BAB Ife-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/7... · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar...

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak Negara mengadopsi International Financial Reporting Standars (IFRS) sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan, bahkan terdapat negara yang telah mengadopsi penuh (full adoption) dengan mengimplementasikan sepenuhnya IFRS sebagai standar akuntansi di negaranya. Indonesia sebagai salah satu anggota G-20 pun sudah mengadopsi IFRS ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sejak 1 Januari 2012. Hal ini bermakna bahwa sejak tanggal tersebut pula Indonesia sudah meninggalkan PSAK berbasis United Stated General Accounting Acepted Principles (US-GAAP). Perubahan konseptual yang dialami oleh dunia akuntansi di Indonesia, tentu akan menimbulkan dampak beragam bagi perkembangan ilmu akuntansi di Indonesia. Menurut ketua tim implementasi IFRS-IAI, Kurniawan (2010) melalui harian kompas menyatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS, Indonesia

Transcript of BAB Ife-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/7... · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar...

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah banyak Negara mengadopsi International Financial Reporting Standars (IFRS)

sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan, bahkan terdapat negara yang

telah mengadopsi penuh (full adoption) dengan mengimplementasikan sepenuhnya

IFRS sebagai standar akuntansi di negaranya. Indonesia sebagai salah satu anggota G-

20 pun sudah mengadopsi IFRS ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) sejak 1 Januari 2012. Hal ini bermakna bahwa sejak tanggal tersebut pula

Indonesia sudah meninggalkan PSAK berbasis United Stated General Accounting

Acepted Principles (US-GAAP).

Perubahan konseptual yang dialami oleh dunia akuntansi di Indonesia, tentu akan

menimbulkan dampak beragam bagi perkembangan ilmu akuntansi di Indonesia.

Menurut ketua tim implementasi IFRS-IAI, Kurniawan (2010) melalui harian kompas

menyatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh

manfaat, yaitu: (1) meningkatkan standar akuntansi keuangan (SAK); (2) mengurangi

biaya SAK; (3) meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan; (4)

meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan; (5) meningkatkan transparansi

keuangan; (6) menurunkan biaya modal peluang penghimpunan dana melalui pasar

modal; dan (7) meningkatkan efisiensi penyajian laporan keuangan.

Salah satu perubahan mendasar yang membedakan antara PSAK berbasis IFRS dengan

PSAK berbasis US-GAAP adalah penerapan principle based yang mengandung makna

bahwa, standar hanya mengatur hal-hal prinsip namun tidak untuk aturan detail.

Sehingga diperlukan professional judgement dalam menerapkan standar tersebut.

Sebagai konsekuensi atas peraturan tersebut (rule based menjadi principle based)

dibutuhkan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi dibandingkan standar sebelumnya.

Adapun tujuan dari pengungkapan yang lebih luas tersebutagar pengguna laporan

keuangan mendapatkan informasi yang lebih luas, sehingga dapat mempertimbangkan

informasi untuk pengambilan keputusan.

Penelitian tentang tingkat pengungkapan (disclosure) laporan tahunan sebagai

konsekuensi dari penerapan IFRS telah banyak dilakukan oleh peneliti baik di Indonesia

maupun di luar Indonesia. Tas dan Lisa (2010) menguji tentang transisi ke IFRS pada

perusahaan yang terdaftar di yunani dengan membedakan perusahaan atas ukuran

auditor, dengan menggunakan indeks comparability gray implementasi IFRS

berdampak signifikan terhadap posisi keuangan dan kinerja.

Petreski (2006) menguji tentang dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan

perusahaan dan pada manajemen perusahaan, dengan menggunakan wawancara (studi

kasus) menghasilkan pengungkapan laporan keuangan lebih tinggi dan manajemen

perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable).

