BAB II 2198201 -...

34
21 BAB II KONSEP PINJAM-MEMINJAM UANG, KOPERASI DAN BUNGA A. Pinjam meminjam uang 1. Pengertian pinjam-meminjam uang Pinjaman menurut etimologi adalah ( ) diambil dari kata ( ) yang berarti datang dan pergi , atau ( ) saling menukar dan mengganti dalam tradisi pinjam-meminjam uang. 1 Pinjam-meminjam menurut ahli fiqih adalah: transaksi antara dua pihak. Misalnya: orang menyerahkan uang (barang) kepada orang lain secara sukarela, dan uang (barang) itu dikembalikan lagi kepada pihak pertama dalam waktu yang berbeda, dengan hal yang serupa. 2 Ariyah menurut bahasa adalah pinjaman 1. Menurut Hanafiyah, pinjaman adalah: Memiliki manfaat secara cuma-cuma 2. Menurut Malikiyah, pinjaman adalah: “ Memiliki manfaat dalam waktu tertentu dengan tanpa imbalan 1 Dr. Rahmat Syafe’i, MA, Fiqh Muamalah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hlm. 139. 2 Dr. Abu Sura’i Abdul Hadi MA, Bunga Bank dalam Islam, Al- Ikhlas, Surabaya, 1993, hlm. 125.

Transcript of BAB II 2198201 -...

Page 1: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

21

BAB II

KONSEP PINJAM-MEMINJAM UANG,

KOPERASI DAN BUNGA

A. Pinjam meminjam uang

1. Pengertian pinjam-meminjam uang

Pinjaman menurut etimologi adalah ( ��������� ) diambil dari kata ( �� )

yang berarti datang dan pergi , atau ( ������� ) saling menukar dan mengganti

dalam tradisi pinjam-meminjam uang.1

Pinjam-meminjam menurut ahli fiqih adalah: transaksi antara dua

pihak. Misalnya: orang menyerahkan uang (barang) kepada orang lain secara

sukarela, dan uang (barang) itu dikembalikan lagi kepada pihak pertama

dalam waktu yang berbeda, dengan hal yang serupa.2

Ariyah menurut bahasa adalah pinjaman

1. Menurut Hanafiyah, pinjaman adalah:

���� ���������������� “Memiliki manfaat secara cuma-cuma ”

2. Menurut Malikiyah, pinjaman adalah:

��� ����������������������� “ Memiliki manfaat dalam waktu tertentu dengan tanpa imbalan ”

1 Dr. Rahmat Syafe’i, MA, Fiqh Muamalah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2001, hlm. 139. 2 Dr. Abu Sura’i Abdul Hadi MA, Bunga Bank dalam Islam, Al- Ikhlas, Surabaya, 1993, hlm. 125.

Page 2: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

22

3. Menurut Syafi’iyah , pinjaman adalah:

����� ���������� !"�#��$������� �%��&����'�(��������$�������#)�����$*+�

$*+�����,��-.*�������

“Kebolehan mengambil manfaat dari seseorang yang membebaskannya, mungkin untuk dimanfaatkan, tetapi barang yang di pinjamkan dapat dikembalikan kepada pemiliknya”

4. Menurut Hanabilah, pinjaman adalah:

�&�-*�/���*��0����#��� ��*�1��#����������%��

“Kebolehan memanfaatkan suatu barang tanpa imbalan dari peminjam atau yang lainnya”

5. Ibnu Rif ’ah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan pinjaman adalah:

��-.*�������'�(��������$�������2)������$��������%��&�

“Kebolehan mengambil manfaat suatu barang yang halal, serta zatnya dapat dikembalikan”

6. Menurut al-Mawardi yang dimaksud dengan pinjaman adalah:

�����������+��

“Memberikan manfaat-manfaat.3

Pinjam-meminjam bisa juga diartikan dengan, memberikan sesuatu

yang halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusak

barang (uang), agar dapat dikembalikan barang (uang) itu.4

3 Drs.H.Hendi Suhendi, M.Si, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,

hlm. 91-92. 4 Suwardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 200, hlm.126.

Page 3: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

23

Dari uraian diatas dapat difahami bahwa pinjam-meminjam

merupakan perjanjian timbal balik antara dua pihak. Misalnya: A,

memberikan barang (uang) kepada B, dengan ketentuan B, akan

mengembalikan barang tersebut, sebagaimana barang yang diterimanya.

Sedangkan pinjam-meminjam dalam undang-undang hukum perdata

pasal 1740, dalam pasal tersebut dijelaskan, pinjam pakai adalah perjanjian

dengan memberikan suatu barang kepada pihak lain untuk dipakai dan

dimanfaatkan, dengan cuma-cuma, syaratnya setelah menerima dan memakai

barang tersebut, dalam jangka waktu tertentu harus mengembalikannya.

Definisi pinjam-meminjam adalah pengalihan kepemilikan barang

(uang) dengan pergantian di kemudian hari, tanpa ada tambahan dari barang

yang dipinjamkan.5

Dalam Islam pinjam-meminjam tidaklah dilarang bahkan dianjurkan,

agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara yang satu dengan

yang lain.6 karena dengan adanya pinjam-meminjam dapat mempererat

hubungan persaudaraan, dan orang dapat memenuhi kebutuhannya, juga

usahanya.

Dari pendapat di atas dapat difahami bahwa meskipun menggunakan

redaksi yang berbeda, namun materi permasalahannya tentang pinjam-

meminjam sama. Jadi yang dimaksud dengan pinjaman adalah memberikan

5 Murtada Mutahari, Asuransi dan Riba, Pustaka Hidayat, Bandung, 1995, hlm. 67 6 M. Syfi’i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, EKONOSIA, Yogyakarta, 1999,

hlm. 217.

Page 4: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

24

manfaat suatu barang dari seorang kepada orang lain secara cuma-cuma, bila

digantikan dengan sesuatu maka tidak dapat disebut dengan pinjaman.

2. Hukum pinjam-meminjam

Hukum memberi pinjam-meminjam adalah sunah, karena

mengandung unsur kebaikan, yaitu menolong orang yang sedang kesusahan.

Menolong orang yang sedang kesusahan sangat dianjurkan oleh agama.

Seperti yang ada dalam hadist Rasululah SAW:

���#����3��45���6*�*��,���#7���8�9�����3��,�:�4+��;��<���#�

�#������(���=���>*?�#����*?����3��<������@���>*?�#����*?�#����#

6*A������@���,������3��*0���*0���,��*0��BC8�0��-��D��

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda: ‘barang siapa melepaskan orang mukminin suatu kesempitan, yaitu kesempitan dunia, maka Allah akan melepaskannya dari suatu kesempitan pada hari qiyamat. Dan barang siapa yang memberi kemudahan atas kesukaran seseorang, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat’. (HR. Muslim)7

Pendapat yang sama tentang hukum pinjam-meminjam oleh Sayyid

Sabiq, pinjam- meminjam adalah sunah, sebagaimana yang dikutip oleh Taqy

al-Din, bahwa pinjam-meminjam hukumnya wajib ketika awal Islam. Adapun

landasan hukumnya dalam nash al-Qur’an:

C�6@E�����;FD

7 Drs. H. Ibnu Mas’ud, Drs. H. Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafi’i, Pustaka Setia, Bandung,

hlm. 65.

