Bab II

79
Laporan Kerja Proyek Bab II Dasar Teori Bab II Dasar Teori Perencanaan 2.1Uraian Umum Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun dengan melewati penghalang atau rintangan berupa sungai, danau, selat, rawa, rel, jalan, dan lain- lain dengan tujuan untuk menghubungkan dua daerah guna memperlancar transportasi darat. Konstruksi jembatan terdiri dari sub structure ( bangunan bawah ) dan upper structure ( bangunan atas ). Kesejahteraan suatu desa ataupun kota dalam bidang perekonomian, pendidikan, sosial dan budaya semakin berkembang dari hari ke hari, sehingga menyebabkan tingkat arus lalu lintas antara desa dengan desa, kota dengan desa ataupun kota dengan kota semakin meningkat. Adanya hubungan tersebut secara tidak langsung menyebabkan pemerintah di- wajibkan untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi perkembangan – perkembangan tersebut. Diharapkan dengan disediakannya fasilitas yang menunjang dan memperlancar perkembangan suatu desa atau kota, maka masyarakat akan merasa lebih nyaman dan lebih diutamakan kesejahteraannya. Dari penjelasan singkat diatas dapat diketahui bahwa “Perencanaan Abutment Jembatan Solotiang Kabupaten Purworejo,Provinsi Jawa Tengah” Polteknik Negeri Semarang 7

description

pondasi sumuran

Transcript of Bab II

Laporan Kerja Proyek

Laporan Kerja ProyekBab II Dasar TeoriBab IIDasar Teori Perencanaan2.1Uraian UmumJembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun dengan melewati penghalang atau rintangan berupa sungai, danau, selat, rawa, rel, jalan, dan lain-lain dengan tujuan untuk menghubungkan dua daerah guna memperlancar transportasi darat. Konstruksi jembatan terdiri dari sub structure ( bangunan bawah ) dan upper structure ( bangunan atas ).Kesejahteraan suatu desa ataupun kota dalam bidang perekonomian, pendidikan, sosial dan budaya semakin berkembang dari hari ke hari, sehingga menyebabkan tingkat arus lalu lintas antara desa dengan desa, kota dengan desa ataupun kota dengan kota semakin meningkat. Adanya hubungan tersebut secara tidak langsung menyebabkan pemerintah di-wajibkan untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi perkembangan perkembangan tersebut. Diharapkan dengan disediakannya fasilitas yang menunjang dan memperlancar perkembangan suatu desa atau kota, maka masyarakat akan merasa lebih nyaman dan lebih diutamakan kesejahteraannya. Dari penjelasan singkat diatas dapat diketahui bahwa keberadaan jembatan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan transportasi di suatu daerah, sehingga mobilisasi kegiatan penduduk yang terputus oleh adanya sungai, lembah dan sebagainya menjadi lebih mudah.

2.1.1 Bangunan Bawah (Sub Structure) Bangunan bawah jembatan adalah bagian konstruksi jembatan yang menahan beban dari bangunan atas jembatan dan menyalurkannya ke pondasi yang kemudian disalurkan menuju dasar tanah. Ditinjau dari konstruksinya, struktur bawah jembatan terdiri dari :1.PondasiPondasi jembatan merupakan konstruksi jembatan yang terletak paling bawah dan berfungsi menerima beban dan meneruskannya ke lapisan tanah keras yang diperhitungkan cukup kuat menahannya.2.AbutmenAbutmen adalah suatu konstruksi jembatan yang terdapat pada ujung-ujung jembatan, yang berfungsi sebagai penahan beban dari bangunan atas dan meneruskannya ke pondasi.3. PilarPilar adalah bangunan bawah yang terletak diantara kedua kepala jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban pada ujung ujung bentang dan gaya gaya lainnya, serta melimpahkannya ke pondasi.2.1.2 Bangunan Atas (Upper Structure)Bangunan atas jembatan adalah bagian konstruksi jembatan yang berfungsi menahan beban-beban hidup yang bekerja pada konstruksi bagian atas. Konstruksi bagian atas jembatan terdiri dari :1.Lantai KendaraanLantai Kendaraan adalah seluruh lebar jembatan yang digunakan sebagai jalur lalu lintas. Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati serta melimpahkan beban dan gaya-gaya ke gelagar memanjang melalui gelagar-gelagar melintang.

