BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak yang
signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya aspek ekonomi
dan bisnis yang semakin hari semakin dinamis. Aktivitas bisnis sudah tidak
mengenal batas ruang dan waktu, segala sesuatunya menjadi mudah, cepat dan
efektif karena berkembangnya teknologi dan informasi. Berbagai kebijakan dan
kesepakatan mengenai bisnis mulai diberlakukan, bahkan cenderung tidak
mengenal batas negara. Salah satu kesepakatan perdagangan yang baru
diberlakukan di tahun 2010 adalah kesepakatan pasar bebas antara negara ASEAN
dan China atau ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA). Ini merupakan
bukti bahwa dunia bisnis akan selalu berkembang.
Perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan arah yang positif. Hal ini
ditandai dengan banyaknya industri yang berkembang, baik industri yang berskala
kecil maupun industri yang berskala besar. Salah satu industri yang tetap ramai
dan berkembang sampai saat ini adalah industri makanan dan minuman. Industri
ini mampu bertahan dalam kondisi apapun, termasuk ketika krisis perekonomian.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri makanan dan
minuman dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan yang positif. Walaupun
sempat terjadi penurunan pada tahun-tahun tertentu, namun penurunan tersebut
tidak begitu besar. Hal ini terbukti dengan angka pertumbuhan industri makanan
2
dan minuman lima tahun ke belakang. Pada tahun 2006, pertumbuhan industri
makanan dan minuman mencapai 31,0% di tahun 2006, 14,9 di tahun 2007, 17,5%
di tahun 2008 dan 12,0% pada tahun 2009.
Industri makanan dan minuman merupakan industri yang potensial. Ketua
Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi
S. Lukman mengemukakan pertumbuhan industri makanan nasional mencapai
10% di tahun 2010 (www.bisnis.com). Berikut disajikan data pertumbuhan
industri makanan dan minuman lima tahun ke belakang pada Tabel 1.1.
TABEL 1.1 PERTUMBUHAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
Tahun Pertumbuhan 2006 31,0% 2007 14,9% 2008 17,5% 2009 12,0% 2010 10,0%
Sumber : SWA 04/XXV/19 Februari-Maret 2009, www.jawapos.com dan www.bisnis.com
Industri makanan dan minuman menawarkan berbagai jenis produk
makanan yang dapat dipilih oleh konsumen. Salah satunya yaitu biskuit. Pasar
biskuit di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data yang
dihimpun oleh Nielsen Indonesia, pertumbuhan pasar biskuit tahun 2008
mencapai 19,45%, meningkat 4,25% dari tahun sebelumnya yakni 15,2% di tahun
2007 (SWA 04/XXV/19 Februari-4 Maret 2009).
Produsen yang ikut serta dalam bisnis ini cukup banyak, apalagi jika
jumlah produsen dari industri rumahan (home industry) juga diikutsertakan.
Jumlah pelaku bisnis makanan dalam kategori biskuit ini berjumlah 185
perusahaan dengan 400 merek yang beredar di pasaran (Majalah Marketing No.
3
01 Edisi Khusus Top Brand/2008). Jumlah pelaku bisnis dalam bidang ini
tentunya bukan jumlah yang sedikit, dimana konsumen dihadapkan pada berbagai
alternatif pilihan merek biskuit. Persaingan di pasar biskuit Indonesia memang
sangat tinggi.
Beberapa merek biskuit terkenal yang sering muncul yaitu Khong Guan,
Biskuat, Roma dan Oreo. Tabel 1.2 menunjukkan nama perusahaan dan merek
biskuit di Indonesia.
TABEL 1.2 NAMA PERUSAHAAN DAN MEREK BESAR BISKUIT
Nama Perusahaan Nama Produk/Merek PT. Khong Guan Indonesia Khong Guan PT.Danone Biscuits Indonesia Biskuat PT. Mayora Indah Roma PT. Nabisco Foods Oreo
Sumber : Majalah Marketing No.1 Edisi Khusus Top Brand/2008
Tabel 1.2 menunjukkan empat perusahaan dan merek besar dalam kategori
produk biskuit, yaitu Khong Guan yang diproduksi oleh PT. Khong Guan
Indonesia, Biskuat oleh PT. Danone Biscuits Indonesia, Roma oleh PT.Mayora
Indah, dan Oreo oleh PT. Nabisco Foods. Perusahaan-perusahaan tersebut
sebagian besar bekerja sama dengan perusahaan global yang berpengalaman
dalam industri pengolahan biskuit. Misalnya PT. Arnott’s Indonesia yang
diinvestasikan oleh Arnott’s Biscuits Company Pte Ltd dari Singapura, PT.
