BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42276/2/BAB I.pdf · bahwa tindak kejahatan...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42276/2/BAB I.pdf · bahwa tindak kejahatan...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia telah mengalami perkembangan dalam segi
pemikiran. Maka dengan berkembangnya pemikiran tersebut akan membawa
suatu nilai dampak positif ataupun negatif di tengah kehidupan masyarakat.
Namun yang menjadi dampak negatif dari pesatnya pemikiran manusia modern
ialah meningkatnya tindak kejahatan. Sekarang banyak pula media-media yang
dapat menunjang manusia untuk melakukan kejahatan, dan lebih menariknya
lagi, meningkatnya jumlah tindak kejahatan dewasa ini telah melibatkan anak
sebagai pelaku. Tindak pidana yang melibatkan anak sangat bermacam
bentuknya mulai dari tindak kejahatan yang masih tergolong ringan seperti
mengancam, mencuri, berkelahi, hingga tindak kejahatan yang masuk kategori
berat yaitu pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Tentunya hal
demikian dapat dikatakan sebagai pencerminan menurunnya nilai moral
manusia oleh sebab anak sebagai aset bangsa yang harus mendapatkan
perhatian lebih, tapi ironisnya banyak sekali tindak pidana yang terus menerus
masih melibatkan anak. Oleh karenanya, maka khusus dalam proposal ini
penulis ingin mengaji lebih dalam masalah anak sebagai pelaku tindak pidana
beserta pencegahannya ditinjau dari segi kriminologis.
Tidak dipungkiri lagi bahwa anak merupakan aset, menjadi suatu sumber
daya manusia untuk masa depan penerus bangsa. Karena itu, masa depan anak
harus semakin diperhatikan dengan lebih tertata rapi. Sejak dini anak harus
2
dibekali dengan pengetahuan dalam meningkatkan mental serta kualitas
mereka agar dapat mewujudkan suatu individu yang tangguh dan
membanggakan sebagai generasi penerus bangsa. Anak Indonesia adalah
manusia Indonesia yang harus dibesarkan dan dikembangkan sebagai manusia
seutuhnya, sehingga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara yang rasional, bertanggung jawab dan
bermanfaat. Akan tetapi berkaitan dengan masalah perhatian terhadap anak,
pada umumnya di tengah kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung akan muncul permasalahan secara kompleksitas menyertai kehidupan
anak yang menyebabkan terjadinya penyimpangan sikap serta perilaku
sehingga membuat anak terpaksa dihadapkan ke dalam permasalahan hukum.
Oleh karenanya, diperlukan suatu kajian hukum untuk mengantisipasi segala
permasalahan yang timbul agar hak-hak maupun jaminan terhadap anak dalam
tumbuh kembang dapat diterima dengan perlakuan adil baik dari segi agama,
moralitas kemanusiaan, serta hukum.
Pada umumnya anak yang masih dibawah umur belum mampu
membedakan mana perbuatan yang melanggar hukum dan mana perbuatan
yang sesuai dengan aturan hukum. Anak juga belum mampu menghadapi
sendiri problem-problem remaja yang begitu komplek dan datang silih
berganti. Mental anak yang masih dalam tahap pencarian jati diri, kadang
mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Jika
lingkungan tempat anak itu tumbuh adalah lingkungan yang buruk maka dapat
berpengaruh terhadap tindakan dan perilaku anak tersebut sehingga anak
3
mampu melakukan tindakan yang melanggar hukum. Hal itu tentunya dapat
merugikan dirinya sendiri dan masyarakat disekitarnya. Bahkan tidak sedikit
dari tindakan tersebut akhirnya menyeret mereka berurusan dengan aparat
penegak hukum.1
Kondisi lingkungan yang buruk bagi tumbuh kembang anak yang dapat
mempengaruhi perilaku anak dalam bermasyarakat tentunya ikut
membahayakan negara. Padahal tidak dipungkiri bahwa maju atau mundurnya
suatu bangsa sangat tergantung bagaimana bangsa itu memperlakukan dan
mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, perlu ditekankan lagi perlindungan
terhadap anak dengan tujuan mengantisipasi segala permasalahan yang akan
ditimbulkan oleh anak. Adapun permasalahannya yaitu kejahatan yang
dilakukan oleh anak dengan latar belakang dengan perkembangan sikap anak
yang belum stabil, harus diberlakukan sama dengan orang dewasa. Secara
manusiawi memang harus dibedakan perlakuannya, sebab dilihat dari fisik dan
mental maupun fikirannya, anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa.
