Bab II 3197156 -...

21
12 BAB II PENERAPAN GANJARAN DALAM MEMBENTUK KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA A. GANJARAN (REWARD) 1. Pengertian Ganjaran Ganjaran berasal dari kata dasar ganjar yang artinya hadiah (sebagai pembalas jasa). 1 Ganjaran bila diterjemahkan dalam bahasa arab berbunyi ajr atau tsawab. 2 Dan apabila diterjemahkan dalam bahasa Inggris berbunyi reward. 3 Jadi ganjaran secara bahasa berarti suatu hadiah atau tanda terima kasih. Sedangkan pengertian ganjaran atau hadiah secara istilah, banyak ahli yang telah mengemukakannya, antara lain : a. Menurut St. Vembrianto dkk., mengatakan bahwa “ganjaran adalah alat pendidikan yang berupa pujian dan atau hadiah yang diberikan kepada peserta didik atas perilaku atau prestasinya sesuai dengan harapan”. 4 b. Menurut C. Ralph Taylor, Webster’s World University Dictionary, mengatakan bahwa “reward that which is given for anything received, either good or bad, but esp. something given in recognition and appreciation of merit, as a reward for service. – Vt. To give something in recognition of service or merit, as, to reward at finder for returning money to the owner. 5 Artinya adalah suatu yang diberikan untuk diterima, berupa baik atau 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Edisi Kedua, 1997), hlm. 291. 2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: 1973), Cet. I, hlm. 34. 3 Abdullah Masrur, Kamus Lengkap 500.000 Inggris Indonesia, (CV. Bntang Pelajar), hlm. 200. 4 St. Vembriarto, dkk., Kamus Pendidikan, (Indonesia: PT.Gramedia Widiasarana, 1994), hlm. 20. 5 C. Ralph Taylor, Webster’s World University Dictionary, (Washington, D.C: Publishers Company, Inc, 1966), hlm. 847.

Transcript of Bab II 3197156 -...

12

BAB II

PENERAPAN GANJARAN

DALAM MEMBENTUK KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

A. GANJARAN (REWARD)

1. Pengertian Ganjaran

Ganjaran berasal dari kata dasar ganjar yang artinya hadiah

(sebagai pembalas jasa).1 Ganjaran bila diterjemahkan dalam bahasa

arab berbunyi ajr atau tsawab.2 Dan apabila diterjemahkan dalam

bahasa Inggris berbunyi reward.3 Jadi ganjaran secara bahasa berarti

suatu hadiah atau tanda terima kasih.

Sedangkan pengertian ganjaran atau hadiah secara istilah,

banyak ahli yang telah mengemukakannya, antara lain :

a. Menurut St. Vembrianto dkk., mengatakan bahwa “ganjaran adalah

alat pendidikan yang berupa pujian dan atau hadiah yang diberikan

kepada peserta didik atas perilaku atau prestasinya sesuai dengan

harapan”.4

b. Menurut C. Ralph Taylor, Webster’s World University

Dictionary, mengatakan bahwa “reward that which is given for

anything received, either good or bad, but esp. something given in

recognition and appreciation of merit, as a reward for service. –

Vt. To give something in recognition of service or merit, as, to

reward at finder for returning money to the owner”.5 Artinya

adalah suatu yang diberikan untuk diterima, berupa baik atau

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Edisi Kedua, 1997), hlm. 291. 2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: 1973), Cet. I, hlm. 34. 3 Abdullah Masrur, Kamus Lengkap 500.000 Inggris Indonesia, (CV. Bntang Pelajar),

hlm. 200. 4� St. Vembriarto, dkk., Kamus Pendidikan, (Indonesia: PT.Gramedia Widiasarana,

1994), hlm. 20. 5 C. Ralph Taylor, Webster’s World University Dictionary, (Washington, D.C:

Publishers Company, Inc, 1966), hlm. 847.

� 13

buruk, tetapi biasanya suatu itu diberikan untuk mengakui dan

menghargai suatu kebaikan, seperti menghargai suatu jasa. – Vt

artinya memberi suatu untuk mengakui jasa atau kebaikan seperti

menghargai orang yang menemukan uang kemudian dikembalikan

uang kepada pemiliknya.

c. Menurut al-Ghazali yang dikutip dari Zainuddin, mengatakan

bahwa “ganjaran adalah sebagai salah satu alat pendidikan yang

diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi yang

dicapainya”.6

d. Menurut M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa “ganjaran

adalah sebagai alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya

anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya

mendapat penghargaan”.7

Dari empat pendapat tersebut dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang

berupa pujian atau hadiah (benda) yang diberikan kepada anak

didik (murid) sebagai imbalan terhadap prestasi atau pekerjaan

yang dicapainya supaya anak didik dapat merasa senang.

2. Dasar dan Tujuan Ganjaran (Reward)

a. Dasar ganjaran (reward)

Istilah tsawab = ganjaran tersebut didapatkan dalam al-

Qur’an untuk menunjukkan apa yang diperbuat oleh seseorang

dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak karena amal

perbuatan yang baik.8 Diantara ayat al-Qur’an yang

6 Zainuddin dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Bumi Aksara), hlm. 85.

7 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Grafindo, 1995), hlm. 182. 8 R.H.A., Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama

RI., 1984), hlm. 100.

