BAB I - Universitas Pasundanrepository.unpas.ac.id/28614/15/BAB V.doc · Web viewJenis pipa yang...
Transcript of BAB I - Universitas Pasundanrepository.unpas.ac.id/28614/15/BAB V.doc · Web viewJenis pipa yang...
V-1
BAB 5
SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM
5.1 Umum
Kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih Kota
Mataram, sehingga jaringan yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan
teknis dan hidrolis serta ekonomis.
Sistem distribusi air bersih bertujuan untuk mengalirkan/membagikan air
bersih ke seluruh daerah pelayanan dengan merata dan berjalan secara terus
menerus sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk kelancaran sistem
pendistribusian tersebut, perlu diperhatikan faktor-faktor berikut :
Tersedianya tekanan yang cukup pada jaringan pipa distribusi, sehingga air
masih bisa mengalir ke konsumen dengan sisa tekanan yang cukup.
Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan penduduk/konsumen dan dapat
melayani 24 jam.
Kualitas air bersih terjamin mulai dari pipa distribusi sampai ke konsumen.
Sistem distribusi air bersih merupakan jaringan perpipaan yang
mengalirkan air bersih dari sumber/instalasi ke daerah pelayanan. Secara
sederhana suatu sistem distribusi sir bersih dapat dilihat pada ilustrasi gambar
berikut :
Gambar 5.1 Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Gravitasi
V-2
Gambar 5.2 Sistem Distribusi Air Bersih Sistem Pompa
Sistem distribusi air bersih yang ada dan akan dikembangkan di Kota
Mataram adalah dengan menggunakan gambar sistem pertama yaitu dengan
aliran gravitasi.
Sistem distribusi air bersih Kota Mataram terdiri dari :
Reservoir Distribusi
Sistem Jaringan Perpipaan
Perlengkapan / Peralatan Distribusi
5.2 Pertimbangan Pemilihan Jaringan Perpipaan
5.2.1 Kriteria Perencanaan
Diameter pipa dihitung berdasarkan debit aliran puncak jam
(peak hour).
Kecepatan aliran rata-rata aliran dalam pipa.
Jalur perpipaan harus diatur sebagai berikut :
- Terletak di tanah pemerintah atau umum (misalnya di pinggir
jalur
umum).
- Pipa yang menyebrangi jalan umum harus dilindungi.
Setiap sambungan (fitting) harus diberi bantalan (trust block) yang
ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Ke dalam pipa minimal 90-120 cm untuk pipa diameter < 900 mm, dan
150 cm untuk pipa dengan diameter > 1000 mm.
Tekanan yang terjadi dalam pipa tidak boleh melebihi 70% tekanan
pipa yang yang diijinkan.
Tekanan minimum pada pipa induk adalah 1 kg/cm2.
V-3
5.2.2 Klasifikasi Jaringan Perpipaan
Jaringan perpipaan air bersih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pipa induk (pipa utama/primer)
2. Pipa cabang (pipa sekunder)
3. Pipa pelayanan (pipa tersier)
Tujuan dan pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah untuk
memisahkan bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga
memberikan keuntungan seperti :
Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang mengalir.
Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.
Meratakan sisa tekanan dalam jaringan perpipaan,m sehingga setiap
daerah pelayanan mendapatkan sisa tekanan relatif tidak jauh berbeda.
Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika
dilakukan perluasan dan pengembangan tidak perlu mengganti
jaringan yang sudah ada, dengan catatan masih memenuhi syarat
kriteria hidrolis.
Jaringan perpipaan distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Pipa Hantar Distribusi (Feeder System)
Pipa hantar dalam pipa distribusi biasanya memberikan bentuk atau
kerangka dasar sistem distribusi. Tidak dibenarkan sambungan
rumah pada sistem pipa hantar distribusi ini.
Pipa hantar distribusi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Pipa Induk Utama (Primary Feeder)
Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai
jangkauan terluas dan diameter terbesar. Pipa ini melayani dan
membagikan ke tiap blok-blok pelayanan di daerah pelayanan,
dan disetiap blok memiliki satu atau dua titik penyadapan
(tapping) yang dihubungkan dengan pipa induk sekunder
(secondary feeder).