Page 5: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

25

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan. (Q.S. al- Maidah: 2)8

3. Rukun dan syarat pinjam-meminjam

Menurut Hanafiyah bahwa rukun pinjam-meminjam adalah , ijab dan

qabul, ijab dan qabul tidak wajib diucapkan tetapi cukup dengan

menyerahkan pemilik kepada peminjam, ijab qabul dari pinjam-meminjam

cukup diucapkan.9

Adapun menurut golongan Syafi’iyah bahwa rukun pinjam-meminjam

adalah:

a. Kalimat meminjamkan (lafazh), seperti seorang berkata, saya pinjamkan

benda ini kepadamu, dan yang menerima berkata, saya mengakku

berhutang kepadamu.

b. Mu’ir yaitu orang yang meminjamkan, dan Musta’ir yaitu orang yang

menerima uang, syarat bagi yang meminjamkan adalah berhak

menyerahkannya.

Sedangkan syarat bagi pinjam-meminjam adalah:

1) Mu’ir berakal sehat, anak kecil dan orang gila tidak dapat meminjam

kan barang (uang).

8 Drs. H. Hendi Suhendi, M.Si, op-cit, hlm93. 9Drs. H. Hendi Suhendi, M.Si, op-cit, hlm. 94.

Page 6: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

26

2) Pemegangan barang oleh peminjam, karena pinjam-meminjam adalah

transaksi dalam berbuat kebaikan.

3) Barang (must’ar), yang dapat dimanfaatkan, jika barang yang

dipinjam tidak dimanfaatkan maka pinjam-meminjam tidak sah.10

B. Pengertian koperasi

Koperasi adalah, kerja sama yang beranggotakan orang-orang maupun

badan-badan, dimana ia memberikan kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai

anggota.11Kerja sama dalam koperasi ini dilaksanakan berdasarkan prinsip saling

membutuhkan dan kesamaan orang-orang, yang secara bersama-sama

mengupayakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik yang dalam keperluan

pribadi atau perusahaan. Untuk mencapai tujuan itu dalam koperasi dibutuhkan

kerja sama yang dilakukan secara terus-menerus.

Sedangkan menurut Undang-Undang Koperasi Nomor 25 pada tahun

1992, koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak

sosial, dan beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang merupakan

susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Sedangkan koperasi dalam prakteknya di bagi menjadi lima golongan

yaitu:

1. Koperasi konsumsi

2. Koperasi simpan pinjam uang (koperasi kredit)

10 Dr. Rahmat Syfe’i, op-cit, hlm. 141. 11 Pandji anoraga, SE, MM, H Djoko Sudantoko,S.Sos, MM, koperasi kewirausahaan dan usaha

kecil, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm, 1

Page 7: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

27

3. Koperasi produksi

4. Koperasi jasa

5. Koperasi serba usaha

1. Koperasi konsumsi

Koperasi konsumsi adalah, koperasi yang meminjamkan barang-

barang yang di perlukan setiap hari. Misalnya: beras, gula, garam, dan

minyak kelapa.12

2. Koperasi simpan pinjam

Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit adalah, usaha yang

bergerak pada simpan pinjam uang. koperasi ini didirikan untuk memberi

kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan

mudah dan murah.

3. Koperasi produksi

Koperasi Produksi adalah, koperasi yang bergerak dalam bidang

kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang

dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang (anggota)

koperasi. Contohnya: koperasi peternakan sapi perah, koperasi tahu tempe,

koperasi batik dan lain-lain.

12 Dra, Nanik Widiyanti, Sunindhia, S.H, Koperasi dan Perekonomiaan Indonesia,PT Rineka

Cipta, Jakarta,1992, hlm. 49.

Page 8: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

28

4. Koperasi jasa

Koperasi jasa adalah, koperasi yang berusaha dibidang penyediaan

jasa bagi para anggota dan masyarakat umum. Contohnya: Koperasi

angkutan, Koperasi perencanaan, Koperasi Asuransi Indonesia dan lain-lain.

5. Koperasi serba usaha

Koperasi serba usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD), organisasi

yang dibentuk untuk meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah

pedesaan. Koperasi Unit Desa bertujuan, mengembangkan ideologi dan

kehidupan perkoperasian dan mengembangkan kesejahteraan anggota

khususnya, kemampuan daya kreasi, untuk meningkatkan produksi dan

penjualan.

C. Bunga

1. Pengertian bunga

Bunga merupakan kompensasi yang di bayarkan kepada pemberi

pinjaman oleh peminjam atas keuntungan yang ia peroleh dari penggunaan

uang tersebut. Dengan demikian bunga di tentukan oleh besarnya keuntungan

yang tidak terkait dengan jumlah atau nilai pinjaman uang. Dan mereka

menganggap bila mana banyak hal dapat di lakukan dengan menggunakan

uang, banyak pula uang yang dapat di berikan untuk penggunaan tersebut 13.

13 Af Zalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid III, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1996,

hlm. 17.

Page 9: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

29

Selanjutnya semua uang juga merupakan simpanan yang dapat di karyakan

dan bertalian erat dengan semua nilai pekerjaan.

Sedangkan bunga dalam buku Principles of Economics, adalah harga

yang di bayarkan untuk pemakaian modal dalam pasar cenderung ke tingkat

keseimbangan, sehingga permintaan akan modal seluruhnya dalam pasar

menurut tingkat bunga tertentu, sama dengan pinjaman di peroleh pada

tingkat bunga. Bilamana pasar yang di maksud kecil, misalnya: satu kota

atau satu kegiatan dalam negara yang maju maka permintaan modal

meningkat, di situ akan langsung bertemu dengan penawaran yang meningkat

dari daerah atau usaha sekitarnya. Akan tetapi bila kita memandang negara

besar sebagai pasar modal, maka kita tidak dapat melihat penawaran yang

agregat berubah cepat, dan banyak perubahan dalam tingkat bunga, sebab

modal umum adalah, produk dari bekerja dan menunggu, dan pekerjaan

tambahan serta menunggu tambahan, yang akan terangsang oleh peningkatan

tingkat bunga. Tidak akan segera berjumlah besar bilamana dibandingkan

dengan pekerjaan dan menunggu, hasil persediaan modal total ada

penambahan, permintaan modal yang luas pada umumnya, karena itu akan

bertemu selama waktu tertentu bukan dengan peningkatan permintaan,

melainkan dengan peningkatan tingkat bunga14. Tetapi ada juga pendapat

yang mengatakan bahwa bunga adalah imbalan untuk menunggu

sebagaimana adanya, daripada melihat sebagai imbalan karena tidak

14 John Mainerd Keynes, Teori umum mengenai kesempatan kerja, Bunga dan Uang, Gajahmada

University Pres, hlm. 173-174.

