BAB I PENDAHULUAN - bi.go.id · meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. ... Hierarki Konseptual...

150
Bank Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang memiliki peranan sangat penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tahun 2010 adalah sebesar 57,12% dari total PDB nasional, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,22% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, serta kontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 15,81% dari total nilai ekspor non migas, dengan jumlah unit usaha mencapai sekitar 53,82 juta UMKM. Kontribusi tersebut sebesar 50,14% berasal dari UMKM di sektor pertanian, peternakan dan kehutanan, 29,07% dari bidang perdagangan, hotel dan restoran dan 6,31% dari industri pengolahan sedangkan sisanya di sektor jasa lain-lain. UMKM dalam perekonomian nasional maupun daerah menempati kedudukan yang strategis. Hal ini karena UMKM mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam memberikan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja, memperluas kesempatan usaha dan pemerataan, serta merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat. Dengan demikian maka pengembangan UMKM merupakan suatu keniscayaan dalam rangka peningkatan ekonomi rakyat, percepatan dan pertumbuhan serta peningkatan ekonomi daerah. UMKM mencakup hampir semua sektor/sub-sektor ekonomi daerah. Pada setiap sektor/sub- sektor ekonomi mencakup komoditi, produk atau jenis usaha yang sangat beragam. Dalam rangka lebih meningkatkan efektifitas pembinaan untuk pengembangan UMKM, maka diperlukan fokus terhadap komoditi, produk atau jenis usaha (KPJU) yang diunggulkan, sehingga program pembinaan dan pengembangan menjadi lebih fokus. Dengan demikian Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten Administrasi di DKI Jakarta dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu kota/kabupaten administrasi sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM tersebut, Bank Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis. Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam kerangka bantuan teknis. Kegiatan tersebut diharapkan akan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM. Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi hasil penelitian mengenai komoditi atau produk atau jenis usaha pada skala UMKM yang dinilai memiliki keunggulan dan layak untuk dikembangkan pada suatu daerah yang dilaksanakan setiap 5 tahun. Pembaharuan atau

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - bi.go.id · meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. ... Hierarki Konseptual...

Bank Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang

memiliki peranan sangat penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

2011, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tahun 2010 adalah

sebesar 57,12% dari total PDB nasional, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,22% dari

total penyerapan tenaga kerja yang ada, serta kontribusi terhadap ekspor non migas sebesar

15,81% dari total nilai ekspor non migas, dengan jumlah unit usaha mencapai sekitar 53,82 juta

UMKM. Kontribusi tersebut sebesar 50,14% berasal dari UMKM di sektor pertanian,

peternakan dan kehutanan, 29,07% dari bidang perdagangan, hotel dan restoran dan 6,31% dari

industri pengolahan sedangkan sisanya di sektor jasa lain-lain.

UMKM dalam perekonomian nasional maupun daerah menempati kedudukan yang strategis.

Hal ini karena UMKM mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam memberikan

kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja, memperluas kesempatan usaha dan pemerataan,

serta merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat. Dengan demikian maka

pengembangan UMKM merupakan suatu keniscayaan dalam rangka peningkatan ekonomi

rakyat, percepatan dan pertumbuhan serta peningkatan ekonomi daerah.

UMKM mencakup hampir semua sektor/sub-sektor ekonomi daerah. Pada setiap sektor/sub-

sektor ekonomi mencakup komoditi, produk atau jenis usaha yang sangat beragam. Dalam

rangka lebih meningkatkan efektifitas pembinaan untuk pengembangan UMKM, maka

diperlukan fokus terhadap komoditi, produk atau jenis usaha (KPJU) yang diunggulkan,

sehingga program pembinaan dan pengembangan menjadi lebih fokus. Dengan demikian

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten Administrasi di DKI Jakarta dapat

memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu

kota/kabupaten administrasi sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di

daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM tersebut, Bank Indonesia

memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan kepada perbankan yang

mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan kelembagaan yang

menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik

dengan lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank

Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis.

Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan

oleh Bank Indonesia dalam kerangka bantuan teknis. Kegiatan tersebut diharapkan akan dapat

memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah,

perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya

pemberdayaan UMKM.

Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi hasil penelitian mengenai komoditi atau

produk atau jenis usaha pada skala UMKM yang dinilai memiliki keunggulan dan layak untuk

dikembangkan pada suatu daerah yang dilaksanakan setiap 5 tahun. Pembaharuan atau

Pendahuluan

2 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

pengkinian data dan informasi tersebut dilakukan melalui suatu penelitian komoditi unggulan

pada suatu Provinsi secara bertahap. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih

bermanfaat dan berdaya guna bagi stakeholders dalam pengembangan UMKM, penelitian

tersebut perlu dipertajam dengan memilih dan menetapkan KPJU unggulan daerah berdasarkan

kriteria tertentu serta menambahkan berbagai informasi pendukung.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi DKI

Jakarta dilaksanakan untuk memberikan landasan rasional bagi pembangunan daerah yang

meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. Laporan tersebut mengandung

keterangan-keterangan lengkap sebagai dasar perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan

keputusan mengenai komoditi atau produk atau jenis usaha unggulan pada setiap wilayah

kota/kabupaten administrasi dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta. Ketersediaan informasi

tentang keadaan sumber daya alam dan manusia serta tingkat pemanfaatannya dalam berbagai

sektor ekonomi yang berkembang sangat diperlukan sebagai bahan rujukan. Secara rinci tujuan

penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Mengenal dan memahami mengenai:

(1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi

sumberdaya;

(2) Profil UMKM di Provinsi DKI Jakarta termasuk faktor pendorong dan penghambat

dalam pengembangan UMKM;

(3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang

terkait dengan pengembangan UMKM; dan

(4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.

b. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan yang

perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kota/kabupaten administrasi

dalam rangka:

(1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah;

(2) Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta

(3) Meningkatkan daya saing produk.

Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan

KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:

(1) Kebijakan Pemerintah Daerah; dan

(2) Kebijakan perbankan

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Penelitian terhadap KPJU unggulan Daerah dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan

menetapkan KPJU pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dikategorikan

sebagai unggulan daerah pada tingkat kota/kabupaten administrasi dan provinsi di

wilayah Provinsi DKI Jakarta;

b. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dimaksudkan dalam penelitian ini

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008;

c. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan, dengan kriteria:

Pendahuluan

Bank Indonesia 3

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah).

d. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, dengan kriteria:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

e. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar, dengan kriteria: (a). memiliki

kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau (b). memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

f. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan adalah KPJU yang mendukung

perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan

kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai daya saing tinggi.

g. KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang meliputi

pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan),

pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa-jasa sebagaimana kategori 9 sektor

ekonomi BPS.

h. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :

(1) Profil daerah, meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumberdaya

dana aspek lainnya yang terkait;

(2) Profil UMKM di Provinsi DKI Jakarta termasuk potensi, peluang, faktor pendorong

dan faktor penghambat dalam pengembangan UMKM;

(3) Penetapan KPJU unggulan baik usaha berskala mikro, kecil, maupun menengah di

daerah penelitian (tingkat kecamatan, kota/kabupaten administrasi dan provinsi);

(4) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM /KPJU

unggulan.

i. KPJU yang diidentifikasi minimal sampai dengan digit 4 pada Kode Baku Lapangan

Lapangan Usaha Indonesia (KBLI 2009).

1.4. Metode Penelitian

1.4.1. Daerah Penelitian

a. Daerah penelitian meliputi seluruh wilayah atau 6 kota/kabupaten administrasi di

Provinsi DKI Jakarta.

b. Penetapan KPJU unggulan daerah di kota/kabupaten administrasi dilakukan dengan

menghimpun informasi dari sebagian besar kecamatan yang ada dengan

Pendahuluan

4 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis, jumlah

UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kota/kabupaten administrasi serta kebijakan

Pemerintah Daerah. Jumlah sampel wilayah kecamatan yang tercakup dalam penelitian

ini sebanyak 44 kecamatan yang tersebar di seluruh wilayah kota/kabupaten administrasi

se DKI Jakarta. Adapun sebarannya seperti ditampilkan pada Tabel 1.4.1.

Tabel 1.4.1.

Daerah Penelitian

No. Kota/Kabupaten Administrasi Jumlah

Kecamatan

1. Kota Administratif Jakarta Pusat 8

2. Kota Administratif Jakarta Barat 8

3. Kota Administratif Jakarta Selatan 10

4. Kota Administratif Jakarta Timur 10

5. Kota Administratif Jakarta Utara 6

6. Kab. Administratif Kepulauan Seribu 2

Jumlah 44

1.4.2. Jenis dan Sumber Data

Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari nara sumber/

responden, yang terdiri dari pejabat Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait (sektor pertanian,

perindustrian, perdagangan, perhubungan), Bappeda, Asosiasi/Kadinda, dan pada tingkat

kecamatan dengan nara sumber adalah Koordinator Statistik Kecamatan, Camat atau Seksi

Perekonomian Kecamatan, dan pelaku usaha atau tokoh masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan melalui ”Indepth Interview” kepada pejabat instansi/dinas terkait

dan pemimpin/pejabat bank pelaksana di daerah untuk mendapatkan penilaian pejabat terkait di

tingkat kecamatan dan kota/kabupaten administrasi dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner), panduan diskusi, dan panduan wawancara. Metode pengumpulan data juga bisa

dilakukan melalui mekanisme Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) untuk

memperoleh pendapat nara sumber baik dalam rangka menetapkan KPJU unggulan maupun

menjaring informasi tentang kendala/permasalahan, faktor penghambat dan pendukung serta

kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM, khususnya untuk KPJU unggulan yang

terpilih.

Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan

penelitian dari dinas/instansi dan sumber data lainnya yang menunjang.

1.4.3. Analisis Data

Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab tujuan penelitian. Untuk

menjawab tujuan pertama, analisis yang dilakukan adalah analisis diskriptif, tabulasi silang, dan

statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif tersebut digunakan sebagai bahan untuk penyusunan

rekomendasi.

Khusus dalam rangka analisis dan penetapan KPJU unggulan, metode analisis yang digunakan

adalah Metode Bayes, Metode Borda. dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan

struktur hierarki konseptual seperti dapat dilihat pada Gambar 1.4.1. Proses penetapan KPJU

Pendahuluan

Bank Indonesia 5

unggulan dengan menggunakan Metode AHP dapat dilihat pada Gambar 1.4.2 dan Gambar

1.4.3.

Gambar 1.4.1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJU Unggulan Daerah

TUJUAN

a. Pertumbuhan Ekonomi

b. Penciptaan Lapangan Kerja c. Peningkatan Daya Saing

Produk

INPUT PROSES OUTPUT

Kriteria

Skilled Tenaga Kerja Bahan Baku Modal

Sarana Produksi/Usaha

Ketersediaan skilled TK (pelaksana):

Tingkat Pendidikan

Pelatihan

Pengalaman kerja

Jumlah lembaga pelatihan

Unsur Penilaian:

Ketersediaan bahan baku

Harga perolehan bahan baku

Retensi/parishability bahan baku

Kesinambungan bahan baku

Mutu

Kemudahan

Aspek Lingkungan Kebutuhan investasi awal

Kebutuhan modal kerja

Aksesibilitas thd sumber pembiayaan

Ketersediaan Sarana Produksi

Harga

Kemudahan

Kriteria

Teknologi Sosial Budaya Manajeman Usaha

Ketersediaan

Kemudahan (memperoleh teknologi)

Dampak lingkungan

Unsur Penilaian:

Didukung oleh faktor:

Ciri khas lokal

Religion/Budaya

Turun temurun

Kemudahan untuk

memanage

Kriteria

Ketersediaan Pasar Harga Penyerapan Tenaga Kerja

Kemudahan:

Menjual

Mendistribusikan (lokasi)

Unsur Penilaian:

Stabilitas Harga

Nilai Tambah

Penyerapan Tenaga Kerja

Sumbangan thd Perekonomian

Backward & Forward Linkages

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini

ALTERNATIF KPJU

SEKTOR/SUBSEKTOR

Pendahuluan

6 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Gambar 1.4.2. Hierarki Operasional Penentuan KPJU Unggulan Daerah

Gambar 1.4.3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Subsektor Ekonomi

MENCARI KOMODITAS UNGGULAN

Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk

LEVEL 1

FOKUS

LEVEL 2

TUJUAN

6 5 4 3 2

LEVEL 3

SEKTOR/SUBSEKTOR

SEKTOR / SUBSEKTOR (kota/kabupaten administrasi 1)

MENCARI KOMODITAS UNGGULAN

Pertumbuhan Ekonomi

Skilled

Tenaga

Kerja

Bahan

Baku Modal

Sarana

Produksi/

Usaha

Teknologi Sosial

Budaya

Manajeman

Usaha

Ketersediaan

Pasar Harga Penyerapan

Tenaga Kerja

Sumbangan

terhadap

Perekonomian

Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk

ALTERNATIF KPJU

LEVEL 1

FOKUS

LEVEL 2

TUJUAN

LEVEL 3

KRITERIA

LEVEL 4

ALT. KPJU

Pendahuluan

Bank Indonesia 7

a. Tahap Pertama

Tahap pertama adalah penentuan nilai bobot tujuan, bobot kriteria, dan bobot sektor ekonomi

yang dilakukan di tingkat Provinsi berdasarkan pendapat Pejabat Dinas Terkait dan Tim Pakar

lintas sektoral. Nilai bobot tujuan, kriteria, dan sektor ekonomi berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan metode AHP digunakan sebagai bobot tujuan, bobot kriteria dan bobot sektor

ekonomi untuk semua sektor/subsektor dan semua kota/kabupaten administrasi di Provinsi DKI

Jakarta. Dalam hal bobot kriteria yang dianalisis adalah:

1. Penentuan bobot masing-masing kriteria untuk (1) penyaringan komoditi unggulan di tingkat

kecamatan, dan (2) penyaringan hasil komoditi unggulan di tingkat kecamatan menjadi short

list untuk masukan penyaringan komoditi tingkat kota/kabupaten administrasi:

(i) Jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi untuk masing-masing

KPJU dari setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik;

(ii) Jangkauan Pemasaran;

(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (persepsi nara sumber):

(1) Sarana produksi pertanian /bibit (sektor pertanian);

(2) Sarana produksi/bahan baku (sektor industri); dan

(3) Sarana usaha (sektor perdagangan, angkutan, jasa).

(iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian wilayah kecamatan dan kabupaten/kota

(persepsi nara sumber).

2. Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi

untuk masing-masing sektor/subsektor dan lintas sektor:

(1) Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);

(2) Bahan baku;

(3) Modal;

(4) Sarana produksi/usaha;

(5) Teknologi;

(6) Sosial budaya;

(7) Manajemen usaha;

(8) Ketersediaan pasar;

(9) Harga;

(10) Penyerapan tenaga kerja; dan

(11) Sumbangan terhadap perekonomian.

b. Tahap Kedua

Tahap kedua dilaksanakan guna menghasilkan Identifikasi KPJU Unggulan pada setiap sektor

ekonomi pada tingkat kecamatan, dengan menggunakan kriteria dan bobot masing-masing

kriteria berdasarkan hasil tahap pertama.

Langkah awal yang dilakukan pada tahap kedua ini adalah memperoleh data semua KPJU untuk

setiap sektor/subsektor yang ada pada setiap kecamatan (long list).

Berdasarkan long list tersebut dilakukan penyaringan untuk memperoleh KPJU unggulan untuk

setiap sektor/subsektor dengan menggunakan metode Bayes. Metode Bayes adalah suatu metode

pendekatan secara statistik untuk menghitung tradeoffs diantara keputusan yang berbeda-beda,

dengan menggunakan probabilitas yang menyertai suatu pengambilan keputusan tersebut.

Pendahuluan

8 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Penggunaan metode Bayes untuk menentukan skor terbobot dari kriteria tingkat kecamatan,

yaitu (a) Jumlah unit usaha/rumahtangga usaha atau volume produksi bersumber dari data

sekunder, sedangkan (b) Pasar, (c) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi, dan (d) Kontribusi

terhadap perekonomian kecamatan. Penilaian (pemberian skor dan bobot) terhadap setiap KPJU

untuk setiap sektor/subsektor yang ada pada long list.

Penilaian dilakukan oleh nara sumber melalui mekanisme indepth interview dan pengisian

matrik identifikasi alternatif komoditi/produk/jenis usaha unggulan tingkat kecamatan.

Narasumber tersebut adalah Koordinator statistik Kecamatan, Pimpinan atau staf/seksi

perekonomian dari semua kecamatan yang dijadikan daerah penelitian, serta pelaku usaha atau

tokoh masyarakat setempat. Output dari analisis dengan menggunakan metode Bayes adalah

nilai skor terbobot dari setiap KPJU yang diidentifkasi. Analisis berikutnya adalah melakukan

pengurutan dari skor terbobot tertinggi ke terendah (descending sorting). Akhirnya masing-

masing kecamatan ditetapkan 5 (lima) KPJU dari setiap sektor/subsektor yang memiliki skor

terbobot tertinggi.

c. Tahap Ketiga

Tahap ketiga dilaksanakan untuk menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor/subsektor

dan lintas sektor pada tingkat kota/kabupaten administrasi. Diawali dengan penyaringan KPJU

unggulan untuk semua kecamatan, yaitu dengan menggabungkan hasil identifikasi KPJU

unggulan semua kecamatan (hasil tahap kedua).

Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan metode Borda berdasarkan urutan prioritas

dan nilai skor KPJU tingkat kecamatan yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya (oleh

pejabat tingkat kecamatan). Berdasarkan skor terbobot yang diperoleh ditetapkan maksimal

10 KPJU untuk setiap sektor/subsektor yang memiliki skor terbobot tertinggi, yang

dijadikan sebagai alternatif untuk dipilih sebagai KPJU unggulan untuk setiap sektor/subsektor

untuk masing-masing kota/kabupaten administrasi di wilayah DKI Jakarta.

Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi

ditinjau dari aspek Input-Proses-Output (IPO), yang diuraikan menjadi 11 kriteria, yang masing-

masing kriteria mempertimbangkan unsur penilaian seperti disajikan pada Tabel 1.4.2.

Tabel 1.4.2.

Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJU Unggulan

Kriteria Unsur Penilaian

A INPUT

1 Tenaga kerja terampil

(Skilled)

(1) Tingkat Pendidikan

(2) Pelatihan

(3) Pengalaman kerja

(4) Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/pelatihan

2 Bahan baku

(Manufacturing)

(1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku

(2) Harga perolehan bahan baku

(3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)

(4) Kesinambungan bahan baku

(5) Mutu bahan baku

(6) Kemudahan dalam memperoleh

(7) Aspek Lingkungan

Pendahuluan

Bank Indonesia 9

Kriteria Unsur Penilaian

3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal

(2) Kebutuhan modal kerja

(3) Aksesibilitas thd sumber pembiayaan

4 Sarana produksi/usaha (1) Ketersediaan/kemudahan memproleh

(2) Harga

B Proses

5 Teknologi (1) Ketersediaan

(2) Kemudahan (memperoleh teknologi)

(3) Dampak Lingkungan

6 Sosial budaya

(faktor endogen)

(1) Ciri khas lokal

(2) Penerimaan Masyarakat

(3) Turun temurun

7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage

C Output

8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran

(2) Kemudahan Mendistribusikan

9 Harga (1) Stabilitas harga

(2) Nilai Tambah (Added Value)

10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK

11 Sumbangan thd

perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn

keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages)

Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy

Process (Saaty, 2000). Bobot setiap kriteria yang digunakan adalah berdasarkan hasil Tahap

Pertama.

Terhadap masing-masing kriteria, dilakukan penilaian perbandingan tingkat kepentingan antar

alternatif KPJU menurut skala ordinal Saaty, oleh narasumber yang diperoleh melalui

mekanisme Focus Group Discussion (FGD) dan pengisian kuesioner/matrik. Penilaian

perbandingan (scoring) antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas unsur penilaian seperti

tertuang pada Tabel 2, baik pada kondisi saat ini dan prospeknya di masa yang akan datang.

Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini dilaksanakan di masing-masing Dinas/Instansi, dengan nara

sumber adalah pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kota/kabupaten administrasi yang

terkait secara langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM untuk semua sektor

ekonomi, pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda. Pada tahap ini

dilakukan juga penilaian tingkat kepentingan Sektor/Subsektor Ekonomi pada masing-masing

kota/kabupaten administrasi dalam penetapan KPJU Unggulan Lintas Sektor.

Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM

dalam rangka menjalankan usaha, usaha baru atau mengembangkan usaha, serta sejauh mana

dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Output dari tahapan ini adalah daftar KPJU

unggulan beserta nilai skor terbobot untuk masing-masing KPJU. Berdasarkan nilai skor

terbobot masing-masing KPJU 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/subsektor sebagai KPJU

unggulan kota/kabupaten administrasi yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi.

Tahapan berikutnya adalah menentukan KPJU unggulan lintas sektor ekonomi tingkat

kota/kabupaten administrasi. Langkah-langkah proses penentuan KPJU Unggulan Lintas

Sektoral adalah sebagai berikut:

Pendahuluan

10 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

(1) Proses normalisasi nilai skor terbobot dari 5 (lima) KPJU Unggulan per Sektor;

(2) Analisis AHP untuk memperoleh bobot atau tingkat kepentingan masing-masing

Sektor/Subsektor ekonomi dalam penetapan KPJU Unggulan Lintas Sektor;

(3) Penggabungan KPJU Unggulan setiap Sektor, dan kemudian menetapkan nilai Skor

Terbobot setiap KPJU Unggulan berdasarkan teknik Bayes, yaitu perkalian hasil

normalisasi skor terbobot KPJU Unggulan per Sektor hasil langkah (i) dengan nilai bobot

kepentingan Sektor Ekonomi KPJU yang bersangkutan (hasil langkah ii);

(4) Menetapkan 5 KPJU yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi (hasil langkah iii),

sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor.

d. Tahap Keempat

Tahap keempat terdiri dari dua kegiatan yaitu :

(1) Proses re-konfirmasi hasil penetapan KPJU Unggulan per Sektor dan KPJU Unggulan

Lintas Sektor, berdasarkan hasil kegiatan tahap pertama sampai ketiga. Pada tahap ini juga

dilakukan proses penjaringan pendapat nara sumber untuk mengklasifikasikan KPJU

Unggulan berdasarkan Prospek dan berdasarkan Potensi kondisi saat ini. Hasil penjaringan

adalah pemetaan KPJU Unggulan menurut 4 Kuadran seperti pada Gambar 1.4.4 berikut:

Gambar 1.4.4. Kuadran Pemetaan KPJU Unggulan

(2) Adalah proses identifkasi alternatif kebijakan pengembangan masing-masing KPJU

Unggulan tingkat kota/kabupaten administrasi.

Kedua kegiatan tersebut dilakukan melalui mekanisme FGD dengan nara sumber dari

pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kota/kabupaten administrasi yang terkait secara

langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM untuk semua sektor ekonomi,

pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda.

Kuadran I:

KPJU Unggulan dengan

Prospek Baik dan

Potensi Tinggi

Kuadran II:

KPJU Unggulan

dengan Prospek Baik

dan Potensi yang

Kurang/Sedang

Kuadran IV:

KPJU Unggulan

dengan Prospek

Kurang/Cukup dan

Potensi Kurang/Sedang

Kuadran III:

KPJU Unggulan dengan

Prospek Kurang/Cukup

dan Potensi Tinggi

Prospek

Potensi/Kondisi Saat ini

Pendahuluan

Bank Indonesia 11

e. Tahap Kelima

Tahap kelima adalah proses penyaringan lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJU unggulan

setiap sektor ekonomi dan lintas sektor tingkat Provinsi.

(1) Penentuan KPJU unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Provinsi dilakukan terhadap

gabungan KPJU unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Kota/kabupaten administrasi.

Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan penyaringan KPJU unggulan untuk setiap

sektor/subsektor dengan menggunakan metode pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh

adalah maksimal 5 (lima) KPJU unggulan yang memiliki total nilai/skor tertinggi sebagai

KPJU unggulan per sektor/subsektor tingkat Provinsi.

Fungsi Borda untuk penentuan KPJU per sektor/subsektor dilakukan melalui langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Urutkan 5 (lima) KPJU unggulan dari prioritas tertinggi hingga terendah;

b) KPJU yang menempati urutan tertinggi dalam sektor/subsektor tersebut diberi bobot 5,

urutan kedua diberi bobot 4, dan seterusnya;

c) Ulangi proses (i) dan (ii) untuk KPJU di masing-masing kota/kabupaten administrasi;

d) Berdasarkan hasil proses (iii) skor Borda untuk KPJU-i tingkat Provinsi dihitung

sebagai berikut :

Skor Borda i = )BobotSK(ijij

Keterangan:

untuk setiap KPJU -i, i= 1,2... n

j : subskrip kota/kabupaten administrasi (j = 1 s/d 6)

SK-ij : skor urutan KPJU-i pada kota/kabupaten administrasi ke-

j

Bob-ij : bobot KPJU-i unggulan pada kota/kabupaten

administrasi ke-j (keluaran AHP/tahap-3).

(2) Tetapkan 5 (lima) KPJU unggulan Provinsi yang mempunyai nilai skor Borda tertinggi.

Diagram alir proses penentuan KPJU Unggulan setiap sektor/subsektor pada

kota/kabupaten administrasi dan provinsi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.4.5.

Pendahuluan

12 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

A

Penilaian KPJU unggulan

untuk setiap sektor/sub sektor

di Kota/Kab Adm

Memenuhi

standar CI + > 10% CI

Penggabungan

pendapat

Revisi

Penetapan 5 KPJU

setiap sektor/sub sektor

Normalisasi bobot KPJU

sektor/sub sektor

Perhitungan bobot KPJU

setiap sektor/sub sektor

Kab/kota

Penetapan KPJU

unggulan Provinsi

Selesai

T

Y

T

Y

Y

Mulai

Penilaian Tujuan

Memenuhi

standar CI

+ > 10%

Standar

Penggabungan

pendapat Revisi

Penilaian kriteria

berkaitan dengan

tujuan

Memenuhi

standar CI

+ > 10%

Standar

Penggabungan

pendapat Revisi

Perhitungan

vertikal – bobot

kriteria terhadap

Ultimate Goal

Penilaian kriteria

berkaitan dengan

tujuan

Memenuhi

standar CI

+ > 10%

Standar

Penggabungan

pendapat Revisi

Perhitungan vertikal –

bobot kriteria

A

T

Y

Y

Y

T

T

Y

Y

Y

T

Y

T Y

T

Y

Gambar 1.4.5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJU Unggulan

Setiap Sektor/Subsektor pada Kota/Kabupaten

Administrasi dan Provinsi dengan Metode AHP

Pendahuluan

Bank Indonesia 13

(3) Berdasarkan hasil penetapan KPJU unggulan per sektor/sub sektor di tingkat provinsi,

maka dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral tingkat provinsi dengan menggunakan

metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang

telah dinormalisasi akan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat

provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot

sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria

di tingkat provinsi (FGD 1). Berdasarkan nilai skor terbobot tersebut akan ditetapkan

maksimal 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektoral ditingkat provinsi.

f. Tahap Keenam

Dalam rangka penetapan KPJU Unggulan lintas sektoral di tingkat provinsi, maka akan

dilakukan pendalaman terhadap KPJU Unggulan yang sudah teridentifikasi berdasarkan

perspekstif Product Life Cycle (PLC), apakah KPJU Unggulan tersebut masih berada pada posisi

tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature), atau sudah mencapai

tahap kejenuhan dan cenderung menurun (decline). Kemampuan bertahan KPJU unggulan juga

akan menjadi perhatian dalam penelitian ini.

Suatu KPJU dapat memiliki andil besar terhadap sumbangan pembentukan inflasi di masing-

masing wilayah. Oleh karena itu, KPJU Unggulan lintas sektoral yang telah teridentifikasi juga

akan dianalisis seberapa besar peranannya dalam pembentukan inflasi di tingkat provinsi.

Apabila KPJU tersebut bukan merupakan penyumbang inflasi secara langsung, maka analisis

dilakukan terhadap komoditi-komoditi pembentuknya.

g. Tahap Ketujuh

Berdasarkan hasil penentuan KPJU unggulan daerah, baik menurut sektor/subsektor ekonomi

maupun lintas sektoral, akan diberikan rekomendasi kebijakan atau saran-saran pengembangan

yang diperoleh berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD), baik di tingkat

kota/kabupaten administrasi maupun provinsi. Rekomendasi kebijakan diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait, perbankan dan para stakeholders

sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan lebih lanjut. Demikian pula dengan fungsi Bank

Indonesia sebagai advisor maupun penyedia data dan informasi dapat diimplementasikan dari

hasil penelitian ini.

Pendahuluan

14 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bank Indonesia 15

BAB II PROFIL DAERAH

2.1. Kondisi Geografi dan Demografi

a. Letak geografi dan luas wilayah

Provinsi DKI Jakarta terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas

permukaan laut, terletak pada posisi 6°12′ Lintang Selatan dan 106°48′ Bujur Timur. Luas

wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 171 tahun 2007,

adalah berupa daratan seluas 662,33 km2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km

2. Wilayah DKI

memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27

buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan

usaha perkotaan. Di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang

±35 km yang menjadi tempat muaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara itu:

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok,

Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat,

Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten,

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

b. Topografi dan iklim

Jakarta beriklim tropis atau mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Puncak musim penghujan terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedangkan puncak musim

kemarau terjadi pada bulan Agustus.

Suhu udara Jakarta rata-rata berkisar antara 27,2°C – 29,2°C. Temperatur rata-rata terendah

terjadi pada bulan Februari, sedangkan temperature tertinggi terjadi pada bulan April.

Sepanjang tahun 2011 wilayah Jakarta lebih sering terjadi turun hujan, sehingga kelembaban

udarapun lebih tinggi dari tahun 2010 yaitu 79%. Curah hujan tertinggi pada bulan Oktober

sebesar 365.5 mm2 dan hari hujan tertinggi yaitu selama 22 hari pada bulan Januari dan

Desember

c. Lahan dan penggunaannya

Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota Administrasi dan

satu Kabupaten Administratif, yaitu: Kota Administrasi Jakarta Selatan (141,27 km2), Kota

Administrasi Jakarta Timur (188,03 km2), Kota Administrasi Jakarta Pusat (48,13 km

2), Kota

Administrasi Jakarta Barat (129,54 km2) dan Kota Administrasi Jakarta Utara (146,66 km

2) serta

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (8,70 km2).

Pada kelima wilayah kota Jakarta terdapat rawa/situ dengan total luas mencapai 155,40 ha. Luas

situ/rawa di Jakarta direncanakan akan mencapai luas 325,8 ha. Daerah di sebelah selatan dan

timur Jakarta digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya yang lebih sejuk sehingga

ideal dikembangkan sebagai wilayah penduduk. Adapun wilayah Jakarta Barat masih tersedia

cukup lahan untuk dikembangkan sebagai daerah perumahan. Kegiatan industri lebih banyak

berada di Jakarta Utara dan Jakarta Timur sedangkan untuk kegiatan usaha dan perkantoran

banyak berada di Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

Profil Daerah

16 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Gambar 2.1.1.

Luas Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 (km2)

Gambar 2.1.2.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012

Kep.Seribu ; 8,70 Jakarta Selatan

; 141,27

Jakarta Timur ; 188,03

Jakarta Pusat; 48,13

Jakarta Barat ; 129,54

Jakarta Utara ; 146,66

Profil Daerah

Bank Indonesia 17

Kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyebabkan

ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta dipandang sebagai ruang ibukota negara sehingga

terciptanya ruang wilayah yang menyediakan kualitas kehidupan kota yang produktif dan

inovatif sangat diutamakan. Oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara bijaksana,

berdaya guna, dan berhasil guna sesuai kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah

Provinsi DKI Jakarta terjaga keberlanjutannya untuk masa kini dan masa datang.

Wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan bagian kawasan strategis nasional, maka perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan secara

terpadu dengan kawasan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur

(Jabodetabekpunjur).

Sebagaimana kota-kota besar lain di dunia yang saat ini menghadapi tantangan global,

khususnya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) yang

membutuhkan aksi perubahan iklim (climate action), baik aksi adaptasi maupun aksi mitigasi

yang perlu dituangkan dalam penataan ruang. Jakarta berada dalam daerah kota delta (delta city)

sehingga pengaruh utama tantangan dan kendala daerah delta melalui pengelolaan tata air,

analisa resiko bencana, dan perbaikan ekosistem, harus menjadi perhatian utama dalam penataan

ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah

Nomor 6 Tahun 1999 habis masa berlakunya pada tahun 2010, sehingga saat ini masih

dilakukan pembahasan dengan stakeholder termasuk dengan masyarakat maupun tim pakar. Hal

ini perlu dilakukan mengingat tata ruang ini direncanakan akan diberlakukan hingga tahun 2030.

Dengan tujuan penataan ruang Provinsi DKI Jakarta agar tercipta ruang wilayah yang

menyediakan kualitas kehidupan kota yang produktif dan inovatif, dan sesuai Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka penetapan Tata Ruang Wilayah DKI

Jakarta akan ditetapkan suatu dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah, yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara optimal bagi seluruh masyarakat

DKI Jakarta yang tersebar di 6 wilayah dengan pola persebarannya adalah 9,2% di Jakarta Pusat,

18,6% di Jakarta Utara, 24,1% di Jakarta Timur, 22,6% di Jakarta Selatan, 25,3% di Jakarta

Barat, 0,2.% di Kepulauan Seribu, serta upaya meningkatkan produktivitas dan nilai tambah

perkotaan.

Untuk rencana struktur ruang sendiri terdiri atas, sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan

transportasi, sistem prasarana sumber daya air dan sistem jaringan utilitas perkotaan. Rencana

struktur ruang Provinsi DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran dari rencana

struktur ruang kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur.

Perda tersebut diharapkan juga memuat peraturan zonasi yang mengatur struktur ruang dan pola

ruang sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana sumber daya air,

sistem dan jaringan utilitas perkotaan, kawasan lindung dan kawasan budidaya, melalui

beberapa pengembangan kawasan.

Pertama, Kawasan Sektor Informal meliputi pengembangan dan pemeliharaan kawasan pusat

pedagang kaki lima dan usaha kecil menengah serta penyediaan ruang bagi sektor informal

dalam pengembangan pusat perniagaan dan perkantoran.

Kedua, Kawasan Permukiman meliputi pengembangan berdasarkan karakteristik kawasan,

disesuaikan dengan pengembangan kawasan TOD serta pemanfaatan ruang di kawasan strategis

Profil Daerah

18 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

campuran pemukiman dapat berbentuk pita dan superblock dengan proporsi 30-65% terkait

resapan air.

Ketiga, Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi, meliputi kegiatan perdagangan, jasa dan

campuran berintensitas tinggi untuk skala pelayanan nasional dan internasional. Lalu,

mengendalikan, membatasi dan mengurangi pembangunan berpola pita seperti ruko sepanjang

jalan kecuali di kawasan ekonomi berintensitas tinggi atau berlantai banyak.

Keempat, Kawasan Strategis Kepentingan Lingkungan, terdiri atas kawasan di sepanjang Kanal

Banjir Timur, Kanal Banjir Barat, dan Sungai Ciliwung.

Kelima, Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya, meliputi, revitalisasi kawasan kota tua

sebagai pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya, serta fokus kawasan di kota tua, Taman

Ismail Marzuki dan Menteng.

d. Demografi

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai

9.604.329 orang yang terdiri dari 4.869.203 penduduk laki-laki dan 4.735.126 penduduk

perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak terjadinya fenomena “kue donat” di DKI

Jakarta dimana penduduk bertumpu di lingkar luar sementara itu yang berada di pusat DKI

Jakarta relatif rendah. Hanya sekitar 9,37% penduduk yang tinggal di Jakarta Pusat dan yang

lainnya menyebar di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Sementara

itu penduduk yang berada di Kepulauan Seribu hanya 0,22%. Rata-rata tingkat kepadatan

penduduk DKI Jakarta adalah sebanyak 14.694 orang/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk

DKI Jakarta per tahun selama sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2000-2010 sebesar 1,40%.

Tabel 2.1.1.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumahtangga Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010

No Kab/Kota

P e n d u d u k Kepadatan

Penduduk

per km2

Laki-

Laki Perempuan Jumlah %

Sex

Rasio

1 Jakarta Timur 1.372.300 1.321.596 2.693.896 28,05 103,84 14.305

2 Jakarta Selatan 1.043.675 1.018.557 2.062.232 21,47 102,47 14.555

3 Jakarta Barat 1.164.446 1.117.499 2.281.945 23,76 104,20 17.664

4 Jakarta Utara 824.480 821.179 1.645.659 17,13 100,40 11.964

5 Jakarta Pusat 453.591 445.924 899.515 9,37 101,72 18.689

6 Kepulauan Seribu 10.711 10.371 21.082 0,22 103,28 2.424

Total Provinsi DKI Jakarta 4.869.203 4.735.126 9.604.329 100,00 102,83 14.695

Total Provinsi + Diplomat 4.870.938 4.736.849 9.607.787 - - -

No Kab/Kota

Rumah Tangga (RT) Rata rata

Penduduk

per RT Jumlah %

1 Jakarta Timur 690.608 27,53 3,90

2 Jakarta Selatan 532.887 21,24 3,87

3 Jakarta Barat 608.342 24,25 3,75

4 Jakarta Utara 437.182 17,43 3,76

5 Jakarta Pusat 234.980 9,37 3,83

6 Kepulauan Seribu 4.870 0,19 4,33

Total Provinsi DKI Jakarta 2.508.869 100,00 3,83

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), BPS

Profil Daerah

Bank Indonesia 19

Berdasarkan data registrasi kependudukan tahun 2011, terlihat peningkatan jumlah penduduk

Kota Jakarta menjadi 10.187.595 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki lebih banyak

dibandingkan penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin penduduk laki-laki adalah 106

dibandingkan penduduk perempuan. Apabila dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2010,

maka penduduk laki-laki cenderung mengalami peningkatan yang lebih besar, sebagai salah satu

dampak yang dipicu oleh peningkatan jumlah pendatang baru yang biasanya muncul pasca

Lebaran. Para pendatang tersebut bisa merupakan pekerja terdidik maupun pendatang ilegal.

Berdasarkan wilayahnya, Jakarta Timur memiliki jumlah penduduk terbanyak (28.73%), baik

berdasarkan jenis kelamin maupun total penduduknya. Diikuti Jakarta Barat (22,19%), Jakarta

Selatan (20,96%), Jakarta Utara (16,85%), Jakarta Pusat (11,03%) dan paling sedikit di wilayah

Kepulauan Seribu (0,24%).

Tabel 2.1.2.

Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan

Kota/Kabupaten Administrasi se DKI Jakarta, Tahun 2011

Kota/Kabupaten

Administrasi

Jenis Kelamin

Jumlah

Rasio

Jenis

Kelamin Laki-laki Perempuan

Jakarta Timur 1.511.035 1.415.697 2.926.732 107

Jakarta Selatan 1.100.153 1.035.418 2.135.571 106

Jakarta Barat 1.165.852 1.094.489 2.260.341 107

Jakarta Utara 887.492 828.853 1.716.345 107

Jakarta Pusat 575.562 548.108 1.123.670 105

Kepulauan Seribu 12.673 12.263 24.936 103

Jumlah 5.252.767 4.934.828 10.187.595 106 Catatan : diolah dari Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2011

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Gambar 2.1.3.

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kota/Kabupaten Administrasi

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Konsep yang kita kenal selama ini tentang urban-rural linkages tidak berjalan seperti yang

diharapkan karena ternyata kota makin kuat dan meninggalkan perdesaan sebagai wilayah yang

semakin tertinggal. Ada alasan logis untuk menjelaskan gerak urbanisasi masif ke Jakarta

selama ini, yaitu ketidakseimbangan pembangunan antara Indonesia bagian barat dan timur,

khususnya antara Jawa dan non-Jawa. Disparitas antar daerah ini sebetulnya sudah terjadi sejak

Profil Daerah

20 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

awal pembangunan. Ironisnya, hingga kini belum ada perbaikan berarti, bahkan kian lebar

kesenjangannya.

Tabel 2.1.3.

Data Jumlah Kedatangan dan Kepindahan Penduduk

Tahun 2011 posisi Bulan November 2011

Wilayah Datang Pindah

LK PR Jumlah LK PR Jumlah

Jakarta Pusat 758 774 1.532 1.123 1.172 2.295

Jakarta Utara 1.416 1.405 2.821 1.354 1.430 2.784

Jakarta Barat 1.382 1.507 2.889 1.686 1.798 3.484

Jakarta Selatan 1.825 2.038 3.863 2.404 2.411 4.815

Jakarta Timur 2.354 2.558 4.912 3.168 3.051 6.219

Kep. Seribu - 1 1 4 1 5

Total 7.735 8.283 16.018 9.739 9.863 19.602 Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota/Kab Adm

Gambar 2.1.4.

Jumlah Kedatangan dan Kepindahan Penduduk DKI Jakarta

Tahun 2011

Pertama, pada 2011 kawasan barat Indonesia (KBI), yaitu Jawa dan Sumatera, menguasai 82%

PDB nasional, dengan tiga provinsinya (DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat) menguasai

46% PDB nasional. Kedua, kesenjangan yang lebar antara perkotaan dan perdesaan. Pada 2011,

pertumbuhan sektor pertanian hanya 3,0% dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB

nasional pada 2011 hanya 14,4%. Padahal, sektor ini menampung 43% dari total tenaga kerja.

Akibatnya, pertanian kian involutif yang ditandai masifnya tingkat kemiskinan di perdesaan.

Sejak tahun 2004, angka urbanisasi (pascamudik Lebaran) memasuki wilayah Jakarta cenderung

menunjukkan tren penurunan, dimana pada tahun 2004 angka urbanisasi mencapai 190.556

orang, menurun menjadi 180.167 orang pada 2005. Adapun angka urbanisasi berturut-turut

setiap tahunnya yaitu 124.427 orang (2006), 109.627 orang (2007), 88.473 orang (2008), 69.554

orang (2009), 59.215 orang (2010), dan 51.875 orang (2011). Namun jika diamati pola

pergeseran usaha yang ada saat ini, muncul juga kecenderungan arah urbanisasi tidak semata-

mata karena Jakarta. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sejak tahun 2011 penduduk yang

Profil Daerah

Bank Indonesia 21

melakukan urbanisasi lebih banyak mengarah ke Jawa Barat (khususnya Bodetabek)

dibandingkan khusus menuju Jakarta.

2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia

a. Sumber Daya Alam

Mengoptimalkan upaya konservasi, rehabilitasi dan penghematan sumber daya pertambangan,

energi dan air melalui sosialisasi penghematan, kepedulian dan kesadaran masyarakat,

meningkatkan kerjasama antar unit/instansi terkait dalam pengelolaan dan penegakan hukum.

Sedangkan lingkungan hidup berusaha meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat,

swasta dan pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan hidup dan meningkatkan

sistem pengelolaan lingkungan, menyediakan RTH di permukiman padat dan kumuh sebagai

ruang interaktif, mengikut sertakan masyarakat dalam pengelolaan taman, serta penegakkan

hukum yang tegas dalam penanganan sumber pencemaran lingkungan.

Pengelolaan potensi sumber daya alam daerah harus mampu meningkatkan peluang daerah

untuk dijadikan target dan tujuan investasi yang menarik. Salah satu upaya peningkatan peluang

tersebut adalah melalui pendekatan berbagai aspek/sektoral yang secara umum menggambarkan

kondisi geografi, sosial dan perekonomian, serta menunjukkan lokasi kegiatan sektoral tersebut

dapat dikembangkan.

Kawasan hutan lindung di DKI Jakarta seluas 453,24 Ha, terdiri atas Hutan Lindung Muara

Angke seluas 44,76 Ha, Suaka Marga Satwa di Pulau Rambut 45 Ha dan Muara Angke 25,20

Ha, Cagar Alam di Pulau Bokor 18,00 Ha, Kawasan Kebon Bibit seluas 98,02 Ha, Hutan Wisata

Pantai Kapuk 99,32 Ha, dan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu 108,05 Ha serta Kebon

Bibit Cibubur 14,40 Ha. Selain itu, Jakarta juga memiliki kawasan hutan kota seluas 379,58 Ha

yang tersebar di 33 lokasi di lima kotamadya.

Hingga saat ini belum ada inventarisasi sumberdaya lahan secara lebih detil dan jelas menurut

klasifikasi penggunaan lahan di DKI Jakarta. Namun demikian pergeseran penggunaan lahan

lebih banyak dari lahan pertanian menjadi pemukiman, area bisnis, dan perkantoran.

Tabel 2.2.1.

Klasifikasi Penggunaan Lahan di DKI Jakarta Tahun 2010

No Klasifikasi Penggunaan

Lahan

Luasan

(ha) No

Klasifikasi Penggunaan

Lahan

Luasan

(ha)

1. Pemukiman/Sosekbud, dll. 50.536,16

5. Perikanan 138,56

2. Pertanian Lahan Kering 1.629,76

5.1. Tambak Air Payau 9,1

2.1. Ladang -

5.2. Kolam/Air Tawar 129,46

2.2. Tegalan 1.629,76

6. Perhubungan 6.194,97

2.3. Kebun Campuran -

6.1. Lapangan Udara 177,27

3. Pertanian Lahan Sawah 1.446,00

6.2. Pelabuhan Laut 541,45

3.1. Sawah Irigasi 1.191,00

6.3. Jalan 4.816,27

3.2. Sawah Tadah Hujan 255

6.4. Jalan/jalur KA 595,09

4. Perkebunan -

6.5. Terminal Bis 57,12

4.1. Perkebunan Besar -

6.6. Perparkiran 7,77

4.2. Perkebunan Rakyat -

Profil Daerah

22 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

No Klasifikasi Penggunaan

Lahan

Luasan

(ha) No

Klasifikasi Penggunaan

Lahan

Luasan

(ha)

7. Areal Berhutan 656,56

10. Industri 4.346,89

7.1. Hutan Alami 272,28

10.1. Kawasan 825,55

7.2. Hutan Sejenis/Kota 384,28

10.2. Non-Kawasan 3.521,55

8. Tanah Kritis/rusak -

11. Pertambangan Terbuka -

8.1. Tanah Rusak -

12. Perairan 1.213,10

8.2. Tanah Tandus -

12.1. Waduk/Rawa 342,25

9. Padang -

12.2. Sungai 688,55

9.1. Rumput Alang-alang -

12.3. Floodway 182,3

9.2. Semak belukar -

Jumlah 66.162,00

Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/

b. Sumber daya manusia

Pengembangan kewirausahaan masyarakat menjadi salah satu program utama Pemerintah Pusat

dan Daerah dengan mengoptimalkan kemampuan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam

yang ada. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang dilakukan dengan penetapan

Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan

Kepeloporan Pemuda Serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Penetapan PP

tersebut sejalan dengan pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang

dtindaklanjuti oleh 13 Kementerian/institusi termasuk Kementerian Perindustrian (Kemenperin)

untuk mendukung pencanangan GKN dengan tujuan meningkatkan jumlah wirausaha yang kini

baru sekitar 0,24% dari populasi menjadi sekurangnya 1% dari populasi penduduk Indonesia

pada tahun 2014.

Tabel 2.2.2.

Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu

yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin

di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2011

Status Pekerjaan Utama Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan Orang Lain 516.176 281.909 798.085

2. Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap 192.626 88.353 280.979

3. Berusaha dengan Buruh Tetap 159.540 33.436 192.976

4. Buruh/Karyawan 1.859.889 1.118.255 2.978.144

5. Pekerja Tak Dibayar 631 - 631

6. Pekerja Bebas Pertanian 69.201 46.877 116.078

7. Pekerja Bebas Non Pertanian 69.893 151.632 221.525

Jumlah 2.867.956 1.720.462 4.588.418

Tahun 2010 2.928.263 1.761.498 4.689.761 Catatan. diolah dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011

Sumber : Jakarta Dalam Angka, 2012. BPS.

Selama kurun waktu 2011, jumlah pelaku usaha di tingkat masyarakat DKI Jakarta tercatat

sebanyak 1.272.040 pelaku usaha (wirausaha) atau 27,72% dari total penduduk yang bekerja.

Para wirausahawan tersebut adalah penduduk DKI Jakarta yang berusaha sendiri tanpa bantuan

orang lain maupun dengan buruh tetap dan atau tidak tetap. Jika dilihat berdasarkan jenis

kelamin, wirausaha laki-laki lebih banyak dibandingkan wirausaha perempuan. Namun

Profil Daerah

Bank Indonesia 23

demikian tidak diperoleh data secara pasti mengenai jenis pekerjaan yang dijalankan oleh

wirausahawan tersebut. Berdasarkan sektor usaha, maka orientasi sebagian besar (76,93%)

pekerja di Jakarta masih tetap terkonsentrasi kepada 3 sektor utama, yaitu sektor perdagangan

(35,79%), sektor jasa-jasa (26,08%) dan sektor perindustrian (15,06%).

Tabel 2.2.3.

Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Selama Seminggu

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin

di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2011

Lapangan Pekerjaan Utama Jenis Kelamin

Jumlah Jumlah

2010

%

2011 Laki-laki Perempuan

1. Pertanian 23.567 6.837 30.404 28.477 0,66%

2. Pertambangan, Penggalian 13.319 1.965 15.284 19.184 0,33%

3. Industri Pengolahan 433.578 257.238 690.816 754.985 15,06%

4. Listrik,Gas, Air Bersih 11.208 4.686 15.894 17.473 0,35%

5. Konstruksi 146.321 16.712 163.033 191.493 3,55%

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 955.525 686.595 1.642.120 1.733.631 35,79%

7. Transportasi, Pergudangan, dan

Komunikasi 335.293 57.991 393.284 425.631 8,57%

8. Keuangan, Perbankan & Jasa

Perusahaan 316.537 124.288 440.825 312.413 9,61%

9. Jasa-jasa 632.608 564.150 1.196.758 1.206.474 26,08%

Jumlah 2.867.956 1.720.462 4.588.418 4.689.761 100% Catatan. diolah dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2011

Sumber : Jakarta Dalam Angka, 2012. BPS.

c. Perkembangan IPM dan Komponennya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencakup tiga dimensi pembangunan manusia, yakni

kesehatan yang diwakili Angka Harapan Hidup (AHH), pendidikan yang diwakili Angka Melek

Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah, serta kemampuan daya beli diperoleh dari Rata-rata

Pengeluaran per Kapita Riil. Dari ketiga komponen tersebut yang paling signifikan

mempengaruhi IPM adalah rata-rata pengeluaran per kapita riil, diikuti rata-rata lama sekolah

(pendidikan), dan Angka Harapan Hidup.

