BAB I PENDAHULUAN - bi.go.id · meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. ... Hierarki Konseptual...
-
Upload
nguyendien -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - bi.go.id · meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. ... Hierarki Konseptual...
Bank Indonesia 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang
memiliki peranan sangat penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2011, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tahun 2010 adalah
sebesar 57,12% dari total PDB nasional, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,22% dari
total penyerapan tenaga kerja yang ada, serta kontribusi terhadap ekspor non migas sebesar
15,81% dari total nilai ekspor non migas, dengan jumlah unit usaha mencapai sekitar 53,82 juta
UMKM. Kontribusi tersebut sebesar 50,14% berasal dari UMKM di sektor pertanian,
peternakan dan kehutanan, 29,07% dari bidang perdagangan, hotel dan restoran dan 6,31% dari
industri pengolahan sedangkan sisanya di sektor jasa lain-lain.
UMKM dalam perekonomian nasional maupun daerah menempati kedudukan yang strategis.
Hal ini karena UMKM mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam memberikan
kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja, memperluas kesempatan usaha dan pemerataan,
serta merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat. Dengan demikian maka
pengembangan UMKM merupakan suatu keniscayaan dalam rangka peningkatan ekonomi
rakyat, percepatan dan pertumbuhan serta peningkatan ekonomi daerah.
UMKM mencakup hampir semua sektor/sub-sektor ekonomi daerah. Pada setiap sektor/sub-
sektor ekonomi mencakup komoditi, produk atau jenis usaha yang sangat beragam. Dalam
rangka lebih meningkatkan efektifitas pembinaan untuk pengembangan UMKM, maka
diperlukan fokus terhadap komoditi, produk atau jenis usaha (KPJU) yang diunggulkan,
sehingga program pembinaan dan pengembangan menjadi lebih fokus. Dengan demikian
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten Administrasi di DKI Jakarta dapat
memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu
kota/kabupaten administrasi sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di
daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM tersebut, Bank Indonesia
memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan kepada perbankan yang
mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan kelembagaan yang
menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik
dengan lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank
Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis.
Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan
oleh Bank Indonesia dalam kerangka bantuan teknis. Kegiatan tersebut diharapkan akan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah,
perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya
pemberdayaan UMKM.
Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi hasil penelitian mengenai komoditi atau
produk atau jenis usaha pada skala UMKM yang dinilai memiliki keunggulan dan layak untuk
dikembangkan pada suatu daerah yang dilaksanakan setiap 5 tahun. Pembaharuan atau
Pendahuluan
2 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
pengkinian data dan informasi tersebut dilakukan melalui suatu penelitian komoditi unggulan
pada suatu Provinsi secara bertahap. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih
bermanfaat dan berdaya guna bagi stakeholders dalam pengembangan UMKM, penelitian
tersebut perlu dipertajam dengan memilih dan menetapkan KPJU unggulan daerah berdasarkan
kriteria tertentu serta menambahkan berbagai informasi pendukung.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi DKI
Jakarta dilaksanakan untuk memberikan landasan rasional bagi pembangunan daerah yang
meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. Laporan tersebut mengandung
keterangan-keterangan lengkap sebagai dasar perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan
keputusan mengenai komoditi atau produk atau jenis usaha unggulan pada setiap wilayah
kota/kabupaten administrasi dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta. Ketersediaan informasi
tentang keadaan sumber daya alam dan manusia serta tingkat pemanfaatannya dalam berbagai
sektor ekonomi yang berkembang sangat diperlukan sebagai bahan rujukan. Secara rinci tujuan
penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Mengenal dan memahami mengenai:
(1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi
sumberdaya;
(2) Profil UMKM di Provinsi DKI Jakarta termasuk faktor pendorong dan penghambat
dalam pengembangan UMKM;
(3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang
terkait dengan pengembangan UMKM; dan
(4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
b. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan yang
perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kota/kabupaten administrasi
dalam rangka:
(1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah;
(2) Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta
(3) Meningkatkan daya saing produk.
Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan
KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:
(1) Kebijakan Pemerintah Daerah; dan
(2) Kebijakan perbankan
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
a. Penelitian terhadap KPJU unggulan Daerah dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan
menetapkan KPJU pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dikategorikan
sebagai unggulan daerah pada tingkat kota/kabupaten administrasi dan provinsi di
wilayah Provinsi DKI Jakarta;
b. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dimaksudkan dalam penelitian ini
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008;
c. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan, dengan kriteria:
Pendahuluan
Bank Indonesia 3
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
d. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, dengan kriteria:
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
e. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar, dengan kriteria: (a). memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau (b). memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
f. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan adalah KPJU yang mendukung
perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan
kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai daya saing tinggi.
g. KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang meliputi
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan),
pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa-jasa sebagaimana kategori 9 sektor
ekonomi BPS.
h. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :
(1) Profil daerah, meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumberdaya
dana aspek lainnya yang terkait;
(2) Profil UMKM di Provinsi DKI Jakarta termasuk potensi, peluang, faktor pendorong
dan faktor penghambat dalam pengembangan UMKM;
(3) Penetapan KPJU unggulan baik usaha berskala mikro, kecil, maupun menengah di
daerah penelitian (tingkat kecamatan, kota/kabupaten administrasi dan provinsi);
(4) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM /KPJU
unggulan.
i. KPJU yang diidentifikasi minimal sampai dengan digit 4 pada Kode Baku Lapangan
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI 2009).
1.4. Metode Penelitian
1.4.1. Daerah Penelitian
a. Daerah penelitian meliputi seluruh wilayah atau 6 kota/kabupaten administrasi di
Provinsi DKI Jakarta.
b. Penetapan KPJU unggulan daerah di kota/kabupaten administrasi dilakukan dengan
menghimpun informasi dari sebagian besar kecamatan yang ada dengan
Pendahuluan
4 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis, jumlah
UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kota/kabupaten administrasi serta kebijakan
Pemerintah Daerah. Jumlah sampel wilayah kecamatan yang tercakup dalam penelitian
ini sebanyak 44 kecamatan yang tersebar di seluruh wilayah kota/kabupaten administrasi
se DKI Jakarta. Adapun sebarannya seperti ditampilkan pada Tabel 1.4.1.
Tabel 1.4.1.
Daerah Penelitian
No. Kota/Kabupaten Administrasi Jumlah
Kecamatan
1. Kota Administratif Jakarta Pusat 8
2. Kota Administratif Jakarta Barat 8
3. Kota Administratif Jakarta Selatan 10
4. Kota Administratif Jakarta Timur 10
5. Kota Administratif Jakarta Utara 6
6. Kab. Administratif Kepulauan Seribu 2
Jumlah 44
1.4.2. Jenis dan Sumber Data
Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari nara sumber/
responden, yang terdiri dari pejabat Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait (sektor pertanian,
perindustrian, perdagangan, perhubungan), Bappeda, Asosiasi/Kadinda, dan pada tingkat
kecamatan dengan nara sumber adalah Koordinator Statistik Kecamatan, Camat atau Seksi
Perekonomian Kecamatan, dan pelaku usaha atau tokoh masyarakat.
Pengumpulan data dilakukan melalui ”Indepth Interview” kepada pejabat instansi/dinas terkait
dan pemimpin/pejabat bank pelaksana di daerah untuk mendapatkan penilaian pejabat terkait di
tingkat kecamatan dan kota/kabupaten administrasi dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner), panduan diskusi, dan panduan wawancara. Metode pengumpulan data juga bisa
dilakukan melalui mekanisme Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) untuk
memperoleh pendapat nara sumber baik dalam rangka menetapkan KPJU unggulan maupun
menjaring informasi tentang kendala/permasalahan, faktor penghambat dan pendukung serta
kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM, khususnya untuk KPJU unggulan yang
terpilih.
Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan
penelitian dari dinas/instansi dan sumber data lainnya yang menunjang.
1.4.3. Analisis Data
Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab tujuan penelitian. Untuk
menjawab tujuan pertama, analisis yang dilakukan adalah analisis diskriptif, tabulasi silang, dan
statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif tersebut digunakan sebagai bahan untuk penyusunan
rekomendasi.
Khusus dalam rangka analisis dan penetapan KPJU unggulan, metode analisis yang digunakan
adalah Metode Bayes, Metode Borda. dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
struktur hierarki konseptual seperti dapat dilihat pada Gambar 1.4.1. Proses penetapan KPJU
Pendahuluan
Bank Indonesia 5
unggulan dengan menggunakan Metode AHP dapat dilihat pada Gambar 1.4.2 dan Gambar
1.4.3.
Gambar 1.4.1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJU Unggulan Daerah
TUJUAN
a. Pertumbuhan Ekonomi
b. Penciptaan Lapangan Kerja c. Peningkatan Daya Saing
Produk
INPUT PROSES OUTPUT
Kriteria
Skilled Tenaga Kerja Bahan Baku Modal
Sarana Produksi/Usaha
Ketersediaan skilled TK (pelaksana):
Tingkat Pendidikan
Pelatihan
Pengalaman kerja
Jumlah lembaga pelatihan
Unsur Penilaian:
Ketersediaan bahan baku
Harga perolehan bahan baku
Retensi/parishability bahan baku
Kesinambungan bahan baku
Mutu
Kemudahan
Aspek Lingkungan Kebutuhan investasi awal
Kebutuhan modal kerja
Aksesibilitas thd sumber pembiayaan
Ketersediaan Sarana Produksi
Harga
Kemudahan
Kriteria
Teknologi Sosial Budaya Manajeman Usaha
Ketersediaan
Kemudahan (memperoleh teknologi)
Dampak lingkungan
Unsur Penilaian:
Didukung oleh faktor:
Ciri khas lokal
Religion/Budaya
Turun temurun
Kemudahan untuk
memanage
Kriteria
Ketersediaan Pasar Harga Penyerapan Tenaga Kerja
Kemudahan:
Menjual
Mendistribusikan (lokasi)
Unsur Penilaian:
Stabilitas Harga
Nilai Tambah
Penyerapan Tenaga Kerja
Sumbangan thd Perekonomian
Backward & Forward Linkages
Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini
ALTERNATIF KPJU
SEKTOR/SUBSEKTOR
Pendahuluan
6 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Gambar 1.4.2. Hierarki Operasional Penentuan KPJU Unggulan Daerah
Gambar 1.4.3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Subsektor Ekonomi
MENCARI KOMODITAS UNGGULAN
Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
LEVEL 1
FOKUS
LEVEL 2
TUJUAN
6 5 4 3 2
LEVEL 3
SEKTOR/SUBSEKTOR
SEKTOR / SUBSEKTOR (kota/kabupaten administrasi 1)
MENCARI KOMODITAS UNGGULAN
Pertumbuhan Ekonomi
Skilled
Tenaga
Kerja
Bahan
Baku Modal
Sarana
Produksi/
Usaha
Teknologi Sosial
Budaya
Manajeman
Usaha
Ketersediaan
Pasar Harga Penyerapan
Tenaga Kerja
Sumbangan
terhadap
Perekonomian
Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
ALTERNATIF KPJU
LEVEL 1
FOKUS
LEVEL 2
TUJUAN
LEVEL 3
KRITERIA
LEVEL 4
ALT. KPJU
Pendahuluan
Bank Indonesia 7
a. Tahap Pertama
Tahap pertama adalah penentuan nilai bobot tujuan, bobot kriteria, dan bobot sektor ekonomi
yang dilakukan di tingkat Provinsi berdasarkan pendapat Pejabat Dinas Terkait dan Tim Pakar
lintas sektoral. Nilai bobot tujuan, kriteria, dan sektor ekonomi berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan metode AHP digunakan sebagai bobot tujuan, bobot kriteria dan bobot sektor
ekonomi untuk semua sektor/subsektor dan semua kota/kabupaten administrasi di Provinsi DKI
Jakarta. Dalam hal bobot kriteria yang dianalisis adalah:
1. Penentuan bobot masing-masing kriteria untuk (1) penyaringan komoditi unggulan di tingkat
kecamatan, dan (2) penyaringan hasil komoditi unggulan di tingkat kecamatan menjadi short
list untuk masukan penyaringan komoditi tingkat kota/kabupaten administrasi:
(i) Jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi untuk masing-masing
KPJU dari setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik;
(ii) Jangkauan Pemasaran;
(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (persepsi nara sumber):
(1) Sarana produksi pertanian /bibit (sektor pertanian);
(2) Sarana produksi/bahan baku (sektor industri); dan
(3) Sarana usaha (sektor perdagangan, angkutan, jasa).
(iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian wilayah kecamatan dan kabupaten/kota
(persepsi nara sumber).
2. Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi
untuk masing-masing sektor/subsektor dan lintas sektor:
(1) Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);
(2) Bahan baku;
(3) Modal;
(4) Sarana produksi/usaha;
(5) Teknologi;
(6) Sosial budaya;
(7) Manajemen usaha;
(8) Ketersediaan pasar;
(9) Harga;
(10) Penyerapan tenaga kerja; dan
(11) Sumbangan terhadap perekonomian.
b. Tahap Kedua
Tahap kedua dilaksanakan guna menghasilkan Identifikasi KPJU Unggulan pada setiap sektor
ekonomi pada tingkat kecamatan, dengan menggunakan kriteria dan bobot masing-masing
kriteria berdasarkan hasil tahap pertama.
Langkah awal yang dilakukan pada tahap kedua ini adalah memperoleh data semua KPJU untuk
setiap sektor/subsektor yang ada pada setiap kecamatan (long list).
Berdasarkan long list tersebut dilakukan penyaringan untuk memperoleh KPJU unggulan untuk
setiap sektor/subsektor dengan menggunakan metode Bayes. Metode Bayes adalah suatu metode
pendekatan secara statistik untuk menghitung tradeoffs diantara keputusan yang berbeda-beda,
dengan menggunakan probabilitas yang menyertai suatu pengambilan keputusan tersebut.
Pendahuluan
8 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Penggunaan metode Bayes untuk menentukan skor terbobot dari kriteria tingkat kecamatan,
yaitu (a) Jumlah unit usaha/rumahtangga usaha atau volume produksi bersumber dari data
sekunder, sedangkan (b) Pasar, (c) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi, dan (d) Kontribusi
terhadap perekonomian kecamatan. Penilaian (pemberian skor dan bobot) terhadap setiap KPJU
untuk setiap sektor/subsektor yang ada pada long list.
Penilaian dilakukan oleh nara sumber melalui mekanisme indepth interview dan pengisian
matrik identifikasi alternatif komoditi/produk/jenis usaha unggulan tingkat kecamatan.
Narasumber tersebut adalah Koordinator statistik Kecamatan, Pimpinan atau staf/seksi
perekonomian dari semua kecamatan yang dijadikan daerah penelitian, serta pelaku usaha atau
tokoh masyarakat setempat. Output dari analisis dengan menggunakan metode Bayes adalah
nilai skor terbobot dari setiap KPJU yang diidentifkasi. Analisis berikutnya adalah melakukan
pengurutan dari skor terbobot tertinggi ke terendah (descending sorting). Akhirnya masing-
masing kecamatan ditetapkan 5 (lima) KPJU dari setiap sektor/subsektor yang memiliki skor
terbobot tertinggi.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga dilaksanakan untuk menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor/subsektor
dan lintas sektor pada tingkat kota/kabupaten administrasi. Diawali dengan penyaringan KPJU
unggulan untuk semua kecamatan, yaitu dengan menggabungkan hasil identifikasi KPJU
unggulan semua kecamatan (hasil tahap kedua).
Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan metode Borda berdasarkan urutan prioritas
dan nilai skor KPJU tingkat kecamatan yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya (oleh
pejabat tingkat kecamatan). Berdasarkan skor terbobot yang diperoleh ditetapkan maksimal
10 KPJU untuk setiap sektor/subsektor yang memiliki skor terbobot tertinggi, yang
dijadikan sebagai alternatif untuk dipilih sebagai KPJU unggulan untuk setiap sektor/subsektor
untuk masing-masing kota/kabupaten administrasi di wilayah DKI Jakarta.
Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi
ditinjau dari aspek Input-Proses-Output (IPO), yang diuraikan menjadi 11 kriteria, yang masing-
masing kriteria mempertimbangkan unsur penilaian seperti disajikan pada Tabel 1.4.2.
Tabel 1.4.2.
Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJU Unggulan
Kriteria Unsur Penilaian
A INPUT
1 Tenaga kerja terampil
(Skilled)
(1) Tingkat Pendidikan
(2) Pelatihan
(3) Pengalaman kerja
(4) Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/pelatihan
2 Bahan baku
(Manufacturing)
(1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku
(2) Harga perolehan bahan baku
(3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)
(4) Kesinambungan bahan baku
(5) Mutu bahan baku
(6) Kemudahan dalam memperoleh
(7) Aspek Lingkungan
Pendahuluan
Bank Indonesia 9
Kriteria Unsur Penilaian
3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal
(2) Kebutuhan modal kerja
(3) Aksesibilitas thd sumber pembiayaan
4 Sarana produksi/usaha (1) Ketersediaan/kemudahan memproleh
(2) Harga
B Proses
5 Teknologi (1) Ketersediaan
(2) Kemudahan (memperoleh teknologi)
(3) Dampak Lingkungan
6 Sosial budaya
(faktor endogen)
(1) Ciri khas lokal
(2) Penerimaan Masyarakat
(3) Turun temurun
7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage
C Output
8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran
(2) Kemudahan Mendistribusikan
9 Harga (1) Stabilitas harga
(2) Nilai Tambah (Added Value)
10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK
11 Sumbangan thd
perekonomian wilayah
Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn
keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages)
Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (Saaty, 2000). Bobot setiap kriteria yang digunakan adalah berdasarkan hasil Tahap
Pertama.
Terhadap masing-masing kriteria, dilakukan penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar
alternatif KPJU menurut skala ordinal Saaty, oleh narasumber yang diperoleh melalui
mekanisme Focus Group Discussion (FGD) dan pengisian kuesioner/matrik. Penilaian
perbandingan (scoring) antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas unsur penilaian seperti
tertuang pada Tabel 2, baik pada kondisi saat ini dan prospeknya di masa yang akan datang.
Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini dilaksanakan di masing-masing Dinas/Instansi, dengan nara
sumber adalah pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kota/kabupaten administrasi yang
terkait secara langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM untuk semua sektor
ekonomi, pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda. Pada tahap ini
dilakukan juga penilaian tingkat kepentingan Sektor/Subsektor Ekonomi pada masing-masing
kota/kabupaten administrasi dalam penetapan KPJU Unggulan Lintas Sektor.
Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM
dalam rangka menjalankan usaha, usaha baru atau mengembangkan usaha, serta sejauh mana
dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Output dari tahapan ini adalah daftar KPJU
unggulan beserta nilai skor terbobot untuk masing-masing KPJU. Berdasarkan nilai skor
terbobot masing-masing KPJU 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/subsektor sebagai KPJU
unggulan kota/kabupaten administrasi yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi.
Tahapan berikutnya adalah menentukan KPJU unggulan lintas sektor ekonomi tingkat
kota/kabupaten administrasi. Langkah-langkah proses penentuan KPJU Unggulan Lintas
Sektoral adalah sebagai berikut:
Pendahuluan
10 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
(1) Proses normalisasi nilai skor terbobot dari 5 (lima) KPJU Unggulan per Sektor;
(2) Analisis AHP untuk memperoleh bobot atau tingkat kepentingan masing-masing
Sektor/Subsektor ekonomi dalam penetapan KPJU Unggulan Lintas Sektor;
(3) Penggabungan KPJU Unggulan setiap Sektor, dan kemudian menetapkan nilai Skor
Terbobot setiap KPJU Unggulan berdasarkan teknik Bayes, yaitu perkalian hasil
normalisasi skor terbobot KPJU Unggulan per Sektor hasil langkah (i) dengan nilai bobot
kepentingan Sektor Ekonomi KPJU yang bersangkutan (hasil langkah ii);
(4) Menetapkan 5 KPJU yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi (hasil langkah iii),
sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor.
d. Tahap Keempat
Tahap keempat terdiri dari dua kegiatan yaitu :
(1) Proses re-konfirmasi hasil penetapan KPJU Unggulan per Sektor dan KPJU Unggulan
Lintas Sektor, berdasarkan hasil kegiatan tahap pertama sampai ketiga. Pada tahap ini juga
dilakukan proses penjaringan pendapat nara sumber untuk mengklasifikasikan KPJU
Unggulan berdasarkan Prospek dan berdasarkan Potensi kondisi saat ini. Hasil penjaringan
adalah pemetaan KPJU Unggulan menurut 4 Kuadran seperti pada Gambar 1.4.4 berikut:
Gambar 1.4.4. Kuadran Pemetaan KPJU Unggulan
(2) Adalah proses identifkasi alternatif kebijakan pengembangan masing-masing KPJU
Unggulan tingkat kota/kabupaten administrasi.
Kedua kegiatan tersebut dilakukan melalui mekanisme FGD dengan nara sumber dari
pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kota/kabupaten administrasi yang terkait secara
langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM untuk semua sektor ekonomi,
pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda.
Kuadran I:
KPJU Unggulan dengan
Prospek Baik dan
Potensi Tinggi
Kuadran II:
KPJU Unggulan
dengan Prospek Baik
dan Potensi yang
Kurang/Sedang
Kuadran IV:
KPJU Unggulan
dengan Prospek
Kurang/Cukup dan
Potensi Kurang/Sedang
Kuadran III:
KPJU Unggulan dengan
Prospek Kurang/Cukup
dan Potensi Tinggi
Prospek
Potensi/Kondisi Saat ini
Pendahuluan
Bank Indonesia 11
e. Tahap Kelima
Tahap kelima adalah proses penyaringan lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJU unggulan
setiap sektor ekonomi dan lintas sektor tingkat Provinsi.
(1) Penentuan KPJU unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Provinsi dilakukan terhadap
gabungan KPJU unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Kota/kabupaten administrasi.
Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan penyaringan KPJU unggulan untuk setiap
sektor/subsektor dengan menggunakan metode pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh
adalah maksimal 5 (lima) KPJU unggulan yang memiliki total nilai/skor tertinggi sebagai
KPJU unggulan per sektor/subsektor tingkat Provinsi.
Fungsi Borda untuk penentuan KPJU per sektor/subsektor dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Urutkan 5 (lima) KPJU unggulan dari prioritas tertinggi hingga terendah;
b) KPJU yang menempati urutan tertinggi dalam sektor/subsektor tersebut diberi bobot 5,
urutan kedua diberi bobot 4, dan seterusnya;
c) Ulangi proses (i) dan (ii) untuk KPJU di masing-masing kota/kabupaten administrasi;
d) Berdasarkan hasil proses (iii) skor Borda untuk KPJU-i tingkat Provinsi dihitung
sebagai berikut :
Skor Borda i = )BobotSK(ijij
Keterangan:
untuk setiap KPJU -i, i= 1,2... n
j : subskrip kota/kabupaten administrasi (j = 1 s/d 6)
SK-ij : skor urutan KPJU-i pada kota/kabupaten administrasi ke-
j
Bob-ij : bobot KPJU-i unggulan pada kota/kabupaten
administrasi ke-j (keluaran AHP/tahap-3).
(2) Tetapkan 5 (lima) KPJU unggulan Provinsi yang mempunyai nilai skor Borda tertinggi.
Diagram alir proses penentuan KPJU Unggulan setiap sektor/subsektor pada
kota/kabupaten administrasi dan provinsi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.4.5.
Pendahuluan
12 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
A
Penilaian KPJU unggulan
untuk setiap sektor/sub sektor
di Kota/Kab Adm
Memenuhi
standar CI + > 10% CI
Penggabungan
pendapat
Revisi
Penetapan 5 KPJU
setiap sektor/sub sektor
Normalisasi bobot KPJU
sektor/sub sektor
Perhitungan bobot KPJU
setiap sektor/sub sektor
Kab/kota
Penetapan KPJU
unggulan Provinsi
Selesai
T
Y
T
Y
Y
Mulai
Penilaian Tujuan
Memenuhi
standar CI
+ > 10%
Standar
Penggabungan
pendapat Revisi
Penilaian kriteria
berkaitan dengan
tujuan
Memenuhi
standar CI
+ > 10%
Standar
Penggabungan
pendapat Revisi
Perhitungan
vertikal – bobot
kriteria terhadap
Ultimate Goal
Penilaian kriteria
berkaitan dengan
tujuan
Memenuhi
standar CI
+ > 10%
Standar
Penggabungan
pendapat Revisi
Perhitungan vertikal –
bobot kriteria
A
T
Y
Y
Y
T
T
Y
Y
Y
T
Y
T Y
T
Y
Gambar 1.4.5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJU Unggulan
Setiap Sektor/Subsektor pada Kota/Kabupaten
Administrasi dan Provinsi dengan Metode AHP
Pendahuluan
Bank Indonesia 13
(3) Berdasarkan hasil penetapan KPJU unggulan per sektor/sub sektor di tingkat provinsi,
maka dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral tingkat provinsi dengan menggunakan
metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang
telah dinormalisasi akan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat
provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot
sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria
di tingkat provinsi (FGD 1). Berdasarkan nilai skor terbobot tersebut akan ditetapkan
maksimal 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektoral ditingkat provinsi.
f. Tahap Keenam
Dalam rangka penetapan KPJU Unggulan lintas sektoral di tingkat provinsi, maka akan
dilakukan pendalaman terhadap KPJU Unggulan yang sudah teridentifikasi berdasarkan
perspekstif Product Life Cycle (PLC), apakah KPJU Unggulan tersebut masih berada pada posisi
tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature), atau sudah mencapai
tahap kejenuhan dan cenderung menurun (decline). Kemampuan bertahan KPJU unggulan juga
akan menjadi perhatian dalam penelitian ini.
Suatu KPJU dapat memiliki andil besar terhadap sumbangan pembentukan inflasi di masing-
masing wilayah. Oleh karena itu, KPJU Unggulan lintas sektoral yang telah teridentifikasi juga
akan dianalisis seberapa besar peranannya dalam pembentukan inflasi di tingkat provinsi.
Apabila KPJU tersebut bukan merupakan penyumbang inflasi secara langsung, maka analisis
dilakukan terhadap komoditi-komoditi pembentuknya.
g. Tahap Ketujuh
Berdasarkan hasil penentuan KPJU unggulan daerah, baik menurut sektor/subsektor ekonomi
maupun lintas sektoral, akan diberikan rekomendasi kebijakan atau saran-saran pengembangan
yang diperoleh berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD), baik di tingkat
kota/kabupaten administrasi maupun provinsi. Rekomendasi kebijakan diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait, perbankan dan para stakeholders
sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan lebih lanjut. Demikian pula dengan fungsi Bank
Indonesia sebagai advisor maupun penyedia data dan informasi dapat diimplementasikan dari
hasil penelitian ini.
Pendahuluan
14 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bank Indonesia 15
BAB II PROFIL DAERAH
2.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Provinsi DKI Jakarta terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas
permukaan laut, terletak pada posisi 6°12′ Lintang Selatan dan 106°48′ Bujur Timur. Luas
wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 171 tahun 2007,
adalah berupa daratan seluas 662,33 km2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km
2. Wilayah DKI
memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27
buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan
usaha perkotaan. Di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang
±35 km yang menjadi tempat muaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara itu:
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok,
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat,
Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten,
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
b. Topografi dan iklim
Jakarta beriklim tropis atau mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Puncak musim penghujan terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedangkan puncak musim
kemarau terjadi pada bulan Agustus.
Suhu udara Jakarta rata-rata berkisar antara 27,2°C – 29,2°C. Temperatur rata-rata terendah
terjadi pada bulan Februari, sedangkan temperature tertinggi terjadi pada bulan April.
Sepanjang tahun 2011 wilayah Jakarta lebih sering terjadi turun hujan, sehingga kelembaban
udarapun lebih tinggi dari tahun 2010 yaitu 79%. Curah hujan tertinggi pada bulan Oktober
sebesar 365.5 mm2 dan hari hujan tertinggi yaitu selama 22 hari pada bulan Januari dan
Desember
c. Lahan dan penggunaannya
Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administrasi dan
satu Kabupaten Administratif, yaitu: Kota Administrasi Jakarta Selatan (141,27 km2), Kota
Administrasi Jakarta Timur (188,03 km2), Kota Administrasi Jakarta Pusat (48,13 km
2), Kota
Administrasi Jakarta Barat (129,54 km2) dan Kota Administrasi Jakarta Utara (146,66 km
2) serta
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (8,70 km2).
Pada kelima wilayah kota Jakarta terdapat rawa/situ dengan total luas mencapai 155,40 ha. Luas
situ/rawa di Jakarta direncanakan akan mencapai luas 325,8 ha. Daerah di sebelah selatan dan
timur Jakarta digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya yang lebih sejuk sehingga
ideal dikembangkan sebagai wilayah penduduk. Adapun wilayah Jakarta Barat masih tersedia
cukup lahan untuk dikembangkan sebagai daerah perumahan. Kegiatan industri lebih banyak
berada di Jakarta Utara dan Jakarta Timur sedangkan untuk kegiatan usaha dan perkantoran
banyak berada di Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Profil Daerah
16 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Gambar 2.1.1.
Luas Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 (km2)
Gambar 2.1.2.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012
Kep.Seribu ; 8,70 Jakarta Selatan
; 141,27
Jakarta Timur ; 188,03
Jakarta Pusat; 48,13
Jakarta Barat ; 129,54
Jakarta Utara ; 146,66
Profil Daerah
Bank Indonesia 17
Kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyebabkan
ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta dipandang sebagai ruang ibukota negara sehingga
terciptanya ruang wilayah yang menyediakan kualitas kehidupan kota yang produktif dan
inovatif sangat diutamakan. Oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara bijaksana,
berdaya guna, dan berhasil guna sesuai kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah
Provinsi DKI Jakarta terjaga keberlanjutannya untuk masa kini dan masa datang.
Wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan bagian kawasan strategis nasional, maka perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan secara
terpadu dengan kawasan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur
(Jabodetabekpunjur).
Sebagaimana kota-kota besar lain di dunia yang saat ini menghadapi tantangan global,
khususnya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) yang
membutuhkan aksi perubahan iklim (climate action), baik aksi adaptasi maupun aksi mitigasi
yang perlu dituangkan dalam penataan ruang. Jakarta berada dalam daerah kota delta (delta city)
sehingga pengaruh utama tantangan dan kendala daerah delta melalui pengelolaan tata air,
analisa resiko bencana, dan perbaikan ekosistem, harus menjadi perhatian utama dalam penataan
ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 1999 habis masa berlakunya pada tahun 2010, sehingga saat ini masih
dilakukan pembahasan dengan stakeholder termasuk dengan masyarakat maupun tim pakar. Hal
ini perlu dilakukan mengingat tata ruang ini direncanakan akan diberlakukan hingga tahun 2030.
Dengan tujuan penataan ruang Provinsi DKI Jakarta agar tercipta ruang wilayah yang
menyediakan kualitas kehidupan kota yang produktif dan inovatif, dan sesuai Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka penetapan Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta akan ditetapkan suatu dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah, yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara optimal bagi seluruh masyarakat
DKI Jakarta yang tersebar di 6 wilayah dengan pola persebarannya adalah 9,2% di Jakarta Pusat,
18,6% di Jakarta Utara, 24,1% di Jakarta Timur, 22,6% di Jakarta Selatan, 25,3% di Jakarta
Barat, 0,2.% di Kepulauan Seribu, serta upaya meningkatkan produktivitas dan nilai tambah
perkotaan.
Untuk rencana struktur ruang sendiri terdiri atas, sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan
transportasi, sistem prasarana sumber daya air dan sistem jaringan utilitas perkotaan. Rencana
struktur ruang Provinsi DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran dari rencana
struktur ruang kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur.
Perda tersebut diharapkan juga memuat peraturan zonasi yang mengatur struktur ruang dan pola
ruang sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana sumber daya air,
sistem dan jaringan utilitas perkotaan, kawasan lindung dan kawasan budidaya, melalui
beberapa pengembangan kawasan.
Pertama, Kawasan Sektor Informal meliputi pengembangan dan pemeliharaan kawasan pusat
pedagang kaki lima dan usaha kecil menengah serta penyediaan ruang bagi sektor informal
dalam pengembangan pusat perniagaan dan perkantoran.
Kedua, Kawasan Permukiman meliputi pengembangan berdasarkan karakteristik kawasan,
disesuaikan dengan pengembangan kawasan TOD serta pemanfaatan ruang di kawasan strategis
Profil Daerah
18 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
campuran pemukiman dapat berbentuk pita dan superblock dengan proporsi 30-65% terkait
resapan air.
Ketiga, Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi, meliputi kegiatan perdagangan, jasa dan
campuran berintensitas tinggi untuk skala pelayanan nasional dan internasional. Lalu,
mengendalikan, membatasi dan mengurangi pembangunan berpola pita seperti ruko sepanjang
jalan kecuali di kawasan ekonomi berintensitas tinggi atau berlantai banyak.
Keempat, Kawasan Strategis Kepentingan Lingkungan, terdiri atas kawasan di sepanjang Kanal
Banjir Timur, Kanal Banjir Barat, dan Sungai Ciliwung.
Kelima, Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya, meliputi, revitalisasi kawasan kota tua
sebagai pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya, serta fokus kawasan di kota tua, Taman
Ismail Marzuki dan Menteng.
d. Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai
9.604.329 orang yang terdiri dari 4.869.203 penduduk laki-laki dan 4.735.126 penduduk
perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak terjadinya fenomena “kue donat” di DKI
Jakarta dimana penduduk bertumpu di lingkar luar sementara itu yang berada di pusat DKI
Jakarta relatif rendah. Hanya sekitar 9,37% penduduk yang tinggal di Jakarta Pusat dan yang
lainnya menyebar di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Sementara
itu penduduk yang berada di Kepulauan Seribu hanya 0,22%. Rata-rata tingkat kepadatan
penduduk DKI Jakarta adalah sebanyak 14.694 orang/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk
DKI Jakarta per tahun selama sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2000-2010 sebesar 1,40%.
Tabel 2.1.1.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumahtangga Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010
No Kab/Kota
P e n d u d u k Kepadatan
Penduduk
per km2
Laki-
Laki Perempuan Jumlah %
Sex
Rasio
1 Jakarta Timur 1.372.300 1.321.596 2.693.896 28,05 103,84 14.305
2 Jakarta Selatan 1.043.675 1.018.557 2.062.232 21,47 102,47 14.555
3 Jakarta Barat 1.164.446 1.117.499 2.281.945 23,76 104,20 17.664
4 Jakarta Utara 824.480 821.179 1.645.659 17,13 100,40 11.964
5 Jakarta Pusat 453.591 445.924 899.515 9,37 101,72 18.689
6 Kepulauan Seribu 10.711 10.371 21.082 0,22 103,28 2.424
Total Provinsi DKI Jakarta 4.869.203 4.735.126 9.604.329 100,00 102,83 14.695
Total Provinsi + Diplomat 4.870.938 4.736.849 9.607.787 - - -
No Kab/Kota
Rumah Tangga (RT) Rata rata
Penduduk
per RT Jumlah %
1 Jakarta Timur 690.608 27,53 3,90
2 Jakarta Selatan 532.887 21,24 3,87
3 Jakarta Barat 608.342 24,25 3,75
4 Jakarta Utara 437.182 17,43 3,76
5 Jakarta Pusat 234.980 9,37 3,83
6 Kepulauan Seribu 4.870 0,19 4,33
Total Provinsi DKI Jakarta 2.508.869 100,00 3,83
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), BPS
Profil Daerah
Bank Indonesia 19
Berdasarkan data registrasi kependudukan tahun 2011, terlihat peningkatan jumlah penduduk
Kota Jakarta menjadi 10.187.595 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin penduduk laki-laki adalah 106
dibandingkan penduduk perempuan. Apabila dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2010,
maka penduduk laki-laki cenderung mengalami peningkatan yang lebih besar, sebagai salah satu
dampak yang dipicu oleh peningkatan jumlah pendatang baru yang biasanya muncul pasca
Lebaran. Para pendatang tersebut bisa merupakan pekerja terdidik maupun pendatang ilegal.
Berdasarkan wilayahnya, Jakarta Timur memiliki jumlah penduduk terbanyak (28.73%), baik
berdasarkan jenis kelamin maupun total penduduknya. Diikuti Jakarta Barat (22,19%), Jakarta
Selatan (20,96%), Jakarta Utara (16,85%), Jakarta Pusat (11,03%) dan paling sedikit di wilayah
Kepulauan Seribu (0,24%).
Tabel 2.1.2.
Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan
Kota/Kabupaten Administrasi se DKI Jakarta, Tahun 2011
Kota/Kabupaten
Administrasi
Jenis Kelamin
Jumlah
Rasio
Jenis
Kelamin Laki-laki Perempuan
Jakarta Timur 1.511.035 1.415.697 2.926.732 107
Jakarta Selatan 1.100.153 1.035.418 2.135.571 106
Jakarta Barat 1.165.852 1.094.489 2.260.341 107
Jakarta Utara 887.492 828.853 1.716.345 107
Jakarta Pusat 575.562 548.108 1.123.670 105
Kepulauan Seribu 12.673 12.263 24.936 103
Jumlah 5.252.767 4.934.828 10.187.595 106 Catatan : diolah dari Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2011
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Gambar 2.1.3.
Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kota/Kabupaten Administrasi
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Konsep yang kita kenal selama ini tentang urban-rural linkages tidak berjalan seperti yang
diharapkan karena ternyata kota makin kuat dan meninggalkan perdesaan sebagai wilayah yang
semakin tertinggal. Ada alasan logis untuk menjelaskan gerak urbanisasi masif ke Jakarta
selama ini, yaitu ketidakseimbangan pembangunan antara Indonesia bagian barat dan timur,
khususnya antara Jawa dan non-Jawa. Disparitas antar daerah ini sebetulnya sudah terjadi sejak
Profil Daerah
20 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
awal pembangunan. Ironisnya, hingga kini belum ada perbaikan berarti, bahkan kian lebar
kesenjangannya.
Tabel 2.1.3.
Data Jumlah Kedatangan dan Kepindahan Penduduk
Tahun 2011 posisi Bulan November 2011
Wilayah Datang Pindah
LK PR Jumlah LK PR Jumlah
Jakarta Pusat 758 774 1.532 1.123 1.172 2.295
Jakarta Utara 1.416 1.405 2.821 1.354 1.430 2.784
Jakarta Barat 1.382 1.507 2.889 1.686 1.798 3.484
Jakarta Selatan 1.825 2.038 3.863 2.404 2.411 4.815
Jakarta Timur 2.354 2.558 4.912 3.168 3.051 6.219
Kep. Seribu - 1 1 4 1 5
Total 7.735 8.283 16.018 9.739 9.863 19.602 Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota/Kab Adm
Gambar 2.1.4.
Jumlah Kedatangan dan Kepindahan Penduduk DKI Jakarta
Tahun 2011
Pertama, pada 2011 kawasan barat Indonesia (KBI), yaitu Jawa dan Sumatera, menguasai 82%
PDB nasional, dengan tiga provinsinya (DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat) menguasai
46% PDB nasional. Kedua, kesenjangan yang lebar antara perkotaan dan perdesaan. Pada 2011,
pertumbuhan sektor pertanian hanya 3,0% dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
nasional pada 2011 hanya 14,4%. Padahal, sektor ini menampung 43% dari total tenaga kerja.
Akibatnya, pertanian kian involutif yang ditandai masifnya tingkat kemiskinan di perdesaan.
Sejak tahun 2004, angka urbanisasi (pascamudik Lebaran) memasuki wilayah Jakarta cenderung
menunjukkan tren penurunan, dimana pada tahun 2004 angka urbanisasi mencapai 190.556
orang, menurun menjadi 180.167 orang pada 2005. Adapun angka urbanisasi berturut-turut
setiap tahunnya yaitu 124.427 orang (2006), 109.627 orang (2007), 88.473 orang (2008), 69.554
orang (2009), 59.215 orang (2010), dan 51.875 orang (2011). Namun jika diamati pola
pergeseran usaha yang ada saat ini, muncul juga kecenderungan arah urbanisasi tidak semata-
mata karena Jakarta. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sejak tahun 2011 penduduk yang
Profil Daerah
Bank Indonesia 21
melakukan urbanisasi lebih banyak mengarah ke Jawa Barat (khususnya Bodetabek)
dibandingkan khusus menuju Jakarta.
2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Alam
Mengoptimalkan upaya konservasi, rehabilitasi dan penghematan sumber daya pertambangan,
energi dan air melalui sosialisasi penghematan, kepedulian dan kesadaran masyarakat,
meningkatkan kerjasama antar unit/instansi terkait dalam pengelolaan dan penegakan hukum.
Sedangkan lingkungan hidup berusaha meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat,
swasta dan pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan hidup dan meningkatkan
sistem pengelolaan lingkungan, menyediakan RTH di permukiman padat dan kumuh sebagai
ruang interaktif, mengikut sertakan masyarakat dalam pengelolaan taman, serta penegakkan
hukum yang tegas dalam penanganan sumber pencemaran lingkungan.
Pengelolaan potensi sumber daya alam daerah harus mampu meningkatkan peluang daerah
untuk dijadikan target dan tujuan investasi yang menarik. Salah satu upaya peningkatan peluang
tersebut adalah melalui pendekatan berbagai aspek/sektoral yang secara umum menggambarkan
kondisi geografi, sosial dan perekonomian, serta menunjukkan lokasi kegiatan sektoral tersebut
dapat dikembangkan.
Kawasan hutan lindung di DKI Jakarta seluas 453,24 Ha, terdiri atas Hutan Lindung Muara
Angke seluas 44,76 Ha, Suaka Marga Satwa di Pulau Rambut 45 Ha dan Muara Angke 25,20
Ha, Cagar Alam di Pulau Bokor 18,00 Ha, Kawasan Kebon Bibit seluas 98,02 Ha, Hutan Wisata
Pantai Kapuk 99,32 Ha, dan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu 108,05 Ha serta Kebon
Bibit Cibubur 14,40 Ha. Selain itu, Jakarta juga memiliki kawasan hutan kota seluas 379,58 Ha
yang tersebar di 33 lokasi di lima kotamadya.
Hingga saat ini belum ada inventarisasi sumberdaya lahan secara lebih detil dan jelas menurut
klasifikasi penggunaan lahan di DKI Jakarta. Namun demikian pergeseran penggunaan lahan
lebih banyak dari lahan pertanian menjadi pemukiman, area bisnis, dan perkantoran.
Tabel 2.2.1.
Klasifikasi Penggunaan Lahan di DKI Jakarta Tahun 2010
No Klasifikasi Penggunaan
Lahan
Luasan
(ha) No
Klasifikasi Penggunaan
Lahan
Luasan
(ha)
1. Pemukiman/Sosekbud, dll. 50.536,16
5. Perikanan 138,56
2. Pertanian Lahan Kering 1.629,76
5.1. Tambak Air Payau 9,1
2.1. Ladang -
5.2. Kolam/Air Tawar 129,46
2.2. Tegalan 1.629,76
6. Perhubungan 6.194,97
2.3. Kebun Campuran -
6.1. Lapangan Udara 177,27
3. Pertanian Lahan Sawah 1.446,00
6.2. Pelabuhan Laut 541,45
3.1. Sawah Irigasi 1.191,00
6.3. Jalan 4.816,27
3.2. Sawah Tadah Hujan 255
6.4. Jalan/jalur KA 595,09
4. Perkebunan -
6.5. Terminal Bis 57,12
4.1. Perkebunan Besar -
6.6. Perparkiran 7,77
4.2. Perkebunan Rakyat -
Profil Daerah
22 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
No Klasifikasi Penggunaan
Lahan
Luasan
(ha) No
Klasifikasi Penggunaan
Lahan
Luasan
(ha)
7. Areal Berhutan 656,56
10. Industri 4.346,89
7.1. Hutan Alami 272,28
10.1. Kawasan 825,55
7.2. Hutan Sejenis/Kota 384,28
10.2. Non-Kawasan 3.521,55
8. Tanah Kritis/rusak -
11. Pertambangan Terbuka -
8.1. Tanah Rusak -
12. Perairan 1.213,10
8.2. Tanah Tandus -
12.1. Waduk/Rawa 342,25
9. Padang -
12.2. Sungai 688,55
9.1. Rumput Alang-alang -
12.3. Floodway 182,3
9.2. Semak belukar -
Jumlah 66.162,00
Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/
b. Sumber daya manusia
Pengembangan kewirausahaan masyarakat menjadi salah satu program utama Pemerintah Pusat
dan Daerah dengan mengoptimalkan kemampuan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam
yang ada. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang dilakukan dengan penetapan
Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan
Kepeloporan Pemuda Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Penetapan PP
tersebut sejalan dengan pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang
dtindaklanjuti oleh 13 Kementerian/institusi termasuk Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
untuk mendukung pencanangan GKN dengan tujuan meningkatkan jumlah wirausaha yang kini
baru sekitar 0,24% dari populasi menjadi sekurangnya 1% dari populasi penduduk Indonesia
pada tahun 2014.
Tabel 2.2.2.
Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu
yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin
di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2011
Status Pekerjaan Utama Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan Orang Lain 516.176 281.909 798.085
2. Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap 192.626 88.353 280.979
3. Berusaha dengan Buruh Tetap 159.540 33.436 192.976
4. Buruh/Karyawan 1.859.889 1.118.255 2.978.144
5. Pekerja Tak Dibayar 631 - 631
6. Pekerja Bebas Pertanian 69.201 46.877 116.078
7. Pekerja Bebas Non Pertanian 69.893 151.632 221.525
Jumlah 2.867.956 1.720.462 4.588.418
Tahun 2010 2.928.263 1.761.498 4.689.761 Catatan. diolah dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011
Sumber : Jakarta Dalam Angka, 2012. BPS.
Selama kurun waktu 2011, jumlah pelaku usaha di tingkat masyarakat DKI Jakarta tercatat
sebanyak 1.272.040 pelaku usaha (wirausaha) atau 27,72% dari total penduduk yang bekerja.
Para wirausahawan tersebut adalah penduduk DKI Jakarta yang berusaha sendiri tanpa bantuan
orang lain maupun dengan buruh tetap dan atau tidak tetap. Jika dilihat berdasarkan jenis
kelamin, wirausaha laki-laki lebih banyak dibandingkan wirausaha perempuan. Namun
Profil Daerah
Bank Indonesia 23
demikian tidak diperoleh data secara pasti mengenai jenis pekerjaan yang dijalankan oleh
wirausahawan tersebut. Berdasarkan sektor usaha, maka orientasi sebagian besar (76,93%)
pekerja di Jakarta masih tetap terkonsentrasi kepada 3 sektor utama, yaitu sektor perdagangan
(35,79%), sektor jasa-jasa (26,08%) dan sektor perindustrian (15,06%).
Tabel 2.2.3.
Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin
di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2011
Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin
Jumlah Jumlah
2010
%
2011 Laki-laki Perempuan
1. Pertanian 23.567 6.837 30.404 28.477 0,66%
2. Pertambangan, Penggalian 13.319 1.965 15.284 19.184 0,33%
3. Industri Pengolahan 433.578 257.238 690.816 754.985 15,06%
4. Listrik,Gas, Air Bersih 11.208 4.686 15.894 17.473 0,35%
5. Konstruksi 146.321 16.712 163.033 191.493 3,55%
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 955.525 686.595 1.642.120 1.733.631 35,79%
7. Transportasi, Pergudangan, dan
Komunikasi 335.293 57.991 393.284 425.631 8,57%
8. Keuangan, Perbankan & Jasa
Perusahaan 316.537 124.288 440.825 312.413 9,61%
9. Jasa-jasa 632.608 564.150 1.196.758 1.206.474 26,08%
Jumlah 2.867.956 1.720.462 4.588.418 4.689.761 100% Catatan. diolah dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011
Sumber : Jakarta Dalam Angka, 2012. BPS.
c. Perkembangan IPM dan Komponennya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencakup tiga dimensi pembangunan manusia, yakni
kesehatan yang diwakili Angka Harapan Hidup (AHH), pendidikan yang diwakili Angka Melek
Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah, serta kemampuan daya beli diperoleh dari Rata-rata
Pengeluaran per Kapita Riil. Dari ketiga komponen tersebut yang paling signifikan
mempengaruhi IPM adalah rata-rata pengeluaran per kapita riil, diikuti rata-rata lama sekolah
(pendidikan), dan Angka Harapan Hidup.
Sejalan dengan meningkatnya kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, perkembangan IPM
DKI Jakarta selama periode 2007-2010 menunjukkan peningkatan, yakni dari 76,6 pada tahun
2007 meningkat menjadi 77,4 pada tahun 2009. Untuk tahun 2010 IPM DKI Jakarta
diperkirakan naik menjadi 77,6. Sementara untuk nasional, IPM naik dari 71,17 pada tahun 2008
menjadi 71,76 pada tahun 2009 dan diperkirakan menjadi 72,0 pada tahun 2010.
