BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...
-
Upload
duongnguyet -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan era globalisasi dunia bisnis berkembang cukup signifikan
dan mereka terus bersaing untuk menguasai pasar. Era globalisasi ini juga
ditunjang dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga masyarakat diseluruh dunia bisa terhubung dengan
masyarakat dibelahan dunia lain tanpa adanya hambatan, hal ini juga disebut
dengan istilah “dunia tanpa batas”. Begitu juga persaingan dalam dunia bisnis
dengan memanfaatkan globalisasi serta kemajuan teknoligi informasi dan
komunikasi mereka dapat dengan mudah memasuki pasar dunia, dengan keadaan
seperti ini perusahaan-perusahaan multinasional mulai menerapkan strategi yang
paling efektif sehingga produknya dapat diterima oleh masyarakat. Persaingan
dalam dunia usaha kini bersifat head to head artinya persaingan tidak terjadi antar
bangsa melainkan antar perusahaan, baik perusahaan lokal maupun internasional,
sehingga perusahaan lokal harus siap bersaing dengan perusahaan internasional
untuk menguasai pangsa pasar.
Perkembangan dalam bidang pemasaran telah meningkatkan barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan
dengan cepat mengubah strategi usaha dan pemasarannya untuk lebih dekat
dengan konsumen, mengatasi ancaman persaingan, dan memperkuat keunggulan
bersaing.
2
Persaingan yang semakin kompetitif pada produk-produk minuman dalam
kemasan menuntut perusahaan harus melakukan strategi-strategi yang unggul
dalam memenangkan persaingan. Industri minuman mempunyai prospek yang
cukup baik untuk berkembang sehingga banyak perusahaan yang bersaing dalam
industri ini, berikut ini Pangsa pasar minuman di tingkat ritel menurut jenis seperti
disajikan dalam Gambar 1.1.
Sumber: WartaEkonomi.com,16 Oktober 2006. GAMBAR 1.1
PANGSA PASAR MINUMAN DI TINGKAT RITEL
Gambar 1.1 di atas menunjukan bahwa industri minuman berkarbonasi
pangsa pasarnya yaitu sebesar (10,42%) masih di bawah industri air minum dalam
kemasan (AMDK) sebesar (67,07%) dan industri minuman serbuk sebesar
(11,75%), tetapi tidak menutup kemungkinan pangsa pasar minuman berkarbonasi
akan meningkat seiring dengan mulai banyaknya perusahaan yang masuk dalam
industri minuman berkarbonasi yang sebelumnya hanya dikuasai oleh merek
Coca-Cola Company dan Pepsi Co, perusahaan-perusahaan yang memproduksi
minuman berkarbonasi beserta merek yang dipasarkannya disajikan dalam Tabel
1.1 di halaman 3:
3
TABEL 1.1 DATA PERUSAHAAN MINUMAN BERKARBONASI
No Nama Perusahaan Merek 1 The Coca-Cola Company/
Coca-Cola Indonesia (CCI) Coca-Cola, Sprite, Fanta Coke, A&W
2 Pepsico Pepsi-cola, Mountain Dew Mirinda, 7up
3 PT. Multi Bintang Indonesia Green Sands, Fit'n Fun 4 PT. Sinar Sosro Tabs
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber 2007. Tabel di atas menggambarkan bahwa persaingan industri minuman
berkarbonasi di Indonesia saat ini cukup baik, terlihat dengan banyaknya agen
tunggal pemegang merek minuman berkarbonasi, sehingga persaingan untuk
menguasai pasar minuman berkarbonasi menjadi sulit. Perusahaan Coca-Cola
sebagai pemimpin pasar minuman berkarbonasi dengan merek-merek dagangnya
yang sudah terkenal sekarang mendapatkan pesaing, tidak hanya dari perusahaan
sejenis tetapi juga dari perusahaan non karbonasi, pangsa pasar minuman
berkarbonasi disajikan dalam Tabel 1.2.
TABEL 1.2 TOTAL PENJUALAN DAN MARKET SHARE MINUMAN
BERKARBONASI No Perusahaan
Total Penjualan (miliar) Market
Share Market Share
2006 2005 2004 2005 2006
1 Coca-Cola Indonesia 46,2 42,9 32,4 41% 49% 2 Pepsico 35,15 32,56 29,26 31% 38% 3 PT.Multi Bintang Indonesia 25,58 20.25 16,58 28% 13%
Sumber: Pepsico, Coca-Cola Indonesia, Multi Bintang Indonesia, Online.