2.Balok Girder ( gelagar memanjang )Balok girder adalah bagian struktur atas yang berfungsi sebagai pendukung lantai kendaraan dan beban lalu lintas yang kemudian meneruskannya ke struktur bawah.3.Diafragma ( gelagar melintang )Diafragma adalah pengaku atau pengikat balok girder dan berfungsi untuk mencegah timbulnya lateral buckling pada gelagar.4.TrotoarTrotoar pada jembatan dibangun untuk keamanan pejalan kaki yang melalui jembatan.5.Bangunan PelengkapBangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang dibangun dengan maksud untuk menambah keamanan konstruksi jembatan dan juga pejalan kaki. Bangunan pelengkap biasanya meliputi tiang sandaran, saluran pembuang ( drainase ), dan lain-lain.2.2 Perencanaan Abutmen JembatanDasar teori merupakan materi yang didasarkan pada buku-buku referensi dengan tujuan memperkuat materi pembahasan, maupun sebagai dasar dalam menggunakan rumus-rumus tertentu guna mendesain suatu struktur. Dalam Perencanaan Abutmen Jembatan Kali Banger, sebagai pe-doman perhitungan pembebanan, dipakai referensi Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR 1987) dan Pembebanan Untuk Jembatan SNI 2005.Sesuai dengan pedoman yang digunakan, maka dasar teori untuk perencanaan abutmen yaitu :2.2.1 Perhitungan Pembebanan JembatanPedoman Pembebanan untuk perencanaan jembatan jalan raya merupakan dasar dalam menentukan beban dan gaya untuk perhitungan tegangan - tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan jalan raya. Pedoman pembebanan meliputi :2.2.1.1 Beban PrimerBeban primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan. Adapun yang termasuk beban primer adalah :a. Beban matib. Beban hidupc. Beban kejutd. Gaya akibat tekanan tanaha. Beban Mati ( M )Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya. Dalam menentukan besarnya beban mati, harus digunakan nilai berat isi untuk bahan-bahan bangunan seperti tersebut di bawah ini :- baja tuang7,85 t/m3- besi tuang7,25 t/m3- beton bertulang/pratekan 2,50 t/m3- beton biasa, tumbuk, siklop2,20 t/m3- pasangan batu/bata2,00 t/m3- tanah, pasir, kerikil2,00 t/m3- perkerasan jalan aspal2,50 t/m3- kayu1,00 t/m3- air1,00 t/m3(Sesuai Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987)Beban mati terdiri dari :1. Beban plat lantai kendaraan2. Beban aspal3. Beban trotoar 4. Beban gelagar5. Beban tiang sandaran6. Beban diafragma7. Beban parapet

1.Beban plat lantai kendaraan

tL

Gambar 2.1 Plat Lantai KendaraanBeban plat lantai kendaraan (W1) = Volume x betonDimana, t=tebal plat lantai kendaraan (m)L =lebar plat lantai kendaraan (m)beton = berat isi beton (t/m3)

2.Beban aspaltL

Gambar 2.2 Perkerasan AspalBeban aspal (W2) = Volume x aspalDimana, t=tebal aspal (m)L=lebar aspal (m)aspal=berat isi aspal (t/m3)

tL3.Beban trotoar

Gambar 2.3 TrotoarBeban trotoar (W3) = t x l x betonDimana, t=tebal trotoar (m)L=lebar trotoar (m)beton= berat isi beton (t/m3)4.Beban gelagar

LAABB

Gambar 2.4a gelagar

Pot A-APot B-BGambar 2.4b gelagarBerat gelagar :W4= [(A1 x L1) + (A2 x L2) x c x nDimana: A1 adalah luas penampang A-A A2 adalah luas penampang B-B

Pipa galvanisRailingPlatTembok sandaran5.Beban tiang sandaran

Gambar 2.5 Tiang SandaranBerat railing = volume x besi x n Berat beton = volume x c x 2Berat plat = volume x besi x n Berat pipa = L x besi x nBerat total tiang sandaran (W5) = berat beton + berat pipa + berat plat + berat railing6.Berat Diafragma

123

Gambar 2.6 DiafragmaBerat diafragma (W6)= Volume x c x nDimanaV = Volume Diafragma (m)beton = berat isi beton (t/m)n = Jumlah diafragma

bht7.Beban Parapet

Gambar 2.7 ParapetBerat parapet (W7) = V x beton x nDimana, V= volume parapet (m3) beton= berat isi beton (t/m3)n= jumlah parapet Jadi total beban mati= (W1+W2+W3+W4+W5+W6+W7+W8+ beban akibat tekanan tanah)b.Beban Hidup ( H)Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan kendaraan bergerak / lalu lintas dan / atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan.Beban hidup pada jembatan harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu beban T yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan beban D yang merupakan beban jalur yang dipengaruhi oleh lebar jalur minimum. Jumlah jalur lalu lintas untuk lantai kendaraan dengan lebar 7.50 m atau lebih ditentukan menurut tabel berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Jalur Lalu LintasLebar lantai kendaraanJumlah jalur lalu lintas

5.50 m sampai dengan 8.25 mLebih dari 8.25 m sampai dengan 11.25 mLebih dari 11.25 m sampai dengan 15.00 mLabih dari 15.00 m sampai dengan 18.75 mLebih dari 18.75 m sampai dengan 32.50 m23

4

56

(Sumber Pedoman Perencanaan Penbebanan Jembatan Jalan Raya 1987)Macam-macam beban hidup yaitu :1. Beban D2. Beban T3. Beban Kejut4. Beban Genangan Air5. Beban hidup pada Trotoar6. Beban hidup pada Sandaran1. Beban DBeban D atau muatan jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata sebesar q ton per meter panjang jalur, dan beban garis P ton per jalur lalu lintas tersebut. Besarnya beban q ditentukan sebagai berikut :

q = 2,2 untuk L < 30m

q = 2,2 - 1,1/60 x ( L -30)untuk 30m < L 60mdengan L adalah panjang jembatan dalam meter, ditentukan oleh tipe konstruksi jembatan sesuai table III.

5,50m1 m1 mq q qp p p adalah ton per meter panjang, per jalur.

