BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42276/2/BAB I.pdf · bahwa tindak kejahatan...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia telah mengalami perkembangan dalam segi pemikiran. Maka dengan berkembangnya pemikiran tersebut akan membawa suatu nilai dampak positif ataupun negatif di tengah kehidupan masyarakat. Namun yang menjadi dampak negatif dari pesatnya pemikiran manusia modern ialah meningkatnya tindak kejahatan. Sekarang banyak pula media-media yang dapat menunjang manusia untuk melakukan kejahatan, dan lebih menariknya lagi, meningkatnya jumlah tindak kejahatan dewasa ini telah melibatkan anak sebagai pelaku. Tindak pidana yang melibatkan anak sangat bermacam bentuknya mulai dari tindak kejahatan yang masih tergolong ringan seperti mengancam, mencuri, berkelahi, hingga tindak kejahatan yang masuk kategori berat yaitu pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Tentunya hal demikian dapat dikatakan sebagai pencerminan menurunnya nilai moral manusia oleh sebab anak sebagai aset bangsa yang harus mendapatkan perhatian lebih, tapi ironisnya banyak sekali tindak pidana yang terus menerus masih melibatkan anak. Oleh karenanya, maka khusus dalam proposal ini penulis ingin mengaji lebih dalam masalah anak sebagai pelaku tindak pidana beserta pencegahannya ditinjau dari segi kriminologis. Tidak dipungkiri lagi bahwa anak merupakan aset, menjadi suatu sumber daya manusia untuk masa depan penerus bangsa. Karena itu, masa depan anak harus semakin diperhatikan dengan lebih tertata rapi. Sejak dini anak harus

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/42276/2/BAB I.pdf · bahwa tindak kejahatan...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia telah mengalami perkembangan dalam segi

pemikiran. Maka dengan berkembangnya pemikiran tersebut akan membawa

suatu nilai dampak positif ataupun negatif di tengah kehidupan masyarakat.

Namun yang menjadi dampak negatif dari pesatnya pemikiran manusia modern

ialah meningkatnya tindak kejahatan. Sekarang banyak pula media-media yang

dapat menunjang manusia untuk melakukan kejahatan, dan lebih menariknya

lagi, meningkatnya jumlah tindak kejahatan dewasa ini telah melibatkan anak

sebagai pelaku. Tindak pidana yang melibatkan anak sangat bermacam

bentuknya mulai dari tindak kejahatan yang masih tergolong ringan seperti

mengancam, mencuri, berkelahi, hingga tindak kejahatan yang masuk kategori

berat yaitu pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Tentunya hal

demikian dapat dikatakan sebagai pencerminan menurunnya nilai moral

manusia oleh sebab anak sebagai aset bangsa yang harus mendapatkan

perhatian lebih, tapi ironisnya banyak sekali tindak pidana yang terus menerus

masih melibatkan anak. Oleh karenanya, maka khusus dalam proposal ini

penulis ingin mengaji lebih dalam masalah anak sebagai pelaku tindak pidana

beserta pencegahannya ditinjau dari segi kriminologis.

Tidak dipungkiri lagi bahwa anak merupakan aset, menjadi suatu sumber

daya manusia untuk masa depan penerus bangsa. Karena itu, masa depan anak

harus semakin diperhatikan dengan lebih tertata rapi. Sejak dini anak harus

2

dibekali dengan pengetahuan dalam meningkatkan mental serta kualitas

mereka agar dapat mewujudkan suatu individu yang tangguh dan

membanggakan sebagai generasi penerus bangsa. Anak Indonesia adalah

manusia Indonesia yang harus dibesarkan dan dikembangkan sebagai manusia

seutuhnya, sehingga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara yang rasional, bertanggung jawab dan

bermanfaat. Akan tetapi berkaitan dengan masalah perhatian terhadap anak,

pada umumnya di tengah kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak

langsung akan muncul permasalahan secara kompleksitas menyertai kehidupan

anak yang menyebabkan terjadinya penyimpangan sikap serta perilaku

sehingga membuat anak terpaksa dihadapkan ke dalam permasalahan hukum.

