BAB I PENDAHULUAN -...
-
Upload
trinhkhanh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada objek
pajak atas penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap
perseorangan atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh
penghasilan.
Sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia saat ini adalah self
assestment system, dengan pengertian bahwa wajib pajak bertanggung jawab atas
segala pembukuan atau pencatatan yang diperlukan untuk menetapkan besarnya
pajak terutang, yang disampaikan melalui Surat Pemberitahuan (SPT). Wajib
pajak menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang dengan cara mengalihkan
tariff orisinil dengan Dasar Pengenaan Pajaknya, kemudian memperhitungkan
berapa besar pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal dengan
istilah Kredit Pajak, yang akan menghasilkan pajak yang Kurang Bayar atau
Nihil Bayar atau Lebih Bayar.
Bagi Negara, pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang paling besar
dan sumber penerimaan penting yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
Negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.Namun bagi
perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran (cash disbursement) tanpa
adanya imbalan secara langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya
banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil
2
mungkin selama hal tersebut memungkinkan.
Usaha penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara penyelundupan
pajak (tax evasion) penghindaran pajak (tax avoidance). Menurut Harry Graham
Balter (dalam Zain 2003 : 49) mengatakan:
Bahwa penyelundupan pajak mengadung arti sebagai usaha yang dilakukan Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali mengahapus utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap Undang-undang perpajakan, seperti meninggikan harga pembelian, merendahkan penghasilan yang diperoleh, meninggikan beban usaha atau melakukan pembayaran deviden secara diam-diam.
Sehingga dengan adanya self assessment system, maka perusahaan sebagai
pemotong pajak atas penghasilan karyawan hendaknya memiliki strategi
perhitungan pajak yang dapat menguntungkan perusahaan, tetapi tidak
merugikan karyawan maupun Negara. Upaya meminimalkan pajak secara efisien
sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning), dan pada umumnya
perencanaan pajak merujuk pada proses-proses rekayasa usaha dan kegiatan
Wajib Pajak supaya hutang pajak berada pada jumlah yang minimal tetapi tidak
melanggar peraturan perpajakan.Uapaya dalam melakukan penghematan pajak
secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak.Namun perlu diingat
bahwa legalitas manajemen pajak tergantung dari instrument yang dipakai.Secara
umum manajemen pajak dapat diartikan sebagai sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak dibayar dapat ditekan
serendah mungkin untuk memperoleh laba yang diharapkan.
Definisi Perencanaan Pajak (tax planning) itu sendiri menurut Siagian
(1994:108) perencanaan pajak dapat didefinisikan sebagai proses pemikiran dan
penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
3
akan datang.
Dalam perhitungan laba rugi, PPh yang ditanggung perusahaan tidak boleh
dimasukkan sebagai unsur biaya. Hal ini akan menyebabkan laba perusahaan
menjadi lebih besar, sehingga pajak terutang badan akak menjadi besar pula.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menggunakan metode lainnya, yaitu
pajak atas penghasilan karyawan yang dipotongkan dari gaji bersih karyawan
ditambah dengan tunjangan pajak. Tunjangan pajak tersebut besarnya sama
dengan pajak yang dipotongkan dari karyawan, metode ini dikenal dengan
metode gross up. Tambahan penghasilan ini disebut tunjangan PPh pasal 21.
Pemberian tunjangan PPh pasal 21 karyawan merupakan benefit in cash dan
telah dikenakan pemotongan PPh pasal 21, maka biaya ini merupakan
pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya. Tunjangan dapat diakui
sebagai biaya oleh perusahaan, dan biaya yang ditambahkan dapat mengurangi
laba perusahaan. Sehingga secara otomatis pajak yang ditanggung oleh
perusahaan akan menjadi lebih kecil atau jumlahnya dapat diminimalkan. Metode
gross up merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
meminimalkan pajak yang akan dibayarkan ke pemerintah.
Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak
dengan pemerintah. Wajib Pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil
mungkin karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan
ekonomis Wajib Pajak. Dilain pihak, pemerintah memerlukan dana guna
membiayai pembangunan yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak.
Dalam praktek bisnis, umumnya pengusaha mengidentifikasikan pembayaran
4
pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk meminimakan beban tersebut
guna mengoptimalkan laba karena setiap keputusan bisnis sebagian besar
dipengaruhi oleh pajak baik secara langsung maupun tidak langsung. Keputusan
bisnis yang baik jika tidak berhubungan dengan pajak bisa menjadi keputusan
bisnis yang kurang baik.Besarnya pembayaran pajak dipengaruhi oleh berbaai
faktor, baik internal maupun eksternal.
Secara administratif pungutan pajak dapat dikelompokan menjadi pajak
langsung dan tidak langsung, Dari aliran sumber daya, pajak dapat dipungut
berdasarkan aliran masuk dan aliran keluarnya sumber daya tersebut. Pajak
langsung dikenakan atas masuknya aliran sumber daya yaitu penghasilan,
sedangkan pajak tidak langsung yaitu pajak yang dikenakan terhadap keluarnya
sumber daya yaitu pengeluaran untuk konsumsi atas barang maupun jasa. Beban
pajak langsung umumnya dikenakan oleh orang maupun badan yang menerima
atau memperoleh penghasilan, sedangkan beban pajak tidak langsung dikenakan
oleh masyarakat. Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap penghasilan
yang diterima atau diperoleh dianggap sebagai biaya atau beban dalam
menjalankan usaha.
Disamping itu, untuk lebih meringankan beban atau kewajiban masyarakat
ekonomi menengah kebawah, pemerintah telah banyak melakukan
penyempurnaan-penyempurnaan sistem perundang-undangan yang ada di
Indonesia. Semakin pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional dan untuk mengevaluasi pelaksanaan Undang-undang
perpajakan selama lima tahun terakhir, khususnya Undang-undang pajak
5
penghasilan, maka dipandang perlu dilakukan perubahan Undang-undang tersebut
guna untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam rangka mendukung
kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi.
Dan perlu diketahui bahwa PT. Inter Orient Logistics termasuk perusahaan
baru dan tidak memiliki bagian pajak tersendiri sehingga terjadi kesalahan dalam
pajak kemungkinan besar karena tidak adanya pengalaman dalam bidang pajak.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana pengaruh perencanaan pajak penghasilan badan pada akhir tahun
terhadap laba perusahaan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu sasaran yang hendak dicapai dari hasil
penelitian. Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perencanaan pajak penghasilan badan
pada akhir tahun terhadap laba perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah suatu nilai kegunaan atas hasil penelitian,
berdasar konsep dalam penelitian, maka manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
6
1.4.1. Manfaat Teoritis
Bisa bermanfaat bagi dunia kerja dan dunia pendidikan agar bias mendalami
tentang perencanaan pajak dengan benar.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Untuk mengetahui sejauh mana penerapan dari perencanaan pajak badan
pada akhir tahun tersebut mampu mempengaruhi besar kecilnya laba
perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Untuk lebih mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, dengan
adanya penerapan kebijakan pemerintah tersebut dalam perkembangan
perusahaan.
