BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

18
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2012), industri peternakan ayam di Jawa Barat merupakan salah satu industri penyokong terbesar yaitu mencapai 34,63% produksi ayam nasional. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi berbanding lurus dengan peningkatan produksi ayam di Jawa Barat yang mencapai 649.932.460 ekor dan menempatkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan tingkat konsumsi ayam tertinggi di Pulau Jawa maupun Indonesia. Dalam proses pembesaran ayam di sektor industri peternakan, minyak tanah masih merupakan pilihan favorit para pelaku industri untuk bahan bakar penghangat ruangan ayam. Harga minyak tanah (kerosene) di pasaran dunia kian hari kian mengalami peningkatan. Harga minyak tanah dunia periode 2013 mencapai Rp 5.747,96 per liter (Pertamina, 2013). Menurut pasal 1 ayat 1 Permen ESDM Nomor 18 Tahun 2013, berdasarkan harga tersebut pemerintah menetapkan harga jual eceran minyak tanah bersubsidi kepada masyarakat sebesar Rp 2.500/liter dengan beban subsidi yang ditanggung 1

description

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

Transcript of BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

Page 1: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2012), industri

peternakan ayam di Jawa Barat merupakan salah satu industri penyokong terbesar

yaitu mencapai 34,63% produksi ayam nasional. Tingkat konsumsi masyarakat

yang tinggi berbanding lurus dengan peningkatan produksi ayam di Jawa Barat

yang mencapai 649.932.460 ekor dan menempatkan Jawa Barat sebagai provinsi

dengan tingkat konsumsi ayam tertinggi di Pulau Jawa maupun Indonesia.

Dalam proses pembesaran ayam di sektor industri peternakan, minyak

tanah masih merupakan pilihan favorit para pelaku industri untuk bahan bakar

penghangat ruangan ayam. Harga minyak tanah (kerosene) di pasaran dunia kian

hari kian mengalami peningkatan. Harga minyak tanah dunia periode 2013

mencapai Rp 5.747,96 per liter (Pertamina, 2013). Menurut pasal 1 ayat 1 Permen

ESDM Nomor 18 Tahun 2013, berdasarkan harga tersebut pemerintah

menetapkan harga jual eceran minyak tanah bersubsidi kepada masyarakat sebesar

Rp 2.500/liter dengan beban subsidi yang ditanggung pemerintah adalah 65% dari

harga dunia yaitu sebesar Rp 3.736,174/liter.

Konsumsi minyak tanah pada industri peternakan ayam di Jawa Barat

merupakan indikasi semakin sulitnya mengurangi ketergantungan minyak dunia

yang berakibat pada semakin tinggi anggaran pemerintah untuk subsidi minyak

tanah. Oleh karena itu, kemungkinan adanya pemanfaatan energi alternatif lain

yang lebih murah, efektif, efisien, ramah lingkungan, dan mudah untuk

dikembangkan secara massal pada industri peternakan ayam di Jawa Barat sangat

diperlukan guna mengatasi ketergantungan minyak dunia.

1

Page 2: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dan dibahas pada karya tulis

ini antara lain :

a. Apa yang dimaksud dengan briket batubara dan bagaimana potensinya

di Indonesia?

b. Bagaimana efisiensi pengembangan energi alternatif briket batubara

untuk diterapkan pada industri peternakan ayam di Jawa Barat ?

c. Apa saja kendala yang dihadapi pelaku industri peternakan untuk

beralih teknologi menggunakan briket batubara ?

d. Bagaimana peran dari mahasiswa, pemerintah, peternak, distributor,

dan pengusaha batubara untuk menjalankan strategi pengalihan

substitusi minyak tanah menjadi briket batubara untuk industri

peternakan ?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan karya tulis ini antara

lain:

a. Untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan briket batubara untuk

industri peternakan ayam di Jawa Barat.

b. Untuk mengkaji faktor-faktor yang menjadi kendala pemanfaatan

briket batubara.

c. Untuk menrancang strategi optimalisasi yang tepat dalam

pengembangan briket batubara pada industri peternakan ayam di Jawa

Barat.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian ini

antara lain :

2

Page 3: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

a. Briket batubara dapat digunakan sebagai salah satu energi alternatif

pengganti minyak tanah guna mengurangi ketergantungan minyak

dunia dan beban subsidi pemerintah.

b. Peran dari masing-masing individu dapat terarah melalui pola strategi

yang dikembangkan untuk menginisiasi program penggunaan briket

batubara secara massal.

