BAB I PENDAHULUAN -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jumlah penduduk, adanya infrastruktur, kemajuan teknologi, dan lain-lain. Semakin maju suatu kota, maka semakin banyak penduduk yang ingin tinggal di sana. Hal ini akan berdampak pada semakin terbatasnya ruang di kota karena semakin banyaknya ruang yang digunakan untuk menampung penduduk dan segala kegiatannya yang terus bertambah, terlebih apabila pembangunan kota tidak memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan. Saat ini pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian dan usaha yang ingin dicapai banyak kota di dunia begitu juga kota-kota di Indonesia. Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan konsep yang paling ideal bagi perencanaan kota dan wilayah saat ini. Pembangunan berkelanjutan berprinsip pada pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang (WCED dalam Yunus, 2008). Salah satu bentuk pembangunan yang berkelanjutan adalah dengan penerapan strategi compact city . Compact city merupakan strategi bagi perkembangan kota yang memiliki prinsip menekankan pada kepadatan penduduk yang tinggi sesuai dengan ukuran ideal sebuah kota, semua kegiatan yang terkonsentrasi, transportasi publik yang terintensifikasi, perwujudan dari kesejahteraan sosial-ekonomi warga kota, yang tujuan akhirnya adalah peningkatan taraf dan kualitas hidup kota (Jenks, dkk, 2000). Jenks, dkk (2000) juga menyatakan bahwa di kota-kota yang lebih kompak, jarak perjalanan menjadi berkurang, sehingga emisi bahan bakar berkurang, lahan pedesaan terhindar dari pembangunan, serta peningkatan fasilitas lokal dan daerah setempat menjadi lebih otonom. Walaupun efek dari banyak manfaat yang diklaim adalah bentuk dari compact city tertentu, akan tetapi untuk

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu.

Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi

maupun spasial. Transformasi yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti jumlah penduduk, adanya infrastruktur, kemajuan teknologi, dan

lain-lain. Semakin maju suatu kota, maka semakin banyak penduduk yang ingin

tinggal di sana. Hal ini akan berdampak pada semakin terbatasnya ruang di kota

karena semakin banyaknya ruang yang digunakan untuk menampung penduduk

dan segala kegiatannya yang terus bertambah, terlebih apabila pembangunan kota

tidak memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan.

Saat ini pembangunan berkelanjutan menjadi perhatian dan usaha yang

ingin dicapai banyak kota di dunia begitu juga kota-kota di Indonesia. Konsep

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan konsep yang

paling ideal bagi perencanaan kota dan wilayah saat ini. Pembangunan

berkelanjutan berprinsip pada pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini

tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang (WCED dalam Yunus,

2008). Salah satu bentuk pembangunan yang berkelanjutan adalah dengan

penerapan strategi compact city .

Compact city merupakan strategi bagi perkembangan kota yang memiliki

prinsip menekankan pada kepadatan penduduk yang tinggi sesuai dengan ukuran

ideal sebuah kota, semua kegiatan yang terkonsentrasi, transportasi publik yang

terintensifikasi, perwujudan dari kesejahteraan sosial-ekonomi warga kota, yang

tujuan akhirnya adalah peningkatan taraf dan kualitas hidup kota (Jenks, dkk,

2000). Jenks, dkk (2000) juga menyatakan bahwa di kota-kota yang lebih

kompak, jarak perjalanan menjadi berkurang, sehingga emisi bahan bakar

berkurang, lahan pedesaan terhindar dari pembangunan, serta peningkatan fasilitas

lokal dan daerah setempat menjadi lebih otonom. Walaupun efek dari banyak

manfaat yang diklaim adalah bentuk dari compact city tertentu, akan tetapi untuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

2

saat ini, urban compaction adalah arah kebijakan yang sedang banyak diminati

(Jenks, dkk dalam Permatasari, dkk, 2013).

