Bab II 3199203 -...

34
11 BAB II TINJAUAN TENTANG METODE MENYANYI DAN CERITERA SERTA PENGENALAN NILAI-NILAI AKHLAK A. Metode Ceritera 1. Pengertian Metode Ceritera Metode ceritera mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. 1 Menurut E.L. Ritter dan L.A. Shepherd, Story Method (metode ceritera) adalah: The way of telling matery by message from story such as familiar family characters, animals that talk surprising events, absurdities, magic incongruity, imaginary action repetition of phrase and conversation, so the children feel that you like what you are doing. 2 Artinya: Suatu cara penyampaian materi berupa pesan dari ceritera seperti ceritera sifat-sifat keluarga terkenal, hewan yang berbicara, kejadian-kejadian yang menakjubkan, magic, dll. sehingga anak yakin dan merasakan apa yang sedang diceritakan. Dalam mengaplikasikan metode ini dalam proses belajar mengajar (PBM), metode ceritera merupakan salah satu metode pendidikan yang 1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 160. 2 E.L. Ritter and L.A. Shepherd, Methods of Teaching in Town and Rural Schools, (New York : Holt Rinehart and Winston, 1962), hlm. 136.

Transcript of Bab II 3199203 -...

11

BAB II

TINJAUAN TENTANG METODE MENYANYI DAN

CERITERA SERTA PENGENALAN NILAI-NILAI AKHLAK

A. Metode Ceritera

1. Pengertian Metode Ceritera

Metode ceritera mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan

materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana

terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan

saja.1

Menurut E.L. Ritter dan L.A. Shepherd, Story Method (metode

ceritera) adalah:

The way of telling matery by message from story such as familiar family characters, animals that talk surprising events, absurdities, magic incongruity, imaginary action repetition of phrase and conversation, so the children feel that you like what you are doing.2

Artinya: Suatu cara penyampaian materi berupa pesan dari ceritera

seperti ceritera sifat-sifat keluarga terkenal, hewan yang berbicara,

kejadian-kejadian yang menakjubkan, magic, dll. sehingga anak yakin dan

merasakan apa yang sedang diceritakan.

Dalam mengaplikasikan metode ini dalam proses belajar mengajar

(PBM), metode ceritera merupakan salah satu metode pendidikan yang

1Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,

2002), hlm. 160. 2 E.L. Ritter and L.A. Shepherd, Methods of Teaching in Town and Rural Schools, (New

York : Holt Rinehart and Winston, 1962), hlm. 136.

12

masyhur dan baik. Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa

dan akal, dengan mengemukakan argumentasi yang logis. 3

At Tarbiyah bi al-Qishah (mendidik dengan cara memberikan ceritera),

cara semacam ini merupakan ciri khas yang dimiliki oleh Al-Qur’an yaitu

saat memaparkan ceritera-ceritera para Nabi dan orang-orang terdahulu

dengan maksud untuk menjadikan sebagai peringatan dan pelajaran.4

Kisah yang mendidik merupakan kisah yang memuat unsur keteladanan

perilaku yang baik.

Mengenai metode ceritera / kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an

Surat Yusuf ayat 111 yang berbunyi :

���������������� ����������������� ����������

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. 5

Imam Abu Hanifah juga berkata, “Kisah-kisah tentang para ulama

dan perbuatan-perbuatan baik mereka lebih saya sukai dari pada ilmu fikih

sebab kisah tersebut merupakan adab suatu kaum yang mempunyai

pengaruh besar dalam menarik perhatian dan meningkatkan kecerdasan

berfikir seorang anak�. 6

3Abdu’l-Lah Nashih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung : Asy-

Syifa’, 1988), hlm. 77. 4 Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, Ar-Royan, hlm. 117.

5 R.H.A. Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV. Al-Waah, 1996),

hlm. 366. 6 Muhammad Sa’id Mursy, op. cit., hlm. 117.

13

Metode berceritera merupakan salah satu metode yang banyak

dipergunakan di TK. 7

Metode berceritera merupakan salah satu pemberian pengalaman

belajar bagi anak TK dengan membawakan ceritera kepada anak secara

lisan. Ceritera yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang

perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK.

Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita, maka kegiatan

berceritera harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu,

mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan

lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

Kegiatan berceritera juga harus diusahakan dapat menjadi

pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang

menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti

ceritera itu sampai tuntas.

Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan metode

ceritera adalah cara memberikan penjelasan/penerangan atau bertutur dan

menyampaikan ceritera secara lisan. Dalam hal-hal tertentu guru perlu

memberikan penjelasan kepada anak, tapi mengingat daya tangkap anak

masih terbatas maka sebaiknya dihindari memberikan penjelasan/

penerangan yang terlalu banyak. Tetapi sebaliknya anak sangat menyukai

ceritera/dongeng sehingga bentuk metode ceritera sangat cocok untuk

mengajar anak tentang akhlak.

Adapun tujuan dari metode berceritera diantaranya yaitu dapat

melatih daya tangkap anak, melatih daya pikir, melatih daya konsentrasi,

membantu perkembangan fantasi / imajinasi anak. 8

7 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka Cipta,

1999), hlm. 157. 8 Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan pada Pendidikan

Dasar dan Pra Sekolah, Materi Penataran, (Semarang : 2002), hlm. 7.

14

2. Bentuk Metode Ceritera

a. Berceritera tanpa alat peraga

Bentuk ceritera ini adalah bentuk ceritera yang tertua dan setiap anak

pernah mengalami di rumah dari ibunya atau orang dewasa lain. Di

Taman Kanak-kanak, hal ini dapat dilaksanakan apabila tidak ada alat

peraga yang konkrit. Dalam hal ini mimik (ekspresi muka),

pantomimik (gerak-gerik) dan suara guru harus menolong fantasi anak

untuk menghayalkan hal-hal yang diceriterakan.9 Akan tetapi harus

dijaga jangan semua itu dilakukan dengan berlebih-lebihan atau tidak

wajar sehingga menimbulkan reaksi yang tidak dimaksudkan oleh

guru.

b. Berceritera dengan Alat Peraga

Dalam melaksanakan kegiatan ini dipergunakan alat peraga dengan

maksud untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat

mengenai hal-hal yang didengar dalam ceritera.10 Dengan demikian,

dapat dihindarkan bahwa tanggapan fantasi anak terlalu menyimpang

dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh guru.

