Bab i uns

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BLU merupakan salah satu produk reformasi sistem keuangan negara. Kisahnya dimulai di era Orde Baru. Saat itu dan beberapa tahun pascareformasi, Indonesia masih menggunakan sistem penganggaran tradisional, yang mendahulukan input daripada output. Penganggaran semacam ini akhirnya disadari merugikan negara karena sifatnya yang incrementalism dan line-item, contohnya item anggaran hanya ditambah atau dikurangi nominalnya atas dasar data tahun sebelumnya tanpa ada kajian yang lebih mendalam (Mardiasmo, 2009). Karenanya, salah satu aspek reformasi sistem keuangan negara adalah mengubah sistem penganggaran kuno ini menjadi penganggaran berbasis kinerja, yang merupakan paham New Public Management (NPM). Diharapkan, penganggaran ini dapat mencerminkan pengeluaran/pendapatan yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan/unit sehingga masing-masing kegiatan/program/unit dapat diukur kinerjanya. 1

Transcript of Bab i uns

Page 1: Bab i uns

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BLU merupakan salah satu produk reformasi sistem keuangan negara.

Kisahnya dimulai di era Orde Baru. Saat itu dan beberapa tahun

pascareformasi, Indonesia masih menggunakan sistem penganggaran

tradisional, yang mendahulukan input daripada output. Penganggaran

semacam ini akhirnya disadari merugikan negara karena sifatnya yang

incrementalism dan line-item, contohnya item anggaran hanya ditambah atau

dikurangi nominalnya atas dasar data tahun sebelumnya tanpa ada kajian

yang lebih mendalam (Mardiasmo, 2009).

Karenanya, salah satu aspek reformasi sistem keuangan negara

adalah mengubah sistem penganggaran kuno ini menjadi penganggaran

berbasis kinerja, yang merupakan paham New Public Management (NPM).

Diharapkan, penganggaran ini dapat mencerminkan pengeluaran/pendapatan

yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan/unit sehingga masing-masing

kegiatan/program/unit dapat diukur kinerjanya.

Lalu, dengan adanya UU Nomor 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2005, terbukalah kesempatan bagi instansi

pemerintah untuk menerapkan basis kinerja baru: Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum. Hakikatnya, BLU merupakan instansi pemerintah

(bertanggung jawab pada kementerian tertentu) yang memberikan pelayanan

pada publik, yang dalam aktivitasnya mengikuti prinsip efisiensi, efektivitas,

dan produktivitas.

1

Page 2: Bab i uns

Sejalan dengan telah disetujuinya UNS menjadi Badan Layanan

Umum oleh Menteri Keuangan yang tertuang dalam Keputusan Menteri

Keuangan Nomor : 52/KMK.05/2009 tertanggal 27 Februari 2009, UNS

dinyatakan sebagai salah satu dari beberapa PTN di Indonesia yang berubah

statusnya menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Penyempurnaan Tata

Kelola UNS pun dilakukan dengan menetapkan Kerangka Pengembangan

Pola BLU UNS yakni Organisasi dan Tatalaksana, Akuntabilitas dan

Transparansi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana implementasi BLU di Universitas Sebelas Maret?

2

Page 3: Bab i uns

BAB II

PEMBAHASAN

Di sebuah universitas, dalam situasi adanya UU Pendidikan Tinggi,

salah satu perubahan yang menarik adalah adanya one-gate-policy di level

rektorat. Kebijakan ini merupakan pengaturan dimana seluruh penerimaan

dana akan melalui satu pintu di universitas. Model pengelolaan BLU atau PT

badan hukum tentunya akan menggunakan kebijakan ini. Konsekuensi

adalah sistem keuangan yang terintegrasi mulai dari perencanaan kegiatan,

penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan ujungnya pelaporan. Hal ini

tidaklah mudah karena masih memerlukan pengintegrasian dari seluruh unit

kerja yang ada di masing-masing fakultas.

Pada saat ini Unit kerja di bawah Fakultas-Fakultas masih

diperbolehkan untuk menerima dana dari luar berupa dana penelitian,

kerjasama dan/atau pelatihan/seminar/workshop. Kebijakan one-gate

memaksa penerimaan dana harus melalui satu rekening di Universitas.

