BAB I PENDAHULUAN -...
-
Upload
nguyenxuyen -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian
Indonesia, karena ditinjau dari bebagai segi memang mempunyai kedudukan yang
sangat dominan. Dari sekian banyak komoditas pertanian, khususnya tanaman
hortikultura yang diharapkan menjadi salah satu potensi besar yang harus
dikembangkan. Hortikultura sendiri terbagi atas beberapa komoditas yakni
tanaman buah-buahan, sayuran tanman hias, dan tanaman biofarmaka, komoditas
tersebut sangat potensial prospektif untuk dikembangkan dan dikelola secara
agribisnis, mengingat potensi sumberdaya alam manusia, ketersediaan teknologi,
serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus
meningkat. Salah satu komoditi hortikultura yang potensial dikembangkan
sebagai usaha adalah tanaman hias, karena tanaman hias memiliki faktor resiko
yang relatif kecil baik dari budidaya hingga pemasaran dibandingkan dengan
komoditas pertaniaan lainnya.
Karena komoditas pertaniaan hortikultur khususnya tanaman hias
memiliki prospek yang cukup baik dan dengan resiko yang relatif kecil maka
banyak sebagian orang yang beralih profesi atau mendirikan berbagai macam
show room atau nursery tanaman hias, baik dalam skala kecil maupun dengan
skala yang cukup besar, hal ini juga didasarkan pada realita yang terjadi pada
1
zaman sekarang ini dimana tanaman hias sudah menjadi sebuah trend dalam
masyarakat dan memiliki nilai estetika yang cukup tinggi.
Tabel 1. Penjualan Tanaman Hias Tahun 2005-2008
Tahun Jumlah penjualan 2005 5.423.7382006 7.386.8262007 9.938.6342008 11.843.465
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI 2008, hal :9
Penjualan tanaman hias dari tahun 2005 sampai 2008 mengalami kenaikan
yang cukup tinggi, dimana pada tahun 2008 mencapai angka tertinggi yaitu
11.843.465, hal ini menunjukkan bahwa tanaman hias memiliki potensi pasar
yang cukup besar pada tahun 2005 sampai dengan 2008.
Menurut Budiarto (2007 ; 1) Adenium Obesum di Indonesia dikenal
dengan sebutan kamboja Jepang. Nama Adenium lebih disukai pehobi, pasalnya
kamboja selalu dikaitkan dengan kuburan. Adenium memikat para penggemar
tanaman hias karena variasi warna bunganya kaya dan indah. Ditambah lagi
bentuk akarnya yang membesar bila telah tua. Inilah yang membuat sosoknya jadi
unik dan mirip bonsai. Sebetulnya Adenium sama sekali berbeda dengan kamboja.
Walau masih dalam satu keluarga, yaitu Apocynaceae, namun ada beberapa
perbedaan yang mencolok diantara keduanya .Coba saja lihat bentuk daun dan
akar antara kedua tanaman tersebut. Bentuk Adenium jauh lebih kecil dibanding
daun kamboja. Akar adenium mampu membesar seperti umbi dan meliuk ke kiri-
kanan. Bagian inilah yang berfungsi sebagai penyimpan air. Sedang pada kamboja
tak dapat dijumpai bentuk akar seperti itu. Dari sosoknya pun adenium dan
kamboja punya perbedaan yang tegas. Adenium punya sosok yang kecil hingga
2
amat cocok sebagai tanaman penghias teras rumah. Sedang kamboja memiliki
sosok yang tinggi dan besar sehingga sering dipakai sebagai tanaman pelindung,
di samping fungsi penghias. Dan di Thailand dianggap sebagai bunga selamat
datang (choa chuem).
Iklim tropis Indonesia menjadi lokasi yang cocok bagi pertumbuhan
tanaman ini. Di habitat aslinya, Adenium merupakan tanaman semak yang tumbuh
liar di daerah gurun yang panas. Tanaman ini menyimpan air di dalam akarnya
sehingga dapat bertahan hidup di daerah yang kering. ”Karena mampu
menyimpan air, dia termasuk tanaman sukulen. Sehingga, istilahnya tanaman
bandel. Adenium berasal dari daerah gurun pasir di daratan Afrika dan jazirah
Arab, seperti Senegal sampai Sudan, Kenya, Tanzania, Mozambique, Namibia
dan sekitarnya. Dari Pantai Timur Afrika sampai Afrika Selatanlah, Kalau di
Arab, tersebar di Oman, Saudi Arabia dan Yaman. Karena berasal dari gurun pasir
maka Adenium punya julukan “desert rose”, mawar padang pasir. Melihat tempat
asalnya, adenium merupakan tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh, tak
perlu banyak air dan menyukai media tanam yang poros - berliang renik. Melihat
peta dunia, trend Adenium tak seragam. Di Thailand, trend tanaman ini baru saja
melewati masa puncaknya. Sekitar tiga tahun silam, Adenium populer di negeri
gajah putih itu. Namun di Cina, Taiwan dan Amerika perkembangan Adenium
relatif sama dengan kondisi di Indonesia. Sama-sama punya grafik popularitas
yang terus merangkak naik. Dalam setiap pameran flora eksotik digelar, Adenium
selalu jadi incaran kolektor (Budiarto, 2007 ; 1).
3
PT Godongijo Nursery merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang budidaya tanaman hias khususnya tanaman hias Adenium. Saat ini sudah
lebih dari ratusan jenis tanaman hias Adenium hasil silangan yang diproduksi oleh
PT Godongijo Nursery. Setiap tahun, PT Godongijo selalu merilis tanaman hias
Adenium terbaru dan biasanya bertepatan dengan acara besar tanaman hias yaitu
Pameran Tanaman Hias Lapangan Banteng. Pemasaran yang dilakukan PT
Godongijo tidak hanya dengan mengikuti pameran-pameran tanaman hias tetapi
juga melalui website, kegiatan workshop, undian berhadiah dan melalui media
seperti majalah dan catalog Godongijo.
Agar produk yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar baik nasional
maupun internasional, perusahaan tidak hanya memperhatikan kuantitas, tetapi
juga kepada kualitas produk yang dihasilkan. Untuk menghasilkan keseluruhan
produk yang berkualitas dan pelayanan konsumen baik, maka PT Godongijo
memerlukan tenaga kerja yang yang memiliki ketekunan, ketelitian dan semangat
kerja yang tinggi sehingga seluruh kegiatan mulai dari produksi hingga pemasaran
dapat berjalan baik, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan optimal.
Keefektifan sebuah organisasi (perusahaan) sangat dipengaruhi oleh
anggotanya (manusia). Manusia adalah sumber daya yang umum bagi semua
organisasi, tidak ada oeganisasi tanpa manusia. Sumber daya manusia pada
prinsipnya merupakan sumber daya terpenting disamping sumber daya lainnya
dalam perputaran roda kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, pengelolan sumber
daya manusia diperlukan pihak menajemen secara optimal.
4
Perbaikan manajemen kearah yang lebih professional tentu juga
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam penetapan peraturan dan kebijakan
perusahaan. Perubahan kebijakan yang terjadi dalam perusahaan harus
dilaksanakan dengan cermat dan hati-hati, karena ternyata kebijakan yang
ditetapkan tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi harus juga memberikan
kontribusi yang nyata bagi kepentingan karyawan untuk bekerja lebih giat dan
lebih baik sehingga dapat mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki.
Mengacu pada kondisi diatas, maka penting bagi perusahaan unuk dapat
mengenali faktor-faktor apa yang menjadi kebutuhan karyawannya. Hal ini dapat
dijdikan acuan dalam rangka mengaktifkan motivasi para karyawan agar dapat
bekerja dengan giat untuk mencapai tujuan perusahaan maupun tujuannya sendiri.
Melalui analisis yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan PT Godong
ijo Nursery maka kendala-kendala yang timbul dapat diatasi oleh perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Mengingat besarnya hubungan antara motivasi karyawan dalam
peningkatan produktifitas kinerja karyawan maka perlu dilakukan analisis tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja. Maka dapat dirumuskan
beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi kerja karyawan PT Godongijo Nursery?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi kerja
karyawan?
5
3. Upaya apa saja yang perlu dilakukan dalam peningkatan motivasi kerja
karyawan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu:
1. Mengetahui motivasi kerja karyawan PT Godongijo Nursery.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi
kerja karyawan PT Godongijo Nursery.
3. Merekomendasikan alternatif upaya peningkatan motivasi kerja karyawan
PT Godongijo Nursery.
1.4 Manfaaf Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian yang penulis lakukan yaitu:
1. Bagi PT Godongijo Nursery, diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan motivasi kerja
karyawan demi tercapainya tujuan perusahaan.
2. Bagi penulis, memberikan informasi dan pengetahuan untuk menelaah
lebih dalam mengenai motivasi.
3. Bagi akademis, sebagai tambahan kajian tambahan pengetahuan tentang
kajian motivasi kerja sebagai suatu bagian dari manajemen sumber daya
manusia.
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi kajian sumber daya manusia yaitu
motivasi karyawan. Kajian motivasi karyawan ini ditujukan untuk karyawan PT
Godongijo Nursery mulai dari produksi hingga pemasaran, hal ini karena
penjualan tanaman hias Adenium tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas produk
tetapi juga pelayanan yang diberikan kepada konsumen PT Godongijo Nursery.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubunga kerja dengan maksud
untuk membantu mencapai tujuan perusahaan, individu, dan masyarakat (Dessler,
2006). Mangkuprawira (2002) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia
adalah penerapan pendekatan sumber daya manusia di mana secara bersama-sama
terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) tujuan untuk perusahaan dan (2)
tujuan untuk karyawan. Dua kepentingan tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan
dalam satuan kebersamaan yang utuh. Jika kepentingan yang satu tercapai
sedangkan yang lain tidak, pendekatan manajemen sumber daya manusia dinilai
gagal.
Menurut Cuming (2000), manajemen sumber daya manusia adalah bagian
dari manajemen manajemen yang membahas orang-orang dalam pekerjaannya
dan hubungan antar mereka dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada
hakikatnya manajemen sumber daya manusia adalah suatu seni untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan-kegiatan
sumber daya manusia atau karyawan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Sunyoto (2001) menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah
serangkaian tindakan dalam penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan
8
penggunaan sumber daya manusia bukan sumber daya lainnya untuk mencapai
tujuan, baik tujuan individu, maupun organisasi, manajemen sumber daya
manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan,
penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia baik yang berda dalam
hubungan kerja maupun yang berusaha sendiri.
Umar (2005) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai
suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengitegrasian, pemeliharaan, dan
pemutusan hububungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan secara terpadu. Hasibuan (2005) menjelaskan bahwa manajemen
sumber daya manusia dalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat.
Menurut Dessler (2006), manajemen sumber daya manusia merujuk
kepada kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan
aspek orang atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi
perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.
2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi manajemen sumber daya manusia dibagi menjadi dua kelompok
(Filippo seperti dikutip oleh Mas’ud, 1999), yaitu :
1. Fungsi Manajerial, terdiri dari :
a. Perencanaan (Planning)
9
Adalah menentukan dari apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Karena itu perencanaan menjadi suatu masalah
pembuatan keputusan dari sekian alternatif.
b. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian menyangkut penentuan aktivitas-aktivitas yang
diperlukan guna mencapai sasaran yang ditetapkan. Pengelompokan
aktivitas secara logis dan akhirnya menugaskan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan yang dirancang tersebut.
c. Pengarahan (Directing)
Motivasi dan bimbingan kepada bawahan mengenai tehnik-tehnik
bimbingan yang efektif dan menggunakannya supaya meningkatkan
prestasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan mendorong suatu pekerjaan yang dilakukan agar sesuai
rencana. Dorongan pada pekerjaan supaya sesuai dengan rencana
semula,berarti penentu siapa yang bertanggung jawab atas
penyimpangan dari rencana dan mengambil langkah yang perlu agar
karyawan mengubah kerja mereka.
