BAB I Perkembangan dibidang teknik sipil PENDAHULUAN · menggunakan metode konvensional yaitu pelat...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Malang dengan Luas wilayah administasi 4.576 km² dan Dengan jumlah penduduk pada Tahun 2003 sebanyak 2,239 Juta jiwa serta Kepadatan Penduduk 511 Jiwa/Km². maka Pemerintah Kab. Malang segera membenahi diri dalam banyak aspek yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan & pelayanan terhadap masyarakat. Dan salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Guna menunjang aktivitas pelayanan kesehatan di Kota Kepanjen, maka diperlukan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh bagi segenap masyarakat Kabupaten malang yang khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Kepanjen. Proyek pembangunan gedung RSUD Kepanjen berlokasi di Jalan Panggung No. 1 Kepanjen – Malang yang memiliki Ukuran Bangunan 17.60 m x 29.30 m (515.68 m 2 ) adalah proyek milik Dinas Pemukiman, Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Malang, merupakan gedung berlantai 2 yang direncanakan oleh Karya Nugraha Consultant. Perencanaan ulang diajukan karena struktur yang direncanakan sebelumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu pelat dua arah dengan balok-balok penumpu. Pada tugas akhir ini bangunan gedung RSUD Kepanjen tersebut direncanakan ulang dengan menggunakan perencanaan struktur flat slab di wilayah gempa menengah dengan menambahkan struktur dinding geser sebagai penahan gaya lateral akibat gempa. Dengan memperhatikan kemungkinan penambahan kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, maka diperlukan juga modifikasi bangunan yang semula 2 lantai menjadi 10 lantai dengan ukuran bangunan hasil modifikasi 18 m x 30 m. Perkembangan dibidang teknik sipil yang begitu pesat mendorong seorang engineer untuk melakukan inovasi dalam merencanakan suatu gedung. Salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan struktur flat slab. Struktur flat slab ini sendiri adalah pelat beton bertulang yang ditumpu secara langsung oleh kolom-kolom beton tanpa memakai balok-balok perantara. Pelat dapat mempunyai tebal konstan seluruhnya atau dapat dipertebal di daerah kolom dengan suatu pelat tiang (drop panel). (W.H Mosley, J.H Bungey, 1989). Flat slab merupakan sistem yang relatif baru bagi negara kita karena aplikasinya masih sangat sedikit dibandingkan sistem konvensional. Mengapa flat slab ?, karena flat slab ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah : (Erberik, M.A and Elnashai, Amr S, 2003). fleksibilitas terhadap tata letak ruang waktu pengerjaan yang relatif pendek menghemat tinggi bangunan Plat rata merupakan bagian konstruksi yang tipis, tidak ekonomis dalam hal baja tulangan, tetapi ekonomis dalam hal bekistingnya. Karena bekisting mewakili lebih dari separo biaya beton bertulang, maka bekisting yang ekonomis sering berarti ekonomis secara keseluruhan.(Ferguson,P.M; Sutanto,B;Setianto,K. 1991) Perhitungan penulangan pada struktur gedung ini dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-2847-2002 tentang perhitungan struktur beton, yaitu dengan kriteria struktur sebagai rangka pemikul momen menengah dan dinding struktural, serta dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum pada peraturan Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1726 – 2002). 1.2 Rumusan Masalah Perencanaan struktur ini akan menyelesaikan permasalahan - permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menentukan dimensi struktur, meliputi : Bangunan atas : Str. primer : Kolom, flat slab dan Dinding struktural

Transcript of BAB I Perkembangan dibidang teknik sipil PENDAHULUAN · menggunakan metode konvensional yaitu pelat...

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Malang dengan Luas wilayah administasi 4.576 km² dan Dengan jumlah penduduk pada Tahun 2003 sebanyak 2,239 Juta jiwa serta Kepadatan Penduduk 511 Jiwa/Km². maka Pemerintah Kab. Malang segera membenahi diri dalam banyak aspek yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan & pelayanan terhadap masyarakat. Dan salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Guna menunjang aktivitas pelayanan kesehatan di Kota Kepanjen, maka diperlukan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh bagi segenap masyarakat Kabupaten malang yang khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Kepanjen.

