Bab II 3197156 -...
Transcript of Bab II 3197156 -...
12
BAB II
PENERAPAN GANJARAN
DALAM MEMBENTUK KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA
A. GANJARAN (REWARD)
1. Pengertian Ganjaran
Ganjaran berasal dari kata dasar ganjar yang artinya hadiah
(sebagai pembalas jasa).1 Ganjaran bila diterjemahkan dalam bahasa
arab berbunyi ajr atau tsawab.2 Dan apabila diterjemahkan dalam
bahasa Inggris berbunyi reward.3 Jadi ganjaran secara bahasa berarti
suatu hadiah atau tanda terima kasih.
Sedangkan pengertian ganjaran atau hadiah secara istilah,
banyak ahli yang telah mengemukakannya, antara lain :
a. Menurut St. Vembrianto dkk., mengatakan bahwa “ganjaran adalah
alat pendidikan yang berupa pujian dan atau hadiah yang diberikan
kepada peserta didik atas perilaku atau prestasinya sesuai dengan
harapan”.4
b. Menurut C. Ralph Taylor, Webster’s World University
Dictionary, mengatakan bahwa “reward that which is given for
anything received, either good or bad, but esp. something given in
recognition and appreciation of merit, as a reward for service. –
Vt. To give something in recognition of service or merit, as, to
reward at finder for returning money to the owner”.5 Artinya
adalah suatu yang diberikan untuk diterima, berupa baik atau
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Edisi Kedua, 1997), hlm. 291. 2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: 1973), Cet. I, hlm. 34. 3 Abdullah Masrur, Kamus Lengkap 500.000 Inggris Indonesia, (CV. Bntang Pelajar),
hlm. 200. 4� St. Vembriarto, dkk., Kamus Pendidikan, (Indonesia: PT.Gramedia Widiasarana,
1994), hlm. 20. 5 C. Ralph Taylor, Webster’s World University Dictionary, (Washington, D.C:
Publishers Company, Inc, 1966), hlm. 847.
� 13
buruk, tetapi biasanya suatu itu diberikan untuk mengakui dan
menghargai suatu kebaikan, seperti menghargai suatu jasa. – Vt
artinya memberi suatu untuk mengakui jasa atau kebaikan seperti
menghargai orang yang menemukan uang kemudian dikembalikan
uang kepada pemiliknya.
c. Menurut al-Ghazali yang dikutip dari Zainuddin, mengatakan
bahwa “ganjaran adalah sebagai salah satu alat pendidikan yang
diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi yang
dicapainya”.6
d. Menurut M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa “ganjaran
adalah sebagai alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya
anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya
mendapat penghargaan”.7
Dari empat pendapat tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang
berupa pujian atau hadiah (benda) yang diberikan kepada anak
didik (murid) sebagai imbalan terhadap prestasi atau pekerjaan
yang dicapainya supaya anak didik dapat merasa senang.
2. Dasar dan Tujuan Ganjaran (Reward)
a. Dasar ganjaran (reward)
Istilah tsawab = ganjaran tersebut didapatkan dalam al-
Qur’an untuk menunjukkan apa yang diperbuat oleh seseorang
dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak karena amal
perbuatan yang baik.8 Diantara ayat al-Qur’an yang
6 Zainuddin dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Bumi Aksara), hlm. 85.
7 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Grafindo, 1995), hlm. 182. 8 R.H.A., Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama
RI., 1984), hlm. 100.
� 14
menyatakan tentang tsawab adalah Surat Ali Imran (3) ayat
148 :
�������������� �����������������������������������������
]��!���"�#��$����[�Karena itu Allah Swt. memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah Swt. menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah Swt. akan
memberikan pahala atau ganjaran di dunia dan di akhirat kepada
siapa saja yang telah berbuat kebaikan. Hal itu diilustrasikan
mengapa Nabi Muhammad hanya mengharap balasan dari Allah
Swt. semata-mata. Maka menurut sistem pendidikan Islam, pelajar
harus diberi motivasi sedemikian rupa dengan ganjaran atau pahala
ini. Sebagaimana dikutip oleh Tibawi: “Nabi Muhammad
mengakui pendidik dan si terdidik pencari ilmu pengetahuan,
sebagai rahmat yang akan menerima ganjaran Allah Swt.”9
Dengan meningkatnya usia, penghargaan atau ganjaran atau
hadiah dapat bertindak sebagai sumber motivasi yang kuat bagi
anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku yang baik
sesuai dengan harapan. Sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan
mempunyai nilai edukatif yang penting. Dengan memberikan
penghargaan maka akan mengatakan kepada mereka bahwa
perilaku mereka sesuai dengan harapan sosial dan akan memotivasi
mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial
juga. Jadi penghargaan merupakan agen pendorong untuk perilaku
yang baik.10
b. Tujuan ganjaran (reward)
9 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. II, hlm. 221. 10 Elizabeth B. Hurlochk, Perkembangan Anak, Jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1999),
hlm. 91.
