Pen Did i Kaneko Nomi

120
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Skripsi pada : Hari : Tanggal : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Rusdarti, M. Si . Drs. Mudjijono, M. Si. NIP 131411053 NIP 130795079 Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si. NIP 131993879 ii

Transcript of Pen Did i Kaneko Nomi

Page 1: Pen Did i Kaneko Nomi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Rusdarti, M. Si. Drs. Mudjijono, M. Si.NIP 131411053 NIP 130795079

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si. NIP 131993879

ii

Page 2: Pen Did i Kaneko Nomi

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian Skripsi

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Hj. Sucihatiningsih, M.Si. NIP 132158718

Anggota I Anggota II Prof. Dr. Rusdarti, M. Si. Drs. Mudjijono, M. Si.NIP 131411053 NIP 130795079

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M. Si. NIP 131658236

iii

Page 3: Pen Did i Kaneko Nomi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007

Laela Mufida

NIM 3301403031

iv

Page 4: Pen Did i Kaneko Nomi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Orang yang besar hati adalah orang yang banyak mengalami cobaan hidup

dan selalu berpikir positif serta mengambil hikmah dari setiap peristiwa

yang terjadi, dan selalu tabah serta sabar atas segala bentuk cobaan yang

ada. (Irwanto).

2. Perubahan selamanya tidak menjamin kemajuan tetapi setiap kemajuan

membutuhkan perubahan. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat

mendasar bagi perubahan karena pendidikan menghadirkan keinginan baru

dan kemampuan untuk memenuhi keinginan. (Henry Steele Commager).

PERSEMBAHAN:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas kasih sayang, doa serta segenap

dukungan yang telah diberikan.

2. Kakak dan adikku: Mas Haris, Mbak Dhama, Mbak Eva, Mas Arif, De’

Lia, De’ Nala yang telah memberikan dukungan, semangat serta motivasi.

3. Teman-teman Pendidikan Ekonomi Koperasi 2003 terimakasih atas

kerjasama dan kebersamaan selama ini. Special for Lita, Septi, Unik,

Khilmi, Hari, Zanto, Adi, Agus, Wachid dan kawan-kawan. Terimakasih

untuk semuanya.

4. Teman-teman kos Kirana, terimakasih atas semangat dan dukunganya, I

love you all.

v

Page 5: Pen Did i Kaneko Nomi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Mengenai Pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan

Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008” dengan lancar. Skripsi ini

merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai

gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Melalui skripsi ini penulis banyak belajar sekaligus memperoleh pengalaman-

pengalaman baru secara langsung, yang belum diperoleh sebelumnya dan

diharapkan pengalaman tersebut dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak

bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak ternilai

harganya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sasatroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi

3. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

mengarahkan skripsi ini

5. Drs. Mudjijono, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan skripsi ini

vi

Page 6: Pen Did i Kaneko Nomi

6. Dra. Hj. Sucihatiningsih, M.Si, Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan sehingga skripsi ini dapat lebih baik.

7. Bapak Achmad Cholid, S.H, Kepala Sekolah SMP Negeri I Warungasem yang

telah memberikan ijin penelitian

8. Bapak/Ibu Guru SMP Negeri I Warungasem yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini

9. Semua pihak yang telah membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

vii

Page 7: Pen Did i Kaneko Nomi

SARI

Laela Mufida. 2007. Persepsi Guru Mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008. Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Persepsi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum

2006)

Untuk memperbaiki mutu kurikulum salah satunya dengan perubahan kurikulum. Tahun 2006 telah diberlakukan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem ini belum dapat dilaksanakan. Sekolah menunggu pengesahan dari kabupaten untuk dapat melaksanakan KTSP. Perangkat pembelajaran dan segala sesuatunya telah dipersiapkan, termasuk uji coba pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah dilaksanakan satu tahun yang lalu. Tahun ajaran baru 2007/2008 SMP Negeri I Warungasem baru akan melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena untuk wilayah Kabupaten Batang pelaksanaan KTSP baru dilaksanakan tahun ajaran 2007/2008.

KTSP merupakan penyempurna dari KBK, dimana dalam KTSP ini, indikator harus dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan kondisi sekolah, longkungan dan karakteristik peserta didik. Dalam KTSP peran guru lebih dominan terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak saja dalam program tertulis tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas. Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru harus terbiasa memberikan peluang yang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan edukatif. Masalahnya apakah guru sudah siap untuk itu. Jika guru kurang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran dengan memberikan metode pengajaran yang kurang variatif maka akan menghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, sebelum melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru perlu mengerti dan memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan mempunyai persepsi yang benar tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).(1) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008, (2) Hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP N I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008 dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMP Negeri I Warungasem kecamatan

viii

Page 8: Pen Did i Kaneko Nomi

Warungasem kabupaten Batang Tahun 2007/2008, (2) Untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri I Warungasem kecamatan Warungasem kabupaten Batang Tahun 2007/2008 dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Penelitian ini tidak menggunakan sampel melainkan seluruh populasi (penelitian populasi) atau seluruh guru SMP Negeri I Warungasem yang berjumlah 27 orang. Penelitian ini memiliki variabel tunggal, variabel yang dimaksud adalah persepsi guru mengenai pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini mengungkap data persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang meliputi hakekat KTSP, pengembangan KTSP, cara penyusunan KTSP, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP, cara membuat RPP, pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Metode kuesioner menggunakan dua bentuk, yaitu kuesioner skala pengetahuan dan skala sikap. Data yang diperoleh berupa jawaban responden yang telah dikuantitatifkan, kemudian dianalisis secara deskriptif presentase.

Berdasarkan analisis deskriptif persentase dari skala pengetahuan menunjukkan hakekat KTSP termasuk dalam kategori baik, pengembangan KTSP termasuk dalam kategori baik, cara penyusunan KTSP termasuk dalam kategori baik, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP termasuk dalam kategori sangat baik, cara membuat RPP termasuk dalam kategori sangat baik, pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP termasuk dalam kategori sangat baik dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP termasuk dalam kategori sangat baik. Dari skala sikap menunjukkan hakekat KTSP termasuk dalam kategori baik, pengembangan KTSP termasuk dalam kategori sangat baik, cara penyusunan KTSP termasuk dalam kategori baik, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP termasuk dalam kategori sangat baik, cara membuat RPP termasuk dalam kategori baik, pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP termasuk dalam kategori baik dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP termasuk dalam kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa guru SMP Negeri I Warungasem memiliki persepsi baik mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) baik berdasarkan sikap maupun pengetahuan. Memperhatikan hal tersebut, saran yang dapat disumbangkan yaitu Guru hendaknya menyiapkan dan mempelajari terlebih dahulu semua hal tentang KTSP. Guru juga harus mau belajar agar lebih menguasai materi serta memahami KTSP. Kedua, kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus mendukung sepenuhnya agar pelaksanaan KTSP dapat berjalan dengan lancar. Ketiga, menambah sarana prasarana yang ada dalam pelaksanaan KTSP.

ix

Page 9: Pen Did i Kaneko Nomi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iii

PERNYATAAN.............................................................................................. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2. Permasalahan ....................................................................... 6

1.3. Penegasan Istilah.................................................................. 6

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 7

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 8

1.6. Sistematika Skripsi............................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

2.1. Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi ...................................................... 10

x

Page 10: Pen Did i Kaneko Nomi

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

Persepsi ........................................................................ 12

2.1.3 Prinsip-prinsip Terjadinya Persepsi ............................. 14

2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi........................................... 15

2.2. Guru

2.2.1 Pengertian Guru ........................................................... 17

2.2.2 Peran dan Fungsi Guru................................................. 18

2.2.3 Guru dalam KTSP........................................................ 23

2.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2.3.1 Hakekat KTSP.............................................................. 25

2.3.2 Pengembangan KTSP .................................................. 28

2.3.3 Cara Menyusun KTSP ................................................. 28

2.3.4 Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP ........... 35

2.3.5 Cara Membuat RPP...................................................... 35

2.3.6 Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP................ 36

2.3.7 Hambatan dalam KTSP................................................ 39

2.4. Kerangka Pikir ..................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Populasi ................................................................................ 46

3.2. Variabel Penelitian ............................................................... 46

3.3.Metode Pengumpulan Data ................................................... 47

3.4. Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 49

3.5. Analisa Data ......................................................................... 51

xi

Page 11: Pen Did i Kaneko Nomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian .................................................................... 54

4.1.1. Gambaran Umum........................................................ 54

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian.............................................. 59

4.2.1. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan

Pengetahuan................................................................. 59

4.2.2. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Sikap........... 66

4.3. Pembahasan.......................................................................... 78

4.3.1. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Berdasarkan Pengetahuan ........................................... 78

4.3.2. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Berdasarkan Sikap....................................................... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan .............................................................................. 97

5.2. Saran..................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101

LAMPIRAN

xii

Page 12: Pen Did i Kaneko Nomi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Mendidik, Membimbing, Mengajar dan

Melatih .................................................................................. 19

Tabel 2.2 Peran dan Tugas Pokok Guru................................................ 21

Tabel 3.1 Validitas Angket Pengetahuan Responden ........................... 49

Tabel 3.2 Validitas Angket Skala Sikap Responden............................. 50

Tabel 3.3 Reliabilitas Angket Sikap...................................................... 51

Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Pengetahuan.......................... 53

Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Sikap ..................................... 53

Tabel 4.1 Daftar Guru SMP Negeri I Warungasem Tahun 2007.......... 57

Tabel 4.2 Keadaan Karyawan SMP Negri I Warungasem

Tahun 2007 ........................................................................... 58

Tabel 4.3 Keadaan Siswa SMP Negeri I Warungasem Batang

Tahun 2007 ........................................................................... 58

Tabel 4.4 Jawaban Responden tentang Persepsi Guru SMP Negeri I

Warungasem Mengenai Pelaksanaan KTSP Berdasarkan

Pengetahuan .......................................................................... 60

Tabel 4.5 Hakekat KTSP....................................................................... 62

Tabel 4.6 Pengembangan KTSP ........................................................... 62

Tabel 4.7 Cara Menyusun KTSP .......................................................... 63

Tabel 4.8 Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP .................... 64

xiii

Page 13: Pen Did i Kaneko Nomi

Tabel 4.9 Cara Membuat RPP............................................................... 64

Tabel 4.10 Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP......................... 65

Tabel 4.11 Hambatan dalam KTSP......................................................... 65

Tabel 4.12 Jawaban Responden tentang Persepsi Guru SMP Negeri I

Warungasem Mengenai Pelaksanaan KTSP Berdasarkan

Sikap...................................................................................... 66

Tabel 4.13 Jawaban Responden tentang Hakekat KTSP ........................ 68

Tabel 4.14 Jawaban Responden tentang Pengembangan KTSP ............. 70

Tabel 4.15 Jawaban Responden tentang Cara Menyusun KTSP ............ 71

Tabel 4.16 Jawaban Responden tentang Cara Mengembangkan

Silabus Berbasis KTSP ......................................................... 73

Tabel 4.17 Jawaban Responden tentang Cara Membuat RPP ................ 74

Tabel 4.18 Jawaban Responden tentang Pembelajaran dan Penilaian

Berbasis KTSP ...................................................................... 76

Tabel 4.19 Jawaban Responden tentang Hambatan dalam KTSP .......... 77

xiv

Page 14: Pen Did i Kaneko Nomi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................... 55

Gambar 4.2 Histogram Hasil Penelitian Pengetahuan .............................. 61

Gambar 4.3 Histogram Hasil Penelitian Sikap ......................................... 67

Gambar 4.4 Diagram Jawaban Responden Tentang Hakekat KTSP........ 69

Gambar 4.5 Diagram Jawaban Responden Tentang Pengembangan

KTSP..................................................................................... 70

Gambar 4.6 Diagram Jawaban Responden Tentang Cara Menyusun

KTSP..................................................................................... 72

Gambar 4.7 Diagram Jawaban Responden Tentang Cara

Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP............................. 73

Gambar 4.8 Diagram Jawaban Responden Tentang Cara Membuat

RPP........................................................................................ 75

Gambar 4.9 Diagram Jawaban Responden Tentang Pembelajaran dan

Penilaian Berbasis KTSP ...................................................... 76

Gambar 4.10 Diagram Jawaban Responden Tentang Hambatan dalam

KTSP..................................................................................... 77

xv

Page 15: Pen Did i Kaneko Nomi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pengantar Angket Penelitian ................................................................... 105

2. Angket Penelitian.................................................................................... 127

3. Tabel Frekuensi Pengetahuan Guru Mengenai Pelaksanaan KTSP........ 117

4. Reliabilitas dan Validitas Angket Pengetahuan ...................................... 118

5. Hasil Analisis Angket Responden Tentang Pengetahuan ....................... 119

6. Data Persepsi Guru Mengenai Pelaksanaan KTSP Berdasarkan

Sikap........................................................................................................ 120

7. Reliabilitas dan Validitas Angket Sikap ................................................. 121

8. Analisis Deskriptif Presentase ................................................................ 135

9. Pertanyaan Wawancara ........................................................................... 149

10. Surat Ijin Penelitian................................................................................. 160

11. Surat Keterangan Melakukan Penelitian................................................. 161

12. Surat Rekomendasi Judul ....................................................................... 162

13. Dokumentasi Hasil Wawancara dengan Responden............................... 163

xvi

Page 16: Pen Did i Kaneko Nomi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat-giatnya

melaksanakan reformasi di segala bidang kehidupan, salah satunya yaitu

bidang pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan

kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu

perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan manusia.

Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus

menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pemikiran ini

mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan pendidikan

untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus

menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan kebutuhan dunia

industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni.

Mutu produk pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 (1) untuk menilai mutu

pendidikan di Indonesia dilihat dengan delapan kriteria, yaitu isi (kurikulum),

proses pembelajaran, kompetensi lulusan, tenaga pendidik, sarana prasarana,

pengelola pendidikan, pembiayaan pendidikan dan penilaian pendidikan.

Meskipun kurikulum hanya berperan sebagai pemberi arah, tujuan, dan

Page 17: Pen Did i Kaneko Nomi

2

landasan filosofi pendidikan, namun kurikulum harus sesuai dengan dinamika

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan kebutuhan pasar

kerja, serta dinamika perubahan sosial masyarakat.

Karim (2002) dalam Joko Susilo (2006: 10) berpendapat dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan perubahan

kurikulum, sehingga mulai cawu 2 tahun ajaran 2001/2002 sudah

diperkenalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang merupakan

pengembangan kurikulum 1994, dan kini dikenalkan dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan KBK. Tahun

2006 ini telah dilaksanakan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini

merupakan revisi atau penyempurna dari Kurikulum Berbasis Kompetensi

(Kurikulum 2004). Istilah kompetensi dalam KTSP tetap muncul atau tetap

ada. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Tetapi, jika dalam kurikulum

2004 ada indikator yang sudah ditulis dalam kurikulum tersebut, maka dalam

KTSP indikator harus dibuat oleh guru sendiri (Suyitno, 2006: 54).

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan menganai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta

kesesuaian dengan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh

Page 18: Pen Did i Kaneko Nomi

3

satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan

dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu

wujud dari usaha pembaharuan peningkatan mutu pendidikan. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU. 20/2003) tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2005

(PP. 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan setiap

satuan pendidikan untuk membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada

tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengakomodasi penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sudah mulai dilaksanakan sejak

diberlakukannya otonomi daerah sehingga dengan penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin

pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar pendidikan terdiri dari standar

isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan

standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Kelulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan

dalam mengembangkan kurikulum.

