Bab ii
-
Upload
stiawan-akbar -
Category
Documents
-
view
402 -
download
36
Transcript of Bab ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Tentang Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003), bahwa
pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Jadi pengetahuan dapat disimpulkan, bahwa pengetahuan sangatlah
penting dalam terbentuknya pengambilan keputusan atau tindakan yang akan
di ambil. Pengetahuan juga tidak hanya di dapat dengan membaca buku dan
belajar, tapi pengetahuan bisa juga di dapat dari pengalaman sendiri atau
pengalaman oranng lain.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah-
laku suatu indivindu atau masyarakat yang diinginkan. Bagaimana individu itu
8
9
berpikir berbuat sebagai suatu unit pengetahuan yang diberikan. Pengetahuan
yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena sebab itu, tahu
ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
10
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
digambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menujukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-fermulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi untuk penilain terhadap suatu materi atau objek atau materi
penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3 Proses Berurutan Sebelum Terbentuknya Pengetahuan
Proses berurutan sebelum terbentuknya pengetahuan menurut Rogers
(1974), dikutip dari Notoatmodjo (2003) adalah:
1. Kesadaran (Awarness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).
11
2. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulasi atau objek tersebut.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulasi
tersebut bagi dirinya.
4. Mencoba (Trial) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
apa yang diketahui stimulus.
5. Penyesuaian (Adaption) dimana subjek telah berperilaku (praktek) baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005),
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Cara tradisional atau non ilmiah
a. Cara coba salah (Trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain, apabila
kemungkinan ini tidak berhasil juga maka dicoba kemungkinan yang
lain lagi dan seterusnya.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Cara ini yaitu memperoleh pengetahuan berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
12
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
d. Melalui jalan pikiran
Yaitu, manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya, dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini desebut metode
penelitian ilmiah, yaitu dengan menggunakan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil
pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya
diambil kesimpulan umum. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas.
13
2.1.5. Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan dapat juga diperoleh melalui pendidikan kesehatan
karena pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok,
dan individu dengan harapan pengetahuan tentang kesehatan lebih baik
sehingga pengetahuan diharapkan dapat perngaruh terhadap perilaku.
Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan yaitu metode
materi/petugas yang melakukan, alat bantu/alat peraga pendidikan. Alat
peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan sehingga pesan
kesehatan dapat disampaikan lebih jelas. Dengan alat peraga orang dapat lebih
mengerti fakta kesehatan sehingga meraka dapat menghargai betapa
bernilainya kesehatan bagi kehidupan. Alat peraga yang sederhana dapat
digunakan seperti: leaflet, poster, model buku bergambar.
Dengan adanya alat peraga sederhana ini diharapkan keluarga tetap
ingat dengan pesan-pesan /penyuluhan yang diberikan. Supaya peserta dapat
berpartisipasi dalam penyuluhan/pendidikan kesehatan maka metode yang
dapat digunakan yaitu diskusi kelompok, karena semua anggota kelompok
dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi sehingga tiap anggota kelompok
bebas mengeluarkan pendapat (Notoatmodjo, 2007).
14
2.1.6 Pengetahuan Tentang Cara Memelihara Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui
oleh seorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang
cara memelihara kesehatan ini meliputi:
a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular antara lain jenis
penyakit dan tanda-tandanya, penyebabnya.
b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan.
c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional
maupun yang tradisional.
d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan rumah tangga maupun
kecelakaan lalulintas dan tempat-tempat umum.
e. Pengetahuan terhadap penyakit menular dan bagaimana cara penularanya.
f. Pengetahuan bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit menular.
Untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti diatas adalah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui
pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan
adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya
persentase kelompok responden tentang kesehatan atau besarnya persentase
kelompok responden tentang variabel-variabel atau komponen komponen
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
15
2.2 Konsep Teori Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial
dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 2004).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2005).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya, 2004).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
16
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2.2.2 Struktur Keluarga
1. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4. Patrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.2.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
17
2. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
2.2.4 Macam-Macam Bentuk/Struktur Keluarga
1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar)
18
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya: dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
19
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti: perceraian atau ditinggal
mati.
