BAB I PENDAHULUAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C9413043_bab1.pdf · strategi...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - Portal Wisudaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C9413043_bab1.pdf · strategi...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri penerbangan khususnya yang bergerak di bidang jasa tidak pernah
terlepas dengan pelayanan. Menurut Schroeder dalam bukunya Operation
Management, Fourth Edition mendefinisikan pelayanan atau service sebagai
something is produced and consumed simultaneously artinya sesuatu yang
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. (Riyanto Suhardi,2011:10).
Perkembangan jasa pelayanan penumpang angkutan udara yang semakin
meningkat telah menjadi perhatian bagi sebagian lapisan masyarakat. Hal tersebut
dapat dilihat dari ketatnya persaingan pelayanan, harga dan promosi yang
ditawarkan oleh berbagai maskapai penerbangan. Daya tarik (attractiveness)
industri penerbangan saat ini cukup besar dan menjanjikan. Berdasarkan market
size, industri penerbangan cukup menarik minat, setiap hari diseluruh dunia lebih
dari empat juta penumpang lewat udara. Permintaan (demand) akan angkutan
udara masih memungkinkan untuk terus meningkat di atas jumlah tersebut
terlebih pada musim sibuk (peak season) seperti hari libur anak sekolah, hari
besar keagamaan maupun musim sepi atau hari biasa (low season).
Efek multiplier yang ditimbulkan bisnis penerbangan cukup tinggi yaitu dapat
merangsang tumbuhnya industri jasa baru seperti hotel, katering, tour travel dan
lain-lain. Sehingga sangat berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Hal ini akan berdampak pada perputaran roda ekonomi yang semakin
cepat. Di Indonesia telah banyak bermunculan perusahaan penerbangan dengan
2
strategi pemasaran yang berbedauntuk bisa bersaing dengan perusahaan
penerbangan lain sehingga dapat melakukan penjualan kursi (seat) sebanyak-
banyaknya dan memperoleh laba atau profit.
Jenis maskapai penerbangandapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu maskapai
dengan pelayanan penuh (Full Service Carrier) dan maskapai tarif rendah (Low
Cost Carrier). Kedua jenis maskapai penerbangan tersebut baik full service
carrier atau low cost carrier memiliki keunggulan masing-masing di mata
pelanggan atau calon penumpang baik dari segi pelayanan, kenyamanan, harga
dan faktor lain yang tentu mempengaruhi keputusan calon penumpang dalam
memilih jenis maskapai penerbangan. Salah satu layanan yang sedang menjadi
tren saat ini adalah layanan LCC (Low Cost Carrier), layanan ini telah berdampak
besar bagi industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik dan ASEAN.
Menurut Malia Rochma (2008) LCC (Low Cost Carrier) adalah bentuk dari
strategi penetrasi pasar. Strategi ini menetapkan harga yang rendah agar dapat
menembus pasar secara cepat dan dalam, untuk menarik banyak pembeli
dengan cepat dan memperoleh pangsa pasar yang besar. Dengan memanfaatkan
strategi LCC (Low Cost Carrier) ini, Skyscanner yang merupakan situs pencarian
perjalanan global yang menyediakan perbandingan online untuk penerbangan di
lebih dari seribu maskapai penerbangan memprediksi bahwa akan semakin
banyak penerbangan murah di Asia, bertambahnya kelas menengah serta
pembangunan bandar udara di seluruh kawasan sehingga bepergian di kawasan
Asia akan menjadi lebih mudah dan lebih terjangkau. Dengan tren yang
berkembang tentu memberikan peluang bagi maskapai yang menyediakan tarif
penerbangan murah untuk memperluas pasar. Salah satu pemain utama yang
3
cukup lama menjadi penggerak layanan LCC (Low Cost Carrier) di Indonesia
adalah maskapai penerbangan Lion Air yaitu sejak tahun 2000.
