BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan...

121
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program COREMAP merupakan perwujudan nyata dari upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan kepulauan khususnya ekosistem terumbu karang dan sumberdaya ikannya secara berkelanjutan, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut tampak dari hasil suatu penelitian yang menunjukkan bahwa pada ekosistem terumbu karang yang terkelola dapat dihasilkan 30 ton ikan per km 2 . Nilai ini dapat dipertahankan secara berkelanjutan bila sumberdaya ini dikelola dengan baik. Sebaliknya, jika ekosistem terumbu karang ini dibiarkan rusak hasilnya bisa turun secara drastis mencapai 5 ton per km 2 . Dampak ekonomis tersebut tercantum sebagaimana tabel di bawah ini.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

1.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program COREMAP merupakan perwujudan nyata dari upaya

pengelolaan sumberdaya pesisir dan kepulauan khususnya ekosistem

terumbu karang dan sumberdaya ikannya secara berkelanjutan, dalam

rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan.

Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut tampak dari hasil suatu

penelitian yang menunjukkan bahwa pada ekosistem terumbu karang

yang terkelola dapat dihasilkan 30 ton ikan per km2.

Nilai ini dapat dipertahankan secara berkelanjutan bila sumberdaya ini

dikelola dengan baik. Sebaliknya, jika ekosistem terumbu karang ini

dibiarkan rusak hasilnya bisa turun secara drastis mencapai 5 ton per km2.

Dampak ekonomis tersebut tercantum sebagaimana tabel di bawah ini.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

2.

Tabel 1. Perkiraan Perbandingan Luasan dan Hasil Perikanan berdasarkan kondisi

Terumbu Karang

Kabupaten

Ekosistem Terumbu Karang Perkiraan kehilangan

keuntungan dari

pengelolaan

perikanan akibat

rusaknya ekosistem

terumbu karang1

(Rp per tahun)

Luasan terumbu

dan ekosistem

terkait (km2)

Hasil perikanan

pada ekosistem

terumbu karang

yang

terdegradasi per

tahun

(5 ton/km2)

Hasil perikanan

pada ekosistem

terumbu karang

yang terkelola

per tahun

(25 ton/km2)

Pangkep 374 1,870 9,350 125 Milyar

Selayar 1,098 5,490 27,450 367 Milyar

Buton 1,402 7,010 35,050 468 Milyar

Raja Ampat 1,299 6,495 32,475 434 Milyar

Biak 424 2,120 10,600 142 Milyar

Sikka 128 640 3,200 43 Milyar

Sumber: Komunikasi langsung dengan Herman Cesar (Ghofar, tt).

Keterangan:

� Setiap 20 ton ikan bernilai Rp 16,7 Juta

Dari hasil penilaian kondisi terumbu karang di Indonesia selama tahun

2005 oleh P2O LIPI didapatkan bahwa status terumbu karang di Indonesia

yang berada dalam kondisi bagus hanya berkisar 21,03 – 24,10 persen.

Umumnya kondisi terumbu karang yang bagus tersebut berada di

wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Data selengkapnya

tentang kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Status Terumbu Karang Indonesia 2005

KONDISI

LOKASI

SANGAT

BAGUS BAGUS SEDANG RUSAK

JUMLAH

STATION

Indonesia Barat 5,40 24,10 34,17 36,33 2787

Indonesia Tengah 6,10 31,92 45,07 16,90 213

Indonesia Timur 6,15 21,03 30,77 42,05 195

Total 5,83 25,66 36,59 31,92 686

Sumber: Hasil Olah Data P2O LIPI Thn. 2005.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

3.

Keterangan:

Sangat Bagus = Tutupan Karang Hidup 76 - 100 % Bagus = Tutupan Karang Hidup 51 - 75 %

Sedang =Tutupan Karang Hidup 26 - 50 % Rusak = Tutupan Karang Hidup 0 - 25 %

COREMAP fase pertama merupakan periode inisiasi, dimulai sejak tahun

anggaran 1998/1999 yang berakhir pada tahun 2004 dan pada tahun itu

juga dilanjutkan dengan pelaksanaan COREMAP Fase II (selanjutnya

cukup ditulis COREMAP) yang akan dilaksanakan hingga tahun 2010.

COREMAP lebih menekankan pada upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan dan masyarakat serta pengembangan berbagai alternatif

kegiatan masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhannya dari

pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang secara

berkelanjutan.

Pada COREMAP, masyarakat terus didorong dan ditingkatkan

kemampuannya dalam mengorganisir diri, termasuk menentukan pilihan

kegiatan pembangunan di daerahnya secara musyawarah dengan

mengacu kepada azas COREMAP yaitu; Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat

(DOUM). Cakupan jenis kegiatannya terbuka luas (open menu) untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan dan menjamin ketersediaan

sumberdaya ikan secara lestari.

Dalam kerangka otonomi daerah, COREMAP dikembangkan sebagai

media untuk membangun kesadaran masyarakat dan semua pemangku

kepentingan terhadap perubahan arah dan nafas pembangunan.

COREMAP merupakan media pembelajaran dan pengembangan

kemampuan para pelaku pembangunan, serta media untuk

mewujudkan masyarakat sebagai penggagas dalam sebuah kegiatan

pembangunan. Pengembangan konsep COREMAP ini juga diarahkan

pada penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Beberapa proses dan

kegiatan yang dilaksanakan dalam COREMAP juga selalu

mempertimbangkan pencapaian pemerintahan yang baik.

COREMAP dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa komponen yang

pada dasarnya setiap komponen menitikberatkan partisipasi aktif

masyarakat dalam merehabilitasi, melindungi dan melestarikan

sumberdaya ekosistem terumbu karang. Manifestasi dari hal tersebut

adalah dengan dibuatnya rencana strategis pengelolaan sumberdaya

ekosistem terumbu karang (RPTK), serta pelaksanaan sistem pemantauan

dan pengawasan oleh masyarakat (SISWASMAS) melalui jaringan

kemitraan dan kerjasama strategis dengan berbagai pihak yang dapat

memberikan dukungan terhadap pengelolaan sumberdaya yang bernilai

manfaat tinggi dan berkelanjutan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

4.

Seluruh proses kegiatan dalam COREMAP pada hakekatnya memiliki dua

prinsip, yaitu :

1) Memberikan wewenang dan kepercayaan kepada masyarakat untuk

menentukan sendiri kebutuhannya, merencanakan dan mengambil

keputusan secara terbuka dan penuh tanggungjawab.

2) Menyediakan dukungan lingkungan yang kondusif untuk mewujudkan

peran masyarakat dalam pembangunan, khususnya dalam upaya

peningkatan kesejahteraan mereka sendiri.

1.2. Maksud Penyusunan Buku Panduan

Buku Panduan ini disusun untuk memberikan suatu arahan tentang

pelaksanaan program pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat

(PBM COREMAP) secara teknis untuk lokasi program di wilayah Indonesia

Timur. Dengan demikian dapat dibangun kesamaan persepsi dalam

pelaksanaan program di lapangan, baik antar petugas pelaksana di

lapangan maupun antara petugas lapangan dengan manajemen

proyek di pusat maupun di daerah.

1.3. Tujuan dan Sasaran PBM COREMAP

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan COREMAP adalah menjamin ketersediaan

sumberdaya ikan karang dan melestarikan habitatnya (terumbu karang)

secara berkelanjutan, sebagai kekayaan dan modal utama

pembangunan desa pesisir, untuk mempercepat penanggulangan

kemiskinan melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan

dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan atau antar desa serta

peningkatan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Indikator dampak dari tujuan umum

CBM adalah sebagai berikut :

a Indikator Pengelolaan dan Pemberdayaan :

• Kawasan konservasi laut yang dikelola secara kolaboratif meliputi

10 % dari terumbu karang di kabupaten program sebelum

berakhirnya program.

• 70 % biaya operasi untuk semua kegiatan Program yang

sepenuhnya terintegrasi ke sasaran program pemerintah

kabupaten dan didanai tanpa dana COREMAP II sebelum

berakhirnya program (EoP).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

5.

• Penyadaran tentang pentingnya terumbu karang meningkat ke

dan atau dipertahankan pada angka 70 % di semua kabupaten1

program

b Indikator Biofisik :

• Hamparan karang hidup (live coral cover) di kabupaten program

meningkat 5 % per tahun sampai tingkatan dicapai dan tetap

dipertahankan agar sebanding dengan tingkatan untuk karang

sejenis di wilayah yang tertata baik atau wilayah yang sudah

lama ada.2

• Rata-rata tangkapan (catch-per-unit-effort / CPUE) untuk spesis

indikator yang menetas-awal dan dipanen dengan teknik

penangkapan secara berkelanjutan di kabupaten program naik

35% sebelum masa berakhirnya proyek (EoP), sedangkan rata-

rata CPUE untuk spesis indikator ukuran-sedang yang menetas-

awal dan dipanen dengan cara penangkapan secara

berkelanjutan di kabupaten program naik 10% sebelum masa

berakhirnya proyek (EoP).3

c Indikator Sosial-Ekonomi dan Kemiskinan :

• Total pendapatan yang didapat dari, dan total jumlah orang

yang menerima pendapatan dari, berbagai cara kegiatan4

berkelanjutan berbasis terumbu karang dan pengganti-karang di

kabupaten program meningkat 10 % sebelum masa berakhirnya

proyek (EoP).

• Sedikitnya 70% nelayan/ penerima manfaat di masyarakat pesisir

dalam kabupaten program merasa bahwa program berdampak

positif pada kesejahteraan dan status ekonomi mereka sebelum

berakhirnya Proyek.

1 A.C. Nielson dalam COREMAP Tahap I melaporkan bahwa kesadaran tentang pentingnya terumbu karang naik ke tingkat 63% sampai 71 % di kabupaten program. 2 Indikator dasar ini merupakan kumpulan indikator kesehatan terumbu karang yang akan dipantau dan yang akan dikaji agar manunjukkan perbaikan kesehatan ekosistem terumbu karang di kabupaten program, termasuk :

• Berlimpahnya spesis bentos indikator dan ikan (dikategorikan dengan genus, kelompok trofik dan kategori pasar)

• Ukuran kelas (dan selanjutnya bomasa) ikan indikator dan spesis bentos

• Peningkatan terjadinya kerusakan karang di kabupaten program 3 Spesis indikator menetas-awal (early-breeding species) adalah spesis yang mencapai maturitas dalam 1 sampai 2 tahun, sedangkan species ukuran sedang adalah spesis yang mencapai maturitas dalam 5 sampai 6 tahun, dan spesis indikator yang terlambat menetas adalah predator tertinggi (mis: ikan hiu). Di samping target-target di atas, spesis indikator yang terlambat menetas ditetapkan adalah untuk CPUE untuk menstabilkan menjelang berakhirnya Tahap II. Target untuk spesis indikator berdasarakan Roberts dan Gill (2001), rangkuman pengalaman dan manfaat perikanan dari marine reserves dan tingkat pertumbuhan untuk kelompok-kelompok spesis ini. 4 Kegiatan mengganti karang mengacu pada mata-pencarian alternatif bagi perikanan karang yang dikenalkan melalui program, juga diversifikasi ekonomi yang meninggalkan kegiatan-kegiatan ekstraksi karang.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

6.

Secara detail dapat dilihat dalam logframe pada Lampiran 1.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus PBM COREMAP adalah :

1) Memberdayakan masyarakat pesisir dan lembaganya di wilayah

COREMAP agar mampu melestarikan terumbu karang dan ekosistem

terkait lainnya melalui pengelolaan bersama dengan institusi

pemerintah;

2) Meningkatkan pendapatan melalui diversifikasi usaha yang

transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan layak untuk dibiayai;

dan

3) Meningkatkan peran aktif pemerintah dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat pesisir dalam kerangka pengelolaan bersama

perlindungan laut dan daerah perlindungan laut (DPL).

Secara detail dapat dilihat dalam logframe pada Lampiran 2.

1.3.3. Sasaran

Sasaran pelaksanaan PBM COREMAP adalah :

1) Terbentuknya hukum dan kebijakan strategis di wilayah COREMAP

yang mendukung kegiatan pengelolaan bersama ekosistem terumbu

karang oleh masyarakat;

2) Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) terbentuk;

3) Hilangnya/menurunnya tekanan terhadap sumberdaya terumbu

karang karena telah membaiknya pemahaman dan kesadaran

masyarakat akan arti penting keberadaan terumbu karang;

4) Meningkatnya kapasitas kelembagaan dalam mengelola dan

melestarikan sumberdaya alam Iautnya;

5) Meningkatnya pendapatan masyarakat melalui usaha

pengembangan mata pencaharian alternatif; dan

6) Semakin membaiknya kualitas terumbu karang seiring dengan semakin

berkurangnya kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak.

1.4. Luaran

Luaran dari pelaksanaan PBM COREMAP adalah:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

7.

1) Terjaminnya kelestarian sumberdaya laut yang berdampak pada

meningkatnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan lokal.

2) Keberlanjutan usaha nelayan skala kecil.

3) Terbentuknya jejaring kawasan konservasi laut di kabupaten (KKLD).

4) Terbentuknya lembaga pengelola keuangan yang transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan.

5) Terbentuknya sistem pengawasan sumberdaya ekosistem terumbu

karang berbasis masyarakat.

6) Adanya perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih positif

dalam pengelolaan terumbu karang dan ekosistem terkait secara

berkelanjutan.

1.5. Prinsip-prinsip PBM COREMAP

Untuk mencapai sasaran sebagaimana tercantum di atas, maka pelaku

PBM COREMAP perlu memahami Prinsip-prinsip PBM COREMAP yang

mencakup :

1.5.1. Keberpihakan kepada Masyarakat Miskin di Pesisir dan Kepulauan

Orientasi setiap kegiatan yang dilaksanakan, baik dalam proses maupun

kegiatan pemanfaatan hasil, PBM ditujukan bagi masyarakat miskin di

pesisir dan kepulauan. Keberpihakan ini sangat penting mengingat

penanggulangan kemiskinan atau peningkatan kualitas hidup

masyarakat miskin merupakan tujuan utama dari COREMAP.

1.5.2. Transparansi

Pengelolaan seluruh kegiatan COREMAP harus dilakukan secara

transparan (terbuka) dan diketahui oleh masyarakat luas. Dengan

transparansi atau keterbukaan maka segala sesuatu yang dilakukan akan

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (accountable).

Salah satu aspek penting dalam transparansi adalah kepercayaan dari

para pelaku COREMAP bahwa transparansi akan sangat berpengaruh

pada keberhasilan COREMAP. Transparansi ini harus bisa diwujudkan oleh

semua pelaku COREMAP di semua tingkatan dan semua unsur.

Transparansi bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam :

a. Mengambil keputusan yang berkaitan dengan COREMAP, misalnya

menentukan jenis kegiatan dan mengelola dana COREMAP.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

8.

b. Memperoleh informasi secara lengkap dan berkelanjutan mengenai

segala sesuatu yang menyangkut COREMAP.

c. Menumbuhkembangkan kepedulian dan partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

d. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan COREMAP.

e. Meningkatkan rasa saling percaya di antara sesama pelaku

COREMAP.

1.5.3. Desentralisasi

Desentralisasi bermakna sebagai pemberian kewenangan dan

tanggungjawab kepada masyarakat dalam mengelola COREMAP

secara mandiri dan partisipatif.

Bentuk wewenang dan tanggungjawab masyarakat adalah :

a. Menyusun strategi pengelolaan sumberdaya karang dan perikanan

secara berkelanjutan sebagai arahan pembangunan desa;

b. Memanfaatkan dan mengelola dana COREMAP;

c. Memperoleh hak pendampingan;

d. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan

kebutuhannya;

e. Mempertanggungjawabkan pengelolaan dana COREMAP; dan

f. Memelihara dan melestarikan kegiatan yang telah dilaksanakan.

1.5.4. Pemberdayaan

Pemberdayaan dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan kepekaan

dan daya kritis masyarakat dalam merespon fenomena pembangunan

sekelilingnya. Selain itu, pemberdayaan juga dimaksudkan untuk

mengembangkan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk

memegang kendali pengelolaan sumberdaya alam pesisir secara

berkelanjutan, guna meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan kuatnya

akses dan baiknya kapasitas, maka posisi tawar masyarakat terhadap

berbagai pemangku kepentingan semakin tinggi yang berdampak pada

terbukanya peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif

dan bertanggung jawab dalam mengelola sumberdaya ekosistem

terumbu karang. Dengan begitu, maka masyarakat akan mendapatkan

jaminan untuk memperoleh manfaat secara ekonomi atas sumberdaya

yang ada.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

9.

1.5.5. Partisipasi Pemangku Kepentingan

Partisipasi dalam COREMAP adalah keterlibatan masyarakat secara aktif,

terutama nelayan dan masyarakat pesisir, termasuk perempuan dalam

setiap tahap kegiatan COREMAP, mulai dari persiapan, pra

perencanaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi

kegiatan. Salah satu wujud partisipasi adalah adanya keterlibatan

masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik mengenai pengelolaan

wilayah terumbu karang maupun konstribusi terhadap strategi

pengembangan perikanan secara berkelanjutan dengan dukungan dari

COREMAP dalam bentuk pemberian informasi dan pengkajian bersama

di desa dan antar desa.

Para pelaku COREMAP perlu mengembangkan suatu pendekatan yang

dapat menjamin keterlibatan para pengguna sumberdaya karang. Hal ini

dikarenakan mereka, nelayan yang menangkap ikan pada sore atau

malam hari, perempuan yang mengambil kerang, rumput laut, lamun di

terumbu karang, dan penambang karang, sering tidak mempunyai

kesempatan mengikuti pertemuan-pertemuan formal di desa. Setiap

pengambilan keputusan penting dalam COREMAP harus melibatkan

pendapat mereka. Dengan demikian, proses pengambilan keputusan

melalui musyawarah di desa akan mengakomodir aspirasi semua pihak.

Dengan prinsip keterlibatan seluruh kelompok sasaran dan kepentingan,

maka masyarakat akan memperoleh pilihan terbaik dari berbagai

alternatif yang ada.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengambil keputusan

adalah :

a. Mengutamakan pilihan terbaik berdasarkan pada pemanfaatan

sumberdaya laut secara adil dan berkelanjutan dalam setiap

pengambilan keputusan.

b. Mengutamakan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan

keputusan bersama.

c. Menghindari setiap upaya dominasi dari individu atau kelompok

tertentu demi kepentingannya sendiri.

d. Menempatkan aparat pemerintah dan konsultan sebagai fasilitator

dalam setiap pengambilan keputusan di masyarakat.

1.5.6. Pemerataan

Prinsip pemerataan erat kaitannya dengan pemberdayaan yang

diwarnai kesetaraan akses serta peluang. Pemerataan akan dicapai jika

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

10.

nelayan kecil dan perempuan telah memiliki kesamaan akses terhadap

peluang untuk mengembangkan, melindungi, dan mengelola

sumberdaya mereka. COREMAP harus mengarah pada terbinanya

pemerataan kesempatan antar generasi sekarang dan generasi masa

depan, terutama dengan menyediakan mekanisme pengelolaan yang

menjamin perlindungan dan pelestarian sumberdaya pesisir bagi

pemanfaatan di masa depan.

1.5.7. Ramah Lingkungan

COREMAP mempromosikan penerapan teknologi dan praktek-praktek

pengelolaan ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan sosial ekonomi

dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, teknologi pengelolaan yang

diterapkan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan serta kapasitas

sumberdaya dan ekosistemnya.

1.5.8. Berkelanjutan

Pembangunan yang berkelanjutan berarti menyeimbangkan kondisi dan

karakteristik lingkungan alam dengan pembangunan ekonomi, sehingga

menjamin pemeliharaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan

generasi mendatang. COREMAP menyadarkan masyarakat akan peran

dan fungsinya sebagai penjaga dan pemelihara kekayaan alam yang

merupakan titipan bagi generasi berikutnya.

Prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan diatas dapat terwujud

apabila semua pelaku COREMAP mempelajari ”Kebijakan Pengamanan

Lingkungan Pengakuan Terhadap Pengetahuan dan Kearifan Tradisional.

COREMAP mengakui nilai-nilai pengetahuan dan kearifan tradisional yang

terkait dengan pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan

mendorong penerapan serta penggunaan pengetahuan tradisional

tersebut dalam berbagai kegiatan PBM.

1.5.9. Kesetaraan Jender

COREMAP menyadari keunikan peran dan konstribusi baik dari laki-laki

maupun perempuan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya

pesisir. Karena itu COREMAP mempromosikan serta mendorong

kesetaraan peluang bagi laki-laki maupun perempuan untuk berperan

dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang

berbasis masyarakat ini.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

11.

1.5.10. Kemitraan

Pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang mencakup dimensi

yang luas dan bersentuhan dengan berbagai pemangku kepentingan,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Status interaksi antar

pemangku kepentingan sangat mempengaruhi proses dan hasil yang

dicapai dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Untuk memastikan

proses dan hasilnya bernilai manfaat utamanya bagi masyarakat, maka

relasi antar berbagai pemangku kepentingan harus berlangsung secara

harmonis dengan prinsip berperan produktif, profesional dan proporsional.

Potensi berbagai pemangku kepentingan perlu dikelola secara sistematis

agar terbangun konsolidasi dan sinergisitas yang konstruktif, dengan

begitu orientasi COREMAP untuk menjaga keseimbangan sumberdaya

ekonsistrem terumbu karang dalam meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

1.6. Strategi PBM COREMAP

1.6.1. Keterlibatan Berbagai Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan

Sumberdaya Terumbu Karang

Pelaksanaan kegiatan yang didukung COREMAP perlu melibatkan

pemangku kepentingan terutama nelayan dan masyarakat yang

hidupnya bergantung pada sumberdaya terumbu karang dan

sumberdaya lainnya. Pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu

karang tidak hanya terkait dengan tata cara pemanfaatan, tetapi juga

oleh hal-hal lain yang mempengaruhi tata cara pemanfaatan tersebut,

dimana kesemuanya itu melibatkan berbagai pemangku kepentingan

pada jenjang yang berbeda (nasional, provinsi, kabupaten dan desa),

antara lain pengambil kebijakan, perguruan tinggi, NGO, Pelaku usaha

perikanan, asosiasi nelayan, penegak hukum. Dengan begitu, kehadiran

pemangku kepentingan secara bersama-sama dengan mengetahui

peran dan fungsinya dalam konteks pengelolaan sumberdaya ekosistem

terumbu karang akan mempermudah terlaksananya sebuah model

pengelolaan yang responsif, berorientasi pada pemanfaatan

berkelanjutan dan mendorong proses pensejahteraan masyarakat

nelayan.

1.6.2. Keberlanjutan Usaha Nelayan Skala Kecil

Memberikan perlindungan terhadap usaha nelayan utamanya yang

berskala kecil dimaksudkan agar kebutuhan ekonomi keluarga nelayan

dapat terpenuhi secara permanen dan berkelanjuran, maka COREMAP

mendukung lima kegiatan utama untuk lebih mengarahkan nelayan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

12.

memperhatikan kelestarian lingkungan dan memberikan peluang untuk

meningkatkan pendapatannya, yaitu:

1) Pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah yang memberi

kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola terumbu karang di

wilayahnya.

2) Memfasilitasi proses penyusunan kesepakatan di antara masyarakat

dalam memanfaatkan sumberdaya umum secara bersama.

3) Penegakan hukum terhadap penangkapan ikan yang ilegal.

4) Pengembangan cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan

peningkatan nilai tambah hasil tangkapan untuk mengurangi tekanan

terhadap terumbu karang.

5) Pengembangan usaha alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap

terumbu karang.

1.6.3. Pengembangan Jejaring Kawasan Konservasi Laut di kabupaten

COREMAP dilaksanakan berdasarkan keberhasilan yang dicapai oleh

COREMAP fase I, dan inisiatif-inisiatif lain dalam pengelolaan berbasis

masyarakat di berbagai negara. Salah satu strategi yang dapat

memberikan hasil yang signifikan utamanya dalam upaya merehabilitasi,

melindungi dan mengelola sumberdaya ekosistem terumbu karang

secara berkelanjutan adalah dengan penetapan wilayah-wilayah

tertentu sebagai areal kawasan konservasi laut. Meskipun cakupan

arealnya terbilang masih sempit (tidak lebih dari 10 % dari rataan terumbu

karang), akan tetapi secara ekologis perubahan status biota dan

lingkungan perairan lebih baik, dan secara sosial masyarakat

mendapatkan pembelajaran mengenai tata cara pengelolaan

sumberdaya. COREMAP akan mendukung pengembangan kawasan

konservasi laut daerah di Kabupaten, dengan mengembangkan jaringan

antar kawasan-kawasan konservasi tersebut, “tabungan ikan”, dan

kawasan pemanfaatan lainnya. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan

produksi perikanan karang secara lestari, dan meningkatkan potensi

perikanan jangka panjang serta melindungi keanekaragaman hayati.

Jejaring kawasan konservasi laut tingkat daerah (DPL) dapat dilihat dari 2

(dua) perspektif, yaitu interaksi ekologis antar kawasan konservasi dan

interaksi institusi antar pengelola kawasan konservasi. Selain itu, COREMAP

mendukung upaya pengelolaan kawasan konservasi berbasis kolaboratif

manajemen, dimana para pengambil keputusan dalam pengelolaan

kawasan konservasi terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, seperti

instansi pemerintah (DKP, KSDA, dan pemerintah daerah), LSM (lokal,

nasional, dan internasional), sektor swasta (Pelaku usaha), perguruan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

13.

tinggi, masyarakat lokal, dll.

1.6.4. Pengelolaan Keuangan yang Bertanggungjawab

Kunci keberhasilan pemanfaatan dukungan sumberdaya keuangan bagi

pelaksanaan program baik di tingkat Kabupaten maupun Desa secara

efektif dan berdaya guna (tepat sasaran) adalah dengan pengelolaan

sumberdaya keuangan yang dilakukan secara tertib dan transparan.

Seluruh pelaku COREMAP harus mempelajari buku pedoman dan tata

cara penggunaan dana yang bertanggung jawab.

Dalam pengelolaan keuangan, segala jenis transaksi harus dilengkapi

dengan bukti penggunaan dananya, dan memenuhi kriteria yang

tercantum dalam buku pegangan manajemen keuangan. Kegagalan

untuk memenuhi kriteria tersebut akan mengakibatkan suatu klaim

menjadi tidak sah, yang dapat mengarah pada pembekuan sementara

dana-dana terkait pada penanggung jawab dana tersebut, dan akan

dicairkan apabila permasalahan tersebut dapat terselesaikan secara

tuntas.

Setiap pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dana

COREMAP akan diberikan pelatihan dalam administrasi, pelaporan dan

pengelolaan keuangannya. Semua pihak yang menerima tanggung

jawab pengelolaan keuangan dan sumber-sumber dalam program

COREMAP harus mematuhi kode etik (code of conduct) pelaksanaan

COREMAP.

1.6.5. Pengawasan dan Pemantauan

Pemantauan dan pengawasan yang efektif dapat terwujud apabila

dilakukan secara terus menerus di wilayah-wilayah yang menjadi obyek,

dan segera memberikan respon seketika pada saat terjadi tindakan yang

melanggar. Pihak yang paling relevan untuk memain peran ini adalah

masyarakat nelayan yang berdiam di sekitar sumberdaya. Peran

masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya

penciptaan lingkungan yang kondusif, memiliki keterbatasan-

keterbatasan, sehingga dalam hal-hal tertentu perlu mendapat

dukungan dari berbagai pihak, utamanya dari sistem dan perangkat

pengawasan yang telah ada. Untuk itu, COREMAP akan memediasi agar

pihak-pihak yang mengendalikan sistem dan perangkat pengawasan

(Polisi, Tentara, Jagawana, PPNS) untuk mengambil peran dalam sistem

COREMAP.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

14.

Dengan begitu, COREMAP dapat memberikan pelayanan dan fasilitasi

bagi kelompok nelayan yang akan berpartisipasi dalam mengatasi

praktek-praktek penangkapan ikan yang merusak lingkungan, melalui :

1. Proses pengawasan berbasis masyarakat (siswasmas), pengamatan

dan pelaporan,

2. Mendukung kegiatan operasional bagi aparat penegak hukum di

daerah,

3. Melaporkan nelayan perusak dan oknum (aparat pemerintah yang

bekerja di luar wilayah hukum mereka),

4. Melaporkan penyaluran dan penyimpanan bahan-bahan peledak

dan racun,

5. Meminta tindakan penegakan hukum oleh aparat terkait.

6. Terpadu dengan komponen Monitoring,Controlling and Surveilance

(MCS) menyelengggarakan pemantauan dan pengawasan berbasis

radio.

1.6.6. Pembangunan Pusat Informasi Masyarakat

Data dan informasi merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat

pesisir dan kepulauan agar dapat melakukan upaya atau tindakan yang

memberikan nilai manfaat, baik secara sosial, ekonomi maupun ekologis

terkait dengan pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang.

Informasi juga dapat membantu masyarakat dalam peningkatan

pengetahuan, pemahaman serta mendorong partisipasi mereka untuk

melakukan rehabilitasi, pemantauan dan pengawasan. Untuk itu,

COREMAP akan memfasilitasi perbaikan gedung atau tempat yang akan

dijadikan sebagai media penyedia data dan informasi bagi masyarakat.