Alat peraga yang dipergunakan, yaitu :

1). Alat peraga langsung (binatang atau benda yang sebenarnya).

2). Alat peraga tak langsung, yakni benda tiruan, gambar terlepas

atau dalam buku dan guntingan-guntingan yang ditempelkan

pada papan flannel.

c. Berceritera dengan mempergunakan papan flanel

Alat peraga yang dipergunakan ialah papan flanel dan gambar-gambar

guntingan yang melukiskan hal-hal (orang-orang, binatang-binatang

9 Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman

Kanak-kanak, (Jakarta : Proyek Pembinaan Taman Kanak-kanak, 1991), hlm. 7. 10 Ibid., hlm. 9.

15

dan benda-benda) yang ada dalam ceritera yang disajikan. Sambil

berceritera, guru meletakkan guntingan-guntingan tersebut pada papan

flanel dalam susunan yang menjelaskan isi ceritera itu. Sambil

berceritera guru membuat adegan-adegan. Untuk tidak

membingungkan anak, diusahakan suapya tidak terlalu banyak adegan

yang dipasang di papan flanel itu pada saat yang sama.

d. Membacakan Ceritera

Dalam kegiatan ini guru membacakan sebuah ceritera dari buku

kepada anak. Hal ini dilakukan karena kebanyakan anak antara 3

sampai 6 tahun, gemar akan ceritera-ceritera yang dibacakan oleh

gurunya atau orang dewasa lain. Walaupun masih ada kata-kata yang

belum mereka pahami, nada suara dan gambar-gambar membantu

menjelaskan isi ceritera yang sedang dibacakan.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan metode Ceritera

Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan ceritera,

guru terlebih dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus

dilalui dalam berceritera. Bentuk berceritera mana yang dipilih pada

dasarnya langkah-langkah kegiatannya sama. Sesuai dengan rancangan

tema dan tujuan maka ditetapkan langkah-langkah yaitu sebagai

berikut:11

Langkah pertama, guru mengatur organisasi kelas (posisi tempat

duduk anak) : Apakah sebagian anak atau seluruhnya yang ikut

mendengarkan ceritera dan apakah anak harus duduk dilantai dan diberi

alas tikar atau karpet, atau duduk di kursi dalam formasi setengah

lingkaran.

11 Moeslichatoen, op. cit., hlm. 179.

16

Langkah kedua, guru merangsang anak agar mau mendengarkan isi

ceritera, misalnya dengan menggali pengalaman-pengalaman anak dalam

kaitannya dengan ceritera yang akan dituturkan guru.

Langkah ketiga, guru mulai berceritera dengan terlebih dahulu

menyebutkan judul ceritera.12

Contoh menyampaikan ceritera / kisah yang berkenaan dengan akhlak

yang mulia. Tujuannya adalah agar anak dapat selalu memiliki sifat kasih

sayang.

Metode / teknik :

- Berceritera dengan menggunakan gambar.

Langkah-langkah pelaksanaan :

1. Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan

2. Guru mengatur organisasi kelas (posisi tempat duduk anak)

3. Guru merangsang anak agar mau mendengarkan isi ceritera

4. Guru mulai berceritera dengan terlebih dulu menyebutkan judul

ceritera dan memperlihatkan alat peraga

5. Setelah selesai berceritera, guru memberi tugas pada anak untuk

menceriterakan kembali isi ceritera.13

Contoh ceritera :

ULANG TAHUN IBU

Resa dan adiknya yang bernama hesti berjalan bersama-sama

pulang dari sekolah. Resa berkata, “dik hesti, besok kan ulang tahun Ibu,

kami akan memberikan hadiah ulang tahun yang bagus untuk ibu”. Hesti

menjawab,”untuk membeli hadiah itu kami tidakl mempunyai uang, kak.

12 Ibid., hlm. 180.

13 Depdikbud, Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman kanak-

kanak, (Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, 1996), hlm. 9.

17

Bagaimana kalau uang tabungan kita dipakai untuk membeli hadiah

itu?”. Sekarang marilah kita minta ijin kepada ayah dahulu. Ayah sangat

menghargai niat baik Resa dan hesti dan menyetujui permintaan anaknya

untuk membuka celengan tersebut. Resa dan hesti kemudian pergi ke

toko dekat rumahnya untuk membeli hadiah ulang tahun ibu.

Ayah dan Ibu sedang duduk-duduk, kemudian Resa dan Hasti

datang membawa kado.

Mereka memberikan kado itu kepada ibunya.

Ada apa ini anak-anak?. Sambil menyerahkan kado mereka

berkata, “selamat ulang tahun bu !”. Oh ya saya lupa, terima kasih anak-

anak”, kata ibu. Kemudian ibu membuka bungkusan itu.

Aduh cantik sekali. Ibu belum pernah mempunyai taplak meja

sebagus itu.14

B. Metode Menyanyi

1. Pengertian Metode Menyanyi

Metode menyanyi adalah metode pengajaran yang dilakukan

dengan cara berdendang, dengan menggunakan suara yang merdu, nada

yang enak didengar dan kata-kata yang mudah dihapal.15

Nyanyian merupakan alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan

untuk berkomunikasi. Nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian itu

dikomunikasikan. Kekuatan nyanyian pada fungsi ini dapat kita lihat pada

pendidikan. Melalui nyanyian, kita berupaya membantu diri anak menuju

kedewasaan dalam hal menumbuhkembangkan aspek fisik, intelegensi,

emosi dan rasa sosial anak.

14Ibid., hlm. 23.