2. Fungsi Operasional, terdiri dari :
a. Pengendalian Tenaga Kerja (Proccuremen)
10
Adalah suatu fungsi yang merupakan suatu usaha manajemen
personalia untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga kerja yang tepat
agar tercapai tujuan organisasi.
b. Pengembangan (Development)
Pengembangan dilakukan untuk meningkatkan keahlian dan
pengetahuan karyawan dalam operasional melalui pendidikan dan
pelatihan.
c. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini dirumuskan untuk dapat memberikan balas jasa yang
memadai dan layak yang disumbangkan untuk pencapaian tujuan
perusahaan.
d. Integrasi (Integration)
Integrasi adalah usaha untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan
kepentingan perusahaan dengan karyawan, kepentingan masyarakat
dan perusahaan.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Merupakan fungsi untukmempertahankan dan meningkatkan kinerja
melalui pemeliharaan komunikasi yang baik, pelayanan karyawan
untuk kesehatan, kesejahteraan, serta jaminan sosial.
11
f. Pemutusan Hubungan Kerja (Separation)
Fungsi ini dijalankan sesuai prosedur yang berlaku untuk pemutusan
hubungan kerja, sehingga tidak akan merugikan perusahaan maupun
karyawan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Dessler (1998) adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Menetapkan tujuan dan standar
b. Mengembangkan aturan dan prosedur
c. Mengembangkan rencana dan peramalan yakni dengan
memproyeksikan beberapa peristiwa di masa yang akan dating.
2. Pengorganisasian
a. Memberikan setiap bawahan suatu tugas yang khusus
b. Membangun departemen atau divisi
c. Mendelegasikan weweanang kepada bawahan
d. Menetapkan saluran wewenang dan komunikasi
e. Mengkoordinasikan kerja bawahan
12
3. Penstafan
a. Memutuskan tipe atau jenis orang yang akan dipekerjakan
b. Merekrut calon karyawan
c. Mengevaluasi kerja
d. Menyuluh karyawan
e. Melatih dan mengembangkan karyawan
4. Pemimpinan
a. Membuat orang lain menyelesaikan pekerjaan
b. Mempertahankan semangat kerja
c. Memotivasi bawahan
d.
5. Pengendalian
a. Menetapkan standar seperti kuota penjualan, standar mutu atau tingkat
produksi
b. Melakukan pengecekan untuk melihat bagaimana perbandingan antara
kinerja aktual dengan standar
c. Mengambil tindakan perbaikan sesuai kebutuhan
13
Sumber daya manusia tidak saja dipandang sebagai unsur produksi, tetapi
juga sebagai manusia yang memiliki emosi dan kepribadian aktif yang
dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menggerakkan perusahaan. Intinya
setiap proses produksi diarahkan pada bertemunya dua manfaat yaitu
untuk perusahaan dan karyawan (Mangkuprawira, 2002).
2.2 Konsep Motivasi
2.2.1 Motivasi Kerja
Kekuatan dinamik yang dapat membuat seseorang untuk berprestasi
disebut motivasi (Sunyoto, 2007). Motivasi sering diberi batasan sebagai
dorongan untuk mengurangi tekanan (stress) yang disebabkan oleh kebutuhan
yang belum terpenuhi. Jika seorang manajer dapat memenuhi seluruh kebutuhan
karyawan, maka karyawan tersebut tidak termotivasi lagi untulk bertindak.
Namun manusia masih beruntung karena tujuan hidup manusia selalu disesuaikan
dengan perubahan zaman, dan kebutuhan pun karenanya selalu berubah dan
bertambah sehingga menjadi dorongan bagi setiap orang untuk memenuhinya.
Setiap individu berusaha meningkatkan citra dirinya, dan dalam proses
meningkatkan citra dirinya individu selalu merasakan kebutuhan baru, terlabih
jika kebutuhan lama telah terpenuhi (Sunyoto,1994).
Hasibuan (2003), menyatakan bahwa kata motivasi berasal dari bahasa
latin yakni movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi dapat
diartikan sebagai proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau
14
berperilaku dengan cara-cara tertentu. Proses motivasimen cakup pengenalan dan
penilaian kebutuhan serta penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan
Sedangkan Stoner (Dessler, 2006) menyatakan bahwa motivasi sebagai
fakor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia.
Motivasi sebagai suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang
akan mewujudkan satu perilaku untuk mencapai kepuasan dirinya
Menurut Mangkunegara (2002), motivasi kerja merupakan suatu dorongan
kebutuhan dalam diri karyawan yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Motivasi kerja sebagai suatu kondisi
yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang
berhbungan dengan lingkungan kerja.
Menurut Martoyo (2001), motivasi adalah kondisi mental yang mendorong
dilakukannya suatu tindakan (action atau activity) dan memberikan kekuatan
(energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberikan kepuasan
ataupun mengurangi keseimbangan. Manulang (2002) mendefinisikan motivasi
sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer memberikan inspirasi,
semangat, dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk
menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil
sebagaimana dikehendaki orang tersebut.
15
Berdasarkan pengertian motivasi kerja diatas maka motivasi kerja dapat
berarti suatu dorongan atau factor yang menyebabkan seseorang bekerja untuk
menghasilkan suatu barang atau jasa sehingga mencapai tujuan perusahaan.
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan agar
mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan
keterampilannya untuk mewujudkan tujuan. Motivasi kerja merupakan suatu hal
yang penting karena dengan motivasi kerja diharapkan setiap individu karyawan
mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
Motivasi kerja diartikan sebagai daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi
dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan.
2.2.2 Proses Motivasi
Kebutuhan berhubungan dengan kekurangan yang dialami oleh seseorang
pada waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai pembangkit, penguat atau
penggerak perilaku. Kebutuhan dan tujuan merupakan konsep yang memberikan
dasar yang menyusun suatu pola terpadu. Langkah permulaan dalam
mengembangkan suatu pola untuk menjelaskan proses motivasi adalah
menhubungkan variable-variabel yang ada dalam suatu urutan. Seorang karyawan
berusaha memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Kebutuhan yang tidak
terpenuhi menyebabkan karyawan tersebut mencari jalan untuk menurunkan
tekanan yang timbul dari ras tidak senang. Maka karawan tersebut akan memilih
16
suatu tindakan dan terjadilah perilaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Setelah beberapa waktu, manajer akan menilai prestasi kerja mereka. Evaluasi
penampilan akan menciptakan beberapa jenis ganjaran dan hukuman. Hasil ini
akan dipertimbangkan oleh karyawan tersebut, dan kebutuhan yang tidak
terpenuhi akan di nilai kembali yang selanjutnya hal ini akan menggerakkan
proses motivasi kembali. Proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan,
tujuan atau hasil yang dicari oleh karyawan dipandang sebagai kekuatan yang
menarik orang. Tercapainya tujuan yang di inginkan sekaligus akan mengurangi
kebutuhan yang belum optimal. Secara sederhana proses motivasi digambarkan
pada gambar berikut ini.
I. Kebutuhan yang tidak
II. Mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan
V. Imbalan atau
H k
VI. Kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali oleh
karyawan
III. Perilaku yang berorientasi pada tujuan
17
( l i d i t j
IV..Evaluasi hasil karya
(Hasibuan, 2003) Gambar 1. Proses Motivasi : Pola Awal
2.2.3 Tingkat Motivasi
Ada tiga jenis tingkatan motivasi seseorang, yaitu:
1. Motivasi yang didasarkan pada ketakutan (fear Mitivation)
Seseorang melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang
buruk akan terjadi, misalnya oran patuh pada bos karena takut dipecat,
orang membeli polis asuransi karena takut jika terjadi apa-apa dengannya,
dan anak-istrinya akan menderita.
2. Motivasi karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation)
Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada
tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin
mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.
3. Inovasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation)
Yaitu motivasi yang didasarkan oleh misi dan tujuan hidupnya. Seseorang
yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values)
yang diyakininya. Nilai-nilai itu bias berupa rasa kasih pada sesama atau
ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki
motivasi ini biasanya memiliki misi yang jauh kedepan. Baginya bekerja
18
bukan hanya sekedar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri,
kebanggaan dan prestasi) tetapi belajar dan proses yang harus dilaluinya
untuk mencapai misi hidupnya1.
2.2.4 Motif Berprestasi
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena
bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam
skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya.
Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat
orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini
terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termolivasi,
sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan
yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya
akan dipantau Oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan
terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Arep Ishak &
Tanjung Hendri, 2003:16-17).
Bekerja Sesuai Standart
1 Sinar Harapan, 2002. Motivasi. (http://www.sinarharapan.co.id)
Senang Bekerja
Karyawan yang Bermotivasi
Merasa Berharga
19
Bekerja Keras
Semangat Juang yang
*) Sumber : Arep Ishak & Tanjung Hendri (2003:17)
Gambar 2. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi
2.3 Teori Motivasi
2.3.1 Teori Kepuasan
Teori kepuasan merupakan teori yang memusatkan perhatian pada faktor-
faktor dalam diri yang menguatkan (energizer), mengarahkan (direct),
mendukung (substansi) dan menghentikan prilakuu. Pada pengagas teori ini
berusaha menetukan kebutuhan khusus yang memotivasi orang. Tiga teori penting
tentang kepuasan yakni:
a. Teori Hierarki Maslow
Maslow berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial yang
berkeinginan, yang selalu menginginkan lebih banyak dan terus menerus dan baru
berhenti hingga akhir hidupnya. Kebutuhan yang telah dipuaskan tidak akan
menjadi alat motivasi bagi seseorang, akan tetapi kebutuhan yang belum
terpenuhilah yang akan menjadi alat motivasi bagi seorang individu. Kebutuhan
ini tersusun dalam suatu hirarki (tingkatan), mulai dari tingkat kebutuhan yang
20
paling rendah hingga tingkat kebutuhan tertinggi dimana seseorang berusaha
untuk memenuhi kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu sebelum kebutuhan
yang lebih tinggi. Tingkatan kebutuhan tersebut meliputi (Gibson, et. Al., 1987) :
1. Physiology Needs - Kebutuhan fisiologis, yaitu meliputi sandang, pangan
dan tempat tinggal.
2. Safety Needs – Kebutuhan akan keamanan, meliputi baik kebutuhan akan
keamanan jiwa maupun kebutuhan akan keamanan harta.
3. Social Needs – kebutuhan sosial, meliputi kebutuhan akan perasaan untuk
diterima oleh orang lain; kebutuhan akan dihormati; kebutuhan akan
perasaan maju atau berprestasi dan kebutuhan akan perasaan untuk
diterima oleh orang lain; kebutuhan akan dihormati; kebutuhan akan
perasaan maju atau berprestassi dan kebutuhan akan perasaan ikut serta.
4. Esteem Needs- kebutuhan akan penghargaan berupa kebutuhan akan harga
diri baik dari orang lain terhadap kita.
5. Self Actualization Needs- kebutuhan akan kepuasan diri yaitu kebutuhan
untuk mewujudkan diri; merupakan kebutuhan mengenai nilai dan
kepuasan yang didapat dari pekerjaan.
Moslow berpendapat bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang itu
berjenjang. Artinya jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan
tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan
tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya
sampai kebutuhan tingkat kelima.
