BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf ·...

19

Click here to load reader

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat

yang mengusung kebebasan dalam penyelenggaraan pemerintah berbasis

kedaulatan rakyat.Pemilihan umum merupakan sarana yang dipergunakan oleh

Negara demokratis untuk menyalurkan aspirasi rakyat dalam pemilihan anggota

atau birokrasi.Di Indonesia sendiri yang merupakan Negara demokrasi

melaksanakan pemilihan umum pertama kali tahun 1955 dan merupakan

pemilihan umum yang demokratis.

Pada pelaksanaan pemilihan umum tahun 1955 bisa dikatakan keadaan Negara

pada saat itu keamanannya masih kurang kondusif. Ditinjau dari aspek politik,

pelaksanaan pemilihan umum tahun 1955 berlangsung ketika Indonesia berada

pada masa yang disebut sebagai masa percobaan demokrasi. Pemilihan umum

tahun 1955 merupakan masa kompetisi yang bebas untuk mendapatkan dukungan

dan berlaku sebagai pertanda untuk mengukur perkembangan-perkembangan

selanjutnya. Pada pemilihan umum tahun 1955 perolehan suara dimenangkan oleh

PNI, pada pemilihan umum partai ini merupakan partai yang dibesarkan oleh

Soekarno. Partai Komunis Indonesia (PKI) juga muncul kembali sebagai partai

yang ikut serta dalam pemilu tahun 1955 dan kemudian mendapatkan suara yang

lumayan besar dalam pemilihan ini.Perolehan suara ini menjadikan partai-partai

lain merasa tidak senang apabila nantinya PKI masuk kedalam jajaran birokrasi

pemerintah. Banyak yang menentang dengan kemunculan partai ini, sehingga

banyak pihak yang khawatir Soekarno akan memihak dan condong ke komunis.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

2

Dari beberapa alasan tersebut melatarbelakangi usaha untuk menyapu bersih

golongan PKI. Periode pasca-1965 persoalan partisipasi rakyat dalam politik juga

muncul kembali, ketika sejumlah besar kelompok dan individu saling berebut

posisi dalam rezim baru dan berusaha menerapkan konsepsi-konsepsi mereka

tentang tata politik yang tepat untuk Indonesia.1Persoalan tersebut juga

menimbulkan banyak protes dari kalangan masyarakat, salah satunya adalah aksi

yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam KAMI

(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), mereka meminta agar srtuktur politik

pemerintah segera dirombak.Unsur-unsur Pemerintah Orde Baru dan Pemerintah

Orde Lama duduk bersama-sama dalam pemerintahan. Konsesus-konsesus yang

tidak di musyawarahkan diantara kedua kekuatan politik tersebut sering

dilakukan.2 Pemerintah Orde Lama menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tidak akan

melaksanakan pemilihan umum lagi dan ingin menjadi Presiden seumur hidup.

Permasalahan ini memunculkan banyak rekasi yang kurang setuju dengan cara

yang diambil oleh Pemerintah Orde Lama sehingga menginginkan segera

diadakannya pemilihan umum berikutnya.

Pemerintah Orde Baru kental dengan kekuasaan Soeharto dan mencoba untuk

menggeser Pemerintahan rezim Orde Lama dengan merubah tatanan politik yang

baru dan melaksanakan pemilihan umum berikutnya. Soeharto menjadikan Sekber

Golongan Karya yang kemudian berubah nama menjadi Golkar sebagai mesin

politiknya. Strategi yang dilakukan tidak tanggung-tanggung dan mengakibatkan

situasi politik itu sendiri semakin tidak stabil. Salah satu strategi yang dilakukan

1R. William Liddle., Pemilu – Pemilu Orde Baru Pasang Surut Kekuasaan

Politik., (Jakarta: LP3ES,1992)., hlm.3. 2 Ikatan Pers Mahasiswa., Seri Berita dan Pendapat Pemilihan Umum

1971., (Jakarta:LPKP,1972)., hlm3.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

3

Golkar yaitu dengan mengancam jika tidak mendukung Golkar akan dicap tidak

mendukung militer atau dianggap bersimpati terhadap PKI.3

Pemerintah Orde Baru menginginkan untuk segera diadakannya pemilihan

umum karena sudah terlalu lama banyak kemunduran dan akhirnya dapat

dilaksanakan pada tahun 1971. Permasalahan lain yang melatarbelakangi

pelaksanaan pemilihan umum ini dilaksanakan pada tahun 1971 adalah karena

Soekarno masih hidup, sehingga jika pemilihan umum dilaksanakan sesuai

waktunya akan dimenangkan oleh PNI dan dapat mengalahkan Golkar.

