BAB I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2977/1/BAB I - V.pdf · Prosedur atau...
Transcript of BAB I PENDAHULUANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2977/1/BAB I - V.pdf · Prosedur atau...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendirian Bank Muamalat Indonesia, merupakan prakarsa Majelis Ulama
Indonesia (MUI), yang muncul dalam Lokakarya Bunga Bank pada tanggal 19-
22 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini dipertegas kembali dalam
Musyawarah Nasional IV MUI di Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 22-25
Agustus 1990. Pendirian Bank Muamalat mendapat dukungan pengusaha
maupun cendekiawan muslim yang namanya tergabung dalam 227 Pemegang
Saham Pendiri, juga diperoleh dukungan dari ICMI, untuk selanjutnya dibentuk
Tim Pendanaan, Tim Hukum dan Anggaran Dasar.
Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama di Indonesia yang
menerapkan prinsip Syari’ah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Produk
pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah
(bagi-hasil). Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli,
bagi-hasil dan sewa.
Salah satu cabang bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip
Syari’ah di Indonesia saat ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
Bank Muamalat Indonesia ini hadir sebagai salah satu lembaga perbankan
Syari’ah yang mencoba menepis anggapan dari kebanyakan masyarakat luas
2
yang menganggap semua lembaga perbankan mempergunakan bunga sebagai
hasil dari pemberian bantuan modal usaha melalui produk yang ada.
Bentuk-bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Muamalat
Indonesia merupakan alternatif yang dapat diperoleh bagi masyarakat, terutama
bagi umat Islam. Salah satu bentuk pembiayaan yang ditawarkan adalah bagi
pembiayaan perumahan adalah pembiayaan Al Musyarakah. Pembiayaan ini
dilakukan oleh pihak penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana
(mudharib), pihak bank sebagai penyandang dana menyediakan sebagian dari
pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, dan yang sebagian lain disediakan
oleh pengelola dana sebagai mitra usaha.
Sebagai salah satu kebutuhan utama manusia, sektor papan (perumahan)
merupakan salah satu sektor bisnis menarik. Perkembangan manusia yang
semakin bertambah menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan akan
perumahan. Rumah merupakan kebutuhan primer bagi pemenuhan kesejahteraan
manusia setelah sandang dan pangan. Namun demikian, ternyata kebutuhan akan
perumahan ini seringkali terbentur pada minimnya dana yang dimiliki oleh
konsumen yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Alhasil pembiayaan
melalui KPRS pun mulai dilirik sebagai pembiayaan perumahan.
Pada praktek perbankan, khususnya perbankan Syari’ah pemberian
pembiayaan sudah menjadi kelaziman bagi bank. Dalam hal ini Bank Muamalat
Indonesia Cabang Solo memberikan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah
Syari’ah (KPRS) dengan menggunakan pembiayaan musyarakah wal ijarah al-
3
muntahia bit-tamlik. Pembiayaan KPRS ini dapat digunakan sebagai pembiayaan
dalam pembelian rumah.
Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai
bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah wal ijarah al-muntahia
bit-tamlik dalam produk Kongsi Pemilikan Rumah Syariah (KPRS) pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Solo, selain itu juga dalam hal bentuk-bentuk cidera
janji yang dilakukan oleh nasabah dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan
oleh Bank Muamalat Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan tersebut.
Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syari’ah (KPRS) menggunakan
akad musyarakah dan ijarah yang diatur dalam ketentuan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah dengan
tambahan perjanjian bahwa di akhir masa sewa akan dilakukan pengalihan
kepemilikan objek akad dari bank kepada nasabah baik dengan pelunasan
pembayaran maupun dengan hibah (prinsip akad al-ijarah al-muntahia bit-
tamlik). Segala hal terkait pedoman pelaksanaan pembiayaan Kongsi Pemilikan
Rumah Syariah (KPRS) tertuang dalam surat perjanjian yang ditanda tangani
oleh bank, nasabah dan saksi-saksi yang dilakukan di hadapan notaris.
Prosedur atau mekanisme akad pembiayaan merupakan langkah-langkah
atau proses yang harus dilalui dalam pengajuan pembiayaan. Adapun langkah-
langkah yang harus dijalani dalam pembuatan akad pembiayaan musyarakah wal
ijarah al-muntahia bit-tamlik pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
4
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: pertama, prosedur pengajuan
pembiayaan. Kedua, prosedur analisa pembiayaan. Ketiga, tahap realisasi
pembiayaan. Keempat, tahap Prosedur pengembalian pembiayaan. Pelaksanaan
bagi hasil pada pembiayaan KPRS dilakukan sesuai dengan nisbah yang telah
ditentukan pada awal pembuatan akad. Semakin besar pengembalian dana
pembiayaan maka semakin besar pula hak kepemilikan rumah mudharib hingga
pada akhirnya hak kepemilikan tersebut menjadi sepenuhnya milik mudharib.
Cidera janji yang dilakukan oleh nasabah pada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Solo terbilang kecil, cidera janji itu berupa keterlambatan pembayaran
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati, dalam hal keterlambatan
pembayaran nasabah dapat dibagi menjadi dua, yaitu nasabah yang terlambat
atau tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi diluar kehendak nasabah
(force majure) dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran.
Upaya hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia Cabang
Solo dalam menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah terkait
perjanjian khususnya dalam hal keterlambatan pembayaran adalah pertama,
dengan jalan perdamaian (shulh/islah) yaitu lebih pada pendekatan kekeluargaan,
jika proses musyawarah mufakat yang diupayakan bank tidak berhasil maka
langkah yang kedua, kasus tersebut akan diajukan kepada Badan Arbitrase
Syariah Nasional (Basyarnas) untuk diselesaikan menurut prosedur beracara yang
berlaku di dalam badan arbitrase tersebut. Langkah ketiga, menyerahkan masalah
tersebut kepada Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan sita jaminan.
5
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis berusaha mengkaji dan
menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk Tugas Akhir
yang berjudul: “PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH
SYARI'AH) DI BANK MUAMALAT CABANG SOLO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di
atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan
Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo?
2. Apa saja yang menjadi cidera janji dalam pemberian pembiayaan KPRS
(Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Solo?
3. Bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan KPRS
(Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Solo?
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan Tugas Akhir
ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaan KPRS
(Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah)
6
2. Untuk mengetahui cidera janji apa saja yang terjadi dalam pemberian
pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah)
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesain pembiayaan KPRS (Kongsi
Kepemilikan Rumah Syari’ah) yang bermasalah
Selain tujuan di atas, penulisan Tugas Akhir ini juga mempunyai
kegunaan. Adapun kegunaan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
Bagi Mahasiswa :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa
STAIN Salatiga untuk mengetahui lebih dalam pembiayaan KPRS di Bank
Muamalat Indonesia.
2. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada program
DIII KPI
Bagi STAIN
1. Untuk menambah referensi pada perpustakaan di kampus STAIN.
2. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang KPRS di Bank Muamalat
Indonesia.
D. Sistematika Penulisan
BAB 1 Berisi pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta
sistematika penulisan
BAB II Berisi landasan teori, yang membahas tentang telaah pustaka
yang terdiri dari pengertian pembiayaan dan analisa
7
pembiayaan. Kerangka toeritik yang membahas tentang
pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis
pembiayaan, pengertian KPRS, jenis-jenis KPRS dan
bentuk-bentuk jaminan.
BAB III Laporan Obyek, yang membahas tentang gambaran umum
yang terdiri dari sejarah Bank Muamalat Indonesia, deskripsi
Bank Muamalat Indonesia cabang Solo yang meliputi latar
belakang Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, sejarah
pendirian Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, visi dan
misi, organisasi perusahaan meliputi struktur organisasi dan
deskripsi kegiatan, konsep dasar operasional Bank Muamalat
Indonesia, kegiatan operasional Bank Muamalat Indonesia
dan produk-produk Bank Muamalat Indonesia cabang Solo.
BAB IV Analisa, yang membahas tentang prosedur pembiayaan
KPRS yang terdiri dari prosedur pengajuan pembiayaan,
prosedur analisa pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan
dan prosedur pengembalian pembiayaan. Cidera janji yang
terjadi dalam pembiayaan KPRS dan langkah yang ditempuh
untuk menghadapi cidera janji tersebut.