Gedung ini akan dijadikan sebagai pusat informasi sekaligus sebagai

tempat bagi masyarakat untuk melakukan pertemuan atau kegiatan,

termasuk tempat menyajikan data-data perkembangan pengelolaan

dana-dana berbantuan COREMAP, baik untuk usaha ekonomi maupun

untuk pembangunan prasarana sosial atau pendukung pengelolaan

sumberdaya ekosistem terumbu karang. Secara berkala pemantauan

akan kondisi pusat informasi ini akan di pantau oleh Fasilitator Masyarakat

kemudian dilaporkan ke PMU. (lihat Lampiran 5)

1.7. Komponen PBM COREMAP

Tujuan komponen ini adalah untuk memberdayakan seluruh masyarakat

dan lembaga di pesisir pada kabupaten program agar mampu

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

15.

melaksanakan kerjasama pengelolaan terumbu karang dan ekosistem

terkait secara berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan dan

ketersediaan sumberdaya agar dapat dimanfaatkan terus menerus untuk

meningkatkan penghasilan dan pada gilirannya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Komponen PBM meliputi :

(1) Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari beberapa kegiatan utama,

yaitu : (i) pelatihan perikanan terumbu karang berkelanjutan, (ii)

pemasaran sosial pengelolaan terumbu karang berkelanjutan, penilaian

pedesaan secara cepat (Rapid Rural Assessment, RRA), (iii) studi banding

masyarakat dan kunjungan silang, (iv) fasilitasi desa dan bantuan teknis,

(v) pembentukan pusat informasi terumbu karang desa, dan (vi)

pembentukan jaringan radio;

(2) Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat, terdiri dari

beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) pengkajian dan pemetaan

sumberdaya secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal, PRA), (ii)

penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) dan

rancangan pengelolaan antar desa yang disahkan melalui peraturan

desa, (iii) pembentukan wilayah perlindungan laut desa untuk

mendukung RPTK, (iv) inventarisasi nelayan, perahu, peralatan, sarana

dan pengembangan pengelolaan perikanan, (v) kegiatan rintisan di

desa-desa terpilih, untuk menggantikan pemakaian peralatan

penangkapan ikan yang merusak, (vi) pemantauan terumbu karang dan

ekosistem terkait oleh masyarakat, (vii) kerjasama pengawasan dan

penegakan hukum (MCS), (viii) memberdayakan dan memperluas

wilayah pengelolaan oleh masyarakat;

(3) Pengembangan Masyarakat, terdiri dari beberapa kegiatan utama,

yaitu : (i) membentuk dan melaksanakan sistem pengelolaan keuangan

desa untuk mengelola dana masyarakat, (ii) bantuan teknis bagi

BMT/LKM (lembaga keuangan serupa) untuk membentuk cabang di

desa-desa program, (iii) mendukung perputaran kredit di tiap-tiap desa

untuk melaksanakan kegiatan mata pencaharian, (iv) peninjauan, revisi

dan pelaksanaan bantuan teknis untuk usulan kegiatan mata

pencaharian, (v) dana perbaikan desa, (vi) penyediaan mata

pencaharian alternatif di luar program desa;

(4) Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Kabupaten, terdiri dari

beberapa kegiatan utama, yaitu : (i) dukungan bagi pembentukan

Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kabupaten, (ii) membentuk

Unit Pengelola Program di kabupaten untuk mendukung kerjasama

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

16.

pengelolaan, (iii) mengembangkan Rancangan Strategis Sumberdaya

Kelautan Tingkat Kabupaten dan membentuk jaringan KKLD;

(5) Dukungan bagi Taman Laut, terdiri dari beberapa kegiatan utama,

yaitu : (i) memberdayakan kapasitas PHKA untuk mendukung kerjasama

pengelolaan wilayah perlindungan laut, (ii) pertukaran hasil

pembelajaran di antara pengelola taman laut, (iii) pemberdayaan

kerjasama pengelolaan taman laut nasional dan KSDA, yang meliputi (a)

pelatihan, (b) dukungan teknologi, (c) dukungan kerjasama penegakan

hukum, (d) peninjauan, revisi, dan sosialisasi rancangan pengelolaan

taman laut/ KSDA secara partisipatif.

Penjelasan tentang bagian-bagian dari PBM tersebut di atas, merupakan

hal-hal pokok yang akan menjadi pijakan dalam pelaksanaan PBM oleh

pihak atau pelaku yang akan terlibat, baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam struktur organisasi COREMAP. Pada bab berikutnya,

akan dideskripsikan peran dan tanggung jawab pelaku-pelaku COREMAP

secara sistematis dan berjenjang, mulai dari tingkat Nasional, Provinsi,

Kabupaten, Kecamatan sampai Desa.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

17

BAB II

FUNGSI DAN PERAN PELAKU COREMAP

2.1. Organisasi Pelaku COREMAP

Struktur organisasi COREMAP pada hakekatnya merupakan struktur

hierarki fungsional atau hubungan tugas, wewenang dan

tanggungjawab dari para pelaku COREMAP dalam rangka pelaksanaan

program. Struktur tersebut telah mempertimbangkan kebutuhan lingkup

kerja COREMAP serta sistem informasi yang akan digunakan. Agar struktur

yang dimaksud dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka perlu

adanya dukungan kemampuan berkomunikasi dan koordinasi dari tiap

unsur yang ada.

Disamping dukungan diatas maka yang lebih penting adalah

bagaimana setiap unsur atau pelaku yang terlibat dalam struktur tersebut

mampu memahami, melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-

masing. Tugas dan tanggung jawab setiap pelaku dapat dilihat dalam

Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

18

Pelaku utama COREMAP adalah masyarakat selaku pengambil

keputusan di desa. Sedangkan pelaku-pelaku di tingkat kecamatan,

kabupaten dan seterusnya lebih berfungsi sebagai fasilitator, pembimbing

dan pembina agar tujuan, prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan

mekanisme COREMAP dapat tercapai, dipenuhi dan dilaksanakan

secara benar dan konsisten.

National

Coordination UnitKonsultan

Nasional

Komite Pengarah

Nasional

Regional

Coordination Unit

Project

Management

Unit

Senior Fasilitator Training dan

Penyuluhan (SETO)

CCEBKonsultan Kabupaten

Fasilitator Masyarakat

(FM)

LPSTK

Motivator Desa (MD)

Kelompok Masyarakat

Bidang Produktif

Kelompok Masyarakat

Bidang KonservasiKelompok Masyarakat

Bidang Pemb. Perempuan

Pusat

Propinsi

BUPATI

CAMAT

DPRD

PEMDES BPD

Desa

GUBERNU

R

Komite Teknis

Nasional

Taman

Nasional/KSDA

Keterangan:

—————— : Garis Komando

- - - - - - - - - : Garis Koordinasi

Gambar 1. Tata Hubungan Kerja Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

19

Keterangan:

—————— : Garis Komando

- - - - - - - - - : Garis Koordinasi

Gambar 2. Struktur Kelembagaan Pengelolaan Berbasis Masyarakat COREMAP

Struktur Kelembagaan dan Tata Hubungan Kerja Kelembagaan COREMAP

A. Struktur kelembagaan COREMAP berdasarkan hirarki fungsional

terbagi menjadi 5 tingkatan, yakni Nasional, Provinsi, Kabupaten,

Kecamatan dan Desa.

B. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Nasional terdiri atas Komite

Pengarah (National Steering Committee/NSC), Komite Teknis (National

National Coordinating

Unit (NCU)Individual / Firm

Consultants

Panitia Pengarah

National

Regional

Coordinating Unit

Project Management

Unit (PMU)

Senior Fasilitator

(SETO)

Taman

Nasional/KSDAConsultant Firms

Fasilitator

Masyarakat (FM)Lembaga Pengelola Sumberdaya

Terumbu Karang (LPSTK)

Motivator Desa

(MD)

KelompokMasyarakatBidangProduksi

KelompokMasyarakatBidangKonservasi

Kelompok MasyarakatBidangPemb. Perempuan

Pengarah Teknis

Nasional

DewanPemberdayaan

MasyarakatPesisir

NPIU

LIPI

NPIU

PHKA

Komite Pengarah

Daerah

Nasional

Propinsi

Kabupaten

Kecamatan

Desa

Bid.CBM

Asd.CBM

National Coordinating

Unit (NCU) Nasional

Konsultan

Panitia Pengarah

National

Regional

Coordinating Unit

Project Management

Unit (PMU)

Senior Fasilitator

(SETO)

Taman

Nasional/KSDA Kabupaten Konsultan

Fasilitator

Masyarakat (FM)Lembaga Pengelola Sumberdaya

Terumbu Karang (LPSTK)

Motivator Desa

(MD)

KelompokMasyarakatBidangProduksi

KelompokMasyarakatBidangKonservasi

Kelompok MasyarakatBidangPemb. Perempuan

Pengarah Teknis

Nasional

DewanPemberdayaan

MasyarakatPesisir

NPIU LIPI

NPIU

PHKA

Komite Pengarah

Daerah

Nasional

Propinsi

Kabupaten

Kecamatan

Desa

Bid.CBM

Asd.CBM

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

20

Technical Committee/NTC), dan National Coordinating Unit (NCU)

sebagai pengelola COREMAP Tingkat Nasional.

1. NSC Memberikan arahan-arahan kebijakan kepada NTC dan NCU

dalam pengembangan rehabilitasi pengelolaan terumbu karang

dan pengelolaan COREMAP.

2. NTC memberikan arahan-arahan teknis kepada NCU dalam

penetapan kebijakan pengelolaan COREMAP.

3. NCU menetapkan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam

pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional berdasarkan arahan-

arahan yang diberikan oleh NCS dan NTC.

4. NCU memberikan arahan-arahan kebijakan pengelolaan terumbu

karang dan pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional ke

pengelola COREMAP Tingkat Provinsi (RCU).

5. NCU memberikan instruksi ke PMU Tingkat Kabupaten untuk

menjabarkan kebijakan pengelolaan COREMAP di Tingkat

Nasional.

6. Pengelolaan COREMAP di Tingkat Nasional oleh NCU dibantu

secara teknis oleh individual dan atau lembaga konsultan.

7. Pengelolaan keuangan COREMAP di kelembagaan NCU

dikoordinir oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pusat.

C. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Provinsi terdiri atas Komite

Pengarah Provinsi (Provincial Advisory Committe-PAC), dan Regional

Coordinating Unit (RCU) sebagai pengelola COREMAP Tingkat Provinsi.

Dalam pelaksanaannya, peran Gubernur akan memberikan

dukungan untuk efektifitas peran dan fungsi kelembagaan COREMAP

di tingkat provinsi. Hubungan tata kerja kelembagaan digambarkan

sebagai berikut :

1. Gubernur akan memfasilitasi koordinasi lintas instansi dalam lingkup

pemerintahan provinsi dan Bupati-Bupati lokasi COREMAP dalam

rangka evaluasi dan optimalisasi pelaksanaan COREMAP di

daerah-daerah lokasi.

2. PAC memberikan masukan-masukan kepada Gubernur untuk

mempertimbangkan dukungan kebijakan dan anggaran.

3. PAC memberikan arahan-arahan kebijakan kepada RCU dalam

pengembangan rehabilitasi pengelolaan terumbu karang dan

pengelolaan COREMAP di Tingkat Provinsi.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

21

4. RCU memberikan arahan-arahan kebijakan pengelolaan terumbu

karang dan pengelolaan COREMAP di Tingkat Provinsi ke

pengelola COREMAP Tingkat Kabupaten.

5. RCU melaporkan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan

pengelolaan COREMAP yang ditempuh di Tingkat Provinsi kepada

Gubernur selaku Kepala Pemerintahan Provinsi.

6. Pengelolaan keuangan COREMAP di kelembagaan RCU dikoornidir

oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Provinsi.

7. Melaksanakan kegiatan MCS, Pendidikan, Penyadaran Masyarakat

dan Kemitraan Bahari.

D. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Kabupaten terdiri dari Dewan

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (CCEB), UPT Taman Nasional

Laut/KSDA, dan Project Management Unit (PMU) sebagai pengelola

COREMAP Tingkat Kabupaten. Dalam pelaksanaannya Bupati dan

DPRD akan memberikan dukungan untuk efektifitas peran dan fungsi

kelembagaan COREMAP. Hubungan tata kerja kelembagaan

COREMAP digambarkan sebagai berikut :

1. CCEB melakukan konsultasi kepada DPRD dan Bupati untuk

mendapatkan input tentang kebijakan-kebijakan pengelolaan

terumbu karang dan COREMAP di Tingkat Kabupaten.

2. CCEB memberikan arahan kebijakan-kebijakan yang ditempuh

oleh PMU dalam pengelolaan COREMAP di Tingkat Kabupaten.

3. Taman Nasional Laut/KSDA memberikan arahan teknis yang terkait

proses implementasi COREMAP di lokasi-lokasi Taman Nasional Laut

di Tingkat Kabupaten.

4. PMU menjabarkan secara teknis kebijakan-kebijakan yang

pengelolaan COREMAP yang telah ditetapkan oleh pengelola

COREMAP di Tingkat Nasional (NCU) serta arahan-arahan yang

diberikan oleh CCEB dan Taman Nasional Laut/KSDA.

5. PMU memberikan instruksi pelaksanaan COREMAP kepada

pengelola COREMAP di Tingkat Desa berdasarkan kebijakan

pengelolaan COREMAP yang sudah dijabarkan secara teknis.

6. PMU melaporkan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan

pengelolaan COREMAP yang ditempuh di Tingkat Kabupaten

kepada Bupati selaku Kepala Pemerintahan Kabupaten.

7. Pengelolaan COREMAP di Tingkat Kabupaten oleh PMU dibantu

secara teknis oleh individual dan atau lembaga konsultan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

22

8. Pengelolaan keuangan COREMAP di kelembagaan PMU

dikoordinir oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kabupaten.

E. COREMAP di Tingkat Kecamatan dikelola oleh Senior Extension and

Training Officer (SETO).

1. SETO adalah individu-individu yang direkrut dan dikoordinir

langsung oleh PMU.

2. SETO menjalankan kebijakan-kebijakan pengelolaan COREMAP

sesuai dengan penjabaran dari PMU.

3. SETO bertanggungjawab kepada PMU dan mengkordinasikan

program-program lainnya dengan Pemerintahan Kecamatan

sehingga tercipta kegiatan yang sinergis.

4. SETO mengkonsultasikan kebijakan-kebijakan pengelolaan

COREMAP kepada PMU dan mengkoordinasikannya dengan

Kepala Pemerintahan Kecamatan (CAMAT).

5. CAMAT melakukan koordinasi dengan pemerintah desa dalam

rangka memperlancar pelaksanaan COREMAP.

6. SETO dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh tenaga Fasilitator

Masyarakat yang bekerja di Tingkat Desa.

7. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa berkoordinasi

dengan pemerintah desa dan BPD dalam pelaksanaan COREMAP.

F. Kelembagaan COREMAP di Tingkat Desa dikelola Lembaga Pengelola

Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK).

1. LPSTK adalah lembaga yang mengkoordinir teknis pelaksanaan

COREMAP yang dijalankan oleh kelompok-kelompok masyarakat

(Pokmas) di Tingkat Desa.

2. LPSTK melakukan konsultasi kepada Badan Perwakilan Desa (BPD)

dan Pemerintah Desa untuk mendapatkan arahan tentang

pelaksanaan COREMAP di Tingkat Desa.

3. LPSTK memberikan arahan, bimbingan dan asistensi kepada

Pokmas dalam pelaksanaan COREMAP di lapangan.

4. LPSTK melapor dan mengkonsultasikan pelaksanaan COREMAP

yang dijalankan oleh Pokmas kepada Kepala Desa selaku Kepala

Pemerintahan Desa.

5. LPSTK dalam menjalanakan tugasnya dibantu oleh tenaga SETO,

Fasilitator Masyarakat, serta tenaga Motivator Desa yang direkrut

dari unsur masyarakat.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

23

6. POKMAS sebagai pelaksana teknis program COREMAP terdiri atas

Bidang Produksi, Bidang Konservasi dan Bidang Pemberdayaan

Perempuan.

7. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya, Pokmas akan

mendapat bantuan dan fasilitasi dari SETO, Fasilitator Masyarakat,

Motivator Desa dan kelembagaan desa lainnya (seperti;

pemerintah desa dan BPD).

2.2. Pelaku COREMAP di Desa

Pelaku COREMAP di desa merupakan pelaku-pelaku yang berkedudukan

atau memiliki wilayah kerja di desa. Fungsi dan Peran pelaku COREMAP di

desa sebagai berikut:

2.2.1. Fasilitator Masyarakat (CF=Community Facilitator)

Fasilitator Masyarakat adalah pihak yang diangkat secara khusus oleh

PMU untuk mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan

pengelolaan berbasis masyarakat COREMAP di lokasi-lokasi terpilih.

Fasilitator Masyarakat akan bertugas selama masa kontrak dan

berkedudukan di Desa / Pulau.

2.2.1.1. Kriteria

1) Berpendidikan minimal SMU dengan pengalaman 7 tahun, atau D-3

dengan pengalaman 5 tahun, atau S-1 dengan pengalaman

minimal 3 (tiga) tahun melakukan program pemberdayaan

masyarakat pesisir dan kepulauan atau program sejenis,

2) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat,

3) Memiliki kemampuan teknik fasilitasi masyarakat,

4) Memiliki kemampuan mendisain dan melakukan pelatihan dan

kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat,

5) Memahami kondisi sosial dan budaya masyarakat lokasi dimana akan

ditempatkan,

6) Memiliki kemampuan berkoordinasi dengan berbagai pelaku

COREMAP pada tingkat desa hingga kecamatan,

7) Memiliki kemampuan membuat perencanaan dan pelaporan

kegiatan,

8) Bersedia bekerja penuh waktu dan tinggal dalam waktu yang lama di

lapangan (Kecamatan / Desa / Kampung), dan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

24

9) Lebih diutamakan yang menguasai bahasa dan budaya lokal.

2.2.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas

1) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan SETO,

2) Melakukan sosialisasi kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat

COREMAP kepada masyarakat,

3) Mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan

materi sosialisasi terkait dengan kegiatan pengelolaan berbasis

masyarakat,

4) Memfasilitasi proses pengangkatan Motivator Desa,

5) Memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok masyarakat

(Pokmas),

6) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk peningkatan

kemampuan sumberdaya LPSTK dan kelompok masyarakat,

7) Memfasilitasi dan melakukan pelatihan / penyuluhan bagi

masyarakat,

8) Memfasilitasi proses pengangkatan Reef Watcher,

9) Memfasilitasi proses pembentukan LPSTK,

10) Mengindentifikasi kebutuhan untuk pertemuan dan lokakarya di

tingkat masyarakat,

11) Memfasilitasi LPSTK dalam proses pembuatan Rencana Pengelolaan

Terumbu Karang (RPTK)

12) Memfasilitasi proses penentuan Daerah Perlindungan Laut (village

sanctuary),

13) Mengindentifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk pelaksanaan dan

pengembangan mata pencaharian alternatif,

14) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan

prasarana sosial pendukung RPTK,

15) Membantu penyusunan proposal untuk usaha ekonomi dan

pembangunan prasarana sosial,

16) Mengidentifikasi kebutuhan administrasi serta pengelolaan keuangan

LPSTK dan Pokmas,

17) Memfasilitasi Pokmas dan LPSTK dalam penyiapan rencana program

untuk mengimplementasikan RPTK,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

25

18) Melakukan proses monitoring dan evaluasi atas semua kegiatan

berbasis masyarakat,

19) Memfasilitasi dan membantu pengambilan data perikanan dan hasil

perdagangannya (Community Led Fisheries,CREEL), dan berkoordinasi

dengan Dinas Kelautan dan Perikanan,

20) Memfasilitasi koordinasi dengan komponen MCS, CRITC, PA,

MCA/MPA, SDM dan Kelembagaan di tingkat Desa,

21) Memfasilitasi dan membantu Kepala Desa dan BPD dalam dalam

membuat peraturan desa untuk mendukung pelaksanaan RPTK dan

sistem pengawasan sumberdaya perikanan terumbu karang, dan

22) Membuat laporan pelaksanaan dan perkembangan program

pengelolaan berbasis masyarakat secara berkala.

Tanggung Jawab

1) Menyampaikan maksud dan tujuan pengelolaan berbasis

masyarakat COREMAP kepada masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya di tingkat Desa,

2) Menyampaikan informasi secara benar dan tepat kepada

masyarakat,

3) Bersama masyarakat menetapkan kriteria Motivator Desa dan

terpilihnya Motivator yang sesuai dengan kualifikasi,

4) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan motivator,

5) Mendampingi Pokmas-Pokmas dalam menjalankan fungsinya

6) Meningkatkan kemampuan sumberdaya Pokmas dan masyarakat,

7) Memberikan asistensi reef watcher dalam menjalakan tugasnya,

8) Memberikan asistensi dan menyediakan kebutuhan LPSTK

menjalankan fungsi,

9) Melakukan dan memfasilitasi pertemuan dan lokakarya,

10) Melakukan dan memfasilitasi pelatihan-pelatihan masyarakat,

11) Membantu Pokmas dan LPSTK dalam menjalankan administrasi dan

manajemen keuangan,

12) Membantu LPSTK dan masyarakat dalam mengimplementasikan

RPTK,

13) Memfasilitasi LPSTK dan LPSTK dalam pelaksanaan mata pencaharian

alternatif dan Seed Fund Desa serta pembangunan infrastruktur desa,

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

26

14) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

pengelolaan berbasis masyarakat serta memberikan rekomendasi-

rekomendasi. Monitoring dan pemantauan tahunan dilakukan

dengan menggunakan model pendataan yang ada pada lampiran

monev,

15) Mengirim kumpulan data sumberdaya perikanan dan hasil

perdagangannya ke SETO serta Dinas Kelautan dan Perikanan, dan

16) Menciptakan mekanisme koordinasi antar komponen program

dengan semua stakeholder pengelolaan berbasis masyarakat di

tingkat desa.

2.2.2. Kepala Desa dan BPD

Fungsi dan peran Kepala Desa adalah sebagai pembina dan pengendali

kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan COREMAP di desa. Untuk

mendukung pelaksanaan COREMAP, Kepala Desa bersama-sama BPD

akan memberikan konsultasi kepada LPSTK dalam proses penyusunan

rencana pengelolaan terumbu karang. Untuk memperkuat pelaksanaan

rencana pengelolaan terumbu karang, maka Kepala Desa dan BPD akan

untuk membuat Peraturan Desa (Perdes) tentang RPTK dan sistem

pengawasan sumberdaya ekosistem terumbu karang berbasis

masyarakat.

2.2.3. Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK)

Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) adalah suatu

organisasi yang terdiri dari wakil-wakil pokmas ditambah dengan

Motivator Desa. Pembentukan LPSTK ini difasilitasi oleh Fasilitator

Masyarakat dengan melibatkan Pemerintah desa dan BPD. LPSTK

bertanggung jawab kepada masyarakat dan PMU. LPSTK mempunyai

peran memberikan dukungan operasional kepada Pokmas khususnya

untuk meningkatkan kinerja Pokmas pada masing-masing sesuai bidang

kipahnya.

LPSTK terdiri dari anggota kelompok masyarakat yang dipilih melalui

musyawarah desa, yang secara umum mempunyai fungsi dan peran

mengelola kegiatan yang didanai oleh COREMAP. Struktur organisasi

LPSTK terdiri dari Ketua, sekretaris, dan bendahara masing-masing memiliki

tugas dan tanggung jawab sendiri (lihat Lampiran 4).

Adapun tugas LPSTK antara lain sebagai berikut :

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

27

1) Menerima dan menyalurkan dana bantuan desa untuk

pembangunan prasarana sosial (village grant fund) kepada

masyarakat,

2) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan Pokmas

3) Membukukan penggunaan dana bantuan

4) Membantu pembuatan RPTK terpadu

5) Membantu mengatasi penyelesaian Pokmas bermasalah

6) Melakukan pemeriksaan pembukuan Pokmas (mingguan, bulanan

dan tahunan)

7) Berperan sebagai tim verifikasi dalam memeriksa usulan proposal

Pokmas

8) Membantu melakukan identifikasi seluruh potensi dan

mengembangkan investasi usaha Pokmas

9) Membantu menyeleksi lembaga keuangan penyalur Seed Fund Desa

dan Village Grant

10) Mengevaluasi kinerja kerja Motivator Desa dan melakukan pelaporan

ke PMU,

11) Mengelola Pusat Informasi masyarakat, dan

12) Membuat pelaporan pelaksanaan RPTK kepada pemerintah desa.

2.2.4. Kelompok Masyarakat (Pokmas)

Kelompok Masyarakat (Pokmas) adalah suatu organisasi atau kelompok

masyarakat desa yang telah ada atau yang sengaja dibentuk di Desa.

Pokmas berfungsi sebagai wadah aspirasi, pikiran dan tujuan bersama

untuk memudahkan diseminasi informasi atau melibatkan sejumlah

masyarakat di Desa. Pokmas-pokmas ini disesuaikan dengan kebutuhan

lokal berdasarkan masukan dari masyarakat desa. Dalam pelaksanaan

program COREMAP, pokmas yang telah ada diharapkan berperan aktif

dalam kegiatan COREMAP. COREMAP bisa juga mendukung penyusunan

Pokmas baru.

Penguatan Pokmas adalah suatu proses meningkatkan kemampuan dan

peran suatu kelompok masyarakat ke arah bidang kegiatan tertentu

(konservasi, produksi, peningkatan peran dan kemampuan perempuan),

agar dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pengelolaan terumbu

karang. Pembentukan Pokmas adalah suatu proses membentuk

kelompok atau organisasi masyarakat agar memiliki peran dan fungsi

pada salah satu bidang tertentu, di mana bidang-bidang tersebut tidak

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

28

bersifat kaku artinya bahwa masyarakat bisa menjadi anggota pada

lebih dari satu bidang.

2.2.5. Motivator Desa (MD)

Motivator Desa (MD) adalah pihak yang pilih dan diangkat oleh

masyarakat setempat secara demokratis sebanyak 2 (dua) orang, yang

terdiri dari 1 (satu) orang laki-laki dan 1 (satu) orang perempuan dalam

kerangka memperlancar pelaksanaan pengelolaan berbasis masyarakat

COREMAP. Motivator Desa akan bertugas selama masa kontrak dan

berkedudukan di Desa / Pulau.

2.2.5.1. Kriteria

1) Perempuan dan laki-laki,

2) Berpendidikan minimal SMP,

3) Sehat jasmani dan rohani,

4) Memiliki dedikasi yang tinggi untuk mendukung COREMAP,

5) Memiliki minat dan bakat untuk memberikan motivasi kepada

masyarakat agar berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan COREMAP,

6) Calon harus penduduk desa setempat,

7) Dapat diterima secara sosial oleh masyarakat,

8) Dalam 3 (tiga) bulan terakhir tidak melakukan tindakan tercela

termasuk melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya yang

merusak, dan

9) Target 30 persen partisipasi wanita sebagai Motivator Desa

2.2.5.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas

1) Membantu Fasilitator Masyarakat dan SETO dalam mengumpulkan

bahan-bahan untuk pembuatan materi sosialisasi,

2) Membantu dan bersama-sama Fasilitator Masyarakat melakukan

sosialisasi pengelolaan berbasis masyarakat COREMAP,

3) Membantu Fasilitator Masyarakat menyusun kriteria pembentukan

LPSTK, Pokmas dan Reef Watcher,

4) Membantu dan bersama-sama Fasilitator Masyarakat memfasilitasi

pembentukan LPSTK, Pokmas dan pengangkatan Reef Watcher,

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

29

5) Memfasilitasi pertemuan-pertemuan LPSTK dan Pokmas,

6) Membantu dan melakukan penyuluhan serta pelatihan peningkatan

kapasitas bagi LPSTK dan Pokmas,

7) Memfasilitasi penyusunan rencana kerja LPSTK dan kelompok

masyarakat,

8) Mengidentifikasi kebutuhan informasi bagi LPSTK, Pokmas dan

masyarakat umum,

9) Memfasilitasi dan membantu LPSTK dalam membuat PRA, RPTK dan

penetapan Daerah Perlindungan Laut (village sanctuary),

10) Membantu Pokmas-Pokmas mengindentifikasi usulan kegiatan untuk

memperoleh dana bantuan desa untuk pembangunan prasarana

sosial (village grant), dan dana bantuan untuk revolving fund melalui

Seed Fund Desa,

11) Membantu LPSTK dan Pokmas dalam merumuskan dan penyelesaian

masalah, yang dihadapi, dan

12) Membuat laporan pelaksanaan dan perkembangan kegiatan LPSTK

dan Pokmas secara berkala.

Tanggung Jawab

1) Meminimalkan kendala teknis dan budaya yang mungkin dihadapi

oleh Fasilitator Masyarakat,

2) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan LPSTK

dan Pokmas,

3) Membantu Fasilitator dan SETO dalam pembuatan PTK,

4) Memastikan Rencana kerja tersusun atas dasar kebutuhan LPSTK,

Pokmas dan masyarakat,

5) Menyediakan informasi yang dibutuhkan Pokmas-Pokmas terkait

dengan rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang, usaha-usaha

produktif dan pasar,

6) Memberikan informasi yang terkait dengan pengelolaan Daerah

Perlindungan Laut,

7) Membantu Fasilitator Masyarakat dan SETO untuk mempersiapkan

bahan-bahan Pusat Informasi Masyarakat,

8) Membantu masyarakat dalam proses pelaksanaan pekerjaan

pembangunan prasarana sosial dan pengembangan mata

pencaharian alternatif, dan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

30

9) Dapat berperan sebagai Fasilitator Masyarakat apabila sedang tidak

berada ditempat (Desa lokasi COREMAP) dan atau masa kerja

Fasilitator Masyarakat telah selesai.

2.3. Pelaku COREMAP di Kecamatan

Pelaku COREMAP II di kecamatan merupakan pelaku-pelaku yang

berkedudukan atau memiliki wilayah kerja lingkup kecamatan dalam satu

wilayah yang berdekatan misalnya kelompok pulau, atau satu

Kecamatan. Beberapa pihak karena tugasnya berada di kecamatan

dan memiliki peran yang dapat memperlancar pelaksanaan COREMAP,

seperti Camat.

2.3.1. Camat

Camat akan berkoodinasi dengan SETO dan pemangku kepentingan

dalam rangka memperlancar proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

COREMAP di Kecamatan. Secara berkala, Camat memberikan masukan-

masukan atas pelaksanaan program yang disampaikan pada forum-

forum konsultasi yang dilaksanakan oleh PMU atau CCEB.

2.3.2. Pelatih dan Penyuluh Senior (Senior Extension and Training Officer)

Senior Extension and Training Officer (SETO) adalah pihak yang diangkat

secara khusus oleh PMU untuk mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan

pengelolaan berbasis masyarakat di lokasi-lokasi COREMAP. SETO akan

bertugas selama masa kontrak. SETO berkoordinasi dengan PMU dan

Camat. Ruang lingkup area pekerjaan tergantung dengan kondisi lokal

lokasi program.

2.3.2.1. Kriteria

1) Berpendidikan S-1 dalam bidang kelautan, perikanan, lingkungan,

sosial, komunikasi, ekonomi, hukum dan humaniora dan atau memiliki

pengalaman minimal 5 (lima) tahun melakukan program

pemberdayaan masyarakat pesisir dan kepulauan atau program

sejenis,

2) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat,

3) Memiliki kemampuan teknik fasilitasi masyarakat,

4) Memahami kondisi sosial dan budaya masyarakat lokasi COREMAP,

5) Memiliki kemampuan mendisain dan melakukan pelatihan dan

kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat lainnya,

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

31

6) Memiliki kemampuan berkoordinasi dengan berbagai pelaku

COREMAP pada berbagai jenjang,

7) Memiliki kemampuan membuat perencanaan dan pelaporan

kegiatan,

8) Diutamakan yang dapat menggunakan bahasa lokal,

9) Bersedia bekerja penuh waktu dan tinggal dalam waktu yang lama di

lapangan (Kecamatan / Desa / Kampung).

10) Target Partisipasi perempuan sebagai SETO adalah 30 persen.