Tabel 1.2 menunjukan bahwa total penjualan minuman berkarbonasi yang
dikuasai tiga perusahaan besar rata-rata mengalami kenaikan, Coca-Cola
Indonesia mengalami kenaikan sebesar 3,3% pada tahun 2005-2006, sedangkan
Pepsi Cola mengalami kenaikan sebesar 2,6% pada tahun 2005-2006, untuk itu
4
Coca-Cola masih menguasai pasar minuman berkarbonasi. Pangsa pasar minuman
berkarbonasi Coca-Cola sebesar 41% pada tahun 2005 dan 49% pada tahun 2006,
untuk Pepsi Cola memperoleh pangsa pasar sebesar 31% tahun 2005 dan 38%
tahun 2006 dan Multi Bintang Indonesia pangsa pasarnya sebesar 28% tahun 2005
dan 13% tahun 2006, dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Coca-Cola
Indonesia memperoleh penjualan dan pangsa pasar yang lebih besar dari para
pesaingnya. Keberhasilan Coca-Cola Indonesia menguasai pasar minuman
berkarbonasi disebabkan karena produk-produk cukup beragam dalam kategori
minuman berkarbonasi.
Penguasaan merek atau brand share minuman berkarbonasi dapat dilihat
pada Tabel 1.3, sebagai berikut:
TABEL 1.3 BRAND SHARE MINUMAN BERKARBONASI
Merek 2004 2005 2006 Fanta 62.01% 35,5% 33,7%
Coca-Cola 139.53% 32,8% 28,5% Sprite 37.65% 2,2% 30,9%
Pepsi Cola 29.90% 2,2% 0,9% Green Sands - 1,0% -
F&N - - 0,9% Sumber : SWA 15/XXII/27 Juli-9 Agustus 2006, dan diolah dari visidata Hayati Ket: Brandshare merupakan merek yang paling sering digunakan (brand
use most often).
Tabel 1.3 di halaman 3 menunjukan bahwa brandshare minuman
berkarbonasi merek Coca-Cola mengalami penurunan yaitu dari 139,53% menjadi
32,8 kemudian pada tahun 2006 menjadi 28,5%. Berbeda dengan pesaing
utamanya yaitu Fanta meskipun mengalami penurunan akan tetapi penurunannya
tidak sebesar penurunan merek Coca-Cola, hal ini menyebabkan pemimpin pasar
minuman berkarbonasi tidak dikuasai merek Coca-Cola melainkan oleh merek
5
Fanta penurunan brand share merek Coca-Cola disebabkan karena strategi yang
di terapkan merek Coca-Cola tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan pasar
minuman berkarbonasi saat ini,(SWA 15/XXII/27 Juli-9 Agustus 2006).
Keberhasilan Fanta menempati posisi pertama salah satunya yaitu tidak perlu
disajikan dingin seperti Coca-Cola dan rasa buah yang mudah diterima
masyarakat Indonesia serta rasa Fanta juga lebih bervariasi, sedangkan Coca-Cola
tidak ada variasi dan inovasi seperti yang dilakukan Fanta. Pada Tabel 1.4
menunjukkan tingkat konsumsi minuman berkarbonasi.
TABEL 1.4 TINGKAT KONSUMSI MINUMAN BERKARBONASI
Merek/ Produk Botol (ml) Kaleng (ml) Total (ml)
Fanta 465,12 217,61 682,73 Coca-cola 452.71 139.53 592.24 Sprite 237.60 37.65 275.25 Pepsi 292.70 29.90 322.60 Tabs 313,50 - 313,50
Sumber: Diolah dari berbagai sumber 2007.
Pada Tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi minuman
berkarbonasi yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen adalah merek Fanta
dengan total sebesar 682,73, sedangkan untuk merek Coca-Cola sebesar 592,24,
peralihan konsumsi minuman berkarbonasi dari merek Coca-Cola menjadi merek
Fanta disebabkan oleh beberapa faktor misalnya strategi yang dijalankan oleh
merek Coca-Cola tidak sesuai dengan harapan konsumen, sedangkan untuk merek
pesaingnya Fanta menerapkan strategi yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Merek minuman berkarbonasi Coca-Cola merupakan merek global akan
tetapi di Indonesia sendiri Coca-Cola masih kalah dengan pesaing utamanya yaitu
Fanta yang masih satu produksi dengan merek Coca-Cola, Tabel 1.5 pada
6
menunjukkan Jenis minuman berkarbonasi yang paling disukai dan paling
diketahui.