Compact city dinilai sebagai bentuk perkotaan yang paling berkelanjutan,

karena dapat mendorong mobilitas yang berkelanjutan dan paling sesuai dengan

prinsip anti-sprawl untuk menanggapi kecenderungan perkembangan kawasan

perkotaan yang saat ini mengarah pada ketidakberlanjutan (Permatasari, dkk,

2013). Perkembangan kota saat ini cenderung ekspansif dan menyebar keluar atau

ke arah peri urban. Menurut Giyarsih (2001), daerah pinggiran kota atau peri

urban adalah daerah pinggiran kota yang berada dalam proses transisi dari daerah

perdesaan menjadi perkotaan dan sebagai daerah transisi. Daerah ini berada dalam

tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat dan berdampak pada

perubahan fisikal. Tingginya pemanfaatan ruang kota akan mengakibatkan

pencampuran kegiatan dan interaksi yang semakin kuat antara perkotaan dan

pedesaan yang pada akhirnya mengkibatkan batas antara kota dan desa menjadi

tidak jelas (Kurniadi, 2007).

Transformasi spasial di wilayah peri urban secara morfologis akan

mengubah bentuk pemanfaatan lahan, karena transformasi secara spasial juga

memiliki pengertian berubahnya bentuk penggunaan lahan (Hardati, 2011). Pada

umumnya fungsi pertanian dan fungsi ekologi masih menjadi fungsi yang utama

di wilayah peri urban, dengan demikian keberadaan lahan pertanian produktif

maupun lahan yang mendukung fungsi ekologi tersebut akan terancam dengan

adanya penjalaran sifat fisik kekotaan. Di wilayah peri urban lah tempat terjadinya

konflik antara mempertahankan lahan pertanian untuk sektor kedesaan atau

melepaskan lahan pertanian untuk kepentingan perkembangan fisikal baru sektor

kekotaan. Kedua hal tersebut adalah bentuk konflik pemanfaatan lahan yang

mencolok dan seolah-olah menjadi ajang pertempuran (battle front) antara sektor

kedesaan dan sektor kekotaan, dan pada kondisi empirisnya sektor kedesaan lah

yang banyak kalah dalam konflik pemanfaatan lahan ini (Yunus, 2008).

Dewasa ini banyak ditemukan kecenderungan kota-kota di Indonesia

berkembang ke arah luar karena struktur kota yang tidak kompak, hal itu pula

yang terjadi di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

3

daya tarik yang cukup besar mengingat bahwa kota ini dikenal sebagai Kota

Pendidikan, Kota Budaya, Kota Wisata, dan lain-lain. Berkembangnya Kota

Yogyakarta membuat wilayah peri urbannya atau kecamatan-kecamatan di

sekitarnya ikut terpengaruh.

Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

pertambahan luas permukiman yang dilakukan oleh pengembang dalam jumlah

banyak (real estate). Di Amerika, sebanyak 62,4% dari total 93 juta unit rumah

berada di daerah peri urban. Hal inipun terjadi di area perkotaan besar khususnya

di belahan Asia Timur, pembangunan perumahan skala besar juga mendominasi

wilayah peri urbannya. Demikian pula yang terjadi di Indonesia, terutama di

kawasan metropolitan seperti Jabodetabek dan Bandung. Saat ini wilayah peri

urban Jabodetabek, khususnya di Kabupaten Tangerang menjadi tempat

berkembangnya perumahan skala besar dengan total ± 60 developer yang

memiliki aset pembangunan perumahan real estate. Di wilayah peri urban Kota

Bandung seperti Kecamatan Parongpong, Lembang, Cimenyan, Cilengkrang,

Cileunyi, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Margahayu dan Margaasih juga menjadi

tempat berkembangnya perumahan skala besar. Terdapat 51 pembangunan

perumahan formal baru dengan 93 izin lokasi dan luas konversi sebesar 2.382,13

Ha (Septanaya, dkk, 2012).