BAB V Penutup, yang membahas tentang kesimpulan dan saran.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah pustaka
Penelitian Widodo tahun 2002 berjudul “Strategi Meningkatkan Mutu
pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Anda Salatiga” menyebutkan bahwa
dalam suatu pembiayaan diperlukan analisa pembiayaan. Tujuan dilakukannya
analisa pembiayaan adalah mengetahui untuk siapa dan dalam bentuk apa
pembiayaan diberikan, untuk usaha apa pembiayaan tersebut diberikan, untuk
usaha apa dana pembiayaan tersebut, apakah calon nasabah mampu
mengembalikan pembiayaan, berapa jumlah uang yang diberikan dan bagaimana
resikonya. Lebih lanjut lagi analisa pembiayaan bertujuan untuk menilai
kelayakan usaha calon debitur, menekan resiko yang mungkin terjadi dan
menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dalam menilai debitur ada
prinsip yang dikenal 5C, yaitu : character (penilaian terhadap karakter atau
kepribadian calon debitur), capital (penilaian terhadap kemampuan modal yang
dimiliki oleh calon debitur), collateral (penilaian terhadap jaminan, dilihat dari
sisi ekonomi dan yuridis), capacity (penilaian terhadap kemampuan nasabah
dalam mengembalikan pembiayaan, conditions (penilaian terhadap kondisi
ekonomi yang dapat mempengaruhi usaha nasabah)
Penelitian Ulfa Fitriyaningsih dengan judul “ Tingkat Perkembangan
Kredit di Koperasi Pondok Pesantren Al Ishlah Tingkir Salatiga”, menyimpulkan
bahwa penyelesaian dari kredit bermasalah (macet) di kopontren Al Ishlah
9
Tingkir Salatiga menggunakan metode Reschedulling, Reconditioning,
Restructuring, kombinasi dan penyitaan jaminan.
Penelitian Mutain Billah tahun 2004 berjudul “Sistem Lending dalam
pengelolaan Simpan Pinjam di BMT Mandiri Cabang Jambu”, menyimpulkan
bahwa peningkatan pelayanan pembiayaan kepada nasabah bisa berupa proses
pembiayaan lebih cepat dan mudah, lebih ditekankan pada akad/perjanjian
sehingga tercapai kesepakatan yang tidak merugikan salah satu pihak. Contohnya
adalah nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dan apabila terjadi kerugian
maka nasabah hanya mengembalikan pinjaman pokok.
B. Kerangka teori
1. Pengertian pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah penyediaan atau
tagihan yang dipersembahkan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (UU No. 10 Tahun 1998)
Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan lembaga keuangan
syari’ah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana
yang telah dikumpulkan oleh lembaga tersebut dari masyarakat yang surplus
dana.1
1 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, Yogyakarta, UII press
2001, hlm. 10
10
2. Unsur-unsur pembiayaan
a. Pihak-pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam pembiayaan di sini adalah kreditur/pihak BMI
dan debitur/nasabah.
b. Kepercayaan
Kepercayaan di sini merupakan keyakinan bahwa apa yang telah
diberikan kreditur akan benar-benar dapat diterima kembali di masa yang
akan datang bahkan bisa memberikan keuantungan serta kepercayaan
debitur bahwa apa yang telah diterima akan dapat digunakan sesuai
dengan tujuan.
c. Degree of Risk (Resiko)
Merupakan resiko yang mungkin timbul dalam pemberian
kredit/pembiayaan antara lain adanya kredit macet, karena kondisi masa
yang akan datang belum bisa diketahui secara pasti.
d. Waktu dan Tempo
Dalam suatu perjanjian meminjam terdapat unsur waktu yaitu suatu
interval antara saat realisasi pembiayaan dengan masa pengembalian
pembiayaan.
e. Prestasi
Merupakan pemberian berupa uang, barang atau jasa oleh pihak bank.2
2 H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta,. Andi, 2000, hlm 2.
11
3. Jenis pembiayaan dibagi menjadi beberapa hal menurut segi penggunaan,
tujuan, pemakaian, jangka waktu, jaminan dan menurut akadnya:
a. Dari segi penggunaannya
1) Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan ini untuk memenuhi kebutuhan
a) Peningkatan produktif, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil
produktif maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan atau mutu
hasil produksi.
b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place
dari suatu barang.3
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan ini digunakan untuk keperluan proyek perluasan usaha
atau membangun pabrik/proyek baru di mana masa pemakaiannya
untuk satu periode yang relative lebih lama dan biasanya kegunaannya
pembiayaan ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Dari segi tujuannya
1) Pembiayaan Produktif
Pembiayaan ini digunakan untuk meningkatkan usaha,
produksi atau investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan
suatu barang atau jasa. Artinya pembiayaan ini digunakan untuk
3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta, Gema
Insani,2001, hlm. 160
12
diusahakan sehingga menghasilkan suatu barang baik berupa barang
atau jasa.
2) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan ini digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi.
3) Pembiayaan Perdagangan
Pembiayaan ini digunakan untuk kegiatan perdagangan dan
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut.4
c. Dari segi jangka waktu
1) Pembiayaan jangka pendek
Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang
dari 1 (satu) tahun.
2) Pembiayaan jangka menengah
Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu berkisar
antara 1 (satu) tahun sampai 3 (tiga) tahun.
3) Pembiayaan jangka panjang
Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu
pengembalian paling lama yaitu di atas 3 (tiga) tahun atau 5 (lima)
tahun.
d. Dari segi jaminan
1) Pembiayaan dengan jaminan
4 Kasmir, Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.2000. hlm 77
13
Merupakan pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu baik berupa barang berwujud atau tidak berwujud.
2) Pembiayaan tanpa jaminan
Merupakan pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat
prospek, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan
dengan bank yang bersangkutan.
e. Dari segi akad
1) Pembiayaan Mudharabah
Merupakan akad kerjasama yang dilaksanakan antara 2 (dua)
atau lebih, di mana pihak pertama sebagai penyedia seluruh dana dan
pihak lainnya sebagai pengelolanya.
2) Pembiayaan Musyarakah
Merupakan akad usaha yang dilaksanakan antara 2 (dua) atau
lebih, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan.
3) Pembiayaan Murabahah
Merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah.
Pada murabahah penjual (bank) menyebutkan harga pembelian barang
kepada pembeli (nasabah) kemudian bank mempersyaratkan laba
dalam jumlah tertentu.
14
4) Pembiayaan al Qardhu-Hasan atau benevolent loan
Merupakan pinjaman lunak yang diberikan atas dasar
kewajiban sosial semata di mana si peminjam tidak dituntut untuk
mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.5
4. Pengertian Pembiayaan KPRS
Yang dimaksud dengan pembiayaan KPRS adalah pembiayaan
kepemilikan rumah. Sedangkan pengertian dari pembiayaan KPR adalah
pembiayaan yang ditawarkan oleh BMI cabang Solo dalam rangka
memfasilitasi kepemilikan atau pembelian rumah yang dibangun oleh
pengembang/penjual.
Pembiayaan KPR yang diberikan oleh bank kepada nasabah
digunakan oleh membeli rumah berikut tanah untuk dimiliki dan
dipergunakan sendiri. Pelaksanaan pembiayaan KPR ini menggunakan akad
musyawarah wal ijarah bit-tamlik.
5. Jenis-Jenis KPR :
a. KPR Perorangan
Pembiayaan kepemilikan rumah perorangan merupakan
pembiayaan atas kepemilikan atau pembelian rumah yang dilakukan oleh
nasabah secara perorangan (individu) baik bagi nasabah yang
berpenghasilan tetap maupun nasabah yang berpenghasilan tidak tetap.
Pembayaran dalam pembiayaan ini dapat dilakukan dengan cara angsuran
5 Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII pres, Yogyakarta, 2000. hlm 41.
15
atau cicilan. Bagi yang nasabah yang berpenghasilan tetap cara
pembayaran dengan dipotong langsung dari gaji yang diterima setiap
bulan oleh bendahara tempatnya bekerja. Sebelumnya harus ada surat
kuasa terlebih dahulu.
b. KPR Kolektif
Pembiayaan KPR (Kongsi Pemilikan Rumah) kolektif merupakan
pembiayaan atas kepemilikan atau pembelian rumah yang dilakukan oleh
nasabah secara kolektif atau bersama-sama dari satu perusahaan/instansi.
Pembiayaan KPR kolektif ini terdiri dari beberapa orang pemohon yang
memiliki kesamaan dalam obyek pembiayaan. Pembayaran dalam
pembiayaan ini juga dilakukan dengan cara yang sama yaitu dipotong
langsung dari gaji yang diterima setiap bulannya oleh bendahara
tempatnya bekerja.