� 15
Beberapa tujuan ganjaran adalah sebagai berikut :
1) Menurut Ag. Soejono, mengatakan bahwa “tujuan pemberian
ganjaran atau perhargaan adalah memperlihatkan kepuasan
pendidik kepada anak didik, bahwa anak didik telah
menjalankan suatu yang luhur dan dengan pemberian
penghargaan itu pendidik mengajak anak didik selalu berbuat
baik”.11
2) Menurut Ngalim Purwanto, “dengan memberi ganjaran
kepada anak agar anak itu menjadi lebih giat lagi usahanya
untuk mempernbaiki atai mempertinggi prestasi yang telah
dapat dicapainya. Dengan kata lai, anak menjadi lebih keras
kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik
lagi”.12
3) Menurut al-Ghazali, mengatakan bahwa “tujuan pemberian
ganjaran adalah agar anak terangsang dan biasa dengan
tingkah laku yang baik”.13
4) Menurut Charles Schaefer, tujuan pemberian hadiah atau ganjaran ialah untuk makin mengembangkan agar hadiah atau kesenangan itu lebih bersifat intrinsik dari pada bersifat ektrinsik. Atau supaya sumber kesenangan itu dalam melakukan sesuatu tindakan datang dari perbuatan diri anak itu sendiri, dari pada karena dipuji atau di hadiahi orang lain.14
Dari empat pendapat tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa tujuan pemberian ganjaran adalah supaya anak
didik itu lebih keras kemauannya atau lebih terangsang untuk
berbuat atau bekerja atau bertingkahlaku yang baik.
3. Macam-macam Ganjaran (Reward)
Menurut pakar pendidikan ada beberapa macam ganjaran, antrara lain :
11 Ag. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: CV. Ilmu), hlm.
161. 12 M. Ngalim Purwanto, Loc.Cit. 13 Zainuddin, dkk., Loc.Cit.. 14 Charles Schaefer, Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Medan:
Kampus IKIP, 1979), hlm. 26.
� 16
a. Menurut al-Ghazali ada tiga macam ganjaran yaitu :15
1) Penghormatan (penghargaan), baik berupa kata-kata misalnya,
baik, bagus, bagus sekali, pintar dan lainnya. Sedangkan
penghormatan dengan isyarat, misalnya anggukan kepala
dengan wajah berseri-seri, menunjukkan jempol, tepuk tangan,
menepuk bahu dan lain-lainnya.
2) Hadiah (benda/barang), yaitu ganjaran yang berupa pemberian
sesuatu/ materi yang bertujuan untuk menggembirakan anak
Hadiahnya tidak perlu yang mahal harganya asalkan pantas saja
misalnya pensil, buku tulis dan lain-lain.
3) Pujian dihadapan orang banyak, ganjaran yang berupa pujian ini
dapat diberkan dihadapan teman-teman dan orangtua/ wali
murid, seperti pada waktu penerimaan rapot atau kenaikan kelas.
b. Menurut Charles Schaefer ada dua macam ganjaran atau hadiah,
yaitu :16
1) Primer yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat permainan,
dan benda-benda nyata lainnya.
2) Sekunder yaitu yang bersifat pujian dari masyarakat, perhatian
dan perasaan terkenal.
c. Menurut Ag. Soejono, ada empat macam penghargaan yaitu: 17
1) Isyarat misalnya; Anggukan, raut muka, senyum dan lain-lain.
2) Perkataan misalnya: Rajin engkau, baik, teruskan !” dan
sebagainya.
3) Perbuatan Misalnya; anak didik diperbolehkan mengatur meja,
almari pendidik dan sebagainya.
15 Zainuddin, dkk., Op.Cit., hlm. 85-86. 16 Charles Schaefer, Loc.Cit. 17 Ag. Soejono, Op.Cit., hlm. 162.
� 17
4) Benda. penghargaan bentuk benda wajib sederhana sekali,
Misalnya: gambar, pensil, buku tulis, buku bacaan, buku
keagamaan, alat permainan dan sebagainya.
d. Menurut Ngalim Purwanto ada lima macam ganjaran yaitu18 :
1) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan
suatu jawaban yang diberikan oleh sang anak
2) Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian)
seperti, “rupanya sudah baik pula tulisanmu. Kalau kamu terus
berlatih tentu akan lebih baik lagi”.
3) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh “Engkau
akan segera saya beri soal yang lebih sukar sediki, karena yang
ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan”.
4) Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat
perlu. Misalnya, “Karena saya lihat kalian telah bekerja dengan
baik dan lekas selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan
sebuah cerita yang bagus sekali”. Ganjaran untuk seluruh kelas
dapat juga berupa bernyanyi atau pergi berdarmawisata.
5) Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan
dan berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-
gula atau makanan yang lain.
Dari empat pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa macam-macam ganjaran dapat digolongkan menjadi dua
sifat :
1. Hadiah atau ganjaran yang bersifat pamer yaitu berupa
makanan, uang, alat-alat permainan dan benda-benda nyata
lainnya.
2. Hadiah atau ganjaran yang bersifat sekunder yaitu berupa
pujian dihadapan orang banyak atau masyarakat, pujian berupa
kata-kata maupun isyarat, perhatian dan perasaan terkenal.
4. Fungsi Ganjaran dalam Belajar
18 M. Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 183.
� 18
Disini ada beberapa pendapat tentang fungsi ganjaran antara lain :
1) Menurut al-Ghazali, “ganjaran berfungsi sebagai fungsi penguatan
yang akan lebih mendorong pada anak untuk semakin
meningkatkan prestasi yang pernah diraihnya”.19
2) Menurut Wens Tanlain, (utama) dkk., “pujian dan hadiah berfungsi
untuk memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang
telah dicapai oleh anak didik. Tindakan ini merupakan pengakuan
setuju terhadap yang telah dilakukan dan dicapai oleh anak
didik”.20
3) Menurut Elizabeth B. Hurlock, “penghargaan dalam istilah
pendidikan sering disebut ganjaran atau reward. Penghargaan atau
ganjaran sebagai alat pendidikan mempuyai tiga peranan penting
dalam mengajar anak berperilaku dengan yang diharapkan
pendidik”.
Pertama; penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu
tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana
hukuman mengisyaratkan merupakan bahwa perilaku mereka itu
buruk, demikian pula penghargaan mengisyaratkan bahwa perilaku itu
baik. Dan seperti halnya hukuman, bila penghargaan bervareasi
intensitasnya agar sesuai dengan usaha anak untuk berperilaku menurut
standar yang diserujui secara sosial, nilai edukatif penghargaan itu
meningkat.
Kedua; penghargaan berfungsi sebagai motifasi untuk
mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Jika seorang anak
mendapatkan penghargaan atas jerih payah dan prestasi belajarnya,
dengan bereaksi positif mereka akan berusaha untuk mengulangi lagi
dan termotivasi untuk mendapat penghargaan.
19 Zainuddin, dkk., Loc.Cit. 20 Wen Tanlain, (utama) dkk., (Jakarta: PT, Gramedia, 1989), hlm. 56.
� 19
Ketiga; penghargan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang
disetujui secara sosial dan tiadanya penghargaan melemahkan
keinginan untuk mengulangi perlaku ini.21
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa fungsi penghargaan atau ganjaran ada tiga peranan penting
yaitu;
1. Penghargaan atau ganjaran mempunyai nilai mendidik.
2. Penghargaan atau ganjaran berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi perlaku yang disetujui secara sosial.
3. Penghargaan atau ganjaran berfungsi untuk memperkuat perlaku
yang disetujui secara sosial.
B. Kedisiplinan Belajar Siswa Di Sekolah
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin yang berarti tata
tertib (di sekolah, kemiliteran dan sebagainya) dan ketaatan
(kepatuhan) pada peraturan (tata tertib dan sebagainya).22 Sedang
menurut Mas’ud Khasan Abdul Qahar dkk, mengemukakan bahwa
disiplin adalah patuh terhadap peraturan-peraturan yang sangat keras
dari organisasi atau tentara.23 Jadi kedisiplinan secara bahasa di sini
berarti suatu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan dari suatu
organisasi (di sekolah).
Sedangkan pengertan kedisiplinan menurut istilah, antara lain :
1. Menurut C. Ralph Taylor mengatakan : “Disciplinen Training that
strengthens; correction, punishment, control or order maintained;
a system of rules for conduct”.24 Artinya disiplin adalah latihan
21 Elizabeth B. Hurlochk, Op.Cit., hlm. 90. 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 237. 23 Mas’ud Khasan Abdul Qohar, dkk., Kamus Istilah Pengetahuan Populer, (Gresik:
CV. Bintang Pelajar), hlm. 60. 24 C. Ralph Taylor, Webster’s World University Dctionary, (Washington D.C:
Publishers Company, Inc, 1996), hlm. 282.
� 20
untuk menguatkan sesuatu, membenarkan, emberi hukuman,
mengontrol atau perintah yang diperintahkan, suatu sistem aturan
kepemimpinan.