Nabisco Foods yang merupakan aliansi bisnis antara PT. Rodamas Corporation
dengan Nabisco International Inc dari Amerika Serikat dan PT. Danone yang
merupakan afiliasi Danone Group dari Prancis.
Biskuit Oreo merupakan salah satu merek biskuit yang cukup terkenal di
Indonesia (Tabel 1.2). Kondisi ini terlihat jelas pada perolehan top brand index
4
biskuit Oreo selama tiga tahun terakhir. Berikut disajikan pada Tabel 1.3 di bawah
ini.
TABEL 1.3 TOP BRAND INDEX BISKUIT OREO
Tahun Top Brand Index 2008 3,7% 2009 3,9% 2010 5,3%
Sumber : Majalah Marketing Edisi 02/X/Februari 2010
Tabel 1.3 top brand index di atas memberikan gambaran perolehan indeks
merek biskuit Oreo. Jika diamati selama tiga tahun terakhir, perolehan indeks
merek biskuit Oreo menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Namun, kenaikan
indeks merek biskuit Oreo ini tidaklah besar. Tahun 2008, indeks merek biskuit
Oreo menunjukkan angka 3,7%. Sedangkan di tahun 2009, indeks merek biskuit
Oreo menunjukkan angka 3,9%, hanya naik 0,2% dari tahun sebelumnya.
Begitupula tahun 2010, biskuit Oreo memperoleh angka 5,3% yang mengalami
kenaikan sebesar 1,4% dari perolehan indeks merek tahun 2009.
Tingkat pembelian konsumen merupakan salah satu kriteria yang dapat
dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kondisi suatu produk di pasar selain
indeks merek (top brand index). Hal ini dikarenakan tingkat pembelian dapat
memberikan gambaran umum pembelian nyata yang dilakukan oleh konsumen
terhadap biskuit Oreo. Tabel 1.4 di bawah ini menyajikan data tingkat pembelian
konsumen (last usage) biskuit Oreo selama lima tahun terakhir.
5
TABEL 1.4 LAST USAGE BISKUIT OREO
Tahun Oreo 2005 7,17% 2006 3,90% 2007 4,20% 2008 3,80% 2009 3,70%
Sumber : www.topbrand-award.com
Last usage merupakan produk terakhir yang digunakan atau dibeli
konsumen. Berdasarkan Tabel 1.4 last usage di atas, terlihat bahwa pembelian
untuk biskuit Oreo mencapai 3,70% di tahun 2009 yang mengalami penurunan
sebesar 0,1% dari tahun 2008.
Jumlah pembelian biskuit Oreo selalu berada di bawah angka 15% yang
menjadi target penjualan biskuit Oreo (www.aibonline.org). Artinya, pembelian
terhadap biskuit Oreo sangat rendah.
Rendahnya kinerja merek dan rendahnya tingkat pembelian konsumen
merupakan fenomena yang sedang dihadapi oleh biskuit Oreo saat ini yang diduga
kuat karena konsumen mulai merasakan kejenuhan atau bosan terhadap biskuit
Oreo yang kurang bervariasi. Dalam hal ini, konsumen merasakan titik puncak
kejenuhan dan menginginkan sesuatu yang baru.
Sejalan dengan penjelasan di atas, Manajer Pengembangan Produk Biskuit
Oreo pusat, Lori Rice dalam jurnal Marketing Plan: The Flat Free Oreo Cookie
(2008:4) mengemukakan bahwa, “Cookie sales began to slowly decline because
consumers were facing saturation of the product”. Penurunan penjualan yang
terjadi pada biskuit Oreo menurut pendapat Lori Rice terjadi karena konsumen
merasakan kejenuhan terhadap produk.