Gambar 2.8 Ketentuan Penggunaan Beban DKetentuan penggunaan beban D dalam arah melintang jembatan adalah sebagai berikut : Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50 meter, beban D sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh lebar jembatan. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,50 meter, beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 meter sedang lebar selebihnya dibebani hanya separuh beban D (50%).Dalam menentukan beban hidup (beban terbagi rata dan beban garis) perlu diperhatikan ketentuan bahwa : Panjang bentang (L) untuk muatan terbagi rata. Beban hidup per meter lebar jembatan menjadi sebagai berikut

Beban terbagi rata=

Beban garis= Bentang D tersebut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh terbesar, dimana dalam perhitungan momen maksimum positif akibat beban hidup (beban terbagi rata dan beban garis) pada gelagar dua perletakan digunakan beban terbagi rata sepanjang bentang gelagar dan satu beban garis. Konstruksi trotoar harus diperhatikan terhadap beban hidup sebesar 500kg/cm2.Untuk memperhitungkan pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis P harus dikalikan dengan koefisien kejut.Koefisien kejut ditentukan dengan rumus :K = 1 + 20 / (50+L)Dimana, K = koefisien kejutL = panjang bentang dalam meter(Sesuai Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 SKBI 1.3.28.1987)

Pq

L

RBVRAVGambar 2.9 Reaksi Akibat Beban DRBV = P + . q . L2. Beban TBeban T adalah beban terpusat yang khusus bekerja pada lantai kendaraan. Lantai kendaraan adalah seluruh lebar bagian jembatan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan. Beban ini berupa beban yang berasal dari berat kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton dengan ukuran-ukuran seperti tertera pada gambar berikut :

5 ton20 ton20 ton1 m4 m5 m1 m1755050275 cm

4,2 m

Gambar 2.10 Beban Roda Kendaraan3. Beban Kejut (K)Untuk memperhitungkan pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis P harus dikalikan dengan koefisien kejut yang akan memberikan hasil maksimum, sedangkan beban merata q dan beban T tidak dikalikan dengan koefisien kejut.Koefisien kejut ditentukan dengan rumus :

Dimana, K = koefisien kejutL = panjang bentang dalam meter4.Beban Air GenanganTinggi air hujan = t ( perkiraan ), berat isi air = wSehingga berat air (q) = t x w x B, dimana B = lebar jembatan

qRAVRBVL

Gambar 2.11 Reaksi Beban AirRBV = P + . q . L5.Beban Hidup pada Trotoar

qRAVRBVLMenurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 muatan lantai trotoar diperhitungkan sebagai beban hidup sebesar 0,50 t/m2.

Gambar 2.12 Reaksi Beban Hidup TrotoarRBV = RAV = P + . q . LJadi total beban hidup = beban D dengan kefisien kejut + beban T + beban genangan air + beban trotoar.6. Beban Hidup pada SandaranTiang-tiang sandaran pada sertiap tepi trotoar harys diperhitungkan untuk dapat menahan beban horizontal sebesar 100 kg/m yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas lantai trotoar.(Sesuai Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 SKBI 1.3.28.1987)2.2.1.2 Beban SekunderBeban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan. Yang termasuk beban sekunder antara lain :a. Beban angin (A)b. Gaya rem dan Traksic. Gaya akibat gempa bumid. Gaya gesekan

a.Beban Angin (A)Pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 pada jembatan ditinjau berdasarkan bekerjanya beban angin horisontal terbagi rata pada bidang vertikal jembatan, dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Jumlah luas bidang vertikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena oleh angin ditetapkan sebesar suatu prosentase tertentu terhadap luas bagian-bagian sisi jembatan dan luas bidang vertikal beban hidup.Bidang vertikal beban hidup ditetapkan sebagai suatu permukaan bidang vertikal yang mempunyai tinggi menerus sebesar 2 meter di atas lantai kendaraan.Untuk menghitung jumlah luas bagian-bagian sisi jembatan yang terkena angin dapat digunakan ketentuan sebagai berikut :

a. Keadaan tanpa beban hidup Untuk jembatan gelagar penuh diambil sebesar 100% luas bidang sisi jembatan yang langsung terkena angin, ditambah 50% luas bidang sisi lainnya. Untuk jembatan rangka diambil sebesar 30% luas bidang sisi jembatan yang langsung terkena angin, ditambah 15% luas bidang sisi lainnya.b. Keadaan dengan beban hidup Untuk jembatan diambil sebesar 50% terhadap luas bidang sesuai keadaan tanpa beban hidup. Untuk beban hidup diambil sebesar 100% luas bidang sisi yang langsung terkena angin.