2. Non tradisional
a. He unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners).
20
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
21
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.2.5 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah:
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2. Peranan ibu:
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
22
3. Peranan anak:
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.2.6 Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis:
a. Meneruskan keturunan.
b. Memelihara dan membesarkan anak.
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis:
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d. Memberikan identitas keluarga.
e. Fungsi sosialisasi:
f. Membina sosialisasi pada anak.
g. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
h. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi ekonomi:
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
23
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
4. Fungsi pendidikan:
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
2.3 Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberckulosis paru adalah penyakit yang di sebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak si
penderita TB Paru (Silvia Andreson Price, 2000).
Tuberkolosis paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis sebagian besar kuman
TB Paru menyerang paru-paru (Depkes RI, 2004).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis
paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis melalui percikan dahak penderita, yang
24
mempunyai sifat tahan asam yang dapat menyerang organ lain selain paru-
paru.
2.3.1 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1 – 4 µm
dan tebal 0,3 – 0,6 µm. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga
kuman tahan terhadap asam. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi yaitu apical/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit tuberkulosis (Irman, 2009).
2.3.2 Gejala
Gejala-gejala umum yang ditemukan pada penderita tuberkulosis
paru menurut Irman (2009), dalam dede herawati adalah:
1. Demam: subfebris, febris (40 – 41 ˚C) hilang timbul.
2. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka
waktu lama (> 3 minggu).
3. Sesak napas: timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai
setengah paru.
4. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura, sehingga menimbulkan pleuritis.
25
5. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam tanpa
sebab.
2.3.3 Patogenesis
Perjalan penyakit tuberkulosis paru dimulai pada saat basil
tuberkulosis masuk kedalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil
tuberkulosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus
primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional yang membesar membentuk komplek primer,
komplek primer terjadi hipersensivitas terhadap tuberkulo protein yang dapat
diketahui dari uji tuberculin.
Basil tuberkulosis terhirup dan masuk ke sistem mukosilier saluran
nafas sehingga dapat mencapai dan bersarang di bronkiolus serta alveolus.
Basil tuberkulosis berkembang biak dan menyebar melalui saluran /kelenjar
limfe dan aliran darah tanpa perlawanan yang berarti dari penjamu karena
belum ada kekebalan awal. Di dalam alveolus terjadi reaksi inflamasi non
spesifik. Makrofag didalam alveolus akan memfagositosis sebagian basil
tuberkulosis tersebut tetapi belum mampu membunuhnya sehingga basil
tuberkulosis dalam makrofag umumnya dapat tetap hidup dan berkembang
biak.
Basil tuberkulosis yang menyebar melalui saluran limfe mencapai
kelenjar limfe regional, sedangkan yang melalui aliran darah akan mencapai
26
berbagai organ tubuh. Lesi pertama di alveolus, infeksi kelenjar limfe akan
membentuk komplek primer. Dari kelenjar limfe hasil tuberkulosis dapat
menyebar melalui saluran limfe dan saluran darah keorgan lainnya. Terutama
organ dengan tekanan oksigen yang tinggi seperti hati, ginjal, tulang, otak dan
bagian paru lainnya (Nadesul, 2000).
2.3.4 Komplikasi Penderita Tuberkulosis Paru
Menurut Depkes RI (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita tuberkulosis paru stadium lanjut adalah:
1. Hemop berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura).
5. Penyebaran infeksi ke organ lain, seperti: otak, tulang, persendian, ginjal.
6. Insufisiensi kardio pulmoner.
2.3.5 Penularan TB Paru
Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber penularan penyakit
tuberkulosis adalah pasien yang pada pemeriksaan dahaknya dibawah
mikroskop ditemukan adanya kuman Mycobakterium tuberculosiss, disebut
dengan basil tahan asam (BTA). Makin tinggi derajat positif hasil
27
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Dan banyak juga
tergantung dari beberapa faktor seperti: jumlah kuman yang ada, virulensi
kuman dan daya tahan tubuh yang terinfeksi (Aditama, 2006).