Seorang anak secara rohani maupun jasmani dan sosial belum mempunyai
kemampuan untuk berdiri sendiri dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban generasi pendahulu untuk menjamin,
memelihara, dan mengamankan kepentingan anak. Kondisi fisik, mental dan
sosial seorang anak bersifat khas dan sering ditandai dengan sikap sering kali
mementingkan dirinya sendiri sehingga dapat disalahgunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh orang disekelilingnya. Oleh karena itu
1 Rian Suheri Akbar. 2012. Skripsi : “Tinjauan Kriminologis terhadap kejahatan pembunuhan
berencana yang dilakukan oleh anak (Studi Kasus Kabupaten Pinrang Tahun 2008-2011)”
Makassar. Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makassar. Hal. 2.
4
didalam kenyataan banyak terjadi kekerasan, penganiayaan, bahkan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak.2
Data Polresta Malang menunjukkan, selama 2016, terdapat 33 tindak
pidana dengan anak sebagai pelakunya, jumlah ini meningkat pada tahun 2017
dengan 49 kasus. Beberapa kasus kejahatan yang melibatkan anak yaitu
pencurian, pesertubuhan terhadap anak, pengeroyokan, penganiayaan anak,
,perampasan, pencabulan terhadap anak, penganiayaan, pencurian dengan
pemberatan, pemerkosaan, penggelapan dan pembunuhan. Dari data Polresta
Malang adapun peningkatan anak sebagai pelaku tindak pidana selama periode
2016-2017 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Tindak Pidana yang dilakukan oleh Anak Kota Malang
Tahun 2016-2017
No Jenis Kasus Data dari tahun 2016-2017
2016 2017
1. Pencurian 19 kasus 23 kasus
2. Pengeroyokan 4 kasus 8 kasus
3. Penganiayaan anak 6 kasus 8 kasus
4. Pemerkosaan - 1 kasus
5. Penggelapan - 4 kasus
6. Perampasan 1 kasus 1 kasus
7. Pencabulan 2 kasus 2 kasus
8. Pembunuhan 1 kasus 1 kasus Sumber: Data Polresta Malang tahun 2017.
Melihat pada kasus-kasus yang terdapat pada tabel di atas maka dapat
diketahui bahwa tidak terjadi adanya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh
anak di Kota Malang. Sebagaimana Indonesia Police Watch (IPW)3 ungkapkan
bahwa tindak kejahatan yang dilakukan oleh anak semakin berani dan sadis.
Bahkan dalam kasus dua tahun terakhir, ada anak yang berani menggorok leher
2 Ibid., hal, 3.
3 http://www.kpai.go.id, KPAI, Anak-Terlibat-Kriminalitas-karena-terinspirasi-Lingkungan-tak
Ramah Anak, diakses 10 Oktober 2017.
5
kawannya hanya karena masalah sepele yang berujung pertengkaran mulut.
Kasus yang terjadi pada 5 Oktober 2017 lalu di depan Pasar Modern,
Perumahan Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur. Tiga pelajar, Rio
Santoso (15), Ikhwan (16), dan M Febriyansah (14) membunuh temannya
Chaerul (16) pelajar SMK Mercusuar dengan cara menggorok lehernya.
Alasannya, ketiganya sakit hati karena korban memaki mereka.
Berdasarkan IPW4 memang terdapat banyak sekali kasus sadis yang
melibatkan anak antara lain:
1. 13 Juni 2017. Dua anggota geng pencuri kendaraan. bermotor yang masih
di bawah umur, yakni MH (17) dan RS (16) diciduk polisi di
Lowokwaru. Sementara ketuanya, IRF (18) terpaksa ditembak kakinya
karena melawan saat hendak ditangkap.
2. 4 Mei 2017. RK (10) mengalami luka-luka parah setelah dianiaya teman
sekelasnya Sy (10) pada 28 April 2017. Aksi penganiayaan dilakukan di
dalam kelas dan disaksikan teman-temannya di Kelas V.
3 18 Mei 2017. RD (17) dan AR (12) ditangkap polisi setelah merampok
rumah pengusaha Suharjo (35) di Kompleks Perumahan Kota Malang.