TABEL 1.5 JENIS MINUMAN BERKARBONASI YANG PALING DISUKAI DAN
DIKETAHUI Merek Paling Disukai Paling Diketahui
Fanta 25% 85%
Coca-Cola 23% 85%
Sprite 16% 72%
Pepsi 9% 44%
Tebs 1% 11%
Mirinda 1% 3%
7up 1% 3%
F&N 1% 5%
Sumber: Marketing 01/VII/Januari 2008
Tabel 1.5, menunjukan bahwa merek minuman berkarbonasi yang paling
disukai artinya paling banyak dikonsumsi adalah merek Fanta dengan nilai
sebesar 25% dan Coca-Cola 23%, sedangkan sisanya dikuasai merek lain, itu
artinya bahwa sebagian besar konsumen lebih memilih merek Fanta dari pada
merek minuman berkarbonasi Coca-Cola, kalau Coca-Cola tidak melakukan
strategi yang dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian maka
dipastikan pangsa pasar minuman berkarbonasi akan tetap dikuasai merek Fanta
(Marketing 01/VII/Januari 2008). Peralihan market leader minuman berkarbonasi
dari merek Coca-Cola menjadi merek Fanta, disebabkan banyaknya faktor-faktor
yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum memutuskan membeli seperti
kualitas produk, harga, kemudahan dalam mendapatkan produk dan keyakinan
bahwa merek yang dikonsumsi adalah merek yang paling memuaskan dan paling
sesuai dengan kebutuhan kita dibandingkan dengan merek lain.
7
Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk merupakan salah
satu hal yang dianggap penting untuk diperhatikan oleh setiap pemasar, karena hal
tersebut merupakan suatu langkah awal yang menentukan apakah konsumen akan
benar-benar membeli produk atau tidak, di mana keputusan ini dapat berubah-
ubah dengan cepat sesuai dengan pengaruh yang berasal dari dalam ataupun dari
luar dirinya.
Faktor lain yang menyebabkan konsumen memilih suatu produk adalah
dengan melakukan diferensiasi, Porter (1994:128) mendefinisikan "differentiation
is a firm differentiates it self from its competitors if it can be unique at something
that is valuable to buyers”, artinya bahwa perbedaan yang kita ciptakan haruslah
mendatangkan value yang bermakna bagi pelanggan, dengan keunggulan produk
yang khas akan menjadi daya tarik bagi konsumen dalam keputusan pembelian.
Merek Coca-Cola mendiferensiasikan produknya salah satunya dengan merubah
ukuran kemasan menjadi lebih kecil, dan rasa yang khas minuman berkarbonasi,
sedangkan pesaingnya fanta melakukan diferensiasi dari rasa yang ditawarkan
dimana rasa minuman berkarbonasi merek Fanta sangat bervariasi dengan
percampuran rasa soda dan buah-buahan dan terbukti akhirnya Fanta dapat
menguasai pasar minuman berkarbonasi (www.swa.co.id).
Strategi diferensiasi terutama dari segi rancangan, Coca-Cola memasarkan
minuman berkarbonasi dengan gaya baru yaitu Coca-Cola Zero tanpa gula dengan
rasa khas Coca-Cola, sedangkan Fanta memasarkan lebih banyak Varian rasa
yang ditawarkan sehingga konsumen mudah memilih rasa yang sesuai dengan
seleranya (Marketing 01/VII/Januari 2008). Kemudian strategi lain yang
8
dilakukan oleh merek minuman berkarbonasi yaitu dengan melakukan
positioning, strategi positioning merupakan strategi penempatan posisi produk
atau merek terhadap target market-nya. Strategi seperti ini jelas menguntungkan
karena para pesaing akan sulit masuk memenuhi kebutuhan di pasar, Seperti
disajikan dalam Tabel 1.6.