6
Rendahnya tingkat pembelian konsumen terhadap biskuit Oreo berakibat
pula pada kecilnya penguasaan pangsa pasar (market share) biskuit Oreo yang
disajikan pada Tabel 1.5 di bawah ini.
TABEL 1.5 MARKET SHARE BISKUIT OREO
Tahun Market Share
2005 7,2%
2006 4,9%
2007 4,2%
2008 4,1%
2009 4,0%
Sumber : Majalah Marketing Edisi Khusus Top Brand/2008, SWA 19/XXV/3-13 September 2009
Pangsa pasar (market share) biskuit Oreo seperti disajikan pada Tabel 1.5
di atas, menunjukkan perolehan pangsa pasar biskuit Oreo selama lima tahun ke
belakang. Pangsa pasar biskuit Oreo tahun 2009 sebesar 4,0%. Angka yang sangat
kecil jika dibandingkan dengan pangsa pasar biskuit yang cukup besar. Dapat
dibayangkan kecilnya keuntungan yang diperoleh biskuit Oreo dari perolehan
pangsa pasarnya yang kecil. Jika diamati, selama lima tahun terakhir, pangsa
pasar (market share) biskuit Oreo tertinggi diperoleh pada tahun 2005 dengan
angka 7,2% kemudian dimulai dari tahun 2006, pangsa pasar (market share)
biskuit Oreo mengalami penurunan yang sangat drastis berturut-turut memperoleh
angka 4,9%, 4,2%, 4,1% dan 4,0% pada tahun 2009.
Perolehan pangsa pasar (market share) biskuit Oreo ini selalu menurun.
Idealnya, pangsa pasar (market share) suatu produk yang baik adalah memiliki
nilai yang berubah menuju angka yang lebih besar atau bertahan di posisinya agar
tidak menurun atau bisa dikatakan stabil. Hal ini berbanding terbalik d
kondisi pangsa pasar (
rendah. Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan pembagian
Sumber : Majalah Marketing Edisi Khusus Top Brand/2008, SWA 19/XXV/3-13 September 2009
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, terlihat dengan jelas pembagian dan
perolehan pangsa pasar (
Pangsa pasar terbesar diperoleh Biskuit Roma, peringkat kedua diperoleh Biskuat
dengan angka 19%, peringkat
sisanya diperoleh Oreo dengan angka 4%.
Berdasarkan data
terhadap biskuit Oreo rendah yang
kejenuhan terhadap biskuit O
Produsen terus menerus menawarkan produk yang sama
beralih pada produk lain.
Oreo
Lainnya
42%
tidak menurun atau bisa dikatakan stabil. Hal ini berbanding terbalik d
kondisi pangsa pasar (market share) biskuit Oreo yang cenderung menurun dan
rendah. Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan pembagian market share
Sumber : Majalah Marketing Edisi Khusus Top Brand/2008, 13 September 2009 yang dimodifikasi oleh penulis
GAMBAR 1.1 MARKET SHARE BISKUIT 2009
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, terlihat dengan jelas pembagian dan
perolehan pangsa pasar (market share) biskuit Oreo dengan merek biskuit lainnya.
Pangsa pasar terbesar diperoleh Biskuit Roma, peringkat kedua diperoleh Biskuat
dengan angka 19%, peringkat tiga diperoleh Khong Guan sebesar 10% dan
sisanya diperoleh Oreo dengan angka 4%.
Berdasarkan data-data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pembelian
terhadap biskuit Oreo rendah yang diduga karena konsumen mulai merasakan
kejenuhan terhadap biskuit Oreo yang kurang melakukan variasi produk
terus menerus menawarkan produk yang sama sehingga konsumen
beralih pada produk lain.
Roma
25%
Biskuat
19%Khong Guan
10%
Oreo
4%
Roma
Biskuat
Khong Guan
Oreo
Lainnya
7
tidak menurun atau bisa dikatakan stabil. Hal ini berbanding terbalik dengan
ng cenderung menurun dan
market share biskuit.
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, terlihat dengan jelas pembagian dan
) biskuit Oreo dengan merek biskuit lainnya.