3. Bagi Almamater dan Pembaca lainnya
Untuk menyumbangkan pengetahuan penulis sehingga dapat bermanfaat
dan untuk menambah karya-karya yang dimiliki almamater serta
menambah pengetahuan serta wawasan dari pembaca lainnya.
7
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Pajak
Iuran yang dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah berdasarkan atas Undang-undang serta aturan pelaksanaan
pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana dari sektor swasta (Wajib
Pajak yang membayar pajak) ke sektor Negara (pemungut pajak pemerintah)
dalam diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan tanpa balas
jasa yang dapat ditunjukkan secara langsung.
Dalam melaksanakan pembangunan nasional, pemerintah memerlukan
dana yang cukup memadai. Dana yang digunakan salah satunya berasal dari
penerimaan kas Negara dalam bentuk pajak. Pungutan pajak ada ditangan
pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Sebagai bahan pembanding penulis akan memberikan definisi mengenai
pajak. Ada beberapa batasan atau definisi tentang pajak yang dapat dikemukakan,
namun dalam penulisan ini akan diutarakan beberapa pandangan tentang pajak
secara umum antara lain dikemukakan adalah :
Menurut Soemitro (2003:1) yang menyatakan pajak adalah :
Iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah berdasarkan Undang-undang) dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat
8
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Menurut Suandy (2006:1) definisi pajak adalah pajak merupakan pungutan
berdasarkan Undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk
pentediaan barang dan jasa publik.
Sedangkan menurut Seligman dalam buku Essay In Taxation yang
diterbitkan di Amerika menyatakan :
Tax is compulsary contribution from the person , to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special conferred.
Definisi diatas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditunjukan
kepada Negara tanpa adanya manfaat yang ditunjukkan secara khusus kepada
seseorang. Namun demikian halnya bahwa bagai manapun juga pajak itu
ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.
Dengan demikian pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara
berdasakan Undang-undang, dimana rakyat tidak medapatkan imbalan jasa secara
langsung tapi dalam bentuk pembangunan di segala bidang.
2.1.2. Fungsi Pajak
Biaya pajak penghasilan yang dikeluarkan pada suatu periode masa pajak
akan bergantung pada besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam periode
itu. Sedangkan pajak itu sendiri memiliki dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membayar pengeluaran-
pengeluarannya. Dapat diartikan pajak sebagai instrument untuk menarik dana
9
dari masyarakat dan dimasukkan sebagai anggaran yang dapat digunakan
untuk membiayai jalannya roda pemerintahan dan pembangunan.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melakukan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Biasanya fungsi mengatur ini akan
kontradiktif dengan fungsi anggaran. Untuk menjalankan fungsi mengatur ini,
pemerintah biasanya insentif berupa kemudahan-kemudahan kepada
masyarakat tertentu, sehingga akan mengurangi penerimaan pajak.
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup yang konsumtif.
c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% berguna untuk mendorong ekspor
produk Indonesia di pasaran dunia.
Selain itu terdapat juga beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan
justifikasi pemberian hak kepada Negara untuk memungut pajak. Adapun teori
pembenaran teori pemungutan pajak antara lain :
1. Teori Asumsi
Teori tersebut mengibaratkan bahwa membayar pajak sebagai premi asuransi.
Mengapa demikian?Hal ini disebabkan bahwasanya Negara melindungi
keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya.
10
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap
warga negarayang memiki tingkat kepetingan yang berbeda, karena semakin
banyak kepentingan masyarakat kepada Negara semakin tinggi pula pajak
yang harus dibayarkan kepada Negara.
3. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga Negara yang berbakti, rakyat harus selalu
menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
4. Teori Daya Pikul
Pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang, setiap
Wajib Pajak memiliki kemampuan yang berbeda sehingga besarnya
pembayaran pajaknya juga harus disesuaikan dengan kemampuan. Untuk
mengukur daya besarnya daya pikul dapat digunakan dua pendekatan yaitu
unsure objektif dan subjektif. Unsur obektif adalah melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan unsur
subyektif adalah dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang
harus dipenuhi.
5. Teori Asas Gaya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak maksudnya memungut
pajak berarti menarik gaya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah
tangga Negara. Selanjutnya Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat
11
dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.
2.1.3. Pengelompokkan Pajak
Pengelompokkan pajak menurut Mardiasmo (2006:5) dapat dilakukan
berdasarkan golongan, sifatnya, maupun lembaga pemungutannya.
1. Berdasarkan golongannya pajak dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain.
2. Berdasarkan sifatnya pajak dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Subjektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
b. Pajak Obejktif
Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib Pajak.
3. Berdasarkan Lembaga Pemungutannya atau berdasarkan wewenangnya pajak
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
12
membiayai rumah tangga Negara.
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai keperluan rumah tangga daerah.
2.1.4. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2006:2) agar pemungutan pajak tidak menimbulkan
hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memeuhi syarat sebagi
berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-undang
dan pelaksanaan pemungutan harus adil.Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing.Sedang adil dalam pelaksanaanya yakni
dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik Negara maupun
warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
13
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekenomian
masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisiensi (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh Undang-undang perpajakan yang baru.
2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2006:7) terdiri dari :
1. Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang member wewenang keada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib Pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut :
14
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri.
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya :
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.1.6.Tinjauan Umum Pajak Penghasilan di Indonesia
2.1.6.1 Hubungan antara Akuntansi dan Pajak
Perlu diketahui bahwa akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam merancang Undang-undang Perpajakan. Sebab seandainya akuntansi tidak
meyumbangkan konsep tentang cara menetapkan laba bersih dari suatu periode
tertentu, pasti akan sulit sekali untuk merumuskan dan memberlakukan Undang-
undang Perpajakan. Akuntansi sebagai bahasa perusahaan harus melihat pajak
dari berbaai aspek dan penaruhnya terhadap perusahaan. Adapun pengaruh pajak
terhada perusahaan adalah :
1. Pajak merupakan beban yang menjadi salah satu unsur pengurang laba
perusahaan.
15
2. Pajak merupakan kewajiban kepada Negara yang harus disetor pada waktu
tertentu sehingga berpengaruh pada kas perusahaan.
3. Penggelapan, penundaan dan kesalahan dalam pembayaran pajak
mengakibatkan sanksi administrasi maupun pidana.
2.1.7. Pajak Penghasilan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan/IAI (2004;46.2) Pajak Penghasilan
adalah :
Pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak Perusahaan.Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak terhadap penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.Pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima dalam tahun pajak terhadap penghasilanya.Subjek Pajak atau Wajib Pajak dikenakan atas penghasilan yang diterima selama satu tahun atau dapat pula berkenaan untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak.
1. Menurut Muljono, subjek pajak penghasilan adalah Wajib Pajak yang menurut
ketentuan harus membayar, memotng atau memungut pajak yang terutang atas
objek pajak. Dan sesuai Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000,
subjek pajak dapat dibedakan menjadi 2 antara lain:
a. Subjek Pajak Dalam Negeri
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
3) Warisan yang belum terbagi kesatuan, menggantikan yang berhak.
16
b. Subjek Pajak Luar Negeri
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang,
2) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
3) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
4) Yang dimaksud bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia.
Berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, yang
menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yang dimaksud dalam
perpajakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Jenis penghasilan yang
dikenakan pajak dikelompokkan sebagai berikut :
17
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyerta modal.
b. Keuntungan karena diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambil alihan usaha.
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan satu derajat dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
18
pengembalian utang.
g. Deviden dengan nama dam bentuk apapun termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian dari sisa hasil
koperasi.
h. Royalti.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan pembayaran utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
2.1.7. 1. Pajak Penghasilan Pribadi
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima atau
diperoleh karyawan berkenaan dengan penghasilannya.
Menurut pasal 4 (1) UU Nomor 17 Tahun 2000, Penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
19
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Secara umum orang akan diperkerjakan
oleh badan usaha untuk menjalankan usahanya disebut sebagai karyawan. Imbalan
yang diterima oleh karyawan atas jasanya disebut upah, dan setiap upah yang
diterima oleh karyawan baik itu yang dibayarkan setiap satu minggu sekali atau
satu bulan sekali wajib dikenakan pajak yang disebut dengan pajak penghasilan.
Sebelum perusahaan memotong pajak pengasilan karyawan, terlebih dahulu
mengetahui apa saja yang menjadi unsur pengurang dari penghasilan bruto, dan
unsur-unsur tersebut adalah:
1. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang besarnya 5% (Lima persen) dari penghasilan bruto,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 yang dikenakan
setinggi-tingginya Rp. 6.000.000 (Enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000
(Lima ratus ribu) sebulan.
2. Iuran yang melekat pada gaji (iuran pensiun) adalah biaya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara uang pensiun yang besarnya 5% (Lima persen) dari
penghasilan bruto, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-
Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 2008
yang dikenakan setinggi-tingginya Rp. 2.400.000 (Dua juta empat ratus ribu
rupiah) setahun atau Rp. 200.000 (Dua ratus ribu rupiah) sebulan.
20
3. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah sejumlah penghasilan yang
tidak dikenakan pajak penghasilan.
Pengertian Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi
tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa persentase (%). Dasar Pengenaan
Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak
yang terutang.
Tabel 2.1 Tarif Dasar Pajak Penghasilan Pasal 21 Pribadi
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF PAJAK
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
di atas Rp 50.000.000,- 30%
Pengertian PTKP
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan
tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila
penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan
terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai
21
pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka
penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.
Besarnya PTKP Untuk Tahun Pajak 2012
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2012 sebagai
berikut :
1. Rp.15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu
rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
2. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
3. Rp.15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu
rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN
2008;
4. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
2.1.7.2. Pajak Penghasilan Badan
Menyebutkan bahwa Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak
22
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
1. Subjek Pajak Badan
Pengertian badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi :
a. Perseroan Terbatas,
b. Perseroan Komanditer,
c. Perseroan lainnya,
d. Badan usaha milik Negara atau Daerah dalam bentuk apapun,
e. Firma,
f. Kongsi,
g. Yayasan,
h. Bentuk badan lainnya.
Berdasarkan domisili atau tempat kedudukan badan terdiri dari :
1) Badan Pusat yaitu badan yang menjadi Wajib Pajak pusat dan terdaftar di
Kantor Pelayanan Pajak Pusat.
2) Badan Tunggal yaitu badan yang tidak mempunyai cabang.
3) Badan Cabang yaitu badan yang menjadi Wajib Pajak cabang dan terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak Cabang.
2. Bukan Subjek Pajak Badan
Unit tertentu dari badan pemerintahan yang memenuhi kriteria tidak
termasuk sebagai Subjek Pajak, yaitu :
a. Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
23
b. Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pengeluaran
Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah.
c. Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah
Pusat atau Daerah.
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
3. Karakteristik yang Menjadi Objek Pajak Penghasilan Final
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final tidak perlu
digabungkan dengan pengasilan terutang lain (non final) dalam
perhitungan Pajak Penghasilan pada SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan.
b. Jumlah Pajak Penghasilan Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong
pihak lain sehubungan dengan penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan
(non prepaid taxes).
c. Biaya-biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang pengenaan Pajak Penghasilannya bersifat
final tidak dapat diperhitungkan sebagai perngurang penghasilan.
4. Karakteristik yang Bukan Menjadi Objek Pajak
a. Alasan pengalihan titik pemajakan, seperti : sumbangan, harta, hibahan,
dan lainnya.
b. Alasan pengalihan saat pemajakan, seperti : iuran dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dimana pajak saat
pembayaran pensiun dialihkan pada saat menerima pensiun.
c. Alasan insentif investasi, seperti : dividen atau bagian laba dari BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) atau BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)
24
dari cadangan laba yang ditahan, deviden yang kepemilikannya paling
rendah 25% dan usaha aktif, penghasilan dari penanaman dalam dana
pensiun, bunga obligasi, dan lainnya.
d. Alasan penegasan standar akuntansi, seperti : harta termasuk setoran tunai
yang diterima oleh badan sebgai pengganti saham atau sebagai laba yang
diterima dari CV(Commanditaire Vennootschap), Firma, dan lain
sebagainya yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham.
5. Tarif Pajak Penghasilan Badan
Tarif Pajak Penghasilan Badan atau tarif Pajak Penghasilan Pasal 25/29
untuk Wajib Pajak Badan untuk tahun pajak 2012 dan tahun pajak 2011
adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan pasal 17 Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan :
Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 25% (Dua
puluh lima persona) dikalikan Penghasilan Kena Pajak.
b. Berdasarkan pasal 31 E Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan :
Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000 (Lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas baru
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dan tarif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp.4.800.000.000 (Empat miliar delapan ratus juta rupiah).
25
c. Untuk keperluan penerapan tarif pajak jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Penerapan tarif Pajak
Penghasilan Badan tahun 2012 dan tahun 2011 dalam perhitungan Pajak
Penghasilan terutang :
1) Untuk peredaran usaha bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000 (Empat
miliar delapan ratus juta rupiah) tarif Pajak Penghasilan Badan dikenakan
sebesar 25% X 50% X Penghasilan Kena Pajak.
2) Untuk peredaran usaha diatas Rp.4.800.000.000 (Empat miliar delapan
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.50.000.000.000 (Lima puluh miliar
rupiah) tarif Pajak Penghasilan Badan dikenakan sebesar :
a) Bagian peredaran usaha bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000
(Empat miliar delapan ratus rupiah) 25% X 50% X Penghasilan Kena
Pajak.
b) Bagian peredaran bruto diatas Rp.4.800.000.000 (Empat miliar
delapan ratus rupiah) sampai dengan Rp.50.000.000.000 (Lima puluh
miliar rupiah) yaitu 25% X Penghasilan Kena Pajak.
3) Untuk peredaran usaha bruto diatas Rp.50.000.000.000 (Lima puluh miliar
rupiah) tarif Pajak Penghasilan Badan dikenakan sebesar 25% X
Penghasilan Kena Pajak.
Referensi :
a. Pasal 17 dan 31 E Undand-Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
b. Surat Edaran Dirjen Pajak No.66/PJ./2010 tentang Penegasan pelaksanaan
26
Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Tabel 2.2 Tarif Dasar Pajak Penghasilan Pajak UU Nomor 36 Tahun 2008
Tarif dasar UU Nomor 36 Tahun 2008
Lapisan PKP
Tahun Tarif Dasar
Berapapun nilai PKP
2009 28%
2010 25%
2011 (dst) 12.50%
Tarif Pasal 31E
Namun demikian, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 ini juga
memberikan fasilitas sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan
Pasal 17 ayat (2b) berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal.