Sementara satu temannya R (18) masih diburu polisi. Sejumlah perhiasan
emas dan telepon genggam mereka jarah dari rumah korban.
4. 10 Mei 2017. YY (14) tewas dibacok dengan clurit oleh pacarnya MF
alias Alit (17) di jalan Ki Ageng Gribig Malang, dengan luka menganga
di dada dan pinggang kiri. Siswa kelas 3 SMP itu dibunuh pacarnya
karena berselingkuh.
4 Ibid.
6
Kasus lainnya telah terjadi pembunuhan pada 21 Februari 20165 di
Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun kota Malang. ASR 15 tahun telah tega
membunuh neneknya Soesilowati Betsy 91 tahun karena dendam ketika suatu
hari sang nenek membuang sepeda anginnya. ASR juga tega menjambak serta
menyeret tubuh neneknya yang sudah meninggal dunia lalu membuangnya ke
sungai.
Meningkatnya tindak pidana yang melibatkan anak memang perlu
diwaspadai. Hak asasi anak memang telah dilindungi dan dijamin demi
kelangsungan hidup mereka bermasyarakat. Namun dalam kenyataannya
penyalahgunaan kepentingan dari sifat ketergantungan anak terhadap generasi
yang lebih dewasa menjadi semacam permasalahan tersendiri.
Disisi lain anak juga memerlukan suatu pengakuan terhadap eksistensi
maupun peran serta di dalam kehidupan yang mungkin saja akan membawa
dampak sosial lebih buruk. Prasangka mereka terhadap suatu hal baru
diimbangi oleh pola pikir mereka yang semakin berkembang membuat kita
harus terus berhati-hati agar perkembangan pola pikir anak dapat berjalan baik.
Sebenarnya anak tidaklah memiliki cara berpikir yang lebih rendah daripada
orang dewasa. Anak yang cerdas merupakan anak yang mampu menyerap
segala sesuatu yang terjadi disekitar mereka dengan sangat cepat. Tentunya hal
ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi semua kalangan untuk
memanfaatkan ataupun mengarahkan secara bijaksana dari cepatnya cara
berpikir si anak tersebut. Suatu kondisi yang terus-menerus menekan mental
5 “Psikologi Dampingi Terus Pembunuh Nenek”. Harian pagi Surya , 25 Februari 2016, hal. 15
7
anak jelas membawa dampak buruk di kedepannya, baik bagi anak itu sendiri
maupun bagi orang lain disekitarnya.
Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak memang perlu mendapat
perhatian khusus. Namun Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum sehingga setiap kegiatan manusia atau masyarakat yang merupakan
aktivitas hidupnya harus berdasarkan pada peraturan yang ada dan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat.6 Sehingga anak sebagai pelaku tindak
pidana juga harus mendapatkan perlakuan atau konsekuensi sesuai dengan
hukum positif yang berlaku.
Namun hak anak memang harus diberlakukan berbeda dari orang dewasa
sudah diatur khusus. Anak mendapat perlakuan berbeda dari orang dewasa
karena anak sejak masih dalam kandungan, dilahirkan, tumbuh dan
berkembang hingga menjadi orang dewasa masih dalam keadaaan tergantung
atau belum mandiri dan memerlukan perlakuan khusus baik dalam gizi,
kesehatan, pendidikan, pengetahuan, agama serta keterampilan, pekerjaan,
keamanan, bebas dari rasa ketakutan, bebas dari rasa kekhawatiran maupun
kesejahteraannya. Anak yang belum mencapai umur 8 (delapan) tahun
melakukan atau diduga melakukan tindak pidana maka terhadap anak tersebut
dapat dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik. Apabila menurut hasil
pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Anak No 3 Tahun 1997 masih
6 Andi Dedy Herfiawan. 2013. Skripsi : Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Yang Dilakukan Secara Bersama-sama (Studi Kasus Putusan Nomor
212/PID.B/2011/PN.Pinrang)”. Makassar. Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makassar.
Hal. 1.
8
dapat dibina oleh orangtua wali, orangtua asuh, Penyidik menyerahkan kembali
anak tersebut kepada orangtua wali, atau orangtua asuhnya. Apabila menurut
hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dikmasud
dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Pengadilan Anak No 03 Tahun 1997
tidak dapat dibina lagi oleh orangtua, wali, atau orangtua asuhnya, penyidik
menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar
pertimbangan dari pembimbing kemasyarakatan. Hakim, Penuntut Umum,
Penyidik, dan Penasihat Hukum, serta petugas lainnya dalam sidang anak tidak
memakai toga atau pakaian dinas.