Penularan tuberkulosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar
fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru karena jaringan paru mudah
terkena infeksi tuberkulosis. Tetapi, bukan tidak mungkin juga dari paru
kuman TB beredar ke bagian tubuh lain, seperti: tulang, selaput otak, serta
kelenjar leher (Aditama, 2006).
Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk
Droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan
diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB
masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian
tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
28
menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI 2002).
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus dan terus berjalan sehinga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB
berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa
kuman TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4 - 6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (Depkes RI 2008).
29
Pengaruh Infeksi HIV: Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas
sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi
infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula (Depkes RI
2002).
2.3.6 Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru
Orang yang paling rentan mendapat/tertular kuman TB Paru adalah
orang yang sering berada di dekat penderita, seperti anggota keluarga, teman
atau rekan kerja. Karena orang yang terdekat dan paling sering
kontak/berkomunikasi dengan penderita adalah keluarganya, maka orang
mengetahui dan menduga penyakit TB Paru adalah penyakit keturunan dan
sulit untuk disembuhkan. Sehingga perlu adanya pemahaman dan tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh penderita dan keluarga untuk mencegah
penularan/penyebaran penyakit.
Meskipun penderita tinggal di lingkungan yang kurang sehat dan
kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung diharapkan penderita dan
orang-orang yang ada disekitarnya/keluarga melaksanakan perilaku hidup
sehat/tindakan-tindakan pencegahan dengan benar sesuai anjuran/arahan
petugas puskesmas dalam upaya menekan semakin meningkatnya angka
30
kesakitan dan kematian yang disebabkan TB Paru di masyarakat (Riskesda
2008:105).
Dalam melakukan tindakan pencegahan penularan TB Paru BTA
Positif terhadap anggota keluarga penderita TB Paru BTA Positif tentunya
anggota keluarga dan penderita harus memiliki pengetahuan tentang tindakan
pencegahan penularan antara lain:
a. Penderita menutup mulut saat batuk
Perlindungan terhadap pemaparan penderita TB Paru perlu
diperhatikan karena penularan pada penderita didapat dari penderita TB
Paru. Pencegahan penularan penyakit pada anggota keluarga yang lain
dengan cara menutup mulut apabila batuk atau bersin, supaya kuman
tuberkulosis tidak menyebar ke orang lain melalui percikan ludah.
b. Menyediakan tempat khusus untuk membuang dahak/sputum
Cara membuang dahak yang aman dengan cara menyediakan
tempat khusus misalnya ember kecil yang tertutup dan diberi bahan
pembunuh kuman seperti lisol, karbol atau air sabun, selanjutnya dahak
yang telah ditampung, buang ke kamar mandi dan siram dengan air yang
bersih.
c. Status gizi.
Status gizi yang baik akan berperan dalam proses penyembuhan,
pencegahan terjadinya penyakit khususnya penyakit infeksi. Setiap
manusia memerlukan makanan yang cukup gizi yang dibutuhkan oleh
31
tubuh, karena apabila gizi kurang maka akan mempermudah penyebaran
basil tuberkulosis dalam tubuh. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pemenuhan makanan bergizi pada penderita tuberkulosis paru
mengakibatkan daya tahan tubuh penderita TB Paru akan menurun dan
tubuh akan kekurangan gizi. Makanan merupakan bahan organik yang
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: protein, karbohidrat, lemak.
Walaupun demikian zat gizi termasuk setiap bahan yang memberikan gizi
atau yang dapat digunakan oleh tubuh, misalnya air, mineral, garam dan
vitamin (Berg dan Sayogya, 2000).
d. Lingkungan Rumah
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia, rumah yang baik adalah rumah yang mempunyai syarat rumah
yang sehat seperti: ventilasi, cahaya matahari dan adanya jendela.
Kebersihan lingkungan dan keadaan rumah yang sehat diperlukan
perawatan tuberkulosis paru karena keadaan rumah yang lembab, ventilasi
yang tidak ada, kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Jika dilihat dari penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan menjadi droplet nuclei dalam udara.