Strategi untuk memperluas target pasar yang dilakukan Perusahaan
Penerbangan Lion Air sebagaiperusahaan yang bergerak di bidang jasa tentu
memiliki penghubung di beberapa bandar udara internasional yang tersebar di
seluruh Indonesia, salah satunya di Bandar Udara Internasional Hang Nadim
Batam. Bandar Udara Internasional Hang Nadim merupakan sebuah bandar udara
internasional yang terletak di Jalan Hang Nadim No.01, Kelurahan Batu Besar,
Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia dengan
posisi koordinat 01° 07′ 15″ Lintang Utara dan 104° 07′ 7″ Bujur Timur di
ketinggian 126 kaki atau 38 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut). Bandar
Udara Hang Nadim ini dimiliki dan dikelola oleh Badan Pengusahaan (BP)
Batam. Bandara ini memiliki landas pacu sepanjang 4.025 meter yang menjadikan
bandara ini sebagai pemilik landas pacu terpanjang di Indonesia dan kedua di Asia
Tenggara setelah Bandara KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Dengan
kondisinya saat ini, Bandar Udara Hang Nadim dapat menampung 18pesawat
berbadan lebar dengan jenis Boeing 767 serta merupakan penghubung untuk
maskapai penerbangan Lion Air, Batik Air, Wings Air, Malindo Airways, Garuda
Indonesia Airlines, Citilink Indonesia, Sriwijaya Air, Nam Air dan Susi Air.
(Sumber :www.bpbatam.go.id, Maret 2016).
Maskapai Penerbangan Lion Air merupakan maskapai penerbangan yang
paling banyak mengoperasikan rute dan jadwal penerbangan dibandingkan dengan
maskapai penerbangan lain yaitu sebesar 38 kali penerbangan setiap hari di
Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam serta merupakan maskapai
4
penerbangan swasta terbesar di Indonesia yang terkenal dengan bisnis tarif rendah
di bawah naungan PT.Lion Mentari Airlines. Maskapai penerbangan ini berpusat
di Jakarta dan pertama kali didirikan pada 19 Oktober 1999 dan mulai beroperasi
pada tanggal 30 Juni 2000, pemiliknya ialah Rusdi Kirana dan keluarga. Berbeda
dengan Lion Air, maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airlines hanya
mengoperasikan 7 kali penerbangan setiap hari, maskapai penerbangan Citilink
Indonesia 13 kali penerbangan setiap hari dan maskapai penerbangan Sriwijaya
Air serta Nam Air yang hanya mengoperasikan 5 kali penerbangan setiap hari di
Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam. (wawancara dengan Erick
Triadi, Chief Pax Handling Lion Air Hang Nadim Batam, Rabu 8 Maret 2016,
10.15 WIB).
Rute dan jadwal penerbangan yang di operasikan oleh maskapai penerbangan
Lion Air sangat banyak, oleh sebab itu para ground staff lion Air dituntut untuk
dapat memiliki keahlian dalam hal kecepatan, ketepatan waktu, keakuratan serta
kejelasan informasi dalam pelayanan terhadap pelangganterutama staff boarding
gate Lion Air di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam, karena staff
boarding gate merupakan staff yang memberikan pelayanan kepada penumpang
yang telah melakukan proses check in dan selama berada di ruang tunggu
keberangkatan sekaligus sebagai filter terakhir untuk memeriksa syarat-syarat dan
kondisi dari penumpang maupun barang bawaan mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas maka judul laporan tugas akhir ini
adalah “PERAN STAFF BOARDING GATE LION AIR DALAM
MENINGKATKAN PELAYANAN PELANGGAN DI BANDAR UDARA
INTERNASIONAL HANG NADIM BATAM”.
5
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelayanan staff boarding gate Lion Air di Bandar Udara
Internasional Hang Nadim Batam?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi staff boarding gateLion Air di
Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam dalam proses pelayanan
penumpang ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai pelayananstaff boarding
gate Lion Air di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam
2. Untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai permasalahan yang
dihadapi staff boarding gate Lion Air di Bandar Udara Internasional Hang
Nadim Batam dalam proses pelayanan penumpang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam ilmu penerbangan
serta digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis khususnya
yang berkaitan dengan pelayanan prima dalam industri penerbangan serta dapat
memberikan wawasan mengenai peran staff boarding gate Lion Air dalam
meningkatkan pelayanan pelanggan di Bandar Udara Internasional Hang Nadim
Batam dan memudahkan para stakeholder khususnya dalam Maskapai
Penerbangan Lion Air dalam melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan
yang dapat diminimalisir sehingga dapat terus memperbaiki dan memaksimalkan
6
pelayanan yang nantinya akan berdampak pada loyalitas pelanggan untuk terus
menggunakan jasa pelayanan Maskapai Penerbangan Lion Air.
