BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses kreatif pengarang merupakan suatu seni dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan tanpa sastra dan seni, ibarat masyarakat memiliki kehidupan yang tidak penuh warna dan bernilai. Sastra dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila terdapat kenikmatan dan manfaat bagi masyarakat pembaca. Kenikmatan sastra pada masyarakat tersebut didukung dengan adanya bentuk bahasa dalam sastra yang baik dan indah, dengan susunan kata beserta isinya menimbulkan perasaan haru, kagum di hati pembaca. Dalam kaitannya dengan sastra, Aristoteles mengemukakan bahwa kejiwaan adalah objek hidup. Oleh sebab itu, tiap yang bernyawa di dunia ini memiliki kejiwaan dalam diri untuk keberlangsungan hidup. Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Dewantara (dalam Walgito, 1997: 5) bahwa sastra bisa dilihat dari segi lingkungan hidup. Sastra juga menjelaskan dasar seseorang tidak sama, semua memiliki pembeda dalam menciptakan karyanya. Sastra juga memberikan hal positif dalam hati dirasakan penulis dengan pembaca seperti novel. Bahkan, dalam segi kehidupan, sastra menyajikan sebagian besar nilai hidup yang terdiri dari kenyataan sosial. Namun demikian, sastra tidak selalu berhubungan dengan lingkungan tetapi merepresentase suatu ide terkait kehidupan di lingkungan masyarakat sesuai perkembangan zaman. Selain itu, terdapat hubungan antara sastra serta lingkungan sosial, yang dalam hal ini mendukung adanya nilai budaya. Demikian daripada itu, nilai sastra tentang sosial juga besar, karena sastra menyuguhkan hidup dengan latar

Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini proses kreatif pengarang merupakan suatu seni dalam

kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan tanpa sastra dan seni, ibarat masyarakat

memiliki kehidupan yang tidak penuh warna dan bernilai. Sastra dapat dikatakan

memiliki nilai sastra bila terdapat kenikmatan dan manfaat bagi masyarakat

pembaca. Kenikmatan sastra pada masyarakat tersebut didukung dengan adanya

bentuk bahasa dalam sastra yang baik dan indah, dengan susunan kata beserta

isinya menimbulkan perasaan haru, kagum di hati pembaca.

Dalam kaitannya dengan sastra, Aristoteles mengemukakan bahwa

kejiwaan adalah objek hidup. Oleh sebab itu, tiap yang bernyawa di dunia ini

memiliki kejiwaan dalam diri untuk keberlangsungan hidup. Hal ini berbeda

dengan yang dikemukakan oleh Dewantara (dalam Walgito, 1997: 5) bahwa sastra

bisa dilihat dari segi lingkungan hidup. Sastra juga menjelaskan dasar seseorang

tidak sama, semua memiliki pembeda dalam menciptakan karyanya. Sastra juga

memberikan hal positif dalam hati dirasakan penulis dengan pembaca seperti

novel. Bahkan, dalam segi kehidupan, sastra menyajikan sebagian besar nilai

hidup yang terdiri dari kenyataan sosial. Namun demikian, sastra tidak selalu

berhubungan dengan lingkungan tetapi merepresentase suatu ide terkait

kehidupan di lingkungan masyarakat sesuai perkembangan zaman.

Selain itu, terdapat hubungan antara sastra serta lingkungan sosial, yang

dalam hal ini mendukung adanya nilai budaya. Demikian daripada itu, nilai sastra

tentang sosial juga besar, karena sastra menyuguhkan hidup dengan latar

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

2

kehidupan masyarakat. Di samping itu, hasil yang diciptakan ialah hasil dari

meniru alam dan dunia subjektif manusia, namun nilai sastra tetap tertanam

dalam kehidupan masyarakat sampai kini (Wellek dan Warren, 2014: 109).

Karya sastra tidak hanya sebuah hasil cipta masyarakat dari tiruan tentang

kehidupan, melainkan sebagai alat yang bertujuan menyampaikan rasa seseorang

yang terbentuk ucapan langsung atau tidak langsung. Oleh sebab itu, kehidupan

seseorang bukan mengenai rasa atau kejiwaannya. Selain itu, karya sastra adalah

suatu kegiatan seseorang yang berperan dalam masyarakat dengan berbagai

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan dirinya atau lingkungan sekitar. Di

lingkup lingkungan sosial orang-orang berpikir, karya sastra merupakan tempat

sebagai ungkapan pemikiran, pemahaman, dengan gambaran apa yang pernah

dilakukan. Demikian dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan karya sastra terbaik

yakni suatu hasil yang bisa bermanfaat bagi lingkungan sosial. Kaitannya antara

sastra dan lingkungan sosial mendukung, apalagi terkait nilai budaya sangat

rentan untuk dipecahkan. Selain itu, sastra menyuguhkan hasil karya terkait

masyarakat, meskipun suatu hasil dapat meniru lingkungan hidup serta kenyataan

sosial seseorang (Wellek dan Warren, 2014: 98).