Sedangkan kemajuan di bidang pendidikan, salah satunya disebabkan adanya program wajib
pendidikan dasar sembilan tahun. Harapan ke depan, wajib belajar bagi penduduk DKI Jakarta
dapat ditingkatkan menjadi 12 tahun. Di bidang kesehatan, angka harapan hidup penduduk DKI
Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Profil Daerah
24 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Gambar 2.2.1.
Indek Pembangunan Manusia di DKI Jakarta Tahun 2007-2011
Secara nasional IPM DKI Jakarta selama periode 2006-2010 selalu berada di posisi teratas
dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Indonesia. Jika diukur menurut skala
internasional, posisi IPM DKI Jakarta berada dalam kategori menengah ke atas (66,00–79,99).
Ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil pembangunan yang dilaksanakan di DKI Jakarta telah
berhasil menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan.
Tabel 2.2.4.
Perkembangan IPM Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Kota/Kabupaten
Administrasi 2007 2008 2009 2010 2011
Jakarta Timur 78,09 78,54 78,74 78,95 79,14
Jakarta Selatan 78,54 79,00 79,26 79,47 79,71
Jakarta Barat 77,93 78,37 78,63 78,84 79,13
Jakarta Utara 76,59 77,01 77,36 77,63 77,93
Jakarta Pusat 77,51 77,95 78,17 78,41 78,67
Kepulauan Seribu 69,76 70,14 70,50 70,82 71,15
DKI Jakarta 76,59 77,03 77,36 77,60 77,85 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Untuk perkembangan Indek Pembangunan Manusia pada tahun 2011 tertinggi terdapat di Kota
Jakarta Selatan sebesar 79,71 diikuti oleh Jakarta Timur dengan 79,14 dan Jakarta Barat dengan
79,13. Sedangkan untuk IPM terendah terdapat di Kepulauan Seribu dengan 71,15.
2.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Prasarana jalan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian.
76,59
77,03
77,36 77,60
77,85
2007 2008 2009 2010 2011
DKI Jakarta
Profil Daerah
Bank Indonesia 25
Tabel 2.3.1.
Panjang Jalan dan Luas Jalan Menurut Jenis Jalan di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2010-2011
A. Panjang Jalan (km)
Kota/kabupaten
Administrasi Tol Negara Provinsi Jumlah
Jakarta Timur 37,298 41,285 1.311,425 1.390,008
Jakarta Selatan 16,315 37,581 1.167,293 1.221,189
Jakarta Barat 29,132 32,657 2.393,883 2.455,672
Jakarta Utara 34,342 37,351 1.073,227 1.144,920
Jakarta Pusat 6,394 3,773 654,085 664,251
Kepulauan Seribu
- - -
Jumlah 123,481 152,647 6.599,913 6.876,040
Tahun 2010 123,481 142,647 6.599,913 6.866,041 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
B. Luas Jalan (km2)
Kota/Kabupaten
Administrasi Tol Negara Provinsi Jumlah
Jakarta Timur 1.104,520 819,118 11.262,972 13.186,610
Jakarta Selatan 338,438 463,777 11.135,518 11.937,732
Jakarta Barat 647,676 635,356 7.014,898 8.297,930
Jakarta Pusat 252,396 69,012 5.287,941 5.609,349
Jakarta Utara 697,716 756,623 6.948,016 8.402,355
Kepulauan Seribu
- - -
DKI Jakarta 3.040,746 2.743,886 41.649,345 47.433,976
Tahun 2010 3.040,746 2.743,886 41.649,345 47.433,976 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011 dan 2012
Dengan makin meningkatnya kegiatan pembangunan, maka akan menuntut peningkatan
pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas
barang dari satu daerah ke daerah lain. Di samping itu perhubungan darat merupakan salah satu
sektor yang cukup besar peranannya karena kontribusinya untuk menembus isolasi suatu daerah
dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh daerah.
Secara agregat jalan tol terpanjang terdapat di Jakarta Timur yaitu 37,298 km diikuti oleh
Jakarta Utara dengan panjang 34,342 km, sedangkan jalan tol terpendek terdapat di Jakarta Pusat
dengan panjang 6,394 km. Sedangkan untuk jalan Negara terpanjang juga terdapat di Jakarta
Timur dengan panjang 41,285 km, dan terpendek terdapat di Jakarta Pusat dengan 3,337 km.
Untuk jalan provinsi terpanjang terdapat di Jakarta Barat dengan 2.393,883 km, sedangkan jalan
provinsi terpendek terdapat Jakarta Pusat dengan 654,085 km. Untuk luas jalan total di Provinsi
DKI Jakarta 47.433,976 km2 dengan rincian luas jalan tol 3.040,746 km
2, jalan provinsi seluas
2.743,886 km2 dan luas jalan kabupaten 41.649,345 km
2. Untuk luas jalan terluas terdapat di
Jakarta Timur 1.104,520 km2, untuk jalan Negara terluas terdapat di Jakarta Timur 819,118 km
2
sedangkan untuk jalan provinsi terluas terdapat di Jakarta Timur seluas 11.262,972 km2.
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota NKRI, memiliki fungsi dan peran yang penting dalam
Profil Daerah
26 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara berdasarkan UUD Tahun 1945.
Penyelenggaraan pemerintahan negara dimaksud sebagai tempat kedudukan lembaga pusat baik
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, tempat kedudukan perwakilan negara asing, dan tempat
kedudukan kantor perwakilan lembaga internasional. Selain sebagai ibukota negara, Provinsi
DKI Jakarta sekaligus sebagai daerah otonom pada lingkup provinsi memiliki tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu tugas,
wewenang, dan tanggung jawab tersebut dalam bidang transportasi.
Penyelenggaraan bidang transportasi diharapkan dapat mewujudkan tujuan penyelenggaraan lalu
lintas dan angkutan jalan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan
diselenggarakan dengan tujuan:
1. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
2. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan
bermotor di wilayah Jadetabeka (Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Karawang) sampai
akhir tahun 2011 mencapai 13.347.802 unit, yang terdiri dari mobil penumpang 2.541.351,
mobil beban atau truk 581,290, bus 363.710, dan sepeda motor 9.861.451. Ditlantas Polda Metro
Jaya memprediksi pertumbuhan kendaraan mencapai 10-12% pada tahun 2012, dan akan
berdampak terhadap tingkat kemacetan lalulintas, karena tidak sebanding dengan pertumbuhan
luas jalan, disamping kurang tertibnya pengendara yang juga menjadi penyebab kemacetan.
Kebutuhan akan jalan di Jakarta hingga akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai jarak 12.000
kilometer, namun realisasinya panjang jalan yang ada di Jakarta hingga saat ini diperkirakan
sepanjang 7.208 kilometer. Hal ini, berarti jalan yang tersedia baru memenuhi 60% kebutuhan.
Tingginya kepadatan penduduk dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi mengakibatkan
Jakarta setiap harinya dipadati lebih dari 20 juta perjalanan kendaraan yang bersliweran di jalan
raya1. Dengan kondisi seperti ini, maka rasio perbandingan ketersediaan panjang jalan dengan
luas kota di Jakarta baru mencapai 6,2%. Rasio ini akan semakin turun melihat perkembangan
penambahan kendaraan baru di Jakarta, yang terlihat dari penerbitan STNK kendaraan setiap
harinya minimal berjumlah 2.400 STNK kendaraan, dimana sebanyak 400 STNK untuk mobil
pribadi dan 2.000 STNK untuk sepeda motor.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan evaluasi terkait masalah kemacetan
dengan melakukan kajian untuk menciptakan transportasi publik yang modern, berkapasitas
besar dan terintegrasi seperti mass rapid transportation (MRT). Sesuai dengan jadwal
pengerjaan fisik mega proyek ini seharusnya dimulai pada tahun 2012.
b. Prasarana Pasar
Salah satu fasilitas penting yang harus dimiliki kota Jakarta adalah sarana dan prasarana pasar.
Fasilitas ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, meskipun tidak
seluruh kebutuhan berasal dari pasar karena untuk sebagian masyarakat memanfaatkan
keberadaan hipermarket dan mall untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. Namun tidak
1 Pandit Pranggana, Direktur Eksekutif Masyarakat Transportasi Indonesia dalam http://www.tempo.co/
Profil Daerah
Bank Indonesia 27
dipungkiri bahwa pasar tradisional masih menyediakan kebutuhan dari sebagian besar
masyarakat, termasuk di Jakarta. Keberadaan pasar ini sangat membantu UMKM untuk
memasarkan produk-produknya.
Pada tahun 2011, menurut PD Pasar Jaya terdapat sedikitnya 150 pasar tradisional di seluruh
wilayah DKI Jakarta (minus wilayah Kepulauan Seribu). Jumlah ini mengalami penurunan
sebanyak 3 unit dibandingkan kondisi pada tahun 2010. Menurut waktu kegiatannya, PD Pasar
Jaya membagi menjadi 2 jenis pasar yaitu Pasar Siang (135 unit) dan Pasar Siang Malam (15
unit). Sementara menurut jenis dan sifat kegiatannya dibagi menjadi 4, yaitu Pasar Grosir (7
unit), Pasar Khusus (3 unit), Pasar Induk (1 unit) dan Pasar Eceran (139 unit). Data
selengkapnya termasuk sebaran menurut wilayah kota administrasi ditampilkan pada tabel-tabel
berikut.
Tabel 2.3.2.
Jumlah Pasar Menurut Kota Administrasi dan Waktu Kegiatan,
Tahun 2011 (Unit)
Kota Administrasi
Waktu Kegiatan
Jumlah Siang
Siang
Malam
Jakarta Timur 27 6 33
Jakarta Selatan 24 3 27
Jakarta Barat 26 2 28
Jakarta Utara 23 1 24
Jakarta Pusat 35 3 38
Jumlah 135 15 150
Tahun 2010 137 16 153 Sumber: P.D. Pasar Jaya
Tabel 2.3.3.
Jumlah Pasar yang dikelola PD. Pasar Jaya Menurut Kota
Administrasi dan Sifat Kegiatannya, Tahun 2011 (Unit)
Kota Adm Sifat Kegiatan
Jumlah Grosir Khusus Induk Eceran
Jakarta Timur 1 1 1 30 33
Jakarta Selatan 1 - - 26 27
Jakarta Barat 1 1 - 26 28
Jakarta Utara 2 0 - 22 24
Jakarta Pusat 2 1 - 35 38
Jumlah 7 3 1 139 150
Tahun 2010 8 3 1 141 153 Sumber: P.D. Pasar Jaya
c. Prasarana air minum, listrik dan gas
Sebagai kota metropolitan yang tidak pernah berhenti dari berbagai aktifitas, mendorong
tingginya konsumsi air bersih, di sisi lain kebutuhan air bersih di Jakarta sangat penting
mengingat kondisi air tanah yang sudah tidak layak serta pembatasan penggunaan air tanah demi
menjaga lingkungan. Untuk itu, pemerintah provinsi berupaya memenuhi kebutuhan tersebut
dengan menyediakan air bersih melalui PT PAM Jaya.
Profil Daerah
28 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Gambar 2.3.1.
Jumlah Pelanggan, Produksi dan Volume Air Tersalur
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2009
Penggunaan air minum ledeng atau kemasan memperlihatkan peningkatan yang moderat selama
3 tahun terakhir. Pada tahun 2008, rumah tangga yang mengkonsumsi air bersih
(ledeng/kemasan) tercatat sebanyak 74,29%. Pada tahun 2010, persentasenya naik hampir 5 poin
menjadi 79,30%. Fasilitas air minum ini dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Meningkatnya penggunaan air ledeng dan kemasan sebagai sumber air minum memberikan
indikasi bahwa air tanah di DKI Jakarta sudah tidak layak minum.
Produksi air bersih di Jakarta pada tahun 2010 mencapai 529 juta m3 dengan jumlah pelanggan
sebanyak 805 ribu pelanggan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi air bersih
dan jumlah pelanggan meningkat sebesar 1,11% untuk pelanggan dan 4,19% untuk produksinya.
Sementara peningkatan rata-rata volume air bersih yang di salurkan masih jauh di bawah
produksi yaitu naik 6,17%. Masalah kebocoran dan jebolnya pintu air masih menjadi tantangan
utama operator air bersih disamping bahan baku yang masih terbatas.
Tabel 2.3.4.
Jumlah Pelanggan, Produksi dan Kubikasi Air Terjual Perusahaan Air Minum (PAM)
di DKI Jakarta, Tahun 2011
Bulan Pelanggan Produksi (m3) Air Terjual (m
3)
Januari 806.206 45.072.982 23.765.524
Pebruari 806.815 40.763.377 23.618.178
Maret 807.134 45.188.844 23.769.336
April 807.519 42.999.854 24.240.929
Mei 807.145 45.269.183 24.790.803
Juni 806.450 43.721.342 25.312.461
Juli 805.468 45.280.332 25.360.647
Agustus 804.501 44.498.232 25.175.590
September 804.508 41.598.605 25.495.640
Oktober 805.277 44.868.503 25.501.952
Nopember 804.534 43.515.751 25.753.099
Desember 802.636 45.077.118 25.035.073
Jumlah 802.636 527.854.123 297.819.232
2010 1)
805.153 529.438.041 283.965.498 Catatan :
1) Keadaan bulan Desember
Sumber: PAM Jaya
-
200
400
600
800
1.000
2007 2008 2009
Pelanggan
Produksi (juta m3)
Volume Air Tersalur
Profil Daerah
Bank Indonesia 29
Beban listrik Jakarta dan sekitarnya saat ini sudah sangat tinggi, karena kebutuhan masyarakat
dan pelaku usaha semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Dengan adanya proyek Mass
Rapid Transportation (MRT) dan Monorel, konsumsi listrik diyakini akan semakin melonjak.
Namun demikian, PT PLN (Persero) mengklaim mampu memasok listrik Jakarta dan sekitarnya
setelah proyek MRT dan Monorel selesai dan beroperasi, meski beban puncak listrik di Jakarta
saat ini sudah mencapai 5.600 megawatt.
Tabel 2.3.5.
Jumlah Daya Siap Jual, Terjual dan Susut Menurut Bulan
Di DKI Jakarta Tahun 2011 (KwH)
Bulan Kuantitas
Susut Siap Jual Terjual
Januari 2011 3.150.506.647 2.849.449.918 213.746.663
Pebruari 2.871.934.393 2.685.785.998 106.055.610
Maret 3.289.067.233 2.879.572.030 317.645.590
April 3.240.682.211 2.942.234.346 210.280.560
Mei 3.394.533.712 2.979.879.262 321.517.430
Juni 3.305.586.925 2.974.206.840 240.479.556
Juli 3.407.160.285 3.000.599.788 304.673.952
Agustus 3.224.209.815 2.716.187.476 402.636.071
September 3.209.028.902 3.024.213.337 83.966.135
Oktober 3.577.488.124 3.159.725.705 309.858.010
Nopember 3.431.200.129 3.115.944.655 212.797.224
Desember 3.477.760.766 2.733.577.420 263.119.941
Jumlah 39.579.159.142 35.061.376.775 2.986.776.742
2010 36.977.150.254 32.965.991.559 2.983.891.742 Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang
Hampir seluruh rumah tangga di DKI Jakarta (99,79%) menggunakan listrik sebagai fasilitas
penerangannya baik listrik PLN maupun Non PLN. Jaringan listrik yang sudah merata di seluruh
wilayah kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, menyebabkan masyarakat mudah
mengakses listrik. Pada tahun 2008, sekitar 86,74% rumah tangga menggunakan tangki septik.
Angka ini meningkat menjadi 93,34% pada tahun 2010.
Data dari PT PLN (Persero) memperlihatkan kecenderungan peningkatan daya terpasang
maupun konsumsi listrik bagi masyarakat dan pelaku usaha di DKI Jakarta. Jika pada akhir
tahun 2010 jumlah listrik yang terjual mencapai 35.061.376.775 KwH, maka kondisi ini
mengalami peningkatan sebesar 2.095.385.216 KwH atau 6,36% dibandingkan total konsumsi
pada tahun 2010. Dan yang patut disyukuri bahwa daya terpasang listrik di DKI Jakarta masih
lebih besar dibandingkaan konsumsinya (112,89%).
Berdasarkan jenis pelanggan listrik di DKI Jakarta, maka sebagian besar pelanggan listrik adalah
rumah tangga yang pada tahun 2011 tercatat sebanyak 3.516.485 pelanggan (90,89%), kemudian
kegiatan usaha 275.730 pelanggan (7,13%), kegiatan sosial kemasyarakatan 43.079 pelanggan
(1,11%), perkantoran 13.989 pelanggan (0,36%), industri manufaktur 11.001 pelanggan
(0,28%), dan pelanggan lainnya sebanyak 8.644 pelanggan (0,22%).
Namun menurut daya listrik terjual, komposisi pemakai listrik tidak sama dengan komposisi
jumlah pelanggannya karena ada beberapa jenis pelanggan yang mengkonsumsi listrik sangat
besar, yaitu pada kegiatan usaha industri manufaktur. Secara matematis, maka kegiatan rumah
Profil Daerah
30 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
tangga tetap mengkonsumsi daya listrik terbesar yaitu 12.139.804.504 KwH (34,51%),
kemudian diikuti jenis pelanggan kegiatan usaha/bisnis sebesar 10.337.273.016 Kwh (29,38%),
industri manufaktur 9.821.891.931 KwH (27,92%). Sementara jenis pelanggan yang lainnya
masih dibawah 5%.
Tabel 2.3.6.
Jumlah Pelanggan dan Daya Listrik Terjual Menurut Golongan Tarif dan Cabang, Tahun 2011
a. Jumlah Pelanggan
Jenis Pelanggan APPU APPS APPT Gabungan
1. Sosial 16.004 14.582 12.493 43.079
2. Rumahtangga 1.135.271 1.355.634 1.025.580 3.516.485
3. Usaha 118.178 89.125 68.427 275.730
4. Industri 4.424 683 5.894 11.001
5. Perkantoran 6.676 4.908 2.405 13.989
6. Lainnya 3.150 3.196 2.298 8.644
Jumlah 1.283.703 1.468.128 1.117.097 3.868.928
b. Daya terjual (KwH)
Jenis Pelanggan APPU APPS APPT Gabungan
1. Sosial 510.280.098 331.550.331 140.175.306 982.005.735
2. Rumahtangga 4.573.192.733 4.985.857.106 2.580.754.665 12.139.804.504
3. Usaha 5.499.588.537 3.130.114.018 1.707.570.461 10.337.273.016
4. Industri 3.800.443.352 368.237.271 5.653.211.308 9.821.891.931
5. Perkantoran 749.952.360 502.503.692 219.030.028 1.471.486.080
6. Lainnya 152.005.713 167.309.862 107.140.175 426.455.750
Jumlah 15.285.462.793 9.485.572.280 10.407.881.943 35.178.917.016
Catatan :
APPU : Arean Pelayanan Prima Utara
APPS : Arean Pelayanan Prima Selatan
APPT : Arean Pelayanan Prima Timur
Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada periode 2012-2020 jumlah tambahan produksi gas
diproyeksikan sebesar 5.118 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari 17 lapangan.
Setidaknya terdapat empat lapangan berskala besar yang akan mulai memproduksi gas bumi.
Keempat ladang itu adalah proyek laut dalam Chevron Indonesia Company dengan target
produksi pada 2014 sebesar 830 MMSCFD, Blok Masela yang dioperasikan Inpex Corporation
sebesar 400 MMSCFD pada 2017, Proyek Tangguh dengan operator BP mulai 2018 sebesar 870
MMSCFD, dan Blok Natuna Timur dengan operator PT Pertamina (Persero) mulai 2020 sebesar
1.000 MMSCFD.
Untuk wilayah DKI Jakarta, selama kurun waktu 2011 produksi gas yang dialokasikan mencapai
923.181.173 m3 dengan total penjualan 922.903.455 m
3 atau sebesar 99,97% dengan nilai
penjualan mencapai Rp2.092,4 miliar. Dibandingkan keadaan tahun 2010 terdapat peningkatan
produksi sebesar 6,17% dan peningkatan penjualan 3,21%, sementara untuk nilai produksi
meningkat 8,28% dan peningkatan nilai jual sebesar 6,04%.
Profil Daerah
Bank Indonesia 31
Tabel 2.3.7.
Jumlah Produksi Bruto dan Penjualan Gas, Tahun 2011
Bulan Produksi Penjualan
m³ Nilai (Rp) m³ Nilai (Rp)
Januari 2011 75.782.265 59.056.853.124 75.098.952 172.527.365.561
Pebruari 70.332.242 54.567.646.683 70.996.776 156.465.410.374
Maret 80.900.599 62.274.316.013 79.994.054 177.661.859.146
April 72.942.482 58.443.074.611 72.308.047 162.179.224.415
Mei 81.851.884 67.353.830.306 80.973.186 179.935.754.870
Juni 75.777.775 61.850.303.284 76.200.596 169.614.817.406
Juli 79.252.249 65.156.958.431 78.451.071 177.952.086.661
Agustus 77.835.573 62.972.009.768 78.668.200 170.091.035.986
September 74.729.910 59.638.831.773 74.730.298 166.529.515.925
Oktober 81.093.607 63.302.461.491 81.867.814 191.707.359.171
Nopember 78.825.098 60.974.159.236 79.310.856 188.707.197.536
Desember 73.857.489 56.850.176.905 74.303.600 179.263.531.300
Jumlah 923.181.173 732.440.621.625 922.903.455 2.092.400.158.351
2010 869.540.927 676.452.280.650 894.223.298 1.973.142.179.528
2009 665.552.038 599.326.747.664 634.770.364 1.347.793.738.524
2008 576.685.926 514.724.900.677 541.759.031 1.134.129.766.864 Sumber : PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Tabel 2.3.8.
Jumlah Pelanggan/Konsumen Gas Menurut Kota Administrasi, Tahun 2011
Kota Adm. Rumah Tangga Komersial Industri Besar Jumlah
Jakarta Timur 5.633 11 53 5.697
Jakarta Selatan 666 44 13 723
Jakarta Barat 1.929 36 31 1.996
Jakarta Utara 717 14 46 777
Jakarta Pusat 4.445 67 - 4.512
Jumlah 13.390 172 143 13.705
2010 13.477 168 141 13.786
2009 13.369 173 141 13.683
2008 13.545 172 137 13.854 Sumber : PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
b. Prasarana Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan penduduk di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat
pendidikan penduduk di provinsi lain di Indonesia. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kebijakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi pertama di Indonesia yang menganggarkan
lebih dari 20% dari total APBD untuk pendidikan. Persentase ini melampaui angka yang
diamanatkan oleh Undang-undang Sisdiknas, yaitu sebesar 20%. Keberhasilan pembangunan
bidang pendidikan dapat pula dilihat dari indikator tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh
penduduk. Dibandingkan dengan kondisi tahun 2006, telah terjadi peningkatan rata-rata
pendidikan masyarakat Jakarta yang cukup berarti pada tahun 2009. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya penduduk yang menamatkan pendidikan di tingkat SLTA ke atas, yaitu dari
47,56% pada tahun 2006 menjadi 67,2% pada tahun 2010. Khusus untuk yang tamat S1 ke atas
naik dari 7,58% pada tahun 2006 menjadi 10,8% pada tahun 2010.
Profil Daerah
32 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Selain itu, Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 10 tahun ke atas di DKI Jakarta secara
umum relatif stabil sepanjang tahun 2006-2010. Pada tahun 2006 AMH penduduk DKI Jakarta
sebesar 98,34% dan pada tahun 2010 sebesar 99,30%. Pencapaian lain bidang pendidikan yang
cukup menggembirakan adalah Angka Partisipasi Sekolah pada jenjang pendidikan dasar,
kondisi ini memberikan indikasi bahwa Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
(WajarDikdas) 9 tahun di DKI Jakarta cukup berhasil. Sekitar lebih dari 90%.
Penduduk usia 7-15 tahun, yang merupakan "target goal" pemerintah dalam program ini, masih
aktif bersekolah pada tahun 2009. Pemberian dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) oleh
Pemerintah Pusat melalui APBN dan pemberian dana BOP (Bantuan Operasional Pendidikan)
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui dana APBD, memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam menaikkan persentase angka partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan dasar.
Dalam rangka meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
pada pendidikan dasar di Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi mengalokasikan Biaya
Operasional Pendidikan (BOP). Sasaran Penerima BOP adalah seluruh Sekolah Dasar Negeri
(SDN), Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLBN),
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Negeri (SMPLBN), dan SMAN/SMKN. BOP dialokasikan untuk
membiayai pengelolaan kurikulum, penunjang kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana,
pengembangan ketenagaan, kesiswaan dan ekstrakurikuler, peningkatan mutu, rumahtangga
sekolah, daya dan jasa, ATK dan perlengkapan perkantoran, dan humas.
Untuk sarana pendidikan tingkat taman kanak-kanak terbanyak terdapat di Jakarta Timur
sebanyak 572 unit, diikuti oleh Jakarta Selatan sebanyak 426 unit dan TK paling sedikit
jumlahnya terdapat di Kepulauan Seribu dengan hanya ada 10 TK. Untuk tingkat sekolah dasar
dan ibtidayah paling sedikit juga terdapat di Kepulauan Seribu dengan 15 unit, sedangkan SD
terbanyak terdapat di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Untuk tingkat SMP dan Madrasah
terbanyak terdapat di Jakarta Timur dan Jakarta Barat masing-masing 328 dan 274 unit.
Jumlah SLTA dan Madrasah Aliyah di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 terdapat 573 unit
SLTA dengan terbanyak di Jakarta Timur dengan 160 unit dan paling sedikit terdapat di
Kabupaten Kepulauan Seribu dengan hanya 2 unit SLTA. Untuk Sekolah Menengah Kejuruaan
atau SMK terbanyak terdapat Jakarta Selatan 835 unit SMK, dan paling sedikit terdapat di
Kepulauan Seribu dengan hanya 1 SMK.
Profil Daerah
Bank Indonesia 33
Tabel 2.3.9
Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi DKI Jakarta Dirinci
Menurut Kota/Kabupaten Administrasi, Tahun 2011
Kota/Kabupaten
Administrasi TK SD SMP SMA SMK
Jakarta Selatan 416 799 253 125 835
Jakarta Timur 572 958 328 160 179
Jakarta Barat 348 774 274 125 112
Jakarta Pusat 212 410 126 67 72
Jakarta Utara 244 445 176 94 75
Kepulauan Seribu 10 15 6 2 1
DKI Jakarta 1.802 3.401 1.163 573 1.274 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
d. Prasarana komunikasi
Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta
memberikan sumbangan 10,30% terhadap total PDRB. Untuk perkembangan sambungan
telepon di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 sampai tahun 2011 terjadi penurunan sebesar
1,25 % dimana pada tahun 2008 jumlah sambungan telepon adalah sebanyak 1.926.174
sambungan, sedangkan pada tahun 2011 turun menjadi 1.902.089 sambungan. Pada tahun 2011
sambungan telepon terbanyak terdapat di Jakarta Timur sebanyak 493.091 sambungan di ikuti
oleh Jakarta Selatan 434.131 sambungan. Jakarta Pusat merupakan kota dengan sambungan
telepon terpasang terkecil pada tahun 2011 hanya terpasang 205.891 sambungan.
Gambar 2.3.2.
Jumlah Sambungan Telepon Terpasang
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008-2011
1.860.000
1.870.000
1.880.000
1.890.000
1.900.000
1.910.000
1.920.000
1.930.000
1.940.000
2008 2009 2010 2011
Profil Daerah
34 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
e. Prasarana kesehatan
Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat
kesehatan penduduk di provinsi lain di Indonesia. Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan
dapat dilihat dari indikator angka kematian bayi dan usia harapan hidup.Angka Kematian Bayi
(AKB) DKI Jakarta tahun 2010 sebesar 8 bayi per 1.000 kelahiran. Angka tersebut turun, bila
dibandingkan dengan AKB DKI Jakarta tahun 2007 yang sebesar 8,4 bayi per 1.000 kelahiran.
Tahun 2010, usia harapan hidup penduduk DKI Jakarta naik menjadi 76,0 tahun dari 75,8 tahun
pada tahun 2007. Jumlah tenaga medis dokter umum di Provinsi Jakarta pada tahun 2010
sebanyak 2.873 orang, dokter spesialis sebanyak 1.386 orang, dokter gigi sebanyak 586,
apoteker 2.699 orang, asisten apoteker sebanyak 4.401 orang, bidan sebanyak 7.282 orang dan
kader posyandu di DKI Jakarta pada tahun 2011 sebanyak 31.057 orang.
Tabel 2.3.10.
Perkembangan Jumlah Tenaga Medis di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2010
No Tenaga Medis 2007 2008 2009 2010
1 Dokter Umum 1.865 6.848 8.201 2.873
2 Dokter Spesialis 5.396 4.259 9.595 1.386
3 Dokter Gigi 959 2.977 3.049 586
4 Apoteker 158 751 751* 2.699
5 Asisten Apoteker 1.135 2.999 2.999* 4.401
6 Bidan 2.088 4.695 4.695* 7.282
7 Kader Posyandu 29.718 29.718 29.718* 31.057 Ket. * Data tahun 2008
Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Untuk sarana kesehatan yang tersedia di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sebanyak 3.069
unit yang terdiri dari 153 rumah sakit, 44 puskesmas kesehatan, 286 puskesmas kelurahan, 779
balai pengobatan umum, 113 balai pengobatan gigi, 170 Laboratorium, dan 1.524 apotik.
Tabel 2.3.11.
Jumlah Sarana Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Kota/Kabupaten
Administrasi
Rumah
Sakit
Puskesmas
Kecamatan
Puskesmas
Kelurahan
Balai
Pengobatan
Umum
Balai
Pengobatan
Gigi
Lab Apotik
Jakarta Timur 37 10 68 181 12 20 305
Jakarta Selatan 43 10 69 32 7 31 401
Jakarta Barat 22 8 67 220 28 49 500
Jakarta Pusat 30 8 35 176 45 40 284
Jakarta Utara 20 6 43 169 21 30 34
Kepulauan Seribu 1 2 4 1 - - -
DKI Jakarta 153 44 286 779 113 170 1.524
Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Untuk rumah sakit terbanyak terdapat di Jakarta Selatan sebanyak 43 unit, diikuti Jakarta Timur
37 unit, dan paling sedikit terdapat di Kepulauan Seribu sebanyak 1 unit. Untuk puskesmas
kecamatan terbanyak terdapat di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur masing-masing 10 unit,
Jakarta Pusat dan Jakarta Barat masing-masing 8 unit dan paling sedikit terdapat di Kepulauan
Seribu. Untuk puskesmas kelurahan terbanyak terdapat di Jakarta Selatan sebanyak 69 unit,
Profil Daerah
Bank Indonesia 35
Jakarta Timur 68 unit, untuk balai pengobatan umum di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 779 unit
terbanyak di Jakarta Barat dan paling sedikit di Kepulauan Seribu. Balai pengobatan gigi tidak
terdapat di Kepulauan Seribu dan terbanyak terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 45 unit.
Laboratorium juga tidak terdapat di Kepulauan Seribu dan terbanyak terdapat di Jakarta Barat.
Sedangkan untuk apotik terbanyak terdapat di Jakarta Barat sebanyak 500 unit , diikuti Jakarta
Selatan 401 unit, Jakarta Timur 305 unit, Jakarta Pusat terdapat 284 unit apotik sedangkan untuk
Jakarta Utara terdapat 34 unit apotik. Untuk Kepulauan Seribu pada Tahun 2011 tidak terdapat
apotik.
Keberadaan tenaga kesehatan, khususnya dokter, dokter giri, perawat dan bidan pada masing-
masing wilayah menyebabkan perbedaan rasio kebutuhan tenaga kesehatan yang disesuaikan
dengan jumlah penduduk dari masing-masing wilayah tersebut. Berikut ditampilkan gambar
rasio tenaga kesehatan untuk setiap 100.000 penduduk.
Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011
Gambar 2.3.3.
Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2011
Profil Daerah
36 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011
Gambar 2.3.4.
Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk Tahun 2011
Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011
Gambar 2.3.5.
Rasio Perawat per 100.000 Penduduk Tahun 2011
Profil Daerah
Bank Indonesia 37
Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011
Gambar 2.3.6.
Rasio Bidan per 100.000 Penduduk Tahun 2011
Profil Daerah
38 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bank Indonesia 39
BAB III KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH
3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 atas
dasar harga berlaku adalah sebesar Rp982.540.043 juta atau meningkat sebesar 13,97%
dibanding tahun 2010 sebesar Rp862.089.736 juta. Sektor pertambangan dan penggalian adalah
sektor yang mengalami peningkatan terbesar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Dimana
sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2010 pada harga berlaku menyumbang
Rp3.704.281 juta maka pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 38,76% menjadi
Rp5.139.915 juta.
PDRB Sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami kenaikan yang cukup besar
berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan. Dimana untuk PDRB
berdasarkan harga berlaku pada tahun 2010 sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang
Rp87.688.423 juta, maka pada tahun 2011 menyumbang sebesar Rp101.189.937 juta atau
mengalami kenaikan sebesar 15,40%. Sedangkan untuk sektor perekonomian yang paling kecil
mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 7,27% serta sektor
pertanian yang hanya mengalami perkembangan sebesar 8,15% berdasarkan harga berlaku.
Laju perkembangan berbagai sektor usaha, di Provinsi DKI Jakarta dilihat berdasarkan
perkembangan nilai PDRB-nya (berdasarkan harga konstan tahun 2000) mengalami
pertumbuhan sebesar 7,68% dalam kurun waktu 2008-2011. Pada periode yang sama
pertumbuhan terbesar sektor pengangkutan dan komunikasi (13,89%), pertambangan dan
penggalian (8,64%), dan konstruksi (7,86%).
Perekonomian Jakarta yang digambarkan dengan PDRB atas dasar harga berlaku, secara
nominal dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari
Rp501,8 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp862,16 triliun pada tahun 2010. Dominasi sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, real estate
dan jasa perusahaan dalam perekonomian Jakarta belum tergoyahkan disamping sektor
konstruksi dan sektor jasa-jasa.
Sebagai tulang punggung perekonomian Jakarta, sektor jasa (tersier) memiliki peranan sebesar
71,28% bila dilihat dari kontribusinya pada PDRB. Pembentuk sektor tersier meliputi sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang mempunyai kontribusi terhadap perekonomian daerah
sekitar 20,69%; sektor jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan sekitar 27,74%; dan
sisanya diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,17%, serta sektor jasa-
jasa lainnya sebesar 12,67%. Ini menunjukkan struktur perekonomian Jakarta sudah mengarah
kepada struktur jasa (service city).
Kondisi Perekonomian Wilayah
40 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 3.1.1. PDRB Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Harga Konstan dan Harga Berlaku serta Perkembangannya
Lapangan Usaha Harga Berlaku (Rp juta) Harga Konstan (Rp Juta) Kontribusi 2011 Perkembangan (%)
2010 2011 2010 2011 Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1.Pertanian 849.560 918.803 304.274 306.661 0,09 0,07 8,15 0,78
2. Pertambangan dan Penggalian 3.704.281 5.139.915 950.016 1.032.115 0,52 0,24 38,76 8,64
3. Industri Pengolahan 135.643.231 153.486.418 60.567.510 62.044.551 15,62 14,70 13,15 2,44
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9.012.257 9.667.646 2.588.998 2.691.351 0,98 0,64 7,27 3,95
5. Bangunan 98.424.987 112.719.140 41.143.270 44.375.449 11,47 10,51 14,52 7,86
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 178.357.449 204.413.008 85.980.580 92.324.503 20,80 21,87 14,61 7,38
7. Pengangkutan dan Komunikasi 87.688.423 101.189.937 46.776.560 53.271.793 10,30 12,62 15,4 13,89
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 239.155.971 270.951.564 111.279.950 116.889.924 27,58 27,69 13,29 5,04
9. Jasa-Jasa 109.253.577 124.053.612 46.042.416 49.226.224 12,63 11,66 13,55 6,91
Produk Domestik Regional Bruto 862.089.736 982.540.043 395.633.574 422.162.571 100 100 13,97 6,71 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Bank Indonesia 41
Tabel 3.1.2
Distribusi Persentasi Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
No Lapangan Usaha Laju Distribusi (%)
2010 2011
1 Pertanian 0,10 0,09
2 Pertambangan dan Penggalian 0,43 0,52
3 Industri Pengolahan 15,73 15,62
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,05 0,98
5 Bangunan 11,42 11,47
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,69 20,80
7 Pengangkutan dan Komunikasi 10,17 10,30
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 27,74 27,58
9 Jasa-Jasa 12,67 12,63
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00
Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Penyumbang perekonomian Jakarta lainnya adalah sektor sekunder yang terdiri dari sektor
industri pengolahan dan sektor konstruksi. Sektor industri pengolahan menyumbang sekitar
15,62% sedangkan sektor konstruksi sebesar 11,47%. Sementara sumbangan sektor primer di
Jakarta hanya sebesar 1,00% yang terdiri dari sektor pertanian sebesar 0,09% dan sektor
pertambangan sebesar 0,52%. Dari sisi penggunaan, dalam kurun waktu 2008-2011 lebih dari
55% dari total PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Komponen
penggunaan lainnya yang cukup besar adalah permintaan dari luar Jakarta (ekspor ke provinsi
lain dan luar negeri) sekitar 54%, impor barang dan jasa sebesar 53%, serta pembentukan modal
tetap bruto atau investasi fisik sebesar 36%. Selanjutnya, konsumsi pemerintah sebesar 7%.
Gambar 3.1.1.
Distribusi Penggunaan PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Berdasarkan Harga Berlaku
PERTANIAN; 0,09 PERTAMBANGAN
DAN PENGGALIAN ; 0,52
INDUSTRI PENGOLAHAN ;
15,62
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH; 0,98
BANGUNAN ; 11,47
PERDAGANGAN, HOTEL DAN
RESTORAN ; 20,80
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI ;
10,30
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN
JASA PERUSAHAAN ; 27,58
JASA-JASA; 12,63
Kondisi Perekonomian Wilayah
42 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Struktur perekonomian DKI Jakarta secara spasial, yang dihitung dari PDRB atas dasar harga
berlaku, menunjukkan sekitar 48,62% perekonomian Jakarta masih terkonsentrasi di Jakarta
Pusat dan Jakarta Selatan, yang masing-masing sebesar 26,57% (Rp259,68 triliun) dan 22,15%
(Rp216,38 triliun).
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi DKI Jakarta jika dilihat menurut
kota/kabupaten administrasi memperlihatkan bahwa atas dasar harga berlaku tahun 2011
wilayah Jakarta Pusat memberikan kontribusi terbesar dengan nilai Rp259.680.387,15 juta
(26,58%), diikuti Jakarta Selatan Rp216.385.327,90 juta (22,15%), Jakarta Utara
Rp183.061.494,00 (18,74%), Jakarta Timur Rp165.710.005,70 (16,96%), Jakarta Barat
Rp146.698.266,46 (15,01%) dan terkecil di Kepulauan Seribu Rp5.544.890,04 (0,57%).
Apabila ditinjau dari perkembangan pada tahun 2011 ternyata peningkatan terbesar justru terjadi
di Kepulauan Seribu sebesar 36,44% atau meningkat rata-rata 23,22% sejak tahun 2007. Untuk
wilayah yang lain mengalami peningkatan dengan kisaran 12-14% yang secara berurutan adalah
Jakarta Pusat 14,20%, Jakarta Barat 14,02%, Jakarta Utara 13,86%, Jakarta Selatan 13,43% dan
Jakarta Timur 12,85%. Sedangkan peningkatan rata-rata terbesar kedua untuk kurun waktu
2007-2011 setelah Kepulauan Seribu terjadi di Jakarta Barat 18,05%, kemudian Jakarta Utara
17,32%, Jakarta Selatan 17,02%, Jakarta Timur 16,47% dan Jakarta Pusat 14,94%.
Tabel 3.1.3.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Kota/kabupaten Administrasi di DKI Jakarta Tahun 2007 - 2011
(Juta Rupiah)
Kabupaten/Kota
Adm. 2007 2008 2009 2010 2011
1. Jakarta Timur 99.900.806,52 117.430.195,40 130.332.316,80 146.840.378,70 165.710.005,70
2. Jakarta Selatan 128.740.860,00 152.150.865,53 169.323.096,45 190.772.985,28 216.385.327,90
3. Jakarta Barat 85.198.556,48 101.010.614,51 113.503.208,35 128.659.263,08 146.698.266,46
4. Jakarta Pusat 162.525.321,00 178.571.476,83 200.709.426,18 227.381.220,00 259.680.387,15
5. Jakarta Utara 108.142.874,86 128.783.336,45 141.396.170,73 160.778.227,92 183.061.494,00
6. Kepulauan Seribu 2.874.975,71 3.453.853,18 3.474.817,75 4.063.913,88 5.544.890,04
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3.1.2.
PDRB Kota/Kabupaten Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Berdasarkan Harga Berlaku
Kepulauan Seribu 0,57%
Jakarta Selatan 22,15%
Jakarta Timur 16,96%
Jakarta Pusat 26,58%
Jakarta Barat 15,01%
Jakarta Utara 18,74%
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 43
Tabel 3.1.4.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Kabupaten/Kota Administrasi di DKI Jakarta Tahun 2007 - 2011
(Juta Rupiah)
Kabupaten/Kota
Adm. 2007 2008 2009 2010 2011
1. Jakarta Timur 56.886.294,12 60.123.980,90 62.913.133,90 66.725.673,50 70.918.901,60
2. Jakarta Selatan 74.377.051,79 78.997.462,96 83.218.186,45 88.730.443,13 94.920.210,47
3. Jakarta Barat 49.762.618,16 52.734.938,01 55.362.175,99 58.720.167,46 62.389.552,84
4. Jakarta Pusat 85.780.643,12 91.228.665,29 96.477.154,25 102.859.738,00 110.007.953,76
5. Jakarta Utara 62.882.747,00 66.535.641,44 69.218.053,25 73.383.110,75 78.046.750,00
6. Kepulauan Seribu 1.081.737,43 1.090.072,08 1.095.913,23 1.118.491,00 1.209.855,21
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3.1.3.
PDRB Kota/Kabupaten Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Berdasarkan Harga Konstan 2000
Laju pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan, menunjukkan
total PDRB kabupaten/kota di DKI Jakarta yang tercipta pada tahun 2011 meningkat sebesar
6,63% bila dibandingkan dengan tahun 2010, yakni dari Rp391,64 triliun menjadi Rp417,49
triliun. Nilai ini sedikit berbeda dengan nilai PDRB Provinsi DKI Jakarta yang menunjukkan
peningkatan 6,71% pada periode yang sama, yaitu dari Rp395,63 triliun menjadi Rp422,16
triliun. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi
statistik dalam penghitungan nilai tambah.
Wilayah dengan pertumbuhan tercepat adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
dengan pertumbuhan sebesar 8,17%. Tingginya pertumbuhan yang dicapai oleh wilayah ini
didorong oleh meningkatnya produksi minyak mentah hingga lebih dari 10% pada tahun 2011
yang dipicu oleh peningkatan harga minyak dunia pada saat itu. Jakarta Selatan dan Jakarta
Pusat sebagai pusat perekonomian Jakarta masing-masing tumbuh 6,98% dan 6,95%. Sementara
wilayah lainnya juga mampu menunjukkan pertumbuhan diatas 6% meskipun masih dibawah
rata-rata pertumbuhan total PDRB Kabupaten/Kota yang sebesar 6,63%.
Kepulauan Seribu 0,29%
Jakarta Selatan 22,74%
Jakarta Timur 16,99% Jakarta Pusat
26,35%
Jakarta Barat 14,94%
Jakarta Utara 18,69%
Kondisi Perekonomian Wilayah
44 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
3.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
1). Subsektor tanaman pangan
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling sedikit menyumbang pada PDRB DKI Jakarta
pada tahun 2011. Sektor pertanian hanya memberikan sumbangan sebesar 0,09% pada
pembentukan PDRB DKI Jakarta. Keterbatasan luas lahan pertanian, serta struktur
perekonomian DKI Jakarta yang merupakan kota dagang dan jasa menyebabkan sektor pertanian
hampir tidak terdapat di DKI Jakarta.
Tabel 3.2.1.
Luas Panen (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Pangan
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Jenis Tanaman
2010 2011 Pertumbuhan
Luas
Panen Produksi
Luas
Panen Produksi
Luas
Panen Produksi
1 Padi Sawah 2.015 11.164 1.723 9.516 - 0,14 - 0.15
2 Jagung 15 31 12 23 - 0,00 - 0.00
3 Ketela Pohon 25 290 15 176 - 0,00 - 0.01
4 Kacang Tanah 9 9 7 7 - 0,00 - 0.00
DKI Jakarta 2.064 11.494 1.757 9.722 - 0.15 - 0,16 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Pada tahun 2011 luas panen produksi tanaman pangan seluas 1.757 ha atau mengalami
penurunan sebesar 0,15% jika di bandingkan dengan luas panen pada tahun 2010 sebesar 2.064
ha. Untuk produksi tanaman pangan juga mengalami penurunan sebesar 0,16% dimana pada
tahun 2010 sebesar 11.494 ton menjadi hanya 9.722 ton pada tahun 2011. Padi sawah
merupakan sektor pertanian yang mempunyai luas panen dan produksi terbesar, dimana pada
tahun 2011 luas panen sebesar 1.723 ha dengan produksi sebesar 9.516 ton. Sedangkan kacang
tanah merupakan komoditi tanaman pangan yang paling sedikit luas panennya pada tahun 2011
hanya seluas 7 ha dengan produksi hanya 7 ton.
Untuk tanaman sayur-sayuran, luas panen terbesar tahun 2011 terdapat pada komoditi sayuran
kangkung dengan luas panen 1.008 ha dengan produksi sebesar 7.970 ton, diikuti oleh komoditi
bayam dengan luas panen sebesar 728 ha dengan produksi 2.552 ton, seterusnya komoditi sawi
dengan luas panen seluas 722 ha dengan produksi 5.332 ton. Sayuran sawi banyak di tanam
penduduk di bantaran kali karena tidak memerlukan perawatan khusus untuk tanaman ini.
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 45
Tabel 3.2.2.
Luas Panen (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Sayuran
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011
No Jenis Tanaman
2010 2011
Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
1 Bayam 1.045 5.607 728 2.552
2 Kangkung 1.257 17.579 1.008 7.970
3 Kacang Panjang 18 158 6 1
4 Ketimun 12 73 20 23
5 Terung 9 87 3 1
6 Sawi 983 12.441 722 5.332 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Untuk tanaman bayam luas panen terbesar terdapat di Jakarta Timur dengan luas panen seluas
403 ha dengan produksi 14.680 ton, diikuti oleh Jakarta Barat dengan luas panen 69 ha dengan
luas produksi 3.139 ton, dan terakhir Jakarta Utara dengan luas panen 69 ha dan produksi 3.139
ton sendangkan di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan tidak terdapat area tanaman bayam.
Gambar 3.2.1.
Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011
Sedangkan tanaman kangkung banyak terdapat di Jakarta Timur dengan luas panen sebesar 420
ha serta produksi 22.349 ton, diikuti oleh Jakarta Utara dengan luas panen 318 ha dengan
produksi 37.200 ton serta Jakarta Barat dengan luas panen 266 ha dan produksi 20.124 ton.
Untuk tamanan sawi luas panen terbesar banyak terdapat di Jakarta Timur dengan luas panen
404 ha dan produksi 22.753 ton, Jakarta Barat luas panen 249 ha dengan produksi 25.689 ton
terakhir Jakarta dengan luas panen 69 ha dan produksi 4.880 ton. Sedangkan di Jakarta Pusat
dan Jakarta Selatan tidak terdapat tanaman sayur-sayuran
Untuk produksi buah-buahan tertinggi di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah
belimbing dengan produksi 56.163 kwintal daerah penghasil belimbing terbesar adalah Jakarta
Selatan sedangkan untuk produksi terbesar kedua adalah buah mangga dengan produksi 36.021
kwintal dengan penghasil terbesar terdapat di Jakarta Barat dengan produksi 11.794 kwintal
Penghasil jambu biji terbesar adalah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sedangkan paling sedikit
adalah Jakarta Pusat hanya menghasil 4 kwintal produksi jambu biji tahun 2011. Jakarta Timur
juga merupakan daerah penghasil rambutan terbesar di Provinsi DKI Jakarta dengan produksi
5.528 kwintal diikuti oleh Jakarta Selatan 2.154 kwintal.