Gambaran tentang alur penerimaan dulu dan saat ini dapat dilihat pada

gambar berikut :

3

Page 4: Bab i uns

Model penerimaan ini diubah menjadi sebagai berikut:

 

Dengan melihat alur saat one-gate-policy ini diberlakukan, maka

semua rekening di fakultas dan di unit penelitian harus dihapus, diganti

dengan rekening rektor. Logikanya Sisa Hasil Usaha (SHU) dari unit kerja

yang biasanya di simpan di rekening unit kerja atau fakultas, harus dikirim ke

universitas. Dalam rangka kebijakan one-gate-policy ini, yang menjadi

kekhawatiran pengelola unit-unit penelitian adalah:

Turunnya dana dari pihak universitas sulit, dan akan terlambat

sehingga membuat program penelitian terlambat pula.

Dana penelitian yang masuk melalui universitas bisa dipotong oleh

pihak rektorat tanpa ada negosiasi.

Dana yang masuk ke sebuah unit, bisa dipergunakan oleh Unit Kerja

lainnya. Dikhawatirkan dapat terjadi kesulitan cash-flow proyek

penelitian kalau terjadi percampuran ini.

Sisa Hasil Usaha yang dihasilkan oleh sebuah unit kerja, bisa

tercampur dengan sisa hasil usaha/kerugian dari unit kerja lainnya.

Akibat dari situasi ini, maka tidak ada insentif bagi unit yang penghasil

dan efisien.

4

Page 5: Bab i uns

Sebagai catatan: Di unit penelitian sangat membutuhkan dana yang disebut

sebagai prefinancing fund. Prefinancing ini dipergunakan untuk mendanai

terlebih dahulu atas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan karena biasanya

dana cair setelah kontrak ditanda-tangani. Dana ini biasanya diambil dari

SHU (sisa hasil usaha).

Para pengelola unit penelitian merasakan bahwa masa depan unit

penelitian akan suram dengan one-gate policy. Sebagian pengelola unit

penelitian bahkan sudah berusaha membikin lembaga penelitian swasta, di

luar universitas untuk mengelola proyek penelitian.

Pola Tata Kelola BLU UNS

Penyempurnaan tata kelola UNS, dilakukan dengan menetapkan:

1. Organisasi dan Tatalaksana (struktur organisasi, prosedur kerja,

ketersediaan dan rencana pengembangan SDM)

2. Akuntabilitas (kebijakan, mekanisme/prosedur, media

pertanggungjawaban program, kegiatan, dan keuangan)

3. Transparansi (akses dan media untuk masyarakat mengetahui

pelaksanaan/kinerja UNS)

Hasil analisis kondisi tata kelola UNS sebelum penerapan PPK-BLU :

1. Kekurangjelasan prosedur, kewenangan, dan mekanisme kerja

administrasi di berbagai bidang

2. Belum mantapnya Pola Tata Kelola di UNS, terutama dibidang

pengendalian kegiatan dan pengelolaan asset (Keuangan dan SDM)

serta Sistem Informasi

3. Inefisiensi dalam pengelolaan sumber daya

4. Hambatan birokrasi dan peraturan perundangan yang berlaku

5

Page 6: Bab i uns

Penyempurnaan Tata Kelola UNS dengan penerapan BLU, dilakukan

melalui:

1. Perbaikan kualitas layanan dengan prinsip efisiensi, relevansi,

transparansi dan akuntabilitas

2. Perbaikan manual mutu & sistem informasi, agar unit kerja di UNS

memiliki kapasitas dan kecepatan yang memadai dalam membuat

perencanaan dan keputusan

3. Dukungan Hibah untuk perbaikan manajemen

Struktur Organisasi setelah penerapan BLU

Best practices kondisi eksisting dipertahankan dan dikembangkan

efektivitasnya dengan penguatan akuntabilitas, transparansi organisasi, dan

efisiensi yang menjadi tujuan utama untuk membangun kesehatan organisasi

dan perbaikan layanan di di UNS

Maka UNS membentuk:

Dewan Pengawas, yang bertugas melakukan pengawasan terhadap

pengelolaan universitas

Unit Usaha, yang bertugas mengembangkan kegiatan usaha sebagai

upaya meningkatkan pendapatan di luar anggaran APBN dan PNBP

Akuntabilitas UNS mencakup mekanisme/prosedur pencapaian tujuan yang

didalamnya mengandung kebijakan-kebijakan mulai dari perencanaan hingga

pertanggungjawaban, meliputi:

Akuntabilitas program

Akuntabilitas kegiatan

Akuntabilitas keuangan

6

Page 7: Bab i uns

Asas Pengelolaan Keuangan BLU UNS:

1. Tertib, dikelola secara tepat waktu dan tepat guna didukung dengan

bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan

2. Taat pada peraturan perundangan yang berlaku, harus

berpedoman pada peraturan perundang-undangan

3. Efektif, pencapaian program dengan target yang ditetapkan, yaitu

dengan membandingkan keluaran dan hasil

4. Efisien, merupakan pencapaian maksimum dengan masukan tertentu

atau penggunan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu

5. Ekonomis, perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu

pada tingkat harga terendah

6. Transparan, prinsip keterbukaan yang memungkinkan sivitas

akademika mengetahui dan mendpatkan akses informasi seluas-

luasnya tentang keu BLU-UNS

7. Bertanggung jawab, perwujudan kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam

pencapaian tujuan

8. Keadilan, keseimbangan distribusi kewengangan dan pendanaanya

dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan

pertimbangan yang obyektif

9. Kepatutan, tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar

dan profesional

10.Manfaat untuk civitas akademika dan masyarakat, PK BLU UNS

diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan civitas akademika dan

masyarakat.

7

Page 8: Bab i uns

Keuntungan FLEKSIBILITAS PK BLU Bagi UNS:

• Pendapatan yang diperoleh universitas dapat digunakan langsung

• Belanja menjadi fleksible budget dengan ambang batas

• Pengelolaan Kas dengan pemanfaatan idle cash, hasilnya digunakan

untuk BLU

• Pengelolaan Piutang, dapat memberikan piutang usaha

• Dapat melakukan utang sesuai jenjang, tanggung jawab pelunasan pada

BLU

• Investasi jangka pendek oleh BLU, jangka panjang melalu ijin Menkeu

• Pengelolaan Barang dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan,

barang inventaris dapat dihapus BLU

• Akuntansi sesuai dengan standar akuntansi keuangan IAI

• Remunerasi dilakukan sesuai tingkat tanggung jawab dan

profesionalisme

• Surplus/Defisit, surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya, defisit

dapat dimintakan dari APBN

• Pegawai PNS dan Profesional Non-PNS

• Organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada K/L & BLU ybs.

8

Page 9: Bab i uns

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pergantian menjadi BLU pun jika dicermati tidak membawa dampak

yang terlalu buruk. Hanya sedikit keleluasaan dalam berotonomi yang

menjadi terbatasi. BLU sendiri merupakan wujud transformasi manajemen

sektor publik di Indonesia. Ini direalisasikan dengan diadopsinya  konsep

NPM di Indonesia, yang diejawantahkan dalam reformasi sistem keuangan,

yang sampai saat ini belum selesai.

Sebenarnya, apapun status PT, bukanlah sebuah masalah yang

besar. Yang perlu dijadikan perhatian oleh pemerintah dan pengelola PT

adalah masyarakat yang memiliki hak untuk mengenyam pendidikan hingga

perguruan tinggi. Apapun status PT dan bagaimanapun kebijakannya,

sepatutnyalah berpihak kepada masyarakat. Pun tidak hanya kepada kaum

elite yang dapat membayar tinggi untuk diterima di PT, tetapi juga mereka

kaum akar rumput yang ingin mendapatkan ilmu di bangku perkuliahan.

B. Saran

Seharusnya, institusi pendidikan tinggi diberi kewenangan untuk

memberi pelayanan kepada masyarakat  terkait dengan pelayanan jasa non

kependidikan. Jadi lembaga ini tidak hanya “menjual” jasa pendidikan saja,

seperti:  jasa kurikuler, penelitian, pengabdian masyarakat, administrasi

pendidikan dan co-kurikuler, akan tetapi juga semestinya bisa “menjual” jasa

layanan masyarakat yang memiliki relevansi dengan kepentingan

pengembangan pendidikan. Jadi yang diukur adalah produk dan

pendayagunaannya yang dihasilkan melalui usaha-usaha tersebut, meskipun

usaha itu bercorak non kependidikan.

9

Page 10: Bab i uns

DAFTAR PUSTAKA

Djafar Saidi, Muhammad, 2011, Hukum Keuangan Negara, Edisi Revisi,

Jakarta: Rajawali Pers

Sumber lain:

http://bozded.blogspot.com Diakses pada tanggal 8 Desember 2012

http://blu.staff.uns.ac.id Diakses pada tanggal 8 Desember 2012

http://nursyam.sunan-ampel.ac.id Diakses pada tanggal 8 Desember 2012

http://lpmnovum.blogspot.com Diakses pada tanggal 8 Desember 2012

10