BAB I PENDAHULUAN - wonosobokab.go.id · berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, ......

112
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO Kondisi Geografis ecara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7. 11’ dan 7. 36’ Lintang Selatan (LS), 109. 43’ dan 110. 04’ Bujur Timur (BT). Jarak ibukota Kabupaten Wonosobo ke ibukota Provinsi Jawa Tengah berjarak 120 Km dari ibukota negara (Jakarta) berjarak 520 Km. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 275 meter sampai 2.250 meter di atas permukaan laut.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - wonosobokab.go.id · berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, ......

BAB I

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO

Kondisi Geografis

ecara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7. 11’

dan 7. 36’ Lintang Selatan (LS), 109. 43’ dan 110. 04’ Bujur

Timur (BT). Jarak ibukota Kabupaten Wonosobo ke ibukota Provinsi Jawa

Tengah berjarak 120 Km dari ibukota negara (Jakarta) berjarak 520 Km.

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian

berkisar antara 275 meter sampai 2.250 meter di atas permukaan laut.

Dalam lingkup wilayah provinsi, Kabupaten Wonosobo terletak di

bagian tengah yang berbatasan dengan beberapa kabupaten. Sebelah

utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Purworejo,

sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara.

Secara administratif Kabupaten Wonosobo dibagi menjadi 15

kecamatan. Jarak kecamatan ke ibukota kabupaten terjauh adalah 37 Km.

Jarak terjauh antar ibukota kecamatan adalah 54 Km. Luas wilayah

Kabupaten Wonosobo mencapai 98.468 hektare dengan kondisi biogeofisik

sebagai berikut: kemiringan 3-8 seluas 54,4 ha, 8-15 seluas 24.769,1 ha,

15-40 seluas 42.173,6 ha dan lebih dari 40 derajad seluas 31.829.9 ha.

Apabila ditinjau dari penggunaan lahan, wilayah terluas sebagai

tegalan/kebun yang mencapai 42.73 persen, lahan sawah 16.29 persen dan

butan negara 17.10 persen. Sebagaimana keadaan di Indonesia pada

umumnya, Kabupaten Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam

setahun, kemarau dan penghujan. Rata-rata suhu udara 14.3-26.5 derajat

celcius, dengan curah hujan pertahun berkisar antara 1.713-4.255

mm/tahun. Secara kelembaban Wonosobo mempunyai kelembaban kelas

lembab. Dengan curah hujan cukup tinggi dan tanah yang cukup subur

menjadikan pertanian sebagai sektor yang cukup dominan di Kabupaten

Wonosobo.

Sebagaimana keadaan di Indonesia pada umumnya. Kabupaten

Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya, yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara rata-rata di kabupaten

Wonosobo antara 14.3 – 26.5 derajat celcius dengan curah hujan rata-rata

mencapai 1.713 – 4.255 mm/tahun. Secara umum kabupaten Wonosobo

mempunyai kelembaban kelas lembab. Dengan curah hujan yang cukup

tinggi dan kondisi tanah yang subur menjadikan pertanian sebagai sektor

yang dominan bagi perekonomian masyarakat.

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMERINTAHAN

KABUPATEN WONOSOBO

abupaten Wonosobo, dibentuk berdasarkan Undang- undang

Nomor 13 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten

Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (diundangkan pada Tanggal 8

Agustus 1950). Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008, tentang

Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo, Bab III, Pasal 3 tentang

Kedudukan, Tugas dan Fungsi Bupati dan Wakil Bupati, disebutkan:

Bupati berkedudukan sebagai pemimpin penyelenggaran pemerintahan

daerah :

Bupati mempunyai tugas dan wewenang :

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

2) Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;

3) Menetapkan Peraturan Daerah yang telah mendapat persetujuan DPRD;

4) Menyusun dan mengajukan Rancanagan Peraturan Daerah tentang

APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

5) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

6) Mewakili daerah di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan Peraturan Perundang –

Undangan;

7) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan Peraturan

Perundang – undangan.

Sedangkan kedudukan Wakil Bupati sebagai pemimpin

penyelenggaraan pemerintahan.

Wakil Bupati mempunyai tugas :

1) Membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah

2) Membantu Bupati mengkoordinasikan kegiatan instansi vertical didaerah,

menindaklanjuti laporan dan/ atau temuan hasil pengawasan aparat

pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda

serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan

lingkungan hidup

3) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah

kecamatan, kelurahan dan /atau desa

4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah

5) Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan

oleh Bupati

6) Melaksanakan tugas dan wewenang Bupati apabila Bupati berhalangan.

Pasal 5, menyatakan kewajiban Bupati dan Wakil Bupati meliputi :

1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang –

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

4) Melaksanakan kehidupan demokrasi;

5) Mentaati dan menegakkan seluruh Peraturan Perundang – undangan;

6) Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintah daerah;

7) Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah;

8) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;

9) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan kuangan

daerah;

10) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan

semua perangkat daerah;

11) Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah

di hadapan Rapat Paripurna DPRD;

12) Selain kewajiban tersebut di atas, Bupati mempunyai kewajiban untuk

memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada

pemerintah dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban

kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kepada masarakat.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Bupati dibantu oleh :

1. Staf ahli melputi :

1) Staf ahli bidang Hukum dan Politik

2) Staf ahli bidang Pemerintahan

3) Staf ahli bidang Pembangunan

4) Staf ahli bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia

5) Staf ahli Ekonomi dan Keuangan

2. Sekretariat Daerah yang merupakan unsur staf, terdiri dari :

Sekretaris Daerah yang salah satu fungsinya mengkoordinasikan

bagian – bagian di lingkungan Sekretariat Daerah. Dalam pelaksanaan

fungsi tersebut dibantu oleh;

a. Asisten Pemerintahan, mengkoordinasikan :

a) Bagian Tata Pemerintahan

b) Bagian Hukum

c) Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

b. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, mengkoordinasikan :

a) Bagian Perekonomian dan Pembangunan

b) Bagian administrasi pembangunan

c) Bagian Kesejahteraan rakyat

c. Asisten Administrasi, mengkoordinasikan :

a) Bagian Organisasi

b) Bagian umum

c) Bagian Hubungan Masyarakat

3. Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, yang

terdiri dari

a. Sekretaris DPRD

b. Bagian umum dan Keuangan

c. Bagian Persidangan

d. Bagian Hukum

4. Lembaga Teknis Daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Bupati

terdiri dari :

a. Inspektorat

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

d. Badan Keluarga Berencana

e. Badan Kepegawaian Daerah

f. Badan Lingkungan Hidup

g. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

h. Kantor Ketahanan Pangan

i. Kantor arsip

j. Kantor Perpustakaan

k. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

5. Dinas Daerah yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah terdiri

dari :

a. Dinas Pendidikan, Pemuda dan olah Raga

b. Dinas Kesehatan

c. Dinas Sosial

d. Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi

e. Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika

f. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

g. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

h. Dinas Pekerjaan Umum

i. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

j. Dinas Pertanian Tanaman Pangan

k. Dinas Peternakan dan Perikanan

l. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

m. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

n. Dinas Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

6. Kecamatan sebagai wilayah kerja camat merupakan bagian perangkat

daerah kabupaten. Di Kabupaten Wonosobo, memiliki 15 ( lima belas )

wilayah kecamatan.

7. Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat

kabupaten dalam wilayah kecamatan.

8. Satuan Polisi Pamong Praja merupakan unsur pemerintah daerah

mempunyai tugas untuk menyelenggarakan dan memelihara

ketentraman dan ketertiban umum

C. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN LAKIP

merupakan wujud akuntabilitas pemerintah yang pedoman

penyusunannnya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Apratur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tetang pedoman

Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Penyusunan LAKIP Kabupaten Wonosobo dimaksudkan sebagai

bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan visi, misi dan rencana kinerja

Tahun 2013. LAKIP juga dimaksudkan sebagai umpan balik atas pencapaian

kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo selama satu tahun anggaran.

Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendorong instansi pemerintah

dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efekifitas kebijakan dan

program yang telah dilakukan dalam pencapaian target kinerja. Hasil pengukuran

kinerja juga dapat dimanfaatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya

peningkatan kinerja instansi pemerintah.

LAKIP merupakan bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) yang diharapkan mampu mendorong perbaikan bagi

instansi pemerintah dalam hal:

1. Penetapan prioritas program yang lebih mengarah pada kunci

permasalahan pokok;

2. Mengurangi terjadinya duplikasi anggaran dengan penetapan

kinerja yang terukur dan berkelanjutan;

3. Mendorong pengembangan mekanisme pencatatan dan

pemanfaatan sumber daya yang akurat;

4. Mendorong akurasi penyusunan anggaran;

5. Mencegah penggunaan anggaran untuk sesuatu yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan;

6. Tersedianya sarana, prasarana dan metode kerja dalam

pengendalian sistem manajemen yang lebih andal;

7. Tersedianya pelaporan/ informasi kinerja instansi pemerintah yang

mudah diakses dan mudah dipahami oleh masyarakat.

D. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LAKIP

1. TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan

Negara yang bersih, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang bersih, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme ,

sebagai tindak lanjut dari Tap MPR;

3. Instruksi Presiden Nomor 07 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi;

5. Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(AKIP);

6. Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor SE/31/M.PAN/12/2004 tentang pedoman penyusunan

penetapan kinerja;

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi, Nomor 29 Tahun 2010, tentang Pedoman Penyusunan

Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.

E. KONDISI SUMBER DAYA MANUSIA KABUPATEN WONOSOBO

ada tahun 2013 dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Pemerintah Kabupaten Wonosobo, didukung oleh Sumber Daya Manusia

sebanyak 8.054 orang pegawai. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun

2012 maka terjadi penurunan jumlah pegawai sebanyak 386 orang pegawai.

Secara rinci kondisi sumber daya manusia Pemerintah Kabupaten Wonosobo

Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. SDM Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Menurut Tingkat

Pendidikannya sebagai berikut:

TK. PENDIDIKAN PRIA WANITA Grand Total

SD 192 12 204

SLTP 238 9 247

SLTA 891 606 1497

D-I 11 68 79

D-II 584 668 1252

D-III 258 429 687

D-IV 14 19 33

S1 1837 1835 3672

S2 272 111 383

Grand Total 4297 3757 8054 Sumber: BKD kab. Wonosobo

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah terbesar pegawai di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo mempunyai pendidikan S-1

dengan persentase mencapai 45.59 persen. Dibandingkan dengan kondisi

tahun 2012 terjadi peningkatan sekitar 6.01 persen dimana pada tahun 2012

jumlah pegawai yang berpendidikan S-1 baru mencapai 39.58 persen.

Sedangkan pegawai dengan latar belakang pendidikan D-IV proporsinya

paling sedikit hanya 0,4 naik 0.1 persen dari tahun 2012 persen.

2. SDM Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Menurut Jenis

Jabatannya sebagai berikut:

JENIS JABATAN PRIA WANITA Grand Total

STRUKTURAL 542 258 800

FUNGSIONAL KHUSUS 2530 3015 5545

FUNGSIONAL UMUM/STAF 1171 460 1631

CPNS 54 24 78

Grand Total 4297 3757 8054 Sumber: BKD Kab. Wonosobo

Dilihat menurut jenis jabatannya proporsi terbesar pegawai di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah jabatan fungsional

khusus yang mencapai 68.84 persen, mengalami kenaikan sekitar 2.84

persen dibanding tahun 2012 yang baru mencapai 66 persen. Namun

apabila dicermati lebih lanjut diketahui bahwa proporsi terbesar dari jabatan

fungsional khusus adalah tenaga guru yang mencapai 89 persen dari

keseluruhan jabatan fungsional khusus yang ada di Kabupaten Wonosobo.

Pada urutan kedua adalah jabatan fungsional khusus dibidang kesehatan,

sementara di bidang lainnya masih sangat terbatas.

3. SDM Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Menurut SKPD nya

sebagai berikut:

SKPD PRIA WANITA Grand Total

Badan Keluarga Berencana 62 51 113

Badan Kepegawaian Daerah 21 8 29

Badan Lingkungan Hidup 18 5 23

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

15 11 26

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

25 12 37

Bagian Administrasi Pembangunan Setda

8 3 11

Bagian Hubungan Masyarakat Setda

8 6 14

SKPD PRIA WANITA Grand Total

Bagian Hukum Setda 4 5 9

Bagian Kesejahteraan Rakyat 9 6 15

Setda

Bagian Organisasi Setda 3 5 8

Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda

3 7 10

Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal Setda

5 6 11

Bagian Tata Pemerintahan Setda 6 4 10

Bagian Umum Setda 48 16 64

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

41 13 54

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

17 10 27

Dinas Kesehatan 198 450 648

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

22 8 30

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

32 12 44

Dinas Pekerjaan Umum 195 9 204

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

50 21 71

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

239 203 442

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

38 5 43

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

74 13 87

Dinas Pertanian Tanaman Pangan

83 30 113

Dinas Peternakan dan Perikanan 44 18 62

Dinas Sosial 11 8 19

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

41 12 53

Inspektorat 22 15 37

Kantor Arsip 6 7 13

Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

11 3 14

Kantor Ketahanan Pangan 7 3 10

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

13 5 18

SKPD PRIA WANITA Grand Total

Kantor Perpustakaan 15 10 25

Kecamatan Garung 21 9 30

Kecamatan Kalibawang 18 2 20

Kecamatan Kalikajar 21 12 33

Kecamatan Kaliwiro 23 5 28

Kecamatan Kejajar 28 6 34

Kecamatan Kepil 30 5 35

Kecamatan Kertek 33 11 44

Kecamatan Leksono 23 7 30

Kecamatan Mojotengah 27 13 40

Kecamatan Sapuran 22 9 31

Kecamatan Selomerto 31 13 44

Kecamatan Sukoharjo 22 2 24

Kecamatan Wadaslintang 21 3 24

Kecamatan Watumalang 25 6 31

Kecamatan Wonosobo 54 41 95

Pemerintah Kabupaten Wonosobo (Staf Ahli)

2

2

Rumah Sakit Umum Daerah 119 188 257

Satuan Polisi Pamong Praja 48 2 50

Sekretariat Daerah 1

1

Sekretariat DPRD 24 12 36

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

8

8

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Garung

110 147 257

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kalibawang

184 147 331

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kalikajar

162 207 369

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kaliwiro

184 147 331

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kejajar

119 100 219

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kepil

252 174 426

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Kertek

171 216 387

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Leksono

89 125 214

SKPD PRIA WANITA Grand Total

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Mojotengah

137 152 289

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Sapuran

171 177 348

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Selomerto

127 192 319

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Sukoharjo

118 91 209

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Wadaslintang

196 170 366

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Watumalang

133 108 241

UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kec. Wonosobo

230 336 566

Grand Total 4297 3757 8054 Sumber: BKD Kab. Wonosobo

Dari tabel tersebut diketahui bahwa menurut SKPD nya, SKPD

dengan jumlah pegawai terbesar adalah Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga. Diikuti oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum.

Kondisi tersebut tidak berbeda dengan komposisi pada tahun 2012. Hal ini

karena memang bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur

merupakan bidang prioritas dalam pembangunan jangka menengah

Kabupaten Wonosobo sebagai bentuk pelayanan dasar bagi mayarakat.

F. SUMBER DAYA KEUANGAN

Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya pada Tahun 2013

Pemerintah Kabupaten Wonosobo menganggarakan belanja sebesar Rp

1.236.421.504.788,00. Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 merupakan

formulasi kebijakan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah

Kabupaten Wonosobo dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan dan

pembangunan, pelayanan masyarakat serta upaya penyelesaian berbagai

persoalan yang dihadapi daerah, yang dikelompokkan ke dalam Belanja Tidak

Langsung dan Belanja Langsung.

Belanja Daerah tersebut meliputi :

1. Belanja Tidak Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari :

a. Belanja Pegawai, merupakan alokasi anggaran untuk membiayai belanja

gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya kepada PNS, uang

representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan

tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan

penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp.

643.233.438.722,00;

b. Belanja Hibah, merupakan alokasi anggaran untuk belanja pemberian

uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah

lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan,

yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan

tidak mengikat Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar

Rp 23.340.277.968,00;

c. Belanja Bantuan Sosial, merupakan alokasi anggaran untuk belanja

bantuan sosial kepada organisasi kemasyarakatan bersifat tidak wajib dan

tidak mengikat. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar

Rp 3.111.000.000,00 ;

d. Belanja Bantuan Keuangan, merupakan alokasi belanja untuk belanja

bantuan keuangan bagi pemerintah desa dan partai politik. Pada tahun

2013 untuk pos ini pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalokasikan

anggaran sebesar Rp.55.956.000.000,00;

e. Belanja Tidak Terduga, merupakan alokasi anggaran untuk kegiatan-

kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka

pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan

pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan

tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan

bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk

pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya

yang telah ditutup. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan

sebesar Rp. 4.020.820.000,00

2. Belanja Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari jenis belanja sebagai

berikut :

a. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran daerah untuk honorarium

kepanitiaan, upah, stimulant, honorarium tenaga kontrak pemerintah daerah

dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pada

Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar

Rp.11.478.619.190,00 ;

b. Belanja Barang dan Jasa, merupakan pengeluaran daerah untuk

memenuhi kebutuhan belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa

kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan,

sewa gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat-alat berat, sewa peralatan

dan perlengkapan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan

atributnya, pakaian kerja dan perjalanan dinas. Pada Tahun 2013 untuk pos

belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 221.925.283.692,00;

c. Belanja Modal, merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan listrik,

kendaraan dinas operasional, peralatan kantor dan aset tetap lainnya. Pada

Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp.

273.356.065.216,00.

G. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAKIP

KABUPATEN WONOSOBO

Sistematika Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja pemerintah

Kabupaten Wonosobo Tahun 2013, didasarkan pada Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun

2010, Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Gambaran umum Organisasi yang melaporkan dan sekilas

pengantar lainnya.

Bab II : Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Ikhtisar hal-hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja.

Bab III : Akuntabilitas Kinerja

Uraian pencapaian sasaran-sasaran organisasi pelapor, dengan

pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja.

Bab IV : Penutup

Lampiran – lampiran

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN

KINERJA TAHUN 2013

A. PERENCANAAN KINERJA

erencanaan kinerja Tahun 2013 disusun berdasarkan dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) periode tahun 2010-

2015. Mengacu pada Undang-Undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJMD merupakan penjabaran dari visi

misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan

memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Visi penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Kabupaten

Wonosobo periode tahun 2010-2015 adalah ”Wonosobo yang lebih Maju dan

Lebih Sejahtera”. Dari visi tersebut, tujuan umum yang ingin dicapai dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah adalah mencapai

kemajuan pembangunan diberbagai bidang sebagai sarana untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Lebih sejahtera dimaknai bahwa pembangunan

daerah bukan hanya untuk kemajuan dan kemandirian, tetapi juga untuk

kesejahteraan yaitu suatu kondisi yang semakin baik dan damai dalam arti

semakin adil dan tidak ada kekerasan dalam bentuk apapun

Kemajuan diberbagai bidang tersebut kemudian dijabarkan sebagai

berikut:

1. Bidang sosial diukur dengan kualitas sumber daya manusia yang tercermin

dari sumber daya manusia yang memiliki karakter dan kepibadian bangsa,

akhlak mulia, berkualitas, berpendidikan yang tinggi, dengan derajat

kesehatan yang baik dan produktifitas yang tinggi.

2. Kemajuan ekonomi diukur dari kemakmuran yang tercermin dari tingkat

pendapatan yang tinggi dan distribusi yang merata.

3. Kemajuan di bidang politik dan hukum diukur dari semakin mantapnya

lembaga politik dan hukum yang tercermin dari berfungsinya lembaga politik

dan kemasyarakatan sesuai konstitusi, meningkatnya peran aktif masyarakat

dalam segala aspek kehidupan.

Untuk mencapai visi tersebut, diturunkan dalam Misi Pembangunan

2010 - 2015 sebagai rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai

visi Wonosobo 2015 tersebut. Mewujudkan Wonosobo yang semakin Maju dan

Sejahtera, tidak terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global, nasional

dan regional selama kurun waktu 2010-2015.

Misi pemerintah dalam periode 2010 - 2015 diarahkan untuk

mewujudkan Wonosobo yang lebih maju dalam bidang sosial, budaya, ekonomi,

politik dan hukum menuju kemandirian daerah. Usaha-usaha perwujudan Visi

Wonosobo 2015 dijabarkan dalam misi tahun 2010 - 2015 sebagai berikut :

1. Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju

masyarakat yang lebih sejahtera.

2. Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah

3. Meningkatkan pelayanan sosial dasar untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.

4. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan

daerah.

5. Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua

bidang.

Kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo Tahun

2010 - 2015 dirumuskan sebagai pedoman pelaksanaan misi sebagaimana

tertuang pada dokumen perencanaan pembangunan daerah. Kebijakan tersebut

disusun dalam kerangka pencapaian visi pembangunan yang telah ditetapkan.

Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo 2010 - 2015,

dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program

prioritas agar lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat

keberhasilannya. Prioritas Pembangunan Daerah ini bertujuan untuk menghadapi

tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Kabupaten

Wonosobo di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan

akan diprioritaskan untuk menjamin pelaksanaan prioritas pembangunan daerah

yang meliputi:

Penanggulangan Kemiskinan

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, melalui Optimalisasi

pelaksanaan program pemerintah Bantuan Sosial Terpadu,

PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat.

b. Pemberdayaan Fakir Miskin, dan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya, melalui Revitalisasi Tim

Penanggulangan Kemiskinan Daerah.

c. Peningkatan perluasan dan pengembangan Kesempatan Kerja,

melalui pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan

kewirausahaan.

d. Perlindungan dan jaminan sosial, melalui Penyediaan sistem

jaminan sosial bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

e. Pengembangan usaha masyarakat, melalui Peningkatan

pemerataan distribusi kepemilikan modal material kepada seluruh

masyarakat dan Peningkatan kemampuan usaha mikro, kecil dan

menengah untuk mengelola produk-produk potensial daerah baik

dalam bidang permodalan, produksi maupun pemasaran.

f. Kerjasama Pembangunan, melalui Penguatan kerjasama antara

Wonosobo – Perguruan Tinggi – Pelaku Usaha / BIG Partnership

dalam pengembangan produk-produk potensial daerah

(pertanian, usaha mikro kecil dan menengah, serta pariwisata).

Pendidikan

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan

Menengah, melalui peningkatan akses terhadap pendidikan dasar

dan menengah yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau

dan fasilitasi rintisan pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun.

b. Pendidikan berkelanjutan, melalui Penerapan metodologi

pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan

ujian (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang

memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan

terhadap budaya-bahasa Indonesia.

c. Manajemen Pelayanan Pendidikan, melalui pemberdayaan peran

kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul,

revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality

assurance, mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk

menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses

pembelajaran, dan Dewan Pendidikan, serta Penataan ulang

kurikulum sekolah yang menjadi urusan daerah sehingga dapat

mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab

kebutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah

dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan (diantaranya

dengan mengembangkan model link and match).

d. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, melalui

peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, pengelolaan dan

layanan sekolah.

Kesehatan

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan

masyarakat, melalui pelaksanaan program kesehatan preventif

terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada balita;

Penyediaan akses sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi

dasar berkualitas; Penurunan tingkat kematian ibu saat

melahirkan, serta tingkat kematian bayi; Menjamin ketercukupan

kebutuhan obat ; Ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan

rumah sakit, puskesmas dan PKD; dan Penerapan Asuransi

Kesehatan Daerah tidak hanya untuk keluarga miskin tetapi

kepada seluruh keluarga.

b. Program Keluarga Berencana, melalui Peningkatan kualitas dan

jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta;

Infrastruktur

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Peningkatan prasarana publik, melalui konsolidasi kebijakan

penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum

secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata

ruang secara terpadu;

b. Pembangunan dan rehabilitasi jalan, melalui peningkatan

kuantitas dan kualitas pembangunan jalan antar kecamatan dan

antar desa.

c. Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, melalui

pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana

transportasi antarmoda dan antar wilayah yang terintegrasi untuk

mendorong penurunan tingkat kecelakaan transportasi.

d. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam,

melalui pembangunan prasarana pengendalian bencana pada

kawasan-kawasan rawan bencana.

e. Pengembangan Komunikasi, Informasi dan media massa, melalui

maksimalisasi tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi

masyarakat.

f. Peningkatan pelayanan angkutan dan perhubungan, melalui

perbaikan sistem dan jaringan transportasi didalam kota

Wonosobo, Kertek, Sapuran, Garung, Kaliwiro dan transportasi

pedesaaan.

Pertanian dan Ketahanan Pangan

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat,

melalui revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan

penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan

pertanian, pengembangan areal pertanian baru, penertiban serta

optimalisasi penggunaan lahan terlantar.

b. Pembangunan/ rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi,

melalui pembangunan dan pemeliharaan sarana pengairan, yang

melayani sentra-sentra produksi pertanian demi peningkatan

kuantitas dan kualitas produksi pertanian.

c. Peningkatan produktifitas pertanian, melalui peningkatan upaya

penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu

menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju

kualitas dan produktivitas hasil pertanian yang tinggi; mendorong

untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan

berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah,

penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi

yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji,

pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara

tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau;

d. Peningkatan pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan

dan keamanan pangan melalui peningkatan kualitas gizi dan

keanekaragaman pangan, melalui peningkatan pola pangan

harapan;

e. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui pengambilan

langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem

pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.

Konsolidasi dan Reformasi birokrasi untuk perbaikan tata kelola pemerintahan

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Penataan Kelembagaan, melalui restrukturisasi, konsolidasi

struktural dan peningkatan kapasitas SKPD yang menangani

urusan pemerintahan daerah.

b. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa, melalui

peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran dan

alokasi dana desa, penyempurnaan pelaksanaan pemilihan

kepala desa, peningkatan kapasitas pemerintahan desa; serta

penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama

Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah kabupaten dan

pemerintah desa.

c. Pembinaan dan pengembangan aparatur, melalui

penyempurnaan pengelolaan PNS yang meliputi sistem

rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi, dan mutasi serta

kesejahteraan PNS .

d. Penataan Peraturan Perundang-undangan, melalui percepatan

evaluasi, harmonisasi dan sinkronisasi peraturan daerah.

e. Penegakan peraturan daerah dan peraturan perundang-

undangan, melalui peningkatan integrasi dan integritas penerapan

dan penegakan peeraturan daerah oleh seluruh lembaga dan

aparat hukum.

f. Penataan Administrasi Kependudukan, melalui penetapan Nomor

Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi

dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama

pada kartu tanda penduduk.

Iklim investasi dan usaha

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Penataan perundang-undangan, melalui reformasi regulasi

secara bertahap sehingga terjadi harmonisasi peraturan

perundang-undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan

inkonsistensi dalam implementasinya; serta Sinkronisasi

kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka

memperluas penciptaan lapangan kerja,

b. Peningkatan promosi dan kerjasama ekonomi dan investasi,

melalui penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan

investasi secara elektronik (SPSIE) pada Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), dan pengurangan biaya untuk memulai usaha.

Energi dan Sumber Daya Mineral

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Pengembangan Ketenagalistrikan dan energi, melalui percepatan

penyediaan jaringan listrik pada kawasan-kawasan yang belum

berlistrik.

b. Pengembangan Energi Alternatif Tepat Guna, melalui

peningkatan pengembangan energi terbarukan termasuk energi

alternatif tenaga surya dan microhydro,

c. Pengembangan Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya

Mineral yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup,

melalui konversi kegiatan pertambangan kepada kegiatan yang

nilai ekonominya tinggi dan tidak merusak lingkungan; serta

rehabilitasi lahan pasca pertambangan.

Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana

Program prioritas yang akan dilakukan :

a. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui peningkatan hasil

rehabilitasi lahan kritis, dan penekanan laju deforestasi secara

sungguh-sungguh,

b. pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,

melalui penurunan beban pencemaran lingkungan, melalui

pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan

emisi di kegiatan industri dan jasa, penurunan tingkat polusi,

Penghentian kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai yang

rawan bencana;

c. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam,

melalui penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini

Bencana dan Sistem Peringatan Dini Cuaca dan Sistem

Peringatan Dini Iklim; serta peningkatan kemampuan

penanggulangan bencana melalui: penguatan kapasitas aparatur

pemerintah dan masyarakat dalam usaha mitigasi risiko serta

penanganan bencana, pembentukan tim gerak cepat (unit khusus

penanganan bencana) dengan dukungan peralatan dan alat

transportasi yang memadai dengan basis di lokasi strategis yang

dapat menjangkau seluruh wilayah Kabupaten.

Kawasan Tertinggal, Terbelakang, Perbatasan dan Kumuh

Program aksi yang akan dilakukan :

a. Penataan perundang-undangan, melalui pelaksanaan kebijakan

khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan

lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal,

terbelakang, perbatasan dan kumuh.

b. Kerjasama daerah melalui pembentukan kerja sama dengan

daerah lain dan pihak ketiga dalam rangka percepatan

pertumbuhan di daerah tertinggal, terbelakang, perbatasan dan

kumuh.

Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

Program aksi yang akan dilakukan :

a. Pengelolaan Kekayaan Budaya, melalui penetapan dan

pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar

budaya, museum dan perpustakaan, serta pelestarian budaya.

b. Pengembangan Nilai seni dan Budaya, melalui penyediaan

sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan

pagelaran seni budaya; serta Peningkatan perhatian dan

kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang

diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya

apresiasi terhadap kemajemukan budaya.

c. Program pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna,

melalui peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan

kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya menuju

ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan

pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.

B. PERJANJIAN KINERJA

rogram prioritas pembangunan 2010-2015 yang telah

ditetapkan dan dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan

daerah, merupakan arah dalam penyusunan penetapan kinerja tahun 2013.

Pada awal tahun setelah penetapan anggaran tahun 2013 pemerintah

Kabupaten Wonosobo telah menyusun dokumen penetapan kinerja yang

berisi sasaran dan target kinerja selama satu tahun.

Sebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah, penetapan kinerja merupakan tahapan penting yang sangat

berpengaruh pada tahapan selanjutnya. Selain sebagai panduan dalam

pelaksanaan pembangunan selama satu tahun kedepan,dokumen penetapan

kinerja menjadi alat ukur/ pembanding atas capaian kinerja aktual atas kinerja

instansi pemerintah. Penetapan kinerja ini disusun dengan memperhatikan

kapasitas sumber daya yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo,

baik sumber daya aparatur, sumber daya keuangan, sarana dan prasarana,

kondisi masayarakat dan daya dukung lingkungan dan hasail capaian kinerja

tahun sebelumnya.

Merujuk pada ketentuan dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun

2010 dokumen penetapan kinerja berisi sasaran strategis dan indikator

kinerja yang berorientasi pada out come atau out penting. Selain itu, dokumen

penetapan kinerja juga disusun dengan mendasarkan pada dokumen

perencaan strategis daerah (RPJMD) pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Penentuan target kinerja dalam dokumen penetapan kinerja didasarkan pada

sumber daya pembangunan yang dimiliki pemerintah Kabupaten Wonosobo

tahun 2013 dan capaian kinerja tahun 2012.

Sehingga beberapa capaian kinerja yang pada tahun 2012 belum

sesuai dengan target kinerjanya, maka target kinerja tersebut masih menjadi

target untuk tahun 2013. Sebaliknya capaian kinerja yang jauh melebihi target

pada tahun 2012, juga menjadi pertimbangan penting dalam penetapan

kinerja tahun 2013. Melalui proses tersebut diharapkan dapat dirumuskan

target kinerja yang lebih rasionan dan achievable. Berikut ini penetapan

kinerja yang telah disusun oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo pada awal

tahun 2013:

PENETAPAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2013

NO. PRIORITAS/SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 2013

1 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Penanggulangan kemiskinan. Persentase penduduk miskin 18

Peningkatan kesempatan kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja

42

Tingkat pengangguran terbuka 3.34

2 PENDIDIKAN

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah Pendidikan dasar 9 Tahun

APM SD/MI 94

APK SD/MI/Sederajat 100

APM SMP/MTs/Paket B 78

APK SMP/MTs/Paket B 97

Angka lulus SMP/MTS 99.7

Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS

96

Pendidikan Menengah

APK SMA/SMK/MA 53

APM SMA/SMK/MA 42

Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA

0.8

Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA

97

3 KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat

Prosentase desa/kelurahan UCI 100

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

99.25

Persentase penduduk memiliki jamban sehat

75

Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan

70

Persentase rumah tangga sehat 60

Persentase PKD aktif 75

Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan

100

Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar

100

Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100

Persentase peserta jaminan kesehatan yang dilayani

3

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)

85.86

% drop out KB 7.68

Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru

28.672

Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan

1:3

Menurunnya laju pertumbuhan penduduk

Angka penurunan TFR 2.13

Angka penurunan laju penduduk

1

4 INFRASTRUKTUR

Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten

Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)

184.25

Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)

164.96

Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan

% Jumlah jembatan kondisi baik 73.88

Meningkatnya kapasitas pelayanan invfrastruktur jalan desa

Jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km)

1.064.95

5 PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama

Persentase ketersediaan bahan pangan utama

100

Tingkat skor pola harapan pangan

98

Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura

Produksi Tanaman pangan (ton)

- Padi 170,240

- Jagung 128.192

- Ketela Pohon 178.968

- Ubi Jalar 18,890

Produktifitas Tanaman pangan (ton/ hektare)

- Padi 5.70

- Jagung 4.10

- Ketela Pohon 27.30

- Ubi Jalar 19.60

Produksi tanaman hortikultura

- Kentang 46.272

- Kubis 66.691

- Bawang Daun 26.021

- Cabe 5.923

- Wortel 4.923

- Salak 41.523

Produktifitas tanaman hortikultura

- Kentang 15.36

- Kubis 18.33

- Bawang Daun 12.57

- Cabe 7.38

- Wortel 15.34

- Salak 1.98

Meningkatnya populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan

Meningkatnya produksi ikan budidaya

Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)

5,652

Meningkatnya produksi benih unggul

Produksi benih BBI 2.990 kg

Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan

Populasi ternak

Sapi 33,941

kambing 140.426

Domba 92.120

Kerbau 3,936

Ayam buras 662,229

Ayam petelur 8,475

Sapi perah 1.077

kelinci 32,770

Entog 46,496

Puyuh 192,526

Produk ternak (ton)

a. Daging (kg) 6.297.677

b. Telur (kg) 2.239.896

c. Susu (Kg) 966.487

Meningkatnya layanan irigasi teknis

% Daerah Irigasi dalam kondisi baik

75

Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani

20.93

6 KONSOLIDASI DAN REFORMASI BIROKRASI

Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

Opini Hasil Pemeriksaan BPK WDP

% Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti

97

Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah

% kenaikan pendapatan Asli Daerah

20

Meningkatnya kualitas sistem perencanaan

Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

100

Prosentase kesesuaian program/ kegiatan RKPD dengan APBD

100

Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD

100

Prosentase kesesuaian proses dan tahapan penyusunan RKPD

100

Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil

% kepemilikan KTP berbasis NIK 99.53

% kepemilikan KK 100

% kepemilikan Akta kelahiran 85

% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran

89.5

7 IKLIM INVESTASI DAN USAHA

Meningkatnya Investasi Daerah

Jumlah investasi 3

Nilai Investasi (Investasi) 141.6

8 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Meningkatnya penggunaan energi alternatif

Jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan

3

Terpenuhinya kebutuhan energi listrik

% rumah tangga yang menggunakan listrik

95

(elektrifikasi)

Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan

109

9 LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAGGULANGAN BENCANA

Berkurangnya lahan kritis % luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas total hutan dan lahan kritis

55

Meningkatnya kualitas dan kuantitas air

Kualitas / kelas air 1

% kelestarian sumber air 60

% peningkatan debit sumber air 60

Berkurangnya resiko bencana

% jumlah meninggal akibat bencana

2

%Tertanganinya dampak bencana 100

10 KAWASAN TERTINGGAL, TERBELAKANG, PERBATASAN DAN KUMUH

Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah

% penegasan batas kabupaten 100

Meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan lingkungan yang sehat

Prosentase desa yang memiliki fasilitas air bersih

75

Area pemukimankumuh yang tertangani

100

Jumlah rumah tidak layak huni yang diperbaiki

3.000

11 KEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI

Meningkatnya internalisasi nilai - nilai budaya

Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang arkeologi

2

Jumlah karya seni yang berkualitas

4

Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya

Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan

5

Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI

15

Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna

Jumlah IK yang telah memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG)

620

Perbandingan dengan Target dan Realisasi Tahun 2012

Apabila dibandingkan dengan target dan capaian kinerja tahun

2012 maka posisi target kinerja dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2013

sebagai berikut:

NO. PRIORITAS/SASARAN INDIKATOR

KINERJA TARGET

2012

REALISASI 2012

TARGET 2013

1 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Penanggulangan kemiskinan.

Persentase penduduk miskin

18 23.97 18

Peningkatan kesempatan kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja

42 72 42

Tingkat pengangguran terbuka

3.34 5.04 3.34

2 PENDIDIKAN

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah

Pendidikan dasar 9 Tahun

APM SD/MI 92 90.13 94

APK 100 102.11 100

SD/MI/Sederajat

APM SMP/MTs/Paket B

72 65.48 78

APK SMP/MTs/Paket B

95 86.42 97

Angka lulus SMP/MTS

99.6 93.91 99.7

Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS

94 89.78 96

Pendidikan Menengah

APK SMA/SMK/MA 48 45.71 53

APM SMA/SMK/MA

38 32,78 42

Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA

1.09 1.38 0.8

Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA

96 98.26 97

3 KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat

Prosentase desa/kelurahan UCI

100 98.87 100

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

99 98.57 99.25

Persentase penduduk memiliki jamban sehat

45 49.46 75

Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan

60 31 70

Persentase rumah tangga sehat

50 51.17 60

Persentase PKD aktif

50 40 75

Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk

98 100 100

pelayanan kesehatan

Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar

100 100 100

Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100 10.72 100

Persentase peserta jaminan kesehatan yang dilayani

3 2.5 3

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)

84.86 82.07 85.86

% drop out KB 8.08 17.3 7.68

Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru

23140 25014 28.672

Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan

01:03.5 01:03.6 1:3

Menurunnya laju pertumbuhan penduduk

Angka penurunan TFR

2.24 1.99 2.13

Angka penurunan laju penduduk

1 1 1

4 INFRASTRUKTUR

Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten

Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)

174.16 65.48 184.25

Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)

164.96 65.48 164.96

Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan

% Jumlah jembatan kondisi baik

72.24 16.96 73.88

Meningkatnya kapasitas pelayanan invfrastruktur jalan desa

Jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km)

1.064.95 1.064.95 1.064.95

5 PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama

Persentase ketersediaan bahan pangan utama

100 120.09 100

Tingkat skor pola harapan pangan

96 84 98

Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura

Produksi Tanaman pangan (ton)

- Padi 184,218 162,980 170,240

- Jagung 141,043 117,748 128.192

- Ketela Pohon 197,213 185,009 178.968

- Ubi Jalar 18,878 17,522 18,890

Produktifitas Tanaman pangan (ton/ hektare)

- Padi 5.70 5.5 5.70

- Jagung 4.80 3.7 4.10

- Ketela Pohon 26.50 26.7 27.30

- Ubi Jalar 22.50 19.6 19.60

Produksi tanaman hortikultura

- Kentang 45.814 49.027 46.272

- Kubis 66.031 58.865 66.691

- Bawang Daun 25.763 38.081 26.021

- Cabe 5.864 8.868 5.923

- Wortel 4.878 7.142 4.923

- Salak 1.191 1.342 41.523

Produktifitas tanaman

hortikultura

- Kentang 15.21 15.37 15.36

- Kubis 18.15 17.22 18.33

- Bawang Daun 12.45 12.62 12.57

- Cabe 7.3 7.3 7.38

- Wortel 15.18 16.31 15.34

- Salak 5.46 5.37 1.98

Meningkatnya populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan

Meningkatnya produksi ikan budidaya

Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)

5,295 6894 5,652

Meningkatnya produksi benih unggul

Produksi benih BBI 345,000 148,000 2.990 kg

Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan

Populasi ternak

Sapi 32,669 27,975 33,941

kambing 139,905 143,493 140.426

Domba 90,334 89,865 92.120

Kerbau 3,903 2,163 3,936

Ayam buras 662,093 683,764 662,229

Ayam petelur 7,130 21,486 8,475

Sapi perah 853 1,841 1.077

kelinci 32,228 24,949 32,770

Entog 46,382 42,977 46,496

Puyuh 192,304 180,760 192,526

Produk ternak (ton)

a. Daging (kg) 5,732,072 6,297,677 6.297.677

b. Telur (kg) 1,376,935 2,239,896 2.239.896

c. Susu (Kg) 570,113 966,487 966.487

Meningkatnya layanan irigasi teknis

% Daerah Irigasi dalam kondisi baik

75 73.65 75

Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani

20.93 20.93 20.93

6 KONSOLIDASI DAN REFORMASI BIROKRASI

Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

Opini Hasil Pemeriksaan BPK

WDP WDP WDP

% Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti

95 71 97

Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah

% kenaikan pendapatan Asli Daerah

18 22.9 20

Meningkatnya kualitas sistem perencanaan

Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

100% 100 100

Prosentase kesesuaian program/ kegiatan RKPD dengan APBD

100 64.45 100

Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD

80 103.6 100

Prosentase kesesuaian proses dan tahapan penyusunan RKPD

100 100 100

Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil

% kepemilikan KTP berbasis NIK

80 99.53 99.53

% kepemilikan KK 97 98.66 100

% kepemilikan Akta kelahiran

75 62.04 85

% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran

87.5 99.39 89.5

7 IKLIM INVESTASI DAN USAHA

Meningkatnya Investasi Daerah

Jumlah investasi 2 2 3

Nilai Investasi (Investasi)

140.6 160.7 141.6

8 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Meningkatnya penggunaan energi alternatif

Jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan

3 1 3

Terpenuhinya kebutuhan energi listrik

% rumah tangga yang menggunakan listrik (elektrifikasi)

90 64 95

Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan

109 109 109

9 LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAGGULANGAN BENCANA

Berkurangnya lahan kritis % luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas total hutan dan lahan kritis

46.75 51.91 55

Meningkatnya kualitas dan kuantitas air

Kualitas / kelas air 1 1

% kelestarian sumber air

40 30 60

% peningkatan debit sumber air

40 20 60

Berkurangnya resiko bencana

% jumlah meninggal akibat bencana

2.5 0.9 2

%Tertanganinya dampak bencana

100 100 100

10 KAWASAN TERTINGGAL, TERBELAKANG, PERBATASAN DAN KUMUH

Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah

% penegasan batas kabupaten

100 100 100

Meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan lingkungan yang sehat

Prosentase desa yang memiliki fasilitas air bersih

60 64 75

Area pemukimankumuh yang tertangani

75 80 100

Jumlah rumah tidak layak huni yang diperbaiki

2.000 2.534 3.000

11 KEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI

Meningkatnya internalisasi nilai - nilai budaya

Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang arkeologi

2 1 2

Jumlah karya seni yang berkualitas

4 3 4

Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya

Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan

5 3 5

Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI

15 10 15

Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna

Jumlah IK yang telah memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG)

600 550 620

Penjelasan Atas Dokumen Penetapan Kinerja

ari sebelas prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam

dokumen RPJMD Pemerintah Kabupaten Wonosobo, untuk target kinerja tahun

2013 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Prioritas Penaggulangan Kemiskinan

Target kinerja prioritas ini dari tiga indikator kinerja yang digunakan,

untuk indikator persentase penduduk miskin target kinerjanya 18 persen atau

sama dengan target kinerja tahun 2012. Ini karena target tersebut belum mampu

terealisir sampai dengan akhir 2012. Karena capaian kinerja tahun 2012 hanya

mencapai 75.09 persen dari target. Pada indikator tingkat partisipasi angkatan

kerja target yang ditetapkan sebesar 72 persen, sama dengan realisasi tahun

2012. Hal ini karena antara program tahun 2012 dengan yang akan dilakukan

pada tahun 2013 tidak banyak perubahan, sehingga targetnya paling tidak sama

dengan realisasi tahun 2012. Sedangkan untuk indikator kinerja tingkat

pengangguran terbuka, pada tahun 2013 juga masih sama dengan target kinerja

tahun 2012 yakni sebesar 3.34 persen. Hal ini karena realisasi atas target

tersebut pada tahun 2012 baru mencapai 66.26 persen dari target kinerja yang

ditetapkan.

Prioritas Bidang Pendidikan

Untuk prioritas bidang pendidikan dengan sasaran strategis

meningkatnya wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun target kinerja mengalami

kenaikan pada semua indikator. Mengingat untuk capaian kinerja tahun

sebelumnya sudah cukup bagus dengan rata-rata capaian kinerja mencapai 95.3

persen. Sehingga target kinerja yang ditetapkan untuk tahun 2013 mengacu pada

target kinerja dalam RPJMD Kabupaten Wonosobo dimana ada peningkatan

target pada semua indikator. Selain itu pada tahun 2013 untuk bidang pendidikan

juga masih menjadi prioritas dasar dalam program pembangunan sepanjang

tahun 2013.

Prioritas Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana

Pada bidang kesehatan dan keluarga berencana, target kinerja juga

ditetapkan dengan memperhatikan capaian kinerja tahun sebelumnya, target

kinerja dalam dokumen RPJMD dan sumber daya yang ada untuk pelaksanaan

program pembangunan bidang kesehatan dan kelurga berencana pada tahun

2013. Untuk sasaran strategis meningkatnya kualitas dan akses pelayanan

kesehatan masyarakat, target kinerja lebih mendasarkan pada capaian kinerja

tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2012 kinerja untuk sasaran ini mencapai

92.6 persen, dengan capaian pada beberapa indikator melebihi terget kinerja

tahun 2013 yang ada dalam dokumen RPJMD.

Untuk sasaran peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB, target

kinerja mengacu pada target yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD.

Sehingga target kinerja mengalami peningkatan pada semua indikator kinerja.

Dengan capaian kinerja sebesar 87.18 persen pada tahun 2012 dan penambahan

sumber daya pada bidang keluarga berencana diharapkan target kinerja tahun

2013 dapat direalisasikan.

Prioritas Bidang Infrastruktur

Target kinerja bidang infrastruktur untuk tahun 2013 masih sama

dengan target kinerja tahun 2012. Hal ini karena capaian kinerja untuk tahun 2012

saja masih jauh dari target yang ditetapkan. Dimana pada tahun 2012 capaian

kinerjanya hanya sebesar 38.65 persen. Dengan perbaikan manajemen ke-pu-an

yang dilakukan pada tahun 2013 diharapkan target kinerja untuk tahun 2013

capaiannya akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Melalui beberapa

evaluasi atas pelaksanaan pekerjaan pada tahun 2012, tahun 2013 diharapkan

pelaksanaan pembangunan infrastruktur akan lebih efektif untuk mencapai kinerja

yang ditetapkan.

Prioritas Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan

Pada bidang pertanian dan ketahanan pangan, untuk sasaran

ketersediaan bahan pangan utama dengan indikator persentase ketersediaan

bahan pangan utama dan tingkat skor pola harapan pangan, target kinerja yang

digunakan berdasarkan target dalam RPJMD. Dengan capaian kinerja mencapai

103.8 persen pada tahun 2012, diharapkan target kinerja tahun 2013 juga akan

tercapai dengan baik.

Sedangkan untuk sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas

komuditas pangan dan hortikultura, target kinerja tahun 2013 lebih mendasarkan

pada capaian tahun 2012. Dengan asumsi akan ada peningkatan capaian

dibanding dengan realisasi tahun 2012. Dalam konteks sasaran ini faktor musim

menjadi salah satu faktor yang cukup dominan sehingga dengan kondisi tersebut,

target kinerja tahun 2013 juga disusun dengan asumsi cuaca dan musim yang

tidak berbeda jauh dengan kondisi tahun 2012.

Untuk sasaran strategis meningkatnya populasi ternak dan hasil

produksi peternakan, target kinerja tahun 2013 didasarkan pada capaian kinerja

tahun 2012 yang mencapai 135 pesen dan target yang ada dalam dokumen

RPJMD sebagai pembanding. Karena beberapa indikator capaiannya sudah

melebihi target dalam RPJMD untuk tahun 2013. Sehingga akan diperoleh target

kinerja yang lebih reason able. Sedangkan untuk sasaran meningkatnya layanan

irigasi teknis target tahun 2013 masih sama dengan target tahun 2012 karena

terget tahun 2012 belum mampu dicapai sampai dengan akhir tahun.

Prioritas Bidang Konsolidasi dan Reformasi Birokrasi

Pada sasaran bidang konsolidasi dan reformasi untuk sasaran

efektivitas, efesiensi, transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah target

kinerja mengacu pada target dalam dokumen RPJMD dan capaian kinerja tahun

2012 dengan kecenderungan target diatas realisasi tahun 2012. Demikian juga

untuk sasaran meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan

sipil. Sehingga diharapkan terget kinerja yang ditetapkan akan mampu

meningkatkan kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil secara

simultan.

Prioritas Bidang Iklim Investasi dan Usaha

Sasaran strategis bidang ini adalah meningkatnya investasi daerah

yang diukur dari indikator jumlah investasi dan nilai investasi. Target kinerja untuk

sasaran ini mengikuti target yang ada dalam dokumen RPJMD yang cenderung

menetapkan target yang meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun. Hal ini

juga mengingat Kabupaten Wonosobo yang masih terbatas kapasitasnya dalam

hal investasi. Karena kondisi sebagai daerah pertanian dengan pertanian rakyat

sebagai tulang punggungnya.

Prioritas Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Untuk bidang energi dan sumber daya mineral penetapan target kinerja

pada dua sasaran stretegisnya mengacu pada target kinerja pada RPJMD,

realisasi kinerja tahun 2012 serta rencana pelaksanaan program pembangunan

tahun 2013. Target kinerja pada indikator jumlah ijin usaha pemanfaat dan

pengelolaan energi altenatif masih sama dengan target kinerja tahun 2012 karena

capaian kinerja pada tahun 2012 capaiannya baru 33 persen dari target.

Sedangkan untuk persentase rumah tangga yang menggunakan listrik dan rasio

penyediaan daya listrik mengacu pada dokumen RPJMD.

Prioritas Bidang Lingkungan Hidup dan Penaggulangan Bencana

Target kinerja untuk bidang lingkungan hidup dan penaggulangan

bencana mengacu pada realisasi kinerja tahun 2012. Dimana pada tahun 2012

capaian kinerja bidang ini mencapai 113 persen. Sehingga untuk tahun 2013

dengan target yang ditetapkan diatas capaian kinerja tahun 2012 akan

mendorong peningkatan kualitas pembangunan lingkungan hidup dan

penanggulangan bencana di Kabupaten Wonosobo.

Prioritas Bidang kawasan tertinggal, terbelakang, perbatasan dan Kumuh

Sasaran strategis bidang ini meliputi optimalisasi pengelolaan

perbatasan daerah dan meningkatnya pemanfaatan sumber daya alam untuk

penataan lingkungan yang sehat. Penetapan target kinerja untuk sasaran tersebut

mengacu pada realisasi capaian kinerja tahun 2012. Dimana capaian kinerja pada

akhir tahun 2012 106.5 persen. Sehingga dengan capaian tersebut untuk

mendorong peningkatan yang berkelanjutan maka target kinerja 2013 ditetapkan

lebih tinggi dari realisasi 2012. Target tersebut juga lebih tinggi dari target dalam

dokumen RPJMD.

Prioritas Bidang Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi

Pada bidang kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi dengan

sasaran strategis meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya dan meningkatnya

kreativitas dan produktivitas pelaku budaya, target kinerja yang ditetapkan masih

sama dengan target kinerja tahun 2012. Hasil capaian kinerja tahun 2012 untuk

dua sasaran strategis tersebut baru mencapai 63 persen dari target. Karena

capaian yang masih jauh dari target tersebut dengan mempertimbangkan

program pembangunan yang akan dilakukan selama tahun 2013 maka target

kinerja untuk tahun 2013 tidak dinaikkan. Sedangkan untuk sasaran strategis

meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna dengan melihat

relaisasi tahun lalu mencapai 91.66 persen maka target kinerja tahun 2013

dinaikkan dengan pertimbangan pada tahun 2013 telah dianggarkan program

untuk mempercepat penerapan teknologi tepat guna pada IKM-IKM di Kabupaten

Wonosobo.

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2013

A. PENGUKURAN KINERJA

ebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(SAKIP) pengukuran kinerja merupakan tahapan penting untuk

membandingkan antara target dalam penetapan kinerja dengan hasil yang

diperoleh melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama satu tahun.

Melalui pengukuran kinerja realisasi dari masing-masing indikator kinerja

dapat diketaui tingkat ketercapaiannya.

Hasil pengukuran kinerja yang dituangkan ke dalam Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) juga relevan untuk melihat

efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan selama satu tahun dalam

mendukung pencapaian target kinerja. Pengukuran pada akhir tahun anggaran

mencerminkan hasil akhir dari proses pembangunan yang telah dilakukan.

Pengukuran dilakukan dengan membandingkan capaian kinerja

masing-masing indikator kinerja dengan target kinerja yang telah diperjanjikan

dalam dokumen penetapan kinerja dengan indikator-indikator kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat capaian suatu sasaran. Sehingga

pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat, dan mengukur

pencapaian sasaran, melalui hasil-hasil ataupun proses pelaksanaan suatu

kegiatan.

Berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun

2010, tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dalam proses pengukuran kinerja

menitikberatkan pada upaya pencapain hasil kerja atau outcome ataupun out

penting. Tidak sebatas pada proses pelaksanaan program/kegiatan agar

pengukuran kinerja dapat memberikan informasi kinerja yang sesungguhnya.

Indikator kinerja outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka tertentu.

Suatu lembaga dikatakan berhasil dalam pencapaian sasaran strategis

dilihat dari prosentase nilai tingkat pencapaian indikator kinerjanya. Disamping

itu, untuk mengetahui seberapa besar tingkat capaian kinerja dalam satu tahun

anggaran dilakukan dengan membandingkan kinerja pada tahun – tahun

sebelumnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

Nomor 589/IX/6/Y/99, tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa untuk membuat kesimpulan

tentang hasil pengukuran digunakan skala pengukuran kinerja.

Skala pengukuran dibuat berdasarkan pertimbangan masing – masing

lembaga, antara lain dengan skala pengukuran ordinal sebagai berikut :

Skala Kategori

86 s/d 100 Baik Sangat Baik Sangat

Berhasil

70 s/d 85 Sedang Atau Baik Atau Berhasil

55 s/d 69 Kurang Sedang Cukup Berhasil

Kurang dari 55 Sangat Kurang Kurang Baik Tidak Berhasil

Pengukuran kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013

dilakukan terhadap dokumen penetapan kinerja yang telah disusun pada awal

Tahun 2013. Dimana penetapan kinerja tahun 2013 mengacu pada target

kinerja jangka menengah dalam RPJMD, hasil capaian kinerja tahun

sebelumnya dan sumber daya yang dimiliki untuk pelaksanaan dan

penyelenggaraan pembangunan tahun 2013.

Berdasarkan pengukuran secara mandiri (self asassment) atas sasaran

strategis Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013, diperoleh hasil

pengukuran terhadap capaian kinerja prioritas pembangunan Kabupaten

Wonosobo sebagai berikut:

1. Penanggulangan Kemiskinan 81.80 97

2. Pendidikan 87.85 94.15

3. Kesehatan dan Keluarga

Berencana

96 92.6

4. Infrastruktur 68.80 54.04

5. Pertanian dan Ketahanan Pangan 85.31 101.73

6. Konsolidasi dan Reformasi

Birokrasi

101.42 103

7. Iklim dan Investasi Usaha 100 107.15

8. Energi dan Sumber Daya Mineral 59.50 59.25

9. Lingkungan hidup dan

Penaggulangan Bencana

113 120.66

10. Kawasan Tertinggal, Terbelakang,

Perbatasan dan Kumuh

113.50 106.5

11. Kebudayaan, Kreativitas dan

Inovasi Teknologi

91.70 72.4

CAPAIAN KINERJA RATA-RATA 90.80 91.68

Dari hasil pengukuran target kinerja yang telah ditetapkan dalam

dokumen penetapan kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2013 diperoleh hasil

realisasi kinerja rata-rata 90.80 persen. Dibandingkan dengan realisasi kinerja

tahun 2012 terlihat adanya penurunan realisasi kinerja sebesar 0.88 persen.

Penurunan realisasi kinerja terjadi pada enam prioritas pembangunan.

Sedangkan lima prioritas lainnya mengalami kenaikan dibanding realisasi

kinerja tahun 2012. Selengkapnya terkait realisasi kinerja tahun 2013 akan

dijelaskan dalam sub bab analisis hasil pengukuran kinerja.

B. ANALISIS HASIL PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo

terhadap prioritas pembangunan sebagaimana tertuang dalam rencana

pembangunan jangka menegah daerah, untuk Tahun 2013 diukur dari capaian

atas indikator sasaran strategis prioritas pembangunan Tahun 2013 sebagai

berikut:

Prioritas Bidang Penaggulangan Kemiskinan

Prioritas ini mencakup dua sasaran strategis yang ditetapkan Pemerintah

Kabupaten Wonosobo yaitu:

1) Penanggulangan kemiskinan dengan indikator persentase penduduk miskin.

Dalam upaya penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten

Wonosobo mengembangkan beberapa program pembangunan yang

diharapkan mampu mendorong penurunan persentase penduduk miskin di

Kabupaten Wonosobo. Program-program yang dilaksanakan pada Tahun

2013 yang diharapkan mampu mempercepat penurunan persentase

penduduk miskin tersebut antara lain melalui program pemberdayaan

masyarakat mandiri pedesaan, pelatihan ketrampilan bagi keluarga miskin,

pengembangan modal dana bergulir bagi masyarakat miskin maupun

program padat karya. Selain itu program pengembangan dan peningkatan

akses layanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar ke tingkat desa juga

diharapkan mampu mengurangi beban masyarakat miskin, selain program-

program untuk peningkatan produktivitas masyarakat miskin.

Kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Wonosobo

pada Tahun 2013 diarahkan pada upaya pemberdayaan ekonomi dan

peningkatan produktivitas bagi keluarga miskin. Hal ini dilakukan melalui

peningkatan kapasitas dan ketrampilan bagi masyarakat miskin untuk

mendorong mereka menjadi kelompok yang lebih produktif melalui usaha

yang mereka lakukan. Upaya yang dilakukan juga tidak hanya berhenti pada

peningkatan ketrampilan tetapi juga membuka akses modal bagi

masyarakat miskin dengan model bantuan modal bergulir. Selain itu juga

dikembangkan peningkatan akses pada lapangan kerja, baik melalui job fair

bagi segmen masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan formal

maupun pelaksanaan program padat karya untuk masyarakat pedesaan.

Dengan upaya tersebut diharapkan masyarakat miskin akan bergeser

kearah yang lebih produktif dan mampu meningkatkan pendapatannya.

Namun demikian, upaya yang telah dilakukan tersebut harus diakui

belum mampu menjawab semua kebutuhan dan tuntutan di lapangan. Hal

tersebut apabila dilihat dari capaian kinerja Tahun 2013. Menurut data yang

dirilis BPS prosentase penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mencapai

22.53 persen. Dengan kondisi tersebut capaian kinerja untuk indikator ini

baru mencapai 80 persen dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 18

persen. Tetapi apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2012

menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ini mulai terlihat adanya

perkembangan yang cukup baik. Karena pada akhir tahun lalu persentase

penduduk miskin mencapai 24.21 persen. Sehingga ada penurunan 1,98

persen. Berikut ini perbandingan capaian tahun 2012 dengan capaian

tahun 2013:

Indikator Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target 2015

(RPJMD)

Persentase penduduk diatas

garis kemiskinan

22.53 24.21 18

Sumber data: BPS Kab. Wonosobo

Apabila dibandingkan antara capaian kinerja tahun 2013 untuk

indikator ini dengan target dalam RPJMD terdapat kesenjangan yang cukup

jauh. Bila dibandingkan dengan realisasi capaian tahun sebelumnya (tahun

2012) terlihat bahwa capaian pada tahun 2013 mengalami

kenaikan/penurunan perasentase penduduk miskin.

Salah satu faktor yang menjadikan penurunan persentase jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Wonosobomasih relatif kecil adalah faktor

naiknya harga kebutuhan pokok. Dengan inflasi yang mencapai 8.82 pada

tahun 2013 menyebabkan penduduk yang semula berada di atas garis

kemiskinan menjadi bergeser masuk dalam kategori penduduk miskin

karena tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok akibat kenaikan harga

kebutuhan pokok.

Beberapa hal penting terkait capaian tersebut antara lain:

Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan

dengan metode pemberdayaan, efektivitasnya baru mulai

bisa dilihat sampai dengan tahun ketiga dari rencana

pembangunan jangka menengah kabupaten Wonosobo.

Pemberdayaan ekonomi produktif sebagai upaya

penaggulangan kemiskinan sering tidak berkorelasi langsung

dengan penurunan angka kemiskinan. Kenaikan harga

pokok yang juga diikuti dengan harga-harga kebutuhan

lainnya seringkali lebih dominan dalam mempengaruhi

tingkat kemiskinan masyarakat. Kondisi tersebut memang

menantang pemerintah untuk harus selalu kreatif dan inovatif

dalam upaya penaggulangan kemiskinan. Ketika harga naik,

daya beli masyarakat cenderung menurun, ketika ini terjadi

prodak yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok ekonomi

produktif yang sebagian besar bukan berupa kebutuhan

pokok seringkali harus menjadi korban karena bukan

merupakan prioritas bagi masyarakat sebagai konsumennya.

Keterpaduan program-program penanggulangan kemiskinan

perlu terus ditingkatkan. Sehingga mampu saling bersinergi

dan berkontribusi dalam penanggulangan kemiskinan. Perlu

dibangun satu kesadaran dan pemahaman bahwa

masyarakat miskin selalu berhadapan dengan situasi yang

kompleks. Miskin sumber daya, miskin akses dan juga

seringkali miskin motivasi dan relatif tidak banyak pilihan

bagi mereka dalam mengembangkan sumber daya

ekonominya. Dalam kaitan ini, pemerintah kabupaten perlu

mengidentifikasi peran yang dilakukan masing-masing sektor

dengan lebih tajam dalam upaya penaggulangan

kemiskinan.

Keterbatasan sumber daya manusia di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga masih menjadi

tantangan yang cukup penting dalam upaya penaggulangan

kemiskinan. Dari hasil diskusi dengan beberapa SKPD

terkait, teridentifikasi sebagian SKPD tidak memiliki sumber

daya yang memadai dalam program-program pemberdayaan

ekonomi. Hal ini tercermin dari masih terbatasnya tenaga

fungsional tertentu dalam bidang pemberdayaan ekonomi.

Sementara, sumber daya aparatur lainnya/ fungsional

umum/struktural yang ada tidak sedikit yang baru sekedar

menjalankan kegiatan yang telah direncanakan.

2) Peningkatan kesempatan kerja

Capaian sasaran strategis ini diukur dari dua indikator kinerja yaitu

tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka. Dari

pengukuran dua indikator tersebut capaian kinerja dari sasaran strategis

tersebut mencapai 85.1 persen dibandingkan dengan target yang ditetapkan

untuk Tahun 2013.

Berikut perbandingan realisasi antara tahun 2013 dengan tahun 2012:

Indikator Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target 2015

(RPJMD)

Tingkat partisipasi angkatan kerja 76 72 45

Tingkat pengangguran terbuka 5.37 5.04 2.98

Sumber data: BPS Kab. Wonosobo

a) Tingkat partisipasi angkatan kerja

Mengikuti data yang dikeluarkan BPS tingkat partisipasi

angkatan kerja Kabupaten Wonosobo mencapai 76.00 persen.

Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan target yang ditetapkan

dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Capaian tersebut

juga lebih tinggi dibanding dengan target RPJMD sampai dengan

tahun 2015. Sehingga apabila dibandingkan dengan realisasinya

capaian kinerja untuk indikator kinerja ini mencapai 108 persen.

Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 juga terlihat

adanya kenaikan hingga 6 persen.

b) Tingkat pengangguran terbuka

Untuk tingkat pengangguran terbuka sesuai data yang

dikeluarkan BPS, mencapai 5.37 persen. Bila dibandingkan

dengan target capaian kinerja pemerintah Kabupaten Wonosobo

yaitu sebesar 3.34 persen maka realisasi capaian kinerjanya

hanya 62.20 persen jauh dibawah target yang telah ditetapkan.

Sedangkan dibanding capaian tahun 2012 ada sedikit penurunan

yaitu sebesar 0.33 persen. Meskipun demikian apabila

dibandingkan dengan capaian tingkat provinsi capaian

Kabupaten Wonosobo masih lebih baik. Tingkat pengangguran

terbuka untuk Provinsi Jawa Tengah mencapai 5.63 persen.

Prioritas Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan sasaran strategis yang ditetapkan

Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013 adalah peningkatan wajib

belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pendidikan menengah. Capaian

kinerja atas sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen penetapan

kinerja mencapai 87.85 persen. Apabila dibandingkan dengan capaian tahun

2012, maka capaian kinerja tahun 2013 mengalami penurunan 6.3 persen

dimana capaian tahun 2012 sebesar 94.15%. Pengukuran capaian starategis

ini menggunakan beberapa indikator yaitu:

Capaian kinerja untuk pendidikan dasar 9 tahun diukur dari indikator:

1) APM SD/MI

2) APK SD/MI/sederajat

3) APM SMP/MTs/Paket B

4) APK SMP/MTs/Paket B

5) Angka lulus SMP/MTS

6) Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target

2015

(RPJMD)

APM SD/MI 94 91.44 90.13 98

APK SD/MI/Sederajat 100 104.15 102.11 105

APM SMP/MTs/Paket B 78 64.81 65.48 90

APK SMP/MTs/Paket B 97 86.13 86.42 100

Angka lulus SMP/MTS 99.7 96.45 93.91 99.9

Angka Melanjutkan ke

SMP/MTS

96 88.49 89.78 99

Sumber data: Dikpora Kab. Wonosobo

Capaian kinerja bidang pendidikan dengan sasaran strategis

peningkatan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun mencapaii 93.7

persen turun 1.6 persen dari tahun 2012 yang mencapai 95.30 %. Capaian ini

sudah cukup baik meskipun belum mencapai 100% dari target yang telah

ditetapkan. Dari tabel diatas dpat dilihat bahwa ada kenaikan capaian pad

beberapa indikator kinerja. Pada indikator APM SD/MI mengalami peningkatan

1.31 persen dibanding capaian tahun 2012. Untuk APK SD/MI juga terjadi

peningkatan sebesar 2.04 persen dibanding tahun 2012. Sedangkan untuk

APM dan APK SMP/MTS mengalami sedikitpenurunan dibanding capaian

tahun 2012.

Disisi lain ada beberapa capaian yang mengalami perkembangan

cukup menggembirakan antara lain:

- menurunnya angka putus sekolah di jenjang pendidikan SMP

- meningkatnya angka kelulusan di tingkat SMP/MTS

- meningkatnya angka melanjutkan ke tingkat SMP/MTS

Capaian kinerja program pendidikan menengah diukur dari indikator:

1) APK SMA/SMK/MA

2) APM SMA/SMK/MA

3) Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA

4) Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target

2015

(RPJMD)

APK SMA/SMK/MA 53 47.79 45.71 70

APM SMA/SMK/MA 42 34.47 32.78 52

Angka putus Sekolah

SMA/SMK/MA

0.8 1.39 1.38 0.6

Posentase kelulusan

SMA/SMK/MA

97 96.98 98.26 100

Sumber data: Dikpora kab. Wonosobo

Dari empat indikator yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja

pendidikan menengah capaian kinerja Tahun 2013 mencapai 82%. Meskipun

capaian kinerja untuk sasaran ini lebih rendah dibanding capaian tahun 2012,

namun capaian dari target pada beberapa indikator terlihat adanya

peningkatan dibanding capaian tahun 2012. Terkait pencapaian APK

SMA/SMK/MA belum mencapai target yang telah ditetapkan namun bila

dibandingkan dengan capaian tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar

2.05 persen dibanding capaian tahun 2012. Sedangkan APM SMA/SMK/MA

terjadi peningkatan sebesar 1.22 persen dibanding capaian tahun 2012. Untuk

angka putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah juga masih cukup

tinggi. Meskipun Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olah Raga telah melakukan upaya melalui program Pendidikan

Menengah Universal (PMU).

Untuk persentase kelulusan pada jenjang pendidikan menengah

capaian kinerjanya cukup bagus. Realisasi kinerja untuk indikator ini juga

melampaui capaian tahun 2012. Untuk peningkatan kinerja pendidikan

menengah kedepan masih perlu terus ditingkatkan salah satunya terkait

distribusi guru pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA agar rasio antara guru

dan siswa komposisinya lebih mendekati kondisi yang diharapkan.

Secara sosiologis pembangunan pendididikan di Kabupaten

Wonosobo menunjukkan pergerakan kearah yang lebih positif. Faktor sosial

budaya masyarakat yang semula menjadi salah satu tantangan besar dalam

pembangunan pendididikan, saat ini sudah lebih terbuka dan asertif terhadap

program-program pendidikan. Pergeseran tersebut antara lain didorong oleh:

- Meningkatnya kesempatan kerja di sektor formal yang mensyaratkan

pendidikan formal. Meskipun dalam skala yang masih kecil namun

tumbuhnya usaha yang bergerak dibidang jasa seperti jasa keuangan

dan sebagainya di Kabupaten Wonosobo dalam beberapa tahun

terakhir telah memberi harapan bagi mereka yang memiliki pendidikan

formal, terutama untuk pendidikan menengah.

- Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelayanan pendidikan.

Partisipasi masyarakat ini bisa dilihat dari tumbuhnya lembaga

pendidikan yang dikelola masyarakat. Terutama lembaga pendidikan

yang memadukan kurikulum pendidikan umum dengan kurikulum

pendidikan agama. Lembaga tersebut telah menjawab kebutuhan

sebagian masyarakat yang menginginkan pendidikan formal dan

pendidikan keagamaan. Sehingga pesantren yang juga menyediakan

akses pada pendidikan formal kemudian banyak diminati masyarakat.

Prioritas Bidang Kesehatan dan KB

Dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana sasaran strategis

yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013

mencakup tiga sasaran strategis sebagai berikut:

Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

Penurunan laju pertumbuhan penduduk

Capaian kinerja bidang kesehatan dan keluarga berencana mencapai

92.60 persen. Capaian ini diukur dari capaian kinerja tiga sasaran strategis

sebagai berikut:

Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Wonosobo berkomitmen untuk

menyediakan pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau dan berkualitas.

Sejak beberapa tahun terakhir berbagai upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar melalui fasilitas

kesehatan yang mudah dijangkau. Dalam hal ini PKD dan Puskesmas

menjadi instrumen penting bagi pemerintah kabupaten dalam memberikan

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat.

Untuk lebih menegaskan upaya tersebut Pemerintah Kabupaten

Wonosobo terus mendorong peningkatan kualitas pelayanan medis, salah

satunya dilakukan melalui sertifikasi mutu pelayanan di puskesmas. Hal

penting dari proses tersebut adalah pergeseran paradigma dari

menjalankan tugas medis menjadi jaminan pelayanan kesehatan yang

baik. Sampai dengan akhir Tahun 2013 puskesmas masih berproses

secara intensif untuk menyusun standar operasional prosedur/SOP dalam

upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Sedangkan untuk PKD yang saat ini sudah tersebar di desa-desa,

pemerintah kabupaten juga terus berupaya untuk meningkatkan perannya

dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar terutama terkait dengan

persalinan. Salah satu hasil evaluasi terkait keberadaan PKD adalah

perlunya perbaikan dalam sistem pengelolaan/manajemen tenaga medis.

Karena keterbatasan SDM dalam bidang kesehatan saat ini, sebagian

petugas PKD masih sering diperbantukan di puskesmas. Sehingga

harapan besar untuk menjadikan PKD sebagai penyedia layanan

kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat belum dapat terlaksana

secara optimal. Petugas kesehatan yang ada masih fokus pada

pertolongan persalinansedangkan layanan yang lain secara umum masih

sangat terbatas.

Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat ini

Sasaran ini diukur dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut:

1) Persentase desa/ kelurahan UCI, capaian kinerja dari indikator ini

tercapai 100 persen . Dengan capaian ini semua desa/kelurahan

di Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013 masuk kategori

desa/kelurahan UCI.

2) Persentase penduduk yang mememiliki akses terhadap air minum

berkualitas, target Tahun 2013 adalah 99.25 persen penduduk

memiliki akses terhadap air minum berkualitas. Tetapi

realisasinya baru mencapai 90.22 persen sehingga capaian

kinerja indikator ini adalah 91 persen.

3) Persentase penduduk memiliki jamban sehat, pada Tahun 2013

Pemerintah Kabupaten Wonosobo mentargetkan penduduk yang

memiliki jamban sehat sebesar 75 persen. Sampai dengan akhir

tahun realisasinya mencapai 43.01 persen. Sehingga capaian

kinerja indikator ini baru mencapai 58 persen.

4) Persentase makanan minuman yang memenuhi syarat

kesehatan, capaian kinerja indikator ini hanya mencapai 91

persen. Capaian kinerja ini diperoleh dari pengukuran terhadap

target yang ditetapkan yaitu 70 % makanan minuman memenuhi

syarat kesehatan, tetapi sampai dengan akhir tahun realisasinya

baru 64 persen.

5) Persentase rumah tangga sehat, target kinerja untuk indikator ini

sebesar 60 persen rumah tangga sehat. Target tersebut mampu

terlampaui dengan realisasi rumah tangga sehat mencapai 67.08

persen. Sehingga capaian kinerja indikator ini sebesar 112

persen.

6) Persentase PKD aktif, untuk PKD aktif, pada Tahun 2013 target

Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah 75 persen PKD aktif.

Tetapi realisasinya sampai akhir Tahun 2013 PKD aktif baru

mencapai 70 persen. Sehingga capaian kinerja indikator ini baru

mencapai 90 persen dari target.

7) Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum,

reagensia untuk pelayanan kesehatan, Target kinerja indikator ini

adalah 100 persen kebutuhan obat, alat kesehatan, serum dan

regensia untuk pelayanan kesehatan tercukupi. Realisasinya

target tersebut mampu mencapai 100 persen.

8) Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar, pada

Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan

target 100 persen pelayanan kesehatan sesuai standar. Target

tersebut mampu tercapai dengan baik sehingga capaian kinerja

indikator ini mencapai 100 persen.

9) Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin, target kinerja untuk indikator ini sebesar 100

persen. Tahun 2013 menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten

Wonosobo, mampu tercapai 100 persen.

10) Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat

miskin. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo

menetapkan target 100 persen peserta jaminan kesehatan

terlayani. Capaian kinerja indikator ini mencapai 100 persen.

Berikut ini capaian masing-masing indikator dan perbandingannya

dengan capaian tahun sebelumnya:

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target

2015

(RPJMD)

Prosentase desa/kelurahan UCI

100 100 100

100

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

99.25 90.22 98.57

100

Persentase penduduk memiliki jamban sehat

75 43.01 49.46

80

Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan

70 64 31

80

Persentase rumah tangga sehat

60 67.08 51.17

80

Persentase PKD aktif 75 70 40 100

Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan

100 100 100 100

Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar

100 100 100 100

Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100 100 100 100

Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

100 100 100 100

Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo

Dari pengukuran kinerja atas sepuluh indikator diatas, capaian kinerja

untuk sasaran peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan

masyarakat pada Tahun 2013 mencapai 94.50 persen. Dibandingkan dengan

capaian tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 10.66 persen dimana capaian

kinerja pada tahun 2012 adalah 83.84 persen. Peningkatan capaian terjadi

pada semua indikator kinerja. Hanya pada dua indikator yang terjadi penurunan

yaitu indikator persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum

berkualitas dimana pada tahun 2012 capaiannya mencapai 98.57 persen,

pada tahun 2013 turun menjadi 90.22 persen penduduk yang memilki akses

terhadap air minum yang berkualitas. Penurunan juga terjadi pada indikator

persentase penduduk yang memilki jamban sehat. Pada tahun 2012 untuk

indikator ini mencapai 49.46 persen. Tetapi pada tahun 2013 justru turun

sekitar 6.45 persen menjadi 43.01 persen. Penurunan atas dua indikator

tersebut, dipengaruhi oleh tumbuhnya area pemukiman baru yang samapai

dengan akhir tahun 2013 belum memilki infrastruktur lingkungan yang

memadai.

Capaian pada tahun 2013 ini dapat dikategorikan berhasil. Namun

demikian capaian tersebut memberikan gambaran kepada Pemerintah

Kabupaten Wonosobo untuk terus meningkatkan kualitas dan akses pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Karena pada beberapa indikator capaian

kinerjanya masih dibawah target yang telah ditetapkan.

Keterbatasan sumber daya manusia masih menjadi salah satu faktor

yang cukup menentukan dalam pencapaian target kinerja. Seperti pada

indikator persentase PKD aktif. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten

Wonosobo belum mampu menyediakan tenaga fungsional khusus untuk secara

penuh mengelola dan mengoptimalkan PKD. Terkait dengan pelayanan untuk

peserta jaminan kesehatan masyarakat miskin, juga masih perlu terus

dilakukan sosialisasi agar masyarakat lebih memahami prosedur dan tata cara

untuk mengakses layanan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin,

disamping perlunya peningkatan validitas data peserta jaminan kesehatan

masyarakat.

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

Capaian kinerja untuk sasaran strategis peningkatan kualitas dan

jangkauan layanan KB atas target yang telah ditetapkan adalah sebesar

75.58%. Capaian ini diperoleh dari pengukuran atas indikator kinerja dari

sasaran strategis. Secara rinci capaian dari indikator kinerja yang digunakan

untuk mengukur kualitas dan jangkauan layanan KB adalah sebagai berikut:

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target

2015

(RPJMD)

% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)

85.86 80.98 82.07 87.25

% drop out KB 7.68 20.64 17.3 6.88

Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru

28.672 25.754 25.014 29.774

Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan

1:3 1:3.6 1:3.6 1:2

Sumber data: Badan KB Kab. Wonosobo

a) Persentase KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/CPR), untuk

capaian kinerja indikator ini sebesar 94 persen. Pada Tahun 2013

Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan target 85.86%

tetapi sampai dengan akhir Tahun 2013 realisasinya hanya

sebesar 80.98%. apabila dibandingkan dengan capaian kinerta

tahun 2012 terlihat bahwa capaian untuk indikator ini mengalami

penurunan pada tahun 2013. Capaian tahun 2013 mengalami

penurunan sebesar 1.91 persen dibanding capaian tahun 2012.

b) Persentase drop out KB, target Tahun 2013 yang telah ditetapkan

adalah 7.68 persen. Sedangkan realisasinya jauh diatas target

yaitu 20.64 persen. Dengan realisasi tersebut capaian kinerjanya

hanya 37 persen. Capaian pada indikator ini juga mengalami

penurunan dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Dari

hasil pengukuran terlihat penurunannya mencapai 3.34 persen.

c) Jumlah pasangan subur yang menjadi peserta KB baru. Untuk

indikator ini capaian kinerja Tahun 2013 mencapai 89.8 persen.

Capaian kinerja ini diperoleh karena target yang ditetapkan 28.672

realisasi mencapai 25.754. dibandingkan dengan jumlah PUS yang

menjadi peserta KB tahun 2012 ada peningkatan 740 PUS dalam

satu tahun yang menjadi peserta KB baru.

d) Rasio penyuluh/ petugas KB dengan desa/ kelurahan. Capaian

kinerja indikator ini sebesar 81.5 persen. Capain ini dibawah target

Tahun 2013. Dimana target rasio antara petugas/ penyuluh KB

dengan desa/kelurahan adalah 1:3 tetapi realisasinya 1:3.68.

Sebetulnya bila disandingkan, capaian untuk indikator ini masih

sama dengan capaian tahun 2012.

Melihat capaian kinerja untuk sasaran meningkatnya kualitas dan

jangkauan layanan KB pada tahun 2013 dengan melihat capaian masing-

masing indikator kinerja menunjukkan terjadi penurunan capaian kinerja bila

dibandingkan dengan tahun 2012. Salah satu yang cukup menonjol adalah

meningkatnya persentase drop out KB. Ditengah upaya untuk kembali

mengarusutamakan isu KB dalam kehidupan masyarakat tentu ini menjadi

cermin yang tidak menggembirakan bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Dari evaluasi yang dilakukan oleh Kabupaten Wonosobo melalui Badan

Keluarga Berencana Kabupaten, salah satu penyebab meningkatnya

persentase drop out KB adalah menurunnya kualitas pembinaan program oleh

institusi masyarakat di wilayah kepada PUS yang ber KB. Dengan kata lain

saat ini urusan KB belum kembali menjadi perhatian bagi berbagai pihak

terutama di tingkat wilayah. Penyebab lain meningkatnya drop out KB adalah

faktor ekonomi dimana sebagian akseptor KB mandiri karena kondisi

ekonominya, terpaksa drop out. Terkait dengan kondisi ini sebenarnya

Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah mengantisipasi dengan program-

program pemberdayaan ekonomi bagi akseptor. Namun disadari intervensi

program tersebut belum mampu menjangkau pada semua akseptor yang

memerlukan. Selain itu terkait kinerja petugas lapangan kerja juga perlu terus

ditingkatkan. Sebagai lembaga yang terakhir masuk menjadi SKPD Kabupaten

Wonosobo setelah sebelumnya cukup lama menjadi instansi vertikal perlu

upaya yang lebih serius untuk melakukan akselerasi secara kelembagaan

maupun personalianya. Diakui ketika masih menjadi instansi vertikal dengan

dukungan sumber daya yang lebih memadai kinerja aparaturnya juga lebih

baik. Namun hal ini tidak sepenuhnya bisa menjadi alasan atas capaian kinerja

saat ini. Peluang ketika masuk dalam jajaran SKPD Pemkab Wonosobo adalah

peluang kerjasama dan koordinasi yang lebih luas dengan SKPD lain.

Realitas dilapangan yang juga perlu dicermati adalah kondisi saat ini

sangat berbeda dengan kondisi beberapa dekade lalu dimana KB menjadi

perhatian dan kepedulian banyak stakehoder. Hal ini sesungguhnya menjadi

tantangan tersendiri bagi Kabupaten Wonosobo. Terlebih dengan label daerah

yang religius upaya penyadaran akan arti penting KB tentu membutuhkan

energi yang lebih. Kondisi geografis Kabupaten Wonosobo yang sebagian

besar adalah wilayah pegunungan menjadikan kualitas dan jangkauan

pelayanan KB di Kabupaten Wonosobo masih perlu terus ditingkatkan. Akses

beberapa desa yang tersebar di berbagai kecamatan masih relatif sulit karena

kondisi infrastruktur jalan dan jembatan yang belum baik. Belum lagi beberapa

daerah rawan longsor sehingga menghambat capaian kinerja untuk layanan

KB. Target rasio penyuluh KB juga sampai saat ini belum dapat terealisir

sehingga rata-rata satu petugas KB harus mengcover 3-4 desa.

Pada tahun 2013 pemerintah Kabupaten Wonosobo telah

mengembangkan beberapa program dalam upaya pencapaian target kinerja

bidang keluarga berencana. Antara laian: program pelayanan kontrasepsi,

penguatan kelebagaan keluarga kecil berkualitas maupun program edukasi

bagi PUS. Namun kedepen perlu terus ditingkatkan program-program yang

diperluakan baik kuantitas maupun kualitasnya agar target kinerja dapat

dicapai dengan lebih baik.

Menurunnya laju pertumbuhan penduduk

Capaian kinerja sasaran strategis ini sebesar 118 persen atau

melampaui dari target yang telah ditetapkan. Hasil ini diperoleh dari

pengukuran atas dua indikator kinerja yaitu:

a) Angka penurunan TFR / Total fertility Rate. Capaian kinerja indikator

ini mencapai 114% melebihi target yang ditetapkan. Pada Tahun

2013 Angka TFR tergetnya adalah 2.13 tetapi realisasinya mencapai

1.87. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terlihat adanya

peningkatan 0.12. Dimana realisasi tahun 2012 adalah 1.99.

b) Angka penurunan laju penduduk, capaian indikator ini mencapai 122

persen. Dimana target Tahun 2013 angka penurunan laju penduduk

0.8, sedangkan target yang ditetapkan adalah 1. Capaian ini juga

lebih baik dari capaian tahun sebelumnya.

Berikut ini perbandingan antara target dan realisasi dua tahun

terakhir:

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target

2015

(RPJMD)

Angka penurunan TFR / Total fertility Rate

2.13 1.87 1.99 2

Angka penurunan laju penduduk

1 0.82 1 0.99

Sumber data: Badan KB kab. Wonosobo

Penurunan laju pertumbuhan penduduk merupakan isu penting

bagi pembangunan daerah. Karena laju pertumbuhan penduduk akan

berpengaruh pada tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pembangunan akan tidak banyak berarti apabila laju pertumbuhan

penduduk tidak terkendali. Karena kemampuan untuk menyediakan

kebutuhan seperti lapangan kerja, fasilitas kesehatan maupun fasilitas

pendidikan tidak sebanding dengan kebutuhan yang ada. Melihat

korelasi tersebut pemerintah Kabupaten Wonosobo memberikan

perhatian serius bagi upaya penurunan laju pertumbuhan penduduk.

Dari pengukuran kinerja atas sasaran strategis penurunan laju penduduk

hasil yang diperoleh cukup menggembirakan. Selain karena faktor

pengembangan program pendidikan KB bagi masyarakat dan remaja

khususnya, capaian tersebut merupakan kontribusi yang bersifat lintas

sektoral dalam mendorong keberhasilan program KB terutama terkait isu

penundaan usia pernikahan.

Namun demikian hasil tersebut juga jangan sampai membuat

pemerintah terlena, apalagi jika dikaitkan dengan capaian strategis

bidang KB yang lainnya dimana belum cukup menggembirakan. Saat ini

kesadaran untuk memiliki paling banyak dua orang telah menjadi

kesadaran sebagian besar PUS. Tidak hanya dari kalangan

berpendidikin, justru perkembangan mutakhir sebagaian PUS dengan

kondisi ekonomi yang terbatas juga semakin berpikir sulitnya memenuhi

kebutuhan bagi anak terutama untuk kesehatan dan pendidikan. Justru

kesadaran berbeda bagi PUS yang memiliki cukup sumber daya dan

merasa mampu memenuhi kebutuhan untuk anak-anaknya,

kecenderungan untuk memilki anak lebih dari dua juga perlu mulai

diantisipasi.

Prioritas Bidang Infrastruktur

Prioritas pembangunan bidang infrastruktur mempunyai sasaran

strategis sebagai berikut:

- Peningkatan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten

- Peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan

- Peningkatan kapasitas layanan infrastruktur jalan desa

Capaian kinerja bidang infrastruktur untuk Tahun 2013 sebesar 68.8 persen

meningkat dari capaian tahun 2012 yang hanya 54.04 persen. Kinerja bidang

infrastruktur diperoleh dari pengukuran capaian sasaran strategis sebagai

berikut:

Peningkatan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten

Sasaran strategis ini mempunyai dua indikator kinerja yang

digunakan untuk mengukur capaian kinerjanya, yaitu:

- Panjang jalan kondisi baik antara ibu kota kabupaten – kecamatan.

Target kinerja untuk indikator ini pada Tahun 2013 adalah 184.25

kilo meter jalan dengan kondisi baik. Realisasinya sampai akhir

Tahun 2013 panjang jalan kondisi baik antara ibu kota kabupaten –

kecamatan mencapai 303.91 kilo meter. Dari realisasi tersebut

capaian kin erjanya sebesar 165 persen. Capaian ini diatas target

yang telah ditetapkan. Bila dibandingkan dengan capaian tahun

2012, terdapat kenaikan yang cukup tajam untuk indikator ini. Pada

tahun 2012 panjang jalan kondisi baik antar ibu kota kabupaten-

kecamatan hanya 65.48 KM.

- Panjang jalan kondisi baik antar ibu kota kecamatan. Pada Tahun

2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan target panjang

jalan kondisi baik antar ibu kota kecamatan adalah 164.96 kilo

meter. Realisasinya sampai dengan akhir Tahun 2013 mencapai

201.62 kilo meter. Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini

sebesar 123 persen. Capaian ini melebihi dari target yang telah

ditetapkan. Dibandingkan dengan capaian tahun 2012 juga

mengalami kenaikan yang cukup tajam dimana capaian tahun 2012

baru mencapai 65.48 KM.

Berikut ini perbandingan realisasi tahun 2013 dengan tahun 2012:

Indikator Target Realisasi Realisasi Target

2013 2013 2012 2015

(RPJMD)

Panjang jalan kondisi baik antara ibu kota kabupaten – kecamatan

184.25 303.91 65.48 199.76

Panjang jalan kondisi baik antar ibu kota kecamatan

164.96 202.62 65.48 117.10

Sumber data: DPU kab. Wonosobo

Dari pengukuran dua indikator tersebut, capaian kinerja dari

sasaran strategis peningkatan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten

sebesar 144 persen. Dibandingkan dengan capaian tahun 2012, terdapat

peningkatan yang cukup tajam untuk capaian sasaran strategis tersebut.

Dari evaluasi yang dilakukan capaian yang tinggi tersebut salah satu

faktornya adalah banyaknya pekerjaan yang dijadwakkan dikerjakan pada

tahun 2012 baru bisa direalisasikan pada tahun 2013. Sehingga capaian

antara tahun 2012 dengan tahun 2013 menjadi sangat bebeda. Dimana

pada tahun 2012 target tidak tercapai sedangkan tahun 2013 capaiannya

diatas target yang ditetapkan.

Peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan

Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dari indikator kinerja

persentase jumlah jembatan kondisi baik. Pada Tahun 2013 pemerintah

Kabupaten Wonosobo menetapkan jumlah jembatan dalam kondisi baik

adalah 72.88 persen. Tetapi realisasinya sampai akhir 2013 hanya 16.19

persen. Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini pada Tahun 2013

adalah 22 persen. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 pada

tahun 2013 mengalami sedikit penurunan yaitu turun 1.47 persen.

Capaian kinerja peningkatan kualitas dan kuantitas jembatan yang

masih jauh dibawah target ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

- Kondisi geografis Kabupaten Wonosobo yang berbukit-bukit dengan

curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan potensi

kerusakan jembatan cukup tinggi. Sebagaian besar wilayah Kabupaten

Wonosobo memiliki daerah rawan longsor yang senantiasa

mengancam kondisi jembatan yang ada. Debit air yang cukup tinggi

terutama pada musim hujan dan dengan material erosi berupa lumpur

dan batu yang terbawa air menjadi ancaman bagi kualitas jembatan di

Kabupaten Wonosobo.

- Kemampuan sumber daya yang sangat terbatas, terutama sumber

daya keuangan menjadikan program peningkatan kualitas jembatan

berjalan lambat. Kemampuan Pemerintah kabupaten Wonosobo masih

belum sebanding bahkan jauh dengan kebutuhan untuk perbaikan

maupun pemeliharaan jembatan yang tersebar di seluruh pelosok

kabupaten. Sementara, dengan karakteristik wilayah pegunungan

menjadikan kebutuhan anggaran untuk perbaikan maupun

pemeliharaan cukup tinggi pada masing-masing titik jembatan.

Peningkatan kapasitas layanan infrastruktur jalan desa

Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dengan menggunkan

indikator kinerja jumlah panjang jalan desa kondisi baik. Target kinerja

untuk indikator ini, didasarkan pada realisasi 20112 adalah1.064.95 kilo

meter. Sedangkan dari hasil perhitungan sampai dengan akhir Tahun

2013 realisasi jumlah panjang jalan desa kondisi baik adalah 430.50 kilo

meter. Dengan realisasi tersebut capaian kinerja untuk indikator ini

mencapai 40.4 persen.

Untuk peningkatan kapasitas layanan infrastrukrur jalan desa

capaian kinerjanya turun dibandingkan dengan capaian tahun 2012.

Namun demikian penurunan ini bukan sepenuhnya karena penurunan

capaian kinerja tetapi adanya perubahan kategori jalan yang semula

masuk dalam kategori jalan desa dalam perkembangannya kemudian

masuk dalam kategori jalan antar kecamatan. Misalnya jalan antar

Kecamatan Selomerto dengan Kecamatan Kaliwiro, Jalan antara

kecamatan Kaliwiro dengan Kalibawang. Sehingga dengan perubahan

kategori tersebut semula yang masuk status jalan desa pada perhitungan

tahun 2013 sudah tidak dimasukkan dalam kategori ini lagi.

Prioritas Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan

Prioritas pembangunan pertanian dan ketahanan pangan mencakup

empat sasaran strategis yaitu:

1. Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama

2. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan dan

hortikultura

3. Meningkatnya produksi hasil budidaya peternakan

4. Meningkatnya layanan irigasi teknis

Capaian kinerja atas empat sasaran strategis tersebut adalah 97

persen dari target kinerja yang ditetapkan untuk Tahun 2013. Capaian kinerja

tersebut diperoleh dari pengukuran atas capaian indikator sebagai berikut:

Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama

Sasaran startegis peningkatan ketersediaan bahan pangan utama

diukur dari indikator kinerja persentase ketersediaan bahan pangan utama

dan tingkat skor pola harapan pangan. Capaian kinerja atas dua indikator

tersebut adalah 97 persen dari target yang telah ditetapkan mengalami

penurunan dibanding tahun 2012 yang capaian kinerjanya mencapai 101.73

persen dari target kinerja tahun 2012.

Persentase ketersedian bahan pangan utama target yang ditetapkan

Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk Tahun 2013 adalah 100

persen. Sedangkan realisasinya mencapai 104. 05 persen. Sehingga

capaian kinerja untuk indikator ketersediaan bahan pangan utama

mencapai 104 persen atau melampaui target kinerja yang ditetapkan.

Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi penurunan 16.05

persen. Dimana tahun 2012 untuk indikator ini mampu mencapai

120.09 persen.

Tingkat skor pola harapan pangan taget yang ditetapkan Pemerintah

Kabupaten Wonoosbo untuk Tahun 2013 adalah sebesar 98 persen.

Sedangkan realisasinya hanya 87 persen. Sehingga capaian kinerja

untuk indikator tingkat skor pola harapan pangan adalah 90 persen.

Meskipun capain kinerjanya masih dibawah target tetapi dibandingkan

dengan tahun 2012 terdapat peningkatan meskipun hanya 2.25

persen.

Berikut ini bandingkan realisai tahun 2013 dengan capaian tahun 2012;

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Persentase ketersediaan bahan panganutama

100 104.5 120.09

Tingkat skor pola harapan pangan 98 87 84

Sumber data: Kantor ketahanan Pangan Kab. Wonosobo

Ketersedian bahan pangan utama merupakan isu penting yang

menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Meskipun capaian

kinerja untuk Tahun 2013 mampu melampaui target yang telah ditetapkan

namun ada beberapa hal strategis yang perlu mendapat perhatian terkait

ketersedian bahan pangan utama kedepan. Pertama, masih terjadinya alih

fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman maupun usaha perdagangan.

Alih fungsi lahan ini dari tahun ketahun cenderung meningkat dengan cepat.

Terlebih beberapa wilayah yang masuk dalam kawasan lumbung pangan atau

daerah utama penghasil bahan pangan menjadi wilayah yang banyak diminati

untuk pemukiman dan sejenisnya. Kedua, produktivitas bahan pangan utama

pada tahun 2013 juga menurun. Selain karena serangan hama, faktor musim

juga menjadikan peningkatan produktivitas tanaman pangan cukup fluktuatif.

Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan dan hortikultura

Hasil pengukuran capaian kinerja atas sasaran strategis ini mencapai

101.46% dari target dalam penetapan kinerja. Nilai tersebut didapat dari

pengukuran atas empat indikator kinerja yaitu:

a. Produksi tanaman pangan yang mencapai 96.31%

b. Produktivitas tanaman pangan yang mencapai 105.78%

c. Produksi tanaman hortikultura yang mencapai 109.91%

d. Produktivitas tanaman hortikultura yang mencapai 93.87%.

Berikut ini perbandingan realisasi tahun 2013 dengan tahun 2012

untuk produksi dan produktivitas tanaman pangan Kab. Wonosobo:

Indikator Target 2013

Realisasi 2013

Realisasi 2012

Target 2015 (RPJMD)

Produksi tanaman pangan: Padi Jagung Ketela pohun Ubi jalar

170.240 128.192 178.968 18,890

149.771 115.101 193.389 18.785

162.980 117.748 185.009 17.522

184.450 166.892 221.200 24.102

Produktivitas tanaman pangan (ton/ha) Padi Jagung Ketela pohun Ubi jalar

5.70 4.10 27.30 18.890

5.1 4.0 31.28 22.96

5.5 3.7 26.7 19.6

6.2 5.4 28 26

Sumber data: dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Wonosobo

Secara umum pada Tahun 2013 untuk sasaran peningkatan

produktivitas tanaman pangan dan hortikultura realisasinya cukup baik dengan

angka komulatif diatas seratus persen. Meskipun demikian yang patut dicermati

terkait capaian kinerja untuk produksi tanaman pangan. Dua indikator tersebut

untuk Tahun 2013 capaiannya masih dibawah target. Apabila dibandingkan

dengancapaian kinerja tahun 2012 terlihat adanya penurunan produksi maupun

produktivitas untuk tanaman padi. Sedangkan untuk tanaman jagung meskipun

terjadi penurunan produksi sekitar 2000 ton tetapi produktivitas untuk

komoditas ini mengalami kenaikan dari 3.7 ton/ha pada 2012 menjadi 4 ton/ha

pada tahun 2013. Sedangkan untuk komoditas tanaman pangan ubi jalar, dan

ketela pohon mengalami kenaikan baik produksi maupun produktivitasnya.

Menurunnya produksi maupun produktivitas padi di Kabupaten Wonosobo tidak

lepas dari terjadinya serangan hama tikus di beberapa daerah lumbung padi

seperti Selomerto dan Leksono yang masih terjadi pada tahun 2013. Selain itu

juga faktor cuaca menyebabkan beberapa wilayah yang mengandalkan

pengairan tadah hujan hanya mampu sekali melakukan penanaman. Ini yang

agak berbeda dengan komoditas hortikultura dimana kebutuhan air tidak terlalu

besar. Sehingga capaian untuk komoditas tersebut cukup baik mampu

melampaui target.

Pada Tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas

Pertanian Tanaman Pangan telah melakukan beberapa langkah strategis guna

peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan utamanya komoditas

padi. Antara lain dengan mengembangkan program pembangunan jaringan

irigasi usaha tani maupun peningkatan jalan usaha tani dan program

peningkatan produksi, produktivitas serta mutu tanaman pangan. Sampai

dengan tahun 2013 jalan usaha tani yang telah berhasil dibangun mencapai

15.000 meter. Pembangunan ini kedepan diharapkan mampu meningkatkan

efektivitas distribusi sarana maupun bahan-pertanian dan juga hasil-hasil

pertanian di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Wonosobo.

Meningkatnya populasi dan produksi hasil budidaya peternakan-perikanan

Peningkatan produksi hasil budidaya peternakan-perikanan

mempunyai beberapa sasaran sebagai berikut:

a) Meningkatnya produksi ikan budidaya dengan indikator kinerja jumlah

produksi perikanan budidaya. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten

Wonosobo menetapkan target produksi perikanan budidaya sebanyak

5.562 ton. Realisasinya sampai akhir Tahun 2013 adalah 5.195 ton.

Sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 93 persen.

Dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi penurunan yang cukup

tinggi. Karena pada tahun 2012 produksi perikanan budidaya mencapai

6.894 ton. Membaiknya harga komoditas perikanan budidaya ternyata

tidak berkorelasi langsung dengan produksinya. Penurunan yang

mencapai hampir 1.700 ton dalam setahun ini merupakan angka yang

cukup besar. Salah satu penyebab turunnya produksi perikanan budi

daya juga sangat terkait ketersediaan bibit unggul ikan budi daya.

Sebagain besar petani saat ini masih menggunakan bibit yang berasal

dari luar daerah dengan kemampuan adaptasi yang relatif kurang baik.

Sehingga tingkat kematian juga cukup tinggi. Sementara kemampuan

produksi bibit di Kabupaten Wonosobo juga masih relatif rendah.

b) Meningkatnya produksi benih unggul

Pada sasaran strategis meningkatnya produksi benih unggul

dari target kinerja 2.990 kg benih sampai dengan akhir tahun 2013 juga

hanya terealisir 2.190 kg. Sehingga capaian kinerja untuk sasaran

strategis ini hanya mencapai 73 persen. Namun demikian capain ini lebih

baik dibanding dengan capaian tahun 2012 yang hanya mencapai 43

persen dari target kinerja yang telah ditetapkan.

Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi bibit

unggul adalah keterbatasan SDM yang mempunyai ketrampilan dan

pengetahuan yang memadai dalam pembibitan. Tenaga fungsional

khusus untuk pembibitan masih sangat terbatas, sementara kebutuhan

masyarakat terhadap bibit unggul makin meningkat. Selain itu juga

keterbatasan anggaran untuk pengembangan balai benih yang sudah

ada. Sehingga pada tahun 2013 balai benih hanya memproduksi benih

berdasarkan permintaan sebagai cara untuk mensiasati keterbatasan

anggaran. Sedangkan realitasnya belum banyak masyarakat yang

memilki akses informasi ke balai benih.

c) Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan.

Capaian kinerja dari sasaran ini mencapai 135 persen melebihi

target yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Untuk

populasi ternak target sasaran rata-rata terlampaui kecuali untuk populasi

ternak besar kerbau dan sapi. Untuk populasi kerbau dari target 3.903

ekor, realisasinya hanya 2.073 ekor. Sedangkan untuk sapi target

populasi 33.941 ekor realisasinya hanya 25.411 ekor. Tetapi untuk sapi

perah mengalami kenaikan, dari terget 1.77 realisasinya mencapai 1.416.

Sementara, untuk ternak kecil cenderung mengalami kenaikan terutama

ayam buras. Sedangkan untuk ayam petelur justru mengalami

penurunan. Dari target 84.475 capaiannya hanya 38.323.

Berikut ini perbandingan populasi dan produk ternak antara

tahun 2013 dengan tahun 2012:

Indikator Target 2013 Realisasi 2013 Realisasi 2012

Populasi Ternak: Sapi Kambing Domba Kerbau Ayam buras Ayam petelur Sapi perah Kelinci Entog Produk ternak: Daging (kg) Telur (kg) Susu (kg)

33.941 140.426

92.120 3.936

666.229 84.475

1.077 32.770 46.496

5.297,67 2.239,89 966.487

25.411 154.120

93.049 2.073

726.094 38.323

1.416 26.426 42.326

4.847,66 1.431,02 909.652

27.975 143.493

89.865 2.163

683.764 21.486

1.841 24.949 42.977

6.297,67 2.239,89 966.487

Sumber data: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Wonosobo 2014

Apabila dibandingkan antara capaian tahun 2013 dengan tahun

2012 terlihat bahwa terdapat penurunan pada sebagian sub indikator. Salah

satu komoditas yang mengalami penurunan dalam kurun dua tahun terakhir

adalah ternak kerbau. Pergeseran atau mekanisasi pertanian merupakan salah

satu faktor utama menurunnya populasi kerbau. Menurunnya fungsi kerbau

dalam usaha pertanian menjadikan minat masyarakat untuk memelihara

kerbau, berangsur-angsur turun. Sementara, untuk konsomsi daging kerbau

juga sangat rendah. Untuk ternak kecil seperti entog juga mengalami

penurunan yang cukup terlihat. Tren konsumsi daging entog ternyata belum

sebanding dengan kemampuan budidaya ternak ini.

Pada indikator produk ternak juga terjadi penurunan bila

dibandingkan dengan capaian tahun 2012. Kemarau yang cukup panjang

selama tahun 2013 menjadi salah satu faktor menurunnya produk ternak.

Sebagian besar petani/peternak di Kabupaten Wonosobo memang masih

mengandalkan pakan ternak yang bersumber dari alam, terutama rumput.

Sehingga ketika persedian pakan alami ini menurun sangat berpengaruh pada

produk ternak yang dihasilkan baik susu maupun daging. Sedangkan untuk

telur menurut pantauan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Wonosobo, penurunan produksi telur salah satu faktor penyebabnya adalah

siklus pergantian ayam petelur. Dimana ayam yang sudah kurang produktif

diganti tetapi ayam pengganti belum berproduksi secara optimal.

Meningkatnya layanan Irigasi teknis

Capaian kinerja sasaran strategis peningkatan layanan irigasi teknis

diukur dari dua indikator kinerja sebagai berikut:

- Persentase daerah irigasi dalam kondisi baik. Untuk indikator ini target

yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah sebesar 75

persen. Sedangkan realisasinya 70.80 persen sehingga capaian kinerja

indikator ini sebesar 94.40 persen sedikit dibawah target yang ditetapkan.

- Rasio panjang saluran irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani.

Untuk indikator ini target yang ditetapkan adalah 20.93 persen dengan

realisasi juga sebesar 4.85 persen. Sehingga capaian kinerjanya hanya

23.20 persen.

Terkait peningkatan layanan irigasi teknis capaian kinerja Tahun 2013

hanya mencapai 58.80 persen. Capain ini sangat dipengaruhi oleh menurunnya

tingkat kefungsian irigasi teknis di wilayah Kabupaten Wonosobo. Selain itu

kemarau panjang pada tahun 2013 juga menyebabkan debit air untuk layanan

irigasi mengalami penurunan yang cukup tinggi. Sehingga kinerja layanan

irigasi teknis menurun cukup tajam.

Upaya pemeliharaan saluran irigasi teknis juga tidak hanya dengan

tindakan sipil teknis tetapi juga dengan perawatan yang melibatkan partisipasi

masyarakat petani selaku pengguna. Dalam beberapa tahun terakhir ada

kecenderungan keterlibatan petani pengguna dalam pemeliharaan saluran

cenderung menurun. Sehingga perlu koordinasi antar SKPD terkait, terutama

Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan agar

kelompok pengguna air/ petani bisa menjadi sumber daya dalam pemeliharaan

dan perawatan saluran irigasi sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Prioritas Bidang Konsolidasi Reformasi Birokrasi

Prioritas ini mencakup empat sasaran strategis yaitu:

Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah.

Capaian kinerja sasaran startegis ini sebesar 108.6% yang diukur dari

capaian indikator kinerja opini hasil pemeriksaan BPK dan persentase rasio

temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti. Opini hasil pemeriksaan BPK

Tahun 2013 adalah wajar dengan pengecualian. Hal inikarena pencatatan aset

pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang masuk dalam aplikasi

belum diuji kebenarannya. Untuk prosentase rasio temuan hasil pemeriksaan

BPK dari tahun 2005 s/d 2013 ada 203 temuan yang memunculkan 390

rekomendasi. Dari 390 rekomendasi BPK yang sudah ditindaklanjuti sebanyak

386 (98,9 persen). Lebih jauh, untuk prosentase rasio temuan hasil

pemeriksaan BPK yang sudah dinyatakan selesei dari 386 rekomendasi yang

sudah ditindaklanjuti dan dinyatakan selesei sebanyak 279 (71.5 persen) dan

yang belum sesuai rekomendasi sebanyak 107 (28.5 persen).

Untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Wonosobo

pada Tahun 2013 telah melaksanakan program peningkatan dan

pengembangan pengelolaan keuangan daerah dengan beberapa kegiatan

pendukung dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan, penganggaran,

pengelolaan dan pelaporan yang lebih akuntabel.

Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah

Dalam dokumen RPJMD 2011-2015 peningkatan pendapatan asli

daerah pada Tahun 2013 ditargetkan mengalami kenaikan sebesar 20%

dibanding capaian tahun 2012. Pada kenyataannya capaian Tahun 2013

mengalami kenaikan mencapai 24.8% dibanding tahun 2012. Sehingga

capaian kinerja untuk indikator peningkatan pendapatan asli daerah mencapai

124%. Kontribusi yang cukup menonjol dari peningkatan PAD tersebut

diperoleh dari pajak penerangan jalan umum dimana realisasi Tahun 2013

mencapai 147.59% dari target yang telah ditetapkan. Capaian ini terealisasi

setelah ada upaya intensifikasi dan koordinasi Pemerintah Kabupaten

Wonosobo melalui DPPKAD dengan PLN.

Selain pajak penerangan jalan, kenaikan juga terjadi pada pajak

BPHTB yang realisasinya mencapai 3,2 milyar. Untuk bunga deposito

realissinya mencapai 162,7 persen dari target yang telah ditetapkan dengan

capaian Rp. 10.666.263.128,-. Pada sektor pajak bumi dan bangunan (PBB)

yang sejak tahun 2013 ini dikelola langsung oleh daerah juga mengalami

kenaikan yang cukup signifikan dengan capaian kinerja sebesar 146,2 persen

atau sebesar Rp. 13,16 milyar.

Capaian ini juga tidak lepas dari beberapa program/ kegiatan yang

dilaksanakan pada Tahun 2013 antara lain:

- Intensifikasi pemungutan dan pendataan pajak

- Optimalisasi PAD

- Pembinaan petugas pungut

- Perangsang lunas awal PBB

- Onitoring, evaluasi dan pelaporan pendapatan asli daerah

- Pelaksanaan kegiatan MP TPTGR

Meningkatnya kualitas sistem perencanaan

Capaian sasaran strategis ini mencapai 92% yang diukur dari capaian

empat indikator kinerja yang meliputi:

1) Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan

pembangunan daerah

2) Prosentase kesesuaian program/kegiatan RKPD dengan APBD

3) Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD

4) Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD.

Terkait dengan ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan

pembangunan daerah sebagai salah satu indikator kualitas sistem

perencanaan pembangunan, pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten

Wonosobo, melalui Bappeda selaku pengampu urusan perencanaan mampu

mencapai 100% target yang telah ditetapkan. Hal tersebut merujuk pada

Permendagri No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008

tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dimana musrenbang untuk

Tahun 2013 lalu terlaksana sebelum bulan Maret dan rencana kerja

pembangunan daerah tahun 2013 telah ditetapkan melalui peraturan Bupati

pada Bulan Mei 2013 atau belum melewati batas yang yang telah ditentukan

yakni bulan Juni 2012.

Untuk kesesuaian program/kegiatan RKPD dengan APBD capaian

pada Tahun 2013 lalu masih dibawah target yang telah ditetapkan. Capaian

dari indikator ini sebesar 90%. Indikator kesesuaian jumlah program RKPD

dengan RPJMD pada Tahun 2013 ditetapkan sebesar 100% tetapi realisasinya

baru 90%. Sedangkan untuk indikator kesesuaian proses dan tahapan

penyusunan RKPD sebagaimana diatur dalam permendagri Nomor 54 Tahun

2013 dapat tercapai 100%.

Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil

Capaian kinerja sasaran strategis peningkatan kualitas administrasi

kependudukan dan catatan sipil pada Tahun 2013 sebesar 98 persen apabila

dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012 terjadi penurunan sebesar

7.47 persen. Pada tahun 2012 capaian kinerja sasran strategis ini

mencapai105.47. Capaian kinerja ini diperoleh dari hasil pengukuran atas

beberapa indikator kinerja sebagai berikut:

a) Persentase kepemilikan KTP berbasis NIK, untuk indikator kinerja ini

target capaian Tahun 2013 sebesar 99.53 persen kepemilikan KTP

berbasis NIK. Sampai dengan akhir Tahun 2013 realisasi atas indikator

kinerja tersebut sebesar 98.08 persen. Dibandingkan capaian tahun

sebelumnya untuk indikator ini mengalami penurunan sekitar 1.45

persen.

b) Persentase kepemilikan KK, untuk indikator kinerja ini target capaian

Tahun 2013 sebesar 100 persen kepemilikan KK. Sampai dengan akhir

Tahun 2013 realisasi atas indikator kinerja tersebut sebesar 99.7.

c) Persentase kepemilikan akte kelahiran, untuk indikator kinerja ini target

capaian Tahun 2013 sebesar 85 persen kepemilikan akte kelahiran.

Sampai dengan akhir Tahun 2013 realisasi atas indikator kinerja

tersebut dibawah target yakni sebesar 82.51 persen sehingga capaian

kinerjanya sebesar 97 persen. Dibandingkan dengan capaian kinerja

tahun 2012, untuk capaian tahun 2013 mengalami kenaikan yang

cukup signifikan mencapai 20 persen lebih.

d) Persentase anak lahir yang membuat akte kelahiran, untuk indikator

kinerja ini target capaian Tahun 2013 sebesar 89.5 persen. Sampai

dengan akhir Tahun 2013 realisasi atas indikator kinerja tersebut

melampaui target yakni sebesar 96.65 persen sehingga capaian

kinerjanya sebesar 107 persen.

Indikator Target

2013

Realisasi

2013

Realisasi

2012

Target

2015

(RPJMD)

% kepemilikan KTP berbasis NIK

99.53 98.08 99.53 100

% kepemilikan KK 100 99.71 98.66 100

% kepemilikan Akta kelahiran

85 82.51 62.04 100

% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran

89.5 96.65 96.65 100

Sumber data: Disdukcapil Kab. Wonosobo

Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatatan sipil

merupakan salah satu sasaran strategis dalam bidang konsolidasi dan

reformasi birokrasi yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Penataan administrasi kependudukan menjadi penting baik dalam kerangka

dasar pengambilan kebijakan maupun dalam kerangka pemenuhan atas hak-

hak masyarakat. Meskipun prosentase capaian kinerja atas target mengalami

penurunan, namun apabila dicermati sesungguhnya terjadi peningkatan dari

sisi capaian. Karena target tahun 2013 memang lebih tinggi dari target tahun

2012. Sehingga secara komulatif capaiannya cukup meningkat dibanding tahun

2012.

Terkait dengan capaain kinerja sasaran ini, dari pengukuran yang telah

dilakukan menunjukkan tingkat capaian yang cukup bagus. Pemerintah

Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta

jajaran Pemerintah Kecamatan telah mampu melakukan percepatan atas

capaian target kinerja yang telah ditetapkan.

Beberapa program yang dilakukan untuk mendukung capaian kinerja

tersebut antara lain:

1. Peningkatan kualitas layanan administrasi kependudukan;

2. Peningkatan sarana dan prasarana penerbitan dokumen

kependudukan;

3. Pengembangan sumber daya manusia terkait pelayanan administrasi

kependudukan;

Meskipun capaian kinerja cukup baik tetapi Pemerintah Kabupaten

Wonosobo masih dihadapkan pada beberapa tantangan terkait peningkatan

kualitas administrasi kependudukan di Kabupaten Wonosobo, antara lain:

- Terkait kepemilikan KTP berbasis NIK mengalami penurunan

capaian dibanding tahun 2012, hal ini terjadi karena masih

banyak penduduk yang belum melakukan rekam E-KTP. Hal itu

terjadi karena sebagian masih tinggal di luar kota maupun

sebagian yang lain masa berlaku KTP lama sudah habis namun

belum diperpanjang lagi, terutama untuk penduduk yang lanjut

usia.

- Masih harus dilakukan upaya serius untuk membangun

kesadaran masyarakat arti penting kepemilikan dokumen

kependudukan. Sehingga tidak mengurus dokumen

kependudukan pada saat akan menggunakan saja.

- Sosialisasi terkait kelengkapan persyaratan pengurusan dokumen

kependudukan dan prosedur pelayanannya. Sehingga kesalahan

dalam pembuatan dokumen kependudukan dapat diminimalisir.

Prioritas Peningkatan Iklim dan Investasi Usaha

Sasaran strategis dari prioritas ini adalah peningkatan investasi daerah.

Capaian kinerja dari sasaran strategis tersebut di ukur dari dua indikator kinerja

yaitu jumlah investasi yang masuk ke Kabupaten Wonosobo dan nilai investasi

yang di investasikan di Kabupaten Wonosobo.

Jumlah investasi

Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan

target sebanyak 3 investasi yang masuk ke Kabupaten Wonosobo. Target

tersebut dapat dicapai sesuai target Tahun 2013. Sehinggga capaian kinerja

untuk indikator ini mencapai 100 persen.

Nilai investasi

Target nilai investasi ke Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2013

adalah sebesar 141.6 milyar rupiah. Realisasinya sampai akhir Tahun 2013

mencapai 160.7 milyar rupiah. Sehingga capaian kinerja dari indikator kinerja

nilai investasi capaiannya sebesar 114.3 persen.

Dari pengukuran terhadap dua indikator kinerja untuk sasaran strategis

peningkatan investasi daerah tersebut diperoleh capaian kinerja sebesar 100

persen dengan kata lain target yang telah ditetapkan untuk Tahun 2013 dapat

dicapai dengan baik. Hasil tersebut tidak lepas dari program yang telah

dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Wonosobo selama Tahun 2013. Bahkan

menurut data dari Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, diluar capaian diatas

pada tahun 2013 juga tercatat investasi yang berasal dari kelompok usaha

mikro, kecil dan menengah yang cukup besar pada tahun 2013. Program-

program yang dilaksanakan pada Tahun 2013 untuk mendorong peningkatan

jumlah investasi antara lain:

Program peningkatan pelayanan perijinan.

Disadari bahwa perijinan merupakan persoalan yang cukup

mempengaruhi investasi yang masuk ke daerah. Persyaratan administrasi

maupun lama proses pengurusan perijinan menjadi salah satu faktor yang

sangat dipertimbangkan oleh calon investor. Sejak tahun 2008 Pemerintah

Kabupaten Wonosobo telah membentuk Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

yang sebelumnya Dinas Pelayanan Terpadu. Hal ini dilakukan untuk

memberikan kemudahan dan pelayanan yang lebih baik bagi calon investor.

Sehingga dengan kemudahan tersebut mampu mendorong kenaikan jumlah

maupun nilai investasi yang masuk ke wilayah Kabupaten Wonosobo.

Program peningkatan promosi investasi

Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Bagian

Perekonomian dan Penanaman Modal telah melakukan beberapa kegiatan

promosi sabagai sarana untuk memperkenalkan potensi investasi di Kabupaten

Wonosobo. Selain mengikuti kegiatan promosi di tingkat regional maupun

nasional juga dilakukan promosi produk unggulan dan potensi daerah dan

pembuatan sarana prasarana serta materi promosi. Melalui kegiatan tersebut

calon investor dan stake holder makin mengetahui potensi yang ada di

Wonosobo.

Meskipun capaian kinerja untuk peningkatan investasi di Kabupaten

Wonosobo sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu terus

mendapat perhatian kedepan:

- Regulasi bidang penanaman modal dan perijinan yang masih

perlu diperbaharui, termasuk penyederhanaan proses perijinan.

- Perlu didesain penanaman modal dan perijinan dalam satu

pintu.

- Peningkatan daya saing daerah dibidang investasi.

- Peningkatan kualitas dan ketrampailan bagi tenaga kerja lokal.

- Peningkatan infrastruktur yang mampu mendukung peningkatan

investasi di Wonosobo.

Ditingkat koordinasi antar SKPD juga perlu diperkuat terkait

peningkatan potensi dan daya saing daerah agar SKPD mempunyai peran dan

kontribusi yang lebih jelas bagi arah pengembangan investasi di Wonosobo.

Identifikasi potensi investasi dari masing-masing SKPD sesuai dengan bidang

tugasnya perlu disinergikan sehingga Wonosobo memiliki data potensi

investasi yang lebih komprehensif.

Prioritas Bidang Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral

Prioritas ini mempunyai dua sasaran strategis yaitu:

1) Meningkatnya pemenuhan kebutuhan energi listrik

Capaian kinerja sasaran strategis ini mencapai 85.5 persen yang diukur

dari dua indikator kinerja sebagai berikut:

- Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik

Pada Tahun 2013 pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan

target 90 persen rumah tangga telah menggunakan listrik/

elektrifikasi. Dari target tersebut realisasinya hanya 69 persen

rumah tangga yang menggunakan listrik. Sehingga capaian

kinerja untuk indikator ini hanya 72 persen. Kondisi ini hampir

sama dengan realisasi kinerja tahun 2012 yang baru mencapai 71

persen.

- Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan

Untuk rasio ketersediaan daya listrik target untuk Tahun 2013

adalah 109 persen. Dari hasil pengukuran untuk penyediaan daya

listrik ini mampu terpenuhi dengan capaian kinerja 100 persen.

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat

Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pekerjaan Umum

mengembangkan program listrik masuk desa. Program ini dilakukan

melalui kerjasama dengan PLN Distribusi Jateng dan DIY dalam

penyediaan jaringan listrik di pedesaan. Terkait belum terpenuhinya

capaian kinerja rumah tangga yang menggunakan listrik dari target 90

persen sementara realisasinya 69 persen ada beberapa faktor

penyebab anatara lain:

- Kemampuan keuangan pemerintah kabupaten sangat terbatas

untuk penyediaan jaringan listrik sehingga sampai saat ini

penambahan jaringan berjalan lambat.

- Program kerjasama dengan PLN dalam penyediaan jaringan

listrik juga sangat terbatas, belum sebanding dengan kebutuhan.

Karena dalam penyediaan jaringan oleh PLN masih harus berbagi

dengan kabupaten lain yang juga mengajukan kerjasama ke PLN.

- Rumah tangga yang terus bertambah dan munculnya pemukiman

baru di wilayah pedesaan yang seringkali masih jauh dari jaringan

listrik sehingga jaringan yang ada belummapu mengcover

kebutuhan pada pemukiman baru.

2) Meningkatnya penggunaan energi alternatif.

Untuk mengukur capaian kinerja sasaran ini menggunakan

indikator jumlah ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi

alternatif yang diterbitkan. Pada Tahun 2013 target yang ditetapkan

Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah tiga buah ijin usaha

pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang dikeluarkan.

Realisasi sampai dengan akhir Tahun 2013 adalah satu ijin usaha yang

diterbitkan untuk energi alternatif mikro hidro. Sehingga capaian kinerja

untuk indikator ini sebesar 33,33 persen dari target yuang telah

ditetapkan. Meskipun pada tahun 2013 terdapat tiga ijin pengajuan ijin

tetapai sampai dengan akhir 2013 dua ijin yang diajukan masih dalam

proses kajian.

Untuk Kabupaten Wonosobo energi alternatif yang cukup

potensial adalah mikro hidro. Sebagai daerah pegunungan dengan

aliran sungai yang cukup deras di hampir sepanjang wilayah Kabupaten

Wonosobo, pemanfaatan potensi untuk energi mikro hidro

sesungguhnya cukup bagus. Namun perkembangan terakhir belum

seperti yang diharapkan karena pengalaman di lapangan sampai saat ini

pengembangan mikro hidro masih belum cukup ekonomis. Biaya

produksi untuk listrik yang dihasilkan mikro hidro belum efesien bila

dibandingkan dengan nilai jual tenaga listrik yang dihasilkan oleh mikro

hidro.

Prioritas Bidang Lingkungan Hidup dan Penaggulangan Bencana

Prioritas ini mencakup tiga sasaran strategis yaitu:

Berkurangnya lahan kritis

Untuk mengukur penurunan lahan kritis indikator kinerja yang

digunakan adalah persentase luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi

terhadap luas total hutan dan lahan kritis. Pada Tahun 2013 Pemerintah

Kabupaten Wonosobo telah menetapkan target luas hutan dan lahan kritis

yang yang direhabilitasi adalah 55 persen dari luas total hutan dan lahan kritis.

Dari hasil pengukuran diketahui realisasinya mencapai 65.7 persen sehingga

capaian kinerja untuk indikator ini sebesar 119 persen. Dibandingkan dengan

capaian tahun 2012 untuk capaian tahun 2013 mengalami peningkatan hingga

13.81 persen dimana untuk tahun 2012 luas lahan kritis yang direhabilitasi baru

mencapai 46.75 persen. Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui SKPD

terkait terutama Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebagai leading sektor

mampu melakukan percepatan proses penanganan lahan kritis melalui

berbagai program yang dikembangkan.

Berikut perbandingan capaian antara tahun 2013 dengan capaian

tahun 2013:

SASARAN INDIKATOR TARGET 2013 REALISASI

2013

REALISASI

2012

Berkurangnya lahan

kritis

% luas hutan lahan

kritis yang

55 65.7 46.75

direhabilitasi

terhadap luas hutan

dan lahan kritis

Sumber data: Dinas Kehutanan dan perkebunan Kab. Wonosobo

Tahun 2013 program kegiatan yang dikembangkan dalam rangka

pemulihan dan penyelamatan lingkungan antara lain:

Konservasi DAS hulu

Pengembangan Kebun Bibit Rakyat

Pengembangan Kebun Bibit sekolah

Rehabilitasi Hutan dan lahan di Luar Kawasan Lindung

Rehabilitasi hutan dan lahan dengan bangunan sipil teknis (gully

plug)

Upaya menurunkan lahan kritis melalui pemulihan dan penyelamatan

lingkungan sepanjang Tahun 2013 cukup berhasil. Keberhasilan ini tidak lepas

dari beberapa faktor pendukung antara lain:

- Dukungan dan peran pemerintah pusat dan pemerintah provinsi

melalui beberapa program yang dikembangkan di Kabupaten

Wonosobo baik berupa kegiatan DAK maupun kegiatan yang

dibiayai melalui bantuan gubernur.

- Partisipasi masyarakat yang mulai meningkat dalam upaya

pemulihan dan penyelamatan lingkungan. Perubahan ini salah

satunya disokong keberhasilan Pemerintah Kabupaten

Wonosobo untuk melibatkan masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi obyektif

Kabupaten Wonosobo yang rawan bencana sehingga memberi

pengalaman masyarakat untuk lebih memperhatikan

keselamatan lingkungan, agar daya dukung lingkungan bagi

kehidupan masyarakat terus terjaga. Meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam pemulihan dan penyelamatan lingkungan

juga dipengaruhi oleh perkembangan hutan rakyat sebagai

salah satu sektor ekonomi yang berpeluang untuk

dikembangkan. Dalam konteks ini ekonomi yang berbasis pada

lingkungan menjadi salah satu alternatif yang menjadi pilihan

bagi masyarakat. Meskipun demikian disisi lain upaya

peningkatan pengetahuan, ketrampilan maupun pola pikir

masyarakat terhadap upaya penyelamatan dan pemulihan

lingkungan harus terus dilakukan. Sehingga kedepan

masyarakat bisa menjadi pelaku utama dalam upaya pemulihan

dan penyelamatan lingkungan.

1) Meningkatnya kualitas dan kuantitas air

Untuk peningkatan kualitas dan kuantitas air indikator kinerja yang

digunakan meliputi:

a) Kualitas/kelas air

Untuk kualitas kelas air target yang ditetapkan adalah kualitas

kelas air satu. Tetapi sampai dengan akhir Tahun 2013 belum

dilakukan pengukuran ulang terhadap kualitas air di Kabupaten

Wonosobo. Hal ini disebabkan Kabupaten Wonosobo sampai

saat ini belum memiliki tenaga fungsional khusus yang mampu

membaca dan melakukan analisis sampel air. Kedua,

keterbatasan anggaran untuk penelitian karena untuk uji kualitas

air dengan sampel di beberapa titik membutuhkan dana yang

cukup besar. Pengukuran kualitas air di Kabupaten Wonosobo

terakhir dilakukan tahun 2010 oleh Badan Lingkungan Hidup

Provinsi Jawa Tengah. Itu pun pengukuran baru dilakukan untuk

DAS Sungai Serayu. Sehingga Tahun 2013 belum bisa dilakukan

pengukuran kinerja untuk indikator ini.

b) Persentase kelestarian sumber air

Untuk persentase kelestarian sumber air target yang ditetapkan

oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo adalah 60 persen sumber

air terjaga kelestariannya. Dari target tersebut sampai akhir

Tahun 2013 realisasinya mencapai 63 persen. Sehingga capaian

kinerja dari indikator ini sebesar 103 persen.

c) Persentase peningkatan debit sumber air

Target Tahun 2013 untuk persentase peningkatan debit sumber

air yang ditetapkan adalah sebesar 60 persen. Dari hasil

pengukuran atas indikator ini peningkatan debit sumber air hanya

mencapai 5 persen. Sehingga capaian indikator kinerja adalah 8

persen dari target yang telah ditetapkan.

Dari hasil pengukuran terhadap sasaran strategis

peningkatan kualitas dan kuantitas air di Kabupaten Wonosobo

diketahui capaian kinerjanya baru sebesar 70.3 persen. Dengan

kata lain masih jauh dari target Tahun 2013. Tetapi bila dicermati

rendahnya capaian ini juga tidak lepas dari penetapan target yang

sebenarnya terlalu tinggi bila dibandingkan dengan sumber daya

yang dimiliki. Terutama sumber daya manuasia dan sumber daya

keuangan.

Disisi lain upaya pelestarian sumber air merupakan

sebuah proses yang tidak singkat sehingga hasilnya belum bisa

diukur dalam jangka pendek. Ketika pada Tahun 2013

Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan program/kegiatan

untuk konservasi sumber air dengan reboisasi pada area sekitar

sumber air, baru beberapa tahun kemudian bisa dilihat hasil

kegiatan tersebut.

Di tengah capaian kinerja yang belum mencapai target yang

ditetapkan, Kabupaten Wonosobo sebenarnya terus berupaya

untuk memberikan perhatian yang lebih serius terhadap

persoalan lingkungan. Saat ini upaya konservasi untuk wilayah

kritis juga terus dilakukan dengan melibatkan partisipasi

masyarakat di sekitar kawasan hutan. Sebagai daerah dengan

curah hujan cukup tinggi ketersediaan air bersih memang belum

begitu menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini

berpengaruh pada perilaku masyarakat yang masih kurang

memperhatikan kelestarian sumber air. Kondisi ini juga

merupakan tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten

Wonosobo untuk menggerakkan masyarakat agar lebih peduli

pada kelestarian sumber air.

Selain itu, lahan pertanian yang tersebar di wilayah-wilayah

tangkapan menjadikan kemampuan tangkapan air menurun

ketika perluasan dan intensifikasi pertanian kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan. Perambahan hutan

beberapa tahun lalu dalam eforia reformasi dampaknya juga

belum sepenuhnya bisa ditangani terkait menurunnya debit dan

sumber air.

2) Berkurangnya resiko bencana

Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dari dua indikator

kinerja sebagai berikut:

a) Persentase jumlah meninggal akibat bencana

Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo

menetapkan target kinerja 2.5 persen. Sampai dengan akhir Tahun 2013

jumlah meninggal akibat bencana 0.9 persen sehingga capaian kinerja

dari indikator ini mencapai 277.77 persen. Melampaui target yang

ditetapkan. Tercatat sepanjang Tahun 2013 jumlah korban meninggal

akibat bencana dua orang. Sedangkan jumlah korban tercatat 228

orang.

b) Persentase tertanganinya dampak bencana

Dalam penanganan dampak bencana Pemerintah Kabupaten

Wonosobo target Tahun 2013 mampu tercapai dengan baik. Sehingga

capaian kinerja untuk indikator ini mencapai 100 persen.

Dari pengukuran capaian kinerja dua indikator tersebut,

diperoleh capaian kinerja untuk sasaran berkurangnya resiko bencana

188.85 persen. Meskipun capaian kinerja untuk Tahun 2013 cukup

bagus namun untuk meningkatkan kualitas pengurangan resiko bencana

perlu terus didorong untuk mencapai hasil yang optimal. Terkait

penanganan dampak bencana harus diakui bahwa penanganan yang

diberikan kepada korban bencana harus terus dilakukan perbaikan.

Sehingga korban bencana tidak hanya mendapatkan penanganan yang

bersifat sesaat tetapi juga penanganan pasca bencana.

Secara geografis Kabupaten Wonosobo termasuk daerah

yang rawan bencana, terutama banjir dan tanah longsor. Dari catatan

kejadian bencana sepanjang Tahun 2013, bencana tanah longsor paling

sering terjadi. Kondisi obyektif penanganan bencana di kabupaten

Wonoosbo banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

Luasnya daerah rawan bencana

Masih terbatasnya sarana prasarana untuk penaggulangan

bencana, baik sarana komunikasi, trasnportasi maupun sarana

prasarana untuk penanganan korban bencana.

Masih terbatasnya jumlah personil yang dalam penanganan

bencana.

Belum optimalnya koordinasi dalam penaggulangan bencana

antar SKPD dan stake holder lain karena kelembagaan

penaggulangan bencanan masih bersifat ad hoc.

Meskipun masih banyak tantangan dalam penanganan bencana di

Kabupaten Wonosobo, namun dari pengukuran indikator kinerjanya

menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Capaian tersebut tidak lepas

dari kontribusi beberapa hal berikut:

Keterlibatan masyarakat sekitar dan kelompok-kelompok

masyarakat yang secara aktif memberikan bantuan kepada

korban bencana.

Peran aktif dari Tim SAR baik dari tingkat kabupaten maupun

provinsi.

Peran Pemerintah Provinsi Jateng maupun pemerintah pusat

dalam penganganan pasca bencana.

Peran media yang mempercepat akses informasi bencana bagi

masyarakat dan kelompok-kelompok yang konsen pada

penanganan bencana.

Prioritas Kesepuluh: Kawasan Tertinggal, Terbelakang, Perbatasan dan

Kumuh

Prioritas ini mempunyai dua sasaran stretegis yaitu optimalisasi

pengelolaan perbatasan daerah dan meningkatnya pemanfaatan sumber

daya alam untuk penataan lingkungan yang sehat. Capaian kinerja prioritas

ini mencapai106 persen yang diperoleh dari penghitungan atas capaian

kinerja sasaran sebagai berikut;

1) Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah dengan indikator

kinerja persentase penegasan batas kabupaten. Pada Tahun 2013

pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan target penegasan

batas kabupaten sebesar 100 persen atau seluruh batas kabupaten

menjadi target kinerja Tahun 2013. Realisasi atas target tersebut

sesuai hasil pengukuran mencapai 100 persen. Meskipun capaian

sasaran telah mencapai seratus persen namun Pemerintah

Kabupaten Wonosobo melalui Bagian Tata Pemerintahan

Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo masih akan mengkatkan

kualitas pengelolaan perbatasan daerah. Mengingat dari evaluasi

pelaksanaan kegiatan Tahun 2013 masih ada beberapa titik yang

perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar pengelolaan

perbatasan ini lebih optimal dan lebih baik. Persoalan daerah

perbatasan selain persoalan batas yang kedepan perlu lebih

diperhatikan adalah peningkatan aksesibilitas daerah perbatasan.

Apakah akses terhadap pelayanan dasar kesehatan dan

pendidikan maupun akses untuk peningkatan perekonomian daerah

perbatasan.

2) Pemanfaatan sumber daya alam untuk penataan lingkungan yang

sehat dengan indikator:

- Persentase desa yang memiliki fasilitas air bersih

Untuk indikator kinerja ini target yang ditetapkan Pemerintah

Kabupaten Wonosobo untuk Tahun 2013 adalah 75 persen

desa memiliki fasilitas air bersih. Sedangkan realisasinya

sampai akhir tahun 2013 semua desa telah memiliki fasilitas air

bersih. Sehingga capaian kinerja dari indikator ini mencapai 133

persen. Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi

peningkatan yang cukup besar, karena pada tahun 2012 baru

mencapai 64 persen desa yang memiliki fasilitas air bersih.

Meskipun capaian tahun 2013 mengalamipeningkatan yang

cukup tajam, tetapi apabila ditelusuri lebih lanjut dari capaian

tersebat menag capaian 100 persen baru ditingkat desa. Artinya

dari semua desa yang ada di kabupaten Wonosobo seluruhnya

sudah memeiliki sumber air berkualitas baik yang berasal dari

jaringan PDAM maupun yang berasal dari fasilitas jaringan air

bersih pedesaan yang dikelola oleh masyarakat. Tetapi belum

semua dusun yang ada pada desa-desa di Kabupaten

Wonosobo memiliki jaringan air bersih baik dari PDAM maupun

jaringan air bersih pedesaan. Inilah yang masih menjadi

tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo

agar kedepan semua dusun juga memiliki sumber air yang

berkualitas.

- Area pemukiman kumuh yang tertangani

Untuk indikator area pemukiman kumuh yang tertangani, target

Tahun 2013 adalah 100 persen pemukiman kumuh tertangani.

Sedangkan realisasinya sampai dengan akhir 2012 daerah yang

ditangani mencapai 121 persen. Sehingga capain kinerja untuk

indikator tersebut mencapai 121 persen dari target yang telah

ditetapkan. Dibandingkan dengan capaian tahun 2012 terjadi

peningkatan 14.34 persen.

- Jumlah rumah layak huni yang diperbaiki

Tahun 2013 Pemerintah kabupaten Wonosobo menetapkan

target jumlah rumah layak huni yang diperbaiki adalah 3.000

unit. Realisasinya sampai akhir Tahun 2013 Pemerintah

kabupaten Wonosobo mampu memperbaiki 3.386 unit rumah

tak layak huni yang diperbaiki. Dari hasil tersebut capaian

kinerja untuk indikator ini mencapai 128 persen. Dibandingkan

capaian tahun 2012 untuk indikator ini juga mengalami

peningkatan yang mencapai 1.30 persen. Dimana capaian

kinerja tahun 2012 sebesar 126.7 persen.

Capaian kinerja sasaran strategis pemanfaatan sumber daya

alam untuk penataan lingkungan yang sehat mencapai 127 persen.

Sehingga apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 untuk

sasaran strategis ini mengalami kenaikan hingga 7 persen. Capaian

kinerja atas target ini didukung oleh pelaksanaan beberapa program

antara lain:

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan

- Program PNPM mandiri pedesaan

- Program Pamsimas

- Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.

Selain persolan fasilitas air bersih yang belum merata pada

semua dusun, Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga masih

dihadapkan pada persoalan munculnya pemukiman baru yang tidak

layak baik dari sisi kesehatan maupun pemukiman baru yang berada di

daerah rawan bencana mengingat kondisi Kabuapten wonosobo yang

merupakan daerah perbukitan maupun pegunungan.

Prioritas Pengembangan Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi

Teknologi

Sasaran strategis untuk prioritas ini adalah meningkatnya internalisasi

nilai-nilai budaya, meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya

dan meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna. Capaian kinerja

prioritas bidang kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi diperoleh dengan

pengururan capaian kinerja masing-masing sasaran strategis sebagai berikut:

1) Meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya dengan capaian

kinerja sebesar 100 persen yang diperoleh dari pengukuran atas

indikator kinerja berikut:

- Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang arkeologi,

capaian kinerja dari indikator ini adalah 100 persen. Dimana

target yang ditetapkan untuk Tahun 2013 adalah dua penilitian

yang dilaksanakan dibidang arkeologi. Sampai dengan akhir

tahun 2013 dapat terealisasi dua penelitian dibidang arkeologi

yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

kabupaten Wonosobo. Capaian ini meningkat sebesar 50

persen dibanding capaian tahun 2012 dimana pada tahun 2012

penelitian yang dilakukan hanya satu penelitian.

- Jumlah karya seni yang berkualitas, capaian kinerja dari

indikator ini mencapai 100 persen dari target kinerja yang telah

ditetapkan. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten

Wonosobo menetapkan target empat karya seni yang dapat

diaktegorikan berkualitas, tercapai empat karya seni yang dapat

dikategorikan berkualitas. Sehingga capain kinerja indikator ini

mencapai 100 persen.

2) Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya.

Capaian kinerja sasaran strategis ini sebesar 83.3 persen dari

target yang telah ditetapkan. Dibandingkan dengan capaian

tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 20.03 persen. Dimana

capaian tahun 2012 adalah 63 persen. Capaian tersebut

diperoleh dari pengukuran indikator kinerja sebagai berikut:

- Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan.

Capaian kinerja indikator ini sebesar 100 persen. Dimana

pada Tahun 2013 Pemerintah kabupaten Wonosobo

menetapkan target lima pelaku budaya yang memperoleh

penghargaan.

- Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan

HAKI. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo

menetapkan lima belas karya budaya memperoleh

perlindungan HAKI. Tetapi sampai akhir Tahun 2013, hanya

sepuluh karya yang memperoleh perlindungan HAKI.

Dengan realisasi tersebut capaian kinerja indikator ini

sebesar 66.6 persen.

Untuk prioritas bidang kebudayaan, dari hasil pengukuran atas

capaian kinerja indikator strategisnya diketahui hasil yang diperoleh

masih dibawah taget yang telah ditetapkan. Hal ini kedepan perlu

mendapat perhatian yang lebih serius dari pemerintah kabupaten.

Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo, melalui

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam upaya meningkatkan

pelestarian budaya telah melaksanakan beberapa program kegiatan.

Tetapi program yang dilaksanakan masih sebatas pada fasilitasi

pagelaran atau pentas budaya baik di tingkat lokal, regional maupun

tingkat nasional. Kegiatan tersebut selain sebagai bentuk apresiasi

kepada para pelaku budaya yang ada di Kabupaten Wonosobo, juga

sebagai sarana untuk promosi potensi wisata budaya yang ada di

Kabupaten Wonosobo. Sehingga pelestarian budaya yang selama ini

dilakukan tidak terlepas dari konteks pariwisata. Untuk kedepan selain

memperhatikan konteks pariwisata, pelestarian budaya di Kabupaten

Wonosobo, perlu lebih diarahkan untuk pelestarian nilai-nilai budaya

dan pelestarian karya budaya dengan lebih optimal.

3) Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna. Capaian

kinerja sasaran strategis ini mencapai 92 persen yang diperoleh dari

pengukuran terhadap indikator jumlah industri kecil yang telah

memanfaatkan teknologi tepat guna. Pada Tahun 2013 Pemerintah

Kabupaten Wonosobo menetapkan target 620 industri kecil di

Kabupaten Wonosobo telah menggunakan teknologi tepat guna.

Realisasinya sampai akhir Tahun 2013 industri kecil yang

menggunakan teknologi tepat guna baru mencapai 570. Dibandingkan

dengan capaian tahun 2012 untuk indikator ini mengalami sedikit

kenaikan dari 91.66 pada tahun 2012.

Pada Tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui

Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah mengembangkan

beberapa program kegiatan untuk mendorong pelaku industri kecil

dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi tepat guna. Pemanfaatan

teknologi tepat guna terkait dengan peningkatan kualitas dan kuantitas

produk-produk industri kecil. Upaya mempercepat pemanfaatan

teknologi tepat guna juga dilakukan dengan fasilitasi peralatan hasil

teknologi tepat guna pada kelompok/sentra industri kecil.

Pemanfaatan teknologi terkadang belum efektif ketika produksi

masih kecil. Fasilitasi bantuan peralatan kepada kelompok

dimaksudkan agar penggunaan teknologi tepat guna ini lebih efektif

dan efesien. Selain itu juga sebagai media pembelajaran bagi pelaku

industri kecil dalam memahami dan mempelajari aspek-aspek penting

penggunaan teknologi bagi kelangsungan usahanya.

Terkait fasilitasi bantuan peralatan ini, sebagian telah

menunjukkan adanya peningkatan produktivitas pelaku industri kecil

namun masih ada juga kelompok yang telah difasilitasi alat tetapi

pemanfaatannya belum optimal. Sehingga selain fasilitasi alat juga

perlu lebih diperhatikan terkait pemanfaatannya dalam meningkatkan

produktivitas industri kecil melalui monitoring dan pembinaan secara

periodik bagi kelompok dan pelaku industri kecil. Pengembangan dari

pemanfaat teknologi tepat guna oleh kelompok industri kecil juga

sudah mulai terlihat di tahun 2013 ini. Bebrepa kelompok mulai mampu

melakukan modifikasi teknologi dalam mendukung produktivitas

usahanya. Seperti yang dilakukan oleh beberapa kelompok industri

makanan dengan menciptakan alat bantu kerja yang sederhana tetapi

cukup membantu produksi yang dilakukan.

Pada sisi yang lain pemanfatan teknologi tepat guna ini juga

akan berjalan searah dengan perkembnagan usaha industri yang

dilakukan. Harus diakui beberapa industri kecil yang telah memanfaat

teknologi tepat guna p[un kemudian tidak berkembang ketika

perjalanan usahanya tidak mengalami perkembangan.

C. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Rencana Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 setelah Perubahan

sebesar Rp 1.236.421.504.788,00. Dari rencana belanja tersebut sampai

dengan akhir 2013 realisasinya Rp 988.103.772.409,00 atau 79,92% terdiri

dari:

1. Belanja Tidak Langsung, rencana belanja tidak langsung pada tahun 2013

sebesar Rp. 729.661.536.690,00 realisasinya sampai akhir tahun mencapai

Rp. 657.244.353.901,00 atau sebesar 90.07 persen terdiri dari :

Belanja Pegawai, merupakan alokasi anggaran untuk membiayai belanja gaji

dan tunjangan serta penghasilan lainnya kepada PNS, uang representasi dan

tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya

yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada Tahun

2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 643.233.438.722,00;

dengan realisasi sebesar Rp. 587.856.934.045,00 atau mencapai 91.39

persen dari rencana anggaran.

Belanja Hibah, merupakan alokasi anggaran untuk belanja pemberian uang,

barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,

perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang

secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak

mengikat Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp

23.340.277.968,00; dengan realisasi sebesar Rp.15.153.119.710,00 atau

mencapai 64.92 persen dari rencana anggaran.

Belanja Bantuan Sosial, merupakan alokasi anggaran untuk belanja bantuan

sosial kepada organisasi kemasyarakatan bersifat tidak wajib dan tidak

mengikat. Pada Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp

3.111.000.000,00 ; dengan realisasi sebesar Rp. 3.023.599.946,00 atau

mencapai 97.19 persen dari rencana anggaran.

Belanja Bantuan Keuangan, merupakan alokasi belanja untuk belanja

bantuan keuangan bagi pemerintah desa dan partai politik. Pada tahun 2013

untuk pos ini pemerintah Kabupaten Wonosobo mengalokasikan anggaran

sebesar Rp.55.956.000.000,00; dengan realisasi sebesar Rp.

48.508.197.120,00 atau mencapai 86.69 persen dari rencana anggaran.

Belanja Tidak Terduga, merupakan alokasi anggaran untuk kegiatan-

kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat dalam rangka pencegahan

dan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi

terciptanya keamanan dan ketertiban di daerah dan tidak diharapkan berulang

seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak

diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan

daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Pada Tahun 2013 untuk

pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 4.020.820.000,00 dengan realisasi

sebesar Rp. 1.848.573.880,00 atau mencapai 45.97 persen dari rencana

anggaran.

2. Belanja Langsung, rencana belanja langsung Kabupaten Wonosobo pada

tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 506.759.968.098,00 realisasinya

sampai akhir tahun mencapai Rp. 330.859.418.508,00 atau sebesar 65.29

persen terdiri dari :

Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran daerah untuk honorarium

kepanitiaan, upah, stimulant, honorarium tenaga kontrak pemerintah daerah

dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pada

Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar

Rp.11.478.619.190,00 ; realisasi belanja sampai akhir tahun 2013 sebesar

Rp. 10.250.813.960,00 atau 89.30 persen dari rencana belanja.

Belanja Barang dan Jasa, merupakan pengeluaran daerah untuk

memenuhi kebutuhan belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa

kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan,

sewa gedung, sewa sarana mobilitas, sewa alat-alat berat, sewa peralatan

dan perlengkapan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan

atributnya, pakaian kerja dan perjalanan dinas. Pada Tahun 2013 untuk pos

belanja ini dianggarkan sebesar Rp. 221.925.283.692,00; realisasi belanja

sampai akhir tahun 2013 sebesar Rp. 10.250.813.960,00 atau 89.30 persen

dari rencana belanja.

Belanja Modal, merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan listrik,

kendaraan dinas operasional, peralatan kantor dan aset tetap lainnya. Pada

Tahun 2013 untuk pos belanja ini dianggarkan sebesar Rp.

221.925.283.692,00. realisasi belanja sampai akhir tahun 2013 sebesar Rp.

182.438.371.696,00 atau 82.20 persen dari rencana belanja.

PENGUKURAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2013

NO. PRIORITAS/SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET

2013 REALISASI

2013 HASIL

(%)

1 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

81.80

Penanggulangan kemiskinan. Persentase penduduk miskin 18 22.50 80

Peningkatan kesempatan kerja

83.60

Tingkat partisipasi angkatan kerja 72 76 105

Tingkat pengangguran terbuka 3.34 5.37 62.20

2 PENDIDIKAN

87.85

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah

Pendidikan dasar 9 Tahun

93.7

APM SD/MI 94 91.44 97

APK SD/MI/Sederajat 100 104.15 104

APM SMP/MTs/Paket B 78 64.81 83

APK SMP/MTs/Paket B 97 86.13 89

Angka lulus SMP/MTS 99.7 96.45 97

Angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTS

96 88.49

92

Pendidikan Menengah

82

APK SMA/SMK/MA 53 47.79 90

APM SMA/SMK/MA 42 34.47 82

Angka putus Sekolah SMA/SMK/MA 0.8

1.39 57

Prosentase kelulusan SMA/SMK/MA 97

96.98 99

3 KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

96

Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat

94.5

Prosentase desa/kelurahan UCI 100 100 100

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

99.25 90.22 91

Persentase penduduk memiliki jamban sehat

75 43.01 58

Persentase kualitas makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan

70 64 91

Persentase rumah tangga sehat

60 67.08 112

Persentase PKD aktif 75 70 93

Persentase tingkat kecukupan obat, alat kesehatan, serum, reagensia untuk pelayanan kesehatan

100 100 100

Persentase pelayanan kesehatan dasar sesuai standar

100 100 100

Persentase cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100 100 100

Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

100 100 100

Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB

75.58

% KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate - CPR)

85.86 80.98 94

% drop out KB 7.68 20.64 37

Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi Peserta KB Baru

28.672 25.754 89.8

Rasio penyuluh/petugas KB dengan desa/kelurahan

1:03 1:3,68 81.5

Menurunnya laju pertumbuhan penduduk

118

Angka penurunan TFR 2.13 1.87 114

Angka penurunan laju penduduk 1 0.82 122

4 INFRASTRUKTUR

68.8

Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan kabupaten

Panjang jalan kondisi baik antara ibukota kabupaten - kecamatan (Km)

184.25 303.91 165

Panjang jalan kondisi baik antar ibukota kecamatan (km)

164.96 202.62 123

Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan

% Jumlah jembatan kondisi baik 72.88 16.19 22

Meningkatnya kapasitas pelayanan infrastruktur jalan desa

Jumlah panjang jalan desa kondisi baik (km) 1.064.95 430.50 40.4

5 PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

85.31

Meningkatnya ketersedian bahan pangan utama

97

Persentase ketersediaan bahan pangan utama

100 104.05 104

Tingkat skor pola harapan pangan 98 87 90

Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan hortikultura

101.46

Produksi Tanaman pangan (ton)

96.31

- Padi 170.240 149.771 87.98

- Jagung 128.192 115.101 89.78

- Ketela Pohon 178.968 193.389 108.06

- Ubi Jalar 18,890 18.785 99.44

Produktifitas Tanaman pangan (ton/ hektare)

105.78

- Padi 5.70 5.1 89.47

- Jagung 4.10 4.0 97.56

- Ketela Pohon 27.30 31.28 114.57

- Ubi Jalar 18.890 22.96 121.54

Produksi tanaman hortikultura

109.91

- Kentang 49.829 49.440 99.21

- Kubis 67.197 67.776 100.86

- Bawang Daun 32.905 28.572 86.83

- Cabe 5.688 7.785 136.86

- Wortel 7.184 9.040 125.83

Produktifitas tanaman hortikultura

93.87

- Kentang 15.36 15.19 98.89

- Kubis 18.33 17.02 92.85

- Bawang Daun 12.57 11.33 90.13

- Cabe 7.38 7.20 97.56

- Wortel 15.34 13.80 89.96

Meningkatnya populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan

84

Meningkatnya produksi ikan budidaya

Jumlah Produksi perikanan budidaya (ton)

5.562 5.195 93

Meningkatnya produksi benih unggul

Produksi benih BBI 2.990 kg 2.190 kg 73

Meningkatnya populasi ternak dan hasil produksi peternakan

86

Populasi ternak

88.8

Sapi 33.941 25.411 75

kambing 140.426 154.120 110

Domba 92.120 93.049 101

Kerbau 3.936 2.073 53

Ayam buras 666.229 726.094 109

Ayam petelur 84.475 38.323 45

Sapi perah 1.077 1.416 131

kelinci 32.770 26.426 81

Entog 46,496 42.326 91

Puyuh 192,526 176.418 92

Produk ternak (ton)

83

a. Daging (kg) 5.297,67 4.847,66 91

b. Telur (kg) 2.239,89 1.431,02 64

c. Susu (l) 966.487 909.652,16 94

Meningkatnya layanan irigasi teknis

58.80

% Daerah Irigasi dalam kondisi baik 75 70.80 94.40

Rasio Panjang Saluran Irigasi dengan luas daerah irigasi yang terlayani

20.93 4.85 23.20

6 KONSOLIDASI DAN REFORMASI BIROKRASI

Meningkatnya Efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

108.6

Opini Hasil Pemeriksaan BPK

WDP WDP 100

% Rasio temuan pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti

97 98.9 102

Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah

% kenaikan pendapatan Asli Daerah 20 24.8 124

Meningkatnya kualitas sistem perencanaan

95

Prosentase ketepatan waktu penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

100% 100 100

Prosentase kesesuaian program/ kegiatan RKPD dengan APBD

100 90 90

Prosentase kesesuaian jumlah program RKPD dengan RPJMD

100 90 90

Prosentase kesesuaian proses dan tahapan penyusunan RKPD

100 100 100

Meningkatnya kualitas administrasi kependudukan dan catatan sipil

% kepemilikan KTP berbasis NIK 99.53 98.08 98

% kepemilikan KK 100 99.71 99.71

% kepemilikan Akta kelahiran 85 82.51 97

% Anak Lahir yang membuat Akta Kelahiran

89.5 96.65 108

7 IKLIM INVESTASI DAN USAHA

100

Meningkatnya Investasi Daerah

Jumlah investasi 3 3 100

Nilai Investasi (Investasi)

141.6 141.6 100

8 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

59.50

Meningkatnya penggunaan energi alternatif

Jumlah Ijin usaha pemanfaatan dan pengelolaan energi alternatif yang diterbitkan

3 1 33

Terpenuhinya kebutuhan energi listrik

86

% rumah tangga yang menggunakan listrik (elektrifikasi)

95 69 72

Rasio penyediaan daya listrik terhadap kebutuhan

109 109 100

9 LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAGGULANGAN BENCANA

113

Berkurangnya lahan kritis % luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas total hutan

55 65.7 119

dan lahan kritis

Meningkatnya kualitas dan kuantitas air

70.3

Kualitas / kelas air 1 1 100

% kelestarian sumber air 60 62 103

% peningkatan debit sumber air

60 5 8

Berkurangnya resiko bencana

150

% jumlah meninggal akibat bencana

2 1 200

%Tertanganinya dampak bencana

100 100 100

10 KAWASAN TERTINGGAL, TERBELAKANG, PERBATASAN DAN KUMUH

113.5

Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah

% penegasan batas kabupaten 100 100 100

Meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan lingkungan yang sehat

127

Prosentase desa yang memiliki fasilitas air bersih

75 100 133

Area pemukimankumuh yang tertangani 100 121 121

Jumlah rumah tidak layak huni yang diperbaiki

3.000 3386 128

11 KEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI

91.7

Meningkatnya internalisasi nilai - nilai budaya

100

Jumlah penelitian yang dilaksanakan dibidang

2 2 100

arkeologi

Jumlah karya seni yang berkualitas 4 4 100

Meningkatnya kreativitas dan produktivitas pelaku budaya

83.3

Jumlah pelaku budaya yang memperoleh penghargaan

5 5 100

Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan HAKI

15 10 66.6

Meningkatnya penggunaan teknologi produksi tepat guna

Jumlah IK yang telah memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG)

620 570 92

BAB IV

PENUTUP

aporan akuntabilitas Kinerja Insatansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten

Wonosobo merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintahan dalam

pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dalam waktu satu tahun anggaran.

Pengukuran kinerja dari indikator kinerja masing-masing sasaran strategis dari

prioritas pembangunan Pemerintah Kabupaten Wonosobo menunjukkan capaian

kinerja Tahun 2013 sebesar 91.68 persen. Terkait dengan hasil pengukuran dan

penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo Tahun

2013 tersebut dirumuskan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

KESIMPULAN

1. Dengan capaian kinerja atas prioritas pembangunan Tahun 2013 sebesar

90.80 persen capaian kinerja pemerintah Kabupaten Wonosobo masuk dalam

kategori sangat baik.

2. Dari prioritas pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten Wonosobo dari hasil pengukuran kinerja tahun 2013 dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Penanggulangan Kemiskinan:

Capaian kinerja penaggulangan kemiskinan mencapai 81.80 persen dari

target kinerja yang telah ditetapkan. Dibandingkan dengan realisasi kinerja

tahun 2012 mengalami penurunan, dimana tahun 2013 realisasi kinerjanya

97 persen. Namun dari hasil pengukuran indikator dapat diketahui capaian

masing-masing indikator lebih tinggi dibanding capaian tahun 2012. Realisasi

kinerja lebih rendah karena target kinerja tahun 2013 juga lebih tinggi

dibanding target tahun 2012.

Pendidikan:

Realisasi kinerja bidang pendidikan untuk tahun 2013 sebesar 87.85 persen

dari target yang telah ditetapkan. Beberapa indikator menunjukkan

peningkatan dibanding realisasi tahun 2012. Meskipun beberapa yang lain

realisasi kinerja mengalami penurunan dibanding realisasi tahun 2012.

Kesehatan dan Keluarga Berencana

Realisasi kinerja bidang kesehatan dan keluarga berencana tahun 2013

sebesar 96 persen. Dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2012

mengalami peningkatan sebesar 3.4 persen. Dimana realisasi kinerja tahun

2012 sebesar 92.6 persen. Peningkatan ini di dukung oleh capaian dari

peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan yang mengalami

kenaikan cukup tajam dibanding capaian tahun 2012. Sedangkan untuk

capaian kualitas dan jangkauan layanan KB justru mengalami sedikit

penurunan dibanding capaian tahun 2012.

Infrastruktur

Untuk realisasi kinerja bidang infrastruktur pada tahun 2013 sebesar 68.8

persen. Mengalami peningkatan sebesar 14 persen dibanding realisasi tahun

2012. Meskipun telah mengalami kenaikan yang cukup baik namun kinerja

untuk bidang infrastruktur masih harus menjadi perhatian tersediri bagi

Pemerintah Kabupaten Wonosobo, mengingat capaian yang masih cukup

jauh dari target yang ditetapkan.

Pertanian dan Ketahan Pangan

Realisasi kinerja pertanian dan ketahanan pangan tahun 2013 sebesar 85.31

persen. Mengalami penurunan 14.42 persen dari realisasi kinerja tahun 2012

yang mencapai 101.73 persen. Penurunan terjadi karena tiga sasaran

strtategis semuanya mengalami penurunan. Penurunan paling menonjol pada

populasi dan produksi hasil peternakan-perikanan.

Konsolidasi dan Reformasi Birokrasi

Realisasi kinerja konsolidasi dan reformasi birokrasi tahun 2013 sebesar

101.42 persen. Mengalami penurunan 1.58 persen dari realisasi kinerja tahun

2012 yang mencapai 103 persen. Penurunan trjadi pada sasaran kualitas

kependudukan dan catatan sipil yang capaiannya 100.7 persen, sementara

tahun 2012 sebesar 105.47 persen.

Iklim dan Iinvestasi Usaha

Realisasi kinerja untuk iklim dan ivestasi usaha mencapai 100 persen dimana

pada indikator jumlah dan nilai investasi terget kinerja teercapai 100 persen.

Bahkan pada tahun 2013 ini juga ada kecenderungan peningkatan investasi

pada usaha mikro kecil.

Energi dan Sumberdaya Mineral

Realisasi kinerja ini diperoleh dari capaian peninggkatan penggunaan energi

alternatif dan pemenuhan kebutuhan energi listrik. Realisasi kinerja tahun

2013 mencapai 59.50 yang hanya meningkat sedikit dibanding realisasi

kinerja tahun 2012 yaitu 59.25 persen. Pemanfaan pengelolaan energi mikro

hidro sampai dengan tahun 2013 belum menunjukkan hasil yang optimal

sehingga belum mampu menyokong realisasi kinerja tahun 2013.

Lingkungan Hidup dan Penaggulangan Bencana

Realisasi kinerja bidang lingkungan hidup dan penggulangan bencana tahun

2013 mencapai 113 persen. Terjadi penurunan 6.44 persen dibanding relisasi

tahun 2012. Penurunan yang cukup menonjol ada pada indikator persentase

peningkatan debit sumber air yang mengalami penurunan dibanding tahun

2012.

Kawasan Tertinggal, Terbelakang, Perbatasan dan Kumuh

Realisasi kinerja prioritas ini mencapai 113.5 persen pada tahun 2013.

Mengalami kenaikan 7 persen dibanding realisasi tahun 2012 yang mencapai

106.5 persen. Peningkatan ini tercapai karena realisasi kinerja yang cukup

baik pada sasaran meningkatnya pemanfaatan SDA untuk penataan

lingkungan yang sehat.

Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi

Realisasi kinerja prioritas ini mencapai 91.7 persen pada tahun 2013.

Mengalami kenaikan 19.3 persen dibanding realisasi tahun 2012 yang

mencapai hanya 72.4. Peningkatan ini tercapai karena target kinerja tahun

2013 relatif masih sama dengan target tahun 2012 dimana realisasi kinerja

tahun 2012 masih jauh dari terget yang telah ditetapkan.

3. Dari hasil pengukuran target kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen

penetapan kinerja Bupati Wonosobo Tahun 2013 diperoleh hasil realisasi kinerja

rata-rata 90.80 persen. Dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2012 terlihat

adanya penurunan realisasi kinerja sebesar 0.88 persen. Penurunan realisasi kinerja

terjadi pada enam prioritas pembangunan. Sedangkan lima prioritas lainnya

mengalami kenaikan dibanding realisasi kinerja tahun 2012.

4. Realisasi kinerja tertinggi pada penanganan kawasan tertinggal, terbelakang,

perbatasan dan kumuh dengan realisasi kinerja 113.5 persen. Capain ini

didukung oleh realisasi kinerja pada sasaran pemanfaatan SDA untuk

penataan lingkungan yang sehat. Sedangkan realisasi kinerja paling rendah

pada pemanfaatan sumber daya energi dan mineral. Dimana pemanfaat

energi alternatif masih sangat terbatas.

5. LAKIP diusun dengan pendekatan kuantitaif atas capaian indikatror kinerja

masing- masing sasaran strategis dari prioritas pembangunan yang telah

ditetapkan. Dengan pendekatan tersebut, bisa jadi belum mampu

memberikan informasi yang utuh terhadap berbagai aspek capaian kinerja

pembangunan.

6. Hasil pengukuran Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo

merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Kabupaten

terhadap kebijakan dan pelaksanaan program selama Tahun 2013 yang bisa

menjadi umpan balik bagi pelaksanaan kebijakan dan program tahun yang

akan datang.

Rekomendasi:

1. Dari hasil pengukuran kinerja Tahun 2013, dengan capain kinerja rata-rata

90.80 persen, prioritas pembangunan yang capaian kinerjanya masih

dibawah capaian rata-rata perlu mendapat perhatian yang lebih serius dari

Pemerintah Kabupaten Wonosobo agar kinerja kedepan dapat ditingkatkan.

2. Perlu terus ditingkatkan keselarasan antara program kegiatan yang

dilaksanakan dengan target kinerja yang telah ditetapkan sehingga program

kegiatan yang dilaksanakan memang benar-benar mempunyai daya dukung

bagi pencapaian target kinerja.

3. Penetapan target kinerja perlu lebih memperhatikan kondisi dan sumber daya

untuk mendukung pencapaian target kinerja, sehingga kesenjangan realisasi

antar target kinerja pada prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dapat

makin dikurangi.

4. Perlu dibangun mekanisme pengukuran capaian kinerja secara reguler dalam

proses pelaksanaan kebijakan dan program sebagai umpan balik bagi

pemerintah dalam mengevaluasi capaian kinerja atas kebijakan dan program

yang dilakukan.