Proyek pembangunan gedung RSUD Kepanjen berlokasi di Jalan Panggung No. 1 Kepanjen – Malang yang memiliki Ukuran Bangunan 17.60 m x 29.30 m (515.68 m2) adalah proyek milik Dinas Pemukiman, Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Malang, merupakan gedung berlantai 2 yang direncanakan oleh Karya Nugraha Consultant. Perencanaan ulang diajukan karena struktur yang direncanakan sebelumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu pelat dua arah dengan balok-balok penumpu. Pada tugas akhir ini bangunan gedung RSUD Kepanjen tersebut direncanakan ulang dengan menggunakan perencanaan struktur flat slab di wilayah gempa menengah dengan menambahkan struktur dinding geser sebagai penahan gaya lateral akibat gempa. Dengan memperhatikan kemungkinan penambahan kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, maka diperlukan juga modifikasi bangunan yang semula 2 lantai menjadi 10 lantai dengan ukuran bangunan hasil modifikasi 18 m x 30 m.

Perkembangan dibidang teknik sipil yang begitu pesat mendorong seorang engineer untuk melakukan inovasi dalam merencanakan suatu gedung. Salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan struktur flat slab. Struktur flat slab ini sendiri adalah pelat beton bertulang yang ditumpu secara langsung oleh kolom-kolom beton tanpa memakai balok-balok perantara. Pelat dapat mempunyai tebal konstan seluruhnya atau dapat dipertebal di daerah kolom dengan suatu pelat tiang (drop panel). (W.H Mosley, J.H Bungey, 1989).

Flat slab merupakan sistem yang relatif baru bagi negara kita karena aplikasinya masih sangat sedikit dibandingkan sistem konvensional. Mengapa flat slab ?, karena flat slab ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah : (Erberik, M.A and Elnashai, Amr S, 2003). • fleksibilitas terhadap tata letak ruang • waktu pengerjaan yang relatif pendek • menghemat tinggi bangunan Plat rata merupakan bagian konstruksi yang tipis, tidak ekonomis dalam hal baja tulangan, tetapi ekonomis dalam hal bekistingnya. Karena bekisting mewakili lebih dari separo biaya beton bertulang, maka bekisting yang ekonomis sering berarti ekonomis secara keseluruhan.(Ferguson,P.M; Sutanto,B;Setianto,K. 1991)

Perhitungan penulangan pada struktur gedung ini dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-2847-2002 tentang perhitungan struktur beton, yaitu dengan kriteria struktur sebagai rangka pemikul momen menengah dan dinding struktural, serta dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum pada peraturan Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1726 – 2002).

1.2 Rumusan Masalah

Perencanaan struktur ini akan menyelesaikan permasalahan - permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menentukan dimensi

struktur, meliputi : � Bangunan atas :

Str. primer : Kolom, flat slab dan Dinding struktural

2

Str. sekunder : Tangga dan Balok lift � Bangunan bawah : pondasi tiang dan

sloof 2. Beban apa saja yang bekerja pada struktur

gedung tersebut. 3. Bagaimana cara menganalisa gaya-gaya

dalam struktur gedung tersebut. 4. Bagaimana merencanakan struktur yang

diperlukan untuk mendapatkan struktur tahan gempa resiko menengah.

5. Bagaimana merencanakan pondasi yang menyalurkan beban gempa dan gravitasi ke tanah.

6. Bagaimana mengambar hasil perencanaan menjadi bentuk gambar kerja dengan program bantu Auto Cad.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Merencanakan dimensi struktur. 2. Menentukan beban-beban yang bekerja

pada struktur gedung. 3. Menganalisa struktur flat slab yang mampu

memikul beban-beban yang ada sesuai SNI-03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002.

4. Melakukan pendetailan elemen struktur untuk menahan beban gravitasi dan gempa yang terjadi pada resiko menengah.

5. Merencanakan pondasi yang efisien dan aman untuk menahan beban yang terjadi pada struktur.

6. Menggambar struktur yang dihasilkan dari perhitungan yang telah dilakukan.

1.4 Batasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan dalam proyek akhir ini meliputi perencanaan sebagai berikut : 1. Struktur yang direncanakan berupa gedung

RSUD Kepanjen bertingkat 10. 2. Zona gempa 4 (Kab. Malang). 3. Peraturan gempa yang digunakan adalah

SNI 03 – 1726 – 2002. 4. Perhitungan struktur beton bertulang

dengan Tata cara perencanaan perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 – 2002).