Page 10: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

30

menyimpan, sama halnya dengan tingkat-tingkat hasil pinjaman yang

menyangkut derajat resiko yang berbeda-beda. Sewajarnya di pandang bukan

sebagai imbalan untuk menunggu. Karena kesemuanya itu adalah imbalan

bagi resiko yang di tanggung dalam menghadapi salah satu jenis

ketidaktentuan.15

Sedangkan secara leksikal, bunga adalah tanggungan pada pinjaman

uang yang dihitung dari prosentase uang yang di pinjamkan. Pendapat lain

menyatakan bunga yaitu: sejumlah uang yang di bayarkan atau di

kalkulasikan untuk penggunaan modal tersebut, misalnya dinyatakan dengan

satu tingkatan prosentase modal yang bersangkut-paut dengan suku bunga

modal 16.

Sedangkan dalam ilmu ekonomi bunga uang timbul dengan sejumlah

uang pokoknya, yang lazim di sebut dengan istilah kapital atau modal berupa

uang. Dalam dunia ekonomi bunga uang lazim pula disebut dengan istilah

rente. Kebanyakan orang menganggap bahwa bunga itu sebagai harga yang

di bayarkan untuk penggunaan modal uang.

Sedangkan menurut Goed Hart bunga uang atau rente adalah

perbedaan nilai yang tergantung pada perbedaan waktu, berdasarkan atas

perhitungan ekonomi. Menurut Tohar Ibrahim bunga uang atau interes adalah

harga daripada alat produksi modal. Menurut Hermanes, bunga uang adalah

15 John Mainerd Keynes, Ibid., hlm. 169. 16 Editor Anas Hidayat dan Sabirin Malian, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, UII

Press Yogyakarta, 2000, hlm. 146-147.

Page 11: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

31

pendapatan yang di terima oleh pemilik kapital uang karena ia meminjamkan

uangnya kepada orang lain, tentu pemilik kapital uang dapat juga

menggunakan uang itu dalam perusahaannya sendiri. Pemilik kapital uang ini

sudah tentu tak akan menerima bunga, akan tetapi bunga yang tidak di terima

itu diperhitungkan dalam biaya produksi. Perhitungan itu dapat didasarkan

pada bunga yang umum berlaku, jadi bunga itu tidak lain daripada harga yang

di bayarkan untuk menggunakan kapital uang, 17 karena bunga itu

berdasarkan milik orang atas kapital uang. Maka bunga itulah disebut

pendapatan milik.

Jika kita lihat modal yang dipinjam kepada perusahaan, maka

modalnya akan dihitung dengan barang-barang material (bahan-bahan baku)

yang digunakan untuk produksi barang dan jasa. Maka bunga sebagai harga

yang di bayarkan untuk biaya produksi, disini timbul ketidakjelasan karena

modal digunakannya secara konvensional. Memang bahwa uang membeli

barang baik barang-barang produktif maupun barang-barang konsumtif

(sebaliknya barang membeli uang), tetapi benar bahwa uang mambeli buruh

dan tanah sekaligus, bila kita identifikasikan sewa dengan bunga uang, karena

uang membeli mesin-mesin maka dengan analogi yang sama seharusnya kita

mengidentifikasikan bunga dengan tingkat upah dan sewa tanah.18

Sedangkan sewa menurut Ricardo adalah bagian hasil yang di

bayarkan untuk penggunaan kekayaan dan tak dapat rusak, atau disebut

17 Drs. A. Sabirin, Bunga Uang dan Riba Dalam Hukum Islam, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1984,

hlm. 18-19.

Page 12: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

32

surplus diferential. Kalau dipandang dari hukum Islam pembayaran sewa

tidaklah bertentangan dengan etika ekonomi Islam, tetapi sepintas baik sewa

maupun bunga kelihatan satu dan sama, karena sewa adalah harta yang di

bayarkan atas peminjaman benda, sedangkan bunga di bayarkan atas modal.19

Modal itu mempunyai potensi untuk dialihkan menjadi harta benda atau

kekayaan apa saja.

Teori abstinence menganggap bunga adalah sejumlah uang yang

diberikan kepada seseorang, karena yang memberi pinjaman telah menahan

keinginannya memanfaatkan uangnya sendiri, semata-mata untuk memenuhi

keinginan peminjam.

Teori produktif konsumtif menganggap setiap uang yang dipinjamkan

akan membawa keuntungan bagi orang yang dipinjaminya, jadi setiap uang

baik pinjaman produktif maupun konsumtif pasti menambah keuntungan bagi

peminjam.

Teori opportunity menganggap bahwa dengan meminjamkan uangnya

berarti pemberi pinjaman menunggu atau menahan diri untuk tidak

menggunakan modalnya sendiri,20 yang dapat menghasilkan keuntungan.

18 Dr. Monzer Kalf, Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 91-92. 19 Moh. Abdul Manan., Ekonomi Islam Teori dan Praktek, PT Inter Masa, 1992, hlm. 114-115. 20 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, CV Adi Putra, Yogyakarta, 2002,

hlm. 8-10.

Page 13: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

33

Dalam praktek bunga merupakan keuntungan yang diperoleh pihak

bank karena jasanya telah meminjamkan uang untuk memperlancar kegiatan

usaha perusahaannya.21

2. Hukum bunga

Banyak tanggapan dan pandangan dari para ulama dan ahli fiqh baik

klasik maupun kontemporer tentang apakah bunga bank sama dengan riba

atau tidak. Salah satu madzhab pemikiran percaya bahwa riba bukan bunga,

sementara madzhab pemikiran lain merasa bahwa sebenarnya tidak ada

perbedaan antara bunga dan riba.

Untuk mendapat jawaban mengenai apakah bunga itu hukumnya

sama dengan riba, kita harus tahu arti riba dalam perspektif sejarahnya yang

tepat. Arti bebas riba adalah tambahan atau pertumbuhan, namun arti ini tidak

penting dalam penelitian ini karena setiap pertambahan dari pertumbuhan

perdagangan dalam industri tidaklah dilarang. Tetapi digunakannya kata al di

depan riba dalam al-Qur’an menunjukan kenyataan bahwa al dalam riba

mengacu pada perbuatan mengambil sejumlah uang yang berasal dari seorang

yang berhutang secara berlebihan,22kadang dengan unsur paksaan dan

tekanan. Sedangkan bunga menurut sebagian orang boleh diambil karena nilai

kelebihannya tidak terlalu tinggi dan tidak ada unsur paksaan.

21 Suhnawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 27. 22 Moh Abdulmanan, op. cit., hlm. 118-119.

Page 14: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

34

Yang menjadi permasalahan adalah, apakah bunga sama dengan riba.

Memang masalah ini sangat menarik untuk dibahas. Dalam buku pedoman

akuntansi syari’ah terdapat berbagai pendapat mengenai hal ini.

Pendapat pertama mengatakan bahwa bunga tidak identik dengan riba

sehingga bunga di bolehkan (halal). Pendapat kedua beranggapan bahwa

bunga belum jelas kedudukannya sehingga bunga diletakkan sebagai sesuatu

yang mutasyabihat (sebaiknya jangan dikerjakan). Dan pendapat ketiga

mengatakan bahwa bunga identik dengan riba, sehingga hukumnya

haram.23Namun dari pendapat-pendapat ini belum ada satupun yang

mendasarkan pada dalil yang jelas dan kuat.