I.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

mengacu kepada metode penelitian kuantitatif non-experimental (McMillan &

Schumacher, 2001) antara lain :

a. Metode Observasi

Berbagai informasi dan data yang dikumpulkan oleh penulis

didapatkan melalui metode observasi yang berasal dari pengamatan

maupun pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap objek

yang diteliti pada keadaan sebenarnya. Metode observasi dilakukan

tanpa melalui tahapan wawancara.

b. Metode Deskriptif

Setelah dilakukan pencatatan objek penelitian saat observasi, peneliti

memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang menjadi fokus

utama yang ingin dikaji dalam penelitian. Melalui metode deskriptif,

peneliti berusaha mendeskripsikan objek penelitian secara mendalam

tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap objek tersebut.

c. Metode Survey

Berbagai data pendukung penelitian didapatkan melalui data statistik

maupun kajian literatur yang dapat membantu untuk mengembangkan

penelitian karya tulis ilmiah ini.

3

Page 4: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

I.5.1 Penentuan Jenis dan Kompilasi Data

Data-data yang dipergunakan sebagai dasar dalam pembuatan serta

penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan data sekunder yang

didapatkan melalui pencatatan secara tidak langsung terhadap fenomena

yang diobservasi. Sumber-sumber data yang dapat dipakai untuk

mengumpulkan data sekunder tersebut berasal dari data statistika Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Barat, data statistika PT. Pertamina, jurnal

ilmiah, textbook, dan bahan bacaan yang terkait dengan materi yang dikaji.

Data-data yang didapat kemudian dilakukan proses kompilasi atau

pemilihan data. Bentuk dari kompilasi data tersebut dengan cara

menampilkan dalam bentuk tabel serta grafik dengan tujuan agar mampu

dilihat serta dianalisis dengan mudah oleh pembaca.

I.5.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dikerjakan dengan menggunakan komputer

meliputi pengolahan editing, dan tabulasi. Editing merupakan

pemeriksaan data yang masuk untuk menemukan kekeliruan & data yang

tidak sesuai. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh data yang valid

dan dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan Tabulating merupakan

perlakuan pada data melalui perhitungan dengan perangkat lunak

komputer.

4

Page 5: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Potensi Batubara di Indonesia

Batubara merupakan suatu jenis mineral yang tersusun atas karbon,

hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan senyawa- senyawa mineral ( Kent.A.J,

1993). Batubara digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk menghasilkan

listrik serta keperluan industri dan rumah tangga.

Indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di daerah Sumatra,

Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut Direktur Jenderal

Mineral & Batubara Kementrian Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM),

Bambang Setiawan menyatakan bahwa sumber daya dan cadangan batu bara

nasional mencapai 105,2 miliar ton. Besarnya cadangan batu bara nasional

menyebabkan peningkatan produksi batu bara setiap tahunnya. Statistik data

pasokan batu bara dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara dapat dijabarkan

sebagai berikut:

Tabel 1.0 Realisasi Produksi, Ekspor, Impor, dan Kebutuhan dalam

Negeri. Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara.

5

Page 6: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

II.2 Pemanas (Brooder) pada Industri Peternakan

Pemanas (brooder) merupakan suatu alat untuk menghangatkan ruangan

yang dibutuhkan anak ayam pada fase stater. Pada usia dini, anak ayam belum

mampu mengatur panas tubuhnya secara sempurna sehingga membutuhkan

ruangan hangat dengan sistem penghangatan khusus.

Salah satu mesin penghangat ayam yang sering digunakan oleh pelaku

industri peternakan ayam adalah mesin penghangat berbahan bakar minyak tanah.

Hal ini disebabkan harga minyak tanah mendapatkan subsidi pemerintah dan

cenderung mudah didapatkan di pasaran. Selain mesin berbahan bakar minyak

tanah, pemanas (brooder) yang digunakan oleh peternak antara lain : tungku kayu

bakar, tungku sekam, dan pemanas gas elpiji (gasolek).

II.3 Briket Batubara

Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara tipe

subbituminus dengan sedikit campuran molase (7%). Gagasan awal pembuatan

briket batubara berawal dari pemanfaatan limbah/sisa penambangan batubara

yang tidak diambil/tidak laku dijual karena ukuran butirnya tidak memenuhi

persyaratan yang diinginkan oleh pembeli (buyer).