Kondisi Perekonomian Wilayah
46 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 3.2.3
Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Jenis
Tanaman
2010 2011 Pertumbuhan
Jumlah
(pohon)
Produksi
(Kwt)
Jumlah
(pohon)
Produksi
(Kwt)
Jumlah
(%)
Produksi
(%)
1 Alpokat 458 511 608 538 0,33 0,05
2 Mangga 53.470 33.076 47.523 36.021 (12,98) 5,76
3 Rambutan 24.261 7.867 20.767 7.687 (7,63) (0,35)
4 Duku 1.243 517 653 472 (1,29) (0,09)
5 Jeruk 440 149 365 372 (0,16) 0,44
6 Durian 2.664 2.585 2.954 2.262 0,63 (0,63)
7 Jambu Biji 22.595 7.760 21.039 7.761 (3,40) 0,00
8 Jambu Air 30.738 5.731 19.268 6.200 (25,04) 0,92
9 Sawo 3.100 1.121 2.587 1.446 (1,12) 0,64
10 Pepaya 12.988 5.428 11.912 3.407 (2,35) (3,95)
11 Pisang 36.037 7.461 35.549 6.949 (1,07) (1,00)
12 Salak 3.440 379 4.239 312 1,74 (0,13)
13 Belimbing 108.145 48.853 89.173 56.163 (41,42) 14,31
14 Nangka 9.983 4.341 10.200 5.333 0,47 1,94
15 Sirsak 260 20 214 20 (0,10) -
16 Sukun 1.285 262 1.068 164 (0,47) (0,19) Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman buah-buahan di Provinsi DKI Jakarta adalah turun,
pertumbuhan yang paling tinggi adalah untuk produksi tanaman belimbing dimana terjadi
kenaikan sekitar 14,31% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2010. Mangga juga
mengalami pertumbuhan sebesar 5,76% dimana pada tahun 2010 produksi mangga di Provinsi
DKI Jakarta 33.076 maka pada tahun 2011 naik menjadi 36.021 kwintal. Sedangkan untuk
produksi yang mengalami penuruan produksi adalah buah pepaya, dengan penuruan sebesar
(3.95%). Pada tahun 2010 produksi pepaya sebesar 5.428 kwintal tetapi pada tahun 2011
produksi hanya sebesar 3.407 kwintal.
Untuk komoditi belimbing yang merupakan komoditi dengan produksi tertinggi di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2011 banyak terdapat di Jakarta Selatan dengan jumlah pohon sebanyak 70.938
batang dengan produksi sebanyak 44.927 kwintal, diikuti oleh Jakarta Timur dengan jumlah
pohon 12.263 pohon dengan produksi sebanyak 7.783 kwintal, Jakarta Barat dengan jumlah
pohon 3.120 batang dan produksi 2.387 kwintal, Jakarta Utara merupakan urutan selanjutnya
penghasil buah belimbing tertinggi di DKI Jakarta dengan jumlah pohon 2.689 batang dan
produksi 1.059 kwintal, sedangkan jumlah pohon belimbing paling sedikit terdapat di Jakarta
Pusat hanya 50 batang dengan produksi hanya 7 kwintal.
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 47
Gambar 3.2.2.
Jumlah Pohon dan Produksi (kwt) Buah Belimbing
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
2). Subsektor Hortikultura
Sub sektor hortikultura di Provinsi DKI Jakarta didominasi oleh tanaman obat-obatan dan
bumbu dapur. Untuk tanaman yang paling banyak luas panennya adalah tanaman jahe dengan
luas panen 12.866 m2 dengan produksi 24.224 kg, diikuti oleh tanaman kunyit dengan luas
panen 4.931 m2 dengan produksi 13.532 kg, lengkuas dengan luas 4.799 m
2 dengan produksi
7.771 kg, diikuti oleh tanaman kencur dengan luas panen 1.573 m2 dengan produksi 3.658 kg,
sedangkan untuk lempuyang merupakan tanaman perkebunan yang paling kecil luas panennya
hanya 528 m2 dengan produksi 1.032 kg.
Tabel 3.2.4.
Luas Panen dan Produksi Tanaman Obat-Obatan
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Jenis Tanaman Luas Panen
(M2)
Produksi
(Kg)
1 Jahe 12.866 24.224
2 Lengkuas 4.799 7.771
3 Kencur 1.573 3.658
4 Kunyit 4.931 13.532
5 Lempuyang 528 1.032
6 Temulawak 1.453 2.166
7 Temuireng 642 1.347
8 Kejibeling 1.093 2.476 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Keterbatasan luas lahan pertanian di DKI Jakarta tidak menghalangi para petani tanaman hias
untuk berproduksi. Pertanian tanaman hias masih dapat berkembang biak dengan sebagian
menggunakan sistem hidroponik, karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Khusus untuk
tanaman anggrek pada tahun 2011 produksinya naik 3,6%. Permintaan yang cukup tinggi
mendorong petani mengembangkan anggrek dalam bentuk bunga potong maupun bunga potong.
Anggrek merupakan tanaman hias yang paling banyak luas panen serta produksinya pada tahun
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
Jumlah Pohon
Produksi (Qt)
Kondisi Perekonomian Wilayah
48 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
2011 dengan luas panen sebesar 318.548 m2 dan produksi 1.683.623 stem, diikuti oleh tanaman
kuping gajah dengan luas panen 68.655 m2 dan produksi sebesar 85.385 stem, palem dengan
luas panen 36.495 m2 dan produksi 40.634 stem. Sedangkan untuk luas panen tanaman hias
terkecil adalah bunga dracaena dengan luas panen 13.932 m2 dan produksi 16.863 stem.
Tabel 3.2.5.
Luas Panen (m2) dan Produksi (stem) Tanaman Hias
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Jenis Tanaman Luas Panen
(m2)
Produksi
(Stem)
1 Anggrek 318.548 1.683.623
2 Kuping Gajah 68.655 85.385
3 Pisang-pisangan 15.394 25.551
4 Mawar 21.968 31.841
5 Dracaena 13.932 16.863
6 Melati 23.844 29.931
7 Palem 36.495 40.634 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
3). Subsektor peternakan
Jenis usaha ternak di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari ternak besar (sapi potong, sapi perah,
kerbau, kuda dan babi), dan ternak kecil (kambing dan domba) serta unggas (ayam pedaging dan
itik). Populasi sapi perah terbanyak untuk ukuran ternak besar yaitu 2.728 ekor. Populasi sapi
perah terbanyak terdapat di Jakarta Selatan dengan 1.355 ekor, di Jakarta Timur 1.302 ekor
sedangkan di Jakarta Barat dan Jakarta Utara merupakan daerah dengan populasi sapi perah
terkecil masing-masing hanya terdapat 1 ekor untuk kedua daerah tersebut.
Tabel 3.2.6.
Populasi Ternak Besar dan Kecil di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Kota/Kabupaten
Administrasi
Sapi
Potong
Sapi
Perah Kerbau Kuda Kambing Domba
1 Jakarta Timur 609 1.302 99 108 1.662 1,056
2 Jakarta Selatan 496 1.355 10 8 1.354 136
3 Jakarta Barat 503 1 83 41 1.814 348
4 Jakarta Utara 83 1 - 14 1.693 180
5 Jakarta Pusat - 69 - - 252 -
6 Kepulauan Seribu -
- 94 -
DKI Jakarta 1.691 2.728 192 171 6.869 1.720
Tahun 2010 1.843 8 68 3.569 6.061 519 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Untuk usaha sapi potong terbanyak terdapat Jakarta Timur 609 ekor, Jakarta Barat 503 ekor,
Jakarta Selatan 496 ekor dan paling sedikit terdapat di Jakarta Utara 83 ekor. Populasi kuda
banyak terdapat di Jakarta Timur dengan 108 ekor, Jakarta Barat 41 ekor, sedangkan di Jakarta
Pusat dan Kepulauan Seribu tidak terdapat populasi kuda. Sedangkan untuk populasi ternak
kecil yang terdiri dari kambing dan domba banyak terdapat di Jakarta Barat dengan 1.814 ekor,
Jakarta Utara 1.693 ekor, Jakarta Timur dengan 1.662 ekor, sedangkan untuk populasi kambing
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 49
paling sedikit terdapat di Kepulauan Seribu. Populasi domba terbanyak terdapat di Jakarta Timur
dengan 1.056 ekor, Jakarta Barat 348 ekor, dan Jakarta Utara dengan 180 ekor.
Tabel 3.2.7
Populasi Unggas di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Kota/Kabupaten
Administrasi
Ayam
Pedaging Itik
1 Jakarta Timur 151.200 -
2 Jakarta Selatan - 14.610
3 Jakarta Barat 4.510 11.350
4 Jakarta Utara - 236
5 Jakarta Pusat - -
6 Kepulauan Seribu
DKI Jakarta 155.710 26.196
Tahun 2010 132.200 33.350 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Sedangkan untuk populasi unggas di Provinsi DKI Jakarta hanya terdiri dari ayam pedaging dan
itik. Hanya ada dua daerah terdapat populasi ayam pedaging di DKI Jakarta yaitu Jakarta Timur
dan Jakarta Barat, masing–masing 151.200 ekor dan 4.510 ekor, daerah lain tidak terdapat
populasi ayam ras pedaging. Populasi itik terdapat di tiga daerah di Provinsi DKI Jakarta
masing-masing di Jakarta Selatan dengan populasi 14.610 ekor, Jakarta Barat 11.350 ekor dan
Jakarta Utara dengan populasi 236 ekor.
Rencana revisi terhadap Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian
Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, memberikan dampak pada kegiatan budidaya/
pemeliharaan unggas, khususnya ayam, dimana budidaya dan pengelolaannya akan
diorientasikan pada wilayah-wilayah diluar wilayah Jakarta termasuk pula lokasi rumah
pemotongan ayam (RPA). Dengan peraturan daerah yang baru maka kegiatan terkait dengan
perunggasan dengan sendirinya akan bergeser keluar wilayah DKI Jakarta.
Gambar 3.2.3.
Populasi Unggas di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
Ayam Pedaging Itik
2011
2010
Kondisi Perekonomian Wilayah
50 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
4). Subsektor perikanan
Kondisi geografis DKI Jakarta yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan, menjadikan
subsektor perikanan (terutama usaha penangkapan di laut) menjadi potensi besar perekonomian
wilayah. Di wilayah pesisir utara Jakarta, sebagian besar penduduknya hidup dari usaha
penangkapan ikan di laut. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan produksi tangkapan ikan laut lepas
sebesar 4,52% yaitu dari 172,42 ribu ton di tahun 2010 menjadi 180.208 ton pada tahun 2011.
Untuk budidaya ikan laut mengalami penurunan 39,39% dari 1.316,84 ton di tahun 2010
menjadi 798,14 di tahun 2011, demikian pula dengan budidaya di tambak yang meningkat
74,33%, sedangkan budidaya ikan di kolam pada tahun 2011 mengalami penurunan 58,93%
dibandingkan keadaan tahun 2010. Kondisi pantai utara Jakarta yang sudah tercemar limbah
menjadikan daya dukung lingkungan untuk budidaya ikan terutama ikan tambak dan kolam
menjadi sulit.
Tabel 3.2.8.
Produksi Perikanan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 (ton)
No Kota/Kabupaten
Administrasi
Perikanan
Tangkap
Perikanan Budidaya Jumlah
Laut Tambak Kolam
1 Jakarta Timur - -
869,14 869,14
2 Jakarta Selatan - -
287,95 287,95
3 Jakarta Barat - -
4.214,70 4.214,70
4 Jakarta Pusat - -
1,80 1,80
5 Jakarta Utara 178.623,90 - 1.794,70 243,05 180.651,65
6 Kepulauan Seribu 1.584,00 798,14
- 2.382,14
DKI Jakarta 180.207,90 798,14 1.794,70 5.616,64 188.407,38
Tahun 2010 172.421,10 1.316,84 1.029,50 13.675,00 188.442,46 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan lokasinya, produksi perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta hanya terdapat di
Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, dengan produksi masing-masing sebesar 178.624 ton dan
1.584 ton. Sedangkan untuk produksi budidaya perikanan laut hanya terdapat di Kepulauan
Seribu dengan produksi 798 ton. Untuk budidaya kolam total produksi tahun 2011 sebanyak
5.616.637 ton dengan produksi terbanyak terdapat di Jakarta Barat dengan 4.214.700 ton,
Jakarta Timur 869.135 ton, Jakarta Utara 243.050 ton dan produksi dan di Jakarta Pusat dengan
produksi 1.800 ton, sedangkan di Kepulauan Seribu tidak terdapat budidaya kolam.
Gambar 3.2.4.
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2010-2011 (Ton)
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 51
5). Subsektor kehutanan
Hutan produksi tidak terdapat di Provinsi DKI Jakarta, tetapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
berusaha untuk membuat hutan kota yang masuk dalam agenda prioritas pembangunan daerah
Provinsi DKI Jakarta. Sasaran Pembangunan Sektor Kehutanan di Provinsi DKI Jakarta antara
lain :
1). Terpenuhinya kebutuhan hutan dan taman kota, yaitu taman skala kota (lebih besar dari 1
ha) sebanyak 1 lokasi seluas 1,8 ha, jalur hijau yang berfungsi kembali sebanyak 106
lokasi, lahan di tepian sungai seluas 135,18 Ha, pedestrian sebanyak 13 lokasi (11 ha),
dan bertambahnya jumlah pohon yang ditanam sebanyak 5.100 pohon;
2). Dibebaskannya lahan untuk RTH seluas 20,33 ha;
3). Meningkatnya luas RTH untuk Taman Kota (5 ha) dan Hutan Kota (16 ha);
4). Terlaksananya pembebasan lahan taman interaktif sebanyak 98 lokasi dan dibangunnya
taman interaktif sebanyak 87 lokasi;
5). Terlaksananya perencanaan penambahan lokasi-lokasi ruang terbuka hijau seluas ±20 ha
di wilayah DKI Jakarta.
.
Total luas hutan kota di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 646,71 ha terluas terdapat di Jakarta
Selatan dengan luas 357,45, Jakarta Timur dengan luas hutan kota 148,14 ha, Jakarta Utara
108,85 ha, untuk Jakarta Barat dan Jakarta Pusat masing-masing terdiri 17,89 ha dan 14,38 ha.
Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Seribu tidak terdapat hutan kota.
Tabel 3.2.9.
Luas Hutan Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 (ton)
No Kota/Kabupaten Administrasi Luas Hutan
1 Jakarta Timur 148,14
2 Jakarta Selatan 357,45
3 Jakarta Barat 17,89
4 Jakarta Utara 108,85
5 Jakarta Pusat 14,38
6 Kepulauan Seribu -
DKI Jakarta 646,71 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
b. Sektor pertambangan dan penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB atas harga berlaku
Provinsi DKI Jakarta hanya sebesar 0,57%. Sektor pertambangan hanya terdapat di Kabupaten
Kepulauan Seribu. Sektor Pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang paling dominan
berkontribusi terhadap PDRB Kepulauan Seribu terutama dari minyak dan gas bumi, yang
memberikan kontribusi sebesar 90,62%. Menurut data BPS tahun 2009, angka pertumbuhan
ekonomi mencapai 5,14%.
c. Sektor perindustrian
Dari sisi lain banyaknya jumlah perusahaan, potensi industri pengolahan di DKI Jakarta di tahun
2010 menunjukkan pelaku industri yang bergerak di bidang pakaian jadi mendominasi sebesar
22,48% dari seluruh jenis industri yang ada, diikuti dengan perusahaan yang bergerak dibidang
makanan sebesar 12,24% dan industri di bidang barang-barang dari karet dan plastik sebesar
10,77%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
52 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 3.2.10.
Jumlah Perusahaan Industri Pengolahan, Tenaga Kerja, Nilai Tambah
di Provinsi DKI Jakarta
No Keterangan 2007 2008 2009
1 Industri Pengolahan (perusahaan) 2.566 1.866 1.699
2 Tenaga Kerja (orang) 378.668 351.084 317.450
3 Nilai Tambah (milyar Rp) 98.874 100.923 110.584 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Dominasi jumlah perusahaan di bidang pakaian jadi juga memberikan korelasi yang positif
dengan penyerapan tenaga kerja di bidang ini, yaitu mencapai 23,45% terhadap total tenaga
kerja keseluruhan sektor industri pengolahan pada tahun 2009. Sementara itu perusahaan yang
begerak di bidang kimia dan barang-barang dari bahan kimia menyerap tenaga kerja sebesar
38.176 atau 12,03% dari total jumlah pekerja di sektor industri pengolahan.
Gambar 3.2.5.
Nilai Industri Besar dan Sedang di DKI Jakarta Tahun 2010 (Rp miliar)
Pada tahun 2009 jumlah perusahaan industri pengolahan berkurang sekitar 9% atau 187
perusahaan dibandingkan tahun 2008. Meskipun demikian nilai tambah yang dihasilkan sektor
industri pengolahan pada tahun 2009 meningkat manjadi sebesar Rp110.584 milyar. Kontribusi
terbesar yang menunjang keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan pada tahun 2009 ini berasal
dari industri kendaraan bermotor dan alat angkutan, selain kendaraan bermotor roda empat atau
lebih yaitu sebesar Rp71.851 milyar.
d. Sektor perdagangan
Sektor perdagangan hotel dan restoran di DKI Jakarta mampu memberikan kontribusi terbesar
kedua dalam pembentukan PDRB propinsi pada tahun 2011, dimana menurut harga berlaku
kontribusinya sebesar 20,80% dengan nilai Rp85.980.580 juta lebih dengan peningkatan tahun
2011 sebesar 14,61%. Sementara menurut harga konstan, sektor perdagangan hotel dan restoran
memberikan kontribusi sebesar 21,87% (terbesar kedua) dengan nilai Rp92.324.503 juta dengan
perkembangan sebesar 7,38%.
-
50
100
150
200
250
2007 2008 2009
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 53
Nilai ekspor non migas melalui DKI Jakarta bulan Mei 2012 mencapai US$4.258,73 juta,
meningkat 11,54% dari nilai ekspor bulan April 2012 yang mencapai US$3.818,07 juta, bila
dibandingkan dengan nilai ekspor bulan yang sama tahun 2011, nilai ekspor bulan Mei 2012
lebih tinggi 13,10%. Gambaran kinerja ekspor yang dilaksanakan melalui wilayah DKI Jakarta
untuk bulan Mei 2012 dan beberapa periode lainnya disajikan Tabel 3.2.11.
Tabel 3.2.11.
Ekspor Melalui Wilayah DKI Jakarta untuk Beberapa Periode
Periode Nilai
(FOB US$ Juta)
% Perubahan terhadap
Bulan
sebelumnya
Tahun
sebelumnya
Feb-12 4.009,95 2,58 16,12
Mar-12 4.110,22 2,5 4,43
Apr-12 3.818,07 -7,11 5,38
Mei 2012* 4.258,73 11,54 13,1
Januari -Mei 2012* 20.106,24
10,18
* Angka Sementara
Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Ekspor yang mempunyai pengaruh besar dan langsung terhadap perekonomian Jakarta adalah
ekspor atas produk-produk yang dihasilkan oleh unit usaha yang berdomisili di wilayah DKI
Jakarta dan diekspor melalui pelabuhan DKI Jakarta maupun ekspor produk DKI Jakarta yang
diekspor melalui pelabuhan lain seperti Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan lain-lain.
Rangkaian proses produksi maupun jalur distribusi mulai dari penanganan bahan baku untuk
diproses hingga menjadi komoditi siap ekspor, seluruh kegiatan itu akan menciptakan lapangan
kerja dan sekaligus akan men-generate income di DKI Jakarta.
Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta bulan Mei 2012 mencapai US$993,20 juta, meningkat
9,61% dari bulan April 2012 yang mencapai 906,09 juta dollar Amerika, dan lebih tinggi
16,21% bila dibandingkan dengan nilai ekspor bulan yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 3.2.12.
Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta untuk Beberapa Periode
Periode Nilai
(FOB US$ Juta)
% Perubahan terhadap
Bulan
sebelumnya
Tahun
sebelumnya
Februari 2012 996,08 1,11 21,39
Maret 2012 1.012,19 1,62 9,19
April 2012 906,09 -10,48 10,17
Mei 2012* 993,20 9,61 16,21
Januari-Mei 2012* 4.892,69 16,25 * Angka Sementara
Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
54 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Gambar 3.2.6.
Perkembangan Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta April 2010 s.d. Mei 2012
Kontribusi nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta terhadap total nilai ekspor yang melalui DKI
Jakarta bulan Mei 2012 mencapai 23,32%, turun 0,41 poin dari kontribusi bulan sebelumnya
yang mencapai 23,73%.
Gambar 3.2.7.
Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta dan Ekspor Produk DKI Jakarta
Bulan Jan-Mei 2011 dan Jan-Mei 2012
Bulan Mei 2012, negara yang menjadi pasar utama di masing-masing kawasan adalah Singapura
untuk kawasan ASEAN dengan nilai ekspor US$84,88 juta; China untuk kawasan Asia dengan
nilai ekspor US$65,37 juta; Amerika Serikat untuk kawasan Amerika dengan nilai ekspor
US$97,39 juta; dan Australia untuk kawasan Australia dan Oceania dengan nilai ekspor
US$95,12 juta.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
1.209
4.892
18.248 20.106
Ekspor Produk DKI Jakarta Ekspor Melalui DKI Jakarta
Jan-Mei 2011 Jan-Mei 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 55
Tabel 3.2.13.
Ekspor Produk-Produk DKI Jakarta menurut Negara Tujuan, Mei 2012
Menurut Negara Tujuan
Negara Tujuan
Nilai FOB (Juta US$) Perubahan
Mei'12 thd
Apr'12
% Peran
Mei thd
Total Mei-12 Apr-12 Mei-11 Jan-Mei
ASEAN 318,92 308,14 261,09 1.646,03 10,78 32,11
1 MALAYSIA 60,25 65,1 65,85 354,51 -4,85 6,07
2 PHILIPPINES 57,17 54,96 31,65 302,59 2,21 5,76
3 SINGAPORE 84,88 65,53 98,35 407,84 19,35 8,55
4 THAILAND 84,83 90 34,77 419,08 -5,17 8,54
5 VIET NAM 25,48 25,57 22,54 131,74 -0,09 2,57
Asean Lainnya 6,31 6,98 7,93 30,27 -0,67 0,64
..
ASIA 306,72 272,14 309,5 1.505,99 34,58 30,88
6 CHINA 65,37 58,19 68,96 307,92 7,18 6,58
7 HONG KONG 35,49 20,45 93,23 163,04 15,04 3,57
8 JAPAN 46 40,11 45,83 227,31 5,89 4,63
9 SAUDI ARABIA 46,77 53,62 24,33 270,53 -6,85 4,71
10 UNITED ARAB EMIRATES 30,38 27,22 20,39 147,08 3,16 3,06
Asia Lainnya 82,71 72,55 56,76 390,11 10,16 8,33
..
Amerika 122,71 118,23 129,95 656,59 4,48 12,36
11 UNITED STATES 97,39 85,38 100,23 525,86 12,01 9,81
Amerika Lainnya 25,32 32,85 29,72 130,73 -7,53 2,55
..
Australia dan Oceania 99,36 102,56 48,36 456,73 -3,2 10
12 AUSTRALIA 95,12 99,32 42,94 438,39 -4,2 9,58
Australia dan Oceania lainnya 4,24 3,24 5,42 18,34 1 0,43
..
Jumlah 12 Negara 729,13 685,45 649,07 3.695,89 43,68 73,41
Lainnya 264,07 220,64 205,57 1.196,80 43,42 26,59
Total 993,2 906,09 854,64 4.892,69 87,1 100
Sumber : BPS DKI Jakarta, 2012
Peranan nilai ekspor produk DKI Jakarta ke-3 negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat,
Australia, dan Singapura mencapai 27,93%, dengan nilai masing-masing mencapai US$97,39
juta; US$95,12 juta; dan US$84,88 juta. Peningkatan terbesar ekspor produk DKI Jakarta pada
Mei 2012 terhadap bulan sebelumnya terjadi ke Singapura US$19,35 juta; Hongkong US$15,04
juta; Amerika Serikat US$12,01 juta; China US$7,18 juta; Jepang US$5,89 juta; Uni Emirat
Arab US$3,16 juta; dan Philiphina US$2,21 juta. Sementara yang mengalami penurunan adalah
Arab Saudi US$6,85 juta; Thailand US$5,17 juta; Malaysia US$4,85 juta; Australia US$4,20
juta; dan Vietnam US$0,09 juta.
Secara keseluruhan, total ekspor ke dua belas negara tujuan utama pada bulan Mei 2012
meningkat 6,37% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan jika dibandingkan dengan bulan
yang sama tahun sebelumnya, total ekspor ke dua belas negara tujuan utama juga mengalami
peningkatan 12,33%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
56 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 3.2.14.
Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta menurut Golongan Barang HS 2 Digit, Mei 2012
Menurut Golongan Barang
Golongan Barang
Nilai FOB (Juta US$) Perubahan
Mei'12 thd
Apr’12
% Peran
Mei thd
Total Mei 2012 Apr 2012 Mei 2011
Jan-
Mei'2012
1 Kendaraan dan
Bagiannya 204,58 224,91 100,77 1.120,79 -20,33 20,60
2 Perhiasan /Permata 107,88 108,03 158,11 511,55 -0,15 10,86
3 Mesin-mesin /Pesawat
Mekanik 72,09 64,50 61,60 367,14 7,59 7,26
4 Barang-barang Rajutan 66,11 54,29 65,88 306,25 11,82 6,66
5 Lemak & Minyak
Hewan /Nabati 58,75 34,44 55,27 213,96 24,31 5,92
6 Mesin /Peralatan Listik 58,35 53,11 53,81 340,20 5,24 5,87
7 Pakaian Jadi Bukan
Rajutan 54,57 48,13 58,21 317,68 6,44 5,49
8 Ikan dan Udang 49,24 46,60 37,08 246,61 2,64 4,96
9 Sabun dan Preparat
Pembersih 31,92 27,48 15,25 121,07 4,44 3,21
10 Minyak Atsiri, Kosmetik
Wangi-wangian 28,12 24,03 19,70 131,90 4,09 2,83
Total 10 Komoditi 731,61 685,52 625,68 3.677,15 46,09 73,66
Lainnya 261,59 220,57 228,96 1.215,54 41,01 26,34
Total Ekspor Produk DKI
Jakarta 993,20 906,09 854,64 4.892,69 87,10 100,00
* Angka Sementara
Sumber : BPS DKI Jakarta, 2012
Pada bulan Mei 2012, delapan (8) komoditi unggulan ekspor produk non migas DKI Jakarta
mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan terbesar terjadi pada lemak
& minyak hewan/nabati US$24,31 juta; barang-barang rajutan US$11,82 juta; mesin-
mesin/pesawat mekanik US$7,59 juta; pakaian jadi bukan rajutan US$6,44 juta; mesin/peralatan
listrik US$5,24 juta; sabun dan preparat pembersih US$4,44 juta; minyak atsiri, kosmetik
wangi-wangian US$4,09 juta; dan ikan dan udang US$2,64 juta. Sementara itu dua (2) komoditi
mengalami penurunan yaitu kendaraan dan bagiannya US$20,33 juta; dan perhiasan/permata
US$0,15 juta.
Selama bulan Mei 2012 ekspor sepuluh (10) golongan barang (HS 2 digit) memberikan
kontribusi 73,66% terhadap total ekspor DKI Jakarta. Nilai ekspor kesepuluh produk DKI
Jakarta bulan Mei 2012 mengalami peningkatan 16,93% terhadap bulan Mei 2011.
e. Konstruksi
Sektor konstruksi memiliki peranan yang cukup berarti dalam pembangunan di Provinsi DKI
Jakarta dengan memberkan kontribusi sekitar 11,40% terhadap total PDRB berdasarkan harga
berlaku pada tahun 2011.
Sektor kontruksi menyerap tenaga kerja harian lepas yang tidak sedikit. Dampak dari krisis
global terlihat pada daya serap tenaga kerja harian lepas yang menurun di tahun 2009. Namun
seiring peningkatan nilai konstruksi, maka tahun 2010 kembali meningkat. Kemajuan sektor
konstruksi lainnya pada peningkatan produktivitas tenaga kerjanya. Pada tahun 2010 produksi
(output) per tenaga kerja mencapai Rp292 juta per tahun sedangkan pada pada tahun 2007
sebesar Rp277 juta pertahun, atau meningkat sebesar 5,41%.
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 57
Indikator kesejahteraan perumahan bisa dilihat dari fasilitas perumahan. Semakin baik fasilitas
perumahan dan lingkungan di suatu daerah, semakin baik pula tingkat kesejahteraan di daerah
tersebut. Kondisi perumahan dan lingkungan juga dijadikan sebagai ukuran derajat kesehatan
suatu wilayah. Ukuran fasilitas tersebut meliputi kondisi lantai, luas lantai per kapita, dinding,
atap dan fasilitas penerangan.
Pada tahun 2010, sekitar 96,40% rumah tangga di DKI Jakarta tinggal di bangunan rumah yang
berlantai bukan tanah, sedangkan kondisi rumah 90,80% memakai dinding batu bata. Jumlah
penduduk yang terus bertambah namun tidak diikuti dengan penambahan luas lahan menjadikan
sulit bagi masyarakat di DKI Jakarta memiliki rumah yang luas, disamping harga tanah yang
tinggi. Rumah tangga yang mempunyai luas lantai per kapita lebih dari 10 m2 sekitar 53,91%
(2010).
f. Sektor pariwisata, hotel, dan restoran
Pembangunan pariwisata di DKI Jakarta mempunyai potensi yang luas dan prospek yang cerah.
Dalam rangka itu, pembangunan kepariwisataan ditingkatkan dan diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
usaha, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya daerah.
Pengembangan kepariwisataan ini dilaksanakan dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan
daerah, termasuk kekayaan alam bahari serta keanekaragaman seni budaya, museum, tempat
peninggalan sejarah, pusat informasi, kantor pemerintahan, pusat industri, tempat rekreasi, dan
taman hiburan yang telah berkembang maju; dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama,
citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.
Kebutuhan akan hiburan dan rekreasi menjadikan DKI Jakarta menjadi daerah tujuan wisata
yang memiliki obyek daya tarik wisata yang beragam serta ditunjang sarana dan prasarana,
akomodasi yang memadai. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota Jakarta
pada tahun 2010 mengalami kenaikan jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
30,37%. Dilihat dari pintu masuk, sebagian besar wisatawan mancanegara sebesar 96,34%
masuk melalui pintu Bandara Soekarno Hatta.
Jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang mengunjungi obyek wisata unggulan di
DKI Jakarta cenderung meningkat. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung ke
berbagai obyek unggulan mencapai 24.164.600 atau naik sebesar 1,18% dibandingkan jumlah
kunjungan wisata pada tahun sebelumnya. Obyek wisata yang mendapat kunjungan terbanyak
adalah Taman Impian Jaya Ancol sebesar 53,11% dari total obyek wisata lainnya. Pada tahun
2010 terdapat 351 usaha akomodasi. Jika di lihat berdasarkan tingkat hunia kamar, hotel
berbintang mempunyai tingkat hunian yang lebih rendah sebesar 51,73% dibandingkan non
bintang sebesar 60,87%. Namun rata-rata lama tamu menginap di hotel bintang lebih tinggi
sebesar 2,02 hari di banding non bintang sebesar 1,38 hari.
Jumlah sarana penginapan di DKI Jakarta terdiri dari 173 hotel berbintang dan 165 hotel melati,
sedangkan untuk kamar berjumlah 36.662 unit dengan tempat tidur berjumlah 50.728 buah.
Untuk hotel berbintang terbanyak terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 87 unit, Jakarta Selatan
sebanyak 34 unit, Jakarta Barat sebanyak 27 unit dan Jakarta Utara sebanyak 13 unit dan paling
sedikit terdapat di Kepulauan Seribu hanya terdapat 5 unit hotel berbintang. Sedangkan untuk
hotel melati banyak terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 72 unit, Jakarta Barat sebanyak 36 unit,
Jakarta Utara terdapat 25 unit.
Kondisi Perekonomian Wilayah
58 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 3.2.15.
Jumlah Sarana Penginapan dan Akomodasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
No Kota/Kabupaten
Administrasi
Hotel Akomodasi
Lainnya Jumlah
Banyaknya
Kamar
Banyak
Tempat
Tidur Bintang Melati
1 Jakarta Timur 7 21 4 32 1.270 2,123
2 Jakarta Barat 27 36 3 66 5.988 8,195
3 Jakarta Selatan 34 11 3 48 6.471 9,396
4 Jakarta Pusat 87 72 11 170 19.202 25,959
5 Jakarta Utara 13 25 4 42 3.441 4,619
6 Kep.Seribu 5 - 12 17 290 436
DKI Jakarta 173 165 37 375 36.662 50.728 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011
Untuk sarana akomodasi lainnya di DKI Jakarta, jumlah kamar yang tersedia berjumlah 36.662
unit, terbesar terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 19.202 unit, Jakarta Selatan sebanyak 6.471
unit, Jakarta Selatan sebanyak 5.988 unit dan paling sedikit terdapat di Kepulauan Seribu dengan
290 unit kamar. Sedangkan untuk jumlah tempat tidur terbanyak untuk sarana akomodasi
pariwisata di Provinsi DKI Jakarta banyak terdapat di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta
Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan terakhir di Kepulauan Seribu hanya terdapat 436 tempat
tidur.
g. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Prasarana jalan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian.
Sebagai pusat perekonomian nasional, Jakarta memiliki hampir semua jenis jasa angkutan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas orang dan barang. Meskipun demikian, jenis
jasa angkutan yang masih dikelola oleh usaha skala kecil dan menengah masih terkonsentrasi
pada sektor angkutan darat, diluar transportasi kereta, sementara untuk jenis angkutan laut dan
udara sejauh ini masih dikelola oleh usaha skala besar/BUMN. Pada sektor angkutan darat pun
beberapa jenis pelayanan juga dikelola oleh usaha besar maupun pemerintah daerah. Data
jumlah angkutan menurut jenis angkutan darat dan udara ditampilkan pada tabel-tabel berikut.
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 59
Tabel 3.2.16.
Jumlah Angkutan Umum yang Beroperasi Menurut Perusahaan
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Nama Perusahaan Jumlah
(Unit)
Jumlah
Trayek
I Bus Besar
1 Perum PPD 378 46
2 PT Mayasari Bakti 1.493 95
3 PT Pahala Kencana 40 3
4 PT Bianglala Metropolitan 184 9
5 PT Steady Safe 407 32
6 PT Agung Bhakti 25 2
7 Koperasi Arief Rahman Hakim 25 1
8 PT Koda Jaya/AJA P 154 6
9 PT Jasa Utama 75 5
10 Koperasi Himpurn - -
11 PT Metro Mini 50 4
12 PT Putra Tasima - -
13 PT Daya Sentosa Utama 26 2
14 PT Intras Jaya Transporindo 20 2
15 PT Sinar Jaya Megah Langgeng 90 12
Jumlah 2.967 219
16 TRANSJAKARTA BUSWAY 562 11
II Bus Sedang
17 PT Metro Mini 3.101 50
18 Kopaja 1.475 28
19 Koantas Bima 185 3
20 Kopami Jaya 163 3
21 PT Jewa Dian Mitra 20 1
Jumlah 4.944 85
III Bus Kecil
22 Mikrolet 6.754 59
23 KWK/APK 6.243 79
24 APB 1.186 21
Jumlah 14.183 159
IV Roda Tiga (Jenis IV)
25 Bemo/APB 1.186 -
26 Bajaj 13.864 -
27 Toyoko 400 -
Jumlah 15.450 -
V Kendaraan Umum Lainnya
28 Taksi 24.724 -
29 Mobil Barang 19.138 -
30 Bus Pariwisata 4.416 -
31 Bus AKAP 3.279 -
Jumlah 51.557 -
TOTAL ANGKUTAN 89.663 474 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta
Kondisi Perekonomian Wilayah
60 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 3.2.17.
Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang
Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta, Tahun 2008-2011
Bulan Internasional Domestik
Berangkat Datang Berangkat Datang
Januari 2011 2.721 2.717 11.116 11.190
Pebruari 2.448 2.445 9.888 9.929
Maret 2.792 2.786 11.173 11.251
April 2.665 2.665 10.847 10.912
Mei 2.817 2.840 11.542 11.595
Juni 2.917 2.926 12.005 12.101
Juli 2.933 2.920 11.812 11.788
Agustus 2.993 2.987 10.752 10.836
September 2.862 2.874 12.122 12.186
Oktober 2.909 2.878 11.707 11.687
Nopember 2.923 2.944 11.812 11.913
Desember 3.057 3.071 12.365 12.485
Jumlah 34.037 34.053 135.141 137.873
2010 31.119 30.993 123.562 122.780
2009 24.705 23.855 111.443 110.302
2008 24.882 23.334 104.274 97.313 Sumber : PT Angkasa Pura II
Tabel 3.2.18.
Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang
Melalui Pelabuhan Halim Perdanakusuma, Tahun 2008-2011
Bulan Internasional Domestik
Berangkat Datang Berangkat Datang
Januari 141 136 665 630
Pebruari 132 130 785 679
Maret 138 140 876 893
April 148 140 938 891
Mei 151 164 847 789
Juni 170 156 824 812
Juli 124 136 1.106 994
Agustus 140 104 313 207
September 30 23 313 271
Oktober 37 25 321 251
Nopember 24 14 276 236
Desember 27 27 303 236
Jumlah 1.262 1.331 7.567 6.889
2010 1.497 1.461 8.293 7.816
2009 1.233 1.226 9.066 8.799
2008 1.071 1.148 7.463 7.428 Sumber : PT Angkasa Pura II
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 61
Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta
memberikan sumbangan 10,30% terhadap total PDRB. Untuk perkembangan sambungan
telepon di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 sampai tahun 2011 terjadi penurunan sebesar
1,25% dimana pada tahun 2008 jumlah sambungan telepon sebanyak 1.926.174 sambungan,
maka pada tahun 2011 turun menjadi 1.902.089 sambungan. Pada tahun 2011 sambungan telpon
terbanyak terdapat di Jakarta Timur sebanyak 493.091 diikuti oleh Jakarta Selatan 434.131.
Jakarta Pusat merupakan kota dengan sambungan telpon terpasang terkecil pada tahun 2011
hanya terpasang 205.891 sambungan.
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan memberikan kontribusi terhadap PDRB
berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp270.951.564 juta atau sebesar 27,83%
dari Total PDRB Provinsi DKI Jakarta. Jika kita bandingkan dengan pendapatan dari sektor
keuangan perusahan dan jasa dan mengalami kenaikan 13,29% jika kita bandingkan pada tahun
2010. Dimana pendapatan tahun 2010 sebesar Rp239.155.971 juta maka pada tahun 2011
menjadi Rp270.951.564 juta. Kontribusi dari sektor jasa terhadap PDRB tahun 2011 lebih
banyak berasal dari jasa pemerintahan umum sebesar 5,36%, jasa swasta 2,47% yang terdiri dari
jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi dan perorangan dan rumah tangga.
Laju pertumbuhan tertinggi pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terjadi pada
tahun 2008 sebesar 19,23%, dan cenderung stabil hingga tahun 2011 yang mengalami
pertumbuhan positif 13,29%. Sementara pada periode Semester I tahun 2012 sektor ini juga
mengalami pertumbuhan positif sebesar 11,49%.
Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di DKI dipengaruhi oleh
beberapa komponen, dan salah satunya adalah komponen pertumbuhan nasional yang
berkontribusi positif dalam menciptakan tenaga kerja yaitu bertambah sebesar 26.272 orang
terhadap penyerapan tenaga kerja nasional.
Perkembangan pusat-pusat bisnis dan keuangan di DKI Jakarta melalui keberadaan kantor-
kantor pusat dan aktivitas bisnis serta keuangan sangat mendorong dalam penciptaan
kesempatan kerja, seperti perbankan, persewaan bangunan dalam bentuk ruko (rumah toko) dan
rukan (rumah kantor), maupun jasa perusahaan. Perkembangan aktivitas bisnis nampak terlihat
di Jakarta Pusat yaitu Thamrin-Sudirman, Harmoni, Kemayoran; di Jakarta Selatan yaitu
Sudirman, Kuningan, M.T. Haryono-Gatot Subroto; dan di Jakarta Barat yaitu Sentra Primer
Barat, Grogol, Slipi-Palmerah; di Jakarta Utara yaitu Tanjung Priok, Kelapa Gading, dan di
Jakarta Timur yaitu Cawang, Jatinegara, Matraman, dan Pulo Gadung,
Lembaga perbankan di wilayah DKI Jakarta mengalami perkembangan baik jumlah bank
maupun jumlah kantor bank yang ada. Selain Bank Pembangungan Daerah, maka seluruh bank
yang ada di Indonesia memiliki Kantor Pusat yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Sampai dengan akhir tahun 2011, jumlah kantor pusat bank umum yang berada di Jakarta
tercatat sebanyak 78 bank, dengan rincian 4 bank pemerintah, 1 bank pembangunan daerah, 59
bank swasta nasional, 14 bank swasta asing dan campuran. Secara total jumlah kantor bank
mencapai 3.660 unit, baik kantor cabang, kantor cabang pembantu maupun kantor kas.
Berdasarkan jenis bank, sistem perbankan di Indonesia dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Bank
Umum Devisa, Bank Umum Non Devisa, dan Bank Syariah. Tercatat 62% perbankan di DKI
Jakarta merupakan Bank Umum Devisa, 24% Bank Umum Bukan Devisa dan 14% merupakan
Bank Syariah. Sementara jumlah kantor yang tersedia berjumlah 3.649 kantor bank, dimana
Kondisi Perekonomian Wilayah
62 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
87% merupakan kantor Bank Umum Devisa, 7% kantor Bank Umum Bukan Devisa dan hanya
6% merupakan kantor Bank Syariah.
Tabel 3.2.19.
Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status dan Kelompok, Tahun 2011
Status Kantor
Kelompok Bank
Pemerintah Pembangunan
Daerah Swasta
Asing dan
Campuran Jumlah
1. Kantor Pusat 4 1 59 14 78
2. Kantor Cabang 108 27 331 40 506
3. Cabang Pembantu 621 42 1.719. 47 2.429
4. Kantor Kas 176 74 306 91 647
Jumlah 909 144 2415 192 3.660
2010 893 141 2.155 203 3.394
2009 832 135 2.102 199 3.268
2008 610 128 1.856 162 2.756 Sumber : Bank Indonesia, dalam Jakarta Dalam Angka 2012
Tabel 3.2.20.
Jumlah Bank dan Kantor Bank Menurut Jenis Bank, Tahun 2011
Jenis Bank Bulan
Juli Agt Sept Okt Nov Dec
A. Bank Umum Devisa
- Jumlah Bank 48 48 48 48 48 48
- Jumlah Kantor 3.175 3.178 3.178 3.178 3.178 3.178
1. Bank Pemerintah
- Jumlah Bank 4 4 4 4 4 4
- Jumlah Kantor 909 909 909 909 909 909
2. Bank Pembangunan Daerah
- Jumlah Bank 1 1 1 1 1 1
- Jumlah Kantor 142 144 144 144 144 144
3. Bank Swasta Nasional
- Jumlah Bank 29 29 29 29 29 29
- Jumlah Kantor 1.923 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933
4. Bank Swasta Asing
- Jumlah Bank 14 14 14 14 14 14
- Jumlah Kantor 192 192 192 192 192 192
B.Bank Umum Bukan Devisa
1. Bank Swasta Nasional
- Jumlah Bank 19 19 19 19 19 19
- Jumlah Kantor 247 247 247 247 247 247
C. Bank Syariah
- Jumlah Bank 8 8 11 11 11 11
- Jumlah Kantor 245 245 243 247 250 224
Jumlah/Total
- Jumlah Bank 75 75 78 78 78 78
- Jumlah Kantor 3.667 3.670 3.668 3.672 3.675 3.649 Sumber : Bank Indonesia, Dalam Angka 2012
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 63
Kinerja jasa perusahaan asuransi selama tahun 2011 mengalami pertumbuhan dan melanjutkan
kinerja yang diraih pada tahun sebelumnya. Perluasan dan diversifikasi investasi perusahaan
asuransi yang dilakukan pada tahun 2011 cenderung melambat dan dilanjutkan pada triwulan
pertama 2012 (dimana terjadi pertumbuhan hanya sebesar 4%) akibat menurunnya profitabilitas
dan meningkatnya tingkat risiko investasi pada beberapa jenis aset. Namun demikian,
peningkatan total aset selama tahun 2011 lebih pesat yaitu Rp3,18 triliun dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar Rp2,32 triliun dengan jumlah aset pada tahun 2011 sebesar Rp16,68 triliun
dan pada tahun 2010 sebesar Rp13,51 triliun (Tabel 3.2.21).
Tabel 3.2.21.
Perkembangan 10 Perusahaan Asuransi yang Listing pada KSEI
Perkembangan Aset 10 Perusahaan Asuransi yang Go Public
Aset Investas (Triliun) 2009 2010 Δ (%yoy) 2011 Δ (%yoy) Mar-12 Δ (%qtq)
1 Reksadana 1,51 0,29 -80,89 0,11 -60,87 0,44 288,37
2 Obligasi 0,43 1,17 171,82 0,90 -22,47 2,63 191,42
3 Deposito Berjangka 1,74 2,81 61,89 2,51 -10,54 4,17 65,90
4 Saham 6,59 0,86 -86,90 0,90 3,92 0,95 6,42
5 MTN 0,07 0,21 182,91 0,13 -39,13 0,00 -100,00
Jumlah Aset 9,99 12,13 21,44 14,16 16,69 14,73 4,06
Jumlah Aset Non Investasi 1,20 1,37 14,58 2,53 84,04 3,11 23,01
Total Aset 11,19 13,51 20,71 16,68 23,54 17,84 6,93
Indikator Profitabilitas
ROA 5,19% 6,24%
8,67%
2,80%
ROE 12,35% 14,57%
13,72%
4,46%
ROI 13,33% 11,68%
9,31%
3,24%
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan No. 19, September 2012. Bank Indonesia, 2012.
Penempatan aset investasi perusahaan asuransi pada deposito berjangka selama tahun 2011 tetap
menjadi porsi terbesar selain pada obligasi, saham, Medium Term Notes (MTN), dan reksadana.
Selama triwulan I-2012, penempatan aset investasi berupa deposito berjangka tetap
mendominasi walaupun pertumbuhan tertinggi tercatat pada penempatan investasi reksadana.
Hal ini menunjukkan perusahaan asuransi masih lebih tertarik berinvestasi pada instrumen
investasi yang tidak terlalu berisiko (deposito berjangka, obligasi, reksadana, dan MTN)
walaupun terdapat penurunan penempatan investasi pada MTN.
Per Desember 2011 terdapat 143 perusahaan asuransi yang terdiri dari 46 asuransi jiwa, 88
asuransi umum, 5 asuransi sosial, dan 4 reasuransi. Dari seluruh perusahaan asuransi tersebut
terdapat 10 yang telah gopublic dengan total aset investasi per Desember 2011 sebesar Rp14,16
triliun atau naik 16,69% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp12,13 triliun. Dari 10
perusahaan asuransi yang go public tersebut pangsa aset terbesar didominasi oleh 1 perusahaan
asuransi yaitu Panin Insurance yang mencapai 72,5%.
Selama triwulan I-2012, 10 perusahaan asuransi yang telah go public tersebut menunjukkan
penurunan indikator profitabilitas (ROA, ROE, dan ROI) masing-masing sebesar 5,88%, 9,26%,
dan 6,06%.
3.3. Profil UMKM
Peran usaha kecil dan menengah dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama
dalam menggerakkan sektor riil adalah merupakan ralitas dalam kegiatan ekonomi nasional yang
sangat penting dan strategis. Oleh karenanya penguatan terhadap ekonomi skala kecil dan
Kondisi Perekonomian Wilayah
64 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
menengah dipandang perlu menjadi prioritas yang harus dilakukan untuk menopang ekonomi
nasional yang kuat dan terciptanya fundamental ekonomi yang tangguh.
Industri prioritas sektor Industri dan kerajinan, Sandang, Peternakan, Perikanan Pertanian &
Perkebunan serta Makanan & Minuman perlu dikembangkan dengan pertimbangan untuk dapat
memenuhi pasar dalam negeri dan potensi sumberdaya alam yang cukup mendukung, disamping
mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Namun demikian kita sadari bahwa sejauh ini
UKM masih dihadapkan dengan berbagai kendala yang memerlukan upaya kita bersama untuk
mengatasi secara tepat dan dukungan dari berbagai pihak secara sungguh-sungguh.
Untuk mewujudkan maksud tersebut, maka pengembangan usaha UKM sektor industri dan
kerajinan, sandang, peternakan, perikanan, pertanian & perkebunan serta makanan & minuman
ditempuh melalui strategi pendekatan sentra UKM yang berpotensi dikembangkan menjadi
klaster. Strategi ini selain dilakukan dengan memberikan dukungan kebijakan juga perlu adanya
program penyediaan lembaga layanan pengembangan bisnis.
Disamping itu juga diberikan dukungan dalam bentuk penyediaan Modal Awal dan Padanan
(MAP) yang disalurkan melalui KSP/USP Koperasi dalam rangka mendukung permodalan
UKM Sentra. Oleh karena itu keberlangsungan perkembangan sentra-sentra UKM sektor
industri dan kerajinan, sandang, peternakan, perikanan pertanian & perkebunan serta makanan &
minuman yang telah memperoleh dukungan dari Pemerintah perlu mendapatkan perhatian.
Tabel 3.3.1.
