BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A....

24
BAB II KAJIAN TEORI A. Karakteristik Pembelajaran IPS 1. Pengertian llmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage dan Armstrong (1996: 9), mendefinisikan social studies sebagai berikut: Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the shcool program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. Dari definisi di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program persekolahan Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan dibangun di atas beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu politik, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi, Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.

Transcript of BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A....

Page 1: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Pembelajaran IPS

1. Pengertian llmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama

adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan

penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage

dan Armstrong (1996: 9), mendefinisikan social studies sebagai berikut:

Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the shcool program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.

Dari definisi di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan

sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan

potensi kewarganegaraan. Di dalam program persekolahan Ilmu

Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan

dibangun di atas beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu

politik, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat

Psikologi, Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari

humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.

Page 2: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

12

Numan Somantri (2001: 44) menyatakan bahwa Pendidikan IPS

untuk tingkat sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu

sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara, dan agama yang diorganisasikan

dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu

pengetahuan sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk

membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya

berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini,

dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian IPS di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu yang disederhanakan untuk

pembelajaran di sekolah dan mempunyai tujuan agar peserta didik dapat

mengamalkan nilai-nilai (values) sehingga dapat menjadi warga negara

yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk

masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membentuk warga

Negara yang baik. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Hamid Hasan

(1996: 114-117) sebagai berikut:

a) Mengembangkan nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat

menjadi bagian dari kepribadian individu siswa. Sikap, nilai dan moral

yang dapat dikembangkan diantaranya adalah:

Page 3: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

13

1) Pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan moral yang berlaku

dalam masyarakat seperti sikap kritis, kebenaran, penghargaan

terhadap pendapat orang lain, religiusitas, sifat kepedulian sosial,

menghormati orang tua, dan sebagainya.

2) Toleransi

3) Kerjasama/gotong royong

4) Hak asasi manusia

b) Pengembangan konatif, yaitu kualitas yang menunjukan bahwa

seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman,

kemampuan kognitif tinggi, sikap, nilai, dan moral, tetapi juga memiliki

keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan konatif tersebut diantaranya adalah:

1) Melaksanakan tugas-tugas sosial

2) Bekerja keras

3) Bekerja dengan jujur

4) Kemampuan beradaptasi

c) Memiliki kesadaran akan nilai sosial budaya, kebangsaan, kemanusiaan

serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut, seperti

kejujuran, kasih sayang, empati dan kepedulian, santun dan saling

menghormati, serta rasa kebangsaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Page 4: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

14

Sapriya (2009: 201), menjelaskan tujuan mata pelajaran IPS sebagai

berikut :

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.

Berdasarkan dari beberapa pandangan terkait tujuan pembelajaran

IPS diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembelajaran

IPS diharapkan peserta didik peka terhadap masalah–masalah sosial yang

terjadi di masyarakat dan menjadi warga negara yang baik dengan

memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

Kemudian, Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

Page 5: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

15

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar, Ngalim Purwanto,

(2007: 84) mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

atau pengalaman. Muhibbin Syah, (2005: 92) menyatakan bahwa belajar

dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Slameto (2003: 6), belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Witherington dalam Ngalim Purwanto mendefinisikan belajar merupakan

suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola

baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, atau suatu

pengertian.

Slameto (2003: 3-5), ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam

pengertian belajar adalah sebagai berikut:

a) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan

itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan pada dirinya.

b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

Page 6: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

16

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan

tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan makin

banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang

bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya

melainkan karena usaha sendiri.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar

akan bersifat menetap.

e) Perubahan dalam bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan

yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah

laku yang benar-benar disadari.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku perubahan yang

diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku.

Page 7: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

17

Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,

pengetahuan, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses seseorang yang dilakukan secara sadar, dirancang untuk

mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah

tingkah laku seseorang sehingga dapat mengembangkan dirinya kearah

kemajuan yang lebih baik dari pengalaman dan interaksi yang telah

dialaminya.

2. Pembelajaran

Proses belajar mengajar dengan segala interaksi di dalamnya disebut

pembelajaran. Dalam pasal UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Selanjutnya Pembelajaran merupakan terjemahan dari

learning, pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara,

perbuatan mempelajari (Agus Supriyono, 2009: 13). Menurut Degeng

(dalam Hamzah, 2010: 4), pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan

siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat

kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai

hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran memiliki hakikat

perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Page 8: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

18

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses dan cara menjadikan peserta didik untuk belajar.