15 Depdikbud, Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Taman Kanak-kanak, (Jakarta :

Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, 1994), hlm. 1.

18

Nyanyian yang sesuai untuk anak-anak, adalah antara lain :

a. Nyanyian yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri

anak (aspek fisik, intelegensi, emosi, sosial).

b. Nyanyian itu bertolak dari kemampuan yang telah dimiliki anak :

1). Isi lagu sesuai dengan dunia anak-anak

2). Bahasa yang digunakan sederhana

3). Luas wilayah nada sepadan dengan kesanggupan alat suara dan

pengucapan anak.

4). Tema lagu : mengacu pada GBPKBTK

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode menyanyi

adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru menyanyi/berdendang

dengan suara yang merdu dan nada yang enak didengar sebagai suatu

upaya untuk menyampaikan bermacam informasi dan pengetahuan.

2. Bentuk Metode Menyanyi

a. Menyanyi secara lisan

Bentuk menyanyi ini adalah dengan cara guru berdendang/menyanyi

secara langsung dengan mengunakan suara yang merdu dan nada yang

enak didengar sebagai suatu cara penyampaian pelajaran/penyampaian

bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk

dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Melalui kaset

Pemilihan menyanyi dengan menggunakan media kaset akan dapat

lebih menarik perhatian anak. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan

kegembiraan, maka kegiatan menyanyi diusahakan dapat memberikan

perasaan senang dan mengasyikkan. Sehingga nantinya dengan teknik

menyanyi ini diharapkan akan berfungsi dengan baik.

19

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Menyanyi

Dalam memberikan pengalaman belajar melalui kegiatan

menyanyi, guru terlebih dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah

yang harus dilalui dalam kegiatan menyanyi. Langkah-langkahnya yaitu

sebagai berikut :

Langkah pertama, pembukaan. Sebelum nyanyian diajarkan

sebaiknya anak-anak diarahkan kepada isi dan maksud nyanyian yang

akan diajarkan, melalui tanya jawab. Peranan guru disini sebagai motivator

informator.

Langkah kedua, pelaksanaan. Anak-anak belajar nyanyian dengan

cara meniru. Nyanyian yang pendek diajarkan secara keseluruhan dan

yang agak panjang diajarkan secara kalimat demi kalimat.16

Contoh : mengajarkan kepada anak untuk berbakti kepada kedua

orang tua melalui nyanyian “Berbaktilah”

a. Tujuan :

Anak dapat berbakti kepada kedua orang tua.

b. Langkah-langkah pelaksanaan :

1) Guru membicarakan isi nyanyian yang akan diajarkan melalui

tanya jawab guru pada anak.

2) Guru menyanyikan lagu secara keseluruhan dua atau tiga kali.

3) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama-sama, makin lama

suara guru makin pelan.

4) Guru dan anak menyanyikan lagu dengan bersenandung.

5) Guru membacakan syair baris demi baris dan diikuti oleh anak.

6) Guru menjelaskan kata-kata yang sukar.

7) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama-sama.

16 Chandrawaty, dkk., op. cit., hlm. 4.

20

8) Guru memberikan kesempatan pada anak yang sudah dapat dan

mau menyanyikan sendiri atau dengan beberapa teman untuk

maju kedepan kelas.

9) Guru memberi bimbingan, dorongan pada anak yang

memerlukan.

10) Guru memberi pujian secara tepat pada waktunya agar anak

memperoleh kegembiraan.

11) Guru dan anak menyanyikan lagu lain sebagai selingan.

12) Guru dan anak menyanyikan kembali lagu tersebut.17

Contoh nyanyian :

BERBAKTILAH

Taatilah nasehat Ibu Bapakmu

Janganlah kau lupakan nasehat itu

Jadilah manusia yang dapat berguna

Berguna bagi Nusa bangsa Agama.18

C. Pedoman Pelaksanaan Metode Menyanyi dan Ceritera

1. Perencanaan Pembelajaran

Pendidikan TK bertujuan meletakkan dasar kearah perkembangan sikap,

perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh

anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk

pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, agar

pencapaian tujuan tersebut dapat optimal maka perlu ada perencanaan

KBM di TK yang meliputi bagaimana memilih bahan, sumber belajar, dan

17 Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pengetahuan di Taman kanak-kanak,

(Jakarta : Proyek Pembinaan Taman Kanak-kanak, 1991), hlm. 8. 18 Ayunah, dkk., Pesan Bu Guru (Kumpulan Lagu Kanak-kanak), (Jakarta : WSP Group,

2000), hlm. 32.

21

metode/tekhnik kegiatan yang tepat sehingga guru dapat menciptakan

lingkungan belajar yang menarik dan bermakna.19

Untuk dapat melakukan perencanaan harus dipahami terlebih dahulu isi

program kegiatan belajar di TK yaitu :

a. Program kegiatan belajar dalam rangka pembentukan perilaku melalui

pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di TK yang

meliputi moral pancasila, agama, perasaan / emosi dan kemampuan

bermasyarakat.

b. Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan

dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru yang meliputi

kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta ketrampilan dan jasmani.

Program pengembangan kemampuan dasar dilakukan melalui

perencanaan yang dipersiapkan oleh guru yang tersusun dalam persiapan

mengajar yaitu satuan kegiatan mingguan yang selanjutnya dijabarkan ke

dalam kegiatan harian.

Dalam GBPKB-TK (Garis Besar Program Kegiatan Belajar)

terdapat deretan kemampuan-kemampuan yang akan dicapai melalui

kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak.

Perencanaan pembelajaran terdiri dari :

1) Perencanaan tahunan dan catur wulan

Untuk satu tahun sudah ditentukan dan disusun pembiasaan dan

ketrampilan / kemampuan yang diharapkan dicapai dalam GBPKB.

Disamping itu dipilih juga tema-tema yang terdekat dengan anak

sampai yang lebih jauh dan yang sesuai dengan minat anak. Dari

rencana satu tahun itu dibagi menjadi tiga bagian sehingga didapatkan

perencanaan caturwulan.