Penyebaran UKM Binaan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta,
Dirinci Menurut Wilayahnya
No Wilayah Uraian Usaha
Kecil
Usaha
Menengah
Jumlah
(unit)
Share
(%)
1 Jakarta Utara Potensi 108.022 28.943 136.965 16%
Binaan 2.645 618 3.263
2 Jakarta Timur Potensi 147.440 31.748 179.188 21%
Binaan 3.083 678 3.761
3 Jakarta Selatan Potensi 148.584 31.933 180.517 22%
Binaan 3.200 682 3.882
4 Jakarta Barat Potensi 146.527 31.425 177.952 21%
Binaan 5.300 298 5.598
5 Jakarta Pusat Potensi 133.048 30.070 163.118 19%
Binaan 2.794 642 3.436
6 Kepulauan
Seribu
Potensi 120 45 165 0%
Binaan - - -
JUMLAH Potensi 683.741 154.164 837.905 100%
Binaan 17.022 2.918 19.940
Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Prov DKI Jakarta, 2010
Dari katagori usaha kecil dan menengah di DKI Jakarta, diperkirakan mampu menyerap tenaga
kerja hingga 6,5 juta orang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 65
Tabel 3.3.2.
Profil Usaha UKM Menurut Kategori dan Tenaga Kerja
No Wilayah Uraian Usaha
Kecil
Usaha
Menengah
Jumlah
(unit)
Share
(%)
1 Jakarta Utara Potensi 108.022 28.943 136.965 16,35
Jumlah TK 540.110 578.860 1.118.970 17,21
2 Jakarta Timur Potensi 147.440 31.748 179.188 21,39
Jumlah TK 737.200 635.320 1.372.520 21,10
3 Jakarta Selatan Potensi 148.584 31.933 180.517 21,54
Jumlah TK 742.920 638.660 1.381.580 21,24
4 Jakarta Barat Potensi 146.527 31.425 177.952 21,24
Jumlah TK 732.635 628.500 1.361.135 20,93
5 Jakarta Pusat Potensi 133.048 30.070 163.118 19,47
Jumlah TK 665.240 601.400 1.266.640 19,48
6 Kepulauan
Seribu
Potensi 120 45 165 0,02
Jumlah TK 1.100 1.500 2.600 0,04
JUMLAH Potensi 683.741 154.164 837.905 100,00
Jumlah TK 3.419.205 3.084.240 6.503.445 100,00 Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Prov DKI Jakarta, 2010
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap pengusaha
dan tenaga kerja untuk menciptakan produk usaha kecil menengah (UKM) yang tidak kalah
bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan perusahaan besar.
Sekitar 5.000 UKM akan mendapatkan pelatihan dan dibina untuk menjadi perusahaan mandiri.
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta akan
menyiapkan sumber daya manusia (SDM)-nya agar UKM mampu menjadi perusahaan yang
mandiri dan dan mampu bersaing dengan perusahaan besar lainnya. Sektor UKM dinilai
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di ibukota. Terbukti, saat krisis ekonomi
dunia yang sempat berlangsung di tahun 2008, Indonesia justru menjadi salah satu negara yang
perekonomiannya bergerak naik.
Hal itu, salah satunya disebabkan peranan sektor UKM, khususnya di Jakarta yang tetap tumbuh
positif. Karena itu, di tahun 2011, Pemprov DKI Jakarta lebih menitikberatkan pembinaan sektor
UKM di bidang sumber daya manusia. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan
Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta memprioritaskan peningkatan kemampuan manajerial
dan keterampilan SDM para pengusaha UKM. Ada tiga keterampilan yang akan diberikan,
pelatihan pengemasan produk, pelatihan ekspor UKM, serta pelatihan pemasaran beserta
promosi produk melalui teknik hubungan masyarakat yang tepat dan baik.
Pada tahun 2012, Dinas KUMKMP telah menggenjot berbagai pelatihan bagi para pengusaha
UKM. Pelatihan mulai dilakukan selama semester pertama tahun anggaran 2011 atau
berlangsung sejak Januari hingga Juni mendatang. Ditargetkan, dalam satu semester itu,
sebanyak 5.000 UKM yang memiliki SDM telah dibina dan memperoleh ketiga jenis
keterampilan tersebut. Dengan begitu, pada semester kedua tahun anggaran 2011, tiga jenis
keterampilan itu sudah bisa diimplementasikan di lapangan oleh para pengusaha UKM. Melalui
keterampilan yang diberikan, nantinya para pelaku UKM dapat membuat kemasan yang
menarik, higienis, ramah lingkungan dan mendukung kesehatan konsumen. Selain itu, mereka
juga bisa memasarkan sendiri hingga ke luar negeri.
Kondisi Perekonomian Wilayah
66 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Untuk meningkatkan volume ekspor, KUMKMP telah memfasilitasi dan menyiapkan negara-
negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Cina, dan sejumlah negara di kawasan Eropa Timur.
Tahun 2010, terdapat 229.317 UKM dengan rincian 475 UKM binaan Balai Pengembangan
Produktifitas Daerah (BPPD) Disnakertrans DKI Jakarta dan 228.842 UKM binaan koperasi
Dinas KUMKMP DKI Jakarta. Hal itu menyebabkan meningkatnya angka kesempatan kerja di
Jakarta selama empat tahun terakhir ini. Sebab, keberadaan UKM baru mampu menyerap tenaga
kerja antara 10 hingga 15 orang per satu UKM, Berdasarkan data Disnakertrans DKI Jakarta,
tingkat kesempatan kerja di Kota Jakarta pada tahun 2008 mencapai 87,83%, meningkat di tahun
2009 mencapai 87,85% dan meningkat kembali di tahun 2010 menjadi 88,94%.
3.4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi (BPS DKI Jakarta, November 2012)
a. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Tahun 2012
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2012 bila dibandingkan dengan kondisi triwulan
II/2012 (q to q) menunjukkan laju pertumbuhan sebesar 2,2%. Pertumbuhan periode ini sedikit
lebih lambat bila dibandingkan triwulan II/2012 yang sebesar 2,3%. Hampir semua sektor
mengalami peningkatan produksi kecuali sektor pertambangan-penggalian. Selain itu, pada
triwulan III ada momen puasa dan lebaran yang mendorong meningkatnya konsumsi. Sebagian
besar dari sektor ekonomi mengalami pertumbuhan diatas 1% kecuali sektor pertanian dan
sektor industri pengolahan. Sektor pertanian mengalami perlambatan karena masa panen
tanaman bahan makanan sudah lewat, sementara perlambatan di sektor industri pengolahan
disebabkan menurunnya produksi industri alat angkutan dan pakaian jadi.
Pertumbuhan tertinggi pada triwulan III/2012 dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi,
yaitu sebesar 3,5%. Setelah itu diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 2,8%, sektor perdagangan-
hotel-restoran sebesar 2,6%, sektor jasa-jasa sebesar 2,0%, sektor keuangan-real estat-jasa
perusahaan sebesar 1,8%, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 1,5%, sektor industri pengolahan
sebesar 0,8%, serta sektor pertanian sebesar 0,2%. Sementara sektor pertambangan-penggalian
tumbuh minus 0,8%.
PDRB triwulanan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDRB DKI Jakarta triwulan
III/2012 jika dibandingkan dengan triwulan III/2011 (y on y) secara total tumbuh 6,4%.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni sebesar 10,8%,
kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,1%, lalu sektor perdagangan-hotel-restoran
sebesar 6,7%, sektor konstruksi sebesar 6,6%, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan
sebesar 5,4%, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 4,2%, sektor industri pengolahan sebesar
3,4%, sektor pertanian sebesar 0,1% dan sektor pertambangan-penggalian sebesar minus 0,3%.
Secara kumulatif, PDRB DKI Jakarta sampai dengan triwulan III tahun 2012 (Januari-
September) tumbuh sebesar 6,5% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011.
Sektor pengangkutan dan komunikasi masih menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu
sebesar 12,3%, setelah itu diikuti oleh sektor jasa-jasa dan perdagangan-hotel-restoran yang
masing-masing tumbuh 7,5% dan 7,0%.
Pada triwulan III/2012, pertumbuhan yang capai oleh PDRB DKI Jakarta terutama didorong
oleh sumber pertumbuhan yang diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor
sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan-
komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor konstruksi, dan sektor industri pengolahan.
Kondisi Perekonomian Wilayah
Bank Indonesia 67
b. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Triwulan II dan III Tahun 2012
PDRB DKI Jakarta mencerminkan kemampuan produksi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di
Jakarta tanpa memperhitungkan dari mana asal faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksinya. Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi kemudian
diperhitungkan menurut harga tahun dasar untuk dapat melihat pertumbuhan produksi secara
riil. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh harga pada besaran yang tercipta.
PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada triwulan III/2012 adalah sebesar
Rp280,0 triliun, sedangkan pada triwulan II/2012 sebesar Rp269,4 triliun, atau terjadi
peningkatan sebesar Rp10,6 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, PDRB
triwulan III/2012 mencapai Rp113,7 triliun dan triwulan II/2012 adalah Rp111,7 triliun.
Selama triwulan III/2012, berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang
menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan-real
estat- jasa perusahaan sebesar Rp76,6 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan-hotel-
restoran sebesar Rp57,9 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp44,5 triliun.
Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, ketiganya menghasilkan nilai tambah masing-
masing sebesar Rp31,1 triliun untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, Rp25,0 triliun
untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan Rp16,1 triliun untuk sektor industri pengolahan.
(4) Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 dan Triwulan II - III Tahun
2012
Selama tahun 2011 perekonomian DKI Jakarta didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa
perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011
ketiganya memberi kontribusi sebesar 64,0%. Secara umum, peranan ketiganya adalah 27,6%
untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, kemudian 20,8% untuk sektor perdagangan-
hotel-restoran, dan sekitar 15,6% untuk sektor industri pengolahan.
Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II dan
III tahun 2012 juga masih didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, sektor
perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Sektor keuangan-real estat-jasa
perusahaan memberi kontribusi rata-rata sebesar 27,5%, sektor perdagangan-hotel-restoran rata-
rata sebesar 20,7% dan sektor industri pengolahan rata-rata sebesar 15,8%.
(5) PDRB menurut Pengeluaran Triwulan III Tahun 2012
Peningkatan PDRB pengeluaran selama triwulan III/2012 sangat dipengaruhi oleh komponen
pengeluaran konsumsi rumah tangga. PDRB atas dasar harga berlaku selama triwulan III/2012
untuk komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar Rp7,9 triliun dibandingkan
pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan II/2012, dari Rp153,0 triliun menjadi Rp160,4
triliun. Adanya momen puasa dan lebaran mendorong konsumsi rumahtangga meningkat
signifikan.
Selain itu komponen yang juga mempengaruhi meningkatnya PDRB pengeluaran adalah
komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang meningkat sebesar Rp6,7 triliun, dan
komponen ekspor meningkat Rp3,7 triliun.
Struktur PDRB menurut pengeluaran Provinsi DKI Jakarta selama triwulan III/2012 terbesar
pada komponen konsumsi rumah tangga mencapai 57,5%, terbesar kedua adalah komponen
ekspor yang mencapai 55,7%. Sementara PMTB mencapai 39,5% dan yang terkecil adalah
Kondisi Perekonomian Wilayah
68 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 8,9%. Komponen impor dalam hal ini
menjadi faktor penyeimbang penyediaan produk barang dan jasa yang dikonsumsi di Jakarta
memiliki peranan sebesar 61,6.
Perubahan struktur PDRB menurut pengeluaran dari triwulan II ke triwulan III terbesar pada
komponen PMTB dari 38,6% triwulan II menjadi 39,5% triwulan III, perubahan terbesar kedua
adalah komponen konsumsi rumahtangga dari 56,8% di triwulan II menjadi 57,5% di triwulan
III tahun 2012.
Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Provinsi DKI Jakarta triwulan III/2012 terhadap
triwulan II/2012 (q to q) sebesar 2,2%, sedikit mengalami perlambatan bila dibanding triwulan
II/2012 yang sebesar 2,3%. Dilihat secara komponen, laju pertumbuhan terbesar dicapai
komponen PMTB sebesar 3,0%, komponen ini tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan II
yang mengalami pertumbuhan 7,8%. Terbesar kedua adalah komponen konsumsi rumahtangga
sebesar 2,4%, komponen ini tumbuh lebih cepat dibanding triwulan II yang mencapai 1,6%
dikarenakan ada momen puasa dan lebaran. Sedangkan laju pertumbuhan q to q terkecil adalah
komponen konsumsi pemerintah yang mengalami konstraksi sebesar 1,9%, pada triwulan II
kenaikan komponen ini sebesar 22,9%.
Pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Provinsi DKI Jakarta triwulan III/2012 terhadap
triwulan III/2011 (y on y) sebesar 6,4%. Hampir semua komponen mengalami pertumbuhan
positif kecuali komponen konsumsi pemerintah yang tumbuh minus 0,4%. Pertumbuhan
tertinggi dicapai komponen PMTB sebesar 7,1% dan komponen konsumsi rumahtangga sebesar
6,6%. Sementara komponen ekspor dan impor masing-masing tumbuh 4,3%.
Bank Indonesia 69
BAB IV KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM
4.1. Kebijakan Pemerintah Pusat
Berbagai kebijakan pemerintah pusat telah diambil oleh Lembaga Pemerintah Departemen dan
Non Departemen sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yang antara lain mengatasi masalah
dan meminimalisir kendala yang dihadapi oleh UMKM, baik dari segi permodalan dan
pembiayaan usaha, kelembagaan, manajemen usaha, dan pemasaran. Masalah dan kendala yang
dihadapi oleh UMKM pada dasarnya bersumber dari sumberdaya manusia dan kondisi dan iklim
usaha yang dalam beberapa hal tidak menguntungkan dan kondusif bagi pengembangan
UMKM. Berbagai kebijakan dan program yang telah diambil oleh berbagai Departemen dan
Non-Departemen dalam operasionalisasinya dihadapkan kepada masalah koordinasi. Dalam
rangka mempercepat pengembangan sektor riel dan pemberdayaan UMKM, pemerintah pusat
telah mengeluarkan kebijakan INPRES No. 6 tahun 2007.
Seperti tertuang pada INPRES No. 6 tahun 2007, pemberdayaan UMKM secara garis besar
meliputi: (1) peningkatan akses permodalan bagi UMKM, (2) pengembangan kewirausahaan
dan sumberdaya manusia, (3) peningkatan peluang pasar produk UMKM, dan (4) reformasi
regulasi.
Peningkatan akses permodalan bagi UMKM meliputi kebijakan untuk: (1) meningkatkan
kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan yang meliputi program
pengembangan skema kredit investasi bagi UMKM, meningkatkan efektivitas fungsi dan peran
Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), (2) memperkuat sistem penjaminan kredit bagi
UMKM yang meliputi program peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan
kredit UMKM, peningkatan peran Lembaga Penjaminan Kredit bagi UMKM, dan program
pengembangan sistem resi gudang sebagai instrumen pembiayaan bagi UMKM (3)
mengoptimalkan pemanfaatan dana non perbankan untuk pemberdayaan UMKM yang meliputi
program untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan dana bergulir APBN untuk pemberdayaan
UMKM serta restrukturisasi pengelolaan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) pada BUMN.
Pengembangan kewirausahaan dan sumberdaya manusia meliputi kebijakan untuk:
(1) meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM melalui program peningkatan akses UMKM pada
mobilitas dan kualitas SDM, peningkatan peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan
Bussines Development Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM, pengembangan
Koperasi Sivitas Akademika, dan peningkatan program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri
(Prospek Mandiri), (2) mendorong tumbuhnya kewirausahaan yang berbasis teknologi dengan
melaksanakan program pembentukan Pusat Inovasi UMKM untuk pengembangan
kewirausahaan dengan mengoptimalkan peran lembaga yang sudah ada.
Peningkatan peluang pasar bagi produk UMKM terdiri dari kebijakan untuk: (1) mendorong dan
berkembangnya kreasi produk UMKM melalui program pengembangan institusi promosi produk
UMKM, peningkatan efektivitas pengembangan klaster sentra IKM melalui pendekatan One
Village One Product, dan program pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel, (2)
mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang
berbasis kemitraan melalui program pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran
peritel modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM, (3) mengembangkan sistem
Kebijakan Pengembangan UMKM
70 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
informasi angkutan kapal untuk UMKM dengan program fasilitasi informasi tentang angkutan
kapal untuk UMKM, dan (4) mengembangkan sinergitas pasar dengan program pengembangan
pasar yang terintegrasi antara pasar penunjang, pasar induk dan pasar tradisional.
Pada kelompok reformasi regulasi meliputi kebijakan untuk menyediakan insentif perpajakan
untuk UMKM serta menata kembali kebijakan di bidang UMKM termasuk meredefinisi usaha
mikro, kecil dan menengah.
Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan 5 langkah kebijakan
bagi pemberdayaan koperasi dan UMKM secara optimal hingga 2014 yang terkait dengan
rencana pembangunan jangka panjang. Lima langkah kebijakan untuk pemberdayaan koperasi
dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) tersebut adalah : (1) meningkatkan iklim
usaha kondusif bagi KUMKM, (2) mengembangkan produk pemasaran KUMKM, (3)
mengembangkan produk dan pemasaran bagi KUMKM, (4) peningkatan daya saing Sumber
Daya Manusia KUMKM, serta (5) perkuatan kelembagaan koperasi.
Disadari sepenuhnya bahwa munculnya permasalahan terkait dalam pengembangan koperasi dan
UMKM tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang melatarbelakangi dan menjadi sebab atau
pemicu munculnya permasalahan tersebut. Beberapa pokok persoalan antara lain sebagai
berikut:
1. Lemahnya keberpihakan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dan Koperasi,
2. Kurangnya komitmen pada pengembangan kewirausahaan,
3. Rendahnya keberpihakan dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di daerah
tertinggal dan terdepan. Pengembangan infrastruktur terus berlanjut menjadi satu dari
sekian banyak yang paling dibutuhkan dan menjadi kendala bagi pengembangan dan
pertumbuhan jangka menengah dan panjang.
Untuk memecahkan beberapa persoalan tersebut, maka perlu langkah-langkah nyata, diawali
dengan membuat kebijakan, kemudian merumuskan strategi dan upaya agar pokok
permasalahan terpecahkan. Kebijakan yang perlu dikembangkan adalah upaya Revitalisasi
Peran Perekonomian Nasional, dengan strategi yang dapat diterapkan :
1. Memperkuat keberpihakan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dan Koperasi,
2. Meningkatkan komitmen pada pengembangan kewirausahaan,
3. Mengokohkan keberpihakan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di
daerah tertinggal dan terdepan.
Upaya-upaya untuk Strategi ke-1: Memperkuat keberpihakan pada pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi.
1. Bank Indonesia melakukan penyesuaian skema penjaminan terhadap UMKM dan
Koperasi dan mempermudah peraturan kredit,
2. Bank Indonesia dan Perbankan Nasional melakukan improvisasi terhadap produk‐produk
pembiayaan UMKM yang lebih inovatif dan memudahkan,
3. Kementerian Koperasi dan UMKM meningkatkan kualitas SDM pengelola dengan
meningkatkan pengetahuan bisnis, manajemen, jaringan serta penggunaan teknologi,
4. Kementerian Koperasi dan UMKM memfasilitasi pemasaran produk usaha Koperasi dan
UMKM kepada pasar nasional dan internasional,
5. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian serta Kementerian Hukum dan
HAM memberikan kemudahan pengurusan legalitas usaha dan perlindungan usaha
terhadap Koperasi dan UMKM.
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 71
Upaya untuk Strategi ke-2: Meningkatkan komitmen pemerintah pada pengembangan
kewirausahaan
1. Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pendidikan dan Budaya, KADIN,
HPMI dan Perguruan Tinggi melakukan program pengembangan pemuda, mahasiswa
dan pelajar wirausaha,
2. Presiden membentuk Komite Nasional Pengembangan Wirausaha Baru yang
mengikutsertakan pemangku kepentingan seperti Kementerian Perdagangan,
Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
KADIN dan HIPMI,
3. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, KADIN dan HIPMI melakukan
peningkatan program pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan tenaga kerja,
4. Presiden memberikan instruksi agar program CSR (Corporate Social Responsibility)
yang dilakukan oleh BUMN maupun perusahaan swasta untuk diprioritaskan dalam
rangka meningkatkan kewirausahaan.
Upaya untuk Strategi ke-3: Mengokohkan keberpihakan pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur, khususnya di daerah tertinggal dan terdepan.
1. Pemerintah membuka kesempatan kepada pihak swasta untuk membangun infrastruktur
dengan memberikan insentif bagi sektor swasta yang berinvestasi di infrastruktur,
2. Pemerintah menentukan area/jenis projek prioritas yang ditargetkan untuk investasi
swasta dan kemitraan publik dan swasta (Public Private Partnerships),
3. Pemerintah meningkatkan alokasi anggaran APBN bagi membangunan dan
pemeliharaan infrastruktur, dengan tetap mempertimbangkan penggunaan dana secara
efektif dan efisien,
4. Pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur pada bidang kerja yang
dianggap paling menghambat oleh pelaku usaha, yaitu: listrik, pelabuhan, air, dan
telekomunikasi.
4.2. Kebijakan Pemerintah Daerah
Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2004 pasal 5, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan
penyusunannya mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKPD memuat rancangan
kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya,
baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat. RKPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 ini disusun dengan mengacu
pada Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2012.
Penyusunan RKPD bertujuan untuk mewujudkan program pembangunan DKI Jakarta yang
terintegrasi dan berkelanjutan sesuai dengan visi, misi dan amanat RPJMD. Selanjutnya untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan:
1. Memberikan jaminan kepastian kebijakan sebagai komitmen Pemerintah dalam
penyelenggaran urusan Pemerintahan melalui penjabaran rencana strategis ke dalam
rencana operasional dan memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan
strategis jangka menengah dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan
pembangunan daerah,
2. Memberikan gambaran mengenai proyeksi Rencana Kerangka Ekonomi Daerah tahun
2012 sebagai patokan dalam penyusunan rencana pendapatan yang akan digunakan untuk
mendanai belanja dan pembiayaan pembangunan daerah,
Kebijakan Pengembangan UMKM
72 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
3. Mengarahkan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan
daerah dalam merumuskan, menyusun perencanaan pembangunan dan memfasilitasi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah tahun 2012,
4. Menyatukan tujuan kegiatan semua SKPD melalui penetapan target Indikator Kinerja
Utama (IKU) dalam rangka pencapaian visi dan misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
sehingga RKPD ini bisa menjadi instrumen bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun
Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ), Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (LPPD) dan Laporan Kinerja Pemerintah Daerah (LKPD),
5. Menetapkan program prioritas untuk masing-masing urusan pemerintahan dalam rangka
pencapaian target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan.
4.2.1. Visi
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di
Propinsi DKI Jakarta maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2007–2012
adalah:
"Jakarta Yang Nyaman dan Sejahtera Untuk Semua ".
Pemahaman terhadap Visi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jakarta yang nyaman bermakna terciptanya rasa aman, tertib, tentram dan damai,
2. Jakarta yang sejahtera bermakna terwujudnya derajat kehidupan penduduk Jakarta yang
sehat, layak dan manusiawi.
Pemahaman terhadap Visi Jakarta adalah sebuah kota yang bisa menjanjikan kehidupan yang
nyaman dan sejahtera untuk semua, jika pemerintah dan masyarakatnya sepakat untuk secara
optimal menjawab tantangan, menyelesaikan permasalahan, serta memanfaatkan potensi dan
peluang yang ada. Kebersamaan adalah sebuah kata kunci. Kepemimpinan adalah jawaban
terhadap setiap tantangan. Tata kelola pemerintahan yang baik adalah titik tolak untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan modal kebersamaan, kepemimpinan dan tata
kelola pemerintahan yang baik, diharapkan masyarakat akan lebih mampu memanfaatkan segala
potensi dan peluang yang tersedia.
4.2.2. Misi
Untuk mewujudkan Visi, Misi Pembangunan 2007-2012 DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah
”Good Governance”,
b. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima,
c. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk
mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik
pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan,
d. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan,
e. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan
dan kesejahteraan.
Makna Misi dimaksud adalah:
a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah
Good Governance”, bermakna bahwa tata pemerintahan dijalankan dengan mengacu
pada 10 (sepuluh) prinsip Good Governance, yakni: (1) Partisipasi masyarakat, (2)
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 73
Tegaknya supremasi hukum, (3) Transparansi, (4) Kesetaraan, (5) Daya tanggap kepada
stakeholders, (6) Berorientasi pada visi, (7) Akuntabilitas, (8) Pengawasan, (9)
Efektivitas dan efisiensi, (10) Profesionalisme,
b. Pendekatan yang dilakukan untuk aktualisasi misi ini melalui peningkatan kinerja
aparatur, sistem dan unit kerja. Misi ini akan mewujudkan efektivitas program dan
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi,
c. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima, bermakna bahwa pelayanan prima
dilakukan dengan mengutamakan norma pelayanan yakni: ramah, efisien, bermutu,
cepat, transparan dan berkepastian hukum. Pelayanan prima terutama akan diprioritaskan
pada bidang-bidang yang sangat menyentuh kehidupan masyarakat antara lain:
pendidikan, kesehatan, sosial budaya, keamanan, ketertiban, hukum, sarana dan
prasarana kota, serta perhubungan dan transportasi,
d. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk
mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik
pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan,
bermakna bahwa pemberian otoritas dilandasi oleh pertimbangan bahwa di kalangan
masyarakat telah ada komunitas keahlian tertentu yang berkemampuan untuk
berpartisipasi secara luas pada pembangunan. Pemberian otoritas telah dapat
diimplementasikan pada bidang tertentu, sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.
Lebih lanjut melalui pemberdayaan masyarakat ini, terbuka pula ruang publik untuk
bermusyawarah, dan sekaligus merupakan proses pembelajaran kehidupan demokratis,
e. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, bermakna bahwa untuk menjamin
kenyamanan dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana kota terutama
berkaitan dengan: pengendalian banjir, kelancaran arus lalu lintas, penyediaan layanan
air bersih, penyediaan ruang terbuka hijau skala kota dan taman interaktif,
f. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan
dan kesejahteraan, bermakna bahwa Jakarta memiliki “favorable climate” untuk 7 (tujuh)
aset kota, yakni: (1) Human, (2) Social, (3) Cultural, (4) Intelectual and Creative,
(5) Natural, (6). Environmental, (7) Infrastructure.
Pertumbuhan yang diharapkan adalah pertumbuhan yang serasi antar bidang dan wilayah.
Kesejahteraan yang diarahkan adalah meningkatnya derajat kualitas kehidupan yang sinergis
untuk ketujuh aset kota tersebut.
4.2.3. Permasalahan Pembangunan dan Isu Strategis
Perumusan isu strategis dan masalah mendesak didasarkan pada perkembangan situasi dan
kondisi pencapaian target sesuai visi dan misi dalam RPJMD 2007-2012 yang diselaraskan
dengan Prioritas Nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2009-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012.
Berdasarkan kondisi pencapaian target Visi - Misi RPJMD, maka beberapa isu strategis yang
perlu mendapat perhatian khusus, yaitu:
a. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel,
b. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan dasar yang berkeadilan,
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan
sistem pemenuhan kebutuhan masyarakat,
d. Pembangunan sarana prasarana kota.
Isu strategis tersebut, akan diselaraskan dengan tema dan prioritas nasional untuk menjamin
sinergitas antara kebijakan pusat dan daerah. Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Kebijakan Pengembangan UMKM
74 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014, maka telah ditentukan tema RKP 2012, yaitu Percepatan dan Perluasan
Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan
Rakyat.
Prioritas pembangunan nasional yang akan mendukung pelaksanaan RKP tahun 2012 masih
akan bertumpu pada 11 Prioritas Nasional, yaitu: (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola;
(2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan Pangan;
(6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi dan Usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Bencana;
(10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca Konflik; (11) Kebudayaan, Kreatifitas,
dan Inovasi; serta 3 Prioritas lainnya, yaitu (a) Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
(b) Bidang Perekonomian; dan (c) Bidang Kesejahteraan Rakyat, sebagaimana telah tertuang
didalam RPJMN 2010-2014.
Selanjutnya pencapaian prioritas nasional tersebut akan diselaraskan dengan program Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Percepatan dan Perluasan Koridor Ekonomi
Indonesia) yang dilaksanakan mealui four track strategy, yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor,
dan pro-environment dan pengembangan program-program percepatan pengurangan
kemiskinan, yaitu: Klaster I (pertama) Program Bantuan Sosial Berbasis Keluarga, Klaster II
(kedua) Program Pemberdayaan Masyarakat, Klaster III (ketiga) Program Pemberdayaan Usaha
Kecil dan Mikro, serta Klaster IV (keempat) Program Pro Rakyat.
4.2.4. Arah Kebijakan Pembangunan
Tahun 2012 menjadi akhir pelaksanaan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2012.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai Visi dan Misi Pembangunan DKI Jakarta Tahun
2007-2012, yaitu mewujudkan Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua. Sejalan dengan
hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan serangkaian langkah demi
mempercepat proses pencapaian target RPJMD DKI Jakarta 2007-2012 dengan tetap
mensinergikan hal tersebut dengan arah gerakan pembangunan nasional.
Arah pembangunan perekonomian DKI Jakarta tahun 2012 sejalan dengan tema Perencanaan
Pembangunan dalam RKP Tahun 2012 yakni percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini didukung dengan
optimalisasi perekonomian DKI Jakarta di Koridor Ekonomi 2 yang diarahkan untuk
memperkuat perekonomian nasional sebagai pendorong industri dan jasa nasional. Lebih lanjut,
hal tersebut selaras dengan arah pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang termuat dalam
RPJMD Tahun 2007-2012 diupayakan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur
ekonomi dan sosial sebagai upaya untuk mewujudkan DKI Jakarta sebagai kota yang nyaman
dan sejahtera untuk semua. Sebagai wujud sinergi dengan pembangunan nasional, serta sebagai
upaya percepatan pencapaian RPJMD, maka fokus optimalisasi perekonomian di DKI Jakarta
dititikberatkan pada sektor-sektor antara lain: industri non migas, bank, perdagangan, jasa
penunjang keuangan, jasa perusahaan, komunikasi, konstruksi, hotel dan restoran serta jasa-jasa
lainnya.
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 75
4.2.5. Prioritas Dan Sasaran Pembangunan Daerah
Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2012 disusun sebagai penjabaran RPJMD 2007-2012 dan
mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2012. Penyusunan prioritas dirumuskan
berdasarkan hasil evaluasi pencapaian target RPJMD sampai dengan tahun 2010 dan proyeksi
pencapaian kinerja tahun 2011, masalah dan tantangan pembangunan serta arah kebijakan
pembangunan urusan tahun 2012.
Tema RKPD Tahun 2012 adalah Percepatan Pencapaian Target RPJMD 2007 - 2012 sebagai
Landasan RPJMD Selanjutnya, serta sinergi dengan prioritas dan program nasional. Dengan
demikian kebijakan pembangunan DKI Jakarta tahun 2012 diprioritaskan untuk:
a. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel,
b. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan dasar yang berkeadilan utamanya untuk
layanan pendidikan, kesehatan dan sosial,
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan
sistem pemenuhan kebutuhan masyarakat berbasis pemberdayaan,
d. Pembangunan sarana prasarana kota untuk memperlancar aktifitas perekonomian kota
dan pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat.
Selanjutnya kebijakan tersebut, dijabarkan dalam prioritas pembangunan menurut urusan dan
menurut wilayah.
Rencana Program/Kegiatan Dedicated Tahun 2012 Program/Kegiatan Dedicated
merupakan program/kegiatan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang bersifat menyentuh langsung kepentingan publik, monumental, lintas sektor,
berskala besar, memiliki urgensi tinggi, dan memberikan dampak luas pada masyarakat. Adapun
rincian rencana Program/Kegiatan Dedicated dimaksud adalah sebagai berikut:
4.2.6. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Menurut Sektor
a. Sektor Pendidikan
Sasaran Pembangunan Sektor Pendidikan pada tahun 2012, difokuskan untuk pencapaian target
RPJMD urusan pendidikan antara lain:
1. Mempertahankan akses pendidikan dasar yang berkualitas,
2. Meningkatnya akses dan pemeraatan pendidikan menengah,
3. Meningkatnya kualitas pendidikan dasar,
4. Meningkatnya kualitas pendidikan menengah yang ditandai dengan:
a. Menurunnya angka putus sekolah pada pendidikan dasar dan menengah,
b. Meningkatnya kualitas kompetensi dan relevansi pendidikan SMK,
c. Meningkatnya kualitas kompetensi pendidikan non formal dan informal,
d. Meningkatnya partisipasi penduduk miskin pada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD),
e. Meningkatnya kualitas pengelolaan satuan layanan pendidikan antara lain
meningkatnya jumlah sekolah yang melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah
menjadi 1.605 sekolah.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 adalah:
1. Menyediakan pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas yang dapat diakses oleh
seluruh anak usia sekolah,
Kebijakan Pengembangan UMKM
76 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
2. Menyediakan pelayanan pendidikan menengah yang lebih mudah diakses dan terjangkau
oleh masyarakat,
3. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dasar secara menyeluruh dan sistematis
dengan penekanan pada peningkatan tata kelola satuan pendidikan, kualitas guru,
kurikulum, dan sarana prasarana penunjang,
4. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan menengah untuk memberikan landasan
yang kuat bagi lulusannya agar dapat melanjutkan pendidikan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, dengan penekanan pada peningkatan tata kelola satuan pendidikan
menengah, kualitas guru, kurikulum, dan sarana prasarana penunjang,
5. Meningkatkan kualitas kompetensi dan relevansi pendidikan kejuruan sehingga dapat
memberikan landasan yang kuat bagi lulusannya agar dapat memasuki pasar kerja,
6. Meningkatkan akses, kualitas dan relevansi pendidikan non formal sebagai wadah
pelayanan pendidikan sepanjang,
7. Meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan kesejahteraan pendidik melalui peningkatan
kualifikasi akademik bagi pendidik untuk memenuhi standar minimal yang
dipersyaratkan, menyediakan berbagai tunjangan bagi pendidik, penguatan sistem
penilaian kinerja pendidik,
8. Meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan anak usia dini yang didukung
dengan Pengembangan Anak Usia Dini (Childhood Care Early Education) secara
holistik-integratif untuk mendukung kesiapan memasuki jenjang pendidikan dasar,
khususnya untuk penduduk miskin,
9. Memperkuat tata kelola pelayanan pendidikan.
B. Sasaran Pembangunan Sektor Koperasi dan UKM
Sasaran pembangunan Urusan Koperasi dan UKM difokuskan untuk percepatan pencapaian
target RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:
1. Meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi UMKM,
2. Meningkatkan penyaluran jumlah Dana Bergulir untuk Koperasi Jasa Keuangan (KJK),
3. Meningkatkan ketentuan dan peraturan gubernur terkait koperasi masyarakat, simpan
pinjam, dan KJK,
4. Meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana promosi dan perdagangan UMKM,
melakukan pameran produk, partisipasi perdagangan dan promosi regional, nasional, dan
internasional,
5. Meningkatkan peran KJK dalam melayani permodalan UMKM untuk pengembangan
usahanya,
6. Meningkatkan kemampuan akses UMKM dan Koperasi pada program program
pengembangan skim kredit baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Perbankan, dan Lembaga Keuangan Lainnya,
7. Melaksanakan pendampingan dan pemagangan bagi UMKM dan Koperasi dalam rangka
alih teknologi,
8. Penyusunan database koperasi dan UMKM, penerbitan peraturan yang berkaitan dengan
pengembangan koperasi dan UMKM,
9. Peningkatan akses permodalan UMKM dan Koperasi melalui program LPKD (Lembaga
Penjamin Kredit Daerah),
10. Mengoptimalkan fungsi lokbin dan memanfaatkan sarana kota untuk menampung
sementara usaha mikro/PKL, meningkatkan peran swasta/BUMN/BUMD untuk
menyediakan lokasi usaha mikro/PKL serta mengoptimalkan pemanfaatan 20%
penyediaan tempat usaha mikro/PKL dari perpasaran swasta.
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 77
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Meningkatkan ketrampilan SDM Koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan
manajemen organisasi, akses pemasaran dan pangsa pasar, akses permodalan, akses
teknologi tepat guna serta kemitraan,
2. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana promosi dan perdagangan produk
koperasi dan UMKM agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar global,
3. Penciptaan ikllim yang mendukung pengembangan UMKM dan Koperasi di pasar
regional dan global,
4. Penyediaan sarana dan prasarana usaha mikro/PKL agar tertata dengan baik sehingga
mampu menjadi daya tarik para wisatawan domestik dan wisatawan asing yang
berkunjung ke kota Jakarta,
5. Peningkatan permodalan Koperasi dan UMKM melalui pembentukan Lembaga
Penjamin Kredit, penumbuhan dan peningkatan peran KJK.
C. Sasaran Pembangunan Urusan Penanaman Modal Tahun 2012
Sasaran pembangunan Urusan Penanaman Modal difokuskan untukpercepatan pencapaian target
RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:
1. Meningkatnya Jumlah realisasi investasi PMA dan PMDN,
2. Meningkatnya target PAD yang bersumber dari BUMD,
3. Meningkatnya hubungan kemitraan bisnis dengan pengusaha mancanegara,
4. Pelayanan Penanaman Modal memenuhi standar internasional,
5. Meningkatnya kualitas pelayanan melalui efisiensi penyelesaian perijinan waktu kurang
dari 38 hari,
6. Meningkatnya jumlah partisipasi instansi sektoral dan daerah dalam pelaksanaan sistem
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). PTSP yang mendapat pendelegasian kewenangan
untuk memproses dan menandatangani perizinan dan Non Perizinan bidang Penanaman
Modal,
7. Terfasilitasinya penyelenggaraan forum investasi/penanaman modal tingkat nasional dan
internasional.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Meningkatkan iklim investasi melalui sinkronisasi dan harmonisasi peraturan yang
terkait dengan pengembangan kegiatan penanaman modal dan fasilitasi penyelesaian
masalah hukum terkait investasi,
2. Menyiapkan kelembagaan yang akan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus sebagai
bagian dari kelengkapan sarana untuk meningkatkan pertumbuhan investasi di Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) yang ujungnya bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah,
3. Meningkatkan hubungan kemitraan bisnis melalui peningkatan promosi investasi di
dalam dan di luar negeri secara terpadu dan bertindak lanjut,
4. Meningkatkan kualitas layanan investasi melalui penyederhanaan prosedur, peningkatan
pelayanan dan pemberian fasilitas penanaman modal serta fasilitas kerjasama strategis
antara usaha besar dengan UMKM,
5. Melakukan optimalisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Tingkat Provinsi dan
Walikotamadya di DKI Jakarta.
D. Sasaran Pembangunan Sektor Kebudayaan
Sasaran pembangunan urusan Kebudayaan difokuskan untuk percepatan pencapaian target
RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:
Kebijakan Pengembangan UMKM
78 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
1. Meningkatnya kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
kekayaan budaya,
2. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap nilai dan keragaman budaya,
3. Meningkatnya jumlah pelaku seni budaya yang mendapatkan standar kompetensi tingkat
dasar dan madya,
4. Meningkatnya kualitas pelayanan budaya,
5. Meningkatnya jumlah penampilan karya seni budaya Betawi di tingkat nasional dan
internasional,
6. Meningkatnya jumlah bangunan pertunjukan seni budaya yang representatif,
7. Tertatanya kawasan budaya kota.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Meningkatkan kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
kekayaan budaya agar aset budaya dapat berfungsi optimal sebagai sarana edukasi
melalui perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan peninggalan bersejarah dan
cagar budaya serta pengembangan permuseuman termasuk pengelolaan museum daerah
sebagai sarana edukasi, rekreasi, serta pemahaman kekayaan budaya daerah,
2. Meningkatkan apresiasi seni masyarakat terhadap berbagai bentuk nilai dan keragaman
melalui penyediaan fasilitas dan pembinaan seni budaya yang terkelola dengan baik,
melalui kelembagaan pendidikan dan sanggar-sanggar yang ada di masyarakat, dengan
agenda yang terjadwal secara reguler serta memfasilitasi berbagai aktivitas komunitas
seni budaya,
3. Meningkatkan kapasitas sumberdaya seni dan kebudayaan, pengembangan kompetensi
dan profesionalisme sumberdaya manusia kebudayaan; peningkatan persahabatan
antardaerah dan antarbangsa yang didukung oleh pengembangan diplomasi kebudayaan,
promosi kebudayaan, dan pertukaran kebudayaan; peningkatan kualitas informasi dan
basis data kebudayaan; dan pengembangan kemitraan antar pemangku kepentingan baik
di pusat maupun di daerah,
4. Mengembangkan kawasan budaya sebagai bentuk pengembangan nilai budaya dan
ekonomi kreatif berbasis budaya.
E. Sasaran Pembangunan Sektor Ketahanan Pangan
Sasaran pembangunan Urusan Ketahanan Pangan difokuskan untuk percepatan pencapaian
target RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:
1. Terpenuhinya pasokan kebutuhan daging murah ke masyarakat kurang mampu pada hari-
hari besar keagamaan sebanyak 40 ton,
2. Terlaksananya pembangunan gedung workshop/prosessing unit Klender,
3. Terpenuhinya kebutuhan sembilan bahan pokok masyarakat,
4. Berfungsinya tim ketahanan pangan dan tim evaluasi harga secara optimal dan
meningkatnya jumlah kelompok masyarakat yang peduli terhadap ketahanan pangan
sebanyak 6 kelompok,
5. Terkendalinya mutu dan keragaman pangan yang berbasis sumberdaya lokal,
6. Pemberdayaan KK Rawan Pangan sebanyak 360 KK dan 160 KK Gizi Buruk di DKI
Jakarta,
7. Meningkatnya produk lokal ditandai dengan meningkatnya hasil produk hidroponik dan
penerapan teknologi sebesar 70 ton/tahun.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Mengamankan jalur supply, gudang penyediaan stock, sistem dan mekanisme distribusi
sembilan bahan pokok,
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 79
2. Penguatan Ketahanan Pangan dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan, yang
menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, aman, bergizi
seimbang dan berkelanjutan, baik di tingkat daerah, maupun rumah tangga,
3. Meningkatkan daya saing produk pertanian baik di pasar domestik maupun global
melalui peningkatan mutu produk pertanian, efisiensi produksi, promosi, serta dukungan
infrastruktur, kebijakan, dan regulasi yang kondusif,
4. Meningkatkan gizi masyarakat di daerah rawan pangan dengan memberdayakan
lumbung pangan di Kelurahan,
5. Mengembangkan pola diversifikasi pangan dengan meningkatkan kualitas produksi
lokal,
6. Peningkatan peranan tim ketahanan pangan dan tim evaluasi harga.
F. Sasaran Pembangunan Sektor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (RW)
Sasaran pembangunan Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (RW) difokuskan untuk
percepatan pencapaian target RPJMD pada tahun 2012 antara lain:
1. Meningkatnya jumlah Pos Pelayanan Terpadu yang berfungsi hingga mencapai 44 unit,
2. Meningkatnya jumlah masyarakat Kelurahan yang memanfaatkan hasil Teknologi Tepat
Guna (TTG) sebanyak 70 orang,
3. Jumlah keikutsertaan masyarakat yang memiliki TTG pada gelar TTG Tingkat Nasional,
Provinsi, dan Kota/Kabupaten sebanyak 38 orang,
4. Kerjasama, kemitraan, promosi TTG dengan lembaga penelitian, pendidikan dan
lembaga swasta sebanyak 2 MoU,
5. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam program-program berbasis pemberdayaan
masyarakat,
6. Meningkatnya jumlah, fungsi dan peran kader pemberdayaan masyarakat di tingkat
Kelurahan sebanyak 1.173 kader,
7. Jumlah lembaga masyarakat yang berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat
sebanyak 267 lembaga.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Optimalisasi pelaksanaan dan sosialisasi Program PPMK dan Program-program
pemberdayaan masyarakat lainnya untuk meningkatkan kemandirian masyarakat,
2. Mengoptimalkan peran kader pemberdayaan masyarakat di tingkat Kelurahan sebagai
change agent dalam berbagai program berbasis pemberdayaan,
3. Memanfaatkan secara optimal teknologi tepat guna hasil penemuan perguruan tinggi
dalam rangka memberdayakan masyarakat,
4. Jumlah Posyantek yang berfungsi sebanyak 44 unit,
5. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan hasil TTG sebanyak 1.939 orang,
6. Jumlah kader pemberdayaan masyarakat yang dapat berperan aktif pada upaya
pemberdayaan masyarakat sebanyak 1.173 orang,
7. Jumlah kader motivator TTG yang berperan aktif sebanyak 275 orang,
8. Mengoptimalkan pendampingan dan asistensi pengelolaan PPMK bina Fisik Lingkungan
dan Sosial, bekerja sama dengan perguruan tinggi.
G. Sasaran Pembangunan Sektor Pariwisata
Sasaran pembangunan Urusan Pariwisata pada tahun 2012, adalah:
1. Terwujudnya Jakarta sebagai pusat destinasi wisata,
2. Meningkatnya cakupan event promosi wisata baik dalam maupun luar negeri,
Kebijakan Pengembangan UMKM
80 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
3. Meningkatnya cakupan informasi pariwisata Jakarta melalui media cetak dan media
elektronik dalam negeri dan luar negeri,
4. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat pariwisata,
5. Meningkatnya kualitas pelayanan budaya.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Mewujudkan Jakarta sebagai pusat destinasi wisata dengan upaya pengembangan
kualitas atraksi, obyek, kawasan, dan lingkungan wisata tematik; serta meningkatkan
standar kualitas pelayanan infrastruktur,
2. penunjang wisata, sehingga Jakarta mampu memenuhi kenyamanan, keamanan dan
kepuasan wisatawan,
3. Mewujudkan citra Jakarta sebagai salah satu destinasi utama wisata Meeting, Incentives,
Convention, Exhibition (MICE),
4. Melaksanakan promosi terpadu antara pelaku usaha industri pariwisata, perdagangan,
investasi, dan kebudayaan,
5. Meningkatkan cakupan event promosi Jakarta baik dalam maupun luar negeri,
6. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat pariwisata melalui berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kompetensi jasa layanan pariwisata,
7. Meningkatkan peran aktif dan aktivitas jaringan kerja sama dan aliansi strategis dari
komunitas/lembaga/asosiasi/organisasi kepariwisataan nasional, regional, dan internasional
dalam memacu percepatan pertumbuhan pariwisata Ibukota Jakarta,
8. Meningkatkan standar kualitas pelayanan fasilitas dan objek wisata kepada masyarakat dan
kalangan pelaku industri pariwisata maupun industri pendukung,
9. Optimalisasi pemanfaatan ikon pariwisata dan budaya di DKI Jakarta, serta program-
program pendukung seperti promosi dan sosialisasi, baik di tingkat lokal maupun
internasional. Program-program yang sudah ada dinilai kurang efektif, belum tepat
sasaran, dan belum terlihat integrasinya di masyarakat,
10. Meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri.
H. Sasaran Pembangunan Sektor Perikanan, Kelautan dan Peternakan
Sasaran pembangunan Urusan Perikanan, Kelautan dan Peternakan difokuskan untuk percepatan
pencapaian target RPJMD pada tahun 2012 antara lain:
1. Meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir,
2. Meningkatnya mutu produk perikanan baik ikan konsumsi maupun ikan hias,
3. Berkurangnya luas kawasan pesisir yang mengalami kerusakan yakni 10 titik Daerah
Perlindungan Laut (DPL),
4. Bertambahnya kawasan yang terehabilitasi sebanyak 2 titik fish shelter,
5. Terpantaunya 500 kapal pengangkut dan 6 kapal pembudidaya,
6. Tersedianya sarana dan prasarana produksi yang memadai untuk mendukung nelayan
yang terampil dan produktif,
7. Terpadunya sarana prasarana Perikanan, Kelautan, dan Peternakan, antara lain pelabuhan
nelayan, tempat pelelangan ikan, SPBU, pabrik es, cold storage, pemukiman,
8. Terwujudnya iklim usaha Kelautan dan Perikanan yang kondusif melalui perijinan usaha,
pengawasan peredaran benih, komoditas dan olahan hasil Kelautan dan Perikanan,
9. Berkembangnya budidaya ikan konsumsi, ikan hias, dan perikanan tangkap yang mampu
bersaing,
10. Terselenggaranya proses sertifikasi mutu ekspor memenuhi standar internasional,
11. Terjaminnya ketersediaan hasil ternak dan meningkatnya pemanfaatan teknologi untuk
peningkatan produksi peternakan dan hewan kesayangan,
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 81
12. Meningkatnya pemanfaatan teknologi untuk peningkatan produksi dan keamanan hasil
peternakan,
13. Meningkatnya kesehatan hewan.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012, antara
lain:
1. Menetapkan kerangka regulasi dan fasilitasi agar akses nelayan terhadap modal, pasar,
teknologi dan manajemen menjadi lebih mudah dalam upaya menjadi nelayan modern,
2. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap mutu hasil perikanan dan kelautan,
3. Meningkatnya kualitas pengelolaan pesisir dan pulau kecil,
4. Melakukan penataan dan pengembangan pelabuhan perikanan beserta kelengkapan
sarana dan prasarana lainnya yang memudahkan nelayan,
5. Tersedianya tempat pelatihan yang modern bagi nelayan,
6. Peningkatan pembinaan dan pengawasan terhadap mutu serta kesehatan masyarakat
veteriner,
7. Melakukan sosialisasi dan relokasi lahan peternakan dan pemotongan unggas ke luar
wilayah DKI Jakarta secara bertahap berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2007,
8. Pembebasan lahan tanah untuk hutan kota sawah abadi,
9. Pembangunan TPA/TPnA di 5 lokasi,
10. Pengembangan produksi dan keanekaragaman ikan hias untuk ekspor,
11. Optimalisasi diversifikasi pemanfaatan sumberdaya laut,
12. Pembangunan pelabuhan nelayan dan pasar ikan yang modern.
I. Sasaran Pembangunan Sektor Perdagangan
Sasaran pembangunan Urusan Perdagangan difokuskan untuk percepatan pencapaian target
RPJMD pada tahun 2012 antara lain:
1. Ditetapkannya regulasi terhadap komponen komponen strategis dalam implementasi
sistem perdagangan dan perindustrian,
2. Ditetapkannya mekanisme pengawasan dan pengendalian usaha perdagangan dalam
mewujudkan DKI Jakarta sebagai kota perdagangan skala regional,
3. Berfungsinya jaringan distribusi produk perdagangan,
4. Terwujudnya pusat distribusi produk agro skala regional,
5. Meningkatnya nilai ekspor Jakarta melalui fasilitas promosi terpadu industri,
perdagangan dan pariwisata,
6. Diterapkannya manajemen mutu berstandar internasional dan pengujian mutu barang
dagangan,
7. Terselenggaranya secara teratur lelang forward untuk komoditas tertentu,
8. Meningkatnya daya saing industri terutama industri kecil dan menengah,
9. Meningkatnya jumlah industri yang menggunakan teknologi maju dan ramah
lingkungan,
10. Meningkatnya fasilitasi Pemda utamanya untuk menunjang industri kreatif kota.
Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:
1. Meningkatkan regulasi terhadap keamanan barang yang dikonsumsi masyarakat,
2. Meningkatkan regulasi perdagangan dan membangun iklim yang kondusif dan
memfasilitasi diversifikasi pasar memenuhi syarat dalam rangka mendorong peningkatan
produksi dan promosi,
3. Melakukan fasilitasi komunitas professional dalam praktisi dalam upaya promosi terpadu
industri, perdagangan dan wisata,
Kebijakan Pengembangan UMKM
82 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
4. Menyempurnakan sistem jaringan distribusi produk perdagangan dan menyelenggarakan
secara teratur pasar lelang forward untuk komoditas tertentu,
5. Mewujudkan pusat distribusi produk agro skala regional,
6. Melakukan fasilitasi terhadap industri kecil ramah lingkungan dalam lingkungan
perumahan,
7. Menerapkan regulasi manajemen mutu berstandar internasional dan pengujian mutu
produk yang diperdagangkan.