6. Bentuk-bentuk jaminan
Jaminan berfungsi untuk melindungi bank dari kerugian yaitu
memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan kepada debitur dapat diterima
kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.6
Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan oleh calon debitur
adalah sebagai berikut :
a. Jaminan dengan barang-barang seperti :
1) Tanah
6 Warkum Sumitro, SH. MH. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Keuangan
terkait:BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah di Indonesia. PT Grafindo Persada. Jakarta.2004. hlm 115
16
2) Bangunan
3) Kendaraan bermotor
4) Mesin-mesin/peralatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman/kebun/sawah
7) Dan barang-barang berharga lainnya.
b. Jaminan dengan surat berharga, seperti :
1) Sertifikat saham
2) Sertifikat obligasi
3) Sertifikat tanah
4) Sertifikat deposito
5) Promes
6) Wesel
7) Dan surat berharga lainnya
c. Jaminan orang/perusahaan
Jaminan yang diberikan oleh seseorang/perusahaan kepada bank
terhadap fasilitas pembiayaan yang diberikan. Apabila pembiayaan
tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan
itulah yang diminta pertanggungjawabannya/menanggung resiko.
d. Jaminan Asuransi
17
Yaitu bank menjaminkan pembiayaan tersebut kepada pihak
asuransi, terutam terhadap fisik obyek pembiayaan, seperti kendaraan,
gedung dan lainnya. Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka
pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.7
Bentuk jaminan yang diterapkan pada BMI adalah sama dengan
bentuk jaminan yang diterapkan pada Bank Konvensional yaitu jaminan
peorangan dan jaminan kebendaan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal
penerapan jaminan kebendaan antara BMI dengan Bank konvensional.
Perbedaannya adalah terletak pada jaminan kebendaan atas pembiayaan
Murabahah dan Ba’I Bitsaman Ajil. Pada kedua jenis pembiayaan ini
jaminan kebendaan bukan merupakan jamnian pokok/tahun, karena
pembiayaan yang belum lunas pembayarannya, barang tersebut masih
berstatus sebagai barang jaminan. Jadi jaminan utamanya adalah barang
yang menjadi obyek pembiayaan tersebut.
Penerapan jaminan perorangan pada BMI sama dengan yang
dilaksanakan oleh Bank Konvensional bahwa jaminan perorangan pada
BMI tidak bertentangan dengan Syari’ah Islam.
7 Kasmir, Op Cit. hlm 80-81
18
BAB III
LAPORAN OBYEK
A. Sejarah Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai
kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi
peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 1990’an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
19
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga
modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan
masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat.
Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari
rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha
baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di
tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan
20
serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun
ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah
Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah
terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal
pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp
48,4 miliar pada tahun 2004.8
B. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya BMI Cabang Solo
Perkembangan Bank Muamalat hingga saat ini sangat menggembirakan.
Hal ini menunjukkan Bank Syari’ah dengan konsep bagi hasil mampu bersaing
dengan Bank Konvensional. Salah satu moment penting yang tidak dapat
dilupakan adalah krisis moneter yang melanda Indonesia khususnya sektor
ekonomi, akan tetapi dengan keyakinan menjalankan roda Perbankan Syari’ah
dengan Hukum Allah, Bank Muamalat tetap eksis dalam menghadapi krisis
tersebut.
Dengan keyakinan penuh untuk membangun perekonomian Ummat, Bank
Muamalat Indonesia terus melakukan dakwah. Pembukaan kantor cabang baru
8 www.muamalatbank.com
21
menjadi prioritas utama di tahun 2003. Pada tahun 2003 sebagai tahun Layanan
dan Jaringan telah membuka 23 kantor cabang baru di seluruh Indonesia, suatu
angka yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam kurun waktu 11 tahun.
Salah satu yang menjadi skala prioritas Bank Muamalat adalah Kota Surakarta
yang juga dikenal dengan sebutan Kota Solo.
Pilihan terhadap Kota Solo dilakukan dengan pertimbangan:
1. Letak
2. Potensi Funding dan Lending
3. Komitmen Masyarakat terhadap Syari’ah Islam
Awal pendirian Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo di mulai dengan
mendirikan Muamalat Bussiness Centre (MBC) pada awal tahun 2002 sebagai
sarana untuk memperkenalkan Bank Muamalat kepada masyarakat Kota Solo dan
sekitarnya. MBC ini berkantor di PT. telkom, JL. Mayor Kusmanto No. 01 Solo.
Kegiatan MBC di antaranya silaturrahmi dengan masyarakat Solo dan sekitarnya
untuk memperkenalkan konsep syari’ah dan produk-produk Bank Muamalat baik
dari segi pendanaan maupun pembiayaan. Alhamdulillah kegiatan sosialisasi ini
mendapat tanggapan positif dari masyarakat Solo dan sekitarnya. Kegiatan dan
program MBC ini akhirnya membuahkan hasil, yaitu dengan menetapkan bahwa
di Eks Karesidenan Solo segera dibuka Cabang Bank Muamalati Indonesia.
Alhamdulilah pada tanggal 8 September 2003 Bank Muamalat Kantor
Cabang Solo memulai kegiatan operasional ditandai dengan peresmian Kantor
22
Cabang Solo yang berkantor di Jl. Kapten Mulyadi No. 87 F Ruko Lojiwetan
Pasar Kliwon Solo oleh Walikota Solo Bapak Slamet Suryanto. Untuk
mengakomodir kebutuhan nasabah atas layanan yang prima dan kantor yang
lebih besar, maka pada tanggal 13 November 2006 kantor cabang utama
direlokasi ke Jl. Slamet Riyadi No. 314 (Depan Stadion Sriwedari Solo) dan
kantor lama yang berlokasi di Jl. Kapten Mulyadi No. 87 F Lojiwetan Solo
berubah statusnya menjadi kantor kas. Pada tanggal 31 Agustus 2007, BMI
membuka kantor layanan di RS PKU Muhammdiyah surakarta, Jl.
Ronggowarsito No. 130 Surakarta. Dan pada bulan Juni 2008 BMI membuka
Unit Pelayanan Syari’ah Klaten yang berlokasi di Jl. Pemuda No. 295 Klaten.
Akhirnya dengan harapan yang tak pernah putus, keinginan untuk terus
bekerja, berjihad dan berdakwah untuk ekonomi islam tetap menjiwai semangat
para kru Muamalat. Dengan dukungan Sumber Insani yang mempunyai semangat
jihad yang tinggi, Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dan sekitarnya, dengan
harapan yang besar kepada masyarakat agar dapat berperan sebagai mitra dengan
ikatan ukhuwah dalam berjuang untuk membangun perekonomian Islam.
C. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia
Visi dari Bank Muamalat Indonesia :9
1. Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia
9 Ibid.
23
2. Dominan di pasar spiritual
3. Dikagumi di pasar nasional
Misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi role mode lembaga
keuangan syari’ah dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
menajemen dan orientasi investasi yang inovarif untuk memaksimalkan nilai bagi
stake holder.
D. Struktur Organisasi
Direktur Utama
Businnes-Manager (Kepala Kantor)
Marketing/AM
Direktur Administrasi
Operational Manager
Kas&Layanan (CS. Teller)
Back Office Umum Personalia Support
Gambar : 3.1
Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
Sumber: Dokumen BMI Cabang Solo
24
E. Job Description
1. Business Manager
Mengawasi, mengkoordinasi, melindungi dan bertanggung jawab atas
seluruh kinerja karyawan dan kondisi umum Bank Muamalat Cabang Solo
2. Operation Manager
Mengawasi, mengkoordinasi dan menerima pertanggung jawaban
secara langsung bagian operation (teller, customer servis, back office dan
operation pembiayaan), bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional
harian di bagian lain, seperti ijin keluar–masuk dan penggunaan inventaris
kantor
3. Teller
a. Melayani penyetoran dan penarikan tunai nasabah
Melayani penyetoran warkat kliring dan inkaso.
b. Melayani pindah buku dan tranfer.
c. Membuat cash register (teller dan kas besar) rincian mutasi harian kas.
d. Melaporkan kelebihan uang untuk disetorkan ke khazanah (brankas)
e. Head Teller
Bertanggung jawab dan mengawasi jalannya transaksi dan tugas
seluruh teller
25
4. Operation Pembiayaan
Bertugas atas administrasi pembiayaan terhadap seluruh nasabah yang
mengajukan pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
5. Back Office
Bertugas menjalankan kegiatan kliring dan seluruh transaksi antar
bank, perorangan dengan bank yang prosesnya melalui Bank Indonesia
6. Customer Service
a. Melaksanakan pembukaan dan penutupan rekening giro, tabungan dan
deposito.
b. Registrasi warkat cek/bilyet gilro.
c. Melayani tamu
d. Melayani komplain nasabah.
e. Registrasi kartu ATM
f. Sebagai pusat informasi
8. Account Manager
Bertugas sebagai marketing Bank Muamalat baik di bidang Funding
(penanaman dana) dan Lending (pelemparan dana)
9. Service Assisten
26
Bertanggung jawab atas administrasi dokumen–dokumen, berperan
sebagai humas Muamalat, membantu Business Manager, Operation Manager
dan General Affair dalam melakukan tugas–tugas administratif.