Pelaksanaan pemilu pada tahun 1971 itu sendiri juga memunculkan beberapa

respon yang berbeda-beda dari kalangan masyarakat itu sendiri. Diantaranya

meminta agar pelaksanaan pemilu tersebut diundur karena dirasa situasi politik

pada saat itu masih belum stabil. Pemerintah Orde Baru tetap melaksanakan

pemilihah umum sesegera mungkin karena jika diundur lagi pemilihan umum

tersebut akan mengalami kemunduran terus. Sebelum Golkar menguasai dan

menggeser Pemerintahan Orde Lama, beberapa partai mempunyai saingan sendiri

khususnya di wilayah Jawa Tengah.

Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan partai terbesar pada era

Pemerintah Orde Lama bersaing ketat dengan tiga partai besar lainnya, salah

satunya adalah PKI yang memenangkan pemilihan umum tahun 1955 di wilayah

Surakarta. Pengahancuran PKI yang dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru juga

merupakan suatu harapan baru bagi PNI sendiri agar menjadi satu-satunya partai

besar abangan. Abangan sendiri didefinisikan sebagai kelompok budaya yang

mempunyai ciri-ciri tersendiri dengan seperangkat keyakinan dan praktek agama

3Arif Zulkifli dkk., Rahasia-Rahasia Ali Moertopo., (Jakarta: Kepustakaan

Populer Graamedia, 2014)., hlm., 27.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

4

yang menggambarkan unsur-unsur Hindu, agama Jawa Kuno dan Islam yang

cukup memberikan tanda bahwa mereka berbeda dengan para tetangganya yang

santri. 4

Di Surakarta sendiri PKI merupakan partai yang mempunyai massa terbanyak

dan masuk dalam empat partai besar (PNI, PKI, Masyumi dan NU) pada

pemilihan umum tahun 1955. Partai Komunis Indonesia (PKI) dapat mengalahkan

peserta pemilu yang lain pada pemilihan umum tahun 1955 ditandai dengan

perolehan suara mencapai 67.537 mengalahkan PNI dengan perolehan suara

31.788 pada pemilu tahun 1955.5 Di sisi lain, Pemerintah Orde Baru merupakan

bentuk pemerintahan yang sangat anti sekali terhadap komunis, oleh karena itu

beberapa upaya untuk meleburkan PKI dilakukan. Surakarta menjadi salah satu

wilayah yang menjadi sorotan Pemerintah Orde Baru karena kemenangan PKI

pada pemilu tahun 1955. Pada pemilihan umum Orde Baru, Golkar selalu menang

tetapi di Surakarta Golkar tidak pernah menang dengan perolehan suara diatas

rata-rata nasional. Sikap Pemerintah Orde Baru yang menentang komunis di

Surakarta juga terlihat pada usaha pemberhentian masa jabatan Oetomo Ramelan

sebagai Walikota Surakarta (1965) yang merupakan satu-satunya Walikota dari

Partai Politik. Pemberhentian Oetomo Ramelan dilakukan dengan tidak hormat

karena iaberasal dari PKI. Setelah pemberhentian Oetomo Ramelan sebagai

walikota, kedudukan selanjutnya digantikan oleh orang-orang militer semua.