Lalu, Siapa yang berhak untuk mendapatkan fasilitas pengurangan tarif? Pasal
31E ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00. Bagi wajib pajak tersebut diberikan fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a).
Dengan demikian, Wajib Pajak yang berhak atas fasilitas pengurangan
tarif ini adalah Wajib Pajak badan dalam negeri yang peredaran brutonya tidak
lebih dari Rp 50 Milyar. Jadi, selain Wajib Pajak badan dalam negeri dengan
peredaran bruto kurang dari Rp 50 Milyar tidak berhak atas pengurangan tarif
ini, misalnya Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri ataupun Wajib Pajak
luar negeri. Begitu Juga, Wajib Pajak badan dalam negeri yang peredaran
27
brutonya lebih dari Rp 50 Milyar juga tidak mendapatkan fasilitas ini.
Masih di Pasal 31E di Pasal 31E ayat (1), penerapan pengurangan tarif
sebesar 50% inipun dibatasi yaitu hanya atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00. Hal ini berarti
bahwa untuk Penghasilan Kena Pajak atas bagian peredaran bruto di atas
Rp4,8 Milyar sampai dengan Rp50 Milyar, tetap dikenakan tarif normal 28%
(tahun pajak 2009) atau 25% (tahun pajak berikutnya).
Ketentuan pengurangan tarif di atas dimaksudkan untuk mendukung
program Pemerintah dalam pemberdayaan Wajib Pajak badan dalam skala
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ketentuan ini juga bertujuan
untuk mengurangi beban pajak bagi Wajib Pajak badan tersebut akibat
penerapan tarif tunggal sejak tahun 2009. Padahal, pada tahun sebelumnya,
tarif pajak bagi Wajib Pajak UMKM ini mungkin hanya 10% atau 15% saja.
a. Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan
Apabila kita terjemahkan dalam bahasa matematika yang sederhana,
dengan peredaran bruto kita singkat PB dan tarif PPh Badan adalah T,
maka akan kita peroleh pernyataan sebagai berikut :
1. Jika PB ≤4,8 Milyar, maka T = 12,5%
2. Jika PB > 50 Milyar, maka T = 25%
Sementara itu, tarif efektif apabila peredaran bruto di atas Rp4,8 Milyar
tapi tidak lebih dari Rp50 Milyar harus dapat kita hitung dengan
persamaan sebagai berikut :
28
PPh adalah PPh terutang untuk tahun pajak 2010 dan tahun pajak
berikutnya. PB adalah peredaran bruto (dalam rupiah) untuk satu Wajib
Pajak badan dalam negeri tahun pajak 2010 atau tahun pajak berikutnya.
PKP adalah Penghasilan Kena Pajak (dalam rupiah) untuk Wajib Pajak
badan dalam negeri tersebut. Sementara M adalah menunjukkan angka
dalam Milyar Rupiah.
Mengingat bahwa besarnya PPh = T x PKP, maka tarif efektif PPh
Badan bagi mereka yang memiliki peredaran bruto berada di kisaran Rp4,8
Milyar sampai dengan Rp50 Milyar adalah :
Dengan demikian, misalkan apabila ada Wajib Pajak badan dalam negeri
dalam tahun 2011 memiliki peredaran bruto Rp20 Milyar, maka tarif
efektif PPh Badan adalah :
29
Terlihat bahwa tarif efektif PPh Badan merupakan fungsi dari peredaran
brutonya. Apabila kita gambarkan dalam bentuk grafik, dengan tarif
efektif berada di sumbu y dan peredaran bruto di sumbu x, maka
gambarnya adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Grafik tarif efektif dan peredaran bruto
2.1.8. Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan kena pajak (taxable income) adalah selisih yang didapat dari
penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan dikurangi dengan biaya
yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan ditambah
dengan penghasilan lainnya yang merupakan objek pajak. Dan laba yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu Undang-ndang Nomor 7
Tahun 1983 yang kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2000 tentang Pajak Penghasilan beserta peraturan-peraturannya.
Penghasilan Kena Pajak berdasarkan prinsip taxability deductability,
dengan prinsip ini suatu biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
apabila pihak yang menerima pengeluaran atas biaya yang bersangkutan
30
melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan tersebut dikenakan pajak.
Misalnya tunjangan yang diberikan perusahaan kepada karyawan dianggap
sebagai biaya dan mengurangi laba kotor jika karyawan yang menerima tunjangan
tersebut mengakui tunjangan yang diberikan sebagai bagian dari penghasilan
bruto dan dikenakan Pajak Penghasilan (Wahyudi, Dudi.Widyaiswara Muda
Pusdiklat Pajak).
1.2. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan perbandingan, dalam penulisan skrpsi ini penyusun
mengambil sebagian data berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Ayu Puspita dan Eka Dian yang dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam
rumusan masalah dan hasil penelitian yang diperoleh.
Berikut tabel yang menggambarkan perbandingannya.
31
Tabel 2.3 Perbandingan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Ayu Puspita Eka Dian Tahun Penelitian 2011 2011
Judul Penelitian Perencanaan pajak (tax planning) atas penghasilan badan pada PT. Pacific Paint di Surabaya
Penerapan pernecanaan paak untuk meminimalkan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Superdry Indonesia di Surakarta
Rumusan Masalah
Apakah PT. Pacific Paint di Surabaya menerapkan perencanaan pajak sesuai dengan perpajakan yang berlaku?
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk melakukan efisiensi terhadap pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Superdry Indonesia di Surakarta?
Hasil Penelitian 1. PT. Pacific Paint dapat meminimalkan biaya fiskal untuk optimalisasi kredit pajak, biaya yang dapat diperkenankan oleh Undang-undang perpajakan yaiu pasal 6 ayat 1 tentang biaya pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan demikian perusahaan dapat dua keuntungan sekaligus, yaitu penurunan pajak dan peningkata kualitas karyawan dimasa yang akan datang.
2. Pemberian tunjangan pajak penghasilan seabiknya dimasukkan kedalam daftar gaji karyawan sebagai tambahan penghasilan karyawan agar dapat berfungsi sebagai faktor pengurang terhadap penghasian bruto perusahaan.
1. Perusahaan dapat meminimalkan pajak, dengan memanfaatkan peraturan dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku yaitu UU PPN Nomor 18 tahun 2000.
2. Perusahaan bila melakukan penundaan pembuatan faktur pajak standarnya paling lambat bisa dibuat sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP yang pembayarannya belum diterima setelah bulan penyerahan BKP atau JKP tersebut kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya atau pembayaran mendahului penyerahan BKP atau JKP, maka faktur standar harus dibuat selambat-lambatnya pada waktu penerimaan pembayaran. Hal ini akan menunda pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Superdry Indonesia.