Briket batubara tipe telur merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang

murah dan mudah dikembangkan untuk industri skala kecil khususnya mesin

penghangat peternakan ayam. Selain itu pemanfaatan briket batubara memiliki

beberapa keunggulan antara lain :

a. Tidak menghasilkan asap & bau pada saat pembakaran

b. Mudah dipindah-pindah dan tidak pecah saat diangkat

c. Suhu pembakaran relatif tetap dengan nyala api yang lama yaitu 8-10

jam.

d. Hasil pembakaran tidak mengandung gas karbonmonoksida yang

tinggi sehingga lebih ramah lingkungan.

6

Page 7: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

BAB III

HASIL & PEMBAHASAN

III.1 Produksi Industri Peternakan Ayam di Jawa Barat

Jawa Barat merupakan provinsi dengan tingkat produksi komoditas

industri peternakan ayam terbesar di Pulau Jawa dan Indonesia. Hal ini sebanding

dengan tingkat konsumsi ayam yang cukup tinggi di kalangan masyarakat Jawa

Barat. Ayam yang dikonsumsi mencakup 3 golongan antara lain : Ras Petelur, Ras

Buras, dan Ras Pedaging. Tabel statistik tingkat produksi ayam di provinsi Jawa

Barat disajikan pada Lampiran (Tabel 1.1). Berdasarkan data statistika yang

diperoleh dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 menunjukkan

bahwa daerah yang memiliki total produksi industri ayam paing tinggi adalah kota

Bogor dengan produksi 112.235.281 ekor ayam pada tahun 2012.

III.2 Akumulasi Perbandingan Harga Minyak Tanah & Briket Batubara Pada

Industri Ayam di Jawa Barat

Minyak tanah yang saat ini mayoritas digunakan oleh pelaku industri

peternakan ayam di Jawa Barat merupakan minyak tanah subsidi dengan beban

anggaran subsidi pemerintah sebesar 65% harga minyak dunia atau sebesar Rp

3.736,174/liter. Harga minyak tanah dunia periode 2013 mencapai Rp 5.747,96

per liter (Pertamina, 2013). Berdasarkan harga tersebut maka pemerintah

menetapkan harga jual eceran minyak tanah bersubsidi kepada masyarakat sebesar

Rp 2.500/liter (pasal 1 ayat 1 Permen ESDM Nomor 18 Tahun 2013). Sedangkan

harga briket batubara hanya sebesar Rp. 1000,-/kg tanpa adanya subsidi dari

pemerintah. Tabel perbandingan harga penggunaan minyak tanah & briket atubara

pada industri peternakan ayam di Jawa Barat disajikan pada tabel di bawah ini.

7

Page 8: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

NO. JENIS AYAM

TOTAL KONSUMSI

(EKOR)

PENGGUNAAN MINYAK TANAH (LITER) ASUMSI :

1000 EKOR/225 LITER

HARGA MINYAK TANAH (Asumsi :

Rp. 2.500/Liter)

BEBAN SUBSIDI PEMERINTAH

65% (Asumsi : Rp. 3.736,174/Liter)

1.AYAM RAS BURAS

27.224.219 6.125.44

9 Rp. 15.313.622.500 Rp. 22.885.774.320

2.AYAM RAS PETELUR 12.271.938 2.761.186,05

Rp. 6.902.965.125 Rp. 10.316.271.530

3.

AYAM RAS PEDAGING 610.436.303 137.348.168,20

Rp. 343.370.420.500 Rp. 513.156.655.000

JUMLAH TOTAL 649.932.460 146.234.804 Rp. 365.587.008.125 Rp.

546.358.100.850Tabel 1.2 Akumulasi Penggunaan Minyak Tanah pada Industri Peternakan Ayam

di Jawa Barat

Tabel 1.3 Akumulasi Penggunaan Briket Batubara pada Industri Peternakan

Ayam di Jawa Barat

NO. JENIS AYAM

TOTAL KONSUMSI

(EKOR)

PENGGUNAAN BRIKET

BATUBARA (KG) ASUMSI : 1000 EKOR/250

KG

HARGA BRIKET BATUBARA (Asumsi : Rp. 1.000/Liter)