Di Surakarta beberapa masyarakat juga masih banyak yang belum paham

tentang fungsi partai itu sendiri. Masyarakat memilih dan ikut serta dalam

4 R. William Liddle., Pemilu – Pemilu Orde Baru Pasang Surut

Kekuasaan Politik.,(Jakarta:LP3ES,1992)., hlm.7. 5Suluh Indonesia., 1 Oktober 1955.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

5

pemilihan umum bukan karena program yang dikampanyekan masing-masing

partai. Mereka memilih karena mengikuti mayoritas suara terbanyak dan arahan

dari masyarakat itu sendiri. Pelaksanaan kampanye setiap partai politik

memerlukan media untuk mensosialisasikan partainya salah satunya

menggunakan peran para pemuda di masing-masing wilayah. Peran para pemuda

itu juga digunakan oleh PKI yang biasa disebut dengan Pemuda Rakyat. Pemuda

Rakyat mempunyai fungsi sebagai kemanan kampung dan menjadi penyalur

aspirasi setiap partai. Pada masa Pemerintahan Orde Lama, di Surakarta PKI

memiliki massa yang cukup banyak dan mereka juga menggunakan Pemuda

Rakyat untuk membantu kampanye guna merebut perolehan suara dalam pemilu

yang berlangsung.

Pada tahun 1966 an muncul permasalah baru dalam peraturan politik di

Indonesia. Tuntutan mengenai perombakan struktur politik menginginkan segera

diperbaharui dan struktur politik pada saat itu menghalangi pembangunan.

Struktur politik pada masa itu masih mencerminkan Nasakom (Nasionalis-

Agama-Komunis) hanya saja dikurangi PKI dan Soekarno. Situasi politik yang

semakin tidak menentu semakin tidak teratur diantaranya adalah perebutan

kekuasaan antar golongan, partai-partai politik dan antar pemimpin-pemimpin.

Situasi tersebut mempengaruhi pembangunan yang semakin terbengkalai dan

mekanisme demokrasi semakin rusak.6 Perombakan tersebut menginginkan untuk

segera dilakukan yaitu melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak bisa

dilaksanakan begitu saja, banyak permasalahan yang belum dapat diselesaikan

dan akhirnya pemilihan umum tersebut baru bisa dilaksanakan pada tahun 1971.

6Op.Cit., Ikatan Pers Mahasiswa., hlm.5.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

6

Pemilihan Umum tahun 1971 di Surakarta banyak memunculkan situasi

politik yang tidak menentu. Perubahan itu meliputi larangan terhadap partai yang

mempunyai masalah untuk ikut menjadi peserta pada pemilihan umum tahun

1971, sehingga banyak partai yang tidak ikut lagi dalam pemilihan umum tahun

1971. Salah satu partai yang tidak ikut dalam pemilihan umum tahun 1971 adalah

PKI dan Masyumi, dimana partai ini sempat masuk dalam empat partai besar pada

pemilihan umum sebelumnya. Partai yang ikut menjadi peserta pada pemilihan

umum tahun 1971 hanya sepuluh partai saja, yakni Partai Katolik, PSII, NU,

Parmusi, Golkar, Parkindo, PNI, Perti, IPKI dan Murba. Bentuk pengaruh lain

juga terjadi pada struktur lapisan masyarakat Jawa seperti abangan, santri dan

priyayi yang juga dianut oleh masyarakat Surakarta menjadi tidak lazim lagi.

Proses nasionalisasi menjadikan lapisan tersebut juga tergeser fungsinya dan tidak

digunakan lagi. Perubahan rezim baru ini juga memunculkan reaksi yang berbeda-

beda di setiap daerah.

Pemilihan umum juga tidak lepas dari proses kampanye yang diikuti oleh

partai politik peserta pemilihan umum tahun 1971. Pelaksanaan kampanye ini

lebih banyak aturan dibandingkan kampanye pemilihan umum sebelumnya yakni

tahun 1955. Tujuan dari kampanye adalah menyampaikan pesan-pesan politik

berupa program dan pandangan partai kepada masyarakat agar mereka

mengetahuinya dan tertarik.7 Pada pelaksanaan kampanye diharapkan agar massa

yang mengikuti dapat memberikan suaranya dan tertarik pada program partai

tersebut. Strategi kampanye partai yang bersangkutan didukung oleh sarana dan

keamanan yang tertib.

7Azizah Apriani., Dinamika Kampanye Pemilihan Umum Legislatif Di

Surakarta Tahun 1997 s.d. 2004., hlm. 3.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

7

B. Rumusan Masalah

Dalam uraian yang sudah dipaparkan pada latar belakang diatas, maka

dirumuskan beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi sosial politik Kota Surakarta sebelum masa

Pemerintahan Orde Baru pada tahun 1971?