21
Pemuasan Kebutuhan-kebutuhan Pemuasan Kebutuhan-kebutuhan Gambar 3. Konsep Hieraki Kebutuhan Maslow (Hasibuan, 2003) Gambar 3. Konsep Hieraki Kebutuhan Maslow (Hasibuan, 2003)
4. Esteem or status
3. Affiliation or acceptance
5. Self actualization
1. Physiological
2. Safety and security
b. Teori Dua Faktor dari Herzberg (Herzberg ‘s Two Factor Theory) b. Teori Dua Faktor dari Herzberg (Herzberg ‘s Two Factor Theory)
Menurut Herzberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan,
seperti dibawah ini :
Menurut Herzberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan,
seperti dibawah ini :
Pertama: kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau
maintince factor. Faktor pemelihara berhubungan erat dengan hakekat manusia
yang ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah. Faktor ini biasa
disebut dengan faktor higienis.
Pertama: kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau
maintince factor. Faktor pemelihara berhubungan erat dengan hakekat manusia
yang ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah. Faktor ini biasa
disebut dengan faktor higienis.
Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus
menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
Sedangkan faktor pemeliharan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, kepastian
pekerjaan, supervisi yang menyenangkan dan macam-macam. Hilangnya faktor
pemeliharaan akan menyebabkan ketidakpuasan dan tingkat absensi serta turn
over karyawan akan meningkat.
Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus
menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
Sedangkan faktor pemeliharan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, kepastian
pekerjaan, supervisi yang menyenangkan dan macam-macam. Hilangnya faktor
pemeliharaan akan menyebabkan ketidakpuasan dan tingkat absensi serta turn
over karyawan akan meningkat.
22
Kedua: faktor pemeliharaan menyangkut kebutuhan psikologis
seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan
pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakan
tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan kerja yang baik. Faktor-
faktor tersebut meliputi keberhasilan pelaksanaan, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab serta pengembangan karyawan. Fakor ini dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi karyawan dan implementasi faktor
tersebut dapat berupa pemerkayaan pekerjaan atau job enrichment. Faktor ini
biasa disebut sebagai motivation factors.
Herzberg berpendapat, cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah
dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan
dalam pekerjaan mereka. Penerapanya dengan pengayaan pekerjaan, yaitu suatu
teknik untuk memotivasi karyawan yang melibatkan upaya pembentukan
kelompok kerja natural, pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan kerja
dengan klien, pembebanan vertikal dan pembukaan saluran balikan.
Perbedaan Maslow’s Needs Hierarcy Theory dengan Herzberg’s Two
Factor Theory adalah sebagai berikut:
1. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia itu
terdiri dari lima tingkat, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan aman, kebutuhan
rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualasi diri.
Sedangkan Herzbreg mengelompokkan atas dua kelompok, yakni faktor
motivasi dan faktor pemeliharaan.
23
2. Menurut Maslow semua tingkat kebutuhan itu merupakan alat
motivator, sedangkan menurut Herzbreg merupakan alat pemeliharaan
bukan merupakan alat motivasi. Yang merupakan alat motivator adalah
yang berkaitan langsung dengan pekerjaan itu sendiri.
3. Teori Maslow dikembangkan hanya dengan pengamatan saja dan
belum pernah diuji, sedangkan teori Herzberg diidasarkan atas hasil
penelitian.
Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan mendapatkan alat dan
cara yang terbaik dalam motivasi semangat kerja karyawan, agar mereka amu
bekerja giat untuk mencapai prestasi kerja yang optimal.
c. Teori Kebutuhan yang Dipelajari dari McClelland
McClelland mengemukakan teori motivasi yang berhubungan erat dengan
konsep belajar. Ia berpendapat bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari
kebudayaan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diklasifikasi kedalam tiga bagian,
yakni (1) kebutuhan akan prestasi, merupakan kebutuhan untuk melakukan
pekerjaan lebih baik dari pada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi
yang lebih tinggi, (2) kebutuhan akan afilisasi, merupakan kebutuhan untuk
berinteraksii dengan orang lain, berada bersama orang lain, berada bersama orang
lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, (3) kebutuhan akan
kekuasaan, merupakan kebutuhan seseorang utnuk mencapai kekusasaan agar
memiliki pengaruh terhadap orang lain.
24
Tiap-tiap teori kepuasan berusaha menjelaskan prilaku dari pandangan
yang sedikit berbeda. Tidak ada satupun dari teori itu diterima sebagai dasar
tunggal untuk menjelaskan prilaku. Masing-masing teori ini memberikan kepada
manager sesuatu pengertian tentang prilaku dan penampilan kerja.
Tabel 2. Ringkasan dari Tiga Teori Kepuasan. Maslow Herzberg McClelland
Aktualisasi diri Kebutuhan akan prestasi Penghargaan Rasa emiliki, social dan cinta
Kebutuhan akan kekuasaan
Keselamtan dan keamanan
Motivator (Faktor Intrinsik)
Fisiologis Faktor Higienis (Faktor Ekstrinsik)
Kebutuhan akan afiliasi
Sumber: Gibson, et, al., (1987)
Dari tabel diatas terlihat perbandingan antara teori kebutuhan Maslow,
teori dua faktor Herzebrg, dan teori McClelland. McClelland tidak
mengemukakan kebutuhan tingkat rendah. Terlihat bahwa teori McClelland dan
Herzberg dapat dikatakan merupakan pengembangan dari teori Maslow.
2.3.2 Teori Motivasi Proses
Teori proses merupakan teori yang menguraikan dan menganalisis bagaimana
prilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan. Adapun teori yang
masuk kedalam teori proses ini adalah:
a. Teori Harapan.
Victor Vroom dalam Suswanto (2001) menyatakan bahwa teori harapan
adalah kuatnya kecendrungan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu
bergantung pada kekuatan suatu pengaharapan bahwa tindakan itu akan
diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut
25
bagi seseorang individu. Seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan
tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantarkan
kesuatu penilaian kinerja yang baik. Kinerja karyawan adalah sebagai fungsi
dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Motivasi adalah fungsi
perkalian anatara valensi perolehan pertama dan harapan.
b. Teori Keadilan.
Teori keadilan menjelaskan bahwa karyawan membandingkan usaha mereka
dan imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain
dalam situasi kerja yang serupa. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa
individu itu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam
pekerjaan. Seorang karyawan bekerja untuk mendapatkan imbalan.
c. Teori Pengukuhan
Teori pengukuhan menyandarkan diri pada penerapan prinsip operant
conditioning untuk memotivasi orang. Prinsip-prinsip operant conditioning
menguraikan hubungan antara prilaku dan berbagaimacam kejadian dalam
lingkungan. Ciri utama dari teori ini menekankan penggunaan dari
pengukuhan positif dan jadwal pengukuhan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Menurut Nurjanh (2002), motivasi kerja karyawan PT. Sariwangi A.E.A
dipengharuhi oleh faktor internl dan eksternal, dimana factor internal terdiri dari :
umur, lama bekerja, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin
karyawan. Sedangkan faktor eksternal terdidi dari : hubungan antara bawahan dan
26
atasan, hubungan anatar sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan,
kondisi kerja, pemberian kompensasi dan penilaian prestasi kerja. Menurut
penelitian ini, pada umumnya karyawan PT. Sariwangi A.E.A selalu termotivasi
dalam bernagai hal guna mencapai tujuan perusahaan. Pada umumnya perusahaan
juga merasa puas dengan hubungan yang terjalin antara atasan dengan bawahan,
hubungan antar sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi
kerja dan penilaian prestasi kerja. Sedangkan untuk kompensasi dan tunjangan,
para karyawan pada umumnya cenderung kurang puas karena akibat adanya
penundaan kenaikan upah, tidak adanya tunjangan makan dan transportasi, serta
pembedaan jenis tunjangan antara karyawan tetap dan karyawan kontrak. Faktor-
faktor eksternal karyawan yang memiliki hubungan nyata dengan tingkat motivasi
kerja karyawan adalah hubungan antara atasan dan bawahan, peraturan dan
kebijakan perusahaan , kondisi kerja, pemberian kompensasi dan penilaian kerja.
Sedangkan hubungan antara sesama karyawan tidak memiliki pengaruh nyata
pada motivasi kerja karyawan, sedangkan faktor-faktor internal karyawan
seluruhnya tidak memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi kerja karyawan.
Desi Novita (2003), menyampaikan secara umum para karyawan tetap PT.
HBP senantiasa termotivasi dalam melakukan berbagai aktivitas perusahaan guna
pencapaian tujuan perusahaan. Akan tetapi, kondisi motivasi kerja karyawan saat
ini masih berada pada kondisi yang belum optimal. Hal ini menunjukkan bahwa
motivasi kerja karyawan harus ditingkatkan agar dapat mencapai kondisi optimal
yaitu kondisi sangat termotivasi kerja karyawan yakni pekerjaan itu sendiri,
tanggung jawab yang diberikan, prestasi, pengembangan karyawan, serta
27
pengakuan dan penghargaan, ternyata seluruh faktor tersebut memiliki hubungan
yang nyata terhadap motivasi kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi tingkat kepuasan karyawan terhadap lima faktor mativator tersebut, maka
akan semakin mendorong karyawan untuk lebih termotivasi. Adapun pengaruh
faktor-faktor motivator tersebut dari yang paling mamiliki pengaruh paling besar
adalah pengembangan karyawan, pekerjaan itu sendiri, tangung jawab yang
diberikan, prestasi, serta pengakuan dan penghargaan. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan ahar kinerja karyawan
meningkat untuk mencapai hasil yang optimal yang diinginkan dapat dilakukan
dengan meninjau kembali kompensasi yang selama ini diberikan kepada karyawan
yang masih dirasakan kurang, lebih menjamin ketersediaan perlengkapan dan
fasilitas keselamatan kerja, pengoptimalam faktor peraturan dan kebijakan
perusahaan melalui pelaksanaan yang konsisten dan disiplin, serta mempererat
hubungan atasan dan bawahan seperti dengan mengadakan pertemuan rutin
dengan karyawan untuk saling terbuka terhadap kebutuhan , masalah, maupun
harapan yang diinginkan oleh karyawan dan perusahaan.
2.5 Kerangka Pemikiran Operasional
Sumber daya manusia dalam suatu perusahaan memegang peranan yang
sangat penting dalam melaksanakan aktifitas perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Perusahaan harus dapat menciptakan usaha-usaha agar sumberdaya
manusia yang dimilikinya dapat memberikan kontribusi yang baik bagi
28
perusahaannya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya agar
produktifitasnya maningkat adalah dengan meningkatkan motivasi kerja
karyawan.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
karyawan dilakukan dengan alat analisis statistik dengan uji korelasi Rank
Spearman. Faktor-faktor yang diduga dapat berhubungan dengan motivasi kerja
karyawan meliputi (1) hubungan atasan dengan bawahan baik di luar maupun di
dalam kerja, (2) hubungan kerja sesama rekan kerja yang diukur melalui
kedekatan hubungan sesama rekan kerja baik di luar maupundi dalam kerja, (3)
kompensasi berupa gaji dan tunjangan-tunjangan yang diberikan perusahaan, (4)
kondisi kerja yang diukur melalui kenyamanan dan ketenangan tempat kerja,
perlengkapan kerja, serta keamanan kerja, (5) peraturan dan kebijakan perusahaan
diukur melalui bagaimana peraturan dan kebijakan perusahaan diterapkan, (6)
pengakuan dan penghargaan yang diukur melalui bentuk pengakuan dan
penghargaan terhadap hasil kerja karyawan, (7) tanggung jawab yang diukur
melalui bagaimana pekerjaan itu dilakukan oleh karyawan, (8) pengembangan
merupakan kesempatan untuk mengembangkan karier, (9) pekerjaan itu sendiri
merupakan pekerjaan yang menjadi tugas yang harus dikerjakan oleh karyawan
dan (10) prestasi yang diukur melalui keinginan karyawan untuk bekerja yang
lebih baik dari hari sebelumnya. Dari hasil olahan statistik, dapat
direkomendasikan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan dan
29
upaya perbaikan untuk fator higienis secara kualitatif. Secara skematis, kerangka
pemikiran operasional dapat dilihat pada gambar 3.