10. Unit Support Penanaman Dana (USPD)
Bertanggung jawab atas seluruh dokumen yang berkaitan hukum baik
intern maupun ekstern, dokumen nasabah dan dokumen Bank. Bertindak
sebagai legal atau memiliki kewenangan secara hukum.
11. General Affair
Bertanggung jawab atas administrasi karyawan, sarana logistik dan
keuangan
12. Residence Audit
Bertugas sebagai auditor dan pengawas seluruh dokumen, transaksi,
dan administratif kegiatan Bank Muamalat untuk untuk menghindari segala
bentuk penyimpangan
Non Staff Banking
1. Security
a. Membukakan pintu apabila ada nasabah/staff yang datang.
27
b. Menjaga keamanan Bank Muamalat Indonesia kantor BMI.
2. Driver
a. Mengantar staff saat melaksanakan pekerjaan kantor.
b. Menjaga agar kondisi kendaraan dinas kantor selalu dalam keadaan siap
jalan/baik.
F. Konsep Dasar Operasional Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia mempunyai lima konsep dasar operasional
yang terdiri dari sistem simpanan murni (Al-Wadiah), sistem bagi hasil, sistem
jual beli dan margin keuntungan, sistem sewa (Al-Ijarah) dan sistem jasa (fee).
1. Sistem Simpanan Murni (Al-Wadiah)
Yaitu fasilitas yang diberikan oleh bank islam untuk memberikan
kesempatan kepada pihak yang berkelebihan dana untuk menyimpan dananya
di bank. Fasilitas ini biasanya diberikan untuk tujuan keamanan dan
pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan investasi.
2. Sistem Bagi Hasil
Yaitu suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank dengan
nasabah penerima dana. Bank jasa yang berdasarkan konsep dasar ini adalah
mudharabah dan musyarakah.
3. Sistem Jual Beli dan Margin Keuntungan
28
Yaitu suatu system yang menerapkan tata cara jual beli, dimana pihak
bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai agen bank dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen
bank melakukan pembelian-pembelian barang atas nama bank, kemudian
bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah
dengan keuntungan (margin/mark up). Jasa-jasa yang berdasarkan konsep
dasar ini adalah mudharabah dan al bai’u bitsaman ajil.
4. Sistem Sewa (Al-Ijarah/al- ta’jiri)
Sistem sewa terbagi dalam dua jenis, yaitu:
1. Al-Ijarah
Perjanjian sewa yang memberi kesempatan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan. Setelah masa sewa berakhir barang akan dikembalikan kepada pemilik.
2. Al- ta’jiri
Sama dengan al-ijarah, tetapi setelah masa sewa berakhir pemilik barang menjual barang yang disewa kepada penyewa dengan harga yang disepakati.
5. Sistem Jasa (Fee)
Yaitu sistem kegiatan yang meliputi seluruh layanan non pembiayaan
yang diberikan bank. Bentuk jasa yang berdasarkan konsep dasar ini antara
lain: bank garansi, kliring, inkaso, jasa transfer dan lain-lain.10
G. Kegiatan Operasional Bank Muamalat Indonesia
10 Warkum. Op Cit. hlm 91-93.
29
Kegiatan Operasional pada Bank Muamalat Indonesia antara lain sebagai
berikut:
1. Kegiatan operasional di bidang penghimpunan dana
Dalam menghimpun dana masyarakat, BMI menerima simpanan dari
masyarakat dan menerima dana dari pihak ketiga. Kegiatan operasional yang
dilakukan adalah:
a. Giro Wadiah
Yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b. Tabungan Mudharabah
Yaitu dana yang disimpan nasabah di kelola bank, untuk
memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah
berdasarkan kesepakatan bersama.
c. Deposito Investasi Mudharabah
Yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu melalui perjanjian antara penyimpan dengan bank
bersangkutan dengan menerapkan system bagi hasil keuntungan.
d. Tabungan Haji Mudharabah
30
Yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada
saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada saat tertentu sesuai
dengan yang diperjanjikan.
e. Tabungan Kurban
Yaitu simpanan pihak ketiga yang dikumpulkan untuk ibadah
kurban dengan penarikan yang dilakukan pada saat nasabah akan
melaksanakan kurban atau pada saat tertentu yang disepakati bersama.
2. Kegiatan operasional di bidang penyaluran dana
Kegiatan operasional di bidang penyaluran dana meliputi:
a. Pembiayaan Al-Mudharabah
Yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah,
dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan
tertentu dari nasabah, sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa
campur tangan bank. Bank mempunyai hak mengajukan usul dan
melakukan pengawasan.
b. Pembiayaan Al-Musyarakah
Yaitu suatu perjanjian dimana bank menyediakan sebagian dari
pembiayaan bagi usaha/kegiatan tertentu sebagian lain disediakan oleh
mitra usaha. Dalam hal ini bank ikut serta dalam manajemen usaha
tersebut.
c. Pembiayaan Al-Murabahah
31
Yaitu suatu perjanjian pembiayaan di mana bank membiayai
pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran
ditangguhkan.
d. Pembiayaan Al-Bai’u Bitsaman Ajil
Yaitu suatu perjanjian dimana bank membiayai pembelian suatu barang
dengan sistem pembayaran angsuran/cicilan.
e. Pembiayaan Al-Qordhul Hasan
Yaitu suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi pinjaman, baik
berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau
biaya apapun.
f. Pembiayaan Al-Ijarah dan Al-Ta’jiri
Yaitu perjanjian sewa-menyewa yang biasanya digunakan dalam
usaha leasing baik secara sewa murni (operating lease) maupun secara
sewa beli (finance lease)
g. Jasa-Jasa Lainnya
PT. Bank Muamalat Indonesia juga dapat memberikan jasa-jasa
antara lain sebagai berikut:
1) Pemberian garansi dengan konsep kafalah.
2) Pemberian jasa transfer dengan konsep dasar al-hiwalah.
3) Pemberian jasa penitipan barang dan surat berharga atas dasar konsep
dasar :
32
a) Al-wadiah
Yaitu bank menerima titipan berupa uang, barang atau
surat berharga yang tujuannya untuk disimpan (safe deposite box)
dan bank memperoleh fee sebagai imbalan
b) Al-wakalah
Yaitu bank menerima titipan berupa uang atau surat
berharga dan mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk
mengelola uang atau surat berharga tersebut.
4) Pemberian jasa pembukuan L/C dapat dilakukan untuk perdagangan
dalam negeri dan atau perdagangan luar negeri.11
3. Produk–produk Bank Muamalat Indonesia
Produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang Solo
antara lain :12
a. Produk Penghimpunan Dana
1) Tabungan Ummat
Simpanan pada Bank Muamalat dalam mata uang rupiah di
mana penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Bank Muamalat.
11 Ibid. hlm. 03-109 12 Brosur-brosur Bank Muamalat Indonesia
33
Keuntungan dan Kerugian :
a) Akses di lebih dari 8.888 ATM BCA dan ATM Bersama.
b) Sebagai kartu debit untuk berbelanja di 18.000 merchant berlogo
Debit BCA.
c) Bagi hasil bersaing tiap bulan.
d) Online real time di seluruh outlet.
e) Fasilitas phone banking 24 jam : informasi saldo, histori transaksi,
ubah PIN, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran ZIS, dan
lain- lain.
f) Fasilitas cek saldo via SMS.
g) Fasilitas pembayaran zakat otomatis.
h) Fasilitas pembayaran otomatis (auto debet) tagihan bulanan.