2.3.2.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas

1) Mengkoordinir kerja Fasilitator Masyarakat,

2) Memfasilitasi dan melakukan penyuluhan dan pelatihan peningkatan

kapasitas / kemampuan Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa

secara berkala,

3) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan PMU dan NCU,

4) Bersama-sama dengan PMU melakukan verifikasi proposal dana

bantuan untuk pembangunan prasarana sosial di Desa,

5) Berkoordinasi dengan Camat dalam merencanakan kegiatan-

kegiatan untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan berbasis

masyarakat di Desa-Desa,

6) Membantu LPSTK melakukan verifikasi proposal dana bantuan untuk

revolving fund / Seed Fund Desa (bergulir)

7) Memfasilitasi dan membantu Motivator Desa dalam penyusunan RPTK

dan penentuan Daerah Perlindungan Laut (Village Sanctuary),

8) Memantau dan mengevaluasi proses pemanfaatan dana bantuan

untuk revolving fund dan pembangunan prasarana sosial,

9) Memfasilitasi proses koordinasi dengan komponen MCS, CRITC, PA,

MCA/MPA, SDM dan Kelembagaan di tingkat Desa,

10) Memberikan konsultasi kepada Fasilitator Masyarakat, Motivator Desa

dan Pokmas dalam melakukan pendataan sumberdaya perikanan

dan hasil perdagangannya,

11) Memfasilitasi dan membantu Kepala Desa, BPD dan LPSTK dalam

membuat peraturan desa untuk mendukung pelaksanaan RPTK dan

sistem pengawasan sumberdaya perikanan terumbu karang,

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

32

12) Memfasilitasi proses konsultasi dan persetujuan peraturan desa

(PERDES) di tingkat desa dan Kabupaten, dan

13) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan perkembangan

program secara berkala.

Tanggung Jawab

1) Mengasistensi penyusunan rencana kerja Fasilitator Masyarakat,

2) Memfasilitasi rangkaian proses pengelolaan berbasis masyarakat,

mulai dari tahap pra perencanaan, perencanaan, pelaksanaan

sampai pada tahap monitoring dan evaluasi,

3) Memberikan penguatan terhadap kapasitas dan kemampuan

Fasilitator Masyarakat, Motivator serta pokmas,

4) Mengoptimalkan sistem koordinasi desa ke PMU dan NCU agar

pelaksanaan program berjalan dengan efektif dan efisien,

5) Mensosialisasikan kriteria pemanfaatan dana bantuan untuk Seed

Fund Desa dan pembangunan prasarana sosial ,

6) Mensosialisasikan mekanisme pemantauan dan pengawasan dana

bantuan untuk Seed Fund Desa dan pembangunan prasarana sosial,

7) Menyediakan kebutuhan Motivator Desa dalam menfasilitasi

masyarakat dan LPSTK dalam PRA, penyusunan RPTK dan penentuan

Daerah Perlindungan Laut (village sanctuary),

8) Mengirim kumpulan data sumberdaya perikanan dan hasil

perdagangannya ke PMU, Dinas Kelautan Dan Perikanan untuk

dianalisis,

9) Memfasilitasi berjalannya sistem dan mekanisme koordinasi dengan

komponen lain dalam program, dan

10) Mendistribusikan informasi pelaksanaan dan perkembangan program

PBM ke PMU, NCU dan pihak terkait lainnya.

2.4. Pelaku COREMAP di Kabupaten

Dalam kerangka otonomi daerah peran Kabupaten sebagai daerah

otonom menjadi sangat vital dan strategis, karena berbagai kebijakan

perencanaan, anggaran dan pelaksanaan program akan diputuskan.

Sumberdaya ekosistem terumbu karang sebagai obyek yang akan

direhabilitasi, diproteksi dan dikelola terletak di wilayah yurisdiksi

Kabupaten, dengan demikian otoritas pelaksanaan COREMAP

Kabupaten di bawah koordinasi nasional, secara intensif akan berupaya

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

33

untuk mewujudkan model pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu

karang yang dapat dirasakan manfaatnya secara ekologis (kelestarian)

dan secara ekonomis (peningkatan kesejahteraan masyarakat).

Untuk kepentingan tersebut, maka dipilih 7 (tujuh) Kabupaten di wilayah

Indonesia bagian Timur sebagai lokasi pilot COREMAP, yaitu (1)

Kabupaten Sikka (NNT), (2) Kabupaten Pangkep (Sulsel), (3) Kabupaten

Selayar (Sulsel), (4) Kabupaten Buton (Sultra), (5) Kabupaten Wakatobi

(Sultra), (6) Kabupaten Biak, dan (7) Kabupaten Raja Ampat sebagai

lokasi COREMAP dengan beberapa pertimbangan :

1) Keanekaragaman sumberdaya hayati ekosistem terumbu karang,

2) Luasan terumbu karang,

3) Ketergantungan masyarakat setempat terhadap sumberdaya

ekosistem terumbu karang, dan

4) Minat dari pemerintah daerah untuk mengelola wilayah pesisir dan

laut secara berkesinambungan.

Pelaku COREMAP di Kabupaten adalah aparat pemerintah dan

pemangku kepentingan lainnya dengan fungsi dan peran sebagai

berikut :

2.4.1. Bupati

Bupati merupakan pembina: (i) Dewan Pemberdayaan Masyarakat

Pesisir (atau lembaga sejenis) Kabupaten, (ii) PMU serta

bertanggungjawab atas pelaksanaan COREMAP di tingkat kabupaten.

Bupati secara berkala melakukan pertemuan dengan PMU untuk

mengevaluasi proses dan perkembangan COREMAP. Bupati akan

memberikan supervisi dan advise dalam kerangka meningkatkan kinerja

PMU, melakukan optimasi pelaksanaan program dan mengefektifkan

koordinasi antar pemangku kepentingan. Dalam waktu-waktu tertentu,

Bupati akan melakukan rapat dengar pendapat dan berkonsultasi

dengan DPRD untuk mempersiapkan dukungan bagi pelaksanaan

COREMAP, baik dari sisi kebijakan maupun anggaran.

2.4.2. Dewan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Coastal Community

Empowerment Board)

Coastal Community Empowerment Board (CCEB) terdiri dari instansi

terkait, dan perwakilan pemangku kepentingan lainnya (Masyarakat,

LSM, Perusahaan swasta, perguruan tinggi, perempuan ) yang diwakili

secara berimbang, dibentuk oleh Bupati untuk melakukan pembinaan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

34

pengembangan peran serta masyarakat, pembinaan administrasi dan

fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada seluruh tahapan program.

CCEB juga berfungsi dalam memberikan dukungan koordinasi program

antar instansi, pelayanan dan proses administrasi di kabupaten. Dalam

melaksanakan fungsi dan perannya, CCEB dibantu oleh PMU COREMAP

Kabupaten. Fungsi dan tugas CCEB dalam COREMAP adalah sebagai

berikut :

1) Memberikan masukan/saran dalam penyusunan kebijakan dan

Rencana Strategis (Renstra) pengelolaan terumbu karang di

Kabupaten;

2) Mereview dan memberikan masukan rencana kerja tahunan yang

disusun oleh Unit Pengelola Program (PMU) sebelum diajukan kepada

DPRD;

3) Memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan COREMAP;

4) Menganalisis kemajuan yang dicapai dan opini publik mengenai

COREMAP;

5) Melaksanakan koordinasi dengan program-program sejenis;

6) Memantau kemajuan pelaksanaan program di kabupaten; dan

7) Memberikan dukungan informasi mengenai pengelolaan kepada

DPRD, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

2.4.3. Unit Pengelola Program (Program Management Unit)

Program Management Unit (PMU) adalah struktur organisasi COREMAP II

di kabupaten. PMU berperan dalam memfasilitasi proses perencanaan,

pelaksanaan dan pelestarian COREMAP di wilayahnya agar dapat

berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan

mekanisme COREMAP. PMU di setiap Kabupaten terdiri dari unsur-unsur

Dinas KP, Bappeda, KSDA atau Taman Nasional Laut terkait serta instansi

lain terkait. Secara khusus mereka akan dibantu oleh tim konsultan yang

akan mendukung kegiatan PMU selama beberapa waktu sampai tim PMU

berjalan sesuai pedoman yang telah ditetapkan.

Secara rinci PMU bertanggung jawab dan berfungsi :

1) Melaksanakan kebijakan dan rekomendasi CCEB

2) Mempersiapkan rencana kerja dan anggaran tahunan (sesudah

mendapat persetujuan dari CCEB)

3) Mengkoordinasikan keseluruhan program

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

35

4) Mengelola anggaran, administrasi, pemantauan dan evaluasi.

5) Mengadakan Sosialisasi di wilayah program

6) Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan (keuangan dan fisik)

ke NCU

7) Mempersiapkan strategi untuk mengatasi hal-hal yang berpotensi

menimbulkan masalah dalam pelaksanaan program

8) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan program

2.5. Pelaku COREMAP di Provinsi

Pelaku COREMAP di Provinsi adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan di

provinsi.

Pelaku COREMAP di provinsi adalah :

2.5.1. Gubernur

Gubernur merupakan penanggungjawab pelaksanaan COREMAP di

provinsi yang berfungsi dan berperan membina pelaksanaan lintas

kabupaten. Gubernur secara berkala akan memberikan supervisi dan

advise kepada RCU dalam kerangka meningkatkan kinerja,

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan di bawah koordinasi

RCU dan mengefektifkan sistem koordinasi lintas Kabupaten. Pada waktu-

waktu tertentu, Gubernur akan melakukan pertemuan terbatas dengan

para Bupati/Walikota untuk mengevaluasi perkembangan program di

daerah, melakukan rapat dengar pendapat dengan DPRD untuk

membahas dukungan yang perlu diberikan untuk mengefektifkan

pelaksanaan program, dan juga melakukan pertemuan dengan institusi

penegak hukum terkait dengan kondisi keamanan di wilayah perairan

serta aktifitas pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang.

2.5.2. Unit Koordinasi Provinsi (Regional Coordinating Unit)

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi berfungsi dan berperan dalam

melakukan pemantauan dan evaluasi program, serta melaksanakan

kegiatan pendidikan,penyadaran masyarakat, dan kemitraan bahari dan

pelaksanaan MCS seperti pengawasan berbasis dinas, patroli gabungan

dan sistem pengawasan berbasis masyarakat (SISWASMAS) yang

dikembangkan di kabupaten dan desa. Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi bisa diikutsertakan atas permintaan dari Pusat atau Kabupaten,

dan bersedia mendukung dengan SDM yang berkompetensi sesuai

dengan kebutuhan dimasing-masing kabupaten. Dinas KP akan dibantu

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

36

dalam koordinasi kegiatan yang bersifat lintas kabupaten oleh Bappeda

Provinsi.

2.6. Pelaku COREMAP di Pusat

Pelaku COREMAP adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan atau

memiliki wilayah kerja di tingkat nasional. Pelaku COREMAP di pusat terdiri

dari :

2.6.1. Komite Pengarah (Steering Committee – SC)

Komite Pengarah bertanggung jawab dan berfungsi untuk:

1) Memberikan arahan kepada Komite Teknis dalam pengembangan

kebijakan yang terkait dalam bidang rehabilitasi dan pengelolaan

terumbu karang;

2) Memberikan arahan kepada Komite Teknis dan Pengelola Program

dalam pelaksanaan COREMAP II;

3) Melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Komite Teknis

COREMAP II; dan

4) Melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja Komite Teknis COREMAP

II

2.6.2. Komite Teknis (Technical Committee – TC)

Komite Teknis bertanggung jawab dan berfungsi untuk:

1) Memberikan bimbingan dan pembinaan teknis pelaksanaan

COREMAP II kepada Pengelola Program;

2) Menetapkan kebijakan dan arahan teknis kepada Pengelola Program

COREMAP II sesuai dengan komponen teknisnya;

3) Memfasilitasi pelaksanaan program baik di pusat maupun daerah;

4) Melakukan koordinasi dengan Komite Pengarah;

5) Melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja Kantor Pengelola

Program;

6) Melakukan koordinasi dengan Komite Pengarah; dan

7) Melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja Kantor Pengelola

Proyek.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

37

2.6.3. Unit Koordinasi Nasional (National Coordination Unit)

Fungsi dan perannya adalah melakukan pembinaan kepada Tim

COREMAP di Provinsi dan Kabupaten yang meliputi pembinaan teknis

dan administrasi, melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di

pusat, pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut pelaksanaan

COREMAP di pusat dan daerah. Dalam melaksanakan fungsi dan

perannya NCU dibantu oleh sekretariat COREMAP.

2.6.4. Konsultan

Status konsultan bersifat individual dan institusi (perusahaan). Konsultan

yang berstatus institusi akan dipimpin oleh seorang ketua tim (Project

Management Advisory) dan didukung oleh beberapa staf profesional

(tenaga spesialis). Fungsi dan perannya adalah menyediakan keahlian

yang diperlukan oleh PBM dan pelaku COREMAP lainnya dalam

menjalankan proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan

implementasi COREMAP secara nasional sesuai dengan prinsip-prinsip,

kebijakan, prosedur dan mekanisme COREMAP.

Konsultan yang direkrut akan membantu pelaksanaan COREMAP dalam

bidang keuangan, mata pencaharian alternatif, pengadaan barang dan

jasa, serta bidang teknis.

Organisasi dan pelaku COREMAP yang dijelaskan diatas adalah

pelaksana kegiatan-kegiatan, baik bersifat teknis maupun non teknis.

Organisasi dan kelembagaan diharapkan konsisten dalam menjalankan

program ini, sehingga program dapat berjalan dan mencapai hasil sesuai

dengan tujuan serta targetnya. Penjabaran secara rinci perihal tahapan

dan tata cara pelaksanaan pengelolaan terumbu karang yang berbasis

masyarakat akan dibahas pada bab selanjutnya.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

38

BAB III

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

BERBASIS MASYARAKAT

Siklus Pengelolaan Berbasis Masyarakat terdiri atas 6 tahapan yaitu persiapan,

praperencanaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi

(P5E). Setiap tahap berbeda jangka waktu dan tingkat kompleksitasnya,

tergantung kepada kapasitas masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan

di setiap tahap.

3.1. Persiapan

Persiapan merupakan kegiatan PBM di tingkat nasional maupun

kabupaten. Tahapan ini meliputi; (i) penyusunan rencana dan sosialisasi

program, (ii) perekrutan SETO dan Fasilitator Masyarakat (Community

Facilitator), (iii) pelatihan, (iv) kegiatan-kegiatan penyusunan rencana

program dan sosialisasi program dari tingkat nasional sampai ke tingkat

desa. Pada tahap ini juga dilakukan rekruitmen konsultan, SETO dan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

39

Fasilitator Masyarakat berikut penempatannya. Tahapan persiapan terdiri

dari :

3.1.1. Penyusunan Rencana dan Sosialisasi Program

Konsep program PBM disusun oleh komponen PBM di tingkat nasional

dengan mengacu kepada panduan COREMAP, pembelajaran

COREMAP I dan program lain yang sejenis serta dokumen Pedoman

Umum Pengelolaan Terumbu Karang, Pedoman Umum COREMAP II,

Perjanjian Pinjaman dengan Bank Dunia, Perjanjian Pinjaman Kredit

dengan IDA/IBRD, Perjanjian Hibah dengan GEF, Dokumen Penilaian

Proyek, Dokumen Rencana Pelaksanaan Proyek (PIP), serta dokumen

kebijakan pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat yang ada.

Luaran dari rencana dari program PBM ini adalah tersedianya Pedoman

PBM ini beserta dokumen pendukung kegiatan PBM lainnya, yang

dilanjutkan dengan sosialisasi ke kabupaten sampai dengan tingkat desa

calon lokasi PBM.

Maksud pokok tahap ini adalah menawarkan dan bersama-sama

dengan kabupaten untuk merencanakan program PBM yang dilanjutkan

oleh PMU Kabupaten ke masing-masing desa calon lokasi. Tahap

perencanaan akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, untuk

melakukan penggalangan input dan pengkayaan materi-materi

perencanaan, sehingga diperoleh hasil yang bersifat akomodatif dan

berdasarkan kebutuhan ril. Dalam tahap sosialisasi akan dikaitkan konsep

program PBM yang telah disusun dengan hasil diskusi bersama

masyarakat nelayan dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui

sosialisasi ini diupayakan terwujudnya kondisi masyarakat yang betul-betul

siap menerima dan menjalankan komponen PBM pada Program

COREMAP. Sosialisasi ini ditujukan untuk memperoleh dukungan penuh

dari Pemerintah Desa, para tokoh kunci dan masyarakat setempat.

Sosialisasi dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan

mengenai konsepsi dasar, tujuan, sasaran, prinsip-prinsip, kebijakan, serta

proses dan mekanisme pelaksanaan COREMAP melalui berbagai forum di

tingkat pusat maupun daerah.

Tahap sosialisasi ini dipandang penting dalam mendukung keberhasilan

proses dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap-tahap berikutnya.

Tahap ini perlu dimanfaatkan oleh seluruh pelaku COREMAP di semua

tingkatan sebagai upaya untuk mendorong partisipasi dan pengawasan

dari semua pihak. Dengan demikian, maka semua pelaku PBM memiliki

pemahaman yang sama mengenai PBM.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

40

3.1.2. Perekrutan SETO dan Fasilitator Masyarakat

Keberhasilan program COREMAP akan ditentukan oleh profesionalisme

dan dedikasi dari SETO dan tim Fasilitator. Kualifikasi yang tepat akan

menguntungkan dalam proses pengangkatannya. Untuk menunjang

keberhasilan PBM, maka SETO dan Fasilitator Masyarakat akan diberikan

sejumlahn pelatihan sambil bekerja dan PMU.

Proses pengangkatan SETO dan Fasilitator Masyarakat mengacu kepada

prosedur dan ketentuan yang berlaku, yaitu pengiklanan, penyaringan,

mengundang untuk wawancara dan proses wawancara. Selanjutnya,

para pelamar yang telah terpilih dalam proses rekruitmen akan

mendapatkan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan

peningkatan pengetahuan tentang COREMAP II.

3.1.3. Pelatihan

SETO dan Fasilitator Masyarakat yang direkrut serta staf PBM kabupaten,

akan mengikuti tiga kegiatan pelatihan, yaitu pengelolaan perikanan

karang secara berkelanjutan, pemasaran sosial pengelolaan terumbu

karang berkelanjutan, dan PRA.

(a) Pelatihan Pengelolaan Perikanan Karang Secara Berkelanjutan

Perikanan terumbu karang merupakan sektor yang paling produktif. Jika

dikelola dengan baik, dapat menjadi sumberdaya yang dapat terbaharui

yang mampu menyediakan kebutuhan protein dan sumber makanan

yang murah bagi kurang lebih 60 juta manusia yang hidup di wilayah

pesisir.

Pelatihan ini akan memberikan informasi awal kepada SETO dan Fasilitator

Masyarakat yang selanjutnya akan didiseminasikan kepada pemangku

kepentingan pada semua tingkatan tentang alternatif dan kelebihan

serta kekurangan dari strategi pengelolaan, yang dilihat dari sudut

pandang nelayan, manajer sumberdaya dan organisasi lingkungan.

Pelatihan diselenggarakan oleh PMU, diberikan dalam bentuk kursus

singkat yang dilengkapi dengan dukungan informasi secara penuh,

seperti buku saku, video dan sesi diskusi, selain juga checklist dan latihan

penilaian pribadi yang akan dapat dipakai untuk mengetahui

pemahaman peserta tentang berbagai masalah dan pilihan.

Setelah pelatihan seluruh peserta diharapkan dapat memahami

mengapa COREMAP memfokuskan diri pada pengelolaan perikanan

terumbu karang berkelanjutan, relevansinya bagi masyarakat dan sarana

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

41

yang dapat dipergunakan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan

dan terumbu karang dengan lebih baik.

(b) Pelatihan Pemasaran Sosial Terumbu Karang secara Berkelanjutan

Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memperdalam kemampuan tim

PBM COREMAP dalam menarik perhatian kelompok-kelompok

masyarakat untuk mengerti kebutuhan dan menjadi berminat dalam

mengelola sumberdaya perikanan dan ekosistem terumbu karang.

Pelatihan pemasaran sosial dapat dilaksanakan di setiap kabupaten oleh

satu tim ahli pemasaran sosial yang dikontrak PMU. Pelatihan ini akan

dimulai dengan pembahasan peran pemasaran sosial atau kampanye

penyebarluasan dalam rangka mempermudah suatu perubahan dalam

masyarakat.

Pelatihan pemasaran sosial ini menawarkan suatu pendekatan baru

dalam rangka mendorong usaha pelestarian dan pengelolaan

berkelanjutan di wilayah pesisir Indonesia dengan menggunakan

kekayaan alam Indonesia sebagai landasan untuk membangun rasa

bangga terhadap usaha-usaha pengelolaan dan pelestarian.

Pelatihan ini akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menyepakati wilayah sasaran

b) Identifikasi visi dan tujuan kampanye

c) Menentukan kelompok sasaran

d) Identifikasi kunci emosional (emotional key)

e) Menentukan spesies sasaran

f) Slogan kampanye

g) Identifikasi pesan-pesan kunci

h) Melakukan penelitian (penelitian penerapan) pasar

Peserta akan melakukan langsung semua langkah dan mengunakan alat

peraga yang tepat untuk mencapai target. Kegiatan yang akan

dilaksanakan selama pelatihan ini antara lain adalah:

a) Penampilan dan menganalisa kuesioner survei, focus group

discussion (FGD) dan software seperti Survei Pro (yang mudah

dipakai dan sangat mempermudahkan analisa data kuesioner,

b) Penyiapan dan penerapan siaran pers,

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

42

c) Pembuatan panggung boneka,

d) Lagu lagu anak ,

e) Komik tentang pengelolaan,

f) Lagu popular,

g) Khotbah,

h) Papan iklan,

i) Kegiatan sesuai dengan ciri khas masing masing wilayah (dongeng,

drama dsb).

Para peserta akan dipilih dengan menggunakan kriteria yang jelas,

termasuk di antaranya kriteria berikut ini: (i) Pengalaman bekerja dalam

jangka panjang di masyarakat di kabupaten; (ii) Menunjukkan

kemampuan sebagai fasilitator atau pelatih dan (iv) Kesediaan untuk

bekerja dalam waktu yang lama di lapangan. Dua atau tiga wakil-wakil

media juga akan ikut serta dalam pelatihan serta memberikan laporan

tentang kegiatan lapangan yang dilaksanakan setelah pelatihan.

(c) Pelatihan Participatory Rural Appraisal (PRA)

Bersamaan dengan menumbuhkan kesadaran masayarakat dan distribusi

informasi, melalui proses sosialisasi COREMAP merupakan kesempatan

yang ideal untuk mengumpulkan data/informasi terbaru dari nelayan dan

nara sumber lain yang ada di desa. Pengumpulan informasi ini dilakukan

dengan menggunakan metode PRA oleh tim yang dibentuk. Informasi

yang diperoleh akan disampaikan kepada PMU untuk masukan

penyusunan draft pertama “Rencana Strategis Pengelolaan Sumberdaya

Laut Kabupaten”.

Tujuan dari pelatihan ini untuk menjamin Tim PBM memahami metode

(alat/cara) pengumpulan data yang akan digunakan selama masa

sosialisasi dan untuk menstandardisasi data-data yang akan dikumpulkan

untuk diolah ole PMU. Pelatihan ini akan menerapkan metode-metode

tersebut dan mendiskusikan pengalaman-pengalaman Tim PBM

menggunakan beberapa metode di bawah ini :

1) Melaksanakan wawancara semi-struktural

2) Mengadakan rapat-rapat desa

3) Mengamati sejarah desa terutama yang berkaitan dengan

perkembangan perikanan tangkap, migrasi ikan dan trend hasil

tangkapan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

43

4) Memetakan daerah tangkapan terutama ikan karang (diatas peta

yang disiapkan oleh PMU) setiap bulannya, diikuti dengan nelayan

individu dengan metode penangkapan yang berbeda.

5) Kalender musiman untuk berbagai bentuk/garis nelayan termasuk

reef gleaners, penjual kayu bakar, pria dan wanita.

6) Jadwal harian untuk nelayan, khususnya reef gleaners dan pria,

wanita pada umumnya.

Bahan-bahan untuk penerapan PRA dalam Perencanaan dapat dilihat

pada Lampiran 16.

3.1.4. Pengkajian dan Sosialisasi Awal

PBM COREMAP memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk

mendapatkan data yang diperlukan dan menciptakan perencanaan

yang baik. Pelaksana program harus menyepakati informasi apa saja

yang dibutuhkan untuk menciptakan pengelolaan wilayah terumbu

karang secara berkelanjutan dan mengoptimalkan hasil penangkapan

serta daya dukung lingkungan karang untuk generasi ini dan masa

depan.

Pengkajian dan sosialisi awal memberikan kesempatan pertama kepada

pelaksana PBM COREMAP ini dan mengunjungi lokasi COREMAP serta

membuat sosialisasi dan pengkajian selama tinggal di setiap desa.

Tujuan kegiatan ini adalah melakukan pengumpulan data dan

pengkajian kondisi ekologi dan sosial secara obyektif untuk dijadikan

bahan-bahan dalam menetapan strategi dan rencana implementasi

PBM. Pada saat yang bersamaan dilakukan sosialisasi program kepada

pihak-pihak yang memiliki relevansi dan yang potensial untuk berkostribusi

pada program.

Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam proses pengkajian dan sosialisasi

awal adalah :

1) Aparat desa-kepala desa, SEKDES, Bendahara Kampung

2) Perwakilan dari BPD

3) Pastur, Imam, Pendeta

4) Pelaku usaha kunci dan anggota masyarakat yang berpengaruh

5) Perwakilan dari nelayan.

6) Guru sekolah yang ada di desa

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

44

7) Kelompok PKK, and Posyandu

8) Organisasi di Desa (contoh, lembaga simpan pinjam, BMT, kelompok

nelayan dan kelompok petani),

9) Pemuda dan pemudi.

Tahapan dan Strategi Kegiatan :

1) Mempersiapkan pertemuan secara informal dengan masyarakat

dan pemangku kepentingan lainnya,

2) Melakukan diskusi intensif dengan materi-materi yang terfokus

dengan menggunakan metode FGD, kuisioner dan wawancara,

3) Mencatat dan mendokumentasikan hasil-hasil yang diperoleh,

4) Menganalisis hasil-hasil dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan

untuk penyusunan rencana dan strategi implementasi PBM.

(a) Rapid Rural Appraisal (RRA)

(i) Pengkajian Potensi dan Status Sosial Ekonomi Desa Secara Cepat

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan, menganalisis dan

memetakan potensi dan status sosial ekonomi masyarakat untuk

mengenali deskripsi situasi obyektif desa lokasi COREMAP. Data dan

informasi desa yang dibutuhkan adalah :

1) Organisasi Desa

2) Kelompok Masyarakat yang ada

3) LSM setempat

4) Pimpinan Masyarakat

5) Masalah dan Potensi Desa

6) Pentingnya berbagai kegiatan ekonomi

7) Perubahan mata pencaharian musiman

Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini adalah

masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, seperti Kepala Desa,

anggota BPD, rohaniawan, pimpinan kelembagaan sosial, pokmas

yang telah exist

Tahapan, strategis dan metode yang dipergunakan di dalam kegiatan

ini adalah:

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

45

1) Pengumpulan data dan informasi melalui pertemuan formal

dengan aparat dan tokoh desa

2) Penggalian pengetahuan dan pandangan masyarakat melalui

diskusi kelompok, dengan kelompok wanita, nelayan, anak-

anak, petani dan pedagang

3) Wawancara pribadi semi-struktural dengan pemangku

kepentingan utama dan kunjungan rumah secara acak

4) Identifikasi lokasi penangkapan pada peta yang telah

disiapkan

5) Kalender musim bagi nelayan, petani dan wanita

6) Sejarah desa dari berbagai sumber

7) Kunjungan langsung dengan nelayan

8) Pemantauan Sosial Ekonomi Masarakat Pesisir:

- Kondisi Sosek Penduduk

- Kegiatan Penangkapan Ikan

- Pemantauan Sumberdaya Alam Non-ikan

- Indikator Kemakmuran Rumah Tangga

- Pengkajian Sikap Individu

- Pemantauan Hasil Tangkapan Ikan

Hasil dari RRA dan peta sketsa masyarakat ini akan dievaluasi oleh tim

PMU dan dikombinasikan dengan data yang telah ada (hasil survey

LSM, penelitian Universitas, data sekunder dari instansi yang ada di kabupaten) dan digunakan untuk menyusun draft pertama strategic

plan pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang Kabupaten.

(ii) Penggalian Persepsi Masyarakat Tentang Status Ikan dan Terumbu

Karang

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,

pandangan dan respon masyarakat terhadap kondisi sumberdaya

ekosistem terumbu karang, bentuk dan pola pemanfaatannya.

Untuk mengetahui hal-hal yang dimaksud, maka Tim PBM akan

mengadakan diskusi intensif dengan berbagai nelayan, untuk

mengidentifikasi berbagai aktivitas mereka, terutama yang terkait

dengan aktivitas penangkapan. Berbagai pendekatan akan dilakukan

untuk merangkul mereka dalam melaksanakan kegiatan.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

46

Interview akan mencakup beberapa perwakilan dari nelayan yang

menggunakan alat yang berbeda untuk mengetahui :

1) Wilayah penangkapan (dibuat oleh nelayan dalam peta yang

telah dipersiapkan sebelumnya, menurut jenis dan musim),

Kecenderungan penangkapan (cpue);

2) Alasan-alasan kenapa mereka menggunakan alat tangkap

tersebut (bila mereka menggunakan alat tangkap baru, apa

alasan penggunaan alat baru? Apa alat tangkap

sebelumnya?);

3) Lokasi dengan potensi khusus (lokasi pemijahan, nursery ground,

dsb.);

4) Lokasi yang memiliki potensi unik secara ilmiah;

5) Wilayah yang secara khusus dipengaruhi oleh pihak-pihak luar;

6) Perpindahan nelayan musiman dari wilayah lain; dan

7) Identifikasi praktek penangkapan illegal oleh nelayan asing,

tetangga desa dan nelayan setempat.

Hasil survei ini akan diserahkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan

untuk disusun oleh PMU, bersama dengan seluruh data sekunder yang

tersedia yang berhasil diperoleh dari berbagai sumber seperti : jasa

selam, LSM, industri perikanan, dan perguruan tinggi setempat untuk

membuat konsep peta potensi perikanan yang terfokus pada wilayah

penangkapan, dan semua titik penting di dalam peta kabupaten.

Peta tersebut akan dibagikan kepada masyarakat yang ingin

berpartisipasi di dalam Program COREMAP untuk membantu mereka

di dalam menentukan lokasi wilayah kritis yang perlu pengelolaan dan

bagi yang ingin terlibat di dalam pembuatan keputusan manajemen.

Karena proses perencanaan dan pengelolaan dilaksanakan untuk

setiap kelompok masyarakat, wilayah penangkapan, terumbu karang,

padang lamun dan bakau, pemerintah kabupaten akan membentuk

sistem pengelolaan laut yang terkoordinasi untuk seluruh wilayah

kabupaten.