Page 19: Pen Did i Kaneko Nomi

4

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender

pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran dan silabus. Inilah yang masih

menjadi permasalahan bagi sekolah dan guru mengenai komponen

pembelajarannya yang jauh lebih kompleks. Hal ini disebabkan karena pada

saat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sudah mulai berjalan dengan

lancar muncul peraturan baru dari pemerintah pusat tentang pembaharuan

Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. Sementara

itu berdasar fakta empiris, sekolah dan komite sekolah belum semuanya

memiliki sumber daya manusia yang memadai, sehingga belum semua sekolah

dan komite sekolah mampu menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan silabusnya.

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP N

I Warungasem ini belum dapat dilaksanakan. Sekolah menunggu pengesahan

dari kabupaten untuk dapat melaksanakan KTSP. Perangkat pembelajaran dan

segala sesuatunya telah dipersiapkan, termasuk uji coba pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah dilaksanakan satu tahun yang lalu

yaitu tahun 2006 untuk kelas VII dan VIII semester gasal. Tahun ajaran baru

2007/2008 SMP Negeri I Warungasem baru akan melaksanakannya secara

keseluruhan yaitu kelas VII, VIII dan IX. Hal ini disebabkan karena untuk

Page 20: Pen Did i Kaneko Nomi

5

wilayah Kabupaten Batang pelaksanaan KTSP baru dilaksanakan tahun ajaran

2007/2008.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan untuk

menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengembangkan

identitas budaya dan bangsanya. Selain itu, tujuan utama KTSP adalah

memandirikan dan memberdayakan dalam mengembangkan kompetensi yang

akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan.

Dalam KTSP ini peran guru lebih dominan terutama dalam

menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tidak saja dalam

program tertulis tetapi juga dalam pembelajaran nyata di kelas. Guru juga

harus menentukan indikator sendiri yang disesuaikan dengan kondisi sekolah,

lingkungan dan karakteristik peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator

sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru harus terbiasa

memberikan peluang yang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih

bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara

positif dan edukatif. Masalahnya apakah guru sudah siap untuk itu. Jika guru

kurang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran dengan memberikan metode

pengajaran yang kurang variatif maka akan menghambat pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, sebelum

melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru perlu

mengerti dan memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

mempunyai persepsi yang benar tentang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

Page 21: Pen Did i Kaneko Nomi

6

Dengan adanya hal tersebut, muncul permasalahan bagaimana persepsi

guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

SMP N I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun

2007/2008 termasuk di dalamnya, hambatan dan upaya yang dilakukan untuk

mengatasi hambatan tersebut.

1.2. Permasalahan

1. Bagaimanakah persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan

Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008?

2. Hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I

Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun

2007/2008 dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan

tersebut?

1.3. Penegasan Istilah

Sesuai dengan judul dari permasalahan yang akan diteliti ada istilah

yang perlu ditegaskan agar tidak terjadi salah penafsiran, guna membatasi

permasalahan yang ada dalam penelitian. Adapun istilah yang perlu diberikan

penjelasan adalah:

1. Persepsi

Persepsi adalah tanggapan langsung atas sesuatu. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2003: 901).

Page 22: Pen Did i Kaneko Nomi

7

Dalam skripsi ini persepsi yang dimaksud adalah persepsi guru

mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

SMP N I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun

2007/2008.

2. Guru

Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan

dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi (Pasal 39[2] UU Nomor 20 Tahun 2003)

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan.

4. SMP Negeri I Warungasem

SMP Negeri I Warungasem merupakan sekolah yang dijadikan

tempat penelitian yang berlokasi di jalan raya Cepagan Kecamatan

Warungasem Kabupaten Batang.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru mengenai pelaksanaan

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMP N I Warungasem

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008.

Page 23: Pen Did i Kaneko Nomi

8

2. Untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapi guru dalam persiapan

pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMP Negeri I

Warungasem kecamatan Warungasem kabupaten Batang Tahun

2007/2008 dan upaya apa yang dialkukan untuk mengatasi hambatan

tersebut.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberikan

informasi dalam pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan

kegiatan belajar mengajar.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Dapat memberikan input bagi sekolah terhadap kesiapan guru

dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

di SMP Negeri I Warungasem Kecamatan Warungasem Kabupaten

Batang Tahun 2007/2008.

2. Dapat memberikan pengetahuan bagi guru hal apa yang perlu

disiapkan dalam menghadapi pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri I Warungasem

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang Tahun 2007/2008.

Page 24: Pen Did i Kaneko Nomi

9

1.6. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memberikan gambaran isi keseluruhan skipsi ini maka penulis

akan mengemukakan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terbagi ke

dalam beberapa sub bab.

BAB I Pendahuluan: berisi tentang alasan pemilihan judul,

permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II Landasan Teori berisi tentang semua teori-teori yang

mendukung dalam penulisan skripsi yang berasal dari berbagai sumber antara

lain: Teori tentang Persepsi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mutu

Pendidikan dan Guru.

BAB III Metode Penelitian: membahas tentang objek penelitian,

subjek penelitian, sampel penelitian, metode pengumpulan data, tehnik analisa

data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: berisi tentang pembahasan

hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V Penutup: berisi tentang kesimpulan dan saran penulis

tentang penelitian yang telah dilakukan.

Page 25: Pen Did i Kaneko Nomi

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, individu

mengenali dunia luar. Individu dapat mengenali diri dan keadaan disekitar

berkitan dengan persepsi (perception). Melalui proses penginderaan

memunculkan persepsi pada diri individu. Individu mengamati,

mengalami dan menghayati atau memberi arti terhadap semua stimulus

yang datang.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus

mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan itu dilakukan

lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan

pencium (Slameto 2003:102).

Menurut Dimyati ( 1989: 41) persepsi adalah menafsirkan stimulus

yang telah ada di dalam otak. Jalaludin Rahmat ( 1994: 51) menyatakan

bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.

Menurut Davidoff (1981) dalam Walgito (2002: 70) persepsi

didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan

Page 26: Pen Did i Kaneko Nomi

11

data-data kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa

sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri

sendiri. Menurut Walgito (2002: 70) persepsi merupakan proses

pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima

oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti,

dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu,

maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena

perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak

sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin

akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah suatu proses penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan

penginterprestasian seseorang atau sekelompok orang terhadap obyek,

peristiwa, stimulus atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

melibatkan pengalaman tentang obyek atau peristiwa tersebut, atau

hubungan yang diperoleh melalui proses kognisi dan afeksi untuk

menyimpulkan dan menafsirkan pesan untuk membentuk konsep tentang

obyek tersebut.

Page 27: Pen Did i Kaneko Nomi

12

2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Persepsi

Persepsi seseorang dipengaruhi berbagai faktor yang menyebabkan

seseorang memberikan interprestasi yang berbeda dengan orang lain pada

saat melihat sesuatu.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

1) Faktor fungsional

Faktor fungsional berarti bahwa obyek-obyek yang mendapat tekanan

dalam persepsi kita biasanya obyek yang memenuhi tujuan individu

yang melakukan persepsi. Seperti pengaruh kebutuhan, kegembiraan

(suasana hati), pelayanan dan pengalaman masa lalu seorang individu.

2) Faktor struktural

Berasal dari stimuli dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada

sistem saraf individu. Prinsip-prinsip itu menurut teori Gestalt yaitu

bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu

keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kita ingin

memahami seseorang, kita harus melihat dalam konteksnya,

lingkungannya, serta dalam masalah yang dihadapinya.

3) Faktor situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Petunjuk

proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik

adalah beberapa faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.

Page 28: Pen Did i Kaneko Nomi

13

4) Faktor personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian dari

masing-masing individu yang akan dapat mewarnai perbedaan

persepsi. (Jalaludin Rakhmat , 2005: 51 dalam Nugroho, 2006:14)

Menurut Walgito (2002: 70) faktor-faktor yang berperan dalam

persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

1) Obyek yang dipersepsi

2) Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang

langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

3) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di

samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,

yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan

respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

4) Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan

dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan

atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada

sesuatu sekumpulan obyek.

Page 29: Pen Did i Kaneko Nomi

14

Dari beberapa faktor yang berperan dalam pembentukan persepsi

di atas menunjukkan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi individu. Faktor-faktor tersebut menjadikan

persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada

individu dalam mempersepsi suatu obyek stimulus, meskipun obyek

tersebut benar-benar sama.

2.1.3. Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi

1) Prinsip itu relatif bukannya absolut

Manusia bukan instrumen ilmiah yang mampu menyerap sesuatu

persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan

kerelatifan seperti persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan

rangsang dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang

kemudian.

2) Prinsip itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari

banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat tertentu.

3) Persepsi mempunyai tatanan

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan

menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-

kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan

melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

Page 30: Pen Did i Kaneko Nomi

15

4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerimaan

rangsangan)

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana

yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang

akan dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan

tersebut akan diinterprestasikan.

5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi

orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan

individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam

sikap atau perbedaan dalam motivasi (Slameto 1995: 103).

2.1.4. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: objek

menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera (reseptor).

Proses ini merupakan proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera

diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini merupakan proses

fisologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran

sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa

yang diraba. Proses ini merupakan proses psikologis. Proses ini adalah

proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu

dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan

respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang

Page 31: Pen Did i Kaneko Nomi

16

bersangkutan. Secara skematis hal tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut:

St St

St St

Respon SP

Fi Fi

Fi Fi

Keterangan:

St = Stimulus (faktor luar)

Fi = Faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian)

Sp = Struktur pribadi individu

(Walgito, 2002:72)

Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima

bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tidak semua

stimulus diperhatikan atau diberi respon. Individu mengadakan seleksi

terhadap stimulus yang mengenainya, di sini berperannya perhatian.

Sehingga individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi

terhadap stimulus. Skema tersebut dapat dilanjutkan sebagai berikut:

L – S – O – R – L

Keterangan:

L = lingkungan

S = Stimulus

O = Organisme/individu

R = Respon atau reaksi

(Walgito, 2002:72)

Page 32: Pen Did i Kaneko Nomi

17

Menurut Walgito (2000:54-55) dalam Widodo (2007: 32) faktor

internal yang mempengaruhi persepsi yaitu individu, sedang faktor eksternal

adalah stimulus dan lingkungan. Kedua faktor itu saling berinteraksi dalam

individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus

harus cukup kuat, stimulus mempunyai kekuatan yang minimal tetapi sudah

dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepi oleh individu. Kejelasan

stimulus juga dapat berpengaruh pada persepsi.

Oleh karena itu maksud dari kejelasan dan kekuatan objek dari

penelitian ini adalah KTSP. Apabila guru mempersiapkan KTSP positif maka

akan positif pula sikapnya. Untuk itu, apabila persepsi ini dikaitkan terhadap

KTSP maka persepsi terhadap KTSP diartikan sebagai proses penafsiran,

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap KTSP sehingga merupakan

sesuatu yang berarti merupakan respon yang menyatu dalam diri individu

(guru SMP Negeri I Warungasem). Dalam hal ini, guru SMP Negeri I

Warungasem merespon hal-hal yang berkaitan dengan Kurikulum 2006

(KTSP) tersebut dengan pengetahuan dan sikap yang mereka miliki. Sehingga

dalam merespon, guru SMP Negeri I Warungasem membutuhkan pemahaman

pengetahuan tentang Kurikulum 2006 (KTSP).

2.2. Guru

2.2.1. Pengertian Guru

Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai maha resi guru

yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu

Page 33: Pen Did i Kaneko Nomi

18

di bhinaya panti (tempat pendidikan bagi para biksu) (Suparlan 2006: 9).

Dalam bahasa Arab, kosa kata guru dikenal dengan al-mu’alimim

atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim

(dapat memperoleh ilmu). Sehingga guru mempunyai pengertian orang

yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia.

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian pada perguruan tinggi (Pasal 39 [2] UU. Nomor 20 Tahun

2003).

Guru sebagai vigur sentral pendidikan, haruslah dapat diteladani

akhlaknya di samping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu,

guru haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk mendidik

anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak (Hossein Nasr,

dalam Azyumardi Azra, 2006: 9).

Dengan demikian, guru bukan hanya menjadi sosok yang suka

berceramah dengan pola pembelajaran yang kovensional, tetapi juga sosok

yang mahir di bidang teknologi informasi dengan model pembelajaran

berbasis ICT (Information and Communication Technology).

2.2.2 Peran dan Fungsi Guru

Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang

menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki kesatuan peran dan fungsi

yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing,

Page 34: Pen Did i Kaneko Nomi

19

mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan

kemampuan integratif, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.

Keempat kemampuan tersebut, secara terminilogis akademis dapat

dibedakan antara satu dengan yang lain. Namun kenyataan praktek di

lapangan, keempat hal tersebut harus menjadi kesatuan utuh yang tidak

dapat dipisah-pisahkan.

Secara terminologi akademis, pengertian mendidik, membimbing,

mengajar dan melatih dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Perbedaan Mendidik, Membimbing, Mengajar dan Melatih

No Aspek Mendidik Membimbing Mengajar Melatih 1. Isi Moral dan

kepribadian Norma dan tata tertib

Bahan ajar berupa ilmu pengetahuan dan teknologi

Keterampilan atau kecakapan hidup (life skill)

2. Proses Memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama

Menyampaikan atau mentransfer bahan ajar yang berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan strategi dan metode mengajar yang sesuai dengan perbedaan individual siswa

Memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang telah diberikan kepada siswa menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari

Menjadi contoh dan teladan dalam hal moral dan kepribadian

3. Strategi dan metode

Keteladanan, pembiasaan

Motivasi dan pembinaan

Ekspositori dan inquiri

Praktik kerja, simulasi dan magang

Sumber: Suparlan (2006: 34 )

Page 35: Pen Did i Kaneko Nomi

20

Sebagai pendidik, guru lebih banyak sebagai sosok panutan, yang

memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh

siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan

perilaku, budi pekerti luhur dan akhlak mulia, seperti jujur, tekun, mau

belajar, amanah, sopan santun terhadap sesama. Sikap dan perilaku guru

yang sehari-hari dapat diteladani oleh siswa di dalam maupun di luar

kelas, merupakan alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk

kepribadian siswa di masa dewasa.

Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang

luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada

siswa. Dalam hal ini, guru harus menguasai materi yang akan diajarkan,

menguasai penggunaan strategi dan metode mengajar yang digunakan

untuk menyampaikan bahan ajar dan menentukan alat evaluasi pendidikan

yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, aspek-aspek

manajemen kelas dan dasar-dasar kependidikan.

Sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk

dapat membimbing siswa, memberikan dorongan psikologis agar siswa

dapat menepikan faktor-faktor internal dan faktor eksternal yang akan

mengganggu proses pembelajaran di dalam dan diluar sekolah, serta

memberikan arah dan pembinaan karir siswa sesuai dengan bakat dan

kemampuan siswa.

