Bab i Zakat Profesi
Transcript of Bab i Zakat Profesi
BAB I
PENDAHULUAN
Barangkali bentuk penghasilan yang paling menyolok pada zaman
sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesinya. Pekerjaan
yang menghasilkan uang ada dua macam, yaitu pertama adalah pekerjaan yang
dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, sedangkan yang kedua
adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang untuk pihak-pihak lain baik
pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah, yang
diberikan dengan tangan, ototot, otak, ataupun kedua-duanya.1
Wajibkah kedua macam penghasilan tersebut itu mengeluarkan zakat
ataukah tidak? Bila wajib berapakah nisobnya, besar zakatnya dan bagaimana
tinjauan fikih Islam tentang masalah tersebut. Dari latar belakang tersebut maka
penulis akan menjelaskan mengenai zakat profesi atau zakat jasa yang mana sudah
penulis rangkum sedemikian rupa agar mudah untuk dimengerti dan mudah untuk
dipahami oleh setiap pembaca.
1 Yusuf Qordawi, Hukum Zakat,Jakarta: Litera Antar Nusa, 1986, hal. 459.
1
BAB II
PEMBAHASAN
ZAKAT PROFESI ATAU ZAKAT JASA
A. PENGERTIAN ZAKAT PROFESI ATAU ZAKAT JASA
Zakat profesi atau jasa disebut sebagai zakat yang dikeluarkan dari sumber
usaha profesi atau pendapatan jasa. Istilah profesi , disebut sebagai profession
dalam bahasa inggris, yang dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan tetap
dengan keahlian tertentu, yang dapat menghasilkan gaji,honor,upah atau
imbalan.
Ada beberapa macam profesi yang dapat menjadi sumberzakat antara lain:
1. Profesi Dokter yang dikategorikan sebagai,( The Medical Profesion ).
2. Profesi kerja tehnik (insinyur) yang dapat dikategorikan sebagai (The
Engineering Profesion).
3. Profesi Guru,Dosen,Guru Besar atau Tenaga Pendidik yang dapat
dikategorikan sebagai (The Teacing Profesion).
Orang menyandang predikat ini. Ada kemungkinan ia dapat menjadi
subjek zakat profesi yang dapat membantu ekonomi para fakir miskin. Maka
berikutini akan kita lihat ketenan dalam hokum islam.
B. KETENTUAN HUKUMNYA
Zakat profesi hukumnya wajib bagi penghasilan bersih dari seseorang
yang telah Mendapatkan gaji,honor, atau Upah yang telah memenuhi sekurang-
kurangnya satu nishab, berdasarkan maksud perhatikan Ayat Al-Quran berikut
ini:
2
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Al-Baqarah: 267).
Mengenai ketentuan satu nishab penghasilan profesi, menjadi dua
pendapat dari kalangan Ulama Hukum Islam seperti:
1. Prof. Dr. Abdurrahman Hasan,Imam Muhammad Abu Zahrah dan
Imam Abdul Wahab Khffar menggemukakan, bahwa nishabnya
sekurang-kurangnya Lima wasaq atau 300 sha’ yang meliputi 930
liter, sehingga kadar zakatnya juga disamakan (dikiaskan) kepada
zakat pertanian yang mendapatkan pengairan dari petani (bukan tadah
Hujan);yaitu 5%.
2. Pendapat kebanyakan Ulama’ Indonesia mengatakan, bahwa satu
nishab zakat Profesi telah dikeluarkan biaya hidup seseorang. Yang
kelebihan itu di hitung dalam satu tahun lalu dikeluarkan zakatnya
2,5%.
Ini merupakan kias (analogi) dari zakat mata uang yang sudah ada
ketentuannya dalam hadist. Pendapat yang kedua iniilah yang dianggap oleh
penulis sangat cocok diterapkan untuk memasyarakatkan zakat profesi di
Indonesia. Karena obyek zakatnya adalah gaji,honor atau upah, maka kiasan
nyapun harus dianalogikan kepada zakat mata uang.
Pendapatan profesi adalah buah dari hasil kerja menguras otak dan
keringat oleh seseorang. Contoh dari pendapatan kerja profesi adalah: gaji,
upah, insentif, dll.