Seiring berjalannya waktu, sektor kedesaan di Wilayah Peri Urban Kota

Yogyakarta juga mulai bergeser. Adanya peluberan perkembangan kota ke arah

luar tersebut memicu terjadinya transformasi spasial di Wilayah Peri Urban Kota

Yogyakarta karena sifat fisik kekotaan yang semakin menyebar kemudian

beraglomerasi, dan saat ini dikenal dengan Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

Berdasarkan Perda Provinsi DI Yogyakarta No. 2 Tahun 2010, wilayah Kawasan

Perkotaan Yogyakarta meliputi seluruh bagian Kota Yogyakarta dan sebagian

wilayah Kabupaten Bantul, yaitu Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan

serta sebagian wilayah Kabupaten Sleman, yaitu Kecamatan Depok, Ngemplak,

Ngaglik, Mlati, Godean dan Gamping. Adanya pusat-pusat kegiatan baru ini akan

menarik banyak orang untuk datang dan pada akhirnya semakin meningkatkan

kebutuhan akan ruang, dan untuk mencukupi kebutuhan ruang tersebut maka akan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

4

semakin banyak pula lahan di wilayah peri urban yang harus dialihfungsikan

untuk mendukung sektor kekotaan.

Perkembangan kota yang menyebar dapat diantisipasi dengan optimalisasi

urban compactness. Dengan mengoptimalkan urban compactness, maka dapat

mencegah pembangunan di wilayah peri urban karena salah satu prinsip dari

compact city adalah dengan pembangunan pada ruang-ruang sisa di kota sehingga

pertumbuhan kota yang melebar dapat diminimalisir. Oleh karena itu, urban

compactness dapat diperhitungkan dan menjadi tolak ukur terhadap keseimbangan

kota dan wilayah peri urbannya.

Penelitian ini akan membahas bagaimana kecenderungan urban

compactness Kota Yogyakarta dan akan dilakukan pengamatan bagaimana

pengaruh urban compactness tersebut terhadap transformasi spasial yang terjadi

di wilayah peri urbannya yaitu kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Kawasan Perkotaan Yogyakarta dengan

menggunakan data time series tahun 2003 dan tahun 2013. Penelitian ini

menggunakan data time series karena transformasi adalah suatu bentuk

perubahan, sehingga untuk mengamatinya perlu menggunakan data dalam jangka

waktu tertentu. Pada penelitian ini akan terlihat bagaimana pola kompaksi Kota

Yogyakarta dan kecenderungan transformasi spasial di wilayah peri urbannya.

Pada penelitian ini akan diamati apakah pada suatu kota yang compact,

maka transformasi spasial di wilayah peri urbannya cenderung lebih rendah

karena mendapatkan manfaat dari konsep compact city yang diantaranya

perlindungan terhadap wilayah peri urban dan strategi perkembangan anti-sprawl.

Sebaliknya, apakah pada kota yang kurang compact, transformasi spasial di

wilayah peri urbannya cenderung lebih tinggi dan acak karena penyebaran sifat

fisik ruang kekotaan menuju wilayah peri urban yang semakin tinggi pula.

Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh

urban compactness terhadap transformasi spasial di wilayah peri urban. Dengan

demikian konsep compact city dapat dijadikan sebagai alternatif strategi

perkembangan perkotaan yang berkelanjutan bagi kota-kota besar di Indonesia.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

5

Gambar 1.1. Diagram Latar Belakang

Sumber: Penulis (2015)

1.2 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dengan menghitung urban compactness Kota Yogyakarta, maka dapat

diketahui seberapa tinggi tingkat kekompakan dari Kota Yogyakarta dan

bagaimana pengaruh urban compactness tersebut terhadap transformasi spasial

yang terjadi di wilayah peri urbannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

muncullah pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana kecenderungan urban compactness Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana kecenderungan transformasi spasial yang terjadi di Wilayah

