BAB I PENDAHULUAN -...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Borneo: Pulau Terbesar Ketiga di Dunia dan Eksistensi Kehidupan Alam Rimba di Dalamnya Borneo merupakan pulau yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa dengan cakupan seluas 745.000 km 2 dengan populasi mencapai 18 juta penduduk di dalamnya menempatkan Borneo sebagai salah satu pulau terbesar di dunia yang kini berada di peringkat ketiga dunia 1 . Pulau Borneo terbagi atas tiga wilayah administratif negara yang meliputi 73% wilayah Negara Indonesia, 26% wilayah Negara Malaysia, dan 1% wilayah Negara Brunei Darussalam. Negara Indonesia memiliki 5 provinsi yang berada di wilayah pulau Borneo meliputi Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara. Negara Malaysia memiliki dua negara bagian di wilayah pulau Borneo meliputi Negara Bagian Sabah 1 Peringkat pertama ditempati oleh pulau Greenland (Denmark) dan peingkat kedua ditempati oleh pulau Papua (“10 Pulau Terbesar di Dunia”, Ilmu Pengetahuan Umum, diakses dari http://ilmupengetahuanumum.com/10-pulau-terbesar-di-dunia- menurut-luas-wilayah/, pada tanggal 24 Nopember 2015 pukul 20.56 WIB) Gambar 1.1 Pulau Borneo secara keseluruhan (Sumber: http://www.expedition-borneo.co.uk/wp-content/uploads/2015/05/Borneo.jpg diakses 25 Nopember 2015 pukul 12.45 WIB)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 Borneo: Pulau Terbesar Ketiga di Dunia dan Eksistensi Kehidupan Alam

Rimba di Dalamnya

Borneo merupakan pulau yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa

dengan cakupan seluas 745.000 km2 dengan populasi mencapai 18 juta penduduk

di dalamnya menempatkan Borneo sebagai salah satu pulau terbesar di dunia yang

kini berada di peringkat ketiga dunia1. Pulau Borneo terbagi atas tiga wilayah

administratif negara yang meliputi 73% wilayah Negara Indonesia, 26% wilayah

Negara Malaysia, dan 1% wilayah Negara Brunei Darussalam. Negara Indonesia

memiliki 5 provinsi yang berada di wilayah pulau Borneo meliputi Provinsi

Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara. Negara Malaysia

memiliki dua negara bagian di wilayah pulau Borneo meliputi Negara Bagian Sabah

1Peringkat pertama ditempati oleh pulau Greenland (Denmark) dan peingkat kedua ditempati oleh pulau Papua (“10 Pulau

Terbesar di Dunia”, Ilmu Pengetahuan Umum, diakses dari http://ilmupengetahuanumum.com/10-pulau-terbesar-di-dunia-

menurut-luas-wilayah/, pada tanggal 24 Nopember 2015 pukul 20.56 WIB)

Gambar 1.1 Pulau Borneo secara keseluruhan

(Sumber: http://www.expedition-borneo.co.uk/wp-content/uploads/2015/05/Borneo.jpg

diakses 25 Nopember 2015 pukul 12.45 WIB)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

2

dan Negara Bagian Sarawak. Negara Brunei Darussalam memiliki empat distrik di

dalam pulau Borneo meliputi Distrik Belait, Distrik Brunei dan Muara, Distrik

Temburong, dan Distrik Tutong.

Borneo dikenal populer sebagai kawasan hijau dengan tutupan wilayah

berupa hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis di Borneo merupakan salah satu

hutan hujan tropis terbesar di dunia yang memegang peran penting bagi kehidupan

dunia sebagai paru-paru bumi. Popularitasnya sebagai wilayah hutan yang luas

membuat sebagian masyarakat ada yang beranggapan bahwa Borneo sebagai

kawasan rimba yang liar, belum terjamah, dan penuh misteri. Namun, dibalik

semua spekulasi tersebut, Borneo menyimpan sejuta eksotisme kehidupan alam

rimba yang sesungguhnya. Sebuah teater kehidupan yang menyuguhkan

pertunjukan antara keunikan satwa, warisan budaya, kekayaan alam, serta

bentangan geografis dalam satu panggung utama.