32
1.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dapat dijabarkan sebagai tuntutan untuk
memecahkan masalah penelitian dalam skripsi ini, diwakili oleh bagan alur. Dasar
penelitian ini dalam melakukan tax planning adalah melalui laporan keuangan
dari PT. Inter Orient Logistics yaitu laporan Laba Rugi. Laporan Laba Rugi
tersebut akan dianalisa dan haslnya dibandingkan antara laporan keuangan laba-
rugi yang dilakukan tax planning berdasarkan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku, dalam hal ini digunakan Undang-undang Pajak
Penghasilan tahun 2010 dengan laporan keuangan PT. Inter Orient Logistics tanpa
tax planning.
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber : Data olahan penulis
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
3.1.1. Jenis Data
Menurut Indiarto dan Supomo (1999), pada dasanya data yang digunakan
dalam penelitian ada dua, yaitu :
1. Data Subjek (Self Report Data)
Adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman,
karakteristik dan seseorang atau sekelompok orang menjadi subjek penelitian
(responden). Dengan demikian subjek merupakan data penelitian yang
diberikan oleh responden dalam hal ini bagian administrasi pajak dan
akuntansi.
2. Data Dokumenter (Document Data)
Adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat,
notulen hasil rapat, memo ataupun dalam bentuk laporan program laporan
keuangan.
3.1.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data, yaitu :
1. Data Primer
Berupa data subjek yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang
berupa data mengenai aktivitas operasional perusahaan yang terjadi selama
tahun 2012 dan gambaran umum tentang perusahaan jasa forwarding.
34
2. Data Sekunder
Berupa data internal yang diperoleh dari objek yang diteliti yaitu berupa
struktur organisasi, sejarah perusahaan, dan laporan keuangan PT. Inter Orient
Logistics cabang Surabaya tahun 2012.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Pengertian Variabel
Menurut Hatch dan Farhady (1981) bahwa yang dimaksud dengan variabel
penelitian adalah sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Strategi perencanaan pajak penghasilan badan
Strategi perencanaan pajak penghasilan badan akhir tahun merupakan
tindakan penstrukturan yang menekankan kepada pengendalian setiap
transaksi yang memiliki konsekuensi pajak. Tujuan tindakan ini adalah
mengefisienkan jumlah pajak yang akan di transfer ke pemerintah, melalui
penghindaran pajak atau tax avoidance, bukan penyelundupan pajak atau tax
evasion. Strategi yang dilakukan perusahaan pada akhir tahun adalah menunda
transaksi yang akan menghasilkan laba ke tahun 2013 dan merpercepat
pengakuan biaya atau rugi pada akhir tahun 2012.
2. Laba perusahaan
Merupakan keuntungan atau kelebihan dari suatu jumlah yang biasanya
dinilai dengan uang. Kebanyakan tujuan perusahaan adalah bagaimana
35
mendapatkan laba tersebut secara optimal. Laba sangat penting bagi suatu
perusahaan, karena berhasil atau tidak suatu perusahaan pada umumnya
diukur dengan laba yang diperoleh. Untuk dapat mengukur tingkat laba
perusahaan bias dilihat melalui umur perusahaan, semakin umur perusahaan
tersebut bertambah semakin meningkat juga laba yang diperoleh perusahaan
karena adanya suatu pengalaman perusahaan untuk memperoleh laba. Dan
bisa juga diukur melalui tingkat penjualan dan perubahan laba masa lalu.
3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan kepada responden.
Wawancara ini bersifat tidak terstruktur dan dilakukan kepada pihak manajemen
PT. Inter Orient Logistics, khususnya pada bagian keuangan dan pemasaran.
Metode ini digunakan dalam rangka mendapatkan data primer berupa data
mengenai aktivitas operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2012 dan
gambaran umum tentang perusahaan jasa.
2. Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data
sekunder dengan cara mengkopi dan mencatat dokumen-dokumen yang ada di PT.
Inter Orient Logistics yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dokumen-
dokumen tersebut adalah laporan keuangan PT. Inter Orient Logistics tahun 2012
36
dan SPT Tahunan 2012 Pajak Penghasilan Badan.
3. Studi Pustaka
Sebagai bagian dari langkah studi eksploratif yang merupakan suatu
metode pengumpulan data dengan mencari informasi-informasi yang dibutuhkan
melalui dokumen-dokumen, buku-buku, majalah atau sumber data tertulis lainnya
baik yang berupa teori, laporan penelitian yang berhubungan dengan Pajak
Penghasila Badan.
4. Observasi
Teknik pengumpulan data yang melakukan pengamatan langsung pada PT.
Inter Orient Logistics mengenai kebijakan perencanaan Pajak Penghasilan.
3.4. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisa terhadapa data-data yang diperoleh ada dua
metode yang digunakan menurut Arikunto (2000:245) yaitu :
1. Metode Deskriptif
Metode analisis yang menggambarkan suatu keadaan secara objektif,
sehingga memperoleh penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi oleh
perusahaan.
37
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Inter Orient Logistics merupakan suatu badan usaha berupa
perusahaan ekspedisi yang bergerak dalam bidang jasa pengiriman barang ke luar
negeri maupun dalam negeri atau bisa disebut ekspor dan impor. Berdasarkan
surat permohonan PT. Inter Orient Logistics tanggal 20 Juni 2011 nomor :
10/IOL/III/2011 diberikan Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi
(SIUJPT) dan sesuai berdasarkan SK Menteri Kehakiman Nomor :
167/SIUJPT/DISHUB/VII/2011 berpusat di Jalan Gatot Subroto, Gedung Graha
Mustika Ratu Lantai 6 Jakarta dan bercabang di Jalan Perak Barat No. 139 Lantai
3 Surabaya, dan selaku yang bertanggung jawab atas PT. Inter Orient Logistics
yaitu Bapak Djohan Salim. Pada awal usahanya PT. Inter Orient Logistics telah
memiliki beberapa karyawan yang menempati beberapa cabang yang ada di
Surabaya. Dan PT. Inter Orient Logistics cabang Surabaya mempunyai karyawan
sebanyak 11 (sebelas) karyawan meliputi posisi Branch Manager, Finance
Manager, Cashier, Marketing, Document, Customer Services, Driver, dan
Messenger.
a. Visi Perusahaan
Visi dari PT. Inter Orient Logistics adalah dapat menjadi salah satu
perusahaan jasa pengiriman barang yang terbesar dan terpercaya di dunia.
b. Misi Perusahaan
38
Misi dari PT. Inter Orient Logistics adalah dapat memberikan jasa pelayanan
transportasi atau pengiriman barang yang cepat dengan harga yang terjangkau
serta jaminan atas barang yang dikirim sampai di tujuan dengan baik.
Saat ini PT. Inter Orient Logistics telah memiliki 2 kantor yaitu Pusat yang
berada di kota Jakarta dan cabang yang berada di kota Surabaya. PT. Inter
Orient Logistics yang berpusat di Jakarta yang beralamatkan di Jalan Gatot
Subroto, Gedung Graha Mustika Ratu Lantai 6 Jakarta dan dipimpin oleh
Baspak Ton Pereira. Untuk yang berpusat di Surabaya beralamatkan di Jalan
Perak Barat No 139 Lantai 3 Surabaya dan dipimpin oleh Ibu Feny Chandra.