4.3. Peranan Perbankan dalam PengembanganUMKM
Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan dan program untuk memperkuat dan
mengembangkan UMKM. Mengacu kepada ASEAN Policy Blue Print for SME Development
(APBSD) 2004-2014, pengembangan UMKM dilaksanakan melalui lima program yaitu program
pengembangan kewirausahaan, peningkatan kemampuan pemasaran, akses kepada keuangan,
akses kepada teknologi dan kebijakan yang kondusif. Program tersebut telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, akan tetapi masih belum sepenuhnya berhasil untuk
mengembangkan UMKM. Hal ini antara lain terkait dengan masih belum terselesaikannya
masalah dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM ini masih menghadapi masalah dan kendala yang bersifat internal
maupun eksernal. Pada faktor internal adalah (1) kurangnya permodalan dan terbatasnya akses
pembiayaan permodalan, (2) lemahnya struktur permodalan, (3) kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang berdampak kepada rendahnya kualitas SDM yang berdampak pula kepada
rendahnya produktivitas dari UMKM, (4) rendahnya kualitas hasil produksi, (5) kurangnya
inovasi dan teknologi yang dimiliki UMKM, serta (6) lemahnya akses pasar dan pemasaran.
Pada faktor eksternal, salah satunya yang berkaitan dengan permodalan dan pembiayaan adalah
terbatasnya akses pembiayaan khususnya dari sektor perbankan.
Kendala UMKM terhadap kredit perbankan ini bisa ditinjau dari sisi permintaan dan panawaran.
Dari sisi permintaan, UMKM memiliki karakteristik yang cukup unik dimana pada umumnya
UMKM tidak memiliki informasi keuangan yang transparan dan terorganisir yang menyebabkan
pemberi kredit memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan dan
usaha dari UMKM. Hal tersebut dapat menyebabkan bank kesulitan dalam meminimalisir risiko
default atas kredit yang dapat disalurkan kepada UMKM. Dari sisi penawaran kredit,
keengganan bank dalam memberikan kredit terhadap UMKM terutama disebabkan oleh
keterbatasan aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan (collateral), ketidakpastian bisnis di
masa depan, lemahnya manajemen keuangan, dan kurangnya track record.
Dalam kaitan dengan akses kepada keuangan ini, Bank mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pengembangan UMKM. karena umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha
perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik
yang jumlahnya sangat terbatas. UMKM merupakan usaha yang sangat sensitif akan modal dan
sangat membutuhkan dana dalam menjalankan usahanya. Untuk itu diperlukan lembaga yang
bersedia memberikan suntikan modal bagi seluruh UKM agar dapat maju dan bertahan. Salah
satu lembaga yang bersedia meminjamkan modal kepada UKM adalah perbankan. Bank yang
menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998 adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Seperti pada pengertiannya, yang pada intinya perbankan merupakan badan usaha yang selain
menghimpun dana dari masyarakat juga berkewajiban untuk menyalurkannya kembali.
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 83
Dalam rangka meningkatkan akses UMKM terhadap sumber pembiayaan kepada Bank, Bank
Indonesia telah mengambil kebijakan dan strategi yang secara garis besar terdiri dari kebijakan
supply side yang difokuskan dalam upaya mendorong dan memberikan insentif bagi bank dalam
pemberian kredit kepada UMKM dan kebijakan demand side, yang diarahkan dalam upaya
meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan dari
bank (bankable). Bentuk kebijakan supply side adalah: (1) penerbitan dan penyempurnaan
pengaturan kepada perbankan dengan tujuan mendorong pemberian kredit kepada UMKM,
(2) peningkatan kerjasama (kemitraan strategis) dengan pemerintah, dan (3) penguatan lembaga
penunjang.
Kebijakan dan strategi penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada perbankan Bank
Indonesia menetapkan ‘target kredit produktif’ yang harus dipenuhi oleh masing-masing
kelompok usaha bank. Termasuk didalamnya adalah ‘kredit UMKM’ sebesar minimum 20%.
Kepada perbankan yang telah menunjukan keberpihakannya kepada UMKM akan diberikan
perlakuan khusus (insentif) dalam persyaratan pembukaan jaringan kantor bank. Untuk
mengurangi hambatan terkait tingginya suku bunga pada segmen kredit mikro, Bank Indonesia
akan mendorong kompetisi yang sehat pada segmen mikro, antara lain melalui publikasi Suku
Bunga Dasar Kredit Mikro (SBDKM). Dalam hubungan ini tindak lanjut yang dilakukan oleh
perbankan antara lain dalam bentuk pengembangan unit-unit pelayanan kredit untuk UMKM.
Berbagai program kerja yang dilaksanakan terkait peningkatan kemitraan strategis yaitu sebagai
counterpart dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR), terutama untuk mendorong
peningkatan penyaluran KUR. Bersama dengan kementerian pertanian dan perusahaan asuransi
mendorong diterbitkannya ‘Asuransi Pertanian’. Terbatasnya collateral yang dimiliki oleh
UMKM mendorong dilakukannya kerjasama BI dengan BPN dalam pelaksanaan sertifikasi
lahan. Dalam rangka penguatan kelembagaan, BI dan Kementerian Keuangan (Bapepam–LK)
telah memfasilitasi pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD). Mendorong
kemampuan Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM) dan
Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
Dalam kaitan dengan kebijakan demand side, adalah kebijakan yang diarahkan dalam upaya
meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan dari
bank (bankable), beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah:
1) Kegiatan penelitian, antara lain Penelitian Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU)
unggulan UMKM yang dilaksanakan di setiap provinsi, dan penelitian pola pembiayaan
(lending model) usaha kecil yang bertujuan memberikan informasi untuk mendorong
pengembangan UMKM dan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan untuk akselerasi
kredit UMKM (research based policy).
2) Pelatihan dan pendampingan, salah satunya melalui pengembangan klaster. Tujuan dari
kegiatan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan elijibilitas dan bankabilitas UMKM
serta meningkatkan expertise perbankan mengenai UMKM. Bentuk kegiatan pelatihan in
berupa: Pelatihan kepada UMKM anggota Klaster untuk meningkatkan kinerja UMKM
sehingga layak dibiayai oleh bank, Pelatihan kepada BDSP (Business Development
Service Provider) atau KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank) yang selanjutnya akan
melakukan pendampingan kepada UMKM, dan Pelatihan kepada Account Officer (AO)
Bank Umum dan BPR mengenai karakteristik UMKM. Salah satu bentuk pendampingan
yang dilakukan berupa pendampingan kepada petani cabe yang tergabung dalam klaster
di Kabupaten Cianjur.
3) Penyediaan informasi dan bazar intermediasi, tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai
sarana untuk diseminasi informasi mengenai karakteristik UMKM dan sebagai wadah
untuk penyebaran informasi mengenai UMKM yang potensial untuk dibiayai kepada
Kebijakan Pengembangan UMKM
84 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
perbankan. Penyediaan informasi ini dilakukan oleh BI dalam bentuk leaflet, buku-buku
maupun website info UMKM yang dapat diakses dalam website BI (www.bi.go.id).
Tabel 4.3.1. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha
Tahun 2011 – November 2012
Tahun Bulan
Klasifikasi Usaha
Total Kenaikan
(% yoy)
Mikro Kecil Menengah (Rp
Triliun) %
(Rp
Triliun) %
(Rp
Triliun) %
2011 Jan 16.869 19,5 16.976 19,7 52.475 60,8 86.320
Feb 17.686 20,0 17.498 19,7 53.433 60,3 88.617
Mar 17.534 19,3 19.292 21,3 53.926 59,4 90.752
Apr 17.776 19,8 19.229 21,4 52.820 58,8 89.825
Mei 18.070 19,8 18.898 20,7 54.471 59,6 91.439
Jun 18.584 19,5 20.563 21,6 55.964 58,8 95.111
Jul 18.264 19,1 21.519 22,5 55.914 58,4 95.698
Agust 19.604 19,9 19.331 19,6 59.534 60,5 98.470
Sep 19.943 19,8 20.312 20,1 60.643 60,1 100.897
Okt 18.638 18,4 20.038 19,8 62.703 61,9 101.379
Nov 18.330 18,1 18.700 18,5 64.263 63,4 101.292
Des 17.706 17,0 18.606 17,9 67.794 65,1 104.106
2012 Jan 15.706 16,5 16.927 17,8 62.705 65,8 95.338 10,45
Feb 16.057 16,6 16.217 16,8 64.520 66,7 96.794 9,23
Mar 15.969 16,0 17.305 17,3 66.837 66,8 100.111 10,31
Apr 16.200 15,8 17.118 16,7 69.234 67,5 102.552 14,17
Mei 16.367 15,5 18.583 17,6 70.375 66,8 105.325 15,19
Jun 16.294 14,8 19.040 17,3 74.721 67,9 110.055 15,71
Jul 15.887 14,7 18.573 17,1 73.855 68,2 108.315 13,18
Agust 14.714 14,1 18.173 17,4 71.640 68,5 104.527 6,15
Sep 14.569 13,8 17.768 16,8 73.421 69,4 105.758 4,82
Okt 14.351 13,1 17.724 16,2 77.118 70,6 109.193 7,71
Nov 14.097 12,0 19.128 16,3 84.036 71,7 117.261 15,76
Rata rata kenaikan ( % yoy) 11,15
Sumber : Bank Indonesia
Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta sebagai hasil
dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang dilaksanakan Perbankan antara lain
dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan data
Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Provinsi DKI Jakarta pada November 2012 adalah
sebesar Rp117,261 triliun atau 9,1% dari total kredit perbankan di DKI Jakarta. Apabila
dibandingkan dengan kondisi bulan November 2011, kredit MKM meningkat sebesar 13,62%.
Debit kredit pada bulan Januari 2012 dibandingkan dengan Januari 2011, juga menunjukkan
peningkatan sebesar 10,45%. Walaupun terjadi fluktuasi baki kredit dari bulan ke bulan, akan
tetapi secara keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan (yoy)
per bulan adalah sebsar 11,15%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012
dari total kredit MKM sebesar Rp117,262 triliun, sebagaian besar adalah untuk skala Menengah
(71,67%), skala Kecil (16,31%) dan skala Mikro (12,02%).
Apabila ditinjau dari jenis penggunaan kredit yang diterima UMKM, pada kondisi November
2012 dari total kredit Rp117,262 triliun, sejumlah Rp79,866 atau 68,11% adalah untuk
kebutuhan modal kerja, dan selebihnya adalah untuk modal investasi (Rp37,395 triliun atau
31,89%). Pertumbuhan kredit investasi November 2012 (yoy) adalah sebesar 23,05% dan
dibandingkan dengan Januari 2012 (yoy) sebesar 15,23%, yang menunjukkan penurunan.
Kebijakan Pengembangan UMKM
Bank Indonesia 85
Perkembangan pertumbuhan (yoy) pada tahun 2012 secara rata-rata adalah sebesar 13,78%
(Tabel 4.3.2).
Tabel 4.3.2. Jumlah Kredit KMM, Porsi dan Kenaikan (yoy)
Menurut Penggunaan Tahun 2012
Bulan
Modal Kerja Modal Investasi
(Rp
Triliun)
Porsi
(%)
Kenaikan
(% yoy)
(Rp
Triliun)
Porsi
(%)
Kenaikan
(% yoy)
Jan 64.878 68,05 8,34 30.460 31,95 15,23
Feb 66.766 68,98 9,41 30.028 31,02 9,50
Mar 68.273 68,20 9,02 31.838 31,80 13,19
Apr 71.762 69,98 15,24 30.790 30,02 11,75
Mei 72.739 69,06 14,55 32.586 30,94 16,64
Jun 76.744 69,73 15,00 33.311 30,27 17,39
Jul 75.318 69,54 12,21 32.998 30,46 15,47
Agust 72.303 69,17 4,91 32.225 30,83 9,04
Sep 73.389 69,39 3,27 32.369 30,61 8,51
Okt 75.829 69,44 5,99 33.364 30,56 11,83
Nov 79.866 68,11 12,64 37.395 31,89 23,05
Rata-rata 72.533 69,06 10,05 32.488 30,94 13,78 Sumber : Bank Indonesia
Apabila ditinjau dari sektor UMKM, 82% dari total kredit pada November 2012 sebesar
Rp117,261 triliun diserap pada 6 (enam) sektor usaha atau 32% dari jumlah sektor UMKM (19
sektor). Dari 6 sektor usaha tersebut, sektor Perdagangan Besar dan Eceran adalah penyerap
terbesar yaitu Rp 36,973 triliun atau 31,53%. Kelima sektor yang lain berturut-turut adalah
sektor Industri Pengolahan Rp22,432 triliun (19,13%), Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial
Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya Rp13,311 triliun (11,35%), sektor Real Estate, Usaha
Persewaan dan Jasa Perusahaan Rp10,123 Triliun (8,63%), sektor Konstruksi Rp7,161 triliun
(6,11%), dan Sektor Jasa Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Rp6,986 Triliun (5,96%).
Kebijakan Pengembangan UMKM
86 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 4.3.3. Jumlah Kredit Menurut Sektor Ekonomi, Porsi dan
Kenaikan pada Bulan November 2012
Sektor Ekonomi Rp
(triliun)
Porsi
(%)
Kenaikan
(%, yoy)
7. Perdagangan Besar dan Eceran 36.973 31,53 15,95
4. Industri Pengolahan 22.432 19,13 37,53
15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan
Lainnya 13.311 11,35 -7,28
11. Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10.123 8,63 45,44
6. Konstruksi 7.161 6,11 22,94
9. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 6.986 5,96 32,00
10. Perantara Keuangan 5.494 4,69 30,27
18. Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya 4.180 3,56 -45,38
8. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 2.836 2,42 89,60
1. Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 2.826 2,41 6,06
3. Pertambangan dan Penggalian 2.316 1,98 70,88
5. Listrik, Gas dan Air 837 0,71 40,03
14. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 703 0,60 35,84
13. Jasa Pendidikan 493 0,42 37,93
2. Perikanan 390 0,33 -11,74
16. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 106 0,09 39,16
12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 94 0,08 -58,87
17. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0 0,00 -100,00
19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0 0
Jumlah 117.261 100,00
Sumber: Bank Indonesia
Bank Indonesia 87
BAB V PENETAPAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
5.1. Penetapan Bobot Tujuan dan Kriteria
Hasil penetapan KPJU unggulan diuraikan untuk setiap kota/kabupaten administrasi dan pada
tingkat provinsi, serta kebijakan pengembangan KPJU unggulan. Penetapan KPJU unggulan
dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJU unggulan pada tingkat
kecamatan, kemudian tingkat kota/kabupaten administrasi dan terakhir pada tingkat provinsi.
Hasil penetapan KPJU unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJU unggulan
tingkat kota/kabupaten administrasi yang proses penetapannya dilakukan dengan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJU unggulan pada tingkat provinsi
menggunakan/memanfaatkan hasil proses agregasi KPJU unggulan tingkat kota/kabupaten
administrasi.
Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan sebelumnya, dan
penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan KPJU unggulan UMKM, yaitu:
(a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing
produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU
unggulan, maka bobot setiap Tujuan, dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua
kota/kabupaten administrasi adalah sama. Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot
kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada tingkat provinsi. Dalam hubungan ini
maka pada tanggal 5 Juli 2012 telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Bank
Indonesia yang diikuti pejabat dari Dinas/Instansi Tingkat Provinsi DKI Jakarta.
Dalam pelaksanaan FGD tersebut, selain dilakukan penjelasan oleh Tim Peneliti tentang maksud
dan tujuan kegiatan serta metodologi, maka salah satu tahapan pokok dalam penelitian ini adalah
memperoleh penilaian dari peserta berupa skor kepentingan setiap Tujuan, serta skor tingkat
kepentingan suatu Kriteria satu dibandingkan dengan Kriteria lain untuk Tujuan yang sama
dengan menggunakan metode pairwise comparison. Hasil penilaian oleh nara sumber tersebut,
dijadikan input analisis dengan menggunakan AHP untuk memperoleh nilai skor terbobot setiap
Tujuan dan setiap Kriteria KPJU unggulan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP
berdasarkan masukan pendapat dari pejabat Dinas/Instansi yang terkait dan berkepentingan
terhadap KPJU unggulan UMKM disajikan pada Tabel 5.1.1.
Berdasarkan metodologi yang telah dikemukakan untuk menetapkan KPJU unggulan lintas
sektor diperlukan informasi seberapa besar bobot kepentingan suatu sektor ekonomi untuk
mencapai tujuan dari penetapan KPJU unggulan UMKM. Mengingat setiap kota/kabupaten
administrasi mempunyai karakteristik wilayah dan potensi ekonomi yang berbeda, maka
penetapan bobot kepentingan sektor/subsektor ekonomi tersebut dilakukan di tingkat
kota/kabupaten administrasi dengan nara sumber pejabat Dinas/Instansi yang berkepentingan
dalam pengembangan UMKM di tingkat kota/kabupaten administrasi.
Sedangkan penetapan KPJU unggulan tingkat provinsi, khususnya KPJU lintas sektor, akan
menggunakan skor terbobot dari masing-masing sektor/subsektor yang dinilai oleh stakeholder
dan narasumber tingkat provinsi.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
88 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.1.1.
Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan
di Provinsi DKI Jakarta
No. Aspek Bobot
1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3898
1.2. Pertumbuhan Ekonomi 0,3216
1.3. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,2886
2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan
2.1. Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha 0,3617
2.2. Jangkauan Pasar 0,2686
2.3. Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan 0,2329
2.4. Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi
KPJU yang Ada 0,1368
3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kota/kabupaten
administrasi
3.1 Penyerapan Tenaga Kerja 0,1324
3.2. Ketersediaan Pasar 0,1162
3.3. Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah 0,1145
3.4. Manajemen Usaha 0,1025
3.5. Teknologi 0,1013
3.6. Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal 0,0812
3.7. Harga /Nilai Tambah 0,0791
3.8. Sosial Budaya (termasuk Ciri Khas/Karakteristik Daerah) 0,0770
3.9. Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan 0,0723
3.10. Sarana Produksi dan Usaha 0,0640
3.11. Bahan Baku 0,0594
5.2. Penetapan Alternatif KPJU Unggulan Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi
Penelitian KPJU unggulan UMKM tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan di seluruh
wilayah kota/kabupaten administrasi di DKI Jakarta atau sebanyak 6 kota/kabupaten
administrasi dengan cakupan 44 kecamatan. Pada tahap awal telah dilakukan identifikasi KPJU
per sektor/subsektor untuk seluruh kecamatan berdasarkan data sekunder/data statistik yang ada.
Berdasarkan data yang diperoleh, disusun suatu database dari seluruh KPJU yang teridentifikasi
yang disebut longlist database KPJU DKI Jakarta. Berdasarkan data tersebut, maka dilakukan
konfirmasi kepada pejabat/pemangku kepentingan tingkat kecamatan (pejabat kantor kecamatan,
atau KSK) dan atau tokoh masyarakat/pelaku usaha di masing-masing kecamatan, dengan
memberikan penilaian keunggulan dari masing-masing KPJU yang telah teridentifikasi. Daftar
KPJU untuk masing-masing kabupaten/kota administrasi se DKI Jakarta yang telah
teridentifikasi dalam penelitian ini ditampilkan pada Lampiran 5.2.1 sampai dengan Lampiran
5.2.6.
Pada tahapan ini setiap pejabat dan atau tokoh masyarakat diminta tanggapan dan penilaiannya
terhadap KPJU yang ada di kecamatan tersebut dengan melakukan pengisian Matrik Identifikasi
Alternatif KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan berdasarkan empat kriteria, yaitu :
1) Jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang ada;
2) Jangkauan pasar;
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 89
3) Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha; dan
4) Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan.
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya (Tabel 5.1 point 2) dihasilkan masing-masing 5 (lima) alternatif KPJU
unggulan untuk setiap sektor/subsektor usaha pada setiap tingkat kecamatan. Secara lengkap
hasil identifikasi alternatif KPJU unggulan tingkat kecamatan di 6 kota/kabupaten administrasi
sebagai daerah penelitian di Provinsi DKI Jakarta ditampilkan pada Lampiran 5.2.7 sampai
dengan Lampiran 5.2.12.
Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor ekonomi di setiap kecamatan dilakukan proses
agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan per sektor/subsektor ekonomi untuk tingkat
kota/kabupaten administrasi. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,
ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi yang
mempunyai nilai skor tertinggi. Secara lebih lengkap, kandidat KPJU unggulan tingkat
kota/kabupaten administrasi dapat dilihat pada Lampiran 5.2.13 sampai dengan Lampiran
5.2.18.
5.3. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi
Proses penetapan KPJU unggulan tingkat kota/kabupaten administrasi dilakukan melalui dua
tahapan. Tahap pertama dilakukan melalui FGD atau indepth interview, dimana matrik
kandidat KPJU Unggulan akan dinilai oleh pejabat pemerintah daerah (Sekda dan Bappeda),
dinas/instansi terkait dan perbankan untuk masing-masing kota/kabupaten administrasi. Dalam
hal ini, Tim Peneliti mendatangi langsung kantor Pemerintah Kota/Kabupaten Administrasi di
wilayah DKI Jakarta serta dinas/instansi terkait. Pada tahap ini setiap narasumber dari pejabat
pemerintah daerah dan dinas/instansi terkait memberikan penilaian terhadap:
1) Tingkat kepentingan antar sektor/subsektor secara umum, dan
2) Tingkat kepentingan atau keunggulan suatu KPJU terhadap KPJU yang lain berdasarkan
11 kriteria yang telah ditetapkan.
Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM
dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau mengembangkan usaha, serta
sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Analisis dengan metode AHP
menghasilkan nilai skor terbobot setiap kandidat KPJU unggulan untuk setiap kota/kabupaten
administrasi per sektor/subsektor ekonomi. Untuk setiap kota/kabupaten administrasi ditetapkan
5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/subsektor ekonomi yang memiliki skor terbobot tertinggi.
Berdasarkan hasil identifikasi KPJU Unggulan setiap sektor/subsektor, nilai skor masing-masing
KPJU Unggulan dan tingkat kepentingan Sektor/subsektor ekonomi untuk KPJU yang
bersangkutan ditetapkan KPJU unggulan lintas sektor tingkat kota/kabupaten administrasi,
dengan menggunakan Metode Bayes.
Proses penentuan KPJU tingkat kota/kabupaten administrasi dilaksanakan melalui Focus Group
Discussion (FGD) dengan narasumber pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait dan
perbankan. Tahap ini dimaksudkan sebagai tahapan konfirmasi kepada pejabat pemerintah
daerah, dinas/instansi terkait dan perbankan terhadap hasil KPJU Unggulan per sektor/subsektor
dan lintas sektor yang telah diperoleh pada tahap pertama, serta hasil pelaksanaan penelitian
tingkat kecamatan dan kota/kabupaten administrasi, dengan menggunakan metode AHP untuk
11 kriteria, yaitu :
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
90 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
1) Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);
2) Bahan baku;
3) Modal;
4) Sarana produksi/usaha;
5) Teknologi;
6) Sosial budaya;
7) Manajemen usaha;
8) Ketersediaan pasar;
9) Harga;
10) Penyerapan tenaga kerja; dan
11) Sumbangan terhadap perekonomian.
Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi untuk
masing-masing sektor/subsektor dan lintas sektor dilaksanakan melalui format indepth interview
dan atau Foscus Group Discussion. Dalam tahapan tersebut juga didiskusikan permasalahan
pengembangan UMKM serta kebijakan dan program untuk pengembangan UMKM terutama
KPJU unggulan.
KPJU Unggulan Lintas Sektor yang telah diidentifikasi dipetakan menurut Aspek Prospek dan
Aspek Potensi KPJU Unggulan saat ini, sehingga dapat diketahui kedudukan KPJU Unggulan
Lintas Sektor berdasarkan Prospek dan Potensi saat ini.
Prospek dinilai berdasarkan faktor:
1) Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda,
2) Prospek Pasar,
3) Minat Investor,
4) Dukungan & Program Pembangunan Infra Struktur Usaha,
5) Resiko terhadap lingkungan,
6) Tingkat persaingan.
dan Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor:
1) Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini,
2) Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat,
3) Penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha,
4) Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan),
5) Insentif harga jual komoditas/produk,
6) Daya serap pasar domestik.
Penilaian dalam bentuk nilai skor untuk setiap KPJU Unggulan Lintas Sektor menurut faktor-
faktor tersebut diatas dilakukan dianalisis berdasarkan hasil indepth interview dan pelaksanaan
focus group discussion (FGD) pada setiap kota/kabupaten administrasi. Berdasarkan jumlah skor
pada aspek Prospek dan Potensi saat ini, KPJU Unggulan Lintas Sektor dikelompokkan dalam 3
kategori untuk masing-masing aspek, yaitu :
1) Prospek, kategori Kurang, Cukup dan Baik, dan
2) Potensi, kategori Kurang, Sedang, dan Tinggi.
5.3.1. Kota Administrasi Jakarta Timur
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap
kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Timur. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 91
usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan
per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Timur. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota
Adminitrasi Jakarta Timur yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.13).
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.1. Pada Tabel 5.3.1. dapat dilihat bahwa bobot atau
prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan
kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta Timur adalah sektor
perdagangan untuk seluruh tujuan penetapan KPJU unggulan, sehingga sektor usaha
Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta
Timur. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah
Perindustrian, Jasa, Pariwisata, Angkutan, Peternakan, Tanaman Pangan dan Perikanan.
Tabel 5.3.1.
Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Administrasi Jakarta Timur
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Perdagangan 0,1773 0,2238 0,2202 0,2078 1
Perindustrian 0,1303 0,1601 0,1463 0,1465 2
Jasa 0,1294 0,1365 0,1511 0,1384 3
Pariwisata 0,1139 0,1288 0,1163 0,1204 4
Angkutan 0,1387 0,0979 0,1107 0,1147 5
Peternakan 0,0928 0,0950 0,0983 0,0952 6
Tanaman Pangan 0,1198 0,0831 0,0739 0,0922 7
Perikanan 0,0977 0,0748 0,0833 0,0846 8
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.2.
Tabel 5.3.2.
Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Administrasi Jakarta Timur
No. Sektor Subsektor
Usaha / KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot
Padi dan Palawija Peternakan
1 Padi Sawah 0,2170 1 Sapi Perah 0,2372
2 Bayam 0,1247 2 Burung perkutut 0,1624
3 Duku 0,1115 3 Bebek 0,1496
4 Salak 0,1058 4 Domba 0,1398
5 Sawi 0,1012 5 Ayam 0,1318
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
92 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
No. Sektor Subsektor
Usaha / KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot
Perikanan Perindustrian
1 Pembenihan Ikan 0,4231 1 Batu aji/akik/cincin 0,1112
2 Budidaya ikan hias 0,2708 2 Pakaian Jadi 0,1109
3 Budidaya Ikan di
Kolam 0,1778 3 Tahu/Tempe 0,1048
4 Penangkapan Ikan di
Perairan Umum 0,1283 4 Furniture/Mebel 0,1038
5 - - 5 Tas/Sepatu 0,1036
Perdagangan Pariwisata
1 Pakaian Jadi 0,2337 1 Cagar Budaya 0,1664
2 Suku cadang dan
Aksesoris Kendaraan 0,2255 2
Taman Rekreasi/Taman
Wisata 0,1614
3 Furniture/Mebel 0,1210 3 Pondok Wisata 0,1540
4 Warung
Makan/Minum 0,0956 4 Seni Pertunjukan 0,1470
5 Grosir mainan anak-
anak 0,0826 5 Wisata Agro 0,1069
Jasa Angkutan
1 Bengkel Mobil 0,2944 1 Angkutan Perkotaan 0,1732
2 Bengkel Motor 0,1699 2 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,1539
3 Katering 0,1392 3 Agen Perjalanan (bukan
wisata) 0,1527
4 Salon kecantikan 0,0954 4 Angkutan Taksi 0,1217
5 Bimbingan Belajar 0,0845 5 Angkutan Sewa 0,1181
Pada subsektor Padi Palawija dan Hortikultura, komoditi padi sawah masih menjadi komoditi
unggulan di Jakarta Timur. Bila dilihat dari luas lahan persawahan, Jakarta Timur masih tersedia
hamparan sawah seluas 425 Ha pada tahun 2010 dan mengalami penurunan drastis menjadi 239
Ha pada tahun 2011 yang terpusat di Kecamatan Cakung dan Makasar. Sejalan dengan waktu,
hamparan sawah kian habis digantikan bangunan-bangunan, sehingga wajar komoditi bayam
dan sawi masih menduduki peringkat dua dan lima karena pertanian jenis sayur menggunakan
lahan sisa atau lahan tidur di tengah pemukiman atau bantaran sungai. Luasan panen sayuran
menurut BPS Jakarta Timur, diantaranya bayam dan sawi masing-masing pada tahun 2011
adalah 432 Ha dengan kapasitar produksi 3.456 kw untuk komoditi bayam, dan luas lahan
pertanian sawi 360 Ha dengan kapasitas produksi 2.880 kw.
Jakarta Timur selama ini memang dikenal sebagai tempatnya buah duku dan salak, sehingga
komoditi ini masih bisa menempati peringkat ke tiga dan ke empat. Sebenarnya kedua komoditi
tersebut tidak lagi mengalami kejayaan seperti beberapa tahun sebelumnya, dengan dikenalnya
sebagai sentra Salak Condet, namun demikian komoditi salak dan duku masih diunggulkan
faktor sosial budaya tetap mempertahankan dua komoditi ini sebagai ciri khas lokal Jakarta
Timur.
Pada Subsektor Peternakan, jenis ternak sapi perah menempati peringkat ke pertama KPJU
unggulan subsektor peternakan. Dilihat dari aspek produksinya, ternak sapi perah di Jakarta
Timur adalah yang kedua terbesar setelah Jakarta Selatan. Berdasarkan data BPS Jakarta Timur,
populasi sapi perah terdapat di Kecamatan Cipayung (1.197 ekor), Kramat Jati (89 ekor) dan
Pasar Rebo (15 ekor).
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 93
Burung Perkutut yang menempati peringkat kedua merupakan jenis ternak yang dikembangkan
dalam jumlah terbatas sebagai hobi dari pemeliharanya. Akan tetapi mungkin dilihat dari
kegiatan penangkaran yang dilanjutkan dengan proses perdagangan, burung perkutut juga dapat
disebut unggulan sebab menempati peringkat kedua karena dinilai unggul pada aspek harga,
sehingga responden dan pelaku usaha menganggap hal ini layak diunggulkan dan memberikan
kontribusi ekonomi yang nyata dan prospektif.
Ternak bebek berada di peringkat ketiga. Bebek atau itik juga dibudidayakan dalam jumlah
cukup besar di Jakarta Timur. Populasi ternak bebek atau itik hampir merata di wilayah Jakarta
Timur bagian timur, sebagai bebek penghasil telur bebek yang berkualitas dan menjadi ciri
tersendiri bagi telur bebek Jakarta Timur, dan juga sebagai penyumbang daging bebek yang
cukup signifikan di Jakarta. Peringkat KPJU unggulan berikutnya adalah Domba.
Pada subsektor Perikanan, usaha pembenihan ikan menjadi KPJU unggulan Jakarta Timur.
Dilihat dari aspek manajemen usaha dan ketersediaan pasar, Pembenihan ikan memiliki
keunggulan tersendiri dibanding KPJU perikanan lainnya, disamping luasan pada pembenihan
ikan hanya memakan tempat yang relatif sedikit, tapi itulah kenyataannya bahwa kegiatan
pembenihan ikan memang tidak memerlukan tempat yang luas, akan tetapi kegiatan ini mampu
unggul dalam aspek kontribusi perekonomian. Peringkat kedua adalah budidaya ikan hias yang
juga memiliki nilai relatif tinggi untuk kriteria ketersediaan pasar dan sarana usaha. Sementara
itu budidaya ikan di kolam berada diperingkat ketiga dengan keunggulan dalam kriteria tenaga
kerja terlatih dan ketersediaan pasar. Peringkat keempat diisi oleh perikanan di perairan umum.
Pada Subsektor Perindustrian, usaha pengolahan batu aji atau batu akik atau cincin menjadi
KPJU unggulan pertama di Jakarta Timur. Jumlah usaha pengolahan batu perhiasan pada tahun
2011 sebanyak 352 unit usaha dan dinilai unggul pada aspek pasar karena mampu menembus
pasar luar provinsi, dan nilai transaksinya cukup tinggi sehingga narasumber menempatkan
usaha ini sebagai unggulan di Jakarta Timur. Jenis batu-batu mulia seperti ruby (mirah),
sapphire (safir), cat eye (mata kucing), emerald (zamrud), dan jade (giok) yang diperdagangkan
dengan harga bisa mencapai nilai jutaan hingga ratusan juta rupiah ini didatangkan dari
Myanmar, Sri Lanka, atau Kolombo. Dari Indonesia hampir semua pulau menghasilkan
bebatuan yang dapat dijadikan perhiasan, seperti Lampung dan Kalimantan (amatis atau
kecubung), Banten (kalimaya atau opal), sementara Garut, Sukabumi, Pacitan, dan Lampung
juga menghasilkan agate (akik) dengan motif dan warna beraneka rupa.
Konveksi atau pakaian jadi menjadi KPJU unggulan kedua Jakarta Timur. Daya serapnya yang
tinggi terhadap tenaga kerja membuat KPJU ini menjadi unggul di sektornya. Di samping itu,
dewasa ini usaha konveksi/pakaian jadi dinilai narasumber telah melakukan banyak pembenahan
khususnya pada manajemen usaha dan tenaga kerja terampil sehingga memperoleh nilai tinggi
untuk dua kriteria tersebut. Pengunaan teknologi dalam KPJU ini masih sangat beragam
tergantung skala usahanya. Bagi usaha menengah, pengusaha telah menggunakan teknologi
mesin yang otomatis atau semi otomatis. Sementara itu, bagi usaha mikro dan kecil pada
umumnya masih menggunakan alat yang bersifat konvensional dan sangat mengandalkan tenaga
manusia. Pada tahun 2011 jumlah industri konveksi di Jakarta Timur sebanyak 480 unit,
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 564 unit.
Industri tahu/tempe, pembuatan tempe dan tahu juga dinilai menyerap banyak tenaga kerja
meskipun masih di bawah serapan konveksi pakaian jadi, akan tetapi keberadaannya nyata,
hampir tersebar di setiap kecamatan yang ada di Jakarta Timur, KPJU ini unggul pada aspek
pasar, tahu/tempe ini memiliki pasar yang jelas, walaupun masih dalam wilayah, akan tetapi
mampu dikalkulasi kepastian pendapatan dari sebuah kegiatan ini, akan tetapi faktor
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
94 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
penghambatnya adalah harga bahan baku yang terkadang tidak stabil sejalan dengan kebijakan
yang belum memihak pada pelaku industri ini. pada tahun 2011 jumlah industri tahu/tempe di
Jakarta Timur sebanyak 363 unit usaha.
Industri meubel/furniture menempati peringkat ke empat. Usaha meubel memiliki keunggulan
terutama dalam kriteria tenaga kerja terampil, penguasaan teknologi, dan sumbangan terhadap
perekonomian wilayah Jakarta Timur. Meubel di Jakarta Timur sudah mampu menjadikan brand
bahwa Jakarta Timur sebagai sentra Industri meubel dengan nilai transaksi yang relatif tinggi
dan mampu menjaring tenaga kerja terampil, walaupun ketersediaan bahan baku harus
didatangkan dari luar. Saat ini jumlah industri meubel sebanyak 114 unit. Urutan kelima adalah
usaha industri tas/sepatu, dimana memiliki keunggulan dalam aspek tenaga kerja terampil dan
menejemen usaha.
Pada Sektor Perdagangan, usaha perdagangan pakaian jadi masih menjadi KPJU unggulan
Jakarta Timur. Keunggulan usaha perdagangan pakaian jadi dibandingkan usaha perdagangan
lainnya terutama pada kriteria tenaga kerja terampil, ketersediaan pasar, harga serta faktor
ketersediaan bahan baku, ketersediaan pasar dan penyerapan tenaga kerja.. Hal ini dapat
dipahami mengingat pakaian saat ini telah menjadi kebutuhan pokok dengan tingkat permintaan
tinggi. Sebagai wilayah yang memiliki kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi dan
kemudahan akses dari luar, maka wilayah Jakarta Timur juga merupakan salah satu tujuan untuk
mendapatkan suku cadang kendaraan bermotor sehingga menempatkan usaha ini pada urutan
kedua. Sementara itu usaha perdagangan meubel berada pada peringkat ketiga yang dinilai
memiliki nilai relatif tinggi untuk kriteria sarana usaha, teknologi, manajemen usaha.
Sedangkan peringkat kelima ditempati usaha grosir mainan anak-anak yang dinilai relatif tinggi
untuk kriteria sarana usaha, sosial budaya, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi terhadap
perekonomian wilayah, namun dinilai relatif rendah untuk kriteria dalam penggunaan teknologi.
Pada Sektor Pariwisata, kawasan Condet ditetapkan sebagai cagar buah-buahan dan budaya
Betawi berdasarkan SK Gubernur No D.IV-1V-115/e/3/1974. Penetapan Condet sebagai salah
satu kawasan cagar budaya Betawi di Jakarta juga berdasarkan peraturan Kementerian Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Peraturan itu disebutkan, warisan budaya merupakan
komponen lingkungan yang ingin dipertahankan, dijaga, dan dilestarikan keberadaannya di
samping warisan alam juga budaya Betawinya. Dengan berkembangnya jaman, saat ini
penduduk Condet sekarang lebih beragam. Tidak hanya warga asli Betawi, tetapi sudah
bercampur dengan suku Jawa, Sunda, Madura, Batak, Aceh, dan bahkan etnis Arab. Kondisi
tersebut secara tidak langsung mempengaruhi budaya dan pola relasi antar masyarakat yang ada
di wilayah Condet. Adanya temuan arkeologis pada situs Condet yang mengindikasi hunian
purba, sedikitnya pada periode 3000 tahun SM. Toponimi di Condet (Ci Ondet) seperti batu
alam, batu ampar, balekambang, pangeran, dan dermaga yang mencerminkan kehidupan
masyarakat dan kebudayaan masa lampau. Maka dari sinilah KPJU ini masih menempati urutan
pertama, dengan unggul pada aspek sosial budaya.
Di Jakarta Timur bila membahas taman rekreasi sebenarnya banyak sekali, dalam era sekarang
memang rekreasi menjadi tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup di kepadatan aktivitas
Jakarta, maka responden sangat mengunggulkan KPJU ini. Taman rekreasi unggul dalam aspek
penyerapan tenaga kerja. Peringkat ke berikutnya adalah rumah pondok wisata sebagai tempat
atau lokasi nyaman seperti pondok kuliner yang memiliki ciri khas kedaerahan atau khas dalam
menu dll., sebagai contoh adalah rumah makan arab dan rumah makan sunda. Dilihat dari aspek
sosial budaya dan ketersediaan pasar, KPJU tersebut memiliki nilai relatif tinggi namun
kelemahannya terletak pada kesulitan yang dihadapi dalam kemudahan memperoleh bahan
baku.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 95
Wisata Agro merupakan suatu kawasan agro bernuansa kebun/taman dan didukung dengan
fasilitas saung diatas kolam Arwana dengan pemandangan lepas Bumi Perkemahan Cibubur
yang berada di provinsi DKI, Wisata ini memiliki ciri khas yaitu kawasan Wisata Agro yang
sarat dengan nilai-nilai edukasi yang dapat menunjang program pendidikan sekolah dan
peningkatan gizi anak bangsa. Wisata ini sangat efektif untuk kegiatan kunjungan edukatif bagi
sekolah-sekolah baik dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, MAHASISWA dan Masyarakat umum
serta dapat juga untuk rekreasi keluarga, karena memberikan wawasan edukasi dari mulai
pengenalan dunia peternakan sapi, manfaat susu, proses pasca panen susu, proses memerah sapi
dan dunia enterpreneurship khususnya budidaya ternak sapi. Maka narasumber masih
memberikan nilai manfaat sebagai KPJU unggulan Jakarta Timur terutama pada kriteria pasar
dan tenaga kerja terampil.
Pada Sektor Angkutan, Angkutan Perkotaan masih menjadi unggulan Jakarta Timur menjadi
KPJU unggulan Jakarta Timur, KPJU ini unggul dalam kontribusi terhadap perekonomian
wilayah. Angkutan khusus ekspedisi menjadi KPJU unggulan peringkat kedua di Jakarta Timur,
jenis angkutan ini muncul dengan melihat peluang perdagangan yang makin pesat, maka dari
situlah peluang ekspedisi muncul, maka jenis angkutan ini sangatlah prospektif sejalan dengan
berkembangnya perdagangan Jakarta. Demikian juga dengan agen perjalanan (bukan wisata),
ini merupakan serentetan dari dampak kesibukan Jakarta yang semakin padat, memunculkan
agen perjalanan (bukan wisata) untuk mendukung kegiatan perdagangan yang terjadi. Taksi
pada peringkat empat memiliki nilai relatif tinggi dalam memenuhi kriteria tenaga kerja
terampil, manajemen usaha, dan teknologi.
Pada Sektor Jasa, usaha bengkel mobil menjadi usaha unggulan Jakarta Timur. Usaha bengkel
mobil memiliki keunggulan dalam kriteria tenaga kerja terlatih, teknologi, penyerapan tenaga
kerja, dan kontribusi terhadap perekonomian wilayah. Di samping itu, bengkel mobil juga
didukung dengan sarana usaha dan manajemen usaha yang baik. Sementara itu bengkel motor
berada di peringkat ke dua. Hampir sama dengan bengkel mobil, bengkel motor dinilai relatif
tinggi untuk kriteria tenaga kerja terampil, ketersediaan pasar, sarana usaha, dan penyerapan
tenaga kerja. Potensi dan peluang bengkel mobil/motor semakin terbuka seiring dengan
pertumbuhan pengajuan surat tanda nomor kendaraan yang tercatat lebih dari 2.400 per harinya,
meskipun hal ini menjadi dilema karena pertumbuhan panjang jalan yang tidak sebanding.
Peringkat ke tiga ditempati Katering, yang dinilai memiliki keunggulan dalam kriteria
manajemen usaha didukung dengan tenaga kerja yang terlatih dan teknologi yang memadai.
Ditengah-tengah berkembangnya sifat manusia ingin cepat, tidak repot, karena kesibukan
keseharian masyarakat perkotaan di Jakarta, maka bisnis katering ini muncul sebagai alternatif
yang menawarkan jasa makanan atau menu siap saji (masak).
Pengguna jasa katering tidak lagi mengalami kerepotan dalam urusan makanan dan menu. Maka
narasumber melihat jasa ini sebagai usaha yang memiliki masa depan dan mampu bertahan
untuk beberapa tahun kedepan. Salon kecantikan dan Bimbingan Belajar berada di peringkat ke
empat dan ke lima. Meskipun salon kecantikan di Jakarta Timur memiliki nilai unggul dalam
kriteria tenaga kerja terlatih dan sarana usaha namun manajemen usahanya masih dinilai lemah
dibanding tiga usaha jasa unggulan diatasnya. Narasumber di Jakarta Timur juga memberikan
penilaian yang hampir sama untuk usaha bimbingan belajar. Terkecuali pada jasa bimbingan
belajar yang sudah besar dan ternama.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan
Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
96 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
(Tabel 5.3.1) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
5.3.2).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan
urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.3. Pada
Tabel 5.3.3. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha jasa
bengkel mobil, perdagangan pakaian jadi, perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, usaha
kerajinan batu aji/akik/cincin, dan industri pakaian jadi. Hasil lengkap berupa rangking atau
urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU
dapat dilihat pada Tabel 5.3.3.
Tabel 5.3.3.
10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur
Rangking Sektor/Subsektor
Usaha KPJU
Skor
Terbobot
1 Jasa Bengkel Mobil 0,0496
2 Perdagangan Pakaian Jadi 0,0452
3 Perdagangan Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan 0,0436
4 Perindustrian Batu aji/akik/cincin 0,0305
5 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0304
6 Perindustrian Tahu/Tempe 0,0287
7 Jasa Bengkel Motor 0,0286
8 Perindustrian Furniture/Mebel 0,0285
9 Perindustrian Tas/Sepatu 0,0284
10 Angkutan Angkutan Perkotaan 0,0282
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah
industri tempe/tahu, usaha jasa bengkel motor, usaha industri furniture/mebel, industri
sepatu/sandal dan jasa angkutan perkotaan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan
lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor perindustrian, diikuti
perdagangan, jasa dan angkutan. Bila dilihat bahwa 5 KPJU tersebut, Kota Administrasi Jakarta
Timur menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonominya bergerak pada sektor jasa,
perdagangan dan perindustrian.
Lima KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur di atas dinilai unggul
berdasarkan 11 kriteria yang telah di analisis sebelumnya dengan mempertimbangkan bobot
kepentingan masing-masing sektor/subsektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan
lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah
dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari
instansi pemerintah sektor terkait, di Gedung BI Jakarta tanggal 13 November 2012. FGD ini
bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan
peluang untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek
Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi
saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan
ditampilkan pada Tabel 5.3.4.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 97
Tabel 5.3.4.
Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Jasa Bengkel Mobil 2,58 3,17 Cukup Tinggi 3
Perdagangan Pakaian Jadi 3,67 3,25 Baik Tinggi 1
Perdagangan Suku Cadang dan
Aksesoris Kendaraan 3,17 3,00 Baik Sedang 2
Perindustrian Batu Aji/Akik/Cincin 3,83 3,58 Baik Tinggi 1
Perindustrian Pakaian Jadi 3,42 3,17 Baik Tinggi 1
Perindustrian Tahu/Tempe 3,08 2,83 Baik Sedang 2
Jasa Bengkel Motor 2,58 3,42 Cukup Tinggi 3
Perindustrian Furniture/Mebel 3,75 3,33 Baik Tinggi 1
Perindustrian Tas/Sepatu 2,75 3,17 Cukup Tinggi 3
Angkutan Angkutan Perkotaan 4,33 4,00 Baik Tinggi 1
Gambar 5.3.1.
Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda, Prospek
pasar, Minat Investor, Dukungan dan Program Pembangunan Infrastruktur Usaha, Resiko
terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke-10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas
Sektor, 1 sektor KPJU yaitu sektor angkutan (angkutan perkotaan) mempunyai prospek Sangat
Baik, 6 KPJU yaitu sektor perdagangan (pakaian jadi, suku cadang dan aksesoris kendaraan),
sektor perindustrian (pengolahan batu aji/akik/cincin, pakaian jadi, tahu/tempe, furniture/mebel)
mempunyai prospek Baik, Selebihnya 3 KPJU yaitu sektor usaha perdagangan suku cadang dan
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
98 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
aksesoris kendaraan industri, makanan/minuman, jasa bengkel mobil, jasa bengkel motor, dan
industri tas/sepatu mempunyai prospek Cukup.
Aspek Potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan
budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan
usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual
komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilaian dari narasumber SKPD
Jakarta Timur, dari aspek potensi menunjukkan bahwa hampir semua dari 10 KPJU unggulan
Jakarta Timur berpotensi Tinggi, kecuali usaha tahu/tempe, dan perdagangan suku cadang dan
aksesoris kendaraan yang tergolong Sedang.
5.3.2. Kota Administrasi Jakarta Selatan
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap
kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Selatan. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor
usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan
per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Selatan. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota
Administrasi Jakarta Selatan yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.14).
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.5. Pada Tabel 5.3.5 dapat dilihat bahwa bobot atau
prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan
kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta Selatan adalah sektor
perdagangan untuk seluruh tujuan penetapan KPJU unggulan, sehingga sektor usaha
Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta
Selatan. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Jasa,
Perindustrian, Pariwisata, Angkutan, Peternakan, Perikanan dan Tanaman Pangan.
Tabel 5.3.5.
Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Administrasi Jakarta Selatan
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Perdagangan 0,1824 0,2189 0,2300 0,2104 1
Jasa 0,1332 0,1577 0,1595 0,1503 2
Perindustrian 0,1194 0,1452 0,1289 0,1322 3
Pariwisata 0,1080 0,1385 0,1003 0,1177 4
Angkutan 0,1277 0,0889 0,1150 0,1089 5
Peternakan 0,1040 0,0959 0,1059 0,1014 6
Perikanan 0,1113 0,0807 0,0905 0,0934 7
Tanaman Pangan 0,1141 0,0743 0,0699 0,0858 8
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 99
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.6.
Tabel 5.3.6.
Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Administrasi Jakarta Selatan
No. Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha
/ KPJU
Skor-
Terbobot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Ketela Pohon 0,2202 1 Melinjo 0,1400
2 Kacang Tanah 0,1379 2 Kangkung 0,1266
3 Jagung 0,1266 3 Bayam 0,1258
4 - - 4 Kacang Panjang 0,1228
5 - - 5 - -
Buah-buahan Hortikultura
1 Jambu Biji 0,1700 1 Tanaman hias 0,4290
2 Rambutan 0,1511 2 Toga 0,3927
3 Belimbing 0,1494 3 Budidaya Anggrek 0,1783
4 Nangka 0,1286 4 - -
5 Sawo 0,1107 5 - -
Peternakan Perikanan
1 Sapi Perah 0,1583 1 Budidaya Ikan Hias 0,3739
2 Sapi Potong 0,1429 2 Budidaya Ikan di Kolam 0,2599
3 Itik 0,1233 3 Budidaya ikan di Perairan
Umum 0,0807
4 Kambing 0,1137 4 - -
5 Domba 0,1091 5 - -
Perindustrian Perdagangan
1 Makanan 0,1728 1 Restoran/Rumah Makan 0,1423
2 Pakaian Jadi (Konveksi) 0,1338 2 Toko Kelontong 0,1404
3 Tahu/Tempe 0,1100 3 Sembako 0,1123
4 Kerajinan tangan 0,1084 4 Pakaian Jadi 0,1069
5 Meubel 0,0953 5 Tanaman Hias /Anggrek 0,1019
Pariwista Jasa
1 Karaoke 0,1974 1 Bengkel Mobil 0,1988
2 Agen Perjalanan Wisata 0,1535 2 Kursus Bahasa Asing 0,1333
3 Kafe/Klub Malam 0,1509 3 Kontrakan/kos-kosan 0,1276
4 Billiard 0,1434 4 Bimbingan Belajar 0,0977
5 Kolam Pemancingan 0,1228 5 Salon Kecantikan 0,0957
Angkutan
1 Angkutan Perkotaan 0,2474
2 Angkutan Bus Kota 0,2256
3 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,1694
4 Angkutan Taksi 0,1323
5 Angkutan Sewa 0,1270
Pada Subsektor Padi Palawija, tidak seperti KPJU sektor lainnya, pada dasarnya Jakarta Selatan
bukanlah basis pertanian karena kegiatan pertanian di sini hanya memanfaatkan sisa lahan yang
ada, dan keberadaannya bisa berubah-ubah komoditinya atau bahkan berubah menjadi bangunan
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
100 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
fisik, disamping data juga sangat kurang mendukung. Usaha budidaya ketela pohon, di Jakarta
Selatan hanya memiliki luas tanam 15 ha saja pada tahun 2011. Kemudian lahan pertanian
kacang tanah seluas 7 ha, dan jagung 12 ha.
Pada Subsektor Sayuran, komoditi melinjo menjadi unggulan pertama. Ketika bicara melinjo
sebagai sayuran, berarti tanaman melinjo juga dipanen daunnya sebagai sayur. Pada tahun 2011
Jakarta Selatan menghasilkan biji melinjo sebanyak 34,84 ton dengan nilai produksi
Rp243.880.000 ketika harga melinjo saat itu sebesar Rp7.000/kg. Menurut BPS Jakarta Selatan
tahun 2012, kangkung dihasilkan sebanyak 1.876 ton, dengan nilai Rp1.126.140.000, Sedangkan
Bayam di Jakarta Selatan mampu diproduksi sebanyak 57,99 ton dengan nilai diperkirakan
sebesar Rp463.900.000, sedangkan kacang panjang yang dihasilkan sebanyak 33 ton dengan
nilai Rp264.000.000. Melihat nilai produksi kangkung yang tinggi, maka wajar ketika kangkung
menempati posisi kedua, dengan nilai keunggulan pada kriteria harga, dan penyerapan tenaga
kerja.
Pada Subsektor Buah-buahan, komoditi jambu biji menjadi KPJU unggulan pertama. Menurut
BPS Jakarta Selatan, tahun 2012 tercatat sebanyak 5.927 pohon, dengan produksi sebanyak
3.738 ton. Komoditi ini unggul dalam hal penyerapan tenaga kerja dan menejemen usaha.
Jakarta Selatan juga merupakan penghasil Rambutan dengan jumlah pohon sebanyak 653 pohon,
namun sebagai buah musiman dinilai memiliki kelemahan pasar yang kadang ketika musim
panen raya, justru Jakarta Selatan kebanjiran komoditi buah yang satu ini yang berasal dari
Sumatera, sementara keunggulannya terdapat pada penyerapan tenaga kerja. Kemudian komoditi
unggulan berikutnya adalah belimbing dengan jumlah pohon 3.375 pohon, nangka dengan
jumlah pohon 24. Seperti halnya komoditi jambu biji, belimbing juga sebenarnya unggul dalam
penyerapan tenaga kerja, akan tetapi penerimaan pasar memang tidak sebesar jambu biji yang
terkadang bisa langsung ke industri pengolahan. Masih bisa diingat bahwa pada tahun 2007-an,
Jakarta Selatan merupakan wilayah penghasil belimbing di DKI Jakarta.
Pada Subsektor Hortikultura peringkat pertama adalah usaha budidaya tanaman hias dengan
jenis tanaman hias yang banyak dibudidayakan adalah kuping gajah dan Anthurium. Menurut
BPS DKI Jakarta Selatan tahun 2011 dengan populasi sebanyak 65.146 m2. Selain itu Jakarta
Selatan juga dikenal sebagai penghasil terbesar pisang-pisangan heliconia 11.757 m2
dengan
produksi sebanyak 26.650 tangkai. Tanaman Toga adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-
obatan, kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman
seperti daun, batang, buah, umbi (rimpang) ataupun akar. Jakarta Selatan ternyata masih mampu
menghasilkan tanaman Toga ini seperti jahe, lengkuas, kencur, dan kunyit. Menurut data BPS
Jakarta Selatan, tahun 2011 tanaman jahe di Jakarta Selatan mendominasi luasan dari tanaman
toga lainya yaitu seluas 6.165 m2 dengan produksi sebesar 17.524 kg, kemudian anggrek pada
urutan ketiga dengan luasan 17.524 m2, dengan produksi 585.045 tangkai. Tidak terlalu jauh
berbeda, dari ketiga KPJU di subsektor hortikultura ini sangat unggul pada aspek tenaga kerja
terampil.
Pada Subsektor Peternakan, usaha budidaya sapi perah menjadi KPJU unggulan Jakarta
Selatan, yang diusahakan di atas lahan dengan total luas mencapai 34.192 m2 pada tahun 2007,
dan kini menjadi hanya seluas 21.680 m2 pada tahun 2011 dengan jumlah populasinya 1.835
ekor, Usaha budidaya sapi perah dinilai unggul karena berhasil menyerap banyak tenaga kerja
dan memberikan kontribusi bagi perekonomian wilayah dengan mendorong tumbuhnya usaha
susu murni maupun industri pengolahan susu. Pada peringkat kedua terdapat usaha budidaya
sapi potong yang pada tahun 2011 luasan lahan peternakan hanya seluas 7.936 m2 dengan
jumlah populasi 496 ekor saja, namun kegiatan budidaya ini dapat menempati peringkat kedua
disebabkan kriteria ketersediaan pasar, dan harga yang dinilai tinggi oleh narasumber.
Sementara itu ternak kerbau hanya memiliki lahan budidaya seluas 260 m2, dengan jumlah
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 101
populasi hanya 13 ekor saja. Kemudian diikuti dengan ternak kambing/domba dan itik. Seperti
halnya sektor pertanian, usaha budidaya pada subsektor peternakan di Jakarta Selatan dalam
rangka memanfaatkan lahan yang ada, untuk peternakan penggemukan, lebih didasarkan pada
perdagangan hewan ternak daripada konsep peternakan itu sendiri. Sementara itu kebutuhan
daging (sapi) untuk masyarakat DKI Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun
atau 5.000 ton perbulan, dan 100% pasokan berasal dari luar Jakarta.
Pada Subsektor Perikanan, usaha budidaya ikan hias saat ini memang menjadi primadona
meskipun dengan memanfaatkan lahan yang sempit namun didukung tenaga ahli dan
manajemen yang baik. Usaha budidaya ikan hias ini cukup digemari dan banyak ditekuni oleh
sejumlah masyarakat Jakarta Selatan, sehingga usaha budidaya ikan hias mampu menempati
urutan pertama. Meskipun terdapat permasalahan ketersediaan pasar namun ternyata hal ini
justru menjadi daya tarik sendiri, karena harga tidak ditentukan dengan kwantitas namun lebih
banyak didasari pada kwalitas. Unggulan berikutnya adalah usaha budidaya ikan di kolam,
karena Jakarta Selatan tidak memiliki perairan laut sehingga usaha perikanan darat dilakukan di
kolam. Menurut data BPS Jakarta Selatan, tahun 2011 produksi ikan kolam di Jakarta Selatan
sebanyak 287,95 ton dengan nilai diperkirakan mencapai Rp3.907.725.000. Unggulan
berikutnya adalah usaha budidaya ikan di perairan umum, dengan memanfaatkan Waduk/Situ di
wilayah Jakarta Selatan sebagai areal budidaya. Adapun luasan areal perairan umum di Jakarta
Selatan adalah 298.200 m2.
Pada Sektor Perindustrian, usaha pengolahan makanan menjadi KPJU Unggulan Jakarta
Selatan. Usaha pengolahan makanan memiliki keunggulan penilaian dalam kriteria tenaga kerja
terampil, ketersediaan bahan baku, sarana produksi, manajemen usaha, penyerapan tenaga kerja,
dan kontribusi terhadap perekonomian wilayah, serta ketersediaan pasar yang luas. Sementara
itu, usaha konveksi pakaian berada di peringkat kedua, dalam kriteria tenaga kerja terlatih dan
penyerapan tenaga kerja yang besar. Kegiatan usaha industri konveksi di Jakarta Selatan
tersebar di Kecamatan Jagakarsa, Kebayoran Lama, Pancoran, Pasar Minggu, Setiabudi dan
Tebet. Peringkat berikutnya adalah pembuatan tahu/tempe. Kedua jenis usaha ini memiliki nilai
sangat tinggi untuk kriteria sosial budaya, namun biasanya rendah untuk kriteria manajemen
usaha, tenaga kerja terampil, sarana produksi, dan teknologi, serta seringkali dipengaruhi
melonjaknya harga bahan baku yang menyebabkan usaha tahu/tempe ini sering mengalami jatuh
bangun. Oleh karena itu usaha tersebut dinilai belum mampu menempati posisi teratas menurut
penilaian narasumber. Usaha kerajinan tangan, walaupun KPJU ini sudah dilakukan secara
usaha, masih dinilai sebagai usaha sampingan, meskipun sebenarnya usaha kerajinan tangan ini
mampu atau unggul dalam hal penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sedangkan urutan terakhir
adalah usaha meubel, yang dinilai unggul pada kriteria penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan
tenaga kerja terampil.
Pada Sektor Perdagangan, usaha restoran/rumah makan mampu menempati peringkat pertama,
karena dinilai unggul pada aspek pasar, tenaga kerja terampil, manejemen usaha dan ternyata
dianggap memiliki prospek yang baik. Urutan selanjutnya adalah usaha toko kelontong, yang
dinilai unggul karena memiliki nilai tertinggi untuk kriteria sosial budaya, ketersediaan pasar.
Pada peringkat keempat terdapat usaha perdagangan pakaian jadi. KPJU ini dinilai unggul
terutama dalam kriteria manajemen usaha dan tenaga kerja terampil. Sementara itu ketersediaan
bahan baku tidak mengalami kendala yag signifikan, karena Jakarta Selatan juga merupakan
daerah penghasil pakaian jadi.
Pada Sektor Pariwisata, usaha karaoke mampu menempati peringkat pertama KPJU unggulan
sektor ini, karena penilaian narasumber memiliki keunggulan pada modal, sarana usaha,
penguasaan teknologi, manajemen usaha, harga, dan sumbangan terhadap perekonomian
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
102 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
wilayah, walaupun dalam hal penyerapan tenaga kerja dan aspek sosial budaya dinilai kurang.
Sering terjadi pencitraan yang negatif pada jenis usaha ini, akan tetapi sejalan dengan waktu,
muncul industri-industri karaoke yang justru menawarkan jasa karaoke keluarga guna
menghapus citra yang miring. Seiring dengan makin sibuknya masyarakat di Jakarta Selatan
yang dikenal sebagai kota perdagangan dan kepadatan penduduknya, maka wajar ketika usaha
agen perjalanan wisata muncul sebagai urutan kedua, yang dinilai unggul dalam hal pasar
tentunya dan manejemen usaha, akan tetapi kecil dalam penyerapan tenaga kerja dibanding
dengan klub malam/kafe. Kafe sebagai unggulan berikutnya hampir sama dengan usaha
Karaoke, KPJU ini unggul dalam manajemen usaha, tenaga terampil, sumbangan terhadap
perekonomian wilayah. Kemudian usaha billiard dan kolam pemancingan, pada KPJU billiard,
tenaga kerja terampil lebih dibutuhkan dari pada usaha kolam pemancingan, akan tetapi pada
penyerapan tenaga kerja sangat sedikit. Dan pada usaha kolam pemancingan lebih unggul pada
sosial budaya.
Pada Sektor Angkutan, Angkutan perkotaan masih menjadi KPJU unggulan Jakarta Selatan.
Angkutan kota dinilai unggul terutama dalam kriteria ketersediaan pasar, seperti halnya jenis
angkutan bus kota, akan tetapi melihat jalur transportasi yang padat, justru sebagian masyarakat
yang dahulunya penumpang, kini memiliki motor sendiri. Kondisi ini sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penjualan motor. Namun demikian jenis usaha ini masih dianggap
primadona bagi sebagian masyarakat, karena dianggap murah tarifnya, sehingga usaha angkutan
bus kota masih dinilai unggul pada aspek pasar. Pada peringkat berikutnya terdapat usaha
angkutan khusus ekspedisi dan taksi. Dua KPJU ini memiliki keunggulan pada kriteria
manajemen usaha dan didukung oleh sumbangannya yang cukup berarti bagi perekonomian
wilayah. Peringkat kelima adalah usaha angkutan persewaan, yang dinilai unggul karena
ditunjang oleh manajemen usaha yang relatif baik.
Pada Sektor Jasa, usaha bengkel mobil menjadi KPJU unggulan di Jakarta Selatan. Bengkel
mobil memiliki keunggulan dalam kriteria manajemen usaha, teknologi dan sarana usaha.
Usaha ini juga ditunjang oleh tenaga kerja terlatih yang dalam penilaian responden relatif tinggi.
Diperkirakan KPJU ini masih mampu bertahan untuk beberapa tahun kedepan sejalan dengan
lajunya peningkatan perdagangan mobil di Jakarta Selatan. Peringkat berikutnya adalah kursus
bahasa asing, Jenis usaha ini unggul dalam kriteria sarana usaha dan ketersediaan pasar juga
menejemen usaha. Peringkat ketiga adalah kontrakan/kos-kosan, Kontrakan memiliki aspek
sosial budaya yang unggul namun sangat sedikit menyerap tenaga kerja dan kecil perannya
dalam menyumbang perekonomian wilayah. Pada urutan berikutnya adalah usaha bimbingan
belajar, yang seperti halnya usaha kursus bahasa asing dengan titik perbedaannya terletak pada
menejemen, akan tetapi tidak sedikit pula jenis usaha ini yang telah mengguakan menejemen
yang baik. Peringkat kelima diisi oleh salon kecantikan yang memiliki nilai lebih pada kriteria
manajemen usaha, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah, maka
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan
Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha
(Tabel 5.3.5) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
5.3.6).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan
urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.7. Pada
Tabel 5.3.7. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha
rumah makan, perdagangan di toko kelontong, usaha jasa bengkel mobil, perdagangan sembako
dan perdagangan pakaian jadi. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 103
sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel
5.3.7.
Tabel 5.3.7.
10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan
Rangking Sektor/Subsektor
Usaha KPJU
Skor
Terbobot
1 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 0,0496
2 Perdagangan Toko Kelontong 0,0489
3 Jasa Bengkel Mobil 0,0458
4 Perdagangan Sembako 0,0391
5 Perdagangan Pakaian Jadi 0,0373
6 Perindustrian Makanan 0,0368
7 Perdagangan Tanaman Hias/Anggrek 0,0355
8 Jasa Kursus Bahasa Asing 0,0307
9 Jasa Kontrakan/kos-kosan 0,0294
10 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0285
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah
usaha pengolahan makanan, perdagangan tanaman hias, jasa kursus bahasa asing, jasa
penyediaan kontrakan dan industri pakaian jadi. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU
unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor pedagangan
diikuti jasa dan perindustrian. Bila dilihat bahwa 5 KPJU tersebut, Kota Administrasi Jakarta
Selatan menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonominya bergerak pada sektor perdagangan
dan jasa. Hal ini sesuai dengan arah pengembangan sebagai hasil analisis yang menyebutkan
bahwa wilayah ini memiliki keunggulan pada sektor perdagangan dan jasa.
KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus
pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan
kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah
dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari
instansi pemerintah sektor terkait.
Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek
Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi
saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan
ditampilkan pada Tabel 5.3.8.
Tabel 5.3.8.
Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perdagangan Rumah Makan 4,58 4,58 Baik Tinggi 1
Perdagangan Toko kelontong 3,67 3,67 Baik Tinggi 1
Jasa Bengkel mobil 3,17 4,00 Baik Tinggi 1
Perdagangan Sembako 3,67 3,83 Baik Tinggi 1
Perdagangan Pakaian Jadi 4,42 4,08 Baik Tinggi 1
Perindustrian Industri Makanan 4,67 4,50 Baik Tinggi 1
Perdagangan Tanaman Hias 3,58 3,58 Baik Tinggi 1
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
104 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Jasa Kursus Bahasa Asing 3,83 3,67 Baik Tinggi 1
Jasa Kontrakan/Kos-kosan 3,33 3,83 Baik Tinggi 1
Perindustrian Pakaian Jadi 2,50 4,00 Cukup Tinggi 3
Gambar 5.3.2.
Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda, Prospek
pasar, Minat Investor, Dukungan dan Program Pembangunan Infrastruktur Usaha, Resiko
terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas
Sektor, 9 KPJU yang teridentifikasi dinilai memiliki prospek yang baik, dan hanya usaha
industri pakaian jadi yang mempunyai prospek tergolong Cukup karena pesatnya perkembangan
pelaku usaha konveksi yang berdampak semakin beratnya tingkat persaingan diantara pelaku
usaha industri konveksi.
Aspek Potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan
budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan
usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual
komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilai dari aspek Potensi ini
menunjukkan bahwa seluruh 10 KPJU litas sektoral yang teridentidikasi dinilai memiliki potensi
yang Tinggi.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 105
5.3.3. Kota Administrasi Jakarta Barat
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap
kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Barat. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor
usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan
per sektor usaha untuk tingkat Kota Administrasi Jakarta Barat. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota
Administrasi Jakarta Selatan yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.15).
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.9. Pada Tabel 5.3.9 dapat dilihat bahwa bobot atau
prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan
kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta Barat adalah sektor
pariwisata untuk seluruh tujuan penetapan KPJU unggulan, sehingga sektor usaha Pariwisata
menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat. Sektor usaha
lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Jasa, Angkutan, Perindustrian,
Perdagangan, Perikanan, Tanaman Pangan, dan Peternakan.
Tabel 5.3.9.
Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Administrasi Jakarta Barat
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Pariwisata 0,2295 0,2146 0,2650 0,2340 1
Jasa 0,2172 0,1966 0,1439 0,1880 2
Angkutan 0,1935 0,1586 0,1942 0,1801 3
Perindustrian 0,1465 0,1791 0,1964 0,1736 4
Perdagangan 0,0980 0,1213 0,0889 0,1044 5
Perikanan 0,0513 0,0577 0,0399 0,0505 6
Tanaman Pangan 0,0429 0,0460 0,0502 0,0462 7
Peternakan 0,0211 0,0261 0,0214 0,0231 8
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.10.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
106 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.3.10.
Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Administrasi Jakarta Barat
No. Sektor Subsektor
Usaha / KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Kangkung 0,2033 1 Burung Kicau 0,1634
2 Bayam 0,1828 2 Bebek 0,1031
3 Singkong 0,1420 3 Kambing 0,0848
4 Mangga 0,1377 4 Kerbau 0,0839
5 Tanaman hias 0,1271 5 Sapi Potong (Penggemukan) 0,0815
Perikanan Perindustrian
1 Budidaya Ikan di
Kolam (Ikan Nila) 0,2721 1 Makanan/Kue 0,2285
2 Budidaya Ikan Hias
(cupang/lohan) 0,2377 2 Konveksi (pakaian jadi) 0,1227
3 Budidaya Ikan di
Kolam (Ikan Lele) 0,1467 3 Tahu/Tempe 0,1220
4 Budidaya Ikan di
Kolam (Ikan Bawal) 0,1270 4 Bir pletok 0,1089
5 Budidaya Ikan di
Kolam (Ikan Mas) 0,1100 5 Bandeng Presto 0,1036
Perdagangan Pariwista
1 Toko Kelontong 0,2492 1 Wisata Sejarah 0,2037
2 Pakaian Jadi 0,1399 2 Wisata Belanja 0,1600
3 Restoran/Rumah
Makan 0,1268 3 Wisata Kuliner 0,1566
4 Pasar Bunga 0,0952 4 Seni Pertunjukan 0,1384
5 Hotel/penginapan 0,0852 5 Kedai Minuman 0,1095
Jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,1786 1 Angkutan Bus Kota 0,2030
2 Salon kecantikan 0,1137 2 Angkutan Perkotaan 0,2029
3 Perkantoran 0,1026 3 Angkutan Sewa 0,1367
4 Praktek Dokter 0,1011 4 Angkutan Barang Umum 0,0899
5 Bengkel Mobil 0,0991 5 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,0867
Pada Subsektor Tanaman pangan/Hortikultura, komoditi kangkung menjadi unggulan
rangking pertama di Jakarta Barat. Keunggulan ini didasarkan atas 11 kriteria seleksi. Walaupun
lahan pertanian merupakan barang langka di Jakarta Barat, apalagi di tengah gencarnya
pembangunan gedung bertingkat yang mengurangi daerah resapan air Ibukota. Di Jakarta Barat
terutama di daerah Puri Kembangan masih mampu dikembangkan pertanian dengan
memanfaatkan sisa lahan yang ada dengan penanaman kangkung. Menurut data BPS Jakarta
Barat, luas areal pertanian kangkung di Jakarta Barat masih menyisakan sekitar 266 ha, dengan
produksi 20.124 ton. Sedangkan pertanian Bayam seluas 255 ha dengan produksi 7.689 Ton.
Untuk tanaman mangga, Jakarta Barat mampu menghasilkan 11.794 kw mangga setiap
musimnya. karena sifat pertanian ini hanya memanfaatkan lahan yang ada, seperti tanah kosong
dan bantaran, akan tetapi secara nyata, kegiatan pertanian kangkung dan bayam di Jakarta Barat
setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pasar sekitar.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 107
Sementara itu, kegiatan usaha budidaya tanaman hias menempati peringkat kelima. Seiring
dengan berjalannya waktu, pemanfaatan daun potong semakin bervariasi, diantaranya digunakan
sebagai elemen dekorasi pada pesta pernikahan, seminar ataupun pesta ulang tahun. Bahkan
dalam perkembangannya, para ahli perangkai bunga/florist dalam pengembangan kreatifitasnya
ada kecenderungan untuk menggunakan daun potong sebagai elemen utama dalam rangkaian,
bunga potong justru sebagai elemen pendukung. Eforia ini lebih didorong dengan semakin
banyaknya jenis tanaman hias daun yang memiliki warna daun bervariasi kombinasi warnanya
(Aglonema), pisang-pisangan, mungil (Taiwan leaf), artistic (Rumohra, Monstera, Dracaena,
Cordylin). Bervariasinya pemanfaatan daun potong, maupun tanaman hias, mendorong
meningkatnya permintaan daun potong di pasaran. Seperti halnya tanaman Dracaena menurut
data BPS 2012, di Jakarta Barat masih mampu dikembangkan di lahan seluas 175 m2 dengan
kemampun produksi sekitar 573 tangkai. Dan tanaman pisang-pisangan masih dikembangkan di
lahan seluas 1.713 m2.
Pada Subsektor Peternakan, pada dasarnya peternakan di Jakarta Barat adalah peternakan
rakyat yang dikelola dalam kontek peternakan sampingan dengan memanfaatkan lahan yang
ada, sementara itu kebijakan instansi terkait, yaitu suku dinas peternakan hanya bertindak
sebagai pengawas, pembina agar tidak terjadi penyebaran penyakit hewan. Burung kicau
menempati posisi pertanian, peternakan yang berawal dari hobi ini ternyata mampu memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam hal penciptaan lapangan kerja da jenis usaha baru yaitu
perdagangan burung. Bebek terdapat pada peringkat kedua, meskipun memiliki jumlah produksi
yang besar. Sebagaimana ternak ayam, isu flu burung juga membuat ternak bebek menjadi
kurang strategis ke depan untuk dikembangkan di Jakarta, apalagi dengan diberlakukannya
peraturan daerah yang mengatur perunggasan di Jakarta.
Jenis ternak kambing menempati peringkat ketiga yang pada tahun 2012 luasan lahan ternak
kambing mencapai 4.324 m2 dengan jumlah populasi sebanyak 1.814 ekor. Permintaan dan
harga ternak kambing biasanya meningkat menjelang hari raya Iedul Adha. Sedangkan kerbau
menempati urutan keempat dengan luasan areal pembudidayaan 1.328 m2 dengan populasi 81
ekor. Peringkat terakhir adalah jenis ternak sapi potong, yang di Jakarta Barat memiliki luasan
areal peternakan, menurut BPS 2012, adalah seluas 8.048 m2 dengan populasi 503 ekor.
Subsektor Perikanan di Jakarta Barat didominasi oleh perikanan budidaya kolam yang
menghasilkan 4.214,70 ton dengan mencapai nilai produksi sebesar Rp48.276.174. Jumlah ini
merupakan jumlah produksi yang terbesar untuk kategori budidaya kolam di antara kota/
kabupaten lainnya di Jakarta. Pada Subsektor perikanan ini, jenis ikan hias menjadi komoditi
unggulan peringkat pertama. Selanjutnya menyusul berturut-turut budidaya ikan Nila, ikan Lele,
dan ikan Bawal Tidak diperoleh data luas areal budidaya perikanan darat di wilayah Jakarta
Barat.
Pada Sektor Perindustrian, usaha pembuatan makanan/kue menjadi usaha unggulan peringkat
pertama di Jakarta Barat. Hal ini dapat dipahami mengingat jenis usaha ini memiliki nilai yang
tinggi untuk kriteria manajemen usaha, tenaga kerja terlatih dan penyerapan tenaga kerja dinilai
memiliki masa depan yang baik bila ditunjang dengan penguasaan teknologi yang relatif baik.
Industri makanan/kue juga dinilai banyak menyerap tenaga kerja meskipun tidak sebanyak
konveksi pakaian jadi.
Sebagian besar usaha konveksi pakaian jadi merupakan usaha kecil menengah, dan memiliki
sarana produksi manufaktur yang telah mampu menghasilkan produksi masal. Namun demikian,
teknologi yang digunakan dalam pengembangannya masih bersifat konvensional. Sementara itu
usaha pembuatan tahu/tempe dinilai unggul dalam kriteria tenaga kerja terampil, sarana
produksi/usaha, penggunaan teknologi, dan manajemen usaha. Dengan keadaan seperti itu, maka
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
108 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
industri tahu/tempe memiliki penyebaran yang lebih luas di Jakarta Barat. Sementara itu,
produksi bir pletok dan pengolahan bandeng presto berada di peringkat keempat dan kelima. Bir
pletok dinilai memiliki nilai aspek budaya yang kuat sehingga KPJU ini selalu ada dan
dipertahankan keberadaannya. Bandeng presto mampu menyerap tenaga kerja terampil yang
memadai ditunjang dengan penguasaan teknologi yang relatif baik maka juga dinilai banyak
menyerap tenaga kerja meskipun tidak sebanyak usaha konveksi.
Pada Sektor Perdagangan, Toko kelontong menjadi KPJU unggulan Jakarta Barat.
Keunggulannya terutama terletak pada kriteria, ketersediaan pasokan, modal, sarana usaha,
harga, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah, walaupun sebenarnya rendah dalam
kriteria manajemen usaha. Peringkat kedua ditempati oleh perdagangan pakaian jadi yang dinilai
unggul dalam kriteria tenaga kerja terampil sebagai kepanjangan tangan dari industri konveksi
itu sendiri. Dalam hal ini tidak ada masalah dengan ketersediaan bahan baku, mengingat
banyaknya pasokan barang yang bermutu. Urutan berikutnya adalah usaha restoran, yang dinilai
unggul dalam hal kontribusi terhadap perekonomian wilayah.
Pada Sektor Pariwisata, wisata sejarah menempati peringkat pertama, dimana KPJU ini unggul
dalam kriteria kemudahan memperoleh sarana usaha, sekaligus sebagai ajang promosi daerah.
Peringkat berikutnya adalah wisata belanja yang dinilai memiliki keunggulan utama adalah pada
kriteria kontribusi terhadap perekonomian wilayah yang dinilai sangat signifikan bagi Jakarta
Barat. Di samping itu, wisata belanja memiliki nilai tinggi untuk kriteria tenaga kerja terampil,
manajemen usaha, dan sarana usaha. Hal ini juga terjadi pada wisata kuliner yang menempati
peringkat ketiga, sedangkan seni pertunjukan dan wisata kedai minum, juga memberikan
kontribusi terhadap perekonomian wilayah yang dinilai cukup signifikan bagi Jakarta Barat.
Disamping itu, KPJU tersebut dinilai memiliki kriteria tenaga kerja terampil yang tinggi.
Pada Sektor Angkutan, Peringkat pertama ditempati angkutan umum kota. Meskipun dinilai
tinggi pada kriteria ketersediaan pasar dan penyerapan tenaga kerja, namun usaha angkutan
umum bus kota dinilai rendah untuk kriteria manajemen usaha. Namun demikian narasumber
menilai bahwa angkutan umum bus kota masih tetap menjadi kebutuhan dan masih menjadi
pilihan utama warga ibu kota. Pada peringkat kedua, terdapat jenis usaha angkutan perkotaan.
Persewaan mobil dinilai oleh narasumber memiliki manajemen usaha yang telah baik, sarana
usaha yang memadai, dengan harga yang lebih kompetitif. Persewaan mobil angkutan barang
dan angkutan khusus ekspedisi berada di peringkat keempat dan kelima, dengan penilaian tinggi
pada kriteria tenaga kerja terampil, manajemen usaha, dan ketersediaan pasar.
Pada Sektor Jasa-jasa, jenis usaha bengkel motor menempati urutan pertama, hal ini cenderung
melihat peluang yang terjadi ketika ledakan jumlah kepemilikan motor, maka narasumber
menilai jasa usaha perbengkelan adalah salah satu KPJU yang mempunyai masa depan yang
baik. Kemudian salon kecantikan menempati peringkat kedua, karena dinilai unggul dalam
kriteria tenaga kerja terampil, ketersediaan pasar, harga, penyerapan tenaga kerja, sosial budaya,
teknologi, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah. Keterampilan SDM menjadi kunci
sukses dalam mengembangkan jenis usaha ini. Pada peringkat selanjutnya, terdapat jasa
perkantoran dengan keunggulan dalam kemampuan manajerial, sebagai dampak pengembangan
Jakarta Barat sebagai kota jasa dan perdagangan, sehingga mampu memberikan kontribusi yang
nyata bagi perekonomian wilayah. Peringkat berikutnya adalah usaha jasa praktek dokter, yang
dalam hal penguasaan teknologi, menejerial, modal dikuasai sehingga usaha jasa praktek dokter
menempati peringkat keempat. Sedangkan usaha bengkel mobil pada peringkat terakhir dinilai
unggul dalam hal tenaga terampil dan menejemen usaha yang baik.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 109
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan
Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha
(Tabel 5.3.9) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
5.3.10).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan
urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.11. Pada
Tabel 5.3.11. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha
industri makanan/kue, jasa reparasi kendaraan bermotr (motor), wisata sejarah/budaya, wisata
belanja dan wisata kuliner. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas
sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel
5.3.7.
Tabel 5.3.11.
10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat
Rangking Sektor/Subsektor
Usaha KPJU
Skor
Terbobot
1 Perindustrian Makanan/Kue 0,0578
2 Jasa Bengkel Motor 0,0564
3 Pariwisata Wisata Sejarah 0,0496
4 Pariwisata Wisata Belanja 0,0390
5 Pariwisata Wisata Kuliner 0,0382
6 Perdagangan Toko Kelontong 0,0374
7 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0373
8 Jasa Salon kecantikan 0,0359
9 Angkutan Angkutan Bus Kota 0,0356
10 Angkutan Angkutan Perkotaan 0,0356
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah
usaha perdagangan melalui toko kelontong, industri pakaian jadi, jasa salon kecantikan, serta
angkutan bus kota dan angkutan perkotaan (mikrolet). Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10
KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya, 3 komoditi merupakan sektor
pariwisata, diikuti jasa, angkutan dan perindustrian (masing-masing 2 KPJU) serta sektor
perdagangan (1 KPJU). Bila dilihat bahwa 5 KPJU tersebut, Jakarta Barat memiliki potensi
wisata yang cukup banyak dan layak untuk mendapatkan perhatian dari setiap stakeholder dan
masyarakat secara luas, yang didukung dengan keunggulan sektor perindustrian dan jasa.
KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus
pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan
kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah
dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari
instansi pemerintah sektor terkait.
Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek
Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi
saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan
ditampilkan pada Tabel 5.3.12.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
110 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.3.12.
Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perindustrian Makanan/Kue 3,83 3,67 Baik Tinggi 1
Jasa Bengkel Motor 3,17 3,33 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Sejarah 3,50 3,67 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Belanja 3,67 3,33 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Kuliner 4,50 4,33 Baik Tinggi 1
Perdagangan Toko Kelontong 2,67 3,67 Cukup Tinggi 3
Perindustrian Pakaian Jadi 3,50 2,67 Baik Sedang 2
Jasa Salon kecantikan 3,17 2,50 Baik Sedang 2
Angkutan Angkutan Bus Kota 3,00 2,17 Cukup Sedang 4
Angkutan Angkutan Perkotaan 3,17 2,50 Baik Sedang 2
Gambar 5.3.3.
Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat
Penilaian aspek prospek usaha yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan pemda,
Prospek pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha,
Resiko terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan
Lintas Sektor di Kota Adminisrasi Jakarta Barat, 2 sektor KPJU yaitu usaha toko kelontong dan
usaha jasa angkutan bus kota mempunyai prospek yang dinilai Cukup, sedangkan usaha yang
lain mendapatkan penilaian Tinggi untuk prospek kedepannya.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 111
Aspek Potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan
budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan
usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual
komoditas/produk, dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilaian dari aspek Potensi ini
menunjukkan bahwa 6 kegiatan usaha dinilai memiliki potensi Tinggi dan 4 usaha lainnya masih
dinilai berpotensi Sedang.
5.3.4. Kota Administrasi Jakarta Utara
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap
kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor
usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan
per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota
Administrasi Jakarta Utara yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.16).
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.13. Pada Tabel 5.3.13 dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta
Utara, sektor perdagangan untuk tujuan pertumbuhan ekonomi, sektor perindustrian untuk
tujuan penciptaan lapangan kerja, dan sektor perikanan untuk tujuan peningkatan daya saing
produk/daerah. Namun secara agregasi dengan mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-
masing tujuan yang ditetapkan, maka Sektor Perdagangan menjadi merupakan prioritas
pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat
kepentingannya berturut-turut adalah Perikanan, Perindustrian, Jasa, Pariwisata, Angkutan,
Peternakan, dan Tanaman Pangan.
Tabel 5.3.13.
Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Administrasi Jakarta Utara
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Perdagangan 0,2370 0,1423 0,2025 0,1901 1
Perikanan 0,1719 0,1108 0,2768 0,1783 2
Perindustrian 0,1243 0,3004 0,0728 0,1781 3
Jasa 0,1863 0,0982 0,2677 0,1755 4
Pariwisata 0,1252 0,1886 0,0909 0,1400 5
Angkutan 0,0816 0,0577 0,0258 0,0562 6
Peternakan 0,0463 0,0471 0,0444 0,0461 7
Tanaman Pangan 0,0274 0,0549 0,0191 0,0357 8
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.14.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
112 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.3.14.
Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Administrasi Jakarta Utara
No. Sektor Subsektor
Usaha / KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot
Padi dan Palawija Buah-buahan
1 Sawi 0,4486 1 Pepaya 0,1810
2 Bayam 0,3145 2 Mangga 0,1624
3 Kangkung 0,2369 3 Jambu Biji 0,1506
4 - - 4 Jambu Air 0,1394
5 - - 5 Belimbing 0,1217
Perikanan Perindustrian
1 Penangkapan Ikan di
Laut 0,3487 1 Pakaian Jadi (Konveksi) 0,1806
2 Budidaya Ikan
Bandeng (Payau) 0,3347 2 Tahu/Tempe 0,1375
3 Budidaya Udang Galah 0,1272 3 Telor asin 0,1198
4 Budidaya Ikan Hias 0,1184 4 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1085
5 Budidaya Ikan di
Kolam 0,0711 5 Keset 0,0923
Perdagangan Pariwista
1 Pakaian Jadi 0,1446 1 Wisata Pantai/Bahari 0,2380
2 Restoran/Rumah
Makan 0,1357 2 Wisata Sejarah 0,2232
3 Pedagang Eceran/PKL 0,1327 3 Seni Pertunjukan 0,1291
4 Hasil Pengolahan
Perikanan 0,1222 4 Ruman Minum/Kafe 0,1239
5 Showroom Kendaraan
Bermotor 0,1213
5 Taman Rekreasi/Taman
Wisata 0,1147
Jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,1358 1 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,3794
2 Bimbingan Belajar 0,1263 2 Angkutan Penumpang
(AKDP/AKAP) 0,2019
3 Poliklinik/BP 0,1203 3 Angkutan Bus Kota 0,1164
4 Salon 0,1170 4 Angkutan Barang Umum 0,0845
5 Bengkel Mobil 0,1087 5 Angkutan Perkotaan 0,0808
Pada Subsektor Sayuran, komoditi sawi, bayam dan kangkung dinilai masih menjadi komoditi
unggulan Jakarta Utara. Produksi sawi pada tahun 2011 mencapai 4.880 ton, dan bayam 3.139
ton. Diantara jenis sayuran tersebut, ternyata komoditi kangkung memiliki luas panen terbesar di
Jakarta Utara yakni 318 ha, dan menurut BPS Jakarta Utara bahwa pada tahun 2011 Jakarta
Utara mampu menghasilkan 37.200 ton kangkung per tahun. KPJU sektor sayuran ini rata-rata
unggul pada penyerapan tenaga kerja, akan tetapi pada komoditi sawi dinilai lebih unggul pada
aspek pasar dibanding komoditi bayam.
Pada Subsektor Buah-buahan, populasi pohon pepaya di Jakarta Utara mencapai 4.154 pohon
yang menurut data BPS tahun 2012 mampu berproduksi sebanyak 12 kuintal, menempatkan
usaha budidaya pepaya pada peringkat pertama. Kegiatan usaha ini dianggap unggul pada aspek
pasar dan penyerapan tenaga kerja. Walau sebenarnya usaha pada sektor buah-buahan di Jakarta
utara ini tidak mampu lagi dibudidayakan secara luas, karena keterbatasan lahan pertanian.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 113
Peringkat berikutnya adalah komoditi mangga yang di Jakarta Utara masih mampu
menghasilkan sebanyak 3.513 kuintal, meskipun hanya sebagai tanaman pengisi pekarangan
yang hampir terdapat di beberapa kecamatan di Jakarta Utara. Kegiatan budidaya ini selain
unggul pada aspek pasar, juga unggul pada sarana usaha. Pada urutan ketiga dan keempat adalah
komoditi jambu biji dan jambu air. Populasi tanaman jambu biji di Jakarta utara sebanyak 1.943
pohon. Jambu biji maupun jambu air dinilai memiliki keunggulan dalam kriteria penyerapan
tenaga kerja. Sedangkan peringkat terakhir adalah komoditi belimbing dengan populasi
sebanyak 309 pohon dan produksi mencapai 1.059 kuintal. Komoditi belimbing dinilai juga
unggul dalam penyerapan tenaga kerja maupun ketersediaan tenaga terlatih.
Pada Subsektor Perikanan, Jakarta Utara sebagai wilayah yang memiliki pesisir tentunya tidak
mengherankan jika usaha penangkapan ikan di laut menjadi usaha unggulan. Penangkapan ikan
laut menjadi salah satu kekhasan masyarakat Jakarta Utara. Jenis usaha ini dinilai memiliki
keunggulan dari kriteria penyerapan tenaga kerja, manajemen usaha, dan tenaga kerja terlatih.
Produksi ikan tangkap tahun 2011 menurut data BPS mencapai 178.623,90 ton. Ikan bandeng
merupakan komoditi perikanan yang menempati peringkat kedua. Kegiatan budidaya ikan
bandeng merupakan bagian dari usaha tambak yang banyak dikembangkan di Jakarta Utara
dengan produksi mencapai 1.794,7 ton. Selain kriteria pasar, usaha budidaya ikan bandeng juga
unggul pada kriteria sumbangan terhadap perekonomian. Sedangkan usaha budidaya ikan hias
menempati peringkat ketiga karena memenuhi kriteria ketersediaan pasar, manajemen usaha,
dan harga yang relatif baik, dan usaha budidaya ini difaktori dengan unsur hobi. Adapun ikan di
kolam banyak dibudidayakan pada kolam air tawar. Pada tahun 2011 Jakarta Utara masih
mampu memproduksi sebanyak 243,05 ton, dan usaha budidaya di kolam dinilai unggul pada
penyerapan tenaga kerja, sedangkan usaha budidaya udang galah yang menempati posisi
terakhir dinilai unggul pada aspek penyerapan tenaga kerja, dan manajemen usaha.
Pada Sektor Perindustrian, konveksi pakaian jadi menjadi KPJU unggulan Jakarta Utara.
Konveksi pakaian jadi dinilai memiliki keunggulan dari kriteria penyerapan tenaga kerja,
manajemen usaha, dan tenaga kerja terlatih. Pusat Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keberadaan dan potensi usaha konveksi
karena hampir sebagian besar pelaku usaha di PIK Pulo Gadung adalah industri konveksi
pakaian. Sementara itu, usaha tahu/tempe berada di peringkat kedua dengan keunggulan pada
kriteria manajemen usaha dan tenaga kerja terlatih yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja
sedikit dibawah usaha pakaian jadi. Adapun usaha pembuatan telor asin menempati peringkat
ketiga, dengan nilai yang tinggi untuk kriteria sosial budaya dan penyerapan tenaga kerja. Dan
peringkat terakhir yang terakhir adalah usaha pembuatan keset, KPJU ini unggul pada kriteria
penyerapan tenaga kerja, walau sedikit lemah pada kriteria pasar.
Pada Sektor Perdagangan, usaha perdagangan pakaian jadi menjadi usaha unggulan Jakarta
Utara sebagai usaha lanjutan dari unggulan sektor perindustrian, sehingga perdagangan pakaian
dinilai oleh narasumber sebagai usaha unggulan khususnya pada kriteria kemudahan
mendapatkan sarana bahan baku dan ketersediaan pasar yang luas meskipun belum ditunjang
manajemen usaha yang baik. Pada urutan kedua adalah restoran/rumah makan dengan
keunggulan pada kriteria tenaga kerja terampil, sarana usaha, dan manajemen usaha. Disamping
itu, KPJU ini juga dinilai mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menyumbang
perekonomian wilayah. Pedagang eceran/PKL sendiri berada pada peringkat ketiga dengan
kriteria hampir sama pada usaha restoran, akan tetapi memiliki nilai lebih lemah dalam kriteria
tenaga kerja terlatih, sarana usaha, teknologi, dan manajemen usaha. Peringkat selanjutnya
adalah usaha pengolahan hasil perikanan dan showroom kendaraan bermotor yang selama ini
juga didukung dengan manajemen usaha dan sarana usaha yang relatif baik.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
114 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Pada Sektor Pariwisata, kegiatan wisata bahari tentunya menjadi unggulan yang pertama,
diikuti wisata sejarah dan seni pertunjukan (budaya). Ketiga KPJU ini sangat berhubungan erat
dengan destinasi jalur wisata Jakarta utara, selain itu wilayah Jakarta Utara yang berbatasan
dengan pantai membuat kegiatan wisata bahari menjadi unggulan dan andalan daerah, seperti
kawasan wisata Ancol, Taman Suaka Margasatwa Muara Angke, Sentra Perikanan Muara
Angke, Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, hingga Museum Bahari dan Menara Syahbandar.
Seperti halnya pada wisata sejarah di daerah pesisir Kecamatan Penjaringan yang merupakan
salah satu kawasan bersejarah Jakarta, serta merupakan daerah pelabuhan penting, digunakan
sebagai pelabuhan utama Kerajaan Pakuan Pajajaran dan Batavia. Daerah ini telah menjadi
lokasi peperangan antara kerajaan lokal, Kekaisaran Portugis dan Hindia Belanda. Sekitar abad
ke-16, daerah Muara Angke (daerah pantai Penjaringan, hanya untuk sebelah barat Batavia
lama) dianggap area strategis dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak untuk merebut
pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis. Peringkat berikutnya ditempati usaha rumah
minum/kafe. Meskipun usaha rumah minum/kafe dinilai unggul dalam kriteria modal dan
teknologi namun dinilai masih rendah untuk kriteria sosial budaya, sementara kriteria
ketersediaan pasar dianggap cukup dibanding KPJU pariwisata lainnya. Pada peringkat terakhir
adalah kegiatan taman rekreasi/taman wisata yang dinilai unggul pada kriteria penyerapan
tenaga kerja.
