BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seseorang untuk mengendalikan atau mengatur kadar gula darah (glukosa) agar tetap dalam batas-batas normal dapat di ketahui dengan: (1) kadar gula puasa, (2) respon gula terhadap pemberian gula oral. Dalam keadaan puasa tidak ada makanan yang di absorbsi. Maka proses untuk mempertahankan glukosa puasa normal tergantung dari interaksi yang terintegrasi baik antara hati, jaringan-jaringan perifer dan hormon- hormon yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa darah. (Price & Wilson, 2005) Di kenal beberapa jenis pemeriksaan yang berubungan dengan pemeriksaan glukosa darah seperti, (1) Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (nuchter), (2) Glukosa darah sewaktu (random), (3) Glukosa sesudah makan (PP = Postprandial) (Darwis, dkk,2005) Cara yang paling baik mendapatkan hasil yang akurat/valit dari suatu pemeriksaan laboratorium haruslah memenuhi seluruh rangkaian kegiatan yang di mulai dari proses sebelum pemeriksaan itu sendiri di laksanakan, mulai dari tahap pra analitik, persiapan dari specimen, penanganan specimen, pengiriman specimen, pengolahan dan penyimpanan specimen. (widmann, 1995: 245) Di dalam usaha untuk mendapatkan sample gula darah puasa, maka pasien tersebut harus puasa selama 10 jam sebelum tes dan tidak minum

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2... · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seseorang untuk mengendalikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan seseorang untuk mengendalikan atau mengatur kadar gula

darah (glukosa) agar tetap dalam batas-batas normal dapat di ketahui dengan:

(1) kadar gula puasa, (2) respon gula terhadap pemberian gula oral.

Dalam keadaan puasa tidak ada makanan yang di absorbsi. Maka

proses untuk mempertahankan glukosa puasa normal tergantung dari interaksi

yang terintegrasi baik antara hati, jaringan-jaringan perifer dan hormon-

hormon yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa darah.

(Price & Wilson, 2005)

Di kenal beberapa jenis pemeriksaan yang berubungan dengan

pemeriksaan glukosa darah seperti, (1) Pemeriksaan kadar glukosa darah

puasa (nuchter), (2) Glukosa darah sewaktu (random), (3) Glukosa sesudah

makan (PP = Postprandial) (Darwis, dkk,2005)

Cara yang paling baik mendapatkan hasil yang akurat/valit dari suatu

pemeriksaan laboratorium haruslah memenuhi seluruh rangkaian kegiatan

yang di mulai dari proses sebelum pemeriksaan itu sendiri di laksanakan,

mulai dari tahap pra analitik, persiapan dari specimen, penanganan specimen,

pengiriman specimen, pengolahan dan penyimpanan specimen. (widmann,

1995: 245) Di dalam usaha untuk mendapatkan sample gula darah puasa,

maka pasien tersebut harus puasa selama 10 jam sebelum tes dan tidak minum

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2... · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seseorang untuk mengendalikan

obat-obatan yang dapat mengganggu toleransi tubuh terdapat glukosa.

(Hardjoeno, dkk, 2003)

Sejumlah volume darah, di masukkan dalam sebuah wadah (tabung)

lalu di biarkan, maka selang beberapa lama kemudian darah tersebut membeku

dan selanjutnya mengalami retraksi dengan akibat terperasnya cairan dalam

bekuan. Cairan yang terperas dari dalam bekuan tersebut yang berwarna

kuning muda inilah yang di sebut serum. Oleh karna itu dalam proses

pembekuan darah, fibrinogen di ubah menjadi fibrin, maka serum tidak

mengandung fibrinogen lagi tetapi zat-zat lainya masih terdapat di dalamnya.