Peri Urban Kota Yogyakarta khususnya kecamatan-kecamatan di

Perkembangan Kota Yogyakarta

Perkembangan Spasial Secara

Horizontal

Wilayah Peri Urban Kota Yogyakarta

Transformasi Spasial Wilayah

Peri Urban Kota Yogyakarta : 1. Pemanfaatan Lahan

2. Pertambahan luas lahan

terbangun

3. Pertambahan jaringan

jalan

4. Ketersediaan fasilitas

sosial ekonomi

Kurang Memperhatikan Aspek

Keberlanjutan

Salah Satu Bentuk

Pembangunan Berkelanjutan:

Compact city

Urban Compactness

mengarah ke

menyebabkan

mempengaruhi/ dapat menekan

Pertambahan Penduduk

Pertambahan Kebutuhan Ruang

karena

memicu

memicu

memicu

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

6

Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Kawasan

Perkotaan Yogyakarta?

3. Bagaimana pengaruh urban compactness terhadap transformasi spasial di

Wilayah Peri Urban Kota Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengukur bagaimana kecenderungan urban compactness Kota

Yogyakarta pada tahun 2003 dan 2013 dilihat dari indikator compact city.

2. Menggambarkan kecenderungan transformasi spasial yang terjadi di

Wilayah Peri Urban Kota Yogyakarta khususnya kecamatan-kecamatan di

Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Kawasan

Perkotaan Yogyakarta pada tahun 2003 - 2013.

3. Membuktikan adanya pengaruh urban compactness terhadap transformasi

spasial di Wilayah Peri Urban Kota Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu Perencanaan

Wilayah dan Kota sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dan tinjauan

pustaka bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai urban

compactness khususnya pengaruh urban compactness terhadap

transformasi spasial di wilayah peri urban.

2. Manfaat Praksis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menyusun kebijakan

terkait perencanaan pengembangan Perkotaan Yogyakarta dengan

menggunakan pendekatan dan konsep compact city, sehingga nantinya

dapat terwujud Perkotaan Yogyakarta yang berkelanjutan melihat

keberhasilan dari kota-kota di negara-negara maju yang telah sukses

menerapkam konsep compact city ini.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

7

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian dibutuhkan agar penelitian lebih fokus dan tidak

meluas. Adapun lokasi dan fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kota Yogyakarta dan Wilayah Peri Urban

Kota Yogyakarta yaitu kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul yang termasuk dalam bagian Kawasan Perkotaan

Yogyakarta dan berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta, yang

meliputi kecamatan: Kasihan, Sewon, Banguntapan, Depok, Ngemplak,

Ngaglik, Mlati, Godean dan Gamping.

Gambar 1.2. Peta Wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta

Sumber: Penulis, 2015

2. Waktu Penelitian

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pada tahun

2003 - 2013.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

8

3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah membuktikan adanya pengaruh urban

compactness Kota Yogyakarta terhadap transformasi spasial yang terjadi

di wilayah peri urbannya.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Pengaruh Urban Compactness

Terhadap Transformasi Spasial di Wilayah Peri Urban Kota Yogyakarta”.

Penelitian ini berfokus pada membuktikan adanya pengaruh urban compactness

terhadap transformasi spasial yang terjadi di wilayah peri urbannya. Berdasarkan

studi literatur penulis, penelitian-penelitian lain yang membahas kekompakan kota

juga pernah dilakukan di Kota Yogyakarta (dengan fokus yang berbeda),

Surabaya, Semarang, dan Bandung. Adapun penjelasan dari penelitian-penelitian

terkait yang telah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh Urban compactness Terhadap Pola Pergerakan Penduduk Kota

Yogyakarta (Lanthika Atianta – Skripsi Universitas Gadjah Mada 2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Atianta (2014) memiliki fokus untuk

mengetahui pengaruh urban compactness terhadap pola pergerakan (jarak

tempuh pergerakan keluar kecamatan, dan penggunaan moda transportasi)

penduduk Kota Yogyakarta. Sedangkan lokus dari penelitian ini berada di

Kecamatan Danurejan dan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif – kuantitatif.