Pada Sektor Angkutan, Jakarta Utara sebagai kota perdagangan dan kota bahari memiliki
terdapat beberapa pelabuhan dan superblok perdagangan seperti di Kelapa Gading yang
memiliki akses jalan yang cukup banyak untuk menuju seluruh wilayah di penjuru kota. Di
sebelah barat kawasan ini, terdapat jaringan jalan tol dalam kota yang menghubungkan seluruh
wilayah kota dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Untuk melayani penduduk yang
menggunakan sarana transportasi umum, di bagian selatan terdapat terminal Pulo Gadung yang
melayani ke seluruh jurusan dalam dan luar kota. Selain itu jaringan bis Trans Jakarta jurusan
Pulo Gadung - Harmoni, juga melintasi sebelah selatan kawasan ini. Ada juga angkutan umum
berupa angkot dan mikrolet. Maka wajar ketika usaha jasa angkutan ekspedisi sangat
dibutuhkan dan menjadi KPJU peringkat pertama, diikuti angkutan penumpang (AKDP/AKAP),
bus kota, angkutan barang umum, dan angkutan kota, sebagai sarana transportasi yang sangat
dibutuhkan di Jakarta Utara. Usaha jasa angkutan khusus ekspedisi unggul pada kriteria pasar
dan manajemen usaha seperti halnya pada angkutan barang umum, sedangkan angkutan
penumpang (AKDP/AKAP) dan bus kota dinilai unggul pada kriteria penyerapan tenaga kerja.
Pada Sektor Jasa, usaha jasa bengkel motor ternyata menjadi usaha unggulan di Jakarta Utara,
meskipun terkadang tidak terlihat menonjol akan tetapi kenyataan bahwa ketersediaan pasarnya
cukup tinggi, memiliki keunggulan dalam kriteria tenaga kerja terlatih, sarana usaha, teknologi,
manajemen usaha, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah di atas usaha jasa yang
lainnya. Sedangkan untuk kriteria ketersediaan pasar, usaha bengkel motor di Jakarta Utara
dinilai lebih tinggi dibanding usaha jasa bimbingan belajar yang dinilai unggul dalam
penyerapan tenaga kerja dengan memiliki kepastian pasar. Dalam perkembangannya selama ini,
usaha pengobatan umum melalui poliklinik/Balai Pengobatan (BP) dinilai keunggulan pada
kriteria tenaga kerja terlatih, seperti halnya pada usaha salon. Sedangkan peringkat terakhir
adalah usaha bengkel mobil yang mampu menyerap relatif banyak tenaga kerja dibanding
dengan usaha poliklinik/BP maupun salon.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka
dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan
Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha
(Tabel 5.3.13) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
5.3.14).
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 115
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan
urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.15. Pada
Tabel 5.3.15. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah
perindustrian pakaian jadi dan tahu/tempe, perdagangan pakaian jadi, usaha penangkapan ikan di
laut, dan budidaya ikan bandeng di air payau. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat
pada Tabel 5.3.15.
Tabel 5.3.15.
10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara
Rangking Sektor/Subsektor
Usaha KPJU
Skor
Terbobot
1 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0504
2 Perindustrian Tahu/Tempe 0,0384
3 Perdagangan Pakaian Jadi 0,0377
4 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,0373
5 Perikanan Budidaya Ikan Bandeng (Payau) 0,0358
6 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 0,0354
7 Perdagangan Pedagang Eceran/PKL 0,0346
8 Perindustrian Telor asin 0,0334
9 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,0322
10 Perdagangan Hasil Pengolahan Perikanan 0,0319
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah
restoran/rumah makan, kemudian pedagang eceran, usaha pengolahan telor asin, wisata
pantai/bahari, dan perdagangan hasil pengolahan perikanan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari
10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor
pedagangan diikuti perindustrian (3 KPJU), perikanan dan pariwisata. Bila dilihat bahwa 5
KPJU tersebut, meskipun wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki potensi perikanan
laut yang sangat potensial dan menempati peringkat pertama analisis KPJU lintas sektor, namun
sebagai bagian dari wilayah megapolitan DKI Jakarta maka sektor perdagangan masih tetap
menjadi primadona masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya.
KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus
pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan
kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah
dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari
instansi pemerintah sektor terkait.
Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek
Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi
saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan
ditampilkan pada Tabel 5.3.16.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
116 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.3.16.
Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perindustrian Pakaian Jadi 3,67 4,33 Baik Tinggi 1
Perindustrian Tahu/Tempe 4,33 4,00 Baik Tinggi 1
Perdagangan Pakaian Jadi 4,33 4,33 Baik Tinggi 1
Perikanan Penangkapan Ikan di
Laut 4,67 4,67 Baik Tinggi 1
Perikanan Budidaya Ikan Bandeng 4,67 4,67 Baik Tinggi 1
Perdagangan Rumah Makan 4,60 5,00 Baik Tinggi 1
Perdagangan Pedagang Eceran/PKL 5,00 5,00 Baik Tinggi 1
Perindustrian Telor asin 3,33 3,67 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 4,67 5,00 Baik Tinggi 1
Perdagangan Hasil Pengolahan
Perikanan 5,00 4,83 Baik Tinggi 1
Gambar 5.3.4.
Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan pemda, Prospek
pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastrukutur usaha, Resiko
terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas
Sektor, seluruh KPJU dinilai oleh narasumber dan pemangku kepentingan di wilayah Jakarta
Utara memiliki prospek Baik.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 117
Aspek potensi mencakup faktor jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan
budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan
usaha, Ketersediaan sumberdaya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual komoditas/produk
dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilai dari aspek Potensi ini menunjukkan bahwa
10 KPJU unggulan Jakarta Utara yang teridentifikasi memiliki potesi yang Tinggi.
5.3.5. Kota Administrasi Jakarta Pusat
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap
kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Pusat. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor
usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan
per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Pusat. Hasil proses agregasi dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota
Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.17).
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.17. Pada Tabel 5.3.17 dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta
Pusat, sektor perdagangan untuk tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan peningkatan daya
saing produk/daerah, serta sektor perindustrian untuk tujuan penciptaan lapangan kerja. Namun
secara agregasi dengan mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-masing tujuan yang
dtetapkan, maka Sektor Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota
Administrasi Jakarta Pusat. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut
adalah Perindustrian, Pariwisata, Jasa, Angkutan, Peternakan, Perikanan, dan Tanaman Pangan.
Tabel 5.3.17.
Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Administrasi Jakarta Pusat
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Perdagangan 0,2568 0,2432 0,2531 0,2504 1
Perindustrian 0,1374 0,2449 0,1474 0,1822 2
Pariwisata 0,1324 0,1929 0,1837 0,1708 3
Jasa 0,2112 0,1074 0,1507 0,1533 4
Angkutan 0,1401 0,0825 0,0894 0,1030 5
Peternakan 0,0478 0,0525 0,0622 0,0538 6
Perikanan 0,0454 0,0341 0,0546 0,0436 7
Tanaman Pangan 0,0289 0,0426 0,0590 0,0429 8
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.18.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
118 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.3.18.
Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Administrasi Jakarta Pusat
No. Sektor Subsektor
Usaha / KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot
Pertanian Perindustrian
1 Tanaman hias 0,2306 1 Makanan dan Minuman 0,2238
2 Tanaman obat 0,1409 2 Kreatif/Rumah Produksi 0,1328
3 Jambu Biji 0,1331 3 Tahu/Tempe 0,1250
4 Rambutan 0,1142 4 Pakaian Jadi (Konveksi) 0,1056
5 Jambu Air 0,0961 5 Daur Ulang/kain Perca 0,0965
Perdagangan Pariwista
1 Suku Cadang dan
Aksesoris Kendaraan 0,2560 1 Wisata Belanja 0,2002
2 Hotel Non Bintang 0,1647 2 Wisata Kuliner 0,1803
3 Kue dan Makanan 0,1418 3 Kedai Minuman 0,1601
4 Rumah Makan 0,1245 4 Kelab Malam/Diskotik 0,1171
5 Pakaian Jadi 0,0919 5 Wisata Sejarah 0,1160
Jasa Angkutan
1 Bengkel Motor 0,2307 1 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,1676
2 Salon kecantikan 0,1914 2 Angkutan Sewa 0,1407
3 Warnet 0,1527 3 Angkutan Bus Kota 0,1302
4 Kursus Kecantikan 0,1162 4 Angkutan Perkotaan 0,1094
5 Catering 0,0917 5 Ojek Motor 0,1057
Pada Sektor Pertanian, kegiatan usaha budidaya tanaman hias dinilai menjadi KPJU unggulan
peringkat pertama di Jakarta Pusat, dengan keunggulan khususnya pada kriteria tenaga terampil
dan pemasaran produknya. Ditengah kepadatan kota Jakarta, usaha budidaya tanaman hias
ternyata juga mendukung program kota ramah lingkungan (green city) dan bangunan ramah
lingkungan (green building) sehingga tidak sekadar memberi dampak positif terhadap
lingkungan, tetapi juga membuka berbagai macam peluang bisnis. Peluang bisnis itu mulai dari
penjualan tanaman florikultura, yang dapat menjadi pengungkit usaha pembenihan, pembibitan,
pembudidaya, atau jasa penataan taman. BPS Jakarta Pusat tahun 2011 tidak mencantumkan
data luasan dan jenis tanaman hias yang pasti di Jakarta Pusat, akan tetapi kenyataannya ragam
dan jenis tanaman hias di Jakarta Pusat sangatlah banyak, khususnya jenis Anthurium dan
Dracaena.
Pada peringkat kedua adalah budidaya tanaman obat, yang saat ini menjadi trend pasar dengan
berkembangnya obat-obatan herbal, sehingga kegiatan budidaya tanaman obat dinilai oleh
narasumber memiliki prospek kedepan. Menurut data BPS tahun 2011, Jakarta Pusat, walaupun
tidak memiliki luasan yang signifikan dan bukan merupakan daerah pertanian, jenis tanaman
temulawak (wild ginger) ternyata yang lebih banyak dijumpat daripada jenis tanaman obat
lainnya, dengan luas tanam yang hanya 270 m2 mampu menyumbang produksi dengan kapasitas
panen 83 kg. Peringkat ketiga hingga kelima adalah komoditi buah-buahan, yaitu jambu biji,
rambutan dan jambu air. Ketiga jenis buah-buahan tersebut tidak pernah diusahakan sebagai
suatu bentuk usaha namun lebih difungsikan untuk memanfaatan lahan pekarangan dan sebagai
pohon peneduh. Namun demikian, menurut data BPS Jakarta Pusat pada tahun 2011 tercatat
sebanyak 210 pohon jambu biji, dan oleh narasumber dinilai memiliki sedikit
keunggulan/manfaat dibandingkan komoditi buah yang lainnya sehingga dapat menempati
peringkat ketiga.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 119
Pada Sektor Perindustrian, usaha industri makanan dan minuman menempati posisi teratas.
Pertumbuhan usaha industri makanan dan minuman di Jakarta Pusat sangatlah cepat, seiring
dengan perbaikan ekonomi wilayah serta terjadinya pertumbuhan segmen pendapatan kelas
menengah. Karakteristik kalangan menengah ini cukup unik, karena mereka rela mengeluarkan
uang lebih banyak untuk mendapatkan menu dan kualitas produk makanan/minuman yang baik,
bahkan sebagian masyarakat menghabiskan hampir sepertiga dari pengeluaran terbesar untuk
konsumsi pribadi berupa makanan dan minuman. Kondisi tersebut yang antara lain memberikan
penilaian tinggi dari narasumber pada jenis usaha ini karena melihat prospek kedepan, dan
mampu memberikan kontribusi perekonomian wilayah, serta perekrutan tenaga kerja yang
cukup tinggi. Peringkat kedua adalah usaha industri kretif/rumah produksi, yang dinilai unggul
dalam aspek modal, pasar, dan teknologi. Sementara itu, pembuatan tahu/tempe berada di
peringkat ketiga, yang didukung oleh kriteria tenaga kerja terlatih, manajemen usaha, sarana
produksi, dan teknologi. Akan tetapi terkadang terkendala dengan harga bahan baku yang sering
tidak stabil.
Peringkat keempat adalah usaha industri pakaian jadi/konveksi. Jenis industri ini mampu
menyerap tenaga kerja lebih banyak sehingga akan menyumbang lebih besar terhadap
perekonomian wilayah, jika dibandingkan dengan usaha industri tahu/tempe yang menempati
peringkat keempat karena dinilai memeiliki kelemahan dalam kriteria tenaga kerja terampil.
Daur ulang menjadi jenis usaha sektor perindustrian pada peringkat kelima yang dinilai
memiliki keunggulan kriteria modal, sarana produksi, dan sosial budaya, sekaligus membantu
mengurangi limbah dan menjadikan nilai tambah atas limbah tersebut.
Pada Sektor Perdagangan, usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor
mampu menempati urutan pertama. Di era perdagangan bebas dan nilai-nilai individu mulai
ditonjolkan, membuka peluang usaha melalui perdagangan mobil dan motor terbuka lebar
sejajar dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan kendaraan bermotor di DKI
Jakarta yang pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 10-12% memberikan dampak terbukanya
peluang usaha perdagangan suku cadang serta aksesoris untuk mobil dan motor. Dengan
pertimbangan tersebut, maka jenis usaha ini dinilai menjadi unggulan Jakarta Pusat, yang
didukung pada kriteria memiliki keunggulan dalam kriteria tenaga kerja terampil, teknologi,
manajemen usaha, ketersediaan pasar, serta sumbangan terhadap perekonomian wilayah.
Hotel non bintang menjadi kegiatan usaha perdagangan yang berada pada peringkat kedua di
Jakarta Pusat, dan dinilai wajar ketika narasumber juga memberikan penilaian seperti itu.
Ditengah kesibukan Jakarta Pusat sebagai pusat bisnis, perdagangan dan jasa, tentunya
keberadaan hotel merupakan suatu kebutuhan bagi pelaku bisnis dari luar kota untuk menginap,
sehingga dinilai mempunyai prospek dalam kegiatan usaha beberapa tahun ke depan, dan usaha
ini juga dinilai unggul dalam manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, menyerap tenaga
kerja, dan menyumbang perekonomian wilayah. Perlu ditekankan bahwa usaha jasa perhotelan
dalam kajian ini adalah yang termasuk dalam kriteria usaha kecil dan menengah (UKM) sesuai
undang-undang tentang UMKM. Selanjutnya usaha perdagangan kue dan makanan menempati
peringkat ketiga, yang dinilai unggul pada kriteria manajemen usaha, dan kebutuhan
permodalan. Peringkat keempat adalah usaha rumah makan yang dinilai relatif tinggi untuk
kriteria tenaga kerja terlatih, sarana usaha, modal, manajemen usaha, dan penyerapan tenaga
kerja. Peringkat kelima adalah usaha perdagangan pakaian jadi/konveksi, yang dinilai mampu
menyerap tenaga kerja meskipun dinilai memiliki kelemahan dalam kriteria sarana memperoleh
bahan baku, khususnya bila dibandingkan dengan usaha rumah makan.
Pada Sektor Pariwisata, kegiatan wisata belanja menjadi prioritas pertama untuk pengembangan
sektor pariwisata, diikuti wisata kuliner, kedai minuman, dan kelab malam. Sebagai pusat
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
120 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
pemerintahan dan pusat perekonomian daerah maupun nasional menjadi Jakarta Pusat dibanjiri
oleh pusat perbelanjaan dan outlet-outlet yang memberikan godaan kepada masyarakat
menikmati dan membelanjakan uangnya. Tidak terkecuali juga dengan jenis makanan dan
jajanan yang ditawarkan maupun hingar-bingar kehidupan malam kota Jakarta. Dari kelima
KPJU ini bila dilihat dari beberapa kriteria manajemen usaha, dan sumbangan terhadap
perekonomian wilayah tidak akan jauh berbeda, yang membedakan agak mencolok adalah pasar
dan jumlah tenaga kerja. Pada KPJU kelab malam, aspek sosial budaya mendapatkan penilaian
paling rendah.
Pada Sektor Angkutan, berturut-turut jenis usaha jasa angkutan dianggap unggul di Jakarta
Pusat adalah angkutan khusus ekspedisi, angkutan sewa (termasuk taksi, bajaj, dan kancil),
angkutan bus kota, angkutan perkotaan (mikrolet, KWK, dan sejenisnya), dan ojek motor.
angkutan khusus ekspedisi dan angkutan sewa dinilai unggul untuk kriteria manajemen usaha,
sarana usaha, teknologi. Sedangkan angkutan bus kota dan angkutan perkotaan lemah dalam
menejemen dibanding dengan angkutan sewa, akan tetapi besar dalam sumbangan terhadap
ekonomi. Selain angkutan khusus ekspedisi dan angkutan sewa yang memiliki pasar relatif
berkembang, jenis usaha jasa angkutan bus kota dan angkutan perkotaan di wilayah Jakarta
Pusat cenderung semakin tergeser dengan munculnya bus Trans Jakarta dengan penambahan
beberapa koridor.
Khusus untuk angkutan ojek saat ini masih menjadi kontroversi, yang selalu diperdebatkan
adalah status kendaraan itu sendiri yang secara peraturan yang berlaku bukan merupakan jenis
moda angkutan umum untuk penumpang ataupun barang, akan tetapi dalam kenyataannya usaha
ojek motor tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin padatnya jalur lalulintas yang
menyebabkan kemacetan setiap saat di Jakarta, sehingga keberadaan ojek motor menjadi
alternatif angkutan bagi masyarakat.
Pada Sektor Jasa, jenis usaha jasa bengkel motor menjadi KPJU unggulan Jakarta Pusat. Usaha
bengkel motor memiliki keunggulan dalam manajemen usaha, sarana usaha, dan penggunaan
teknologi. KPJU ini juga dinilai menyumbang perekonomian wilayah relatif besar dibanding
jenis jasa usaha yang lainnya. KPJU usaha jasa bengkel motor ini tentunya berkembang seiring
dengan meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di Jakarta Pusat (sebagai perbandingan,
Jabodetabek menerbitkan lebih dari 2000 STNK motor per hari). Pada peringkat kedua terdapat
usaha salon kecantikan yang dinilai relatif tinggi dalam kriteria menejemen usaha, sarana usaha,
penggunaan teknologi, ketersediaan pasar, dan sumbangan terhadap perekonomian. Sementara
itu Warnet masih bida berada ada peringkat ketiga ditengah majunya perkembangan teknologi,
perdagangan elektronik yang pesat, akan tetapi sebenarnya warnet kini sudah merubah
penawaran jasanya menjadi usaha jasa yang menyediakan permainan interaktif (game online),
dan bukan lagi sekedar menawarkan jasa internet dan email saja. Usaha kursus kecantikan
menempati urutan keempat, yang dinilai unggul dalam kriteria tenaga terlatih juga penyerapan
tenaga kerja. kemudian usaha jasa katering berada pada peringkat kelima dengan pertimbangan
kriteria tenaga kerja terlatih, ketersediaan pasar, kemudahan memperoleh bahan baku,
penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah yang relatif baik.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka
dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan
Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha
(Tabel 5.3.17) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
5.3.18).
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 121
Dari hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai
skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.19. Pada Tabel 5.3.19.
dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha perdagangan suku
cadang dan aksesoris kendaraan bermotor, pengolahan makanan minuman, hotel non bintang,
industri kreatif/rumah produksi, dan perdagangan kue/makanan. Hasil lengkap berupa urutan
KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat
pada Tabel 5.3.19.
Tabel 5.3.19.
10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat
Rangking Sektor/Subsektor
Usaha KPJU
Skor
Terbobot
1 Perdagangan Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan 0,0823
2 Perindustrian Makanan dan Minuman 0,0596
3 Perdagangan Hotel Non Bintang 0,0535
4 Perindustrian Kreatif/Rumah Produksi 0,0495
5 Perdagangan Kue dan Makanan 0,0460
6 Perdagangan Rumah Makan 0,0404
7 Jasa Bengkel Motor 0,0361
8 Pariwisata Wisata Belanja 0,0354
9 Perindustrian Tahu/Tempe 0,0333
10 Pariwisata Wisata Kuliner 0,0318
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah
usaha rumah makan, jasa reparasi kendaraan bermotor, wisata belanja, industri tahu/tempe dan
wisata kuliner. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka
berdasarkan sektornya 4 komoditi merupakan sektor pedagangan diikuti perindustrian (3 KPJU),
pariwisata (2 KPJU), dan pariwisata (1 KPJU). Bila dilihat 5 KPJU tersebut, terlihat bahwa
sebagai pusat perekonomian daerah (Jakarta) maupun nasional, posisi Jakarta Pusat memberikan
potensi dan peluang usaha yang sangat besar untuk jenis usaha perdagangan, periindustrian dan
pariwisata.
KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus
pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan
kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah
dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari
instansi pemerintah sektor terkait.
Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek
Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi
saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan
ditampilkan pada Tabel 5.3.20.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
122 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.3.20.
Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan
Lintas Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Perdagangan Suku Cadang dan
Aksesoris Kendaraan 3,67 4,17 Baik Tinggi 1
Perindustrian Makanan dan
Minuman 3,83 4,00 Baik Tinggi 1
Perdagangan Hotel Non Bintang 4,50 3,33 Baik Tinggi 1
Perindustrian Kreatif/Rumah
Produksi 4,50 3,50 Baik Tinggi 1
Perdagangan Kue dan Makanan 4,50 3,33 Baik Tinggi 1
Perdagangan Rumah Makan 4,50 3,67 Baik Tinggi 1
Jasa Bengkel Motor 4,00 3,67 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Belanja 4,33 4,33 Baik Tinggi 1
Perindustrian Tahu/Tempe 4,00 3,50 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Kuliner 4,50 3,67 Baik Tinggi 1
Gambar 5.3.5.
Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan pemda, Prospek
pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, Resiko
terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas
Sektor, keseluruhannya dinilai berprospek Baik.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 123
Demikian pula dengan aspek potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini,
Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap
teknologi dan pengelolaan usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif
harga jual komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik, maka agregasi penilaian dari aspek
Potensi ini menunjukkan bahwa semua usaha yang teridentifikasi dari KPJU lintas sektor dinilai
berpotensi Tinggi.
5.3.6. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot
kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap
kecamatan di Kabupaten Adminitrasi Kepulauan Seribu. Berdasarkan KPJU unggulan pada
setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon
KPJU unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Adminitrasi Kepulauan Seribu. Hasil
proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU
unggulan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang mempunyai nilai skor tertinggi
(Lampiran 5.2.18).
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing
sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.21. Pada Tabel 5.3.21 dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Adminitrasi
Kepulauan Seribu, sektor pariwisata memiliki skor terbobot tertinggi untuk ketiga tujuan, baik
tujuan pertumbuhan ekonomi, tujuan peningkatan daya saing produk/daerah, maupun tujuan
penciptaan lapangan kerja. Dengan keadaan seperti itu maka secara agregasi dengan
mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-masing tujuan yang ditetapkan, menempatkan
Sektor Pariwisata merupakan prioritas pertama di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Angkutan,
Perikanan, Perdagangan, Perindustrian, Jasa, Tanaman Pangan, dan Peternakan.
Tabel 5.3.21.
Skor terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Pariwisata 0,2581 0,2637 0,3341 0,2822 1
Angkutan 0,2094 0,1077 0,1409 0,1500 2
Perikanan 0,1363 0,1571 0,1423 0,1461 3
Perdagangan 0,1120 0,1488 0,0860 0,1189 4
Perindustrian 0,1051 0,1228 0,1090 0,1131 5
Jasa 0,0950 0,0960 0,0796 0,0910 6
Tanaman Pangan 0,0498 0,0544 0,0635 0,0555 7
Peternakan 0,0342 0,0495 0,0446 0,0432 8
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
124 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.22.
Tabel 5.3.22.
Rangking dan Skor terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
No. Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot No.
Sektor Subsektor Usaha /
KPJU
Skor-
Terbobot
Pertanian Perikanan
1 Kelapa 0,3219 1 Penangkapan Ikan di Laut 0,4829
2 Sukun 0,2068 2 Budidaya Ikan Kerapu 0,2749
3 Ceremai 0,1195 3 Budidaya Ikan di Karamba
Tancap 0,2422
4 Jambu 0,1181 4 - -
5 Jambu air 0,1178 5 - -
Perindustrian Perdagangan
1 Pengeringan/Pengasapan ikan 0,1815 1 Dagang Ikan 0,2196
2 Keripik Sukun 0,1642 2 Hasil Perikanan Kering 0,1623
3 Pengolahan Ikan (Bandeng
cabut duri) 0,1570 3 Losmen/Penginapan 0,1485
4 Batako 0,1545 4 Sembako 0,1095
5 Manisan Ceremai 0,1314 5 Warung K5 0,0935
Pariwisata Jasa
1 Homestay 0,3441 1 Pemandu Wisata 0,2158
2 Wisata Selam 0,2051 2 Penjahit 0,1101
3 Wisata Bahari/Pantai 0,1915 3 Poliklinik/BP 0,1051
4 Wisata Budaya 0,1509 4 Praktek Bidan 0,0966
5 Seni Pertunjukan 0,1084 5 Salon Kecantikan 0,0913
Angkutan
1 Kapal Motor 0,3036
2 Ojek Kapal 0,2803
3 Motor Tempel 0,1977
4 Perahu Tak Bermotor 0,1578
5 - -
Pada Sektor Pertanian, sebagai daerah pesisir dan kepulauan, maka tanaman kelapa banyak
terdapat di wilayah Kepulauan Seribu, dan dengan jumlah produksi yang ada memberikan
penilaian baik dari narasumber untuk komoditi ini. Keberadaan tanaman kelapa di Kepulauan
Seribu memiliki aspek sosial budaya yang kuat sehubungan dengan karakter masyarakat
pantainya. Didukung oleh ketersediaan pasar dan harga yang paling unggul dibanding komoditi
pertanian lainnya, kelapa mampu memberikan kontribusi perekonomian masyarakat lebih besar.
Peringkat kedua dan seterusnya adalah komoditi buah sukun, buah ceremai, buah jambu biji dan
buah jambu air. Seperti halnya komoditi kelapa, buah sukun juga mampu memberikan
kontribusi perekonomian masyarakat Kepulauan Seribu yang didukung dengan munculnya
usaha skala rumah tangga berupa keripik sukun yang dipasarkan khususnya bagi para wisatawan
yang datang ke Kepulauan Seribu. Menurut data statistik tahun 2011, jumlah populasi tanaman
sukun, jambu air dan ciremai adalah sebanyak 45.460 pohon.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 125
Pada Subsektor Perikanan, usaha penangkapan ikan di laut menjadi kegiatan usaha sektor
perikanan yang diandalkan oleh masyarakat Kepulauan Seribu. Hal ini wajar mengingat wilayah
geografis yang ada, yang dikelilingi pantai, sehingga mayoritas penduduk Kepulauan Seribu
adalah nelayan. Data tahun 2011 memperlihatkan jumlah nelayan penangkap ikan di laut
tercatat sebanyak 4.880 orang. Pada peringkat kedua adalah usaha budidaya ikan kerapu yang
juga menjadi salah satu produk unggulan wilayah ini. Sejak tahun 2000-an Pemerintah Pusat
telah mengarahkan sektor perikanan dan kelautan, baik tangkap maupun budidaya, sebagai
andalan sumber perekonomian non migas, yang didukung dengan teritorial wilayah Indonesia
dimana 2/3 wilayahnya adalah lautan. Pengembangan terutama kawasan wilayah laut dangkal
yang potensial untuk pengembangan perikanan budidaya.
Seperti halnya kawasan perairan Kepulauan Seribu sebagian besar merupakan perairan dangkal,
belum lagi permintaah pasar warga Jakarta yang cukup tinggi, sementara produksi penangkapan
tidak mencukupi sehingga perlu strategi yang tepat melalui program perikanan budidaya
perairan seperti yang mulai dikembangkan di Pulau Semak Daun melalui program Sea Farming,
yaitu sebuah sistem yang diarahkan kepada upaya pemberdayaan masyarakat melalui program
yang berkelanjutan. Sedangkan target budidaya yang dikembangkan di perairan Kepulauan
Seribu, diantaranya jenis ikan Kerapu, yang untuk sementara hasil budidaya di Kepulauan
Seribu tersebut masih terbatas memenuhi pasar lokal Jabodetabek yang terus meningkat.
Sedangkan perkiraan pasar untuk nilai jual Ikan Kerapu hidup dijual disejumlah restoran sea
food sekitar DKI Jakarta sekarang, untuk jenis ikan Kerapu Tikus/Ikan Kerapu Bebek berkisar
antara Rp300.000 - Rp400.000/kg dan jenis ikan Kerapu Lodi/Sunu berkisar antara Rp100.000 -
Rp150.000/kg dan untuk jenis ikan Kerapu Macan berkisar antara Rp70.000 - Rp100.000/kg.
Kondisi tersebut tentunya merupakan peluang usaha yang sangat terbuka khususnya untuk
meningkatkan perekonomian nelayan, daya tarik investor dan sumber pendapatan daerah.
Sementara itu peringkat ketiga adalah usaha budidaya ikan di keramba tancap, yang pada tahun
2011 (data BPS) jumlah keramba tancap tercatat sebanyak 1.394 buah. Jenis budidaya ini juga
merupakan teknik budidaya ikan dengan memanfaatkan perairan dangkal yang ada di Kepulauan
Seribu.
Pada Sektor Perindustrian, peringkat pertama dijumpai usaha pengeringan/pengasapan ikan.
Potensi ini memiliki nilai unggul dalam kriteria manajemen usaha, penyerapan tenaga kerja, dan
kontribusinya dalam mendorong berkembangnya usaha perdagangan hasil olahan perikanan.
Peringkat kedua adalah keripik sukun yang merupakan produk lanjutan dari potensi buah sukun
yang banyak terdapat di Kepulauan Seribu. Usaha keripik sukun dinilai memiliki keunggulan
pada kriteria pasar dan penyerapan tenaga kerja, walaupun dinilai masih lemah pada kriteria
manajemen usaha. Peringkat ketiga adalah usaha pengolahan ikan (bandeng cabut duri).
Dengan hasil perikanan yang melimpah, Kepulauan Seribu memiliki potensi besar dalam
pengolahan ikan. Integrasi ke depan dengan industri hasil laut seperti bandeng cabut duri banyak
dijumpai dan menyerap banyak tenaga kerja. Usaha ini juga telah memberikan kontribusi besar
bagi perekonomian wilayah. Pada peringkat keempat terdapat usaha pembuatan batako yang
meskipun kurang mendapat dukungan pemerintah daerah namun di masyarakat usaha tersebut
cukup berkembang. Pada peringkat kelima adalah usaha pembuatan manisan ceremai yang
dalam konteks ini merupakan pemanfaatan potensi buah ceremai telah diintegerasikan dengan
suatu bentuk industri pengolahan agar dapat memberikan nilai tambah. Manisan ceremai juga
merupakan salah satu produk khas Kepulauan Seribu disamping potensi perikanan dan
pariwisatanya. Meskipun pembuatan manisan ceremai masih dilakukan dengan teknologi
sederhana, namun kegiatan usaha ini berhasil menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki pasar
dari pergerakan pariwisata Kepulauan Seribu.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
126 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Pada Sektor Perdagangan, sudah tentu usaha perdagangan ikan segar menjadi unggulan
pertama karena jenis usaha perdagangan ini adalah mata rantai dari kegiatan nelayan sebagai
mata pencaharian utama penduduk Kepulauan Seribu. Kegiatan perdagangan ikan ini dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya dilakukan di tempat pelelangan, tetapi ada juga yang
dilakukan di tengah perairan yang biasanya dilakukan oleh nelayan skala menengah dan besar
dengan kapal motor. Usaha perdagangan ikan segar dinilai unggul pada kriteria penyerapan
tenaga kerja dan modal. Sementara itu, perdagangan hasil perikanan kering menempati peringkat
kedua. Usaha perdagangan hasil perikanan kering juga merupakan multiplier effect dari usaha
industri pengolahan hasil perikanan, yang dinilai unggul dalam kriteria kontribusi terhadap
perekonomian wilayah. Unggulan berikutnya adalah usaha losmen/penginapan, selain unggul
dalam kriteria pasar, usaha losmen/penginapan juga dinilai unggul dalam kriteria tenaga kerja
terampil, ketersedian pasar dan sumbangan perekonomian wilayah, walau lemah dalam
penyerapan tenaga kerja. Pada peringkat keempat dan kelima terdapat jenis usaha perdagangan
sembako dan Warung K5. Kedua jenis usaha ini keberadaannya menjadi sangat strategis untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan maupun kebutuhan sehari-hari masyarakat Kepulauan Seribu
mengingat keterbatasan akses transportasi maupun akses sarana kebutuhan belanja yang lebih
luas. Jenis usaha perdagangan sembako dan warung K5 dinilai narasumber memiliki
keunggulan pada kriteria ketersediaan pasar yang luas dan memberikan sumbangan cukup besar
terhadap perekonomian wilayah.
Pada Sektor Pariwisata menempatkan usaha homestay atau rumah tinggal sebagai jenis usaha
pendukung pariwisata yang menjadi unggulan di Kepulauan Seribu. Sebagai daerah kepulauan,
wilayah Kepulauan Seribu menjadi satah satu daerah tujuan utama wisata di DKI Jakarta. Hal ini
merupakan pasar potensial bagi tumbuh suburnya usaha homestay sebagai KPJU unggulan dan
andalan masyarakat Kepulauan Seribu. Didukung oleh fasilitas dan harga yang terjangkau,
homestay mampu memberi sumbangan besar bagi perekonomian wilayah, diantara jenis usaha
pariwisata lainnya. Peringkat selanjutnya ditempati oleh wisata selam, yang bagi wilayah
Kepulauan Seribu yang terletak di Laut Jawa dan Teluk Jakarta merupakan suatu wilayah yang
memiliki karakteristik dan potensi alam yang berbeda dengan wilayah DKI Jakarta lainnya.
Kondisi ini didukung dengan gugusan pulau-pulau terumbu karang yang terbentuk dan dibentuk
oleh biota koral dan biota asosiasinya (algae, malusho, foraminifera dll.) dengan bantuan proses
dinamika alam, dengan karakteristik dan keindahan alam bawah lautnya, sehingga menggoda
wisatawan untuk menikmati keindahan alam bawah laut tersebut, sehingga jenis usaha wisata
selam dinilai memiliki potensi pasar dengan didukung manajemen yang baik pula.
Wisata bahari memiliki keunggulan dalam kriteria sosial budaya dan ketersediaan pasar, namun
awalnya wisata bahari dinilai sangat lemah dalam manajemen usaha. Hal ini menyebabkan
wisata bahari relatif terbatas menyerap tenaga kerja kerja dan menyumbang terhadap
perekonomian wilayah dibanding jenis usaha pariwisata lainnya, akan tetapi dengan dipadukan
kegiatan wisata selam, ternyata wisata bahari sekarang mulai bangkit dengan beragam fasilitas
yang ditawarkan, seperti permainan-permainan. Hal ini menandakan dalam hal manajemen
usaha mulai dibenahi. Peringkat terakhir adalah wisata budaya dan seni pertunjukan, yang
terkadang baru dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup lama (acara tahunan), namun
kegiatan pendukung pariwisata ini tetap mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian
masyarakat dan wilayah.
Pada Sektor Angkutan, kapal motor menjadi jenis usaha transportasi unggulan Kepulauan
Seribu. Karakteristik Kepulauan Seribu yang unik sebagai wilayah kepulauan telah mendorong
berkembangnya usaha jasa transportasi laut sebagai sarana transportasi utama masyarakat. Kapal
motor dinilai memiliki keunggulan dalam kriteria manajemen usaha, memiliki pasar yang cukup
luas dibandingkan dengan ojek kapal yang berada pada peringkat kedua. Ojek kapal sendiri yang
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 127
menurut data BPS Kepulauan Seribu tahun 2012 tercatat sebanyak 36 unit juga dinilai memiliki
keunggulan dalam kriteria kebutuhan pasar sebagai kebutuhan transportasi yang melayani
angkutan orang dan barang sebagai ujung tombak perdagangan di dalam pulau. Jenis usaha
transportasi yang berikutnya adalah kapal motor tempel dan perahu tak bermotor, dimana pada
jasa motor tempel ini dinilai unggul dalam kriteria sumbangan terhadap perekonomian,
sedangkan jenis usaha perahu tak bermotor dinilai unggul dalam kriteria sosial budaya.
Pada Sektor Jasa, usaha jasa pemandu wisata (guide) menjadi unggulan Kepulauan Seribu.
Sudah sewajarnya jika jenis jasa ini menjadi unggulan pada peringkat pertama karena sangat
sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah Kepulauan Seribu sebagai daerah tujuan wisata.
Keunggulan KPJU ini terletak pada kriteria tenaga terampil dan ketersediaan pasar. Sementara
itu jenis usaha jasa penjahit berada di peringkat kedua dengan keunggulan dalam kriteria
teknologi. Peringkat selanjutnya ditempati oleh poliklinik dan praktek bidan, salon kecantikan,
ketiga KPJU ini sangat membutuhkan tenaga terampil, akan tetapi kurang dalam penyerapan
tenaga kerja.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah, dilakukan
penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda
Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel
5.3.121) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel
5.3.22).
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan
urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.23. Pada
Tabel 5.3.23. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah jasa
pariwisata homestay, wisata selam (minat khusus), wisata bahari/pantai, perdagangan hasil
perikanan, dan jasa angkutan kapal motor. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat
pada Tabel 5.3.23.
Tabel 5.3.23.
10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Rangking Sektor/Subsektor
Usaha KPJU
Skor
Terbobot
1 Pariwisata Homestay 0,0486
2 Pariwisata Wisata Selam 0,0289
3 Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 0,0270
4 Perdagangan Dagang Ikan 0,0249
5 Angkutan Kapal Motor 0,0242
6 Angkutan Ojek Kapal 0,0224
7 Jasa Pemandu Wisata 0,0222
8 Pariwisata Wisata Budaya 0,0213
9 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,0212
10 Perdagangan Hasil Perikanan Kering 0,0184
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah
jasa angkutan ojek kapal, jasa pemandu wisata, wisata budaya, usaha penangkapan ikan di laut,
dan usaha perdagangan hasil perikanan kering. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU
unggulan lintas sektor, maka sesuai dengan kondisi dan orientasi pengembangan wilayah
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
128 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu kegiatan usaha yang diunggulkan masih terkait
dengan kegiatan di sektor pariwisata (4 KPJU) dengan 3 KPJU berada pada posisi 3 terbesar.
Kemudian diikuti sektor perdagangan, angkutan, jasa dan perikanan.
KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus
pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan
kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah
dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari
instansi pemerintah sektor terkait.
Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala
penilaian prospek Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala
penilaian potensi saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil
perhitungan ditampilkan padaTabel 5.3.24.
Tabel 5.3.24.
Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Sektor/
Subsektor
KPJU Unggulan Lintas
Sektor
Rata-rata Skor Katagori Kwadran
Prospek Potensi Prospek Potensi
Pariwisata Homestay 3,50 2,67 Baik Sedang 2
Pariwisata Wisata Selam 3,83 4,17 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 3,17 3,33 Baik Tinggi 1
Perdagangan Dagang Ikan 2,67 3,33 Cukup Tinggi 3
Angkutan Kapal Motor 3,67 3,33 Baik Tinggi 1
Angkutan Ojek Kapal 4,00 4,00 Baik Tinggi 1
Jasa Pemandu Wisata 4,33 3,50 Baik Tinggi 1
Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 4,33 4,33 Baik Tinggi 1
Pariwisata Wisata Budaya 4,33 4,67 Baik Tinggi 1
Perdagangan Hasil Perikanan Kering 4,33 4,00 Baik Tinggi 1
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan Pemda, Prospek
pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, Resiko
terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas
Sektor, maka usaha perdagangan ikan/hasil perikanan yang dinilai memiliki prospek Cukup
sedangkan usaha yag lainnya berprospek Baik.
Aspek Potensi mencakup aspek penilaian untuk Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini,
Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap
teknologi dan pengelolaan usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif
harga jual komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilai dari aspek Potensi
ini menunjukkan bahwa usaha homestay masih berpotensi Sedang, sementara usaha yang
lainnya dinilai berpotensi Tinggi.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 129
Gambar 5.3.1.
Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
5.4. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Provinsi
KPJU unggulan tingkat Provinsi DKI Jakarta terdiri dari KPJU unggulan per sektor ekonomi
dan KPJU unggulan lintas sektor. Sesuai dengan Metodologi yang telah dikemukakan diatas,
penetapan KPJU unggulan untuk setiap sektor merupakan agregasi dari KPJU unggulan per
sektor dari masing-masing kota/kabupaten administrasi menggunakan metode Borda dengan
mempertimbangkan peringkat dari masing-masing KPJU di masing-masing sektor/subsektor.
Sedangkan KPJU unggulan lintas sektor tingkat provinsi dianalisis berdasarkan KPJU unggulan
per sektor di itngkat provinsi dengan mempertimbangkan bobot sektor tingkat provinsi.
5.4.1. KPJU Unggulan Tingkat Provinsi Menurut Sektor Ekonomi
Berdasarkan hasil KPJU unggulan per sektor di setiap kota/kabupaten administrasi, rangking
pertama KPJU unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai
berikut: usaha budidaya kelapa (tanaman pangan/perkebunan), bayam (sayuran), jambu biji
(buah-buahan), tanaman hias (hortikultura), usaha budidaya sapi perah (peternakan), usaha
penangkapan ikan di laut (perikanan), industri makanan/kue (perindustrian), perdagangan
pakaian jadi (perdagangan), wisata sejarah/budaya (pariwisata), jasa reparasi/bengkel
motor (jasa) dan jasa angkutan khusus ekspedisi (angkutan). Adapun 5 (lima) KPJU unggulan
secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap sektor/subsektor ekonomi disajikan
pada Tabel 6.1.1.
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
130 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 5.4.1.
KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi DKI Jakarta
Rank Sektor-Subsektor
Usaha / KPJU
Skor
Terbobot
Rank
Sektor-Subsektor
Usaha / KPJU
Skor
Terbobot
Tanaman Pangan Sayuran
1 Kelapa 1,6095 1 Bayam 2,8656
2 Ketela Pohon 1,1008 2 Sawi 2,3444
3 Padi Sawah 1,0849 3 Kangkung 2,2336
4 Sukun 0,8271 4 Melinjo 0,7002
5 Kacang Tanah 0,5516 5 Kacang Panjang 0,2456
Buah-Buahan Hortikultura
1 Jambu Biji 1,9372 1 Budidaya Tanaman Hias 1,5818
2 Mangga 0,9250 2 Budidaya Tanaman Obat 0,5636
3 Pepaya 0,9048 3 Budidaya Anggrek 0,1271
4 Rambutan 0,8327 4 - -
5 Belimbing 0,5700 5 - -
Peternakan Perikanan
1 Sapi Perah 1,9302 1 Penangkapan Ikan di Laut 4,1579
2 Kambing 1,1300 2 Budidaya ikan hias 4,1400
3 Burung Kicau 0,8168 3 Budidaya Ikan di Kolam 3,5549
4 Bebek 0,7095 4 Pembenihan Ikan 2,1155
5 Sapi Potong 0,6530 5 Budidaya Ikan Bandeng
(Payau) 1,3386
Perindustrian Perdagangan
1 Makanan/Kue 3,1256 1 Pakaian Jadi 2,7569
2 Pakaian Jadi (Konveksi) 2,5833
2 Suku cadang dan Aksesoris
Kendaraan 2,1818
3 Furniture/Mebel 2,1204 3 Restoran/Rumah Makan 2,0749
4 Tahu/tempe 1,9353 4 Toko Kelontong 1,8073
5 Batu aji/akik/cincin 1,6679 5 Hotel/penginapan 1,1898
Pariwisata Jasa-Jasa
1 Wisata Sejarah/Budaya 2,3294 1 Bengkel Motor 3,4053
2 Homestay 2,1824 2 Bengkel Mobil 2,6737
3 Wisata Pantai/Bahari 1,7648 3 Salon Kecantikan 1,8319
4 Wisata Belanja 1,6407 4 Pemandu Wisata 1,0790
5 Wisata Kuliner 1,1909 5 Bimbingan Belajar 0,7851
Angkutan
1 Angkutan Khusus
Ekspedisi 3,9458
2 Angkutan Perkotaan 3,2138
3 Angkutan Bus Kota 2,6572
4 Kapal Motor 1,5179
5 Angkutan Sewa 1,2181
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 131
5.4.2. KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk
setiap tujuan penetapan KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 6.1.2 yang
menampilkan sektor dengan bobot atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU
unggulan di Provinsi DKI Jakarta.
Sektor Perdagangan dinilai memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi dibandingkan sektor
yang lainnya untuk tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan peningkatan daya saing
produk/daerah, serta sektor Jasa dinilai paling penting untuk tujuan penciptaan lapangan kerja.
Namun secara agregasi dengan mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-masing tujuan
yang telah ditetapkan, maka Sektor Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di
Provinsi DKI Jakarta. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut
adalah Jasa, Perindustrian, Angkutan, Pariwisata, Perikanan, Tanaman Pangan, dan Peternakan.
Posisi tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan usaha masyarakat di Provinsi DKI Jakarta masih
didominasi 3 sektor utama, perdagangan, jasa dan perindustrian. Oleh karena itu arah
perkembangan perekonomian DKI Jakarta untuk menjadi “Kota Jasa” menjadi dasar bagi
stakeholder untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan yang tinggi untuk ketiga sektor
ekonomi tersebut.
Tabel 5.4.2.
Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan
Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Provinsi DKI Jakarta
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor
Terbobot
Gabungan
Rangking Pertumbuhan
Ekonomi
(0,3216)
Penciptaan
Lapangan
Kerja
(0,3898)
Peningkatan
Daya Saing
Produk
(0,2886)
Perdagangan 0,1841 0,1616 0,2420 0,1920 1
Jasa 0,1726 0,2086 0,1449 0,1786 2
Perindustrian 0,1601 0,1648 0,1269 0,1523 3
Angkutan 0,1286 0,1716 0,1382 0,1481 4
Pariwisata 0,1716 0,1260 0,1492 0,1474 5
Perikanan 0,0622 0,0692 0,0720 0,0678 6
Tanaman Pangan 0,0669 0,0519 0,0563 0,0580 7
Peternakan 0,0539 0,0464 0,0705 0,0558 8
KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJU persektor
tingkat provinsi. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang telah telah
diperoleh akan dinormalisasi dan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat
provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot
sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria di tingkat
provinsi (FGD 1) dan atau hasil agregasi pembobotan di tingkat kota/kabupaten administrasi.
Dengan metoda Borda, maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJU unggulan lintas sektor di
tingkar provinsi adalah sebagai berikut, 10 (sepuluh) KPJU dengan skor terbobot tertinggi
sebagai KPJU unggulan lintas sektor di tingkat Provinsi DKI Jakarta adalah : usaha industri
Penetapan KPJU Unggulan UMKM
132 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
makanan/kue, usaha jasa reparasi kendaraan bermotor (Motor), jasa angkutan khusus
ekspedisi, usaha perindustrian dan usaha perdagangan pakaian jadi, industri
furniture/mebel, usaha jasa reparasi kendaraan (mobil), usaha jasa angkutan perkotaan,
usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris kendaraan, dan usaha rumah
makan/restoran. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan 20 KPJU lintas sektor berdasarkan
nilai skor terbobot masing-masing KPJU tingkat Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel
5.4.3.
Tabel 5.4.3.
KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,
Menurut Urutan Nilai Skor Terbobot atau Urutan Unggulan di Provinsi DKI Jakarta
No Sektor/Subsektor KPJU Unggulan Skor-
Terbobot
1 Perindustrian Makanan/Kue 0,6190
2 Jasa Bengkel Motor 0,6083
3 Angkutan Angkutan Khusus Ekspedisi 0,5844
4 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,5510
5 Perdagangan Pakaian Jadi 0,5293
6 Perindustrian Furniture/Mebel 0,4845
7 Jasa Bengkel Mobil 0,4776
8 Angkutan Angkutan Perkotaan 0,4760
9 Perdagangan
Suku Cadang dan Aksesoris
Kendaraan 0,4189
10 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 0,3984
11 Angkutan Angkutan Bus Kota 0,3936
12 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,3663
13 Perdagangan Toko Kelontong 0,3470
14 Pariwisata Wisata Sejarah 0,3433
15 Jasa Salon kecantikan 0,3272
16 Pariwisata Homestay 0,3216
17 Perindustrian Tahu/tempe 0,2948
18 Perikanan Budidaya ikan hias 0,2806
19 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,2601
20 Perindustrian Batu aji/akik/cincin 0,2541
Berdasarkan urutan 20 KPJU lintas sektor seperti tertuang pada Tabel 5.4.3, maka 25% dari total
KPJU lintas sektor didominasi oleh sektor perindustrian (5 KPJU), diikuti perdagangan 20% (4
KPJU), kemudian Pariwisata, Jasa dan Angkutan masing-masing 15% (3 KPJU), serta perikanan
10% (2 KPJU). Terpilihnya kegiatan usaha sektor perindustrian yang menempatkan 5 KPJU
unggulan tingkat provinsi lebih disebabkan oleh persebaran kegiatan usaha tersebut yang lebih
merata di wilayah DKI Jakarta sehingga menghasilkan penilaian skor terbobot yang lebih tinggi
dibandingkan sektor lainnya, termasuk kegiatan usaha di sektor perdagangan yang merupakan
sektor dengan tingkat kepentingan tertinggi di DKI Jakarta.