Bentangan alam di pulau Borneo tidak hanya sebatas berupa hutan hujan

tropis namun terdapat juga dataran-dataran tinggi serta sungai-sungai panjang yang

membelah pulau ini, sehingga ada sebuah julukan untuk pulau Borneo sebagai

“Pulau Seribu Sungai” karena banyaknya sungai yang mengalir di dalamnya.

Borneo juga terkenal sebagai pusat keanekaragaman hayati terpenting di dunia.

Tempat hidup bagi flora dan fauna endemik pulau tropis yang meliputi 13 spesies

primata, 350 lebih spesies burung, 150 reptil dan amfibi dan 15.000 spesies

Gambar 1.2 Pembagian administrasi wilayah di pulau Borneo

(Sumber:

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9d/Borneo2_map_english_na

mes.svg/2000px-Borneo2_map_english_names.svg.png diakses 25 Nopember 2015 pukul

12.56 WIB)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

3

tanaman2. Pulau ini juga merupakan satu-satunya tempat di bumi di mana gajah,

orang utan, dan badak dapat hidup berdampingan dalam statusnya sebagai hewan

terancam punah3. Satwa lainnya yang juga masuk pada kategori yang sama yang

hidup di pulau ini seperti burung enggang, pesut, macam tutul, beruang madu, dan

owa semuanya hidup berdampingan dalam satu hutan.

1.1.2 Dayak: The People of Heart of Borneo

Terbentang di antara pegunungan, sungai-sungai, serta hutan-hutan tropis

belantara, terdapat sebuah komunitas masyarakat pribumi yang telah menghuni

pulau ini sejak lama dengan adat istiadat dan kebudayaan yang beragam

berdasarkan kondisi geografis yang ditempati. Masyarakat pribumi ini dikenal

sebagai suku Dayak. Pada dahulunya mereka hidup dalam satu kesatuan, namun

seiring perkembangan zaman dan modernisasi di Borneo mengakibatkan mereka

terpecah-terpecah dan menyebar di seluruh pelosok pulau. Mereka merupakan

salah satu aktor penggerak kehidupan di Jantung Borneo atau Heart of Borneo4.

Jayl Langub, seorang tokoh masyarakat adat di Heart of Borneo dan Board of

trustee WWF-Malaysia memberikan gambaran mengenai Suku Dayak yang

mendiami Heart of Borneo sebagai berikut:

2WWF Global, “Borneo: Pulau Terbesar Ketiga di Dunia”, Masyarakat di Heart of Borneo, 2013, hlm. 4. 3Bersama dengan pulau Sumatera menjadikannya sebagai tempat pelestarian orang utan, gajak dan badak (WWF Global,

“Borneo: Pulau Terbesar Ketiga di Dunia”, Masyarakat di Heart of Borneo, 2013, hlm. 4.) 4Istilah Heart of Borneo sebenarnya merupakan istilah mengenai inisiatif tiga negara di Borneo, yaitu Indonesia, Malaysia,

dan Brunei Darussalam untuk mengelola kawasan hutan tropis dataran tinggi Borneo yang didasarkan pada prinsip konservasi

dan pembangunan berkelanjutan.

Gambar 1.3 Salah satu bentang alam Borneo berupa sungai

(Sumber: Heart of Borneo di Indonesia ©WWF-Indonesia – Didik Surjanto, hal.2-3)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

4

“Di dalam kawasan Heart of Borneo, sebuah istilah baru untuk daerah yang melintasi

batas-batas administrasi tiga negara, Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia, tinggal

berbagai kelompok etnis. Banyak dari mereka yang memiliki masa lalu di dalamnya, pindah

dan hidup di sepanjang sisi sungai, hutan dan pegunungan. Mereka telah memanfaatkan sumber

daya alam secara berkelanjutan sesuai tradisi dan kearifan mereka. Mereka percaya bahwa

mereka adalah penjaga tanah dan hutan untuk anak-anak dan cucu-cucu mereka. Identitas,

seni dan hasil karya, serta penghidupan dan sistem kepercayaan mereka berasal dari alam yang

merupakan bagian hidup mereka. Mereka menggunakan seluruh pengetahuan mereka untuk

bertani dan mengelola sumber daya alam dengan membuka sepetak lahan, menanam padi,

sayuran dan tanaman lain kemudian kembali bertani di lahan yang sama setelah bertahun-

tahun meninggalkan lahan tersebut kosong tidak ditanami. Hutan dengan cepat memperbarui

kembali lahan-lahan tersebut dengan spesies tanaman sekunder yang membutuhkan sinar

matahari dan bertahun-tahun kemudian digarap kembali untuk bertani5.”

