BAB I PENDAHULUAN - wonosobokab.go.id · berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, ......
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - wonosobokab.go.id · berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, ......
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO
Kondisi Geografis
ecara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7. 11’
dan 7. 36’ Lintang Selatan (LS), 109. 43’ dan 110. 04’ Bujur
Timur (BT). Jarak ibukota Kabupaten Wonosobo ke ibukota Provinsi Jawa
Tengah berjarak 120 Km dari ibukota negara (Jakarta) berjarak 520 Km.
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian
berkisar antara 275 meter sampai 2.250 meter di atas permukaan laut.
Dalam lingkup wilayah provinsi, Kabupaten Wonosobo terletak di
bagian tengah yang berbatasan dengan beberapa kabupaten. Sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Purworejo,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara.
Secara administratif Kabupaten Wonosobo dibagi menjadi 15
kecamatan. Jarak kecamatan ke ibukota kabupaten terjauh adalah 37 Km.
Jarak terjauh antar ibukota kecamatan adalah 54 Km. Luas wilayah
Kabupaten Wonosobo mencapai 98.468 hektare dengan kondisi biogeofisik
sebagai berikut: kemiringan 3-8 seluas 54,4 ha, 8-15 seluas 24.769,1 ha,
15-40 seluas 42.173,6 ha dan lebih dari 40 derajad seluas 31.829.9 ha.
Apabila ditinjau dari penggunaan lahan, wilayah terluas sebagai
tegalan/kebun yang mencapai 42.73 persen, lahan sawah 16.29 persen dan
butan negara 17.10 persen. Sebagaimana keadaan di Indonesia pada
umumnya, Kabupaten Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam
setahun, kemarau dan penghujan. Rata-rata suhu udara 14.3-26.5 derajat
celcius, dengan curah hujan pertahun berkisar antara 1.713-4.255
mm/tahun. Secara kelembaban Wonosobo mempunyai kelembaban kelas
lembab. Dengan curah hujan cukup tinggi dan tanah yang cukup subur
menjadikan pertanian sebagai sektor yang cukup dominan di Kabupaten
Wonosobo.
Sebagaimana keadaan di Indonesia pada umumnya. Kabupaten
Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya, yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara rata-rata di kabupaten
Wonosobo antara 14.3 – 26.5 derajat celcius dengan curah hujan rata-rata
mencapai 1.713 – 4.255 mm/tahun. Secara umum kabupaten Wonosobo
mempunyai kelembaban kelas lembab. Dengan curah hujan yang cukup
tinggi dan kondisi tanah yang subur menjadikan pertanian sebagai sektor
yang dominan bagi perekonomian masyarakat.
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMERINTAHAN
KABUPATEN WONOSOBO
abupaten Wonosobo, dibentuk berdasarkan Undang- undang
Nomor 13 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (diundangkan pada Tanggal 8
Agustus 1950). Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008, tentang
Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo, Bab III, Pasal 3 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Bupati dan Wakil Bupati, disebutkan:
Bupati berkedudukan sebagai pemimpin penyelenggaran pemerintahan
daerah :
Bupati mempunyai tugas dan wewenang :
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
2) Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
3) Menetapkan Peraturan Daerah yang telah mendapat persetujuan DPRD;
4) Menyusun dan mengajukan Rancanagan Peraturan Daerah tentang
APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;
5) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;
6) Mewakili daerah di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan Peraturan Perundang –
Undangan;
7) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan Peraturan
Perundang – undangan.
Sedangkan kedudukan Wakil Bupati sebagai pemimpin
penyelenggaraan pemerintahan.
Wakil Bupati mempunyai tugas :
1) Membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah
2) Membantu Bupati mengkoordinasikan kegiatan instansi vertical didaerah,
menindaklanjuti laporan dan/ atau temuan hasil pengawasan aparat
pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda
serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan
lingkungan hidup
3) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
kecamatan, kelurahan dan /atau desa
4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah
5) Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan
oleh Bupati
6) Melaksanakan tugas dan wewenang Bupati apabila Bupati berhalangan.
Pasal 5, menyatakan kewajiban Bupati dan Wakil Bupati meliputi :
1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang –
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
4) Melaksanakan kehidupan demokrasi;
5) Mentaati dan menegakkan seluruh Peraturan Perundang – undangan;
6) Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah daerah;
7) Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah;
8) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
9) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan kuangan
daerah;
10) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan
semua perangkat daerah;
11) Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah
di hadapan Rapat Paripurna DPRD;
12) Selain kewajiban tersebut di atas, Bupati mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
pemerintah dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada masarakat.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Bupati dibantu oleh :
1. Staf ahli melputi :
1) Staf ahli bidang Hukum dan Politik
2) Staf ahli bidang Pemerintahan
3) Staf ahli bidang Pembangunan
4) Staf ahli bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia
5) Staf ahli Ekonomi dan Keuangan
2. Sekretariat Daerah yang merupakan unsur staf, terdiri dari :
Sekretaris Daerah yang salah satu fungsinya mengkoordinasikan
bagian – bagian di lingkungan Sekretariat Daerah. Dalam pelaksanaan
fungsi tersebut dibantu oleh;
a. Asisten Pemerintahan, mengkoordinasikan :
a) Bagian Tata Pemerintahan
b) Bagian Hukum
c) Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
b. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, mengkoordinasikan :
a) Bagian Perekonomian dan Pembangunan
b) Bagian administrasi pembangunan
c) Bagian Kesejahteraan rakyat
c. Asisten Administrasi, mengkoordinasikan :
a) Bagian Organisasi
b) Bagian umum
c) Bagian Hubungan Masyarakat
3. Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, yang
terdiri dari
a. Sekretaris DPRD
b. Bagian umum dan Keuangan
c. Bagian Persidangan
d. Bagian Hukum
4. Lembaga Teknis Daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Bupati
terdiri dari :
a. Inspektorat
b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
d. Badan Keluarga Berencana
e. Badan Kepegawaian Daerah
f. Badan Lingkungan Hidup
g. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
h. Kantor Ketahanan Pangan
i. Kantor arsip
j. Kantor Perpustakaan
k. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
5. Dinas Daerah yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah terdiri
dari :
a. Dinas Pendidikan, Pemuda dan olah Raga
b. Dinas Kesehatan
c. Dinas Sosial
d. Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi
e. Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika
f. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
g. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
h. Dinas Pekerjaan Umum
i. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
j. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
k. Dinas Peternakan dan Perikanan
l. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
m. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
n. Dinas Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah
6. Kecamatan sebagai wilayah kerja camat merupakan bagian perangkat
daerah kabupaten. Di Kabupaten Wonosobo, memiliki 15 ( lima belas )
wilayah kecamatan.
7. Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat
kabupaten dalam wilayah kecamatan.
8. Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur pemerintah daerah
mempunyai tugas untuk menyelenggarakan dan memelihara
ketentraman dan ketertiban umum
C. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN LAKIP
merupakan wujud akuntabilitas pemerintah yang pedoman
penyusunannnya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Apratur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tetang pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Penyusunan LAKIP Kabupaten Wonosobo dimaksudkan sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan visi, misi dan rencana kinerja
Tahun 2013. LAKIP juga dimaksudkan sebagai umpan balik atas pencapaian
kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo selama satu tahun anggaran.
Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendorong instansi pemerintah
dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efekifitas kebijakan dan
program yang telah dilakukan dalam pencapaian target kinerja. Hasil pengukuran
kinerja juga dapat dimanfaatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya
peningkatan kinerja instansi pemerintah.
LAKIP merupakan bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang diharapkan mampu mendorong perbaikan bagi
instansi pemerintah dalam hal:
1. Penetapan prioritas program yang lebih mengarah pada kunci
permasalahan pokok;
2. Mengurangi terjadinya duplikasi anggaran dengan penetapan
kinerja yang terukur dan berkelanjutan;
3. Mendorong pengembangan mekanisme pencatatan dan
pemanfaatan sumber daya yang akurat;
4. Mendorong akurasi penyusunan anggaran;
5. Mencegah penggunaan anggaran untuk sesuatu yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan;
6. Tersedianya sarana, prasarana dan metode kerja dalam
pengendalian sistem manajemen yang lebih andal;
7. Tersedianya pelaporan/ informasi kinerja instansi pemerintah yang
mudah diakses dan mudah dipahami oleh masyarakat.
D. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LAKIP
1. TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme ,
sebagai tindak lanjut dari Tap MPR;
3. Instruksi Presiden Nomor 07 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi;
5. Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP);
6. Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor SE/31/M.PAN/12/2004 tentang pedoman penyusunan
penetapan kinerja;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Nomor 29 Tahun 2010, tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
E. KONDISI SUMBER DAYA MANUSIA KABUPATEN WONOSOBO
ada tahun 2013 dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Pemerintah Kabupaten Wonosobo, didukung oleh Sumber Daya Manusia
sebanyak 8.054 orang pegawai. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun
2012 maka terjadi penurunan jumlah pegawai sebanyak 386 orang pegawai.
Secara rinci kondisi sumber daya manusia Pemerintah Kabupaten Wonosobo
Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. SDM Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Menurut Tingkat
Pendidikannya sebagai berikut:
TK. PENDIDIKAN PRIA WANITA Grand Total
SD 192 12 204
SLTP 238 9 247
SLTA 891 606 1497
D-I 11 68 79
D-II 584 668 1252
D-III 258 429 687
D-IV 14 19 33
S1 1837 1835 3672
S2 272 111 383
Grand Total 4297 3757 8054 Sumber: BKD kab. Wonosobo
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah terbesar pegawai di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mempunyai pendidikan S-1
dengan persentase mencapai 45.59 persen. Dibandingkan dengan kondisi
tahun 2012 terjadi peningkatan sekitar 6.01 persen dimana pada tahun 2012
jumlah pegawai yang berpendidikan S-1 baru mencapai 39.58 persen.
Sedangkan pegawai dengan latar belakang pendidikan D-IV proporsinya
paling sedikit hanya 0,4 naik 0.1 persen dari tahun 2012 persen.
2. SDM Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Menurut Jenis
Jabatannya sebagai berikut:
JENIS JABATAN PRIA WANITA Grand Total
STRUKTURAL 542 258 800
FUNGSIONAL KHUSUS 2530 3015 5545
FUNGSIONAL UMUM/STAF 1171 460 1631
CPNS 54 24 78
Grand Total 4297 3757 8054 Sumber: BKD Kab. Wonosobo
Dilihat menurut jenis jabatannya proporsi terbesar pegawai di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah jabatan fungsional
khusus yang mencapai 68.84 persen, mengalami kenaikan sekitar 2.84
persen dibanding tahun 2012 yang baru mencapai 66 persen. Namun
apabila dicermati lebih lanjut diketahui bahwa proporsi terbesar dari jabatan
fungsional khusus adalah tenaga guru yang mencapai 89 persen dari
keseluruhan jabatan fungsional khusus yang ada di Kabupaten Wonosobo.
Pada urutan kedua adalah jabatan fungsional khusus dibidang kesehatan,
sementara di bidang lainnya masih sangat terbatas.
3. SDM Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Menurut SKPD nya
sebagai berikut:
SKPD PRIA WANITA Grand Total
Badan Keluarga Berencana 62 51 113
Badan Kepegawaian Daerah 21 8 29
Badan Lingkungan Hidup 18 5 23
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
15 11 26
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
25 12 37
Bagian Administrasi Pembangunan Setda
8 3 11
Bagian Hubungan Masyarakat Setda
8 6 14
SKPD PRIA WANITA Grand Total
Bagian Hukum Setda 4 5 9
Bagian Kesejahteraan Rakyat 9 6 15
Setda
Bagian Organisasi Setda 3 5 8
Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda
3 7 10
Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal Setda
5 6 11
Bagian Tata Pemerintahan Setda 6 4 10
Bagian Umum Setda 48 16 64
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
41 13 54
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
17 10 27
Dinas Kesehatan 198 450 648
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
22 8 30
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
32 12 44
Dinas Pekerjaan Umum 195 9 204
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
50 21 71
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
239 203 442
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
38 5 43
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
74 13 87
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
83 30 113
Dinas Peternakan dan Perikanan 44 18 62
Dinas Sosial 11 8 19
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
41 12 53
Inspektorat 22 15 37
Kantor Arsip 6 7 13
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
11 3 14
Kantor Ketahanan Pangan 7 3 10
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
13 5 18
SKPD PRIA WANITA Grand Total
Kantor Perpustakaan 15 10 25
Kecamatan Garung 21 9 30
Kecamatan Kalibawang 18 2 20
Kecamatan Kalikajar 21 12 33
Kecamatan Kaliwiro 23 5 28
Kecamatan Kejajar 28 6 34
Kecamatan Kepil 30 5 35
Kecamatan Kertek 33 11 44
Kecamatan Leksono 23 7 30
Kecamatan Mojotengah 27 13 40
Kecamatan Sapuran 22 9 31
Kecamatan Selomerto 31 13 44
Kecamatan Sukoharjo 22 2 24
Kecamatan Wadaslintang 21 3 24
Kecamatan Watumalang 25 6 31
Kecamatan Wonosobo 54 41 95
Pemerintah Kabupaten Wonosobo (Staf Ahli)
2
2
Rumah Sakit Umum Daerah 119 188 257
Satuan Polisi Pamong Praja 48 2 50
Sekretariat Daerah 1
1
Sekretariat DPRD 24 12 36
Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
8
8
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Garung
110 147 257
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kalibawang
184 147 331
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kalikajar
162 207 369
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kaliwiro
184 147 331
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kejajar
119 100 219
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kepil
252 174 426
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kertek
171 216 387
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Leksono
89 125 214
SKPD PRIA WANITA Grand Total
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Mojotengah
137 152 289
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Sapuran
171 177 348
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Selomerto
127 192 319
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Sukoharjo
118 91 209
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Wadaslintang
196 170 366
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Watumalang
133 108 241
UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Wonosobo
230 336 566
Grand Total 4297 3757 8054 Sumber: BKD Kab. Wonosobo
Dari tabel tersebut diketahui bahwa menurut SKPD nya, SKPD
dengan jumlah pegawai terbesar adalah Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga. Diikuti oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum.
Kondisi tersebut tidak berbeda dengan komposisi pada tahun 2012. Hal ini
karena memang bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur
merupakan bidang prioritas dalam pembangunan jangka menengah
Kabupaten Wonosobo sebagai bentuk pelayanan dasar bagi mayarakat.
F. SUMBER DAYA KEUANGAN
Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya pada Tahun 2013
Pemerintah Kabupaten Wonosobo menganggarakan belanja sebesar Rp
1.236.421.504.788,00. Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 merupakan
formulasi kebijakan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah
Kabupaten Wonosobo dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan dan
pembangunan, pelayanan masyarakat serta upaya penyelesaian berbagai
persoalan yang dihadapi daerah, yang dikelompokkan ke dalam Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Langsung.
Belanja Daerah tersebut meliputi :
1. Belanja Tidak Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari :
a. Belanja Pegawai, merupakan alokasi anggaran untuk membiayai belanja
gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya kepada PNS, uang
representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan
tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan
penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp.
643.233.438.722,00;
b. Belanja Hibah, merupakan alokasi anggaran untuk belanja pemberian
uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar
Rp 23.340.277.968,00;
c. Belanja Bantuan Sosial, merupakan alokasi anggaran untuk belanja
bantuan sosial kepada organisasi kemasyarakatan bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar
Rp 3.111.000.000,00 ;
d. Belanja Bantuan Keuangan, merupakan alokasi belanja untuk belanja
bantuan keuangan bagi pemerintah desa dan partai politik. Pada tahun
2013 untuk pos ini pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalokasikan
anggaran sebesar Rp.55.956.000.000,00;
e. Belanja Tidak Terduga, merupakan alokasi anggaran untuk kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka
pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan
pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan
tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya
yang telah ditutup. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan
sebesar Rp. 4.020.820.000,00
2. Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari jenis belanja sebagai
berikut :
a. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran daerah untuk honorarium
kepanitiaan, upah, stimulant, honorarium tenaga kontrak pemerintah daerah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pada
Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar
Rp.11.478.619.190,00 ;
b. Belanja Barang dan Jasa, merupakan pengeluaran daerah untuk
memenuhi kebutuhan belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa
kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan,
sewa gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat-alat berat, sewa peralatan
dan perlengkapan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja dan perjalanan dinas. Pada Tahun 2013 untuk pos
belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 221.925.283.692,00;
c. Belanja Modal, merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan listrik,
kendaraan dinas operasional, peralatan kantor dan aset tetap lainnya. Pada
Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp.
273.356.065.216,00.
G. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAKIP
KABUPATEN WONOSOBO
Sistematika Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja pemerintah
Kabupaten Wonosobo Tahun 2013, didasarkan pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010, Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Gambaran umum Organisasi yang melaporkan dan sekilas
pengantar lainnya.
Bab II : Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Ikhtisar hal-hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja.
Bab III : Akuntabilitas Kinerja
Uraian pencapaian sasaran-sasaran organisasi pelapor, dengan
pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja.
Bab IV : Penutup
Lampiran – lampiran
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN
KINERJA TAHUN 2013
A. PERENCANAAN KINERJA
erencanaan kinerja Tahun 2013 disusun berdasarkan dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) periode tahun 2010-
2015. Mengacu pada Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJMD merupakan penjabaran dari visi
misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Visi penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Kabupaten
Wonosobo periode tahun 2010-2015 adalah ”Wonosobo yang lebih Maju dan
Lebih Sejahtera”. Dari visi tersebut, tujuan umum yang ingin dicapai dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah adalah mencapai
kemajuan pembangunan diberbagai bidang sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Lebih sejahtera dimaknai bahwa pembangunan
daerah bukan hanya untuk kemajuan dan kemandirian, tetapi juga untuk
kesejahteraan yaitu suatu kondisi yang semakin baik dan damai dalam arti
semakin adil dan tidak ada kekerasan dalam bentuk apapun
Kemajuan diberbagai bidang tersebut kemudian dijabarkan sebagai
berikut:
1. Bidang sosial diukur dengan kualitas sumber daya manusia yang tercermin
dari sumber daya manusia yang memiliki karakter dan kepibadian bangsa,
akhlak mulia, berkualitas, berpendidikan yang tinggi, dengan derajat
kesehatan yang baik dan produktifitas yang tinggi.
2. Kemajuan ekonomi diukur dari kemakmuran yang tercermin dari tingkat
pendapatan yang tinggi dan distribusi yang merata.
3. Kemajuan di bidang politik dan hukum diukur dari semakin mantapnya
lembaga politik dan hukum yang tercermin dari berfungsinya lembaga politik
dan kemasyarakatan sesuai konstitusi, meningkatnya peran aktif masyarakat
dalam segala aspek kehidupan.
Untuk mencapai visi tersebut, diturunkan dalam Misi Pembangunan
2010 - 2015 sebagai rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai
visi Wonosobo 2015 tersebut. Mewujudkan Wonosobo yang semakin Maju dan
Sejahtera, tidak terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global, nasional
dan regional selama kurun waktu 2010-2015.
Misi pemerintah dalam periode 2010 - 2015 diarahkan untuk
mewujudkan Wonosobo yang lebih maju dalam bidang sosial, budaya, ekonomi,
politik dan hukum menuju kemandirian daerah. Usaha-usaha perwujudan Visi
Wonosobo 2015 dijabarkan dalam misi tahun 2010 - 2015 sebagai berikut :
1. Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju
masyarakat yang lebih sejahtera.
2. Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah
3. Meningkatkan pelayanan sosial dasar untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
4. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan
daerah.
5. Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua
bidang.
Kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo Tahun
2010 - 2015 dirumuskan sebagai pedoman pelaksanaan misi sebagaimana
tertuang pada dokumen perencanaan pembangunan daerah. Kebijakan tersebut
disusun dalam kerangka pencapaian visi pembangunan yang telah ditetapkan.
Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo 2010 - 2015,
dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program
prioritas agar lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat
keberhasilannya. Prioritas Pembangunan Daerah ini bertujuan untuk menghadapi
tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Kabupaten
Wonosobo di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan
akan diprioritaskan untuk menjamin pelaksanaan prioritas pembangunan daerah
yang meliputi:
Penanggulangan Kemiskinan
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, melalui Optimalisasi
pelaksanaan program pemerintah Bantuan Sosial Terpadu,
PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat.
b. Pemberdayaan Fakir Miskin, dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya, melalui Revitalisasi Tim
Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
c. Peningkatan perluasan dan pengembangan Kesempatan Kerja,
melalui pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan
kewirausahaan.
d. Perlindungan dan jaminan sosial, melalui Penyediaan sistem
jaminan sosial bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
e. Pengembangan usaha masyarakat, melalui Peningkatan
pemerataan distribusi kepemilikan modal material kepada seluruh
masyarakat dan Peningkatan kemampuan usaha mikro, kecil dan
menengah untuk mengelola produk-produk potensial daerah baik
dalam bidang permodalan, produksi maupun pemasaran.
f. Kerjasama Pembangunan, melalui Penguatan kerjasama antara
Wonosobo – Perguruan Tinggi – Pelaku Usaha / BIG Partnership
dalam pengembangan produk-produk potensial daerah
(pertanian, usaha mikro kecil dan menengah, serta pariwisata).
Pendidikan
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan
Menengah, melalui peningkatan akses terhadap pendidikan dasar
dan menengah yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau
dan fasilitasi rintisan pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun.
b. Pendidikan berkelanjutan, melalui Penerapan metodologi
pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan
ujian (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang
memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan
terhadap budaya-bahasa Indonesia.
c. Manajemen Pelayanan Pendidikan, melalui pemberdayaan peran
kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul,
revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality
assurance, mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk
menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses
pembelajaran, dan Dewan Pendidikan, serta Penataan ulang
kurikulum sekolah yang menjadi urusan daerah sehingga dapat
mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab
kebutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah
dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan (diantaranya
dengan mengembangkan model link and match).
d. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, melalui
peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, pengelolaan dan
layanan sekolah.
Kesehatan
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan
masyarakat, melalui pelaksanaan program kesehatan preventif
terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada balita;
Penyediaan akses sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi
dasar berkualitas; Penurunan tingkat kematian ibu saat
melahirkan, serta tingkat kematian bayi; Menjamin ketercukupan
kebutuhan obat ; Ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan
rumah sakit, puskesmas dan PKD; dan Penerapan Asuransi
Kesehatan Daerah tidak hanya untuk keluarga miskin tetapi
kepada seluruh keluarga.
b. Program Keluarga Berencana, melalui Peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta;
Infrastruktur
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan prasarana publik, melalui konsolidasi kebijakan
penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum
secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata
ruang secara terpadu;
b. Pembangunan dan rehabilitasi jalan, melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas pembangunan jalan antar kecamatan dan
antar desa.
c. Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, melalui
pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana
transportasi antarmoda dan antar wilayah yang terintegrasi untuk
mendorong penurunan tingkat kecelakaan transportasi.
d. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam,
melalui pembangunan prasarana pengendalian bencana pada
kawasan-kawasan rawan bencana.
e. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan media massa, melalui
maksimalisasi tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi
masyarakat.
f. Peningkatan pelayanan angkutan dan perhubungan, melalui
perbaikan sistem dan jaringan transportasi didalam kota
Wonosobo, Kertek, Sapuran, Garung, Kaliwiro dan transportasi
pedesaaan.
Pertanian dan Ketahanan Pangan
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat,
melalui revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan
penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan
pertanian, pengembangan areal pertanian baru, penertiban serta
optimalisasi penggunaan lahan terlantar.
b. Pembangunan/ rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi,
melalui pembangunan dan pemeliharaan sarana pengairan, yang
melayani sentra-sentra produksi pertanian demi peningkatan
kuantitas dan kualitas produksi pertanian.
c. Peningkatan produktifitas pertanian, melalui peningkatan upaya
penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu
menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju
kualitas dan produktivitas hasil pertanian yang tinggi; mendorong
untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan
berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah,
penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi
yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji,
pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara
tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau;
d. Peningkatan pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan
dan keamanan pangan melalui peningkatan kualitas gizi dan
keanekaragaman pangan, melalui peningkatan pola pangan
harapan;
e. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui pengambilan
langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem
pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
Konsolidasi dan Reformasi birokrasi untuk perbaikan tata kelola pemerintahan
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Penataan Kelembagaan, melalui restrukturisasi, konsolidasi
struktural dan peningkatan kapasitas SKPD yang menangani
urusan pemerintahan daerah.
b. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa, melalui
peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran dan
alokasi dana desa, penyempurnaan pelaksanaan pemilihan
kepala desa, peningkatan kapasitas pemerintahan desa; serta
penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama
Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah kabupaten dan
pemerintah desa.
c. Pembinaan dan pengembangan aparatur, melalui
penyempurnaan pengelolaan PNS yang meliputi sistem
rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi, dan mutasi serta
kesejahteraan PNS .
d. Penataan Peraturan Perundang-undangan, melalui percepatan
evaluasi, harmonisasi dan sinkronisasi peraturan daerah.
e. Penegakan peraturan daerah dan peraturan perundang-
undangan, melalui peningkatan integrasi dan integritas penerapan
dan penegakan peeraturan daerah oleh seluruh lembaga dan
aparat hukum.
f. Penataan Administrasi Kependudukan, melalui penetapan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi
dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama
pada kartu tanda penduduk.
Iklim investasi dan usaha
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Penataan perundang-undangan, melalui reformasi regulasi
secara bertahap sehingga terjadi harmonisasi peraturan
perundang-undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan
inkonsistensi dalam implementasinya; serta Sinkronisasi
kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka
memperluas penciptaan lapangan kerja,
b. Peningkatan promosi dan kerjasama ekonomi dan investasi,
melalui penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan
investasi secara elektronik (SPSIE) pada Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), dan pengurangan biaya untuk memulai usaha.
Energi dan Sumber Daya Mineral
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Pengembangan Ketenagalistrikan dan energi, melalui percepatan
penyediaan jaringan listrik pada kawasan-kawasan yang belum
berlistrik.
b. Pengembangan Energi Alternatif Tepat Guna, melalui
peningkatan pengembangan energi terbarukan termasuk energi
alternatif tenaga surya dan microhydro,
c. Pengembangan Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya
Mineral yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup,
melalui konversi kegiatan pertambangan kepada kegiatan yang
nilai ekonominya tinggi dan tidak merusak lingkungan; serta
rehabilitasi lahan pasca pertambangan.
Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui peningkatan hasil
rehabilitasi lahan kritis, dan penekanan laju deforestasi secara
sungguh-sungguh,
b. pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
melalui penurunan beban pencemaran lingkungan, melalui
pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan
emisi di kegiatan industri dan jasa, penurunan tingkat polusi,
Penghentian kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai yang
rawan bencana;
c. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam,
melalui penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini
Bencana dan Sistem Peringatan Dini Cuaca dan Sistem
Peringatan Dini Iklim; serta peningkatan kemampuan
penanggulangan bencana melalui: penguatan kapasitas aparatur
pemerintah dan masyarakat dalam usaha mitigasi risiko serta
penanganan bencana, pembentukan tim gerak cepat (unit khusus
penanganan bencana) dengan dukungan peralatan dan alat
transportasi yang memadai dengan basis di lokasi strategis yang
dapat menjangkau seluruh wilayah Kabupaten.
Kawasan Tertinggal, Terbelakang, Perbatasan dan Kumuh
Program aksi yang akan dilakukan :
a. Penataan perundang-undangan, melalui pelaksanaan kebijakan
khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan
lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal,
terbelakang, perbatasan dan kumuh.
b. Kerjasama daerah melalui pembentukan kerja sama dengan
daerah lain dan pihak ketiga dalam rangka percepatan
pertumbuhan di daerah tertinggal, terbelakang, perbatasan dan
kumuh.
Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
Program aksi yang akan dilakukan :
a. Pengelolaan Kekayaan Budaya, melalui penetapan dan
pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar
budaya, museum dan perpustakaan, serta pelestarian budaya.
b. Pengembangan Nilai seni dan Budaya, melalui penyediaan
sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan
pagelaran seni budaya; serta Peningkatan perhatian dan
kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang
diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya
apresiasi terhadap kemajemukan budaya.
c. Program pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna,
melalui peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan
kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya menuju
ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan
pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.
B. PERJANJIAN KINERJA
rogram prioritas pembangunan 2010-2015 yang telah
ditetapkan dan dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan
daerah, merupakan arah dalam penyusunan penetapan kinerja tahun 2013.
Pada awal tahun setelah penetapan anggaran tahun 2013 pemerintah
Kabupaten Wonosobo telah menyusun dokumen penetapan kinerja yang
berisi sasaran dan target kinerja selama satu tahun.
Sebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, penetapan kinerja merupakan tahapan penting yang sangat
berpengaruh pada tahapan selanjutnya. Selain sebagai panduan dalam
pelaksanaan pembangunan selama satu tahun kedepan,dokumen penetapan
kinerja menjadi alat ukur/ pembanding atas capaian kinerja aktual atas kinerja
instansi pemerintah. Penetapan kinerja ini disusun dengan memperhatikan
kapasitas sumber daya yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo,
baik sumber daya aparatur, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana,
kondisi masayarakat dan daya dukung lingkungan dan hasail capaian kinerja
tahun sebelumnya.
Merujuk pada ketentuan dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010 dokumen penetapan kinerja berisi sasaran strategis dan indikator
kinerja yang berorientasi pada out come atau out penting. Selain itu, dokumen
penetapan kinerja juga disusun dengan mendasarkan pada dokumen
perencaan strategis daerah (RPJMD) pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Penentuan target kinerja dalam dokumen penetapan kinerja didasarkan pada
sumber daya pembangunan yang dimiliki pemerintah Kabupaten Wonosobo
tahun 2013 dan capaian kinerja tahun 2012.
Sehingga beberapa capaian kinerja yang pada tahun 2012 belum
sesuai dengan target kinerjanya, maka target kinerja tersebut masih menjadi
target untuk tahun 2013. Sebaliknya capaian kinerja yang jauh melebihi target
pada tahun 2012, juga menjadi pertimbangan penting dalam penetapan
kinerja tahun 2013. Melalui proses tersebut diharapkan dapat dirumuskan
target kinerja yang lebih rasionan dan achievable. Berikut ini penetapan
kinerja yang telah disusun oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo pada awal
tahun 2013:
PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2013
NO. PRIORITAS/SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 2013
1 PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Penanggulangan kemiskinan. Persentase penduduk miskin 18
Peningkatan kesempatan kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja
42
Tingkat pengangguran terbuka 3.34
2 PENDIDIKAN
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah Pendidikan dasar 9 Tahun
APM SD/MI 94
APK SD/MI/Sederajat 100
APM SMP/MTs/Paket B 78
APK SMP/MTs/Paket B 97
Angka lulus SMP/MTS 99.7
Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS
96
Pendidikan Menengah
APK SMA/SMK/MA 53
APM SMA/SMK/MA 42
Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA
0.8
Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA
97
3 KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA
Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat
Prosentase desa/kelurahan UCI 100
Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
99.25
Persentase penduduk memiliki jamban sehat
75
Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan
70
Persentase rumah tangga sehat 60
Persentase PKD aktif 75
Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan
100
Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar
100
Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100
Persentase peserta jaminan kesehatan yang dilayani
3
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB
% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)
85.86
% drop out KB 7.68
Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru
28.672
Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan
1:3
Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
Angka penurunan TFR 2.13
Angka penurunan laju penduduk
1
4 INFRASTRUKTUR
Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten
Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)
184.25
Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)
164.96
Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan
% Jumlah jembatan kondisi baik 73.88
Meningkatnya kapasitas pelayanan invfrastruktur jalan desa
Jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km)
1.064.95
5 PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama
Persentase ketersediaan bahan pangan utama
100
Tingkat skor pola harapan pangan
98
Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura
Produksi Tanaman pangan (ton)
- Padi 170,240
- Jagung 128.192
- Ketela Pohon 178.968
- Ubi Jalar 18,890
Produktifitas Tanaman pangan (ton/ hektare)
- Padi 5.70
- Jagung 4.10
- Ketela Pohon 27.30
- Ubi Jalar 19.60
Produksi tanaman hortikultura
- Kentang 46.272
- Kubis 66.691
- Bawang Daun 26.021
- Cabe 5.923
- Wortel 4.923
- Salak 41.523
Produktifitas tanaman hortikultura
- Kentang 15.36
- Kubis 18.33
- Bawang Daun 12.57
- Cabe 7.38
- Wortel 15.34
- Salak 1.98
Meningkatnya populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan
Meningkatnya produksi ikan budidaya
Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)
5,652
Meningkatnya produksi benih unggul
Produksi benih BBI 2.990 kg
Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan
Populasi ternak
Sapi 33,941
kambing 140.426
Domba 92.120
Kerbau 3,936
Ayam buras 662,229
Ayam petelur 8,475
Sapi perah 1.077
kelinci 32,770
Entog 46,496
Puyuh 192,526
Produk ternak (ton)
a. Daging (kg) 6.297.677
b. Telur (kg) 2.239.896
c. Susu (Kg) 966.487
Meningkatnya layanan irigasi teknis
% Daerah Irigasi dalam kondisi baik
75
Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani
20.93
6 KONSOLIDASI DAN REFORMASI BIROKRASI
Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
Opini Hasil Pemeriksaan BPK WDP
% Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti
97
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
% kenaikan pendapatan Asli Daerah
20
Meningkatnya kualitas sistem perencanaan
Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
100
Prosentase kesesuaian program/ kegiatan RKPD dengan APBD
100
Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD
100
Prosentase kesesuaian proses dan tahapan penyusunan RKPD
100
Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil
% kepemilikan KTP berbasis NIK 99.53
% kepemilikan KK 100
% kepemilikan Akta kelahiran 85
% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran
89.5
7 IKLIM INVESTASI DAN USAHA
Meningkatnya Investasi Daerah
Jumlah investasi 3
Nilai Investasi (Investasi) 141.6
8 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Meningkatnya penggunaan energi alternatif
Jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan
3
Terpenuhinya kebutuhan energi listrik
% rumah tangga yang menggunakan listrik
95
(elektrifikasi)
Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan
109
9 LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAGGULANGAN BENCANA
Berkurangnya lahan kritis % luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas total hutan dan lahan kritis
55
Meningkatnya kualitas dan kuantitas air
Kualitas / kelas air 1
% kelestarian sumber air 60
% peningkatan debit sumber air 60
Berkurangnya resiko bencana
% jumlah meninggal akibat bencana
2
%Tertanganinya dampak bencana 100
10 KAWASAN TERTINGGAL, TERBELAKANG, PERBATASAN DAN KUMUH
Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah
% penegasan batas kabupaten 100
Meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan lingkungan yang sehat
Prosentase desa yang memiliki fasilitas air bersih
75
Area pemukimankumuh yang tertangani
100
Jumlah rumah tidak layak huni yang diperbaiki
3.000
11 KEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI
Meningkatnya internalisasi nilai - nilai budaya
Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang arkeologi
2
Jumlah karya seni yang berkualitas
4
Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya
Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan
5
Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI
15
Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna
Jumlah IK yang telah memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG)
620
Perbandingan dengan Target dan Realisasi Tahun 2012
Apabila dibandingkan dengan target dan capaian kinerja tahun
2012 maka posisi target kinerja dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2013
sebagai berikut:
NO. PRIORITAS/SASARAN INDIKATOR
KINERJA TARGET
2012
REALISASI 2012
TARGET 2013
1 PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Penanggulangan kemiskinan.
Persentase penduduk miskin
18 23.97 18
Peningkatan kesempatan kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja
42 72 42
Tingkat pengangguran terbuka
3.34 5.04 3.34
2 PENDIDIKAN
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah
Pendidikan dasar 9 Tahun
APM SD/MI 92 90.13 94
APK 100 102.11 100
SD/MI/Sederajat
APM SMP/MTs/Paket B
72 65.48 78
APK SMP/MTs/Paket B
95 86.42 97
Angka lulus SMP/MTS
99.6 93.91 99.7
Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS
94 89.78 96
Pendidikan Menengah
APK SMA/SMK/MA 48 45.71 53
APM SMA/SMK/MA
38 32,78 42
Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA
1.09 1.38 0.8
Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA
96 98.26 97
3 KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA
Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat
Prosentase desa/kelurahan UCI
100 98.87 100
Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
99 98.57 99.25
Persentase penduduk memiliki jamban sehat
45 49.46 75
Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan
60 31 70
Persentase rumah tangga sehat
50 51.17 60
Persentase PKD aktif
50 40 75
Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk
98 100 100
pelayanan kesehatan
Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar
100 100 100
Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100 10.72 100
Persentase peserta jaminan kesehatan yang dilayani
3 2.5 3
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB
% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)
84.86 82.07 85.86
% drop out KB 8.08 17.3 7.68
Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru
23140 25014 28.672
Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan
01:03.5 01:03.6 1:3
Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
Angka penurunan TFR
2.24 1.99 2.13
Angka penurunan laju penduduk
1 1 1
4 INFRASTRUKTUR
Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten
Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)
174.16 65.48 184.25
Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)
164.96 65.48 164.96
Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan
% Jumlah jembatan kondisi baik
72.24 16.96 73.88
Meningkatnya kapasitas pelayanan invfrastruktur jalan desa
Jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km)
1.064.95 1.064.95 1.064.95
5 PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama
Persentase ketersediaan bahan pangan utama
100 120.09 100
Tingkat skor pola harapan pangan
96 84 98
Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura
Produksi Tanaman pangan (ton)
- Padi 184,218 162,980 170,240
- Jagung 141,043 117,748 128.192
- Ketela Pohon 197,213 185,009 178.968
- Ubi Jalar 18,878 17,522 18,890
Produktifitas Tanaman pangan (ton/ hektare)
- Padi 5.70 5.5 5.70
- Jagung 4.80 3.7 4.10
- Ketela Pohon 26.50 26.7 27.30
- Ubi Jalar 22.50 19.6 19.60
Produksi tanaman hortikultura
- Kentang 45.814 49.027 46.272
- Kubis 66.031 58.865 66.691
- Bawang Daun 25.763 38.081 26.021
- Cabe 5.864 8.868 5.923
- Wortel 4.878 7.142 4.923
- Salak 1.191 1.342 41.523
Produktifitas tanaman
hortikultura
- Kentang 15.21 15.37 15.36
- Kubis 18.15 17.22 18.33
- Bawang Daun 12.45 12.62 12.57
- Cabe 7.3 7.3 7.38
- Wortel 15.18 16.31 15.34
- Salak 5.46 5.37 1.98
Meningkatnya populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan
Meningkatnya produksi ikan budidaya
Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)
5,295 6894 5,652
Meningkatnya produksi benih unggul
Produksi benih BBI 345,000 148,000 2.990 kg
Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan
Populasi ternak
Sapi 32,669 27,975 33,941
kambing 139,905 143,493 140.426
Domba 90,334 89,865 92.120
Kerbau 3,903 2,163 3,936
Ayam buras 662,093 683,764 662,229
Ayam petelur 7,130 21,486 8,475
Sapi perah 853 1,841 1.077
kelinci 32,228 24,949 32,770
Entog 46,382 42,977 46,496
Puyuh 192,304 180,760 192,526
Produk ternak (ton)
a. Daging (kg) 5,732,072 6,297,677 6.297.677
b. Telur (kg) 1,376,935 2,239,896 2.239.896
c. Susu (Kg) 570,113 966,487 966.487
Meningkatnya layanan irigasi teknis
% Daerah Irigasi dalam kondisi baik
75 73.65 75
Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani
20.93 20.93 20.93
6 KONSOLIDASI DAN REFORMASI BIROKRASI
Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
Opini Hasil Pemeriksaan BPK
WDP WDP WDP
% Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti
95 71 97
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
% kenaikan pendapatan Asli Daerah
18 22.9 20
Meningkatnya kualitas sistem perencanaan
Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
100% 100 100
Prosentase kesesuaian program/ kegiatan RKPD dengan APBD
100 64.45 100
Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD
80 103.6 100
Prosentase kesesuaian proses dan tahapan penyusunan RKPD
100 100 100
Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil
% kepemilikan KTP berbasis NIK
80 99.53 99.53
% kepemilikan KK 97 98.66 100
% kepemilikan Akta kelahiran
75 62.04 85
% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran
87.5 99.39 89.5
7 IKLIM INVESTASI DAN USAHA
Meningkatnya Investasi Daerah
Jumlah investasi 2 2 3
Nilai Investasi (Investasi)
140.6 160.7 141.6
8 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Meningkatnya penggunaan energi alternatif
Jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan
3 1 3
Terpenuhinya kebutuhan energi listrik
% rumah tangga yang menggunakan listrik (elektrifikasi)
90 64 95
Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan
109 109 109
9 LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAGGULANGAN BENCANA
Berkurangnya lahan kritis % luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas total hutan dan lahan kritis
46.75 51.91 55
Meningkatnya kualitas dan kuantitas air
Kualitas / kelas air 1 1
% kelestarian sumber air
40 30 60
% peningkatan debit sumber air
40 20 60
Berkurangnya resiko bencana
% jumlah meninggal akibat bencana
2.5 0.9 2
%Tertanganinya dampak bencana
100 100 100
10 KAWASAN TERTINGGAL, TERBELAKANG, PERBATASAN DAN KUMUH
Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah
% penegasan batas kabupaten
100 100 100
Meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan lingkungan yang sehat
Prosentase desa yang memiliki fasilitas air bersih
60 64 75
Area pemukimankumuh yang tertangani
75 80 100
Jumlah rumah tidak layak huni yang diperbaiki
2.000 2.534 3.000
11 KEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI
Meningkatnya internalisasi nilai - nilai budaya
Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang arkeologi
2 1 2
Jumlah karya seni yang berkualitas
4 3 4
Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya
Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan
5 3 5
Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI
15 10 15
Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna
Jumlah IK yang telah memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG)
600 550 620
Penjelasan Atas Dokumen Penetapan Kinerja
ari sebelas prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam
dokumen RPJMD Pemerintah Kabupaten Wonosobo, untuk target kinerja tahun
2013 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Prioritas Penaggulangan Kemiskinan
Target kinerja prioritas ini dari tiga indikator kinerja yang digunakan,
untuk indikator persentase penduduk miskin target kinerjanya 18 persen atau
sama dengan target kinerja tahun 2012. Ini karena target tersebut belum mampu
terealisir sampai dengan akhir 2012. Karena capaian kinerja tahun 2012 hanya
mencapai 75.09 persen dari target. Pada indikator tingkat partisipasi angkatan
kerja target yang ditetapkan sebesar 72 persen, sama dengan realisasi tahun
2012. Hal ini karena antara program tahun 2012 dengan yang akan dilakukan
pada tahun 2013 tidak banyak perubahan, sehingga targetnya paling tidak sama
dengan realisasi tahun 2012. Sedangkan untuk indikator kinerja tingkat
pengangguran terbuka, pada tahun 2013 juga masih sama dengan target kinerja
tahun 2012 yakni sebesar 3.34 persen. Hal ini karena realisasi atas target
tersebut pada tahun 2012 baru mencapai 66.26 persen dari target kinerja yang
ditetapkan.