Oleh karenanya, diperlukan suatu kajian hukum untuk mengantisipasi segala

permasalahan yang timbul agar hak-hak maupun jaminan terhadap anak dalam

tumbuh kembang dapat diterima dengan perlakuan adil baik dari segi agama,

moralitas kemanusiaan, serta hukum.

Pada umumnya anak yang masih dibawah umur belum mampu

membedakan mana perbuatan yang melanggar hukum dan mana perbuatan

yang sesuai dengan aturan hukum. Anak juga belum mampu menghadapi

sendiri problem-problem remaja yang begitu komplek dan datang silih

berganti. Mental anak yang masih dalam tahap pencarian jati diri, kadang

mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Jika

lingkungan tempat anak itu tumbuh adalah lingkungan yang buruk maka dapat

berpengaruh terhadap tindakan dan perilaku anak tersebut sehingga anak

3

mampu melakukan tindakan yang melanggar hukum. Hal itu tentunya dapat

merugikan dirinya sendiri dan masyarakat disekitarnya. Bahkan tidak sedikit

dari tindakan tersebut akhirnya menyeret mereka berurusan dengan aparat

penegak hukum.1

Kondisi lingkungan yang buruk bagi tumbuh kembang anak yang dapat

mempengaruhi perilaku anak dalam bermasyarakat tentunya ikut

membahayakan negara. Padahal tidak dipungkiri bahwa maju atau mundurnya

suatu bangsa sangat tergantung bagaimana bangsa itu memperlakukan dan

mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, perlu ditekankan lagi perlindungan

terhadap anak dengan tujuan mengantisipasi segala permasalahan yang akan

ditimbulkan oleh anak. Adapun permasalahannya yaitu kejahatan yang

dilakukan oleh anak dengan latar belakang dengan perkembangan sikap anak

yang belum stabil, harus diberlakukan sama dengan orang dewasa. Secara

manusiawi memang harus dibedakan perlakuannya, sebab dilihat dari fisik dan

mental maupun fikirannya, anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa.

Seorang anak secara rohani maupun jasmani dan sosial belum mempunyai

kemampuan untuk berdiri sendiri dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.

Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban generasi pendahulu untuk menjamin,

memelihara, dan mengamankan kepentingan anak. Kondisi fisik, mental dan

sosial seorang anak bersifat khas dan sering ditandai dengan sikap sering kali

mementingkan dirinya sendiri sehingga dapat disalahgunakan baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh orang disekelilingnya. Oleh karena itu

1 Rian Suheri Akbar. 2012. Skripsi : “Tinjauan Kriminologis terhadap kejahatan pembunuhan

berencana yang dilakukan oleh anak (Studi Kasus Kabupaten Pinrang Tahun 2008-2011)”

Makassar. Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makassar. Hal. 2.

4

didalam kenyataan banyak terjadi kekerasan, penganiayaan, bahkan

pembunuhan yang dilakukan oleh anak.2

Data Polresta Malang menunjukkan, selama 2016, terdapat 33 tindak

pidana dengan anak sebagai pelakunya, jumlah ini meningkat pada tahun 2017

dengan 49 kasus. Beberapa kasus kejahatan yang melibatkan anak yaitu

pencurian, pesertubuhan terhadap anak, pengeroyokan, penganiayaan anak,

,perampasan, pencabulan terhadap anak, penganiayaan, pencurian dengan

pemberatan, pemerkosaan, penggelapan dan pembunuhan. Dari data Polresta

Malang adapun peningkatan anak sebagai pelaku tindak pidana selama periode

2016-2017 dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Tindak Pidana yang dilakukan oleh Anak Kota Malang