Ratna (2009: 342) menyebutkan bahwa suatu hasil yang diciptakan oleh

pengarang menyuguhkan pengertian terkait masyarakat secara tersembunyi,

sehingga masyarakat penikmat karya sastra memahami nilai yang terkandung dari

hasil pengarang. Hasil yang diciptakan pengarang tersebut seperti Novel. Novel

adalah kisah cukup banyak durasi waktu dengan isi mengisahkan tokoh serta

pelaku dengan lingkup alur kejadian dan tempat sistematis, memiliki manfaat

yang tinggi dalam kehidupan masyarakat. Sebagian besar penulis novel di

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

3

Indonesia menciptakan berbagai jenis novel yang dibuat, baik dalam genre

keluarga, komedi, percintaan. Demikian daripada itu, novel juga mampu

menceritakan pengalaman dan penulis memiliki nasehat atau tujuan, baik politik,

ekonomi, lingkungan atau budaya (Ratna, 2009: 372-373). Karya sastra Novel

juga memiliki segi psikologisnya. Dalam novel, novelis mengajak memahami

berbagai sifat seseorang tokoh lebih dari psikolog. Oleh sebab itu, novel begitu

bermanfaat dengan menyuguhkan kisah batin tokoh dalam cerita (Wellek dan

Warren, 2014: 27).

Psikologi adalah gudang keilmuan yang memahami perilaku, konflik,

kejiwaan yang dialami seseorang, ilmu kejiwaan dapat berhubungan dengan karya

sastra karena di dalam karya sastra mempelajari tentang sikap-sikap tokoh,

kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab

itu, tingkah laku dan jiwa manusia erat kaitannya dengan psikologis. Di samping

itu analisis kejiwaan dibutuhkan pada perubahan zaman, yaitu ketika manusia

kehilangan pengendalian psikologis. Pada saat itu, perubahan teknologi memiliki

aspek sangat negatif, misalnya tenggelamnya tingkat derajat seseorang karena

dampak teknologi, nyaris semua keinginan dalam hidup dialihkan ke alat

perkembangan zaman. Selain itu, kemajuan alat teknik, seperti sosial media yang

berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat membuat terganggunya

masalah kejiwaan. Demikian daripada itu, masalah-masalah dalam realitas

kehidupan manusia tersebut dapat memungkinkan terefleksi dalam karya sastra.

Psikologi sastra adalah psikologi pengarang dan proses kreatif dalam

pengajaran sastra. Secara definisi ilmu kejiwaan sastra bermanfaat sebagai

pemahaman dari aspek jiwa dalam sebuah novel atau hasil pengarang lainnya. Di

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

4

samping daripada itu, ilmu tentang jiwa pada sastra bukan bertujuan memisahkan

konflik psikis secara mudah (Wellek dan Werren, 2014:81).

Dalam penelitian ini, Novel Napas Mayat ini tepat apabila dikaji memakai

teori Psikologi Analitik Carl Gustav Jung karena dalam novel ini terdapat unsur-

unsur arketipe shadow yang merupakan insting kebinatangan yang dalam hal ini

sifat binatang tetap ada dalam diri manusia. Selain itu shadow juga berarti bentuk

pikiran serta pemahaman yang memberikan pandangan tentang pengalaman-

pengalaman tertentu. Hal ini mendorong setiap manusia untuk melakukan

kesamaan terkait sebuah kejadian yang dialami, semuanya berlangsung secara

insting serta tidak sadar (Alwisol, 2009: 39).