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1
sampai 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
baik dan tidak kelembaban ruangan. Kuman dapat bertahan hidup pada
udara kering maupun dingin hal ini karena kuman bersifat dormant dan
32
aerob sifat ini menunjukkan bahwa kuman dapat bangkit kembali dan
menjadi tuberkulosis aktif (Depkes, 2008).
e. Memisahkan Alat Makan
Memisahkan alat-alat makan, minum, yang telah digunakan
penderita serta mencuci alat-alat yang telah digunakan dengan air panas
dan sabun supaya kuman yang menempel pada alat-alat tersebut mati
Perlindungan terhadap pemaparan penderita perlu diperhatikan karena
apabila telah diobati tetapi masih juga sakit kemungkinan penyembuhan
sulit dicapai, hal ini dikarenakan terjadinya pemaparan oleh kuman
tuberkulosis. Pemaparan kuman tuberkulosis dapat terjadi dimana saja
seperti dalam rumah, sekitar rumah, tempat-tempat umum seperti sekolah,
pasar, rumah sakit, terminal, sarana angkutan umum lainnya (Depkes RI,
2008).
f. Pemberian vaksin BCG
Pemberian vaksin BCG pada bayi dapat menurunkan risiko
penyakit TB Paru karna vaksin BCG dapat meningkatkan daya tahan tubuh
supaya tidak mudah terserang penyakit. Untuk itu pentingnya pengetahuan
keluarga untuk memberikan vaksin BCG pada anaknya.
2.3.7 Pengobatan
Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat
penularan. Jenis obat Tuberkulosis ada 5 yaitu:
33
1. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapt membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB.
2. Rimafisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama
untuk pengobatan harian maupun intermiten.
3. Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan
untuk pengobatan intermiten dengan dosis 35 mg/kg BB.
4. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan
untuk pengobatan intermiten digunakan dosis yang sama.
5. Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB,
sedangkan pengobatan intermiten dengan dosis 30 mg/kg BB.Obat TBC
diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6 – 8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh.
34
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis
tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong (sebelum makan pagi). Apabila
paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, jangka waktu
pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat
(resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan
perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang pengawas
menelan obat (PMO).
Menurut Aditama (2006), pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Obat harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed
Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal intensif dan
tahap lanjutan.
Pengobatan TB Paru Tahap awal (intensif) terdiri dari:
1. Pada tahap intensif (awal pasien mendapat 3 tau 4 obat sekaligus setiap hari
selama 2 bulan dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
2. Bila pengobtan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 1 – 2 bulan.
35
Pengobatan TB Paru Tahap lanjutan terdiri dari:
1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, 2 macam saja.
Namun dalam jangka waktu yang lebih lama biasanya 4 bulan.
2. Obat dapat diberikan setiap hari secara intermiten, beberapa kali dalam 1
minggu.
3. Tahap lanjutan penting adalah untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Seorang penderita kadang-kadang berhenti minum obat sebelum
masa pengobatan selesai. Petugas kesehatan harus mengusahakan agar
penderita yang putus berobat kembali ke unit pelayanan kesehatan.
Pengobatan yang diberikan tergantung pada tipe penderita, lamanya
pengobatan sebelumnya, lamanya putus berobat dan bagaimana hasil
pemeriksaan dahak sewaktu dia kembali berobat Pengobatan yang dilakukan
di rumah harus diberikan secara teratur apabila pengobatan tidak teratur akan
menyebabkan tubuh resisten terhadap obat anti tuberkulosis, pemberian
dilakukan setiap hari (Aditama, 2006).
Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pemberian obat pada
penderita tuberkulosis seperti: tata cara minum obat, lama pengobatan,
perlunya berobat secara tekun dan teratur tanpa terputus untuk kesembuhan
penderita sendiri, berobat tidak teratur akan membahayakan diri sendiri dan
keluarga, efek samping obat yang mungkin akan dialami oleh penderita
selama minum obat anti tuberkulosis seperti: mual, pusing, muntah sesudah
minum obat. Jadi pemberian dapat ditempuh dengan beberapa cara untuk
36
mengatasinya yaitu: minum obat malam hari sebelum tidur, minum obat
sesudah makan, dosis obat diberikan sesuai dengan umur dan berat badan
penderita (Depkes RI, 2008).
