BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1482/2/BAB I.pdfdi zamannya, sehingga...

47
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga dengan demikian DKI Jakarta memiliki berbagai pusat kegiatan ekonomi bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat banyak. Maka dari itu, banyak berdiri pasar tradisional di kota Jakarta, seperti di daerah Jakarta Selatan yang salah satunya diwakilkan oleh Pasar Mayestik. Pasar tradisional yang diresmikan sekitar tahun 1981 oleh PD Pasar Jaya tersebut merupakan salah satu pasar terbesar dan terlengkap di zamannya, sehingga tidak heran pasar yang mencakup wilayah kota ini menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi utama DKI Jakarta, terutama di area Jakarta Selatan semenjak tahun 1981 lalu. Seiring waktu, sayangnya bangunan Pasar Mayestik kurang diperhatikan kondisinya, sehingga bentuk fisik bangunan berubah menjadi kurang layak untuk digunakan sebagai pusat perbelanjaan. Tentunya kurang diperhatikannya kondisi Pasar Mayestik yang kurang layak tersebut, dapat dikaitkan dengan fakta bahwa kondisi pasar tradisional di Indonesia yang apabila digabungkan, memiliki banyak masalah pada bidang-bidang seperti kualitas fisik pasar tradisional dan pengelolaan pasar yang kurang memadai. 1 Maka dari itu, pasar tradisional yang terdapat di Ibu Kota DKI Jakarta pada zaman modern ini juga dapat dikatakan sangat 1 Raden Aswin Rahadi dkk, 2015, “Synthesis of Traditional Marketplace Studies in Indonesia”, dalam International Academic Research Journal of Business and Technology Journal, Vol 1, No. 2, hlm. 15

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/1482/2/BAB I.pdfdi zamannya, sehingga...

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia,

sehingga dengan demikian DKI Jakarta memiliki berbagai pusat kegiatan ekonomi

bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat banyak. Maka dari itu, banyak berdiri

pasar tradisional di kota Jakarta, seperti di daerah Jakarta Selatan yang salah satunya

diwakilkan oleh Pasar Mayestik. Pasar tradisional yang diresmikan sekitar tahun

1981 oleh PD Pasar Jaya tersebut merupakan salah satu pasar terbesar dan terlengkap

di zamannya, sehingga tidak heran pasar yang mencakup wilayah kota ini menjadi

salah satu pusat kegiatan ekonomi utama DKI Jakarta, terutama di area Jakarta

Selatan semenjak tahun 1981 lalu.

Seiring waktu, sayangnya bangunan Pasar Mayestik kurang diperhatikan

kondisinya, sehingga bentuk fisik bangunan berubah menjadi kurang layak untuk

digunakan sebagai pusat perbelanjaan. Tentunya kurang diperhatikannya kondisi

Pasar Mayestik yang kurang layak tersebut, dapat dikaitkan dengan fakta bahwa

kondisi pasar tradisional di Indonesia yang apabila digabungkan, memiliki banyak

masalah pada bidang-bidang seperti kualitas fisik pasar tradisional dan pengelolaan

pasar yang kurang memadai.1 Maka dari itu, pasar tradisional yang terdapat di Ibu

Kota DKI Jakarta pada zaman modern ini juga dapat dikatakan sangat

1 Raden Aswin Rahadi dkk, 2015, “Synthesis of Traditional Marketplace Studies in Indonesia”, dalam

International Academic Research Journal of Business and Technology Journal, Vol 1, No. 2, hlm. 15

2

memprihatinkan, dari total jumlah pasar yang ada, hampir seluruhnya tercatat rusak.

Hampir sama dengan kondisi pasar tradisional di Indonesia pada umumnya, pasar-

pasar di DKI Jakarta juga berusia lebih dari 20 tahun.2 Data yang tercatat oleh PD

Pasar Jaya pada tahun 2010, dari total 153 pasar di DKI Jakarta, hanya 29 pasar yang

aspek bangunannya masih baik, sisanya 111 pasar dalam kondisi fisik bangunan

rusak sedang atau berat dan sisanya 13 pasar rusak ringan.3 Maka dari itu, dengan

adanya kondisi tersebut maka munculah keinginan dari pemerintah atau political will

untuk membenahi pusat perdagangan atau pasar tradisional yang memfokuskan

kepada beberapa aspek, seperti kebersihan, kenyamanan, penataan lokasi penjual

sesuai dengan barang yang dijual, lorong untuk pembeli yang lapang dan tidak

sumpek, ada pengaturan pencahayaan dan pengaturan udara yang sehat, jaminan

keamanan, dan tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai.4

Tentunya political will pemerintah tersebut dilatarbelakangi oleh

perkembangan zaman pada saat ini, sehinga diperlukan pembangunan kota yang

menyediakan sarana dan prasarana publik yang lebih baik dan dapat mengakomodasi

berbagai kebutuhan penduduk DKI Jakarta. Pembangunan Daerah diarahkan untuk

mewujudkan visi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, sejajar dengan kota-kota besar dunia,

2 Sebanyak 97 Pasar Tradisional Rusak Pasar, 2010, https://www.viva.co.id/berita/metro/139159-97-

pasar-tradisional-di-jakarta-tak-layak (diakses pada tanggal 13 Maret 2016) 3 Tentang Kami atau Profil, 2017, http://www.pasarjaya.co.id/about/detail/Profile-Pasar-Jaya (diakses

pada tanggal 12 April 2016) 4 Dewi Restu Mangeswuri, 2010, “Revitalisasi Pasar Tradisional di Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi

& Kebijakan Publik, Vol.2, No.1 Desember, hlm. 315

3

dan dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Menurut Rancangan Peraturan Daerah

pasal 6 ayat 1 mengenai Kebijakan Penataan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta,

pembangunan DKI Jakarta untuk tahun 2012-2030 salah satunya adalah

meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat kegiatan primer dan sekunder untuk

mewadahi aktivitas perdagangan, jasa, dan industri kreatif berskala regional,

nasional, dan internasional.5 Dengan latar belakang tersebut, maka pada tahun 2010

lalu Pasar Mayestik menjadi salah satu target program revitalisasi pasar tradisional

oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Revitalisasi merupakan upaya untuk menvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulu pernah vital atau hidup, akan tetapi mengalami kemunduran

atau degradasi.6 Revitalisasi juga merupakan, upaya untuk meningkatkan nilai

ekonomi lahan melalui pembangunan kembali suatu bangunan untuk meningkatkan

fungsi bangunan sebelumnya.7 Sehingga apabila dikaitkan dengan masalah pasar

tradisional, revitalisasi dapat dikatakan sebagai upaya membangkitkan kembali citra

pasar tradisional sebagai tempat yang ramai diisi oleh penjual dan pembeli yang

saling bertransaksi, dan sebagai upaya pengelolaan pasar secara modern sesuai

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada akhirnya, dapat menghambat

5 Raperda Nomor 1 Tahun 2012, mengenai Kebijakan Penataan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta,

2012, http://pertamananpemakaman.jakarta.go.id/assets/data/data-peraturan/PERDA2012-TENTANG-

RTRW_2030 (diakses pada tanggal 17 februari 2017) 6 Eko Budiharjo, 1996, Tata Ruang Perkotaan, Bandung: Penerbit Alumni, hlm. 219

7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/Prt/M/2010, mengenai Pedoman Revitalisasi

Kawasan, http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2010/PermenPU18-2010.pdf (diakses pada tanggal

20 Januari 2018)

4

beralihnya tempat belanja masyarakat ke pasar modern.8 Dengan demikian dapat

disimpulkan, revitalisasi pasar merupakan suatu usaha untuk mencoba menvitalkan

kembali fungsi pasar tradisional yang pada zaman modern ini semakin mundur

karena persaingan dengan pasar modern.

Gambar I.1. Perbandingan Pasar Tradisional & Modern di Jakarta

Sumber: Revitalisasi Pasar Tradisional di Indonesia oleh Dewi Restu Mangeswuri (2010)

PD Pasar Jaya memiliki arti penting dan strategis, serta menjadi momentum

dalam meningkatkan tampilan fisik pasar tradisional di Jakarta yang selama ini

dikenal kumuh, kotor, tidak tertib dan kurang nyaman dan salah satunya adalah pasar

Mayestik. Pada tahun 2010 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini, Walikota

Jakarta Selatan dan PD Pasar Jaya melaksanakan pembangunan Pasar Mayestik, dan

pada tanggal 16 Juni 2012 Pasar Mayestik diresmikan oleh Fauzi Bowo, Gubernur

DKI Jakarta pada saat itu.

Revitalisasi Pasar Mayestik menyentuh perubahan fisik gedung sampai

dengan kepengelolaan. Saat ini bentuk gedung dari Pasar Mayestik sudah memiliki

arsitektur yang modern, diikuti juga dengan penataan tempat usaha pedagang yang

8 Siti Fatimah Nurhayati, 2014, “Pengelolaan Pasar Tradisional Berbasis Musyawarah Untuk

Mufakat”, dalam Jurnal Benefit Manajemen dan Bisnis, Vol. 18, No.1, Juni, hlm. 52

5

telah dikelompokan berdasarkan jenis dagangannya. Dari sisi pengelolaan juga terjadi

perubahan, kini pengelolaan Pasar Mayestik di pegang oleh dua pihak secara

sementara, yaitu PT. Metroland Permai sebagai pihak swasta yang menjadi kontraktor

serta investor untuk melakukan revitalisasi Pasar Mayestik, dan juga sebagai pihak

yang berperan untuk kepengelolaan gedung serta pedagang pasar, dan yang terakhir

dari pihak pemerintah yaitu PD Pasar Jaya yang merupakan bagian dari pemerintahan

dam pemilik aset negara sebagai pengawas. Tentunya perubahan fisik dan kerjasama

yang terjalin dalam pengelolaan seperti diatas seharusnya bertujuan untuk mencapai

pengelolaan pasar secara modern, yang pada akhirnya hal tersebut dapat

membangkitkan kembali citra pasar tradisional sebagai tempat yang ramai diisi oleh

penjual dan pembeli yang saling bertransaksi dan dapat memperkecil persaingan

antara pasar tradisional dengan pasar modern.