( Sesuai Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987)

315H5H44,20mH3H2H1

Gambar 2.13 Pembebanan Akibat Gaya AnginTekanan angin (W13) = 150 kg/m2 = 0,15 t/m2

b.Gaya Rem dan Traksi (Rm)Gaya rem merupakan gaya sekunder yang arah kerjanya searah memanjang jembatan atau horizontal. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari muatan D tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada, dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 meter di atas permukaan lantai kendaraan. (Sesuai Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya1987) c.Gaya Akibat Gempa Bumi (Gh)Pengaruh-pengaruh gempa bumi pada jembatan dihitung senilai dengan pengaruh suatu gaya horisontal pada konstruksi akibat beban mati konstruksi/ bagian konstruksi yang ditinjau dan perlu ditinjau pula gaya-gaya lain yang berpengaruh seperti gaya gesek pada perletakan, tekanan hidrodinamik akibat gempa, tekanan tanah akibat gempa. Gh = E x GDimana,Gh= gaya horisontal akibat gempa bumiE= muatan mati pada konstruksi (ton)G= koefisien gempa (tabel 2.1)Gh1 = Gaya gempa pada beban mati abutmenGh2 = Gaya gempa pada beban mati abutmenY1 = jarak antara elastomer dengan dasar abutmen Y2 = jarak antara titik berat abutmen dengan dasar abutmen

Gh1Gh2Y2Y1

Gambar 2.14 Gaya akibat gempa bumiTabel 2.2 Koefisien Pengaruh GempaKeadaan Tanah / PondasiDaerah

IIIIII

Untuk jembatan yang didirikan diatas pondasi langsung dengan tekanan tanah sebesar 5 kg/cm2 atau lebih.0,120,060,03

Untuk jembatan yang didirikan diatas pondasi langsung dengan tekanan tanah kurang dari 5 kg/cm2.0,200,100,05

Untuk jembatan yang didirikan di atas pondasi, selain pondasi langsung.0,280,140,07

(Sumber : DPU, Buku Petunjuk Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan dan Jalan Raya.)d.Gaya Akibat Gesekan (Gg)Gaya gesek yang timbul hanya ditinjau akibat beban mati saja, sedang besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesek pada tumpuan yang bersangkutan dengan nilai sebagai berikut : Tumpuan rol baja dengan satu atau dua rol0,01 dengan tiga atau lebih rol0,05 Tumpuan Gesekan Antara baja dengan campuran tembaga keras & baja 0.15 Antara baja dengan baja atau besi tuang 0.25 Antara karet dengan baja/beton 0,15 - 0,18 (Sesuai Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 SKBI 1.3.28.1987)2.2.2 Perhitungan Abutmen JembatanAdapun perhitungan Abutmen Jembatan meliputi :a. perhitungan beban akibat tekanan tanah (Ta)b. perhitungan beban akibat tanah isian (Gt)c. perhitungan beban akibat berat sendiri dan sayap (Gc)d. Beban Khusus2.2.2.1 Beban Akibat Tekanan Tanah (Ta)Besarnya tekanan tanah yang bekerja pada abutment tergantung dari properties tanah dan ketinggian tanah dibelakang abutment.Beban akibat tekanan tanah di bedakan menjadi dua :a. beban akibat tekanan tanah aktifb. beban akibat tekanan tanah pasif

TpCpTa1Ta2Ca

Gambar 2.15 Diagram Tekanan Tanaha. Beban akibat tekanan tanah aktifJika dinding turap mengalami keluluhan atau bergerak ke luar dari tanah urugan di belakangnya, maka tanah urugan akan bergerak longsor ke bawah dan menekan dinding penahannya. Tekanan tanah seperti ini disebut tekanan tanah aktif (aktive earth pressure), sedangkan nilai banding antara tekanan tanah horizontal dan vertikal yang terjadi di definisikan sebagai koefisien tekanan tanah aktif (coefficient of active earth pressure) atau Ka. Nilai Ka ini dirumuskan Ka = tg2 (45o - /2)b. Beban akibat tekanan tanah pasifJika sesuatu gaya mendorong dinding penahan ke arah tanah urugannya, tekanan tanah dalam kondisi ini disebut tekanan tanah pasif (passive earth pressure), sedangkan nilai banding tekanan horizontal dan tekanan vertical yang terjadi di definisikan sebagai koeffisien tekanan tanah pasif (coefficient of passive earth) atau Kp. Nilai Kp ini dirumuskan :Kp = tg2 (45o + /2)Dimana, Ka = Koefisien tekanan tanah aktifKp = Koefisien tekanan tanah pasif = sudut geser dalam(Sumber : Ir. Kh Sunggono, 1984 Buku Teknik Sipil)Perhitungan beban akibat tekanan tanah :1. Tekanan tanah aktifa. Akibat kohesi

C = - 2 x c x Ta1 = C x Hb.Tekanan tanah akibat beban merata di atas tanahTa2 = q x Ka x Hc. Tekanan tanah aktif akibat berat sendiri tanah Ta3 = x H2 x m x Ka2.Tekanan tanah pasifa. Akibat kohesi

C = 2 x c x Ta4 = C x hb.Tekanan tanah pasif akibat berat sendiri tanahTa5 = x h2 x m x KpBesarnya gaya tekanan tanah (Ta) = tekanan tanah aktif - tekanan tanah pasifJarak resultan gaya tekanan tanah dari dasar abutmen :

Y = 2.2.2.2 Beban Tanah Isian (Gt)

Gt1Gt3Gt4Gt2

Gambar 2.16 Beban Tanah IsianPerhitungan beban akibat tanah isian = Volume x tanah

W1W2W3W4W5W6W7W8W9W10W11W12W13W14W15W16W17A16016080190130707080505040135802.2.2.3Beban Akibat Beban Sendiri Abutment dan Sayap