Menurut Jung (dalam Alwisol, 2009: 40) menjelaskan bahwa hal yang

terkait perilaku seksual dalam kehidupan manusia sangat besar, setara dengan

kebutuhan pangan, kebutuhan religius dan kebutuhan spiritual. Selain kebutuhan

manusia, Jung juga menjelaskan perilaku seseorang diakibatkan tidak melalui

kenangan namun terkait adanya penglihatan seseorang terkait hidup kedepannya

dengan memiliki tujuan. Di samping itu, teori kepribadian Jung berkaitan dengan

kelompok makhluk hidup lainnya. Dalam hal ini suatu kepribadian dapat

mengarahkan seseorang agar melakukan penyesuaian terhadap kehidupan

masyarakat serta lingkungan fisik. Pribadi seseorang juga dapat berisi seluruh

pemikiran, rasa serta perilaku, sadar atau secara tak sadar. Sejak awal kehidupan,

kepribadian memiliki tujuan pemersatu. Selain itu, kesatuan pribadi seseorang

tersusun dengan beberapa unsur terkait tiga sadar; ego bertujuan kepada arah

sadar, kompleks mengarah kepada taksadar diri seseorang, serta bentuk pemikiran

atau arketip mengarah pada titik taksadar beberapa orang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

5

Arketipe menurut kamus filsafat (Bagus, 1996: 83) memiliki beberapa arti.

Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani arche (yang asli) ditambah dengan

typos (figur, pola). Menurut Jung, arketipe adalah suatu unsur pemikiran yang

mewujudkan gambaran serta visi kehidupan tentang hidup secara sadar yang

berkaitan kejadian sebelumnya. Pikiran atau ide tersebut mencakup universal dan

mengandung unsur emosi yang besar. Hal ini sejalan dengan pemikiran Jung

(dalam Sebatu, 1994: 6) Arketipe adalah bentuk-bentuk pikiran yang jadi panutan

pertama oleh penglihatan seseorang, yang diproyeksikan melalui kehidupan

seseorang. Jung (dalam Sebatu, 1994: 7) menguatkan pendapatnya tentang arketip

bahwa ada beberapa arketipe tipe pokok, antara lain: Aku (self), topeng (persona),

sisi gelap atau bayangan (shadow), sifat pria dalam wanita dan sifat wanita dalam

tubuh pria (anima dan animus).

Arketipe shadow merupakan bentuk pandangan jahat yang telah

diterapkan dalam hidup atau diri kita. Namun, jika perilaku shadow adalah

tingkah laku pada diri kita yang jahat dari aku dan ego. Bayangan hitam (shadow)

mempunyai sisi negatif dalam kehidupan seseorang. Kata shadow digunakan Jung

untuk menunjukkan sisi yang gelap atau sisi yang jahat dalam diri kita. Selain itu,

Fresbach (dalam Sebatu, 1994: 9) menggambarkan bahwa shadow sebagai sisi

kebinatangan dari dalam kepribadian manusia. Shadow berhubungan dengan taraf

tak sadar dan justru erat kaitannya dengan dunia kejahatan. Shadow mempunyai

aspek primer, yaitu berhubungan dengan taraf tak sadar personal.

Dalam hal ini, shadow erat kaitannya dengan perilaku yang memengaruhi

kesehatan psikologis. Menurut Gochman (dalam Lukluk, 2008: 90) menjelaskan

bahwa tingkah laku kesehatan terkenal pada dahulu kala, serta mulai muncul pada

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

6

akhir ini, selain itu konsep perilaku tersebut dapat berkaitan kesehatan yang

mengalami perkembangan lebih tinggi pada era modern kini. Khusus dibidang

antropologi medis serta ilmu tentang sehat pada masyarakat. Selain itu, perilaku

kesehatan ini dapat mengungkapkan sebuah arti bahwa kita hanya berbicara

mengenai perilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitanya dengan

kesehatan. Realitanya, pada zaman modern kini memang marak perilaku yang

dapat berdampak bagi kesehatan psikologis, di samping itu seseorang dapat

melakukan perilaku dengan alasan berbeda-beda.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikaitkan dengan perilaku shadow

yang seperti kebinatangan, membunuh, yang dampaknya akan mempengaruhi

kesehatan para pelaku shadow negatif. Contoh perilaku negatif shadow seseorang

yang sakit tak tentu sebabnya, seseorang yang berkeinginan mencelakai orang.