Dalam program revitalisasi pasar tradisional, PD Pasar Jaya selaku pengelola

pasar di Jakarta dapat bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Swasta sebagai

pengembang dalam merevitalisasi sebuah pasar tradisional. Menurut Perda Nomor 3

Tahun 2009, PD Pasar Jaya dapat menggunakan otoritasnya untuk menggandeng

pihak ketiga dalam membangun dan mengelola sebuah area pasar.9 Tetapi tidak

jarang dengan adanya hal tersebut, di saat proses revitalisasi pasar, terkadang PD

Pasar Jaya dan pihak ketiga cenderung kurang memperhatikan pedagang lama

9 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2009, Tentang Pengelolaan Area Pasar

6

sebagai salah satu pihak utama dari sebuah pasar.10

Sehingga tidak jarang, dengan

adanya bentuk kerjasama perencanaan revitalisasi pasar tradisional dengan pihak

ketiga biasanya memunculkan kontra yang datang dari pedagang lama di sebuah

pasar. Hal tersebut terjadi karena adanya kekhawatiran dengan adanya program

revitalisasi pasar justru akan mempersulit akses mereka untuk masuk ke pasar yang

baru. Salah satu contohnya adalah, seperti masalah harga tempat usaha yang

ditentukan dari pihak ketiga tersebut menjadi tinggi dikarenakan adanya dana

pembangunan.

Kecendrungan masalah tersebut pun terjadi pada program revitalisasi Pasar

Mayestik, dimana dari hasil penelitian menunjukan tidak seluruh pedagang lama

menerima dengan direncanakannya revitalisasi pasar tradisional. Menurut mereka

dengan hadirnya pihak ketiga yang akan merubah pasar menjadi modern, akan

berdampak kurang menguntungkan kepada kelangsungan usaha mereka selama ini.

Pada tahun 2010 lalu, pedagang lama Pasar Mayestik dan pihak pemerintah serta

pengembang masih belum menemukan titik temu persoalan peremajaan pasar

tersebut, terutama dalam hal harga tempat usaha. Bentuk penolakan pedagang lama

Pasar Mayestik dilakukan dengan unjuk rasa dan penolakan untuk pindah ke TPS

atau Tempat Penampungan Sementara di saat pasar yang lama akan dibongkar pada

10

Agus Prastyawan, dkk, 2015, “Revitalization of Traditional Markets into a Modern Market in the

Perspective of Local Governance Theory (Studies on Revitalization Wonokromo Market in

Surabaya)”, dalam Jurnal IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), Volume 20,

Issue 9, Ver. IV September, hlm. 2

7

tahun 2010 lalu melalui Forum Pedagang Pasar Mayestik atau yang disingkat

FPPM.11

Dengan adanya hal tersebut, maka Pihak PD Pasar Jaya dan pengembang pun

melakukan musyawarah serta melakukan sosialisasi kepada pedagang lama mengenai

perencaaan revitalisasi. Setelah dilakukan beberapa kali musyawarah dan sosialisasi,

menurut PD Pasar Jaya akhirnya ditemuilah kesepakatan mengenai harga tempat

usaha mereka di pasar yang baru nantinya. Sehingga dalam pemufakatan masalah

tersebut, PD Pasar Jaya dalam hal ini akhirnya mengakui memberikan subsidi berupa

jaminan harga tempat usaha yang terjangkau bagi para pedagang lama, dan pada

akhirnya proses revitalisasi Pasar Mayestik pun dilakukan. Tetapi pada kenyataannya,

para pedagang lama dalam penelitian ini mengakui bahwa harga tempat usaha di

Pasar Mayestik masih tetap tergolong mahal untuk ditempati pasca revitalisasi,

sehingga dengan adanya hal tersebut menjadikan kendala bagi para pedagang lama

untuk melangsungkan usaha mereka pasca revitalisasi pasar.

Perubahan harga tempat usaha dalam revitalisasi Pasar Mayestik tersebut

mungkin hanya salah satu contoh dampak perubahan bagi para pedagang lama yang

ditimbulkan dari program revitalisasi Pasar Mayestik. Tidak jarang di dalam

penelitian sebelumnya mengenai revitalisasi pasar, beberapa peneliti menemukan

masalah-masalah yang dialami oleh pedagang lama saat melakukan kegiatan

11

Pedagang Pasar Mayestik Belum Mau Pindah ke Penampungan, 2010, https://metro.tempo.co/read

/236379/pedagang-pasar-mayestik-belum-mau-pindah-ke-penampungan (diakses pada tanggal 22

April 2017)

8

berdagang sehari-hari di dalam pasar setelah adanya revitalisasi pasar. Hal tersebut

diakibatkan karena pasca revitalisasi biasanya pedagang dihadapi oleh perubahan-

perubahan di dalam pasar itu sendiri, seperti perubahan-perubahan fisik pasar serta

sistem dan regulasi yang dapat berdampak kepada kegiatan berdagang mereka sehari-

hari, sehingga walau secara fisik pasar itu mewah tetapi struktur bangunan dan

regulasinya membuat mereka terasing dari kebiasaan lama.12

I.2. Permasalahan

Dari latar belakang tersebut, maka dapat dilihat bahwa menciptakan

pembangunan berupa revitalisasi pasar yang baik, disadari tidak semudah

membangun gedung yang mewah semata. Untuk melakukan revitalisasi pasar

tadisional merupakan hal yang rumit, dan sudah tentu bahwa dalam prosesnya

revitalisasi dapat memunculkan pro-kontra, dan hasil dari dari revitalisasi juga

menyebabkan perubahan di dalam pasar pasca revitalisasi yang berdampak bagi para

pedagang lama yang telah menafkahi kehidupannya serta keluarga dari kegiatan

berdagangnya di Pasar Mayestik semenjak dahulu. Tentunya mereka juga dapat

dipastikan menjadi salah satu pihak yang paling merasakan dampak perubahan akibat

program revitalisasi Pasar Mayestik.

Permasalahannya adalah, pasar merupakan lembaga paling penting di dalam

institusi ekonomi yang menggerakan kehidupan ekonomi. Karena pasar adalah

12

Martinus Legowo dkk, 2009, “Pedagang dan Revitalisasi Pasar Tradisional di Surabaya: Studi

Kasus Pada Pasar Wonokromo dan Pasar Tambah Rejo Surabaya”, dalam Jurnal Masyarakat,

Kebudayaan dan Politik Universitas Airlangga Vol.22 / No.2 , hlm. 184-185

9

sebuah institusi, tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, suatu peristiwa yang

berbentuk dan memiliki budaya yang khas yang melibatkan banyak orang dan

tindakan serta hubungan sosial, yang membentang pada sejumlah tingkatan.13

Tentunya dengan adanya revitalisasi pasar seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka

dapat dipastikan akan berdampak kepada para pedagang lama Pasar Mayestik sebagai

salah satu pihak utama di sebuah institusi seperti Pasar Mayestik. Mereka pun harus

melakukan sebuah strategi penyesuaian terhadap perubahan situasi yang ditimbulkan

oleh program revitalisasi pasar tersebut, karena dengan adanya suatu dampak

perubahan maka individu akan melakukan strategi penyesuaian yang dapat dikaitkan

dengan adaptasi. Secara singkat, adaptasi itu sendiri pada dasarnya adalah suatu

proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan.14

Sehingga sangatlah penting bagi para pedagang lama Pasar Mayestik untuk

beradaptasi dengan perubahan yang tentunya dapat memberikan dampak kepada

situasi yang dapat mempengaruhi kegiatan berdagang mereka pasca revitalisasi.

I.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang serta permasalahan di atas, serta

pembahasan penelitian ini lebih terarah permasalahan yang dituju, maka

permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur sosial Pasar Mayestik pasca revitalisasi?

13

Damsar, 1997, Sosiologi Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 101 14

Parsudi Suparlan, 1993, Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 20

10

2. Bagaimana dampak perubahan pasca revitalisasi terhadap pedagang lama

Pasar Mayestik?

3. Bagaimana bentuk adaptasi pedagang lama Pasar Mayestik pasca revitalisasi

pasar?

I.4. Tujuan Penelitian

Setelah peneliti menggambarkan semua permasalahan dan rumusan masalah

di atas, adapun tujuan dari peneltian ini berdasarkan pertanyaan peneltian yang telah

dirumuskan adalah untuk memberikan gambaran mengenai perubahan struktur sosial

Pasar Mayestik pasca revitalisasi sebagai hasil pembangunan yang tentunya akan

menimbulkan dampak terhadap pedagang lama di Pasar Mayestik. Selain itu

penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk adaptasi yang

dilakukan oleh pedagang lama dalam menyiasati situasi akibat dampak program

revitalisasi Pasar Mayestik.

I.5. Siginifikansi Penelitian

I.5.1. Signifikansi Akademis

Penelitian ini memiliki fokus terhadap bagaimana sebuah program revitalisasi

pasar tradisional dapat berdampak terhadap pedagang lama yang menjalankan

kegiatannya di dalam Pasar Mayestik, dan juga tentunya bagaimana para pedagang

lama tersebut untuk melakukan adaptasi dengan adanya perubahan situasi akibat

dampak dari program revitalisasi pasar tradisional agar pemenuhan ekonomi mereka

dengan cara berdagang, tetap berjalan normal dan bertahan. Sehingga pada akhirnya,

11

mereka dapat tetap menafkahi penghidupannya maupun keluarganya. Sehingga

dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan

khususnya bagi kajian sosiologi ekonomi.

I.5.2. Signifikansi Praktis

Sebagai sebuah penelitian yang mengangkat fenomena yang terjadi kepada

pedagang, khususnya masalah mengenai akses pedagang lama yang berkaitan dengan

program revitalisasi pasar tradisional dari Pemda DKI Jakarta. Maka penelitian ini

memiliki signifikansi praktis. Dikarenakan revitalisasi pasar tradisional akan di

tingkatkan pada kedepannya, diharapkan dengan adanya kenyataan yang dialami

pedagang lama dalam penelitian ini, dapat menjadi bahan pertimbangan atau evaluasi

untuk melaksanakan program revitalisasi pasar tradisional kedepannya bagi PD Pasar

Jaya dan pihak-pihak lainnya yang terkait untuk merencanakan sebuah program

revitalisasi pasar tradisional.