Tahun 2016-2017

No Jenis Kasus Data dari tahun 2016-2017

2016 2017

1. Pencurian 19 kasus 23 kasus

2. Pengeroyokan 4 kasus 8 kasus

3. Penganiayaan anak 6 kasus 8 kasus

4. Pemerkosaan - 1 kasus

5. Penggelapan - 4 kasus

6. Perampasan 1 kasus 1 kasus

7. Pencabulan 2 kasus 2 kasus

8. Pembunuhan 1 kasus 1 kasus Sumber: Data Polresta Malang tahun 2017.

Melihat pada kasus-kasus yang terdapat pada tabel di atas maka dapat

diketahui bahwa tidak terjadi adanya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh

anak di Kota Malang. Sebagaimana Indonesia Police Watch (IPW)3 ungkapkan

bahwa tindak kejahatan yang dilakukan oleh anak semakin berani dan sadis.

Bahkan dalam kasus dua tahun terakhir, ada anak yang berani menggorok leher

2 Ibid., hal, 3.

3 http://www.kpai.go.id, KPAI, Anak-Terlibat-Kriminalitas-karena-terinspirasi-Lingkungan-tak

Ramah Anak, diakses 10 Oktober 2017.

5

kawannya hanya karena masalah sepele yang berujung pertengkaran mulut.

Kasus yang terjadi pada 5 Oktober 2017 lalu di depan Pasar Modern,

Perumahan Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur. Tiga pelajar, Rio

Santoso (15), Ikhwan (16), dan M Febriyansah (14) membunuh temannya

Chaerul (16) pelajar SMK Mercusuar dengan cara menggorok lehernya.

Alasannya, ketiganya sakit hati karena korban memaki mereka.

Berdasarkan IPW4 memang terdapat banyak sekali kasus sadis yang

melibatkan anak antara lain:

1. 13 Juni 2017. Dua anggota geng pencuri kendaraan. bermotor yang masih

di bawah umur, yakni MH (17) dan RS (16) diciduk polisi di

Lowokwaru. Sementara ketuanya, IRF (18) terpaksa ditembak kakinya

karena melawan saat hendak ditangkap.

2. 4 Mei 2017. RK (10) mengalami luka-luka parah setelah dianiaya teman

sekelasnya Sy (10) pada 28 April 2017. Aksi penganiayaan dilakukan di

dalam kelas dan disaksikan teman-temannya di Kelas V.

3 18 Mei 2017. RD (17) dan AR (12) ditangkap polisi setelah merampok

rumah pengusaha Suharjo (35) di Kompleks Perumahan Kota Malang.

Sementara satu temannya R (18) masih diburu polisi. Sejumlah perhiasan

emas dan telepon genggam mereka jarah dari rumah korban.

4. 10 Mei 2017. YY (14) tewas dibacok dengan clurit oleh pacarnya MF

alias Alit (17) di jalan Ki Ageng Gribig Malang, dengan luka menganga

di dada dan pinggang kiri. Siswa kelas 3 SMP itu dibunuh pacarnya

karena berselingkuh.

4 Ibid.

6

Kasus lainnya telah terjadi pembunuhan pada 21 Februari 20165 di

Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun kota Malang. ASR 15 tahun telah tega

membunuh neneknya Soesilowati Betsy 91 tahun karena dendam ketika suatu

hari sang nenek membuang sepeda anginnya. ASR juga tega menjambak serta

menyeret tubuh neneknya yang sudah meninggal dunia lalu membuangnya ke

sungai.

Meningkatnya tindak pidana yang melibatkan anak memang perlu

diwaspadai. Hak asasi anak memang telah dilindungi dan dijamin demi

kelangsungan hidup mereka bermasyarakat. Namun dalam kenyataannya

penyalahgunaan kepentingan dari sifat ketergantungan anak terhadap generasi

yang lebih dewasa menjadi semacam permasalahan tersendiri.

Disisi lain anak juga memerlukan suatu pengakuan terhadap eksistensi

maupun peran serta di dalam kehidupan yang mungkin saja akan membawa

dampak sosial lebih buruk. Prasangka mereka terhadap suatu hal baru

diimbangi oleh pola pikir mereka yang semakin berkembang membuat kita

harus terus berhati-hati agar perkembangan pola pikir anak dapat berjalan baik.

