BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf ·...

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memang belum menjadi bangsa yang sepenuhnya maju, akan tetapi kekayaan bangsa Indonesia mencakup berbagai bidang. Salah satu di antaranya adalah kekayaan budaya yang berkembang di masing-masing daerah. Perkembangan budaya yang sangat pesat salah satunya terjadi di daerah Jawa, karena Jawa merupakan etnik terbesar di Asia Tenggara yang berjumlah sekitar 40% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Adapun wujud kebudayaan itu berupa kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan bahasa, baik itu lisan maupun tulisan (Pardi Suratno, 2013:1). Di daerah Jawa dan sekitarnya dikenal adanya hasil kebudayaan tulis yang disebut naskah. Naskah adalah karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun salinannya yang mengandung teks atau rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu yang apabila dilihat dari segi lahir atau wujud dapat dilihat atau diraba (Darusuprapta, 1984:10). Naskah yang merupakan salah satu warisan kebudayaan nenek moyang ini kaya akan khasanah pengetahuan yang memuat informasi unik, penting, dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Banyaknya manfaat yang terdapat di dalam naskah menjadikannya tidak bisa lepas dari tradisi penyalinan. Maraknya tradisi penyalinan naskah yang menghasilkan bermacam-macam naskah jamak, tidak menutup kemungkinan bahwa masih bisa ditemukan beberapa naskah tunggal. Naskah tunggal yang hanya ada satu perlu diselamatkan dengan cara diteliti secara

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia memang belum menjadi bangsa yang sepenuhnya maju,

akan tetapi kekayaan bangsa Indonesia mencakup berbagai bidang. Salah satu di

antaranya adalah kekayaan budaya yang berkembang di masing-masing daerah.

Perkembangan budaya yang sangat pesat salah satunya terjadi di daerah Jawa,

karena Jawa merupakan etnik terbesar di Asia Tenggara yang berjumlah sekitar

40% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Adapun wujud kebudayaan itu berupa

kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan bahasa, baik itu lisan maupun tulisan

(Pardi Suratno, 2013:1).

Di daerah Jawa dan sekitarnya dikenal adanya hasil kebudayaan tulis yang

disebut naskah. Naskah adalah karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun

salinannya yang mengandung teks atau rangkaian kata-kata yang merupakan

bacaan dengan isi tertentu yang apabila dilihat dari segi lahir atau wujud dapat

dilihat atau diraba (Darusuprapta, 1984:10).

Naskah yang merupakan salah satu warisan kebudayaan nenek moyang ini

kaya akan khasanah pengetahuan yang memuat informasi unik, penting, dan

bermanfaat bagi kehidupan manusia. Banyaknya manfaat yang terdapat di dalam

naskah menjadikannya tidak bisa lepas dari tradisi penyalinan. Maraknya tradisi

penyalinan naskah yang menghasilkan bermacam-macam naskah jamak, tidak

menutup kemungkinan bahwa masih bisa ditemukan beberapa naskah tunggal.

Naskah tunggal yang hanya ada satu perlu diselamatkan dengan cara diteliti secara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

2 filologis, dikaji dan disebarluaskan. Hal ini perlu dilakukan karena naskah tunggal

dikhawatirkan akan musnah apabila tidak ditangani secara filologis.

Naskah dilihat dari segi jumlah ada dua yakni naskah tunggal dan naskah

jamak. Dilihat dari segi jenis ada beberapa pendapat tentang penggolongannya,

salah satunya adalah pendapat Behrend (1990) dalam Katalog Naskah-Naskah

Induk jilid 1 Museum Sonobudoyo yang menyebutkan bahwa ada bermacam-

macam naskah, kemudian digolongkan kedalam jenis-jenis naskah sebagai

berikut: Sejarah (S), Silsilah (Sil), Hukum dan Peraturan (H), Wayang (W), Sastra

Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I), Primbon dan

Pawukon (Pr), Bahasa (B), Musik (M), Tari-tarian (T), Adat-istiadat (F), Lain-lain

(LL). Sedangkan apabila dilihat dari segi bentuk ada naskah prosa atau gancaran

dan naskah puisi atau têmbang. Kategori-kategori diatas menyediakan terlalu

banyak pilihan yang tidak mungkin diteliti dalam waktu yang singkat. Maka dari

itu peneliti memutuskan untuk memilih naskah tunggal yang termasuk ke dalam

jenis naskah Sastra (L) dan berbentuk puisi atau têmbang. Naskah dengan kategori

sastra ini dipilih dengan alasan karena naskah tunggal perlu untuk diselamatkan,

apalagi naskah yang berjenis sastra dan berbentuk puisi dengan keunikan estetika

pemilihan kata ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian lebih

mendalam.