E. Kajian Pustaka
1. Angkutan udara
Undang-Undang No.1 th 2009 pasal 1 menyatakan Angkutan udara adalah
setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut
penumpang, kargo dan pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara
ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
H.A Abbas Salim (2006 : 102-103) menerangkan bahwa fungsi angkutan
udara adalah :
a. Penyediaan jasa angkutan udara serta meningkatkan pelayanan
b. Peningkatan armada atau pesawat udara serta menjaga keselamatan
penumpang selaku pemakai jasa
c. Pengembangan jasa-jasa angkutan udara atas dasar pertumbuhan ekonomi
(rate of growth).
Suharto Abdul Majid, Eko Probo D.Warpani (2014 : 6) memberikan
penjelasan bahwa Perusahaan penerbangan komersial atau lebih dikenal dengan
airlines/airways merupakan badan usaha yang bergerak di bidang jasa angkutan
udara yang mengoperasikan pesawat terbang sebagai sarana untuk mengangkut
muatan dari satu kota ke kota yang lain, baik dari dalam negeri maupun ke luar
negeri. Muatan yang diangkut antara lain : penumpang, bagasi, kargo dan benda-
benda pos.
Riyanto Suhardi (2011 : 2) menyatakan bahwa bandar udara adalah lapangan
terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik
7
turun penumpang, bongkar muat kargo dan pos serta dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan penerbangan serta sebagai tempat perpindahan antar moda
transportasi.
2. Ground Handling
Suharto Abdul Majid, Eko Probo D.Warpani (2014 : 6) menjelaskan bahwa
Ground handling, ground services dan ground operation atau airport service pada
dasarnya mengandung maksud dan pengertian yang sama yaitu merujuk kepada
suatu aktifitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan atau
pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan
pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama
berada di bandar udara, baik untuk keberangkatan (departure) maupun untuk
kedatangan (arrival).Passenger Handling atau pelayanan penumpang pada intinya
ada 2 yaitu pelayanan pada saat keberangkatan (departure section) dan pelayanan
pada saat kedatangan (arrival section).
Peraturan Pemerintah No.89 tahun 2015 pasal 1 menyatakan penumpang
adalah orang yang menggunakan jasa angkutan udara dan namanya tercantum
dalam tiket dan dibuktikan dengan dokumen identitas diri yang sah dan memiliki
pas masuk pesawat (boarding pass).
3. Pelanggan / Customer
Ivonne Wood (2009 :66) menjelaskan pelanggan adalah orang yang ingin
diyakinkan oleh perusahaan bahwa produknya adalah apa yang selama ini
diinginkan oleh mereka.
8
Harapan-harapan pelanggantersebut antara lain :
a. Equitable performance (normative performance , effort versus outcome,
should expectation, deserved expectation) yaitu penilaian normative yang
mencerminkan kinerja yang seharusnya diterima seseorang atas biaya dan
usaha yang telah dicurahkan untuk membeli dan mengkonsumsi barang
atau jasa tertentu.
b. Ideal performance (optimum versus actual performance, ideal expectation,
desired expectation) yaitu tingkat kinerja optimum atau ideal yang
diharapkan oleh seorang pelanggan.
c. Expected performance (realistic versus actual performance, will
expectation, predictive expectation) yaitu tingkat kinerja yang
diperkirakan, diantisipasi atau yang paling diharapkan pelanggan (what the
performance probably will be). Tipe ini adalah yang paling banyak
digunakan dalam penelitian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan.
d. Adequate expectation (minimum tolerable) yaitu tingkat kinerja produk
atau jasa terendah yang dapat ditoleransi pelanggan.