5. Perhitungan pembebanan dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983).

6. Perhitungan Struktur dengan metode Flat Slab, SRPMM dan Dinding Struktural.

7. Analisa struktur dengan menggunakan program bantu komputer SAP 2000, PCACOL dan perencanaan penggambaran dengan AUTO CAD.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Flat Slab

Flat Slab atau disebut juga lantai cendawan adalah pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom, dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak disesuaikan dengan kebutuhan. Flat slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya drop panel yang merupakan penebalan plat di daerah kolom atau dibuatnya kepala kolom, yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom atas. Secara relatif dapat dikatakan bahwa flat slab lebih cocok untuk panel yang lebih besar atau beban yang lebih berat, dibandingkan dengan flat plate (C.K.Wang, Charles G.Salmon, 1992). Penggunaan flat slab memberikan keuntungan yaitu memungkinkan ketinggian struktur yang maksimum, fleksibilitas pemasangan saluran penghawaan (AC) dan alat-alat penerangan. Flat slab sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang, meskipun bekisting lebih mahal dibandingkan dengan pelat datar. Flat slab akan memerlukan beton dan tulangan yang lebih sedikit dibandingkan pelat datar untuk beban dan bentang yang sama (J.O. Mccormac, 2000).

Dalam perencanaan flat slab dikenal istilah dengan jalur kolom dan jalur tengah. Jalur kolom adalah pelat dengan lebar disetiap sisi garis tengah kolom sama dengan ¼ dimensi panel terkecil l1 atau l2. Sedangkan jalur tengah adalah bagian pelat diantara dua jalur kolom. Konsep perencanaan umum menurut peraturan ACI untuk analisa flat slab dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metoda perencanaan langsung (direct design method) dan metoda portal ekivalen

3

(equivalent frame method). Dalam analisa dengan metoda perencaan langsung, sistem plat harus memenuhi batasan-batasan sebagai berikut : 1. Minimum harus ada tiga bentang menerus

dalam masing-masing arah. 2. Panel plat harus berbentuk persegi dengan

perbandingan antara bentang panjang terhadap bentang pendek diukur antara sumbu-sumbu tumpuan, tidak lebih dari 2.

3. Panjang bentang yang bersebelahan, diukur antara sumbu-ke-sumbu tumpuan, dalam masing-masing arah tidak boleh berbeda lebih dari sepertiga bentang terpanjang.

4. Posisi kolom boleh menyimpang maksimum sejauh 10% panjang bentang (dalam arah penyimpangan) dari garis-garis yang menghubungkan sumbu-sumbu kolom yang berdekatan.

5. Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata pada seluruh panel pelat. Beban hidup tidak boleh melebihi 2 kali beban mati.

6. Untuk suatu panel dengan balok di antara tumpuan pada semua sisinya, kekakuan relatif balok dalam dua arah yang tegak lurus tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak boleh lebih dari 5,0.

Untuk beban gravitasi saja dan untuk sistem lantai dengan batasan-batasan yang diberikan, momen-momen dan geser dapat ditentukan secara pendekatan menggunakan koefisien-koefisien momen dan geser yang diberikan oleh metoda perencanaan langsung. Sedangkan metoda portal ekivalen menggunakan cara yang lebih teliti dengan menggunakan analisa struktur setelah memisahkan kekakuan relatif dari unsur-unsur. Metoda portal ekivalen digunakan untuk beban lateral biarpun sistem lantai memenuhi batasan-batasan dari metoda perencanaan langsung untuk beban gravitasi (C.K.Wang, Charles G.Salmon, 1992). 2.2 Konsep Desain Perancangan 1. Gambar Denah

Gambar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan sesuai dengan gambar arsitek yang terdiri dari gambar denah, tampak, potongan, denah kolom, denah flat slab dan pembalokan.