Gambar 2.17 Beban Akibat Berat Sendiri Abutmen dan SayapPerhitungan Beban Abutmen dan Sayap = A x B x beton2.2.2.4 Beban Khususa. Gaya Sentrifugal (S)Jembatan Kali Tenggang direncanakan merupakan jembatan lurus sehingga untuk gaya sentrifugal pada jembatan dianggap tidak ada karena jari-jari tikungan pada jembatan dianggap nol. S = 0b. Gaya Akibat Aliran Air dan Tumbukan Benda-benda Hanyutan (Ah)Tidak terjadi gaya aliran karena abutmen jembatan Tenggang ini tidak mengalami gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan Ah = 02.2.3 Kombinasi PembebananKonstruksi jembatan beserta bagian-bagiannya harus ditinjau terhadap kombinasi pembebanan dan gaya yang mungkin bekerja. Sesuai dengan sifat- sifat serta kemungkinan-kemungkinan pada setiap beban, tegangan yang digunakan dalam pemeriksaan kekuatan konstruksi yang bersangkutan dinaikkan terhadap tegangan yang diijinkan sesuai keadaan elastis.Tegangan yang digunakan dinyatakan dalam prosen terhadap tegangan yang diijinkan sesuai kombinasi pembebanan dan gaya seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Kombinasi PembebananKombinasi Pembebanan dan GayaTegangan yang digunakan dalam prosen terhadap tegangan izin keadaan elastis

I. M + (H+K) + Ta + TuII. M + Ta + Ah + Gg + A + SR + TmIII. Kombinasi I + Rm + Gg + A+ SR + Tm + SIV. M + Gh + Tag + Gg + Ahg + TuV. M + P1VI. M + (H+K) + Ta + S + Tb 100%125%140%

150%130%150%

(Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya SKBI-1.3..28.1987,Bab III, Pasal 5, Halaman 21)Dimana :A:beban anginAh:gaya akibat aliran dan hanyutanAhg:gaya akibat aliran dan hanyutan pada waktu gempaGg:gaya gesek pada tumpuan bergerakGh:gaya horisontal ekivalen akibat gempa bumi(H+K):beban hidup dengan kejutM:beban matiP1:gaya - gaya pada waktu pelaksanaanRm:gaya remS:gaya sentrifugalSR:gaya akibat susut dan rangkakTm:gaya akibat perubahan suhuTa:gaya tekanan tanahTag:gaya tekanan tanah akibat gempa bumiTb:gaya tumbuk

MRmH+kGgPpTaGhGcGtTu:gaya angkat

Gambar 2.18 Kombinasi Pembebanan2.3 Pemeriksaan Kestabilan AbutmenPemeriksaan kestabilan abutmen meliputi :1. kontrol daya dukung tanah 2. kontrol abutmen terhadap gaya geser 3. kontrol abutmen terhadap guling

2.3.1 Kontrol Daya Dukung TanahDengan adanya beban-beban horisontal yang bekerja pada abutmen, yang telah dikombinasikan dengan beban-beban lain yang ada, menyebakkan pada abutmen terjadi beban eksentris. Beban eksentris terjadi bila beban yang bekerja tidak terletak pada titik pusat suatu bidang dasar pondasi. Perhitungan daya dukung batas untuk beban eksentris dapat dilakukan dengan cara konsep lebar manfaat.Eksentrisitas akibat gaya - gaya dan momen yang bekerja :ex = My/V ey = Mx/V Penampang efektif abutmen :B efektif (B) = B - (2.ex)L efektif (L) = L - (2.ey)Aefektif = Befektif x Lefektif

Gambar 2.19 Luas Efektif Daerah Penerimaan BebanMenggunakan rumus daya dukung tanah Terzaghi: (sumber: Suyono S /Kazuto,mekanika tanah dan teknik pondasi : 31)qult = ( x c x Nc) + ( x B x x N) + ( x Df x Nq)dengan,qult: daya dukung tanah ultimite (t/m2)c: kohesi (t/m2): berat isi tanah (t/m3), : faktor bentuk dimensi pondasiNc, N, Nq: faktor daya dukung OhsakiB: lebar pondasi (m)Df: kedalaman pondasi (m)

Tabel 2.3 Koefisien Daya Dukung TerzaghiNc NqN NcNqN

05.711.0003.811.000

57.321.6404.481.390

109.642.701.25.341.940

1512.84.442.46.462.731.2

2017.77.434.67.903.882.0

2525.112.79.29.865.603.3

3037.222.520.012.78.325.4

3557.841.444.016.812.89.6

4095.681.2114.023.220.519.1

4517217332034.135.127.0

(Sumber: Suyono S /Kazuto,Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi : 31Tabel 2.5 Faktor BentukFaktor BentukBentuk Pondasi

MenerusBujur SangkarPersegiLingkaran

1.01.31.0+0.3(B/L)1.3

0.50.40.5-0.1(B+L)0.3

(Sumber: Suyono S /Kazuto,Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi : 31)syarat daya dukung ijin :

Dengan :q ijin: daya dukung tanah yang diijinkan (t/m2)qult: daya dukung tanah ultimite (t/m2)SF: faktor keamanan (diambil angka 2,5 3,0)