Sejumlah darah di masukkan dalam tabung dengan penambahan antikoagulan

lalu di biarkan, selang beberapa lama kemudian terjadi retraksi dengan akibat

cairan mengalami perubahan di mana terjadi dua lapisan. Cairan atas yang

berwarna kuning adalah plasma. Plasma masih mengandung fibrinogen (inilah

perbedaan antara serum dengan plasma) oleh karena dalam memperoleh cairan

ini darah di campur dengan anti koagulan untuk mencegah terjadinya

pembekuan darah tersebut sehingga tetap menjadi cairan dimana antikoagulan

tersebut adalah NaF yang dapat mencegah terjadinya glikolisis. (Santosa,

1989)

Dengan rentang waktu puasa yang cukup panjang dan dengan

menggunakan sampel serum dan plasma maka peneliti akan mengetahui

apakah ada perbedaan glukosa darah pasien dengan menggunakan sampel

serum dan plasma NaF pada pasien dengan persiapan puasa 10 jam.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2... · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seseorang untuk mengendalikan

Kadar glukosa darah dapat mengalami proses penguraian atau proses

glikolisis, dapat terjadi di luar tubuh setelah sample darah di keluarkan. Pada

suhu kamar kadar glukosa darah dalam tabung akan menurun setelah sepuluh

menit pengambilan darah karena proses glokolisis dengan kecepatan kurang

lebih 7 mg/dl per jam. Sebaiknya plasma atau serum harus segera dipisahkan

dari eritrosit sebelum satu jam dan diperiksa dalam jangka waktu satu jam

(suryaatmadja, 2003).

Namun, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti reagen

habis, alat rusak maka perlu di lakukan pemeriksaan keluar laborat dengan

cara melakukan rujukan ke laborat lain yang kurang lebihnya memakan waktu

5 jam, sehingga sample memerlukan penundaan yang dapat dilakukan dengan

penambahan antikoagulan. Glukosa dalam sampel darah dapat mengalami

perubahan – perubahan oleh enzim yang ada di dalam darah tersebut, sehingga

bila darah dibiarkan lama sebagian glukosa dalam darah pecah dan nilai yang

diperoleh kurang dari nilai yang seharusnya. Hal ini dapat dicegah dengan

pemberian NaF (Natrium Fluorida) yang juga merupakan antikoagulan untuk

darah yang ditentukan kadar glukosanya (Dewiesah, 1989).

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan suatu

permasalahan yaitu: adakah perbedaan kadar glukosa darah dengan persiapan

puasa 10 jam menggunakan sampel serum dan plasma NaF dengan di tunda

selama 5 jam setelah pengambilan sampel.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2... · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seseorang untuk mengendalikan

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengukur kadar glukosa darah secara langsung dan di tunda selama 5 jam

dengan menggunakan sampel serum pada persiapan puasa 10 jam.

2. Mengukur glukosa darah secara langsung dan di tunda selam 5 jam dengan

menggunakan sample plasma NaF.

3. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah dengan persiapan puasa 10

jam menggunakan sample serum dan plasma NaF.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang telah penulis lakukan di harap yang mempunyai

kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Analis Kesehatan

Menambah ketelitian dan ketrampilan kerja serta lebih

mengutamakan penanganan tahab pra-analitik yang benar, di antaranya

yaitu dalam persiapan pasien dan penanganan sampel untuk pemeriksaan

glukosa darah.

2. Bagi Akademi

Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan

Akademi Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-suyonog0c2... · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seseorang untuk mengendalikan

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, Y, dkk. 2005. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penvakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Evelyn, C.P. 2004. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama. Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Alih Bahasa: M.

Djauhari W. Dewi I, Minarma S. Dangsina M, Brahm U.P. Jakarta EGC. Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawatan. Edisi II. Jakarta

: EGC. Hardjoeno. H. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta

EGC. Marks, A.D. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta. EGC.

Murray, R.K. dkk. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta. Kedokteran EGC.

Price, S.A, Wilson, L.M. 2005. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Vol. 1. Jakarta : EGC.

Price. SA Wilson, L.M. 2005. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.

Vol. 2. Jakarta : EGC. Purwanto. 1999. Pelatihan Program Nasional Kualitas Laboratorium Klinik.

Semarang : Balai Laboratorium Kesehatan. Dadikin. H. M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika.

Santora. N.I. 1989. Hematologi. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Sibuea, dkk. 2004. Perencanaan Makanan Penderita Diabetes. Jakarta Infomedika.

Subekti, I. dkk. 2006. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Widman, F.K. 1999. Tinjauan Minis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi

9. Jakarta. EGC.