Wardhani (2010) menguji tentang dampak derajat konvergensi ke IFRS dan sistem

pemerintahan ke konservatisme akuntansi pada negara asia, dengan menggunakan

analisis regresi terdapat dampak yang positif konvergensi ke IFRS dan sistem

pemerintahan terhadap kualitas laba.

Annisa (2011) meneliti tentang pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan porsi

kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan laporan tahunan perusahaan, dengan

menggunakan analisis regresi, penelitian ini menyatakan bahwa likuiditas, profitabilitas,

dan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan

tahunan. Namun, dalam penelitian Permatasari (2013) dengan menggunakan indeks

comparability gray bahwa likuiditas, profitabilitas, dan porsi saham publik berpengaruh

terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Banyaknya hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian terdahulu memotivasi peneliti

untuk menguji lebih lanjut dampak implementasi PSAK berbasis IFRS terhadap tingkat

keluasan pengungkapan laporan tahunan. Pengembangan yang peneliti akan lakukan

dan berbeda dari penelitian sebelumnya adalah; (1) Peneliti menggunakan laporan

tahunan sebagai dasar pengungkapan, tidak menggunakan laporan keuangan ; (2)

Metode penelitian yang digunakan menggunakan uji beda dua rata-rata berpasangan (t-

test), tidak meneliti dari segi rasio keuanggannya; (3) Penelitian ini ingin mengetahui

reaksi pasar terhadap implementasi PSAK berbasis IFRS;

Beberapa alasan yang mendasari diambilnya penelitian pada pengungkapan laporan

tahunan setelah diterapkannya IFRS dikarenakan terdapat ketidak puasan pihak

eksternal (stakeholder) terhadap penyajian pengungkapan data keuangan saja. Penelitian

ini akan menggunakan data laporan tahunan pada saat menerapkan standar PSAK dan

yang telah menerapkan standar IFRS. Sehubungan dengan uraian di atas, penulis

melakukan penelitian dengan judul: “Dampak Penerapan PSAK Berbasis IFRS

Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan Pada Perusahaan

Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan PSAK berbasis IFRS berpengaruh terhadap tingkat keluasan

pengungkapan laporan tahunan ?

2. Apakah pengungkapan laporan tahunan setelah penerapan PSAK berbasis IFRS

direspon positif oleh pasar ?

1.2.2 Batasan Masalah

Agar masalah yang diteliti dapat fokus dan tidak meluas, penelitian ini memiliki batasan

masalah. Maka batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada laporan tahunan perusahaan manufaktur yang

listing selama periode pengamatan.

2. Penelitian ini dibatasi pada upaya untuk melihat tingkat keluasan pengungkapan

laporan tahunan dalam melihat bagaimana respon pasar atas penerapan IFRS.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. 3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada sebelumya maka penelitian ini

mempunyai tujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai:

1. Pengaruh penerapan PSAK berbasis IFRS terhadap keluasan pengungkapan

laporan tahunan

2. Respon pasar atas pengungkapan laporan tahunan setelah penerapan PSAK berbasis

IFRS direspon positif atau tidak oleh pasar

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian tentunya peneliti ingin menyajikan sesuatu yang dapat berguna

bagi semua kalangan, berikut adalah manfaat dari penelitian yang dilakukan:

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi perusahaan, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk mengetahui

bagaimana sesungguhnya perusahaan manufaktur mengaplikasikan standar

pelaporan internasional (IFRS) secara tepat dalam penyusunan, pengajian, dan

pengungkapan laporan tahunan.

b. Bagi pemerintah, manfaat penelitian ini sebagai bahan pertimbangan pemerintah

dan lembaga-lembaga penyusunan standar yang telah ada.

c. Bagi pihak lain, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu referensi untuk

mencari alternatif solusi lain jika ingin melakukan penelitian dengan tema

serupa.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan

jawaban atas tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan dalam penelitian.