PT. Godongijo Nursery
Sumber Daya Manusia yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi
30
Faktor Internal
1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Tingkat Pendidikan 4. Masa Kerja 5. Jumlah Tanggungan
Dalam Keluarga
Faktor Eksternal
1. Hubungan Atasan dan Bawahan
2. Hubungan Sesama Rekan Kerja
3. Peraturan dan
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan : - - - - - - Garis Keterangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Peneltian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang lebih luas dan lengkap dari objek yang diteliti. Lokasi penelitian
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja
Karyawan
Peningkatan Motivasi Kerja Karyawan PT. Godongijo Nursery
Rank Spearman Chi-Square Motif Berprestasi
31
dipilih secara sengaja (purposive) yaitu pada PT. Godongijo Nursery, di
Sawangan, Depok. Pertimbangan pemilihan lokasi karena beberapa alasan,
pertama karena ketersediaan data yang dibutuhkan dalam penelitian mecukupi
untuk dilakukannya penelitian, kedua, PT Godongijo Nursery merupakan salah
satu perusahaan agribisnis hortikultura yang menjadi leader dalam budidaya
tanaman hias Adenium di Indonesia. Ketiga, karena luasnya skala usaha maka
tenaga kerja yang digunakan oleh PT. Godongijo Nursery cukup banyak dan
butuh manajemen yang baik.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan mupun
melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Wawancara dilakukan
dengan paduan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang
relevan yang terdapat di perusahaan dan tempat-tempat lainnya seperti pusat data
Depatermen Pertanian, Badan Pusat Statistik, perpustakaan, internet dan referensi
terkait.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian menggunkan metode sensus atau
complete enumeration, yakni teknik pengambilan sampel penelitian dimana dalam
setiap unit dalam populasi di hitung (Nazir, 2003). Hal ini berarti bahwa sampel
yang diambil sebagai responden merupakan seluruh karyawan PT. Godongijo
32
Nursery. Adapun beberapa alasan, pertama untuk memperoleh data-data yang
akurat dan kedua jumlah karyawan yang kurang dari 100 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yang relevan untuk
menunjang dan memperkuat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak manajer, staf administrasi dan seluruh
karyawan agar dapat diperoleh data penunjang untuk dianalisis lebih
lanjut.
2. Kuisioner
Penulis juga menyebarkan kuisioner kepada seluruh karyawan (responden)
guna memperoleh data yang diperlukan dala penelitian ini.
3. Studi Kepustakaan
Dieroleh dan dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari
danmengutip pendapat dari berbagai sumber buku, skripsi, laporan atau
dokumen perusahaan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
4. Observasi Lapang
Mengamati keadaan yang sesungguhnya di lapang tentang pekerjaan
karyawan dan kondisi fisik perusahaan.
3.5 Metode Pengolahan Data
33
3.5.1 Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan dalam manilai setiap jawaban
responden adalah dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert merupakan cara
pengukuran dengan menghadapkan seorang responden dengan debuah pertanyaan
yang kemudian diminta untuk member jawaban dengan memilih satu dari lima
pilihan jawaban yang telah disediakan dengan bobot tertentu pada masing-masing
jawab pertanyaan. Penulis menggunakan skala lima dalam penelitian karena
menilai bahwa responden sudah cukup bias membedakan masing-masing
alternatife jawaban. Dalam penelitian ini, variable-variabel yang mempengaruhi
motivasi kerja diukur dalam beberapa indicator pengukuran, dimana setiap
indicator (pertanyaan) diberikan bobot (skor) tertentu. Jwaban-jawaban yang telah
diberikan bobot, kemudian dujumlahkan untuk setiap responden guna dijadikan
skor penilaian terhadap variabel-variabel yang akan diteliti
Penarikan kesimpulan pada setiap variabel ditentukan dengan rata-rata
dari setiap indicator. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dari penjumlahan hasil kali
total responden pada masing-masing skr dengan skornya. Kemudian dibagi
dengan julah responden keseluruhan. Rumus yang digunkan untuk mencari rataan
skor tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana :
X = Rata-rata = Responden yang memilih skor tertentu
= Bobot Skor = Jumlah Total Responden
34
Interpretasi selanjutnya diperoleh dengan mancari nilai skor rata-rata.
Nilai skor rata-rata dapat diperoleh dengan rumus :
Dalam penelitian ini digunakan skala Likert dari 1 sampai dengan 5, sehingga
nilai rata-rata yang diperoleh menjadi :
Berdasarkan nilai skor rata-rata tersebut, maka posisi kesimpulan memiliki
rentang skala seperti pada table 1 berikut :
Tabel 3. Rentang Skala Pengambilan Kesimpulan Kriteria Jawaban Skor/ Bobot
Nilai Rentang Skala
Sangat Tidak Setuju 1 1.00 – 1.80 Tidak Setuju 2 1.81 – 2.60 Cukup Setuju 3 2.61 – 3.40 Setuju 4 3.41 – 4.20 Sangat Setuju 5 4.21 – 5.00
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Uji validitas diperlikan untuk mendapatkan pertanyaan yang valid dari
sejumlah pertanyaan yang sudah dilemparkan lebih dahulu kepada para
35
responden. Jumlah pertanyaan yang valid (setelah yang gugur dibuang) kemudian
di uji lagi dengan metode uji reliabilitas. Teknik analisa untuk menguji validitas
empirik menggunakan rumus pearson product moment correlation, yaitu:
Keterangan : N = jumlah responden
X = skor masing-masing pertanyaan tiap responden
Y = skor total masing-masing pertanyaan tiap responden
Uji Reliabilitas
Keterandalan ditentukan dengan menggunakan rumus alpha cronchbach,
yaitu:
Dimana σ = koefisien alpha cronchbach
k = butir pertanyaan yang valid
∑ = jumlah varians butir pertanyaan yang valid
= varians skor total
3.5.3 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang berkaitan dengan pengumpulan
dan penyajian suaru gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.
36
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, masa kerja dan jumlah tanggungan dalam
keluarga dengan cara mentabulasikan hasil kuisioner secara manual.
3.5.4 Uji Korelasi Rank Spearman
Korelasi rank spearman digunakan untuk mengukur tingkat keeratan
hubungan antara variable yang lain. Uji ini digunakan untuk melihat seberapa erat
hubungan faktor internal dan faktor eksternal terhadap motivasi kerja karyawan.
Langkah-langkah penggunaan koefisien korelasi rank spearman adalah:
1. Nilai pengamatan dari variabel-variabel (variabel bebas dan variabel
tidak bebas) diberi ranking 1 hingga N
2. Dari setiap jenjang (rank) dihitung perbedaannya dengan
mengurangkan variabel bebas, perbedaan-perbedaan tersebut
dikuadratkan kemudian dijumlahkan.
3. Jika proporsi angka tridak sama dalam pengamantan, rumus yang
digunakan adalah (Siegel, 2000) :
Apabila dalam penelitian terdapat angka yang sama, maka rumus yang
digunakan adalah:
37
Dengan :
Faktor korelaasi yang berangka sama :
Keterangan :
rs : koefisien korelasi x : variabel bebas y : variabel tidak bebas N : jumlah sampel d : selisih antara rank x dan rank y Tx : faktor korelasi x Ty : faktor korelasi y T : banyak pengamatan yang berangka sama pada suatu rangking tertentu
Statistic uji yang digunakan adalah uji t, karena jumlah sampel yang lebih
dari 10 maka rumus yng digunakan adalah :
Wilayah kritis, thitung yang diperoleh dibandingkan dengan ttabel jika :
Thitung > ttabel Tolak H0
Thitung < ttabel Terima H0
38
Hipotesa :
H0 : Tidak ada hubungan yang nyata antara variabel bebas dengan variable
tidak bebas.
H1 : Ada hubungan yang nyata antar variabel bebas dengan variabel tidak
bebas.
Nilai rs pada korelasai rank spearman berada pada selang -1 sampai 1.
Semakin mendekati -1 atau 1 maka korelasi antara kedua variabel (X dan Y)
semakin erat. Nilai rs sama denga nol maka antara variabel X dan Y tidak ada
korelasi. Tanda (-) dan (+) menyatakan arah hubungan.
Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi dgunakan batasan Champion
dikutip dari singarimbun, Masri dan Effendi (2002) dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. 0.00 – 0.25 atau -0.25 – 0.00 : no association, kondisi ini menunjukkan
tidak hanya hubungan antara variabel X dan variabel Y.
2. 0.26 – 0.50 atau -0.50 – (-0.26) : moderately low association, kondisi ini
menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel X dan variabel
Y.
3. 0.51 – 0.75 atau -0.75 – (-0.51) : moderately high associatin, yaitu kondisi
yang menunjukkan adanya hubungan agak kuat antara variabel X dan
variabel Y.
39
4. 0.76 – 1.00 atau -1.00 – (-0.76) : high association, yaitu kondisi dimana
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel
Y.
3.5.5 Uji Chi-square
Korelasi Chi-square digunakan untuk mengukur tingkat keeratan
hubungan antar dua variable karakteristik responden dengan tingkat motivasi
kerja. Rumus yang biasa digunakan adalah:
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5%, alasannya karena
angka tersebut di nilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua variabel
dan merupakan tingkat signifikansi yang sudah sering digunakan dalam penelitian
ilmu sosial.
40
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Profil Perusahaan
PT Godongijo Asri, atau biasa disebut sebagai Godongijo Nursery, adalah
perusahan berbentuk PT (Perseroan Terbatas), yang bergerak dalam bidang usaha
Tanaman Hias, baik produksi, distribusi maupun pemasaran. Nama Godongijo
diambil dari Bahasa Jawa yang berarti Daun Hijau. Godongijo, saat ini
memfokuskan kegiatan bisnisnya pada tanaman Adenium. Hal ini tentu memiliki
beberapa alasan khusus, adalah karena Adenium memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai tanaman hias yang dapat dikembangkan menjadi skala usaha, yaitu mudah
dirawat, mudah ditransportasikan jarak jauh, bunganya beraneka ragam dan selalu
ada jenis baru setiap periode, dan diminati oleh pria maupun wanita karena
Adenium identik dengan bonsai yang berbunga (pria biasanya penyuka bonsai, dan
wanita penyuka bunga). Adenium juga tanaman yang dapat mengikuti trend,
karena tajuknya dengan mudah dapat ditukar atau diganti jenisnya dengan jenis
baru dengan cara di grafting, sedangkan akar dan batang bawahnya makin lama
makin unik.
Adenium adalah tanaman yang berasal dari daerah kering dari
semenanjung barat. Namun demikian, saat ini Adenium sudah merambah hampir
ke semua negara, terutama Asia. Satu dekade belakangan ini bahkan Adenium
sudah dimuliakan (hibridisasi) oleh beberapa negara, terutama oleh para
penangkar, sehingga bentuk dan warna bunganya tidak lagi seperti species
aslinya, tetapi beraneka ragam. Godongijo sampai saat ini telah
41
mengkomersialkan lebih dari 200 jenis varietas yang berbeda, dan akan selalu
mengeluarkan jenis-jenis baru setiap 6 bulan sekali yang dituangkan dalam sebuah
serial yang berisi 50 varietas Adenium. Keunikan dan keanekaragaman warna
bunga Adenium, merupakan salah satu faktor mengapa Godong Ijo
membudidayakannya. Varietas yang beraneka ragam dan selalu menampilkan
jenis-ienis baru, menjadi kunci keberhasilan Godongijo untuk terdepan dalam
produksi dan pemasaran Adenium di Indonesia.