Sebenarnya anak tidaklah memiliki cara berpikir yang lebih rendah daripada

orang dewasa. Anak yang cerdas merupakan anak yang mampu menyerap

segala sesuatu yang terjadi disekitar mereka dengan sangat cepat. Tentunya hal

ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi semua kalangan untuk

memanfaatkan ataupun mengarahkan secara bijaksana dari cepatnya cara

berpikir si anak tersebut. Suatu kondisi yang terus-menerus menekan mental

5 “Psikologi Dampingi Terus Pembunuh Nenek”. Harian pagi Surya , 25 Februari 2016, hal. 15

7

anak jelas membawa dampak buruk di kedepannya, baik bagi anak itu sendiri

maupun bagi orang lain disekitarnya.

Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh anak memang perlu mendapat

perhatian khusus. Namun Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas

hukum sehingga setiap kegiatan manusia atau masyarakat yang merupakan

aktivitas hidupnya harus berdasarkan pada peraturan yang ada dan norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat.6 Sehingga anak sebagai pelaku tindak

pidana juga harus mendapatkan perlakuan atau konsekuensi sesuai dengan

hukum positif yang berlaku.

Namun hak anak memang harus diberlakukan berbeda dari orang dewasa

sudah diatur khusus. Anak mendapat perlakuan berbeda dari orang dewasa

karena anak sejak masih dalam kandungan, dilahirkan, tumbuh dan

berkembang hingga menjadi orang dewasa masih dalam keadaaan tergantung

atau belum mandiri dan memerlukan perlakuan khusus baik dalam gizi,

kesehatan, pendidikan, pengetahuan, agama serta keterampilan, pekerjaan,

keamanan, bebas dari rasa ketakutan, bebas dari rasa kekhawatiran maupun

kesejahteraannya. Anak yang belum mencapai umur 8 (delapan) tahun

melakukan atau diduga melakukan tindak pidana maka terhadap anak tersebut

dapat dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik. Apabila menurut hasil

pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Pengadilan Anak No 3 Tahun 1997 masih

6 Andi Dedy Herfiawan. 2013. Skripsi : Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Yang Dilakukan Secara Bersama-sama (Studi Kasus Putusan Nomor

212/PID.B/2011/PN.Pinrang)”. Makassar. Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makassar.

Hal. 1.

8

dapat dibina oleh orangtua wali, orangtua asuh, Penyidik menyerahkan kembali

anak tersebut kepada orangtua wali, atau orangtua asuhnya. Apabila menurut

hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dikmasud

dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Pengadilan Anak No 03 Tahun 1997

tidak dapat dibina lagi oleh orangtua, wali, atau orangtua asuhnya, penyidik

menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar

pertimbangan dari pembimbing kemasyarakatan. Hakim, Penuntut Umum,

Penyidik, dan Penasihat Hukum, serta petugas lainnya dalam sidang anak tidak

memakai toga atau pakaian dinas.

Semakin maraknya tindak pidana yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku

memang telah membuka mata kita bahwa kejahatan bisa terjadi dimanapun

serta dilakukan oleh siapapun. Banyak faktor pendukung diantaranya

lingkungkan atau malah yang lebih berbahaya lagi jika masalah kriminalitas

tidak hanya meliputi perbuatan dari orang yang telah melakukan kejahatan

dengan tingkah laku kriminalnya, tapi juga meliputi sejumlah besar orang yang

berkeinginan jahat, yaitu mereka yang berwatak kriminal yang meskipun

belum melakukan kejahatan, tapi mungkin sekali dapat berbuat demikian

dalam hal-hal tertentu. Tentunya diperlukan suatu kajian ilmu dalam mencari

sebab kejahatan seperti pembunuhan.