Team Batik Air (2015 : 24) mengatakan bahwa pelanggan terbagi dua :
a. Internal merupakan orang-orang yang berinteraksi didalam suatu
organisasi atau perusahaan.
b. Eksternal merupakan orang-orang yang datang ke perusahaan untuk
membeli produk atau service.
Fakta tentang pelanggan :
a. Merupakan aset terbesar dalam bisnis apapun
b. Merupakan gaji atau bonus
9
c. Selalu mencari sesuatu yang menarik perhatian
d. Mereka merupakan pekerjaan, perkembangan dan keuntungan atau profit
e. Jika tidak puas menceritakan ke orang lain
f. Mereka akan kembali apabila kita mampu menjawab keluhan secara baik.
Customer service person harus memahami 3 aspek :
a. Aspek Organisasi, customer service person harus mengetahui apa saja visi
dan misi dari organisasi atau perusahaan tempat bekerja, culture, rule,
prosedur interaksi dengan pelanggan dan dukungan untuk produk dan
service
b. Aspek Produk atau service, customer service person harus mengetahui
bagaimana mengembangkan produk dan jasa, data dan spesifikasi,
pemeliharaan produk dan jasa, harga dan pengiriman.
c. Customer, customer service person harus mengetahui apa saja kebutuhan
pelanggan, perhatian dan kepribadian.
4. Jasa
Kotler (1997) menjelaskan bahwa jasa merupakan setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Fandy Tjiptono (2012 : 4) menerangkan konsep service atau pelayanan adalah
sebagai berikut :
a. Pertama, service menggambarkan berbagai sub-sektor dalam kategorisasi
aktifitas ekonomi, seperti transportasi, finansial, perdagangan ritel,
personal services, kesehatan, pendidikan dan layanan publik. Dengan kata
lain, lingkupnya adalah industri.
10
b. Kedua, service dipandang sebagai produk intangibleyang hasilnya lebih
berupa aktifitas ketimbang obyek fisik, meskipun dalam kenyataannya
bisa saja produk fisik dilibatkan (seperti makanan dan minumam di
restoran dan pesawat di jasa penerbangan). Jadi, dalam hal ini lingkupnya
adalah tawaran produk.
c. Ketiga, service merefleksikan proses yang mencakup penyampaian produk
utama, interaksi personal, kinerja dalam arti luas (termasuk didalamnya
drama dan ketrampilan) serta pengalaman layanan.
d. Keempat, service bisa pula dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri
atas dua komponen utama, yakni service operations yang kerap kali tidak
terlihat atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office
atau backstage) dan service delivery yang biasanya terlihat (visible) atau
diketahui pelanggan (sering disebut pula front office atau front stage).
Fandy Tjiptono (2012 : 28) menjelaskan jasa memiliki 4 karakteristik unik
yang membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi mengelola dan
memasarkannya. Keempat karakteristik utama tersebut dikenal dengan istilah
paradigma IHIP :Intangibility, Heterogeneity, Inseparability, Perishability.
1) Intangibility
Jasa atau layanan berbeda secara signifikan dengan barang fisik. Bila barang
merupakan suatu obyek, alat, material, atau benda yang bisa dilihat, disentuh, atau
dirasa dengan panca indera, maka jasa atau layanan justru merupakan perbuatan,
tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance) atau usaha yang sifatnya
abstrak. Bila barang dapat dimiliki, maka layanan atau jasa cenderung hanya
dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki (non-ownership). Walaupun sebagian
11
besar jasa mungkin saja berkaitan dan didukung dengan produk fisik, esensi dari
apa yang dibeli pelanggan adalah kinerja yang diberikan oleh pihak tertentu
kepada pihak lainnya.
Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,
didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Seorang konsumen jasa tidak
dapat menilai hasil dari sebuah jasa sebelum ia mengalami atau
mengkonsumsinya sendiri. Bahkan dalam jenis-jenis jasa tertentu, sekalipun telah
mengkonsumsi jasa yang dibeli, konsumen tetap saja tidak mampu menilai secara
obyektif kualitas hasil jasa bersangkutan. Bila pelanggan membeli jasa tertentu,
sebenarnya ia hanya menggunakan, memanfaatkan atau menyewa jasa tersebut.