4.1.2. Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan
Struktur organisasi perusahaan adalah salah satu persyaratan penting yang
harus dimiliki oleh setiap perusahaan, karena struktur organisasi merupakan suatu
alat penting dalam proses manajemen dan proses bisnis perusahaan agar semua
tanggung jawab dan wewenang bagi setiap orang yang terlibat dalam menjalankan
perusahaan dapat dipertanggung jawabkan.
Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap individu yang terlibat
dalam proses bisnis perusahaan dapat menjalankan tugas atau kewajibannya yang
jelas sesuai dengan bidangnya masing-masing dengan baik sehingga mampu
mencapai tujuan perusahaan.
Uraian pekerjaan atau tanggung jawab masing-masing di PT. Inter Orient
Logistics adalah sebagi berikut :
1. Director atau Direktur
39
Pada PT. Inter Orient Logistics, direktur yang berwenang merumuskan dan
menetapkan suatu kebijaksanaan dan program umum perusahaan, atau
organisasi sesuai dengan batas wewenang yang yang diberikan oleh suatu
badan pengurus atau badan pimpinan yang serupa seperti dewan komisaris.
2. Branch Manager atau Manajer Cabang
Manajer pada setiap cabang di PT. Inter Orient Logistics memiliki wewenang
diantaranya :
a. Wewenang untuk mewakili direksi pusat untuk menjalankan perusahaan di
cabang tersebut.
b. Memberikan laporan kemajuan cabang kepada direksi pusat termasuk
keuangannya.
c. Mengambil semua tindakan yang diperlukan agar cabang berjalan lancar.
d. Menjalakan program perusahaan untuk cabang tersebut atau mengejar
target.
e. Dan berhak atas promosi dan bonus jika cabang maju melebihi target
perusahaan.
3. Finance Manager atau Manajer Keuangan
Kesusksesan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan manajer
keuangan untuk beradaptasi terhadap perubahan, meningkatkan dana
perusahaan sehingga kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi, investasi dalam
asset-aset perusahaan dan kemampuan mengelolanya secara bijakasana. Dan
di PT. Inter Orient Logistics cabang Surabaya manajer keuangan mempunyai
tugas untuk membuat laporan penjualan yang terjadi selama satu periode yang
40
lalu dilaporkan ke pusat. Adapun keputusan keuangan yang menjadi tanggung
jawab manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga jenis, diantaranya :
a. Mengambil keputusan investasi / pembelanjaan aktif (investment
decision).
b. Mengambil keputusan pendanaan / pembelanjaan pasif (financing
decision).
c. Mengambil keputusan dividen (dividend decision).
Keputusan-keputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yang
seharusnya dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan.
4. Kasir atau cashier
Kasir di PT. Inter Orient Logistics bertugas untuk menjalankan proses
penjualan dan pembayaran, melakukan pencatatan atas semua transaksi,
membantu pelanggan dalam memberikan informasi mengenai tagihannya,
membuat laporan transaksi dan kemudian laporan tersebut diberikan kepada
manajer keuangan.
5. Pemasaran atau marketing
Bertugas dalam menangani kegiatan pemasaran perusahaan, pengembangan
bisnis dan jaringan penjualan, dan menawarkan serta memberi informasi
kepada pelanggan.
6. Dokumen
Bertugas mengerjakan dokumen yang diperlukan dalam suatu ekspor, impor
ataupun dalam negeri milik pelanggan lewat bagian pemasaran.
41
7. Customer Service
Memberikan pelayanan kepada pelangga untuk menginformasikan tentang
jadwal keberangkatan kapal ataupun semua yang berhubungan dan yang
dibutuhkan pelanggan.
8. Sopir atau Driver
Bertugas mengantarkan bagian pemasaran untuk menemui pelanggannya guna
untuk membicarakan tentang penjualan jasanya.
9. Massanger
Bertugas dalam proses pengambilan dokumen bill of lading di pelayaran,
memasukkan nota penjualan kepada konsumen, menyetor atau mengambil
uang di bank serta membantu seluruh kelancaran perusahaan.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber : PT. Inter Orient Logistics cabang Surabaya
4.1.3. Proses Bisnis
Proses bisnis untuk pengurusan jasa ekpor impor maupun dalam negeri di
PT. Inter Orient Logistics melalui beberapa tahapan, diantaranya:
42
1. Proses penerimaan order (delivery order) dari pelanggan, dimana pihak
marketing mengkonfirmasi kembali ke pelanggan untuk menanyakan rincian
barang yang akan dikirim oleh pelanggan ke suatu tempat yang ditentukan
oleh pelanggan. Misalnya menanyakan tentang jenis barang yang akan
dikirim, jumlah barang, berat barang, dimensi barang, alamat secara rinci serta
pembayaran pembayaran biaya jasa pengiriman dibebankan kepada pihak
pengirim atau penerima. Yang kemudian akan akan dikonfirmasikan pada
pihak penerima barang di lokasi tujuan.
2. Proses perjanjian jasa pengiriman atau biasa yang disebut dengan Purchase
Order dikirim kepada perusahaan yang menunjukkan bahwa
pelanggan/pengirim barang setuju dengan harga yang ditawarkan oleh bagian
pemasaran. Dengan adanya purchase order ini perusahaan memiliki hukum
yang kuat bahwa terdapat perjanjian kerjasama pengiriman barang dengan
pelanggan.
3. Proses pemilihan shipping atau perusahaan pelayaran yang sesuai dengan
harga yang ditawarkan oleh pengirim sehingga terdapat keuntungan atau laba
yang dapat dihasilakan sehubungan dengan kegiatan pemuatan barang
tersebut. Dapat memberikan pilihan kepada pengirim untuk pemakaian
pelayaran yang diinginkan, sehingga pengirim atau pelanggan merasa
memiliki hak untuk berpendapat dan nyaman dengan jasa perusahaan.
4. Proses pengambilan barang yang sudah ditentukan oleh pelanggan di depo
atau pelabuhan tujuan, dan tentunya dokumen yang diperlukan sudah
diselesaikan oleh bagian dokumen dari PT. Inter Orient Logistics.
43
5. Penebusan bill of lading dalam istilah pelayaran adalah dokumen untuk proses
pengambilan barang di lokasi tujuan. Bill of lading sudah dapat terbit apabila
kapal sudah berangkat dari pelabuhan muat yang kemudian di ambil oleh
massanger dari PT. Inter Orient Logistics yang kemudian diserahkan kepada
bagian kasir.
6. Proses pembuatan tagihan untuk pengiriman barang yang sudah selesai
pengerjaan. Dan tagihan tersebut ditagihkan kepada pelanggan yang sesuai
dengan syarat pembayaran yang sebelumnya sudah ada dalam perjanjian kerja
dengan bagian pemasaran. Pada saat proses pembayaran tagihan ataupun
hanya penagihan, dilampiri dengan adanya bill of lading asli serta fotokopi
dokumen sebagi tanda terima bahwa dokumen sudah diserahkan kepada
pelanggan beserta nota atau faktur penjualan.