(b) Studi Banding untuk Tokoh Kunci dalam Pengelolaan (Pro dan Kontra)

Pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan merupakan

konsep yang relatif baru di Indonesia, untuk itu perlu memberikan

kesempatan untuk mengajak nelayan turut mendukung pengelolaan

tersebut melalui pemahaman masyarakat terhadap tujuan COREMAP.

Berdasarkan alasan ini, beberapa tokoh dari desa akan diikutsertakan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

47

dalam kegiatan studi banding ke beberapa lokasi agar mereka dapat

melihat manfaat dari suatu bentuk pengelolaan terumbu karang

berkelanjutan.

Kriteria Seleksi Lokasi Tujuan Studi Banding

Lokasi tujuan studi banding sebaiknya memiliki kesamaan karakteristik

dengan lokasi COREMAP di Indonesia, seperti habitat (perikanan karang),

kegiatan penangkapan (skala kecil dan menengah), keberhasilan dan

kegagalan suatu pengelolaan (perijinan, zonasi, pembatasan alat

tangkap, dll). Berdasarkan pertimbangan ini, dapat ditetapkan lokasi

kegiatan tersebut baik di dalam maupun di luar negeri.

Kriteria Seleksi Peserta

Peserta studi banding adalah orang-orang yang paling berpengaruh

diantara para nelayan dan pemangku kepentingan lainnya. Adapun

kriteria seleksi peserta diantaranya :

1) Anggota masyarakat setempat yang mempunyai komitmen

terhadap COREMAP

2) Bersedia mengikuti kegiatan studi banding secara penuh

3) Minimal 30% adalah perempuan

4) Bersedia menyebarluaskan hasil-hasil studi banding terutama

kepada pemangku kepentingan COREMAP.

3.1.5. Pembangunan Pusat Informasi Masyarakat

Tujuan pembangunan pusat informasi adalah agar masyarakat dapat

mengakses dengan mudah informasi-informasi yang secara khusus terkait

dengan aktifitas kenelayanan maupun informasi yang bersifat umum.

Pusat informasi juga akan menyediakan informasi tentang perkembangan

kegiatan-kegiatan COREMAP utamanya pemanfaatan dana bantuan

untuk Seed Fund Desa dan pembangunan prasarana sosial pendukung

pengelolaan terumbu karang.

Untuk hal tersebut, COREMAP akan menyediakan dana sebesar Rp.

10.000.000 (sepuluh juta rupiah) setiap Desa untuk melakukan renovasi

atau perbaikan gedung/tempat selanjutnya akan dijadikan sebagai

pusat informasi bagi masyarakat.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

48

Strategi dan Tahapan Pelaksanaannya

1) Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa akan memfasilitasi LPSTK

untuk menentukan tempat yang akan dijadikan sebagai pusat

informasi,

2) LPSTK akan mengkordinasikan dengan pemilik tempat/gedung,

Kepala Desa dan BPD untuk menetapkan statusnya,

3) Apabila gedung/tempat yang dimaksud adalah milik masyarakat,

maka yang bersangkutan akan membuat pernyataan kesediaannya

untuk menjadikan gedung/tempatnya sebagai pusat informasi bagi

masyarakat,

4) Apabila gedung/tempat yang dimaksud adalah milik pemerintah,

maka Kepala Desa akan membuat surat keputusan atau berita

acara penetapan gedung/tempat sebagai pusat informasi bagi

masyarakat,

5) Selanjutnya dibentuk panitia renovasi gedung pusat informasi,

6) Panitia akan meneliti kondisi gedung, dan selanjutnya menyusun

perencanaan renovasi dan anggarannya,

7) Rencana renovasi dan anggaran yang telah disusun oleh panitia,

diajukan kepada Kepala Desa untuk disetujui,

8) Rencana renovasi dan anggaran yang telah disetujui oleh Kepala

Desa diteruskan ke PMU atas fasilitasi Fasilitator Masyarakat dan SETO

untuk diverifikasi dan mendapatkan persetujuan,

9) Setelah PMU menyetujui usulan tersebut, maka PMU akan

memerintahkan pencairan dana melalui rekening LPSTK,

10) Panitia akan menunjuk pihak yang akan melakukan renovasi

gedung, dan

11) Setelah kegiatan renovasi telah selesai, maka LPSTK akan membuat

laporan pelaksanaan dan pengelolaan keuangan melalui asistensi

Fasilitator Masyarakat dan SETO, kemudian diserahkan kepada PMU.

3.2. Pra - Perencanaan

3.2.1. Pembuatan Peta Rencana Strategis Pengelolaan Ekosistem

Terumbu Karang Berkelanjutan

Sebagai langkah awal dalam proses perencanaan PBM COREMAP

adalah penyediaan data dan informasi tentang obyek-obyek yang

menjadi fokus perencanaan. Untuk itu, PMU akan melakukan

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

49

pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ekosistem terumbu

karang. Status data yang akan digunakan adalah data sekunder dan

primer. Data-data yang dibutuhkan mencakup peta potensi sumberdaya

ekosistem terumbu karang, dan model-model pengelolaannya. Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai pihak seperti :

� Data perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, provinsi,

kabupaten maupun perusahaan perikanan;

� Peta-peta dan laporan-laporan Proyek MREP;

� Atlas pesisir dan laut;

� Hasil penelitian dari Perguruan Tinggi, LSM dan organisasi lain yang

peduli terhadap ekosistem terumbu karang;

� Titik posisi (GPS) tempat penyelaman utama dari operator selam

lokal;

Peta dasar yang akan digunakan dalam PRA berskala 1 : 50.000 yang

disediakan oleh PMU. Peta-peta dimaksud akan digandakan untuk

disediakan bagi Tim PBM selama melakukan sosialisasi Rapid Rural

Assessment. PMU juga akan melakukan pendigitasian data yang

dikumpulkan dari para nelayan yang merupakan hasil PRA.

Sementara untuk data primer, diperoleh dari pengukuran dan

pengambilan data yang mencakup rataan terumbu karang dan daratan

pulau. Untuk melakukan pengukuran data dibutuhkan peta dasar

sebagai acuan atau pembanding dalam proses pembuatan peta pada

setiap wilayah desa/pulau. Pembuatan peta akan dilakukan bersama-

sama (partisipatoris), dengan melibatkan masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya yang intensif berinteraksi secara sosial, ekonomi

dengan wilayah yang akan dipetakan. Tim PBM bertugas memfasilitasi

dan membantu masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam

pembuatan peta. Obyek-obyek yang akan dipetakan adalah, wilayah

daratan pulau yang meliputi tata jalan, tata pemukiman, tata bangunan

pemerintahan (kantor), tata bangunan sosial (peribadatan dan makam),

tata bangunan ekonomi, tata vegetasi pantai/darat, serta wilayah rataan

terumbu karang yang meliputi biota yang terkandung pada perairan

mulai dari garis pantai sampai dengan garis slope.

Hasil yang diperoleh berupa peta tematik dengan tema-tema tertentu,

seperti peta sebaran terumbu karang, peta pemukiman, peta wilayah

penangkapan, dan lain sebagainya, akan dikembangkan oleh PMU

dalam penyajian informasi tentang sumberdaya ekosistem terumbu

karang di atas peta. Peta tersebut akan menjadi dasar untuk

membangun rancangan awal Rencana Strategis Pengelolaan Ekosistem

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

50

Terumbu Karang Berkelanjutan. Data dasar dan peta tersebut akan

disesuaikan secara berkala melalui program COREMAP. Selanjutnya

didesiminasi kepada kepala desa, LPSTK dan stakeholder terkait.

Untuk memperkuat hasil pengkajian dan pemetaan tersebut, akan

dilakukan pembaruan data dan informasi secara berkala. Untuk itu, PMU

dan tim PBM akan melakukan sebuah kegiatan pengumpulan dan

pengkajian data sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya terkait

dengan pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang dengan

menggunakan pendekatan atau metode PRA (participatory rural

appraisal atau pengkajian kondisi desa / kampung secara partisipatif).

3.2.2. Mempersiapkan Rekrutment Motivator Desa

Motivator Desa (Village Motivator) adalah anggota masyarakat desa

setempat yang menjadi panutan dan mempunyai bakat kepemimpinan,

serta motivasi untuk membangun desa, yang dipilih oleh masyarakat

untuk membantu Fasilitator Masyarakat dalam membimbing dan

memotivasi masyarakat agar mampu berperan aktif dalam kegiatan

pengelolaan terumbu karang secara lestari.

Calon Motivator Desa akan dipilih oleh masyarakat dengan masukan dari

SETO dan Fasilitator Masyarakat yang melakukan sosialisasi dan

pengkajian awal terlebih dahulu. Seleksi ini akan dilakukan sesuai kriteria

yang disepakati dan disetujui masyarakat. Hasil seleksi motivator oleh

masyarakat akan ditetapkan oleh Kepala Desa. Motivator Desa akan

dikontrak oleh PMU COREMAP untuk membantu pelaksanaan kegiatan

Pengelolaan Berbasis Masyarakat di desa.

Strategi Pemilihan Motivator Desa

1. Susun Kerangka Acuan untuk Motivator Desa.

2. Penentuan pemenang didasarkan pada perolehan jumlah suara yang

terbanyak.

3. Masing-masing Pokmas atau anggota masyarakat mengajukan calon

sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

Isi Kerangka Acuan

⇒ Tugas dan tanggung jawab Motivator

Desa

⇒ Syarat-syarat untuk menjadi Motivator

Desa

⇒ Proses pemilihan dan penetapan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

51

4. Sebelum dilakukan pemilihan, Fasilitator Masyarakat akan menjelaskan

secara rinci tentang tugas dan tanggung jawab Motivator Desa.

5. Kandidat menyampaikan pendapatnya tentang terumbu karang,

program PBM -COREMAP, dan program-program yang akan

dilaksanakan untuk mengembangkan masyarakat, agar para pemilih

dapat menilai kemampuan dan kesungguhan masing-masing calon.

6. Sebelum dilakukan proses pemilihan, pastikan bahwa para calon

bersedia untuk dipilih dan telah memenuhi persyaratan seperti yang

tertuang di dalam Kerangka Acuan.

7. Proses pemilihan secara demokratis.

8. Motivator yang dipilih di setiap desa sebanyak 2 orang, 1 orang laki-

laki dan 1 orang perempuan.

9. Kukuhkan hasil pemilihan dengan Keputusan Kepala Desa.

10. Motivator yang terpilih akan dikontrak oleh PMU dan dievaluasi kinerja

kerjanya setiap tahun

3.2.3. Pembekalan Tim Lapangan (Motivator Desa)

SETO bertanggung jawab menyiapkan Tim Lapangan di beberapa desa

berdekatan. Melalui Pelatihan PBM yang diselenggarakan PMU, masing-

masing SETO akan mempersiapkan peralatan pelatihan (toolkit) yang

telah disepakati akan dipakai dalam rangka persiapan Tim Lapangan.

Pembekalan Motivator Desa dimaksudkan untuk meningkatkan

pengetahuan COREMAP, kemampuan dan efektivitas Motivator dalam

melaksanakan tugasnya.

Hasil yang diharapkan dari pembekalan Motivator Desa adalah agar

mereka memahami tugas dan tanggung jawab yang harus diemban

tentang Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang,

permasalahan lingkungan, kepemimpinan, manajemen, dan tentang

cara-cara memberikan motivasi kepada masyarakat untuk hidup

produktif dan ramah lingkungan.

Bahan dan alat yang diperlukan (toolkit)

� Bahan pelatihan Pengelolaan Terumbu Karang Secara Berkelanjutan

� Bahan pelatihan Pemasaran Sosial

� Bahan pelatihan toolbox pengelolaan berbasis masyarakat

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media lainnya

� Alat tulis

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

52

� Brosur

� Film/slide

� Buku referensi yang lain

Strategi pelaksanaan

1. Pelaksana pelatihan adalah SETO dan Fasilitator Masyarakat dengan

difasilitasi oleh PMU COREMAP Kabupaten.

2. Peserta pelatihan adalah Motivator Desa dari seluruh desa lokasi

kegiatan PBM.

3. Tempat pelaksanaan di desa-desa lokasi COREMAP yang berdekatan,

secara bergiliran.

4. Materi pelatihan mencakup aspek-aspek:

⇒ Pendampingan masyarakat

⇒ Lingkungan dan masalahnya

⇒ Program COREMAP

⇒ Pengorganisasian masyarakat

⇒ Kepemimpinan dan motivasi

⇒ Manajemen Kelompok

5. Dalam penyampaian makalah digunakan bahasa yang mudah

dipahami peserta.

6. Agar peserta pelatihan dapat berperan aktif, adakan diskusi kelompok

untuk membahas materi yang telah disampaikan.

7. Selain pemutaran film/slide dan penggunaan alat peraga, lengkapi

kegiatan pelatihan dengan studi lapangan.

8. Pada akhir kegiatan pelatihan, lakukan evaluasi untuk mengetahui

tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang telah diberikan

dan bagaimana kesiapan mereka dalam membantu Fasilitator

Masyarakat.

9. Modul yang akan digunakan adalah :

⇒ Pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan

⇒ Strategi kampanye / pemasaran sosial

⇒ PRA

⇒ Pengelolaan keuangan kelompok di desa

⇒ Pengelolaan Wilayah Terumbu Karang Berbasis Masyarakat

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

53

⇒ Pengelolaan Konflik

⇒ Penguatan kelembagaan desa

⇒ Keselamatan di laut

⇒ Peran perempuan dalam pengelolaan berbasis masyarakat

Pembekalan tim lapangan akan berlangsung terus menerus selama PBM

COREMAP berlangsung di desa.

Ada juga pelatihan yang akan diselenggarakan oleh pihak ketiga,

misalnya pemantauan sensus ikan dan terumbu karang, pengelolaan

keuangan desa, penguatan lembaga keuangan mikro dan dukungan

teknis untuk mengkaji usulan secara teknis.

3.3. Perencanaan Berbasis Masyarakat

Prinsip utama pengelolaan berbasis masyakat adalah, masyarakat harus

terlibat secara aktif dalam kegiatan pengelolaan mulai dari penyusunan

rencana, pelaksanaan, pemantauan, pelaksanaan, hingga evaluasi

terhadap hasil-hasil yang dicapai. Oleh karena itu, masyarakat, Motivator

Desa, Fasilitator Masyarakat dan SETO merupakan pelaksana utama

COREMAP sejak tahap awal.

Kegiatan perencanaan diawali dengan kegiatan mengenali profil desa

yang bersangkutan. Profil desa digambarkan melalui pengkajian bersama

masyarakat (PRA) dalam bentuk faktor-faktor internal yang menjadi

potensi desa dan kelemahan-kelemahannya, faktor-faktor eksternal yang

menjadi peluang dan ancaman, serta isu-isu strategis yang akan menjadi

dasar penyusunan rencana.

Berdasarkan profil dan isu-isu strategis tersebut, selanjutnya dirumuskan visi

pengelolaan terumbu karang yang akan memberikan inspirasi bagi

semua pihak yang berkepentingan terhadap terumbu karang di wilayah

desa tempat kegiatan berlangsung. Visi pengelolaan merupakan arah

dari segenap strategi dan kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam

kegiatan Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang.

Kotak 1 Visi harus mencakup kepentingan masyarakat luas

terhadap kelestarian terumbu karang dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

54

Bertolak dari visi yang telah dirumuskan, langkah berikutnya adalah

menentukan sasaran atau target-target pengelolaan yang ingin dicapai,

baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Selain bertolak dari

visi yang telah dirumuskan, salah satu prinsip dalam penentuan sasaran

adalah bahwa sasaran yang ditentukan harus dapat diukur, sehingga

pada suatu waktu tingkat keberhasilannya dapat diukur dan dievaluasi.

Kotak 2 Sasaran harus dapat diukur nilainya, misalnya pada akhir

tahun proyek luasan terumbu karang yang dinyatakan

sebagai zona inti minimal 10% dari luasan terumbu

karang di kabupaten. Pendapatan masyarakat

meningkat minimal 2% pertahun.

Setelah sasaran ditetapkan, langkah selanjutnya merumuskan berbagai

strategi yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran/ target yang telah

ditetapkan tersebut.

Kotak 3 Untuk mencapai kelestarian terumbu karang dan

peringkatan pendapatan masyarakat, akan ditempuh

melalui 4 strategi pokok :

� Penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang

(RPTK)

� Identifikasi dampak dan penerima dampak dari

pengelolaan Pengembangan Mata Pencaharian

Alternatif (MPA) dan Seed Fund Desa

� Strategi penguatan kapasitas pengelolaan di desa

� Pembangunan Prasarana Penunjang

Strategi tersebut biasanya terdiri dari strategi besar (grand strategy) dan

strategi operasional berupa rumusan jenis-jenis kegiatan pemantauan

yang dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan berbagai kegiatan

yang telah direncanakan dan sistem evaluasi tingkat pencapaian hasil

berdasarkan target yang telah ditetapkan.

Rangkaian kegiatan pra-perencanaan selesai dilaksanakan, apabila:

� Fasilitator Masyarakat telah mensosialisasikan diri dan diterima

masyarakat

� Fasilitator Masyarakat telah mensosialisasikan program COREMAP

kepada masyarakat

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

55

� Lembaga masyarakat yang ada berminat untuk berpartisipasi dalam

PBM

� Pokmas tambahan telah terbentuk

� Motivator Desa telah terpilih dan ditetapkan

� Pengamat Karang telah terpilih dan ditetapkan

� Motivator, pengamat karang dan pengurus pokmas telah mendapat

pembekalan

Tahapan berikutnya adalah penyusunan perencanaan program PBM

untuk desa yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama

oleh Fasilitator Masyarakat, Motivator Desa, Pokmas, dengan dukungan

dari SETO dan PMU serta pihak lain yang terkait.

Perencanaan diawali dengan pengkajian ulang hasil dari RRA dan Draft

pertama Peta Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang secara

berkelanjutan, identifikasi dan analisa profil desa guna menemukan isu

dan masalah-masalah strategis yang akan dijadikan sebagai dasar untuk

menetapkan visi, sasaran serta program-program pengelolaan terumbu

karang secara terpadu di desa yang bersangkutan. Dengan demikian

masing-masing desa akan berkontribusi terhadap pencapaian

”Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan”.

3.3.1. Strategi Pelibatan Pemangku Kepentingan

Pengalaman dalam pengelolaan berbasis masyarakat dari berbagai

wilayah menjelaskan bahwa pengguna sumberdaya utama sering tidak

dilibatkan dalam pengelolaan tersebut. Ini bisa dipahami, karena nelayan

paling sering berada di laut pada waktu desa membuat masyawarah.

Selain itu, banyak juga nelayan kecil merupakan orang yang tidak biasa

untuk mengemukakan pendapat di pertemuan formal dan musyawarah

desa.

Untuk merubah perilaku masyarakat tersebut, maka diperlukan strategi

pelibatan pemangku kepentingan didalam pelaksanaan PBM-COREMAP.

Hasilnya adalah keikutsertaan perwakilan dari semua pemangku

kepentingan yang dapat terekam dan terukur.

Bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan strategi tersebut

adalah:

� Daftar semua pengguna SDA karang, ikan karang, bakau dan

padang lamun

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

56

� Pendekatan khusus untuk melibatkan semua pengguna dalam

program

� Alat pemantauan untuk merekam kesuksesan keterlibatan masyarakat

Strategi Pelaksanaan

1. Fasilitator Masyarakat, MD dan SETO akan membuat daftar semua

Pemangku kepentingan di tingkat desa

2. Fasilitator Masyarakat, MD dan SETO akan membahas pendekatan

yang cocok untuk mengajak keikutsertaan masing masing pemangku

kepentingan, orang berpengaruh akan dikunjungi secara individu dan

pendapat dan saran akan direkam dari masing masing orang, mereka

akan dibagi dalam dua kelompok yang mendukung dan yang belum

mendukung prinsip pengelolaan

3. Fasilitator Masyarakat, MD dan SETO akan menginventarisasi

kelompok-kelompok yang ada di desa dan menyusun strategi untuk

bertemu dan mencari pendapat kelompok terhadap pengelolaan

4. Fasilitator Masyarakat dan MD akan membuat daftar atau inventaris

semua pengguna SDA di desa, rumah ke rumah dan desa per desa.

5. Minimal setiap bulan Fasilitator Masyarakat, MD dan SETO akan

mendiskusikan siapa saja yang belum mengikuti kegiatan dan

menyepakati pendekatan baru.

Melalui proses ini semua masyarakat akan merasa diikutsertakan dalam

perencanaan ini.

3.3.2. Pengkajian Partisipatif (PRA) di Desa

Pada saat masyarakat secara aktif mulai ikut serta, maka dilakukan PRA

di desa. PRA dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan terhadap status

dan kecenderungan penggunaan sumberdaya dari semua lapisan dan

kelompok masyarakat di satu desa demi kepentingan saat ini dan masa

depan. Untuk itu, setiap tim PBM akan mendapatkan panduan yang

menjelaskan cara untuk melaksanakan kegiatan PRA dan dipraktekkan

secara periodik sehingga menjadi terampil dalam pelaksanaannya.

Adapun tujuan pelaksanaan PRA ini adalah a) Menggambarkan

informasi tentang sumberdaya, kelembagaan, sejarah desa, isu-isu

pengelolaan sumberdaya alam, yang dilakukan oleh masyarakat secara

partisipatif; b) Peta-peta dan materi lain yang dikaji, dianalisa dan

disepakati terhadap situasi, kecenderungan dan peluang yang

diinformasikan melalui papan pengumuman di desa; dan c) Tersebarnya

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

57

informasi pada semua sektor di masyarakat. Dimana untuk mendapatkan

kedua hal tersebut, diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:

� Peta topografi (berskala 1 : 50.000) dan photocopinya

� Kertas plano dan spidol

� Alat snorkelling

� Alat PRA termasuk : Sejarah desa, kalendar musiman dari kelompok

setiap kepentingan, peta penangkapan per musim dari berbagai

cara pengambilan ikan,

Hasil yang ingin dicapai

Gambaran mengenai profil desa dan isu strategis untuk pengelolaan

terumbu karang serta pengembangan sosial ekonomi masyarakat.

Dokumen ini diharapkan dapat diselesaikan dalam jangka waktu dua

bulan.

Strategi pelaksanaan

1. Tim PBM COREMAP akan meninjau ulang daftar desa yang disusun

pada Lampiran 9 dan menyepakati cara apa saja yang akan dipakai

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

2. Tim PBM COREMAP akan membuat beberapa pertemuan dengan

kelompok kecil dan mengkaji bersama dengan alat PRA.

3. Tim PBM COREMAP akan membuat triangulasi antara pengguna

untuk mendapat berbagai pendapat dan sudut pandang terhadap

status potensi terumbu karang dan ekosistem terkait.

4. Tim PBM COREMAP akan membuat pertemuan antar kelompok, desa

dan desa sampai semua pihak terlibat.

Contoh Pengambilan Informasi oleh Kelompok dalam kegiatan PRA

KELOMPOK A

Mengumpulkan data tentang kondisi

ekosistem terumbu karang di wilayah

pesisir desa

KELOMPOK B

Mengumpulkan data tentang kondisi

ekosistem sosial ekonomi masyarakat

KELOMPOK C

Mengumpulkan data tentang kegiatan

pemanfaatan sumberdaya alam di

wilayah pesisir desa

KELOMPOK D

Mengumpulkan data dan mengkaji

tentang kelembagaan desa

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

58

5. Hasil informasi pengkajian akan di tempel di pusat informasi di setiap

desa dan direkam oleh Fasilitator Masyarakat dan MD untuk menyusun

profil desa baru untuk dibahas di tingkat PMU

6. Identifikasi dan Analisa profil desa (profiling) merupakan kegiatan

mengidentifikasi dan menganalisa kondisi potensi suatu desa yang

meliputi aspek-aspek : kualitas lingkungan terumbu karang, potensi

sumberdaya alam laut, kondisi sosial ekonomi masyarakat,

pemanfaatan sumberdaya, dan kelembagaan.

7. Lakukan pengumpulan data baik berupa data primer yaitu melalui

pengamatan langsung, maupun data sekunder yaitu berupa informasi

yang diperoleh dari sumber tertentu.

8. Lakukan pembahasan bersama-sama terhadap data yang telah

terkumpul untuk memastikan apakah data yang terkumpul telah

lengkap dan memenuhi syarat.

3.3.3. Pendataan Perahu, Alat Tangkap dan Alat Bantu Penangkapan

Tim PBM COREMAP dan Kepala Desa akan mendukung Dinas Kelautan

dan Perikanan di tiap kabupaten program untuk melakukan pencatatan

aktifitas produksi nelayan dalam kerangka mengoptimalkan usaha

penangkapan ikan dengan cara melakukan pendataan perahu

berukuran kecil dan alat tangkapnya. Kegiatan ini, secara tidak langsung

membantu Pemerintah Desa dan masyarakat untuk pengelolaan

sumberdaya perikanan khususnya untuk komoditas tertentu (nilai

ekonomis tinggi dan dilindungi), pengelolaan hasil tangkapan untuk

konstribusi pembangunan desa dan masyarakat, serta mengatur akses ke

wilayah terumbu karang setempat terutama di daerah perlindungan laut.

3.3.4. Pengkajian Partisipatif Antar Desa

Salah satu kegiatan utama dalam mengembangan pengelolaan berbasis

masyarakat secara luas adalah komunikasi dan penciptaan hubungan

kerjasama antara semua pihak terkait di desa dan antar desa. Untuk

mendukung kegiatan ini, COREMAP akan mengembangkan sistem

komunikasi radio di setiap desa lokasi COREMAP, di mana dialog dan

Contoh Data Sekunder :

- Jumlah penduduk

- Data iklim

- dsb

Contoh Data Primer :

- Hasil pengamatan langsung terhadap

adanya kegiatan pemboman

- Hasil pengamatan langsung terhadap

terjadinya abrasi pantai

- Hasil pengamatan langsung terhadap

kebiasaan sehari-hari kaum perempuan di

desa lokasi

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

59

konsensus dibangun melalui jaringan komunikasi antar desa. Proses dialog

dan konsensus tersebut mendapatkan arahan dari camat, tokoh

masyarakat, SETO dan anggota masyarakat. Pada gilirannya, pengkajian

partisipatif (PRA) antar desa bertujuan untuk menyusun pengelolaan

bersama ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait, terutama

sumberdaya laut yang dimanfaatkan oleh lebih dari satu desa serta untuk

mengantisipasi pengelolaan sumberdaya pada wilayah yang sama oleh

nelayan atau masyarakat dari dua desa yang berbeda.

3.3.5. Penyusunan dan Penetapan Rencana Pengelolaan Terumbu

Karang (RPTK)

Tujuan kegiatan ini adalah menyusun dan menetapkan rencana strategi

pengelolaan ekosistem terumbu karang berupa dokumen Rencana

Pengelolaan Terumbu Karang berbasis masyarakat.

Rencana strategis yang dimaksud merupakan tahapan penyusunan

kegiatan pengelolaan ekosistem terumbu karang terpadu berbasis

masyarakat yang disusun bersama-sama oleh LPSTK dan masyarakat

dengan dipandu oleh Motivator Desa, Fasilitator Masyarakat dan SETO. Di

tahap awal, berdasarkan visi dan sasaran, dilakukan perumusan program

kerja pengelolaan terumbu karang terpadu yang terarah berdasarkan isu

dan masalah yang ada. Program tersebut dihasilkan dari kesepakatan

bersama antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

program PBM-COREMAP.

Adapun bahan dan alat yang diperlukan untuk pembuatan rencana

pengelolaan terumbu karang dimaksud terdiri dari :

� Hasil Pengkajian cepat (RRA) yang telah dilakukan

� Hasil Pengkajian Partisifatif (PRA) yang telah dilakukan berupa profil

desa/kampung/pulau

� Hasil Studi baseline dan monitoring CRITC,

� Referensi yang relevan untuk pembuatan rencana pengelolaan

perikanan, baik dari aspek legal maupun teknis

� Peta-peta tematik yang telah didigitasi seperti peta Rencana

Strategis Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan,

� Draft Perencanaan Strategis Pengelolaan Perikanan secara

berkelanjutan

� Whiteboard

� Alat tulis

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

60

� Brosur dan buku-buku

Sistematika RPTK meliputi :

� Gambaran Umum (Profil) Desa

� Isu-isu pokok pengelolaan terumbu karang terpadu

� Visi pengelolaan terumbu karang

� Sasaran/target yang ingin dicapai

� Strategi dan jenis jenis kegiatan yang akan dilakukan

� Organisasi pelaksana

� Waktu pelaksanaan dan biaya yang dibutuhkan

Pihak-pihak yang akan terlibat dalam kegiatan pembuatan rencana

pengelolaan terumbu karang adalah :

� Kepala Desa/Kampung

� Badan Perwakilan Desa (BPD)/BAPERKAM

� Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK)

� Nelayan dari berbagai cara penangkapan

� Pengumpul /penggarap hasil sda dari terumbu karang, bakau dan

padan lamun

� Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang telah terbentuk - Motivator

Desa

� Fasilitator Masyarakat dan SETO

� Pengamat Karang

� Anggota masyarakat desa secara umum

� Komponen lain sesuai dengan kekhasan kelembagaan masing-

masing daerah (misalnya : di Kab. Selayar ada lembaga

penyelesaian konflik yang disebut Qadi, di Kab. Biak berlaku

Lembaga Adat dan Gereja).

Strategi Pelaksanaan Pembuatan RPTK :

1. SETO dan Fasilitator Masyarakat memfasilitasi pembentukan tim inti

penyusunan tingkat desa yang terdiri dari anggota LPSTK dan tim

pendukung yang terdiri dari Kepala Desa dan BPD (Badan Perwakilan

Desa) atau BAPERKAM (Badan Perwakilan Kampung),

2. Tim inti dan pendukung menyusun jadwal dan agenda pembuatan

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

61

RPTK,

3. Tim inti melakukan penggalangan input dari berbagai pihak yang

berada di desa/kampung/pulau, termasuk pendatang yang

melakukan aktifitas penangkapan, perdagangan dan lain

sebagainya. Kegiatan ini dapat berbentuk diskusi dusun (kampung),

interview, observasi,

4. Tim pendukung melakukan konsultasi dengan berbagai pihak

utamanya yang terkait dengan biota laut, pengelolaan sumberdaya

berkelanjutan, aspek legal, teknis dan lain sebagainya pada tingkat

Kecamatan dan Kabupaten,

5. Tim inti melakukan validasi data dan informasi terkait dengan

aspirasi/kepentingan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya

terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang, selanjutnya

mengkonsultasikan dengan tim pendukung,

6. Tim inti dan pendukung melakukan verifikasi, kompilasi serta

penyelarasan data dan informasi yang akan dimasukkan sebagai

bahan-bahan dalam pembuatan draft RPTK,

7. Draft yang telah jadi, selanjutnya disosialisasi dan dikonsultasikan

kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk

mendapatkan feedback, melalui workshop tingkat desa

8. Tim inti dan pendukung melakukan revisi secara akomodatif

berdasarkan masukan (feedback) yang diperoleh,

9. Tim inti dan pendukung meminta bantuan kepada SETO, Fasilitator

Masyarakat dan PMU untuk penyesuaian redaksi, sistematika dan lain-

lain yang diperlukan, dan

10. Kepala Desa akan menertibkan Surat Keputusan tentang Rencana

Pengelolaan Terumbu Karang berbasis masyarakat.