b. Bagi civitas akademika, manfaat penelitian ini adalah sebagai referensi dalam

penyusunan penelitian selanjutnya, memberikan kontribusi bagi akademisi

dalam pengembangan ilmu akuntansi, terutama mengenai bagaimana dan apa

dampak yang diberikan pengguna IFRS pada keluasan pengungkapan laporan

tahunan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Legitimasi

Menurut Tristanti (2012) teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki

kontrak dengan masyarakat. Teori legitimasi menjadi sumber yang menentukan

keberadaan perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem nilai

perusahaan sejalan dengan system nilai masyarakat. Ini berarti bahwa legitimasi adalah

status atau kondisi yang terjadi ketika system nilai suatu entitas searah dan sejalan

dengan sistem nilai yang ada di sosial masyarakat. Legitimasi merupakan hubungan

yang kukuh sebagai hal yang benar dan tepat. Legitimasi adalah proses yang mengarah

ke sebuah organisasi yang dipandang sah.

Dengan melakukan pengungkapan perusahaan akan merasa bahwa keberadaan dan

aktivitasnya terlegitimasi. Pengungkapan merupakan jembatan informasi yang

menghubungkan perusahaan dengan masyarakat. Dengan adanya pengungkapan akan

memberikan informasi yang lebih luas tentang perusahaan kepada masyarakat sebagai

salah satu pengguna laporan keuangan.

2.1.2. Teori Signal

Teori signal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik (Wolk

et al.,2001: 308) dalam Situmorang (2011). Informasi tersebut bias berupa laporan

keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan

secara sukarela oleh manajemen perusahaan.Teori signal mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal-signal kepada pengguna

laporan keuangan. Signal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau

informasi lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada

perusahaan lainnya (Machfoedz, 1999, dalam Wirawan, 2010). Penggunaan peraturan

seperti IFRS yang meningkatkan kualitas pelaporan merupakan salah satu signal

perusahaan untuk menarik investor atau pengguna lainnya. Menurut (Marston, 2003)

dalam (Suta,2012), semakin besar perusahaan akan memiliki dorongan yang lebih besar

untuk memberi sinyal mengenai kualitas perusahaan melalui pengungkapan informasi

keuangan yang meningkat. Alasan utama yang melatar belakangi keadaan tersebut

adalah karena nilai perusahaan sangat tergantung pada persepsi investor mengenai

kemampuan manajer mengelola perusahaan, terutama dalam menghadapi perubahan di

masa mendatang (Healy dan Palepu, 2001). Dengan demikian memberikan sinyal

berupa pengungkapan kepada publik diharapkan dapat meningkatkan nilai pasar

perusahaan.

2.1.3. Laporan Tahunan

Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan pencapaian keberhasilan yang

mampu diraih perusahaan dalam jangka waktu setahun.

2.1.3.1 Komponen Laporan Tahunan

Menurut Needles, et al. (1995) dalam Oktaviana (2009) di lalam laporan tahunan

terdapat tujuh komponen utama yang membentuk laporan tahunan, yaitu:

1. Sambutan kepada para pemegang saham.

Bagian awal yang berisi sambutan dari direktur utama perusahaan yang ditujukan

kepada para pemegang saham dan menjelaskan tentang kinerja perusahaan

selama periode tertentu dan prospek perusahaan ke depannya.

2. Ikhtisar data keuangan.

Berisi penyajian data keuangan penting selama 10 tahun terakhir, dilengkapi

dengan grafik untuk mempermudah pengguna laporan tahunan dalam melihat

tren pergerakan keuangan perusahaan, dan termasuk juga data non keuangan

seperti jumlah took yang dimiliki dari period ke periode.

3. Laporan keuangan.

Berisi empat jenis laporan keuangan yang diwajibkan, yaitu laporan laba rugi,

neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Penyajian laporan

keuangan ini dilakukan secara komparatif untuk beberapa periode. Tujuannya

untuk membantu pengguna dalam membandingkan kinerja perusahaan periode

berjalan dengan periode-periode sebelumnya.

4. Catatan atas laporan keuangan.

Merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan keuangan, gunanya

membantu pengguna laporan keuangan dalam menginterpretasikan data yang

disajikan dalam laporan keuangan. Secara garis besat catatan atas laporan

keuangan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Ringkasan prinsip akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dalam

pencatatan transaksinya.

b. Catatan penjelas atas item-item yang disajikan dalam laporan keuangan.

c. Catatan yang berupa informasi pelengkap.

5. Laporan pertanggungjawaban manajemen. Penyajian laporan keuagan harus disertai

dengan pernyataan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan struktur

pengendalian internal perusahaan.

6. Hasil diskusi dan analisis manajemen. Dalam bagian ini, manajemen akan melakukan

analisis dengan membandingkan

kinerja periode berjalan dengan beberapa periode sebelumnya dan melakukan analisis

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

7. Laporan hasil audit. Auditor bertugas untuk melakukan audit terhadap laporan

keuangan

yang disajikan oleh pihak manajemen. Hasil dari proses audit yang dilakukan auditor

adalah opini audit atas penyajian laporan keuangan oleh perusahaan.

2.1.3.2 Peraturan Terkait Penyajian Laporan Tahunan

Di Indonesia, peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan

tahunan diatur oleh Bapepam pada tahun 1996. Bapepam mengeluarkan Peraturan

Nomor VIII.G.2 dalam Lampiran Keputusan BAPEPAM No. Kep-38/PM/1996 yang

mengatur tentang kewajiban menyampaikan laporan tahunan bagi perusahaan yang

telah melakukan Penawaran Umum dan Perusahaan Publik, serta mengatur bentuk

dan isi laporan tahunan tersebut, yang terdiri dari: ketentuan umum, laporan

manajemen, iktisar data keuangan penting, analisis dan pembahasan umum oleh

manajemen, dan bagian mengenai laporan keuangan.

Kemudian pada tahun 2002, Bapepam kembali mengeluarkan peraturan dalam

Surat Edaran Nomor: SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan

Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik untuk tiga belas

industri, salah satunya termasuk industry manufaktur.

Pada tanggal 7 Desember 2006, Bapepam menerbitkan peraturan baru untuk

memperbaharui peraturan yang ada, yaitu Peraturan Nomor X.K.6 dalam Lampiran

Keputusan BAPEPAM No. Kep-134/BL/2006. Dalam peraturan ini menyoroti lebih

spesifik, yaitu bentuk dan isi laporan tahunan yang terdiri dari ketentuan umum,

iktisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil

perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan (corporate

governance), tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, laporan keuangan yang

telah diaudit, dan tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris.

2.1.4 Pengungkapan Laporan Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Pengungkapan

Pengungkapan laporan keuangan merupakan suatu cara untuk

menyampaikan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu

perusahaan. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan kepada investor,

kreditur, dan pengguna laporan keuangan lainnya dalam memahami risiko

portofolio investasi sebagai dasar untuk melakukan keputusan ekonomi yang

rasional (Prasetya, 2011). Purwandari (2012) menyatakan bahwa pengungkapan

laporan keuangan adalah suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada

investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber

daya ke usaha-usaha yang paling produktif.

Menurut Tanor (2009:3) pengungkapan (disclosure) adalah tingkat

pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan

keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan

penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi

perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan (disclosure) merupakan suatu cara

untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu

perusahaan. Pengungkapan merupakan semua materi yang harus diungkapkan

termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang sangat membantu pengguna

laporan keuangan.

Jika dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan data yang

bermanfaat kepada pihak yang membutuhkan. Sehingga data tersebut harus benarbenar

bermanfaat karena jika bermanfaat tujuan dari pengungkapan tersebut tidak

akan tercapai. Sedangkan bila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure

berarti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang

memadai mengenai hasil aktivitas suatu perusahaan (Irawan, 2010:22).