BEBAN SUBSIDI PEMERI

NTAH

1. AYAM RAS BURAS

27.224.219

6.806.055 Rp. 6.806.055.000 Rp. 0

2. AYAM RAS PETELUR 12.271.938 3.067.984,50 Rp. 3.067.984.500 Rp. 0

3. AYAM RAS PEDAGING 610.436.303 152.609.075,80 Rp. 152.609.075.800 Rp. 0

JUMLAH TOTAL 649.932.460 162.483.115 Rp. 162.483.115.300 Rp. 0

8

Page 9: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

III.3 Analisis Efisiensi Nilai Harga Briket Batubara

Berdasarkan perhitungan statistik (Tabel 1.2) & (Tabel 1.3) terlihat

bahwa apabila pemerintah berhasil mendorong para peternak ayam di Jawa Barat

untuk beralih energi ke briket batubara maka pemerintah mampu melakukan

penghematan yang sangat besar di sektor peternakan ayam. Populasi total

produksi ayam di Pulau Jawa pada tahun 2012 tercatat mencapai 649.932.460

ekor. Minyak tanah yang dibutuhkan untuk penghangatan ayam tersebut sekitar

146.234.804 liter atau senilai dengan Rp. 365.587.008.125 (harga minyak tanah

nasional Rp. 2.500,00 per liter). Namun jika menggunakan briket batubara hanya

memerlukan sekitar 162.483.115 kg dengan nilai Rp. 162.483.115.300 (harga

briket batubara nasional sebesar Rp. 1.000,00/kg).

Oleh karena itu apabila seluruh peternak ayam di Jawa Barat

menggunakan briket batubara, maka pemerintah akan mampu mengurangi

persediaan minyak tanah sebanyak 146.234.804 liter atau dapat mengurangi beban

subsidi pemerintah sebesar Rp. 546.358.100.850.

Agar sasaran tersebut dapat tercapai, maka sebaiknya pemerintah

mengambil langkah kebijakan cepat dengan mengalokasikan anggaran sebesar 35

% (atau Rp. 190 miliar dari jumlah subsidi tersebut) untuk mensubsidi briket

batubara dengan rincian sebagai berikut :

30% (atau Rp.57 milyar) digunakan untuk insentif program peningkatan

produksi dan kualitas briket batubara.

30% (atau Rp. 57 milyar) digunakan untuk insentif program pengembangan

sarana dan prasarana distribusi briket batubara (minimal mencakup 1

distributor di 1 desa).

40% (atau Rp. 76 miyar) digunakan untuk insentif bagi pengusaha briket

batubara untuk menurunkan harga briket batubara menjadi Rp. 500,00/kg.

Dengan penurunan harga seperti ini, maka diharapkan seluruh peternak ayam

di Pulau Jawa beralih seluruhnya ke briket batubara.

9

Page 10: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

III.4 Strategi Optimalisasi Pengembangan Briket Batubara Pada Industri Ayam di

Jawa Barat

10

Page 11: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai efisiensi pemanfaatan briket

batubara sebagai pengganti minyak tanah dalam indutri peternakan ayam di Jawa

Barat menunjukkan bahwa penghangatan (brooder) dengan menggunakan bahan

bakar briket batubara ternyata memiliki kelebihan diantaranya : leih ekonomis,

mudah & aman dioperasikan, ramah lingkungan, serta mampu mengurangi beban

subsidi pemerintah dan ketergantungan impor minyak dunia. oleh karena itu untuk

dapat merealisasikan gagasan tersebut maka diperlukan sinergi dari berbagai

pihak seperti pemerintah, peternak, pengusaha, distributor, dan mehasiswa selaku

agent of change untuk melaksanakan program strategi pengembangan substitusi

bahan bahar berbasis briket batubara.

IV.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan antara lain : diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai perangkat pemanas yang optimal dan mungkin

dapat dikembangkan secara massal untuk industri peternakan khususnya dalam

skala kecil sehingga efektifitas penggunaan briket batubara dapat terealisasi

dengan maksimal.

11

Page 12: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Harga Bbm Industri Periode Maret. http:// www.pertamina.com .

Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2012. Populasi Ternak di Jawa Barat

tahun 2012. http://www.disnak-jabar.go.id. Diakses pada tanggal 20 Maret

2014.

Kementerian Energi & Sumberdaya Mineral. 2013. Permen ESDM pasal 1 ayat 1

tahun 2013. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.

Kent A.J. 1993. Introduction of Coal Mining. University of Arizona.

Parikesit. 2006. Pebandingan Penggunaan Briket Batubara dengan Minyak

Tanah untuk Pemanasan Anak Ayam Ras Pedaging. CV. Sinar Teknik

Utama : Bandung.

Soedjoko, TS dan Susilo, W. 1988. Briket Batubara Untuk Industri Kecil. WEC :

Jakarta. 332-390 hal.

Suhandojo. 1988. Teknik Eksploitasi & Eksplorasi Batubara. WEC : Jakarta. 71-

101 hal.

Zen MT. 1984. Sumberdaya & Industri Mineral. Universitas Gadjah Mada :

Yogyakarta.

12

Page 13: BAB IDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

13