Bab ii

53
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tentang Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 8

Transcript of Bab ii

Page 1: Bab ii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tentang Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003), bahwa

pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Jadi pengetahuan dapat disimpulkan, bahwa pengetahuan sangatlah

penting dalam terbentuknya pengambilan keputusan atau tindakan yang akan

di ambil. Pengetahuan juga tidak hanya di dapat dengan membaca buku dan

belajar, tapi pengetahuan bisa juga di dapat dari pengalaman sendiri atau

pengalaman oranng lain.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah-

laku suatu indivindu atau masyarakat yang diinginkan. Bagaimana individu itu

8

Page 2: Bab ii

9

berpikir berbuat sebagai suatu unit pengetahuan yang diberikan. Pengetahuan

yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena sebab itu, tahu

ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

Page 3: Bab ii

10

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

digambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menujukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-fermulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi untuk penilain terhadap suatu materi atau objek atau materi

penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Proses Berurutan Sebelum Terbentuknya Pengetahuan

Proses berurutan sebelum terbentuknya pengetahuan menurut Rogers

(1974), dikutip dari Notoatmodjo (2003) adalah:

1. Kesadaran (Awarness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).

Page 4: Bab ii

11

2. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulasi atau objek tersebut.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulasi

tersebut bagi dirinya.

4. Mencoba (Trial) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

apa yang diketahui stimulus.

5. Penyesuaian (Adaption) dimana subjek telah berperilaku (praktek) baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005),

dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Cara tradisional atau non ilmiah

a. Cara coba salah (Trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain, apabila

kemungkinan ini tidak berhasil juga maka dicoba kemungkinan yang

lain lagi dan seterusnya.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Cara ini yaitu memperoleh pengetahuan berdasarkan pada

otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan.

Page 5: Bab ii

12

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

d. Melalui jalan pikiran

Yaitu, manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya, dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi.

2. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini desebut metode

penelitian ilmiah, yaitu dengan menggunakan pengamatan langsung

terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil

pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya

diambil kesimpulan umum. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas.

Page 6: Bab ii

13

2.1.5. Pengetahuan Kesehatan

Pengetahuan dapat juga diperoleh melalui pendidikan kesehatan

karena pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau

usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok,

dan individu dengan harapan pengetahuan tentang kesehatan lebih baik

sehingga pengetahuan diharapkan dapat perngaruh terhadap perilaku.

Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan yaitu metode

materi/petugas yang melakukan, alat bantu/alat peraga pendidikan. Alat

peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan sehingga pesan

kesehatan dapat disampaikan lebih jelas. Dengan alat peraga orang dapat lebih

mengerti fakta kesehatan sehingga meraka dapat menghargai betapa

bernilainya kesehatan bagi kehidupan. Alat peraga yang sederhana dapat

digunakan seperti: leaflet, poster, model buku bergambar.

Dengan adanya alat peraga sederhana ini diharapkan keluarga tetap

ingat dengan pesan-pesan /penyuluhan yang diberikan. Supaya peserta dapat

berpartisipasi dalam penyuluhan/pendidikan kesehatan maka metode yang

dapat digunakan yaitu diskusi kelompok, karena semua anggota kelompok

dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi sehingga tiap anggota kelompok

bebas mengeluarkan pendapat (Notoatmodjo, 2007).

Page 7: Bab ii

14

2.1.6 Pengetahuan Tentang Cara Memelihara Kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui

oleh seorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang

cara memelihara kesehatan ini meliputi:

a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular antara lain jenis

penyakit dan tanda-tandanya, penyebabnya.

b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi

kesehatan.

c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional

maupun yang tradisional.

d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan rumah tangga maupun

kecelakaan lalulintas dan tempat-tempat umum.

e. Pengetahuan terhadap penyakit menular dan bagaimana cara penularanya.

f. Pengetahuan bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit menular.

Untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti diatas adalah dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui

pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan

adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya

persentase kelompok responden tentang kesehatan atau besarnya persentase

kelompok responden tentang variabel-variabel atau komponen komponen

kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Page 8: Bab ii

15

2.2 Konsep Teori Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial

dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 2004).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2005).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-

masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan

Maglaya, 2004).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen

Kesehatan RI, 2007).

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

Page 9: Bab ii

16

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.

4. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.2.2 Struktur Keluarga

1. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

4. Patrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga

1. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

Page 10: Bab ii

17

2. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-

masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

2.2.4 Macam-Macam Bentuk/Struktur Keluarga

1. Tradisional

a. The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama

dalam satu rumah.