Sebagai pelatih, guru harus memberikan sebanyak mugkin

kesempatan bagi siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke

dalam praktik yang akan digunakan langsung dalam kehidupan. Dalam

Page 36: Pen Did i Kaneko Nomi

21

aspek ini, guru perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

siswa agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang sebanyak-

banyaknya, khusunya untuk mempraktekkan berbagai jenis keterampilan

yang mereka butuhkan.

Kamaruddin Haji Husin (1993:38), memaparkan peran guru dalam

berbagai aspek, yaitu sebagai (1) pendidik, (2) pengajar, (3) fasilitator, (4)

pembimbing, (5) pelayan, (6) perancang, (7) pengelola, (8) inovator dan

(9) penilai. Peran dan tugas pokok tersebut dapat dijelaskan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.2. Peran dan Tugas Pokok Guru

No. Peranan Tugas Pokok 1. Pendidik a. Mengembangkan kepribadian

b. Membina budi pekerti 2. Pengajar a. Menyampaikan ilmu pengetahuan

b. Melatih keterampilan, memberikan panduan atau petunjuk

c. Panduan antara memberikan pengetahuan, bimbingan dan keterampilan

d. Merancang pengajaran e. Melaksanakan pembelajaran f. Menilai aktivitas pembelajaran

3. Fasilitator a. Memotivasi siswa b. Membantu siswa c. Membimbing siswa dalam proses pembelajaran di

dalam dan di luar kelas d. Menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang

sesuai e. Menggunakan pertanyaan yang merangsang siswa

untuk belajar f. Menyediakan bahan pengajaran g. Mendorong siswa untuk mencari bahan ajar h. Menggunakan ganjaran dan hukuman sebagai alat

pendidikan i. Mewujudkan disiplin

4. Pembimbing a. Memberikan petunjuk atau bimbingan tentang gaya pembelajaran siswa

Page 37: Pen Did i Kaneko Nomi

22

b. Mencari kekuatan dan kelemahan siswa c. Memberikan latihan d. Memberikan penghargaan kepada siswa e. Mengenal permasalahan yang dihadapi siswa dan

menemukan pemecahannya f. Membantu siswa menemukan bakat dan minat siswa

(karir di masa depan) g. Mengenali perbedaan individual siswa

5. Pelayan a. Memberikan layanan pembelajaran yang nyaman sesuai dengan perbedaan individual siswa

b. Menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah seperti ruang belajar, meja kursi, papan tulis, almari, alat peraga dan papan pengumuman

c. Memberikan layanan sumber belajar 6. Perancang a. Menyusun program pengajaran dan pembelajaran

berdasarkan kurikulum yang berlaku b. Menyusun rencana mengajar c. Menentukan strategi dan metode pembelajaran sesuai

dengan konsep PAKEM (Pembelajaran Kreatif, Efektif dan Menyenengkan)

7. Pengelola a. Melaksanakan administrasi kelas b. Melaksanakan persensi kelas c. Memilih strategi dan metode pembelajaran yang efektif

8. Inovator a. Menemukan strategi dan metode mengajar yang efektif b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam

penggunaan strategi dan metode mengajar c. Mau mencoba dan menerapkan strategi dan metode

pembelajaran yang baru 9. Penilai a. Menyusun tes dan instrumen penilaian lain

b. Melaksanakan penilaian terhadap siswa secara objektif c. Mengadakan pembelajaran modul d. Mengadakan pengayaan dalam pembelajaran

Sumber: ditabulasi dan dimodifikasi dari Kamaruddin Haji Husin (1993:8)

Menurut Usman (2005: 6) tugas guru sebagai profesi meliputi

mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih

berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Page 38: Pen Did i Kaneko Nomi

23

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat

menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik

simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang

diberikan, hendaknya dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam

belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,

maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih

pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan

menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap

sehingga setiap lapisan masyarakat (homoludens, homopuber dan

homosapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat

di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat

memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban

mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya

yang berdasarkan Pancasila.

2.2.3. Guru dalam KTSP

Guru adalah figur yang sangat berperan dalam proses dan hasil

belajar siswa. Karakter guru perlu dibangun sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan jaman. Guru tidak berperan lagi sebagai penyampai

informasi tetapi guru juga harus mampu menjadikan dirinya sebagai

fasilitator agar siswa dapat belajar dengan lebih optimal.

Agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif, serta dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki hal-hal berikut:

Page 39: Pen Did i Kaneko Nomi

24

1) Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan

kompetensi lain dengan baik.

2) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai

suatu profesi.

3) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasinya.

4) Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan

membentuk kompetensi peserta didik.

5) Mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti

dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi

6) Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir

7) Menyiapkan proses pembelajaran.

8) Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik,

serta

9) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan

dikembangkan.

2.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Sudaryanto (Kompas, 18 September 2006), Mendiknas Bambang

Sudibyo menegaskan bahwa tidak ada perubahan drastis dalam kurikulum

baru. Kurikulum baru yang dimaksud adalah kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang mulai akrab disebut dengan Kurikulum 2006, yang diolah

berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan produk Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam kurikulum baru ini, guru diberi

otonomi dalam menjabarkan kurikulum, dan murid sebagai subyek dalam

Page 40: Pen Did i Kaneko Nomi

25

proses belajar mengajar. Dari situlah diharapkan implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan dapat memenuhi standarisasi evaluasi belajar.

2.3.1. Hakekat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Landasan

Landasan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yaitu:

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 tentang Satndar Nasional Pendidikan

3) Standar Isi (SI)

Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi

untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah: kerangka dasar

dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap

semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar

menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 tahun

2006.

4) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana

yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

Page 41: Pen Did i Kaneko Nomi

26

2. Pengertian

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

tingkat satuan pendidikan.

3. Karakteristik KTSP

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana

kinerja sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja,

proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme

tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian

tersebut ada beberapa karakteristik KTSP yaitu:

1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan

2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional

4) Team kerja yang kompak dan transparan

4. Latar Belakang Kebijakan KTSP

Latar belakang yang mendasari munculnya kebijakan KTSP antara

lain:

1) Kurikulum-kurikulum yang disusun secara nasional ternyata

mengalami banyak kendala dan dirasakan kurang mampu

menyentuh permasalahan dan kenyataan yang berada di sekolah

dan masyarakat kalangan bawah (grassroot) karena apa yang

dipikirkan oleh pemerintah pusat belum sepenuhnya sesuai

dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah

Page 42: Pen Did i Kaneko Nomi

27

masyarakat adan peserta didik. Sehingga apa yang ada dalam

kurikulum sering tidak dapat dilaksanakan dengan baik di

sekolah.

2) Keinginan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders) pendidikan untuk mendekatkan penyusunan

kurikulum kepada satuan pendidikan yang merupakan centre of

teaching – learning process, dengan harapan yang disusun dan

dirumuskan merupakan pencerminan dari permasalahan dan

kebutuhan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi

setempat. Dengan demikian kurikulum yang disusun dapat

diimplementasikan secara maksimal.

3) Keinginan untuk memberdayakan sumber daya dan potensi yang

ada untuk berperan serta lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam

penyusunan kurikulum.

4) Sejalan dengan otonomi daerah di bidang pendidikan, pemerintah

pusat lebih banyak berperan dan berkewajiban menyusun

standar-standar pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

5. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan

dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian

kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong

Page 43: Pen Did i Kaneko Nomi

28

sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif

dalam pengembangan kurikulum.

2.3.2. Pengembangan KTSP

Ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan dan pelaksanaan KTSP, yaitu

1. sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan suasana yang kondusif,

mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

2. membina disiplin

3. mengembangkan kemandirian kepala sekolah,

4. mengubah paradigma (pola pikir) guru,

5. memberdayakan staf.

2.3.3. Cara Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Proses penyusunan KTSP melibatkan seluruh guru, pimpinan dan

komite sekolah. Mekanisme penyusunan KTSP meliputi penyusunan draft,

revisi, finalisasi dan pengesahan. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Draft

Penyusunan draft KTSP perlu diawali dengan melakukan

analisis konteks terhadap hal-hal berikut: analisis potensi, kekuatan

dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang

berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga

administrasi, sarana dan prasarana, serta pembiayaan dan program-

program yang ada di sekolah. Langkah berikutnya yaitu menganalisis

peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar,

Page 44: Pen Did i Kaneko Nomi

29

baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, Dinas

Pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja serta

sumber daya alam dan sosial budaya. Langkah terakhir yaitu dengan

mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai

acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut:

1) Visi dan misi satuan pendidikan

Dalam mengembangkan visinya, kepala sekolah harus

mampu mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang relevan bagi

kegiatan internal sekolah. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat dibagi

dalam dua kelompok. Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan

apa yang sedang berlangsung di luar sekolah. Kedua, kekuatan

yang berhubungan dengan klien pendidikan yaitu latar belakang

sosial, aspirasi keuangan, sumber-sumber masyarakat dan

karakteristik lingkungan. Kepala sekolah dalam mengembangkan

visinya harus mampu menyeleksi secara berkelanjutan atas

kelompok-kelompok kekuatan tersebut.

2) Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan

Dalam pengembangan KTSP, satuan pendidikan harus

mampu menyusun program peningkatan mutu yang mencakup

tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai untuk program jangka

pendek maupun jangka panjang. Tujuan pendidikan dasar adalah

meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

Page 45: Pen Did i Kaneko Nomi

30

mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

3) Menyusun kalender pendidikan

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu kegiatan

pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender

pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif

belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

Setiap permulaan tahun pelajaran, sekolah/madrasah

menyusun kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan

pembelajaran selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan

tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif

dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di sekolah/madrasah

mengacu pada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan

daerah, karakteristik sekolah/madrasah, kebutuhan peserta didik

dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah/pemerintah

daerah.

4) Struktur muatan KTSP

Struktur muatan KTSP mencakup mata pelajaran, muatan

lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar,

kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan kecakapan

hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

a) Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-

masing tingkat satuan pendidikan tertera pada struktur

kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi.

Page 46: Pen Did i Kaneko Nomi

31

b) Muatan lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri

khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang

materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran

yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan

pendidikan.

c) Kegiatan pengembangan diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran

yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan

atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan

yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri

pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karier

peserta didik.

d) Pengaturan beban belajar

Beban belajar ditentukan berdasarkan penggunaan sistem

pengelolaan program pendidikan yang berlaku di sekolah.

Page 47: Pen Did i Kaneko Nomi

32

Sistem tersebut terdiri dari sistem paket dan sistem kredit

semester (SKS).

Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat

satuan pendidikan SD/MI/SLB, SMP/MTs/SMPLB baik

kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/

MAK kategori standar.

Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat

digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.

Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada

sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur

kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah

maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara

keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai

kompetensi.

Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket SD/MI/SLB 0%-

40%, SMP/MTs/SMPLB 0%- 50% dan SMA/MA/SMALB/

SMK/MAK 0%- 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata

pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu

tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam

mencapai kompetensi.

Page 48: Pen Did i Kaneko Nomi

33

Alokasi waktu mandiri untuk praktik, dua jam kegiatan

praktik di sekolah dengan satu jam tatap muka. Empat jam

praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur dan

kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs/ SMPLB

dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK menggunakan sistem SKS

mengikuti aturan sebagai berikut: satu SKS pada SMP/MTs

terdiri atas 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur

dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

e) Kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan

Kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan mengacu pada

standar penilaian yang dikembangkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam pelaksanaannya, guru dan

kepala sekolah dapat mengambil tindakan yang diperlukan

dalam memutuskan kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

bagi peserta didik.

f) Pendidikan kecakapan hidup

Kurikulum untuk SD/ MI/SDLB, SMP/MTS/SMPLB

dan SMA/ MA/ SMALB, SMK/ SMAK dapat memasukkan

pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan

pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan satu

kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat

merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran.

Page 49: Pen Did i Kaneko Nomi

34

g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat

memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat

merupakan bagian semua mata pelajaran.

5) Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

6) RPP

RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam

silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi

dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator untuk 1 (satu) kali

pertemuan atau lebih.

2. Revisi

Draft lengkap KTSP mendapat masukan dari guru, pimpinan

maupun komite sekolah untuk penyempurnaannya. Kegiatan ini dapat

Page 50: Pen Did i Kaneko Nomi

35

berbentuk rapat kerja sekolah/madrasah dan atau kelompok

sekolah/madrasah yang diselenggarakan sebelum tahun pelajaran baru.

3. Finalisasi

Hasil revisi draft KTSP menjadi dokumen KTSP final. Hasil

KTSP final ini yang akan dilaksanakan pada satu tahun ajaran.

4. Pengesahan

Dokumen KTSP dinyatakan berlaku bila telah disahkan oleh

kepala sekolah dan komite sekolah serta diketahui oleh Dinas

Pendidikan.

2.3.4. Cara Mengembangkan Silabus Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Ada beberapa langkah dalam pengembangan silabus yaitu:

1) Mengisi kolom identitas sekolah

2) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi

3) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar

4) Mengidentifikasi materi standar

5) Mengembangkan pengalaman (standar prses)

6) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

7) Menentukan jenis penilaian

8) Alokasi waktu

9) Menentukan sumber belajar

2.3.5. Cara Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Ada beberapa komponen RPP yaitu:

Page 51: Pen Did i Kaneko Nomi

36

1) Tujuan pembelajaran

2) Materi ajar

3) Metode pembelajaran

4) Sumber belajar

5) Penilaian hasil belajar

Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang

telah ditetapkan

3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta

indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang

telah disusun

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi

dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok yang

terdapat dalam silabus

6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan

7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari

kegiatan awal, inti dan akhir

8) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan

9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal dan

tehnik penskoran.

Page 52: Pen Did i Kaneko Nomi

37

2.3.6. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Pembelajaran berbasis KTSP merupakan proses penerapan ide,

konsep dan kebijakan KTSP dalam satu aktivitas pembelajaran, sehingga

peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan.

Pelaksanaan pembelajaran KTSP mencakup tiga hal yaitu:

1) Pre Tes (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre

tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre tes

memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.

2) Pembentukan Kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan

proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada

peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan.

Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh

peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.

3) Post Tes

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes.

Sama halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki kegunaan utama

dalam melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi.

Page 53: Pen Did i Kaneko Nomi

38

Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapt dilakukan dengan

penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan

dan serifikasi, brenchmarking, dan penilaian program.

1) Penilaian kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan

ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan

belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses

pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.

2) Tes kemampuan dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka

memperbaiki program pembelajaran (program remidial). Tes

kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III.

3) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan

kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan

menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan

waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja hasil dan hasil

belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak

semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang

sekolah.

Page 54: Pen Did i Kaneko Nomi

39

4) Brenchmarking

Brenchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang

sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan

yang memuaskan. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan

sehingga peserta didik dapat mencapai satuan tahap keunggulan

pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya.

5) Penilaian program

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional

dan Dinas Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan.

Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP

dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta

kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan

kemajuan jaman.