2. Bagaimana bentuk konstelasi politik di Surakarta pada pemilu tahun 1971?

3. Apadampak pemilu tahun 1971 terhadap sosial politik masyarakat Kota

Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi sosial politik Kota Surakarta sebelum masa

Pemerintahan Orde Baru tahun 1971.

2. Untuk mengetahui bentuk konstelasi politik di Surakarta pada pemilu

tahun 1971.

3. Untuk mengetahui dampak pemilu tahun 1971 terhadap sosial politik

masyarakat Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan

wawasan mengenai situasi politik di bawah Orde Baru pertama kali dan

bagaimana situasi sosial politik pada saat pemilihan umum tahun 1971 di

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

8

Surakarta. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan

manfaat bagi kepentingan dan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

perkembangan setiap pemilu yang terjadi di Surakarta, bahwa pemilu yang

terjadi dari tahun ketahun tidak pernah lepas dari peran pemilu dari masa-

masa sebelumnya sehingga penelitian ini diharapkan dapat digunakan

untuk mengkaji setiap perkembangan tatanan kehidupan masyarakat Kota

Surakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Buku karya Herberth Feith Pemilian Umum 1955 di Indonesia

diterbitan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (1999).Buku ini mengulas

gambaran mengenai kondisi politik di Indonesia dalam menghadapi

pemilu pertama kali yang dilaksanakan secara nasional. Buku ini juga

menjelaskan bagaimana menujukkan pola gerak dan faktor-faktor yang

menentukan percaturan politik di Indonesia. Partai-partai memulai perang

demokrasi dengan cara berkampanye sesuai dengan strategi sendiri.

Metode dan teknik kampanye yang digunakan dan ramuannya berbeda-

beda dari partai ke partai dan dari daerah-ke daerah. Pertemuan

diselenggarakan di semua tingkat di alun-alun kota atau balai desa, dengan

para pembicara dari Jakarta atau tokoh partai setempat. Pertemuan tersebut

meliputi rapat umum atau rapat anggota, pertemuan perempuan atau

pertemuan pemuda, ceramah umum, pemutaran film dan pertunjukan yang

diramaikan dengan pertunjukan teater rakyat.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

9

Strategi yang digunakan oleh semua partai memiliki cara sendiri,

selain itu juga ada perbedaan penekanan. Pada tahap kampanye, semua

partai besar semakin menyadari betapa pentingnya mempunyai anggota

sebanyak mungkin. Kartu anggota yang diperoleh tanpa uang pendaftaran

atau iuran wajib juga menciptakan ikatan yang efektif. Dukungan dari

penduduk desa terhadap suatu partai berhasil diperoleh dan betapa

besarnya kerelaan penduduk ituyang mendukung setiap partai politik akan

dibuat lebih kukuh lagi dengan memberinya kartu anggota. Penerimaan

anggota baru jarang disertai dengan pengambilan sumpah, tetapi khasiat

kartu anggota serupa dengan sumpah. Jadi, hampir semua partai bekerja

keras mencari anggota baru sebanyak mungkin. Jumlah anggota yang

dikemukakan partai politik pasti ada yang dilebih-lebihkan. Tetapi angka

yang diberikan pengurus partai di tingkat kabupaten cukup dapat

dipercaya. Angka ini menunjukkan jumlah anggota yang terdaftar.Buku ini

memberikan relevansi terhadap penulisan skripsi mengenai fenomena

situasi politik pada pemilu pertama era orde baru. Respon dari berbagai

masyarakat dan strategi yang digunakan setiap partai memiliki strategi

senidiri. Buku ini bisa dijadikan pedoman untuk mengetahui beberapa

model kampanye yang digunakan setiap partai dan membandingkan model

kampanye pada pemilihan umum berikutnya.