2. Pengaruh Urban Compaction Terhadap Pola Pergerakan Berkelanjutan di

Kota Surabaya (Dhea Permatasari, Agus Dwi Wicaksono, Fauzul Rizal

Sutikno – Jurnal Universitas Brawijaya 2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari, dkk (2013) memiliki

fokus untuk mengetahui tingkat keberlanjutan struktur ruang kota

berdasarkan konsep compact city serta pengaruhnya terhadap pola

pergerakan berkelanjutan di Kota Surabaya. Sedangkan lokus dari

penelitian ini adalah Kota Surabaya itu sendiri. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deduktif – kuantitatif.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

9

3. Identifikasi Urban Compactness di Wilayah Metropolitan Semarang

(Aristiyono Devri Nuryanto – Skripsi ITB Tahun 2008)

Penelitian yang dilakukan Nuryanto (2008) memiliki fokus untuk

mengidentifikasi pola spasial urban compactness di Wilayah Metropolitan

Semarang berdasarkan indikator compact city dan melakukan analisis

keterkaitan urban compactness dengan transportasi di Wilayah

Metropolitan Semarang. Sedangkan lokus dari penilitian ini adalah

Wilayah Metropolitan Semarang. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deduktif – kuantitatif.

4. Pola Spasial Urban Compaction di Wilayah Metropolitan Bandung (Ivan

Kurniadi – Skripsi Institut Teknologi Bandung 2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2007) memiliki fokus

untuk mengidentifikasi pola spasial urban compaction di Wilayah

Metropolitan Bandung dan menganalisis struktur dan pola ruang Wilayah

Metropolitan Bandung dengan menggunakan indikator compact city.

Sedangkan lokus dari penelitian ini adalah Wilayah Metropolitan

Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deduktif – kuantitatif.

5. Bentuk dan Pengembangan Kawasan Perkotaan Berkelanjutan: Kajian

Potensi Kompaksi di Kawasan Perkotaan Bandung (Iwan Kustiwan –

Disertasi Universitas Indonesia 2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Kustiwan (2006) memiliki fokus

untuk mengidentifikasi keterkaitan antara bentuk perkotaan dan

keberlanjutan perkotaan sebagai dasar dalam menentukan arahan struktur

dan pola ruang di Kawasan Perkotaan Bandung agar terwujud struktur dan

pola ruang kawasan perkotaan yang berkelanjutan. Sedangkan lokus dari

penelitian ini adalah Kawasan Perkotaan Bandung. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deduktif - kuantitatif.

6. Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Densifikasi Permukiman di Daerah

Pinggir Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta (Sri

Rum Giyarsih – Jurnal Universitas Gadjah Mada 2001)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

10

Penelitian yang dilakukan oleh Giyarsih (2001) memiliki fokus

untuk membuktikan bahwa gejala urban sprawl memicu terjadinya

densifikasi permukiman di Pinggiran Kota Yogyakarta. Sedangkan lokus

dari penelitian ini adalah Kota Yogyakarta dan Daerah Pinggirannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

deduktif – kuantitatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah

dilakukan dan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya baik dalam segi lokus maupun fokus. Dengan melihat

adanya perbedaan tersebut, maka penelitian ini relevan untuk dilakukan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

11

Tabel 1.1. Daftar Penelitian Terkait

No Nama (Tahun) Jenis Penelitian Judul Fokus Lokus Metode

Penelitian

1. Lanthika Atianta

(2014)

Skripsi UGM

Pengaruh Urban

Compactness Terhadap Pola

Pergerakan Penduduk Kota

Yogyakarta

Mengetahui pengaruh urban

compactness terhadap pola

pergerakan (jarak tempuh

pergerakan keluar kecamatan, dan

penggunaan moda transportasi)

penduduk Kota Yogyakarta

Kecamatan

Danurejan dan

Umbulharjo,

Kota

Yogyakarta

Deduktif -

Kuantitatif

2. Dhea Permatasari,

Agus Dwi

Wicaksono, Fauzul

Rizal Sutikno

(2013)