V-4
Secara fisik pipa induk utama dibatasi dengan :
- Dimensinya direncanakan untuk dapat mengalirkan air sampai
dengan akhir perencanaan dengan debit jam puncak.
- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.
- Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan tinggi.
b. Pipa Induk Sekunder (Secondary Feeder)
Merupakan jenis hantaran yang kedua dari suatu sistem jaringan.
Pipa ini meneruskan air dari pipa induk utama ke tiap-tiap blok
pelayanan. Pipa ini selanjutny mempunyai percabangan terhadap
pipa service.
Secara fisik pipa induk sekunder dibatasi sebagai berikut :
- Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen
- Dimensi dihitung berdasarkan banyaknya sambungan yang
melayani konsumen.
- Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih rendah dari pipa
induk utama.
2. Pipa Pelayanan Distribusi
Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder
dan langsung melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung
pada besarnya pelayanan terhadap konsumen.
Sistem pipa ini dibedakan menjadi :
a. Pipa Cabang (Small Distribution Main)
Dapat mengalirkan langsung ke rumah dan dapat mengalirkan ke
pipa yang lebih kecil.
b. Pipa Service (Service Line)
Pipa ini merupakan pipa sambungan rumah
V-5
5.2.3 Jenis perlengkapan Pipa
5.2.3.1 Jenis Pipa
Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Ketentuan dan daya tahan terhadap tekanan yang terdiri dari :
- Tekanan dari dalam, yaitu tekanan statik dan water hammer
- Tekanan dari luar pipa, yaitu tekanan tanah dan air tanah, serta
beban dari tanah permukaan, misalnya lalu lintas dan lain-lain.
Diameter yang tersedia di pasaran
Daya tahan terhadap korosif dari luar dan dalam
Kemudahan dan pengadaan, pengangkutan dan pemasangan di
daerah yang bersangkutan
Harga pipa dan pemeliharaan.
a. Pipa Induk
Jenis pipa yang umum digunakan untuk pipa induk adalah ACP
(Asbestos cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP
(Galvanis Iron Pipe), PVC (Poly Vynil Chloride) dan Steel Pipe.
- Pipa ACP (Asbestos Cement Pipe)
Jenis pipa ini dibuat dari campuran semen dan asbes, diameter
terkecilnya yaitu 130 cm dan daya tahan tekannya 3,5 kg/cm2
sampai 14 kg/cm2 tidak dipengaruhi asam, asin dan tahan terhadap
material yang bersifat korosif Akan tetapi mempunyai kelemahan
yakni mudah retak dan pecah selam perjalanan angkutan serta
tidak tahan terhadap beban luar.
- DCIP (Ductile Cast Iron Pipe)
Jenis pipa yang terbuat dari besi tuang yang dilapisi oleh lapisan
anti korosi Jenis pipa ini sangat kuat, berat, tahan lama tetapi
harganya mahal.
- GIP (Galvanis Iron Pipe)
Jenis pipa ini dibuat dari baja atau besi tempa, umumnya tahan
terhadap beban luar maupun dalam dan umumnya digunakan pada
V-6
saluran-saluran yang memerlukan tiang penyangga di bawah jalan
kereta api atau jalan raya serta pada perlintasan sungai (jembatan
pipa) Pipa ini tidak tahan terhadap material korosif dan
memerlukan banyak waktu untuk penyambungan serta mahal
harganya.
- PVC (Poly Vynil Chloride)
Pipa ini bersifat fleksibel, panjang pipa biasanya 6 meter. PVC
anti karat dan tahan terhadap zat kimia serta tidak mudah terbakar,
sehingga dapat diterapkan dalam pemasangan di rumah-rumah.
Konstruksi pipa PVC ringan sehingga mudah dalam transportasi
dan biayanya lebih ekonomis, sering dipergunakan sebagai
pelindung kabel listrik dan telekomunikasi karena pipa ini
mempunyai sifat non-konduktifitas elektrik yaitu tidak
menghantarkan arus listrik. Permukaannya licin sehingga tidak
menghambat aliran air dan dapat mengurangi timbulnya endapan.
Dengan melihat kondisi di daerah perencanaan maka untuk pipa
induk dipergunakan jenis pipa PVC dengan pertimbangan
kemudahan konstruksi dan lebih ekonomis. Khusus untuk
perlintasan pipa digunakan jenis pipa GIP.