I.6. Tinjauan Pustaka

Untuk memperjelas fokus peneltian ini, maka peneliti melakukan tinjauan

pustaka terhadap penelitian-penlitian yang sejenis dan berhubungan dengan penelitian

ini, khususnya mengenai studi mengenai dampak perubahan sosial di dalam sebuah

pasar. Peneliti disini berusaha mengkaji dan mencermati beberapa jurnal dan karya

ilmiah yang dirasa cocok dengan konsep yang peneliti tulis. Peneliti juga mengkaji

beberapa skripsi untuk dicermati agar menghindari penelitian yang sama. Kegunaan

lain dari bagian tinjauan pustaka ini ialah peneliti bisa melihat kekurangan penelitian

12

yang sudah dilakukan sebelumnya. Sehingga nantinya, peneliti berharap dapat

menutupi kekurangan tersebut sesuai dengan fenomena yang dikaji. Dalam penelitian

ini, tinjauan pustaka yang digunakan ialah sebagai berikut

Tinjauan pertama berasal dari jurnal internasional yang disusun oleh Agus

Prastyawan, dkk. Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk

mengetahui proses revitalisasi Pasar Wonokromo di Surabaya menuju pasar modern,

dan juga keterlibatan para aktor di dalamnya dan apa motif dibalik revitalisasi pasar

tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menguji beberapa

fenomena yang terkait melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

proses revitalisasi antara lain, pemerintah, investor dan pedagang. Dokumentasi juga

dilakukan untuk melengkapi proses analisis data. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa revitalisasi pedagang pasar di Wonokromo tidak melibatkan partisipasi

stakeholder dalam penyusunan revitalisasi.

Organisasi pedagang mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam proses

penyusunan revitalisasi. Posisi investor dalam pelaksanaan dan revitalisasi hanya

sebagai pelaksana dengan motif bisnis semata dan keinginan Pemerintah untuk

merevitalisasi pasar hanya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

Sehingga revitalisasi hanya dilakukan demi kepentingan para stakeholder dan

berdampak kurang menguntungkan bagi para pedagang.15

Persamaan penelitian

peneliti dengan Agus Prastyawan dkk, yaitu sama-sama meneliti mengenai proses

15

Agus Prastyawan, dkk, 2015, Loc.cit., hlm. 5

13

serta dampak revitalisasi pasar terhadap pedagang lama. Perbedaannya, penelitian

yang dilakukan tersebut tidak mengkaji mengenai bentuk adaptasi setelah adanya

dampak revitalisasi dari Pasar Wonokromo.

Kedua, berasal dari jurnal ilmiah, penelitian oleh Muhammad Zunaidi yang

mengangkat tema mengenai kehidupan sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional

pasca relokasi dan pembangunan pasar modern. Hasil dari peneltian, menunjukan

adanya alasan pedagang di pasar tradisional untuk menetap di pasar lama dalam

berdagang setelah adanya pembangunan pasar modern Kecamatan Babat, Kabupaten

Lamongan.16

Pedagang yang menentang tersebut beralasan bahwa pedagang

tradisional Babat khawatir akan lunturnya nilai keteradisionalan pasar. Kedua,

kekhawatiran pedagang tradisional akan menurunya jumlah pelanggan terkait dengan

keyakinan pedagang akan perubahan regulasi pengelola yang mengatur letak dagang

tempat yang baru.

Masalah juga terjadi di dalam interaksi, pedagang tradisional banyak

mengalami perubahan, khususnya interaksi antar pedagang baru dengan pedagang

tradisional. Persamaan penelitian peneliti dengan Muhammad Zunaidi, yaitu sama-

sama meneliti mengenai dampak revitalisasi pasar terhadap pedagang lama.

Perbedaannya, penelitian yang dilakukan tersebut menggunakan kajian konflik, tanpa

bentuk penyesuaian para pedagang lama terhadap dampak pembangunan pasar.

16

Muhammad Zunaidi, 2013, “Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional Pasca

Relokasi dan Pembangunan Pasar Modern”, dalam Jurnal Sosiologi Islam , Vol. 3 No.1, April, hlm.

51

14

Tinjauan selanjutnya adalah sebuah tesis mengenai revitalisasi pasar pada

Pasar Mawar Kota Pontianak, yang dilakukan oleh Ivan Harwin Utama. Tesis ini

membahas masalah revitalisasi pasar tradisional dikaitkan dengan pemberdayaan

pedagang pasca renovasi pasar (Studi pada Pasar Mawar Kota Pontianak). Penulis

menggunakan metode penelitian hukum yuridis normative. Diperoleh kesimpulan,

bahwa Pemerintah Kota Pontianak telah membuktikan dukungannya kepada pasar

tradisional melalui kebijakan revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi yang

dilakukan tidak hanya pada fisik bangunan, tapi juga pengelolaan pasar tradisional

dengan cara-cara yang lebih modern. Sehingga pasca revitalisasi, didapatkan data

berupa beberapa masalah yang muncul yaitu sepinya pengunjung dan menurunnya

omset yang dikeluhkan para pedagang pasca revitalisasi pasar yang disebabkan oleh

perubahan pengelolaan yang menaikan ongkos sewa dan bentuk fisik gedung yang

baru.17

Tentunya dengan penurunan pendapatan dan omset tersebut, pastinya akan

berpengaruh kepada keberlangsungan usaha mereka. Persamaan penelitian peneliti

dengan Ivan Harwin Utama, yaitu sama-sama meneliti mengenai dampak revitalisasi

pasar terhadap pedagang lama. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan tersebut

menggunakan kajian pemberdayaan pedagang, sehingga penelitian lebih berfokus

kepada masalah Pemkot Kota Pontianak dalam perencanaan revitalisasi. Sehingga

17

Ivan Harwin Utama, 2015, Revitalisasi Pasar Tradisional Dikaitkan Dengan Pemberdayaan

Pedagang Pasca Renovasi Pasar : Studi Pada Pasar Mawar Kota Pontianak, Tesis Program Magister

Hukum Universitas Tanjungpura, hlm. 279

15

dampak akibat pembangunan pasar terhadap pedagang lama hanya digunakan sebagai

data sekunder.

Selanjutnya adalah, jurnal ilmiah oleh Agus Maladi Irianto mengenai

Strategi Adaptasi PKL Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

mengenai strategi adaptasi pedagang kaki lima atau PKL. Tujuan yang ingin dicapai

dari kajian ini adalah tersajikannya lukisan mendalam mengenai pola-pola usaha di

sektor informal, serta penciptaan jaringan sosial di antara keluarga PKL dalam rangka

mengisi lapangan pekerjaan di perkotaan. Hasil temuan penelitian menunjukan

bentuk adaptasi yang yang dilakukan oleh PKL lebih kepada strategi berbentuk

tindakan sosial untuk mengelabui peraturan penertiban PKL yang baru diterapkan di

Kota tersebut. Sehingga adaptasi pedagang merupakan sebuah tindakan sosial terjadi

dari interaksi-interaksi yang melibatkan subjek pelaku untuk melakukan penyesuaian

terhadap aturan-aturan baru atau rules yang ada.18

Di satu sisi, mereka juga

menyadari bahwa usaha yang dilakukan adalah bertentangan dengan aturan main

yang ada. Akan tetapi, di sisi lain mereka harus mempertahankan ranah sosial melalui

habitus-habitusnya,

Persamaan penelitian peneliti dengan Agus Maladi Irianto, yaitu sama-sama

meneliti mengenai adaptasi pedagang dalam menghadapi sebuah perubahan.

Perbedaannya, penelitian yang dilakukan tersebut menggunakan kajian tindakan

18

Agus Maladi Irianto, 2014, ” Strategi Adaptasi PKL Kota Semarang: Kajian Tentang Tindakan

Sosial”, dalam JURNAL KOMUNITAS Research & Learning in Sociology and Anthropology , Vol

(1), hlm. 88

16

sosial dan memiliki subjek penelitian berupa PKL, bukan pedagang tradisional di

dalam sebuah pasar formal yang mengadapi perubahan dikarenakan sebuah program

revitalisasi pasar.

Tinjauan selanjutnya penelitian skripsi dari Cut Laila Karmila, mengenai

adaptasi PKL dalam menghadapi perubahan. Penelitian ini menggunakan teknik

wawancara mendalam serta observasi terhadap delapan orang informan. Dalam hasil

penelitian didapatkan bahwa hasil bahwa upaya-upaya apa saja pedagang untuk

mempertahankan keberadaan mereka di Pasar Minggu. Hasil penelitian menunjukan

bahwa pedagang melakukan berbagai strategi dalam menghadapi Peraturan Daerah

No.11 Tahun 1998, yang berisi mengenai penertiban pedagang kaki lima. Peneliti

mendapatkan bahwa mereka melakukan berbagai cara dalam beradaptasi menghadapi

aturan larangan atau penertiban terhadap PKL dari mulai mempererat hubungan

dengan sesama pedagang membayar pungutan liar secara rutin pada mereka yang

berpakaian preman dalam rangka mempertahankan keberadaan pedagang kaki lima,

dan yang terakhir menyuap oknum petugas ketertiban.19

Dapat dilihat bahwa hampir semua hal yang dilakukan PKL tersebut

merupakan tindakan ilegal, tetapi mereka tetap melakukannya demi mempertahankan

usaha mereka demi menafkahi atau menghidupi kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi

pada kenyataannya mereka tetap berjualan dengan melakukan berbagai cara,

19

Cut Laila Karmila, 2004, Strategi Adaptasi Komunitas Pedagang Kaki Lima di Pasar Minggu

Jakarta Selatan, Skripsi Jurusan Antropologi Universitas Indonesia, hlm. 173-174

17

walaupun secara ilegal. Persamaan penelitian peneliti dengan Cut Laila Karmila,

yaitu sama-sama meneliti mengenai adaptasi pedagang dalam menghadapi sebuah

perubahan. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan tersebut memiliki subjek

penelitian berupa Pedagang Kaki Lima, bukan pedagang tradisional di dalam sebuah

pasar formal yang menhadapi perubahan dikarenakan sebuah program revitalisasi

pasar.

Tinjauan berikutnya adalah berasal dari jurnal penelitian yang dilakukan di

pasar agung peninjoan pasca revitalisasi pasar oleh A.A Mirah Pradnya Paramita &

A.A Ketut Ayuningsasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan kondisi

fisik pasar setelah dilaksanakannya program revitalisasi pasar telah berjalan efektif.