Sejalan dengan meningkatnya kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, perkembangan IPM

DKI Jakarta selama periode 2007-2010 menunjukkan peningkatan, yakni dari 76,6 pada tahun

2007 meningkat menjadi 77,4 pada tahun 2009. Untuk tahun 2010 IPM DKI Jakarta

diperkirakan naik menjadi 77,6. Sementara untuk nasional, IPM naik dari 71,17 pada tahun 2008

menjadi 71,76 pada tahun 2009 dan diperkirakan menjadi 72,0 pada tahun 2010.

Sedangkan kemajuan di bidang pendidikan, salah satunya disebabkan adanya program wajib

pendidikan dasar sembilan tahun. Harapan ke depan, wajib belajar bagi penduduk DKI Jakarta

dapat ditingkatkan menjadi 12 tahun. Di bidang kesehatan, angka harapan hidup penduduk DKI

Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Profil Daerah

24 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Gambar 2.2.1.

Indek Pembangunan Manusia di DKI Jakarta Tahun 2007-2011

Secara nasional IPM DKI Jakarta selama periode 2006-2010 selalu berada di posisi teratas

dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Indonesia. Jika diukur menurut skala

internasional, posisi IPM DKI Jakarta berada dalam kategori menengah ke atas (66,00–79,99).

Ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil pembangunan yang dilaksanakan di DKI Jakarta telah

berhasil menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan.

Tabel 2.2.4.

Perkembangan IPM Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Kota/Kabupaten

Administrasi 2007 2008 2009 2010 2011

Jakarta Timur 78,09 78,54 78,74 78,95 79,14

Jakarta Selatan 78,54 79,00 79,26 79,47 79,71

Jakarta Barat 77,93 78,37 78,63 78,84 79,13

Jakarta Utara 76,59 77,01 77,36 77,63 77,93

Jakarta Pusat 77,51 77,95 78,17 78,41 78,67

Kepulauan Seribu 69,76 70,14 70,50 70,82 71,15

DKI Jakarta 76,59 77,03 77,36 77,60 77,85 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Untuk perkembangan Indek Pembangunan Manusia pada tahun 2011 tertinggi terdapat di Kota

Jakarta Selatan sebesar 79,71 diikuti oleh Jakarta Timur dengan 79,14 dan Jakarta Barat dengan

79,13. Sedangkan untuk IPM terendah terdapat di Kepulauan Seribu dengan 71,15.

2.3. Infrastruktur

a. Prasarana Jalan

Prasarana jalan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,

perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian.

76,59

77,03

77,36 77,60

77,85

2007 2008 2009 2010 2011

DKI Jakarta

Profil Daerah

Bank Indonesia 25

Tabel 2.3.1.

Panjang Jalan dan Luas Jalan Menurut Jenis Jalan di Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2010-2011

A. Panjang Jalan (km)

Kota/kabupaten

Administrasi Tol Negara Provinsi Jumlah

Jakarta Timur 37,298 41,285 1.311,425 1.390,008

Jakarta Selatan 16,315 37,581 1.167,293 1.221,189

Jakarta Barat 29,132 32,657 2.393,883 2.455,672

Jakarta Utara 34,342 37,351 1.073,227 1.144,920

Jakarta Pusat 6,394 3,773 654,085 664,251

Kepulauan Seribu

- - -

Jumlah 123,481 152,647 6.599,913 6.876,040

Tahun 2010 123,481 142,647 6.599,913 6.866,041 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

B. Luas Jalan (km2)

Kota/Kabupaten

Administrasi Tol Negara Provinsi Jumlah

Jakarta Timur 1.104,520 819,118 11.262,972 13.186,610

Jakarta Selatan 338,438 463,777 11.135,518 11.937,732

Jakarta Barat 647,676 635,356 7.014,898 8.297,930

Jakarta Pusat 252,396 69,012 5.287,941 5.609,349

Jakarta Utara 697,716 756,623 6.948,016 8.402,355

Kepulauan Seribu

- - -

DKI Jakarta 3.040,746 2.743,886 41.649,345 47.433,976

Tahun 2010 3.040,746 2.743,886 41.649,345 47.433,976 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011 dan 2012

Dengan makin meningkatnya kegiatan pembangunan, maka akan menuntut peningkatan

pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas

barang dari satu daerah ke daerah lain. Di samping itu perhubungan darat merupakan salah satu

sektor yang cukup besar peranannya karena kontribusinya untuk menembus isolasi suatu daerah

dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh daerah.

Secara agregat jalan tol terpanjang terdapat di Jakarta Timur yaitu 37,298 km diikuti oleh

Jakarta Utara dengan panjang 34,342 km, sedangkan jalan tol terpendek terdapat di Jakarta Pusat

dengan panjang 6,394 km. Sedangkan untuk jalan Negara terpanjang juga terdapat di Jakarta

Timur dengan panjang 41,285 km, dan terpendek terdapat di Jakarta Pusat dengan 3,337 km.

Untuk jalan provinsi terpanjang terdapat di Jakarta Barat dengan 2.393,883 km, sedangkan jalan

provinsi terpendek terdapat Jakarta Pusat dengan 654,085 km. Untuk luas jalan total di Provinsi

DKI Jakarta 47.433,976 km2 dengan rincian luas jalan tol 3.040,746 km

2, jalan provinsi seluas

2.743,886 km2 dan luas jalan kabupaten 41.649,345 km

2. Untuk luas jalan terluas terdapat di

Jakarta Timur 1.104,520 km2, untuk jalan Negara terluas terdapat di Jakarta Timur 819,118 km

2

sedangkan untuk jalan provinsi terluas terdapat di Jakarta Timur seluas 11.262,972 km2.

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota NKRI, memiliki fungsi dan peran yang penting dalam

Profil Daerah

26 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara berdasarkan UUD Tahun 1945.

Penyelenggaraan pemerintahan negara dimaksud sebagai tempat kedudukan lembaga pusat baik

eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, tempat kedudukan perwakilan negara asing, dan tempat

kedudukan kantor perwakilan lembaga internasional. Selain sebagai ibukota negara, Provinsi

DKI Jakarta sekaligus sebagai daerah otonom pada lingkup provinsi memiliki tugas, hak,

wewenang, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu tugas,

wewenang, dan tanggung jawab tersebut dalam bidang transportasi.

Penyelenggaraan bidang transportasi diharapkan dapat mewujudkan tujuan penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan jalan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan

diselenggarakan dengan tujuan:

1. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,

lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian

nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan

bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan

bermotor di wilayah Jadetabeka (Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Karawang) sampai

akhir tahun 2011 mencapai 13.347.802 unit, yang terdiri dari mobil penumpang 2.541.351,

mobil beban atau truk 581,290, bus 363.710, dan sepeda motor 9.861.451. Ditlantas Polda Metro

Jaya memprediksi pertumbuhan kendaraan mencapai 10-12% pada tahun 2012, dan akan

berdampak terhadap tingkat kemacetan lalulintas, karena tidak sebanding dengan pertumbuhan

luas jalan, disamping kurang tertibnya pengendara yang juga menjadi penyebab kemacetan.

Kebutuhan akan jalan di Jakarta hingga akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai jarak 12.000

kilometer, namun realisasinya panjang jalan yang ada di Jakarta hingga saat ini diperkirakan

sepanjang 7.208 kilometer. Hal ini, berarti jalan yang tersedia baru memenuhi 60% kebutuhan.

Tingginya kepadatan penduduk dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi mengakibatkan

Jakarta setiap harinya dipadati lebih dari 20 juta perjalanan kendaraan yang bersliweran di jalan

raya1. Dengan kondisi seperti ini, maka rasio perbandingan ketersediaan panjang jalan dengan

luas kota di Jakarta baru mencapai 6,2%. Rasio ini akan semakin turun melihat perkembangan

penambahan kendaraan baru di Jakarta, yang terlihat dari penerbitan STNK kendaraan setiap

harinya minimal berjumlah 2.400 STNK kendaraan, dimana sebanyak 400 STNK untuk mobil

pribadi dan 2.000 STNK untuk sepeda motor.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan evaluasi terkait masalah kemacetan

dengan melakukan kajian untuk menciptakan transportasi publik yang modern, berkapasitas

besar dan terintegrasi seperti mass rapid transportation (MRT). Sesuai dengan jadwal

pengerjaan fisik mega proyek ini seharusnya dimulai pada tahun 2012.

b. Prasarana Pasar

Salah satu fasilitas penting yang harus dimiliki kota Jakarta adalah sarana dan prasarana pasar.

Fasilitas ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, meskipun tidak

seluruh kebutuhan berasal dari pasar karena untuk sebagian masyarakat memanfaatkan

keberadaan hipermarket dan mall untuk memenuhi kebutuhan dapurnya. Namun tidak

1 Pandit Pranggana, Direktur Eksekutif Masyarakat Transportasi Indonesia dalam http://www.tempo.co/

Profil Daerah

Bank Indonesia 27

dipungkiri bahwa pasar tradisional masih menyediakan kebutuhan dari sebagian besar

masyarakat, termasuk di Jakarta. Keberadaan pasar ini sangat membantu UMKM untuk

memasarkan produk-produknya.

Pada tahun 2011, menurut PD Pasar Jaya terdapat sedikitnya 150 pasar tradisional di seluruh

wilayah DKI Jakarta (minus wilayah Kepulauan Seribu). Jumlah ini mengalami penurunan

sebanyak 3 unit dibandingkan kondisi pada tahun 2010. Menurut waktu kegiatannya, PD Pasar

Jaya membagi menjadi 2 jenis pasar yaitu Pasar Siang (135 unit) dan Pasar Siang Malam (15

unit). Sementara menurut jenis dan sifat kegiatannya dibagi menjadi 4, yaitu Pasar Grosir (7

unit), Pasar Khusus (3 unit), Pasar Induk (1 unit) dan Pasar Eceran (139 unit). Data

selengkapnya termasuk sebaran menurut wilayah kota administrasi ditampilkan pada tabel-tabel

berikut.

Tabel 2.3.2.

Jumlah Pasar Menurut Kota Administrasi dan Waktu Kegiatan,

Tahun 2011 (Unit)

Kota Administrasi

Waktu Kegiatan

Jumlah Siang

Siang

Malam

Jakarta Timur 27 6 33

Jakarta Selatan 24 3 27

Jakarta Barat 26 2 28

Jakarta Utara 23 1 24

Jakarta Pusat 35 3 38

Jumlah 135 15 150

Tahun 2010 137 16 153 Sumber: P.D. Pasar Jaya

Tabel 2.3.3.

Jumlah Pasar yang dikelola PD. Pasar Jaya Menurut Kota

Administrasi dan Sifat Kegiatannya, Tahun 2011 (Unit)

Kota Adm Sifat Kegiatan

Jumlah Grosir Khusus Induk Eceran

Jakarta Timur 1 1 1 30 33

Jakarta Selatan 1 - - 26 27

Jakarta Barat 1 1 - 26 28

Jakarta Utara 2 0 - 22 24

Jakarta Pusat 2 1 - 35 38

Jumlah 7 3 1 139 150

Tahun 2010 8 3 1 141 153 Sumber: P.D. Pasar Jaya

c. Prasarana air minum, listrik dan gas

Sebagai kota metropolitan yang tidak pernah berhenti dari berbagai aktifitas, mendorong

tingginya konsumsi air bersih, di sisi lain kebutuhan air bersih di Jakarta sangat penting

mengingat kondisi air tanah yang sudah tidak layak serta pembatasan penggunaan air tanah demi

menjaga lingkungan. Untuk itu, pemerintah provinsi berupaya memenuhi kebutuhan tersebut

dengan menyediakan air bersih melalui PT PAM Jaya.

Profil Daerah

28 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Gambar 2.3.1.

Jumlah Pelanggan, Produksi dan Volume Air Tersalur

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2009

Penggunaan air minum ledeng atau kemasan memperlihatkan peningkatan yang moderat selama

3 tahun terakhir. Pada tahun 2008, rumah tangga yang mengkonsumsi air bersih

(ledeng/kemasan) tercatat sebanyak 74,29%. Pada tahun 2010, persentasenya naik hampir 5 poin

menjadi 79,30%. Fasilitas air minum ini dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

Meningkatnya penggunaan air ledeng dan kemasan sebagai sumber air minum memberikan

indikasi bahwa air tanah di DKI Jakarta sudah tidak layak minum.

Produksi air bersih di Jakarta pada tahun 2010 mencapai 529 juta m3 dengan jumlah pelanggan

sebanyak 805 ribu pelanggan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi air bersih

dan jumlah pelanggan meningkat sebesar 1,11% untuk pelanggan dan 4,19% untuk produksinya.

Sementara peningkatan rata-rata volume air bersih yang di salurkan masih jauh di bawah

produksi yaitu naik 6,17%. Masalah kebocoran dan jebolnya pintu air masih menjadi tantangan

utama operator air bersih disamping bahan baku yang masih terbatas.

Tabel 2.3.4.

Jumlah Pelanggan, Produksi dan Kubikasi Air Terjual Perusahaan Air Minum (PAM)

di DKI Jakarta, Tahun 2011

Bulan Pelanggan Produksi (m3) Air Terjual (m

3)

Januari 806.206 45.072.982 23.765.524

Pebruari 806.815 40.763.377 23.618.178

Maret 807.134 45.188.844 23.769.336

April 807.519 42.999.854 24.240.929

Mei 807.145 45.269.183 24.790.803

Juni 806.450 43.721.342 25.312.461

Juli 805.468 45.280.332 25.360.647

Agustus 804.501 44.498.232 25.175.590

September 804.508 41.598.605 25.495.640

Oktober 805.277 44.868.503 25.501.952

Nopember 804.534 43.515.751 25.753.099

Desember 802.636 45.077.118 25.035.073

Jumlah 802.636 527.854.123 297.819.232

2010 1)

805.153 529.438.041 283.965.498 Catatan :

1) Keadaan bulan Desember

Sumber: PAM Jaya

-

200

400

600

800

1.000

2007 2008 2009

Pelanggan

Produksi (juta m3)

Volume Air Tersalur

Profil Daerah

Bank Indonesia 29

Beban listrik Jakarta dan sekitarnya saat ini sudah sangat tinggi, karena kebutuhan masyarakat

dan pelaku usaha semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Dengan adanya proyek Mass

Rapid Transportation (MRT) dan Monorel, konsumsi listrik diyakini akan semakin melonjak.

Namun demikian, PT PLN (Persero) mengklaim mampu memasok listrik Jakarta dan sekitarnya

setelah proyek MRT dan Monorel selesai dan beroperasi, meski beban puncak listrik di Jakarta

saat ini sudah mencapai 5.600 megawatt.

Tabel 2.3.5.

Jumlah Daya Siap Jual, Terjual dan Susut Menurut Bulan

Di DKI Jakarta Tahun 2011 (KwH)

Bulan Kuantitas

Susut Siap Jual Terjual

Januari 2011 3.150.506.647 2.849.449.918 213.746.663

Pebruari 2.871.934.393 2.685.785.998 106.055.610

Maret 3.289.067.233 2.879.572.030 317.645.590

April 3.240.682.211 2.942.234.346 210.280.560

Mei 3.394.533.712 2.979.879.262 321.517.430

Juni 3.305.586.925 2.974.206.840 240.479.556

Juli 3.407.160.285 3.000.599.788 304.673.952

Agustus 3.224.209.815 2.716.187.476 402.636.071

September 3.209.028.902 3.024.213.337 83.966.135

Oktober 3.577.488.124 3.159.725.705 309.858.010

Nopember 3.431.200.129 3.115.944.655 212.797.224

Desember 3.477.760.766 2.733.577.420 263.119.941

Jumlah 39.579.159.142 35.061.376.775 2.986.776.742

2010 36.977.150.254 32.965.991.559 2.983.891.742 Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang

Hampir seluruh rumah tangga di DKI Jakarta (99,79%) menggunakan listrik sebagai fasilitas

penerangannya baik listrik PLN maupun Non PLN. Jaringan listrik yang sudah merata di seluruh

wilayah kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, menyebabkan masyarakat mudah

mengakses listrik. Pada tahun 2008, sekitar 86,74% rumah tangga menggunakan tangki septik.

Angka ini meningkat menjadi 93,34% pada tahun 2010.

Data dari PT PLN (Persero) memperlihatkan kecenderungan peningkatan daya terpasang

maupun konsumsi listrik bagi masyarakat dan pelaku usaha di DKI Jakarta. Jika pada akhir

tahun 2010 jumlah listrik yang terjual mencapai 35.061.376.775 KwH, maka kondisi ini

mengalami peningkatan sebesar 2.095.385.216 KwH atau 6,36% dibandingkan total konsumsi

pada tahun 2010. Dan yang patut disyukuri bahwa daya terpasang listrik di DKI Jakarta masih

lebih besar dibandingkaan konsumsinya (112,89%).

Berdasarkan jenis pelanggan listrik di DKI Jakarta, maka sebagian besar pelanggan listrik adalah

rumah tangga yang pada tahun 2011 tercatat sebanyak 3.516.485 pelanggan (90,89%), kemudian

kegiatan usaha 275.730 pelanggan (7,13%), kegiatan sosial kemasyarakatan 43.079 pelanggan

(1,11%), perkantoran 13.989 pelanggan (0,36%), industri manufaktur 11.001 pelanggan

(0,28%), dan pelanggan lainnya sebanyak 8.644 pelanggan (0,22%).

Namun menurut daya listrik terjual, komposisi pemakai listrik tidak sama dengan komposisi

jumlah pelanggannya karena ada beberapa jenis pelanggan yang mengkonsumsi listrik sangat

besar, yaitu pada kegiatan usaha industri manufaktur. Secara matematis, maka kegiatan rumah

Profil Daerah

30 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

tangga tetap mengkonsumsi daya listrik terbesar yaitu 12.139.804.504 KwH (34,51%),

kemudian diikuti jenis pelanggan kegiatan usaha/bisnis sebesar 10.337.273.016 Kwh (29,38%),

industri manufaktur 9.821.891.931 KwH (27,92%). Sementara jenis pelanggan yang lainnya

masih dibawah 5%.

Tabel 2.3.6.

Jumlah Pelanggan dan Daya Listrik Terjual Menurut Golongan Tarif dan Cabang, Tahun 2011

a. Jumlah Pelanggan

Jenis Pelanggan APPU APPS APPT Gabungan

1. Sosial 16.004 14.582 12.493 43.079

2. Rumahtangga 1.135.271 1.355.634 1.025.580 3.516.485

3. Usaha 118.178 89.125 68.427 275.730

4. Industri 4.424 683 5.894 11.001

5. Perkantoran 6.676 4.908 2.405 13.989

6. Lainnya 3.150 3.196 2.298 8.644

Jumlah 1.283.703 1.468.128 1.117.097 3.868.928

b. Daya terjual (KwH)

Jenis Pelanggan APPU APPS APPT Gabungan

1. Sosial 510.280.098 331.550.331 140.175.306 982.005.735

2. Rumahtangga 4.573.192.733 4.985.857.106 2.580.754.665 12.139.804.504

3. Usaha 5.499.588.537 3.130.114.018 1.707.570.461 10.337.273.016

4. Industri 3.800.443.352 368.237.271 5.653.211.308 9.821.891.931

5. Perkantoran 749.952.360 502.503.692 219.030.028 1.471.486.080

6. Lainnya 152.005.713 167.309.862 107.140.175 426.455.750

Jumlah 15.285.462.793 9.485.572.280 10.407.881.943 35.178.917.016

Catatan :

APPU : Arean Pelayanan Prima Utara

APPS : Arean Pelayanan Prima Selatan

APPT : Arean Pelayanan Prima Timur

Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta dan Tangerang

Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada periode 2012-2020 jumlah tambahan produksi gas

diproyeksikan sebesar 5.118 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari 17 lapangan.

Setidaknya terdapat empat lapangan berskala besar yang akan mulai memproduksi gas bumi.

Keempat ladang itu adalah proyek laut dalam Chevron Indonesia Company dengan target

produksi pada 2014 sebesar 830 MMSCFD, Blok Masela yang dioperasikan Inpex Corporation

sebesar 400 MMSCFD pada 2017, Proyek Tangguh dengan operator BP mulai 2018 sebesar 870

MMSCFD, dan Blok Natuna Timur dengan operator PT Pertamina (Persero) mulai 2020 sebesar

1.000 MMSCFD.

Untuk wilayah DKI Jakarta, selama kurun waktu 2011 produksi gas yang dialokasikan mencapai

923.181.173 m3 dengan total penjualan 922.903.455 m

3 atau sebesar 99,97% dengan nilai

penjualan mencapai Rp2.092,4 miliar. Dibandingkan keadaan tahun 2010 terdapat peningkatan

produksi sebesar 6,17% dan peningkatan penjualan 3,21%, sementara untuk nilai produksi

meningkat 8,28% dan peningkatan nilai jual sebesar 6,04%.

Profil Daerah

Bank Indonesia 31

Tabel 2.3.7.

Jumlah Produksi Bruto dan Penjualan Gas, Tahun 2011

Bulan Produksi Penjualan

m³ Nilai (Rp) m³ Nilai (Rp)

Januari 2011 75.782.265 59.056.853.124 75.098.952 172.527.365.561

Pebruari 70.332.242 54.567.646.683 70.996.776 156.465.410.374

Maret 80.900.599 62.274.316.013 79.994.054 177.661.859.146

April 72.942.482 58.443.074.611 72.308.047 162.179.224.415

Mei 81.851.884 67.353.830.306 80.973.186 179.935.754.870

Juni 75.777.775 61.850.303.284 76.200.596 169.614.817.406

Juli 79.252.249 65.156.958.431 78.451.071 177.952.086.661

Agustus 77.835.573 62.972.009.768 78.668.200 170.091.035.986

September 74.729.910 59.638.831.773 74.730.298 166.529.515.925

Oktober 81.093.607 63.302.461.491 81.867.814 191.707.359.171

Nopember 78.825.098 60.974.159.236 79.310.856 188.707.197.536

Desember 73.857.489 56.850.176.905 74.303.600 179.263.531.300

Jumlah 923.181.173 732.440.621.625 922.903.455 2.092.400.158.351

2010 869.540.927 676.452.280.650 894.223.298 1.973.142.179.528

2009 665.552.038 599.326.747.664 634.770.364 1.347.793.738.524

2008 576.685.926 514.724.900.677 541.759.031 1.134.129.766.864 Sumber : PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

Tabel 2.3.8.

Jumlah Pelanggan/Konsumen Gas Menurut Kota Administrasi, Tahun 2011

Kota Adm. Rumah Tangga Komersial Industri Besar Jumlah

Jakarta Timur 5.633 11 53 5.697

Jakarta Selatan 666 44 13 723

Jakarta Barat 1.929 36 31 1.996

Jakarta Utara 717 14 46 777

Jakarta Pusat 4.445 67 - 4.512

Jumlah 13.390 172 143 13.705

2010 13.477 168 141 13.786

2009 13.369 173 141 13.683

2008 13.545 172 137 13.854 Sumber : PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

b. Prasarana Pendidikan

Secara umum tingkat pendidikan penduduk di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat

pendidikan penduduk di provinsi lain di Indonesia. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kebijakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi pertama di Indonesia yang menganggarkan

lebih dari 20% dari total APBD untuk pendidikan. Persentase ini melampaui angka yang

diamanatkan oleh Undang-undang Sisdiknas, yaitu sebesar 20%. Keberhasilan pembangunan

bidang pendidikan dapat pula dilihat dari indikator tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh

penduduk. Dibandingkan dengan kondisi tahun 2006, telah terjadi peningkatan rata-rata

pendidikan masyarakat Jakarta yang cukup berarti pada tahun 2009. Hal ini ditandai dengan

meningkatnya penduduk yang menamatkan pendidikan di tingkat SLTA ke atas, yaitu dari

47,56% pada tahun 2006 menjadi 67,2% pada tahun 2010. Khusus untuk yang tamat S1 ke atas

naik dari 7,58% pada tahun 2006 menjadi 10,8% pada tahun 2010.

Profil Daerah

32 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Selain itu, Angka Melek Huruf (AMH) penduduk usia 10 tahun ke atas di DKI Jakarta secara

umum relatif stabil sepanjang tahun 2006-2010. Pada tahun 2006 AMH penduduk DKI Jakarta

sebesar 98,34% dan pada tahun 2010 sebesar 99,30%. Pencapaian lain bidang pendidikan yang

cukup menggembirakan adalah Angka Partisipasi Sekolah pada jenjang pendidikan dasar,

kondisi ini memberikan indikasi bahwa Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar

(WajarDikdas) 9 tahun di DKI Jakarta cukup berhasil. Sekitar lebih dari 90%.

Penduduk usia 7-15 tahun, yang merupakan "target goal" pemerintah dalam program ini, masih

aktif bersekolah pada tahun 2009. Pemberian dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) oleh

Pemerintah Pusat melalui APBN dan pemberian dana BOP (Bantuan Operasional Pendidikan)

oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui dana APBD, memberikan kontribusi yang cukup

besar dalam menaikkan persentase angka partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan dasar.

Dalam rangka meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu

pada pendidikan dasar di Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi mengalokasikan Biaya

Operasional Pendidikan (BOP). Sasaran Penerima BOP adalah seluruh Sekolah Dasar Negeri

(SDN), Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLBN),

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa Negeri (SMPLBN), dan SMAN/SMKN. BOP dialokasikan untuk

membiayai pengelolaan kurikulum, penunjang kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana,

pengembangan ketenagaan, kesiswaan dan ekstrakurikuler, peningkatan mutu, rumahtangga

sekolah, daya dan jasa, ATK dan perlengkapan perkantoran, dan humas.

Untuk sarana pendidikan tingkat taman kanak-kanak terbanyak terdapat di Jakarta Timur

sebanyak 572 unit, diikuti oleh Jakarta Selatan sebanyak 426 unit dan TK paling sedikit

jumlahnya terdapat di Kepulauan Seribu dengan hanya ada 10 TK. Untuk tingkat sekolah dasar

dan ibtidayah paling sedikit juga terdapat di Kepulauan Seribu dengan 15 unit, sedangkan SD

terbanyak terdapat di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Untuk tingkat SMP dan Madrasah

terbanyak terdapat di Jakarta Timur dan Jakarta Barat masing-masing 328 dan 274 unit.

Jumlah SLTA dan Madrasah Aliyah di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 terdapat 573 unit

SLTA dengan terbanyak di Jakarta Timur dengan 160 unit dan paling sedikit terdapat di

Kabupaten Kepulauan Seribu dengan hanya 2 unit SLTA. Untuk Sekolah Menengah Kejuruaan

atau SMK terbanyak terdapat Jakarta Selatan 835 unit SMK, dan paling sedikit terdapat di

Kepulauan Seribu dengan hanya 1 SMK.

Profil Daerah

Bank Indonesia 33

Tabel 2.3.9

Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi DKI Jakarta Dirinci

Menurut Kota/Kabupaten Administrasi, Tahun 2011

Kota/Kabupaten

Administrasi TK SD SMP SMA SMK

Jakarta Selatan 416 799 253 125 835

Jakarta Timur 572 958 328 160 179

Jakarta Barat 348 774 274 125 112

Jakarta Pusat 212 410 126 67 72

Jakarta Utara 244 445 176 94 75

Kepulauan Seribu 10 15 6 2 1

DKI Jakarta 1.802 3.401 1.163 573 1.274 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

d. Prasarana komunikasi

Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta

memberikan sumbangan 10,30% terhadap total PDRB. Untuk perkembangan sambungan

telepon di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 sampai tahun 2011 terjadi penurunan sebesar

1,25 % dimana pada tahun 2008 jumlah sambungan telepon adalah sebanyak 1.926.174

sambungan, sedangkan pada tahun 2011 turun menjadi 1.902.089 sambungan. Pada tahun 2011

sambungan telepon terbanyak terdapat di Jakarta Timur sebanyak 493.091 sambungan di ikuti

oleh Jakarta Selatan 434.131 sambungan. Jakarta Pusat merupakan kota dengan sambungan

telepon terpasang terkecil pada tahun 2011 hanya terpasang 205.891 sambungan.

Gambar 2.3.2.

Jumlah Sambungan Telepon Terpasang

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008-2011

1.860.000

1.870.000

1.880.000

1.890.000

1.900.000

1.910.000

1.920.000

1.930.000

1.940.000

2008 2009 2010 2011

Profil Daerah

34 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

e. Prasarana kesehatan

Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat

kesehatan penduduk di provinsi lain di Indonesia. Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan

dapat dilihat dari indikator angka kematian bayi dan usia harapan hidup.Angka Kematian Bayi

(AKB) DKI Jakarta tahun 2010 sebesar 8 bayi per 1.000 kelahiran. Angka tersebut turun, bila

dibandingkan dengan AKB DKI Jakarta tahun 2007 yang sebesar 8,4 bayi per 1.000 kelahiran.

Tahun 2010, usia harapan hidup penduduk DKI Jakarta naik menjadi 76,0 tahun dari 75,8 tahun

pada tahun 2007. Jumlah tenaga medis dokter umum di Provinsi Jakarta pada tahun 2010

sebanyak 2.873 orang, dokter spesialis sebanyak 1.386 orang, dokter gigi sebanyak 586,

apoteker 2.699 orang, asisten apoteker sebanyak 4.401 orang, bidan sebanyak 7.282 orang dan

kader posyandu di DKI Jakarta pada tahun 2011 sebanyak 31.057 orang.

Tabel 2.3.10.

Perkembangan Jumlah Tenaga Medis di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2010

No Tenaga Medis 2007 2008 2009 2010

1 Dokter Umum 1.865 6.848 8.201 2.873

2 Dokter Spesialis 5.396 4.259 9.595 1.386

3 Dokter Gigi 959 2.977 3.049 586

4 Apoteker 158 751 751* 2.699

5 Asisten Apoteker 1.135 2.999 2.999* 4.401

6 Bidan 2.088 4.695 4.695* 7.282

7 Kader Posyandu 29.718 29.718 29.718* 31.057 Ket. * Data tahun 2008

Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Untuk sarana kesehatan yang tersedia di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 sebanyak 3.069

unit yang terdiri dari 153 rumah sakit, 44 puskesmas kesehatan, 286 puskesmas kelurahan, 779

balai pengobatan umum, 113 balai pengobatan gigi, 170 Laboratorium, dan 1.524 apotik.

Tabel 2.3.11.

Jumlah Sarana Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Kota/Kabupaten

Administrasi

Rumah

Sakit

Puskesmas

Kecamatan

Puskesmas

Kelurahan

Balai

Pengobatan

Umum

Balai

Pengobatan

Gigi

Lab Apotik

Jakarta Timur 37 10 68 181 12 20 305

Jakarta Selatan 43 10 69 32 7 31 401

Jakarta Barat 22 8 67 220 28 49 500

Jakarta Pusat 30 8 35 176 45 40 284

Jakarta Utara 20 6 43 169 21 30 34

Kepulauan Seribu 1 2 4 1 - - -

DKI Jakarta 153 44 286 779 113 170 1.524

Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Untuk rumah sakit terbanyak terdapat di Jakarta Selatan sebanyak 43 unit, diikuti Jakarta Timur

37 unit, dan paling sedikit terdapat di Kepulauan Seribu sebanyak 1 unit. Untuk puskesmas

kecamatan terbanyak terdapat di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur masing-masing 10 unit,

Jakarta Pusat dan Jakarta Barat masing-masing 8 unit dan paling sedikit terdapat di Kepulauan

Seribu. Untuk puskesmas kelurahan terbanyak terdapat di Jakarta Selatan sebanyak 69 unit,

Profil Daerah

Bank Indonesia 35

Jakarta Timur 68 unit, untuk balai pengobatan umum di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 779 unit

terbanyak di Jakarta Barat dan paling sedikit di Kepulauan Seribu. Balai pengobatan gigi tidak

terdapat di Kepulauan Seribu dan terbanyak terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 45 unit.

Laboratorium juga tidak terdapat di Kepulauan Seribu dan terbanyak terdapat di Jakarta Barat.

Sedangkan untuk apotik terbanyak terdapat di Jakarta Barat sebanyak 500 unit , diikuti Jakarta

Selatan 401 unit, Jakarta Timur 305 unit, Jakarta Pusat terdapat 284 unit apotik sedangkan untuk

Jakarta Utara terdapat 34 unit apotik. Untuk Kepulauan Seribu pada Tahun 2011 tidak terdapat

apotik.

Keberadaan tenaga kesehatan, khususnya dokter, dokter giri, perawat dan bidan pada masing-

masing wilayah menyebabkan perbedaan rasio kebutuhan tenaga kesehatan yang disesuaikan

dengan jumlah penduduk dari masing-masing wilayah tersebut. Berikut ditampilkan gambar

rasio tenaga kesehatan untuk setiap 100.000 penduduk.

Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011

Gambar 2.3.3.

Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2011

Profil Daerah

36 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011

Gambar 2.3.4.

Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk Tahun 2011

Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011

Gambar 2.3.5.

Rasio Perawat per 100.000 Penduduk Tahun 2011

Profil Daerah

Bank Indonesia 37

Sumber : Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2011

Gambar 2.3.6.

Rasio Bidan per 100.000 Penduduk Tahun 2011

Profil Daerah

38 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bank Indonesia 39

BAB III KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH

3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 atas

dasar harga berlaku adalah sebesar Rp982.540.043 juta atau meningkat sebesar 13,97%

dibanding tahun 2010 sebesar Rp862.089.736 juta. Sektor pertambangan dan penggalian adalah

sektor yang mengalami peningkatan terbesar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Dimana

sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2010 pada harga berlaku menyumbang

Rp3.704.281 juta maka pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 38,76% menjadi

Rp5.139.915 juta.

PDRB Sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami kenaikan yang cukup besar

berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan. Dimana untuk PDRB

berdasarkan harga berlaku pada tahun 2010 sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang

Rp87.688.423 juta, maka pada tahun 2011 menyumbang sebesar Rp101.189.937 juta atau

mengalami kenaikan sebesar 15,40%. Sedangkan untuk sektor perekonomian yang paling kecil

mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 7,27% serta sektor

pertanian yang hanya mengalami perkembangan sebesar 8,15% berdasarkan harga berlaku.

Laju perkembangan berbagai sektor usaha, di Provinsi DKI Jakarta dilihat berdasarkan

perkembangan nilai PDRB-nya (berdasarkan harga konstan tahun 2000) mengalami

pertumbuhan sebesar 7,68% dalam kurun waktu 2008-2011. Pada periode yang sama

pertumbuhan terbesar sektor pengangkutan dan komunikasi (13,89%), pertambangan dan

penggalian (8,64%), dan konstruksi (7,86%).

Perekonomian Jakarta yang digambarkan dengan PDRB atas dasar harga berlaku, secara

nominal dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari

Rp501,8 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp862,16 triliun pada tahun 2010. Dominasi sektor

industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, real estate

dan jasa perusahaan dalam perekonomian Jakarta belum tergoyahkan disamping sektor

konstruksi dan sektor jasa-jasa.

Sebagai tulang punggung perekonomian Jakarta, sektor jasa (tersier) memiliki peranan sebesar

71,28% bila dilihat dari kontribusinya pada PDRB. Pembentuk sektor tersier meliputi sektor

perdagangan, hotel, dan restoran yang mempunyai kontribusi terhadap perekonomian daerah

sekitar 20,69%; sektor jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan sekitar 27,74%; dan

sisanya diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,17%, serta sektor jasa-

jasa lainnya sebesar 12,67%. Ini menunjukkan struktur perekonomian Jakarta sudah mengarah

kepada struktur jasa (service city).

Kondisi Perekonomian Wilayah

40 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.1.1. PDRB Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Harga Konstan dan Harga Berlaku serta Perkembangannya

Lapangan Usaha Harga Berlaku (Rp juta) Harga Konstan (Rp Juta) Kontribusi 2011 Perkembangan (%)

2010 2011 2010 2011 Berlaku Konstan Berlaku Konstan

1.Pertanian 849.560 918.803 304.274 306.661 0,09 0,07 8,15 0,78

2. Pertambangan dan Penggalian 3.704.281 5.139.915 950.016 1.032.115 0,52 0,24 38,76 8,64

3. Industri Pengolahan 135.643.231 153.486.418 60.567.510 62.044.551 15,62 14,70 13,15 2,44

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9.012.257 9.667.646 2.588.998 2.691.351 0,98 0,64 7,27 3,95

5. Bangunan 98.424.987 112.719.140 41.143.270 44.375.449 11,47 10,51 14,52 7,86

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 178.357.449 204.413.008 85.980.580 92.324.503 20,80 21,87 14,61 7,38

7. Pengangkutan dan Komunikasi 87.688.423 101.189.937 46.776.560 53.271.793 10,30 12,62 15,4 13,89

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 239.155.971 270.951.564 111.279.950 116.889.924 27,58 27,69 13,29 5,04

9. Jasa-Jasa 109.253.577 124.053.612 46.042.416 49.226.224 12,63 11,66 13,55 6,91

Produk Domestik Regional Bruto 862.089.736 982.540.043 395.633.574 422.162.571 100 100 13,97 6,71 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Bank Indonesia 41

Tabel 3.1.2

Distribusi Persentasi Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

No Lapangan Usaha Laju Distribusi (%)

2010 2011

1 Pertanian 0,10 0,09

2 Pertambangan dan Penggalian 0,43 0,52

3 Industri Pengolahan 15,73 15,62

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,05 0,98

5 Bangunan 11,42 11,47

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,69 20,80

7 Pengangkutan dan Komunikasi 10,17 10,30

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 27,74 27,58

9 Jasa-Jasa 12,67 12,63

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00

Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Penyumbang perekonomian Jakarta lainnya adalah sektor sekunder yang terdiri dari sektor

industri pengolahan dan sektor konstruksi. Sektor industri pengolahan menyumbang sekitar

15,62% sedangkan sektor konstruksi sebesar 11,47%. Sementara sumbangan sektor primer di

Jakarta hanya sebesar 1,00% yang terdiri dari sektor pertanian sebesar 0,09% dan sektor

pertambangan sebesar 0,52%. Dari sisi penggunaan, dalam kurun waktu 2008-2011 lebih dari

55% dari total PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Komponen

penggunaan lainnya yang cukup besar adalah permintaan dari luar Jakarta (ekspor ke provinsi

lain dan luar negeri) sekitar 54%, impor barang dan jasa sebesar 53%, serta pembentukan modal

tetap bruto atau investasi fisik sebesar 36%. Selanjutnya, konsumsi pemerintah sebesar 7%.

Gambar 3.1.1.

Distribusi Penggunaan PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Berdasarkan Harga Berlaku

PERTANIAN; 0,09 PERTAMBANGAN

DAN PENGGALIAN ; 0,52

INDUSTRI PENGOLAHAN ;

15,62

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH; 0,98

BANGUNAN ; 11,47

PERDAGANGAN, HOTEL DAN

RESTORAN ; 20,80

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI ;

10,30

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN

JASA PERUSAHAAN ; 27,58

JASA-JASA; 12,63

Kondisi Perekonomian Wilayah

42 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Struktur perekonomian DKI Jakarta secara spasial, yang dihitung dari PDRB atas dasar harga

berlaku, menunjukkan sekitar 48,62% perekonomian Jakarta masih terkonsentrasi di Jakarta

Pusat dan Jakarta Selatan, yang masing-masing sebesar 26,57% (Rp259,68 triliun) dan 22,15%

(Rp216,38 triliun).

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi DKI Jakarta jika dilihat menurut

kota/kabupaten administrasi memperlihatkan bahwa atas dasar harga berlaku tahun 2011

wilayah Jakarta Pusat memberikan kontribusi terbesar dengan nilai Rp259.680.387,15 juta

(26,58%), diikuti Jakarta Selatan Rp216.385.327,90 juta (22,15%), Jakarta Utara

Rp183.061.494,00 (18,74%), Jakarta Timur Rp165.710.005,70 (16,96%), Jakarta Barat

Rp146.698.266,46 (15,01%) dan terkecil di Kepulauan Seribu Rp5.544.890,04 (0,57%).

Apabila ditinjau dari perkembangan pada tahun 2011 ternyata peningkatan terbesar justru terjadi

di Kepulauan Seribu sebesar 36,44% atau meningkat rata-rata 23,22% sejak tahun 2007. Untuk

wilayah yang lain mengalami peningkatan dengan kisaran 12-14% yang secara berurutan adalah

Jakarta Pusat 14,20%, Jakarta Barat 14,02%, Jakarta Utara 13,86%, Jakarta Selatan 13,43% dan

Jakarta Timur 12,85%. Sedangkan peningkatan rata-rata terbesar kedua untuk kurun waktu

2007-2011 setelah Kepulauan Seribu terjadi di Jakarta Barat 18,05%, kemudian Jakarta Utara

17,32%, Jakarta Selatan 17,02%, Jakarta Timur 16,47% dan Jakarta Pusat 14,94%.

Tabel 3.1.3.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Kota/kabupaten Administrasi di DKI Jakarta Tahun 2007 - 2011

(Juta Rupiah)

Kabupaten/Kota

Adm. 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jakarta Timur 99.900.806,52 117.430.195,40 130.332.316,80 146.840.378,70 165.710.005,70

2. Jakarta Selatan 128.740.860,00 152.150.865,53 169.323.096,45 190.772.985,28 216.385.327,90

3. Jakarta Barat 85.198.556,48 101.010.614,51 113.503.208,35 128.659.263,08 146.698.266,46

4. Jakarta Pusat 162.525.321,00 178.571.476,83 200.709.426,18 227.381.220,00 259.680.387,15

5. Jakarta Utara 108.142.874,86 128.783.336,45 141.396.170,73 160.778.227,92 183.061.494,00

6. Kepulauan Seribu 2.874.975,71 3.453.853,18 3.474.817,75 4.063.913,88 5.544.890,04

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

Gambar 3.1.2.

PDRB Kota/Kabupaten Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Berdasarkan Harga Berlaku

Kepulauan Seribu 0,57%

Jakarta Selatan 22,15%

Jakarta Timur 16,96%

Jakarta Pusat 26,58%

Jakarta Barat 15,01%

Jakarta Utara 18,74%

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 43

Tabel 3.1.4.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Kabupaten/Kota Administrasi di DKI Jakarta Tahun 2007 - 2011

(Juta Rupiah)

Kabupaten/Kota

Adm. 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jakarta Timur 56.886.294,12 60.123.980,90 62.913.133,90 66.725.673,50 70.918.901,60

2. Jakarta Selatan 74.377.051,79 78.997.462,96 83.218.186,45 88.730.443,13 94.920.210,47

3. Jakarta Barat 49.762.618,16 52.734.938,01 55.362.175,99 58.720.167,46 62.389.552,84

4. Jakarta Pusat 85.780.643,12 91.228.665,29 96.477.154,25 102.859.738,00 110.007.953,76

5. Jakarta Utara 62.882.747,00 66.535.641,44 69.218.053,25 73.383.110,75 78.046.750,00

6. Kepulauan Seribu 1.081.737,43 1.090.072,08 1.095.913,23 1.118.491,00 1.209.855,21

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

Gambar 3.1.3.

PDRB Kota/Kabupaten Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Berdasarkan Harga Konstan 2000

Laju pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan, menunjukkan

total PDRB kabupaten/kota di DKI Jakarta yang tercipta pada tahun 2011 meningkat sebesar

6,63% bila dibandingkan dengan tahun 2010, yakni dari Rp391,64 triliun menjadi Rp417,49

triliun. Nilai ini sedikit berbeda dengan nilai PDRB Provinsi DKI Jakarta yang menunjukkan

peningkatan 6,71% pada periode yang sama, yaitu dari Rp395,63 triliun menjadi Rp422,16

triliun. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sumber data, cakupan, dan diskrepansi

statistik dalam penghitungan nilai tambah.

Wilayah dengan pertumbuhan tercepat adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

dengan pertumbuhan sebesar 8,17%. Tingginya pertumbuhan yang dicapai oleh wilayah ini

didorong oleh meningkatnya produksi minyak mentah hingga lebih dari 10% pada tahun 2011

yang dipicu oleh peningkatan harga minyak dunia pada saat itu. Jakarta Selatan dan Jakarta

Pusat sebagai pusat perekonomian Jakarta masing-masing tumbuh 6,98% dan 6,95%. Sementara

wilayah lainnya juga mampu menunjukkan pertumbuhan diatas 6% meskipun masih dibawah

rata-rata pertumbuhan total PDRB Kabupaten/Kota yang sebesar 6,63%.

Kepulauan Seribu 0,29%

Jakarta Selatan 22,74%

Jakarta Timur 16,99% Jakarta Pusat

26,35%

Jakarta Barat 14,94%

Jakarta Utara 18,69%

Kondisi Perekonomian Wilayah

44 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

3.2. Kondisi Produksi

a. Sektor pertanian

1). Subsektor tanaman pangan

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling sedikit menyumbang pada PDRB DKI Jakarta

pada tahun 2011. Sektor pertanian hanya memberikan sumbangan sebesar 0,09% pada

pembentukan PDRB DKI Jakarta. Keterbatasan luas lahan pertanian, serta struktur

perekonomian DKI Jakarta yang merupakan kota dagang dan jasa menyebabkan sektor pertanian

hampir tidak terdapat di DKI Jakarta.

Tabel 3.2.1.

Luas Panen (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Pangan

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Jenis Tanaman

2010 2011 Pertumbuhan

Luas

Panen Produksi

Luas

Panen Produksi

Luas

Panen Produksi

1 Padi Sawah 2.015 11.164 1.723 9.516 - 0,14 - 0.15

2 Jagung 15 31 12 23 - 0,00 - 0.00

3 Ketela Pohon 25 290 15 176 - 0,00 - 0.01

4 Kacang Tanah 9 9 7 7 - 0,00 - 0.00

DKI Jakarta 2.064 11.494 1.757 9.722 - 0.15 - 0,16 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Pada tahun 2011 luas panen produksi tanaman pangan seluas 1.757 ha atau mengalami

penurunan sebesar 0,15% jika di bandingkan dengan luas panen pada tahun 2010 sebesar 2.064

ha. Untuk produksi tanaman pangan juga mengalami penurunan sebesar 0,16% dimana pada

tahun 2010 sebesar 11.494 ton menjadi hanya 9.722 ton pada tahun 2011. Padi sawah

merupakan sektor pertanian yang mempunyai luas panen dan produksi terbesar, dimana pada

tahun 2011 luas panen sebesar 1.723 ha dengan produksi sebesar 9.516 ton. Sedangkan kacang

tanah merupakan komoditi tanaman pangan yang paling sedikit luas panennya pada tahun 2011

hanya seluas 7 ha dengan produksi hanya 7 ton.

Untuk tanaman sayur-sayuran, luas panen terbesar tahun 2011 terdapat pada komoditi sayuran

kangkung dengan luas panen 1.008 ha dengan produksi sebesar 7.970 ton, diikuti oleh komoditi

bayam dengan luas panen sebesar 728 ha dengan produksi 2.552 ton, seterusnya komoditi sawi

dengan luas panen seluas 722 ha dengan produksi 5.332 ton. Sayuran sawi banyak di tanam

penduduk di bantaran kali karena tidak memerlukan perawatan khusus untuk tanaman ini.

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 45

Tabel 3.2.2.

Luas Panen (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Sayuran

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011

No Jenis Tanaman

2010 2011

Luas Panen

(ha)

Produksi

(ton)

Luas Panen

(ha)

Produksi

(ton)

1 Bayam 1.045 5.607 728 2.552

2 Kangkung 1.257 17.579 1.008 7.970

3 Kacang Panjang 18 158 6 1

4 Ketimun 12 73 20 23

5 Terung 9 87 3 1

6 Sawi 983 12.441 722 5.332 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Untuk tanaman bayam luas panen terbesar terdapat di Jakarta Timur dengan luas panen seluas

403 ha dengan produksi 14.680 ton, diikuti oleh Jakarta Barat dengan luas panen 69 ha dengan

luas produksi 3.139 ton, dan terakhir Jakarta Utara dengan luas panen 69 ha dan produksi 3.139

ton sendangkan di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan tidak terdapat area tanaman bayam.

Gambar 3.2.1.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011

Sedangkan tanaman kangkung banyak terdapat di Jakarta Timur dengan luas panen sebesar 420

ha serta produksi 22.349 ton, diikuti oleh Jakarta Utara dengan luas panen 318 ha dengan

produksi 37.200 ton serta Jakarta Barat dengan luas panen 266 ha dan produksi 20.124 ton.

Untuk tamanan sawi luas panen terbesar banyak terdapat di Jakarta Timur dengan luas panen

404 ha dan produksi 22.753 ton, Jakarta Barat luas panen 249 ha dengan produksi 25.689 ton

terakhir Jakarta dengan luas panen 69 ha dan produksi 4.880 ton. Sedangkan di Jakarta Pusat

dan Jakarta Selatan tidak terdapat tanaman sayur-sayuran

Untuk produksi buah-buahan tertinggi di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah

belimbing dengan produksi 56.163 kwintal daerah penghasil belimbing terbesar adalah Jakarta

Selatan sedangkan untuk produksi terbesar kedua adalah buah mangga dengan produksi 36.021

kwintal dengan penghasil terbesar terdapat di Jakarta Barat dengan produksi 11.794 kwintal

Penghasil jambu biji terbesar adalah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sedangkan paling sedikit

adalah Jakarta Pusat hanya menghasil 4 kwintal produksi jambu biji tahun 2011. Jakarta Timur

juga merupakan daerah penghasil rambutan terbesar di Provinsi DKI Jakarta dengan produksi

5.528 kwintal diikuti oleh Jakarta Selatan 2.154 kwintal.