2. Menurut Charles Schaefer, mengatakan bahwa “disiplin adalah
mendidik, menuntun dan mengarahkan anak dalam hidupnya dan
dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya”.25
3. Menurut Dr. Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa “disiplin
adalah kepatuhan seseorang alam mengikuti peraturan atau tata
tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada dalam kata
hatinya”.26
4. Menurut dalam Gerakan Disiplin Nasional (GDN) menyongsong
era keterbukaan tahun 2020 No terbit 002/ Npm-1/ 1996.
Disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang
dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul rasa
malu apabila terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan yang Maha
Esa.27
Sedangkan belajar dalam kamus pendidikan diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman.28
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kedisiplinan belajar adalah sikap yang teguh pendirian dalam
melaksanakan peraturan secara lahir dan bating serta merasa malu dan
takut apabila mendapat sanksi dari manusia maupun dari Tuhannya
yang ditandai dengan berubahnya tingkah laku melalui latihan dan
pengalaman.
25 Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak (Pegangan Praktis Bagi orang
tua), (Semarang: Dahara, Prize, 1994), Cet. 5, hlm. 11. 26 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran (Secara Manusiawi), (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1993), Cet. 2, hlm. 114. 27 Sehedi Hendro, Gerakan Disiplin Nasional (GDN) Menyongsong Era Keterbukaan
Tahun 2020, (Jakarta: CV. Navindo Pustaka Mandiri, 1996), hlm. 130. 28 St. Vembriarto, dkk., Op.Cit., hlm. 9.
� 21
Dari empat pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa disiplin atau kedisiplinan adalah latihan untuk mendidik seorang
siswa supaya mempunyai sikap yang teguh pendirian dan patuh dalam
melaksanakan peraturan secara lahir dan batin serta merasa malu dan
takut apabila mendapat sanksi dari manuisa maupun dati Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Tujuan Kedisiplinan
Tujuan kedisiplinan ada dua:29
a. Tujuan Umum
Tujuan Gerakan Disiplin Nasional secara umum adalah
guna mewujudkan kadar disiplin nasional bangsa Indonesia yang
handal dan mantap sehingga pembangunan dapat berjalan lancar,
aman dan sukses serta kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara berlangsung lebih baik, terti dab sejahtera. Dengan kata
lain Tujuan Gerakan Disiplin Nasonal adalah untuk menjadikan
disiplin nasional sebagai faktor peunjang pembangunan nasioanal.
b. Tujuan khusus disiplin di MTs/ SLTP
Tujuan gerakan Disiplin nasional di Sekolah lanjutan
Tingkat Pertama adalah guna mewujudkan kkadar disiplin siswa
yang handal dan mantap sehingga tujuan pendidikan nasioanal
dapat tercapai.
Sedangkan tujuan Pendidikan Nasional menurut UU RI.
No. 2 Th. 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional bab II :
Pasal 2: Pendiddikan Nasional berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
29 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Pelaksanaan Gerakan Disiplin di Sekolah, (Jakarta: 1995), hlm. 2.
� 22
dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Pasal 4: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, berdisiplin, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Jadi tujuan kedisiplinan secara khusus di MTs/SLTP adalah
untuk mewujudkan kadar disiplin siswa yang handal dan mantap
sehingga tujuan pendidikan Nasional yang terdiri dari
mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, berdisiplin, sehat dan rohani, berkepribadian yang
mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap masyarakat dan bangsa yang berdasarkan Pancasial dan
UUD 1945 akan dapat tercapai dengan baik.
3. Ruang lingkup Kedisiplinan Siswa di sekolah
Ruang lingkup kedisiplinan belajar siswa SLTP/ Mts Hasyim
Asy’ari Jepara terurai antara lain meliputi :30
a. Budaya Tertib 1) Budaya tertib antri/ berbaris sebelum memasuki kelas, yakni
penekanannya adalah kerapian, ketertiban dalam berbaris memasuki kelas serta pemeriksaan kehadiran siswa di sekolah.
2) Budaya tertib meninggakan kelas yakni tertib meninggalkan ruang kelas , baik pada jam istirahat atau jam pelajaran terakhir. Khusus pada jam pelajaran terakhir, siswa dapat berbaris diantara bangku , dengan secara tertib dan teratur keluar ruang kelas.
30 Ibid., hlm. 2-5.
� 23
3) Budaya tertib dalam berdo’a bersama –sama sebelu/ sesudah belajar, yakni berdo’a bersama-sama dilakukan dalam kelas masing-masing sebelum jam pertama dan setelah jam terakhir. Setelah berdo’a bersama siswa baru memperleh pelajaran jam pertama, dan menjelang pulang dapat dilakukan dengan cara siswa berbaris diantara bangku, setelah berdo’a siswa dapat meninggalkan ruang kelas secara tertib dan teratur.