Pangsa pasar terbesar diperoleh Biskuit Roma, peringkat kedua diperoleh Biskuat
tiga diperoleh Khong Guan sebesar 10% dan
data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pembelian
konsumen mulai merasakan
reo yang kurang melakukan variasi produk.
sehingga konsumen
Roma
Biskuat
Khong Guan
Oreo
Lainnya
8
Ricardo Ribeiro dalam jurnal “Consumer Demand for Variety:
Intertemporal Effects of Consumption, Product Switching and Pricing Policies”
(2009:3) berpendapat bahwa :
The consumption of a good typically creates satiation that diminishes the marginal utility of consuming more. Temporal satiation induces consumers to increase their stimulation level by seeking variety and therefore substitute towards other goods (substitutability across time) or other differentiated versions (products) of the good (substitutability across products). Berdasarkan pendapat Ricardo Ribeiro di atas, konsumsi suatu produk
yang khas atau sama dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan kejenuhan dan
mengurangi konsumsi ulang. Kejenuhan yang bersifat sementara mendorong
konsumen untuk meningkatkan rangsangan dengan cara mencari variasi dan
barang substitusi dari kelompok produk itu sendiri atau produk lain yang berbeda.
Fandy Tjiptono (2008:97) berpendapat bahwa, “Item yaitu suatu unit
khusus dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan
ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya. Biasanya disebut pula
stockkeeping unit atau variasi produk”.
Fenomena yang dialami biskuit Oreo ini tentunya merupakan fenomena
yang sangat merugikan. Jika dibiarkan terus berlanjut, maka akan berdampak pada
pengurangan jumlah pembelian, dimana konsumen akan beralih ke merek lain
yang menawarkan berbagai variasi produk. kondisi ini juga akan mempengaruhi
kondisi perusahaan dari segi keuntungan yang didapat. Dalam jangka waktu lama,
keadaan ini bisa saja semakin memperparah kondisi perusahaan dan
mengakibatkan perusahaan bangkrut bahkan gulung tikar.
9
Berbagai upaya dilakukan biskuit Oreo untuk mengembalikan dan
meningkatkan pembelian konsumen, salah satunya dengan melakukan variasi
tampilan dan rasa biskuit.
Pada dasarnya tujuan dari pelaksanaan variasi tampilan dan rasa adalah
untuk menarik perhatian dan mempengaruhi konsumen dalam memutuskan
pembelian. Hal ini sejalan dengan pendapat Espejel Balnco dan Carmina Fandos
Herrera (2008:8) dalam jurnal “Perceived quality as a antecendent for buying
intention of the olive oil from bajo aragon with protected designation of origin”
mengemukakan pendapat bahwa, “Firstly, with regard to the influence that
intrinstic attributes may have on consumers perceptions and purchase behavior,
such as the product appearance, colour, flavor or presentation”.
Berdasarkan pendapat Espejel Balnco dan Carmina Fandos Herrera di atas,
atribut intrinsik suatu produk dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku
pembelian konsumen, seperti tampilan produk, warna, rasa atau penyajian produk.
Implementasi variasi produk yang dilakukan oleh biskuit Oreo yaitu
variasi dalam tampilan dan rasa. Dalam hal ini, biskuit Oreo memvariasikan
tampilan biskuit seperti variasi tampilan warna dan bentuk krim biskuit. Selain itu,
biskuit Oreo juga tersedia dalam berbagai pilihan rasa yaitu rasa susu, cokelat,
strawberi, vanila, kombinasi cokelat dan susu serta rasa es krim yang memberikan
sensasi dingin ketika dikonsumsi.
Penelitian ini dilakukan di Kota Cimahi. Kota Cimahi merupakan kota
yang sedang berkembang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang yang terus naik
dari tahun ke tahun. Laju Pertumbuhan Ekonomi tahun 2006 sebesar 4,81%.
10
Meningkat 0,25% dari tahun sebelumnya dengan angka 4,56%. Pertumbuhan
perekonomian Kota Cimahi sebagian besar berasal dari konsumsi domestik
(www.cimahikota.go.id). Kondisi ini semakin menguatkan bahwa tingkat
konsumsi dan daya beli masyarakat Kota Cimahi sangat tinggi.
