belakang dan ke kanan. Daun baling-baling yang
berada di bawah akan menekan air ke belakang dan ke kiri.
Tekanan air pada baling-baling bagian bawah akan lebih besar daripada tekanan air
pada bagian atas daun baling-baling sehingga daun baling-baling sebelah bawah akan
mendapat tekanan berlawanan yang lebih besar daripada daun baling-baling yang di atas.
Akibatnya ialah bahwa baling-baling keseluruhan bergerak ke kanan sehingga buritan kapal
lari ke kanan dan haluan ke kiri. Hal ini, dinamakan pengaruh langsung dari baling-baling.
Dalam praktek, hal ini tidak begitu terlihat karena kemudi mempunyai pengaruh yang besar
atas air yang ditekan ke belakang.
Dengan menaruh kemudi ke kanan sedikit berpengaruh pada baling-baling ketika
kapal maju dapat ditiadakan. Tekanan air pada daun baling-baling dinamakan tekanan
hydrostatis. Bilamana mesin mulai dijalankan, baling-baling berputar ke kanan mendorong
aie baling-baling ke belakang. Air yang digerakkan oleh baling-baling berbentuk spiral
ke belakang dan akan mengenai daun kemudi.
Daun baling-baling di bagian atas mengenai daun kemudi bagian kiri pada bagian
atasnya. Sedangkan, daun baling-baling bagian bawah akan mengenai sebelah kanan bawah
daun kemudi. Dari percobaan diketahui bahwa tekanan pada sebelah kanan bawah daun
kemudi lebih besar daripada tekanan ke bagian kiri atas daun kemudi. Bilamana luas kemudi
yang berada di dalam air di atas poros baling-baling maka pengaruh dari air baling-baling
pada daun kemudi ialah bagian belakang kapal ditekan ke kiri sehingga haluan akan bergerak
ke kanan.
Gejala ini dinamakan pengaruh tidak langsung dari baling-baling kepada kemudi.
Sehingga dengan demikian waktu kapal berhenti, kemudi di tengah-tengah dan mesin
dijalankan maka pada kapal akan berpengaruh dua gaya:
1) Perbedaan tekanan yang dialami oleh daun baling-baling pada bagian atas dan bawah
di mana sebagai akibatnya maka buritan ditekan ke kanan sehingga haluan ke kiri.
2) Perbedaan tekanan air baling-baling pada kedua sisi dari daun kemudi di mana buritan
ditekan kiri sehingga haluan ke kanan.
Terbukti bahwa faktor (1) lebih kuat dari (2) sehinggga dapat diambil kesimpulan:
”Pada waktu menjalankan mesin dan kemudi di tengah maka bagian buritan
kapal bergerak ke kanan sehingga haluan bergerak ke arah kiri”.
Dalam praktek hal ini hampir tidak ada pengaruhnya.
Pengaruh dari baling-baling pada kapal maju yang terbesar ialah pada posisi slow
ahead, di mana haluan lari ke kiri.
3.3. Jangkar
Jangkar sangat membantu dalam olah gerak, jika ingin memutar kapal di alur yang
sempit dan juga sangat membantu dalam mengurangi merawangnya kapal pada saat sandar
angin dari laut.
3.4. Daun Kemudi
Kemudi sangat berperan dalam olah gerak, di mana kemudi yang pergerakannya
lambat cikar kanan maupun cikar kiri akan mengurangi olah gerak.
Ada 3 macam bentuk daun kemudi, yaitu:
3.5. Tros atau tali-tali
Tros atau tali juga membantu dalam olah gerak saat kapal akan sandar maupun ke luar
pelabuhan. Tali-tali pengikat pada kapal sandar untuk mengikat kapal pada dermaga
kebanyakan dipakai tali atau tros-manila atau nilon dan kawat baja. Panjang dari gulungan
(coil) dari tali manila biasanya 120 fathom atau ± 220 meter. Untuk mengikat pada jarak yang
agak jauh dari dermaga, tali-tali mempunyai keuntungan dibandingkan dengan kawat karena
ia mengambang diwaktu kering. Juga tali-tali mempunyai daya mulur (elastis) sehingga bila
untuk sandar lebih menguntungkan daripada kawat. Hanya saja tali lebih cepat rusak terkena
gesekan daripada kawat baja. Karena itu, ada baiknya mencuci tali-tali dengan air tawar
setelah dipakai. Juga tali nilon mempunyai keuntungan daripada manila karena ringan, daya
elastisnya besar dan memerlukan tali nilon yang lebih kecil untuk kekuatan yang sama
dibandingkan dengan tali manila, tapi harganya lebih mahal. Kapal diikat pada dermaga
sebagai berikut:
A = tali depan (head-line)
B = tali melintang depan (fore-breastline)
C = tali spring depan bagian muka (fore-backspring)
D = tali spring depan (fore-headspring)
E = tali spring belakang (after backspring)
F = tali spring belakang bagian belakang (after headspring)
G = tali melintang (after breastline)
H = tali belakang (stern-line)
Pada umumnya untuk mengikat kapal dipakai tali-tali pada posisi A ; D ; E ; dan H.