Kondisi Perekonomian Wilayah

46 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.2.3

Jumlah Pohon dan Produksi Buah-buahan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Jenis

Tanaman

2010 2011 Pertumbuhan

Jumlah

(pohon)

Produksi

(Kwt)

Jumlah

(pohon)

Produksi

(Kwt)

Jumlah

(%)

Produksi

(%)

1 Alpokat 458 511 608 538 0,33 0,05

2 Mangga 53.470 33.076 47.523 36.021 (12,98) 5,76

3 Rambutan 24.261 7.867 20.767 7.687 (7,63) (0,35)

4 Duku 1.243 517 653 472 (1,29) (0,09)

5 Jeruk 440 149 365 372 (0,16) 0,44

6 Durian 2.664 2.585 2.954 2.262 0,63 (0,63)

7 Jambu Biji 22.595 7.760 21.039 7.761 (3,40) 0,00

8 Jambu Air 30.738 5.731 19.268 6.200 (25,04) 0,92

9 Sawo 3.100 1.121 2.587 1.446 (1,12) 0,64

10 Pepaya 12.988 5.428 11.912 3.407 (2,35) (3,95)

11 Pisang 36.037 7.461 35.549 6.949 (1,07) (1,00)

12 Salak 3.440 379 4.239 312 1,74 (0,13)

13 Belimbing 108.145 48.853 89.173 56.163 (41,42) 14,31

14 Nangka 9.983 4.341 10.200 5.333 0,47 1,94

15 Sirsak 260 20 214 20 (0,10) -

16 Sukun 1.285 262 1.068 164 (0,47) (0,19) Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman buah-buahan di Provinsi DKI Jakarta adalah turun,

pertumbuhan yang paling tinggi adalah untuk produksi tanaman belimbing dimana terjadi

kenaikan sekitar 14,31% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2010. Mangga juga

mengalami pertumbuhan sebesar 5,76% dimana pada tahun 2010 produksi mangga di Provinsi

DKI Jakarta 33.076 maka pada tahun 2011 naik menjadi 36.021 kwintal. Sedangkan untuk

produksi yang mengalami penuruan produksi adalah buah pepaya, dengan penuruan sebesar

(3.95%). Pada tahun 2010 produksi pepaya sebesar 5.428 kwintal tetapi pada tahun 2011

produksi hanya sebesar 3.407 kwintal.

Untuk komoditi belimbing yang merupakan komoditi dengan produksi tertinggi di Provinsi DKI

Jakarta tahun 2011 banyak terdapat di Jakarta Selatan dengan jumlah pohon sebanyak 70.938

batang dengan produksi sebanyak 44.927 kwintal, diikuti oleh Jakarta Timur dengan jumlah

pohon 12.263 pohon dengan produksi sebanyak 7.783 kwintal, Jakarta Barat dengan jumlah

pohon 3.120 batang dan produksi 2.387 kwintal, Jakarta Utara merupakan urutan selanjutnya

penghasil buah belimbing tertinggi di DKI Jakarta dengan jumlah pohon 2.689 batang dan

produksi 1.059 kwintal, sedangkan jumlah pohon belimbing paling sedikit terdapat di Jakarta

Pusat hanya 50 batang dengan produksi hanya 7 kwintal.

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 47

Gambar 3.2.2.

Jumlah Pohon dan Produksi (kwt) Buah Belimbing

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

2). Subsektor Hortikultura

Sub sektor hortikultura di Provinsi DKI Jakarta didominasi oleh tanaman obat-obatan dan

bumbu dapur. Untuk tanaman yang paling banyak luas panennya adalah tanaman jahe dengan

luas panen 12.866 m2 dengan produksi 24.224 kg, diikuti oleh tanaman kunyit dengan luas

panen 4.931 m2 dengan produksi 13.532 kg, lengkuas dengan luas 4.799 m

2 dengan produksi

7.771 kg, diikuti oleh tanaman kencur dengan luas panen 1.573 m2 dengan produksi 3.658 kg,

sedangkan untuk lempuyang merupakan tanaman perkebunan yang paling kecil luas panennya

hanya 528 m2 dengan produksi 1.032 kg.

Tabel 3.2.4.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Obat-Obatan

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Jenis Tanaman Luas Panen

(M2)

Produksi

(Kg)

1 Jahe 12.866 24.224

2 Lengkuas 4.799 7.771

3 Kencur 1.573 3.658

4 Kunyit 4.931 13.532

5 Lempuyang 528 1.032

6 Temulawak 1.453 2.166

7 Temuireng 642 1.347

8 Kejibeling 1.093 2.476 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Keterbatasan luas lahan pertanian di DKI Jakarta tidak menghalangi para petani tanaman hias

untuk berproduksi. Pertanian tanaman hias masih dapat berkembang biak dengan sebagian

menggunakan sistem hidroponik, karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Khusus untuk

tanaman anggrek pada tahun 2011 produksinya naik 3,6%. Permintaan yang cukup tinggi

mendorong petani mengembangkan anggrek dalam bentuk bunga potong maupun bunga potong.

Anggrek merupakan tanaman hias yang paling banyak luas panen serta produksinya pada tahun

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

Jumlah Pohon

Produksi (Qt)

Kondisi Perekonomian Wilayah

48 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

2011 dengan luas panen sebesar 318.548 m2 dan produksi 1.683.623 stem, diikuti oleh tanaman

kuping gajah dengan luas panen 68.655 m2 dan produksi sebesar 85.385 stem, palem dengan

luas panen 36.495 m2 dan produksi 40.634 stem. Sedangkan untuk luas panen tanaman hias

terkecil adalah bunga dracaena dengan luas panen 13.932 m2 dan produksi 16.863 stem.

Tabel 3.2.5.

Luas Panen (m2) dan Produksi (stem) Tanaman Hias

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Jenis Tanaman Luas Panen

(m2)

Produksi

(Stem)

1 Anggrek 318.548 1.683.623

2 Kuping Gajah 68.655 85.385

3 Pisang-pisangan 15.394 25.551

4 Mawar 21.968 31.841

5 Dracaena 13.932 16.863

6 Melati 23.844 29.931

7 Palem 36.495 40.634 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

3). Subsektor peternakan

Jenis usaha ternak di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari ternak besar (sapi potong, sapi perah,

kerbau, kuda dan babi), dan ternak kecil (kambing dan domba) serta unggas (ayam pedaging dan

itik). Populasi sapi perah terbanyak untuk ukuran ternak besar yaitu 2.728 ekor. Populasi sapi

perah terbanyak terdapat di Jakarta Selatan dengan 1.355 ekor, di Jakarta Timur 1.302 ekor

sedangkan di Jakarta Barat dan Jakarta Utara merupakan daerah dengan populasi sapi perah

terkecil masing-masing hanya terdapat 1 ekor untuk kedua daerah tersebut.

Tabel 3.2.6.

Populasi Ternak Besar dan Kecil di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Kota/Kabupaten

Administrasi

Sapi

Potong

Sapi

Perah Kerbau Kuda Kambing Domba

1 Jakarta Timur 609 1.302 99 108 1.662 1,056

2 Jakarta Selatan 496 1.355 10 8 1.354 136

3 Jakarta Barat 503 1 83 41 1.814 348

4 Jakarta Utara 83 1 - 14 1.693 180

5 Jakarta Pusat - 69 - - 252 -

6 Kepulauan Seribu -

- 94 -

DKI Jakarta 1.691 2.728 192 171 6.869 1.720

Tahun 2010 1.843 8 68 3.569 6.061 519 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Untuk usaha sapi potong terbanyak terdapat Jakarta Timur 609 ekor, Jakarta Barat 503 ekor,

Jakarta Selatan 496 ekor dan paling sedikit terdapat di Jakarta Utara 83 ekor. Populasi kuda

banyak terdapat di Jakarta Timur dengan 108 ekor, Jakarta Barat 41 ekor, sedangkan di Jakarta

Pusat dan Kepulauan Seribu tidak terdapat populasi kuda. Sedangkan untuk populasi ternak

kecil yang terdiri dari kambing dan domba banyak terdapat di Jakarta Barat dengan 1.814 ekor,

Jakarta Utara 1.693 ekor, Jakarta Timur dengan 1.662 ekor, sedangkan untuk populasi kambing

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 49

paling sedikit terdapat di Kepulauan Seribu. Populasi domba terbanyak terdapat di Jakarta Timur

dengan 1.056 ekor, Jakarta Barat 348 ekor, dan Jakarta Utara dengan 180 ekor.

Tabel 3.2.7

Populasi Unggas di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Kota/Kabupaten

Administrasi

Ayam

Pedaging Itik

1 Jakarta Timur 151.200 -

2 Jakarta Selatan - 14.610

3 Jakarta Barat 4.510 11.350

4 Jakarta Utara - 236

5 Jakarta Pusat - -

6 Kepulauan Seribu

DKI Jakarta 155.710 26.196

Tahun 2010 132.200 33.350 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Sedangkan untuk populasi unggas di Provinsi DKI Jakarta hanya terdiri dari ayam pedaging dan

itik. Hanya ada dua daerah terdapat populasi ayam pedaging di DKI Jakarta yaitu Jakarta Timur

dan Jakarta Barat, masing–masing 151.200 ekor dan 4.510 ekor, daerah lain tidak terdapat

populasi ayam ras pedaging. Populasi itik terdapat di tiga daerah di Provinsi DKI Jakarta

masing-masing di Jakarta Selatan dengan populasi 14.610 ekor, Jakarta Barat 11.350 ekor dan

Jakarta Utara dengan populasi 236 ekor.

Rencana revisi terhadap Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian

Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, memberikan dampak pada kegiatan budidaya/

pemeliharaan unggas, khususnya ayam, dimana budidaya dan pengelolaannya akan

diorientasikan pada wilayah-wilayah diluar wilayah Jakarta termasuk pula lokasi rumah

pemotongan ayam (RPA). Dengan peraturan daerah yang baru maka kegiatan terkait dengan

perunggasan dengan sendirinya akan bergeser keluar wilayah DKI Jakarta.

Gambar 3.2.3.

Populasi Unggas di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

Ayam Pedaging Itik

2011

2010

Kondisi Perekonomian Wilayah

50 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

4). Subsektor perikanan

Kondisi geografis DKI Jakarta yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan, menjadikan

subsektor perikanan (terutama usaha penangkapan di laut) menjadi potensi besar perekonomian

wilayah. Di wilayah pesisir utara Jakarta, sebagian besar penduduknya hidup dari usaha

penangkapan ikan di laut. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan produksi tangkapan ikan laut lepas

sebesar 4,52% yaitu dari 172,42 ribu ton di tahun 2010 menjadi 180.208 ton pada tahun 2011.

Untuk budidaya ikan laut mengalami penurunan 39,39% dari 1.316,84 ton di tahun 2010

menjadi 798,14 di tahun 2011, demikian pula dengan budidaya di tambak yang meningkat

74,33%, sedangkan budidaya ikan di kolam pada tahun 2011 mengalami penurunan 58,93%

dibandingkan keadaan tahun 2010. Kondisi pantai utara Jakarta yang sudah tercemar limbah

menjadikan daya dukung lingkungan untuk budidaya ikan terutama ikan tambak dan kolam

menjadi sulit.

Tabel 3.2.8.

Produksi Perikanan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 (ton)

No Kota/Kabupaten

Administrasi

Perikanan

Tangkap

Perikanan Budidaya Jumlah

Laut Tambak Kolam

1 Jakarta Timur - -

869,14 869,14

2 Jakarta Selatan - -

287,95 287,95

3 Jakarta Barat - -

4.214,70 4.214,70

4 Jakarta Pusat - -

1,80 1,80

5 Jakarta Utara 178.623,90 - 1.794,70 243,05 180.651,65

6 Kepulauan Seribu 1.584,00 798,14

- 2.382,14

DKI Jakarta 180.207,90 798,14 1.794,70 5.616,64 188.407,38

Tahun 2010 172.421,10 1.316,84 1.029,50 13.675,00 188.442,46 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Berdasarkan lokasinya, produksi perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta hanya terdapat di

Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, dengan produksi masing-masing sebesar 178.624 ton dan

1.584 ton. Sedangkan untuk produksi budidaya perikanan laut hanya terdapat di Kepulauan

Seribu dengan produksi 798 ton. Untuk budidaya kolam total produksi tahun 2011 sebanyak

5.616.637 ton dengan produksi terbanyak terdapat di Jakarta Barat dengan 4.214.700 ton,

Jakarta Timur 869.135 ton, Jakarta Utara 243.050 ton dan produksi dan di Jakarta Pusat dengan

produksi 1.800 ton, sedangkan di Kepulauan Seribu tidak terdapat budidaya kolam.

Gambar 3.2.4.

Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2010-2011 (Ton)

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 51

5). Subsektor kehutanan

Hutan produksi tidak terdapat di Provinsi DKI Jakarta, tetapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

berusaha untuk membuat hutan kota yang masuk dalam agenda prioritas pembangunan daerah

Provinsi DKI Jakarta. Sasaran Pembangunan Sektor Kehutanan di Provinsi DKI Jakarta antara

lain :

1). Terpenuhinya kebutuhan hutan dan taman kota, yaitu taman skala kota (lebih besar dari 1

ha) sebanyak 1 lokasi seluas 1,8 ha, jalur hijau yang berfungsi kembali sebanyak 106

lokasi, lahan di tepian sungai seluas 135,18 Ha, pedestrian sebanyak 13 lokasi (11 ha),

dan bertambahnya jumlah pohon yang ditanam sebanyak 5.100 pohon;

2). Dibebaskannya lahan untuk RTH seluas 20,33 ha;

3). Meningkatnya luas RTH untuk Taman Kota (5 ha) dan Hutan Kota (16 ha);

4). Terlaksananya pembebasan lahan taman interaktif sebanyak 98 lokasi dan dibangunnya

taman interaktif sebanyak 87 lokasi;

5). Terlaksananya perencanaan penambahan lokasi-lokasi ruang terbuka hijau seluas ±20 ha

di wilayah DKI Jakarta.

.

Total luas hutan kota di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 646,71 ha terluas terdapat di Jakarta

Selatan dengan luas 357,45, Jakarta Timur dengan luas hutan kota 148,14 ha, Jakarta Utara

108,85 ha, untuk Jakarta Barat dan Jakarta Pusat masing-masing terdiri 17,89 ha dan 14,38 ha.

Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Seribu tidak terdapat hutan kota.

Tabel 3.2.9.

Luas Hutan Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 (ton)

No Kota/Kabupaten Administrasi Luas Hutan

1 Jakarta Timur 148,14

2 Jakarta Selatan 357,45

3 Jakarta Barat 17,89

4 Jakarta Utara 108,85

5 Jakarta Pusat 14,38

6 Kepulauan Seribu -

DKI Jakarta 646,71 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

b. Sektor pertambangan dan penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB atas harga berlaku

Provinsi DKI Jakarta hanya sebesar 0,57%. Sektor pertambangan hanya terdapat di Kabupaten

Kepulauan Seribu. Sektor Pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang paling dominan

berkontribusi terhadap PDRB Kepulauan Seribu terutama dari minyak dan gas bumi, yang

memberikan kontribusi sebesar 90,62%. Menurut data BPS tahun 2009, angka pertumbuhan

ekonomi mencapai 5,14%.

c. Sektor perindustrian

Dari sisi lain banyaknya jumlah perusahaan, potensi industri pengolahan di DKI Jakarta di tahun

2010 menunjukkan pelaku industri yang bergerak di bidang pakaian jadi mendominasi sebesar

22,48% dari seluruh jenis industri yang ada, diikuti dengan perusahaan yang bergerak dibidang

makanan sebesar 12,24% dan industri di bidang barang-barang dari karet dan plastik sebesar

10,77%.

Kondisi Perekonomian Wilayah

52 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.2.10.

Jumlah Perusahaan Industri Pengolahan, Tenaga Kerja, Nilai Tambah

di Provinsi DKI Jakarta

No Keterangan 2007 2008 2009

1 Industri Pengolahan (perusahaan) 2.566 1.866 1.699

2 Tenaga Kerja (orang) 378.668 351.084 317.450

3 Nilai Tambah (milyar Rp) 98.874 100.923 110.584 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Dominasi jumlah perusahaan di bidang pakaian jadi juga memberikan korelasi yang positif

dengan penyerapan tenaga kerja di bidang ini, yaitu mencapai 23,45% terhadap total tenaga

kerja keseluruhan sektor industri pengolahan pada tahun 2009. Sementara itu perusahaan yang

begerak di bidang kimia dan barang-barang dari bahan kimia menyerap tenaga kerja sebesar

38.176 atau 12,03% dari total jumlah pekerja di sektor industri pengolahan.

Gambar 3.2.5.

Nilai Industri Besar dan Sedang di DKI Jakarta Tahun 2010 (Rp miliar)

Pada tahun 2009 jumlah perusahaan industri pengolahan berkurang sekitar 9% atau 187

perusahaan dibandingkan tahun 2008. Meskipun demikian nilai tambah yang dihasilkan sektor

industri pengolahan pada tahun 2009 meningkat manjadi sebesar Rp110.584 milyar. Kontribusi

terbesar yang menunjang keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan pada tahun 2009 ini berasal

dari industri kendaraan bermotor dan alat angkutan, selain kendaraan bermotor roda empat atau

lebih yaitu sebesar Rp71.851 milyar.

d. Sektor perdagangan

Sektor perdagangan hotel dan restoran di DKI Jakarta mampu memberikan kontribusi terbesar

kedua dalam pembentukan PDRB propinsi pada tahun 2011, dimana menurut harga berlaku

kontribusinya sebesar 20,80% dengan nilai Rp85.980.580 juta lebih dengan peningkatan tahun

2011 sebesar 14,61%. Sementara menurut harga konstan, sektor perdagangan hotel dan restoran

memberikan kontribusi sebesar 21,87% (terbesar kedua) dengan nilai Rp92.324.503 juta dengan

perkembangan sebesar 7,38%.

-

50

100

150

200

250

2007 2008 2009

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 53

Nilai ekspor non migas melalui DKI Jakarta bulan Mei 2012 mencapai US$4.258,73 juta,

meningkat 11,54% dari nilai ekspor bulan April 2012 yang mencapai US$3.818,07 juta, bila

dibandingkan dengan nilai ekspor bulan yang sama tahun 2011, nilai ekspor bulan Mei 2012

lebih tinggi 13,10%. Gambaran kinerja ekspor yang dilaksanakan melalui wilayah DKI Jakarta

untuk bulan Mei 2012 dan beberapa periode lainnya disajikan Tabel 3.2.11.

Tabel 3.2.11.

Ekspor Melalui Wilayah DKI Jakarta untuk Beberapa Periode

Periode Nilai

(FOB US$ Juta)

% Perubahan terhadap

Bulan

sebelumnya

Tahun

sebelumnya

Feb-12 4.009,95 2,58 16,12

Mar-12 4.110,22 2,5 4,43

Apr-12 3.818,07 -7,11 5,38

Mei 2012* 4.258,73 11,54 13,1

Januari -Mei 2012* 20.106,24

10,18

* Angka Sementara

Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Ekspor yang mempunyai pengaruh besar dan langsung terhadap perekonomian Jakarta adalah

ekspor atas produk-produk yang dihasilkan oleh unit usaha yang berdomisili di wilayah DKI

Jakarta dan diekspor melalui pelabuhan DKI Jakarta maupun ekspor produk DKI Jakarta yang

diekspor melalui pelabuhan lain seperti Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan lain-lain.

Rangkaian proses produksi maupun jalur distribusi mulai dari penanganan bahan baku untuk

diproses hingga menjadi komoditi siap ekspor, seluruh kegiatan itu akan menciptakan lapangan

kerja dan sekaligus akan men-generate income di DKI Jakarta.

Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta bulan Mei 2012 mencapai US$993,20 juta, meningkat

9,61% dari bulan April 2012 yang mencapai 906,09 juta dollar Amerika, dan lebih tinggi

16,21% bila dibandingkan dengan nilai ekspor bulan yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 3.2.12.

Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta untuk Beberapa Periode

Periode Nilai

(FOB US$ Juta)

% Perubahan terhadap

Bulan

sebelumnya

Tahun

sebelumnya

Februari 2012 996,08 1,11 21,39

Maret 2012 1.012,19 1,62 9,19

April 2012 906,09 -10,48 10,17

Mei 2012* 993,20 9,61 16,21

Januari-Mei 2012* 4.892,69 16,25 * Angka Sementara

Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2012

Kondisi Perekonomian Wilayah

54 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Gambar 3.2.6.

Perkembangan Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta April 2010 s.d. Mei 2012

Kontribusi nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta terhadap total nilai ekspor yang melalui DKI

Jakarta bulan Mei 2012 mencapai 23,32%, turun 0,41 poin dari kontribusi bulan sebelumnya

yang mencapai 23,73%.

Gambar 3.2.7.

Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta dan Ekspor Produk DKI Jakarta

Bulan Jan-Mei 2011 dan Jan-Mei 2012

Bulan Mei 2012, negara yang menjadi pasar utama di masing-masing kawasan adalah Singapura

untuk kawasan ASEAN dengan nilai ekspor US$84,88 juta; China untuk kawasan Asia dengan

nilai ekspor US$65,37 juta; Amerika Serikat untuk kawasan Amerika dengan nilai ekspor

US$97,39 juta; dan Australia untuk kawasan Australia dan Oceania dengan nilai ekspor

US$95,12 juta.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

1.209

4.892

18.248 20.106

Ekspor Produk DKI Jakarta Ekspor Melalui DKI Jakarta

Jan-Mei 2011 Jan-Mei 2012

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 55

Tabel 3.2.13.

Ekspor Produk-Produk DKI Jakarta menurut Negara Tujuan, Mei 2012

Menurut Negara Tujuan

Negara Tujuan

Nilai FOB (Juta US$) Perubahan

Mei'12 thd

Apr'12

% Peran

Mei thd

Total Mei-12 Apr-12 Mei-11 Jan-Mei

ASEAN 318,92 308,14 261,09 1.646,03 10,78 32,11

1 MALAYSIA 60,25 65,1 65,85 354,51 -4,85 6,07

2 PHILIPPINES 57,17 54,96 31,65 302,59 2,21 5,76

3 SINGAPORE 84,88 65,53 98,35 407,84 19,35 8,55

4 THAILAND 84,83 90 34,77 419,08 -5,17 8,54

5 VIET NAM 25,48 25,57 22,54 131,74 -0,09 2,57

Asean Lainnya 6,31 6,98 7,93 30,27 -0,67 0,64

..

ASIA 306,72 272,14 309,5 1.505,99 34,58 30,88

6 CHINA 65,37 58,19 68,96 307,92 7,18 6,58

7 HONG KONG 35,49 20,45 93,23 163,04 15,04 3,57

8 JAPAN 46 40,11 45,83 227,31 5,89 4,63

9 SAUDI ARABIA 46,77 53,62 24,33 270,53 -6,85 4,71

10 UNITED ARAB EMIRATES 30,38 27,22 20,39 147,08 3,16 3,06

Asia Lainnya 82,71 72,55 56,76 390,11 10,16 8,33

..

Amerika 122,71 118,23 129,95 656,59 4,48 12,36

11 UNITED STATES 97,39 85,38 100,23 525,86 12,01 9,81

Amerika Lainnya 25,32 32,85 29,72 130,73 -7,53 2,55

..

Australia dan Oceania 99,36 102,56 48,36 456,73 -3,2 10

12 AUSTRALIA 95,12 99,32 42,94 438,39 -4,2 9,58

Australia dan Oceania lainnya 4,24 3,24 5,42 18,34 1 0,43

..

Jumlah 12 Negara 729,13 685,45 649,07 3.695,89 43,68 73,41

Lainnya 264,07 220,64 205,57 1.196,80 43,42 26,59

Total 993,2 906,09 854,64 4.892,69 87,1 100

Sumber : BPS DKI Jakarta, 2012

Peranan nilai ekspor produk DKI Jakarta ke-3 negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat,

Australia, dan Singapura mencapai 27,93%, dengan nilai masing-masing mencapai US$97,39

juta; US$95,12 juta; dan US$84,88 juta. Peningkatan terbesar ekspor produk DKI Jakarta pada

Mei 2012 terhadap bulan sebelumnya terjadi ke Singapura US$19,35 juta; Hongkong US$15,04

juta; Amerika Serikat US$12,01 juta; China US$7,18 juta; Jepang US$5,89 juta; Uni Emirat

Arab US$3,16 juta; dan Philiphina US$2,21 juta. Sementara yang mengalami penurunan adalah

Arab Saudi US$6,85 juta; Thailand US$5,17 juta; Malaysia US$4,85 juta; Australia US$4,20

juta; dan Vietnam US$0,09 juta.

Secara keseluruhan, total ekspor ke dua belas negara tujuan utama pada bulan Mei 2012

meningkat 6,37% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan jika dibandingkan dengan bulan

yang sama tahun sebelumnya, total ekspor ke dua belas negara tujuan utama juga mengalami

peningkatan 12,33%.

Kondisi Perekonomian Wilayah

56 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.2.14.

Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta menurut Golongan Barang HS 2 Digit, Mei 2012

Menurut Golongan Barang

Golongan Barang

Nilai FOB (Juta US$) Perubahan

Mei'12 thd

Apr’12

% Peran

Mei thd

Total Mei 2012 Apr 2012 Mei 2011

Jan-

Mei'2012

1 Kendaraan dan

Bagiannya 204,58 224,91 100,77 1.120,79 -20,33 20,60

2 Perhiasan /Permata 107,88 108,03 158,11 511,55 -0,15 10,86

3 Mesin-mesin /Pesawat

Mekanik 72,09 64,50 61,60 367,14 7,59 7,26

4 Barang-barang Rajutan 66,11 54,29 65,88 306,25 11,82 6,66

5 Lemak & Minyak

Hewan /Nabati 58,75 34,44 55,27 213,96 24,31 5,92

6 Mesin /Peralatan Listik 58,35 53,11 53,81 340,20 5,24 5,87

7 Pakaian Jadi Bukan

Rajutan 54,57 48,13 58,21 317,68 6,44 5,49

8 Ikan dan Udang 49,24 46,60 37,08 246,61 2,64 4,96

9 Sabun dan Preparat

Pembersih 31,92 27,48 15,25 121,07 4,44 3,21

10 Minyak Atsiri, Kosmetik

Wangi-wangian 28,12 24,03 19,70 131,90 4,09 2,83

Total 10 Komoditi 731,61 685,52 625,68 3.677,15 46,09 73,66

Lainnya 261,59 220,57 228,96 1.215,54 41,01 26,34

Total Ekspor Produk DKI

Jakarta 993,20 906,09 854,64 4.892,69 87,10 100,00

* Angka Sementara

Sumber : BPS DKI Jakarta, 2012

Pada bulan Mei 2012, delapan (8) komoditi unggulan ekspor produk non migas DKI Jakarta

mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan terbesar terjadi pada lemak

& minyak hewan/nabati US$24,31 juta; barang-barang rajutan US$11,82 juta; mesin-

mesin/pesawat mekanik US$7,59 juta; pakaian jadi bukan rajutan US$6,44 juta; mesin/peralatan

listrik US$5,24 juta; sabun dan preparat pembersih US$4,44 juta; minyak atsiri, kosmetik

wangi-wangian US$4,09 juta; dan ikan dan udang US$2,64 juta. Sementara itu dua (2) komoditi

mengalami penurunan yaitu kendaraan dan bagiannya US$20,33 juta; dan perhiasan/permata

US$0,15 juta.

Selama bulan Mei 2012 ekspor sepuluh (10) golongan barang (HS 2 digit) memberikan

kontribusi 73,66% terhadap total ekspor DKI Jakarta. Nilai ekspor kesepuluh produk DKI

Jakarta bulan Mei 2012 mengalami peningkatan 16,93% terhadap bulan Mei 2011.

e. Konstruksi

Sektor konstruksi memiliki peranan yang cukup berarti dalam pembangunan di Provinsi DKI

Jakarta dengan memberkan kontribusi sekitar 11,40% terhadap total PDRB berdasarkan harga

berlaku pada tahun 2011.

Sektor kontruksi menyerap tenaga kerja harian lepas yang tidak sedikit. Dampak dari krisis

global terlihat pada daya serap tenaga kerja harian lepas yang menurun di tahun 2009. Namun

seiring peningkatan nilai konstruksi, maka tahun 2010 kembali meningkat. Kemajuan sektor

konstruksi lainnya pada peningkatan produktivitas tenaga kerjanya. Pada tahun 2010 produksi

(output) per tenaga kerja mencapai Rp292 juta per tahun sedangkan pada pada tahun 2007

sebesar Rp277 juta pertahun, atau meningkat sebesar 5,41%.

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 57

Indikator kesejahteraan perumahan bisa dilihat dari fasilitas perumahan. Semakin baik fasilitas

perumahan dan lingkungan di suatu daerah, semakin baik pula tingkat kesejahteraan di daerah

tersebut. Kondisi perumahan dan lingkungan juga dijadikan sebagai ukuran derajat kesehatan

suatu wilayah. Ukuran fasilitas tersebut meliputi kondisi lantai, luas lantai per kapita, dinding,

atap dan fasilitas penerangan.

Pada tahun 2010, sekitar 96,40% rumah tangga di DKI Jakarta tinggal di bangunan rumah yang

berlantai bukan tanah, sedangkan kondisi rumah 90,80% memakai dinding batu bata. Jumlah

penduduk yang terus bertambah namun tidak diikuti dengan penambahan luas lahan menjadikan

sulit bagi masyarakat di DKI Jakarta memiliki rumah yang luas, disamping harga tanah yang

tinggi. Rumah tangga yang mempunyai luas lantai per kapita lebih dari 10 m2 sekitar 53,91%

(2010).

f. Sektor pariwisata, hotel, dan restoran

Pembangunan pariwisata di DKI Jakarta mempunyai potensi yang luas dan prospek yang cerah.

Dalam rangka itu, pembangunan kepariwisataan ditingkatkan dan diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan

usaha, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya daerah.

Pengembangan kepariwisataan ini dilaksanakan dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan

daerah, termasuk kekayaan alam bahari serta keanekaragaman seni budaya, museum, tempat

peninggalan sejarah, pusat informasi, kantor pemerintahan, pusat industri, tempat rekreasi, dan

taman hiburan yang telah berkembang maju; dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama,

citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.

Kebutuhan akan hiburan dan rekreasi menjadikan DKI Jakarta menjadi daerah tujuan wisata

yang memiliki obyek daya tarik wisata yang beragam serta ditunjang sarana dan prasarana,

akomodasi yang memadai. Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota Jakarta

pada tahun 2010 mengalami kenaikan jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar

30,37%. Dilihat dari pintu masuk, sebagian besar wisatawan mancanegara sebesar 96,34%

masuk melalui pintu Bandara Soekarno Hatta.

Jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang mengunjungi obyek wisata unggulan di

DKI Jakarta cenderung meningkat. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung ke

berbagai obyek unggulan mencapai 24.164.600 atau naik sebesar 1,18% dibandingkan jumlah

kunjungan wisata pada tahun sebelumnya. Obyek wisata yang mendapat kunjungan terbanyak

adalah Taman Impian Jaya Ancol sebesar 53,11% dari total obyek wisata lainnya. Pada tahun

2010 terdapat 351 usaha akomodasi. Jika di lihat berdasarkan tingkat hunia kamar, hotel

berbintang mempunyai tingkat hunian yang lebih rendah sebesar 51,73% dibandingkan non

bintang sebesar 60,87%. Namun rata-rata lama tamu menginap di hotel bintang lebih tinggi

sebesar 2,02 hari di banding non bintang sebesar 1,38 hari.

Jumlah sarana penginapan di DKI Jakarta terdiri dari 173 hotel berbintang dan 165 hotel melati,

sedangkan untuk kamar berjumlah 36.662 unit dengan tempat tidur berjumlah 50.728 buah.

Untuk hotel berbintang terbanyak terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 87 unit, Jakarta Selatan

sebanyak 34 unit, Jakarta Barat sebanyak 27 unit dan Jakarta Utara sebanyak 13 unit dan paling

sedikit terdapat di Kepulauan Seribu hanya terdapat 5 unit hotel berbintang. Sedangkan untuk

hotel melati banyak terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 72 unit, Jakarta Barat sebanyak 36 unit,

Jakarta Utara terdapat 25 unit.

Kondisi Perekonomian Wilayah

58 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.2.15.

Jumlah Sarana Penginapan dan Akomodasi di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

No Kota/Kabupaten

Administrasi

Hotel Akomodasi

Lainnya Jumlah

Banyaknya

Kamar

Banyak

Tempat

Tidur Bintang Melati

1 Jakarta Timur 7 21 4 32 1.270 2,123

2 Jakarta Barat 27 36 3 66 5.988 8,195

3 Jakarta Selatan 34 11 3 48 6.471 9,396

4 Jakarta Pusat 87 72 11 170 19.202 25,959

5 Jakarta Utara 13 25 4 42 3.441 4,619

6 Kep.Seribu 5 - 12 17 290 436

DKI Jakarta 173 165 37 375 36.662 50.728 Sumber : BPS DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2011

Untuk sarana akomodasi lainnya di DKI Jakarta, jumlah kamar yang tersedia berjumlah 36.662

unit, terbesar terdapat di Jakarta Pusat sebanyak 19.202 unit, Jakarta Selatan sebanyak 6.471

unit, Jakarta Selatan sebanyak 5.988 unit dan paling sedikit terdapat di Kepulauan Seribu dengan

290 unit kamar. Sedangkan untuk jumlah tempat tidur terbanyak untuk sarana akomodasi

pariwisata di Provinsi DKI Jakarta banyak terdapat di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta

Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan terakhir di Kepulauan Seribu hanya terdapat 436 tempat

tidur.

g. Sektor pengangkutan dan komunikasi

Prasarana jalan adalah salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah,

perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar

kegiatan perekonomian.

Sebagai pusat perekonomian nasional, Jakarta memiliki hampir semua jenis jasa angkutan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas orang dan barang. Meskipun demikian, jenis

jasa angkutan yang masih dikelola oleh usaha skala kecil dan menengah masih terkonsentrasi

pada sektor angkutan darat, diluar transportasi kereta, sementara untuk jenis angkutan laut dan

udara sejauh ini masih dikelola oleh usaha skala besar/BUMN. Pada sektor angkutan darat pun

beberapa jenis pelayanan juga dikelola oleh usaha besar maupun pemerintah daerah. Data

jumlah angkutan menurut jenis angkutan darat dan udara ditampilkan pada tabel-tabel berikut.

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 59

Tabel 3.2.16.

Jumlah Angkutan Umum yang Beroperasi Menurut Perusahaan

di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Nama Perusahaan Jumlah

(Unit)

Jumlah

Trayek

I Bus Besar

1 Perum PPD 378 46

2 PT Mayasari Bakti 1.493 95

3 PT Pahala Kencana 40 3

4 PT Bianglala Metropolitan 184 9

5 PT Steady Safe 407 32

6 PT Agung Bhakti 25 2

7 Koperasi Arief Rahman Hakim 25 1

8 PT Koda Jaya/AJA P 154 6

9 PT Jasa Utama 75 5

10 Koperasi Himpurn - -

11 PT Metro Mini 50 4

12 PT Putra Tasima - -

13 PT Daya Sentosa Utama 26 2

14 PT Intras Jaya Transporindo 20 2

15 PT Sinar Jaya Megah Langgeng 90 12

Jumlah 2.967 219

16 TRANSJAKARTA BUSWAY 562 11

II Bus Sedang

17 PT Metro Mini 3.101 50

18 Kopaja 1.475 28

19 Koantas Bima 185 3

20 Kopami Jaya 163 3

21 PT Jewa Dian Mitra 20 1

Jumlah 4.944 85

III Bus Kecil

22 Mikrolet 6.754 59

23 KWK/APK 6.243 79

24 APB 1.186 21

Jumlah 14.183 159

IV Roda Tiga (Jenis IV)

25 Bemo/APB 1.186 -

26 Bajaj 13.864 -

27 Toyoko 400 -

Jumlah 15.450 -

V Kendaraan Umum Lainnya

28 Taksi 24.724 -

29 Mobil Barang 19.138 -

30 Bus Pariwisata 4.416 -

31 Bus AKAP 3.279 -

Jumlah 51.557 -

TOTAL ANGKUTAN 89.663 474 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta

Kondisi Perekonomian Wilayah

60 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 3.2.17.

Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang

Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta, Tahun 2008-2011

Bulan Internasional Domestik

Berangkat Datang Berangkat Datang

Januari 2011 2.721 2.717 11.116 11.190

Pebruari 2.448 2.445 9.888 9.929

Maret 2.792 2.786 11.173 11.251

April 2.665 2.665 10.847 10.912

Mei 2.817 2.840 11.542 11.595

Juni 2.917 2.926 12.005 12.101

Juli 2.933 2.920 11.812 11.788

Agustus 2.993 2.987 10.752 10.836

September 2.862 2.874 12.122 12.186

Oktober 2.909 2.878 11.707 11.687

Nopember 2.923 2.944 11.812 11.913

Desember 3.057 3.071 12.365 12.485

Jumlah 34.037 34.053 135.141 137.873

2010 31.119 30.993 123.562 122.780

2009 24.705 23.855 111.443 110.302

2008 24.882 23.334 104.274 97.313 Sumber : PT Angkasa Pura II

Tabel 3.2.18.

Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang

Melalui Pelabuhan Halim Perdanakusuma, Tahun 2008-2011

Bulan Internasional Domestik

Berangkat Datang Berangkat Datang

Januari 141 136 665 630

Pebruari 132 130 785 679

Maret 138 140 876 893

April 148 140 938 891

Mei 151 164 847 789

Juni 170 156 824 812

Juli 124 136 1.106 994

Agustus 140 104 313 207

September 30 23 313 271

Oktober 37 25 321 251

Nopember 24 14 276 236

Desember 27 27 303 236

Jumlah 1.262 1.331 7.567 6.889

2010 1.497 1.461 8.293 7.816

2009 1.233 1.226 9.066 8.799

2008 1.071 1.148 7.463 7.428 Sumber : PT Angkasa Pura II

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 61

Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta

memberikan sumbangan 10,30% terhadap total PDRB. Untuk perkembangan sambungan

telepon di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 sampai tahun 2011 terjadi penurunan sebesar

1,25% dimana pada tahun 2008 jumlah sambungan telepon sebanyak 1.926.174 sambungan,

maka pada tahun 2011 turun menjadi 1.902.089 sambungan. Pada tahun 2011 sambungan telpon

terbanyak terdapat di Jakarta Timur sebanyak 493.091 diikuti oleh Jakarta Selatan 434.131.

Jakarta Pusat merupakan kota dengan sambungan telpon terpasang terkecil pada tahun 2011

hanya terpasang 205.891 sambungan.

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan memberikan kontribusi terhadap PDRB

berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp270.951.564 juta atau sebesar 27,83%

dari Total PDRB Provinsi DKI Jakarta. Jika kita bandingkan dengan pendapatan dari sektor

keuangan perusahan dan jasa dan mengalami kenaikan 13,29% jika kita bandingkan pada tahun

2010. Dimana pendapatan tahun 2010 sebesar Rp239.155.971 juta maka pada tahun 2011

menjadi Rp270.951.564 juta. Kontribusi dari sektor jasa terhadap PDRB tahun 2011 lebih

banyak berasal dari jasa pemerintahan umum sebesar 5,36%, jasa swasta 2,47% yang terdiri dari

jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi dan perorangan dan rumah tangga.

Laju pertumbuhan tertinggi pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terjadi pada

tahun 2008 sebesar 19,23%, dan cenderung stabil hingga tahun 2011 yang mengalami

pertumbuhan positif 13,29%. Sementara pada periode Semester I tahun 2012 sektor ini juga

mengalami pertumbuhan positif sebesar 11,49%.

Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di DKI dipengaruhi oleh

beberapa komponen, dan salah satunya adalah komponen pertumbuhan nasional yang

berkontribusi positif dalam menciptakan tenaga kerja yaitu bertambah sebesar 26.272 orang

terhadap penyerapan tenaga kerja nasional.

Perkembangan pusat-pusat bisnis dan keuangan di DKI Jakarta melalui keberadaan kantor-

kantor pusat dan aktivitas bisnis serta keuangan sangat mendorong dalam penciptaan

kesempatan kerja, seperti perbankan, persewaan bangunan dalam bentuk ruko (rumah toko) dan

rukan (rumah kantor), maupun jasa perusahaan. Perkembangan aktivitas bisnis nampak terlihat

di Jakarta Pusat yaitu Thamrin-Sudirman, Harmoni, Kemayoran; di Jakarta Selatan yaitu

Sudirman, Kuningan, M.T. Haryono-Gatot Subroto; dan di Jakarta Barat yaitu Sentra Primer

Barat, Grogol, Slipi-Palmerah; di Jakarta Utara yaitu Tanjung Priok, Kelapa Gading, dan di

Jakarta Timur yaitu Cawang, Jatinegara, Matraman, dan Pulo Gadung,

Lembaga perbankan di wilayah DKI Jakarta mengalami perkembangan baik jumlah bank

maupun jumlah kantor bank yang ada. Selain Bank Pembangungan Daerah, maka seluruh bank

yang ada di Indonesia memiliki Kantor Pusat yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Sampai dengan akhir tahun 2011, jumlah kantor pusat bank umum yang berada di Jakarta

tercatat sebanyak 78 bank, dengan rincian 4 bank pemerintah, 1 bank pembangunan daerah, 59

bank swasta nasional, 14 bank swasta asing dan campuran. Secara total jumlah kantor bank

mencapai 3.660 unit, baik kantor cabang, kantor cabang pembantu maupun kantor kas.

Berdasarkan jenis bank, sistem perbankan di Indonesia dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Bank

Umum Devisa, Bank Umum Non Devisa, dan Bank Syariah. Tercatat 62% perbankan di DKI

Jakarta merupakan Bank Umum Devisa, 24% Bank Umum Bukan Devisa dan 14% merupakan

Bank Syariah. Sementara jumlah kantor yang tersedia berjumlah 3.649 kantor bank, dimana

Kondisi Perekonomian Wilayah

62 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

87% merupakan kantor Bank Umum Devisa, 7% kantor Bank Umum Bukan Devisa dan hanya

6% merupakan kantor Bank Syariah.

Tabel 3.2.19.

Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status dan Kelompok, Tahun 2011

Status Kantor

Kelompok Bank

Pemerintah Pembangunan

Daerah Swasta

Asing dan

Campuran Jumlah

1. Kantor Pusat 4 1 59 14 78

2. Kantor Cabang 108 27 331 40 506

3. Cabang Pembantu 621 42 1.719. 47 2.429

4. Kantor Kas 176 74 306 91 647

Jumlah 909 144 2415 192 3.660

2010 893 141 2.155 203 3.394

2009 832 135 2.102 199 3.268

2008 610 128 1.856 162 2.756 Sumber : Bank Indonesia, dalam Jakarta Dalam Angka 2012

Tabel 3.2.20.

Jumlah Bank dan Kantor Bank Menurut Jenis Bank, Tahun 2011

Jenis Bank Bulan

Juli Agt Sept Okt Nov Dec

A. Bank Umum Devisa

- Jumlah Bank 48 48 48 48 48 48

- Jumlah Kantor 3.175 3.178 3.178 3.178 3.178 3.178

1. Bank Pemerintah

- Jumlah Bank 4 4 4 4 4 4

- Jumlah Kantor 909 909 909 909 909 909

2. Bank Pembangunan Daerah

- Jumlah Bank 1 1 1 1 1 1

- Jumlah Kantor 142 144 144 144 144 144

3. Bank Swasta Nasional

- Jumlah Bank 29 29 29 29 29 29

- Jumlah Kantor 1.923 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933

4. Bank Swasta Asing

- Jumlah Bank 14 14 14 14 14 14

- Jumlah Kantor 192 192 192 192 192 192

B.Bank Umum Bukan Devisa

1. Bank Swasta Nasional

- Jumlah Bank 19 19 19 19 19 19

- Jumlah Kantor 247 247 247 247 247 247

C. Bank Syariah

- Jumlah Bank 8 8 11 11 11 11

- Jumlah Kantor 245 245 243 247 250 224

Jumlah/Total

- Jumlah Bank 75 75 78 78 78 78

- Jumlah Kantor 3.667 3.670 3.668 3.672 3.675 3.649 Sumber : Bank Indonesia, Dalam Angka 2012

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 63

Kinerja jasa perusahaan asuransi selama tahun 2011 mengalami pertumbuhan dan melanjutkan

kinerja yang diraih pada tahun sebelumnya. Perluasan dan diversifikasi investasi perusahaan

asuransi yang dilakukan pada tahun 2011 cenderung melambat dan dilanjutkan pada triwulan

pertama 2012 (dimana terjadi pertumbuhan hanya sebesar 4%) akibat menurunnya profitabilitas

dan meningkatnya tingkat risiko investasi pada beberapa jenis aset. Namun demikian,

peningkatan total aset selama tahun 2011 lebih pesat yaitu Rp3,18 triliun dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar Rp2,32 triliun dengan jumlah aset pada tahun 2011 sebesar Rp16,68 triliun

dan pada tahun 2010 sebesar Rp13,51 triliun (Tabel 3.2.21).

Tabel 3.2.21.

Perkembangan 10 Perusahaan Asuransi yang Listing pada KSEI

Perkembangan Aset 10 Perusahaan Asuransi yang Go Public

Aset Investas (Triliun) 2009 2010 Δ (%yoy) 2011 Δ (%yoy) Mar-12 Δ (%qtq)

1 Reksadana 1,51 0,29 -80,89 0,11 -60,87 0,44 288,37

2 Obligasi 0,43 1,17 171,82 0,90 -22,47 2,63 191,42

3 Deposito Berjangka 1,74 2,81 61,89 2,51 -10,54 4,17 65,90

4 Saham 6,59 0,86 -86,90 0,90 3,92 0,95 6,42

5 MTN 0,07 0,21 182,91 0,13 -39,13 0,00 -100,00

Jumlah Aset 9,99 12,13 21,44 14,16 16,69 14,73 4,06

Jumlah Aset Non Investasi 1,20 1,37 14,58 2,53 84,04 3,11 23,01

Total Aset 11,19 13,51 20,71 16,68 23,54 17,84 6,93

Indikator Profitabilitas

ROA 5,19% 6,24%

8,67%

2,80%

ROE 12,35% 14,57%

13,72%

4,46%

ROI 13,33% 11,68%

9,31%

3,24%

Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan No. 19, September 2012. Bank Indonesia, 2012.

Penempatan aset investasi perusahaan asuransi pada deposito berjangka selama tahun 2011 tetap

menjadi porsi terbesar selain pada obligasi, saham, Medium Term Notes (MTN), dan reksadana.

Selama triwulan I-2012, penempatan aset investasi berupa deposito berjangka tetap

mendominasi walaupun pertumbuhan tertinggi tercatat pada penempatan investasi reksadana.

Hal ini menunjukkan perusahaan asuransi masih lebih tertarik berinvestasi pada instrumen

investasi yang tidak terlalu berisiko (deposito berjangka, obligasi, reksadana, dan MTN)

walaupun terdapat penurunan penempatan investasi pada MTN.

Per Desember 2011 terdapat 143 perusahaan asuransi yang terdiri dari 46 asuransi jiwa, 88

asuransi umum, 5 asuransi sosial, dan 4 reasuransi. Dari seluruh perusahaan asuransi tersebut

terdapat 10 yang telah gopublic dengan total aset investasi per Desember 2011 sebesar Rp14,16

triliun atau naik 16,69% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp12,13 triliun. Dari 10

perusahaan asuransi yang go public tersebut pangsa aset terbesar didominasi oleh 1 perusahaan

asuransi yaitu Panin Insurance yang mencapai 72,5%.

Selama triwulan I-2012, 10 perusahaan asuransi yang telah go public tersebut menunjukkan

penurunan indikator profitabilitas (ROA, ROE, dan ROI) masing-masing sebesar 5,88%, 9,26%,

dan 6,06%.

3.3. Profil UMKM

Peran usaha kecil dan menengah dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama

dalam menggerakkan sektor riil adalah merupakan ralitas dalam kegiatan ekonomi nasional yang

sangat penting dan strategis. Oleh karenanya penguatan terhadap ekonomi skala kecil dan

Kondisi Perekonomian Wilayah

64 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

menengah dipandang perlu menjadi prioritas yang harus dilakukan untuk menopang ekonomi

nasional yang kuat dan terciptanya fundamental ekonomi yang tangguh.

Industri prioritas sektor Industri dan kerajinan, Sandang, Peternakan, Perikanan Pertanian &

Perkebunan serta Makanan & Minuman perlu dikembangkan dengan pertimbangan untuk dapat

memenuhi pasar dalam negeri dan potensi sumberdaya alam yang cukup mendukung, disamping

mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Namun demikian kita sadari bahwa sejauh ini

UKM masih dihadapkan dengan berbagai kendala yang memerlukan upaya kita bersama untuk

mengatasi secara tepat dan dukungan dari berbagai pihak secara sungguh-sungguh.

Untuk mewujudkan maksud tersebut, maka pengembangan usaha UKM sektor industri dan

kerajinan, sandang, peternakan, perikanan, pertanian & perkebunan serta makanan & minuman

ditempuh melalui strategi pendekatan sentra UKM yang berpotensi dikembangkan menjadi

klaster. Strategi ini selain dilakukan dengan memberikan dukungan kebijakan juga perlu adanya

program penyediaan lembaga layanan pengembangan bisnis.

Disamping itu juga diberikan dukungan dalam bentuk penyediaan Modal Awal dan Padanan

(MAP) yang disalurkan melalui KSP/USP Koperasi dalam rangka mendukung permodalan

UKM Sentra. Oleh karena itu keberlangsungan perkembangan sentra-sentra UKM sektor

industri dan kerajinan, sandang, peternakan, perikanan pertanian & perkebunan serta makanan &

minuman yang telah memperoleh dukungan dari Pemerintah perlu mendapatkan perhatian.

