BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf ·...

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan aktivitas fisik yang minimal, penurunan kesadaran, perubahan proses fisiologi tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Tidur mempunyai manfaat besar bagi tubuh. Manfaat tidur antara lain dapat mengembalikan kesimbangan dan aktivitas saraf pusat pada level normal. Tidur juga bermanfaat untuk sintesis protein yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan (Kozier, 2004). Memperoleh kualitas tidur terbaik penting untuk peningkatan kesehatan dan pemulihan individu yang sakit (Potter & Perry, 2005). Sebagian besar lansia mempunyai risiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Luce dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur (Nugroho, 2008). Dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Orang lanjut usia yang sehat sering mengalami perubahan pada pola tidurnya yaitu memerlukan waktu yang lama untuk dapat tidur. Mereka menyadari lebih sering terbangun dan hanya sedikit waktu yang dapat digunakan untuk 1 Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

aktivitas fisik yang minimal, penurunan kesadaran, perubahan proses

fisiologi tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Tidur

mempunyai manfaat besar bagi tubuh. Manfaat tidur antara lain dapat

mengembalikan kesimbangan dan aktivitas saraf pusat pada level normal.

Tidur juga bermanfaat untuk sintesis protein yang memungkinkan

terjadinya proses perbaikan (Kozier, 2004). Memperoleh kualitas tidur

terbaik penting untuk peningkatan kesehatan dan pemulihan individu yang

sakit (Potter & Perry, 2005).

Sebagian besar lansia mempunyai risiko tinggi mengalami

gangguan tidur akibat berbagai faktor. Luce dan Segal mengungkapkan

bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap

kualitas tidur (Nugroho, 2008). Dikatakan bahwa keluhan terhadap

kualitas tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia di

atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang menimbulkan

masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Orang lanjut usia

yang sehat sering mengalami perubahan pada pola tidurnya yaitu

memerlukan waktu yang lama untuk dapat tidur. Mereka menyadari lebih

sering terbangun dan hanya sedikit waktu yang dapat digunakan untuk

1

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

2

tahap tidur dalam sehingga mereka tidak puas terhadap kualitas tidurnya

(Nugroho,2008).

Saat ini jumlah penduduk lansia di dunia diperkirakan ada 760 juta

jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

mencapai 1,2 milyar. Dalam 13% populasi penduduk dunia dan lebih dari

tiga per empat populasi lansia terdapat di negara berkembang. Hal ini

menandakan bahwa terjadi penurunan dan peningkatan usia harapan hidup

(Morley, 2007 dalam Lubis 2011).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk lansia di

Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau

tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah

penduduk lansia terbesar di dunia.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 Indonesia

termasuk negara berkembang dengan jumlah penduduk ± 237,6 juta jiwa

tahun 2010 dan menempati peringkat empat setelah China, India dan

Jepang dalam hal penduduk lansia. Sedangkan data tahun 2011

menyatakan bahwa jumlah penduduk di Jawa Tengah pada tahun 2011

berdasarkan proyeksi penduduk hasil SP 2010 menjadi 3,49 juta. Provinsi

Jawa Tengah (Jateng), termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia

yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia) mencapai 9,36%.

Peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup

tentunya akan menimbulkan beberapa masalah yang sangat kompleks,

terutama dibidang kesehatan. Seperti diketahui bahwa memasuki masa

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

3

lansia mengalami penurunan diberbagai sistem tubuh yang meliputi

beberapa aspek baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun spiritual

merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensial (Mickey,

2006). Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah

kualitas dan kuantitas tidur seseorang. Proses degenerasi pada lansia

mengakibatkan kuantitas tidur lansia akan semakin berkurang sehingga

tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat (Nugroho, 2008)

Tidur sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk penyembuhan dan

perbaikan sistem tubuh. Jika masalah tidur tidak teratasi maka akan

menimbulkan masalah yang lain, seperti penyakit yang serius, perubahan

suhu, kecemasan, mudah tersinggung, gangguan penilaian, kehilangan

berat badan, penurunan nafsu makan (Hariyanto, 2008). Secara fisiologis

jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk

mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti pelupa,

konfusi dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk waktu

yang lama (Mickey, 2006).