Segmen pasar biskuit Oreo adalah anak-anak dan remaja. Menurut Abin
Syamsudin Makmun (2004:130), “Rentangan masa remaja berlangsung dari
sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun”. Sekolah Menengah Kejuruan
merupakan sekolah dengan tingkat usia termasuk ke dalam usia remaja yang
memenuhi spesifikasi target pasar biskuit Oreo.
Kota Cimahi memiliki jumlah Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 21
sekolah dengan jumlah 8.435 siswa (www.datapokok.ditpsmk.net). Berdasarkan
hasil penelitian pendahuluan, jumlah pembeli biskuit Oreo di SMK Kota Cimahi
sebesar 21,03% atau 1.774 orang. Dengan demikian, jumlah pembelian biskuit
Oreo di SMK Kota Cimahi masih rendah. Tabel 1.6 di bawah ini menyajikan
jumlah pembeli biskuit Oreo di SMK Kota Cimahi.
TABEL 1.6 JUMLAH PEMBELI BISKUIT OREO
DI SMK KOTA CIMAHI No. Nama Sekolah Jumlah
Pembeli 1. SMK Negeri 1 Cimahi 147 2. SMK Wiraswasta Cimahi 71 3. SMK Pasundan 3 Cimahi 97 4. SMK Pusdikhubad Cimahi 53 5. SMK Karya Bhakti Pusdikpal Cimahi 68 6. SMK Pasundan Putra Cimahi 60 7. SMK Mohamad Toha Cimahi 67 8. SMK PGRI 3 Cimahi 91 9. SMK Teknologi Industri Pembangunan Cimahi 48 10. SMK Pasundan 2 Cimahi 97 11. SMK Negeri 2 Cimahi 123
11
Lanjutan Tabel 1.6 Jumlah Pembeli Biskuit Oreo di SMK Kota Cimahi
12. SMK Tut Wuri Handayani Cimahi 63 13. SMK Negeri 3 Cimahi 136 14. SMK PGRI 2 Cimahi 108 15. SMK Sangkuriang 2 Cimahi 66 16. SMK PGRI 1 Cimahi 87 17. SMK Taruna Mandiri Cimahi 91 18. SMK Pasundan Cimahi 103 19. SMK Sangkuriang 1 Cimahi 98 20. SMK Kesehatan Bhakti Kencana 48 21. SMK TI Garuda Nusantara Cimahi 52 Total 1.774
Sumber : Pra penelitian 2011
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Variasi Tampilan dan Rasa Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen (Survei Pada Siswa Pembeli Biskuit Oreo
di SMK Kota Cimahi).”
1.2 Identifikasi Masalah
Tingginya persaingan dalam kategori biskuit menandakan bahwa
konsumen dalam kategori ini sangat potensial. Namun, di sisi lain produsen
dituntut untuk semakin cerdas dan cepat dalam membaca kebutuhan dan
keinginan konsumen dimana saat ini perilaku konsumen bersifat dinamis.
Keputusan pembelian konsumen bisa dipengaruhi oleh variasi tampilan
dan rasa suatu produk, dimana konsumen disediakan beberapa pilihan dari variasi
tampilan dan rasa yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut :
12
Rendahnya indeks merek dan turunnya tingkat pembelian konsumen terhadap biskuit Oreo yang berdampak pada penguasaan market share yang kecil, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan pembelian konsumen melalui variasi tampilan dan rasa.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran variasi tampilan biskuit Oreo.
2. Bagaimana gambaran variasi rasa biskuit Oreo.
3. Bagaimana gambaran keputusan pembelian biskuit Oreo.
4. Seberapa besar pengaruh variasi tampilan dan rasa terhadap keputusan
pembelian biskuit Oreo baik secara simultan maupun parsial.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai variasi tampilan biskuit Oreo.
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai variasi rasa biskuit Oreo.
3. Untuk memperoleh gambaran mengenai keputusan pembelian biskuit Oreo.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variasi tampilan dan rasa
terhadap keputusan pembelian biskuit Oreo baik secara simultan maupun
parsial.
13
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan umumnya berkaitan dengan manajemen
pemasaran dan khususnya mengenai variasi tampilan dan rasa yang dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk biskuit.
2. Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
manajemen biskuit Oreo sebagai bahan masukan dan informasi tambahan
yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menentukan strategi
pemasaran perusahaan dimasa yang akan datang.