Gambar 2.1 Denah Lantai 1

Gambar 2.2 Denah Lantai 2 s/d 10

Gambar 2.3 Denah Kolom dan Flat Slab

Lantai 1- 10

2. Beban Bangunan Beban-beban yang diterima oleh bangunan antara lain beban gravitasi yang terdiri dari beban mati dan beban hidup dan beban lateral yaitu beban gempa. a. Beban mati adalah semua beban tetap

yang berasal dari berat bangunan dan unsur bangunan, termasuk semua unsur tambahan yang merupakan satu kesatuan dengan bangunan. Yang termasuk dalam beban mati sesuai PPIUG 1983 antara lain : beton

4

bertulang 2400 kg/m3, tegel 2400 kg/m3, spesi 2100 kg/m3, penggantung langit-langit 7 kg/m2, plafond 11 kg/m2, saluran perpipaan 40 kg/m2, dan dinding 250 kg/m2.

b. Beban hidup adalah semua beban yang tidak tetap, antara lain beban pekerja dan beban hidup pada lantai bangunan yang sesuai dengan fungsi bangunan. Gedung RSUD Kepanjen - Malang berfungsi sebagai gedung rumah sakit, maka sesuai PPIUG 1983 beban hidupnya antara lain untuk lantai rumah sakit 250 kg/m2. Beban hidup pada atap diambil minimum 100 kg/m2.

c. Beban gempa diasumsikan sebagai beban dinamis, sehingga analisa beban gempa dapat menggunakan analisis ragam spektrum respon ataupun analisis respons dinamik riwayat waktu sesuai yang diatur dalam SNI 03 - 1726 – 2002 Ps 7.2. Dari gambar denah diatas menunjukkan bahwa gedung RSUD Kepanjen - Malang mempunyai ketinggihan 40 meter, hal ini sesuai yang diatur dalam SNI 03 – 1726 – 2002 Ps. 4.2 tentang konfigurasi gedung yang salah satu pasalnya menyebutkan bahwa tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 meter. Gedung ini tidak memenuhi syarat yang disebutkan diatas sehingga struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung tidak beraturan. Sehingga analisa beban gempa menggunakan analisis ragam spektrum respon dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut Gambar 2 SNI 03 - 1726 – 2002 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor

koreksi RI , dimana I adalah Faktor

Keutamaan Gedung dan Radalah Faktor Reduksi Gempa. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.

3. Kombinasi Beban Berfaktor Kombinasi beban yang dipakai sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.11.2.

4. Wilayah Gempa (WG) Malang termasuk dalam wilayah gempa 4 dengan resiko gempa menengah sesuai Gambar 1 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun, SNI 03 – 1726 – 2002, sehingga perhitungan menggunakan metoda Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah.

5. Kategori Gedung Menurut SNI 03 – 1726 – 2002 Tabel 1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan, gedung RSUD Kepanjen – Malang. termasuk Gedung Umum dengan Faktor Keutamaan (I) 1,0.

6. Analisa Struktur Dalam analisa struktur digunakan program

bantu SAP 2000 untuk mendapatkan gaya-gaya dalam, antara lain momen, gaya lintang dan gaya normal. Beban mati dan beban hidup dari pelat menjadi beban merata yang membebani portal, sedangkan beban gempa menggunakan ragam respon spectrum untuk zona gempa 4.

7. Pengaruh Arah Pembebanan Gempa Untuk memperhitungkan pengaruh arah

gempa yang kemungkinan tidak searah sumbu utama struktur gedung, maka sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 Ps.5.8.2 menetapkan pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama (kritis) harus dianggap 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

8. Eksentrisitas Rencana ed Eksentrisitas rencana ed antara pusat massa

dan pusat rotasi lantai tingkat dihitung menurut SNI 03 – 1726 - 2002 Ps 5.4.3. Dimana pusat massa gedung ini adalah titik tangkap gaya gempa dinamik, sedangkan pusat rotasi adalah titik pada lantai yang ditinjau yang bila suatu beban horizontal bekerja padanya.

5

9. Perancangan Struktur Sekunder a. Tangga Dalam perencanaan tangga,

diasumsikan kondisi ujung perletakan dianggap sendi, sedangkan pada bordes dianggap perletakan rol. Pembebanan pada tangga terdiri dari beban mati dan beban hidup. Untuk penulangan lentur pelat dan bordes, menentukan batasan harga tulangan dengan menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.9.12, Ps. 12.3.

b. Balok Lift Perencanaan sesuai dengan SNI 03 –

2847 – 2002 pasal 11.5 Tabel 8 – Tebal minimum balok non prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung. Untuk penulangan geser sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.13.3.