Proses pembuatan RPTK membutuhkan waktu dan proses yang relatif

panjang, kurang lebih 6 hingga 9 bulan, mengingat bervariasinya hal-hal

yang perlu diatur dalam RPTK, beragamnya pemangku kepentingan

yang memiliki aspirasi berbeda dalam mengelola dan memanfaatkan

sumberdaya ekosistem terumbu karang. Dalam konteks demikian, RPTK

merupakan produk dokumen yang sifatnya strategis dan vital dalam

pelaksanaan pengelolaan sumberdaya. Secara detail, tahapan-

tahapan dan jenis kegiatan yang dilakukan dalam proses pembuatan

RPTK dapat dilihat pada Gambar 3.

Beberapa subtansi isi dari materi-materi yang termuat dalam RPTK yang

perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan dokumen RPTK dan

tahapan-tahapan teknis yang perlu dilakukan, antara lain :

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

62

• Penataan Wilayah atau Sistem Zonasi / Permintakatan

Wilayah laut dan pantai dalam kawasan lokasi program COREMAP

mengandung sumberdaya laut yang kaya. Potensi-potensi ini dapat

digunakan dengan berbagai cara termasuk pengelolaan perikanan

jangka panjang yang berkelanjutan dan pariwisata. Namun dengan

tekanan pembangunan ekonomi dan bertambah harapan masyarakat

maka terdapat tingkat resiko yang tinggi dimana tidak ada pengelolaan

akan bertahan lama dalam waktu yang panjang tanpa perencanaan

pengelolaan yang disetujui dan dipahami oleh masyarakat lokal yang

memfasilitasi antara pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya alam.

Dengan berbagai bentuk kepentingan dan pemanfaatan sumberdaya

umumnya membutuhkan perencanaan tata ruang yang dapat

mengalokasikan pemanfaatan dan tingkat dampaknya terhadap

wilayah-wilayah spesifik.

Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Analisa Ekosistem Laut (Sea

Ecosytem Analysis) telah dilakukan pada COREMAP phase I. Kegiatan ini

mengidentifikasi bahwa ternyata pada wilayah-wilayah tertentu memiliki

kekhasan sendiri-sendiri, sebagai contoh terdapat wilayah yang menjadi

pusat keanekaragaman karang dan ikan hias, ada wilayah yang menjadi

pusat masyarakat menangkap ikan untuk umpan, ada wilayah yang

menjadi pusat masyarakat memancing sunu dan lain sebagainya.

Keadaan inilah yang harus dikelola agar keberadaan wilayah dan

kekhasan tersebut dapat terpelihara.

Suatu penataan wilayah yang berbasis pada masukan dan diskusi

masyarakat serta dianalisa oleh tim formulator akan menghasilkan dasar

untuk kegiatan konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan.

Beberapa kategori wilayah yang penting dibuat yaitu:

� Wilayah pemanfaatan tradisional (wisata, lokasi pemacingan umpan

dan lain-lain),

� Wilayah pengembangan budidaya laut (rumput laut, kerang,

pembesaran ikan dan lain-lain)

� Wilayah perlindungan masyarakat atau konservasi (community

sanctuary), dan

� Wilayah yang menjadi alur transportasi perairan pedalaman Desa

atau pulau.

Penataan wilayah atau sistem zonasi selain mengatur pola pemanfaatan

sumber daya laut yang tersedia agar dapat berkelanjutan juga

diharapkan dengan adanya penataan wilayah atau sistem zonasi ini

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

63

dapat meredam kemungkinan-kemungkinan terjadinya konflik lokasi

tangkapan antar pengguna dari dalam dan luar.

• Sistem dan Mekanisme Pengelolaan

Kompilasi petaan wilayah merupakan representasi tahap awal dari

penyusunan RPTK. Keberadaan dan manajemen pengelolaan wilayah

tidak akan memberikan dampak apa-apa kecuali dipahami serta

diketahui oleh masyarakat yang dipengaruhi. Oleh karena itu

merupakan hal penting bahwa masyarakat paham dan menerima

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan rencana yang

dibuat secara umum, bagaimana mengawasi pelaksanaan kegiatan-

kegiatan tersebut dan masih banyak lagi hal-hal yang harus diatur untuk

mendukung pelaksanaan sistem zonasi yang telah dibuat.

Dalam sistem dan mekanisme pengelolaan secara rinci dibahas tentang :

� Jenis kegiatan yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan

dalam zona yang telah ditetapkan,

� Jenis alat tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam

masing-masing zona,

� Jenis biota laut yang boleh dan tidak boleh ditangkap atau

dimanfaatkan (jenis biota laut yang dapat dimanfaatkan secara

terbatas),

� Definisi kawasan konservasi (minimum 10 % daerah terumbu karang),

� Alur transportasi tradisional yang boleh dilewati, dan

� Tata cara pengelolaan dan menjalankan sistem zonasi.

Untuk mengefektifkan sistem dan mekanisme pengelolaan dibutuhkan

seperangkat kelembagaan atau organisasi yang akan bertanggung

jawab menjadi pelaksana RPTK dan sebuah kerangka tata hubungan

kerja antar unsur di tingkat desa atau pulau yaitu Lembaga Pengelola

Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK).

Komponen-komponen dalam struktur kelembagaan pelaksana RPTK

seyogyianya berasal dari unsur Pemerintahan Desa (Kepala Desa, BPD

dan Qhadi) dan kekuatan masyarakat seperti LKM, Pokmas dan lain-lain.

Masing-masing unsur yang terlibat dalam struktur pelaksana RPTK

maupun dalam tata hubungan kerja memiliki gambaran tugas masing-

masing (seperti yang tercantum dalam penjelasan kelembagaan RPTK),

disana tertera dengan jelas siapa yang melakukan apa. Pembagian

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

64

tugas seperti ini dimaksudkan agar tumbuh sikap dan rasa tanggung

jawab terhadap tugas.

• Perencanaan Program

Keberadaan program-program sangat dibutuhkan untuk menjalankan

RPTK. Sebenarnya program-program inilah yang menjadi inti dari RPTK.

Dalam RPTK telah dirumuskan beberapa program yang dinggap dapat

mendukung visi dan misi desa atau pulau antara lain :

� Program konservasi dan penyadaran masyarakat,

� Program peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat,

� Program penentuan daerah perlindungan masyarakat (DPL) atau

village sanctuary,

� Program pengembangan Mata Pencaharian Alternatif (MPA), yang

direkomendasi oleh masyarakat,

� Program peningkatan mutu pendidikan, kesehatan dan kesetaraan

jender, dan

� Program Pembangunan Prasarana Pendukung RPTK.

Pelaksanaan dari setiap rencana program yang disusun dalam RPTK tidak

hanya akan dilakukan oleh masyarakat, akan tetapi melibatkan pihak-

pihak yang terkait berdasarkan kapasitas dan kompetensinya. Program-

program yang bersifat pengawasan dan penegakan hukum misalnya

akan didukung oleh aparat penegak hukum formal (Polisi, Jagawana

dan Tentara AD/AL), Sementara program-program yang lain yang

membutuhkan biaya yang relatif besar akan didukung oleh pihak-pihak

ketiga atau Pemerintah Kabupaten melalui unit-unit kerjanya dan

mungkin juga dari pihak ketiga seperti dari COREMAP melalui Dana

Bantuan Desa (Village Grant).

• Sanksi-Sanksi

Hal yang paling mempengaruhi kesuksesan sebuah perencanaan

utamanya yang dibangun di atas konsensus berbagai pihak

(stakeholders) adalah konsekuensi dari konsensus tersebut yang biasanya

dituangkan dalam bentuk sanksi-sanksi. Kepatuhan masyarakat atau

pihak-pihak lain terhadap aturan bergantung bagaimana sanksi

ditegakkan. Semakin longgar penegakan sanksi, maka akan semakin

rapuh pula aturan yang telah dibuat, tetapi sebaliknya semakin konsisten

untuk menegakkan sanksi akan semakin kuat aturan yang ada.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

65

Untuk penerapan dan keberlanjutan materi-materi yang terkandung

dalam sanksi-sanksi sebaiknya bersumber dari kearifan lokal yang sejak

lama dianut oleh masyarakat (revitalisasi kearifan lokal). Sehingga aturan

baru seyogyanya berbasis pengetahuan, pengalaman dan proses berfikir

masyarakat.

Penerapan sanksi dilakukan dengan pola bertingkat yang juga

bergantung seberapa besar bobot pelanggaran yang dilakukan. Dalam

RPTK diatur jenis-jenis pelanggaran yang dapat diselesaikan ditingkat

desa atau pulau oleh penanggung jawab pelaksana RPTK lokal, seperti

pelanggaran terhadap areal perlindungan atau kawasan konservasi

masyarakat (community sanctuary), masuk pada wilayah-wilayah yang

tidak dibolehkan dan lain-lain. Sementara pelanggaran yang bersifat

kriminal lingkungan dan bobotnya besar seperti membom, membius dan

lain-lain, maka penanggung jawab pelaksana RPTK akan berkoordinasi

dengan aparat penegak hukum formal.

Gambar 3. Pentahapan Penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu

Karang (RPTK)

Adapun tahapan-tahapan, maksud pada tiap langkah tersebut serta

jenis detail kegiatan penyusunan sebuah RPTK seperti terlihat pada

Gambar 3 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

66

Tahapan Pembuatan RPTK

1. Sosialisasi dan Diseminasi

Masyarakat harus mengetahui dan memahami pentingnya sumberdaya

ekosistem terumbu karang dikelola secara baik, untuk dimanfaatkan saat

ini dan demi kepentingan generasi yang akan datang. COREMAP hadir

untuk mendukung dan memfasilitasi masyarakat agar pemahamannya

semakin meningkat, kapasitasnya semakin baik, jaringan kemitraannya

semakin luas, dengan demikian masyarakat akan lebih mudah untuk

mencapai tujuannya untuk mengelola sumberdaya secara efektif, dan

dapat menjamin keberlanjutannya. Dengan membuat perencanaan

strategis sumberdaya dalam bentuk Rencana Pengelolaan Terumbu

Karang (RPTK), masyarakat dapat mengelola sumberdaya secara

sistematis, fokus dan berdaya guna.

Menyebarluaskan informasi melalui sosialisasi dan diseminasi tentang

COREMAP dan RPTK, maka masyarakat secara perlahan akan

mempertimbangkan untuk menjadikannya sebagai “agenda hidup”

mereka.

2. Pembuatan Profil Desa/Kampung

Data dan informasi (DAIS) tentang kondisi sosial dan sumberdaya

merupakan bahan-bahan dalam membuat RPTK pada lingkup

desa/kampung. Membuat profil desa/kampung salah satu cara untuk

mengumpulkan dais tentang kondisi obyektif di desa. Pembuatan profil

desa/kampung dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan

masyarakat, dengan pertimbangan merekalah yang memiliki banyak

informasi dan paling mengenali desa/kampungnya. Pembuatan profil

desa/kampung dilakukan dalam bentuk PRA dan analisis ekosistem laut

(AEL).

3. Pembentukan Tim Penyusun

Dais dan berbagai kepentingan harus diorganisir serta dikelola secara

baik, sehingga hal-hal yang penting untuk dimasukkan dalam RPTK akan

termuat. Untuk itu, akan dibentuk tim penyusun oleh LPSTK yang terdiri

sekitar 7 – 10 orang. Tim ini akan bertanggung jawab untuk

mengumpulkan aspirasi, mengkompilasi, merekap, dan mengolah

bahan-bahan yang akan dijadikan materi-materi dalam RPTK. Tim ini

akan melakukan diskusi tingkat dusun, diskusi tingkat lingkungan dan

diskusi tingkat desa/kampung untuk mengumpulkan sebanyak-

banyaknya Dais.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

67

4. Membuat Draft RPTK

Hasil Dais dan aspirasi dari masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang

telah dikumpulkan akan diolah dan selanjutnya dikonstruksi menjadi

dokumen RPTK sesuai dengan sistematika yang ada. Penyusunan draf

RPTK dilakukan melalui pemahasan pleno oleh tim yang dibantu dan

difasilitasi oleh SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa.

Selanjutnya SETO dan Fasilitator Masyarakat akan memfasilitasi

pembuatan dokumen RPTK, dengan berkonsultasi dengan konsultan-

konsultan COREMAP utamanya konsultan manajemen perikanan dan

konsultan legal terkait dengan substansi dan teknik penulisan dokumen.

5. Konsultasi Publik dan Revisi Akomodatif

Dokumen RPTK yang telah dibuat dalam bentuk draf akan disosialisasikan

kepada khalayak umum melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh

unsur pemerintah desa, BPD, kelompok masyarakat, aparat hukum lokal,

petugas teknis instansi, dan lain-lain. Agenda utamanya adalah

penyampaian/presentasi RPTK oleh tim penyusun. Acara akan fifasilitasi

oleh SETO/Fasilitator Masyarakat/Motivator Desa. Semua tanggapan,

masukan dan kritikan akan dicatat oleh tim penyusun, yang kemudian

dilakukan analisis untuk menentukan hal-hal apa saja yang perlu

dimasukkan sebagai revisi dokumen.

6. Persetujuan dan Pengesahan

Hasil revisi dokumen akan dibahas kembali secara mendalam oleh tim

penyusun, Kepala Desa dan BPD melalui rapat konsultasi. Kepala Desa

dan BPD akan membahas substansi RPTK dan hal-hal yang lain yang

terkait dengan proses pengesahaannya. Apabila telah disepakati materi-

materi RPTK, maka Kepala Desa akan mengesahkan RPTK atas

persetujuan BPD menjadi lembar desa sebagai salah satu pedoman

pembangunan tingkat desa.

7. Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Kegiatan monev dilakukan pada setiap tahapan kegiatan dan proses

penyusunan RPTK. Potensi-potensi bias dalam satu kegiatan dan proses

dapat muncul dalam kondisi apapun. Banyaknya bias, akan

menyebabkan kualitas dokumen rendah dan bisa jadi tidak kredibel dan

akseptabel di tengah-tengah masyarakat. Bias disetiap tahapan dan

proses dapat saja muncul karena kondisi-kondisi tertentu, misalnya

pertemuan atau musyawarah desa/kampung tidak merepresentasi

masyarakat, situasi yang kurang kondusif, sehingga masyarakat tidak

dapat menyampaikan aspirasinya, dan lain-lain. Monev bertujuan untuk

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

68

Terjaminnya kelestarian sumberdaya terumbu karang dan kesejahteraan

masyarakat setempat melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan

berkelanjutan ramah Iingkungan dan pengembangan mata pencaharian

alternatif bagi masyarakat setempat.

mendeteksi gejala-gejala bias, agar dapat segera merancang dan

melakukan upaya antisipatif, agar pelaksanaan setiap tahapan kegiatan

dan proses penyusunan RPTK berlangsung secara efektif.

Rencana pengelolaan merupakan dokumen yang memiliki tata aturan

yang sistematis dan jelas, dengan demikian akan memudahkan bagi

masyarakat dan pihak-pihak lain untuk memahami dan

melaksanakannya. Sebelum menyusun/membuat RPTK, masyarakat dan

pihak-pihak terkait dalam penyusunan RPTK perlu memahami kerangka

fikir, struktrur dan alur penyusunannya.

Sebagai gambaran, berikut disajikan sebuah struktur dan alur

penyusunan rencana pengelolaan terumbu karang, mulai dari

mengidentifikasi isu hingga penyusunan kegiatan pengelolaan ekosistem

terumbu karang.

Gambar 4. Struktur dan Alur Penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang

Terpadu

Sasaran Jangka Panjang :

1. Seluruh areal terumbu karang yang ada telah ditata sesuai dengan fungsinya ke

dalam zona pemanfaatan, pemanfaatan terbatas, zona lindung (10 % daerah

terumbu karang) dan zona yang lain,

2. Tidak terjadi perusakan terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang,

3. Tersedianya lembaga keuangan mikro di desa/kampung sebagai penunjang

pelaksanaan usaha produktif masyarakat dan pengembangan perekonomian

desa/kampung, dan

4. Penghasilan masyarakat meningkat.

Sasaran Jangka Pendek :

1. Masyarakat dapat mengerti program- program pengelolaan terumbu karang,

2. Masyarakat dapat memahami arti penting ekosistem terumbu karang bagi

lingkungan dan kehidupan manusia, dan

SASARAN (STRATEGIS)

ISU-ISU STRATEGIS

VISI

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

69

Tabel 2. Matriks Rencana Strategis Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Terpadu

Visi Strategi

Kegiatan Sasaran Program

Terjaminnya

kelestarian

sumberdaya

terumbu karang

dan

kesejahteraan

masyarakat

setempat melalui

penerapan

prinsip-prinsip

pengelolaan

berkelanjutan

ramah Iingkungan

dan

pengembangan

usaha ekonomi

bagi masyarakat

setempat.

1. Sasaran

Jangka

Panjang

2. Sasaran

Jangka Pendek

Penyusunan

Rencana

Pengelolaan

Terumbu Karang

Berkelanjutan

1. Pembagian areal terumbu

karang (zonasi) ke dalam

zona lindung dan zona

pemanfaatan

2. Pengintegrasian hak-hak

pengelolaan tradisional ke

dalam rencana

pengelolaan

3. Konservasi dan rehabilitasi

4. Penyusunan dan

penetapan aturan

pemanfaatan sumberdaya

alam laut

5. Penyusunan mekanisme

pemecahan konflik

Pengembangan

Mata Pencaharian

Altematif

1. Identifikasi jenis-jenis usaha

2. Pemilihan jenis-jenis usaha

yang akan dikembangkan

3. Penyusunan studi

kelayakan

4. Pelatihan teknis dan

manajemen usaha

5. Pembentukan Lembaga

Keuangan mikro dan

Manajemen

Pengembangan

Kapasitas

pengelolaan uang

desa dan Prasarana

Dasar pengelolaan.

1. Idenffikasi kebutuhan

prasarana

2. Penetapan jenis jenis

prasarana dasar yang

akan dibangun

3. Penyusunan Rancangan

Teknis dan Usulan Kegiatan.

Peningkatan

Kapasitas

Masyarakat

1. Identifikasi jenis-jenis

pelatihan yang diperlukan

2. Pemilihan jenis-jenis

kegiatan pelatihan

Penyusunan rencana kegiatan

pelatihan.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

70

Strategi pelaksanaan Diseminasi RPTK

Diseminasi RPTK adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk

menyebarluaskan informasi tentang RPTK, sehingga masyarakat dan

para pengguna sumberdaya ekosistem terumbu karang dapat

mengetahui, memahami dan mematuhi segala ketentuan yang diatur.

Diseminasi dapat dilakukan secara terbatas dan massal dengan

menggunakan beragam metode. Metode yang digunakan dalam

proses diseminasi RPTK adalah :

(1) Komunikasi langsung, metode ini secara langsung disampaikan

kepada target sasaran. Kegiatan ini bisa dalam bentuk penyuluhan,

pelatihan, seminar, dialog, dan acara-acara sosial keagamaan

lainnya,

(2) Penggunaan media, metode ini menggunakan sarana bantu untuk

menyampaikan informasi kepada target sasaran. Kegiatan ini bisa

dalam bentuk pembuatan poster, brosur, factsheet, newsletter,

jurnal dan lain-lain,

(3) Kombinasi komunikasi publik dengan menggunakan media, metode

ini digunakan untuk menyampaikan informasi kepada target sasaran

yang berada dalam cakupan wilayah yang luas. Kegiatan ini bisa

dalam bentuk, spot acara (talk show) radio, iklan radio, dan lain-lain.

Teknis Pelaksanaan Diseminasi RPTK adalah :

(1) SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa memfasilitasi LPSTK

untuk merencanakan kegiatan dan jadual diseminasi RPTK,

(2) SETO, Fasilitator dan Motivator Desa memfasilitasi LPSTK

mengumpulkan bahan atau materi-materi RPTK yang akan

didiseminasi kepada masyarakat luas,

(3) SETO, Fasilitator dan Motivator Desa memfasilitasi LPSTK menentukan

jenis kegiatan yang akan digunakan untuk mendiseminasikan RPTK,

(4) LPSTK melakukan koordinasi dengan Kepala Desa dan BPD untuk

menentukan bentuk diseminasi RPTK yang akan dilakukan,

(5) Kepala Desa dan BPD mengundang pihak-pihak yang relevan

dengan materi-materi RPTK untuk menjadi narasumber,

(6) Kepala Desa dan DPD mengundang masyarakat luas dan pihak-

pihak terkait untuk menghadiri pertemuan/musyawarah

desa/kampung,

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

71

(7) SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa memfasilitasi proses

pertemuan/musyawarah desa/kampung, dimana dalam acara

tersebut LPSTK akan menjelaskan materi-materi RPTK,

(8) LPSTK atas bantuan SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa

melakukan evaluasi dan analisis tingkat pengetahuan dan

pemahaman peserta pertemuan/musyawarah desa/kampung, dan

(9) LPSTK menyusun rencana tindak lanjut untuk penguatan proses

diseminasi RPTK.

3.4. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat

3.4.1. Penetapan Indikator Keberhasilan dan Mekanisme Monitoring

COREMAP menetapkan indikator keberhasilan di setiap tahapan

pelaksanaan PBM COREMAP yang mencakup 4 dimensi, yaitu input,

proses, output dan outcome. Indikator keberhasilan ini menjadi tolok ukur

yang akan dimonitoring di setiap pelaksanaan yang akan dimulai dari

desa, antar desa, kecamatan, kabupaten dan nasional. Laporan

terhadap semua kegiatan akan dibuat oleh pelaku COREMAP dan

diajukan dari desa melalui kecamatan, ke PMU kabupaten dan

ditembuskan kepada NCU. NCU dalam hal ini berperan untuk

mengkompilasi laporan monitoring antar kabupaten, menganalisis, dan

memberikan hasilnya dalam bentuk dukungan teknis kepada daerah

supaya program berjalan dengan baik.

Penetapan indikator-indikator keberhasilan saintifik (khususnya indikator

bio-ekologis) dan teknik monitoringnya akan disiapkan oleh CRITC LIPI.

Metode monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara partisipatif yang

melibatkan SETO, Fasilitator Masyarakat, Motivator Desa dan pihak-pihak

lainnya di desa/kampung. Untuk itu, akan dilaksanakan pelatihan khusus

bagi SETO dan Fasilitator Masyarakat dalam monitoring dan evaluasi

manfaat pelaksanaan COREMAP disetiap desa/kampung. Pelatihan ini

akan dikelola langsung oleh CRITC, dalam hal penyediaan materi,

pemandu/pelatih serta simulasi metode dan peralatan.

Perkembangan pelaksanaan kegiatan-kegiatan PBM (antara lain;

workshop/pelatihan, pembangunan pusat informasi, pengelolaan

bersama Taman Nasional Laut) yang terkait langsung dengan

masyarakat akan dimonev secara berkala (tahunan) oleh SETO dan

Fasilitator Masyarakat. Indikator-indikator yang digunakan

menitikberatkan pada kondisi sosial masyarakat yang meliputi, tingkat

pengetahuan/persepsi, respon terhadap pelaksanaan program serta

fenomena riil yang hadir dalam pengelolaan sumberdaya ekosistem

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

72

terumbu karang setelah COREMAP dilaksanakan. Petunjuk dan alat bantu

yang digunakan untuk monev PBM termasuk pengelolaan bersama

dengan Taman Nasional dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.4.2. Pelaksanaan Kesepakatan Pengelolaan di Desa dan Antar Desa

Pengelolaan yang nyata akan terwujud pada saat pengguna

sumberdaya menyepakati dan pengikuti kesepakatan tersebut. Di

tingkat desa perlu waktu yang panjang untuk menentukan kontribusi

pencapaian pengelolaan perikanan karang secara berkelanjutan.

Pengelolaan berkelanjutan tidak akan terjadi jika sebagian pengguna

sumberdaya tidak menyepakati untuk mengikuti kesepakatan dan saling

menjaga kesepakatan tersebut.

Tim PBM COREMAP dan Camat memfasilitasi serta mendukung proses

pembuatan kesepakatan desa dan melalui jaringan antar desa akan

mendukung kesepakatan terhadap sumberdaya yang dikelola bersama.

Kesepakatan antar desa dimaksudkan agar kepentingan antar desa

tidak saling tumpang tindih serta bertentangan, mengingat setiap desa

akan mengandalkan sumberdaya yang berada di wilayah yurisdiksinya

sebagai salah satu sumber pendapatan desa.

Pengelolaan terumbu karang mencakup serangkaian kegiatan yang

saling menunjang satu dengan lainnya yaitu :

� Penetapan batas kawasan/unit pengelolaan

� Identifikasi hak-hak pengelolaan tradisional

� Integrasi hak-hak pengelolaan tradisional ke dalam program

pengelolaan

� Konservasi dan rehabilitasi

� Penetapan aturan pemanfaatan sumberdaya alam laut

� Penetapan mekanisme pemecahan konflik

� Pengawasan dan pengendalian

Dengan demikian akan tercapai sasaran pengelolaan yang meliputi :

� Tertatanya kawasan terumbu karang menurut fungsi-fungsinya, yaitu:

fungsi ekologis dan fungsi ekonomis.

� Terakomodasinya hak-hak pengelolaan tradisional dari masyarakat

kedalam rencana pengelolaan

� Terjaganya keutuhan sumberdaya hayati di zona lindung (marine

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

73

sanctuary) yang berada di kawasan terumbu karang

� Adanya peningkatan kualitas terumbu karang, baik yang berada

pada zona lindung maupun pada zona pemanfaatan, secara terus

menerus melalui kegiatan rehabilitasi dan konservasi.

� Adanya suatu peraturan baku yang mengatur berbagai bentuk

kegiatan di zona pemanfaatan, antara lain meliputi: kegiatan-

kegiatan yang diperbolehkan atau yang dilarang, batas-batas

maksimum penangkapan ikan yang diperbolehkan, sumberdaya

yang boleh dimanfaatkan, dan sebagainya.

� Terbentuknya mekanisme pengawasan terhadap seluruh kawasan

terumbu karang di wilayah desa dan sekitarnya.

� Tercapainya kesepakatan tentang pemberian sanksi terhadap

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di kawasan pengelolaan

� Adanya batas kawasan pengelolaan yang jelas dan tegas, sehingga

masyarakat disekitarnya dapat dengan mudah mengetahui batas-

batas kawasan pengelolaan, terutama batas zona lindung, zona

penyangga dan zona pemanfaatan baik yang berada di wilayah

mereka maupun kawasan yang dikelola bersama dengan desa

tetangganya.

3.4.3. Proses Penyusunan Peraturan Desa (PERDES) dan Kesepakatan

Sanksi

Kesepakatan pengelolaan terumbu karang akan berjalan dengan baik

bila disertai dengan legalitas aspeknya dalam bentuk peraturan desa. Hal

ini penting sebagai landasan pemberian sanksi bagi siapapun yang

melanggar peraturan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dan

ekosistem terkait. Mekanisme ini merupakan proses untuk merumuskan

aturan-aturan tentang pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dan

ekosistem terkait dalam rangka menjaga dan mempertahankan

kelestariannya. Peraturan ini sekurang-kurangnya berisi tentang jenis

sumberdaya yang akan diatur jenis-jenis kegiatan yang diperbolehkan,

jenis-jenis kegiatan yang dilarang, dan sanksi bila terjadi pelanggaran.

Bahan dan alat yang diperlukan di dalam tahapan kegiatan adalah:

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media Iainnya

� Alat tulis

� Referensi tentang aturan-aturan tradisional (bila ada)

Mekanisme proses penyusunan peraturan desa diurai sebagai berikut:

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

74

1. Lakukan diskusi yang melibatkan masyarakat, aparat desa, dan pihak

lain yang terkait.

2. Kelompokan peserta diskusi ke dalam 4 kelompok.

3. Masing-masing kelompok membuat rumusan sesuai dengan bidang

tugasnya.

4. Bahas hasil rumusan masing-masing kelompok bersama-sama agar

diperoleh keselarasan hubungan antara jenis-jenis sumberdaya,

ketentuan-ketentuan pemanfaatan, larangan dan sanksi.

5. Tuangkan hasil rumusan bersama tersebut ke dalam Keputusan Desa

dan atau Lembaga Adat tentang Ketentuan-ketentuan Kegiatan

Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang dan

Ekosistem Terkait.

6. Selanjutnya, Keputusan Desa ini dipakai sebagai acuan penyelesaian

masalah berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya terumbu karang dan ekosistem terkait yang mungkin

timbul di kemudian hari.

3.5. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir

3.5.1. Pelatihan Pengelolaan Keuangan Mikro

Pengembangan ekonomi masyarakat pesisir merupakan salah satu

sasaran program COREMAP. Teknis pengelolaan keuangan usaha-usaha

masyarakat akan dikelola oleh sebuah lembaga keuangan yang memiliki

sistem manajemen keuangannya baik. Lembaga keuangan mikro (LKM)

bisa merupakan BMT atau LKM yang telah eksis dan telah menunjukkan

kredibilitasnya dalam mengelola dana-dana berbantuan untuk

masyarakat. BMT/LKM ini, selanjutnya akan membuka unit pelayanan

sampai ke desa-desa agar masyarakat mudah untuk menjangkaunya.

KELOMPOK A

Merumuskan jenis jenis

sumberdaya yang perlu

diatur pemanfaatannya

KELOMPOK B

Merumuskan kegiatan

pemanfaatan yang

diperbolehkan

KELOMPOK D

Merumuskan sanksi-

sanksi pelanggaran

KELOMPOK C

Merumuskan

larangan-larangan

Jenis-jenis

sumberdaya yang

perlu diatur

1. Ikan

2. Terumbu karang

3. Pasir

Kegiatan yang boleh

dilakukan

1. Menangkap ikan dengan alat

tertentu

2. Budidaya rumput laut

3. Budidaya ikan dalam keramba

Kegiatan yang

dilarang :

1. Menangkap ikan dengan bom

2. Menambang batu karang

3. Menambang pasir

Sanksi-sanksi :

1. Menyerahkan hasil

tangkapan

2. Didenda

3. Alat disita

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

75

Apabila pada lokasi/Desa belum ada BMT/LKM, maka akan difasilitasi

pembentukkannya oleh Tim PBM. LKM yang akan dibentuk pada tingkat

desa adalah lembaga yang secara khusus akan mengelola dana

bantuan revolving fund untuk usaha ekonomi masyarakat (Seed Fund

Desa). Pendirian dan penguatan LKM ini akan dibantu oleh suatu

lembaga keuangan (BMT/LKM) yang telah berjalan. PMU akan

memfasilitasi kerjasama antara LPSTK dengan lembaga keuangan yang

kredibel. Kegiatan-kegiatan yang akan di fasilitasi meliputi, pelatihan dan

pendampingan.