Dengan berkembangnya pula suatu kasus tindak pidana dengan anak

sebagai pelaku maka hal tersebut juga melibatkan eksistensi sebuah

pengetahuan yang mampu mengurangi tingkat kejahatan dengan melihat

gejala-gejalanya. Tapi hal demikian juga akan semakin terwujud jika semua

9

kalangan mampu bekerja sama dalam hal mencegah ataupun mengurangi

tindak kejahatan. Semua bentuk upaya telah dilakukan agar anak terhindar

sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan, namun penulis ingin membahasnya

secara lebih mendalam pada BAB berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik meneliti hal tersebut

dengan judul Tinjauan Kriminologis Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak

Pidana Beserta Pencegahannya (Studi di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak

Polresta Malang)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengemukakan

Rumusan Masalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi faktor kriminogen anak melakukan tindak pidana?

2. Berdasarkan faktor penyebab, bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Malang terhadap anak agar

tidak melakukan tindak pidana lagi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor kriminogen anak melakukan tindak pidana.

2. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dilakukan Unit Pelayanan

Perempuan dan Anak Polresta Malang terhadap anak agar tidak melakukan

tindak pidana lagi.

10

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta sumbangan

pemikiran berupa khazanah keilmuan dalam bidang hukum, khususnya

Hukum Pidana.

b. Memberikan tambahan refrensi hukum yang dapat digunakan sebagai

acuan bagi penelitian dalam bidang yang relevan dengan penelitian ini di

masa yang akan datang dalam lingkup yang lebih jelas dan mendalam

lagi.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Penulis : Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan

penulis serta mengembangkan pemikiran penulis dalam hukum pidana

khususnya tentang tindak pidana yang dilakukan oleh anak beserta upaya

pencegahannya. Selain itu penulisan ini juga diharapkan dapat dijadikan

syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum strata satu.

b. Bagi Masyarakat : Memberikan masukan kepada masyarakat akan

pentingnya mengetahui penyebab terjadinya tindak pidana yang

dilakukan oleh anak.

c. Bagi lembaga terkait : Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan oleh

instansi-instansi terkait, khususnya pengadilan menegenai penyebab

terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh anak, sehingga dikemudian hari

dapat diterapkan sebagai upaya pencegahan terulangnya kejahatan tersebut.

11

E. Metode Penelitan

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan menggunakan

pendekatan yuridis sosiologis- kriminologis, penelitian ini dilakukan di Satuan

reserse kriminal (Satreskrim) Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta

Malang. Data Primer dan Data sekunder yang berhasil diperoleh penulis

kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana cara ini

memaparkan data yang diperoleh di lapangan berupa hasil wawancara dengan

pihak-pihak terkait sehubungan dengan penulisan ini sehingga kemudian dapat

diketahui jawaban dari rumusan-rumusan masalah yang ada. Penulis

melakukan penelitian untuk memperoleh data atau menghimpun berbagi data,

fakta dan informasi yang diperlukan. Data yang didapatkan harus mempunyai

hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

1. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan penulis

memilih lokasi penelitian, tepatnya di Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim)

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Malang yang beralamat di

jalan Jaksa Agung No. 19 Kota Malang. Pemilihan lokasi didasarkan pada

objek penelitian yang berkaitan dengan pokok pembahasan nantinya.

2. Jenis dan Sumber data

Dalam penulisan hukum ini penulis memerlukan dua jenis data yang

meliputi:

a. Data Primer

Data primer dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh langsung dari

lokasi penelitian yang berfungsi sebagai data utama. Data primer dalam

penulisan ini adalah data berupa informasi yang diperoleh dari hasil

12

wawancara dengan pihak yang berhubungan dengan obyek penelitian

yaitu penyebab terjadinya tindak pidana anak di Kota Malang beserta

pencegahannya. Data tersebut penulis gunakan untuk menganalisis faktor

penyebab serta pencegahan tindak pidana oleh anak di bawah umur.