Buku karya R. William Liddle dalam Pemilu-pemilu Orde Baru

Pasang Surut Kekuasaan Politik diterbitkan oleh Lembaga Penelitian,

Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) tahun 1992

menuliskan serangkaian artikel dalam kurun waktu 1971 – 1990 tentang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

10

pemilu-pemilu Indonesia semasa Orde Baru. Buku ini memberikan

penjelasan mengenai beberapa permasalahan yang berhubungan dengan

Golkar dalam mengambil alih kekuasaan Orde Baru.Buku ini menjelaskan

mengenai lapisan msyarakat seperti santri dan abangan ikut berperan

dalam situasi poitik menjelang pemilu tahun 1971. Lapisan-lapisan

masyarakat tersebut sangat mempengaruhi kehidupan poitik Indonesia.

PNI yang menginginkan menjadi satu-satunya partai terbesar abangan

setelah ada usaha dari orde baru yang menghapuskan PKI.

Kampanye Golkar tidak banyak menyinggung partai-partai Islam

karena status non-pemerintahannya. Oposisi bersama terhadap Golkar oleh

pemimpin-pemimpin yang wajib masuk Golkar setidak-tidaknya

menimbulkan dua konsekuensi penting, yang pertama berhubungan

dengan pengambilan sikap atau persepsual, tang kedua struktural. Tidak

ada pemimpin lokal seperti abangan maupun santri merasa Golkar dalam

pengertian-pengertian ideologis resminya sebagai organisasi yang akan

membantu pemerintah dalam artikulasi gagasan dan pelaksanaan program-

program modernisasi dan pembangunan.

Secara struktural ketidakmampuan Golkar untuk menarik

dukungan sukarela dari tiap segmen penduduk Golkar tidak bisa menjadi

organisasi koheren yang mampu menciptakan mobilisasi dukungan

populer jangka panjang demi kepentingan pemerintah. Dari kalangan

pejabat militer dan sipil tingkat tertinggi yang diberi tanggungjawab atas

kampanye lokal Golkar dan menganggap Golkar hanya menjadi kerangka

untuk penerusan perebutan kekuasaan lama antara individu-individu dan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

11

lembaga-lembaga, suatu pengingkit yang jika dimanipulasi dengan tepat

biasa memberikan keuntungan menentukan.Relevansi buku ini teradap

skripsi ini adalahmengenai strategi yang digunakan Orde Baru dan

pendekatan yang dilakukan terhadap beberapa lapisan masyarakat.Buku

ini juga memberikan gambaran mengenai peran para priyayi, santri dan

abangan yang dapat mempengaruhi massa peserta partai dalam

memperoleh suara. Peran masyarakat ini pada nantinya mempengaruhi

strategi setiap partai dalam mendekati dan memperoleh suara rakyat.

Buku karya Clifford GreetzAbangan, Santri, Priyayi Dalam

Masyarakat Jawa diterbitkan oleh Pustaka Jaya tahun 1981 menjelaskan

mengenai struktur sosial masyarakat itu sendiri sehingga dalam penulisan

skripsi ini sangat membantu dalam mendefinisikan perbedaan mengenai

struktur sosial masyarakat itu sendiri. Struktur-struktur sosial yang

dimaksud adalah abangan (yang intinya berpusat di pedesaan). Santri

(yang intinya berpusat di tempat perdagangan atau pasar), dan priyayi

(yang intinya berpusat di kantor pemerintah, di kota).

Tiga lingkungan berbeda yaitu pedesaan, pasar dan kantor

bersamaan dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda yang

berkaitan dengan masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam di

Jawa telah mewujudkan adannya abangan yang menekanakan pentingnya

aspek-aspek animistik, santri yang menekankan aspek-aspek islam,

priyayi yang menekankan aspek-aspek Hindu. Perwujudan citra agama

masng-masing struktur sosial tersebut adalah pesta-pesta ritual yang

berkaitan dengan usaha-usaha untuh menghalau berbagai makhluk halus

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

12

jahat yang dianggap sebagai penyebab dari ketidakaturan dan

kesengsaraan dalam masyarakat agar ekuilibrium dalam masyarakat yang

dicapai kembali (abangan); penekanan pada tindakan-tindakan keagamaan

dan upacara-upacara sebagaimana digariskan dalam islam (santri); dan

suatu kompleks keagamaan keagamaan yang menekankan pada

pentingnya hakikat alus sebagai lawan dari kasar (kasar dianggap sebagai

ciri-ciri utama abangan), yang perwujudannya tampak dalam berbagai

sistem simbol yang berkaitan dengan etiket, tari-tarian dan berbagai

bentuk kesenian, bahasa, dan pakaian (priyayi).

