Bab i Seminar

download Bab i Seminar

of 27

Transcript of Bab i Seminar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan suatu masalah kesehatan yang utama karena angka kesakitannya tinggi, menyebabkan banyak kematian dan terjadinya kekurangan gizi serta beberapa etiologi dapat timbul sebagai kejadian luar biasa. Direktorat PPM dan PLP Depkes RI dalam buku kecacingan dan parasit perut (1995) dalam Budiono (1995) menyebutkan, analisis oleh WHO (1980) berdasarkan data survei dan sumber lainnya, memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 milyar episode diare pada golongan umur balita terjadi di Asia (tidak termasuk negara RRC), Afrika, dan Amerika Latin. Diperkirakan juga setiap tahunnya terjadi tiga juta kematian diare pada golongan umur balita (terjadi 57.533 kematian setiap minggu, 8.219 kematian pada setiap hari, 342 kematian pada setiap jam atau 6 kematian pada setiap menitnya), sekitar 80 % kematian terjadi pada golongan umur di bawah 2 tahun. Pada saat ini angka kejadian diare di dunia lebih tinggi daripada penyakit jantung, khususnya di daerah tropis atau di daerah sosial ekonomi rendah. Insiden di Indonesia 0,5 2 episode/orang/tahun, jadi bila diambil terendah diperkirakan setiap tahun sekitar seratus juta episode diare pada orang per tahun (Rani A, 2003). Panca Karya Husada merupakan penjabaran program kesehatan untuk mencapai pembangunan kesehatan, salah satu program pokoknya adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Pada Repelita VI tercantum antara lain penyakit yang mendapatkan prioritas untuk di adakan pemberantasan penyakit menular adalah penyakit yang mempunyai angka kesakitan dan kematian tinggi terutama pada golongan bayi dan golongan usia produktif di daerah pembangunan ekonomi rendah, adanya metode yang efektif dan efisien serta adanya kerja sama dan perjanjian Internasional (Notoatmodjo, 2009).

Menurut Ditjen PPM dan PLP Depkes RI dalam Budiono (1995) menyebutkan, penyakit diare di negara sedang berkembang seperti Indonesia masih merupakan masalah kesehatan, hal ini dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena diare, ISPA, dan penyakit kulit merupakan penyakit yang menduduki urutan paling atas Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berdasarkan estimasi proyeksi Biro Pusat Statistik tahun 1993 adalah 60 per 1000 kelahiran hidup. Dari 27 propinsi yang ada, 9 Propinsi masih mempunyai angka kematian bayi di atas 60 per 1000 kelahiran hidup dan pada kelompok umur 1 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian utama (Ditjen PPM dan PLP depkes RI, 1996). Data Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit diare (termasuk tersangka kolera) merupakan penyakit yang berada dalam data propenas dengan jumlah penderita diare sebanyak 19.004 orang pada pola penyakit rawat jalan di Puskesmas untuk semua golongan umur (Profil Dinkes Propinsi Sum-Sel, 2010). Daerah Kabupaten Musi banyuasin merupakan daerah endemis diare, sehingga diare merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan penanggulangan secara serius ( Profil Kesehatan Kab. Palembang 2010). Menurut Profil kesehatan Propinsi Sum-Sel (2010), jumlah penderita diare pada balita di Kabupaten Musi banyuasin tahun 2009 dengan usia >1 tahun mencapai 4883 balita dan usia 1 4 tahun 4590 balita. Pada tahun 2010 jumlah penderita diare dengan usia >1 tahun sedikit menurun dengan jumlah 4551 balita sedangkan balita dengan usia 1 4 tahun makin meningkat dengan jumlah 6544 balita, sedangkan jumlah penderita diare di Puskesmas, dengan usia 0 - 4 tahun di Kabupaten Musi banyuasin tahun 2009, mencapai 7170 balita dan tahun 2010 jumlah penderita diare pada usia 0 4 tahun sedikit menurun dengan jumlah penderita 5771 balita. Penderita diare di Puskesmas-puskesmas Kabupaten Musi banyuasin telah mendapatkan oralit (Profil Dinkes Kabupaten Palembang Sumatera Selatan, 2010). Selama tahun 2009 jumlah penderita diare di Puskesmas Rantau panjang Kecamatan Babat toman Kabupaten Musi banyuasin, 494 orang dan pada tahun 2010 jumlah penderita