Tabel 3.3.1.

Penyebaran UKM Binaan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta,

Dirinci Menurut Wilayahnya

No Wilayah Uraian Usaha

Kecil

Usaha

Menengah

Jumlah

(unit)

Share

(%)

1 Jakarta Utara Potensi 108.022 28.943 136.965 16%

Binaan 2.645 618 3.263

2 Jakarta Timur Potensi 147.440 31.748 179.188 21%

Binaan 3.083 678 3.761

3 Jakarta Selatan Potensi 148.584 31.933 180.517 22%

Binaan 3.200 682 3.882

4 Jakarta Barat Potensi 146.527 31.425 177.952 21%

Binaan 5.300 298 5.598

5 Jakarta Pusat Potensi 133.048 30.070 163.118 19%

Binaan 2.794 642 3.436

6 Kepulauan

Seribu

Potensi 120 45 165 0%

Binaan - - -

JUMLAH Potensi 683.741 154.164 837.905 100%

Binaan 17.022 2.918 19.940

Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Prov DKI Jakarta, 2010

Dari katagori usaha kecil dan menengah di DKI Jakarta, diperkirakan mampu menyerap tenaga

kerja hingga 6,5 juta orang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 65

Tabel 3.3.2.

Profil Usaha UKM Menurut Kategori dan Tenaga Kerja

No Wilayah Uraian Usaha

Kecil

Usaha

Menengah

Jumlah

(unit)

Share

(%)

1 Jakarta Utara Potensi 108.022 28.943 136.965 16,35

Jumlah TK 540.110 578.860 1.118.970 17,21

2 Jakarta Timur Potensi 147.440 31.748 179.188 21,39

Jumlah TK 737.200 635.320 1.372.520 21,10

3 Jakarta Selatan Potensi 148.584 31.933 180.517 21,54

Jumlah TK 742.920 638.660 1.381.580 21,24

4 Jakarta Barat Potensi 146.527 31.425 177.952 21,24

Jumlah TK 732.635 628.500 1.361.135 20,93

5 Jakarta Pusat Potensi 133.048 30.070 163.118 19,47

Jumlah TK 665.240 601.400 1.266.640 19,48

6 Kepulauan

Seribu

Potensi 120 45 165 0,02

Jumlah TK 1.100 1.500 2.600 0,04

JUMLAH Potensi 683.741 154.164 837.905 100,00

Jumlah TK 3.419.205 3.084.240 6.503.445 100,00 Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Prov DKI Jakarta, 2010

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap pengusaha

dan tenaga kerja untuk menciptakan produk usaha kecil menengah (UKM) yang tidak kalah

bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan perusahaan besar.

Sekitar 5.000 UKM akan mendapatkan pelatihan dan dibina untuk menjadi perusahaan mandiri.

Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta akan

menyiapkan sumber daya manusia (SDM)-nya agar UKM mampu menjadi perusahaan yang

mandiri dan dan mampu bersaing dengan perusahaan besar lainnya. Sektor UKM dinilai

memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di ibukota. Terbukti, saat krisis ekonomi

dunia yang sempat berlangsung di tahun 2008, Indonesia justru menjadi salah satu negara yang

perekonomiannya bergerak naik.

Hal itu, salah satunya disebabkan peranan sektor UKM, khususnya di Jakarta yang tetap tumbuh

positif. Karena itu, di tahun 2011, Pemprov DKI Jakarta lebih menitikberatkan pembinaan sektor

UKM di bidang sumber daya manusia. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan

Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta memprioritaskan peningkatan kemampuan manajerial

dan keterampilan SDM para pengusaha UKM. Ada tiga keterampilan yang akan diberikan,

pelatihan pengemasan produk, pelatihan ekspor UKM, serta pelatihan pemasaran beserta

promosi produk melalui teknik hubungan masyarakat yang tepat dan baik.

Pada tahun 2012, Dinas KUMKMP telah menggenjot berbagai pelatihan bagi para pengusaha

UKM. Pelatihan mulai dilakukan selama semester pertama tahun anggaran 2011 atau

berlangsung sejak Januari hingga Juni mendatang. Ditargetkan, dalam satu semester itu,

sebanyak 5.000 UKM yang memiliki SDM telah dibina dan memperoleh ketiga jenis

keterampilan tersebut. Dengan begitu, pada semester kedua tahun anggaran 2011, tiga jenis

keterampilan itu sudah bisa diimplementasikan di lapangan oleh para pengusaha UKM. Melalui

keterampilan yang diberikan, nantinya para pelaku UKM dapat membuat kemasan yang

menarik, higienis, ramah lingkungan dan mendukung kesehatan konsumen. Selain itu, mereka

juga bisa memasarkan sendiri hingga ke luar negeri.

Kondisi Perekonomian Wilayah

66 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Untuk meningkatkan volume ekspor, KUMKMP telah memfasilitasi dan menyiapkan negara-

negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Cina, dan sejumlah negara di kawasan Eropa Timur.

Tahun 2010, terdapat 229.317 UKM dengan rincian 475 UKM binaan Balai Pengembangan

Produktifitas Daerah (BPPD) Disnakertrans DKI Jakarta dan 228.842 UKM binaan koperasi

Dinas KUMKMP DKI Jakarta. Hal itu menyebabkan meningkatnya angka kesempatan kerja di

Jakarta selama empat tahun terakhir ini. Sebab, keberadaan UKM baru mampu menyerap tenaga

kerja antara 10 hingga 15 orang per satu UKM, Berdasarkan data Disnakertrans DKI Jakarta,

tingkat kesempatan kerja di Kota Jakarta pada tahun 2008 mencapai 87,83%, meningkat di tahun

2009 mencapai 87,85% dan meningkat kembali di tahun 2010 menjadi 88,94%.

3.4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi (BPS DKI Jakarta, November 2012)

a. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Tahun 2012

Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2012 bila dibandingkan dengan kondisi triwulan

II/2012 (q to q) menunjukkan laju pertumbuhan sebesar 2,2%. Pertumbuhan periode ini sedikit

lebih lambat bila dibandingkan triwulan II/2012 yang sebesar 2,3%. Hampir semua sektor

mengalami peningkatan produksi kecuali sektor pertambangan-penggalian. Selain itu, pada

triwulan III ada momen puasa dan lebaran yang mendorong meningkatnya konsumsi. Sebagian

besar dari sektor ekonomi mengalami pertumbuhan diatas 1% kecuali sektor pertanian dan

sektor industri pengolahan. Sektor pertanian mengalami perlambatan karena masa panen

tanaman bahan makanan sudah lewat, sementara perlambatan di sektor industri pengolahan

disebabkan menurunnya produksi industri alat angkutan dan pakaian jadi.

Pertumbuhan tertinggi pada triwulan III/2012 dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi,

yaitu sebesar 3,5%. Setelah itu diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 2,8%, sektor perdagangan-

hotel-restoran sebesar 2,6%, sektor jasa-jasa sebesar 2,0%, sektor keuangan-real estat-jasa

perusahaan sebesar 1,8%, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 1,5%, sektor industri pengolahan

sebesar 0,8%, serta sektor pertanian sebesar 0,2%. Sementara sektor pertambangan-penggalian

tumbuh minus 0,8%.

PDRB triwulanan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya

mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDRB DKI Jakarta triwulan

III/2012 jika dibandingkan dengan triwulan III/2011 (y on y) secara total tumbuh 6,4%.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni sebesar 10,8%,

kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,1%, lalu sektor perdagangan-hotel-restoran

sebesar 6,7%, sektor konstruksi sebesar 6,6%, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan

sebesar 5,4%, sektor listrik-gas-air bersih sebesar 4,2%, sektor industri pengolahan sebesar

3,4%, sektor pertanian sebesar 0,1% dan sektor pertambangan-penggalian sebesar minus 0,3%.

Secara kumulatif, PDRB DKI Jakarta sampai dengan triwulan III tahun 2012 (Januari-

September) tumbuh sebesar 6,5% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011.

Sektor pengangkutan dan komunikasi masih menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu

sebesar 12,3%, setelah itu diikuti oleh sektor jasa-jasa dan perdagangan-hotel-restoran yang

masing-masing tumbuh 7,5% dan 7,0%.

Pada triwulan III/2012, pertumbuhan yang capai oleh PDRB DKI Jakarta terutama didorong

oleh sumber pertumbuhan yang diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor

sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan-

komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor konstruksi, dan sektor industri pengolahan.

Kondisi Perekonomian Wilayah

Bank Indonesia 67

b. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Triwulan II dan III Tahun 2012

PDRB DKI Jakarta mencerminkan kemampuan produksi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di

Jakarta tanpa memperhitungkan dari mana asal faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksinya. Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi kemudian

diperhitungkan menurut harga tahun dasar untuk dapat melihat pertumbuhan produksi secara

riil. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh harga pada besaran yang tercipta.

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada triwulan III/2012 adalah sebesar

Rp280,0 triliun, sedangkan pada triwulan II/2012 sebesar Rp269,4 triliun, atau terjadi

peningkatan sebesar Rp10,6 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, PDRB

triwulan III/2012 mencapai Rp113,7 triliun dan triwulan II/2012 adalah Rp111,7 triliun.

Selama triwulan III/2012, berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang

menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan-real

estat- jasa perusahaan sebesar Rp76,6 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan-hotel-

restoran sebesar Rp57,9 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp44,5 triliun.

Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, ketiganya menghasilkan nilai tambah masing-

masing sebesar Rp31,1 triliun untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, Rp25,0 triliun

untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan Rp16,1 triliun untuk sektor industri pengolahan.

(4) Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 dan Triwulan II - III Tahun

2012

Selama tahun 2011 perekonomian DKI Jakarta didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa

perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011

ketiganya memberi kontribusi sebesar 64,0%. Secara umum, peranan ketiganya adalah 27,6%

untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, kemudian 20,8% untuk sektor perdagangan-

hotel-restoran, dan sekitar 15,6% untuk sektor industri pengolahan.

Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II dan

III tahun 2012 juga masih didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, sektor

perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Sektor keuangan-real estat-jasa

perusahaan memberi kontribusi rata-rata sebesar 27,5%, sektor perdagangan-hotel-restoran rata-

rata sebesar 20,7% dan sektor industri pengolahan rata-rata sebesar 15,8%.

(5) PDRB menurut Pengeluaran Triwulan III Tahun 2012

Peningkatan PDRB pengeluaran selama triwulan III/2012 sangat dipengaruhi oleh komponen

pengeluaran konsumsi rumah tangga. PDRB atas dasar harga berlaku selama triwulan III/2012

untuk komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar Rp7,9 triliun dibandingkan

pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan II/2012, dari Rp153,0 triliun menjadi Rp160,4

triliun. Adanya momen puasa dan lebaran mendorong konsumsi rumahtangga meningkat

signifikan.

Selain itu komponen yang juga mempengaruhi meningkatnya PDRB pengeluaran adalah

komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang meningkat sebesar Rp6,7 triliun, dan

komponen ekspor meningkat Rp3,7 triliun.

Struktur PDRB menurut pengeluaran Provinsi DKI Jakarta selama triwulan III/2012 terbesar

pada komponen konsumsi rumah tangga mencapai 57,5%, terbesar kedua adalah komponen

ekspor yang mencapai 55,7%. Sementara PMTB mencapai 39,5% dan yang terkecil adalah

Kondisi Perekonomian Wilayah

68 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 8,9%. Komponen impor dalam hal ini

menjadi faktor penyeimbang penyediaan produk barang dan jasa yang dikonsumsi di Jakarta

memiliki peranan sebesar 61,6.

Perubahan struktur PDRB menurut pengeluaran dari triwulan II ke triwulan III terbesar pada

komponen PMTB dari 38,6% triwulan II menjadi 39,5% triwulan III, perubahan terbesar kedua

adalah komponen konsumsi rumahtangga dari 56,8% di triwulan II menjadi 57,5% di triwulan

III tahun 2012.

Laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Provinsi DKI Jakarta triwulan III/2012 terhadap

triwulan II/2012 (q to q) sebesar 2,2%, sedikit mengalami perlambatan bila dibanding triwulan

II/2012 yang sebesar 2,3%. Dilihat secara komponen, laju pertumbuhan terbesar dicapai

komponen PMTB sebesar 3,0%, komponen ini tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan II

yang mengalami pertumbuhan 7,8%. Terbesar kedua adalah komponen konsumsi rumahtangga

sebesar 2,4%, komponen ini tumbuh lebih cepat dibanding triwulan II yang mencapai 1,6%

dikarenakan ada momen puasa dan lebaran. Sedangkan laju pertumbuhan q to q terkecil adalah

komponen konsumsi pemerintah yang mengalami konstraksi sebesar 1,9%, pada triwulan II

kenaikan komponen ini sebesar 22,9%.

Pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran Provinsi DKI Jakarta triwulan III/2012 terhadap

triwulan III/2011 (y on y) sebesar 6,4%. Hampir semua komponen mengalami pertumbuhan

positif kecuali komponen konsumsi pemerintah yang tumbuh minus 0,4%. Pertumbuhan

tertinggi dicapai komponen PMTB sebesar 7,1% dan komponen konsumsi rumahtangga sebesar

6,6%. Sementara komponen ekspor dan impor masing-masing tumbuh 4,3%.

Bank Indonesia 69

BAB IV KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM

4.1. Kebijakan Pemerintah Pusat

Berbagai kebijakan pemerintah pusat telah diambil oleh Lembaga Pemerintah Departemen dan

Non Departemen sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yang antara lain mengatasi masalah

dan meminimalisir kendala yang dihadapi oleh UMKM, baik dari segi permodalan dan

pembiayaan usaha, kelembagaan, manajemen usaha, dan pemasaran. Masalah dan kendala yang

dihadapi oleh UMKM pada dasarnya bersumber dari sumberdaya manusia dan kondisi dan iklim

usaha yang dalam beberapa hal tidak menguntungkan dan kondusif bagi pengembangan

UMKM. Berbagai kebijakan dan program yang telah diambil oleh berbagai Departemen dan

Non-Departemen dalam operasionalisasinya dihadapkan kepada masalah koordinasi. Dalam

rangka mempercepat pengembangan sektor riel dan pemberdayaan UMKM, pemerintah pusat

telah mengeluarkan kebijakan INPRES No. 6 tahun 2007.

Seperti tertuang pada INPRES No. 6 tahun 2007, pemberdayaan UMKM secara garis besar

meliputi: (1) peningkatan akses permodalan bagi UMKM, (2) pengembangan kewirausahaan

dan sumberdaya manusia, (3) peningkatan peluang pasar produk UMKM, dan (4) reformasi

regulasi.

Peningkatan akses permodalan bagi UMKM meliputi kebijakan untuk: (1) meningkatkan

kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan yang meliputi program

pengembangan skema kredit investasi bagi UMKM, meningkatkan efektivitas fungsi dan peran

Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), (2) memperkuat sistem penjaminan kredit bagi

UMKM yang meliputi program peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan

kredit UMKM, peningkatan peran Lembaga Penjaminan Kredit bagi UMKM, dan program

pengembangan sistem resi gudang sebagai instrumen pembiayaan bagi UMKM (3)

mengoptimalkan pemanfaatan dana non perbankan untuk pemberdayaan UMKM yang meliputi

program untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan dana bergulir APBN untuk pemberdayaan

UMKM serta restrukturisasi pengelolaan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) pada BUMN.

Pengembangan kewirausahaan dan sumberdaya manusia meliputi kebijakan untuk:

(1) meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM melalui program peningkatan akses UMKM pada

mobilitas dan kualitas SDM, peningkatan peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan

Bussines Development Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM, pengembangan

Koperasi Sivitas Akademika, dan peningkatan program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri

(Prospek Mandiri), (2) mendorong tumbuhnya kewirausahaan yang berbasis teknologi dengan

melaksanakan program pembentukan Pusat Inovasi UMKM untuk pengembangan

kewirausahaan dengan mengoptimalkan peran lembaga yang sudah ada.

Peningkatan peluang pasar bagi produk UMKM terdiri dari kebijakan untuk: (1) mendorong dan

berkembangnya kreasi produk UMKM melalui program pengembangan institusi promosi produk

UMKM, peningkatan efektivitas pengembangan klaster sentra IKM melalui pendekatan One

Village One Product, dan program pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel, (2)

mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang

berbasis kemitraan melalui program pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran

peritel modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM, (3) mengembangkan sistem

Kebijakan Pengembangan UMKM

70 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

informasi angkutan kapal untuk UMKM dengan program fasilitasi informasi tentang angkutan

kapal untuk UMKM, dan (4) mengembangkan sinergitas pasar dengan program pengembangan

pasar yang terintegrasi antara pasar penunjang, pasar induk dan pasar tradisional.

Pada kelompok reformasi regulasi meliputi kebijakan untuk menyediakan insentif perpajakan

untuk UMKM serta menata kembali kebijakan di bidang UMKM termasuk meredefinisi usaha

mikro, kecil dan menengah.

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan 5 langkah kebijakan

bagi pemberdayaan koperasi dan UMKM secara optimal hingga 2014 yang terkait dengan

rencana pembangunan jangka panjang. Lima langkah kebijakan untuk pemberdayaan koperasi

dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) tersebut adalah : (1) meningkatkan iklim

usaha kondusif bagi KUMKM, (2) mengembangkan produk pemasaran KUMKM, (3)

mengembangkan produk dan pemasaran bagi KUMKM, (4) peningkatan daya saing Sumber

Daya Manusia KUMKM, serta (5) perkuatan kelembagaan koperasi.

Disadari sepenuhnya bahwa munculnya permasalahan terkait dalam pengembangan koperasi dan

UMKM tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang melatarbelakangi dan menjadi sebab atau

pemicu munculnya permasalahan tersebut. Beberapa pokok persoalan antara lain sebagai

berikut:

1. Lemahnya keberpihakan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) dan Koperasi,

2. Kurangnya komitmen pada pengembangan kewirausahaan,

3. Rendahnya keberpihakan dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di daerah

tertinggal dan terdepan. Pengembangan infrastruktur terus berlanjut menjadi satu dari

sekian banyak yang paling dibutuhkan dan menjadi kendala bagi pengembangan dan

pertumbuhan jangka menengah dan panjang.

Untuk memecahkan beberapa persoalan tersebut, maka perlu langkah-langkah nyata, diawali

dengan membuat kebijakan, kemudian merumuskan strategi dan upaya agar pokok

permasalahan terpecahkan. Kebijakan yang perlu dikembangkan adalah upaya Revitalisasi

Peran Perekonomian Nasional, dengan strategi yang dapat diterapkan :

1. Memperkuat keberpihakan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) dan Koperasi,

2. Meningkatkan komitmen pada pengembangan kewirausahaan,

3. Mengokohkan keberpihakan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, khususnya di

daerah tertinggal dan terdepan.

Upaya-upaya untuk Strategi ke-1: Memperkuat keberpihakan pada pengembangan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi.

1. Bank Indonesia melakukan penyesuaian skema penjaminan terhadap UMKM dan

Koperasi dan mempermudah peraturan kredit,

2. Bank Indonesia dan Perbankan Nasional melakukan improvisasi terhadap produk‐produk

pembiayaan UMKM yang lebih inovatif dan memudahkan,

3. Kementerian Koperasi dan UMKM meningkatkan kualitas SDM pengelola dengan

meningkatkan pengetahuan bisnis, manajemen, jaringan serta penggunaan teknologi,

4. Kementerian Koperasi dan UMKM memfasilitasi pemasaran produk usaha Koperasi dan

UMKM kepada pasar nasional dan internasional,

5. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian serta Kementerian Hukum dan

HAM memberikan kemudahan pengurusan legalitas usaha dan perlindungan usaha

terhadap Koperasi dan UMKM.

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 71

Upaya untuk Strategi ke-2: Meningkatkan komitmen pemerintah pada pengembangan

kewirausahaan

1. Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pendidikan dan Budaya, KADIN,

HPMI dan Perguruan Tinggi melakukan program pengembangan pemuda, mahasiswa

dan pelajar wirausaha,

2. Presiden membentuk Komite Nasional Pengembangan Wirausaha Baru yang

mengikutsertakan pemangku kepentingan seperti Kementerian Perdagangan,

Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

KADIN dan HIPMI,

3. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, KADIN dan HIPMI melakukan

peningkatan program pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan tenaga kerja,

4. Presiden memberikan instruksi agar program CSR (Corporate Social Responsibility)

yang dilakukan oleh BUMN maupun perusahaan swasta untuk diprioritaskan dalam

rangka meningkatkan kewirausahaan.

Upaya untuk Strategi ke-3: Mengokohkan keberpihakan pemerintah dalam pembangunan

infrastruktur, khususnya di daerah tertinggal dan terdepan.

1. Pemerintah membuka kesempatan kepada pihak swasta untuk membangun infrastruktur

dengan memberikan insentif bagi sektor swasta yang berinvestasi di infrastruktur,

2. Pemerintah menentukan area/jenis projek prioritas yang ditargetkan untuk investasi

swasta dan kemitraan publik dan swasta (Public Private Partnerships),

3. Pemerintah meningkatkan alokasi anggaran APBN bagi membangunan dan

pemeliharaan infrastruktur, dengan tetap mempertimbangkan penggunaan dana secara

efektif dan efisien,

4. Pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur pada bidang kerja yang

dianggap paling menghambat oleh pelaku usaha, yaitu: listrik, pelabuhan, air, dan

telekomunikasi.

4.2. Kebijakan Pemerintah Daerah

Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2004 pasal 5, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan

penyusunannya mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKPD memuat rancangan

kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya,

baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat. RKPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 ini disusun dengan mengacu

pada Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2012.

Penyusunan RKPD bertujuan untuk mewujudkan program pembangunan DKI Jakarta yang

terintegrasi dan berkelanjutan sesuai dengan visi, misi dan amanat RPJMD. Selanjutnya untuk

mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan:

1. Memberikan jaminan kepastian kebijakan sebagai komitmen Pemerintah dalam

penyelenggaran urusan Pemerintahan melalui penjabaran rencana strategis ke dalam

rencana operasional dan memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan

strategis jangka menengah dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan

pembangunan daerah,

2. Memberikan gambaran mengenai proyeksi Rencana Kerangka Ekonomi Daerah tahun

2012 sebagai patokan dalam penyusunan rencana pendapatan yang akan digunakan untuk

mendanai belanja dan pembiayaan pembangunan daerah,

Kebijakan Pengembangan UMKM

72 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

3. Mengarahkan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan

daerah dalam merumuskan, menyusun perencanaan pembangunan dan memfasilitasi

partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah tahun 2012,

4. Menyatukan tujuan kegiatan semua SKPD melalui penetapan target Indikator Kinerja

Utama (IKU) dalam rangka pencapaian visi dan misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,

sehingga RKPD ini bisa menjadi instrumen bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ), Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (LPPD) dan Laporan Kinerja Pemerintah Daerah (LKPD),

5. Menetapkan program prioritas untuk masing-masing urusan pemerintahan dalam rangka

pencapaian target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan.

4.2.1. Visi

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di

Propinsi DKI Jakarta maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2007–2012

adalah:

"Jakarta Yang Nyaman dan Sejahtera Untuk Semua ".

Pemahaman terhadap Visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jakarta yang nyaman bermakna terciptanya rasa aman, tertib, tentram dan damai,

2. Jakarta yang sejahtera bermakna terwujudnya derajat kehidupan penduduk Jakarta yang

sehat, layak dan manusiawi.

Pemahaman terhadap Visi Jakarta adalah sebuah kota yang bisa menjanjikan kehidupan yang

nyaman dan sejahtera untuk semua, jika pemerintah dan masyarakatnya sepakat untuk secara

optimal menjawab tantangan, menyelesaikan permasalahan, serta memanfaatkan potensi dan

peluang yang ada. Kebersamaan adalah sebuah kata kunci. Kepemimpinan adalah jawaban

terhadap setiap tantangan. Tata kelola pemerintahan yang baik adalah titik tolak untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan modal kebersamaan, kepemimpinan dan tata

kelola pemerintahan yang baik, diharapkan masyarakat akan lebih mampu memanfaatkan segala

potensi dan peluang yang tersedia.

4.2.2. Misi

Untuk mewujudkan Visi, Misi Pembangunan 2007-2012 DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

a. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah

”Good Governance”,

b. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima,

c. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk

mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik

pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan,

d. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan

memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan,

e. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan

dan kesejahteraan.

Makna Misi dimaksud adalah:

a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah

Good Governance”, bermakna bahwa tata pemerintahan dijalankan dengan mengacu

pada 10 (sepuluh) prinsip Good Governance, yakni: (1) Partisipasi masyarakat, (2)

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 73

Tegaknya supremasi hukum, (3) Transparansi, (4) Kesetaraan, (5) Daya tanggap kepada

stakeholders, (6) Berorientasi pada visi, (7) Akuntabilitas, (8) Pengawasan, (9)

Efektivitas dan efisiensi, (10) Profesionalisme,

b. Pendekatan yang dilakukan untuk aktualisasi misi ini melalui peningkatan kinerja

aparatur, sistem dan unit kerja. Misi ini akan mewujudkan efektivitas program dan

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi,

c. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima, bermakna bahwa pelayanan prima

dilakukan dengan mengutamakan norma pelayanan yakni: ramah, efisien, bermutu,

cepat, transparan dan berkepastian hukum. Pelayanan prima terutama akan diprioritaskan

pada bidang-bidang yang sangat menyentuh kehidupan masyarakat antara lain:

pendidikan, kesehatan, sosial budaya, keamanan, ketertiban, hukum, sarana dan

prasarana kota, serta perhubungan dan transportasi,

d. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk

mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik

pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan,

bermakna bahwa pemberian otoritas dilandasi oleh pertimbangan bahwa di kalangan

masyarakat telah ada komunitas keahlian tertentu yang berkemampuan untuk

berpartisipasi secara luas pada pembangunan. Pemberian otoritas telah dapat

diimplementasikan pada bidang tertentu, sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.

Lebih lanjut melalui pemberdayaan masyarakat ini, terbuka pula ruang publik untuk

bermusyawarah, dan sekaligus merupakan proses pembelajaran kehidupan demokratis,

e. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan

memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, bermakna bahwa untuk menjamin

kenyamanan dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana kota terutama

berkaitan dengan: pengendalian banjir, kelancaran arus lalu lintas, penyediaan layanan

air bersih, penyediaan ruang terbuka hijau skala kota dan taman interaktif,

f. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan

dan kesejahteraan, bermakna bahwa Jakarta memiliki “favorable climate” untuk 7 (tujuh)

aset kota, yakni: (1) Human, (2) Social, (3) Cultural, (4) Intelectual and Creative,

(5) Natural, (6). Environmental, (7) Infrastructure.

Pertumbuhan yang diharapkan adalah pertumbuhan yang serasi antar bidang dan wilayah.

Kesejahteraan yang diarahkan adalah meningkatnya derajat kualitas kehidupan yang sinergis

untuk ketujuh aset kota tersebut.

4.2.3. Permasalahan Pembangunan dan Isu Strategis

Perumusan isu strategis dan masalah mendesak didasarkan pada perkembangan situasi dan

kondisi pencapaian target sesuai visi dan misi dalam RPJMD 2007-2012 yang diselaraskan

dengan Prioritas Nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2009-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012.

Berdasarkan kondisi pencapaian target Visi - Misi RPJMD, maka beberapa isu strategis yang

perlu mendapat perhatian khusus, yaitu:

a. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel,

b. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan dasar yang berkeadilan,

c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan

sistem pemenuhan kebutuhan masyarakat,

d. Pembangunan sarana prasarana kota.

Isu strategis tersebut, akan diselaraskan dengan tema dan prioritas nasional untuk menjamin

sinergitas antara kebijakan pusat dan daerah. Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka

Kebijakan Pengembangan UMKM

74 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014, maka telah ditentukan tema RKP 2012, yaitu Percepatan dan Perluasan

Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan

Rakyat.

Prioritas pembangunan nasional yang akan mendukung pelaksanaan RKP tahun 2012 masih

akan bertumpu pada 11 Prioritas Nasional, yaitu: (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola;

(2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan Pangan;

(6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi dan Usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Bencana;

(10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca Konflik; (11) Kebudayaan, Kreatifitas,

dan Inovasi; serta 3 Prioritas lainnya, yaitu (a) Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;

(b) Bidang Perekonomian; dan (c) Bidang Kesejahteraan Rakyat, sebagaimana telah tertuang

didalam RPJMN 2010-2014.

Selanjutnya pencapaian prioritas nasional tersebut akan diselaraskan dengan program Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Percepatan dan Perluasan Koridor Ekonomi

Indonesia) yang dilaksanakan mealui four track strategy, yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor,

dan pro-environment dan pengembangan program-program percepatan pengurangan

kemiskinan, yaitu: Klaster I (pertama) Program Bantuan Sosial Berbasis Keluarga, Klaster II

(kedua) Program Pemberdayaan Masyarakat, Klaster III (ketiga) Program Pemberdayaan Usaha

Kecil dan Mikro, serta Klaster IV (keempat) Program Pro Rakyat.

4.2.4. Arah Kebijakan Pembangunan

Tahun 2012 menjadi akhir pelaksanaan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2012.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai Visi dan Misi Pembangunan DKI Jakarta Tahun

2007-2012, yaitu mewujudkan Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua. Sejalan dengan

hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan serangkaian langkah demi

mempercepat proses pencapaian target RPJMD DKI Jakarta 2007-2012 dengan tetap

mensinergikan hal tersebut dengan arah gerakan pembangunan nasional.

Arah pembangunan perekonomian DKI Jakarta tahun 2012 sejalan dengan tema Perencanaan

Pembangunan dalam RKP Tahun 2012 yakni percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi

yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini didukung dengan

optimalisasi perekonomian DKI Jakarta di Koridor Ekonomi 2 yang diarahkan untuk

memperkuat perekonomian nasional sebagai pendorong industri dan jasa nasional. Lebih lanjut,

hal tersebut selaras dengan arah pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang termuat dalam

RPJMD Tahun 2007-2012 diupayakan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur

ekonomi dan sosial sebagai upaya untuk mewujudkan DKI Jakarta sebagai kota yang nyaman

dan sejahtera untuk semua. Sebagai wujud sinergi dengan pembangunan nasional, serta sebagai

upaya percepatan pencapaian RPJMD, maka fokus optimalisasi perekonomian di DKI Jakarta

dititikberatkan pada sektor-sektor antara lain: industri non migas, bank, perdagangan, jasa

penunjang keuangan, jasa perusahaan, komunikasi, konstruksi, hotel dan restoran serta jasa-jasa

lainnya.

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 75

4.2.5. Prioritas Dan Sasaran Pembangunan Daerah

Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2012 disusun sebagai penjabaran RPJMD 2007-2012 dan

mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2012. Penyusunan prioritas dirumuskan

berdasarkan hasil evaluasi pencapaian target RPJMD sampai dengan tahun 2010 dan proyeksi

pencapaian kinerja tahun 2011, masalah dan tantangan pembangunan serta arah kebijakan

pembangunan urusan tahun 2012.

Tema RKPD Tahun 2012 adalah Percepatan Pencapaian Target RPJMD 2007 - 2012 sebagai

Landasan RPJMD Selanjutnya, serta sinergi dengan prioritas dan program nasional. Dengan

demikian kebijakan pembangunan DKI Jakarta tahun 2012 diprioritaskan untuk:

a. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel,

b. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan dasar yang berkeadilan utamanya untuk

layanan pendidikan, kesehatan dan sosial,

c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan

sistem pemenuhan kebutuhan masyarakat berbasis pemberdayaan,

d. Pembangunan sarana prasarana kota untuk memperlancar aktifitas perekonomian kota

dan pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat.

Selanjutnya kebijakan tersebut, dijabarkan dalam prioritas pembangunan menurut urusan dan

menurut wilayah.

Rencana Program/Kegiatan Dedicated Tahun 2012 Program/Kegiatan Dedicated

merupakan program/kegiatan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) yang bersifat menyentuh langsung kepentingan publik, monumental, lintas sektor,

berskala besar, memiliki urgensi tinggi, dan memberikan dampak luas pada masyarakat. Adapun

rincian rencana Program/Kegiatan Dedicated dimaksud adalah sebagai berikut:

4.2.6. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Menurut Sektor

a. Sektor Pendidikan

Sasaran Pembangunan Sektor Pendidikan pada tahun 2012, difokuskan untuk pencapaian target

RPJMD urusan pendidikan antara lain:

1. Mempertahankan akses pendidikan dasar yang berkualitas,

2. Meningkatnya akses dan pemeraatan pendidikan menengah,

3. Meningkatnya kualitas pendidikan dasar,

4. Meningkatnya kualitas pendidikan menengah yang ditandai dengan:

a. Menurunnya angka putus sekolah pada pendidikan dasar dan menengah,

b. Meningkatnya kualitas kompetensi dan relevansi pendidikan SMK,

c. Meningkatnya kualitas kompetensi pendidikan non formal dan informal,

d. Meningkatnya partisipasi penduduk miskin pada Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD),

e. Meningkatnya kualitas pengelolaan satuan layanan pendidikan antara lain

meningkatnya jumlah sekolah yang melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah

menjadi 1.605 sekolah.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 adalah:

1. Menyediakan pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas yang dapat diakses oleh

seluruh anak usia sekolah,

Kebijakan Pengembangan UMKM

76 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

2. Menyediakan pelayanan pendidikan menengah yang lebih mudah diakses dan terjangkau

oleh masyarakat,

3. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dasar secara menyeluruh dan sistematis

dengan penekanan pada peningkatan tata kelola satuan pendidikan, kualitas guru,

kurikulum, dan sarana prasarana penunjang,

4. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan menengah untuk memberikan landasan

yang kuat bagi lulusannya agar dapat melanjutkan pendidikan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi, dengan penekanan pada peningkatan tata kelola satuan pendidikan

menengah, kualitas guru, kurikulum, dan sarana prasarana penunjang,

5. Meningkatkan kualitas kompetensi dan relevansi pendidikan kejuruan sehingga dapat

memberikan landasan yang kuat bagi lulusannya agar dapat memasuki pasar kerja,

6. Meningkatkan akses, kualitas dan relevansi pendidikan non formal sebagai wadah

pelayanan pendidikan sepanjang,

7. Meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan kesejahteraan pendidik melalui peningkatan

kualifikasi akademik bagi pendidik untuk memenuhi standar minimal yang

dipersyaratkan, menyediakan berbagai tunjangan bagi pendidik, penguatan sistem

penilaian kinerja pendidik,

8. Meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan anak usia dini yang didukung

dengan Pengembangan Anak Usia Dini (Childhood Care Early Education) secara

holistik-integratif untuk mendukung kesiapan memasuki jenjang pendidikan dasar,

khususnya untuk penduduk miskin,

9. Memperkuat tata kelola pelayanan pendidikan.

B. Sasaran Pembangunan Sektor Koperasi dan UKM

Sasaran pembangunan Urusan Koperasi dan UKM difokuskan untuk percepatan pencapaian

target RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:

1. Meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi UMKM,

2. Meningkatkan penyaluran jumlah Dana Bergulir untuk Koperasi Jasa Keuangan (KJK),

3. Meningkatkan ketentuan dan peraturan gubernur terkait koperasi masyarakat, simpan

pinjam, dan KJK,

4. Meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana promosi dan perdagangan UMKM,

melakukan pameran produk, partisipasi perdagangan dan promosi regional, nasional, dan

internasional,

5. Meningkatkan peran KJK dalam melayani permodalan UMKM untuk pengembangan

usahanya,

6. Meningkatkan kemampuan akses UMKM dan Koperasi pada program program

pengembangan skim kredit baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga

Perbankan, dan Lembaga Keuangan Lainnya,

7. Melaksanakan pendampingan dan pemagangan bagi UMKM dan Koperasi dalam rangka

alih teknologi,

8. Penyusunan database koperasi dan UMKM, penerbitan peraturan yang berkaitan dengan

pengembangan koperasi dan UMKM,

9. Peningkatan akses permodalan UMKM dan Koperasi melalui program LPKD (Lembaga

Penjamin Kredit Daerah),

10. Mengoptimalkan fungsi lokbin dan memanfaatkan sarana kota untuk menampung

sementara usaha mikro/PKL, meningkatkan peran swasta/BUMN/BUMD untuk

menyediakan lokasi usaha mikro/PKL serta mengoptimalkan pemanfaatan 20%

penyediaan tempat usaha mikro/PKL dari perpasaran swasta.

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 77

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Meningkatkan ketrampilan SDM Koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan

manajemen organisasi, akses pemasaran dan pangsa pasar, akses permodalan, akses

teknologi tepat guna serta kemitraan,

2. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana promosi dan perdagangan produk

koperasi dan UMKM agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar global,

3. Penciptaan ikllim yang mendukung pengembangan UMKM dan Koperasi di pasar

regional dan global,

4. Penyediaan sarana dan prasarana usaha mikro/PKL agar tertata dengan baik sehingga

mampu menjadi daya tarik para wisatawan domestik dan wisatawan asing yang

berkunjung ke kota Jakarta,

5. Peningkatan permodalan Koperasi dan UMKM melalui pembentukan Lembaga

Penjamin Kredit, penumbuhan dan peningkatan peran KJK.

C. Sasaran Pembangunan Urusan Penanaman Modal Tahun 2012

Sasaran pembangunan Urusan Penanaman Modal difokuskan untukpercepatan pencapaian target

RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:

1. Meningkatnya Jumlah realisasi investasi PMA dan PMDN,

2. Meningkatnya target PAD yang bersumber dari BUMD,

3. Meningkatnya hubungan kemitraan bisnis dengan pengusaha mancanegara,

4. Pelayanan Penanaman Modal memenuhi standar internasional,

5. Meningkatnya kualitas pelayanan melalui efisiensi penyelesaian perijinan waktu kurang

dari 38 hari,

6. Meningkatnya jumlah partisipasi instansi sektoral dan daerah dalam pelaksanaan sistem

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). PTSP yang mendapat pendelegasian kewenangan

untuk memproses dan menandatangani perizinan dan Non Perizinan bidang Penanaman

Modal,

7. Terfasilitasinya penyelenggaraan forum investasi/penanaman modal tingkat nasional dan

internasional.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Meningkatkan iklim investasi melalui sinkronisasi dan harmonisasi peraturan yang

terkait dengan pengembangan kegiatan penanaman modal dan fasilitasi penyelesaian

masalah hukum terkait investasi,

2. Menyiapkan kelembagaan yang akan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus sebagai

bagian dari kelengkapan sarana untuk meningkatkan pertumbuhan investasi di Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) yang ujungnya bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah,

3. Meningkatkan hubungan kemitraan bisnis melalui peningkatan promosi investasi di

dalam dan di luar negeri secara terpadu dan bertindak lanjut,

4. Meningkatkan kualitas layanan investasi melalui penyederhanaan prosedur, peningkatan

pelayanan dan pemberian fasilitas penanaman modal serta fasilitas kerjasama strategis

antara usaha besar dengan UMKM,

5. Melakukan optimalisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Tingkat Provinsi dan

Walikotamadya di DKI Jakarta.

D. Sasaran Pembangunan Sektor Kebudayaan

Sasaran pembangunan urusan Kebudayaan difokuskan untuk percepatan pencapaian target

RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:

Kebijakan Pengembangan UMKM

78 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

1. Meningkatnya kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan

kekayaan budaya,

2. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap nilai dan keragaman budaya,

3. Meningkatnya jumlah pelaku seni budaya yang mendapatkan standar kompetensi tingkat

dasar dan madya,

4. Meningkatnya kualitas pelayanan budaya,

5. Meningkatnya jumlah penampilan karya seni budaya Betawi di tingkat nasional dan

internasional,

6. Meningkatnya jumlah bangunan pertunjukan seni budaya yang representatif,

7. Tertatanya kawasan budaya kota.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Meningkatkan kualitas pengelolaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan

kekayaan budaya agar aset budaya dapat berfungsi optimal sebagai sarana edukasi

melalui perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan peninggalan bersejarah dan

cagar budaya serta pengembangan permuseuman termasuk pengelolaan museum daerah

sebagai sarana edukasi, rekreasi, serta pemahaman kekayaan budaya daerah,

2. Meningkatkan apresiasi seni masyarakat terhadap berbagai bentuk nilai dan keragaman

melalui penyediaan fasilitas dan pembinaan seni budaya yang terkelola dengan baik,

melalui kelembagaan pendidikan dan sanggar-sanggar yang ada di masyarakat, dengan

agenda yang terjadwal secara reguler serta memfasilitasi berbagai aktivitas komunitas

seni budaya,

3. Meningkatkan kapasitas sumberdaya seni dan kebudayaan, pengembangan kompetensi

dan profesionalisme sumberdaya manusia kebudayaan; peningkatan persahabatan

antardaerah dan antarbangsa yang didukung oleh pengembangan diplomasi kebudayaan,

promosi kebudayaan, dan pertukaran kebudayaan; peningkatan kualitas informasi dan

basis data kebudayaan; dan pengembangan kemitraan antar pemangku kepentingan baik

di pusat maupun di daerah,

4. Mengembangkan kawasan budaya sebagai bentuk pengembangan nilai budaya dan

ekonomi kreatif berbasis budaya.

E. Sasaran Pembangunan Sektor Ketahanan Pangan

Sasaran pembangunan Urusan Ketahanan Pangan difokuskan untuk percepatan pencapaian

target RPJMD pada Tahun 2012 antara lain:

1. Terpenuhinya pasokan kebutuhan daging murah ke masyarakat kurang mampu pada hari-

hari besar keagamaan sebanyak 40 ton,

2. Terlaksananya pembangunan gedung workshop/prosessing unit Klender,

3. Terpenuhinya kebutuhan sembilan bahan pokok masyarakat,

4. Berfungsinya tim ketahanan pangan dan tim evaluasi harga secara optimal dan

meningkatnya jumlah kelompok masyarakat yang peduli terhadap ketahanan pangan

sebanyak 6 kelompok,

5. Terkendalinya mutu dan keragaman pangan yang berbasis sumberdaya lokal,

6. Pemberdayaan KK Rawan Pangan sebanyak 360 KK dan 160 KK Gizi Buruk di DKI

Jakarta,

7. Meningkatnya produk lokal ditandai dengan meningkatnya hasil produk hidroponik dan

penerapan teknologi sebesar 70 ton/tahun.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Mengamankan jalur supply, gudang penyediaan stock, sistem dan mekanisme distribusi

sembilan bahan pokok,

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 79

2. Penguatan Ketahanan Pangan dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan, yang

menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, aman, bergizi

seimbang dan berkelanjutan, baik di tingkat daerah, maupun rumah tangga,

3. Meningkatkan daya saing produk pertanian baik di pasar domestik maupun global

melalui peningkatan mutu produk pertanian, efisiensi produksi, promosi, serta dukungan

infrastruktur, kebijakan, dan regulasi yang kondusif,

4. Meningkatkan gizi masyarakat di daerah rawan pangan dengan memberdayakan

lumbung pangan di Kelurahan,

5. Mengembangkan pola diversifikasi pangan dengan meningkatkan kualitas produksi

lokal,

6. Peningkatan peranan tim ketahanan pangan dan tim evaluasi harga.

F. Sasaran Pembangunan Sektor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (RW)

Sasaran pembangunan Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (RW) difokuskan untuk

percepatan pencapaian target RPJMD pada tahun 2012 antara lain:

1. Meningkatnya jumlah Pos Pelayanan Terpadu yang berfungsi hingga mencapai 44 unit,

2. Meningkatnya jumlah masyarakat Kelurahan yang memanfaatkan hasil Teknologi Tepat

Guna (TTG) sebanyak 70 orang,

3. Jumlah keikutsertaan masyarakat yang memiliki TTG pada gelar TTG Tingkat Nasional,

Provinsi, dan Kota/Kabupaten sebanyak 38 orang,

4. Kerjasama, kemitraan, promosi TTG dengan lembaga penelitian, pendidikan dan

lembaga swasta sebanyak 2 MoU,

5. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam program-program berbasis pemberdayaan

masyarakat,

6. Meningkatnya jumlah, fungsi dan peran kader pemberdayaan masyarakat di tingkat

Kelurahan sebanyak 1.173 kader,

7. Jumlah lembaga masyarakat yang berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat

sebanyak 267 lembaga.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Optimalisasi pelaksanaan dan sosialisasi Program PPMK dan Program-program

pemberdayaan masyarakat lainnya untuk meningkatkan kemandirian masyarakat,

2. Mengoptimalkan peran kader pemberdayaan masyarakat di tingkat Kelurahan sebagai

change agent dalam berbagai program berbasis pemberdayaan,

3. Memanfaatkan secara optimal teknologi tepat guna hasil penemuan perguruan tinggi

dalam rangka memberdayakan masyarakat,

4. Jumlah Posyantek yang berfungsi sebanyak 44 unit,

5. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan hasil TTG sebanyak 1.939 orang,

6. Jumlah kader pemberdayaan masyarakat yang dapat berperan aktif pada upaya

pemberdayaan masyarakat sebanyak 1.173 orang,

7. Jumlah kader motivator TTG yang berperan aktif sebanyak 275 orang,

8. Mengoptimalkan pendampingan dan asistensi pengelolaan PPMK bina Fisik Lingkungan

dan Sosial, bekerja sama dengan perguruan tinggi.

G. Sasaran Pembangunan Sektor Pariwisata

Sasaran pembangunan Urusan Pariwisata pada tahun 2012, adalah:

1. Terwujudnya Jakarta sebagai pusat destinasi wisata,

2. Meningkatnya cakupan event promosi wisata baik dalam maupun luar negeri,

Kebijakan Pengembangan UMKM

80 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

3. Meningkatnya cakupan informasi pariwisata Jakarta melalui media cetak dan media

elektronik dalam negeri dan luar negeri,

4. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat pariwisata,

5. Meningkatnya kualitas pelayanan budaya.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Mewujudkan Jakarta sebagai pusat destinasi wisata dengan upaya pengembangan

kualitas atraksi, obyek, kawasan, dan lingkungan wisata tematik; serta meningkatkan

standar kualitas pelayanan infrastruktur,

2. penunjang wisata, sehingga Jakarta mampu memenuhi kenyamanan, keamanan dan

kepuasan wisatawan,

3. Mewujudkan citra Jakarta sebagai salah satu destinasi utama wisata Meeting, Incentives,

Convention, Exhibition (MICE),

4. Melaksanakan promosi terpadu antara pelaku usaha industri pariwisata, perdagangan,

investasi, dan kebudayaan,

5. Meningkatkan cakupan event promosi Jakarta baik dalam maupun luar negeri,

6. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat pariwisata melalui berbagai pelatihan

untuk meningkatkan kompetensi jasa layanan pariwisata,

7. Meningkatkan peran aktif dan aktivitas jaringan kerja sama dan aliansi strategis dari

komunitas/lembaga/asosiasi/organisasi kepariwisataan nasional, regional, dan internasional

dalam memacu percepatan pertumbuhan pariwisata Ibukota Jakarta,

8. Meningkatkan standar kualitas pelayanan fasilitas dan objek wisata kepada masyarakat dan

kalangan pelaku industri pariwisata maupun industri pendukung,

9. Optimalisasi pemanfaatan ikon pariwisata dan budaya di DKI Jakarta, serta program-

program pendukung seperti promosi dan sosialisasi, baik di tingkat lokal maupun

internasional. Program-program yang sudah ada dinilai kurang efektif, belum tepat

sasaran, dan belum terlihat integrasinya di masyarakat,

10. Meningkatkan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri.

H. Sasaran Pembangunan Sektor Perikanan, Kelautan dan Peternakan

Sasaran pembangunan Urusan Perikanan, Kelautan dan Peternakan difokuskan untuk percepatan

pencapaian target RPJMD pada tahun 2012 antara lain:

1. Meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir,

2. Meningkatnya mutu produk perikanan baik ikan konsumsi maupun ikan hias,

3. Berkurangnya luas kawasan pesisir yang mengalami kerusakan yakni 10 titik Daerah

Perlindungan Laut (DPL),

4. Bertambahnya kawasan yang terehabilitasi sebanyak 2 titik fish shelter,

5. Terpantaunya 500 kapal pengangkut dan 6 kapal pembudidaya,

6. Tersedianya sarana dan prasarana produksi yang memadai untuk mendukung nelayan

yang terampil dan produktif,

7. Terpadunya sarana prasarana Perikanan, Kelautan, dan Peternakan, antara lain pelabuhan

nelayan, tempat pelelangan ikan, SPBU, pabrik es, cold storage, pemukiman,

8. Terwujudnya iklim usaha Kelautan dan Perikanan yang kondusif melalui perijinan usaha,

pengawasan peredaran benih, komoditas dan olahan hasil Kelautan dan Perikanan,

9. Berkembangnya budidaya ikan konsumsi, ikan hias, dan perikanan tangkap yang mampu

bersaing,

10. Terselenggaranya proses sertifikasi mutu ekspor memenuhi standar internasional,

11. Terjaminnya ketersediaan hasil ternak dan meningkatnya pemanfaatan teknologi untuk

peningkatan produksi peternakan dan hewan kesayangan,

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 81

12. Meningkatnya pemanfaatan teknologi untuk peningkatan produksi dan keamanan hasil

peternakan,

13. Meningkatnya kesehatan hewan.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012, antara

lain:

1. Menetapkan kerangka regulasi dan fasilitasi agar akses nelayan terhadap modal, pasar,

teknologi dan manajemen menjadi lebih mudah dalam upaya menjadi nelayan modern,

2. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap mutu hasil perikanan dan kelautan,

3. Meningkatnya kualitas pengelolaan pesisir dan pulau kecil,

4. Melakukan penataan dan pengembangan pelabuhan perikanan beserta kelengkapan

sarana dan prasarana lainnya yang memudahkan nelayan,

5. Tersedianya tempat pelatihan yang modern bagi nelayan,

6. Peningkatan pembinaan dan pengawasan terhadap mutu serta kesehatan masyarakat

veteriner,

7. Melakukan sosialisasi dan relokasi lahan peternakan dan pemotongan unggas ke luar

wilayah DKI Jakarta secara bertahap berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2007,

8. Pembebasan lahan tanah untuk hutan kota sawah abadi,

9. Pembangunan TPA/TPnA di 5 lokasi,

10. Pengembangan produksi dan keanekaragaman ikan hias untuk ekspor,

11. Optimalisasi diversifikasi pemanfaatan sumberdaya laut,

12. Pembangunan pelabuhan nelayan dan pasar ikan yang modern.

I. Sasaran Pembangunan Sektor Perdagangan

Sasaran pembangunan Urusan Perdagangan difokuskan untuk percepatan pencapaian target

RPJMD pada tahun 2012 antara lain:

1. Ditetapkannya regulasi terhadap komponen komponen strategis dalam implementasi

sistem perdagangan dan perindustrian,

2. Ditetapkannya mekanisme pengawasan dan pengendalian usaha perdagangan dalam

mewujudkan DKI Jakarta sebagai kota perdagangan skala regional,

3. Berfungsinya jaringan distribusi produk perdagangan,

4. Terwujudnya pusat distribusi produk agro skala regional,

5. Meningkatnya nilai ekspor Jakarta melalui fasilitas promosi terpadu industri,

perdagangan dan pariwisata,

6. Diterapkannya manajemen mutu berstandar internasional dan pengujian mutu barang

dagangan,

7. Terselenggaranya secara teratur lelang forward untuk komoditas tertentu,

8. Meningkatnya daya saing industri terutama industri kecil dan menengah,

9. Meningkatnya jumlah industri yang menggunakan teknologi maju dan ramah

lingkungan,

10. Meningkatnya fasilitasi Pemda utamanya untuk menunjang industri kreatif kota.

Arah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012:

1. Meningkatkan regulasi terhadap keamanan barang yang dikonsumsi masyarakat,

2. Meningkatkan regulasi perdagangan dan membangun iklim yang kondusif dan

memfasilitasi diversifikasi pasar memenuhi syarat dalam rangka mendorong peningkatan

produksi dan promosi,

3. Melakukan fasilitasi komunitas professional dalam praktisi dalam upaya promosi terpadu

industri, perdagangan dan wisata,

Kebijakan Pengembangan UMKM

82 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

4. Menyempurnakan sistem jaringan distribusi produk perdagangan dan menyelenggarakan

secara teratur pasar lelang forward untuk komoditas tertentu,

5. Mewujudkan pusat distribusi produk agro skala regional,

6. Melakukan fasilitasi terhadap industri kecil ramah lingkungan dalam lingkungan

perumahan,

7. Menerapkan regulasi manajemen mutu berstandar internasional dan pengujian mutu

produk yang diperdagangkan.

