BAB I PENDAHULUAN.docx

24
TUGAS SISTEM SISTEM SENSORI PERSEPSI ANATOMI DAN FISIOLOGI SENSORI PERSEPSI TELINGA OLEH KELOMPOK 4 Nyoman Adi Sedana 11.321.1191 I Nyoman Arcanayasa 11.321.1999 I Made Gunawan Antara 11.321.1208 I Gede Sdyatmika Pariarta 11.321.1234 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

description

qsd

Transcript of BAB I PENDAHULUAN.docx

Page 1: BAB I PENDAHULUAN.docx

TUGAS SISTEM SISTEM SENSORI PERSEPSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI

SENSORI PERSEPSI TELINGA

OLEH KELOMPOK 4

Nyoman Adi Sedana 11.321.1191

I Nyoman Arcanayasa 11.321.1999

I Made Gunawan Antara 11.321.1208

I Gede Sdyatmika Pariarta 11.321.1234

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2012 / 2013

Page 2: BAB I PENDAHULUAN.docx

KATA PENGANTAR

                Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan kesehatan

kepada kami sehingga kami dapat mendiskusikan dan menyelesaikan makalah dengan judul

materi “Anatomi Fisiologi Sistem Sensori Persepsi“ yang diambil dari salah satu materi

perkuliahan.

            Didalam makalah ini penulis membahas mengenai anatomi dan fisiologi atau bagian dan

fungsi sistem saraf itu sendiri.Sistem saraf tersebut diantaranya sistem saraf pusat,saraf tepi dan

saraf otonom.

            Mudah – mudahan dengan mempelajari materi – materi yang ada dalam makalah ini

menambah wawasan pembaca mengenai materi yang di paparkan sebagai salah satu materi

pokok dalam mata kuliah.

            Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca,agar nantinya penulis dapat

memperbaiki kesalahan – kesalahan dan kekurangan pada makalah ini.

                                                                                                                                                                                                                                      

                                                                              Denpasar , 19 Mei 2013

                                                                            

Penulis

Page 3: BAB I PENDAHULUAN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar

untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh

dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera

itu adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki

lima / panca indera yang berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat

memberikan respon sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang

cacat indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya manusia

normal. Indera Manusia ada lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi /

pengertian, yaitu :

1. Indera Penglihatan

2. Indra Penciuman 

3. Indera Pengecap

4. Indera Pendengaran

5. Indera Peraba. 

Apabila dibagi ke dalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi ke dalam tiga

grup kelompok, yakni : 

Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia

yaitu indra pembau (idung) dan indra pengecap (lidah). 

Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya

berat, tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indra pendengaran

(kuping). 

Photoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya

seperti indra penglihatan atau mata.

 Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsiganda dan kompleks, indra

pendengaran berperan sangatpenting bagi seseorang dalam melakukan aktivitas

kehidupansehari-hari. Indra pendengaran sangat penting untukperkembangan

kemampuan berkomunikasi dengan orang lainmelalui bicara tergantung dari kemampuan

pendengaran

Page 4: BAB I PENDAHULUAN.docx

Berdasarkan uraian diatas, maka kami akan membahas salah satu dari alat indera

tersebut, yaitu anatomi dan fisiologi pada indera pendengaran. 

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya : 

1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi indera pendengaran ?  

2. Bagaimana Mekanisme terjadinya pendengaran ?

3. Bagaiamana Kelainan atau kerusakan yang terjadi pada indera pendengaran ? 

4. Bagaiaman Pengkajian kemampuan teling?

C. TUJUAN 

1. Mengetahui panca indera khusunya dalam indera pendengaran.  

2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari indera pendengaran  

3. Mengetahui mekanisme terjadinya mekanisme pendengaran.

4. Mengatahui kelainan yang terdapat pada alat indera pendengaran. 

5. Mengetahui bagaimana pengkajian telinga

Page 5: BAB I PENDAHULUAN.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA 

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk

keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,

telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan

getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan

menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. 

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk

keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,

telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan

getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan

menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah. 

Page 6: BAB I PENDAHULUAN.docx

a. Telinga luar   

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar

(meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga

ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi

sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus

terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani. Meatus akustikus eksternus

tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas

meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan

temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan

sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa,

yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak

setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga).

Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi. 

Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia

diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh

epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang

terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas

membran atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran

shrapnell. 

b. Telinga tengah 

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis)

yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang

landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian .

Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian

kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes

berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut

fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap

bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani

sekunder. 

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria

yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat

Page 7: BAB I PENDAHULUAN.docx

dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara .

maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius(tuba

auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane

tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.

Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk

mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka

dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan

tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

c. Telinga dalam (labirin) 

Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-

rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa

membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe,sedangkan rongga-rongga tulang

yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). 

Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan

dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan

serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran

jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun

terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas

tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis

semisirkularis (saluran setengah lingkaran).  

Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di

depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta

ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu

sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut

makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan

gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh

sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-

butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang

menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf ke cabang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN.docx

vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang

akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak. 

Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang

vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut

ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista

akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh

dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam

krista akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di

sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakanendolimfe. Ketika

kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel

rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls

saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh

pada posisi yang baru. 

Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk

seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi

bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan

bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah: 

1) Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe,

berakhir pada tingkap jorong. 

2) Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe

berakhir pada tingkap bulat. 

3) Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala

tympani, mengandung endolimfe. 

Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis

(membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris. 

Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel

reseptor bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang.

Akson-akson dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf

vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat

pendengaran/ keseimbangan di otak. 

Page 9: BAB I PENDAHULUAN.docx

Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut:

Getaran suara memasuki liang telinga menekan membran tympani melintas melalui

tulang-tulang pendengaran menekan tingkap jorong Menimbulkan gelombang pada

jaringan perilimfe menekan membran vestibularis dan skala basilaris merangsang sel-sel

rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.

B. MEKANISME PENDENGARAN PADA TELINGA 

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang

telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran

Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran

vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan

menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. 

Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan

membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran

timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. 

Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput 

Basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-

rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran

membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan

kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak

melalui saraf pendengaran. 

Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan 

Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah

lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang

ada di dalam utrikulus clan sakulus. 

Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebutampula yang

berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke

sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan

yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai

rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran

semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN.docx

Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel

saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat padaotolith, yaitu butiran natrium

karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan

impuls yang akan dikirim ke otak.

C. KELAINAN-KELAINAN PADA TELINGA

Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan ketulian

total. Bahkan lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat mengakibatkan

gangguan pada keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga kita harus ditangani

oleh dokter spesialis khusus yang disebut otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli

dalam mengobati gangguan yang terjadi pada gendang telinga sampai pada telinga dalam

yang luka akibat benturan fisik. Kelainan pada telinga, diantaranya :

1. Radang telinga (otitas media) 

Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga,

demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah. 

2. Labirintitis 

Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan

oleh infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung, mual, muntah,

vertigo, dan berkurang pendengaran. 

3. Motion sickness 

Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini merupakan

gangguan pada fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh

gerakan atau getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara.

Biasanya disertai dengan muka pucat, berkeringat dingin dan pusing. 

4. Tuli

Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli konduktif terjadi

disebabkan oleh menumpuknya kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga

mengganggu transmisi suara ke koklea. Tuli saraf terjadi bila terdapat kerusakan syaraf

pendengaran atau kerusakan pada koklea khususnya pada organ korti. 

Page 11: BAB I PENDAHULUAN.docx

5. Othematoma 

Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma atau

popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada

tulang rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan

telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini

diakibatkan oleh hilangnya aurikel dan kanal auditori sejak lahir. 

6. Penyumbatan 

Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,

nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara

menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari

telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang

berulang, maka tidak dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa

masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini,

serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap.

Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi

pada kulit saluran telinga, dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat. 

7. Perikondritis 

Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis

bisa terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan

terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang

nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada

kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat

merusak dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang

ringan. Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke

kartilago. Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk

infeksi yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan

beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang

terjadi pada alat pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain 

Page 12: BAB I PENDAHULUAN.docx

D. PENGKAJIAN KEMAMPUAN MENDENGAR

Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana

timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan

menggunakan otoskop pneumatic.

1. Pengkajian Fisik.

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.

Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya

a) deformitas, lesi,

b) cairan begitu pula ukuran,

c) simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri,

harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid

dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang,

kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada

atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat

terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.

Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien

sedikit dijauhkan dari pemeriksa.

a) Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan

lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini

akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa

melihat lebih jelas membrana timpani.

b) Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata

didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani.

Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang

dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena

bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka

tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

GAMBAR Teknik untuk menggunakan otoskop.

a) Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus

dicatat.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN.docx

b) Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan

pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut

cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.

c) Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan

malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at!

deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga

tengah harus dicatat.

d) Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik

hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya

terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu

pemeriksaan otoskop.

e) Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen

dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

2. Ketajaman Auditorius.

Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji

kemampuan pasien mendengarkan

a) Bisikan kata atau detakan jam tangan.

b) Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan

ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang

satunya tak mendengar,

c) pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1

sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien

dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan.

Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3

inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran

normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari

aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih

tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat

dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN.docx

3. Penggunaan uji Weber dan Rinne

Memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehilangan

sensorineural.

Uji Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara.

Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan

tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah

suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan

pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan

bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif

(otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini

disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi

peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami

lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus

kehilangan pendengaran unilateral.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk

keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga

tengah, dan telinga dalam.

1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara. 

2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh

tulang ke telinga dalam. 

3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan

melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ

vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.

Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga memberikan respon

terhadap getaran gelombang suara yang terdapat di udara. Factor utama yang menyokong

kepekaan telinga adalah sistem mekanik dari telinga luar dan telinga tengah, yang satu

mengumpulkan suara dan kedua menyalurkan ke telinga bagian dalam. 

Telinga dapat mengalami penurunan fungsi pendengaran jika pada salah satu fisiologinya

mengalami kerusakan. Salah satunya adalah ketulian yang diakibatkan pecahnya gendang

telinga. Oleh karena itu diharapkan dapat menjaga dan selalu merawat indera pendengaran

supaya tetap dalam kondisi normal. 

Page 16: BAB I PENDAHULUAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: JICA. Tenzer, A. 1998. Struktur Hewan

Bagian II. Malang: IKIP Malang

Arifin.Anatomi Fisiologi Telinga.http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/.Diakses

Tanggal 19 Mei 2013