Tetapi dalam hasil penelitian ada permasalahan yang terjadi, hal tersebut berupa tata

kelola dan penempatan pedagang di dalam pasar peninjoan. Sehingga menyebabkan

masalah berupa penurunan pendapatan yang dialami oleh pedagang setelah adanya

revitalisasi pasar. Lokasi berjualan pun berubah, ditambah lagi dengan kurangnya

koordinasi dari masing-masing anggota pengelola yang tidak memiliki visi dan misi

serta kurang mengenal karakter pasar yang di kelola, sehingga masing-masing

pengelola sering bekerja seenaknya sendiri.20

Persamaan penelitian peneliti dengan

A.A Mirah Pradnya Paramita & A.A Ketut Ayuningsasi, yaitu sama-sama meneliti

mengenai dampak pembangunan pasar terhadap pedagang lama. Perbedaannya,

20

A.A Mirah Pradnya Paramita & A.A Ketut Ayuningsari, 2013, “Efektivitas dan Dampak Program

Revitalisasi Pasar Tradisional di Pasar Agung Peninjoan”, dalam Jurnal Pembangunan Udayana, Vol.

2 No. 5 Mei, hlm. 240

18

penelitian yang dilakukan tersebut tersebut menggunakan kajian efektivitas dan tanpa

bentuk penyesuaian para pedagang lama terhadap perubahan tersebut.

Tinjauan berikutnya adalah jurnal ilmiah oleh Martinus, dkk yang meneliti

proses adaptasi pedagang karena peremajaan Pasar Wonokromo dan Tambah Rejo.

Penelitian ini berupaya untuk mengungkap dan memahami dampak perubahan

pengelolaan dan fisik pasar (dari tradisional ke modern) bagi pedagang tradisional di

dua tempat tersebut, penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

grounded teory. Didapatkan temuan bahwa mayoritas pedagang mengalami kondisi

stres karena mahalnya stan, iuran sampah, listrik dan keamanan. Selain itu yang

membuat mereka semakin tertekan adalah hilangnya pelanggan. Untuk mengelabui

masalah tersebut, para pedagang di kedua pasar, melakukan tindakan berupa adaptasi.

Yaitu berupa upaya dari pedagang tradisional untuk menarik pembeli dengan

menambah, bahkan mengganti barang dagangan pasca peremajaan pasar mereka yang

sepi pengunjung setelah dibangun.21

Persamaan penelitian peneliti dengan Martinus, dkk, yaitu sama-sama

meneliti mengenai adaptasi pedagang dalam menghadapi dampak dari sebuah

pembangunan pasar. Perbedaannya, dalam penelitian tersebut lebih difokuskan

bagaimana adaptasi pedagang dalam akses politik terhadap sosialisasi saat proses

21

Martinus Legowo dkk, 2009, “Pedagang dan Revitalisasi Pasar Tradisional di Surabaya: Studi Kasus

Pada Pasar Wonokromo dan Pasar Tambah Rejo Surabaya”, dalam Jurnal Masyarakat, Kebudayaan

dan Politik Universitas Airlangga Vol.22 / No.2 , hlm.185

19

peremajaan pasar dengan menggunakan tinjauan konflik dan adaptasi pedagang

akibat dampak pembangunan hanya dijadikan data tambahan.

Selanjutnya, di dalam tesis yang di tulis oleh Maryani, Tujuan penelitian

yang dilakukan oleh maryani dalam tesisnya ini adalah untuk mempelajari revitalisasi

pasar tradisional dan adaptasi pedagang pasar tradisional. Penelitian ini mengunakan

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian

menunjukan, adaptasi yang dilakukan berupa tidak semua pedagang dapat

mempertahankan eksistensi usahanya di pasar Imogiri yang baru. Dapat disimpulkan

dari temuan tersebut, menurut Maryani setidaknya adaptasi pedagang dapat

dipengaruhi oleh interaksi pedagang dengan pihak lain. Pihak lain dalam

perdagangan antara lain, sesama pedagang, pengelola pasar, distributor barang

dagangan, tukang kredit dan pembeli. Hasil dari proses interaksi yang terjalin

diantara pedagang pasar dengan pihak lain ini biasanya berupa kerjasama. Melalui

kerjasama yang dilakukan oleh pedagang pasar dengan pihak lain, akan

mempermudah pedagang dalam menjaga kestabilan usahanya.22

Persamaan penelitian peneliti dengan Maryani, yaitu sama-sama meneliti

mengenai adaptasi pedagang pasca menghadapi sebuah dampak perubahan

revitalisasi pasar. Perbedaannya, kasus penelitian yang yang dilakukan tersebut

merupakan pasar yang direvitalisasi dikarenakan gempa bumi Yogya pada tahun

22

Maryani, 2014, Adaptasi Pedagang Pasar Imogiri Pasca Revitalisasi Pasar Tradisional di Bantul,

Tesis Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada, 2014, hlm. 6

20

2006 lalu, sehingga pasar tersebut direlokasi dan dibangun tanpa hadirnya pihak

ketiga, dan sistem pengelolaannya masih dipegang oleh Pemerintah Daerah. Sehingga

bentuk adaptasi yang dilakukan para pedagang lama lebih kepada adaptasi fisik,

dikarenakan regulasi dan sistem pengelolaan pasar tersebut dapat dikatakan sama

dengan sebelum revitalisasi.

Tinjauan yang terakhir, adalah skripsi Ayu Handiasti Hadiwinoto yang

membahas adaptasi dikarenakan dampak eksklusi dan marjinalisasi sosial pedagang-

Pedagang lama di Blok-M, didapatkan dua bentuk adaptasi yang dilakukan oleh

pedagang, yaitu adaptasi aktif dan pasif. 23

Bentuk adaptasi aktif yang dilakukan di

dalam proses peremajaan pasar Blok- M bentuknya beragam, adaptasi yang dilakukan

pertama adalah membentuk sebuah asosiasi pedagang pasar Melawai-Blok M,

mereka membentuk asosiasi tersebut untuk menentang peremajaan pasar, setelah

adanya program revitalisasi mengkibatkan dampak berupa harga sewa yang mahal

dan adanya pesaing baru yaitu supermarket yang dihadirkan dalam peremajaan pasar

yaitu Carrefour. Ada juga bentuk adaptasi pasif yang dilakukan pedagang, yaitu

berupa bentuk pasrah dan tidak melakukan apa-apa terhadap peremajaan pasar.

Persamaan penelitian peneliti dengan Ayu Handiasti Wibowo, yaitu sama-sama

meneliti mengenai adaptasi pedagang lama dalam menghadapi perubahan serta

dampak akibat sebuah program revitalisasi pasar. Perbedaannya, penelitian yang

23

Ayu Handiasti Hadiwinoto, 2010, Adaptasi Pedagang-Pedagang Lama Terhadap Pasar Eksklusi

Sosial Akibat Peremajaan Pasar: Studi Kasus Melawai-Blok-M, Skripsi Jurusan Sosiologi Universitas

Indonesia, hlm. 141-143

21

dilakukan tersebut memiliki subjek pedagang lama yang mengalami eksklusi sosial

dan termarjinalkan dengan adanya revitalisasi pasar Blok-M, dikarenakan hampir

seluruh subjek atau informan dalam penelitian tersebut merupakan pedagang PKL

yang masuk ke Pasar Modern demi ketertiban kawasan pasar tersebut. Sedangkan di

dalam Pasar Mayestik, tidak terdapat pedagang PKL, sehingga subjek penelitian

merupakan pedagang formal yang memiliki tempat usaha tetap dari sebelum

revitalisasi dilakukan.

Tabel I.1. Perbedaan Penelitian Sejenis

Komponen

Pembanding

No Sumber Perbedaan Metode

Penelitian

Kekurangan

1 “Revitalization of

Traditional Markets into a

Modern Market in the

Perspective of Local

Governance Theory

(Studies on Revitalization

Wonokromo Market in

Surabaya)”, oleh Agus

Prastyawan, dkk, dalam

Jurnal Internasional IOSR,

Vol.2, 2015

Perbedaan, mengkaji

dampak sosial dengan

adanya revitalisasi

pasar dari proses

sampai dengan

pembangunan selesai

tanpa membahas

bentuk adaptasi

pedagang akibat

dampak tersebut.

Sedangkan peneliti,

mengkaji juga adaptasi

pedagang menghadapi

dampak revitalisasi

pasar.

Kualitatif dan

Studi Kasus -

2

“Kehidupan Sosial

Ekonomi Pedagang Di

Pasar Tradisional Pasca

Relokasi dan

Pembangunan Pasar

Modern”, oleh

Muhammad Zunaidi ,

dalam Jurnal Sosiologi

Islam , Vol. 3 No.1, April,

2013

Perbedaan, mengkaji

dampak sosial

ekonomi pedagang di

pasar tradisional pasca

relokasi

dan revitalisasi pasar

dalam tinjauan teori

konflik.

Kualitatif dan

Studi Kasus

Kurang

mendetail

dalam

menjelaskan

proses

pembangunan

Pasar.

22

Komponen

Pembanding

No Sumber Perbedaan Metode

Penelitian

Kekurangan

Sedangkan peneliti,

mengkaji dampak

sosial program

revitalisasi dalam

tinjauan adaptasi

pedagang pedagang

untuk menyiasatinya.

3 Revitalisasi Pasar

Tradisional Dikaitkan

Dengan Pemberdayaan

Pedagang Pasca Renovasi

Pasar : Studi Pada Pasar

Mawar Kota Pontianak,

oleh Ivan Harwin Utama ,

Tesis Program Magister

Hukum Universitas

Tanjungpura, 2015

Perbedaan, mengkaji

dampak sosial

revitalisasi pasar

dikaitkan dengan

tinjauan

pemberdayaan

pedagang.

Sedangkan peneliti,

mengkaji dampak

sosial akibat

revitalisasi pasar

dengan tinjauan

adaptasi pedagang.