Pembelajaran di sekolah merupakan upaya menyampaikan pengetahuan

kepada siswa dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik.

Pembelajaran yang baik harus didukung interaksi yang baik antara

komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuasn pembelajaran.

C. Kemampuan Berpikir Kritis

1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Iskandar (2009: 86-87) Kemampaun berpikir merupakan

kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada

suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep

(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul

(sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi,

komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan

tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang

mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir

untuk menemukan pemahaman yang kita kehendaki. Sumadi Suryabrata

(2002: 55) proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,

yaitu:

a) Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah

objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa

lalu kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya adalah menganalisis

manusia dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu

membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana

Page 9: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

19

yang sama dan yang tidak sama. Langkah berikutnya, mengabstraksikan

yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan

menangkap ciri-ciri yang hakiki.

b) Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah

pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat,

yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah

adalah subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri dibedakan

tiga macam yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian.

c) Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil

perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-

pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan

induktif, keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh

dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus,

semua logam kalau dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi

(kesimpulan), tembaga kalau dipanaskan memuai.

Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-

anak. Berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik baik berpikir

kritis maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir

kritis (critical thinking). Dalam penelitian ini menekankan kemampuan

dalam hal berpikir kritis. Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis

merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam

kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,

membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Page 10: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

20

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang

terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi

secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.

Selanjutnya berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan

ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih,

mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih

sempurna (Cece Wijaya, 1996: 72).

Cece Wijaya (1996: ) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah

suatu kegiatan atau suatu proses menganalisis, menjelaskan,

mengembangkan atau menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan,

membandingkan dan melawankan (contrasting), menguji argumentasi

dan asumsi, menyelesaikan dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan

deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Dede Rosyada

(2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan

siswa dalam menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah

kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Selanjutnya Alec

Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan

evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi,

informasi dan argumentasi.

Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis

ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini

adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada

pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu

Page 11: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

21

pemikiran, menafsir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik

suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi

aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui.

Menurut Lipman dalam Elaine Johnson (2002: 144) menyatakan bahwa

layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh

kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Elaine Johnson (2002: 185)

juga menyatakan bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai

pemahaman yang mendalam.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa,

kemampuan berpikir kritis mempunyai makna yaitu kekuatan berpikir

yang harus dibangun pada siswa sehingga menjadi suatu watak atau

kepribadian yang terpatri dalam kehidupan siswa untuk memecahkan

segala persoalan hidupnya dengan cara mengidentifikasi setiap informasi

yang diterimanya lalu mampu untuk mengevaluasi dan kemudian

menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu mengemukakan

pendapat dengan cara yang terorganisasi.

2. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis dapat diajarkan di sekolah melalui cara-

cara langsung dan sistematis. Dengan memunculkan kemampuan-

kemampuan berpikir kritis siswa akan melatih siswa untuk mampu

bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya.

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan selalu bertanya pada

diri sendiri dalam setiap menghadapi segala persoalan untuk menentukan

yang terbaik bagi dirinya. Demikian juga jika siswa yang memiliki

Page 12: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

22

kemampuan berpikir kritis akan terpatri dalam watak dan kepribadiannya

dan terimplementasi dalam segala aspek kehidupannya. Kemampuan

berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam menghimpun

berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari

berbagai informasi tersebut (Dede Rosyada, 2004: 170).

Beyer (dalam Sapriya, 2011: 146) menegaskan bahwa ada

seperangkat keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan dalam

studi sosial atau untuk pembelajaran disiplin ilmu-ilmu sosial.

Keterampilan-keterampilan tersebut adalah: 1). Membedakan antara fakta

dan nilai dari suatu pendapat; 2). Menentukan reliabilitas sumber; 3).

Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan; 4). Membedakan

informasi yang relevan dari yang tidak relevan; 5). Mendeteksi

penyimpangan; 6). Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan; 7).

Mengidentifikasi tuntutan dan argument yang tidak jelas atau samar-

samar; 8). Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten; 9).

Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat

dipertanggungjawabkan; 10). Menentukan kekuatan argumen.