4.3. Peranan Perbankan dalam PengembanganUMKM

Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan dan program untuk memperkuat dan

mengembangkan UMKM. Mengacu kepada ASEAN Policy Blue Print for SME Development

(APBSD) 2004-2014, pengembangan UMKM dilaksanakan melalui lima program yaitu program

pengembangan kewirausahaan, peningkatan kemampuan pemasaran, akses kepada keuangan,

akses kepada teknologi dan kebijakan yang kondusif. Program tersebut telah dilaksanakan oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, akan tetapi masih belum sepenuhnya berhasil untuk

mengembangkan UMKM. Hal ini antara lain terkait dengan masih belum terselesaikannya

masalah dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan UMKM.

Pengembangan UMKM ini masih menghadapi masalah dan kendala yang bersifat internal

maupun eksernal. Pada faktor internal adalah (1) kurangnya permodalan dan terbatasnya akses

pembiayaan permodalan, (2) lemahnya struktur permodalan, (3) kualitas sumber daya manusia

(SDM) yang berdampak kepada rendahnya kualitas SDM yang berdampak pula kepada

rendahnya produktivitas dari UMKM, (4) rendahnya kualitas hasil produksi, (5) kurangnya

inovasi dan teknologi yang dimiliki UMKM, serta (6) lemahnya akses pasar dan pemasaran.

Pada faktor eksternal, salah satunya yang berkaitan dengan permodalan dan pembiayaan adalah

terbatasnya akses pembiayaan khususnya dari sektor perbankan.

Kendala UMKM terhadap kredit perbankan ini bisa ditinjau dari sisi permintaan dan panawaran.

Dari sisi permintaan, UMKM memiliki karakteristik yang cukup unik dimana pada umumnya

UMKM tidak memiliki informasi keuangan yang transparan dan terorganisir yang menyebabkan

pemberi kredit memiliki kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan dan

usaha dari UMKM. Hal tersebut dapat menyebabkan bank kesulitan dalam meminimalisir risiko

default atas kredit yang dapat disalurkan kepada UMKM. Dari sisi penawaran kredit,

keengganan bank dalam memberikan kredit terhadap UMKM terutama disebabkan oleh

keterbatasan aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan (collateral), ketidakpastian bisnis di

masa depan, lemahnya manajemen keuangan, dan kurangnya track record.

Dalam kaitan dengan akses kepada keuangan ini, Bank mempunyai peranan yang sangat penting

dalam pengembangan UMKM. karena umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha

perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik

yang jumlahnya sangat terbatas. UMKM merupakan usaha yang sangat sensitif akan modal dan

sangat membutuhkan dana dalam menjalankan usahanya. Untuk itu diperlukan lembaga yang

bersedia memberikan suntikan modal bagi seluruh UKM agar dapat maju dan bertahan. Salah

satu lembaga yang bersedia meminjamkan modal kepada UKM adalah perbankan. Bank yang

menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998 adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk

kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Seperti pada pengertiannya, yang pada intinya perbankan merupakan badan usaha yang selain

menghimpun dana dari masyarakat juga berkewajiban untuk menyalurkannya kembali.

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 83

Dalam rangka meningkatkan akses UMKM terhadap sumber pembiayaan kepada Bank, Bank

Indonesia telah mengambil kebijakan dan strategi yang secara garis besar terdiri dari kebijakan

supply side yang difokuskan dalam upaya mendorong dan memberikan insentif bagi bank dalam

pemberian kredit kepada UMKM dan kebijakan demand side, yang diarahkan dalam upaya

meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan dari

bank (bankable). Bentuk kebijakan supply side adalah: (1) penerbitan dan penyempurnaan

pengaturan kepada perbankan dengan tujuan mendorong pemberian kredit kepada UMKM,

(2) peningkatan kerjasama (kemitraan strategis) dengan pemerintah, dan (3) penguatan lembaga

penunjang.

Kebijakan dan strategi penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada perbankan Bank

Indonesia menetapkan ‘target kredit produktif’ yang harus dipenuhi oleh masing-masing

kelompok usaha bank. Termasuk didalamnya adalah ‘kredit UMKM’ sebesar minimum 20%.

Kepada perbankan yang telah menunjukan keberpihakannya kepada UMKM akan diberikan

perlakuan khusus (insentif) dalam persyaratan pembukaan jaringan kantor bank. Untuk

mengurangi hambatan terkait tingginya suku bunga pada segmen kredit mikro, Bank Indonesia

akan mendorong kompetisi yang sehat pada segmen mikro, antara lain melalui publikasi Suku

Bunga Dasar Kredit Mikro (SBDKM). Dalam hubungan ini tindak lanjut yang dilakukan oleh

perbankan antara lain dalam bentuk pengembangan unit-unit pelayanan kredit untuk UMKM.

Berbagai program kerja yang dilaksanakan terkait peningkatan kemitraan strategis yaitu sebagai

counterpart dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR), terutama untuk mendorong

peningkatan penyaluran KUR. Bersama dengan kementerian pertanian dan perusahaan asuransi

mendorong diterbitkannya ‘Asuransi Pertanian’. Terbatasnya collateral yang dimiliki oleh

UMKM mendorong dilakukannya kerjasama BI dengan BPN dalam pelaksanaan sertifikasi

lahan. Dalam rangka penguatan kelembagaan, BI dan Kementerian Keuangan (Bapepam–LK)

telah memfasilitasi pendirian Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD). Mendorong

kemampuan Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM) dan

Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).

Dalam kaitan dengan kebijakan demand side, adalah kebijakan yang diarahkan dalam upaya

meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM sehingga mampu memenuhi persyaratan dari

bank (bankable), beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah:

1) Kegiatan penelitian, antara lain Penelitian Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU)

unggulan UMKM yang dilaksanakan di setiap provinsi, dan penelitian pola pembiayaan

(lending model) usaha kecil yang bertujuan memberikan informasi untuk mendorong

pengembangan UMKM dan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan untuk akselerasi

kredit UMKM (research based policy).

2) Pelatihan dan pendampingan, salah satunya melalui pengembangan klaster. Tujuan dari

kegiatan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan elijibilitas dan bankabilitas UMKM

serta meningkatkan expertise perbankan mengenai UMKM. Bentuk kegiatan pelatihan in

berupa: Pelatihan kepada UMKM anggota Klaster untuk meningkatkan kinerja UMKM

sehingga layak dibiayai oleh bank, Pelatihan kepada BDSP (Business Development

Service Provider) atau KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank) yang selanjutnya akan

melakukan pendampingan kepada UMKM, dan Pelatihan kepada Account Officer (AO)

Bank Umum dan BPR mengenai karakteristik UMKM. Salah satu bentuk pendampingan

yang dilakukan berupa pendampingan kepada petani cabe yang tergabung dalam klaster

di Kabupaten Cianjur.

3) Penyediaan informasi dan bazar intermediasi, tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai

sarana untuk diseminasi informasi mengenai karakteristik UMKM dan sebagai wadah

untuk penyebaran informasi mengenai UMKM yang potensial untuk dibiayai kepada

Kebijakan Pengembangan UMKM

84 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

perbankan. Penyediaan informasi ini dilakukan oleh BI dalam bentuk leaflet, buku-buku

maupun website info UMKM yang dapat diakses dalam website BI (www.bi.go.id).

Tabel 4.3.1. Perkembangan Baki Kredit UMKM menurut Klasifikasi Usaha

Tahun 2011 – November 2012

Tahun Bulan

Klasifikasi Usaha

Total Kenaikan

(% yoy)

Mikro Kecil Menengah (Rp

Triliun) %

(Rp

Triliun) %

(Rp

Triliun) %

2011 Jan 16.869 19,5 16.976 19,7 52.475 60,8 86.320

Feb 17.686 20,0 17.498 19,7 53.433 60,3 88.617

Mar 17.534 19,3 19.292 21,3 53.926 59,4 90.752

Apr 17.776 19,8 19.229 21,4 52.820 58,8 89.825

Mei 18.070 19,8 18.898 20,7 54.471 59,6 91.439

Jun 18.584 19,5 20.563 21,6 55.964 58,8 95.111

Jul 18.264 19,1 21.519 22,5 55.914 58,4 95.698

Agust 19.604 19,9 19.331 19,6 59.534 60,5 98.470

Sep 19.943 19,8 20.312 20,1 60.643 60,1 100.897

Okt 18.638 18,4 20.038 19,8 62.703 61,9 101.379

Nov 18.330 18,1 18.700 18,5 64.263 63,4 101.292

Des 17.706 17,0 18.606 17,9 67.794 65,1 104.106

2012 Jan 15.706 16,5 16.927 17,8 62.705 65,8 95.338 10,45

Feb 16.057 16,6 16.217 16,8 64.520 66,7 96.794 9,23

Mar 15.969 16,0 17.305 17,3 66.837 66,8 100.111 10,31

Apr 16.200 15,8 17.118 16,7 69.234 67,5 102.552 14,17

Mei 16.367 15,5 18.583 17,6 70.375 66,8 105.325 15,19

Jun 16.294 14,8 19.040 17,3 74.721 67,9 110.055 15,71

Jul 15.887 14,7 18.573 17,1 73.855 68,2 108.315 13,18

Agust 14.714 14,1 18.173 17,4 71.640 68,5 104.527 6,15

Sep 14.569 13,8 17.768 16,8 73.421 69,4 105.758 4,82

Okt 14.351 13,1 17.724 16,2 77.118 70,6 109.193 7,71

Nov 14.097 12,0 19.128 16,3 84.036 71,7 117.261 15,76

Rata rata kenaikan ( % yoy) 11,15

Sumber : Bank Indonesia

Realisasi dari peranan perbankan dalam rangka pembiayaan untuk UMKM serta sebagai hasil

dan dampak dari berbagai kebijakan dan program yang yang dilaksanakan Perbankan antara lain

dapat dilihat dari perkembangan kredit perbankan untuk pembiayaan UMKM. Berdasarkan data

Bank Indonesia, baki kredit UMKM di Provinsi DKI Jakarta pada November 2012 adalah

sebesar Rp117,261 triliun atau 9,1% dari total kredit perbankan di DKI Jakarta. Apabila

dibandingkan dengan kondisi bulan November 2011, kredit MKM meningkat sebesar 13,62%.

Debit kredit pada bulan Januari 2012 dibandingkan dengan Januari 2011, juga menunjukkan

peningkatan sebesar 10,45%. Walaupun terjadi fluktuasi baki kredit dari bulan ke bulan, akan

tetapi secara keseluruhan dari periode Januari sampai November 2012, rata-rata kenaikan (yoy)

per bulan adalah sebsar 11,15%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pada kondisi November 2012

dari total kredit MKM sebesar Rp117,262 triliun, sebagaian besar adalah untuk skala Menengah

(71,67%), skala Kecil (16,31%) dan skala Mikro (12,02%).

Apabila ditinjau dari jenis penggunaan kredit yang diterima UMKM, pada kondisi November

2012 dari total kredit Rp117,262 triliun, sejumlah Rp79,866 atau 68,11% adalah untuk

kebutuhan modal kerja, dan selebihnya adalah untuk modal investasi (Rp37,395 triliun atau

31,89%). Pertumbuhan kredit investasi November 2012 (yoy) adalah sebesar 23,05% dan

dibandingkan dengan Januari 2012 (yoy) sebesar 15,23%, yang menunjukkan penurunan.

Kebijakan Pengembangan UMKM

Bank Indonesia 85

Perkembangan pertumbuhan (yoy) pada tahun 2012 secara rata-rata adalah sebesar 13,78%

(Tabel 4.3.2).

Tabel 4.3.2. Jumlah Kredit KMM, Porsi dan Kenaikan (yoy)

Menurut Penggunaan Tahun 2012

Bulan

Modal Kerja Modal Investasi

(Rp

Triliun)

Porsi

(%)

Kenaikan

(% yoy)

(Rp

Triliun)

Porsi

(%)

Kenaikan

(% yoy)

Jan 64.878 68,05 8,34 30.460 31,95 15,23

Feb 66.766 68,98 9,41 30.028 31,02 9,50

Mar 68.273 68,20 9,02 31.838 31,80 13,19

Apr 71.762 69,98 15,24 30.790 30,02 11,75

Mei 72.739 69,06 14,55 32.586 30,94 16,64

Jun 76.744 69,73 15,00 33.311 30,27 17,39

Jul 75.318 69,54 12,21 32.998 30,46 15,47

Agust 72.303 69,17 4,91 32.225 30,83 9,04

Sep 73.389 69,39 3,27 32.369 30,61 8,51

Okt 75.829 69,44 5,99 33.364 30,56 11,83

Nov 79.866 68,11 12,64 37.395 31,89 23,05

Rata-rata 72.533 69,06 10,05 32.488 30,94 13,78 Sumber : Bank Indonesia

Apabila ditinjau dari sektor UMKM, 82% dari total kredit pada November 2012 sebesar

Rp117,261 triliun diserap pada 6 (enam) sektor usaha atau 32% dari jumlah sektor UMKM (19

sektor). Dari 6 sektor usaha tersebut, sektor Perdagangan Besar dan Eceran adalah penyerap

terbesar yaitu Rp 36,973 triliun atau 31,53%. Kelima sektor yang lain berturut-turut adalah

sektor Industri Pengolahan Rp22,432 triliun (19,13%), Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial

Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya Rp13,311 triliun (11,35%), sektor Real Estate, Usaha

Persewaan dan Jasa Perusahaan Rp10,123 Triliun (8,63%), sektor Konstruksi Rp7,161 triliun

(6,11%), dan Sektor Jasa Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Rp6,986 Triliun (5,96%).

Kebijakan Pengembangan UMKM

86 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 4.3.3. Jumlah Kredit Menurut Sektor Ekonomi, Porsi dan

Kenaikan pada Bulan November 2012

Sektor Ekonomi Rp

(triliun)

Porsi

(%)

Kenaikan

(%, yoy)

7. Perdagangan Besar dan Eceran 36.973 31,53 15,95

4. Industri Pengolahan 22.432 19,13 37,53

15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan

Lainnya 13.311 11,35 -7,28

11. Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10.123 8,63 45,44

6. Konstruksi 7.161 6,11 22,94

9. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 6.986 5,96 32,00

10. Perantara Keuangan 5.494 4,69 30,27

18. Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya 4.180 3,56 -45,38

8. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 2.836 2,42 89,60

1. Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 2.826 2,41 6,06

3. Pertambangan dan Penggalian 2.316 1,98 70,88

5. Listrik, Gas dan Air 837 0,71 40,03

14. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 703 0,60 35,84

13. Jasa Pendidikan 493 0,42 37,93

2. Perikanan 390 0,33 -11,74

16. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 106 0,09 39,16

12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 94 0,08 -58,87

17. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0 0,00 -100,00

19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0 0

Jumlah 117.261 100,00

Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia 87

BAB V PENETAPAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

5.1. Penetapan Bobot Tujuan dan Kriteria

Hasil penetapan KPJU unggulan diuraikan untuk setiap kota/kabupaten administrasi dan pada

tingkat provinsi, serta kebijakan pengembangan KPJU unggulan. Penetapan KPJU unggulan

dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJU unggulan pada tingkat

kecamatan, kemudian tingkat kota/kabupaten administrasi dan terakhir pada tingkat provinsi.

Hasil penetapan KPJU unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJU unggulan

tingkat kota/kabupaten administrasi yang proses penetapannya dilakukan dengan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJU unggulan pada tingkat provinsi

menggunakan/memanfaatkan hasil proses agregasi KPJU unggulan tingkat kota/kabupaten

administrasi.

Hasil KPJU unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan sebelumnya, dan

penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan KPJU unggulan UMKM, yaitu:

(a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing

produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU

unggulan, maka bobot setiap Tujuan, dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua

kota/kabupaten administrasi adalah sama. Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot

kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada tingkat provinsi. Dalam hubungan ini

maka pada tanggal 5 Juli 2012 telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Bank

Indonesia yang diikuti pejabat dari Dinas/Instansi Tingkat Provinsi DKI Jakarta.

Dalam pelaksanaan FGD tersebut, selain dilakukan penjelasan oleh Tim Peneliti tentang maksud

dan tujuan kegiatan serta metodologi, maka salah satu tahapan pokok dalam penelitian ini adalah

memperoleh penilaian dari peserta berupa skor kepentingan setiap Tujuan, serta skor tingkat

kepentingan suatu Kriteria satu dibandingkan dengan Kriteria lain untuk Tujuan yang sama

dengan menggunakan metode pairwise comparison. Hasil penilaian oleh nara sumber tersebut,

dijadikan input analisis dengan menggunakan AHP untuk memperoleh nilai skor terbobot setiap

Tujuan dan setiap Kriteria KPJU unggulan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP

berdasarkan masukan pendapat dari pejabat Dinas/Instansi yang terkait dan berkepentingan

terhadap KPJU unggulan UMKM disajikan pada Tabel 5.1.1.

Berdasarkan metodologi yang telah dikemukakan untuk menetapkan KPJU unggulan lintas

sektor diperlukan informasi seberapa besar bobot kepentingan suatu sektor ekonomi untuk

mencapai tujuan dari penetapan KPJU unggulan UMKM. Mengingat setiap kota/kabupaten

administrasi mempunyai karakteristik wilayah dan potensi ekonomi yang berbeda, maka

penetapan bobot kepentingan sektor/subsektor ekonomi tersebut dilakukan di tingkat

kota/kabupaten administrasi dengan nara sumber pejabat Dinas/Instansi yang berkepentingan

dalam pengembangan UMKM di tingkat kota/kabupaten administrasi.

Sedangkan penetapan KPJU unggulan tingkat provinsi, khususnya KPJU lintas sektor, akan

menggunakan skor terbobot dari masing-masing sektor/subsektor yang dinilai oleh stakeholder

dan narasumber tingkat provinsi.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

88 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.1.1.

Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJU Unggulan

di Provinsi DKI Jakarta

No. Aspek Bobot

1 Tujuan Penetapan KPJU Unggulan

1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3898

1.2. Pertumbuhan Ekonomi 0,3216

1.3. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,2886

2. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan

2.1. Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha 0,3617

2.2. Jangkauan Pasar 0,2686

2.3. Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan 0,2329

2.4. Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi

KPJU yang Ada 0,1368

3. Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kota/kabupaten

administrasi

3.1 Penyerapan Tenaga Kerja 0,1324

3.2. Ketersediaan Pasar 0,1162

3.3. Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah 0,1145

3.4. Manajemen Usaha 0,1025

3.5. Teknologi 0,1013

3.6. Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal 0,0812

3.7. Harga /Nilai Tambah 0,0791

3.8. Sosial Budaya (termasuk Ciri Khas/Karakteristik Daerah) 0,0770

3.9. Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan 0,0723

3.10. Sarana Produksi dan Usaha 0,0640

3.11. Bahan Baku 0,0594

5.2. Penetapan Alternatif KPJU Unggulan Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi

Penelitian KPJU unggulan UMKM tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan di seluruh

wilayah kota/kabupaten administrasi di DKI Jakarta atau sebanyak 6 kota/kabupaten

administrasi dengan cakupan 44 kecamatan. Pada tahap awal telah dilakukan identifikasi KPJU

per sektor/subsektor untuk seluruh kecamatan berdasarkan data sekunder/data statistik yang ada.

Berdasarkan data yang diperoleh, disusun suatu database dari seluruh KPJU yang teridentifikasi

yang disebut longlist database KPJU DKI Jakarta. Berdasarkan data tersebut, maka dilakukan

konfirmasi kepada pejabat/pemangku kepentingan tingkat kecamatan (pejabat kantor kecamatan,

atau KSK) dan atau tokoh masyarakat/pelaku usaha di masing-masing kecamatan, dengan

memberikan penilaian keunggulan dari masing-masing KPJU yang telah teridentifikasi. Daftar

KPJU untuk masing-masing kabupaten/kota administrasi se DKI Jakarta yang telah

teridentifikasi dalam penelitian ini ditampilkan pada Lampiran 5.2.1 sampai dengan Lampiran

5.2.6.

Pada tahapan ini setiap pejabat dan atau tokoh masyarakat diminta tanggapan dan penilaiannya

terhadap KPJU yang ada di kecamatan tersebut dengan melakukan pengisian Matrik Identifikasi

Alternatif KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan berdasarkan empat kriteria, yaitu :

1) Jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal atau populasi KPJU yang ada;

2) Jangkauan pasar;

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 89

3) Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha; dan

4) Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan.

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya (Tabel 5.1 point 2) dihasilkan masing-masing 5 (lima) alternatif KPJU

unggulan untuk setiap sektor/subsektor usaha pada setiap tingkat kecamatan. Secara lengkap

hasil identifikasi alternatif KPJU unggulan tingkat kecamatan di 6 kota/kabupaten administrasi

sebagai daerah penelitian di Provinsi DKI Jakarta ditampilkan pada Lampiran 5.2.7 sampai

dengan Lampiran 5.2.12.

Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor ekonomi di setiap kecamatan dilakukan proses

agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan per sektor/subsektor ekonomi untuk tingkat

kota/kabupaten administrasi. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,

ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi yang

mempunyai nilai skor tertinggi. Secara lebih lengkap, kandidat KPJU unggulan tingkat

kota/kabupaten administrasi dapat dilihat pada Lampiran 5.2.13 sampai dengan Lampiran

5.2.18.

5.3. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kota/Kabupaten Administrasi

Proses penetapan KPJU unggulan tingkat kota/kabupaten administrasi dilakukan melalui dua

tahapan. Tahap pertama dilakukan melalui FGD atau indepth interview, dimana matrik

kandidat KPJU Unggulan akan dinilai oleh pejabat pemerintah daerah (Sekda dan Bappeda),

dinas/instansi terkait dan perbankan untuk masing-masing kota/kabupaten administrasi. Dalam

hal ini, Tim Peneliti mendatangi langsung kantor Pemerintah Kota/Kabupaten Administrasi di

wilayah DKI Jakarta serta dinas/instansi terkait. Pada tahap ini setiap narasumber dari pejabat

pemerintah daerah dan dinas/instansi terkait memberikan penilaian terhadap:

1) Tingkat kepentingan antar sektor/subsektor secara umum, dan

2) Tingkat kepentingan atau keunggulan suatu KPJU terhadap KPJU yang lain berdasarkan

11 kriteria yang telah ditetapkan.

Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM

dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau mengembangkan usaha, serta

sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Analisis dengan metode AHP

menghasilkan nilai skor terbobot setiap kandidat KPJU unggulan untuk setiap kota/kabupaten

administrasi per sektor/subsektor ekonomi. Untuk setiap kota/kabupaten administrasi ditetapkan

5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/subsektor ekonomi yang memiliki skor terbobot tertinggi.

Berdasarkan hasil identifikasi KPJU Unggulan setiap sektor/subsektor, nilai skor masing-masing

KPJU Unggulan dan tingkat kepentingan Sektor/subsektor ekonomi untuk KPJU yang

bersangkutan ditetapkan KPJU unggulan lintas sektor tingkat kota/kabupaten administrasi,

dengan menggunakan Metode Bayes.

Proses penentuan KPJU tingkat kota/kabupaten administrasi dilaksanakan melalui Focus Group

Discussion (FGD) dengan narasumber pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait dan

perbankan. Tahap ini dimaksudkan sebagai tahapan konfirmasi kepada pejabat pemerintah

daerah, dinas/instansi terkait dan perbankan terhadap hasil KPJU Unggulan per sektor/subsektor

dan lintas sektor yang telah diperoleh pada tahap pertama, serta hasil pelaksanaan penelitian

tingkat kecamatan dan kota/kabupaten administrasi, dengan menggunakan metode AHP untuk

11 kriteria, yaitu :

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

90 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

1) Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);

2) Bahan baku;

3) Modal;

4) Sarana produksi/usaha;

5) Teknologi;

6) Sosial budaya;

7) Manajemen usaha;

8) Ketersediaan pasar;

9) Harga;

10) Penyerapan tenaga kerja; dan

11) Sumbangan terhadap perekonomian.

Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJU unggulan kota/kabupaten administrasi untuk

masing-masing sektor/subsektor dan lintas sektor dilaksanakan melalui format indepth interview

dan atau Foscus Group Discussion. Dalam tahapan tersebut juga didiskusikan permasalahan

pengembangan UMKM serta kebijakan dan program untuk pengembangan UMKM terutama

KPJU unggulan.

KPJU Unggulan Lintas Sektor yang telah diidentifikasi dipetakan menurut Aspek Prospek dan

Aspek Potensi KPJU Unggulan saat ini, sehingga dapat diketahui kedudukan KPJU Unggulan

Lintas Sektor berdasarkan Prospek dan Potensi saat ini.

Prospek dinilai berdasarkan faktor:

1) Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda,

2) Prospek Pasar,

3) Minat Investor,

4) Dukungan & Program Pembangunan Infra Struktur Usaha,

5) Resiko terhadap lingkungan,

6) Tingkat persaingan.

dan Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor:

1) Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini,

2) Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat,

3) Penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha,

4) Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan),

5) Insentif harga jual komoditas/produk,

6) Daya serap pasar domestik.

Penilaian dalam bentuk nilai skor untuk setiap KPJU Unggulan Lintas Sektor menurut faktor-

faktor tersebut diatas dilakukan dianalisis berdasarkan hasil indepth interview dan pelaksanaan

focus group discussion (FGD) pada setiap kota/kabupaten administrasi. Berdasarkan jumlah skor

pada aspek Prospek dan Potensi saat ini, KPJU Unggulan Lintas Sektor dikelompokkan dalam 3

kategori untuk masing-masing aspek, yaitu :

1) Prospek, kategori Kurang, Cukup dan Baik, dan

2) Potensi, kategori Kurang, Sedang, dan Tinggi.

5.3.1. Kota Administrasi Jakarta Timur

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap

kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Timur. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 91

usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan

per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Timur. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota

Adminitrasi Jakarta Timur yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.13).

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.1. Pada Tabel 5.3.1. dapat dilihat bahwa bobot atau

prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan

kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta Timur adalah sektor

perdagangan untuk seluruh tujuan penetapan KPJU unggulan, sehingga sektor usaha

Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta

Timur. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah

Perindustrian, Jasa, Pariwisata, Angkutan, Peternakan, Tanaman Pangan dan Perikanan.

Tabel 5.3.1.

Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Administrasi Jakarta Timur

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Perdagangan 0,1773 0,2238 0,2202 0,2078 1

Perindustrian 0,1303 0,1601 0,1463 0,1465 2

Jasa 0,1294 0,1365 0,1511 0,1384 3

Pariwisata 0,1139 0,1288 0,1163 0,1204 4

Angkutan 0,1387 0,0979 0,1107 0,1147 5

Peternakan 0,0928 0,0950 0,0983 0,0952 6

Tanaman Pangan 0,1198 0,0831 0,0739 0,0922 7

Perikanan 0,0977 0,0748 0,0833 0,0846 8

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.2.

Tabel 5.3.2.

Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kota Administrasi Jakarta Timur

No. Sektor Subsektor

Usaha / KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot

Padi dan Palawija Peternakan

1 Padi Sawah 0,2170 1 Sapi Perah 0,2372

2 Bayam 0,1247 2 Burung perkutut 0,1624

3 Duku 0,1115 3 Bebek 0,1496

4 Salak 0,1058 4 Domba 0,1398

5 Sawi 0,1012 5 Ayam 0,1318

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

92 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

No. Sektor Subsektor

Usaha / KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot

Perikanan Perindustrian

1 Pembenihan Ikan 0,4231 1 Batu aji/akik/cincin 0,1112

2 Budidaya ikan hias 0,2708 2 Pakaian Jadi 0,1109

3 Budidaya Ikan di

Kolam 0,1778 3 Tahu/Tempe 0,1048

4 Penangkapan Ikan di

Perairan Umum 0,1283 4 Furniture/Mebel 0,1038

5 - - 5 Tas/Sepatu 0,1036

Perdagangan Pariwisata

1 Pakaian Jadi 0,2337 1 Cagar Budaya 0,1664

2 Suku cadang dan

Aksesoris Kendaraan 0,2255 2

Taman Rekreasi/Taman

Wisata 0,1614

3 Furniture/Mebel 0,1210 3 Pondok Wisata 0,1540

4 Warung

Makan/Minum 0,0956 4 Seni Pertunjukan 0,1470

5 Grosir mainan anak-

anak 0,0826 5 Wisata Agro 0,1069

Jasa Angkutan

1 Bengkel Mobil 0,2944 1 Angkutan Perkotaan 0,1732

2 Bengkel Motor 0,1699 2 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,1539

3 Katering 0,1392 3 Agen Perjalanan (bukan

wisata) 0,1527

4 Salon kecantikan 0,0954 4 Angkutan Taksi 0,1217

5 Bimbingan Belajar 0,0845 5 Angkutan Sewa 0,1181

Pada subsektor Padi Palawija dan Hortikultura, komoditi padi sawah masih menjadi komoditi

unggulan di Jakarta Timur. Bila dilihat dari luas lahan persawahan, Jakarta Timur masih tersedia

hamparan sawah seluas 425 Ha pada tahun 2010 dan mengalami penurunan drastis menjadi 239

Ha pada tahun 2011 yang terpusat di Kecamatan Cakung dan Makasar. Sejalan dengan waktu,

hamparan sawah kian habis digantikan bangunan-bangunan, sehingga wajar komoditi bayam

dan sawi masih menduduki peringkat dua dan lima karena pertanian jenis sayur menggunakan

lahan sisa atau lahan tidur di tengah pemukiman atau bantaran sungai. Luasan panen sayuran

menurut BPS Jakarta Timur, diantaranya bayam dan sawi masing-masing pada tahun 2011

adalah 432 Ha dengan kapasitar produksi 3.456 kw untuk komoditi bayam, dan luas lahan

pertanian sawi 360 Ha dengan kapasitas produksi 2.880 kw.

Jakarta Timur selama ini memang dikenal sebagai tempatnya buah duku dan salak, sehingga

komoditi ini masih bisa menempati peringkat ke tiga dan ke empat. Sebenarnya kedua komoditi

tersebut tidak lagi mengalami kejayaan seperti beberapa tahun sebelumnya, dengan dikenalnya

sebagai sentra Salak Condet, namun demikian komoditi salak dan duku masih diunggulkan

faktor sosial budaya tetap mempertahankan dua komoditi ini sebagai ciri khas lokal Jakarta

Timur.

Pada Subsektor Peternakan, jenis ternak sapi perah menempati peringkat ke pertama KPJU

unggulan subsektor peternakan. Dilihat dari aspek produksinya, ternak sapi perah di Jakarta

Timur adalah yang kedua terbesar setelah Jakarta Selatan. Berdasarkan data BPS Jakarta Timur,

populasi sapi perah terdapat di Kecamatan Cipayung (1.197 ekor), Kramat Jati (89 ekor) dan

Pasar Rebo (15 ekor).

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 93

Burung Perkutut yang menempati peringkat kedua merupakan jenis ternak yang dikembangkan

dalam jumlah terbatas sebagai hobi dari pemeliharanya. Akan tetapi mungkin dilihat dari

kegiatan penangkaran yang dilanjutkan dengan proses perdagangan, burung perkutut juga dapat

disebut unggulan sebab menempati peringkat kedua karena dinilai unggul pada aspek harga,

sehingga responden dan pelaku usaha menganggap hal ini layak diunggulkan dan memberikan

kontribusi ekonomi yang nyata dan prospektif.

Ternak bebek berada di peringkat ketiga. Bebek atau itik juga dibudidayakan dalam jumlah

cukup besar di Jakarta Timur. Populasi ternak bebek atau itik hampir merata di wilayah Jakarta

Timur bagian timur, sebagai bebek penghasil telur bebek yang berkualitas dan menjadi ciri

tersendiri bagi telur bebek Jakarta Timur, dan juga sebagai penyumbang daging bebek yang

cukup signifikan di Jakarta. Peringkat KPJU unggulan berikutnya adalah Domba.

Pada subsektor Perikanan, usaha pembenihan ikan menjadi KPJU unggulan Jakarta Timur.

Dilihat dari aspek manajemen usaha dan ketersediaan pasar, Pembenihan ikan memiliki

keunggulan tersendiri dibanding KPJU perikanan lainnya, disamping luasan pada pembenihan

ikan hanya memakan tempat yang relatif sedikit, tapi itulah kenyataannya bahwa kegiatan

pembenihan ikan memang tidak memerlukan tempat yang luas, akan tetapi kegiatan ini mampu

unggul dalam aspek kontribusi perekonomian. Peringkat kedua adalah budidaya ikan hias yang

juga memiliki nilai relatif tinggi untuk kriteria ketersediaan pasar dan sarana usaha. Sementara

itu budidaya ikan di kolam berada diperingkat ketiga dengan keunggulan dalam kriteria tenaga

kerja terlatih dan ketersediaan pasar. Peringkat keempat diisi oleh perikanan di perairan umum.

Pada Subsektor Perindustrian, usaha pengolahan batu aji atau batu akik atau cincin menjadi

KPJU unggulan pertama di Jakarta Timur. Jumlah usaha pengolahan batu perhiasan pada tahun

2011 sebanyak 352 unit usaha dan dinilai unggul pada aspek pasar karena mampu menembus

pasar luar provinsi, dan nilai transaksinya cukup tinggi sehingga narasumber menempatkan

usaha ini sebagai unggulan di Jakarta Timur. Jenis batu-batu mulia seperti ruby (mirah),

sapphire (safir), cat eye (mata kucing), emerald (zamrud), dan jade (giok) yang diperdagangkan

dengan harga bisa mencapai nilai jutaan hingga ratusan juta rupiah ini didatangkan dari

Myanmar, Sri Lanka, atau Kolombo. Dari Indonesia hampir semua pulau menghasilkan

bebatuan yang dapat dijadikan perhiasan, seperti Lampung dan Kalimantan (amatis atau

kecubung), Banten (kalimaya atau opal), sementara Garut, Sukabumi, Pacitan, dan Lampung

juga menghasilkan agate (akik) dengan motif dan warna beraneka rupa.

Konveksi atau pakaian jadi menjadi KPJU unggulan kedua Jakarta Timur. Daya serapnya yang

tinggi terhadap tenaga kerja membuat KPJU ini menjadi unggul di sektornya. Di samping itu,

dewasa ini usaha konveksi/pakaian jadi dinilai narasumber telah melakukan banyak pembenahan

khususnya pada manajemen usaha dan tenaga kerja terampil sehingga memperoleh nilai tinggi

untuk dua kriteria tersebut. Pengunaan teknologi dalam KPJU ini masih sangat beragam

tergantung skala usahanya. Bagi usaha menengah, pengusaha telah menggunakan teknologi

mesin yang otomatis atau semi otomatis. Sementara itu, bagi usaha mikro dan kecil pada

umumnya masih menggunakan alat yang bersifat konvensional dan sangat mengandalkan tenaga

manusia. Pada tahun 2011 jumlah industri konveksi di Jakarta Timur sebanyak 480 unit,

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 564 unit.

Industri tahu/tempe, pembuatan tempe dan tahu juga dinilai menyerap banyak tenaga kerja

meskipun masih di bawah serapan konveksi pakaian jadi, akan tetapi keberadaannya nyata,

hampir tersebar di setiap kecamatan yang ada di Jakarta Timur, KPJU ini unggul pada aspek

pasar, tahu/tempe ini memiliki pasar yang jelas, walaupun masih dalam wilayah, akan tetapi

mampu dikalkulasi kepastian pendapatan dari sebuah kegiatan ini, akan tetapi faktor

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

94 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

penghambatnya adalah harga bahan baku yang terkadang tidak stabil sejalan dengan kebijakan

yang belum memihak pada pelaku industri ini. pada tahun 2011 jumlah industri tahu/tempe di

Jakarta Timur sebanyak 363 unit usaha.

Industri meubel/furniture menempati peringkat ke empat. Usaha meubel memiliki keunggulan

terutama dalam kriteria tenaga kerja terampil, penguasaan teknologi, dan sumbangan terhadap

perekonomian wilayah Jakarta Timur. Meubel di Jakarta Timur sudah mampu menjadikan brand

bahwa Jakarta Timur sebagai sentra Industri meubel dengan nilai transaksi yang relatif tinggi

dan mampu menjaring tenaga kerja terampil, walaupun ketersediaan bahan baku harus

didatangkan dari luar. Saat ini jumlah industri meubel sebanyak 114 unit. Urutan kelima adalah

usaha industri tas/sepatu, dimana memiliki keunggulan dalam aspek tenaga kerja terampil dan

menejemen usaha.

Pada Sektor Perdagangan, usaha perdagangan pakaian jadi masih menjadi KPJU unggulan

Jakarta Timur. Keunggulan usaha perdagangan pakaian jadi dibandingkan usaha perdagangan

lainnya terutama pada kriteria tenaga kerja terampil, ketersediaan pasar, harga serta faktor

ketersediaan bahan baku, ketersediaan pasar dan penyerapan tenaga kerja.. Hal ini dapat

dipahami mengingat pakaian saat ini telah menjadi kebutuhan pokok dengan tingkat permintaan

tinggi. Sebagai wilayah yang memiliki kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi dan

kemudahan akses dari luar, maka wilayah Jakarta Timur juga merupakan salah satu tujuan untuk

mendapatkan suku cadang kendaraan bermotor sehingga menempatkan usaha ini pada urutan

kedua. Sementara itu usaha perdagangan meubel berada pada peringkat ketiga yang dinilai

memiliki nilai relatif tinggi untuk kriteria sarana usaha, teknologi, manajemen usaha.

Sedangkan peringkat kelima ditempati usaha grosir mainan anak-anak yang dinilai relatif tinggi

untuk kriteria sarana usaha, sosial budaya, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi terhadap

perekonomian wilayah, namun dinilai relatif rendah untuk kriteria dalam penggunaan teknologi.

Pada Sektor Pariwisata, kawasan Condet ditetapkan sebagai cagar buah-buahan dan budaya

Betawi berdasarkan SK Gubernur No D.IV-1V-115/e/3/1974. Penetapan Condet sebagai salah

satu kawasan cagar budaya Betawi di Jakarta juga berdasarkan peraturan Kementerian Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Peraturan itu disebutkan, warisan budaya merupakan

komponen lingkungan yang ingin dipertahankan, dijaga, dan dilestarikan keberadaannya di

samping warisan alam juga budaya Betawinya. Dengan berkembangnya jaman, saat ini

penduduk Condet sekarang lebih beragam. Tidak hanya warga asli Betawi, tetapi sudah

bercampur dengan suku Jawa, Sunda, Madura, Batak, Aceh, dan bahkan etnis Arab. Kondisi

tersebut secara tidak langsung mempengaruhi budaya dan pola relasi antar masyarakat yang ada

di wilayah Condet. Adanya temuan arkeologis pada situs Condet yang mengindikasi hunian

purba, sedikitnya pada periode 3000 tahun SM. Toponimi di Condet (Ci Ondet) seperti batu

alam, batu ampar, balekambang, pangeran, dan dermaga yang mencerminkan kehidupan

masyarakat dan kebudayaan masa lampau. Maka dari sinilah KPJU ini masih menempati urutan

pertama, dengan unggul pada aspek sosial budaya.

Di Jakarta Timur bila membahas taman rekreasi sebenarnya banyak sekali, dalam era sekarang

memang rekreasi menjadi tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup di kepadatan aktivitas

Jakarta, maka responden sangat mengunggulkan KPJU ini. Taman rekreasi unggul dalam aspek

penyerapan tenaga kerja. Peringkat ke berikutnya adalah rumah pondok wisata sebagai tempat

atau lokasi nyaman seperti pondok kuliner yang memiliki ciri khas kedaerahan atau khas dalam

menu dll., sebagai contoh adalah rumah makan arab dan rumah makan sunda. Dilihat dari aspek

sosial budaya dan ketersediaan pasar, KPJU tersebut memiliki nilai relatif tinggi namun

kelemahannya terletak pada kesulitan yang dihadapi dalam kemudahan memperoleh bahan

baku.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 95

Wisata Agro merupakan suatu kawasan agro bernuansa kebun/taman dan didukung dengan

fasilitas saung diatas kolam Arwana dengan pemandangan lepas Bumi Perkemahan Cibubur

yang berada di provinsi DKI, Wisata ini memiliki ciri khas yaitu kawasan Wisata Agro yang

sarat dengan nilai-nilai edukasi yang dapat menunjang program pendidikan sekolah dan

peningkatan gizi anak bangsa. Wisata ini sangat efektif untuk kegiatan kunjungan edukatif bagi

sekolah-sekolah baik dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, MAHASISWA dan Masyarakat umum

serta dapat juga untuk rekreasi keluarga, karena memberikan wawasan edukasi dari mulai

pengenalan dunia peternakan sapi, manfaat susu, proses pasca panen susu, proses memerah sapi

dan dunia enterpreneurship khususnya budidaya ternak sapi. Maka narasumber masih

memberikan nilai manfaat sebagai KPJU unggulan Jakarta Timur terutama pada kriteria pasar

dan tenaga kerja terampil.

Pada Sektor Angkutan, Angkutan Perkotaan masih menjadi unggulan Jakarta Timur menjadi

KPJU unggulan Jakarta Timur, KPJU ini unggul dalam kontribusi terhadap perekonomian

wilayah. Angkutan khusus ekspedisi menjadi KPJU unggulan peringkat kedua di Jakarta Timur,

jenis angkutan ini muncul dengan melihat peluang perdagangan yang makin pesat, maka dari

situlah peluang ekspedisi muncul, maka jenis angkutan ini sangatlah prospektif sejalan dengan

berkembangnya perdagangan Jakarta. Demikian juga dengan agen perjalanan (bukan wisata),

ini merupakan serentetan dari dampak kesibukan Jakarta yang semakin padat, memunculkan

agen perjalanan (bukan wisata) untuk mendukung kegiatan perdagangan yang terjadi. Taksi

pada peringkat empat memiliki nilai relatif tinggi dalam memenuhi kriteria tenaga kerja

terampil, manajemen usaha, dan teknologi.

Pada Sektor Jasa, usaha bengkel mobil menjadi usaha unggulan Jakarta Timur. Usaha bengkel

mobil memiliki keunggulan dalam kriteria tenaga kerja terlatih, teknologi, penyerapan tenaga

kerja, dan kontribusi terhadap perekonomian wilayah. Di samping itu, bengkel mobil juga

didukung dengan sarana usaha dan manajemen usaha yang baik. Sementara itu bengkel motor

berada di peringkat ke dua. Hampir sama dengan bengkel mobil, bengkel motor dinilai relatif

tinggi untuk kriteria tenaga kerja terampil, ketersediaan pasar, sarana usaha, dan penyerapan

tenaga kerja. Potensi dan peluang bengkel mobil/motor semakin terbuka seiring dengan

pertumbuhan pengajuan surat tanda nomor kendaraan yang tercatat lebih dari 2.400 per harinya,

meskipun hal ini menjadi dilema karena pertumbuhan panjang jalan yang tidak sebanding.

Peringkat ke tiga ditempati Katering, yang dinilai memiliki keunggulan dalam kriteria

manajemen usaha didukung dengan tenaga kerja yang terlatih dan teknologi yang memadai.

Ditengah-tengah berkembangnya sifat manusia ingin cepat, tidak repot, karena kesibukan

keseharian masyarakat perkotaan di Jakarta, maka bisnis katering ini muncul sebagai alternatif

yang menawarkan jasa makanan atau menu siap saji (masak).

Pengguna jasa katering tidak lagi mengalami kerepotan dalam urusan makanan dan menu. Maka

narasumber melihat jasa ini sebagai usaha yang memiliki masa depan dan mampu bertahan

untuk beberapa tahun kedepan. Salon kecantikan dan Bimbingan Belajar berada di peringkat ke

empat dan ke lima. Meskipun salon kecantikan di Jakarta Timur memiliki nilai unggul dalam

kriteria tenaga kerja terlatih dan sarana usaha namun manajemen usahanya masih dinilai lemah

dibanding tiga usaha jasa unggulan diatasnya. Narasumber di Jakarta Timur juga memberikan

penilaian yang hampir sama untuk usaha bimbingan belajar. Terkecuali pada jasa bimbingan

belajar yang sudah besar dan ternama.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan

Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

96 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

(Tabel 5.3.1) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

5.3.2).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan

urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.3. Pada

Tabel 5.3.3. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha jasa

bengkel mobil, perdagangan pakaian jadi, perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, usaha

kerajinan batu aji/akik/cincin, dan industri pakaian jadi. Hasil lengkap berupa rangking atau

urutan KPJU unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU

dapat dilihat pada Tabel 5.3.3.

Tabel 5.3.3.

10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur

Rangking Sektor/Subsektor

Usaha KPJU

Skor

Terbobot

1 Jasa Bengkel Mobil 0,0496

2 Perdagangan Pakaian Jadi 0,0452

3 Perdagangan Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan 0,0436

4 Perindustrian Batu aji/akik/cincin 0,0305

5 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0304

6 Perindustrian Tahu/Tempe 0,0287

7 Jasa Bengkel Motor 0,0286

8 Perindustrian Furniture/Mebel 0,0285

9 Perindustrian Tas/Sepatu 0,0284

10 Angkutan Angkutan Perkotaan 0,0282

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah

industri tempe/tahu, usaha jasa bengkel motor, usaha industri furniture/mebel, industri

sepatu/sandal dan jasa angkutan perkotaan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan

lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor perindustrian, diikuti

perdagangan, jasa dan angkutan. Bila dilihat bahwa 5 KPJU tersebut, Kota Administrasi Jakarta

Timur menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonominya bergerak pada sektor jasa,

perdagangan dan perindustrian.

Lima KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur di atas dinilai unggul

berdasarkan 11 kriteria yang telah di analisis sebelumnya dengan mempertimbangkan bobot

kepentingan masing-masing sektor/subsektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan

lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah

dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari

instansi pemerintah sektor terkait, di Gedung BI Jakarta tanggal 13 November 2012. FGD ini

bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan

peluang untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.

Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek

Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi

saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan

ditampilkan pada Tabel 5.3.4.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 97

Tabel 5.3.4.

Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Jasa Bengkel Mobil 2,58 3,17 Cukup Tinggi 3

Perdagangan Pakaian Jadi 3,67 3,25 Baik Tinggi 1

Perdagangan Suku Cadang dan

Aksesoris Kendaraan 3,17 3,00 Baik Sedang 2

Perindustrian Batu Aji/Akik/Cincin 3,83 3,58 Baik Tinggi 1

Perindustrian Pakaian Jadi 3,42 3,17 Baik Tinggi 1

Perindustrian Tahu/Tempe 3,08 2,83 Baik Sedang 2

Jasa Bengkel Motor 2,58 3,42 Cukup Tinggi 3

Perindustrian Furniture/Mebel 3,75 3,33 Baik Tinggi 1

Perindustrian Tas/Sepatu 2,75 3,17 Cukup Tinggi 3

Angkutan Angkutan Perkotaan 4,33 4,00 Baik Tinggi 1

Gambar 5.3.1.

Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Timur

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda, Prospek

pasar, Minat Investor, Dukungan dan Program Pembangunan Infrastruktur Usaha, Resiko

terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke-10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas

Sektor, 1 sektor KPJU yaitu sektor angkutan (angkutan perkotaan) mempunyai prospek Sangat

Baik, 6 KPJU yaitu sektor perdagangan (pakaian jadi, suku cadang dan aksesoris kendaraan),

sektor perindustrian (pengolahan batu aji/akik/cincin, pakaian jadi, tahu/tempe, furniture/mebel)

mempunyai prospek Baik, Selebihnya 3 KPJU yaitu sektor usaha perdagangan suku cadang dan

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

98 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

aksesoris kendaraan industri, makanan/minuman, jasa bengkel mobil, jasa bengkel motor, dan

industri tas/sepatu mempunyai prospek Cukup.