4.1.4 Ancaman Bisnis
Seiring dengan perkembangan suatu perusahaan, tentunya sekecil apapun
kemungkinan adanya pesaing itu selalu membayangi suatu perusahaan. Tentunya
dala perusahaan tersebut sudah memiliki manajemen yang akan mengevaluasi
setiap kinerja dan manjadi kualitas jasa perusahaan sehingga pelanggan tidak
melirik perusahaan jasa lainnya. Berikut ini ancaman adanya pesaing yang kerap
dihadapi oleh PT. Inter Orient Logistics, diantaranya :
1. Persaingan antar perusahaan sejenis
Persaingan antar perusahaan sejenis merupakan ancaman yang berasal dari
perusahaan competitor atau saingan yang bergerak pada bidang yang sama.
44
Dalam hal ini dalam bidang jasa pengiriman barang. Perusahaan yang
memberikan ancaman serius bagi perusahaan pada umumnya berasal dari
perusahaan yang telah lama berdiri yang sudah banyak memiliki banyak
pengalaman dalam bidang jasa pengurusan transportasi serta memiliki
keunggulan dalam hal penerapan teknologi informasi yang dapat mendukung
proses bisnis perusahaan.
2. Potensi masuknya pesaing baru
Potensi masuknya pesaing baru merupakan suatu ancaman yang cukup penting
selain ancaman dari perusahaan sejenis, dimana para pesaing baru mampu
memberikan harga yang kompetitif dan mampu bersaing dengan perusahaan
jasa pengurusan transportasi serupa yang telah lama ada dalam bidang jasa
pengiriman barang. Dengan masih banyaknya kesempatan yang terbuka lebar,
banyak perusahaan mencoba untuk masuk ke bidang jasa pengurusan
transportasi. Sehingga dapat membuat PT. Inter Orient Logistics berusaha
lebih meningkatkan daya saing perusahaan dengan terus memperbaiki sistem
manajemen perusahaan yang ada dan berusaha memenuhi keinginan
pelanggan.
3. Potensi meluasnya jaringan kinerja shipping atau pelayaran.
Semakin banyaknya perusahaan pelayaran, PT. Inter Orient Logistics harus
semakin teliti dalam pencarian harga yang terjangkau oleh pelanggan seingga
pelanggan merasa berpaling ke perusahaan saingan lainnya.
4. Daya tawar pelanggan
Daya tawar dari pelanggan juga teramasuk ancaman yang juga perlu
45
diperhatikan oleh PT. Inter Orient Logistics karena memberikan dampak yang
cukup besar terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Dengan semakin
berkembangnya teknologi informasi, telah banyak perusahaan pesaing yang
menerapkan teknologi informasi di perusahaan mereka sehingga menuntut PT.
Inter Orient Logistics agar mampu menyediakan pelayanan yang lebih kepada
pelanggan serta arus informasi yang cepat kepada pelanggan agar tidak beralih
ke perusahaan pesaing.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Penyajian Data
Laporan keungan fiskal adaah laporan keuangan yang disusun sesuai
peraturan perpajakan dan digunakan untuk perhitungan pajak. Dalam kerangka
dasar Standar Akuntansi Keuangan disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan
adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perusahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
PT. Inter Orient Logistics merupakan perusahaan yang juga melakukan
pembukuan dalam rangka menyediakan informasi keuangan perusahaan, yang
pada akhirnya dapat memperoleh penghasilannya dari kegiatan servis yang
dilakukan berupa jasa pengiriman barang melalui beberapa kategori servis
diantaranya :
1. Inter Island
Pengiriman dalam negeri ke seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia.
46
Secara umum dapat diartikan sebagai jasa pengiriman barang dari pulau satu
ke pulau tujuan yang ada di seluruh Indonesia. Wilayah pengiriman biasanya
seperti pulau Kalimantan, pulau Sumatera, pulau Sulawesi, pulau Irian Jaya,
pulau Nusa Tenggara Barat, pulau Nusa Tenggara Timur bahkan jasa
pengiriman ini dapat mencakup wilayah-wilayah di kepulauan Indonesia yang
sulit dijangkau dan jauh dari alat transportasi lainnya. Pilihan yang ditawarkan
PT. Inter Orient Logistics dalam jasa pengiriman Inter Island ini, diantaranya :
a. Port to port (pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar)
Jasa ini hanya mencakup pengiriman barang mulai dari pelabuhan muat
sampai di pelabuhan bongkar saja.
b. Port to door (pelabuhan ke pintu)
Jasa ini hanya mencakup pengiriman barang mulai dari pelabuhan muat
sampai di alamat pabrik atau tujuan.
c. Door to port (Gudang pengirim ke pelabuhan tujuan)
Jasa ini hanya mencakup pengiriman barang mulai dari gudang atau pabrik
pengirim barang sampai di pelabuhan tujuan. Dimana nanti proses
pengambilan barang akan dilanjutkan oleh penerima barang tujuan.
d. Door to door (Gudang pengirim ke gudang penerima)
Jasa ini hanya mencakup pengiriman barang mulai dari gudang atau pabrik
pengirim barang sampai di lokasi gudang penerima barang.
2. Export Import yaitu jasa pengiriman keluar negeri atau barang masuk dalam
negeri dari dan ke seluruh dunia. Ekspor yaitu dengan mengirim barang dari
Indonesia ke Negara lain secara legal dan sebaliknya untuk impor. Istilah yang
47
ada di ekspor dan impor seperti :
a. Air Waybill
Suatu kontrak mutlak yang dikeluarkan perusahaan angkutan udara.
b. Bill of lading
Surat tanda terima barang yang dimuat d atas kapal dan merupakan bukti
kepemilikan atas barang serta perjanjian pengangkutan barang melalui
laut.
c. C and F (Cost and Freight)
Seluruh biaya produksi dan pengapalannya masuk dalam harga barang.
d. Clearance
1) Hak kapal untuk meninggalkan pelabuhan.
2) Ijin berangkat kapal dari pelabuhan.
3) Ijin mengeluarkan barang dari pabean.
e. Consignee
Nama dan alamat penerima barang atau pembelinya.
f. F.O.B (free on board)
Suatu kewajiban penjual hanya sebatas sampai pelabuhan pengirim.
g. Packing list
Faktur atau nota yang berisi jumlah dan berat barang.
h. Commodity
Barang yang merupakan hail pertanian, namun saat ini disebut produk.
i. Phytosanitary certificate
48
Sebuah surat yang dikeluarkan oleh lembaga karantina hewan dan
tumbuhan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. Proses
mendapatkannya melalui serangkaian prosedur dan uji laboratorium, agar
tidak terjadi penyebaran penyakit antar Negara maupun antar pulau di
Indonesia (surat karantina antar pulau).
j. Weight
Berat kotor suatu barang yang menyangkut isi dan pembungkusnya.
4.2.2. Analisis Data
Dalam kegiatan operasional perusahaan, biaya pajak merupakan biaya
yang harus diperhitungkan oleh PT. Inter Orient Logistics dalam mencapai laba
maksimal yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, sesuai dengan struktur organisasi
yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa PT. Inter Orient Logistics tidak
memiliki karyawan khusus untuk menangani pajak di cabang Surabaya. Cashier
yang bertugas membuat faktur pajak yang kemudian faktur tersebut di setorkan ke
pusat di Jakarta agar bisa dilaporkan ke kantor pelayanan pajak yang ada di
Jakarta.