Gambar 2.20 Diagram Tegangan TanahHarga q ijin dibandingkan dengan tegangan kontak vertikal maksimum (maks) yang bekerja.q ijin > qmaks(tinjauan terhadap daya dukung tanah aman)q ijin < qmaks(tinjauan terhadap daya dukung tanah tidak aman)Tegangan tanah yang terjadi dihitung dengan persamaan :

maks, min = Dengan :qmaks, min: tegangan kontak vertikal (t/m2)V: gaya vertikal (ton)A: luas pembebanan (m2)B: lebar dasar pondasi (m)L: panjang pondasi (m)Mx: momen memutar sumbu x (t.m)My: momen memutar sumbu y (t.m)2.3.2. Kontrol Abutmen Terhadap Geser Abutmen jembatan harus mampu menahan gaya lateral berupa gaya geser horisontal. Daya tahan abutmen bagian dasar terhadap gaya geser ini dipengaruhi oleh kohesi antara dasar abutmen dengan tanah di bawahnya dan beban vertikal yang ditahan abutmen. Bila gaya penahan geser yag diperoleh tidak mencukupi, maka untuk memperbesar gaya penahan geser dari dasar pondasi abuutmen dapat dibuat rusuk pada dasar pondasi.Gaya penahan geser jika dibuat rusuk : Hu = CB.A1 + V tan BKeterangan : Hu: gaya penahan geser pada dasar pondasiCB: kohesi antara dasar pondasi dengan tanah pondasi (t/m2)B: sudut geser antara dasar pondasi dengan tanah pondasiA1: luas pembebanan efektif (m2)V: beban verticalTabel 2.6 Sudut geser serta kohesi antara dasar pondasi dengan tanah pondasiKondisiSudut geser (koeffisien geser tan B)Kohesi

Tanah dengan betonB = 2/3 CB = 0

Batuan dengan betontan B = 0,6CB| = 0

Tanah dengan tanah atau batuan dengan batuanB = CB| = C

(Sumber : Dr. Ir., Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa, 1994 Mekanika Tanah dan Teknik PondasiHal: 87.)Gaya mendatar yang bekerja pada pondasi abutmen tidak boleh melebihi gaya penahan geser yang ada kurang dari faktor yang disyaratkan, maka dimensi abutmen perlu diasnalisis kembali dengan memperbesar dimensi yang ada, atau dengan memasang tiang pancang. Hal ini dapat menambah gaya penahan geser yang ada:

Gambar 2.21 Tiang Pancang sebagai Penahan Gaya Geser

Gaya penahan geser yang diijinkan dari tanah pondasi dihitung dengan persamaan sebagai berikut : SF = Keterangan :Hu: gaya penahan geser pada dasar pondasiHx: gaya mendatarSF: faktor keamanan untuk jembatan jalan raya, diambil > 2(Sumber : Dr. Ir., Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa, 1994 Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi)2.3.3 Kontrol Abutmen Terhadap Guling

Gambar 2.22 Analisa Kestabilan terhadap Gaya GulingKontrol terhadap guling dilakukan dengan membandingkan momen penahan guling terhadap momen guling. Untuk keamanan nilai perbandingan itu harus lebih besar atau sama dengan 1,50 seperti dinyatakan dalam persamaan berikut :

SFguling = > 1,5Keterangan :Mt = momen tahan = N.B Mg = momen guling = H.Zf(Sumber : Dr. Ir., Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa, 1994 Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi,Hal : 81)2.4. Perencanaan Sayap Abutment

Gambar 2.23 Tekanan Tanah pada Sayap1. Momen Mmaks = Ta x XDimana :T = tekanan tanahX = jarak (m)Mu = 1,6 Mmaks 2.tebal efektif pelatdx = h - p - dimana : dx = tinggi efektif xh = tebal sayapp = tebal penutup beton /selimut beton = perkiraan diameter tulangan yang digunakan

q4q3q2q12.5Perencanaan Plat Injak

Gambar 2.24 Perencanaan Plat Injak1.Menghitung Bebanq = beban merata per meter panjangdimana qtotal = q1 + q2 + q3 + q4q1= berat kendaraan senilai berat tanah ( = 2,00 t/m3)q2= perkerasan aspal ( = 2,20 t/m3)q3= sirtu ( = 2,00 t/m3)q4= plat injak ( = 2,50 t/m3)q5= plat injak ( = 2,50 t/m3) Tulangan utamaTulangan bagiGambar 2.25 Plat InjakTinggi Efektif

d = h - p -

Ru = Dimana :d= tinggi efektifh = tebal pondasip = selimut beton = perkiraan diameter tulanganb = lebar per 1 meter Ru = tegangan batas Mu = momen berfaktor pada penampan

2.6 Perencanaan Penulangan Abutmen Untuk perencanaan penulangan abutmen, didasarkan pada SKSNI T-15 -1991-03 serta Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, karya Ir W. C. Vis dan Ir Gideon Kusuma M. Eng 1997.