Semakin maraknya tindak pidana yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku
memang telah membuka mata kita bahwa kejahatan bisa terjadi dimanapun
serta dilakukan oleh siapapun. Banyak faktor pendukung diantaranya
lingkungkan atau malah yang lebih berbahaya lagi jika masalah kriminalitas
tidak hanya meliputi perbuatan dari orang yang telah melakukan kejahatan
dengan tingkah laku kriminalnya, tapi juga meliputi sejumlah besar orang yang
berkeinginan jahat, yaitu mereka yang berwatak kriminal yang meskipun
belum melakukan kejahatan, tapi mungkin sekali dapat berbuat demikian
dalam hal-hal tertentu. Tentunya diperlukan suatu kajian ilmu dalam mencari
sebab kejahatan seperti pembunuhan.
Dengan berkembangnya pula suatu kasus tindak pidana dengan anak
sebagai pelaku maka hal tersebut juga melibatkan eksistensi sebuah
pengetahuan yang mampu mengurangi tingkat kejahatan dengan melihat
gejala-gejalanya. Tapi hal demikian juga akan semakin terwujud jika semua
9
kalangan mampu bekerja sama dalam hal mencegah ataupun mengurangi
tindak kejahatan. Semua bentuk upaya telah dilakukan agar anak terhindar
sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan, namun penulis ingin membahasnya
secara lebih mendalam pada BAB berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik meneliti hal tersebut
dengan judul Tinjauan Kriminologis Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak
Pidana Beserta Pencegahannya (Studi di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
Polresta Malang)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengemukakan
Rumusan Masalah sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi faktor kriminogen anak melakukan tindak pidana?
2. Berdasarkan faktor penyebab, bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Malang terhadap anak agar
tidak melakukan tindak pidana lagi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor kriminogen anak melakukan tindak pidana.
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dilakukan Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak Polresta Malang terhadap anak agar tidak melakukan
tindak pidana lagi.
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta sumbangan
pemikiran berupa khazanah keilmuan dalam bidang hukum, khususnya
Hukum Pidana.
b. Memberikan tambahan refrensi hukum yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi penelitian dalam bidang yang relevan dengan penelitian ini di
masa yang akan datang dalam lingkup yang lebih jelas dan mendalam
lagi.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Penulis : Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan
penulis serta mengembangkan pemikiran penulis dalam hukum pidana
khususnya tentang tindak pidana yang dilakukan oleh anak beserta upaya
pencegahannya. Selain itu penulisan ini juga diharapkan dapat dijadikan
syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum strata satu.
b. Bagi Masyarakat : Memberikan masukan kepada masyarakat akan
pentingnya mengetahui penyebab terjadinya tindak pidana yang
dilakukan oleh anak.
c. Bagi lembaga terkait : Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan oleh
instansi-instansi terkait, khususnya pengadilan menegenai penyebab
terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh anak, sehingga dikemudian hari
dapat diterapkan sebagai upaya pencegahan terulangnya kejahatan tersebut.
11
E. Metode Penelitan
Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan menggunakan
pendekatan yuridis sosiologis- kriminologis, penelitian ini dilakukan di Satuan
reserse kriminal (Satreskrim) Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta
Malang. Data Primer dan Data sekunder yang berhasil diperoleh penulis
kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana cara ini
memaparkan data yang diperoleh di lapangan berupa hasil wawancara dengan
pihak-pihak terkait sehubungan dengan penulisan ini sehingga kemudian dapat
diketahui jawaban dari rumusan-rumusan masalah yang ada. Penulis
melakukan penelitian untuk memperoleh data atau menghimpun berbagi data,
fakta dan informasi yang diperlukan. Data yang didapatkan harus mempunyai
hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
1. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan penulis
memilih lokasi penelitian, tepatnya di Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim)
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Malang yang beralamat di
jalan Jaksa Agung No. 19 Kota Malang. Pemilihan lokasi didasarkan pada
objek penelitian yang berkaitan dengan pokok pembahasan nantinya.