Beberapa ahli hukum Islam berpendapat bahwa pungutan bunga

nyatalah yang harus diharamkan, sedangkan suku bunga nominal yang

mengimbangi laju inflasi tidak diharamkan. Bila suku bunga nominal itu tidak

mengimbangi laju inflasi maka hal ini berarti pada hakekatnya pihak

penabung memberi subsidi kepada pihak yang berhutang.24Abu Sura’i

berpendapat bahwa baik bunga bagi pinjaman konsumtif maupun pinjaman

modal produktif adalah riba, jadi hukumnya sama.25

Sebelum lebih jauh berbicara tentang hukum bunga apakah sama

dengan riba, bisa dilihat lebih dahulu dampak dari bunga karena penciptaan

23 Hartono Widodo, PAS (Pedoman Akuntansi Syari’ah) Panduan Praktis BMT, Mizan, Bandung,

1999, hlm. 44. 24 J.T. Salim, Alih Bahasa, Bisnis Menurut Islam Teori dan Praktek, PT Inter Masa, Jakarta, 1988,

hlm. 42-43. 25 M. Rusli Karim, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, PT Tiara Wacana dan P3EI UII, Yogyakarta,

1992, hlm. 121-122.

Page 15: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

35

kredit oleh bank-bank. Kemampuan bank menciptakan kredit tidak tergantung

pada syarat-syarat untuk memperluas kemampuannya, karena kemampuan ini

tergantung pada kebiasaan masyarakat yang menyimpan sebagian

pendapatannya dalam bentuk uang tunai, dan menyimpan kelebihannya di

bank. Bagaimanapun juga bunga itu sangat menentukan untuk tujuan-tujuan

kredit serta penawaran dan permintaan. Jika bunga tidak ada, dengan asumsi

bahwa dengan pemenuhan pinjaman bebas bunga tidak dapat menjadi suatu

usaha bank yang utama sebagai perusahaan pencari laba pinjaman. Pinjaman

bank hanya dapat dilakukan untuk kegiatan perusahaan produktif. Kredit

hanya diciptakan sepanjang ada kemungkinan untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakat melalui perusahaan produktif.26

Beberapa pendapat atau fatwa juga dikeluarkan oleh para tokoh Islam.

Imam Akbar Syekh Mahmud Syahut, berpendapat bahwa pinjaman berbunga

dibolehkan bila sangat dibutuhkan. Fatwa ini muncul tatkala beliau ditanya

tentang kredit yang berbunga dan kredit suatu negara dari negara lain atau

perorangan serta tentang saham dan surat-surat berharga. Beliau menjawab

ketika al-Qur’an melarang orang-orang mukminin melakukan transaksi

dengan riba, yang pengertiannya telah dibatasi oleh kebiasaan masa turunnya

al-Qur’an yaitu seorang berhutang kepada orang lain kemudian setelah jatuh

tempo debitur mengatakan kepada kreditur, berikanlah perpanjangan waktu

kredit kepadaku maka aku akan tambah bunganya, lalu kedua orang itu

26 Moh. Najetulah Sidiqi, Isues In Islamic Banking, The Islamic Faundation London, London,

1403H/1983M, hlm. 66.

Page 16: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

36

melakukannya. Inilah yang dinamakan riba berganda. Kemudian Allah

melarang hal semacam ini dalam Islam. Biasanya terjadinya riba semacam ini

antara sifakir dengan sikaya yang memanfaatkan kesempitan orang dengan

tidak meperdulikan sendi-sendi kasih sayang yang menjadi dasar

pembangunan masyarakat dalam Islam.

Pendapat yang kedua yaitu pendapat Syekh Rasyid Ridla. Beliau

membenarkan kaum muslimin mengambil bunga dari penduduk negeri kafir.

Menurut ketentuan asal syari’at, harta penduduk negeri kafir Harbi boleh

diambil oleh pihak yang menguasainya. Sebabnya adalah kezaliman sikafir

Harbi membahayakan orang muslim. Pendapat lain yang dikemukakan oleh

Rasid Ridla berkenan dengan pinjaman uang untuk investasi sehubungan

dengan itu setelah mengadakan analisis terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang

berbicara tentang riba (bunga) menyebutkan bahwa tidak termasuk dalam

pengertian riba jika seseorang memberikan kepada orang lain harta (uang)

untuk di investasikan sambil menetapkan kadar tertentu (prosentase) baginya

dari hasil usaha tersebut. Karena transaksi ini menguntungkan bagi pengelola

dan bagi pemilik harta, sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah

seorang tanpa sebab kecuali keterpaksaannya.

Pendapat yang ketiga dikemukakan oleh Az-Zarka, seorang guru besar

hukum Islam di Universitas Aman Yordania. Beliau pendapat sama dengan

Abdul Hamid Hakim yaitu riba fadl dibolehkan tetapi bersifat sementara,

artinya umat Islam harus berupaya untuk mencari jalan keluar dari sistem

bank konvensional, dengan mendirikan bank Islam, sehingga keraguan atau

Page 17: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

37

sikap tidak setuju dengan bank konvensional bisa dihilangkan.27 Berbicara

mengenai masalah bunga sebagai riba atau bukan, masuk dalam urusan

keyakinan. Hal ini menjadikan justifikasi bagi beberapa orang untuk

menerima atau menolak bunga sebagai riba. Oleh karena membicarakan

bunga sebagai riba atau bukan oleh sementara pihak akan menyinggung pihak

lain, yang menganggap bunga sebagai riba dan yang menganggap bunga

bukan riba. Karena dalam al-Qur'an atau Hadis tidak ada aturan yang pasti

mengenai hal ini apakah bunga itu riba. Tapi tidak salah kalau kita mengacu

pada pendapat Imam Ghozalli mengenai hukum darurat untuk menentukan

hukum bunga apakah sama dengan riba. 28Menurut pendapat Imam Ghozali,

setiap perkara yang melampaui batas akan menimbulkan sesuatu yang

sebaliknya, dan ulama fiqih telah membuat kaidah bahwa darurat atau

kesukaran akan memberikan kemudahan. Hukum Islam mempunyai ruang

yang luas untuk menyelesaikan perkara-perkara khusus dengan memberikan

kelonggaran dengan sebagian hukum tertentu.

Hujah-hujah diatas mendorong Fitzgerald membuat kesimpulan

bahwa darurat merupakan salah satu sumber hukum. Tidak ada suatu hukum

dalam keadaan darurat adalah merupakan suatu peraturan biasa yang dapat

dilaksanakan dalam kasus-kasus yang mendesak. Ketika dalam peperangan

tentara berkuda diperbolehkan sholat diatas pelana kudanya tanpa harus

turun. Puasa itu wajib, tapi ibadah itu dapat ditangguhkan untuk orang-orang

27 Anas Hidayat dan Sabirin Malian, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, UII PRES

Yogyakarta, 2000, hlm. 151-152. 28 Heri Sudarsono SE., op. cit., hlm. 13-14.