Peneliti setelah membaca Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1

Museum Sonobudoyo Yogyakarta (Behrend, 1990), peneliti tertarik pada naskah

yang berjudul Sêrat Kridhasmara bernomor L191. Ditinjau dari judul, Sêrat

Kridhasmara dilihat sudah menarik untuk diteliti dan diungkap kandungan isi

yang terdapat dalam naskah yang unik ini.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

3

Upaya lebih lanjut ditempuh yaitu dengan cara menginventarisasi naskah

melalui beberapa katalog untuk memastikan kebenaran, bahwa naskah ini benar-

benar naskah tunggal atau justru merupakan naskah jamak. Peneliti setelah

mencari naskah melalui katalog tidak ditemukan naskah yang mempunyai judul

ataupun isi yang sama dengan Sêrat Kridhasmara. Inventarisasi naskah SK telah

dilakukan melalui 10 (sepuluh) katalog, yaitu sebagai berikut :

1. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 1 Museum Sonobudoyo,

Yogyakarta karya T. E Behrend pada tahun 1990,

2. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta

karya T. E Behrend dkk pada tahun 1994,

3. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3B (Fakultas Sastra

Universitas Indonesia) karya Jennifer Lindsay dkk, pada tahun 1998,

4. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia karya Jennifer Lindsay pada tahun 1998,

5. Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Volume I, II, dan III

karya Nancy K. Florida pada tahun 2000,

6. Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta

karya Sri Ratna Saktimulya pada tahun 2005,

7. Katalog lokal Museum Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran,

Surakarta,

8. Katalog lokal Museum Radya Pustaka, Surakarta,

9. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book

in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta karya Girardet

Sutanto pada tahun 1983,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

4

10. Katalog lokal Perpustakaan Sasana Pustaka, Keraton Surakarta.

Inventarisasi naskah setelah selesai dilakukan dan tidak ditemukan naskah

yang judul dan isinya sama dengan naskah berjudul Sêrat Kridhasmara ini, maka

peneliti meyakini bahwa naskah ini benar-benar merupakan naskah tunggal.

Sêrat Kridhasmara yang selanjutnya disebut SK secara harfiah terdiri dari

3 kata yaitu kata : Sêrat (sêrat: I kn. 1 salêraning gêdêbog, godhong nanas lsp; 2

galêr-galêraning kayu; 3 urating godhong. II k: 1 layang; 2 jungkat; dipun-[x] k:

1 ditulis; 2 dibathik) yang berarti surat atau tulisan, kridha (kridha: (S) kw. 1 ak.

dolanan, sênêng-sênêng; 2 ulah sacumbana; 3 nggêgulang, nindakake; 4

tumindak, panggawean) yang berarti melakukan tindakan, dan asmara (asmara:

(S) kw sêngsêm, sih trêsna; nyidra [x] kw: ndhêmêni) yang berarti cinta kasih

(Poerwadarminta, 1939: 20-559). Jadi dapat diperoleh kesimpulan bahwa Sêrat

Kridhasmara memiliki arti tulisan atau surat yang isinya tentang tindakan bermain

cinta kasih. Sesuai dengan judulnya Sêrat Kridhasmara ini berisi tentang kisah

perjalanan dan cinta Pakubuwana X (B.R.M.G Malikul Kusno) dengan istri

keduanya yang bernama Kanjeng Ratu Hemas (B.R.Aj Mursudarinah) yang

merupakan putri Hamengkubuwana VII. Beliau menikah pada tanggal 27 Oktober

1915 M.

SK yang berbentuk têmbang macapat ini terdiri dari tujuh pupuh, yang

masing-masing pupuh memiliki sub judul yang berbeda-beda, yaitu :1.

Pangudang yang ditulis dalam tembang Kinanthi, 2. Panyandra yang ditulis

dalam tembang Mijil, 3. Pamiluta yang ditulis dalam tembang Pocung, 4. Pantara

yang ditulis dalam tembang Megatruh, 5. Pangudarasa yang ditulis dalam

tembang Asmaradana, 6. Panambung carita yang ditulis dalam tembang Sinom,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

5 dan 7. Pangêla-êla yang ditulis dalam tembang Dhandhanggula. Sebenarnya

masih ada satu pupuh di bawah pupuh Dhandhanggula yaitu bersub-judul

pamarditama, akan tetapi isinya kosong dan tidak dilanjutkan kembali entah

karena memang sengaja tidak diteruskan atau karena adanya suatu alasan,

sehingga halaman 39 pada naskah SK ini menjadi halaman terakhir naskah dengan

konsitensi penulisan dan jumlah bait yang selalu sama disetiap subjudulnya.

Begitu uniknya naskah tunggal berjudul SK ini yang pada awalnya

merupakan draft, kemudian sah menjadi naskah yang sudah jadi dengan style

penulis yang berbeda dari penulis naskah têmbang pada umumnya menjadi alasan

lain selain alasan dari segi filologis yang mengharuskan penelitian naskah untuk

mampu mengembalikan naskah pada yang asli atau disebut juga pemurnian teks,

karena dengan jumlah halaman yang tergolong tipis, tetapi memiliki estetika

penulisan yang rapi dan kata-kata serta cara penulisan yang digunakan oleh

penulis naskah adalah salah satu bentuk estetika penulisan yang khas yang tidak

bisa dijumpai secara umum pada naskah-naskah lain, sekalipun naskah itu

termasuk dalam golongan naskah sastra.

Keunikan naskah SK yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini, di

antaranya adalah :

a. Cover luar naskah ini bertuliskan judul naskah yaitu Sêrat

Kridhasmara disertai nomor koleksi yaitu P.B.C. 103. Kridhasmara

karena naskah ini merupakan koleksi Panti Budaya yang ditata di rak

C nomor urut 103. Berikut ini gambar cover luar naskah.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

6

Gambar 1 : Cover luar naskah SK

b. Terdapat tanda cap berwarna merah dengan aksara Jawa yang berbunyi

Panti Budaya disertai nomor urut koleksi naskah berdasarkan katalog

T.E Behrend yaitu MSB/ L.191 dan nomor koleksi naskah menurut

penataan naskah di Museum Negeri Sonobudoyo yaitu PB. C. 103

yang tertulis pada cover dalam naskah. Berikut ini gambar cover

dalam naskah SK.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

7

Gambar 2 : Cover dalam naskah SK

c. Di dalam cover naskah bagian dalam tertulis “Ngrèngrèng” yang

berarti rancangan atau draft yang seharusnya naskah SK ditulis

kembali sebagai naskah otentik ataupun disahkan sebagai naskah yang

sudah jadi, bukan lagi sebagai draft naskah. Namun pada kenyataannya

naskah SK ini sudah selesai ditulis pada halaman terakhirnya yaitu

halaman 39 dan tidak dilanjutkan kembali karena tidak ada naskah

yang mempunyai judul-judul yang sama ataupun isi yang sama dengan

naskah SK ini. Berikut ini tulisan penulis asli naskah SK yang

menyebutkan nama lengkap disertai kedudukannya di dalam

pemerintahan masa itu.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

8

Gambar 3 : Keterangan detail teks SK

“Ngrèngrèng : Sêrat Kridhasmara, karanganipun Radèn Mas Ngabèhi Wangsa

Sarsana, abdi dalêm mantri sèwu ing Surakarta”

P. B. C. 103. KRIDHASMARA

Rancang atau draft : Sêrat Kridhasmara, karangan Raden Mas Ngabehi Wangsa

Sarsana, abdi dalem mantri sewu di Surakarta.

Berjudul Kridhasmara dengan nomor koleksi PBC 103 yang artinya merupakan

koleksi Panti Budaya pada rak C nomor urut 103.

d. Style atau gaya penulisan naskah yang unik karena tidak semuanya

penulis naskah menggunakan style ini. Sangat berbeda dengan

penulisan naskah pada umumnya. Hal itu nampak pada setiap halaman

naskah SK salah satu di antaranya pada halaman pertama naskah yang

sudah masuk ke dalam isi naskah. Berikut ini contoh style yang

digunakan penulis naskah SK.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

9

Gambar 4 : Gaya penulisan dalam SK

Penulis menggunakan penomoran halaman dengan angka Jawa di tengah

bagian atas dengan tinta warna hitam dan setelah pergantian bait penomoran

dengan angka Jawa ditulis dengan tinta warna merah. Pada tanda awalan pupuh

disertai judul bab yang menggunakan tinta warna merah dan menggunakan style

“dirga mêlik, dirga mêndut dan dirga mure” setiap akan ganti baris dalam gambar

ditandai dengan lingkaran dan garis merah.

Dirga mêlik (i)

Contoh : (kintaki)

Dirga mêndut (u)

Contoh : (kidung)

Dirga Mure (ai)

Contoh: (samangke)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

10

e. Pada halaman terakhir SK terdapat satu sub-topik yang ditulis dengan

tinta warna hitam berbunyi “pamarditama” tetapi di bawahnya tidak

ada isinya atau kosong dan ini merupakan halaman terakhir naskah

yang ditulisi.

Gambar 5 : Halaman terakhir naskah SK

Dengan melihat cuplikan keunikan naskah SK yang awalnya merupakan

naskah draft atau rancangan dengan style penulis yang berbeda dengan penulis

naskah pada umumnya seperti terlihat pada beberapa contoh di atas, peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap naskah SK. Adapun kesimpulan

yang dapat ditarik dari alasan-alasan di atas adalah sebagai berikut :

1. Naskah SK merupakan naskah tunggal yang dikhawatirkan akan rusak

apabila tidak ada arsip atau kajian naskah SK secara filologis. Padahal

naskah SK mempunyai nilai manfaat yang tinggi guna mengetahui

kesusastraan masa lampau.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

11

2. Dari segi filologis naskah SK ini mempunyai beberapa permasalahan

yang harus segera mendapatkan solusi, diantaranya disebabkan adanya

kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam naskah SK ini. Kesalahan-

kesalahan tersebut adalah :

a. Terdapat lakuna yaitu adanya bagian yang terlampaui/ kelewatan,

baik suku kata, kata, kelompok kata maupun kalimat

Gambar 6 : Lakuna

Pada halaman pertama bait pertama baris kedua tertulis “mame

trusthanirèng kapti” yang seharusnya “mamet trusthanirèng kapti” yang

berarti “mencari kesenangan hati”

Gambar 7 : Lakuna

Pada halaman empat bait enam belas baris enam tertulis “tugil”

yang seharusnya “tunggil” yang berarti “satu” dalam konteks ini adalah

“satu ayah satu ibu”.

b. Terdapat hiperkorek yaitu adanya perubahan ejaan karena

pergeseran lafal.

Gambar 8 : Hiperkorek

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

12

Pada halaman pertama bait ketiga baris ketiga tertulis “labêt

kagubêtding trêsna” yang seharusnya “labêt kagubêting trêsna” yang

berarti “karena terbalut cinta kasih”.

Gambar 9 : Hiperkorek

Pada halaman tiga bait pertama baris kedua tertulis “saindhêning”

yang seharusnya “saindhênging” yang berarti “seisi atau seluruh isi” yang

dalam konteks ini adalah “seisi pulau Jawa”.

Gambar 10 : Hiperkorek

Pada halaman tiga belas bait tujuh belas baris pertama tertulis

“sarot” yang seharusnya “sorot” yang berarti “cahaya atau sinar”.

3. Dari segi isi naskah, SK ini menarik untuk diteliti karena di

dalam teks ditemukan rangkaian kata-kata arkhais penuh susastra.

Penulis naskah SK menceritakan tentang kisah perjalan dan cinta

Pakubuwana X (B.R.M.G Malikul Kusno). Pada saat itu beliau sangat

mengagumi sosok wanita yang kemudian berhasil disunting menjadi

istri keduanya pada tanggal 27 Oktober 1915 M yaitu Kanjeng Ratu

Mas (B.R.Aj Mursudarinah). Kangjeng Ratu Mas adalah putri dari

Hamengkubuwana VII. Naskah SK juga memuat tentang bagaimana

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

13

ciri-ciri atau tingkah laku serta bahasa yang sering digunakan oleh

orang yang sedang kasmaran seperti yang dialami oleh Pakubuwana X

saat beliau sedang kasmaran dengan sosok cantik Kanjeng Ratu

Hemas. Digambarkan dalam naskah SK beliau begitu memuji sosok

wanita cantik yang dikasihinya, memuji keadaan fisiknya yang

istimewa, sehingga membuat Pakubuwana X terpikat dengan segala

keistimewaanya, melalui berbagai perantara batin yang begitu

mengagumi sosok wanita yang membuat gundah gulana hati

Pakubuwana X. Disertai perjalanan yang dilakukan oleh Pakubuwana

X sebelum beliau mendapatkan cinta Kanjeng Ratu Mas saat beliau

sudah beristri B.R.Aj Sumarti ketika menjadi raja menggantikan

ayahnya yang telah meninggal, hingga akhirnya menikah dengan

Kanjeng Ratu Mas, (B.R.Aj Mursudarinah , putri Hamengkubuwana

VII).

Pelukisan, perjuangan, dan perjalanan cinta yang terangkum

melalui ungkapan-ungkapan susastra yang elok dan penuh makna yang

terdapat dalam naskah SK ini dengan style atau gaya kepenulisan yang

unik pula. Terdapat penulisan wangsalan-wangsalan pada subjudul

Pamiluta dalam têmbang Pucung. Dari segi pemilihan kata naskah SK

ini kemungkinan besar ditulis oleh pengarang berdasarkan perintah

Pakubuwana X atau bisa disebut bahwa naskah SK ini adalah naskah

Yasan Dalêm Pakubuwana X.

Berdasarkan uraian yang tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut terhadap naskah SK, baik kajian secara filologis untuk membahas

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

14 permasalahan-permasalahan filologis dalam naskah SK mengingat masih adanya

banyak kesalahan-kesalahan penulisan, maupun mengkaji kandungan isi yang ada

di dalam naskah SK guna memperoleh intisari dari naskah SK ini.Penelitian ini

dilakukan juga karena belum adanya penelitian-penelitian terdahulu yang

berhubungan langsung ataupun ditujukan untuk naskah SK ini, sehingga sangatlah

sayang apabila naskah SK ini tidak kunjung mendapat perhatian dari generasi-

generasi penerus budaya Jawa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian naskah dan teks SK adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah teks SK yang secara hipotesis dipandang bersih dari

kesalahan ?

2. Bagaimanakah kandungan isi teks tentang perjalanan dan cinta

Pakubuwana X dalam SK ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyajikan teks SK yang secara hipotesis dipandang bersih dari

kesalahan.

2. Mengungkapkan dan menguraikan kandungan isi teks tentang

perjalanan dan cinta Pakubuwana X dalam SK.

D. Batasan Masalah

Naskah SK ini dapat dimungkinkan untuk diteliti dari berbagai sudut

pandang, termasuk di luar bidang ilmu filologi. Maka dari itu diperlukan

pembatasan masalah dalam penelitian ini yang ditekankan pada dua kajian utama,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

15 yaitu kajian filologis naskah SK dan kajian isi terhadap naskah SK yang tersimpan

di Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta.

E. Landasan Teori

1. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia, berasal

dari dua kata yaitu “philos” yang berarti cinta dan “logos” yang berarti kata.

Sehingga filologi dapat diartikan “cinta kata” yaitu cinta terhadap hal-hal yang

terkait dengan kata-kata, ucapan, tulisan, kesusastraan dan kebudayaan (Siti

Baroroh Baried, dkk, 1994:1).

Edwar Djamaris (2002:3), menyebutkan bahwa filologi merupakan suatu

ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama. Sedangkan filologi menurut

Wellek (dalam Siti Chamamah Soeratno, 1996:8), memiliki arti ilmu pengetahuan

tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang. Dalam perkembangannya,

filologi dikenal sebagai ilmu pernaskahan yang mempelajari naskah dan teks,

mengkaji seluk beluk naskah yang mencakup berbagai bidang dan segi kehidupan

yang bertujuan untuk mengungkap teks dan konteks yang ada di dalam naskah.

Hal inilah yang diterapkan di Indonesia dalam naskah Jawa, Melayu, Bali, Sasak

dan lain sebagainya.

Filologi pada masa sekarang berkembang menjadi dua aliran yaitu filologi

tradisional dan filologi modern. Filologi tradisional menekankan sebuah kajian

naskah hanya untuk kembali ke naskah aslinya atau menekankan pada pemurnian

teks. Sedangkan filologi modern tidak melulu menekankan kepada pemurnian teks

saja, melainkan lebih kepada keterkaitan suatu naskah ataupun teks terhadap

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

16 naskah yang lain atau bahkan karya sastra yang lainnya dengan menekankan pada

interpretasi pembaca ataupun peneliti.

Jadi filologi adalah ilmu tentang naskah yang memuat kebudayaan-

kebudayaan masa lampau dan ditulis agar diketahui khalayak luas sebagai warisan

budaya yang mempunyai manfaat bagi kehidupan generasi-generasi selanjutnya.

2. Objek Filologi

Filologi mempunyai objek penelitian yaitu naskah dan teks (Edwar

Djamaris, 2002:7). Di dalam filologi, dengan jelas dibedakan pengertian teks dan

naskah. Teks adalah sesuatu yang tertulis yang berupa kode-kode bahasa. Teks

dapat berupa teks lisan, teks tertulis, teks rekaman, dan sebagainya. Sedangkan

naskah adalah benda material tempat suatu teks dituliskan (Bani Sudardi, 2003:1).

Antara naskah dan teks yang ada di dalamnya pastilah memiliki

keterkaitan yang erat, karena untuk dapat mengetahui seluk-beluk naskah seorang

peneliti juga harus memahami secara baik isi teks yang terdapat di dalam naskah

agar penelitian yang dilakukan menjadi berkualitas dan berguna bagi penelitian

selanjutnya. Penelitian filologi yang dilakukan dalam kajian ini meliputi

penelitian berdasarkan kondisi fisik naskah SK dan kandungan teks yang ada di

dalam naskah atau manuskrip SK ini.

3. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja adalah upaya yang ditempuh peneliti dalam proses

penggarapan bahan kajian untuk penelitian, dengan tujuan supaya proses

penelitian yang ditempuh bisa lebih terarah dan tersusun secara sistematis.

Langkah kerja filologi meliputi beberapa tahap yaitu : pengumpulan data

melalui inventarisasi naskah, deskripsi naskah, pertimbangan dan pengguguran

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

17 naskah yang dianggap tidak perlu, penetapan dasar-dasar penentuan kedudukan

naskah (naskah asli atau naskah salinan yang mendekati naskah asli), ringkasan isi

naskah, transliterasi naskah, suntingan teks, glosari untuk kata-kata sukar, dan

komentar teks (Edwar Djamaris, 2002:9).

Teori tersebut tidak diwajibkan untuk diterapkan pada semua naskah yang

akan menjadi bahan penelitian, karena setiap naskah memiliki kondisi fisik

maupun isi yang berbeda-beda antara naskah satu dengan naskah yang lain.

Kondisi naskah SK yang jumlahnya hanya satu atau naskah tunggal, membuat

peneliti mengambil keputusan untuk tidak mempergunakan langkah-langkah yang

terkait dengan perbandingan naskah di dalam pengerjaannya.

Langkah kerja penelitian filologi naskah SK yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

a. Penentuan Sasaran Penelitian

Langkah awal yang perlu dilakukan oleh peneliti yaitu menentukan

sasaran penelitian. Ditemukannya begitu banyak ragam pilihan untuk sasaran

penelitian yang sejenis, baik itu dari segi tulisan, bahan tulisan , bentuk tulisan,

maupun isi tulisan. Dilihat dari segi tulisan ada naskah yang ditulis menggunakan

huruf Arab, Bali, Batak, Jawa dan Sasak. Dilihat dari segi bahan tulisan ada

naskah yang ditulis bermediakan kertas, daun lontar, rotan, kulit kayu maupun

kulit binatang. Dari segi bentuk tulisan ada naskah yang berbentuk puisi atau

têmbang dan ada pula yang berbentuk prosa atau gancaran. Dari segi isi tulisan

naskah juga memiliki keragaman, di antaranya sejarah atau babad, kesusastraan,

cerita wayang atau lakon, cerita dongeng atau mitologi kuna, primbon atau

ramalan kuna, adat istiadat atau kebudayaan, piwulang, agama atau norma

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

18 religius, dan lain sebagainya. Dengan adanya berbagai keragaman diatas, maka

sasaran penelitian ini hanya sebatas naskah yang menggunakan tulisan huruf

Jawa, dengan ragam bahasa Jawa, ditulis menggunakan bahan kertas biasa,

menggunakan bentuk puisi atau têmbang pada penulisannya dan termasuk

kedalam golongan naskah kesusastraan. Seluruh bentuk yang telah disebutkan ini

sudah ada di dalam naskah SK.

b. Inventarisasi Naskah

Langkah kedua yaitu inventarisasi naskah SK melalui katalog naskah yang

terdapat di tempat-tempat penyimpanan naskah seperti perpustakaan dan museum,

baik itu melalui katalog manual maupun katalog digital di tempat koleksi naskah

berada. Data yang diperoleh dari langkah ini yaitu realita bahwa naskah berjudul

Sêrat Kridhasmara tersimpan di Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo

Yogyakarta dan ditemukan berupa naskah tunggal.

c. Observasi Pendahuluan

Langkah ketiga yaitu observasi pendahuluan yang dilakukan dengan cara

survei langsung ke lokasi penyimpanan naskah SK untuk mengecek data secara

langsung ke ruang koleksi naskah sesuai dengan informasi yang diungkapkan oleh

katalog Behrend. Dalam hal ini pengecekan dilakukan langsung ke tempat

penyimpanan naskah, yaitu di ruang koleksi naskah Perpustakaan Museum Negeri

Sonobudoyo Yogyakarta.

d. Deskripsi Naskah

Langkah keempat yaitu deskripsi naskah atau uraian naskah secara

mendetail. Deskripsi naskah penting dilakukan guna mengetahui kondisi fisik

naskah yang asli dan sejauh mana keadaan isi naskah yang diteliti. Emuch

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

19 Hermansumantri (1986:2) menguraikan bahwa deskripsi naskah merupakan

sarana untuk memberikan informasi atau data mengenai: judul naskah, nomor

naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah, ukuran

naskah, tebal naskah, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara

penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, umur naskah, pengarang

atau penyalin, asal-usul naskah, fungsi sosial naskah, serta ikhtisar teks atau

cerita.

Pada saat melakukan pendeskripsian naskah ini peneliti perlu mengetahui

kondisi fisik secara langsung dengan naskah yang diteliti. Hal tersebut dilakukan

untuk memverifikasi data secara valid dan mendapatkan informasi kebenaran

tentang naskah SK secara langsung.

e. Ringkasan Isi naskah

Langkah kelima yaitu membuat ringkasan isi naskah, dengan tujuan

agar lebih mudah dalam mengenal sekaligus memahami teks SK.

f. Transliterasi Naskah

Langkah keenam yaitu transliterasi naskah atau penggantian atau

pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam

proses transliterasi ini peneliti memiliki dua tugas pokok yaitu: pertama peneliti

filologi menjaga kemurnian bahasa yang dipergunakan pengarang yang ada dalam

naskah, khususnya penulisan kata demi kata. Hal ini dilakukan guna melindungi

data asli naskah agar bahasa lama atau bahasa asli dalam naskah tidak hilang.

Tugas yang kedua adalah menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang

berlaku saat penelitian ini dilakukan guna memudahkan pembacaan dan

pemahaman terhadap teks (Edwar Djamaris, 2002:19).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

20

Bahan transliterasi naskah harus disajikan selengkap-lengkapnya dan

sebaik-baiknya agar mudah dalam pembacaannya dan juga mudah dalam

pemahamannya.

Transliterasi dilakukan dengan cara menyusun kata menjadi kalimat yang

jelas disertai tanda-tanda baca dan diakritik yang teliti, pembagian alinea dan

pergantian bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran dalam membaca, serta

menyajikan penulisan yang disesuaikan dengan ejaan bahasa yang bersangkutan

dengan kurun waktu saat penelitian ini dilakukan, dengan menggunakan kamus

valid yakni Bausastra Jawa karangan Poerwodarminta tahun 1939.

g. Kritik Teks

Langkah ketujuh yaitu kritik teks yang menurut pendapat Siti Baroroh

Baried (1994:97) adalah memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan

menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kritik teks bertujuan untuk

mengembalikan teks ke bentuk aslinya sesuai dengan apa yang diciptakan oleh

penciptanya.

Kritik teks dalam penelitian filologi tradisional berusaha mendapatkan

bentuk teks yang asli atau yang mendekati asli, terlebih lagi apabila bisa untuk

mendapatkan teks asli yang ditulis oleh pengarang sendiri. Setelah kritik teks

selesai dilakukan maka tahapan selanjutnya baru bisa dilakukan yaitu suntingan

teks dan aparat kritik.

h. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Langkah kedelapan yaitu suntingan teks atau menyajikan teks dalam

bentuk asli sesuai dengan naskah yang diteliti, sudah bersih dari kesalahan

berdasarkan fakta-fakta yang terdapat dalam naskah yang telah dikritisi.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

21

Aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban dalam penelitian

naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks.

Menurut Darusuprapta (1984:8), aparat kritik adalah uraian tentang kelainan

bacaan, yaitu bagian yang merupakan pertanggungjawaban ilmiah dalam

penelitian naskah, berisi segala macam kelainan dalam semua naskah yang diteliti.

Aparat kritik juga harus menampilkan kelainan bacaan yang merupakan kata-kata

atau bacaan salah di dalam naskah.

Jadi di dalam penyajian suntingan teks dan aparat kritik harus benar-benar

dilakukan dengan teliti, tidak boleh menghakimi teks tanpa adanya landasan yang

jelas mengenai sumber pembenaran atau pemurnian teks yang diteliti.

i. Terjemahan

Langkah kesembilan yaitu terjemahan teks atau pengalihan makna teks

sumber ke teks sasaran yang sepadan dalam hal isi teks dan bahasa teks. Makna

yang disajikan harus lengkap dan mendetail. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan dalam memahami isi teks dari suatu naskah, sehingga masyarakat

awam yang tidak menguasai bahasa naskah aslinya dapat juga menikmati dan

naskah dapat disebarluaskan (Darusuprapta, 1984:27).

Dalam penelitian ini, digunakan metode penerjemahan semantis atau

makna supaya kandungan teks SK yang berbentuk têmbang tidak terlalu

menyimpang setelah penerjemahan ini dilakukan, juga untuk lebih mempermudah

menyampaikan kandungan isi naskah SK. Terjemahan semantis terkait makna isi

teks SK bukan hanya mereproduksi kata-kata dari bahasa sasaran, tetapi juga

harus menyesuaikan ejaan dan gramatikal dari bahasa sasaran. Namun di dalam

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

22 penerapannya juga digunakan terjemahan bebas apabila kata-kata yang ada tidak

dapat lagi diterjemahkan secara semantis. .