Adenium secara alamiah akan tumbuh seperti bonsai dengan bonggol yang
membesar dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bentuk bonggol Adenium unik,
tanaman satu dengan lainnya memiliki ciri khas sendiri-sendiri, dan sulit sekali
dijumpai Adenium berumur lebih dari 4 tahun dengan bentuk bonggol yang sama
satu dengan lainnya. Keunikan lain adalah bonsai yang berbunga. Jika bonsai
biasanya disukai oleh kalangan pria, sedangkan bunga disukai oleh wanita, maka
Adenium dapat memadukan keduanya. Bahkan adenium bisa menjadi tanaman
yang tidak membosankan, karena apabila pemilik sudah bosan dengan warna
bunganya, dapat diganti (di grafting) dengan batang atas varietas terbaru. Dalam
waktu 2-3 bulan berikutnya, sudah dapat dinikmati warna bunga baru pada
bonggol bonsai yang sama. Tidak banyak jenis tanaman dengan keanekaragaman
bunga seperti Adenium. Kelompok lain yang juga memiliki aneka macam bunga
yang beragam, terbatas pada Anggrek maupun Mawar.
Selain keunikan-keunikan diatas, Adenium adalah jenis tanaman yang
relatif mudah dibudidayakan. para peminat tanaman hias walaupun tingkat
42
pemula, dapat menikmati keindahan bunganya, dengan pengalaman perawatan
yang masih terbatas.
Chandra Gunawan Hendarto, pemilik Godongijo Nursery, mulai merintis
usaha Adenium pada tahun 1999. Hobby mengkoleksi tanaman, yang tadinya
hanya sebatas untuk dinikmati sendiri, lama kelamaan menjadi bisnis yang cukup
menjanjikan. Pada tahun tersebut juga beliau mulai serius dengan mendirikan
sebuah show room tanaman hias (Nursery) seluas 1000 m2 dan dengan
mengimpor beberapa jenis tanaman hias dari negara Taiwan dan Thailand.
Selanjutnya pada tahun 2003, bisnisnya tersebut wujudkan dalam bentuk
perusahaan dengan nama PT Godongijo Asri Nursery
Godongijo yang tumbuh dari bisnis kecil-kecilan ini, dimulai dari hanya
beberapa orang karyawan, dengan jumlah tanaman yang relatif sangat sedikit.
Seiring perkembangan, pada tahun 2007 jumlah karyawan sudah mencapai 65
orang, 8 orang diantaranya adalah Sarjana dari beberapa disiplin ilmu (Pertanian,
Akunting, dan Ekonomi). Diatas lahan seluas 2,5 hektar di Daerah Serua,
Cinangka, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, PT Godongijo Asri
membangun green house beserta seluruh perlengkapan budidaya tanaman, dengan
kapasitas produksi 80.000 tanaman setiap periode. Selain itu dibangun pula areal
perkantoran, beserta fasilitasnya, serta areal parkir dan taman. Untuk melayani
konsumen, maka PT Godongijo Asri juga membangun show room tanaman,
tempat konsumen bertransaksi jual beli tanaman, dengan fasilitas berupa tempat
salon tanaman, kids room atau tempat mainan anak-anak yang dilengkapi fasilitas
buku bacaan anak dan playstation, tempat penjualan sarana produksi pertanian,
43
klinik tanaman hias, perpustakaan, toko buku pertanian, tempat parkir yang luas
dilengkapi dengan net pelindung sinar matahari, serta areal cafe dan restoran
thailand sebagai tempat istirahat dan tempat makan dan minum untuk
konsumen. Selain itu, show room Godongijo di Cinangka Sawangan, juga telah
dilengkapi dengan show room untuk penjualan tanaman hias in door dan out door
serta tanaman esklusive.
Dalam Pemasaran, PT Godongijo Asri selain memiliki show room sendiri
di Cinangka Sawangan, PT Godongijo Asri juga memiliki cabang yang dikelola
sendiri di Daerah Perumahan Alam Sutra, Tangerang. Sedangkan untuk
menjangkau pemasaran di luar kota, PT Godongijo Asri bermitra dengan beberapa
pihak untuk membuka agen, yang sekarang berjumlah 15 buah terebar di
Jabotabek dan beberapa ibu kota propinsi di Indonesia, diantaranya adalah
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Batam dan Manado. Sedangkan di
Jakarta juga ada agen di 6 tempat, yaitu Senayan, Rawabelong, Kelapa Gading,
serta Toko Trubus Bintaro dan Toko Trubus Cimanggis. PT Godongijo Asri juga
melayani pembelian jarak jauh atau teleshoping, dengan bantuan internet, SMS
phone serta faximili.
Tahun 2002 PT Goddongijo Nursery merilis beberapa varietas terbaru
sebanyak 100 jenis tanaman hias Adenium, hingga tahun-tahun berikutnya PT
Godongijo Nursery mengeluarkan varietas terbaru setiap 6 bulan sekali sebanyak
50 jenis tanaman. Selain itu PT Godongijo Nursery juga kerap turut serta dalam
setiap acara kegiatan pameran tanaman hias yang diadakan di Jakarta dan daerah
44
sekitarnya dengan menampilkan tanaman hias varietas terbaru yang dirilis oleh PT
Godongijo Nusery.
Berkat kepiawaian dalam melakukan kegiatan bisnis tanaman hias serta
mendapatkan kepercayaan yang besar dari para konsumen atas jaminan mutu tiap
produk yang dikeluarkan, maka pada tahun 2005 PT Godongijo Nursery
mendapatkan penghargaan dari majalah SWA dan UKM Indonesia kategori “The
Best Start Up and Med Size Enterprise”.
4.2 Visi dan Misi
Visi dari PT Godongijo Nusery adalah
“Menjadi leader pada tanaman hias khususnya tanaman hias Jenis Adenium
dengan merilis beberapa verietas terbaru”.
Adapun Misi dari PT Godongijo Nusery yaitu:
1. Sebagai pioneer bisnis tanaman hias (Khususnya Adenium) di Indonesia.
2. Trend setter di PT Godongijo Nusery ada kepercayaan dari konsumen.
3. Bisnis tanaman hias (khususnya Adenium) memiliki entry barter yang
kecil.
4. Brand image.
4.3 Manajemen dan Struktur Oganisasi
Manajemen merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengendalikan atau mengatur sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
yang di inginkan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan jalannya suatu usaha atau kegiatan. Dalam suatu kegiatan usaha atau
45
organisasi selalu terdapat suatu susunan organisasi yang merupakan salah satu
dari bagian manajemen yaitu pengorganisasian, pengorganisasian disini bertujuan
sebagai pembagian atas tugas dan tanggung jawab pada masing-masing divisi
yang bertujuan agar proses pelaksanaan suatu kegiatan atau usaha dapat berjalan
secara optimal dan mempermudah dalam melakukan pengawasan terhadap
jalannya suatu usaha atau kegiatan. Sehingga dalam struktur oraganisasi
manajemen ini saling bertautan dan berhubungan dalam menjalankan tugasnya
demi tercapainya tujuan. PT Godongijo dipimpin dan diawasi langsung oleh Bp.
Chandra Gunawan Hendarto selaku Direktur Utama dengan membawahi beberapa
orang Manajer Produksi dan Pemasaran, Manajer Keuangan, dan Supervisor serta
beberapa karyawan baik dalam bagian produksi, pemasaran dan café godongijo.
(Bagan Struktur Organisasi Terlampir)
3.3 Lokasi and Tata Letak
PT Godong Ijo Nusery terletak dijalan Raya Cinangka Km 10 No 60 Rt 02
Rw 04, Desa Serua, Sawangan Depok, Profinsi Jawa Barat. Lokasi PT Godong Ijo
Nusery dengan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 27°C sampai 32°C,
sedangkan pada malam hari berkisar antar 20°C sampai 22°C. PT Godongijo
Nusery terletak pada luasan lahan seluas 2,5 H.
46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor Intrinsik (Karakteristik Responden)
Jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 30 orang. Data
karakteristik responden yang diperoleh dari kuesioner meliputi jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan jumlah tanggungan keluarga.
5.1.1 Jenis Kelamin
Karakteristik responden menurut jenis kelamin berdasarkan pada tabel 4
menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 30 orang terdapat 56,6 %
responden karyawan berjenis kelamin laki-laki dan 43,4 % reponden karyawan
berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan karyawan perempuan.
Besarnya proporsi jumlah karyawan laki-laki ini karena sebagian besar pekerjaan
yang dilakukan adalah pekerjaan lapang yang membutuhkan stamina dan bersifat
pekerjaan berat seperti menyiram tanaman, memindahkan pot tanaman,
penyemprotan pestisida dan lain-lain. Sedangkan karyawan wanita mengerjakan
pekerjaanyang tergolong ringan seperti administrasi, SPG, dan pelayan café.
Tabel 4. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 17 56,6 % Perempuan 13 43,4 % Jumlah 30 100 % Sumber: Pengolahan Data 2010
47
Tabel 5. Hasil uji korelasi Chi-square antara Jenis Kelamin dengan Motivasi Kerja karyawan
Chi-square Hitung df Probabilitas Chi-square
Tabel Pearson Chi-square 4.156 2 0.125 5.991
Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan table 5 hasil dari pengolahan chi-square hitung sebesar 4.156
lebih kecil dari chi-square table sebesar 5.991. Dari hasil signifikansi 2 arah
sebesar 0.125lebih besar dari pada taraf nyata (α = 0.05), maka dapat diambil
kesimpulan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan nyata terhadap motivasi kerja
karyawan. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
motivasi kerja karyawan yang berjenis kelamin laki-laki dengan karyawan yang
berjenis kelamin perempuan pada PT. Godongijo Nursery.
5.1.2 Usia
Berdasarkan usia karyawan maka responden dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok. Pengelompokan ini mengacu pada range
usia dari responden yakni antara 24 tahun sampai 48 tahun. Karyawan yang
memiliki usia produktif cenderung memiliki kepuasan yang lebih rendah
dibandingkan karyawan yang lebih tua. Hal ini karena karyawan yang lebih muda
memiliki harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara
harapan dan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan dapat
menyebabkan mereka menjadi tidak puas (Mangkunegara, 2002). Komposisi
responden diasumsikan mempunyai kedewasaan yang cukup untuk memberikan
keterangan dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi di PT. Godongijo Nursery.
48
Tabel 6. Karakteristik Responden Menurut Usia
Usia Jumlah Responden Persentase 20 – 29 13 43.33 % 30 – 39 9 30 % 40 – 49 8 26.67 % Jumlah 30 100 %
Sumber; Pengolahan Data 2010
Kondisi ini memberikan keuntungan bagi perusahaan bahwa sebagian
besar responden karyawan berada pada usia produktif. Perusahaan dapat
mengadakan pengembangan sumber daya manusia baik itu berupa perbaikan
maupun pengembangan pengetahuan dan keterampilan masih sangat mungkin
dilakukan.
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Chi-square antara Usia dengan Motivasi kerja Chi-square
Hitung df Probabilitas Chi-square Tabel
Pearson Chi-square 2.331 4 0.675 9.488 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil uji chi-square untuk usia dengan motivasi kerja
menunjukkan bahwa nilai chi-square hitung 2.331 lebih kecil dari chi-square
tabel sebesar 9.488. Angka signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0.675 lebih
besar dari taraf nyata (α = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan digolongkan ke
dalam kategori SD, SLTP, SLTA, Diploma dan Strata. Berdasarkan tabel dapat
dilihat bahwa reponden yang berpendidikan SLTA mendominasi sebagian besar
responden, yaitu sebesar 56.7%, untuk yang berpendidikan Diploma dan Strata
49
memiliki jumlah yang sama, yaitu 13.3%, responden yang berpendidikan SLTP
sebesar 10% dan berpendidikan SD 6.67%.