Skripsi yang ditulis oleh Wagiyanto dengan judul Pengaruh

Golkar Terhadap Massa Politik Pada Masa Orde Baru dengan studi kasus

mengenai pemilu 1971 – 1977 di Galur Kulon Progomenjelaskan

mengenai situasi politik pada pemilu pertama ( 1971 ) dan pemilu kedua (

1977 ) pada massa Orde Baru. Pemilu kali ini memperlihatkan seberapa

besar partisipasi masyarakat yang dapat dicapai setelah 16 tahun

terbengkalai. Pada pemilu 1971 terlihat bahwa Golkar cukup berhasil

dalam mengumpulkan suara, disisi lain Golkar baru pertama kali

mengikuti pemilu ini.

Golkar berhasil memasuki wilayah Galur dengan pendekatan

budaya yaitu budaya paternalistik ( patron client ). Pendekatan ini

digunakan berdasarkan daerah Galur, yang terletak dekat dengan Pantai

Selatan dan termasuk wilayah Daerah Istiewa Yogyakarta. Sebagian besar

masyarakat Yogya masih memegang budaya patuh ( tradisi menghormat ).

Mereka sudah terbiasa menghormat kepaa atasan pemimpin, sehingga

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

13

kesetiaan rakyat kepada pemimpin cukup besar. Sosialisasi ide politik

Golkar pada pemilu 1971 terpusat pada dua kepemimpinan yaitu

pemimpin informal ( para kyai ) dan pemimpin formal ( camat dan

bawahannya ).

Golkar merupakan organisasi peserta pemilu yang awal pada masa

Orde Baru. Kehadiran Golkar dalam pemilu 1971 masih merupakan

barang baru bagi masyarakat Galur. Pada pemilu 1971 yang ada hanya

kepatuhan bawahan terhadap atasan. Kedudukan camat, kepala desa dan

para pamong lainnya hanya sebagai alat bagi penguasa tingkat atas untuk

meraih suara mayoritas bagi Golkar.

Bentuk kampanye dengan door to door (dari pintu ke pintu ), lebih

sering dilakukan oleh kepala dusun (dukuh). Biasanya Pak Lurah (kepala

desa) yang mendapat perintah dari camat, langsung memberikan mandat

kepada para dukuh untuk mengkampanyekan Golkar. Kampanye Golkar

yang disponsori para kepala desa. Golkar mendapat bantuan yang besar

dari mereka dan masyarakat merasa tertarik dengan adanya janji-janji

pembangunan. Pada akhirnya kampanye ini berdampak pada perolehan

suara pada pemilu 1971, dimana Golkar meraih suara mayoritas.

Pada pemilu 1971 camat, lurah, dan pamong desa lainnya masih

ditarget. Seorang camat harus menyuruh bawahannya, yakni kepala desa

untuk mengadakan kampanye dari pintu ke pintu. Janji-janji Golkar yang

diucapkan pada saat kampanye pemilu 1971, lebih mengarah pada

kemakmuran rakyat Galur. Kampanye pada pemilu 1971 memiliki dampak

positif, yakni akan tercapai sebuah kemakmuran bagi rakyat Galur. Golkar

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

14

sendiri mengharapkan adanya dukungan politik dari rakyat Galur, namun

pada pemilu 1971 ternyata Golkar meraih suara minoritas.Relevansi dalam

penulisan skripsi ini adalah dapat dijadikan sebagai pembanding untuk

mengetahui strategi yang digunakan pemerintah Orde Baru masuk

kewilayah tersebut.

Skripsi yang ditulis oleh Kanifan Kusuma Putra dengan judul

Perang Wacana Kampanye Partai Politik Di Media Massa Pada

Pemilihan Umum Tahun 1955 ( Studi Kasus PNI, PKI, Masyumi, Dan NU

Di Jawa Tengah)menjelaskan mnegenai perolehan suara rakyat, partai-

partai politik melakukan upaya upaya-upaya untuk memenangkan

pemilihan umum tahun 1955. Upaya tersebut diiplementasikan dalam

pelaksanaan kampanye untuk menarik perhatian. Wacana-wacana

berhamburan sebagai upaya untuk mengambil hati rakyat. Empat besar

partai pemenang pemilihan umum, yakni PNI, Masyumi, Nu, dan PKI juga

terlibat secara aktif dalam kampanye. Masing-masing memiliki

pendekatan dan sasaran yang telah dipetakan sedemikian rupa. Wacana

utama yang diangkat oleh PNI adalah menekankan pada kemandirian.