Penelitian

Hukum Yuridis

Normatif

-

4 ”Strategi Adaptasi PKL

Kota Semarang: Kajian

Tentang Tindakan Sosial”,

oleh Agus Maladi Irianto

dalam JURNAL

KOMUNITAS Research &

Learning in Sociology and

Anthropology , Vol (1),

2014

Perbedaan, mengkaji

tindakan sosial sebagai

adaptasi pedagang

kaki lima (PKL) yang

disebabkan dampak

sosial akibat

penertiban.

Sedangkan peneliti,

mengkaji bentuk-

bentuk adaptasi

bertahan pedagang

formal akibat dampak

program revitalisasi

pasar tradisional.

Kualitatif Studi

Kasus

Wawancara

dilakukan

secara tidak

terstruktur,

sehingga alur

penulisan

terkesan kurang

jelas.

5

Strategi Adaptasi

Komunitas Pedagang Kaki

Lima di Pasar Minggu

Jakarta Selatan, oleh Cut

Laila Karmila, Skripsi

Jurusan Antropologi

Universitas Indonesia,

2004

Perbedaan, mengkaji

adaptasi pedagang

kaki lima (PKL) dalam

menghadapi peraturan

penertiban dalam

tinjauan jaringan

sosial.

Kualititatif dan

Studi Kasus

-

23

Komponen

Pembanding

No Sumber Perbedaan Metode

Penelitian

Kekurangan

Sedangkan peneliti,

mengkaji adaptasi

pedagang retail akibat

dampak program

revitalisasi pasar

tradisional.

6 “Efektivitas dan Dampak

Program Revitalisasi Pasar

Tradisional di Pasar

Agung Peninjoan”, oleh

A.A Mirah Pradnya

Paramita & A.A Ketut

Ayuningsari, dalam Jurnal

Pembangunan Udayana ,

Vol. 2 No. 5 Mei, 2013

Perbedaan, mengkaji

dampak sosial

program revitalisasi

pasar tradisional

dengan tinjauan

efektivitas.

Sedangkan peneliti,

mengkaji dampak

sosial program

revitalisasi dengan

diikuti oleh tinjauan

adaptasi pedagang

pedagang untuk

menyiasatinya.

Kuantitatif dan

Studi Kasus

Data penelitian

terkesan kurang

mendalam

7 “Pedagang dan Revitalisasi

Pasar Tradisional di

Surabaya: Studi Kasus

Pada Pasar Wonokromo

dan Pasar Tambah Rejo

Surabaya”, oleh Martinus

Legowo dkk, dalam Jurnal

Masyarakat, Kebudayaan

dan Politik Universitas

Airlangga Vol.22, 2009

Perbedaan, mengkaji

strategi adaptasi yang

berfokus pada akses

politik pedagang lama

dalam proses

revitalisasi.

Sedangkan peneliti,

juga mengkaji adaptasi

pedagang yang

ditimbulkan oleh

dampak atau pasca

program revitalisasi

pasar.

Kualitatif

Grounded Teory

Terlalu

menyudutkan

Pemerintah

8 Adaptasi Pedagang Pasar

Imogiri Pasca Revitalisasi

Pasar Tradisional di

Bantul , oleh Maryani,

Tesis Jurusan Sosiologi

Universitas Gadjah Mada,

2014

Perbedaan, pasar

tersebut direlokasi dan

dibangun tanpa

hadirnya pihak ketiga,

dan sistem

pengelolaannya dapat

dikatakan sama

dengan pasar

sebelumnya.

Kualititatif dan

Studi Kasus

Bentuk adaptasi

hanya berfokus

kepada

penyesuaian

pedagang

terhadap fisik

pasar. Sehingga

analisis antar

pihak terkesan

24

Komponen

Pembanding

No Sumber Perbedaan Metode

Penelitian

Kekurangan

Sedangkan peneliti, Pasar dibangun

dengan hadirnya pihak

ketiga. Sehingga

menimbulkan dampak

perubahan yang lebih

kompleks.

kurang

mendalam.

9 Adaptasi Pedagang-

Pedagang Lama Terhadap

Esklusi Sosial Akibat

Peremajaan Pasar: Studi

Kasus Melawai-Blok-M,

oleh Ayu Handiasti

Hadiwinoto, Skripsi

Jurusan Sosiologi

Universitas Indonesia,

2010

Perbedaan, penelitian

yang dilakukan

tersebut memiliki

subjek pedagang lama

yang termarjinalkan,

sehingga semua subjek

dalam penelitian

tersebut benar-benar

mengalami penurunan

kondisi usaha pasca

revitalisasi.

Sedangkan peneliti,

Mendapatkan

beberapa informan

pedagang lama Pasar

Mayestik yang

mengakui mengalami

kenaikan usaha pasca

revitalisasi,

dikarenakan latar

belakang subjek yang

berbeda.

Kualitatif

Deskriptif dan

Studi Kasus

Pemilihan

Subjek

Penelitian yang

tidak spesifik

dan terlalu luas.

Sehingga

terkesan terlalu

menggenalisir

adaptasi dari

beberapa subjek

pedagang yang

berbeda.

Sumber: Diolah dari data tinjauan pustaka (2016)

25

I.7. Kerangka Konseptual

I.7.1. Pasar Sebagai Struktur Sosial

Dalam Kajian sosiologi, pasar dibedakan antara pasar sebagai marketplace

dan market. Pasar sebagai marketplace merupakan bentuk fisik di mana barang dan

jasa dibawa untuk dijual dan di mana pembeli bersedia membeli barang dan jasa

tersebut, sedangkan market dilihat oleh sosiolog sebagai sebuah institusi sosial, yaitu

suatu struktur sosial yang memberikan tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan

kebutuhan dasar kemanusiaan.24

Sehingga secara khusus, pasar di dalam kajian

sosiologi merupakan interaksi antara faktor budaya, struktural, dan ekonomi.

“What Caracterized structural sociology in general is its focus on social

structure, its attempt to delineatestructure in a very concrete manner (usually

through networks), and a deep suspicion of psychological and cultural

explanations.”25

Menurut Neil J. Smelser & Richard Swedberg, secara khusus pasar

merupakan suatu struktur yang padat yang di dalamnya terdapat hubungan dari suatu

jaringan sistem sosial. Mungkin dikarenakan latar belakang tersebut, pasar dapat

diartikan sebagai satu-kesatuan dari struktur sosial yang unik dan banyak dikaji oleh

sosiolog selama 25 tahun kebelakang ini.26

Di dalam pendekatan ini terdapat analisis

jaringan sosial, yang berfokus kepada hubungan relasional antara pelaku sebagai

24

Richard Swedberg, 2005, “Markets in Society”, dalam The Handbook of Economy Sociology :

Second Edition, Princeton University Press, hlm. 235 25

Neil J. Smelser & Richard Swedberg, 1994, ” Market as Social Structure” dalam The Handbook of

Economy Sociology, Princeton University Press and Russell Sage Foundation, hlm. 267 26

Richard Swedberg, Op.cit., hlm. 233

26

struktur sosial (hubungan yang luas sosial antara perusahaan, pekerja, pemasok,

pelanggan, dan pemerintah).27

Analisis jaringan adalah teknik untuk menemukan struktur sosial dalam data

relasional, para sosiolog yang menggunakan teknik jaringan untuk menjelaskan

konstruksi teoritis seperti ketergantungan sumberdaya, kooptasi, informasi, dan

kepercayaan untuk menjelaskan struktur sosial dari analisis mereka. Lebih lanjut,

analisis jaringan sosial dapat diidentifikasi baik pada tingkatan antar individu maupun

pada tingkatan struktur. Pada tingkatan struktur, jaringan sosial dilihat melalui pola

atau struktur hubungan sosial yang dapat meningkatkan atau menghambat perilaku

orang untuk terlibat dalam bermacam arena dari kehidupan sosial. Oleh karena itu,

tingkat ini memberikan suatu dasar untuk memahami bagaimana perilaku individu

dipengaruhi oleh struktur sosial. Sehingga di dalam sosiologi pasar tidak semata-mata

dilihat sebagai mekanisme pembentuk harga atau price-making mechanism, tetapi

pasar dilihat sebagai satu-kesatuan pihak yang membentuk sistem dan membentuk

sebuah tatanan yang memfasilitasi pertukaran atau jual beli dan saling berpengaruh

satu sama lainnya. Dan pada akhirnya, masing-masing pihak tersebut melakukan

hubungan yang membangun sebuah struktur dan menghasilkan pasar sebagai sebuah

institusi sosial.

27

Neil Fligstein and Luke Dauter, 2007, ”The Sociology of Markets”, dalam Jurnal Annual Review of

Sociology, Vol. 33, hlm. 106

27

Lebih lanjut, di dalam pendekatan pasar sebagai struktur sosial para sosiolog biasanya

juga menganalisis norma atau nilai yang ada di dalam pasar. Hal tersebut

dikarenakan untuk melihat pasar sebagai struktur sosial, haruslah memakai

pendekatan tertentu, seperti seperti semacam interaksi berulang dan berpola antara

agen yang dipertahankan melalui sanksi. Sehingga di dalam melihat pasar sebagai

struktur sosial, juga harus melihat bagaimana norma-norma atau nilai yang ada di

dalamnya tersebut, dapat mempengaruhi pihak-pihak lainnnya di institusi tersebut.

“Study of social structure involves the analysis of social norms and values,

their legitimation and institutionalization and their functional

interrelation.”28

Sehingga di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan pasar

sebagai struktur sosial. Dimana di dalam penelitian ini, peneliti melihat Pasar

Mayestik yang di dalamnya terdapat hubungan relasional antara pelaku dan

menghasilkan sebuah institusi sosial, sehingga pelaku di dalam struktur sosial

tersebut juga dapat dikatakan sebagai syarat terbentuknya institusi Pasar Mayestik.

Syarat di dalam hal ini adalah, terlibatnya berbagai pelaku pasar sebagai pihak yang

saling berhubungan di dalam Pasar Mayestik, seperti pedagang, PD Pasar Jaya

sebagai pihak pemerintah, dan pemillik aset Pasar Mayestik dan tentunya PT

Metroland Permai sebagai pemegang otoritas yang membuat regulasi di dalam pasar.

Pada akhirnya, masing-masing pihak tersebut melakukan hubungan dan saling

berkaitan dan menghasilkan pasar sebagai sebuah institusi sosial.