Meskipun demikian, perilaku shadow ada pula yang bersifat positif misalnya

seperti seseorang yang tiba-tiba bertaubat. Hal itu adalah aspek positif dari

shadow, sebisa mungkin perilaku shadow yang merupakan aspek negatif, harus

benar-benar dihindari. Hal tersebut jelas diceritakan dalam Novel Napas Mayat

karya Bagus Dwi Hananto yang terbit pada tahun 2015. Adanya bayangan yang

memiliki sikap negatif, yang dalam hal ini pengarang menyebutnya dengan

bayangan kebinatangan “Hitam”. Perilaku shadow negatif itu dimiliki oleh tokoh

utama (aku) yang tiba-tiba memiliki sosok bayangan “Hitam” yang menghasutnya

untuk membalaskan dendam sang tokoh utama kepada orang yang telah menyakiti

hatinya. Selain itu, bayangan hitam seolah-olah masuk dalam tubuh dan meminta

Kamerad (tokoh utama) untuk membunuh, memakan daging manusia, layaknya

binatang yang menikmati makanannya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

7

Kajian Perilaku shadow ini perlu dikaji lebih dalam dan dieksplorasi

melalui penelitian psikologi sastra. Hal tersebut agar masyarakat mengetahui

bahwa perilaku shadow negatif dapat dimiliki oleh kepribadian siapa saja.

Perbedaan antara perilaku shadow negatif dan positif yang masyarakat harus

pahami. Oleh sebab itu, perilaku shadow negatif benar-benar harus dihindari oleh

masyarakat dan mengetahui lebih rinci tentang dampak psikologis jika memiliki

perilaku shadow negatif pada diri terhadap keberlangsungan hidup sekarang

hingga masa depan.

Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto telah membuktikan menjadi

Pemenang Sayembara III Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta

2014. Novel Napas Mayat menarik perhatian juri Dewan Kesenian Jakarta.

Mereka menyebut novel Napas mayat adalah novel juara sayembara menulis

paling prestisius di Indonesia. Ada sesuatu di dalam novel, yaitu sesuatu yang

kompleks, brutal, menyimpan dendam, sekaligus keindahan. Demikian daripada

itu Novel Napas Mayat layak dijadikan sebagai objek penelitian. Walaupun dapat

dibilang baru di dalam bidang kepenulisan, telah mampu membuktikan bahwa

karyanya berhak dinikmati dan menjadi favorit para penikmat karya sastra.

Pemilihan Novel Napas Mayat ini didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan yakni, Di antara novel lain novel Napas Mayat karya Bagus Dwi

Hananto lebih menarik dan memiliki keunikan yaitu berupa adanya kajian shadow

tokoh utama yang terdapat bayangan hitam dalam tubuhnya. Ditambah lagi,

penulis ingin meneliti dengan adanya aspek shadow yaitu wujud shadow, latar

belakang dan dampak psikologis dalam kesehatan seseorang yang berperilaku

shadow.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

8

Demikian daripada itu, Novel Napas Mayat juga mengungkapkan wujud

terbentuknya perilaku Shadow, yaitu agresi, penggoda, dan penghancur.

Selanjutnya latar belakang terjadinya shadow adalah adanya bentuk anima dan

animus negatif, topeng dan emosi buruk. Sehingga terjadilah perilaku

kebinatangan. Terakhir dalam penelitian ini adalah kajian shadow dapat

terselesaikan dengan baik melalui tokoh dampak psikologis dari tokoh utama,

seperti dampak psikologis Skizofrenia. Beberapa alasan tentang keunikan dan

daya tarik terpilihnya Novel Napas Mayat tersebut memotivasi untuk melakukan

penelitian terhadap novel ini.

Berdasarkan uraian tersebut, dijelaskan alasan penulis mengkaji perilaku

shadow, sebagai berikut. (1) Kamerad sebagai tokoh utama dalam novel Napas

Mayat memberikan gambaran tentang seorang pria yang mengalami psikologis

yaitu perilaku shadow. Ia seperti dirasuki bayangan Hitam untuk membunuh

seseorang yang melukai perasaannya, yang mengakibatkan ia melakukan tindakan

shadow negatif yang buruk bagi kehidupan masyarakat, (2) Kajian ini sangat

penting karena penulis menggambarkan seorang yang berperilaku shadow

dikehidupan nyata, pada akhirnya akan mengalami penyesalan dan dampak

psikologis yang teramat dalam pada dirinya, seperti skizofrenia, gangguan

kecemasan, dan gangguan stress yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, penting

bagi masyarakat untuk mengetahui dampak buruk yang akan terjadi jika

melakukan perilaku shadow pada kehidupan.