4) Budaya tertib meninggalkan sekolah, yakni siswa pilang sekolah setelah tanda bel pulang, meninggalkan seklah sebelum selesai pelajaran siswa wajib lapor kepada kepala sekolah atau guru piket. Siswa tidak masuk harus ada ijindari orangtua, pulang sekolah tidak saling dorong dan berebut, tidak nongkrong dipintu gerbang terlebih dahulu.
5) Budaya tertib/ antri dalam pelajaran di sekolah; tertib berhubungan dengan guru dan pembayaran uang sekolah, misalnya memebayar LKS, iuran Bp3 dan sebagainya. Tertib dalam menerima pembagian, misalnyapembagian kartu (iuran, test, ujian dan sebagainya), bahan pelajaran, kertas ulangan dan sebagainya.
b. Budaya Bersih 1) Bersih lingkungan sekolah; a) Tidak memuang sampah di
sembarang tempat karena sarana telah tersedia. Dilakukan dengan pengawasan sendiri (WASRI) dan Pengawasan teman (WASMAN), b) Tidak merusak taman/ tumbuhan yang sudah ada, c) Tidak mencorat coret di tempat yang tdak selayaknya, misalnya; meja, kursi, tembok, taman dan sebagainya. Dan dilakukan dengan WASRI dan WASMAN.
2) Bersih badan dan pakaian
a) Menjaga sendiri kebersihan badan dan pakaian. Menjaga kebersihan badan; badan yang bersih, rambut yang panjangnya 3 cm tersisir ra[pi tanpa disemir, kuku dipotong pendek, tidak boleh bersolek yang berlebhan. Menjaga kebersihan pakaian; pakaian dijaga bersuih tanpa ada noda apalagi corat -coretan.
b) Disamping bersih siswa harus tertib berseragam dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Siswa wajib berpakaian seragam Osis pada hari;
senin, selasa, rabu dan kamis dengan ketentuan: Putra : • Baju putih lengkap dengan bed Osis, nama, lokasi
dan baju dimasukkan. B) Celana biru bersabuk, bentuk sesuai gambar dari sekolah. c) Sepatu dengan kaos kaki putih.
� 24
Putri : • Baju putih, lengkap dengan bed Osis, nama,
lokasi dan baju dimasukkan b) Rok biru, bersabuk, bentuk sesuai gambar dari sekolah. c) Sepatu hitam dengan kaos kaki putih.
• Khusus saat upacara : Hai senin, tanggal 17 dan hari nasional, pakaian ditambah denga memakai topi.
(2) Siswa wajib berpakaian seragam pramuka pada hari sabtu dan minggu dengan ketentuan; Putra : • Baju cokelat muda lengkap dengan bed pramuka/
tunas kelapa, Jawa Tengah, lokasi Jepara, pandu Dunia Putra, nama. b) Celana cokelat tua bentuk sesuai dengan gambar dari sekolah. c) Sepatu hitam dengan kaos kaki hitam (baju dimasukkan).
Putri : • Baju cokelat muda lengkap dengan bed pramuka/
tunas kelapa, Jawa Tengah, lokasi Jepara, Pandu Dunia Putri, nama. Dan baju diimasukkan. b) Rok cokelat tua bentuk sesuai dengan gambar dari sekolah. c) Sepatu hitam dengan kaos kaki hitam.
• Khusus pada saat upacara ditambah baret atau topi dengan stagen leher atau duk
3) Bersih ruang kelas • Penerapan kelompok-kelompok 6 K (keamanan, kebersihan,
ketertiban keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan). • Kebersihan berdasarkan lokasi persiswa/ kelompok.
c. Budaya Belajar 1) Budaya di kelas
a) Siswa datang di sekolah lima belas menit sebelum pelajaran di mulai.
b) Siswa yang terlambat harus lapor kepada kepala sekolah atau guru piket.
c) Siswa yang tidak masuk harus ada surat ijin dari orangtua/ wali.
d) Apabila guru berhalanga hadir, piket kelas harus lapor kepada kepala sekolah atau guru piket.
e) Siswa tidak membolos/ alpa, atau meninggalkan jam pelajaran.
f) Siswa tekun dan dinamis mengikuti seluruh program beljar mengajar di sekolah.
g) Sisaw tertib mencatat dan tertib peralatannya dalam belajar.