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah

memisahkan diri.

d. The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan

anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar

karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

e. The extended family (keluarga luas/besar)

Page 11: Bab ii

18

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakak-

nenek), keponakan, dll).

f. The single-parent family (keluarga duda/janda)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal

ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan

(menyalahi hukum pernikahan).

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa

berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).

h. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang

sama. Misalnya: dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

Page 12: Bab ii

19

k. The single adult living alone / single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti: perceraian atau ditinggal

mati.

2. Non tradisional

a. He unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa nikah.

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan

saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang

sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok / membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana

pasangan suami-istri (marital partners).

Page 13: Bab ii

20

f. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

beberapa alasan tertentu.

g. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,

berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

h. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu

sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam

waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan

bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

Page 14: Bab ii

21

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi

berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.2.5 Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi

dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan

dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan

yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peranan ayah:

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya.

2. Peranan ibu:

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping

itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya.

Page 15: Bab ii

22

3. Peranan anak:

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2.6 Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis:

a. Meneruskan keturunan.

b. Memelihara dan membesarkan anak.

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.

2. Fungsi Psikologis:

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

d. Memberikan identitas keluarga.

e. Fungsi sosialisasi:

f. Membina sosialisasi pada anak.

g. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

h. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi ekonomi:

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

Page 16: Bab ii

23

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa

yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).

4. Fungsi pendidikan:

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.3 Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberckulosis paru adalah penyakit yang di sebabkan oleh kuman

mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak si

penderita TB Paru (Silvia Andreson Price, 2000).

Tuberkolosis paru adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis sebagian besar kuman

TB Paru menyerang paru-paru (Depkes RI, 2004).

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis

paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis melalui percikan dahak penderita, yang

Page 17: Bab ii

24

mempunyai sifat tahan asam yang dapat menyerang organ lain selain paru-

paru.

2.3.1 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1 – 4 µm

dan tebal 0,3 – 0,6 µm. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga

kuman tahan terhadap asam. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang

menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki

kandungan oksigen tinggi yaitu apical/apeks paru. Daerah ini menjadi

predileksi pada penyakit tuberkulosis (Irman, 2009).

2.3.2 Gejala

Gejala-gejala umum yang ditemukan pada penderita tuberkulosis

paru menurut Irman (2009), dalam dede herawati adalah:

1. Demam: subfebris, febris (40 – 41 ˚C) hilang timbul.

2. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh

untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering

sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka

waktu lama (> 3 minggu).

3. Sesak napas: timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai

setengah paru.

4. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke

pleura, sehingga menimbulkan pleuritis.

Page 18: Bab ii

25

5. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan

menurun, sakit kepala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam tanpa

sebab.

2.3.3 Patogenesis

Perjalan penyakit tuberkulosis paru dimulai pada saat basil

tuberkulosis masuk kedalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil

tuberkulosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus

primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah

bening menuju kelenjar regional yang membesar membentuk komplek primer,

komplek primer terjadi hipersensivitas terhadap tuberkulo protein yang dapat

diketahui dari uji tuberculin.

Basil tuberkulosis terhirup dan masuk ke sistem mukosilier saluran

nafas sehingga dapat mencapai dan bersarang di bronkiolus serta alveolus.

Basil tuberkulosis berkembang biak dan menyebar melalui saluran /kelenjar

limfe dan aliran darah tanpa perlawanan yang berarti dari penjamu karena

belum ada kekebalan awal. Di dalam alveolus terjadi reaksi inflamasi non

spesifik. Makrofag didalam alveolus akan memfagositosis sebagian basil

tuberkulosis tersebut tetapi belum mampu membunuhnya sehingga basil

tuberkulosis dalam makrofag umumnya dapat tetap hidup dan berkembang

biak.

Basil tuberkulosis yang menyebar melalui saluran limfe mencapai

kelenjar limfe regional, sedangkan yang melalui aliran darah akan mencapai

Page 19: Bab ii

26

berbagai organ tubuh. Lesi pertama di alveolus, infeksi kelenjar limfe akan

membentuk komplek primer. Dari kelenjar limfe hasil tuberkulosis dapat

menyebar melalui saluran limfe dan saluran darah keorgan lainnya. Terutama

organ dengan tekanan oksigen yang tinggi seperti hati, ginjal, tulang, otak dan

bagian paru lainnya (Nadesul, 2000).

2.3.4 Komplikasi Penderita Tuberkulosis Paru

Menurut Depkes RI (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita tuberkulosis paru stadium lanjut adalah:

1. Hemop berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru.

4. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura).