� 14

menyatakan tentang tsawab adalah Surat Ali Imran (3) ayat

148 :

�������������� �����������������������������������������

]��!���"�#��$����[�Karena itu Allah Swt. memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah Swt. menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.

Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah Swt. akan

memberikan pahala atau ganjaran di dunia dan di akhirat kepada

siapa saja yang telah berbuat kebaikan. Hal itu diilustrasikan

mengapa Nabi Muhammad hanya mengharap balasan dari Allah

Swt. semata-mata. Maka menurut sistem pendidikan Islam, pelajar

harus diberi motivasi sedemikian rupa dengan ganjaran atau pahala

ini. Sebagaimana dikutip oleh Tibawi: “Nabi Muhammad

mengakui pendidik dan si terdidik pencari ilmu pengetahuan,

sebagai rahmat yang akan menerima ganjaran Allah Swt.”9

Dengan meningkatnya usia, penghargaan atau ganjaran atau

hadiah dapat bertindak sebagai sumber motivasi yang kuat bagi

anak untuk melanjutkan usahanya untuk berperilaku yang baik

sesuai dengan harapan. Sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan

mempunyai nilai edukatif yang penting. Dengan memberikan

penghargaan maka akan mengatakan kepada mereka bahwa

perilaku mereka sesuai dengan harapan sosial dan akan memotivasi

mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial

juga. Jadi penghargaan merupakan agen pendorong untuk perilaku

yang baik.10

b. Tujuan ganjaran (reward)

9 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. II, hlm. 221. 10 Elizabeth B. Hurlochk, Perkembangan Anak, Jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1999),

hlm. 91.

� 15

Beberapa tujuan ganjaran adalah sebagai berikut :

1) Menurut Ag. Soejono, mengatakan bahwa “tujuan pemberian

ganjaran atau perhargaan adalah memperlihatkan kepuasan

pendidik kepada anak didik, bahwa anak didik telah

menjalankan suatu yang luhur dan dengan pemberian

penghargaan itu pendidik mengajak anak didik selalu berbuat

baik”.11

2) Menurut Ngalim Purwanto, “dengan memberi ganjaran

kepada anak agar anak itu menjadi lebih giat lagi usahanya

untuk mempernbaiki atai mempertinggi prestasi yang telah

dapat dicapainya. Dengan kata lai, anak menjadi lebih keras

kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik

lagi”.12

3) Menurut al-Ghazali, mengatakan bahwa “tujuan pemberian

ganjaran adalah agar anak terangsang dan biasa dengan

tingkah laku yang baik”.13

4) Menurut Charles Schaefer, tujuan pemberian hadiah atau ganjaran ialah untuk makin mengembangkan agar hadiah atau kesenangan itu lebih bersifat intrinsik dari pada bersifat ektrinsik. Atau supaya sumber kesenangan itu dalam melakukan sesuatu tindakan datang dari perbuatan diri anak itu sendiri, dari pada karena dipuji atau di hadiahi orang lain.14

Dari empat pendapat tersebut dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa tujuan pemberian ganjaran adalah supaya anak

didik itu lebih keras kemauannya atau lebih terangsang untuk

berbuat atau bekerja atau bertingkahlaku yang baik.

3. Macam-macam Ganjaran (Reward)

Menurut pakar pendidikan ada beberapa macam ganjaran, antrara lain :

11 Ag. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: CV. Ilmu), hlm.

161. 12 M. Ngalim Purwanto, Loc.Cit. 13 Zainuddin, dkk., Loc.Cit.. 14 Charles Schaefer, Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Medan:

Kampus IKIP, 1979), hlm. 26.

� 16

a. Menurut al-Ghazali ada tiga macam ganjaran yaitu :15

1) Penghormatan (penghargaan), baik berupa kata-kata misalnya,

baik, bagus, bagus sekali, pintar dan lainnya. Sedangkan

penghormatan dengan isyarat, misalnya anggukan kepala

dengan wajah berseri-seri, menunjukkan jempol, tepuk tangan,

menepuk bahu dan lain-lainnya.

2) Hadiah (benda/barang), yaitu ganjaran yang berupa pemberian

sesuatu/ materi yang bertujuan untuk menggembirakan anak

Hadiahnya tidak perlu yang mahal harganya asalkan pantas saja

misalnya pensil, buku tulis dan lain-lain.

3) Pujian dihadapan orang banyak, ganjaran yang berupa pujian ini

dapat diberkan dihadapan teman-teman dan orangtua/ wali

murid, seperti pada waktu penerimaan rapot atau kenaikan kelas.

b. Menurut Charles Schaefer ada dua macam ganjaran atau hadiah,

yaitu :16

1) Primer yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat permainan,

dan benda-benda nyata lainnya.