3
Dari uraian diatas dapat di kategorikan sejumlah pendapat yang
termaksuk zakat profesi seperti;
1. Pendapatan dari hasil kerja pada sebuah instalasi. Pendapatan yang
dihasilkan dari pekerjaan seperti ini biasanya bersifat aktif atau adanya
pemasukan pasti dengan jumlah yang relatif sama secara periodik.
2. Pendapatan dari hasil kerja profesional pada bidang pendidikan,
keterampilan dan kejuruan tertentu, dimana si pekerja mengandalkan
kemampuan atau keterampilan pribadinya seperti dokter, pengacara,
tukang cukur, artis, disainer, presenter, dll.
C. BAGAIMANA CARA MENGELUARKAN ZAKAT PROFESI
Ulama-ulama salaf yang berpendapat bahwa harta penghasilan wajib
zakat, diriwayatkan mempunyai dua cara dalam mengeluarkan zakatnya
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Az-Zuhri berpendapat bahwa bila seseorang memperoleh penghasilan
dan ingin membelanjakannya sebelum wajib zakatnya datang, maka
hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu terlebih dahulu dari
membelanjakannya, dan bila tidak ingin membelanjakannya maka
hendaknya ia mengeluarkan zakatnya bersama dengan kekayaannya
yang lain-lain.2
2. Makhul berpendapat bahwa bila seseorang harus mengeluarkan zakat
pada bulan tertentu kemudian memperoleh uang tetapi kemudian
dibelanjakannya, maka uang itu tidak wajib zakat, yang wajib zakat
hanya uang yang sudah datang bulan untukmengeluarkan zakatnya
tersebut. Tetapi bila ia tidak harus mengeluarkan zakat pada bulan
tersebut, kemudian ia memperoleh uang, maka ia harus mengeluarkan
zakatnya pada waktu uan tersebut diperoleh.3
D. NISOB ZAKAT PROFESI
2 Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannif, Jilid 4 , hal.30.3 Ibid.
4
Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat
tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan
520 kg beras. Hal ini berarti bila harga beras adalah Rp 4.000/kg maka nisab
zakat profesi adalah 520 dikalikan 4000 menjadi sebesar Rp 2.080.000.
Namun mesti diperhatikan bahwa karena rujukannya pada zakat hasil
pertanian yang dengan frekuensi panen sekali dalam setahun, maka
pendapatan yang dibandingkan dengan nisab tersebut adalah pendapatan
selama setahun.
Penghasilan profesi dari segi wujudnya berupa uang. Dari sisi ini, ia
berbeda dengan tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena
itu kadar zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu
2,5% dari seluruh penghasilan kotor.4
E. PRESENTASE VOLUME ZAKAT PROFESI
Persentase yang dikeluarkan dari pendapatan dari hasil kerja profesi
relatif, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk zakat pendapatan aktif volume persentase zakat yang dikeluarkan
adalah 2,5 % dari sisa aset simpanan dan telah mencapai nisab pada akhir
masa haul.
2. Untuk zakat pendapatan pasif dari hasil kerja profesi persentase zakat yang
dikeluarkan adalah 10 % dari hasil total pendapatan kotor atau 5 % dari
pendapatan bersih setelah dipotong pengeluaran untuk kebutuhan primer
dan operasional.5
F. CARA MENGHITUNG ZAKAT PROFESI
Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan
menurut dua cara:
1. Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor seara
langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat
4 http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Profesi5 Mufraini, M.Arief, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 81.
5
dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Contoh:
Seseorang dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib
membayar zakat sebesar: 2,5% X 3.000.000=Rp 75.000 per bulan atau Rp
900.000 per tahun.
2. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, zakat dihitung 2,5% dari gaji
setelah dipotong dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil
diterapkan oleh mereka yang penghasilannya pas-pasan. Contoh:
Seseorang dengan penghasilan Rp 1.500.000,- dengan pengeluaran untuk
kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar
zakat sebesar : 2,5% X (1.500.000-1.000.000)=Rp 12.500 per bulan atau
Rp 150.000,- per tahun.