10. Perancangan Struktur Utama a. Kolom Dalam penentuan dimensi kolom

menggunakan cara tributary area dimana pembebanan pada kolom terdiri dari beban mati dan beban hidup. Untuk perencanaan kolom sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.12.9 dan Ps.12.12. serta Ps. 23.10 yang merupakan pendetailan khusus untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah.

b. Flat Slab Untuk perencanaan struktur flat slab

menggunakan metode portal ekivalen sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.15.7 dan Ps.11.5 Tabel 10 Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok Interior.

c. Dinding Struktural Penulangan shearwall direncanakan sesuai SNI-2002 Ps.3 s/d 20, dengan beban rencana 100% gaya lateral (gempa). Namun pada kenyataannya gaya lateral yang terjadi masih sedikit didistribusikan ke rangka utama sehingga dalam perencanaan rangka utama masih mampu memikul 10% gaya lateral. Perencanaan tulangan dapat dimodelkan sebagai kolom dinding sehingga dapat direncanakan dengan menggunakan bantuan program PCACOL.

BAB III METODOLOGI

PEMBEBANAN

Berdasarkan PPIUG 1983, SNI 03 – 2847 – 2002 :

- Beban : - Beban mati (D) - Beban Gempa (E) - Beban hidup (L) - Kombinasi Pembebanan :

U = 1.4 D U = 1.2 D + 1.6 L U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.0 E U = 0.9 D ± 1.0 E

STUDI LITERATUR

PRELIMINARY DESIGN

- Struktur primer meliputi rencana : Flat Slab, Kolom dan dinding structural.

- Struktur sekunder meliputi rencana : Tangga dan balok litf.

START

PENGUMPULAN DATA

A

OK

NOT OK

FINISH

KONTROL DESIGN

PERUBAHAN DIMENSI

PERHITUNGAN STRUKTUR

- Struktur sekunder meliputi : 1. Pembebanan pada tangga dan balok lift 2. Analisa struktur 3. Perencanaan tangga & balok lift. - Struktur utama meliputi : 1. Pembebanan pada portal. 2. Analisa struktur utama dengan SAP 2000 3. Perencanaan flat slab 4. Perencanaan kolom 5. Perencanaan dinding struktural - Struktur bawah meliputi :

1. Perencanaan dimensi pondasi. 2. Perencanaan tebal poer

KESIMPULAN PERHITUNGAN

GAMBAR AUTO CAD

6

BAB IV DESAIN STRUKTUR

4.1 Desain Dimensi Pelat

FLOW CHART DESAIN PLAT

FLOW CHART DESAIN PANEL SETEMPAT

Data hasil perencanaan dimensi flat slab : Tebal plat : 20 cm Lebar plat setempat : 240 x 240 cm Tebal : 12 cm

4.2 Desain Dimensi Kolom

FLOW CHART DESAIN KOLOM

Data hasil perencanaan dimensi kolom : Kolom Lt. 1 s/d 3 : 80 x 80 cm Kolom Lt. 4 s/d 6 : 70 x 70 cm Kolom Lt. 7 s/d 10 : 60 x 60 cm

4.3 Desain Dimensi Dinding Struktural

FLOW CHART DESAIN DINDINGSTRUKTURAL

7

Data hasil perencanaan dimensi DS : Tebal DS : 30 cm Kolom Lt. 4 s/d 6 : 70 x 70 cm Kolom Lt. 7 s/d 10 : 60 x 60 cm

BAB V

PERANCANGAN STRUKTUR SEKUNDER

Dalam tugas akhir ini struktur sekunder yang direncanakan terdiri atas :

5.1 Perancangan tangga 5.2 Perancangan balok lift

5.1. Perancangan Tangga Dimensi tangga : 4.50 × 2,57 m2 Spesifikasi tangga : - Tebal pelat tangga : 15 cm - Tebal pelat bordes : 15 cm - Tul tangga arah x : D16–150 - Tul tangga arah y : Ø10–250 - Tul bordes arah x : D16–150 - Tul bordes arah y : Ø10–250

Gambar 5.1 Denah Penulangan Tangga

Gambar 5.2 Potongan 1-1 tangga

Gambar 5.3 Potongan 2-2 Tangga

5.2. Perancangan Balok Lift Pada perancangan lift ini meliputi

balok – balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok pemisah sangkar. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan lift penumpang yang diproduksi oleh Hyundai Elevator Co, Ltd dengan data – data sebagai berikut : � Tipe Lift : Passenger � Merk : Hyundai � Kapasitas : 20 orang/ 1350 kg � Lebar pintu (opening width)