Aspek Potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan

budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan

usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual

komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilaian dari narasumber SKPD

Jakarta Timur, dari aspek potensi menunjukkan bahwa hampir semua dari 10 KPJU unggulan

Jakarta Timur berpotensi Tinggi, kecuali usaha tahu/tempe, dan perdagangan suku cadang dan

aksesoris kendaraan yang tergolong Sedang.

5.3.2. Kota Administrasi Jakarta Selatan

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap

kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Selatan. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor

usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan

per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Selatan. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota

Administrasi Jakarta Selatan yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.14).

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.5. Pada Tabel 5.3.5 dapat dilihat bahwa bobot atau

prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan

kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta Selatan adalah sektor

perdagangan untuk seluruh tujuan penetapan KPJU unggulan, sehingga sektor usaha

Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta

Selatan. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Jasa,

Perindustrian, Pariwisata, Angkutan, Peternakan, Perikanan dan Tanaman Pangan.

Tabel 5.3.5.

Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Perdagangan 0,1824 0,2189 0,2300 0,2104 1

Jasa 0,1332 0,1577 0,1595 0,1503 2

Perindustrian 0,1194 0,1452 0,1289 0,1322 3

Pariwisata 0,1080 0,1385 0,1003 0,1177 4

Angkutan 0,1277 0,0889 0,1150 0,1089 5

Peternakan 0,1040 0,0959 0,1059 0,1014 6

Perikanan 0,1113 0,0807 0,0905 0,0934 7

Tanaman Pangan 0,1141 0,0743 0,0699 0,0858 8

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 99

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.6.

Tabel 5.3.6.

Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kota Administrasi Jakarta Selatan

No. Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha

/ KPJU

Skor-

Terbobot

Padi dan Palawija Sayuran

1 Ketela Pohon 0,2202 1 Melinjo 0,1400

2 Kacang Tanah 0,1379 2 Kangkung 0,1266

3 Jagung 0,1266 3 Bayam 0,1258

4 - - 4 Kacang Panjang 0,1228

5 - - 5 - -

Buah-buahan Hortikultura

1 Jambu Biji 0,1700 1 Tanaman hias 0,4290

2 Rambutan 0,1511 2 Toga 0,3927

3 Belimbing 0,1494 3 Budidaya Anggrek 0,1783

4 Nangka 0,1286 4 - -

5 Sawo 0,1107 5 - -

Peternakan Perikanan

1 Sapi Perah 0,1583 1 Budidaya Ikan Hias 0,3739

2 Sapi Potong 0,1429 2 Budidaya Ikan di Kolam 0,2599

3 Itik 0,1233 3 Budidaya ikan di Perairan

Umum 0,0807

4 Kambing 0,1137 4 - -

5 Domba 0,1091 5 - -

Perindustrian Perdagangan

1 Makanan 0,1728 1 Restoran/Rumah Makan 0,1423

2 Pakaian Jadi (Konveksi) 0,1338 2 Toko Kelontong 0,1404

3 Tahu/Tempe 0,1100 3 Sembako 0,1123

4 Kerajinan tangan 0,1084 4 Pakaian Jadi 0,1069

5 Meubel 0,0953 5 Tanaman Hias /Anggrek 0,1019

Pariwista Jasa

1 Karaoke 0,1974 1 Bengkel Mobil 0,1988

2 Agen Perjalanan Wisata 0,1535 2 Kursus Bahasa Asing 0,1333

3 Kafe/Klub Malam 0,1509 3 Kontrakan/kos-kosan 0,1276

4 Billiard 0,1434 4 Bimbingan Belajar 0,0977

5 Kolam Pemancingan 0,1228 5 Salon Kecantikan 0,0957

Angkutan

1 Angkutan Perkotaan 0,2474

2 Angkutan Bus Kota 0,2256

3 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,1694

4 Angkutan Taksi 0,1323

5 Angkutan Sewa 0,1270

Pada Subsektor Padi Palawija, tidak seperti KPJU sektor lainnya, pada dasarnya Jakarta Selatan

bukanlah basis pertanian karena kegiatan pertanian di sini hanya memanfaatkan sisa lahan yang

ada, dan keberadaannya bisa berubah-ubah komoditinya atau bahkan berubah menjadi bangunan

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

100 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

fisik, disamping data juga sangat kurang mendukung. Usaha budidaya ketela pohon, di Jakarta

Selatan hanya memiliki luas tanam 15 ha saja pada tahun 2011. Kemudian lahan pertanian

kacang tanah seluas 7 ha, dan jagung 12 ha.

Pada Subsektor Sayuran, komoditi melinjo menjadi unggulan pertama. Ketika bicara melinjo

sebagai sayuran, berarti tanaman melinjo juga dipanen daunnya sebagai sayur. Pada tahun 2011

Jakarta Selatan menghasilkan biji melinjo sebanyak 34,84 ton dengan nilai produksi

Rp243.880.000 ketika harga melinjo saat itu sebesar Rp7.000/kg. Menurut BPS Jakarta Selatan

tahun 2012, kangkung dihasilkan sebanyak 1.876 ton, dengan nilai Rp1.126.140.000, Sedangkan

Bayam di Jakarta Selatan mampu diproduksi sebanyak 57,99 ton dengan nilai diperkirakan

sebesar Rp463.900.000, sedangkan kacang panjang yang dihasilkan sebanyak 33 ton dengan

nilai Rp264.000.000. Melihat nilai produksi kangkung yang tinggi, maka wajar ketika kangkung

menempati posisi kedua, dengan nilai keunggulan pada kriteria harga, dan penyerapan tenaga

kerja.

Pada Subsektor Buah-buahan, komoditi jambu biji menjadi KPJU unggulan pertama. Menurut

BPS Jakarta Selatan, tahun 2012 tercatat sebanyak 5.927 pohon, dengan produksi sebanyak

3.738 ton. Komoditi ini unggul dalam hal penyerapan tenaga kerja dan menejemen usaha.

Jakarta Selatan juga merupakan penghasil Rambutan dengan jumlah pohon sebanyak 653 pohon,

namun sebagai buah musiman dinilai memiliki kelemahan pasar yang kadang ketika musim

panen raya, justru Jakarta Selatan kebanjiran komoditi buah yang satu ini yang berasal dari

Sumatera, sementara keunggulannya terdapat pada penyerapan tenaga kerja. Kemudian komoditi

unggulan berikutnya adalah belimbing dengan jumlah pohon 3.375 pohon, nangka dengan

jumlah pohon 24. Seperti halnya komoditi jambu biji, belimbing juga sebenarnya unggul dalam

penyerapan tenaga kerja, akan tetapi penerimaan pasar memang tidak sebesar jambu biji yang

terkadang bisa langsung ke industri pengolahan. Masih bisa diingat bahwa pada tahun 2007-an,

Jakarta Selatan merupakan wilayah penghasil belimbing di DKI Jakarta.

Pada Subsektor Hortikultura peringkat pertama adalah usaha budidaya tanaman hias dengan

jenis tanaman hias yang banyak dibudidayakan adalah kuping gajah dan Anthurium. Menurut

BPS DKI Jakarta Selatan tahun 2011 dengan populasi sebanyak 65.146 m2. Selain itu Jakarta

Selatan juga dikenal sebagai penghasil terbesar pisang-pisangan heliconia 11.757 m2

dengan

produksi sebanyak 26.650 tangkai. Tanaman Toga adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-

obatan, kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman

seperti daun, batang, buah, umbi (rimpang) ataupun akar. Jakarta Selatan ternyata masih mampu

menghasilkan tanaman Toga ini seperti jahe, lengkuas, kencur, dan kunyit. Menurut data BPS

Jakarta Selatan, tahun 2011 tanaman jahe di Jakarta Selatan mendominasi luasan dari tanaman

toga lainya yaitu seluas 6.165 m2 dengan produksi sebesar 17.524 kg, kemudian anggrek pada

urutan ketiga dengan luasan 17.524 m2, dengan produksi 585.045 tangkai. Tidak terlalu jauh

berbeda, dari ketiga KPJU di subsektor hortikultura ini sangat unggul pada aspek tenaga kerja

terampil.

Pada Subsektor Peternakan, usaha budidaya sapi perah menjadi KPJU unggulan Jakarta

Selatan, yang diusahakan di atas lahan dengan total luas mencapai 34.192 m2 pada tahun 2007,

dan kini menjadi hanya seluas 21.680 m2 pada tahun 2011 dengan jumlah populasinya 1.835

ekor, Usaha budidaya sapi perah dinilai unggul karena berhasil menyerap banyak tenaga kerja

dan memberikan kontribusi bagi perekonomian wilayah dengan mendorong tumbuhnya usaha

susu murni maupun industri pengolahan susu. Pada peringkat kedua terdapat usaha budidaya

sapi potong yang pada tahun 2011 luasan lahan peternakan hanya seluas 7.936 m2 dengan

jumlah populasi 496 ekor saja, namun kegiatan budidaya ini dapat menempati peringkat kedua

disebabkan kriteria ketersediaan pasar, dan harga yang dinilai tinggi oleh narasumber.

Sementara itu ternak kerbau hanya memiliki lahan budidaya seluas 260 m2, dengan jumlah

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 101

populasi hanya 13 ekor saja. Kemudian diikuti dengan ternak kambing/domba dan itik. Seperti

halnya sektor pertanian, usaha budidaya pada subsektor peternakan di Jakarta Selatan dalam

rangka memanfaatkan lahan yang ada, untuk peternakan penggemukan, lebih didasarkan pada

perdagangan hewan ternak daripada konsep peternakan itu sendiri. Sementara itu kebutuhan

daging (sapi) untuk masyarakat DKI Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun

atau 5.000 ton perbulan, dan 100% pasokan berasal dari luar Jakarta.

Pada Subsektor Perikanan, usaha budidaya ikan hias saat ini memang menjadi primadona

meskipun dengan memanfaatkan lahan yang sempit namun didukung tenaga ahli dan

manajemen yang baik. Usaha budidaya ikan hias ini cukup digemari dan banyak ditekuni oleh

sejumlah masyarakat Jakarta Selatan, sehingga usaha budidaya ikan hias mampu menempati

urutan pertama. Meskipun terdapat permasalahan ketersediaan pasar namun ternyata hal ini

justru menjadi daya tarik sendiri, karena harga tidak ditentukan dengan kwantitas namun lebih

banyak didasari pada kwalitas. Unggulan berikutnya adalah usaha budidaya ikan di kolam,

karena Jakarta Selatan tidak memiliki perairan laut sehingga usaha perikanan darat dilakukan di

kolam. Menurut data BPS Jakarta Selatan, tahun 2011 produksi ikan kolam di Jakarta Selatan

sebanyak 287,95 ton dengan nilai diperkirakan mencapai Rp3.907.725.000. Unggulan

berikutnya adalah usaha budidaya ikan di perairan umum, dengan memanfaatkan Waduk/Situ di

wilayah Jakarta Selatan sebagai areal budidaya. Adapun luasan areal perairan umum di Jakarta

Selatan adalah 298.200 m2.

Pada Sektor Perindustrian, usaha pengolahan makanan menjadi KPJU Unggulan Jakarta

Selatan. Usaha pengolahan makanan memiliki keunggulan penilaian dalam kriteria tenaga kerja

terampil, ketersediaan bahan baku, sarana produksi, manajemen usaha, penyerapan tenaga kerja,

dan kontribusi terhadap perekonomian wilayah, serta ketersediaan pasar yang luas. Sementara

itu, usaha konveksi pakaian berada di peringkat kedua, dalam kriteria tenaga kerja terlatih dan

penyerapan tenaga kerja yang besar. Kegiatan usaha industri konveksi di Jakarta Selatan

tersebar di Kecamatan Jagakarsa, Kebayoran Lama, Pancoran, Pasar Minggu, Setiabudi dan

Tebet. Peringkat berikutnya adalah pembuatan tahu/tempe. Kedua jenis usaha ini memiliki nilai

sangat tinggi untuk kriteria sosial budaya, namun biasanya rendah untuk kriteria manajemen

usaha, tenaga kerja terampil, sarana produksi, dan teknologi, serta seringkali dipengaruhi

melonjaknya harga bahan baku yang menyebabkan usaha tahu/tempe ini sering mengalami jatuh

bangun. Oleh karena itu usaha tersebut dinilai belum mampu menempati posisi teratas menurut

penilaian narasumber. Usaha kerajinan tangan, walaupun KPJU ini sudah dilakukan secara

usaha, masih dinilai sebagai usaha sampingan, meskipun sebenarnya usaha kerajinan tangan ini

mampu atau unggul dalam hal penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sedangkan urutan terakhir

adalah usaha meubel, yang dinilai unggul pada kriteria penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan

tenaga kerja terampil.

Pada Sektor Perdagangan, usaha restoran/rumah makan mampu menempati peringkat pertama,

karena dinilai unggul pada aspek pasar, tenaga kerja terampil, manejemen usaha dan ternyata

dianggap memiliki prospek yang baik. Urutan selanjutnya adalah usaha toko kelontong, yang

dinilai unggul karena memiliki nilai tertinggi untuk kriteria sosial budaya, ketersediaan pasar.

Pada peringkat keempat terdapat usaha perdagangan pakaian jadi. KPJU ini dinilai unggul

terutama dalam kriteria manajemen usaha dan tenaga kerja terampil. Sementara itu ketersediaan

bahan baku tidak mengalami kendala yag signifikan, karena Jakarta Selatan juga merupakan

daerah penghasil pakaian jadi.

Pada Sektor Pariwisata, usaha karaoke mampu menempati peringkat pertama KPJU unggulan

sektor ini, karena penilaian narasumber memiliki keunggulan pada modal, sarana usaha,

penguasaan teknologi, manajemen usaha, harga, dan sumbangan terhadap perekonomian

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

102 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

wilayah, walaupun dalam hal penyerapan tenaga kerja dan aspek sosial budaya dinilai kurang.

Sering terjadi pencitraan yang negatif pada jenis usaha ini, akan tetapi sejalan dengan waktu,

muncul industri-industri karaoke yang justru menawarkan jasa karaoke keluarga guna

menghapus citra yang miring. Seiring dengan makin sibuknya masyarakat di Jakarta Selatan

yang dikenal sebagai kota perdagangan dan kepadatan penduduknya, maka wajar ketika usaha

agen perjalanan wisata muncul sebagai urutan kedua, yang dinilai unggul dalam hal pasar

tentunya dan manejemen usaha, akan tetapi kecil dalam penyerapan tenaga kerja dibanding

dengan klub malam/kafe. Kafe sebagai unggulan berikutnya hampir sama dengan usaha

Karaoke, KPJU ini unggul dalam manajemen usaha, tenaga terampil, sumbangan terhadap

perekonomian wilayah. Kemudian usaha billiard dan kolam pemancingan, pada KPJU billiard,

tenaga kerja terampil lebih dibutuhkan dari pada usaha kolam pemancingan, akan tetapi pada

penyerapan tenaga kerja sangat sedikit. Dan pada usaha kolam pemancingan lebih unggul pada

sosial budaya.

Pada Sektor Angkutan, Angkutan perkotaan masih menjadi KPJU unggulan Jakarta Selatan.

Angkutan kota dinilai unggul terutama dalam kriteria ketersediaan pasar, seperti halnya jenis

angkutan bus kota, akan tetapi melihat jalur transportasi yang padat, justru sebagian masyarakat

yang dahulunya penumpang, kini memiliki motor sendiri. Kondisi ini sejalan dengan semakin

meningkatnya jumlah penjualan motor. Namun demikian jenis usaha ini masih dianggap

primadona bagi sebagian masyarakat, karena dianggap murah tarifnya, sehingga usaha angkutan

bus kota masih dinilai unggul pada aspek pasar. Pada peringkat berikutnya terdapat usaha

angkutan khusus ekspedisi dan taksi. Dua KPJU ini memiliki keunggulan pada kriteria

manajemen usaha dan didukung oleh sumbangannya yang cukup berarti bagi perekonomian

wilayah. Peringkat kelima adalah usaha angkutan persewaan, yang dinilai unggul karena

ditunjang oleh manajemen usaha yang relatif baik.

Pada Sektor Jasa, usaha bengkel mobil menjadi KPJU unggulan di Jakarta Selatan. Bengkel

mobil memiliki keunggulan dalam kriteria manajemen usaha, teknologi dan sarana usaha.

Usaha ini juga ditunjang oleh tenaga kerja terlatih yang dalam penilaian responden relatif tinggi.

Diperkirakan KPJU ini masih mampu bertahan untuk beberapa tahun kedepan sejalan dengan

lajunya peningkatan perdagangan mobil di Jakarta Selatan. Peringkat berikutnya adalah kursus

bahasa asing, Jenis usaha ini unggul dalam kriteria sarana usaha dan ketersediaan pasar juga

menejemen usaha. Peringkat ketiga adalah kontrakan/kos-kosan, Kontrakan memiliki aspek

sosial budaya yang unggul namun sangat sedikit menyerap tenaga kerja dan kecil perannya

dalam menyumbang perekonomian wilayah. Pada urutan berikutnya adalah usaha bimbingan

belajar, yang seperti halnya usaha kursus bahasa asing dengan titik perbedaannya terletak pada

menejemen, akan tetapi tidak sedikit pula jenis usaha ini yang telah mengguakan menejemen

yang baik. Peringkat kelima diisi oleh salon kecantikan yang memiliki nilai lebih pada kriteria

manajemen usaha, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah, maka

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan

Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha

(Tabel 5.3.5) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

5.3.6).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan

urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.7. Pada

Tabel 5.3.7. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha

rumah makan, perdagangan di toko kelontong, usaha jasa bengkel mobil, perdagangan sembako

dan perdagangan pakaian jadi. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 103

sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel

5.3.7.

Tabel 5.3.7.

10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Rangking Sektor/Subsektor

Usaha KPJU

Skor

Terbobot

1 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 0,0496

2 Perdagangan Toko Kelontong 0,0489

3 Jasa Bengkel Mobil 0,0458

4 Perdagangan Sembako 0,0391

5 Perdagangan Pakaian Jadi 0,0373

6 Perindustrian Makanan 0,0368

7 Perdagangan Tanaman Hias/Anggrek 0,0355

8 Jasa Kursus Bahasa Asing 0,0307

9 Jasa Kontrakan/kos-kosan 0,0294

10 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0285

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah

usaha pengolahan makanan, perdagangan tanaman hias, jasa kursus bahasa asing, jasa

penyediaan kontrakan dan industri pakaian jadi. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU

unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor pedagangan

diikuti jasa dan perindustrian. Bila dilihat bahwa 5 KPJU tersebut, Kota Administrasi Jakarta

Selatan menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonominya bergerak pada sektor perdagangan

dan jasa. Hal ini sesuai dengan arah pengembangan sebagai hasil analisis yang menyebutkan

bahwa wilayah ini memiliki keunggulan pada sektor perdagangan dan jasa.

KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus

pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan

kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah

dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari

instansi pemerintah sektor terkait.

Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan berdasarkan hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek

Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi

saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan

ditampilkan pada Tabel 5.3.8.

Tabel 5.3.8.

Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perdagangan Rumah Makan 4,58 4,58 Baik Tinggi 1

Perdagangan Toko kelontong 3,67 3,67 Baik Tinggi 1

Jasa Bengkel mobil 3,17 4,00 Baik Tinggi 1

Perdagangan Sembako 3,67 3,83 Baik Tinggi 1

Perdagangan Pakaian Jadi 4,42 4,08 Baik Tinggi 1

Perindustrian Industri Makanan 4,67 4,50 Baik Tinggi 1

Perdagangan Tanaman Hias 3,58 3,58 Baik Tinggi 1

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

104 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Jasa Kursus Bahasa Asing 3,83 3,67 Baik Tinggi 1

Jasa Kontrakan/Kos-kosan 3,33 3,83 Baik Tinggi 1

Perindustrian Pakaian Jadi 2,50 4,00 Cukup Tinggi 3

Gambar 5.3.2.

Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda, Prospek

pasar, Minat Investor, Dukungan dan Program Pembangunan Infrastruktur Usaha, Resiko

terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas

Sektor, 9 KPJU yang teridentifikasi dinilai memiliki prospek yang baik, dan hanya usaha

industri pakaian jadi yang mempunyai prospek tergolong Cukup karena pesatnya perkembangan

pelaku usaha konveksi yang berdampak semakin beratnya tingkat persaingan diantara pelaku

usaha industri konveksi.

Aspek Potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan

budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan

usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual

komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilai dari aspek Potensi ini

menunjukkan bahwa seluruh 10 KPJU litas sektoral yang teridentidikasi dinilai memiliki potensi

yang Tinggi.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 105

5.3.3. Kota Administrasi Jakarta Barat

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap

kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Barat. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor

usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan

per sektor usaha untuk tingkat Kota Administrasi Jakarta Barat. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota

Administrasi Jakarta Selatan yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.15).

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.9. Pada Tabel 5.3.9 dapat dilihat bahwa bobot atau

prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan

kerja dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta Barat adalah sektor

pariwisata untuk seluruh tujuan penetapan KPJU unggulan, sehingga sektor usaha Pariwisata

menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat. Sektor usaha

lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Jasa, Angkutan, Perindustrian,

Perdagangan, Perikanan, Tanaman Pangan, dan Peternakan.

Tabel 5.3.9.

Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Administrasi Jakarta Barat

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Pariwisata 0,2295 0,2146 0,2650 0,2340 1

Jasa 0,2172 0,1966 0,1439 0,1880 2

Angkutan 0,1935 0,1586 0,1942 0,1801 3

Perindustrian 0,1465 0,1791 0,1964 0,1736 4

Perdagangan 0,0980 0,1213 0,0889 0,1044 5

Perikanan 0,0513 0,0577 0,0399 0,0505 6

Tanaman Pangan 0,0429 0,0460 0,0502 0,0462 7

Peternakan 0,0211 0,0261 0,0214 0,0231 8

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.10.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

106 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.3.10.

Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kota Administrasi Jakarta Barat

No. Sektor Subsektor

Usaha / KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot

Tanaman Pangan Peternakan

1 Kangkung 0,2033 1 Burung Kicau 0,1634

2 Bayam 0,1828 2 Bebek 0,1031

3 Singkong 0,1420 3 Kambing 0,0848

4 Mangga 0,1377 4 Kerbau 0,0839

5 Tanaman hias 0,1271 5 Sapi Potong (Penggemukan) 0,0815

Perikanan Perindustrian

1 Budidaya Ikan di

Kolam (Ikan Nila) 0,2721 1 Makanan/Kue 0,2285

2 Budidaya Ikan Hias

(cupang/lohan) 0,2377 2 Konveksi (pakaian jadi) 0,1227

3 Budidaya Ikan di

Kolam (Ikan Lele) 0,1467 3 Tahu/Tempe 0,1220

4 Budidaya Ikan di

Kolam (Ikan Bawal) 0,1270 4 Bir pletok 0,1089

5 Budidaya Ikan di

Kolam (Ikan Mas) 0,1100 5 Bandeng Presto 0,1036

Perdagangan Pariwista

1 Toko Kelontong 0,2492 1 Wisata Sejarah 0,2037

2 Pakaian Jadi 0,1399 2 Wisata Belanja 0,1600

3 Restoran/Rumah

Makan 0,1268 3 Wisata Kuliner 0,1566

4 Pasar Bunga 0,0952 4 Seni Pertunjukan 0,1384

5 Hotel/penginapan 0,0852 5 Kedai Minuman 0,1095

Jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1786 1 Angkutan Bus Kota 0,2030

2 Salon kecantikan 0,1137 2 Angkutan Perkotaan 0,2029

3 Perkantoran 0,1026 3 Angkutan Sewa 0,1367

4 Praktek Dokter 0,1011 4 Angkutan Barang Umum 0,0899

5 Bengkel Mobil 0,0991 5 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,0867

Pada Subsektor Tanaman pangan/Hortikultura, komoditi kangkung menjadi unggulan

rangking pertama di Jakarta Barat. Keunggulan ini didasarkan atas 11 kriteria seleksi. Walaupun

lahan pertanian merupakan barang langka di Jakarta Barat, apalagi di tengah gencarnya

pembangunan gedung bertingkat yang mengurangi daerah resapan air Ibukota. Di Jakarta Barat

terutama di daerah Puri Kembangan masih mampu dikembangkan pertanian dengan

memanfaatkan sisa lahan yang ada dengan penanaman kangkung. Menurut data BPS Jakarta

Barat, luas areal pertanian kangkung di Jakarta Barat masih menyisakan sekitar 266 ha, dengan

produksi 20.124 ton. Sedangkan pertanian Bayam seluas 255 ha dengan produksi 7.689 Ton.

Untuk tanaman mangga, Jakarta Barat mampu menghasilkan 11.794 kw mangga setiap

musimnya. karena sifat pertanian ini hanya memanfaatkan lahan yang ada, seperti tanah kosong

dan bantaran, akan tetapi secara nyata, kegiatan pertanian kangkung dan bayam di Jakarta Barat

setidaknya mampu memenuhi kebutuhan pasar sekitar.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 107

Sementara itu, kegiatan usaha budidaya tanaman hias menempati peringkat kelima. Seiring

dengan berjalannya waktu, pemanfaatan daun potong semakin bervariasi, diantaranya digunakan

sebagai elemen dekorasi pada pesta pernikahan, seminar ataupun pesta ulang tahun. Bahkan

dalam perkembangannya, para ahli perangkai bunga/florist dalam pengembangan kreatifitasnya

ada kecenderungan untuk menggunakan daun potong sebagai elemen utama dalam rangkaian,

bunga potong justru sebagai elemen pendukung. Eforia ini lebih didorong dengan semakin

banyaknya jenis tanaman hias daun yang memiliki warna daun bervariasi kombinasi warnanya

(Aglonema), pisang-pisangan, mungil (Taiwan leaf), artistic (Rumohra, Monstera, Dracaena,

Cordylin). Bervariasinya pemanfaatan daun potong, maupun tanaman hias, mendorong

meningkatnya permintaan daun potong di pasaran. Seperti halnya tanaman Dracaena menurut

data BPS 2012, di Jakarta Barat masih mampu dikembangkan di lahan seluas 175 m2 dengan

kemampun produksi sekitar 573 tangkai. Dan tanaman pisang-pisangan masih dikembangkan di

lahan seluas 1.713 m2.

Pada Subsektor Peternakan, pada dasarnya peternakan di Jakarta Barat adalah peternakan

rakyat yang dikelola dalam kontek peternakan sampingan dengan memanfaatkan lahan yang

ada, sementara itu kebijakan instansi terkait, yaitu suku dinas peternakan hanya bertindak

sebagai pengawas, pembina agar tidak terjadi penyebaran penyakit hewan. Burung kicau

menempati posisi pertanian, peternakan yang berawal dari hobi ini ternyata mampu memberikan

kontribusi yang cukup signifikan dalam hal penciptaan lapangan kerja da jenis usaha baru yaitu

perdagangan burung. Bebek terdapat pada peringkat kedua, meskipun memiliki jumlah produksi

yang besar. Sebagaimana ternak ayam, isu flu burung juga membuat ternak bebek menjadi

kurang strategis ke depan untuk dikembangkan di Jakarta, apalagi dengan diberlakukannya

peraturan daerah yang mengatur perunggasan di Jakarta.

Jenis ternak kambing menempati peringkat ketiga yang pada tahun 2012 luasan lahan ternak

kambing mencapai 4.324 m2 dengan jumlah populasi sebanyak 1.814 ekor. Permintaan dan

harga ternak kambing biasanya meningkat menjelang hari raya Iedul Adha. Sedangkan kerbau

menempati urutan keempat dengan luasan areal pembudidayaan 1.328 m2 dengan populasi 81

ekor. Peringkat terakhir adalah jenis ternak sapi potong, yang di Jakarta Barat memiliki luasan

areal peternakan, menurut BPS 2012, adalah seluas 8.048 m2 dengan populasi 503 ekor.

Subsektor Perikanan di Jakarta Barat didominasi oleh perikanan budidaya kolam yang

menghasilkan 4.214,70 ton dengan mencapai nilai produksi sebesar Rp48.276.174. Jumlah ini

merupakan jumlah produksi yang terbesar untuk kategori budidaya kolam di antara kota/

kabupaten lainnya di Jakarta. Pada Subsektor perikanan ini, jenis ikan hias menjadi komoditi

unggulan peringkat pertama. Selanjutnya menyusul berturut-turut budidaya ikan Nila, ikan Lele,

dan ikan Bawal Tidak diperoleh data luas areal budidaya perikanan darat di wilayah Jakarta

Barat.

Pada Sektor Perindustrian, usaha pembuatan makanan/kue menjadi usaha unggulan peringkat

pertama di Jakarta Barat. Hal ini dapat dipahami mengingat jenis usaha ini memiliki nilai yang

tinggi untuk kriteria manajemen usaha, tenaga kerja terlatih dan penyerapan tenaga kerja dinilai

memiliki masa depan yang baik bila ditunjang dengan penguasaan teknologi yang relatif baik.

Industri makanan/kue juga dinilai banyak menyerap tenaga kerja meskipun tidak sebanyak

konveksi pakaian jadi.

Sebagian besar usaha konveksi pakaian jadi merupakan usaha kecil menengah, dan memiliki

sarana produksi manufaktur yang telah mampu menghasilkan produksi masal. Namun demikian,

teknologi yang digunakan dalam pengembangannya masih bersifat konvensional. Sementara itu

usaha pembuatan tahu/tempe dinilai unggul dalam kriteria tenaga kerja terampil, sarana

produksi/usaha, penggunaan teknologi, dan manajemen usaha. Dengan keadaan seperti itu, maka

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

108 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

industri tahu/tempe memiliki penyebaran yang lebih luas di Jakarta Barat. Sementara itu,

produksi bir pletok dan pengolahan bandeng presto berada di peringkat keempat dan kelima. Bir

pletok dinilai memiliki nilai aspek budaya yang kuat sehingga KPJU ini selalu ada dan

dipertahankan keberadaannya. Bandeng presto mampu menyerap tenaga kerja terampil yang

memadai ditunjang dengan penguasaan teknologi yang relatif baik maka juga dinilai banyak

menyerap tenaga kerja meskipun tidak sebanyak usaha konveksi.

Pada Sektor Perdagangan, Toko kelontong menjadi KPJU unggulan Jakarta Barat.

Keunggulannya terutama terletak pada kriteria, ketersediaan pasokan, modal, sarana usaha,

harga, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah, walaupun sebenarnya rendah dalam

kriteria manajemen usaha. Peringkat kedua ditempati oleh perdagangan pakaian jadi yang dinilai

unggul dalam kriteria tenaga kerja terampil sebagai kepanjangan tangan dari industri konveksi

itu sendiri. Dalam hal ini tidak ada masalah dengan ketersediaan bahan baku, mengingat

banyaknya pasokan barang yang bermutu. Urutan berikutnya adalah usaha restoran, yang dinilai

unggul dalam hal kontribusi terhadap perekonomian wilayah.

Pada Sektor Pariwisata, wisata sejarah menempati peringkat pertama, dimana KPJU ini unggul

dalam kriteria kemudahan memperoleh sarana usaha, sekaligus sebagai ajang promosi daerah.

Peringkat berikutnya adalah wisata belanja yang dinilai memiliki keunggulan utama adalah pada

kriteria kontribusi terhadap perekonomian wilayah yang dinilai sangat signifikan bagi Jakarta

Barat. Di samping itu, wisata belanja memiliki nilai tinggi untuk kriteria tenaga kerja terampil,

manajemen usaha, dan sarana usaha. Hal ini juga terjadi pada wisata kuliner yang menempati

peringkat ketiga, sedangkan seni pertunjukan dan wisata kedai minum, juga memberikan

kontribusi terhadap perekonomian wilayah yang dinilai cukup signifikan bagi Jakarta Barat.

Disamping itu, KPJU tersebut dinilai memiliki kriteria tenaga kerja terampil yang tinggi.

Pada Sektor Angkutan, Peringkat pertama ditempati angkutan umum kota. Meskipun dinilai

tinggi pada kriteria ketersediaan pasar dan penyerapan tenaga kerja, namun usaha angkutan

umum bus kota dinilai rendah untuk kriteria manajemen usaha. Namun demikian narasumber

menilai bahwa angkutan umum bus kota masih tetap menjadi kebutuhan dan masih menjadi

pilihan utama warga ibu kota. Pada peringkat kedua, terdapat jenis usaha angkutan perkotaan.

Persewaan mobil dinilai oleh narasumber memiliki manajemen usaha yang telah baik, sarana

usaha yang memadai, dengan harga yang lebih kompetitif. Persewaan mobil angkutan barang

dan angkutan khusus ekspedisi berada di peringkat keempat dan kelima, dengan penilaian tinggi

pada kriteria tenaga kerja terampil, manajemen usaha, dan ketersediaan pasar.

Pada Sektor Jasa-jasa, jenis usaha bengkel motor menempati urutan pertama, hal ini cenderung

melihat peluang yang terjadi ketika ledakan jumlah kepemilikan motor, maka narasumber

menilai jasa usaha perbengkelan adalah salah satu KPJU yang mempunyai masa depan yang

baik. Kemudian salon kecantikan menempati peringkat kedua, karena dinilai unggul dalam

kriteria tenaga kerja terampil, ketersediaan pasar, harga, penyerapan tenaga kerja, sosial budaya,

teknologi, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah. Keterampilan SDM menjadi kunci

sukses dalam mengembangkan jenis usaha ini. Pada peringkat selanjutnya, terdapat jasa

perkantoran dengan keunggulan dalam kemampuan manajerial, sebagai dampak pengembangan

Jakarta Barat sebagai kota jasa dan perdagangan, sehingga mampu memberikan kontribusi yang

nyata bagi perekonomian wilayah. Peringkat berikutnya adalah usaha jasa praktek dokter, yang

dalam hal penguasaan teknologi, menejerial, modal dikuasai sehingga usaha jasa praktek dokter

menempati peringkat keempat. Sedangkan usaha bengkel mobil pada peringkat terakhir dinilai

unggul dalam hal tenaga terampil dan menejemen usaha yang baik.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 109

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan

Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha

(Tabel 5.3.9) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

5.3.10).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan

urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.11. Pada

Tabel 5.3.11. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha

industri makanan/kue, jasa reparasi kendaraan bermotr (motor), wisata sejarah/budaya, wisata

belanja dan wisata kuliner. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU unggulan lintas

sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat pada Tabel

5.3.7.

Tabel 5.3.11.

10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat

Rangking Sektor/Subsektor

Usaha KPJU

Skor

Terbobot

1 Perindustrian Makanan/Kue 0,0578

2 Jasa Bengkel Motor 0,0564

3 Pariwisata Wisata Sejarah 0,0496

4 Pariwisata Wisata Belanja 0,0390

5 Pariwisata Wisata Kuliner 0,0382

6 Perdagangan Toko Kelontong 0,0374

7 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0373

8 Jasa Salon kecantikan 0,0359

9 Angkutan Angkutan Bus Kota 0,0356

10 Angkutan Angkutan Perkotaan 0,0356

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah

usaha perdagangan melalui toko kelontong, industri pakaian jadi, jasa salon kecantikan, serta

angkutan bus kota dan angkutan perkotaan (mikrolet). Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10

KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya, 3 komoditi merupakan sektor

pariwisata, diikuti jasa, angkutan dan perindustrian (masing-masing 2 KPJU) serta sektor

perdagangan (1 KPJU). Bila dilihat bahwa 5 KPJU tersebut, Jakarta Barat memiliki potensi

wisata yang cukup banyak dan layak untuk mendapatkan perhatian dari setiap stakeholder dan

masyarakat secara luas, yang didukung dengan keunggulan sektor perindustrian dan jasa.

KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus

pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan

kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah

dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari

instansi pemerintah sektor terkait.

Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat berdasarkan hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek

Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi

saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan

ditampilkan pada Tabel 5.3.12.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

110 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.3.12.

Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perindustrian Makanan/Kue 3,83 3,67 Baik Tinggi 1

Jasa Bengkel Motor 3,17 3,33 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Sejarah 3,50 3,67 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Belanja 3,67 3,33 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Kuliner 4,50 4,33 Baik Tinggi 1

Perdagangan Toko Kelontong 2,67 3,67 Cukup Tinggi 3

Perindustrian Pakaian Jadi 3,50 2,67 Baik Sedang 2

Jasa Salon kecantikan 3,17 2,50 Baik Sedang 2

Angkutan Angkutan Bus Kota 3,00 2,17 Cukup Sedang 4

Angkutan Angkutan Perkotaan 3,17 2,50 Baik Sedang 2

Gambar 5.3.3.

Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Barat

Penilaian aspek prospek usaha yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan pemda,

Prospek pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha,

Resiko terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan

Lintas Sektor di Kota Adminisrasi Jakarta Barat, 2 sektor KPJU yaitu usaha toko kelontong dan

usaha jasa angkutan bus kota mempunyai prospek yang dinilai Cukup, sedangkan usaha yang

lain mendapatkan penilaian Tinggi untuk prospek kedepannya.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 111

Aspek Potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan

budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan

usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual

komoditas/produk, dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilaian dari aspek Potensi ini

menunjukkan bahwa 6 kegiatan usaha dinilai memiliki potensi Tinggi dan 4 usaha lainnya masih

dinilai berpotensi Sedang.

5.3.4. Kota Administrasi Jakarta Utara

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap

kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor

usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan

per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota

Administrasi Jakarta Utara yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.16).

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.13. Pada Tabel 5.3.13 dapat dilihat bahwa bobot

atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta

Utara, sektor perdagangan untuk tujuan pertumbuhan ekonomi, sektor perindustrian untuk

tujuan penciptaan lapangan kerja, dan sektor perikanan untuk tujuan peningkatan daya saing

produk/daerah. Namun secara agregasi dengan mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-

masing tujuan yang ditetapkan, maka Sektor Perdagangan menjadi merupakan prioritas

pertama di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat

kepentingannya berturut-turut adalah Perikanan, Perindustrian, Jasa, Pariwisata, Angkutan,

Peternakan, dan Tanaman Pangan.

Tabel 5.3.13.

Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Administrasi Jakarta Utara

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Perdagangan 0,2370 0,1423 0,2025 0,1901 1

Perikanan 0,1719 0,1108 0,2768 0,1783 2

Perindustrian 0,1243 0,3004 0,0728 0,1781 3

Jasa 0,1863 0,0982 0,2677 0,1755 4

Pariwisata 0,1252 0,1886 0,0909 0,1400 5

Angkutan 0,0816 0,0577 0,0258 0,0562 6

Peternakan 0,0463 0,0471 0,0444 0,0461 7

Tanaman Pangan 0,0274 0,0549 0,0191 0,0357 8

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.14.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

112 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.3.14.

Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kota Administrasi Jakarta Utara

No. Sektor Subsektor

Usaha / KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot

Padi dan Palawija Buah-buahan

1 Sawi 0,4486 1 Pepaya 0,1810

2 Bayam 0,3145 2 Mangga 0,1624

3 Kangkung 0,2369 3 Jambu Biji 0,1506

4 - - 4 Jambu Air 0,1394

5 - - 5 Belimbing 0,1217

Perikanan Perindustrian

1 Penangkapan Ikan di

Laut 0,3487 1 Pakaian Jadi (Konveksi) 0,1806

2 Budidaya Ikan

Bandeng (Payau) 0,3347 2 Tahu/Tempe 0,1375

3 Budidaya Udang Galah 0,1272 3 Telor asin 0,1198

4 Budidaya Ikan Hias 0,1184 4 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1085

5 Budidaya Ikan di

Kolam 0,0711 5 Keset 0,0923

Perdagangan Pariwista

1 Pakaian Jadi 0,1446 1 Wisata Pantai/Bahari 0,2380

2 Restoran/Rumah

Makan 0,1357 2 Wisata Sejarah 0,2232

3 Pedagang Eceran/PKL 0,1327 3 Seni Pertunjukan 0,1291

4 Hasil Pengolahan

Perikanan 0,1222 4 Ruman Minum/Kafe 0,1239

5 Showroom Kendaraan

Bermotor 0,1213

5 Taman Rekreasi/Taman

Wisata 0,1147

Jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,1358 1 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,3794

2 Bimbingan Belajar 0,1263 2 Angkutan Penumpang

(AKDP/AKAP) 0,2019

3 Poliklinik/BP 0,1203 3 Angkutan Bus Kota 0,1164

4 Salon 0,1170 4 Angkutan Barang Umum 0,0845

5 Bengkel Mobil 0,1087 5 Angkutan Perkotaan 0,0808

Pada Subsektor Sayuran, komoditi sawi, bayam dan kangkung dinilai masih menjadi komoditi

unggulan Jakarta Utara. Produksi sawi pada tahun 2011 mencapai 4.880 ton, dan bayam 3.139

ton. Diantara jenis sayuran tersebut, ternyata komoditi kangkung memiliki luas panen terbesar di

Jakarta Utara yakni 318 ha, dan menurut BPS Jakarta Utara bahwa pada tahun 2011 Jakarta

Utara mampu menghasilkan 37.200 ton kangkung per tahun. KPJU sektor sayuran ini rata-rata

unggul pada penyerapan tenaga kerja, akan tetapi pada komoditi sawi dinilai lebih unggul pada

aspek pasar dibanding komoditi bayam.

Pada Subsektor Buah-buahan, populasi pohon pepaya di Jakarta Utara mencapai 4.154 pohon

yang menurut data BPS tahun 2012 mampu berproduksi sebanyak 12 kuintal, menempatkan

usaha budidaya pepaya pada peringkat pertama. Kegiatan usaha ini dianggap unggul pada aspek

pasar dan penyerapan tenaga kerja. Walau sebenarnya usaha pada sektor buah-buahan di Jakarta

utara ini tidak mampu lagi dibudidayakan secara luas, karena keterbatasan lahan pertanian.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 113

Peringkat berikutnya adalah komoditi mangga yang di Jakarta Utara masih mampu

menghasilkan sebanyak 3.513 kuintal, meskipun hanya sebagai tanaman pengisi pekarangan

yang hampir terdapat di beberapa kecamatan di Jakarta Utara. Kegiatan budidaya ini selain

unggul pada aspek pasar, juga unggul pada sarana usaha. Pada urutan ketiga dan keempat adalah

komoditi jambu biji dan jambu air. Populasi tanaman jambu biji di Jakarta utara sebanyak 1.943

pohon. Jambu biji maupun jambu air dinilai memiliki keunggulan dalam kriteria penyerapan

tenaga kerja. Sedangkan peringkat terakhir adalah komoditi belimbing dengan populasi

sebanyak 309 pohon dan produksi mencapai 1.059 kuintal. Komoditi belimbing dinilai juga

unggul dalam penyerapan tenaga kerja maupun ketersediaan tenaga terlatih.

Pada Subsektor Perikanan, Jakarta Utara sebagai wilayah yang memiliki pesisir tentunya tidak

mengherankan jika usaha penangkapan ikan di laut menjadi usaha unggulan. Penangkapan ikan

laut menjadi salah satu kekhasan masyarakat Jakarta Utara. Jenis usaha ini dinilai memiliki

keunggulan dari kriteria penyerapan tenaga kerja, manajemen usaha, dan tenaga kerja terlatih.

Produksi ikan tangkap tahun 2011 menurut data BPS mencapai 178.623,90 ton. Ikan bandeng

merupakan komoditi perikanan yang menempati peringkat kedua. Kegiatan budidaya ikan

bandeng merupakan bagian dari usaha tambak yang banyak dikembangkan di Jakarta Utara

dengan produksi mencapai 1.794,7 ton. Selain kriteria pasar, usaha budidaya ikan bandeng juga

unggul pada kriteria sumbangan terhadap perekonomian. Sedangkan usaha budidaya ikan hias

menempati peringkat ketiga karena memenuhi kriteria ketersediaan pasar, manajemen usaha,

dan harga yang relatif baik, dan usaha budidaya ini difaktori dengan unsur hobi. Adapun ikan di

kolam banyak dibudidayakan pada kolam air tawar. Pada tahun 2011 Jakarta Utara masih

mampu memproduksi sebanyak 243,05 ton, dan usaha budidaya di kolam dinilai unggul pada

penyerapan tenaga kerja, sedangkan usaha budidaya udang galah yang menempati posisi

terakhir dinilai unggul pada aspek penyerapan tenaga kerja, dan manajemen usaha.

Pada Sektor Perindustrian, konveksi pakaian jadi menjadi KPJU unggulan Jakarta Utara.

Konveksi pakaian jadi dinilai memiliki keunggulan dari kriteria penyerapan tenaga kerja,

manajemen usaha, dan tenaga kerja terlatih. Pusat Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung

memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keberadaan dan potensi usaha konveksi

karena hampir sebagian besar pelaku usaha di PIK Pulo Gadung adalah industri konveksi

pakaian. Sementara itu, usaha tahu/tempe berada di peringkat kedua dengan keunggulan pada

kriteria manajemen usaha dan tenaga kerja terlatih yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja

sedikit dibawah usaha pakaian jadi. Adapun usaha pembuatan telor asin menempati peringkat

ketiga, dengan nilai yang tinggi untuk kriteria sosial budaya dan penyerapan tenaga kerja. Dan

peringkat terakhir yang terakhir adalah usaha pembuatan keset, KPJU ini unggul pada kriteria

penyerapan tenaga kerja, walau sedikit lemah pada kriteria pasar.

Pada Sektor Perdagangan, usaha perdagangan pakaian jadi menjadi usaha unggulan Jakarta

Utara sebagai usaha lanjutan dari unggulan sektor perindustrian, sehingga perdagangan pakaian

dinilai oleh narasumber sebagai usaha unggulan khususnya pada kriteria kemudahan

mendapatkan sarana bahan baku dan ketersediaan pasar yang luas meskipun belum ditunjang

manajemen usaha yang baik. Pada urutan kedua adalah restoran/rumah makan dengan

keunggulan pada kriteria tenaga kerja terampil, sarana usaha, dan manajemen usaha. Disamping

itu, KPJU ini juga dinilai mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menyumbang

perekonomian wilayah. Pedagang eceran/PKL sendiri berada pada peringkat ketiga dengan

kriteria hampir sama pada usaha restoran, akan tetapi memiliki nilai lebih lemah dalam kriteria

tenaga kerja terlatih, sarana usaha, teknologi, dan manajemen usaha. Peringkat selanjutnya

adalah usaha pengolahan hasil perikanan dan showroom kendaraan bermotor yang selama ini

juga didukung dengan manajemen usaha dan sarana usaha yang relatif baik.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

114 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Pada Sektor Pariwisata, kegiatan wisata bahari tentunya menjadi unggulan yang pertama,

diikuti wisata sejarah dan seni pertunjukan (budaya). Ketiga KPJU ini sangat berhubungan erat

dengan destinasi jalur wisata Jakarta utara, selain itu wilayah Jakarta Utara yang berbatasan

dengan pantai membuat kegiatan wisata bahari menjadi unggulan dan andalan daerah, seperti

kawasan wisata Ancol, Taman Suaka Margasatwa Muara Angke, Sentra Perikanan Muara

Angke, Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, hingga Museum Bahari dan Menara Syahbandar.

Seperti halnya pada wisata sejarah di daerah pesisir Kecamatan Penjaringan yang merupakan

salah satu kawasan bersejarah Jakarta, serta merupakan daerah pelabuhan penting, digunakan

sebagai pelabuhan utama Kerajaan Pakuan Pajajaran dan Batavia. Daerah ini telah menjadi

lokasi peperangan antara kerajaan lokal, Kekaisaran Portugis dan Hindia Belanda. Sekitar abad

ke-16, daerah Muara Angke (daerah pantai Penjaringan, hanya untuk sebelah barat Batavia

lama) dianggap area strategis dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak untuk merebut

pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis. Peringkat berikutnya ditempati usaha rumah

minum/kafe. Meskipun usaha rumah minum/kafe dinilai unggul dalam kriteria modal dan

teknologi namun dinilai masih rendah untuk kriteria sosial budaya, sementara kriteria

ketersediaan pasar dianggap cukup dibanding KPJU pariwisata lainnya. Pada peringkat terakhir

adalah kegiatan taman rekreasi/taman wisata yang dinilai unggul pada kriteria penyerapan

tenaga kerja.

Pada Sektor Angkutan, Jakarta Utara sebagai kota perdagangan dan kota bahari memiliki

terdapat beberapa pelabuhan dan superblok perdagangan seperti di Kelapa Gading yang

memiliki akses jalan yang cukup banyak untuk menuju seluruh wilayah di penjuru kota. Di

sebelah barat kawasan ini, terdapat jaringan jalan tol dalam kota yang menghubungkan seluruh

wilayah kota dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Untuk melayani penduduk yang

menggunakan sarana transportasi umum, di bagian selatan terdapat terminal Pulo Gadung yang

melayani ke seluruh jurusan dalam dan luar kota. Selain itu jaringan bis Trans Jakarta jurusan

Pulo Gadung - Harmoni, juga melintasi sebelah selatan kawasan ini. Ada juga angkutan umum

berupa angkot dan mikrolet. Maka wajar ketika usaha jasa angkutan ekspedisi sangat

dibutuhkan dan menjadi KPJU peringkat pertama, diikuti angkutan penumpang (AKDP/AKAP),

bus kota, angkutan barang umum, dan angkutan kota, sebagai sarana transportasi yang sangat

dibutuhkan di Jakarta Utara. Usaha jasa angkutan khusus ekspedisi unggul pada kriteria pasar

dan manajemen usaha seperti halnya pada angkutan barang umum, sedangkan angkutan

penumpang (AKDP/AKAP) dan bus kota dinilai unggul pada kriteria penyerapan tenaga kerja.