Pengungkapan merupakan sarana penyampaian informasi secara lengkap kepada

pihak-pihak yang terkait dalam proses pengambilan keputusan. Pengungkapan

juga dilakukan sebagai upaya untuk mempertangungjawabkan aktivitas

perusahaan selama periode tertentu dalam menggunakan sumber yang ada di

perusahaan.

Menjelaskan item-item yangbelum diakui dan untuk meyediakan ukuran

yang bermanfaat bagi item-item tersebut.

3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur

dalam menentukan resiko, dan item-item yang potensial untuk diakui dan

yang belum diakui.

4. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di

masa mendatang.

5. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh

pengguna laporan keuangan untuk membanddingkan antar perusahaan dan

angka tahun.

6. Untuk membantu investor menetapkan return dan investasinya.

Menurut Belkoui dan Ahmed Riahi (2000:219), terdapat lima tujuan

pengungkapan yaitu:

1. Untuk menyediakan item-item yang belum diakui beserta ukuran yang

bermanfaat bagi item-item tersebut.

2. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran

yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan

keuangan.

3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar

dimasa mendatang.

4. Untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan resiko atas

item-item tersebut.

Tujuan Pengungkapan secara umum adalah menyajikan informasi yang

dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani

berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.

2.1.4.2 Jenis Pengungkapan

Tanor (2009:4) mengungkapakan disclosure terbagi menjadi dua yaitu:

1. Mandatory Disclosure: merupakan pengungkapan yang wajib

dikemukakan perusahaan, khususnya perusahaan publik kepada

masyarakat dan memiliki badan khusus yang meregulasi seperti IAI dan

Bapepam.

2. Voluntary Disclosure: merupakan pengungkapan yang diberikan oleh

perusahaan di luar item-item yang diwajibkan untuk diungkapkan.

Berdasarkan PSAK No. 10 bahwa penyajian laporan keuangan harus

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup

dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material seperti

bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan

yang meliputi istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur

dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan

jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

Sedangkan Mardiyah (2002) menyatakan pengungkapan dalam pasar

modal terdiri dari dua aspek yaitu:

1. Protective disclosure yaitu usaha badan pengawas pasar modal untuk

melindungi investor dari perlakukan tidak wajar oleh emiten.

Informative disclosure adalah pengungkapan yang disajikan dalam

keterbukaan emiten untuk tujuan analisis investasi.

Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk

kualitas pengungkapan pada laporan keuangannya. Kualitas pengungkapan dapat

diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dariisi suatu laporan tahun.

Semakin tinggi kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat

kelengkapan pengungkapan. Ada tiga konsep umummengenai pengungkapan

yaitu:

1. Pengungkapan Cukup (Adequacy Disclosure)

Pengungkapan cukup merupakan pengungkapan minimum yang

disyaratkan peraturanyang berlaku dimana angka-angka yang disajikan dapat di

interpretasikan dengan benar oleh investor.

2. Pengungkapan Wajar (Fair Disclosure)

Pengungkapan wajar merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan

yang sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang

layak bagi pembaca yang potensial.

3. Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)

Menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkap secara

relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara

berlimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik. Sesuai undangundang

pasar modal dalam meningkatkan dan menjamin perlindungan terhadap

masyarakat pemodal, disebutkan bahwa setiap perusahaan menawarkan efeknya

melaluipasar modal wajib mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan

usahanya termasuk keadaan keuangan. Berdasarkan SK Bapepam Nomor Kep-

347/BL/2012, terdapat dua jenis pengungkapan dalam laporan keuangan, antara

lain:

1. Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure)

Merupakan pengungkapan yang diwajibkan peraturan pemerintah artinya

pengungkapan yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku.

Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan secara sukarela maka

pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.

2. Pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)

Merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana

perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya

dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan ini berupa butirbutir

yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan sesuai

peraturan yang berlaku (Standar Akuntansi Keuangan).