2.3.7. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan KTSP di Sekolah

Kendala-kendala yang dihadapi guru dan sekolah adalah sebagai

berikut:

1. KTSP menuntut guru untuk mampu menyusun dan mengembangkan

kurikulumnya sendiri, kenyataannya selama ini guru terbiasa

melaksanakan kurikulum yang hanya dibuat oleh pusat. Guru merasa

kesulitan untuk menyusun dan mengambangkan kurikulum. Seperti

dalam pengembangan silabus kesulitan yang dihadapi guru adalah:

1) Mengembangkan standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar

ke dalam materi pembelajaran.

Page 55: Pen Did i Kaneko Nomi

40

2) Mengembangkan indikator ketercapaian dari proses pembelajaran

yang dilaksanakan.

3) Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat mengerahkan

siswa mencapai kompetensi yang sedang dipelajari.

4) Memilih alat penilaian yang tepat, yang dapat mengevaluasi

tercapai atau tidaknya kompetensi yang dipelajari.

2. Kurangnya pemahaman guru tentang KTSP yang merupakan

paradigma baru yang masih banyak terjadi di sekolah, hal ini

disebabkan kurangnya informasi yang kontinyu tentang KTSP bagi

guru. Sosialisasi yang dilakukan Dinas Pendidikan ataupun dilakukan

secara mandiri oleh sekolah sangat terbatas, sementara guru sudah

terbiasa dengan pola lama yang diikutinya selama bertahun-tahun.

Sosialisasi KTSP yang hanya dilakukan selama tiga atau empat hari

dan tidak berkelanjutan, kurang efektif untuk membantu guru

memahami KTSP.

3. Implementasi KTSP memberi otonomi yang luas kepada sekolah,

dalam hal tertentu bertabrakan dengan kebijakan para pemegang

kekuasaan pendidikan. Sebagai contoh keputusan diberlakukannya

ujian bersama di akhir semester, dengan soal yang ditentukan secara

terpusat dan dikoordinasi oleh MKKS atau Dinas setempat. Sekolah

terpaksa mengikuti kebijakan tersebut yang tentu saja hal itu merusak

tujuan mulia KTSP. Dengan KTSP materi pembelajaran yang

dikembangkan sekolah sangat beragam. Perbedaan materi baik mautan

Page 56: Pen Did i Kaneko Nomi

41

maupun kedalamannya sangat mungkin terjadi, tetapi dengan ujian

bersama di akhir semester perbedaan antar satuan pendidikan ini tidak

lagi penting untuk dikaji.

4. Dalam struktur kurikulum yang merupakan bagian dari Standar Isi,

dijelaskan bahwa komponen kurikulum pendidikan umum dan

pendidikan kejuruan mencakup mata pelajaran, muatan lokal dan

pengembangan diri. Muatan lokal merupakan bagian integral dari

KTSP. Muatan lokal seharusnya dapat menjadi keunggulan sekolah,

karena muatan lokal dipilih sendiri oleh sekolah sesuai dengan

kebutuhannya. Masalahnya adalah ketika sekolah ingin

mengembangkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah,

sekolah telah diikat dengan muatan lokal yang merupakan ciri khas

proinsi/kabupaten. Penambahan muatan lokal memang dimungkinkan

sehingga sekolah bisa memiliki ciri lebih dari satu muatan lokal, tetapi

penambahan muatan lokal ini berakibat pada penambahan beban

belajar tiap minggu, sementara beban belajar per minggu sudah

ditetapkan tidak boleh lebih dari 42 jam pelajaran. Dengan kondisi

tersebut, keinginan sekolah untuk merealisasikan otonomi luas

agaknya belum dapat terlaksana.

5. Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar masih terlalu besar. Untuk

mengimplementasikan model-model pembelajaran yang variatif dan

menyenangkan seperti tuntutan KTSP, mengembangkan sistem

penilaian yang berkelanjutan, mengembangkan program remidial dan

Page 57: Pen Did i Kaneko Nomi

42

pengayaan yang merupakan pelayanan individual terhadap siswa, sulit

terlaksana karena situasi kelas tidak kondusif.

6. Terbatasnya sarana dan prasarana kurikulum yang merangsang guru

untuk inovatif, kreatif dan profesional membutuhkan sarana dan

parasarana yang memadai.

7. Guru-guru di sekolah uji coba kurikulum 2004 masih merasakan

kendala dengan pelaksanaan KTSP, apalagi bagi guru yang masih

melaksanakan kurikulum 1994 dan akan segera melaksanakan KTSP.

Kesulitan tersebut yaitu kesulitan dalam penyusunan silabus. Selain

guru harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang

inovatif, melaksanakan sistem penilaian berkelanjutan yang diampu

bukan hal yang mudah yang dapat langsung teratasi oleh guru hanya

dengan mendengarkan sosialisasi dan workshop.

2.4. Kerangka Pikir

Kurikulum merupakan aspek penting yang mempengaruhi mutu

pendidikan. Meskipun kurikulum hanya berperan sebagai pemberi arah,

tujuan, dan landasan filosofi pendidikan, namun kurikulum harus sesuai

dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan

kebutuhan pasar kerja, serta dinamika perubahan sosial masyarakat. Tahun

2006 telah diberlakukan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hampir sama dengan kurikulum

berbasis kompetensi. KTSP merupakan penyempurna dari KBK. Istilah

Page 58: Pen Did i Kaneko Nomi

43

kompetensi dalam KTSP juga tetap ada. Kompetensi merupakan pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan

bertindak. Tetapi, jika dalam kurikulum 2004 ada indikator dan materi pokok

yang sudah ditulis dalam kurikulum tersebut, maka dalam KTSP indikator dan

materi pokok pelajaran harus dibuat oleh guru sendiri, disesuaikan dengan

situasi daerah dan minat anak didik. Dengan adanya perubahan kurikulum

diharapkan mutu pendidikan dapat meningkat. Dalam hal ini yaitu dapat

menciptakan guru yang berkualitas dan lulusan yang kompeten.

Dalam sistem dan proses pendidikan guru memegang peranan yang

sangat penting karena siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan

guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Peranan guru sebagai

fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maka

guru berkewajiban mengemban tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-

rencana yang operasional. Dalam hal ini guru berperan dalam

mengembangkan kurikulum dalam bentuk rencana-rencana yang lebih

operasional seperti: silabus/satuan pelajaran.

Menurut Walgito (2000:54-55) dalam Widodo (2007: 32) faktor

internal yang mempengaruhi persepsi yaitu individu, sedang faktor eksternal

adalah stimulus dan lingkungan. Kedua faktor itu saling berinteraksi dalam

individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus

harus cukup kuat, stimulus mempunyai kekuatan yang minimal tetapi sudah

dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu.

Kejelasan stimulus juga dapat berpengaruh pada persepsi.

Page 59: Pen Did i Kaneko Nomi

44

Oleh karena itu, maksud dari kejelasan dan kekuatan obyek dari

penelitian ini adalah KTSP. Apabila guru mempersiapkan KTSP positif maka

akan positif pula sikapnya. Untuk itu, apabila persepsi ini dikaitkan terhadap

KTSP maka persepsi terhadap KTSP diartikan sebagai proses penafsiran,

pengorganisasian, pengeinterpretasian terhadap KTSP sehingga merupakan

sesuatu yang berarti merupakan respon yang menyatu dalam diri individu

(guru SMP Negeri I Warungasem). Dalam hal ini, guru SMP Negeri I

Warungasem merespon hal-hal yang berkaitan dengan Kurikulum 2006

tersebut dengan pengetahuan dan sikap yang mereka miliki. Sehingga dalam

merespon, guru SMP Negeri I Warungasem membutuhkan pemahaman

pengetahuan tentang Kurikulum 2006 (KTSP).

Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Page 60: Pen Did i Kaneko Nomi

45

Guru

Pelaksanaan KTSP: 1. Sangat

Baik 2. Baik 3. Tidak Baik 4. Sangat

Tidak Baik

Persepsi Pengetahuan

Persepsi Sikap

KTSP: 1. Hakekat KTSP 2. Pengembangan

KTSP 3. Cara menyusun

KTSP 4. Cara

mengembangkan silabus berbasis KTSP

5. Cara Membuat RPP

6. Pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP

7. Hambatan pelaksanaan KTSP

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Page 61: Pen Did i Kaneko Nomi

46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002: 108).

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP N I

Warungasem Batang, sebanyak 27 orang. Apabila subyeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi (Arikunto, 2002: 108). Berdasarkan pendapat tersebut, karena jumlah

subyek yang diteliti kurang dari 100 maka penelitiannya adalah penelitian

populasi.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian harus mengandung variabel yang jelas sehingga

memberikan gambaran data dan informasi apa yang diperlukan untuk

memecahkan masalah tersebut. Variabel adalah subyek penelitian/ apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 94).

Berdasarkan pengertian variabel di atas, maka variabel yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah persepsi guru mengenai pelaksanaan kurikulum

tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini mengungkap data persepsi guru

mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang meliputi

hakekat KTSP, pengembangan KTSP, cara penyusunan KTSP, cara

mengembangkan silabus berbasis KTSP, cara membuat RPP, pembelajaran

Page 62: Pen Did i Kaneko Nomi

47

dan penilaian berbasis KTSP dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

KTSP.

Menurut Walgito (2000:54-55) faktor internal yang mempengaruhi

persepsi yaitu individu, sedang faktor eksternal adalah stimulus dan

lingkungan. Kedua faktor itu saling berinteraksi dalam individu mengadakan

persepsi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud faktor internal adalah sikap

dalam individu, sedangkan faktor eksternalnya adalah pengetahuan yang

diperoleh masing-masing individu.

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Angket/ Kuesioner

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2002: 128).

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

tertutup, yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti sehingga

responden tinggal memilih. Pertanyaan untuk penelitian berupa 50

pertanyaan. Metode kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Skala pengetahuan, berupa pertanyaan dengan jawaban sesuai materi

dengan memilih alternatif jawaban a, b, c dan d.

2) Skala sikap, berupa pernyataan dengan jawaban menggunakan skala

Likert (1 sampai 4) yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat

tidak setuju.

Page 63: Pen Did i Kaneko Nomi

48

3.3.2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (interviewer) (Arikunto, 2002: 132).

Metode wawancara ini digunakan peneliti untuk melengkapi data

yang diperoleh melalui kuesioner yaitu untuk mengetahui bagaimana

persepsi guru mengenai pelaksanaan KTSP, hambatan-hambatan yang

dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Wawancara dilakukan kepada 4 orang guru mata pelajaran yang di

Ujikan (Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) ditambah

dengan guru ekonomi, dengan alasan adanya asumsi masyarakat bahwa

baik buruknya mutu pendidikan dilihat dari kelulusannya terutama ketiga

mata pelajaran tersebut. Wawancara juga dilakukan kepada sekolah

sebagai pemegang kekuasan tertinggi dalam sekolah seklaigus sebagai

pengontrol dan pengawas dalam sekolah tersebut.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber

dari tulisan (Arikunto, 2002: 135). Dokumentasi yang dipakai dalam

penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai jumlah

guru, nama guru, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi dan

keadaan sekolah.

Page 64: Pen Did i Kaneko Nomi

49

3.4. Validitas dan reliabilitas

3.4.1. Validitas

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

variabel yang dimaksud. Validitas yang dicapai apabila terdapat

kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara

keseluruhan (Arikunto, 1998:162). Untuk menentukan validitas

masing-masing butir angket “pengetahuan”, dan “sikap” dilakukan

dengan bantuan komputer yaitu melalui Program SPSS for Windows.

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil validitas angket pengetahuan

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Validitas Angket Pengetahuan Responden

No Nomor Soal r hitung r tabel Keterangan 1 1 0,724 0,381 Valid 2 2 0,698 0,381 Valid 3 3 0,713 0,381 Valid 4 4 0,668 0,381 Valid 5 5 0,729 0,381 Valid 6 6 0,708 0,381 Valid 7 7 0,721 0,381 Valid 8 8 0,716 0,381 Valid 9 9 0,729 0,381 Valid 10 10 0,743 0,381 Valid Sumber: Hasil olahan data, 2007

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua item soal

angket untuk pengetahuan responden telah valid, hal ini dilihat dari

nilai r hitung lebih besar dari r tabel.

Sedangkan untuk angket skala sikap diperoleh hasil sebagai

berikut:

Page 65: Pen Did i Kaneko Nomi

50

Tabel 3.2. Validitas angket skala sikap

No Indikator r hitung r tabel Keterangan

1 Hakekat KTSP 0,746 0,381 Valid

2 Pengembangan KTSP 0,509 0,381 Valid

3 Cara menyusun KTSP 0,688 0,381 Valid

4 Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP

0,509 0,381 Valid

5 Cara membuat RPP 0,848 0,381 Valid

6 Pembelajaran & penilaian berbasis KTSP

0,679 0,381 Valid

7 Hambatan KTSP 0,391 0,381 Valid

Sumber: Hasil olahan data, 2007

Berdasarkan pada tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa r

hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat dikatakan bahwa soal

angket tersebut telah valid.

3.4.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran

atau alat pengukur (Nazir 1999: 162). Reliabilitas menunjukkan pada

satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto 2002 : 154).

Untuk mencari reliabilitas angket pengetahuan digunakan

program SPSS for Windows sehingga diketahui hasil r hitung 0,7365

dan r tabel 0,60. Sehingga angket tersebut reliabel.

Page 66: Pen Did i Kaneko Nomi

51

Untuk mencari reliabilitas angket sikap digunakan program

SPSS for Windows, sehingga diketahui hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3. Reliabilitas angket Sikap

No Indikator r hitung r tabel Keterangan

1 Hakekat KTSP 0,841 0,60 reliabel

2 Pengembangan KTSP 0,716 0,60 reliabel

3 Cara menyusun KTSP 0,740 0,60 reliabel

4 Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP

0,744 0,60 reliabel

5 Cara membuat RPP 0,724 0,60 reliabel

6 Pembelajaran & penilaian berbasis KTSP

0,763 0,60 reliabel

7 Hambatan KTSP 0,804 0,60 reliabel

Sumber : Hasil olahan data, 2007

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa semua

indikator memiliki r hitung lebih besar dari r tabel, sehingga dapat

dikatakan bahwa angket tersebut telah reliabel.

3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik deskriptif persentase. Berikut ini adalah tahap-tahap analisis data:

3.5.1. Melakukan tabulasi data.

Untuk dapat dilakukan analisis lebih lanjut, seluruh jawaban dalam

kuesioner ini dikonversi dalam bentuk numerik, dimana:

Page 67: Pen Did i Kaneko Nomi

52

Pada skala sikap:

1) Jawaban sangat setuju , memiliki bobot nilai 4

2) Jawaban setuju, memiliki bobot nilai 3

3) Jawaban tidak setuju, memiliki bobot nilai 2

4) Jawaban sangat tidak setuju, bobot nilai 1

5) Tetapi untuk pertanyaan negatif bobot nilai sebaliknya.

Pada skala pengetahuan:

1) Jawaban benar, memiliki bobot nilai 1

2) Jawaban salah, memiliki bobot nilai 0

3.5.2. Melakukan perhitungan frekuensi tiap-tiap kategori jawaban masing-

masing variabel atau sub variabel

3.5.3. Melakukan analisis deskriptif persentase, dengan rumus:

%100xNn

Dp =

Keterangan:

Dp = skor yang diharapkan

N = jumlah skor maksimum

n = jumlah skor yang diperoleh

(Ali, 1984:104)

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria deskriptif

persentase yang dikelompokkan dalam empat kategori yaitu:1). Kategori

Sangat baik, 2). Kategori Baik, 3). Kategori Sedang, dan 4). Kategori

Kurang.