: 1100 mm � Kecepatan : 105 m/min � Dimensi sangkar (car size) Internal : 2000×1550 mm2 Eksternal : 2100 × 1720 mm2 � Dimensi ruang luncur (hoistway) : 2550 × 2330 mm2 � Beban reaksi ruang mesin : R1 = 7800 kg (berat mesin penggerak lift + beban kereta

+ perlengkapan) R2 = 6000 kg (berat bandul pemberat + perlengkapan)

8

Gambar 5.4 Balok Penumpu Lift

Gambar 5.5. Balok Penumpu Depan

Gambar 5.6 Balok Penumpu belakang

Gambar 5.7 Balok Pemisah Sangkar

BAB VI PERANCANGAN STRUKTUR

UTAMA

Pada perencanaan gedung ini yang termasuk dalam komponen struktur utama antara lain : • Flat Slab • Kolom • Dinding Struktural

Data perencanaan Gedung ini didasarkan atas data – data sebagai berikut : • Mutu beton : 30 MPa • Mutu baja : 400 MPa • Jumlah lantai : 10 lantai • Tinggi tiap lantai : 4 m • Tinggi total bang. : 40 m • Luas bangunan : 540 m2 • Lokasi : Kepanjen – malang • Zona Gempa : 4 (menengah) 6.1 Perancangan Pelat dan Flat Slab Penulangan pelat arah sumbu X

Jalur kolom = D16 - 100 Jalur tengah = D13 - 100

Penulangan pelat arah sumbu Y Jalur kolom = D16 - 100 Jalur tengah = D13 – 100

Gambar 6.1 Penulangan Pelat dan Flat Slab

Detail

9

Gambar 6.2 Detail Pelat dan Flat Slab

6.2 Perancangan Kolom

Kolom Lt. 1 s/d 3 Dimensi kolom 80 × 80 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 – 150

Gambar 6.3 Penulangan Kolom 80×80

Kolom Lt. 4 s/d 6 Dimensi kolom 70 × 70 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 – 150

Gambar 6.4 Penulangan Kolom 70×70

Kolom Lt. 7 s/d 10 Dimensi kolom 70 × 70 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 – 150

Gambar 6.5 Penulangan Kolom 60×60

6.3 Perancangan Dinding Struktural

Gambar 6.6 Penulangan Shear Wall

Gambar 6.7 Detail Penulangan

Dinding Struktural: - Tebal 40 cm - Tulangan geser horisontal : 2D13-100 - Tulangan geser vertikal : 2D13-100 - Tulangan komponen batas : 16-D25 5D12-200

Detail

10

BAB VII PERANCANGAN STRUKTUR

PONDASI

7.1 Perancangan Pondasi Daya dukung tiang pancang :

Dari hasil sondir yang memberikan data-data dalam bentuk grafik hubungan antara besarnya conus dan hambatan pelekat pada suatu kedalaman. Dengan menggunakan grafik tersebut dapat ditentukan kedalam dari pondasi tiang yang kemudian daya dukungnya dapat ditentukan dengan perumusan :

21

..

SF

PJHP

SF

ACQult +=

Dimana : C : Nilai conus yang besarnya

ditentukan diantaranya menurut : Mayerhof : Nilai C diambil harga rata-rata dari C yang berada 4D iatas tiang sampai 4D dibawah ujung tiang.

A : Luas penampang tiang JHP : Jumlah Hambatan Pelekat P : Keliling Penampang tiang pancang SF1,SF2: Angka keamanan yang besarnya

masing-masing 3 & 5 P ijin 1 tiang = Qu Jumlah tiang pancang yang diperlukan ( n ) :

Pijin

Pun

Σ=

Perhitungan jarak tiang berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen PU sebagai berikut :

1.5 D ≤ S ≤ 3D

Untuk jarak tepi tiang pancang :

D ≤ S1 ≤ 1,5 D

dimana : S = jarak antar tiang pancang

D = diameter tiang pancang

Kontrol kebutuhan tiang pancang :

22 y

ymakMx

x

xmakMy

n

PP

Σ×±

Σ×±Σ=

Efisiensi :

η=

−+−

−nm

mnnm

S

Dtgarc

90

)1()1(1

Dimana :

D = diameter tiang pancang

S = jarak antar tiang pancang

m = jumlah tiang pancang dalam 1 kolom

n = jumlah tiang pancang dalam 1 baris

Cek kekuatan : P maks < (Pijin × η)

Gambar 7.1 Denah Pondasi

7.2 Perancangan Poer Perhitungan tulangan lentur : Untuk menghitung penulangan lentur poer, diasumsikan poer sebagai balok kantilever dan terjepit pada kolom (irisan as kolom) seperti gambar dibawah ini.