Penderita di instruksikan untuk minum obat secara teratur meskipun
dalam keadaan lambung kosong atau setidaknya 1 jam sebelum makan karena
makanan dapat mengganggu penyerapan obat. Akibatnya seringkali adanya
gangguan gastrointestinal. Penderita tuberkulosis yang mendapat INH harus
menghindari makan yang mengandung tiamin dan histamin (tuna, keju,
anggur merah, kecap, ekstra ragi) yang dapat mengakibatkan sakit kepala,
kemerahan, hipotensi, kepala terasa melayang, palpitasi, diaphoresis (Brunner
and Suddarth, 2002).
2.3.8 Hubungan Pengetahuan Anggota Keluarga TB Paru Dengan Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra
manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan di peroleh
dari pengalaman sendiri atau orang lain. Dan pengetahuan penderita dan
keluarga tehadap penyakit TB Paru adalah hal-hal yang di ketahui penderita
dan keluarga tentang penyakit TB Paru itu sendiri.
37
Tindakan pencegahan penularan penyakit pada anggota keluarga
yang lain dengan cara menutup mulut apabila batuk atau bersin, supaya
kuman tuberkulosis tidak menyebar ke orang lain melalui percikan ludah.
Cara membuang dahak yang aman dengan cara menyediakan tempat khusus
misalnya ember kecil yang tertutup dan diberi bahan pembunuh kuman seperti
lisol, karbol atau air sabun, selanjutnya dahak yang telah ditampung, buang ke
kamar mandi dan siram dengan air yang bersih.
Memisahkan alat-alat makan, minum, yang telah digunakan
penderita serta mencuci alat-alat yang telah digunakan dengan air panas dan
sabun supaya kuman yang menempel pada alat-alat tersebut mati.
Perlindungan terhadap pemaparan penderita perlu diperhatikan karena apabila
telah diobati tetapi masih juga sakit kemungkinan penyembuhan sulit dicapai,
hal ini dikarenakan terjadinya pemaparan oleh kuman tuberkulosis.
Pemaparan kuman tuberkulosis dapat terjadi dimana saja seperti dalam rumah,
sekitar rumah, tempat-tempat umum seperti sekolah, pasar, rumah sakit,
terminal, sarana angkutan umum lainnya (Depkes RI, 2008).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber penularan penyakit
tuberkulosis adalah pasien yang pada pemeriksaan dahaknya dibawah
mikroskop ditemukan adanya kuman Mycobakterium tuberculosiss, disebut
dengan basil tahan asam (BTA).
Pengetahuan Anggota Keluarga
TB Paru
Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru
38
2.4 Kerangka Konsep
Independen Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
39
2.5 Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat peneliti definisikan
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur1 Independen:
pengetahuan anggota keluarga tentang TB BTA Positif.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pengindraan mata dan telinga.
Wawancara Kuisioner 0: pengetahuan keluarga kurang baik bila nilai kurang dari 50%.
1: pengetahuan keluarga baik. Bila nilai lebih dari 50%
Ordinal
2 Dependen:
Tindakan pencegahan Penularan TB Paru.
Salah satu Tindakan pencegahan penularan penyakit pada anggota keluarga yang lain dengan cara menutup mulut apabila batuk atau bersin, supaya kuman tuberkulosis tidak menyebar ke orang lain melalui percikan ludah (droflet).Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan dahak).
Wawancara Kuisioner 0: jika tidak dilakukan pencegahan.
1: jika dilakukan Pencegahan.
Nominal
40
2.6 Hipotesis
1 Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
anggota keluarga Tentang TB BTA positif dengan tindakan
pencegahan penulaaran TB Paru.
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan anggota
keluarga Tentang TB BTA positif dengan tindakan
pencegahan penulaaran TB Paru