2) Sekunder yaitu yang bersifat pujian dari masyarakat, perhatian

dan perasaan terkenal.

c. Menurut Ag. Soejono, ada empat macam penghargaan yaitu: 17

1) Isyarat misalnya; Anggukan, raut muka, senyum dan lain-lain.

2) Perkataan misalnya: Rajin engkau, baik, teruskan !” dan

sebagainya.

3) Perbuatan Misalnya; anak didik diperbolehkan mengatur meja,

almari pendidik dan sebagainya.

15 Zainuddin, dkk., Op.Cit., hlm. 85-86. 16 Charles Schaefer, Loc.Cit. 17 Ag. Soejono, Op.Cit., hlm. 162.

� 17

4) Benda. penghargaan bentuk benda wajib sederhana sekali,

Misalnya: gambar, pensil, buku tulis, buku bacaan, buku

keagamaan, alat permainan dan sebagainya.

d. Menurut Ngalim Purwanto ada lima macam ganjaran yaitu18 :

1) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan

suatu jawaban yang diberikan oleh sang anak

2) Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian)

seperti, “rupanya sudah baik pula tulisanmu. Kalau kamu terus

berlatih tentu akan lebih baik lagi”.

3) Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh “Engkau

akan segera saya beri soal yang lebih sukar sediki, karena yang

ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan”.

4) Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat

perlu. Misalnya, “Karena saya lihat kalian telah bekerja dengan

baik dan lekas selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan

sebuah cerita yang bagus sekali”. Ganjaran untuk seluruh kelas

dapat juga berupa bernyanyi atau pergi berdarmawisata.

5) Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan

dan berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-

gula atau makanan yang lain.

Dari empat pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan

bahwa macam-macam ganjaran dapat digolongkan menjadi dua

sifat :

1. Hadiah atau ganjaran yang bersifat pamer yaitu berupa

makanan, uang, alat-alat permainan dan benda-benda nyata

lainnya.

2. Hadiah atau ganjaran yang bersifat sekunder yaitu berupa

pujian dihadapan orang banyak atau masyarakat, pujian berupa

kata-kata maupun isyarat, perhatian dan perasaan terkenal.

4. Fungsi Ganjaran dalam Belajar

18 M. Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 183.

� 18

Disini ada beberapa pendapat tentang fungsi ganjaran antara lain :

1) Menurut al-Ghazali, “ganjaran berfungsi sebagai fungsi penguatan

yang akan lebih mendorong pada anak untuk semakin

meningkatkan prestasi yang pernah diraihnya”.19

2) Menurut Wens Tanlain, (utama) dkk., “pujian dan hadiah berfungsi

untuk memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang

telah dicapai oleh anak didik. Tindakan ini merupakan pengakuan

setuju terhadap yang telah dilakukan dan dicapai oleh anak

didik”.20

3) Menurut Elizabeth B. Hurlock, “penghargaan dalam istilah

pendidikan sering disebut ganjaran atau reward. Penghargaan atau

ganjaran sebagai alat pendidikan mempuyai tiga peranan penting

dalam mengajar anak berperilaku dengan yang diharapkan

pendidik”.

Pertama; penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu

tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana

hukuman mengisyaratkan merupakan bahwa perilaku mereka itu

buruk, demikian pula penghargaan mengisyaratkan bahwa perilaku itu

baik. Dan seperti halnya hukuman, bila penghargaan bervareasi

intensitasnya agar sesuai dengan usaha anak untuk berperilaku menurut

standar yang diserujui secara sosial, nilai edukatif penghargaan itu

meningkat.

Kedua; penghargaan berfungsi sebagai motifasi untuk

mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Jika seorang anak

mendapatkan penghargaan atas jerih payah dan prestasi belajarnya,

dengan bereaksi positif mereka akan berusaha untuk mengulangi lagi

dan termotivasi untuk mendapat penghargaan.

19 Zainuddin, dkk., Loc.Cit. 20 Wen Tanlain, (utama) dkk., (Jakarta: PT, Gramedia, 1989), hlm. 56.

� 19

Ketiga; penghargan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang

disetujui secara sosial dan tiadanya penghargaan melemahkan

keinginan untuk mengulangi perlaku ini.21

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa fungsi penghargaan atau ganjaran ada tiga peranan penting

yaitu;

1. Penghargaan atau ganjaran mempunyai nilai mendidik.

2. Penghargaan atau ganjaran berfungsi sebagai motivasi untuk

mengulangi perlaku yang disetujui secara sosial.

3. Penghargaan atau ganjaran berfungsi untuk memperkuat perlaku

yang disetujui secara sosial.

B. Kedisiplinan Belajar Siswa Di Sekolah

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin yang berarti tata

tertib (di sekolah, kemiliteran dan sebagainya) dan ketaatan

(kepatuhan) pada peraturan (tata tertib dan sebagainya).22 Sedang

menurut Mas’ud Khasan Abdul Qahar dkk, mengemukakan bahwa

disiplin adalah patuh terhadap peraturan-peraturan yang sangat keras

dari organisasi atau tentara.23 Jadi kedisiplinan secara bahasa di sini

berarti suatu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan dari suatu

organisasi (di sekolah).