Pelanggan bersangkutan tidak lantas memiliki jasa yang dibelinya.
Produk-produk intangible diyakini lebih sulit dievaluasi, karena bisa
menimbulkan tingkat ketidakpastian dan persepsi risiko yang besar. Oleh karena
itu untuk menekan ketidakpastian, para pelanggan sering memperhatikan simbol,
tanda, petunjuk, atau bukti fisik kualitas jasa yang bersangkutan. Mereka
menyimpulkan kualitas jasa dari aspek tempat (place), orang (people), peralatan
(equipment), bahan dan materi komunikasi (communication materials), simbol
(symbols) dan harga (price) yang mereka amati. Kesimpulan yang dibuat para
pelanggan akan banyak dipengaruhi oleh atribut-atribut yang digunakan
perusahaan jasa, baik atribut bersifat obyektif dan dapat dikuantitatifkan maupun
atribut yang sangat subyektif dan bersifat perceptual.
Secara garis besar, problematika pelik yang muncul sehubungan dengan
karakteristik intangibility antara lain :
a. Jasa atau layanan tidak dapat disimpan
12
b. Jasa relatif amat sulit dilindungi dengan hak paten, tidak gampang
mengkomunikasikan sebuah jasa atau layanan kepada calon konsumen
c. Serta harga jasa sukar ditetapkan.
2) Heterogeneity / Variability / Inconsistency
Layanan bersifat sangat variabel atau heterogen karena merupakan non
standardized output artinya bentuk, kualitas dan jenisnya sangat beranekaragam,
tergantung pada siapa, kapan dan dimana layanan tersebut dihasilkan. Variabilitas
pengalaman dan kualitas layanan dapat dibagi menjadi 3 faktor :
a. Kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian layanan
b. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan serta
c. Beban kerja perusahaan.
Faktor-faktor ini menghadirkan tantangan tersendiri dalam upaya setiap
perusahaan mengembangkan citra merek yang konsisten sepanjang waktu.
3) Inseparability
Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu kemudian dijual, baru dikonsumsi.
Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam
pemasaran jasa atau layanan. Keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa
atau layanan bersangkutan. Dalam hubungan antara penyedia jasa dan pelanggan
ini, efektifitas staff layanan merupakan unsur kritis. Implikasinya, sukses tidaknya
jasa atau layanan bersangkutan ditunjang oleh kemampuan organisasi dalam
melakukan proses rekruitmen dan seleksi, penilaian kinerja, sistem kompensasi,
pelatihan dan pengembangan karyawannya secara efektif.
13
Faktor lain yang juga tak kalah pentingnnya adalah pemberian perhatian
khusus pada tingkat partisipasi atau keterlibatan pelanggan dalam proses
penyampaian layanan, ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendukung
layanan, pemilihan lokasi yang tepat, terutama dalam konteks mudah diakses
pelanggan dan mudah mengakses pelanggan juga memainkan peran penting.
Aspek ini sangat relevan, baik pada tipe jasa yang mengharuskan pelanggan
mendatangi lokasi penyedia jasa maupun penyedia jasa mendatangi pelanggan.
4) Perishability
Jasa atau layanan adalah komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat
disimpan untuk pemakaian ulang diwaktu datang, dijual kembali atau
dikembalikan.
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) mengemukakan terdapat lima
dimensi kualitas layanan yang disusun sesuai tingkat kepentingan relatifnya
sebagai berikut :
1. Reliabilitas (Reliability) berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali.
2. Daya tanggap (Responsiveness) berkenaan dengan ketersediaan dan
kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan
merespon permintaan mereka dengan segera.
3. Jaminan (Assurance) berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan
karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya
(trust) dan keyakinan pelanggan (confidence).
4. Empati (Empathy) berarti bahwa perusahaan memahami masalah para
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan serta
14
memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
5. Bukti Fisik (Tangibles) berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas
layanan, peralatan atau perlengkapan, sumber daya manusia dan materi
komunikasi perusahaan.