II

Gambar 2.26a tampak atas abutmen

Gambar 2.26b Potongan I-I Pembagian Penulangan AbutmenUntuk memperjelas dari langkah penulangan maka digunakan flow chart penulangan berikut ini :

MulaiData tanah, data struktur (, , c, fy, fc, h, b, p)Beban V, beban HMomen (Mu = 1,2 Momen Mati + 1,6 Momen Hidup)Gaya lintang (Vu = 1,2 Beban Mati + 1,6 Beban Hidup)Diameter (d = h p - D) (grafik dan tabel perhitungan beton bertulang Gideon)min < < maksmaka dipakai < minmaka dipakai min > maksTulangan utama (A)A = . b . d Pilih tulanganADiameter diubah

ATulangan bagi (As)As = 20 % APilih tulanganKontrol terhadap geserSyarat : vu < vcTidak perlu tulangan geserPerlu tulangan geservs = vu vcPilih tulanganRekapitulasi penulanganGambar denah penulanganSelesaiYaTidak

Gambar 2.27 Bagan Alir Penulangan Abutmen2.6.1Langkah Perencanaan Penulangan Potongan I-I A.Analisa pembebanan, yang meliputi :1. Gaya-gaya yang bekerja pada potongan I-I2. Kombinasi pembebananGaya-gaya yang diperhitungkan meliputi :a. Gaya Tekan Tanah (Ta)b. Berat Sendiri abutment (Gc)c. Beban Plat Injak (Pi)Perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada potongan I-Ia. Tekanan tanah (Ta)1.Tekanan tanah aktif Akibat kohesi

C = (2 x c x x H) X L Tekanan tanah akibat beban merata di atas tanahTa1= q x Ka x H Tekanan tanah aktif akibat berat sendiri tanah Ta2 = ( x H2 x m x Ka) x Lb.Berat sendiri abutmen (Gc)Gc = Luas x lebar x betonc. Beban plat injak (Pi)MPp= Pp . XMPpu= 1,2 . MPpu2. Kombinasi pembebanan pada potongan I-IMomen berfaktor (Mu) = 1,2 Mx + 1,6 My Kombinasi IM = MGc + Mm + MH + MPp + MGt + MTaKombinasi IIM = MGc + MG + MM + MF + MTaKombinasi IIIM = Mkombinasi I + MRm + MGbKombinasi IVM = MM + MGc + MA + MPp + MTa + MGhDari perhitungan di atas diambil momen yang paling maksimum/paling besar.B.Perhitungan Tulangana. Tinggi efektifd = h - p - D - Ddimana :d = tinggi efektifh = tebal pondasip = selimut betonMenurut SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.16.7 disebutkan bahwa beton yang dicor langsung di atas tanah dan langsung berhubungan dengan tanah, tebal selimut minimum diperkirakan 70 mm. = perkiraan diameter tulangan yang digunakan

Ru = Dimana :Ru = tegangan batasMu = momen berfaktor pada penampangB= lebar per meter d = tinggi efektif Di dapat Nilai dari perhitungan : Untuk seluruh mutu beton:

= x x (1- 0,588 x x )x10didapat nilai Dari perhitungan Ru maka dapat dicari nilai dari tabel A dengan cara interpolasi, dimana min > > max. Apabila nilai yang didapat adalah < min, maka untuk perhitungan luasan dapat dipakai min . Apabila nilai yang didapat adalah > min, maka untuk perhitungan luasan dapat dipakai tersebut .(Sumber : Ir. Sudarmanto, Msc, 1996 Konstruksi beton 2 dan W.C.Vis,1993 dan Grafik dan Tabel perhitungan beton Bertulang, berdasarkan SKSNI T-15-1991-03)b. Menghitung tulangan utama (As)As = x b x dDimana :As = luas tulangan = rasio tulangan tarik non pratekanb = lebar per 1meterd = tinggi efektifc. Menghitung Tulangan BagiMenurut SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.16.12

Untuk fy = 240 Mpa, As =

Untuk fy = 400 Mpa, As = Dimana :As = luasan tulanganb = lebar per 1 meterh = tebal pondasid. Kontrol terhadap geserVu = 1,2 V

Vu =

Vc =1/6. b.d. , dengan nilai = 0,60Dari grafik dan tabel Perhitungan Beton Bertulang karya Ir Gideon kusuma M Eng, dengan mutu beton fc yang telah ditentukan maka akan diperoleh Vc sebagai kontrol terhadap gaya geser yang terjadi.Syarat : 1.Vu < Vc..konstruksi aman2.Vu >Vc..konstruksi tidak amanApabila Vu > Vc (konstruksi tidak aman) maka alternatif pemecahannya adalah dengan menggunakan sengkang. Vs = Vu - Vc

Av = (SK SNI T - 15 1991- 03 pasal 3.4.5.6.2)Dimana :Av : luas tulangan geserVs: kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geserS : jarak tulanganF: mutu tulangand: tinggi efektifApabila Vu max maka untuk perhitungan luasan dipakai tersebut, tetapi jika < min, maka untuk perhitungan luasan dapat dipakai min, sehingga dapat ditentukan luas tulangan yang dibutuhkan As = * b * hDimana : As = luasan tulanganb = lebar per 1 meterh = tinggi rencanaDengan mengetahui As yang diperlukan dapat ditentukan diameter tulangan utama yang sebaiknya digunakan3. Tulangan bagiAs tulangan bagi= 20% x AsDimana : As= luasan tulanganb = lebar per 1 meterh = tinggi rencanaDengan mengetahui As yang diperlukan dapat ditentukan diameter tulangan bagi yang sebaiknya digunakan

Tulangan utamaTulangan BagiGambar 2.32 Denah Penulang Plat Injak

2.6 2.9 Network Planning (NWP)Network Planning berisi tentang urutan kerja dari sebuah proyek, yang berdasarkan pada urutan kepentingan dari masing-masing pekerjaan yang ada. Dengan adanya Network Planning ini kita dapat bekerja seefisien mungkin dan dapat menyelesaikan tepat waktu.