Sedangkan pengertan kedisiplinan menurut istilah, antara lain :

1. Menurut C. Ralph Taylor mengatakan : “Disciplinen Training that

strengthens; correction, punishment, control or order maintained;

a system of rules for conduct”.24 Artinya disiplin adalah latihan

21 Elizabeth B. Hurlochk, Op.Cit., hlm. 90. 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 237. 23 Mas’ud Khasan Abdul Qohar, dkk., Kamus Istilah Pengetahuan Populer, (Gresik:

CV. Bintang Pelajar), hlm. 60. 24 C. Ralph Taylor, Webster’s World University Dctionary, (Washington D.C:

Publishers Company, Inc, 1996), hlm. 282.

� 20

untuk menguatkan sesuatu, membenarkan, emberi hukuman,

mengontrol atau perintah yang diperintahkan, suatu sistem aturan

kepemimpinan.

2. Menurut Charles Schaefer, mengatakan bahwa “disiplin adalah

mendidik, menuntun dan mengarahkan anak dalam hidupnya dan

dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya”.25

3. Menurut Dr. Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa “disiplin

adalah kepatuhan seseorang alam mengikuti peraturan atau tata

tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada dalam kata

hatinya”.26

4. Menurut dalam Gerakan Disiplin Nasional (GDN) menyongsong

era keterbukaan tahun 2020 No terbit 002/ Npm-1/ 1996.

Disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang

dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul rasa

malu apabila terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan yang Maha

Esa.27

Sedangkan belajar dalam kamus pendidikan diartikan sebagai

proses perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman.28

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan kedisiplinan belajar adalah sikap yang teguh pendirian dalam

melaksanakan peraturan secara lahir dan bating serta merasa malu dan

takut apabila mendapat sanksi dari manusia maupun dari Tuhannya

yang ditandai dengan berubahnya tingkah laku melalui latihan dan

pengalaman.

25 Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak (Pegangan Praktis Bagi orang

tua), (Semarang: Dahara, Prize, 1994), Cet. 5, hlm. 11. 26 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran (Secara Manusiawi), (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1993), Cet. 2, hlm. 114. 27 Sehedi Hendro, Gerakan Disiplin Nasional (GDN) Menyongsong Era Keterbukaan

Tahun 2020, (Jakarta: CV. Navindo Pustaka Mandiri, 1996), hlm. 130. 28 St. Vembriarto, dkk., Op.Cit., hlm. 9.

� 21

Dari empat pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa disiplin atau kedisiplinan adalah latihan untuk mendidik seorang

siswa supaya mempunyai sikap yang teguh pendirian dan patuh dalam

melaksanakan peraturan secara lahir dan batin serta merasa malu dan

takut apabila mendapat sanksi dari manuisa maupun dati Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Tujuan Kedisiplinan

Tujuan kedisiplinan ada dua:29

a. Tujuan Umum

Tujuan Gerakan Disiplin Nasional secara umum adalah

guna mewujudkan kadar disiplin nasional bangsa Indonesia yang

handal dan mantap sehingga pembangunan dapat berjalan lancar,

aman dan sukses serta kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara berlangsung lebih baik, terti dab sejahtera. Dengan kata

lain Tujuan Gerakan Disiplin Nasonal adalah untuk menjadikan

disiplin nasional sebagai faktor peunjang pembangunan nasioanal.

b. Tujuan khusus disiplin di MTs/ SLTP

Tujuan gerakan Disiplin nasional di Sekolah lanjutan

Tingkat Pertama adalah guna mewujudkan kkadar disiplin siswa

yang handal dan mantap sehingga tujuan pendidikan nasioanal

dapat tercapai.

Sedangkan tujuan Pendidikan Nasional menurut UU RI.

No. 2 Th. 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional bab II :

Pasal 2: Pendiddikan Nasional berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.

Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan serta meningkatkan

mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia

29 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Pelaksanaan Gerakan Disiplin di Sekolah, (Jakarta: 1995), hlm. 2.

� 22

dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Pasal 4: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

ketrampilan, berdisiplin, sehat jasmani dan rohani,

berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Jadi tujuan kedisiplinan secara khusus di MTs/SLTP adalah

untuk mewujudkan kadar disiplin siswa yang handal dan mantap

sehingga tujuan pendidikan Nasional yang terdiri dari

mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi memiliki pengetahuan dan

ketrampilan, berdisiplin, sehat dan rohani, berkepribadian yang

mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab

terhadap masyarakat dan bangsa yang berdasarkan Pancasial dan

UUD 1945 akan dapat tercapai dengan baik.

3. Ruang lingkup Kedisiplinan Siswa di sekolah

Ruang lingkup kedisiplinan belajar siswa SLTP/ Mts Hasyim

Asy’ari Jepara terurai antara lain meliputi :30

a. Budaya Tertib 1) Budaya tertib antri/ berbaris sebelum memasuki kelas, yakni

penekanannya adalah kerapian, ketertiban dalam berbaris memasuki kelas serta pemeriksaan kehadiran siswa di sekolah.