Dengan melihat jalur distribusi dan kondisi yang ada maka
disimpulkan bahwa untuk pipa pelayanan digunakan pipa PVC.
Karakteristik jenis pipa dapat dilihat pada Tabel 5.1
V-7
Tabel 5.1 Karakteristik Beberapa Jenis PipaJenis Pipa Keuntungan Kelemahan
CIP - Kuat dan tahan korosi - Lemah terhadap tekanan / benturan - Mudah dipotong - Berat - Mechanical joint flexible - Membutuhkan perlindungan terhadap - Konstruksinya mudah terlepasnya sambungan - Tersedia dia. 75 mm - 1500 mm - Terjadi korosi pada permukaan sambungan bila terdapat humus / terjadi oksidasi.
DCIP - Kuat dan tahan korosi - Berat - Mudah dalam pemasangan - Membutuhkan perlindungan terhadap - Mechanical joint flexible terlepasnya sambungan - Sambungannya bermacam-macam - Untuk ukuran pipa besar, sulit memperbaiki - Tersedia dia. 75 mm -1500 mm dari dalam - Tahan benturan - Terjadi korosi pada permukaan sambungan bila terdapat humus / terjadi oksidasi. - Mahal
GIP - Kuat dan ringan - Membutuhkan expansion joint atau fleksible - Tersedia dia. 0,5 - 6 " joint - Tahan benturan - Lemah terhadap korosi elektris - Tidak perlu dijaga terhadap lepasnya - Membutuhkan banyak waktu untuk lining sambungan (dengan menggunakan dan welding welding joint)
ACP - Tahan terhadap korosi - Lemah terhadap benturan - Sambungan fleksibel - Sheer strength kecil - Ringan dan mudah dipasang - Membutuhkan banyak perlindungan terhadap - Kekasaran dalam tidak berubah lepasnya sambungan - Murah - Mudah teknis akibat kualitas air dan tanah - Tersedia dia. 50 - 600 mm
PVC - Tahan terhadap korosi - Lemah terhadap benturan pada temperatur - Sambungan fleksibel rendah - Ringan dan mudah dipasang - Lemah terhadap panas sinar ultraviolet dan - Kekasaran dalam tidak berubah larutan organik - Murah - Membutuhkan expansion joint dan fleksible - Tersedia dia. 0,5 - 16 " joint - Tahan terhadap tanah agresif - Defleksi yang besar
V-8
5.2.3.2 Perlengkapan Pipa
Perlengkapan pipa berfungsi agar jaringan perpipaan berjalan dengan
baik sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Beberapa
perlengkapan perpipaan beserta fungsinya dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Katup (valve)
Berfungsi untuk mengatur arah aliran dalam pipa dan menghentikan
aliran air terutama bila satu bagian jalur pipa akan dites, diperiksa
dan diperbaiki. Katup ditempatkan pada :
Perlintasan pipa / jembatan pipa
Pada setiap jarak 3000 m
Setiap titik pengambilan / penyadapan, perubahan arah
aliran
Titik penguras.
Ada beberapa tipe katup (valve) :
- Gate Valve
Dipergunakan pada pipa induk terutama untuk pipa yang
berdiameter besar. Keuntungannya tahan terhadap tekanan besar.
Kehilangan tekanan hampir tidak ada.
- Globe Valve
Digunakan pada pipa yang berdiameter kecil. Keuntungannya
relatif lebih murah dan mudah dalam perbaikannya. Kerugiannya
kehilangan tekanan cukup besar.
b. Katup Pelepas Udara (Air Release Valve)
Berfungsi untuk membuang udara yang terakumulasi dalam pipa.