Page 18: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

38

yang berpergian jauh. Begitu juga orang-orang Islam yang kelaparan

diperbolehkan memakan benda-benda yang diharamkan.29

Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat diklarifikasikan tentang

haram halalnya atau boleh tidaknya bunga.

a. Dalam keadaan darurat bunga dibolehkan hukumnya

b. Hanya bunga yang berlipat ganda yang dilarang, adapun suku bunga yang

wajar dan tidak menzalimi diperbolehkan

c. Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan untuk

memperoleh keuntungan dari pengolahan dana tersebut

d. Uang dapat di anggap komoditi sebagai mana barang-barang lain, sehingga

dapat disewakan atau di ambil upah atas penggunaannya.

e. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi

f. Bunga di berikan sebagai imbalan atas pengorbanan tidak berpatung

menggunakan pendapatan yang diperoleh.

D. Riba

1. Pengertian riba

Riba menurut bahasa berarti tambahan, bertambah, meningkat,

membesar, dengan kata lain riba adalah penambahan, pembesaran,

peningkatan, perkembangan pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah

pinjaman pokok sebagai imbalan karena meningalkan atau berpisah dari

sebagian modalnya selama periode waktu tertentu.

29 Dr. M. Muslehudin, Asuransi Dalam Islam, Bumi Aksara, Jakarta,1995, hlm. 84-85.

Page 19: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

39

Definisi riba menurut syara’ masih menjadi perselisihan para ahli fiqih

sesuai dengan pengertian masing-masing menurut sebab penerapan

haramnya.

Golongan Hanafi misalnya mendefinisikan, bahwa setiap kelebihan

tanpa adanya imbalan pada takaran dan timbangan yang dilakukan antara

pembeli dan penjual di dalam tukar menukar misalnya, dirham dengan berat

yang sama, dibolehkan.

Menurut golongan Syafi’i riba ialah transaksi dengan imbalan tertentu

yang tidak diketahui kesamaan takarannya, maupun ukurannya, waktu

dilakukan transaksi atau dengan penundaan waktu penyerahan kedua barang

yang ditukar salah satunya. Kesamaan takaran atau ukuran yang dimaksud

disini adalah pada barang sejenis, seperti emas dengan emas, perak dengan

perak. Penundaan waktu penyerahan boleh jadi harga dari salah satu barang

itu telah berubah harganya. Menurut golongan Syafi’i sebab larangan ini

berlakunya pada barang makanan, meskipun barang tersebut pengukuranya

menggunakan takaran atau timbangan yang dilakukan tidak secara tunai.

Alasan larangan tersebut pada barang yang sama, adalah hadist Ubadah bin

Shamid, dari Nabi SAW yang artinya : “( emas dengan emas, perak dengan

perak, kurma dengan kurma, gandum dengan gandum, dan beras dengan

beras, garam dengan garam (haruslah sebanding serta tunai )”.

Golongan Maliki dalam definisinya mereka ini hampir sama dengan

golongan Syafi’i, hanya berbeda ilatnya. menurut mereka ilatnya ialah pada

transaksi tidak kontan pada bahan makanan yang tahan lama. Sedangkan yang

Page 20: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

40

di maksud dengan ilat tidak kontan yaitu barang yang bernilai seperti

pendapat golongan Syafi’i, termasuk dalam kategori bahan makanan yang

dapat di simpan adalah buah-buahan.

Menurut golongan Hambali riba menurut syara’ adalah tambahan

yang diberikan pada barang tertentu. Yang dimaksud dengan barang tertentu

adalah yang dapat ditukar atau di timbang dengan jumlah yang berbeda.30

Tindakan semacam inilah yang dinamakan riba.

Dalam Islam riba secara khusus merujuk pada kelebihan yang diminta

dengan cara-cara tertentu seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar Asqalani

mengatakan bahwa inti dari pada riba adalah kelebihan, baik itu dalam bentuk

barang maupun uang. Seperti dua rupiah sebagai penukaran satu rupiah.

Sedangkan menurut Syah Waliullah dari Delhi, unsur riba terdapat

dalam hutang yang diberikan dengan persyaratan bahwa peminjaman akan

membayar lebih dari pada apa yang telah diterima dari pemberi pinjaman.31

Walaupun sipeminjam rela memberi tambahan menurut Syeh Waliullah tetap

diharamkan karena dianggap sebagai tambahan.

Persoalan riba ini bukan hanya dibicarakan dalam agama Islam saja

tetapi juga dalam agama Samawi, bahkan sejak zaman kejayaan raja Athena

Salon telah membuat undang-undang yang melarang riba, mereka

menganggap bunga uang bukan keuntungan yang wajar karena pemilik uang

30. Dr Muslehuddin. op. cit., hlm. 24-25. 31 Afzalurahman, op. cit., hlm. 83-84.

Page 21: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

41

tersebut tidak turut serta menanggung resiko. Oleh karena itu Aristoteles

berpendapat bahwa wajib bagi kita menolak penabungan uang (riba) karena ia

adalah suatu jalan keuntungan yang lahir dari uang sendiri.32 Karena uang

tidak dipergunakan kecuali untuk tukar menukar dan mendapatkan

keuntungan darinya.

Mohamad Ibnu Abduelah Ibnu al-Arubi al-Maliki dalam kitab Ahkam

al-Qur’an mengatakan pengertian riba secara bahasa adalah tambahan,

sedangkan menurut al-Yani dalam kitabnya Umdatul qari mengatakan bahwa

prinsip utama riba adalah penambahan seperti halnya pendapat yang lain.

Riba menurut syari’ah adalah penambahan atas harta pokok tanpa adanya

transaksi bisnis riil.

Sedangkan menurut pendapat Sayid Sabiq dalam kitab fiqih sunah

tentang riba lebih diperluas lagi bukan hanya pada tambahan saja, tetapi juga

pada tambahan itu sedikit atau banyak, itu dinamakan riba.33

Sedangkan pengertian riba secara etimologis, mengandung arti

sebagai tambahan atau lebihan yang digunakan untuk modal usaha. Dalam

istilah orang jahiliyah ia berarti sebagai lebihan yang dikenakan atas modal,

karena memberi perpanjangan waktu untuk membayar utang, ini disebut riba

nasiah atau tambahan yang dikenakan karena terlambat membayar utang.

Permasalahan ini di larang keras dalam Islam karena di anggap sebagai

32 Editor M. Rusli Karim., Berbagai Aspek Ekonomi Islam, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992,

hlm. 120-121. 33 Heri Sudarsono SE., Ibid., hlm. 1

Page 22: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

42

menimbun kekayaan tidak wajar dan mendapatkan keuntungan tanpa

melakukan tindakan kebajikan.34 Islam membenarkan untuk melakukan

perdagangan tapi melarang riba.

pengertian etimologis di atas memberi gambaran, bahwa riba bisa

dibedakan dengan pengertian yang lain. Dalam kamus, kata etimologis riba

berarti tambahan misalnya “ Al.

Artinya : Si Fulan melebihi Fulan lainya

Contoh lain

Artinya : Besar dan tumbuh

Contoh lain

Artinya : Aku mengambil lebih banyak dari yang kuberikan

Contoh lain : Firman Allah Surat Al- Haqoh 10

Artinya : “ …lalu ia mengambil lebih banyak…”

Dengan memperhatikan riba secara etimologis tersebut, bisa

diketahui pengertian yang kurang dari maksud yang sebenarnya, yaitu bahwa

batas tambahan bukanlah semata-mata yang dikehendaki oleh ahli fiqih.