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Station Boarding Gate Lion Air
terhitung tanggal 11 Januari – 28 Maret 2016 di Bandar Udara
Internasional Hang Nadim yang terletak di Jalan Hang Nadim No.01,
Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Provinsi
Kepulauan Riau, demi mendapatkan data seakurat mungkin.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini,
maka dalam mengumpulkan data menggunakan metode sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam hal ini ditulis menggunakan observasi langsung yaitu
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala subjek yang diteliti. Observasi lapangan ini dilakukan
pada Station Boarding gate Lion Air di Bandar Udara Internasional
Hang Nadim Batam yang meliputi aktifitas atau kegiatan pelayanan
boarding penumpang oleh staff boarding gate dan fasilitas yang
15
didapat selama proses boarding untuk para penumpang.Sehingga data
yang diperoleh merupakan data yang otentik.
b. Studi Dokumen
Untuk memperoleh data primer dan data sekunder guna mendukung
dan menambah bukti serta data dari sumber lain. Dokumentasi
diperoleh langsung dari station boarding gate Lion Air Batam. Studi
dokumen ini di dapat dari kantor perusahaan penerbangan Lion Air
Batam yang berupa dokumen tercetak antara lain : buku Service
Improvement Program Batik Air, Standart Operating Prosedure
Ground Support Equiptment Lion Air, Loading Master Basic Ground
Handling Course Lion Air.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada pihak-pihak terkait
untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang data-data yang
dibutuhkan terutama pada staff boarding gate maskapai penerbangan
Lion Air di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam.
Wawancara secara langsung dilakukan dengan :
1) Supoyo selaku Koordinator Pax Handling and Service Lion Air
Batam
2) M. Suganda Darmawan selaku Chief Pax Handling Lion Air
Batam
3) Erick Triadi selaku Chief Pax Handling Lion Air Batam
4) Safri Novrizal selaku Leader Boarding Gate Lion Air Batam
5) Soehendra selaku Staff Boarding Gate Lion Air Batam
16
6) Aris Munandar selaku Staff Boarding Gate Lion Air Batam
d. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk mendukung dan melengkapi data-data
yang diperoleh guna melengkapi penyusunan tugas akhir. Studi
pustaka dilakukan dengan cara mengkaji buku-buku literatur, makalah-
makalah yaitu mengutip bagian-bagian yang kiranya mempunyai
kaitan langsung dengan judul makalah. Dalam studi pustaka ini
diperoleh dari perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Perpustakaan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, kantor perusahaan penerbangan
Lion Air Batam serta station boarding gate Lion Air Batam.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini menggunakan teknik analisis deskripsi
kualitatif yaitu dengan menguraikan apa yang terjadi saat ini dari
permasalahan didalam penelitian. Tujuan dari penelitian adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual
mengenai kondisi fenomena yang diteliti.
G. Sistematika Penulisan
Dalam laporan tugas akhir ini sistematika penulisan berisi tentang :
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang sejarah Bandar Udara Internasional Hang Nadim
Batam, maskapai penerbangan yang beroperasi di Bandar Udara Internasional
Hang Nadim Batam, fasilitas yang terdapat di Bandar Udara Internasional Hang
17
Nadim Batam, sejarah Perusahaan Penerbangan Lion Air, profil Pemilik
Maskapai Penerbangan Lion Air, dasar hukum, visi dan misi Perusahaan
Penerbangan Lion Air dan fasilitas yang didapat Perusahaan Penerbangan Lion
Air di Bandar Udara Internasional Hang Nadim Batam, rute dan jadwal
penerbangan maskapai penerbangan Lion Air di Bandar Udara Internasional Hang
Nadim Batam.
Bab III berisi tentang peran staff boarding gate Lion Air Batam, Analisa
lima prinsip dimensi kualitas pelayanan Staff boarding gate Lion Air Batam,
permasalahan apa saja yang dihadapi staff boarding gate Lion Air Batam dalam
proses boarding penumpang dan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang
ada.
Bab IV merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari
pembahasan dan saran.