Katup pelepas udara ditempatkan pada :
Tempat-tempat yang tinggi
Jalur mendatar setiap jarak 75 m -100 m
Jembatan pipa
V-9
c. Altitude Valve (Katup elevasi, pakai pelampung)
Digunakan pada tangki elevasi (menara air)., yang apabila tangki
terisi penuh akan menutup secara otomatis dan membuka jika
tekanan pada sistem distribusi lebih rendah daripada tekanan dalam
tangki.
d. Katup Penguras (Blow Oil Valves)
Berfungsi untuk menguras kotoran / Lumpur yang terakumulasi
pada pipa distribusi. Diameter blow off valve berkisar antara ¼ - ½
dan diameter pipa distribusi. Katup ini ditempatkan pada :
Tempat - tempat yang rendah, dimana kotoran / lumpur akan
terakumulasi (akibat dari pengurasan / pembilasan pada pipa
dan interusi air jika terjadi perbaikan jaringan pada sistem pipa)
Ujung-ujung saluran yang mendatar dan menurun
Penempatannya harus dekat dengan saluran pembuangan.
e. Blok penahan & Jangkar (Thrust Block & Angker)
Berfungsi untuk mengimbangi tekanan yang ditimbulkan oleh air,
sehingga peralatan (fitting) tidak bergerak jika diberikan tekanan.
Blok penahan ini akan memberikan atau memindahkan beban dan
fitting-fitting pada tanah sekitarnya. Penempatannya di :
Pada belokan
Pada jalur pipa yang miring
Pada perubahan dimensi pipa
Ujung pipa
f. Hidrant Kebakaran (Fire Hydrant)
Berfungsi untuk kebutuhan pemadam kebakaran, dan dapat pula
berfungsi sebagai alat untuk penggelontoran dalam rioolering
Penempatannya di :
Daerah padat penduduk
Persimpangan jalan
Kantor-kantor pemerintah
Pusat-pusat perdagangan (Central Business District)
V-10
g. Sambungan (Fitting)
Berfungsi untuk :
Menyambung pipa pada jenis dan ukuran pipa yang sama
ataupun berbeda, coupling joint, mechanical joint, reducer, dsb.
Mengubah dan membagi aliran digunakan : elbow/bend, tee,
cross joint, caps, plugs, atau blin flange.
h. Meter Air (Water Meter)
Berfungsi untuk mengukur kuantitas air yang digunakan oleh
konsumen. Ditempatkan pada :
Sambungan ke rumah-rumah, digunakan untuk menghitung
pemakaian air perbulannya.
Pada instansi, digunakan untuk mengetahui pemakaian air oleh
penduduk, mengetahui jumlah kebocoran air atau mengevaluasi
jumlah air yang hilang.
i. Stop Kran
Berfungsi untuk mengatur aliran air pada saat operasi.
Penempatannya di :
Pada titik awal pipa pelayanan dan dipasang seri dengan water
meter.
j. Kran Umum (Public Tap)
Berfungsi sebagai sarana pelayanan air bersih untuk keperluan
umum. Penempatannya ditentukan berdasarkan :
Keadaan sosial ekonomi penduduk
Kepadatan penduduk
Kondisi daerah pelayanan
Penempatan karan umum diusahakan pada daerah padat penduduk
yang tidak mungkin dilayani langsung.
V-11
k. Bangunan Perlintasan (Cross Way)
Dibuat apabila jaringan pipa melewati :
Jalan raya
Rel kereta api
Sungai
5.3 Pemilihan Pola Jaringan Perpipaan
Pola jaringan sistem perpipaan distribusi air bersih umumnya, dapat
diklasifikasikan menjadi :
Sistem jaringan melingkar (Grid System/Loop).
Sistem jaringan cabang ( Branch System).
Sistem kombinasi dri kedua sistem tersebut.
Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan yang ada dan
jalan rencana, topografi, pola perkembangan daerah pelayanan dan lokasi
instalasi pengolahan. Gambar berikut dapat memberikan ilustrasi tentang
bentuk dan sistem jaringan pipa distribusi tersebut.
Gambar 5.3 Sistem Loop
V-12
Gambar 5.4 Sistem Cabang
Gambar 5.5 Sistem Gabungan
a. Sistem Jaringan Perpipaan Melingkar
Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa pipa induk dan pipa
cabang yang saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk loop
(melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari
pipa induk dilakukan penyambungan (tapping) oleh pipa cabang dan
selanjutnya dri pipa cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen.
Dari segi ekonomis sistem ini kurang menguntungkan, karena diperlukan pipa
yang lebih panjang, katup dan diameter pipa yang bervariasi. Sedangkan dari
segi hidrolis (pengaliran) sisten ini lebih baik karena jika terjadi kerusakan
pada sebagian blok dan selama diperbaiki, maka yang lainnya tidak
mengalami gangguan aliran karena masih dapat pengaliran dari loop lainnya.