Page 68: Pen Did i Kaneko Nomi

53

Pada analisis data penelitian “Pengetahuan”, dipergunakan

perhitungan kategori tingkatan: persentase tertinggi adalah 100% dan

terendah adalah 0% sehingga rentangan skor persentasenya adalah 100% -

0% = 100%. Banyaknya kategori 4, jadi interval kelas persentasenya 100%

: 4 = 25% (panjang kelas). Interval tersebut dapat dilihat pada tabel kriteria

deskriptif persentase di bawah ini.

Tabel 3.4. Kriteria Deskriptif Persentase “Pengetahuan”

Interval Kriteria

74%<%≤100% Sangat baik

49%<%≤75% Baik

24%<%≤50% Sedang

0%<%≤25% Kurang

(Suharsimi Arikunto, 2002: 196)

Pada analisis data penelitian “Skala Sikap”, digunakan perhitungan

kategori tingkatan : Persentase tertinggi adalah 100 % dan terendah 25 %

sehingga rentangan skor persentasenya adalah 100 % - 25 % = 75 %.

Banyaknya kategori 4, jadi interval kelas persentasenya 75 % : 4 = 18,75 %

(panjang kelas). Interval tersebut dapat dilihat pada tabel kriteria deskriptif

persentase di bawah ini:

Tabel 3.5. Kriteria Deskriptif Persentase “Skala Sikap”.

Interval Kriteria

81,24%<%≤100% Sangat Baik

62,49%< %≤ 81,25% Baik

43,74 %< % ≤ 62, 50% Sedang

25 %<%≤ 43,75 % Kurang

(Suharsimi Arikunto, 2002: 196)

Page 69: Pen Did i Kaneko Nomi

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum SMP Negeri 1 Warungasem

1. Sejarah Berdiri

Pada tahun 1982, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Batang melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan

Warungasem bahwa pada daerah tersebut akan didirikan Sekolah

Menengah Pertama dan ada tanggapan positif dari masyarakat. Sekolah ini

ditempatkan pada Desa Cepagan Kecamatan Warungasem yang selama ini

belum ada Sekolah Menengah Pertama Negeri. Status sekolah negeri

berdasarkan SK. Kelembagaan 0229/ 1982 tanggal 9 Oktober 1982 NSS

(12 digit): 20 103 25 12 022 status tanah. Sertifikat luas tanah: 12,550 m2.

2. Letak Geografis

SMP Negeri I Warungasem berlokasi di Kelurahan Cepagan

Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang, keberadaan SMP Negeri I

Warungasem ini sangat strategis letaknya, karena berada di jalan raya

sehingga mudah dijangkau oleh guru, siswa maupun wali murid yang

mungkin ada perlu untuk datang ke sekolah. Begitu juga letaknya tidak

jauh dari tempat tinggal siswa, sehingga memudahkan bagi jalannya

proses belajar mengajar. Secara geografis letak SMP Negeri I

Warungasem dibatasi oleh:

Page 70: Pen Did i Kaneko Nomi

55

5) Sebelah barat : Perkampungan penduduk

6) Sebelah selatan : Jalan Raya (Cepagan) dan sawah

7) Sebelah timur : Sawah

8) Sebelah utara : Sawah

3. Struktur Organisasi

SMP Negeri I Warungasem merupakan lembaga formal yang di

dalamnya terhimpun berbagai komponen yang membentuk sebuah

organisasi. Adapun struktur organisasi SMP Negeri I Warungasem tahun

2007 yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI

Wali Kelas Wali Kelas

SISWA

Humas

Kepala sekolah

Waka Sekolah

Koor. Perpus

Kurikulum

Kesiswaan

Pembina OSIS

Sarana prasarana

Page 71: Pen Did i Kaneko Nomi

56

Keterangan:

Kepala Sekolah : Achmad Cholid, SH

Waka Sekolah : Ismiyati, S.Pd

Kurikulum : Fakhrudin

Kesiswaan : Agunaryo, S.Pd

Pembina OSIS : Sugito, S.Pd

Koordinator Perpus : Suwarni

Sarana Prasarana : V. Heni Tuti W, S.Pd

Humas : Wasiatun Nikmah

Wali Kelas

1) Kelas VII A : Khoiruman, S.Pd

2) Kelas VII B : Lukmono DA, SE

3) Kelas VII C : Dra. Woro Suhesti

4) Kelas VII D : Sri Rokhaniwati, S.Pd

5) Kelas VII E : Nur Aini Ike, S.Pd

6) Kelas VIII A : Rokhayati, S.Pd

7) Kelas VIII B : Suwarni

8) Kelas VIII C : Jaka Sutapa

9) Kelas VIII D : Sumono, S.Pd

10) Kelas VIII E : Sukisno

11) Kelas IX A : Sunarso, S.Pd

12) Kelas IX B : Sri Handayani

13) Kelas IX C : Dasuki

Page 72: Pen Did i Kaneko Nomi

57

14) Kelas IX D : Dra. Lili Iriyanti

15) Kelas IX E : Ubaidillah, S.Pd

4. Keadaan Guru dan Siswa

1) Keadaan Guru

Guru SMP Negeri I Warungasem Batang tahun 2007

berjumlah 28 orang terdiri dari 13 guru laki-laki dan 15 guru

perempuan. Guru-guru tersebut lulusan dari beberapa sekolah, yang

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Daftar Guru SMP Negeri I Warungasem Batang Tahun 2007

No Nama Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Achmad Cholid, SH Ubaidillah, S.Pd Ismiyati, S.Pd Sumono, S.Pd Agunaryo, S.Pd S. Sugirman, S.Pd Sunarso, S.Pd Dasuki Siti Rahayuningsih Wasiatun Nikmah Sukisno V. Heni Tuti W, S.Pd Fahrudin Sri Handayani Jaka Sutapa Dra. Woro Suhesti Dra. Dwi Purwantiningsih Suwarni Yati Rohayati, S.Pd Dra. Lily Irianti Tatik Agustina, S.Pd Sugito, S. Pd Lukmono Dwi A, S.Pd Nur Ani Ike B, S.Pd Feni Binartini, S.Pd Khoiruman, S.Pd Sri Rokhaniwati, S.Pd Rokhmi Isna Fuadati, S.Pd

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 D3 D3 D2 S1 D2 D3 D3 S1 S1 D1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1

Sumber: data sekolah, 2007

Page 73: Pen Did i Kaneko Nomi

58

2) Keadaan Karyawan

Adapun karyawan SMP Negeri I Warungasem Batang tahun

2007 berjumlah 11 orang, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Keadaan Karyawan SMP Negeri 1 Warungasem Batang Tahun 2007

No Nama Jabatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kulaini Amat Yahya Eni Kusmiyati Bambang Tri Joko Siti Handayani Istikha Sutikwo Bambang Yuniarto Fauzan Mungkin Maryanto Sapari

KTU Pemegang Kas Bendahara Perpus TU TU Pesuruh Pesuruh Pesuruh Pesuruh Pesuruh

Sumber: data sekolah, 2007

3) Keadaan Siswa

Adapun siswa SMP Negeri I Warungasem Batang tahun 2007

berjumlah 618 siswa, terdiri dari 254 siswa laki-laki dan 369 siswa

perempuan, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Keadaan Siswa SMP Negeri I Warungasem Batang Tahun2007 No Kelas Pa Pi Jumlah 1 2 3 4 5

VII A VII B VII C VII D VII E

15 18 19 18 16

24 22 20 27 24

39 40 39 40 40

86 117 198 6 7 8 9 10

VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E

14 16 14 15 16

25 22 24 24 24

39 38 38 39 40

75 119 194

Page 74: Pen Did i Kaneko Nomi

59

11 12 13 14 15

IX A IX B IX C IX D IX E

18 19 19 19 18

28 28 25 26 26

46 47 44 45 44

93 133 226 Jumlah 254 369 618

Sumber: data sekolah, 2007

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal

yaitu Persepsi guru mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

Gambaran dari variabel tersebut dapat diketahui dari hasil analisis

deskriptif persentase sebagai berikut :

4.2.1. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan

Pengetahuan

Gambaran tentang persepsi guru SMP Negeri 1 Warungasem

mengenai pelaksanaan KTSP berdasarkan pengetahuan berdasarkan

jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil seperti

terdapat pada tabel berikut:

Page 75: Pen Did i Kaneko Nomi

60

Tabel 4.4. Hasil Analisis Data tentang Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai KTSP Berdasarkan Pengetahuan

No Indikator Skor

maksimum

Skor yang

diperoleh % Skor Kriteria

1 Hakekat KTSP 54 36 66,67% Baik

2 Pengembangan

KTSP

27 18 66,67% Baik

3 Cara Menyusun

KTSP

54 34 62,96% Baik

4 Cara

Mengembangkan

Silabus Berbasis

KTSP

54 47 87,03% Sangat

baik

5 Cara Membuat

RPP

27 25 92,59% Sangat

baik

6

Pembelajaran dan

Penilaian

Berbasis KTSP

27 24 88,89% Sangat

baik

7 Hambatan dalam

KTSP

27 21 77,78% Sangat

baik

Sumber : Data penelitian yang diolah, 2007

Tabel hasil analisis data persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem

mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan berdasarkan

“Pengetahuan” di atas dapat dilihat juga dalam bentuk histogram yang

menggambarkan hubungan antara indikator dan skor persentase yang

diperoleh. Histogram tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini.

Page 76: Pen Did i Kaneko Nomi

61

66.67 66.6762.96

87.0392.59

88.8977.78

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

PER

SEN

TASE

(%

Hak

ekat

KTS

P

Pen

gem

bang

an

KTSP

Car

a M

enyu

sun

KTSP

Car

a

Men

gem

bang

kan

Sila

bus Be

rbas

is

Car

a M

embu

at

RPP

Pem

bela

jara

n

dan

Pen

ilaia

n

Berb

asis K

TSP

Ham

bata

n da

lam

KTSP

INDIKATOR

PENGETAHUAN

Gambar 4.2 Histogram Hasil Penelitian Pengetahuan

Hasil data penelitian berdasarkan “pengetahuan”

memperlihatkan bahwa guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai

persepsi yang sangat baik mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan dengan persentase seperti yang tertuang pada tabel

4.4 di atas. Persepsi yang sangat baik tersebut meliputi cara

mengembangkan silabus berbasis KTSP, cara membuat RPP,

pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP, dan hambatan dalam

KTSP. Selain itu guru-guru tersebut mempunyai persepsi baik

mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

berdasarkan pengetahuan dalam aspek hakekat KTSP, pengembangan

KTSP, serta cara menyusunan KTSP.

Gambaran mengenai pengetahuan guru tentang pelaksanaan

KTSP dapat dilihat pada tiap indikator sebagai berikut:

Page 77: Pen Did i Kaneko Nomi

62

1. Hakekat KTSP

Untuk mengetahui pengetahuan guru tentang hakekat

KTSP dapat dilihat pada soal angket nomor 1 dan 2. Dari hasil

analisis data dengan menggunakan rumus deskriptif persentase

dapat diperoleh hasil seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Hakekat KTSP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

1 2 27 54 36 66,67 Sumber: Hasil pengolahan data 2007

Dari tabel tersebut dapat diketahui hasil persentase untuk

indikator pengetahuan guru tentang hakekat KTSP sebesar

66,67%. Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase maka

termasuk dalam kriteria baik.

2. Pengembangan KTSP

Angket mengenai persepsi guru tentang pengembangan

KTSP terdapat pada soal nomor 3, dari hasil analisis data dengan

rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6 Pengembangan KTSP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

2 1 27 27 18 66,67

Sumber: Hasil pengolahan data 2007

Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai pengembangan KTSP sebesar 66,67%,

Page 78: Pen Did i Kaneko Nomi

63

setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk

dalam kriteria baik.

3. Cara Menyusun KTSP

Angket mengenai persepsi guru mengenai cara menyusun

KTSP terdapat pada soal nomor 4 dan 5, dari hasil analisis data

dengan rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.7 Cara Menyusun KTSP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

3 2 27 54 34 62,96 Sumber : Hasil pengolahan data 2007

Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil

persentase persepsi guru mengenai cara menyusun KTSP sebesar

62,96%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase

termasuk dalam kriteria baik.

4. Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP

Angket mengenai persepsi guru mengenai cara

mengembangkan silabus berbasis KTSP terdapat pada soal

nomor 6 dan 7, dari hasil analisis data dengan rumus deskriptif

persentase diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 79: Pen Did i Kaneko Nomi

64

Tabel 4.8 Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

4 2 27 54 47 87,03 Sumber : Hasil pengolahan data 2007

Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai cara mengembangkan silabus berbasis

KTSP sebesar 87,03%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria

persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.

5. Cara membuat RPP

Angket mengenai persepsi guru mengenai cara membuat

RPP terdapat pada soal nomor 8, dari hasil analisis data dengan

rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.9 Cara membuat RPP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

5 1 27 27 25 92,59 Sumber: Hasil pengolahan data 2007

Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai cara membuat RPP sebesar 92,56%,

setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk

dalam kriteria sangat baik.

6. Pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP

Angket mengenai persepsi guru mengenai pembelajaran

dan penilaian berbasis KTSP terdapat pada soal nomor 9, dari

Page 80: Pen Did i Kaneko Nomi

65

hasil analisis data dengan rumus deskriptif persentase diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10. Cara membuat RPP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

6 1 27 27 24 88,89 Sumber: Hasil pengolahan data 2007

Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai pembelajaran dan penilaian berbasis

KTSP sebesar 88,89%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria

persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.

7. Hambatan dalam KTSP

Angket mengenai persepsi guru mengenai hambatan

dalam KTSP terdapat pada soal nomor 10, dari hasil analisis data

dengan rumus deskriptif persentase diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.11. Hambatan dalam KTSP

No Jml soal Jml Resp.

Skor Maksimal

(N)

Skor yang diperoleh

(n)

%

7 1 27 27 21 77,78

Sumber: Hasil pengolahan data 2007

Berdasar pada tabel di atas, dapat diketahui hasil persentase persepsi

guru mengenai hambatan dalam KTSP sebesar 77,78%, setelah

dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk dalam kriteria

baik.