28

Peter M Blau, 1975, Approaches to the Study of Social Structure, New York : The Free Press, hlm. 8

28

I.7.2. Revitalisasi sebagai Pembangunan

Sosiologi merupakan studi mengenai masyarakat dalam suatu sistem sosial,

dan di dalam sistem sosial tersebut masyarakat selalu mengalami perubahan.29

Sehingga dari tanggapan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada

masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Sosiologi memandang perubahan

sosial lebih menekankan pada arah perubahan itu sendiri, artinya kearah mana

perubahan ini bergerak, yang jelas perubahan tersebut meninggalkan faktor yang

diubah. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, setelah meninggalkan faktor yang

lama, bagaimanakah keadaan paska perubahan tersebut. Apakah bergerak kepada

sesuatu yang baru sama sekali, atau perubahan tersebut justru bergerak ke arah

sesuatu yang sudah pernah ada pada waktu lampau.

Dalam proses perjalanannya, perubahan selalu direncanakan untuk mencapai

sesuatu yang dianggap ideal, relevan, dalam artian perubahan tersebut diarahkan

untuk memenuhi tuntutan kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa

sebuah perubahan yang direncanakan selalu dimanifestasikan dalam wujud

pembangunan dalam segala bidang kehidupan, sehingga pembangunan merupakan

seperangkat usaha yang terencana dan terarah dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan, yaitu mencapai kehidupan yang lebih baik.30

Pembangunan yang

berlangsung dewasa ini berorientasi kepada modernitas, seiring dengan

29

Nanang Martono, 2012, Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik Modern Postmodern dan

Postkolonial, Raja Grafindo : Jakarta, hlm. 1 30

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, 2010, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana, hlm. 668

29

perkembangan zaman yang semakin inovatif, sehingga hal tersebut berakibat kepada

negara berkembang seperti Indonesia untuk turut serta dalam pembangunan ke arah

yang lebih modern. Dikarenakan di dalam asumsi modernisasi, salah satunya

menjelaskan bahwa pada saat ini Negara Timur mengadopsi berbagai sistem yang

dianut oleh Negara Barat dikarenakan mereka dijadikan simbol kemajuan dan

keberhasilan kesehjateraan ekonomi bagi Negara berkembang.31

Apabila dikaitkan dengan sebuah revitalisasi, yang pada dasarnya merupakan

upaya pembangunan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi

pasar tradisional, dapat berupa peremajaan dan renovasi keadaan fisik maupun non

fisiknya, dan juga digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang

melekat pada pasar tradisional, yang juga dapat menyentuh perubahan tata kelola.32

Tentunya dalam penelitian ini, pembangunan tersebut dapat dikaitkan dengan

program PD Pasar Jaya yang menggandeng PT Metroland Permai untuk

merevitalisasi Pasar Mayestik dari bentuk pasar tradisional ke pasar modern, yang

tentunya akan mengubah Pasar Mayestik mulai dari segi fisik maupun perubahan di

dalam sistim pasar tersebut yang semakin kompleks. Seperti yang diibaratkan oleh

Herbert Spencer melalui pemikirannya mengenai evolusi, yang mengatakan bahwa

ibarat manusia, ketika ia mengalami pertumbuhan ia akan mengalami pertambahan

volume, serta pertambahan kepadatan yang membuat kepadatan struktur yang lebih

31

Nanang Martono, Op.cit., hlm. 138 32

A.A Mirah Pradnya Paramita & A.A Ketut Ayuningsari, Loc.cit., hlm. 235

30

rumit.33

Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda namun saling

bergantung antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, hal demikian juga yang

terjadi pada masyarakat, dimana terdapat bagian-bagian yang saling melengkapi.

Peneliti melihat pasar sebagai sebuah struktur sosial yang terdapat pihak-

pihak yang membangun sebuah struktur dan menghasilkan pasar sebagai institusi

sosial, dan masing-masing pihak tersebut saling melakukan hubungan dan berkaitan.

Tentunya dengan adanya sebuah pembangunan berupa revitalisasi, yang akan

mengubah pihak atau bagian di dalam struktur tersebut, pada akhirnya juga akan

menimbulkan perubahan kepada salah satu institusi ekonomi di dalam masyarakat,

yaitu Pasar Mayestik. Tentunya perubahan tersebut akan memberikan dampak sosial

kepada kegiatan berdagang para informan sebagai salah satu pihak atau agen utama

yang membentuk Pasar Mayestik sebagai institusi sosial.

I.7.3. Teori Adaptasi

Dampak sosial secara sederhana merupakan pengaruh yang bersifat timbal

balik antara satu dengan yang lainnya menyangkut pada aspek-aspek kehidupan

masyarakat berhubungan dengan adanya perubahan kondisi yang meliputi terhadap

struktur sosial dalam masyarakat tersbeut.34

Sehingga dampak sosial yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat dilandasi oleh perubahan sosial, sehingga

mengakibatkan situasi dan kondisi semakin tidak membaik ketika menjalankan

33

Nanang Martono, Op.cit., hlm. 47 34

Irwan, 2015, Dinamika dan Perubahan Sosial pada Komunitas Lokal, Yogyakarta: Deepublish, hlm.

35

31

aktivitas sehari-hari.35

Maka dengan adanya suatu dampak sosial perubahan di

dalamnya, masyarakat akan melakukan penyesuaian atau adaptasi. Adaptasi adalah

suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan. Penyesuaian berarti mengubah diri

pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan

sesuai dengan dengan keinginan pribadi.36

Lebih lanjut, adaptasi itu sendiri pada

dasarnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap

melangsungkan kehidupan.37

Sedangkan, menurut Soerjono Soekanto, beberapa batasan mengenai adaptasi

sosial adalah sebagai berikut.38

Pertama, Proses mengatasi halangan-halangan dari

lingkungan. Kedua, Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan

ketegangan. Ketiga, Proses perubahan untuk penyesuaian dengan situasi yang

berubah. Keempat, Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan. Kelima,

Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan

sistem. Dan yang terakhir, Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil

seleksi ilmiah. Menurut jenisnya, menurut Kamanto Sunarto, adaptasi dibagi menjadi

dua jenis yaitu adaptasi statis dan dinamis.39

Adaptasi statis merupakan adaptasi yang

yang tidak membawa perubahan keseluruh struktur kepribadian dan hanya

penerimaan suatu kebiasaan baru. Sedangkan, adaptasi dinamis merupakan jenis

35

Ibid., hlm.36 36

W.A Gerungan, 1991, Psikologi Sosial, Bandung: PT Eresco, hlm. 55 37

Parsudi Suparlan, 1993, Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya, Jakarta: Rajawali Pers, hlm.20 38

Soerjono Soekanto, 2013, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers, hlm. 10-11 39

Kamanto Sunarto, 1985, Pengantar Sosiologi : Sebuah Bunga Rampai, Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia, hlm. 175

32

adaptasi yang dilakukan pada situasi tertentu, namun sesuatu terjadi di dalam seorang

individu, dan pada akhirnya memunculkan unsur kelakuan baru kepada

kepribadiannya. Sehingga adaptasi di dalam penelitian ini akan peneliti kaitkan

dengan bentuk upaya bertahan dari para informan dalam menghadapi dampak sosial

akibat revitalisasi Pasar Mayestik.

Dalam melihat bentuk-bentuk upaya bertahan dari para pedagang lama

terhadap dampak sosial akibat pembangunan di Pasar Mayestik, peneliti akan

menganalisisnya dengan teori tipologi adaptasi yang diidentifikasi oleh Robert K.

Merton. Menurutnya pada situasi tertentu, individu akan beradaptasi dengan lima

cara, yaitu. Konformitas, Inovasi, Ritualisme, Retreatisme dan Rebellion.40

Tetapi

apabila dikaitkan dengan temuan adaptasi yang dilakukan oleh para informan, maka

peneliti dapat mengkaitkannya sebagai berikut. Pertama, Konformitas yakni upaya

yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma yang berlaku

dalam masyarakat, bentuk adaptasi dari Konformitas adalah dengan adanya bentuk

mempertahankan langganan serta bekerjasama dengan sesama pelaku pasar untuk

melangsungkan usaha mereka.

Kedua, Inovasi adalah bentuk upaya yang dilakukan seseorang untuk

mencapai tujuan, dengan cara mengikuti maupun mengabaikan norma yang berlaku

di dalam masyarakat. Bentuk Inovasi sesuai norma penyesuaian pedagang lama Pasar

Mayestik dapat dilihat dari adanya bentuk-bentuk penghematan modal sedangkan

40

Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 192-193

33

Inovasi melanggar norma dilakukan dengan cara pelanggaran oleh pedagang lama

yang seharusnya tidak dapat dilakukan karena bertentangan dengan aturan pengelola

yang ada di Pasar Mayestik pasca revitalisasi. Ketiga, Ritualisme yaitu sebuah bentuk

kepasrahan dari individu, dan tidak melakukan hal signifikan dalam menjalankan atau

mencapai tujuannya. Bentuk Ritualisme dapat dilihat dari pedagang yang hanya

pasrah terhadap keadaan dan tidak melakukan adaptasi secara signifikan pasca

revitalisasi Pasar Mayestik untuk tetap bertahan berdagang.

Terakhir adalah Retreatisme, dimana seseorang tidak lagi mengakui norma

dalam struktur sosial yang ada, dan menarik diri dari sistem tersebut. Bentuk

Retreatisme dapat dilihat dari adanya pedagang lama Pasar Mayestik yang memilih

keluar dari Pasar Mayestik, karena Pasar Mayestik dirasa sudah tidak menguntungkan

untuk melakukan akitivitas berdagang. Sehingga, adaptasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah berbagai cara penyesuaian yang dilakukan pedagang existing

untuk mampu beradaptasi dengan adanya perubahan situasi akibat dampak

pembangunan atau revitalisasi Pasar Mayestik, bentuk-bentuk dari adaptasi tersebut

pun diharapkan oleh pedagang dapat menghindari mereka dari dampak sosial pasca

revitalisasi Pasar Mayestik.