V-13
Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk daerah dengan
karakteristik sebagai berikut :
- Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah
- Pola jaringan jalannya berhubungan satu dengan lainnya
- Elevasi tanahnya relatif datar
b. Sistem Jaringan Bercabang
Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)
disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa
cabang lainnya, sampai akhirnya pada pipa yang menuju ke konsumen.
Dari segi ekonomis sistem ini menguntungkan, karena panjang pipa lebih
pendek dan diameter pipa kecil. Namun dari segi teknis pengoperasian
mempunyai keterbatasan, diantaranya :
- Timbulnya rasa, bau akibat adanya ”air mati” pada ujung-ujung pipa
cabang. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengurasan secara
berkala dan menyebabkan khilangan air yang cukup banyak.
- Jika terjadi kerusakan akan terdapat blok daerah pelayanan yang tidak
mendapatkan suplai air, karena tidak adanya sirkulasi air.
- Jika terjadi kebakaran, suplai air pada hidran kebakaran lebih sedikit,
karena alirannya satu arah.
Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk daerah pelayanan
dengan karakteristik sebagai berikut :
- Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.
- Pola jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainnya.
- Luas daerah pelayanan relatif kecil.
- Elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan tinggi dan menurun
secara teratur.
c. Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi
Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem
melingkar dan sistem bercabang. Sistem ini diterapkan untuk daerah
pelayanan dengan karakteristik :
V-14
- Kota yang sedang berkembang.
- Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula jaringan jalannya
tidak berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.
- Terdapat daerah pelayanan yang terpencil dan elevasi tanah yang
bervariasi.
Berdasarkan kondisi daerah perencanaan, maka sistem jaringan perpipaan
yang dipakai di Kota Mataram adalah sistem cabang. Hal ini sesuai dengan
kondisi kota yaitu elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan tinggi dan
menurun secara teratur, serta daerah pelayanan relatif kecil yaitu lebih dari
setengah dari kententuan Dept. PU. Direktorat Jendral Cipta Karya untuk
wilayah perkotaan.
5.4 Sistem pengaliran
Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan
menjadi sebagai berikut :
1. Sistem Gravitasi
Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan dengan memanfaatkan beda
tinggi muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan terletak lebih rendah
dari sumber air atau reservoir. Untuk daerah pelayanan yang mempunyai beda
tinggi yang besar sistem gravitasi dapat digunakan karena dengan beda tinggi
yang besar untuk pengaliran kita dapat memanfaatkan energi yang ada pada
perbedaan elevasi tersebut tidak perlu pemompaan. Bila digabungkan dengan
sistem jaringan bercabang akan membentuk sistem yang optimal, baik dari
segi ekonomis maupun dari segi teknis.
2. Sistem Pemompaan
Sistem pengaliran dengan pemompan digunakan di daerah yang tidak
mempunyai beda tinggi yang cukup besar dan relatif datar. Perlu
diperhitungkan besarnya tekanan pada sistem untuk mendapatkan sistem
pemompaan yang optimal, sehingga tidak terjadi kekurangan tekanan yang
dapat mengganggu sistem pengaliran, atau kelebihan tekanan yang dapat
mengakibatkan pemborosan energi dan kerusakan pipa.
V-15
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaan. Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan dikumpulkan
terlebih dahulu dalam reservoir pada saat permintaan air menurun. Jika
permintaan air meningkat maka air akan dialirkan melalui sistem gravitasi
maupun sistem pemompaan.
Berdasarkan kondisi pelayanan air bersih yang telah ada (eksisting) yang
menggunakan sistem gravitasi, maka dalam perencanaan ini juga direncanakan
sistem pengaliran dengan gravitasi, karena selain ekonomis juga mempermudah
dalam teknis operasional dan pemeliharaan. Serta melihat pada karakteristik kota
dan kondisi topografi daerah pelayanan.