meningkat menjadi 646 orang. Dan selama tahun-tahun tersebut belum pernah terjadi KLB (Profil Puskesmas Nasional Kec. Sukarami Palembang 2010). Menurut pola penyakit diare Profil Kesehatan Puskesmas Nasional Palembang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nasional Kecamatan Sukarami Palembang menempati urutan pertama dari 312 jumlah penderita diare pada balita. Semua jumlah penderita dengan dehidrasi berat di sebabkan oleh berbagai faktor antara lain kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan penyakit diare yang terjadi pada balita di rumah sehingga balita banyak kekurangan cairan dan dapat menyebabkan kematian pada balita tersebut. Sedangkan pada faktor variabel demografi itu merupakan tingkat kepadatan penduduk di daerah tertentu apakah padat atau tidaknya karena dapat mempengaruhi tingkat kejadian diare. Demikian pula sikap maupun keyakinan serta nilai dalam masyarakat mempunyai pengaruh terhadap kejadian diare. Bagaimana nilai, keyakinan maupun sikap ibu dalam perawatan penderita diare di Desa Rantau panjang Kecamatan Babat toman Kabupaten Musi banyuasin belum banyak diketahui ( Dinkes, 2010). yang

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien An. R dengan Gastro Enteritis (GE) di Ruang Anak Sayap-A RSMH Palembang. 1.2.2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat: a.b.

Melakukan pengkajian keperawatan terhadap pasien dengan masalah Gastro Enteritis (GE). Melakukan analisa data keperawatan terhadap pasien dengan masalah Gastro Enteritis (GE). Melakukan perumusan diagnosa keperawatan terhadap pasien dengan masalah Gastro Enteritis (GE). Melakukan implementasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah Gastro Enteritis (GE). Melakukan evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah Gastro Enteritis (GE).

c. d. e.

1.3. Manfaat 1.3.1 Untuk Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan terhadap penerapan teori oleh mahasiswa dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

1.3.2

Untuk Institusi Pendidikan

Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Siti Khodijah Palembang.

1.3.3

Untuk Institusi Kesehatan atau Rumah Sakit

Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai dasar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam menurunkan angka kematian pasien anak dengan Gastro Enteritis (GE).

1.4. Tempat dan Waktu Pengambilan kasus dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien An. R dilakukan pada tanggal 20 Februari -25 Februari 2012 2010 di Ruang Anak Sayap A RS Moh Hoesin Palembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999). Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996). Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995). Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ). Jadi dari kedelapan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang pathogen. 2.2 Etiologi 1. Faktor infeksi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 3. Faktor Makanan Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor Psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

2.3 Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1. Gangguan osmotic Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

2.4 Anatomi dan Fisiologi Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.

Gb.Sistem Pencernaan a. Mulut Adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan,terdiri dari dua bagian yaitu vestibula (bagain luar)dan bagian dalam (rongga mulut)yang dibatasi disisi- sisinya oleh tulang maxilaris dan gigi dan disebelah belakang bersambung dengan awal farinx. b. Farinx Farinx adalah saluran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot terletak dibelakang hidung,mulut,dan larynx(tenggorokan).Dinding farinx tersusun atas tiga lapisan yaitu lapisan mukosa,lapisan fibrosa dan lapisan berotot. Farinx dibagi menjadi tiga lapisan yaitu : Nasofarinx,orofarinx dan laringo farinx. c. Esofagus Esophagus adalah tabung otot yang panjang 20-25cm terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung.

d.