Prioritas Bidang Pendidikan
Untuk prioritas bidang pendidikan dengan sasaran strategis
meningkatnya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun target kinerja mengalami
kenaikan pada semua indikator. Mengingat untuk capaian kinerja tahun
sebelumnya sudah cukup bagus dengan rata-rata capaian kinerja mencapai 95.3
persen. Sehingga target kinerja yang ditetapkan untuk tahun 2013 mengacu pada
target kinerja dalam RPJMD Kabupaten Wonosobo dimana ada peningkatan
target pada semua indikator. Selain itu pada tahun 2013 untuk bidang pendidikan
juga masih menjadi prioritas dasar dalam program pembangunan sepanjang
tahun 2013.
Prioritas Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana
Pada bidang kesehatan dan keluarga berencana, target kinerja juga
ditetapkan dengan memperhatikan capaian kinerja tahun sebelumnya, target
kinerja dalam dokumen RPJMD dan sumber daya yang ada untuk pelaksanaan
program pembangunan bidang kesehatan dan kelurga berencana pada tahun
2013. Untuk sasaran strategis meningkatnya kualitas dan akses pelayanan
kesehatan masyarakat, target kinerja lebih mendasarkan pada capaian kinerja
tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2012 kinerja untuk sasaran ini mencapai
92.6 persen, dengan capaian pada beberapa indikator melebihi terget kinerja
tahun 2013 yang ada dalam dokumen RPJMD.
Untuk sasaran peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB, target
kinerja mengacu pada target yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD.
Sehingga target kinerja mengalami peningkatan pada semua indikator kinerja.
Dengan capaian kinerja sebesar 87.18 persen pada tahun 2012 dan penambahan
sumber daya pada bidang keluarga berencana diharapkan target kinerja tahun
2013 dapat direalisasikan.
Prioritas Bidang Infrastruktur
Target kinerja bidang infrastruktur untuk tahun 2013 masih sama
dengan target kinerja tahun 2012. Hal ini karena capaian kinerja untuk tahun 2012
saja masih jauh dari target yang ditetapkan. Dimana pada tahun 2012 capaian
kinerjanya hanya sebesar 38.65 persen. Dengan perbaikan manajemen ke-pu-an
yang dilakukan pada tahun 2013 diharapkan target kinerja untuk tahun 2013
capaiannya akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Melalui beberapa
evaluasi atas pelaksanaan pekerjaan pada tahun 2012, tahun 2013 diharapkan
pelaksanaan pembangunan infrastruktur akan lebih efektif untuk mencapai kinerja
yang ditetapkan.
Prioritas Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan
Pada bidang pertanian dan ketahanan pangan, untuk sasaran
ketersediaan bahan pangan utama dengan indikator persentase ketersediaan
bahan pangan utama dan tingkat skor pola harapan pangan, target kinerja yang
digunakan berdasarkan target dalam RPJMD. Dengan capaian kinerja mencapai
103.8 persen pada tahun 2012, diharapkan target kinerja tahun 2013 juga akan
tercapai dengan baik.
Sedangkan untuk sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas
komuditas pangan dan hortikultura, target kinerja tahun 2013 lebih mendasarkan
pada capaian tahun 2012. Dengan asumsi akan ada peningkatan capaian
dibanding dengan realisasi tahun 2012. Dalam konteks sasaran ini faktor musim
menjadi salah satu faktor yang cukup dominan sehingga dengan kondisi tersebut,
target kinerja tahun 2013 juga disusun dengan asumsi cuaca dan musim yang
tidak berbeda jauh dengan kondisi tahun 2012.
Untuk sasaran strategis meningkatnya populasi ternak dan hasil
produksi peternakan, target kinerja tahun 2013 didasarkan pada capaian kinerja
tahun 2012 yang mencapai 135 pesen dan target yang ada dalam dokumen
RPJMD sebagai pembanding. Karena beberapa indikator capaiannya sudah
melebihi target dalam RPJMD untuk tahun 2013. Sehingga akan diperoleh target
kinerja yang lebih reason able. Sedangkan untuk sasaran meningkatnya layanan
irigasi teknis target tahun 2013 masih sama dengan target tahun 2012 karena
terget tahun 2012 belum mampu dicapai sampai dengan akhir tahun.
Prioritas Bidang Konsolidasi dan Reformasi Birokrasi
Pada sasaran bidang konsolidasi dan reformasi untuk sasaran
efektivitas, efesiensi, transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah target
kinerja mengacu pada target dalam dokumen RPJMD dan capaian kinerja tahun
2012 dengan kecenderungan target diatas realisasi tahun 2012. Demikian juga
untuk sasaran meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan
sipil. Sehingga diharapkan terget kinerja yang ditetapkan akan mampu
meningkatkan kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil secara
simultan.
Prioritas Bidang Iklim Investasi dan Usaha
Sasaran strategis bidang ini adalah meningkatnya investasi daerah
yang diukur dari indikator jumlah investasi dan nilai investasi. Target kinerja untuk
sasaran ini mengikuti target yang ada dalam dokumen RPJMD yang cenderung
menetapkan target yang meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun. Hal ini
juga mengingat Kabupaten Wonosobo yang masih terbatas kapasitasnya dalam
hal investasi. Karena kondisi sebagai daerah pertanian dengan pertanian rakyat
sebagai tulang punggungnya.
Prioritas Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Untuk bidang energi dan sumber daya mineral penetapan target kinerja
pada dua sasaran stretegisnya mengacu pada target kinerja pada RPJMD,
realisasi kinerja tahun 2012 serta rencana pelaksanaan program pembangunan
tahun 2013. Target kinerja pada indikator jumlah ijin usaha pemanfaat dan
pengelolaan energi altenatif masih sama dengan target kinerja tahun 2012 karena
capaian kinerja pada tahun 2012 capaiannya baru 33 persen dari target.
Sedangkan untuk persentase rumah tangga yang menggunakan listrik dan rasio
penyediaan daya listrik mengacu pada dokumen RPJMD.
Prioritas Bidang Lingkungan Hidup dan Penaggulangan Bencana
Target kinerja untuk bidang lingkungan hidup dan penaggulangan
bencana mengacu pada realisasi kinerja tahun 2012. Dimana pada tahun 2012
capaian kinerja bidang ini mencapai 113 persen. Sehingga untuk tahun 2013
dengan target yang ditetapkan diatas capaian kinerja tahun 2012 akan
mendorong peningkatan kualitas pembangunan lingkungan hidup dan
penanggulangan bencana di Kabupaten Wonosobo.
Prioritas Bidang kawasan tertinggal, terbelakang, perbatasan dan Kumuh
Sasaran strategis bidang ini meliputi optimalisasi pengelolaan
perbatasan daerah dan meningkatnya pemanfaatan sumber daya alam untuk
penataan lingkungan yang sehat. Penetapan target kinerja untuk sasaran tersebut
mengacu pada realisasi capaian kinerja tahun 2012. Dimana capaian kinerja pada
akhir tahun 2012 106.5 persen. Sehingga dengan capaian tersebut untuk
mendorong peningkatan yang berkelanjutan maka target kinerja 2013 ditetapkan
lebih tinggi dari realisasi 2012. Target tersebut juga lebih tinggi dari target dalam
dokumen RPJMD.
Prioritas Bidang Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
Pada bidang kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi dengan
sasaran strategis meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya dan meningkatnya
kreativitas dan produktivitas pelaku budaya, target kinerja yang ditetapkan masih
sama dengan target kinerja tahun 2012. Hasil capaian kinerja tahun 2012 untuk
dua sasaran strategis tersebut baru mencapai 63 persen dari target. Karena
capaian yang masih jauh dari target tersebut dengan mempertimbangkan
program pembangunan yang akan dilakukan selama tahun 2013 maka target
kinerja untuk tahun 2013 tidak dinaikkan. Sedangkan untuk sasaran strategis
meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna dengan melihat
relaisasi tahun lalu mencapai 91.66 persen maka target kinerja tahun 2013
dinaikkan dengan pertimbangan pada tahun 2013 telah dianggarkan program
untuk mempercepat penerapan teknologi tepat guna pada IKM-IKM di Kabupaten
Wonosobo.
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2013
A. PENGUKURAN KINERJA
ebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP) pengukuran kinerja merupakan tahapan penting untuk
membandingkan antara target dalam penetapan kinerja dengan hasil yang
diperoleh melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama satu tahun.
Melalui pengukuran kinerja realisasi dari masing-masing indikator kinerja
dapat diketaui tingkat ketercapaiannya.
Hasil pengukuran kinerja yang dituangkan ke dalam Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) juga relevan untuk melihat
efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan selama satu tahun dalam
mendukung pencapaian target kinerja. Pengukuran pada akhir tahun anggaran
mencerminkan hasil akhir dari proses pembangunan yang telah dilakukan.
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan capaian kinerja
masing-masing indikator kinerja dengan target kinerja yang telah diperjanjikan
dalam dokumen penetapan kinerja dengan indikator-indikator kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat capaian suatu sasaran. Sehingga
pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat, dan mengukur
pencapaian sasaran, melalui hasil-hasil ataupun proses pelaksanaan suatu
kegiatan.
Berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun
2010, tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dalam proses pengukuran kinerja
menitikberatkan pada upaya pencapain hasil kerja atau outcome ataupun out
penting. Tidak sebatas pada proses pelaksanaan program/kegiatan agar
pengukuran kinerja dapat memberikan informasi kinerja yang sesungguhnya.
Indikator kinerja outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka tertentu.
Suatu lembaga dikatakan berhasil dalam pencapaian sasaran strategis
dilihat dari prosentase nilai tingkat pencapaian indikator kinerjanya. Disamping
itu, untuk mengetahui seberapa besar tingkat capaian kinerja dalam satu tahun
anggaran dilakukan dengan membandingkan kinerja pada tahun – tahun
sebelumnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
Nomor 589/IX/6/Y/99, tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa untuk membuat kesimpulan
tentang hasil pengukuran digunakan skala pengukuran kinerja.
Skala pengukuran dibuat berdasarkan pertimbangan masing – masing
lembaga, antara lain dengan skala pengukuran ordinal sebagai berikut :
Skala Kategori
86 s/d 100 Baik Sangat Baik Sangat
Berhasil
70 s/d 85 Sedang Atau Baik Atau Berhasil
55 s/d 69 Kurang Sedang Cukup Berhasil
Kurang dari 55 Sangat Kurang Kurang Baik Tidak Berhasil
Pengukuran kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013
dilakukan terhadap dokumen penetapan kinerja yang telah disusun pada awal
Tahun 2013. Dimana penetapan kinerja tahun 2013 mengacu pada target
kinerja jangka menengah dalam RPJMD, hasil capaian kinerja tahun
sebelumnya dan sumber daya yang dimiliki untuk pelaksanaan dan
penyelenggaraan pembangunan tahun 2013.
Berdasarkan pengukuran secara mandiri (self asassment) atas sasaran
strategis Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013, diperoleh hasil
pengukuran terhadap capaian kinerja prioritas pembangunan Kabupaten
Wonosobo sebagai berikut:
1. Penanggulangan Kemiskinan 81.80 97
2. Pendidikan 87.85 94.15
3. Kesehatan dan Keluarga
Berencana
96 92.6
4. Infrastruktur 68.80 54.04
5. Pertanian dan Ketahanan Pangan 85.31 101.73
6. Konsolidasi dan Reformasi
Birokrasi
101.42 103
7. Iklim dan Investasi Usaha 100 107.15
8. Energi dan Sumber Daya Mineral 59.50 59.25
9. Lingkungan hidup dan
Penaggulangan Bencana
113 120.66
10. Kawasan Tertinggal, Terbelakang,
Perbatasan dan Kumuh
113.50 106.5
11. Kebudayaan, Kreativitas dan
Inovasi Teknologi
91.70 72.4
CAPAIAN KINERJA RATA-RATA 90.80 91.68
Dari hasil pengukuran target kinerja yang telah ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2013 diperoleh hasil
realisasi kinerja rata-rata 90.80 persen. Dibandingkan dengan realisasi kinerja
tahun 2012 terlihat adanya penurunan realisasi kinerja sebesar 0.88 persen.
Penurunan realisasi kinerja terjadi pada enam prioritas pembangunan.
Sedangkan lima prioritas lainnya mengalami kenaikan dibanding realisasi
kinerja tahun 2012. Selengkapnya terkait realisasi kinerja tahun 2013 akan
dijelaskan dalam sub bab analisis hasil pengukuran kinerja.
B. ANALISIS HASIL PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo
terhadap prioritas pembangunan sebagaimana tertuang dalam rencana
pembangunan jangka menegah daerah, untuk Tahun 2013 diukur dari capaian
atas indikator sasaran strategis prioritas pembangunan Tahun 2013 sebagai
berikut:
Prioritas Bidang Penaggulangan Kemiskinan
Prioritas ini mencakup dua sasaran strategis yang ditetapkan Pemerintah
Kabupaten Wonosobo yaitu:
1) Penanggulangan kemiskinan dengan indikator persentase penduduk miskin.
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten
Wonosobo mengembangkan beberapa program pembangunan yang
diharapkan mampu mendorong penurunan persentase penduduk miskin di
Kabupaten Wonosobo. Program-program yang dilaksanakan pada Tahun
2013 yang diharapkan mampu mempercepat penurunan persentase
penduduk miskin tersebut antara lain melalui program pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan, pelatihan ketrampilan bagi keluarga miskin,
pengembangan modal dana bergulir bagi masyarakat miskin maupun
program padat karya. Selain itu program pengembangan dan peningkatan
akses layanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar ke tingkat desa juga
diharapkan mampu mengurangi beban masyarakat miskin, selain program-
program untuk peningkatan produktivitas masyarakat miskin.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Wonosobo
pada Tahun 2013 diarahkan pada upaya pemberdayaan ekonomi dan
peningkatan produktivitas bagi keluarga miskin. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kapasitas dan ketrampilan bagi masyarakat miskin untuk
mendorong mereka menjadi kelompok yang lebih produktif melalui usaha
yang mereka lakukan. Upaya yang dilakukan juga tidak hanya berhenti pada
peningkatan ketrampilan tetapi juga membuka akses modal bagi
masyarakat miskin dengan model bantuan modal bergulir. Selain itu juga
dikembangkan peningkatan akses pada lapangan kerja, baik melalui job fair
bagi segmen masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan formal
maupun pelaksanaan program padat karya untuk masyarakat pedesaan.
Dengan upaya tersebut diharapkan masyarakat miskin akan bergeser
kearah yang lebih produktif dan mampu meningkatkan pendapatannya.
Namun demikian, upaya yang telah dilakukan tersebut harus diakui
belum mampu menjawab semua kebutuhan dan tuntutan di lapangan. Hal
tersebut apabila dilihat dari capaian kinerja Tahun 2013. Menurut data yang
dirilis BPS prosentase penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mencapai
22.53 persen. Dengan kondisi tersebut capaian kinerja untuk indikator ini
baru mencapai 80 persen dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 18
persen. Tetapi apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2012
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ini mulai terlihat adanya
perkembangan yang cukup baik. Karena pada akhir tahun lalu persentase
penduduk miskin mencapai 24.21 persen. Sehingga ada penurunan 1,98
persen. Berikut ini perbandingan capaian tahun 2012 dengan capaian
tahun 2013:
Indikator Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target 2015
(RPJMD)
Persentase penduduk diatas
garis kemiskinan
22.53 24.21 18
Sumber data: BPS Kab. Wonosobo
Apabila dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 untuk
indikator ini dengan target dalam RPJMD terdapat kesenjangan yang cukup
jauh. Bila dibandingkan dengan realisasi capaian tahun sebelumnya (tahun
2012) terlihat bahwa capaian pada tahun 2013 mengalami
kenaikan/penurunan perasentase penduduk miskin.
Salah satu faktor yang menjadikan penurunan persentase jumlah
penduduk miskin di Kabupaten Wonosobomasih relatif kecil adalah faktor
naiknya harga kebutuhan pokok. Dengan inflasi yang mencapai 8.82 pada
tahun 2013 menyebabkan penduduk yang semula berada di atas garis
kemiskinan menjadi bergeser masuk dalam kategori penduduk miskin
karena tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok akibat kenaikan harga
kebutuhan pokok.
Beberapa hal penting terkait capaian tersebut antara lain:
Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
dengan metode pemberdayaan, efektivitasnya baru mulai
bisa dilihat sampai dengan tahun ketiga dari rencana
pembangunan jangka menengah kabupaten Wonosobo.
Pemberdayaan ekonomi produktif sebagai upaya
penaggulangan kemiskinan sering tidak berkorelasi langsung
dengan penurunan angka kemiskinan. Kenaikan harga
pokok yang juga diikuti dengan harga-harga kebutuhan
lainnya seringkali lebih dominan dalam mempengaruhi
tingkat kemiskinan masyarakat. Kondisi tersebut memang
menantang pemerintah untuk harus selalu kreatif dan inovatif
dalam upaya penaggulangan kemiskinan. Ketika harga naik,
daya beli masyarakat cenderung menurun, ketika ini terjadi
prodak yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok ekonomi
produktif yang sebagian besar bukan berupa kebutuhan
pokok seringkali harus menjadi korban karena bukan
merupakan prioritas bagi masyarakat sebagai konsumennya.
Keterpaduan program-program penanggulangan kemiskinan
perlu terus ditingkatkan. Sehingga mampu saling bersinergi
dan berkontribusi dalam penanggulangan kemiskinan. Perlu
dibangun satu kesadaran dan pemahaman bahwa
masyarakat miskin selalu berhadapan dengan situasi yang
kompleks. Miskin sumber daya, miskin akses dan juga
seringkali miskin motivasi dan relatif tidak banyak pilihan
bagi mereka dalam mengembangkan sumber daya
ekonominya. Dalam kaitan ini, pemerintah kabupaten perlu
mengidentifikasi peran yang dilakukan masing-masing sektor
dengan lebih tajam dalam upaya penaggulangan
kemiskinan.
Keterbatasan sumber daya manusia di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga masih menjadi
tantangan yang cukup penting dalam upaya penaggulangan
kemiskinan. Dari hasil diskusi dengan beberapa SKPD
terkait, teridentifikasi sebagian SKPD tidak memiliki sumber
daya yang memadai dalam program-program pemberdayaan
ekonomi. Hal ini tercermin dari masih terbatasnya tenaga
fungsional tertentu dalam bidang pemberdayaan ekonomi.
Sementara, sumber daya aparatur lainnya/ fungsional
umum/struktural yang ada tidak sedikit yang baru sekedar
menjalankan kegiatan yang telah direncanakan.
2) Peningkatan kesempatan kerja
Capaian sasaran strategis ini diukur dari dua indikator kinerja yaitu
tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka. Dari
pengukuran dua indikator tersebut capaian kinerja dari sasaran strategis
tersebut mencapai 85.1 persen dibandingkan dengan target yang ditetapkan
untuk Tahun 2013.
Berikut perbandingan realisasi antara tahun 2013 dengan tahun 2012:
Indikator Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target 2015
(RPJMD)
Tingkat partisipasi angkatan kerja 76 72 45
Tingkat pengangguran terbuka 5.37 5.04 2.98
Sumber data: BPS Kab. Wonosobo
a) Tingkat partisipasi angkatan kerja
Mengikuti data yang dikeluarkan BPS tingkat partisipasi
angkatan kerja Kabupaten Wonosobo mencapai 76.00 persen.
Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan target yang ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Capaian tersebut
juga lebih tinggi dibanding dengan target RPJMD sampai dengan
tahun 2015. Sehingga apabila dibandingkan dengan realisasinya
capaian kinerja untuk indikator kinerja ini mencapai 108 persen.
Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 juga terlihat
adanya kenaikan hingga 6 persen.
b) Tingkat pengangguran terbuka
Untuk tingkat pengangguran terbuka sesuai data yang
dikeluarkan BPS, mencapai 5.37 persen. Bila dibandingkan
dengan target capaian kinerja pemerintah Kabupaten Wonosobo
yaitu sebesar 3.34 persen maka realisasi capaian kinerjanya
hanya 62.20 persen jauh dibawah target yang telah ditetapkan.
Sedangkan dibanding capaian tahun 2012 ada sedikit penurunan
yaitu sebesar 0.33 persen. Meskipun demikian apabila
dibandingkan dengan capaian tingkat provinsi capaian
Kabupaten Wonosobo masih lebih baik. Tingkat pengangguran
terbuka untuk Provinsi Jawa Tengah mencapai 5.63 persen.
Prioritas Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan sasaran strategis yang ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013 adalah peningkatan wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pendidikan menengah. Capaian
kinerja atas sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen penetapan
kinerja mencapai 87.85 persen. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun
2012, maka capaian kinerja tahun 2013 mengalami penurunan 6.3 persen
dimana capaian tahun 2012 sebesar 94.15%. Pengukuran capaian starategis
ini menggunakan beberapa indikator yaitu:
Capaian kinerja untuk pendidikan dasar 9 tahun diukur dari indikator:
1) APM SD/MI
2) APK SD/MI/sederajat
3) APM SMP/MTs/Paket B
4) APK SMP/MTs/Paket B
5) Angka lulus SMP/MTS
6) Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target
2015
(RPJMD)
APM SD/MI 94 91.44 90.13 98
APK SD/MI/Sederajat 100 104.15 102.11 105
APM SMP/MTs/Paket B 78 64.81 65.48 90
APK SMP/MTs/Paket B 97 86.13 86.42 100
Angka lulus SMP/MTS 99.7 96.45 93.91 99.9
Angka Melanjutkan ke
SMP/MTS
96 88.49 89.78 99
Sumber data: Dikpora Kab. Wonosobo
Capaian kinerja bidang pendidikan dengan sasaran strategis
peningkatan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun mencapaii 93.7
persen turun 1.6 persen dari tahun 2012 yang mencapai 95.30 %. Capaian ini
sudah cukup baik meskipun belum mencapai 100% dari target yang telah
ditetapkan. Dari tabel diatas dpat dilihat bahwa ada kenaikan capaian pad
beberapa indikator kinerja. Pada indikator APM SD/MI mengalami peningkatan
1.31 persen dibanding capaian tahun 2012. Untuk APK SD/MI juga terjadi
peningkatan sebesar 2.04 persen dibanding tahun 2012. Sedangkan untuk
APM dan APK SMP/MTS mengalami sedikitpenurunan dibanding capaian
tahun 2012.
Disisi lain ada beberapa capaian yang mengalami perkembangan
cukup menggembirakan antara lain:
- menurunnya angka putus sekolah di jenjang pendidikan SMP
- meningkatnya angka kelulusan di tingkat SMP/MTS
- meningkatnya angka melanjutkan ke tingkat SMP/MTS
Capaian kinerja program pendidikan menengah diukur dari indikator:
1) APK SMA/SMK/MA
2) APM SMA/SMK/MA
3) Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA
4) Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target
2015
(RPJMD)
APK SMA/SMK/MA 53 47.79 45.71 70
APM SMA/SMK/MA 42 34.47 32.78 52
Angka putus Sekolah
SMA/SMK/MA
0.8 1.39 1.38 0.6
Posentase kelulusan
SMA/SMK/MA
97 96.98 98.26 100
Sumber data: Dikpora kab. Wonosobo
Dari empat indikator yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja
pendidikan menengah capaian kinerja Tahun 2013 mencapai 82%. Meskipun
capaian kinerja untuk sasaran ini lebih rendah dibanding capaian tahun 2012,
namun capaian dari target pada beberapa indikator terlihat adanya
peningkatan dibanding capaian tahun 2012. Terkait pencapaian APK
SMA/SMK/MA belum mencapai target yang telah ditetapkan namun bila
dibandingkan dengan capaian tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar
2.05 persen dibanding capaian tahun 2012. Sedangkan APM SMA/SMK/MA
terjadi peningkatan sebesar 1.22 persen dibanding capaian tahun 2012. Untuk
angka putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah juga masih cukup
tinggi. Meskipun Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah Raga telah melakukan upaya melalui program Pendidikan
Menengah Universal (PMU).
Untuk persentase kelulusan pada jenjang pendidikan menengah
capaian kinerjanya cukup bagus. Realisasi kinerja untuk indikator ini juga
melampaui capaian tahun 2012. Untuk peningkatan kinerja pendidikan
menengah kedepan masih perlu terus ditingkatkan salah satunya terkait
distribusi guru pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA agar rasio antara guru
dan siswa komposisinya lebih mendekati kondisi yang diharapkan.
Secara sosiologis pembangunan pendididikan di Kabupaten
Wonosobo menunjukkan pergerakan kearah yang lebih positif. Faktor sosial
budaya masyarakat yang semula menjadi salah satu tantangan besar dalam
pembangunan pendididikan, saat ini sudah lebih terbuka dan asertif terhadap
program-program pendidikan. Pergeseran tersebut antara lain didorong oleh:
- Meningkatnya kesempatan kerja di sektor formal yang mensyaratkan
pendidikan formal. Meskipun dalam skala yang masih kecil namun
tumbuhnya usaha yang bergerak dibidang jasa seperti jasa keuangan
dan sebagainya di Kabupaten Wonosobo dalam beberapa tahun
terakhir telah memberi harapan bagi mereka yang memiliki pendidikan
formal, terutama untuk pendidikan menengah.
- Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelayanan pendidikan.
Partisipasi masyarakat ini bisa dilihat dari tumbuhnya lembaga
pendidikan yang dikelola masyarakat. Terutama lembaga pendidikan
yang memadukan kurikulum pendidikan umum dengan kurikulum
pendidikan agama. Lembaga tersebut telah menjawab kebutuhan
sebagian masyarakat yang menginginkan pendidikan formal dan
pendidikan keagamaan. Sehingga pesantren yang juga menyediakan
akses pada pendidikan formal kemudian banyak diminati masyarakat.
Prioritas Bidang Kesehatan dan KB
Dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana sasaran strategis
yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013
mencakup tiga sasaran strategis sebagai berikut:
Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB
Penurunan laju pertumbuhan penduduk
Capaian kinerja bidang kesehatan dan keluarga berencana mencapai
92.60 persen. Capaian ini diukur dari capaian kinerja tiga sasaran strategis
sebagai berikut:
Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo berkomitmen untuk
menyediakan pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau dan berkualitas.
Sejak beberapa tahun terakhir berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar melalui fasilitas
kesehatan yang mudah dijangkau. Dalam hal ini PKD dan Puskesmas
menjadi instrumen penting bagi pemerintah kabupaten dalam memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat.
Untuk lebih menegaskan upaya tersebut Pemerintah Kabupaten
Wonosobo terus mendorong peningkatan kualitas pelayanan medis, salah
satunya dilakukan melalui sertifikasi mutu pelayanan di puskesmas. Hal
penting dari proses tersebut adalah pergeseran paradigma dari
menjalankan tugas medis menjadi jaminan pelayanan kesehatan yang
baik. Sampai dengan akhir Tahun 2013 puskesmas masih berproses
secara intensif untuk menyusun standar operasional prosedur/SOP dalam
upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Sedangkan untuk PKD yang saat ini sudah tersebar di desa-desa,
pemerintah kabupaten juga terus berupaya untuk meningkatkan perannya
dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar terutama terkait dengan
persalinan. Salah satu hasil evaluasi terkait keberadaan PKD adalah
perlunya perbaikan dalam sistem pengelolaan/manajemen tenaga medis.
Karena keterbatasan SDM dalam bidang kesehatan saat ini, sebagian
petugas PKD masih sering diperbantukan di puskesmas. Sehingga
harapan besar untuk menjadikan PKD sebagai penyedia layanan
kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat belum dapat terlaksana
secara optimal. Petugas kesehatan yang ada masih fokus pada
pertolongan persalinansedangkan layanan yang lain secara umum masih
sangat terbatas.
Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat ini
Sasaran ini diukur dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut:
1) Persentase desa/ kelurahan UCI, capaian kinerja dari indikator ini
tercapai 100 persen . Dengan capaian ini semua desa/kelurahan
di Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013 masuk kategori
desa/kelurahan UCI.
2) Persentase penduduk yang mememiliki akses terhadap air minum
berkualitas, target Tahun 2013 adalah 99.25 persen penduduk
memiliki akses terhadap air minum berkualitas. Tetapi
realisasinya baru mencapai 90.22 persen sehingga capaian
kinerja indikator ini adalah 91 persen.
3) Persentase penduduk memiliki jamban sehat, pada Tahun 2013
Pemerintah Kabupaten Wonosobo mentargetkan penduduk yang
memiliki jamban sehat sebesar 75 persen. Sampai dengan akhir
tahun realisasinya mencapai 43.01 persen. Sehingga capaian
kinerja indikator ini baru mencapai 58 persen.
4) Persentase makanan minuman yang memenuhi syarat
kesehatan, capaian kinerja indikator ini hanya mencapai 91
persen. Capaian kinerja ini diperoleh dari pengukuran terhadap
target yang ditetapkan yaitu 70 % makanan minuman memenuhi
syarat kesehatan, tetapi sampai dengan akhir tahun realisasinya
baru 64 persen.
5) Persentase rumah tangga sehat, target kinerja untuk indikator ini
sebesar 60 persen rumah tangga sehat. Target tersebut mampu
terlampaui dengan realisasi rumah tangga sehat mencapai 67.08
persen. Sehingga capaian kinerja indikator ini sebesar 112
persen.
6) Persentase PKD aktif, untuk PKD aktif, pada Tahun 2013 target
Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah 75 persen PKD aktif.
Tetapi realisasinya sampai akhir Tahun 2013 PKD aktif baru
mencapai 70 persen. Sehingga capaian kinerja indikator ini baru
mencapai 90 persen dari target.
7) Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum,
reagensia untuk pelayanan kesehatan, Target kinerja indikator ini
adalah 100 persen kebutuhan obat, alat kesehatan, serum dan
regensia untuk pelayanan kesehatan tercukupi. Realisasinya
target tersebut mampu mencapai 100 persen.
8) Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar, pada
Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan
target 100 persen pelayanan kesehatan sesuai standar. Target
tersebut mampu tercapai dengan baik sehingga capaian kinerja
indikator ini mencapai 100 persen.
9) Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin, target kinerja untuk indikator ini sebesar 100
persen. Tahun 2013 menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo, mampu tercapai 100 persen.
10) Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat
miskin. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo
menetapkan target 100 persen peserta jaminan kesehatan
terlayani. Capaian kinerja indikator ini mencapai 100 persen.
Berikut ini capaian masing-masing indikator dan perbandingannya
dengan capaian tahun sebelumnya:
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target
2015
(RPJMD)
Prosentase desa/kelurahan UCI
100 100 100
100
Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
99.25 90.22 98.57
100
Persentase penduduk memiliki jamban sehat
75 43.01 49.46
80
Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan
70 64 31
80
Persentase rumah tangga sehat
60 67.08 51.17
80
Persentase PKD aktif 75 70 40 100
Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan
100 100 100 100
Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar
100 100 100 100
Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100 100 100 100
Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
100 100 100 100
Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo
Dari pengukuran kinerja atas sepuluh indikator diatas, capaian kinerja
untuk sasaran peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan
masyarakat pada Tahun 2013 mencapai 94.50 persen. Dibandingkan dengan
capaian tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 10.66 persen dimana capaian
kinerja pada tahun 2012 adalah 83.84 persen. Peningkatan capaian terjadi
pada semua indikator kinerja. Hanya pada dua indikator yang terjadi penurunan
yaitu indikator persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum
berkualitas dimana pada tahun 2012 capaiannya mencapai 98.57 persen,
pada tahun 2013 turun menjadi 90.22 persen penduduk yang memilki akses
terhadap air minum yang berkualitas. Penurunan juga terjadi pada indikator
persentase penduduk yang memilki jamban sehat. Pada tahun 2012 untuk
indikator ini mencapai 49.46 persen. Tetapi pada tahun 2013 justru turun
sekitar 6.45 persen menjadi 43.01 persen. Penurunan atas dua indikator
tersebut, dipengaruhi oleh tumbuhnya area pemukiman baru yang samapai
dengan akhir tahun 2013 belum memilki infrastruktur lingkungan yang
memadai.
Capaian pada tahun 2013 ini dapat dikategorikan berhasil. Namun
demikian capaian tersebut memberikan gambaran kepada Pemerintah
Kabupaten Wonosobo untuk terus meningkatkan kualitas dan akses pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Karena pada beberapa indikator capaian
kinerjanya masih dibawah target yang telah ditetapkan.
Keterbatasan sumber daya manusia masih menjadi salah satu faktor
yang cukup menentukan dalam pencapaian target kinerja. Seperti pada
indikator persentase PKD aktif. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten
Wonosobo belum mampu menyediakan tenaga fungsional khusus untuk secara
penuh mengelola dan mengoptimalkan PKD. Terkait dengan pelayanan untuk
peserta jaminan kesehatan masyarakat miskin, juga masih perlu terus
dilakukan sosialisasi agar masyarakat lebih memahami prosedur dan tata cara
untuk mengakses layanan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin,
disamping perlunya peningkatan validitas data peserta jaminan kesehatan
masyarakat.
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB
Capaian kinerja untuk sasaran strategis peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB atas target yang telah ditetapkan adalah sebesar
75.58%. Capaian ini diperoleh dari pengukuran atas indikator kinerja dari
sasaran strategis. Secara rinci capaian dari indikator kinerja yang digunakan
untuk mengukur kualitas dan jangkauan layanan KB adalah sebagai berikut:
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target
2015
(RPJMD)
% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)
85.86 80.98 82.07 87.25
% drop out KB 7.68 20.64 17.3 6.88
Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru
28.672 25.754 25.014 29.774
Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan
1:3 1:3.6 1:3.6 1:2
Sumber data: Badan KB Kab. Wonosobo
a) Persentase KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR), untuk
capaian kinerja indikator ini sebesar 94 persen. Pada Tahun 2013
Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan target 85.86%
tetapi sampai dengan akhir Tahun 2013 realisasinya hanya
sebesar 80.98%. apabila dibandingkan dengan capaian kinerta
tahun 2012 terlihat bahwa capaian untuk indikator ini mengalami
penurunan pada tahun 2013. Capaian tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 1.91 persen dibanding capaian tahun 2012.
b) Persentase drop out KB, target Tahun 2013 yang telah ditetapkan
adalah 7.68 persen. Sedangkan realisasinya jauh diatas target
yaitu 20.64 persen. Dengan realisasi tersebut capaian kinerjanya
hanya 37 persen. Capaian pada indikator ini juga mengalami
penurunan dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Dari
hasil pengukuran terlihat penurunannya mencapai 3.34 persen.
c) Jumlah pasangan subur yang menjadi peserta KB baru. Untuk
indikator ini capaian kinerja Tahun 2013 mencapai 89.8 persen.
Capaian kinerja ini diperoleh karena target yang ditetapkan 28.672
realisasi mencapai 25.754. dibandingkan dengan jumlah PUS yang
menjadi peserta KB tahun 2012 ada peningkatan 740 PUS dalam
satu tahun yang menjadi peserta KB baru.
d) Rasio penyuluh/ petugas KB dengan desa/ kelurahan. Capaian
kinerja indikator ini sebesar 81.5 persen. Capain ini dibawah target
Tahun 2013. Dimana target rasio antara petugas/ penyuluh KB
dengan desa/kelurahan adalah 1:3 tetapi realisasinya 1:3.68.
Sebetulnya bila disandingkan, capaian untuk indikator ini masih
sama dengan capaian tahun 2012.
Melihat capaian kinerja untuk sasaran meningkatnya kualitas dan
jangkauan layanan KB pada tahun 2013 dengan melihat capaian masing-
masing indikator kinerja menunjukkan terjadi penurunan capaian kinerja bila
dibandingkan dengan tahun 2012. Salah satu yang cukup menonjol adalah
meningkatnya persentase drop out KB. Ditengah upaya untuk kembali
mengarusutamakan isu KB dalam kehidupan masyarakat tentu ini menjadi
cermin yang tidak menggembirakan bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Dari evaluasi yang dilakukan oleh Kabupaten Wonosobo melalui Badan
Keluarga Berencana Kabupaten, salah satu penyebab meningkatnya
persentase drop out KB adalah menurunnya kualitas pembinaan program oleh
institusi masyarakat di wilayah kepada PUS yang ber KB. Dengan kata lain
saat ini urusan KB belum kembali menjadi perhatian bagi berbagai pihak
terutama di tingkat wilayah. Penyebab lain meningkatnya drop out KB adalah
faktor ekonomi dimana sebagian akseptor KB mandiri karena kondisi
ekonominya, terpaksa drop out. Terkait dengan kondisi ini sebenarnya
Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah mengantisipasi dengan program-
program pemberdayaan ekonomi bagi akseptor. Namun disadari intervensi
program tersebut belum mampu menjangkau pada semua akseptor yang
memerlukan. Selain itu terkait kinerja petugas lapangan kerja juga perlu terus
ditingkatkan. Sebagai lembaga yang terakhir masuk menjadi SKPD Kabupaten
Wonosobo setelah sebelumnya cukup lama menjadi instansi vertikal perlu
upaya yang lebih serius untuk melakukan akselerasi secara kelembagaan
maupun personalianya. Diakui ketika masih menjadi instansi vertikal dengan
dukungan sumber daya yang lebih memadai kinerja aparaturnya juga lebih
baik. Namun hal ini tidak sepenuhnya bisa menjadi alasan atas capaian kinerja
saat ini. Peluang ketika masuk dalam jajaran SKPD Pemkab Wonosobo adalah
peluang kerjasama dan koordinasi yang lebih luas dengan SKPD lain.
Realitas dilapangan yang juga perlu dicermati adalah kondisi saat ini
sangat berbeda dengan kondisi beberapa dekade lalu dimana KB menjadi
perhatian dan kepedulian banyak stakehoder. Hal ini sesungguhnya menjadi
tantangan tersendiri bagi Kabupaten Wonosobo. Terlebih dengan label daerah
yang religius upaya penyadaran akan arti penting KB tentu membutuhkan
energi yang lebih. Kondisi geografis Kabupaten Wonosobo yang sebagian
besar adalah wilayah pegunungan menjadikan kualitas dan jangkauan
pelayanan KB di Kabupaten Wonosobo masih perlu terus ditingkatkan. Akses
beberapa desa yang tersebar di berbagai kecamatan masih relatif sulit karena
kondisi infrastruktur jalan dan jembatan yang belum baik. Belum lagi beberapa
daerah rawan longsor sehingga menghambat capaian kinerja untuk layanan
KB. Target rasio penyuluh KB juga sampai saat ini belum dapat terealisir
sehingga rata-rata satu petugas KB harus mengcover 3-4 desa.
Pada tahun 2013 pemerintah Kabupaten Wonosobo telah
mengembangkan beberapa program dalam upaya pencapaian target kinerja
bidang keluarga berencana. Antara laian: program pelayanan kontrasepsi,
penguatan kelebagaan keluarga kecil berkualitas maupun program edukasi
bagi PUS. Namun kedepen perlu terus ditingkatkan program-program yang
diperluakan baik kuantitas maupun kualitasnya agar target kinerja dapat
dicapai dengan lebih baik.
Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
Capaian kinerja sasaran strategis ini sebesar 118 persen atau
melampaui dari target yang telah ditetapkan. Hasil ini diperoleh dari
pengukuran atas dua indikator kinerja yaitu:
a) Angka penurunan TFR / Total fertility Rate. Capaian kinerja indikator
ini mencapai 114% melebihi target yang ditetapkan. Pada Tahun
2013 Angka TFR tergetnya adalah 2.13 tetapi realisasinya mencapai
1.87. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terlihat adanya
peningkatan 0.12. Dimana realisasi tahun 2012 adalah 1.99.
b) Angka penurunan laju penduduk, capaian indikator ini mencapai 122
persen. Dimana target Tahun 2013 angka penurunan laju penduduk
0.8, sedangkan target yang ditetapkan adalah 1. Capaian ini juga
lebih baik dari capaian tahun sebelumnya.
Berikut ini perbandingan antara target dan realisasi dua tahun
terakhir:
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target
2015
(RPJMD)
Angka penurunan TFR / Total fertility Rate
2.13 1.87 1.99 2
Angka penurunan laju penduduk
1 0.82 1 0.99
Sumber data: Badan KB kab. Wonosobo
Penurunan laju pertumbuhan penduduk merupakan isu penting
bagi pembangunan daerah. Karena laju pertumbuhan penduduk akan
berpengaruh pada tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pembangunan akan tidak banyak berarti apabila laju pertumbuhan
penduduk tidak terkendali. Karena kemampuan untuk menyediakan
kebutuhan seperti lapangan kerja, fasilitas kesehatan maupun fasilitas
pendidikan tidak sebanding dengan kebutuhan yang ada. Melihat
korelasi tersebut pemerintah Kabupaten Wonosobo memberikan
perhatian serius bagi upaya penurunan laju pertumbuhan penduduk.
Dari pengukuran kinerja atas sasaran strategis penurunan laju penduduk
hasil yang diperoleh cukup menggembirakan. Selain karena faktor
pengembangan program pendidikan KB bagi masyarakat dan remaja
khususnya, capaian tersebut merupakan kontribusi yang bersifat lintas
sektoral dalam mendorong keberhasilan program KB terutama terkait isu
penundaan usia pernikahan.
Namun demikian hasil tersebut juga jangan sampai membuat
pemerintah terlena, apalagi jika dikaitkan dengan capaian strategis
bidang KB yang lainnya dimana belum cukup menggembirakan. Saat ini
kesadaran untuk memiliki paling banyak dua orang telah menjadi
kesadaran sebagian besar PUS. Tidak hanya dari kalangan
berpendidikin, justru perkembangan mutakhir sebagaian PUS dengan
kondisi ekonomi yang terbatas juga semakin berpikir sulitnya memenuhi
kebutuhan bagi anak terutama untuk kesehatan dan pendidikan. Justru
kesadaran berbeda bagi PUS yang memiliki cukup sumber daya dan
merasa mampu memenuhi kebutuhan untuk anak-anaknya,
kecenderungan untuk memilki anak lebih dari dua juga perlu mulai
diantisipasi.
Prioritas Bidang Infrastruktur
Prioritas pembangunan bidang infrastruktur mempunyai sasaran
strategis sebagai berikut:
- Peningkatan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten
- Peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan
- Peningkatan kapasitas layanan infrastruktur jalan desa
Capaian kinerja bidang infrastruktur untuk Tahun 2013 sebesar 68.8 persen
meningkat dari capaian tahun 2012 yang hanya 54.04 persen. Kinerja bidang
infrastruktur diperoleh dari pengukuran capaian sasaran strategis sebagai
berikut:
Peningkatan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten
Sasaran strategis ini mempunyai dua indikator kinerja yang
digunakan untuk mengukur capaian kinerjanya, yaitu:
- Panjang jalan kondisi baik antara ibu kota kabupaten – kecamatan.
Target kinerja untuk indikator ini pada Tahun 2013 adalah 184.25
kilo meter jalan dengan kondisi baik. Realisasinya sampai akhir
Tahun 2013 panjang jalan kondisi baik antara ibu kota kabupaten –
kecamatan mencapai 303.91 kilo meter. Dari realisasi tersebut
capaian kin erjanya sebesar 165 persen. Capaian ini diatas target
yang telah ditetapkan. Bila dibandingkan dengan capaian tahun
2012, terdapat kenaikan yang cukup tajam untuk indikator ini. Pada
tahun 2012 panjang jalan kondisi baik antar ibu kota kabupaten-
kecamatan hanya 65.48 KM.
- Panjang jalan kondisi baik antar ibu kota kecamatan. Pada Tahun
2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan target panjang
jalan kondisi baik antar ibu kota kecamatan adalah 164.96 kilo
meter. Realisasinya sampai dengan akhir Tahun 2013 mencapai
201.62 kilo meter. Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini
sebesar 123 persen. Capaian ini melebihi dari target yang telah
ditetapkan. Dibandingkan dengan capaian tahun 2012 juga
mengalami kenaikan yang cukup tajam dimana capaian tahun 2012
baru mencapai 65.48 KM.
Berikut ini perbandingan realisasi tahun 2013 dengan tahun 2012:
Indikator Target Realisasi Realisasi Target
2013 2013 2012 2015
(RPJMD)
Panjang jalan kondisi baik antara ibu kota kabupaten – kecamatan
184.25 303.91 65.48 199.76
Panjang jalan kondisi baik antar ibu kota kecamatan
164.96 202.62 65.48 117.10
Sumber data: DPU kab. Wonosobo
Dari pengukuran dua indikator tersebut, capaian kinerja dari
sasaran strategis peningkatan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten
sebesar 144 persen. Dibandingkan dengan capaian tahun 2012, terdapat
peningkatan yang cukup tajam untuk capaian sasaran strategis tersebut.
Dari evaluasi yang dilakukan capaian yang tinggi tersebut salah satu
faktornya adalah banyaknya pekerjaan yang dijadwakkan dikerjakan pada
tahun 2012 baru bisa direalisasikan pada tahun 2013. Sehingga capaian
antara tahun 2012 dengan tahun 2013 menjadi sangat bebeda. Dimana
pada tahun 2012 target tidak tercapai sedangkan tahun 2013 capaiannya
diatas target yang ditetapkan.
Peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan
Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dari indikator kinerja
persentase jumlah jembatan kondisi baik. Pada Tahun 2013 pemerintah
Kabupaten Wonosobo menetapkan jumlah jembatan dalam kondisi baik
adalah 72.88 persen. Tetapi realisasinya sampai akhir 2013 hanya 16.19
persen. Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini pada Tahun 2013
adalah 22 persen. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 pada
tahun 2013 mengalami sedikit penurunan yaitu turun 1.47 persen.
Capaian kinerja peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan yang
masih jauh dibawah target ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
- Kondisi geografis Kabupaten Wonosobo yang berbukit-bukit dengan
curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan potensi
kerusakan jembatan cukup tinggi. Sebagaian besar wilayah Kabupaten
Wonosobo memiliki daerah rawan longsor yang senantiasa
mengancam kondisi jembatan yang ada. Debit air yang cukup tinggi
terutama pada musim hujan dan dengan material erosi berupa lumpur
dan batu yang terbawa air menjadi ancaman bagi kualitas jembatan di
Kabupaten Wonosobo.
- Kemampuan sumber daya yang sangat terbatas, terutama sumber
daya keuangan menjadikan program peningkatan kualitas jembatan
berjalan lambat. Kemampuan Pemerintah kabupaten Wonosobo masih
belum sebanding bahkan jauh dengan kebutuhan untuk perbaikan
maupun pemeliharaan jembatan yang tersebar di seluruh pelosok
kabupaten. Sementara, dengan karakteristik wilayah pegunungan
menjadikan kebutuhan anggaran untuk perbaikan maupun
pemeliharaan cukup tinggi pada masing-masing titik jembatan.
Peningkatan kapasitas layanan infrastruktur jalan desa
Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dengan menggunkan
indikator kinerja jumlah panjang jalan desa kondisi baik. Target kinerja
untuk indikator ini, didasarkan pada realisasi 20112 adalah1.064.95 kilo
meter. Sedangkan dari hasil perhitungan sampai dengan akhir Tahun
2013 realisasi jumlah panjang jalan desa kondisi baik adalah 430.50 kilo
meter. Dengan realisasi tersebut capaian kinerja untuk indikator ini
mencapai 40.4 persen.
Untuk peningkatan kapasitas layanan infrastrukrur jalan desa
capaian kinerjanya turun dibandingkan dengan capaian tahun 2012.
Namun demikian penurunan ini bukan sepenuhnya karena penurunan
capaian kinerja tetapi adanya perubahan kategori jalan yang semula
masuk dalam kategori jalan desa dalam perkembangannya kemudian
masuk dalam kategori jalan antar kecamatan. Misalnya jalan antar
Kecamatan Selomerto dengan Kecamatan Kaliwiro, Jalan antara
kecamatan Kaliwiro dengan Kalibawang. Sehingga dengan perubahan
kategori tersebut semula yang masuk status jalan desa pada perhitungan
tahun 2013 sudah tidak dimasukkan dalam kategori ini lagi.
Prioritas Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan
Prioritas pembangunan pertanian dan ketahanan pangan mencakup
empat sasaran strategis yaitu:
1. Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama
2. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan dan
hortikultura
3. Meningkatnya produksi hasil budidaya peternakan
4. Meningkatnya layanan irigasi teknis
Capaian kinerja atas empat sasaran strategis tersebut adalah 97
persen dari target kinerja yang ditetapkan untuk Tahun 2013. Capaian kinerja
tersebut diperoleh dari pengukuran atas capaian indikator sebagai berikut:
Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama
Sasaran startegis peningkatan ketersediaan bahan pangan utama
diukur dari indikator kinerja persentase ketersediaan bahan pangan utama
dan tingkat skor pola harapan pangan. Capaian kinerja atas dua indikator
tersebut adalah 97 persen dari target yang telah ditetapkan mengalami
penurunan dibanding tahun 2012 yang capaian kinerjanya mencapai 101.73
persen dari target kinerja tahun 2012.
Persentase ketersedian bahan pangan utama target yang ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk Tahun 2013 adalah 100
persen. Sedangkan realisasinya mencapai 104. 05 persen. Sehingga
capaian kinerja untuk indikator ketersediaan bahan pangan utama
mencapai 104 persen atau melampaui target kinerja yang ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi penurunan 16.05
persen. Dimana tahun 2012 untuk indikator ini mampu mencapai
120.09 persen.
Tingkat skor pola harapan pangan taget yang ditetapkan Pemerintah
Kabupaten Wonoosbo untuk Tahun 2013 adalah sebesar 98 persen.
Sedangkan realisasinya hanya 87 persen. Sehingga capaian kinerja
untuk indikator tingkat skor pola harapan pangan adalah 90 persen.
Meskipun capain kinerjanya masih dibawah target tetapi dibandingkan
dengan tahun 2012 terdapat peningkatan meskipun hanya 2.25
persen.
Berikut ini bandingkan realisai tahun 2013 dengan capaian tahun 2012;
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Persentase ketersediaan bahan panganutama
100 104.5 120.09
Tingkat skor pola harapan pangan 98 87 84
Sumber data: Kantor ketahanan Pangan Kab. Wonosobo
Ketersedian bahan pangan utama merupakan isu penting yang
menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Meskipun capaian
kinerja untuk Tahun 2013 mampu melampaui target yang telah ditetapkan
namun ada beberapa hal strategis yang perlu mendapat perhatian terkait
ketersedian bahan pangan utama kedepan. Pertama, masih terjadinya alih
fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman maupun usaha perdagangan.
Alih fungsi lahan ini dari tahun ketahun cenderung meningkat dengan cepat.
Terlebih beberapa wilayah yang masuk dalam kawasan lumbung pangan atau
daerah utama penghasil bahan pangan menjadi wilayah yang banyak diminati
untuk pemukiman dan sejenisnya. Kedua, produktivitas bahan pangan utama
pada tahun 2013 juga menurun. Selain karena serangan hama, faktor musim
juga menjadikan peningkatan produktivitas tanaman pangan cukup fluktuatif.
Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan dan hortikultura
Hasil pengukuran capaian kinerja atas sasaran strategis ini mencapai
101.46% dari target dalam penetapan kinerja. Nilai tersebut didapat dari
pengukuran atas empat indikator kinerja yaitu:
a. Produksi tanaman pangan yang mencapai 96.31%
b. Produktivitas tanaman pangan yang mencapai 105.78%
c. Produksi tanaman hortikultura yang mencapai 109.91%
d. Produktivitas tanaman hortikultura yang mencapai 93.87%.
Berikut ini perbandingan realisasi tahun 2013 dengan tahun 2012
untuk produksi dan produktivitas tanaman pangan Kab. Wonosobo:
Indikator Target 2013
Realisasi 2013
Realisasi 2012
Target 2015 (RPJMD)
Produksi tanaman pangan: Padi Jagung Ketela pohun Ubi jalar
170.240 128.192 178.968 18,890
149.771 115.101 193.389 18.785
162.980 117.748 185.009 17.522
184.450 166.892 221.200 24.102
Produktivitas tanaman pangan (ton/ha) Padi Jagung Ketela pohun Ubi jalar
5.70 4.10 27.30 18.890
5.1 4.0 31.28 22.96
5.5 3.7 26.7 19.6
6.2 5.4 28 26
Sumber data: dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Wonosobo
Secara umum pada Tahun 2013 untuk sasaran peningkatan
produktivitas tanaman pangan dan hortikultura realisasinya cukup baik dengan
angka komulatif diatas seratus persen. Meskipun demikian yang patut dicermati
terkait capaian kinerja untuk produksi tanaman pangan. Dua indikator tersebut
untuk Tahun 2013 capaiannya masih dibawah target. Apabila dibandingkan
dengancapaian kinerja tahun 2012 terlihat adanya penurunan produksi maupun
produktivitas untuk tanaman padi. Sedangkan untuk tanaman jagung meskipun
terjadi penurunan produksi sekitar 2000 ton tetapi produktivitas untuk
komoditas ini mengalami kenaikan dari 3.7 ton/ha pada 2012 menjadi 4 ton/ha
pada tahun 2013. Sedangkan untuk komoditas tanaman pangan ubi jalar, dan
ketela pohon mengalami kenaikan baik produksi maupun produktivitasnya.
Menurunnya produksi maupun produktivitas padi di Kabupaten Wonosobo tidak
lepas dari terjadinya serangan hama tikus di beberapa daerah lumbung padi
seperti Selomerto dan Leksono yang masih terjadi pada tahun 2013. Selain itu
juga faktor cuaca menyebabkan beberapa wilayah yang mengandalkan
pengairan tadah hujan hanya mampu sekali melakukan penanaman. Ini yang
agak berbeda dengan komoditas hortikultura dimana kebutuhan air tidak terlalu
besar. Sehingga capaian untuk komoditas tersebut cukup baik mampu
melampaui target.
Pada Tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas
Pertanian Tanaman Pangan telah melakukan beberapa langkah strategis guna
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan utamanya komoditas
padi. Antara lain dengan mengembangkan program pembangunan jaringan
irigasi usaha tani maupun peningkatan jalan usaha tani dan program
peningkatan produksi, produktivitas serta mutu tanaman pangan. Sampai
dengan tahun 2013 jalan usaha tani yang telah berhasil dibangun mencapai
15.000 meter. Pembangunan ini kedepan diharapkan mampu meningkatkan
efektivitas distribusi sarana maupun bahan-pertanian dan juga hasil-hasil
pertanian di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Wonosobo.
Meningkatnya populasi dan produksi hasil budidaya peternakan-perikanan
Peningkatan produksi hasil budidaya peternakan-perikanan
mempunyai beberapa sasaran sebagai berikut:
a) Meningkatnya produksi ikan budidaya dengan indikator kinerja jumlah
produksi perikanan budidaya. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten
Wonosobo menetapkan target produksi perikanan budidaya sebanyak
5.562 ton. Realisasinya sampai akhir Tahun 2013 adalah 5.195 ton.
Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 93 persen.
Dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi penurunan yang cukup
tinggi. Karena pada tahun 2012 produksi perikanan budidaya mencapai
6.894 ton. Membaiknya harga komoditas perikanan budidaya ternyata
tidak berkorelasi langsung dengan produksinya. Penurunan yang
mencapai hampir 1.700 ton dalam setahun ini merupakan angka yang
cukup besar. Salah satu penyebab turunnya produksi perikanan budi
daya juga sangat terkait ketersediaan bibit unggul ikan budi daya.
Sebagain besar petani saat ini masih menggunakan bibit yang berasal
dari luar daerah dengan kemampuan adaptasi yang relatif kurang baik.
Sehingga tingkat kematian juga cukup tinggi. Sementara kemampuan
produksi bibit di Kabupaten Wonosobo juga masih relatif rendah.
b) Meningkatnya produksi benih unggul
Pada sasaran strategis meningkatnya produksi benih unggul
dari target kinerja 2.990 kg benih sampai dengan akhir tahun 2013 juga
hanya terealisir 2.190 kg. Sehingga capaian kinerja untuk sasaran
strategis ini hanya mencapai 73 persen. Namun demikian capain ini lebih
baik dibanding dengan capaian tahun 2012 yang hanya mencapai 43
persen dari target kinerja yang telah ditetapkan.
Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi bibit
unggul adalah keterbatasan SDM yang mempunyai ketrampilan dan
pengetahuan yang memadai dalam pembibitan. Tenaga fungsional
khusus untuk pembibitan masih sangat terbatas, sementara kebutuhan
masyarakat terhadap bibit unggul makin meningkat. Selain itu juga
keterbatasan anggaran untuk pengembangan balai benih yang sudah
ada. Sehingga pada tahun 2013 balai benih hanya memproduksi benih
berdasarkan permintaan sebagai cara untuk mensiasati keterbatasan
anggaran. Sedangkan realitasnya belum banyak masyarakat yang
memilki akses informasi ke balai benih.
c) Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan.
Capaian kinerja dari sasaran ini mencapai 135 persen melebihi
target yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Untuk
populasi ternak target sasaran rata-rata terlampaui kecuali untuk populasi
ternak besar kerbau dan sapi. Untuk populasi kerbau dari target 3.903
ekor, realisasinya hanya 2.073 ekor. Sedangkan untuk sapi target
populasi 33.941 ekor realisasinya hanya 25.411 ekor. Tetapi untuk sapi
perah mengalami kenaikan, dari terget 1.77 realisasinya mencapai 1.416.
Sementara, untuk ternak kecil cenderung mengalami kenaikan terutama
ayam buras. Sedangkan untuk ayam petelur justru mengalami
penurunan. Dari target 84.475 capaiannya hanya 38.323.
Berikut ini perbandingan populasi dan produk ternak antara
tahun 2013 dengan tahun 2012:
Indikator Target 2013 Realisasi 2013 Realisasi 2012
Populasi Ternak: Sapi Kambing Domba Kerbau Ayam buras Ayam petelur Sapi perah Kelinci Entog Produk ternak: Daging (kg) Telur (kg) Susu (kg)
33.941 140.426
92.120 3.936
666.229 84.475
1.077 32.770 46.496
5.297,67 2.239,89 966.487
25.411 154.120
93.049 2.073
726.094 38.323
1.416 26.426 42.326
4.847,66 1.431,02 909.652
27.975 143.493
89.865 2.163
683.764 21.486
1.841 24.949 42.977
6.297,67 2.239,89 966.487
Sumber data: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Wonosobo 2014
Apabila dibandingkan antara capaian tahun 2013 dengan tahun
2012 terlihat bahwa terdapat penurunan pada sebagian sub indikator. Salah
satu komoditas yang mengalami penurunan dalam kurun dua tahun terakhir
adalah ternak kerbau. Pergeseran atau mekanisasi pertanian merupakan salah
satu faktor utama menurunnya populasi kerbau. Menurunnya fungsi kerbau
dalam usaha pertanian menjadikan minat masyarakat untuk memelihara
kerbau, berangsur-angsur turun. Sementara, untuk konsomsi daging kerbau
juga sangat rendah. Untuk ternak kecil seperti entog juga mengalami
penurunan yang cukup terlihat. Tren konsumsi daging entog ternyata belum
sebanding dengan kemampuan budidaya ternak ini.
Pada indikator produk ternak juga terjadi penurunan bila
dibandingkan dengan capaian tahun 2012. Kemarau yang cukup panjang
selama tahun 2013 menjadi salah satu faktor menurunnya produk ternak.
Sebagian besar petani/peternak di Kabupaten Wonosobo memang masih
mengandalkan pakan ternak yang bersumber dari alam, terutama rumput.
Sehingga ketika persedian pakan alami ini menurun sangat berpengaruh pada
produk ternak yang dihasilkan baik susu maupun daging. Sedangkan untuk
telur menurut pantauan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Wonosobo, penurunan produksi telur salah satu faktor penyebabnya adalah
siklus pergantian ayam petelur. Dimana ayam yang sudah kurang produktif
diganti tetapi ayam pengganti belum berproduksi secara optimal.
Meningkatnya layanan Irigasi teknis
Capaian kinerja sasaran strategis peningkatan layanan irigasi teknis
diukur dari dua indikator kinerja sebagai berikut:
- Persentase daerah irigasi dalam kondisi baik. Untuk indikator ini target
yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah sebesar 75
persen. Sedangkan realisasinya 70.80 persen sehingga capaian kinerja
indikator ini sebesar 94.40 persen sedikit dibawah target yang ditetapkan.
- Rasio panjang saluran irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani.
Untuk indikator ini target yang ditetapkan adalah 20.93 persen dengan
realisasi juga sebesar 4.85 persen. Sehingga capaian kinerjanya hanya
23.20 persen.
Terkait peningkatan layanan irigasi teknis capaian kinerja Tahun 2013
hanya mencapai 58.80 persen. Capain ini sangat dipengaruhi oleh menurunnya
tingkat kefungsian irigasi teknis di wilayah Kabupaten Wonosobo. Selain itu
kemarau panjang pada tahun 2013 juga menyebabkan debit air untuk layanan
irigasi mengalami penurunan yang cukup tinggi. Sehingga kinerja layanan
irigasi teknis menurun cukup tajam.
Upaya pemeliharaan saluran irigasi teknis juga tidak hanya dengan
tindakan sipil teknis tetapi juga dengan perawatan yang melibatkan partisipasi
masyarakat petani selaku pengguna. Dalam beberapa tahun terakhir ada
kecenderungan keterlibatan petani pengguna dalam pemeliharaan saluran
cenderung menurun. Sehingga perlu koordinasi antar SKPD terkait, terutama
Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan agar
kelompok pengguna air/ petani bisa menjadi sumber daya dalam pemeliharaan
dan perawatan saluran irigasi sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Prioritas Bidang Konsolidasi Reformasi Birokrasi
Prioritas ini mencakup empat sasaran strategis yaitu:
Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.
Capaian kinerja sasaran startegis ini sebesar 108.6% yang diukur dari
capaian indikator kinerja opini hasil pemeriksaan BPK dan persentase rasio
temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti. Opini hasil pemeriksaan BPK
Tahun 2013 adalah wajar dengan pengecualian. Hal inikarena pencatatan aset
pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang masuk dalam aplikasi
belum diuji kebenarannya. Untuk prosentase rasio temuan hasil pemeriksaan
BPK dari tahun 2005 s/d 2013 ada 203 temuan yang memunculkan 390
rekomendasi. Dari 390 rekomendasi BPK yang sudah ditindaklanjuti sebanyak
386 (98,9 persen). Lebih jauh, untuk prosentase rasio temuan hasil
pemeriksaan BPK yang sudah dinyatakan selesei dari 386 rekomendasi yang
sudah ditindaklanjuti dan dinyatakan selesei sebanyak 279 (71.5 persen) dan
yang belum sesuai rekomendasi sebanyak 107 (28.5 persen).
Untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Wonosobo
pada Tahun 2013 telah melaksanakan program peningkatan dan
pengembangan pengelolaan keuangan daerah dengan beberapa kegiatan
pendukung dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan, penganggaran,
pengelolaan dan pelaporan yang lebih akuntabel.
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
Dalam dokumen RPJMD 2011-2015 peningkatan pendapatan asli
daerah pada Tahun 2013 ditargetkan mengalami kenaikan sebesar 20%
dibanding capaian tahun 2012. Pada kenyataannya capaian Tahun 2013
mengalami kenaikan mencapai 24.8% dibanding tahun 2012. Sehingga
capaian kinerja untuk indikator peningkatan pendapatan asli daerah mencapai
124%. Kontribusi yang cukup menonjol dari peningkatan PAD tersebut
diperoleh dari pajak penerangan jalan umum dimana realisasi Tahun 2013
mencapai 147.59% dari target yang telah ditetapkan. Capaian ini terealisasi
setelah ada upaya intensifikasi dan koordinasi Pemerintah Kabupaten
Wonosobo melalui DPPKAD dengan PLN.
Selain pajak penerangan jalan, kenaikan juga terjadi pada pajak
BPHTB yang realisasinya mencapai 3,2 milyar. Untuk bunga deposito
realissinya mencapai 162,7 persen dari target yang telah ditetapkan dengan
capaian Rp. 10.666.263.128,-. Pada sektor pajak bumi dan bangunan (PBB)
yang sejak tahun 2013 ini dikelola langsung oleh daerah juga mengalami
kenaikan yang cukup signifikan dengan capaian kinerja sebesar 146,2 persen
atau sebesar Rp. 13,16 milyar.
Capaian ini juga tidak lepas dari beberapa program/ kegiatan yang
dilaksanakan pada Tahun 2013 antara lain:
- Intensifikasi pemungutan dan pendataan pajak
- Optimalisasi PAD
- Pembinaan petugas pungut
- Perangsang lunas awal PBB
- Onitoring, evaluasi dan pelaporan pendapatan asli daerah
- Pelaksanaan kegiatan MP TPTGR
Meningkatnya kualitas sistem perencanaan
Capaian sasaran strategis ini mencapai 92% yang diukur dari capaian
empat indikator kinerja yang meliputi:
1) Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan daerah
2) Prosentase kesesuaian program/kegiatan RKPD dengan APBD
3) Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD
4) Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD.
Terkait dengan ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan daerah sebagai salah satu indikator kualitas sistem
perencanaan pembangunan, pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten
Wonosobo, melalui Bappeda selaku pengampu urusan perencanaan mampu
mencapai 100% target yang telah ditetapkan. Hal tersebut merujuk pada
Permendagri No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dimana musrenbang untuk
Tahun 2013 lalu terlaksana sebelum bulan Maret dan rencana kerja
pembangunan daerah tahun 2013 telah ditetapkan melalui peraturan Bupati
pada Bulan Mei 2013 atau belum melewati batas yang yang telah ditentukan
yakni bulan Juni 2012.
Untuk kesesuaian program/kegiatan RKPD dengan APBD capaian
pada Tahun 2013 lalu masih dibawah target yang telah ditetapkan. Capaian
dari indikator ini sebesar 90%. Indikator kesesuaian jumlah program RKPD
dengan RPJMD pada Tahun 2013 ditetapkan sebesar 100% tetapi realisasinya
baru 90%. Sedangkan untuk indikator kesesuaian proses dan tahapan
penyusunan RKPD sebagaimana diatur dalam permendagri Nomor 54 Tahun
2013 dapat tercapai 100%.
Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil
Capaian kinerja sasaran strategis peningkatan kualitas administrasi
kependudukan dan catatan sipil pada Tahun 2013 sebesar 98 persen apabila
dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012 terjadi penurunan sebesar
7.47 persen. Pada tahun 2012 capaian kinerja sasran strategis ini
mencapai105.47. Capaian kinerja ini diperoleh dari hasil pengukuran atas
beberapa indikator kinerja sebagai berikut:
a) Persentase kepemilikan KTP berbasis NIK, untuk indikator kinerja ini
target capaian Tahun 2013 sebesar 99.53 persen kepemilikan KTP
berbasis NIK. Sampai dengan akhir Tahun 2013 realisasi atas indikator
kinerja tersebut sebesar 98.08 persen. Dibandingkan capaian tahun
sebelumnya untuk indikator ini mengalami penurunan sekitar 1.45
persen.
b) Persentase kepemilikan KK, untuk indikator kinerja ini target capaian
Tahun 2013 sebesar 100 persen kepemilikan KK. Sampai dengan akhir
Tahun 2013 realisasi atas indikator kinerja tersebut sebesar 99.7.
c) Persentase kepemilikan akte kelahiran, untuk indikator kinerja ini target
capaian Tahun 2013 sebesar 85 persen kepemilikan akte kelahiran.
Sampai dengan akhir Tahun 2013 realisasi atas indikator kinerja
tersebut dibawah target yakni sebesar 82.51 persen sehingga capaian
kinerjanya sebesar 97 persen. Dibandingkan dengan capaian kinerja
tahun 2012, untuk capaian tahun 2013 mengalami kenaikan yang
cukup signifikan mencapai 20 persen lebih.
d) Persentase anak lahir yang membuat akte kelahiran, untuk indikator
kinerja ini target capaian Tahun 2013 sebesar 89.5 persen. Sampai
dengan akhir Tahun 2013 realisasi atas indikator kinerja tersebut
melampaui target yakni sebesar 96.65 persen sehingga capaian
kinerjanya sebesar 107 persen.
Indikator Target
2013
Realisasi
2013
Realisasi
2012
Target
2015
(RPJMD)
% kepemilikan KTP berbasis NIK
99.53 98.08 99.53 100
% kepemilikan KK 100 99.71 98.66 100
% kepemilikan Akta kelahiran
85 82.51 62.04 100
% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran
89.5 96.65 96.65 100
Sumber data: Disdukcapil Kab. Wonosobo
Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatatan sipil
merupakan salah satu sasaran strategis dalam bidang konsolidasi dan
reformasi birokrasi yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Penataan administrasi kependudukan menjadi penting baik dalam kerangka
dasar pengambilan kebijakan maupun dalam kerangka pemenuhan atas hak-
hak masyarakat. Meskipun prosentase capaian kinerja atas target mengalami
penurunan, namun apabila dicermati sesungguhnya terjadi peningkatan dari
sisi capaian. Karena target tahun 2013 memang lebih tinggi dari target tahun
2012. Sehingga secara komulatif capaiannya cukup meningkat dibanding tahun
2012.
Terkait dengan capaain kinerja sasaran ini, dari pengukuran yang telah
dilakukan menunjukkan tingkat capaian yang cukup bagus. Pemerintah
Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta
jajaran Pemerintah Kecamatan telah mampu melakukan percepatan atas
capaian target kinerja yang telah ditetapkan.
Beberapa program yang dilakukan untuk mendukung capaian kinerja
tersebut antara lain:
1. Peningkatan kualitas layanan administrasi kependudukan;
2. Peningkatan sarana dan prasarana penerbitan dokumen
kependudukan;
3. Pengembangan sumber daya manusia terkait pelayanan administrasi
kependudukan;
Meskipun capaian kinerja cukup baik tetapi Pemerintah Kabupaten
Wonosobo masih dihadapkan pada beberapa tantangan terkait peningkatan
kualitas administrasi kependudukan di Kabupaten Wonosobo, antara lain:
- Terkait kepemilikan KTP berbasis NIK mengalami penurunan
capaian dibanding tahun 2012, hal ini terjadi karena masih
banyak penduduk yang belum melakukan rekam E-KTP. Hal itu
terjadi karena sebagian masih tinggal di luar kota maupun
sebagian yang lain masa berlaku KTP lama sudah habis namun
belum diperpanjang lagi, terutama untuk penduduk yang lanjut
usia.
- Masih harus dilakukan upaya serius untuk membangun
kesadaran masyarakat arti penting kepemilikan dokumen
kependudukan. Sehingga tidak mengurus dokumen
kependudukan pada saat akan menggunakan saja.
- Sosialisasi terkait kelengkapan persyaratan pengurusan dokumen
kependudukan dan prosedur pelayanannya. Sehingga kesalahan
dalam pembuatan dokumen kependudukan dapat diminimalisir.
Prioritas Peningkatan Iklim dan Investasi Usaha
Sasaran strategis dari prioritas ini adalah peningkatan investasi daerah.
Capaian kinerja dari sasaran strategis tersebut di ukur dari dua indikator kinerja
yaitu jumlah investasi yang masuk ke Kabupaten Wonosobo dan nilai investasi
yang di investasikan di Kabupaten Wonosobo.
Jumlah investasi
Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan
target sebanyak 3 investasi yang masuk ke Kabupaten Wonosobo. Target
tersebut dapat dicapai sesuai target Tahun 2013. Sehinggga capaian kinerja
untuk indikator ini mencapai 100 persen.
Nilai investasi
Target nilai investasi ke Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013
adalah sebesar 141.6 milyar rupiah. Realisasinya sampai akhir Tahun 2013
mencapai 160.7 milyar rupiah. Sehingga capaian kinerja dari indikator kinerja
nilai investasi capaiannya sebesar 114.3 persen.
Dari pengukuran terhadap dua indikator kinerja untuk sasaran strategis
peningkatan investasi daerah tersebut diperoleh capaian kinerja sebesar 100
persen dengan kata lain target yang telah ditetapkan untuk Tahun 2013 dapat
dicapai dengan baik. Hasil tersebut tidak lepas dari program yang telah
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Wonosobo selama Tahun 2013. Bahkan
menurut data dari Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, diluar capaian diatas
pada tahun 2013 juga tercatat investasi yang berasal dari kelompok usaha
mikro, kecil dan menengah yang cukup besar pada tahun 2013. Program-
program yang dilaksanakan pada Tahun 2013 untuk mendorong peningkatan
jumlah investasi antara lain:
Program peningkatan pelayanan perijinan.
Disadari bahwa perijinan merupakan persoalan yang cukup
mempengaruhi investasi yang masuk ke daerah. Persyaratan administrasi
maupun lama proses pengurusan perijinan menjadi salah satu faktor yang
sangat dipertimbangkan oleh calon investor. Sejak tahun 2008 Pemerintah
Kabupaten Wonosobo telah membentuk Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
yang sebelumnya Dinas Pelayanan Terpadu. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kemudahan dan pelayanan yang lebih baik bagi calon investor.
Sehingga dengan kemudahan tersebut mampu mendorong kenaikan jumlah
maupun nilai investasi yang masuk ke wilayah Kabupaten Wonosobo.
Program peningkatan promosi investasi
Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Bagian
Perekonomian dan Penanaman Modal telah melakukan beberapa kegiatan
promosi sabagai sarana untuk memperkenalkan potensi investasi di Kabupaten
Wonosobo. Selain mengikuti kegiatan promosi di tingkat regional maupun
nasional juga dilakukan promosi produk unggulan dan potensi daerah dan
pembuatan sarana prasarana serta materi promosi. Melalui kegiatan tersebut
calon investor dan stake holder makin mengetahui potensi yang ada di
Wonosobo.
Meskipun capaian kinerja untuk peningkatan investasi di Kabupaten
Wonosobo sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu terus
mendapat perhatian kedepan:
- Regulasi bidang penanaman modal dan perijinan yang masih
perlu diperbaharui, termasuk penyederhanaan proses perijinan.
- Perlu didesain penanaman modal dan perijinan dalam satu
pintu.
- Peningkatan daya saing daerah dibidang investasi.
- Peningkatan kualitas dan ketrampailan bagi tenaga kerja lokal.
- Peningkatan infrastruktur yang mampu mendukung peningkatan
investasi di Wonosobo.
Ditingkat koordinasi antar SKPD juga perlu diperkuat terkait
peningkatan potensi dan daya saing daerah agar SKPD mempunyai peran dan
kontribusi yang lebih jelas bagi arah pengembangan investasi di Wonosobo.
Identifikasi potensi investasi dari masing-masing SKPD sesuai dengan bidang
tugasnya perlu disinergikan sehingga Wonosobo memiliki data potensi
investasi yang lebih komprehensif.
Prioritas Bidang Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
Prioritas ini mempunyai dua sasaran strategis yaitu:
1) Meningkatnya pemenuhan kebutuhan energi listrik
Capaian kinerja sasaran strategis ini mencapai 85.5 persen yang diukur
dari dua indikator kinerja sebagai berikut:
- Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik
Pada Tahun 2013 pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan
target 90 persen rumah tangga telah menggunakan listrik/
elektrifikasi. Dari target tersebut realisasinya hanya 69 persen
rumah tangga yang menggunakan listrik. Sehingga capaian
kinerja untuk indikator ini hanya 72 persen. Kondisi ini hampir
sama dengan realisasi kinerja tahun 2012 yang baru mencapai 71
persen.
- Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan
Untuk rasio ketersediaan daya listrik target untuk Tahun 2013
adalah 109 persen. Dari hasil pengukuran untuk penyediaan daya
listrik ini mampu terpenuhi dengan capaian kinerja 100 persen.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat
Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pekerjaan Umum
mengembangkan program listrik masuk desa. Program ini dilakukan
melalui kerjasama dengan PLN Distribusi Jateng dan DIY dalam
penyediaan jaringan listrik di pedesaan. Terkait belum terpenuhinya
capaian kinerja rumah tangga yang menggunakan listrik dari target 90
persen sementara realisasinya 69 persen ada beberapa faktor
penyebab anatara lain:
- Kemampuan keuangan pemerintah kabupaten sangat terbatas
untuk penyediaan jaringan listrik sehingga sampai saat ini
penambahan jaringan berjalan lambat.
- Program kerjasama dengan PLN dalam penyediaan jaringan
listrik juga sangat terbatas, belum sebanding dengan kebutuhan.
Karena dalam penyediaan jaringan oleh PLN masih harus berbagi
dengan kabupaten lain yang juga mengajukan kerjasama ke PLN.
- Rumah tangga yang terus bertambah dan munculnya pemukiman
baru di wilayah pedesaan yang seringkali masih jauh dari jaringan
listrik sehingga jaringan yang ada belummapu mengcover
kebutuhan pada pemukiman baru.
2) Meningkatnya penggunaan energi alternatif.
Untuk mengukur capaian kinerja sasaran ini menggunakan
indikator jumlah ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi
alternatif yang diterbitkan. Pada Tahun 2013 target yang ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah tiga buah ijin usaha
pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang dikeluarkan.
Realisasi sampai dengan akhir Tahun 2013 adalah satu ijin usaha yang
diterbitkan untuk energi alternatif mikro hidro. Sehingga capaian kinerja
untuk indikator ini sebesar 33,33 persen dari target yuang telah
ditetapkan. Meskipun pada tahun 2013 terdapat tiga ijin pengajuan ijin
tetapai sampai dengan akhir 2013 dua ijin yang diajukan masih dalam
proses kajian.
Untuk Kabupaten Wonosobo energi alternatif yang cukup
potensial adalah mikro hidro. Sebagai daerah pegunungan dengan
aliran sungai yang cukup deras di hampir sepanjang wilayah Kabupaten
Wonosobo, pemanfaatan potensi untuk energi mikro hidro
sesungguhnya cukup bagus. Namun perkembangan terakhir belum
seperti yang diharapkan karena pengalaman di lapangan sampai saat ini
pengembangan mikro hidro masih belum cukup ekonomis. Biaya
produksi untuk listrik yang dihasilkan mikro hidro belum efesien bila
dibandingkan dengan nilai jual tenaga listrik yang dihasilkan oleh mikro
hidro.
Prioritas Bidang Lingkungan Hidup dan Penaggulangan Bencana
Prioritas ini mencakup tiga sasaran strategis yaitu:
Berkurangnya lahan kritis
Untuk mengukur penurunan lahan kritis indikator kinerja yang
digunakan adalah persentase luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi
terhadap luas total hutan dan lahan kritis. Pada Tahun 2013 Pemerintah
Kabupaten Wonosobo telah menetapkan target luas hutan dan lahan kritis
yang yang direhabilitasi adalah 55 persen dari luas total hutan dan lahan kritis.
Dari hasil pengukuran diketahui realisasinya mencapai 65.7 persen sehingga
capaian kinerja untuk indikator ini sebesar 119 persen. Dibandingkan dengan
capaian tahun 2012 untuk capaian tahun 2013 mengalami peningkatan hingga
13.81 persen dimana untuk tahun 2012 luas lahan kritis yang direhabilitasi baru
mencapai 46.75 persen. Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui SKPD
terkait terutama Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebagai leading sektor
mampu melakukan percepatan proses penanganan lahan kritis melalui
berbagai program yang dikembangkan.
Berikut perbandingan capaian antara tahun 2013 dengan capaian
tahun 2013:
SASARAN INDIKATOR TARGET 2013 REALISASI
2013
REALISASI
2012
Berkurangnya lahan
kritis
% luas hutan lahan
kritis yang
55 65.7 46.75
direhabilitasi
terhadap luas hutan
dan lahan kritis
Sumber data: Dinas Kehutanan dan perkebunan Kab. Wonosobo
Tahun 2013 program kegiatan yang dikembangkan dalam rangka
pemulihan dan penyelamatan lingkungan antara lain:
Konservasi DAS hulu
Pengembangan Kebun Bibit Rakyat
Pengembangan Kebun Bibit sekolah
Rehabilitasi Hutan dan lahan di Luar Kawasan Lindung
Rehabilitasi hutan dan lahan dengan bangunan sipil teknis (gully
plug)
Upaya menurunkan lahan kritis melalui pemulihan dan penyelamatan
lingkungan sepanjang Tahun 2013 cukup berhasil. Keberhasilan ini tidak lepas
dari beberapa faktor pendukung antara lain:
- Dukungan dan peran pemerintah pusat dan pemerintah provinsi
melalui beberapa program yang dikembangkan di Kabupaten
Wonosobo baik berupa kegiatan DAK maupun kegiatan yang
dibiayai melalui bantuan gubernur.
- Partisipasi masyarakat yang mulai meningkat dalam upaya
pemulihan dan penyelamatan lingkungan. Perubahan ini salah
satunya disokong keberhasilan Pemerintah Kabupaten
Wonosobo untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi obyektif
Kabupaten Wonosobo yang rawan bencana sehingga memberi
pengalaman masyarakat untuk lebih memperhatikan
keselamatan lingkungan, agar daya dukung lingkungan bagi
kehidupan masyarakat terus terjaga. Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam pemulihan dan penyelamatan lingkungan
juga dipengaruhi oleh perkembangan hutan rakyat sebagai
salah satu sektor ekonomi yang berpeluang untuk
dikembangkan. Dalam konteks ini ekonomi yang berbasis pada
lingkungan menjadi salah satu alternatif yang menjadi pilihan
bagi masyarakat. Meskipun demikian disisi lain upaya
peningkatan pengetahuan, ketrampilan maupun pola pikir
masyarakat terhadap upaya penyelamatan dan pemulihan
lingkungan harus terus dilakukan. Sehingga kedepan
masyarakat bisa menjadi pelaku utama dalam upaya pemulihan
dan penyelamatan lingkungan.
1) Meningkatnya kualitas dan kuantitas air
Untuk peningkatan kualitas dan kuantitas air indikator kinerja yang
digunakan meliputi:
a) Kualitas/kelas air
Untuk kualitas kelas air target yang ditetapkan adalah kualitas
kelas air satu. Tetapi sampai dengan akhir Tahun 2013 belum
dilakukan pengukuran ulang terhadap kualitas air di Kabupaten
Wonosobo. Hal ini disebabkan Kabupaten Wonosobo sampai
saat ini belum memiliki tenaga fungsional khusus yang mampu
membaca dan melakukan analisis sampel air. Kedua,
keterbatasan anggaran untuk penelitian karena untuk uji kualitas
air dengan sampel di beberapa titik membutuhkan dana yang
cukup besar. Pengukuran kualitas air di Kabupaten Wonosobo
terakhir dilakukan tahun 2010 oleh Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah. Itu pun pengukuran baru dilakukan untuk
DAS Sungai Serayu. Sehingga Tahun 2013 belum bisa dilakukan
pengukuran kinerja untuk indikator ini.
b) Persentase kelestarian sumber air
Untuk persentase kelestarian sumber air target yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah 60 persen sumber
air terjaga kelestariannya. Dari target tersebut sampai akhir
Tahun 2013 realisasinya mencapai 63 persen. Sehingga capaian
kinerja dari indikator ini sebesar 103 persen.
c) Persentase peningkatan debit sumber air
Target Tahun 2013 untuk persentase peningkatan debit sumber
air yang ditetapkan adalah sebesar 60 persen. Dari hasil
pengukuran atas indikator ini peningkatan debit sumber air hanya
mencapai 5 persen. Sehingga capaian indikator kinerja adalah 8
persen dari target yang telah ditetapkan.
Dari hasil pengukuran terhadap sasaran strategis
peningkatan kualitas dan kuantitas air di Kabupaten Wonosobo
diketahui capaian kinerjanya baru sebesar 70.3 persen. Dengan
kata lain masih jauh dari target Tahun 2013. Tetapi bila dicermati
rendahnya capaian ini juga tidak lepas dari penetapan target yang
sebenarnya terlalu tinggi bila dibandingkan dengan sumber daya
yang dimiliki. Terutama sumber daya manuasia dan sumber daya
keuangan.
Disisi lain upaya pelestarian sumber air merupakan
sebuah proses yang tidak singkat sehingga hasilnya belum bisa
diukur dalam jangka pendek. Ketika pada Tahun 2013
Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan program/kegiatan
untuk konservasi sumber air dengan reboisasi pada area sekitar
sumber air, baru beberapa tahun kemudian bisa dilihat hasil
kegiatan tersebut.
Di tengah capaian kinerja yang belum mencapai target yang
ditetapkan, Kabupaten Wonosobo sebenarnya terus berupaya
untuk memberikan perhatian yang lebih serius terhadap
persoalan lingkungan. Saat ini upaya konservasi untuk wilayah
kritis juga terus dilakukan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat di sekitar kawasan hutan. Sebagai daerah dengan
curah hujan cukup tinggi ketersediaan air bersih memang belum
begitu menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini
berpengaruh pada perilaku masyarakat yang masih kurang
memperhatikan kelestarian sumber air. Kondisi ini juga
merupakan tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten
Wonosobo untuk menggerakkan masyarakat agar lebih peduli
pada kelestarian sumber air.
Selain itu, lahan pertanian yang tersebar di wilayah-wilayah
tangkapan menjadikan kemampuan tangkapan air menurun
ketika perluasan dan intensifikasi pertanian kurang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Perambahan hutan
beberapa tahun lalu dalam eforia reformasi dampaknya juga
belum sepenuhnya bisa ditangani terkait menurunnya debit dan
sumber air.
2) Berkurangnya resiko bencana
Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dari dua indikator
kinerja sebagai berikut:
a) Persentase jumlah meninggal akibat bencana
Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo
menetapkan target kinerja 2.5 persen. Sampai dengan akhir Tahun 2013
jumlah meninggal akibat bencana 0.9 persen sehingga capaian kinerja
dari indikator ini mencapai 277.77 persen. Melampaui target yang
ditetapkan. Tercatat sepanjang Tahun 2013 jumlah korban meninggal
akibat bencana dua orang. Sedangkan jumlah korban tercatat 228
orang.
b) Persentase tertanganinya dampak bencana
Dalam penanganan dampak bencana Pemerintah Kabupaten
Wonosobo target Tahun 2013 mampu tercapai dengan baik. Sehingga
capaian kinerja untuk indikator ini mencapai 100 persen.
Dari pengukuran capaian kinerja dua indikator tersebut,
diperoleh capaian kinerja untuk sasaran berkurangnya resiko bencana
188.85 persen. Meskipun capaian kinerja untuk Tahun 2013 cukup
bagus namun untuk meningkatkan kualitas pengurangan resiko bencana
perlu terus didorong untuk mencapai hasil yang optimal. Terkait
penanganan dampak bencana harus diakui bahwa penanganan yang
diberikan kepada korban bencana harus terus dilakukan perbaikan.
Sehingga korban bencana tidak hanya mendapatkan penanganan yang
bersifat sesaat tetapi juga penanganan pasca bencana.
Secara geografis Kabupaten Wonosobo termasuk daerah
yang rawan bencana, terutama banjir dan tanah longsor. Dari catatan
kejadian bencana sepanjang Tahun 2013, bencana tanah longsor paling
sering terjadi. Kondisi obyektif penanganan bencana di kabupaten
Wonoosbo banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
Luasnya daerah rawan bencana
Masih terbatasnya sarana prasarana untuk penaggulangan
bencana, baik sarana komunikasi, trasnportasi maupun sarana
prasarana untuk penanganan korban bencana.
Masih terbatasnya jumlah personil yang dalam penanganan
bencana.
Belum optimalnya koordinasi dalam penaggulangan bencana
antar SKPD dan stake holder lain karena kelembagaan
penaggulangan bencanan masih bersifat ad hoc.
Meskipun masih banyak tantangan dalam penanganan bencana di
Kabupaten Wonosobo, namun dari pengukuran indikator kinerjanya
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Capaian tersebut tidak lepas
dari kontribusi beberapa hal berikut:
Keterlibatan masyarakat sekitar dan kelompok-kelompok
masyarakat yang secara aktif memberikan bantuan kepada
korban bencana.
Peran aktif dari Tim SAR baik dari tingkat kabupaten maupun
provinsi.
Peran Pemerintah Provinsi Jateng maupun pemerintah pusat
dalam penganganan pasca bencana.
Peran media yang mempercepat akses informasi bencana bagi
masyarakat dan kelompok-kelompok yang konsen pada
penanganan bencana.
Prioritas Kesepuluh: Kawasan Tertinggal, Terbelakang, Perbatasan dan
Kumuh
Prioritas ini mempunyai dua sasaran stretegis yaitu optimalisasi
pengelolaan perbatasan daerah dan meningkatnya pemanfaatan sumber
daya alam untuk penataan lingkungan yang sehat. Capaian kinerja prioritas
ini mencapai106 persen yang diperoleh dari penghitungan atas capaian
kinerja sasaran sebagai berikut;
1) Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah dengan indikator
kinerja persentase penegasan batas kabupaten. Pada Tahun 2013
pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan target penegasan
batas kabupaten sebesar 100 persen atau seluruh batas kabupaten
menjadi target kinerja Tahun 2013. Realisasi atas target tersebut
sesuai hasil pengukuran mencapai 100 persen. Meskipun capaian
sasaran telah mencapai seratus persen namun Pemerintah
Kabupaten Wonosobo melalui Bagian Tata Pemerintahan
Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo masih akan mengkatkan
kualitas pengelolaan perbatasan daerah. Mengingat dari evaluasi
pelaksanaan kegiatan Tahun 2013 masih ada beberapa titik yang
perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar pengelolaan
perbatasan ini lebih optimal dan lebih baik. Persoalan daerah
perbatasan selain persoalan batas yang kedepan perlu lebih
diperhatikan adalah peningkatan aksesibilitas daerah perbatasan.
Apakah akses terhadap pelayanan dasar kesehatan dan
pendidikan maupun akses untuk peningkatan perekonomian daerah
perbatasan.
2) Pemanfaatan sumber daya alam untuk penataan lingkungan yang
sehat dengan indikator:
- Persentase desa yang memiliki fasilitas air bersih
Untuk indikator kinerja ini target yang ditetapkan Pemerintah
Kabupaten Wonosobo untuk Tahun 2013 adalah 75 persen
desa memiliki fasilitas air bersih. Sedangkan realisasinya
sampai akhir tahun 2013 semua desa telah memiliki fasilitas air
bersih. Sehingga capaian kinerja dari indikator ini mencapai 133
persen. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi
peningkatan yang cukup besar, karena pada tahun 2012 baru
mencapai 64 persen desa yang memiliki fasilitas air bersih.
Meskipun capaian tahun 2013 mengalamipeningkatan yang
cukup tajam, tetapi apabila ditelusuri lebih lanjut dari capaian
tersebat menag capaian 100 persen baru ditingkat desa. Artinya
dari semua desa yang ada di kabupaten Wonosobo seluruhnya
sudah memeiliki sumber air berkualitas baik yang berasal dari
jaringan PDAM maupun yang berasal dari fasilitas jaringan air
bersih pedesaan yang dikelola oleh masyarakat. Tetapi belum
semua dusun yang ada pada desa-desa di Kabupaten
Wonosobo memiliki jaringan air bersih baik dari PDAM maupun
jaringan air bersih pedesaan. Inilah yang masih menjadi
tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo
agar kedepan semua dusun juga memiliki sumber air yang
berkualitas.
- Area pemukiman kumuh yang tertangani
Untuk indikator area pemukiman kumuh yang tertangani, target
Tahun 2013 adalah 100 persen pemukiman kumuh tertangani.
Sedangkan realisasinya sampai dengan akhir 2012 daerah yang
ditangani mencapai 121 persen. Sehingga capain kinerja untuk
indikator tersebut mencapai 121 persen dari target yang telah
ditetapkan. Dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi
peningkatan 14.34 persen.
- Jumlah rumah layak huni yang diperbaiki
Tahun 2013 Pemerintah kabupaten Wonosobo menetapkan
target jumlah rumah layak huni yang diperbaiki adalah 3.000
unit. Realisasinya sampai akhir Tahun 2013 Pemerintah
kabupaten Wonosobo mampu memperbaiki 3.386 unit rumah
tak layak huni yang diperbaiki. Dari hasil tersebut capaian
kinerja untuk indikator ini mencapai 128 persen. Dibandingkan
capaian tahun 2012 untuk indikator ini juga mengalami
peningkatan yang mencapai 1.30 persen. Dimana capaian
kinerja tahun 2012 sebesar 126.7 persen.
Capaian kinerja sasaran strategis pemanfaatan sumber daya
alam untuk penataan lingkungan yang sehat mencapai 127 persen.
Sehingga apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 untuk
sasaran strategis ini mengalami kenaikan hingga 7 persen. Capaian
kinerja atas target ini didukung oleh pelaksanaan beberapa program
antara lain:
- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan
- Program PNPM mandiri pedesaan
- Program Pamsimas
- Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Selain persolan fasilitas air bersih yang belum merata pada
semua dusun, Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga masih
dihadapkan pada persoalan munculnya pemukiman baru yang tidak
layak baik dari sisi kesehatan maupun pemukiman baru yang berada di
daerah rawan bencana mengingat kondisi Kabuapten wonosobo yang
merupakan daerah perbukitan maupun pegunungan.
Prioritas Pengembangan Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi
Teknologi
Sasaran strategis untuk prioritas ini adalah meningkatnya internalisasi
nilai-nilai budaya, meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya
dan meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna. Capaian kinerja
prioritas bidang kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi diperoleh dengan
pengururan capaian kinerja masing-masing sasaran strategis sebagai berikut:
1) Meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya dengan capaian
kinerja sebesar 100 persen yang diperoleh dari pengukuran atas
indikator kinerja berikut:
- Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang arkeologi,
capaian kinerja dari indikator ini adalah 100 persen. Dimana
target yang ditetapkan untuk Tahun 2013 adalah dua penilitian
yang dilaksanakan dibidang arkeologi. Sampai dengan akhir
tahun 2013 dapat terealisasi dua penelitian dibidang arkeologi
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
kabupaten Wonosobo. Capaian ini meningkat sebesar 50
persen dibanding capaian tahun 2012 dimana pada tahun 2012
penelitian yang dilakukan hanya satu penelitian.
- Jumlah karya seni yang berkualitas, capaian kinerja dari
indikator ini mencapai 100 persen dari target kinerja yang telah
ditetapkan. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten
Wonosobo menetapkan target empat karya seni yang dapat
diaktegorikan berkualitas, tercapai empat karya seni yang dapat
dikategorikan berkualitas. Sehingga capain kinerja indikator ini
mencapai 100 persen.
2) Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya.
Capaian kinerja sasaran strategis ini sebesar 83.3 persen dari
target yang telah ditetapkan. Dibandingkan dengan capaian
tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 20.03 persen. Dimana
capaian tahun 2012 adalah 63 persen. Capaian tersebut
diperoleh dari pengukuran indikator kinerja sebagai berikut:
- Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan.
Capaian kinerja indikator ini sebesar 100 persen. Dimana
pada Tahun 2013 Pemerintah kabupaten Wonosobo
menetapkan target lima pelaku budaya yang memperoleh
penghargaan.
- Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan
HAKI. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo
menetapkan lima belas karya budaya memperoleh
perlindungan HAKI. Tetapi sampai akhir Tahun 2013, hanya
sepuluh karya yang memperoleh perlindungan HAKI.
Dengan realisasi tersebut capaian kinerja indikator ini
sebesar 66.6 persen.
Untuk prioritas bidang kebudayaan, dari hasil pengukuran atas
capaian kinerja indikator strategisnya diketahui hasil yang diperoleh
masih dibawah taget yang telah ditetapkan. Hal ini kedepan perlu
mendapat perhatian yang lebih serius dari pemerintah kabupaten.
Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo, melalui
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam upaya meningkatkan
pelestarian budaya telah melaksanakan beberapa program kegiatan.
Tetapi program yang dilaksanakan masih sebatas pada fasilitasi
pagelaran atau pentas budaya baik di tingkat lokal, regional maupun
tingkat nasional. Kegiatan tersebut selain sebagai bentuk apresiasi
kepada para pelaku budaya yang ada di Kabupaten Wonosobo, juga
sebagai sarana untuk promosi potensi wisata budaya yang ada di
Kabupaten Wonosobo. Sehingga pelestarian budaya yang selama ini
dilakukan tidak terlepas dari konteks pariwisata. Untuk kedepan selain
memperhatikan konteks pariwisata, pelestarian budaya di Kabupaten
Wonosobo, perlu lebih diarahkan untuk pelestarian nilai-nilai budaya
dan pelestarian karya budaya dengan lebih optimal.
3) Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna. Capaian
kinerja sasaran strategis ini mencapai 92 persen yang diperoleh dari
pengukuran terhadap indikator jumlah industri kecil yang telah
memanfaatkan teknologi tepat guna. Pada Tahun 2013 Pemerintah
Kabupaten Wonosobo menetapkan target 620 industri kecil di
Kabupaten Wonosobo telah menggunakan teknologi tepat guna.
Realisasinya sampai akhir Tahun 2013 industri kecil yang
menggunakan teknologi tepat guna baru mencapai 570. Dibandingkan
dengan capaian tahun 2012 untuk indikator ini mengalami sedikit
kenaikan dari 91.66 pada tahun 2012.
Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui
Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah mengembangkan
beberapa program kegiatan untuk mendorong pelaku industri kecil
dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi tepat guna. Pemanfaatan
teknologi tepat guna terkait dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
produk-produk industri kecil. Upaya mempercepat pemanfaatan
teknologi tepat guna juga dilakukan dengan fasilitasi peralatan hasil
teknologi tepat guna pada kelompok/sentra industri kecil.
Pemanfaatan teknologi terkadang belum efektif ketika produksi
masih kecil. Fasilitasi bantuan peralatan kepada kelompok
dimaksudkan agar penggunaan teknologi tepat guna ini lebih efektif
dan efesien. Selain itu juga sebagai media pembelajaran bagi pelaku
industri kecil dalam memahami dan mempelajari aspek-aspek penting
penggunaan teknologi bagi kelangsungan usahanya.
Terkait fasilitasi bantuan peralatan ini, sebagian telah
menunjukkan adanya peningkatan produktivitas pelaku industri kecil
namun masih ada juga kelompok yang telah difasilitasi alat tetapi
pemanfaatannya belum optimal. Sehingga selain fasilitasi alat juga
perlu lebih diperhatikan terkait pemanfaatannya dalam meningkatkan
produktivitas industri kecil melalui monitoring dan pembinaan secara
periodik bagi kelompok dan pelaku industri kecil. Pengembangan dari
pemanfaat teknologi tepat guna oleh kelompok industri kecil juga
sudah mulai terlihat di tahun 2013 ini. Bebrepa kelompok mulai mampu
melakukan modifikasi teknologi dalam mendukung produktivitas
usahanya. Seperti yang dilakukan oleh beberapa kelompok industri
makanan dengan menciptakan alat bantu kerja yang sederhana tetapi
cukup membantu produksi yang dilakukan.
Pada sisi yang lain pemanfatan teknologi tepat guna ini juga
akan berjalan searah dengan perkembnagan usaha industri yang
dilakukan. Harus diakui beberapa industri kecil yang telah memanfaat
teknologi tepat guna p[un kemudian tidak berkembang ketika
perjalanan usahanya tidak mengalami perkembangan.
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Rencana Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 setelah Perubahan
sebesar Rp 1.236.421.504.788,00. Dari rencana belanja tersebut sampai
dengan akhir 2013 realisasinya Rp 988.103.772.409,00 atau 79,92% terdiri
dari:
1. Belanja Tidak Langsung, rencana belanja tidak langsung pada tahun 2013
sebesar Rp. 729.661.536.690,00 realisasinya sampai akhir tahun mencapai
Rp. 657.244.353.901,00 atau sebesar 90.07 persen terdiri dari :
Belanja Pegawai, merupakan alokasi anggaran untuk membiayai belanja gaji
dan tunjangan serta penghasilan lainnya kepada PNS, uang representasi dan
tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada Tahun
2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 643.233.438.722,00;
dengan realisasi sebesar Rp. 587.856.934.045,00 atau mencapai 91.39
persen dari rencana anggaran.
Belanja Hibah, merupakan alokasi anggaran untuk belanja pemberian uang,
barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp
23.340.277.968,00; dengan realisasi sebesar Rp.15.153.119.710,00 atau
mencapai 64.92 persen dari rencana anggaran.
Belanja Bantuan Sosial, merupakan alokasi anggaran untuk belanja bantuan
sosial kepada organisasi kemasyarakatan bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp
3.111.000.000,00 ; dengan realisasi sebesar Rp. 3.023.599.946,00 atau
mencapai 97.19 persen dari rencana anggaran.
Belanja Bantuan Keuangan, merupakan alokasi belanja untuk belanja
bantuan keuangan bagi pemerintah desa dan partai politik. Pada tahun 2013
untuk pos ini pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalokasikan anggaran
sebesar Rp.55.956.000.000,00; dengan realisasi sebesar Rp.
48.508.197.120,00 atau mencapai 86.69 persen dari rencana anggaran.
Belanja Tidak Terduga, merupakan alokasi anggaran untuk kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka pencegahan
dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi
terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Pada Tahun 2013 untuk
pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 4.020.820.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp. 1.848.573.880,00 atau mencapai 45.97 persen dari rencana
anggaran.
2. Belanja Langsung, rencana belanja langsung Kabupaten Wonosobo pada
tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 506.759.968.098,00 realisasinya
sampai akhir tahun mencapai Rp. 330.859.418.508,00 atau sebesar 65.29
persen terdiri dari :
Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran daerah untuk honorarium
kepanitiaan, upah, stimulant, honorarium tenaga kontrak pemerintah daerah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pada
Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar
Rp.11.478.619.190,00 ; realisasi belanja sampai akhir tahun 2013 sebesar
Rp. 10.250.813.960,00 atau 89.30 persen dari rencana belanja.
Belanja Barang dan Jasa, merupakan pengeluaran daerah untuk
memenuhi kebutuhan belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa
kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan,
sewa gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat-alat berat, sewa peralatan
dan perlengkapan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja dan perjalanan dinas. Pada Tahun 2013 untuk pos
belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 221.925.283.692,00; realisasi belanja
sampai akhir tahun 2013 sebesar Rp. 10.250.813.960,00 atau 89.30 persen
dari rencana belanja.
Belanja Modal, merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan listrik,
kendaraan dinas operasional, peralatan kantor dan aset tetap lainnya. Pada
Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp.
221.925.283.692,00. realisasi belanja sampai akhir tahun 2013 sebesar Rp.
182.438.371.696,00 atau 82.20 persen dari rencana belanja.
PENGUKURAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2013
NO. PRIORITAS/SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
2013 REALISASI
2013 HASIL
(%)
1 PENANGGULANGAN KEMISKINAN
81.80
Penanggulangan kemiskinan. Persentase penduduk miskin 18 22.50 80
Peningkatan kesempatan kerja
83.60
Tingkat partisipasi angkatan kerja 72 76 105
Tingkat pengangguran terbuka 3.34 5.37 62.20
2 PENDIDIKAN
87.85
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah
Pendidikan dasar 9 Tahun
93.7
APM SD/MI 94 91.44 97
APK SD/MI/Sederajat 100 104.15 104
APM SMP/MTs/Paket B 78 64.81 83
APK SMP/MTs/Paket B 97 86.13 89
Angka lulus SMP/MTS 99.7 96.45 97
Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS
96 88.49
92
Pendidikan Menengah
82
APK SMA/SMK/MA 53 47.79 90
APM SMA/SMK/MA 42 34.47 82
Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA 0.8
1.39 57
Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA 97
96.98 99
3 KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA
96
Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat
94.5
Prosentase desa/kelurahan UCI 100 100 100
Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
99.25 90.22 91
Persentase penduduk memiliki jamban sehat
75 43.01 58
Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan
70 64 91
Persentase rumah tangga sehat
60 67.08 112
Persentase PKD aktif 75 70 93
Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan
100 100 100
Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar
100 100 100
Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100 100 100
Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
100 100 100
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB
75.58
% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)
85.86 80.98 94
% drop out KB 7.68 20.64 37
Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru
28.672 25.754 89.8
Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan
1:03 1:3,68 81.5
Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
118
Angka penurunan TFR 2.13 1.87 114
Angka penurunan laju penduduk 1 0.82 122
4 INFRASTRUKTUR
68.8
Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten
Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)
184.25 303.91 165
Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)
164.96 202.62 123
Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan
% Jumlah jembatan kondisi baik 72.88 16.19 22
Meningkatnya kapasitas pelayanan infrastruktur jalan desa
Jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km) 1.064.95 430.50 40.4
5 PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
85.31
Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama
97
Persentase ketersediaan bahan pangan utama
100 104.05 104
Tingkat skor pola harapan pangan 98 87 90
Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura
101.46
Produksi Tanaman pangan (ton)
96.31
- Padi 170.240 149.771 87.98
- Jagung 128.192 115.101 89.78
- Ketela Pohon 178.968 193.389 108.06
- Ubi Jalar 18,890 18.785 99.44
Produktifitas Tanaman pangan (ton/ hektare)
105.78
- Padi 5.70 5.1 89.47
- Jagung 4.10 4.0 97.56
- Ketela Pohon 27.30 31.28 114.57
- Ubi Jalar 18.890 22.96 121.54
Produksi tanaman hortikultura
109.91
- Kentang 49.829 49.440 99.21
- Kubis 67.197 67.776 100.86
- Bawang Daun 32.905 28.572 86.83
- Cabe 5.688 7.785 136.86
- Wortel 7.184 9.040 125.83
Produktifitas tanaman hortikultura
93.87
- Kentang 15.36 15.19 98.89
- Kubis 18.33 17.02 92.85
- Bawang Daun 12.57 11.33 90.13
- Cabe 7.38 7.20 97.56
- Wortel 15.34 13.80 89.96
Meningkatnya populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan
84
Meningkatnya produksi ikan budidaya
Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)
5.562 5.195 93
Meningkatnya produksi benih unggul
Produksi benih BBI 2.990 kg 2.190 kg 73
Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan
86
Populasi ternak
88.8
Sapi 33.941 25.411 75
kambing 140.426 154.120 110
Domba 92.120 93.049 101
Kerbau 3.936 2.073 53
Ayam buras 666.229 726.094 109
Ayam petelur 84.475 38.323 45
Sapi perah 1.077 1.416 131
kelinci 32.770 26.426 81
Entog 46,496 42.326 91
Puyuh 192,526 176.418 92
Produk ternak (ton)
83
a. Daging (kg) 5.297,67 4.847,66 91
b. Telur (kg) 2.239,89 1.431,02 64
c. Susu (l) 966.487 909.652,16 94
Meningkatnya layanan irigasi teknis
58.80
% Daerah Irigasi dalam kondisi baik 75 70.80 94.40
Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani
20.93 4.85 23.20
6 KONSOLIDASI DAN REFORMASI BIROKRASI
Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
108.6
Opini Hasil Pemeriksaan BPK
WDP WDP 100
% Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti
97 98.9 102
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
% kenaikan pendapatan Asli Daerah 20 24.8 124
Meningkatnya kualitas sistem perencanaan
95
Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
100% 100 100
Prosentase kesesuaian program/ kegiatan RKPD dengan APBD
100 90 90
Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD
100 90 90
Prosentase kesesuaian proses dan tahapan penyusunan RKPD
100 100 100
Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil
% kepemilikan KTP berbasis NIK 99.53 98.08 98
% kepemilikan KK 100 99.71 99.71
% kepemilikan Akta kelahiran 85 82.51 97
% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran
89.5 96.65 108
7 IKLIM INVESTASI DAN USAHA
100
Meningkatnya Investasi Daerah
Jumlah investasi 3 3 100
Nilai Investasi (Investasi)
141.6 141.6 100
8 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
59.50
Meningkatnya penggunaan energi alternatif
Jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan
3 1 33
Terpenuhinya kebutuhan energi listrik
86
% rumah tangga yang menggunakan listrik (elektrifikasi)
95 69 72
Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan
109 109 100
9 LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAGGULANGAN BENCANA
113
Berkurangnya lahan kritis % luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas total hutan
55 65.7 119
dan lahan kritis
Meningkatnya kualitas dan kuantitas air
70.3
Kualitas / kelas air 1 1 100
% kelestarian sumber air 60 62 103
% peningkatan debit sumber air
60 5 8
Berkurangnya resiko bencana
150
% jumlah meninggal akibat bencana
2 1 200
%Tertanganinya dampak bencana
100 100 100
10 KAWASAN TERTINGGAL, TERBELAKANG, PERBATASAN DAN KUMUH
113.5
Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah
% penegasan batas kabupaten 100 100 100
Meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan lingkungan yang sehat
127
Prosentase desa yang memiliki fasilitas air bersih
75 100 133
Area pemukimankumuh yang tertangani 100 121 121
Jumlah rumah tidak layak huni yang diperbaiki
3.000 3386 128
11 KEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI
91.7
Meningkatnya internalisasi nilai - nilai budaya
100
Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang
2 2 100
arkeologi
Jumlah karya seni yang berkualitas 4 4 100
Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya
83.3
Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan
5 5 100
Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI
15 10 66.6
Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna
Jumlah IK yang telah memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG)
620 570 92
BAB IV
PENUTUP
aporan akuntabilitas Kinerja Insatansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten
Wonosobo merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintahan dalam
pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dalam waktu satu tahun anggaran.
Pengukuran kinerja dari indikator kinerja masing-masing sasaran strategis dari
prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Wonosobo menunjukkan capaian
kinerja Tahun 2013 sebesar 91.68 persen. Terkait dengan hasil pengukuran dan
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun
2013 tersebut dirumuskan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:
KESIMPULAN
1. Dengan capaian kinerja atas prioritas pembangunan Tahun 2013 sebesar
90.80 persen capaian kinerja pemerintah Kabupaten Wonosobo masuk dalam
kategori sangat baik.
2. Dari prioritas pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Wonosobo dari hasil pengukuran kinerja tahun 2013 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Penanggulangan Kemiskinan:
Capaian kinerja penaggulangan kemiskinan mencapai 81.80 persen dari
target kinerja yang telah ditetapkan. Dibandingkan dengan realisasi kinerja
tahun 2012 mengalami penurunan, dimana tahun 2013 realisasi kinerjanya
97 persen. Namun dari hasil pengukuran indikator dapat diketahui capaian
masing-masing indikator lebih tinggi dibanding capaian tahun 2012. Realisasi
kinerja lebih rendah karena target kinerja tahun 2013 juga lebih tinggi
dibanding target tahun 2012.
Pendidikan:
Realisasi kinerja bidang pendidikan untuk tahun 2013 sebesar 87.85 persen
dari target yang telah ditetapkan. Beberapa indikator menunjukkan
peningkatan dibanding realisasi tahun 2012. Meskipun beberapa yang lain
realisasi kinerja mengalami penurunan dibanding realisasi tahun 2012.
Kesehatan dan Keluarga Berencana
Realisasi kinerja bidang kesehatan dan keluarga berencana tahun 2013
sebesar 96 persen. Dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2012
mengalami peningkatan sebesar 3.4 persen. Dimana realisasi kinerja tahun
2012 sebesar 92.6 persen. Peningkatan ini di dukung oleh capaian dari
peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan yang mengalami
kenaikan cukup tajam dibanding capaian tahun 2012. Sedangkan untuk
capaian kualitas dan jangkauan layanan KB justru mengalami sedikit
penurunan dibanding capaian tahun 2012.
Infrastruktur
Untuk realisasi kinerja bidang infrastruktur pada tahun 2013 sebesar 68.8
persen. Mengalami peningkatan sebesar 14 persen dibanding realisasi tahun
2012. Meskipun telah mengalami kenaikan yang cukup baik namun kinerja
untuk bidang infrastruktur masih harus menjadi perhatian tersediri bagi
Pemerintah Kabupaten Wonosobo, mengingat capaian yang masih cukup
jauh dari target yang ditetapkan.
Pertanian dan Ketahan Pangan
Realisasi kinerja pertanian dan ketahanan pangan tahun 2013 sebesar 85.31
persen. Mengalami penurunan 14.42 persen dari realisasi kinerja tahun 2012
yang mencapai 101.73 persen. Penurunan terjadi karena tiga sasaran
strtategis semuanya mengalami penurunan. Penurunan paling menonjol pada
populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan.
Konsolidasi dan Reformasi Birokrasi
Realisasi kinerja konsolidasi dan reformasi birokrasi tahun 2013 sebesar
101.42 persen. Mengalami penurunan 1.58 persen dari realisasi kinerja tahun
2012 yang mencapai 103 persen. Penurunan trjadi pada sasaran kualitas
kependudukan dan catatan sipil yang capaiannya 100.7 persen, sementara
tahun 2012 sebesar 105.47 persen.
Iklim dan Iinvestasi Usaha
Realisasi kinerja untuk iklim dan ivestasi usaha mencapai 100 persen dimana
pada indikator jumlah dan nilai investasi terget kinerja teercapai 100 persen.
Bahkan pada tahun 2013 ini juga ada kecenderungan peningkatan investasi
pada usaha mikro kecil.
Energi dan Sumberdaya Mineral
Realisasi kinerja ini diperoleh dari capaian peninggkatan penggunaan energi
alternatif dan pemenuhan kebutuhan energi listrik. Realisasi kinerja tahun
2013 mencapai 59.50 yang hanya meningkat sedikit dibanding realisasi
kinerja tahun 2012 yaitu 59.25 persen. Pemanfaan pengelolaan energi mikro
hidro sampai dengan tahun 2013 belum menunjukkan hasil yang optimal
sehingga belum mampu menyokong realisasi kinerja tahun 2013.
Lingkungan Hidup dan Penaggulangan Bencana
Realisasi kinerja bidang lingkungan hidup dan penggulangan bencana tahun
2013 mencapai 113 persen. Terjadi penurunan 6.44 persen dibanding relisasi
tahun 2012. Penurunan yang cukup menonjol ada pada indikator persentase
peningkatan debit sumber air yang mengalami penurunan dibanding tahun
2012.
Kawasan Tertinggal, Terbelakang, Perbatasan dan Kumuh
Realisasi kinerja prioritas ini mencapai 113.5 persen pada tahun 2013.
Mengalami kenaikan 7 persen dibanding realisasi tahun 2012 yang mencapai
106.5 persen. Peningkatan ini tercapai karena realisasi kinerja yang cukup
baik pada sasaran meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan
lingkungan yang sehat.
Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
Realisasi kinerja prioritas ini mencapai 91.7 persen pada tahun 2013.
Mengalami kenaikan 19.3 persen dibanding realisasi tahun 2012 yang
mencapai hanya 72.4. Peningkatan ini tercapai karena target kinerja tahun
2013 relatif masih sama dengan target tahun 2012 dimana realisasi kinerja
tahun 2012 masih jauh dari terget yang telah ditetapkan.
3. Dari hasil pengukuran target kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2013 diperoleh hasil realisasi kinerja
rata-rata 90.80 persen. Dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2012 terlihat
adanya penurunan realisasi kinerja sebesar 0.88 persen. Penurunan realisasi kinerja
terjadi pada enam prioritas pembangunan. Sedangkan lima prioritas lainnya
mengalami kenaikan dibanding realisasi kinerja tahun 2012.
4. Realisasi kinerja tertinggi pada penanganan kawasan tertinggal, terbelakang,
perbatasan dan kumuh dengan realisasi kinerja 113.5 persen. Capain ini
didukung oleh realisasi kinerja pada sasaran pemanfaatan SDA untuk
penataan lingkungan yang sehat. Sedangkan realisasi kinerja paling rendah
pada pemanfaatan sumber daya energi dan mineral. Dimana pemanfaat
energi alternatif masih sangat terbatas.
5. LAKIP diusun dengan pendekatan kuantitaif atas capaian indikatror kinerja
masing- masing sasaran strategis dari prioritas pembangunan yang telah
ditetapkan. Dengan pendekatan tersebut, bisa jadi belum mampu
memberikan informasi yang utuh terhadap berbagai aspek capaian kinerja
pembangunan.
6. Hasil pengukuran Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Kabupaten
terhadap kebijakan dan pelaksanaan program selama Tahun 2013 yang bisa
menjadi umpan balik bagi pelaksanaan kebijakan dan program tahun yang
akan datang.
Rekomendasi:
1. Dari hasil pengukuran kinerja Tahun 2013, dengan capain kinerja rata-rata
90.80 persen, prioritas pembangunan yang capaian kinerjanya masih
dibawah capaian rata-rata perlu mendapat perhatian yang lebih serius dari
Pemerintah Kabupaten Wonosobo agar kinerja kedepan dapat ditingkatkan.
2. Perlu terus ditingkatkan keselarasan antara program kegiatan yang
dilaksanakan dengan target kinerja yang telah ditetapkan sehingga program
kegiatan yang dilaksanakan memang benar-benar mempunyai daya dukung
bagi pencapaian target kinerja.
3. Penetapan target kinerja perlu lebih memperhatikan kondisi dan sumber daya
untuk mendukung pencapaian target kinerja, sehingga kesenjangan realisasi
antar target kinerja pada prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dapat
makin dikurangi.
4. Perlu dibangun mekanisme pengukuran capaian kinerja secara reguler dalam
proses pelaksanaan kebijakan dan program sebagai umpan balik bagi
pemerintah dalam mengevaluasi capaian kinerja atas kebijakan dan program
yang dilakukan.