Persyaratan :
a) Fotokopy identitas diri (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku.
b) Setoran awal Rp 500.000,-
2) Kartu Shar-e
Kartu Tabungan yang dikemas khusus dalam bentuk Paket
Perdana seharga Rp 125.000,- bekerjasama dengan Kantor Pos.
Keuntungan dan Fasilitas :
a) Dapat diperoleh di seluruh kantor pos
b) Pengaktifan yang mudah dan murah (Fasilitas Phone Banking
dengan pulsa lokal)
34
c) Dapat ditarik di seluruh ATM Bersama, ATM BCA
d) Sebagai kartu belanja di merchant BCA
e) Dapat setor tunai di kantor pos counter Muamalat dan Tranfer.
3) Tabungan Haji Arafah
Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang
ditujukan bagi anda yang berniat untuk melaksanakan ibadah haji
secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang
dikehendaki.
Keuntungan dan Fasilitas :
a) Menguntungkan, akan diberikan bagi hasil secara otomatis yang
akan ditambahkan ke dalam saldo Tabungan Arafah
b) Terencana, tahun keberangkatan dan besarnya setoran tabungan
dapat direncanakan sesuai kemampuan
c) Terjamin, Bank Muamalat on-line dengan Siskohat Departemen
Agama sehingga memberi kepastian untuk memperoleh
porsi/quota keberangkatan
d) Aman, khusus nasabah yang memiliki saldo efektif minimal Rp
5.000.000,- akan memperoleh perlindungan Asuransi Syari’ah
4) Deposito Mudharabah
Pilihan investasi dalam bentuk rupiah atau USD dengan
jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang halal, murni sesuai syari’ah.
35
Dana anda akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai
berbagai usaha produktif dan terjamin kehalalan dan kesesuaiannya
dengan syari’ah.
Keuntungan dan Fasilitas :
a) Memperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan
b) Investasi disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif yang halal
c) Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan
d) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) pada
saat jatuh tempo
e) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk
referensi Bank Muamalat
Persyaratan :
a) Jumlah Deposito minimal Rp 1.000.000,- atau USD 500
b) Mengisi Formulir pembukaan deposito, melampirkan fotokopy
identitas diri (khusus nasabah perorangan)
5) Deposito FULINVES
Merupakan investasi pihak ketiga di Bank Muamalat dalam
mata uang rupiah dengan nilai minimal Rp 2.000.000,- dan jangka
waktu enam bulan dan 12 bulan, yang diperuntukkan bagi nasabah
perorangan untuk dikelola secara syari’ah dan memperoleh bagi hasil.
Keuntungan dan Fasilitas :
a) Memeperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan
b) Investasi disalutkan untuk pembiayaan usaha produktif yang halal
36
c) Jangka watu enam dan 12 bulan
d) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) pada
saat jatuh tempo
e) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk
referensi Bank Muamalat
f) Deposito dalam valuta rupiah minimal senilai Rp 2.000.000,- akan
memperoleh fasilitas asuransi syari’ah senilai deposito atau
maksimal Rp 50.000.000,-
g) Deposito dalam valuta US dollar minmal senilai USD 500 akan
memperoleh fasilitas asuransi syari’ah senilai deposito atau
maksimal senilai Rp 500.000.000,-
Persyaratan :
Nasabah perorangan : mengisi formulir pembukaan deposito
dan melampirkan fotokopy identitas diri.
6) Giro Wadi’ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek, bilyet giro dan
sarana pemindahbukuan.
Keuntungan dan Fasilitas:
a) Online real time di seluruh outlet Bank Muamalat
b) Kartu ATM dan kartu Debit
37
c) Phone Banking 24 jam: informasi saldo, histori transaksi, ubah
PIN, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran ZIS, dan lain-
lain.
Persyaratan:
a) Nasabah Perorangan : Setoran awal minimal Rp 500.000,- atau
USD 500, mengisi formulir pembukaan, melampirkan fotocopy
identitas diri dan NPWP
b) Nasabah Perusahaan : Setoran awal minimal Rp 1.000.000,- atau
USD 500, mengisi formulir pembukaan, melampirkan fotocopy
identitas diri dan NPWP serta TDP dan surat ijin perusahaan
7) Dana Pensiun
Merupakan produk Dana pensiun, program iuran pasti dengan
pengelolaan investasi dilakukan secara syari’ah.
Keuntungan dan Fasilitas:
a) Dana anda disalurkan ke sektor usaha yang menguntungkan
b) Produktif dan halal sesuai dengan syari’ah
c) Merupakan salah satu cara memperoleh jaminan penghasilan hari
tua
d) Memperoleh menfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil
pengembangan
e) Menetapkan sendiri usia pensiun
f) Bebas memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh
pembayaran dana pensiun bulanan
38
b. Produk Pengelolaan Dana
1) Piutang Murabahah
Fasilitas penyaluran dana dengan system jual beli. Bank akan
membelikan barang-barang halal yang dibutuhkan kemudian
menjualnya untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah.
Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal
kerja dan investasi : pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan,
dan lain-lain)
Minimal pembiayaan ini adalah Rp 50.000.000,-
2) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dalam bentuk modal dana yang diberikan oleh
bank untuk dikelola dalam usaha yang disepakati besarnya.
Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan bank sepakat untuk
berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut.
Jenis usaha yang dapat dibiayai : perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain berupa
modal kerja dan investasi.
Syarat yang diperlukan untuk mendapatkan pembiayaan :
usahanya sudah berjalan ± dua tahun.
3) Piutang Istisna’
39
Fasilitas penyaluran dana untuk mengadakan obyek/barang
investasi yang diberikan berdasarkan pesanan anda.
4) Rahn (gadai)
Rahn adalah perjanjian penyerahan barang/harta sebagai
jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas/perhiasan/kendaraan.
BAB IV
ANALISIS
Pembiayaan KPRS merupakan layanan jasa pembiayaan yang diberikan oleh
pihak BMI Solo kepada nasabah debitur perorangan (individu), guna untuk
melakukan pembelian rumah berikut tanahnya untuk dimiliki atau digunakan sendiri.
Pembiayaan KPRS yang ditawarkan BMI Cabang Solo merupakan pembiayaan
pembelian rumah baik rumah baru maupun rumah second (lama). Pembiayaan KPRS
akan diberikan setelah nasabah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
Pelaksanaan pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo menggunakan skim
musyarakah wal ijarah muntahiyah bit tamlik yaitu akad perjanjian kerjasama sewa
beli di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pihak bank sebagai
penyedia dana dan nasabah sebagai pihak yang memesan untuk membeli rumah
dengan cara pembayaran secara angsuran. Dalam akad perjanjian tersebut bank akan
mendapatkan keuntungan dari margin yang telah ditentukan dengan kesepakatan
bersama antara bank dengan nasabah.
Berdasarkan akad perjanjian di atas, maka bank terlebih dahulu akan membeli
rumah yang dipesan oleh nasabah kemudian menjualnya dengan harga jual bank,
yaitu harga beli dari developer/penjual ditambah dengan keuntungan yang telah
40
ditetapkan oleh bank dan disepakati oleh nasabah. Dengan ketentuan harga jual bank
ditentukan sejak awal perjanjian dibuat dan tidak boleh berubah selama waktu akad
serta adanya kepastian dari segi jumlah angsuran selama periode pembiayaan. Besar
margin ditentukan berdasarkan jangka waktu yang dipilih nasabah. Semakin lama
jangka waktunya semakin besar margin yang dikenakan.
A. Prosedur Pembiayaan KPRS
Prosedur pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo mempunyai 4 tahapan,
yaitu prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisis pembiayaan, tahap
realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan.
1. Prosedur Pengajuan Pembiayaan
a. Calon nasabah datang ke kantor BMI Cabang Solo untuk menanyakan
tentang bagaimana cara mengajukan pembiayaan KPRS.
b. Karyawan BMI akan menjelaskan kepada calon nasabah tentang
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo. Persyaratan-persyaratan tersebut
antara lain :
1) Warga negara Indonesia
2) Telah berusia 21 (dua puluh satu tahun) atau telah menikah dan
berwenang melakukan tindakan hukum (telah dewasa menurut hukum
dan tidak berada dalam pengampunan)
3) Memiliki penghasilan yang menurut bank dapat menjamin
kelangsungan pembayaran kewajiban (angsuran pokok dan margin)
sampai pembiayaan lunas. Penghasilan yang di maksud adalah
41
penghasilan yang bersifat tetap (gaji bulanan) maupun tidak tetap
(pendapatan dari pekerjaan bebas)
4) Mempunyai pekerjaan tetap (sebagai karyawan atau pekerjaan lainnya
yang memperoleh gaji tetap) atau menjalankan usahanya sendiri
(wirausaha) dengan masa kerja minimal 1 (satu) tahun.