34

Skema I.1. Alur Berpikir Penelitian

Sumber: Hasil Interpetasi Peneliti (2017)

I.8. Metodologi Penelitian

I.8.1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, maka diperlukan kaidah tersentu untuk

diikuti oleh peneliti agar penelitian yang dihasilkan benar-benar valid. Untuk itu

Adaptasi

Bertahan

Pedagang

Dampak Sosial yang dihadapi Pedagang

Pasca Revitalisasi :

- Intensifitas Perdagangan yang

Berkurang

- Hadirnya Regulasi Pihak Ketiga

- Tempat Usaha yang Kurang

Strategis

Inovasi

Konformitas

Retreatisme

Ritualisme

Struktur Sosial Pasar Mayestik Pasca

Revitalisasi :

- Hadirnya Pihak Ketiga dalam

Merevitalisasi Pasar

- Bertambahnya Tempat Usaha dan

Pedagang

Latar Belakang Kebijakan

Revitalisasi Pasar Mayestik :

- Saat ini dibutuhkan

Pasar yang bersih dan

layak

- Meningkatkan

pelayanan dan transaksi

pedagang

- Meningkatkan

pendapatan Pemda

Pasar Mayestik

Pasca Revitalisasi

35

metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian agar

didapatkan kesesuaian antara topik permasalahan yang diangkat dengan cara

mengumpulkan data serta proses analisa datanya sehingga didapatkan jawaban atas

permasalahan yang ada. Dengan menggunakan metode penelitian yang tepat maka

diharapkan akan didapatkkan hasil penelitian yang tepat juga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan bagaimana

perubahan struktur sosial di dalam Pasar Mayestik pasca revitalisasi pasar serta

bagaimana bentuk adaptasi yang dilakukan oleh pedagang lama untuk menyesuaikan

dengan dampak perubahan akibat revitalisasi tersebut. Maka dari itu dibutuhkan

sebuah informasi yang dalam dan detail mengenai perubahan serta dampak yang

terjadi pasca revitalisasi Pasar Mayestik, dan bentuk adaptasi apa saja yang pedagang

lama lakukan dikarenakan dampak program revitalisasi pasar.

Oleh karena latar belakang tersebut, peneliti merasa penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif lah yang dirasa paling cocok untuk menggambarkan uraian

informasi dari para pedagang. Seperti yang didefinisikan oleh Creswell bahwasannya

pendekatan kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap

berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini

melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

prosedur–prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,

36

mengnalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema

umum, dan menafsirkan makna data.41

Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki kerangka yang fleksibel. Siapa

pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang

penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan

menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.42

Maka dapat dikatakan bahwa dengan

pendekatan kualitatif, penelitian akan mendapatkan informasi berupa pengalaman

atau memori yang dialami pedagang melalui suatu proses yang hasil akhirnya

peneliti akan mendapatkan informasi yang mendalam dan spesifik dari lapangan.

Menurut Neuman, data yang sudah terkumpul maupun masih dalam tahapan

pencarian pada penelitian kualitatif, dapat dikembangkan atau disempurnakan dengan

konsep-konsep yang sudah ditentukan dan relevan dengan data tersebut43

.

Berdasarkan dua pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan suatu data atau informasi secara

dalam mengenai suatu fenomena atau permasalahan yang ada. Hasil data yang

terkumpul akan dibuat suatu laporan deskriptif menyeluruh hingga menjadi penelitian

yang relevan.

41

John W. Creswell, 2014, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 4 42

Ibid., hlm. 5 43

W. Lawrence Neuman, 2013, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,

Jakarta: PT Indeks, hlm. 226

37

I.8.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Pasar Mayestik di daerah Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan, letaknya yang berada dekat dengan Jalan Jendral Sudirman, Blok M

dan Arteri Pondok Indah menjadikan daerah kompleks perdagangan Pasar Mayestik

dikenal luas oleh masyarakat karena dekat dengan kegiatan utama dari DKI Jakarta.

Pemilihan pasar yang dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu pusat perdagangan yang

telah direvitalisasi atau dibangun ulang dari segi bangunan atau fisik sampai dengan

perubahan yang terjadi didalamnnya seperti pengelolaan dan regulasi karena hadirnya

pihak ketiga, terlebih lagi di Pasar Mayestik juga tersedia informan utama yang

sesuai topik yang dibutuhkan peneliti yaitu pedagang lama yang menghadapi sebuah

dampak program revitalisasi pasar tradisional.

Penelitian ini digarap dari bulan Oktober 2016 yang diawali dengan

pembuatan Reading Course sebagai syarat awal dari penelitian skripsi ini, dilanjutkan

dengan pembuatan Bab satu mengenai Latar Belakang hingga sistematika penulisan

laporan skripsi. Sedangkan untuk Proses turun lapangan, waktu penelitian dilakukan

oleh peneliti dari bulan Maret hingga bulan Mei 2017, yang diawali dengan

penyerahan proposal serta pengurusan izin penelitian kepada pihak PD Pasar Jaya

dan dilanjutkan dengan wawancara, observasi kepada informan dan pihak PD Pasar

Jaya dan pengambilan data lainnya yang sekiranya dibutuhkan untuk laporan skripsi

ini. Hingga pada akhirnya, proses penulisan atau penyusunan laporan skripsi ini

selesai pada bulan Desember 2017.

38

I.8.3. Subjek Penelitian

Menurut PD Pasar Jaya, pedagang menurut pengklasifikasiannya di dalam

Pasar Mayestik dibagi menjadi dua, yaitu existing atau pedagang lama, dan bebas

atau pedagang baru. Hal tersebut diistilaahkan oleh pihak PD Pasar Jaya semenjak

revitalisasi Pasar Mayestik selesai dilakukan pada tahun 2012 silam. Dikarenakan

pasca revitalisasi, terjadi penambahan jumlah pedagang di dalam Pasar Mayestik.44

Sehingga dengan adanya hal tersebut, menurut PD Pasar Jaya akan memudahkan

mereka untuk mendata seluruh jumlah pedagang yang berada di Pasar Mayestik,

terlebih bagi pedagang existing pasca revitalisasi juga diberikan subsidi untuk

mendapatkan tempat usaha, sehingga dengan pembagian tersebut juga memudahkan

dalam pemberian subsidi tersebut.

Dikarenakan penelitian ini membutuhkan data mengenai bagaimana

perubahan serta dampak, dan bagaimana adaptasi pedagang pasca program

revitalisasi di dalam Pasar Mayestik, maka peneliti dalam hal ini memilih untuk

mewawancarai pedagang lama atau existing. Menurut peneliti, mereka para pedagang

existing lah yang telah melakukan kegiatan berdagangnya semenjak dahulu, dan

dapat dikatakan Pasar Mayestik merupakan rumah kedua mereka selama belasan,

bahkan puluhan tahun. Sehingga menurut peneliti, mereka yang dapat mengetahui

apa saja perubahan yang terjadi di dalam Pasar Mayestik pasca revitalisasi. Terlebih

lagi, pedagang existing Pasar Mayestik menurut PD Pasar Jaya didominasi oleh

44

Wawancara dengan Bang Hanes, Kepala PD Pasar Jaya Mayestik, pada 28 April 2017 pukul 09:00

WIB

39

pedagang murni yang melangsungkan perdagangannya demi menghidupi

kehidupannya, sehingga para informan tersebut di dalam sosiologi dapat

diklasifikasikan sebagai pedagang profesional, yang benar-benar melangsungkan

kehidupan keluarganya dari berdagang.45

Tentunya mereka dapat dipastikan

melakukan penyesuaian atas dampak perubahan tersebut. Sehingga dengan latar

belakang tersebut, maka pedagang lama di dalam penelitian ini, akan peneliti sebut

sebagai pedagang existing.

Terdapat banyak pedagang existing yang terbagi menjadi beberapa kelompok

pedagang, pedagang existing Pasar Mayestik berdasarkan penjelasan PD Pasar Jaya,

didominasi oleh pedagang bahan-bahan pokok, yang berada di Pasar Basah, lantai

basement Pasar Mayestik. Sedangkan beberapa pedagang existing lainnya terbagi-

bagi di dua lantai lainnya, seperti lantai semi basement serta lantai dua yang dominasi

oleh pedagang existing seperti pedagang emas, tekstil, optik, obat, perlengkapan

kecantikan dan lain-lain. Tetapi berdasarkan saran dari pihak PD Pasar Jaya, dan juga

untuk memudahkan peneliti dalam melakukan proses penelitian, maka penelitian ini

akan berfokus kepada satu kelompok pedagang existing. Peneliti memilih pedagang

existing basah tradisional yang menjual barang-barang pokok di dalam lantai

basement Pasar Mayestik. Terlebih lagi, para pedagang basah tersebut juga berjualan

barang-barang tidak tahan lama dan didominasi oleh pedagang pengecer kecil.

Sehingga dengan pemilihan subjek penelitian tersebut, peneliti mengharapkan akan

45

Damsar, Op.cit., hlm. 107

40

mendapatkan data mengenai bentuk penyesuaian atau adaptasi yang lebih beragam

dari masing-masing informan.

Tabel I.2. Karakteristik Pedagang Basah Existing Pasar Mayestik

Lantai BLOK

A B

Basement A. Pasar Basah :

Stand Sayur

Stand Bumbu dapur

Stand Bumbu jadi

Stand Buah

Stand Kelapa

Stand Ikan basah

Stand Ayam potong

Stand Daging potong

Kios, makan minum

Kios plastik

Kios Bahan kue

Kios HB/pangan

Sumber: Majestic Tata Kelola (2017)

Sebagai data tambahan didalam penelitian ini, peneliti juga mewawancarai

pihak Kepala PD Pasar Jaya Mayestik sebagai pihak pemerintah yang menggagas

program revitalisasi Pasar Mayestik dan tentunya juga menjadi salah stau pihak yang

bertanggung jawab terhadap nasib dari pedagang existing dengan adanya program

revitalisasi. Selanjutnya peneliti juga akan mewawancarai tiga orang pengunjung

Pasar Mayestik untuk mengetahui prefrensi pemilihan Pasar Mayestik sebagai tempat

belanja. Dan yang terakhir, seorang sesepuh yang mengetahui sejarah mengenai Pasar

Mayestik semenjak tahun 1950an yang dilakukan secara tidak terstrukur. Tetapi

apabila memungkinkan peneliti juga akan mewawancarai mengenai sejarah Pasar

41

Mayestik kepada subjek penelitian utama, yaitu beberapa informan pedagang existing

yang berdagang di Pasar Mayestik dan juga staff senior dari PD Pasar Jaya Mayestik.