2) Budaya tertib meninggakan kelas yakni tertib meninggalkan ruang kelas , baik pada jam istirahat atau jam pelajaran terakhir. Khusus pada jam pelajaran terakhir, siswa dapat berbaris diantara bangku , dengan secara tertib dan teratur keluar ruang kelas.

30 Ibid., hlm. 2-5.

� 23

3) Budaya tertib dalam berdo’a bersama –sama sebelu/ sesudah belajar, yakni berdo’a bersama-sama dilakukan dalam kelas masing-masing sebelum jam pertama dan setelah jam terakhir. Setelah berdo’a bersama siswa baru memperleh pelajaran jam pertama, dan menjelang pulang dapat dilakukan dengan cara siswa berbaris diantara bangku, setelah berdo’a siswa dapat meninggalkan ruang kelas secara tertib dan teratur.

4) Budaya tertib meninggalkan sekolah, yakni siswa pilang sekolah setelah tanda bel pulang, meninggalkan seklah sebelum selesai pelajaran siswa wajib lapor kepada kepala sekolah atau guru piket. Siswa tidak masuk harus ada ijindari orangtua, pulang sekolah tidak saling dorong dan berebut, tidak nongkrong dipintu gerbang terlebih dahulu.

5) Budaya tertib/ antri dalam pelajaran di sekolah; tertib berhubungan dengan guru dan pembayaran uang sekolah, misalnya memebayar LKS, iuran Bp3 dan sebagainya. Tertib dalam menerima pembagian, misalnyapembagian kartu (iuran, test, ujian dan sebagainya), bahan pelajaran, kertas ulangan dan sebagainya.

b. Budaya Bersih 1) Bersih lingkungan sekolah; a) Tidak memuang sampah di

sembarang tempat karena sarana telah tersedia. Dilakukan dengan pengawasan sendiri (WASRI) dan Pengawasan teman (WASMAN), b) Tidak merusak taman/ tumbuhan yang sudah ada, c) Tidak mencorat coret di tempat yang tdak selayaknya, misalnya; meja, kursi, tembok, taman dan sebagainya. Dan dilakukan dengan WASRI dan WASMAN.

2) Bersih badan dan pakaian

a) Menjaga sendiri kebersihan badan dan pakaian. Menjaga kebersihan badan; badan yang bersih, rambut yang panjangnya 3 cm tersisir ra[pi tanpa disemir, kuku dipotong pendek, tidak boleh bersolek yang berlebhan. Menjaga kebersihan pakaian; pakaian dijaga bersuih tanpa ada noda apalagi corat -coretan.

b) Disamping bersih siswa harus tertib berseragam dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Siswa wajib berpakaian seragam Osis pada hari;

senin, selasa, rabu dan kamis dengan ketentuan: Putra : • Baju putih lengkap dengan bed Osis, nama, lokasi

dan baju dimasukkan. B) Celana biru bersabuk, bentuk sesuai gambar dari sekolah. c) Sepatu dengan kaos kaki putih.

� 24

Putri : • Baju putih, lengkap dengan bed Osis, nama,

lokasi dan baju dimasukkan b) Rok biru, bersabuk, bentuk sesuai gambar dari sekolah. c) Sepatu hitam dengan kaos kaki putih.

• Khusus saat upacara : Hai senin, tanggal 17 dan hari nasional, pakaian ditambah denga memakai topi.

(2) Siswa wajib berpakaian seragam pramuka pada hari sabtu dan minggu dengan ketentuan; Putra : • Baju cokelat muda lengkap dengan bed pramuka/

tunas kelapa, Jawa Tengah, lokasi Jepara, pandu Dunia Putra, nama. b) Celana cokelat tua bentuk sesuai dengan gambar dari sekolah. c) Sepatu hitam dengan kaos kaki hitam (baju dimasukkan).

Putri : • Baju cokelat muda lengkap dengan bed pramuka/

tunas kelapa, Jawa Tengah, lokasi Jepara, Pandu Dunia Putri, nama. Dan baju diimasukkan. b) Rok cokelat tua bentuk sesuai dengan gambar dari sekolah. c) Sepatu hitam dengan kaos kaki hitam.

• Khusus pada saat upacara ditambah baret atau topi dengan stagen leher atau duk

3) Bersih ruang kelas • Penerapan kelompok-kelompok 6 K (keamanan, kebersihan,

ketertiban keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan). • Kebersihan berdasarkan lokasi persiswa/ kelompok.

c. Budaya Belajar 1) Budaya di kelas

a) Siswa datang di sekolah lima belas menit sebelum pelajaran di mulai.

b) Siswa yang terlambat harus lapor kepada kepala sekolah atau guru piket.

c) Siswa yang tidak masuk harus ada surat ijin dari orangtua/ wali.

d) Apabila guru berhalanga hadir, piket kelas harus lapor kepada kepala sekolah atau guru piket.

e) Siswa tidak membolos/ alpa, atau meninggalkan jam pelajaran.

f) Siswa tekun dan dinamis mengikuti seluruh program beljar mengajar di sekolah.

g) Sisaw tertib mencatat dan tertib peralatannya dalam belajar.