Ini merupakan sebuah bukti yang menyoroti kehidupan masyarakat adat

suku Dayak yang menjalin hubungan erat dengan hutan Borneo. Segala bentuk

penghidupan dan sistem kepercayaan yang berkembang selaras dengan hutan sejak

dahulu kala6. Sebuah suara yang memberikan wawasan kepada masyarakat luas

mengenai kearifan lokal, pengetahuan tradisional, dan rasa cinta terhadap tanah

mereka yang telah mereka jaga dan berlanjut dari generasi ke generasi.

5WWF Global, “Kata Pengantar”, Masyarakat di Heart of Borneo, 2013, hlm. 1. 6Ibid., ”Kata Sambutan”, ibid., hlm. 2.

Gambar 1.4 Ibu suku Dayak menggendong bayi

(Sumber:

http://wwf.panda.org/what_we_do/where_we_work/borneo_forests/about_borneo_forests

/people/ diakses pada 28 Nopember 2015 pukul 13.04 WIB)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

5

Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2010 mencatat bahwa jumlah

penduduk suku Dayak di Indonesia mencapai 3.009.4947 jiwa yang tersebar dalam

268 sub suku Dayak di seluruh Indonesia. Hal ini menjadikan Suku Dayak berada

pada peringkat 17 di Indonesia sebagai suku dengan jumlah populasi terbanyak

serta peringkat kedua suku terbanyak di pulau Kalimantan setelah suku Banjar

dengan presentase 1,27%. Di wilayah negara Malaysia, suku Dayak memiliki jumlah

populasi mencapai 3.350.000 jiwa yang tersebar dari wilayah Sabah hingga Sarawak.

Untuk wilayah Brunei Darussalam, jumlah populasi suku Dayak hanya mencapai

50.898 jiwa saja8. Sehingga, pada tahun 2010 total populasi penduduk suku Dayak

di seluruh Borneo mencapai 6,9 juta jiwa dan menjadi populasi terbesar yang

berada di pulau Borneo.

1.1.3 Terombang-ambingnya Suku Dayak Pada Masa Kini

Pada dasarnya masyarakat suku Dayak merupakan masyarakat yang

menjunjung tinggi adat istiadat mereka yang sudah ditanamkan sejak zaman nenek

moyang mereka. Simbiosis dengan alam merupakan suatu hal yang menciptakan

kebudayaan mereka dan menjadi nilai-nilai lokal masyarakat tersebut. Nilai-nilai

lokal ini merupakan sebuah pandangan hidup dan pandangan tentang dunia bagi

suku Dayak yang kemudian akan terus dijaga dan akan tetap berlanjut hingga

generasi-generasi berikutnya.

Zaman telah berkembang dengan pesat. Pertukaran informasi dengan

mudah dan cepatnya merambat keseluruh elemen masyarakat. Hal ini

menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan

kehidupan masyarakat suku Dayak. Sebuah masa-masa krusial yang harus dirasakan

oleh masyarakat adat ini. Sebagai contoh banyak para pendatang yang berangsur-

angsur mulai “menjamah” pulau Borneo serta menetap dan berbaur dengan

masyarakat lokal di sana dengan membawa kebudayaan dari tempat asal mereka.