2. Jenis dan Sumber data
Dalam penulisan hukum ini penulis memerlukan dua jenis data yang
meliputi:
a. Data Primer
Data primer dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh langsung dari
lokasi penelitian yang berfungsi sebagai data utama. Data primer dalam
penulisan ini adalah data berupa informasi yang diperoleh dari hasil
12
wawancara dengan pihak yang berhubungan dengan obyek penelitian
yaitu penyebab terjadinya tindak pidana anak di Kota Malang beserta
pencegahannya. Data tersebut penulis gunakan untuk menganalisis faktor
penyebab serta pencegahan tindak pidana oleh anak di bawah umur.
b. Data sekunder
Data sekunder dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh peneliti dari
penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari
penelitian dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk
buku- buku dan dokumentasi.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penulisan hukum ini penulis mempergunakan tekhnik
pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi.
a. Wawancara
Merupakan proses tanya jawab yang berlangsung lisan yang
dilakukan dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka dan
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan yang
diperoleh dari informan yaitu:
1. Bripda Lidya, Unit Satreskrim Polres Malang Kota
2. Bripda Silvy, Unit Satreskrim Polres Malang Kota
3. Bripka Iskandar, penyidik Reskrim Polres Malang Kota
4. IPTU Tri Nawangsari, Kanit PPA Polres Malang Kota
5. Danang, pelaku tindak pidana pencurian
6. Jerri, pelaku tindak pidana pengeroyokan
7. Yoga, pelaku tindak pidana penggelapan barang
13
Informan tersebut adalah anggota Satreskrim Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak Polres Kota Malang yang menangani kasus tindak
pidana anak di Wilayah hukum Polres Kota Malang serta anak di bawah
umur yang merupakan pelaku tindak pidana di wilayah hukum Polres
Kota Malang.
b. Dokumen
Tekhnik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-
dokumen atau arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini dokumen yang diperoleh berupa Berita Acara
Pemeriksaan atau data-data kasus tindak pidana anak yang masuk ke Unit
PPA Polresta Malang. Prosedur dokumentasi nantinya dimanfaatkan
untuk melakukan analisis mengenai faktor penyebab serta pencegahan
tindak pidana anak di bawah umur di wilayah Kota Malang.
4. Analisa data
Data-data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan
masalah yang telah diterapkan sehingga diharapkan dapat diperoleh
gambaran yang jelas. Dalam menentukan analisa data mengunakan
analisa deskriptif kualitatif serta analisis kriminologis, yaitu mendeskripsikan
dan menganalisa secara aktual, sistematis, akurat data yang akan diteliti,
yang telah diperoleh dilapangan kemudian menampilkan gambaran
obyektif dari hasil penelitian berdasarkan kenyataan7 yang terjadi serta
dikaitkan dengan teori kriminologi, UU yang relevan, sehingga
7 Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan
Kelima, 2003. hal.38
14
menghasilkan hasil yang obyektif. Penulis disini menganalisa sebab-sebab
tindak pidana anak dan pencegahannya. Pengertian Kriminologi, secara
sederhana adalah penelitian atau kajian yang menggunakan pendekatan
kriminologi. Pendekatan kriminologi umumnya dalam bentuk penelitian
hukum Empirik, faktor yang pokok terutama adalah studi lapangan (field
research). Oleh karenanya dalam Kriminologi, meneliti kejahatan secara
umum.8 Penelitian disini berkaitan dengan tindak pidana dengan pelaku anak
di bawah umur yang terjadi di Wilayah Kota Malang.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis, maka penulis
menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan tinjauan umum yang berkaitan dengan,
tinjauan umum tentang kriminologi, tinjauan umum tentang anak di bawah
umur, tinjauan tentang tindak pidana dan tugas dan wewenang Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak dalam penegakan hukum tindak pidana anak.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini merupakan hasil dari penelitian dan analisa. Di sini peneliti
akan mengkaji lebih dalam tentang data-data penelitian yang telah didapat.
8 Dirdjosisworo, Soedjono, Penanggulangan Kejahatan, Penerbit Alumni, Bandung, 1983, hal. 71
15
Setelah itu data dianalisa lebih terperinci yang terkait dengan permasalahan
yang terjadi. Permasalahan yang dikaji merupakan faktor kriminogen
terjadinya tindak pidana anak di Kota Malang dan Upaya pencegahan yang
dilakukan oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) terhadap
terjadinya tindak pidana anak di Kota Malang.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab
bab sebelumnya dan berisi saran-saran yang perlu disampaikan sebagai usaha
menjawab dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang timbul.