Ainun dan Fuad (2000) menjelaskan jenis pengungkapan dalam

hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar yaitu:

1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang

berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara

sukarela maka perusahaan wajib memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela dilakukan oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh

peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela dapat meningkatkan kredibilitas

perusahaan dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan

adalah pengakuan perusahaan untuk menunjukkan sistematika yang digunakan

untuk mengukur kinerja dan mengetahui keadaan perusahaan baik

pengungkapan secara menyeluruh ataupun tidak.

2.1.4.3 Tujuan Pengungkapan

Irawan (2010) Menyebutkan bahwa tujuan pengungkapan laporan

keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Menjelaskan item-item yang diakui danuntuk menyediakan ukuran relevan

bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan.

2.1.7.1 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Kualitas tampak sebagai atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi

(Imhoff, 1992 dalam Oktoviana, 2009). Menurut Simanjuntak dan Widiastuti (2004)

banyak penelitian yang menggunakan indeks of disclosure methodology untuk

mengukur kualitas pengungkapan, kemudian hasil dari perhitungan indeks tersebut

digunakan untuk menilai manfaat potensial dari sisi laporan keuangan. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa, tingginya kualitas informasi akuntansi berkorelasi

positif terhadap tingkat kelengkapan yang diungkapkan.

Berapa banyak informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung

pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup.

Menurut Hendriksen (1997) dalam Putri (2011), terdapat tiga konsep yang umumnya

diungkapkan, yaitu:

1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup) yang mengandung arti disclosure

minimal yang harus ada sehingga laporan yang disajikan dapat diinterpretasi

dengan benar dan tidak menyesatkan pengguna.

2. Fair disclosure (pengungkapan wajar) menyatakan tujuan-tujuan etis untuk

memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan

dengan menyediakan informasi yang layak bagi pembaca potensial.

3. Full disclosure (pengungkapan penuh) diartikan sebagai penyediaan semua

informasi yang dianggap cukup penting dalam mempengaruhi penilaian dan

keputusan yang akan diambil pengguna laporan keuangan. Pengungkapan

informasi yang berlebihan atau melimpah dipandang tidak baik dan dapat

membahayakan, karena dapat mengaburkan tafsiran informasi dan dapat

merugikan posisi kompetitif perusahaan sendiri.

Pada umumnya terdapat dua jenis pengungkapan terkait dengan persyaratan

yang ditetapkan standar, yaitu :

1. Pengungkapan yang didasarkan pada ketentuan atau standar (required/ regulated/

mandatory disclosure).

Merupakan pengungkapan minimum yang diwajibkan dan diatur dalam suatu

peraturan sehingga harus disajikan oleh perusahaan.

2. Pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure).

Merupakan pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan secara sukarela,

tanpa dipaksakan oleh peraturan.

Informasi yang diungkapkan dalam voluntary disclosure berbeda dalam hal

jumlah tambahan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Menurut Na’im dan Rakhman (2000) manfaat dari pengungkapan sukarela yang

diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu

investor memahami strategi bisnis manajemen, menarik perhatian analis

meningkatkan akurasi pasar, menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, dan

menurunkan kejutan pasar.

2.1.5 International Financial Reporting Standard (IFRS)

2.1.5.1 Pengertian IFRS

Menurut Warta Ekonomi (November 2011), IFRS merupakan standar

akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard

Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting

Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar

Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi

Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional

(IFAC). Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Standar Pelaporan Keuangan

Internasional (bahasa Inggris: International Financial Reporting Standards

(IFRS) adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka Kerja (1989) yang

diadaptasi oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (bahasa Inggris:

International Accounting Standards Board (IASB)). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa International Financial Reporting Standart (IFRS) adalah Standar

penyusunan laporan keuangan berdasarkan pedoman internasional agar laporan

keuangan yang disajikan perusahaan dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang

memerlukannya.