19 Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan pada

Pendidikan Dasar dan Prasekolah, op. cit., hlm. 1.

22

2) Perencanaan Mingguan

Untuk perencanaan mingguan disusun dalam bentuk Satuan Kegiatan

Mingguan (SKM). SKM ini berisi kegiatan yang akan dilaksanakan

dan disusun berdasarkan kemampuan-kemampuan yang akan dicapai

dari tema yang akan dibahas dan segala sesuatu yang harus

dipersiapkan guru yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan

pada minggu yang bersangkutan. Adapun format yang dimaksudkan

untuk penyusunan SKM terlampir.

3) Perencanaan Harian

Perencanaan mingguan (SKM) yang telah disusun kemudian

dijabarkan menjadi Satuan Kegiatan Harian (SKH). Pada terlihat

pelaksanaan yang bersifat kelompok, individu, maupun yang dilakukan

secara klasikal. Untuk setiap kegiatan tertulis kemampuan apa yang

akan dicapai oleh anak, sarana, metode dan pengorganisasian anak

sesuai dengan kebutuhan kemampuan yang akan dicapai. Perencanaan

harian ini terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan

makan / istirahat dan penutup. Adapun format yang dimaksudkan

untuk penyusunan SKH terlampir.

Perencanaan harian terdiri dari :

1. Pembukaan

Kegiatan tersebut terutama adalah kegiatan yang berhubungan

dengan tema dan sub tema. 20

Urutan kegiatan yang dapat dilakukan adalah :

a) Mengucapkan do’a dan salam

b) Mendiskusikan dengan anak tentang tema atau sub tema yang

akan diberikan hari ini.

20 Ibid., hlm. 11.

23

c) Pengorganisasian kelas pada saat pembukaan dilaksanakan

secara klasikal.

2. Inti

Sifat dari kegiatan inti adalah kegiatan yang mengaktifkan

perhatiannya, kemampuan dan sosial emosi anak.

3. Istirahat / Makan

Kegiatan ini kadang-kadang dapat dipakai untuk mengisi

kemampuan yang hendak dicapai yang berkaitan dengan kegiatan

makan. Misal : tata tertib makan.

4. Penutup

Bagian waktu yang terakhir ini diisi dengan kegiatan yang bersifat

menenangkan anak.

Kegiatan ini diberikan secara klasikal. Kegiatan yang diberikan

adalah :

- Membacakan ceritera dari buku

- Dramatisasi suatu ceritera

- Pantomim

- Musik apresiasi musik dari berbagai daerah

- Tanya jawab

2. Proses Pembelajaran

a. Pelaksanaan Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa :

Prinsip-prinsip pelaksanaan :

1) Bahan latihan, percakapan, diambil dari lingkungan anak.

2) Anak diberi kebebasan dalam menyatakan fikiran dan

perasaan serta ditekankan pada spontanitas.

3) Guru menguasai benar teknik-teknik penyampaian.

4) Guru memberi teladan dalam cara mempergunakan bahasa

24

5) Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual,

emosional dan moral, serta sesuai dengan taraf perkembangan

dan lingkungannya.

6) Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti

pelajaran di sekolah dasar.

7) Kegiatan bidang pengembangan ini mengutamakan persiapan

fisik dan mental anak.

Metode / teknik yang digunakan dalam pelaksanaan

bidang pengembangan ini adalah berceritera.21

Tujuan Khusus, mencakup :

1) Melatih daya tangkap

2) Melatih daya pikir

3) Melatih daya konsentrasi

4) Membantu perkembangan fantasi

5) Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di kelas.

Mengagungkan ciptaan Tuhan melalui “Berceritera”.

Contoh : Berceritera dengan judul “Memelihara Ayam”.22

1). Tujuan

a) Anak dapat mengenal bermacam-macam jenis dan suara

ayam serta makanannya.

b) Anak dapat mengetahui kegunaan ayam bagi manusia.

c) Anak dapat mengetahui cara memelihara ayam.

d) Anak dapat membedakan ayam jantan dan ayam betina.

21 Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-

kanak op. cit., hlm. 6. 22 Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pengetahuan di Taman Kanak-kanak, op.

cit., hlm. 17.

25

e) Anak dapat mengetahui keagungan ciptaan Tuhan.

2). Sarana / Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan adalah benda asli, benda tiruan,

buku ceritera, ceritera karangan guru, gambar seri tentang

ayam.

3). Langkah-langkah pelaksanaan :

a). Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

b). Guru mulai berceritera dengan menggunakan gambar-

gambar tentang ayam

c). Guru merangsang anak agar mau mengarahkan perhatian

dan pikirannya pada isi ceritera.

b. Pelaksanaan Bidang Pengembangan Pengetahuan

Dalam melaksanakan kegiatan bidang pengembangan

pengetahuan hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1) Memberikan kesempatan yang sebaik-baiknya “kepada anak

untuk memenuhi rasa ingin tahu” dengan melakukan

observasi dan eksperimen.

2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan

pengalaman-pengalamannya.

3) Pelaksanaan pengembangan pengetahuan didasarkan atas

terjawabnya “apa” dan “mengapa” tentang segala sesuatu

dalam lingkungan anak.

4) Diusahakan memberikan pengetahuan yang obyektif yang

sesuai dengan kenyataan.

5) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana dan sumber

belajar.

26

6) Menggunakan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan

minat dan kemampuan anak.

7) Dalam menyampaikan bahan pengembangan pengetahuan,

guru dapat menggunakan satu atau gabungan beberapa metode

yang sesuai dengan kemampuan anak.

Metode / teknik yang digunakan dalam pelaksanaan

bidang pengembangan pengetahuan diantaranya adalah menyanyi.

Contoh : Mengajarkan anak untuk mengucapkan salam melalui

nyanyian “Mengucap Salam”. 23

1) Tujuan

a) Anak dapat mengetahui cara mengucapkan salam dan

menjawab salam.

b) Anak dapat membiasakan diri mengucapkan salam dan

menjawab salam.