Pelatihan pengelolaan keuangan mikro adalah tahap pertama

penguatan kapasitas dalam pengelolaan dana bantuan bagi LKM yang

membutuhkan. Pelaku COREMAP yang dipercaya sebagai pemegang

dana bantuan akan dilatih tata cara pembukuan dan pelaporan

keuangan yang baik dan terbuka.

Tujuan

Menjamin penggunaan dana seed fund desa (village seed fund) secara

benar dan efektif, dan adanya mekanisme pelaporkan setiap

penggunaan dana tersebut secara tertulis dan terbuka, dan secara tidak

langsung terbentuknya pengawasan dari masyarakat.

Hasil yang ingin dicapai

Semua pelaku COREMAP khususnya pengurus LKM dan Pokmas (yang

memanfaatkan dana seed fund desa) bisa membuat laporan keuangan

dengan baik, dan menyediakan laporan keuangan tepat waktu

dilengkapi dengan bukti yang sah.

Bahan dan alat yang diperlukan :

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media lainnya

� Alat tulis

� Buku referensi

� Alat peraga

Strategi pelaksanaan :

1. Persiapkan materi pelatihan secara matang.

2. Pelatihan perlu ditunjang oleh pengajar yang telah dipilih oleh PMU

dengan instruktur yang sudah berpengalaman dalam

pengembangan usaha kecil/ LKM/BMT.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

76

3. Kelompokan peserta pelatihan praktis selama tiga hari. Materi yang

bersifat umum, misalnya mengenai pembukuan dan pelaporan

keuangan, dapat diberikan secara bersamaan kepada seluruh

peserta. Sedangkan untuk praktek, semua peserta diharapkan akan

membuat pekerjaan masing masing.

4. Pada setiap akhir penyampaian materi dan praktek, diadakan diskusi

kelompok untuk melihat tingkat pemahaman terhadap materi yang

diberikan.

5. Akhiri kegiatan pelatihan dengan simulasi dan ujian.

6. Peserta yang lulus ujian bisa diberikan sertifikat ”mampu mengelola

keuangan”

7. Pada peserta yang tidak lulus, akan diberikan kesempatan untuk

mengikuti ujian pada waktu lain.

8. Peserta yang lulus ujian bisa dipilih oleh masyarakat untuk menjadi

anggota LKM, dan mendapatkan pelatihan lanjutan ”Penguatan dan

pembentukkan Sistem simpan-pinjam melalui Lembaga Keuangan

Mikro”

3.5.2. Pelatihan Manajemen Usaha

Pelatihan pengelolaan usaha dan petunjuk teknis adalah kegiatan

pelatihan tentang teknik atau cara-cara mengelola keuangan,

memproduksi suatu barang/jasa serta cara-cara pengelolaan suatu

usaha.

Tujuan

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat

berkaitan dengan usaha yang akan atau sedang dikembangkan antara

lain meliputi : cara-cara memproduksi suatu barang, cara

memasarkannya, cara pengelolaan keuangan, dsb.

Hasil yang ingin dicapai

Peserta pelatihan memiliki kesiapan teknis untuk menjalankan usaha yang

akan dikembangkan.

Bahan dan alat yang diperlukan :

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media lainnya

� Alat tulis

� Buku referensi

Page 77: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

77

� Alat peraga

Strategi Pelaksanaan :

1. Persiapkan materi pelatihan secara matang.

2. Pelatihan perlu ditunjang oleh pengajar yang telah berpengalaman

pada bidang usaha yang akan dikembangkan misalnya untuk

pelatihan usaha “Ternak itik” harus ada instruktur yang sudah

berpengalaman dalam usaha ternak itik.

3. Kelompokan peserta pelatihan sesuai dengan jenis usahanya. Materi

yang bersifat umum, misalnya mengenai manajemen usaha, dapat

diberikan secara bersamaan kepada seluruh peserta. Sedangkan

untuk materi khusus, misalnya tentang proses produksi, harus diberikan

secara terpisah sesuai dengan kelompok usahanya.

4. Pada setiap akhir penyampaian materi, adakan diskusi

kelompok untuk melihat tingkat pemahaman terhadap materi

yang diberikan.

5. Usahakan agar program pelatihan dilengkapi dengan kegiatan

praktek, sehingga peserta betul-betul dapat menguasai bidang usaha

yang akan dikembangkan.

6. Akhiri kegiatan pelatihan dengan simulasi.

Kotak 4 Setiap kelompok menyusun rencana usaha dan diminta

menjelaskan bagaimana tahapan-tahapan kegiatan

yang akan dilakukan Sejas awal hingga kegiatan usaha

berjalan.

3.5.3. Penguatan dan Pembentukan Sistem Simpan Pinjam melalui

Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

Lembaga Keuangan Mikro adalah suatu lembaga yang telah ada atau

akan dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi menghimpun, mengelola,

dan menyalurkan dana untuk menunjang upaya pelaksanaan dan

pengembangan mata pencaharian bagi masyarakat. Salah satu bentuk

lembaga keuangan yang ada adalah BMT/LKM yang merupakan sebuah

organisasi profit yang memberikan pembagian keuntungan kepada

pelaku usaha dan anggotanya.

Penetapan BMT/LKM dipilih berdasarkan rekomendasi dari disain micro

finance consultant yang disetujui oleh PMU. BMT/LKM yang berkedudukan

di kabupaten, akan membentuk Unit Simpan Pinjam (USP) di desa / lokasi

Page 78: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

78

program yang akan dilayani. Struktur dan komposisi pengurus USP akan

dibentuk oleh BMT/LKM berdasarkan kebutuhan.

Apabila tidak terdapat BMT/LKM yang direkomendasi menjadi pengelola

dana bantuan untuk masyarakat, maka SETO, Fasilitator Masyarakat dan

Motivator Desa akan memfasilitasi proses pembentukan kelembagaan

keuangan mikro di tingkat desa/kampung.

Unit Simpan Pinjam sebagai perpanjang BMT/LKM atau lembaga

keuangan mikro yang baru dibentuk, secara garis besar terdiri dari

pengurus dan staf pengelola. Beberapa ketentuan yang terkait dengan

staff /anggota adalah sebagai berikut :

1. Staf/pengurus BMT/LKM bekerja secara proaktif untuk meningkatkan

pelaksanaan dan pengembangan usaha yang dilakukan oleh

anggotanya maupun masyarakat lainnya yang mendapat dukungan

dari COREMAP (Seed Fund).

2. Jumlah staf yang dimiliki terbatas dengan waktu kerja yang

disesuaikan dengan kebutuhan. Sebagian staf bekerja langsung di

masyarakat untuk mengidentifikasi/memverifikasi kegiatan-kegiatan

potensial yang akan didanai oleh lembaga ini, memantau penyaluran

dan penggunaan dana yang telah diberikan, serta mengevaluasi

kegiatan usaha tersebut.

3. Melakukan pelatihan-pelatihan (jika diperlukan) yang dilakukan

secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pengembangan usaha

kepada para anggotanya dan masyarakat umum, maupun dalam

pengembangan kapasitas kelembagaan. Pengurus USP atau

lembaga yang dibentuk baru akan mendapatkan pelatihan secara

profesional.

4. Menyediakan bantuan pemasaran produk untuk meningkatkan

keuntungan dari suatu jenis usaha, yang berdampak juga pada

meningkatnya pembagian hasil.

5. Lembaga ini dimulai dengan modal yang dikumpulkan dari

masyarakat atau mendapat bantuan dana dari pihak lain dalam

rangka penguatan modal, sehingga lembaga ini merupakan

lembaga mandiri yang tidak tergantung kepada program COREMAP.

Bentuk kelembagaan ini cocok untuk diterapkan di lingkungan

desa/kampung dan telah terbukti keberhasilannya serta memberikan

kesempatan bagi pengembangan usaha tidak hanya kepada

anggotanya tetapi juga kepada masyarakat luas.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

79

Tujuan

Meningkatkan akses terhadap modal serta dukungan bagi pelaksanaan

usaha-usaha masyarakat melalui aturan main yang jelas dan sistem yang

teratur.

Hasil yang ingin dicapai

� Adanya peningkatan skala dan kualitas kegiatan yang ditangani

oleh LKM/BMT melalui kerjasama dengan COREMAP.

� Terbentuknya lembaga keuangan mikro di desa/kampung (bila

belum ada) dengan dukungan teknis dari COREMAP.

Strategi Pelaksanaan Pembentukan Unit Simpan Pinjam / USP (terdapat

lembaga keuangan yang direkomendasi)

1. Konsultan keuangan mikro yang dikontrak oleh PMU akan membuat

pengkajian/ assessment terhadap lembaga keuangan mikro (micro

finance consultant) di setiap kabupaten dan desa lokasi COREMAP.

Lembaga yang paling aktif dan profesional akan dikontrak untuk

mendukung penguatan sistem pengelolaan keuangan di masyarakat

serta akan memberikan rekomendasi untuk sistem-sistem dan juga

pedoman teknis keuangan mikro.

2. Hasil kajian konsultan keuangan akan merekomendasi salah satu

BMT/LKM di kabupaten yang akan menjadi pengelola Seed Fund.

3. PMU akan melakukan penilaian atas disain tersebut, dan selanjutnya

memberikan konfirmasi persetujuannya.

4. BMT/LKM yang diunjuk akan dikontrak oleh PMU untuk memfasilitasi

pengelolaan Seed Fund bagi masyarakat.

5. Apabila BMT/LKM tidak memiliki unit-unit sampai pada tingkat desa,

maka BMT/LKM akan membuat Unit Simpan Pinjam (USP) sebagai

perpanjangannya di desa, agar lebih mudah diakses oleh masyarakat.

6. SETO dan Fasilitator Masyarakat akan memfasilitasi proses rekruitmen

pengurus dan staf yang akan bertugas pada USP.

7. BMT/LKM akan melaksanakan pelatihan administrasi dan pembukuan

bagi pengurus USP dalam hal pengelolaan keuangan di tingkat

desa/kampung.

8. USP akan melatih dan membantu kelompok masyarakat yang akan

mengajukan usulan usaha.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

80

9. Mekanisme pengajuan usulan, pencairan dan pengembalian dana

oleh kelompok masyarakat akan ditentukan berdasarkan kajian oleh konsultan keuangan mikro (sistem dan mekanisme dapat dilihat pada

pedoman umum pengelolaan keuangan mikro).

10. SETO, Fasilitator Masyarakat dan MD akan memfasilitasi proses

sosialisasi sistem keuangan mikro kepada kelompok masyarakat dan

masyarakat luas.

Strategi Pelaksanaan Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro (apabila

tidak terdapat lembaga keuangan yang direkomendasi)

1. Lembaga keuangan mikro yang sudah ada ataupun yang akan

dibentuk bukan merupakan bagian dari struktur LPSTK.

2. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa melakukan identifikasi

dan mengevaluasi kelembagaan keuangan yang telah ada serta

telah berjalan ditingkat desa/kampung,

3. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa melakukan sosialisasi

kepada masyarakat perihal rencana pembentukan kelompok usaha

bersama atau lembaga keuangan melalui sistem simpan pinjam,

4. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa dan LPSTK membuat

struktur serta kriteria calon pengurus dan staf pengelola kelompok

usaha bersama atau lembaga keuangan,

5. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa mengidentifikasi

masyarakat yang memiliki minat, motivasi dan keterampilan dalam

mengelola keuangan,

6. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa melakukan rekruitmen

orang-orang yang telah memenuhi syarat sesuai dengan

kesepakatan,

7. SETO, Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa memfailitasi proses

pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kelompok

usaha bersama atau lembaga keuangan, dan selanjutnya disyahkan

bersama melalui rapat anggota yang disaksikan oleh Kepala Desa

dan Badan Perwakilan Desa (BPD), dan

8. Pengurus dan staf yang telah diangkat akan memperoleh latihan-

latihan keorganisasian, analisis usaha, pengelolaan keuangan serta

administrasi dan pembukuan.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

81

3.5.4. Program Percontohan Pengembangan Teknologi Tepat Guna

Mata Pencaharian Alternatif (MPA) merupakan mata pencaharian atau

suatu usaha baru yang dikembangkan dalam rangka mengurangi atau

menghilangkan tekanan terhadap terumbu karang sekaligus untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Tujuan

Tujuan pengembangan MPA adalah untuk mengisi pendapatan nelayan

(dan pengguna sumberdaya karang yang lainnya) yang terkena dampak

akibat pengembangan pengelolaan sumberdaya laut secara

berkelanjutan. Secara tidak langsung mengurangi atau menghilangkan

cara-cara penangkapan ikan atau pemanfaatan sumberdaya laut

lainnya yang berakibat pada rusaknya terumbu karang.

Sasaran pengembangan MPA

Terbentuknya jenis-jenis usaha yang dapat diterima oleh masyarakat

sebagai mata pencaharian alternatif untuk merubah kegiatan

masyarakat dari yang bersifat merusak terumbu karang menjadi ramah

lingkungan serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir.

Langkah-Iangkah dalam pengembangan MPA

1. Menentukan kelompok sasaran yang akan mendapatkan manfaat

dengan keberadaan Pengelolaan

2. Membahas secara bersama dengan kelompok sasaran mengenai

jenis-jenis kegiatan yang mereka minati.

3. Mencari informasi tentang usaha-usaha yang diusulkan dari wilayah

lain

4. Mengkaji secara dalam setiap kegiatan MPA yang disarankan, serta

menulis ringkasan usaha tersebut (proposal kegiatan). Ringkasan jenis

kegiatan ini meliputi: teknik yang akan dipakai, modal yang diperlukan

untuk memulai usaha tersebut, periode siklus usaha serta hasil yang

diharapkan, risiko yang akan dihadapi dan cara mengatasi/antisipasi,

produk yang akan dibuat dan cara pemasaran, kepada siapa dan

dimana.

5. Jika diperlukan PMU akan menyediakan dukungan tenaga Ahli atau

teknisi praktis untuk membantu penyusunan ringkasan/proposal

kegiatan tersebut.

6. Jika berdasarkan hasil pengkajian, usaha diatas merupakan usaha

yang potensial, maka usaha tersebut akan ditawarkan melaui

Page 82: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

82

prosedur Dana Bantuan MPA kabupaten atau seed fund desa untuk

menyediakan modal awal.

7. Jika melalui Dana Bantuan MPA kabupaten atau seed fund desa

menyetujui untuk mendukung kegiatan tersebut fasilitator desa dan

motivator desa perlu melihat alasan penolakan pemberian modal

kepada usaha tersebut

8. Untuk semua kegiatan yang dapat didukung oleh COREMAP,

dilakukan pelatihan teknis dan manajemen yang berkaitan dengan

jenis usaha yang akan dikembangkan.

3.5.5. Dana Bantuan Mata Pencaharian Alternatif Kabupaten (District AIG

Fund)

a. Pengertian

Dana Bantuan MPA Kabupaten atau AIG District Fund adalah dana

pinjaman yang disediakan oleh COREMAP untuk mendorong

peningkatan usaha-usaha ekonomi di lokasi program. Secara spesifik AIG

District Fund ini untuk membiayai usaha-usaha ekonomi skala kecil dan

menengah yang mendukung pengembangan ekonomi di tingkat desa-

desa dalam wilayah Kabupaten yang menjadi lokasi Coremap yang

dapat menurunkan tekanan terhadap sumberdaya laut khususnya

terumbu karang. Yang mana setelah program berakhir dana bantuan

MPA ini dapat tetap dapat diakses oleh masyarakat yang dikelola oleh

pemerintah daerah setempat. Adapun pemanfaat dari dana bantuan ini

adalah pelaku-pelaku usaha yang sifat jenis usahanya tidak

bertentangan dengan kegiatan perlindungan sumberdaya alam.

Salah satu bentuk bantuan COREMAP untuk mendukung aktifitas

masyarakat dan pelaku usaha dalam melakukan rehabilitasi terumbu

karang dan usaha ekonomi produktif adalah Dana Bantuan MPA

Kabupaten. Untuk memanfaatkan dana bantuan tersebut akan dilewati

dua tahapan, yaitu pertama penyaluran Dana Bantuan MPA Kabupaten

dari COREMAP ke Lembaga Keuangan Mikro yang direkomendasi oleh

tenaga ahli keuangan mikro (micro finance consultant) yang tertuang

dalam disain pengelolaan Dana Bantuan MPA Kabupaten, kedua

penyaluran dana dari lembaga keuangan ke Pelaku usaha yang telah

mengajukan usulan dan telah mendapat rekomendasi dari PMU. Tahapan

tersebut adalah :

A. Proses Penyerahan Dana dari Lembaga Dana COREMAP ke Lembaga

Perbankan

Page 83: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

83

1. Konsultan Dana MPA Kabupaten/ menyusun desain MPA

kabupaten dan petunjuk teknisnya, termasuk penentuan lembaga

keuangan yang akan bekerjasama dengan PMU dalam

pemanfaatan Dana.

2. Project Implementation Unit (PMU) dan NCU memberikan

persetujuan terhadap desain District AIG Fund/Dana MPA

Kabupaten.

3. Pelaku usaha di Tingkat Desa, Kecamatan atau Kabupaten

mengajukan proposal kegiatan usaha ke PMU (Dokumen: Proposal

Usaha)

4. PMU melakukan verifikasi terhadap proposal kegiatan usaha yang

diajukan oleh Pelaku usaha,

5. PMU melaporkan daftar usulan yang diterima kepada NCU untuk

mendapatkan persetujuan (Dokumen : Surat Pengantar PMU,List

Proposal, Resume Proposal)

6. NCU mengeluarkan Surat Persetujuan ditujukan ke PMU (Dokumen :

Surat Persetujuan,ttd Dir. NCU)

7. PMU mengeluarkan rekomendasi persetujuan terhadap proposal

yang dinyatakan memenuhi syarat berdasarkan hasil verifikasi

(Dokumen: Surat Persetujuan, ttd oleh Ketua PMU)

8. PMU menyerahkan surat persetujuan dan resume proposal ke

Lembaga keuangan yang ditunjuk,

9. Pelaku Usaha dan lembaga keuangan membuat perjanjian yang

berisi antara lain memuat Nilai dan Masa Waktu Perjanjian, Sistem

Pembayaran, Mekanisme Pengembalian dan Sanksi (Dokumen:

MOU antar pelaku Usaha dan Lembaga Keuangan,ttd Kepala

Lembaga keuangan dan Pelaku Usaha)

10. Lembaga Keuangan menyerahkan Dokumen MOU ke PMU

11. PMU mengajukan permohonan pencairan anggaran ke KPPN

(Dokumen : Surat Persetujuan,Resume proposal,SPP)

12. KPPN melakukan pencairan anggaran ke Lembaga keuangan

(dokumen: Rekening Dana AIG)

13. Lembaga keuangan/Perbankan melakukan pencairan dana ke

rekening pelaku Usaha

14. Dana Bantuan MPA Kabupaten yang diterima oleh Pelaku Usaha

akan diawasi pengelolaannya oleh Lembaga Keuangan dan PMU

15. Pelaku Usaha memberikan Laporan Penggunaan Dana Bantuan

MPA Kabupaten ke Lembaga keuangan dan PMU. Setiap 3 bulan

Page 84: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

84

(Dokumen:laporan Progress kegiatan, Laporan

pertanggungjawaban Keuangan)

B. Proses Penyerahan Dana Bantuan MPA Kabupaten ke pelaku usaha,

sistem pengusulan, pencairan dan pengontrolan dana akan didesain

oleh AIG Fund design consultant yang akan dikontrak oleh PMU seperti

yang diterangkan diatas, namun diharapkan desain secara umum

seperti dibawah ini:

1. Pelaku usaha di Tingkat Desa, Kecamatan atau Kabupaten

mengajukan proposal kegiatan usaha ke PMU

2. PMU melakukan verifikasi terhadap proposal kegiatan usaha yang

diajukan oleh Pelaku usaha

3. PMU mengeluarkan rekomendasi persetujuan terhadap proposal

yang dinyatakan memenuhi syarat berdasarkan hasil verifikasi

4. Pelaku usaha mengajukan permohonan pencairan anggaran ke

Lembaga Perbankan berdasarkan rekomendasi persetujuan yang

dikeluarkan oleh PMU

5. Lembaga Perbankan melakukan pencairan anggaran ke Pelaku

usaha

6. Dana Bantuan MPA Kabupaten yang diterima oleh Lembaga

Perbankan akan diawasi pengelolaannya oleh PMU

7. Lembaga Perbankan secara reguler akan memberikan Laporan

Penggunaan Dana Bantuan MPA Kabupaten oleh Pelaku usaha ke

PMU.

b. Model Pengelolaan dan Jumlah Dana

Dana Bantuan MPA Kabupaten sebagai dana pinjaman diperuntukan

bagi Pelaku usaha skala kecil dan menengah, baik yang berdomisili di

tingkat Desa, Kecamatan ataupun Kabupaten. Pelaku usaha akan

meminjam Dana Bantuan MPA Kabupaten ini melaksanakan usaha

MPA/AIG yang dapat secara langsung memberikan penghasilan bagi

masyarakat di wilayah COREMAP serta mengurangi tekanan terhadap

terumbu karang dan ekosistem laut.

Tergantung kabupaten masing-masing namun secara umum Program

COREMAP akan menyediakan Dana Bantuan MPA Kabupaten kurang

lebih sebesar Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah) per tahun selama

4 Tahun (tidak lebih dari Rp. 1.200.000.000,- per kabupaten). Dana ini

dapat diakes oleh Pelaku usaha melalui Lembaga Perbankan di

Kabupaten yang ditunjuk oleh COREMAP melalui sistem skim pinjaman.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

85

c. Persyaratan

1. Mempunyai lembaga usaha yang telah berdiri minimal 1 tahun

dengan surat-surat kelengkapan usaha yang sah dari lembaga yang

berwenang

2. Pelaku usaha tidak dinyatakan dalam kondisi pailit dan tidak sedang

proses pelunasan kredit/pinjaman dari Lembaga Perbankan

3. Mempunyai usaha atau setidaknya berpengalaman dalam usaha-

usaha indusrti dan perdagangan

4. Proposal usaha yang diajukan dinilai layak kriteria dasar sebagai

berikut:

• Secara ekonomis/finansial beresiko rendah

• Usaha yang tidak membutuhkan alat-alat operasional yang terlalu berat atau berteknologi tinggi

• Usaha tersebut memerlukan penyertaan modal disamping modal usaha sendiri

• Usaha harus konsisten dengan strategi pada kerangka lingkungan dan sosial yang sudah disetujui oleh penmerintah daerah,

• Memiliki pasar yang jelas

• Ramah lingkungan yang secara langsung ataupun tidak memberikan sumbangan untuk mengurangi tekanan terumbu karang

• Aman untuk diopesionalkan

5. Ada pernyataan kesanggupan pengembaliaan dana dari Pelaku

usaha yang mengusul

6. Ada rekomendasi dari PMU terhadap usaha yang diajukan

7. Pelaku usaha menyetujui model skim pinjaman yang di buat oleh

COREMAP dan lembaga perbankan yang ditunjuk

8. Mendapatkan persetujuan usaha dari Lembaga Perbankan yang

ditunjuk.

d. Pengusulan, Pencairan dan Pengontrolan Dana

1. Pelaku usaha mengajukan proposal usaha ke PMU COREMAP

disertai Surat Permohonan Rekomendasi.

2. PMU melakukan penilaian dan verifikasi terhadap proposal usaha

yang diajukan. Jika usulan usaha dinilai layak, PMU akan akan

Page 86: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

86

memberikan rekomendasi ke Pelaku usaha yang mengusul.

3. Pelaku usaha mengajukan proposal usaha dan dokumen-dokumen

lembaga usahanya ke Lembaga Perbankan/keuangan yang

ditunjuk di sertai dengan dengan rekomendasi yang dikeluarkan

oleh PMU.

4. Lembaga Perbankan/Keuangan melakukan pemeriksaaan

terhadap dokumen-dokumen lembaga usaha. Jika lembaga usaha

tersebut dinilai oleh Lembaga Perbankan layak akan menerbitkan

Surat Kelayakan Pinjaman Usaha.

5. Lembaga Perbankan akan menyiapkan Draft Perjanjian Pinjaman

yang antara lain memuat Nilai dan Masa Waktu Perjanjian, Sistem

Pembayaran, Mekanisme Pengembalian dan Sanksi. Perjanjian

Kerjasama ini, selanjutnya dikonfirmasi kembali ke Pelaku usaha

pengusul.

6. Surat Perjanian Pinjaman selanjutnya ditandatangani oleh bersama

oleh Direktur Lembaga Perbankan dan Pelaku usaha yang

mengusul, serta diketahui oleh Ketua PMU.

7. Setelah pendatangan tersebut, Lembaga Perbankan akan

mencairkan dana pinjaman usaha ke rekening Pelaku usaha

pengusul.

8. Lembaga perbakan berkewajiban untuk melakukan pengontrolan

terhadap pengunaan yang dibantukan kepada Pelaku usaha.

9. Pelaku usaha secara reguler akan menyampaikan Laporan

Pengunaan Dana ke Lembaga Perbankan.

10. Dana yang dipinjamankan akan dikembalikan Pelaku usaha ke

Lembaga Perbankan sesuai mekanisme yang diatur dalam surat

Perjanjian Pinjaman.

11. Lembaga Perbankan/Keuangan melaporkan perkembangan

pemanfaatan dana kepada PMU setiap triwulan.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

87

Gambar 5. Mekanisme Pengelolaan Dana Bantuan MPA Kabupaten

3.5.6. Rekomendasi Pemilihan Jenis Usaha

Rekomendasi pemilihan jenis usaha adalah suatu proses/kegiatan untuk

memilih jenis usaha yang layak untuk dikembangkan berdasarkan

alternatif jenis usaha yang telah teridentifikasi menurut kriteria yang

ditentukan. Contoh rekomendasi alternatif jenis-jenis usaha dapat dilihat

pada Lampiran 7.

Tujuan

Untuk mendapatkan jenis usaha yang mudah dilaksanakan, memiliki pasar

yang jelas, menguntungkan, dan tidak memerlukan modal besar.

Hasil yang ingin dicapai

Jenis usaha yang memenuhi kriteria untuk dikembangkan sebagai Mata

Pencaharian Alternatif.

Bahan dan alat yang diperlukan

� Informasi sekunder mengenai jenis usaha

Project Management Unit (PMU)

LembagaPerbankan

Disain danPetunjukTeknisnya

Pelaku usaha(Desa / Kecamatan /

Kabupaten)

Persetujuan disain AIG/MPA

Fund dan juknisnya

Pengajuan usulanVerifikasi dan

Rekomendasi

Pengajuan

usulan

Pencairan

dana

1

2

5 6

7 8

LembagaPerbankan/Keuangan

Desain Dana Bantuan MPA Kabupaten

Petunjuk Teknisnya

Pelaku Usaha(Desa / Kecamatan /

Kabupaten)

Persetujuan disain District AIG

Fund dan Juknisnya

Persetujuan Pencairan Dana

Pengajuan usulanVerifikasi dan

Rekomendasi

Pengajuan

usulan

Pencairan

dana

Pelaporan

1

3

2 4

5 6

National Coordinating Unit (NCU)

Page 88: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

88

� Nara sumber dari Pelaku usaha yang sedang melaksanakan

kegiatan tersebut

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media lainnya

� Alat tulis

Strategi pelaksanaan

1. Melakukan pengkajian terhadap setiap jenis usaha yang telah

teridentifikasi, kemudian mempunyai pasar jelas atau barang-barang

yang memang dibutuhkan, urutkan sesuai dengan tingkat keunggulan

faktor-faktornya, misalnya

⇒ Mendapat dukungan dari masyarakat

⇒ Bahan baku mudah di dapat

⇒ Teknologi dikuasai oieh masyarakat

⇒ Menarik untuk dilaksanakan oleh para nelayan

⇒ Lolos pengkajian ”dampak lingkungan” – kegiatan yang bisa

didukung oleh program COREMAP

⇒ Konsisten dengan strategi yang terdapat pada kerangka

lingkungan dan sosial yang sudah disetujui oleh pemerintah daerah

⇒ Tidak menimbulkan dampak pada ekosistem terumbu karang

(ramah lingkungan)

⇒ Memberikan keuntungan yang cukup besar

⇒ Menyerap banyak tenaga kerja

⇒ Kebutuhan modal kecil

2. Berdasarkan urutan yang telah dibuat, pilih jenis usaha yang akan

ditetapkan untuk dikembangkan.

3. Untuk menjamin pemilihan jenis usaha yang tepat, lakukan studi

banding dengan jenis jenis usaha yang sama yang telah ada.

3.5.7. Penyusunan Studi Kelayakan

Studi kelayakan adalah suatu kajian tentang kelayakan ekonomis suatu

rencana usaha, yang meliputi kajian tentang jumlah modal yang

dibutuhkan, bagaimana modal tersebut dikembalikan, bagaimana

perkiraan tingkat keuntungan yang akan diperoleh, dsb.

Page 89: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

89

Tujuan

Untuk mengetahui jumlah modal yang dibutuhkan, kapasitas produksi

yang akan dicapai, perkiraan pendapatan, perkiraan tingkat

keuntungan, dan rencana pengembalian modal dari usaha yang akan

dikembangkan.

Hasil yang ingin dicapai

Studi kelayakan usaha yang berisi informasi tentang :

� Jenis usaha yang akan dikembangkan

� Jumlah modal yang dibutuhkan

� Kapasitas produksi

� Perkiraan pendapatan

� Perkiraan tingkat keuntungan

� Pola pengembalian modal

� Struktur organisasi pelaksanaannya

Bahan dan alat yang diperlukan

� Data sekunder mengenai jenis usaha tersebut

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media lainnya

� alat tulis

� Buku referensi

Strategi pelaksanaan

1. Bila dirasa perlu, lakukan studi banding dengan jenis jenis usaha yang

sama guna memperoleh informasi tentang teknik produksi, biaya

produksi dan harga jual.

2. Berdasarkan data hasil studi banding tersebut, susun suatu studi

kelayakan/ usulan kegiatan.

3. Lakukan pembahasan bersama guna mendapatkan masukan,

sehingga bisa dihasilkan suatu Usulan Kegiatan Usaha yang akurat dan

realisitis (lihat Lampiran 7)

Page 90: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

90

3.5.8. Pengembangan Pengelolaan dan Pemasaran Ikan Hidup

Pengembangan pengelolaan dan pemasaran ikan hidup dilakukan

dalam upaya meningkatkan penghasilan nelayan melalui usaha ikan

hidup. Mengingat peluang pemasaran ikan dalam keadaan hidup

cukup tinggi dengan harga pasar yang cukup tinggi pula.

Tujuan

Memberi kesempatan kepada nelayan untuk mendapatkan penghasilan

yang lebih tinggi per ekor ikan melalui pemasaran ikan dalam keadaan

hidup.