Tabel 8. Karakteristik Responden Menurut Latar Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase
SD 2 6.67 % SLTP 3 10 % SLTA 17 56.7 %
Diploma 4 13.3 % Strata 4 13.3 %
Jumlah 30 100 % Sumber: Pengolahan Data 2010
Tabel 9. Hasil Ko relasi Chi-square antara Tingkat Pendidikan dengan Motivasi kerja Chi-square
Hitung df Probabilitas Chi-square
Tabel Pearson Chi-square 8.029 8 0.431 15.507
Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil uji Chi-square untuk tingkat pendidikan diperoleh data
bahwa nilai Chi-square hitung sebesar 8.029 lebih kecil dari chi-square tabel
yaitu sebesar15.507, angka signifikansi sebesar 0.431 lebih besar dari tingkat
taraf nyata (α = 0.05), yang berarti bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh
nyata dan signifikan terhadap tingkat motivasi kerja karyawan karyawan PT.
Godongijo Nursery.
5.1.4 Lama Bekerja
Berdasarkan pada tabel 10 dapat diketahui sebagian besar responden
memiliki masa kerja yang lama pada PT. Godongijo Nursery antara 2 tahun
sampai 9 tahun. Karakteristik responden tersebut sangat berguna dalam penelitian
ini karena responden dengan masa kerja yang lama memiliki wawasan dan
50
pengetahuan yang luas mengenai perusahaan, salah satunya mengenai kondisi
kerja perusahaan. Karyawan juga dapat memberikan keterangan lebih banyak
berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja
karyawan.
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja (Tahun) Jumlah Responden Persentase
x ≤ 3 Tahun 3 10 % 3< x ≤ 5 Tahun 14 46.7 %
x > 5 Tahun 13 43.3 % Jumlah 30 100 %
Sumber: Pengolahan Data 2010
Tabel 11. Hasil Korelasi Chi-square antara Lama Bekerja dengan Motivasi kerja
Chi-square
Hitung df Probabilitas
Chi-square Tabel
Pearson Chi-square 0.992 4 0.991 9.488 Sumber: Pengolahan Data 2010
Dari tabel 11 pengolahan uji Chi-square untuk lama bekerja diperoleh data
bahwa nilai Chi-square hitung 0.992 lebih kecil dari pada Chi-square tabel yaitu
sebesar 9.488, angka signifikansi sebesar 0.991 lebih besar dibandingkan dengan
taraf nyata (α = 0.05), yang berarti bahwa lama bekerja tidak berpengaruh nyata
dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Godongijo Nursery.
5.1.5 Jumlah Tanggungan
Sebagian besar karyawan memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 sampai
3 orang yakni sebanyak 18 orang ( 60 persen), dan selebihnya memiliki jumlah
tanggungan keluarga sebanyak lebih dari 3 orang yaitu sebanyak 3 orang ( 10
51
persen) dan selebihnya belum memiliki tanggungan keluarga sebanyak 9 orang (
30 persen).
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Persentase 0 9 30 %
1-3 18 60 % >3 3 10 %
Jumlah 30 100 % Sumber: Pengolahan Data 2010
Tabel 13. Hasil uji Korelasi Chi-square antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Motivasi Kerja
Chi-square
Hitung df Probabilitas
Chi-square Tabel
Pearson Chi-square 4.300 4 0.367 9.488 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan tabel 13 hasil uji Chi-square untuk jumlah tanggungan
keluarga diperoleh data bahwa nilai Chi-square hitung sebesar 4.300 lebih kecil
dibandingkan dengan nilai Chi-square tabel, yaitu sebesar 9.488. Angka
signifikansi sebesar 0.367 lebih besar dari tingkat taraf nyata (α = 0.05), yang
berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat
motivasi kerja karyawan PT. Godongijo Nursery.
5.2 Faktor Ekstrinsik
5.2.1 Hubungan Kerja Antara Atasan dan Bawahan
Hubungan antara atasan dan bawahan adalah interaksi yang terjadi antara
seorang atasan sebagai pimpinan atau seseorang yang bertanggung jawab terhadap
suatu pekerjaan trtentu dengan para bawahannya. Atasan atau pimpinan adalah
seseorang yang memiliki wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan
52
bawahannya agar dapat bekerja keras, bekerjasama dan bertanggunga jawab
dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan produktif dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan. Agar semua hal itu dapat tercapai, maka seorang
pemimpin harus dapat menciptakan integrasi yang serasi dan kompak antara
dirinya dengan bawahannya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara
maksimal.
Tercapainya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan merupakan
hal yang penting untuk direalisasikan karena dengan demikian dapat terjadi proses
komunikasi yang efektif dimana terdapat komunikasi yang terbuka, jujur, dan
berlaku timbal balik dalam proses dua arah. Komunikasi dapat menyebabkan
segala sesuatu menjadi jelas. Sebagai contoh, pimpinan dapat
mengkomunikasikan dengan baik tentang apa yang menjadi tujuan perusahaan,
aturan-aturan yang berlaku dalam perusahaan, standar kinerja karyawan dan
perubahan-perubahan dalam arah strategi perusahaan yang mungkin berpengaruh
terhadap pekerjaan karyawannya. Sebaliknya karyawn juga dapat menjelaskan
dengan baik kepada atasan mengenai apa saja yeng merekabutuhkan dalam
bekerja, reaksi-reaksi terhadap perubahan yang terjadi dan ide-ide serta usulan
yang mereka miliki. Keadaan yang demikian dapat menghindari ketidakpuasan
dan kegelisahan sehingga pada akhirnya dapat mendorong motivasi bekerja dan
kemunkinan munculnya konflik dapat ditekan.
Atasan juga sebaiknya tidak berorientasi terhadap tugas, tetapi juga
berorientasi terhadap karyawan. Atasan yang berorientasi terhadap tugas adalah
dengan mengarahkan dan mengawasi secara ketat bawahannya untuk menjamin
53
agar tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan.
Sedangkan atasan yang berorientasi pada karyawan akan berusaha untuk lebih
memotivasi daripada supervisi terhadap bawahan. Pimpinan mendorong karyawan
untuk melaksanakan tugas dengan membiarkan karyawan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
Tabel 14. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Hubungan Atasan dengan Bawahan
Indikator Nilai Rata-rata Persepsi
Pemberian bimbingan dan pengerahan dalam bekerja 4.4 Sangat baik Pemberian perhatian ide, usul dan saran 4.1 Baik Pemberian pujian 3.7 Baik Hubungan dengan atasan diluar pekerjaan 4.1 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan table 14 diatas, secara keseluruhan menyatakan bahwa
hubungan atasan dengan bawahan baik. Pemberian bimbingan dan pengarahan
yang diberikan oleh atasan dinilai sangat baik bagi para karyawan, dalam
keseharian pimpinan mengikuti perkembangan karyawan untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan mengenai pekerjaan mereka, sehingga usul dan saran
mereka dapat secara langsung disampaikan kepada atasan. Atasan cukup sering
memberikan pujian atas hasil pekerjaan yang dilakukan para karyawan, selain itu
juga hubungan atasan dengan para karyawan dekat diluar pekerjaan, atasan tidak
menjaga jarak dengan bawahan sehingga terjalin hubungan yang baik antara atsan
dengan bawahan.
Tabel 15. Hasil Uji korelasi Rank-spearman antara Hub. Atasan dan Bawahan Terhadap Motivasi
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Hub. Atasan dengan Bawahan 30 0.383 0.037 0.05
Sumber: Pengolahan Data 2010
54
Berdasarkan hasil pengujian korelasi Rank-spearman untuk hubungan
antara atasan dan bawahan diperoleh data bahwa nilai signifikan sebesar 0.037
lebih kecil dari tingkat taraf signifikan (α = 0.05), yang berarti bahwa Ho ditolak
dan H1 diterima, yaitu terdapat hubungan yang nyata dan signifikan antara
variable bebas dengan variabel terikat. Nilsi korelasi yang diperoleh sebesar 0.383
dalam champion dikategorikan sebagai moderately low association yang
menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara faktor hubungan atasan dengan
bawahan terhadap tingkat motivasi agak lemah.
5.2.2 Hubungan Antar Sesama Rekan Kerja
Hubungan antar sesame rekan kerja merupakan interaksi yang terjadi
antara sesama karyawan baik dalam satu bagian maupun dengan bagian lain.
Hubungan yang terjalin antar sesama rekan kerja dalam perusahaan merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan motivasi kerja
karyawan, karena pada dasarnya sebuah perusahaan adalah merupakan suatu
organisasi yang terdiri dari kumpulan banyak karyawan yang saling berhubungan
dan membutuhkan kerja tim antara satu dengan lainnyadalam tujuan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Hal ini merupakan salah satu kunci kesuksesan,
kesuksessan suatu perusahaan hanya akan tercapai apabila terjadi suatu koordinasi
yang baik antar individu karyawan dan antar bagian dalam melaksanakan aktifitas
kerja dalam suatu perusahaan.
55
Tabel 16. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap hubungan Sesama Rekan Kerja
Indikator Nilai Rata-rata Persepsi
Hubungan sesama rekan kerja dalam satu divisi 4.5 Sangat baik Hubungan sesama rekan kerja antar divisi 4.4 Sangat baik Pemberian dorongan dan semangat 4.3 Sangat baik Pemberian bantuan dan kerjasama 4.2 Baik Kedekatan dengan keluarga rekan 3.4 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Hubungan sesama rekan kerja yang baik akan menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif. Terbentuknya lingkungan kerja yang kondusif berarti akan
memberikan ketenangan kepada karyawan tersebut untuk melakukan
pekerjaannya sehingga keryawan tersebut mendapatkan hasil kerja yang
maksimal. Pada tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menilai
bahwa hubungan antar sesama rekan kerja baik, hal ini dapat terlihat antar sesama
rekan kerja saling memberikan semangat, bantuan dan kerja sama dalam
melakukan pekerjaan mereka dalam satu divisi maupun antar divisi.
Tabel 17. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Hub. Antar Sesama Rekan Kerja terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Hub. Sesama Rekan Kerja 30 0.308 0.098 0.05 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara hubungan
sesame rekan kerja terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan
sebesar 0.098 lebih besar dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.05), hal ini
menunjukkan bahwa hubugan antar sesama rekan kerja tidak memiliki hubungan
yang nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja. Nilai korelasi yang diperoleh
yaitu sebesar 0.308 dalam champion dikategorikan sebagai moderately low
56
association yang menyatakan hubungan yang terjadi antara hubungan antara
sesama karyawan terhadap motivasi kerja agak lemah.
5.2.3 Peraturan dan Kebijakan
Peraturan dan kebijakan perusahaan adalah ketentuan-ketentuan yang
ditetapka perusahaan yang dibuat dengan maksud membantu kelancaran kegiatan
perusahaan dan berlaku bagi semua karyawan tanpa terkecuali. Faktor peraturan
dan kebijakan perusahaan ini diukur berasarkan penilaian karyawan terhadap jam
kerja yang diberlakukan, hari kerja, kedisiplinan dalam penerapan
peraturan,kebijakan pemberian sanksi serta bagaimana penerapan kebijakan yang
diberlakukan oleh perusahaan.