5. Penyebaran infeksi ke organ lain, seperti: otak, tulang, persendian, ginjal.

6. Insufisiensi kardio pulmoner.

2.3.5 Penularan TB Paru

Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber penularan penyakit

tuberkulosis adalah pasien yang pada pemeriksaan dahaknya dibawah

mikroskop ditemukan adanya kuman Mycobakterium tuberculosiss, disebut

dengan basil tahan asam (BTA). Makin tinggi derajat positif hasil

Page 20: Bab ii

27

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Dan banyak juga

tergantung dari beberapa faktor seperti: jumlah kuman yang ada, virulensi

kuman dan daya tahan tubuh yang terinfeksi (Aditama, 2006).

Penularan tuberkulosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar

fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru karena jaringan paru mudah

terkena infeksi tuberkulosis. Tetapi, bukan tidak mungkin juga dari paru

kuman TB beredar ke bagian tubuh lain, seperti: tulang, selaput otak, serta

kelenjar leher (Aditama, 2006).

Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu

batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk

Droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan

diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau

droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB

masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat

menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,

sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian

tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

Page 21: Bab ii

28

menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI 2002).

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus dan terus berjalan sehinga

sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB

berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang

mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa

kuman TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai

kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan

kompleks primer adalah 4 - 6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi

tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer

tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh

(imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat

menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa

kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-

kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,

akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita

Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi

sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (Depkes RI 2008).

Page 22: Bab ii

29

Pengaruh Infeksi HIV: Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas

sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi

infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan

menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang

terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan

demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula (Depkes RI

2002).

2.3.6 Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru

Orang yang paling rentan mendapat/tertular kuman TB Paru adalah

orang yang sering berada di dekat penderita, seperti anggota keluarga, teman

atau rekan kerja. Karena orang yang terdekat dan paling sering

kontak/berkomunikasi dengan penderita adalah keluarganya, maka orang

mengetahui dan menduga penyakit TB Paru adalah penyakit keturunan dan

sulit untuk disembuhkan. Sehingga perlu adanya pemahaman dan tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh penderita dan keluarga untuk mencegah

penularan/penyebaran penyakit.

Meskipun penderita tinggal di lingkungan yang kurang sehat dan

kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung diharapkan penderita dan

orang-orang yang ada disekitarnya/keluarga melaksanakan perilaku hidup

sehat/tindakan-tindakan pencegahan dengan benar sesuai anjuran/arahan

petugas puskesmas  dalam upaya menekan semakin meningkatnya angka

Page 23: Bab ii

30

kesakitan dan kematian yang disebabkan TB Paru di masyarakat (Riskesda

2008:105).

Dalam melakukan tindakan pencegahan penularan TB Paru BTA

Positif terhadap anggota keluarga penderita TB Paru BTA Positif tentunya

anggota keluarga dan penderita harus memiliki pengetahuan tentang tindakan

pencegahan penularan antara lain:

a. Penderita menutup mulut saat batuk

Perlindungan terhadap pemaparan penderita TB Paru perlu

diperhatikan karena penularan pada penderita didapat dari penderita TB

Paru. Pencegahan penularan penyakit pada anggota keluarga yang lain

dengan cara menutup mulut apabila batuk atau bersin, supaya kuman

tuberkulosis tidak menyebar ke orang lain melalui percikan ludah.

b. Menyediakan tempat khusus untuk membuang dahak/sputum

Cara membuang dahak yang aman dengan cara menyediakan

tempat khusus misalnya ember kecil yang tertutup dan diberi bahan

pembunuh kuman seperti lisol, karbol atau air sabun, selanjutnya dahak

yang telah ditampung, buang ke kamar mandi dan siram dengan air yang

bersih.

c. Status gizi.

Status gizi yang baik akan berperan dalam proses penyembuhan,

pencegahan terjadinya penyakit khususnya penyakit infeksi. Setiap

manusia memerlukan makanan yang cukup gizi yang dibutuhkan oleh

Page 24: Bab ii

31

tubuh, karena apabila gizi kurang maka akan mempermudah penyebaran

basil tuberkulosis dalam tubuh. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang

pemenuhan makanan bergizi pada penderita tuberkulosis paru

mengakibatkan daya tahan tubuh penderita TB Paru akan menurun dan

tubuh akan kekurangan gizi. Makanan merupakan bahan organik yang

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: protein, karbohidrat, lemak.