Penelitian terdahulu Tesis oleh Teguh Yuliandri Putra (2016)

Representasi Psikologis Tokoh Utama Pada Novel Napas Mayat Karya Bagus

Dwi Hananto Dan Relevansinya Sebagai Sumber Bahan Pembelajaran Psikologi

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

9

Sastra Di Perguruan Tinggi. Peneliti menggunakan teori psikologi sastra dengan

menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini memfokuskan adanya reaksi-reaksi

kejiwaan abnormal yang ditinjau melalui perspektif patologi sosial. Representasi

reaksi schizophrenic yang dialami dalam tiga wujud reaksi diantaranya (1)

schizophrenic hebephrenic, berupa penyimpangan yang terjadi akibat

ketidakmampuan tokoh Aku untuk menilai realita dengan fantasi yang dimilikinya

(2) schizophrenic catatonic, berupa penyimpangan yang terjadi akibat adanya

proses penarikan diri tokoh Aku ke dalam dunia khayal, (3) shizophrenic

paranoid, berupa penyimpangan yang terjadi akibat adanya dominasi elemen id

yang memberikan dorongan negatif berupa gangguan waham dan halusinasi.

Adanya representasi reaksi manis-depresif yang disebabkan oleh aspek

intensionalitas (kebebasan bertindak). Adanya representasi reaksi paranoia yang

ditandai dengan adanya penggunaan bahasa kegilaan tokoh Aku sebagai seorang

kanibal. Adanya temuan pragmatis penelitian penyimpangan psikologis bagi

pendidikan dan pengajaran sastra di perguruan tinggi berupa nilai-nilai praktis

menjelaskan relevansi penelitian psikosis dalam karya sastra berupa novel. Hasil

penelitian berupa deskripsi kritis tentang representasi tokoh Aku dalam novel

Napas Mayat yang mengalami gangguan psikologis.

Sella Claudia Rahmayani (2015) Arketipe Dalam Roman L’immoraliste

Karya André Gide: Sebuah Tinjauan Psikologi Analitik Carl Gustav Jung. Peneliti

menggunakan teori Psikologi Analitikal dengan menggunakan metode deskripsi

kualitatif. Penulis menyimpulkan bahwa bahwa kepribadian tokoh utama dalam

roman L’Immoraliste merupakan manifestasi dari adanya arketipe persona,

bayangan (shadow), anima, ibu agung (great mother), orangtua bijak (wise old

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

10

man) dan diri (self). Keenam unsur arketipal tersebut saling terkait satu sama lain,

baik yang mempengaruhi kepribadian psikologis tokoh utama ataupun yang

berdampak menuju kesempurnaan hidup. Akibat dari perilaku shadow (negatif)

penulis mengungkapkan dalam Roman L’Immoraliste adanya homoseksualitas.

Perbedaan terletak pada fokus penelitian. Fokus penelitian tersebut terletak pada

arketipe dalam Roman. Penelitian ini fokus pada perilaku shadow pada tokoh

utama.

Penelitian terdahulu oleh Widiastuti (2015) Abnormalitas tokoh-tokoh

dalam novel pasung jiwa karya Okky Madasari Analisis Psikologi Sastra. Dalam

penelitian tersebut memfokuskan tentang tokoh-tokoh dalam novel pasung jiwa

memiliki perilaku abnormalitas seperti perilaku transgender, sebagai bentuk

gangguan identitas gender, persepsi yang salah tentang lingkungan sebagai bentuk

gangguan skizofrenia, dan mengingat kembali kejadian traumatis yang pernah

dialami selain bentuk gangguan penelitian tersebut juga mencari apa penyebab

abnormalitas yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel pasung jiwa.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, penelitian yang akan dilakukan

ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan, persamaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah sama-sama memfokuskan penelitian pada tokoh

tertentu pada sebuah novel dengan menggunakan kajian psikologi sastra. Namun,

pada rumusan masalah perbedaan muncul adalah wujud, latar belakang dan

dampak perilaku shadow.

Perbedaan lainnya dalam substansi inti, penelitian ini akan membedah

psikologi tokoh utama dalam novel “Napas Mayat” dengan menggunakan

psikologi sastra Carl Gustav Jung yang ditandai dengan adanya shadow yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

11

merupakan suatu bayangan negatif yang dapat mempengaruhi gejala perilaku

negatif tokoh utama. Unsur yang menarik dalam novel ini yakni adanya

permasalahan yang dimunculkan melalui satuan cerita narasi penulis dan melalui

dialog maupun monolog tokoh utama yang menggambarkan adanya muatan

gangguan psikologi yang dimunculkan dengan adanya wujud perilaku shadow,

latar belakang perilaku shadow serta dampak perilaku shadow bagi kehidupan

tokoh utama. Berdasarkan hal tersebut, maka judul penelitian ini ditetapkan

berupa: “Perilaku shadow Tokoh Utama Dalam Novel Napas Mayat Karya Bagus

Dwi Hananto: Sebuah kajian Psikologi “.