Karena tambahan dalam pengertian secara umum tidaklah dengan

sendirinya berarti riba. Tetapi yang dimaksud adalah tambahan yang berasal

dari usaha halal yang merugikan salah satu pihak dalam suatu transaksi.35

Sekiranya semua bentuk tambahan haram, tentu perdagangan juga haram.

34 Dr. Muh. Muslihuddin, Sistem Perbangkan Dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1974, hlm. 76. 35 Dr. Abu Sura’i Abdul Hadi MA., Bunga Bank Dalam Isalm, Al Ikhlas, Surabaya, 1994,

hlm. 21-22.

Page 23: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

43

Padahal Islam menghalalkan perdagangan seperti kita ketahui bersama, sebab

menyangkut kepentingan manusia dan diketahui sebagai hak yang di

benarkan oleh agama, karena bersifat dharuri (esensial).

Dalam formula Imam Baihaqi, riba baru dikenakan pada saat

peminjam tidak mampu melunasi utangnya dan minta perpanjangan waktu.36

Dan sipemberi pinjaman memaksa kepada sipeminjam untuk mengembalikan

lebih dari hutang yang dipinjamkan.

Dr Muhammad Yusuf Musa guru besar pada Universitas Kairo Mesir

berpendapat bahwa arti riba adalah mereka yang berjual beli dengan harga

yang ditempokan apabila sudah datang temponya maka berkata orang yang

menghutangkan kepada orang yang berhutang: “Apakah kau akan bayar

sekarang atau akan engkau tambah pembayaranmu nanti.37 Artinya apabila

akan engkau tambah pembayaranmu nanti maka akan saya tambah temponya.

Pendapat tentang riba ini juga dikeluarkan oleh MA Manan dalam

bukunya Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Menurut MA Manan seperti

pendapat-pendapat yang lain, riba yaitu pertambahan dan pertumbuhan dari

modal awal. 38 Tetapi kata al didepan dalam al-Qur’an menunjukan bahwa

al-Riba mengacu pada perbuatan mengambil sejumlah uang yang berasal dari

seorang yang berhutang sacara berlebihan .

36 Ir. H. Adi Warna Aswar Karim, MA. EP., Ekonomi Islam Sutu Kajian Kontemporer, Gema

Insani Pres, Jakarta, 2001, hlm. 70. 37 Drs Sabirin Harahap, op. cit., hlm. 45. 38 MA. Manan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, PT Diana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1995,

hlm. 118.

Page 24: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

44

Sedangkan menurut pendapat Nazwar Syamsu dalam buku manusia

dan ekonomi, riba meliputi semua keuntungan yang tidak wajar,baik dari

pinjam-meminjam maupun jual-beli atau sewa-menyewa.39 Riba dapat

disamakan dengan “ Ekploitation de I’home Par I’home” pemerasan manusia

oleh sesama manusia.

2. Macam-macam riba

Menurut pendapat para ulama, riba itu ada empat macam:

a. Riba fadhli (menukar dua barang yang sejenis dengan tidak sama).

b. Riba qardhi (meminjamkan dengan cara ada keuntungan bagi yang

mempiutangi).

c. Riba yadh ( bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).

d. Riba nasa ( penukaran yang disyaratkan terlambat salah satu dua barang )

Pada umumnya ulama membedakan riba itu atas tiga macam , yaitu

Riba fadhl, Riba yadh, Riba nasa ( adapun riba qardhi termasuk Riba nasa)

Ulama Fiqih membagi riba ada dua macam yaitu riba nasiah dan riba

fadhl.40 Riba nasiah adalah riba jahiliyah, riba bertempo, Yaitu tambahan

pembayaran kembali sebagai ganti penundaan waktu membayarkannya. Riba

fadhl ialah tambahan yang di peroleh seseorang sebagai hasil penukaran dua

barang yang sejenis.

39 Nazwar Syamsu, Manusia dan Ekonomi.Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 201. 40 Drs Sabirin Harahap. op. cit., hlm. 57-58.

Page 25: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

45

Riba nasiah bisa juga diartikan sebagai pembayaran lebih yang di

syaratkan oleh orang yang meminjamkan, sedangkan riba fadhl penukaran

lebih dari satu barang sejenis yang disyaratkan oleh orang yang

meminjamkan. seperti emas, perak, gandum, beras dan lain-lain.41 Ada juga

ulama atau tokoh yang mengartikan riba sama dengan bunga dan

menyaratkan tiga unsur, yaitu:

a. Kelebihan atau tambahan surplus yang melebihi dari modal yang di

pinjamkan.

b. Ketentuan besarnya surplus tergantung periode waktu.

c. Persetujuan terhadap syarat-syarat pembayaran kelebihan ditentukan.

Ketiga syarat tersebut membentuk riba,42 dan semua bentuk tawar

menawar dan transaksi kredit dalam bentuk uang dan transaksi sejenisnya,

unsur-unsur tersebut dianggap sebagai transaksi riba oleh para ahli fiqih dan

ahli ekonomi.

Dengan demikian yang dinamakan riba adalah tambahan yang di

berikan oleh peminjam kepada yang meminjamkan atas pinjaman pokoknya.

Setiap transaksi yang mengandung unsur lebihan dari pokok pinjaman, dan

jumlah tambahan yang disyaratkan, ini dinamakan riba.43

41 Karnaen Perwatatmadja., Apa dan Bagaimana Bank Islam, PT Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta,

1992, hlm. 9. 42 Afzalur Rahman, loc. Cit., hlm. 86. 43 Dr. Abu Surai Abdul Hadi MA, op. cit., hlm. 22-23.

Page 26: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

46

3. Hukum riba

Para ulama fiqih mulai membicarakan tentang riba ketika mereka

membahas berbagai macam persoalan muamalah. Banyak ayat-ayat al-Qur’an

yang membicarakan riba sesuai dengan periode larangan, sampai akhirnya

datang larangan yang tegas pada akhir priode penetapan hukum riba. Riba

pada agama-agama langit (samawi) telah dinyatakan haram. Tersebut didalam

perjanjian lama kitab Keluaran ayat 25 pasal 22: ’Bila kamu menghutangi

seseorang diantara warga bangsamu uang, maka janganlah kamu berlaku

laksana seorang pemberi hutang. Janganlah kamu meminta keuntungan

padanya untuk pemilik uang’. Tetapi orang Yahudi beranggapan bahwa riba

itu hanyalah terlarang kalau dilakukan di kalangan sesama Yahudi. Tetapi

Islam menganggap ketetapan-ketetapan yang mengharamkan riba yang

berlaku pada golongan tertentu, sebagai mana yang tercantum dalam

perjanjian hanya merupakan ketetapan yang telah di palsukan. Sebab riba ini

diharamkan bagi siapa saja dan terhadap siapa saja, sebab tindakan ini adalah

zalim dan kezaliman diharamkan pada semua orang tanpa pandang bulu.