Meskipun perubahan-perubahan pola tidur dianggap sebagai

bagian normal dari proses penuaan, informasi terbaru menunjukkan bahwa

banyak dari gangguan ini yang berkaitan dengan proses patologis yang

menyertai penuaan. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam hari

sering kali terjadi seiring bertambahnya usia, hal ini disebabkan perubahan

pada sistem saraf yang mempengaruhi pengaturan tidur sehingga dapat

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

4

mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempengaruhi irama

sirkardian (Stanley & Beare, 2006).

Adapun gangguan masalah tidur yang sering dialami lansia berupa

susah tidur pulas, sering terbangun di malam hari dan sulit memulai tidur

kembali, berkurangnya waktu tidur malam, semakin panjangnya waktu

yang dibutuhkan untuk jatuh tidur (sleep latency), perasaan tidur yang

kurang, terbangun cepat dan tidur sekejap pada siang hari (naps) sering

terjadi berulang dan tidak disadari. Jumlah total waktu tidur tidak normal

dengan kebutuhan tidur sewajarnya yaitu 6 jam/hari (Potter & Perry,

2005).

Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau

lebih yang tinggal dirumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas

perawatan jangka panjang. Kebanyakan lansia mengalami gangguan tidur

yang disebabkan oleh banyak faktor misal: pensiunan dan perubahan pola

sosial, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan penggunaan

obat-obatan, penyakit yang baru saja dialami, perubahan irama sirkadian

(Mickey, 2006).

Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan

tingginya prevalensi gangguan tidur pada lansia, yaitu sekitar 67 %. Hal

ini memiliki dampak serius yakni mengantuk berlebihan di siang

hari,gangguan atensi dan memori, mood, depresi, resiko tinggi terjatuh,

penggunaan hipnotik yang tidak semestinya dan penurunan kualitas tidur.

Dari muculnya permasalahan gangguan tidur pada lansia yang dapat

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

5

menyebabkan dampak lebih lanjut. Sehingga permasalahan gangguan tidur

harus dapat teratasi untuk menghilangkan dampak yang terjadi (Lesage,

Scharf & Steven, 2007).

Menurut National Sleep Foundation sekitar 67% dari 1.508 lansia

di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur

dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan

mempertahankan tidur atau insomnia. Gangguan tidur di Indonesia

menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia merupakan

gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan

sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17%

mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia

cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Rubin,1999 dalam Lubis 2011).

Hasil penelitian terdahulu tentang kualitas tidur lansia di Balai

Rehabilitasi Sosial “Mandiri” Semarang disimpulkan bahwa secara

keseluruhan kualitas tidur lansia buruk. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa 29 reponden (29,9%) memiliki kualitas tidur baik dan 68 responden

(70,1%) memiliki kualitas tidur buruk atau jelek (Khasanah & Hidayati,

2012).

Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

secara farmakologi dan secara non farmakologi. Secara farmakologi yaitu

dengan memberikan obat sedative hipnotik seperti golongan

benzodiazepine dan L-tryptophan (Amir, 2007). Namun, pada lansia

terjadi perubahan farmakodinamik, farmakokinetik serta metabolisme obat

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

6

dalam tubuh lansia yang menyebabkan penatalaksanaan dengan

farmakologis sangat memberi risiko pada lansia. Dengan demikian

penatalaksanaan secara non farmakologi adalah pilihan alternatif yang

lebih aman, yakni dengan cara terapi stimulus kontrol, melakukan

olahraga ringan, berjalan kaki pada pagi hari, berlari-lari kecil, senam

ataupun sekedar peragangan otot, terapi relaksasi (Putra, 2011).

Terapi rendam kaki dalam air hangat merupakan terapi non

farmakologis yang dapat membatu lansia menghadapi masalah dengan

tidur. Menurut Amirta (2007) dalam penelitian Khotimah (2012)

merendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur 37-39 oC maka akan

bisa mengatasi gejala gangguan tidur. Efek panas pada air cenderung

melebarkan pembuluh darah, terutama yang pada permukaan, dan ini

membawa lebih banyak darah ke bagian yang dipanaskan, selain itu akan

menyebabkan relaksasi (Chaiton, 2002).

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.

Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat

sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di

dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang

mempengaruhi sendi tubuh (Hembing, 2000 dalam Christina, 2012).