Gambar 2.33 Lingkaran Kejadian

Dimana :N: Nomor kejadianEET: Earliest Event Time (waktu kejadian paling awal)LET: Latest Event Time (waktu kejadian paling lambat)

Setiap pekerjaan memiliki bobot berbeda-beda sehingga akan muncul pekerjaan prioritas dan pekerjaan sampingan yang akan membentuk bagan alir dari keseluruhan urutan pekerjaan tersebut. Berikut adalah contoh dari bagan alir tersebut.

Gambar 2.33 Bagan Alir NWP

2.7 Rencana Kerja dan Syarat syaratRencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) adalah pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh konsultan yang umumnya dijadikan bahan untuk ,lelang dan menjadi acuan dalam membuat anggaran biaya penawaran. Dengan kata lain, Rencana Kerja dan Syarat-syarat adalah dokumen untuk mewujudkan gagasan atau rencana bangunan.Rencana Kerja dan Syarat-syarat terdiri atas :a. Syarat-syarat umum Persyaratan umum yang meliputi : peraturan umum pemberi tugas, konsultan dan kontraktor peserta lelang spesifikasi teknis/bestek dan gambar serta keadaan lapangan pemberian penjelasan (Aan wizjizing) sistem penyampaian dokumen penawaran pembukaan surat penawaran penawaran dinyatakan gugur pelaksanaan pekerjaan perubahan kegiatan pekerjaan penetapan ukuran-ukuran dan perubahan-perubahan direksi keet, penjagaan dan penerangan kesejahteraan dan keselamatan kerja penggunaan bahan bangunan keadaan kahar kenaikan harga dan force majeure masa konstruksi uraian mengenai RKS dan gambar kerja lain-lain.

b. Syarat-syarat administratif Persyaratan administratif yang meliputi : lingkup pekerjaan surat perjanjian kontrak pekerjaan borongan pemberitahuan untuk memulai pekerjaan cara pembayaran penundaan pembayaran pertama jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan jangka waktu pelaksanaan dan penyerahan pekerjaan perpanjangan waktu pelaksanaan masa pemeliharaan sanksi dan denda penyelesaian perselisihan rencana kerja laporan hasil pekerjaan pekerjaan tambahan dan pengurangan dokumentasi asuransi penghentian dan pemutusan kontrak.

c. Syarat-syarat teknis Syarat-syarat bahan : peraturan-peraturan yang terkait pemeriksaaan gambar-gambar rencana gambar-gambar pelaksanaan perubahan-perubahan terhadap rancangan dasar semen Portland agregat halus agregat kasar agregat campuran air baja tulangan untuk beton penyimpanan material pembuatan direksi keet dan gudang pengaturan lalu lintas, pembongkaran jembatan dan jembatan darurat pembersihan dan penebangan pohon pekerjaan pengukuran pekerjaan galian pondasi tiang pancang pekerjaan pondasi tiang pancang beton pekerjaan pembesian/penulangan acuan beton perancah mutu beton pengecoran beton pengadukan beton pekerjaan beton perawatan beton pembongkaran acuan dan perancah perbaikan komponen beton pekerjaan urugan mobilisasi

2.8Rencana Anggaran Biaya2.8.1Volume bahan, tenaga kerja dan alatPada dasarnya untuk setiap perhitungan suatu proyek harus terlebih dahulu menghitung jumlah tenaga kerja, bahan dan peralatan yang nantinya setiap item akan diakumulasikan dengan harga tertentu.Dalam perhitungan volume bahan dihitung tiap unit pekerjaan yang berbeda bahan maupun dimensinya, dengan menghitung luas penampang dan dikalikan dengan panjang pekerjaan.Untuk menghitung jumlah pekerja diperkirakan dengan dasar jenis volume pekarjaan, tingakat kesulitan pekerajaan lama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan itu.2.8.2 Daftar Kuantitas Pekerjaan (bill of quantity)Bill of quantity merupakan daftar kuantitas pekerjaan yang didapat dari hasil perhitungan volume pekerjaan dalam calculation sheet.

2.8.3 Analisa harga satuanDalam perhitungan harga didasarkan pada SNI terbaru keluaran Dirjen Bina Marga untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah dan jumlah volume pekerjaan pada proyek yang telah dihitung.

Tabel 2.6 Analisa Harga Satuan PekerjaanNoUraianUnitKuantitasHarga SatuanJumlah Harga

2.8.4 Rekapitulasi awal dan akhirRekapitulasi awal berisikan total dari harga satuan pekerjaan pada proyek yang akan dilaksanakan,

Tabel 2.7 Rekapitulasi awalNoJenis PekerjaanVolumeUnitHarga SatuanJumlah Harga

Sedangkan rekapitulasi akhir merupakan total harga dari harga per unit pada rekapitulasi awal.

Tabel 2.8 Rekapitulasi akhirNoUraian PekerjaanHarga

Perencanaan Abutment Jembatan SolotiangKabupaten Purworejo,Provinsi Jawa TengahPolteknik Negeri Semarang65