2.1.5.2 Karakteristik IFRS

IFRS memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. IFRS menggunakan principle base sehingga lebih menekankan pada

interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit

penerapan prinsip tersebut.

2. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi

apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.

3. Membutuhkan professional judgement dalam penerapan standar akuntansi.

4. Semakin banyak menggunakan fair value dalam penilaian.

5. Disclosure yang lebih banyak.

2.1.5.3 Tujuan IFRS

Menurut Ardian (2011) tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan

keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam

laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:

1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang

peiode yang disajikan.

Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan

pada IFRS.

3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para

pengguna.

2.1.5.4 Manfaat IFRS

Menurut Ardian (2011) manfaat dari adanya suatu standar global:

1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh

dunia tanpa hambatan berarti. Stadar pelaporan keuangan berkualitas

tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki

efisiensi alokasi lokal.

2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.

3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan

mengenai merger dan akuisisi.

4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat

disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas

tertinggi.

Ersa Tri Wahyuni Direktur Teknis Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam

Antara News (2011) menyebutkan adanya beberapa manfaat yang bisa diperoleh

dari konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard) ke dalam

PSAK (Pedoman Standar Akutansi Keuangan), di antaranya:

1. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan

standar akutansi keuangan yang dikenal secara internasional.

3. Menurunkan biaya modal dengan membuka fund raising melalui pasar

modal secara global.

Pada sebuah artikel dalam Seputar Indonesia, Ketua Tim Implementasi

IFRS Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan mengatakan manfaat

IFRS di Indonesia, yaitu:

1. Bisa meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan dan mengurangi

biaya penyusunan laporan.

2. Meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan.

3. Menyelaraskan dengan pengaturan yang berlaku secara internasional.

4. Meningkatkan arus investasi ke dalam dan ke luar.

5. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian mengenai pengadopsian IFRS namun penelitian yang secara langsung berfokus pada suatu perusahaan dan suatu negara masih terbatas adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

Tabel..... Peneliti TerdahuluNama peneliti Tujuan peneliti Metode penelitian Hasil penelitianIonnisTsalavoutas and Lisa

untuk menguji transisi ke

menggunakan indeks

implementasi IFRS memiliki dampak

Evans,2010

Marjan Petreski (2006)

Ratna Wardhani (2010)

WilujengDwi Annisa(2011)

IFRS pada Perusahaan yang terdaftar di yunani dengan membedakan perusahaan atas ukuran auditor yang digunakan

Menjelaskan dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan pada manajemen perusahaan

Untuk menganalisis dampak derajat konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan ke conservatisme akuntansi: Studi kasus pada negara-negara

Judul: Pengaruh Likuiditas,Profitabilitas, dan PorsiKepemilikan Saham Publikterhadap Pengungkapan LaporanTahunan Perusahaan

comparability Gray

Wawancara: studi kasus

Analisis regresi

AnalisisRegresi

yang signifikan pada posisi keuangan dan kinerja perusahaan

Pengungkapan laporan keuangan lebih tinggi dan manajemen perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable)s

Konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan memiliki Dampak yang Positif terhadap kualitas laba

Tingkat likuiditas yangtinggi tidak berpengaruhterhadap luaspengungkapan. Begitupula denganprofitabilitas,dankepemilikan Sahampublik yang sama-samatidak berpengaruhterhadap luaspengungkapan laporantahunan

2.1.7 Model Penelitian

Kerangka pemikiran penelitian ini akan dideskripsikan pada gambar berikut:

Model Dampak Penerapan PSAK Berbasis IFRS Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan Pada Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek

Indonesia

2.1.8 Hipotesis

1.4.8.1. Penerapan PSAK berbasis IFRS dan Pengaruhnya Terhadap

Tingkap Keluasan Pengungkapan

Penerapan PSAK berbasis IFRS memberikan berbagai dampak signifikan terhadap rasio

keuangan perusahaan dan menyebabkan pengaruh terhadap pengungkapan laporan

PSAK berbasis US-GAAP

PSAK berbasis IFRS

Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan

Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan

Reaksi Pasar

Reaksi Pasar

keuangan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan ditangkap oleh pihak

eksternal (stekeholder) sebagai suatu sinyal yang dapat menggambarkan prospek

perusahaan kedepan. Menurut Yuliasti (2008) dalam Suta (2012) keputusan investasi

sangat tergantung dari mutu dan luas pengungkapan (disclosure).