Tabel I.3. Posisi Subjek Penelitian

Teknik

Pengumpulan

Data

Posisi Subjek

Penelitian Nama Informan Cakupan Isi Data

Wawancara

mendalam

Lima Orang

Pedagang

existing Pasar

Mayestik

Pak Suma

Pak

Bahrudin

Ibu Sri

Pak Kanta

Ibu

Rahmini

Latar belakang berdagang di Pasar Mayetik, Lama

mereka melangsungkan perdagangan, Asal suku

bangsa, jenis barang dagangan, Proses pendapatan

tempat usaha, Sejarah Pasar Mayestik, Respon

menghadapi revitalisasi pasar, Perubahan yang

dirasakan pasca revitalisasi pasar, Bentuk upaya

berahan dalam menyiasati dampak sosial pasca

revitalisasi.

Seorang

Petinggi PD

Pasar Jaya

Kepala

Pasar

Mayestik

Ide awal dalam merevitalisasi Pasar Mayestik,

Peran PD Pasar Jaya dalam merevitalisasi Pasar

Mayestik, Kendala yang dihadapi dalam proses

revitalisasi Pasar Mayestik, Sistem pengelolaan

pasar pada saat ini, perubahan regulasi, Bentuk

perhatian kepada pedagang existing

Wawancara

Tiga Orang

pengunjung

Pasar

Mayestik

Ibu Ika

Ibu Diah

Ibu

Maryatun

Prefrensi memilih Pasar Mayestik sebagai tempat

belanja

Seorang

Sesepuh Pasar

Mayestik

Pak Haji

Sejarah Pasar Mayestik

Sumber: Hasil Interpetasi Peneliti (2017)

42

I.8.4. Peran Peneliti

Peran peneliti disini sebagai subjek yang meneliti atau pengamat penelitian

ini. Maka peneliti berusaha mencari tahu perubahan kondisi pasar mayestik, serta

strategi penyesuaian atau adaptasi yang dilakukan oleh para pedagang existing Pasar

Mayestik. Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang

maksimal. Untuk menyempurnakan data penelitian, apabila memungkinkan,

terkadang peneliti mengikuti kegiatan jual-beli yang dijalankan oleh pedagang yang

dipilih menjadi informan. Sehingga dalam kegiatan tersebut, peneliti dapat melihat,

kegiatan adaptasi informan dalam berdagang sehari-hari untuk data penelitian

I.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut,

I.9.1. Observasi

Dalam penelitian ini, mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi

penelitian. Oleh karena ini peneliti juga menggunakan metode observasi atau

pengamatan atas fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Observasi dalam

penelitian ini dilakukan secara berkala. Secara umum, observasi atau pengamatan

adalah cara pengambilan data dengan melakukan pengamatan melalui panca indra

peneliti. Tujuan dari metode ini ialah agar peneliti dapat melihat secara langsung

kondisi Pasar Mayestik pasca revitalisasi dan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh

para informan.

43

Observasi pertama yang dilakukan peneliti ialah dengan meminta izin untuk

melakukan penelitian di Pasar Mayestik, kepada PD Pasar Jaya Pusat, dan PD Pasar

Jaya Mayestik selaku penanggung jawab dan pengawas Pasar Mayestik, berikutnya

peneliti mencari dan memilih pedagang Pasar Mayestik yang sesuai dengan kriteria

penelitian yang didampingi oleh pihak PD Pasar Jaya Mayestik. Hal tersebut

dilakukan karena sebelumnya, peneliti belum pernah bertatapan secara langsung

dengan para pedagang existing di Pasar Mayestik. Observasi selanjutnya ialah,

peneliti disini mengamati kegiatan-kegiatan berdagang yang informan jalankan, dan

tidak jarang apabila memungkinkan, peneliti juga melakukan wawancara dengan para

informan disaat mereka sedang berjualan, serta melakukan pengamatan mengenai

keadaan di sekitar Pasar Mayestik untuk melengkapi data mengenai perubahan pasar.

I.9.2. Wawancara

Wawancara adalah pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu pada

informan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui secara dalam data yang peneliti

cari pada narasumber. Peneliti disini menggunakan wawancara secara langsung pada

informan-informan terkait. Wawancara langsung dilakukan secara terstuktur dengan

mengacu pada pedoman wawancara secara garis besar yang telah dipersiapkan

sebelumnya, dan akan dikembangkan secara lebih mendalam pada saat wawancara

dilakukan. Walaupun begitu, di dalam wawancara ini ada juga beberapa pertanyaan

tidak terstruktur untuk melakukan improvisasi saat mewawancarai para pedagang

existing dan dapat mencairkan suasana saat melakukannya, karena terkadang ditemui

44

beberapa informan yang kurang terbuka apabila peneliti melakukan wawancara

dengan sebuah pedoman terstruktur. Tetapi hal tersebut dilakukan peneliti dengan

harapan agar mendapatkan data yang padat, lengkap dan aktual.

I.9.3. Dokumentasi dan Studi Kepustakaan

Dokumentasi merupakan setiap catatan tertulis atau pun tidak tertulis seperti

foto, dan arsip-arsip lainnya yang berhubungan dengan suatu peristiwa. Metode

dokumentasi adalah cara pengumpulan data secara sekunder dengan cara mengamati

dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan obyek penelitian. Teknik ini

digunakan bertujuan, menggambarkan secara jelas bahkan memvisualisasikan

mengenai peristiwa-peristiwa yang menunjang penelitian. Foto-foto ini meliputi foto

di sekitar maupun di dalam Pasar Mayestik pasca revitalisasi, yang berkaitan dengan

dampak revitalisasi dan adaptasi informan pedagang existing. Foto-foto tersebut

diharapkan mampu memberikan gambaran secara nyata mengenai penelitian ini.

I.10. Keterbatasan Penelitian

Dalam pengambilan data penelitian laporan skripsi ini pun tidak terlepas dari

hambatan dalam proses penelitiannya. Keterbatasan datang dari tidak diizinkannya

peneliti oleh PD Pasar Jaya untuk melakukan wawancara mendalam dengan pihak

swasta, yang dalam hal ini tertuju kepada PT Metroland Permai. Keterbatasan

selanjutnya adalah pihak PD Pasar Jaya yang mengakui tidak mempunyai data-data

rinci untuk diberikan kepada peneliti, seperti jumlah pedagang existing yang masuk

ke dalam pasar yang baru, dan juga data mengenai pedagang yang keluar pasca

45

revitalisasi Pasar Mayestik dikarenakan bersifat rahasia. Sehingga hal tersebut akan

berdampak kepada kurangnya data mengenai jumlah pedagang existing yang memilih

keluar dari Pasar Mayestik pasca revitalisasi, dalam laporan skripsi ini. Oleh karena

itu, pedagang yang melakukan adaptasi berupa Retreatisme atau pedagang existing

yang memilih keluar dari Pasar Mayestik untuk tetap berdagang tidak terlalu dibahas

secara spesifik di dalam penelitian ini.

I.11. Triangulasi Data

Penelitian ini membutuhkan kevalidan terhadap data yang telah diperoleh

selama proses pengamatan dan wawancara. Dalam Buku Cresswell, dijelaskan bahwa

triangulasi terkait bagaimana penelitian akan menyajikan kekuatan informasi dan

apakah penelitian tersebut sesuai dengan realita.46

Peneliti akan membandingkan

sumber data yang diberikan oleh informan utama yaitu pedagang existing, dengan

wawancara dengan Kepala PD Pasar Jaya, hasil observasi, dokumentasi, sumber

tertulis dan apabila memungkinkan juga dengan sumber berita online terpercaya, agar

dapat menemukan kevalidan data yang sebenarnya. Sehingga nantinya diharapkan

dapat menemukan informasi bagaimana bentuk perubahan di dalam Pasar Mayestik

yang berdampak terhadap informan. Pada akhirnya, kebenaran akan data yang

disajikan mimiliki tingkat kebenaran yang akurat.

46

John W Creshwell, 2010, Desain penelitian kuialitatif dan kuantitatif, Jakarta: Penerbit KIK,

hlm.147

46

I.12. Sistematika Penulisan

Skripsi ini nantinya akan terdiri dari lima bab, yaitu satu bab pendahuluan,

dua bab uraian empiris, satu bab analisis, dan satu bab kesimpulan. Yang akan

dijelaskan sebagai berikut. BAB I; Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan latar

belakang masalah, permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka konseptual, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data dan

sistematika penulisan. BAB II; Gambaran Umum dan Revitalisasi Pasar Mayestik,

dalam bab ini peneliti akan menguraikan gambaran umum historis dan proses

revitalisasi kawasan penelitian yaitu Pasar Mayestik, serta perubahan struktur Pasar

Mayestik pasca revitalisasi pasar. Dan yang terakhir dalam bab ini peneliti akan

menguraikan profil dari masing-masing informan utama di dalam penelitian ini yaitu

pedagang tradisional basah Existing yang berada di Pasar Mayestik. BAB III; Di

dalam bab ini, peneliti akan memfokuskan penelitian pada hasil turun lapangan dari

para informan penelitian yang berjudul Pasar Mayestik Pasca Revitalisasi dan

Dampak Revitalisasi Terhadap Pedagang Existing. Dalam bab ini akan diuraikan

mengenai perubahan struktur sosial di Pasar Mayestik dan juga dampak yang

dirasakan oleh pedagang existing dengan adanya revitalisasi terhadap kegiatan

berdagang mereka. BAB IV; Di dalam bab ini, peneliti akan membahas mengenai

bentuk-bentuk upaya pedagang dalam usaha mempertahankan atau penyesuaian

berdagang pasca revitalisasi Pasar Mayestik. Lebih lanjut Bab ini, peniliti akan

mengaitkan permasalahan tersebut yang dikaji dengan konsep atau teori yang akan

47

digunakan peneliti. Maka dari itu bab ini akan berjudul Adaptasi Pedagang Existing

Pasca Revitalisasi Pasar, yang akan menganalisis bentuk-bentuk dari upaya bertahan

para informan karena dampak dari restrukturisasi pasca revitalisasi Pasar Mayestik

yang menyebakan situasi yang berubah. BAB V; Berisi kesimpulan dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan serta saran dari peneliti mengenai penelitian yang

dikaji.