Pada Sektor Jasa, usaha jasa bengkel motor ternyata menjadi usaha unggulan di Jakarta Utara,

meskipun terkadang tidak terlihat menonjol akan tetapi kenyataan bahwa ketersediaan pasarnya

cukup tinggi, memiliki keunggulan dalam kriteria tenaga kerja terlatih, sarana usaha, teknologi,

manajemen usaha, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah di atas usaha jasa yang

lainnya. Sedangkan untuk kriteria ketersediaan pasar, usaha bengkel motor di Jakarta Utara

dinilai lebih tinggi dibanding usaha jasa bimbingan belajar yang dinilai unggul dalam

penyerapan tenaga kerja dengan memiliki kepastian pasar. Dalam perkembangannya selama ini,

usaha pengobatan umum melalui poliklinik/Balai Pengobatan (BP) dinilai keunggulan pada

kriteria tenaga kerja terlatih, seperti halnya pada usaha salon. Sedangkan peringkat terakhir

adalah usaha bengkel mobil yang mampu menyerap relatif banyak tenaga kerja dibanding

dengan usaha poliklinik/BP maupun salon.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka

dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan

Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha

(Tabel 5.3.13) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

5.3.14).

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 115

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan

urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.15. Pada

Tabel 5.3.15. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah

perindustrian pakaian jadi dan tahu/tempe, perdagangan pakaian jadi, usaha penangkapan ikan di

laut, dan budidaya ikan bandeng di air payau. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU

unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat

pada Tabel 5.3.15.

Tabel 5.3.15.

10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara

Rangking Sektor/Subsektor

Usaha KPJU

Skor

Terbobot

1 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,0504

2 Perindustrian Tahu/Tempe 0,0384

3 Perdagangan Pakaian Jadi 0,0377

4 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,0373

5 Perikanan Budidaya Ikan Bandeng (Payau) 0,0358

6 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 0,0354

7 Perdagangan Pedagang Eceran/PKL 0,0346

8 Perindustrian Telor asin 0,0334

9 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,0322

10 Perdagangan Hasil Pengolahan Perikanan 0,0319

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah

restoran/rumah makan, kemudian pedagang eceran, usaha pengolahan telor asin, wisata

pantai/bahari, dan perdagangan hasil pengolahan perikanan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari

10 KPJU unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor

pedagangan diikuti perindustrian (3 KPJU), perikanan dan pariwisata. Bila dilihat bahwa 5

KPJU tersebut, meskipun wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki potensi perikanan

laut yang sangat potensial dan menempati peringkat pertama analisis KPJU lintas sektor, namun

sebagai bagian dari wilayah megapolitan DKI Jakarta maka sektor perdagangan masih tetap

menjadi primadona masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya.

KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus

pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan

kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah

dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari

instansi pemerintah sektor terkait.

Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara berdasarkan hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek

Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi

saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan

ditampilkan pada Tabel 5.3.16.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

116 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.3.16.

Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perindustrian Pakaian Jadi 3,67 4,33 Baik Tinggi 1

Perindustrian Tahu/Tempe 4,33 4,00 Baik Tinggi 1

Perdagangan Pakaian Jadi 4,33 4,33 Baik Tinggi 1

Perikanan Penangkapan Ikan di

Laut 4,67 4,67 Baik Tinggi 1

Perikanan Budidaya Ikan Bandeng 4,67 4,67 Baik Tinggi 1

Perdagangan Rumah Makan 4,60 5,00 Baik Tinggi 1

Perdagangan Pedagang Eceran/PKL 5,00 5,00 Baik Tinggi 1

Perindustrian Telor asin 3,33 3,67 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 4,67 5,00 Baik Tinggi 1

Perdagangan Hasil Pengolahan

Perikanan 5,00 4,83 Baik Tinggi 1

Gambar 5.3.4.

Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Utara

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan pemda, Prospek

pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastrukutur usaha, Resiko

terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas

Sektor, seluruh KPJU dinilai oleh narasumber dan pemangku kepentingan di wilayah Jakarta

Utara memiliki prospek Baik.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 117

Aspek potensi mencakup faktor jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, Kesesuaian dengan

budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengelolaan

usaha, Ketersediaan sumberdaya alam (bahan baku, lahan), Insentif harga jual komoditas/produk

dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilai dari aspek Potensi ini menunjukkan bahwa

10 KPJU unggulan Jakarta Utara yang teridentifikasi memiliki potesi yang Tinggi.

5.3.5. Kota Administrasi Jakarta Pusat

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap

kecamatan di Kota Adminitrasi Jakarta Pusat. Berdasarkan KPJU unggulan pada setiap sektor

usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU unggulan

per sektor usaha untuk tingkat Kota Adminitrasi Jakarta Pusat. Hasil proses agregasi dengan

menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU unggulan Kota

Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai nilai skor tertinggi (Lampiran 5.2.17).

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.17. Pada Tabel 5.3.17 dapat dilihat bahwa bobot

atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kota Adminitrasi Jakarta

Pusat, sektor perdagangan untuk tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan peningkatan daya

saing produk/daerah, serta sektor perindustrian untuk tujuan penciptaan lapangan kerja. Namun

secara agregasi dengan mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-masing tujuan yang

dtetapkan, maka Sektor Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di wilayah Kota

Administrasi Jakarta Pusat. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut

adalah Perindustrian, Pariwisata, Jasa, Angkutan, Peternakan, Perikanan, dan Tanaman Pangan.

Tabel 5.3.17.

Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kota Administrasi Jakarta Pusat

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Perdagangan 0,2568 0,2432 0,2531 0,2504 1

Perindustrian 0,1374 0,2449 0,1474 0,1822 2

Pariwisata 0,1324 0,1929 0,1837 0,1708 3

Jasa 0,2112 0,1074 0,1507 0,1533 4

Angkutan 0,1401 0,0825 0,0894 0,1030 5

Peternakan 0,0478 0,0525 0,0622 0,0538 6

Perikanan 0,0454 0,0341 0,0546 0,0436 7

Tanaman Pangan 0,0289 0,0426 0,0590 0,0429 8

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.18.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

118 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.3.18.

Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kota Administrasi Jakarta Pusat

No. Sektor Subsektor

Usaha / KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot

Pertanian Perindustrian

1 Tanaman hias 0,2306 1 Makanan dan Minuman 0,2238

2 Tanaman obat 0,1409 2 Kreatif/Rumah Produksi 0,1328

3 Jambu Biji 0,1331 3 Tahu/Tempe 0,1250

4 Rambutan 0,1142 4 Pakaian Jadi (Konveksi) 0,1056

5 Jambu Air 0,0961 5 Daur Ulang/kain Perca 0,0965

Perdagangan Pariwista

1 Suku Cadang dan

Aksesoris Kendaraan 0,2560 1 Wisata Belanja 0,2002

2 Hotel Non Bintang 0,1647 2 Wisata Kuliner 0,1803

3 Kue dan Makanan 0,1418 3 Kedai Minuman 0,1601

4 Rumah Makan 0,1245 4 Kelab Malam/Diskotik 0,1171

5 Pakaian Jadi 0,0919 5 Wisata Sejarah 0,1160

Jasa Angkutan

1 Bengkel Motor 0,2307 1 Angkutan Khusus Ekspedisi 0,1676

2 Salon kecantikan 0,1914 2 Angkutan Sewa 0,1407

3 Warnet 0,1527 3 Angkutan Bus Kota 0,1302

4 Kursus Kecantikan 0,1162 4 Angkutan Perkotaan 0,1094

5 Catering 0,0917 5 Ojek Motor 0,1057

Pada Sektor Pertanian, kegiatan usaha budidaya tanaman hias dinilai menjadi KPJU unggulan

peringkat pertama di Jakarta Pusat, dengan keunggulan khususnya pada kriteria tenaga terampil

dan pemasaran produknya. Ditengah kepadatan kota Jakarta, usaha budidaya tanaman hias

ternyata juga mendukung program kota ramah lingkungan (green city) dan bangunan ramah

lingkungan (green building) sehingga tidak sekadar memberi dampak positif terhadap

lingkungan, tetapi juga membuka berbagai macam peluang bisnis. Peluang bisnis itu mulai dari

penjualan tanaman florikultura, yang dapat menjadi pengungkit usaha pembenihan, pembibitan,

pembudidaya, atau jasa penataan taman. BPS Jakarta Pusat tahun 2011 tidak mencantumkan

data luasan dan jenis tanaman hias yang pasti di Jakarta Pusat, akan tetapi kenyataannya ragam

dan jenis tanaman hias di Jakarta Pusat sangatlah banyak, khususnya jenis Anthurium dan

Dracaena.

Pada peringkat kedua adalah budidaya tanaman obat, yang saat ini menjadi trend pasar dengan

berkembangnya obat-obatan herbal, sehingga kegiatan budidaya tanaman obat dinilai oleh

narasumber memiliki prospek kedepan. Menurut data BPS tahun 2011, Jakarta Pusat, walaupun

tidak memiliki luasan yang signifikan dan bukan merupakan daerah pertanian, jenis tanaman

temulawak (wild ginger) ternyata yang lebih banyak dijumpat daripada jenis tanaman obat

lainnya, dengan luas tanam yang hanya 270 m2 mampu menyumbang produksi dengan kapasitas

panen 83 kg. Peringkat ketiga hingga kelima adalah komoditi buah-buahan, yaitu jambu biji,

rambutan dan jambu air. Ketiga jenis buah-buahan tersebut tidak pernah diusahakan sebagai

suatu bentuk usaha namun lebih difungsikan untuk memanfaatan lahan pekarangan dan sebagai

pohon peneduh. Namun demikian, menurut data BPS Jakarta Pusat pada tahun 2011 tercatat

sebanyak 210 pohon jambu biji, dan oleh narasumber dinilai memiliki sedikit

keunggulan/manfaat dibandingkan komoditi buah yang lainnya sehingga dapat menempati

peringkat ketiga.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 119

Pada Sektor Perindustrian, usaha industri makanan dan minuman menempati posisi teratas.

Pertumbuhan usaha industri makanan dan minuman di Jakarta Pusat sangatlah cepat, seiring

dengan perbaikan ekonomi wilayah serta terjadinya pertumbuhan segmen pendapatan kelas

menengah. Karakteristik kalangan menengah ini cukup unik, karena mereka rela mengeluarkan

uang lebih banyak untuk mendapatkan menu dan kualitas produk makanan/minuman yang baik,

bahkan sebagian masyarakat menghabiskan hampir sepertiga dari pengeluaran terbesar untuk

konsumsi pribadi berupa makanan dan minuman. Kondisi tersebut yang antara lain memberikan

penilaian tinggi dari narasumber pada jenis usaha ini karena melihat prospek kedepan, dan

mampu memberikan kontribusi perekonomian wilayah, serta perekrutan tenaga kerja yang

cukup tinggi. Peringkat kedua adalah usaha industri kretif/rumah produksi, yang dinilai unggul

dalam aspek modal, pasar, dan teknologi. Sementara itu, pembuatan tahu/tempe berada di

peringkat ketiga, yang didukung oleh kriteria tenaga kerja terlatih, manajemen usaha, sarana

produksi, dan teknologi. Akan tetapi terkadang terkendala dengan harga bahan baku yang sering

tidak stabil.

Peringkat keempat adalah usaha industri pakaian jadi/konveksi. Jenis industri ini mampu

menyerap tenaga kerja lebih banyak sehingga akan menyumbang lebih besar terhadap

perekonomian wilayah, jika dibandingkan dengan usaha industri tahu/tempe yang menempati

peringkat keempat karena dinilai memeiliki kelemahan dalam kriteria tenaga kerja terampil.

Daur ulang menjadi jenis usaha sektor perindustrian pada peringkat kelima yang dinilai

memiliki keunggulan kriteria modal, sarana produksi, dan sosial budaya, sekaligus membantu

mengurangi limbah dan menjadikan nilai tambah atas limbah tersebut.

Pada Sektor Perdagangan, usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor

mampu menempati urutan pertama. Di era perdagangan bebas dan nilai-nilai individu mulai

ditonjolkan, membuka peluang usaha melalui perdagangan mobil dan motor terbuka lebar

sejajar dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan kendaraan bermotor di DKI

Jakarta yang pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 10-12% memberikan dampak terbukanya

peluang usaha perdagangan suku cadang serta aksesoris untuk mobil dan motor. Dengan

pertimbangan tersebut, maka jenis usaha ini dinilai menjadi unggulan Jakarta Pusat, yang

didukung pada kriteria memiliki keunggulan dalam kriteria tenaga kerja terampil, teknologi,

manajemen usaha, ketersediaan pasar, serta sumbangan terhadap perekonomian wilayah.

Hotel non bintang menjadi kegiatan usaha perdagangan yang berada pada peringkat kedua di

Jakarta Pusat, dan dinilai wajar ketika narasumber juga memberikan penilaian seperti itu.

Ditengah kesibukan Jakarta Pusat sebagai pusat bisnis, perdagangan dan jasa, tentunya

keberadaan hotel merupakan suatu kebutuhan bagi pelaku bisnis dari luar kota untuk menginap,

sehingga dinilai mempunyai prospek dalam kegiatan usaha beberapa tahun ke depan, dan usaha

ini juga dinilai unggul dalam manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, menyerap tenaga

kerja, dan menyumbang perekonomian wilayah. Perlu ditekankan bahwa usaha jasa perhotelan

dalam kajian ini adalah yang termasuk dalam kriteria usaha kecil dan menengah (UKM) sesuai

undang-undang tentang UMKM. Selanjutnya usaha perdagangan kue dan makanan menempati

peringkat ketiga, yang dinilai unggul pada kriteria manajemen usaha, dan kebutuhan

permodalan. Peringkat keempat adalah usaha rumah makan yang dinilai relatif tinggi untuk

kriteria tenaga kerja terlatih, sarana usaha, modal, manajemen usaha, dan penyerapan tenaga

kerja. Peringkat kelima adalah usaha perdagangan pakaian jadi/konveksi, yang dinilai mampu

menyerap tenaga kerja meskipun dinilai memiliki kelemahan dalam kriteria sarana memperoleh

bahan baku, khususnya bila dibandingkan dengan usaha rumah makan.

Pada Sektor Pariwisata, kegiatan wisata belanja menjadi prioritas pertama untuk pengembangan

sektor pariwisata, diikuti wisata kuliner, kedai minuman, dan kelab malam. Sebagai pusat

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

120 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

pemerintahan dan pusat perekonomian daerah maupun nasional menjadi Jakarta Pusat dibanjiri

oleh pusat perbelanjaan dan outlet-outlet yang memberikan godaan kepada masyarakat

menikmati dan membelanjakan uangnya. Tidak terkecuali juga dengan jenis makanan dan

jajanan yang ditawarkan maupun hingar-bingar kehidupan malam kota Jakarta. Dari kelima

KPJU ini bila dilihat dari beberapa kriteria manajemen usaha, dan sumbangan terhadap

perekonomian wilayah tidak akan jauh berbeda, yang membedakan agak mencolok adalah pasar

dan jumlah tenaga kerja. Pada KPJU kelab malam, aspek sosial budaya mendapatkan penilaian

paling rendah.

Pada Sektor Angkutan, berturut-turut jenis usaha jasa angkutan dianggap unggul di Jakarta

Pusat adalah angkutan khusus ekspedisi, angkutan sewa (termasuk taksi, bajaj, dan kancil),

angkutan bus kota, angkutan perkotaan (mikrolet, KWK, dan sejenisnya), dan ojek motor.

angkutan khusus ekspedisi dan angkutan sewa dinilai unggul untuk kriteria manajemen usaha,

sarana usaha, teknologi. Sedangkan angkutan bus kota dan angkutan perkotaan lemah dalam

menejemen dibanding dengan angkutan sewa, akan tetapi besar dalam sumbangan terhadap

ekonomi. Selain angkutan khusus ekspedisi dan angkutan sewa yang memiliki pasar relatif

berkembang, jenis usaha jasa angkutan bus kota dan angkutan perkotaan di wilayah Jakarta

Pusat cenderung semakin tergeser dengan munculnya bus Trans Jakarta dengan penambahan

beberapa koridor.

Khusus untuk angkutan ojek saat ini masih menjadi kontroversi, yang selalu diperdebatkan

adalah status kendaraan itu sendiri yang secara peraturan yang berlaku bukan merupakan jenis

moda angkutan umum untuk penumpang ataupun barang, akan tetapi dalam kenyataannya usaha

ojek motor tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin padatnya jalur lalulintas yang

menyebabkan kemacetan setiap saat di Jakarta, sehingga keberadaan ojek motor menjadi

alternatif angkutan bagi masyarakat.

Pada Sektor Jasa, jenis usaha jasa bengkel motor menjadi KPJU unggulan Jakarta Pusat. Usaha

bengkel motor memiliki keunggulan dalam manajemen usaha, sarana usaha, dan penggunaan

teknologi. KPJU ini juga dinilai menyumbang perekonomian wilayah relatif besar dibanding

jenis jasa usaha yang lainnya. KPJU usaha jasa bengkel motor ini tentunya berkembang seiring

dengan meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di Jakarta Pusat (sebagai perbandingan,

Jabodetabek menerbitkan lebih dari 2000 STNK motor per hari). Pada peringkat kedua terdapat

usaha salon kecantikan yang dinilai relatif tinggi dalam kriteria menejemen usaha, sarana usaha,

penggunaan teknologi, ketersediaan pasar, dan sumbangan terhadap perekonomian. Sementara

itu Warnet masih bida berada ada peringkat ketiga ditengah majunya perkembangan teknologi,

perdagangan elektronik yang pesat, akan tetapi sebenarnya warnet kini sudah merubah

penawaran jasanya menjadi usaha jasa yang menyediakan permainan interaktif (game online),

dan bukan lagi sekedar menawarkan jasa internet dan email saja. Usaha kursus kecantikan

menempati urutan keempat, yang dinilai unggul dalam kriteria tenaga terlatih juga penyerapan

tenaga kerja. kemudian usaha jasa katering berada pada peringkat kelima dengan pertimbangan

kriteria tenaga kerja terlatih, ketersediaan pasar, kemudahan memperoleh bahan baku,

penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah yang relatif baik.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah maka

dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan

Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha

(Tabel 5.3.17) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

5.3.18).

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 121

Dari hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai

skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.19. Pada Tabel 5.3.19.

dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha perdagangan suku

cadang dan aksesoris kendaraan bermotor, pengolahan makanan minuman, hotel non bintang,

industri kreatif/rumah produksi, dan perdagangan kue/makanan. Hasil lengkap berupa urutan

KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat

pada Tabel 5.3.19.

Tabel 5.3.19.

10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat

Rangking Sektor/Subsektor

Usaha KPJU

Skor

Terbobot

1 Perdagangan Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan 0,0823

2 Perindustrian Makanan dan Minuman 0,0596

3 Perdagangan Hotel Non Bintang 0,0535

4 Perindustrian Kreatif/Rumah Produksi 0,0495

5 Perdagangan Kue dan Makanan 0,0460

6 Perdagangan Rumah Makan 0,0404

7 Jasa Bengkel Motor 0,0361

8 Pariwisata Wisata Belanja 0,0354

9 Perindustrian Tahu/Tempe 0,0333

10 Pariwisata Wisata Kuliner 0,0318

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah

usaha rumah makan, jasa reparasi kendaraan bermotor, wisata belanja, industri tahu/tempe dan

wisata kuliner. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka

berdasarkan sektornya 4 komoditi merupakan sektor pedagangan diikuti perindustrian (3 KPJU),

pariwisata (2 KPJU), dan pariwisata (1 KPJU). Bila dilihat 5 KPJU tersebut, terlihat bahwa

sebagai pusat perekonomian daerah (Jakarta) maupun nasional, posisi Jakarta Pusat memberikan

potensi dan peluang usaha yang sangat besar untuk jenis usaha perdagangan, periindustrian dan

pariwisata.

KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus

pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan

kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah

dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari

instansi pemerintah sektor terkait.

Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat berdasarkan hasil

penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian prospek

Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala penilaian potensi

saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil perhitungan

ditampilkan pada Tabel 5.3.20.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

122 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.3.20.

Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan

Lintas Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Perdagangan Suku Cadang dan

Aksesoris Kendaraan 3,67 4,17 Baik Tinggi 1

Perindustrian Makanan dan

Minuman 3,83 4,00 Baik Tinggi 1

Perdagangan Hotel Non Bintang 4,50 3,33 Baik Tinggi 1

Perindustrian Kreatif/Rumah

Produksi 4,50 3,50 Baik Tinggi 1

Perdagangan Kue dan Makanan 4,50 3,33 Baik Tinggi 1

Perdagangan Rumah Makan 4,50 3,67 Baik Tinggi 1

Jasa Bengkel Motor 4,00 3,67 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Belanja 4,33 4,33 Baik Tinggi 1

Perindustrian Tahu/Tempe 4,00 3,50 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Kuliner 4,50 3,67 Baik Tinggi 1

Gambar 5.3.5.

Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Administrasi Jakarta Pusat

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan pemda, Prospek

pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, Resiko

terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas

Sektor, keseluruhannya dinilai berprospek Baik.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 123

Demikian pula dengan aspek potensi mencakup faktor Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini,

Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap

teknologi dan pengelolaan usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif

harga jual komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik, maka agregasi penilaian dari aspek

Potensi ini menunjukkan bahwa semua usaha yang teridentifikasi dari KPJU lintas sektor dinilai

berpotensi Tinggi.

5.3.6. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot

kepentingannya menghasilkan KPJU unggulan untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap

kecamatan di Kabupaten Adminitrasi Kepulauan Seribu. Berdasarkan KPJU unggulan pada

setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon

KPJU unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Adminitrasi Kepulauan Seribu. Hasil

proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU

unggulan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang mempunyai nilai skor tertinggi

(Lampiran 5.2.18).

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing

sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.21. Pada Tabel 5.3.21 dapat dilihat bahwa bobot

atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU unggulan di Kabupaten Adminitrasi

Kepulauan Seribu, sektor pariwisata memiliki skor terbobot tertinggi untuk ketiga tujuan, baik

tujuan pertumbuhan ekonomi, tujuan peningkatan daya saing produk/daerah, maupun tujuan

penciptaan lapangan kerja. Dengan keadaan seperti itu maka secara agregasi dengan

mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-masing tujuan yang ditetapkan, menempatkan

Sektor Pariwisata merupakan prioritas pertama di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Angkutan,

Perikanan, Perdagangan, Perindustrian, Jasa, Tanaman Pangan, dan Peternakan.

Tabel 5.3.21.

Skor terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Pariwisata 0,2581 0,2637 0,3341 0,2822 1

Angkutan 0,2094 0,1077 0,1409 0,1500 2

Perikanan 0,1363 0,1571 0,1423 0,1461 3

Perdagangan 0,1120 0,1488 0,0860 0,1189 4

Perindustrian 0,1051 0,1228 0,1090 0,1131 5

Jasa 0,0950 0,0960 0,0796 0,0910 6

Tanaman Pangan 0,0498 0,0544 0,0635 0,0555 7

Peternakan 0,0342 0,0495 0,0446 0,0432 8

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

124 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota/kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta

bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP

menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor

terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.22.

Tabel 5.3.22.

Rangking dan Skor terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha

di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

No. Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot No.

Sektor Subsektor Usaha /

KPJU

Skor-

Terbobot

Pertanian Perikanan

1 Kelapa 0,3219 1 Penangkapan Ikan di Laut 0,4829

2 Sukun 0,2068 2 Budidaya Ikan Kerapu 0,2749

3 Ceremai 0,1195 3 Budidaya Ikan di Karamba

Tancap 0,2422

4 Jambu 0,1181 4 - -

5 Jambu air 0,1178 5 - -

Perindustrian Perdagangan

1 Pengeringan/Pengasapan ikan 0,1815 1 Dagang Ikan 0,2196

2 Keripik Sukun 0,1642 2 Hasil Perikanan Kering 0,1623

3 Pengolahan Ikan (Bandeng

cabut duri) 0,1570 3 Losmen/Penginapan 0,1485

4 Batako 0,1545 4 Sembako 0,1095

5 Manisan Ceremai 0,1314 5 Warung K5 0,0935

Pariwisata Jasa

1 Homestay 0,3441 1 Pemandu Wisata 0,2158

2 Wisata Selam 0,2051 2 Penjahit 0,1101

3 Wisata Bahari/Pantai 0,1915 3 Poliklinik/BP 0,1051

4 Wisata Budaya 0,1509 4 Praktek Bidan 0,0966

5 Seni Pertunjukan 0,1084 5 Salon Kecantikan 0,0913

Angkutan

1 Kapal Motor 0,3036

2 Ojek Kapal 0,2803

3 Motor Tempel 0,1977

4 Perahu Tak Bermotor 0,1578

5 - -

Pada Sektor Pertanian, sebagai daerah pesisir dan kepulauan, maka tanaman kelapa banyak

terdapat di wilayah Kepulauan Seribu, dan dengan jumlah produksi yang ada memberikan

penilaian baik dari narasumber untuk komoditi ini. Keberadaan tanaman kelapa di Kepulauan

Seribu memiliki aspek sosial budaya yang kuat sehubungan dengan karakter masyarakat

pantainya. Didukung oleh ketersediaan pasar dan harga yang paling unggul dibanding komoditi

pertanian lainnya, kelapa mampu memberikan kontribusi perekonomian masyarakat lebih besar.

Peringkat kedua dan seterusnya adalah komoditi buah sukun, buah ceremai, buah jambu biji dan

buah jambu air. Seperti halnya komoditi kelapa, buah sukun juga mampu memberikan

kontribusi perekonomian masyarakat Kepulauan Seribu yang didukung dengan munculnya

usaha skala rumah tangga berupa keripik sukun yang dipasarkan khususnya bagi para wisatawan

yang datang ke Kepulauan Seribu. Menurut data statistik tahun 2011, jumlah populasi tanaman

sukun, jambu air dan ciremai adalah sebanyak 45.460 pohon.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 125

Pada Subsektor Perikanan, usaha penangkapan ikan di laut menjadi kegiatan usaha sektor

perikanan yang diandalkan oleh masyarakat Kepulauan Seribu. Hal ini wajar mengingat wilayah

geografis yang ada, yang dikelilingi pantai, sehingga mayoritas penduduk Kepulauan Seribu

adalah nelayan. Data tahun 2011 memperlihatkan jumlah nelayan penangkap ikan di laut

tercatat sebanyak 4.880 orang. Pada peringkat kedua adalah usaha budidaya ikan kerapu yang

juga menjadi salah satu produk unggulan wilayah ini. Sejak tahun 2000-an Pemerintah Pusat

telah mengarahkan sektor perikanan dan kelautan, baik tangkap maupun budidaya, sebagai

andalan sumber perekonomian non migas, yang didukung dengan teritorial wilayah Indonesia

dimana 2/3 wilayahnya adalah lautan. Pengembangan terutama kawasan wilayah laut dangkal

yang potensial untuk pengembangan perikanan budidaya.

Seperti halnya kawasan perairan Kepulauan Seribu sebagian besar merupakan perairan dangkal,

belum lagi permintaah pasar warga Jakarta yang cukup tinggi, sementara produksi penangkapan

tidak mencukupi sehingga perlu strategi yang tepat melalui program perikanan budidaya

perairan seperti yang mulai dikembangkan di Pulau Semak Daun melalui program Sea Farming,

yaitu sebuah sistem yang diarahkan kepada upaya pemberdayaan masyarakat melalui program

yang berkelanjutan. Sedangkan target budidaya yang dikembangkan di perairan Kepulauan

Seribu, diantaranya jenis ikan Kerapu, yang untuk sementara hasil budidaya di Kepulauan

Seribu tersebut masih terbatas memenuhi pasar lokal Jabodetabek yang terus meningkat.

Sedangkan perkiraan pasar untuk nilai jual Ikan Kerapu hidup dijual disejumlah restoran sea

food sekitar DKI Jakarta sekarang, untuk jenis ikan Kerapu Tikus/Ikan Kerapu Bebek berkisar

antara Rp300.000 - Rp400.000/kg dan jenis ikan Kerapu Lodi/Sunu berkisar antara Rp100.000 -

Rp150.000/kg dan untuk jenis ikan Kerapu Macan berkisar antara Rp70.000 - Rp100.000/kg.

Kondisi tersebut tentunya merupakan peluang usaha yang sangat terbuka khususnya untuk

meningkatkan perekonomian nelayan, daya tarik investor dan sumber pendapatan daerah.

Sementara itu peringkat ketiga adalah usaha budidaya ikan di keramba tancap, yang pada tahun

2011 (data BPS) jumlah keramba tancap tercatat sebanyak 1.394 buah. Jenis budidaya ini juga

merupakan teknik budidaya ikan dengan memanfaatkan perairan dangkal yang ada di Kepulauan

Seribu.

Pada Sektor Perindustrian, peringkat pertama dijumpai usaha pengeringan/pengasapan ikan.

Potensi ini memiliki nilai unggul dalam kriteria manajemen usaha, penyerapan tenaga kerja, dan

kontribusinya dalam mendorong berkembangnya usaha perdagangan hasil olahan perikanan.

Peringkat kedua adalah keripik sukun yang merupakan produk lanjutan dari potensi buah sukun

yang banyak terdapat di Kepulauan Seribu. Usaha keripik sukun dinilai memiliki keunggulan

pada kriteria pasar dan penyerapan tenaga kerja, walaupun dinilai masih lemah pada kriteria

manajemen usaha. Peringkat ketiga adalah usaha pengolahan ikan (bandeng cabut duri).

Dengan hasil perikanan yang melimpah, Kepulauan Seribu memiliki potensi besar dalam

pengolahan ikan. Integrasi ke depan dengan industri hasil laut seperti bandeng cabut duri banyak

dijumpai dan menyerap banyak tenaga kerja. Usaha ini juga telah memberikan kontribusi besar

bagi perekonomian wilayah. Pada peringkat keempat terdapat usaha pembuatan batako yang

meskipun kurang mendapat dukungan pemerintah daerah namun di masyarakat usaha tersebut

cukup berkembang. Pada peringkat kelima adalah usaha pembuatan manisan ceremai yang

dalam konteks ini merupakan pemanfaatan potensi buah ceremai telah diintegerasikan dengan

suatu bentuk industri pengolahan agar dapat memberikan nilai tambah. Manisan ceremai juga

merupakan salah satu produk khas Kepulauan Seribu disamping potensi perikanan dan

pariwisatanya. Meskipun pembuatan manisan ceremai masih dilakukan dengan teknologi

sederhana, namun kegiatan usaha ini berhasil menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki pasar

dari pergerakan pariwisata Kepulauan Seribu.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

126 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Pada Sektor Perdagangan, sudah tentu usaha perdagangan ikan segar menjadi unggulan

pertama karena jenis usaha perdagangan ini adalah mata rantai dari kegiatan nelayan sebagai

mata pencaharian utama penduduk Kepulauan Seribu. Kegiatan perdagangan ikan ini dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya dilakukan di tempat pelelangan, tetapi ada juga yang

dilakukan di tengah perairan yang biasanya dilakukan oleh nelayan skala menengah dan besar

dengan kapal motor. Usaha perdagangan ikan segar dinilai unggul pada kriteria penyerapan

tenaga kerja dan modal. Sementara itu, perdagangan hasil perikanan kering menempati peringkat

kedua. Usaha perdagangan hasil perikanan kering juga merupakan multiplier effect dari usaha

industri pengolahan hasil perikanan, yang dinilai unggul dalam kriteria kontribusi terhadap

perekonomian wilayah. Unggulan berikutnya adalah usaha losmen/penginapan, selain unggul

dalam kriteria pasar, usaha losmen/penginapan juga dinilai unggul dalam kriteria tenaga kerja

terampil, ketersedian pasar dan sumbangan perekonomian wilayah, walau lemah dalam

penyerapan tenaga kerja. Pada peringkat keempat dan kelima terdapat jenis usaha perdagangan

sembako dan Warung K5. Kedua jenis usaha ini keberadaannya menjadi sangat strategis untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan maupun kebutuhan sehari-hari masyarakat Kepulauan Seribu

mengingat keterbatasan akses transportasi maupun akses sarana kebutuhan belanja yang lebih

luas. Jenis usaha perdagangan sembako dan warung K5 dinilai narasumber memiliki

keunggulan pada kriteria ketersediaan pasar yang luas dan memberikan sumbangan cukup besar

terhadap perekonomian wilayah.

Pada Sektor Pariwisata menempatkan usaha homestay atau rumah tinggal sebagai jenis usaha

pendukung pariwisata yang menjadi unggulan di Kepulauan Seribu. Sebagai daerah kepulauan,

wilayah Kepulauan Seribu menjadi satah satu daerah tujuan utama wisata di DKI Jakarta. Hal ini

merupakan pasar potensial bagi tumbuh suburnya usaha homestay sebagai KPJU unggulan dan

andalan masyarakat Kepulauan Seribu. Didukung oleh fasilitas dan harga yang terjangkau,

homestay mampu memberi sumbangan besar bagi perekonomian wilayah, diantara jenis usaha

pariwisata lainnya. Peringkat selanjutnya ditempati oleh wisata selam, yang bagi wilayah

Kepulauan Seribu yang terletak di Laut Jawa dan Teluk Jakarta merupakan suatu wilayah yang

memiliki karakteristik dan potensi alam yang berbeda dengan wilayah DKI Jakarta lainnya.

Kondisi ini didukung dengan gugusan pulau-pulau terumbu karang yang terbentuk dan dibentuk

oleh biota koral dan biota asosiasinya (algae, malusho, foraminifera dll.) dengan bantuan proses

dinamika alam, dengan karakteristik dan keindahan alam bawah lautnya, sehingga menggoda

wisatawan untuk menikmati keindahan alam bawah laut tersebut, sehingga jenis usaha wisata

selam dinilai memiliki potensi pasar dengan didukung manajemen yang baik pula.

Wisata bahari memiliki keunggulan dalam kriteria sosial budaya dan ketersediaan pasar, namun

awalnya wisata bahari dinilai sangat lemah dalam manajemen usaha. Hal ini menyebabkan

wisata bahari relatif terbatas menyerap tenaga kerja kerja dan menyumbang terhadap

perekonomian wilayah dibanding jenis usaha pariwisata lainnya, akan tetapi dengan dipadukan

kegiatan wisata selam, ternyata wisata bahari sekarang mulai bangkit dengan beragam fasilitas

yang ditawarkan, seperti permainan-permainan. Hal ini menandakan dalam hal manajemen

usaha mulai dibenahi. Peringkat terakhir adalah wisata budaya dan seni pertunjukan, yang

terkadang baru dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup lama (acara tahunan), namun

kegiatan pendukung pariwisata ini tetap mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian

masyarakat dan wilayah.

Pada Sektor Angkutan, kapal motor menjadi jenis usaha transportasi unggulan Kepulauan

Seribu. Karakteristik Kepulauan Seribu yang unik sebagai wilayah kepulauan telah mendorong

berkembangnya usaha jasa transportasi laut sebagai sarana transportasi utama masyarakat. Kapal

motor dinilai memiliki keunggulan dalam kriteria manajemen usaha, memiliki pasar yang cukup

luas dibandingkan dengan ojek kapal yang berada pada peringkat kedua. Ojek kapal sendiri yang

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 127

menurut data BPS Kepulauan Seribu tahun 2012 tercatat sebanyak 36 unit juga dinilai memiliki

keunggulan dalam kriteria kebutuhan pasar sebagai kebutuhan transportasi yang melayani

angkutan orang dan barang sebagai ujung tombak perdagangan di dalam pulau. Jenis usaha

transportasi yang berikutnya adalah kapal motor tempel dan perahu tak bermotor, dimana pada

jasa motor tempel ini dinilai unggul dalam kriteria sumbangan terhadap perekonomian,

sedangkan jenis usaha perahu tak bermotor dinilai unggul dalam kriteria sosial budaya.

Pada Sektor Jasa, usaha jasa pemandu wisata (guide) menjadi unggulan Kepulauan Seribu.

Sudah sewajarnya jika jenis jasa ini menjadi unggulan pada peringkat pertama karena sangat

sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah Kepulauan Seribu sebagai daerah tujuan wisata.

Keunggulan KPJU ini terletak pada kriteria tenaga terampil dan ketersediaan pasar. Sementara

itu jenis usaha jasa penjahit berada di peringkat kedua dengan keunggulan dalam kriteria

teknologi. Peringkat selanjutnya ditempati oleh poliklinik dan praktek bidan, salon kecantikan,

ketiga KPJU ini sangat membutuhkan tenaga terampil, akan tetapi kurang dalam penyerapan

tenaga kerja.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi daerah, dilakukan

penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda

Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel

5.3.121) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel

5.3.22).

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan

urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.23. Pada

Tabel 5.3.23. dapat dilihat bahwa 5 (Lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah jasa

pariwisata homestay, wisata selam (minat khusus), wisata bahari/pantai, perdagangan hasil

perikanan, dan jasa angkutan kapal motor. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJU

unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJU dapat dilihat

pada Tabel 5.3.23.

Tabel 5.3.23.

10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi

Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Rangking Sektor/Subsektor

Usaha KPJU

Skor

Terbobot

1 Pariwisata Homestay 0,0486

2 Pariwisata Wisata Selam 0,0289

3 Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 0,0270

4 Perdagangan Dagang Ikan 0,0249

5 Angkutan Kapal Motor 0,0242

6 Angkutan Ojek Kapal 0,0224

7 Jasa Pemandu Wisata 0,0222

8 Pariwisata Wisata Budaya 0,0213

9 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,0212

10 Perdagangan Hasil Perikanan Kering 0,0184

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah

jasa angkutan ojek kapal, jasa pemandu wisata, wisata budaya, usaha penangkapan ikan di laut,

dan usaha perdagangan hasil perikanan kering. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU

unggulan lintas sektor, maka sesuai dengan kondisi dan orientasi pengembangan wilayah

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

128 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu kegiatan usaha yang diunggulkan masih terkait

dengan kegiatan di sektor pariwisata (4 KPJU) dengan 3 KPJU berada pada posisi 3 terbesar.

Kemudian diikuti sektor perdagangan, angkutan, jasa dan perikanan.

KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal sekaligus

pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan

kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini selanjutnya telah

dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar stakeholder yang terdiri dari

instansi pemerintah sektor terkait.

Kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala

penilaian prospek Kurang (skor 1), Cukup (skor 3), dan Baik (skor 5). Sedangkan dalam skala

penilaian potensi saat ini adalah Kurang (skor 1), Sedang (skor 3), dan Tinggi (skor 5). Hasil

perhitungan ditampilkan padaTabel 5.3.24.

Tabel 5.3.24.

Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Sektor/

Subsektor

KPJU Unggulan Lintas

Sektor

Rata-rata Skor Katagori Kwadran

Prospek Potensi Prospek Potensi

Pariwisata Homestay 3,50 2,67 Baik Sedang 2

Pariwisata Wisata Selam 3,83 4,17 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Bahari/Pantai 3,17 3,33 Baik Tinggi 1

Perdagangan Dagang Ikan 2,67 3,33 Cukup Tinggi 3

Angkutan Kapal Motor 3,67 3,33 Baik Tinggi 1

Angkutan Ojek Kapal 4,00 4,00 Baik Tinggi 1

Jasa Pemandu Wisata 4,33 3,50 Baik Tinggi 1

Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 4,33 4,33 Baik Tinggi 1

Pariwisata Wisata Budaya 4,33 4,67 Baik Tinggi 1

Perdagangan Hasil Perikanan Kering 4,33 4,00 Baik Tinggi 1

Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor Kesesuaian dengan kebijakan Pemda, Prospek

pasar, Minat investor, Dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, Resiko

terhadap lingkungan, dan Tingkat persaingan. Diantara ke 10 (sepuluh) KPJU Unggulan Lintas

Sektor, maka usaha perdagangan ikan/hasil perikanan yang dinilai memiliki prospek Cukup

sedangkan usaha yag lainnya berprospek Baik.

Aspek Potensi mencakup aspek penilaian untuk Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini,

Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, Penguasaan masyarakat terhadap

teknologi dan pengelolaan usaha, Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), Insentif

harga jual komoditas/produk dan Daya serap pasar domestik. Agregasi penilai dari aspek Potensi

ini menunjukkan bahwa usaha homestay masih berpotensi Sedang, sementara usaha yang

lainnya dinilai berpotensi Tinggi.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 129

Gambar 5.3.1.

Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

5.4. Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Provinsi

KPJU unggulan tingkat Provinsi DKI Jakarta terdiri dari KPJU unggulan per sektor ekonomi

dan KPJU unggulan lintas sektor. Sesuai dengan Metodologi yang telah dikemukakan diatas,

penetapan KPJU unggulan untuk setiap sektor merupakan agregasi dari KPJU unggulan per

sektor dari masing-masing kota/kabupaten administrasi menggunakan metode Borda dengan

mempertimbangkan peringkat dari masing-masing KPJU di masing-masing sektor/subsektor.

Sedangkan KPJU unggulan lintas sektor tingkat provinsi dianalisis berdasarkan KPJU unggulan

per sektor di itngkat provinsi dengan mempertimbangkan bobot sektor tingkat provinsi.

5.4.1. KPJU Unggulan Tingkat Provinsi Menurut Sektor Ekonomi

Berdasarkan hasil KPJU unggulan per sektor di setiap kota/kabupaten administrasi, rangking

pertama KPJU unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai

berikut: usaha budidaya kelapa (tanaman pangan/perkebunan), bayam (sayuran), jambu biji

(buah-buahan), tanaman hias (hortikultura), usaha budidaya sapi perah (peternakan), usaha

penangkapan ikan di laut (perikanan), industri makanan/kue (perindustrian), perdagangan

pakaian jadi (perdagangan), wisata sejarah/budaya (pariwisata), jasa reparasi/bengkel

motor (jasa) dan jasa angkutan khusus ekspedisi (angkutan). Adapun 5 (lima) KPJU unggulan

secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap sektor/subsektor ekonomi disajikan

pada Tabel 6.1.1.

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

130 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Tabel 5.4.1.

KPJU Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi DKI Jakarta

Rank Sektor-Subsektor

Usaha / KPJU

Skor

Terbobot

Rank

Sektor-Subsektor

Usaha / KPJU

Skor

Terbobot

Tanaman Pangan Sayuran

1 Kelapa 1,6095 1 Bayam 2,8656

2 Ketela Pohon 1,1008 2 Sawi 2,3444

3 Padi Sawah 1,0849 3 Kangkung 2,2336

4 Sukun 0,8271 4 Melinjo 0,7002

5 Kacang Tanah 0,5516 5 Kacang Panjang 0,2456

Buah-Buahan Hortikultura

1 Jambu Biji 1,9372 1 Budidaya Tanaman Hias 1,5818

2 Mangga 0,9250 2 Budidaya Tanaman Obat 0,5636

3 Pepaya 0,9048 3 Budidaya Anggrek 0,1271

4 Rambutan 0,8327 4 - -

5 Belimbing 0,5700 5 - -

Peternakan Perikanan

1 Sapi Perah 1,9302 1 Penangkapan Ikan di Laut 4,1579

2 Kambing 1,1300 2 Budidaya ikan hias 4,1400

3 Burung Kicau 0,8168 3 Budidaya Ikan di Kolam 3,5549

4 Bebek 0,7095 4 Pembenihan Ikan 2,1155

5 Sapi Potong 0,6530 5 Budidaya Ikan Bandeng

(Payau) 1,3386

Perindustrian Perdagangan

1 Makanan/Kue 3,1256 1 Pakaian Jadi 2,7569

2 Pakaian Jadi (Konveksi) 2,5833

2 Suku cadang dan Aksesoris

Kendaraan 2,1818

3 Furniture/Mebel 2,1204 3 Restoran/Rumah Makan 2,0749

4 Tahu/tempe 1,9353 4 Toko Kelontong 1,8073

5 Batu aji/akik/cincin 1,6679 5 Hotel/penginapan 1,1898

Pariwisata Jasa-Jasa

1 Wisata Sejarah/Budaya 2,3294 1 Bengkel Motor 3,4053

2 Homestay 2,1824 2 Bengkel Mobil 2,6737

3 Wisata Pantai/Bahari 1,7648 3 Salon Kecantikan 1,8319

4 Wisata Belanja 1,6407 4 Pemandu Wisata 1,0790

5 Wisata Kuliner 1,1909 5 Bimbingan Belajar 0,7851

Angkutan

1 Angkutan Khusus

Ekspedisi 3,9458

2 Angkutan Perkotaan 3,2138

3 Angkutan Bus Kota 2,6572

4 Kapal Motor 1,5179

5 Angkutan Sewa 1,2181

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 131

5.4.2. KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi

Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk

setiap tujuan penetapan KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi, serta skor terbobot

total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 6.1.2 yang

menampilkan sektor dengan bobot atau prioritas tertinggi dalam rangka penetapan KPJU

unggulan di Provinsi DKI Jakarta.

Sektor Perdagangan dinilai memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi dibandingkan sektor

yang lainnya untuk tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan peningkatan daya saing

produk/daerah, serta sektor Jasa dinilai paling penting untuk tujuan penciptaan lapangan kerja.

Namun secara agregasi dengan mempertimbangkan skor terbobot untuk masing-masing tujuan

yang telah ditetapkan, maka Sektor Perdagangan menjadi merupakan prioritas pertama di

Provinsi DKI Jakarta. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut

adalah Jasa, Perindustrian, Angkutan, Pariwisata, Perikanan, Tanaman Pangan, dan Peternakan.

Posisi tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan usaha masyarakat di Provinsi DKI Jakarta masih

didominasi 3 sektor utama, perdagangan, jasa dan perindustrian. Oleh karena itu arah

perkembangan perekonomian DKI Jakarta untuk menjadi “Kota Jasa” menjadi dasar bagi

stakeholder untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan yang tinggi untuk ketiga sektor

ekonomi tersebut.

Tabel 5.4.2.

Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan

Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan

di Provinsi DKI Jakarta

Sektor Usaha

Tujuan (Skor Terbobot)

Skor

Terbobot

Gabungan

Rangking Pertumbuhan

Ekonomi

(0,3216)

Penciptaan

Lapangan

Kerja

(0,3898)

Peningkatan

Daya Saing

Produk

(0,2886)

Perdagangan 0,1841 0,1616 0,2420 0,1920 1

Jasa 0,1726 0,2086 0,1449 0,1786 2

Perindustrian 0,1601 0,1648 0,1269 0,1523 3

Angkutan 0,1286 0,1716 0,1382 0,1481 4

Pariwisata 0,1716 0,1260 0,1492 0,1474 5

Perikanan 0,0622 0,0692 0,0720 0,0678 6

Tanaman Pangan 0,0669 0,0519 0,0563 0,0580 7

Peternakan 0,0539 0,0464 0,0705 0,0558 8

KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJU persektor

tingkat provinsi. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang telah telah

diperoleh akan dinormalisasi dan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat

provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot

sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria di tingkat

provinsi (FGD 1) dan atau hasil agregasi pembobotan di tingkat kota/kabupaten administrasi.

Dengan metoda Borda, maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJU unggulan lintas sektor di

tingkar provinsi adalah sebagai berikut, 10 (sepuluh) KPJU dengan skor terbobot tertinggi

sebagai KPJU unggulan lintas sektor di tingkat Provinsi DKI Jakarta adalah : usaha industri

Penetapan KPJU Unggulan UMKM

132 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

makanan/kue, usaha jasa reparasi kendaraan bermotor (Motor), jasa angkutan khusus

ekspedisi, usaha perindustrian dan usaha perdagangan pakaian jadi, industri

furniture/mebel, usaha jasa reparasi kendaraan (mobil), usaha jasa angkutan perkotaan,

usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris kendaraan, dan usaha rumah

makan/restoran. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan 20 KPJU lintas sektor berdasarkan

nilai skor terbobot masing-masing KPJU tingkat Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel

5.4.3.

Tabel 5.4.3.

KPJU Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,

Menurut Urutan Nilai Skor Terbobot atau Urutan Unggulan di Provinsi DKI Jakarta

No Sektor/Subsektor KPJU Unggulan Skor-

Terbobot

1 Perindustrian Makanan/Kue 0,6190

2 Jasa Bengkel Motor 0,6083

3 Angkutan Angkutan Khusus Ekspedisi 0,5844

4 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) 0,5510

5 Perdagangan Pakaian Jadi 0,5293

6 Perindustrian Furniture/Mebel 0,4845

7 Jasa Bengkel Mobil 0,4776

8 Angkutan Angkutan Perkotaan 0,4760

9 Perdagangan

Suku Cadang dan Aksesoris

Kendaraan 0,4189

10 Perdagangan Restoran/Rumah Makan 0,3984

11 Angkutan Angkutan Bus Kota 0,3936

12 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0,3663

13 Perdagangan Toko Kelontong 0,3470

14 Pariwisata Wisata Sejarah 0,3433

15 Jasa Salon kecantikan 0,3272

16 Pariwisata Homestay 0,3216

17 Perindustrian Tahu/tempe 0,2948

18 Perikanan Budidaya ikan hias 0,2806

19 Pariwisata Wisata Pantai/Bahari 0,2601

20 Perindustrian Batu aji/akik/cincin 0,2541

Berdasarkan urutan 20 KPJU lintas sektor seperti tertuang pada Tabel 5.4.3, maka 25% dari total

KPJU lintas sektor didominasi oleh sektor perindustrian (5 KPJU), diikuti perdagangan 20% (4

KPJU), kemudian Pariwisata, Jasa dan Angkutan masing-masing 15% (3 KPJU), serta perikanan

10% (2 KPJU). Terpilihnya kegiatan usaha sektor perindustrian yang menempatkan 5 KPJU

unggulan tingkat provinsi lebih disebabkan oleh persebaran kegiatan usaha tersebut yang lebih

merata di wilayah DKI Jakarta sehingga menghasilkan penilaian skor terbobot yang lebih tinggi

dibandingkan sektor lainnya, termasuk kegiatan usaha di sektor perdagangan yang merupakan

sektor dengan tingkat kepentingan tertinggi di DKI Jakarta.