Dampak dari ini memunculkan dua sisi masyarakat Dayak. Pertama adalah

masyarakat Dayak yang masih tetap memegang teguh kebudayaan mereka dan

menjaganya agar tidak berbaur dengan kebudayaan pendatang memutuskan untuk

7Badan Pusat Statistik Nasional, Kewarganegraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil

Sensus Penduduk 2010, 2011, hlm. 28. 8Negara Brunei Darussalam sangat ketat dengan doktrin keislamannya yang berpengaruh besar terhadap kebebasan

mengaktualisasikan kebudayaannya sebagai jati dirinya (Anonim, “Sekilas Gambaran Dayak Kini”, diunggah tanggal 04

Desember 2013 pukul 12.14 WIB, diakses dari http://kebudayaan–dayak.org/berita-sekilas-gambaran-dayak-

kini.html#ixzz3slk55CHd, pada tanggal 27 Nopember 2015 pukul 14.56 WIB)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

6

menyusup lebih ke dalam rimba hutan. Kedua masyarakat Dayak yang menerima

kebudayaan ini dan berbaur dengan para pendatang tersebut. Hal ini menjadi satu

contoh bahwa dengan perkembangan zaman yang semakin modern telah

mengubah suatu komunitas yang awalnya satu kesatuan menjadi terpencar-

terpencar.

Sebuah isu global yang saat ini telah melanda masyarakat dunia dan tidak

bisa dihindarkan keberadaannya. Globalisasi menjadi tren utama isu dunia saat ini

dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Globalisasi telah

menciptakan modernisasi dalam berbagai aspek. Tidak ketinggalan peristiwa ini

telah menjamah hingga ke dalam rimbunnya pulau Borneo. Cukup drastis jika

melihat globalisasi dan modernisasi telah mengikis eksistensi kebudayaan suku

Dayak hingga memudarkan rasa bangga akan budaya sendiri. Sebuah jurnal

menyatakan bahwa hampir sebagian generasi muda Dayak mengalami penurunan

pengetahuan adat yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi yang merambahi

media massa. Tak jarang banyak tidak mengetahui adat istiadatnya bahkan jati

dirinya sendiri9.

Dalam konteks ini memunculkan persoalan mengenai bagaimana

memelihara kekuatan integratif kebudayaan Dayak dalam rangka modernisasi

melalui berbagai kegiatan pembangunan yang mau tidak mau menimbulkan konfilk

atau keterkejutan budaya (culture shock) pada masyarakat Dayak10. Demikian adanya

kekhawatiran mendasar yang menganggap modernisasi pada akhirnya akan

memudarkan eksistensi suku Dayak dari pribumi Borneo. Kekhawatiran ini

berlanjut dengan lambat laun akan memudarkan generasi muda akan budaya dan

asal usul mereka, siapa mereka dan jati diri mereka.

1.1.4 Provinsi Kalimantan Timur Sebagai Pusat Kebudayaan Borneo (Center of

Excellence)

9Anonim, “Sekilas Gambaran Dayak Kini”, diunggah 04 Desember 2013 pukul 12.14 WIB, diakses dari http://kebudayaan-

dayak.org/berita-sekilas-gambaran-dayak-kini.html#ixzz3slk55CHd pada tanggal 27 Nopember 2015 pukul 15.37 WIB 10Roedy Haryo Widjono AMZ, “Komunitas Dayak di Borneo Terombang-ambing Diterjang Gelombang Peradaban”,

Kompasiana, diunggah 26 Pebruari 2013 pukul 09.40 WIB, diperbarui 24 Juni 2015 pukul 17.40 WIB, diakses dari

http://www.kompasiana.com/nomaden/komunitas-dayak-terombang-ambing-diterjang-gelombang-

peradaban_552e52976ea834c9468b459e, pada tanggal 21 Nopember 2015 pukul 14.26 WIB

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

7

Indonesia terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam hingga provinsi Papua yang diikuti 32 provinsi lainnya, tersebar

di seluruh kepulauan luas Indonesia, menciptakan keberagaman budaya yang

beragam. Berangkat dari kebhinnekaan bangsa Indonesia sebagai latar belakang

bangsa yang kaya akan berbagai jenis kekayaan budaya daerah yang beragam, adat,

tradisi, kesenian, serta kearifan lokal dari masing-masing daerah. Sebagai

masyarakat Indonesia yang berbudaya, budaya lokal di seluruh Indonesia ini patut

dilestarikan dan dipelihara dengan baik sebagai suatu modal dalam pembangunan

dan pengembangan kebudayaan nasional.