5) Tidak memiliki pembiayaan bermasalah baik di bank maupun di bank
lain.
6) Pemohon yang masih berstatus sebagai nasabah di bank maupun di
bank lain untuk jenis pembiayaan apapun, disyaratkan penghasilannya
masih cukup untuk membayar (angsuran pokok dan margin) atas
seluruh pembiayaan (baik yang telah ada maupun yang akan diminta).
7) Menyampaikan NPWP pribadi untuk permohonan pengajuan di atas
100 juta.
Syarat data aspek legalitas bagi debitur yang memiliki penghasilan
tetap (karyawan) dan tidak tetap (wiraswasta) antara lain :
1) Surat permohonan pembiayaan
2) Photo copy KTP
3) Photo copy KTP istri/suami yang masih berlaku
4) Photo copy akta nikah
5) Photo copy KK (kartu keluarga)
6) Surat persetujuan istri/suami
7) Photo copy NPWP
8) Photocopy SIUP untuk usaha perdagangan
42
9) Photo copy TDP untuk perusahaan
10) Surat-surat jaminan, yang terdiri dari :
a) Photo copy sertifikat SHGB/SHM
b) Photo copy IMB (Ijin Mendirikan Bangunan)
c) PBB dan STTS terbaru
Syarat data keuangan yang harus dipenuhi :
1) SK pengangkatan PNS (untuk debitur yang penghasilan tetap)
2) Slip gaji/rincian penghasilan
3) Photo copy rekening koran/tabungan/giro untuk 3 bulan terakhir
4) Surat kuasa pemotongan gaji dari bendaharawan
c. Setelah semua berkas persyaratan dipenuhi nasabah kembali ke BMI
Cabang Solo untuk menyerahkan berkas-berkas tersebut, bisa melalui
customer service yang pada akhirnya akan diserahkan ke bagian account
manager atau langsung menyerahkan berkas tersebut kepada account
manager.
Semua syarat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembiayaan KPRS
harus dipenuhi semua untuk kelancaran proses pembiayaan.
2. Prosedur Analisis Pembiayaan
Setelah semua berkas-berkas yang diperlukan diterima oleh Account
Manager, maka tahap selanjutnya adalah penilaian kelayakan pembiayaan.
Penilaian ini menggunakan prinsip 5 C.13
13 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,Jakarta,PT. Grafindo Persada, 2002,hlm. 117.
43
a. Character
Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi
secara numerik. Namun demikian, hal ini merupakan pintu gerbang utama
proses persetujuan pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon
nasabah dapat berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap
orang yang beritikad buruk seperti berniat membobol bank. Untuk
memperkuat data ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Wawancara
Karakter seseorang dapat dideteksi dengan melakukan verikasi
data dengan interview. Apabila data-data benar, maka calon nasabah
seharusnya dapat menjawab semua pertanyaan dengan mudah dan
yakin. Apabila ada kesalahan, maka hal ini bisa merupakan indikasi
awal sebuah itikad buruk.
2) BI Checking
BI checking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan
yang telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang
ditetapkan oleh BI.
3) Bank checking
Bank checking dilakukan secara personal antara sesama
officer bank, baik dan bank yang sama maupun bank yang berbeda.
Biasanya setiap officer memiliki pengalaman tersendiri dalam
berhubungan dengan calon nasabah.
44
4) Trade checking
Analisa dilaksanakan terhadap usaha-usaha sejenis, pesaing,
pemasok dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihak terkait
pasti meninggalkan kesan tersendiri yang dapat memberikan indikasi
tentang karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan seperti
cara pembayaran.
b. Capacity
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk
memahami kemampuan orang untuk berbisnis. Hal ini dapat dipahami
karena watak yang baik semata-mata tidak menjamin seseorang mampu
berbisnis dengan baik. Untuk perorangan hal ini tidak terindikasi dari
referensi ataupun curriculum vitae yang dimilikinya. Hal ini dapat
menggambarkan kerja/bisnis yang bersangkutan. Untuk perusahaan hal
ini dapat terlihat dari laporan keuangan dan past performance usaha. Hal
ini dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi
semua kewajiban termasuk pembayaran pelunasan pembiayaan.
Untuk mengetahui kapasitas nasabah, bank harus memperhatikan :
1) Angka-angka hasil produksi
2) Angka-angka hasil penjualan dan pembelian
3) Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksi
4) Data finansial perusahaan beberapa tahun terakhir yang tercermin
dalam neraca laporan keuangan.
45
Untuk pembiayaan konsumtif, analisa diarahkan pada kemampuan
sumber penghasilan calon nasabah membiayai seluruh pengeluaran
bulanannya. Untuk itu yang perlu dianalisa adalah :
1) Perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja
2) Lama bekerja
3) Penghasilan
c. Capital (modal)
Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah sendiri
tidak yakin akan usahanya, maka orang lain akan lebih tidak yakin.
Untuk mengetahui hal ini, bank harus melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1) Melakukan analisa neraca 2 tahun terakhir
2) Melakukan analisa ratio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas dari perusahaan.
d. Conditions (kondisi)
Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah,
seperti kebijakan pembatasan usaha properti, pelarangan ekspor pasir laut,
trend PHK besar-besaran usaha sejenis dan lain-lain.
e. Collateral (jaminan)
46
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan
dimaksud harus mampu mengcover resiko bisnis calon nasabah. Analisa
yang dilaksanakan antara lain :
1) Meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan
2) Mengukur dan memperkirakan stabilitas harga jaminan dimaksud
3) Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif
singkat tanpa harus mengurangi nilainya
4) Memperhatikan pengikatannya, sehingga secara legal bank dapat
dilindungi
5) Rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin tinggi resiko
tersebut maka semakin tinggi keperluan bank terhadap kesungguhan
calon nasabah
6) Marketabilitas jaminan, jenis-jenis lokasi jaminan sangat menentukan
tingkat marketable suatu jaminan. Rumah yang berharga jutaan rupiah
bisa turun hanya terletak di lokasi yang sulit dijangkau.
Setelah itu semua berkas-berkas tersebut oleh account manager
diserahkan ke bagian USPD untuk dianalisa lebih lanjut. Analisa yang
dilakukan oleh pihak USPD antara lain :14
a. Analisa yuridis : mengenai kewenangan hukum yang mewakili. Dilihat
dari nasabahnya/orang yang mengajukan pembiayaan cacat hukum atau
tidak. Analisa administrasi (misal : KTP atau KK masih berlaku atau
tidak)
14 Wawancara dengan pegawai USPD pada hari Jum’at tanggal 24 Juli 2009.
47
b. Penilaian dan penyelidikan melalui penilaian agunan yang dijadikan
jaminan dengan cara apakah nilainya sesuai dengan pembiayaan yang
diajukan, marketability atau tidak, surat-surat agunan yang akan dibiayai
lengkap atau tidak.
c. Pemeringkatan nasabah dan analisa lapangan keuangan. Di setiap bank
sudah ada standarisasi pemeringkatan tersendiri. Standarisasi
pemeringkatan nasabah ini dipengaruhi oleh, apakah nasabah tersebut
sudah menikah atau belum, memiliki pekerjaan tetap atau wiraswasta,
sudah mempunyai anak atau belum, berapa lama bekerja.
d. Hubungan kerja AM dan USPD pada awal proses penerimaan Dana
1) AM menerima proposal pengajuan PD dari nasabah
2) AM memberikan data-data ke USPD untuk dilakukan analisa
3) Berdasarkan data yang diperoleh, USPD melakukan analisa terhadap
calon nasabah, yaitu :
a) Hukum : analisa yuridis
b) Penilaian dan penyelidikan jaminan BI checking dan lain-lain
c) Pemeringkatan nasabah dan analisa laporan keuangan
4) Hasil dari analisa tersebut diserahkan kembali ke AM untuk dianalisa
lebih lanjut
5) Copy dari hasil pemeringkatan nasabah selain diserahkan ke AM juga
diserahkan ke PSG dan CRMU.