2) Sarana / Alat Peraga : Boneka dan gambar

3) Langkah-langkah pelaksanaan :

a) Guru menyiapkan nyanyian yang sudah dikuasai dan alat

peraga yang akan digunakan.

b) Guru membicarakan isi nyanyian yang akan diajarkan.

c) Guru menyanyikan lagu secara keseluruhan, dua atau tiga

kali.

d) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama-sama, makin

lama suara guru makin pelan.

e) Guru dan anak menyanyikan lagu dengan bersenandung.

f) Guru membacakan syair baris demi baris dan diikuti oleh

anak.

23Ayunah, dkk., op. cit., hlm. 35.

27

g) Guru menjelaskan kata-kata yang sukar.

h) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama.

3. Evaluasi (Penilaian)

Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan adalah evaluasi

atau penilaian.24 Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai

tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang

dihasilkannya.

Sehubungan dengan salah satu fungsi dari pendidikan usia pra

sekolah yaitu untuk membentuk kepribadian anak secara menyeluruh

agar dapat tumbuh dan berkembang dengan harmonis,25 maka penilaian

di Roudhotul Athfal hendaklah menyeluruh dari semua aspek-aspek

pribadi anak didik tersebut. Jadi penekannya bukan hanya pada

kemampuan belajar / hasil belajar anak didik. Di sini nampak perbedaan

yang jelas tentang pelaksanaan penilaian di tingkat Sekolah Dasar dan

tingkat usia pra sekolah. Evaluasi di sekolah dasar dan menengah

banyak melibatkan penggunaan tes-tes tertulis, evaluasi di TK akan

lebih banyak menggunakan teknik observasi.26

Di dalam penilaian tujuan pendidikan adalah merupakan

patokan atau standard dari keberhasilan daripada penyelenggaraan

pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri tidak dapat

dilepaskan dari metode, guru, murid, perlengkapan pengajaran, buku-

buku dan komponen-komponen tersebut tidak bisa terlepas dari

penilaian.

24 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 77.

25 Nasrun Harahap, dkk., op. cit., hlm. 58.

26 Diah Harianti, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak, Proyek Pembinaan

Tenaga Akademik, (Jakarta : 1994), hlm. 152.

28

Akan tetapi penilaian yang dilaksanakan di Raudhatul Atfal,

sebagai tugas guru, hanya dititikberatkan kepada perkembangan pribadi

anak didik.

Secara umum fungsi penyelenggaraan penilaian di Roudhotul

Atfal untuk mengetahui tingkat perkembangan seluruh kepribadian anak

didik dalam rangka pencapaian tujuan yang dijabarkan dalam segi-segi

sikap dan kemampuan-kemampuan. Untuk jelasnya akan diuraikan

garis-garis besar fungsi penilaian pada lembaga pendidikan Raudhatul

Atfal, sebagai berikut :

- Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan fisik dan

mental anak didik.

- Untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kesukaran-kesukaran

yang dihadapi / dialami anak didik dalam proses belajar.

- Dengan mengetahui hal-hal tersebut, maka dapat ditetapkan

langkah-langkah yang akan ditempuh ke arah perbaikan dan

kemajuan.

Bersamaan dengan fungsi penilaian di Roudhotul Atfal, maka

tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat

perkembangan kepribadian anak setelah mengikuti program pendidikan

yang diselenggarakan.

Tingkat perkembangan kepribadian anak tersebut meliputi

seluruh aspek kepribadian anak dalam rangka pencapaian tujuan yang

dijabarkan dalam segi-segi sifat / sikap dan kemampuan-kemampuan

yang dimiliki anak didik. Aspek-aspek kepribadian yang dinilai itu

antara lain segi perkembangan sifat jasmaniah, intelektual, emosional

dan segi sosial. Pelaksanaan penilaian di Roudhotul Atfal dilaksanakan

dua tahap :

a) Tahap pertama melakukan pengamatan atau observasi terhadap

tingkah laku anak, sifat atau sikap, segi-segi kemampuan serta

keadaan jasmani dan kesehatan anak.

29

b) Tahap kedua melakukan penilaian kepribadian sebagai tafsiran atau

rangkuman dari hasil observasi yang meliputi unsur-unsur yang

diobservasi.

Berbeda dengan penilaian pada murid-murid yang lebih tua,

penilaian di Roudhotul Atfal tidak dilakukan secara terpisah dengan

proses belajar mengajarnya. Hal ini dilakukan mengingat penilaian lebih

banyak dilakukan untuk menilai perbuatan anak dan hasil perbuatan

anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan “paper and

pencil test”.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan

penilaian adalah sebagai berikut :

1) Menyeluruh :

Perubahan perilaku yang telah ditetapkan dalam tujuan

pembelajaran perlu dicapai secara menyeluruh baik yang

menyangkut pengetahuan, sikap, perilaku, dan nilai serta

ketrampilan. Penilaian baru bersifat menyeluruh apabila penilaian

yang digunakan mencakup aspek proses dan hasil pengembangan,

yang secara bertahap menggambarkan perubahan perilaku.27

2) Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus

menerus. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh betul-

betul berasal dari gambaran perkembangan hasil belajar anak

didik sebagai hasil kegiatan belajar mengajar.28

3) Berorientasi pada proses dan tujuan

Penilaian dilakukan dengan berorientasi pada tujuan dan proses

pertumbuhan dan perkembangan anak.

27 Depdibud, Pedoman Penilaian, (Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-

kanak, 1994), hlm. 7. 28 Diah Harianti, op. cit., hlm. 153.

30

4) Obyektif

Diusahakan agar selalu memperhatikan perbedaan-perbedaan

individu dari anak didik supaya tidak selalu memberikan

interpretasi yang sama terhadap gejala yang sama.

5) Pelaksanaan penilaian itu dilakukan secara sitematis serta teratur.