Secara khusus untuk menangani perpajakan tidak ada untuk cabang di
Surabaya, karyawan hanya melakukan kewajiban dan melakukan perhitungan
berdasarkan apa yang sudah ditetapkan di kantor pusat Jakarta. Dan hal ini
sebenarnya kurang menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan kondisi
seperti ini, ada kemungkinan-kemungkinan tertentu dari kebijakan perpajakan
yang tidak dimanfaatkan oleh perusahaan yang mungkin dapat mengurangi biaya
pajak terutang.
49
Laporan keuangan yang disajikan oleh PT. Inter Orient Logistics dengan
Standar Akuntansi Keuangan dan dapat menggambarkan dengan jelas akun-akun
yang tersedia dengan nilai nominalnya masing-masing. Laporan keuangan PT.
Inter Orient Logistics setiap bulannya dapat dilihat pada lampiran.
Berikut Daftar Gaji Bruto karyawan yang berakhir tahun 2012 pada PT.
Inter Orient Logistics
50
51
Penyesuaian pada akhir Desember 2012
1. Dijurnal sebagai hutang gaji atas bonus gaji karyawan akhir tahun sebesar Rp.
13.000.500 yang seharusnya dibayar pada pertengahan Januari 2013.
2. Dibeli mesin fotokopi seharga Rp. 18.000.000 dengan masa manfaat selama 5
tahun dengan metode garis lurus.
3. Dibeli fingerspot seharga Rp. 1.800.000 dengan masa manfaat selama 2 tahun
dengan metode garis lurus.
52
Tabel 4.3 LAPORAN LABA / RUGI PERIODE 2012 SEBELUM DILAKUKAN TAX PLANNING PT. INTER ORIENT LOGISTICS SURABAYA
PT. INTER ORIENT LOGISTICS Jl. Perak Barat 139 Lt 3
Surabaya LAPORAN LABA / RUGI PERIOD JAN - DEC 2012
(Dalam IDR) (Sebelum tax planning)
Penjualan jasa Akun Penjualan : Penjualan 10,401,989,500.00 Akun Pembelian : Pembelian 9,400,256,350.00 Laba Kotor 1,001,733,150.00 Beban-beban Operasional Perusahaan : Beban Telepon 47,209,050.00 Beban Perlengkapan Kantor 4,921,900.00 Beban Gaji 329,591,000.00 Beban Pemeliharaan Kendaraan 3,420,300.00 Beban Perjalanan 8,009,900.00 Beban Sewa Kantor 48,000,000.00 Beban Peny. Mobil 19,800,000.00 Beban Peny. Komputer 6,600,000.00 Beban Peny. Meja dan Kursi 4,800,000.00 Beban Entertain Pelanggan 5,347,600.00 Beban Listrik 16,845,900.00 Beban Pajak PPh 21 8,240,600.00 Beban Lain-lain 7,090,000.00
Total beban-beban operasional perusahaan 509,876,250.00
Laba Bersih sebelum Pajak 491,856,900.00 PPh Badan 61,482,112.50 Laba Bersih setelah Pajak 430,374,787.50
53
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari kegiatan pengamatan dan analisa data yang telah dilakukan dimulai
bulan Januari 2012 sampai akhir Desember 2012 telah banyak menambah
wawasan mengenai dunia kerja seutuhnya dan adanya pemahaman tentang
manajemen maupun struktur dalam perusahaan di bidang perpajakan
khususnya kegiatan tax planning di PT. Inter Orient Logistics. Kesimpulan
yang dapat diambil yaitu :
1. Dengan dilakukannya perencanaa pajak pada PT. Inter Orient Logistics
Surabaya hasilnya sangat berpengaruh dan juga perlu diingat bahwa PT.
Inter Orient Logistics Surabaya adalah perusahaan jasa ekspedisi yang
sudah berkembang dan maju pesat di Surabaya. Dan dengan menggunakan
perencanaan pajak pada tahun pajak 2012 perusahaan bisa mengurangi
beban pajak yang terutang sehingga perusahaan bisa menggunakan sisa
dari beban pajak untuk kegiatan selanjutnya. Seperti telah diuraikan di
atas, antara Tunjangan PPh Pasal 21 dengan PPh Pasal 21 Ditanggung
mendapat perlakuan (treatment) perpajakan yang berbeda, baik dari sisi
penghitungan PPh Pasal 21 maupun PPh Pemberi Kerja. Tunjangan PPh
Pasal 21 merupakan objek PPh Pasal 21 yang harus ditambahkan ke dalam
penghasilan karyawan saat penghitungan PPh Pasal 21. Perlakuannya
sama seperti tunjangan-tunjangan lainnya. Namun di sisi PPh Pemberi
Kerja, Tunjangan PPh Pasal 21 ini dapat dibiayakan (deductible expense)
55
sehingga akan mengurangi penghasilan bruto dan otomatis akan
mengurangi PPh Pemberi Kerja. PPh Pasal 21 Ditanggung, di sisi lain,
bukan merupakan objek PPh Pasal 21 dan tidak perlu dimasukkan ke
dalam tunjangan atau penghasilan karyawan pada saat menghitung PPh
Pasal 21. Akan tetapi, sebagai konsekuensinya, perusahaan atau pemberi
kerja tidak boleh membiayakan PPh Pasal 21 Ditanggung tersebut saat
menghitung PPh pemberi kerja karena PPh Pasal 21 Ditanggung adalah
salah satu biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan atau pemberi kerja.
5.2. Saran
Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan berdasarkan pengamatan atas
kejadian dan data-data yang diperoleh dari perusahaan dan adanya dasar teori
yang dipelajari. Pada kesempatan ini penulis memberikan saran diantaranya :
1. Pemberian manfaat pengembangan karyawan menjadi alternative dalam
minimalisasi. Hal ini dikarenakan adanya 2 (dua) keuntungan yang akan
diperoleh yaitu, penurunan pajak atas biaya yang bertambah dan
peningkatan kualitas karyawan dimasa yang akan datang.
2. PT. Inter Orient Logistics memberikan pelatihan tentang perpajakan
secara khusus bagi karyawan bagian cashier atau sebagai alternative lain
adalah menambah karyawan untuk cabang yang ada di Surabaya dalam
bidang perpajakan secara khusus.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Harry, Graham Balter. (2003). Tax Evasion (dalam buku Manajemen Perpajakan oleh Mohammad Zain). Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Hatch, E dan H. Farhady. (1981). Research Design And Statistics:For Applied Linguistics (dalam buku Sugiyono). Tehran : Penerbit SAMT.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen (Edisi Pertama). Yogyakarta : Penerbit BPFE.
Ikantan Akuntan Indonesia. (2004). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Mardiasmo. (2006). Perpajakan (Edisi Revisi 2006). Yogyakarta : Penerbit PT Andi.
Muljono, Djoko. (2007). Pajak Penghasilan. Yogyakarta : Penerbit PT Andi.
Seligman, Erdwin RA. (1925). Essay In Taxation. New York.
Siagian, Sondang P. (1994). Manajemen. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Soemitro, Rochman. (2003). Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Jakarta : Penerbit PT Eresco.
57
Suandy, Erly. (2006). Perencanaa Pajak. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Wahyudi, Dudi. Widyaiswara Muda Pusdiklat Pajak. www.bppk.depkeu.go.id. Website.