� 25

2) Belajar di waktu luang

a) Siswa harus menjadi anggota dan pengurus Osis. b) Siswa memanfaatkan waktu luang untuk diskusi atau beljar

di perpustakaan sekolah. c) Siswa melaksanakan ekstrakurikuler antara lain : pramuka,

olah raga, kesenian dan lain sebagainya. d) Belajar dalam melaksanakan tugas sekolah. e) siswa harus melaksanakan tugas kurikuler f) siswa wajib menjaga; nama baik sekolah , keamanan,

ketertiban, kekeluargaan, keindahan, kebersihan dan kerindangan sekolah.

d. Budaya Santun 1) Bertutur kata yang sopan, tidak jorok, dusta, mengumpat dan

sebagainya. a) Hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yng lebih

muda. b) Hormat kepada kepala sekolah, guru, TU maupun para

karyawan sekolah. c) Menghormati hak orang lain, tidak mencuri bertengkar dan

berkelahi. d) Menjaga kehormatan sekolah, tidak minum-minumna keras,

obat terlarang, judi dan sek bebas.

4. Sanksi

Untuk mendidik agar tercipta suasana disiplin diberlakukan

sanksi dengan tahapan sebagai berikut :

a. Peringatan secara lisan, sifatnya ringan sekali dan temporer.

b. Peringatan secara tertulis kepada pelajar dengan tembusan

kepda orangtua, apabila melanggar beberapa kali dan ditegr

lewat lisn tidak mempan.

c. Tidak boleh mengikuti pelajara tertentu di sekolah apabla

setelah ada surat tidak ada perubahan.

d. Di skors dalam waktu tertentu, bila siswa melanggar a, b dan c.

e. Dikeluarkan dari sekolah, bila siswa sudah tdak bisa dibina

lagi, karena tahap a, b, c dan d sudah tidak mempan lagi.

5. Arti penting kedisiplinan dan ciri-ciri kedisiplinan bagi siswa

� 26

Kedisiplinan mempunyai peranan sangat penting bagi siswa

dalam hidupnya. Tanpa adanya kedisiplinan maka hidup akan menjadi

semaunya, tanpa arah yang jelas. Dalam hal ini arti penting

kedisiplinan bagi siswa dapat diutraikan sebagai berikut :

a. Tertib

Ketat melaksanakan tugas menumbuhkan kebiasaan untuk

secara teratur dan terus menerus untuk melaksanakan dengan

waktu yang telah ditentukan. Begitu ada tugas orang yang tertib

akan segera tergugah hatinya untuk melaksanakan tugasnya,

biasanya dilakukan pada awal waktu karena khawatir akan lupa.

Apabila tugas belum dilaksanakan jiwa akan menjadi resah

gelisah.

Kebiasaan gesit, cekatan akan menyertai jalan dalam hidup

ini akan tumbuh menjadi disiplin diri. Apabila sikap tertib ini

sudah menyatu dengan jiwa, maka akan sulit diubah karena hal ini

telah mengkristal dengan pribadi kita. Belajar, bekerja dan

berusaha dapat dilakukan tanpa mengalami kebiasaan.

b. Indah

Tak bisa dibayangkan apabila macro cosmos (alam

semesta) dan micro cosmos (alam kecil) tidak tertib berada dalam

posisi dan tugas masing-masing. Dengan adanya ketertiban alam

tersebut tanpa terasa hidup menjadi nyaman. Begitu indahnya

alam ini tertata dengan tertib.

Begitu pula dalam diri kita, semua organ berjalan dengan

tertib. Namun apabila ada salah satu organ tidak berfungsi kita

akan menjadi sakit, hidup terasa tidak indah.

Begitu pula bagi siswa, ketentuan dalam bertindak,

bersikap dan berpakaian akan tercermin dalam tingkah lakunya.

c. Ciri-ciri siswa yang disiplin

� 27

Secara psikologis siswa yang membiasakan kedisiplinan

dalam dirinya ia akan merasa nyaman, tentram dan indah dalam

perikehidupannya. Hal ini tercermin dalam perilakunya. Siswa

yang disiplin adalah dambaan setiap orangtua dan gurunya.

Menurut Ahmad Ghazali (1997 :23-24), jelaslah orang-

orang yang disiplin akan terhindar dari jiwa pesimis, tetapi

menjadi orang-orang yang selalu optimis, mengakui masa depan

lebih baik dari mas sekarang, kerena teguh pendirian dalam

memahami ketentuan-ketentuan yang jelas bertujuan kebaikan di

dunia dan di akhirat. Salah satu sarana dalam menegakkan disiplin

adalah pengendalian diri yang selalu berupaya untuk melakukan

kebaikan (amal shalih dan menghindari kejahatan (mungkar/ keji).