Tabel 18. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Peraturan dan Kebijakan
Indikator Nilai Rata-rata
Persepsi
Peraturan jam kerja yang berlaku 4 Baik Hari kerja yang ditetapkan 4 Baik Peraturan tambahan jam kerja 3.3 Cukup baik Kedisiplinan penerapan peraturan 3.8 Baik Pemberian sanksi yang ditetapkan 4 Baik Kebijakan yang diterapkan 3.5 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan tabel 18, penilaian responden terhadap peraturan dan
kebijakan yang dibuat oleh perusahaan baik. Penetapan jam kerja dan hari kerja
oleh perusahaan dinilai tidak merugikan karyawan, karena bias berganti jan setiap
minggunya. Penerapan peraturan dan kebijakan yang diberlakukan perusahaan
sudah baik, walau sebagian karyawan manilai pelaksanannya hanya pada awal
peraturan ditetapkan. Selain itu juga para karyawan maniai bahwa pemberian
57
sanksi kepada mereka apabila melanggar peraturan nilai baik dan mereka bersedia
menerima sanksi apabila melanggar peraturan
Tabel 19. Hasil KorelasiRank-spearman antara Peraturan dan Kebijakan terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Kebijakan dan Peraturan 30 0.553 0.002 0.01 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank-spearman antara peraturan dan
kebijakan terhadap motivasi kerja karyawan diperoleh data bahwa nilai signifikan
sebesar 0.002 lebih kecil apabila dibandingkan dengan tingkat taraf nyata (α =
0.01), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan signifikan
antara peraturan dan kebijakan terhadap motivasi kerja karyawan. Nilai korelasi
Rank-spearman yang diperoleh sebesar 0.553, dalam batasan champion termasuk
dalam kategori moderately high association yaitu memiliki hubungan yang agak
kuat.
5.2.4 Kondisi Kerja
Kondisi kerja adalah kondisi fisik dan social yang menyenangkan di
tempat kerja. Kondisi yang dimaksud adalah meliputi factor suasana kerja dan
perlengkapan kerja yang dapat mempengaruhi keryawan dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Factor suasan kerja meliputi suasana
menyenangkan, ketenangan dan kenyamanan tempat kerja, keamanan lingkungan
kerja dan kebersihan.
58
Tabel 20. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Kondisi Kerja
Indikator Nilai
Rata-rata Persepsi
Ketenangan tempat kerja 4.2 Baik Kenyamanan tempat kerja 4.2 Baik Kebersihan tempat kerja 3.6 Baik Keselamatan kerja 3.7 Baik Keamanan tempat kerja 3.9 Baik Pembagian kerja 3.9 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Secara umum resonden sudah menilai baik terhadap kenyamanan,
ketenangan, kebersihan, dan keamanan tempat mereka bekerja. Mereka menilai
sanitasi lingkungan perusahaan sangat terjaga kebersihannya. Begitu pula dengan
keamanan tempat meraka bekerja, dengan adanya satpam yang bertugas di
perusahaan selama 24 jam.
Fasilitas keselamatan dalam bekerja yang diberikan perusahaan pada
umumya sudah baik artinya dapat melindungi keselamatan mereka bekerja.
Namun para karyawan meminta agar fasilitas keselamatan lainnya lebih di
tingkatkan lagi agar mereka lebih merasa aman dalam melakukan pakejaannya.
Tabel 21. Hasil Korelasi Rank-spearman antara kondisi Kerja terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Kondisi Kerja 30 0.308 0.097 0.05 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara kondisi kerja
terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan sebesar 0.097 lebih
besar dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.05), hal ini menunjukkan bahwa kondisi
kerja tidak memiliki hubungan yang nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja.
Nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.308 dalam champion dikategorikan
59
sebagai moderately low association yang menyatakan hubungan yang terjadi
antara kondisi kerja terhadap motivasi kerja agak lemah.
5.2.5 Kompensasi
Kompensasi pada perusahaan dapat didefinisikan sebagai imbalan yang
didapat berupa uang seperti gaji, tunjangan, dan bonus yang diberikan perusahaan
kepada karyawan atas usaha yang telah dilakukan oleh karyawan. Selain uang
atau kompensasi tidak langsung yang dimaksudkan untuk menciptakan suasana
kerja agar menjadi lebih baik maupun untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawannya. Kompensasi tidak langsung itu dapat berupa fasilitas peribadatan
dan tunjangan makan yang diberikan oleh perusahaan.
Tabel 22. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Kompensasi Indikator Nilai
Rata-rata Persepsi
Puas dengan gaji yang diperoleh 3 Cukup baik Gaji yang diperoleh mencukupi kebutuhan 2.7 Cukup baik Tunjangan makan 3.8 Baik Upah lembur yang diberikan 3.1 Cukup baik Bonus yang diberikan 3 Cukup baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan tabel 22 ,sebagian besar karyawan menilai bahwa kompensasi
yang mereka terima sebagai imbalan balas jasa atas apa yang telah mereka berikan
kepada perusahaan dinilai cukup baik. Pmereka menyatakan bahwa gaji yang
mereka dapatkan sebenarnya dicukup-cukupkan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehari-hari. Karyawan meminta gaji yang diberikan sesuai dengan standar
upah minimum regional (UMR) setempat, karena gaji yang mereka peroleh rata-
rata dibawah nilai upah minimum regional. Mereka manilai tunjangan makan
60
yang diberikan perusahaan baik, baik dari komposisi menu maupun jumlahnya.
Sedangkan untuk upah lembur dan bonus yang diberikan para karyawan menilai
baik, namun ada juga yang menilai tidak puas di karenakan pemberian bonus dan
upah lembur idak sesuai dengan harapan, kondisi ini tentu harus diperbaiki untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusif, misalnya memberikan system penilaian
bonus dan upah lembur yang adil dan transparan.
Tabel 23. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Kompensasi terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Kompensasi 30 0.302 0.104 0.05 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara kompensasi
terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan sebesar 0.104 lebih
besar dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.05), hal ini menunjukkan bahwa
kompensasi tidak memiliki hubungan yang nyata dan signifikan terhadap motivasi
kerja. Nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.302 dalam champion
dikategorikan sebagai moderately low association yang menyatakan hubungan
yang terjadi antara kompensasi terhadap motivasi kerja agak lemah.
Keadaan ini membuktikn bahwa kompensasi tidak berhubungan dengan
motivasi kerja karyawan, dan juga membuktikan bahwa teori Herzberg bahwa
komensasi bukanlah satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan.
61
5.2.6 Tanggung Jawab
Tangung jawab yang diberikan kepada karyawan merupakan kepercayaan
yang diberikan kepada karyawan. Tanggung jawab yang diberikan ini diukur
berdasarkan penilaian karyawan terhadap kesesuaian tugas dan tanggung jawab
dengan kemampuan dan sejauhmana tanggung jawab yang diberikan tersebut
membuat karyawan tersebut bersemangat dalam bekerja.
Tabel 24. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Tanggung Jawab
Indikator Nilai
Rata-rata Persepsi
Tugas dan tanggung jawab sesuai kemampuan 4.1 Baik Tugas dan tanggung jawab membuat semangat 4.1 Baik Tugas adalah tanggung jawab 4.2 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Pada umumnya para karyawan menilai bahwa tangung jawab yang
diberikan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Hal ini terkait dengan
latar belakang pendidikan mereka yang sebagian besar berasal dari tingkat SLTA,
dimana keahlian yang mereka miliki masih tergolong standar.
Table 25. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Tanggung Jawab terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Tanggung Jawab 30 0.221 0.240 0.05 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara tanggung
jawab terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan sebesar 0.240
lebih besar dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.05), hal ini menunjukkan bahwa
tanggung jawab tidak memiliki hubungan yang nyata dan signifikan terhadap
motivasi kerja. Nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.221 dalam champion
62
dikategorikan sebagai moderately low association yang menyatakan hubungan
yang terjadi antara tanggung jawab terhadap motivasi kerja agak lemah.
5.2.7 Pengembangan Karyawan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan
motivasi dan kemempuan kerja karyawan adalah dengan melakukan
pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan tersebut dapat diukur
berdasarkan penilaian karyawan terhadap kesempatan untuk naik ke level atau
jabatan yang lebih tinggi, kedisiplinan yang diperhatikan, usul dan saran kryawan
sangat diperhatikan, dan pelatihan . pengembangan karyawan dikatakan baik
apabila perusahaan mampu menggali potensi dan memanfaatkan sumber daya
manusia dengan sebaik-baiknya. Karyawan dapat termotivasi untuk bekerja dan
berkarya karena manila bahwa potensi, kemempuan, dan bakat yang dimilikinya
dapat berkembang dilingkungan kerja.
Tabel 26. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Pengembangan Karyawan
Indikator Nilai
Rata-rata Persepsi
Jenjang karir 4.1 Baik Perhatian kedisiplinan 4.1 Baik Usul dan saran diperhatikan perusahaan 3.8 Baik Pelatihan karyawan 3.9 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan tabel 26 di atas, secara keseluruhan karyawan menyatakan
baik terhadap pengembangan karyawan yang dilakukan oleh perusahaan. Dapat
dilihat bahwa perusahaan memberikan kesempata kepada karyawan yang
memiliki kemampuan dan prestasi kerja yang baik untuk menduduki posisi yang
63
lebih tinggi, perusahaan juga sangat memperhatikan tanggung jawab karyawan,
kedisiplinan karyawan, usul serta saran karyawan dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan.
Table 27. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Pengembangan Karyawan terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Pengembangan Karyawan 30 0.539 0.002 0.01 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara
pengembangan karyawan terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai
siginifikan sebesar 0.002 lebih kecil dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.01), hal
ini menunjukkan bahwa pengembangan karyawan memiliki hubungan yang nyata
dan signifikan terhadap motivasi kerja, Nilai korelasi yang diperoleh yaitu
sebesar 0.539 dalam champion dikategorikan sebagai moderately high association
yang menyatakan hubungan yang terjadi antara tanggung jawab terhadap motivasi
kerja agak kuat.
5.2.8 Pengakuan dan Penghargaan
Untuk menanamkan kepercayaan dan rasa memiliki dalam diri anggota
kelompok atau organisasi, maka perlu adanya pengakuan dan penghargaan yang
diberikan organisasi atau kelompok kepada individu yang menjadi anggota.
Pengakun dan penghargaan dari perusahaan dikatakan baikapabila perusahaan
memberikan satu bentuk penghargaan tertentu sebgai wujud pengakuan atas kerja
karyawan sehingga dapat memicu motivasi kerja karyawan. Pengakuan dan
penghargaan dapat diberkan kepada karyawan atas dasar prestasi kerja.
64
Pengakuan dan penghargaan ini diukur berdasarkan penilaian karyawan terhadap
pemberian perhatian dan penghargaan terhadap kejujuran karyawan dan
penghargaan karyawan terhadap hasil kerja yang telah dilakukan.
Tabel 28. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Pengakuan dan Penghargaan
Variabel Nilai
Rata-rata Persepsi
Semangat dan kejujuran mendapatkan penghargan 4.3 Sangat Baik Atasan menghargai hasil kerja bawahan 4 Baik Perusahaan menghargai hasil kerja karyawan 3.7 Baik Sumber: Pengolahan Data 2010
Sebagian besar karyawan menilai baik terhadap pengakuan dan
penghargaan yang dilakukan pihak perusahaan kepada karyawan pada tabel,
namun mereka meminta dalam emlakukan penilaian terhadap prestasi yang telah
mereka lakukan dilaksanakan secara adil dan transparansi sehingga tidak terjadi
persepsi bahwa penilaian yang dilakukan secara subyektif, hal ini perlu diperbaiki
untuk menjaga situasi kerja yang kondusif.
Table 29. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Pengakuan dan Penghargaan terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Pengakuan dan Penghargaan 30 0.483 0.007 0.01 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara pengakuan dan
penghargaa terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan sebesar
0.007 lebih kecil dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.01), hal ini menunjukkan
bahwa pengakuan dan penghargaan memiliki hubungan yang nyata dan signifikan
terhadap motivasi kerja. Nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.483 dalam
champion dikategorikan sebagai moderately low association yang menyatakan
hubungan yang terjadi antara tanggung jawab terhadap motivasi kerja agak lemah.