Proposal
AM
USPD
Hukum Penilaian & Penyelidikan
Pemeringkatan nasabah dan analisis
1
2
3
48
Gambar : 4.1
Bagan hubungan kerja AM dan USPD pada awal proses penanaman dana
s
Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo semua proses dalam menganalisis pembiayaan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Untuk mengurangi timbulnya pembiayaan yang bermasalah. Berikut ini uraian pelaksanaan proses pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo, antar lain :
a. Inisiasi
Pengumpulan informasi melalui ta’aruf dan wawancara. AM
memperoleh data-data sementara tentang kondisi keuangan nasabah dan
memeriksa ulang semua kelengkapan dan kebenaran data-data. Tujuan
dari kegiatan ini untuk mengetahui sikap/komitmen serta konsistensi
49
keabsahan data yang disampaikan secara tertulis oleh nasabah.
Selanjutnya dalam kegiatan ta’aruf diperlukan adanya data standar
nasabah bagi setiap AM yang ingin melakukan wawancara.
Dari kegiatan tersebut dapat diambil kesimpulan secara tepat
apakah permohonan pembiayaan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1) Kelengkapan data pemohon
2) Penjelasan data pendukung
3) Pemikiran kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon
Penentuan calon nasabah, dilihat dengan cara melihat data
keuangan atau jaminan.
b. Proses pengajuan
Dealing dengan calon nasabah, setelah itu AM mencantumkan
nasabah yang bersangkutan ke dalam pipeline yang akan dilaporkan
kepada supervisor tiap awal bulan, penyampaian check list dokumen
pembiayaan pada calon nasabah, penyampaian prosedur dan proses
pembiayaan, kemudian AM menyampaikan dateline kepada calon
nasabah untuk mempercepat proses pengumpulan kelengkapan dokumen.
c. Pengumpulan data
d. Proses usulan pembiayaan
1) Penyidikan
2) Pembuatan analisa laporan keuangan
3) Pembuatan memorandum dan usulan pembiayaan
50
e. Pemeriksaan
Pemeriksaan kelengkapan dokumen dan aspek legalitas dari calon
nasabah oleh bagian support, kemudian bagian support memberikan
laporan hasil pemeriksaan calon nasabah kepada AM, dan membuat
analisis yuridis.
f. Pengajuan komite
Pengecekan paraf dan penandatanganan dokumen oleh AM,
pengecekan oleh bagian support dan sekretaris komite, pengesahan
dokumen UP dengan stempel sekretaris komite, pengajuan persetujuan
anggota komite.
g. Persetujuan komite
Pemeriksaan dan analisis kelayakan calon nasabah oleh komite,
untuk permintaan persetujuan secara sirkulasi dimulai dari anggota
komite yang mempunyai limit terkecil, persetujuan anggota komite
dengan penandatanganan usulan pembiayaan.
h. Offering letter
i. Pengikatan/penandatanganan akad
Pengikatan dilakukan setelah calon nasabah memenuhi semua
kewajibannya yang meliputi, penandatanganan dan penyerahan OL,
pembukaan rekening giro, pembayaran semua biaya dan deposito.
1) Pengikatan autentik atau notariel
51
Pengikatan ini dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat
umum yang menurut UU ditugaskan untuk membuat akte tersebut
(dalam hal ini notaris). Untuk jenis pengikatan yang bersifat notariel,
wajib dilaksanakan untuk pembiayaan yang berplafond di atas Rp. 50
juta kecuali untuk pengikatan pembiayaan yang bersifat back to back
financing/cash collateral.
2) Pengikatan di bawah tangan
Dibuat oleh bank dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Pengikatan di bawah tangan ini dapat menjadi alat bukti yang syah di
pengadilan harus didukung oleh alat bukti lainnya.
Sebagai lembaga keuangan syariah, maka setiap dilaksanakan
pengikatan baik berbentuk pengikatan notariel/ pengikatan di bawah
tangan harus ada saksi yang hadir.
dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Al Baqarah : 282)
52
Pengikatan jaminan dengan menggunakan hak tanggungan.
Pengikatan ini diberikan pada jaminan yang obyeknya adalah tanah
atau bangunan. Dalam hal nasabah cidera janji, hak tanggungan
digunakan untuk pelunasan pembiasaan, yang memberikan kedudukan
lebih utama (hak perferen) dari pihak-pihak lain yang juga memegang
hak tanggungan atas obyek jaminan yang sama.
Nilai hak tanggungan dipasang sekurang-kurangnya sebesar
nilai piutang/harga jual atau pembiayaan kecuali dalam nilai transaksi
lebih kecil dari nilai piutang/harga jual, maka pembebanan nilai hak
tanggungan sebesar nilai taksasi.
Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh nasabah antara
lain :
a) Biaya administrasi : 1,3% dari plafond
b) Biaya notaris : sesuai dengan tagihan notaris
c) Biaya-biaya asuransi, materai dan transfer : akan ditentukan
kemudian.
Dengan catatan, pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan
oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam
mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad)
b) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
53
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
j. Droping
Setelah pengikatan dilaksanakan dengan nasabah, maka AM
segera membuat memo droping dan instruksi droping. Memo droping
mencantumkan semua biaya yang harus didebet oleh bagian OP, memo
droping, instruksi droping dan semua dokumen pengikatan disertai pada
bagian support setelah dicek dan ditandatangani oleh AM untuk
dimintakan persetujuan pimpinan cabang. Setelah mendapat persetujuan
pimpinan cabang bagian support segera menyerahkan memo dan instruksi
droping beserta semua kelengkapan ke bagian OP untuk segera dilakukan
droping ke rekening nasabah.
k. Penyelesaian dokumen
Meliputi dokumen TBO, tanda bukti pengiriman dana (untuk
RTGS), form pembukaan rekening nasabah dan underlying transaction.
Dokumen TBO diserahkan oleh nasabah paling lambat sepuluh hari
setelah pengikatan. Underlying transaction meliputi tanda terima uang
oleh nasabah, perjanjian pembiayaan dengan nasabah dan tanda bukti
pembelian barang oleh nasabah diserahkan oleh nasabah paling lambat
sepuluh hari setelah pengikatan.
l. Monitoring
54
Monitoring dilakukan untuk proses pencairan dana, monitoring
rutin (kepada nasabah dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali serta
laporan keuangan diminta minimal setiap satu tahun sekali.
55
Gambar : 4.2
Bagan Prosedur Pelaksanaan Proses Pembiayaan KPRS Bank Muamalat Indonesia
3. Tahap Realisasi Pembiayaan
Tahap realisasi pembiayaan telah memutuskan untuk menerima
pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah. Prosedur realisasi itu sebagai
berikut:
a. Setelah menandatangani akad pembiayaan, bagian pemasaran
memberikan berkas catatan kepada bagian pembiayaan untuk
pengecekan syarat-syarat pembiayaan.
b. Bagian pembiayaan membuat kwitansi dengan mengeluarkan sejumlah
pembiayaan yang telah disetujui dan meminta nasabah untuk
menandatanganinya.
Pengajuan Pengumpulan Data
Proses UP
Pemeriksaan
Pengajuan Komite
Persetujuan Komite Offering Letter Penandatanganan Akad
Droping
Peneyelesaian Dokumentasi
Monitoring
Inisiasi
56
c. Kwitansi pembiayaan yang telah ditandatangani nasabah dan bagian
pemasaran diserahkan kepada teller.
d. Teller menyerahkan sejumlah uang kepada nasabah sama dengan yang
tertera di kwitansi.
4. Prosedur pengembalian pembiayaan
Pengembalian pembiayaan ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan
nasabah dengan pihak bank di awal perjanjian dan pembayaran dilakukan
dengan cara mendebet uang angsuran langsung dari tabungan nasabah.
Pengembalian pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
adalah dengan cara mengangsur sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati di awal pembiayaan KPRS.
Dari uraian di atas, semua langkah-langkah dalam proses pelaksanaan
pembiayaan KPRS haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah karena pihak
bank mendapat kepercayaan dari nasabah untuk mengelola dananya sesuai
dengan syari’ah.
B. Cidera janji dalam Pelaksanaan Pembiayaan KPRS
Dalam pembiayaan di BMI tentunya tidak lepas dari masalah cidera janji
yang terjadi yaitu keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai waktunya.