Sementara itu Masyumi mengangkat wacana utama tentang partai Islam

yang membawa kebenaran Tuhan. Sementara itu NU yang juga partai

Islam membawa konsep tentang Islam keindonesiaan. Dan PKI membawa

wacana tentang kerakyatan dalam bingkai Marxixme.

Kampanye untuk menarik simpati masyarakat, tidak jarang partai-

partai tersebut mengalami pertarungan wacana. Hal ini terjadi pula pada

partai empat besar pemenang pemilu 1955. Pertarungan wacana terutama

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

15

terjadi antara PNI-Masyumi, PKI-Masyumi. Di jawa Tengah, wacana-

wacana partai dan pertarungannya juga mewarnai proses kampanye

menjelang hari pemungutan suara. Partai-partai lain menganggap

Masyumi sebagai rival, sehingga serangan bertubi-tubi datang menyerang

Masyumi. Relevansi skripsi ini pada penulisan ini adalah memberikan

gambaran mengenai situasi politik pada pemilihan umum sebelumnya,

sehingga dapat dijadikan pembanding pada pemilihan umum tahun 1971.

F. Metode Penelitian

Nugroho Susanto memaparkan, metode sejarah adalah kumpulan

prinsip-prinsip atau aturan yang sistematis, dimaksudkan untuk

memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-

bahan untuk penulisan sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan suatu

sintesa dalam bentuk tulisan.8 Metode yang dipakai dalam penulisan ini

adalah metode historis untuk melihat sosial politik dari permasalahan yang

dikaji. Metode historis merupakan metode kegiatan mungumpulkan,

menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa

lampau, kemudian merekonstruksi data-data yang diperoleh tersebut

sehingga menghasilkan suatu historiografi (penulisan sejarah)9 Dalam hal

ini menggunakan pendekatan sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan

guna untuk mengungkapkan Dampak Sosial Politik Pemilihan Umum

Tahun 1971 di Surakarta.

8Nugroho Notosusanto., Masalah Penelitian Sejarah, Suatu

Pengalaman.,(jakarta: Yayasan Idayu, 1978).,hlm.1. 9 Gottshalk Louis., Mengerti Sejarah., (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1986)., hlm. 32.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

16

Adapun metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi empat langkah, yaitu:

1. Heuristik

Tahap ini merupakan usaha mencari dan mengumpulkan data sebagai

sumber bagi penelitian sejarah. Penelitian dilakukan dengan penelusuran

sumber-sumber data di berbagai tempat yang diketahui menyimpan

sumber-sumber yang diperlukan dalam penelitian. Tahap ini terdiri dari:

a. Sumber Tertulis

Dokumen yang digunakan berupa arsip-arsip berkenaan dengan

Pemilu Tahun 1971 di beberapa lembaga yaitu Monumen Pers, Arsip

Golkar, Arsip Daerah, Arsip Nasional Indonesia (ANRI) dan Perpustakaan

Nasional. Sumber lain yaitu berupa literatur dan buku referensi yang

berhubungan dengan pemilihan umum tahun 1971. Referensi ini diperoleh

dari Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Ilmu

Budaya, Lab. Sejarah FIB, media online dan koleksi pribadi.

b. Wawancara

Wawancara ini juga sangat diperlukan untuk mengungkap aspek -

aspek yang berkaitan dengan Proses Pemilihan Umum tahun 1971 di

Surakarta. Wawancara mendalam dilakukan secara bebas dan terbuka

terhadap narasumber yang dipilih secara representative, yaitu Bapak

Hadiyono (pelaku sejarah dan ketua TPS pada masa Orde Baru), Ibu

Samiah (pelaku sejarah), Bapak Budi (seorang aktivis angkatan 80-an) dan

narasumber yang dianggap mampu memberikan penjelasan mengenai

situasi yang terjadi saat proses pemilu tahun 1971 di Surakarta.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