4. Romantika Cinta Pakubuwana X dengan Kanjeng Ratu Mas melalui

Sêrat Kridhasmara

Romantika adalah seluk beluk sebuah perjalanan atau kisah hidup yang

diwarnai perasaan sedih dan gembira.

Cinta adalah hubungan perasaan antara dua insan yaitu laki-laki dan

perempuan yang hidup bersama dan saling mengikat janji.

Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana X

bernama kecil B.R.M.G Malikul Choesno atau B.R.M Choesno Malikis atau

B.R.M Choesno atau B.R.M Kasan. Beliau adalah putra Pakubuwana IX yang

lahir dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah, pada tanggal 29 November 1866 M.

Khitan Beliau pada tanggal 29 November 1882 M. Konon, kisah kelahirannya

menjadi cermin ketidakharmonisan hubungan antara ayahnya dengan pujangga

Ranggawarsita atas kesalahfahaman terhadap ramalan Sang Pujangga keraton

tersebut.

Beliau menikah yang pertama kali dengan B.R.Aj Sumarti pada tanggal 7

Agustus 1886 dan dinobatkan menjadi Raja pada tanggal 30 Maret 1893 M.

kemudian menikah yang untuk yang kedua kalinya dengan G.R.Aj.Mursudarinah

(Kanjeng Ratu Mas) pada 27 Oktober 1915 M dan dikaruniai seorang putri yang

diberi nama G.K.R Pembayun. Dari kedua permasurinya, B.R.Aj Sumarti istri

pertama beliau tidak berketurunan.

Kedua insan ini (Pakubuwana X dengan Kanjeng Ratu Mas) mengalami

romantika cinta yang unik dan kisah mereka tertuang dalam goresan tinta penuh

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

23 susastra yang terangkum dalam naskah SK ini yang sekarang menjadi warisan

budaya hasil karya intelektual dan diakui sebagai salah satu koleksi di ruang

koleksi naskah Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Tidak hanya soal

asmara, dalam SK juga dijelaskan mengenai karakter seorang pemimpin yang baik

(Pakubuwana X), gambaran wanita Jawa yang baik lahir dan batin (Kanjeng Ratu

Mas), perjalanan Pakubuwana X ke Yogyakarta, lima kegemaran Pakubuwana X,

dan perjalanan Pakubuwana X untuk mengetahui wilayah kekuasaannya di

seluruh nusantara.

Sampai saat penelitian ini dilakukan belum ada penelitian-penelitian

terdahulu yang mengungkap tentang naskah SK maupun tentang kandungan isi

atau teks SK. Walaupun ada begitu banyak naskah terutama babad yang

menceritakan tentang masa pemerintahan Pakubuwana X saat mempunyai istri

Kanjeng Ratu Mas.

F. METODE PENELITIAN

1. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian filologi, dengan objek

kajiannya berupa naskah tulisan tangan atau manuskrip. Tujuan utama penelitian

filologi adalah mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan dan dapat

dipertanggungjawabkan sehingga dapat menyajikan naskah yang mendekati

aslinya (Edwar Djamaris, 2002:7).

Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu bertujuan untuk memaparkan,

menuliskan, melaporkan objek penelitian berdasarkan data yang ditemukan

sebagaimana adanya,hasil penelitian diuraikan dalam bentuk kata-kata dan bukan

angka. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Sutopo (2002:12) bahwa pendekatan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

24 kualitatif bersifat deskriptif ini berpandagan bahwa semua hal yang berkaitan

dengan sistem tanda tidak dapat diabaikan, semuanya penting dan saling terkait.

Pendeskripsian sistem tanda akan memberikan suatu pemahaman yang lebih

komprehensif terhadap bahan kajian.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka atau library

research, yaitu penelitian yang dilakukan di ruang peneliti baik itu perpustakaan

ataupun ruang kerja penelitian pribadi dengan tujuan penelitian filologi tradisional

yang didapat melalui buku-buku referensi atau alat audiovisual lainnya (Atar

Semi,1993:8).

2. Data dan Sumber Data

a. Data

Data adalah yang hal-hal yang dihasilkan dari sumber data. Data dalam

penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu naskah, teks, dan kandungan isi

yang terdapat di dalam naskah SK (Sêrat Kridhasmara) koleksi Museum Negeri

Sonobudoyo Yogyakarta. Sedangkan data sekunder adalah data kedua atau data

penunjang yang digunakan di dalam penelitian. Data sekunder dalam penelitian

ini adalah informasi-informasi tentang romantika cinta Pakubuwana X dan

Kanjeng Ratu Mas yang diperoleh dari buku-buku dan website guna melengkapi

kajian isi terhadap sumber-sumber yang terkait dengan penelitian ini.

b. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang mempermudah serta mampu

memberikan data sebagai bahan dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian

ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

25 dalam penelitian ini adalah Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta sebagai

tempat penyimpanan koleksi naskah yang menyimpan SK, dan teks dari naskah

SK yang sudah bersih dari kesalahan yang dapat dipergunakan untuk mengungkap

kandungan isi naskah SK. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah buku-buku dan website penyedia informasi penunjang yang terkait dengan

penelitian naskah SK.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan peneliti untuk

mendapatkan informasi-informasi terkait dengan data naskah, dalam hal ini adalah

naskah SK yang menjadi bahan penelitian.