Lebih lanjut Alec Fisher (2009: 7) mendaftarkan kemampuan

berpikir kritis sebagai berikut:

a) Mengenal masalah

b) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-

masalah itu

c) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan.

Page 13: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

23

d) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan.

e) Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas

f) Menilai fakta dan mengevalusai pernyataan-pernyataan

g) Mengenal adanya hubungn yang logis antara masalah-masalah

h) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaaan-kesamaan yang

diperlukan

i) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang

seeorang ambil

j) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan

pengalaman yang lebih luas

k) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas

tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri dari berpikir kritis menurut Cece Wijaya (1996: 72)

adalah :

a) Pandai mendeteksi masalah

b) Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan

c) Mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat

d) Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-

kesenjangan informasi

e) Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis

f) Dapat membedakan di antara kritik membangun dan merusak

g) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia

dengan data yang diperoleh dari lapangan

Page 14: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

24

h) Mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi.

Dari penjelasan di atas terkait ciri-ciri kemampuan berpikir kritis,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri berpikir kritis meliputi :

a) Kemampuan mengidentifikasi.

Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan dan menyusun informasi

yang diperlukan, mampu menentukan pikiran utama dari suatu teks atau

script, dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu

pernyataan.

b) Kemampuan mengevaluasi. Hal ini terdiri atas dapat membedakan

informasi relevan dan tidak relevan, mendeteksi penyimpangan, dan

mampu mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

c) Kemampuan menyimpulkan. Hal ini terdiri atas mampu menunjukkan

pernyataan yang benar dan salah, mampu membedakan antara fakta dan

nilai dari suatu pendapat atau pernyataan, dan mampu merancang solusi

sederhana berdasarkan naskah.

d) Kemampuan mengemukakan pendapat. Hal ini terdiri atas dapat

memberikan alasan yang logis, mampu menunjukkan fakta – fakta yang

mendukung pendapatnya, dan mampu memberikan ide-ide atau gagasan

yang baik.

D. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan dalam kondisi belajar untuk mencapai

Page 15: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

25

tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemampunannya berbeda. menurut Anita Lie (2008: 41-43),

pengelompokan secara heterogen memberikan kesempatan untuk saling

mengajar dan saling mendukung, serta memudahkan dalam pengelolaan

kelas. Jika dalam sebuah kelompok belajar anggotanya terdiri dari siswa

dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang mempunyai kemampuan

tinggi dapat memberikan bimbingan kepada siswa yang mempunyai

kemampuan lebih rendah.

Menurut Roger dan David Johnson yang dikutip oleh Anita Lie (2002:

31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model

pembelajaran gotong royong yaitu:

a) Saling ketergantungan

b) Tanggungjawab perseorangan

c) Tatap muka

d) Komunikasi antar anggota.

e) Evaluasi proses kelompok.

Selanjutnya menurut Sugiyanto (2010: 40), pembelajaran kooperatif

menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat

belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga

dari sesama siswa. Dengan demikian cooperative learning dapat dirumuskan

sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu efektif,

Page 16: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

26

efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan

saling membantu sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif.

Cooperative learning membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan

meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan

Stahl (2000) dalam Isjoni (2010:110), the cooperative behaviors ang attitudes

contribused to the success and or failure of these groups. Dalam kelompok

ini mereka bekerja tidak hanya sebagai sekumpulan individual tetapi

merupakan suatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota kelompok

bergantung pada anggota kelompok lainnya. Seseorang yang memiliki

keunggulan tertentu akan membagi keunggulannya dengan lainnya.

Tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat

belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok. Selain itu juga dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju

arah lebih baik (Isjoni, 2010: 21). Dengan demikian pembelajaran kooperatif

diharapkan dapaat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, dan

tanggungjawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya dalam belajar

menyelesaikan tugas. Bentuk-bentuk pembelajaran cooperative learning

adalah Numbered Head Together (NHT), make a match, jigsaw, teams games

tournament (TGT), Cooperative Script. Penerapan pembelajaran kooperatif

yang berkembang saat ini sangat bervariasi tergantung pada subjek yang

Page 17: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

27

dihadapi, Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk

pembelajaran kooperatif.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pembelajaran cooperative

learning merupakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok melalui

proses kerjasama antar siswa dengan tujuan agar siswa dapat belajar dengan

cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang

lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat.