Bila dikaji lebih dalam, maka ciri-ciri siswa yang disiplin

adalah sebagai berikut ;

• Disiplin waktu, (2) Disiplin bersih, (3) Disiplin terhadap

pemerintah dan pimpinan, (4) Disiplin kebersamaan dan

kesetiakawanan, (5) Disiplin tertib dan berurutan, (6) Disiplin

keserasian perilaku jasmaniah dan rohaniah, (7) Disiplin

tugas, (8) Disiplin dalam meningkatkan kualitas, (9) Disiplin

dalam menuntut ilmu dan menggunakan akal pikiran, (10)

Disiplin etika, (11) Disiplin berkesinambungan, (12) Disiplin

mencegah yang dilarang.

6. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa

Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yaitu;

a. Faktor internal

Faktor internal adalah suatu keadaan yang berasal dari

dalam siswa itu sendiri, antara lain : 31

a) Faktor psikologis

31 Siti Meichati, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan FIP-

IKIP, 1974), hlm. 155.

� 28

Dalam hal ini kesehatan anak didik yang terpenuhi dan

yang tidak terpenuhi akan dapat mempengaruhinya dalam

belajar.

Misalnya kesehatan yang terpenuhi yaitu makan yang

cukup, badan dan jiwa yang sehat. Dengan keadaan tersebut

akan membantu cara belajar yang tenang sehingga akan tercipta

kedisiplinan belajar siswa yang diharapkan. Sedangkan

kesehatan yang tidak terpenuhi misalnya, gangguan-gangguan

kelenjar (badan atau jiwa yang sakit) akan menyebabkan sikap

pemarah, gelisah, lemah, dan lain sebagainya. Dengan keadan

tersebut akan mengganggu cara belajar yang tenang sehingga

akan tercipta ketidakdisiplinan belajar siswa yang tidak

diharapkan. Maka dari itu kesehatan pendidik dan anak didik

keduanya harus benar-benar dijaga dan diperhatikan. Karena

hal itu akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa di kelas

maupun di rumah.

b) Sikap perseorangan

Sikap perseorangan anak didik di sini ada yang sesuai

dengan standar yang berlaku dalam kelas dan ada yang tidak

sesuai. Contoh sikap anak didik yang sesuia dengan standar

yang berlaku dalam kelas antara lain : berkelakuan yang baik,

tidak acuh tak acuh, tidak mementingkan diri sendiri dan lain

sebagainya.

Sikap tersebut kalau dijaga dan dikembangkan akan

menciptakan ketertiban kelas sehingga akan tercipta

kedisiplinan belajar siswa di kelas, Sedangkan contoh sikap

perseorangan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku

dalam kelas antara lain: acuh tak acuh, mementingkan diri

sendiri, berpakaian yang tidak baik dan lain-lain. Sikap tersebut

kalu dibiarkan akan menggangu ketertiban kelas sehingga tidak

akan tercipta kedisiplinan belajar siswa.

� 29

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah suatu faktor keadaan yang berasal

dari luar diri siswa itu sendiri, antara lain :

1. Keluarga

Faktor keluarga disini yang berperan aktif mendidik

anak adalah orangtua dan orang-orang dewasa yang ada dalam

lingkungan keluarga. Orangtua dalam keluarga berperan

sebagai guru, penuntun, pengajar serta pemimpin pekerjaan dan

pemberi teladan yang positif.32 Contoh pendidikan orangtua

kepada anak yaitu seperti menanamkan kebiasaan pada anak

untuk bangun pagi, merapikan tempat tidurnya sendiri, mencuci

tangan dan kaki sehabis bepergian, menggosok gigi dan

membersihkan dirinya sebelum pergi tidur dan lain-lain

kebiasaan yang baik. Dengan pembentukan sikap kedisiplinan

yang dibawa anak dari lingkungan keluarga ini akan merupakan

modal besar bagi pembentukan sikap kedisiplinan siswa di

lingkungan sekolah.33 Sehingga siswa itu kalau di kelas patuh

terhadap peraturan yang berlaku dan mudah diatur oleh gurunya.

2. Sekolah

Kedisiplinan sekolah disini tidak hanya siswa yang

ditekankan untuk berdisiplin, tetapi ada yang lain, yaitu :

kedisiplinan guru dalam PBM dengan melaksanakan tata tertib,

kedisiplinan pegawai/ karyawan dalam pekerjaan administrasi

dan kebersihan/ keteraturan kelas, gedung, halaman sekolah dan

lain-lain. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh

staf serta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BP dalam

pelayanannya kepada siswa. Dengan keteladanan dari seluuruh

32 Moh. Shachib, Pola Asuh Orang Tua (untuk Membantu Anak Mengembangkan

Disiplin Diri), (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 29. 33 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 119.

� 30

staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan

disiplin membuat siswa akan menjadi disiplin pula.34

3. Masyarakat

Lingkungan masyarakat bagi anak (siswa) disini meliputi

teman sekolah dan teman bermain di rumah. Keadaan

lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku

anak dalam belajar dalam hal ini kedisiplinan dalam belajar.