� 25
2) Belajar di waktu luang
a) Siswa harus menjadi anggota dan pengurus Osis. b) Siswa memanfaatkan waktu luang untuk diskusi atau beljar
di perpustakaan sekolah. c) Siswa melaksanakan ekstrakurikuler antara lain : pramuka,
olah raga, kesenian dan lain sebagainya. d) Belajar dalam melaksanakan tugas sekolah. e) siswa harus melaksanakan tugas kurikuler f) siswa wajib menjaga; nama baik sekolah , keamanan,
ketertiban, kekeluargaan, keindahan, kebersihan dan kerindangan sekolah.
d. Budaya Santun 1) Bertutur kata yang sopan, tidak jorok, dusta, mengumpat dan
sebagainya. a) Hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yng lebih
muda. b) Hormat kepada kepala sekolah, guru, TU maupun para
karyawan sekolah. c) Menghormati hak orang lain, tidak mencuri bertengkar dan
berkelahi. d) Menjaga kehormatan sekolah, tidak minum-minumna keras,
obat terlarang, judi dan sek bebas.
4. Sanksi
Untuk mendidik agar tercipta suasana disiplin diberlakukan
sanksi dengan tahapan sebagai berikut :
a. Peringatan secara lisan, sifatnya ringan sekali dan temporer.
b. Peringatan secara tertulis kepada pelajar dengan tembusan
kepda orangtua, apabila melanggar beberapa kali dan ditegr
lewat lisn tidak mempan.
c. Tidak boleh mengikuti pelajara tertentu di sekolah apabla
setelah ada surat tidak ada perubahan.
d. Di skors dalam waktu tertentu, bila siswa melanggar a, b dan c.
e. Dikeluarkan dari sekolah, bila siswa sudah tdak bisa dibina
lagi, karena tahap a, b, c dan d sudah tidak mempan lagi.
5. Arti penting kedisiplinan dan ciri-ciri kedisiplinan bagi siswa
� 26
Kedisiplinan mempunyai peranan sangat penting bagi siswa
dalam hidupnya. Tanpa adanya kedisiplinan maka hidup akan menjadi
semaunya, tanpa arah yang jelas. Dalam hal ini arti penting
kedisiplinan bagi siswa dapat diutraikan sebagai berikut :
a. Tertib
Ketat melaksanakan tugas menumbuhkan kebiasaan untuk
secara teratur dan terus menerus untuk melaksanakan dengan
waktu yang telah ditentukan. Begitu ada tugas orang yang tertib
akan segera tergugah hatinya untuk melaksanakan tugasnya,
biasanya dilakukan pada awal waktu karena khawatir akan lupa.
Apabila tugas belum dilaksanakan jiwa akan menjadi resah
gelisah.
Kebiasaan gesit, cekatan akan menyertai jalan dalam hidup
ini akan tumbuh menjadi disiplin diri. Apabila sikap tertib ini
sudah menyatu dengan jiwa, maka akan sulit diubah karena hal ini
telah mengkristal dengan pribadi kita. Belajar, bekerja dan
berusaha dapat dilakukan tanpa mengalami kebiasaan.
b. Indah
Tak bisa dibayangkan apabila macro cosmos (alam
semesta) dan micro cosmos (alam kecil) tidak tertib berada dalam
posisi dan tugas masing-masing. Dengan adanya ketertiban alam
tersebut tanpa terasa hidup menjadi nyaman. Begitu indahnya
alam ini tertata dengan tertib.
Begitu pula dalam diri kita, semua organ berjalan dengan
tertib. Namun apabila ada salah satu organ tidak berfungsi kita
akan menjadi sakit, hidup terasa tidak indah.
Begitu pula bagi siswa, ketentuan dalam bertindak,
bersikap dan berpakaian akan tercermin dalam tingkah lakunya.
c. Ciri-ciri siswa yang disiplin
� 27
Secara psikologis siswa yang membiasakan kedisiplinan
dalam dirinya ia akan merasa nyaman, tentram dan indah dalam
perikehidupannya. Hal ini tercermin dalam perilakunya. Siswa
yang disiplin adalah dambaan setiap orangtua dan gurunya.
Menurut Ahmad Ghazali (1997 :23-24), jelaslah orang-
orang yang disiplin akan terhindar dari jiwa pesimis, tetapi
menjadi orang-orang yang selalu optimis, mengakui masa depan
lebih baik dari mas sekarang, kerena teguh pendirian dalam
memahami ketentuan-ketentuan yang jelas bertujuan kebaikan di
dunia dan di akhirat. Salah satu sarana dalam menegakkan disiplin
adalah pengendalian diri yang selalu berupaya untuk melakukan
kebaikan (amal shalih dan menghindari kejahatan (mungkar/ keji).
Bila dikaji lebih dalam, maka ciri-ciri siswa yang disiplin
adalah sebagai berikut ;
• Disiplin waktu, (2) Disiplin bersih, (3) Disiplin terhadap
pemerintah dan pimpinan, (4) Disiplin kebersamaan dan
kesetiakawanan, (5) Disiplin tertib dan berurutan, (6) Disiplin
keserasian perilaku jasmaniah dan rohaniah, (7) Disiplin
tugas, (8) Disiplin dalam meningkatkan kualitas, (9) Disiplin
dalam menuntut ilmu dan menggunakan akal pikiran, (10)
Disiplin etika, (11) Disiplin berkesinambungan, (12) Disiplin
mencegah yang dilarang.
6. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa
Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yaitu;
a. Faktor internal
Faktor internal adalah suatu keadaan yang berasal dari
dalam siswa itu sendiri, antara lain : 31
a) Faktor psikologis
31 Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan FIP-
IKIP, 1974), hlm. 155.
� 28
Dalam hal ini kesehatan anak didik yang terpenuhi dan
yang tidak terpenuhi akan dapat mempengaruhinya dalam
belajar.
Misalnya kesehatan yang terpenuhi yaitu makan yang
cukup, badan dan jiwa yang sehat. Dengan keadaan tersebut
akan membantu cara belajar yang tenang sehingga akan tercipta
kedisiplinan belajar siswa yang diharapkan. Sedangkan
kesehatan yang tidak terpenuhi misalnya, gangguan-gangguan
kelenjar (badan atau jiwa yang sakit) akan menyebabkan sikap
pemarah, gelisah, lemah, dan lain sebagainya. Dengan keadan
tersebut akan mengganggu cara belajar yang tenang sehingga
akan tercipta ketidakdisiplinan belajar siswa yang tidak
diharapkan. Maka dari itu kesehatan pendidik dan anak didik
keduanya harus benar-benar dijaga dan diperhatikan. Karena
hal itu akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa di kelas
maupun di rumah.
b) Sikap perseorangan
Sikap perseorangan anak didik di sini ada yang sesuai
dengan standar yang berlaku dalam kelas dan ada yang tidak
sesuai. Contoh sikap anak didik yang sesuia dengan standar
yang berlaku dalam kelas antara lain : berkelakuan yang baik,
tidak acuh tak acuh, tidak mementingkan diri sendiri dan lain
sebagainya.
Sikap tersebut kalau dijaga dan dikembangkan akan
menciptakan ketertiban kelas sehingga akan tercipta
kedisiplinan belajar siswa di kelas, Sedangkan contoh sikap
perseorangan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku
dalam kelas antara lain: acuh tak acuh, mementingkan diri
sendiri, berpakaian yang tidak baik dan lain-lain. Sikap tersebut
kalu dibiarkan akan menggangu ketertiban kelas sehingga tidak
akan tercipta kedisiplinan belajar siswa.
� 29
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah suatu faktor keadaan yang berasal
dari luar diri siswa itu sendiri, antara lain :
1. Keluarga
Faktor keluarga disini yang berperan aktif mendidik
anak adalah orangtua dan orang-orang dewasa yang ada dalam
lingkungan keluarga. Orangtua dalam keluarga berperan
sebagai guru, penuntun, pengajar serta pemimpin pekerjaan dan
pemberi teladan yang positif.32 Contoh pendidikan orangtua
kepada anak yaitu seperti menanamkan kebiasaan pada anak
untuk bangun pagi, merapikan tempat tidurnya sendiri, mencuci
tangan dan kaki sehabis bepergian, menggosok gigi dan
membersihkan dirinya sebelum pergi tidur dan lain-lain
kebiasaan yang baik. Dengan pembentukan sikap kedisiplinan
yang dibawa anak dari lingkungan keluarga ini akan merupakan
modal besar bagi pembentukan sikap kedisiplinan siswa di
lingkungan sekolah.33 Sehingga siswa itu kalau di kelas patuh
terhadap peraturan yang berlaku dan mudah diatur oleh gurunya.
2. Sekolah
Kedisiplinan sekolah disini tidak hanya siswa yang
ditekankan untuk berdisiplin, tetapi ada yang lain, yaitu :
kedisiplinan guru dalam PBM dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/ karyawan dalam pekerjaan administrasi
dan kebersihan/ keteraturan kelas, gedung, halaman sekolah dan
lain-lain. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh
staf serta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BP dalam
pelayanannya kepada siswa. Dengan keteladanan dari seluuruh
32 Moh. Shachib, Pola Asuh Orang Tua (untuk Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri), (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 29. 33 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 119.
� 30
staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan
disiplin membuat siswa akan menjadi disiplin pula.34
3. Masyarakat
Lingkungan masyarakat bagi anak (siswa) disini meliputi
teman sekolah dan teman bermain di rumah. Keadaan
lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku
anak dalam belajar dalam hal ini kedisiplinan dalam belajar.
Apabila lingkungan masyarakatnya aktif dan selalu kondusif,
maka hal itu akan mempengaruhi anak untuk aktif sehingga
menciptakan kedisiplinan dalam belajar. Tetapi sebaliknya,
apabila lingkungan masyarakat pasif dan tidak kondusif maka
akan menyebakan anak malas, pasif dan tidak tercipta
kedisiplinan dalam belajar. Dalam hal ini ganjaranlah yang
harus berperan sebagai salah satu penumbuh semangat dalam
belajar. Akhirnya semoga dengan ganjaran yang kita berikan
kepada anak kita, kelak anak kita akan berdisiplin dalam belajar.
C. EFEKTIVITAS PENERAPAN GANJARAN DALAM MEMBENTUK
KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA
Ganjaran atau imbalan merupakan pendorong yang utama bagi
siswa untuk lebih berhasil dalam proses belajar. Ganjaran adalah salah satu
alat pendidikan untuk mendidik anak didik supaya anak didik dapat merasa
senang karena perbuatannya atau pekerjaannya mendapat penghargaan.35
Dengan ganjaran tersebut, anak didik akan menyukai guru dan sekolahnya,
serta otaknya menjadi mudah menerima pelajaran.
34 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hlm. 67. 35 Ngalim Purwanto, Loc. Cit, hlm. 182.
� 31
Imam al- Ghazali menegaskan, bahwa apabila anak menampilkan
ahlak terpuji dan perbuatan baik, selayaknya dia dihargai dan dibalas
dengan sesuatu yang menyenangkannya serta dipuji di depan orang lain.36
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibnu Jama’ah bahwa jika ada
siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, maka guru jangan
sungkan-sungkan untuk memperlihatkan kekaguman, pujian dan
sanjungan kepada siswa tersebut dihadapan teman-temannya supaya
mereka pun terdorong untuk terus meningkatkan diri.37 Menurut teori
empiristik mengungkapkan ketika kita memberi imbalan kepada anak,
sesungguhnya kita membantu anak untuk berperilaku baik, lalu kita
menarik anak kepada pengalaman yang ingin kita ajarkan.38 Contoh
diantara siswa yang berperilaku baik adalah siswa itu mempunyai budaya
tertib (antri memasuki kelas, tertib dalam berdo’a, tertib dalam pelajaran
dan tertib dalam meniggalkan kelas), mempunyai budaya bersih ( bersih
lingkungan sekolah, bersih badan dan pakaian dan bersih ruang kelas),
mempunyai budaya belajar (belajar di kelas dan belajar di waktu luang),
dan siswa itu mempunyai budaya santun (berkata sopan kepada orang tua,
guru, kepala sekolah, TU, teman-teman dan kepada siapa saja). Dan
berperilaku yang baik merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi kedisiplinan seseorang, termasuk kedisiplinan dalam
belajar.
Dari ketiga pendapat tersebut, sudah jelas bahwa penerapan
ganjaran dapat efektif membentuk kedisiplinan belajar anak.
Di samping itu penerapan ganjaran harus disesuaikan dengan:
tujuan pendidikan yang dicapai, keadaan anak didik, peadaan pendidik
(misalnya mampu atau tidak menggunakannya), situasi dan lingkungan.39
36 Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan Dan Hukuman (Pengaruhnya Bagi Pendidikan
Anak), (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 24. 37 Ibid., hlm. 26.
38 Ibid., hlm. 40.
39 Achmadi, Ilmu Pendidian (Suatu Pengantar), (Salatiga: CV. Saudara, 1984),. hlm. 74.
� 32
Dan disamping itu juga pendidik harus mengetahui beberapa syarat dalam
memberikan ganjaran kepada siswa yaitu:
1. Dalam memberikan ganjaran, guru harus mengenal betul dengan
murid-muridnya dan tahu menghargai dengan tepat.
2. Ganjaran yang diberikan kepada anak, jangan sampai menimbulkan
rasa iri hari bagi anak yang lain, yang merasa pekerjaannya juga
lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran.
3. Jangan memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu
sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi
ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas. Dengan
menjanjikannya lebih dahulu, akan membuat anak berburu-buru
dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi
beberapa anak yang kurang pandai.
4. Pendidik harus berhati-hati dalam memberikan ganjaran, jangan
sampai pemberian ganjaran menimbulkan kesan sebagai upah dari
jerih payah yang telah dilakukannya.
5. Dalam memberi ganjaran harus hemat, terlalu kerap atau terus
menerus dalam memberi ganjaran atau penghargaan atau hadiah
akan menjadi hilang arti ganjaran sebagai alat pendidikan.40
6. Tidak mesti setiap hasil pekerjaan diberi hadiah atau ganjaran atau
penghargaan, karena keberhasilan itu sendiri pada hakekatnya
sudah merupakan hadiah.41
Dari uraian tersebut, sudah jelas bahwa pendidik yang dalam
menerapkan ganjaran dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas,
akan dapat efektif dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa di
dalam kelas.
40 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 184. 41 Achmadi, Op.Cit., hlm. 76.