Pendapat lain tentang perhitungan zakat profesi diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Penentuan nisab dan kadar zakat profesi. Mohammad Taufik Ridho di
dalam bukunya Zakat Profesi dan Perusahaan yang diterbitkan oleh
Institut Manajemen Zakat bekerja sama dengan BAMUIS BNI
mengemukakan bahwa ada 4 pendapat dalam mengqiyaskan hukum untuk
menentukan *nisab* dan tarif zakat profesi sebagaimana table berikut:
Kategori Nisob TarifA Zakat Pertanian = 653 kg gabah 5%B Zakat Emas = 96 gram emas 2.5%C Pertanian Konversi = 250 kg beras 2.5%D Pertanian Siap Saji= 653 kg beras 2.5%
2. Cara menghitung zakat profesi apakah dari penghasilan netto atau bruto.
Untuk cara yang pertama, untuk menentukan besarnya zakat profesi yang
dikeluarkan pemilik harta terlebih dahulu mengurangi penghasilan yang
mereka terima dengan kebutuhan pokok minimum pemilik harta tersebut.
Ada beberapa versi dalam menentukan standar hidup minimal. Sekedar
contoh, menurut Bank Dunia standar hidup minimal adalah $2 per jiwa
perhari. Jika menggunakancara yang kedua, begitu menerima penghasilan
6
pemilik harta tersebut segera menentukan zakatnya tanpa menguranginya
dengan kebutuhan pokok minimum.
Mengacu pada dua permasalahan di atas, jika seseorang professional muda
(belum menikah) memiliki total penghasilan Rp. 10.000.000,- per bulan
dengan metode penghitungan pertama yakni penghasilan netto dengan asumsi
kebutuhan pokok minimum professional muda tersebut adalah Rp. 2.500.000
per bulan, maka zakat yang harus dikeluarkan ditunjukkan sebagaimana tabel
berikut:
Penghasilan netto = (Rp. 10.000.000 – Rp. 2.500.000) = Rp. 7.500.000,-
(wajib zakat karena telah melampaui nisab baik zakat pertanian maupun zakat
emas (uang)
Zakat Profesi = Rp. 7.500.00 x 2,5 % = *Rp. 375.000,00*
Dengan cara yang sama, zakat profesi untuk kategori (B) = Rp. 187.500,00,
(C) = Rp. 187.500,00 dan (D) = Rp. 187.500,00
Keberagaman pendapat dalam menentukan zakat profesi yang
dikemukakan oleh kalangan ulama identik dengan selalu adanya pilihan
alternative, keringanan dan kemudahan dalam membayar zakat. Di tambah
dengan berbagai fasilitas yang disediakan oleh Lembaga Pengelola Zakat baik
BAZ maupun LAZ, membayar zakat menjadi mudah, praktis dan
menyenangkan. Itulah kenapa BAZNAS-DD, pada Ramadhan tahun lalu
pernah mengusung tema "Ternyata Zakat Ringan". Dua setengah persen
terlalu kecil nilainya untuk adzab Allah yang sangat pedih sebagai ancaman
bagi orang yang enggan menunaikan kewajiban zakat. Sementara dua
setengah persen sangat besar manfaatnya untuk meringankan beban derita
kaum dhuafa yang tak kunjung reda.6
6 Darul Amna. http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-zakat/1180-zakat-profesi, tanggal 12 April 2013, jam 09.00 wib
7
8
BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya
pendapatan dari hasil profesi termasuk hal yang tidak terbebas dari zakat.
Islam mewajibkan zakat atas harta benda yang mencapai nisab, bersih dari
hutang, serta harta tersebut lebih dari kebutuhan pokok pemiliknya. Karena
zakat hanya dipungut dari orang-orang kaya.
Barangkali bentuk penghasilan yang paling menyolok pada zaman
sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesi. Dengan
demikian apabila seseorang dengan penghasilan profesinya ia menjadi kaya,
maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika hasilnya tidak
mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarganya), maka ia menjadi mustahiq
(penerima zakat). Sedang jika hasilnya hanya sekedar untuk menutupi
kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit maka baginya tidak wajib zakat.
Kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan pokok, yakni, papan,
sandang, pangan dan biaya yang diperlukan untuk menjalankan profesi
Zakat profesi sejalan dengan tujuan disyariatkannya zakat, seperti untuk
membersihkan dan mengembangkan harta serta menolong para mustahiq. Zakat
rofesi juga mencerminkan rasa keadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam,
yaitu kewajiban zakat pada semua penghasilan dan pendapatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Darul Amna. http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-zakat/1180-zakat-profesi, tanggal 12 April 2013, jam 09.00 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Profesi
Mufraini, M.Arief, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta: Kencana, 2006.
Yusuf Qordawi, Hukum Zakat, Jakarta: Litera Antar Nusa, 1986.
10