TABEL 1.6 TARGET SASARAN MINUMAN BERKARBONASI Nama Produk Target Sasaran Usia
Fanta Belia dan Remaja 12-18 Tahun Coca-cola Menengah 18-30 Tahun
Sprite Dewasa Ke-atas 30-45 Tahun
Tabs Remaja dan Eksekutuf Muda Yang Dinamis
16-35 Tahun
Pepsi Remaja dan Dewasa 15-40 Tahun
Green Sands Menengah Ke-atas 17-45 Tahun
Sumber: Diolah Dari Swa Online, Juli 2005
Tabel 1.6 menunjukan target sasaran produk-produk minuman
berkarbonasi, dimana produk Fanta menetapkan target sasarannya adalah
konsumen usia belia remaja sehingga Fanta memposisikan keceriaan (fun) sebagai
ciri khas dari produknya. Untuk produk Coca-Cola menargetkan usia menengah
yang lebih menyukai rasa asli minuman berkarbonasi atau taste Coca-Cola
(www.swa.co.id). Strategi yang yang disebutkan di atas merupakan strategi yang
umum telah dilakukan oleh produsen minuman berkarbonasi, akan tetapi untuk
strategi in store display Coca-Cola merupakan merek yang paling banyak di temui
di dalam outlet-outlet modern maupun tradisional.
Strategi in store display adalah strategi yang paling tepat dilakukan oleh
Coca-Cola, karena para pesaing atau Competitor minuman berkarbonasi lainnya
9
jarang yang menerapkan startegi in store display, sehingga dengan strategi ini
diharapkan Coca-Cola mampu untuk memperbaiki penjualannya yang saat ini
mengalami penurunan. Strategi in store display sangat tepat mengingat
pertumbuhan toko ritel di Indonesia berpotensi untuk terus berkembang karena
banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk melakukan pembelian di outlet-
outlet modern. Tabel 1.7 menunjukkan rata-rata pengunjung Supermarket atau
Hipermarket di kota Bandung.
TABEL 1.7 RATA-RATA PENGUNJUNG SUPERMARKET ATAU HIPERMARKET DI
BANDUNG No Nama Supermarket Rata-Rata Kunjungan 1 Carrefour Sukajadi 30.000 Orang/Hari 2 Bandung Super Mall (BSM) 40.000 Orang/Hari 3 Matahari 2000 Orang /Hari Bandung Indah Plaza (BIP) 15.000 Orang/Hari
Sumber: Hasil Wawancara dengan pihak Carrefour 2008, Pikiran Rakyat Bandung 2007
Tabel 1.7 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung Carrefour
Paris Van Java Jl. Sukajadi Bandung hampir mencapai 30.000 orang pada hari-
hari biasa, sedangkan untuk hari libur kerja jumlah pengunjung bisa lebih banyak
lagi, sedangkan untuk jumlah pengunjung Bandung Super Mall (BSM) hampir
mencapai 40.00 orang/per hari untuk hari-hari jam kerja sedangkan untuk hari
libur bisa mencapai 50.000 orang/per hari (Pikiran Rakyat, 2 Mei 2007).
Perusahaan Coca-Cola terus melakukan promosi secara besar-besaran
tidak hanya above the line tetapi juga melakukan promosi di outlet-outlet modern
maupun tradisional. Prada Sugarda Customer&Comercial Leadership Manager PT
Coca-Cola Indonesia dalam Marketing 08/VII/Agustus 2007, di outlet modern
atau tradisional Coca-Cola hadir dengan berbagai macam iklan misalnya dengan
10
gambar-gambar di dinding, pilar, poster, troli, banner, selain itu juga karena riset
mengatakan 90% konsumen Indonesia lebih menyukai Coca-Cola dalam keadaan
dingin maka disediakan mesin pendingin (Cooler) di setiap outlet, cooler (mesin
pendingin) Coca-Cola yang ada di outlet modern maupun warung tradisional
diberikan secara gratis kepada outlet dan jumlahnya sudah ratusan ribu, dengan
rata-rata penambahan tiap tahunnya sekitar 10.000 unit. Gambar 1.2 menunjukkan
penempatan display Coca-Cola di outlet modern seperti di Carrefour.