Penelitian yang dilakukan di negara Iran oleh Nasiri, K & Kalantri,

H., et al (2013) didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara kualitas

tidur lansia sebelum dan sesudah diberikan rendaman air hangat (41-42oC)

pada kaki selama 20 menit sebelum tidur (p < 0.05). Demikian juga

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

7

penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2012) menunjukan kuantitas

tidur lansia yang dilakukan rendam air hangat pada kaki mengalami

peningkatan, dengan nilai signifikansi p = 0,0001 (α = 0,05) artinya ada

pengaruh rendam air hangat pada kaki dalam meningkatkan kuantitas tidur

pada lansia.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di

Desa Argopeni diketahui bahwa jumlah lansia usia 60 – 74 tahun (eldery)

laki-laki 196 orang dan perempuan 184 orang. Data jumlah lansia yang

mengalami gangguan kualitas tidur tidak tercatat, namun dari hasil

wawancara dan observasi dari 10 orang lansia 8 orang diantaranya

mengatakan mengeluh susah tidur di malam hari, pergi tidur antara jam 8

sampai jam 9, tapi ada juga yang tidur jam 11. Lansia mengatakan sering

terbangun pada malam hari rata–rata 4-6 kali untuk ke kamar mandi dan

setelah itu sulit untuk tertidur lagi. Kondisi lain yang di alami lansia

sehingga terbangun pada malam hari dikarenakan merasakan nyeri,

tebangun karena mimpi dan keadaan lingkungan yang berisik. Keluhan

lain yang dialami lansia adalah merasa kurang segar setelah bangun di

pagi hari, mengantuk di siang hari namun ada 2 lansia yang mengeluh

tidak bisa tidur disiang hari waluapun sudah mengantuk dan ada keinginan

untuk tidur.

Studi eksperimen awal yang dilakukan peneliti terhadap 3 orang

responden berusia 60-74 tahun yang mempunyai kualitas tidur buruk

dengan merendam kaki pada air hangat bersuhu 39oC dalam waktu 15

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

8

menit selama 2 hari berturut-turut, semua responden mengatakan merasa

nyaman, rileks dan ingin tidur.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh terapi rendam kaki

air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Desa Argopeni

Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen”.

B. Rumusan Masalah

Tidur merupakan proses fisiologi yang amat penting untuk manusia

dan merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh manusia. Pada lansia

jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia akan tetapi

kualitas tidur terlihat menjadi berubah pada kebanyakan lansia.

Pemenuhan kebutuhan tidur terlihat dari parameter kualitas tidur, seperti

lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk tidur, frekuensi terbangundan

beberapa aspek subyektif, seperti kedalaman tidur, perasaan segar dipagi

hari, kepuasan tidur serta perasaan lelah siang hari. Terapi rendam kaki air

hangat dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi gangguan

tidur pada lansia. Dari pernyataan ini dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

“Adakah pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur lansiadi Desa Argopeni Kecamatan Ayah

Kabupaten Kebumen?”

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur lansia di Desa Argopeni Kecamatan Ayah

Kabupaten Kebumen.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengetahui karakteristik responden, meliputi: jenis kelamin, usia,

pendidikan, riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit.

b. Mengetahui kualitas tidur lansia sebelum dilakukan terapi rendam

kaki air hangat pada kelompok intervensi dan kelompok kontol.

c. Mengetahui kualitas tidur lansia sesudah dilakukan terapi rendam

kaki air hangat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

d. Mengetahui pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur lansia.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membatu memberi masukan

kepada lansia untuk melakukan terapi sendiri dengan merendam kaki

dengan air hangat agar dapat mengatasi gangguan tidur.

2. Bagi peneliti

Bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam

melaksanakan penelitian khususnya mengenai pengaruh terapi rendam

kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia.

3. Bagi Instasi

Menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai study literatur di

perpustakaan atau referansi mengenai kualitas tidur lansia dan manfaat

terapi rendam kaki air hangat.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pemikiran kritis lainnya terhadap penelitian selanjutnya tentang

kualitas tidur lansia dan terapi rendam kaki air hangat.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

11

E. Penelitian Terkait

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu:

1. Khadijeh Nasiri & Hossein Kalantri et.al. (2013) berjudul “The Effect

of Footbath on Sleep Quality of the Elderly: A Blinded Randomized

Clinical Trial”. Metode penelitian Quasi Experiment dengan pre-test

dan post-test dengan menggunakan kelompok kontrol. Kesimpulan

penelitian ada perbandingan perubahan kualitas tidur lansia

menunjukkan durasi tidur dan kualitas tidur keseluruhan telah

meningkat secara signifikan pada kelompok eksperimen (p <

0.05).Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti terletak pada subyek penelitian yaitu sama-sama meneliti

kualitas tidur lansia. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti

yaitu lokasi penelitian, dalam penelitian ini di Desa Argopeni

Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen dan pada penelitian Nasiri di

Tabriz, Iran.