Dalam hadits qudsi disebutkan: Wahai hambaku ! aku mengharamkan kepada

diriku dan aku telah tetapkan sebagai perbuatan haram ditegah kamu, karena

itu janganlah kamu saling berbuat zalim!.

Islam tidak membedakan manusia karena bangsanya atau warna

kulitnya atau keturunanya, karena semua manusia adalah hamba Allah. Tetapi

umat Yahudi menganggap ada perbedaan besar antara umat Yahudi dengan

umat yang lain, sebagaimana mereka katakan dalam al-Qur’an “kami adalah

Page 27: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

47

putra-putra Allah dan kekasihnya”44 Orang Yahudi mengharamkan riba

sesama mereka tetapi menghalalkanya kalau dilakukan pada pihak lain. Hal

inilah yang mendorong umat Yahudi memakan riba dari pihak lain dan

menurut al-Qur’an, perbuatan semacam ini dikatakan sebagai hal memakan

riba.

Al-Qur’an melarang praktek riba karena riba sama saja dengan

mengajari orang berlaku tidak pernah merasa puas dengan uang. Kekayaan

ditumpuk untuk kepentingan sendiri bukan untuk kemaslahatan bersama.

Orang akhirnya berorientasi pada komersil semata dan keuntungan menjadi

segala-galanya,45 tanpa memikirkan kepentingan orang lain, terutama orang

yang sangat membutuhkan.

Dalam ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan oleh Allah S.W.T,

hukum sedekah dan bagaimana sikap dan prilaku orang yang selalu

bersedekah, menginfaqan harta bendanya semata-mata mengharapkan ridla

Allah. Wajah yang selalu senyum, hati yang ikhlas, jiwa yang suci penuh

kasih sayang, adalah ciri khas orang yang selalu bersedekah, yang dinyatakan

dalam ayat-ayat tersebut. Sebaliknya lawan dari sedekah, ayat-ayat

berikutnya membeberkan secara langsung praktek riba dan pelaku-pelakunya

dengan wajah yang sangat buruk dan hati yang gersang yang menimbulkan

44 Editor Anas Hidayat dan Sabirin Malian, op.cit., hlm. 144-145. 45 M. Umar Capra, Et al., Etika Ekonomi Politik Elemen-Element Pembangunan Masyarakat Islam,

Risalah Gusti, Surabaya, 1997, hlm. 93.

Page 28: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

48

kejahatan didalam masyarakat, kerusakan dimuka bumi dan kebinasaan

terhadap hamba-hamba Allah.

Perkara yang paling buruk dan paling jelek diantara perkara Jahiliyah

yang telah di berantas oleh Islam adalah perkara riba, dan tidak ada ancaman

yang paling keras yang terkandung dalam berbagai ayat al-Qur’an, baik dari

segi lafads atau makna, yang tersurat maupun tersirat, melainkan terhadap

riba.

Riba di zaman jahiliyah telah menimbulkan mafsadat dan kejahatan,

akan tetapi ia tidak nampak dalam bentuk wajah-wajah buruk secara merata

didalam masyarakat jahiliyah seperti yang terjadi hari ini di dunia yang

sedang kita huni. Dan tidak pula nampak secara umum dengan wajah penuh

noda dan darah sebagaimana yang kita saksikan didalam masyarakat sekarang

ini.46 Gambaran seram yang terkandung dalam ayat ini tentang sistem riba

yang dibenci, sesungguhnya telah nampak hikmahnya hari ini dari kenyataan

yang terjadi, yaitu kecemasan dan kegoncangan hidup yang di alami manusia.

Disamping itu, semakin besar riba, semakin kecil infaq seseorang,

semakin kecil riba, semakin besar infaq seseorang. Dalam suatu masyarakat

dimana riba telah begitu merajalela tingkat infaqnya akan kecil. Bahkan

kadangkala orang berusaha untuk menghindar membayar zakat yang memang

merupakan kewajibanya. Sebaliknya bila praktek riba dihapuskan dari

praktek perekonomian, infaq akan tumbuh subur. Allah menjanjikan dalam

46 Ahmad Syaefudin, Ekonomi Dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam, CV Rajawali, Jakarta,

1987, hlm. 227-229.

Page 29: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

49

al-Qur’an “Allah menghapuskan riba dan menyuburkan sedekah (Q.S 2: 276).

Disini riba sangat terlihat jelas mempengaruhi akal dan pikiran seseorang

untuk berbuat kepada simiskin untuk lebih miskin lagi.

Didalam Al-Wasa’il jilid II halaman 597: Dari Hisam Bilal Hakam,

bahwa ia bertanya kepada Abu Ubaedilah AS tentang alasan diharamkannya

riba, beliau menjawab “Kalau riba dihalalkan, maka manusia akan

meninggalkan perdagangan dan apa-apa yang mereka butuhkan”. Maka Allah

mengharamkan riba agar manusia keluar dari yang haram menuju yang halal,

menuju perdagangan dan jual beli, sehingga hal itu tetap berlaku diantara

mereka dalam bentuk pinjaman.47

Dari Muhammad Bin Sinan: Ali Bin Musa Ar-Ridha menulis surat

kepadanya, diantara jawaban atas masalah-masalah yang dinyatakan tentang:

”Alasan diharamkannya riba yang dilarang Allah yang menyebabkan

kerusakan harta”. Karena mengambil dan memberikan riba adalah kerugian

bagi pembeli dan bagi penjual. Maka Allah S.W.T mengharamkan riba

terhadap hamba-hambanya, karena menyebabkan kerusakan harta.48

Sebagaimana Allah mengharamkan seseorang untuk menyerahkan pada

orang bodoh hartanya karena dikhawatirkan hartanya itu akan musnah,

hingga ia mengerti. Karena alasan ini Allah mengharamkan riba dan

penjualan satu dirham dengan dua dirham.

47 Adiwarman Azwar Karim MA., Ekonomi Mikro Islam, III T Indonesia Bekerjasama Karim Binis

Konsultan, Jakarta, 2002, hlm. 70. 48 Murtadha Muthahari, Pandangan Islam Tentang Asurasi Dan Riba, Pustaka Hidayah, Bandung,

1995, hlm. 245-246.

Page 30: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

50

Sementara itu Majlis Tarjih juga telah mengambil keputusan masalah

keuangan secara umum, (1976.) “Riba hukumnya haram dengan nas sharih

al-Qur’an”,49 karena mengeluarkan tambahan pada peminjam uang sangat

menjerat leher peminjam.

Dalam al-Qur’an perbuatan menerima atau membayar riba dengan

tegas diharamkan, dan tidak perlu disangsikan lagi, mengenai pandangan

Nabi Muhammad S.A.W tentang orang-orang yang hidup dari bunga yang

konvensional, di anggap sebagai riba.50

Sedangkan riba menurut Dr. Abu Surai Abdul Hadi M.A dalam

bukunya Bunga Bank dalam Islam ada dua macam riba yaitu: jelas dan samar.