Pelaksanaan observasi terhadap anak didik Roudhatul Atfal

dilaksanakan paling kurang 10 hari sekali.29 Penilaian dilakukan

bersama-sama dengan kegiatan belajar mengajar. Guru tidak harus

secara khusus membuat kegiatan untuk penilaian, tetapi ketika

kegiatan belajar berlangsung guru dapat sekaligus melaksanakan

penilaian.30

Dalam melaksanakan penilaian ada beberapa alat penilaian

yang dapat digunakan yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pengamatan (observasi) dan pencatatan Anekdot (Anecdotal

Record).

a. Pengamatan (Observasi)

Suatu cara pengumpulan data yang pengisiannya

berdasarkan atas pengamatan langsung terhadap sikap dan

perilaku anak.

b. Pencatatan Anekdot (Anecdotal Record)

Merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku

anak dalam siatuasi-situasi tertentu. Kesimpulan catatan

tersebut meliputi aktivitas anak yang bersifat positif dan

negatif.

29 Nasrun Harahap, dkk., op. cit., hlm. 63.

30 Depdikbud, Pedoman Penilaian, op. cit., hlm. 10.

31

2. Pemberian Tugas

Penilaian pemberian tugas dapat berupa :

a. Hasil pekerjaan / buatan anak, misalnya, hasil lipatan, hasil

gambar dan sebagainya.

b. Perbuatan/perilaku anak, misalnya mencuci tangan, menyikat

gigi dan sebagainya.

c. Percakapan, yang dilakukan untuk mendapatkan informasi

tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu

hal.

D. Nilai-nilai Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan

jamak dari mufrad ��� yang mengandung arti budi pekerti, perangai dan

tingkah laku.31 Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai

pemakaiannya dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 :

�� !������"�#��$ %&���������&�������

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4)

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat

merujuk kepada pendapat Imam Al-Gazali yang dikenal sebagai Hujjatul

Islam (pembela Islam) mengatakan akhlak adalah :

31 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), hlm. 11.

32

�'()*���+�� *,�-�#.�&�/��0�� 1��+2�&/�3 41�&���+5 6�'��/���

)7.�8&�+9�:;< +�=/�>� Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.32

Sementara itu menurut Elizabeth B. Hurlock mendifinisikan akhlak

sebagai berikut :

Behaviour which may be called “true morality” not only conforms to social standards but also is carried out valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and consists of conduct regulated from within.33

Arti definisi tersebut di atas adalah:

Tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya

itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga

dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui

transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada

ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam

(diri).

Akhlak bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah sebagai penjelasannya

dan manusia dilengkapi dengan suara hati atau insting untuk mengarahkan

perbuatannya.

Akhlak tercermin dari tujuan diutusnya Nabi Muhammad oleh dan

Rasul sebagai tauladan yang harus dianut oleh umatnya. Sebagaimana

firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21�

32 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Al-Din, Jilid III, ( Bairut: Daar Al-Fikr, t.th.), hlm. 56.

33 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Edisi VI, (Kugalehisa : Mc. Grow Hiil, 1978),

hlm. 386.

33

������?� �&�� @&�9)�� ���� 'A� +1*:� ��&� @&� -��/� �� �7�� ���� ���

&;B��@&)�C��)��&>�

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.34

Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)

merumuskan pengertian akhlak sebagai “kehendak yang dibiasakan

Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan

itu dinamakan akhlak”.35

Dengan merujuk pada pengertian akhlak yang dipaparkan diatas,

maka menurut hemat penulis, akhlak dapat dikatakan sebagai tindakan,

perbuatan, keinginan bahkan perasaan yang terkandung dalam batin

manusia yang merupakan kehendak yang dibiasakan. Kebiasaan ini tanpa

adanya suatu paksaan ataupun pertimbangan terlebih dahulu.

3. Dasar Pengenalan Nilai-nilai Akhlak

Dasar pengenalan nilai akhlak tidak lain adalah dari dasar ajaran

Islam yaitu :

a. Al-Qur'an

Al-Qur'an merupakan landasan sekaligus sumber ajaran Islam secara

keseluruhan sebagai pola hidup dan menjelaskan mana yang baik dan

mana yang buruk.

34 R. H. A. Soenarjo, dkk., op.�cit., hlm. 670.

35 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975),

hlm. 62.

34

Al-Qur'an adalah kekuatan rohaniah yang paling hebat sebagaimana yang dinyatakannya sendiri. Sebab hanyalah dengan Qur'an manusia dapat maju kearah kesempurnaan. Kuat atau lemahnya, maju atau mundurnya umat Islam tergantung pada sikapnya terhadap qur’an. Qur’an tidak hanya berfungsi untuk dibaca dengan lagu-lagu merdu, bukan berfungsi hanya musabaqoh tilawatil qur’an,tapi ia harus difungsikan kedalam masyarakat, ia harus disosialisasikan…36

Al-Qur'an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Allah

SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 16 sbb :

������������D E�!�&�'(�� 9)F����*�&�G���H%&�I/�J�0&�'(�@&�H,�K�L �

� �M*(��N&)O�8&�� �� ���H%C�,�/�1�&�8&��>�P�A&����� Dengan kitab itulah Allah menunjuki telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus. (QS. Al-Maidah : 16 )37

b. Sunnah

Pedoman kedua sesudah Al-Qur'an adalah Hadits Rasulullah SAW

(Sunnah Rasul) yang meliputi perkataan dan tingkah laku beliau.

Hadits nabi dipandang sebagai lampiran penjelasan dari Al-Qur'an,

terutama dalam masalah-masalah yang dalam Al-Qur'an tersurat

pokok-pokoknya saja.

36 Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hlm. 100.

37 R.H.A. Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 161.

35

c. Ijma’

Dalam Islam selain Al-Qur'an dan Hadits, dikenal pula Ijma’, sebagai

sumber hukum yang dipakai untuk menetapkan hukum suatu perkara

bila di dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits tidak ditemukan

hukumnya.