Page 81: Pen Did i Kaneko Nomi

66

4.2.2. Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Sikap

Penelitian mengenai persepsi guru SMP Negeri I

Warungasem berdasarkan “sikap” diperoleh hasil dengan uji analisis

deskriptif persentase. Ringkasan hasil dari data tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12. Hasil Analisis Data Persepsi Guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Berdasarkan “Sikap”

No Indikator Skor

maksimum

Skor yang

diperoleh % Skor Kriteria

1 Hakekat KTSP 648 436 67,28% Baik

2 Pengembangan

KTSP

324 274 84,57% Sangat

baik

3 Cara Menyusun

KTSP

756 614 81,22% Baik

4 Cara

Mengembangkan

Silabus Berbasis

KTSP

432 378 87,5% Sangat

baik

5 Cara Membuat

RPP

1404 1099 78,27% Baik

6

Pembelajaran dan

Penilaian

Berbasis KTSP

540 427 79,07% Baik

7 Hambatan dalam

KTSP

216 179 82,87% Sangat

baik

Sumber : Data penelitian yang diolah, 2007

Page 82: Pen Did i Kaneko Nomi

67

Dari tabel hasil analisis data persepsi guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan berdasarkan sikap di atas dapat dilihat juga dalam bentuk

histogram yang menggambarkan hubungan antara indikator dan skor

persentase yang diperoleh. Histogram tersebut dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

67.28

84.57 81.22 87.5 78.27 79.07 82.87

0102030405060708090

PE

RSE

)

Gambar 4.3. Histogram Hasil Penelitian Skala Sikap

Hasil data penelitian berdasarkan “sikap” memperlihatkan

bahwa guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai persepsi yang

sangat baik mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dengan persentase seperti yang tertuang pada tabel 4.12 di

atas. Persepsi yang sangat baik tersebut meliputi pengembangan

KTSP, cara mengembangkan silabus berbasis KTSP, serta hambatan

dalam KTSP. Selain itu guru-guru tersebut mempunyai persepsi baik

mengenai Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

berdasarkan sikap dalam aspek hakekat KTSP, cara menyusun KTSP,

cara membuat RPP, serta pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP.

NTA

SE

(%

SIKAP

Hak

ekat

KTS

P

Pen

gem

bang

anK

TSP

Car

a M

enyu

sun

KTS

P

Car

aM

enge

mba

ngka

nS

ilabu

s B

erba

sis

Car

a M

embu

atR

PP

Pem

bela

jara

nda

n P

enila

ian

Ber

basi

s K

TSP

Ham

bata

n da

lam

KTS

P

INDIKATOR

Page 83: Pen Did i Kaneko Nomi

68

Gambaran mengenai persepsi Guru SMP Negeri I

Warungasem terhadap Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan berdasarkan sikap pada tiap indikator diperoleh hasil

dengan uji analisis deskriptif persentase sebagai berikut:

1. Hakekat KTSP

Sikap guru terhadap hakekat KTSP dapat diketahui dari hasil

angket yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang (44,4%)

dan yang menjawab setuju sebanyak 15 (55,6%), yang menjawab

tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%), secara umum

perolehan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Jawaban Responden Tentang Hakekat KTSP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

526,4 < skor ≤ 648

404 < skor ≤ 526,5

283,4 < skor ≤ 405

162 ≤ skor ≤ 283,5

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

12

15

0

0

44,4 %

55,6 %

0 %

0 %

Jumlah 27 100 %

Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.

Berdasarkan tabel tersebut dapat digambarkan dalam diagram

pie sebagai berikut:

Page 84: Pen Did i Kaneko Nomi

69

44,40%55,60%

0%

0% Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat TidakSetuju

Gambar 4.4. Diagram Jawaban Responden Tentang Hakekat KTSP

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk

indikator hakekat KTSP diperoleh rata-rata sebesar 67,28%.

Persentase sebesar 67,28% berdasar analisis deskriptif persentase

termasuk kategori baik.

Berdasarkan pada tabel dan gambar di atas, maka dapat

diketahui bahwa responden memberikan pernyataan tentang

hakekat KTSP paling banyak menjawab setuju yaitu sebanyak 15

orang (55,6 %) , kemudian jawaban sangat setuju berjumlah 12

orang atau sebesar 44,4 %, sedangkan untuk jawaban tidak setuju

dan sangat tidak setuju tidak ada responden yang memilih atau

sebanyak 0 (0%).

2. Pengembangan KTSP

Sikap responden terhadap pengembangan KTSP berdasarkan

jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil

sebagai berikut:

Page 85: Pen Did i Kaneko Nomi

70

Tabel 4.14. Jawaban Responden Tentang Pengembangan KTSP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

263,24 < skor ≤ 324

202,4 < skor ≤ 263,25

141,74 < skor≤ 202,5

81 ≤ skor ≤ 141,75

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

20

6

1

0

74,10 %

22,20 %

3,70 %

0,00 %

Jumlah 27 100 %

Sumber:Data Penelitian yang diolah, 2007.

Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai

berikut :

74,10%

22,20%0%3.70%

Sangat Baik BaikTidak Baik Sangat Tidak Baik

Gambar 4. 5

Jawaban responden tentang Pengembangan KTSP

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk

indikator pengembangan KTSP diperoleh rata-rata sebesar 84,57%.

Persentase sebesar 84,57% berdasar analisis deskriptif persentase

termasuk kategori sangat baik.

Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat

diketahui sikap responden mengenai pengembangan KTSP yang

Page 86: Pen Did i Kaneko Nomi

71

memberikan jawaban sangat setuju sebanyak 20 orang atau

sebesar 74,1%, jawaban setuju sebanyak 6 orang atau sebesar

22,2%, jawaban tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 3,70%

dan jawaban sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab atau

sebesar 0%.

3. Cara menyusun KTSP

Sikap responden terhadap cara menyusun KTSP berdasarkan

jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil

yang menjawab sangat baik sebanyak 16 orang, yang menjawab

baik sebanyak 11 orang dan yang menjawab tidak baik dan sangat

tidak baik sebanyak 0, selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.15. Jawaban Responden Tentang Cara Menyusun KTSP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

614,24 < skor ≤ 756

472,4 < skor ≤ 614,25

330,74 < skor≤ 472,5

189 ≤ skor ≤ 330,75

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

16

11

0

0

59,26 %

40,74 %

0 %

0 %

Jumlah 27 100 %

Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.

Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai

berikut:

Page 87: Pen Did i Kaneko Nomi

72

0%

0%

40,74%

59,26%

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat TidakBaik

Gambar 4.6

Jawaban responden tentang Cara Menyusun KTSP

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk

indikator cara menyusun KTSP diperoleh rata-rata sebesar 81,22%.

Persentase sebesar 81,22% berdasar analisis deskriptif persentase

termasuk kategori baik.

Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat

diketahui sikap responden mengenai cara menyusun KTSP yang

memberikan jawaban sangat baik sebanyak 16 orang atau sebesar

59,26%, jawaban baik sebanyak 11 orang atau sebesar 40,74%,

jawaban tidak baik sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban

sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%.

4. Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP

Sikap responden terhadap cara mengembangkan silabus

berbasis KTSP berdasarkan jawaban angket dari masing-masing

responden diperoleh hasil yang menjawab sangat baik sebanyak 23

orang dan yang menjawab baik sebanyak 4 orang, selengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 88: Pen Did i Kaneko Nomi

73

Tabel 4.16. Jawaban Responden Tentang Cara Mengembangkan

Silabus berbasis KTSP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

350 < skor ≤ 432

269 < skor ≤ 351

188 < skor≤ 270

108 ≤ skor ≤ 189

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

23

4

0

0

85,20 %

14,80 %

0

0

Jumlah 27 100 %

Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.

Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai

berikut:

85,20%

14,80%0%

0%Sangat Baik BaikTidak BaikSangat tidak baik

Gambar 4.7 Jawaban responden tentang Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi presentase untuk

indikator cara mengembangkan silabus berbasis KTSP diperoleh

rata-rata sebesar 87,50%. Persentase sebesar 87,50% berdasar

analisis deskriptif persentase termasuk kategori sangat baik.

Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat

diketahui sikap responden mengenai cara pengembangan silabus

Page 89: Pen Did i Kaneko Nomi

74

berbasis KTSP yang memberikan jawaban sangat baik sebanyak

23 orang atau sebesar 85,2%, jawaban baik sebanyak 4 orang atau

sebesar 14,8%, jawaban tidak baik sebanyak 0 orang atau sebesar

0% dan jawaban sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau

sebesar 0%.

5. Cara Membuat RPP

Sikap responden terhadap cara membuat RPP berdasarkan

jawaban angket dari masing-masing responden diperoleh hasil

yang menjawab sangat baik sebanyak 19 orang dan yang menjawab

baik sebanyak 8 orang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.17. Jawaban Responden Tentang Cara Membuat RPP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

1140,74 < skor ≤ 1404

877,4 < skor ≤ 1140,75

614,24 < skor≤ 877,5

351≤ skor ≤ 614,25

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

19

8

0

0

70,37%

29,63%

0

0

Jumlah 27 100

Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.

Page 90: Pen Did i Kaneko Nomi

75

Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai

berikut: :

0%

0%29,63%

70,37%

Sangat BaikBaikTidak BaikSangat Tidak Baik

Gambar 4.8

Jawaban responden tentang Cara membuat RPP

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk

indikator cara membuat RPP diperoleh rata-rata sebesar 78,27%.

Persentase sebesar 78,27% berdasar analisis deskriptif persentase

termasuk kategori baik.

Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat

diketahui sikap responden mengenai cara membuat RPP yang

memberikan jawaban sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar

70,4%, jawaban baik sebanyak 8 orang atau sebesar 29,6%,

jawaban tidak baik sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban

sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%.

6. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP

Sikap responden terhadap pembelajaran dan penilaian

berbasis KTSP berdasarkan jawaban angket dari masing-masing

responden diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 91: Pen Did i Kaneko Nomi

76

Tabel 4.18. Jawaban Responden Tentang Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

438,74 < skor ≤ 540

337,4 < skor ≤ 438,75

236,24 < skor≤ 337,5

135 ≤ skor ≤ 236,25

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

13

13

1

0

48,15%

48,15 %

3,7 0%

0,00 %

Jumlah 27 100%

Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.

Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai

berikut:

0%3.7%

48.15%48.15%

Sangat BaikBaikTidak BaikSangat Tidak Baik

Gambar 4. 9 Jawaban responden tentang pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi persentase untuk

indikator pembelajaran dan penilain berbasis KTSP diperoleh rata-

rata sebesar 79,07%. Persentase sebesar 79,07% berdasar analisis

deskriptif persentase termasuk kategori baik.

Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat

diketahui sikap responden mengenai pembelajaran dan penilaian

berbasis KTSP yang memberikan jawaban sangat baik sebanyak

Page 92: Pen Did i Kaneko Nomi

77

13 orang atau sebesar 48,15%, jawaban baik sebanyak 13 orang

atau sebesar 48,15%, jawaban tidak baik sebanyak 1 orang atau

sebesar 3,70% dan jawaban sangat tidak baik tidak ada yang

menjawab atau sebesar 0%.

7. Hambatan dalam KTSP

Sikap responden terhadap hambatan dalam KTSP

berdasarkan jawaban angket dari masing-masing responden

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.19. Jawaban Responden Tentang hambatan dalam KTSP

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1

2

3

4

175,4 < skor ≤ 216

134 < skor ≤ 175,5

94,4 < skor≤ 135

54 ≤ skor ≤ 94,5

Sangat Menghambat

Menghambat

Tidak Menghambat

Sangat Tidak

Menghambat

16

11

0

0

59,26 %

40,74 %

0, %

0, %

Jumlah 27 100

Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2007.

Dari tabel tersebut dapat dibuat gambar diagram pie sebagai

berikut:

0%

0%

40,74%59,26%

Sangat Menghambat

Menghambat

Tidak Menghambat

Sangat TidakMenghambat

Gambar 4.10

Jawaban responden tentang hambatan dalam KTSP

Page 93: Pen Did i Kaneko Nomi

78

Berdasarkan hasil penelitian deskripsi presentase untuk

indikator hambatan dalam KTSP diperoleh rata-rata sebesar

82,87%. Persentase sebesar 82,87% berdasar analisis deskriptif

persentase termasuk kategori sangat baik.

Berdasarkan pada tabel dan diagram tersebut di atas dapat

diketahui sikap responden mengenai hambatan dalam KTSP yang

memberikan jawaban sangat menghambat sebanyak 16 orang atau

sebesar 59,26%, jawaban menghambat sebanyak 11 orang atau

sebesar 40,74%, jawaban tidak menghambat sebanyak 0 orang atau

sebesar 0% dan jawaban sangat tidak menghambat tidak ada yang

menjawab atau sebesar 0%.

4. 3. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis mengenai persepsi guru terhadap

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri 1

warungasem Batang dapat diketahui sebagai berikut:

4.3.1. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai Pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Pengetahuan.

1. Hakekat KTSP

Dari hasil analisis data dapat diketahui persentase untuk

indikator pengetahuan guru tentang hakekat KTSP sebesar 66,67%.

Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase maka termasuk

dalam kriteria baik.

Page 94: Pen Did i Kaneko Nomi

79

Hal ini sesuai dengan pendapat dari guru Bahasa

Indonesia (Ibu Handayani) yang mengatakan

“Kelihatannya KTSP lebih positif, lebih mudah dilaksanakan karena sifatnya yang praktis dan sederhana serta lebih memfokuskan pada keaktifan guru dan siswa.” (Hasil wawancara dengan Ibu Handayani, Rabu, 13 Juni 2007).

Selain itu juga diperkuat dengan adanya pendapat Bapak

Sukisno (guru ekonomi):

“Saya kira KTSP hampir sama dengan KBK sehingga tidak banyak perubahan bagi kami.” (Rabu, 13 Juni 2007)

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Warungasem Bapak

Achmad Cholid , SH. juga mengatakan :

“KTSP sebagai kurikulum baru, pada awalnya masih membingungkan kami sebagai pelaksana pendidikan, namun setelah dilaksanakan kami dapat merasakan bahwa KTSP hampir sama dengan KBK, dimana KTSP lebih difokuskan untuk pengembangan kurikulum di masing-masing tingkat satuan pendidikan sehingga memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk merumuskan silabusnya sendiri dan perangkat mengajar lainnya.” (Jumat, 15 Juni 2007)

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa

(2006:20) bahwa KTSP merupakan strategi pengembangan

kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif

dan berprestasi. Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri

I Warungasem mengenai hakekat KTSP berdasarkan

pengetahuan menunjukkan bahwa rata-rata guru memiliki

persepsi baik mengenai hakekat KTSP dengan persentase

66,67%. Di sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai

pemahaman yang baik terhadap Kurikulum 2006, namun masih

Page 95: Pen Did i Kaneko Nomi

80

dalam rentang persentase minimum. Sebenarnya guru sudah

memahami hakekat kurikulum 2006 namun belum sepenuhnya.

2. Pengembangan KTSP

Dari hasil analisis data dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai pengembangan KTSP sebesar 66,67%,

setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk

dalam kriteria baik.

Menurut pendapat Kepala Sekolah (Bapak Achmad Cholid,

SH) menyatakan bahwa :

“KTSP sebagai kurikulum berbasis tingkat satuan pendidikan, dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing tingkat, jadi ini lebih mudah bagi guru untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) serta membuat administrasinya dibandingkan dengan KBK.”

Hal ini didukung dari pernyataan guru Matematika SMP

Negeri 1 Warungasem yang menyatakan

“Kurikulum 2006 (KTSP) ini tentunya telah disesuaikan dengan perkembangan jaman, dimana kita dituntut untuk aktif dan mampu menghadapi tantangan global, juga memiliki wawasan lingkungan yang diintegrasikan dengan pendidikan.” (wawancara dengan Bapak Sumono, Kamis 14 Juni 2007)

Pendapat lain disampaikan oleh Ibu Ike (Guru Bahasa

Inggris)

” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 (KBK) yang dikemas secara ringkas, namun dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KTSP ini sifatnya fleksibel.” (Kamis, 14 Juni 2007).