Gambar 7.2 Gaya – gaya yang bekerja

11

Gambar 7.3 Penulangan pondasi P1

Gambar 7.4 Pot. 1-1 P1

Gambar 7.5 Penulangan pondasi P2

Gambar 7.6 Pot. 1-1 P2

Perhitungan geser ponds : Dalam merencanakan tebal poer,

harus memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton diambil terkecil dari :

• cV = 6

'21

dbf oc

c

××

+

β

• cV = 6

'2

dbf

b

d oc

o

s ××

+×α

• cV =

dbf oc ××× '3

1

Dimana :

cβ = rasio dari sisi panjang terhadap sisi

pendek pada kolom

ob = keliling dari penampang kritis pada

poer αs = 40, untuk kolom interior, 30 untuk kolom tepi, 20 untuk kolom pojok (SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.13.12.2.b)

Gambar 7.7 Penampang Kritis Pondasi

12

Gambar 7.8 Penampang Kritis Pondasi

(potongan melintang)

7.3 Perancangan Sloof Tulangan lentur = 5 D19 Tulangan geser = ∅10 – 200

Gambar 7.9 Penampang Sloof pada Tumpuan

dan Lapangan

BAB VIII PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sebagai berikut :

1. Dalam perencanaan struktur dengan metode Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding struktural yang terletak pada daerah yang memiliki intensitas gempa sedang perlu dipertimbangkan adanya gaya lateral yang bekerja terhadap struktur SPBL (Struktur Penahan Beban Lateral). Dalam hal ini, beban gempa struktur bangunan dipikulkan pada struktur SPBL yaitu dinding struktural.

2. Dari hasil perencanaan struktur gedung RSUD Kepanjen - Malang

dengan menggunakan SRPMM didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut : � Mutu Beton : 30 Mpa

� Mutu Baja : 400 Mpa

� Tebal Pelat Lantai : 20 cm � Jumlah Lantai : 10 Lantai � Ketinggian /Lantai : 4 m � Tinggi Total Bang. : 40 m � Bangunan : 540 m2 � Dimensi Pelat : 600×600 cm � Pelat arah sumbu X

Jalur kolom : D16 – 100 Jalur tengah : D13 – 100 � Pelat arah sumbu Y

Jalur kolom : D16 – 100 Jalur tengah : D13 – 100 � Dimensi Kolom

Lantai 1 s/d 3 : 80×80 cm (16-D25)

Lantai 4 s/d 6 : 70x70 cm (12-D25)

Lantai 7 s/d 10 : 60x60 cm (8-D25)

� Dimensi Dinding struktural Tebal dinding : 30 cm Tul. Vertikal : D13 – 100 Tul. Harizontal : D13 – 100

� Panjang Pondasi tiang Diameter TP : 50 cm Kedalaman : 9 meter Produksi : PT. WIKA

3. Dengan struktur flat slab, Gedung akan tampak tinggi karena tanpa adanya balok-balok. Pemasangan ME akan semakin dipermudah dalam pemasangannya.

4. Struktur bawah bangunan terdiri dari 2 jenis pilecap untuk pondasi kolom dan pondasi dinding struktural yang menggunakan tiang pancang pracetak dengan dia. 50 cm.

8.2 Saran

Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk perancangan struktur dengan sistem flat slab agar menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi,

13

dan estetika, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.

1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Husin, Nur Ahmad. 2006. Struktur Beton I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.

Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.

Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : itspress.

Purwono, Rachmat, dkk. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI-03-2847-2002 Dilengkapi Penjelasan (S-2002). Surabaya : itspress.

Wang, C.K.; Charles G Salmon. 1992. Desain Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga.

Untung, Djoko. 2000. Teknik pondasi.Surabaya : Teknik Sipil. ITS.