Bank Indonesia 133

BAB VI ANALISIS PRODUK LIFE CYCLE (PLC) DAN ANALISIS INFLASI KPJU UNGGULAN UMKM

6.1. Analisis Product Life Cycle KPJU Unggulan Lintas Sektoral

Siklus hidup produk atau Product Life Cycle adalah suatu konsep yang memberikan pemahaman

tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu produk juga

memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk bisa digambarkan sebagai suatu grafik

yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari

pasar, yang memperlihatkan konsep pemasaran dengan memberikan pemahaman yang

mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh Levitt

(1978) yang kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya.

Dalam keempat tahap dari analisa Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini memiliki

beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu :

1) Tahap Perkenalan (Introduction)

a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy)

Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi.

Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang

mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran.

b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy)

Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga

tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan

biaya pemasaran.

c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy)

Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang

besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar

yang paling besar.

d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy)

Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga

rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya

promosi yang rendah.

2) Tahap Pertumbuhan (Growth)

Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk

mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara:

a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan

gaya yang lebih baik.

b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu,

produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk

utama).

c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru.

d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi

yang baru.

e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product

awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product

preference advertising).

Analisis KPJU Unggulan UMKM

134 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga

dilapisan berikutnya.

3) Tahap Kedewasaan (Maturity)

a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi

sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru.

b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk

merek yang mapan.

c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya.

d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu

bertujuan menambah keistimewaan baru yang memperluas keanekagunaan,

keamanan atau kenyaman produk.

e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil

dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran.

f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk,

misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk.

g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk

seperti model, warna, kemasan dan lain-lain.

h. Menggunakan take-off strategy yang mana merupakan salah satu strategi yang

digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat

memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan.

4) Tahap Penurunan (Decline)

a. Manambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang

baik.

b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk.

c. Mencari pasar baru.

d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri

dapat diatasi.

e. Mengurangi investasi perusahaan secara selektif dengan cara meninggalkan

konsumen yang kurang menguntungkan.

f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat.

g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.

Salah satu bagian analisis yang cukup penting dalam kaitan dengan penetapan KPJU Unggulan

di tingkat Provinsi DKI Jakarta, khususnya jika dilihat dalam konteks jangka panjang

mendatang, adalah melihat posisi siklus hidup KPJU unggulan lintas sektor tersebut saat ini.

Dalam rangka melakukan analisis terhadap hasil penetapan KPJU Unggulan UMKM di Provinsi

DKI Jakarta, maka secara umum siklus hidup suatu komoditas, produk, dan jenis usaha dibagi

kedalam 4 (empat) fase, yaitu:

1. Fase pengenalan (introduction), yang dicirikan oleh tingkat penjualan dan pertumbuhan yang

rendah

2. Fase pertumbuhan (growth), yang dicirikan oleh pertumbuhan penjualan yang tinggi

3. Fase kejenuhan (maturity), yang dicirikan oleh tingkat penjualan yang tinggi, namun dengan

pertumbuhan penjualan yang sangat kecil atau bahkan stagnan.

4. Fase penurunan (decline), yang dicirikan oleh penurunan penjualan yang cukup tajam.

Berdasarkan proses seleksi yang berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan, kota/kabupaten

administrasi serta provinsi, dengan menggunakan kriteria yang komprehensif yang

menggambarkan potensi dan prospek, yang diperkuat dengan analisis khusus terkait potensi dan

Analisis KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 135

prospek, diperoleh gambaran awal bahwa ke 10 KPJU Unggulan lintas sektor tidak ada satupun

yang berada pada fase pengenalan, fase kejenuhan, ataupun fase penurunan. Keseluruhan KPJU

unggulan lintas sektor diidentifikasi berada pada Fase Pertumbuhan, yang berarti tingkat

permintaan atau penjualan dari waktu ke waktu, kondisi saat ini maupun prospek di masa

mendatang diyakini masih akan mengalami pertumbuhan. Secara lebih lengkap apa yang

menjadi landasan argumentasi dari kondisi tersebut di atas untuk setiap KPJU unggulan lintas

sektor diuraikan berikut ini.

KPJU-1 : Industri Makanan/Kue

Industri makanan atau berbagai jenis kue akan terus berkembang, yang didorong oleh

peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk pangan. Meningkatnya permintaan

terhadap produk pangan (makanan/kue) terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk

DKI Jakarta, baik yang menetap maupun yang hanya berada di DKI Jakarta pada siang hari,

perubahan pola penyiapan makanan, perubahan pola konsumsi terhadap produk pangan,

banyaknya acara-acara yang memerlukan makanan dan kue sebagai snack, dan aksesibilitas

(kemudahan menjangkau) serta mobilitas penduduk. Karena kesibukan anggota keluarga dan

perubahan gaya hidup yang menginginkan produk bisa langsung tersedia saat diinginkan

(instan), menyebabkan tidak banyak lagi keluarga yang menyiapkan sendiri makanan dan kue

yang mereka inginkan. Membeli makanan dan kue dari toko yang berada di sekitar tempat

tinggal atau di berbagai pusat-pusat perbelanjaan menjadi trend yang akan terus meningkat di

masa mendatang.

Pola konsumsi pangan penduduk perkotaan, seperti juga di berbagai kota administrasi di DKI

Jakarta, cenderung berubah ke arah yang lebih beraneka ragam, dan tidak lagi mengutamakan

nasi dalam porsi yang besar. Waktu sarapan sampai dengan makan siang seringkali diisi dengan

mengkonsumsi makanan ringan, jajanan, dan kue-kue. Rapat-rapat internal organisasi, seminar,

lokakarya, hajatan, pertemuan-pertemuan sosial dan acara-acara sejenis lainnya, hampir selalu

menyajikan makanan dan kue-kue sebagai snack, kopi, dan sejenisnya. Dengan berkembangnya

bisnis pertemuan, konvensi, dan eksebisi (MICE) juga mendorong peningkatan permintaan

terhadap produk makanan atau kue.

DKI Jakarta sebagai provinsi dimana ibukota negara berada, dilengkapi dengan berbagai ragam

tempat tujuan wisata (tourist destination), meliputi wisata budaya, wisata alam, wisata rekreatif,

wisata sejarah, wisata belanja dan lainnya. Fasilitas-fasilitas wisata yang ada tersebut akan

menarik tidak hanya penduduk Jakarta saja, namun juga penduduk dari wilayah-wilayah

sekitarnya, masyarakat Indonesia dari berbagai wilayah, bahkan juga wisatawan mancanegara.

Kondisi tersebut telah dan akan terus dimanfaatkan untuk memasarkan produk-produk industri

makanan atau kue, sehingga bertambah banyaknya kunjungan masyarakat Indonesia dari luar

Jakarta dan mancanegara ke Jakarta di masa mendatang akan mendorong pula peningkatan

permintaan akan makanan atau kue.

Kreativitas industri makanan atau kue dengan mengembangkan makanan atau kue lokal yang

disajikan secara modern sesuai selera masyarakat kini, membuka peluang-peluang baru bagi

pengembangan pasar untuk produk makanan atau kue. Karena faktor terpenting dalam siklus

hidup produk atau usaha adalah pertumbuhan pasar di masa mendatang, maka dapat disimpulkan

bahwa untuk industri makanan atau kue pada lima tahun mendatang masih akan berada pada

fase pertumbuhan. Namun ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam pengembangan usaha

industri makanan atau kue ini adalah dari sisi keamanan pangan (food safety) dan kehalalan. Hal

yang harus dilakukan adalah mengawasi dengan ketat penggunaan bahan-bahan berbahaya yang

Analisis KPJU Unggulan UMKM

136 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

bukan untuk pangan (non food grade), dan melindungi umat muslim dari bahan-bahan yang

diharamkan, serta produk-produk yang telah kadaluwarsa. Pengawasan dan pembinaan terhadap

proses produksi dan pemasaran adalah suatu keharusan, karena kalau ini tidak dilakukan dengan

serius dapat memukul industri makanan dan kue secara luas dalam jangka waktu yang pendek.

KPJU-2 : Usaha Jasa Bengkel Motor

Pertumbuhan kepemilikan sepeda motor di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan jumlah kendaraan roda-4 atau lebih. Buruknya transportasi masal, mahalnya biaya

transportasi bagi kalangan pekerja, kemacetan hampir setiap waktu hampir di seluruh ruas jalan,

pemanfaatan kendaraan di luar hari kerja, adalah beberapa hal yang mendorong pemilihan

sepeda motor sebagai alat transportasi bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Bahkan karena

kondisi kemacetan yang parah seringkali mendorong pemilik kendaraan roda-4 untuk memiliki

sepeda motor.

Seringnya menghadapi kemacetan, jarak tempuh yang cukup jauh, menyebabkan tingkat

keausan kendaraan menjadi tinggi. Disamping itu kesadaran bahwa sepeda motor yang dimiliki

adalah sarana kerja yang penting, maka perawatan dan perbaikan sepeda motor di bengkel-

bengkel yang ada secara rutin dilakukan. Permintaan jasa bengkel motor resmi atau yang bebas

dirasakan dari waktu ke waktu meningkat, dan waktu menunggu yang lama saat sepeda motor

diperbaiki semakin tidak dapat diterima.

Bengkel sepeda motor pada umumnya menimbulkan kebisingan, terutama saat penyetelan

mesin, disamping itu potensi untuk timbulnya pencemaran dari tumpahan pelumas dan limbah

liannya cukup tinggi. Hal ini bisa mendorong pemerintah DKI Jakarta untuk merelokasi

keberadaan bengkel sepeda motor dari wilayah pemukiman, perkantoran, dan pelayanan

masyarakat. Namun hal ini diperkirakan tidak akan mengurangi permintaan atas jasa bengkel

motor.

KPJU-3 : Usaha Angkutan Khusus Ekspedisi

Hampir semua perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia, perusahaan nasional, dan

keagenan dari perusahaan asing berkantor di Jakarta. Pintu impor dan ekspor berbagai komoditi

dan produk yang terbesar adalah melalui Jakarta (Tanjungpriok). Pengiriman barang di dalam

wilayah maupun ke luar wilayah DKI Jakarta menjadi sangat padat, dan kebutuhannya di masa

mendatang akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan jumlah penduduk tetap sekitar 8 juta, yang bermukim di wilayah yang tersebar di lima

kota administrasi dan satu kabupaten, distribusi kebutuhan bebagai jenis produk secara cepat dan

tepat ke berbagai pusat grosir, pengecer, maupun langsung ke alamat penduduk yang memesan,

membutuhkan dukungan sarana angkutan khusus ekspedisi yang handal. Sarana tersebut dapat

berupa kendaraan roda empat atau lebih, kendaraan roda tiga (triseda) dengan bak, maupun

kendaraan roda dua dengan box yang diletakkan di bagian belakang.

Permintaan akan jasa angkutan ekspedisi juga akan terus meningkat seiring pula dengan tumbuh

pesatnya sistem perdagangan on line baik untuk produk yang dihasilkan di wilayah DKI Jakarta

maupun yang hanya dijual saja di wilayah DKI, seperti penjualan suku cadang (spare parts) dan

sebagainya, dan sistem delivery service. Model perdagangan on line ini diperkirakan dalam

waktu lima tahun mendatang masih akan tumbuh pesat, dengan demikian dapat dipastikan

bahwa permintaan akan angkutan khusus ekspedisi di masa mendatang juga akan tumbuh.

Analisis KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 137

KPJU-4 : Industri Pakaian Jadi

Telah dijelaskan secara panjang lebar besarnya prospek pertumbuhan perdagangan pakaian jadi,

baik itu terkait dengan kedudukan sebagai kebutuhan pokok, dan terkait posisi strategis Jakarta

sebagai ibukota negara, dan pintu masuk utama bagi wisatawan dan pebisnis mancanegara ke

Indonesia. Industri pakaian jadi adalah pendukung utama bagi perdagangan pakaian jadi

tersebut, dimana terkait dengan industri ini posisi Jakarta sebagaimana tergambarkan

sebelumnya, juga memberi kemudahan dalam mendapatkan berbagai jenis bahan baku (tekstil)

pakaian jadi, aksesorisnya, maupun sarana produksi, baik yang berasal dari impor maupun yang

berasal dari dalam negeri sendiri. Tangerang, Bekasi, dan Bandung adalah sentra-sentra industri

tekstil utama di Indonesia, berada pada jarak tempuh yang relatif pendek, sehingga dapat

menekan biaya transportasi.

Tantangan ke depan bagi industri pakaian jadi ini adalah memasukkan unsur-unsur kreatif yang

lebih tinggi dalam menghasilkan produk-produk pakaian jadi, sehingga dapat memasuki segmen

yang lebih luas, mulai dari kelas menengah ke bawah sampai ke kelas ekonomi premium dengan

menghasilkan produk-produk adi busana. Untuk itu diperlukan usaha dalam mempersiapkan

tenaga-tenaga muda terampil dan kreatif yang akan mendukung daya saing produk-produk yang

dihasilkan industri pakaian jadi.

Persaingan dalam produksi pakaian jadi di masa yang akan datang diperkirakan tidak hanya

didasarkan pada biaya produksi yang memberi dampak pada harga, tetapi lebih pada kreativitas

dalam rancangan produknya. Penyiapan sumber daya yang terampil dan kreatif akan lebih

menjamin pertumbuhan permintaan terhadap produk usaha industri pakaian jadi ini di masa

mendatang, dan untuk itu harus ada sinergi diantara instansi yang menangani pengembangan

industri, Kadinda, dan swasta yang yang terkait. Pengembangan organisasi rantai pasok yang

terkait industri pakaian jadi ini lebih memungkinkan terciptanya efisiensi, kemampuan

penyerahan produk secara tepat waktu, dan pada akhirnya daya saing usaha dan produk dapat

ditingkatkan.

KPJU-5 : Usaha Perdagangan Pakaian Jadi

Seperti diketahui bahwa pakaian merupakan kebutuhan pokok dari masyarakat, dan pakaian

tidak lagi hanya digunakan sebagai pelindung diri, sekedar penutup aurat, ataupun memenuhi

ketentuan yang telah ditetapkan (seragam). Pakaian memiliki fungsi lain, yang pada masa kini

menjadi lebih menonjol, yaitu untuk meningkatkan citra diri. Hal ini menyebabkan kebutuhan

pakaian setiap individu anggota masyarakat menjadi lebih banyak, dan pengaruh mode serta

penggunakan pakaian untuk menyesuaikan dengan aktivitas menyebabkan pergantian pakaian

menjadi lebih tinggi. Secara keseluruhan hal-hal tersebut di atas akan menyebabkan

pertumbuhan permintaan yang berkesinambungan.

Posisi DKI Jakarta, yang juga merupakan provinsi kota dan sekaligus ibukota negara, sangat

menguntungkan bagi perdagangan berbagai produk, terutama tentunya pakaian jadi. Kunjungan

dari masyarakat dari berbagai penjuru tanah air, baik untuk kepentingan dinas, bisnis, kunjungan

pribadi dan keluarga, atau rekreasi (wisata) ke Jakarta akan sangat tinggi. Jakarta sebagai pusat

pemerintahan, tempat dimana lembaga-lembaga negara berada, tempat dimana kantor-kantor

pusat perusahaan berada, agen dan pusat perdagangan besar berada, dan berbagai sarana wisata

yang unik tidak ada di tempat lain, menjadikan Jakarta sebagai tujuan kunjungan dengan tingkat

kunjungan yang akan selalu berkembang. Kondisi tersebut diperkuat oleh aksesibilitas menuju

Jakarta yang mudah, karena tersedianya transportasi yang bervariasi dan tinggi frekuensinya,

Analisis KPJU Unggulan UMKM

138 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

baik melalui udara, laut, maupun darat. Perdagangan pakaian jadi di DKI Jakarta selain

memenuhi kebutuhan pasar lokal, juga mendapat manfaat besar dari kondisi di atas, sehingga

menjadi bagian yang sangat penting dari rantai perdagangan pakaian jadi ke seluruh tanah air,

dan pemenuhan kebutuhan pakaian jadi secara individual bagi masyarakat daerah yang

berkunjung ke Jakarta.

Sebagai kota internasional dengan akses transportasi internasional terbaik di tanah air,

memudahkan para pedagang pakaian jadi, terutama dari negara-negara tetangga dan berkembang

di Asia, Timur Tengah, dan Afrika, membeli pakaian jadi yang diperdagangkan di Jakarta untuk

kemudian akan diperdagangkan kembali di negaranya. Untuk memenuhi kebutuhan akan

pakaian jadi yang bervariasi tersebut pedagang pakaian jadi di Jakarta juga mendapat pasokan

dari industri pakaian jadi, terutama dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Berdasarkan uraian sebelumnya tergambarkan bahwa dalam siklus hidup usaha perdagangan

pakaian jadi berada pada fase pertumbuhan dan hal ini masih akan berlangsung dalam jangka

panjang, mengingat pangsa pasar terbesarnya masih berasal dari pasar domestik (dalam negeri)

dan negara-negara berkembang yang relatif ringan menerima dampak krisis

perekonomian/keuangan global. Ancaman dalam jangka panjang pada perdagangan pakaian jadi

ini berasal dari industri pakaian jadi dari negara berkembang di Asia Tenggara seperti Vietnam

dan Kamboja, serta produk murah dari China, yang mungkin diperdagangkan langsung ke

negara-negara yang selama ini mengimpor dari Indonesia. Antisipasi terhadap ancaman tersebut

dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem transaksi yang menjamin kemudahan tapi

sekaligus tetap memberikan rasa aman bagi pedagang, kemudahan dan pengenaan tarif yang

bersaing untuk ekspedisi pengiriman barang (ekspor), dan mengembangkan keagenan atau

pusat-pusat perdagangan pakaian jadi Indonesia yang dimiliki pedagang Indonesia atau

bekerjasama dengan pedagang setempat di negara-negara yang selama ini membeli pakaian jadi

langsung dari Indonesia.

KPJU-6 : Industri Furniture/Mebel

Industri furniture atau mebel berkembang seiring dengan perkembangan usaha property

(perkantoran, perumahan/apartemen/kondominium), hotel dan restoran, serta berbagai jenis

usaha. Usaha properti dan jasa-jasa lainnya di DKI Jakarta tumbuh dengan sangat pesat dari

sejak lama, dan dari waktu ke waktu pertumbuhannya semakin tinggi. Dengan demikian sangat

wajar apabila permintaan akan furniture atau mebel tumbuh dengan sangat pesat, sepanjang

desain dan kualitas produknya memenuhi standar. Untuk itu pembinaan yang terkait dengan

rancangan, dan proses produksi untuk dapat menghasilkan produk berkualitas menjadi

keharusan.

Tantangan utama bagi usaha industri furnitur ini di masa mendatang adalah semakin sulit dan

mahalnya mendapatkan bahan baku kayu dan rotan yang berkualitas. Masuknya berbagai produk

impor dengan menggunakan bahan baku non hasil hutan (plastik, logam, compound) sebagai

pengganti papan dan rotan juga menjadi tantangan yang lain.

Sebagaimana dengan usaha-usaha lain yang menggunakan bahan baku yang berasal dari alam,

dalam hal ini adalah hasil hutan, terjadi kelangkaan yang semakin dirasakan dari waktu ke

waktu, maka untuk usaha industri furnitur ini ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk

menjamin keberlangsungan usaha, yaitu : (1) menggunakan bahan baku yang berasal dari hutan

yang diusahakan secara lestari; (2) menggunakan kayu yang berasal dari kegiatan replanting

tanaman perkebunan seperti kayu karet dan kelapa; (3) menggunakan kayu lunak yang tumbuh

cepat (fast growing) dan bambu dengan mengaplikasikan teknologi untuk memperkuat dan

Analisis KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 139

mengawetkan; menggunakan papan partikel atau papan olahan press lainnya; (4) menggunakan

logam tempa, pipa, dan plastik, eceng gondok dan lainnya lebih banyak.

KPJU-7 : Usaha Jasa Bengkel Mobil

Permintaan jasa bengkel mobil berkembang seiring dengan perkembangan penjualan kendaraan

bermotor roda-4 atau lebih (mobil), perubahan perilaku pemilik mobil, dan kesadaran akan nilai

ekonomis dari keberadaan mobil. Sejak pulihnya ekonomi Indonesia setelah mengalami krisis

yang berat di tahun 1997-1998, pertumbuhan penjualan mobil penumpang dan barang dalam

lima tahun terakhir secara nasional mencapai 5-12%. Khusus untuk DKI Jakarta pertumbuhan

penjualan tersebut diperkirakan lebih besar dari pertumbuhan nasional, mengingat volume

kegiatan ekonomi di DKI Jakarta relatif lebih besar dibandingkan provinsi-provinsi lainnya.

Pemilik kendaraan pribadi maupun dinas (perusahaan) sekarang cenderung untuk membawa

kendaraannya ke bengkel, baik untuk pemeliharaan maupun perbaikan, karena pertimbangan

efisiensi waktu dan ekonomis. Saat ini semakin sedikit instansi pemerintah maupun perusahaan

swasta yang memiliki bengkel sendiri untuk merawat dan memperbaiki kendaraan mereka,

sehingga cenderung untuk bekerjasama dengan bengkel-bengkel yang fokus dalam melakukan

perawatan dan perbaikan mobil dengan jenis atau merek tertentu maupun umum.

Semakin berkembangnya bisnis asuransi juga mendorong pemilik yang mobilnya diasuransikan

untuk segera melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada bodi atau komponen mobil

lainnya akibat kecelakaan atau musibah lainnya. Hal ini juga mendorong peningkatan

permintaan jasa perawatan dan perbaikan mobil yang bisa diberikan oleh bengkel mobil

Sebagian besar mobil yang ada di DKI Jakarta digunakan untuk aktivitas produktif oleh

pemiliknya, oleh karenanya para pemilik tentunya menghendaki kendaraan selalu dalam

keadaan baik dan siap digunakan. Kemacetan yang parah hampir di semua bagian dari ibukota,

dan setidaknya 6 hari dalam seminggu, menimbulkan keausan yang lebih cepat pada komponen

mobil. Hal-hal ini juga dapat memicu meningkatnya permintaan terhadap jasa bengkel mobil.

Beberapa kebijakan yang diperlukan antara lain: kebijakan untuk mengembangkan sistem

transportasi masal yang lebih baik, kebijakan mengurangi penggunaan air tanah yang biasa

digunakan untuk pencucian mobil, dan perluasan bagian wilayah kota yang bebas dari kegiatan-

kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran, diperkirakan tidak akan mengurangi

permintaan jasa bengkel mobil, tetapi hanya akan menggeser lokasi usaha ke sekitar wilayah

pemukiman atau di pinggiran kota.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, mengindikasikan akan adanya pertumbuhan

permintaan akan jasa bengkel mobil setidaknya dalam jangka waktu lima tahun mendatang.

Peningkatan permintaan itu akan menjadi lebih tinggi jika pertumbuhan ekonomi nasional di

tahun-tahun mendatang terus dapat dipertahankan tetap tinggi. Keadaan ini selain akan

mendorong peningkatan penjualan mobil, tapi juga dapat meningkatkan kemampuan pemilik

kendaraan untuk melakukan pemeliharaan kendaraan di bengkel mobil.

KPJU-8 : Usaha Angkutan Perkotaan

Salah satu ciri utama masyarakat perkotaan modern adalah mobilitasnya yang sangat tinggi,

maka kebutuhan akan angkutan perkotaan juga tinggi. Kondisi angkutan masal di DKI Jakarta

saat ini dirasakan belum memadai, ditinjau dari volume, jangkauan, keamanan, dan

Analisis KPJU Unggulan UMKM

140 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

kenyamanan. Namun kondisi ini secara terus menerus telah diupayakan perbaikannya, walau

terasa berjalan cukup lambat.

Walaupun transportasi massal telah dikembangkan, kebutuhan akan angkutan sewa perkotaan

untuk jarak pendek dan bisa menjangkau pemukiman atau wilayah-wilayah padat lainnya harus

juga dipenuhi. Saat ini ada beberapa sarana angkutan kecil yang bisa memenuhi kondisi tersebut

dan mendapat ijin untuk beroperasi di wilayah DKI Jakarta, yaitu taksi, tuktuk (Bajaj dengan

BBG), dan kancil. Pertumbuhan usaha angkutan perkotaan ini diperkirakan akan terus

meningkat sesuai dengan pertumbuhan dinamika aktivitas masyarakat di Kota Jakarta.

Angkutan perkotaan yang dapat menjangkau berbagai bagian dari Jakarta, yang memberikan

rasa aman bagi penggunanya, dan tidak memberi beban yang lebih berat terhadap polusi udara,

sangat didambakan oleh masyarakat Jakarta. Ketidaknyamanan karena kepadatan, inefisiensi,

dan pembatasan ijin bagi kendaraan pribadi untuk digunakan di dalam kota terutama di jalan-

jalan protokol, mendorong permintaan akan angkutan perkotaan non bis di masa mendatang

akan meningkat. Berdasarkan berbagai uraian tersebut di atas tergambarkan bahwa dalam lima

tahun mendatang permintaan akan angkutan perkotaan meningkat, yang berarti ditinjau dari

siklus hidup usaha ini akan masih berada pada fase pertumbuhannya.

KPJU-9 : Usaha Perdagangan Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan

Usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris kendaraan bisa merupakan usaha yang terpisah,

namun kini ada kecenderungan untuk menjadi satu usaha yang menyediakan dua jenis produk

tersebut. Pabrikan kendaraan bermotor cenderung mengeluarkan produk dengan berbagai

varian, dimana antar varian dibedakan atas aksesoris yang menjadi kelengkapannya.

Pertumbuhan yang pesat pada kepemilikan jumlah kendaraan baik penumpang maupun barang,

roda-2 maupun lebih, kendaraan pribadi maupun milik instansi atau perusahaan, menjadi pemicu

pertumbuhan usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris. Di DKI Jakarta usaha perdagangan

suku cadang dan aksesoris telah terkonsentrasi di beberapa wilayah-wilayah, dan tidak hanya

melayani masyarakat pemilik kendaraan di DKI Jakarta saja, tetapi juga dari Jabodetabek, dan

juga yang berasal dari berbagai kota lain di Jawa, Sumatera, dan daerah-daerah lain. Pelanggan

luar daerah pada umumnya berasal dari bengkel-bengkel yang ada di daerah tersebut.

Teknologi informasi dan telekomunikasi, serta berkembangnya usaha jasa pengiriman barang,

mempermudah usaha perdagangan suku cadang dan aksesoris memperluas jaringan

pemasarannya. Banyaknya merek dan varian untuk setiap merek, dan keterbatasan keberadaan

bengkel resmi untuk setiap merek kendaraan, juga harga jual yang tinggi di bengkel resmi yang

ada, mendorong munculnya pesanan langsung kepada pedagang suku cadang dan aksesoris di

Jakarta.

Atas dasar apa yang secara singkat diuraikan sebelumnya, mengindikasikan dengan jelas bahwa

perdagangan suku cadang dan aksesoris ini masih berada dalam fase pertumbuhan. Hal ini

diperkuat oleh fakta bahwa penjualan kendaraan meningkat dengan rataan lebih dari lima persen

dalam lima tahun terakhir, dan kecenderungan pemilik untuk merawat dan mempercantik

kendaraan dengan berbagai aksesoris meningkat pula.

KPJU-10 : Usaha Restoran dan Rumah Makan

Beberapa hal mengapa restoran dan rumah makan masih akan tumbuh di DKI Jakarta adalah:

tempat kerja yang berlokasi jauh dari tempat tinggal, pola penyiapan makanan untuk konsumsi

di rumah, dan berkembangnya fungsi restoran dan rumah makan. Setidaknya setiap makan

Analisis KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 141

siang pada hari kerja bagi anggota masyarakat yang bekerja dilakukan atau dibeli dari restoran

atau rumah makan dengan berbagai ukuran. Meningkatnya jumlah perusahaan atau instansi yang

membuka kantornya di wilayah DKI Jakarta akan mendorong pula peningkatan permintaan akan

jasa restoran dan rumah makan.

Demi pertimbangan kepraktisan, dan alasan tidak adanya waktu untuk menyiapkan makanan di

rumah, serta semakin menurunnya kemampuan anggota keluarga dalam menyediakan makanan

yang baik, enak dan menarik, menyebabkan pembelian makanan dari restoran atau rumah makan

untuk keperluan makan malam dan lainnya meningkat, dan diperkirakan akan terus meningkat di

masa yang akan datang. Memesan langsung dari restoran atau rumah makan, atau membelinya

sambil pulang kerja adalah menjadi hal yang semakin banyak bisa ditemui di perkotaan besar.

Fungsi restoran dan rumah makan saat ini semakin tampak bergeser menjadi tempat untuk

melakukan interaksi sosial, baik diantara rekan sekerja, anggota keluarga, kolega, teman-teman

dan sebagainya. Restoran dan rumah makan tidak lagi menjadi hanya sekedar tempat makan.

Restoran dan rumah makan kini banyak yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan, fasilitas untuk

koneksi internet, dan fasilitas serta atraksi lainnya yang melengkapi restoran dan rumah makan

menjadi tempat rekreatif, disamping tersediannya menu yang unik dan memenuhi selera

konsumen.

Jakarta sebagai kota tujuan wisata utama, dimana terdapat berbagai fasilitas wisata,

membutuhkan adanya restoran dan rumah makan sebagai pendukung. Bahkan restoran dan

rumah makan yang mampu menyajikan menu dan cara penyajian yang unik bisa menjadi

destinasi wisata tersendiri, yang saat ini dikenal sebagai wisata kuliner. Sebagai penyedia

makanan yang merupakan kebutuhan utama manusia, dan melihat posisinya saat ini, usaha

restoran dan rumah makan diperkirakan akan tetap tumbuh di masa-masa mendatang, setidaknya

sesuai dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan adanya perbaikan kesejahteraan masyarakat di

DKI Jakarta.

6.2. Analisis Pembentukan Inflasi KPJU Unggulan Lintas Sektoral

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)

berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi

atau bahkan spekulasi, dan akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi merupakan

indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga

digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai

penyebab meningkatnya harga.

Penyebab inflasi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) tarikan permintaan (demand

pull inflation) yang dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar yang terkait dengan permintaan

terhadap barang dan jasa yang berakibat bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor

produksi sehingga meningkatkan harga. Kelompok ke-2 adalah desakan biaya (cost push

inflation) akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau kelangkaan distribusi, walau permintaan

secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan, sehingga memicu kenaikan

harga. Sehubungan dengan itu penetapan KPJU Unggulan berkaitan dengan penyebab inflasi

adalah dalam hal penyebab ke 2 yaitu desakan biaya (cost push inflation).

Analisis KPJU Unggulan UMKM

142 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Penetapan KPJU Unggulan diharapkan mampu mendorong investasi dan berkembangnya usaha

pada KPJU yang diunggulkan, yang pada akhirnya berdampak kepada lebih tersedianya

komoditi, produk atau jasa dari KPJU Unggulan tersebut. Di antara KPJU Unggulan Lintas

Sektor di Provinsi DKI Jakarta, maka KPJU yang termasuk dalam kelompok komoditi dalam

perhitungan inflasi adalah seperti dapat dilihat pada Tabel 6.2.1. Seperti dapat dilihat pada Tabel

6.3.1, KPJU Unggulan termasuk pada:

1) Kelompok Bahan Makanan yaitu bahan makan kacang-kacangan (107010-12), KPJU

yang berkontribusi terhadap inflasi adalah Industri Pengolahan Tahu/Tempe dan pada

kelompok Ikan segar (103000), yaitu komoditi hasil usaha penangkapan ikan di laut.

2) Kelompok makanan jadi (201000) terdapat 2 (dua) KPJU yaitu adalah usaha industri

pengolahan makanan/kue dan usaha restoran/rumah makan.

3) Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga (303000) terdapat (2) dua KPJU yaitu produk

Industri Pembuatan furniture/mebel (303021-27) dan usaha perdagangan barang

kelontong (303000 dan 304000).

4) Kelompok Sandang (400000) terdapat 2 (dua) KPJU yaitu industri konveksi dan usaha

perdagangan pakaian jadi.

5) Sub Kelompok Jasa PerawatanJasmani terdapat 1 KPJU yaitu usaha jasa salon

kecantikan (503000) .

6) Kelompok Rekreasi (604000) terdapat 3 KPJU yaitu wisata pantai, wisata sejarah dan

homestay (604027).

7) Kelompok transportasi, terdapat 3 KPJU yaitu jasa transportasi angkutan kota (701003),

dan angkutan bis (701200).

8) Kelompok komunikasi dan Pengiriman (702003) terdapat 1 KPJU yaitu usaha jasa

angkutan khusus ekspedisi.

9) Kelompok Sarana dan Penunjang Transpor (703016 dan 703017) terdapat 2 KPJU yaitu

usaha jasa bengkel motor dan mobil .

Tabel 6.2.1.

KPJU Unggulan Lintas Sektoral Penyumbang Inflasi

No Sektor/

Subsektor KPJU Unggulan

Kelompok Komoditi Penyumbang

Inflasi

1 Perindustrian Makanan/Kue Kelompok Makanan Jadi (201000)

2 Jasa Bengkel Motor

Sarana dan penunjang transport (703016-

17)

3 Angkutan Angkutan Khusus

Ekspedisi Komunikasi dan Pengiriman (702003)

4 Perindustrian Pakaian Jadi (Konveksi) Sandang (400000)

5 Perdagangan Pakaian Jadi Sandang (400000)

6 Perindustrian Furniture/Mebel Perlengkapan rumah tangga (303021-27)

7 Jasa Bengkel Mobil Sarana dan penunjang transport (703016-

17)

8 Angkutan Angkutan Perkotaan Transpor (701003)

9 Perdagangan

Suku Cadang dan

Aksesoris Kendaraan Sarana dan penunjang transport (703000)

10 Perdagangan Restoran /Rumah Makan Makanan jadi (201000)

11 Angkutan Angkutan Bus Kota Transpor (701002-3)

12 Perikanan Penangkapan Ikan di Ikan segar (103000)

Analisis KPJU Unggulan UMKM

Bank Indonesia 143

No Sektor/

Subsektor KPJU Unggulan

Kelompok Komoditi Penyumbang

Inflasi

Laut

13 Perdagangan Toko Kelontong Perlengkapan Rumahtangga (303000) dan

Penyelenggaraan Rumahtangga (304000)

14 Pariwisata Wisata Sejarah Rekreasi (604027)

15 Jasa Salon Kecantikan Jasa perawatan jasmani (503000)

16 Pariwisata Homestay Rekreasi (604000)

17 Perindustrian Tahu /Tempe Bahan makanan kacang-kacangan

(107010-12)

18 Perikanan Budidaya Ikan Hias -

19 Pariwisata Wisata Pantai /Bahari Rekreasi (604027)

20 Perindustrian Batu Aji /Akik /Cincin -

Seperti dapat dilihat pada Tabel 6.3.1 di atas, kecuali KPJU Unggulan Budidaya Ikan Hias dan

Industri Kerajinan batu aji/akik/cincin 7 KPJU Unggulan Lintas Sektor yang lain merupakan

penyumbang langsung terhadap inflasi. Di antara ke-7 KPJU Unggulan tersebut, maka KPJU

Jasa bengkel mobil dan perdagangan suku cadang dapat menjadi penyumbang terhadap biaya

transportasi/distribusi yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga/biaya komoditi lain.

Demikian juga pengaruh yang sama diberikan oleh KPJU Unggulan Angkutan khusus ekspedisi.

Selain itu KPJU Unggulan penangkapan ikan di laut yang komoditinya berupa ikan segar pada

gilirannya dapat mempengaruhi terhadap harga/biaya kelompok komoditi ikan olahan dan bahan

makanan lainnya dan makanan jadi seperti kerupuk ikan.

Berdasarkan data BPS, sub kelompok kacang-kacangan pada kelompok bahan makanan pada

bulan Oktober 2012 mengalami penurunan inflasi (deflasi) 1,16% dan pada kelompok ini produk

tahu memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,0048%. Pada kelompok ikan segar,

dimana diantaranya merupakan hasil dari usaha penangkapan ikan di laut memberikan

penurunan inflasi (deflasi) sebesar 0,02%.

Produk KPJU Unggulan dari industri pengolahan makanan/kue dan produk makanan/minuman

yang ditawarkan usaha jasa restoran/rumah makan sebagian merupakan sub kelompok makanan

jadi yang memberikan kontribusi terhadap inflasi. Berdasarkan data BPS pada periode Oktober

2012 kelompok makanan jadi mengalami deflasi sebesar 0,02%. Komoditi makanan

ringan/snack sebagai produk dari KPJU Unggulan Industri pengolahan makanan/kue

memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,0009% dan komoditi air kemasan sebesar

0,0043.

Pada sub kelompok perlengkapan rumahtangga, yang di antaranya sebagai produk dari KPJU

Unggulan industri furniture/mebel, pada periode Oktober 2012 mengalami kenaikan inflasi

sebesar 0,06%.

Kelompok sandang merupakan kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada periode bulan

oktober 2012 (1,99%). Salah satu dari produk pada kelompok sandang ini adalah produk dari

KPJU Unggulan industri konveksi dan usaha perdagangan pakaian jadi. Pada kelompok ini

komoditi rok luar model biasa memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,0003%.

Berkaitan dengan KPJU Unggulan usaha jasa salon kecantikan yang pada kelompok komoditi

penyumbang inflasi adalah pada sub kelompok jasa perawatan jasmani pada periode Oktober

2012 tidak mengalami kenaikan atau penurunan inflasi. Kelompok inipun tidak memberikan

sumbangan inflasi. Kondisi yang sama terjadi pada kelompok rekreasi dimana diantaranya

Analisis KPJU Unggulan UMKM

144 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

merupakan produk jasa KPJU Unggulan yaitu wisata pantai, wisata sejarah dan homestay pada

sektor pariwisata.

Pada kelompok sarana dan penunjang transport, dimana salah satunya adalah jasa transportasi

angkutan kota dan bis pada periode Oktober 2012 mengalami kenaikan inflasi sebesar 0,05%.

Kenaikan inflasi juga terjadi pada kelompok sarana dan penunjang transportasi yaitu sebesar

1,30%. Pada kelompok ini terdapat dua KPJU Unggulan yaitu usaha jasa bengkel dan mobil.

Walaupun demikian, ke dua kelompok ini tidak memberikan sumbangan terhadap inflasi.

BAB VII REKOMENDASI

Rekomendasi untuk pengembangan KPJU Unggulan UMKM di Kota/Kabupaten Administrasi

dan Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

7.1. Rekomendasi Umum

Secara umum rekomendasi untuk pengembangan UMKM - KPJU Unggulan di Provinsi DKI

Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Hasil identifikasi KPJU Unggulan per sektor dan lintas sektor seyogyanya dapat

dipertimbangkan oleh Pemerintah Daerah sebagai KPJU Unggulan dalam rangka

pengembangan UMKM.

2. Pembinaan dan pengembangan KPJU Unggulan untuk pengembangan UMKM

memerlukan dukungan kebijakan dan program yang bersifat lintas sektoral. Dengan

demikian SKPD terkait sesuai dengan TUPOKSInya masing-masing perlu lebih

meningkatkan dan mengembangkan program dan kegiatannya yang mendukung

pengembangan KPJU Unggulan UMKM tersebut, disertai dengan alokasi dana yang

mencukupi dan proporsional. Agar supaya program dan pengembangan tersebut lebih

mengikat dan berkesinambungan, maka KPJU Unggulan UMKM perlu ditetapkan melalui

Surat Keputusan Kepala Daerah serta dituangkan dalam RPJM Daerah dan Rencana

Strategis SPKD terkait.

3. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan KPJU Unggulan untuk UMKM adalah

peningkatan akses dan pengembangan atau jangkauan pasar. Kebijakan dan program yang

telah dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi akses dan pengembangan pasar produk

UMKM perlu lebih ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan faktor

penentu dan pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan pasar, antara

lain: pemenuhan terhadap persyaratan mutu, kemasan, dan waktu delivery, harga, serta

ketersediaan modal kerja untuk memenuhi volume pemesanan. Sehubungan dengan itu

maka:

a. Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan yang selama ini sudah

dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi Terkait perlu lebih diintensifkan. Program

tersebut meliputi:

i. Aspek kewirausahaan, sehingga SDM/pelaku usaha lebih mandiri dan kreatif

dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.

ii. Aspek teknik dan teknologi produksi, sehingga produksi lebih efisien serta mutu

dan kemasan produk lebih meningkat.

iii. Aspek manajemen usaha, khususnya pemasaran dan keuangan, sehingga dapat

mendukung peningkatan akses pengusaha terhadap pasar dan sumber pembiayaan

usaha (perbankan).

b. Pengembangan jejaring usaha antar UMKM, serta pengembangan dan penguatan

kelembagaan pelaku usaha UMKM pada KPJU Unggulan untuk meningkatkan

efisiensi biaya transaksi usaha dan pemasaran bersama.

c. Peningkatan sarana dan prasrana pemasaran bagi UMKM KPJU Unggulan serta

pengembangan sistem informasi untuk peluang pasar bagi KPJU Unggulan.

Rekomendasi

146 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

d. Pengembangan program kemitraan atau penguatan lebih lanjut program kemitraan

yang selama ini sudah terbentuk antara UMKM KPJU Unggulan dengan Usaha

Menengah/Besar terkait.

4. Pengembangan Klaster yang selama ini telah dilaksanakan pada komoditi tertentu perlu

diperluas dan diterapkan pada KPJU Unggulan, dengan lebih meningkatkan keterlibatan

dan koordinasi antar pelaku inti dan institusi pendukung (SKPD terkait, Perbankan,

Perguruan Tinggi, dan instansi Litbang). Pengembangan Klaster seyogyanya berorientasi

kepada peningkatan nilai tambah dalam sistem rantai nilai (value chain) dan manajemen

rantai pasok (supply chain management). Dalam kaitan ini maka proses peningkatan nilai

tambah KPJU Unggulan seyogyanya dirancang agar sebesar-besarnya dapat dinikmati oleh

pelaku UMKM.

5. Program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan adalah sangat penting dan perlu

lebih diintensifkan serta dilaksanakan secara lebih berkesinambungan. Sehubungan dengan

itu:

a. Kelembagaan pendamping seperti Business Development Service Provider (BDSP)

atau Inkubator Bisnis UMKM yang sudah ada perlu lebih meningkatkan peran dan

fungsinya dengan dukungan Perguruan Tinggi dan Instansi terkait.

b. Kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi di daerah dengan yang

sudah berlangsung selama ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan. Tridharma

Perguruan Tinggi, khususnya dharma Pengabdian Masyarakat, serta program kurikuler

seperti PKL, KKN atau kegiatan ko-kurikuler lain perlu lebih dikembangkan untuk

program pendampingan bagi UMKM KPJU Unggulan.

6. Pengembangan bisnis KPJU Unggulan oleh UMKM memerlukan peningkatan akses

kepada sumber pembiayaan, dan untuk itu diperlukan program dan upaya antara lain:

a. Pengembangan atau penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Lembaga

Pembiayaan Alternatif (LPA) yang sudah ada, khususnya dari aspek kelembagaan dan

permodalan.

b. Penguatan Lembaga Penjamin Kredit Daerah yang sudah terbentuk.

c. Revitalisasi peran dan peningkatan jumlah Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).

d. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN dan BUM-Daerah

perlu lebih diintensifkan dan diintegrasikan sehingga lebih efektif bagi pengembangan

UMKM KPJU Unggulan.

e. Percepatan realisasi dan operasionalisasi Lembaga Pemeringkat Kredit bagi UMKM.

7. Secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses

pembiayaan untuk KPJU Unggulan bagi UMKM melalui program dan kegiatan:

a. Sosialisasi yang lebih intensif tentang persyaratan pembiayaan dan skim pembiayaan

bagi UMKM.

b. Pengembangan inovasi dan skim pembiayaan /penyaluran kredit yang berbeda untuk

masing-masing bisnis KPJU Unggulan. Hal ini didasarkan atas perbedaan karakteristik

usaha antar KPJU Unggulan dan antara skala mikro, kecil dan menengah.

8. Pengendalian laju inflasi melalui kebijakan fiskal daerah perlu dilakukan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta, khususnya untuk menciptakan kestabilan suku bunga riil investasi

karena masih menjadi andalan bagi investor dalam melakukan investasi melalui dana

pinjaman. Kebijakan pengendalian laju inflasi dapat dilakukan pengurangan pengeluaran

pemerintah agar pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian daerah dapat dikendalikan,

kebijakan kenaikan pajak juga dapat mengakibatkan penerimaan uang masyarakat

berkurang dan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang menurun sehingga

Rekomendasi

Bank Indonesia 147

berpengaruh terhadap penurunan permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif,

peningkatan hasil produksi agar terjadi keseimbangan jumlah barang dengan jumlah uang

yang beredar, kebijakan terhadap kestabilan tingkat upah agar daya beli masyarakat relatif

stabil sehingga harga-harga pun ikut stabil, serta peran pemerintah daerah dalam

pengawasan harga dan distribusi barang.

7.2. Rekomendasi Khusus.

Secara khusus rekomendasi yang diajukan untuk masing-masing KPJU Unggulan Lintas Sektor

adalah sebagai berikut:

1) Usaha Industri Makanan/Kue.

Pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dan berkesinambungan untuk menjamin

dan meningkatan keamanan pangan (food safety) dan kehalalan produk makanan, oleh

instansi terkait (Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Kesehatan, Badan POM, dan

Asosiasi).

Pelatihan dan pendampingan dalam rangka penerapan Praktek Berproduksi Yang Baik

(Good Processing Practice), dan disain kemasan produk (Dinas Perindustrian, Lembaga

Penelitian dan Perguruan Tinggi).

2) Usaha Industri dan Perdagangan Pakaian Jadi

Perluasan akses pemasaran bagi produk Pakaian Jadi UMKM melalui kemitraan dengan

pengelola pasar modern perlu lebih ditingkatkan (Dinas KUMKM dan Perdagangan, dan

Kadin/Asosiasi)

Kebijakan yang lebih progresif untuk pengadaan dan penggunaan produk pakaian jadi

UMKM bagi instansi di lingkungan Pemerintah DKI dan Sekolah Negeri (Pemda DKI).

Pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan mutu dan disain pakaian jadi

(Dinas Perindustrian dan Energi, dan Asosiasi).

Kebijakan yang lebih progresif dalam rangka melindungi produk pakaian jadi UMKM

dari “serbuan” produk impor (Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan).

3) Usaha Jasa Bengkel Mobil dan Bengkel Motor

Pelatihan dan pembinaan terhadap pengelola usaha jasa bengkel dan perawatan

mobil/motor, seperti prinsip-prinsip Total Productive Maintenance, sehingga antara lain

dapat mengurangi dampak lingkungan yang negatif, seperti pencemaran limbah,

kebisingan, dan pemborosan penggunaan air tanah pada jasa pencucian mobil/motor

(Pemda, dan Dinas Perindustrian dan Energi).

Peningkatan akses bagi pengelola untuk meningkatkan keterampilan mekanik /operator

dan program sertifikasi mekanik/operator melalui kerjasama dengan Balai Latihan Kerja

dan Produsen Mobil (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi – BLK, dan Produsen

Mobil/Motor).

4) Usaha industri batu aji/akik/cincin.

Peningkatan mutu disain melalui pendirian pusat pelatihan dan pengembangan disain

kreatif produk kerajinan batu aji/akik/cincin dan produk kerajinan lain (Dinas

Perindustrian dan Energi, Dinas Tenaga Kerja dan Tansmigrasi – BLK).

Peningkatan akses dalam rangka promosi produk-produk kerajinan pada event-event

promosi pariwisata, terfasilitasinya gerai produk kerajinan ini pada Hotel-hotel

berbintang, dan objek-objek kunjungan wisata (Dinas KUMKM dan Perdagangan, Dinas

Pariwisata, dan Asosiasi).

Rekomendasi

148 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

5) Industri Tahu/tempe.

Pembinaan melalui pelatihan, pendampingan dan pengawasan yang lebih intensif dan

berkesinambungan dalam rangka penerapan Praktek Berproduksi Yang Baik (Good

Processing Practice) sehingga lebih menjamin keamanan pangan – dalam hal ini produk

tahu (Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Kesehatan, Badan POM).

Menjalin kerjasama dan kemitraan yang lebih intensif dalam rangka lebih menjamin

kepastian ketersediaan pasokan bahan baku kedele (Asosiasi dan Koperasi Pengusaha

Tahu/Tempe).

6) Usaha Perdagangan Suku Cadang dan aksesoris mobil/motor.

Pengawasan dan pengendalian terhadap pemalsuan suku cadang kendaraan yang

merugikan konsumen (Dinas KUMKM dan Perdagangan, dan Asosiasi).

7) Industri furniture/meubel.

Pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan mutu dan disain

furniture/mebel, serta alternatif penggunaan bahan baku selain kayu alam (Dinas

Perindustriandan Energi, dan Asosiasi).

Kebijakan yang lebih progresif dalam pengadaan dan penggunaan produk

furniture/mebel UMKM bagi instansi di lingkungan Pemerintah DKI dan Sekolah Negeri

(Pemda DKI).

8) Industri Sepatu dan Tas.

Pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan mutu dan disain sepatu/tas

melalui pendirian pusat pelatihan dan pengembangan disain kreatif produk sepatu dan tas

(Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi – BLK, dan

Asosiasi)

Kebijakan yang lebih progresif dalam pengadaan dan penggunaan produk sepatu/tas

UMKM bagi instansi di lingkungan Pemerintah DKI dan Sekolah Negeri (Pemda DKI).

9) Usaha Jasa Angkutan Perkotaan

Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaku usaha dan supir untuk meningkatkan

keamanan dan kenyamanan penggunaan jasa pelayanan angkutan (Asosiasi, Dinas

Perhubungan, dan Kepolisian Daerah Metro Jaya).

Kemudahan fasilitas pembiayaan untuk pembaharuan sarana angkutan (Perbankan dan

Asosiasi).

Bank Indonesia 149

L A M P I R AN

150 Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta

Halaman ini sengaja dikosongkan