5.5 Perhitungan Kebutuhan Debit Air Tiap Wilayah
Dalam pembagiaan kebutuhan debit air untuk tiap wilayah agar lebih
mudah dalam pembagiaannya maka tiap wilayah dibagai dalam beberapa blok,
agar lebih jelasnya pada wilayah perencanaan untuk pembagian bloknya dapat
dilihat pada Gambar 5.6 berikut :
V-16
V-17
Tabel 5.2 Kebutuhan Air Bersih Setiap Blok
Blok
Q Fasilitas Q Fasilitas Q Fire Q Kehilangan Faktor Q TotalDomestik Non
DomestikHydrant Air Maksimum Kebutuhan
Q SR Q HU 10% 20% AirL/dtk L/dtk L/dtk (L/dtk) (L/dtk) Jam L/dtk
A 95 5 21 12 20 1.5 231B 66 3 10 8 14 1.5 151C 99 5 23 13 21 1.5 241D 98 5 28 13 21 1.5 247E 86 4 28 12 18 1.5 221F 68 3 21 9 14 1.5 175
Keterangan :
Blok A = Kecamatan Ampenan
Blok B = Kecamatan Sekarbela
Blok C = Kecamatan Selaparang
Blok D = Kecamatan Mataram
Blok E = Kecamatan Cakranegara
Blok F = Kecamatan Sandubaya
5.6 Perencanaan Jalur Distribusi
Setelah menentukan kebutuhan setiap bloknya, maka langkah selanjutnya kita
membuat jalur distribusi, dimana jalur distribusi yang akan direncanakan harus
sesuai dengan kontur (kontur relatif menurun) apabila kita ingin merencanakan
dengan sistem gravitasi. Untuk kali ini jalur distribusi yang direncanakan hanya
sebagian, sisanya menggunakan jalur pipa eksisting. Dalam pelayanannya
digunakan beberapa node. Sementara jenis pipa yang digunakan adalah jenis
PVC. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.3, Tabel 5.4, Tabel 5.5 dan
Gambar 5.7 untuk kontur, Gambar 5.8 untuk rencana jalur distribusi.
Selanjutnya dalam pengerjaanya menggunakan program EPANET.
V-18
Tabel 5.3 Rencana Kebutuhan Air Bersih Setiap Blok
Blok
Q TotalPelayanan
Q TotalElevasiKebutuhan Kebutuhan Air
Air No.Node/ Node/JunctionL/dtk No. Junction (L/dtk) (dpl)
A 231 18 115,5 + 823 115,5 + 3
B 151 22 75,5 + 7,524 75,5 + 2
C 241 17 120.5 + 13,519 120.5 + 12
D 24720 123,5 + 11.521 123,5 + 10
E 22115 110,5 + 3216 110,5 + 25
F 17513 87,5 + 5014 87,5 + 42
Tabel 5.4 Rencana Kebutuhan Air Bersih Setiap Blok Berdasarkan Node/Junction
Keterangan :
Node/Junction 1 dan 2 = Reservoir 1 dan 2
Tabel 5.5 Jalur Pipa Berdasarkan No. Node/No. Junction
V-19
No. PipaJalur Pipa Panjang Jenis
Pipa
Ø PipaKeterangan
Dari Node Ke Node Pipa (m) (mm)
V-20
1 Reservoir 1 3 1100 PVC 550 Pipa Baru2 Reservoir 2 3 2380 PVC 550 Pipa Baru3 3 4 3000 PVC 750 Pipa Baru4 4 5 1666.7 PVC 550 Pipa Baru
5 & 5’ 5 6 1235.3 PVC 400,200 Pipa Lama & Pipa Baru6 4 7 2047.6 PVC 550 Pipa Baru7 7 8 3333.3 PVC 450 Pipa Baru
8 & 8’ 8 9 1333.3 PVC 350,250 Pipa Lama & Pipa Baru9 8 10 1905.5 PVC 350 Pipa Lama10 10 11 190.5 PVC 400 Pipa Baru
11 & 11’ 11 12 1523.8 PVC 350,300 Pipa Lama & Pipa Baru12 12 13 2761.9 PVC 350 Pipa Baru
13 & 13’ 6 10 4523.8 PVC 350,350 Pipa Lama & Pipa Baru14 &14 ‘ 6 11 4666.7 PVC 300,300 Pipa Lama & Pipa Baru
15 9 14 1952.4 PVC 350 Pipa Lama16 13 15 2000 PVC 350 Pipa Baru17 10 14 3285.7 PVC 350 Pipa Lama18 14 15 5809.5 PVC 400 Pipa Baru
V-21
V-22