Page 96: Pen Did i Kaneko Nomi

81

3. Cara Menyusun KTSP

Dari hasil analisis data, dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai cara menyusun KTSP sebesar 62,96%,

setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk

dalam kriteria baik.

Hasil tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuan guru

SMP Negeri 1 Warungasem tentang cara menyusun KTSP ,

“Kami menyusun KTSP secara bersama-sama dalam MGMP sehingga lebih mudah dan memiliki kesamaan dengan guru mata pelajaran di sekolah lain.” (Hasil wawancara dengan Bapak Sukisno, Rabu, 13 Juni 2007).

Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Mulyasa (2006: 172), proses penyusunan

KTSP harus diawali dengan analisis konteks terhadap hal-hal

berikut yaitu analisis potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada

di sekolah dan satuan pendidikan, analisis peluang dan tantangan

yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, serta

mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan. Dari

sini dapat diketahui bahwa responden mempunyai pengetahuan

yang baik tentang hal-hal yang baru dalam Kurikulum 2006.

4. Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP

Dari hasil analisis data diketahui hasil persentase persepsi

guru mengenai cara mengembangkan silabus berbasis KTSP

sebesar 87,03%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria

persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.

Page 97: Pen Did i Kaneko Nomi

82

Hasil tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu

Handayani,

“Pada dasarnya KTSP yang dari pusat masih bersifat sederhana, untuk pelaksanaannya dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, termasuk dalam pembuatan silabus indikator harus ditentukan sendiri oleh guru sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.” (Rabu, 13 Juni 2007).

Ibu Ike mengungkapkan :

”Pelaksanaan KTSP kelihatannya memang mudah, namun dalam membuat silabus guru harus menentukan sendiri indikatornya, hal inilah merupakan pengalaman yang benar-benar bagi kami.” (Wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Juni 2007).

5. Cara membuat RPP

Dari hasil analisis data dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai cara membuat RPP sebesar 92,59%,

setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk

dalam kriteria sangat baik.

Pengetahuan guru dalam membuat RPP sangat baik, hal ini

sesuai dengan pernyataan Bapak Sumono,

”RPP bagi kami adalah hal yang biasa dibuat, karena sebelum mengajar kita harus membuat RPP terlebih dahulu jadi kami tidak mengalami kesulitan dalam hal ini.” (wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 14 Juni 2007).

Pendapat lain dikemukakan oleh Kepala Sekolah (Bapak

Achmad Cholid,SH), yang menyatakan bahwa :

“ Dalam hal pembuatan RPP tentunya diserahkan masing-masing guru bidang studi, dimana disesuaikan dengan kondisi peserta didik, sekolah dan kemampuan guru itu sendiri.

Page 98: Pen Did i Kaneko Nomi

83

Saya selaku Kepala Sekolah juga melakukan pengawasan dan monitoring terhadap semua guru terutama kelengkapan mengajar dan cara mengajarnya di kelas.” (wawancara pada hari Kamis, 14 Juni 2007).

6. Pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP

Dari hasil analisis data dapat diketahui hasil persentase

persepsi guru mengenai pembelajaran dan penilaian berbasis

KTSP sebesar 88,89%, setelah dikonsultasikan dengan kriteria

persentase termasuk dalam kriteria sangat baik.

Hal ini sesuai dengan jawaban responden

”Pada dasarnya proses pembelajaran dengan menggunakan kurikulum apapun adalah sama, hanya saja metode yang digunakan berbeda-beda, untuk KTSP pembelajaran dengan menggunakan metode interaktif dimana siswa dan guru sama-sama aktif, sedangkan penilaian yang digunakan bisa secara lisan dan tertulis.” (wawancara dengan Bapak Sukisno, Rabu, 13 Juni 2007).

Tanggapan Kepala Sekolah antara lain : “ Pembelajaran dalam KTSP pada dasarnya berusaha

mengoptimalkan siswa dan guru, sedangkan cara atau metode mengajar yang digunakan diserahkan pada guru masing-masing, untuk penilaian caranya sama saja hanya untuk KTSP lebih detail dari berbagai aspek (kognitif, afektif dan psikomor) dinilai sendiri-sendiri.” (Bapak Achmad Cholid, Kamis 14 Juni 2007).

7. Hambatan dalam KTSP

Dari hasil analisis data diketahui hasil persentase persepsi

guru mengenai hambatan dalam KTSP sebesar 77,78%, setelah

dikonsultasikan dengan kriteria persentase termasuk dalam

kriteria sangat baik.

Hasil tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh

responden

Page 99: Pen Did i Kaneko Nomi

84

” Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum baru selalu ada, hanya karena belum terbiasa biasanya guru belum siap dalam materi, sedangkan siswa masih terkondisi dengan adanya kurikulum yang lama.” (wawancara dengan Ibu Handayani pada hari Rabu, tanggal 13 Juni 2007).

4.3.2. Persepsi Guru SMP Negeri I Warungasem mengenai Pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan Sikap

1. Hakekat KTSP

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa responden

memberikan pernyataan tentang hakekat KTSP paling banyak

menjawab setuju yaitu sebanyak 15 orang (55,6%), kemudian

jawaban sangat setuju berjumlah 12 orang atau sebesar 44,4%,

sedangkan untuk jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak

ada responden yang memilih atau sebanyak 0 (0%). Dengan ini

rata-rata 67,28% termasuk dalam kategori baik.

Di sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai sikap

yang baik terhadap hakekat dari KTSP yang meliputi konsep dasar

KTSP seperti yang diungkapkan Mulyasa (2006:20) bahwa KTSP

merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan

sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Dari hal ini dapat

diketahui bahwa guru sudah berusaha menyikapi dan menerima

kehadiran Kurikulum 2006 ini dengan baik.

Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara, dimana

seperti dinyatakan oleh responden

Page 100: Pen Did i Kaneko Nomi

85

”Kami mendukung adanya perubahan kurikulum karena dengan perubahan kurikulum diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kurikulum yang telah berlaku selama ini. (wawancara dengan Ibu Handayani, Rabu, 13 Juni 2007).

Bapak Sukisno beranggapan bahwa,

” Penyempurnaan kurikulum perlu dilaksanakan karena dengan penyempurnaan kurikulum, kurikulum sebelumnya dapat diperbaiki kekurangannya, sehingga dimungkinkan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya dapat memberikan manfaat bagi para pihak pendidikan. (wawancara dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juni 2007).

2. Pengembangan KTSP

Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai

pengembangan KTSP yang memberikan jawaban sangat setuju

sebanyak 20 orang atau sebesar 74,10%, jawaban setuju sebanyak

6 orang atau sebesar 22,20%, jawaban tidak setuju sebanyak 1

orang atau sebesar 3,70% dan jawaban sangat tidak setuju tidak ada

yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata jawaban

sebesar 84,57%. Termasuk kategori sangat baik.

Di sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai sikap

yang sangat baik mengenai pengembangan KTSP yang mencakup

strategi pengembangan KTSP dan acuan operasional penyususnan

KTSP. Ada beberapa strategi pengembangan KTSP yaitu terutama

berkaitan dengan sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan

suasana yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber

belajar, membina disiplin, mengembangkan kemandirian kepala

sekolah, mengubah paradigma (pola pikir) guru, serta

Page 101: Pen Did i Kaneko Nomi

86

memberdayakan staf. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa guru

menerima kehadiran Kurikulum 2006 tersebut dengan baik pula.

Hal ini juga didukung oleh wawancara responden di mana

ada responden yang mengatakan ,

” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 (KBK) yang dikemas secara ringkas, namun dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KTSP ini sifatnya fleksibel.” (wawancara dengan Ibu Ike Kamis, 14 Juni 2007).

3. Cara menyusun KTSP

Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai

cara penyusunan KTSP yang memberikan jawaban sangat baik

sebanyak 16 orang atau sebesar 59,26%, jawaban baik sebanyak

11 orang atau sebesar 40,74%, jawaban tidak baik tidak ada yang

menjawab atau sebesar 0% dan jawaban sangat tidak baik juga

tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata

jawaban sebesar 81,22%. Termasuk kategori baik.

Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan

perencanaan sekolah/ madrasah. KTSP harus dikembangkan sesuai

dengan visi, misi, tujuan, kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya penyusunan KTSP

mencakup komponen: pengembangan visi dan misi, perumusan

tujuan pendidikan satuan pendidikan, analisis konteks,

pengembangan struktur dan muatan KTSP, pengembangan

Page 102: Pen Did i Kaneko Nomi

87

kalender pendidikan, pengembangan silabus dan pengembangan

RPP.

Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai cara menyusun KTSP berdasarkan sikap

menunjukkan bahwa rata-rata guru memiliki persepsi baik

mengenai cara menyusun KTSP dengan persentase 81,22%. Di

sini guru SMP Negeri I Warungasem mempunyai sikap yang baik

mengenai bagaimana mengembangkan komponen-komponen yang

ada di dalam KTSP dan hal-hal yang baru dalam Kurikulum 2006.

semua responden menerima perubahan kurikulum, tapi dalam

perubahan tersebut ada segi positif dan negatifnya. Dilihat dari

segi positif memang perubahan kurikulum tersebut sesuai dengan

perkembangan pendidikan di masa sekarang ini. Sedang dari sisi

negatifnya, guru menjadi kerepotan karena harus menyiapkan

segala sesuatunya terutama dalam pembuatan perangkat

pembelajaran, karena guru harus menentukan sendiri indikator dan

materi pembelajarannya yang disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik dan lingkungan dan sistem penilaian yang jauh lebih

kompleks.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Bapak

Achmaad Cholid, SH) diketahui bahwa

“ KTSP disusun oleh pemerintah pusat, kemudian oleh guru dibuat silabusnya masing-masing sesuai dengan mata pelajarannya.”

Page 103: Pen Did i Kaneko Nomi

88

4. Cara Mengembangkan Silabus Berbasis KTSP

Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai

cara mengembangkan silabus berbasis KTSP yang memberikan

jawaban sangat baik sebanyak 23 orang atau sebesar 85,19%,

jawaban baik sebanyak 4 orang atau sebesar 14,81%, jawaban tidak

baik sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban sangat tidak

baik tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata

jawaban sebesar 87,5% termasuk kategori sangat baik.

Dalam kaitannya dengan pengembangan standar

kompetensi, guru harus mampu mengembangkan silabus sebagai

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam

materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Pengembangan silabus harus

dikembangkan dengan memperhatikan prinsip ilmiah, relevan,

sistematis, konsisten, memadai, aktual, kontekstual, fleksibel dan

menyeluruh. Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh

guru kelas/ guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama pada

tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau kelompok

sekolah dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing

sekolah.

Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai cara mengembangkan silabus berbasis

KTSP berdasarkan sikap menunjukkan bahwa rata-rata guru

Page 104: Pen Did i Kaneko Nomi

89

memiliki persepsi sangat baik mengenai cara mengembangkan

silabus berbasis KTSP dengan persentase 87,5%. Di sini guru

SMP Negeri I Warungasem bersikap sangat baik dalam prinsip

pengembangan silabus, tugas dan tanggung jawab guru dan

sekolah sebagai pengembang silabus, prosedur pengembangan

silabus dan proses pengembangan silabus dan menerima

kehadiran Kurikulum 2006 dengan baik.

Dari hasil wawancara denagn Kepala Sekolah diketahui

bahwa

“ kehadiran Kurikulum 2006 ini dengan baik dimana mereka beranggapan bahwa kurikulum dalam pendidikan memang sudah beberapa kali mengalami perubahan, pemerintah sebagai birokrasi tertinggi berusaha memperbaiki kurikulum yang telah berlaku yaitu dengan memutuskan melaksanakan perubahan kurikulum.” (Wawancara dengan Bapak Acmah Cholid, SH.)

Semua responden setuju dengan anggapan bahwa

penyempurnaan kurikulum penting untuk memperbaiki

komponen-komponen kurikulum yang kurang memadai dalam

pelaksanaan pendidikan dengan konsep kurikulum sebelumnya.

Dengan pemberlakuan Kurikulum 2006, diharapkan guru-guru

yang mengampu kelas mampu mempersiapkan segala sesuatu

untuk memperlancar pelaksanaan Kurikulum tersebut. Seperti

diungkapkan oleh Mulyasa (2006) bahwa untuk kepentingan

kesiapan para pelaksana kurikulum diperlukan sosialisasi yang

matang kepada berbagai pihak, agar kurikulum yang ditawarkan

tersebut dapat dipahami dan diterapkan secara optimal.

Page 105: Pen Did i Kaneko Nomi

90

Dari hasil wawancara, semua responden telah mengikuti

seminar ataupun workshop. Sekitar 2 responden sudah dua kali

mengikuti seminar tentang Kurikulum 2006 yang disini sangat

membantu dalam penambahan pemahaman mereka tentang

Kurikulum 2006 tersebut, dan selebihnya sudah sekali mengikuti

seminar. Dalam memperoleh informasi Kurikulum 2006 tersebut

tidak hanya dari seminar tapi juga dari membaca buku, artikel dari

internet, perpustakaan guru, MGMP dan lebih baiknya lagi

pengetahuan tersebut didapat dari perbincangan antar teman

seprofesi sewaktu istirahat. Dengan saling bertukar pikiran, guru

akan semakin mengerti tentang Kurikulum 2006 tersebut.

5. Cara Membuat RPP

Dari hasil analisis data dapat diketahui sikap responden

mengenai cara membuat RPP yang memberikan jawaban sangat

baik sebanyak 19 orang atau sebesar 70,37%, jawaban baik

sebanyak 8 orang atau sebesar 29,63%, jawaban tidak baik

sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban sangat tidak baik

tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%. Sehingga rata-rata

jawaban sebesar 78,27 % termasuk kategori baik.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan rencana

yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran

untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan

dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Tugas guru yang

Page 106: Pen Did i Kaneko Nomi

91

paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah

menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan

rinci, serta siap dijadikan skenario dalam pembelajaran.

Hasil analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai cara membuat RPP berdasarkan sikap

menunjukkan bahwa rata-rata guru memiliki persepsi sangat baik

dengan persentase 78,27%. Di sini guru mempunyai sikap yang

baik dalam hakekat perencanaan, prinsip pengembangan RPP dan

kinerja guru dalam pengembangan RPP. Guru sudah dapat

membuat RPP sesuai dengan tuntutan dalam KTSP dengan

mencantumkan bentuk penilaian, kriteria penilaian sekaligus

penskorannya. Mereka menerima kehadiran Kurikulum 2006 yang

mulai akan diberlakukan pada tahun pelajaran 2007/2008.

Dari hasil wawancara semua responden setuju dengan

adanya perubahan kurikulum, karena itu memang keputusan yang

diambil oleh pemerintah dengan berbagai pertimbangan. Mereka

juga mengungkapkan bahwa dalam RPP ini mencantumkan tujuan

pembelajaran dan penilaian yang lebih detail seperti yang

diungkapkan di atas.

Dari hasil wawancara, responden tidak mengalami

kesulitan dalam membuat RPP. Walaupun mereka sedikit

kerepotan karena harus mencantumkan tujuan pembelajaran,

bentuk penilaian, kriteria penilaian sekaligus penskorannya,

Page 107: Pen Did i Kaneko Nomi

92

namun mereka tidak merasa kesulitan dalam menyusunnya. Hal

tersebut telah mereka pelajari dari hasil seminar,

pelatihan/workshop, berdiskusi dengan teman seprofesi, membaca

buku/ artikel. Bahkan mereka juga bisa melihat CD hasil dari

seminar yang telah mereka laksanakan. Dengan terus belajar dan

bertukar pikiran dengan teman seprofesi, maka pengetahuan dan

pemahaman serta sikap guru tentang Kurikulum 2006 (KTSP)

akan semakin baik.

6. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP

Dari hasil analisis data dapat diketahui sikap responden

mengenai pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP yang

memberikan jawaban sangat baik sebanyak 13 orang atau sebesar

48,15%, jawaban baik sebanyak 13 orang atau sebesar 48,15%,

jawaban tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 3,70% dan

jawaban sangat tidak baik tidak ada yang menjawab atau sebesar

0%. Sehingga rata-rata jawaban sebesar 79,07% termasuk kategori

baik.

Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai

suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan KTSP dalam

suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai

seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan. Persepsi guru SMP Negeri I Warungasem mengenai

pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP mencakup:

Page 108: Pen Did i Kaneko Nomi

93

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Hasil

analisis tentang persepsi guru SMP Negeri I Warungasem

mengenai pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP

berdasarkan sikap menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki

persepsi baik mengenai pelaksanaan pembelajaran dan penilaian

berbasis KTSP dengan persentase 79,07%. Di sini guru SMP

Negeri I Warungasem mempunyai sikap yang baik mengenai

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian berbasis KTSP yang

meliputi pelaksanaan pembelajaran yang mencakup tiga hal yaitu:

pre tes, pembentukan kompetensi dan post tes. Sedangkan pada

penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes

kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan

sertifikasi, brenchmarking, dan penilaian program dari hal ini

dapat diketahui bahwa guru sudah siap dalam menerima dan

melaksanakan Kurikulum 2006.

Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dimana guru

sudah menguasai dalam menentukan penilaian kepada siswa.

Namun kadang merasa kerepotan dalam memberikan penilaian

kepada siswa. Guru harus membagi penilaian ke dalam beberapa

aspek, misalnya untuk Imu Pengetahuan Sosial dan Pengetahuan

Alam harus dibagi dalam dua aspek yaitu aspek pemahaman dan

penerapan, sedangkan untuk Bahasa Indonesia harus dibagi ke

dalam empat aspek.

Page 109: Pen Did i Kaneko Nomi

94

Responden telah menerima pelatihan dan seminar,

membaca buku/artikel, perpustakaan guru, MGMP, bertukar

pikiran dengan teman seprofesi untuk dapat menambah dalam

memperoleh informasi mengenai Kurikulum 2006 dan dapat

melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam

Kurikulum 2006 (KTSP).

7. Hambatan dalam KTSP

Dari hasil analisis data diketahui sikap responden mengenai

hambatan dalam KTSP yang memberikan jawaban sangat

menghambat sebanyak 16 orang atau sebesar 59,26%, jawaban

menghambat sebanyak 11 orang atau sebesar 40,74%, jawaban tidak

menghambat sebanyak 0 orang atau sebesar 0% dan jawaban sangat

tidak menghambat tidak ada yang menjawab atau sebesar 0%.

Sehingga rata-rata jawaban sebesar 82,87% termasuk kategori sangat

baik.

Hambatan di sini diartikan sebagai kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh sekolah dan guru pada umumnya. Dari hasil

wawancara ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan Kurikulum

2006 (KTSP) antara lain:

1) KTSP menuntut guru untuk mampu menyusun dan

mengembangkan kurikulumnya sendiri, kenyataannya selama ini

guru terbiasa melaksanakan kurikulum yang hanya dibuat oleh

pusat. Guru merasa kesulitan untuk menyusun dan

Page 110: Pen Did i Kaneko Nomi

95

mengembangkan kurikulum. Seperti menentukan indikator,

materi pelajaran dan sistem penilaian.

2) Sosialisasi KTSP yang hanya dilakukan selama tiga atau empat

hari dan tidak berkelanjutan, kurang efektif untuk membantu

guru untuk lebih memahami KTSP.

3) Implementasi KTSP memberi otonomi yang luas kepada sekolah,

dalam hal tertentu bertabrakan dengan kebijakan para pemegang

kekuasaan pendidikan. Dengan KTSP dimungkinkan terjadi

perbedaan materi pembelajaran baik dari muatan maupun

kedalamannya, sedangkan soal ujian bersama ditentuakan secara

terpusat dan dikoordinasi oleh MKKS atau Dinas setempat.

4) Muatan lokal merupakan bagian integral dari KTSP. Muatan

lokal seharusnya dapat menjadi keunggulan sekolah, karena

muatan lokal dipilih sendiri oleh sekolah sesuai dengan

kebutuhannya. Masalahnya adalah ketika sekolah ingin

mengembangkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan

sekolah, sekolah telah diikat dengan muatan lokal yang

merupakan ciri khas propinsi/kabupaten. Penambahan muatan

lokal memang dimungkinkan sehingga sekolah bisa memiliki ciri

lebih dari satu muatan lokal, tetapi penambahan muatan lokal ini

berakibat pada penambahan beban belajar tiap minggu,

sementara beban belajar per minggu sudah ditetapkan tidak boleh

lebih dari 42 jam pelajaran. Dengan kondisi tersebut, keinginan

Page 111: Pen Did i Kaneko Nomi

96

sekolah untuk merealisasikan otonomi luas agaknya belum dapat

terlaksana.

5) Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar masih terlalu besar

yaitu 40 siswa untuk setiap kelasnya. Sehingga untuk

mengimplementasikan model-model pembelajaran yang variatif

dan menyenangkan seperti tuntutan KTSP, mengembangkan

sistem penilaian yang berkelanjutan, mengembangkan program

remidial dan pengayaan yang merupakan pelayanan individual

terhadap siswa, sulit terlaksana karena situasi kelas tidak

kondusif.

6) Terbatasnya sarana dan prasarana kurikulum yang merangsang

guru untuk inovatif, kreatif dan profesional membutuhkan sarana

dan parasarana yang memadai.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

Kurikulum 2006 nanti menurut responden ada beberapa cara yang

dapat dilakukan untuk menghadapi hambatan dalam Kurikulum 2006

nanti, diantaranya yaitu dengan penambahan gedung (sarana

prasarana), penambahan dana, menyiapkan siswa untuk mulai

melaksanakan KTSP, serta dengan peningkatan sumber daya

manusia guru. Dengan melakukan hal tersebut sekolah dapat

mengatasi hambatan dalam pelaksanaan KTSP. Kepala Sekolah juga

melakukan pengawasan dan monitoring terhadap semua guru

terutama kelengkapan mengajar dan cara mengajarnya di kelas.

Page 112: Pen Did i Kaneko Nomi

97

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dapat

diambil kesimpulan:

1. Guru SMP Negeri I Warungasem Batang mempunyai persepsi baik

mengenai pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

baik berdasarkan pengetahuan maupun sikap, dilihat dari indikator

antara lain : Hakekat KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean

(rata-rata) sebesar 66,67%, termasuk dalam kategori baik dan

berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 67,28%, termasuk dalam kategori

baik. Pengembangan KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean

(rata-rata) sebesar 66,67%, termasuk dalam kategori baik dan

berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 84,57%, termasuk dalam kategori

sangat baik. Cara menyusun KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh

mean (rata-rata) sebesar 62,96%, termasuk dalam kategori baik dan

berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 81,22%, termasuk dalam kategori

baik. Cara mengembangkan silabus berbasis KTSP berdasarkan

pengetahuan diperoleh mean (rata-rata) sebesar 87,03%, termasuk

dalam kategori sangat baik dan berdasarkan sikap diperoleh rata-rata

87,5%, termasuk dalam kategori sangat baik. Cara membuat RPP

berdasarkan pengetahuan diperoleh mean (rata-rata) sebesar 92,59%,

termasuk dalam kategori sangat baik dan berdasarkan sikap diperoleh

Page 113: Pen Did i Kaneko Nomi

98

rata-rata 78,27%, termasuk dalam kategori baik. Pembelajaran dan

penilaian berbasis KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean

(rata-rata) sebesar 88,89%, termasuk dalam kategori sangat baik dan

berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 79,07%, termasuk dalam kategori

baik. Hambatan dalam KTSP berdasarkan pengetahuan diperoleh mean

(rata-rata) sebesar 77,78%, termasuk dalam kategori sangat baik dan

berdasarkan sikap diperoleh rata-rata 82,87%, termasuk dalam kategori

sangat baik.

2. Hambatan dalam pelaksanaan KTSP di sekolah yaitu :

1) KTSP menuntut guru untuk mampu untuk mampu menyusun dan

mengembangkan kurikulum. Guru merasa kesulitan untuk menyusun

dan mengembangkan kurikulum, karena selama ini guru terbiasa

melaksanakan kurikulum yang dibuat oleh pusat.

2) Sosialisasi KTSP yang hanya dilakukan selama tiga atau empat hari

dan tidak berkelanjutan, kurang efektif untuk membantu guru untuk

lebih memahami KTSP.

3) Implementasi KTSP memberi otonomi yang luas kepada sekolah,

dalam hal tertentu bertabrakan dengan kebijakan para pemegang

kekuasaan pendidikan. Dengan KTSP dimungkinkan terjadi

perbedaan materi pembelajaran baik dari muatan maupun

kedalamannya, sedangkan soal ujian bersama ditentuakan secara

terpusata dan dikoordinasi oleh MKKS atau Dinas setempat.

4) Muatan lokal merupakan bagian integral dari KTSP. Muatan lokal

seharusnya dapat menjadi keunggulan sekolah, karena muatan lokal

Page 114: Pen Did i Kaneko Nomi

99

dipilih sendiri oleh sekolah sesuai dengan kebutuhannya.

Masalahnya adalah ketika sekolah ingin mengembangkan muatan

lokal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, sekolah telah diikat

dengan muatan lokal yang merupakan ciri khas propinsi/kabupaten.

Penambahan muatan lokal memang dimungkinkan sehingga sekolah

bisa memiliki ciri lebih dari satu muatan lokal, tetapi penambahan

muatan lokal ini berakibat pada penambahan beban belajar tiap

minggu, sementara beban belajar per minggu sudah ditetapkan tidak

boleh lebih dari 42 jam pelajaran.

5) Jumlah siswa dalam satu rombongan belajar masih terlalu besar yaitu

empat puluh (40) siswa untuk setiap kelasnya,

sehingga sulit untuk mengimplementasikan model-model

pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti tuntutan

KTSP, mengembangkan sistem penilaian yang berkelanjutan,

mengembangkan program remidial dan pengayaan.

6) Terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat

merangsang guru untuk inovatif, kreatif dan profesional.

3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam KTSP

yaitu dengan penambahan gedung (sarana prasarana), penambahan

dana, menyiapkan siswa untuk mulai melaksanakan KTSP, serta dengan

peningkatan sumber daya manusia guru. Kepala Sekolah juga

melakukan pengawasan dan monitoring terhadap semua guru terutama

kelengkapan mengajar dan cara mengajarnya di kelas

Page 115: Pen Did i Kaneko Nomi

100

5.2. Saran

Dari hasil penelitian mengenai persepsi guru SMP Negeri I

Warungasem mengenai pelaksanaan Kurikulum 2006 (KTSP) saran yang

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada Guru

Guru hendaknya menyiapkan dan mempelajari terlebih dahulu semua

hal tentang KTSP, menyiapkan perangkat mengajar yang diperlukan

sebelum melaksanakan KTSP, menyiapkan materi pelajaran dengan

baik sehingga dapat menunjang penerapan Kurikulum 2006 baik

dalam kegiatan belajar mengajar maupun di luar kegiatan belajar

mengajar.

2. Kepada Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah hendaknya harus

mendukung sepenuhnya agar pelaksanaan KTSP dapat berjalan

dengan lancar, misalnya dengan mengadakan diskusi dan pelatihan

secara berkelanjutan dalam rapat mingguan atau dalam MGMP,

sehingga para guru memiliki pengetahuan yang banyak tentang KTSP.

3. Kepada Sekolah

Untuk dapat menciptakan sekolah yang berkualitas, hendaknya

sekolah menambah sarana dan prasarana pendukung terutama dalam

pelaksanaan KTSP. Sarana dan prasarana tersebut antara lain:

peralatan dan perlengkapan kegiatan belajar mengajar.

Page 116: Pen Did i Kaneko Nomi

101

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Azyumardi, Azra. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksidan

Demokratisasi. Jakarta: Kompas

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Modul 1 Panduan Penyusunan KTSP

Jenjang Pendidikan Dasar dan Mengengah. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan

Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Modul 3 Specimen KTSP dari Puskur

Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:

Depatemen Pendidikan Nasional

Joko Susilo, Muhammad. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Hasan Hamid, S. 2007. Pengembangan dan Implementasi KTSP Konsep dan

Substansi. Semarang: Seminar Nasional Pendidikan Universitas Negeri

Semarang

Page 117: Pen Did i Kaneko Nomi

102

Kamaruddin, Husin. 1993. Dinamika Sekolah dan Bilik Darjah. Yogyakarta:

Hikayat

Mahmud Dimyati, M. 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nugroho Agung, D. 2006. Hubungan Persepsi Guru Terhadap Supervisi

Instruksional Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Mengajar Guru di

SMP Muhammadiyah Se- Kabupaten WonogiriTahun 2006-2007.

Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya

Rumini, Sri. 1998. Psikologi Umum. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhi. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Sumiyati. 2007. Kebijakan Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Semarang: Seminar Naisonal Dalam Rangka Dies Natalis Ke-

42 Universitas Negeri Semarang

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat

Suyitno, Amin. 2006. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:

Jurusan Matematika UNNES

Page 118: Pen Did i Kaneko Nomi

103

Usman Uzar, M. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya

Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Widodo Prasetyo, Ragil. 2007. Persepsi Guru Teknik Mekanik Otomotif SMK Se-

Kecamatan Kota Blora Kabupaten Blora Terhadap Kurikulum 2004.

Skripsi. Fakultas Tehnik Universitas Negeri Semarang

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta:

Gaung Persada

--------. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Bandung: Citra Umbara

--------. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Bumi Angkasa

http // www. Google.com /fisip. Undip. ac. id/ in/ index.

Page 119: Pen Did i Kaneko Nomi

104

Page 120: Pen Did i Kaneko Nomi

105

Lampiran 1

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Semarang, Mei 2007

Kepada:

Yth. Bapak/ Ibu Guru

SMP Negeri I Warungasem

Di tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan diperlukannya data dalam rangka penelitian skripsi

yang berjudul ’’ PERSESPI GURU MENGENAI PELAKSANAAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMP

NEGERI I WARUNGASEM KECAMATAN WARUNGASEM

KABUPATEN BATANG TAHUN 2007/2008 ’’, maka peneliti bermaksud

mengumpulkan data yang berhubungan dengan judul tersebut di atas.

Untuk itu peneliti memohon Bapak/ Ibu guru tidak keberatan untuk

meluangkan waktu guna mengisi angket yang kami berikan. Peneliti memohon

jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan

peneliti menjamin kerahasiaan jawaban tersebut.

Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/ Ibu guru peneliti mengucapkan

terimakasih.

Peneliti

Laela Mufida