Beranjak dari kepedulian terhadap pelestarian kebudayaan nusantara,

Badan Perpustakaan Nasional mencetuskan sebuah program yang bernama Center

of Excellence atau pusat keunggulan dalam layanan informasi kebudayaan. Indonesia

memiliki 34 provinsi yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, namun tidak

semua provinsi mampu menjadi pusat pelayanan informasi adat dan budaya karena

ini berkaitan dengan komitmen kepala daerah serta fasilitas penunjang yang ada.

Akhirnya Perpusnas menetapkan enam provinsi yang dianggap siap menerima

“jabatan” sebagai Center of Excellence. Provinsi tersebut meliputi provinsi Riau untuk

kebudayaan Melayu, provinsi Jawa Tengah untuk kebudayaan Jawa, provinsi

Kalimantan Timur untuk kebudayaan Borneo, Provinsi Bali untuk kebudayaan

Bali, NTB, dan NTT, provinsi Sulawesi Selatan untuk kebudayaan Sulawesi, dan

provinsi Papua Barat untuk kebudayaan Papua dan Maluku. Penetapan enam

provinsi ini berdasarkan kesiapan sarana dan prasarana pendukung, kesiapan

bangunan, perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang sudah ada.

Gambar 1.5 Peta provinsi yang ditunjuk sebagai Center of Excellence oleh Perpusnas

(Sumber:

http://kelembagaan.perpusnas.go.id/Digital_Docs/images/activities/pictorialnews/normal/

LOGO2.JPG diakses pada 29 Nopember 2015 pukul 13.00 WIB)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

8

Provinsi Kalimantan Timur dipilih sebagai Center of Excellence untuk

kebudayaan Borneo pada tahun 2011 dengan memenuhi syarat-syarat yang telah

disebutkan sebelumnya dan provinsi Kalimantan Timur juga telah

mengembangkan sistem digital dalam kepustakaannya sejak Mei 2010. Dengan ini

provinsi Kalimantan Timur bertanggung jawab dalam mengumpulkan koleksi

warisan daerah di empat provinsi Kalimantan lainnya11. Semua koleksi warisan

budaya Borneo nanti (naskah kuno, cerita rakyat, kuliner, adat istiadat, kesenian

lokal, dll) akan didigitalisasi agar dapat diakses oleh berbagai pihak luas hingga

seluruh dunia. Upaya ini dilakukan sebagai terobosan dalam melestarikan

kebudayaan sendiri agar tidak hilang oleh zaman dan dapat digunakan oleh generasi

selanjutnya. Pemilihan Kalimantan Timur dirasa sangat sesuai dikarenakan

memiliki khasanah budaya yang beragam dan kaya.

1.1.5 Potensi Fasilitas Kultural Sebagai Sarana Pemersatu Antar Bangsa

Budaya merupakan identitas bangsa dan cerminan setiap bangsa. Setiap

bangsa memiliki budaya yang menggambarkan ciri khas dari bangsa tersebut.

Budaya juga merupakan alat pemersatu bangsa di antara globalisasi yang

memunculkan multikulturalisme dalam masyarakat.

11Inisiatif pembentukan Center of Excellence di Provinsi Kalimantan Timur ini dilakukan atas isu bahwa pemerintah Malaysia

juga mengembangkan proyek yang sama. Untuk itu, sebelum terlambat maka provinsi Kalimantan Timur diminta untuk

mengumpulkan semua koleksi budaya di empat provinsi Kalimantan lainnya (Julkifli Marbun, “Ambisi Kaltim Menjadi

‘Center of Excellent’, Republika, diunggah 24 Nopember 2013 pukul 05.55 WIB, diakses dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/24/mwqnno-ambisi-kaltim-menjadi-centre-of-excellent, pada

tanggal 27 Nopember 2015 pukul 15.39 WIB)

Gambar 1.6 Perbedaan menjadi bentuk persatuan pada masyarakat di Borneo

(Sumber: Masyarakat di Heart of Borneo ©Hermanto/Photovoices Intl - WWF/HoB, hal.

66)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

9

Keberagaman kebudayaan di Borneo telah memberi warna tersendiri bagi

pulau ini. Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah kebudayaan Dayak di

tengah dunia ini. Perkembangan zaman telah mengubah kebudayaan Dayak

menjadi terpencar-pencar satu sama lain yang notabene berlatar belakang sama

dalam satu rumpun. Belum lagi kebudayaan ini telah memasuki tiga wilayah

adminstrasi negara dengan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku di

dalamnya.