E. Metode Cooperative Script

1. Pengertian Metode Cooperative Script

Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk

pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran Cooperative Script

dikembangkan oleh Dansereau (Slavin, 1994: 173). Pengertian metode

pembelajaran Cooperative Script adalah salah satu cara pembelajaran

dimana murid mengerjakan berpasangan, meringkas bagian dari materi dan

mengambil giliran bermain peran sebagai pembicara dan pendengar. Dalam

metode pembelajaran Cooperative Script ini setiap siswa mempunyai peran

dalam saat diskusi berlangsung. Jamal Ma’mur Asmani (2011: 40)

menyatakan bahwa skrip kooperatif adalah salah satu metode belajar dimana

siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan, untuk

mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

Cooperative Script adalah suatu cara pembelajaran dengan siswa

berpasangan kemudian meringkas bagian dari materi dan mengambil giliran

Page 18: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

28

bermain peran sebagai pembicara dan pendengar untuk mengikhtisarkan

bagian-bagian dari materi yang telah diringkas secara bergantian.

2. Langkah-langkah Metode Cooperative Script

Pada pembelajaran Cooperative Script terjadi kesepakatan antara

siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang

dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai

fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada

interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari

ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang

disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi

benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa.

Sementara satu siswa membaca ringkasan, siswa yang lain mendengarkan dan mengoreksi kesalahan-kesalahan atau bagian-bagian penting yang hilang. Selanjutnya kedua siswa itu berganti peran, melanjutkan cara ini hingga seluruh materi pelajaran telah dipelajari. Sejumlah studi tentang Cooperative Script ini telah konsisten menemukan bahwa siswa yang belajar dengan cara ini dapat belajar dan mengendapkan materi lebih banyak daripada siswa yang membuat ringkasannya sendiri atau mereka yang hanya sekedar membaca materi pelajaran itu. Ada suatu hal yang menarik, sementara kedua siswa dalam Cooperative Script ini mendapatkan peningkatan dari kegiatan ini, peningkatan yang lebih besar diperoleh untuk bagian materi saat siswa mengajarkan bagian materi itu kepada pasangannya daripada materi saat siswa berperan sebagai pendengar (Spurlin dalam Slavin, 1994: 173).

Tahap meringkas wacana atau materi yang diberikan oleh guru,

siswa mempunyai tanggungjawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya

disamping tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi

pelajaran dan siswa harus berbagi tugas dan tanggungjawab secara merata

antar anggota. Tahap selanjutnya, tahap pembentukan peran pembicara

Page 19: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

29

dan pendengar, tahap ini siswa berbagi kepemimpinan disamping belajar.

Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa

akan mempertanggungjawabkan materi secara individu atas materi yang

dipelajari dalam belajarnya.

Pada tahap meringkas Pembelajaran Cooperative Script mempunyai kelebihan dalam hal meningkatkan kemampuan berpikirnya diantaranya pada saat meringkas wacana atau materi yang diberikan oleh guru, siswa dapat mengelompokkan dan meringkas materi. Pada tahap diskusi yang dilakukan oleh pembicara dan pendengar, siswa dapat mengidentifikasi, menghubungkan sebab-akibat, memberikan alasan, berpendapat, menciptakan, menerapkan, dan menganalisis pada materi. Tahap yang terakhir yaitu menarik kesimpulan siswa dapat menyimpulkan, mensintesis, dan mengevaluasi (Dian Nurdiansa, 2007: 5).

Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran Cooperative Script

(Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 40) antara lain:

a) Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.

c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

e) Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide

pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-

ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan

materi lainnya.

Page 20: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

30

f) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya. Serta dilakukan seperti diatas.

g) Kesimpulan, siswa bersama-sama dengan guru.

h) Guru menutup pembelajaran.

Dengan demikian langkah-langkah pembelajaran metode

Cooperative Script dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa berpasangan untuk menjadi pendengar dan

pembicara secara bergantian.

b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.

c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d) Meminta siswa untuk meringkas materi dan memahaminya

e) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

f) Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide

pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-

ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan

materi lainnya.

g) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya.

h) Membuat Kesimpulan, siswa bersama-sama dengan guru.

Page 21: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

31

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode pembelajaran Cooperative Script

Kelebihan metode pembelajaran Cooperative Script:

a) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan

b) Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan

kesempatan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya

c) Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan bersama

Kekurangan metode pembelajaran Cooperative Script adalah

membutuhkan waktu yang relatif lama (http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/225707-model-pembelajaran-Cooperative Script/).

F. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dengan judul “Pembelajaran Cooperative Script untuk

Meningkatkan Hasil Belajar PKn materi Berorganisasi pada siswa kelas V

SD Negeri 02 Kayuapak Kabupaten Sukoharjo ” yang dilakukan oleh Fitri

Ariyanti mahasiswa FKIP UMS memberikan kesimpulan penerapan model

pembelajaran Cooperative Script meningkakan hasil belajar siswa kelas V

SD Negeri Kayuapak. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Ariyanti dengan

penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu sama-sama meniliti tentang

pembelajaran metode Cooperative Script.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Sulistyani dengan judul “Penerapan

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa

dalam Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Takhasus Al-Qur’an

Wonosobo”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi

Page 22: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

32

PBL terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Kesamaan

penelitian ini pada penggunaan variabel kemampuan berpikir kritis.

Perbedaannya, dalam penelitian tersebut tidak membahas variabel metode

Cooperative Script, tempat penelitian juga berbeda.

3. Tesis ini berjudul”Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan

Model TASC (Thinking Actively in a Social Context) Pada Pembelajaran

IPS SD”. Merupakan penelitian dari Daniel Dike dari Program pasca

sarjana UNY 2008. Kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus pertama

belum memperlihatkan kemampuan berpikir kritis yang positif. Setelah

dilakukan perbaikan siklus kedua skor total aktivitas berpikir siswa sudah

positif yakni berada pada kategori baik (siswa tergolong kritis).

G. Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran IPS di SMP N 4 Kalasan kurang mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa padahal kemampuan berpikir kritis siswa

merupakan salah satu aspek yang penting. Dengan memiliki kemampuan

berpikir kritis siswa mampu mengolah apa yang dibacanya, dibahasnya,

ataupun yang dilihatnya sehingga memiliki makna bagi dirinya. Berdasarkan

latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, diketahui bahwa proses

pembelajaran IPS di SMP N 4 Kalasan pembelajaran yang terjadi lebih

berpusat pada guru bukan pada siswa. Guru mata pelajaran IPS di sekolah ini

cenderung menggunakan metode konvensional sehingga guru dominan

menerangkan dan siswa banyak mencatat. Kondisi tersebut seringkali

menumbuhkan rasa bosan bagi para siswa dalam mengikuti proses

Page 23: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

33

pembelajaran di kelas. Selain itu, kegiatan siswa dalam mengemukakan

pendapat, gagasan atau ide terhadap orang lain, terlihat masih kurang. Mereka

masih takut, kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan atau

mengemukakan pendapat di depan kelas. Hal ini menunjukkan bahwa

keterlibatan siswa dan kemampuan berpikir kritis dalam kegiatan

pembelajaran masih rendah. Alternatif pembelajaran yang diterapkan adalah

metode pembelajaran Cooperative Script.

Dalam pembelajaran Cooperative Script, terjadi interaksi siswa untuk

berdiskusi, menyampikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling

mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan dan membuat

kesimpulan bersama. Dengan penerapan pembelajarn Cooperative Script

dapat mengembangkan potensi siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran lebih

berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator dalam membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran. Melalui metode Cooperative Script siswa

belajar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menyimpulkan, dan

mengemukakan pendapat sehingga dapat menunjang kemampuan berpikir

kritis siswa. Dengan penerapan metode pembelajaran Cooperative Script di

dalam kelas maka diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa akan

meningkat. Berikut ini bagan kerangka berpikir penerapan pembelajaran

dengan metode Cooperative Script :

Page 24: BAB II - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/8556/3/BAB 2 - 08416241024.pdf · KAJIAN TEORI A. Karakteristik ... Arkeologi, Eko nomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi,

34

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan uraian kerangka berpikir di atas, hipotesis

tindakan dalam penelitian ini Penerapan metode Cooperative Script dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS di

kelas VIII A SMP Negeri 4 Kalasan.

Kemampuan berpikir

kritis siswa masih rendah

Penerapan

metode Cooperative Script dalam

proses pembelajaran

Kemampuan berpikir

kritis siswa meningkat

Keadaan Awal Tindakan Hasil

Evaluasi Awal Evaluasi Akhir Evaluasi Efek