Yang jelas diharamkan karena bahayanya besar, sedangkan yang samar

diharamkan karena menjadi jalan menuju yang jelas, yang pertama haram

karena dzatnya sedangkan yang kedua haram karena menjadi jalan antara.51

E. Hubungan antara pinjam-meminjam uang, bunga dan riba

Evaluasi konsep pinjam-meminjam dan bunga tidak lepas dari

perkembangan lembaga simpan pinjam uang. Lembaga keuangan timbul karena

kebutuhan modal untuk membiayai industri dan perdagangan.

Dalam menjalankan bisnis para pedagang atau pengusaha selalu

membutuhkan modal. Dalam usaha kecil-kecilan biasanya pedagang dapat

49 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori dan Praktek, Gema Insani Pres, Jakarta, 2001,

hlm. 61-62. 50 Alih Bahasa JT Salim, loc, cit, hlm. 39.

Page 31: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

51

mengatasi modalnya sendiri, tetapi apabila usaha sudah menunjukan pada

perkembangan yang besar, maka untuk mengembangkan usahanya biasanya

membutuhkan modal yang cukup besar. Tetapi siapa yang mau meminjamkan

uangnya dengan cuma-cuma, apalagi dalam jumlah yang besar. Dari sinilah

timbul keperluan pinjam-meminjam sebagai perantara mereka yang

membutuhkan modal usaha. kebanyakan pinjam-meminjam ini memakai bunga.

Pinjam-meminjam dalam lembaga simpan pinjam uang (bank), tidak

memandang uang itu untuk keperluan konsumsi, perdagangan atau jasa, tetapi

umumnya pinjaman di berikan untuk kegiatan usaha. Walaupun ada yang

memerlukan untuk keperluan konsumsi, lembaga simpan pinjam hanya bersedia

memberikan jika ada jaminan bahwa hutang itu bisa di bayar.

Lembaga simpan pinjam dalam operasinya harus membayar ongkos

para pegawai untuk memberikan pelayanan, disini dikenal modal murni yaitu

tingkat bunga nominal, di kurangi beberapa ongkos seperti biaya-biaya

administrasi, jaminan terhadap keamanan hutang pokok maupun bunganya.52

Ongkos itu termasuk nilai tukarnya terhadap mata uang asing, dan juga yang

diperlukan untuk menjaga keuntungan uang karena pembayaran dengan cara

angsuran.

Dalam dunia perekonomian pinjam-meminjam uang itu telah menjadi

suatu kebiasaan, tidak jarang diantara para pedagang-pedagang banyak yang

51 Dr. Abu Sura’i Abdul Hadi MA., loc, cit, hlm. 28. 52 Anas Hidayat dan Sabirin Malian, op. cit., hlm. 150.

Page 32: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

52

mendasarkan modal usahanya pada uang pinjaman, pedagang besar maupun

kecil, mereka meminjam modal pada siapa saja yang mau meminjamkan.

Agaknya kegiatan pinjam-meminjam uang adalah suatu cara yang

efektif dalam dunia perdagangan dewasa ini, hal ini dapat dilihat pada

kenyataan, bahwa bank misalnya, mendasarkan usahanya pada pekerjaan pinjam

meminjam modal tersebut. Lembaga simpan pinjam uang dipandang orang

sebagai suatu yang menyokong dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan

ekonomi nasional.

Dari uraian diatas dapat difahami bahwa uang yang dipinjamkan, dapat

memperoleh keuntungan dari uang yang dipinjamkan untuk usaha perdagangan,

oleh karena itu pinjaman itu dikenakan bunga. Berarti bahwa keuntungan yang

diperoleh sipeminjam sebagian diberikan kepada pemilik uang.

Pekerjaan pinjam-meminjam uang dalam Islam bukanlah sesuatu yang

tidak diperkenankan, malah syari’at Islam memberi aturan yang sangat simpatik

soal pinjam-meminjam uang atau utang-piutang.

Bunga dan riba sama-sama dapat timbul dari pinjam-meminjam uang,

oleh karena, pinjam-meminjam uang dapat dipandang sebagai permulaan bagi

timbulnya bunga dan riba.

Hubungan antara bunga uang dan riba dari segi lahiriyah ada pada

pinjam-meminjam uang atau berhutang. Hal ini sekaligus membawakan

persamaan lahiriyah bunga dan riba itu.

Page 33: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

53

Persamaan lahiriyah adalah bahwa baik bunga maupun riba sama-sama

merupakan keuntungan bagi pemilik uang pokok yang diperoleh tanpa jerih

payah, kecuali hanya lantaran meminjamkan uang.

Bahwa selain yang tersebut diatas, persamaan antara bunga dan riba,

adalah bunga itu pada umumnya ditetapkan dengan prosentase dari uang pokok,

bukan dari keuntungan yang diperoleh selanjutnya (untuk kegiatan produksi).

Hubungan antara bunga dan riba terdapat pada suatu keadaan, yaitu apabila

suatu kegiatan pinjam-meminjam uang dengan bunga yang pada mulanya bersih

dari cara-cara atau unsur-unsur riba, dalam perkembangan selanjutnya dapat

berubah atau beralih menjadi riba.

Perlu diketahui bahwa bunga tidak hanya dapat timbul dari pinjam-

meminjam, tetapi dapat timbul dari beberapa hal tersebut di bawah ini:

1. Meminjam ke-bank atau pasar-pasar kredit.

2. Menabung ke-bank, koperasi dan sebagainya.

3. Deposito bank pasar-pasar kredit dan sebagainya.

4. Dengan jalan membeli saham atau audit ataupun obligasi suatu perusahaan

dan lain-lain.

Bunga yang timbul dari sumber-sumber tersebut di atas dapat dibedakan

dalam dua jenis.

1. Bunga konsumtif

2. Bunga produktif

Page 34: BAB II 2198201 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/7/jtptiain-gdl-s1-2004-faizin2198-332-BAB... · 28 4. Koperasi jasa ... Doktrin Ekonomi Islam Jilid

54

Adapun bunga sama dengan riba, karena bunga itu bersifat konsumtif

seperti tersebut diatas tadi dan sama dengan riba, tetapi bunga yang diperoleh

dari usaha-usaha produksi dan distribusi diperbolehkan.

Adapun riba selamanya bersifat konsumtif, dan di pungut dari orang-

orang yang meminjamkan uang buat orang yang serba kekurangan dalam

nafkah hidupnya.53 Dengan tanpa perhitungan terlebih dulu akan akibat-

akibatnya.

Karena pekerjaan simpan pinjam selalu menghadap persoalan tukar

menukar uang dan senantiasa berada di pinggir dosa, maka Al-Ghozali

berulangkali memperingatkan supaya segala bankkir dan semua orang yang

berhubungan dengan pekerjaan simpan pinjam uang, yang sangat dekat

hubungannya dengan riba supaya berhati-hati karena merupakan dosa besar.54

Kalau kita hidup dalam dunia simpan pinjam uang, supaya kita berniat jujur

dan memandang usahanya sebagai fardu kifayah, untuk kemaslahatan umat dan

kemajuan hidupnya, jihad, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan dirinya.

53 Drs.Sybirin Harahap, op. cit, hlm. 75-82. 54 H. Zaenal Abidin Ahmad, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1990,

hlm. 294-295.