Jurnal

Universitas

Brawijaya

Pengaruh Urban Compaction

Terhadap Pola Pergerakan

Berkelanjutan di Kota

Surabaya

Mengetahui tingkat keberlanjutan

struktur ruang kota berdasarkan

konsep compact city serta

pengaruhnya terhadap pola

pergerakan berkelanjutan di Kota

Surabaya

Kota Surabaya Deduktif –

Kuantitatif –

2. Aristiyono Devri

Nuryanto (2008)

Skripsi ITB

Identifikasi Urban

Compactness di Wilayah

Metropolitan Semarang

Mengidentifikasi pola spasial

Urban Compactness di Wilayah

Metropolitan Semarang

Wilayah

Metropolitan

Semarang

Deduktif -

Kuantitatif

4. Ivan Kurniadi

(2007)

Skripsi ITB Pola Spasial Urban

Compaction di Wilayah

Metropolitan Bandung

Mengidentifikasi pola

spasial urban compaction di

Wilayah Metropolitan Bandung

Wilayah

Metropolitan

Bandung

Deduktif –

Kuantitatif

5. Iwan Kustiwan

(2006)

Disertasi

Universitas

Indonesia

Bentuk dan Pengembangan

Kawasan Perkotaan

Berkelanjutan – Kajian

Potensi Kompaksi di

Kawasan Perkotaan Bandung

Mengidentikasi keterkaitan antara

bentuk perkotaan dan keberlanjutan

perkotaan sebagai dasar dalam

menentukan arahan struktur dan

pola ruang di Kawasan Perkotaan

Kawasan

Perkotaan

Bandung

Deduktif -

Kuantitatif

bersambung..

. bersambung...

g...

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

12

...lanjutan

Bandung

6. Sri Rum Giyarsih

(2001)

Jurnal UGM Gejala Urban Sprawl

Sebagai Pemicu Densifikasi

Permukiman di Daerah

Pinggir Kota (Urban Fringe

Area) Kasus Pinggiran Kota

Yogyakarta

Membuktikan bahwa gejala urban

sprawl memicu terjadinya

densifikasi permukiman di

Pinggiran Kota Yogyakarta

Kota

Yogyakarta dan

daerah pinggiran

kota

Deduktif –

Kuantitatif

Sumber: Penulis (2015)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

13

1.7 Sistematika Penulisan

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menyampaikan latar belakang dari penelitian

“Pengaruh Urban Compactness Terhadap Transformasi Spasial di Wilayah

Peri Urban Kota Yogyakarta”, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

batasan penelitian (fokus, lokus, dan waktu), manfaat penelitian (teoritik

dan praksis), dan penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan

sebelumnya.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menyampaikan teori-teori yang digunakan

sebagai landasan dalam penelitian ini beserta kerangka teorinya. Tinjauan

pustaka yang dibahas meliputi teori mengenai: kota, compact city, urban

compactness, transformasi spasial, wilayah peri urban, serta interaksi kota

dan wilayah peri urban.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyampaikan metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode deduktif – kuantitatif, variabel penelitian yang

akan digunakan untuk analisis, desain penelitian untuk menjawab

pertanyaan penelitian, dan tahapan-tahapan pelaksanaan pada penelitian

ini.

4. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyampaikan deskripsi wilayah penelitian

yaitu meliputi Kota Yogyakarta dan Kawasan Perkotaan Yogyakarta untuk

menggambarkan wilayah penelitian baik secara administrasi, fisik,

kependudukan, ekonomi, maupun sosial-budaya.

5. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyampaikan hasil dari penelitian dan

melakukan pembahasan hasil penelitian tersebut sebagai jawaban dari

setiap pertanyaan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82491/potongan/S1-2015... · Fenomena transformasi spasial di wilayah peri urban ditunjukkan dengan

14

6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari hasil dan

pembahasan penelitian serta saran bagi pemerintah maupun bagi akademik

terkait hasil dari penelitian ini.