Gaster / lambung Lambung terdiri atas empat lapisan yaitu lapisan peritoneal, berotot, sub mukosa dan mukosa. Fungsi lambung adalah sebagai penerima makanan dari esofagus melalui orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, sehingga kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung, kemudian semua makanan dicairkan dan dicampur dengan asam hidrokhlorida dan siap dicerna usus.

e.

Usus halus Adalah tabung yang kira-kira 2,5 meter panjangnya dalam keadaan hidup, usus halus memanjang sampai kutub ileo-kolika, tempat bersambung usus besar. Fungsi usus halus sebagai pencerna dan pengabsorpsi zat makanan dari lambung.

f.

Kolon Kolon adalah beberapa macam yaitu : kolon asenden, kolon transverses dan kolon desenden. Fungsi kolon : absorpsi air, sekresi musin, penyiapan suelulosa dan sebagai alat defekasi.

g.

Rektum Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus. Terletak dalam rongga pelvic di depan os sacrum dan os cogcigeus.

h.

Anus Adalah bagian saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar. Dindingnya diperkuat oleh 3 spincter, yaitu spincter ani internus, spincter levator ani dan spincter ani eksternus.

Proses Pencernaan Makanan Makanan masuk melalui mulut, kemudian oleh gigi dikunyah sampai halus, dibantu oleh kelenjar lidah dan enzim pencernaan yang ada di mulut. Selama dalam proses pencernaan, makanan dihaluskan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena berbagai enzim seperti ptyalin mengubah zat tepung menjadi gula yang dapat larut dan pepsin mengubah protein menjadi pepton. Makanan berjalan dalam esophagus, karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang dibelakang makanan berkontraksi, maka gelombang peristaltik mengantarkan pola makanan ke lambung. Kemudian makanan dibuat cair oleh asam lambung lalu masuk duodenum,

jejunum, dan ileum. Disinilah makanan diabsorpsi kembali sampai akhirnya hanya tinggal sisa kemudian di sekresikan melalui proses defekasi.

2.5 Manifestasi Kliniks Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

2.6 PatoflowInfeksi Makanan

Psikologi

Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein

Berkembang di usus

Toksin tak dapat diserap

Cemas

Tek. Osmotik meningkat Hipersekresi dan elektrolit

Hiperperistaltik Pergeseran air dan elektrolit ke usus Nyeri

Peningkatan isi usus

Penyerapan makanan di usus menurun

Diare

Frek. BAB meningkat

Kurang pengetahuan

Distensi Abdomen

Ansietas

Mual, muntah

Ggn integritas kulit Hilang cairan dan elektrolit berlebihan

Nafsu makan menurun

Ggn keseimbangan dan elektrolit

Asidosis metabolik

BB Menurun

Kekurangan volume cairan

Sesak

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Ggn oksigen

2.7 Penatalaksanaan Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. 3. Memberikan terapi simtomatik 4. Memberikan terapi definitif. 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: 1) Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. 2) Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: - Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus: BJ Plasma 1,025 - x BB x 4 ml 0,001 - Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni: * diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB * diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut: * Rasa haus/muntah = 1 * BP sistolik 60-90 mmHg = 1 * BP sistolik 120 x/mnt = 1 * Kesadaran apatis = 1 * Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2 * Frekuensi napas >30 x/mnt = 1 * Facies cholerica = 2 * Vox cholerica = 2 * Turgor kulit menurun = 1 * Washer womens hand = 1 * Ekstremitas dingin = 1 * Sianosis = 2 * Usia 50-60 tahun = 1 * Usia >60 tahun = 2 Kebutuhan cairan = Skor x 10% x kgBB x 1 ltr 15 3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi. 4) Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut: 1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare. 3. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. 4. Memberikan terapi definitif.

Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: 1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2) V. parahaemolyticus, 3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4) C. perfringens, spesifik 5) A. aureus : Kloramfenikol 6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin 7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol 8) Helicobacter: Eritromisin 9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11) Balantidiasis: Tetrasiklin 12) Candidiasis: Mycostatin 13) Virus: simtomatik dan suportif 2.8 Konsep Keperawatan 1. Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun) a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Meliputi pengkajian riwayat : 1) Prenatal Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi. 2) Natal Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan. 3) Post natal Berat badan nomal 2,5 Kg 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital. 4) Feeding Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain. 5) Penyakit sebelumnya Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya. 6) Alergi Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuhtumbuhan, debu rumah 7) Obat-obat terakhir yang didapat Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian. 8) Imunisasi Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.

9) Tumbuh Kembang Berat waktu lahir 2, 5 Kg 4 Kg. Berat badan bertambah 150 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan. d. Riwayat Psikososial Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya. e. Riwayat Spiritual Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa. f. Reaksi Hospitalisasi 1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih 2. Perubahan pola kegiatan rutin 3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi 4. Kehilangan otonomi 5. Takut keutuhan tubuh 6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya g. Aktivitas Sehari-Hari 1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari 2. Output cairan : (a) IWL (Insensible Water Loss) (1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam

(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh 36,8 oC) (b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu : (1) Urine : 1 2 cc / Kg BB / 24 jam (2) Faeces : 100 200 cc / 24 jam 3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training. h. Pemeriksaan Fisik a) Tanda-tanda vital Suhu badan : mengalami peningkatan Nadi : cepat dan lemah Pernafasan : frekuensi nafas meningkat Tekanan darah : menurun b) Antropometri Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan. c) Pernafasan Biasanya p rnapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan. d) Cardiovasculer Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

e) Pencernaan

Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer f) Perkemihan Volume diuresis menurun. g) Muskuloskeletal Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan. h) Integumen lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek i) Endokrin Tidak ditemukan adanya kelaianan. J) Penginderaan Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan k) Reproduksi Tidak mengalami kelainan. l) Neorologis Dapat terjadi penurunan kesadaran. 2. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan 1) Motorik Kasar Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga. 2) Motorik Halus Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi

3) Personal Sosial Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.

2.9 Diagnosa Keperawatan a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

I. II.

Rencana Keperawatan Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)

Tujuan : dehidrasi

Kekurangan volume cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda

Intervensi Rasional Berikan cairan oral dan parenteralSebagai upaya rehidrasi untuk mengganti sesuai dengan program rehidrasicairan yang keluar informasi bersama status Pantau intake dan output. feses.Memberikan

keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasiMenilai status hidrasi, elektrolit dan hasil pemeriksaan laboratorium keseimbangan asam basa Kolaborasi pelaksanaan terapiPemberian obat-obatan definitive secara dan kausal

penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan Intervensi Pertahankan Rasional danMenurunkan kebutuhan metabolic Pembatasan Pertahankan status puasa selama faseditetapkan diet selama per fase oral akut mungkin untuk

tirah

baring

pembatasan aktivitas selama fase akut.

akut (sesuai program terapi) danmenurunkan peristaltik sehingga terjadi segera mulai pemberian makanan perkekurangan nutrisi. Pemberian makanan oral setelah kondisi klien mengizinkan sesegera mungkin penting setelah keadaan Bantu pelaksanaan klinis klien memungkinkan. pemberianMemenuhi kebutuhan nutrisi klien

makanan sesuai dengan program diet Kolaborasi pemberian nutrisiMengistirahatkan kerja gastrointestinal dan parenteral sesuai indikasi mengatasi/mencegah lebih lanjut Dx.3 : Hipertermi b/d proses infeksi Tujuan : kembalinya suhu normal bagi klien, menurunkan resiko infeksi yang akan terjadi Intervensi Observasi dan kaji TTV dari klien Rasional Memudahkan melakukan intervensi pada klien. kekurangan nutrisi