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, terdapat fenomena ketidak puasan para pihak

eksternal (stakeholder) terhadap penyajian pengungkapan data keuangan saja.

Komponen keuangan saja tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan stakeholder

(Maines et al., 2002 dalam Taures, 2011). Ketidakpuasan stakeholder disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya krisis kepercayaan akan rasa aman dalam berinvestasi.

Dalam principle based dibutuhkan pengungkapan yang luas dibandingkan dengan

standar sebelumnya, dengan melakukan pengungkapan perusahaan akan merasa bahwa

keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Berdasarkan hasil observasi dalam penelitian

ini, perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi lebih luas cenderung lebih

banyak menarik perhatian investor karena para investor merasa lebih banyak

mengetahui informasi mengenai perusahaan tersebut dan dapat memprediksi risiko-

risiko yang ada dalam perusahaan tersebut.

Berdasarkan fakta tersebut dan telaah pustaka, serta beberapa penelitian terdahulu yang

telah diungkapkan diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat pengungkapan wajib

pada laporan tahunan perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

melatarbelakanginya, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 = Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan sebelum dan sesudah

penerapan PSAK berbasis IFRS.

1.4.8.2 Reaksi Pasar terhadap Laporan Tahunan atas Implementasi PSAK

berbasis IFRS

Penggunaan IFRS diharapkan dapat menyempurnakan komparabilitas pernyataan

keuangan, memperkuat transparansi perusahaan, dan meningkatkan kualitas laporan

keuangan. Amstrong et al. (2007) dalam Siregar (2012) beranggapan bahwa laporan

IFRS membuat investor lebih hemat dalam membandingkan perusahaan lintas negara

dan pasar modal. Covrig et al. (2007) dalam Siregar (2012) menyatakan bahwa

pemusatan ke arah pelaporan IFRS dapat memfasilitasi investasi lintas batas dan juga

integrasi pasar modal. Berkaitan dengan pemusatan ke arah IFRS menyelidiki reaksi

pasar terhadap beberapa peristiwa berkaitan dengan pergerakan Uni Eropa terhadap

kewajiban pelaporan menggunakan IFRS atau meneliti dampak adopsi IFRS dalam

laporan keuangan pada negara tersebut diperoleh hasil terdapat pasar efisien yang

tercermin dalam average abnormal return dan cumulative average abnormal return

setelah penerapan IFRS. Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukan hipotesis sebegai

berikut:

Ha2 = Terdapat perbedaan respon pasar atas laporan tahunan sebelum dan setelah

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menguji teori

yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui kerangka berpikir deduktif yang

dirumuskan dalam hipotesis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen

berupa pengujian tentang perbedaan antara dua variabel atau lebih. Variabel yang

diteliti yaitu variabel konstruk yang diperoleh berdasarkan teori tertentu kemudian

dijabarkan sebagai indikator penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data yang diperoleh dari idx.co.id

hingga akhir Oktober 2012 jumlah perbankan yang terdaftar sebanyak 34 perusahaan

perbankan. Keputusan menjadikan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebagai

populasi dari sampel penelitian dikarenakan perbankan merupakan salah satu lembaga

keuangan yang paling penting dalam kegiatan investasi di Bursa Efek Indonesia dimana

perbankan merupakan penyalur dana dari pihak investor. Pengadopsian IFRS tentu

membawa pengaruh besar terhadap laporan keuangan perbankan.

3.2.2 Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistem non random sampling (nonprobability sampling) yaitu menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan