BAB I PENDAHULUAN -...

29
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan, serta sumber devisa. Pembangunan tanaman pangan akan berhadapan dengan berbagai perubahan lingkungan strategis baik bersifat internal maupun eksternal antara lain globalisasi perdagangan yang semakin dinamis, perubahan iklim, tuntutan lingkungan yang berkelanjutan, keterbatasan sumber daya lahan, perubahan perilaku konsumen, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, pembangunan harus dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, akuntabel, dan berkelanjutan sehingga pembangunan tersebut memberikan jaminan kehidupan yang cukup dan memperhatikan kebutuhan generasi berikutnya. Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional, karena mempunyai peranan yang cukup besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, penanganan pascapanen memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional. Secara langsung, penanganan proses pascapanen yang baik dan benar memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional. Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas. Penanganan pascapanen secara GHP berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki

posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan

pendapatan, serta sumber devisa.

Pembangunan tanaman pangan akan berhadapan dengan berbagai

perubahan lingkungan strategis baik bersifat internal maupun eksternal antara

lain globalisasi perdagangan yang semakin dinamis, perubahan iklim, tuntutan

lingkungan yang berkelanjutan, keterbatasan sumber daya lahan, perubahan

perilaku konsumen, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini,

pembangunan harus dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, akuntabel,

dan berkelanjutan sehingga pembangunan tersebut memberikan jaminan

kehidupan yang cukup dan memperhatikan kebutuhan generasi berikutnya.

Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya strategis

dalam mendukung ketahanan pangan nasional, karena mempunyai peranan

yang cukup besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara

langsung, penanganan pascapanen memiliki peranan dalam menurunkan

susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen dan meningkatkan nilai

tambah, daya saing serta pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak

langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan

pangan nasional.

Secara langsung, penanganan proses pascapanen yang baik dan benar

memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil

panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak

langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan

pangan nasional.

Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices

(GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan

pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas. Penanganan

pascapanen secara GHP berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2

Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling

Practices).

Dalam rangka pengamanan produksi dan juga percepatan swasembada

jagung tahun 2015 maka pada tahun 2015, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan telah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan

penanganan pascapanen tanaman pangan mulai tingkat pusat, provinsi hingga

kabupaten/kota serta fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung pada

29 Provinsi, 93 kab/kota.

Hasil pengukuran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen dalam kurun waktu

setahun dilaporkan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan

fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan

anggaran.

LAKIP Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 disusun

sebagai salah satu bentuk perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah

untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas

kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan

berkesinambungan bagi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk

meningkatkan kinerjanya. Hal terpenting dalam LAKIP adalah pengukuran

kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil

analisis terhadap pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan

membandingkan antara kinerja yang seharusnya terjadi dengan kinerja yang

diharapkan.

LAKIP merupakan bagian terintegrasi dari SAKIP. yang merupakan

perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta

pengelolaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan dan program.

Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun

2015 merupakan bagian yang terintegrasi dengan penerapan anggaran

berbasis kinerja (Performance-based Budgeting). Penerapan ini

mengharuskan pemerintah untuk menyusun anggaran dengan mengacu pada

target kinerja yang akan dicapai dan seluruh anggaran harus dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya.

Diharapkan penerapan SAKIP ini dapat berfungsi secara optimal

sehingga dapat dijadikan salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan

pembaharuan birokrasi Pemerintah untuk mempercepat terwujudnya

penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih

dari praktek-praktek penyimpangan. Oleh karena itu, Direktorat Pascapanen

Tanaman Pangan di dalam mengimplementasikan sistem ini melalui

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 3

penyusunan LAKIP dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh tingkat

capaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya

pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan

yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

1.2. Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mempunyai

tugas melaksanakan yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pascapanen tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan

serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia

lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma,

pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain,

kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi,

jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Pascapanen Tanaman

Pangan didukung oleh 4 (Empat ) Sub Direktorat yaitu Sub Direktorat Padi,

Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka

Kacang, Sub Direktorat Aneka Umbi serta Subbag Tata Usaha sebagaimana

pada Lampiran 1.

Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat sebagai

berikut:

a. Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

dibidang pascapanen padi.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 4

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen padi

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen padi

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

teknologi dan sarana pascapanen padi dan

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

teknologi dan sarana pascapanen padi.

b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan

evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain

menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen jagung dan serealia lain

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen jagung dan serealia lain

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di

bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain.

c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka

kacang.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang

menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen kedelai dan aneka kacang

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen kedelai dan aneka kacang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 5

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang.

d. Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang pascapanen aneka umbi.

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Aneka Umbi

menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen aneka umbi.

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana

pascapanen aneka umbi.

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria

dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan

4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.

1.3. Sumberdaya Manusia Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun

2015 berjumlah 64 orang yang terdiri dari pegawai golongan II sebanyak

12 orang dan golongan III sebanyak 44 orang dan golongan IV sebanyak

8 orang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan adalah SD – SMA sebanyak

15 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 7 orang, S1 sebanyak 29 orang, dan S2

sebanyak 13 orang. Jumlah pegawai tersebut tersebar di Sub Direktorat Padi

10 orang, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain 11 orang, Sub Direktorat

Kedelai dan Aneka Kacang 10 orang dan Sub Direktorat Aneka Umbi 11 orang

dan Sub Tata Usaha 22 orang. Secara rinci, sebaran jumlah pegawai Lingkup

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan seperti pada Tabel Lampiran 11.

Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015

tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu berjumlah

64 orang.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 6

1.4. Dukungan Keuangan

Sesuai dengan DIPA Petikan Tahun Anggaran 2015 Nomor: SP DIPA

018.03.1.238251/2015 tanggal 14 November 2014, alokasi anggaran APBN

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 sebesar

Rp. 71.498.554.000,- yang terdiri dari anggaran Pusat Rp. 6.548.500.000,-,

Dekonsentrasi Rp. 6.990.500.000,-, dan Tugas Pembantuan Provinsi

Rp. 57.959.554.000,-.

Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 dan Revisi ke-2

POK TA. 2015 (APBN-P) tanggal 9 Maret 2015 terdapat penambahan

anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi, jagung, dan kedelai

(alokasi dana APBN-P) sebesar Rp. 5.400.000.000,- sehingga total pagu Pusat

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 sebesar

Rp.11.948.500.000,-. Adapun rincian perubahan pagu anggaran dekonsentrasi

dan tugas pembantuan setelah revisi DIPA sebagai berikut:

1) Pagu anggaran Dekonsentrasi semula Rp.6.990.500.000,- menjadi

Rp.8.590.500.000,- atau naik 22,89%.

2) Pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi tetap Rp.57.959.554.000,-

atau tidak mengalami perubahan.

Pada tahun 2015, kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan

APBN-P berada di DIPA PSP dan dikelola oleh satker PSP. Berdasarkan DIPA

PSP, pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi untuk kegiatan bantuan

sarana pascapanen tanaman sebesar Rp. 844.675.625.000,- yang terdiri dari

anggaran pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar

Rp. 832.350.000000,- dan anggaran pembinaan sebesar Rp. 12.325.625.000,-

Berdasarkan Revisi DIPA PSP tanggal 13 November 2015 terdapat perubahan

Pagu Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Satker DIPA PSP. Pagu

anggaran semula Rp 844.675.625.000,- menjadi Rp. 927.836.427.000,- atau

naik 9,8%.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 7

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis

2.1.1. Visi

Visi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam upaya mencapai tujuan

penanganan pascapanen adalah : “Terwujudnya penanganan pascapanen

tanaman pangan yang baik, mendukung peningkatan produksi yang

berkelanjutan”.

2.1.2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, misi yang harus dilaksanakan oleh

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 – 2019 adalah:

a. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan

melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas.

b. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen

hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil

komoditas tanaman pangan.

c. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman

pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal.

d. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif

dan berkelanjutan.

e. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat

dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut

hasil secara berkelanjutan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 8

2.1.3. Tujuan

Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

memfasilitasi penanganan pascapanen tanaman pangan pada wilayah

budidaya tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi. Tujuan yang

akan dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 -

2019 adalah :

1. Menurunkan tingkat susut hasil (losses) tanaman pangan

2. Mempertahankan mutu hasil panen tanaman pangan

3. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan tanaman pangan

4. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan

5. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen tanaman pangan

6. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pascapanen

2.1.4. Sasaran

Sesuai dengan tujuan tersebut diatas, maka sasaran yang akan dicapai adalah

sebagai berikut:

A. Sasaran Program

Program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan adalah “Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan

Mutu Hasil Produksi Tanaman Pangan”.

Sasaran strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2015 – 2019

yaitu :

1) Tercapainya produktivitas tanaman pangan.

2) Terlaksananya penggunaan benih unggul bersertifikat.

3) Terlaksananya luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan OPT

dan DPI.

4) Terlaksananya penurunan kontribusi susut hasil tanaman pangan.

B. Sasaran Kegiatan

Pada tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menetapkan

1 (satu) sasaran strategis. Sasaran strategis yang dimaksud adalah penurunan

susut hasil tanaman pangan. Target jumlah bantuan sarana pascapanen

tanaman pangan yang dibutuhkan untuk menurunkan kehilangan hasil

produksi 0,02% yaitu 212 unit.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 9

Tabel 1. Angka Dasar Susut Pascapanen Tanaman Pangan

Komoditas Angka Dasar

Susut (%)

Tahun (%)

2015 2016 2017 2018 2019

Padi 10,43 10,39 10,21 9,96 9,66 9,28

Jagung 4,81 4,50 4,33 4,18 4,04 3,91

Kedelai 14,70 14,27 13,62 12,82 11,74 10,4

Ubi Kayu 11,58 - 11,49 11,42 11,34 11,27

2.1.5. Kebijakan

Salah satu arah kebijakan pemantapan ketahanan pangan melalui

peningkatan produksi pangan pokok dilakukan dengan peningkatan kapasitas

produksi padi dalam negeri, yang salah satunya dicapai melalui peningkatan

teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional dan pola

penanganan pascapanen dalam mengurangi susut panen dan kehilangan

hasil.

Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah

Kebijakan Pengembangan Penanganan Pascapanen Sesuai Kebutuhan

Lapangan. Penanganan pascapanen tanaman pangan memegang peranan

penting dan merupakan bagian integral sebagai pendukung pembangunan

pertanian secara keseluruhan. Keberhasilan penanganan pascapanen

tanaman pangan bukan hanya meningkatkan produksi tanaman pangan dan

pendapatan petani, tetapi juga dapat meningkatkan mutu produksi guna

mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka arah kebijakan yang dilaksanakan

oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 antara lain :

1. Menurunkan susut hasil dan mempertahankan mutu tanaman pangan

untuk menyelamatkan produksi, meningkatkan nilai tambah dan daya

saing produk, sehingga meningkatkan pendapatan petani dan

mewujudkan program ketahanan pangan menuju kemandirian pangan

nasional.

2. Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices

(GHP) dalam penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri.

3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan

pascapanen tanaman pangan.

4. Fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana pascapanen tanaman

pangan.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 10

5. Pengembangan manajemen pascapanen berbasis kawasan produksi

tanaman pangan.

2.1.6. Strategi

Pencapaian sasaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan

Mutu Hasil Tanaman Pangan akan ditempuh melalui berbagai strategi yang

mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan di atas dan strategi yang

ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Strategi yang berkaitan dengan tugas

pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Peningkatan

Produktivitas, Perluasan Areal Tanam, Pengamanan Produksi dan Penguatan

Kelembagaan dan Pembiayaan.

Dalam pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal sebagai peluang dan

ancaman maka strategi pengembangan penanganan pascapanen tanaman

pangan yang dilaksanakan antara lain :

1. Pendekatan Wilayah

Setiap wilayah menghasilkan komoditas tanaman pangan pada sentra

yang berbeda. Hal ini memungkinkan pembangunan kawasan-kawasan

ekonomi berbasis agribisnis dan agroindustri yang terintegrasi antara

daerah pedesaan, perkotaan, sentra-sentra industri pangan, pelabuhan,

dan pasar serta juga memungkinkan dilaksanakannya pengembangan

sistem dan kelembagaan pascapanen seperti Brigade Panen dan

Pascapanen serta Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) .

2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Permasalahan sumberdaya manusia merupakan hal yang mendasar,

dengan masih terbatasnya tingkat pengetahuan dan tenaga terampil. Oleh

sebab itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

sumberdaya manusia dilaksanakan melalui pemberian penyuluhan,

pembinaan, bimbingan teknis, pendampingan, pengawasan dan pelatihan.

3. Pendekatan Sarana dan Teknologi

Penerapan teknologi pascapanen saat ini belum merata di masyarakat

pertanian, antara lain disebabkan penyebaran informasi teknologi

pascapanen masih belum dilakukan secara intensif. Oleh sebab itu perlu

dioptimalkan penyuluhan dan penyampaian sumber informasi kepada

Gapoktan/Poktan dan juga mensosiali-sasikan mekanisasi/penyebaran

sarana atau teknologi pascapanen secara tepat sasaran sesuai kebutuhan

(spesifik lokasi).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 11

4. Pendekatan Daya Saing

Penanganan pra panen dan pascapanen yang baik dan benar akan

diperoleh mutu hasil panen yang dapat bersaing sesuai permintaan pasar.

Untuk itu diperlukan kemitraan yang baik antara petani dan pelaku usaha

yang difasilitasi oleh pemerintah.

Dalam konteks strategi ini maka Pengembangan Manajemen Pascapanen

berbasis kawasan produksi tanaman pangan harus menjadi fokus

perhatian. Investasi pemerintah harus didorong untuk mengaktualisasikan

fungsi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian,

khususnya dibidang pascapanen.

Diharapkan dengan menerapkan strategi ini maka tujuan dalam

pananganan pascapanen tanaman pangan dapat tercapai.

2.2. Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan

dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih

rendah untuk melaksanakan Program/Kegiatan yang disertai dengan indikator

kinerja. Perjanjian Kinerja dimanfaatkan untuk memantau dan mengendalikan

pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian realisasi kinerja dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), serta menilai

keberhasilan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Dalam rangka

mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel

dan berorientasi kepada hasil, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

menetapkan kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015. Perjanjian kinerja ini

merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi yang akan menjadi penilaian

dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2015. Mengacu Renstra

2015-2019, Perjanjian Kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun

2015 untuk melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Pada tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

menetapkan 1 (satu) sasaran strategis dengan 1 (satu) indikator kinerja.

Sasaran strategis yang dimaksud adalah penurunan susut hasil tanaman

pangan dengan indikator kinerja berupa jumlah bantuan sarana pascapanen

tanaman pangan dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02%.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 12

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran

Gambaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun

2015 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja kegiatan dan evaluasi

kinerja yaitu dengan membandingkan antara target dengan capaian. Kriteria

ukuran keberhasilan pencapaian sasaran keberhasilan tahun 2015 ditetapkan

berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat

berhasil (capaian > 100%); (2) berhasil (capaian 80-100%); (3) cukup berhasil

(capaian 60-79%); dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap target

yang telah ditetapkan.

Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman

Pangan tahun 2015 dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja

dan realisasi. Realisasi indikator kinerja sasaran mengamankan

kehilangan/susut hasil produksi dihitung melalui hasil perhitungan perkalian

kapasitas kerja sarana pascapanen yang terealisasi dengan kemampuan

penyelamatan hasil per jenis sarana pascapanen. Persentase kontribusi susut

diperoleh dari penyelamatan produksi dibandingkan terhadap total produksi

pada tahun yang bersangkutan.

3.2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015

Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015, Direktorat

Pascapanen Tanaman Pangan telah menetapkan pencapaian 1 (satu) target

indikator kinerja utama sasaran strategis tahun 2015 sebagaimana tercantum

pada Perjanjian Kinerja tahun 2015 (dalam proses). Capaian kinerja utama

sasaran strategis tersebut merupakan penurunan susut hasil tanaman pangan

yang bersumber dari DIPA Ditjen Tanaman Pangan sebagaimana Tabel 2

berikut.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 13

Tabel 2. Capaian Strategis Direkorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun

2015

(1) (3) (4) (5)

212 209 98.58%

Jumlah bantuan sarana

pascapanen tanaman

pangan dengan

menurunnya kehilangan

hasil produksi 0,02%

Realisasi

(unit)

Capaian

Kinerja (%)

(2)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (unit)

Penurunan susut hasil tanaman

pangan

Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 telah

dialokasikan melalui dana APBN (Satker Tanaman Pangan) dengan rincian

sebagai berikut :

1. Reguler

a. Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta

rupiah) sebanyak 271 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten

b. Flat Bed Dryer + bangunan per unit senilai Rp. 359.000.000,- (tiga ratus

lima puluh sembilan juta rupiah) sebanyak 96 unit dialokasikan di

21 Provinsi, 35 Kabupaten. Flat bed dryer senilai Rp. 210.000.000,-

(dua ratus sepuluh juta rupiah) sedangkan bangunan senilai Rp

149.000.000,- (seratus empat puluh sembilan juta rupiah) termasuk

biaya perencanaan dan pengawasan.

c. Corn Combine Harvester per unit senilai Rp. 500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) sebanyak 15 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.

2. Model Jagung dalam Kawasan

Dalam mendukung kegiatan pengembangan kawasan tanaman pangan

tahun 2015, Direktorat Budidaya Serealia telah menetapkan kawasan

jagung di 7 Propinsi, pada 7 Kabupaten.

Adapun jenis bantuan sarana yang diberikan untuk mendukung kawasan ini

sebagai berikut :

a. Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta

rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 14

b. Vertical Dryer Jagung + Crusher +bangunan per unit senilai Rp.

958.000.000,- (sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak

29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Vertical dryer seharga

Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan

Crusher seharga Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah) serta

bangunan seharga Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

termasuk biaya perencanaan dan pengawasan.

c. Corn Combine Harvester per unit senilai Rp.500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi 7 Kabupaten.

Tabel 3. Capaian Realisasi Input Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Tahun 2015

Realisasi

(unit) unit

1 Corn Sheller 132 132 100.00

2 Flat Bed Dryer 35 33 94.29

3 Corn Combine Harvester 15 14 93.33

4 Vertical Dryer Jagung 29 29 100.00

5 Power Thresher Multiguna 1 1 100.00

212 209 98.58

1 Combine Harvester Kecil 3,056 3,056 100.00

2Vertical Dryer Padi (kap 3,5-

6 ton) +Bangunan/Rehab 166 166 100.00

3 Corn Sheller 2,088 2,088 100.00

4

Vertical Dryer Jagung (kap

3,5-6 ton)

+Bangunan/Rehab

207 207 100.00

5 Power Thresher Multiguna 1,836 1,646 89.65

6 Combine Harvester Besar 125 125 100.00

7 Flat Bed Dryer 6 6 100.00

8 Corn Combine Harvester 11 11 100.00

7,495 7,305 97.46

NO Jenis Sarana Target

APBN

Total

REVISI DIPA APBN-P

Total

BASTB

%

Prediksi Realisasi s/d

Desember 2015

3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015

3.3.1. Capaian Sasaran Strategis Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan

Pencapaian sasaran kinerja penurunan susut hasil tanaman pangan

diukur dengan tercapainya indikator kinerja jumlah bantuan sarana

pascapanen dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02%. Hasil

pengukuran terhadap indikator kinerja sasaran ini sangat berhasil karena

tercapainya realisasi bantuan 98,58% dari target 212 unit dan tercapainya

penurunan kehilangan hasil produksi sebesar 0,02% sesuai indikator kinerja

yang tercantum pada Perjanjian Kinerja (PK).

Sasaran penurunan susut hasil tanaman pangan pada Indikator kinerja

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 berada dibawah

sasaran susut hasil pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

2015 – 2019. Hal ini sebabkan alokasi bantuan lebih sedikit dibandingkan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 15

kebutuhan sarana pascapanen untuk mencapai sasaran susut hasil pada

tahun 2015.

Tabel 4. Perbandingan Alokasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 dengan Kebutuhan Sarana Pascapanen dalam Renstra

Jenis Sarana

Alokasi

Kebutuhan

Bantuan

(Renstra)

Alokasi

Bantuan

2015

(APBN)

Cornsheller 2.132 132

FBD 35 35

VD jagung 349 29

Corn combine H 15 15

Penurunan susut hasil (%) 0,31 0,02

Rincian target penurunan susut hasil tanaman pangan dan kebutuhan

biaya investasi sesuai Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015

-2019 terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Biaya Investasi Sarana Pascapanen Untuk Mencapai

Target Susut Hasil Tahun 2015

KomoditasTarget

Penurunan (%)

Sasaran

Produksi (Ton)

Prediksi Harga

(Rp)

Pengamanan

Produksi (Ton)

Kebutuhan Biaya

Investasi (Rp)

Padi 0.043 73,400,000 4,200 31,359 522,950,000,000

Jagung 0.31 20,313,731 3,650 62,973 416,203,300,000

Kedelai 0.43 1,500,000 7,000 6,480 45,000,000,000

*) Sumber data sasaran produksi: Direktorat Serealia dan Direktorat AKABI Ditjen Tanaman

Pangan

Berdasarkan realisasi bantuan sarana pascapanen yang telah

disalurkan ke poktan/gapoktan, angka susut hasil kontribusi bantuan sarana

pascapanen jagung tahun 2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014

karena menurunnya fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung pada tahun

2015. Perbandingan alokasi bantuan sarana pascapanen dan capaian

penurunan susut tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 16

Tabel 6. Perbandingan Realisasi Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Tahun 2015

Target Realisasi % Target Realisasi %

1. Padi 502 449 89.44 0.090

2. Jagung 274 207 75.55 0.125 212 209 98.58 0.020

3. Kedelai 130 101 77.69 0.113

Angka Susut

Hasil (%)Indikator Kinerja

Jumlah bantuan sarana

pascapanen

Angka Susut

Hasil (%)

2014 2015

Keterangan:

Tahun 2014, bantuan yang disalurkan berupa paket sarana dan unit, sedangkan pada tahun

2015, bantuan yang disalurkan berupa unit.

3.4.2. Analisa Capaian Sasaran Strategis Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan

Upaya penurunan susut hasil jagung dalam rangka mengamankan

tercapainya produksi jagung tahun 2015 ditargetkan mampu menurunkan

susut hasil jagung pada saat proses panen dan pascapanen sebesar 0,31%

(Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, 2015). Untuk mencapai

target tersebut diperlukan dukungan anggaran sebesar Rp.416.736.000.000,-

namun dukungan anggaran APBN untuk fasilitasi sarana pascapanen jagung

tahun 2015 hanya sebesar Rp.52.231.554.000,- atau 12,53% dari kebutuhan

anggaran. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen,

kontribusi penurunan susut hasil jagung tahun 2015 yang berasal dari bantuan

sarana panen dan pascapanen yang difasilitasi APBN tahun 2015 sebesar

0,02% atau mencapai 6,45% dari target susut hasil tahun 2015 sesuai Renstra.

Hal ini karena fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung tahun 2015

dibawah prediksi kebutuhan sarana pascapanen jagung sebagaimana yang

tercantum pada Renstra. Rincian kontribusi setiap alat terdapat pada Tabel

Lampiran 9.

Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen

jagung sampai dengan Bulan Desember 2015 (Tabel 4), kontribusi penurunan

susut hasil jagung yang berasal dari fasilitasi APBN 2015 sebesar 0,02 %

atau mencapai 100% % dari sasaran strategis tahun 2015 sebagaimana yang

tercantum pada PK. Hal ini disebabkan realisasi penyaluran sarana

pascapanen jagung mencapai 98% dari target 212 unit.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 17

Tabel 7. Rincian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Dibandingkan Target Pada PK Tahun 2015

Target Realisasi

(unit) (unit)

Corn Sheller Unit 132 132 100,00

Flat Bed Dryer Unit 35 33 94,29

Vertical Dryer Unit 29 29 100,00

Corn Combine

HarvesterUnit 15 14 93,33

Power Thresher

Multiguna (PTM)Unit 1 1 100,00

212 209 98,58

Uraian Satuan % Capaian

Jumlah

Capaian penurunan susut hasil tanaman pangan 0,02% atau berada

sasaran pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 yang

telah ditentukan yaitu sebesar 0,31%. Hal ini disebabkan alokasi sarana

pascapanen jagung yang bersumber dari APBN lebih sedikit dibandingkan

kebutuhan sarana pascapanen jagung pada tahun 2015.

Berdasarkan data realisasi bantuan sarana pascapanen tanaman

pangan tahun 2015 diketahui bahwa realisasi sarana Flat Bed Dryer dan Corn

Combine Harvester mencapai 93 - 94% dibandingkan kebutuhan sarana

pascapanen, sedangkan realisasi corn sheller dan vertical dryer jagung hanya

6 – 8%.

Tabel 8. Rincian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung dibandingkan Target pada Renstra Tahun 2015

Target Realisasi

(unit) (unit)

Corn Sheller Unit 2,132 132 6.19

Flat Bed Dryer Unit 35 33 94.29

Vertical Dryer Unit 349 29 8.31

Corn Combine

HarvesterUnit 15 14 93.33

Uraian Satuan % Capaian

Angka susut hasil jagung tahun 2015 mencapai 0,02% atau lebih

rendah dibandingkan dengan capaian penurunan susut hasil pada tahun 2014

sebesar 0,125 %. Hal ini disebabkan adanya penurunan realisasi bantuan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 18

Corn Sheller, Power Thresher Multiguna (PTM), Corn Combine Harvester dan

Vertical Dryer.

Tabel 9. Perbandingan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung

Tahun 2014 dan 2015.

Realisasi 2014 Realisasi 2015

(unit) (unit)

Corn Sheller unit 250 132 53

Flat Bed Dryer unit 7 33 471

PTM unit 158 1 1

Vertical Dryer unit - 29 -

Corn Combine Harvester unit - 14 -

Uraian Satuan % Capaian

Kontribusi Penyelamatan (%) 0.125 0.020 16.00

Penurunan susut hasil sebesar 0,02% diperkirakan dapat

mengamankan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 3.967 ton atau

senilai Rp.10,71 Milyar (asumsi harga jagung pipilan kering Rp. 2.700/kg).

Tabel 10. Capaian Penurunan Susut Hasil Jagung dari Fasilitasi Bantuan

Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2015.

Target % Capaian 2015

2015 Terhadap Target

Produksi Jagung (Ton PK) 20.313.731 19.833.289 97,63

Penurunan Susut Hasil (%) 0,31 0,020 6,45

Pengamanan Produksi (Ton PK) 62.973 3.967 6,30

Uraian Realisasi *)

*) Aram II BPS

3.3.1.4. Capaian Kinerja Lainnya

A. Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P (DIPA PSP)

Pada tahun 2015, bantuan sarana pascapanen tanaman pangan

APBN-P terdapat pada DIPA PSP dengan jumlah pagu anggaran

Rp.927.836.427.000,-yang terdiri dari anggaran fasilitasi bantuan sarana

pascapanen tanaman pangan Rp.915.168.402.000,- dan anggaran pembinan

sebesar Rp. 12.668.025.000,- yang dialokasikan di TP Provinsi.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 19

Jenis bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P Tahun 2015

telah dianggarkan dalam DIPA Tugas Pembantuan Provinsi pada masing-

masing Satker Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut :

a. Combine Harvester Kecil senilai Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta

rupiah) sebanyak 2.790 unit dialokasikan di 32 Provinsi 350 Kabupaten;

b. Vertical Dryer Padi senilai Rp. 935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh lima

juta rupiah) sebanyak 170 unit dengan rincian: paket sarana dryer senilai

Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan

bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima

puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang

dialokasikan di 22 Provinsi 112 Kabupaten;

c. Corn Sheller senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sebanyak

2.000 unit dialokasikan di 31 Provinsi 264 Kabupaten;

d. Vertical Dryer Jagung senilai Rp.935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh

lima juta rupiah) sebanyak 220 unit dengan rincian : paket sarana dryer

senilai Rp.685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan

bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp.250.000.000,- (dua ratus lima

puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang

dialokasikan di 21 Provinsi 109 Kabupaten;

e. Power Thresher Multiguna senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)

sebanyak 1.500 unit dialokasikan di 30 Provinsi 253 Kabupaten;

f. Sarana pengering/dryer, sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan

bangunan/rehabilitasi bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang

tersedia. Bangunan/rehabilitasi bangunan untuk sarana pengeringan/

Vertical Dryer ukuran p x l x t lebih kurang 12 x 8 x 9.5 meter atau

disesuaikan dengan dimensi sarana pengering serta kelengkapannya.

Berdasarkan prediksi realisasi bantuan sarana pascapanen diketahui

bahwa dari alokasi 7.495 unit bantuan, akan terealisasi 7.304 atau mencapai

97,45%. Bantuan yang tidak dapat terealisasi yaitu 1 unit Vertical Dryer Padi di

Sumatera Selatan, 42 unit PTM di Kaltara dan 148 unit PTM di Sulawesi

Selatan. Rincian jenis alat dan realisasi dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 20

Tabel 11. Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P (DIPA PSP)

Bantuan yang telah tersalur ini turut memiliki kontribusi dalam penurunan

susut hasil tanaman pangan pada tahun 2015 dan diperhitungkan dalam

perhitungan capaian target susut hasil tanamanan pangan sebagaimana yang

tercantum pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 –

2019. Kontribusi penurunan susut hasil padi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Padi APBN-P Tahun 2015

Target % Capaian 2015

2015 Terhadap Target

Produksi Padi (Ton GKG) 73,400,000 74,991,788 102.17

Penurunan Susut Hasil (%) 0.043 0.054 124.88

Pengamanan Produksi (Ton GKG 31,562 40,271 127.59

Uraian Realisasi *)

*) Aram II BPS

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 21

Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 12, diketahui bahwa bantuan

sarana pascapanen padi APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut

hasil padi sebesar 0,054% atau mencapai 124,88% dari Target Susut 0,043%.

Penurunan susut hasil sebesar 0,054% diperkirakan dapat mengamankan

produksi padi pada tahun 2015 sebesar 40.271 ton atau senilai Rp.212,866

Milyar (asumsi harga gabah kering giling di tingkat penggilingan Rp. 5.300/kg).

Tabel 13. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung APBN-P Tahun

2015

Target % Capaian 2015

2015 Terhadap Target

Produksi Jagung (Ton PK) 20,313,731 19,833,289 97.63

Penurunan Susut Hasil (%) 0.31 0.308 99.35

Pengamanan Produksi (Ton PK) 62,973 61,087 97.00

Uraian Realisasi *)

*) Aram II BPS

Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 13, diketahui bahwa bantuan

sarana pascapanen jagung APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut

hasil jagung sebesar 0,308% atau mencapai 99,35% dari target susut hasil

jagung 0,31%. Penurunan susut hasil sebesar 0,308% diperkirakan dapat

mengamankan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 61.087 ton atau

senilai Rp.833,3 Milyar (asumsi harga jagung pipil kering di tingkat petani

Rp. 2.700/kg).

Tabel 14. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai APBN-P Tahun

2015

Target % Capaian 2015

2015 Terhadap Target

Produksi Kedelai (Ton BK) 1,500,000 982,967 65.53

Penurunan Susut Hasil (%) 0.430 0.723 168.14

Pengamanan Produksi (Ton BK) 6,450 7,107 110.18

Uraian Realisasi *)

*) Aram II BPS

Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 14, diketahui bahwa bantuan

sarana pascapanen kedelai APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut

hasil kedelai sebesar 0,81% atau mencapai 168,14% dari target susut hasil

kedelai 0,43%. Penurunan susut hasil kedelai sebesar 0,723% diperkirakan

dapat mengamankan produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar 7.107 ton

atau senilai Rp.54,72 Milyar (asumsi harga kedelai di tingkat petani

Rp. 7.700/kg).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 22

B. Kegiatan Pendukung Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Selain pencapaian kinerja penurunan angka susut hasil sebagaimana yang

telah diuraikan sebelumnya terdapat kegiatan pendukung penanganan

pascapanen lainnya melalui bahan informasi, pembinaan, sosialisasi, dan

bimbingan teknis yang difokuskan pada perubahan sikap dan prilaku petani

pada saat melakukan proses panen dan pascapanen.

Kegiatan pendampingan untuk mendukung penanganan pascapanen padi,

jagung, kedelai dan aneka umbi dilakukan dalam bentuk penyebaran bahan

informasi, pembinaan, bimbingan teknis, gerakan penanganan pascapanen

padi, jagung dan kedelai, sosialisasi Good Handling Practices (GHP) Ubikayu

serta pengukuran susut hasil pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu.

Capaian realisasi kegiatan subdit padi, jagung, kedelai dan aneka umbi secara

fisik mencapai 100%, namun realisasi keuangan tidak mencapai 100%.

Disamping kegiatan pendampingan, diperlukan data pendukung seperti

pemutakhiran database sarana pascapanen tanaman pangan sangat penting

untuk dilakukan untuk mengetahui peta penyebaran sarana di petani/kelompok

tani. Kegiatan pemutakhiran database dilakukan baik di tingkat pusat dan

daerah melalui dana dekonsentrasi. Hal ini penting untuk penentuan kelompok

tani penerima dalam pengalokasian sarana pascapanen di masa datang dalam

rangka peningkatan produksi di suatu wilayah. Dukungan kegiatan

penanganan pascapanen melalui dana APBD tahun 2015 sangat membantu

pencapaian angka penurunan susut di lapangan. Namun belum diperoleh

laporan evaluasi dari daerah mengenai dukungan ini.

3.4. Akuntabilitas Keuangan

Kinerja serapan anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun

2015 secara keseluruhan dapat dikategorikan kurang berhasil (< 60%),

dengan total realisasi serapan mencapai Rp.44.888.631.747,- atau 57,18%

dari Pagu anggaran Rp.78.498.554.000,-. Bila dirinci menurut Satker pengelola

sebagai berikut :

1) Serapan anggaran Satker Pusat hingga 4 Desember 2015 sebesar

Rp.6.744.056.898,- (56,44% dari pagu Rp.11.948.500.000,-),

2) Dinas Provinsi (Dekon) sebesar Rp.5.529.753.192,- (64,37% dari pagu

Rp.8.590.500.000,-),

3) Dinas Provinsi (Tugas Pembantuan) sebesar Rp.32.614.821.657,- (56,27%

dari pagu Rp.57.959.554.000,-).

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan analisis serta evaluasi akuntabilitas

kinerja keuangan, bahwa output kegiatan telah terlaksana dengan kategori

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 23

kurang berhasil dan capaian sasaran belum sesuai rencana. Apabila

dibandingkan alokasi anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

tahun 2014 sebesar Rp. 161.100.496.000, anggaran Direktorat Pascapanen

Tanaman Pangan tahun 2015 yaitu sebesar Rp.78.498.554.000,- atau

mengalami penurunan jumlah anggaran sebesar Rp.82.601.942.000,-

(51,27%).