2. Wen-Chun L, Ming-Jang C, & Carol A L, et.al. (2008) berjudul “A

Warm Footbath before Bedtime and Sleep in Older Taiwanese with

Sleep Disturbance”. Metode penelitian desain Crossover eksperimental

tunggal kelompok digunakan untuk menguji efek dari baskom hangat

pada tubuh. Kesimpulan penelitian ada peningkatan onset tidur dan

meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan pada lansia. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

12

adalah variabel bebas yaitu terapi rendam kaki air hangat. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu disain

penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan

rancangan Pra Experiment One Group Pretest Posttet sedangkan pada

penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan True

Experiment dengan rancangan Pretest Posttest Control Group Design.

3. W C Liao, Lee Wang, & Ching-Pyng K, et.al. (2013) berjudul “Effect

of a warm footbath before bedtime on body temperature and sleep in

older adults with good and poor sleep: An experimental crossover

trial”. Metode penelitian Dua kelompok dan desain silang

eksperimental. Hasil penelitian menujukan rendaman kaki pada air

hangat dengan suhu 40 oC selama 20 menit sebelum tidur

meningkatkan suhu kaki dan suhu kulit untuk memfasilitasi dilatasi

pembuluh dan meningkatkan suhu inti untuk memberikan beban panas

pada tubuh. Rendaman kaki pada air hangat tidak mengubah tidur pada

orang dewasa yang lebih tua dengan tidur yang baik dan yang buruk.

4. Khotimah (2012), berjudul “Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki

Dalam Meningkatan Kuantitas Tidur Lansia”. Tujuan penelitian

menganalisis pengaruh terapi rendam air hangat padakaki dalam

meningkatkan kuantitas tidur pada lansia. Desain penilitian pra-

eksperimendengan pendekatan One-Group Pre-Test-Post test desain.

Populasi 20 lansia insomniaberusia diatas 60 tahun, Sampel 20

responden. Pengambilan sampel menggunakan totalsampling, analisis

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

13

data dengan uji statistik Anova dengan tingkat kemaknaan α =

0,05.Hasil analisis menunjukan kuantitas tidur lansia yang dilakukan

rendam air hangat padakaki mengalami peningkatan, dengan nilai

signifikansi α = 0,0001 (α = 0,05) artinya adapengaruh rendam air

hangat pada kaki dalam meningkatkan kuantitas tidur pada lansia.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rendam air hangat pada kaki efektif

digunakanuntuk meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang

mengalami gangguan tidur.Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada variabel bebas pengaruh

rendam air hangat pada kaki dan subyek penelitian lansia.Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

adalah penelitian ini meneliti tentang pengaruh rendam pada kaki

terhadap peningkatan kuantitas tidur lansia, sedangkan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti pengaruh rendaman kaki

pada air hangat terhadap kualitas tidur lansia. Selain itu desain

penelitian yang digunakan juga berbeda, peneliti menggunakan desain

Quasi Experiment Pretest Posttest With Control Group dan

pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.

Uji statistik yang digunakan oleh peneliti Uji Paired T-test dan uji

independent sample test.

5. Linda Pribowati Christina (2012), berjudul “Pengaruh Terapi Rendam

Kaki Air Hangat Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pre

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/3135/2/Priyo Eko Saputro BAB I.pdf · Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan ... hari,gangguan atensi

14

Eksperimental dengan rancangan One Group Pre test-Post test design.

Kelompok subyek merupakan penderita hipertensi di Wilayah

Kedinding Tengah Jaya Kecamatan Kenjeran Surabaya. Sebelum

dilakukan intervensi peneliti melakukan pengukuran tekanan darah,

setelah itu dilakukan intervensi berupa pemberian rendam kaki

menggunakan air hangat. Setelah penderita hipertensi direndam

kakinya dengan air hangat, dilakukan posttest dengan melakukan

pengukuran tekanan darah. Kesimpulan dari penelitian ini ada

perbedaan yang signifikan atau ada pengaruh pemberian terapi rendam

kaki air hangat terhadap perubahan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan terapi

rendam kaki air hangat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu subyek penelitian dimana pada penelitian

Christina penderita hipertensi, sedangkan pada penelitian yang akan

dilakukan lansia yang mempunyai gangguan kualitas tidur.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015