Menurunkan/ mengurangi Berikan kompres hangat pada klien disebabkan karena infeksi didaerah frontal, dan sela-sela aksila

panas

yang

Melindungi kulit dari keasaman feses, Anjurkan keluarga untuk memberikan mencegah iritasi klien banyak minum Kolaborasi pemberian obat analgetikaMengganti kekurangan dan atau antikolinergik sesuai indikasi disebabkan karena infeksi memakai pakaian yang menyerap keringat Kolaborasi dengan tim medis dalam Untuk menurunkan suhu tubuh pemberian antipiretik Dx.4 : Resiko kerusakan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi defekasi Tujuan : mendeteksi sedini mungkin resiko terjadinyan kerusakan integritas kulit Intervensi Observasi kulit Ajarkan Rasional kulit/keadaanMengetahui tanda-tanda iritasi klienMempertahankan teknik antiseptik dan cairan yang

Anjurkan klien/ keluarga klien untukMemberikan rasa nyaman bagi klien

kerusakan kepada

keluarga

untukmengganti popok/ pampes klienmencegah terjadinya iritasi lanjutan jika basah/lembab Hindarkan pakaian yang lembab danMenghindari penyebaran kuman melalui tempat tidur yang lembab daerah yang lembab Kolaborasi dengan timmedis dalamMembantu memulihkan kondisi klien pemberian terapi Dx.5: Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya. Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang. Intervensi Dorong keluarga umpan balik Rasional untukMembantu

klien

mengidentifikasi dan alternatif

penyebab pemecahan

membicarakan kecemasan dan berikankecemasan tentang mekanismemasalah koping yang tepat. Tekankan bahwa kecemasan adalahMembantu orang tua klien yang

menurunkan

stres

dengan

masalah yang umum terjadi padamengetahui bahwa klien bukan satu-satunya anaknyaorang yang mengalami masalah yang

mengalami masalah yang sama demikian Ciptakan lingkungan yang tenang,Mengurangi rangsang eksternal yang dapat tunjukkan sikap ramah tamah danmemicu peningkatan kecemasan tulus dalam membantu klien.

2.10 Implementasi Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya

2.11 Evaluasi Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA An R DENGAN KASUS GASTRO ENTERITIS (GE) DI RUANG ANAK SAYAP-A RS MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PENGKAJIAN I. Identitas klien Nama TTL Umur Pendidikan No. Med. Rec Tglmasuk RS : AnR : 6 Januari 2012 : 40 hari : : 593093 : 19-02-2012 Nama ayah/ ibu Pekerjaan ayah/ ibu Agama Alamat Tgl Pengkajian : NYL/TNR : Buruh/IRT : Islam : Karang Anyar : 20-02-2012

Pendidikan ayah/ ibu : SMP/SMP

Sumberinformasi Pekerjaan Alamat Diagnose Medik II.

: Ibu kandung klien : IRT : karang Anyar : G.E

Status kesehatan saat ini a. Kelurahan utama masuk RS : BAB Cair, frekuensi 10 /hari b. Kelurahan utama saat dikaji :Keluarga mangatakan anaknya BAB cair dari pada ampas c. Riwayat perjalanan penyakit : 1 hari sebelum masuk rumah sakit klien BAB cair 10/hari (1/2 gelas), muntah 3-4/hari (3/4 gelas), klien juga demam disertai pilek, dan badannya lemah,klien enggan minum terus-menerus sehingga di bawah ke RSMH d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : membawah anak ke RS, memberi oralit e. Riwayat alergi : di sangkal

II.

Riwayat tumbuh kembang a. Riwayat persalinan : lahir spontan, pervaginam,cukup bulan, BBL2500 gram b. Riwayat lahir BB saat lahir : BB saat ini : 4,1 kg Panjang badan saat ini Menegak kepala Tengkurap : Duduk Berdiri Berjalan Berlari : : : : Usia 0 hari 0 hari 0 hari Tempat RSMH RSMH RSMH : : 53 cm 2500 Gram : Panjang badan saat lahir

c. Riwayat kembang

Riwayat imunisasi :

No HBO

JenisImunisasi POLIO 1 BCG

III.

Riwayat keluarga disertai genogram R L

24 th IV. No

26 th

19 th

14 th 10 th

40 hr

Polaaktivitassehari-hari PolaAktivitas (ADL) Makan Minum Eleminasi -BAB -BAK Saatdirumah ASI 4-5x/hr ASI 4-5x/hr Orang tua 2x/hr 4-5x/hr Saat di RS 2-3x/hr ASI 4-5x/hr Orang tua 10x/hr 4-5x/hr

V.

Aspek psikologi Dampak hospitalisasi : keluarga merasa cemas Keluhan selama hospitalisasi : keluarga ingin anaknya pulang

VI.

Aspeksosial Yang mengasuh: ibu kandung : : Hubungan dengan teman sebaya Pembawaan secara umum Lingkungan rumah :

VII.

Pengkajian fisik a. Status generalisasi : Compos Mentis GCS : : 39,2 C : 132/menit : 52/menit b. Kepala : Simetris

- Keadaan umum/ Tk Kesadaran - Tanda vital TD Suhu Nadi RR Bentuk

Lingkar kepala Warna rambut Distribusi rambut c. Mata Pupil Reaksi terhadap cahaya Sclera Kebersihan mata Fungsi penglihatan d. Hidung Bentuk Fungsi penciuman Kelainan Bibir Gigi Kesulitan menelan Mukosa f. Leher g. Thorak Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Palpasi Iktus kordis Bunyi nafas Jantung Bunyi paru Nyeri tekan Bentuk Paru

: : hitam : merata : isokor : ada : icterus (-) : cukup bersih : berfungsi dengan baik : simetris : : tidak ada : mukosa kering : : tidak ada : kering : JVP negative

e. Mulut, gigi dan tenggorokan

: simetris retraksi dada (-)

Pergerakan thorak : Frekuensi

: 52/menit

Penggunaan otot aksesoris pernafasan : tidak ada : tidak ada

Vokal premitus : tidak ada Pembengkakan : tidak ada : redup : vesikuler

: tidak ada

Perkusi Auskultasi Inspeksi Palpasi Auskultasi

Nadi perifer Suara jantung Suara jantung Abdomen

:teraba 132/menit : redup : s1/s2 lub/dub

Bentuk Nyeri tekan Bising usus -

: simetris : tidak ada : 24/menit

h. Neurologis Orientasi : Koordinasi : baik Reflex Patella Babinski Gag Bentuk : ada (+) : ada (+) : ada (+) : ada (+) : simetris tidak ada : 5/5

i. Ekstremitas superior Nyeri tekan : Kekuatan otot

Pergerakan : aktif / baik Bentuk : simetris : 5/5

j. Ekstremitas inferior Nyeritekan / odema / peradangan : tidak ada Kekuatan otot Pergerakan : aktif / baik : terlihat tidak ada kalainan : pink : lambat kembali, CRT detik kering

k. Genetalia l. Kulit VIII. Warna Turgor

Kelembaban : Integritas : luka (-)

Pemeriksaan Penunjang a. Data laboratorium

Tgl. Pemeriksaan 18-02-2012 18-02-2012

JenisPemeriksaan Urinalisa Mikrobiologi

Hasil Negative Mikro: lembek hitam Mikro: bakteri (+)

Nilai Normal Negative Negative

b. Rontgen c. Lain-lain d. Pengobatan

::: IVFD D5 10: 4 : 7 GTT 10x/mnt ( makro)

Zinc 1x10 mg, Oralit 80-100 cc/ BAB, Ampicillin 3x150, Gentamicin 2x6 mgIX.

Pemeriksaantingkatperkembangan (penilaianberdasarkan format denver II test) Lampiran Format Denver 1. Kemandirian dan bergaul : 2. Motorik halus : 3. Motorik kasar : 4. Kognitif dan bahasa : -