4. Tujuan Pengenalan Nilai-nilai Akhlak

Akhlak merupakan pondasi (dasar) yang utama dalam

pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah

pada terbentuknya pribadi berakhlak, merupakan hal yang pertama yang

harus dilakukan, sebab akan melandasi kesetabilan kepribadian manusia

secara keseluruhan.38

Tujuan pengenalan nilai-nilai akhlak yaitu untuk memberikan

pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang

baik atau yang buruk.39 Selain itu juga secara efektif dapat membersihkan

diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia

memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui

fiqih, sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak. Jika

tujuan tersebut dapat tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan

batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji. Para filosof

Islam sependapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari kecilnya harus

mendapatkan perhatian penuh. Pepatah lama mengatakan : “belajar di

waktu kecil ibarat lukisan di atas batu, pendidikan diwaktu besar ibarat

lukisan di atas air”.40

38 Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Kalam

Mulia, 2001), hlm. 87. 39 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 16.

40 Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan

Bintang, 1970), hlm. 104.

36

5.� Macam-Macam Akhlak

Secara operasional dibedakan antara akhlak terpuji (akhlakul

karimah) yang sesuai dengan kehendak Allah dan akhlak tercela (akhlakul

madzmumah) yang bertentangan dengan standar yang ditetapkan Allah.

Yang dimaksud dengan akhlak dalam pemakaian kata sehari-hari

adalah akhlak yang baik (al-akhlak al-karimah) dinyatakan dalam Hadits

sebagai berikut :

����-���������H ���@���O�@&�-��/��&�@&�QI/�)�)6�R&�'�����;����

��S�&��71��:&��(�S�&���>��T/�2��&�U&�/�41�

Dari Abi Hurairah ra. Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW: “sesungguhnya orang-orang yang paling baik di antara kamu ialah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Bukhari) Di dalam Hadits ini Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa

sebaik-baik orang Islam ialah yang akhlaknya dan mulia sifat-sifatnya.

Contoh akhlak yang baik (akhlakul karimah) di antaranya :

• Al-Amanah (jujur)

Menurut bahasa Arab, amanah berisi kejujuran, kesetiaan dan

ketulusan hati.42 Sedangkan menurut Hamzah Yaqub amanah adalah

suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam

melaksanakan suatu yang dipercayakan kepadanya.43

• Al-Rahman (kasih sayang)

Kasih sayang merupakan naluri setiap manusia. Kasih sayang orang

tua pada anaknya, guru kepada muridnya, hingga lingkungan yang

41 Imam Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Jami’us Shaghir, Jilid II,

(Bandung : Al-Ma’arif, t.th.), hlm. 12. 42 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 42.

43 Hamzah Yaqub, op. cit., hlm. 98.

37

lebih luas, keluarga, sekolah, kampung, bangsa dan sesama manusia

lainnya.44 Kasih sayang terhadap sesama manusia bahkan kepada

binatang merupakan perwujudan kesempurnaan iman dan juga

merupakan perwujudan sifat yang mulia dan akhlak yang terpuji.45

• Sabar

Menurut Ibnu Qoyyim sabar adalah salah satu akhlak yang termasuk

dari akhlak jiwa (hati) yang menghalangi munculnya tindakan yang

tidak baik. Adapun pengertiannya menurut beliau adalah menahan jiwa

dari merasa tidak menerima dan marah dengan takdir dan menahan

lisan dari merintih (mengadu) serta menahan anggota badan dari

maksiat.46 Sabar juga berarti tekun beribadah, memelihara agama,

bekerja dengan tekun, menegakkan kebenaran.

Di samping ada akhlak yang baik ada juga akhlak yang buruk (al-

Akhlak Madzmumah). Orang yang berakhlak buruk yang dalam

masyarakat sering disebut tidak berakhlak, bergelimang dalam keburukan

secara obyektif dia menempati kedudukan yang hina.47

Adapun contoh akhlak yang buruk (al-akhlak� al-madzmumah)

diantaranya :

- Berkata kotor

Kebahagiaan seseorang atau kesengsaraannya atau selamat dan

celakanya terletak diujung lidahnya.48 Jika seseorang dapat menahan

lisannya selalu berkata dengan baik atau berbicara dengan sopan maka

44Ibid., hlm. 123.

45 Mohammad Abdul Aziz Al-Khuly, Akhlak Rasulullah SAW, (Semarang : Wicaksana,

1989), hlm. 201. 46 Hasan bin Ali Hasan Al-Hijazi, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim, (Jakarta : Pustaka Al-

Kautsar, 2001), hlm. 219. 47 Muhammad Abdul Aziz Al-Khuly, op. cit., hlm. 197

48 Rachmat Djatnika, op. cit., hlm. 12.

38

akan menerima balasan kebaikannya dan terhindar dari kejahatan.49

Dusta itu diharamkan akal, syara’, dan undang-undang kemanusiaan.

Juga diharamkan oleh akhlak yang suci.

- Gunjing (Al-ghibah)

Adalah menyebutkan kata-kata keji atau meniru-niru suara atau

perbuatan orang lain dibelakangnya dengan maksud untuk

menghinakannya.50

- Sombong (takabur)

Ialah membesar-besarkan diri dengan anggapan serba sempurna dan

tidak mau menerima kebenaran orang lain karena membandel.51

Betapa pentingnya periode kanak-kanak dalam pendidikan akhlak

yang membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak

kecilnya.52 Pembentukan akhlak yang utama ialah diwaktu kecil, maka

apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan

kemudian telah menjadi kebiasaannya, maka akan sukarlah

meluruskannya.

Pendidikan di TK merupakan kesempatan pertama yang sangat

baik untuk membentuk pribadi anak setelah orang tua.53 Apabila guru

mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil membentuk

pribadi dan akhlak anak maka anak telah mempunyai pegangan atau bekal

dalam menghadapi berbagai goncangan.

49 Ibid., hlm. 70.

50 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta : Rineka Cipta, 1984, hlm. 212.