Hasil yang ingin dicapai

� Nelayan mendapatkan peningkatan pendapatan melalui harga per

ekor ikan hidup yang lebih tinggi

� Penangkapan ikan secara ramah lingkungan dibuktikan lebih

menguntungkan dari pada penangkapan illegal dengan sianide

dan bom

Bahan dan alat yang diperlukan

� Pelatihan perikanan karang secara berkelanjutan.

� Peluang untuk menembus ke pasar internasional melalui hubungan

pembeli ikan hidup di Hongkong

� Bahan bacaan ”Praktek penangkapan ikan hidup, penanganan,

transportasi dan pemasaran”

Strategi pelaksanaan

COREMAP akan membuat pilot program/kerjasama dengan lembaga

yang fokus pada masalah pemasaran ikan karang hidup di beberapa

Kabupaten. Setelah membuktikan pendekatan layak dan

menguntungkan nelayan serta melestarikan lingkungan, bisa diterapkan

di wilayah COREMAP lain.

3.5.9. Seed Fund Desa

COREMAP akan memberikan dukungan dana kepada masyarakat di

desa-desa COREMAP. Setiap dana yang diberikan harus dimanfaatkan

secara transparan demi pencapaian tujuan COREMAP.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

91

a. Pengertian

Seed Fund Desa adalah dana bantuan dari Pemerintah kepada

masyarakat, dimana mekanisme pengembangan dana tersebut akan

diatur berdasarkan hasil kajian dari Konsultan Keuangan Mikro yang

dikontrak oleh PMU. Pencairan Seed Fund Desa dilakukan oleh LKM/BMT.

Diharapkan Seed Fund Desa ini akan berkembang dan bergulir, sehingga

secara berkesinambungan dapat memberi bantuan kepada usaha-

usaha yang dikembangkan oleh masyarakat di desa. Konsultan Mikro

Finance akan membuat desain lebih rinci mengenai mekanisme sistem

pengelolaan Seed Fund Desa dan pedoman teknis pelaksanaannya,

tetapi diharapkan umumnya seperti digambarkan di bawah ini.

Mekanisme pencairan dana dapat dilihat pada Gambar 6.

Seed Fund Desa adalah dana bantuan yang disiapkan oleh COREMAP

untuk mendukung pengembangan usaha-usaha ekonomi produktif yang

diusahaan oleh masyarakat melalui LKM/BMT.

b. Model Pengelolaan dan Jumlah Dana

Seed Fund Desa ini pengelolaannya dilakukan dengan model Dana

Bergulir (revolving fund), sehingga diharapkan berkembang dan

menjadi dana bergulir dan memberi bantuan kepada usaha-usaha

yang dikembangkan oleh masyarakat di desa. Dalam

pelaksanaannya, Peminjam yang mendapatkan bantuan Seed Fund

Desa berkewajiban untuk melakukan pengembalian, sehingga dana

tersebut dapat digulirkan/dibantukan kembali.

Seed Fund Desa ditentukan besarnya sejumlah Rp. 50.000.000,- (Lima

Puluh Juta Rupiah) untuk setiap desa lokasi COREMAP. Jumlah dana

tersebut untuk membiayai sejumlah usaha ekonomi produktif yang

diusulkan oleh masyarakat. Seed Fund Desa yang diberikan untuk

membiayai setiap usaha ekonomi produktif yang diusulkan Peminjam

harus ada kontribusi (misalnya 30%).

c. Persyaratan

a. Usaha ekonomi produktif dinilai layak dengan kriteria dasar sebagai

berikut:

� Jenis usaha yang diusulkan layak secara ekonomis/finansial

beresiko rendah

� Teknologi dapat dikuasai oleh masyarakat

� Memerlukan modal rendah

Page 92: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

92

� Memiliki pasar yang jelas

� Ramah lingkungan yang secara langsung ataupun tidak

memberikan sumbangan untuk mengurangi tekanan terumbu

karang

� Aman untuk diopesionalkan

� Harus mengikuti kerangka pengelolaan dampak lingkungan dan

sosial

b. Ada pernyataan kesanggupan pengembaliaan dana dari

c. Ada peryataan pernyataan kesanggupan keswadayaan

d. Usulan usaha ekonomi produktif mendapatkan persetujuan LKM/BMT

dengan koordinasi dari LPSTK, SETO dan Fasilitator Masyarakat.

d. Contoh Jenis Usaha Ekonomi Produktif

1. Pengalihan cara penangkapan ikan dari cara yang merusak

(misalnya penangkapan ikan dengan sianida)

2. Pembuatan es

3. Pembuatan kotak pendingin untuk penyimpanan ikan

4. Pengolahan ikan pasca panen

5. Budidaya rumput laut (sea weed)

6. Budidaya ikan atau moluska dengan teknologi yang telah teruji

7. PenyeIaman (snorkeling) atau kegiatan wisata lain yang tidak

mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan

8. Kerajinan tangan yang bahan dasarnya bukan dari biota-biota laut

9. Pengadaan Rumpon (artificial fishing ground) di luar areal terumbu

karang

10. Dan lain-lain yang tidak merusak sumberdaya laut

e. Pengusulan dan Pencairan Dana

1. Rincian mengenai pengusulan dan pencairan Seed Fund Desa

akan disiapkan oleh Konsultan Micro Finance.

2. Konsultan Micro Finance akan membuat desain sistem pengelolaan

Seed Fund Desa dan pedoman teknisnya.

3. Desain sistem pengelolaan Seed Fund Desa termasuk pedoman

teknisnya akan disetujui oleh PMU dan NCU, dan akan menjadi

sistem untuk pengusulan dan pencairan dana.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

93

4. Pencairan dana Seed Fund dari KPPN ke rekening LKM/BMT yang

ditunjuk dilakukan dalam dua tahapan pencairan. Tahap I 50%

setelah LPSTK melaporkan hasil evaluasi proposal bersama LKM/BMT

ke PMUdan tahap II 50% setelah dana tahap I digulirkan.

f. Pemantauan, Pelaporan dan Pengembalian Dana

1. Dana yang dipinjam oleh masyarakat harus diperuntukan

sepenuhnya untuk operasionalisasi usaha yang diusulkan

2. Fasilitator Masyarakat dan motivator desa melakukan asistensi

terhadap usaha masyarakat

3. Jika ada indikasi penyahlagunan dana yang dibantukan, Fasilitator

Masyarakat atau motivator desa berkewajiban untuk memberikan

laporan ke LKM/BMT dan LPSTK. Selanjutnya LPSTK akan melakukan

verifikasi ke . Berita Acara hasil verifikasi ini selanjutnya akan

diserahkan ke LKM/BMT. Jika terbukti terdapat penyalahgunaan

anggaran, akan dikenakan sanksi sesuai yang diatur dalam

Perjanjian Pinjaman antara LKM dan.

4. Pengembalian dana bantuan akan dilakukan secara langsung oleh

Peminjam ke LKM. Sistem pengembalian dana didasarkan pada

masa waktu dan presentasi keuntungan usaha yang selajuntnya

diatur dalam Perjanijian Kerjasama antara LKM dan Peminjam.

5. Dana pengembalian dari Peminjam yang mendapatkan bantuan

dana akan disimpan dan dituangkan dalam satu pembukaan

LKM/BMT yang terpisah dari dana-dana lainnya.

6. LKM/BMT secara reguler (setiap bulannya) akan menyampaikan

Laporan Pengunaan dan Pengembalian dana ke PMU untuk semua

Peminjam.

7. Dana pengembalian ini akan digulirkan kembali

Page 94: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

94

Gambar 6. Mekanisme Pengelolaan Seed Fund Desa

Mekanisme Pengelolaan Seed Fund Desa

A. Proses Penyerahan Dana dari PMU ke LKM

1. Konsultan Mikro Finance menyusun desain Seed Fund Desa dan

petunjuk teknisnya.

2. Project Implementation Unit (PMU) dan NCU memberikan

persetujuan terhadap desain Seed Fund Desa.

3. Pokmas mengusul proposal ke LPSTK (Dokumen:Proposal Usaha)

4. LPSTK memverifikasi proposal (Dokumen: Surat Verifikasi proposal)

5. LPSTK menyerahkan list proposal yang telah diverifikasi dan

dokumen proposal Usaha (Dokumen;Daftar Verifikasi

Proposal,Proposal Usaha)

6. LPSTK memberikan Surat Kerjasama dengan LKM (Dokumen: MOU

antar LKM/BMT dengan LPSTK,Rekening LKM)

Project Implementation

Unit (PMU)

Lembaga Pengelolan Sumberdaya

Terumbu Karang (LPSTK)

Persetujuan disain micro

finance

Disain micro finance KPPN

Lembaga Keuangan

Mikro (LKM)

Fasilitator Masyarakat

Motivator Desa

Kelompok Masyarakat

SETO

Kelompok

Masyarakat

Fasilitasi penyusunan

proposal

Asistensi

Pencairan

Pengembalian

Persetujuan dan

Pencairan dana

Permohonan

penyerahan dana

Pengawasan

dan

pelaporan

Proses Penyerahan

dari PMU ke LKM

Proses Penyerahan Seed

Fund dari LKM ke Pokmas

1 2

3

4

5

6 7

Project Management

Unit (PMU)

Lembaga Pengelolan Sumberdaya

Terumbu Karang (LPSTK)

Persetujuan disain micro

Finance Konsultan oleh PMU & NCU

Disain micro finance KPPN

Lembaga Keuangan

Mikro (LKM/BMT)

Fasilitator Masyarakat

Motivator Desa

Peminjam (Individu/Kelompok

SETO

Fasilitasi penyusunan

proposal

Pencairan Seed Fund Desa

Pengembalian

Persetujuan dan

Pencairan dana

Permohonan

penyerahan dana

Pengawasan

dan

pelaporan

Proses Penyerahan

Dana dari PMU ke LKM

Proses Penyerahan Seed

Fund dari LKM ke Pokmas

1 2

3

5

4

6 7

Peminjam (Individu/Kelompok)

Page 95: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

95

7. PMU mengajukan permintaan pencairan dana Seed Fund Desa ke

KPPN (Dokumen;SPP,Resume Proposal)

8. KPPN mencairkan dana ke LKM/BMT atau Lembaga Perbankan

yang ditunjuk oleh PMU

9. Dana Seed Fund Desa yang diterima oleh LKM/BMT akan diawasi

pengelolaannya oleh LPSTK dan PMU

10. LKM/BMT secara reguler akan memberikan Laporan Penggunaan

dan Pengembalian dana Seed Fund Desa oleh Peminjam ke LPSTK

(Dokumen: Laporan Progress kegiatan, laporan

pertanggungjawaban keuangan)

11. LPSTK secara reguler memberikan laporan perkembangan

pemanfaatan dana Seed Fund ke PMU. (Dokumen : Lap.

Pemanfaatan Dana Seed Fund)

3.5.11. Dana Bantuan Desa (Village Grant)

a. Pengertian

Dana Bantuan Desa adalah dana bantuan hibah yang disediakan oleh

COREMAP untuk mendukung pembiayaan kegiatan pengelolaan

terumbu karang dan pembangunan prasarana dasar desa.

b. Model Pengelolaan dan Jumlah Dana

Dana Bantuan Desa adalah dana habis (hibah) yang akan dikelola oleh

Lembaga Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK).

Pengelolaan penggunaan dana ini terintegrasi dalam Rencana

Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) yang dihasilkan.

Program COREMAP akan menyediakan Dana Bantuan Desa sebesar Rp.

100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) untuk setiap desa lokasi COREMAP.

Jumlah dana tersebut dipergunakan untuk membiayai beberapa

kegiatan pembangunan fisik sarana dan prasarana desa.

Dana Bantuan Desa yang diperuntukan untuk kegiatan pembangunan

fisik sarana dan prasarana desa, diharapkan terdapat kontribusi dari

masyarakat. Bentuk kontribusi masyarakat sebesar 30 % ini dapat berupa

tenaga kerja, barang, uang tunai atau kombinasi dari ketiganya. Semua

aktivitas terkait dengan Dana bantuan Desa ini harus mengikuti strategi

yang terdapat dalam kerangka pengelolaan lingkungan dan sosial yang

telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat.

Page 96: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

96

c. Sasaran Penggunaan Dana dan Jenis Kegiatan

Sarasan Penggunaan Dana Bantuan Desa diketegorikan dalam 3 bagian

program/ kegiatan. Antara lain contohnya termasuk :

1. Program pembangunan sarana dana prasarana desa, seperti:

• Bangunan untuk memantau zona lindung

• Pengembangan Pusat Informasi di desa

• Sistem penyediaan air tawar untuk keperluan masyarakat

• Dermaga kecil

• Dinding penahan gelombang

• Perbaikan sanitasi desa

• Listrik desa

2. Program-Program Koservasi dan Rehabilitasi, seperti :

• Pembuatan tanda batas Daerah Perlindungan Laut

• Pemasangan papan informasi atau pencetakan poster

lingkungan

• Penanaman pohon bakau untuk menahan abrasi dan

memperbaiki ekosistem pantai

• Kegiatan pemantauan oleh masyarakat

• Restocking ikan/biota

3. Program-program Peningkatan Kapasitas Masyarakat, seperti :

• Pelatihan Penilaian Kondisi Terumbu Karang

• Pelatihan Pengelolaan Kelompok

• Pelatihan Pengelolaan Keuangan

• Pelatihan Guide Selam dan Wisata

• Pelatihan Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja

Nelayan,

• Pelatihan MCS berbasis masyarakat

Page 97: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

97

d. Persyaratan Pemanfaatan

1. Dokumen hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Rencana

Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) telah tersusun dan

ditandatangani oleh Kepala Desa dan BPD sebagai suatu

dokumen yang disepakati oleh masyarakat di bawah koordinasi

Lembaga Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK)

2. Dokumen Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) telah

divalidasi oleh PMU dengan menggunakan format validasi yang

telah disiapkan oleh NCU,

3. Program/kegiatan yang diusulkan merupakan bagian integral yang

tertuang dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Terumbu Karang

/RPTK (Upaya Perlindungan /Konservasi, Upaya Pengembangan

Mata Pencaharian Altenatif, Upaya Pengembangan Dana Usaha

Produktif Desa, Upaya Pembangunan Sarana dan Prasarana Sosial

beserta program rencana aksinya dan kelembagaannya)

4. Permohonan bantuan dana harus konsisten dengan RPTK untuk

pembangunan prasarana harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

� Prasarana yang akan dibangun dapat menunjang keberhasilan

pengelolaan terumbu karang

� Dapat memberikan manfaat bagi sebagian besar masyarakat.

� Menggunakan tenaga kerja setempat

� Sebanyak mungkin menggunakan bahan-bahan lokal.

� Konstruksi, instalasi, pengoperasian, dan perawatannya sesuai

dengan kemampuan teknologi di tingkat desa

� Kegiatan ada sustainability plan – yang membuktikan

berkelanjutan pemanfaatan jangka panjang dan ikut kerangka

pengelolaan lingkungan dan sosial

� Prasarana yang akan dibangun tidak mengganggu lingkungan

dan aman untuk diopersionalkan

� Bantuan dana yang diperlukan berada dalam kisaran

anggaran dana bantuan yang tersedia.

� Ada kejelasan bentuk dan nilai kontribusi masyarakat terhadap

kegiatan yang diusulkan.

� Permohonan bantuan dana diusulkan oleh Kelompok

Masyarakat (Pokmas) melalui LPSTK dengan persetujuan

Pemerintah Desa.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

98

� Proposal diajukan ke PMU dan mendapatkan respon

(disetujui,ditolak dengan catatan atau ditolak)

� LPSTK membuka rekening bank (bank account) dan memiliki

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau nomor rekening lain

seperti rekening bendahara desa, program lain yang terdapat

didesa,

� Jumlah dana yang disalurkan oleh PMU ke LPSTK berdasarkan

dan disesuaikan dengan jumlah usulan dana kegiatan yang

disetujui.

� Dana akan disalurkan dalam 2 (dua) tahap dimana tahap

kedua dapat dicairkan setelah aturan yang terdapat dalam

dokumen RPTK diformalkan/dilegalkan dalam Peraturan Desa

(PERDES)

e. Pengusulan dan Pencairan Dana

1. Pokmas didampingi oleh Fasilitator Masyarakat dan motivator

desa menyusun proposal kegiatan dan rencana anggaran biaya

secara lengkap, yang terdiri dari deskripsi program secara umum,

rencana teknis, disain gambar dan rencana anggaran biaya

(sesuai dengan format yang telah ada). Kegiatan yang diusulkan

tersebut bagian dari proram/kegiatan yang tertuang dalam RPTK,

sehingga dalam proposal yang dibuat harus muncul rasionalitas

keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan dengan RPTK.

2. Pokmas mengajukan proposal lengkap ke LPSTK disertai dengan

Surat Pengantar Proposal dari Ketua Pokmas. Jika kegiatan yang

diusulkan adalah kegiatan pembangunan sarana fisik

desa/kampung, maka harus dilengkapi dengan Surat Pernyataan

dari anggota-anggota Pokmas tentang nilai dan bentuk

kontribusi pokmas/masyarakat di dalamnya.

3. LPSTK didampingi Fasilitator Masyarakat dan Motivator Desa

melakukan konsultasi dengan Pemerintah Desa dan Badan

Perwakilan Desa (BPD). Hasil konsultasi ini dituangkan dalam

Berita Acara yang ditangani bersama oleh Kepala Desa dan

Ketua LPSTK.

4. LPSTK didampingi SETO melakukan verifikasi dan koordinasi

terhadap proposal kegiatan yang diajukan Pokmas. Jika proposal

kegiatan yang diajukan Pokmas dinyatakan layak, SETO dan

Ketua LPSTK akan menandatangi Berita Acara persetujaun hasil

penilaian dan verifikasi.

5. LPSTK mengajukan proposal kegiatan Pokmas ke Project

Page 99: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

99

Management Unit (PMU) disertai Surat Pengantar Proposal dari

Ketua LPSTK dengan beberapa kelengkapan sebagai berikut:

a. Dokumen RPTK.

b. Berita Acara hasil verifikasi dan koordinasi CAMAT, SETO dan

Ketua LPSTK.

c. Berita Acara hasil konsultasi Kepala Desa dan Ketua LPSTK.

6. PMU COREMAP bersama-sama dengan konsultan menilai

kelayakan teknis dari RPTK dan proposal kegiatan yang diajukan

LPSTK. Hasil penilaian ini dituangkan dalam Berita Acara yang

datandatangi oleh Ketua PMU COREMAP.

7. Jika hasil penilaian diterima, PMU akan menyiapkan Perjanjian

Kerjasama yang antara lain memuat Nilai dan Masa Waktu

Perjanian, Sistem Pembayaran/Termin, dan Sanksi. Perjanjian

Kerjasama ini, selajutnya dikonfirmasi kembali ke LPSTK pengusul.

8. KPPN mengeluarkan Surat Perintah Membayar ke LPSTK melalui

rekening LPSTK yang ada di Bank.

9. Penandatangan dalam rekening LPSTK atau rekening lain yang

digunakan paling sedikit terdiri dari 2 orang yaitu Ketua dan

Bendahara.

f. Pengelolaan Dana

� Dana yang dibantukan sepenuhnya dipergunakan unutk

membiayai kegiatan dan pembelian barang barang-barang yang

dibutuhkan dalam kegiatan tersebut

� Pembelian barang yang dibutuhkan sedapat mungkin dibeli dari

pemasok yang ada di desa setempat. Jika harga di atas Rp. 15

juta penetapan harga beli didasarkan pada sedikitnya tiga

pembanding harga penawaran

� Jenis-jenis barang yang dibeli harus sesuai dengan daftar yang

tercantum dalam proposal kegiatan yang diusulkan

� Setiap item pengeluaran dana harus ditulis dalam 1 pembukuan,

dilengkapi dengan dengan bukti/kwitansi pembelian atau

pengeluaran

� Bendahara LPSTK setiap bulannya merekapitulasi jumlah anggaran

yang ada dan menyusun laporan penggunaannya.

g. Sistem Pencairan Dana

Pencairan dana dilakukan sebanyak 2 tahap, yaitu :

Page 100: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

100

(1) Pencairan dana tahap I, sebesar 50 % dilakukan setelah

dokumen hasil PRA dan dokumen RPTK divalidasi dan

ditandatangani persetujuan proposal oleh PMU,

(2) Pencairan dana tahap II, sebesar 50 % dilakukan setelah

pelaksanaan pekerjaan mencapai kemajuan 90 % dari

pemanfaatan dana tahap I yang dibuktikan dengan laporan

oleh Ketua LPSTK diverifikasi oleh Kepala Desa, Fasilitator dan

SETO dan diformalkannya aturan-aturan yang terdapat dalam

RPTK sebagai peraturan desa /Perdes (dibuktikan dengan

lampiran Perdes tersebut)

h. Sistem Pelaksanaan Pekerjaan

(1) LPSTK membentuk panitia pelaksana yang terdiri dari 4 orang,

masing-masing 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang

bendahara dan 1 orang pembantu umum,

(2) Panitia pelaksana memilih dan menentukan pihak yang akan

melaksanakan pekerjaan (perseorangan / tidak berbadan hukum

atau perusahaan / berbadan hukum),

(3) Panitia pelaksana dan pelaksana pekerjaan menandatangani

Kontrak Kerja sebelum memulai pekerjaan,

(4) Pelaksana pekerjaan akan membuat laporan kemajuan pekerjaan,

apabila akan melakukan penagihan dana,

(5) Laporan kemajuan pekerjaan termasuk penggunaan biaya akan

diinformasikan oleh panitia pelaksana kepada masyarakat umum

meialui papan transparansi (yang disiapkan pada pusat informasi

desa / kampung) dan pengumuman di rumah-rumah ibadah,

(6) Sebelum serah terima hasil pekerjaan, pelaksana pekerjaan akan

melaporkan secara rind hasil pekerjaan dihadapan panitia

pelaksana,

(7) Setelah panitia pelaksana menganggap hasii yang dilaporkan oleh

pelaksana pekerjaan sesuai dengan master plan I rencana umum,

maka dibuat Berita Acara serah terima hasil pekerjaan yang

ditandatangani oleh panitia pelaksana dan pelaksana pekerjaan,

dan

(8) Panitia pelaksana membuat laporan rekapitulasi pelaksanaan

pekerjaan (substansi dan keuangan) dan menyerahkan ke PMU.

i. Pemantauan dan Pelaporan

� Fasilitator Masyarakat bertanggungjawab untuk memantau

Page 101: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

101

kegiatan yang dijalankan oleh LPSTK dan alokasi penggunaan

dana untuk pembiayan kegiatan dimaksud. Hasil pemantauan

Fasilitator Masyarakat akan dilaporkan secara reguler ke SETO.

� LPSTK didampingi oleh Fasiliator Masyarakat setiap bulannya

menyusun Laporan Kemajuan Hasil dan Laporan Penggunaan

Dana ke PMU.

� Jika kegiatan yang dilaksanakan oleh LPSTK tidak berjalan seperti

yang diharapkan, termasuk kesalahan terhadap penggunaan

anggaran, maka PMU dapat menghentikan atau peninjauan ulang

kegiatan dan bantuan dana yang diberikan.

� Pada akhir masa pelaksanaan kegiatan, SETO, PMU dan LPSTK

secara bersama akan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang

dilaksanakan.

Page 102: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

102

Gambar 7. Diagram Proses Pengajuan Dana Bantuan Desa (Village Grant Fund)

oleh LPSTK

Mekanisme Pengelolaan Bantuan Desa (Block Grant Village)

1) Kebutuhan pembangunan desa/kampung untuk mendukung

pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang akan

diidentifikasi oleh kelompok-kelompok masyarakat melalui diskusi

dusun.

2) Hasil identifikasi kebutuhan, akan dikaji bersama untuk menentukan

jenis-jenis kegiatan yang relevan. Jenis kegiatan yang dipilih,

selanjutnya didiskusikan dan dibahas ditingkat desa/kampung atas

fasilitasi Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa.

Project Implementation

Unit (PMU)

Lembaga Pengelolan Sumberdaya

Terumbu Karang (LPSTK)

KPPN

Fasilitator Masyarakat

Motivator Desa

Kelompok Masyarakat

Kelompok

Masyarakat

Verifikasi

National Coordinating Unit

(NCU)

PEMDES / BPD

Fasilitasi penyusunan

proposal

Verikasi

Konsultasi dan

pelaporan

SETO + CAMAT

BANK

Pencairan

Village Grant

Permohonan

pembayaran Supervisi dan

pelaporan

Setuju

Tolak

1

2

3

4

5

6

Project Management

Unit (PMU)

Lembaga Pengelolan Sumberdaya

Terumbu Karang (LPSTK)

KPPN

Fasilitator Masyarakat

Motivator Desa

Kelompok Masyarakat

Kelompok

Masyarakat

Koordinasi

National Coordinating Unit

(NCU)

PEMDES / BPD

Fasilitasi penyusunan

proposal

Verikasi

Konsultasi dan

pelaporan

SETO + CAMAT

BANK

Pencairan

Village Grant

Permohonan

pembayaran Supervisi dan

pelaporan

Setuju

Tolak

1

2

3

4

5

6

Page 103: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

103

3) Jenis-jenis kegiatan yang disepakati untuk diusul mendapatkan

fasilitas Village Grant dibuatkan proposal oleh kelompok masyarakat

atas bantuan dan asistensi dari Fasilitator Masyarakat dan Motivator

Desa.

4) Proposal-proposal kegiatan yang telah dibuat, selanjutnya diajukan

ke LPSTK. Proposal yang masuk akan diverifikasi oleh tim khusus yang

dibentuk oleh LPSTK bersama Fasilitator Masyarakat dan Motivator

Desa. Selanjutnya hasil verifikasi dikonsultasikan dengan Kepala Desa

dan Badan Perwakilan Desa untuk disetujui menjadi program

pembangunan desa.

5) Proposal yang telah ditesujui pada masing-masing desa, selanjutnya

diteruskan ke PMU di kabupaten melalui SETO. Sebelum tiba di PMU,

SETO akan memverifikasi proposal-proposal tersebut dan

mengkoordinasikannya dengan Camat. Selanjutnya Camat akan

memasukkan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi program

pembangunan kecamatan, dan akan memantau dan mengevaluasi

pelaksanaannya.

6) SETO menyerahkan proposal-proposal kegiatan ke PMU. Selanjutnya

PMU akan menilai proposal-proposal secara substansi dan

penganggarannya. Dalam waktu tidak lebih dari 7 hari, PMU

menetapkan hasil penilaiannya. Proposal yang dianggap belum

lengkap akan dikembalikan untuk dilakukan

perbaikan/penyempurnaan. Proposal yang dinyatakan tidak layak

akan ditolak, sementara proposal yang dinyatakan layak akan

disetujui. Setelah berkoordinasi dan berkonsultasi dengan NCU perihal

hasil penilaian, maka selanjutnya PMU membuat surat perintah

pembayaran ke KPKN.

7) Dalam waktu yang tidak lebih dari 10 hari, KPKN akan mencairkan

Village Grant ke masyarakat melalui rekening bank LPSTK atau

rekening lain yang disepakati.

8) LPSTK akan membentuk panitia pelaksana yang akan menjadi

penanggung jawab melaksanakan pekerjaan. Apabila masyarakat

tidak dapat melaksanakan pekerjaan tersebut, maka panitia

pelaksana akan menunjuk pihak ketiga setelah ada kesepakatan

kerja yang dituangkan dalam kontrak kerja.

9) Pemantauan pekerjaan akan dilakukan oleh SETO, Fasilitator

Masyarakat, Camat, Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa.

10) Apabila pekerjaan telah rampung, LPSTK akan membuat laporan

pelaksanaan pekerjaan yang dibantu dan diasistensi oleh SETO dan

Fasilitator Masyarakat. Laporan selanjutnya diserahkan ke PMU dan

ditembuskan ke NCU.

Page 104: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

104

3.6. Pemantauan Hasil Penangkapan oleh Nelayan

Pengumpulan data ilmiah merupakan hal penting didalam mengevaluasi

keberhasilan dari kegiatan COREMAP terhadap perbaikan kondisi

sumberdaya ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait.

Di dalam dunia perikanan, terdapat nelayan-nelayan yang berpartisipasi

dalam memelihara dan meningkatkan sumberdaya ikan, dimana

nelayan-nelayan tersebut memberikan pengetahuan/pengalaman serta

menyediakan jasa mereka kepada pihak-pihak yang berwenang dalam

penelitian dan pengelolaan perikanan. Nelayan-nelayan ini mempunyai

peranan yang besar dalam menyediakan data dan informasi untuk

menghitung hasil tangkapan per unit upaya (Catch Per Unit Effort-CPUE)

yang digunakan untuk memantau kualitas sumberdaya (pers. Com. Lyod,

2003).

Sebagian besar dari nelayan yang berada di kabupaten lokasi COREMAP

menunjukkan keinginannya untuk berpartisipasi dalam pengumpulan

data. Antusias nelayan ini perlu dimanfaatkan secara baik dan

dikembangkan.

Manajer-manajer COREMAP II akan menyediakan lembar-lembar isian

yang sederhana sehingga mudah diisi oleh setiap orang yang terlibat.

Petunjuk pengambilan data dapat dilihat di Pedoman Umum Led

Community Fisheries.

Tujuan

Menyediakan data CPUE sebagai indikator dari perbaikan ekosistem dan

sumberdaya terkait. Dimana, data CPUE tersebut dihitung berdasarkan

data harian yang dikumpulkan oleh nelayan.

Hasil yang Diinginkan

Dengan melibatkan nelayan didalam pemantauan diharapkan

ketersediaan data yang akurat dan dapat digunakan untuk menghitung

keberhasilan dari kegiatan COREMAP di kawasan-kawasan yang dikelola.

Strategi pelaksanaan

a. Identifikasi metode pengumpulan data yang sesuai

COREMAP bersama dengan konsultan perikanan di PMU dan NCU

CRITC dan Dinas Perikanan akan mengidentifikasi metode

Page 105: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

105

pengumpulan data yang sesuai, sehingga dapat dilakukan dengan

mudah dan tepat oleh masyarakat yang terlibat.

b. Plot lokasi dan posisi penangkapan ikan ke peta

COREMAP akan menyediakan peta dasar yang sederhana dan

terbagi kedalam grid-grid (kotak-kotak yang memiliki lintang bujur

yang jelas dan sederhana) untuk digunakan oleh nelayan dalam

penentuan lokasi dan posisi menangkap ikan. Peta dasar ini harus

tahan air dan memiliki ketahanan terhadap kondisi yang tidak baik di

lapangan.

c. Pembuatan lembar isian sederhana dan tepat

Lembar isian yang dibuat harus sederhana dan tepat, dan tidak

menimbulkan keraguan bagi penggunanya. Pengelompokan data

berdasarkan jumlah tangkapan, jenis/ukuran kapal, alat tangkap,

waktu penangkapan, jumlah nelayan harus mempunyai unit/satuan

dan system pengelompokkan yang jelas. Lembar isian ini harus

memuat tanggal, nama kapal/perahu atau kelompok nelayan dan

pelaksana. (contoh lembar isian untuk CPUE).

d. Penentuan spesies (biota) indikator, contoh: ikan, lobster, dll.