Bank Indonesia 133
BAB VI ANALISIS PRODUK LIFE CYCLE (PLC) DAN ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN UMKM
6.1. Analisis Product Life Cycle KPJU Unggulan Lintas Sektoral
Siklus hidup produk atau Product Life Cycle adalah suatu konsep yang memberikan pemahaman
tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga
memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk bisa digambarkan sebagai suatu grafik
yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari
pasar, yang memperlihatkan konsep pemasaran dengan memberikan pemahaman yang
mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh Levitt
(1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya.
Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki
beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu :
1) Tahap Perkenalan (Introduction)
a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy)
Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi.
Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang
mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran.
b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga
tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan
biaya pemasaran.
c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang
besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar
yang paling besar.
d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga
rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya
promosi yang rendah.
2) Tahap Pertumbuhan (Growth)
Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk
mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara:
a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan
gaya yang lebih baik.
b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu,
produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk
utama).
c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi
yang baru.
e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product
awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product
preference advertising).
Analisis KPJU Unggulan UMKM
134 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga
dilapisan berikutnya.
3) Tahap Kedewasaan (Maturity)
a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi
sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru.
b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk
merek yang mapan.
c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya.
d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu
bertujuan menambah keistimewaan baru yang memperluas keanekagunaan,
keamanan atau kenyaman produk.
e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil
dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran.
f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk,
misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk.
g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk
seperti model, warna, kemasan dan lain-lain.
h. Menggunakan take-off strategy yang mana merupakan salah satu strategi yang
digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat
memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan.
4) Tahap Penurunan (Decline)
a. Manambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang
baik.
b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk.
c. Mencari pasar baru.
d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri
dapat diatasi.
e. Mengurangi investasi perusahaan secara selektif dengan cara meninggalkan
konsumen yang kurang menguntungkan.
f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat.
g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.
Salah satu bagian analisis yang cukup penting dalam kaitan dengan penetapan KPJU Unggulan
di tingkat Provinsi DKI Jakarta, khususnya jika dilihat dalam konteks jangka panjang
mendatang, adalah melihat posisi siklus hidup KPJU unggulan lintas sektor tersebut saat ini.
Dalam rangka melakukan analisis terhadap hasil penetapan KPJU Unggulan UMKM di Provinsi
DKI Jakarta, maka secara umum siklus hidup suatu komoditas, produk, dan jenis usaha dibagi
kedalam 4 (empat) fase, yaitu:
1. Fase pengenalan (introduction), yang dicirikan oleh tingkat penjualan dan pertumbuhan yang
rendah
2. Fase pertumbuhan (growth), yang dicirikan oleh pertumbuhan penjualan yang tinggi
3. Fase kejenuhan (maturity), yang dicirikan oleh tingkat penjualan yang tinggi, namun dengan
pertumbuhan penjualan yang sangat kecil atau bahkan stagnan.
4. Fase penurunan (decline), yang dicirikan oleh penurunan penjualan yang cukup tajam.
Berdasarkan proses seleksi yang berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan, kota/kabupaten
administrasi serta provinsi, dengan menggunakan kriteria yang komprehensif yang
menggambarkan potensi dan prospek, yang diperkuat dengan analisis khusus terkait potensi dan
Analisis KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 135
prospek, diperoleh gambaran awal bahwa ke 10 KPJU Unggulan lintas sektor tidak ada satupun
yang berada pada fase pengenalan, fase kejenuhan, ataupun fase penurunan. Keseluruhan KPJU
unggulan lintas sektor diidentifikasi berada pada Fase Pertumbuhan, yang berarti tingkat
permintaan atau penjualan dari waktu ke waktu, kondisi saat ini maupun prospek di masa
mendatang diyakini masih akan mengalami pertumbuhan. Secara lebih lengkap apa yang
menjadi landasan argumentasi dari kondisi tersebut di atas untuk setiap KPJU unggulan lintas
sektor diuraikan berikut ini.
KPJU-1 : Industri Makanan/Kue
Industri makanan atau berbagai jenis kue akan terus berkembang, yang didorong oleh
peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk pangan. Meningkatnya permintaan
terhadap produk pangan (makanan/kue) terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
DKI Jakarta, baik yang menetap maupun yang hanya berada di DKI Jakarta pada siang hari,
perubahan pola penyiapan makanan, perubahan pola konsumsi terhadap produk pangan,
banyaknya acara-acara yang memerlukan makanan dan kue sebagai snack, dan aksesibilitas
(kemudahan menjangkau) serta mobilitas penduduk. Karena kesibukan anggota keluarga dan
perubahan gaya hidup yang menginginkan produk bisa langsung tersedia saat diinginkan
(instan), menyebabkan tidak banyak lagi keluarga yang menyiapkan sendiri makanan dan kue
yang mereka inginkan. Membeli makanan dan kue dari toko yang berada di sekitar tempat
tinggal atau di berbagai pusat-pusat perbelanjaan menjadi trend yang akan terus meningkat di
masa mendatang.
Pola konsumsi pangan penduduk perkotaan, seperti juga di berbagai kota administrasi di DKI
Jakarta, cenderung berubah ke arah yang lebih beraneka ragam, dan tidak lagi mengutamakan
nasi dalam porsi yang besar. Waktu sarapan sampai dengan makan siang seringkali diisi dengan
mengkonsumsi makanan ringan, jajanan, dan kue-kue. Rapat-rapat internal organisasi, seminar,
lokakarya, hajatan, pertemuan-pertemuan sosial dan acara-acara sejenis lainnya, hampir selalu
menyajikan makanan dan kue-kue sebagai snack, kopi, dan sejenisnya. Dengan berkembangnya
bisnis pertemuan, konvensi, dan eksebisi (MICE) juga mendorong peningkatan permintaan
terhadap produk makanan atau kue.
DKI Jakarta sebagai provinsi dimana ibukota negara berada, dilengkapi dengan berbagai ragam
tempat tujuan wisata (tourist destination), meliputi wisata budaya, wisata alam, wisata rekreatif,
wisata sejarah, wisata belanja dan lainnya. Fasilitas-fasilitas wisata yang ada tersebut akan
menarik tidak hanya penduduk Jakarta saja, namun juga penduduk dari wilayah-wilayah
sekitarnya, masyarakat Indonesia dari berbagai wilayah, bahkan juga wisatawan mancanegara.
Kondisi tersebut telah dan akan terus dimanfaatkan untuk memasarkan produk-produk industri
makanan atau kue, sehingga bertambah banyaknya kunjungan masyarakat Indonesia dari luar
Jakarta dan mancanegara ke Jakarta di masa mendatang akan mendorong pula peningkatan
permintaan akan makanan atau kue.
Kreativitas industri makanan atau kue dengan mengembangkan makanan atau kue lokal yang
disajikan secara modern sesuai selera masyarakat kini, membuka peluang-peluang baru bagi
pengembangan pasar untuk produk makanan atau kue. Karena faktor terpenting dalam siklus
hidup produk atau usaha adalah pertumbuhan pasar di masa mendatang, maka dapat disimpulkan
bahwa untuk industri makanan atau kue pada lima tahun mendatang masih akan berada pada
fase pertumbuhan. Namun ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam pengembangan usaha
industri makanan atau kue ini adalah dari sisi keamanan pangan (food safety) dan kehalalan. Hal
yang harus dilakukan adalah mengawasi dengan ketat penggunaan bahan-bahan berbahaya yang
Analisis KPJU Unggulan UMKM
136 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
bukan untuk pangan (non food grade), dan melindungi umat muslim dari bahan-bahan yang
diharamkan, serta produk-produk yang telah kadaluwarsa. Pengawasan dan pembinaan terhadap
proses produksi dan pemasaran adalah suatu keharusan, karena kalau ini tidak dilakukan dengan
serius dapat memukul industri makanan dan kue secara luas dalam jangka waktu yang pendek.
KPJU-2 : Usaha Jasa Bengkel Motor
Pertumbuhan kepemilikan sepeda motor di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan jumlah kendaraan roda-4 atau lebih. Buruknya transportasi masal, mahalnya biaya
transportasi bagi kalangan pekerja, kemacetan hampir setiap waktu hampir di seluruh ruas jalan,
pemanfaatan kendaraan di luar hari kerja, adalah beberapa hal yang mendorong pemilihan
sepeda motor sebagai alat transportasi bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Bahkan karena
kondisi kemacetan yang parah seringkali mendorong pemilik kendaraan roda-4 untuk memiliki
sepeda motor.
Seringnya menghadapi kemacetan, jarak tempuh yang cukup jauh, menyebabkan tingkat
keausan kendaraan menjadi tinggi. Disamping itu kesadaran bahwa sepeda motor yang dimiliki
adalah sarana kerja yang penting, maka perawatan dan perbaikan sepeda motor di bengkel-
bengkel yang ada secara rutin dilakukan. Permintaan jasa bengkel motor resmi atau yang bebas
dirasakan dari waktu ke waktu meningkat, dan waktu menunggu yang lama saat sepeda motor
diperbaiki semakin tidak dapat diterima.
Bengkel sepeda motor pada umumnya menimbulkan kebisingan, terutama saat penyetelan
mesin, disamping itu potensi untuk timbulnya pencemaran dari tumpahan pelumas dan limbah
liannya cukup tinggi. Hal ini bisa mendorong pemerintah DKI Jakarta untuk merelokasi
keberadaan bengkel sepeda motor dari wilayah pemukiman, perkantoran, dan pelayanan
masyarakat. Namun hal ini diperkirakan tidak akan mengurangi permintaan atas jasa bengkel
motor.
KPJU-3 : Usaha Angkutan Khusus Ekspedisi
Hampir semua perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia, perusahaan nasional, dan
keagenan dari perusahaan asing berkantor di Jakarta. Pintu impor dan ekspor berbagai komoditi
dan produk yang terbesar adalah melalui Jakarta (Tanjungpriok). Pengiriman barang di dalam
wilayah maupun ke luar wilayah DKI Jakarta menjadi sangat padat, dan kebutuhannya di masa
mendatang akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan jumlah penduduk tetap sekitar 8 juta, yang bermukim di wilayah yang tersebar di lima
kota administrasi dan satu kabupaten, distribusi kebutuhan bebagai jenis produk secara cepat dan
tepat ke berbagai pusat grosir, pengecer, maupun langsung ke alamat penduduk yang memesan,
membutuhkan dukungan sarana angkutan khusus ekspedisi yang handal. Sarana tersebut dapat
berupa kendaraan roda empat atau lebih, kendaraan roda tiga (triseda) dengan bak, maupun
kendaraan roda dua dengan box yang diletakkan di bagian belakang.
Permintaan akan jasa angkutan ekspedisi juga akan terus meningkat seiring pula dengan tumbuh
pesatnya sistem perdagangan on line baik untuk produk yang dihasilkan di wilayah DKI Jakarta
maupun yang hanya dijual saja di wilayah DKI, seperti penjualan suku cadang (spare parts) dan
sebagainya, dan sistem delivery service. Model perdagangan on line ini diperkirakan dalam
waktu lima tahun mendatang masih akan tumbuh pesat, dengan demikian dapat dipastikan
bahwa permintaan akan angkutan khusus ekspedisi di masa mendatang juga akan tumbuh.
Analisis KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 137
KPJU-4 : Industri Pakaian Jadi
Telah dijelaskan secara panjang lebar besarnya prospek pertumbuhan perdagangan pakaian jadi,
baik itu terkait dengan kedudukan sebagai kebutuhan pokok, dan terkait posisi strategis Jakarta
sebagai ibukota negara, dan pintu masuk utama bagi wisatawan dan pebisnis mancanegara ke
Indonesia. Industri pakaian jadi adalah pendukung utama bagi perdagangan pakaian jadi
tersebut, dimana terkait dengan industri ini posisi Jakarta sebagaimana tergambarkan
sebelumnya, juga memberi kemudahan dalam mendapatkan berbagai jenis bahan baku (tekstil)
pakaian jadi, aksesorisnya, maupun sarana produksi, baik yang berasal dari impor maupun yang
berasal dari dalam negeri sendiri. Tangerang, Bekasi, dan Bandung adalah sentra-sentra industri
tekstil utama di Indonesia, berada pada jarak tempuh yang relatif pendek, sehingga dapat
menekan biaya transportasi.
Tantangan ke depan bagi industri pakaian jadi ini adalah memasukkan unsur-unsur kreatif yang
lebih tinggi dalam menghasilkan produk-produk pakaian jadi, sehingga dapat memasuki segmen
yang lebih luas, mulai dari kelas menengah ke bawah sampai ke kelas ekonomi premium dengan
menghasilkan produk-produk adi busana. Untuk itu diperlukan usaha dalam mempersiapkan
tenaga-tenaga muda terampil dan kreatif yang akan mendukung daya saing produk-produk yang
dihasilkan industri pakaian jadi.
Persaingan dalam produksi pakaian jadi di masa yang akan datang diperkirakan tidak hanya
didasarkan pada biaya produksi yang memberi dampak pada harga, tetapi lebih pada kreativitas
dalam rancangan produknya. Penyiapan sumber daya yang terampil dan kreatif akan lebih
menjamin pertumbuhan permintaan terhadap produk usaha industri pakaian jadi ini di masa
mendatang, dan untuk itu harus ada sinergi diantara instansi yang menangani pengembangan
industri, Kadinda, dan swasta yang yang terkait. Pengembangan organisasi rantai pasok yang
terkait industri pakaian jadi ini lebih memungkinkan terciptanya efisiensi, kemampuan
penyerahan produk secara tepat waktu, dan pada akhirnya daya saing usaha dan produk dapat
ditingkatkan.
KPJU-5 : Usaha Perdagangan Pakaian Jadi
Seperti diketahui bahwa pakaian merupakan kebutuhan pokok dari masyarakat, dan pakaian
tidak lagi hanya digunakan sebagai pelindung diri, sekedar penutup aurat, ataupun memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan (seragam). Pakaian memiliki fungsi lain, yang pada masa kini
menjadi lebih menonjol, yaitu untuk meningkatkan citra diri. Hal ini menyebabkan kebutuhan
pakaian setiap individu anggota masyarakat menjadi lebih banyak, dan pengaruh mode serta
penggunakan pakaian untuk menyesuaikan dengan aktivitas menyebabkan pergantian pakaian
menjadi lebih tinggi. Secara keseluruhan hal-hal tersebut di atas akan menyebabkan
pertumbuhan permintaan yang berkesinambungan.
Posisi DKI Jakarta, yang juga merupakan provinsi kota dan sekaligus ibukota negara, sangat
menguntungkan bagi perdagangan berbagai produk, terutama tentunya pakaian jadi. Kunjungan
dari masyarakat dari berbagai penjuru tanah air, baik untuk kepentingan dinas, bisnis, kunjungan
pribadi dan keluarga, atau rekreasi (wisata) ke Jakarta akan sangat tinggi. Jakarta sebagai pusat
pemerintahan, tempat dimana lembaga-lembaga negara berada, tempat dimana kantor-kantor
pusat perusahaan berada, agen dan pusat perdagangan besar berada, dan berbagai sarana wisata
yang unik tidak ada di tempat lain, menjadikan Jakarta sebagai tujuan kunjungan dengan tingkat
kunjungan yang akan selalu berkembang. Kondisi tersebut diperkuat oleh aksesibilitas menuju
Jakarta yang mudah, karena tersedianya transportasi yang bervariasi dan tinggi frekuensinya,
Analisis KPJU Unggulan UMKM
138 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
baik melalui udara, laut, maupun darat. Perdagangan pakaian jadi di DKI Jakarta selain
memenuhi kebutuhan pasar lokal, juga mendapat manfaat besar dari kondisi di atas, sehingga
menjadi bagian yang sangat penting dari rantai perdagangan pakaian jadi ke seluruh tanah air,
dan pemenuhan kebutuhan pakaian jadi secara individual bagi masyarakat daerah yang
berkunjung ke Jakarta.
Sebagai kota internasional dengan akses transportasi internasional terbaik di tanah air,
memudahkan para pedagang pakaian jadi, terutama dari negara-negara tetangga dan berkembang
di Asia, Timur Tengah, dan Afrika, membeli pakaian jadi yang diperdagangkan di Jakarta untuk
kemudian akan diperdagangkan kembali di negaranya. Untuk memenuhi kebutuhan akan
pakaian jadi yang bervariasi tersebut pedagang pakaian jadi di Jakarta juga mendapat pasokan
dari industri pakaian jadi, terutama dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Berdasarkan uraian sebelumnya tergambarkan bahwa dalam siklus hidup usaha perdagangan
pakaian jadi berada pada fase pertumbuhan dan hal ini masih akan berlangsung dalam jangka
panjang, mengingat pangsa pasar terbesarnya masih berasal dari pasar domestik (dalam negeri)
dan negara-negara berkembang yang relatif ringan menerima dampak krisis
perekonomian/keuangan global. Ancaman dalam jangka panjang pada perdagangan pakaian jadi
ini berasal dari industri pakaian jadi dari negara berkembang di Asia Tenggara seperti Vietnam
dan Kamboja, serta produk murah dari China, yang mungkin diperdagangkan langsung ke
negara-negara yang selama ini mengimpor dari Indonesia. Antisipasi terhadap ancaman tersebut
dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem transaksi yang menjamin kemudahan tapi
sekaligus tetap memberikan rasa aman bagi pedagang, kemudahan dan pengenaan tarif yang
bersaing untuk ekspedisi pengiriman barang (ekspor), dan mengembangkan keagenan atau
pusat-pusat perdagangan pakaian jadi Indonesia yang dimiliki pedagang Indonesia atau
bekerjasama dengan pedagang setempat di negara-negara yang selama ini membeli pakaian jadi
langsung dari Indonesia.
KPJU-6 : Industri Furniture/Mebel
Industri furniture atau mebel berkembang seiring dengan perkembangan usaha property
(perkantoran, perumahan/apartemen/kondominium), hotel dan restoran, serta berbagai jenis
usaha. Usaha properti dan jasa-jasa lainnya di DKI Jakarta tumbuh dengan sangat pesat dari
sejak lama, dan dari waktu ke waktu pertumbuhannya semakin tinggi. Dengan demikian sangat
wajar apabila permintaan akan furniture atau mebel tumbuh dengan sangat pesat, sepanjang
desain dan kualitas produknya memenuhi standar. Untuk itu pembinaan yang terkait dengan
rancangan, dan proses produksi untuk dapat menghasilkan produk berkualitas menjadi
keharusan.
Tantangan utama bagi usaha industri furnitur ini di masa mendatang adalah semakin sulit dan
mahalnya mendapatkan bahan baku kayu dan rotan yang berkualitas. Masuknya berbagai produk
impor dengan menggunakan bahan baku non hasil hutan (plastik, logam, compound) sebagai
pengganti papan dan rotan juga menjadi tantangan yang lain.
Sebagaimana dengan usaha-usaha lain yang menggunakan bahan baku yang berasal dari alam,
dalam hal ini adalah hasil hutan, terjadi kelangkaan yang semakin dirasakan dari waktu ke
waktu, maka untuk usaha industri furnitur ini ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk
menjamin keberlangsungan usaha, yaitu : (1) menggunakan bahan baku yang berasal dari hutan
yang diusahakan secara lestari; (2) menggunakan kayu yang berasal dari kegiatan replanting
tanaman perkebunan seperti kayu karet dan kelapa; (3) menggunakan kayu lunak yang tumbuh
cepat (fast growing) dan bambu dengan mengaplikasikan teknologi untuk memperkuat dan
Analisis KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 139
mengawetkan; menggunakan papan partikel atau papan olahan press lainnya; (4) menggunakan
logam tempa, pipa, dan plastik, eceng gondok dan lainnya lebih banyak.
KPJU-7 : Usaha Jasa Bengkel Mobil
Permintaan jasa bengkel mobil berkembang seiring dengan perkembangan penjualan kendaraan
bermotor roda-4 atau lebih (mobil), perubahan perilaku pemilik mobil, dan kesadaran akan nilai
ekonomis dari keberadaan mobil. Sejak pulihnya ekonomi Indonesia setelah mengalami krisis
yang berat di tahun 1997-1998, pertumbuhan penjualan mobil penumpang dan barang dalam
lima tahun terakhir secara nasional mencapai 5-12%. Khusus untuk DKI Jakarta pertumbuhan
penjualan tersebut diperkirakan lebih besar dari pertumbuhan nasional, mengingat volume
kegiatan ekonomi di DKI Jakarta relatif lebih besar dibandingkan provinsi-provinsi lainnya.
Pemilik kendaraan pribadi maupun dinas (perusahaan) sekarang cenderung untuk membawa
kendaraannya ke bengkel, baik untuk pemeliharaan maupun perbaikan, karena pertimbangan
efisiensi waktu dan ekonomis. Saat ini semakin sedikit instansi pemerintah maupun perusahaan
swasta yang memiliki bengkel sendiri untuk merawat dan memperbaiki kendaraan mereka,
sehingga cenderung untuk bekerjasama dengan bengkel-bengkel yang fokus dalam melakukan
perawatan dan perbaikan mobil dengan jenis atau merek tertentu maupun umum.
Semakin berkembangnya bisnis asuransi juga mendorong pemilik yang mobilnya diasuransikan
untuk segera melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada bodi atau komponen mobil
lainnya akibat kecelakaan atau musibah lainnya. Hal ini juga mendorong peningkatan
permintaan jasa perawatan dan perbaikan mobil yang bisa diberikan oleh bengkel mobil
Sebagian besar mobil yang ada di DKI Jakarta digunakan untuk aktivitas produktif oleh
pemiliknya, oleh karenanya para pemilik tentunya menghendaki kendaraan selalu dalam
keadaan baik dan siap digunakan. Kemacetan yang parah hampir di semua bagian dari ibukota,
dan setidaknya 6 hari dalam seminggu, menimbulkan keausan yang lebih cepat pada komponen
mobil. Hal-hal ini juga dapat memicu meningkatnya permintaan terhadap jasa bengkel mobil.
Beberapa kebijakan yang diperlukan antara lain: kebijakan untuk mengembangkan sistem
transportasi masal yang lebih baik, kebijakan mengurangi penggunaan air tanah yang biasa
digunakan untuk pencucian mobil, dan perluasan bagian wilayah kota yang bebas dari kegiatan-
kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran, diperkirakan tidak akan mengurangi
permintaan jasa bengkel mobil, tetapi hanya akan menggeser lokasi usaha ke sekitar wilayah
pemukiman atau di pinggiran kota.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, mengindikasikan akan adanya pertumbuhan
permintaan akan jasa bengkel mobil setidaknya dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Peningkatan permintaan itu akan menjadi lebih tinggi jika pertumbuhan ekonomi nasional di
tahun-tahun mendatang terus dapat dipertahankan tetap tinggi. Keadaan ini selain akan
mendorong peningkatan penjualan mobil, tapi juga dapat meningkatkan kemampuan pemilik
kendaraan untuk melakukan pemeliharaan kendaraan di bengkel mobil.
KPJU-8 : Usaha Angkutan Perkotaan
Salah satu ciri utama masyarakat perkotaan modern adalah mobilitasnya yang sangat tinggi,
maka kebutuhan akan angkutan perkotaan juga tinggi. Kondisi angkutan masal di DKI Jakarta
saat ini dirasakan belum memadai, ditinjau dari volume, jangkauan, keamanan, dan
Analisis KPJU Unggulan UMKM
140 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
kenyamanan. Namun kondisi ini secara terus menerus telah diupayakan perbaikannya, walau
terasa berjalan cukup lambat.
Walaupun transportasi massal telah dikembangkan, kebutuhan akan angkutan sewa perkotaan
untuk jarak pendek dan bisa menjangkau pemukiman atau wilayah-wilayah padat lainnya harus
juga dipenuhi. Saat ini ada beberapa sarana angkutan kecil yang bisa memenuhi kondisi tersebut
dan mendapat ijin untuk beroperasi di wilayah DKI Jakarta, yaitu taksi, tuktuk (Bajaj dengan
BBG), dan kancil. Pertumbuhan usaha angkutan perkotaan ini diperkirakan akan terus
meningkat sesuai dengan pertumbuhan dinamika aktivitas masyarakat di Kota Jakarta.
Angkutan perkotaan yang dapat menjangkau berbagai bagian dari Jakarta, yang memberikan
rasa aman bagi penggunanya, dan tidak memberi beban yang lebih berat terhadap polusi udara,
sangat didambakan oleh masyarakat Jakarta. Ketidaknyamanan karena kepadatan, inefisiensi,
dan pembatasan ijin bagi kendaraan pribadi untuk digunakan di dalam kota terutama di jalan-
jalan protokol, mendorong permintaan akan angkutan perkotaan non bis di masa mendatang
akan meningkat. Berdasarkan berbagai uraian tersebut di atas tergambarkan bahwa dalam lima
tahun mendatang permintaan akan angkutan perkotaan meningkat, yang berarti ditinjau dari
siklus hidup usaha ini akan masih berada pada fase pertumbuhannya.
KPJU-9 : Usaha Perdagangan Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan
Usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris kendaraan bisa merupakan usaha yang terpisah,
namun kini ada kecenderungan untuk menjadi satu usaha yang menyediakan dua jenis produk
tersebut. Pabrikan kendaraan bermotor cenderung mengeluarkan produk dengan berbagai
varian, dimana antar varian dibedakan atas aksesoris yang menjadi kelengkapannya.
Pertumbuhan yang pesat pada kepemilikan jumlah kendaraan baik penumpang maupun barang,
roda-2 maupun lebih, kendaraan pribadi maupun milik instansi atau perusahaan, menjadi pemicu
pertumbuhan usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris. Di DKI Jakarta usaha perdagangan
suku cadang dan aksesoris telah terkonsentrasi di beberapa wilayah-wilayah, dan tidak hanya
melayani masyarakat pemilik kendaraan di DKI Jakarta saja, tetapi juga dari Jabodetabek, dan
juga yang berasal dari berbagai kota lain di Jawa, Sumatera, dan daerah-daerah lain. Pelanggan
luar daerah pada umumnya berasal dari bengkel-bengkel yang ada di daerah tersebut.
Teknologi informasi dan telekomunikasi, serta berkembangnya usaha jasa pengiriman barang,
mempermudah usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris memperluas jaringan
pemasarannya. Banyaknya merek dan varian untuk setiap merek, dan keterbatasan keberadaan
bengkel resmi untuk setiap merek kendaraan, juga harga jual yang tinggi di bengkel resmi yang
ada, mendorong munculnya pesanan langsung kepada pedagang suku cadang dan aksesoris di
Jakarta.
Atas dasar apa yang secara singkat diuraikan sebelumnya, mengindikasikan dengan jelas bahwa
perdagangan suku cadang dan aksesoris ini masih berada dalam fase pertumbuhan. Hal ini
diperkuat oleh fakta bahwa penjualan kendaraan meningkat dengan rataan lebih dari lima persen
dalam lima tahun terakhir, dan kecenderungan pemilik untuk merawat dan mempercantik
kendaraan dengan berbagai aksesoris meningkat pula.
KPJU-10 : Usaha Restoran dan Rumah Makan
Beberapa hal mengapa restoran dan rumah makan masih akan tumbuh di DKI Jakarta adalah:
tempat kerja yang berlokasi jauh dari tempat tinggal, pola penyiapan makanan untuk konsumsi
di rumah, dan berkembangnya fungsi restoran dan rumah makan. Setidaknya setiap makan
Analisis KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 141
siang pada hari kerja bagi anggota masyarakat yang bekerja dilakukan atau dibeli dari restoran
atau rumah makan dengan berbagai ukuran. Meningkatnya jumlah perusahaan atau instansi yang
membuka kantornya di wilayah DKI Jakarta akan mendorong pula peningkatan permintaan akan
jasa restoran dan rumah makan.
Demi pertimbangan kepraktisan, dan alasan tidak adanya waktu untuk menyiapkan makanan di
rumah, serta semakin menurunnya kemampuan anggota keluarga dalam menyediakan makanan
yang baik, enak dan menarik, menyebabkan pembelian makanan dari restoran atau rumah makan
untuk keperluan makan malam dan lainnya meningkat, dan diperkirakan akan terus meningkat di
masa yang akan datang. Memesan langsung dari restoran atau rumah makan, atau membelinya
sambil pulang kerja adalah menjadi hal yang semakin banyak bisa ditemui di perkotaan besar.
Fungsi restoran dan rumah makan saat ini semakin tampak bergeser menjadi tempat untuk
melakukan interaksi sosial, baik diantara rekan sekerja, anggota keluarga, kolega, teman-teman
dan sebagainya. Restoran dan rumah makan tidak lagi menjadi hanya sekedar tempat makan.
Restoran dan rumah makan kini banyak yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan, fasilitas untuk
koneksi internet, dan fasilitas serta atraksi lainnya yang melengkapi restoran dan rumah makan
menjadi tempat rekreatif, disamping tersediannya menu yang unik dan memenuhi selera
konsumen.
Jakarta sebagai kota tujuan wisata utama, dimana terdapat berbagai fasilitas wisata,
membutuhkan adanya restoran dan rumah makan sebagai pendukung. Bahkan restoran dan
rumah makan yang mampu menyajikan menu dan cara penyajian yang unik bisa menjadi
destinasi wisata tersendiri, yang saat ini dikenal sebagai wisata kuliner. Sebagai penyedia
makanan yang merupakan kebutuhan utama manusia, dan melihat posisinya saat ini, usaha
restoran dan rumah makan diperkirakan akan tetap tumbuh di masa-masa mendatang, setidaknya
sesuai dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan adanya perbaikan kesejahteraan masyarakat di
DKI Jakarta.
6.2. Analisis Pembentukan Inflasi KPJU Unggulan Lintas Sektoral
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, dan akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
Penyebab inflasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) tarikan permintaan (demand
pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar yang terkait dengan permintaan
terhadap barang dan jasa yang berakibat bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi sehingga meningkatkan harga. Kelompok ke-2 adalah desakan biaya (cost push
inflation) akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau kelangkaan distribusi, walau permintaan
secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan, sehingga memicu kenaikan
harga. Sehubungan dengan itu penetapan KPJU Unggulan berkaitan dengan penyebab inflasi
adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu desakan biaya (cost push inflation).
Analisis KPJU Unggulan UMKM
142 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
Penetapan KPJU Unggulan diharapkan mampu mendorong investasi dan berkembangnya usaha
pada KPJU yang diunggulkan, yang pada akhirnya berdampak kepada lebih tersedianya
komoditi, produk atau jasa dari KPJU Unggulan tersebut. Di antara KPJU Unggulan Lintas
Sektor di Provinsi DKI Jakarta, maka KPJU yang termasuk dalam kelompok komoditi dalam
perhitungan inflasi adalah seperti dapat dilihat pada Tabel 6.2.1. Seperti dapat dilihat pada Tabel
6.3.1, KPJU Unggulan termasuk pada:
1) Kelompok Bahan Makanan yaitu bahan makan kacang-kacangan (107010-12), KPJU
yang berkontribusi terhadap inflasi adalah Industri Pengolahan Tahu/Tempe dan pada
kelompok Ikan segar (103000), yaitu komoditi hasil usaha penangkapan ikan di laut.
2) Kelompok makanan jadi (201000) terdapat 2 (dua) KPJU yaitu adalah usaha industri
pengolahan makanan/kue dan usaha restoran/rumah makan.
3) Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga (303000) terdapat (2) dua KPJU yaitu produk
Industri Pembuatan furniture/mebel (303021-27) dan usaha perdagangan barang
kelontong (303000 dan 304000).
4) Kelompok Sandang (400000) terdapat 2 (dua) KPJU yaitu industri konveksi dan usaha
perdagangan pakaian jadi.
5) Sub Kelompok Jasa PerawatanJasmani terdapat 1 KPJU yaitu usaha jasa salon
kecantikan (503000) .
6) Kelompok Rekreasi (604000) terdapat 3 KPJU yaitu wisata pantai, wisata sejarah dan
homestay (604027).
7) Kelompok transportasi, terdapat 3 KPJU yaitu jasa transportasi angkutan kota (701003),
dan angkutan bis (701200).
8) Kelompok komunikasi dan Pengiriman (702003) terdapat 1 KPJU yaitu usaha jasa
angkutan khusus ekspedisi.
9) Kelompok Sarana dan Penunjang Transpor (703016 dan 703017) terdapat 2 KPJU yaitu
usaha jasa bengkel motor dan mobil .
Tabel 6.2.1.
KPJU Unggulan Lintas Sektoral Penyumbang Inflasi
No Sektor/
Subsektor KPJU Unggulan
Kelompok Komoditi Penyumbang
Inflasi
1 Perindustrian Makanan/Kue Kelompok Makanan Jadi (201000)
2 Jasa Bengkel Motor
Sarana dan penunjang transport (703016-
17)
3 Angkutan Angkutan Khusus
Ekspedisi Komunikasi dan Pengiriman (702003)
4 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) Sandang (400000)
5 Perdagangan Pakaian Jadi Sandang (400000)
6 Perindustrian Furniture/Mebel Perlengkapan rumah tangga (303021-27)
7 Jasa Bengkel Mobil Sarana dan penunjang transport (703016-
17)
8 Angkutan Angkutan Perkotaan Transpor (701003)
9 Perdagangan
Suku Cadang dan
Aksesoris Kendaraan Sarana dan penunjang transport (703000)
10 Perdagangan Restoran /Rumah Makan Makanan jadi (201000)
11 Angkutan Angkutan Bus Kota Transpor (701002-3)
12 Perikanan Penangkapan Ikan di Ikan segar (103000)
Analisis KPJU Unggulan UMKM
Bank Indonesia 143
No Sektor/
Subsektor KPJU Unggulan
Kelompok Komoditi Penyumbang
Inflasi
Laut
13 Perdagangan Toko Kelontong Perlengkapan Rumahtangga (303000) dan
Penyelenggaraan Rumahtangga (304000)
14 Pariwisata Wisata Sejarah Rekreasi (604027)
15 Jasa Salon Kecantikan Jasa perawatan jasmani (503000)
16 Pariwisata Homestay Rekreasi (604000)
17 Perindustrian Tahu /Tempe Bahan makanan kacang-kacangan
(107010-12)
18 Perikanan Budidaya Ikan Hias -
19 Pariwisata Wisata Pantai /Bahari Rekreasi (604027)
20 Perindustrian Batu Aji /Akik /Cincin -
Seperti dapat dilihat pada Tabel 6.3.1 di atas, kecuali KPJU Unggulan Budidaya Ikan Hias dan
Industri Kerajinan batu aji/akik/cincin 7 KPJU Unggulan Lintas Sektor yang lain merupakan
penyumbang langsung terhadap inflasi. Di antara ke-7 KPJU Unggulan tersebut, maka KPJU
Jasa bengkel mobil dan perdagangan suku cadang dapat menjadi penyumbang terhadap biaya
transportasi/distribusi yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga/biaya komoditi lain.
Demikian juga pengaruh yang sama diberikan oleh KPJU Unggulan Angkutan khusus ekspedisi.
Selain itu KPJU Unggulan penangkapan ikan di laut yang komoditinya berupa ikan segar pada
gilirannya dapat mempengaruhi terhadap harga/biaya kelompok komoditi ikan olahan dan bahan
makanan lainnya dan makanan jadi seperti kerupuk ikan.
Berdasarkan data BPS, sub kelompok kacang-kacangan pada kelompok bahan makanan pada
bulan Oktober 2012 mengalami penurunan inflasi (deflasi) 1,16% dan pada kelompok ini produk
tahu memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,0048%. Pada kelompok ikan segar,
dimana diantaranya merupakan hasil dari usaha penangkapan ikan di laut memberikan
penurunan inflasi (deflasi) sebesar 0,02%.
Produk KPJU Unggulan dari industri pengolahan makanan/kue dan produk makanan/minuman
yang ditawarkan usaha jasa restoran/rumah makan sebagian merupakan sub kelompok makanan
jadi yang memberikan kontribusi terhadap inflasi. Berdasarkan data BPS pada periode Oktober
2012 kelompok makanan jadi mengalami deflasi sebesar 0,02%. Komoditi makanan
ringan/snack sebagai produk dari KPJU Unggulan Industri pengolahan makanan/kue
memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,0009% dan komoditi air kemasan sebesar
0,0043.
Pada sub kelompok perlengkapan rumahtangga, yang di antaranya sebagai produk dari KPJU
Unggulan industri furniture/mebel, pada periode Oktober 2012 mengalami kenaikan inflasi
sebesar 0,06%.
Kelompok sandang merupakan kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada periode bulan
oktober 2012 (1,99%). Salah satu dari produk pada kelompok sandang ini adalah produk dari
KPJU Unggulan industri konveksi dan usaha perdagangan pakaian jadi. Pada kelompok ini
komoditi rok luar model biasa memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,0003%.
Berkaitan dengan KPJU Unggulan usaha jasa salon kecantikan yang pada kelompok komoditi
penyumbang inflasi adalah pada sub kelompok jasa perawatan jasmani pada periode Oktober
2012 tidak mengalami kenaikan atau penurunan inflasi. Kelompok inipun tidak memberikan
sumbangan inflasi. Kondisi yang sama terjadi pada kelompok rekreasi dimana diantaranya
Analisis KPJU Unggulan UMKM
144 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
merupakan produk jasa KPJU Unggulan yaitu wisata pantai, wisata sejarah dan homestay pada
sektor pariwisata.
Pada kelompok sarana dan penunjang transport, dimana salah satunya adalah jasa transportasi
angkutan kota dan bis pada periode Oktober 2012 mengalami kenaikan inflasi sebesar 0,05%.
Kenaikan inflasi juga terjadi pada kelompok sarana dan penunjang transportasi yaitu sebesar
1,30%. Pada kelompok ini terdapat dua KPJU Unggulan yaitu usaha jasa bengkel dan mobil.
Walaupun demikian, ke dua kelompok ini tidak memberikan sumbangan terhadap inflasi.
BAB VII REKOMENDASI
Rekomendasi untuk pengembangan KPJU Unggulan UMKM di Kota/Kabupaten Administrasi
dan Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
7.1. Rekomendasi Umum
Secara umum rekomendasi untuk pengembangan UMKM - KPJU Unggulan di Provinsi DKI
Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Hasil identifikasi KPJU Unggulan per sektor dan lintas sektor seyogyanya dapat
dipertimbangkan oleh Pemerintah Daerah sebagai KPJU Unggulan dalam rangka
pengembangan UMKM.
2. Pembinaan dan pengembangan KPJU Unggulan untuk pengembangan UMKM
memerlukan dukungan kebijakan dan program yang bersifat lintas sektoral. Dengan
demikian SKPD terkait sesuai dengan TUPOKSInya masing-masing perlu lebih
meningkatkan dan mengembangkan program dan kegiatannya yang mendukung
pengembangan KPJU Unggulan UMKM tersebut, disertai dengan alokasi dana yang
mencukupi dan proporsional. Agar supaya program dan pengembangan tersebut lebih
mengikat dan berkesinambungan, maka KPJU Unggulan UMKM perlu ditetapkan melalui
Surat Keputusan Kepala Daerah serta dituangkan dalam RPJM Daerah dan Rencana
Strategis SPKD terkait.
3. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan KPJU Unggulan untuk UMKM adalah
peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program yang
telah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar produk
UMKM perlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan faktor
penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan pasar, antara
lain: pemenuhan terhadap persyaratan mutu, kemasan, dan waktu delivery, harga, serta
ketersediaan modal kerja untuk memenuhi volume pemesanan. Sehubungan dengan itu
maka:
a. Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan yang selama ini sudah
dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi Terkait perlu lebih diintensifkan. Program
tersebut meliputi:
i. Aspek kewirausahaan, sehingga SDM/pelaku usaha lebih mandiri dan kreatif
dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.
ii. Aspek teknik dan teknologi produksi, sehingga produksi lebih efisien serta mutu
dan kemasan produk lebih meningkat.
iii. Aspek manajemen usaha, khususnya pemasaran dan keuangan, sehingga dapat
mendukung peningkatan akses pengusaha terhadap pasar dan sumber pembiayaan
usaha (perbankan).
b. Pengembangan jejaring usaha antar UMKM, serta pengembangan dan penguatan
kelembagaan pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan untuk meningkatkan
efisiensi biaya transaksi usaha dan pemasaran bersama.
c. Peningkatan sarana dan prasrana pemasaran bagi UMKM KPJU Unggulan serta
pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi KPJU Unggulan.
Rekomendasi
146 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
d. Pengembangan program kemitraan atau penguatan lebih lanjut program kemitraan
yang selama ini sudah terbentuk antara UMKM KPJU Unggulan dengan Usaha
Menengah/Besar terkait.
4. Pengembangan Klaster yang selama ini telah dilaksanakan pada komoditi tertentu perlu
diperluas dan diterapkan pada KPJU Unggulan, dengan lebih meningkatkan keterlibatan
dan koordinasi antar pelaku inti dan institusi pendukung (SKPD terkait, Perbankan,
Perguruan Tinggi, dan instansi Litbang). Pengembangan Klaster seyogyanya berorientasi
kepada peningkatan nilai tambah dalam sistem rantai nilai (value chain) dan manajemen
rantai pasok (supply chain management). Dalam kaitan ini maka proses peningkatan nilai
tambah KPJU Unggulan seyogyanya dirancang agar sebesar-besarnya dapat dinikmati oleh
pelaku UMKM.
5. Program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan adalah sangat penting dan perlu
lebih diintensifkan serta dilaksanakan secara lebih berkesinambungan. Sehubungan dengan
itu:
a. Kelembagaan pendamping seperti Business Development Service Provider (BDSP)
atau Inkubator Bisnis UMKM yang sudah ada perlu lebih meningkatkan peran dan
fungsinya dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait.
b. Kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi di daerah dengan yang
sudah berlangsung selama ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan. Tridharma
Perguruan Tinggi, khususnya dharma Pengabdian Masyarakat, serta program kurikuler
seperti PKL, KKN atau kegiatan ko-kurikuler lain perlu lebih dikembangkan untuk
program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan.
6. Pengembangan bisnis KPJU Unggulan oleh UMKM memerlukan peningkatan akses
kepada sumber pembiayaan, dan untuk itu diperlukan program dan upaya antara lain:
a. Pengembangan atau penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga
Pembiayaan Alternatif (LPA) yang sudah ada, khususnya dari aspek kelembagaan dan
permodalan.
b. Penguatan Lembaga Penjamin Kredit Daerah yang sudah terbentuk.
c. Revitalisasi peran dan peningkatan jumlah Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
d. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN dan BUM-Daerah
perlu lebih diintensifkan dan diintegrasikan sehingga lebih efektif bagi pengembangan
UMKM KPJU Unggulan.
e. Percepatan realisasi dan operasionalisasi Lembaga Pemeringkat Kredit bagi UMKM.
7. Secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses
pembiayaan untuk KPJU Unggulan bagi UMKM melalui program dan kegiatan:
a. Sosialisasi yang lebih intensif tentang persyaratan pembiayaan dan skim pembiayaan
bagi UMKM.
b. Pengembangan inovasi dan skim pembiayaan /penyaluran kredit yang berbeda untuk
masing-masing bisnis KPJU Unggulan. Hal ini didasarkan atas perbedaan karakteristik
usaha antar KPJU Unggulan dan antara skala mikro, kecil dan menengah.
8. Pengendalian laju inflasi melalui kebijakan fiskal daerah perlu dilakukan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, khususnya untuk menciptakan kestabilan suku bunga riil investasi
karena masih menjadi andalan bagi investor dalam melakukan investasi melalui dana
pinjaman. Kebijakan pengendalian laju inflasi dapat dilakukan pengurangan pengeluaran
pemerintah agar pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian daerah dapat dikendalikan,
kebijakan kenaikan pajak juga dapat mengakibatkan penerimaan uang masyarakat
berkurang dan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang menurun sehingga
Rekomendasi
Bank Indonesia 147
berpengaruh terhadap penurunan permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif,
peningkatan hasil produksi agar terjadi keseimbangan jumlah barang dengan jumlah uang
yang beredar, kebijakan terhadap kestabilan tingkat upah agar daya beli masyarakat relatif
stabil sehingga harga-harga pun ikut stabil, serta peran pemerintah daerah dalam
pengawasan harga dan distribusi barang.
7.2. Rekomendasi Khusus.
Secara khusus rekomendasi yang diajukan untuk masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor
adalah sebagai berikut:
1) Usaha Industri Makanan/Kue.
Pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dan berkesinambungan untuk menjamin
dan meningkatan keamanan pangan (food safety) dan kehalalan produk makanan, oleh
instansi terkait (Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Kesehatan, Badan POM, dan
Asosiasi).
Pelatihan dan pendampingan dalam rangka penerapan Praktek Berproduksi Yang Baik
(Good Processing Practice), dan disain kemasan produk (Dinas Perindustrian, Lembaga
Penelitian dan Perguruan Tinggi).
2) Usaha Industri dan Perdagangan Pakaian Jadi
Perluasan akses pemasaran bagi produk Pakaian Jadi UMKM melalui kemitraan dengan
pengelola pasar modern perlu lebih ditingkatkan (Dinas KUMKM dan Perdagangan, dan
Kadin/Asosiasi)
Kebijakan yang lebih progresif untuk pengadaan dan penggunaan produk pakaian jadi
UMKM bagi instansi di lingkungan Pemerintah DKI dan Sekolah Negeri (Pemda DKI).
Pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan mutu dan disain pakaian jadi
(Dinas Perindustrian dan Energi, dan Asosiasi).
Kebijakan yang lebih progresif dalam rangka melindungi produk pakaian jadi UMKM
dari “serbuan” produk impor (Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan).
3) Usaha Jasa Bengkel Mobil dan Bengkel Motor
Pelatihan dan pembinaan terhadap pengelola usaha jasa bengkel dan perawatan
mobil/motor, seperti prinsip-prinsip Total Productive Maintenance, sehingga antara lain
dapat mengurangi dampak lingkungan yang negatif, seperti pencemaran limbah,
kebisingan, dan pemborosan penggunaan air tanah pada jasa pencucian mobil/motor
(Pemda, dan Dinas Perindustrian dan Energi).
Peningkatan akses bagi pengelola untuk meningkatkan keterampilan mekanik /operator
dan program sertifikasi mekanik/operator melalui kerjasama dengan Balai Latihan Kerja
dan Produsen Mobil (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi – BLK, dan Produsen
Mobil/Motor).
4) Usaha industri batu aji/akik/cincin.
Peningkatan mutu disain melalui pendirian pusat pelatihan dan pengembangan disain
kreatif produk kerajinan batu aji/akik/cincin dan produk kerajinan lain (Dinas
Perindustrian dan Energi, Dinas Tenaga Kerja dan Tansmigrasi – BLK).
Peningkatan akses dalam rangka promosi produk-produk kerajinan pada event-event
promosi pariwisata, terfasilitasinya gerai produk kerajinan ini pada Hotel-hotel
berbintang, dan objek-objek kunjungan wisata (Dinas KUMKM dan Perdagangan, Dinas
Pariwisata, dan Asosiasi).
Rekomendasi
148 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta
5) Industri Tahu/tempe.
Pembinaan melalui pelatihan, pendampingan dan pengawasan yang lebih intensif dan
berkesinambungan dalam rangka penerapan Praktek Berproduksi Yang Baik (Good
Processing Practice) sehingga lebih menjamin keamanan pangan – dalam hal ini produk
tahu (Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Kesehatan, Badan POM).
Menjalin kerjasama dan kemitraan yang lebih intensif dalam rangka lebih menjamin
kepastian ketersediaan pasokan bahan baku kedele (Asosiasi dan Koperasi Pengusaha
Tahu/Tempe).
6) Usaha Perdagangan Suku Cadang dan aksesoris mobil/motor.
Pengawasan dan pengendalian terhadap pemalsuan suku cadang kendaraan yang
merugikan konsumen (Dinas KUMKM dan Perdagangan, dan Asosiasi).
7) Industri furniture/meubel.
Pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan mutu dan disain
furniture/mebel, serta alternatif penggunaan bahan baku selain kayu alam (Dinas
Perindustriandan Energi, dan Asosiasi).
Kebijakan yang lebih progresif dalam pengadaan dan penggunaan produk
furniture/mebel UMKM bagi instansi di lingkungan Pemerintah DKI dan Sekolah Negeri
(Pemda DKI).
8) Industri Sepatu dan Tas.
Pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan mutu dan disain sepatu/tas
melalui pendirian pusat pelatihan dan pengembangan disain kreatif produk sepatu dan tas
(Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi – BLK, dan
Asosiasi)
Kebijakan yang lebih progresif dalam pengadaan dan penggunaan produk sepatu/tas
UMKM bagi instansi di lingkungan Pemerintah DKI dan Sekolah Negeri (Pemda DKI).
9) Usaha Jasa Angkutan Perkotaan
Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaku usaha dan supir untuk meningkatkan
keamanan dan kenyamanan penggunaan jasa pelayanan angkutan (Asosiasi, Dinas
Perhubungan, dan Kepolisian Daerah Metro Jaya).
Kemudahan fasilitas pembiayaan untuk pembaharuan sarana angkutan (Perbankan dan
Asosiasi).