Walaupun demikian zat gizi termasuk setiap bahan yang memberikan gizi

atau yang dapat digunakan oleh tubuh, misalnya air, mineral, garam dan

vitamin (Berg dan Sayogya, 2000).

d. Lingkungan Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan

manusia, rumah yang baik adalah rumah yang mempunyai syarat rumah

yang sehat seperti: ventilasi, cahaya matahari dan adanya jendela.

Kebersihan lingkungan dan keadaan rumah yang sehat diperlukan

perawatan tuberkulosis paru karena keadaan rumah yang lembab, ventilasi

yang tidak ada, kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.

Jika dilihat dari penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman

dibatukkan atau dibersinkan menjadi droplet nuclei dalam udara.

Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1

sampai 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang

baik dan tidak kelembaban ruangan. Kuman dapat bertahan hidup pada

udara kering maupun dingin hal ini karena kuman bersifat dormant dan

Page 25: Bab ii

32

aerob sifat ini menunjukkan bahwa kuman dapat bangkit kembali dan

menjadi tuberkulosis aktif (Depkes, 2008).

e. Memisahkan Alat Makan

Memisahkan alat-alat makan, minum, yang telah digunakan

penderita serta mencuci alat-alat yang telah digunakan dengan air panas

dan sabun supaya kuman yang menempel pada alat-alat tersebut mati

Perlindungan terhadap pemaparan penderita perlu diperhatikan karena

apabila telah diobati tetapi masih juga sakit kemungkinan penyembuhan

sulit dicapai, hal ini dikarenakan terjadinya pemaparan oleh kuman

tuberkulosis. Pemaparan kuman tuberkulosis dapat terjadi dimana saja

seperti dalam rumah, sekitar rumah, tempat-tempat umum seperti sekolah,

pasar, rumah sakit, terminal, sarana angkutan umum lainnya (Depkes RI,

2008).

f. Pemberian vaksin BCG

Pemberian vaksin BCG pada bayi dapat menurunkan risiko

penyakit TB Paru karna vaksin BCG dapat meningkatkan daya tahan tubuh

supaya tidak mudah terserang penyakit. Untuk itu pentingnya pengetahuan

keluarga untuk memberikan vaksin BCG pada anaknya.

2.3.7 Pengobatan

Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah menyembuhkan penderita,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat

penularan. Jenis obat Tuberkulosis ada 5 yaitu:

Page 26: Bab ii

33

1. Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapt membunuh 90% populasi

kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang

berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB.

2. Rimafisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang

tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama

untuk pengobatan harian maupun intermiten.

3. Pirasinamid (Z)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan

suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan

untuk pengobatan intermiten dengan dosis 35 mg/kg BB.

4. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB, sedangkan

untuk pengobatan intermiten digunakan dosis yang sama.

5. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB,

sedangkan pengobatan intermiten dengan dosis 30 mg/kg BB.Obat TBC

diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup

dan dosis tepat selama 6 – 8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh.

Page 27: Bab ii

34

Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis

tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong (sebelum makan pagi). Apabila

paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, jangka waktu

pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat

(resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan

perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang pengawas

menelan obat (PMO).

Menurut Aditama (2006), pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Obat harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat,

dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan

dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed

Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat (PMO).

3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal intensif dan

tahap lanjutan.

Pengobatan TB Paru Tahap awal (intensif) terdiri dari:

1. Pada tahap intensif (awal pasien mendapat 3 tau 4 obat sekaligus setiap hari

selama 2 bulan dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya kekebalan obat.

2. Bila pengobtan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 1 – 2 bulan.

Page 28: Bab ii

35

Pengobatan TB Paru Tahap lanjutan terdiri dari:

1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, 2 macam saja.

Namun dalam jangka waktu yang lebih lama biasanya 4 bulan.

2. Obat dapat diberikan setiap hari secara intermiten, beberapa kali dalam 1

minggu.

3. Tahap lanjutan penting adalah untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

Seorang penderita kadang-kadang berhenti minum obat sebelum

masa pengobatan selesai. Petugas kesehatan harus mengusahakan agar

penderita yang putus berobat kembali ke unit pelayanan kesehatan.

Pengobatan yang diberikan tergantung pada tipe penderita, lamanya

pengobatan sebelumnya, lamanya putus berobat dan bagaimana hasil

pemeriksaan dahak sewaktu dia kembali berobat Pengobatan yang dilakukan

di rumah harus diberikan secara teratur apabila pengobatan tidak teratur akan

menyebabkan tubuh resisten terhadap obat anti tuberkulosis, pemberian

dilakukan setiap hari (Aditama, 2006).

Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pemberian obat pada

penderita tuberkulosis seperti: tata cara minum obat, lama pengobatan,

perlunya berobat secara tekun dan teratur tanpa terputus untuk kesembuhan

penderita sendiri, berobat tidak teratur akan membahayakan diri sendiri dan

keluarga, efek samping obat yang mungkin akan dialami oleh penderita

selama minum obat anti tuberkulosis seperti: mual, pusing, muntah sesudah

minum obat. Jadi pemberian dapat ditempuh dengan beberapa cara untuk

Page 29: Bab ii

36

mengatasinya yaitu: minum obat malam hari sebelum tidur, minum obat

sesudah makan, dosis obat diberikan sesuai dengan umur dan berat badan

penderita (Depkes RI, 2008).

Penderita di instruksikan untuk minum obat secara teratur meskipun

dalam keadaan lambung kosong atau setidaknya 1 jam sebelum makan karena

makanan dapat mengganggu penyerapan obat. Akibatnya seringkali adanya

gangguan gastrointestinal. Penderita tuberkulosis yang mendapat INH harus

menghindari makan yang mengandung tiamin dan histamin (tuna, keju,

anggur merah, kecap, ekstra ragi) yang dapat mengakibatkan sakit kepala,

kemerahan, hipotensi, kepala terasa melayang, palpitasi, diaphoresis (Brunner

and Suddarth, 2002).

2.3.8 Hubungan Pengetahuan Anggota Keluarga TB Paru Dengan Tindakan

Pencegahan Penularan TB Paru

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra

manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan di peroleh

dari pengalaman sendiri atau orang lain. Dan pengetahuan penderita dan

keluarga tehadap penyakit TB Paru adalah hal-hal yang di ketahui penderita

dan keluarga tentang penyakit TB Paru itu sendiri.

Page 30: Bab ii

37

Tindakan pencegahan penularan penyakit pada anggota keluarga

yang lain dengan cara menutup mulut apabila batuk atau bersin, supaya

kuman tuberkulosis tidak menyebar ke orang lain melalui percikan ludah.

Cara membuang dahak yang aman dengan cara menyediakan tempat khusus

misalnya ember kecil yang tertutup dan diberi bahan pembunuh kuman seperti

lisol, karbol atau air sabun, selanjutnya dahak yang telah ditampung, buang ke

kamar mandi dan siram dengan air yang bersih.

Memisahkan alat-alat makan, minum, yang telah digunakan

penderita serta mencuci alat-alat yang telah digunakan dengan air panas dan

sabun supaya kuman yang menempel pada alat-alat tersebut mati.

Perlindungan terhadap pemaparan penderita perlu diperhatikan karena apabila

telah diobati tetapi masih juga sakit kemungkinan penyembuhan sulit dicapai,

hal ini dikarenakan terjadinya pemaparan oleh kuman tuberkulosis.

Pemaparan kuman tuberkulosis dapat terjadi dimana saja seperti dalam rumah,

sekitar rumah, tempat-tempat umum seperti sekolah, pasar, rumah sakit,

terminal, sarana angkutan umum lainnya (Depkes RI, 2008).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber penularan penyakit

tuberkulosis adalah pasien yang pada pemeriksaan dahaknya dibawah

mikroskop ditemukan adanya kuman Mycobakterium tuberculosiss, disebut

dengan basil tahan asam (BTA).

Page 31: Bab ii

Pengetahuan Anggota Keluarga

TB Paru

Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru

38

2.4 Kerangka Konsep

Independen Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Page 32: Bab ii

39

2.5 Definisi Operasional

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat peneliti definisikan

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur1 Independen:

pengetahuan anggota keluarga tentang TB BTA Positif.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pengindraan mata dan telinga.

Wawancara Kuisioner 0: pengetahuan keluarga kurang baik bila nilai kurang dari 50%.

1: pengetahuan keluarga baik. Bila nilai lebih dari 50%

Ordinal

2 Dependen:

Tindakan pencegahan Penularan TB Paru.

Salah satu Tindakan pencegahan penularan penyakit pada anggota keluarga yang lain dengan cara menutup mulut apabila batuk atau bersin, supaya kuman tuberkulosis tidak menyebar ke orang lain melalui percikan ludah (droflet).Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan dahak).

Wawancara Kuisioner 0: jika tidak dilakukan pencegahan.

1: jika dilakukan Pencegahan.

Nominal

Page 33: Bab ii

40

2.6 Hipotesis

1 Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

anggota keluarga Tentang TB BTA positif dengan tindakan

pencegahan penulaaran TB Paru.

Ha: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan anggota

keluarga Tentang TB BTA positif dengan tindakan

pencegahan penulaaran TB Paru