65
5.2.9 Prestasi
Salah satu hal yang dinilai penting dalam mengukur motivasi kerja
karyawan dalam bekerja adalah sejauhmana karyawan tersebut memiliki niat
untuk mencpai sesuatu yang yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Karyawan
yang memiliki orientasi untuk berprestasi di setiap aktivitas yang dilakukan akan
menyebabkan karyawan tersebut tetap memiliki motivasi yang baik ataupun
menjadi lebih giat lagi. Faktor prestasi ini diukur berdasarkan penilaian karyawan
terhadap indikator sejauhmana karyawan tersebut melakukan pekerjaannya
dengansebaik-baik mungkin, sejauhmana karyawan tersebut melakukan pekerjaan
lebih baik dari orang lain, sejauhmana karyawan tersebut dapat menyelesaikan
pekerjaan yang ditetapkan.
Tabel 30. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Prestasi
Indikator Nilai
Rata-rata Persepsi
Melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya 4.4 Sangat Baik Melakukan pekerjaan lebih baik dari orang lain 3.8 Baik Mencapai target yang ditetapkan 3.9 Baik Semangat juang yang tinggi 4.1 Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
Karyawan menilai bahwa mereka telah melakukan pekerjan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan tugas dan job description yang telah diberikan. Hal
ini dapat terjadi karena mereka menilai bahwa pekerjaan yang mereka lakukan
telah sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Karyawan biasanya bekerja
berdasarkan kelompok kerjanya, dan mereka bekerja-sama untuk mencapai target
yang ditetapkan. Dari ke empat rataan di tabel terlihat bahwa indikator no 2
memiliki nilai yang agak kecil apabila dibandingkan dengan indikator prestasi
66
yang lain, hal ini menunjukkan bahwa karyawan memiliki kepercayaan diri yang
relative masih kurang.
Table 31. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Prestasi terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Prestasi 30 0.731 0.000 0.01 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara prestasi
terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan sebesar 0.000 lebih
kecil dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.01), hal ini menunjukkan bahwa prestasi
memiliki hubungan yang nyata dan signifikan terhadap motivasi kerja, Nilai
korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.731 dalam champion dikategorikan
sebagai moderately high association yang menyatakan hubungan yang terjadi
antara tanggung jawab terhadap motivasi kerja agak kuat.
5.2.10 Pekerjaan itu Sendiri
Aspek lain yang dapat mmotivasi keryawan adalah dari pekerjaan itu
sendiri. Pekerjaan itu sendiri diukur berdasarkan perasaan bangga terhadap
pekerjaannya, perasaan berguna dimasyarakat setelah mereka melakukan
pekerjaan mereka bekerja sarta sejauhmana keinginan karyawan untuk bekerja
diperusahaan tersebut.
Tabel 33. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Pekerjaan itu Sendiri
Indikator Nilai
Rata-rata Persepsi
Bangga terhadap pekerjaan 4 Baik Merasa berguna 3.4 Baik Bermaksud bekerja di perusahaan selamanya 3.1 Cukup Baik
Sumber: Pengolahan Data 2010
67
Sejak pertama bekerja, karyawan sudah menilai bangga dengan tugas dan
pekerjaannya, dan menilai bahwa bekerja pada perusahaan tempat mereka bekerja
membuat mereka merasa berguna bagi masyarakat. Mereka menilai turut serta
dalam menciptakan lingkungan yang hijau dan membudidayakan tanaman hias
yang banyak diminati masyarakat. Dengan bekerja diperusahaan tersebut,
karyawan menilai dapat menyumbangkan sebagian jerih usahanya dalam
melestariakan tanaman dan lingkungan. Namun sebagian besar karyawan tidak
ingin bekerja diperusahaan tersebut selamanya. Karena apabila ada kesematan
yang lebih baik maka mereka akan pindah. Misalnya dengan situasi kerja yang
lebih baik, hal ini harus ditanggapi oleh perusahaan dengan memberikan orientasi
kepada karyawan tentang perusahaan dan menciptakan suatu kondisi yang
menciptakan karyawan lebih mencintai perusahaan seperti penilaian yang lebih
objektif serta memperhatikan usul dan saran dari karyawan.
Table 34. Hasil Korelasi Rank-spearman antara Pekerjaan itu sendiri terhadap Motivasi Kerja
Variabel N Nilai Korelasi Signifikansi Taraf Nyata Pekerjaan itu Sendiri 30 0.730 0.000 0.01 Sumber: Pengolahan Data 2010
Berdasarkan hasil pengujian korelasi rank-spearman antara pekerjaan itu
sendiri terhadap motivasi kerja diperoleh data bahwa nilai siginifikan sebesar
0.000 lebih kecil dari pada tingkat taraf nyata (α = 0.01), hal ini menunjukkan
bahwa pekerjaan itu sendiri memiliki hubungan yang nyata dan signifikan
terhadap motivasi kerja, Nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0.730 dalam
champion dikategorikan sebagai moderately high association yang menyatakan
68
hubungan yang terjadi antara pekerjaan itu sendiri terhadap motivasi kerja agak
kuat.
5.3 Tingkat Motivasi Kerja Karyawan
Motivasi kerja merupakan daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala upaya untuk mencapai kondisi terbaik. Motivasi kerja merupakan
suatu hal yang penting, karena dengan motivasi kerja diharapkan setiap individu
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas yang
tinggi. Oleh karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan kondisi motivasi
kerja karyawannya, karena kecakapan, kemampuan dan keterampilan karyawan
tidak akan efektif jika motivasi kerja mereka rendah. Motivasi kerja mewakili
proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, terarahnya, dan
terjadinya presistemsi kegiatan-kegiatan sukarela dalam bekerja yang diarahkan
kea rah tujuan perusahaan.
Tabel 35. Rekapitulasi Penilaian Responden Terhadap Motivasi Kerja
Indikator Nilai
Rata-rataPersepsi
Bekerja keras mencapai target yang ditetapkan 4.1 Bersedia Bekerja dengan menggunakan waktu luang 3.5 Bersedia Bekerja diluar jam kerja tanpa upah 3.2 Cukup Bersedia Bersedia menyelesaikan tugas rekan yang tidak hadir 3.6 Bersedia Membantu kesulitan rakan kerja 4 Bersedia Bersedia menerima sanksi 4 Bersedia Memperbaiki kesalahan yang diminta atasan 4.4 Sangat Bersedia Memperbaiki kesalahan yang diminta rakan kerja 3.9 Bersedia Menjaga nama baik perrusahaan 4.6 Sangat Bersedia Senang dan menikmati pekerjaan 4.2 Bersedia Bangga terhadap perusahaan 4 Bersedia
Kesimpulan 29.8 Cukup Termotivasi
69
Sumber: Pengolahan Data 2010
Dari pengujian terhadap motivasi kerja karyawan, berdasarkan pada tabel
35 dapat diperoleh keterangan bahwa secara keseluruhan responden dalam kondisi
termotivasi dalam melakukan setiap pekerjaannya. Karyawan bersedia bekerja
kerja mencapai target yang telah dtetapkan oleh perusahaan sehingga perusahaan
dapat mencapai tujuannya dan akan berdampak baik bagi karyawan.
Karyawan bersedia menggunakan waktu luang untuk bekerja mencapai
taget perusahaan. Namun bagi mereka tidak menggunakan secara keseluruhan
waktu luang yang mereka dapatkan melainkan sedikti waktunya untuk
menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Selain itu juga mereka menilai
bahwa upah lembur yang diberikan haruslah sesuai dengan tugas yang mereka
lakukan sampai lembur.
Karyawan bersedia menyelesaikan pekerjaan karyawan yang berhalangan
untuk hadirdan bersedia membantu kesulitan kerja rekan kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa solidaritas yang terjalin erat antar rekan kerja. Mereka
berpendapat bahwa tolong meolong sudah seharusnya dilakukan sebagai sesame
rekan.
Karyawan bersedia menerima sanksi atas kesalahan yang mereka perbuat,
dan mereka pun bersedia memperbaiki kesalahan kerja yang diminta atasan
maupun rekan kerja. Karena bagi mereka atasan tentu lebih mengetahui jenis
pekerjaan mereka, apabila atasan menyuruh mereka unutk memperbaiki pekerjaan
mereka berarti apa yang mereka kerjakan salah. Sedangkan memperbaiki
70
kesalahan yang diminta rekan kerja mereka menilai bahwa sebagai rekan tim
haruslah saling mengingatkan atas apa yang dikerjakan.
Selama ini karyawan merasa bangga terhadap perusahaan, karena menurut
mereka PT. Godongijo Nursery sudah terkenal, produk tanaman hias Adenium
yang diproduksi pun banyak diminati para konsumen masyarakat dan juga
perusahaan mereka terkenal sebagai salah satu leader dalam budidaya tanaman
hias khususnya Adenium. Sehingga mereka merasa bangga bias bekerja di
perusahaan tersebut dan bersedia menjaga nama baik perusahaan.
71
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang penulis lakukan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PT. Godongijo,
diperoleh hasil yaitu:
1. Seluruh karyawan PT. Godongijo Nursery secara keseluruhan cukup
termotivasi terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Hal ini terlihat
dari penilaian responden terhadap indikator motivasi kerja karyawan
pada tabel 35 yang diperoleh hasil bahwa karyawan PT. Godongijo
Cukup termotivasi dalam melakukan tugas dan tanggung jawab
pekerjaan mereka.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan
berdasarkan nilai korelasi Rank-spearman yaitu diantaranya: Prestasi,
Pekerjaan itu sendiri, Peraturan dan Kebijakan, Pengembangan
Karyawan, Pengakuan dan Penghargaan, dan Hubungan Atasan dan
Bawahan, Diketahui bahwa prestasi memiliki nilai korelasi yang cukup
tinggi yaitu 0.731, pada batasan J. Champion dijelaskan bahwa nilai
korelasi prestasi terhadap motivasi kerja masuk kedalam kategori
“Moderate High Association” (memiliki hubungan yang agak kuat),
sama dengan faktor pekerjaan itu sendiri, peraturan dan kebijakan serta
72
factor pengembangan karyawan yang termasuk dalam kategori
“Moderate High Association” (memiliki hubungan yang agak kuat)
terhadap motivasi kerja karyawan. Sedangkan untuk faktor pengakuan
dan penghargaan, dan hubungan atasan dengan bawahan memiliki nilai
korelasi 0.483 dan 0.383, sehingga kedua faktor ini masuk kedalam
katgori batasan J. Champion “Moderate Low Association” (mamiliki
hubungan yang agak lemah)
3. Perusahaan sebaiknya mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi motivasi kerja karyawan, sehingga dengan mengetahui
aktor-faktor tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja
karyawan, yaitu dengan upaya:
a. Peningkatan kualitas kerja karyawan dapat dilakukan dengan
melakukan bimbingan secara terus menerus kepada karyawan.
b. Perusahaan memberikan kesempatan orientasi kepada karyawan
tentang perusahaan dan membuat suatu kondisi yang membuat
karyawan mencintai perusahaan, misalnya dengan memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk berwisata bersama.
c. Perlunya ketegasan dan keterbukaan terhadap peraturan dan
kebijakan yang dibuat oleh perusahaan sehingga para karyawan
pun mempu mengukur prestasi dan kinerja mereka sendiri.
d. Memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi
sehingga mereka lebih termotivasi dalam bekerja.
73
74
6.2 Saran
Pihak Perusahaan PT.Godongijo Nursery hendaknya mengetahui faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan, dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut kemudian perusahaan dapat melakukan usaha dan upaya
guna memperbaiki serta meningkatkan motivasi kerja karyawan. Kerana dengan
tingkat motivasi yang tinggi maka kinerja dan hasil yang diperoleh bagi
perusahaan menjadi lebih baik sehingga dengan demikian perusahaan dapat
mencapai tujuan perusahaan.