Dalam hal keterlambatan pembayaran nasabah dapat dibagi 2
yaitu :
57
a. Nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi di
luar kehendak nasabah
b. Nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran pembiayaan
C. Penyelesaian Pembiayaan KPRS Bermasalah di BMI Cabang Solo
Pengajuan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan melalui langkah
tindakan berorientasi pada upaya dan penyelesaian (pembiayaan menjadi lunas)
baik melalui upaya non litigasi ataupun upaya litigasi.
1. Langkah non litigasi
Upaya penyelesaian ini dilaksanakan BMI dengan tanpa melalui
proses penyelesaian lembaga peradilan yang ada, yaitu :
a. Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan tersebut ataupun
kepada pemilik jaminan agar bersedia membayar/melunasi kewajibannya
pada BMI.
b. Melakukan penekanan kepada nasabah pembiayaan atau pemilik jaminan
baik melalui pemberian surat pemberitahuan atau surat peringatan dan
sebagainya yang bertujuan agar nasabah pembiayaan tersebut berusaha
membayar/melunasi kewajibannya kepada BMI. Maksud dan
penyelesaian di atas untuk dapat dipenuhinya pembayaran oleh nasabah
pada BM. s
2. Langkah litigasi
58
Upaya penyelesaian ini dilaksanakan BMI apabila langkah non litigasi
tidak tercapai melalui proses penyelesaian peradilan yang ada. Bentuk
pelaksanaannya, antara lain:
a. Pengajuan gugatan
Baru dilaksanakan bila nasabah pembiayaan yang dihadapi sudah
tidak ada harapan penyelesaian secara tepat dan tuntas. Melalui
penggunaan hak preferen BM sebagai pemegang hak tanggungan.
Pelaksanaan gugatan dapat diajukan melalui pengadilan
negeri/basyarnas atau lembaga penggantinya, tergantung yuridis hukum
yang disepakati.
Pelaksanaan gugatan apabila dilaksanakan melalui Pengadilan
Negeri wajib memperhatikan prosedur hukum acara perdata yang berlaku.
Basyarnas selaku lembaga arbitrase/perwasitan wajib dilaksanakan
dengan prosedur acara pengajuan yang berlaku di Basyarnas.
Yang perlu diperhatikan dalam proses ini, yaitu :
1) Pihak yang digugat (tergugat) : nasabah pembiayaan/penjamin/ pada
pihak lainnya yang benar-benar tidak memiliki iktikad baik dan tidak
memiliki kemauan menyelesaikan permasalahannya secara sukarela.
2) Yuridis hukum dan atau kewenangan pengadilan yang ada pada
pengadilan negeri ataupun basyarnas.
b. Pengajuan Pidana
Jalan pengaduan ada tidaknya perbuatan yang patut disangkakan
dilaksanakan nasabah/pemilik jaminan/pembiayaan pihak lainnya (baik
59
untuk intern bank ataupun ekstern bank) dan patut diduga termasuk tindak
pidana yang menimbulkan kerugian pada pihak BMI. Tujuannya lebih
mengutamakan penekanan psikologis kepada pihak yang dimaksudkan
guna mengakui kesalahannya. Dan selanjutnya mengembalikan kekayaan
yang diperoleh dari perbuatan yang dilanggar dan pada akhirnya
menyelesaikan kewajibannya.
Pengajuan pidana ini diajukan apabila adanya tindak penggelapan,
penipuan, pemalsuan dan sebagainya.
c. Permohonan eksekusi jaminan
Pada dasarnya suatu keputusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum, mempunyai sifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para
pihak yang berperkara. Karena bila keputusan pengadilan atas adanya
pengajuan gugatan ternyata tidak dilaksanakan dengan sukarela oleh salah
satu pihak maka pihak yang merasa dirugikan (Bank Muamalat) dapat
mengajukan pelaksanaan keputusan pengadilan (flat eksekusi) tersebut.
Untuk jaminan berupa tanah, sertifikat hak atas tanah yang telah
diikat akte pembenaran hak tanggungan, yang dapat dipersamakan dengan
suatu keputusan pengadilan (dalam sertifikat hak tanggungnya) terdapat
kata-kata “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam
pelaksanaan eksekusi wajib memperhatikan ektentuan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan pengajuan permohonan
eksekusi ini dapat dilaksanakan sendiri oleh pejabat Bank Muamalat
60
maupun minta lembaga bantuan/jasa hukum dengan wajib sepengetahuan
dan persetujuan komite pembiayaan.
d. Permohonan kepailitan
Upaya lain dalam proses litigasi tersebut di atas, oleh UU
diberikan peluang dalam proses penyelesaian pembiayaan bermasalah
secara tepat, terbuka dan efektif, yaitu melalui proses pengajuan
kepailitan sebagaimana telah diatur dalam UU kepailitan No. 1 tahun
1998 pelaksanaannya pula harus diteliti secara matang dan sangat
dibutuhkan pertimbangan yang lengkap karena itu harus ada persetujuan
komite pembiayaan.
Penyelesaian pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo pada
awalnya melalui proses musyawarah. Apabila tahap ini tidak berjalan
dengan lancar maka tahap selanjutnya adalah memberikan surat
peringatan pertama. Selanjutnya apabila surat peringatan pertama tidak
berhasil maka surat peringatan ini diberikan sampai surat peringatan
ketiga kemudian bila surat peringatan ini masih tidak dihiraukan oleh
nasabah maka tahap selanjutnya adalah restrukturisasi pembiayaan yaitu
perpanjangan jangka waktu pembiayaan. Pada tahap ini jika nasabah
masih tidak bisa melunasi pembiayaan maka tahap terakhir adalah
menjual barang jaminan yang dijaminkan dalam pembiayaan KPRS.
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh pembiayaan KPRS pada Bank Muamalat Indonesia
cabang Solo, calon nasabah harus memenuhi syarat-syarat untuk
mendapatkan pembiayaan tersebut, antara lain, calon nasabah harus mengisi
formulir pembiayaan KPRS selain itu juga harus menyertakan syarat-syarat
pembiayaan KPRS meliputi fotokopi KTP suami istri, KK, akta nikah, surat
persetujuan istri/suami, data-data keuangan serta data-data jaminan. Setelah
syarat-syarat tersebut terpenuhi maka calon nasabah harus mengikuti
prosedur yang telah diterapkan oleh pihak Bank Muamalat, yaitu melalui
beberapa tahapan antara lain, prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur
analisis pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian
pembiayaan.
2. Pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo tidak lepas dari
adanya cidera janji yang dilakukan oleh nasabah. Cidera janji yang terjadi di
Bank Muamalat Indonesia cabang Solo terbilang kecil. Adapun cidera janji
yang terjadi berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan
waktu yang telah disepakati. Dalam hal keterlambatan nasabah dibagi 2,
yaitu: nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi
62
di luar kehendak nasabah dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda
pembayaran.
3. Apabila terjadi cidera janji di dalam pembiayaan KPRS di Bank Muamalat
Indonesia cabang Solo, maka untuk menyelesaikan perselisihan yang
mengakibatkan suatu akibat hukum tersebut pihak Bank Muamalat Indonesia
cabang Solo dan calon nasabah mendahulukan prinsip musyawarah untuk
mufakat. Namun apabila di dalam musyawarah tersebut tidak menghasilkan
suatu keputusan di antara para pihak, maka sesuai dengan akad perjanjian
musyarakah, pihak Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dan calon nasabah
akan menyelesaikan perselisihan tersebut melalui Badan Arbitrase Syari’ah
Nasional (Basyarnas), di mana putusan Basyarnas merupakan putusan final
dan mengikat para pihak. Tetapi di dalam menyelesaikan putusan tersebut
Bank Muamalat Indonesia cabang Solo berdasarkan pertimbangannya sendiri
untuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan tersebut melalui proses
pengadilan negeri dalam wilayah Negara Repubik Indonesia.
B. Saran
1. Sebaiknya Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo lebih berhati-hati dalam
hal menyeleksi calon nasabah yang akan diberikan pembiayaan, supaya tidak
terjadi tunggakan-tunggakan angsuran yang nantinya menyebabkan karyawan
Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo harus menagih angsuran pada
nasabah.
63
2. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo seharusnya memberikan semacam
bonus/hadiah bagi nasabah yang angsurannya tepat waktu. Sehingga akan
membuat nasabah yang lain akan termotivasi untuk menyelesaikan
angsurannya tepat pada waktunya.