Potensi pengembangan pembangunan fasilitas kultural seperti yang di

canangkan provinsi Kal-Tim diharapkan mampu memberikan pembelajaran

mengenai kebudayaan Dayak seluruh Borneo kepada khalayak umum dan

memberikan kontribusi besar terhadap pelestarian kebudayaan pribumi ini.

Melintasi tiga negara menjadi hal awal dalam mengembangkan kebudayaan ini

menjadi sarana pemersatu antar bangsa melalui lintas budaya Borneo. Keberadaan

fasilitas kultural di Samarinda diharapkan mampu mewadahi berbagai kegiatan

kreatif dan acara seni yang berhubungan dengan budaya Dayak. Keberagaman serta

berada pada tiga negara dengan ideologi berbeda menjadi acuan dalam

menciptakan fasilitas kultural sebagai sarana pemersatu bangsa karena budaya

adalah alat pemersatu bangsa.

1.2 PERMASALAHAN

1.2.1 Permasalahan Non-Arsitektural

Permasalahan non-arsitektural yang dimaksud di sini adalah:

1. Bagaimana peran cultural center dalam memberikan sarana pendidikan non-

formal yang mampu menarik perhatian para wisatawan dan tujuan wisata

unggulan berbasis budaya Dayak di kota Samarinda?

2. Bagaimana peran dan fungsi cultural center dalam membentuk kepedulian

masyarakat terhadap eksistensi kebudayaan Dayak yang mulai terkikis oleh era

globalisasi?

3. Bagaimana cultural center dapat berperan sebagai center of excellence sebagai bentuk

sarana promosi dan informasi kebudayaan Dayak di kota Samarinda?

4. Bagaimana cultural center dapat merangkum dan mengintegrasikan keseluruhan

budaya Dayak yang melintasi batas-batas administrasi tiga negara di Borneo

sebagai bentuk persatuan antar bangsa?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

10

1.2.2 Permasalahan Arsitektural

Permasalahan arsitektural yang dimaksud di sini adalah

1. Bagaimana mendesain cultural center yang mampu mewadahi heterogenesis

kebudayaan Dayak Borneo yang beragam?

2. Bagaimana memunculkan ekspresi yang ingin ditampilkan cultural center sebagai

ikon budaya kota Samarinda?

3. Bagaimana perwujudan ruang interaktif sebagai bentuk keinteraksian antara

masyarakat dengan pelaku budaya?

4. Bagaimana perwujudan ruang interaktif serta mengintegrasikannya dengan

ruang dalam dan ruang luar pada cultural center?

5. Bagaimana skenario yang ingin diciptakan di cultural center dalam membentuk

kepedulian masyarakat akan pelestarian budaya daerah?

6. Bagaimana program dan karakteristik ruang pada cultural center?

7. Bagaimana penataan layout dan koleksi pada cultural center?

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

1.3.1 Tujuan

Menciptakan cultural center yang dapat memberikan pengetahuan,

pembelajaran dan pengenalan kebudayaan suku Dayak di seluruh Borneo kepada

berbagai kalangan secara mudah dan menarik dalam upaya pelestarian kebudayaan

suku Dayak sebagai identitas warisan budaya Borneo di tengah globalisasi dan

modernisasi di lingkungan masyarakat global.

1.3.2 Sasaran

Dayak Borneo Cultural center diharapkan mampu menarik perhatian

masyarakat luas dari berbagai generasi untuk belajar dan berinteraksi langsung

dengan kebudayaan Dayak melalui wahana yang edukatif, rekreatif, dan interaktif

di kota Samarinda.

1.4 LINGKUP PEMBAHASAN

Hasil dari penulisan mengenai perancangan cultural center ini akan mengutamakan

aspek-aspek fungsi cultural center sebagai pusat kebudayaan Dayak dengan berbagai kegiatan

kebudayaan di dalamnya serta penyelesaian konsep eksplorasi gagasan penulis akan prinsip-

prinsip arsitektur dengan pendekatan ruang interaktif. Pendekatan ini akan menciptakan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

11

sebuah pengalaman ruang yang mampu berinteraksi antar beberapa komponen dalam

cultural center.