Penentuan spesies indikator yang akan digunakan untuk mengukur

dampak kegiatan COREMAP terhadap ekosistem terumbu karang dan

sumberdaya terkait harus melibatkan masyarakat dan pihak-pihak

terkait.

Spesies indikator dapat merupakan spesies (jenis ikan tertentu) yang

menjadi tujuan utama penangkapan atau spesies yang dapat

digunakan untuk memantau kesehatan terumbu karang.

Gambar spesies indikator sebaiknya tercantum di dalam lembar isian,

sehingga memudahkan nelayan untuk mengenali spesies tersebut

secara visual.

Page 106: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

106

XX

1 2 3 4 1 2 3 4

GRID

Name Date

ANNEX 3

Gambar 8. Spesies Indikator

e. Motivator Desa bertanggung jawab terhadap penyampaian hasil

pemantauan (CPUE) dalam mendukung pengumpulan, membuat

lembar isian, dan menyajikan hasil secara sederhana setiap bulan,

serta menjaga kerahasian data dan informasi kepada nelayan

lainnya.

Penyampaian analisis hasil tangkapan dalam bentuk CPUE kepada

masyarakat, terutama nelayan akan memberikan manfaat nyata

dalam rencana operasi penangkapan dan pengelolaan perikanan,

mendorong terciptanya diskusi antar nelayan dan masyarakat, serta

menjaga keterlibatan nelayan dalam kegiatan ini.

3.7. Pembentukan Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (Siswasmas)

Pembentukan sistem pengawasan terumbu karang adalah suatu proses

untuk merumuskan dan menetapkan organisasi, tata hubungan dan

tatacara yang harus diikuti dalam melakukan kegiatan pengawasan

terhadap sumberdaya terumbu karang dan ekosistem terkait.

Metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan merupakan

salah satu ancaman terbesar terhadap perikanan berkelanjutan di

wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur. Faktor-faktor lain yang

mendukung semakin maraknya kegiatan ini adalah: mudahnya akses

untuk mendapatkan bahan-bahan yang digunakan dalam

penangkapan ikan secara ilegal (misalnya: bom dan racun ikan),

penggunaan karang sebagai bahan bangunan, masih rendahnya

dukungan infrastruktur penunjang kegiatan patroli, serta luasnya wilayah

laut yang harus diawasi, lemahnya polisi, hukum dan sistem pengadilan.

Page 107: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

107

COREMAP akan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengatasi

penangkapan ikan yang merusak ekosistem terumbu karang, serta

mengambil langkah-langkah tegas untuk mengurangi kegiatan ilegal

tersebut. Selain itu, COREMAP akan mendukung upaya-upaya hukum

terhadap penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan

mendukung tersusunya sistem pengawasan terumbu karang.

Tujuan

Untuk merumuskan suatu sistem pengawasan yang tepat guna

mencegah atau menekan terjadinya kerusakan terumbu karang.

Hasil yang ingin dicapai

Terbentuknya organisasi dan tata cara pelaksanaan kegiatan

pengawasan terumbu karang oleh masyarakat.

Bahan dan alat yang diperlukan

� Peta areal terumbu karang

� Whiteboard/papan tulis/kertas plano/media lainnya

� Alat tulis

� Alat-alat pemetaan

Strategi pelaksanaan

1. Identifikasi kegiatan yang merusak terumbu karang

Melakukan pembahasan bersama tentang hal-hal yang berkaitan

dengan perusakan karang yang biasa terjadi, misalnya:

⇒ Jenis jenis kegiatan perusakan terumbu karang

⇒ Latar belakang penggunaan alat atau metode yang merusak

⇒ Lokasi sering terjadinya pelanggaran

⇒ Bagaimana kegiatan perusakan dilakukan dan bagaimana

frekwensinya

⇒ Siapa saja yang sering melakukan pelanggaran

⇒ Bagaimana peranan aparat penegak hukum dalam kegiatan

pengawasan dan penanganan pelanggaran

Page 108: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

108

2. Perumusan tindakan pengawasan

Setelah aspek-aspek tersebut dapat dipahami bersama, selanjutnya

dirumuskan tindakan pengawasan yang perlu dilakukan, antara lain

meliputi :

⇒ Identifikasi alat yang diperlukan untuk kegiatan pengawasan

⇒ Bagaimana kegiatan pengawasan harus dilakukan

⇒ Kapan kegiatan pengawasan harus dilakukan

⇒ Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan bila terjadi pelanggaran

⇒ Bagaimana menjalin kerjasama dengan aparat penegak hukum

untuk penanganan kasus pertangungjawabannya.

⇒ Kepada siapa hasil pengawasan harus dilaporkan

3. Perumusan struktur organisasi pengawasan

Merumuskan struktur organisasi pengawasan yang tepat/sesuai dengan

kondisi desa dan perairannya dengan mengintegrasikan para Reef

Watcher yang telah diangkat sebagai penanggung jawab di koordinasi

Kelompok Masyarakat Konservasi.

4. Perumusan organisasi dan mekanisme pengawasan

Menuangkan hasil rumusan tersebut ke dalam satu Keputusan Kepala

Desa tentang Mekanisme Pengawasan Terumbu Karang.

5. Identifikasi pihak-pihak penegak hukum tingkat Desa, Kecamatan dan

Kebupaten

Untuk mengefektifkan dan mendayagunakan sistem pengawasan yang

akan dibuat, sebaiknya dilakukan identifikasi terhadap para pihak yang

secara kelembagaan memiliki tupoksi (tugas dan fungsi pokok) dalam

penegakan hukum di laut, seperti polisi, jagawana (taman nasional), TNI

AD (Binsa), dan TNI (perwira penyidik). Hal ini juga untuk menghindari

dampak negatif yang mungkin akan muncul dari sistem ini utamanya

bagi Reef Watcher dan anggota Pokmas Konservasi.

6. Sosialisasi

Mensosialisasikan Keputusan Kepala Desa tersebut ke seluruh lapisan

masyarakat.

Page 109: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

109

Gambar 9. Mekanisme Pengawasan Sumberdaya Perikanan Terumbu Karang oleh

Masyarakat

Pengawasan Sumberdaya Perikanan Terumbu Karang oleh Masyarakat

Reef Watcher (RW) dan Kelompok Masyarakat Konservasi (Pokmas)

adalah pihak yang dipilih oleh masyarakat dan mendapatkan mandat

untuk melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap kondisi

lingkungan perairan di Daerah Perlindungan Laut ( DPL) dan di wilayah

sekitar perairan desa / pulau. RW atau Pokmas membuat rencana dan

jadual pemantauan secara berkala. Pemantauan dilakukan dalam 2

pola, yang pertama pemantauan dilakukan oleh RW atau Pokmas secara

khusus dengan mengitari dan mengamati target-target pantauan. Kedua,

RW atau Pokmas melakukan pemantauan bersamaan dengan

menjalankan aktifitas produksi, misalnya memancing. Saat melakukan

pemantauan, RW atau Pokmas akan mencatat dan mendokumentasikan

Pengawas Karang

(Reef Watchers)

Pokmas

Konservasi

Daerah Perlindungan

Laut (DPL) dan

perairan di sekitar

desa / pulau

Pemantauandanpengawasan

Base line data dan

analisis

LPSTK

Koleksidata / informasi

PEMDES / BPD

Pencatatan, dokumentasidanmelaporkan

Kegiatanmelanggar

Unit penegak hukumlokal ( Desa/ Kecamatan)

Unit MCS

Kabupaten

Tindaklanjut

Permintaandukungan

Koordinasidanlaporan

Koordinasidanlaporan

PenegakHukum (Polisi , Jaksa, Hakim)

Prosespenegakkan hukumPelimpahan

Pengawas Karang

(Reef Watchers)

Pokmas

Konservasi

Daerah Perlindungan

Laut (DPL) dan

perairan di sekitar

desa / pulau

Pemantauandanpengawasan

Base line data dan

analisis

LPSTK

Koleksidata / informasi

PEMDES / BPD

Pencatatan, dokumentasidanmelaporkan

Kegiatanmelanggar

Unit penegak hukum lokal l

Unit MCS

Kabupaten

Tindaklanjut

Permintaandukungan

Koordinasidanlaporan

Koordinasi danlaporan

PenegakHukum Polisi ,PPNS Perikanan,

Perwira TNI AL

Proses penegakkan Hukum (Hakim ,Jaksa) Pelimpahan

(Desa/Kecamatan) Desa

/

Page 110: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

110

hasil pengamatan, baik terhadap kondisi ekologis perairan (dinamika

biota dalam DPL) maupun kondisi keamanan. Apabila diduga ada

indikasi terjadi kegiatan yang melanggar (penangkapan ikan tidak ramah

lingkungan - PITRAL), maka RW atau Pokmas akan melaporkannya ke unit

penegak hukum lokal (UPHL) di Desa atau Kecamatan (terdiri Polisi,

Angkatan Darat, Jagawana, Angkatan Laut) terdekat dengan

menggunakan peralatan komunikasi untuk segera melakukan respon

(tindak lanjut). COREMAP akan menyediakan perangkat radio kepada

desa-desa COREMAP. RW atau Pokmas juga menyampaikan laporan

kejadian tersebut ke LPSTK, untuk diteruskan ke Kepala Desa. Laporan

yang telah diterima oleh Kepala Desa akan dianalisis seketika, dan jika

disimpulkan bahwa laporan tersebut benar kegiatan penangkapan ikan

tidak ramah lingkungan (PITRaL), maka Kepala Desa berkoordinasi

dengan UPHL untuk segera menuju ke lokasi kejadian untuk melakukan

tindakan.

Apabila merasakan sulit menanganinya, maka UPHL akan berkoordinasi

dengan unit MCS Kabupaten untuk meminta dukungan, baik itu personil

(jumlah dan satuan) maupun peralatan (misalnya vessel). Setelah laporan

permintaan dukungan diterima, maka unit MCS akan segera melakukan

menuju lokasi untuk melakukan tindak lanjut. Pelaku yang tertangkap,

segera dilimpahkan ke penegak hukum untuk dilakukan proses penyidikan

dan peradilan untuk memastikan status hukumnya.

Untuk memastikan atau mengoptimalkan pencaian hasil dan dampak

dari kegiatan-kegiatan PBM, baik dari sisi sosial kemasyarakatan maupun

kondisi ekologis lingkungan lokasi program, perlu diketahui secara obyektif

bagaimana pelaksanaan kegiatan, proses berlangsungnya kegiatan dan

hasil yang diperoleh dari setiap kegiatan yang dilakukan. Untuk itu,

pelaku-pelaku harus melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara

berkala, agar hal-hal yang dapat menjadi kendala dan menjadi potensi

pendukung dapat ditemukenali sejak awal, sehingga secara antisipatif

disusun strategi untuk pengelolaannya. Dalam bab berikutnya, akan

digambarkan tata cara pemantauan pengelolaan terumbu karang.

Page 111: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

111

BAB IV

PEMANTAUAN PENGELOLAAN TERUMBU

KARANG BERBASIS MASYARAKAT

4.1. Pemantauan Program

Desain COREMAP telah membuat beberapa kerangka untuk membantu

pemantauan program sebagai berikut

4.1.1. Pemanfaatan Sumberdaya COREMAP

a. Monitoring Keuangan

Tujuan

Untuk menjamin penggunaan dana, alat, dan waktu yang bersumber dari

program COREMAP

Page 112: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

112

Hasil yang ingin dicapai

� Bukti dalam bentuk kwitansi yang sah dari semua transaksi keuangan

dari tingkat desa sampai Nasional

� Bukti proses pengadaan barang dan jasa mengikuti panduan

Managemen Keuangan Manual yang di sepakati antar Pemerintah

Indonesia dan Bank Dunia

Bahan dan alat yang dipakai

� Barang dan jasa yang dibeli langsung harus ada bukti kwitansi yang

jelas.

� Untuk barang yang perlu mengikuti proses pengadaan tertentu

(barang dan jasa mahal) proses pengadaan barang sesuai dengan

Managemen Keuangan Manual

� Pengakuan yang jujur terhadap barang dan jasa yang disediakan

oleh masyarakat (inkind).

� Sistem laporan keuangan yang sederhana sesuai dengan pelatihan

pengelolaan keuangan di tingkat desa.

� Semua pelaku COREMAP wajib membuat laporan keuangan

bulanan.

Strategi pelaksanaan

1. Masyarakat yang ditunjuk untuk menjadi penanggung jawab

terhadap penggunaan dana COREMAP, dan semua pelaku

COREMAP akan diberikan pelatihan awal dalam pengelolaan

keuangan.

2. Pelatihan akan menjelaskan mengenai bukti pembayaran, serta cara

membuat laporan keuangan yang transparen dan terbuka.

3. Kegiatan yang didanai langsung ke rekening desa harus

dipertanggung jawabkan sebelum dana berikutnya dikirim ke rekening

4. Selama proses laporan keuangan dibuat secara tepat, dana program

akan diberikan langsung kepada lembaga keuangan desa.

5. Jika terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan maka dana

program tidak akan bisa dikirim lagi, sebelum kesalahan dikoreksi dan

Pertanggungjawaban di PMU menyepakati untuk memulai pengiriman

dana bantuan berikutnya.

6. Akan dibentuk sistem ”Anti-Corruption Plan” yang menjelaskan cara

menghadapi dan mengatasi kemungkinan penyalahgunaan dana

Page 113: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

113

atau jasa COREMAP.

4.1.2. Tingkat Partisipasi dan Kegiatan Monitoring

Tujuan

Menjamin kegiatan yang direncanakan dilaksanakan sesuai dengan

partisipasi masyarakat.

Hasil yang ingin dicapai

� Adanya rasa memiliki dan bertanggungjawab atas semua kegiatan

yang dilaksanakan dengan dukungan dari COREMAP.

� Ada bukti pelaksanaan kegiatan yang bisa didapatkan melalui

kerjasama antara program dan masyarakat yang menjadi dasar

untuk pengembangan desa.

Bahan dan alat yang dipakai

Kerangka monitoring yang telah disiapkan oleh unit keuangan dan

Monev officer di PMU ( contoh lihat Lampiran 8).

Strategi pelaksanaan

1. Setiap kegiatan yang direncanakan didanai oleh COREMAP, akan

disiapkan kerangka aktifitas monitoring seperti contoh dibawah

2. Kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan Kerangka yang

telah disepakati oleh monitoring and evaluating officer di PMU

3. Kegiatan yang dilaksanakan, nama peserta harus jelas

4. Daftar hadir dilampirkan

5. Formulir Monitoring diisi dan dikirim ke PMU dan simpan di arsip desa.

4.1.3. Proses Program

Tujuan

Merekam apa yang terjadi dalam program COREMAP, serta kemajuan

antara perencanaan sampai dengan evaluasi,

Page 114: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

114

Hasil yang ingin dicapai

� Adanya parameter yang bisa membuktikan proses PBM menuju ke

pencapaian target yang telah ditetapkan

� Bila ada kesulitan untuk memastikan proses kemajuan yang

diinginkan maka perlu ada revisi terhadap kegiatan berikutnya.

Bahan dan alat yang dipakai

Alat monitoring yang disediakan dapat dipakai sewaktu - waktu (misalnya

satu kali per tahun).

Strategi pelaksanaan

Tim PBM COREMAP akan melakukan pemantauan bersama masyarakat

setiap tahun dan Hasilnya akan disampaikan kepada PMU, melalui KaBag

Pemantauan dan Evaluasi PMU.

4.1.4. Hasil Program Output dan Outcome

Tujuan

Untuk melihat sampai seberapa jauh COREMAP telah mencapai tujuan

program.

Hasil yang ingin dicapai

Hasil yang ingin dicapai menggunakan tolok ukur yang ditetapkan dalam

kerangka program yang telah dicapai.

Bahan dan alat yang dipakai

Sistem Monitoring dan Evaluasi yang disusun mulai dari tingkat desa

sampai Nasional

Strategi pelaksanaan

1. Apabila semua pelaku COREMAP memenuhi kewajiban

pelaporannya, maka setiap tingkat akan melihat perubahan yang

terjadi selama program COREMAP dilaksanakan.

2. Pelaporan kegiatan bulanan dan tahunan akan memberikan

kontribusi terhadap dokumentasi yang diperlukan untuk membuktikan

tujuan COREMAP tercapai.

Page 115: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

115

3. Secara langsung nelayan diharapkan mampu mengukur berubahan

konkrit yang dapat meyakinkan mereka untuk tetap berupaya

mengelola wilayah terumbu karang secara berkesinambungan.

4.2. Pemantauan Terumbu Karang, Ikan Karang, Padang Lamun dan

Bakau

Kunci kesuksesan program COREMAP adalah dengan cara memastikan

wilayah sasaran COREMAP telah mengalami suatu perubahan sesuai

dengan tujuan COREMAP, yaitu kondisi sumberdaya alam dan tingkat

ekonomi masyarakat. Ada dua perubahan yang perlu diukur:

1. Perubahan fisik, - misalnya apakah ikan makin banyak atau sedikit?

Apakah hutan bakau di pantai makin lebih tipis atau lebar?

2. Perubahan perilaku – apakah masyarakat nelayan telah mengikuti

kesepakatan-kesepakatan pengelolaan atau tidak? untuk memantau

perubahan perilaku, maka ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan :

� Kesadaran,

� Keinginan untuk berubah,

� Berani mengambil tindakan

� Puas dengan dampak tindakan

Program COREMAP akan mendukung tim PBM untuk mempelajari

perubahan diatas. Perubahan perilaku telah dibahas di bagian 3.1.1.

Pengkajian dan sosialisasi awal dan 3.3.2. Pengkajian partisipatif di tingkat

desa.

4.2.1. Berbasis Masyarakat

Pengalaman selama ini adalah bahwa masyarakat menjadi obyek dalam

pembangunan. Obyek penelitian dan pengamatan sehingga tidak

jarang peneliti dan pengamat yang sudah mendapatkan informasi

(dengan melibatkan masyarakat setempat) Peneliti dan pengamat

datang, bertanya-tanya, mengukur, merekam, menganggu dan

merepotkan masyarakat sebelum mereka ucapkan terima kasih dan

pulang. Hasil dari pengkajian-kajian ini jarang sekali diberi kembali kepada

sumber informasi awal. Mungkin ini keliru, dalam negara seluas ini dengan

dukungan pemerintah sangat terbatas, COREMAP ingin mengajakkan

masyarakat pesisir untuk berperan penuh dalam pengembangan wilayah

Page 116: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

116

masing masing. COREMAP akan mendukung secara teknis dan dengan

waktu tim PBM agar masyarakat bisa memantau semua segala hal yang

masyarakat merasa penting di darat dengan alat-alat PRA dan di laut

dengan sistem pemantauan berbasis masyarakat.

Tidak perlu khawatir bahwa masyarakat kurang pintar atau tidak mampu

mengumpul data, kebutuhan paling mendasar adalah SAYA MAU

BELAJAR, dan kesediaan waktu secara sukerela . Untuk beberapa cara

memantau perlu juga bisa berenang dan rasa tenang di laut!

Tujuan

Membangun sistem pemantauan yang mudah, efektif, fleksibel, terpadu,

dan sukarela untuk memantau perubahan pesisir yang terjadi dengan

membakukan cara (atau protokol) yang ada untuk setiap sumberdaya

pesisir dan laut serta pengaruh kwalitas lingkungan tersebut (kegiatan

manusia dan alam).

Hasil yang ingin dicapai

Meningkatkan informasi yang tersedia dan kesepakatan dari pihak terkait

dalam melihat adanya perubahan wilayah pesisir di tingkat desa, antar

desa, sampai dengan tingkat Kabupaten untuk memperbaiki

pengelolaan sumberdaya alamnya dan menjamin perkembangan

masyarakat berbasis kekayaan sumberdaya karang, ikan karang, bakau

dan padang lamun.

Bahan dan Alat yang diperlukan

� Alat perahu berbahan bakar

� Masker dan snorkel

� Alat ukur, tali, kuadrat, tape measure dll

� Papan tulis dibawah air

� Pensil

� Peta-peta wilayah

� Jam tangan

� GPS

� Kompas

Page 117: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

117

Strategi pelaksanaan

1. Cara mendapatkan tim pemantauan yang baik

� Motivator Desa dan Fasiliator Masyarakat yang tinggal di desa

sasaran COREMAP akan melihat siapa-siapa yang cocok untuk

diajak berpartisipasi dalam kegiatan pemantauan. Nelayan yang

sering menyelam (misalnya pencari teripang dan mutiara) dapat

diikut sertakan karena kemampuannya membantu monitoring

dibawah laut. Petugas monitoring tidak dibatasi, artinya laki-laki

dan perempuan bisa melakukan pemantauan ini.

� Mencari masyarakat desa setempat yang berminat untuk belajar

sesuatu mengenai pengamatan karang, ikan karang, bakau dan

padang lamun.

� Mencari kelompok orang yang bervariasi, mudah, tua, pelajar dan

kelompok masyarakat yang kurang berperan. Memulai berdiskusi

membedakan ikan yang pernah mereka lihat sebelumnya.

Mengunakan gambar-gambar dan mencari nama lokal untuk

masing masing jenis biota laut yang pernah mereka jumpai

sebelumnya. Mencari manfaat dari berbagai macam jenis biota

dll.

2. Persiapan aksi

� Membagi pekerjaan: siapa yang akan mengamati langsung dilaut;

siapa akan mengemudikan perahu; siapa yang akan mengolah

data; siapa yang akan membuat gambar. Membuat satu tim

kemudian Menyepakati siapa akan menjadi penanggungjawab.

� Masing masing desa sudah ada anggaran yang disediakan untuk

kegiatan pelatihan dan PRA, menyusun perkiraan dana yang

dibutuhkan. Merencanakan seminimal mungkin, - agar kegiatan

dapat dilaksanakan setelah dukungan dari program tidak ada lagi

� Membuat jadwal untuk pelatihan, melalui koordinasi dengan PMU

dan Perguruan tinggi akan membuat pelatihan pertama untuk

instruktur, yang ditindaklanjuti dengan praktek lapangan bagi

masyarakat tim di setiap desa.

� Dalam pelatihan diajarkan metode-metode praktis, kemudian

dilanjutkan turun ke lapangan dan membuat uji-coba,

� Setelah diadakan standarisasi dilakukan pemantauan yang

lengkap, ke wilayah pantai dan sekitar pulau-pulau atau atol/napo

yang dikelola desa masing-masing.

Page 118: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

118

3. Pelaksanaan

� Merekam hasil dan mengolah data langsung, baru melanjutkan

survei.

� Membuat pertemuan desa dan desa untuk mendiskusi hasil dari

pemantauan

� Memulai mendiskusikan wilayah pemantauan dan membuat peta

sederhana, dimana merupakan wilayah yang sangat penting bagi

nelayan dan kondisi wilayah saat ini; mendiskusi wilayah yang telah

rusak; wilayah yang diminati penyelam (jika ada) wilayah bakau

yang diambil untuk kayu bakar atau bangunan.

4. Mengkaitkan situasi saat ini dengan kebutuhan pengelolaan

Diskusi apakah itu perlu dikelola supayah tetap ada dan tetap

berperan. Diskusi mengenai cara mengelola, Wilayah yang perlu

dikelola adalah wilayah yang masih terbaik, karena memberi

kontribusi terbesar terhadap ekologi dan ekonomi desa. Diskusi

mengenai cara yang terbaik. Mendiskusi apa dampak dari

pengelolaan tersebut. Menjamin keterlibatan pengguna sumberdaya

alam dalam pembahasan ini. Menghadap intervensi pengelolaan

sebagai investasi ke depan bukan pengorbanan saat ini.

Mendiskusikan dengan pengguna kebutuhan mereka untuk

menyepakati dan menegakkan pengelolaan yang baik.

5. Menyepakati zonasi atau wilayah-wilayah pengelolaan

Secara teknis wilayah yang memiliki tingkat kerusakan yang rendah

diberi tanda sebagai kesepakatan wilayah pengelolaan. Untuk

menyelamatkan wilayah tersebut, maka dilakukan pengelolaan

berupa penanaman atau perawatan bakau disekitar wilayah

pengelolaan. Penangkapan ikan di “Buffer Zone” sebaiknya

menggunakan alat sederhana misalnya pancing.

6. Membuat usulan rehabilitasi

Wilayah yang telah rusak, perlu perilaku khusus untuk meningkatkan

nilai ekonomis, seperti penanaman bakau, pembuatan tanggul kecil

untuk menahan ombak; wilayah karang yang sudah rusak oleh bom

atau badai, sulit sekali kembali ke situasi sebelumnya, - karena setiap

kali anak karang yang mulai tumbuh terhempas ombak. Cara

memperbaiki karang yang rusak ini harus diuji, dengan mengambil

pecahan karang, supaya ada dasar yang keras yang tidak

digulingkan oleh ombak.

Page 119: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

119

Wilayah yang telah bersih dari krikil dan pecahaan karang, karang

kecil akan kembali selama masih ada karang bagus disekitarnya.

Untuk masyarakat awam, bisa menjelaskan dengan contoh kebun

yang dibuat dalam hutan. Jika hutan bagus, dan kebun ditinggalkan

beberapa tahun hutan akan menutupi kebun dengan cepat. Jika

hutan telah dibabat, kebun yang ditinggalkan akan hanya ditumbuhi

semak-semak.

7. Pemantauan lanjutan

Semua kegiatan diatas disebut kondisi awal ”baseline data.” Informasi

yang diperlukan untuk membuat kesepakatan wilayah yang akan

dikelola, serta cara pengelolaannya. Setelah ditetapkan cara

pengelolaan (Bab 3.4. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis

Masyarakat) disepakati adanya pola pemantauan. Untuk terumbu

karang, bakau dan padang lamun cukup sekali setahun, sedangkan

untuk ikan bisa dua kali per tahun. Dalam wilayah Daerah

Perlindungan Laut (DPL), setiap tahun hasil pemantauannya dibahas

di tingkat desa dan desa, sebelum diumumkan di papan informasi.

Perlu diketahui bahwa perubahan yang terjadi memerlukan waktu

yang cukup lama untuk dapat dilihat. Percepatan pertumbuhan

karang bervariasi, antara 1 mm dan 3 cm per tahun, ikan karang

mungkin hanya bisa berterlur setelah umurnya mencapai 3-5 tahun.

Pengelolaan tetap diperlukan selama minimal lima tahun sebelum

keuntungan nyata dapat dirasakan oleh nelayan. Pemantauan

tahunan dapat dilakukan dengan cara memperbaruhi komitmen

para pengguna agar tetap mengikuti aturan bersama.

Tanpa keikutsertaan para pengguna, pengelolaan hanya sebatas

konsep saja dan program COREMAP tidak akan mencapai sasaran

yang diinginkan.

4.2.2. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Dinamisme dan komitmen dari Dinas KP Kabupaten adalah kunci

kesuksesan program COREMAP. Sebagai instansi teknis terkait yang akan

mendukung PBM, staf Dinas KP Kabupaten akan diberikan fasilitas agar

sering berada di desa/ desa untuk menggarap bersama tim PBM akan

kebutuhan dan minat dari para nelayan terhadap pengelolaan terumbu

karang. Pada tahap awal PBM akan membantu staf lapangan Dinas KP

kabupaten untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat dari setiap

desa. Dinas KP akan didukung oleh Konsultan MPA/Perikanan untuk

menyusun atau memperbaruhi Rencana Strategis Pengelolaan Perikanan

Page 120: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

120

Berkelanjutan berdasarkan informasi yang didapatkan melalui RRA, PRA,

RRI, data sekunder dan pemantauan berbasis masyarakat.

Staf dari Dinas KP akan menjadi anggota District Monitoring Team, yang

akan melaksanakan pelatihan pada nelayan di desa sasaran COREMAP.

Dinas KP akan menampung aspirasi masyarakat dan memberikan

dukungan kepada PBM melalui pengajuan perbaikan kerangka hukum

dan kebijakan, serta memantau kegiatan PBM seluruhnya.

4.2.3. Standardisasi Pemantauan Peran LIPI dan Perguruan Tinggi

Untuk meyakinkan dukungan pada monitoring yang dilakukan

masyarakat , CRITC akan melakukan survey dasar (baseline survey) dan

TOT di setiap lokasi COREMAP. Masyarakat dengan bantuan dari

perguruan tinggi dan LSM lokal melakukan monitoring indikator biofisik,

sehingga tercipta keterlibatan tingkat lokal. CRITC akan melakukan

standarisasi base line monitoring . Perguruan tinggi melaksanakan

pelatihan monitoring biofisik sebagai bentuk bantuan teknis untuk Dinas

KP.

4.2.4. Pelaksanaan Pemantauan terhadap Ekosistem

Terumbu Karang

Secara langsung Dinas KP akan bertindak tegas terhadap kegiatan yang

merusak terumbu karang. Dinas KP akan menyiapkan tenaga PPNS untuk

bersama masyarakat melaksanakan patroli, kunjungan pasar dan

pedagang untuk sosialisasi pemanfaatan terumbu karang sebagaimana

mestinya.

Ikan Karang

Selain bertanggung jawab terhadap perijinan untuk kapal penangkapan

3-10 ton, Dinas KP akan memonitor hasil di pasar dan secara periodik

langsung di tempat pendaratan ikan (TPI). Pemantauan ukuran dan

jumlah indikator kunci spesies, serta diketahui jumlah ikan yang diduga

hasil tangkapan dengan bom atau sianida, sebagai data yang

membantu pengukuran perubahan yang terjadi selama program

COREMAP dijalankan.

Page 121: BAB I PENDAHULUAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/Manual-Pedum_CBM.pdfrangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kepulauan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya tersebut

121

Padang Lamun

Daerah padang lamun merupakan tempat yang penting sebagai

filter/saringan dan pelindung/shelter ikan-ikan muda, kuda laut dan

berbagai ikan hias yang menjadi makanan dugong. Kualitas dan jumlah

lamun menunjukan tingkat kesehatan suatu perairan. Kehilangan

padang lamun secara langsung akan mengancam keberadaan karang

dan ikan-ikan yang berasosiasi dengan lamun.

MD, Fasilitator Masyarakat akan memonitor perubahan padang lamun

baik dari sisi komposisi dan distribusi, dan bila perlu Dinas KP akan

melaksanakan intervensi pemeliharaan dari sumberdaya ini.

Hutan Bakau

Pertanggungjawaban untuk mengelola hutan bakau ada di dua instansi

pemerintah, DKP dan Departemen Kehutanan. COREMAP akan

melibatkan instansi tersebut untuk mendukung program PBM. Diharapkan

melalui CCE Board akan terjalin koordinasi erat dan perencanaan

bersama untuk mendukung penghijauan, penanaman kembali maupun

penetapan wilayah-wilayah dan zonasi hutan bakau.