17

Wawancara akan dilakukan kepada masyarakat yang mengalami masa

itu untuk memperoleh data yang akan mewakili respon masyarakat itu

sendiri terhadap pemilihan umum tahun 1971. Narasumber lain juga akan

dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber bertujuan untuk mencari keaslian sumber-sumber

yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern. Kritik ekstern bertujuan

mencari keaslian data bentuk fisik sumber tersebut. Ktitik intern

digunakan untuk mengkritisi data yang terkandung dalam sumber tertulis

atau menguji kredibilitas sumber. Suatu sumber disebut kredib apabila

sumber itu paling mendekati dengan apa yang sebenarnya terjadi, sejauh

yang dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan secara kritis

terhadap sumber-sumber pertama agar terjaring fakta terpilih. Pada tahap

ini, kritik sumber dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh

untuk mendapatkan data yang bisa dipercaya untuk penulisan ini.

3. Interpretasi

Interpretasi yaitu usaha-usaha untuk menafsirkan fakta-fakta yang

diperoleh dari data-data yang telah diseleksi pada tahapan sebelumnya

untuk selanjutnya dianalisa untuk menemukan makna sejarah. Interpretasi

data ini akan menghasilkan fakta dari data sumber tentang informasi yang

terkandung di dalamnya. Jadi, proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

18

wawancara mendalam, dokumen, tulisan media massa dan foto.10 Fakta

yang berhasil dikumpulkan melalui proses analisis, kemudian dilakukan

pengolahan data yaitu membuat penjabaran, menyusunnya dalam satuan-

satuan, kemudian pengelompokan. Ide-ide yang diperoleh dalam bentuk

fakta itu dituangkan pada suatu karya penulisan sejarah ilmiah. Pada

tahap ini, penulis dituntut menganalisis lebih lanjut dengan berbagai teori

dan pendekatan yang diambil dari ilmu banu terkait.

4. Historiografi

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, dan pelaporan

hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Laporan disusun corak

deskriptif-analitis.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan sistematika ini berdasarkan bab demi bab. Penyusunan

ini diharapkan dapat memberikan gambaran peristiwa yang menunjukan

kontinuitas perkembangan kejadian yang beruntun.

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan dari beberapa studi

pustaka, metode penelitian dan analisis data.

Bab II berisikan tentang tinjauan demografis wilayah Kota

Surakarta, gambaran mengenai keanekaragaman penduduk di Surakarta,

gambaran sosial politik kota Surakarta pada saat menjelang masa

Pemerintahan Orde Baru. Kondisi sosial masyarakat mencakup portrait

10 Kasijanto,et.al., Pedoman Sejarah Lokal.,(Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.2005).,hlm.33-34.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510009_bab1.pdf · Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat yang mengusung

19

masyarakatnya dan kondisi politik meliputi strategi pemerintahan orde

baru dalam menerapkan politiknya.

Bab III menjelaskan mengenai proses pemilihan umum tahun 1971

di Surakarta serta strategi pelaksanaan pemilihan umum itu sendiri.

Strategi pelaksanaan pemilihan umum mencakup beberapa hal antara lain;

peraturan perundang-undangan, sistem pemungutan suara, persaingan

kampanye antar partai, daftar partai yang mengikuti pemilu tahun 1971

dan bentuk kecurangan yang dipakai dalam menarik massa.

Bab IV menjelaskan mengenai dampak yang ditimbulkan dari

pemilihan umumtahun 1971. Pada bagian ini menjelaskan mengenai hasil

dari pemilihan itu sendiri,dampak Orde Baru terhadap partai politik dan

fungsi militer sebagai kekuatan politik pemerintah, dampak yang

ditimbulkan bagi masyarakat mencakup kehidupan sosial masyarakat

Surakarta dan Peran Keraton Surakarta terhadap pelaksanaan pemilihan

umum tahun 1971.

Bab V berisikan tentang kesimpulan dari penulisan dan merupakan

jawaban atas pertanyaan dan permasalahan yang dikemukakan dalam

penelitian ini.