b. Data sekunder

Data sekunder dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh peneliti dari

penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari

penelitian dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk

buku- buku dan dokumentasi.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam penulisan hukum ini penulis mempergunakan tekhnik

pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

Merupakan proses tanya jawab yang berlangsung lisan yang

dilakukan dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka dan

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan yang

diperoleh dari informan yaitu:

1. Bripda Lidya, Unit Satreskrim Polres Malang Kota

2. Bripda Silvy, Unit Satreskrim Polres Malang Kota

3. Bripka Iskandar, penyidik Reskrim Polres Malang Kota

4. IPTU Tri Nawangsari, Kanit PPA Polres Malang Kota

5. Danang, pelaku tindak pidana pencurian

6. Jerri, pelaku tindak pidana pengeroyokan

7. Yoga, pelaku tindak pidana penggelapan barang

13

Informan tersebut adalah anggota Satreskrim Unit Pelayanan

Perempuan dan Anak Polres Kota Malang yang menangani kasus tindak

pidana anak di Wilayah hukum Polres Kota Malang serta anak di bawah

umur yang merupakan pelaku tindak pidana di wilayah hukum Polres

Kota Malang.

b. Dokumen

Tekhnik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-

dokumen atau arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini dokumen yang diperoleh berupa Berita Acara

Pemeriksaan atau data-data kasus tindak pidana anak yang masuk ke Unit

PPA Polresta Malang. Prosedur dokumentasi nantinya dimanfaatkan

untuk melakukan analisis mengenai faktor penyebab serta pencegahan

tindak pidana anak di bawah umur di wilayah Kota Malang.

4. Analisa data

Data-data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan

masalah yang telah diterapkan sehingga diharapkan dapat diperoleh

gambaran yang jelas. Dalam menentukan analisa data mengunakan

analisa deskriptif kualitatif serta analisis kriminologis, yaitu mendeskripsikan

dan menganalisa secara aktual, sistematis, akurat data yang akan diteliti,

yang telah diperoleh dilapangan kemudian menampilkan gambaran

obyektif dari hasil penelitian berdasarkan kenyataan7 yang terjadi serta

dikaitkan dengan teori kriminologi, UU yang relevan, sehingga

7 Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan

Kelima, 2003. hal.38

14

menghasilkan hasil yang obyektif. Penulis disini menganalisa sebab-sebab

tindak pidana anak dan pencegahannya. Pengertian Kriminologi, secara

sederhana adalah penelitian atau kajian yang menggunakan pendekatan

kriminologi. Pendekatan kriminologi umumnya dalam bentuk penelitian

hukum Empirik, faktor yang pokok terutama adalah studi lapangan (field

research). Oleh karenanya dalam Kriminologi, meneliti kejahatan secara

umum.8 Penelitian disini berkaitan dengan tindak pidana dengan pelaku anak

di bawah umur yang terjadi di Wilayah Kota Malang.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis, maka penulis

menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan tinjauan umum yang berkaitan dengan,

tinjauan umum tentang kriminologi, tinjauan umum tentang anak di bawah

umur, tinjauan tentang tindak pidana dan tugas dan wewenang Unit Pelayanan

Perempuan dan Anak dalam penegakan hukum tindak pidana anak.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini merupakan hasil dari penelitian dan analisa. Di sini peneliti

akan mengkaji lebih dalam tentang data-data penelitian yang telah didapat.

8 Dirdjosisworo, Soedjono, Penanggulangan Kejahatan, Penerbit Alumni, Bandung, 1983, hal. 71

15

Setelah itu data dianalisa lebih terperinci yang terkait dengan permasalahan

yang terjadi. Permasalahan yang dikaji merupakan faktor kriminogen

terjadinya tindak pidana anak di Kota Malang dan Upaya pencegahan yang

dilakukan oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) terhadap

terjadinya tindak pidana anak di Kota Malang.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab

bab sebelumnya dan berisi saran-saran yang perlu disampaikan sebagai usaha

menjawab dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang timbul.