Apabila lingkungan masyarakatnya aktif dan selalu kondusif,

maka hal itu akan mempengaruhi anak untuk aktif sehingga

menciptakan kedisiplinan dalam belajar. Tetapi sebaliknya,

apabila lingkungan masyarakat pasif dan tidak kondusif maka

akan menyebakan anak malas, pasif dan tidak tercipta

kedisiplinan dalam belajar. Dalam hal ini ganjaranlah yang

harus berperan sebagai salah satu penumbuh semangat dalam

belajar. Akhirnya semoga dengan ganjaran yang kita berikan

kepada anak kita, kelak anak kita akan berdisiplin dalam belajar.

C. EFEKTIVITAS PENERAPAN GANJARAN DALAM MEMBENTUK

KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

Ganjaran atau imbalan merupakan pendorong yang utama bagi

siswa untuk lebih berhasil dalam proses belajar. Ganjaran adalah salah satu

alat pendidikan untuk mendidik anak didik supaya anak didik dapat merasa

senang karena perbuatannya atau pekerjaannya mendapat penghargaan.35

Dengan ganjaran tersebut, anak didik akan menyukai guru dan sekolahnya,

serta otaknya menjadi mudah menerima pelajaran.

34 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,

1995), hlm. 67. 35 Ngalim Purwanto, Loc. Cit, hlm. 182.

� 31

Imam al- Ghazali menegaskan, bahwa apabila anak menampilkan

ahlak terpuji dan perbuatan baik, selayaknya dia dihargai dan dibalas

dengan sesuatu yang menyenangkannya serta dipuji di depan orang lain.36

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibnu Jama’ah bahwa jika ada

siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, maka guru jangan

sungkan-sungkan untuk memperlihatkan kekaguman, pujian dan

sanjungan kepada siswa tersebut dihadapan teman-temannya supaya

mereka pun terdorong untuk terus meningkatkan diri.37 Menurut teori

empiristik mengungkapkan ketika kita memberi imbalan kepada anak,

sesungguhnya kita membantu anak untuk berperilaku baik, lalu kita

menarik anak kepada pengalaman yang ingin kita ajarkan.38 Contoh

diantara siswa yang berperilaku baik adalah siswa itu mempunyai budaya

tertib (antri memasuki kelas, tertib dalam berdo’a, tertib dalam pelajaran

dan tertib dalam meniggalkan kelas), mempunyai budaya bersih ( bersih

lingkungan sekolah, bersih badan dan pakaian dan bersih ruang kelas),

mempunyai budaya belajar (belajar di kelas dan belajar di waktu luang),

dan siswa itu mempunyai budaya santun (berkata sopan kepada orang tua,

guru, kepala sekolah, TU, teman-teman dan kepada siapa saja). Dan

berperilaku yang baik merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi kedisiplinan seseorang, termasuk kedisiplinan dalam

belajar.

Dari ketiga pendapat tersebut, sudah jelas bahwa penerapan

ganjaran dapat efektif membentuk kedisiplinan belajar anak.

Di samping itu penerapan ganjaran harus disesuaikan dengan:

tujuan pendidikan yang dicapai, keadaan anak didik, peadaan pendidik

(misalnya mampu atau tidak menggunakannya), situasi dan lingkungan.39

36 Ahmad Ali Budaiwi, Imbalan Dan Hukuman (Pengaruhnya Bagi Pendidikan

Anak), (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 24. 37 Ibid., hlm. 26.

38 Ibid., hlm. 40.

39 Achmadi, Ilmu Pendidian (Suatu Pengantar), (Salatiga: CV. Saudara, 1984),. hlm. 74.

� 32

Dan disamping itu juga pendidik harus mengetahui beberapa syarat dalam

memberikan ganjaran kepada siswa yaitu:

1. Dalam memberikan ganjaran, guru harus mengenal betul dengan

murid-muridnya dan tahu menghargai dengan tepat.

2. Ganjaran yang diberikan kepada anak, jangan sampai menimbulkan

rasa iri hari bagi anak yang lain, yang merasa pekerjaannya juga

lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran.

3. Jangan memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu

sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi

ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas. Dengan

menjanjikannya lebih dahulu, akan membuat anak berburu-buru

dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi

beberapa anak yang kurang pandai.

4. Pendidik harus berhati-hati dalam memberikan ganjaran, jangan

sampai pemberian ganjaran menimbulkan kesan sebagai upah dari

jerih payah yang telah dilakukannya.

5. Dalam memberi ganjaran harus hemat, terlalu kerap atau terus

menerus dalam memberi ganjaran atau penghargaan atau hadiah

akan menjadi hilang arti ganjaran sebagai alat pendidikan.40

6. Tidak mesti setiap hasil pekerjaan diberi hadiah atau ganjaran atau

penghargaan, karena keberhasilan itu sendiri pada hakekatnya

sudah merupakan hadiah.41

Dari uraian tersebut, sudah jelas bahwa pendidik yang dalam

menerapkan ganjaran dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas,

akan dapat efektif dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa di

dalam kelas.

40 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 184. 41 Achmadi, Op.Cit., hlm. 76.