51Ibid., hlm. 353.

52 Moh. Athiyah Al-Abrasyi, op. cit., hlm. 105.

53 Depdikbud, Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Pendidikan Guru TK Program

Kegiatan Belajar Pengembangan Agama Islam, (Jakarta : Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama, 1994), hlm.�38.

39

E. Manfaat Metode Berceritera dan Menyanyi bagi Anak TK

Metode berceritera dan menyanyi dalam kegiatan pengajaran anak TK

mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK.

Bagi anak usia TK mendengarkan ceritera dan bernyanyi merupakan

kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil dan kreatif akan dapat

membawakan ceritera dan nyanyian dengan baik bagi anak TK.

Kegiatan berceritera dapat menjadi sarana efektif untuk mempengaruhi

cara berpikir dan berperilaku anak.54

Guru dapat memanfaatkan kegiatan berceritera untuk menanamkan

kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif

lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.55

Kegiatan berceritera juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial,

nilai-nilai moral dan keagamaan.

Kegiatan berceritera memberikan pengalaman belajar untuk berlatih

mendengarkan. Dengan mendengarkan ceritera yang mendidik, anak-anak

akan memeproleh contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk serta akibat-

akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut, sehingga dia bisa menentukan

pilihan mana yang harus dia pergunakan dan mana yang harus dijauhi.56

Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang

pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Memberi pengalaman belajar dengan menggunakan metode berceritera

juga dapat memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan

kognitif, afektif maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih

untuk mendengarkan dengan baik, maka dia akan terlatih untuk menjadi

54 T. Handayu, Memaknai Ceritera Mengasah Jiwa, (Solo : Intermedia, 2001), hlm. 76.

55 Moeslihatoen, op. cit., hlm. 168.

56 T. Handayu, op. cit., hlm. 77.

40

pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan

pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya. Pendengar

yang kritis mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar

dengan apa yang difahami.

Metode menyanyi dipergunakan guru untuk memberikan pengalaman

belajar yang unik dan menarik, membangkitkan semangat, menimbulkan rasa

senang dan gembira dalam diri anak didik.

Melalui kegiatan menyanyi guru dapat meningkatkan jiwa seni dan

sastra dalam diri anak didik, guru juga dapat mencerdaskan akal, membina

jiwa dan meningkatkan daya imajinasinya serta dapat meningkatkan

kemampuan berbahasa anak didik.

Hal yang sangat perlu diwaspadai adalah bahwa nyanyian (musik)

anak-anak yang beredar disertai dengan syair merupakan induksi yang amat

kuat dan dapat mempengaruhi perilaku anak.57 Cara menghafal ayat-ayat suci

dengan dinyayikan akan lebih cepat diingat daripada hanya sekedar membaca.

Demikian juga dengan syair-syair yang dinyanyikan oleh para penyanyi cilik

akan sangat mudah diresapi oleh anak-anak. Jika syair lagu anak-anak

mengandung hal-hal umpatan seperti kata “rasain”, anak-anak akan dengan

mudah terpengaruh perilakunya, dan hal ini cenderung membentuk sikap dan

perilaku negatif terhadap diri orang lain. Sebaliknya jika syair-syair musik

lebih menonjolkan aspek kasih sayang contoh lagu “kasih ibu” dan

penghargaan atas alam semesta contoh lagu “pelangi”, sikap dan perilaku anak

terhadap lingkungan sosial dan amalnya akan menjadi lebih positif.

Musik atau nyanyian memiliki potensi untuk menginduktrinasi suatu

masyarakat tertentu dari anak-anak hingga usia lanjut. Namun anak-anak

merupakan sasaran yang paling peka terhadap induksi musik. Sehingga supaya

anak-anak tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih posistif, sebaiknya

mereka diberikan lebih banyak kesempatan untuk mendengarkan nyanyian

57 Monty P. Satiadarma, Terapi Musik, (Jakarta : Milenia Populer, 2002), hlm. 142.

41

yang bertutur tentang alam dan kasih sayang. Hal ini akan dapat membuka

harapan yang lebih besar lagi agar perilaku anak terarah ke hal-hal yang lebih

positif sifatnya.

42

DAFTAR PUSTAKA

Abdu’l-Lah Nashih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Asy-Syifa’, Bandung, 1988.

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo, Persada, Jakarta, 2000.

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, Bulan Bintang, Jakarta,

1975. Ayunah, dkk., Pesan Bu Guru (Kumpulan Lagu Kanak – kanak), WSP Group,

Jakarta, 2000. Diah Harianti, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak – kanak, Proyek

Pembinaan Tenaga Akademik, Jakarta, 1994. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Guru Bidang Pengembangan

Pengetahuan di Taman Kanak – kanak, Proyek Pembinaan Taman Kanak-kanak, Jakarta, 1991

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Guru Bidang Pengembangan

Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak, Jakarta, 1991. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penilaian, Proyek

Peningkatan Mutu Taman Kanak – kanak, Jakarta, 1994. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bahan Dasar Peningkatan Wawasan

Pendidikan Guru TKK Program Kegiatan Belajar Pengembangan

43

Agama Islam, Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama, Jakarta, 1994

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Proses Belajar

Mengajar di Taman Kanak – kanak, Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak – kanak, Jakarta, 1994.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Metodik Khusus Pengembangan

Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak – kanak, Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, Jakarta, 1996.

Hamzah Yaqub, Etika Islam, Diponegoro, Bandung, 1993. Hasan bin Ali Hasan Al Hijazy, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, Pustaka Al –

Kautsar, Jakarta, 2001. Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Hidakarya Agung,

Jakarta, 1978. Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, Ar-Royan, …………, hlm. 117. Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak, Rineka Cipta,

Jakarta, 1999. Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan pada

Pendidikan Dasar dan Pra Sekolah, Materi Penataran, Semarang, 2002. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002. R.H.A. Soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV. Al – Walah,

Semarang, 1996.

44