1.5 METODE PEMBAHASAN

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

1. Data Literatur

Data literatur pada penulisan perancangan cultural center ini diperoleh dari

berbagai media baik media cetak seperti buku, jurnal, majalah, maupun media

elektronik seperti internet, televisi, radio, atau film/video dokumenter terkait

pembahasan mengenai Dayak Borneo Cultural Center beserta pendekatan yang

diterapkan yaitu ruang interaktif. Hasil studi literatur ini akan digunakan sebagai

acuan dalam menganalisis data lapangan dan penyusunan konsep.

2. Data Lapangan

Data lapangan diperoleh dari melakukan survei langsung di lapangan.

Meninjau langsung kondisi dan keadaan tapak di lapangan untuk mengambil

data-data faktual sebagai bahan dalam penyusunan konsep.

3. Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan kemudian akan di analisis berdasarkan

studi literatur yang dilakukan untuk mengambil kesimpulan yang akan dijadikan

sebagai pedoman penyusunan konsep desain.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk dapat memberikan informasi secara jelas, sistematis, dan mudah dipahami,

maka pada penulisan Pra Tugas Akhir ini ditulis dengan sistematika urutan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I akan diuraikan penjelasan mengenai latar belakang penulisan secara

umum dan khusus sesuai dengan isu yang berkembang, rumusan permasalahan, tujuan dan

sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, serta kerangka

pemikiran awal penulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II akan diuraikan penjelasan secara menyeluruh dan umum mengenai

teori-teori terkait budaya dan kebudayaan, pembahasan cultural center (fungsi hingga standar

ruang), kebudayaan suku Dayak, pengertian ruang publik, studi kasus terkait tipologi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

12

bangunan ini, dan preseden yang akan dijadikan sebagai acuan dalam mendesain bangunan

ini.

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN ANALISIS TAPAK

Pada bab III akan dijelaskan mengenai data-data di lapangan terkait dengan lokasi,

tapak, serta pemilihan tapak yang sesuai serta analisis site dalam kaitan fungsi dan konteks

di lapangan

BAB IV KONSEP PENDEKATAN DAN PERANCANGAN

Pada bab IV akan memaparkan mengenai konsep-konsep pendekatan ruang

interaktif sebagai dialog re-interaksi manusia dengan budaya serta penerapannya dalam

desain secara arsitektur dan ide-ide desain berdasarkan rumusan permasalahan yang ada.

1.7 KEASLIAN KARYA

Dalam penulisan penyusunan Pra Tugas Akhir yang berjudul Dayak Borneo Cultural

Center Sebagai Ruang Publik Interaktif di Kota Samarinda, penulis menggunakan beberapa

referensi Pra Tugas Akhir terdahulu sebagai acuan dalam penulisan Pra Tugas Akhir ini.

Karya-karya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pra Tugas Akhir: Museum Kebudayaan Dayak di Kalimantan Barat oleh Manuel Nyangko

(08/273224/ET/06055) Tahun 2009.

2. Pra Tugas Akhir: Fasilitas Pertunjukan Seni Situasi dan Berbagi Budaya, Eksperimentasi Ruang

Menuju Revolusi Kultural di Balikpapan oleh Stephanus Theodorus Suhendra

(06/192998/TK/31379) Tahun 2011.

3. Pra Tugas Akhir: Jogjakarta Internasional Cultural Center dengan Pendekatan Konsep

Superimposisi oleh Siswanto (99/129931/TK/24449) Tahun 2004.

Dalam beberapa refernsi tersebut terdapat kata kunci Museum Kebudayaan Dayak

dan Jogjakarta International Cultural Center namun tidak ada yang membahas lebih rinci

kebudayaan Suku Dayak seluruh Pulau Borneo ke dalam tipologi fungsi berupa cultural

center.

1.8 KERANGKA BERPIKIR

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/104426/potongan/S1-2016... · Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,

13

Gambar 1.7 Kerangka pemikiran penulis

(Sumber: Analisis penulis, 2016)