Pada waktu kapal akan sandar atau meninggalkan dermaga maka anak buah kapal
atau ABK sudah siap di muka atau belakang dengan lengkap. Biasanya perwira I atau perwira
III berada di depan, yaitu di haluan dan perwira II di belakang atau di buritan. Juga tali
buangan, dapra, stopper dan lain-lain keperluan untuk sandar jangan dilupakan. Pada waktu
sandar paling sedikit diperlukan empat tali pengikat untuk mengikat kapal, yaitu tros depan
dan spring depan dan tros belakang dan spring belakang. Tros depan maupun belakang
terbuat dari tali manila atau nilon dan spring depan maupun belakang dari kawat baja.
3.5.1. Tali Goba (Slip-rope) atau Kawat Goba (Slip-wire)
Dipergunakan untuk melepaskan tali atau kawat dengan tidak ada pertolongan dari
darat. Untuk menghindari agar mata dari kawat atau tali tidak tersangkut pada sesuatu ketika
melepaskan, maka mata kawat atau tali diikat menjadi satu.
3.5.2. Meletakkan Tali atau Kawat pada Tiang Pengikat Di Dermaga
Jika kita hendak mengikat tros pada tiang tambatan atau bolder, maka tros yang sudah
ada, baik itu mata tros dari kapal lain maupun kepunyaan kapal sendiri. Hal itu, untuk
memudahkan dalam hal melepaskan kapal dari dermaga agar dengan demikian tidak akan
mengganggu tali-tali pengikat lainnya.
Karena yang mengikat tali pada bolder adalah orang-orang di darat, maka para
perwira harus memperhatikan hal ini karena akan sangat mengganggu dalam hal melepaskan
kapal dari dermaga.
3.5.3. Mengikat Satu Tali atau Kawat pada Tiang Pengikat sehingga Kekuatannya
Sama Dengan 3 (Tiga) Kali
(1), (2) dan (3) sama-sama menahan pada tali pengikat.
3.5.4. Cara Mengikat Tali pada Bui atau Pelampung Pengikat
Macam shackle untuk mengikat ada dua macam, yaitu:
Pada waktu menghibob dengan winch, maka tali manila harus ada minimal empat
lilitan pada kepala winch untuk menjaga agar tali tidak slip dan untuk kawat harus ada enam
lilitan. Begitu juga bila kita mengikat pada bolder maka lilitan untuk tali sebaiknya ada empat
lilitan dan kawat enam kali lilitan. Untuk mengikat kawat pada bolder kita harus ikat
lilitannya dengan tali anak.
Untuk menyambung tros agar sambungannya tidak mati kita harus melakukannya
dengan mempergunakan sosok silang dan sosok silang ganda. Sosok silang dan sosok silang
ganda banyak digunakan untuk menyambung dua buah tali yang besar umpama dadung-
dadung yang dipakai untuk menyandarkan kapal. Jika salah satu dadung putus maka
menyambungnya adalah dengan sosok silang atau sosok silang ganda. Bila dipakai sosok lain
umpama sosok mati atau sosok kelat, karena tenaga tarik dari tali adalah sedemikian besar
sehingga sesudahnya hendak melepaskan kembali sambungannya akan sukar sekali.
3.5.4.1. Sosok Silang dan Sosok Silang Ganda
Pada sosok silang ganda maka salah satu ujung tali diputar sekali lagi melalui pangkal
mata tali satunya. Pada kedua tali lalu distoppor agar tidak terlepas.
4. Gaya-gaya yang Terjadi pada Waktu Penyandaran Kapal
Jika kita hendak menyandarkan kapal maka tali-tali muka dan belakang harus
di-hibob. Bila kita lihat pada posisi dan gaya-gaya yang terjadi pada waktu kapal di-hibob
rapat maka dapat dilihat sebagai berikut:
Posisi (1):
Pada waktu tros muka di-hibob maka akan terjadi sebuah Koppel yang akan
menyebabkan haluan akan ke dermaga dan buritan akan lari dari dermaga. Memang kapal
secara keseluruhan akan bergerak ke dermaga, namun akibatnya ialah bahwa haluan akan
lebih cepat mendekati dermaga daripada buritannya yang sedang menjauhi dermaga.
Posisi (2):
Sekarang tros depan kita hibob dan tros belakang kami ikat pada bolder. Haluan
depan akan mendekati dermaga, sedangkan buritannya boleh dikatakan tetap pada posisi
mula-mula. Hal ini, disebabkan oleh gerakan melawan ke samping dari kapal yang lebih
besar dan untuk menghibob diperlukan lebih banyak tenaga daripada di posisi (1).
Posisi (3):
Sekarang tros muka atau belakang kita hibob sama-sama, kapal akan berpindah sejajar
ke dermaga, akan tetapi akan memerlukan lebih banyak tenaga daripada posisi (dua) jadi
ternyata bahwa kapal akan lebih cepat rapat ke dermaga bila kita menghibob secara
bergantian muka dan belakang. Karena ada baling-baling, maka lebih baik bahwa bagian
haluan yang rapat lebih dahulu ke dermaga.