Tabel 15. Realisasi Serapan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

Menurut Satuan Kerja Tahun 2015 s/d 4 Desember 2015

(Rp) (Rp) %

I.DIPA TANAMAN

PANGAN

1 Pusat

- Ditjen TP Pusat 11,948,500,000 6,744,056,898 56.44

2 Dekonsentrasi

- Dinas Prop 8,590,500,000 5,529,753,192 64.37

3 Tugas Pembantuan

- Dinas Prop 57,959,554,000 32,081,234,657 55.35

78,498,554,000 44,355,044,747 56.50 Jumlah

RealisasiNo Satuan Kerja

Pagu

3.5. Hambatan dan Kendala

Beberapa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat

Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015, meliputi aspek administrasi, teknis,

SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain:

1) Aspek Administrasi

a. Penetapan CPCL

1. Proses Revisi CP/CL ( utamanya penerima dryer)

2. Penetapan CP/CL tidak sesuai Pedoman Teknis ( Penetapan PPK

dan Pengesahan KPA)

b. Jenis dan Produsen Sarana Pascapanen

1. Sebagian Sarana Pascpanen masih import, butuh waktu (Corn

combine harvester & combine harvester kecil)

2. Produsen sarana pascapanen sebagian produsen kecil/menengah,

sehingga pembelian melalui pesanan/perlu dirakit dulu

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 24

c. Pengadaan Sarana Pascapanen

1. Menunggu antrian di ULP karena prioritas kegiatan APBD &

terbatasnya SDM di Pokja Daerah

2. Masih Proses kontrak dengan penyedia barang (utamanya

bangunan & dryer padi/jagung)

3. Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai

lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis)

4. Tidak semua perusahan memproses uang muka/DP (+ 30%)

karena proses pencairan lebih lama minimal 2x pekerjaan dalam

penyiapan dokumen. Produsen lebih memilih percepatan distribusi

barang secara langsung

5. Kurang koordinasi di Dinas Pertanian Provinsi (satker APBN-P di

Bidang PSP dengan Bidang Tanaman Pangan/ Pelaksana

Kegiatan)

d. Distribusi dan Pencairan SP2D

1. Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D

memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi

secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah.

2. Belum tersosialisasinya penggunaan aplikasi e-faktur pajak dalam

proses pembayaran (diberlakukannya Peraturan Dirjen Pajak

No.Per-16/PJ/2014 tgl 20 Juni 2014 tentang Tata Cara Pembuatan

dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik yang

diberlakukan mulai 1 Juli 2015 untuk wilayah Jawa-Bali-Madura)

2) Aspek Teknis

a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal

dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum

memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana

sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan provinsi

disebabkan jarak yang terlalu jauh.

b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan

pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang

menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.

c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang

memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test

report.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 25

d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di

lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin

mengalami kerusakan.

e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan

baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.

f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas

lapang

g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data

ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan

dalam merekap data.

3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan

a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi

CPCL.

b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum

memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan

pendampingan dari petugas Kabupaten

c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL

disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD

d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program

pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker.

e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan

pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara

f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan

pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang

Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen

ditangani pada bidang Binus/P2HP.

g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah

Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen

tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan

bantuan dari Pemerintah Pusat.

h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga

pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana

pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional

dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 26

j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana

pascapanen yang rusak.

k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana

yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses

penanganan pascapanen.

3.6. Upaya dan Tindaklanjut

1. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon,

SMS/ WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam rangka

percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti kendala

pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2. Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin serta

mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang sesuai

dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.

3. Dalam pengadaan bantuan sarana pascapanen di tahun yang akan datang

harus disertai dengan biaya pengadaan/lelang yang dialokasikan pada

Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota.

4. Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan

menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang

identifikasi CPCL.

5. Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan

administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta

harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan

terselenggara tepat waktu.

6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan

menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan

pelaksana kegiatan.

7. Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun

anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam

pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses

lelang ulang.

8. Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana

pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat

dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan

Tahun 2015.

9. Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal

test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 27

10. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan

kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan

penanganan pascapanen tanaman pangan.

11. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak

memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen.

12. Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu difasilitasi

oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan

saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan

teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan

adanya jaminan purna jual untuk pembelian alsin tersebut.

13. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke tingkat

kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 28

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Direktorat

Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015, sebagian besar kegiatan berhasil

dilaksanakan sesuai penetapan kinerja dan indikator kinerja. Terlaksananya

seluruh kegiatan di Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sangat

mendukung pelaksanaan kegiatan teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan. Kegiatan yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi

untuk perbaikan kebijakan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ke depan.

Pencapaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015

terkendala oleh lambatnya serapan anggaran, kurang tersusunnya rencana

pelaksanaan kegiatan Pusat, belum tersosialisasinya peraturan baru di KPPN,

terlambat disosialisasikan dana Tugas Pembantuan untuk Kabupaten yang

dialokasikan di Provinsi dan lambatnya proses pengerjaan bangunan dryer.

Hal ini menyebabkan capaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

secara keseluruhan menjadi tidak optimal.

4.2.Saran

Dalam rangka memantapkan penerapan sistem akuntabilitas kinerja

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada masa mendatang, perlu

dilakukan peningkatan kualitas SDM pelaksana kegiatan baik di pusat maupun

di daerah, sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

Analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran masih

sulit diukur karena tidak adanya tolak ukur yang pasti tentang batasan efektif

atau efisiensinya sebuah kegiatan. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan

perumusan efektivitas dan efisiensi kegiatan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - pphtp.tanamanpangan.pertanian.go.idpphtp.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document... · Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 29