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah mencari serta menentukan

jenis naskah, bentuk naskah dan judul naskah yang akan diteliti. Setelah

mendapatkan data penelitian, kemudian peneliti melanjutkan penelitian dengan

langkah menginventarisasi naskah SK dari katalog-katalog lokal yang tersedia.

Informasi tentang naskah SK telah dicari di berbagai katalog tetapi tidak

ditemukan satu naskahpun yang sama dengan naskah SK ini. Tidak ditemukan

catatan-catatan maupun observasi yang terkait dengan naskah SK. Setelah diyakini

bahwa naskah ini merupakan naskah tunggal maka peneliti melanjutkan penelitian

dengan mendeskripsikan naskah SK yang bertujuan memaparkan tentang kondisi

fisik naskah.

Selanjutnya dilakukan tahap transliterasi naskah dari aksara Jawa ke dalam

aksara latin, proses transliterasi naskah ini dilakukan di Perpustakaan Negeri

Sonobudoyo Yogyakarta, mengingat terbatasinya proses pemerolehan data karena

diberlakukan peraturan bahwa naskah ini merupakan koleksi museum yang tidak

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

26 bisa dibeli, tidak boleh dipinjam keluar ruangan dan tidak boleh mengkopi soft file

naskah SK yang telah disimpan dalam bentuk naskah digital oleh pihak museum.

Peneliti diperbolehkan menerima print out naskah SK yang kemudian di scan

yaitu dengan teknik pemindaian naskah menggunakan mesin printer laser untuk

mendapatkan soft file naskah guna melengkapi kajian pada penelitian ini.

Kemudian hasil scan naskah di transfer ke dalam computer peneliti dan dilakukan

pengeditan menggunakan ACDSee 10 Photo Manager. Setelah data-data

penelitian sudah lengkap, maka pengolahan data dan kajian naskah SK ini

diteruskan berdasarkan kajian isi naskah dengan menggunakan teknik content

analysis atau analisis isi. Content analysis atau analisis isi adalah sebuah teknik

yang dilakukan dengan cara mencatat isi penting yang ada di dalam dokumen atau

arsip yang digunakan dalam penelitian (Sutopo, 2002:69).

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua macam,

yaitu teknik analisis data filologi dan teknik analisis isi. Analisis data dalam

penelitian kualitatif dengan teknik analisis interaktif mempunyai tiga komponen

pokok yaitu : reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (Sutopo,

2002:97).

Reduksi data merupakan proses analisis data yaitu mempertegas,

memperpendek, memfokuskan data, membuang hal-hal yang tidak penting, dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh kesimpulan (Nur Aisah

Rahmawati, 2013:36-37). Reduksi data penelitian SK menggunakan metode

penyuntingan naskah tunggal dengan metode edisi standar. Metode edisi standar

dilakukan agar bisa menyajikan kritik teks naskah SK dengan adanya pembetulan-

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

27 pembetulan terhadap kesalahan penulisan yang ada di dalam naskah SK. Metode

Standar biasa digunakan dalam suntingan teks naskah tunggal yang isinya

dianggap biasa, bukan naskah yang suci ataupun disakralkan. Pada penggarapan

naskah tunggal, langkah kerja perbandingan naskah dan dasar-dasar penentuan

naskah yang akan ditransliterasi tidak berlaku (Edwar Djamaris, 2002:24).

Hal-hal yang dilakukan dalam edisi standar antara lain sebagai berikut :

mentransliterasikan teks, membetulkan kesalahan teks, membuat catatan

perbaikan atau perubahan, memberi komentar atau tafsiran, membagi teks dalam

beberapa bagian, dan menyusun daftar kata-kata sukar atau glosari. Reduksi data

dalam penelitian naskah SK dipertegas dan difokuskan pada romantika cinta

Pakubuwana X, hal-hal yang tidak terkait dengan data tersebut diabaikan.

Sajian data adalah rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan

logis, yang apabila dibaca akan mudah dipahami. Sajian data disusun berdasarkan

perumusan masalah yang ada di dalam penelitian SK ini, yaitu sajian filologis dan

sajian isi. Sajian filologis dalam penelitian SK yaitu : deskripsi naskah,

transliterasi naskah, kritik teks, suntingan teks disertai aparat kritik, dan

terjemahan. Sajian isi dalam penelitian SK yaitu mengungkapkan dan

menguraikan kandungan isi naskah SK tentang perjalanan cinta Pakubuwana X.

Penarikan simpulan adalah suatu pemikiran yang timbul berdasarkan hasil

reduksi data dan hasil sajian data yang telah dianalisis secara teliti. Sajian data

yang telah menghasilkan suntingan teks naskah SK yang bersih dari kesalahan

serta kajian isi yang telah dibahas kemudian diverifikasi untuk selanjutnya

dijadikan sebagai dasar penarikan simpulan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112044_bab1.pdf · Wayang (SW), Sastra (L), Piwulang dan Suluk (P), Agama Islam (I ... dan naskah puisi

28

5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian naskah SK adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Bab ini merupakan uraian tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, landasan teori, data dan

sumber data, metode dan teknik, dan sistematika penulisan.

b. Analisis Data

Analisis Data merupakan bagian yang memaparkan hasil analisis

dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian, yaitu mengenai kajian

filologis dan kajian isi naskah SK.

c. Penutup

Berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir dicantumkan daftar

pustaka dan lampiran-lampiran.