1.2 Rumusan Masalah

Terkait penelitan ini, rumusan masalah dalam kajian ini sebagai berikut.

1) Bagaimana wujud perilaku shadow pada tokoh utama dalam novel Napas

Mayat karya Bagus Dwi Hananto?

2) Bagaimana latar belakang perilaku shadow pada tokoh utama dalam novel

Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto?

3) Bagaimana dampak psikologi perilaku shadow pada tokoh utama dalam novel

Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto?

1.4 Tujuan Penelitian

Dari perumusan permasalahan yang telah ditetapkan, berikut tujuan

kajian peneliti sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan wujud perilaku shadow pada tokoh utama dalam novel Napas

Mayat karya Bagus Dwi Hananto.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

12

2) Mendeskripsikan latar belakang perilaku shadow pada tokoh utama dalam

novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto.

3) Mendeskripsikan dampak psikologi terkait perilaku shadow tokoh utama dalam

Novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto.

1.5 Manfaat Penelitian

Terkait terbentuknya sebuah kajian ini, peneliti berkeinginan agar kajian

mendapatkan kegunaan melalui hasil peneliti, baik manfaat teoretis maupun

manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

1) Diharapkan hasil penelitian perilaku shadow dapat membuat deskripsi bagi

kehidupan masyarakat dalam pendekatan psikologi sastra, sehingga dapat

mengembangkan penelitian psikologi sastra.

2) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi awal munculnya

perilaku shadow dengan pendekatan psikologi sastra.

3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait akibat perilaku

shadow pada tokoh utama dalam penelitian karya sastra.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Pemanfaatan hasil kajian diharap bisa memberi wawasan dan motivasi untuk

pembaca agar memahami terkait perilaku shadow dalam lingkup psikologi

sastra.

2) Penelitian ini diharap mampu sebagai bahan ajar sastra terkait perilaku shadow

dalam pendekatan psikologi sastra dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi

Hananto.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

13

3) Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar lebih teliti dalam mengkaji

perilaku shadow dalam psikologi sastra.

1.6 Penegasan Istilah

Untuk menghindari dari kesimpangsiuran pemahaman konsep atau perbedaan

penafsiran antar peneliti dan pembaca terhadap istilah yang digunakan dalam

penelitan. Maka, perlu ditegaskan beberapa istilah. Beberapa istilah yang perlu

ditegaskan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Shadow

Shadow adalah arketip berisi kepribadian atau tingkah laku yang dimiliki

seseorang. Dalam hal ini shadow adalah arketip mengandung sifat atau sisi

binatang yang diturunkan nenek moyang kepada anak-anaknya hingga masa kini

(Jung dalam Alwisol, 2009: 44).

2) Arketipe

Arketip adalah tak sadar kolektif mengandung gambar serta unsur fikiran

menyeluruh, namun demikian Jung memfokuskan pada manusia dalam unsur

pikiran dengan muatan emosi yang kuat. Arketip hanyalah sebuah pandangan

tanpa kenyataan berarti, namun memiliki kekuatan yang sangat besar (Jung dalam

Alwisol, 2009: 42).

3) Perilaku

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39804/2/BAB I.pdf · 2018. 11. 10. · kehidupan tokoh, atau kejiwaan tokoh (Jung dalam (Alwisol, 2009: 2). Oleh sebab itu, tingkah

14

Tingkah laku sendiri berarti tindakan, sifat, atau tingkah laku manusia

(Puspitawati, dkk. 2012:12). Tingkah laku dapat berupa perilaku positif dan

negatif yang diterapkan seseorang dalam kehidupan.

4) Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang menimpa sekitar lebih dari 1

persen dari populasi dunia. Di samping itu Skizofrenia ditandai dengan tiga

kategori gejala: positif, negatif, dan kognitif yang berbahaya dalam mental

manusia (Calrson, 2012: 210).

5) Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan (anxiety disorder) ditandai oleh ketakutan tidak

berdasar dan kecemasan yang tidak realistis (Carlson, 2012; 244).

6) Gangguan Stress

Gangguan Stress adalah termasuk mimpi berulang atau ingatan dari peristiwa,

dalam hal ini, perasaan seseorang tidak tenang. Selain itu, seseorang mengalami

traumatis berulang, dan tekanan psikologis dalam diri seseorang (Carlson, 2012:

267).