Sumber: Marketing 01/VII/Januari 2008
GAMBAR 1.2 PENEMPATAN DISPLAY COCA-COLA DI CARREFOUR
Gambar 1.2 di atas menunjukkan display Coca-Cola yang di tempatkan di
Outlet-outlet modern seperti Giant dan Carrefour dengan bentuk yang unik dan
fariasi warna yang khas merek Coca-Cola. Coca-Cola bersaing tidak hanya
dengan minuman berkarbonasi tetapi dengan minuman dalam kemasan lainnya
(ready-to-drink), untuk itu Coca-Cola menerapkan strategi penempatan display,
dengan strategi ini diharapkan Coca-Cola dapat menguasai kembali pangsa pasar
11
minuman berkarbonasi yang sampai saat ini masih dikuasai merek Fanta
(Marketing 08/VII/Agustus 2007).
Pajangan toko (in store display) tata letak barang-barang dagangan dan
tempat sangat penting bagi pengecer sebagai suatu teknik penjualan, Tata letak
yang baik sering diibaratkan mesin penjualan, tata letak dan tempat barang
dagangan disebut display, display berarti usaha mendorong perhatian dan minat
konsumen pada toko atau produk dan keinginan membeli melalui daya tarik
penglihatan secara langsung, penyelenggaraan display yang efektif akan
meningkatkan penjualan dan dapat merangsang minat membeli konsumen
terhadap suatu produk (Jefkins, 1997:134).
Kessler, Shimp, dalam Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra dan Dedi
Adriana (2008:569) di dalam toko setiap kategori produk meningkat drastis, hal
ini menyiratkan bahwa semakin banyak konsumen yang belum memutuskan
membeli, implikasinya bahwa komunikasi point of purchase display secara efektif
memainkan peranan signifikan dalam mempengaruhi konsumen dan menaikkan
penjualan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dirasakan perlu untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh in store display terhadap keputusan
pembelian minuman berkarbonasi merek Cola-Cola”.
12
1.2 Identifikasi Masalah
Arah dan aksentuasi permasalahan yang telah diuraikan berkaitan dengan
fenomena strategi in store display yang dilakukan oleh Coca-Cola Indonesia dan
penurunan penjualan minuman berkarbonasi merek Coca-Cola.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi
tema sentral masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
Semakin ketatnya persaingan dalam industri minuman berkarbonasi serta meningkatnya intensitas persaingan di antara produk minuman berkarbonasi lokal maupun asing serta adanya competitor dari minuman non-karbonasi, menyebabkan banyak pilihan bagi konsumen untuk membeli produk yang sesuai dengan selera mereka. Situasi ini mengakibatkan eksistensi merek Coca-Cola terancam, sehingga diduga perlu dilakukan upaya untuk menciptakan strategi in store display untuk menciptakan keunggulan bersaing yang didukung oleh penempatan Display, menurut Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra & Dedi Adriana (2008:575) penempatan display dapat dilakukan dengan cara: branding, durability, flexibility, modularity, visibility & accessibility, Creatifity yang tepat sehingga konsumen yang datang ke outlet akan melalukan pembelian minuman berkarbonasi merek Coca-Cola.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran in store display minuman ringan berkarbonasi merek
Coca-Cola pada Carrefour Paris Van Java.
2. Bagaiman gambaran keputusan pembelian minuman ringan berkarbonasi
merek Coca-Cola pada Carrefour Paris Van Java.
13
3. Seberapa besar pengaruh in store display terhadap keputusan pembelian
konsumen minuman ringan berkarbonasi pada merek Coca-cola di Carrefour
Paris Van Java
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran in store display yang dilakukan Coca-Cola
sebagai produsen minuman berkarbonasi di Carrefour Paris Van Java.
2. Untuk mengetahui gambaran keputusan pembelian produk minuman ringan
berkarbonasi merek Coca-Cola di Carrefour Paris Van Java.
3. Menjelaskan seberapa besar pengaruh in store display terhadap keputusan
pembelian konsumen minuman ringan berkarbonasi pada merek Coca-Cola di
Carrefour Paris Van Java.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dan masukan pada
pengembangan ilmu manajemen, khususnya pada ilmu manajemen
pemasaran, mengenai pengaruh in store display terhadap keputusan
pembelian minuman berkarbonasi pada merek Coca-Cola.
14
2. Secara Praktis
Bagi pihak produsen, khususnya produsen minuman berkarbonasi hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam merancang program
kegiatan operasional yang dapat menghasilkan in store display dengan baik
yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen.