BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putusan hakim adalah produk utama pengadilan. Putusan hakim di setiap tingkat pengadilan dapat mencerminkan kualitas, integritas, kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang sudah menjadi salah satu doktrin yang berlaku di dunia peradilan adalah bahwa putusan hakim dianggap tidak berbeda dengan putusan Tuhan (Judicium dei). 2 Hal ini disebabkan oleh realita, bahwa putusan hakim pada skala tertentu, juga mengandung penyiksaan, merampas kebebasan seseorang, dan bahkan merampas jiwa. Padahal, hakikatnya tindakan tersebut adalah wilayah kompetensi Tuhan. Doktrin ini telah diakomodasi dalam tradisi dunia peradilan kita, yaitu dengan adanya kalimat: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dicantumkan pada setiap kepala putusan hakim. Mengingat kedudukan hakim yang mulia itulah mengapa tidak ada aturan baik tertulis maupun tidak tertulis, yang memberikan peluang untuk mengadili hakim ketika menjalankan fungsi peradilan. Oleh karena itu hendaknya putusan yang dikeluarkan oleh seorang hakim haruslah benar-benar berkualitas, dengan dasar pertimbangan hukum yang jelas dan tepat serta sesuai dengan fakta. 1 Cekli Setya Pratiwi. 2013. Kegagalan Mewujudkan Keadilan Prosedural dan Substansial Dalam Putusan Hakim Tinggi Perkara Tindak Pidana Psikotropika Nomor: 25/PID/B/2010/PT Sby. Malang. Jurnal Humanity. Vol. 9 No. 1. Dalam ejournal.umm.ac.id. Hlm. 167 2 Ahmad Z. Anam, Hakim [Masih] Wakil Tuhan, www.badilag.net, diakses tanggal 02 Oktober 2016.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Putusan hakim adalah produk utama pengadilan. Putusan hakim di

setiap tingkat pengadilan dapat mencerminkan kualitas, integritas,

kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1

Suatu hal yang sudah menjadi salah satu doktrin yang berlaku di

dunia peradilan adalah bahwa putusan hakim dianggap tidak berbeda

dengan putusan Tuhan (Judicium dei).2 Hal ini disebabkan oleh realita,

bahwa putusan hakim pada skala tertentu, juga mengandung penyiksaan,

merampas kebebasan seseorang, dan bahkan merampas jiwa. Padahal,

hakikatnya tindakan tersebut adalah wilayah kompetensi Tuhan. Doktrin ini

telah diakomodasi dalam tradisi dunia peradilan kita, yaitu dengan adanya

kalimat: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang

dicantumkan pada setiap kepala putusan hakim. Mengingat kedudukan

hakim yang mulia itulah mengapa tidak ada aturan baik tertulis maupun

tidak tertulis, yang memberikan peluang untuk mengadili hakim ketika

menjalankan fungsi peradilan. Oleh karena itu hendaknya putusan yang

dikeluarkan oleh seorang hakim haruslah benar-benar berkualitas, dengan

dasar pertimbangan hukum yang jelas dan tepat serta sesuai dengan fakta.

1 Cekli Setya Pratiwi. 2013. Kegagalan Mewujudkan Keadilan Prosedural dan Substansial

Dalam Putusan Hakim Tinggi Perkara Tindak Pidana Psikotropika Nomor: 25/PID/B/2010/PT

Sby. Malang. Jurnal Humanity. Vol. 9 No. 1. Dalam ejournal.umm.ac.id. Hlm. 1672

Ahmad Z. Anam, Hakim [Masih] Wakil Tuhan, www.badilag.net, diakses tanggal 02

Oktober 2016.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

2

Namun demikian, peradilan di Indonesia masih jauh dari predikat

baik. Peradilan di Indonesia saat ini dapat dinilai belum mampu untuk

menjalankan fungsinya secara maksimal terutama dalam hal penegakan

hukum. Dimana penegakan hukum dan keadilan bisa didapatkan dengan

putusan seorang hakim yang berkualitas. Hal ini pun berdampak pada

semakin hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap penegakkan hukum itu

sendiri.

Seorang hakim dalam menjalankan tugas yudisialnya saat ini tidak

bertanggung jawab terhadap siapapun, hanya kepada Tuhan. Ketua

Pengadilan atau pengadilan diatasnya pun tidak diperkenankan

mempengaruhi hakim dalam mengambil putusan. Merupakan sebuah

kebiasaan, sikap saling menerima jelek atau bagusnya kualitas sebuah

putusan yang dijatuhkan. Apabila tidak menerima atau merasa putusan

tersebut tidak adil, maka dapat menggunakan upaya hukum yang tersedia.

Hakim yang terbukti menerima suap, korupsi dan penyalahgunaan lain

menjadi persoalan tersendiri, bahwa yang bersangkutan bertanggung jawab

secara pribadi atas perbuatannya.

Suatu kasus yang mencerminkan hal tersebut di Indonesia, antara

lain kasus Sengkon (bin Yakin) dan Karta (bin Salam). Di dunia hukum

kasus ini dianggap sebuah kesesatan peradilan. Mereka diputus bersalah

melakukan pembunuhan yang kemudian dihukum masing-masing 12 dan 7

tahun penjara. Namun, ternyata kemudian terbukti Gunel dkk dan Elly dkk

yang telah melakukan pembunuhan atas Suleiman dan istri seperti yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

3

dituduhkan atas Sengkon-Karta. Akhirnya melalui PK (herziening),

Sengkon dan Karta diputus tidak terbukti bersalah. Putusan Pengadilan

Tinggi dibatalkan MA pada 31 Januari 1981.3

Namun, Sengkon-Karta sempat meringkuk 6 tahun dalam tahanan

dan penjara, padahal mereka tidak bersalah. Mereka mengajukan gugatan

ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

penguasa yang dikenal dengan onrechtmatige overheidsdaad. Akhirnya, PN

Jakarta Pusat pada 14 Juli 1982 menolak gugatan Sengkon-Karta.

Alasannya antara lain, ”Menimbang bahwa para penggugat tidak berhasil

membuktikan dalil gugatannya yang pokok, demikian karena berdasarkan

pertimbangan diatas ternyata pasal 1365 KUH-Perdata tidak dapat

diterapkan terhadap kesalahan hakim dalam menjalankan tugas

peradilannya. Maka gugatan para penggugat haruslah ditolak, sedangkan

tinjauan terhadap dalil para penggugat dan dalil sangkalan para tergugat

tidak diperlukan lagi.”4 Putusan Sengkon-Karta tersebut menunjukkan

secara jelas bahwa sebuah putusan oleh hakim yang salah dan kurang hati-

hati dapat membawa kerugian yang nyata.

Pada perkara lain, tahun 2014 Mahkamah Agung (MA)

menjatuhkan pidana penjara kepada dr.Bambang Suprapto, SpB.M.Surg

dengan pasal 76 dan pasal 79 huruf c UU Praktik Kedokteran. Dengan

tuduhan tidak memiliki izin praktik di RS DKT Madiun dan melakukan

operasi kepada pasien bernama Johanes pada 25 Oktober 2007, dr.Bambang

3 Miftakhul Huda, Judicial Liability, www.miftakhulhuda.com, diakses tanggal 02 Oktober

2016. 4 Ibid.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

4

dijatuhi hukuman pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan. Dimana pasal

yang digunakan tersebut ancaman pidananya telah dihapus oleh Mahkamah

Konstitusi.5

Dari dua contoh perkara diatas, dapat mencerminkan bahwa

kualitas putusan hakim saat ini kurang tepat apabila dikatakan sebagai

putusan yang selalu benar bahkan menyebabkan kerugian pada pihak lain.

Menilik Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi:

“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada

orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena

kesalahannya untuk menggantikan kerugan tersebut.” Maka hendaknya

hakim dapat dimintai pertanggungjawaban atas sebuah putusan yang

dikeluarkannya karena pasal tersebut tidak memberi pengecualian pada

pihak tertentu. Namun, dengan adanya SEMA Nomor 09 Tahun 1976

Tentang Gugatan Terhadap Pengadilan Dan Hakim, ada kesan hak imunitas

bagi para hakim terhadap putusan yang dibuatnya, upaya untuk menjerat

hakim yang “bermain-main” dengan putusannya pun menjadi sulit. Kondisi

senyatanya, saat ini hakim-hakim nakal yang melakukan abuse of power6

menjadi tak bisa dipidana maupun dituntut secara perdata karena adanya

SEMA tersebut.

Di beberapa negara untuk menanggulangi perilaku hakim seperti

diatas dan juga sebagai bentuk pencegahan, diterapkan sebuah konsep

5detikNews, Penjarakan Dokter dengan Pasal yang Dihapus MK, MA Langgar HAM,

www.Analisadaily.com, diakses tanggal 02 Oktober 2016. 6Abuse Of Power adalah tindakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan seorang

pejabat untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri ataupun untuk orang lain.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

5

pertanggungjawaban hakim atau yang lebih dikenal dengan judicial liability.

Konsep judicial liability sendiri merupakan konsep yang memungkinkan

penuntutan terhadap hakim yang melakukan kesalahan dalam putusannya.

Beberapa negara yang menerapkan konsep tersebut antara lain Jerman,

Slovakia Belgia dan Italia. Terdapat sebuah pandangan yang berkembang

oleh Mahkamah Agung (MA) Belgia yang menyatakan menyatakan negara

bisa dimintai pertanggungjawaban hukum atas kerugian yang ditimbulkan

oleh kekeliruan peradilan dalam perkara perdata, ketika hakim bertindak,

atau dapat secara meyakinkan diasumsikan untuk bertindak, di dalam batas-

batas kewenangannya. Dari pertimbangan MA Belgia bahwa negara

merupakan subyek hukum seperti halnya pihak swasta. Tidak satu pun

hukum di negara tersebut mengecualikan pengadilan dari kewajiban untuk

bertindak secara hati-hati, atau dari kewajiban membayar ganti rugi jika

kehati-hatian tersebut dilanggar. Hal tersebut sama halnya dengan kondisi di

Indonesia. Mengenai anggapan pelanggaran independensi pengadilan, MA

Belgia berpendapat hal tersebut terlalu berlebihan. Sedangkan anggapan

pelanggaran atas pemisahan kekuasaan, menurut MA Belgia, lembaga

peradilan sendirilah yang menentukan ada tidaknya tanggungjawab hukum

dalam kasus ini (dan bukan kekuasaan negara yang lain), juga bahwa disini

tanggungjawab hukum tidak dilekatkan pada kekuasaan negara tertentu,

melainkan pada negara sebagai kesatuan entitas hukum.7

7 Miftakhul Huda, Op.Cit.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

6

Selanjutnya menurut hemat penulis tanggung jawab hukum atas

tindakan yudisial tersebut sangat relevan di Indonesia karena selain

meningkatkan manfaat untuk memperkuat akuntabilitas peradilan, juga

pihak yang dirugikan patut bila menghendaki hakim yang berperilaku buruk

perlu diberikan sanksi sebagaimana sesuai alasan lahirnya Komisi Yudisial.

Sehingga pengawasan terhadap hakim dapat dilakukan dari segi perilaku

oleh Komisi Yudisial dan dari segi ilmu pengetahuan oleh masyarakat.

Selain itu, ketika konsep Judicial Liability diterapkan dalam pelaksanaan

penegakan hukum di Indonesia, maka dalam mencapai tujuan hukum yaitu

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum dapat terwujud sehingga turut

membentuk proses peradilan di Indonesia yang lebih baik. Keberhasilan

penerapan judicial liability ini salah satunya terdapat di negara Italia,

dimana negara tersebut tengah mampu mengefektifkan judicial liability

dalam peradilannya. Italia juga memiliki sitem hukum yang sama dengan

Indonesia yakni Eropa kontinental. Sehingga penulis merasa judicial

liability yang telah diterapkan di Italia tepat untuk diadopsi konsepnya di

Indonesia.

Dari isu serta polemik yang mengiringi konsep Judicial Liability

sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum seorang hakim atas putusan

yang dikeluarkannya, penulis tertarik dan memilih penelitian hukum yang

penulis beri judul : URGENSI KONSEP JUDICIAL LIABILITY

DALAM PERADILAN DI INDONESIA (Studi Penerapan Judicial

Liability di Italia).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian dari latar belakang di atas, ada beberapa

permasalahan yang hendak dikaji dalam penulisan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep judicial liability dalam sistem peradilan di Italia?

2. Apakah konsep judicial liability di Italia sesuai dan urgent untuk

diterapkan dalam peradilan di Indonesia?

3. Bagaimana strategi yang tepat supaya konsep judicial liability dapat

diadopsi dalam sistem peradilan di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menggali lagi mengenai pemahaman dan

urgensi konsep Judicial Liability apabila diterapkan secara tegas di

Indonesia, maka penelitian ini ditujukan :

a. Untuk memahami penerapan judicial liability dalam peradilan di

Italia.

b. Untuk melakukan analisa terhadap kesesuaian dan urgensi judicial

liability di Italia untuk diterapkan dalam peradilan di Indonesia.

c. Untuk menemukan strategi tertentu supaya judicial liability dapat

diterapkan di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan menggali lagi mengenai pemahaman dan

urgensi konsep Judicial Liability apabila diterapkan secara tegas di

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

8

Indonesia, maka manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Bagi mahasiswa memberikan tambahan pengetahuan tentang konsep

Judicial Liability dapat menghasilkan putusan hakim yang berkualitas

serta urgensi dan kesesuaian konsep tersebut yang diadopsi dari Italia

untuk diterapkan dalam peradilan di Indonesia.

b. Bagi penegak hukum, hasil penelitian ini diharapkan mampu

meningkatkan pengetahuan dan memberikan wacana baru terkait konsep

Judicial Liability dapat menghasilkan putusan hakim yang berkualitas

serta dapat menggugah kesadaran penegak hukum khususnya hakim

untuk meningkatkan integritasnya dalam menangani suatu perkara.

c. Bagi penulis, penelitian ini selain dapat memberikan wawasan penulis

terkait Judicial Liability dapat menghasilkan putusan hakim yang

berkualitas serta urgensi konsep tersebut untuk diterapkan dalam

peradilan di Indonesia, ini juga sebagai syarat bagi penulis untuk

memperolah gelar sarjana hukum di Fakultas hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk menambah ilmu pengetahuan

mengenai konsep Judicial Liability dapat menghasilkan putusan hakim yang

berkualitas serta urgensi dan kesesuaian konsep tersebut yang diadopsi dari

Italia untuk diterapkan dalam peradilan di Indonesia, sehingga dapat

memberikan kontribusi terhadap perkembangan hukum di Indonesia. Serta

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

9

menjadi sumbangsih pemikiran bagi kalangan praktisi maupun pelaku

kekuasaan dalam menjalankan peradilan di Indonesia. Khususnya hakim

yang menjadi fokus dalam tulisan ini, supaya menjadi pertimbangan

obyektif dan wacana perbaikan kualitas putusan hakim.

F. Metode Penulisan

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan konseptual

(Conceptual Approach) dan pendekatan perbandingan (Comparative

Approach).

a. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan ini beranjak dari pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari

hal-hal tersebut peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan

pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum

relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi

peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam

memecahkan isu yang dihadapi.8

b. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)

Alasan dipergunakannya pendekatan perbandingan dalam

penulisan hukum ini ialah untuk memahami penerapan

pertanggungjawaban hakim (judicial liability) dalam sistem hukum

8 Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta. Penerbit Kencana.. Hlm. 132

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

10

Eropa kontinental yang dikenal di Italia. Demikian pula terkait

dengan kemungkinan penerapan pertanggungjawaban hakim

(judicial liability) dalam sistem hukum Indonesia yang polanya

mengarah ke Eropa kontinental dengan sistem civil law yang mirip

dengan sistem hukum di Italia. Pada intinya penggunaan

pendekatan perbandingan dalam penelitian ini untuk

membandingkan tradisi sistem hukum di Italia yang telah mengenal

konsep pertanggungjawaban hakim (judicial liability) yang

nantinya dapat digunakan sebagai sumber dalam penelitian konsep

pertanggungjawaban hakim (judicial liability) dalam sistem Hukum

Indonesia.

Menurut Johnny Ibrahim, pendekatan perbandingan

merupakan suatu cara dalam penelitian hukum normatif untuk

membandingkan salah satu lembaga hukum (legal institution) dari

sistem hukum yang satu dengan lembaga hukum (yang kurang

lebih sama dari sistem hukum) yang lain.9 Perbandingan tersebut

dapat diketemukan unsur-unsur persamaan dan perbedaan kedua

sistem hukum itu. Persamaan menunjukkan inti lembaga hukum

yang diselidiki, perbedaan disebabkan adanya perbedaan iklim,

suasana dan sejarah masing-masing bangsa yang bersangkutan

dengan sistem hukum yang berbeda.10

9 Johny Ibrahim, Op.Cit. Hlm. 313.

10 Johny Ibrahim, Loc.Cit.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

11

Pendekatan perbandingan menggunakan komparasi mikro

dengan membandingkan isi aturan hukum negara lain yang spesifik

dengan aturan hukum yang diteliti dapat juga diterapkan dalam

rangka mengisi kekosongan dalam hukum positip. Penelitian itu

hanya dilakukan terhadap unsur-unsur yang dapat dibandingkan

(tertium comparationis) dengan bahan hukum yang menjadi fokus

penelitian.11

Perbandingan makro merujuk pada studi mengenai dua

atau lebih sistem hukum secara keseluruhan. Perbandingan mikro

biasanya merujuk pada studi mengenai topik-topik atau aspek-

aspek dari dua atau lebih dari sistem hukum.12

Dengan demikian,

penelitian ini akan melakukan perbandingan hukum dengan

kesesuaian penerapan judicial liability dalam sistem hukum Italia

yang sama dengan Indonesia yakni Eropa kontinental.

2. Jenis Bahan Hukum

Dalam proses penyunan penelitian ini penulis menggunakan 3

(tiga) jenis bahan hukum yaitu :

a. Bahan Hukum Primer, menurut Mukti Fajar dan Yulianto Achmad

adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai

otoritas, yaitu merupakan hasil dari tindakan atau kegiatan yang

dilakukan oleh lembaga yang berwewenang untuk itu.13

Bahan-bahan

11

Johny Ibrahim, Op.Cit. Hlm. 315 12

Peter de Cruz. 2010. Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law dan Socialist

Law, Cet. I. Penerbit Nusa Media. Bandung. Hlm. 325. 13

Mukti Fajar dan Yulianto Achnmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar. Hlm 157

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

12

hukum primer ini terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan

resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-

pustusan hakim. Bahan hukum primer meliputi Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen, Konstitusi

Italia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman dan

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 09 Tahun 1976 Tentang

Gugatan Terhadap Pengadilan Dan Hakim.

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh

dari buku/tekstual, artikel ilmiah internet, jurnal-jurnal, pendapat para

sarjana, kasus-kasus hukum, serta Simposium yang dilakukan pakar

terkait dengan pembahasan14

yakni tentang asas ius curia novit,

independensi hakim, judicial liability, teori pertanggungjawaban dan

hak warga negara.

c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan-penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder. Bahan hukum tersier berupa kamus dan ensiklopedia

hukum dan lain-lain.

G. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah studi

dokumen, studi kepustakaan (library research) dan studi internet, yang

dimaksud adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang

14

Johny Ibrahim. 2012. Metode Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keenam. Penerbit Bayu

Media Publishing. Malang. Hal.392

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

13

berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.15

Penulisannya sendiri akan

didasarkan pada data-data yang dijadikan obyek penelitian, seperti buku-

buku pustaka, artikel ilmiah internet, majalah, surat kabar dan buletin

tentang segala permasalahan yang relevan dengan penelitian hukum ini.

H. Analisa Bahan Hukum

Tahap analisa bahan hukum yaitu menguraikan bahan hukum

dalam bentuk kalimat yang baik dan benar, sedangkan analisa yang

digunakan dalam penelitian ini dengan cara menganalisa permasalahan

dengan konsep dan bahan hukum terkait. Sehingga akan muncul solusi dari

permasalahan hukum yang ada.

I. Rencana Sistematika Penulisan

Penyusunan penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yang

tersusun secara sistematis. Dimulai dari Bab I sampai dengan Bab IV yang

diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang, yakni memuat landasan

yang melatar belakangi suatu masalah yang hendak dikaji lebih mendalam.

Rumusan masalah yang diturunkan dari latar belakang memuat suatu

masalah yang akan diangkat dan dibahas. Adapun selanjutnya tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kegunaan, metode dan sistematika penelitian

untuk mempermudah penyusunan penulisan hukum ini.

15

Ibid. Hlm. 392

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37703/2/jiptummpp-gdl-nadyadarap-47950-2-babi.… · kecepatan, aksesibilitas, dan konsistensi penalaran hakim. 1 Suatu hal yang

14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang pemaparan kajian-kajian teoritik yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan ditulis. Dimana teori-teori

tersebut akan dijadikan landasan analisis hukum penulisan di bab

selanjutnya yakni Bab III pembahasan, dalam hal ini penulis memilih

kerangka teori mengenai: (1) Tinjauan Umum tentang Judicial Liability; (2)

Tinjauan Umum tentang Peradilan di Indonesia; (3) Tinjauan Umum tentang

Sistem Hukum di Italia; (4) Asas Ius Curia Novit; (5) Teori

Pertanggungjawaban; (6) Tinjauan tentang Sistem Pengawasan Hakim di

Indonesia; (7) Tinjauan tentang Kelemahan Pertanggungjawaban Hakim di

Indonesia;

BAB III : PEMBAHASAN

Bab III ini akan memaparkan apa yang menjadi pokok bahasan

sebagai obyek kajian dalan penulisan, fokus permasalahan yang dikaji

dalam bab ini mengenai urgensi konsep Judicial Liability dalam peradilan di

Indonesia. Problematika tersebut akan diuraikan dengan sistematika

penulisan serta penggunaan bahan hukum yang telah disebutkan diatas,

sehingga dapat ditemukan jawaban dari permasalahan tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab IV merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini. Bab

ini berisikan kesimpulan dari pembahasan Bab III, dan saran atau

rekomendasi penulis terhadap permasalahan yang diteliti.